Bab 2 Landasan Teori

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 2 Landasan Teori"

Transkripsi

1 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini dapa melakukan dua hal dasar yang biasa erjadi yakni mencari minimasi jumlah sasiun seelah diberikan waku siklus, aau mencari minimasi waku siklus berdasarkan jumlah sasiun kerja yang diberikan. (Bedworh, 346) Pengelompokkan ugas dalam sasiun kerja sehingga dapa meningkakan raa-raa produksi unuk mencapai efisiensi maksimum, yang melibakan enaga kerja, fasilias, dan peralaan. (Hamid, 255) Definisi-definisi lain yang berkaian Sasiun Kerja: Pengelompokkan sejumlah pekerjaan perakian ke dalam pusapusa kerja Waku menganggur: Waku suau sasiun kerja jika berada dibawah siklus idealnya. (Nasuion, 149) Waku siklus: waku yang diberikan sama pada seluruh sasiun kerja, berdasarkan produksi raa-raa, sebagai waku anara unuk menyelesaikan

2 12 pada lini produksi. Jika raa-raa produksi adalah 10 uni per jam, sebagai conoh, maka waku siklusnya adalah 6 meni. (Bedworh, 346; Hamid, 256) Permasalahan dalam Keseimbangan Lini Permasalahan keseimbangan linasan paling banyak pada proses perakian dibandingkan pada proses pabrikasi. Pabrikasi dari sub komponen-komponen biasanya memerlukan mesin-mesin bera dengan siklus panjang. Keika beberapa operasi dengan peralaan yang berbeda dibuuhkan secara proses seri, maka erjadilah kesulian dalam menyeimbangkan panjangnya siklus-siklus mesin, sehingga uilisasi kapasias menjadi rendah. Pergerakkan erus-menerus kemungkinan besar dicapai dengan operasi-operasi perakian yang dibenuk secara manual keika beberapa operasi dapa dibagi-bagi menjadi ugas-ugas kecil dengan durasi waku yang pendek. Semakin besar fleksibilias dalam mengkombinasikan beberapa ugas, maka semakin inggi pula ingka keseimbangan yang dapa dicapai. Hal ini akan membua aliran yang mulus dengan uilisasi enaga kerja dan perakian yang inggi. (Nasuion, 150) Gambar 2.1 Elemen Uama Permasalahan Keseimbangan Lini

3 Daa yang diperlukan Suau diagram jaringan kerja Seiap simpul menggambarkan penugasan pada sasiun kerja ersebu, angka deka simpul menunjukkan waku yang diperlukan unuk menyelesaikan ugas ersebu, dan anak panah menggambarkan uruan kerjanya. Daa waku baku pekerjaan iap operasi Daa ingkaan produksi yang diinginkan pada konveris waku erenu (waku yang melebihi dari peunjuk ini dapa disesuaikan sesuai yang ada pada proses) Waku siklus yang disesuaikan dengan ingkaan produksi yang diinginkan Rumus dan auran yang digunakan Waku yang dibuuhkan unuk hasil produksi: AT C = (Sauan = jam) OR Dimana C = Waku siklus AT = Waku operasi kerja OR = Produksi raa-raa Sasiun kerja minimum secara eoriis: T N = C Dimana N = Banyaknya sasiun kerja T = Toal waku seluruh penugasan

4 14 Efisiensi lini (Line Efficiency), merupakan perbadingan dari oal waku per sasiun kerja erhadap keerkaian waku maksimum dengan jumlah sasiun kerja. T Line Efficiency (LE) = x100% NC Keseimbangan Waku Menganggur (Balance Delay), merupakan ukuran keidakefisienan linasan yang dihasilkan dari waku menganggur sebenarnya yang disebabkan karena pengalokasian yang kurang sempurna dianara sasiun-sasiun kerja. Jumlah BD dengan LE adalah sama dengan sau. Balance Delay (BD) = 100. ( NC T ) NC Banyaknya jumlah sasiun kerja harus lebih kecil dari banyaknya jumlah kerja aau penugasannya. Waku kerja aau waku produksi idak boleh melebihi waku siklus (Bedworh, 364) Meode-meode yang digunakan 1. Meode Helgeson-Birnie (Bobo Posisi) Ranked Posiional Weigh (RPW) Pendekaan yang menggunakan sisem ranking, menjumlahkan seluruh waku unuk operasi seperi disebu sebagai bobo posisi, dan ranking operasi yang diurukan berdasarkan penurunan bobo posisi.

5 15 Tahapan-ahapan dalam melakukan meode ini: a) Hiung waku siklus yang diinginkan b) Bua mariks pendahulu berdasarkan jaringan kerja perakian c) Hiung bobo posisi iap operasi yang dihiung berdasarkan jumlah waku operasi ersebu dan operasi-operasi yang mengikuinya. d) Urukan operasi-operasi mulai dari bobo posisi erbesar sampai dengan bobo posisi erkecil e) Lakukan pembebanan operasi pada sasiun kerja mulai dari operasi dengan bobo posisi erbesar sampai dengan bobo posisi erkecil, dengan krieria oal waku operasi lebih kecil dari waku siklus. f) Hiung efisiensi raa-raa sasiun kerja yang erbenuk g) Gunakan prosedur rial and error unuk mencari pembebanan yang akan menghasilkan efisiensi raa-raa yang lebih besar, jika masih dimungkinkan. h) Ulangi prosedur ini sampai idak diemukan lagi sasiun kerja yang memiliki efisiensi raa-raa yang lebih inggi. 2. Meode Wilayah Meode ini dikembangkan oleh Bedworh, sebagai sarana unuk mengaasi kekurangan meode bobo posisi. Prinsipnya, meode ini

6 16 berusaha membebankan erlebih dahulu pada operasi yang memiliki anggung jawab keerdahuluan yang besar. Pendekaan yang melakukan penukaran kerja seelah keseimbangan direalisasikan. Meode ini idak prakis digunakan unuk jaringan yang besar. Tahapan-ahapan dalam melakukan meode ini: a) Hiung waku siklus yang diinginkan b) Kembangkan benuk jaringan pendahuluan sesuai benuk awal c) Bualah suau wilayah awal dari kiri ke kanan. Gambarkan kembali jaringan ersebu, dengan memasukkan seluruh kerja sampai ke wilayah erakhir; sampai seluruh pekerjaan ke daerah paling ujung sedapa mungkin. d) Dalam seiap ingkaan wilayah diurukan ingkaan kerja dari waku operasi yang erbesar ke yang erkecil. Hal ersebu akan memberikan kepasian bahwa kerja yang paling bera akan diperimbangkan unuk dileakkan perama kali, memberi kesempaan unuk sebuah kombinasi yang lebih baik dengan kerja yang lebih kecil berikunya.. e) Mengurukan kerja berdasarkan uruan barisan, membenuk suau area ersrukur dari proses. I. Wilayah paling kiri adalah wilayah perama II. Dalam wilayah, kerja yang paling bera (besar) yang diempakan perama kali.

7 17 f) Pada akhir penugasan dari seiap sasiun, puuskan apakah waku uilisasi dapa dierima. Jika idak, periksa kembali seluruh kerja yang memiliki hubungan relasi yang deka. Ambil kepuusan jika uilisasi dapa diingkakan melalui pengganian kerja dalam sasiun yang memiliki area sama aau lebih awal dari kerja yang diperimbangkan unuk masuk ke sasiun. Jika ya, perubahan dapa dilakukan. Pembenukan sasiun elah selesai. 3. Meode Pembebanan Beruru Tahapan-ahapan unuk melakukan meode ini: a) Hiung waku siklus yang diinginkan b) Bua mariks operasi pendahulu (P) dan operasi pengiku (F) unuk seiap operasi berdasarkan jaringan kerja perakian. c) Perhaikan baris di mariks kegiaan pendahulu P yang semuanya erdiri dari angka 0, dan bebankan elemen pekerjaan erbesar yang mungkin erjadi, jika ada lebih dari 1 baris yang memiliki seluruh elemen sama dengan nol. d) Perhaikan nomor elemen di baris mariks kegiaan pengiku F yang bersesuaian dengan elemen yang elah diugaskan. Seelah iu kembali perhaikan lagi baris mariks pada mariks

8 18 P yang diunjukkan, gani nomor idenifikasi elemen yang elah dibebankan ke sasiun kerja dengan nol. e) Lanjukan penugasan elemen-elemen pekerjaan iu pada iap sasiun kerja dengan keenuan bahwa waku oal operasi idak melebihi waku siklus. f) Hiung efisiensi raa-raa yang erbenuk. g) Gunakan prosedur rial and error unuk mencari pembebanan yang akan menghasilkan efisiensi raa-raa lebih besar dari efisiensi raa-raa pada langkah f). 4. Meode Comsoal Meode ini dikembangkan oleh A. L. Arcus (1965), yang didasarkan pada berkembangnya sejumlah cukup besar pemecahan yang layak bagi masalah keseimbangan lini. Meode ini dikompuerisasikan sehingga memberikan pemecahan opimal bagi masalah, dan dapa dihasilkan dalam waku yang relaif singka. Tahapan-ahapan unuk melakukan meode ini: a) Memeriksa informasi erdahulu (Precedence Informaion) yang disusun dalam dafar A, yang menabulasikan jumlah oal ugas yang epa mendahului seiap ugas erenu. (Seiap ugas yang bernilai nol berari idak ada ugas yang mendahului)

9 19 b) Selanjunya, periksa ugas-ugas yang idak mempunyai ugas yang mendahuluinya (yang bernilai nol), dan ini dimasukkan ke dalam dafar B, dafar ersedia. c) Dafar B yang ada kemudian dibagi dengan menempakan ke dalam dafar C ugas-ugas yang waku pelaksanaannya idak lebih besar daripada waku ersisa yang ersedia pada sasiun yang mendapa ugas ersebu. Dafar C dinamakan dafar sesuai d) Dalam benuk COMSOAL yang paling sederhana, penugasan kemudian dilakukan dengan memilih secara acak (random) dari dafar C ugas unuk diberikan pada sasiun1. Jikalau banyak pilihan, dapa dilakukan pemboboan unuk penenuan ugas. 1. Bobolah ugas yang sesuai dengan proporsi waku ugas. Pengaruh pemboboan ini adalah memberikan ugas yang besar, peluang lebih inggi unuk erpilih keimbang ugas yang kecil. 2. Bobolah ugas yang sesuai dengan 1/X, dimana X adalah sama dengan oal ugas yang idak erpilih dikurangi 1, dikurangi dengan semua ugas yang mengikui ugas yang sedang diperimbangkan (P = Tugas Pendahulu) X = N 1 P, dimana N adalah ugas yang idak erpilih.

10 20 3. Bobolah ugas yang sesuai dengan jumlah oal semua ugas yang berikunya diambah 1. Akiba dari auran ini adalah mendahulukan ugas-ugas yang bila erpilih, akan diganikan dan dengan demikian memperluas dafar yang ersedia. (Rumus = F + 1), dimana F adalah ugas yang mengikui. 4. Bobolah ugas yang sesuai dengan waku ugas ersebu dan waku semua ugas yang mengikuinya. Hasil dari auran ini adalah menggabungkan manfaa dari auran 1 dan auran 3, dengan memilih ugas ynag besar secara dini pada iap-iap sasiun di keseluruhan uruan, aau mendahulukan ugas yang walaupun kecil api memperluas dafar yang ersedia. e) Hilangkan ugas yang elah erpilih dari dafar B dan C (kedua dafar ini dibiarkan kosong) f) Perbarui dafar A dengan memeriksa secara sekilas ugas lanjuan seelah ugas sasiun1 adi, dan kurangkan 1 dari caaan angka jumlah oal ugas yang mendahului g) Perbarui ugas yang ersedia dalam dafar B, dengan memindahkan dari dafar A smua ugas yang kini erdafar anpa mempunyai ugas yang mendahuluinya.

11 21 h) Pindahkan dari dafar B ke dafar C ugas-ugas yang sesuai dengan sisa waku yang ada pada sasiun1 i) Pilihlah secara acak dari dafar C suau ugas unuk diberikan, sehingga sasiun1 elah penuh sesuai waku siklusnya. j) Hilangkan ugas yang erpilih dari dafar B dan C. Ulangi langkah f) sampai i), hingga sasiun1 elah diugasi sepenuh mungkin, dan eruskan prosedur di aas, sasiun demi sasiun, sampai semua elemen elah diberi ugas. 2.2 Peramalan Definisi Peramalan Seni; ilmu memprediksi perisiwa-perisiwa masa depan. (Render, 46) Ala banu yang pening dalam perencanaan yang efekif dan efisien, karena adanya senjang waku (lead ime), anara kesadaran akan perisiwa aau kebuuhan mendaang dengan perisiwa iu sendiri. (Makridakis, 3) Jenis Peramalan Peramalan ersebu dapa dibedakan menjadi beberapa jenis erganung sudu pandangnya, yang dikemukakan secara jelas sebagai beriku:

12 22 a. Berdasarkan horizon wakunya 1. Peramalan jangka pendek, renang waku dari iga bulan hingga mencapai sau ahun 2. Peramalan jangka menengah, renang waku biasanya berjangka iga bulan hingga iga ahun. 3. Peramalan jangka panjang, renang waku biasanya iga ahun aau lebih b. Berdasarkan penggunaannya 1. Ramalan Ekonomi, membahas siklus bisnis dengan memprediksi ingka inflasi, suplai uang permulaan perumahan, dan indicaor-indikaor perencanaan lain. 2. Ramalan Teknologi, berkaian dengan ingka kemajuan eknologi, yang akan melahirkan produk-produk baru yang mengesankan, membuuhkan pabrik dan peralaan baru. 3. Ramalan Perminaan, adalah proyeksi perminaan unuk produk aau jasa perusahaan. Ramalan ini disebu juga ramalan penjualan, mengarahkan produksi, kapasias, dan sisem penjadwalan perusahaan, dan berindak sebagai masukan unuk perencanaan keuangan, pemasaran, dan personalia.

13 23 c. Berdasarkan pendekaannya 1. Peramalan Objekif aau kuaniaif Terdapa empa meoda, yaiu: a) Model seri waku Raa-raa bergerak (Moving Average) Penghalusan eksponensial (Exponenial Smoohing) Proyeksi Trend (Trend Projecion) b) Model kausal Regresi Linear (Linear Regression) 2. Peramalan Subjekif aau kualiaif a) Juri dari opini eksekuif b) Gabungan armada penjualan c) Meode Delphi d) Survei pasar konsumen e) Pendekaan naïf Pola Daa Menuru Hanke (2005), pola daa dapa dibagi menjadi empa, yaiu: a. Pola Horisonal (Sasioner): bila daa observasi berflukuasi di sekiar level raa-raanya, digunakan pola daa ini. b. Pola Musiman: Perubahan pola yang erus berulang seiap ahun.

14 24 c. Pola Siklik: Flukuasi yang menyerupai gelombang di sekiar rend. d. Pola Trend: Komponen jangka panjang yang menunjukkan perumbuhan aau penurunan dalam suau kurun waku erhadap jangka waku erenu Auokorelasi (Auocorrelaion) Dalam pengukuran variabel erhadap waku, observasi dari periode waku yang berbeda secara frekuenif dihubungkan aau berkorelasi. Auocorrelaion adalah korelasi anara variabel dari periode sebelumnya, erhadap sau aau lebih periode. Pola daa ermasuk komponan seperi musiman dan rend dapa dipelajari dengan meode ini. Pengolahan daa unuk keerkaian k daa dengan auocorrelaion r adalah sebagai beriku: r r k k Y Y ( Y Y )( Y Y ) ( Y Y ) k = 0,1,2,... = Koefisien auocorrelaion unuk k periode sebelumnya Y = Raa raa dari nilai kurun waku erenu = k n = k + 1 n = 1 k 2 = Observasi dari periode waku = Observasi pada periode waku k lebih awal Syara uama dalam melakukan auokorelasi adalah: 1. Korelasi yang dikehendaki harus berada dalam asosiasi linear, aau koefisien korelasi idak mampu menggambarkan kekuaan dalam hubungan anara variabel ersebu. Jika sebuah asosiasi non-linear erjadi, maka koefisien korelasinya adalah nol.

15 25 2. Memerlukan banyak daa sample sebagai conoh unuk melakukan peneliian, sehingga pengambilan daa unuk diolah menghasilkan daa yang sabil. Pada auokorelasi, secara eoriis, jika pola daa berupa daa acak (random), maka auokorelasi anara Y dengan Y -k unuk periode k adalah nol. Angka kesuksesan dari kurun waku ersebu idak saling erhubung. Unuk lebih memperjelas pola daa yang ada, erdapa suau meode yang digunakan unuk mengecek pola daa apakah angka koefisiennya secara signifikan jauh dari angka nol. 1. Secara eoriis, seluruh koefisien korelasi dari angka-angka acak (random number) harus nol, aau mendekai nol. Unuk iu, digunakan sebuah formula sederhana unuk mengecek kebenaran ersebu: 1 n 2. Dengan menggunakan ingka kepercayaan erenu, 10 sampai 15 koefisien korelasi diempakan, unuk mengecek kebenaran pola daa yang sebenarnya, dengan menempakan koefisien-koefisien ersebu dalam baas limi area sebagai penguji. Jika seluruh daa berada dalam area, erbuki daa adalah random. Teapi jika yang erjadi adalah sebaliknya, maka daa bukanlah random, dan unuk iu, perlu dilakukan pengamaan lebih lanju unuk mencari pola daa yang sesuai. Beriku ini adalah ciriciri unuk iap pola daa:

16 26 a. Jika pola daa adalah horizonal, maka koefisien auokorelasi cenderung konsan, demikian pula yang erliha pada grafiknya, memperlihakan sagnasi, yang membenuk hampir sebuah garis lurus. Hal ini jarang erjadi, yang sering diperlihakan adalah iga pola berikunya. b. Jika pola daa musiman, koefisien auokorelasi signifikan akan erjadi pada periode waku erenu secara konsan. Pada grafik, erliha angka koefisien pada iap pengulangan musim akan lebih menonjol, dan menunjukkan pengulangan ersebu. Misalnya: Jika musimannya berupa kuaralan, maka grafik korelasinya akan menunjukkan r 1, r 5, dan r 9 lebih panjang dari periode-periode anara. c. Pola siklik, diunjukkan dengan flukuasi jangka panjang. Memiliki jangka waku pengulangan yang bervariasi. Pada grafik, erliha angka koefisien yang berulang sekaligus meningka, pada beberapa periode erenu. d. Jika pola daa adalah rend, kesuksesan observasi memiliki korelasi yang inggi, dan koefisien auokorelasi secara signifikan jauh dari angka nol unuk beberapa periode perama, dan kemudian jauh mendekai nol seiring meningkanya banyak periode, aau sebaliknya, dari nol naik mendekai sau jika menunjukkan peningkaan. Hal ini erliha pula dari grafik yang menunjukkan penurunan maupun

17 27 kenaikan berupa garis yang miring ke aas (peningkaan), aau miring ke bawah (penurunan) Meode-meode yang digunakan Dekomposisi Meode ini memecah pola dasar yang ada menjadi sub-pola yang menunjukkan iap-iap komponen dere berkala secara erpisah. Pemisahan seperi ini seringkali membenu meningkakan peramalan, dengan memisahkan iga komponen dari dere ekonomi dan bisnis: rend, siklus, dan musiman. Fakor rend menggambarkan kecenderungan pola daa dalam jangka panjang. Apakah meningka, menurun, aau idak berubah. Fakor siklus menggambarkan baik urunnya ekonomi aau indusri erenu, yang sering pula erdapa pada dere daa, seperi: Produk Bruo Nasional (GNP), perminaan, penjualan barang indusri, harga saham, ingka bunga, dan obligasi. Fakor musiman berkaian dengan flukuasi periodik dengan panjang konsan, yang disebabkan hal-hal seperi curah hujan, emperaur, saa liburan, dan kebijaksanaan perusahaan. Disamping komponen pola, erdapa pula unsur kesalahan aau kerandoman. Kesalahan ini dianggap sebagai perbedaan anara gabungan dari iga sub-pola dere ersebu dengan daa sebenarnya.

18 28 Dekomposisi mempunyai asumsi bahwa daa iu ersusun sebagai beriku: Daa = pola + kesalahan Daa = f(rend, siklus, musiman) + kesalahan (maemais) X f ( I, T, C, E ) =, Dimana X : nilai dere berkala (daa akual) pada periode I : komponen musiman pada periode T : komponen rend pada periode C : komponen siklus pada periode E : komponen kesalahan aau random pada periode Benuk fungsional pasi dari rumusan di aas erganung pada meode dekomposisi yang digunakan. Unuk semua meode ersebu, proses dekomposisinya adalah serupa dan erdiri aas langkah-langkah sebagai beriku: 1. Pada dere yang sebenarnya ( X ), hiung raa-raa bergerak yang panjangnya (N) sama dengan panjang musiman (M ). Maksud dari raa-raa bergerak ini adalah menghilangkan unsur musiman dan kerandoman. Meraa-raakan daa akan menyamaraakan daa yang eringgi dan yang erendah. Karena kerandoman idak mempunyai pola yang sisemais, maka pemeraa-raaan ini juga mengurangi kesalahan.

19 29 2. Pisahkan raa-raa bergerak N periode (langkah 1 diaas) dari dere daa semula, unuk memperoleh unsur rend dan siklus. 3. Pisahkan fakor musiman dengan menghiung raa-raa unuk iap periode yang menyusun panjang musiman secara lengkap. 4. Idenifikasi benuk rend yang epa (linear, eksponensial, kurva-s, dll) dan hiung hasilnya unuk seiap periode ( T ) X n b = n a = = a + b X 2 X b n 2 ( ) n x 5. Pisahkan hasil langkah 4 dari langkah 2, unuk memperoleh fakor siklus. 6. Pisahkan musiman, rend, dan siklus dari daa asli unuk mendapakan unsur random yang ada. Meode dekomposisi dapa berasumsi pada model adiif aau muliplikaif. Biasanya, pemakaian dekomposisi akan digabungkan dengan meode Cenered Moving Average, dan akan memiliki benuk dasar sebagai beriku: a) Muliplicaive Decomposiion ( I * T * C ) E X = * M = C x T b) Addiive Decomposiion ( I + T + C ) E X = + M = C + T

20 Meode Uji Kesalahan 1. Mean Error adalah selisih angka anara daa dengan raa-raa daa ersebu. 2. MAD adalah Mean Absolue Deviaion Adalah suau eknik evaluasi hasil peramalan dengan mengakumulasikan eror absolu, unuk kemudian dibagi dengan banyaknya jumlah daa yang digunakan. MAD = kumulaif absolu error N daa 3. MSE adalah Mean Squared Error Adalah suau eknik evaluasi peramalan, dengan seiap kesalahan (error) dikuadrakan; kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan angka observasi yang ada. Meode ini memiliki angka kesalahan peramalan yang besar karena eror ersebu dikuadrakan. MSE = 1 ) n n ( Y Y ) = Sandard Error Adalah sandar deviasi dari sampel disribusi sasisik.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

Pengantar Teknik Industri

Pengantar Teknik Industri Sisem Produksi/Operasi Penganar Teknik Indusri Perencanaan & Peengendalian Produksi/Operasi Sisem produksi/operasi adalah suau akivias unuk mengolah aau mengaur penggunaan sumber daya yang ada dalam proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anibioik 2.1.1 Defenisi Anibioik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sineik, yang mempunyai efek menekan aau menghenikan suau proses biokimia di dalam organisme, khususnya

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Deskripsi Teori 3.1.1. Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien unuk penjualan produknya, perusahaan memerlukan suau cara yang epa, sisemais dan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informaika ASIA (JITIKA) Vol.10, No.2, Agusus 2016 ISSN: 0852-730X Perancangan Sisem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Meode Triple Exponenial Smoohing Tria

Lebih terperinci

SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING. Oleh: Salman Alfarisi

SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING. Oleh: Salman Alfarisi S. Alfarisi / Journal of Applied Business and Economics Vol. 4 No. 1 (Sep 2017) 80-95 SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING Oleh: Salman Alfarisi Program

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Perminaan 2.1.1. Konsep Dasar Manajemen Perminaan Pada dasarnya manajemen perminaan (demand managemen) didefinisikan sebagai suau fungsi pengelolaan dari semua perminaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Disini ujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuaan suau aplikasi program yang digunakan unuk membanu perusahaan dalam menenukan jumlah produksi demand. Disini ada

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien, diperlukan adanya suau cara yang epa, sisemais dan dapa diperanggungjawabkan. Salah sau ala yang diperlukan

Lebih terperinci

Minggu 4 RATA-RATA BERGERAK DAN EXPONENTIAL SMOOTHING. Peramalan Data Time Series

Minggu 4 RATA-RATA BERGERAK DAN EXPONENTIAL SMOOTHING. Peramalan Data Time Series Minggu 4 RATA-RATA BERGERAK DAN EXPONENTIAL SMOOTHING Bab ini memperkenalkan model berlaku unuk daa ime series dengan musiman, ren, aau keduana komponen musiman dan ren dan daa sasioner. Meode peramalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kapasias Produksi Kapasias adalah kemampuan pembaas dari uni produksi (enaga kerja, mesin, uni sasiun kerja, proses produksi, perencanaan produksi, dan organisasi produksi) unuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP Prosiding Seminar Nasional Maemaika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB IX TEKNIK PERAMALAN

BAB IX TEKNIK PERAMALAN Peramalan 93 BAB IX TEKNIK PERAMALAN Kepuusan persediaan yang dihasilkan dari pembelian cenderung bersifa jangka pendek dan hanya unuk produk yang khas. Peramalan yang mengarah pada kepuusan ini harus

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN Peramalan Dengan Meode Smoohing dan Verifikasi Meode Peramalan Dengan Grafik Pengendali Moving Range () (Sudi Kasus: Produksi Air Bersih di PDAM Tira Kencana Samarinda) Forecasing wih Smoohing and Verificaion

Lebih terperinci

APLIKASI PERAMALAN PENENTUAN JUMLAH PERMINTAAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK BORDIR PADA KOTA TASIKMALAYA

APLIKASI PERAMALAN PENENTUAN JUMLAH PERMINTAAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK BORDIR PADA KOTA TASIKMALAYA APLIKASI PERAMALAN PENENTUAN JUMLAH PERMINTAAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK BORDIR PADA KOTA TASIKMALAYA Lies Sunarminyasui 1, Salman Alfarisi 2, Firia Sari Hasanusi 3 1,2,3 Program Sudi Teknik Informaika,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk mencakup objek fisik, jasa,

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk mencakup objek fisik, jasa, 29 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produk Menuru Koler dan Amsrong (2001, p346), produk adalah segala sesuau yang dapa diawarkan ke pasar unuk diperhaikan, dimiliki, digunakan, aau dikonsumsi yang dapa memuaskan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bahasa Yunani Sustema yang berarti satu kesatuan yang atas komponen atau

BAB II LANDASAN TEORI. bahasa Yunani Sustema yang berarti satu kesatuan yang atas komponen atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sisem Aplikasi Menuru Jogiano (2004), sisem berasal dari bahasa lain Sysema dan bahasa Yunani Susema yang berari sau kesauan yang aas komponen aau elemen-elemen yang dihubungkan

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika V.i(5-4) Peramalan Kebuuhan Manajemen Logisik Pada Usaha Depo Air Minum Isi Ulang Al-Firah Henny Yulius, Islami Yei Universias

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2. Pengerian Peramalan Di dalam melakukan suau kegiaan dan analisis usaha aau produksi di bidang manufakur aau perekonomian, suau peramalan aau yang lebih kia kenal dengan forecasing

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. peramalan, jenis-jenis peramalan, langkah-langkah peramalan, pemilihan teknik dan

BAB 3 LANDASAN TEORI. peramalan, jenis-jenis peramalan, langkah-langkah peramalan, pemilihan teknik dan BAB 3 LANDASAN TEORI 3. Peramalan Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengerian peramalan, kegunaan meode peramalan, jenis-jenis peramalan, langkah-langkah peramalan, pemilihan eknik dan meode peramalan,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen Bab 5 Penaksiran Fungsi Perminaan 1 Ekonomi Manajerial Manajemen Peranyaan Umum Tenang Perminaan Seberapa besar penerimaan perusahaan akan berubah seelah adanya peningkaan harga? Berapa banyak produk yang

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort 3 METODE PENELITIAN 3. Waku dan Tempa Peneliian Peneliian dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Agusus sampai Sepember 2008. Tempa yang dadikan obyek peneliian adalah Pelabuhan Perikanan Nusanara (PPN)

Lebih terperinci

FORECASTING & ARIMA. Dwi Martani. 1/26/2010 Statistik untuk Bisnis 9 1

FORECASTING & ARIMA. Dwi Martani. 1/26/2010 Statistik untuk Bisnis 9 1 FORECASTING & ARIMA Dwi Marani /26/200 Saisik unuk Bisnis 9 DERET BERKALA (TIME SERIES) Suau dere berkala merupakan suau himpunan observasi dimana variabel yang digunakan diukur dalam uruan periode waku,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pusaka 2.1.1 Teknik Indusri Teknik indusri adalah suau rekayasa yang berkaian dengan desain, pembaruan, dan insalasi dari sisem erinegrasi yang melipui manusia, maerial,

Lebih terperinci

Bab II LANDASAN TEORI

Bab II LANDASAN TEORI 5 Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Menuru Sofjan Assauri (1984, p1), kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang, kia kenal dengan apa yang disebu peramalan (forecasing).

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. Definisi menurut institute of industrial and system (IIE) : dan metode-metode analisa teknik untuk memprediksi dan mengevaluasi

BAB 3 LANDASAN TEORI. Definisi menurut institute of industrial and system (IIE) : dan metode-metode analisa teknik untuk memprediksi dan mengevaluasi BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Teknik Indusri Definisi menuru insiue of indusrial and sysem (IIE) : Teknik indusri adalah suau rekayasa yang berkaian dengan desain, pembaruan, dan insalasi dari sisem erinegrasi

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Manajemen Operasi Manajemen operasi adalah serangkaian kegiaan yang membua barang dan jasa melalui perubahan dari masukan menjadi keluaran. Kegiaan membua barang dan jasa erjadi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69)

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69) Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika Peramalan Penjualan Pada Usaha Kecil Menengah (UKM) Roi Sania Dengan Menggunakan Program POM QM Henny Yulius 1, Yadi Prawinaa

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci