ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI"

Transkripsi

1 Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku, semakin banyak pelanggan bus yang menunggu unuk dilayani dengan jumlah areal pemberangkaan yang erbaas akan mengakibakan erjadinya suau anrian. Hal ini juga erjadi di erminal. Dengan hanya erdapa sau erminal pemberangkaan sedangkan jumlah bus yang masuk erus menerus dan dalam jumlah yang banyak, menyebabkan erjadinya anrian yang panjang di erminal pemberangkaan. Sehingga aku yang diperlukan selama menganri sebelum dilayani di areal pem-berangkaan relaif lama. Tahap pelaksanaan peneliian dilakukan beruruan dimulai dari perumusan masalah, sudi lieraur, persiapan pelaksanaan survei, pengumpulan daa (daa primer dan daa sekunder), pengolahan daa, analisis daa dan pembahasan sera diakhiri dengan penarikan kesimpulan. Kesimpulan mengenai karakerisik sisem anrian bus di erminal adalah sebagai beriku : () Lama menunggu unuk bus jurusan Malang Surabaya dalam sisemnya 55, 8659 meni dan unuk jurusan Malang Probolinggo / Jember / Banyu-angi 42,5532 meni semenara unuk jurusan Surabaya-Ma-lang- Bliar sebesar 63,29 meni. (2) Jumlah raa raa dalam anriannya unuk jurusan Malang Surabaya sebanyak 5 bus, Jurusan malang Probolinggo/ Jember/Banyuangi 4 bus dan unuk bus jurusan Surabaya Malang Bliar ada sebanyak 3 bus. Semenara jumlah raa raa bus dalam sisemnya, unuk jurusan Malang Sura-baya sebanyak 6 bus, dan jurusan Malang Probolinggo / Jember / Banyuangi sebanyak 5 bus sedangkan jurusan Surabaya Malang Bliar ada 4 bus. (3) Semenara keika areal pemberangkaan diubah menjadi dua, jumlah bus dalam sisemnya buah dengan aku unggu raa raa 4,333 meni unuk jurusan Malang Surabaya. Dan unuk jurusan Malang Probo-linggo/ jember/ Banyuangi ada bus dalam sisem dengan aku unggu raa raa 42,5532 meni. Kaa Kunci : anrian, pelanggan, area pemberangkaan Seiring dengan berkembangnya aku, Semakin banyak pelanggan (dalam hal ini bus) yang menunggu unuk dilayani dengan jumlah pelayan (areal pemberangkaan) yang erbaas akan mengakibakan erjadinya suau anrian. Hal ini juga erjadi di erminal. Dengan hanya erdapa sau erminal pemberangkaan sedangkan jumlah bus yang masuk erus - menerus dan dalam jumlah yang banyak, menyebabkan erjadinya anrian yang panjang di erminal pemberangkaan. Sehingga aku yang diperlukan selama menganri sebelum dilayani di areal pemberangkaan relaif lama. Teori Anrian adalah suau eori yang menyangku sudi maemais dari barisan-barisan penungguan. Pada dasarnya eori anrian (Queuing Theory) merupa-kan suau sudi yang berkaian dengan perancangan dan operasi dari sisem pelayanan Definisi Anrian Suau anrian dapa didefinisikan sebagai suau garis unggu dari sauan langganan yang memerlukan layanan dari sau aau lebih fasilias pelayanan. Terjadi- Seno Achmadi adalah Dosen Fakulas Teknik Indusri Insiu Teknologi Malang 53

2 54 TEKNO, Vol : 2, Sepember 2009, ISSN: nya anrian ini disebabkan adanya kebuuhan akan layanan melebihi kemampuan fasilias pelayanan (Morlok,985) yang perama kosong aau siap melayani, dari sejumlah empa pelayanan yang beroperasi pada sisem pelayanan ersebu. Karakerisik Sisem Anrian Dalam sisem anrian ada 4 karakerisik anrian yang harus dienukan unuk maramalkan variabel-variabel yang diperlukan yaiu : Disribusi Headay (aku anara) dari kedaangan lalu linas, Disribusi aku pelayanan, pola- pola yang erjadi mungkin konsan aau poisson, Jumlah saluran- saluran pelayanan. Disiplin anrian / pelayanan, yaiu kebijaksanaan dalam memilih konsumen aau pelanggan dari anrian unuk dilayani yang menenukan uruan pelayanan sauan lalu linas yang iba. Ada iga benuk disiplin pelayanan yang biasa digunakan yaiu :. Sisem Anrian FIFO ( Firs In Firs Ou), yaiu sisem anrian dimana kendaraan aau orang yang masuk perama akan dilayani perama (keluar erlebih dahulu). 2. Sisem Anrian LIFO ( Las In Firs Ou), yaiu sisem anrian dimana kendaraan aau orang yang masuk erakhir akan dilayani erlebih dahulu, umumnya dipakai dalam sisem adminisrasi aau conainer. 3. Sisem Anrian FVFS ( Firs Srukur Kedaangan Sauan Penerima Pelayanan. Sau barisan dan sau fase pelayanan ( single chanel single phase). Sebagai conoh adalah seorang pelayan oko (unggal). Seorang ukang cukur, dan sebagainya. Secara skemais adalah sebagai beriku : Daang Keluar Gambar. Single Channel Single Phase 2. Sau barisan dan beberapa beberapafase pelayanan (single channel muli phase) Proses pelayanan merupakan uruan pekerjaan. Proses pelayanan semacam ini misalnya mengurus ijin usaha melalui beberapa orang pejaba pemerinah. Secara skemais dapa digambarkan sebagai beriku : Daang Keluar Gambar 2. Single Channel Muli Phase Vacan Firs Service), yaiu sis-3em Beberapa barisan dan sau fase anrian dimana keadaan kendaraan aau orang yang masuk akan dilayani di empa (server) yang kosong. ada prinsipnya pelayanan ( muli channel single phase) Sebagai conoh dari proses pelayanan seperi ini adalah pelayanan sama dengan FIFO, pembelian ike yang dilayani lebih namum sauan di dalam lalu linas diarahkan unuk lebih dulu dari sau loke, pelayanan poong rambu dimana erdapa lebih dari memasuki empa pelayanan sau ukang poong, pelayanan di

3 Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal 55 suau bank dimana ada beberapa loke. Secara skemais sebagai beriku : Daang Keluar kepada seorang kasir saja (single channel). Ada pula yang mempergunakan srukur campuran yang lain, misalnya pelayanan ( service) erhadap pengunjung rumah makan, dan lain sebagainya Seady Sae Gambar 3. Muli Channel Single Phase 4. Beberapa barisan dan beberapa fase pelayanan ( muli channel muli phase). Conoh dari srukur semacam ini adalah pelayanan kepada pasien di rumah saki. Di dalam rumah saki ersebu, beberapa peraa akan mendaangi pasien secara eraur dan memberikan pelayanan dengan koninu (sebagai suau uruan pekerjaan).skemanya sebagai beriku : Daang Keluar Gambar 4. Muli Channel Muli Phase 5. Campuran Srukur campuran ini adalah merupakan campuran dari dua aau lebih srukur fasilias pelayanan ersebu di aas. Srukur ini dipergunakan misalnya oleh oko oko besar, dimana ada beberapa pelayan oko yang melayani pembeli ( muli channel), namun pembayaran hanya Jika suau sisem anrian elah mulai berjalan, keadaan sisem (jumlah uni dalam sisem) akan sanga dipengaruhi oleh sae (keadaan) aal dan aku yang elah dilalui. Dalam keadaan seperi ini, sisem dikaakan dalam kondisi ransien. Teapi, semakin lama keadaan sisem akan independen erhadap sae aal ersebu, dan erhadap aku yang dilaluinya. Keadaan sisem seperi ini dikaakan dalam kondisi seady sae. Teori anrian cenderung memusakan pada kondisi seady sae, sebab kondisi ransien lebih sukar dianalisis. Noasi noasi beriku ini digunakan unuk sisem dalam kondisi seady sae : Pn E(n) E(n) E(T) E(T) : kemungkinan baha epa ada n calling uni dalam sisem anrian : ekspekasi panjang anrian : ekspekasi panjang garis : ekspekasi aku menunggu dalam sisem : ekspekasi aku menunggu dalam anrian Diasumsikan baha λn adalah konsan unuk semua n sehingga cukup diulis λ. Maka dalam proses anrian yang seady sae didapa : E n E(T) E n E(T)

4 56 TEKNO, Vol : 2, Sepember 2009, ISSN: sekarang diasumsikan baha seady sae unuk P n ini bisa didapa dengan 2 pendekaan, yaiu : aku pelayanan raa raa adalah konsan unuk semua n sehingga cukup diulis sebagai. Dengan menyelesaikan Pn dalam kasus ransien dengan, maka : 2. Dengan meneapkan E(T) E T dpn 0 d dikalikan dengan λ, didapa : E n E n. Jika sisem anrian elah mencapai kondisi seady sae, maka probabilias P menjadi konsan dan n independen erhadap aku. Solusi Rumus rumus eori anrian Hubungan anrian pada sasiun unggal dengan kedaangan poisson dan aku pelayanan eksponensial unuk berbagai kondisi eap dapa diliha pada abel beriku ini. Tabel. Rumus-rumus Teori Anrian.No Model Anrian Deskripsi Model. n p n E(n) 2 2 q n E(T) E(T) : Jumlah kendaraan (bus) yang iba : Jumlah kendaraan (bus) yang dilayani : p n kemungkinan erdapanya epa n kendaran dalam sisem E(n) jumlah raa raa kendaraan dalam sisem q : panjang anrian raa raa E(T): aku raa raa yang digunakan dalam sisem E(T): aku raa raa dalam anrian : Inensias lalu linas fakor pemakaian Sumber : Penganar Teknik dan Perencanaan Transporasi, Edard K Morlok METODE Tahap pelaksanaan peneliian dilakukan beruruan dimulai dari perumusan masalah, sudi lieraur, persiapan pelaksanaan survei, pengumpulan daa (daa primer dan daa sekunder), pengolahan daa, analisis daa dan pembahasan sera diakhiri dengan penarikan kesimpulan. Pengambilan daa primer berupa aku kedaangan bus di

5 Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal 57 erminal Arojasari, aku masuk dan keluar areal parkir bus, dan aku berangka ermasuk jumlah penumpang yang urun dan naik bus sera aku pelayanan unuk menaikkan penumpang. Pengumpulan daa ini dilakukan dengan meode seiap bus yang lea dicaa pla nomor, nama bus dan aku bus ersebu meleai iik yang dienukan oleh surveyor. Alokasi aku survei dilakukan dengan mengambil daa 6 hari (kecuali hari juma). Ala survei yang digunakan adalah sop ach (unuk mengukur aku bus meleai iik yang dienukan). Survei Pendahuluan Survei pendahuluan adalah survei yang dilakukan di lokasi peneliian yang berupa pengamaan visual dengan meliha secara langsung kondisi yang ada sera pengumpulan informasi melalui inervie kepada pihak pihak erkai, sebelum dilakukan survei lebih lanju unuk pengambilan daa primer. Hal ini dimaksudkan unuk : () Mengeahui keadaan di lapangan, (2) Menenukan meode survei yang cocok di lapangan (3) Memperhiungkan kebuuhan enaga survey, dan (4) Menenukan aku dan hari survei Pengumpulan Daa Daa yang diperlukan unuk ahap analisis adalah daa yang berupa daa primer (melalui pengamaan langsung) dan daa sekunder (di dapa melalui inervie pihak pihak erkai) Tiik Tiik Surveyor Adapun iik iik yang dienukan oleh penulis unuk pengambilan daa adalah sebagai beriku :. Pinu masuk bus di erminal 2. Sheler bus 3. Ruang unggu bus unuk menaikkan penumpang. Ada iga iik ruang unggu yang dienukan oleh penulis yaiu ruang unggu unuk bus jurusan Malang Surabaya, ruang unggu bus jurusan Malang Probolinggo, Jember, dan Banyuangi, sera ruang unggu bus jurusan Surabaya Malang Bliar. 4. Pinu keluar bus di erminal Semenara aku pelayanan unuk masing masing bus dihiung mulai bus ersebu meleai sheler bus sampai meleai pinu keluar erminal yang sudah dienukan oleh penulis. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakerisik sisem anrian bus jurusan Malang Surabaya Tingka kedaangan ( ) jumlah bus yang masuk erminal oal aku peneliian 2 0,293 bus per meni 720 Tingka pelayanan ( ) jumlah bus yang menerima layanan oal aku di areal pemberangkaan 2 0,30 bus per meni 678,55 Peluang masa sibuk (ρ) 0,293 0,30 0,9424

6 58 TEKNO, Vol : 2, Sepember 2009, ISSN: Jumlah raa raa bus dalam sisem E (n) 0, 293 0,30 0, 293 6,3743 bus 6 bus 2. Jumlah raa raa bus dalam anrian E (n) 0, 293 0, 293 0,30 0,30 0, 293 5,4344 bus 5 bus 3. Waku menunggu raa raa dalam sisem E(T) 0,30 0, ,8659 meni 4. Waku menunggu raa raa dalam anrian E(T) 0, 293 0,30 0,30 0, ,659 meni Karakerisik sisem anrian bus jurusan Malang _ Probolinggo /Jember/Banyuangi Tingka kedaangan ( ) jumlah bus yang masuk erminal oal aku peneliian ,67 bus per meni Tingka pelayanan ( ) jumlah bus yang menerima layanan oal aku di areal pemberangkaan ,3333 0,402 bus per meni Peluang masa sibuk (ρ) 0,67 0,402 0,8324. Jumlah raa raa bus dalam sisem E (n) 0,67 0,402 0,67 4,9660 bus 5 bus 2. Jumlah raa raa bus dalam anrian E (n) 0,67 0,67 0,402 0,402 0,67 4,337 bus 4 bus 3. Waku menunggu raa raa dalam sisem E(T) 0,402 0,67 42,5532 meni 4. aku menunggu raa raa dalam anrian E(T) 0,67 0,402 0,402 0,67 35,423 meni

7 Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal 59 Karakerisik sisem anrian bus jurusan Surabaya Malang-Bliar Tingka kedaangan ( ) jumlah bus yang masuk erminal oal aku peneliian 42 0,0583 bus per meni 720 Tingka pelayanan ( ) jumlah bus yang menerima layanan oal aku di areal pemberangkaan 42 0,074 bus per meni Peluang masa sibuk (ρ) 0,0583 0,074 0,7872. Jumlah raa raa bus dalam sisem E (n) 0, 074 3,6899 bus 4 bus 2. Jumlah raa raa bus dalam anrian E (n) 0,0583 0,0583 0, 074 0, 074 2,9047 bus 3 bus 3. Waku menunggu raa raa dalam sisem E(T) 0, ,29 meni 4. aku menunggu raa raa dalam anrian E(T) 0,0583 0, 074 0, ,8228 meni Tabel 2. Karakerisik sisem anrian bus di erminal Malang Malang Surabaya Malang Probolinggo / Jember/Banyuangi c c 2 c c 2 Surabaya Malang - Bliar Peluang masa 94,24% 30,9% 83,24% 24,46% 78,72% sibuk E(n) (bus) E(n) (bus) E(T)(meni) 55,8659 4,333 42,5532 8, ,29 E(T)(meni) 52,659 0,979 35,423, ,8228 Dari abel 2 diaas, didapakan hasil baha peluang masa sibuk unuk bus jurusan Malang Surabaya adalah sebesar 94,24%. Hal ini menunjukkan baha erminal pemberangkaan bus jurusan malang Surabaya ini hampir idak pernah menganggur.aau dengan kaa lain peluang menganggurnya kecil sekali yaiu hanya sebesar 5,76%. Berari selalu ada bus yang menganri unuk dilayani dalam menaikkan penumpang. Dan dari perhiungan diaas juga didapakan jumlah bus yang menganri juga relaif besar yaiu sebanyak 5 bus

8 60 TEKNO, Vol : 2, Sepember 2009, ISSN: dengan aku raa raa sebesar 52,659 meni. Selain iu juga dari abel diaas dapa dikeahui baha bus yang menunggu di dalam sisem (dalam hal ini ermasuk yang menunggu dalam anrian) adalah sebanyak 6 bus dengan aku raa raa dalam sisem adalah sebesar 55,8695 meni. Semenara keika diasumsikan menjadikan erminal pemberangkaan bus unuk jurusan Malang Surabaya menjadi 2(dua) empa, didapakan hasil yang sanga berbeda dengan hasil sebelumnya (keika erminal pembe - rangkaan hanya sau). Seperi misalnya unuk peluang masa sibuk erminal pemberangkaan yang sebelumnya mencapai 94, 24% bisa berkurang menjadi hanya 30,9%. Arinya peluang menganggurnya lebih besar yaiu 69,8%. Sedangkan unuk bus yang menunggu di dalam sisem hanya erdapa bus dengan aku raa raa dalam sisem sebesar 4,333 meni, yang jika dibandingkan hasil ini dengan sebelumnya ada pengurangan yang cukup signifikan. Begiupun dengan jumlah raa raa bus yang menunggu dalam anrian. Seelah diasumsikan menjadikan erminal pemberangkaan bus jurusan Malang Surabaya menjadi dua, bus yang menunggu dilayani dalam anrian ini menjadi 0 bus. Arinya, seiap bus jurusan Malang Surabaya yang daang ke erminal bisa langsung masuk erminal pemberangkaan (unuk menaikkan penumpang) anpa harus menganri lama. Dan unuk aku raa raa dalam anrian menjadi 0,979 meni. Unuk bus jurusan Malang Probolinggo / Jember / Banyuangi dari abel diaas bisa didapakan baha peluang masa sibuk erminal pemberangkaan unuk bus jurusan ini adalah sebesar 83,24%. Aau bisa dikaakan juga peluang menganggurnya 6,76%. Dan dari perhiungan sebelumnya juga didapa bus yang menunggu dilayani dalam anrian adalah sebanyak 4 buah bus dengan jumlah aku raa raa dalam anrian sebesar 35,423 meni. Dan banyaknya bus jurusan ini dalam sisem adalah sejumlah 5 bus dengan aku raa raa dalam sisemnya 42,55 meni. Sedangkan keika diasumsikan sama dengan bus jurusan Malang Surabaya, yaiu diambah unuk jumlah erminal pemberangkaannya, didapakan hasil yang relaif lebih kecil dari sebelumnya. Misalnya unuk peluang masa sibuk erminal pemberangkaan bus jurusan Malang probolinggo/ Jember/Banyuangi ini menjadi 24,46% yang sebelumnya mencapai 83,24%. Arinya peluang menganggurnya juga lebih besar dibandingkan sebelumnya yaiu 75,54%. Begiu juga dengan jumlah bus yang menunggu dalam anrian berkurang menjadi 0 dengan aku raa raa dalam anrian (sebelum dilayani di eminal pemberangkaan) adalah sebesar,4942 meni. Aau bisa dikaakan juga, seiap bus jurusan Malang Probolinggo/ Jember/ Banyuangi yang daang bisa langsung dilayani (menaikkan penumpang) di erminal pemberangkaan. Dan dari abel diaas, dapa diliha juga baha banyaknya bus jurusan ini dalam sisem adalah dengan aku raa raa dalam sisemnya selama 8,6269 meni. Sedangkan unuk bus jurusan Surabaya - Malang Bliar dari abel di aas, periode masa sibuk-

9 Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal 6 nya adalah 78,72% dengan peluang menganggurnya 2,28%. Dan jumlah raa raa bus jurusan ini dalam anriannya adalah sebanyak 3 bus dengan aku raa raa 49,8228 meni. Dan unuk jumlah raa raa bus jurusan Surabaya Malang Bliar dalam sisem adalah sebesar 4 bus dengan aku raa raanya (dalam sisem) 63,29 meni. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari perhiungan dapa diambil suau kesimpulan mengenai karakerisik sisem anrian bus di erminal seperi beriku :. Lama menunggu unuk bus jurusan Malang Surabaya dalam sisemnya 55, 8659 meni dan unuk jurusan Malang Probolinggo / Jember / Banyuangi 42,5532 meni semenara unuk jurusan Surabaya-Malang-Bliar sebesar 63,29 meni. 2. Jumlah raa raa dalam anriannya unuk jurusan Malang Surabaya sebanyak 5 bus, Jurusan malang Probolinggo/ Jember/Banyuangi 4 bus dan unuk bus jurusan Surabaya Malang Bliar ada sebanyak 3 bus. Semenara jumlah raa raa bus dalam sisemnya, unuk jurusan Malang Surabaya sebanyak 6 bus, dan jurusan Malang Probolinggo / Jember / Banyuangi sebanyak 5 bus sedangkan jurusan Surabaya Malang Bliar ada 4 bus. 3. Semenara keika areal pemberangkaan diubah menjadi dua, jumlah bus dalam sisemnya buah dengan aku unggu raa raa 4,333 meni unuk jurusan Malang Surabaya. Dan unuk jurusan Malang Probolinggo/ jember/ Banyuangi ada bus dalam sisem dengan aku unggu raa raa 42,5532 meni. DAFTAR PUSTAKA Dimyai, Tjuju Tarliah dan Ahmad Dimyai Operaion Research: Model Model Pengambilan Kepuusan. Bandung : PT Sinar Baru Algesindo. Gross, Donald dan Carl M Harris Fundamenal of Queueing Theory. Canada: John Wiley and Sons Inc. Morlok, Edard K.978. Penganar Teknik dan Perencanaan Transporasi. Jakara: Erlangga. Morlok, Edard K.985. Penganar Teknik dan Perencanaan Transporasi.Jakara: Erlangga. Pangesu, Subagyo.983. Dasar Dasar Operaion Research. Yogyakara: BPFE Shamblin, James E dan G.T Sevens, Jr Operaion Research : A Fundamenal Aprroach. Ne York: Mc Gra- Hill Inc. Siagian, P.987. Peneliian Operasional Teori dan Prakek. Jakara: Universias Indonesia Press. Siegel, Sidney.990. Saisik Non Paramerik Unuk Ilmu Ilmu Sosial. Jakara: PT Gramedia. Suprano, Johannes.997. Rise Operasi Unuk Pengambilan Kepuusan.Jakara: Universias Indonesia Press.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET 8 III EMODELAN HARGA ENGGUNAAN INTERNET 3 Asumsi dan Model ada peneliian ini diperhaikan beberapa asumsi yaiu sebagai beriku: Waku anarkedaangan menyebar eksponensial dengan raaan λ - (laju kedaangan adalah

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informaika ASIA (JITIKA) Vol.10, No.2, Agusus 2016 ISSN: 0852-730X Perancangan Sisem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Meode Triple Exponenial Smoohing Tria

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK Dengan memperhaikan fungsi sebaran peluang berahan dari masingmasing sebaran klaim, sebagai mana diulis pada persamaan (3.45), (3.70) dan (3.90), perhiungan numerik idak mudah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ)

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) hp://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI Jurnal Opimasi Sisem Indusri ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) Ahmad Muhsin, Ichsan Syarafi Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika 24 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D3 Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama evrie9@gmail.com

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawaan (Mainenance) Mainenance adalah akivias agar komponen aau sisem yang rusak akan dikembalikan aau diperbaiki dalam suau kondisi erenu pada periode waku erenu (Ebeling,

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN M-6 PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN Enny Suparini 1) Soemarini 2) 1) & 2) Deparemen Saisika FMIPA UNPAD arhinii@yahoo.com 1) ine_soemarini@yahoo.com 2) Absrak

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar Kumpulan Makalah Seminar Semiraa 013 Fakulas MIPA Universias Lampung Penduga Daa Pada Rancangan Bujur Sangkar Lain Dasar Idhia Sriliana Jurusan Maemaika FMIPA UNIB E-mail: aha_muflih@yahoo.co.id Absrak.

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN)

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) B PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Sudi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) Firiya Gemala Dewi, Bobby O.P. Soepangka, Nurhadi Siswano Program Pasca Sarjana Magiser Manajemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

Proyeksi Penduduk Provinsi Riau Menggunakan Metode Campuran

Proyeksi Penduduk Provinsi Riau Menggunakan Metode Campuran Saisika, Vol. 10 No. 2, 129 138 Nopember 2010 Proyeksi Penduduk Provinsi Riau 2010-2015 Menggunakan Meode Campuran Ari Budi Uomo, Yaya Karyana, Tei Sofia Yani Program Sudi Saisika, Universias Islam Bandung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING

SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Jurnal Informaika Polinema ISSN: 2407-070X SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Mansyur, Erfan Rohadi Program Sudi Teknik Informaika,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika V.i(5-4) Peramalan Kebuuhan Manajemen Logisik Pada Usaha Depo Air Minum Isi Ulang Al-Firah Henny Yulius, Islami Yei Universias

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci