MATHunesa (Volume 3: No 2) 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MATHunesa (Volume 3: No 2) 2014"

Transkripsi

1 MATHunesa (Volume 3: No 2) 214 ANALISIS STABILITAS MODEL SEL IMUN-TUMOR DENGAN TUNDAAN WAKTU Pungky Zanuar Arizona Jurusan Maemaika, Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam, Universias Negeri Surabaya pungky.mah@gmail.com Yusuf Fuad Jurusan Maemaika, Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam, Universias Negeri Surabaya unesayfuad213@yahoo.com Absrak Tumor erdiri aas umor jinak (benigna umor) dan umor ganas (malignan umor). Tumor ganas lebih dikenal sebagai kanker. Melalui model maemaika dan simulasi dapa dikaji pola perumbuhan sel umor dan sel normal secara kompleks. Di dalam proses perumbuhan umor dapa kia amai suau proses penundaan yang bisa disebabkan oleh beberapa hal, anara lain sel umor membuuhkan waku unuk melepaskan racun, panjangnya fase-fase perumbuhan, dan keerlambaan reaksi sisem kekebalan ubuh. Peneliian ini ermasuk sudi lieraur yang berujuan unuk merekonsruksi model maemaika sel imun-umor dengan undaan waku, menenukan iik ekuilibrium dari sisem persamaan dan menenukan kesabilan dari iik ekuilibrium sisem persamaan. Model sel imun-umor dengan undaan waku dapa direkonsruksi dan kesabilan model dikaji pada kondisikondisi di mana model sabil. Kaa Kunci: pemodelan maemaika, sel umor, sel imun, nilai eigen, undaan. Absrac Tumor is consis of benign umor and malignan umor. Malignan umor is knew as cancer. By using mahemaical modeling and simulaion one can be sudied a complexiy of he behavior of umor cells and he growh of normal cells. In he umor cells growh process, we can see a delay process, due o many reason such as umor cells aking ime o release oxin, due o he lengh of inerphase and oo lae reacion of of immune sysem. This sudy is belonging o a lieraure sudy ha aims o reconsruc a mahemaical model of immune-umor wih delay ime, deermine he equilibrium poin of he sysem of equaions and deermine he sabiliy of he equilibrium poin. Model of immune-umor wih delay ime is esablished and is sabiliy is based on some condiions where he model sable. Keywords: mahemaical modeling, umor cell, immune cell, eigen value, delay. I. PENDAHULUAN Tumor merupakan isilah umum yang melipui umor jinak (benigna umor) dan umor ganas (malignan umor). Tumor merupakan masalah kesehaan yang sanga serius sebagai penyebab kemaian uama di dunia sekaligus secara ilmiah memiliki anangan yang besar dan kompleks. Tumor diawali dari proses muasi DNA, kendali regulasi perumbuhan sel - sel normal yang erganggu sehingga erjadi poliferasi (pembelahan) sel yang ak erkendali dan apoposis (kemaian sel). Organisasi kesehaan dunia (WHO) memperkirakan, seiap ahun penderia umor dunia berambah 6,25 jua orang. Dalam 1 ahun mendaang diperkirakan 9 jua orang meninggal seiap ahun akiba umor. Berbagai sudi klinis dan eksperimenal memberikan pemecahan baru yang berguna unuk mengeahui pengaruh dinamika umor dan perawaan yang epa. Permasalahanpermasalahan yang semakin kompleks ersebu menunu unuk dicari solusinya. Pemecahan ersebu dapa dilakukan secara maemais dengan menggunakan pemodelan maemaika. Melalui model maemaika dan simulasi dapa dikeahui pola perumbuhan sel umor dan sel normal secara kompleks. Perilaku sisem dapa diperkirakan dengan mengubah nilai parameer sehingga mampu memproyeksikan jumlah populasi pada waku erenu. Di dalam proses perumbuhan umor dapa diamai suau proses penundaan yang bisa disebabkan oleh beberapa hal, anara lain sel umor membuuhkan waku unuk melepaskan racun, panjangnya fase-fase perumbuhan, dan keerlambaan reaksi sisem kekebalan ubuh. Terinspirasi oleh arikel dari Devi dan Ghosh (213) yang mengkonsruksi model maemaika sel imun-umor dengan undaan waku sera analisis kesabilan solusi dari 31

2 model sel imun dan sel umor di iik ekuilibrium dan simulasinya. Dalam sudi ini, penulis erarik unuk memahami perilaku perumbuhan umor yang kompleks dengan mengubah nilai parameer dari lieraur erkai, sehingga analisis sabilias model maemaika sel imunumor dari model maemaika sel imun-umor dengan undaan waku menjadi pokok permasalahan pada sudi ini. II. DASAR TEORI 2.1. Persamaan Diferensial Tundaan Persamaan diferensial undaan adalah suau persamaan diferensial fungsional yang sederhana dan lebih sering muncul dalam persoalan nyaa. Hal ini berari bahwa persamaan yang menyaakan beberapa urunan dari x pada waku, erhadap x dan urunan-urunannya yang lebih rendah pada waku, dan pada beberapa waku sebelumnya ( τ), dengan τ menyaakan besarnya undaan waku. Persamaan diferensial undaan mempunyai benuk sebagai beriku : Tundaan waku (ime delay aau ime lag) pening dalam pemodelan masalah riil sebab kepuusan biasanya dibua berdasarkan informasi pada keadaan sebelumnya. Hal ini pening unuk diperimbangkan dalam memodelkan perumbuhan populasi karena laju perumbuhan populasi idak hanya berganung pada jumlah populasi pada waku sekarang () eapi juga berganung pada jumlah populasi pada waku sebelumnya. Sebagai conoh, laju perumbuhan populasi manusia pada saa sekarang berganung pada jumlah populasi 9 bulan yang lalu sebab seorang ibu membuuhkan waku 9 bulan unuk melahirkan anak. Jadi sebenarnya jumlah populasi manusia berganung pada kapan seorang wania posiif hamil. (Forys & Czochra, 23) 2.2. Model Logisik dengan Tundaan Waku Model logisik unggal dengan undaan waku adalah dengan adalah sebuah waku unda dan bernilai posiif. Suau iik equilibrium posiif dari model ini adalah K. Hal ini diusulkan oleh Huchinson dan Gopalsamy. Model (2.2.1) bisa digunakan pada model perumbuhan populasi jenis dinamik unggal erhadap keahanan level K, dengan sebuah konsana laju perumbuhan inrinsik r. Benuk pada model (2.2.1) merupakan sebuah kepadaan erganung pada mekanisme pengaruh arus balik yang mengambil sauan waku unuk menanggapi perubahan pada kepadaan populasi diwakili pada model (2.2.1) oleh x. Model logisik dengan undaan waku (2.2.1) dikenal sebagai persamaan undaan Verhuls aau persamaan Huchinson dan elah dipelajari di beberapa jurnal dan buku. Unuk menganalisis sabilias dari iik ekuilibrium model (2.2.1), digunakan sebuah meode sandar yaiu linierisasi disekiar iik ekuilibrium. Misalkan maka. Subiusi ke persamaan (2.2.1) dan diperoleh Karena cukup deka ke K, maka dapa dieliminasi. Selanjunya didapakan suau model linier Unuk memahami sabilias iik ekuilibrium dari model (2.2.1), diperimbangkan persamaan karakerisik pada model (2.2.3). Misalkan adalah nilai karakerisik dari persamaan (2.2.3) maka dengan mensubiusikan ke model (2.2.3) menghasilkan persamaan karakerisik, maka Unuk dan, jika maka persamaan (2.2.4) memiliki akar-akar persamaan karakerisik negaif. Jika, dan maka akar dari persamaan karakerisik (2.2.4) adalah komplek konjuga dengan bagian riil negaif. Analisis ini dikenal dengan analisis kesabilan Huchinson, sehingga memberikan Teorema Huchinson sebagai beriku, Teorema Huchinson (Ruan, 26 : 4) (i) Jika, maka iik ekuilibrium posiif (ii) Jika dari persamaan (2.2.1) sabil asimoik. maka iik ekuilibrium posisif dari persamaan (2.2.1) idak sabil..

3 MATHunesa (Volume 3: No 2) 214 (iii) Jika iik ekuilibrium. maka erjadi bifurkasi Hopf pada Beriku adalah kurva dari solusi model logisik dengan beberapa nilai undaan berbeda (Firia, 212:44) : dengan. Dan parameer model diaas yaiu K = daya kapasias r = laju perumbuhan inrinsik prey c = laju kemaian jika predaor anpa prey = laju perpindahan dari prey ke predaor = laju perpindahan dari predaor ke prey Model di aas dibenuk dengan analisis sebagai beriku ini : Dimulai dengan memperhaikan apa yang erjadi pada populasi predaor keika idak adanya prey, anpa sumber makanan, bilangannya diharapkan berkurang secara eksponensial, dideskripikan oleh persamaan di bawah ini : Gambar 2.1. Solusi model logisik dari persamaan (2.2.1) dengan K=1, r =1 dan nilai perambahan masing-masing dan 2.3. Model Populasi Predaor-Prey Dalam subbab ini dibahas enang model sederhana dari predaor-prey, yang didefinisikan sebagai konsumsi predaor erhadap prey. Model predaor-prey yang paling sederhana didasarkan pada model Loka-Volerra (Loka, 1932 ; Volerra, 1926) dalam Claudia (24 :76). Model Loka-Volera ersusun dari pasangan persamaan diferensial yang mendeskripsikan predaor-prey dalam kasus yang paling sedehana. Model ini membua beberapa asumsi : 1. Populasi prey akan umbuh secara eksponen keika idak adanya predaor. 2. Populasi predaor akan mai kelaparan keika idak adanya populasi prey. 3. Predaor dapa mengkonsumsi prey dengan jumlah yang ak erhingga. 4. Tidak adanya lingkungan yang lengkap (dengan kaa lain, kedua populasi berpindah secara acak melalui sebuah lingkungan yang homogen). Selanjunya benuk verbal ini dierjemahkan ke dalam sebuah sisem persamaan diferensial. Diasumsikan bahwa populasi prey berkurang keika predaor membunuhnya dan berahan hidup (idak mengurangi populasi prey) keika predaor hanya menyerangnya. Model dengan laju perubahan dari populasi prey (x) dan populasi predaor (y) adalah : Persamaan ini menggunakan hasil kali dari bilangan predaor (y) dan kelajuan kemaian predaor (c). Unuk mendeskripsikan penurunan kelajuan (karena anda negaif pada bagian kanan persamaan) dari populasi predaor dengan pengaruh waku. Dengan adanya prey bagaimanapun juga pengurangan ini dilawan oleh laju kelahiran predaor, yang dienukan oleh laju konsumsi (βxy). Dimana laju penyerangan (β) dikalikan dengan bilangan y dan bilangan x. Bilangan predaor dan prey naik keika peremuan predaor dan prey lebih sering, eapi laju akual dari konsumsi akan erganung pada laju penyerangan (β). Persamaan populasi predaor menjadi Perkalian adalah anggapan predaor secara numerik aau peningkaan perkapia dari fungsi prey yang melimpah. Dan unuk perkalian menunjukkan bahwa kenaikan populasi predaor sebanding dengan perkalian dan prey yang melimpah. Pada populasi prey, anpa serangan predaor, bilangan prey akan naik secara eksponensial. Persamaan di bawah ini mendeskripsikan laju kenaikan populasi prey dengan pengaruh waku, dimana r adalah laju perumbuhan inrinsik prey dan x adalah jumlah dari populasi prey. Di hadapan predaor, bagaimanapun juga populasi prey dicegah dari peningkaan eksponensial secara erus-menerus. Karena model 33

4 predaor prey memiliki waku yang koninu dan mengisyarakan enang model perumbuhan populasi maka ermasuk dalam model logisik. Jadi persamaan di aas menjadi: Dengan adanya predaor bagaimanapun juga kenaikan ini dilawan oleh laju kemaian prey karena adanya penyerangan dari predaor, yang dienukan oleh laju konsumsi (αxy). Di mana laju penyerangan (α) dikalikan dengan bilangan y dan bilangan x. Bilangan predaor dan prey urun keika peremuan predaor dan prey lebih sering, eapi laju akual dari konsumsi akan erganung pada laju penyerangan (α). Persamaan populasi prey menjadi : penonakifan sel imun, yang dapa dimodelkan sebagai beriku : dan Karena model perumbuhan umor dengan undaan waku diberikan oleh persamaan (4.1.3) maka dari iu model perumbuhan sel imun dan sel umor dengan undaan waku dapa direpresenasikan sebagai beriku (Ghosh dan Devi, 213:2) : III. METODE PENELITIAN Peneliian ini merupakan sudi lieraur, hasil dari lieraur dilakukan analisa dan diperoleh sisem unuk merekonsruksi model perumbuhan sel umor. Analisis kesabilan dengan dilakukan secara analiik dan simulaif dengan beberapa nilai parameer erpilih. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Rekonsruksi Model dengan Tundaan Waku Misalkan pada waku menunjukkan banyaknya sel imun dan menunjukkan banyaknya sel umor. Dalam berineraksi, sel imun dan sel umor berperilaku seperi model predaor-prey. Dalam keadaan normal aau idak adanya sel umor, sel imun akan mai dengan laju dan adanya sel umor akan mensimulasi perumbuhan sel imun. Jika adanya simulasi dari sel umor idak diikui dengan adanya respon dari sel imun maka sel umor akan umbuh secara inrinsik dengan laju a. Perumbuhan dan beruru-uru dimodelkan sebagai beriku : dengan parameer-parameer sebagai beriku : = banyaknya sel imun yang elah ada dalam ubuh manusia, = laju penyerangan sel imun ke sel umor, = banyaknya sel normal dalam ubuh manusia, = laju penonakifan sel efekor (imun) oleh sel umor, = laju kemaian alami sel imun, = laju perumbuhan inrinsik sel umor, = daya kapasias populasi umor, = laju kemaian sel umor oleh sel imun, = waku unda Tiik Ekuilibrium Model dengan Tundaan Waku Berdasarkan persamaan (4.1.7), iik ekuilibrium dari sisem ersebu diperoleh dengan membua nol ruas kanan persamaan, dan kia perhaikan unuk dan. maka, aau dan unuk diberikan oleh, dengan dan adalah konsana posiif. Persamaan (4.1.2) merupakan model persamaan logisik unuk perumbuhan sel umor. Berdasarkan asumsi bahwa perumbuhan sel umor mengalami proses penundaan sehingga persamaan (4.1.2) berubah menjadi, yang merupakan model persamaan logisik dengan undaan waku. Selanjunya, ineraksi anara sel imun dan sel umor dapa menyebabkan mainya sel umor aau sehingga diperoleh dan. Selanjunya subsiusikan ke persamaan (4.1.6) mengakibakan, maka

5 MATHunesa (Volume 3: No 2) 214 sehingga adalah iik ekuilibrium dari sisem di aas. Dan idak memberikan yang bersesuaian. Dengan kaa lain idak berpengaruh pada persamaan (4.1.6) Analisis Sabilias Model di Tiik Ekuilibrium Sehingga muncul implikasi sebagai beriku. Jika maka sisem idak sabil, yang berari bahwa pemberian oba idak berpengaruh pada perumbuhan sel umor karena perumbuhan sel umor idak erkendali. 4.4 Analisis Sabilias Model di Tiik Ekuilibrium Persamaan (4.1.6) dan (4.1.7) merupakan sisem persamaan nonlinier yang dapa disajikan dalam benuk mariks seperi di bawah ini. Perhaikan bahwa idak memberikan pengaruh erhadap persamaan (4.1.6). Kemudian unuk persamaan (4.1.6) dapa kia ulis kembali sebagai beriku ini : unuk menganalisis kesabilannya maka sisem dilinerisasi di sekiar sehingga memberikan sisem persamaan linier sebagai beriku : Persamaan (4.4.1) merupakan persamaan diferensial biasa orde sau, maka akan sabil asimoik jika Selanjunya kia injau lagi persamaan (4.1.7) sebagai beriku : Misalkan, selanjunya akan dienukan nilai eigen dari mariks A. Misalkan adalah nilai eigen dari mariks A, Karena idak memberikan pengaruh erhadap persamaan (4.1.6) maka dapa diasumsikan konsan. Misalkan Selanjunya persamaan karakerisik A, yaiu mempunyai solusi ak nol jika dan hanya jika maka, maka persamaan (4.1.7) menjadi dan Agar sisem di aas sabil, maka harus bernilai negaif, karena bernilai real dan negaif maka sisem akan sabil jika Persamaan (4.4.3) merupakan persamaan model logisik dengan undaan waku. Berdasarkan analisis persamaan Huchinson diperoleh sebagai beriku, Jika, maka akan menyebabkan persamaan (4.1.7) sabil asimoik. Jika, maka akan menyebabkan persamaan (4.1.7) idak sabil asimoik. 35

6 T() I() T() I() 4.5 Simulasi Perumbuhan Sel Tumor yang Sabil 1 Perumbuhan Sel Imun yang Sabil Gambar 4.1 Grafik perumbuhan sel umor yang sabil Gambar 4.1 menunjukkan perumbuhan sel umor anpa undaan waku yang sabil asimoik dengan. Dipilih, agar memenuhi kondisi kesabilan (4.3.1) maka nilai parameer-parameer yang lain adalah,. Berdasarkan grafik di aas, jika nilai berambah besar maka T() konvergen ke yang menunjukkan kemaian dari sel umor Gambar 4.3 Grafik perumbuhan sel imun yang sabil Gambar 4.3 menunjukkan perumbuhan sel imun dengan undaan waku yang sabil asimoik dengan. Dipilih, agar memenuhi kondisi kesabilan (4.4.2) maka nilai parameer-parameer yang lain adalah,. Berdasarkan grafik di aas, jika nilai berambah besar maka konvergen ke. Perumbuhan sel imun sabil unuk Gambar 4.2 Grafik perumbuhan sel umor yang idak sabil Gambar 4.2 menunjukkan perumbuhan sel umor anpa undaan waku yang idak sabil dengan. Dipilih, agar memenuhi kondisi idak sabil maka nilai parameer-parameer yang lain adalah,. Berdasarkan grafik di aas, jika nilai berambah besar maka nilai berambah besar pula yang menunjukkan perumbuhan sel umor yang idak erkendali Gambar 4.4 Grafik perumbuhan sel imun yang idak sabil Gambar 4.4 menunjukkan perumbuhan sel imun dengan undaan waku yang idak sabil dengan. Dipilih, agar idak memenuhi kondisi kesabilan (4.4.2) maka nilai parameer-parameer yang lain adalah,. Berdasarkan grafik di aas, jika nilai berambah besar maka nilai berambah besar pula yang menunjukkan perumbuhan sel umor yang idak erkendali.

7 I() T() MATHunesa (Volume 3: No 2) Perumbuhan Sel Tumor yang Sabil T() =.1 T() =.5 T() = 1. V. PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan didapa kesimpulan sebagai beriku : 1. Rekonsruksi model maemaika unuk perumbuhan sel imun-umor anpa undaan waku adalah Gambar 4.5 Grafik perumbuhan sel umor yang sabil dengan 3 nilai awal yang berbeda 2. Rekonsruksi model maemaika unuk perumbuhan sel imun-umor dengan undaan waku adalah Gambar 4.5 menunjukkan perumbuhan sel umor anpa undaan waku yang sabil asimoik dengan 3 nilai awal berbeda. Dipilih agar memenuhi kondisi kesabilan (4.3.1) maka nilai parameer-parameer yanng lain adalah,. Berdasarkan grafik di aas, jika nilai berambah besar maka unuk seiap nilai awal yang diberikan T() konvergen ke yang menunjukkan bahwa sebanyak apapun sel umor yang ada akan eap mengalami kemaian. 3. Tiik ekuilibrium dari model dengan undaan waku adalah dan. 4. Kondisi kesabilan model perumbuhan sel imun dan sel umor dengan undaan waku beruruuru diberikan oleh, I() =.1 I() =.5 I() = 1.5 I() = Hasil simulasi dengan menggunakan nilai parameer yang berbeda dengan arikel uama (Devi dan Ghosh, (213)) idak berpengaruh pada kondisi kesabilan model Gambar 4.6 Grafik perumbuhan sel imun yang sabil dengan 4 nilai awal yang berbeda Gambar 4.6 menunjukkan perumbuhan sel imun dengan undaan waku yang sabil asimoik dengan 4 nilai awal berbeda,,,. Dipilih, agar memenuhi kondisi kesabilan (4.4.2) maka nilai parameer-parameer yang lain adalah, dan Berdasarkan grafik di aas, jika nilai berambah besar maka unuk seiap yang diberikan konvergen ke. Perumbuhan sel imun sabil unuk. 5.2 Saran Akan menarik sekali jika model sel imun-umor dengan undaan waku diambah dengan adanya konrol pada sisem, bisa berupa pemberian oba-obaan aaupun kemoerapi sehingga permasalahan yang dimodelkan bisa lebih mendekai kenyaaan, dan memberikan konribusi yang posiif pada dunia kesehaan dan kedokeran. DAFTAR PUSTAKA Anon H. and Rorres C Elemenary Linear Algebra. Drexel Universiy. Devi, A. dan Ghosh, A On he sabiliy of immune-umor model wih one erm delay in umor (I-T D ). Inernaional Journal of Apllied Mahemaics and Compuaion. Finizio dan Ladas Penerapan Diferensial Biasa dengan Penerapan Modern. Terjemahan Widiari Sanoso. Jakara : Erlangga. 37

8 Forys, U. and Czochra, A.M. 23. Logisic equaions in umour growh modeling, In. J. Appl. Mah. Compu. Sci. 13(3): Gopalsamy Sabiliy and oscillaions in delay differenial equaions of populaion dynamics, Neherlands: Kluwer Academic Publishers. Kowalczyk, R. and Forys, U. 22. Qualiaive analysis on he iniial value problem o he logisic equaion wih delay, Mah. Comp. Model 35(1-2): Murray, J.D. Mahemaical Biology : An Inroducion, 3rd Ediion. Springer: Inerdisciplinary Applied Mahemaics, New York, 22. Neuhauser, C. 24. Calculus for Biology and Medicine. New Jersey: Pearson Educaion Olsder, G.J. and Van Woude, J.W Mahemaical Sysems Theory. Delf : Delf Universiy Press. Pamunjak, R Persamaan Deferensial Biasa. Bandung: Insiu Teknologi Bandung Ruan, S. 26. Delay Differenial Equaion in Single Species Dynamics. Berlin : Springer. Toaha, S. 28. Sabiliy Analysis and Maximum Profi of Predaor-Prey Populaion Model wih Time Delay and Consan Effor of Harvesing. Malaysia : Malaysian Journal of Mahemaical Sciences.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL PREY-PREDATOR DENGAN PEMANENAN KONSTAN PADA IKAN PREY

ANALISIS KESTABILAN MODEL PREY-PREDATOR DENGAN PEMANENAN KONSTAN PADA IKAN PREY ANALISIS KESTABILAN MODEL PREY-PREDATOR DENGAN PEMANENAN KONSTAN PADA IKAN PREY Luluk Ianaul Afifah 1, Usman Pagalay 1, Jurusan Maemaika Fakulas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang e-mail:

Lebih terperinci

MODEL PREDATOR DAN PREY DENGAN MODEL SUSCEPTIBLE - INFECTED SUSCEPTIBLE. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang

MODEL PREDATOR DAN PREY DENGAN MODEL SUSCEPTIBLE - INFECTED SUSCEPTIBLE. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang MODEL PREDATOR DAN PREY DENGAN MODEL SUSCEPTIBLE - INFECTED SUSCEPTIBLE Firsy Nur Hidayai Sunarsih Djuwandi Program Sudi Maemaika F.MIPA Universias Diponegoro Jl. Prof. H. Soedaro S.H. Tembalang Semarang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet JURNAL FOURIER Okober 6, Vol. 5, No., 67-8 ISSN 5-763X; E-ISSN 54-539 Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan eori Floque Syarifah Inayai Program Sudi Maemaika, Fakulas Maemaika dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan Jurnal Teknik Indusri, Vol. 19, No. 1, Juni 17, 1- ISSN 111-5 prin / ISSN 7-739 online DOI: 1.97/ji.19.1.1- Konrol Opimal pada Model Economic Order Quaniy Inisiaif Tim Penjualan Abdul Laif Al Fauzi 1*,

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU

PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU LEMMA VOL I NO. 2, MEI 215 PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU Siskha Handayani STKIP PGRI Sumaera Bara Email: siskhandayani@yahoo.com Absrak. Dalam peneliian ini akan dibahas penyelesaian dari sisem

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL DINAMIKA VIRUS DALAM SEL TUBUH. Winarno 1 (M )

ANALISIS MODEL DINAMIKA VIRUS DALAM SEL TUBUH. Winarno 1 (M ) ANALISIS MODEL DINAMIKA VIRUS DALAM SEL TUBUH Winarno (M49) Virus merupakan salah sau conoh organisme yang sering mengganggu perumbuhan sel Akhirakhir ini keberadaan virus dirasa sanga mengganggu kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA GERAK PENDULUM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN GAYA GESEK UDARA

MODEL MATEMATIKA GERAK PENDULUM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN GAYA GESEK UDARA JMP : Vol. 8 No., Des. 06, hal. 9-3 ISSN 085-456 MODEL MATEMATIKA GERAK PENDULUM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN GAYA GESEK UDARA Rukmono Budi Uomo Universias Muhammadiyah Tangerang Email: rukmono.budi.u@mail.ugm.ac.id

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP Prosiding Seminar Nasional Maemaika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

Hubungan antara Keterobservasian dan Keterkonstruksian Sistem Linier Kontinu Bergantung Waktu

Hubungan antara Keterobservasian dan Keterkonstruksian Sistem Linier Kontinu Bergantung Waktu Mah Educa Jurnal () (7): 86-95 Jur na l Maem aika Pend i di ka n Maema i ka Email: mejuinibpag@gmailcm Hubungan anara Keerbservasian Keerknsruksian Sisem Linier Kninu Berganung Waku Ezhari Asfa ani adris

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT PELATIHA STOCK ASSESSMET Modul 5 PERTUMBUHA Mennofaria Boer Kiagus Abdul Aziz Maeri Pelaihan Sock Assessmen Donggala, 1-14 Sepember 27 DIAS PERIKAA DA KELAUTA KABUPATE DOGGALA bekerjasama dengan PKSPL

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA GERAK PENDULUM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN GAYA GESEK UDARA

MODEL MATEMATIKA GERAK PENDULUM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN GAYA GESEK UDARA MODEL MATEMATIKA GERAK PENDULUM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN GAYA GESEK UDARA Rukmono Budi Uomo Universias Muhammadiyah Tangerang email_rukmono.budi.u@mail.ugm.ac.id ABSTRACT. This paper aims o consruc a mahemaical

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Bab ini membahas suatu vektor tidak nol x dan skalar l yang mempunyai

BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Bab ini membahas suatu vektor tidak nol x dan skalar l yang mempunyai BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Bab ini membahas suau vekor idak nol dan skalar l yang mempunyai hubungan erenu dengan suau mariks A. Hubungan ersebu dinyaakan dalam benuk A λ. Bagaimana kia memperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN JMP : Volume 4 omor, Juni 22, hal. 35-46 KAJIA PEMODELA DERET WAKTU: METODE VARIASI KALEDER YAG DIPEGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURA Winda Triyani Universias Jenderal Soedirman winda.riyani@gmail.com Rina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk) Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi Bab II Maeri Penunjang BAB II MATERI PENUNJANG.1 Keuangan.1.1 Opsi Sebuah opsi keuangan memberikan hak (bukan kewajiban) unuk membeli aau menjual sebuah asse di waku yang akan daang dengan harga yang disepakai.

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS DAN PENAKSIRAN PARAMETER MODEL RENDLEMAN-BARTTER

ANALISIS STABILITAS DAN PENAKSIRAN PARAMETER MODEL RENDLEMAN-BARTTER ANALISIS STABILITAS DAN PENAKSIRAN PARAMETER MODEL RENDLEMAN-BARTTER Murni 1 dan Gao F. Herono 1, Program Magiser Maemaika, Deparemen maemaika FMIPA UI e-mail 1 : murni@ui.ac.id, e-mail : gao-f1@ui.ac.id

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

SOLUSI-SOLUSI PERIODIK PADA PERLUASAN FRACTIONAL VAN-DER POL TAK LINEAR

SOLUSI-SOLUSI PERIODIK PADA PERLUASAN FRACTIONAL VAN-DER POL TAK LINEAR Jurnal Maemaika Vol. 8, No., Desember 5: 7-77 SOLUSI-SOLUSI PERIODIK PADA PERLUASAN FRACTIONAL VAN-DER POL TAK LINEAR S. B. Waluya Jurusan Maemaika FMIPA Universias Negeri Semarang sevanusbudi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

PENGENDALIAN CHAOS MENGGUNAKAN SLIDING MODE CONTROL (SMC) PADA SISTEM PERSAMAAN RӦSSLER YANG TERMODIFIKASI

PENGENDALIAN CHAOS MENGGUNAKAN SLIDING MODE CONTROL (SMC) PADA SISTEM PERSAMAAN RӦSSLER YANG TERMODIFIKASI PENGENDALIAN CHAOS MENGGUNAKAN SLIDING MODE CONTROL (SMC) PADA SISTEM PERSAMAAN RӦSSLER YANG TERMODIFIKASI Muhammad Hajarul Aswad, Moh. Isa Irawan 2, Mardlijah 3 Saf Pengajar MAN Kendari, Jurusan Maemaika

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 Analisis Gerak Osilaor Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Meode Elemen Hingga Dewi Sarika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 1 Jurusan Fisika FMIPA Universias Hasanuddin, Makassar

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

KENDALI OPTIMAL PADA PENGADAAN BAHAN MENTAH DENGAN KEBIJAKAN PENGADAAN TEPAT WAKTU, PERGUDANGAN, DAN PENUNDAAN. Oleh: Darsih Idayani

KENDALI OPTIMAL PADA PENGADAAN BAHAN MENTAH DENGAN KEBIJAKAN PENGADAAN TEPAT WAKTU, PERGUDANGAN, DAN PENUNDAAN. Oleh: Darsih Idayani KENDALI OPTIMAL PADA PENGADAAN BAHAN MENTAH DENGAN KEBIJAKAN PENGADAAN TEPAT WAKTU, PERGUDANGAN, DAN PENUNDAAN Oleh: Darsih Idayani 126 1 4 Dosen Pembimbing: Subchan, Ph.D Jurusan Maemaika Fakulas Maemaika

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galatia Ballangan)

SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galatia Ballangan) SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galaia Ballangan) SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Saionary Disribuion of Swiss Bonus-Malus

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL ALIRAN POLUTAN DI TIGA DANAU YANG SALING TERHUBUNG ANDRI TRI WIBOWO

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL ALIRAN POLUTAN DI TIGA DANAU YANG SALING TERHUBUNG ANDRI TRI WIBOWO PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL ALIRAN POLUTAN DI TIGA DANAU YANG SALING TERHUBUNG ANDRI TRI WIBOWO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

MODEl PERSAMAAN DIFERENSIAL STOKASTIK UNTUK PROSES PRENDIVILLE

MODEl PERSAMAAN DIFERENSIAL STOKASTIK UNTUK PROSES PRENDIVILLE βea p-issn: 285-5893 / e-issn: 2541-458 hp://jurnalbea.ac.id Vol. 5 No. 1 (Mei) 212, Hal. 75-8 βea 212 MODEl PERSAMAAN DIFERENSIAL STOKASTIK UNTUK PROSES PRENDIVILLE Grania Absrak: Suau model yang banyak

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika V.i(5-4) Peramalan Kebuuhan Manajemen Logisik Pada Usaha Depo Air Minum Isi Ulang Al-Firah Henny Yulius, Islami Yei Universias

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 2, 47-56, Agustus 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 2, 47-56, Agustus 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 2, 47-56, Agusus 22, ISSN : 4-858 PENGEFEKTIFAN USAHA MEDIS DALAM MEMBATASI EPIDEMI DENGAN KONTROL BANG-BANG Heru Cahyadi dan Ponidi Jurusan Maemaika FMIPA UI

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryano Sudirham Analisis Rangkaian Lisrik Di Kawasan Waku 2-2 Sudaryano Sudirham, Analisis Rangkaian Lisrik (1) BAB 2 Besaran Lisrik Dan Model Sinyal Dengan mempelajari besaran lisrik dan model sinyal,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci