KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII (Sumatera Barat, Riau, Kep.Riau dan Jambi) i

2 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii

3 Triwulan II 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII DIVISI ASESMEN EKONOMI DAN KEUANGAN Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp Fax iii

4 Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII Divisi Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Jenderal Sudirman No. 22 P A D A N G Telp : Fax : Dythia Sendrata (dythia_s@bi.go.id) Reza Hidayat (reza_h@bi.go.id) Gaffari Ramadhan (gaffari_r@bi.go.id) Eks. Bank Indonesia Muaro, Padang Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring iv

5 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-nya sehingga kami dapat kembali menghadirkan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), khususnya untuk periode Triwulan II Publikasi ini ditujukan sebagai informasi dan bahan masukan bagi pemerintah daerah, kalangan perbankan, kalangan akademisi, pelaku usaha serta semua pihak yang membutuhkan informasi terkini mengenai perkembangan ekonomi Provinsi Sumatera Barat. Selain diterbitkan dalam bentuk buku, soft copy KEKR dapat diakses melalui Perekonomian Sumbar pada triwulan II 2014 tumbuh 6,0% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,5% (yoy). Penurunan ini searah dengan periode perlambatan ekonomi nasional. Di sisi lain, pergerakan indeks harga di Sumbar memperlihatkan perbaikan. Tekanan inflasi terus mereda pada triwulan II 2014 di level 6,16% (yoy) setelah sempat menembus level dua digit di akhir tahun Dalam hal ini Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII bersama pemerintah daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota akan terus berupaya mengoptimalkan peran Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melalui koordinasi dan kerjasama, baik intra maupun antar provinsi dalam rangka menstabilkan inflasi di daerah, tentunya agar daya beli masyarakat tetap terjaga. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu hingga terbitnya KEKR ini. Kami berharap semoga KEKR ini bermanfaat dan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Padang, Agustus 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII Kepala Perwakilan, (ttd) Mahdi Mahmudy Direktur Eksekutif 5

6 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 5 DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GRAFIK... ix RINGKASAN EKSEKUTIF... xi 1 BAB I EKONOMI MAKRO DAERAH Perkembangan Umum Dinamika Sisi Permintaan Perekonomian Sumatera Barat Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Investasi Ekspor Impor Dinamika Sektor Ekonomi Utama Sumatera Barat Sektor Pertanian Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Industri Pengolahan BAB II INFLASI DAERAH Perkembangan Inflasi Provinsi Sumatera Barat Perkembangan Inflasi Nasional, Sumatera Barat dan Wilayah Sekitar Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa Inflasi Triwulanan Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa Disagregasi Inflasi BAB III PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DAERAH Perkembangan Bank Umum Perkembangan Bank Umum Syariah Perkembangan Sistem Pembayaran Transaksi Tunai Transaksi Kliring Transaksi BI-RTGS (Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement) BAB IV KEUANGAN DAERAH Pendapatan Pemerintah Daerah vi

7 3.2 Belanja Pemerintah Daerah Rekening Pemerintah Daerah di Bank BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH Ketenagakerjaan Daerah Kesejahteraan Daerah BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Prospek Ekonomi Prospek Inflasi vii

8 DAFTAR TABEL TABEL 2.1. PERKEMBANGAN INFLASI TAHUNAN KOTA PADANG DAN BUKITTINGGI MENURUT KEL. BARANG DAN JASA TABEL 2.2. PERKEMBANGAN INFLASI TAHUNAN DAN TRIWULANAN KOTA-KOTA DI SUMBAGTENG TABEL 2.3. PERKEMBANGAN INFLASI TAHUNAN SUMBAR MENURUT KEL. BARANG DAN JASA (YOY, %) TABEL 2.4. PERKEMBANGAN INFLASI TRIWULANAN SUMBAR MENURUT KEL. BARANG DAN JASA (QTQ, %) TABEL 2.5. PERKEMBANGAN INFLASI TRIWULANAN SUMBAR MENURUT KEL BAHAN MAKANAN (QTQ, %) TABEL 2.6. PERKEMBANGAN INFLASI TRIWULANAN SUMBAR MENURUT KEL MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK DAN TEMBAKAU (QTQ, %) TABEL 2.4. PERKEMBANGAN INFLASI TRIWULANAN SUMBAR MENURUT KEL PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS, DAN BAHAN BAKAR (QTQ, %) TABEL 2.8. PERKEMBANGAN INFLASI TRIWULANAN SUMBAR MENURUT KEL SANDANG (QTQ, %) TABEL 2.9. PERKEMBANGAN INFLASI TRIWULANAN SUMBAR MENURUT KEL KESEHATAN (QTQ, %) TABEL PERKEMBANGAN INFLASI TRIWULANAN SUMBAR MENURUT KEL PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA (QTQ, %).. 24 TABEL PERKEMBANGAN INFLASI TRIWULANAN SUMBAR MENURUT KEL TRANSPORTASI, KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN (QTQ, %) TABEL 3.1. PERKEMBANGAN BANK UMUM SUMATERA BARAT TABEL 3.2. PERKEMBANGAN BANK UMUM SYARIAH SUMATERA BARAT TABEL 3.3. PERPUTARAN KLIRING DAN CEK/BILYET GIRO KOSONG TABEL 3.4. TRANSAKSI RTGS PROVINSI SUMATERA BARAT TABEL 5.1 PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS MENURUT KEGIATAN DI SUMATERA BARAT TABEL 5.2 PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS YANG BEKERJA MENURUT PENDIDIKAN TERTINGGI TABEL 5.3 PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA TABEL 5.4. TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA MENURUT PENDIDIKAN TERTINGGI TABEL 5.5. JUMLAH DAN PRESENTASE PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI SUMATERA BARAT TABEL 5.6. GARIS KEMISKINAN, JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN SUMATERA BARAT TABEL 5.7. INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1) DAN INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2) PROVINSI SUMATERA BARAT TABEL 6.1.PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL TABEL 6.2. PROYEKSI INFLASI SUMBAR viii

9 DAFTAR GRAFIK GRAFIK 1.1 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMBAR DAN NASIONAL... 2 GRAFIK 1.2 PERTUMBUHAN EKONOMI DI WILAYAH SUMBAGTENG... 2 GRAFIK 1.3 KONTRIBUSI PDRB MENURUT PERMINTAAN... 3 GRAFIK 1.4 PERTUMBUHAN KONSUMSI RT... 3 GRAFIK 1.5 INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN... 3 GRAFIK 1.6 PERKEMBANGAN KREDIT KONSUMSI... 3 GRAFIK 1.7 INDEKS TENDENSI KONSUMEN... 4 GRAFIK 1.8 PERKEMBANGAN DPK PERORANGAN DI BANK UMUM... 4 GRAFIK 1.9 REALISASI BELANJA APBD SUMBAR... 5 GRAFIK 1.10 PERKEMBANGAN SIMPANAN PEMDA DI BANK UMUM... 5 GRAFIK 1.11 KAPASITAS PRODUKSI TERPAKAI... 6 GRAFIK 1.12 INVESTASI PMA DAN PMDN... 6 GRAFIK 1.13 PERKEMBANGAN KREDIT INVESTASI... 6 GRAFIK 1.14 PERTUMBUHAN EKSPOR... 6 GRAFIK 1.15 HARGA INTERNASIONAL KOMODITAS EKSPOR UTAMA... 7 GRAFIK 1.16 NILAI DAN VOLUME EKSPOR KOMODITAS UTAMA... 7 GRAFIK 1.17 PORSI EKSPOR KOMODITAS UTAMA... 7 GRAFIK 1.18 PORSI NEGARA TUJUAN UTAMA EKSPOR... 7 GRAFIK 1.19 PERTUMBUHAN IMPOR... 8 GRAFIK 1.20 NILAI IMPOR KOMODITAS UTAMA... 8 GRAFIK 1.21 PORSI IMPOR KOMODITAS UTAMA... 8 GRAFIK 1.22 NILAI IMPOR MENURUT KATEGORI BARANG... 8 GRAFIK 1.23 KONTRIBUSI PDRB MENURUT SEKTOR EKONOMI... 9 GRAFIK 1.24 PERTUMBUHAN SUBSEKTOR PERTANIAN... 9 GRAFIK PERKEMBANGAN HARGA GABAH... 9 GRAFIK PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI... 9 GRAFIK PERTUMBUHAN SUBSEKTOR PHR GRAFIK JUMLAH WISMAN GRAFIK TINGKAT HUNIAN HOTEL BERBINTANG GRAFIK PERTUMBUHAN SUBSEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI GRAFIK PERTUMBUHAN SUBSEKTOR PENGANGKUTAN GRAFIK JUMLAH PENUMPANG BANDARA INTERNASIONAL MINANGKABAU GRAFIK PERTUMBUHAN SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN GRAFIK PERTUMBUHAN SUBSEKTOR SEMEN, SEKTOR BANGUNAN DAN PEMBELIAN SEMEN GRAFIK 2.1. INFLASI TAHUNAN SUMBAR GRAFIK 2.2. INFLASI TAHUNAN SUMBAR DAN WILAYAH SEKITAR GRAFIK 2.3. BOBOT KONSUMSI KOMODITAS TERBESAR DI SUMBAR GRAFIK 2.4. INFLASI TRIWULANAN SUMBAR BERDASARKAN DISAGREGASI INFLASI GRAFIK 2.5. ANDIL INFLASI TRIWULANAN SUMBAR BERDASARKAN DISAGREGASI INFLASI GRAFIK 2.6. INFLASI TAHUNAN SUMBAR BERDASARKAN DISAGREGASI INFLASI GRAFIK 2.7. KAPASITAS PRODUKSI TERPAKAI KEGIATAN USAHA (SKDU) DI SUMBAR GRAFIK 2.8. INDEKS KEYAKINAN & EKSPEKTASI KONSUMEN (SURVEI KONSUMEN) GRAFIK 2.9. INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI DIBANDINGKAN 6 BULAN YANG LALU (SURVEI KONSUMEN) DI SUMBAR GRAFIK INDEKS EKSPEKTASI HARGA (SURVEI KONSUMEN) DI SUMBAR GRAFIK 2.11 NERACA BAHAN PANGAN WILAYAH SUMBAGTENG GRAFIK 2.12 KOMPONEN BIAYA DISTRIBUSI BAHAN PANGAN STRATEGIS GRAFIK 3.1. NOMINAL DAN PERTUMBUHAN ASET BANK UMUM SUMBAR GRAFIK 3.2. PERTUMBUHAN DPK BANK UMUM MENURUT JENIS SIMPANAN (YOY) GRAFIK 3.3.PERTUMBUHAN KREDIT BANK UMUM MENURUT JENIS PENGGUNAAN (YOY) GRAFIK 3.4.PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN KREDIT PENGOLAHAN BANK UMUM GRAFIK 3.5. PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN KREDIT UMKM ix

10 GRAFIK 3.6. PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN KREDIT KUR GRAFIK 3.7. PERKEMBANGAN LDR DAN NPL BANK UMUM GRAFIK 3.8. PERKEMBANGAN NPL SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN GRAFIK 3.9.PERKEMBANGAN ALIRAN UANG KAS MASUK (INFLOW) DAN KELUAR (OUTFLOW) GRAFIK PERKEMBANGAN ALIRAN UANG KAS MASUK (INFLOW) DAN KELUAR (OUTFLOW) SETIAP BULAN GRAFIK PERKEMBANGAN PEMUSNAHAN UANG TIDAK LAYAK EDAR (PTTB) GRAFIK JUMLAH TEMUAN UANG PALSU DI SUMATERA BARAT GRAFIK PERKEMBANGAN ALIRAN UANG KAS MASUK (INFLOW) DAN KELUAR (OUTFLOW) SUMBAR GRAFIK 4.1. PERKEMBANGAN BELANJA DAERAH TERHADAP TARGET APBD GRAFIK 4.2. PERKEMBANGAN DANA PERIMBANGAN DAN KOMPONENNYA TERHADAP TARGET APBD GRAFIK 4.3. PERKEMBANGAN PAD DAN KOMPONENNYA TERHADAP TARGET APBD GRAFIK 4.4. PENCAPAIAN PAD DAN KOMPONENNYA TERHADAP TARGET APBD GRAFIK 4.5. PENCAPAIAN DANA PERIMBANGAN DAN KOMPONENNYA TERHADAP TARGET APBD GRAFIK 4.6. PORSI KOMPONEN DARI PENDAPATAN DAERAH GRAFIK 4.7. PERKEMBANGAN BELANJA DAERAH TERHADAP TARGET APBD GRAFIK 4.8. PERKEMBANGAN KOMPONEN BELANJA TERHADAP TARGET APBD GRAFIK 4.9. PERKEMBANGAN BELANJA MODAL TERHADAP TARGET APBD GRAFIK PORSI KOMPONEN DARI BELANJA DAERAH GRAFIK PERKEMBANGAN REKENING PEMERINTAH DAERAH SUMBAR DI BANK UMUM GRAFIK 5.1. KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT GRAFIK 5.2. PEKERJA BERDASARKAN LAPANGAN USAHA GRAFIK 5.3. INDEKS KETERSEDIAAN LAPANGAN KERJA SUMATERA BARAT GRAFIK 5.4. SBT INDIKATOR JUMLAH TENAGA KERJA GRAFIK 5.5. INDEKS PENGHASILAN KONSUMEN DI SUMATERA BARAT GRAFIK 6.1. PERKIRAAN INVESTASI SECARA UMUM GRAFIK 6.2. PERKIRAAN KEGIATAN USAHA SECARA UMUM GRAFIK 6.3. PERKIRAAN PENGGUNAAN TENAGA KERJA SECARA UMUM GRAFIK 6.4. POLA INFLASI BULANAN DI SUMBAR GRAFIK 6.5. EKSPEKTASI HARGA 3 DAN 6 BULAN MENDATANG (SURVEI KONSUMEN) x

11 RINGKASAN EKSEKUTIF Pertumbuhan ekonomi Sumbar pada triwulan II 2014 melambat signifikan Net ekspor dan investasi menjadi faktor utama perlambatan ekonomi Sektor pertanian menjadi sumber perlambatan ekonomi. Sementara sektor PHR masih tumbuh tinggi Tekanan inflasi mereda di tengah terjaganya pasokan bahan makanan Aset bank umum meningkat diikuti dengan membaiknya kualitas kredit. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat (Sumbar) pada triwulan II 2014 melambat namun masih diatas pertumbuhan ekonomi nasional. Perekonomian mencatat pertumbuhan sebesar 6,0% (yoy), menurun dari pertumbuhan triwulan IV 2013 sebesar 6,5% (yoy). Perlambatan ini searah dengan periode penyesuaian ekonomi nasional yang juga turun dari 5,2% (yoy) menjadi 5,1% (yoy). Menurunnya harga komoditas crude palm oil (CPO) dan karet serta ketidakpastian politik berdampak pada melemahnya kinerja ekspor dan investasi. Sebagai komoditas ekspor utama, harga CPO dan karet berpengaruh signifikan pada nilai ekspor Sumatera Barat. Selain faktor harga, volume produksi yang menurun mendorong perlambatan ekspor lebih dalam. Sementara itu faktor ketidakpastian politik di tahun pemilu menghambat pertumbuhan investasi. Penurunan hasil produksi tabama berdampak pada melambatnya sektor pertanian sementara dampak kenaikan konsumsi rumah tangga masih relatif terbatas. Volume produksi yang terbatas dampak dari periode tanam menghambat pertumbuhan sektor pertanian. Di sisi lain, maraknya kegiatan berskala internasional dan periode liburan sekolah mampu menjaga pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Namun masih relatif terbatasnya peningkatan aktivitas pariwisata menghambat pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi lebih lanjut. Inflasi Sumatera Barat triwulan II 2014 terus mereda. Laju inflasi Sumbar tercatat sebesar 6,16% (yoy), turun dibandingkan triwulan sebelumnya 8,63% (yoy). Meredanya inflasi secara keseluruhan tahun bersumber dari kelompok administered price dan volatile foods. Masih tingginya pasokan bahan makanan seiring berlanjutnya masa panen di triwulan II 2014 mendorong inflasi terus ke bawah. Di sisi lain, minimnya kebijakan terkait komoditas administered prices menahan laju inflasi Sumbar. Sementara itu, dari sisi permintaan, peningkatan konsumsi pada triwulan II 2014 tidak berdampak pada inflasi kelompok inti yang relatif stabil. Penurunan inflasi membuat laju inflasi Sumbar berada di wilayah sekitar dan nasional. Ditengah perlambatan ekonomi pada triwulan I 2014, kinerja bank umum di Sumatera Barat pada triwulan II 2014 mengalami peningkatan pada pertumbuhan aset dan dana pihak ketiga (DPK), namun penyaluran kredit bergerak turun secara moderat. Meningkatnya jumlah Dana Pihak Ketiga disebabkan oleh peningkatan simpanan pemerintah dalam bentuk giro pada triwulan II Di sisi lain, pelemahan sektor pertanian berdampak pada melambatnya pertumbuhan kredit pada sektor tersebut. Melambatnya pertumbuhan kredit pada sektor pertanian dan perdagangan, hotel dan restoran mempengaruhi perlambatan pertumbuhan kredit secara kumulatif. xi

12 Transaksi non-tunai mengalami peningkatan netinflow Pendapatan pemerintah daerah membaik di tengah terbatasnya belanja Tingkat pengangguran menurun, kualitas pekerjaan dan tingkat kesejahteraan meningkat Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2014 diprakirakan tumbuh moderat Tekanan inflasi diprakirakan terus mereda pada triwulan III Sementara itu, kualitas kredit perbankan di Sumbar terpantau mengalami peningkatan dan masih dalam batas aman. Kualitas kredit bank umum juga masih relatif terjaga dengan rasio Non- Performing-Loan (NPL) di triwulan II 2014 sebesar 2,9%. Di sisi lain, fungsi intermediasi bank umum yang diindikasikan oleh Loan to Deposit Ratio (LDR) masih terjaga dengan baik yakni mencapai 137,4%. Transaksi tunai mengalami net inflow, namun nilainya lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya aktivitas masyarakat dan konsumsi pemerintah berimplikasi pada peningkatan nilai dan volume transaksi non tunai baik melalui transaksi kiliring dan maupun volume transaksi non tunai menggunakan BI-RTGS. Realisasi pendapatan daerah Sumbar mengalami peningkatan pada triwulan II Meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD), yang berasal dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang disahkan dan PAD lainnya, menjadi faktor utama kenaikan penerimaan daerah. Sementara itu, penyerapan belanja pemerintah daerah Sumbar mengalami peningkatan seiring dengan pelaksanaan sejumlah tahapan pengadaan barang maupun proyek infrastruktur pemerintah daerah. Penyerapan tenaga kerja dan tingkat penggangguran pada semester I 2014 mencatat perbaikan ditengah perlambatan ekonomi domestik. Jumlah penduduk usia produktif dan angkatan kerja di Sumatera Barat terus meningkat diikuti dengan penurunan jumlah pengangguran dan porsi pekerja paruh waktu terhadap angkatan kerja. Sementara itu, tingkat kemiskinan di Sumbar terus mengalami penurunan. Menurunnya kemiskinan dipengaruhi oleh inflasi Sumbar yang semakin membaik dan perbaikan penghasilan penduduk terutama perdesaan. Indikasi membaiknya tingkat kesejahteraan masyarakat sejalan dengan peningkatan penghasilan masyarakat. Di sisi lain, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) juga mengalami penurunan akibat menurunnya biaya konsumsi sejalan dengan inflasi yang mereda.. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat diprakirakan tumbuh moderat di triwulan III Perekonomian Sumbar diprakirakan berada pada kisaran 5,8% -6,2% (yoy) atau relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 6,0% (yoy). Dari sisi permintaan, berlanjutnya pelemahan net ekspor menjadi faktor melambatnya perekonomian. Di sisi lain, peningkatan konsumsi baik rumah tangga maupun pemerintah yang menjadi penopang penopang perekonomian Sumbar belum mampu mendorong perekonomian secara keseluruhan. Demikian pula halnya kegiatan investasi yang masih tumbuh terbatas. Secara sektoral, menurunnya produksi komoditas ekspor utama turut berdampak pada kinerja sektor pertanian yang melambat. Namun menguatnya konsumsi domestik mampu menggerakkan sejumlah sektor ekonomi lainnya dan menahan perlambatan perekonomian lebih lanjut Tekanan inflasi diprakirakan terus mereda pada triwulan III Membaiknya pasokan bahan pangan sejak awal tahun dan minimnya pengaruh gangguan cuaca seperti El Nino dan Dipole Mode mendorong inflasi Sumbar terus ke bawah. Tingginya aktivitas perekonomian dan konsumsi masyarakat pada Ramdhan dan hari raya Idul Fitri sedikit meningkatkan tekanan inflasi. Namun, terdapat sejumlah risiko yang perlu diantisipasi untuk menahan peningkatan laju inflasi seperti kenaikan TTL rumah tangga dan rencana kenaikan elpiji 12 kg berpotensi meningkatkan inflasi dari kelompok administered prices. xii

13 INDIKATOR EKONOMI TERPILIH SUMATERA BARAT INDIKATOR I II III IV I II III IV I II MAKRO IHK Kota Padang*) 134,67 136,35 138,75 140,15 143,42 147,17 152,67 155,39 113,12 Laju Inflasi Tahunan (y-o-y %) 3,95 6,19 4,74 4,16 6,50 7,93 10,03 10,87 8,63 6,16 PDRB - harga konstan (miliar Rp) - Pertanian 2.448, , , , , , , , , ,1 - Pertambangan dan Penggalian 319,5 326,4 327,1 327,8 319,2 334,9 328,7 346,5 342,4 344,2 - Industri Pengolahan 1.250, , , , , , , , , ,6 - Listrik, Gas, dan Air Bersih 115,8 119,2 122,7 123,2 121,9 125,4 123,8 130,2 129,4 133,3 - Bangunan 573,6 600,2 624,5 640,8 623,0 651,8 677,9 692,3 662,2 665,6 - Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1.919, , , , , , , , , ,6 - Pengangkutan dan Komunikasi 1.640, , , , , , , , , ,7 - Keuangan, Persewaan, dan Jasa 537,4 548,6 567,3 575,2 574,2 586,6 598,4 610,5 610,8 621,2 - Jasa 1.801, , , , , , , , , ,3 Pertumbuhan PDRB (yoy %) 4,8 6,6 6,6 7,4 6,8 5,5 5,6 6,8 6,5 6,0 PERBANKAN Bank Umum Total Aset (Rp triliun) 36,25 37,82 39,74 40,16 42,98 42,18 44,32 43,64 47,64 46,78 DPK (Rp Triliun) 23,60 24,27 25,85 25,62 26,41 25,91 26,78 26,28 27,49 29,55 - Giro (Rp Triliun) 5,85 5,85 6,12 4,87 6,12 5,18 5,56 4,27 5,13 6,46 - Tabungan (Rp Triliun) 10,49 11,21 11,79 13,18 11,88 11,97 12,69 14,21 13,16 13,36 - Deposito (Rp Triliun) 7,26 7,21 7,95 7,57 8,41 8,76 8,53 7,80 9,20 9,84 Kredit (Rp Triliun) 30,23 32,28 33,07 34,17 35,31 37,31 38,46 38,66 39,02 40,60 - Modal Kerja 10,95 12,52 12,60 13,07 13,44 13,98 14,39 14,41 14,71 15,67 - Investasi 5,08 5,26 5,36 5,30 5,89 6,65 6,93 7,08 6,86 7,18 - Konsumsi 14,19 14,50 15,10 15,79 15,98 16,69 17,14 17,17 17,45 17,76 - LDR (%) 128,11 133,01 127,92 133,37 133,73 144,04 143,60 147,11 141,95 137,40 NPL (gross, %) 2,16 2,22 2,41 2,26 2,45 2,31 2,43 2,16 3,24 2,9 xiii

14 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank xiv

15 1 BAB I EKONOMI MAKRO DAERAH Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat (Sumbar) melambat signifikan pada triwulan II 2014 akibat pelemahan investasi dan ekspor. Perekonomian mencatat pertumbuhan sebesar 6,0% (yoy), menurun dari pertumbuhan triwulan I 2014 sebesar 6,5% (yoy). Perlambatan ini searah dengan pelemahan ekonomi sebagian besar provinsi di wilayah Sumatera bagian tengah (Sumbagteng) dan nasional. Ketergantungan pada ekspor komoditas berbasis SDA menjadi faktor utama perlambatan ekonomi. Menurunnya harga komoditas crude palm oil (CPO) dan karet serta ketidakpastian politik berdampak pada melemahnya kinerja ekspor dan investasi. Sebagai komoditas ekspor utama, harga CPO dan karet berpengaruh signifikan pada nilai ekspor Sumatera Barat. Selain faktor harga, volume produksi yang menurun mendorong perlambatan ekspor lebih dalam. Sementara itu faktor ketidakpastian politik di tahun pemilu menghambat pertumbuhan investasi. Di sisi lain, menguatnya konsumsi rumah tangga dan pemerintah menjadi penahan perlambatan pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat yang lebih dalam. Kontraksi impor juga masih berlangsung seiring dengan tren depresiasi rupiah dan perlambatan kegiatan investasi. Penurunan hasil produksi tabama berdampak pada melambatnya sektor pertanian sementara dampak kenaikan konsumsi rumah tangga masih relatif terbatas. Volume produksi yang terbatas dampak dari periode tanam menghambat pertumbuhan sektor pertanian. Di sisi lain, maraknya kegiatan berskala internasional dan periode liburan sekolah mampu menjaga pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Namun masih relatif terbatasnya peningkatan aktivitas pariwisata menghambat pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi lebih lanjut. Minimnya investasi juga menahan pertumbuhan sektor industri pengolahan di tengah perbaikan daya beli masyarakat. 1.1 Perkembangan Umum Perekonomian Sumbar pada triwulan II 2014 melambat signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Ekonomi Sumbar hanya tumbuh 6,0% (yoy), menurun dari triwulan I 2014 yang mampu mencapai 6,5% (yoy). Terus menurunnya harga CPO dan karet di triwulan II 2014 berdampak pada melemahnya nilai ekspor dan sektor pertanian Sumatera Barat. Selain itu masa tanam dan kebijakan replanting membuat hasil produksi CPO dalam 1

16 tren menurun pasca puncak masa panen di akhir tahun Perlambatan perekonomian juga disebabkan oleh masih lemahnya kegiatan investasi karena perilaku wait and see para pelaku usaha di tahun pemilu. Namun pencapaian pertumbuhan ini masih diatas pertumbuhan nasional yang juga melambat dari 5,2% (yoy) menjadi 5,1% (yoy) (Grafik 1.1). Perlambatan tersebut disebabkan oleh kontraksi pertumbuhan ekspor yang terutama terjadi pada komoditas berbasis sumber daya alam. Sebagian ekspor barang tambang masih terhenti akibat kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah, sementara ekspor komoditas batu bara dan CPO menghadapi pelemahan permintaan. Dari sisi domestik, perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama bersumber dari terkontraksinya belanja pemerintah dan kegiatan investasi nonbangunan. Penangguhan penyaluran dana bantuan sosial mengakibatkan turunnya belanja barang dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kontraksi konsumsi pemerintah. Sementara itu, pertumbuhan investasi nonbangunan yang negatif terutama disebabkan oleh investasi alat angkutan luar negeri yang masih kontraksi sejalan dengan kinerja ekspor tambang yang belum membaik. %, yoy ,2 6,7 5,8 4,4 6,5 6,5 6,5 6,5 6,3 6,4 6,2 6,1 6,0 5,8 5,6 5,7 Sumber: BPS, diolah Nasional Sumbar Rata-rata Sumbar ( 5 tahun) 4,8 6,6 6,6 5,2 5,1 Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sumbar dan Nasional 7,4 6,8 5,5 5,6 I II III IV I II III IV I II III IV I II ,8 6,5 6,0 %, yoy ,2 6,4 6,0 Sumber: BPS, diolah Sumbagteng Sumbar Riau Kepri Jambi 5,2 5,1 4,9 5,4 5,2 4,7 4,5 4,2 5,0 5,4 I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Sumbagteng 7,5 6,3 6,0 2,5 4,5 Secara regional, perlambatan yang terjadi di Sumatera Barat juga terjadi di sebagian besar daerah-daerah lain di wilayah Sumatera Bagian Tengah (Sumbagteng). Sama halnya dengan Sumatera Barat, pelemahan ekspor komoditas perkebunan menjadi sumber utama perlambatan ekonomi Riau dan Jambi di triwulan II 2014 (Grafik 1.2). Selain itu melemahnya kinerja sektor pertambangan akibat capaian produksi migas yang menurun mendorong perekonomian Riau turun lebih dalam. Perbaikan ekonomi hanya terjadi di Kepulauan Riau karena rendahnya ketergantungan pada ekspor komoditas berbasis SDA dan signifikannya kenaikan konsumsi swasta. 2

17 Investasi 18,6% Net Ekspor 22,7% Konsumsi Pemerintah 12,8% Konsumsi RT 45,9% 12,0 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 g.konsumsi RT g.konsumsi Non Makanan g.konsumsi Makanan Inflasi Sumber: BPS, diolah Grafik 1.3 Kontribusi PDRB Menurut Permintaan 0,0 I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: BPS, diolah Grafik 1.4 Pertumbuhan Konsumsi RT 1.2 Dinamika Sisi Permintaan Perekonomian Sumatera Barat Konsumsi Rumah Tangga Menguatnya konsumsi rumah tangga menjadi penahan perlambatan pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat yang lebih dalam. Konsumsi rumah tangga Sumbar pada triwulan II 2014 tercatat mencapai 5,4% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan lalu sebesar 4,4% (yoy). Perbaikan konsumsi ini memberikan dampak yang signifikan mengingat kontribusi konsumsi rumah tangga mencapai sebesar 47,3% terhadap total Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) (Grafik 1.3). Meningkatnya konsumsi masyarakat, baik makanan dan non makanan, terutama ditopang oleh penguatan daya beli seiring dengan terus meredanya tekanan inflasi dari 8,6% (yoy) di triwulan I 2014 menjadi 6,2% (yoy) di triwulan II 2014 (Grafik 1.4). Selain itu, masuknya musim liburan sekolah, adanya event internasional Tour de Singkarak, dan periode menjelang bulan Ramadhan mendukung peningkatan konsumsi rumah tangga di Sumbar. Namun kenaikan konsumsi rumah tangga relatif terbatas akibat memburuknya pendapatan petani perkebunan karena tren penurunan harga komoditas kelapa sawit dan karet di triwulan II Indeks Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini Indeks Ekspektasi Konsumen Baseline (Batas Positif) - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Triliun Rp %, yoy 20 Nominal Pertumbuhan-sisi kanan I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 1.5 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumsi 3

18 Penguatan konsumsi rumah tangga tercermin dari sejumlah indikator konsumsi. Indeks Keyakinan Konsumen, sebagai salah satu hasil survei Bank Indonesia, menunjukkan bahwa persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun ekspektasi kondisi ke depan terus membaik ditopang oleh optimisme pada kegiatan dunia usaha dan ketersediaan lapangan kerja (Grafik 1.5). Hal ini juga terkonfirmasi oleh Indeks Tendensi Konsumen dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang masih menunjukkan nilai yang baik (diatas batas positif = 100) pada tingkat konsumsi bahan makanan dan non makanan (Grafik 1.7). Namun, pertumbuhan kredit konsumsi menunjukkan perlambatan dari 9,2% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 6,4% (yoy) pada triwulan II 2014 (Grafik 1.6). Hal ini mengindikasikan preferensi masyarakat Sumbar menggunakan uang tunai masyarakat dalam kegiatan konsumsinya masih besar dibandingkan dengan menggunakan kredit. Selain itu, penguatan daya beli masyarakat seiring melemahnya inflasi tidak berdampak pada penurunan dana pihak ketiga (DPK) perorangan. DPK perorangan di Sumbar pada triwulan II 2014 tumbuh 13,6% (yoy) atau sebesar Rp18,8 triliun, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 18,1 triliun dengan pertumbuhan 7,0% (yoy) (Grafik 1.8). Indeks Indeks Tendensi Konsumen Pendapatan Rumah Tangga Pengaruh Inflasi terhadap Tingkat Konsumsi Baseline (Batas Positif) Tingkat Konsumsi Makanan dan Bukan Makanan I II III IV I II III IV I II Triliun Rp %, yoy 20 Posisi DPK Perorangan Pertumbuhan-sisi kanan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: BPS, diolah Grafik 1.7 Indeks Tendensi Konsumen Grafik 1.8 Perkembangan DPK Perorangan di Bank Umum Konsumsi Pemerintah Peningkatan belanja pemerintah mulai terlihat di triwulan II 2014 sesuai dengan pola historisnya. Belanja barang mengalami kenaikan sejalan dengan telah berlangsungnya sejumlah proyek pengadaan barang. Selain itu telah selesainya pengesahan APBD di seluruh daerah berdampak pada meningkatnya kapasitas belanja pemda. Kondisi tersebut terlihat dari meningkatnya realisasi belanja pemerintah daerah Sumatera Barat yang mencapai Rp801,6 miliar di triwulan II 2014, atau meningkat dari Rp384,0 miliar di triwulan I 2014 (Grafik 1.9). Namun masih terbatasnya kenaikan belanja pemerintah daerah berdampak pada meningkatnya dana milik pemda di bank umum dari Rp4,3 triliun di triwulan I 2014 menjadi Rp5,7 triliun di triwulan II 2014 (Grafik 1.10). 4

19 Miliar Rp Belanja Pemerintah Daerah Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Sumbar, diolah Grafik 1.9 Realisasi Belanja APBD Sumbar I II III IV I II III IV I Triliun Rp % 7,0 6,0 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 - Nominal Pertumbuhan - sisi kanan I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 1.10 Perkembangan Simpanan Pemda di Bank Umum Investasi Faktor ketidakpastian politik di tahun pemilu menghambat pertumbuhan investasi Sumatera Barat. Investasi terus tumbuh melambat dari 6,8% (yoy) di triwulan I 2014 menjadi 5,5% (yoy) di triwulan II Masih rendahnya kapasitas produksi terpakai membuat kegiatan investasi belum menjadi hal yang prioritas. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan bahwa kapasitas produksi masih tetap berada di kisaran 78% diakibatkan oleh penurunan di sektor industri pengolahan (Grafik 1.11). Berdasarkan hasil liaison, turunnya harga karet dunia dan keterbatasan pasokan bahan baku menghambat kinerja industri pengolahan karet. Informasi liaison juga menunjukkan bahwa perusahaan belum akan melakukan investasi baru yang bernilai besar di semester I Melemahnya investasi tercermin dari perlambatan kredit investasi yang menurun dari 16,4% (yoy) di triwulan I 2014 menjadi 7,9% (yoy) di triwulan II 2014 dengan nilai sebesar Rp7,2 triliun (Grafik 1.13). Perlambatan investasi ini juga terlihat dari menurunnya nilai investasi, terutama oleh PMA, di triwulan II 2014 (Grafik 1.12). Selain pelaku usaha, minimnya pembangunan infrastruktur oleh pemerintah, yang terlihat dari masih rendahnya realisasi belanja modal pemerintah daerah, turut mendorong perlambatan investasi. 5

20 Total Pertanian Industri Pengolahan I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 1.11 Kapasitas Produksi Terpakai Jumlah Proyek/Juta US$ Miliar Rp PMDN PMA PMA ( Juta US$) PMDN (Miliar Rp)-sisi kanan I II III IV I II III IV I II Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Grafik 1.12 Investasi PMA dan PMDN Ekspor Menurunnya harga komoditas crude palm oil (CPO) dan karet berdampak pada melemahnya kinerja ekspor. Aktivitas ekspor kembali melanjutkan perlambatan dari 32,9% (yoy) di triwulan I 2014 menjadi 28,1% (yoy) di triwulan II Perlambatan ekspor terjadi baik pada ekspor luar negeri maupun ekspor antar daerah (Grafik I.14). Menurunnya perdagangan internasional diakibatkan oleh fase penurunan harga komoditas CPO dan karet (Grafik 1.15). Pasca tren kenaikan harga yang mencapai puncaknya di akhir triwulan I 2014, harga CPO terus melambat di triwulan II Sementara tren pelemahan harga karet terus terjadi sejak pertengahan tahun Terkait perdagangan domestik, menurunnya investasi di kawasan Sumatera, terutama bangunan, berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekspor antar daerah. Hal ini dikarenakan salah satu ekspor utama Sumatera Barat adalah semen, yang permintaannya tergantung pada kegiatan infrastruktur fisik. Triliun Rp 8 Nominal Pertumbuhan-sisi kanan %, yoy 40 %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II g.ekspor g.ekspor Antar Daerah g.ekspor Luar Negeri -40 I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: BPS, diolah Grafik 1.13 Perkembangan Kredit Investasi Grafik 1.14 Pertumbuhan Ekspor Selain faktor harga, volume produksi komoditas ekspor utama yang menurun mendorong perlambatan ekspor lebih dalam. Periode masa tanam CPO dan kebijakan 6

21 replanting menahan perbaikan nilai ekspor Sumatera Barat (Grafik I.16). Kondisi ini terlihat dari terus menurunnya volume ekspor CPO pasca puncak masa panen di triwulan IV Padahal, komoditas CPO merupakan komoditas ekspor utama Sumatera Barat dengan kontribusi yang mencapai 72% (Grafik 1.17). Sementara itu potensi permintaan eksternal masih tinggi mengingat pertumbuhan ekonomi India, sebagai negara tujuan utama ekspor, diproyeksikan membaik di tahun 2014 (Grafik 1.18). USD/MT Harga CPO Dunia USD cent/kg 700 Harga Karet Dunia-sisi kanan Sumber: Bloomberg Grafik 1.15 Harga Internasional Komoditas Ekspor Utama juta US$/ribu ton I II III IV I II III IV I II Nilai Ekspor Nonmigas Nilai Ekspor CPO Nilai Ekspor Karet Vol. Ekspor CPO Vol. Ekspor Karet Grafik 1.16 Nilai dan Volume Ekspor Komoditas Utama 3% 2% 2% 16% 5% 72% Minyak dan lemak nabati atau hewani Karet dan barang dari karet Kopi, teh dan rempah-rempah Aneka produk kimia Limbah dari industri makanan Malaysia 3% Lainnya 18% Italia 4% Iran 4% Brasil 5% Tiongkok 7% Singapura 10% India 35% Amerika 14% Lainnya Grafik 1.17 Porsi Ekspor Komoditas Utama Grafik 1.18 Porsi Negara Tujuan Utama Ekspor Impor Kontraksi impor masih berlangsung seiring dengan tren depresiasi rupiah dan perlambatan kegiatan investasi. Impor kembali tumbuh negatif sebesar -4,4% (yoy), melanjutkan kontraksi yang terjadi pada triwulan sebelumnya sebesar -1,4% (yoy). Perlambatan impor dari luar negeri terjadi karena relatif mahalnya harga barang impor untuk konsumsi seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi di triwulan II 2014 (Grafik 1.19). Selain itu kebutuhan akan impor barang modal dan bahan baku masih minim sejalan dengan rendahnya aktivitas investasi, baik dari swasta maupun pemerintah. Sementara kontraksi impor antar daerah menurun seiring dengan meningkatnya daya beli masyarakat akan barang konsumsi. 7

22 %, yoy g.impor g.impor Antar Daerah g.impor Luar Negeri -40 I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: BPS, diolah Grafik 1.19 Pertumbuhan Impor juta US$ Nilai Impor Nonmigas Nilai Impor Limbah dari Industri Makanan-sisi kanan Nilai Impor Pupuk-sisi kanan Nilai Impor Mesin-sisi kanan I II III IV I II III IV I II Grafik 1.20 Nilai Impor Komoditas Utama juta US$ Hampir seluruh impor luar negeri merupakan bahan baku, mengkonfirmasi rendahnya kegiatan investasi. Minimalnya kegiatan investasi dan moderasi permintaan domestik akibat nilai tukar Rupiah yang tergolong masih tinggi terlihat dari rendahnya impor barang modal dan nihilnya impor barang konsumsi (Grafik 1.22). Adapun impor bahan baku sebagian besar berupa pupuk yang digunakan untuk perkebunan kelapa sawit (Grafik 1.21). Namun impor pupuk terpantau mengalami penurunan seiring dengan mulai berkurangnya aktivitas penanaman perkebunan (Grafik 1.20). 12% 6% 9% 5% 2% 33% 33% Limbah dari industri makanan Pupuk Kertas dan kertas karton Garam, sulfur dan batu-batuan Sereal Juta US$ Barang Konsumsi Barang Modal Bahan Baku Mesin 20 Lainnya - I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 1.21 Porsi Impor Komoditas Utama Grafik 1.22 Nilai Impor Menurut Kategori Barang 1.3 Dinamika Sektor Ekonomi Utama Sumatera Barat Sektor Pertanian Menurunnya hasil produksi tabama berdampak pada perlambatan sektor pertanian. Pada triwulan I 2014, sektor pertanian Sumbar tumbuh sebesar 5,8% (yoy), menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 7,7% (yoy). Di tengah kenaikan harga gabah, subsektor tabama mengalami perlambatan yang cukup signifikan. Kondisi ini diindikasi akibat menurunnya hasil produksi beras di triwulan II Terbatasnya pasokan 8

23 beras juga tercermin dari kenaikan harga beras di Sumatera Barat pada triwulan II Penurunan subsektor tabama berdampak signifikan karena porsinya yang mencapai 60%. Di sisi lain, kenaikan harga gabah berdampak pada perbaikan Nilai Tukar Petani (NTP) tanaman pangan dari 100,1 di akhir triwulan I 2014 menjadi 100,5 di akhir triwulan II 2014 (Grafik 1.26). Keuangan, Persewaan dan Jasa Prshn. 5,1% Pengangkutan dan Komunikasi 15,9% Jasa-Jasa 17,4% PHR 18,5% Pertanian 22,5% Listrik, Gas dan Air 1,1% Pertambangan 2,8% Ind. Pengolahan 11,2% Bangunan 5,5% Sumber: BPS, diolah Grafik 1.23 Kontribusi PDRB Menurut Sektor Ekonomi %, yoy 12,0 g.pertanian g.tabama g.tanaman Perkebunan 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0-2,0-4,0-6,0 I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: BPS, diolah Grafik 1.24 Pertumbuhan Subsektor Pertanian Berbeda dengan subsektor tabama, subsektor tanaman perkebunan masih mampu tumbuh stabil. Dampak tren penurunan harga kelapa sawit di triwulan II 2014 kurang terlihat. Kondisi ini dikarenakan level harga yang terjadi saat ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Harga CPO dunia masih meningkat dari rata-rata US$757,2 per metrik ton pada triwulan II 2013 menjadi US$796,0 per metrik ton pada triwulan II Kenaikan harga komoditas ini juga berdampak pada perbaikan Nilai Tukar Petani (NTP) perkebunan dari 98,0 di triwulan II 2013 menjadi 98,5 di triwulan II 2014 (Grafik 1.26). Rp/kg Rata-rata Harga Gabah GKP Pertumbuhan-sisi kanan %, yoy Indeks NTP Umum NTP Perkebunan NTP Tanaman Pangan Sumber: BPS, diolah Grafik Perkembangan Harga Gabah Sumber: BPS, diolah Grafik Perkembangan Nilai Tukar Petani 9

24 1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Maraknya kegiatan berskala internasional dan periode liburan sekolah mampu menjaga pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Pertumbuhan sektor PHR sedikit menguat dari 6,3% (yoy) di triwulan I 2014 menjadi 6,4% (yoy) di triwulan II Penguatan ini bersumber dari subsektor perdagangan besar dan eceran (Grafik 1.27). Aktifitas perdagangan meningkat dampak dari sejumlah kegiatan berskala internasional yaitu Tour de Singkarak dan Mentawai Megathrust. Kedua acara tersebut mampu menarik wisatawan mancanegara untuk datang ke Sumatera Barat terlihat dari jumlah kunjungan yang stabil di level yang tinggi, mencapai 13,8 ribu orang di triwulan II 2014, meningkat signifikan dari 11,8 ribu orang pada periode yang sama tahun lalu (Grafik 1.28). Kenaikan jumlah wisatawan mancanegara memberi dampak positif lanjutan pada sektor perhotelan. Tingkat hunian hotel berbintang meningkat dari 46,2% di triwulan I 2014 menjadi 52,0% di triwulan II 2014 (Grafik 1.29). %, yoy 16,0 g.phr g.perdagangan g.hotel g.restoran 14,0 12,0 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0 I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: BPS, diolah Grafik Pertumbuhan Subsektor PHR Orang Jumlah Wisman Sumber: BPS, diolah g.wisman-sisi kanan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik Jumlah Wisman %,yoy Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Masih terbatasnya peningkatan aktivitas pariwisata menghambat pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi lebih lanjut. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan II 2014 tumbuh stabil di level 9,5% (yoy) (Grafik 1.30). Peningkatan jumlah penumpang angkutan udara, seiring dengan masa liburan sekolah dan kegiatan internasional, relatif terbatas dibandingkan dengan pola musimannya (Grafik 1.32). Tertahannya arus orang tersebut terindikasi akibat kenaikan fuel surcharge pada triwulan I Kebijakan tersebut menahan konsumsi masyarakat akan penggunaan jasa transportasi udara di triwulan II

25 Persen I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: BPS, diolah Grafik Tingkat Hunian Hotel Berbintang %, yoy 14,0 12,0 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0 Sumber: BPS, diolah g.pengangkutan&komunikasi g.pengangkutan g.komunikasi I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik Pertumbuhan Subsektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Industri Pengolahan Perbaikan daya beli masyarakat terlihat dampaknya pada meningkatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan. Menguatnya sektor industri pengolahan, dari yang mencatat kontraksi 0,4% (yoy) di triwulan I 2014 menjadi tumbuh 1,6% (yoy) di triwulan II 2014, ditopang oleh perbaikan subsektor industri tekstil, barang kulit dan alas kaki (Grafik 1.33). Hasil produksi sandang meningkat seiring dengan kesiapan industri pengolahan dalam mengantisipasi periode liburan dan lonjakan permintaan menjelang hari raya Idul Fitri. Meningkatnya nilai produksi subsektor ini berdampak signifikan karena perannya mencapai 39,0% dari total industri pengolahan. %, yoy 18,0 16,0 14,0 12,0 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0 Sumber: BPS, diolah g.angkutan Jalan Raya g.angkutan Udara I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik Pertumbuhan Subsektor Pengangkutan Ribu Orang Sumber: BPS, diolah Total penumpang Pertumbuhan penumpang - sisi kanan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik Jumlah Penumpang Bandara Internasional Minangkabau Persen Masih minimnya investasi menghambat pertumbuhan sektor industri pengolahan lebih lanjut. Kegiatan investasi yang rendah dari pelaku usaha akibat faktor pemilu dan pembangunan infrastruktur oleh pemerintah yang masih minimal berdampak pada berkurangnya kebutuhan akan semen dan berkontribusi pada melemahnya subsektor 11

26 semen dan barang galian bukan logam (Grafik I.34). Pembelian semen terus melanjutkan pertumbuhan negatif yang semakin dalam sejak triwulan I Tidak adanya pembangunan proyek properti komersial dan residensial yang signifikan di Sumatera Barat turut menjadi faktor lemahnya pembelian semen. Sejalan dengan kondisi tersebut, sektor bangunan pun terus mengalami penurunan. %, yoy 15,0 10,0 5,0 0,0-5,0-10,0 g.industri Pengolahan g.tekstil, Brg Kulit dan Alas Kaki I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: BPS, diolah g.ind Makanan dan Minuman g.semen&brg Galian Bukan Logam Grafik Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan %, yoy %, yoy 18 g.semen&brg Galian Bukan Logam g.sektor Bangunan g.pembelian Semen-sisi kanan I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: BPS, diolah Grafik Pertumbuhan Subsektor Semen, Sektor Bangunan dan Pembelian Semen

27 BOKS 1: Pendalaman Kinerja Ekspor Industri Pengolahan, Prospek & Tantangan di Wilayah Sumatera Barat Grafik Grafik 13

28 14

29 2 BAB II INFLASI DAERAH Inflasi Sumatera Barat triwulan II 2014 terus mereda. Laju inflasi Sumbar tercatat sebesar 6,16% (yoy), turun dibandingkan triwulan sebelumnya 8,63% (yoy). Meredanya inflasi secara keseluruhan tahun bersumber dari kelompok administered price dan volatile foods. Masih tingginya pasokan bahan makanan seiring berlanjutnya masa panen di triwulan II 2014 mendorong inflasi terus ke bawah. Di sisi lain, minimnya kebijakan terkait komoditas administered prices menahan laju inflasi Sumbar. Sementara itu, dari sisi permintaan, peningkatan konsumsi pada triwulan II 2014 tidak berdampak pada inflasi kelompok inti yang relatif stabil. Penurunan Halaman inflasi membuat ini sengaja laju inflasi dikosongkan Sumbar berada di wilayah sekitar This page is intentionally blank dan nasional. 2.1 Perkembangan Inflasi Provinsi Sumatera Barat Inflasi tahunan Sumatera Barat triwulan II 2014 terus mereda dan mengalami penurunan bila dibandingkan pada triwulan sebelumnya. Inflasi Sumatera Barat pada triwulan II tercatat sebesar 6,16% (yoy) dan berada di bawah rata-rata inflasi triwulan II selama 3 tahun terakhir ( ) yang mencapai 6,54% (yoy) (Grafik 2.1). Secara tahunan, pergerakan inflasi Sumbar ini berada di bawah inflasi nasional dan sejalan dengan perkembangan laju inflasi nasional yang terus mengalami penurunan mencapai 6,70% (yoy). Secara umum, tekanan inflasi di kedua kota sampel inflasi di Sumatera Barat mengalami penurunan yang cukup signifikan. Sejak ditetapkannya kota Bukittinggi menjadi kota sampel inflasi di Sumatera Barat pada tahun 2014, perkembangan inflasi kota Bukittinggi mengalami penurunan dari 8,18% (yoy) di awal tahun 2014 menjadi 5,44% (yoy) di bulan Juni Begitu pula dengan kota Padang juga mengalami penurunan tekanan inflasi dari 11,10% (yoy) di Januari 2014 menjadi 6,26% (yoy) di akhir triwulan II 2014 (Tabel 2.1). 15

30 Grafik 2.1. Inflasi Tahunan Sumbar Grafik 2.2. Inflasi Tahunan Sumbar dan Wilayah Sekitar Penurunan tekanan inflasi Sumbar terjadi diakibatkan oleh masih tercukupinya pasokan kelompok bahan makanan. Kondisi ini terutama disebabkan oleh masih tingginya pasokan subkelompok bumbu-bumbuan terutama komoditas cabe merah dan beras. Pada triwulan laporan, kelompok bumbu-bumbuan mengalami deflasi yang cukup signifikan dari - 12,45% (qtq) pada triwulan I 2014 menjadi -22,45% (qtq) pada triwulan selanjutnya. Hal ini mengakibatkan kelompok bahan makanan memberikan sumbangan deflasi terbesar pada Sumbar sebesar -0,44% (qtq). Sementara itu, tekanan dari sisi permintaan masih relatif stabil. Hal ini terindikasi dari inflasi inti (core) tercatat sebesar 5,10% (yoy) sedikit meningkat dibandingkan triwulan I 2014 sebesar 4,56% (yoy). Di sisi lain, beberapa kelompok seperti bahan makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok kesehatan, dan kelompok sandang yang stabil memberikan sumbangan terhadap penurunan inflasi Sumbar. Kelompok harga barang yang diatur pemerintah (administered prices) juga mengalami penurunan inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu 16,94% (yoy) menjadi 13,52% (yoy) pada triwulan laporan. 16

31 Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Padang dan Bukittinggi Menurut Kel. Barang dan Jasa Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Tahunan dan Triwulanan Kota-Kota di Sumbagteng 2.2 Perkembangan Inflasi Nasional, Sumatera Barat dan Wilayah Sekitar Secara triwulanan, laju inflasi Sumbar lebih rendah dibandingkan inflasi Nasional dan relatif stabil dibandingkan dengan inflasi wilayah Sumbagteng. Inflasi triwulanan Sumbar mencapai 0,28% (qtq) lebih rendah bila dibandingkan dengan wilayah lain di Sumbagteng kecuali Kep.Riau yang mengalami deflasi sebesar -0,36% (qtq). Penurunan harga kelompok bahan makanan terutama subkelompok bumbu-bumbuan menjadi faktor utama melemahnya laju inflasi Sumbar dan kota-kota lain di wilayah Sumbagteng pada triwulan II Secara tahunan, laju inflasi Sumbar lebih baik dibandingkan inflasi wilayah Sumbagteng dan Nasional. Inflasi tahunan Sumbar di triwulan II 2014 mencapai 6,16% (yoy) berada di bawah perkembangan harga wilayah Sumatera Bagian Tengah dan Nasional yang mengalami inflasi tahunan masing-masing sebesar 6,26% (yoy) dan 6,70% (yoy) pada triwulan laporan (Tabel 2.2). Setelah rata-rata inflasi Sumbar yang lebih tinggi di antara provinsi di wilayah Sumbagteng sepanjang tahun 2013, penurunan inflasi tahunan wilayah Sumbar hingga triwulan II 2014 telah sejalan dengan wilayah Sumbagteng lainnya dan Nasional dan menuju ke target inflasi nasional yaitu 4,5±1% (Grafik 2.2). Di wilayah Sumbagteng, tingkat inflasi tahunan terendah terjadi di Provinsi Kep.Riau yang tercatat sebesar 6,03% (yoy). Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa Membaiknya pasokan bahan makanan sejak awal tahun dan kondisi cuaca yang cukup kondusif mendoring inflasi tahunan Sumbar mereda. Penurunan inflasi tahunan Sumbar di triwulan II 2014 terutama bersumber dari penurunan inflasi yang signifikan pada 17

32 kelompok bahan makanan yang tercatat mengalami inflasi sebesar 3,03% (yoy), turun dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 11,31% (yoy) (Tabel 2.3). Penurunan laju inflasi ini terjadi pada kelompok bahan makanan terutama subkelompok bumbu-bumbuan dengan komoditas utama penyumbang inflasi adalah cabai merah dan bawang merah yang mengalami deflasi. Komoditas beras yang menjadi salah satu komoditas utama penyumbang inflasi kelompok bahan makanan selain bumbu-bumbuan, mengalami inflasi tahunan sebesar 12,30% (yoy) di triwulan II Pergerakan harga subkelompok padi-padian ini relatif meningkat bila dibandingkan inflasi di triwulan I 2014 yang mencapai 10,88% (yoy). %, qtq Inflasi IHK Core Volatile Food Administered Price Sumber : BPS, diolah Grafik 2.3. Bobot Konsumsi Komoditas Terbesar di Sumbar Grafik 2.4. Inflasi Triwulanan Sumbar berdasarkan Disagregasi Inflasi Kenaikan tarif angkutan udara akibat penyesuaian fuel surcharge pada triwulan I menyebabkan inflasi kelompok transportasi masih cukup tinggi. Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang tercatat menyumbangkan penurunan inflasi triwula II 2014 dengan inflasi sebesar 12,60% (yoy), turun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 15,78% (yoy) dan memberikan andil inflasi sebesar 2,32% (yoy). Kenaikan tarif angkutan udara, dan permintaan transportasi yang tinggi pada musim liburan di triwulan II 2014 berkontribusi pada inflasi kelompok ini yang tergolong masih tinggi. Masuknya masa ujian akhir sekolah dan liburan sekolah mendorong peningkatan inflasi tahunan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga. Inflasi kelompok ini pada triwulan II 2014 sebesar 2,47% (yoy) dengan andil 0,17% (yoy) meningkat dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 1,47% (yoy). Peningkatan permintaan akan kursus untuk menghadapi ujian akhir nasional pendidikan memberikan tekanan inflasi subkelompok kursu-kursus/ pelatihan. Selain itu, peningkatan kunjungan rekreasi pada masa liburan sekolah di akhir triwulan II 2014 menyebabkan peningkatan inflasi subkelompok rekreasi ke level yang lebih tinggi di angka 5,07% (yoy). 18

33 Relatif stabilnya inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok sandang, dan kelompok kesehatan mendorong stabilnya inflasi inti pada triwulan II Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau bertahan pada level 7,35% (yoy), relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,31% (yoy). Keadaan ini juga diikuti oleh inflasi pada kelompok sandang dan kesehatan. Peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan II 2014 tidak berdampak pada peningkatan inflasi kelompok inti. Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Tahunan Sumbar Menurut Kel. Barang dan Jasa (yoy, %) Kelompok / Subkelompok TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil UMUM/TOTAL 6,50 6,50 7,94 7,94 10,03 10,03 10,87 10,87 8,63 8,63 6,16 6,16 Bahan Makanan 9,04 2,68 11,34 3,41 13,50 3,97 16,21 4,78 11,31 2,91 3,03 0,78 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 8,47 1,64 8,29 1,60 9,43 1,85 8,52 1,68 7,31 1,34 7,35 1,35 Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 2,49 0,47 3,09 0,57 4,34 0,79 4,66 0,85 4,70 0,93 5,09 1,01 Sandang 4,12 0,26 1,43 0,09 4,67 0,30 3,01 0,19 6,91 0,47 6,97 0,47 Kesehatan 3,27 0,12 3,04 0,11 4,28 0,15 5,16 0,18 4,03 0,15 4,15 0,15 Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 12,32 0,75 11,74 0,71 1,92 0,13 1,83 0,12 1,47 0,10 2,47 0,17 Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 3,57 0,58 8,92 1,44 17,51 2,85 19,00 3,07 15,78 2,90 12,60 2,32 Sumber : BPS Sumbar, diolah Inflasi Triwulanan Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa Tekanan inflasi inflasi secara triwulanan pada periode laporan terus mengalami penurunan. Pada triwulan II 2014, inflasi Sumbar turun dari 0,92% (qtq) menjadi 0,28% (qtq) (Tabel 2.4). Penurunan ini terutama bersumber dari deflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan dari 0,52% (qtq) menjadi -1,70% (qtq). Hal ini seiring dengan masih tingginya pasokan cabai merah dari Jawa akibat masa panen yang masih berlangsung. Melemahnya tekanan inflasi juga ditopang oleh menurunnya laju inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan dari 1,44% (qtq) menjadi 0,94%(qtq) dan terjadinya deflasi pada kelompok sandang dari 1,10% (qtq) menjadi -0,59% (qtq). Sementara itu, penurunan laju inflasi terhambat akibat meningkatnya laju inflasi pada beberapa kelompok. Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dari 0,69% (qtq) menjadi 0,83% (qtq). Kelompok kesehatan juga mengalami inflasi dari 0,61% (qtq) menjadi 1,21% (qtq). Selain itu, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami tekanan inflasi dari 0,38% (qtq) menjadi 0,71% (qtq) dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami inflasi dari 1,35% (qtq) menjadi 1,67% (qtq). 19

34 Inflasi kelompok ini perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar memberikan andil inflasi terbesar di Sumbar sebesar 0,33% (qtq). Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Triwulanan Sumbar Menurut Kel. Barang dan Jasa (qtq, %) Kelompok / Subkelompok TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil UMUM/TOTAL 2,33 2,33 2,61 2,61 3,74 3,74 1,78 1,78 0,92 0,92 0,28 0,28 Bahan Makanan 5,48 1,61 5,04 1,53 1,17 0,36 3,68 1,12 0,57 0,15-1,70-0,44 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 1,95 0,38 0,72 0,14 4,58 0,88 1,07 0,21 0,69 0,13 0,83 0,15 Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 1,53 0,28 0,96 0,17 1,26 0,22 0,83 0,14 1,35 0,27 1,67 0,33 Sandang -2,12-0,14-0,97-0,06 6,41 0,38-0,14-0,01 1,10 0,07-0,59-0,04 Kesehatan 0,74 0,03 1,53 0,05 1,76 0,06 1,04 0,03 0,61 0,02 1,21 0,05 Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 0,39 0,03-0,32-0,02 1,64 0,10 0,13 0,01 0,38 0,03 0,71 0,05 Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0,87 0,14 5,00 0,80 10,58 1,73 1,61 0,28 1,44 0,26 0,94 0,17 Kelompok bahan makanan terutama pada sub kelompok bumbu-bumbuan di Sumbar pada triwulan II 2014 mengalami deflasi dan menjadi penyumbang utama penurunan inflasi Sumbar. Inflasi kelompok bahan makanan terjadi dari 0,57% (qtq) pada triwulan I 2014 menjadi -1,70% (qtq) (Tabel 2.5). Sub kelompok bumbu-bumbuan mengalami deflasi yang cukup signifikan dibandingkan pada triwulan I 2014 yaitu sebesar -22,45% (qtq) dibandingkan inflasi sebelumnya sebesar -12,57% (qtq). Dengan deflasi tersebut, kelompok bahan makanan memberikan sumbangan deflasi terbesar dibandingkan kelompok-kelompok lainnya mencapai -0,44% (qtq). Andil inflasi tersebut menurun signifikan dari triwulan sebelumnya yang mencapai 0,15% (qtq). Sejak akhir triwulan I 2014, koreksi harga komoditas cabai merah masih terus terjadi diikuti dengan stabilnya harga beberapa komoditas bahan makanan lainnya. Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KPw BI Wilayah VIII menunjukkan harga cabai merah jawa di pasar terus bergerak turun dari rata-rata Rp pada bulan Maret 2014 menjadi Rp pada bulan Juni Komoditas bawang merah juga mengalami penurunan dari rata-rata Rp di triwulan I 2014 menjadi Rp di triwulan II Terjadinya deflasi pada kelompok makanan seiring dengan penurunan harga cabai merah di Sumbar akibat masih berlangsungnya masa panen di Jawa dan tingginya pasokan cabai merah di Sumbar dari Jawa. Kelompok lain yang mengalami deflasi adalah kelompok ikan segar dan ikan diawetkan. Kelompok ikan segar mengalami deflasi yang cukup signifikan dibandingkan triwulan I 2014 yaitu dari 8,04% (qtq) menjadi -1,69% (qtq). Sedangkan kelompok ikan diawetkan mengalami deflasi dari 7,84% (qtq) menjadi -3,35% (qtq) pada triwulan II

35 Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi Triwulanan Sumbar Menurut Kel Bahan Makanan (qtq, %) Kelompok / Subkelompok TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II Bahan Makanan 1,07-5,17 6,14 3,46-3,00 2,87-0,77 1,27 5,48 5,04 1,17 3,68 0,57-1,70 Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 17,01-9,98 2,00 5,77 3,73-9,93 2,95 2,52 1,42-1,26 4,14 6,17 1,56 0,01 Daging dan Hasil-hasilnya 1,93 2,17 1,25-3,03 1,41 0,15 3,65 2,36 1,53 1,82 4,35-2,28 0,19 4,50 Ikan Segar 1,84 6,28 3,57-6,14 4,74 1,57 1,29 0,90 3,51 1,56 2,58-1,85 8,04-1,69 Ikan Diawetkan 2,59 6,56 0,04-2,00 1,51 0,18 14,70 0,44 0,82 2,06 1,80 5,47 7,84-3,35 Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 2,45 1,05 6,31 1,19 3,89 0,05 2,03-0,41 2,34 4,13 3,46 0,54 2,61 4,35 Sayur-sayuran 3,53 2,14 7,57 0,84-6,85 4,47 5,14-2,89 6,81 6,06 4,86 2,61 3,19 7,38 Kacang - kacangan -0,16 0,53 0,38-0,03 7,45-1,75 14,46-0,20 0,29 3,60 12,15 0,26 7,69-0,07 Buah - buahan 2,96-1,64 3,02 2,53 0,25 2,88 4,48-0,03 1,73 3,62 5,89 2,26 2,17 2,37 Bumbu - bumbuan -29,96-32,77 38,27 27,75-35,41 54,77-28,80 6,34 34,97 28,58-15,06 15,76-12,57-22,45 Lemak dan Minyak 10,26 0,33 4,28-0,71 0,41 0,71 1,95-1,29-0,02 0,26 4,47 0,44 1,41 2,50 Bahan Makanan Lainnya 3,68 3,46 2,97 3,72 0,15 0,00 0,00-0,92 0,00 1,23 3,51 0,12 0,38 1,68 Sumber : BPS Sumbar, diolah. Peningkatan konsumsi masyarakat menjelang masa liburan sekolah, masa pemilu, dan bulan Ramadhan mendorong peningkatan inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman rokok dan tembakau. Inflasi kelompok ini meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dari 0,69% (qtq) menjadi 0,83% (qtq) (Tabel 2.5). Dengan kondisi tersebut, sumbangan inflasi kelompok ini naik di triwulan II 2014 sedikit meningkat dari 0,13% (qtq) menjadi 0,15% (qtq). Kenaikan inflasi tertinggi terjadi pada subkelompok tembakau dan minuman beralkohol yaitu dari 1,23% (qtq) menjadi 2,00% (qtq). Kenaikan ini terjadi akibat berkurangnya suplai rokok akibat penutupan beberapa pabrik rokok di Jawa pada triwulan II 2014 ini. Selain itu, inflasi subkelompok makanan jadi sedikit meningkat dari 0,41% (qtq) menjadi 0,45% (qtq) seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat pada periode liburan sekolah dan menjelang Ramadhan di akhir triwulan II Sementara itu, melambatnya laju inflasi terjadi pada subkelompok minuman tidak beralkohol dibandingkan triwulan sebelumnya dari 0,83% (qtq) menjadi 0,23% (qtq). Secara keseluruhan inflasi kelompok ini masih dalam level yang terkendali terutama pada subkelompok makanan jadi dan subkelompok minuman yang tidak beralkohol. Tabel 2.6. Perkembangan Inflasi Triwulanan Sumbar Menurut Kel Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan tembakau (qtq, %) Kelompok / Subkelompok TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 1,29 2,17 3,08 1,32 1,67 0,89 3,49 1,91 1,95 0,72 4,58 1,07 0,69 0,83 Makanan Jadi 1,16 2,16 1,84 0,46 0,09 0,47 1,90 0,15 1,17 0,20 6,24 1,17 0,41 0,45 Minuman yang Tidak Beralkohol 0,93 1,63 2,34 0,18 1,61 2,67 5,63-0,12 0,40-0,29 3,47-1,26 0,83 0,23 Tembakau dan Minuman Beralkohol 1,78 2,49 6,31 3,77 5,06 0,85 5,61 6,36 4,07 2,08 2,16 1,91 1,23 2,00 Sumber : BPS Sumbar, diolah. 21

36 Meningkatnya aktifitas perekonomian terutama di kota Bukittinggi meningkatkan inflasi subkelompok biaya tempat tinggal pada triwulan II Peningkatan inflasi tekanan inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar terutama berasal dari inflasi subkelompok biaya tempat tinggal yang meningkat dari 0,40% (qtq) pada triwulan I 2014 menjadi 3,23% (qtq) pada triwulan II Kenaikan biaya tempat tinggal dipicu dari tingginya permintaan biaya sewa rumah terutama di kota Bukittinggi dan kebutuhan akan biaya renovasi dan perbaikan rumah yang biasa dilakukan menjelang bulan Ramadhan dan Lebaran. Peningkatan inflasi lebih lanjut tertahan oleh subkelompok bahan bakar, penerangan dan air yang mengalami deflasi sebesar -1,56% (qtq) pada triwulan II 2014 setelah mengalami inflasi yang cukup tinggi sebesar 3,99% (qtq) akibat kenaikan harga elpiji pada triwulan I Proses penarikan minyak tanah oleh Pertamina yang dilakukan bulan Maret hingga April diindikasi memberikan dampak positif terhadap ketergantungan minyak tanah di Sumbar yang terlihat dari penurunan harga komoditas bahan bakar rumah tangga. Tabel 2.7. Perkembangan Inflasi Triwulanan Sumbar Menurut Kel Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar (qtq, %) Kelompok / Subkelompok TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 3,79-0,09-0,34 0,38 2,00 0,37 0,05 0,51 1,53 0,96 1,26 0,83 1,35 1,67 Biaya Tempat Tinggal 6,52-0,61-0,76-0,09 3,41 0,56 0,01 0,92 1,05 1,74 1,18 0,31 0,40 3,23 Bahan Bakar, Penerangan dan Air 0,40 0,00 0,16 1,39 0,08 0,04 0,00 0,00 2,97-0,48 1,20 1,90 3,99-1,56 Perlengkapan Rumahtangga 0,40 2,39 0,22 0,00-0,14 0,03 0,00-0,25 0,38-0,18 3,65 1,07 0,72 1,19 Penyelenggaraan Rumahtangga 0,19 1,30 0,34 0,32 0,74 0,60 0,53 0,18 0,79 1,49 0,12 0,56 0,80 1,19 Sumber : BPS Sumbar, diolah. Pergerakan indeks harga kelompok sandang mengalami penurunan seiring dengan penurunan harga emas internasional. Kelompok sandang mengalami deflasi sebesar - 0,59% (qtq) pada triwulan II 2014 setelah sebelumnya mencatat inflasi sebesar 1,10% (qtq) pada triwulan I Dengan perubahan pergerakan arah indeks harga tersebut, sumbangan inflasi kelompok sandang yang sebelumnya mencapai 0,07% (qtq) turun menjadi -0,04% (qtq) pada triwulan II Hampir seluruh subkelompok dalam kelompok ini mencatat penurunan harga dibandingkan triwulan sebelumnya, kecuali subkelompok sandang anak-anak. Subkelompok barang pribadi dan sandang lain terutama penurunan harga komoditas emas perhiasan menjadi faktor utama deflasi kelompok ini. Deflasi subkelompok barang pribadi dan sandang lain tercatat sebesar -2,97% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat inflasi 1,28% (qtq). Penurunan harga ini juga didukung 22

37 Survei Pemantauan Harga (SPH) dimana harga emas perhiasan 24 karat di kota Padang turun dari Rp /gram rata-rata di bulan Maret 2014 menjadi Rp / gram di bulan Juni Pelemahan nilai mata uang rupiah terhadap dolar AS dan turunnya harga emas internasional berdampak pada penurunan harga emas perhiasan di Sumbar. Tabel 2.8. Perkembangan Inflasi Triwulanan Sumbar Menurut Kel Sandang (qtq, %) Kelompok / Subkelompok TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II Sandang 0,12 2,71 6,77 4,04 0,54 1,66 3,12 1,48-2,12-0,97 6,41-0,14 1,10-0,59 Sandang Laki-laki 0,26 3,54 5,38 0,52 0,90 2,83 1,17 0,60 0,38 0,48 0,72 0,00 1,71 0,33 Sandang Wanita 0,37 1,97 1,80 0,11 0,25 1,97 0,54 0,00 0,74 0,37 0,12 0,27 1,20 0,54 Sandang Anak-anak 0,34 1,68 2,85 0,41 0,12 1,29 0,73 0,13-0,08 0,50 0,80 0,21-0,15 0,38 Barang Pribadi dan Sandang Lain -0,50 3,52 16,91 13,81 0,70 0,63 8,53 4,13-7,40-4,19 20,50-0,71 1,28-2,97 Tekanan inflasi kelompok kesehatan mengalami peningkatan. Inflasi kelompok kesehatan meningkat dari 0,61% (qtq) di triwulan I 2014 menjadi 1,21% (qtq) di triwulan II 2014 (Tabel 2.9). Meningkatnya tekanan inflasi tersebut berdampak pada meningkatnya andil kelompok ini terhadap inflasi dari 0,02% (qtq) menjadi 0,05% (qtq). Subkelompok jasa kesehatan mengalami inflasi tertinggi dibandingkan subkelompok lainnya sebesar 1,81% (qtq) seiring dengan meningkatnya permintaan jasa dokter spesialis terutama di kota Bukittinggi. Komoditas utama yang memiliki kontribusi tertinggi dalam subkelompok jasa kesehatan antara lain tarif rumah sakit, obat-obatan, obat dengan resep dan dokter spesialis. Komoditas-komoditas tersebut mengalami inflasi pada triwulan II 2014 baik di kota Padang maupun Bukittinggi. Tabel 2.9. Perkembangan Inflasi Triwulanan Sumbar Menurut Kel Kesehatan (qtq, %) Kelompok / Subkelompok TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II Kesehatan 1,11 1,90 1,81 0,15 1,23 1,76 0,55 0,19 0,74 1,53 1,76 1,04 0,61 1,21 Jasa Kesehatan 0,18 0,00 2,95 0,00 3,44 2,53 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02 1,81 Obat-obatan 0,02 6,32 4,70 0,00 0,04 4,02 1,16 0,45 0,47 2,20 2,56 0,99 0,72 0,36 Jasa Perawatan Jasmani 0,76 0,00 0,00 1,56 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,08 5,68 4,05 0,93 1,40 Perawatan Jasmani dan Kosmetika 2,25 1,86 0,21 0,07 0,35 0,59 0,78 0,25 1,50 2,27 2,03 1,27 0,98 0,98 Sumber : BPS Sumbar, diolah. Pergerakan indeks harga kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sedikit meningkat sejalan masuknya masa ujian akhir dan liburan sekolah. Inflasi kelompok ini mencatat peningkatan pada triwulan II 2014 di level 0,71% (qtq) dibandingkan triwulan I 2014 yang mencapai inflasi 0,38% (qtq) (Tabel 2.10). Adapun andil kelompok ini terhadap inflasi tergolong stabil sebesar 0,05% (qtq). Sebagian besar subkelompok dalam kelompok 23

38 ini mengalami kenaikan indeks harga dibandingkan triwulan sebelumnya kecuali pada subkelompok rekreasi yang mengalami penurunan inflasi menjadi sebesar 0,73% (qtq) dan subkelompok olahraga yang masih stabil. Kenaikan harga pada ketiga subkelompok pendidikan, kursus-kursus/pelatihan dan perlengkapan/peralatan pendidikan diakibatkan tingginya permintaan kursus dan sarana pendidikan menjelang ujian akhir sekolah yang berimplikasi pada kenaikan biaya bimbingan belajar dan buku-buku pelajaran untuk SD hingga SMA, sebagai persiapan untuk menghadapi ujian nasional dan ujian kenaikan kelas yang dilaksanakan pada triwulan II Tabel Perkembangan Inflasi Triwulanan Sumbar Menurut Kel Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga (qtq, %) Kelompok / Subkelompok TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga -0,03 0,14 5,25 0,56 0,38 0,20 11,43 0,21 0,39-0,32 1,64 0,13 0,38 0,71 Pendidikan 0,00 0,00 7,85 0,00 0,00 0,00 17,06 0,00 0,00 0,00 2,08 0,00 0,22 0,72 Kursus-kursus / Pelatihan 0,00 0,00 0,18 0,00 0,00 0,00 6,97 0,00 2,17 0,43 0,00 0,00 0,34 1,95 Perlengkapan / Peralatan Pendidikan -0,29 0,84 2,47-0,60 2,74-0,41 1,26 0,00 1,81-1,33 0,00 0,10-0,04 0,07 Rekreasi 0,00 0,13 0,00 4,54 0,02 1,77 0,00 1,57 0,00-1,36 1,93 0,73 1,59 0,73 Olahraga 0,00 0,16 0,00 0,59 0,00 0,00 0,00 0,00 0,42 0,19 1,00 2,20 0,21 0,00 Sumber : BPS Sumbar, diolah. Dampak kenaikan tarif angkutan udara pada triwulan I 2014 mereda dan memberikan penurunan tekanan inflasi kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Inflasi kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan turun dari 1,44% (qtq) di triwulan I 2014 menjadi 0,94% (qtq) di triwulan II 2014 (Tabel 2.11). Meredanya kenaikan indeks harga tersebut berdampak pada menurunnya andil kelompok ini terhadap inflasi dari 0,26% (qtq) menjadi 0,17% (qtq). Namun demikian, kelompok ini masih merupakan penyumbang inflasi terbesar kedua setelah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Sumber inflasi berasal dari subkelompok transpor yang mencapai inflasi 1,19% (qtq). Tingkat inflasi subkelompok transpor menunjukkan penurunan inflasi dari 1,84% (qtq) pada triwulan I 2014 menjadi 1,19% (qtq) pada triwulan II 2014 namun masih berada pada level yang cukup tinggi. Tarif angkutan udara relatif stabil setelah sempat bergejolak karena penerapan fuel surcharge akibat kenaikan bahan bakar avtur yang dimulai pada akhir Februari Namun, subkelompok transportasi masih mengalami inflasi akibat tingginya permintaan terutama angkutan udara seiring masuknya liburan sekolah pada triwulan II

39 Tabel Perkembangan Inflasi Triwulanan Sumbar Menurut Kel Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan (qtq, %) Kelompok / Subkelompok TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0,87 0,43 0,48-0,49 1,41-0,16 2,50 0,33 0,87 5,00 10,58 1,61 1,44 0,94 Transpor 1,00 0,61 1,21-0,66 2,10-0,01 3,25 0,42 1,30 6,41 13,57 1,99 1,84 1,19 Komunikasi Dan Pengiriman 0,00-0,16-2,66 0,00-2,92-1,18 0,03 0,00-0,94 0,00 0,00 0,00 0,31 0,18 Sarana dan Penunjang Transpor 1,72 0,00 0,00 0,14 4,25 0,33 0,08 0,15 0,02 1,05 0,31 0,32 0,41 0,36 Jasa Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,40 0,00 0,81 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Sumber : BPS Sumbar, diolah. 2.3 Disagregasi Inflasi Disagregasi (pembagian) inflasi menunjukkan bahwa pergerakan inflasi tidak hanya bisa dikendalikan melalui sisi permintaan, namun juga di sisi penawaran. Berdasarkan agregasi, inflasi inti yang sebagian besar mempengaruhi inflasi dari sisi permintaan berkontribusi sebesar 54,9% terhadap pembentukan inflasi. Sementara dari sisi penawaran, inflasi pangan bergejolak (volatile food) yang sebagian besar terdiri dari subkelompok barang bahan pangan berkontribusi sebesar 23,5% terhadap pembentukan inflasi. Pembentukan inflasi dari sisi penawaran juga dipengaruhi oleh inflasi komoditas yang harganya ditentukan pemerintah (administered prices) yang terdiri dari subkelompok yang pergerakan harganya sangat terkait dengan kebijakan pemerintah seperti harga bahan bakar minyak (BBM), elpiji, tarif tenaga listrik (TTL) maupun cukai barang tertentu. Kelompok inflasi ini secara keseluruhan berkontribusi sebesar 21,6% terhadap pembentukan inflasi. Dengan demikian, 45,1% pembentukan inflasi berasal dari pergerakan di sisi penawaran. Penurunan tekanan inflasi dari kelompok pangan bergejolak (volatile food) mendominasi penurunan harga Sumbar pada triwulan II Kelompok ini mencatat deflasi sebesar -1,65% (qtq) pada triwulan laporan, menurun signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat inflasi sebesar 0,22% (qtq) (Grafik 2.3). Dengan perkembangan tersebut, sumbangan inflasi kelompok pangan bergejolak menurun sebesar % (qtq) dibandingkan pada triwulan sebelumnya yang mencapai sumbangan sebesar 0,05% (qtq) (Grafik 2.4). Deflasi kelompok pangan bergejolak inilah yang menyebabkan inflasi triwulan II 2014 mereda dengan inflasi sebesar 0,28% (qtq). Masuknya masa panen di wilayah Sumatera dan Jawa berdampak pada tingginya pasokan bahan makanan yang mendorong pergerakan harga terutama pada komoditas cabe merah dan bawang merah. 25

40 Grafik 2.5. Andil Inflasi Triwulanan Sumbar berdasarkan Disagregasi Inflasi Grafik 2.6. Inflasi Tahunan Sumbar berdasarkan Disagregasi Inflasi Dari sisi penawaran, tekanan inflasi dari kelompok komoditas yang harganya ditentukan pemerintah (administered prices) menurun. Setelah tekanan inflasi dari kelompok ini meningkat akibat kenaikan harga elpiji diawal tahun dan kenaiakn tarif angkutan udara pada Februari 2014, inflasi administered prices menurun dari 2,23% (qtq) pada triwulan I 2014 menjadi 0,68% (qtq) pada triwulan II Penurunan tingkat inflasi ini karena peningkatan harga akibat fuel surcharge sudah tidak sebesar triwulan sebelumnya. Meskipun mengalami penurunan inflasi, kelompok administered prices tetap memberi andil inflasi yang cukup besar mencapai 0,15% (qtq) di triwulan II % 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00-71,84 72,63 69,78 70,40 66,04 79,27 71,40 75,11 59,81 58,13 56,79 69,50 77,52 78,16 I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 2.7. Kapasitas Produksi Terpakai Kegiatan Usaha (SKDU) di Sumbar Indeks Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Baseline (Batas Positif) I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 2.8. Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen (Survei Konsumen) Pergerakan inflasi inti (core) pada triwulan laporan menunjukkan pergerakan yang sedikit meningkat. Inflasi inti pada triwulan II 2014 sedikit meningkat menjadi 0,98% (qtq), naik dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,66% (qtq). Dengan kondisi tersebut, andil inflasi kelompok ini mencapai 0,53% (qtq). Terjaganya pergerakan inflasi inti seiring dengan 26

41 pergerakan harga subkelompok makanan jadi pada triwulan II 2014 yang relatif stabil. Tingginya permintaan umumnya terkait dengan momen tertentu seperti masuknya masa liburan sekolah dan menjelang bulan Ramadhan. Pergerakan harga komoditas emas di pasar internasional sangat berpengaruh pada tekanan inflasi kelompok ini. Harga emas cenderung turun pada triwulan II 2014 sehingga menyebabkan tingginya inflasi kelompok inti sedikit tertahan. Sementara itu, kegiatan usaha diperkirakan dapat memenuhi tingkat permintaan yang meningkat sehingga harga pada beberapa kelompok terutama komoditas inti relatif stabil. Hal ini terlihat pada hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia dimana kapasitas produksi terpakai kegiatan usaha di Sumbar menunjukkan terjadinya kenaikan menjadi 78,16% dari triwulan sebelumnya yang mencapai 77,52% (Grafik 2.7). indeks 140,0 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 Indeks Penghasilan Konsumen Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Garis 100 I II III IV I II III IV I II Grafik 2.9. Indeks Kondisi Ekonomi saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu (Survei Konsumen) di Sumbar indeks 200,0 190,0 180,0 170,0 160,0 150,0 140,0 130,0 120,0 110,0 100,0 Indeks Ekspektasi Harga 3 bulan mendatang Indeks Ekspektasi Harga 6 bulan Mendatang I II III IV I II III IV I II Grafik Indeks Ekspektasi Harga (Survei Konsumen) di Sumbar Dari faktor ekspektasi, masyarakat tetap optimis terhadap perkembangan perekonomian Sumatera Barat ke depan. Hal ini terlihat dari peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen dari 111,9 di triwulan I 2014 naik menjadi 122,5 di triwulan II 2014 (grafik 2.8). Kondisi ini memperlihatkan bahwa masyarakat Sumatera Barat optimis terhadap peningkatan kondisi ekonomi saat ini. Beberapa hal yang mendorong optimisme masyarakat ini terlihat dari dampak peningkatan pendapatan dan lapangan kerja di Sumbar yang tergambar pada indeks penghasilan konsumen dan indeks ketersediaan lapangan kerja dari Survei Konsuman yang dilakukan KPw BI Wilayah VIII. Namun, pada triwulan II 2014 masyarakat juga menilai akan terjadi kenaikan harga pada 3 bulan dan 6 bulan mendatang, terlihat pada Indeks ekspektasi harga pada 3 bulan dan 6 bulan mendatang terjadi kenaikan dibandingkan triwulan I 2014 (Grafik 2.10). Masuknya periode hari raya Idul Fitri dan 27

42 kenaikan tarif listrik rumah tangga selama semester II 2014 berdampak pada peningkatan ekspektasi harga masyarakat Sumbar. Secara keseluruhan tahun, penurunan inflasi Sumbar bersumber dari melemahnya inflasi kelompok pangan bergejolak (volatile foods). Tercukupinya pasokan bahan pangan terutama subkelompok bumbu-bumbuan menjadi faktor utama meredanya inflasi kelompok pangan bergejolak di Sumbar yang mencapai 3,17% dengan andil 0,74% (yoy). Sementara itu, inflasi kelompok inti yang mencerminkan tekanan permintaan meski meningkat namun relatif stabil dengan inflasi sebesar 5,10% (yoy) dan andil sebesar 2,80% (yoy). Peningkatan inflasi inti didorong mulai meningkatnya konsumsi rumah tangga hingga pertengahan tahun seiring liburan sekolah dan peningkatan konsumsi menjelang Ramadhan. Kondisi yang sama juga terjadi untuk inflasi kelompok komoditas yang harganya ditentukan pemerintah (administered prices) yang menurun dengan inflasi sebesar 13,52% (yoy) dan andil sebesar 2,92% (yoy), dibandingkan inflasi tahunan pada triwulan I 2014 sebesar 16,94% (yoy). 28

43 BOKS 2: Tantangan Untuk Meningkatkan Konektivitas Daerah Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 29

44 Defisit Surplus Grafik 2.11 Neraca Bahan Pangan Wilayah Sumbagteng Grafik Grafik 2.12 Komponen Biaya Distribusi Bahan Pangan Strategis 30

45 BAB III PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DAERAH Kinerja bank umum di Sumatera Barat pada triwulan II 2014 mengalami peningkatan pada pertumbuhan aset dan dana pihak ketiga (DPK), namun penyaluran kredit bergerak turun secara moderat. Meningkatnya jumlah Dana Pihak Ketiga disebabkan oleh peningkatan simpanan pemerintah dalam bentuk giro pada triwulan II Di sisi lain, pelemahan sektor pertanian berdampak pada melambatnya pertumbuhan kredit pada sektor tersebut. Melambatnya pertumbuhan kredit pada sektor pertanian dan perdagangan, hotel dan restoran mempengaruhi perlambatan pertumbuhan kredit secara kumulatif. Sementara itu, kualitas kredit perbankan di Sumbar terpantau mengalami peningkatan dan masih dalam batas aman. Kualitas kredit bank umum juga masih relatif terjaga dengan rasio Non-Performing-Loan (NPL) di triwulan II 2014 sebesar 2,9%. Di sisi lain, fungsi intermediasi bank umum yang diindikasikan oleh Loan to Deposit Ratio (LDR) masih terjaga dengan baik yakni mencapai 137,4%. Transaksi tunai mengalami net inflow, namun nilainya lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya aktivitas masyarakat dan konsumsi pemerintah berimplikasi pada peningkatan nilai dan volume transaksi non tunai baik melalui transaksi kiliring dan maupun volume transaksi non tunai menggunakan BI-RTGS. 31

46 2.4 Perkembangan Bank Umum Indikator Perbankan Tabel 3.1. Perkembangan Bank Umum Sumatera Barat Nilai Kredit (juta rupiah) Pertumbuhan (%,yoy) II-13 III-13 IV-13 I-14 II-14 I-14 II-14 II-14 Aset ,9 10,9 Pangsa (%) Giro ,1 22,6 21,5 Tabungan ,7 11,7 45,2 Deposito ,4 12,3 33,3 Total DPK ,1 14,1 Modal Kerja ,4 12,1 38,6 Investasi ,4 7,9 17,7 Konsumsi ,2 6,4 43,7 Total Kredit ,5 8,8 Pertanian ,2 2,9 9,2 Pertambangan dan Penggalian ,3-4,8 1,1 Industri Pengolahan ,4 14,3 8,7 Listrik, Gas dan Air Bersih ,4-27,1 0,1 Konstruksi ,6 74,0 2,0 Perdagangan, Hotel dan Restoran ,6 14,2 27,8 Pengangkutan dan Komunikasi ,5 16,5 1,6 Keuangan, Real Estate & Jasa Perush ,3-27,1 3,5 Jasa-jasa ,2 36,1 1,8 Lain-lain ,6 7,6 44,2 Total Kredit Sektor Ekonomi Pertumbuhan aset bank umum di Sumatera Barat pada triwulan II 2014 mengalami peningkatan yang cukup besar dibandingkan triwulan sebelumnya. Total aset bank umum di Sumbar pada triwulan II 2014 sebesar Rp 46,7 triliun, tumbuh sebesar 10,82% (yoy). Pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 2,89% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan aset bank umum disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan aset kelompok bank pemerintah. Kelompok bank pemerintah pada triwulan II 2014 tumbuh sebesar 13,9% (yoy) atau senilai Rp 36,8 triliun, jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar Rp 34,2 triliun dengan pertumbuhan 3,4% (yoy). 32

47 Triliun Rp Nominal Pertumbuhan (sisi kanan) I II III IV I II III IV I II % yoy Grafik 0.1. Nominal dan Pertumbuhan Aset Bank Umum Sumbar Grafik 0.2. Pertumbuhan DPK Bank Umum Menurut Jenis Simpanan (yoy) Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) oleh bank umum di Sumatera Barat tumbuh signifikan. Pertumbuhan DPK bank umum pada triwulan II 2014 tumbuh signifikan dari 4,09% (yoy) menjadi 14,06% (yoy). Total DPK pada triwulan I 2014 sebesar Rp 27,4 triliun dan meningkat menjadi Rp 29,5 triliun pada triwulan II Berdasarkan jenis simpanan, simpanan giro mengalami pertumbuhan yang signifikan. Angka pertumbuhan giro tumbuh positif dengan signifikan dari semula -16,10 % (yoy) menjadi 22,59 % (yoy). Peningkatan ini terjadi akibat meningkatnya simpanan pemerintah daerah yang sebagian besar disimpan dalam bentuk giro mengingat sifat dari rekening giro yang penarikannya dapat dilakukan kapan saja selema jam kerja dengan menggunakan warkat cek dan bilyet giro. Peningkatan pertumbuhan di triwulan II 2014 juga terjadi pada jenis simpanan lain yaitu tabungan dan deposito. Tabungan tumbuh sebesar 11,68 % (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan I 2014 yang hanya tumbuh sebesar 10,74% (yoy) dan deposito tumbuh sebesar 12,27% (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan I 2014 yang hanya mengalami pertumbuhan sebesar 9,40% (yoy). Grafik 0.3.Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (yoy) Grafik 0.4.Perkembangan dan Pertumbuhan Kredit Pengolahan Bank Umum 33

48 Pertumbuhan penyaluran kredit bank umum di Sumatera Barat bergerak turun secara moderat, kecuali untuk kredit modal kerja yang bergerak naik. Menurut jenis penggunaannya, kredit bank umum di Sumbar masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan pangsa sebesar 43,74% atau mencapai Rp 17,7 triliun dari total kredit, disusul oleh kredit modal kerja dengan pangsa sebesar 38,59% atau mencapai RP 15,6 triliun dari total kredit dan kredit investasi dengan pangsa sebesar 17,67% atau mencapai Rp 7,1 triliun dari total kredit. Pada triwulan II 2014, pertumbuhan kredit konsumsi sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, pertumbuhan kredit konsumsi pada triwulan I 2014 sebesar 44,7% (yoy), sedangkan pada triwulan II 2014 pertumbuhan kredit konsumsi melambat menjadi 43,74% (yoy). Melambatnya pertumbuhan kredit konsumsi menjadi salah satu penyebab penurunan pertumbuhan penyaluran kredit di Sumbar pada triwulan II 2014 mengingat pangsa kredit konsumsi merupakan yang paling besar dibanding jenis kredit lainnya. Pertumbuhan kredit modal kerja mengalami peningkatan dari 9,43% (yoy) menjadi 12,09% (yoy). Peningkatan ini diduga disebabkan oleh meningkatnya permintaan kredit modal kerja dari sektor industri pengolahan Di sisi lain, kredit investasi pertumbuhannya melambat dari 16,40% (yoy) menjadi 7,94% (yoy) pada triwulan II Berdasarkan sektor ekonomi, melambatnya pertumbuhan kredit di sektor pertanian dan perdagangan hotel dan restoran berpengaruh terhadap perlambatan pertumbuhan kredit secara kumulatif. Sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor dengan pangsa kredit yang besar. Sektor pertanian memiliki porsi 9,18% dari total kredit, sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki porsi kredit sebesar 27,84% dari total kredit pada triwulan II Pada triwulan II 2014, penyaluran kredit untuk sektor pertanian tumbuh sebesar 2,85% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,17% (yoy). Pertumbuhan kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran juga hanya tumbuh sebesar 14,20% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I 2014 sebesar 21,61% (yoy). Di sisi lain, terjadi peningkatan pertumbuhan kredit pada sektor industri pengolahan. Pada triwulan II 2014, kredit untuk sektor industri pengolahan mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 14,32% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 2,41% (yoy). Peningkatan pertumbuhan kredit untuk sektor industri pengolahan sejalan dengan peningkatan pertumbuhan untuk jenis kredit modal kerja pada triwulan II 2014 ini. 34

49 Penyaluran kredit oleh Bank Umum pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menunjukkan peningkatan pertumbuhan. Pada triwulan II 2014, penyaluran kredit ke UMKM mencapai Rp 14,2 triliun atau tumbuh 20,97% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 11,33% (yoy) atau senilai Rp 12,83 triliun. Grafik 0.5. Perkembangan dan Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik 0.6. Perkembangan dan Pertumbuhan Kredit KUR Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) mengalami peningkatan pertumbuhan. Pada triwulan II 2014 pertumbuhan KUR tercatat sebesar 36,6% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan KUR triwulan I 2014 yang hanya sebesar 30,5% (yoy). Dari sisi plafon yang mencapai Rp 4,89 triliun, posisi outstanding mencapai Rp 1,6 triliun dengan jumlah nasabah mencapai orang. Kegiatan intermediasi bank umum di Sumatera Barat cukup berjalan baik. Loanto- Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara besarnya seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber, LDR bank umum pada triwulan II 2014 mencapai 137,41%, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 141,95%. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan kemampuan likuiditas perbankan di Sumbar. 35

50 % % LDR (sisi kiri) NPL (sisi kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II % NPL Kredit Sektor Pertanian NPL Industri Pengolahan I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 0.7. Perkembangan LDR dan NPL Bank Umum Grafik 0.8. Perkembangan NPL Sektor Pertanian dan Industri Pengolahan Jumlah kredit bermasalah di bank umum menurun pada triwulan II Non-Performing-Loan (NPL) bank umum di Sumbar pada triwulan II 2014 sebesar 2,92%, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 3,24%. Nilai ini masih berada di bawah batas maksimum yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 5%. Terjaganya risiko kredit bank umum di Sumbar menunjukkan bahwa bank umum di Sumbar masih mampu menjaga kualitas kredit yang disalurkan dengan baik. 2.5 Perkembangan Bank Umum Syariah Indikator Perbankan Tabel 3.2. Perkembangan Bank Umum Syariah Sumatera Barat % (yoy) Pangsa (%) Pangsa (%) I II III IV I II I-2014 II-2014 I-2014 II-2014 Aset 3,810,542 4,244,553 4,380,249 4,089,867 4,095,671 4,071, DPK 1,828,552 2,169,776 2,204,407 2,195,162 2,314,421 2,490, Giro 118, , , , , , Tabungan 785, , , , ,824 1,125, Deposito 924,423 1,208,977 1,162,466 1,056,979 1,240,059 1,187, Pembiayaan Menurut Jenis Penggunaan 3,491,238 3,737,682 3,795,017 3,716,710 3,688,466 3,757, Modal Kerja 962,617 1,066,372 1,091,762 1,022,351 1,024,688 1,063, Investasi 311, , , , , , Konsumsi 2,216,954 2,333,267 2,353,094 2,335,911 2,308,572 2,285, Pembiayaan Menurut Sektor Ekonomi 3,491,238 3,737,682 3,795,017 3,716,710 3,688,466 3,757, Pertanian 70,647 72,221 75,740 74,515 79, , Pertambangan , Industri Pengolahan 39,917 41,095 46,446 45,327 45,328 42, Listrik, Gas dan Air Konstruksi 8,275 8,230 5,722 7,028 4,405 10, Perdagangan 454, , , , , , Transportasi dan Komunikasi 5,400 5,726 5,526 5,063 4,375 23, Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 598, , , , , , Jasa Sosial 96, , , , , , Lain-Lain 2,216,954 2,333,267 2,353,094 2,335,911 2,308,572 2,477, Financing-to-Deposit Ratio (FDR) Non-Performing Financing (NPF)

51 Kinerja bank umum syariah di Sumbar mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari angka pertumbuhan aset bank umum syariah triwulan II 2014 yang negatif sebesar - 4,1% (yoy) dengan nilai Rp 4,07 triliun, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 7,5% (yoy). Penyaluran pembiayaan oleh bank umum syariah masih berada dalam tren positif namun mengalami perlambatan. Pembiayaan bank umum syariah pada triwulan II 2014 tumbuh melambat sebesar 0,5% (yoy) dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,6% (yoy). Perlambatan ini disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan pembiayaan menurut jenis penggunaaan modal kerja dan investasi. Pada triwulan II 2014, pembiayaan modal kerja mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar -0,2% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,4% (yoy). Begitu juga dengan kredit konsumsi yang mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan II 2014 sebesar -2,1% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 4,1% (yoy). Di sisi lain, pertumbuhan pembiayaan modal kerja mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan II 2014 ini sebesar 21,0% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 14,0% (yoy), hal ini menunjukkan kinerja positif bank umum syariah dalam penyaluran pembiayaan. Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran pembiayaan pada sektor ekonomi tertentu mengalami peningkatan. Penyaluran pembiayaan pada sektor pertanian tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan II 2014 sebesar 48,2% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 12,7% (yoy). Begitu juga dengan sektor perdagangan yang mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan II 2014 sebesar 28% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai pertumbuhan sebesar 3,5% (yoy). Sektor lain-lain dengan pangsa terbesar juga mengalami peningkatan pada triwulan II 2014 sebesar 6,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 4,1% (yoy). Penghimpunan DPK oleh bank umum syariah masih dalam tren positif namun mengalami perlambatan. DPK mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II 2014 DPK tumbuh melambat sebesar 0,5% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,6% (yoy). Dari total DPK sebesar Rp 2,48 triliun, jenis simpanan deposito memiliki pangsa terbesar sebesar 47,7%, diikuti oleh jenis simpanan tabungan dengan pangsa sebesar 45,2% 37

52 dan jenis simpanan dengan pangsa terkecil pada triwulan II 2014 adalah giro dengan pangsa sebesar 7,1%. Penghimpunan jenis simpanan giro dan dan tabungan mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan II Jenis simpanan giro pada triwulan II 2014 tumbuh sebesar 29,3% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 14,1% (yoy). Simpanan tabungan mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 36,6% (yoy) pada triwulan II 2014, juga lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 19,5% (yoy). Hal ini menunjukkan jenis simpanan tabungan dan giro bank umum syariah semakin dipercaya dan diminati oleh masyarakat umum. Di sisi lain jenis simpanan deposito bank umum syariah mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar -1,8% (yoy) pada triwulan II 2014, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 34,1% (yoy). Peran intermediasi bank umum syariah di Sumatera Barat masih terjaga dengan baik. Nilai Financing-to-Deposit Ratio (FDR) berada pada level 150,90% di triwulan II 2014, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 159,4%. Dari sisi pengelolaan kualitas pembiayaan, Non-Performing Financing (NPF) masih relatif terjaga dengan nilai yang tetap sama dengan triwulan sebelumnya sebesar 1,92%. Nilai NPF bank umum syariah ini menunjukkan masih aman dan terjaganya kualitas pembiayaan yang diberikan bank umum syariah, jauh lebih rendah dibandingkan batas maksimum yang telah ditetapkan Bank Indonesia sebesar 5%. 2.6 Perkembangan Sistem Pembayaran Transaksi Tunai Nilai transaksi tunai Sumatera Barat pada triwulan II 2014 mengalami net inflow, namun nilainya lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi net inflow menunjukkan bahwa nilai transaksi tunai yang masuk (inflow) ke KPw Bank Indonesia Wilayah VIII lebih tinggi dibandingkan jumlah transaksi tunai yang keluar (outflow) dari KPw Bank Indonesia Wilayah VIII. Total transaksi tunai inflow yang masuk ke KPw Bank Indonesia Wilayah VIII pada triwulan II 2014 mencapai Rp 2,58 triliun atau menurun 29,7% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp 3,67 triliun. Di sisi lain, total transaksi tunai outflow yang keluar dari KPw Bank Indonesia Wilayah VIII pada triwulan II 2014 mencapai Rp 1,43 triliun, meningkat 57,6% dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai Rp 907 miliar. Meningkatnya jumlah uang yang ditarik oleh perbankan pada triwulan II 2014 merupakan implikasi 38

53 dari periode liburan sekolah dan memasuki awal Bulan Ramadhan sehingga permintaan uang oleh masyarakat meningkat. Triliun Rp 5 Inflow Outflow Net Inflow Triliun Rp Inflow Outflow Net Inflow I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 0.9.Perkembangan Aliran Uang Kas Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) Grafik Perkembangan Aliran Uang Kas Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) setiap bulan Seiring dengan menurunnya jumlah uang tunai yang disetorkan oleh perbankan pada triwulan II 2014 dibandingkan triwulan I 2014, jumlah Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang dimusnahkan pada triwulan II 2014 pun mengalami penurunan. Rasio pemusnahan Uang Tidak Layak Edar terhadap uang yang masuk ke Bank Indonesia Wilayah VIII sebesar 21,6%. Jumlah UTLE yang masuk ke KPw Bank Indonesia Wilayah VIII dari setoran perbankan Sumatera Barat mencapai Rp 558 miliar, nilai ini lebih rendah dibandingkan jumlah UTLE pada triwulan sebelumnya yang mencapai Rp 1,05 triliun. % Pemusnahan UTLE (Sisi Kanan) Triliun Rp Rasio Pemusnahan UTLE terhadap inflow I II III IV I II III IV I II III IV I II Lembar 160 Jumlah Uang Palsu I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) Grafik Jumlah Temuan Uang Palsu di Sumatera Barat Jumlah uang palsu yang ditemukan pada triwulan II 2014 sedikit menurun dibandingkan triwulan I Jumlah uang palsu yang ditemukan oleh Bank indonesia dari hasil setoran perbankan pada triwulan II 2014 sebanyak 132 lembar. Dari grafik di atas terlihat bahwa jumlah temuan uang palsu pada tahun

54 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Meningkatnya temuan uang palsu ini mengindikasikan bahwa masyarakat perlu untuk meningkatkan kewaspadaan mengenai uang palsu. Perlu kerjasama dan kesadaran semua pihak baik masyarakat maupun perbankan dalam mengenali ciri keaslian uang rupiah sehingga jumlah uang palsu yang masuk dalam transaksi perekonomian dapat berkurang. Pada triwulan II 2014 ditemukan uang palsu pecahan Rp sebanyak 26 lembar, pecahan Rp sebanyak 21 lembar dan pecahan Rp sebanyak 1 lembar Transaksi Kliring Nilai dan volume transaksi non-tunai melalui kliring mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Perputaran kliring pada triwulan II 2014 senilai Rp 1,45 triliun dengan jumlah warkat sebanyak 36,781 lembar, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dengan jumlah perputaran kliring senilai Rp 1,29 triliun dengan jumlah warkat sebanyak 32, 972 lembar. Pada triwulan II 2014, penolakan cek/bilyet giro kosong mencapai lembar, meningkat dibandingkan triwulan sebelmunya yang hanya mencapai lebar. Nominal cek/bilyet giro (BG) yang ditolak sedikit turun dibandingkat triwulan sebelumnya dari Rp 44 miliar menjadi Rp 43 miliar. Tabel 3.3. Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Kliring Bulan Perputaran Penolakan CEK B/G 2014 Nominal Nominal Warkat (miliar) (miliar) Warkat Jan-14 1,489 35, ,295 Feb-14 1,299 34, ,434 Mar-14 1,254 32, ,629 Apr-14 1,343 37, ,861 Mei-14 1,294 34, ,898 Jun-14 1,459 36, , Transaksi BI-RTGS (Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement) Nilai dan volume transaksi RTGS mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya transaksi RTGS pada triwulan II 2014 menunjukkan peningkatan aktivitas perekonomian pada triwulan ini. Volume transaksi RTGS di triwulan I 2014 mencapai transaksi, meningkat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya transaksi. Transaksi RTGS dari wilayah Sumbar masing-masing mengalir ke wilayah Sumbar sendiri sebanyak transaksi dan ke luar wilayah Sumbar transaksi. Sementara aliran dari luar wilayah 40

55 Sumbar ke Sumbar volumenya mencapai transaksi meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya transaksi. Secara nominal, nilai total transaksi RTGS pada triwulan II 2014 lebih tinggi dari total transaksi triwulan sebelumnya. Total nilai transaksi RTGS selama triwulan II 2014 mencapai Rp 30,37 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya Rp 28,4 triliun. Tabel 3.4. Transaksi RTGS Provinsi Sumatera Barat Keterangan qtq I II III IV I II III IV I II yoy RTGS (Rp Miliar) 17,679 24,336 23,990 21,196 20,759 30,358 24,910 29,078 28,443 30, Dari Sumbar Ke Sumbar (f-t) 949 1,207 1,444 1,772 1,576 1,976 1,516 1,616 1,374 1, Ke Luar Sumbar (f) 5,152 7,033 6,955 8,555 7,418 13,577 7,847 8,072 8,040 11, Ke Sumbar Dari luar Sumbar (t) 11,578 16,096 15,591 10,869 11,765 14,806 15,548 19,391 19,029 17, RTGS (volume) 34,328 37,090 39,740 42,432 35,633 31,146 29,607 40,025 31,950 34, Dari Sumbar Ke Sumbar (f-t) 2,457 2,637 2,913 3,326 2,626 2,642 2,595 3,134 2,303 2, Ke Luar Sumbar (f) 13,820 15,071 15,617 17,842 15,249 15,073 13,998 16,887 12,934 14, Ke Sumbar Dari luar Sumbar (t) 18,051 19,382 21,210 21,264 17,758 13,431 13,014 20,004 16,713 17,

56 BOKS 3: PENGEMBANGAN BUDAYA PENGGUNAAN PEMBAYARAN NON TUNAI (LESS CASH SOCIETY) Triliun Rp Inflow Outflow Net Inflow Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik Perkembangan Aliran Uang Kas Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) Sumbar 42

57 43

58 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 44

59 3 BAB IV KEUANGAN DAERAH Realisasi pendapatan daerah Sumbar mengalami peningkatan pada triwulan II Meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD), yang berasal dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang disahkan dan PAD lainnya, menjadi faktor utama kenaikan penerimaan daerah. Sementara itu, penyerapan belanja pemerintah daerah Sumbar mengalami peningkatan seiring dengan pelaksanaan sejumlah tahapan pengadaan barang maupun proyek infrastruktur pemerintah daerah. Kenaikan belanja daerah juga bersumber dari meningkatnya transfer ke kabupaten, kota dan desa, melanjutkan penyaluran DBH dari pemerintah pusat di triwulan II Secara umum, kualitas pendapat dan belanja daerah relatif stabil dibandingkan tahun sebelumnya. Dari sisi penerimaan, kemampuan pemerintah daerah Sumbar untuk memperoleh penerimaan dari kemampuannya sendiri, yaitu pendapatan asli daerah (PAD), meningkat terlepas dari persentase pencapaian yang menurun dibandingkan tahun lalu. Di sisi pengeluaran, kualitas belanja pemerintah terpantau membaik terindikasi adanya percepatan belanja modal sejak awal tahun dibandingkan tahun lalu. Disamping itu, simpanan pemerintah daerah Sumbar di bank umum tercatat mengalami peningkatan sesuai dengan pola historisnya. 3.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Realisasi dividen BUMD mendorong pendapatan daerah Sumatera Barat di triwulan II Pendapatan daerah yang diterima mencapai Rp967,4 miliar, atau 27,7% dari target APBD, naik dari triwulan sebelumnya sebesar Rp829,7 miliar atau 23,7% (Grafik 4.1). Meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD), yang berasal dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang disahkan dan PAD lainnya, menjadi faktor utama kenaikan penerimaan daerah (Grafik 4.3). Kenaikan hasil pengelolaan kekayaan daerah sejalan dengan realisasi dividen dari BUMD. Di sisi lain, dana perimbangan yang disalurkan pemerintah pusat relatif stabil dari triwulan sebelumnya (Grafik 4.2). Pencairan dana alokasi umum (DAU) yang menurun terkompensasi oleh masuknya dana bagi hasil (DBH) dan dana alokasi khusus (DAK) di triwulan II

60 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 23,8% 21,0% 23,7% 30,1% 28,5% 27,7% 25,3% 24,1% 23,8% 22,5% 0% 0% I II III IV Akumulasi 2012-sisi kanan Akumulasi 2013-sisi kanan Akumulasi 2014-sisi kanan Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Sumbar, diolah Grafik 3.1. Perkembangan Belanja Daerah terhadap Target APBD 120% 100% 80% 60% 40% 20% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% DBH Pajak/Bukan Pajak DAU DAK Dana Perimbangan 27,7% 27,0% I Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Sumbar, diolah 2014 Grafik 3.2. Perkembangan Dana Perimbangan dan Komponennya terhadap Target APBD II 90% 80% 70% Pajak Retribusi Hasil Pengelolaan Kekayaan PAD Lainnya Pendapatan Asli Daerah 100% 80% % 50% 60% 40% 30% 20% 10% 20,1% 29,1% 40% 20% 0% I 2014 II 0% Pendapatan Asli Daerah Pajak Retribusi Hasil Pengelolaan Kekayaan PAD Lainnya Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Sumbar, diolah Grafik 3.3. Perkembangan PAD dan Komponennya terhadap Target APBD Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Sumbar, diolah Grafik 3.4. Pencapaian PAD dan Komponennya terhadap Target APBD Relatif stabilnya perekonomian Sumatera Barat menopang pendapatan daerah selama semester I Realisasi PAD mencapai 49,1% dari target APBD sampai dengan akhir triwulan II 2014, stabil dibandingkan dengan periode sama tahun lalu sebesar 50,4% (Grafik 4.4). Sementara pola penyaluran yang teratur juga berdampak pada stabilnya penerimaan dana perimbangan dari pemerintah pusat sebesar 54,7% dari target APBD dari 53,8% pada semester I 2013 (Grafik IV.5). Dilihat per komponen, kontribusi PAD dan dana perimbangan terhadap total pendapatan relatif berimbang. Selama semester I 2014, porsi PAD dan dana perimbangan masing-masing mencapai 42,9% dan 41,4% dari total pendapatan (Grafik 4.6). Kondisi ini memperlihatkan bahwa ketergantungan pemerintah daerah terhadap dana dari pusat masih cukup tinggi. 46

61 70% 60% % 90% 80% 18,9% 17,2% 15,7% 50% 40% 30% 70% 60% 50% 40% 39,1% 39,4% 41,4% 20% 10% 30% 20% 10% 41,9% 43,4% 42,9% 0% Dana Perimbangan DBH Pajak/Bukan Pajak DAU DAK 0% * Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah Dana Perimbangan Pendapatan Asli Daerah Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Sumbar, diolah Grafik 3.5. Pencapaian Dana Perimbangan dan Komponennya terhadap Target APBD Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Sumbar, diolah Grafik 3.6. Porsi Komponen dari Pendapatan Daerah 3.2 Belanja Pemerintah Daerah Realisasi belanja pemerintah daerah Sumatera Barat mulai meningkat di triwulan II 2014 seiring dengan penyelesaian sejumlah proses pengadaan barang. Belanja daerah yang disalurkan mencapai 23,2% dari target APBD, meningkat signifikan dari triwulan sebelumnya sebesar 10,6% (Grafik 4.7). Naiknya belanja modal dan belanja barang seiring dengan mulai dilaksanakan sejumlah tahapan pengadaan barang maupun proyek infrastruktur mendorong realisasi belanja daerah (Grafik 4.8). Kenaikan belanja juga bersumber dari meningkatnya transfer ke kabupaten, kota dan desa, melanjutkan penyaluran DBH dari pemerintah pusat di triwulan II % 100% 30% 40% 42,1% 38,3% 80% 25% 22,2% 20% 30% 20% 22,0% 22,2% 23,1% 20,2% 20,9% 60% 40% 15% 10% 10,6% 10% 10,1% 10,0% 10,6% 0% 0% I II III IV Akumulasi 2012-sisi kanan Akumulasi 2013-sisi kanan Akumulasi 2014-sisi kanan Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Sumbar, diolah Grafik 3.7. Perkembangan Belanja Daerah terhadap Target APBD 20% 5% 0% I 2014 Belanja Hibah Belanja Pegawai Belanja Bagi Hasil Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Belanja Daerah Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Sumbar, diolah Grafik 3.8. Perkembangan Komponen Belanja terhadap Target APBD II Kualitas penyerapan belanja daerah Sumbar terindikasi meningkat dibandingkan dengan tahun lalu. Dengan penyerapan yang relatif stabil sebesar 32,9% dari target APBD, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 32,0%, kualitas 47

62 belanja pemerintah terpantau membaik. Kondisi ini terlihat dari adanya percepatan belanja modal sejak awal tahun. Belanja modal, yang merupakan pengeluaran produktif karena dapat memberikan dampak lanjutan di dalam perekonomian, telah terealisasi sebesar 31,2% dari target APBD, atau meningkat dari penyerapan pada periode sama sebelumnya yang hanya mencapai 28,6% (Grafik 4.9). Salah satu faktor kenaikan belanja modal adalah pembangunan infrastruktur jalan raya dalam rangka pelaksanaan Tour de Singkarak di bulan Juni Namun perbaikan kualitas tersebut masih terbatas mengingat porsi belanja modal terhadap total belanja stabil di level yang rendah di kisaran 22% (Grafik 4.10). 60% 50% 40% 30% 20% 10% 7,8% 3,2% 8,0% 25,5% 23,2% 14,7% 15,5% 20,4% 56,9% 45,8% 0% 0% I II III IV Akumulasi 2012-sisi kanan Akumulasi 2013-sisi kanan Akumulasi 2014-sisi kanan Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Sumbar, diolah Grafik 3.9. Perkembangan Belanja Modal terhadap Target APBD 100% 80% 60% 40% 20% 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 13,2% 13,4% 21,9% 18,4% 21,8% 22,2% 20,5% 20,4% 23,3% 21,6% 23,9% 21,6% 21,9% 24,4% 0% * Belanja Tidak Terduga Bantuan Keuangan Bagi Hasil Bantuan Sosial Belanja Hibah Belanja Modal Belanja Barang dan Jasa Belanja Pegawai Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Sumbar, diolah Grafik Porsi Komponen dari Belanja Daerah 6,8% 3.3 Rekening Pemerintah Daerah di Bank Simpanan pemerintah daerah Sumatera Barat di bank umum meningkat di triwulan II 2014 sesuai dengan pola historisnya. Masih terbatasnya belanja daerah, di tengah terus masuknya penerimaan, berdampak pada meningkatnya jumlah simpanan pemerintah daerah di bank umum dari Rp4,3 triliun di akhir triwulan I 2014 menjadi Rp5,7 triliun di akhir triwulan II 2014 (Grafik 4.11). Triliun Rp % 7,0 6,0 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 - Nominal Pertumbuhan - sisi kanan I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik Perkembangan Rekening Pemerintah Daerah Sumbar di Bank Umum

63 4 BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH Penyerapan tenaga kerja dan tingkat penggangguran pada semester I 2014 mencatat perbaikan ditengah perlambatan ekonomi domestik. Jumlah penduduk usia produktif dan angkatan kerja di Sumatera Barat terus meningkat diikuti dengan penurunan jumlah pengangguran dan porsi pekerja paruh waktu terhadap angkatan kerja. Tingkat Pengganguran Terbuka (TPT) turun dari 7,02% menjadi 6,32% di awal tahun Sektor ekonomi non formal dan semi formal seperti sektor pertanian dan perdagangan masih mendominasi pangsa angkatan kerja di Sumatera Barat. Namun, masih terbatasnya lapangan pekerjaan di sektor formal juga menyebabkan pengangguran terdidik bertambah. Sementara itu, tingkat kemiskinan di Sumbar terus mengalami penurunan. Menurunnya kemiskinan dipengaruhi oleh inflasi Sumbar yang semakin membaik dan perbaikan penghasilan penduduk terutama perdesaan. Indikasi membaiknya tingkat kesejahteraan masyarakat sejalan dengan peningkatan penghasilan masyarakat. Di sisi lain, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) juga mengalami penurunan akibat menurunnya biaya konsumsi sejalan dengan inflasi yang mereda. Sementara itu, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) meningkat 4.1 Ketenagakerjaan Daerah Perkembangan ketenagakerjaan di Sumatera Barat pada semester I 2014 menunjukkan kondisi lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Data ketenagakerjaan saat ini menggunakan data pada periode Februari Jumlah angkatan kerja pada periode Februari 2014 tercatat 2,5 juta orang, meningkat 1,67% (yoy) atau bertambah 41 ribu orang dibandingkan periode sama tahun lalu. Setelah mengalami penurunan pada periode Agustus 2013, peningkatan angkatan kerja tercatat lebih tinggi yaitu sebesar 286 ribu orang atau tumbuh 12,9%. Jumlah penduduk usia produktif (15 tahun ke atas) mencapai 3.545,9 ribu orang, naik 1,31% atau sebesar 45,7 ribu orang dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dengan kondisi tersebut, Tingkat 49

64 Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami sedikit peningkatan dari 70,3% di Feb 2013 menjadi 70,6% di bulan yang sama tahun Juta orang Bekerja % 3,0 Pengangguran 7,40 Tingkat Pengangguran Terbuka (sisi kanan) 2,5 7,20 7,00 2,0 6,80 Angkutan 5% Jasa 16% Lainnya* 6% Pertanian 42% 1,5 1,0 0,5 6,60 6,40 6,20 6,00 Perdagangan 20% Industri Pengolahan 7% - Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb ,80 Konstruksi 4% Grafik 4.1. Ketenagakerjaan Sumatera Barat Grafik 4.2. Pekerja Berdasarkan Lapangan Usaha Tabel 4.1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan di Sumatera Barat No. Kegiatan Utama (ribu orang) Pertumbuhan (%, yoy) Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas 3.326, , , , , , ,9 1,34 1,31 2 Angkatan Kerja 2.276, , , , , , ,7 1,85 1,67 Bekerja 2.113, , , , , , ,5 1,91 1,70 Pengangguran 162,5 142,8 154,5 147,9 156,4 155,6 158,2 1,23 1,15 3 Bukan Angkatan Kerja 1.050, , , , , , ,2 0,16 0,45 4 Pekerja Tidak Penuh 757,6 754,9 801,4 829,0 843,2 895,6 787,7 5,22-6,58 a. Setengah Pengangguran 316,0 265,3 330,3 310,5 366,2 247,0 217,3 10,87-40,66 b. Pekerja Paruh Waktu 441,6 489,6 471,1 518,5 477,0 648,6 570,4 1,25 19,58 5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 68,42 66,19 69,98 64,50 70,33 62,92 70,58 6 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 7,14 6,45 6,41 6,60 6,35 7,02 6,32 Sumber:BPS Ditengah melemahnya investasi di Sumbar, penyerapan tenaga kerja masih menunjukkan peningkatan. Sejalan dengan indikator ketenagakerjaan dari BPS Sumbar, hasil Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan adanya peningkatan. Indeks ketersediaan lapangan kerja pada triwulan II 2014 mencapai 97,5% naik dibandingkan triwulan I 2014 sebesar 95,5%. Hal ini mengindikasikan responden masyarakat Sumbar memberikan respon positif bahwa ketersediaan lapangan kerja saat ini adalah lebih banyak atau paling tidak sama dengan kondisi enam bulan lalu. Selain itu, dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha di Sumbar, penggunaan tenaga kerja yang tercermin melalui Saldo Bersih Tertimbang (SBT) mengalami peningkatan atau pertumbuhan positif pada triwulan I 2014 sebesar 2,55%, naik dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 50

65 -7,55%. Dari sektor terbesar di Sumbar, sektor pertanian mengalami peningkatan sebesar 1,65%, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 0,37%. indeks 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Garis 100 I II III IV I II III IV I II % SBT 3 6,00 2 4, ,00-1 I II III IV I II III IV I 0, , , , ,00 Pertanian Industri Pengolahan PHR Realisasi Penggunaan Tenaga Kerja Grafik 4.3. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Sumatera Barat Grafik 4.4. SBT Indikator Jumlah Tenaga Kerja Di tengah peningkatan angkatan kerja, persentase jumlah pengangguran menunjukkan penurunan. Peningkaan pertumbuhan ekonomi di akhir tahun 2013 dapat menjadi indikasi terseapnya angkatan kerja di Sumbar. Jumlah pengangguran sedikit meningkat 158,2 ribu orang pada Februari 2013, naik sebesar orang atau 1,15% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Namun dengan kondisi tersebut, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurun dari 6,35% di Februari 2013 menjadi 6,32% di Februari Disamping itu, kualitas pekerjaan juga terindikasi mengalami perbaikan dimana porsi pekerja tidak penuh terhadap angkatan kerja yang bekerja menurun dari 34,4% menjadi 31,5% pada bulan Februari Meskipun tingkat pendidikan sebagian besar tenaga kerja Sumbar masih rendah, porsi penggunaan tenaga kerja terdidik semakin meningkat. Jumlah tenaga kerja dengan predikat lulusan Sekolah Dasar (SD) ke bawah masih mendominasi pasar tenaga kerja Sumbar dengan pangsa sebesar 41,06%. Namun, porsi lulusan SD tersebut semakin menunjukkan penuruan. Sementara tenaga kerja dengan tingkat pendidikan diploma dan universitas meskipun relatif kecil jika dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainnya, namun pangsanya semakin meningkat terlihat dengan pangsa lulusan diploma I/II/III dan universitas tercatat sebesar 13,46%, naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 11,40%. Hal ini mengindikasikan terdapat perbaikan kualitas pendidikan tenaga kerja di Sumatera Barat 51

66 Tabel 4.2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Jumlah (ribu orang) Pangsa (%) Pertumbuhan (% yoy) No. Lapangan Pekerjaan Utama Feb Agust Feb Agust Feb Feb Agust Feb Feb Agust Feb 1 SD ke bawah 939,8 900,4 989,8 871,0 962,7 42,94 42,26 41,06 5,3-3,3-2,7 2 Sekolah Menengah Pertama 454,0 402,0 417,0 399,8 441,1 18,09 19,40 18,81-8,1-0,5 5,8 3 Sekolah Menengah Atas 398,8 374,4 392,1 356,4 378,0 17,01 17,29 16,12-1,7-4,8-3,6 4 Sekolah Menengah Kejuruan 217,3 193,1 243,6 192,0 247,1 10,57 9,32 10,54 12,1-0,6 1,4 5 Diploma I/II/III 86,3 73,0 81,8 72,6 89,6 3,55 3,52 3,82-5,2-0,5 9,5 6 Universitas 166,0 151,7 181,0 169,3 226,0 7,85 8,21 9,64 9,0 11,6 24,9 Jumlah 2.262, , , , ,5 100,00 100,00 100,00 1,9-1,6 1,7 Sumber:BPS Penyerapan tenaga kerja di Sumbar masih didominasi oleh sektor yaitu sektor pertanian dan sektor perdagangan. Sektor pertanian pada awal tahun 2014 mampu menyerap 41,68% dari total penduduk yang bekerja. Persentase penyerapan ini sedikit meningkat dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar 41,2%. Di sisi lain, sektor perdagangan mampu menyerap 460,6 ribu orang dengan pangsa 19,65% pada Februari 2014, menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mampu menyerap 483,7 ribu orang dengan pangsa sebesar 20,98%. Kondisi ini menunjukkan bahwa peningkatan tenaga kerja terdidik masih banyak terkonsentrasi pada sektor-sektor ekonomi informal dan semi formal, yaitu sektor pertanian dan perdagangan. Sumber: BPS Tabel 4.3 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Utama No. Jumlah (ribu orang) Pangsa (%) Pertumbuhan (% yoy) Lapangan Pekerjaan Utama Feb Agust Feb Agust Feb Feb Agust Feb Feb Agust Feb 1 Pertanian 957,9 854,5 949,8 817,9 977,3 41,20 39,68 41,68-0,8-4,3 2,9 2 Industri Pengolahan 162,8 162,1 186,1 132,3 157,0 8,07 6,42 6,70 14,3-18,4-15,6 3 Konstruksi 104,5 116,0 101,5 100,9 104,1 4,40 4,90 4,44-2,9-13,0 2,6 4 Perdagangan 448,6 445,5 483,7 472,8 460,6 20,98 22,94 19,65 7,8 6,1-4,8 5 Angkutan 104,5 103,7 97,0 98,8 112,8 4,21 4,79 4,81-7,2-4,7 16,3 6 Jasa 391,5 332,1 386,0 354,4 388,3 16,74 17,19 16,56-1,4 6,7 0,6 7 Lainnya* 92,4 80,7 101,2 84,0 144,4 4,39 4,08 6,16 9,5 4,1 42,7 8 Total 2.262, , , , ,5 100,0 100,0 100,0 1,9-1,6 1,7 Belum banyaknya peluang lapangan kerja di sektor formal menyebabkan pangsa pengangguran terdidik bertambah. Tingkat pengangguran tenaga kerja berpendidikan universitas mengalami kenaikan dari 5,97% Februari 2013 menjadi 6,38% pada Februari 2014 (tabel 5.4). Meingkatnya pengangguran terdidik ini mengindikasikan fenomena pemborosan intelektual dimana peningkatan penggangguran terdidik ini tidak dapat diimbangi dengan peningkatan peluang lapangan kerja formal. Akibatnya, yang terjadi adalah perekrutan tenaga kerja terdidik untuk pekerjaan yang sebenarnya tidak membutuhkan spesifikasi pendidikan tinggi. Dengan demikian fenomena ini akan 52

67 menyebabkan peluang angkatan kerja yang tidak mengenyam pendidikan tinggi untuk mendapatkan pekerjaan di sektor formal menjadi lebih kecil. Sementara itu, tingkat pengangguran tertinggi masih didominasi oleh tenaga kerja berpendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan persentase masing-masing sebesar 15,54% dan 7,39%. Tabel 4.4. Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi Sumber: BPS (Persen) 2014 Tingkat Pendidikan Feb Agust Feb Agust Feb SD ke bawah 3,22 3,90 4,15 3,85 3,71 Sekolah Menengah Pertama 7,20 6,57 7,20 6,13 6,03 Sekolah Menengah Atas 10,70 10,70 12,77 11,23 15,54 Sekolah Menengah Kejuruan 10,13 9,62 3,29 13,00 7,39 Diploma I/II/III 6,31 5,23 4,67 6,98 3,79 Universitas 5,83 8,26 5,97 8,30 6,38 Total 6,41 6,60 6,35 7,02 6,32 Sebagai upaya menurunkan tingkat pengangguran di daerah, diperlukan pembukaan lapangan kerja baru di tahun Beberapa perbaikan dapat dilakukan pemerintah terutama dalam meningkatkan iklim usaha, meningkatkan infrastruktur dasar, pelayanan perizinan satu pintu dengan harapan para investor dapat tertarik untuk membangun usahanya dan menjalankan kegiatan usaha dengan aman serta mendapat kepastian hukum yang terjamin. Sementara itu, mengingat sejumlah besar penggangguran adalah orang yang belum memiliki ketrampilan atau keahlian maka perlu memberikan pelatihan kerja kepada para pencari kerja sehingga menjadi pekerja yang terampil dan ahli serta siap pakai. Selain itu, diperlukan upaya pemerintah dapat membuat program-program kerja yang dapat menumbuhkan jiwa wirausaha masyarakat sehingga akan banyak munculnya usaha-usaha baru yang dapat turut meningkatkan perekonomian Sumatera Barat. 4.2 Kesejahteraan Daerah Ditengah perlambatan ekonomi pada triwulan II 2014, tingkat kemiskinan di Sumbar terus mengalami penurunan. Kondisi kesejahteraan masyarakat Sumatera Barat pada Maret 2014 mengalami kondisi yang membaik tercermin dari penurunan jumlah penduduk miskin di Sumatera Barat hingga Maret 2014 mencapai 379,2 ribu orang, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 411,1 ribu orang. Sebagian besar 53

68 penduduk miskin berdomisili di daerah perdesaan mencapai 271,1 ribu orang. Penurunan tersebut didorong oleh berkurangnya jumlah penduduk miskin baik di daerah perkotaan dan perdesaan. Secara keseluruhan, persentase penduduk miskin terhadap total penduduk menurun dari 8,1% pada Maret 2013 menjadi 7,4% pada Maret Tabel 4.5. Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Barat Bulan Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Persentase Penduduk Miskin (%) Perkotaan Perdesaan Total Perkotaan Perdesaan Sumbar ,84 10,88 9,50 Mar ,42 10,07 9,04 Sep ,61 9,85 8,99 Mar ,67 9,14 8,19 Sep ,45 8,99 8,00 Mar ,16 9,39 8,14 Sep ,38 8,30 7,56 Mar ,43 8,68 7,41 Menurunnya kemiskinan dipengaruhi oleh inflasi Sumbar yang semakin membaik dan perbaikan penghasilan penduduk terutama perdesaan. Laju inflasi yang rendah akan meningkatkan nilai pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Jumlah penduduk miskin perdesaan di provinsi Sumbar mencatat penurunan secara signifikan. Sepanjang Maret 2013-Maret 2014 terjadi peningkatan garis kemiskinan yang cukup signifikan. Garis kemiskinan pada periode tersebut meningkat dari Rp /kapita/bulan menjadi Rp /kapita/bulan. Berdasarkan kelompok barang, garis kemiskinan untuk pemenuhan konsumsi minimal kebutuhan makanan meningkat dari Rp /kapita/bulan menjadi Rp /kapita/bulan. Sementara kenaikan pemenuhan untuk konsumsi kebutuhan non-makanan lebih rendah dari Rp72.252/kapita/bulan menjadi Rp80.904/kapita/bulan. 54

69 Tahun Tabel 4.6. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Barat Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Makanan Non Makanan Total Perkotaan Mar ,81 6,67 Sept ,25 6,45 Mar ,53 6,17 Sept ,89 6,38 Mar ,08 5,43 Pedesaan Maret ,93 9,14 September ,60 8,99 Maret ,94 9,39 September ,74 8,30 Maret ,12 8,68 Kota + Desa Maret ,74 8,19 September ,86 8,00 Maret ,47 8,14 September ,63 7,56 Maret ,29 7,41 Searah dengan garis kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) juga mengalami penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) pada periode Maret 2014 sebesar 0,94 menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 1,01. Salah satu indikator kesejahteraan selain jumlah dan persentase penduduk miskin adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Dalam hal ini, upaya pengentasan kemiskinan bukan hanya ditujukan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin namun juga mengurangi keparahan dan kedalaman kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan (P1) mengukur seberapa jauh rata-rata pengeluaran penduduk miskin relatif terhadap Garis Kemiskinan. Penurunan P1 mengindikasikan adanya perbaikan secara rata-rata pada kesenjangan antara standar hidup penduduk miskin dibandingkan dengan garis kemiskinan, sedangkan jika terjadi peningkatan P1 menunjukkan sebaliknya. Pada Maret 2014, indeks kedalaman kemiskinan menurun dibandingkan periode sama tahun lalu. Penurunan tersebut bersumber dari penduduk miskin di perkotaan. Sementara indeks kedalaman kemiskinan penduduk miskin di perdesaan justru menurun. Secara umum, penurunan indeks kedalaman kemiskinan mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran per kapita per bulan penduduk miskin makin dekat dari garis kemiskinan atau kemampuan daya beli penduduk miskin semakin meningkat. Jumlah penduduk miskin (000 jiwa) Persentase penduduk miskin (%) 55

70 Sementara itu, indikator kesejahteraan lainnya menunjukkan pelemahan tercermin dari Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) meningkat. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengindikasikan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin. Ketimpangan ini sedikit membesar sejalan dengan meningkatnya indeks keparahan kemiskinan dari 0,209 menjadi 0,219. Peningkatan indeks ini terjadi khususnya di daerah perdesaan, sedangkan indeks daerah perkotaan mengalami penurunan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin. Tabel 4.7. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Provinsi Sumatera Barat Tahun Kota Desa Kota + Desa P1 Maret ,942 1,248 1,129 September ,132 1,300 1,235 Maret ,999 1,019 1,011 September ,117 1,363 1,267 Maret ,654 1,122 0,940 P2 Maret ,213 0,343 0,293 September ,296 0,322 0,312 Maret ,238 0,191 0,209 September ,292 0,313 0,305 Maret ,125 0,278 0,219 indeks 140,0 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 Indeks Penghasilan Konsumen Garis 100 I II III IV I II III IV I II Grafik 4.5. Indeks Penghasilan Konsumen di Sumatera Barat Indikasi membaiknya tingkat kesejahteraan masyarakat sejalan dengan peningkatan penghasilan masyarakat. Hal ini terlihat dari indikator penghasilan konsumen saat ini yang diperoleh dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia. Penghasilan konsumen pada triwulan II 2014 mengalami kenaikan dengan indeks rata-rata penghasilan konsumen sebesar 131,0 naik dibandingkan triwulan sebelumnya dengan indeks rata-rata sebesar 123,0. Nilai ini mengindikasikan masyarakat Sumatera Barat memandang adanya kenaikan pada penghasilan yang diterima mereka dibandingkan triwulan sebelumnya. Dengan meningkatnya pendapatan tersebut diharapkan dapat mendorong daya beli dan konsumsi masyarakat yang selanjutnya akan mendorong perbaikan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan ekonomi di Sumbar. 56

71 BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat diprakirakan tumbuh moderat di triwulan III Perekonomian Sumbar diprakirakan berada pada kisaran 5,8% -6,2% (yoy) atau relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 6,0% (yoy). Dari sisi permintaan, berlanjutnya pelemahan net ekspor menjadi faktor melambatnya perekonomian. Pertumbuhan ekspor diprakirakan melambat akibat pelemahan harga komoditas dan menurunnya produksi komoditas ekspor utama. Di sisi lain, peningkatan konsumsi baik rumah tangga maupun pemerintah yang menjadi penopang penopang perekonomian Sumbar belum mampu mendorong perekonomian secara keseluruhan. Demikian pula halnya kegiatan investasi yang masih tumbuh terbatas. Secara sektoral, menurunnya produksi komoditas ekspor utama turut berdampak pada kinerja sektor pertanian yang melambat. Namun menguatnya konsumsi domestik mampu menggerakkan sejumlah sektor ekonomi lainnya dan menahan perlambatan perekonomian lebih lanjut. Tekanan inflasi diprakirakan terus mereda pada triwulan III Membaiknya pasokan bahan pangan sejak awal tahun dan minimnya pengaruh gangguan cuaca seperti El Nino dan Dipole Mode mendorong inflasi Sumbar terus ke bawah. Tingginya aktivitas perekonomian dan konsumsi masyarakat pada Ramdhan dan hari raya Idul Fitri sedikit meningkatkan tekanan inflasi. Namun, terdapat sejumlah risiko yang perlu diantisipasi untuk menahan peningkatan laju inflasi seperti kenaikan TTL rumah tangga dan rencana kenaikan elpiji 12 kg berpotensi meningkatkan inflasi dari kelompok administered prices. Potensi peningkatan inflasi memerlukan respon dari TPID di Sumbar untuk memperkuat koordinasi terutama dalam merumuskan merumuskan kebijakan-kebijakan strategis pengendalian harga di daerah masing-masing. 4.3 Prospek Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat diprakirakan stabil di triwulan III Meningkatnya konsumsi pemerintah diharapkan mampu menopang perekonomian di tengah masih melambatnya kinerja ekspor. Perekonomian Sumatera Barat diprakirakan tumbuh pada kisaran 5,8% - 6,2% (yoy) pada triwulan III 2014, atau relatif stabil dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II 2014 sebesar 6,0% (yoy). Di sisi sektoral, penurunan ekspor komoditas utama yang berbasis SDA akan berdampak negatif pada sektor pertanian. 57

72 SBT 25% Jasa-Jasa Keuangan Pengangkutan dan Komunikasi PHR 20% Bangunan Listrik, Gas dan Air Bersih Industri Pengolahan Pertambangan 15% 10% 5% 0% %, Jasa-Jasa Keuangan Pengangkutan dan Komunikasi PHR Bangunan Listrik, Gas dan Air Bersih Industri Pengolahan Pertambangan I II III IV I II III IV I II III Grafik 0.1. Perkiraan Investasi Secara Umum Grafik 0.2. Perkiraan Kegiatan Usaha Secara Umum Pertumbuhan ekspor diprakirakan kembali melambat akibat terus menurunnya harga CPO dan karet sebagai komoditas ekspor utama Sumatera Barat. Masih tingginya pasokan yang tersedia di pasar dan stabilnya permintaan internasional menjadi penyebab tren menurunnya harga kedua komoditas tersebut. Namun demikian, potensi perbaikan harga karet di akhir triwulan III 2014, seiring dengan mulai berkurangnya pasokan di Tiongkok, diharapkan mampu menahan perlambatan ekspor lebih dalam. Selain itu, produksi CPO diprakirakan mulai meningkat di triwulan III 2014 pasca masa panen di sejumlah lahan perkebunan. Di sisi permintaan, perekonomian India yang diprakirakan lebih baik dari tahun lalu diharapkan mampu mendongkrak permintaan akan CPO dan mengerek harga kembali naik di tengah turunnya permintaan dari Tiongkok. Hal ini dikarenakan India merupakan negara tujuan utama ekspor untuk komoditas CPO. %, SBT Jasa-Jasa Keuangan Pengangkutan dan Komunikasi PHR Bangunan Listrik, Gas dan Air Bersih Industri Pengolahan Pertambangan I II III IV I II III IV I II III Grafik 0.3. Perkiraan Penggunaan Tenaga Kerja Secara Umum Tabel 6.1.Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global 58

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII (Sumatera Barat, Riau, Kep.Riau dan Jambi) i Halaman ini sengaja dikosongkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Triwulan IV-2013 KANTOR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 2013 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII DIVISI EKONOMI

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan IV - 2012 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Triwulan IV-2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII DIVISI

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII Triwulan I-2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII TIM KAJIAN EKONOMI Jl. Jend.

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Periode Agustus 2017

Periode Agustus 2017 i Periode Agustus 2017 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii Periode Agustus 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2012 Triwulan II-2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII DIVISI EKONOMI MONETER Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 0751-31700

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY i Periode Mei 2017 ii Periode Mei 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN EKONOMI Jl. Jenderal Sudirman No. 22 Padang Telp. 0751-31700 Fax. 0751-27313

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank

Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank TRIWULAN I 216 i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii Triwulan I 216 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN EKONOMI Jl.

Lebih terperinci

Periode November 2016

Periode November 2016 i Periode November ii Periode November 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN EKONOMI Jl. Jenderal Sudirman No. 22 Padang Telp. 0751-31700 Fax. 0751-27313

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank

Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii Triwulan IV 215 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH Jl. Jend.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank

Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank i Periode Agustus Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii Periode Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN EKONOMI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2013 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 29 Kantor Ringkasan Eksekutif KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-nya sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

Periode Februari 2018

Periode Februari 2018 i Periode Februari 2018 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally left blank ii Periode Februari 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

Periode Februari 2017

Periode Februari 2017 i Periode Februari 2017 ii Periode Februari 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN EKONOMI Jl. Jenderal Sudirman No. 22 Padang Telp. 0751-31700 Fax.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

Periode Februari 2018

Periode Februari 2018 i Periode Februari 2018 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally left blank ii Periode Februari 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011 BANK INDONESIA MEDAN 2011 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan II Tahun 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan II Tahun 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan II Tahun 2014 Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan (UAEK) Kantor

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN III 214 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain

Lebih terperinci