Halaman ini sengaja dikosongkan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Halaman ini sengaja dikosongkan."

Transkripsi

1

2 2 Halaman ini sengaja dikosongkan.

3 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan masyarakat serta mencakup pula prospek perekonomian ke depan. Perekonomian Jawa Barat tumbuh meningkat pada triwulan IV 215 yang didorong terutama oleh peningkatan konsumsi rumah tangga Dari sisi lapangan usaha, peningkatan kinerja lapangan usaha industri pengolahan menjadi faktor utama pendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan. Sementara itu, dari sisi Inflasi Jawa Barat pada triwulan IV 215 tercatat mengalami penurunan dengan level di bawah inflasi nasional. Hal ini sejalan dengan koordinasi yang erat antara Bank Indonesia dengan pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota di Jawa Barat, terutama melalui berbagai forum Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Ke depan, kami mencermati bahwa kinerja perekonomian pada triwulan I 216 diperkirakan mengalami sedikit perlambatan dengan melambatnya konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah serta ekspor. Dari sisi sektoral, perlambatan diperkirakan terjadi pada sektor industri pengolahan seiring dengan permintaan domestik yang belum menentu serta melambatnya ekspor. Kesimpulan di atas merupakan hasil analisis kami terhadap berbagai data dan informasi, yang selain berasal dari Bank Indonesia, juga berbagai instansi terkait, seperti Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan dinas-dinas terkait, BPS Jawa Barat, BULOG Divre III, Kementerian Keuangan c.q. DJP Jawa Barat I, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Barat, PLN, berbagai perusahaan, asosiasi dan akademisi. Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan buku ini. Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-nya dan menerangi setiap langkah kita. Bandung, 17 Februari 216 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd Rosmaya Hadi Direktur Eksekutif

4 4 Halaman ini sengaja dikosongkan

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR TABEL... x TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAWA BARAT... xi RINGKASAN EKSEKUTIF... xv BAB 1 KONDISI MAKROEKONOMI REGIONAL Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor Impor Sisi Penawaran Industri Pengolahan Perdagangan Besar-Eceran & Reparasi Mobil-Sepeda Motor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Konstruksi Transportasi dan Pergudangan BOKS 1 Daya Saing Industri Jawa Barat BOKS 2 Dampak Perkembangan Ekonomi & Pelemahan NT terhadap Pariwisata Jabar... 3 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Inflasi Bulanan (mtm) Inflasi Tahunan (yoy) Perkembangan Inflasi Menurut Kota Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi Non Fundamental Fundamental / Inti BAB 3 STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM PEMBAYARAN Analisis Perbankan Daerah Perkembangan Perbankan di Provinsi Jawa Barat Perkembangan Perbankan per Kota/Kabupaten Intermediasi dan Risiko Perbankan Ketahanan Sektor Korporasi Ketahanan Sektor Rumah Tangga Kinerja Sistem Pembayaran BOKS 3 Asesmen Sumber Pembiayaan Investasi Langsung dari Kredit Perbankan... 64

6 BAB 4 KEUANGAN DAERAH REALISASI APBD PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I PENDAPATAN BELANJA BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH Ketenagakerjaan Kesejahteraan BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Prospek Ekonomi Makro Dunia dan Nasional Prospek Ekonomi Makro Regional Prakiraan Inflasi

7 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1. Grafik 1.2. Grafik 1.3. Grafik 1.4. Grafik 1.5. Grafik 1.6. Grafik 1.7. Grafik 1.8. Grafik 1.9. Grafik 1.1. Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik 1.2. Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik 1.3. Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik 1.4. Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik 1.5. Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Jawa dan Nasional Triwulan III Indeks Keyakinan Konsumen... 6 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini dan Indeks Ekspektasi Konsumen... 6 Indeks Pengeluaran Saat Ini dan Indeks Penghasilan Saat Ini... 6 Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama... 6 Indeks Penjualan Eceran Riil... 7 Nilai Tukar Petani Jawa Barat... 7 Kredit Konsumsi Jawa Barat... 7 Kredit Kepemilikan Rumah dan Apartemen Jawa Barat... 7 Kredit Kepemilikan Mobil Jawa Barat... 7 Kredit Kepemilikan Sepeda Motor Jawa Barat... 7 Realisasi Penanaman Modal Asing Jawa Barat... 8 Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri Jawa Barat... 8 Lokasi Realisasi PMA & PMDN Jawa Barat Triwulan III Penjualan Semen Jawa Barat... 1 Impor Barang Modal Jawa Barat... 1 Kredit Investasi Lokasi Proyek di Jawa Barat... 1 Kredit Investasi untuk Lapangan Usaha Industri di Jawa Barat... 1 Kredit Investasi untuk Lapangan Usaha Transportasi & Pergudangan di Jawa Barat... 1 Indeks Perkembangan Investasi Keseluruhan Lapangan Usaha Jawa Barat Perkembangan Nilai Ekspor Jawa Barat Perkembangan Volume Ekspor Jawa Barat Perkembangan Neraca Perdagangan Internasional Jawa Barat Ekspor Produk Manufaktur Jawa Barat Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Jawa Barat Ekspor Produk Elektronik Jawa Barat Ekspor Produk Otomotif Jawa Barat Ekspor Jawa Barat ke Negara/Kawasan Tujuan Utama Perkembangan Nilai Impor Bahan Baku Industri Jawa Barat Perkembangan Nilai Impor Barang Modal Industri Jawa Barat Perkembangan Nilai Impor Jawa Barat Perkembangan Volume Impor Jawa Barat Ekspor Produk Industri Manufaktur Jawa Barat Ekspor Produk Otomotif Jawa Barat Ekspor Produk Tekstil dan Produk Tekstil Jawa Barat Ekspor Produk Elektronik Jawa Barat Ekspor Produk Mesin Jawa Barat Ekspor Kulit dan Produk Kulit Jawa Barat Tren Penjualan Mobil Dalam Negeri dan Ekspor Ekspor Produk Otomotif Jawa Barat Kredit Modal Kerja Lapangan Usaha Industri Jawa Barat Kredit Investasi Lapangan Usaha Industri Jawa Barat Indeks Penjualan Eceran Riil Kredit Modal Kerja Lapangan Usaha Perdagangan Jawa Barat... 2 Kredit Investasi Lapangan Usaha Perdagangan Jawa Barat... 2 Indeks Realisasi Kegiatan Lapangan Usaha Pertanian... 2 Kapasitas Produksi Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat... 2 Kredit Modal Kerja Lapangan Usaha Pertanian Jawa Barat Kredit Investasi Lapangan Usaha Pertanian Jawa Barat Penjualan Semen Jawa Barat Kredit Investasi Lapangan Usaha Konstruksi Jawa Barat Indeks Realisasi Kegiatan Lapangan Usaha Konstruksi Jawa Barat Kredit Modal Kerja Lapangan Usaha Konstruksi Jawa Barat Indeks Perkembangan Investasi Lapangan Usaha Transportasi Jawa Barat Kredit Modal Kerja Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan Jawa Barat Kredit Investasi Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan Jawa Barat... 23

8 Grafik 2.1. Grafik 2.2. Grafik 2.3. Grafik 2.4. Grafik 2.5. Grafik 2.6. Grafik 2.7. Grafik 2.8. Grafik 2.9. Grafik 2.1. Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik 3.1. Grafik 3.2. Grafik 3.3. Grafik 3.4. Grafik 3.5. Grafik 3.6. Grafik 3.7. Grafik 3.8. Grafik 3.9. Grafik 3.1. Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik 3.2. Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik 5.1. Grafik 5.2. Grafik 5.3. Grafik 5.4. Grafik 5.5. Grafik 5.6. Grafik 5.7. Grafik 5.8. Inflasi Jawa Barat vs Nasional Inflasi Tahunan Provinsi di Pulau Jawa Inflasi (yoy) Triwulan III 215 Kota-kota di Jawa Barat Inflasi Tahunan (yoy) Kota Inflasi Disagregrasi Inflasi di Jawa Barat Perbandingan Inflasi per Komponen Produksi Padi Stok Beras dan Penyaluran Raskin Produksi Bawang Merah Produksi Cabai Merah Perkembangan Harga Komoditas Bahan Pangan Mingguan Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Inflasi Inti Sektor Perumahan Indeks Harga Properti Bandung Harga Komoditas Pertambangan... 5 Harga Komoditas Pertanian... 5 Ekspektasi Harga 3 & 6 Bulan ke Depan Ekspektasi Harga Per Kelompok Pengeluaran Aset Perbankan Konvensional Aset Perbankan Syariah Kredit Bank Konvensional Pembiayaan Bank Syariah Pangsa Kredit Per Jenis Penggunaan Kredit Menurut Penggunaan DPK Perbankan Konvensional DPK Perbankan Syariah Perkembangan DPK Perbankan Konvensional per Jenis Komposisi DPK Perbankan Konvensional per Jenis pada Triwulan III Perkembangan DPK Kota Bandung Komposisi DPK Kota Bandung per Jenis Simpanan Perkembangan DPK Kota Bekasi... 6 Komposisi DPK per Jenis Simpanan... 6 Perkembangan Kredit Kota Bekasi Berdasarkan Lokasi Bank... 6 Perkembangan DPK Kota Bogor Perkembangan Kredit Kota Bogor Berdasarkan Lokasi Bank LDR Bank Umum Konvensional NPL Bank Umum Konvensional FDR Bank Umum Syariah NPF Bank Umum Syariah NPL Kredit Sektor Utama Berdasarkan Jumlah Debitur Perkembangan Kredit Rumah Tangga Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga Perkembangan Inflow Outflow Perkembangan Transaksi Non Tunai Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tingkat Pengangguran Terbuka Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indikator Ketersediaan Lapangan Kerja Indikator Penggunaan Tenaga Kerja Indeks Pembelian Barang Tahan Lama Persentase Jumlah Penduduk Miskin Indeks Kedalaman dan Indeks Keparahan Kemiskinan Grafik 6.1. Indikator Tingkat Optimisme Konsumen Rumah Tangga Grafik 6.2. Indeks Kondisi Ekonomi Konsumen Rumah Tangga Grafik 6.3. Indeks Penjualan Eceran Riil Jawa Barat Grafik 6.4. Perkembangan Harga Minyak Dunia DAFTAR TABEL 8

9 Tabel 1.1. Struktur PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Komponen Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan... 4 Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Penggunaan (% yoy)... 4 Tabel 1.3. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Komponen Penggunaan (%) 5 Tabel 1.4. Struktur PDRB Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan. 15 Tabel 1.5. Pertumbuhan Ekonomi Lapangan Usaha (% yoy) Tabel 1.6. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha (%) Tabel 1.7. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Menurut Jenis Industri di Provinsi Jawa Barat Triwulan III Tabel 2.1. Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang dan Jasa (% mtm) Tabel 2.2. Andil Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)... 4 Tabel 2.3. Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Bulanan Triwulan III Tabel 2.4. Inflasi Tahunan Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (% yoy) Tabel 2.5. Andil Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) Tabel 2.6. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Tujuh Kota di Jawa Barat Tabel 2.7. Kapasitas Produksi Terpakai... 5 Tabel 4.1. Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tabel 4.2. Struktur Pendapatan APBD Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tabel 4.3. Struktur Belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tabel 5.1. Perkembangan Ketenagakerjaan Penduduk Jawa Barat... 8 Tabel 6.1. Outlook Pertumbuhan Ekonomi Dunia... 88

10 TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAWA BARAT I. EKONOMI MAKRO REGIONAL INDIKATOR 213 r) Tw IV 214 r) 214 r) Tw I 215 r) Tw II 215Tw r III 215 r Tw IV Produk Domestik Regional Bruto (% yoy) Berdasarkan Permintaan/Penggunaan Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah PMTB Perubahan Inventori Ekspor Impor Berdasarkan Penawaran/Lapangan Usaha Lapangan Usaha 213 r) Tw IV 214 r) 214 r) Tw I 215 r) Tw II 215Tw r III 215 r Tw IV Berdasarkan Penawaran/Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya PDRB Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat ( r) Angka Revisi) *) Data IHK menggunakan Tahun Dasar 27, sejak Januari 214, data IHK menggunakan Tahun Dasar 212. II. PERBANKAN 1

11 Sumber: Bank Indonesia *) Sejak Januari 211 Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) adalah pemberian kredit kepada debitur yang memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam UU No. 2 Tahun 28 Tentang UMKM III. SISTEM PEMBAYARAN Sumber: Bank Indonesia

12 RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF 12

13 Halaman ini sengaja dikosongkan

14 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat meningkat pada triwulan IV 215 yang didorong peningkatan konsumsi rumah tangga, serta industri pengolahan dari sisi sektoral Perekonomian Jawa Barat tumbuh meningkat pada triwulan IV 215 sebesar 5,23% (yoy) jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tercatat berada pada level 5,23% (yoy) meningkat jika dibandingkan triwulan III 215 sebesar 5,2% (yoy), triwulan II 215 sebesar 4,94% (yoy) dan triwulan I 215 sebesar 4,91% (yoy). Pada triwulan IV 215, level pertumbuhan Jawa Barat juga lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,4% (yoy). Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat signifikan dibanding triwulan sebelumnya yang menjadi faktor utama pendorong peningkatan pertumbuhan pada triwulan laporan. Sementara itu, konsumsi pemerintah tumbuh melambat dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh menurun sehingga menahan laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada triwulan laporan. Adapun kinerja ekspor dan impor mengalami peningkatan tetapi karena peningkatan pertumbuhan impor jauh lebih tinggi dibanding peningkatan pertumbuhan ekspor sehingga turut menyebabkan tertahannya laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada triwulan IV 215. Dari sisi lapangan usaha, peningkatan kinerja lapangan usaha industri pengolahan menjadi faktor utama pendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan. Peningkatan kinerja lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan & minum, lapangan usaha jasa keuangan, lapangan usaha pertambangan dan penggalian, lapangan usaha jasa perusahaan, jasa pendidikan, jasa kesehatan & kegiatan sosial serta jasa lainnya juga turut memberikan kontribusi dalam peningkatan kinerja ekonomi Jawa Barat pada triwulan IV 215. Namun demikian, penurunan kinerja lapangan usaha pertanian, kehutanan & perikanan serta perlambatan kinerja lapangan usaha perdagangan besar & eceran, dan reparasi mobil & sepeda motor, lapangan usaha konstruksi, lapangan usaha transportasi & pergudangan, lapangan usaha informasi & komunikasi dan lapangan usaha real estate menjadi faktor-faktor yang menahan laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada triwulan laporan. 14

15 I PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Jawa Barat tercatat menurun seiring penurunan tekanan inflasi administered prices dan inflasi inti nflasi Jawa Barat tercatat mengalami penurunan pada triwulan IV 215 sebesar 2,73% (yoy). Secara tahunan, inflasi Jawa Barat berdasarkan perhitungan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di 7 kota pada triwulan IV 215 menunjukkan penurunan. Secara tahunan, pada triwulan IV 215 inflasi Jawa Barat sebesar 2,73% (yoy), menurun dibandingkan triwulan III 215 yang berada pada level 6,11% (yoy). Sementara secara triwulanan Jawa Barat mengalami penurunan dari triwulan III 215 mencapai 1,19% (qtq) menjadi sebesar,79% (qtq) pada triwulan IV 215. Menurunnya tekanan inflasi disumbang terutama oleh penurunan tekanan administered prices dan kelompok inti. Penurunan yang terjadi terutama disebabkan oleh komoditas yang harganya ditentukan oleh pemerintah (kelompok administered prices) seperti bahan bakar rumah tangga, bensin maupun tarif listrik (khususnya golongan industri) seiring kebijakan pemerintah merespon perkembangan ekonomi global. Tekanan inflasi dari kelompok inti juga relatif stabil bahkan menurun sebagai dampak dari pergerakan nilai tukar Rupiah yang lebih terkendali maupun dari harga komoditas global yang terus terkoreksi. Namun demikian, tekanan inflasi dari kelompok volatile foods mendekati penghujung tahun 215 terpantau semakin meningkat. Selain karena seasonal factor yaitu momen Hari Natal dan Tahun Baru yang diikuti dengan peningkatan permintaan masyarakat, mulai berkurangnya pasokan di pasar seiring mulai masuknya musim tanam menjadi faktor-faktor pendorong inflasi dari kelompok tersebut. Koordinasi dan intensitas komunikasi terus ditingkatkan oleh Bank Indonesia baik dengan Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota di Jawa Barat melalui forum Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) sebagai upaya untuk menahan laju inflasi agar tetap terkendali. Pergerakan inflasi Jawa Barat pada akhir tahun 215 sebesar 2,73% (yoy), merupakan inflasi tahunan terendah sejak 29 dan sekaligus terkendali di bawah inflasi nasional yang mencapai 3,35% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, optimisme akan kinerja pengendalian inflasi di Jawa Barat dalam mencapai target sasaran inflasi nasional 216 sebesar 4,±1% semakin terjaga. PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM PEMBAYARAN Kinerja Perbankan tercatat masih terbatas pada triwulan IV 215 yang tercermin dari perlambatan pertumbuhan DPK dan kredit perbankan konvensional. Namun stabilitas sistem keuangan masih terjaga Kinerja perbankan Jawa Barat pada triwulan laporan masih tumbuh terbatas. Pada perbankan konvensional, sejalan dengan perlambatan laju perekonominan Jawa Barat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, pertumbuhan kredit pada TW IV 215 tercatat lebih rendah (9,6%) dibandingkan TW III 215 sebesar 1,55%. Perlambatan pertumbuhan kredit juga diikuti perlambatan pertumbuhan KPR meski sempat mengalami peningkatan pada TW III 215 pasca pelonggaran kebijakan LTV. Sementara itu, pertumbuhan DPK juga menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi 11,39% dari 12,18% pada TW III 215. Perlambatan DPK tersebut pada gilirannya mendorong tingkat LDR mengalami kenaikan menjadi sebesar 9,33%. Stabilitas sistem keuangan hingga triwulan IV 215 masih terjaga dengan baik. Pertumbuhan kredit terindikasi tumbuh melambat namun dengan kualitas kredit yang relatif masih terjaga. Risiko kredit masih terjaga dan bergerak dalam tren menurun. NPL hingga TW IV 215 cenderung menurun menjadi 2,61%, namun masih lebih tinggi dibandingkan nasional sebesar 2,47%.

16 Transaks melalui sistem pembayaran non tunai tercatat mengalami peningkatan Pada aspek sistem pembayaran, Kinerja sistem pembayaran non tunai pada triwulan IV 215 yang dilihat dari penggunaan fasilitas SKNBI (Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia) mengalami peningkatan baik dari segi nominal maupun volume dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara nominal, transaksi keuangan melalui SKNBI pada periode laporan sebesar Rp67,57 triliun, meningkat dibanding triwulan III 215 sebesar Rp55,56 triliun. Dari sisi volume, transaksi SKNBI juga menunjukkan peningkatan pada periode laporan menjadi sebesar 1,73 juta transaksi dari sebelumnya sebesar 1,52 juta transaksi. Transaksi keuangan ritel melalui SKNBI ini mengalami pertumbuhan yang signifikan dari sebesar 1,4% pada triwulan III 215 menjadi sebesar 2.1% (yoy). Sementara itu, pada sistem pembayaran tunai, terjadi penurunan netflow pada triwulan IV 215. Netflow di Jawa Barat tercatat turun menjadi sebesar Rp5,27 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp9,78 triliun. Penurunan perputaran uang kartal ini seiring berakhirnya pola historis di triwulan III yang terdapat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi keuangan pemerintah provinsi mengalami peningkatan Pencapaian realisasi keuangan Pemprov Jawa Barat secara umum pada tahun 215 lebih baik dari tahun 214 yang tercermin dari realisasi belanja yang mencapai 88,8% dari APBD-P 215 lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya sebesar 86,3%. Realisasi belanja Pemprov Jawa Barat pada akhir tahun 215 tercatat sebesar Rp24,6 triliun yang bersumber dari realisasi komponen belanja operasi sebesar Rp15,8 triliun (64%), komponen belanja modal sebesar Rp2,5 triliun (1%) dan komponen belanja transfer sebesar Rp6,4 triliun (26%). Dari sisi pendapatan, realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jawa Barat pada akhir tahun 215 adalah Rp24,2 triliun atau sebesar 11,1% terhadap target pendapatan dalam APBD-P 215. Pencapaian tersebut sudah baik meski tidak setinggi tahun 214 dengan total realisasi pendapatan mencapai 15,4% dari target pendapatan dalam APBD-P 214. Realisasi pendapatan tersebut bersumber dari realisasi komponen pendapatan asli daerah sebesar Rp16,3 triliun (67%), komponen dana perimbangan sebesar Rp2,5 triliun (1%) dan komponen lain-lain pendapatan sebesar Rp5,5 triliun (23%). PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 16

17 Kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan terindikasi meningkat seiring dengan meningkatnya kinerja perekonomian Perbaikan kinerja perekonomian Jawa Barat pada semester II 215, terindikasi berdampak terhadap peningkatan kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan Provinsi Jawa Barat pada periode laporan. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha, kondisi data ketenagakerjaan ketenagakerjaan di Jawa Barat yang tercermin dari indeks perkembangan penggunaan tenaga kerja menunjukkan perbaikan dengan peningkatan saldo bersih tertimbang (SBT) dari triwulan III 215 sebesar - 4,69 menjadi sebesar -1,85 pada triwulan IV 215. Sinyal positif lainnya dari kenaikan indeks ekspektasi kegiatan usaha berdasarkan hasil Survei Konsumen pada triwulan IV 215. Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat triwulan I 216 diperkirakan sedikit melambat, sementara tekanan inflasi diperkirakan meningkat PROSPEK PEREKONOMIAN Setelah mengalami peningkatan pada triwulan IV 215 sebesar 5,23%, kinerja perekonomian Jawa Barat pada triwulan I 216 diperkirakan sedikit melambat pada kisaran 5,1% - 5,3% (yoy). Dari sisi permintaan, investasi atau penanaman modal tetap bruto (PMTB) dengan perkiraan meningkat menjadi faktor yang mendorong kinerja perekonomian di tengah perlambatan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah sesuai pola historisnya. Sementara itu dari sisi penawaran (lapangan usaha), melambatnya sektor industri pengolahan menjadi faktor yang menyebabkan perlambatan. Sementara itu, sektor pertanian dan perdagangan serta konstruksi yang diperkirakan meningkat menjadi faktor yang menahan laju perlambatan pada periode tersebut. Di sisi lain, tekanan inflasi diperkirakan meningkat yang didorong oleh berbagai komponen khususnya volatile foods. Risiko peningkatan harga pangan pokok dengan terbatasnya pasokan beras menjelang musim panen serta terbatasnya pasokan telur ayam serta adanya tekanan harga daging ayam akibat kenaikan harga pakan menjadi faktor yang mendorong kenaikan komponen volatile foods. Sementara itu tekanan inflasi inti dan inflasi administered prices juga diperkirakan meningkat dan mendorong peningkatan inflasi keseluruhan. Tekanan inflasi inti diperkirakan dari kelompok perumahan, makanan jadi dan harga emas. Sementara itu, tekanan dari administered prices diperkirakan berasal dari potensi peningkatan harga bahan bakar seiring mulai meningkatnya harga minyak dunia dengan adanya kemungkinan konsensus penurunan supply minyak oleh para produsen minyak dunia.

18 18

19 Kinerja perekonomian Jawa Barat mengalami peningkatan pada triwulan IV 215 jika dibanding triwulan sebelumnya yang didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang meningkat. Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tercatat berada pada level 5,23% (yoy) meningkat jika dibandingkan triwulan III 215 sebesar 5,2% (yoy), triwulan II 215 sebesar 4,94% (yoy) dan triwulan I 215 sebesar 4,91% (yoy). Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat signifikan dibanding triwulan sebelumnya yang menjadi faktor utama pendorong peningkatan pertumbuhan pada triwulan laporan. Sementara itu, konsumsi pemerintah tumbuh melambat dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh menurun sehingga menahan laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada triwulan laporan. Adapun kinerja ekspor dan impor mengalami peningkatan tetapi karena peningkatan pertumbuhan impor jauh lebih tinggi dibanding peningkatan pertumbuhan ekspor sehingga turut menyebabkan tertahannya laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada triwulan IV 215. Dari sisi lapangan usaha, peningkatan kinerja lapangan usaha industri pengolahan menjadi faktor utama pendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan. Peningkatan kinerja lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan & minum, lapangan usaha jasa keuangan, lapangan usaha pertambangan dan penggalian, lapangan usaha jasa perusahaan, jasa pendidikan, jasa kesehatan & kegiatan sosial serta jasa lainnya juga turut memberikan kontribusi dalam peningkatan kinerja ekonomi Jawa Barat pada triwulan IV 215. Namun demikian, penurunan kinerja lapangan usaha pertanian, kehutanan & perikanan serta perlambatan kinerja lapangan usaha perdagangan besar & eceran, dan reparasi mobil & sepeda motor, lapangan usaha konstruksi, lapangan usaha transportasi & pergudangan, lapangan usaha informasi & komunikasi dan lapangan usaha real estate menjadi faktor-faktor yang menahan laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada triwulan laporan. Secara spasial, level pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan IV 215 lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional (5,4%, yoy) dan Banten (4,87%, yoy). Namun demikian, pertumbuhan tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi wilayah Jawa yang berada pada level 5,87% (yoy) dan juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi beberapa provinsi di wilayah Jawa seperti DKI Jakarta (6,48%, yoy), Jawa Tengah (6,8%, yoy), Jawa Timur (5,94%, yoy) dan DIY (5,5%, yoy). Adapun secara keseluruhan tahun 215, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sebesar 5,3% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 5,9% (yoy). Level pertumbuhan tersebut merupakan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang terendah sejak tahun 21. Dari sisi permintaan, faktor utama perlambatan ekonomi tersebut adalah kinerja PMTB atau investasi yang tumbuh melambat signifikan dibanding tahun sebelumnya. Sementara itu dari sisi lapangan usaha, faktor utama perlambatan ekonomi Jawa Barat adalah kinerja lapangan usaha industri pengolahan dan lapangan usaha pertanian, kehutanan & perikanan yang tumbuh melambat dibanding tahun sebelumnya. Dari aspek spasial, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 215 masih berada di atas level pertumbuhan ekonomi nasional 215 sebesar 4,79% (yoy) dan DIY sebesar 4,94% (yoy). Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tersebut berada di bawah level pertumbuhan wilayah Jawa (5,45%, yoy), DKI Jakarta (5,88%, yoy), Jawa Timur (5,44%, yoy), Jawa Tengah (5,44%, yoy) dan Banten (5,37%, yoy).

20 % Tw IV Grafik 1.1. Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi-provinsi di Jawa dan Nasional Triwulan IV 215 dan Keseluruhan Tahun Sisi Permintaan Konsumsi rumah tangga menjadi motor penggerak utama perekonomian Jawa Barat pada triwulan IV 215. Tidak hanya pertumbuhan yang meningkat signifikan tetapi porsi konsumsi rumah tangga terhadap perekonomian total juga meningkat dari 62,3% pada triwulan III 215 menjadi 63,78% pada triwulan laporan (Tabel 1.1.). Sementara itu, impor menjadi komponen ekonomi terbesar kedua dengan porsi 42,75% dan ekspor menjadi komponen terbesar ketiga dengan porsi 43,85%. Hal ini menyebabkan pada triwulan IV 215 terjadi net-impor sehingga turut menahan peningkatan kinerja ekonomi Jawa Barat yang lebih tinggi. Adapun PMTB menjadi komponen ekonomi terbesar keempat dengan porsi 25,88% dan konsumsi pemerintah menjadi komponen ekonomi terbesar kelima dengan porsi 6,81% terhadap total perekonomian Jawa Barat. Tabel 1.1. Struktur PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Komponen Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah PMTB Perubahan Inventori Ekspor Impor Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat Ket: r) Angka Revisi Komponen Penggunaan 213 r) 214 r) 215-I r) 215-II r) 215-III r) 215-IV 215 PDRB

21 Kinerja perekonomian Jawa Barat meningkat pada triwulan IV 215 yang didorong oleh menguatnya kinerja konsumsi rumah tangga secara signifikan. Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,76% (yoy), meningkat signifikan dibanding triwulan sebelumnya sebesar 4,7% (yoy). Sementara itu, konsumsi pemerintah tumbuh melambat dari triwulan sebelumnya sebesar 12,28% (yoy) menjadi 11,59% (yoy) pada triwulan IV 215 (Tabel 1.2.). Bahkan, PMTB tumbuh menurun dari triwulan sebelumnya sebesar 5,23% (yoy) menjadi -2,6% (yoy). Dengan demikian, konsumsi pemerintah dan PMTB menahan peningkatan kinerja ekonomi Jawa Barat yang lebih tinggi pada triwulan IV 215. Sementara itu, pertumbuhan ekspor meningkat menjadi 12,28% (yoy) dan pertumbuhan impor juga meningkat menjadi 16,61% (yoy). Peningkatan pertumbuhan impor yang jauh lebih tinggi dibanding dengan peningkatan pertumbuhan ekspor juga turut menahan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang lebih tinggi. Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Penggunaan (% yoy) Komponen Penggunaan 213 r) 214 r) 215-I r) 215-II r) 215-III r) 215-IV 215 Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah PMTB Perubahan Inventori Ekspor Impor Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat Ket: r) Angka Revisi PDRB Pada aspek sumber pertumbuhan, konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi terbesar terhadap laju perekonomian Jawa Barat triwulan IV 215 dengan besaran kontribusi yang meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Dengan laju pertumbuhan sebesar 5,23% (yoy), konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi sebesar 3,66% dan diikuti oleh kontribusi konsumsi pemerintah sebesar,74%. Sementara itu, PMTB atau investasi justru memberikan kontribusi -,57% seiring dengan penurunan pertumbuhan investasi yang terjadi pada triwulan IV 215. Hal ini kontradiktif dengan kontribusi PMTB terhadap laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan IV 214 dimana pada triwulan tersebut, PMTB memberikan kontribusi sebesar 3,33%. Lebih lanjut, kontribusi impor sebesar 6,57% lebih besar dibanding kontribusi ekspor sebesar 4,92% juga memberikan dampak negatif bagi laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat triwulan IV 215 (Tabel 1.3.). Tabel 1.3. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Komponen Penggunaan (%) Komponen Penggunaan 214-IV r) 214 r) 215-I r) 215-II r) 215-III r) 215-IV 215 Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah PMTB Perubahan Inventori Ekspor Dikurangi Impor PDRB Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, diolah Ket: r) Angka Revisi

22 * Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi rumah tangga menjadi penopang utama dan pendorong utama peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan IV 215. Berdasarkan komponen penggunaan, belum terlihat adanya perubahan struktur PDRB Jawa barat. Secara struktur ekonomi, konsumsi rumah tangga masih menjadi komponen dengan pangsa terbesar terhadap total perekonomian Jawa Barat dengan porsi sebesar 63,78% sehingga menjadi penopang utama perekonomian Jawa Barat. Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 215 tercatat sebesar 5,76% (yoy) meningkat dibandingkan laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga triwulan III 215 sebesar 4,7% (yoy). Sementara itu, secara keseluruhan tahun 215, konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,7% (yoy), meningkat signifikan dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh hanya 3,95% (yoy). Meningkatnya konsumsi rumah tangga tercermin dari menguatnya optimisme dan kinerja ekonomi rumah tangga dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan hasil Survei Konsumen, indeks keyakinan konsumen mengalami perbaikan pada periode laporan (Grafik 1.2). Nilai tukar petani juga mengalami tren peningkatan pada periode laporan (Grafik 1.3.). Hal ini mengindikasikan bahwa di daerah pedesaan pada khususnya juga terjadi peningkatan daya beli masyarakat yang diperkirakan juga turun mendorong peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga pada periode laporan. Dari sisi pedagang, berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia, indeks penjualan eceran riil juga terpantau mengalami tren yang meningkat pada periode laporan (Grafik 1.4.). Hal ini mengindikasikan bahwa permintaan rumah tangga terhadap produk eceran mengalami peningkatan Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, diolah Grafik 1.3. Nilai Tukar Petani Indeks (Rebase 21) 3 Index SPE Bandung % Growth (yoy) % yoy Grafik 1.4. Indeks Penjualan Eceran Riil

23 Dari sisi dunia usaha, penguatan konsumsi rumah tangga juga tercermin dari peningkatan indeks perkembangan dunia usaha dan kapasitas utilisasi industri pengolahan. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan dunia usaha yang mengindikasikan permintaan yang meningkat pada triwulan laporan (Grafik1.5). Hal ini sesuai dengan hasil liaison kepada 39 perusahaan di Jawa Barat yang secara umum menyampaikan bahwa terjadi peningkatan laju pertumbuhan penjualan domestik pada triwulan IV 215 dibanding triwulan sebelumnya. Informasi ini juga sejalan dengan peningkatan kapasitas utilisasi industri pengolahan yang terjadi pada triwulan IV 215 berdasarkan hasil SKDU (Grafik 1.6). % SBT % (1.) (2.) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Indeks Perkembangan Dunia Usaha Seluruh Sektor Kapasitas Utilisasi Industri Pengolahan Grafik 1.5. Indeks Perkembangan Dunia Usaha Seluruh Sektor Grafik 1.6. Kapasitas Utilisasi Industri Pengolahan Di sisi lain, meningkatnya kinerja konsumsi rumah tangga juga tercermin dari peningkatan pertumbuhan kredit kepemilikan rumah dan tren penjualan mobil yang meningkat. Kredit kepemilikan rumah tumbuh meningkat menjadi sebesar 12,8% (yoy) pada triwulan IV 215 (Grafik 1.7.). Berdasarkan informasi dari Gaikindo, penjualan mobil juga mengalami perbaikan pertumbuhan pada triwulan IV 215 (Grafik 1.8.). Rp Triliun % 12.8% I II III IV I II III IV I II III IV Kredit Kepemilikan Rumah & Apartemen yoy 4% 35% 3% 25% 2% 15% 1% 5% % Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik 1.7. Kredit Kepemilikan Rumah dan Apartemen Jawa Barat Ribu Unit Ekspor Mobil Penjualan Mobil G.Penjualan (Kanan) G.Ekspor (Kanan) I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: GAIKINDO Grafik 1.8. Tren Penjualan Mobil %, yoy Konsumsi Pemerintah Kinerja konsumsi pemerintah pada triwulan laporan terpantau mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan pengeluaran konsumsi pemerintah pada triwulan IV 215 tercatat sebesar 11,59% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 12,28% (yoy). Perlambatan kinerja konsumsi pemerintah ini turut menahan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang lebih tinggi. Hal ini juga sejalan dengan pertumbuhan realisasi total belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat per triwulan IV 215 sebesar 14,27% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan belanja pada triwulan sebelumnya sebesar 22,95% (yoy).

24 Namun demikian, perlambatan pertumbuhan konsumsi pemerintah tersebut belum sampai berdampak pada penurunan kontribusi konsumsi pemerintah terhadap laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan IV 215. Besar kontribusi konsumsi pemerintah terhadap laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat triwulan IV 215 masih terpantau meningkat sebesar,74% dibandingkan kontribusi pada triwulan sebelumnya sebesar,66%. Secara struktur perekonomian, porsi konsumsi pemerintah terhadap total perekonomian Jawa Barat pada triwulan IV 215 masih lebih besar dibanding triwulan sebelumnya. Porsi konsumsi pemerintah pada triwulan IV 215 sebesar 25,88% terhadap total perekonomian Jawa Barat, meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 25,14% Investasi Pertumbuhan komponen Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi tercatat menurun pada level -2,6% (yoy) pada triwulan IV 215 dibanding triwulan sebelumnya sebesar 5,23% (yoy). Penurunan pertumbuhan investasi tersebut tercermin dari data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI dan Badan Penanaman Modal & Perizinan Terpadu (BPMPT) Provinsi Jawa Barat yang menunjukkan bahwa pada triwulan IV 215 terjadi perlambatan pertumbuhan PMA dan PMDN di Jawa Barat. Penanaman Modal Asing (PMA) di Jawa Barat pada triwulan IV 215 tercapai sebesar USD55,4 juta dengan pertumbuhan sebesar -7,99% (yoy), menurun dibandingkan pertumbuhan realisasi PMA triwulan sebelumnya sebesar 7,66% (yoy) (Grafik 1.9.). Sementara itu, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Jawa Barat pada triwulan IV 215 tercapai sebesar Rp11,17 triliun dengan pertumbuhan sebesar 128,43% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan realisasi PMDN pada triwulan sebelumnya sebesar 16,51% (yoy) (Grafik 1.1.). USD Juta 2,5 2, 1,5 1, 5 I II III IV I II III IV I II III IV yoy USD Juta 12, 1, 8, 6, 4, 2, I II III IV I II III IV I II III IV yoy PMA Pertumbuhan (Axis Kanan) PMDN Pertumbuhan (Axis Kanan) Sumber: BKPM RI& BPMPT Provinsi Jawa Barat Grafik 1.9. Realisasi Penanaman Modal Asing Jawa Barat Sumber: BKPM RI & BPMPT Provinsi Jawa Barat Grafik 1.1. Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri Jawa Barat Sementara itu secara spasial, realisasi PMA dan PMDN di Jawa Barat pada triwulan I V 215 didominasi oleh penanaman modal yang berlokasi pada enam daerah utama, yaitu: Kabupaten Bekasi, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kabupaten Karawang, Kota Bekasi dan Kota Depok. Dominasi pangsa investasi pada enam daerah tersebut adalah Kabupaten Bekasi (25,3%), Kota Bogor (15,7%), Kabupaten Bogor (9,9%), Kabupaten Karawang (8,%), Kota Bekasi (7,6%) dan Kota Depok (6,1%) (Grafik 1.11.). Pangsa realisasi investasi dari keenam kabupaten/kota tersebut mencapai sebesar 72,6% dari total investasi di Jawa Barat pada triwulan laporan. Total jumlah proyek dari keseluruhan investasi PMA dan PMDN tersebut mencapai proyek dengan total tenaga kerja yang terserap 24

25 sebanyak orang menurun jika dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak proyek dan penyerapan tenaga kerja sebanyak orang. Kab. Karawang 8.% Kota Bekasi 7.6% Kota Depok 6.1% Kab. Sukabumi 3.3% Kab. Subang 3.2% Kota bandung 3.1% Kab. Bogor 9.9% Kota/Kab. Lainnya 14.8% Kab. Cirebon 3.% Kota Bogor 15.7% Kab. Bekasi 25.3% Sumber: BPMPT Provinsi Jawa Barat Grafik Lokasi Realisasi PMA&PMDN Jawa Barat Triwulan IV 215 Menurunnya pertumbuhan investasi triwulan laporan juga tercermin dari melambatnya pertumbuhan penjualan semen dan penurunan indeks perkembangan investasi seluruh sektor dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia, rata-rata penjualan semen pada triwulan IV 215 tumbuh sebesar 5,36% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,46% (yoy) pada triwulan sebelumnya (Grafik 1.12.). Lebih lanjut, berdasarkan hasil SKDU, indeks perkembangan investasi seluruh sektor pada triwulan IV 215 menurun dari 4,82%SBT pada triwulan III 215 menjadi 3,1%SBT pada triwulan laporan (Grafik 1.13.). Dari sembilan lapangan usaha yang disurvei, indeks perkembangan investasi yang terpantau menurun adalah indeks perkembangan investasi lapangan usaha industri pengolahan, lapangan usaha konstruksi, lapangan usaha pengangkutan dan komunikasi, lapangan usaha keuangan, persewaan dan jasa keuangan serta lapangan usaha jasa-jasa. Juta Ton yoy % SBT I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV % 15.% 1.% 5.%.% -5.% -1.% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Penjualan Semen Pertumbuhan (Axis Kanan) Indeks Perkembangan Investasi Seluruh Sektor Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Grafik Penjualan Semen Jawa Barat Grafik Indeks Perkembangan Investasi Seluruh Sektor

26 Pada sisi kredit, perlambatan pertumbuhan PMTB juga tercermin dari melambatnya pertumbuhan kredit investasi pada triwulan laporan dibanding triwulan sebelumnya. Kredit investasi untuk lokasi proyek di Jawa Barat tercatat tumbuh melambat dari triwulan III 215 dengan outstanding sebesar Rp15,7 triliun dan pertumbuhan 4,7% (yoy) menjadi sebesar Rp17,2 triliun dan pertumbuhan sebesar 4,1% (yoy) (Grafik 1.14.). Melambatnya pertumbuhan kredit investasi terjadi pada sektor utama antara lain sektor industri pengolahan dan sektor konstruksi. (Grafik dan Grafik 1.16.). Rp Triliun yoy 12 6% 1 5% 8 4% 6 3% 4 2% 2 1.9% 4.7% 4.1% 1% % I II III IV I II III IV I II III IV Kredit Investasi Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik Kredit Investasi Lokasi Proyek di Jawa Barat Rp Triliun yoy 6% 5% 4% 3% 6.1% 12.2% 2% 1.2% 1% % I II III IV I II III IV I II III IV Rp Triliun % 26.3% 14.1% I II III IV I II III IV I II III IV yoy 16% 14% 12% 1% 8% 6% 4% 2% % -2% -4% Kredit Investasi untuk Industri Pertumbuhan (Axis Kanan) Kredit Investasi untuk Konstruksi Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik Kredit Investasi untuk Sektor Industri Jawa Barat Grafik Kredit Investasi untuk Sektor Konstruksi Jawa Barat Ekspor Impor Kinerja ekspor dan impor Jawa Barat pada triwulan IV 215 mengalami peningkatan tetapi peningkatan kinerja impor Jawa Barat yang lebih tinggi dibanding kinerja ekspor berdampak pada terjadinya net-impor. Berdasarkan data BPS, kinerja ekspor Jawa Barat pada triwulan IV 215 sebesar 12,28% (yoy), meningkat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 4,6% (yoy). Sementara itu, kinerja impor Jawa Barat pada triwulan IV 215 sebesar 16,61% (yoy), meningkat dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar,64% (yoy). Dengan peningkatan kinerja impor yang lebih tinggi dibanding peningkatan kinerja ekspor pada triwulan IV 215, Jawa Barat mengalami net-impor sebesar Rp3,39 triliun atau 1,11% dari total PDRB Jawa Barat triwulan IV

27 Lebih lanjut, pertumbuhan ekspor Jawa Barat antar negara mengalami perbaikan pertumbuhan dari triwulan III 215 sebesar -8,59% (yoy) menjadi -7,35% (yoy) pada triwulan IV 215. Nominal ekspor Jawa Barat antar negara pada triwulan IV 215 tercatat sebesar USD6,2 miliar menurun dibanding triwulan sebelumnya sebesar USD6,6 miliar (Grafik 1.17.). Sejalan dengan nominal, pertumbuhan volume ekspor Jawa Barat antar negara pada triwulan IV 215 juga mengalami perbaikan dari -1,4% (yoy) pada triwulan III 215 menjadi,99% (yoy) pada triwulan IV 215 (Grafik 1.18.). USD Juta 7, 6,8 6,6 6,4 6,2 6, 5,8 5,6 % yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV USD Juta 2,2 2, 1,8 1,6 1,4 1,2 1, % yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Nilai Ekspor Pertumbuhan (Axis Kanan) Volume Ekspor Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Jawa Barat Grafik Perkembangan Volume Ekspor Jawa Barat Meski terjadi net-impor pada PDRB Jawa Barat triwulan IV 215, nilai ekspor luar negeri Jawa Barat yang lebih tinggi dibanding nilai impor luar negeri Jawa Barat masih menghasilkan surplus neraca perdagangan internasional Jawa Barat. Hal ini mengandung arti bahwa net-impor yang terjadi di Jawa Barat pada triwulan IV 215 lebih disebabkan oleh neraca perdagangan antar daerah Jawa Barat yang mengalami defisit (impor antar daerah Jawa Barat masih lebih besar dibanding ekspor antar daerah Jawa Barat). Jawa Barat tercatat masih mencatatkan surplus neraca perdagangan internasional sepanjang triwulan IV 215 sebesar USD3,53 miliar. Namun demikian, pertumbuhan surplus neraca perdagangan internasional Jawa Barat mengalami penurunan dari -3,47% (yoy) pada triwulan III 215 menjadi -6,45% (yoy) pada triwulan IV 215 (Grafik 1.19). USD Miliar I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Impor Ekspor Net (Ekspor-Impor) Grafik Perkembangan Neraca Perdagangan Internasional Jawa Barat Ekspor luar negeri produk manufaktur yang memegang pangsa sekitar 99,4% terhadap total ekspor luar negeri Jawa Barat mengalami peningkatan pertumbuhan. Pertumbuhan ekspor luar negeri produk manufaktur Jawa Barat pada triwulan IV 215 tercatat sebesar -7,3% (yoy), lebih baik dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar -8,6% (yoy) (Grafik 1.2.). Adapun kinerja ekspor produk manufaktur yang tumbuh meningkat pada triwulan IV 215, antara lain: ekspor tekstil dan produk tekstil (Grafik 1.21.), ekspor produk elektronik (Grafik 1.22.) dan ekspor produk otomotif (Grafik 1.23.).

28 USD Miliar Nominal Pertumbuhan (Axis Kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV yoy Grafik 1.2. Ekspor Produk Manufaktur Jawa Barat USD Juta 2, 1,8 1,6 1,4 1,2 1, Nominal Pertumbuhan (Axis Kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Ekspor Produk Elektronik Jawa Barat 2% 15% 1% 5% % -5% -1% yoy 1% 5% % -5% -1% -15% -2% USD Juta 1,6 1,55 1,5 1,45 1,4 1,35 1,3 1,25 1,2 Nominal Pertumbuhan (Axis Kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV yoy 35% 3% 25% 2% 15% 1% 5% % -5% -1% -15% Grafik Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Jawa Barat USD Juta Nominal Pertumbuhan (Axis Kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV yoy 6% 5% 4% 3% 2% 1% % -1% Grafik Ekspor Produk Otomotif Jawa Barat Sementara itu dari sisi negara tujuan, terlihat bahwa pertumbuhan ekspor Jawa Barat ke Amerika Serikat, ASEAN dan Eropa masih mengalami pertumbuhan negatif. Dari aspek negara tujuan ekspor, pertumbuhan ekspor ke Amerika Serikat, Eropa dan ASEAN tercatat masing-masing dengan nominal USD 1,23 juta, USD,9 juta dan USD 1,24 juta. Pertumbuhan ekspor ke Eropa mengalami perbaikan dari - 14,41% (yoy) pada triwulan III 215 menjadi -8,85% (yoy) pada triwulan IV 215. Sementara itu, pertumbuhan ekspor ke Amerika Serikat dan ASEAN makin menurun dari triwulan III 215 masing-masing sebesar -1,61% (yoy) dan -5,77% (yoy) menjadi pada triwulan IV 215 masing-masing sebesar -2,84% (yoy) dan -7,69% (yoy) (Grafik 1.24.). % yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV USA Eropa ASEAN Grafik Ekspor Jawa Barat ke Negara/Kawasan Tujuan Utama 28

29 Sejalan dengan ekspor, pertumbuhan impor Jawa Barat antar negara juga mengalami perbaikan pertumbuhan dari triwulan III 215 sebesar -14,7% (yoy) menjadi -8,52% (yoy). Nominal impor Jawa Barat antar negara pada triwulan IV 215 tercatat sebesar USD2,66 miliar, meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar USD2,58 miliar (Grafik 1.28.). Pertumbuhan volume impor juga mengalami perbaikan dari -19,95% (yoy) pada triwulan III 215 menjadi -,2% (yoy) pada triwulan IV 215 (Grafik 1.29.). Perbaikan pertumbuhan impor luar negeri tercermin dari perbaikan pertumbuhan impor bahan baku industri dari -14,8% (yoy) pada triwulan III 215 menjadi -6,2% (yoy) pada triwulan IV 215 (Grafik 1.26.) serta perbaikan pertumbuhan impor barang modal industri dari -17,7% (yoy) pada triwulan III 215 menjadi -16,7% (yoy) pada triwulan IV 215 (Grafik 1.27.). Sementara itu, pertumbuhan impor barang konsumsi terpantau menurun dari 3,9% (yoy) pada triwulan III 215 menjadi -3,6% (yoy) pada triwulan IV 215 (Grafik 1.25.). USD Juta I II III IV I II III IV I II III IV Impor Barang Konsumsi Pertumbuhan (Axis Kanan) yoy 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % -1% Grafik Perkembangan Nilai Impor Barang Konsumsi Jawa Barat USD Juta 3, 2,5 2, 1,5 1, 5 - yoy 2% 15% 1% 5% % -5% -1% -15% -2% I II III IV I II III IV I II III IV Impor Bahan baku Industri Pertumbuhan (Axis Kanan) USD Juta yoy 6 25% 5 2% 4 15% 1% 3 5% 2 % 1-5% - -1% I II III IV I II III IV I II III IV Impor Barang Modal Industri Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik Perkembangan Nilai Impor Bahan Baku Industri Jawa Barat Grafik Perkembangan Nilai Impor Barang Modal Industri Jawa Barat USD Juta 4, 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1, 5 - % yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV USD Juta I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV % yoy Nilai Impor Pertumbuhan (Axis Kanan) Volume Impor Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik Perkembangan Nilai Impor Jawa Barat Grafik Perkembangan Volume Impor Jawa Barat

30 1.2. Sisi Penawaran Meningkatnya kinerja perekonomian Jawa Barat pada triwulan IV 215 dibandingkan triwulan sebelumnya didorong utamanya oleh peningkatan pertumbuhan lapangan usaha Industri Pengolahan. Sementara itu pertumbuhan lapangan usaha lainnya seperti Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil & Sepeda Motor; Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; serta lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan terpantau mengalami perlambatan (Tabel 1.4). Secara sektoral, struktur perekonomian Jawa Barat triwulan IV 215 masih didominasi oleh lima sektor utama, yaitu: Industri Pengolahan (44,3%); Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor (16,8%); Konstruksi (8,62%); Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (5,76%) dan Transportasi & Pergudangan (4,63%). Lapangan usaha Industri Pengolahan tercatat mengalami pertumbuhan pada level 5,58% (yoy) dan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya pada level 4,86% (yoy). Dengan share yang besar dalam perekonomian, dorongan pertumbuhan dari lapangan usaha ini menyebabkan perekonomian pada triwulan IV secara keseluruhan mengalami pertumbuhan yang cukup solid. Di sisi lain, beberapa lapangan usaha utama lainnya mengalami perlambatan antara lain Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil & Sepeda Motor yang mengalami perlambatan ke level 2,53% (yoy); Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan melambat ke level -5,63% (yoy); Konstruksi melambat ke level 5,11% (yoy), dan Transportasi & Pergudangan melambat ke level 4,98% (yoy) (Tabel 1.5.). Tabel 1.4. Struktur PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya PDRB Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, diolah Ket: r) Angka Revisi Lapangan Usaha 213 r) 214 r) 215-I r) 215-II r) 215-III r) 215-IV 215 3

31 Tabel 1.5. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha (% yoy) Lapangan Usaha 213 r) 214 r) 215-I r) 215-II r) 215-III r) 215-IV 215 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya PDRB Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, diolah Ket: r) Angka Revisi Apabila dilihat dari sumber-sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Barat triwulan IV 215, kontribusi tertinggi masih berasal dari lapangan usaha Industri Pengolahan, yang diikuti dengan lapangan usaha Informasi & Komunikasi, Konstruksi, dan Perdagangan (Tabel 1.6.). Kontribusi lapangan usaha Industri Pengolahan masih menempati peringkat tertinggi sebesar 2,45% terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Barat triwulan IV 215 dan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya (2,9%) yang memberikan dampak pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi Jawa Barat secara keseluruhan pada triwulan laporan. Lapangan usaha lainnya yang mengalami peningkatan kontribusi adalah lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar,28%, lapangan usaha Jasa Pendidikan sebesar,36%, dan lapangan usaha Jasa Keuangan sebesar,26%. Sebaliknya, lapangan usaha Perdagangan, Transportasi & Pergudangan, Konstruksi, dan Informasi & Komunikasi mengalami penurunan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan laporan dengan kontribusi masing-masing sebesar,42%,,23%,,44%, dan,46%. Tabel 1.6. Sumber-sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha (%) Lapangan Usaha 214-IV r) 214 r) 215-I r) 215-II r) 215-III r) 215-IV 215 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya PDRB Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, diolah Ket: r) Angka Revisi

32 Industri Pengolahan Kinerja lapangan usaha Industri Pengolahan pada triwulan IV 215 tercatat sebesar level 5,58% (yoy) meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 4,86% (yoy). Dengan demikian, lapangan usaha Industri Pengolahan masih menjadi penyumbang laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tertinggi sebesar 2,45%. Hal ini sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) di Jawa Barat yang menunjukkan kapasitas produksi lapangan usaha Industri Pengolahan mengalami peningkatan pada level 84,5% dibandingkan triwulan sebelumnya pada level 8,61%. Hal ini juga selaras dengan penggunaan tenaga kerja di sektor Industri Pengolahan yang ditunjukkan melalui SBT Tenaga Kerja Industri yang mengalami peningkatan pada level -2,3% SBT dibandingkan triwulan sebelumnya pada level -3,5% SBT (Grafik 1.3). % yoy I II III IV I II III IV I II III IV Kapasitas Produksi Industri SBT Tenaga Kerja Industri (Kanan) 5% 4% 3% 2% 1% % -1% -2% -3% -4% Grafik 1.3. Perkembangan Kapasitas Produksi dan Penggunaan Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan (SKDU) Meningkatnya kinerja lapangan usaha Industri Pengolahan terkonfirmasi dari peningkatan laju pertumbuhan penjualan ekspor produk industri manufaktur Jawa Barat. Ekspor produk manufaktur Jawa Barat pada triwulan IV 215 tumbuh negatif pada level -7,3% (yoy), membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada pada level -8,6% (yoy). Hal ini selaras dengan penjualan ekspor pada beberapa kelompok produk yang juga meningkat antara lain produk Otomotif pada level 7,4% (yoy), Tekstil dan Produk Tekstil pada level -7,2% (yoy), dan Elektronik pada level -15,4% (yoy). Di sisi lain, produk Mesin serta Kulit & Produk Kulit tercatat mengalami perlambatan penjualan ekspor masingmasing pada level -18,7% (yoy) dan 11,9% (yoy), menurun jika dibandingkan pertumbuhan penjualan ekspor produk Mesin serta Kulit & Produk Kulit triwulan sebelumnya yang masing-masing sebesar -1,2% (yoy) dan 15,3% (yoy). USD Miliar Nominal Pertumbuhan (Axis Kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV yoy 2% 15% 1% 5% % -5% -1% Grafik Ekspor Produk Industri Manufaktur Jawa Barat USD Juta Nominal Pertumbuhan (Axis Kanan) yoy 6 6% 5 5% 4 4% 3% 3 2% 2 1% 1 % - -1% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Ekspor Produk Otomotif Jawa Barat

33 USD Juta 1,6 1,55 1,5 1,45 1,4 1,35 1,3 1,25 1,2 Nominal Pertumbuhan (Axis Kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV yoy 35% 3% 25% 2% 15% 1% 5% % -5% -1% -15% Grafik Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Jawa Barat USD Juta 2, 1,8 1,6 1,4 1,2 1, Nominal Pertumbuhan (Axis Kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Ekspor Produk Elektronik Jawa Barat yoy 1% 5% % -5% -1% -15% -2% USD Juta Nominal Pertumbuhan (Axis Kanan) yoy 8 1% 7 8% 6 6% 5 4% 4 3 2% 2 % 1-2% - -4% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Ekspor Produk Mesin Jawa Barat USD Juta Nominal Pertumbuhan (Axis Kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Ekspor Kulit dan Produk Kulit Jawa Barat yoy 4% 35% 3% 25% 2% 15% 1% 5% % Peningkatan kinerja Industri Pengolahan pada triwulan laporan juga terlihat dari penjualan produk Mobil yang termasuk produk utama dalam Industri Otomotif yang mengalami pertumbuhan penjualan sebesar 1,7% (yoy), meningkat jika dibanding triwulan sebelumnya sebesar -14,5% (yoy). Secara lebih dalam, pertumbuhan penjualan ekspor mobil pada triwulan laporan sebesar 16,8% (yoy), meningkat jika dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,2% (yoy). Demikian juga dengan pertumbuhan penjualan domestik mobil pada triwulan laporan sebesar -1,2% (yoy), meningkat jika dibanding triwulan sebelumnya sebesar -17,7% (yoy). Ribu Unit Ekspor Mobil Penjualan Mobil G.Penjualan (Kanan) G.Ekspor (Kanan) I II III IV I II III IV I II III IV %, yoy Sumber: GAIKINDO Grafik Tren Penjualan Mobil Dalam Negeri dan Ekspor Ribu Unit 4, 35, 3, 25, 2, 15, 1, 5, - I II III IV I II III IV I II III IV Penjualan Mobil Domestik & Ekspor Pertumbuhan (Axis Kanan) Sumber: GAIKINDO Grafik Ekspor Produk Otomotif Jawa Barat yoy Di sisi lain, perkembangan kredit atau pembiayaan dari perbankan khususnya pada jenis kredit modal kerja dan kredit investasi pada lapangan usaha Industri Pengolahan mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya. Outstanding kredit modal kerja pada lapangan usaha Industri

34 * Pengolahan tercatat sebesar Rp99,8 triliun dan pertumbuhan sebesar 1,8% (yoy) yang melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 25,% (yoy, Grafik 1.39.). Sementara itu, outstanding kredit investasi pada lapangan usaha Industri Pengolahan tercatat sebesar Rp41,8 triliun dan pertumbuhan sebesar 1,2% (yoy) yang melambat dari triwulan sebelumnya sebesar 12,2% (yoy, Grafik 1.4). Rp Triliun % 25.% 1.8% I II III IV I II III IV I II III IV yoy 35% 3% 25% 2% 15% 1% 5% % Rp Triliun yoy 6% 5% 4% 3% 6.1% 12.2% 2% 1.2% 1% % I II III IV I II III IV I II III IV Kredit Modal Kerja Sektor Industri Pertumbuhan (Axis Kanan) Kredit Investasi untuk Industri Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik Kredit Modal Kerja Lapangan Usaha Industri Pengolahan Jawa Barat Grafik 1.4. Kredit Investasi Lapangan Usaha Industri Pengolahan Jawa Barat Perdagangan Besar-Eceran & Reparasi Mobil-Sepeda Motor Kinerja lapangan usaha Perdagangan Besar-Eceran & Reparasi Mobil-Sepeda Motor tumbuh melambat dari triwulan III 215 sebesar 4,64% (yoy) menjadi sebesar 2,53% (yoy) pada triwulan IV 215. Perlambatan lapangan usaha tersebut diperkirakan terutama disebabkan oleh subsektor perdagangan besar, sementara subsektor perdagangan ritel diperkirakan masih mengalami peningkatan yang diindikasikan oleh peningkatan indeks penjualan eceran riil (Grafik 1.41.). Di sisi lain, pertumbuhan jasa reparasi mobil-sepeda motor pada triwulan laporan diperkirakan meningkat seiring dengan pola historis peningkatan permintaan jasa reparasi mobil-sepeda motor yang terjadi menjelang hari raya Natal dan libur tahun baru. Indeks (Rebase 21) 3 Index SPE Bandung % Growth (yoy) % yoy Grafik Indeks Penjualan Eceran Riil Lebih lanjut, pertumbuhan kredit atau pembiayaan untuk lapangan usaha Perdagangan pada triwulan laporan khususnya kredit modal kerja mengalami perlambatan. Outstanding kredit modal kerja lapangan usaha Perdagangan pada triwulan IV 215 tercatat sebesar Rp65,4 triliun dan pertumbuhan sebesar 7,9% (yoy) yang tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dengan nominal Rp63,9 triliun dan pertumbuhan sebesar 1,7% (yoy, Grafik 1.42.). Namun demikian, kredit 34

35 investasi untuk lapangan usaha Perdagangan pada triwulan IV 215 tercatat sebesar Rp14,4 triliun dan pertumbuhan sebesar 8,7% (yoy), tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dengan nominal Rp13,4 triliun dan pertumbuhan sebesar 7,3% (yoy, Grafik 1.43.). Rp Triliun yoy 7 6% 6 5% 5 4% 4 3% % 1.7% 2% 7.9% 1% % I II III IV I II III IV I II III IV Rp Triliun % 35% 3% 25% 2% 14.9% 7.3% 8.7% 15% 1% 5% % I II III IV I II III IV I II III IV yoy Kredit Modal Kerja Sektor Perdagangan Pertumbuhan (Axis Kanan) Kredit Investasi Sektor Perdagangan Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik Kredit Modal Kerja Lapangan Usaha Perdagangan Jawa Barat Grafik Kredit Investasi Lapangan Usaha Perdagangan Jawa Barat Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Penurunan kinerja lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan pada triwulan laporan yang semakin dalam dengan pertumbuhan negatif sebesar -5,63% (yoy) diperkirakan terutama berasal dari turunnya surplus hasil pertanian di Jawa Barat akibat cuaca musim kemarau yang lebih panjang dan El Nino. Berdasarkan hasil SKDU, tingkat kapasitas produksi pertanian tanaman pangan pada triwulan IV 215 mengalami penurunan menjadi 86,75% dari triwulan sebelumnya sebesar 94,29% (Grafik 1.44.) % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Kapasitas Produksi Pertanian Tanaman Pangan Grafik Kapasitas Produksi Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat Di sisi lain, pertumbuhan kredit atau pembiayaan untuk lapangan usaha Pertanian pada triwulan laporan khususnya kredit modal kerja juga mengalami perlambatan. Outstanding kredit modal kerja lapangan usaha Pertanian pada triwulan IV 215 tercatat sebesar Rp5,21 triliun dan pertumbuhan sebesar -2,5% (yoy) yang menurun dibandingkan triwulan sebelumnya dengan nominal Rp5,3 triliun dan pertumbuhan sebesar 9,9% (yoy) (Grafik 1.45.). Namun demikian, kredit investasi untuk lapangan usaha Pertanian pada triwulan IV 215 tercatat sebesar Rp3, triliun dan pertumbuhan sebesar -13,5% (yoy) yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dengan nominal Rp2,87 triliun dan pertumbuhan sebesar -18,5% (yoy) (Grafik 1.46.).

36 Rp Miliar 6, 5, 18.7% 4, 3, 2, 9.9% -2.5% 1, I II III IV I II III IV I II III IV yoy 4% 3% 2% 1% % -1% -2% -3% Rp Miliar 4, 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1, 5-1.8% -18.5% -13.5% I II III IV I II III IV I II III IV yoy 8% 6% 4% 2% % -2% -4% Kredit Modal Kerja Sektor Pertanian Pertumbuhan (Axis Kanan) Kredit Investasi Sektor Pertanian Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik Kredit Modal Kerja Lapangan Usaha Pertanian Jawa Barat Grafik Kredit Investasi Lapangan Usaha Pertanian Jawa Barat Konstruksi Lapangan usaha konstruksi tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan dari 7,63% (yoy) pada triwulan III 215 menjadi 5,11% (yoy) pada triwulan IV 215. Perlambatan kinerja lapangan usaha konstruksi yang merupakan sektor dengan share ekonomi terbesar ketiga dengan pangsa sebesar 8,62% sejalan dengan penurunan kinerja investasi dan perlambatan kinerja konsumsi pemerintah pada triwulan laporan. Adapun perlambatan kinerja konstruksi yang terkait erat dengan kinerja investasi bangunan terkonfirmasi antara lain dari perlambatan pertumbuhan realisasi penjualan semen (Grafik 1.47.) dan kredit investasi untuk lapangan usaha konstruksi (Grafik 1.48.) di Jawa Barat pada triwulan laporan. Realisasi penjualan semen pada triwulan IV 215 tumbuh melambat sebesar 5,36% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 5,46% (yoy). Pada sisi kredit, perlambatan kinerja lapangan usaha konstruksi juga tercermin dari perlambatan kredit/pembiayaan invetasi untuk lapangan usaha tersebut. Kredit investasi untuk lapangan usaha konstruksi mengalami perlambatan pertumbuhan dari triwulan sebelumnya sebesar 26,3% (yoy) menjadi 14,1% (yoy) pada triwulan laporan. Juta Ton I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV yoy 2.% 15.% 1.% 5.%.% -5.% -1.% Rp Triliun % 26.3% 14.1% I II III IV I II III IV I II III IV yoy 16% 14% 12% 1% 8% 6% 4% 2% % -2% -4% Penjualan Semen Pertumbuhan (Axis Kanan) Kredit Investasi untuk Konstruksi Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik Penjualan Semen Jawa Barat Grafik Kredit Investasi Lapangan Usaha Konstruksi Jawa Barat 36

37 Transportasi dan Pergudangan Lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan yang merupakan sektor ekonomi terbesar kelima dengan porsi 4,63% pada triwulan laporan tumbuh melambat sebesar 4,98% (yoy) dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 11,1% (yoy). Hal ini juga diikuti dengan kontribusi lapangan usaha transportasi dan pergudangan terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang juga mengalami penurunan pada triwulan IV 215 sebesar,23% dari triwulan sebelumnya sebesar,5%. Perlambatan pertumbuhan lapangan usaha tersebut tercermin dari perlambatan pertumbuhan kredit modal kerja sektor transportasi dan pergudangan serta penurunan indeks realisasi kegiatan usaha pengangkutan dari hasil survei SKDU. Outstanding kredit modal kerja untuk lapangan usaha transportasi dan pergudangan tercatat sebesar Rp7,1 triliun dengan pertumbuhan 54,1% (yoy) yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 77,1% (yoy) (Grafik 1.49.). Sementara itu, indeks realisasi kegiatan usaha pengangkutan menurun dari,74% SBT pada triwulan III 215 menjadi,29% SBT pada triwulan IV 215 (Grafik 1.5.). Rp Triliun % 73.% 54.1% I II III IV I II III IV I II III IV Kredit Modal Kerja Sektor Transportasi&Pergudangan Pertumbuhan (Axis Kanan) yoy 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % Grafik Kredit Modal Kerja Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan Jawa Barat % SBT (.5) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Indeks Realisasi Kegiatan Usaha Pengangkutan & Komunikasi Grafik 1.5. Indeks Realisasi Kegiatan Usaha Pengangkutan dan Komunikasi

38 38

39 Inflasi Jawa Barat tercatat mengalami penurunan pada triwulan IV 215. Secara tahunan, inflasi Jawa Barat berdasarkan perhitungan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di 7 kota 1 pada triwulan IV 215 menunjukkan penurunan. Secara tahunan, pada triwulan IV 215 inflasi Jawa Barat sebesar 2,73% (yoy), menurun dibandingkan triwulan III 215 yang berada pada level 6,11% (yoy). Sementara secara triwulanan Jawa Barat mengalami penurunan dari triwulan III 215 mencapai 1,19% (qtq) menjadi sebesar,79% (qtq) pada triwulan IV 215. Penurunan yang terjadi terutama disebabkan oleh komoditas yang harganya ditentukan oleh pemerintah (kelompok administered prices) seperti bahan bakar rumah tangga, bensin maupun tarif listrik (khususnya golongan industri) seiring kebijakan pemerintah merespon perkembangan ekonomi global. Tekanan inflasi dari kelompok inti juga relatif stabil bahkan menurun sebagai dampak dari pergerakan nilai tukar Rupiah yang lebih terkendali maupun dari harga komoditas global yang terus terkoreksi. Namun demikian, tekanan inflasi dari kelompok volatile foods mendekati penghujung tahun 215 terpantau semakin meningkat. Selain karena seasonal factor yaitu momen Hari Natal dan Tahun Baru yang diikuti dengan peningkatan permintaan masyarakat, mulai berkurangnya pasokan di pasar seiring mulai masuknya musim tanam menjadi faktor-faktor pendorong inflasi dari kelompok tersebut. Koordinasi dan intensitas komunikasi terus ditingkatkan oleh Bank Indonesia baik dengan Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota di Jawa Barat melalui forum Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) sebagai upaya untuk menahan laju inflasi agar tetap terkendali. Pergerakan inflasi Jawa Barat pada akhir tahun 215 sebesar 2,73% (yoy), merupakan inflasi tahunan terendah sejak 29 dan sekaligus terkendali di bawah inflasi nasional yang mencapai 3,35% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, optimisme akan kinerja pengendalian inflasi di Jawa Barat dalam mencapai target sasaran inflasi nasional 216 sebesar 4,±1% semakin terjaga. 1. Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa 1.1. Inflasi Bulanan (mtm) Perkembangan inflasi bulanan Jawa Barat pada triwulan IV 215 cukup bervariasi dengan kecenderungan semakin mendekati akhir tahun semakin meningkat. Pada bulan Oktober 215, Jawa Barat mengalami tekanan inflasi yang relatif rendah, yaitu sebesar -,17% (mtm). Deflasi yang terjadi pada awal triwulan IV 215 ini terutama didorong oleh koreksi harga komoditas utama dari kelompok bahan makanan. Pada bulan November 215, tekanan inflasi Jawa Barat mulai meningkat dan berada pada level,18% (mtm). Kondisi ini seiring mulai masuknya musim tanam bagi sebagian besar tanaman pangan maupun hortikultura yang berkakinat pada pasokan yang terbatas. Inflasi Desember 215 tercatat cukup tinggi hingga mencapai,79% (mtm) (Tabel 2.1). Inflasi yang terjadi pada bulan ini sekaligus menjadi yang tertinggi selama periode 215, sama dengan inflasi bulanan Juli 215. Kondisi ini didorong oleh seasonal 1 Tujuh kota yang menjadi basis perhitungan inflasi di Jawa Barat adalah: Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Bekasi, Depok dan Tasikmalaya dengan total bobot mencapai 18,51% terhadap inflasi nasional (SBH 212)

40 factor yaitu faktor Hari Natal dan Tahun Baru yang berdampak pada permintaan masyarakat yang meningkat, terutama kelompok bahan makanan, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Tabel 2.1 Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%, mtm) No. Kelompok Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Okt Nov Des 1 Bahan makanan (3.63) (.38) 2.83 (.82) 1.53 (1.74) (1.32) Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (.2).34 4 Sandang (.57) (.18) (.9) (.35) (.6) 5 Kesehatan (.5) Pendidikan, rekreasi dan olahraga Transpor, komunikasi dan jasa keuangan Umum (.45) (.61) (.5) (.9) (.7) (1.3) (.18) (.17) Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat (diolah BI) Andil inflasi kelompok bahan makanan tercatat mencapai -,27% sekaligus merupakan faktor utama penyebab terjadinya deflasi di Jawa Barat pada bulan Oktober 215 (Tabel 2.2). Pada periode ini, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan juga tercatat turut memberikan andil negatif terhadap inflasi Jawa Barat seiring adanya kebijakan Pemerintah untuk menurunkan harga Solar dan Pertamax. Bertolak belakang dengan andil deflasi dari kelompok bahan makanan pada Oktober 215, tekanan inflasi yang meningkat pada November 215 utamanya merupakan andil dari kelompok bahan makanan maupun makanan jadi,minuman,rokok dan tembakau masing-masing sebesar,7% di tengah koreksi harga yang terjadi pada kelompok sandang (khususnya emas perhiasan) yaitu sebesar -,2%. Pada Desember 215, andil inflasi dari kelompok bahan makanan semakin meningkat hingga mencapai,61%, diikuti oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar,9% dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar,7%. Gejolak pasokan pangan dan kenaikan TTL bagi golongan rumah tangga (1.3 VA dan 2.2 VA) menjadi pendorong utama tingginya inflasi pada penghujung tahun tersebut. 4

41 Tabel 2.2. Andil Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) Kelompok Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Juni Sep Okt Nov Des Umum (.72) (.18) (.17) Bahan makanan.74.6 (1.4) (.8).57 (.16).31 (.35) (.27).7.61 Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (.).9 Sandang (.3) (.1) (.) (.2) (.) Kesehatan (.) Pendidikan, rekreasi dan olahraga Transpor, komunikasi dan jasa keuangan (.4) (.1).3..2 (.1) (.2) (.1).1.2 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat (diolah BI) Setiap akhir triwulan selama 215, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok kesehatan serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar secara konsisten selalu memberikan andil inflasi terhadap inflasi Jawa Barat secara bulanan. Sementara itu, kelompok bahan makanan dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sangat fluktuatif. Hal tersebut dapat dilihat dari andil deflasi yang diberikan oleh kelompok bahan makanan dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada Oktober 215, namun pada November dan Desember 215 kelompok tersebut menjadi pemberi andil inflasi utama. Sementara kelompok makanan jadi,minuman, rokok dan tembakau dan kelompok kesehatan selalu memberikan andil inflasi selama periode laporan. Tabel 2.3 Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Bulanan Triwulan IV 215 Komoditas Penyumbang Inflasi Oktober 215 November 215 Desember 215 Komoditas Sumbangan (%) Komoditas Sumbangan (%) Komoditas Sumbangan (%) Tomat Sayur.5 Tarif Rumah Sakit.4 Bawang Merah.28 Bayam.4 Rokok Kretek Filter.3 Cabai Merah.23 Handuk.3 Telur Ayam Ras.2 Telur Ayam Ras.11 Wortel.3 Buncis.2 Tarif Listrik.7 Rokok Kretek Filter.2 Tomat Sayur.2 Cabai Rawit.4 Tomat Buah.2 Jeruk.2 Kentang.3 Ayam Goreng.2 Mie.1 Daging Ayam Ras.3 Bawang Merah.2 Mobil.1 Angkutan udara.3 Rokok Kretek.2 Rokok Kretek.1 Daun Bawang.2 Mie.1 Daun Bawang.1 Kacang Panjang.2 Komoditas Penyumbang Deflasi Oktober 215 November 215 Desember 215 Komoditas Sumbangan (%) Komoditas Sumbangan (%) Komoditas Sumbangan (%) Cabai Merah -.8 Emas Perhiasan -.2 Bayam -.2 Telur Ayam Ras -.7 Cabai Merah -.2 Bensin -.2 Daging Ayam Ras -.6 Beras -.1 Kangkung -.1 Cabai Rawit -.5 Bensin -.1 Jeruk -.1 Ketimun -.2 Bahan Bakar Rumah Tangga -.1 Minyak Goreng -.1 Jengkol -.1 Bawang merah -.1 Daging Sapi -.1 Kacang Panjang -.1 Cabai Rawit -.1 Semen -.1 Jam Tangan -.1 Daging Sapi -.1 Emas Perhiasan -.1 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat (diolah BI)

42 Jika ditinjau dari andil (kontribusi) per komoditas secara bulanan (Tabel 2.3) selama triwulan IV 215 sangat fluktuatif. Sebagian besar komoditas pemberi andil dapat memberikan 2 (dua) peran berbeda terhadap perkembangan inflasi Jawa Barat selama periode laporan. Sesuai dengan karakter pergerakan harganya yang sangat fluktuatif, komoditas pangan seperti cabai merah menjadi komoditas utama pemberi andil deflasi pada bulan Oktober dan November 215. Namun demikian, pada Desember 215, lonjakan harga yang cukup tinggi terjadi pada komoditas ini sehingga memberikan andil inflasi hingga mencapai,23%. Volatilitas harga juga ditunjukkan oleh komoditas pangan lainnya seperti telur dan daging ayam ras yang pada Oktober 215 memberikan andil deflasi namun seiring adanya kebijakan larangan impor jagung yang merupakan pakan utama ayam maka terjadi tekanan harga pada kedua komoditas tersebut sehingga berdampak pada andil inflasi yang diberikan masing-masing pada November dan Desember 215. Meskipun terjadi deflasi pada Oktober 215, namun peningkatan harga terjadi dan terutama bersumber dari komoditas pangan seperti tomat buah, tomat sayur, bayam, wortel dan bawang merah. Di samping itu, komoditas non pangan seperti handuk, rokok kretek filter maupun rokok kretek dan mie turut memberikan andil inflasi. Deflasi yang terjadi di bulan Oktober 215 terutama merupakan andil dari komoditas pangan strategis seperti cabai merah, daging dan telur ayam ras serta cabai rawit. Gejolak harga yang terjadi baik pada komoditas pangan seperti telur ayam dan sayuran jenis buncis dan tomat sayur maupun komoditas non pangan seperti tariff rumah sakit, rokok kretek filter, rokok kretek dan mobil mendasari terjadinya inflasi pada November 215. Namun peningkatan harga lebih tinggi dapat tertahan oleh koreksi harga yang dialami beberapa komoditas pangan lainnya seperti cabai merah, cabai rawit, beras, bawang merah dan daging sapi. Andil deflasi juga turut diberikan oleh komoditas non pangan seperti emas perhiasan maupun komoditas adm.prices seperti bensin dan bahan bakar rumah tangga seiring kebijakan pemerintah berupa penurunan harga. Tekanan inflasi pada komoditas pangan berlanjut dengan intensitas yang semakin meningkat pada penghujung tahun 215 seperti terlihat pada andil inflasi yang didominasi bawang merah, cabai merah, telur ayam ras, cabai rawit, daging ayam ras dan beberpa komoditas pangan lainnya. Namun demikian, andil inflasi juga turut diberikan oleh komoditas non pangan khususnya tarif listrik seiring kebijakan pemerintah berupa kenaikan TTL untuk golongan rumah tangga (1.3 VA dan 2.2 VA) Inflasi Tahunan (yoy) Hingga triwulan IV 215, pencapaian inflasi Jawa Barat terkendali di bawah inflasi nasional (Grafik 2.1). Tekanan inflasi Jawa Barat secara tahunan pada triwulan IV 215 relatif mengalami penurunan dari 6,11% (yoy) pada triwulan III 215 menjadi 2,73% (yoy) pada triwulan IV 215. Bila dibandingkan dengan provinsi lainnya di pulau Jawa, pencapaian inflasi tahunan Jawa Barat pada triwulan IV 215 merupakan yang paling rendah bersama dengan Jawa Tengah. Sementara itu, provinsi Banten masih menjadi provinsi dengan inflasi tertinggi di pulau Jawa pada triwulan IV 215, yaitu sebesar 4,29% (yoy) (Grafik 2.2). 42

43 % yoy Jawa Barat Nasional I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Jateng Jabar Jatim DIY DKI Jakarta Banten Tw IV 215 terhadap Tw IV 214 (% YoY) Sumber : BPS (diolah) Sumber : BPS (diolah) Grafik 2.1 Inflasi Jawa Barat vs Nasional Grafik 2.2 Inflasi Tahunan Provinsi di Pulau Jawa Tekanan inflasi tahunan Jawa Barat terutama berasal dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta kelompok bahan makanan (Tabel 2.4). Seasonal factor berupa musim tanam dan Hari Natal serta libur akhir tahun yang diikuti dengan peningkatan harga bahan pangan maupun makanan jadi serta kenaikan tarif transportasi menjadi pendorong utama terjadinya infasi di Jawa Barat pada triwulan IV 215 ini. Di sisi lain, tekanan inflasi lebih lanjut dapat diredam kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan seiring berbgaia kebijakan pemerintah yang menurunkan harga berbagai komoditas seperti Solar, Pertamax, gas Elpiji 12 kg maupun tariff listrik untuk golongan industri. Tabel 2.4. Inflasi Tahunan Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy) No. Kelompok I II III IV I II III IV I II III IV 1 Bahan makanan Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi dan olahraga Transpor, komunikasi dan jasa keuangan Umum Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat (diolah) Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok bahan makanan serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar menjadi 3 (tiga) kelompok utama pemberi andil terbesar berupa inflasi dalam perkembangan inflasi tahunan Jawa Barat pada triwulan IV 215, masing-masing sebesar,9%,,89% dan,72% (yoy) (Tabel 2.5). Namun demikian, andil inflasi dari ketiga kelompok tersebut mengalami penurunan dibandingkan andil pada triwulan sebelumnya. Kelompok lainnya seperti kelompok kesehatan, sandang serta pendidikan rekreasi dan olahraga turut memberikan andil inflasi dan menurun dibanding triwulan sebelumnya. Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan menjadi

44 satu-satunya kelompok pemberi andil negatif terhadap inflasi tahunan Jawa Barat triwulan IV 215 yaitu sebesar -,18%. Tabel 2.5. Andil Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy) No. Kelompok I II III IV I II III IV I II III IV 1 Bahan makanan Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi dan olahraga Transpor, komunikasi dan jasa keuangan Umum Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat (diolah) 2. Perkembangan Inflasi menurut Kota Tingginya inflasi Bandung dan Tasikmalaya terutama pada bulan Oktober dan November 215 berimplikasi pada inflasi tahunan kedua kota tersebut masing-masing sebesar 3,93% (yoy) dan 3,53% (yoy) atau lebih tinggi dibanding inflasi Jawa Barat maupun nasional pada triwulan IV 215. Sementara, perkembangan inflasi tahunan 5 (lima) kota lainnya relatif lebih terkendali dan lebih rendah dibanding inflasi Jawa Barat maupun nasional (Grafik 2.3). Kota Cirebon menjadi kota dengan inflasi terendah di jawa Barat pada triwulan IV 215, yaitu sebesar 1,56% (yoy). Cirebon 1.56 Depok 1.87 Sukabumi 2.2 Bekasi 2.22 Bogor 2.7 Jawa Barat 2.73 Nasional 3.35 Tasikmalaya 3.53 Bandung Tw IV 215 terhadap Tw IV 214 (%, YoY) yoy (%) Oktober 215 November 215 Desember Sumber : BPS (diolah) Sumber : BPS (diolah) Grafik 2.3 Inflasi (yoy) Triwulan IV 215 Grafik 2.4 Inflasi Tahunan (yoy) Kota Inflasi Kota-kota di Jawa Barat 44

45 Sementara itu, dari tiga kota penyangga Jakarta yaitu Depok, Bogor dan Bekasi, seluruhnya memiliki inflasi tahunan yang lebih rendah dibanding Jawa Barat maupun nasional. Meskipun demikian,sejalan dengan perkembangan inflasi Jawa Barat secara keseluruhan, tekanan inflasi di ketiga kota tersebut tetap ada dengan kombinasi andil dari tiga kelompok baik inti, administered prices, maupun volatile food. Dari kelompok inti terutama bersumber dari kelompok makanan jadi dan kelompok kesehatan seiring peningkatan permintaan masyarakat menjelang momen Hari Natal dan Tahun Baru. Tekanan inflasi juga bersumber dari kelompok volatile food seiring gejolak harga yang terjadi pada komoditas pangan. Namun, tekanan inflasi dapat terjaga seiring andil deflasi dari kelompok administered prices pasca penetapan kebijakan pemerintah berupa penurunan harga Pertamax, Solar, gas Elpiji 12 kg maupun tariff listrik bagi golongan industri. Secara bulanan, 6 (enam) kota di Jawa Barat mengalami deflasi pada Oktober 215 dengan kota Bekasi mengalami deflasi bulanan tertinggi yaitu sebesar -,38% (mtm), hanya Kota Tasikmalaya yang mengalami inflasi dengan besaran mencapai,59% (mtm). Pada November 215, 7 (tujuh) kota di Jawa Barat mengalami inflasi. Pada periode ini, Kota Tasikmalaya masih menjadi kota dengan inflasi tetinggi yaitu mencapai,41% (mtm). Tekanan inflasi masih terjadi bahkan meningkat di 7 (tujuh) kota di Jawa Barat pada Desember 215 dengan inflasi tertinggi dialami oleh Kota Bekasi. Tabel 2.6 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Tujuh Kota di Jawa Barat Inflasi IHK mtm (%) Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Juni Sep Okt Nov Des Bandung (.49) (.1) (.6) Bogor (.71) (.27) (.7) Bekasi (1.2) (.3).43 (.38) (.32).3.91 Cirebon (.56) (.39).31 (.27) Depok (.57).6 (.4) (.27) (.2) Sukabumi (.21) Tasikmalaya (.4) (.15) (.8) Jawa Barat (.72) (.18) (.17) Nasional (.33) (.5) (.8) Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat (diolah BI) 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi Perkembangan inflasi dilihat dari kelompok komponen pembentuknya pada triwulan IV 215 ini relatif sama. Inflasi kelompok administered prices pada triwulan IV 215 sebesar 1,98% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan inflasi rata-rata triwulan IV yang sebesar 8,2% (yoy). Sejalan dengan kelompok administered prices, perkembangan inflasi kelompok inti maupun volatile food relatif rendah. Pada kelompok inti, inflasi pada triwulan IV 215 adalah sebesar 2,51% (yoy) atau lebih rendah dibanding ratarata triwulan IV yang sebesar 3,66% (yoy). Di sisi lain, inflasi kelompok volatile foods pada triwulan IV 215 juga menurun pada level 4,79% (yoy) dibanding inflasi rata-rata triwulan IV yang berada padalevel 1,44% (yoy).

46 % yoy 35 3 Inflasi IHK (yoy) Volatile Food (yoy) Inti (yoy) Adm Price (yoy) yoy (%) 12 INTI Vol. Food Adm. Prices rata-rata Tw IV Tw IV 215 rata-rata Tw IV Tw IV 215 rata-rata Tw IV Tw IV 215 Sumber : BPS (diolah) Grafik 2.5 Disagregrasi Inflasi Jawa Barat Sumber : BPS (diolah) Grafik 2.6 Perbandingan Inflasi Per Komponen Tabel 2.7. Risiko Pendorong dan Penahan Inflasi Risiko Penahan Inflasi Risiko Pendorong Inflasi 1. Kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga BBM (Pertamax, Pertalite, Solar, avtur, gas Elpiji 12 kg 2. Penurunan TTL golongan industry 3. Harga komoditas global masih terkoreksi 4. Kebijakan impor beras dan penyaluran raskin pada bulan Oktober dan November TTL golongan Rumah Tangga (13 VA dan 22 VA) meningkat 2. Tekanan meningkat karna masuk musim tanam 3. Permintaan yang meningkat menjelang akhir tahun 4. Kebijakan pembatasan impor jagung per Oktober Kebijakan pembatasan stok DOC 3.1. Non Fundamental Administered prices Pergerakan harga komoditas kelompok administered prices cenderung menurun pada akhir triwulan IV 215 seiring penetapan berbagai kebijakan pemerintah berupa penurunan harga komoditas administered prices seperti BBM subsidi jenis solar serta BBM non subsidi seperti Pertamax, gas Elpiji 12 kg dan penurunan TTL golongan industri. Namun demikian tekanan inflasi masih tetap ada dan bersumber dari dampak seasonal factor Hari Natal dan Tahun Baru yang mendorong angkutan udara untuk memberi andil inflasi sebesar,3% pada Desember 215. Di sisi lain, kebijakan berupa kenaikan Tarif Tenga Listrik (TTL) untuk golongan rumah tangga (1.3 VA dan 2.2 VA) per Desember 215 yang mendorong tarif listrik memberikan andil inflasi sebesar,7% pada Deseember

47 Jan-Apr Mei-Ags Sep-Des Jan-Apr Mei-Ags Sep-Des Jan-Apr Mei-Ags Sep-Des Jan-Apr Mei-Ags Sep-Des Volatile Food Tekanan inflasi terhadap komponen volatile food pada triwulan IV 215 mengalami penurunan. Penurunan ini terutama terjadi pada awal triwulan IV 215 karena koreksi harga yang dialami komoditaskomoditas pangan strategis di Jawa Barat didorong oleh ketersediaan pasokan. Namun peningkatan harga terjadi pada pertengahan hingga akhir triwulan yang didorong oleh pasokan yang mulai menurun seiring dimulainya masa tanam beberapa komoditas pangan seperti bawang merah dan cabai merah. Khusus untuk perkembangan harga komoditas beras, sekalipun produksi padi mengalami penurunan (Grafik 2.7.) sebagai dampak el-nino, namun kebijakan impor beras Pemerintah maupun penyaluran raskin yang tinggi (Grafik 2.8.) pada triwulan IV 215 mampu menjaga pergerakan harga beras relatif stabil. ribu ton Padi (ton) Pertumbuhan (kanan) % (yoy) Ribu Ton Stok Beras Bulog Penyaluran Raskin I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jabar (diolah) Grafik 2.7 Produksi Padi Sumber : Bulog Divre Jawa Barat (diolah) Grafik 2.8 Stok Beras dan Penyaluran Raskin Pergerakan harga bawang merah melonjak tinggi pada akhir triwulan IV 215 seiring berkurangnya pasokan karena mulai berlangsungnya musim tanam bawang mewah di daerah sentra produksi sementara permintaan masyarakat meningkat menjelang Hari natal dan Tahun Baru. ribu ton Bawang Merah Pertumbuhan (kanan) % (yoy) ribu ton Cabai Merah Pertumbuhan (kanan) % (yoy) Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jabar (diolah) Grafik 2.9 Produksi Bawang Merah Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jabar (diolah) Grafik 2.1 Produksi Cabai Merah

48 Harga cabai merah pada awal hingga pertengahan November 215 sempat terkoreksi, namun memasuki akhir triwulan IV 215 harga cabai merah melonjak tinggi hingga seiring dengan tingginya permintaan masyarakat menjelang Natal dan tahun Baru di tengah menurunnya pasokan. Kondisi serupa juga dialami oleh komoditas daging dan telur ayam ras. Harga pakan ayam yang meningkat sebagai dampak kebijakan larangan impor Jagung serta kebijakan pembatasan stok DOC menyebabkan gejolak harga yang terjadi pada daging dan telur ayam ras. Kedua komoditas tersebut menunjukkan tekanan inflasi yang semakin meningkat, terutama pada November dan Desember 215, seiring permintaan yang meningkat jelang Hari natal dan Tahun Baru. Dari sisi perkembangan harga daging sapi selama triwulan IV 215 cenderung stabil setelah meningkat pada awal triwulan III

49 Rupiah/kg Beras I II III IV I II III IV I II III IV % mtm Rupiah/kg Daging Sapi I II III IV I II III IV I II III IV % mtm 1,4 1,2 1, Harga Beras Perubahan (mtm) Keseimbangan Harga Daging Sapi Perubahan (mtm) Keseimbangan Rupiah/kg Daging Ayam Ras I II III IV I II III IV I II III IV % mtm Rupiah/kg Telur Ayam Ras I II III IV I II III IV I II III IV % mtm Harga Daging Ayam Perubahan (mtm) Keseimbangan Harga Telur Ayam Perubahan (mtm) Keseimbangan Rupiah/kg Bawang Merah I II III IV I II III IV I II III IV % mtm Rupiah/kg Bawang Putih I II III IV I II III IV I II III IV % mtm Harga Bw.Merah Perubahan (mtm) Keseimbangan Harga Bw.Putih Perubahan (mtm) Keseimbangan Cabai Merah Rupiah/kg I II III IV I II III IV I II III IV % mtm Cabai Rawit Rupiah/kg I II III IV I II III IV I II III IV % mtm Harga Cabai Merah Perubahan (mtm) Keseimbangan Harga Cabai Rawit Perubahan (mtm) Keseimbangan Sumber: Survei Pemantauan Harga Mingguan (SPHM) BI Grafik 2.11 Perkembangan Harga Komoditas Bahan Pangan Mingguan 3.2. Fundamental / Inti Inflasi inti pada triwulan IV 215 mengalami penurunan, yaitu dari sebesar 3,% (yoy) pada triwulan III 215 menjadi 2,51% (yoy) pada triwulan IV 215. Tekanan nilai tukar yang mulai mereda, pertumbuhan ekonomi yang membaik, momen Hari Natal dan Tahun Baru serta perkembangan harga komoditas global yang terjadi pada triwulan IV 215 turut berimplikasi terhadap kelompok barang dan jasa yang termasuk

50 komponen inflasi inti, antara lain kelompok makanan jadi, kelompok biaya tempat tinggal serta kelompok kesehatan. Perkembangan inflasi properti di Jawa Barat mengindikasikan adanya penurunan pada triwulan IV 215. Kondisi ini seiring dengan pergerakan harga-harga komoditas dari kelompok biaya tempat tinggal dan perlengkapan rumah tangga yang menurun. Sementara harga-harga komoditas jasa rumah tangga menunjukkan peningkatan. Secara keseluruhan, inflasi properti Jawa Barat mengalami penurunan, sejalan dengan hasil Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia yang menunjukkan pertumbuhan indeks yang melambat pada triwulan IV 215 (triwulanan maupun tahunan) dibandingkan triwulan III 215. Kondisi eksternal khususnya pergerakan harga komoditas global baik pertambangan maupun pertanian masih terus berlangsung. Khusus komoditas emas, andil deflasi dari komoditas emas perhiasan pada triwulan IV 215 sejalan dengan perkembangan harga komoditas emas global. %, yoy Properti Biaya Tempat Tinggal 8 Perlengkapan Rumah Tangga Jasa Rumah Tangga qtq (%) Kecil Menengah Besar qtq IV I II III IV I II III IV I II III IV Indeks Sumber : BPS, diolah Sumber : Survei Harga Properti Residensial (SHPR) BI Grafik 2.12 Inflasi Inti Sektor Perumahan Grafik 2.13 Indeks Harga Properti Bandung $/Metric Ton 3, Timah Emas ($/OZ) $/OZ 2, USD/bushel 18 Jagung Kedelai Terigu 1, , 1,6 14 2, 1, , 1,2 1, , 6 6 5, Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg Grafik 2.14 Harga Komoditas Pertambangan Grafik 2.15 Harga Komoditas Pertanian 5

51 Passthrough Nilai tukar % SBT 6 Inflasi - qtq (rhs) Realisasi qtq(%) Tw I Tw IITw III Tw Tw I Tw IITw III Tw Tw I Tw IITw III Tw Tw I Tw IITw III Tw Tw I Tw IITw III Tw IV IV IV IV IV (1) Sumber : Bank Indonesia dan BPS (diolah) Grafik 2.16 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) BI Grafik 2.17 Harga Jual Perkembangan inflasi inti cenderung terus menurun dari triwulan ke triwulan di 215, sementara pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat mengalami tekanan sejak triwulan II 214 hingga triwulan III 215 dan perlahan mereda pada triwulan IV 215 (Grafik 2.14). Dengan konten impor bahan baku industri yang tinggi di Jawa Barat, kondisi tersebut membebani struktur biaya yang harus dikeluarkan oleh para pelaku usaha. Namun demikian, harga jual menunjukkan perkembangan yang menurun (Grafik 2.15). Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa para pelaku usaha belum mentransmisikan beban biaya akibat tekanan nilai tukar terhadap harga jual produk yang dikonsumsi oleh masyarakat. Interaksi Permintaan dan Penawaran Output gap Jawa Barat pada triwulan IV 215 bernilai negatif. Kondisi ini mengindikasikan output potensial yang mencerminkan kondisi suplai lebih besar daripada output riil yang mencerminkan kondisi permintaan masyarakat. Rendahnya inflasi Jawa Barat pada tahun 215 yaitu sebesar 2,73% (yoy) ditengarai dipengaruhi oleh belum optimalnya permintaan masyarakat. Meskipun tingkat konsumsi masyarakat dan ekspor mengalami peningkatan pada triwulan IV 215 namun konsumen tidak sepenuhnya optimis yang terlihat dari perkembangan konsumsi barang-barang kebutuhan tahan lama yang menunjukkan penurunan (Survei Konsumen). Sementara, kapasitas produksi rata-rata yang terpakai pada triwulan IV 215 mencapai 86,76% atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 88,8%. Kondisi ini utamanya didorong oleh peningkatan kapasitas produksi pada sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan. Seiring mulai berlangsung musim tanam, kapasitas produksi sektor tanaman pangan mengalami penurunan dari 94,29 menjadi 86,75 pada triwulan IV 215.

52 Tabel 2.8. Kapasitas Produksi Terpakai KETERANGAN I II III IV I II III IV I II III IV Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Tanaman Pangan Tanaman Perkebunan Peternakan dan hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Industri Pengolahan Makanan, minuman dan tembakau Tekstil, barang kulit dan alas kaki Barang kayu dan hasil hutan lainnya Kertas dan barang cetakan Kimia dan barang dari karet Semen dan barang galian bukan loga, Logam dasar, besi dan baja Alat angkutan, mesin dan peralatannya Barang lainnya Listrik, Gas dan Air Bersih Total Seluruh Sektor Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) BI Ekspektasi Inflasi Ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga di Jawa Barat mengalami penurunan pada triwulan IV 21. Berdasarkan hasil Survei Konsumen, masyarakat memperkirakan harga 3 bulan yang akan datang secara umum akan mengalami penurunan. Menurunnya ekspektasi tersebut sejalan dengan perkembangan inflasi yang walaupun mengalami tekanan pada November dan Desember 215 seiring seasonal factor Hari Natal dan Tahun baru serta berlangsungnya musim tanam namun secara keseluruhan tahun 215 masih lebih terkendali, salah satunya didorong oleh kebijakan pemerintah terkait administered prices. Dari sisi pelaku usaha yang tergambar melalui hasil SKDU, optimisme terhadap pencapaian inflasi yang rendah tergambar dari meningkatnya jumlah pelaku usaha yang memperkirakan tingkat inflasi akan kurang dari 4,5%, yaitu sebesar 37,9% dari triwulan sebelumnya sebesar 11,6%. Berdasarkan kelompok pengeluaran dari hasil Survei Konsumen, sejalan dengan realisasi inflasi yaitu ekspektasi hampir seluruh kelompk mengalami penurunan pada Oktober 215, namun berngasur-angsur meningkat pada November dan Desember 215. Tabel 2.9. Ekspektasi Inflasi EKSPEKTASI INFLASI I II III IV I II III IV Kurang dari 4,5% ,5% - 9,49% Lebih dari 9,5% JUMLAH Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) BI 52

53 Indeks 25 Ekspektasi Harga 3 Bulan YAD Ekspektasi Harga 6 Bulan YAD - Bahan makanan - Makanan jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau - Perumahan, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar - Sandang - Kesehatan - Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga %, yoy Indeks > 1 = optimis Indeks < 1 = pesimis Sumber : Survei Konsumen (SK) BI Grafik 2.17 Ekpektasi Harga 3 & 6 Bulan ke Depan Sumber : Survei Konsumen (SK) BI Grafik 2.18 Ekspektasi Harga Per Kelompok Pengeluaran BOKS 1 KEBIJAKAN FKPI JAWA BARAT TAHUN 215 MENDUKUNG TERKENDALINYA INFLASI JAWA BARAT 215 Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi (FKPI) Provinsi Jawa Barat menyusun strategi pengendalian inflasi 215 sebagai wujud nyata upaya pencapaian target inflasi nasional 4±1% melalui Paket Kebijakan 5 Plus 1. Paket kebijakan tersebut adalah peningkatan produksi komoditas penyumbang inflasi, antisipasi lonjakan permintaan menjelang peak season, revitalisasi pasar, penyusunan kajian pendukung pengendalian inflasi dan peningkatan kompetisi sumber daya pendukung, peningkatan kualitas infrastruktur pendukung (irigasi, perbaikan jalan, jembatan) serta penguatan sistem logistik bahan pangan strategis serta peningkatan jaringan konektivitas, koordinasi dan kerjasama. Beberapa pencapaian FKPI Jawa Barat pada tahun 215 antara lain sebagai langkah antisipasi lonjakan permintaan mejelang peak season dilakukan melalui penguatan PIHPS dalam bentuk integrasi PIHPS dengan PIHPS nasional, website Disperindag Prov Jabar dan website Pemkot Cimahi. Peningkatan jaringan konektivitas, koordinasi dan kerjasama diupayakan melalui pengaktifan Sistem Resi Gudang (SRG) yang meliputi: i) pembentukan Tim Task Force Percepatan Implementasi SRG antara BI dengan Disperindag Prov Jabar, Bappebti dan PT Pos Indonesia; ii) sosialisasi SRG di beberapa daerah seperti Kab.Ciamis, Kab.Majalengka, Kab.Sumedang, Kab.Bogor, dll. Selain itu, turut diupayakan penguatan kerjasama antar daerah yang meliputi: i) pembahasan konsep kerjasama komoditas strategis antara Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten serta ii) mendorong kerjasama antar daerah melalui kerjasama bisnis (B to B) antara PT Foods Station Tjipinang Jaya dengan PT Agro Jabar. Revitasi PRIANGAN (Portal Informasi Harga Pangan juga dilakukan melalui pengembangan yang terintegrasi dengan aplikasi Early Warning System terhadap perkembangan harga komoditas di jawa Barat. EWS tersebut akan langsung terkirim ke nomor ponsel para pemangku kebijakan di Jawa Barat.

54 Untuk mendukung penguatan kelembagaan dan peningkatan kompetensi SDM dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan rutin capacity building anggota TPID di 27 Kabupaten/kota se-jawa Barat maupun instansi terkait di lingkungan Pemprov jawa Barat. Program kerja unggulan tahun 215 antara lain: i) penyelenggaraan Forum Ulama se-jawa Barat uyang bertujuan untuk memberikan pembekalan kepada 1. ulama mengenai inflasi dan dampaknya terhadap masyarakat.; ii) pelaksanaan operasi pasar murah (OPM) yang sekaligus bertujuan untuk memnatau ketahanan pangan di daerah serta iii)upaya penganggulangan aksi mogok berupa koordinasi Tim Tekns FKPI merespon aksi mogok pedagang ayam se-bandung Raya. 1. Peningkatan produksi komoditas penyumbang inflasi 2. Antisipasi lonjakan permintaan menjelang peak season 3. Revitalisasi pasar 4. Penyusunan kajian pendukung pengendalian inflasi dan peningkatan kompetensi sumber daya pendukung 5. Peningkatan kualitas infrastruktur pendukung (irigasi, perbaikan jalan, jembatan) serta penguatan sistem logistik bahan pangan strategis 6. Peningkatan jaringan konektivitas, koordinasi dan kerjasama 54

55

56 Sejalan dengan perlambatan laju perekonominan Jawa Barat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, pertumbuhan kredit pada TW IV 215 tercatat lebih rendah (9,6%) dibandingkan TW III 215 sebesar 1,55%. Perlambatan pertumbuhan kredit juga diikuti perlambatan pertumbuhan KPR meski sempat mengalami peningkatan pada TW III 215 pasca pelonggaran kebijakan LTV. Sementara itu, pertumbuhan DPK juga menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi 11,39% dari 12,18% pada TW III 215. Perlambatan DPK tersebut pada gilirannya mendorong tingkat LDR mengalami kenaikan menjadi sebesar 9,33%. Namun demikian, sektor korporasi dan rumah tangga yang terjaga pada level aman serta ditopang oleh ketahanan sistem perbankan membuat stabilitas sistem keuangan hingga triwulan IV 215 masih terjaga dengan baik. Hal ini juga terutama didukung oleh mulai menurunnya tren risiko kredit. Pertumbuhan kredit terindikasi tumbuh melambat namun dengan kualitas kredit yang relatif masih terjaga. Risiko kredit masih terjaga dan bergerak dalam tren menurun. NPL hingga TW IV 215 cenderung menurun menjadi 2,61%, namun masih lebih tinggi dibandingkan nasional sebesar 2,47%. Adapun dari sisi sistem pembayaran, terjadi penurunan netflow pada triwulan IV 215 menjadi sebesar Rp5,27 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp9,78 triliun. Penurunan perputaran uang kartal ini seiring berakhirnya pola historis di triwulan III yang terdapat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. 1. ANALISIS PERBANKAN DAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN A. Perkembangan dan Intermediasi Perbankan di Provinsi Jawa Barat 2 Pada triwulan IV 215, perlambatan laju pertumbuhan perekonomian Jawa Barat tercermin pula pada kinerja sektor perbankan yang cenderung melambat terlihat salah satunya dari perkembangan aset bank. Berdasarkan data Bank Indonesia, pertumbuhan aset perbankan konvensional di Jawa Barat tercatat sebesar 12,2% (yoy) dengan nominal Rp472,3 triliun, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar level 13,7% (yoy). Sementara kondisi berbeda terjadi pada bank umum syariah dengan pertumbuhan aset yang meningkat hingga mencapai 1,2% (yoy) dengan nominal Rp36,8 triliun dari triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 9,5% (yoy). 2 Berdasarkan lokasi bank pelapor di Jawa Barat 56

57 Grafik 3.1. Aset Perbankan Konvensional Grafik 3.2. Aset Perbankan Syariah Demikian halnya dengan pertumbuhan dana pada triwulan IV 215 yang juga mengalami perlambatan bila dibandingkan dengan posisi pada triwulan III 215. Hal ini disebabkan oleh penurunan yang cukup signifikan pada giro, sedangkan tabungan dan deposito tercatat masih mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan DPK pada triwulan IV tercatat sebesar 11,39% atau lebih rendah dibandingkan posisi triwulan III 215 yang sebesar 12,18%. Ditinjau dari jenis simpanannya, tabungan tercatat mengalami pertumbuhan yoy sebesar 9,59%, deposito 14,82%, dan giro 8,8%. Grafik 3.3. Pertumbuhan DPK Grafik 3.4. Shifting Jenis Simpanan Grafik 3.5. Shifting Tenor Deposito Posisi simpanan masyarakat secara dominan terdapat di deposito dan tabungan. Dilihat dari tenornya, secara yoy tidak terdapat perubahan signifikan terhadap jangka waktu simpanan deposito, namun terdapat shifting tenor deposito untuk tenor 3 bulan. Posisi simpanan masyarakat masih didominasi oleh tabungan (43%), diikuti oleh deposito (41%), sedangkan share giro dari DPK masyarakat sebesar 17%. Dilihat dari tenornya, mesikpun tenor 1 bulan masih mendominasi simpanan deposito (41,32%), namun share tersebut mengalami penurunan secara yoy dikarenakan adanya shifting kepada deposito dengan tenor 3 bulan yang tercatat mengalami peningkatan share menjadi 33,17% pada 215 dari 27,46% pada tahun 214.

58 Melambatnya pertumbuhan DPK, diikuti dengan perlambatan pertumbuhan kredit. Pertumbuhan kredit triwulan IV 215 dibandingkan triwulan sebelumnya cenderung melambat dan diiringi dengan penurunan rasio NPL. Total penyaluran kredit pada TW IV-215 (9,6% yoy) mengalami perlambatan bila dibandingkan TW III-215 (1,55% yoy). Subsektor perdagangan eceran makanan, minuman, tembakau sektor industri barang dari plastik menunjukkan penurunan NPL, namun masih dalam level di atas batas minimum (5%) khususnya seiring penurunan ekspor barang plastik. Grafik 3.6. Pertumbuhan Kredit Grafik 3.7. Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan Berdasarkan jenis penggunaan, bila dibandingkan TW III perlambatan pertumbuhan kredit terutama terjadi pada Kredit Konsumsi (KK) dan Kredit Modal Kerja (KMK) yang masing-masing tercatat sebesar 13,79% (yoy) dan 7,67% (yoy), sementara Kredit Investasi (KI) mengalami pertumbuhan menjadi sebesar 3,85% (yoy). Berdasarkan sektoral, pertumbuhan kredit khususnya disumbang oleh sektor listrik, air, dan gas (24,83%, yoy), dan sektor konstruksi (15,51% yoy). Grafik 3.8. Pertumbuhan Kredit Properti Grafik 3.9. Perkembangan Kredit Properti Berdasarkan Tipe Rumah Adapun pertumbuhan real estate dan sektor konstruksi pada TW IV-215 meningkat cukup signifikan meskipun pertumbuhan KPR terpantau sedikit melambat. Pertumbuhan KPR masih menunjukkan penurunan dengan penurunan paling tajam pada penyalurkan kredit rumah tipe kecil. Keseluruhan NPL KPR (tipe kecil, menengah, dan besar) masih berada pada level yang aman. Namun demikian share kredit rumah tipe kecil adalah 5,1% terhadap total KPR, sementara share kredit rumah tipe menengah sebesar 7,2%, dan tipe besar sebesar 24,7%. 58

59 Dampak Penurunan GWM Primer Kebijakan penurunan GWM Primer Rupiah dari 8,% menjadi 7,5% pada 1 Desember 215 terindikasi meningkatkan kapasitas pembiayaan perbankan di Jawa Barat. Hal ini sesuai dengan tujuan pelonggaran kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Indonesia. Sinyal ini terlihat dari perkembangan DPK dan Kredit perbankan Jawa Barat yang meningkat cukup besar pada Desember 215 dibandingkan dengan bulan Oktober 215. Grafik 3.1. Dampak Penurunan GWM Primer B. Perkembangan Rumah Tangga dan Korporasi Sektor koporasi dan rumah tangga pada triwulan IV 215 terjaga pada level aman. Kredit Rumah Tangga mengalami pertumbuhan pada triwulan IV 215 yakni sebesar 1,49% (yoy) dibandingkan Tw III 215 sebesar 9,49% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan KK tercatat paling tinggi sebesar 14,8% (yoy), diikuti oleh KI sebesar 8,93% (yoy). Sementara KMK tercatat tumbuh melambat dibandingkan Tw III 215 yakni sebesar 2,85% (yoy). Sementara itu, penyaluran KPR mengalami pertumbuhan sebesar 15,16% (yoy) sementara KKB tercatat mengalami penurunan sebesar -13,3% (yoy). Dari sisi rasio NPL, secara umum keseluruhan tipe kredit RT berada pada level yang aman (di bawah 5%) dengan kecenderungan menurun pada TW IV 215. Pertumbuhan penyaluran kredit korporasi mulai mengalami peningkatan diiringi dengan kualitas kredit yang terjaga tercermin dari penurunan pada NPL korporasi. Penyaluran kredit korporasi terutama terkonsentrasi pada sektor industri pengolahan (45%) dan sektor perdagangan (26%). Namun demikian mengacu kepada kualitas kredit, risiko kredit korporasi cukup terjaga karena NPL kredit korporasi pada kedua sektor utama ini masih berada pada level aman dan bergerak dalam tren menurun di mana NPL sektor industri pengolahan adalah 2,63% dan NPL sektor perdagangan adalah 1,52 atau lebih baik dibandingkan Tw III-215. Grafik Pertumbuhan Kredit RT Berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik Kredit vs NPL Korporasi

60 C. Kredit UMKM Berbeda dengan magnitude kredit secara keseluruhan, kredit UMKM menunjukkan peningkatan laju Mayoritas kredit UMKM (54,59%) disalurkan oleh Bank BUMN dengan NPL sebesar 4,9%. Berdasarkan skala usaha, NPL terbesar adalah kredit yang disalurkan ke usaha kecil (6,75%). Sementara dari growth-nya, pertumbuhan kredit UMKM tertinggi terdapat pada skala menengah (6,47% yoy). Namun demikian pemenuhuan kewajiban GWM disinsentif UMKM perlu menjadi perhatian perbankan di Jawa Barat. Dalam kondisi perekonomian yg melambat dan tidak meratanya keahlian perbankan dalam penyaluran UMKM, muncul potensi kegagalan bank dalam memenuhi target pencapaian UMKM yg meningkat menjadi 1% di 216, 15% di 217, dan 2% di 218 (dengan rasio NPL<5%). Grafik Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik NPL Kredit UMKM D. Likuiditas dan Risiko Kredit Tekanan keketatan likuiditas di tahun 214 yang ditandai dengan meningkatnya suku bunga DPK, khususnya deposito, mulai berkurang pada tahun 215 dengan adanya tren penurunan suku bunga secara terbatas. Berdasarkan tenornya, deposito secara umum terkonsentrasi pada tenor 1 bulan dan 3 bulan. Berdasarkan suku bunga per tenor, yield curve deposito bergerak upward sloping hingga tenor 1 tahun, berbeda dengan pola TW IV 214 di mana suku bunga tertinggi ditawarkan pada tenor 3 bulan. Pergerakan upward sloping atas yield curve deposito ini mengindikasikan bahwa deposito bertenor pendek akan menghasilkan yield yang lebih kecil dibandingnkan dengan deposito bertenor panjang. Hal ini mencerminkan adanya kecenderungan perbankan untuk lebih berhati-hati menyikapi risiko ke depan dengan strategi untuk menahan dana dalam tenor lebih panjang. Grafik Suku Bunga DPK Grafik Yield Curve Deposito 6

61 Likuiditas yang melonggar tersebut dibarengi dengan risiko kredit yang cenderung stabil. Risiko konsentrasi kredit perbankan cenderung stabil namun berada di atas level moderat untuk seluruh kelompok BUKU. Kredit perbankan cenderung terkonsentrasi di sektor industri dan perdagangan. Hal ini sejalan khususnya dengan suku bunga kredit perdagangan yang memang di atas suku bunga total kredit. Risiko konsentrasi kredit yang tinggi terutama terjadi pada BUKU 3 dengan konsentrasi tertinggi pada sektor perdagangan dan NPL yang bergerak masih berada di atas batas aman yaitu sebesar 5,46% meskipun sudah menurun dibandingkan Tw III-215. Penurunan kinerja industri pengolahan perlu diwaspadai melihat konsentrasi kredit yang cukup tinggi ke sektor ini. Grafik Indeks HHI Per BUKU Grafik Konsentrasi Kredit Buku III 2. KINERJA SISTEM PEMBAYARAN A. Kinerja Sistem Pembayaran Non Tunai Kinerja sistem pembayaran non tunai pada triwulan IV 215 yang dilihat dari penggunaan fasilitas SKNBI (Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia) mengalami peningkatan baik dari segi nominal maupun volume dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara nominal, transaksi keuangan melalui SKNBI pada periode laporan sebesar Rp67,57 triliun, meningkat dibanding triwulan III 215 sebesar Rp55,56 triliun. Dari sisi volume, transaksi SKNBI juga menunjukkan peningkatan pada periode laporan menjadi sebesar 1,73 juta transaksi dari sebelumnya sebesar 1,52 juta transaksi. Transaksi keuangan ritel melalui SKNBI ini mengalami pertumbuhan yang signifikan dari sebesar 1,4% pada triwulan III 215 menjadi sebesar 2.1% (yoy). Peningkatan konsumsi dalam rangka pelaksanaan Pilkada serentak dan libur akhir tahun pada triwulan IV 215 menjadi faktor pendorong peningkatan transaksi ritel melalui SKNBI. Sementara peningkatan nominal transaksi SKNBI yang cukup signifikan merupakan pengaruh perubahan ketentuan terkait batas nilai nominal transfer dana melalui BI-RTGS. Grafik Perkembangan Transaksi Non Tunai

62 B. Kinerja Sistem Pembayaran Tunai Aliran inflow uang kartal yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat pada triwulan IV 215 sebesar Rp18,15 triliun, menurun dibandingkan dengan triwulan III 215 sebesar Rp25,3 triliun. Demikian halnya aliran outflow yang juga mengalami penurunan menjadi Rp12,87 triliun pada triwulan IV 215 dibandingkan triwulan III 215 sebesar Rp15,25 triliun. Kondisi ini mendorong terjadinya penurunan netflow pada triwulan IV 215 menajdi sebesar Rp5,27 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp9,78 triliun. Penurunan perputaran uang kartal pada triwulan IV 215 menunjukkan berkurangnya kebutuhan masyarakat terhadap uang kartal sebagai akibat dari perlambatan ekonomi. Grafik 3.2. Perkembangan Inflow Outflow 62

63 BOX 2 Respon Masyarakat Bandung Terhadap Implementasi Bandung Smart City Terutama Terkait Dengan Aspek Smart Economy* Smart Economy merupakan kondisi tingginya tingkat perekonomian dan kesejahteraan finansial masyarakat dengan pertumbuhan ekonomi yang baik dan pendapatan perkapita yang tinggi. Kesejahteraan finansial yang tinggi juga dapat tercermin dari aktivitas perbankan masyarakat. Aktivitas perbankan yang tinggi akan menunjang pertumbuhan ekonomi daerah, dimana semakin besar dana masyarakat yang disimpan di perbankan, semakin besar pula dana yang dapat disalurkan ke sektor riil. Tingginya aktivitas perbankan juga akan mendorong kedalaman pasar keuangan domestik (financial deepening). Survei yang dilakukan terhadap masyarakat Kota Bandung terkait implementasi Bandung smart city terutama terkait dengan aspek smart economy menunjukkan bahwa masyarakat belum sepenuhnya siap, dengan indikator pemahaman masyarakat yang relatif rendah terhadap konsep smart economy, pemanfaatan teknologi informasi yang masih terbatas dan masih kurangnya pemanfaatan transaksi keuangan non tunai/sistem pembayaran elektronik. Berdasarkan hasil survei, diketahui bahwa hanya 33,11% responden mengetahui adanya konsep Smart City. Temuan ini menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat Kota Bandung terhadap konsep Smart City relatif masih rendah. Jika dikaji lebih lanjut mengenai pengetahuan masyarakat terhadap rencana implementasi konsep Smarty City di Kota Bandung, hanya 21,58% responden yang mengetahui rencana implementasi tersebut. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi Pemerintah Kota Bandung dan stakeholder terkait, karena minimnya pengetahuan masyarakat terhadap implementasi Konsep Smart City di Kota Bandung akan dapat berpengaruh terhadap program dan rencana kerja dalam rangka mendukung keberhasilan implementasi Kota Bandung sebagai Smart City % 78.42% tidak ya Presentase Responden Mengetahui Implementasi Smart City di Kota Bandung Media teknologi yang digunakan responden Sebuah kota dikatakan Smart jika kota tersebut dapat mengetahui (sensing) keadaan kota di dalamnya, memahami (understanding) keadaan tersebut lebih jauh, dan melakukan aksi (acting) terhadap permasalahan tersebut. Tujuan dari adanya smart city adalah untuk membentuk suatu kota yang aman, nyaman bagi warganya serta memperkuat daya saing kota dalam hal perekonomian. Sehingga dapat dijelaskan bahwa tujuan dari smart city adalah untuk menunjang kota di dalam dimensi sosial (keamanan), ekonomi (daya saing) dan lingkungan (kenyamanan). Terkait aspek Smart Economy dalam konsep Smart City, dari total responden yang mengetahui konsep Smart City, hanya 36,73% responden yang mengetahui aspek Smart Economy. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa responden yang *) Hasil survei bersama antara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat dan Laboratorium Manajemen dan Bisnis- FEB Unpad KPw Bank Indonesia Jawa Barat

64 mengetahui konsep Smart City belum sepenuhnya memahami secara utuh dan menyeluruh aspek-aspek dalam Smart City, terutama aspek Smart Economy. Konsep Smart City pada dasarnya adalah menekankan pada penggunakan information and communication technology (ICT) secara tepat dan efisien dalam menggunakan berbagai sumber daya, menghasilkan penghematan biaya dan energi, meningkatkan pelayanan dan kualitas hidup, serta mengurangi jejak lingkungan (Boyd, 213). Oleh karena adanya penekanan pada aspek teknologi informasi dan komunikasi, maka perlu diketahui sejauh mana aksesabilitas, kepemilikan dan penggunaan perangkat teknologi yang dimiliki masyarakat. Berdasarkan hasil survei, responden yang hanya menggunakan media teknologi handphone tanpa fasilitas/media internet hanya 37,98%. Sementara sisanya sebesar 62,2% responden telah memiliki akses terhadap internet, baik melalui fasilitas smart phone, komputer+jaringan internet. Bahkan terdapat 4,87% responden sudah menggunakan semua teknologi yang diajukan sebagai pertanyaan survei. Temuan ini menunjukkan, dari sisi infrastruktur pada dasarnya masyarakat Kota Bandung akan siap jika diimplementasikan konsep Smart City. Dilihat dari aktivitas perbankan, sebagian besar responden atau sebesar 79,19% responden merupakan nasabah perbankan, Sementara itu sebesar 19,81% responden tidak menjadi nasabah perbankan dengan alasan responden sebagian besar (51,67%) adalah karena responden tidak memahami prosedur perbankan. Terkait penggunaan transaksi non tunai atau sistem pembayaran elektronik, tidak semua responden yang menjadi nasabah perbankan memanfaatkan transaksi non tunai/elektronik. Hal ini terlihat dari responden yang memanfaatkan instrumen pembayaran non tunai hanya sebesar 63,64% dari total sampel. Meski demikian, bisa dikatakan penggunaan instrumen pembayaran non tunai di kalangan responden masyarakat Kota Bandung sudah cukup besar. Penggunaan fasilitas pembayaran non tunai dikalangan responden Alasan tidak menggunakan fasilitas pembayaran non tunai. Alasan yang dikemukakan responden tidak memanfaatkan layanan/instrumen pembayaran non tunai yakni 1) tidak memahami prosedur; 2) terbiasa dengan tunai; 3) merasa tidak perlu; 4) menambah beban biaya; 5) alasan keamanan; 6) media yang terbatas dan 7) lainnya. Dilihat dari utilisasi masyarakat terhadap instrumen non tunai hasil kajian menunjukkan penggunaan instrument pembayaran non tunai yang cukup intens, terutama untuk aktivitas transaksi bulanan seperti pembayaran tagihan kartu kredit, tagihan telephone/pasca bayar, tagihan pendidikan, tagihan listrik, tagihan PAM, angsuran pinjaman, BPJS/Asuransi. Untuk transaksi regular, responden banyak menggunakan instrumen pembayaran non tunai untuk belanja langsung menggunakan kartu kredit dan kartu debet, keperluan bisnis, transfer, internet dan sms banking. 64

65

66 66

67 PERKEMBANGAN REALISASI APBD PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV 215 Pada tahun 215, dukungan fiskal terhadap Provinsi Jawa Barat melalui APBD-P Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat tercatat sebesar Rp27,8 triliun, meningkat sebesar 14,6% dibanding tahun sebelumnya. Penyumbang peningkatan terbesar adalah komponen anggaran belanja modal yang meningkat sebesar 38,% dibanding tahun sebelumnya. Sementara itu, target pendapatan pada APBD-P Pemprov Jawa Barat pada tahun 215 adalah Rp24, triliun, meningkat sebesar 12,6% dari target pendapatan tahun 214. Penyumbang peningkatan terbesar adalah komponen anggaran lain-lain pendapatan yang meningkat sebesar 36,6% dibanding tahun sebelumnya. Berdasarkan data dari Biro Keuangan Pemprov Jawa Barat, pencapaian realisasi keuangan Pemprov Jawa Barat secara umum pada tahun 215 lebih baik dari tahun 214 yang tercermin dari realisasi belanja yang mencapai 88,8% dari APBD-P 215 lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang hanya sebesar 86,3%. Realisasi belanja Pemprov Jawa Barat pada akhir tahun 215 tercatat sebesar Rp24,6 triliun yang bersumber dari realisasi komponen belanja operasi sebesar Rp15,8 triliun (64%), komponen belanja modal sebesar Rp2,5 triliun (1%) dan komponen belanja transfer sebesar Rp6,4 triliun (26%). Dari sisi pendapatan, realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jawa Barat pada akhir tahun 215 adalah Rp24,2 triliun atau sebesar 11,1% terhadap target pendapatan dalam APBD-P 215. Pencapaian tersebut sudah baik meski tidak setinggi tahun 214 dengan total realisasi pendapatan mencapai 15,4% dari target pendapatan dalam APBD-P 214. Realisasi pendapatan tersebut bersumber dari realisasi komponen pendapatan asli daerah sebesar Rp16,3 triliun (67%), komponen dana perimbangan sebesar Rp2,5 triliun (1%) dan komponen lain-lain pendapatan sebesar Rp5,5 triliun (23%). Tabel 4.1. Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) Pemerintah Provinsi Jawa Barat No. Uraian APBD 214 P (Rp Miliar) S.d. Triwulan IV 214 Realisasi (Rp Miliar) % Realisasi thd APBD P APBD 215 P (Rp Miliar) S.d. Triwulan IV 215 Realisasi (Rp Miliar) % Realisasi thd APBD P I Pendapatan 21, , , , Pendapatan Asli Daerah 14, , , , Dana Perimbangan 2,951. 3, ,46.2 2, Lain-lain Pendapatan 4,42.5 4, ,52.5 5, II Belanja 24, , , , Belanja Operasi 16, , , , Belanja Modal 2,48.2 1, , , Belanja Tidak terduga Belanja Transfer 5,84.4 5, , , Surplus/ (Defisit) (2,932.7) 1, (3,77.8) (42.3) 12.3 III Pembiayaan 3,36.1 3, , , Penerimaan Pembiayaan Daerah 3, , , , Pengeluaran Pembiayaan Daerah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran , , (SILPA) Tahun Berkenaan Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Barat (angka sementara)

68 Pola belanja Pemprov Jawa Barat pada tahun 215 terpantau masih bersifat back-loaded. Namun demikian, Pemprov Jawa Barat terus berusaha agar penyerapan anggaran setiap tahunnya tidak menumpuk di triwulan empat. Salah satu strategi yang sudah ditempuh adalah keluarnya instruksi Gubernur Jawa Barat pada sisi penyaluran, agar seluruh jajaran Organisasi Perangkat Dinas (OPD) menghapus bantuan keuangan langsung ke masyarakat. Pemprov Jawa Barat menetapkan bantuan hanya berupa bantuan fisik dan nonfisik yang terangkum dalam seluruh kegiatan OPD. Strategi lainnya adalah dari sisi regulasi Pemprov Jawa Barat telah menyiapkan Peraturan Daerah (Perda) mengenai APBD 216 untuk bisa mendorong proses lelang bisa dilakukan sejak awal tahun. PENDAPATAN Pencapaian pendapatan Pemerintah Provinsi Jawa Barat hingga akhir tahun 215, secara keseluruhan mencapai Rp24,2 triliun atau sekitar 11,1% terhadap target pendapatan dalam APBD-P 215. Dari aspek persentase realisasi, sub-komponen lain-lain PAD memiliki pencapaian tertinggi dengan persentase realisasi sebesar 161,2% atau Rp1,3 triliun dari target sebesar Rp81, miliar. Sementara itu, subkomponen pendapatan yang memberikan sumbangan terbesar bagi realisasi pendapatan pemprov Jawa Barat tahun 215 adalah sub-komponen pajak daerah dengan sumbangan sebesar 6,3% atau Rp14,6 triliun dari total pendapatan dan diikuti sub-komponen dana penyesuaian dan otonomi khusus dengan sumbangan sebesar 22,5% atau Rp5,4 triliun dari total pendapatan. No. Tabel 4.2. Struktur Pendapatan APBD Pemerintah Provinsi Jawa Barat Realisasi (Rp Miliar) % Realisasi thd APBD P APBD 215 P (Rp Miliar) S.d Triwulan IV 215 Realisasi (Rp Miliar) % Realisasi thd APBD P I PAD 14, , , , a. Pajak Daerah 13, , , , b. Retribusi Daerah c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah d. Lain-lain PAD , , II Dana Perimbangan 2, , , , a. Bagi Hasil Pajak 1, , , , b. Dana Alokasi Umum 1, , , , c. Dana Alokasi Khusus III Lain-lain Pendapatan 4, , , , a. Bantuan Keuangan (Hibah) b. Lain-lain Penerimaan c. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 4, , , , Total Pendapatan Uraian APBD 214 P (Rp Miliar) Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Barat (angka sementara) S.d Triwulan IV , , , , Pendapatan Asli Daerah (PAD) Hingga akhir triwulan IV 215, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai Rp16,3 triliun, mengalami peningkatan sebesar Rp1,1 triliun atau 7,2% dibandingkan realisasi PAD s.d. triwulan IV 214 yang mencapai Rp15,2 triliun. Secara persentase, realisasi PAD pada triwulan IV 215 melampaui target dengan pencapaian sebesar 15,5% dari target pendapatan dalam APBD-P tahun

69 Berdasarkan data struktur pendapatan daerah, komponen pajak daerah masih menjadi kontributor utama PAD Pemprov Jawa Barat dengan jumlah sebesar Rp14,6 triliun atau sekitar 89,9% dari total realisasi PAD tahun 215. Pencapaian pajak daerah tahun 215 tersebut juga meningkat sebesar 6,3% dibanding pencapaian tahun sebelumnya. Meningkatnya penerimaan pajak daerah tersebut menunjukkan respon positif dari wajib pajak perorangan maupun korporasi yang didorong dengan upaya Pemprov Jawa Barat untuk melakukan optimalisasi pungutan pajak daerah, salah satunya dengan mengintensifkan pungutan dari lima jenis pajak, antara lain pajak kendaraan bermotor (PKB), bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB), pajak bahan kendaraan bermotor (PBKB), pajak air permukaan (PAP) dan pajak rokok. Sementara itu, sumber PAD lainnya berasal dari hasil pengelolaan kekayaan daerah sebesar Rp281,7 miliar (1,8% dari total realisasi PAD), lain-lain PAD yang sah sebesar Rp1,3 triliun (5,2% dari total realisasi PAD) serta retribusi daerah sebesar Rp73,5 miliar (,4% dari total realisasi PAD tahun 215). Dana Perimbangan Sampai dengan akhir triwulan IV 215, realisasi dana perimbangan telah mencapai Rp2,5 triliun, menurun sebesar Rp753,6 miliar atau 23,1% dibandingkan dengan realisasi dana perimbangan yang terhimpun tahun sebelumnya. Dilihat dari sumbernya, komponen Dana Alokasi Umum (DAU) memberikan kontribusi sebesar Rp1,3 triliun atau 52,% dari total Dana Perimbangan. Sementara itu, komponen Bagi Hasil Pajak (BHP) memberikan kontribusi sebesar Rp1,2 triliun atau sekitar 47,2% dari total Dana Perimbangan. Komponen Dana Alokasi Khusus (DAK) memberikan kontribusi sebesar Rp18,9 miliar atau,8% dari total Dana Perimbangan. Dari aspek persentase pencapaian realisasi, DAU menjadi komponen pembentuk Dana Perimbangan yang memiliki pencapaian realisasi tertinggi sebesar 1%. Sementara itu, komponen DAK hanya terealisasi 8% dari target dan komponen BHP hanya tercapai 68,9% dari target. Namun demikian, realisasi DAU hingga akhir triwulan IV 215 menurun 22,8% dibanding realisasi DAU akhir triwulan IV 214 yang mencapai Rp1,7 triliun. Padahal, dengan cakupan seluruh wilayah kabupaten/kota di Jawa Barat, komponen ini masih memegang peranan yang sangat penting bagi pembangunan daerah. Karena DAU yang bersumber dari pendapatan APBN ini dialokasikan untuk memeratakan fiskal antardaerah dengan memperhatikan potensi dan luas daerah, kondisi geografis, jumlah penduduk serta tingkat pendapatan masyarakat di daerah tersebut. Lain-lain Pendapatan Pada komponen lain-lain pendapatan, realisasi sampai dengan triwulan IV 215 mencapai Rp5,5 triliun, meningkat Rp1,5 triliun atau 36,3% dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya. Sumber pemasukan komponen lain-lain pendapatan didominasi oleh dana penyesuaian dan otonomi khusus yang besarnya mencapai Rp5,4 triliun, meningkat 36,5% atau Rp1,5 triliun dibanding realisasi dana penyesuaian dan otonomi khusus tahun sebelumnya sebesar Rp4, triliun. Sumber pemasukan komponen lain-lain pendapatan berikutnya adalah bantuan keuangan (hibah) sebesar Rp23, miliar. Tingkat realisasi pendapatan hibah ini cukup baik yaitu sekitar 9,6% dari target yang telah ditetapkan sebesar Rp25,3 miliar, meski tidak setinggi pencapaian realisasi tahun sebelumnya sebesar 95,6% dari target tahun 214.

70 BELANJA Realisasi belanja Pemprov Jawa Barat hingga akhir triwulan IV 215 mencapai Rp24,6 triliun atau sekitar 88,8% dari total pagu belanja berdasarkan APBD-P tahun 215. Pencapaian ini melampaui capaian realisasi belanja tahun sebelumnya sebesar Rp2,9 triliun atau 86,4% dari total pagu belanja berdasarkan APBD-P tahun 214. Jika dilihat secara periodik triwulanan, porsi realisasi belanja Pemprov Jawa Barat per triwulan I, II, II dan IV 215 masing-masing sebesar 8%, 15%, 23% dan 54% dari total realisasi belanja tahun 215 sebesar Rp 24,6 triliun. Kondisi ini merupakan karakteristik umumnya back-loaded expenditure atau pengeluaran yang meningkat di akhir tahun. Adapun porsi realisasi belanja Pemprov Jawa Barat per triwulan I, II, III dan IV 214 masing-masing sebesar 7%, 15%, 22% dan 56% dari total realisasi belanja Pemprov Jawa Barat tahun 214 sebesar Rp 2,9 triliun. Jika dibandingkan dapat dilihat bahwa secara umum pola pengeluaran belanja Pemprov Jawa Barat tahun 215 belum banyak berubah dibanding dengan pola pengeluaran belanja tahun sebelumnya. Diharapkan dengan dorongan dan sosialisasi mengenai mekanisme lelang dini dari pemerintah pusat dapat segera diterapkan pula oleh pemerintah daerah sehingga pola back-loaded expenditure dapat terus diminimalisasi. Dengan pengeluaran pemerintah daerah yang lebih merata setiap triwulannya diharapkan dapat memberikan dampak multiplier effect yang lebih besar bagi perekonomian daerah. Belanja Operasi Realisasi belanja operasi hingga akhir triwulan IV 215 mencapai sebesar Rp15,8 triliun atau sebesar 86,5% terhadap total pagu belanja operasi pada APBD-P tahun 215. Realisasi tersebut mengalami kenaikan sebesar 12,5% dibandingkan realisasi belanja operasi tahun sebelumnya sebesar Rp14, triliun. Kontributor utama dari belanja operasi tersebut adalah komponen belanja hibah sebesar Rp6,8 triliun yang memberikan kontribusi sebesar 43% dari total belanja operasi diikuti oleh komponen belanja bantuan keuangan sebesar 4,3 triliun (27%), komponen belanja barang sebesar Rp3, triliun (17%) dan komponen belanja pegawai sebesar Rp2, triliun (12%). Adapun komponen dengan tingkat realisasi tertinggi terhadap APBD-P pada akhir triwulan IV 215 adalah komponen belanja subsidi sebesar 95,% atau Rp19, miliar. Hal ini mencerminkan bahwa Pemprov Jawa Barat sudah sangat concern dalam merealisasikan berbagai program bagi masyarakat yang bersumber dari dana subsidi, misalnya pelaksanaan program operasi pasar (OP) untuk pengendalian harga. Sementara itu, komponen dengan tingkat realisasi terendah terhadap APBD-P pada akhir triwulan IV 215 adalah komponen belanja bantuan sosial sebesar 17,9% atau Rp3, miliar. Pencapaian realisasi yang rendah tersebut kemungkinan besar sebagai implikasi dari sikap hati-hati dan selektif Pemprov Jawa Barat dalam merealisasikan anggaran bantuan sosial untuk menghindari berbagai potensi permasalahan yang bisa muncul di kemudian hari, seperti misalnya syarat berbadan hukum bagi penerima bantuan sosial. Realisasi komponen belanja bantuan keuangan hingga akhir triwulan IV 215 mengalami kenaikan sebesar 16,1% atau lebih besar Rp6,1 miliar dibanding realisasi komponen belanja bantuan keuangan hingga akhir triwulan IV 214. Hal ini mengindikasikan bahwa Pemprov Jawa Barat terus berusaha untuk meningkatkan anggaran demi peningkatan kapasitas dan kualitas program-program pemerintah di 7

71 tingkat kota/kabupaten. Peningkatan anggaran belanja bantuan keuangan ini juga berperan dalam memperbesar ruang fiskal bagi pemerintah kota/kabupaten. Namun demikian, tingkat realisasi belanja bantuan keuangan hingga triwulan IV 215 hanya sebesar 78,1% dari target APBD-P 215 dan lebih rendah dibanding tingkat realisasi tahun sebelumnya yang mencapai 8,3%. Hal ini perlu menjadi bahan evaluasi agar realisasi pada tahun 216 bisa lebih baik sehingga jumlah anggaran yang terserap untuk belanja bantuan keuangan dan tersalurkan ke tingkat kota/kabupaten menjadi lebih besar. Tabel 4.3. Struktur Belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat No. Uraian APBD 214 P (Rp Miliar) s.d. Triwulan IV 214 Realisasi (Rp Miliar) % Realisasi thd APBD P APBD 215 P (Rp Miliar) s.d Triwulan IV 215 Realisasi (Rp Miliar) % Realisasi thd APBD P 1 Belanja Operasi 16, , , , a. Belanja Pegawai 2, , , , b. Belanja Barang 2, , , , c. Belanja bunga d. Belanja Subsidi e. Belanja Hibah 6, , , , f. Belanja Bantuan Sosial g. Belanja Bantuan Keuangan 4, , , , Belanja Modal 2, , , , Belanja Tidak Terduga Belanja Transfer 5, , , , a. Bagi hasil pajak 5, , , , b. Bagi hasil retribusi Total Belanja 24, , , , Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Barat (angka sementara) Belanja Modal Realisasi belanja modal hingga akhir triwulan IV 215 tercatat sebesar Rp2,5 triliun atau sebesar 87,% dari pagunya. Pencapaian tersebut mengalami kenaikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dengan pencapaian hanya sebesar 69,9% terhadap total pagu belanja modal 214. Secara nominal, realisasi belanja modal 215 juga mengalami kenaikan sebesar Rp1, triliun atau 71,8% dari realisasi belanja modal 214. Hal ini mencerminkan bahwa realisasi APBD Provinsi untuk pembangunan infrastruktur di Jawa Barat pada tahun 215 jauh lebih besar dibanding tahun sebelumnya. Hal ini seiring sejalan dengan komitmen Gubernur Jawa Barat untuk fokus dalam pembangunan berbagai macam infrastruktur daerah di Jawa Barat yang menjadi sarana bagi pengembangan ekonomi daerah dan persiapan Jawa Barat sebagai tuan rumah penyelenggaraan PON XIX/216. Secara persentase, realisasi belanja modal 215 memberikan kontribusi sebesar 1,% dari total realisasi belanja Pemprov Jawa Barat 215. Pencapaian ini meningkat dibanding realisasi belanja modal 214 yang hanya memberikan kontribusi sebesar 6,8% dari total realisasi belanja Pemprov Jawa Barat 214.

72 Kab. Bogor Kab. Cirebon Kab. Garut Kab. Sukabumi Kab. Cianjur Kab. Tasikmalaya Kab. Kuningan Kab. Indramayu Kab. Majalengka Kab. Karawang Kab. Bandung Kab. Sumedang Kab. Ciamis Kab. Subang Kab. Bekasi Kab. Bandung Barat Kab. Purwakarta Kab. Pangandaran Kota Banjar BOX 3 PERKEMBANGAN PENYALURAN & PENGGUNAAN DANA DESA DI PROVINSI JAWA BARAT Rp Juta 72 8,2% Dana Desa merupakan salah satu skema bantuan yang ditetapkan pemerintah dengan tujuan untuk mendorong pemerataan pembangunan dan boosting perekonomian daerah. Alokasi Dana Desa (ADD) adalah alokasi dana ke desa dengan perhitungan dari Dana Perimbangan yang diterima oleh kabupaten sebesar 1% setelah dikurangi oleh Dana Alokasi Khusus (DAK). Secara umum, pengalokasian ADD dilakukan dengan pertimbangan terhadap 4 (empat) komponen yaitu luas wilayah desa (1%), jumlah penduduk desa (25%), angka kemiskinan desa (35%), dan tingkat kesulitan geografis desa berdasarkan Indeks Kesulitan Geografis (IKG) desa perhitungan BPS (3%). 7,9% 7,9% Alokasi Dana Desa di Jabar 7,2% 6,7% 3% Penggunaan Dana Desa 2% Berdasarkan pertimbangan dan kalkulasi tersebut, pada APBN TA 215 Provinsi Jawa Barat memperoleh ADD sebesar Rp1,6 Miliar namun setelah dilakukan penyesuaian pada APBN-P 215 maka besaran ADD Provinsi Jawa Barat adalah Rp1,56 Miliar. Dari 27 kabupaten/kota yang ada di Jawa Barat, Dana Desa ini disalurkan ke 18 kabupaten dan 1 kota di mana 5 kabupaten yang merupakan penerima Dana Desa terbesar secara berturut-turut adalah Kab. Bogor (8,2%), Kab. Cirebon (7,9%), Kab. Garut (7,9%), Kab. Sukabumi (7,2%), dan Kab. Cianjur (6,7). Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) Provinsi Jawa Barat, realisasi penyaluran Dana Desa di Provinsi Jawa Barat untuk tahun 215 mencapai Rp1,56 Miliar atau 99,85% dari jumlah yang dianggarkan. Kabupaten yang tidak berhasil menyalurkan seluruh alokasi Dana Desa-nya adalah Kab. Bogor (tidak terserap di 3 desa), Kab. Subang (tidak terserap di 5 desa), dan Kab. Sumedang (penghapusan di 6 desa). Adapun dana yang tidak terserap ini kemudian diperhitungkan sebagai SILPA pada tahun anggaran tersebut. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi No. 5 tahun 215 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 215 menyebutkan bahwa prioritas penggunaan Dana Desa dialokasikan untuk mencapai tujuan pembangunan Desa yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan 6% 89% Pemenuhan kebutuhan dasar Pembangunan sarana & prasarana desa Pengembangan potensi ekonomi lokal Pemanfaatan SDA dan lingkungan secara berkelanjutan kemiskinan. Di mana tujuan ini dicapai melalui 4 (empat) program yakni pemenuhan kebutuhan dasar; pembangunan sarana & prasarana desa; pengembangan potensi ekonomi lokal; dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Adapun di Provinsi Jawa Barat, secara total alokasi terbesar Dana Desa adalah untuk pembangunan sarana & prasarana desa dengan share mencapai

73 89% dari total Dana Desa di Jawa Barat, sementara pemenuhan kebutuhan dasar, pengembangan potensi ekonomi lokal, dan pemanfaatan SDA masing-masing memperoleh alokasi dana dengan share sebesar 6%, 2%, dan 3%. Terkait proses pencairan Dana Desa, pasal 16 dalam PP No. 22 Tahun 215 menyebutkan bahwa penyaluran Dana Desa dilakukan secara bertahap pada tahun anggaran berjalan, di mana tahap I disalurkan pada bulan April sebesar 4%, tahap II disalurkan pada bulan Agustus sebesar 4%, dan tahap III disalurkan pada bulan Oktober sebesar 2%. Berdasarkan survei yang dilakukan kepada 71 desa penerima Dana Desa di Jawa Barat, secara rata-rata diketahui bahwa pencairan pada ketiga tahap mengalami keterlambatan dari waktu yang sudah ditetapkan. Adapun dana tahap I dicairkan pada bulan Juli 215, dana tahap II dicairkan pada bulan Oktober 215, dan dana tahap III dicairkan pada bulan Desember 215. Terkait persiapan penerimaan Dana Desa, lebih dari 95% responden menyatakan telah mendapatkan pengarahan tentang alokasi dan desa serta memahaminya. Selaras dengan hal tersebut, mayoritas responden juga berpendapat bahwa persyaratan dan proses pencairan dana desa relatif mudah (91%). Adapun bagi responden yang menyatakan sulit, alasan utamanya adalah dokumen yang harus disiapkan banyak dan rumit Berdasarkan informasi yang diperoleh dari BPMPD, terdapat beberapa kendala dan permasalahan di lapangan terkait baik terkait proses pencairan maupun penggunaan Dana Desa ini yaitu : a. Proses pencairan langsung dari Pusat ke Kabupaten (tidak melalui Provinsi) dan tidak ada konfirmasi ke Provinsi tentang besaran alokasi Dana Desa per Desa/Kabupaten b. Kemampuan Aparatur Pemerintah Desa mengelola APBN dan APBD yang masih terbatas c. Mekanisme pengadaan barang dan jasa, pajak, dan pertanggungjawaban Terkait beberapa kendala tersebut, tindaklanjut yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat adalah fokus untuk meningkatkan pemahaman dan kapabilitas pelaksana teknis di level desa melalui kegiatan sosialisasi dan workshop aplikasi SIMKEUDES bekerjasama dengan BPMPD dan BPKP. Selanjutnya untuk mengakomodasi proses supervisi penyaluran dan pencairan yang lebih baik, diperlukan adanya koordinasi dan komunikasi oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Provinsi terkait alokasi dan pencairan Dana Desa ke masing-masing kabupaten.

74 74

75 Perbaikan kinerja perekonomian Jawa Barat pada semester II 215, terindikasi berdampak terhadap peningkatan kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan Provinsi Jawa Barat pada periode laporan. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha, kondisi data ketenagakerjaan ketenagakerjaan di Jawa Barat yang tercermin dari indeks perkembangan penggunaan tenaga kerja menunjukkan perbaikan dengan peningkatan saldo bersih tertimbang (SBT) dari triwulan III 215 sebesar -4,69 menjadi sebesar - 1,85 pada triwulan IV 215. Sinyal positif lainnya dari kenaikan indeks ekspektasi kegiatan usaha berdasarkan hasil Survei Konsumen pada triwulan IV Ketenagakerjaan Perkembangan ketenagakerjaan di Provinsi Jawa Barat pada triwulan IV 215 menunjukkan kondisi perbaikan dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha, kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat yang tercermin dari indeks perkembangan penggunaan tenaga kerja menunjukkan perbaikan dengan peningkatan saldo bersih tertimbang (SBT) dari triwulan III 215 sebesar - 4,69 menjadi sebesar -1,85 pada triwulan IV 215 meski masih dalam kondisi yang negatif (Grafik 5.1). Hal ini sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dari triwulan III 215 sebesar 5,3% (yoy) menjadi sebesar 5,23% (yoy) pada triwulan IV 215. Perbaikan kondisi ketenagakerjaan ini diharapkan bisa terus berlanjut pada triwulan selanjutnya yang didukung oleh hasil Survei Konsumen yang menunjukkan bahwa indeks ekspektasi kegiatan usaha pada triwulan IV 215 mengalami kenaikan yang menjadi sinyal bahwa kegiatan usaha pada triwulan selanjutnya diperkirakan akan mengalami kenaikan dan akan berdampak pada perbaikan penggunaan tenaga kerja (Grafik 5.2). SBT 14. Indeks I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Indeks Penggunaan Tenaga Kerja 8 6 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha Grafik 5.1.Indeks Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Grafik 5.2.Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha

76 Tabel 5.1. Perkembangan Ketenagakerjaan Penduduk Jawa Barat Rincian Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Penduduk 15 Tahun ke Atas Angkatan Kerja Bekerja Penganggur Bukan Angkatan Kerja Sekolah Mengurus Rumah Tangga Lainnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 63,96% 62,82% 64,36% 62,77% 66,8% 6,34% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 8,8% 9,16% 8,66% 8,45% 8,4% 8,72% Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat Hingga Agustus 215, terlihat bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Jawa Barat mengalami penurunan, sementara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami peningkatan. Angkatan kerja di Jawa Barat juga mengalami penurunan menjadi 2,59 juta orang pada Agustus 215. Dengan jumlah angkatan kerja tersebut, TPAK Jawa Barat tercatat sebesar 6,34% yang mengalami penurunan dari Februari 215 maupun Agustus 214 (Grafik 5.3.). Penurunan partisipasi angkatan kerja tersebut diikuti oleh peningkatan tingkat pengangguran terbuka menjadi sebesar 8,72% pada Agustus 215 (Grafik 5.4.). Tercatat sebanyak 1,79 juta orang angkatan kerja di Jawa Barat menjadi penganggur pada Agustus 215, mengalami kenaikan sebesar orang dibanding dengan jumlah pengganggur yang tercatat pada Agustus 214. Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat Grafik 5.3.Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat Grafik 5.4.Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Di sisi lain, persepsi rumah tangga terhadap kondisi ketenagakerjaan pada triwulan IV 215 menunjukkan kondisi pesimis. Hal ini tercermin dari indeks kondisi ekonomi dan indeks ketersediaan lapangan kerja yang tercatat berada di bawah level 1 atau pesimis (Grafik 5.3. dan Grafik 5.4.). Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan pertumbuhan yang inklusif perlu menjadi fokus perhatian bagi seluruh elemen perekonomian sehingga dapat turun membangun persepsi positif rumah tangga terhadap kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat. 76

77 Indeks Berdasarkan data BPS, penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat pada Agustus 215 adalah lapangan usaha Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi sebesar 27,2%. Penyumbang terbesar kedua adalah lapangan usaha Industri sebesar 21,%, diikuti oleh lapangan usaha Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan sebesar 16,5%, dan lapangan usaha Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan sebesar 16,2%. Jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 214, jumlah penduduk yang bekerja di lapangan usaha Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi dan Industri masing-masing meningkat sebesar 3,5% dan 1,1%. Sebaliknya lapangan usaha Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan dan Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan masing-masing menurun secara signifikan, yaitu sebesar 19,% dan 7,5%. Penduduk Jawa Barat yang bekerja dengan status sebagai buruh/karyawan merupakan komposisi tertinggi, yaitu sebanyak orang (46,2%). Komposisi tertinggi kedua adalah penduduk yang berusaha sendiri sebanyak orang (18,2%), dan pekerja bebas sebanyak orang (14,6%). Dari enam kategori status pekerjaan utama, pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, pada Agustus 215 sebanyak orang (49,6%) bekerja di kegiatan formal, sedangkan orang (5,4%) bekerja di kegiatan informal. Indeks Optimis Pesimis I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV - - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks=1 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Grafik 5.3.Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Grafik 5.4. Indikator Ketersediaan Lapangan Kerja Lebih lanjut, hubungan pertumbuhan ekonomi dan ketenagakerjaan dapat dilihat dari hasil perhitungan yang menunjukkan bahwa 1% pertumbuhan ekonomi Jawa Barat akan memberikan kontribusi penyerapan tenaga kerja sebanyak orang. Berdasarkan perhitungan data rata-rata pertambahan angkatan kerja per tahun dari tahun 26 s.d. 215 dan data target pengurangan pengangguran terbuka tahun 215 dapat diperoleh informasi bahwa pertumbuhan ekonomi ideal Jawa Barat tahun 215 adalah 5,3% (yoy) agar mampu menyerap pertambahan rata-rata pertambahan angkatan kerja per tahun dan mencapai target pengurangan penggangguran terbuka tahun 215. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi minimal Jawa Barat tahun 215 adalah 4,8% yoy agar terhindar atau tidak berdampak pada peningkatan jumlah pengangguran terbuka di Jawa Barat pada tahun 215.

78 Indeks Tabel 5.2. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja di Jawa Barat No. Deskripsi Nilai a. 1% pertumbuhan ekonomi Jabar mampu menyerap.. tenaga kerja orang b. Rata-rata Pertambahan Angkatan Kerja per tahun dari 26 s.d orang c. Target Pengurangan Pengangguran Terbuka Tahun orang d. Total Target Angkatan Kerja yang Ingin Diserap (b + c) orang e. Pertumbuhan Ekonomi Ideal Tahun 215 (menyerap rata-rata pertambahan angkatan kerja/tahun dan mencapai target pengurangan pengangguran terbuka) f. Pertumbuhan Ekonomi Minimal Tahun 215 (menyerap rata-rata pertambahan angkatan kerja/tahun) 5,3% yoy 4,8% yoy Sumber: Data SAKERNAS BPS dan Data INDODAPOER (diolah) 5.2. Kesejahteraan Membaiknya kinerja perekonomian pada semester II 215 belum diikuti dengan peningkatan kesejahteraan penduduk pada periode tersebut. Beberapa indikator seperti pembelian barang tahan lama (durable goods) mengalami penurunan pada triwulan laporan dibanding triwulan sebelumnya maupun pada triwulan yang sama tahun sebelumnya (Grafik 5.6.). Hal ini terindikasi salah satunya dari optimisme masyarakat terhadap pembelian barang tahan lama (durable goods) yang mengalami penurunan pada triwulan IV 215 dibanding triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (Grafik 5.6.). Berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, indeks pembelian barang tahan lama pada triwulan laporan adalah 72,91, menurun dibandingkan triwulan III 215 sebesar 82,49 maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 93, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama Grafik 5.6. Indeks Pembelian Barang Tahan Lama Indikator kemiskinan juga belum menunjukkan perbaikan pada September 215. Berdasarkan persentase jumlah penduduk miskin di Jawa Barat, terlihat bahwa tingkat kemiskinan maupun kedalaman dan keparahan kemiskinan meningkat pada September 215 (Grafik 5.7.). Peningkatan kemiskinan yang terjadi merupakan kontribusi dari peningkatan presentasi jumlah penduduk miskin baik di perkotaan 78

79 maupun perdesaan (Grafik 5.8.). Kondisi ini menunjukkan bahwa perlambatan ekonomi yang terjadi pada semester I 215 turut memberikan dampak terhadap penurunan tingkat kesejahteraan masyarakat. Namun demikian, kinerja ekonomi yang mulai meningkat pada semester II 215 diperkirakan dapat mendorong penurunan tingkat kemiskinan Jawa Barat pada periode mendatang. Persentase Penduduk Miskin (P) (Indeks) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) 9.18 Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept (persen %) Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat Grafik 5.7. Persentase Jumlah Penduduk Miskin dan Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan (persen, %) Presentasi Penduduk Miskin (P) Perkotaan Presentasi Penduduk Miskin (P) Perdesaan Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat Grafik 5.8. Persentase Jumlah Penduduk Miskin Perkotaan dan Perdesaan Presentasi penduduk miskin Jawa Barat sebesar 9,57% pada bulan September 215, meningkat,39 poin dibanding September 214 yang sebesar 9,18%. Peningkatan tersebut terjadi baik di perdesaan yang mencapai 11,61% maupun di perkotaan yang mencapai 8,58%. Dari sisi kedalaman kemiskinan, Jawa Barat mengalami peningkatan dari September 214 sebesar 1,59 menjadi 1,674 pada September 215. Di sisi lain, keparahan kemiskinan pun menunjukkan perkembangan yang sejalan dengan kedalaman kemiskinan, yaitu meningkat dari,418 pada September 215 menjadi sebesar,491 pada September 215. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa masalah kesenjangan dan ketimpangan pengeluaran di Jawa Barat perlu mendapatkan perhatian khusus. Dibanding dengan 5 (lima) provinsi lainnya di pulau Jawa, presentase penduduk miskin Jawa Barat masih lebih rendah dibanding Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur. Sementara berdasarkan jumlah penduduk miskin, dengan jumlah penduduk miskin sebesar 4,486 juta jiwa, Jawa Barat masih lebih rendah dibanding Jawa Timur maupun nasional yang mencapai 11,13% atau sebesar 28,516 juta jiwa. (Ribu Orang) Banten Jawa Timur DI Yogyakarta Jawa Tengah Jawa Barat DKI Jakarta Sep-14 Sep-15 4, , , , , , (persen, %) Nasional DKI Jawa Barat JawaTengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat Grafik 5.9. Jumlah Penduduk Miskin 6 Provinsi di Pulau Jawa Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat Grafik 5.1. Persentase Jumlah Penduduk Miskin 6 Provinsi di Pulau Jawa

80 Kemiskinan Kab/Kota (Ribu Orang) Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat Grafik Jumlah Penduduk Miskin Kab/Kota di Jawa Barat Dari 26 Kab/Kota di Jawa Barat (belum termasuk Kab.Pangandaran), jumlah penduduk miskin tertinggi berada di Kabupaten Bogor yaitu mencapai 479,1 ribu jiwa pada September 215, diikuti oleh Kab.Garut sebesar 315,6 ribu jiwa dan Kabupaten Cirebon sebesar 3,5 ribu jiwa. Sementara dari sisi presentase penduduk miskin, Kota Tasikmalaya menjadi daerah dengan presentase penduduk miskin tertinggi dibanding Kab/Kota lainnya di Jawa Barat, yaitu mencapai 15,95% atau sebesar 14,5 ribu jiwa, diikuti oleh Kabupaten Indramayu sebesar 14,29% dan Kabupaten Cirebon sebesar 14,22%. (persen,%) Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat Grafik Presentase Penduduk Miskin Kab/Kota di Jawa Barat 8

81

82 Setelah mengalami peningkatan pada triwulan IV 215 sebesar 5,23%, kinerja perekonomian Jawa Barat pada triwulan I 216 diperkirakan sedikit melambat pada kisaran 5,1% - 5,3% (yoy). Dari sisi permintaan, investasi atau penanaman modal tetap bruto (PMTB) dengan perkiraan meningkat menjadi faktor yang mendorong kinerja perekonomian di tengah perlambatan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah sesuai pola historisnya. Sementara itu dari sisi penawaran (lapangan usaha), melambatnya sektor industri pengolahan menjadi faktor yang menyebabkan perlambatan. Sementara itu, sektor pertanian dan perdagangan serta konstruksi yang diperkirakan meningkat menjadi faktor yang menahan laju perlambatan pada periode tersebut. Di sisi lain, tekanan inflasi diperkirakan meningkat yang didorong oleh berbagai komponen khususnya volatile foods. Risiko peningkatan harga pangan pokok dengan terbatasnya pasokan beras menjelang musim panen serta terbatasnya pasokan telur ayam serta adanya tekanan harga daging ayam akibat kenaikan harga pakan menjadi faktor yang mendorong kenaikan komponen volatile foods. Sementara itu tekanan inflasi inti dan inflasi administered prices juga diperkirakan meningkat dan mendorong peningkatan inflasi keseluruhan. Tekanan inflasi inti diperkirakan dari kelompok perumahan, makanan jadi dan harga emas. Sementara itu, tekanan dari administered prices diperkirakan berasal dari potensi peningkatan harga bahan bakar seiring mulai meningkatnya harga minyak dunia dengan adanya kemungkinan konsensus penurunan supply minyak oleh para produsen minyak dunia PROSPEK EKONOMI MAKRO DUNIA DAN NASIONAL Setelah diperkirakan mengalami perlambatan pada tahun 215, pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksikan meningkat secara keseluruhan tahun 216 yang didorong oleh peningkatan perekonomian negara maju dan negara berkembang secara umum. World Economic Outlook (WEO) IMF periode Januari 216 memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 216 adalah sebesar 3,4% (yoy) meningkat dibandingkan tahun 215 meskipun tidak seoptimis sebelumnya, yang tercermin dari perkiraan pada WEO Januari 216 yang lebih rendah dibandingkan Oktober 215 sebesar 3,6% (yoy). Perbaikan ekonomi di Amerika Serikat masih tertahan meskipun tetap menunjukkan level yang meningkat, yang dipengaruhi oleh masih lemahnya penjualan ritel dan pengeluaran personal serta kondisi masih melambatnya sektor manufaktur yang tercermin dari menurunnya PMI manufaktur negara tersebut. Sementara itu, pemulihan ekonomi di Eropa terus berlanjut yang didorong oleh membaiknya kondisi permintaan domestik maupun kinerja manufaktur. Di sisi lain, kinerja ekonomi Jepang diperkirakan tetap lemah yang dipengaruhi oleh tingkat konsumsi yang masih lemah. Peningkatan ekonomi dunia tahun 216 juga disumbang oleh peningkatan perkembangan ekonomi negara berkembang. Ekonomi India tumbuh meningkat pada perkiraan level 7,5% (yoy) sementara kawasan ASEAN diperkirakan tumbuh sekitar 4,8% (yoy). Namun, perlambatan Tiongkok menahan laju pertumbuhan negara berkembang yang lebih tinggi. Pertumbuhan investasi dan produksi manufaktur 82

83 Tiongkok menngalami penurunan, meskipun penjualan eceran mengalami kenaikan, yang sejalan dengan masih berlangsungnya proses rebalancing ekonomi negara tersebut. Tabel 6.1. Outlook Pertumbuhan Ekonomi Dunia WEO IMF Bank Indonesia Rincian Dunia 3,1 3,4 3,6 3,1 3,5 Negara Maju 1,9 2,1 2,1 2, 2,2 Amerika Serikat 2,5 2,6 2,6 2,6 2,7 Eropa 1,5 1,7 1,7 1,5 1,6 Jepang,6 1,,3,6 1, Negara Berkembang 4, 4,3 4,7 4, 4,5 Negara Berkembang Asia 6,6 6,3 6,2 Tiongkok 6,9 6,3 6, 6,8 6,3 India 7,3 7,5 7,5 7,3 7,5 ASEAN 4,7 4,8 5,1 Sumber: WEO-IMF dan Bank Indonesia Meningkatnya perekonomian global tersebut kemudian mendorong perkiraan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional tahun 216. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 216 diproyeksikan berada pada kisaran 5,2% - 5,6% (yoy) meningkat cukup tinggi setelah pada tahun 215 tumbuh sebesar 4,79% (yoy). Meningkatnya kinerja perekonomian nasional tersebut terutama didorong oleh konsumsi yang tetap kuat dan meningkatnya stimulus fiskal melalui berbagai pembangunan proyek infrastruktur. Investasi pun diperkirakan berpotensi meningkat seiring dengan berbagai paket kebijakan pemerintah yang mendorong investasi dan ditunjang oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Meningkatnya kinerja mitra dagang utama seperti Amerika Serikat dan Kawasan Eropa juga akan mendorong peningkatan ekspor PROSPEK EKONOMI MAKRO REGIONAL Meskipun secara keseluruhan tahun 216 diperkirakan meningkat pada kisaran 5,1%-5,5% (yoy), kinerja ekonomi Jawa Barat diperkirakan sedikit melambat pada triwulan I 216 dibandingkan triwulan IV 215 pada kisaran 5,1%-5,3% (yoy). Sejalan dengan membaiknya prospek perekonomian global dan nasional tahun 216, prospek kinerja ekonomi Jawa Barat pun berpotensi meningkat secara keseluruhan tahun 216. Namun, pada triwulan I 216, kinerja ekonomi diperkirakan masih stabil, dan peningkatan kinerja Jawa Barat diperkirakan baru berlangsung mulai triwulan II 216. Hasil Composite Leading Indicator pertumbuhan ekonomi Jawa Barat juga mengkonfirmasi perkiraan perlambatan pertumbuhan ekonomi dibandingkan triwulan sebelumnya.

84 Av.Lead = 3 months Correlation =.798 PDRB Jabar CLI PDRB Jabar Sumber: Bank Indonesia Grafik 6.1. Composite Leading Indicator Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap tumbuh kuat pada kisaran 5,2% - 5,4% (yoy) meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan IV 215 sebesar 5,76% (yoy). Masih kuatnya perkiraan konsumsi rumah tangga tercermin dari salah satu indikator Survei Konsumen yaitu Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Jawa Barat yang meningkat dan mencerminkan optimisme konsumen untuk menjaga tingkat konsumsinya (Grafik 6.2.). Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik 6.2. Indikator Tingkat Optimisme Konsumen Rumah Tangga Namun, berakhirnya masa momen natal dan tahun baru yang ditunjang oleh peningkatan pendapatan rumah tangga pada akhir tahun, menyebabkan level pertumbuhan konsumsi rumah tangga triwulan I 216 tidak setinggi triwulan sebelumnya, meskipun tetap kuat. Hal ini terkonfirmasi pula dari perkiraan penjualan eceran dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) pada awal triwulan I 216 ini yang masih menunjukkan penurunan level dibandingkan akhir triwulan sebelumnya. Indeks penjualan eceran riil pada Januari 216 menunjukkan level 274, dengan pertumbuhan 27,8% (yoy), sementara pertumbuhan indeks tersebut pada triwulan sebelumnya berkisar pada antara 28,8%-32,8% (yoy) (Grafik 6.3.). Penurunan indeks penjualan eceran riil tersebut terjadi pada berbagai kelompok barang seperti suku cadang dan aksesori; makanan, minuman dan tembakau; bahan bakar kendaraan; peralatan rumah tangga dan sandang. Selain itu, persentase penggunaan pendapatan untuk konsumsi dari hasil Survei 84

85 Konsumen pun terlihat sedikit menurun pada Januari 216 sebesar 67,2% dari total pengeluaran, sementara pada triwulan sebelumnya berkisar sebesar 69,3% - 74,8%(Grafik 6.4.). Sumber: Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia Grafik 6.3. Indeks Penjualan Eceran Riil Jawa Barat Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik 6.4. Persentase Penggunaan Pengeluaran Rumah Tangga Jawa Barat Sesuai dengan pola historisnya, konsumsi pemerintah diperkirakan sedikit melambat pada triwulan I 216 dengan perkiraan kisaran 1,7%-1,9% (yoy). Meningkatnya nominal APBD Provinsi Jawa Barat pada tahun 216 sebesar Rp28,6 trilun atau dengan pertumbuhan sekitar 12,9% dibandingkan tahun sebelumnya akan mendorong porsi konsumsi pemerintah secara nominal. Sebagaimana pola historisnya, pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan I 216 diperkirakan lebih rendah dibandingkan triwulan IV 215 sebesar 11,59% (yoy) namun jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar -2,33% (yoy). Diberlakukannya Inpres RI No.1 tahun 215 tentang Percepatan Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan komitmen pemerintah untuk menjalankan mekanisme lelang dini diperkirakan akan mendorong konsumsi pemerintah. Sementara itu, penanaman modal tetap bruto (PMTB) atau investasi diperkirakan meningkat pada kisaran 3,2%-3,4% (yoy) setelah tumbuh negatif pada triwulan sebelumnya sebesar -2,6% (yoy). Meningkatnya perkiraan investasi ini dipengaruhi oleh prospek peningkatan optimisme pelaku usaha seiring dengan implementasi paket kebijakan pemerintah yang mendorong investasi dan stabilitas makroekonomi yang semakin baik. Selain itu, pada aspek investasi pemerintah adanya komitmen pemerintah untuk melakukan mekanisme lelang dini juga menjadi faktor penting yang dapat mendorong pertumbuhan komponen ini. Selain itu, prospek meningkatnya investasi juga dikonfirmasi oleh meningkatnya perkiraan investasi atau belanja modal pelaku usaha di Jawa Barat dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia.

86 Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia (* perkiraan) Grafik 6.5. Indeks Realisasi dan Perkiraan Belanja Modal Dunia Usaha di Jawa Barat Komponen ekspor diperkirakan tumbuh tinggi namun dengan kecenderungan melambat pada kisaran level 1,5%-1,7% (yoy). Berdasarkan kondisi global yang telah dijelaskan sebelumnya, dimana saat ini kondisi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat masih tertahan yang dipengaruhi oleh pengeluaran konsumsi yang masih lemah serta melambatnya sektor manufaktur diperkirakan akan mempengaruhi permintaan terhadap produk ekspor termasuk dari Jawa Barat. Berdasarkan data Pemberitahuan Ekspor Barang, Amerika Serikat masih menjadi negara tujuan utama ekspor Jawa Barat. Pangsa ekspor Jawa Barat ke negara tersebut mencapai sekitar 18,3%. Begitu pula dengan kondisi ekonomi Jepang dan Tiongkok yang melemah dengan pangsa masing-masing sekitar 11,53% dan 4,69%. Namun, terus berlangsungnya pemulihan kawasan Eropa menjadi faktor yang menahan perlambatan kinerja ekspor yang lebih besar. Melambatnya ekspor dan konsumsi rumah tangga diperkirakan berdampak pada perlambatan impor pada perkiraan kisaran level 1,8%-11,% (yoy). Impor Jawa Barat pada triwulan IV 215 tumbuh tinggi sebesar 16,61% (yoy) yang diperkirakan didorong oleh peningkatan impor barang konsumsi dan impor bahan baku selaras dengan meningkatnya kinerja ekspor. Di sisi lain, pada triwulan I 216, kinerja impor tetap tinggi namun tidak setinggi triwulan sebelumnya. Melambatnya impor diperkirakan terjadi pada komponen bahan baku maupun barang konsumsi. Dari sisi sektoral, sektor industri pengolahan dengan pangsa terbesar terhadap perekonomian Jaw a Barat diperkirakan melambat pada kisaran 4,8%-5,% (yoy). Melambatnya perkiraan ekspor termasuk ekspor antar daerah seiring dengan permintaan nasional yang belum optimal menjadi salah satu faktor yang menahan pertumbuhan kinerja sektor ini. Ditutupnya beberapa perusahaan besar di bidang otomotif dan elektronik di Jawa Barat menguatkan indikasi tersebut. Berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia terhadap sejumlah contact/responden pada Januari 216 di Provinsi Jawa Barat masih mengindikasikan adanya stagnasi pada penjualan domestik dan peningkatan biaya produksi yang mendorong penurunan margin dan nilai tambah dari sektor industri pengolahan tersebut. Di sisi lain, pertumbuhan sektor pertanian yang merupakan salah satu sektor utama Jawa Barat diperkirakan meningkat pada kisaran 2,3%-2,5% (yoy) seiring dengan masuknya masa panen padi 86

87 pada akhir triwulan I 216. Tanaman pangan adalah subsektor dengan porsi sumbangan PDRB terbesar terhadap sektor pertanian Jawa Barat. Share sub sektor tersebut mencapai 46% terhadap sektor pertanian secara keseluruhan. Hal ini menyebabkan masuknya masa panen padi pada triwulan I 216 akan mendorong peningkatan sektor pertanian Jawa Barat setelah mengalami pertumbuhan negatif sebesar -5,63% (yoy) pada triwulan IV 215 akibat dampak El Nino yang mendorong pergeseran masa tanam padi ke pertengahan dan akhir triwulan IV 215. Indikator indeks saldo bersih tertimbang (SBT) realisasi dan perkiraan kegiatan usaha sektor pertanian hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jawa Barat juga mengkonfirmasi peningkatan tersebut (Grafik 6.6.). Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia (* perkiraan) Grafik 6.6. Indeks Realisasi dan Perkiraan Kegiatan Usaha Sektor Pertanian Jawa Barat Sektor konstruksi diperkirakan meningkat pada kisaran 5,5%-5,7% (yoy) seiring dengan prospek peningkatan kinerja investasi. Proyeksi meningkatnya kinerja investasi pada triwulan I 216 yang tercermin dari peningkatan indikator belanja modal dari hasil SKDU akan mendorong peningkatan sektor konstruksi Jawa Barat. Kinerja Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor diperkirakan meningkat pada kisaran 3,8%-4,% (yoy), dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 2,53% (yoy). Seiring dengan pertumbuhan kinerja sektor pertanian, konstruksi dan masih kuatnya level konsumsi rumah tangga serta ekspor dan impor menjadi faktor yang mendorong peningkatan sektor perdagangan besar & eceran, dan reparasi mobil & sepeda motor. Peningkatan ini diperkirakan terjadi khususnya pada jenis perdagangan besar, sementara penjualan eceran masih relatif tertahan yang diindikasikan oleh penurunan indeks penjualan eceran riil pada awal tahun 216 dan hasil liaison kepada sejumlah pedagang ritel di Jawa Barat yang menginformasikan bahwa meskipun terjadi peningkatan nilai penjualan pada awal triwulan I 216 namun lebih disebabkan oleh peningkatan harga jual.

88 Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia (* perkiraan) Grafik 6.7. Fan Chart Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat 6.3. PRAKIRAAN INFLASI Tekanan inflasi Jawa Barat pada triwulan I 216 diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan IV 215 pada kisaran 4,%-4,2% (yoy) yang didorong khususnya dari komponen volatile foods. Perkiraan tersebut dikonfirmasi dari hasil pengolahan Composite Leading Indicator Jawa Barat. Secara umum, perkembangan inflasi Jawa Barat menunjukkan tren penurunan sejak tahun 213. Pada akhir tahun 215 inflasi Jawa Barat berada pada level 2,73% (yoy) yang lebih rendah dibandingkan inflasi nasional. Namun, pada triwulan I 216 tekanan inflasi diperkirakan sedikit meningkat. Meningkatnya risiko inflasi dari berbagai komponen khususnya volatile foods mendorong inflasi Jawa Barat secara keseluruhan meningkat. Perkiraan masih terbatasnya pasokan beras pada awal dan pertengahan triwulan I 216 sebelum masuk masa panen menjadi salah satu pendorong peningkatan inflasi volatile foods. Di sisi lain, potensi peningkatan harga minyak dunia juga dapat mendorong kenaikan inflasi administered prices. Namun demikian, pada akhir tahun inflasi Jawa Barat diperkirakan dapat berada dalam rentang sasaran inflasi nasional dengan perkiraan 3,3%-3,5% (yoy). Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat Grafik 6.8. Perkembangan Inflasi Jawa Barat 88

89 Pada komponen volatile foods, beberapa risiko inflasi pada triwulan I 216 diperkirakan terutama dari komoditas pokok seperti beras, daging ayam dan telur ayam. Terbatasnya pasokan beras pada awal dan pertengahan triwulan I 216 dengan kondisi belum masuknya masa panen padi, akan mendorong peningkatan tekanan inflasi dari komoditas dengan share yang relatif besar terhadap inflasi Jawa Barat. Selain itu, peningkatan tekanan inflasi volatiled foods diperkirakan juga bersumber dari harga daging ayam yang disebabkan oleh peningkatan harga pakan, serta peningkatan harga telur ayam akibat penurunan pasokan. Sementara itu, tekanan inflasi komponen inti (core) juga diperkirakan sedikit meningkat. Risiko peningkatan inflasi diperkirakan berasal dari potensi peningkatan harga pada kelompok perumahan, makanan jadi serta kenaikan harga emas. Proyeksi peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional dan Jawa Barat pada tahun 216 diperkirakan akan mendorong harga properti. Sementara itu, setelah mengalami tren penurunan hingga akhir tahun 215, harga emas mulai menunjukkan pembalikan dan kembali meningkat. Begitu pula dengan kelompok makanan jadi yang berpotensi meningkat seiring dengan membaiknya optimisme konsumen dan tetap kuatnya tingkat konsumsi. Terakhir, dari sisi administred prices, risiko inflasi juga cenderung meningkat. Risiko peningkatan harga bahan bakar transportasi dengan kondisi mulai meningkatnya harga minyak dunia seiring dengan kemungkinan kesepakatan pengurangan supply minyak dunia oleh para produsen minyak dunia. Di sisi lain, adanya langkah pemerintah melalui paket kebijakan ekonomi yang salah satunya fokus untuk memberikan insentif bagi industri yang ditransmisikan melalui penurunan harga/tarif komoditas kelompok administered prices seperti gas dan listrik menjadi faktor yang menurunkan risiko komponen tersebut. Tabel 6.2. Upward dan Downward Risk Inflasi Jawa Barat Triwulan I 216 Upward Risk Terbatasnya pasokan beras pada awal dan panen seiring dengan membaiknya keyakinan konsumen dan peningkatan upah Potensi peningkatan harga minyak dunia dengan kemungkinan kesepakatan pengurangan supply dunia oleh produsen minyak Downward Risk Penurunan Tarif Tenaga Listrik (TTL) golongan industri dan rumah tangga

90 215 Q1 215 Q2 215 Q3 215 Q4 216 Q1 YoY % Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat Grafik 6.9. Fan Chart Proyeksi Inflasi Jawa Barat 9

91 BOKS 4 COMPOSITE LEADING INDICATOR PRODUK DOMESTIK BRUTO REGIONAL DAN INFLASI JAWA BARAT Composite Leading Indicator (CLI) adalah indikator komposit dengan agregat time series yang mampu menampilkan secara konsisten keterkaitan hubungan leading antara indikator komposit tersebut terhadap variabel acuan untuk menunjang proyeksi siklus ekonomi makro di suatu negara/wilayah. Penggunaan CLI, yang awalnya dimotori oleh the National Bureau of Economic Research (NBER), telah digunakan oleh banyak negara dalam memprediksi titik balik (turning points) dari business cycles. Ide dasar dari penggunaan CLI didasarkan pada fakta bahwa secara statistik data time series terdiri dari empat komponen, yaitu seasonal factor, cyclical factor, trend, dan irregular component. Dalam metode ini, komponen siklikal dipisahkan dari ketiga komponen lainnya. Setelah itu, komponen siklikal tersebut dianalisis perilakunya dan dibandingkan dengan series acuannya (reference series). Apabila titik balik suatu serie selalu mendahului titik balik series acuan, maka series tersebut dikategorikan sebagai leading indicator. Sementara itu, suatu series dikelompokkan sebagai lagging indicator apabila titik baliknya terjadi setelah titik balik series acuan. Apabila titik balik suatu series terjadi relatif bersamaan dengan series acuan, maka series tersebut merupakan coincident indicator. Penentuan apakah suatu series disebut sebagai leading, lagging atau coincident indicator sangat penting. Jika suatu series bertindak sebagai leading indicator, maka dapat digunakan untuk memproyeksikan arah series acuan kedepan. Untuk menentukan kondisi saat ini dari series acuan, penggunaan coincident indicator akan sangat membantu. Sementara itu, lagging indicator dapat digunakan untuk mengkonfirmasikan prediksi yang dibuat oleh leading indicator. Dalam studi ini, pembentukan CLI PDRB dan CLI Inflasi menggunakan metode yang dikembangkan oleh the Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). Pada dasarnya, metode ini mengacu pada metode dasar dari business cycle yang dikembangkan oleh NBER. Metode OECD menggunakan pendekatan growth cycles yang dalam hal ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan classical/traditional cycles. Penggunaan growth cycles mengemuka setelah leading indicator yang berdasarkan pendekatan classical cycles tidak mampu menjelaskan masa ekspansif perekonomian, khususnya di Amerika Serikat dan Jerman, pada sekitar tahun 196-an. Secara garis besar, tahapan yang harus dilalui dalam metode OECD meliputi : (1) penentuan series acuan; (2) penentuan titik balik series acuan; (3) pemilihan komponen pembentuk composite leading indicator; (4) pembentukan indeks komposit. Dalam metode OECD, minimal periode observasi yang dibutuhkan adalah sebanyak 6 series atau minimal lama periode data 5 tahun (jika data bulanan), sehingga periode minimal observasi, yaitu sejak 29:1 hingga 215:3.

92 Diagram 1. Tahap Pembentukan Composite Leading Indicator Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat telah menyusun model CLI PDRB dan CLI Inflasi Jawa Barat sesuai dengan menggunakan metode OECD tersebut. Kedua model tersebut diperlukan sebagai bahan pertimbangan bagi para forecaster dalam memprediksi bagaimana perekonomian ke depan. A. CLI PDRB Jawa Barat CLI PDRB Jawa Barat disusun dalam periode observasi 21:1 hingga 215:12 atau sebanyak 181 series. Pada awalnya, total variabel level regional, nasional dan eksternal yang dilibatkan dalam penyusunan model ini berjumlah 143 variabel. Kemudian, analisis komponen siklikal dilakukan terhadap setiap variabel tersebut untuk memilih variabel yang masuk dalam kategori sebagai leading indicator. Pada akhirnya, total 8 (delapan) variabel terpilih menjadi variabel penyusun model composite leading indicator PDRB Jawa Barat, antara lain : (1) Variabel Nilai Ekspor Non Migas Jawa Barat; (2) Variabel Ekspor Jawa Barat ke ASEAN; (3) Variabel Nilai Ekspor TPT Jawa Barat; (4) Nilai Ekspor Furnitur Jawa Barat; (5) Nilai Ekspor Benang dan Kain Jawa Barat; (6) Kredit Pertanian Jawa Barat; (7) Kredit Penjualan Mobil Jawa Barat; (8) Kredit Rumah tipe 22-7 Jawa Barat. Adapun hasil perbandingan antara grafik model CLI PDRB Jawa Barat dan PDRB Jawa Barat tersaji pada Grafik 1. 92

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan III 214 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI v vi KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi pada awal tahun 2016 mengalami perlambatan dibandingkan dengan bulan lalu. Pada Januari 2016, inflasi IHK tercatat sebesar 0,51% (mtm), lebih rendah

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT MEI 2018 GEOPARK CILETUH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT MEI 2018 GEOPARK CILETUH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT GEOPARK CILETUH KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- Mei

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR i Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Utara Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

... V... VII... XIII... XIII... XIII... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku... 5 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 7 1.3. PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan I-212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN UTARA TRIWULAN II

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN UTARA TRIWULAN II BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 067/08/64/Th.XX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN UTARA TRIWULAN II - 2017 EKONOMI KALIMANTAN UTARA TRIWULAN II - 2017 : PERTUMBUHAN Y-ON-Y 6,44 PERSEN DAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA MEI 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Triwulan I-2015 Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Tim Penulis: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi Kaltara CP. dan

Tim Penulis: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi Kaltara CP. dan Edisi Agustus 217 Buku Kajian Ekonomi dan Regional ini Diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Utara Jl. Mulawarman No. 123, Kota Tarakan 77117 No. Telp: 551-38 7777. Fax:

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan II-2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 No. 31/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2017 TUMBUH SEBESAR 5,75% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,34% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Mei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. Dwiki K.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Mei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. Dwiki K. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten Mei 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten Dwiki K. [Pick the date] 2017 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 KATEGORI 2015 Konsumsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 i Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha-nya, buku Kajian Ekonomi dan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN * perkiraan

SURVEI PERBANKAN * perkiraan SURVEI PERBANKAN TRIWULAN IV-217 PERTUMBUHAN KREDIT TAHUN 218 DIPERKIRAKAN MENINGKAT Hasil Survei Perbankan mengindikasikan pertumbuhan kredit baru pada triwulan IV- 217 secara triwulanan (qtq) meningkat.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/05/34/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I 2015 TUMBUH 0,16 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH NOVEMBER 216 (Kajian Triwulan III-216) VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- Mei 2017 diterbitkan. Buku ini merupakan asesmen terhadap perkembangan ekonomi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: AGUSTUS 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017 42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA I Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 49/08/73/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015 TUMBUH 7,62 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA No. 10/02/94/Th. X, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 TUMBUH 9,21 PERSEN TUMBUH LEBIH CEPAT DIBANDING TAHUN LALU Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-211 v KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR i Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan II 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 73/11/52/X/2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 3,47 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 No. 54/08/19/Th.XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2017 TUMBUH 1,70 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II :

EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II : BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 066/08/64/Th.XX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II-2017 EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II -2017 : PERTUMBUHAN Y-ON-Y 3,58 PERSEN DAN Q-T-

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT MEI 2017 MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT MEI 2017 MEI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- Mei 2017 diterbitkan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Agustus 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2 Kupang

Lebih terperinci