FUNGSI KABUR. Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FUNGSI KABUR. Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika"

Transkripsi

1 FUNGSI KBUR Tugas kir Diajukan untuk memenui Sala Satu Syarat Memperole Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika Disusun ole: Nama : Retno Triyanti NIM : 4 PROGRM STUDI MTEMTIK FKULTS SINS DN TEKNOLOGI UNIVERSITS SNT DHRM YOGYKRT 8

2 FUZZY FUNCTION FINL SSIGNMENT Presented or te Partial Fulillment o te Requirement To Obtain te Sarjana Sains Degree Study Program o Matematics By: Name : Retno Triyanti Student Number : 4 STUDY PROGRM OF MTHEMTICS SINS ND TECHNOLOGY FCULTY SNT DHRM UNIVERSITY YOGYKRT 8

3 ii

4 iii

5 HLMN PERSEMBHN Kegagalan bukan berarti anda gagal Tetapi anda belum sukses Kegagalan bukan berarti anda tak mencapai apa-apa Tetapi anda tela mempelajari sesuatu Kegagalan bukan berarti anda bodo karena perna mencoba Itu pertanda anda berani, berati tegu, bersemangat baja Maka berbanggala dengan diri anda sendiri Kegagalan bukan berarti anda tidak akan sukses Tetapi dibutukan kesabaran Kegagalan bukan berarti anda suda berakir Tetapi anda masi punya peluang untuk memulainya kembali, dan berusaa mencari sesuatu yang baru Kegagalan bukan berarti Tuan tela meninggalkan anda Tetapi Dia punya rencana yang lebi baik Jadi berarti bawa kegagalan tidak akan perna berakir Dr. Robert Sculler Tugas kir ini aku persembakan kepada:. Kedua orangtua tercinta. Kakak-kakakku semua dan dek Tarra tersayang. Keluarga besarku iv

6 v

7 BSTRK Fungsi kabur diklasiikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu ungsi tegas dengan kendala kabur, ungsi tegas yang menularkan kekaburan dari variabel bebas ke variabel tak bebas, dan ungsi pengaburan dengan variabel tegas. Untuk menentukan nilai maksimum ungsi tegas dengan daera asal tegas maupun kabur dipakai impunan pemaksimum dan impunan peminimum. Integral kabur diklasiikasikan menjadi dua macam yaitu integral ungsi kabur pada interval tegas dan integral ungsi tegas pada interval kabur. Dierensial ungsi tegas pada impunan kabur dikerjakan dengan menggunakan prinsip perluasan. vi

8 BSTRCT Fuzzy unctions can be classiied into tree groups, namely crisp unctions wit uzzy constraint, crisp unctions tat propagate uzziness o independent variable to dependent variable, and uzziying unctions o crisp variable. To ind te maimum value o crisp unction wit crisp or uzzy domain we use maimizing set and minimizing set. Fuzzy integration is classiied into two groups, namely integration o uzzy unction on crisp interval and integration o crisp unction on uzzy interval. Dierentiation o crisp unction on uzzy set is carried out using etension principle. vii

9

10 KT PENGNTR lamdullilairobil alamin, puji syukur kepada lla SWT yang tela memberikan anugera, kekuatan, kesabaran, keseatan, dan kebaagiaan seingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akir yang berjudul FUNGSI KBUR. Tugas akir ini disusun guna memenui sala satu syarat memperole gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasi yang sebesarbesarnya kepada:. Romo Frans Susilo, S.J., selaku dosen pembimbing yang tela memberikan bimbingan dan pengaraan dalam penulisan tugas akir ini.. Romo Ir. Gregorius Heliarko, S.J., S.S., B.S.T., M.., M.Sc, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi. Ibu Lusia Krismiyati Budiasi, S.Si, M.Si, selaku Ketua Program Studi Matematika. 4. Bapak Ir. Ig. ris Dwiatmoko, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing kademik. 5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Sains dan Teknologi, kususnya Program Studi Matematika. 6. Segenap karyawan Universitas Sanata Darma yang berada di perpustakaan, Sekretariat Fakultas Sains dan Teknologi, B, dan UK. 7. Bapak dan Ibu, yang tela memberikan kasi sayang, kepercayaan, doa, semangat, dan kesabaran menunggu kelulusan saya. viii

11 8. Semua kakakku dan dik Tarra terima kasi atas kasi sayang, dukungan dan doanya. 9. Teman-teman angkatan, terima kasi atas dukungan dan doanya.. Semua piak yang tela membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akir ini. Penulis menyadari bawa tugas akir ini masi banyak kesalaan dan kekurangan yang arus diperbaiki, ole karena itu kritik dan saran sangat penulis arapkan demi kesempurnaan tugas akir ini. Yogyakarta,. 8 Penulis Retno Triyanti i

12 DFTR ISI HLMN JUDUL... i HLMN PERSETUJUN PEMBIMBING... ii HLMN PENGESHN... iii HLMN PERSEMBHN. iv PERNYTN KESLIN KRY. v BSTRK.. vi BSTRCT... vii KT PENGNTR viii DFTR ISI.. DFTR TBEL.. ii DFTR GMBR. iii BB I PENDHULUN Latar belakang Masala B. Rumusan Masala.... C. Batasan Masala.. D. Tujuan Penulisan E. Metode Penulisan..... F. Manaat Penulisan.... G. Sistimatika Penulisan BB II FUNGSI TEGS DN HIMPUNN KBUR Fungsi Tegas Pengertian Fungsi,,.. 5. Nilai maksimum dan Minimum Fungsi.. 8. Dierensial Integral... 6 B. Himpunan Kabur..... Pengertian Himpunan Kabur.. Fungsi Keanggotaan Operasi pada Himpunan kabur...

13 4. Potongan-α dari Himpunan Kabur Prinsip Perluasan.. 4 BB III FUNGSI KBUR Jenis- jenis Fungsi Kabur Fungsi Tegas dengan Kendala Kabur Penularan Kekaburan ole Fungsi Tegas.. 9. Fungsi Pengaburan dengan Variabel Tegas.. 4 B. Ekstrim Kabur dari Fungsi. 44. Himpunan Pemaksimum dan Peminimum Nilai Maksimum dari Fungsi tegas a. Daera sal Tegas b. Daera sal Kabur.. 48 C. Integral dan Dierensial Kabur Integral a. Integral Fungsi Kabur dengan Interval tegas.. 5 b. Integral Fungsi Tegas dengan Interval kabur Dierensial. 56 D. Soal soal. 58 BB IV KESIMPULN... 7 DFTR PUSTK i

14 DFTR TBEL Tabel.. Integral Kabur. 56 Tabel.. Integral Kabur dari ungsi + 64 ii

15 DFTR GMBR Gambar.. Fungsi yang mempunyai nilai maksimum relati di c.. 8 Gambar.. Fungsi yang mempunyai nilai minimum relati di c Gambar.. Fungsi s - g. 5 Gambar.4. Sebua partisi dari [a, b] dengan titik-titik sampel i.. 8 Gambar.5. Graik ungsi keanggotaan impunan kabur bilangan real yang dekat dengan Gambar.6. Graik ungsi keanggotaan impunan kabur bilangan real yang dekat dengan 4. 7 Gambar.7. Graik ungsi keanggotaan Segitiga;, 6, Gambar.8. Graik ungsi keanggotaan Trapesium;, 6, 9, Gambar.9. Graik ungsi keanggotaan Gauss;8,8.... Gambar.. Graik ungsi keanggotaan Caucy;4,, Gambar.. Fungsi pengaburan Gambar.. Himpunan kabur ungsi-ungsi tegas Gambar.. Conto impunan pemaksimum Gambar.4. Himpunan pemaksimum dari ungsi sinus Gambar.5. Nilai maksimum dengan daera asal tegas Gambar.6. Nilai maksimum sebagai skalar Gambar.7. Nilai maksimum dari + dengan daera asal kabur.. 5 Gambar.8. Nilai maksimum cos dengan daera asal kabur... 5 iii

16 Gambar.9. Integral ungsi kabur dengan interval tegas Gambar.. Interval kabur.. 54 iv

17 BB I PENDHULUN. Latar Belakang Masala Dalam keidupan seari-ari sering kita jumpai gejala kekaburan, yaitu suatu impunan yang tidak mempunyai batasan yang jelas. Misalkan kita ambil conto dalam keidupan nyata, manusia dapat dibagi menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Batasan laki-laki dan perempuan adala jelas, tetapi tidak demikian dengan perempuan yang cantik dan perempuan tidak cantik. Himpunan perempuan yang cantik merupakan impunan dengan obyek-obyek yang keanggotaanya tidak dapat ditentukan dengan tegas karena impunan perempuan yang cantik dan impunan perempuan yang tidak cantik mempunyai batasan yang tidak jelas. Karena impunan perempuan yang cantik itu tergantung ole penilaian seseorang. Misalnya menurut nton mungkin Krisdayanti itu cantik sekali, tetapi menurut Budi itu mungkin anya biasa saja. Jadi tidak jelas mana yang merupakan anggota impunan dan mana yang bukan merupakan anggota impunan. Dengan adanya permasalaan yang tidak dapat diselesaikan dengan impunan tegas, maka diperlukan konsep impunan kabur. Konsep impunan kabur diperkenalkan ole Loti sker Zade, seorang guru besar di University o Caliornia, Berkeley, merika Serikat. Konsep impunan kabur tersebut memperluas konsep impunan tegas menjadi konsep impunan kabur. Dalam teori klasik, impunan dideinisikan sebagai suatu kumpulan obyek-obyek yang terdeinisi secara tegas, yaitu dapat ditentukan apaka obyek tersebut merupakan anggota im-

18 punan itu atau tidak. Himpunan tegas dapat dideinisikan menggunakan ungsi χ dengan nilai pada impunan {,},yang disebut ungsi karakteristik dari impunan. Di mana nilai ungsi dari χ adala: χ jika jika untuk setiap X. Dengan memperluas konsep ungsi karakteristik tersebut, impunan kabur dideinisikan dengan menggunakan ungsi keanggotaan, yang nilainya berada dalam selang tertutup [, ]. Seingga keanggotaan dalam impunan kabur tidak lagi merupakan sesuatu yang tegas, melainkan sesuatu yang berderajat secara kontinu. Dalam perkuliaan tela dipelajari konsep impunan tegas dan ungsi tegas, termasuk integral dan dierensial suatu ungsi. Dalam penulisan makala ini akan dibaas tentang apaka ungsi kabur serta jenis-jenisnya, penggunaan impunan pemaksimum dan peminimum, selain itu juga integral dan dierensial kabur. B. Rumusan Masala Permasalaan yang akan dibaas dalam tulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut. Jenis-jenis dari ungsi kabur dan pengertiannya?. pa yang dimaksud dengan impunan pemaksimum dan peminimum dan bagaimana menentukan nilai maksimumnya?. pa yang dimaksud integral dan dierensial kabur?

19 C. Batasan Masala Pembaasan masala dalam penulisan makala ini anya dibatasi pada teori ungsi kabur serta integral dan dierensial kabur. D. Tujuan Penulisan Penulisan makala ini bertujuan untuk memenui sala satu persyaratan untuk memperole gelar Sarjana Sains dalam bidang Matematika. Selain itu penulisan makala ini bertujuan untuk:. Memaami dan memperdalam tentang jenis jenis ungsi kabur dan pengertiannya.. Mengetaui apa yang dimaksud impunan pemaksimum dan peminimum.. Mengetaui apa yang dimaksud integral dan dierensial kabur. E. Metode Penulisan Penulisan makala ini menggunakan metode studi pustaka yaitu dengan mempelajari bagian materi dari buku-buku yang berkaitan dengan ungsi kabur. F. Manaat Penulisan Manaat yang diarapkan dalam penulisan makala ini adala:. Dapat memperdalam pemaaman mengenai ungsi kabur.. Dapat memperdalam pemaaman tentang impunan pemaksimum dan peminimum, serta integral dan dierensial kabur.

20 4 G. Sistematika Penulisan BB I Pendauluan Menjelaskan tentang latar belakang masala, perumusan masala, pembatasan masala, tujuan penulisan, metode penulisan, manaat penulisan serta sistematika penulisan. BB II Teori impunan kabur dan Fungsi Menguraikan tentang teori impunan kabur dan ungsi tegas. Dalam impunan kabur akan dibaas tentang pengertian dari teori kabur dan operasi- operasi dalam impunan kabur serta prinsip perluasan. Sedangkan dalam ungsi akan dibaas tentang penegertian dari ungsi, nilai maksimum dan minimum dari suatu ungsi, intergral dan dierensial. BB III Fungsi Kabur Menguraikan tentang masala yang diangkat dalam penulisan ini yaitu tentang ungsi kabur, yang di dalamnya berisi tentang pegertian dari ungsi kabur, jenis-jenis ungsi kabur, impunan pemaksimum dan peminimum serta menentukan nilai maksimum, integral dan dierensial kabur. BB IV Kesimpulan

21 BB II FUNGSI TEGS DN HIMPUNN KBUR. Fungsi Tegas Banyak conto yang terjadi dalam keidupan seari-ari di mana nilai suatu besaran bergantung pada nilai besaran lainnya. Misalnya balas jasa seseorang bergantung pada banyaknya jam kerja; jarak yang ditempu ole mobil bergantung pada waktu sejak bergerak dari suatu titik tertentu; taanan suatu kabel listrik dengan panjang tertentu bergantung pada garis tenganya, dan lain-lain. Hubungan di antara besaran-besaran tersebut dapat dinyatakan dengan suatu ungsi.. Pengertian Fungsi Suatu ungsi melibatkan tiga al, yaitu sebua impunan tak kosong yang disebut daera asal ungsi, sebua impunan tak kosong lainnya yang disebut daera kawan ungsi, dan suatu aturan pengaitan yang menentukan elemen dalam daera kawan yang dikaitkan dengan tiap elemen dalam daera asal. Deinisi. Fungsi adala suatu aturan pengaitan antara elemen-elemen dua impunan tak kosong, yaitu daera asal dan daera kawan ungsi, yang mengaitkan tiap elemen dalam daera asal dengan tepat satu elemen dari daera kawan. Dengan kata lain sebua ungsi memetakan tiap elemen di daera asal ke tepat satu elemen di daera kawan. 5

22 6 Fungsi biasanya disajikan dengan urur-uru seperti, g, F, φ, ψ. Jika elemen dalam daera asal, maka adala elemen dalam daera kawan yang dikaitkan dengan. Elemen ini dinamakan nilai ungsi di, atau peta dari. Himpunan semua nilai ungsi disebut daera nilai range dari ungsi itu. Daera nilai merupakan impunan bagian dari daera kawan. Suatu ungsi dapat ditulis sebagai berikut: :. Deinisi. Misalkan suatu ungsi ditentukan ole persamaan y, maka dinamakan variabel bebas independent variable atau argumen dari, sedangkan y dinamakan variabel tak bebas dependent variable. Suatu ungsi membangun impunan pasangan terurut, sedemikian seingga dalam tiap pasangan elemen yang pertama adala elemen daera asal ungsi dan elemen yang kedua adala nilai ungsi itu yang berkaitan dengan elemen pertama tersebut. Sekarang akan kita deinisikan operasi-operasi pada ungsi, yaitu operasi jumla, selisi, asil kali, dan asil bagi dari ungsi-ungsi.

23 7 Deinisi. Diberikan dua bua ungsi dan g dengan daera asal dan daera kawan B yang merupakan impunan semua bilangan real. Maka i. + g + g ii. g g iii.. g. g iv., g g g untuk setiap. Deinisi.4 ndaikan suatu ungsi dari ke B dan g adala ungsi dari B ke C. Komposisi ungsi dari dua ungsi itu adala ungsi g o dari ke C yang dideinisikan sebagai berikut g o g untuk setiap. Conto. Misalkan diberikan daera asal adala impunan semua bilangan real tak negati dan daera asal dari g adala impunan semua bilangan asli. Fungsi dan g dideinisikan ole dan g 4 tentukan F jika F o g, dan tentukan daera asal F.

24 8 Jawab: F o g g 4 4 Jadi daera asal F adala impunan bilangan real sedemikian seingga 4, yaitu semua bilangan real dalam selang [, ].. Nilai Maksimum dan Minimum Fungsi Deinisi.5 Misalkan [a, b] adala daera asal ungsi yang memuat titik c dan B daera kawan ungsi adala impunan semua bilangan real. Fungsi dikatakan mempunyai nilai maksimum relati di c jika c untuk semua di. Gambar. menunjukkan sebagian graik suatu ungsi yang mempunyai nilai maksimum di c. Gambar.. Fungsi yang mempunyai nilai maksimum relati di c

25 9 Deinisi.6 Misalkan [a, b] adala daera asal ungsi yang memuat titik c dan B daera kawan ungsi adala impunan semua bilangan real. Fungsi dikatakan mempunyai nilai minimum relati di c jika c untuk semua di. Gambar. menunjukkan sebagian graik suatu ungsi yang mempunyai nilai minimum di c. Gambar.. Fungsi yang mempunyai nilai minimum relati di c Bila suatu ungsi mempunyai nilai maksimum relati atau nilai minimum relati di c, maka dikatakan mempunyai nilai ekstrim relati di c.. Dierensial Deinisi.7 Diberikan ungsi dengan daera asal dan daera kawan impunan bilangan real. Turunan ungsi adala ungsi yang nilainya untuk sebarang elemen adala lim Δ + Δ Δ jika limit itu ada dan Δ adala pertambaan sebarang nilai.

26 Jika suatu ungsi mempunyai turunan di, maka ungsi tersebut dikatakan terdierensialkan terturunkan di. Jika, y suatu titik pada graik, maka y, dan y juga digunakan untuk menyatakan turunan dari. Dengan ungsi dideinisikan y, dapat diperole Δ y + Δ di mana Δy adala pertambaan dari y dan menyatakan suatu perubaan nilai ungsi bila beruba sebesar Δ. Ole karena itu dapat diganti dengan: dy d Δy lim. Δ Δ dy d dinyatakan sebagai notasi turunan, dalam al ini berarti y, yaitu turunan d d dari y teradap. Pengambilan turunan dari adala pengoperasian pada yang mengasilkan. Seringkali kita memakai uru D untuk menunjukkan operasi ini, seingga dapat dituliskan D atau D. Teorema. Jika k dengan k suatu konstanta, maka Bukti:. + k k lim lim lim.

27 Teorema. Jika, dengan n bilangan bulat positi, maka n n n. Bukti: n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n... lim... lim lim lim n n. Teorema. Misalkan suatu ungsi, k suatu konstanta, dan g adala ungsi yang dideinisikan ole g k.. Jika ada, maka. k g. Bukti: k k k k g g g lim lim lim lim k. PLGIT MERUPKN TINDKN TIDK TERPUJI

28 Teorema.4 Misalkan dan g adala ungsi dan F adala ungsi yang dideinisikan ole g F +. Jika dan g ada, maka g F +. Bukti: g g g g g g F F F lim lim lim lim lim g +. Conto. Diberikan ungsi. Tentukan turunan dari ungsi tersebut. + Jawab:. + Teorema.5 Jika dideinisikan pada selang [a, b], mempunyai ekstrim relati di c, dan ada, maka c c. Bukti: Jika c nilai maksimum relati pada [a, b], maka atau ], [, b a c ], [, b a c. PLGIT MERUPKN TINDKN TIDK TERPUJI

29 Untuk < c atau - c < diperole c c. Jika limitnya ada, maka lim c c c. Untuk > c atau - c > diperole c c. Jika limitnya ada, maka lim c c c. Dari dan, diperole c. Jika c nilai minimum relati pada [a, b], maka ], [, b a c atau ], [, b a c. Untuk > c atau - c > diperole c c. Jika limitnya ada, maka lim c c c. Untuk < c atau - c < diperole c c. Jika limitnya ada, maka PLGIT MERUPKN TINDKN TIDK TERPUJI

30 4 lim c c c. 4 Dari dan 4, diperole c. Teorema.6 Jika kontinu pada selang [a, b] dan terdierensial pada selang a, b, sedangkan a b, maka ada bilangan c pada a, b sedemikian seingga c. Bukti: Karena kontinu pada selang [a, b], maka ungsi mempunyai nilai maksimum maupun nilai minimum pada [a, b]. Jika kedua nilai tersebut sama dengan, maka pada [a, b], akibatnya untuk semua dalam a, b. pabila sala satu nilai maksimum atau nilai minimum tidak sama dengan dan a b, maka nilai ekstrim tersebut dicapai pada suatu titik c a, b. Karena terdierensial pada selang a, b, maka menurut Teorema.5 c. Teorema.7 Jika kontinu pada selang [a, b] dan terdierensial pada titik-titik dalam a, b, maka terdapat bilangan c dalam a, b sedemikian seingga b a c. b a

31 5 Bukti: Gambar.. Fungsi s - g Misalkan ungsi s - g, dengan g adala garis yang melalui a, a dan b, b. Karena garis g ini mempunyai kemiringan b a/b - a dan melalui a, a, maka persamaannya adala a a b a b a g seingga a a b a b a s. Fungsi s kontinu dalam [a, b] karena merupakan selisi dua ungsi kontinu, dan sa sb. Fungsi s terdierensialkan dalam a, b, karena s mempunyai turunan di setiap titik dalam a, b yaitu a b a b s. Maka terdapat suatu bilangan, b a c sedemikian seingga c s. Jadi a b a b c a b a b c c s PLGIT MERUPKN TINDKN TIDK TERPUJI

32 6 b a c. b a 4. Integral Deinisi.8 Fungsi F disebut anti turunan dari ungsi pada suatu selang I jika untuk setiap I berlaku F. Pengintegralan merupakan cara untuk mendapatkan impunan semua anti turunan dari suatu ungsi yang diberikan. Pengintegralan tersebut dideinisikan sebagai berikut: d F + C dan disebut integral tak tentu, di mana menyatakan lambang integral dan C merupakan konstanta sembarang. Teorema.8 Misalkan r adala sebarang bilangan rasional kecuali, maka r+ r d + C. r + Bukti: r + r + r+ r D + C r + r.

33 7 Teorema.9 Misalkan suatu ungsi dan c suatu konstanta, maka Bukti: d] cd d D [ c c d c d. c. Teorema. Misalkan dan g mempunyai anti turunan, maka + g d g d d + d g d g d Bukti: D d g d] D d + [ + D g d + g. D [ d g d] D D D d + D d + D g d d D g d g d g.

34 8 Conto. Tentukan intergral dari ungsi + +. Jawab: Integral dari ungsi tersebut adala d d + + c. Misalkan sebua ungsi dideinisikan pada selang tertutup [a, b]. Pandang suatu partisi P pada selang [a, b] yang terdiri dari n selang bagian yang memakai titik-titik a < < <... < n < n b dan andaikan Δ. Pada tiap selang bagian, ], ambil sebarang titik i i i [ i i i yang disebut titik sampel untuk selang bagian ke-i. Conto partisi dapat diliat dalam Gambar.9 dengan n 6. Gambar.4. Sebua partisi dari [a, b] dengan titik-titik sampel i Bentuk jumlaan sebagai berikut R p n i Δ i i yang disebut jumla Riemann untuk dengan partisi P.

35 9 Deinisi.9 Misalkan ungsi dideinisikan pada selang tertutup [a, b]. Jika i n i i P Δ lim ada, maka ungsi dikatakan terintegralkan pada [a, b], di mana P yang disebut norma P, adala panjang selang bagian yang terpanjang dari partisi P. Selanjutnya, i n i i P b a d Δ lim disebut integral tentu ungsi dalam [a, b]. Teorema. Integral tentu ungsi dalam [a, b] adala a F b F d b a di mana F adala anti turunan dari ungsi. Bukti: Misalkan b a P n n i < < < < <... : adala sebarang partisi dari [a, b], maka ]. [ n i i i n n n n F F F F F F F F a F b F Menurut Teorema.6, terdapat, i i i sedemikian seingga F F F i i i i i i Δ. PLGIT MERUPKN TINDKN TIDK TERPUJI

36 Jadi F b F a i Δ. pabila kedua ruas diambil limitnya untuk n i n b P i a P, maka diperole F b F a lim i Δ d. Conto.4 Diketaui ungsi +. Hitunga integral tentu dari ungsi tersebut dalam interval [, ]. Jawab: + d B. Himpunan Kabur. Pengertian Himpunan Kabur Kita tela mengenal impunan tegas, yaitu impunan yang terdeinisi secara tegas dalam arti bawa untuk setiap elemen dalan suatu semesta pembicaraan selalu dapat ditentukan secara tegas apaka elemen tersebut termasuk anggota impunan itu atau tidak. da batas yang tegas antara elemen yang termasuk anggota dan yang tidak termasuk anggota impunan itu. Suatu impunan tegas dapat dinyatakan dalam ungsi karakteristik, yaitu ungsi dari semesta X ke dalam im-

37 punan {,}. Suatu impunan dalam semesta X dapat dinyatakan dengan ungsi karakteristik χ : X {, } yang dideinisikan dengan χ jika jika untuk setiap X. Sedangkan dalam impunan kabur, keanggotaannya dideinisikan dengan menggunakan suatu ungsi yang menyatakan derajat kesesuaian antara elemenelemen dalam semesta dengan konsep yang merupakan syarat keanggotaan impunan tersebut. Fungsi itu disebut ungsi keanggotaan, sedangkan nilai ungsinya disebut derajat keanggotaan suatu elemen dalam impunan itu. Derajat keanggotaan itu dinyatakan dengan suatu bilangan real dalam interval tertutup [,]. Deinisi. Suatu impunan kabur dalam semesta X adala impunan yang mempunyai ungsi keanggotaan yang dinyatakan dalam pemetaan μ dari X ke interval [,], ditulis: μ : X [,]. Nilai ungsi μ menyatakan derajat keanggotaan elemen X dalam impunan kabur. Nilai ungsi sama dengan menyatakan keanggotaan penu, sedangkan nilai ungsi sama dengan menyatakan sama sekali bukan anggota dari impunan kabur tesebut. Ole karena itu impunan tegas dapat dipandang sebagai kejadian kusus dari impunan kabur, yaitu impunan kabur yang ungsi keanggotaanya anya mempunyai nilai atau saja.

38 Himpunan kabur dalam semesta X dapat dinyatakan sebagai impunan pasangan terurut, yaitu {, μ X} di mana μ adala ungsi keanggotaan dari impunan kabur. pabila semesta X adala impunan yang kontinu, maka impunan kabur dapat dinyatakan dengan μ / X di mana bukan merupakan lambang integral, tetapi melambangkan impunan semua elemen X bersama dengan derajat keanggotaanya dalam impunan kabur. Sedangkan bila semesta X adala impunan yang diskret, maka impunan kabur dapat dinyatakan dengan μ / X di mana bukan merupakan lambang operator jumla, tetapi melambangkan impunan semua elemen X bersama dengan derajat keanggotaanya dalam impunan kabur. Conto.5 Dalam semesta X{-, -, -,,,, }, adala impunan bilangan bulat yang dekat dengan nol dapat dinyatakan dengan μ X /./- +./- +.5/- + / +.5/ +./ +./.

39 Deinisi. Pendukung dari impunan kabur adala impunan tegas yang memuat semua elemen semesta yang memiliki derajat keanggotaan taknol dalam, yang dilam- bangkan dengan Pend, dinyatakan dengan Pend { X μ > }. Himpunan kabur disebut impunan kabur elemen tunggal bila pendukungnya adala impunan dengan elemen tunggal singleton. Deinisi. Tinggi dari impunan kabur, dilambangkan dengan Tinggi, adala Tinggi sup { μ }. Himpunan kabur yang tingginya sama dengan disebut impunan kabur normal, sedangkan yang tingginya kurang dari disebut impunan kabur subnormal. X Deinisi. Titik silang suatu impunan kabur adala elemen dari semesta pembicaraan impunan kabur itu yang mempunyai derajat keanggotaan sama dengan.5. Deinisi.4 Teras dari impunan kabur adala impunan dari semua elemen dari semesta pembicaraan yang mempunyai derajat keanggotaan sama dengan, yang dilam- bangkan dengan Teras, yaitu

40 4 Teras { X μ }. Deinisi.5 Pusat dari impunan kabur dideinisikan sebagai berikut: Jika nilai purata dari semua titik di mana ungsi keanggotaan impunan kabur itu mencapai maksimum adala beringga, maka pusat impunan kabur itu adala nilai purata tersebut. Jika nilai puratanya takingga positi atau negati, maka pusat impunan kabur itu adala yang terkecil atau terbesar di antara semua titik yang mencapai nilai ungsi keanggotaan maksimum. Conto.6 Himpunan kabur dalam Conto.5 di atas Pend {-, -, -,,,, } Tinggi Titik silang dari adala - dan Teras {} Pusat dari adala. Deinisi.6 Dua bua impunan kabur dan B dalam semesta X dikatakan sama, dinotasikan dengan B, bila dan anya bila μ μ B

41 5 untuk setiap X. Deinisi.7 Himpunan kabur disebut impunan bagian dari impunan kabur B, dinotasikan dengan B, bila dan anya bila μ μ B untuk setiap X. Conto.7 Dalam semesta X {,,,4,5,6,7}, dideinisikan impunan kabur sebagai berikut:./ +./ +.5/ +./4 +.5/5 +./6 +./7 B./ +.4/ +./4 +.4/5 +./6 maka B.. Fungsi Keanggotaan Himpunan kabur dinyatakan dengan ungsi keanggotaan. da beberapa cara untuk menyatakan impunan kabur dengan ungsi keanggotaannya. Untuk impunan ingga diskret, dengan menggunakan cara datar, yaitu mendatar anggota-anggota impunan dengan derajat keanggotaannya. Misalnya dalam semesta X {ndi, Budi, Iwan, Nanda, nton}yang terdiri dari anak-anak dengan tinggi berturut-turut 75, 68, 7, 7, dan 69, impunan kabur

42 6 impunan anak-anak yang tinggi dapat dinyatakan dengan cara datar berikut ini:.9/ndi +.4/Budi +.6/Iwan +.7/Nanda +.5/nton. Sedangkan untuk impunan takingga yang kontinu, cara yang biasa dipakai adala cara analitik yaitu untuk merepresentasikan ungsi keanggotaan impunan kabur dalam suatu bentuk rumus matematis yang dapat dinyatakan dalam bentuk graik. Misalkan adala impunan kabur bilangan real yang dekat dengan 4, maka dapat dinyatakan dengan 4 e R / di mana μ e 4 merupakan ungsi keanggotaan yang digambarkan dalam bentuk graik berikut Gambar.5. Graik ungsi keanggotaan impunan kabur bilangan real yang dekat dengan 4

43 7 Bilangan 4 mempunyai derajat keanggotaan sama dengan, yaitu μ, sedangkan dan 5 mempunyai derajat keanggotaan.7, yaitu μ μ 5.7. Himpunan kabur bilangan real yang dekat dengan 4, juga dapat dinyatakan dengan ungsi keanggotaan berikut μ 5 graiknya adala sebagai berikut untuk 4 untuk 4 selainnya 5 Gambar.6. Graik ungsi keanggotaan impunan kabur bilangan real yang dekat dengan 4 Selanjutnya akan diperkenalkan beberapa impunan kabur dengan ungsi keanggotaan yang sering digunakan.

44 8 Fungsi keanggotaan impunan kabur disebut ungsi keanggotaan segitiga jika memiliki tiga parameter, yaitu a, b, c R dengan a < b < c, yang dinyatakan sebagai Segitiga ; a, b, c dengan aturan sebagai berikut: a untuk a b b a c Segitiga ; a, b, c untuk b c c b selainnya Fungsi keanggotaan itu juga dapat dinyatakan sebagai berikut: a c Segitiga ; a, b, c ma min,, b b c b Conto.8 Misalkan diketaui ungsi keanggotaan Segitiga;, 6, 5, maka graik ungsi keanggotaan tersebut adala Gambar.7. Graik ungsi keanggotaan Segitiga;, 6, 5

45 9 Fungsi keanggotaan impunan kabur disebut ungsi keanggotaan trapesium jika memiliki empat parameter, yaitu a, b, c, d R dengan a < b < c < d, yang dinyatakan sebagai Trapesium ; a, b, c, d dengan aturan sebagai berikut: a b a Trapesium ; a, b, c, d d d c untuk a b untuk b c untuk c d selainnya Fungsi keanggotaan itu juga dapat dinyatakan sebagai berikut: a c Trapesium ; a, b, c, d ma min,,,. b b c b Conto.9 Misalkan diketaui ungsi keanggotaan Trapesium;, 6, 9,5, maka graik ungsi keanggotaan tersebut adala Gambar.8. Graik ungsi keanggotaan Trapesium;, 6, 9,5

46 Fungsi keanggotaan impunan kabur disebut ungsi keanggotaan Gauss jika memiliki dua parameter, yaitu a, b R, yang dinyatakan dengan Gauss ; a, b jika memenui Gauss ; a, b e a b di mana a adala pusat dan b menentukan lebar dari ungsi keanggotaan tersebut. Gambar.5 merupakan graik sebua ungsi Gauss;8,8. Gambar.9. Graik ungsi keanggotaan Gauss;8,8. Fungsi keanggotaan impunan kabur disebut ungsi keanggotaan Caucy jika memiliki tiga parameter, yaitu a, b, c R, yang dinyatakan dengan Caucy ; a, b, c jika memenui Caucy ; a, b, c c + a b

47 di mana c merupakan pusat dan a menentukan lebar, dan b menentukan kemiringan slope di titik silang dari ungsi keanggotaan Caucy. Misalkan diberikan conto sebua ungsi keanggotaan Caucy;4,,8, diperliatkan dalam Gambar.6 berikut ini Gambar.. Graik ungsi keanggotaan Caucy;4,,8 Fungsi keanggotaan impunan kabur disebut ungsi keanggotaan Sigmoid jika memiliki dua parameter, yaitu jika memenui a, c R, dinyatakan dengan Sigmoid ; a, c Sigmoid + e ; a, c a c di mana a menentukan kemiringan ungsi keanggotaan sigmoid di titik silang c. Masi banyak ungsi-ungsi keanggotaan lain yang dapat dibuat untuk memenui keperluan dalam penerapan tertentu. Fungsi keanggotaan sangat penting dalam teori impunan kabur. Dalam setiap penerapan, arus disesuaikan

48 ungsi keanggotaan dari impunan kabur yang akan digunakan untuk menyatakan istila linguistik yang akan dipakai.. Operasi Pada Himpunan Kabur Dalam impunan kabur juga dikenal operasi-operasi antar impunan, seperti dalam impunan tegas. Karena impunan kabur dinyatakan dengan ungsi keanggotaan, maka operasi pada impunan kabur juga dinyatakan dengan menggunakan ungsi keanggotaan. Misalkan dan B adala dua bua impunan kabur dalam semesta X. Deinisi.8 Komplemen dari impunan kabur adala impunan kabur ' dengan ungsi keanggotaan μ μ ' untuk setiap X. Deinisi.9 Gabungan dua bua impunan kabur dan B adala impunan kabur B dengan ungsi keanggotaan μ ma{ μ, μ } B B untuk setiap X.

49 Deinisi. Irisan dua bua impunan kabur dan B adala impunan kabur B dengan ungsi keanggotaan μ min{ μ, μ } B B untuk setiap X. Conto. Misalkan dalam semesta X {-, -,,,,, 4} diketaui impunan-impunan kabur Maka:./- +./- +.5/ +.7/ +.5/ +./4 B.4/- +./ +.8/ +.7/ +.4/4 '.8/- +.7/- +.5/ +./ +./ +.5/ B './- +.6/- +.7/ +./ +./ +./ +.6/4 B./- +.4/- +.5/ +.8/ +.7/ +.7/ +./4 B./- +./ +.5/ +.4/4 Operasi-operasi yang tela dideinisikan di atas, yaitu komplemen, gabungan, dan irisan dalam impunan kabur itu disebut operasi baku. Yang merupakan perampatan dari deinisi operasi-operasi bersesuaian pada impunan tegas.

50 4 4. Potongan-α dari Himpunan Kabur Untuk suatu bilangan α [, ], potongan-α dari suatu impunan kabur, yang dinotasikan dengan α, adala impunan tegas yang memuat semua anggota dari semesta dengan derajat keanggotaan dalam yang lebi besar atau sama dengan α, yaitu { X μ α}. α Sedangkan potongan-α kuat dari impunan kabur adala impunan tegas { X μ α}. α > Conto. Dari Conto. potongan-α dari impunan kabur, untuk α. 4 adala {,,,4} Prinsip Perluasan Misalkan diberikan suatu ungsi tegas : X Y, maka ungsi tersebut dapat diperluas menjadi ungsi : P X P Y, di mana P X dan PY berturut-turut adala impunan kuasa dari semesta X dan Y, yaitu dengan aturan :{ y Y y } untuk setiap PX. Demikian juga invers dari ungsi : X Y dapat diperluas menjadi ungsi : P Y P X dengan aturan B :{ X B}

51 5 untuk setiap B PY. Himpunan dan B juga dapat dinyatakan dengan menggunakan ungsi karateristik yaitu sebagai berikut: χ y sup { χ } y jika X y jika X y χ χ. B B Suatu ungsi tegas : X Y dikatakan dikaburkan bila ungsi itu diperluas menjadi ungsi : F X F Y, di mana F X dan FY berturut-turut adala impunan kuasa dari semesta X dan Y, yaitu impunan semua impunan kabur dalam X dan Y. Selain itu invers dari : X Y juga dapat dikaburkan dengan memperluasnya menjadi ungsi : F Y F X. Prinsip yang digunakan untuk mengaburkan ungsi tegas disebut dengan prinsip perluasan. Deinisi. Suatu ungsi tegas : X Y dapat dikaburkan dengan memperluas ungsi terse- but menjadi ungsi : F X F Y dengan aturan: F X, merupakan impunan kabur dalam FY dengan ungsi keanggotaan μ sup { μ } jika X y y y jika X y Invers dari ungsi tegas : X Y dapat dikaburkan dengan memperluas menjadi ungsi : F Y F X dengan aturan: B F Y, B merupakan impunan kabur dalam FX dengan ungsi keanggotaan

52 6 μ μ B B Misalkan adala suatu pemetaan satu-satu, maka ungsi keanggotaan impunan kabur adala μ μ y jika X y jika X y Jadi prinsip perluasan merupakan suatu prinsip yang mendasar dalam teori impunan kabur. Seingga dengan prinsip perluasan tersebut kita dapat mengaburkan konsep matematik yang tegas menjadi konsep yang kabur. Conto. Misalkan diberikan X {,,, 4, 5, 6} dan Y {7, 8, 9, }. Pemetaan : X Y dideinisikan sebagai berikut: 7, 9, Misalkan diberikan impunan kabur.6 /+. / +.7 / +.5/ 4 + / / 6 dan impunan kabur B./ /8 +.9 / 9 +.5/. Dengan prinsip perluasan diperole / 9 6 Jadi impunan kaburnya adala sup{.6 / 7 +. / 7}.6 / 7 sup{.5 / + / +.9 /} /.6 / / 9 + / B./+./ +.9 / +.5 / / / 6.

53 BB III FUNGSI KBUR Dalam bab ini akan diperkenalkan konsep ungsi kabur. Fungsi kabur terdiri dari ungsi tegas dengan kendala kabur dan ungsi yang mengaburkan. Himpunan pemaksimum dan peminimum juga diperkenalkan dan akan diaplikasikan untuk menentukan nilai maksimum dengan daera asal kabur pada ungsi tegas. Dalam bagian ini juga akan dibaas tentang integral dan dierensial kabur dengan conto-contonya.. Jenis-jenis Fungsi Kabur Fungsi kabur dapat diklasiikasikan dalam tiga kelompok, yaitu. Fungsi tegas dengan kendala kabur.. Fungsi tegas yang menularkan kekaburan dari variabel bebas ke variabel tidak bebas.. Fungsi pengaburan dengan variabel tegas.. Fungsi Tegas dengan Kendala Kabur Deinisi. Misalkan X dan Y adala impunan semesta tegas, dan : X Y adala suatu ungsi tegas. dan B adala impunan kabur yang berturut-turut dideinisikan dalam impunan semesta X dan Y. Jika ungsi memenui kondisi 7

54 8 μ μ X, maka disebut ungsi tegas dengan kendala kabur B pada daera asal dan daera asil B. Conto. Misalkan diberikan suatu ungsi y, dan ungsi mempunyai kendala kabur: Derajat keanggotaan μ dari dalam adala lebi kecil atau sama dengan μ y B dari y dalam B atau untuk setiap X. μ μ y B Jika derajat keanggotaan dari dalam adala a, maka derajat keanggotaan y dalam B tidak lebi kecil dari a. Conto. Diberikan dua impunan kabur {,.5,,.8} dan B {,.7,4,.9}, dan ungsi, maka ungsi memenui kondisi μ μ, X. B Diberikan ungsi-ungsi yang memenui kendala kabur : X Y, g : Y Z dan, B, dan C adala impunan kabur dalam X, Y, dan Z berturutturut. Komposisi kedua ungsi tersebut asilnya adala ungsi kabur

55 9 g o : X Z yang kondisinya adala μ μ g, X. C. Penularan Kekaburan ole Fungsi Tegas Deinisi. Fungsi perluasan kabur menularkan kekaburan dari variabel bebas ke variabel takbebas. Jika adala ungsi tegas dari X ke Y, ungsi perluasan kabur mendeinisikan bayangan kabur dal am Y dari impunan kabur dalam X, yaitu di mana y μ sup y μ jika y y adala bayangan invers dari y. jika φ y φ Conto.4 Misalkan ada suatu ungsi tegas +, dan {,.9,,.8,,.7,,. 6, 4,. 5} dan B [, ] Variabel bebas mempunyai kekaburan dan kekaburannya itu ditularkan ke impunan tegas B, seingga diperole impunan kabur B dalam B, yaitu B {,.9, 4,.8, 7,.7,,.6,,.5}.

56 4. Fungsi Pengaburan dengan Variabel Tegas Fungsi pengaburan dengan variabel tegas adala suatu ungsi yang mengasilkan bayangan dari daera asal tegas berupa suatu impunan kabur. Deinisi. Fungsi Pengaburan Tunggal Fungsi pengaburan dari X ke Y adala pemetaan dari X ke impunan kuasa ka- bur P Y : X PY yaitu pemetaan dari daera asal tegas ke daera asil yang elemen-elemennya adala impunan-impunan kabur. Conto.5 Diberikan du a impunan tegas {,, 4} dan B {,, 4, 6, 8, 9, }. Suatu ungsi kabur memetakan angg ota-anggota dalam ke impunan kuasa P B dengan aturan berikut ini B B, B, 4 di mana P B { B, B, B } dengan B {,.5, 4,,,.5}, 6 B {,.5, 6,, 9,.5}, dan B {4,.5, 8,,,.5 }. Secara detail, ubungan dalam peme taan tersebut disajikan dalam Gambar..

57 4 Gambar.. Fungsi pengaburan

58 4 Jika kita aplikasikan operasi potongan-α pada ungsi pengaburan tersebut, akan diperole : : {, 4, 6} {4} untuk α.5 untuk α dengan cara yang sama : : {, 6, 9} {6} untuk α.5 untuk α kemudian : 4 : 4 {4, {8} 8, } untuk α.5 untuk α Deinisi.4 Himpunan kabur ungsi-ungsi tegas dari X ke Y dideinisikan sebagai impunan kabur ungsi-ungsi tegas i i,..., n} dan dinotasikan sebagai {, μ : X Y, i,..., n} i i i i ungsi tegas pada X. Fungsi tersebut mengasilkan impunan kabur. Conto.6 Jika ungsi-ungsi tegasnya adala, dan, maka impunan kabur ungsiungsi tersebut dengan daera asal X {,, } adala {,,.4,,.7,,,.5} +

59 4 dari dari dari, diperole {,.4,,.4,,.4}, diperole {,.7, 4,.7, 9,.7}, diperole {,.5,,.5,,.5} maka dapat kita ringkas keluarannya sebagai berikut: {,.4,,.7,,.5} {,.5,,.7} {,.4, 4,.7,,.5} {,.4, 4,.7,,.5} {,.4, 9,.7,,.5} {,.4, 9,.7,,.5} Dapat kita liat bawa ungsi kabur tersebut memetakan ke dengan derajat keanggotaan.4 dengan memakai ungsi, ke 4 dengan derajat keanggotaan.7 memakai ungsi, dan ke dengan derajat keanggotaan.5 dengan ungsi. Hasil tersebut digambarkan ole di atas. Conto.7 Misalkan ada suatu impunan kabur dengan ungsi kontinu pada Gambar. {,.4,,.7,,.5},, + X [, ] Fungsi kabur tersebut memetakan.5 ke.5 dengan derajat keanggotaan.4 dengan memakai ungsi, ke.5 dengan derajat keanggotaan.7 dengan memakai, dan ke.5 dengan derajat keanggotaan.5 memakai. Jadi.5 {.5,.4,.5,.7,.5,.5}.

60 44 Gambar.. Himpunan kabur ungsi-ungsi tegas B. Ekstrim Kabur dari Fungsi. Himpunan Pemaksimum dan Peminimum Deinisi.5 Himpunan Pemaksimum Misalkan adala ungsi dengan nilai real dalam X dan nilai terbesar dan terkecil dari adala sup dan in berturut-turut. Himpunan pemaksimum M dideinisikan sebagai impunan kabur dengan ungsi keanggotaan in μ M, X sup in yaitu impunan pemaksimum M adala suatu impunan kabur dengan derajat keanggotaan X dideinisikan sebagai derajat kemungkinan mengasilkan nilai maksimum su p. Kemungkinan berada dalam M dideinisikan dari posisi normal relati dalam interval [in, sup ]. Interval [in, sup ] adala

61 45 daera asil yang mungkin dari. Himpunan peminimum dari dideinisikan sebagai impunan pemaksimum dari. Conto.8 Misalkan suatu ungsi Gambar. dengan interval nilai sebagai berikut [in,sup ] [, ],. Jika 5, maka 5. Derajat keanggotaan dari 5 dalam impunan pemaksimum M dapat diitung sebagai berikut: μ M Jika 8, maka 9, dan μ M 5 5 / 5/ / 9 /.9 μ M menyatakan kemungkinan mengasilkan nilai maksimum dari. Dapat dikatakan bawa 5 dan 8 mengasilkan nilai maksimum dengan kemungkinan.5 dan.9 berturut-turut. Gambar.. Conto impunan pemaksimum

62 46 Conto.9 Diberikan suatu ungsi sin π seperti dalam Gambar.4. Himpunan pemaksimum M dari ungsi tersebut mempunyai ungsi keanggotaan μ M sin insin supsin insin sin sin + sin + Jika π, maka sinπ. Kemungkinan bawa adala nilai maksimum dari ungsi sinus adala. a sin b Himpunan pemaksimum M Gambar.4. Himpunan pemaksimum dari ungsi sinus

63 47. Nilai Maksimum dari Fungsi Tegas a. Daera sal Tegas Misalkan adala nilai variabel bebas yang membuat ungsi mencapai nilai maksimum dalam daera asal D. Kita dapat menggunakan impunan pemaksimum M untuk menemukan nilai, yaitu adala elemen yang membuat μ M menjadi nilai maksimum: μ M sup μ D μ M adala ungsi keanggotaan impunan pemaksimum. Nilai maksimum dari adala. μ dapat ditulis sebagai berikut dengan daera asal D suatu impunan tegas: M μ sup μ M D sup min[ μ, μ ]. X M Peratikan bawa daera asal D digantikan ole impunan semesta X dalam rumus di atas. Kemungkinan berada dalam D dinotasikan dengan μ D. M M D Conto. Diberikan suatu ungsi dan daera asalnya: cos, D [, π ] μ M cos incos supcos incos cos cos + cos +

64 48 μ D untuk π selainnya Nilai maksimum dicapai di di mana μ M sup min[ μ, μ ] π sup μ π M untuk M D atau π. Maka nilai maksimum dicapai ketika atau π. Gambar.5. Nilai maksimum dengan daera asal tegas b. Daera sal Kabur Sekarang dibaas cara mendapatkan nilai maksimum jika daera asalnya dideinisikan dalam impunan kabur. gar mencapai nilai maksimum di, dua kondisi berikut arus dipenui: - μ M maksimum - μ D maksimum

65 49 Elemen yang mengasilkan nilai maksimum arus memenui dua kondisi di atas. Kemungkinan mengasilkan nilai maksimum dari ditentukan ole minimum dari μ M dan D μ yaitu: Titik min[ μ M, μ D ]. yang membuat ungsi menjadi maksimum dideinisikan sebagai berikut: sup min[ μ, μ ] X M D di mana μ M adala ungsi keanggotaan impunan pemaksimum dan μ D adala ungsi keanggotaan daera asal kabur Gambar.6. Perbandingan dengan dalam Gambar.6, kemungkinan mengasilkan maksimum untuk lebi besar dari : > atau μ > μ. M M Tetapi karena μ jau lebi kecil dari pada μ, maka dipili D sebagai nilai maksimum. D Gambar.6. Nilai maksimum sebagai skalar

66 5 Conto. Diberikan suatu ungsi dengan daera asal kabur Gambar.7: +, D μ D untuk yang lainnya Fungsi keanggotaan impunan pemaksimum: + μ M +. Dari persamaan sup min[ μ, μ ] X M D titik diperole ketika μ M μ + D,.6 Maka kita mempunyai nilai maksimum.4 untuk. 6.

67 5 Gambar.7. Nilai maksimum dari + dengan daera asal kabur Conto. Misalkan diberikan suatu ungsi tegas dan daera asal kaburnya D: cos, seperti dalam Gambar.8. Maka D min[, ] untuk π μ D π untuk lainnya μ M cos + ma min[ μ, μ ] X M D diperole ketika π dan. Gambar.8. Nilai maksimum cos dengan daera asal kabur C. Integral dan Dierensial Fungsi Kabur. Integral Sekarang kita akan membaas integral ungsi kabur pada interval tegas dan pada interval kabur.

68 5 a. Integral Fungsi Kabur pada Interval Tegas Deinisi.6 Integral Fungsi Kabur Dalam interval tegas [ a, b], misalkan ungsi kabur mempunyai nilai kabur untuk [ a, b]. Integral I a, b dari ungsi kabur dalam [ a, b] dideinisikan sebagai berikut I a, b { b a α d + b a + α d, α α [, ]} + di mana dan adala ungsi potongan-α dari. Tanda + dalam rumus α α di atas menggambarkan keseluruan unsur-unsur dalam impunan kabur, bukan penjumlaan aritmetika. Selanjutnya, integral total diperole dengan mengumpulkan semua integral dari setiap ungsi potongan-α. Jika kita mengerjakan operasi potongan-α untuk ungsi kabur, diperole α atau + α seingga kita dapat mengitung integral dari masing-masing ungsi itu: b I α α d dan + α a b + I α a d Jadi dapat dikatakan bawa kemungkinan integral total I a, b adala α. I atau I + α α adala anggota dari Conto. Misalkan ada suatu impunan kabur dari ungsi-ungsi dan kita akan mengitung integralnya pada [, ]:

69 5 {,.4,,.7,,.4} X [, ],, + i. Untuk α.7 I α, d 7 Hasil integralnya adala 7 dengan kemungkinan.7 7 Maka I.7, {,.7}. ii. Untuk α.4 ada dua ungsi + + I I α α,, d + d + 5 Hasil integralnya adala dengan kemungkinan.4 dan 5 dengan kemungkinan.4. Maka I,.4 seingga kita mempunyai integral total 5 {,.4,,.4}

70 I, {,.7,,.4,,.4}. Gambar.9. Integral ungsi kabur dengan interval tegas b. Integral Fungsi Tegas pada Interval kabur Selanjutnya akan diuraikan integral ungsi tegas pada interval kabur [, B] yang batasnya ditentukan ole dua impunan kabur dan B Gambar.. Gambar.. Interval kabur

71 55 Deinisi.7 Integral pada interval kabur Integral I, B dari ungsi tegas pada interval kabur [, B] dideinisikan sebagai berikut μ, ma min[ μ, μ B ]. I a b, y y z u du Conto.4 Berikut ini ditunjukkan integral dari ungsi pada interval kabur [, B]. {4,.8, 5,, 6,.4} B {6,.7, 7,, 8,.}, [4, 8] B I, B d d Liat Tabel.. Diperole integral I, B. B

72 56 Tabel.. Integral Kabur [, B] b a d min[ μ a, μ b] B [4, 6] 4.7 [4, 7] 6.8 [4, 8] 8. [5, 6].7 [5, 7] 4 [5, 8] 6. [6, 6].4 [6, 7].4 [6, 8] 4. I, B {,.4,,.7, 4,, 6,.8, 8,.} Sebagai conto, integral dalam [6, 6], diperole sebagai nilai integral dengan kemungkinan.4. Sedangkan dalam interval [5, 6] dan [6, 7], diperole nilai integral dengan kemungkinan.7 dan.4. Jadi kemungkinan nilai integralnya adala ma[.7,.4].7.. Dierensial

73 57 Selanjutnya akan diperkenalkan dierensial ungsi tegas pada interval kabur. Deinisi.8 Dierensial pada impunan kabur Dengan prinsip perluasan, dierensial dari ungsi tegas pada impunan kabur dideinisikan sebagai berikut μ y ma μ. y Conto.5 Misalkan ungsi, maka dierensial dari ungsi tersebut pada impunan kabur {-,.4,,,,.6}: {,.4,,, {,,,.6}.,.6} Conto.6 Diberikan suatu ungsi kabur {,.4,,.7,,.4},, + Kita perole

74 58,.5.5, jika α.4 jika α jika α.4 d d {,.4,,.7,.75,.4} {,.7,.75,.4}. D. Soal soal. Tunjukkan bawa ungsi berikut y,, y B {,.5,,.4} B {4,.4,,.5, 7,.5} memenui kondisi μ μ y. B Jawab: Untuk, maka y, sedangkan μ.5 dan μ.5. B Jadi μ μ y. Untuk, maka y 7, sedangkan μ.4 dan μ 7.5. B B Jadi μ μ y. B Jadi ungsi memenui kondisi μ μ y. B. Tunjukkan bawa ungsi berikut adala suatu ungsi pengaburan.

75 59 : P B di mana {,, }, B {,,, 4, 6}, P B B, B, B} B B B B {,.9,,.5} B {,.5, 4..9} B {,., 6,.5} Jawab: Fungsi adala ungsi pengaburan, sebab : B {,.9,,.5} : B {,.5, 4,.9} : B {,., 6,.5}. Jadi menurut deinisi. ungsi tersebut adala ungsi pengaburan.. Diberikan impunan kabur ungsi-ungsi tegas dengan daera asal X {,, 4}: +,, {,.4,,.5,,.9}. + Tentukan,, 4. Jawab:

76 6 Untuk, maka, 4, 5 Untuk, maka 4, 9, Untuk 4 maka 4 5, 4 6, 4 7 Jadi {,.4, 4,.5, 5,.9} {4,.4, 9,.5,,.9} 4 {5,.4, 6,.5, 7,.9}. 4. Diberikan suatu ungsi, D [, ]. Tentukan impunan pemaksimum kabur dan impunan peminimum kabur, dan itung kemungkinan dalam setiap impunan tersebut. Jawab: a. Himpunan pemaksimum kabur adala impunan kabur M dengan ungsi keanggotaan μ M in sup in Untuk nilai kemungkinannya adala

77 6 μ M b. Himpunan peminimum kabur adala impunan kabur M dengan ungsi keanggotaan μ M in sup in Untuk nilai kemungkinannya adala μ M Tentukan impunan pemaksimum kabur dan impunan peminimum kabur dari π cos, dan tentukan kemungkinan dan π mengasilkan nilai maksimum dan minimum. Jawab: a. Himpunan pemaksimum kabur

78 6 μ M in sup in cos cos + cos + Untuk π nilai kemungkinannya adala μ M π π cos + dan untuk μ M π nilai kemungkinannya adala π cosπ + +. b. Himpunan peminimum kabur μ M in sup in cos cos cos + +. Untuk π nilai kemungkinannya adala

79 6 μ M π dan untuk μ M cos π + π nilai kemungkinannya adala π cosπ Hitungla nilai maksimum dari ungsi berikut a. di mana D [, ], μ. b. di mana D [, ], μ D D Jawab: a., di mana D [, ], μ. D in μ M sup in Nilai maksimum dicapai di titik di mana μ M sup min[ μ, μ ] sup min[,] sup[ untuk M. Jadi kita perole nilai maksimum untuk. D ]

80 64 b., di mana D [, ], μ D. Dari soal di atas tela didapatkan μ M. Nilai maksimum dicapai di titik di mana μ M μ D atau Jadi nilai maksimum dicapai untuk. 7. Misalkan diberikan ungsi +. Integralkan ungsi tersebut dalam interval [, B], di mana {,.5,,.9}dan B {8,., 9,.5}. Jawab: +, [, 9] B B d + I, B d Tabel.. Integral Kabur dari ungsi + [ a, b] + b a min[ μ a, μ b] B [, 8] [, 9]

81 65 [, 8] 74. [, 9] 47.5 Seingga diperole I, B {74,., 77,., 47,.5, 5,.5}. 8. Diberikan ungsi 5 +. Dierensialkan ungsi tersebut pada impunan kabur {,.5,,.9,,.}. Jawab: 5 + Jadi {,.5,,.9,,.}. 9. Diketaui impunan kabur dari ungsi-ungsi tegas {,.4,,.9,,.5, 4,.4}

82 66 D [, ] +,, Tentukan impunan kabur dan. + Jawab: Untuk, maka Untuk, maka Jadi diperole impunan-impunan kabur dan yaitu {,.4, 5,.9,.5,.5, 5.5,.4} {4,.4,,.9,,.5, 5,.4}.

83 67. Tentukan impunan pemaksimum kabur M dan nilai maksimumnya dari ungsi berikut: Jawab: μ M sin +, μ D π D untuk π untuk lainnya sin + insin + supsin + insin + sin + sin + Nilai maksimum dicapai dititik di mana μ M sin μ D + π π sin Jadi nilai maksimum dicapai untuk π. +. Diketaui ungsi kabur dengan {,.4,,.5,,.4, 4,.9}, D [, ] +, +, 4 Hitungla integral dari ungsi tersebut dalam [, ]. Jawab:

84 68 a. Intrgral untuk α. 5 : I, d.5 Jadi integralnya adala dengan kemungkinan.5. b. Intrgral untuk α. 9 : 4 I, d 6.9 Jadi integralnya adala 6 dengan kemungkinan.9. c. Intrgral untuk α. 4 ada dua ungsi: + + I I, + d + 5.4, + d Jadi integralnya adala 6 dengan kemungkinan.4, dan dengan kemungkinan.4. Maka integral totalnya adala I, {6,.4,,.5, 6,.9,,.4}.

85 69. Diberikan suatu ungsi kabur dengan {,.5,,.9,,.5} +, + +,. Dierensialkan ungsi tersebut di. Jawab: +, + +,, +, Dierensial ungsi untuk adala dengan α.5 dengan α.9 dengan α.5 d {4,.5, 6,.9,,.5}. d

86 BB IV KESIMPULN Fungsi kabur dapat diklasiikasikan dalam tiga kelompok, yaitu ungsi tegas dengan kendala kabur, ungsi tegas yang menularkan kekaburan dari variabel bebas ke variabel tak bebas, dan ungsi pengaburan dengan variabel tegas. Fungsi tegas dengan kendala kabur adala suatu ungsi yang memenui kondisi μ μ X, di mana X dan Y adala impuan semesta tegas dan B dan B adala impunan kabur yang dideinisikan dalam semesta tegas tersebut. Fungsi perluasan kabur menularkan kekaburan dari variabel bebas ke variabel tak bebas. Jika adala ungsi tegas dari X ke Y, maka ungsi perluasan kabur mendeinisikan bayangan kabur dalam Y dari impunan kabur dalam X, yaitu μ sup y y μ jika jika y φ y φ di mana adala bayangan invers dari y. Sedangkan ungsi pengaburan dengan variabel tegas adala suatu ungsi yang mengasilkan bayangan dari daera asal tegas berupa suatu impunan kabur. Untuk menentukan nilai maksimum ungsi tegas dengan daera asal tegas maupun kabur dipakai impunan pemaksimum dan impunan peminimum. Himpunan pemaksimum M dideinisikan sebagai impunan kabur dengan ungsi keanggotaan 7

87 7 in μ M, X. sup in Himpunan pemaksimum M tersebut adala suatu impunan kabur dengan derajat keanggotaan X dideinisikan sebagai derajat kemungkinan mengasilkan nilai maksimum sup. Sedangkan impunan peminimum dari dideinisikan sebagai impunan pemaksimum dari. Nilai maksimum dari ungsi tegas adala, di mana suatu titik yang membuat ungsi mencapai nilai maksimum dalam daera asal tegas D. Dengan impunan pemaksimum M dapat ditemukan nilai, yaitu elemen yang membuat μ M mencapai nilai maksimum: μ sup μ M D sup min[ μ, μ ]. X M Sedangkan nilai maksimum dari ungsi tegas dalam daera asal kabur dicapai M D ketika ada titik sebagai yang membuat ungsi menjadi maksimum yang dideinisikan sup min[ μ, μ ] X M D di mana μ M adala ungsi keanggotaan impunan pemaksimum dan μ D adala ungsi keanggotaan daera asal kabur. Integral ungsi kabur diklasiikasikan dalam dua kelompok, yaitu integral ungsi kabur pada interval tegas dan integral ungsi kabur pada interval kabur. Integral ungsi kabur dalam interval tegas [a, b] dideinisikan sebagai b I a, b { a d + a b a + a d, α α [,]}

88 7 + di mana dan adala ungsi potongan-α dari. Integral total diperole a a dengan mengumpulkan semua integral dari setiap ungsi potongan-α. Selanjutnya integral I, B dari ungsi tegas pada interval kabur [, B] dideinisikan sebagai berikut μ, ma min[ μ, μ B ]. I B, y y z u du Sedangkan dierensial dari ungsi tegas pada impunan kabur dideinisikan sebagai berikut μ ma μ. y

89 7 DFTR PUSTK Baisuni, H. M. Hasyim Kalkulus. Jakarta: Penerbit Unversitas Indonesia. Lee, Kwang H. 5. First Course on Fuzzy Teory and pplications. New York: Springer Verlag. Purcell, J. Edwin. and Varberg, Dale Kalkulus dan Geometri nalitis. Jakarta: Erlangga. Susilo, F.. Pengantar Himpunan dan Logika Kabur serta plikasinya. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Darma. Zimmermann, H.-J. 99. Fuzzy Set Teory and Its pplications. Boston: Kluwer cademic Publiser.

19, 2. didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis dengan b

19, 2. didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis dengan b PENDAHULUAN. Sistem Bilangan Real Untuk mempelajari kalkulus perlu memaami baasan tentang system bilangan real karena kalkulus didasarkan pada system bilangan real dan sifatsifatnya. Sistem bilangan yang

Lebih terperinci

Seri : Modul Diskusi Fakultas Ilmu Komputer. FAKULTAS ILMU KOMPUTER Sistem Komputer & Sistem Informasi HANDOUT : KALKULUS DASAR

Seri : Modul Diskusi Fakultas Ilmu Komputer. FAKULTAS ILMU KOMPUTER Sistem Komputer & Sistem Informasi HANDOUT : KALKULUS DASAR Seri : Modul Diskusi Fakultas Ilmu Komputer FAKULTAS ILMU KOMPUTER Sistem Komputer & Sistem Informasi HANDOUT : KALKULUS DASAR Ole : Tony Hartono Bagio 00 KALKULUS DASAR Tony Hartono Bagio KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Turunan Fungsi. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi

Turunan Fungsi. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi 8 Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi ; Model Matematika dari Masala yang Berkaitan dengan ; Ekstrim Fungsi Model Matematika dari Masala

Lebih terperinci

TURUNAN / DIFERENSIAL TURUNAN DAN DIFERENSIAL

TURUNAN / DIFERENSIAL TURUNAN DAN DIFERENSIAL TURUNAN / DIFERENSIAL 4. Devinisi Turunan Derivati Turunan ungsi adala yang nilainya pada bilangan dan dideinisikan ole : ' lim0 untuk semua dengan limit tersebut ada. Conto Andaikan cari 4? Penyelesaian

Lebih terperinci

Differensiasi Numerik

Differensiasi Numerik Dierensiasi Numerik Yuliana Setiowati Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 2007 1 Topik DIFFERENSIASI NUMERIK Mengapa perlu Metode Numerik? Dierensiasi dg MetNum Metode Selisi Maju Metode Selisi Tengaan

Lebih terperinci

4. TURUNAN. MA1114 Kalkulus I 1

4. TURUNAN. MA1114 Kalkulus I 1 4. TURUNAN MA4 Kalkulus I 4. Konsep Turunan 4.. Turunan di satu titik Pendauluan dua masala dalam satu tema a. Garis Singgung Kemiringan tali busur PQ adala : m PQ Jika, maka tali busur PQ akan beruba

Lebih terperinci

Limit Fungsi. Limit Fungsi di Suatu Titik dan di Tak Hingga ; Sifat Limit Fungsi untuk Menghitung Bentuk Tak Tentu ; Fungsi Aljabar dan Trigonometri

Limit Fungsi. Limit Fungsi di Suatu Titik dan di Tak Hingga ; Sifat Limit Fungsi untuk Menghitung Bentuk Tak Tentu ; Fungsi Aljabar dan Trigonometri 7 Limit Fungsi Limit Fungsi di Suatu Titik dan di Tak Hingga ; Sifat Limit Fungsi untuk Mengitung Bentuk Tak Tentu ; Fungsi Aljabar dan Trigonometri Cobala kamu mengambil kembang gula-kembang gula dalam

Lebih terperinci

KALKULUS. Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah KALKULUS Dosen Pengampu : Ibu Kristina Eva Nuryani, M.Sc. Disusun Oleh :

KALKULUS. Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah KALKULUS Dosen Pengampu : Ibu Kristina Eva Nuryani, M.Sc. Disusun Oleh : KALKULUS Laporan Ini Disusun Untuk Memenui Mata Kulia KALKULUS Dosen Pengampu : Ibu Kristina Eva Nuryani, M.Sc Disusun Ole : 1. Anggit Sutama 14144100107 2. Andi Novantoro 14144100111 3. Diya Elvi Riana

Lebih terperinci

4.1 Konsep Turunan. lim. m PQ Turunan di satu titik. Pendahuluan ( dua masalah dalam satu tema )

4.1 Konsep Turunan. lim. m PQ Turunan di satu titik. Pendahuluan ( dua masalah dalam satu tema ) 4. TURUNAN 4. Konsep Turunan 4.. Turunan di satu titik Pendauluan dua masala dalam satu tema a. Garis Singgung Kemiringan tali busur PQ adala : m PQ Jika, maka tali busur PQ akan beruba menjadi garis ggung

Lebih terperinci

Penyelesaian Model Matematika Masalah yang Berkaitan dengan Ekstrim Fungsi dan Penafsirannya

Penyelesaian Model Matematika Masalah yang Berkaitan dengan Ekstrim Fungsi dan Penafsirannya . Tentukan nilai maksimum dan minimum pada interval tertutup [, 5] untuk fungsi f(x) x + 9 x. 4. Suatu kolam ikan dipagari kawat berduri, pagar kawat yang tersedia panjangnya 400 m dan kolam berbentuk

Lebih terperinci

untuk i = 0, 1, 2,..., n

untuk i = 0, 1, 2,..., n RANGKUMAN KULIAH-2 ANALISIS NUMERIK INTERPOLASI POLINOMIAL DAN TURUNAN NUMERIK 1. Interpolasi linear a. Interpolasi Polinomial Lagrange Suatu fungsi f dapat di interpolasikan ke dalam bentuk interpolasi

Lebih terperinci

MATEMATIKA MODUL 4 TURUNAN FUNGSI KELAS : XI IPA SEMESTER : 2 (DUA)

MATEMATIKA MODUL 4 TURUNAN FUNGSI KELAS : XI IPA SEMESTER : 2 (DUA) MATEMATIKA MODUL 4 TURUNAN FUNGSI KELAS : XI IPA SEMESTER : (DUA) Muammad Zainal Abidin Personal Blog SMAN Bone-Bone Luwu Utara Sulsel ttp://meetabied.wordpress.com PENGANTAR : TURUNAN FUNGSI Modul ini

Lebih terperinci

SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI

SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 009 SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI Suciati

Lebih terperinci

Setiap mahasiswa yang pernah mengambil kuliah kalkulus tentu masih ingat dengan turunan fungsi yang didefenisikan sebagai

Setiap mahasiswa yang pernah mengambil kuliah kalkulus tentu masih ingat dengan turunan fungsi yang didefenisikan sebagai Bab 7 Turunan Numerik Lebi banyak lagi yang terdapat di langit dan di bumi, Horatio, daripada yang kau mimpikan di dalam ilosoimu. (Hamlet) Setiap maasiswa yang perna mengambil kulia kalkulus tentu masi

Lebih terperinci

A. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan

A. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan A. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan. Turunan Fungsi Aljabar a. Mengitung Limit Fungsi yang Mengara ke Konsep Turunan Dari grafik di bawa ini, diketaui fungsi y f() pada interval k < < k +, seingga

Lebih terperinci

BAB 5 DIFFERENSIASI NUMERIK

BAB 5 DIFFERENSIASI NUMERIK BAB 5 DIFFERENSIASI NUMERIK 5.1. Permasalaan Differensiasi Numerik Sala satu peritungan kalkulus yang banyak digunakan adala differensial, dimana differensial ini banyak digunakan untuk keperluan peritungan

Lebih terperinci

TURUNAN FUNGSI. turun pada interval 1. x, maka nilai ab... 5

TURUNAN FUNGSI. turun pada interval 1. x, maka nilai ab... 5 TURUNAN FUNGSI. SIMAK UI Matematika Dasar 9, 009 Jika kurva y a b turun pada interval, maka nilai ab... 5 A. B. C. D. E. Solusi: [D] 5 5 5 0 5 5 0 5 0... () y a b y b b a b b 6 6a 0 b 0 b 6a 0 b 5 b a

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuantitati dengan desain posttest control group design yakni menempatkan subyek penelitian kedalam

Lebih terperinci

MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI

MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI lim 0 f ( x ) f( x) KELAS : XI IPA SEMESTER : (DUA) SMA Santa Angela Bandung Taun Pelajaran 04-05 XI IPA Semester Taun Pelajaran 04 05 PENGANTAR : TURUNAN FUNGSI Modul ini kami

Lebih terperinci

BAB III INTEGRASI NUMERIK

BAB III INTEGRASI NUMERIK Bab BAB III INTEGRASI NUMERIK Integrasi numerik mengambil peranan penting dalam masala sains dan teknik. Hal ini menginat di dalam bidang sains sering ditemukan ungkapan-ungkapam integral matematis yang

Lebih terperinci

Matematika ITB Tahun 1975

Matematika ITB Tahun 1975 Matematika ITB Taun 975 ITB-75-0 + 5 6 tidak tau ITB-75-0 Nilai-nilai yang memenui ketidaksamaan kuadrat 5 7 0 atau atau 0 < ITB-75-0 Persamaan garis yang melalui A(,) dan tegak lurus garis + y = 0 + y

Lebih terperinci

Regularitas Operator Potensial Layer Tunggal

Regularitas Operator Potensial Layer Tunggal JMS Vol. No., al. 8-5, April 997 egularitas Operator Potensial Layer Tunggal Wono Setya Budi Jurusan Matematika, FMIPA Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesa 0 Bandunng, 403 Abstrak egulitas operator =

Lebih terperinci

METODE NUMERIK 3SKS-TEKNIK INFORMATIKA-S1. Mohamad Sidiq PERTEMUAN : 8

METODE NUMERIK 3SKS-TEKNIK INFORMATIKA-S1. Mohamad Sidiq PERTEMUAN : 8 METODE NUMERIK 3SKS-TEKNIK INFORMATIKA-S1 Moamad Sidiq PERTEMUAN : 8 DIFERENSIASI NUMERIK METODE NUMERIK TEKNIK INFORMATIKA S1 3 SKS Moamad Sidiq MATERI PERKULIAHAN SEBELUM-UTS Pengantar Metode Numerik

Lebih terperinci

Gambar 1. Gradien garis singgung grafik f

Gambar 1. Gradien garis singgung grafik f D. URAIAN MATERI 1. Definisi dan Rumus-rumus Turunan Fungsi a. Definisi Turunan Sala satu masala yang mendasari munculnya kajian tentang turunan adala gradien garis singgung. Peratikan Gambar 1. f(c +

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI ( ) =

II. LANDASAN TEORI ( ) = II. LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Definisi 2.1.1 Fungsi Bernilai Real Fungsi bernilai real adalah fungsi yang domain dan rangenya adalah himpunan bagian dari real. Definisi 2.1.2 Limit Fungsi Jika adalah suatu

Lebih terperinci

MAT 602 DASAR MATEMATIKA II

MAT 602 DASAR MATEMATIKA II MAT 60 DASAR MATEMATIKA II Disusun Oleh: Dr. St. Budi Waluya, M. Sc Jurusan Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Unnes 1 HIMPUNAN 1. Notasi Himpunan. Relasi Himpunan 3. Operasi Himpunan A B : A B

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA101 MATEMATIKA A Hendra Gunawan Semester II 016/017 4 Maret 017 Kulia ang Lalu 1.1 Fungsi dua atau lebi peuba 1. Turunan Parsial 1.3 Limit dan Kekontinuan 1.4 Turunan ungsi dua peuba 1.5 Turunan berara

Lebih terperinci

Galeri Soal. Dirangkum Oleh: Anang Wibowo, S.Pd

Galeri Soal. Dirangkum Oleh: Anang Wibowo, S.Pd Galeri Soal Dirangkum Ole: Anang Wibowo, SPd April Semoga sedikit conto soal-soal ini dapat membantu siswa dalam mempelajari Matematika kususnya Bab Limit Kami mengusaakan agar soal-soal yang kami baas

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA 1. : Menggunakan Konsep Limit Fungsi Dan Turunan Dalam Pemecahan Masalah

LEMBAR KERJA SISWA 1. : Menggunakan Konsep Limit Fungsi Dan Turunan Dalam Pemecahan Masalah BAB V T U R U N A N 1. Menentukan Laju Perubaan Nilai Fungsi. Menggunakan Aturan Turunan Fungsi Aljabar 3. Menggunakan Rumus Turunan Fungsi Aljabar 4. Menentukan Persamaan Garis Singgung Kurva 5. Fungsi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Fuzzy Fuzzy berarti kabur atau samar-samar. Himpunan fuzzy adalah himpunan yang keanggotaannya memiliki nilai kekaburan/kesamaran antara salah dan benar. Konsep tentang

Lebih terperinci

STATISTICS WEEK 8. By : Hanung N. Prasetyo POLTECH TELKOM/HANUNG NP

STATISTICS WEEK 8. By : Hanung N. Prasetyo POLTECH TELKOM/HANUNG NP STATISTICS WEEK 8 By : Hanung N. Prasetyo BAHASAN Pengertian Hypotesisdan Hypotesis Testing Tipe Kesalaan dalam Pengujian Hipotesis Lima Langka Pengujian Hipotesis Pengujian: Dua Sisi dan Satu Sisi Uji

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCN PELKSNN PEMBELJRN Mata Pelajaran : Matematika Kelas/ Semester: XI Program IP/ lokasi Waktu: 8 jam Pelajaran (4 Pertemuan). Standar Kompetensi Menggunakan konsep limit fungsi dan turunan fungsi dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab II ini dibahas teori-teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan selanjutnya yaitu tentang Persamaan Nonlinier, Metode Newton, Aturan Trapesium, Rata-rata Aritmatik dan

Lebih terperinci

E-learning Matematika, GRATIS

E-learning Matematika, GRATIS Penyusun : Arik Murwanto, S.Pd. Editor : Drs. Keto Susanto, M.Si. M.T. ; Istijab, S.H. M.Hum. Imam Indra Gunawan, S.Si. Standar Kompetensi: Menggunakan konsep turunan fungsi dalam pemecaan masala Kompetensi

Lebih terperinci

Hubungan Antara Turunan Parsial dan Kekontinuan Pada Fungsi Dua Peubah

Hubungan Antara Turunan Parsial dan Kekontinuan Pada Fungsi Dua Peubah Jurnal EKSPONENSIAL Volue Noor Mei ISSN 85-789 Hubungan Antara Turunan Parsial dan Kekontinuan Pada Fungsi Dua Peuba Relationsip Between Partial Derivatives and Continuit on te Function o Two Variables

Lebih terperinci

AKAR PERSAMAAN Roots of Equations

AKAR PERSAMAAN Roots of Equations AKAR PERSAMAAN Roots o Equations Akar Persamaan 2 Acuan Capra, S.C., Canale R.P., 1990, Numerical Metods or Engineers, 2nd Ed., McGraw-Hill Book Co., New York. n Capter 4 dan 5, lm. 117-170. 3 Persamaan

Lebih terperinci

TURUNAN (DIFERENSIAL) Oleh: Mega Inayati Rif ah, S.T., M.Sc. Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

TURUNAN (DIFERENSIAL) Oleh: Mega Inayati Rif ah, S.T., M.Sc. Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta TURUNAN DIFERENSIAL Ole: Mega Inayati Ri a, S.T., M.Sc. Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta TURUNAN Turunan suatu ungsi berkaitan dengan perubaan ungsi yang disebabkan adanya perubaan kecil dari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Fuzzy Tidak semua himpunan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari terdefinisi secara jelas, misalnya himpunan orang miskin, himpunan orang pandai, himpunan orang tinggi,

Lebih terperinci

TURUNAN FUNGSI. 1. Turunan Fungsi

TURUNAN FUNGSI. 1. Turunan Fungsi TURUNAN FUNGSI. Turunan Fungsi Turunan fungsi f disembarang titik dilambangkan dengan f () dengan definisi f ( ) f ( ) f (). Proses mencari f dari f disebut penurunan; dikatakan bawa f diturunkan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adala penelitian komparasi. Kata komparasi dalam baasa inggris comparation yaitu perbandingan. Makna dari

Lebih terperinci

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Oleh Hendra Gunawan, Ph.D. Departemen Matematika ITB Sasaran Belajar Setelah mempelajari materi Kalkulus Elementer I, mahasiswa diharapkan memiliki (terutama):

Lebih terperinci

1 Sistem Bilangan Real

1 Sistem Bilangan Real Learning Outcome Rencana Pembelajaran Setelah mengikuti proses pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa dapat ) Menentukan solusi pertidaksamaan aljabar ) Menyelesaikan pertidaksamaan dengan nilai mutlak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 HIMPUNAN CRIPS Himpunan adalah suatu kumpulan objek-objek yang mempunyai kesamaan sifat tertentu. Suatu himpunan harus terdefinisi secara tegas, artinya untuk setiap objek selalu

Lebih terperinci

-LIMIT- -KONTINUITAS- -BARISAN- Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ

-LIMIT- -KONTINUITAS- -BARISAN- Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ -LIMIT- -KONTINUITAS- -BARISAN- Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ agustina.mipa@unej.ac.id Konsep Limit Fungsi mendasari pembentukan kalkulus dierensial dan integral. Konsep ini

Lebih terperinci

MAKALAH TURUNAN. Disusun oleh: Agusman Bahri A1C Dosen Pengampu: Dra. Irma Suryani, M.Pd

MAKALAH TURUNAN. Disusun oleh: Agusman Bahri A1C Dosen Pengampu: Dra. Irma Suryani, M.Pd MAKALAH TURUNAN Disusun ole: Agusman Bari A1C214027 Dosen Pengampu: Dra. Irma Suryani, M.P PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2015 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB III METODE STRATIFIED RANDOM SAMPLING

BAB III METODE STRATIFIED RANDOM SAMPLING BAB III METODE STRATIFIED RADOM SAMPIG 3.1 Pengertian Stratified Random Sampling Dalam bukunya Elementary Sampling Teory, Taro Yamane menuliskan Te process of breaking down te population into rata, selecting

Lebih terperinci

Disarikan dari Malatuni Topik Bahasan Penggunaan Konsep Limit Fungsi

Disarikan dari Malatuni Topik Bahasan Penggunaan Konsep Limit Fungsi Disarikan dari Malatuni 7 Topik Baasan Penggunaan Konsep Limit Fungsi y f Ditulis: f L L X Amati ara terbang dua ekor burung menuju sangkar dari ara yang berbeda. Jika kita aplikasikan dalam bentuk matematis

Lebih terperinci

BAB III STRATIFIED CLUSTER SAMPLING

BAB III STRATIFIED CLUSTER SAMPLING BAB III STRATIFIED CUSTER SAMPING 3.1 Pengertian Stratified Cluster Sampling Proses memprediksi asil quick count sangat dipengarui ole pemilian sampel yang dilakukan dengan metode sampling tertentu. Sampel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B MTs Al Hikmah Bandar

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B MTs Al Hikmah Bandar 26 III. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adala siswa kelas VII B MTs Al Hikma Bandar Lampung semester genap taun pelajaran 2010/2011 pada pokok baasan Gerak Lurus. Dengan jumla

Lebih terperinci

INTEGRAL TAK TENTU (subtitusi parsial) Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ

INTEGRAL TAK TENTU (subtitusi parsial) Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ INTEGRAL TAK TENTU subtitusi parsial Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ agustina.mipa@unej.ac.id DEFINISI Untuk ungsi yang terdeinisi pada selang terbuka I, dpt ditentukan ungsi

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh: ELVYN LELYANA ROSI MARANTIKA Dibimbing oleh : 1. Dian Devita Yohanie, M. Pd 2. Ika Santia, M. Pd

JURNAL. Oleh: ELVYN LELYANA ROSI MARANTIKA Dibimbing oleh : 1. Dian Devita Yohanie, M. Pd 2. Ika Santia, M. Pd JURNAL PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN RESPON SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KUMON PADA MATERI PEMBAGIAN BENTUK ALJABAR KELAS VIII SMP NEGERI 8 KOTA KEDIRI PADA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE

Lebih terperinci

PENYELESAIAN INTEGRAL DIMENSI-n DENGAN MENGGUNAKAN TEOREMA FUBINI

PENYELESAIAN INTEGRAL DIMENSI-n DENGAN MENGGUNAKAN TEOREMA FUBINI PENYELESAIAN INTEGRAL DIMENSI-n DENGAN MENGGUNAKAN TEOREMA FUBINI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan S-1 Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TURUNAN. Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ

PENGGUNAAN TURUNAN. Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ PENGGUNAAN TURUNAN Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ agustina.mipa@unej.a.id Pada materi sebelumnya telah dijelaskan bahwa Teorema Nilai Rata-Rata (TNR dierensial) memegang peranan

Lebih terperinci

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN Menurut Bartle dan Sherbet (1994), Analisis matematika secara umum dipahami sebagai tubuh matematika yang dibangun dari berbagai konsep limit. Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari limit barisan,

Lebih terperinci

dapat dihampiri oleh:

dapat dihampiri oleh: BAB V PENGGUNAAN TURUNAN Setela pada bab sebelumnya kita membaas pengertian, sifat-sifat, dan rumus-rumus dasar turunan, pada bab ini kita akan membaas tentang aplikasi turunan, diantaranya untuk mengitung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Berikut diberikan landasan teori mengenai teori himpunan fuzzy, program

BAB II KAJIAN TEORI. Berikut diberikan landasan teori mengenai teori himpunan fuzzy, program BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan landasan teori mengenai teori himpunan fuzzy, program linear, metode simpleks, dan program linear fuzzy untuk membahas penyelesaian masalah menggunakan metode fuzzy

Lebih terperinci

4. TURUNAN. MA1114 Kalkulus I 1

4. TURUNAN. MA1114 Kalkulus I 1 4. TURUNAN MA4 Kalkulus I 4. Konsep Turunan 4.. Turunan di satu titik Pendauluan dua masala dalam satu tema a. Garis Sinun Kemirinan tali busur PQ adala : m PQ Jika à, maka tali busur PQ akan beruba menjadi

Lebih terperinci

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN Menurut Bartle dan Sherbet (994), Analisis matematika secara umum dipahami sebagai tubuh matematika yang dibangun oleh berbagai konsep limit. Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari limit barisan, kekonvergenan

Lebih terperinci

Rangkuman Materi dan Soal-soal

Rangkuman Materi dan Soal-soal Rangkuman Materi dan Soal-soal Dirangkum Ole: Anang Wibowo, S.Pd matikzone@gmail.com / www.matikzone.co.cc Rangkuman Materi dan Conto Soal. Definisi dy df Turunan dari fungsi y f ( adala y ' f '( ( y'

Lebih terperinci

MENYELESAIKAN TURUNAN TINGKAT TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SELISIH ORDE PUSAT BERBANTUAN PROGRAM MATLAB

MENYELESAIKAN TURUNAN TINGKAT TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SELISIH ORDE PUSAT BERBANTUAN PROGRAM MATLAB MENYELESAIKAN TURUNAN TINGKAT TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN METDE SELISIH RDE PUSAT BERBANTUAN PRGRAM MATLAB Arwan Maasiswa Prodi Matematika, FST-UINAM Try Azisa Prodi Matematika, FST-UINAM Irwan Prodi Matematika,

Lebih terperinci

4 SIFAT-SIFAT STATISTIK DARI REGRESI KONTINUM

4 SIFAT-SIFAT STATISTIK DARI REGRESI KONTINUM 4 SIFA-SIFA SAISIK DAI EGESI KONINUM Abstrak Matriks pembobot W pada egresi Kontinum diperole dengan memaksimumkan fungsi kriteria umum ternata menimbulkan masala dari aspek statistika. Prinsip dari fungsi

Lebih terperinci

METODE GARIS SINGGUNG DALAM MENENTUKAN HAMPIRAN INTEGRAL TENTU SUATU FUNGSI PADA SELANG TERTUTUP [, ]

METODE GARIS SINGGUNG DALAM MENENTUKAN HAMPIRAN INTEGRAL TENTU SUATU FUNGSI PADA SELANG TERTUTUP [, ] METODE GARIS SINGGUNG DALAM MENENTUKAN HAMPIRAN INTEGRAL TENTU SUATU FUNGSI PADA SELANG TERTUTUP [, ] Zulfaneti dan Rahimullaily* Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumbar Abstract: There is

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, penelitian ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adala penelitian kuantitati, penelitian ini berlandaskan pada ilsaat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA PROSEDUR AKUNTANSI PENERIMAAN KAS DARI PASIEN UMUM RAWAT INAP YANG MENGGUNAKAN SURAT KETERANGAN MISKIN (SKM) DAN PENGELUARAN KAS UNTUK PEMBAYARAN OBAT PADA RSD dr. SOEBANDI KABUPATEN JEMBER LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Ilmu pengetahuan merupakan hal yang mengalami perkembangan secara terus-menerus. Diantaranya teori integral yaitu ilmu bidang matematika analisis yang

Lebih terperinci

SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ

SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ P.A Teknik Informatika Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Kampus 3 UAD, Jl. Prof. Soepomo rochmahdyah@yahoo.com Abstrak Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

DIFERENSIASI & INTEGRASI NUMERIK

DIFERENSIASI & INTEGRASI NUMERIK DIFERENSIASI & INTEGRASI NUMERIK Pada bab ini dibaas konsep dasar dierensiasi dan integrasi numerik, meliputi teknik pendekatan atau pengampiran, metode komputasi numerik berkaitan dengan bentuk dierensial

Lebih terperinci

METODE BEDA HINGGA PADA KESTABILAN PERSAMA- AN DIFUSI KOMPLEKS DIMENSI SATU

METODE BEDA HINGGA PADA KESTABILAN PERSAMA- AN DIFUSI KOMPLEKS DIMENSI SATU PROSIDING ISSN: 50-656 METODE BEDA HINGGA PADA KESTABILAN PERSAMA- AN DIFUSI KOMPLEKS DIMENSI SATU Danar Ardian Pramana, M.Sc 1) 1) DIV TeknikInformatikaPoliteknikHarapanBersama danar_ardian@ymail.com

Lebih terperinci

DEFINISI TURUNAN. dy dx

DEFINISI TURUNAN. dy dx DEFINISI TURUNAN Turunan dari y () teradap dideinisikan dengan : dy d lim ( y () ) - () Tentukan turunan dari ungsi ini ) )( ( () g. () b. (). 4 () a. () j. () e. ) ( () i. () d. (-) ) ( (). 7 () c. -5

Lebih terperinci

MEMBANGUN ATURAN KABUR DARI DATA NUMERIS

MEMBANGUN ATURAN KABUR DARI DATA NUMERIS MEMBANGUN ATURAN KABUR DARI DATA NUMERIS Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika Oleh: Athanasia Anisa Angki P NIM : 003408 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Bagian 3 Differensiasi

Bagian 3 Differensiasi Bagian Differensiasi Bagian Differensiasi berisi materi tentang penerapan konsep limit untuk mengitung turunan an berbagai teknik ifferensial. Paa penerapan konsep limit, Ana akan iperkenalkan engan konsep

Lebih terperinci

65 Soal dengan Pembahasan, 315 Soal Latihan

65 Soal dengan Pembahasan, 315 Soal Latihan Galeri Soal Soal dengan Pembaasan, Soal Latian Dirangkum Ole: Anang Wibowo, SPd April MatikZone s Series Email : matikzone@gmailcom Blog : HP : 8 8 8 Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Dilarang mengkutip

Lebih terperinci

BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE. Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada

BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE. Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada Bab II, selanjutnya pada bab ini akan dipelajari gagasan mengenai fungsi terukur Lebesgue. Gagasan mengenai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan BAB II LANDASAN TEORI 2.. Logika Fuzzy Fuzzy set pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi Zadeh, 965 orang Iran yang menjadi guru besar di University of California at Berkeley dalam papernya yang monumental

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Himpunan adalah kata benda yang berasal dari kata himpun. Kata kerjanya adalah menghimpun. Menghimpun adalah kegiatan yang berhubungan dengan berbagai objek apa saja.

Lebih terperinci

FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI.

FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI. FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI Materi ke-4 eko@uns.ac.id ekop2003@yahoo.com Materi Fungsi ( deinisi, daerah asal dan daerah hasil ) Fungsi Surjekti, Injekti, Bijekti dan Invers Operasi Pada Fungsi dan Fungsi

Lebih terperinci

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN Menurut Bartle dan Sherbet (1994), Analisis matematika secara umum dipahami sebagai tubuh matematika yang dibangun oleh berbagai konsep limit. Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari limit barisan,

Lebih terperinci

REPRESENTASI DAN TEORI APOS UNTUK MENGEKSPLORASI PEMAHAMAN MATEMATIKA MAHASISWA PADA KONSEP LIMIT

REPRESENTASI DAN TEORI APOS UNTUK MENGEKSPLORASI PEMAHAMAN MATEMATIKA MAHASISWA PADA KONSEP LIMIT 1 REPRESENTASI DAN TEORI APOS UNTUK MENGEKSPLORASI PEMAHAMAN MATEMATIKA MAHASISWA PADA KONSEP LIMIT Disusun ole: Ela Nurlaela Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA A. Pendauluan

Lebih terperinci

KB. 2 INTERAKSI PARTIKEL DENGAN MEDAN LISTRIK

KB. 2 INTERAKSI PARTIKEL DENGAN MEDAN LISTRIK KB. INTERAKSI PARTIKEL DENGAN MEDAN LISTRIK.1 Efek Stark. Jika sebua atom yang berelektorn satu ditempatkan di dalam sebua medan listrik (+ sebesar 1. volt/cm) maka kita akan mengamati terjadinya pemisaan

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Kalkulus Kode : TSP 102 Limit Fungsi Pertemuan - 2

a home base to excellence Mata Kuliah : Kalkulus Kode : TSP 102 Limit Fungsi Pertemuan - 2 a home base to eellene Mata Kuliah : Kalkulus Kode : TSP 0 SKS : 3 SKS Limit Fungsi Pertemuan - a home base to eellene TIU : Mahasiswa dapat memahami it ungsi TIK : Mahasiswa mampu menyelesaikan it ungsi

Lebih terperinci

Penerapan Relasi Preferensi pada Pengambilan Keputusan yang Melibatkan Banyak Pihak

Penerapan Relasi Preferensi pada Pengambilan Keputusan yang Melibatkan Banyak Pihak Penerapan Relasi Preferensi pada Pengambilan Keputusan yang Melibatkan Banyak Pihak Eko Hari Parmadi Fakultas Sains & Teknologi Univ. Sanata Dharma Kampus III Paingan, Maguwoharo, Depok, Sleman. Email:

Lebih terperinci

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Kalkulus Kode : CIV 101. Limit Fungsi. Pertemuan - 2

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Kalkulus Kode : CIV 101. Limit Fungsi. Pertemuan - 2 Respet, Proessionalism, & Entrepreneurship Mata Kuliah : Kalkulus Kode : CIV 101 SKS : 3 SKS Limit Fungsi Pertemuan - Respet, Proessionalism, & Entrepreneurship Kemampuan Akhir yang Diharapkan Mahasiswa

Lebih terperinci

Bagian 2 Turunan Parsial

Bagian 2 Turunan Parsial Bagian Turunan Parsial Bagian Turunan Parsial mempelajari bagaimana teknik dierensiasi diterapkan untuk ungsi dengan dua variabel atau lebih. Teknik dierensiasi ini tidak hana akan diterapkan untuk ungsi-ungsi

Lebih terperinci

5.1 Menggambar grafik fungsi

5.1 Menggambar grafik fungsi 5. Aplikasi Turunan 5. Menggambar graik ungsi Inormasi yang dibutuhkan: A. Titik potong dengan sumbu dan sumbu y B. Asimtot ungsi Deinisi 5.: Asimtot ungsi adalah garis lurus yang didekati oleh graik ungsi.

Lebih terperinci

FUZZY LINIER PROGRAMMING UNTUK PEMILIHAN JENIS KENDARAAN DALAM MENGANTISIPASI KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA MEDAN

FUZZY LINIER PROGRAMMING UNTUK PEMILIHAN JENIS KENDARAAN DALAM MENGANTISIPASI KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA MEDAN FUZZY LINIER PROGRAMMING UNTUK PEMILIHAN JENIS KENDARAAN DALAM MENGANTISIPASI KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA MEDAN Zulfikar Sembiring 1* 1 Fakultas Teknik, Universitas Medan Area * Email : zoelsembiring@gmail.com

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V/A DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GRAFIS KARTU PADA PEMBELAJARAN IPS DI SD PT. BINTARA TANI NUSANTARA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V/A DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GRAFIS KARTU PADA PEMBELAJARAN IPS DI SD PT. BINTARA TANI NUSANTARA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V/A DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GRAFIS KARTU PADA PEMBELAJARAN IPS DI SD PT. BINTARA TANI NUSANTARA Abdul Hamid 1, Pebriyenni 1, Niniwati 1 1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA EKSPRESIF PUISI MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS 3 SDN JUBUNG 01 KEC. SUKORAMBI KAB. JEMBER.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA EKSPRESIF PUISI MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS 3 SDN JUBUNG 01 KEC. SUKORAMBI KAB. JEMBER. :/. ttp:/ ttp:/. ttp:/ ttp:/. ttp:/ ttp:/. MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA EKSPRESIF PUISI MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS 3 SDN JUBUNG 01 KEC. SUKORAMBI KAB. JEMBER e TA ( elektronik

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran

Rencana Pembelajaran Learning Outcome Rencana Pembelajaran Setelah mengikuti proses pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa dapat ) Menentukan nilai turunan suatu fungsi di suatu titik ) Menentukan nilai koefisien fungsi sehingga

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan memberikan penjelasan awal mengenai konsep logika fuzzy beserta pengenalan sistem inferensi fuzzy secara umum. 2.1 LOGIKA FUZZY Konsep mengenai logika fuzzy diawali

Lebih terperinci

PENGUAT DAYA (POWER AMPLIFIER) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

PENGUAT DAYA (POWER AMPLIFIER) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY PEGUAT DAYA (POWE AMPIFIE) Ole : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UY E-mail : sumarna@uny.ac.ic Dalam praktek, sistem penguat selalu terdiri dari sejumla tingkat yang menguatkan sinyal lema ingga cukup kuat

Lebih terperinci

MA3231 Analisis Real

MA3231 Analisis Real MA3231 Analisis Real Hendra Gunawan* *http://hgunawan82.wordpress.com Analysis and Geometry Group Bandung Institute of Technology Bandung, INDONESIA Program Studi S1 Matematika ITB, Semester II 2016/2017

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PERSAMAAN FUZZY

STUDI TENTANG PERSAMAAN FUZZY STUDI TENTANG PERSAMAAN FUZZY Elva Ravita Sari Evawati Alisah Jurusan Matematika Fakultas Sains Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang e-mail: mbemvie@gmail.com ABSTRAK Bilangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masala Pendidikan merupakan sala satu kebutuan manusia yang penting untuk mengembangkan diri dalam keidupan bermasyarakat dan bernegara. Pendidikan terbagi atas pendidikan

Lebih terperinci

BAB 7 TEORI HIMPUNAN FUZZY

BAB 7 TEORI HIMPUNAN FUZZY 7 TEORI HIMPUNN FUZZY Himpunan fuzzy (fuzzy set) adalah generalisasi konsep himpunan ordiner. Untuk semesta wacana (universe of discourse) U, himpunan fuzzy ditentukan oleh fungsi yang memetakan anggota

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN JUMLAH KREDIT TERHADAP VOLUME PENJUALAN PEDAGANG KECIL DI LKMM MAWAR KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER TAHUN 2012 SKRIPSI Ole NENI PUSPA PRATIWI NIM. 080210391008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Turunan Fungsi dan Aplikasinya

Turunan Fungsi dan Aplikasinya Bab 8 Sumber: www.duniacyber.com Turunan Fungsi dan Aplikasinya Setelah mempelajari bab ini, Anda harus mampu menggunakan konsep, siat, dan aturan dalam perhitungan turunan ungsi; menggunakan turunan untuk

Lebih terperinci

Pengkajian Metode Extended Runge Kutta dan Penerapannya pada Persamaan Diferensial Biasa

Pengkajian Metode Extended Runge Kutta dan Penerapannya pada Persamaan Diferensial Biasa JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (215 2337-352 (231-928X Print A-25 Pengkajian Metode Extended Runge Kutta dan Penerapannya pada Persamaan Diferensial Biasa Singgi Tawin Muammad, Erna Apriliani,

Lebih terperinci

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Kalkulus Kode : CIV Turunan. Pertemuan 3, 4, 5, 6, 7

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Kalkulus Kode : CIV Turunan. Pertemuan 3, 4, 5, 6, 7 Mata Kuliah : Kalkulus Kode : CIV - 101 SKS : 3 SKS Turunan Pertemuan 3, 4, 5, 6, 7 Kemampuan Akhir ang Diharapkan Mahasiswa mampu : - menjelaskan arti turunan ungsi - mencari turunan ungsi - menggunakan

Lebih terperinci

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia BAB II. FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN Fungsi dan Operasi pada Fungsi Beberapa Fungsi Khusus Limit dan Limit

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS 2/22/2012 IKIP BUDI UTOMO MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI

MODUL PEMBELAJARAN ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS 2/22/2012 IKIP BUDI UTOMO MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI MODUL PEMBELAJARAN ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS 2/22/2012 IKIP BUDI UTOMO MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI IDENTITAS MAHASISWA NAMA NPM KELOMPOK : : : DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi BAB I Bilangan

Lebih terperinci