ANALISIS MODEL DINAMIKA VIRUS DALAM SEL TUBUH. Winarno 1 (M )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS MODEL DINAMIKA VIRUS DALAM SEL TUBUH. Winarno 1 (M )"

Transkripsi

1 ANALISIS MODEL DINAMIKA VIRUS DALAM SEL TUBUH Winarno (M49) Virus merupakan salah sau conoh organisme yang sering mengganggu perumbuhan sel Akhirakhir ini keberadaan virus dirasa sanga mengganggu kehidupan manusia, seperi halnya kasus virus HIV aau penyerangan bioeroris yang menggunakan virus sebagai senjaa Dari kasus ersebu dirasa perlu unuk mempelajari perumbuhan virus pada sel Tujuan dari skripsi ini adalah mengkonsruksi model dinamika virus dalam sel ubuh dan menganalisis model dinamika virus dalam sel ubuh dengan menggunakan analisis keseimbangan dan kesabilan Unuk menganalisis kesabilan digunakan krieria kesabilan Rouh-Hurwiz, cara ini dipilih karena unuk menenukan kesabilan idak perlu mencari akar-akar persamaan karakerisik Meode yang digunakan dalam skripsi ini adalah sudi lieraur, adapun langkah-langkahnya yaiu mengkonruksi model, kemudian menenukan iik keseimbangan dan menganalisis kesabilan pada iikiik keseimbangan Pada skripsi ini, diperoleh kesimpulan bahwa model dinamika virus dengan iga komponen yaiu sel idak erinfeksi, sel erinfeksi dan virus bebas, yang mempunyai keseimbangan di dua iik yaiu α au αβk δau αβk δau I V =, S = dan S SS =, I SS =, V SS = Keseimbangan perama d β k a β k a β u sabil jika δ > sedang keseimbangan kedua sabil jika R dan Δ Kaa kunci : dinamika virus, model, keseimbangan, kesabilan Laar Belakang Masalah Seiap hari sel umbuh dan berkembang, yang merupakan suau perisiwa biologis dalam rangka memperahankan kelangsungan hidup Dalam melangsungkan kehidupan sel sering mengalami gangguan, virus adalah salah sau conoh organisme yang sering mengganggu perumbuhan sel Berkembangnya beberapa virus akhir-akhir ini dirasa sanga mengganggu, hal ini disebabkan virus idak hanya mengambil alih fungsi sel, eapi juga dalam menyerang sel memerlukan waku yang relaif cepa Penyerangan ini sering mengakibakan kefaalan Seperi pada kasus virus influenza, pada ahun 99 menimbulkan keegangan pada masyaraka dunia yang menyebabkan kemaian sekiar 5 jua orang Pada saa ini di beberapa negara, eruama benua Afrika, lebih dari 35% populasi penduduk yang berumur anara 5 sampai 5 ahun erinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), dan secara global elah menyebabkan kemaian hingga 6 jua manusia (Tuckwell, ) Maemaika sebagai salah sau dasar ilmu pengeahuan elah banyak memberikan penyelesaian erhadap masalah-masalah dalam dunia nyaa, misalnya dalam masalah opimasi, penyebaran populasi dan masih banyak lagi Oleh karena iu dalam skripsi ini dipilih injauan maemais unuk menyelesaikan permasalahan dinamika virus pada sel ubuh Dalam menyelesaikan permasalahan dinamika virus erkai era dengan pemodelan maemaika, di mana dinamika virus akan dibawa ke benuk maemais dengan mengkonsruksi model maemaik Dalam model yang akan dikonsruksi, erdapa iga variabel yaiu sel yang idak erinfeksi, sel yang erinfeksi dan virus bebas Tujuan skripsi ini adalah dapa mengkonsruksi model dinamika virus dalam sel ubuh dan dapa menganalisis model dinamika virus dalam sel ubuh dengan menggunakan analisis keseimbangan dan kesabilan Rouh-Hurwiz, sedang manfaanya secara eoriis adalah pemahaman enang model maemaika dalam bidang biologi aau kedokeran, prakisnya adalah dapa digunakan sebagai ala banu dalam usaha mendeeksi perkembangan virus dalam sel ubuh Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di aas, permasalahan yang akan dibahas yaiu bagaimana mengkonsruksi model dinamika virus dalam sel ubuh? bagaimana menganalisis model dinamika virus dalam sel ubuh? 3 Baasan Masalah Unuk memperjelas dan idak memperluas masalah, dalam skripsi ini dibaasi dengan asumsi bahwa angka kelahiran diasumsikan konsan dan masa inkubasi diabaikan karena wakunya cukup pendek Selain iu diasumsikan idak ada erapi oba kekebalan manusia dianggap sama, angka kemaian sel akiba infeksi idak sama dengan nol dan pada kasus yang diambil waku dibaasi sampai 4 hari 4 Landasan Teori 4 Model Maemaika Model adalah konsep yang digunakan unuk mempresenasikan sesuau dan mengubahnya ke dalam benuk yang dapa kia pahami Sedangkan model maemaika adalah model yang merupakan bagian dari konsep maemaika yang didesain unuk mempelajari sisem yang imbul dalam masalah nyaa (Meyer, > > Mahasiswa Jurusan Maemaika F MIPA, UNS

2 984) Bellomo dan Preziosi (995) juga menambahkan, model maemaika adalah suau persamaan aau himpunan persamaan, dengan penyelesaian berupa perubahan ruang waku dari variable erika yaiu perilaku fisik dari sisem fisik yang berkaian dengan model maemaika 4 Persamaan Diferensial 4 Persamaan Diferensial Orde Sau Definisi [Braun, 978] Persamaan diferensial linier orde sau secara umum berbenuk dy A () y B () + = Fungsi A () dan B() diasumsikan sebagai fungsi koninu erhadap waku Jika B () = maka persamaan disebu persamaan diferensial orde sau homogen, jika B () maka disebu persamaan diferensial orde sau nonhomogen 4 Sisem Persamaan Diferensial Menuru Braun (978) sisem persamaan diferensial orde sau dengan n fungsi ak dikeahui, yaiu x, x,, x n, secara umum dapa diuliskan sebagai = f( x,, x n ) = f ( x,, x n ) () n = fn( x,, xn), dengan f i adalah fungsi koninu pada [ ab,, ] unuk i = n Penyelesaian persamaan () adalah n fungsi x ( ),, xn( ) sedemikian sehingga j ( ) = f( x ( ),, xn( )), j =,,3,, n Definisi [Braun, 978] Vekor x = [ x x x n ] merupakan noasi umum dari barisan bilangan x, x,, x n Bilangan ersebu disebu komponen dari x Jika x ( ) = x( ),, xn ( ) maka x( ) = [ x x xn ], disebu vekor nilai fungsi Derivaifnya, adalah vekor nilai fungsi () () n () () = a a a n a a a n Definisi 3 [Braun, 978] Mariks A = am am am3 amn merupakan noasi umum susunan bilangan a ij yang disusun dalam m baris dan n kolom Elemen yang erdapa pada baris ke-i dan kolom ke- j dinyaakan dengan a ij Jika jumlah baris sama dengan jumlah kolom aau m = n maka mariks A disebu mariks bujur sangkar Definisi 4 [Braun, 978] Misal A adalah mariks berukuran nxn dengan elemen a ij dan x vekor komponen dengan komponen x,, xn Didefinisikan perkalian A dengan x, dinyaakan dengan Ax, yang merupakan vekor dengan komponennya vekor ke-i berbenuk a i x + aix + + ainxn, i =,,, n Dari definisi ersebu maka persamaan () dapa dinyaakan dalam benuk vekor yaiu x' = = Ax, (3)

3 a a a n a a a n x x x x n dan A = am am am3 amn Benuk sisem persamaan diferensial nonlinier dengan n fungsi ak dikeahui diuliskan sebagai ax anxn f( x, x, xn) = (5) n = an x+ + annxn + fn( x, x, xn), a i=,,,n; j=,,,n dengan f (, Sisem persamaan (5) dapa juga diuliskan sebagai dengan = [ ] unuk ij, d dengan j x () f(, ) = A x + x (6) () () () n () x = [ x x x n ], =, a a a n a a a n A = dan f (, x ) = [ f (, f(, fn(, xn)] an an an3 ann 43 Analisis Bidang Fase dan Sisem Auonomous Misalkan sisem persamaan diferensial linier dengan dua persamaan sebagai beriku x = f( x, x = f( x, (3) dengan f dan f adalah fungsi koninu dari x dan x, sera urunan parsial peramanya koninu Sisem persamaan diferensial (3) dengan f dan f idak erganung secara eksplisi erhadap disebu sisem auonomous Dalam sisem ini, pasangan ( x, x ) disebu fase dari sisem, sehingga bidang x x disebu bidang fase Nilai x ( = x ) dan x ( = x ) pada sisem persamaan (3) yang menyaakan suau iik ( x, x ) pada bidang fase disebu vekor keadaan Karena variabel bebas berubah, vekor keadaan bergerak pada bidang fase Penyelesaian aljabar berhubungan dengan dua variabel erika x dan x yang menyaakan suau rayekori aau orbi pada bidang fase 44 Tiik Keseimbangan Tiik keseimbangan merupakan iik dengan gerak dari vekor keadaan konsan Jika iik keseimbangan ( x e, xe ) dari sisem persamaan (3) merupakan syara awal unuk sisem persamaan (3) maka penyelesaiannya bernilai konsan, yaiu x ( ) x e, x ( ) xe Tiik keseimbangan ersebu disebu penyelesaian seimbang Suau iik yang bukan merupakan iik seimbang disebu iik reguler (Farlow, 994) Definisi 5 [Bellomo and Preziosi, 995] Keadaan x e sedemikian sehingga f ( x e ) = disebu benuk keseimbangan sisem auonomous = f ( 45 Kesabilan Sisem Persamaan Diferensial Tiik keseimbangan dikaakan sabil jika unuk sebarang syara awal yang cukup deka dengan iik keseimbangan maka rayekori dari penyelesaian eap deka dengan penyelesaian di iik keseimbangannya aau jika diberikan gangguan yaiu perurbasi ( x e + x ε, xe + x ε ) maka penyelesaian di iik ersebu hampir sama dengan penyelesaian di iik keseimbangannya Tiik keseimbangan dikaakan sabil asimoik jika iik keseimbangan ersebu sabil dan rayekori dari penyelesaian yang deka menuju iik keseimbangan unuk menuju ak hingga Kesabilan sisem persamaan diferensial linier dijelaskan pada Teorema Teorema [Fonseca, ] Marik A dikaakan sabil jika dan hanya jika semua bagian riil nilai eigennya posiif

4 Unuk sisem persamaan diferensial nonlinier iik keseimbangan dapa diransformasikan ke iik asal (,) Pandang sisem auonomous P(, ) ax bx P(, x, = x = + + Q(, ) ax bx Q(, x, = x = + + (3) Dengan a adalah urunan parsial ingka sau erhadap x dari P (, b adalah urunan parsial ingka sau erhadap y dari P (, c urunan parsial ingka sau erhadap x dari Q (, d urunan parsial ingka sau a b erhadap y dari Q (, dan c d P, Q mempunyai urunan parsial ingka sau yang koninu unuk semua (x,y) sehingga P(, x, Q(, x, lim = lim = (33) ( x, (,) ( x, (,) x + x x + x arinya bahwa Px (,, x ) dan Q(, x, x ) mempunyai perbandingan yang kecil dengan jarak ke iik asal Misalkan P '( adalah bagian linier dari P ( dan Q '( adalah bagian linier dari Q ( sehingga P '( x ) = ax + bx Q '( x ) = cx + (34) Persamaan (3) dapa dienukan kesabilan pada iik keseimbangan ( x e, xe ) dengan menganalisis kesabilan pada iik keseimbangan (,) bagian linier dari sisem persamaan(3) Teorema [Farlow, 994] Misalkan λ dan λ adalah nilai eigen bagian linier dari persamaan (3) maka kesabilan pada persamaan (33) sama dengan persamaan (34) Definisi 6 [Bellomo and Preziosi, 995] Keadaan seimbang yang idak sabil disebu ak sabil 46 Krieria Kesabilan Rouh-Hurwiz Jika A adalah mariks m m, unuk nilai eigen λ, persamaan A λi dengan I adalah mariks idenias dapa diurunkan menjadi persamaan polinomial orde ke- m Persamaan polinomial ini biasa disebu persamaan karakerisik yaiu m m m λ + a λ + aλ + + am= (35) Teorema 4 [ Schröer, ] Jika H adalah mariks persamaan (35) dengan benuk a a a H =, a5 a4 a3 a a dengan minor a a Δ = a, Δ = a3 a, Δ 3 = a3 a a, a5 a4 a3 a a a, Δ n =, Δ n = an Δ n, a5 a4 a3 a a maka bagian real λ i akan bernilai negaif jika hanya jika seiap deerminan minor dari mariks H posiif unuk i=,, 47 Sel Isilah sel perama kali dikenalkan oleh Rober Hooke pada ahun 665 Hooke menggunakan isilah ersebu unuk memberi nama pada ruang yang dibaasi oleh dinding yang dilihanya pada gabus Ukuran sel umumnya bersifa mikroskopis, pada manusia berdiameer kurang lebih μ m, sedang pada bakeri kurang lebih,4 μ m yang hampir idak eramai oleh mikroskop biasa Ukuran sel organisme lainnya umumnya berkisar pada ukuran-ukuran ersebu enu saja dengan beberapa perkecualian pada sel

5 erenu misal pada seekor hewan yang besar, suau sel syaraf dapa mencapai panjang lebih dari meer meskipun diameernya relaif kecil (Radiopuro, 996) 48 Virus Kaa virus berasal dari bahasa lain yang berari racun aau bisa Virus adalah sauan srukural, fungsional, perumbuhan, perkembangan, fakor heredias dan regenerasi yang erkecil (Radiopuro, 996) Sedangkan menuru Pelczar (986) virus adalah mikroorganisme yang sedemikian kecilnya sehingga hanya dapa diliha pada perbesaran yang disediakan oleh mikroskop elecron 5 Meodologi Peneliian Pada skripsi ini, meode yang digunakan adalah sudi lieraur dengan mengacu pada buku-buku pemodelan maemaika dan jurnal yang erkai dengan model dinamika virus Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah mengkaji dan mengkonsruksi model dinamika virus pada sel ubuh dengan asumsi yang digunakan, menenukan keadaan seimbang model dinamika virus, 3 menganalisis keseimbangan model dinamika virus yang diperoleh, 4 menganalisis kesabilan model dengan krieria Rouh-Hurwiz 6 Pembahasan 6 Konsruksi Model Dalam sel ubuh sel, idak erinfeksi, sel erinfeksi dan virus bebas dianggap sebagai fungsi waku Dalam waku, sel yang idak erinfeksi dinoasikan S, sel yang erinfeksi I dan virus bebas V Pada awal mulanya sel idak erinfeksi yang diproduksi ubuh berjumlah konsan yaiu α Sel-sel yang idak erinfeksi mempunyai raa-raa kemaian sel ak erinfeksi sebesar δ, sehingga ingka kemaian sel idak erinfeksi pada suau waku adalah δ S Virus yang elah bersarang pada sel kemudian menggunakan sel sebagai media perkembangbiakan Misalkan raa-raa virus menginfeksi sel pada suau waku adalah β sehingga ingka infeksi pada suau waku dapa dirumuskan β SV Dari uraian ersebu bila dikonsruksikan model unuk jumlah sel idak erinfeksi adalah = α δs βsv Unuk sel yang erinfeksi dipengaruhi oleh ingka infeksi virus dan kemaian sel yang erinfeksi Tingka infeksi virus adalah β SV, dan unuk sel erinfeksi yang mai, jika dimisalkan raa-raa kemaian sel erinfeksi adalah a maka ingka kemaian sel erinfeksi pada suau waku adalah ai Dari uraian yang elah dijelaskan dapa dikeahui bahwa jumlah sel erinfeksi pada waku adalah di = β SV ai Dimisalkan raa-raa kemaian virus bebas karena kekebalan sel dinoasikan u maka ingka kemaian virus bebas pada suau waku dapa dirumuskan uv Apabila raa-raa kecepaan virus unuk berkembang biak adalah k maka ingka produksi virus baru adalah ki, sehingga jumlah virus bebas pada suau waku dapa dirumuskan = ki uv Dari model yang didapa dapa dirumuskan lengkap sebagai beriku = α δs βsv di = ai + β SV (6) = ki uv, dengan α, δ, β, a, k, u adalah nonnegaif 6 Keseimbangan Model Persamaaan diferensial (6) merupakan model virus Dari model ersebu dapa dicari keseimbangan sisem Dalam skripsi ini, keadaan seimbang unuk sel idak erinfeksi, sel erinfeksi dan virus bebas dinoasikan S, I dan V Model seimbang jika memenuhi = α δs βsv =,

6 di = ai + β SV =, = ki uv =, sehingga didapa dua iik keseimbangan, yaiu α I V = dan S =, keseimbangan ini erjadi keika virus belum menginfeksi sel, δ sehingga pada saa keseimbangan ini sel masih dalam keadaan seha au αβk δau αβk δau S =, I = dan V =, keseimbangan ini erjadi keika erdapa β k aβ k aβu virus dalam sel ubuh 63 Analisis Kesabilan Analisis kesabilan dilakukan pada iik-iik keseimbangan yang elah diperoleh, dengan krieria Rouh-Hurwiz α iik keseimbangan I V = dan S = δ Keseimbangan ini erjadi keika virus belum menginfeksi sel Oleh karena iu jumlah virus bebas dan jumlah sel erinfeksi adalah nol Karena perubahan I dan V erhadap waku sama dengan nol selanjunya hanya diuliskan = α δ S Dengan mensubsiusikan iik keseimbangan dan perurbasi kecil didapa persamaan = δ s (63) Misalkan x = () s, sehingga persamaan (63) dapa disajikan dalam benuk mariks, yaiu = [ δ ] x (63) sehingga dari persamaan (63) didapa persamaan karakerisik λ + δ Sesuai dengan krieria Rouhα Hurwiz maka pada iik keseimbangan I V = dan S =, persamaan (6) sabil jika δ > δ au αβk δau αβk δau Tiik keseimbangan S =, I = dan V = β k aβ k aβu Keseimbangan ini erjadi di saa virus ada dalam sel ubuh dan mulai menyerang sel Selanjunya dengan cara yang sama, persamaan (6) akan menjadi αβ k au = s v β sv au k di kαβ au = ( δ ) s ai + v + β sv (633) au k = ki uv Misalkan x = (,, siv), maka model (633) dapa disajikan dalam benuk mariks = Cx + g(, yaiu αβ k au au k β sv αβ k au = δ a x + βsv au k (634) k u Persamaan (633) merupakan sisem persamaan diferensial nonlinier, dari persamaan (634) erliha bagian linier yaiu Cx Selanjunya dengan I mariks idenias, akan dienukan C λ I =, yaiu

7 αβ k au λ au k αβ k au δ a λ =, au k k u λ sehingga didapa persamaan karakerisik sebagai beriku 3 αβ k λ + ( a+ u+ ( )) λ + ( βk( + )) λ+ αβk aδu = (635) au a u Persamaan (438) dapa diulis dalam benuk 3 λ + aλ + aλ+ a3 =, dengan αβk a = a + u +, au a = αβ k( + ), (636) a u a3 = αβk δau Model (6) akan sabil pada iik keseimbangan kedua bila persamaan (436) memenuhi krieria kesabilan Rouh-Hurwiz yaiu, a Δ = a > Karena a, u, α, β dan k nonnegaif maka a > b Δ = a a a > Akan berlaku 3 Δ = a = aa a > jika 3 a3 a αβ k ( a+ u+ )( αβ k( + )) ( αβ k δ au) > au a u c Δ 3 = a3 Δ > αβ k Akan berlaku Δ 3 = a3 Δ > jika αβ k > dau dan Δ > Unuk αβ k > dau dapa disajikan > dau yang arinya bahwa kesabilan ini erjadi jika rasio reproduksi lebih besar dari sau βsv βsv Kemudian karena lim = lim =, maka menuru ( s, i, v) (,,) ( s, i, v) (,,) s + i + v s + i + v Teorema 3 persamaan (43) dapa dikaakan sabil bila pada bagian linier memenuhi krieria kesabilan 64 Kasus Pada ubuh seorang manusia mempunyai perumbuhan sebesar, sel pada ubuh mempunyai raa-raa kemaian sebesar, Dalam sel ersebu erdapa virus HIV- (Human Imunno Deficiency Virus Type ) dengan laju raa-raa virus menginfeksi sel adalah -7 Virus ersebu berkembang biak dengan laju raa-raa, sedangkan raa-raa kemaiannya adalah 5 Virus HIV- yang sudah berkembang berusaha mencari sel, dan mengakibakan sel erinfeksi HIV-, raa-raa kemaian sel erinfeksi adalah 5 Dari asumsi ersebu dapa dibenuk model yaiu S SV = di SV 5I = (64) = I 5V Pada saa virus belum mengadakan penyerangan erhadap sel, sel masih dalam keadaan seimbang Dengan banuan sofware Mahemaica keadaan virus selama 4 hari dapa diilusrasikan pada grafik Gambar 6

8 6 L SHl s e HhariL Gambar 6 Grafik Saa Sel Tidak Terinfeksi Oleh Virus Dari Gambar 6 dapa diliha bahwa perumbuhan sel idak erinfeksi merupakan fungsi eksponensial, sedang sel erinfeksi dan virus konsan nol karena virus idak berkembang biak, sehingga idak menimbulkan sel erinfeksi Sedang seelah virus menginfeksi sel dapa diliha pada Gambar S, I, V Gambar 6 Grafik Sel Tak Terinfeksi Dari Gambar 6 dapa diliha bahwa sel ak erinfeksi, perkembangannya mulai menurun pada saa 4 dan mulai berkembang pada 8 Dari gambar dapa diliha saa jumlah sel ak erinfeksi mengalamai penurunan maka jumlah sel erinfeksi mengalami peningkaan Peningkaan sel erinfeksi seiring dengan peningkaan jumlah virus bebas Kemudian dicari iik keseimbangannya, didapakan dua iik keseimbangan yaiu a S =, I V b dan S = 5, I = -5, V = Dengan menggunakan banuan sofware Mahemaica kedua iik keseimbangan dapa diilusrasikan pada Gambar 63 dan Gambar 64 L i h ar d S Hl s e d SHselL 6 Gambar 63 Grafik Sel Tak Terinfeksi dengan Perubahannya Sebelum Virus Menginfeksi

9 d I, d V d d S, d S, I, V Gambar 64 Grafik Tiga Komponen (S,I,V) dengan Perubahannya Seelah Virus Menginfeksi Selanjunya pada kedua iik keseimbangan dianalisis kesabilan modelnya yaiu keika virus belum menginfeksi sel, pada iik keseimbangan I V = dan S = Saa keseimbangan ini virus bebas dan sel erinfeksi mempunyai jumlah nol, sehingga model menjadi = S (64) dari persamaan (64) dapa diperoleh persamaan karakerisik sebagai beriku λ + = (643) Dengan menggunakan Teorema 4 dapa a > sehingga persamaan (643) memenuhi krieria Rouh- Hurwiz yang arinya persamaan (64) dapa dikaakan sabil pada saa I V = dan S =, yaiu pada saa virus idak melakukan penyerangan pada sel ubuh aau saa virus idak ada pada ubuh pada saa virus mulai menyerang sel, yaiu pada iik keseimbangan S = 5, I = -5 dan V = Dengan memperhaikan perurbasi kecil S = S + s, I = I + i dan V = V + v dan iik keseimbangan yaiu S = 5, I = -5 dan V =, yang selanjunya mensubsiusikan keduanya kedalam model (44) didapa persamaan model yang baru yaiu 7 = 8s 5v sv di 7 = s+ 5i+ 5v+ sv (644) = i 5v Misalkan x = (,, siv), maka model (446) dapa disajikan dalam benuk mariks = Cx + g(, yaiu = 5 5 x + (645) 5 Selanjunya dengan I mariks idenias, akan dienukan C λ I = dan didapa persamaan karakerisik yaiu 3 λ + 558λ + 44λ 5 = (646) Dari persamaan (646) dikeahui a >, a > dan a 3 <, sehingga bagian liniernya ak sabil, berdasarkan Teorema 3 dapa dikaakan bahwa persamaan (64) ak sabil pada saa S = 5,

10 I = -5 dan V = Nilai I dan V negaif arinya iik keseimbangan ini idak akan pernah erjadi Dari analisis kesabilan di aas dapa dikaakan bahwa persamaan (44) sabil pada kedua iik keseimbangan Kesabilan ini juga erliha pada Gambar 63, Gambar 64, pada gambar ersebu arah dari grafik menuju ke dalam yang arinya persamaan (44) sabil 7 Penuup 7 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan, didapa kesimpulan bahwa model virus pada sel ubuh dipedngaruhi oleh iga komponen yaiu, sel ak erinfeksi, sel erinfeksi dan virus bebas yang keiganya mempunyai benuk model = α βsv di = β SV ai = ki uv α Dari model ersebu didapa dua iik keseimbangan yaiu saa I V S = dan d au αβk dau αβ k dau S =, I =, V = Model akan sabil pada iik keseimbangan perama jika β k a β k aβu δ > dan pada iik keseimbangan kedua jika R > dan Δ > Pada iik keseimbangan perama erjadi keika virus belum menginfeksi sel, sedang pada keseimbangan kedua erjadi seelah virus menginfeksi sel 7 Saran Dalam penulisan skripsi ini mengabaikan pengaruh oba unuk pembahasan lebih lanju dapa dilakukan dengan memperhaikan pengaruh oba dimana menganggap β sebagai fungsi waku, sebagaimana yang elah dielii oleh Herz e al (996) Dafar Pusaka Avis, R and Naulin, R (997) Asymoic Insabiliy of Nonlinear Differenial Equaions Elecronic Journal of Differenial Equaions, Vol 997 No 6-7 Bellomo, N and Preziosi, L (995) Modelling Mahemaical Mehods and Scienific Compuaion CRC Pre, Inc, Florida Braun, M (978) Differenial Equaions and Their Applicaions Springer-Verlag, New York Farlow, JS (994) An Inroducion o Differenial Equaions and Their Applicaions Mc Graw Hill, New York Fonseca,G L () Jurnal Elekronik Hp://cepanewschooledu/he/eays/mah/sabmarixhm Herz, A V M, Boenhoeffer, S, Anderson, R M, May, R M and Nowak MA (996) Viral Dynamics in Vivo: Limiaions on Esimaes of Inracellular Delay and Virus Decay Journal Medical Sciences Vol Macey, R and Oser, G (4) Virus Dynamics Deparmen of Molecular & Cell Biology of California Universiy, California Meyer, W J (984) Concep of Mahemaical Modeling McGraw Hill Book Company, New York Pelczar, M J (986) Dasar Dasar Mikrobiologi UI Pre, Jakara Radiopuro (996) Zoologi Penerbi Erlangga, Jakara Schröer, H () Sabiliy a Sysem of Usual Differen Equaions in Virus Dynamics Universiä Heidelberg, Jerman Tuckwell, H C () Viral Populaion Growh Models Journal Epidemiology and Informaion Science, Perancis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer Silabus : Aljabar Linear Elemener MA SKS Bab I Mariks dan Operasinya Bab II Deerminan Mariks Bab III Sisem Persamaan Linear Bab IV Vekor di Bidang dan di Ruang Bab V Ruang Vekor Bab VI Ruang Hasil Kali

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Bab ini membahas suatu vektor tidak nol x dan skalar l yang mempunyai

BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Bab ini membahas suatu vektor tidak nol x dan skalar l yang mempunyai BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Bab ini membahas suau vekor idak nol dan skalar l yang mempunyai hubungan erenu dengan suau mariks A. Hubungan ersebu dinyaakan dalam benuk A λ. Bagaimana kia memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU

PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU LEMMA VOL I NO. 2, MEI 215 PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU Siskha Handayani STKIP PGRI Sumaera Bara Email: siskhandayani@yahoo.com Absrak. Dalam peneliian ini akan dibahas penyelesaian dari sisem

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet JURNAL FOURIER Okober 6, Vol. 5, No., 67-8 ISSN 5-763X; E-ISSN 54-539 Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan eori Floque Syarifah Inayai Program Sudi Maemaika, Fakulas Maemaika dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR MUHG/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR TIM DOSEN 8 VEKTOR DAN NILAI EIGEN /5/7 9.9 Beberapa Aplikasi Ruang Eigen Uji Kesabilan dalam sisem dinamik Opimasi dengan SVD pada pengolahan Cira Sisem Transmisi dan lain-lain.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 robabilias 2.1.1 Definisi robabilias adalah kemungkinan yang daa erjadi dalam suau erisiwa erenu. Definisi robabilias daa diliha dari iga macam endekaan, yaiu endekaan klasik,

Lebih terperinci

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.

BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. KERANGKA PEMBAHASAN. Nilai Eigen dan Vekor Eigen. Diagonalisasi. Diagonalisasi secara Orogonal 7. NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Definisi

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT PELATIHA STOCK ASSESSMET Modul 5 PERTUMBUHA Mennofaria Boer Kiagus Abdul Aziz Maeri Pelaihan Sock Assessmen Donggala, 1-14 Sepember 27 DIAS PERIKAA DA KELAUTA KABUPATE DOGGALA bekerjasama dengan PKSPL

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL PREY-PREDATOR DENGAN PEMANENAN KONSTAN PADA IKAN PREY

ANALISIS KESTABILAN MODEL PREY-PREDATOR DENGAN PEMANENAN KONSTAN PADA IKAN PREY ANALISIS KESTABILAN MODEL PREY-PREDATOR DENGAN PEMANENAN KONSTAN PADA IKAN PREY Luluk Ianaul Afifah 1, Usman Pagalay 1, Jurusan Maemaika Fakulas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang e-mail:

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

MODEL PREDATOR DAN PREY DENGAN MODEL SUSCEPTIBLE - INFECTED SUSCEPTIBLE. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang

MODEL PREDATOR DAN PREY DENGAN MODEL SUSCEPTIBLE - INFECTED SUSCEPTIBLE. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang MODEL PREDATOR DAN PREY DENGAN MODEL SUSCEPTIBLE - INFECTED SUSCEPTIBLE Firsy Nur Hidayai Sunarsih Djuwandi Program Sudi Maemaika F.MIPA Universias Diponegoro Jl. Prof. H. Soedaro S.H. Tembalang Semarang

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Model Potensial Aksi Membran Hodgkin-Huxley

HASIL DAN PEMBAHASAN. Model Potensial Aksi Membran Hodgkin-Huxley 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Model Poensial Aksi Membran Hodgkin-Huley Hasil yang didapa dengan banuan bahasa pemrograman kompuer Sofware Mahemaica 7. dari Wolfram Research unuk plo poensial aksi berdasarkan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL ALIRAN POLUTAN DI TIGA DANAU YANG SALING TERHUBUNG ANDRI TRI WIBOWO

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL ALIRAN POLUTAN DI TIGA DANAU YANG SALING TERHUBUNG ANDRI TRI WIBOWO PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL ALIRAN POLUTAN DI TIGA DANAU YANG SALING TERHUBUNG ANDRI TRI WIBOWO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 9 TKE 35 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a (bagian 2) Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 29 2.4. Isyara Periodik

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK Dengan memperhaikan fungsi sebaran peluang berahan dari masingmasing sebaran klaim, sebagai mana diulis pada persamaan (3.45), (3.70) dan (3.90), perhiungan numerik idak mudah

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs

Lebih terperinci

Estimasi Fungsi Tahan Hidup Virus Hepatitis di Kabupaten Jember (Estimating of Survival Function of Hepatitis Virus in Jember)

Estimasi Fungsi Tahan Hidup Virus Hepatitis di Kabupaten Jember (Estimating of Survival Function of Hepatitis Virus in Jember) Jurnal ILMU DASAR Vol. 8 No. 2, Juli 2007 : 135-141 135 Esimasi Fungsi Tahan Hidup Virus Hepaiis di Kabupaen Jember (Esimaing of Survival Funcion of Hepaiis Virus in Jember) Mohamad Faekurohman Saf Pengajar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA GERAK PENDULUM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN GAYA GESEK UDARA

MODEL MATEMATIKA GERAK PENDULUM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN GAYA GESEK UDARA JMP : Vol. 8 No., Des. 06, hal. 9-3 ISSN 085-456 MODEL MATEMATIKA GERAK PENDULUM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN GAYA GESEK UDARA Rukmono Budi Uomo Universias Muhammadiyah Tangerang Email: rukmono.budi.u@mail.ugm.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

STRUKTUR SUBGRUP FUZZY DAN SIFAT-SIFATNYA

STRUKTUR SUBGRUP FUZZY DAN SIFAT-SIFATNYA LAPORAN PENELITIAN STRUKTUR SUBGRUP FUZZY DAN SIFAT-SIFATNYA Oleh: 1. Mushofa, S.Si 2. Karyai, M.Si JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Drs. H. Karso, M.M.Pd. Modul 11 NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS

Drs. H. Karso, M.M.Pd. Modul 11 NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS Drs. H. Karso, M.M.Pd. Modul NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS Pendahuluan Modul yang ke- dari maa kuliah Aljabar Linear ini akan mendiskusikan beberapa konsep yang berguna bagi kia sebagai

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA K 1,m K 1,n untuk d = 1 atau d = 2

PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA K 1,m K 1,n untuk d = 1 atau d = 2 Jurnal Maemaika UNAND Vol. No. 1 Hal. 3 36 ISSN : 303 910 c Jurusan Maemaika FMIPA UNAND PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA K 1,m K 1,n unuk d = 1 aau d = DINA YELNI Program Sudi Maemaika,

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

MEMBAWA MATRIKS KE DALAM BENTUK KANONIK JORDAN. Irmawati Liliana. KD Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unswagati

MEMBAWA MATRIKS KE DALAM BENTUK KANONIK JORDAN. Irmawati Liliana. KD Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unswagati Jurnal Euclid, vol., No., p.568 MEMBW MTRIKS KE DLM BENTUK KNONIK JORDN Irmawai Liliana. KD Program Sudi Pendidikan Maemaika FKIP Unswagai irmawai.liliana@gmail.com bsrak Benuk kanonik Jordan erbenuk apabila

Lebih terperinci

SIMULASI PERGERAKAN TINGKAT BUNGA BERDASARKAN MODEL VASICEK

SIMULASI PERGERAKAN TINGKAT BUNGA BERDASARKAN MODEL VASICEK Jurnal Maemaika Murni dan Terapan εpsilon Vol.9 No.2 (215) Hal. 15-24 SIMULASI PEGEAKAN TINGKAT BUNGA BEDASAKAN MODEL VASICEK Shanika Marha, Dadan Kusnandar, Naomi N. Debaaraja Fakulas MIPA Universias

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

DINAMIKA MODEL EPIDEMIK SVIRS TERHADAP PENYEBARAN PENYAKIT INFLUENZA DENGAN STRATEGI VAKSNINASI KONTINU ARTIKEL ILMIAH. Oleh: SALMAH NIM.

DINAMIKA MODEL EPIDEMIK SVIRS TERHADAP PENYEBARAN PENYAKIT INFLUENZA DENGAN STRATEGI VAKSNINASI KONTINU ARTIKEL ILMIAH. Oleh: SALMAH NIM. DNAMKA MODEL EPDEMK R TERHADAP PENYEBARAN PENYAKT NFLUENZA DENGAN TRATEG AKNNA KONTNU ARTKEL LMAH Oleh: ALMAH NM. 11130004 PROGRAM TUD MATEMATKA FAKULTA KEGURUAN DAN LMU PENDDKAN UNERTA PAR PENGARAAN PAR

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 2, 47-56, Agustus 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 2, 47-56, Agustus 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 2, 47-56, Agusus 22, ISSN : 4-858 PENGEFEKTIFAN USAHA MEDIS DALAM MEMBATASI EPIDEMI DENGAN KONTROL BANG-BANG Heru Cahyadi dan Ponidi Jurusan Maemaika FMIPA UI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawaan (Mainenance) Mainenance adalah akivias agar komponen aau sisem yang rusak akan dikembalikan aau diperbaiki dalam suau kondisi erenu pada periode waku erenu (Ebeling,

Lebih terperinci