KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan IV

2 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

3 Triwulan IV-2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII DIVISI EKONOMI MONETER Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp Fax

4 Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Penerbit : Divisi Ekonomi Moneter Tim Kajian Ekonomi Jl. Jenderal Sudirman No. 22 P A D A N G Telp : Fax : Mardy Fery (mfery@bi.go.id) M. Setyawan Santoso (mssantoso@bi.go.id) Gaffari Ramadhan (gaffari_r@bi.go.id) Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) Eks. Bank Indonesia Muaro, Padang Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring

5 Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-nya sehingga penyusunan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) Triwulan IV-2012 dapat diterbitkan. Publikasi ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan Bank Indonesia dalam mempertajam informasi perekonomian daerah untuk mendukung formulasi kebijakan moneter. Lebih lanjut, KER juga ditujukan sebagai informasi dan bahan masukan bagi pemerintah daerah, kalangan perbankan di daerah, kalangan akademisi serta semua pihak yang membutuhkan informasi terkini mengenai perkembangan ekonomi Provinsi Sumatera Barat. Selain diterbitkan dalam bentuk buku, soft copy KER dapat diakses melalui Perekonomian Sumatera Barat pada triwulan IV-2012 menunjukkan pertumbuhan yang meningkat, dari triwulan sebelumnya tumbuh 6,66% (yoy) menjadi 7,41% (yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh tingginya konsumsi rumah tangga dan investasi. Beberapa sektor ekonomi utama seperti sektor pertanian dan sektor industri pengolahan tumbuh membaik. Secara kumulatif ekonomi Sumbar pada 2012 tumbuh 6,35% (yoy), lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya 6,25% (yoy). Di sisi lain, inflasi pada akhir tahun 2012 mencapai 4,74% (yoy) dan berada dibawah inflasi rata-rata inflasi selama tiga tahun terakhir ( ) yang mencapai 5,53% (yoy). Berbagai upaya yang dilakukan Tim Pengelolaan Inflasi Daerah (TPID) melalui koordinasi dan kerjasama lintas lembaga turut berkontribusi dalam meredam gejolak inflasi sepanjang Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu hingga terbitnya KER ini. Kami berharap semoga KER ini bermanfaat dan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Padang, 7 Februari 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII Deputi Kepala Perwakilan, (ttd) M. Emil Akbar Direktur i

6 Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii

7 Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat DAFTAR ISI DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GRAFIK... v RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SUMATERA BARAT Perkembangan Sisi Permintaan Perkembangan Sisi Penawaran BOKS 1 Disparitas Harga 5 Komoditas Utama di Wilayah Sumatera Bagian Tengah (Sumatera Barat, Riau, Jambi, Kep.Riau) BAB II PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL Perkembangan Inflasi Kota Padang Perkembangan Inflasi Nasional, Kota Padang dan Kota-kota di Provinsi Tetangga Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang & Jasa BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Perkembangan Bank Umum Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Perkembangan Bank Umum Syariah BOKS 3 Determinan Kredit Mikro di Sumatera Barat BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Keuangan Pemerintah Daerah Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Transaksi Tunai Transaksi Kliring Transaksi BI-RTGS (Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement) BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH Ketenagakerjaan Daerah Kesejahteraan BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Perkiraan Ekonomi Perkiraan Inflasi iii

8 Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Permintaan (yoy)... 7 Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Penawaran (yoy) Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Padang Menurut Kel. Barang dan Jasa (yoy, %) Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Padang Menurut Kel. Barang dan Jasa (qtq, %) Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan (qtq, %) Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (qtq, %) Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar (qtq, %) Tabel 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang (qtq, %) Tabel 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan (qtq, %) Tabel 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga (qtq, %) Tabel 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan (qtq, %) Tabel 3.1. Indikator Perkembangan Bank Umum di Sumatera Barat (Juta Rupiah) Tabel 3.2. Indikator Perkembangan BPR di Sumatera Barat (Juta Rupiah) Tabel 3.3. Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Barat (Juta Rupiah) Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Sumbar Triwulan IV Tabel 4.2. Realisasi Belanja APBD Provinsi Sumbar Triwulan IV Tabel 5.1. Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Tabel 5.2. Transaksi RTGS Provinsi Sumatera Barat Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Menurut Kegiatan Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tabel 6.3. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Barat Tabel 6.4. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Tabel 6.5. Perkembangan Upah Minimum Provinsi (UMP) di Sumatera Barat Tabel 6.6. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Tabel 7.1. Estimasi Incremental Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Sumatera Barat iv

9 Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat (yoy)... 6 Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Sumatera Bagian Tengah (yoy)... 6 Grafik 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Permintaan Domestik (yoy)... 7 Grafik 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Permintaan Eksternal (yoy)... 7 Grafik 1.5. Survei Konsumen Sumatera Barat... 8 Grafik 1.6. Pertumbuhan PDRB Konsumsi Berdasarkan Kelompok Barang... 8 Grafik 1.7. Pertumbuhan Penjualan Kendaraan Bermotor... 9 Grafik 1.8. Perkembangan dan Pertumbuhan (yoy) Jumlah Tabungan Milik Perorangan di Sumbar... 9 Grafik 1.9. Indeks Penghasilan Saat Ini dan Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama (dibandingkan 6 bulan lalu)... 9 Grafik Simpanan Pemerintah Daerah di Bank Umum Sumbar... 9 Grafik Kapasitas Terpakai Kegiatan Usaha Grafik Konsumsi Semen Grafik Kredit Investasi Bank Umum dan BPR Lokasi Proyek di Sumbar Grafik Konsumsi Listrik untuk Pelanggan Bisnis di Sumbar (Daya Tersambung) Grafik Nilai dan Volume Ekspor Non-Migas Sumbar Grafik Rata-Rata Harga Internasional CPO dan Karet Grafik Volume Ekspor Non-Migas Sumbar Menurut Negara Tujuan Grafik Pertumbuhan Ekspor Luar Negeri dan Antar Daerah dalam PDRB Sumbar Grafik Nilai dan Volume Ekspor Karet Mentah (Crude Rubber) Grafik Volume Ekspor Komoditas Utama Sumbar Grafik Perkembangan Nilai dan Volume Impor Non-Migas Grafik Pertumbuhan Impor Luar Negeri dan Impor Antar Daerah dalam PDRB Sumbar Grafik Volume Impor Non-Migas Sumbar Menurut Negara Asal Utama Grafik Pertumbuhan Sektor Pertanian (yoy) Grafik Nilai Tukar Petani (NTP) Grafik Rata-Rata Harga Gabah Kualitas Gabah Kering Panen (GKP) Grafik Volume Impor Pupuk Grafik Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan (yoy) Grafik Volume Impor Bahan Baku Industri Primer Grafik Kapasitas Produksi Terpakai Sektor Industri Grafik Konsumsi Listrik Sektor Industri (Daya Tersambung) Grafik Pertumbuhan PDRB Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Grafik Arus Barang di Pelabuhan Teluk Bayur Grafik Tingkat Hunian Hotel Berbintang Grafik Jumlah Wisman Melalui Bandara Internasional Minangkabau dan Pelabuhan Teluk Bayur. 20 Grafik Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Grafik Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Bandara International Minangkabau Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Padang & Nasional (y-o-y) Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Nasional, Kota Padang & Kota-kota di Propinsi Tetangga (y-o-y) Grafik 3.1. Pertumbuhan Aset Bank Umum Menurut Kelompok Bank (yoy) Grafik 3.2. Pertumbuhan DPK Bank Umum Menurut Jenis Simpanan (yoy) Grafik 3.3. Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (yoy) Grafik 3.4. Perkembangan dan Pertumbuhan Kredit Kendaraan Bermotor Bank Umum Grafik 3.5. Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Sektor Ekonomi Grafik 3.6. Perkembangan Rata-Rata Suku Bunga Kredit Grafik 3.7. Perkembangan dan Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik 3.8. Perkembangan dan Pertumbuhan KUR Grafik 3.9. Perkembangan LDR dan NPL Bank Umum v

10 Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Grafik Pertumbuhan Aset Bank Perkreditan Rakyat di Sumbar (yoy) Grafik Pertumbuhan (yoy) DPK BPR Menurut Jenis Simpanan Grafik Pertumbuhan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan Grafik Perkembangan Loan-to-Deposit Ratio (LDR) dan Non-Performing Loan (NPL) BPR Grafik Pertumbuhan Aset, DPK dan Pembiayaan Bank Umum Syariah (yoy) Grafik Perkembangan Financing-to-Deposit Ratio (FDR) dan Non-Performing Loan (NPL) Bank Umum Syariah Grafik 4.1. Penerimaan Pajak APBN di Sumbar Grafik 4.2. Persentase Penerimaan Pajak APBN di Sumbar Grafik 4.3. Penerimaan Pajak Dalam Negeri APBN di Sumbar Grafik 4.4. Persentase Penerimaan Pajak Dalam Negeri APBN di Sumbar Grafik 4.5. Belanja APBN di Sumbar Grafik 4.6. Persentase Belanja APBN di Sumbar Grafik 4.7. Persentase Belanja Operasional APBN di Sumbar Grafik 4.8. Belanja Operasional APBN di Sumbar Grafik 5.1. Perkembangan Aliran Uang Kas Masuk (inflow) dan Keluar (outflow) Grafik 5.2. Perkembangan Aliran Uang Kas Masuk (inflow) dan Keluar (outflow) setiap bulan Grafik 5.3. Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) Grafik 5.4. Jumlah Temuan Uang Palsu di Sumatera Barat Grafik 5.5. Rata-rata Harian Perputaran Kliring di KPW Bank Indonesia Wilayah VIII Grafik 5.6. Rasio Cek/BG Kosong terhadap Transaksi Kliring Grafik 6.1. Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan : Formal dan Informal Grafik 6.2. Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari Grafik 6.3. Perbandingan Upah Minimum Propinsi (UMP) di Sumatera Tahun Grafik 7.1. Perkembangan Komoditas Volatile Food Grafik 7.2. Proyeksi Inflasi Sumbar Grafik 7.3. Ekspektasi Harga 3 bulan ke Depan vi

11 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA BARAT TRIWULAN IV 2012 Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat terus meningkat Konsumsi rumah tangga dan investasi menopang pertumbuhan ekonomi Sektor ekonomi utama tumbuh meningkat Tekanan inflasi menurun Kinerja bank umum masih tertahan, namun bank umum syariah tumbuh ekspansif Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat (Sumbar) pada triwulan IV-2012 maupun kumulatif sepanjang 2012 tumbuh meningkat. Pertumbuhan ekonomi Sumbar pada triwulan IV-2012 mencapai 7,41% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 6,66% (yoy). Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Sumbar pada 2012, mencapai 6,35% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pada 2011 yang sebesar 6,25% (yoy). Peningkatan pertumbuhan ini merupakan perkembangan positif jika melihat pertumbuhan ekonomi nasional pada periode yang sama justru melemah, dari semula tumbuh 6,46% (yoy) pada 2011, menjadi 6,23% (yoy) pada Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh kekuatan domestik. Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV mampu tumbuh 6,39% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 4,87% (yoy) seiring perayaan akhir tahun dan ekspektasi pendapatan yang meningkat. Kegiatan investasi baik realisasi belanja modal pemerintah maupun ekspansi kegiatan usaha mendorong pertumbuhan investasi selama dua triwulan terakhir dari 5,57% (yoy) menjadi 8,05% (yoy). Sementara pelemahan harga komoditas internasional dan juga melesunya permintaan dunia berdampak pada net-ekspor menjadi menurun 12,93% (yoy). Dari sisi penawaran, kinerja beberapa sektor utama tumbuh tinggi dan meningkat. Membaiknya produksi tanaman bahan makanan mendorong sektor pertanian tumbuh 4,14% (yoy) di triwulan IV-2012, meningkat dari triwulan sebelumnya 2,05% (yoy). Kuatnya konsumsi domestik turut meningkatkan produksi sektor industri sehingga selama dua triwulan terakhir tumbuh meningkat dari 5,17% (yoy) menjadi 6,69% (yoy). Selain itu, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi keduanya mampu tumbuh tinggi di atas 8% seiring maraknya perdagangan antar daerah, serta kunjungan wisatawan ke Sumbar yang kembali meningkat. Tekanan inflasi di akhir tahun 2012 cenderung menurun. Inflasi tahunan kota Padang pada triwulan IV-2012 dapat terjaga pada level yang moderat sebesar 4,16% (yoy). Kondisi ini disebabkan oleh pengaruh inflasi dari sisi permintaan yang relatif minimal sementara pasokan bahan makanan masih cukup terjaga. Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia menunjukkan di akhir triwulan IV ekspektasi masyarakat terhadap inflasi cenderung menurun. Kinerja bank umum di Sumbar pada triwulan IV-2012 belum menunjukkan performa terbaiknya. Meskipun pertumbuhan aset sedikit mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya dengan meningkat dari 15,1% (yoy) menjadi 17,7% (yoy),namun jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh melambat dari 12,7% (yoy) 1

12 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Realisasi penerimaan dan belanja APBD meningkat Transaksi non-tunai meningkat di akhir tahun Tingkat kemiskinan menurun Pertumbuhan ekonomi I-2013 diperkirakan relatif stabil Inflasi diperkirakan meningkat menjadi 11,5% (yoy). Penyaluran kredit juga menunjukkan perlambatan dari 18,6% (yoy) menjadi 15,0% (yoy). Sementara itu, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sumbar juga menunjukkan perlambatan baik dari sisi aset, DPK, maupun penyaluran kredit. Sedangkan bank umum syariah terus tumbuh pesat dan ekspansif. Aset bank umum syariah di triwulan IV-2012 mampu tumbuh 35,9% (yoy), didukung oleh penyaluran pembiayaan yang juga mampu tumbuh pada kisaran lebih tinggi yaitu 41,7% (yoy). Kinerja realisasi keuangan daerah pada triwulan IV-2012 baik dari penerimaan maupun belanja APBD di Sumatera Barat semakin membaik. Pos pendapatan pemerintah Sumbar meningkat dengan realisasi melebihi target sebesar 100,15%. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari penerimaan pajak daerah menjadi kontribusi utama meningkatkan realisasi pendapatan daerah. Sementara itu, realisasi belanja daerah mencapai 93,23%, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 89,67%. Hal ini telihat dengan naiknya belanja modal dibandingkan tahun lalu yang memperlihatkan komitmen pemerintah dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah. Transkasi tunai mengalami net-inflow yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, sementara volume transaksi non-tunai baik melalui kliring maupun Real-Time Gross Settlement (RTGS) mengalami peningkatan. Lebih rendahnya net-inflow menunjukkan bahwa transaksi tunai tidak sesemarak di triwulan sebelumnya yang diwarnai perayaan lebaran. Sementara peningkatan transaksi non-tunai terjadi sejalan dengan banyaknya transaksi kegiatan ekonomi pada akhir tahun, terutama dalam pemenuhan realisasi belanja anggaran pemerintah, serta pemenuhan modal dan pinjaman antara pelaku swasta dengan perbankan. Terus berkembangnya ekonomi Sumbar turut berdampak pada penyerapan tenaga kerja, dan menurunnya tingkat kemiskinan. Hal ini diindikasikan juga dengan penyerapan tenaga kerja di sektor formal. Tingkat kemiskinan di Sumbar mengalami penurunan sepanjang dari 8,99% menjadi 8,00%. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan I-2013 diperkirakan masih dapat tumbuh relatif stabil pada kisaran 7,0-7,3% (yoy). Sumber pertumbuhan masih banyak berasal dari permintaan domestik, baik konsumsi rumah tangga maupun investasi. Sementara ekspor diperkirakan masih akan melemah. Selain itu, sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh melambat seiring curah hujan tinggi yang menjadi kendala pada produksi pertanian. Secara keseluruhan tahun 2013, diperkirakan Sumbar dapat tumbuh antara 6,2-6,5% (yoy). Tekanan inflasi pada triwulan I-2013 diperkirakan meningkat. Tekanan inflasi terutama bersumber dari sisi penawaran terkait pasokan bahan pangan yang diperkirakan menurun akibat pengaruh cuaca. Tekanan inflasi dari sisi administered prices juga berpotensi meningkatkan inflasi, antara lain terkait kebijakan kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) dan kenaikan cukai rokok serta program konversi minyak tanah yang masih berjalan. Dari sisi permintaan, tekanan inflasi diperkirakan akan cenderung meningkat sejalan kenaikan Upah Minimum Propinsi (UMP)

13 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat INDIKATOR EKONOMI TERPILIH SUMATERA BARAT INDIKATOR 2011 I II III IV I II III IV MAKRO IHK Kota Padang**) Laju Inflasi Tahunan (y-o-y %) PDRB - harga konstan (miliar Rp)* 10, , , , , , , , Pertanian 2, , , , , , , , Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan 1, , , , , , , , Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1, , , , , , , , Pengangkutan dan Komunikasi 1, , , , , , , , Keuangan, Persewaan, dan Jasa Jasa 1, , , , , , , , Pertumbuhan PDRB (yoy %)* Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta)*** Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)*** Nilai Impor Nonmigas (USD Juta)*** Volume Impor Nonmigas (ribu ton)*** PERBANKAN**** Bank Umum Total Aset (Rp triliun) DPK (Rp Triliun) Tabungan (Rp Triliun) Giro (Rp Triliun) Deposito (Rp Triliun) Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek Modal Kerja Investasi Konsumsi LDR (%) NPL (gross, %) BPR Total Aset (Rp triliun) DPK (Rp Triliun) Tabungan (Rp Triliun) Deposito (Rp Triliun) Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek Modal Kerja Investasi Konsumsi Rasio NPL Gross (%) LDR (%) Keterangan : * Angka PDRB dan Pertumbuhan PDRB merupakan angka rilis BPS ** Menggunakan tahun dasar 2007=100 *** Angka impor dan ekspor Tw. IV-2012 angka sementara, posisi November 2012, open file **** Data Perbankan untuk Triwulan IV-2012 menggunakan posisi akhir November 2012 Sumber : - Data IHK, Laju Inflasi, PDRB berasal dari BPS - Data Ekspor Impor berasal dari DSM-Bank Indonesia - Data Perbankan berasal dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (Sekda) - Bank Indonesia 3

14 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 4

15 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SUMATERA BARAT Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat (Sumbar) pada triwulan IV-2012 maupun kumulatif sepanjang 2012 tumbuh meningkat. Pertumbuhan ekonomi Sumbar pada triwulan IV-2012 mencapai 7,41% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,66% (yoy). Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Sumbar pada 2012, mencapai 6,35% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada 2011 yang sebesar 6,25% (yoy). Peningkatan pertumbuhan ini merupakan perkembangan positif jika melihat pertumbuhan ekonomi nasional pada periode yang sama justru melemah, dari semula tumbuh 6,46% (yoy) pada 2011, menjadi 6,23% (yoy) pada Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh kekuatan domestik. Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2012 mampu tumbuh 6,39% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 4,87% (yoy) seiring perayaan akhir tahun dan ekspektasi pendapatan yang meningkat.kegiatan investasi baik melalui realisasi belanja modal pemerintah maupun ekspansi kegiatan usaha mendorong pertumbuhan investasi selama dua triwulan terakhir meningkat dari 5,57% (yoy) menjadi 8,05% (yoy). Sementara di sisi lain, pelemahan harga komoditas internasional dan juga melesunya permintaan dunia berdampak pada net-ekspor menjadi menurun sebesar 12,93% (yoy). Dari sisi penawaran, kinerja beberapa sektor utama Sumbar tumbuh tinggi dan meningkat. Membaiknya produksi tanaman bahan makanan mendorong sektor pertanian tumbuh 4,14% (yoy) di triwulan IV-2012, meningkat dari triwulan sebelumnya 2,05% (yoy). Kuatnya konsumsi domestik turut meningkatkan produksi sektor industri sehingga selama dua triwulan terakhir tumbuh meningkat dari 5,17% (yoy) menjadi 6,69% (yoy). Selain itu, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi keduanya mampu tumbuh tinggi di atas 8% seiring maraknya perdagangan antar daerah, serta kunjungan wisatawan ke Sumbar yang kembali meningkat. 5

16 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Perekonomian Sumatera Barat tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Sumbar pada triwulan IV-2012 mampu mencapai 7,41% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,66% (yoy). Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional dimana pada periode yang sama tumbuh 6,11% (yoy). Meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sumbar ditopang oleh tingginya konsumsi rumah tangga seiring ekspektasi meningkatnya pendapatan. Selain itu, tingginya realisasi belanja konsumsi dan belanja modal pemerintah turut mendorong peningkatan pertumbuhan tersebut. Berdasarkan sektor ekonomi, peningkatan pertumbuhan bersumber dari sektor pertanian dengan membaiknya kinerja subsektor tanaman bahan makanan. Masih kuatnya konsumsi domestik juga mendorong bergairahnya sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. 12% 10% 8% 6% 4% Nasional Sumatera Barat Rata-Rata Pertumbuhan Sumbar 10% 9% 8% 7% 6% 5% 4% Nasional Sumbar Riau Jambi Kepri 8.57% 8.21% 7.31% 7.21% 6.66% 6.46% 6.20% 6.25% 6.23% 6.35% 5.94% 5.02% 4.17% 3.55% 7.44% 2% 0% Sumber: BPS Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat (yoy) 3% 2% 1% 0% Sumber: BPS Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Sumatera Bagian Tengah (yoy) Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi Sumbar pada 2012 mampu mencapai 6,35% (yoy). Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 6,25% (yoy). Perekonomian Sumbar masih mampu mempertahankan kinerja ekonomi yang terus tumbuh ditopang oleh kuatnya konsumsi dan investasi domestik. Hal ini merupakan pencapaian positif di tengah terjadinya pelemahan pertumbuhan ekonomi nasional yang sepanjang melambat dari semula 6,46% (yoy) menjadi 6,23% (yoy) akibat ikut terkena dampak gejolak krisis ekonomi global terhadap perkembangan ekspor maupun kegiatan industri berbasis ekspor. Tidak hanya itu, dibandingkan daerah lain di wilayah Sumatera Bagian Tengah (Sumbagteng), pertumbuhan ekonomi Riau dan Jambi sepanjang justru tumbuh melambat. Riau tumbuh 6

17 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat melambat dari 5,02% (yoy) menjadi 3,55% (yoy), dan Jambi dari semula 8,57% (yoy) menjadi 7,44% (yoy). Sementara di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Kep. Riau tumbuh meningkat dari 6,66% (yoy) menjadi 8,21% (yoy) Perkembangan Sisi Permintaan Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Permintaan (yoy) I II III IV I II III IV 2012 Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Investasi (PMTB) Net Ekspor (Impor) Ekspor (Impor) PDRB Sumber: BPS, diolah 25% 20% 15% Investasi (PMTB) Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah 80% 60% 40% Net Ekspor (Impor) Ekspor (Impor) 10% 20% 5% 0% -5% Sumber: BPS Grafik 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Permintaan Domestik (yoy) 0% -20% -40% Sumber: BPS Grafik 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Permintaan Eksternal (yoy) Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi rumah tangga meningkat seiring perayaan akhir tahun dan ekspektasi peningkatan pendapatan. Pada triwulan IV-2012 pertumbuhan konsumsi rumah tangga mampu mencapai 6,39% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,36% (yoy). Secara keseluruhan tahun konsumsi rumah tangga pada 2012 mencapai 4,56% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 4,52% (yoy). Perayaan akhir tahun yang relatif lebih marak dibandingkan tahun sebelumnya, serta adanya ekspektasi peningkatan pendapatan pada tahun berikutnya mendorong konsumsi rumah 7

18 Persen Indeks Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat tangga yang lebih tinggi. Konsumsi rumah tangga berupa kelompok makanan dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dibandingkan triwulan sebelumnya jauh meningkat, dari semula tumbuh 5,00% (yoy) menjadi 6,77% (yoy). Begitupula konsumsi kelompok barang non-makanan, meningkat dari 4,91% (yoy) menjadi 5,72% (yoy) Konsumsi Makanan Konsumsi Non Makanan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) 60.0 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Grafik 1.5. Survei Konsumen Sumatera Barat Sumber: BPS Grafik 1.6. Pertumbuhan PDRB Konsumsi Berdasarkan Kelompok Barang Ekspektasi konsumen meningkat. Berdasarkan hasil Survei Konsumen menunjukkan bahwa Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) meningkat sepanjang triwulan IV dan jauh berada di atas batas positif 100. Hal ini tidak terlepas dari penetapan peningkatan Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Barat dari semula Rp1,15 juta pada 2012 meningkat 17,39% menjadi Rp1,35 juta pada Potensi peningkatan pendapatan ke depan telah direspon oleh masyarakat dengan meningkatkan konsumsinya di akhir tahun Pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor terutama minibus juga menunjukkan arah meningkat, dengan pertumbuhan tertinggi pada Desember 2012 mencapai 42,8% (yoy). Sementara penjualan sepeda motor turun drastis mencapai 50,4% seiring dengan penerapakan kebijakan Bank Indonesia mengenai Loan-to-Valueminimal downpayment untuk kredit kendaraan bermotor (bukan untuk kegiatan produktif) sebesar 30%. Dampak kebijakan tersebut sangat wajar terlihat pada penjualan sepeda motor mengingat target pasar jenis kendaraan tersebut banyak mengarah masyarakat berpendapatan level menengah-bawah yang ruang pendapatannya relatif terbatas. Peningkatan konsumsi rumah tangga juga terlihat dari kecenderungan melambatnya pertumbuhan jumlah tabungan di bank umum. Konsumsi 8

19 Indeks Miliar Rupiah Triliun Rupiah Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat rumah tangga sebagian besar dipenuhi melalui pendapatan langsung masyarakat dan juga melalui pencairan simpanan di perbankan. Indikasi pengeluaran konsumsi rumah tangga dipenuhi melalui pencarian simpanan tabungan terlihat pada pertumbuhan tabungan di bank umum yang mengalami perlambatan, dari triwulan sebelumnya semula tumbuh 10,4% (yoy) menjadi 8,7% (yoy). 150% 100% Sepeda Motor Minibus Posisi Tabungan Perorangan (sisi kiri) Pertumbuhan (yoy) (sisi kanan) 40% 35% 30% 12 25% 50% 10 20% 0% -50% -100% Sumber: DPKD, Sumbar Grafik 1.7. Pertumbuhan Penjualan Kendaraan Bermotor Indeks Penghasilan Saat Ini Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama Sumber: Survei Konsumen,Bank Indonesia Grafik 1.9. Indeks Penghasilan Saat Ini dan Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama (dibandingkan 6 bulan lalu) I II III IV I II III IV I II III IV* Sumber: SEKDA,Bank Indonesia Grafik 1.8. Perkembangan dan Pertumbuhan (yoy) Jumlah Tabungan Milik Perorangan di Sumbar 5,000 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Sumber: SEKDA, Bank Indonesia Grafik Simpanan Pemerintah Daerah di Bank Umum Sumbar 15% 10% 5% 0% Konsumsi Pemerintah Konsumsi pemerintah tumbuh meningkat seiring dengan banyaknya realisasi belanja pemerintah menjelang akhir tahun. Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan IV-2012 mencapai 8,73% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,79% (yoy) sesuai siklus realisasi belanja pemerintah daerah maupun belanja pemerintah pusat di daerah yang cenderung menumpuk pada akhir tahun. Realisasi belanja Anggaran Pendapatan 9

20 Persen Ton Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat dan Belanja Daerah (APBD) pada 2012 mencapai 93,23%, lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun sebelumnya sebesar 89,67%. Realisasi belanja ini masih didominasi oleh belanja operasional, termasuk belanja pegawai (lihat selengkapnya di Bab 4). Meningkatnya realisasi belanja Pemda pada akhir tahun terlihat pada menurunnya jumlah simpanan milik Pemda di bank umum sebesar 2,2% dibandingkan triwulan sebelumnya, dari semula Rp4,32 triliun menjadi Rp4,22 triliun Investasi III IV I II III IV I II III IV 120, ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0 Pembelian Semen (sisi kiri) Pertumbuhan (yoy) (sisi kanan) % 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% Sumber: SKDU, Bank Indonesia Grafik Kapasitas Terpakai Kegiatan Usaha Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Grafik Konsumsi Semen Investasi tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya didorong oleh realisasi belanja modal pemerintah daerah maupun investasi pelaku swasta. Investasi pada triwulan IV-2012 tumbuh 8,05% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,57% (yoy). Salah satu sumber peningkatan pertumbuhan investasi berasal dari tingginya realisasi belanja modal APBD Sumbar menjelang akhir tahun.selama triwulan IV terjadi penyerapan realisasi belanja modal APBD Sumbar sebesar Rp386,85 miliar atau 59,9% dari total realisasi belanja modal selama 2012 yang mencapai Rp645,62 miliar. Di sisi lain, kegiatan investasi oleh para pelaku swasta juga meningkat terlihat pada hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), di mana kapasitas terpasang (utility) kegiatan usaha dibandingkan triwulan sebelumnya mengalami peningkatan, dari semula 71,4% menjadi 75,1%. Meningkatnya kapasitas produksi kegiatan usaha juga terlihat pada meningkatnya energi listrik yang digunakan bagi pelanggan bisnis. Daya tersambung untuk kelompok pelanggan tersebut 10

21 Triliun Rupiah Juta VA Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat pada akhir triwulan IV-2012 mencapai 188 juta VA, lebih tinggi dibandingka pada akhir triwulan sebelumnya yang mencapai 184,4 juta VA. 6 Kredit Investasi (sisi kiri) Pertumbuhan (yoy) (sisi kanan) 35% % % 20% 15% 10% % I II III IV I II III IV I II III IV* % Sumber: SEKDA, Bank Indonesia Grafik Kredit Investasi Bank Umum dan BPR Lokasi Proyek di Sumbar Sumber: PLN Grafik Konsumsi Listrik untuk Pelanggan Bisnis di Sumbar (Daya Tersambung) Peningkatan pertumbuhan investasi juga ditopang olah maraknya pembangunan fisik. Kondisi ini terlihat dari banyaknya pemenuhan konsumsi semen di Sumbar pada triwulan IV mencapai ton, atau meningkat 11,9% dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Angka ini juga lebih tinggi dibandingkan konsumsi semen di triwulan III yang mencapai ton. Pelaku bisnis utama di Sumbar pada sektor industri semen membangun pabrik baru untuk meningkatkan kapasitas usahanya dengan nilai investasi mencapai Rp3,25 triliun, di mana secara bertahap akan rampung pada Penyaluran kredit investasi oleh perbankan (bank umum dan BPR) juga menunjukkan peningkatan. Pada posisi terakhir di triwulan IV-2012 jumlah kredit investasi mencapai Rp5,64 triliun atau tumbuh 11,6% dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya Ekspor Kondisi ekspor memburuk terkait dengan harga komoditas utama di pasar internasional yang terus merosot, serta lemahnya permintaan dunia. Ekspor Sumbar pada triwulan IV-2012 menurun 7,17% (yoy), anjlok drastis dibandingkan triwulan sebelumnya yang masih dapat tumbuh positif mencapai 3,97% (yoy). Secara keseluruhan tahun ekspor pada 2012 hanya tumbuh 2,54% (yoy), jauh lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya yang mampu mencapai 11,68% (yoy). Nilai ekspor non-migas Sumbar pada posisi terakhir di November 11

22 Persen Ribu Ton USD/metric ton USD cent/kg Juta USD Ribu Ton Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat 2012 mencapai USD153,4 juta, atau menurun 20,14% dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ekonomi dunia khususnya Amerika dan Eropa yang masih dalam ketidakpastian mulai turut berdampak pada ekonomi Cina dan India Nilai Ekspor Non-Migas (LHS) Volume Ekspor Non-Migas (RHS) ,400 1,200 1, CPO (LHS) Karet (RHS) Sumber: SEKDA, Bank Indonesia Grafik Nilai dan Volume Ekspor Non- Migas Sumbar Sumber: Bloomberg Grafik Rata-Rata Harga Internasional CPO dan Karet Amerika Eropa India Australia ASEAN Cina Ekspor Luar Negeri Ekspor Antar Daerah (10) (20) Sumber: SEKDA, Bank Indonesia Grafik Volume Ekspor Non-Migas Sumbar Menurut Negara Tujuan Sumber: BPS Grafik Pertumbuhan Ekspor Luar Negeri dan Antar Daerah dalam PDRB Sumbar Pelemahan permintaan dunia berpengaruh pada menurunnya harga komoditas ekspor utama minyak kelapa sawit (CPO) dan karet mentah (Crude Rubber). Harga karet mentah di pasar internasional pada posisi terakhir Desember 2012 rata-rata USD303,6 sen per kg, menurun 13,1% dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sementara harga CPO mencapai USD679,1 per metrik ton, atau menurun 30,3%. Sudah menjalarnya perlambatan ekonomi hingga ke Cina dan India berdampak semakin anjloknya kinerja ekspor Sumbar. Volume ekspor nonmigas Sumbar ke Cina pada posisi terakhir di 2012 menurun 56,6% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya, sementara ke India menurun 30,8% (yoy). Menurunnya harga di pasar internasional dan pelemahan permintaan berdampak 12

23 Juta USD Ribu Ton Juta USD Ribu Ton Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat pada menurunnya perolehan nilai ekspor karet mentah sebesar 4,7% (yoy) pada posisi terakhir di 2012, sementara nilai ekspor CPO menurun 18,4% (yoy). Perlambatan yang terus terjadi mendorong Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) bersama para pengusaha karet lainnya sepakat untuk segera merealisasikan pembatasan ekspor karet yang digagas oleh tiga negara anggota The International Tripartie Rubber Council (ITRC), yaitu Thailand, Malaysia dan Indonesia. Pembatasan ini dilakukan untuk meningkatkan kembali harga karet di pasar internasional agar lebih kompetitif Volume Ekspor Crude Rubber (RHS) Nilai Ekspor Crude Rubber (LHS) Volume Ekspor CPO (RHS) Nilai Ekspor CPO (LHS) Sumber: SEKDA, Bank Indonesia Grafik Nilai dan Volume Ekspor Karet Mentah (Crude Rubber) Sumber: SEKDA, Bank Indonesia Grafik Volume Ekspor Komoditas Utama Sumbar Impor Impor tumbuh negatif, nilai tukar Rupiah melemah. Impor Sumbar pada triwulan IV-2012 terkontraksi sebesar 0,65% (yoy), sedangkan triwulan sebelumnya mampu tumbuh hingga 10,7% (yoy). Secara keseluruhan tahun, pada 2012 impor Sumbar tumbuh 7,34% (yoy), lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 14,96% (yoy). Menurunnya pertumbuhan impor ditengarai akibat menurunnya pemenuhan pupuk impor untuk kebutuhan perkebunan, serta melemahnya nilai tukar rupiah sepanjang September-Desember dari rata-rata Rp9.566/USD menjadi Rp9.646/USD. Volume impor non-migas Sumbar pada posisi terakhir di November menurun 73,67% dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sementara dari sisi nilai menurun 43,82% (yoy). Berdasarkan negara pemasok impor, penurunan volume impor terbesar berasal dari Eropa sebesar -78,76%, dan negara-negara ASEAN sebesar -57,60%. 13

24 Ribu Ton Persen Juta USD Ribu Ton Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Volume Impor Non-Migas (RHS) Nilai Impor Non-Migas (LHS) Impor Luar Negeri Impor Antar Daerah (20) (40) Sumber: SEKDA, Bank Indonesia Grafik Perkembangan Nilai dan Volume Impor Non-Migas (60) Sumber: BPS Grafik Pertumbuhan Impor Luar Negeri dan Impor Antar Daerah dalam PDRB Sumbar India Cina Amerika Eropa ASEAN Sumber: SEKDA, Bank Indonesia Grafik Volume Impor Non-Migas Sumbar Menurut Negara Asal Utama Dengan terus memburuknya kinerja ekspor dibandingkan impor, maka net-ekspor (ekspor dikurangi impor) Sumbar semakin anjlok. Net-ekspor Sumbar pada triwulan IV-2012 menurun sebesar 12,93% (yoy), jauh lebih anjlok drastis dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya menurun 0,75% (yoy). Secara keseluruhan tahun 2012 net-ekspor Sumbar menurun 0,82% (yoy), dratis menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang mampu tumbuh hingga 9,49% (yoy). Kondisi ini menunjukkan dampak pelemahan ekonomi dunia sudah semakin terasa dampaknya ke perekonomian Sumbar melalui jalur perdagangan eksporimpor, namun secara umum dampaknya masih dapat diimbangi oleh konsumsi domestik Sumbar yang masih tinggi. 14

25 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat 1.2. Perkembangan Sisi Penawaran Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Penawaran (yoy) I II III IV I II III IV 2012 Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perushaan Jasa - jasa PDRB Sumber: BPS, diolah Sektor Pertanian Sektor pertanian membaik pada akhir tahun, khususnya pada subsektor tanaman bahan makanan. Sektor pertanian pada triwulan IV-2012 tumbuh 4,14% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,05% (yoy). Peningkatan pertumbuhan bersumber dari membaiknya produksi tanaman bahan makanan yang mampu tumbuh mencapai 6,80% (yoy), lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh -1,10% (yoy). Buruknya produksi tanaman bahan makanan pada triwulan sebelumnya ditengarai akibat menurunnya aktivitas petani sehubungan bulan puasa. Kondisi ini merupakan karakteristik kondisidi Sumbar dimana pada saat bulan puasa para petani umumnya tidak banyak melakukan aktivitas di lahan pertanian, terutama kegiatan tanam. Namun demikian, siklus produksi kembali normal pasca lebaran di triwulan IV dengan sistem yang tidak mengenal musim tanam atau musim panen, sehingga produksi dapat terjadi di sepanjang periode. Membaiknya produksi tanaman bahan makanan tercermin pada meningkatnya pendapatan petani. Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) secara umum dibandingkan triwulan sebelumnya meningkat dari 104,5 menjadi 104,9. Indeks NTP untuk tanaman pangan juga meningkat dari 94,1 menjadi 95,3. 15

26 Rp/kg Ribu Ton Indeks Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat 10% 8% 6% Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Sektor Pertanian Tanaman Pangan T. Perkebunan Rakyat NTP 4% 110 2% 100 0% -2% Sumber: BPS Grafik Pertumbuhan Sektor Pertanian (yoy) Sumber: BPS Grafik Nilai Tukar Petani (NTP) Kinerja subsektor perkebunan memburuk. Kondisi ini terlihat pada pertumbuhan subsektor perkebunan pada triwulan IV-2012 yang menurun 1,41% (yoy), sementara triwulan sebelumnya masih mampu tumbuh 5,85% (yoy). Harga komoditas karet dan kelapa sawit yang menurun di pasar internasional ditengarai menurunkan insentif bagi pelaku perkebunan mengingat permintaan dunia juga melemah. Di sisi lain, pada triwulan IV terjadi panen kelapa sawit. Namun peningkatan volume produksi kelapa sawit yang melimpah tersebut tidak dapat diimbangi oleh penyerapan yang baik oleh industri hilir kelapa sawit domestik, mengingat jumlahnya terbatas. Secara umum, relatif baiknya pertumbuhan subsektor perkebunan pada sepanjang triwulan I III mampu menopang pertumbuhan sektor pertanian secara keseluruhan pada 2012 dengan mencapai 4,07% (yoy), atau lebih baik dibandingkan pertumbuhan di tahun sebelumnya yang mencapai 3,79% (yoy) Sumber: BPS Grafik Rata-Rata Harga Gabah Kualitas Gabah Kering Panen (GKP) Sumber: SEKDA, Bank Indonesia Grafik Volume Impor Pupuk 16

27 Millions Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Sektor Industri Pengolahan 18% 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% -2% -4% -6% -8% Sumber: BPS Sektor Industri Pengolahan Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki Semen & Brg. Galian bukan logam Grafik Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan (yoy) Sumber: BPS Industrial Supplies (Primary) Industrial Supplies (Processed) Grafik Volume Impor Bahan Baku Industri Primer Sektor industri pengolahan tumbuh meningkat seiring dengan lebih bergairahnya konsumsi rumah tangga pada triwulan IV Tingginya konusmsi rumah tangga pada akhir tahun turut mendorong menggeliatnya sektor industri pengolahan, khususnya berkaitan dengan produk makanan dan minuman (consumer goods). Sektor industri pengolahan tumbuh 6,69% (yoy) pada triwulan IV-2012, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,17% (yoy). Peningkatan pertumbuhan didorong oleh subsektor industri makanan, minuman dan tembakau dimana pada periode yang sama tumbuh meningkat dari 6,03% (yoy) menjadi 8,97% (yoy). Untuk menjawab permintaan konsumsi yang tinggi, berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pelaku industri meningkatkan kapasitas produksi terpakai (utilisasi) menjadi 79,1%, dari semula awal tahun yang baru mencapai 76,9%. Subsektor industri semen mencatatkan pertumbuhan yang tinggi dan turut menyumbang peningkatan pertumbuhan sektor industri secara keseluruhan.subsektor industri semen dan barang galian bukan logam mampu tumbuh mencapai 8,62% (yoy) pada triwulan IV, atau mampu mempertahankan pertumbuhan tinggi dari triwulan sebelumnya yang juga tumbuh pada kisaran sama sebesar 8,60% (yoy). Pelaku industri semen di Sumbar sepanjang 2012 mampu memproduksi semen sebanyak ton, lebih tinggi dibandingkan tahun lalu sebesar ton. Sementara volume penjualannya pada 2012 sebesar ton, meningkat 10,20 % dibandingkan tahun lalu yang sebesar ton. 17

28 Persen Juta VA Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Sumber: SKDU, Bank Indonesia 73.9 Grafik Kapasitas Produksi Terpakai Sektor Industri III IV I II III IV I II III IV Sumber: PLN Grafik Konsumsi Listrik Sektor Industri (Daya Tersambung) Namun demikian, secara keseluruhan tahun, pertumbuhan sektor industri pengolahan pada 2012 lebih lambat dibandingkan tahun lalu. Pada 2012 sektor industri pengolahan tumbuh 4,04% (yoy), lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh 4,65% (yoy). Perlambatan diakibatkan oleh lesunya beberapa kegiatan industri berbasis ekspor seiring dengan permintaan dunia yang masih melemah, seperti industri pengolahan karet, serta industri alat angkutan, mesin dan peralatannya Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) masih dapat tumbuh tinggi seiring masih maraknya perdagangan antar daerah, sedangkan perdagangan luar negeri melambat terkait melemahnya ekspor. Pertumbuhan sektor PHR pada triwulan IV-2012 mampu tumbuh tinggi mencapai 8,76% (yoy). Meskipun tumbuh tinggi, namun pertumbuhan ini sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh mencapai 8,93% (yoy). Masih mampu tumbuh tingginya pertumbuhan sektor PHR ditunjang oleh maraknya perdagangan antar daerah. Volume bongkar muat barang di pelabuhan Teluk Bayur untuk perdagangan luar negeri selama triwulan IV mencapai ribu ton, meningkat 1,4% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar ribu ton. Pelemahan lebih terlihat pada perdagangan luar negeri seiring dengan melemahnya ekspor akibat permintaan dunia yang melesu. 18

29 Ribu Ton Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Volume bongkar muat barang untuk perdagangan luar negeri di triwulan IV mencapai 665 ribu ton, atau menurun 12,1% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 757 ribu ton. Hal ini juga terlihat pada PDRB di sisi penggunaan pada ekspor barang dan jasa, dimana ekspor antar daerah pada triwulan IV tumbuh 23,23% (yoy), sedangkan ekspor luar negeri menurun sebesar 17,31% (yoy). 35% 30% 25% 20% Sektor PHR Perdagangan Besar & Eceran Hotel Restoran Perdagangan Luar Negeri Perdagangan Dalam Negeri 15% % 300 5% 200 0% -5% -10% Sumber: BPS Grafik Pertumbuhan PDRB Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sumber: PT Pelindo II Grafik Arus Barang di Pelabuhan Teluk Bayur Subsektor hotel tumbuh meningkat dengan banyaknya beroperasi hotelhotel baru dan meningkatnya kunjungan wisatawan. Subsektor hotel tumbuh 10,79% (yoy) pada triwulan IV, jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang baru mencapai 6,23% (yoy). Selain mulai berdiri dan beroperasinya kembali hotel-hotel berbintang yang semula rusak dan hancur akibat gempa 2009, juga mulai banyaknya hotel-hotel baru yang beroperasi di daerah yang menjadi pusat keramaian di Sumbar, seperti di Kota Padang dan Kota Bukittinggi. Tingkat hunian hotel berbintang pada perayaan akhir tahun mampu mencapai 61,11%, jauh di atas rata-ratanya yang sebesar 48,84%. Selain itu, kunjungan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sumbar pun mengalami peningkatan, dimana pada triwulan IV jumlahnya mencapai wisatawan, meningkat 10,23% dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, selama 2012 terdapat wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sumbar, atau meningkat 8,27% dibandingkan tahun lalu yang sebanyak wisatawan. Dengan demikian, secara keseluruhan tahun 2012, sektor PHR mampu tumbuh meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan perdagangan antar daerah yang marak, terutama antar daerah di Sumatera, serta mulai 19

30 Orang Orang % Orang Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat kembali ramainya kunjungan wisatawan ke Sumbar mendorong pertumbuhan sektor PHR selama 2012 mampu mencapai 7,50% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 6,89% (yoy) Tingkat Hunian Hotel Berbintang Rata-Rata Jumlah Wisman (sisi kiri) Pertumbuhan (yoy) (sisi kanan) % 40% 20% 0% -20% -40% -60% -80% Sumber: BPS Grafik Tingkat Hunian Hotel Berbintang Sumber: BPS Grafik Jumlah Wisman Melalui Bandara Internasional Minangkabau dan Pelabuhan Teluk Bayur Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 16% 14% 12% 10% Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sub-Sektor Pengangkutan Sub-Sektor Komunikasi 250, , ,000 Domestik (LHS) Internasional (RHS) 70,000 60,000 50,000 40,000 8% 6% 4% 2% 100,000 50,000 30,000 20,000 10,000 0% Sumber: BPS Grafik Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sumber; PT Angkasa Pura Grafik Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Bandara International Minangkabau Semakin tingginya mobilitas penduduk maupun pendatang, serta mulai beroperasinya beberapa maskapai baru memasuki rute Sumbar turut mendorong tingginya pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2012 tumbuh 9,30% (yoy). Meskipun sedikit melemah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,54% (yoy), namun hal ini mencatatkan betapa maraknya aktivitas kegiatan terkait penggunaan jasa pengangkutan dan 20

31 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat komunikasi. Hal ini tidak terlepas dari mulai masuknya maskapai penerbangan baru seperti Tiger Airways dan Citilink, serta penambahan jadwal rute penerbangan oleh maskapai yang sudah lama beroperasi mendorong mobilitas penduduk maupun pendatang dari Sumbar ke wilayah-wilayah lainnya. Hal ini terbukti pada pertumbuhan subsektor angkutan udara yang mampu tumbuh 12,09% (yoy) pada triwulan IV, sementara subsektor angkutan jalan raya tumbuh lebih rendah dengan mencapai 8,46% (yoy). Berdasarkan data PT Angkasa Pura, Jumlah penumpang untuk penerbangan domestik di Sumbar pada triwulan IV mencapai orang, atau meningkat 19,95% dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya, sementara untuk penerbangan internasional mencapai orang, atau meningkat hingga 153,23% (yoy). 21

32 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat BOKS 1 Disparitas Harga 5 Komoditas Utama di Wilayah Sumatera Bagian Tengah (Sumatera Barat, Riau, Jambi, Kep.Riau) Kondisi di Sumatera, khususnya di wilayah Sumatera Bagian Tengah (Sumbagteng) yang meliputi Sumatera Barat, Riau, Jambi dan Kepulauan Riau menunjukkan kondisi surplus produksi beras terjadi di Sumbar dan Jambi yang secara total seharusnya dapat mengkompensasi defisit produksi beras di Riau dan Kepri. Namun faktanya, kebutuhan pemenuhan beras sebagian dilakukan melalui kegiatan impor. Dengan semakin adanya keterbukaan perdagangan, bahan pangan sebagai barang ekonomi dapat mengalir pada daerah lain yang mampu membayar dengan harga lebih tinggi. Imbasnya, suatu daerah meskipun sebagai sentra produksi belum tentu menjamin bahwa ketersediaan pangannya mencukupi permintaan semua penduduknya di daerah tersebut. Selama belum ada mekanisme yang mampu mengontrol ketersediaan bahan pangan yang baik, bukan tidak mungkin meski secara data dan informasi menunjukkan terjadinya surplus produksi pangan di suatu daerah, namun realitas di lapangan menunjukkan terjadinya kesenjangan antara realisasi ketersediaan dengan tingkat kebutuhan penduduknya. Kondisi tersebut juga akan berimplikasi terhadap adanya variabilitas dan disparitas harga pangan antar daerah. Harga pangan akan cenderung lebih tinggi pada daerah yang defisit produksi pangan, kondisi infrastruktur yang kurang memadai, jarak atau lokasi spatial yang semakin jauh dengan sentra produksi pangan, serta akses impor bahan pangan yang terbatas. Perbedaan harga antar daerah tersebut ditenggarai dapat disebabkan oleh berbagai faktor, namun tentunya tidak terlepas dari hukum permintaan maupun penawaran. Sejalan itu, dilakukan upaya pengukuran seberapa besar perbedaan harga komoditas antar daerah (propinsi) yang dapat diindikasikan oleh koefisien variasi harga komoditas yang bersangkutan. Adapun formulanya adalah sebagai berikut: Dimana: CV = Koefisien variasi (%) SD = Standar deviasi harga komoditas semua daerah selama periode observasi (Rp/kg) H = Rata-rata harga komoditas di setiap daerah selama periode observasi (Rp/kg) 1. Komoditas Beras Asesmen perkembangan harga beras melalui koefisien variasi menunjukkan tren penurunan antar waktu dengan rata-rata selama sebesar 0,14. Selama 5 tahun terakhir koefisien variasi harga beras relatif stabil, dari 0,13 pada triwulan IV-2005 kemudian sedikit menurun menjadi 0,12 pada triwulan IV Relatif kecilnya koefisien variasi dengan kecenderungan menurun tidak terlepas dari banyaknya sejumlah kebijakan pemerintah dalam menjaga kestabilan harga beras seiring sebagai bahan pokok utama masyarakat Indonesia (staple food). Program stabilisasi harga melalui operasi pasar, pengelolaan cadangan beras yang cukup oleh Bulog, serta kebijakan-kebijakan ad hoc untuk impor sejumlah pasokan beras ketika harga beras domestik bergejolak ditenggarai sebagai faktor relatif kecilnya koefisien variasi harga beras di wilayah Sumbagteng. 22

33 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Koefisien Variasi Trendline Sumber: hasil estimasi Grafik 1. Koefisien Variasi Beras Sumber: hasil estimasi Gambar 1. Peta Variasi Harga Beras Berdasarkan pemetaan, sebagian besar variasi harga tertinggi tersebar di daerah yang bukan merupakan sentra produksi seperti di Riau (Bengkalis, Pekanbaru dan Kampar), begitupula di Jambi (Tebo, Sarolangun dan Muaro Jambi). Sementara di daerah sentra produksi beras di Sumbar, di Kota Padang koefisien variasi relatif tinggi dibandingkan kab/kota di wilayah yang sama. Hal ini diindikasikan karena tingginya tingkat permintaan mengingat jumlah penduduk dan level pendapatan masyarakat di Kota Padang relatif lebih tinggi dibandingkan kota/kab lainnya di Sumbar. Fenomena yang menarik juga terlihat di Kep. Riau, meskipun tidak memiliki kegiatan produksi beras di wilayahnya,namun koefisien variasi harga beras dapat rendah mengingat relatif mudahnya masuk barang-barang impor, tidak terkecuali beras. 2. Komoditas Gula Pasir Koefisien Variasi Trendline Sumber: hasil estimasi Grafik 2. Koefisien Variasi Gula Sumber: hasil estimasi Gambar 2. Peta Variasi Harga Gula Perkembangan koefisien variasi harga gula relatif lebih tinggi dibandingkan harga beras. Ratarata koefisien variasi harga gula sepanjang sebesar 0,18, dengan tren kecenderungan antar waktu yang menunjukkan penurunan. Dibandingkan 5 tahun lalu, variasi harga gula sudah relatif membaik dari semula sempat menyentuh 0,35 pada triwulan IV-2005 kemudian berangsur menurun menjadi 0,15 pada triwulan IV Variasi harga gula yang tinggi pada 2005 dan 2008 terjadi terkait dengan kebijakan pengetatan impor gula di 2005, serta anjloknya produksi gula di negara mitra impor akibat kondisi cuaca yang kurang kondusif di sepanjang Peta variasi harga gula tertinggi terjadi di wilayah Sumbar, khususnya di Kep.Mentawai di mana kondisi infrastruktur distribusi barang relatif sulit melalui laut, dan juga di Merangin (Jambi) yang kondisi infrastruktur jalan juga belum memadai. 23

34 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat 3. Komoditas Minyak Goreng Perkembangan koefisien variasi harga minyak goreng meskipun sempat tinggi pada 2005 dan 2008 namun dapat kembali menurun di sepanjang Rata-rata koefisien variasi harga minyak goreng sepanjang sebesar 0,15. Meskipun wilayah Sumbagteng merupakan sentra produksi kelapa sawit, namun karena kelapa sawit juga merupakan komoditas ekspor utama Sumbagteng, maka pergerakan harganya banyak dipengaruhi pergerakan harga crude palm oil (CPO) di pasar internasional Koefisien Variasi Trendline Sumber: hasil estimasi Grafik 3. Koefisien Variasi Minyak Goreng Sumber: hasil estimasi Gambar 3. Peta Variasi Harga Minyak Goreng Koefisien variasi di 2005 yang sempat berada di level 0,23 dan di 2008 yang menyentuh 0,25 merupakan dampak dari melemahnya harga CPO di pasar internasional. Kondisi ini berdampak pula pada penurunan harga tandan buah segar kelapa sawit domestik yang berimbas menurunnya insentif produksi oleh para pelaku perkebunan. Penurunan produksi berimbas pada menurunnya pasokan bahan baku produksi minyak goreng, sementara tingkat permintaan masyarakat tetap tinggi. Hal ini kemudian berdampak pada meningkatnya harga minyak goreng. Namun demikian, seiring dengan pasokan bahan baku yang relatif stabil, dan rerorientasi pelaku perkebunan untuk memasok kelapa sawit ke industri hilir kelapa sawit domestik ketika harga di pasar internasional dianggap tidak terlalu kompetitif mendorong pasokan produksi minyak goreng mencukupi. Hal ini terlihat pada semakin menurunnya koefisien variasi harga minyak goreng pada 2010 yang hanya sebesar 0,07. Berdasarkan peta variasi harga minyak goreng, menunjukkan variasi harga tertinggi terjadi di Kep. Riau, baik di Karimun, Batam, Lingga, Bintan, dan Tanjung Pinang. Pasokan minyak goreng yang sebagian dapat dipenuhi melalui impor langsung ke Kep. Riau harganya berada di atas ratarata harga minyak goreng domestik, khususnya pada sepanjang 2008 dimana harga minyak goreng di Kep. Riau rata-rata sebesar Rp15.500, sementara di daerah lain di Sumbagteng masih berada pada kisaran Rp7.000-Rp Komoditas Bawang Merah Koefisien variasi harga bawang merah sepanjang secara umum menunjukkan kecenderungan menurun dengan rata-rata sebesar 0,17. Pada penghujung periode observasi sempat mengalami peningkatan menjadi 0,20 pada triwulan IV-2010 yang diakibatkan oleh menurunnya pasokan bawang merah terkait kendala produksi di Pulau Jawa seiring kondisi cuaca yang kurang kondusif. Variasi harga bawang merah di sejumlah relatif lebih rendah dibandingkan daerah-daerah lain di Sumbagteng, karena selain pemenuhan pasokan bawang merah berasal dari Pulau Jawa, beberapa daerah di Sumbar juga terdapat sentra produksi bawang merah meskipun dengan skala kecil. 24

35 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Koefisien Variasi Trendline Sumber: hasil estimasi Grafik 4. Koefisien Variasi Bawang Merah Sumber: hasil estimasi Gambar 4. Peta Variasi Harga Bawang Merah Sementara variasi harga di Riau relatif tinggi, khususnya di daerah dengan permintaan dan level pendapatan tinggi di Pekanbaru, serta beberapa daerah yang imfrastrukturnya masih kurang memadai seperti Dumai, Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir. Hal yang sama juga terjadi di beberapa daerah di Jambi seperti Tj.Jabung Timur, Muaro Jambi, Merangin dan Sarolangon. Akses impor bawang yang relatif sulit karena lokasi geografis yang lebih jauh dengan akses impor utama di Batam juga menjadi penyebab variasi harga yang tinggi di Lingga, Kep. Riau. 5. Komoditas Cabe Merah Berbeda dengan empat komoditas sebelumnya, koefisien variasi harga cabe merah di Sumbagteng menunjukkan tren peningkatan dengan rata-rata sepanjang sebesar 0,28. Pasokan cabe merah banyak berasal dari Pulau Jawa untuk pemenuhan permintaan yang tinggi. Dengan demikian jika terjadi kendala produksi cabe merah di Pulau Jawa akan berdampak pada menurunnya jumlah pasokan yang kemudian berimbas pada peningkatan harga. Situasi ini terjadi pada sepanjang 2010, dimana koefisien variasi tertinggi mencapai 0,46. Berdasarkan peta variasi harga terhadap harga-harga di Sumbagteng,variasi harga cabe merah tertinggi banyak terdapat di Sumbar, dimana masyarakatnya memiliki karakteristik pengkonsumsi cabe merah tertinggi di Sumabgteng. Beberapa daerah tersebut antara lain di Pasaman Barat, Padang Pariaman dan Solok Selatan Koefisien Variasi Trendline Sumber: hasil estimasi Grafik 5. Koefisien Variasi Cabe Merah Sumber: hasil estimasi Gambar 5. Peta Variasi Harga Cabe Merah 25

36 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 26

37 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional BAB II PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL Tekanan inflasi di akhirtahun 2012 cenderung menurun. Inflasi tahunan kota Padang pada triwulan IV-2012dapat terjaga pada level yang moderat sebesar 4,16% (yoy). Kondisi ini disebabkan oleh pengaruh inflasi dari sisi permintaan (demand side) yang relatif minimal sementara pasokan bahan makanan juga masih cukup terjaga. Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia Padang menunjukkan kapasitas pengeluaran konsumsi masyarakat di akhir triwulan IV-2012 cenderung menurun. Demikian pula ekspektasi masyarakat terhadap inflasi pada triwulan ini cenderung menurun Perkembangan Inflasi Kota Padang Di akhir tahun 2012, inflasi tahunan kota Padang menunjukkan kecenderungan yang menurun. Inflasi kota Padang pada triwulan IV-2012 berada pada level yang relatif rendah mencapai 4,16% dan berada dibawah inflasi rata-rata inflasi selama 3 tahun terakhir ( ) yang mencapai 5,53%. Hal ini didukung oleh ketersediaan pasokan bahan makanan yang masih cukup memadai sementara tekanan permintaan relatif terjaga. Sejalan dengan kecukupan pasokan bahan makanan, indeks harga kelompok bahan makanan mengalami penurunan yang cukup signifikan di triwulan IV-2012 yakni dari 2,44% (yoy) menjadi 0,27% (yoy). Sementara itu, pergerakan indeks harga kelompok sandang juga cenderung melambat mencapai 6,95% (yoy), dari sebelumnya 9,65% (yoy) pada triwulan III Hal ini sejalan dengan tren pergerakan harga emas internasional yang menurun. Tekanan inflasi dari sisi permintaan cenderung menurun. Hal ini tercermin dari pergerakan inflasi inti yang sedikit menurun, yaitu dari 5,49% pada triwulan III-2012 menjadi 5,26% pada triwulan IV Berdasarkan hasil Survei Konsumen 1 Inflasi inti adalah inflasi komoditas yang perkembangan harganya dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum (faktor-faktor fundamental seperti ekspektasi inflasi, nilai tukar, dan keseimbangan permintaan dan penawaran agregat) yang akan berdampak pada perubahan hargaharga secara umum dan lebih bersifat permanen/ menetap. 27

38 persen (%) Bab II : Perkembangan Inflasi Regional (SK), indeks pengeluaran konsumen saat ini dibandingkan 3 bulan yang lalu menunjukkan adanya penurunan, yaitu dari 168,5 pada akhir triwulan III-2012 menjadi 167,5 pada akhir triwulan IV Selain itu, ekspektasi masyarakat terhadap inflasi mulai menurun. Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK), Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) meningkat dari 106,3 menjadi 105,67. Inflasi kota Padang bergerak searah dengan perkembangan inflasi nasional, dan berada pada level yang lebih rendah. Denganinflasi sebesar 4,16% (yoy), inflasi kota Padang tersebut berada dibawah inflasi nasional nasional yang mencapai 4,4% (yoy). BBM Naik BBM Naik BBM Turun Padang 5 Nasional 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III* IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Nasional 8,8 7,4 9,0 17, 15, 15, 14, 6,6 6,5 5,7 6,9 6,5 8, , 11, 7,9 3,6 2,8 2,7 3,4 5,0 5,8 6,9 6,6 5,5 4,6 3,7 3,9 4,5 4,3 Padang 12, 8,3 11, 20, 14, 16, 14, 8,0 10, 7,7 9,0 6,9 7,5 12, 13, 12, 9,2 2,8 3,5 2,0 3,0 6,9 4,8 7,8 8,3 4,8 7,3 5,3 3,9 6,1 4,7 * Mulai menggunakan tahun dasar 2007 Sumber: BPS, diolah Grafik Perkembangan Inflasi Kota Padang & Nasional (y-o-y) Inflasi triwulanan kota Padang juga mengalami penurunan. Inflasi triwulanan kota Padang turun dari 1,76% (qtq) pada triwulan III-2012 menjadi 1,01% (qtq) pada triwulan IV Penurunan ini bersumber dari penurunan harga pada kelompok pendidikan yang sangat signifikan mencapai 0,21% (qtq), dari sebelumnya 11,43% (qtq). Demikian pula inflasi pada di kelompok sandang, kelompok makanan jadi, dan kelompok transpor bergerak turun, dengan angka inflasi masing-masing mencapai 1,48% (qtq), 1,91% (qtq), dan 0,33% (qtq). Meredanya tekanan inflasi triwulan ini sejalan dengan siklus triwulanan pasca dimulainya tahun baru ajaran sekolah dan lebaran Idul Fitri yang pada tahun ini terjadi pada triwulan yang sama. Di sisi lain, kelompok bahan makanan tercatat 28

39 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional mengalami inflasi sebesar 1,27%, naik dari sebelumnya deflasi 0,77%. Kenaikan ini antara lain disebabkan oleh pasokan bahan makanan yang relatif terbatas khususnya cabe merah Perkembangan Inflasi Nasional, Kota Padang dan Kota-kota di Provinsi Tetangga Inflasi tahunan di semua kota di wilayah Sumatera Bagian Tengah lebih rendah dibandingkan nasional. Pada periode laporan,inflasi tahunan kota Jambi merupakan yang tertinggi dibandingkan seluruh kota di Wilayah Sumbagteng, namun masih lebih rendah dibandingkan nasional, yakni mencapai 4,22% (yoy), diikuti oleh Padang dengan inflasi sebesar 4,16% (yoy). Di sisi lain, tingkat inflasi tahunan terendah terjadi di kota Batam sebesar 2,02% (yoy). Sementara inflasi di kota-kota lainnya berada pada level 3%, dengan inflasi kota Dumai sebesar 3,21% (yoy), Pekanbaru sebesar 3,35% (yoy), dan Tanjung Pinang sebesar 3,92% (yoy). Sumber: BPS, diolah Grafik Perkembangan Inflasi Nasional, Kota Padang & Kota-kota di Propinsi Tetangga (y-o-y) Inflasi triwulanan di semua wilayah Sumbagteng memiliki pola pergerakan yang menurun. Inflasi triwulanan tertinggi di wilayah Sumbagteng terjadi di kota Padang dengan inflasi sebesar 1,01% (qtq) sedangkan inflasi di kota-kota lainnya relatif rendah di bawah 1%. Dalam hal ini, inflasi triwulanan terendah terjadi di kota Tanjung Pinang dan Jambi, dengan inflasi sebesar 3,20% (qtq). Sementara inflasi di kota Dumai mencapai 0,82%, Pekanbaru sebesar 0,66%, dan Batam sebesar 0,49% (qtq). 29

40 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional 2.3. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang & Jasa Inflasi Tahunan Sebagian besar pergerakan indeks harga kelompok barang dan jasa cenderung melambatdi triwulan IV Inflasi tahunan kota Padang yang relatif rendah di akhir tahun 2012 ini terutama bersumber dari rendahnya inflasi pada kelompok bahan makanan yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,27% (yoy), turun dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 2,44% (yoy).demikian pula kelompok sandang tercatat mengalami inflasi yang menurun, dari sebelumnya 9,65% (yoy) menjadi 6,95% (yoy). Penurunan inflasi pada kedua kelompok ini cukup menahan kenaikan inflasi yang terjadi pada beberapa kelompok pengeluaran lainnya, sehingga secara umum inflasi kota Padang pada triwulan ini dapat bergerak turun dan berada pada level yang cukup rendah. Di sisi lain, terjadi kenaikan inflasi pada beberapa kelompok pengeluaran seperti kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, kelompok kesehatan, dan kelompok transpor. Kenaikan indeks harga terbesar terjadi pada kelompok makanan jadi sebesar 8,18% (yoy) dari sebelumnya 7,55% (yoy), diikuti oleh kelompok transpor yang meningkat dari 3,27% (yoy) menjadi 4,13% (yoy). Kelompok makanan jadi tersebut memberikan andil inflasi yang terbesar mencapai 1,56%, sedangkan andil inflasi kelompok transpor mencapai 0,67%. Di sisi lain, meski inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mulai menurun, namun masih berada pada level yang tinggi sebesar 12,31% (yoy). Kelompok ini pun memberikan andil inflasi tahunan terbesar kedua yaitu mencapai 0,75%. Ketersediaan pasokan bahan makanan yang lebih baik dibandingkan tahun lalu membuat pergerakan inflasi tahunan kelompok bahan makanan cenderung menurun. Turunnya inflasi kelompok bahan makanan terutama berasal dari deflasi yang terjadi pada subkelompok bumbu-bumbuan, dengan komoditas utama penyumbang deflasi adalah cabe merah. Indeks harga cabe merah mengalami penurunan hingga terjadi deflasi sebesar 45% dibandingkan tahun lalu, dan memberikan andil deflasi terhadap inflasi tahunan sebesar 1,78%. Berdasarkan hasil SPH yang dilakukan Bank Indonesia, rata-rata harga cabe merah di triwulan IV-2012 turun sebesar 24,23% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh produksi 30

41 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional yang cukup terjaga dan distribusi pasokan yang relatif lancar dibandingkan tahun lalu. Dari sisi permintaan, tekanan inflasi relatif minimal. Momen tahun ajaran baru sekolah dan lebaran yang hampir bersamaan pada tahun ini mendorong peningkatan pengeluaran di triwulan III-12 yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, sehingga masyarakat menjadi lebih cenderung berhemat di akhir tahun ini. Hasil survei konsumen menunjukkan adanya penurunan indeks pengeluaran saat ini dibandingkan 3 bulan yang lalu dari sebelumnya 172,5 pada periode yang sama tahun 2011 menjadi 167,5. Pergerakan inflasi kelompok Sandang cenderung menurun. Inflasi kelompok sandang pada triwulan IV-2012 mencapai 6,95%, turun dari sebelumnya 9,54% (yoy) pada triwulan III Penurunan ini terutama bersumber dari melambatnya pergerakan indeks harga pada subkelompok barang pribadi dan sandang lain yaitu dari 25,16% (yoy) menjadi 14,52% (yoy). Hal ini tidak terlepas dari perkembangan harga emas, terutama harga emas dunia. Meski pada triwulan ini harga emas di pasar internasional kembali menunjukkan adanya kenaikan sebesar 2,05% yakni dari rata-rata sebesar US$1.683,2/OZ pada triwulan IV-2011 menjadi US$1.717,6/OZ, namun kenaikan ini jauh lebih rendah dibandingkan kenaikan harga emas di akhir tahun 2011 yang mencapai 22,89%. Sementara itu, berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) Bank Indonesia, harga rata-rata emas perhiasan (24 karat) pada triwulaniv-2012 telah mengalami kenaikan sebesar 9,37% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Padang Menurut Kel. Barang dan Jasa (yoy, %) Kelompok Barang & Jasa Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil UMUM / TOTAL 3,95 3,95 6,19 6,19 4,74 4,74 4,16 4,16 Bahan Makanan 1,01 0,31 9,57 2,80 2,44 0,73 0,27 0,08 Makanan Jadi, minuman, rokok dan tembakau 8,49 1,57 7,12 1,36 7,55 1,44 8,18 1,56 Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 1,94 0,37 2,41 0,46 2,81 0,52 2,95 0,54 Sandang 14,71 0,84 13,53 0,80 9,65 0,59 6,95 0,43 Kesehatan 5,17 0,18 5,03 0,18 3,73 0,13 3,77 0,13 Pendidikan, rekreasi dan olahraga 6,39 0,38 6,46 0,39 12,71 0,78 12,31 0,75 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 1,83 0,31 1,24 0,21 3,27 0,54 4,13 0,67 Sumber : BPS Sumbar, diolah

42 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional Inflasi Triwulanan Inflasi triwulanan pada periode laporan mengalami penurunan. Inflasi triwulanan kota Padang pada periode laporan tercatat sebesar 1,01% (qtq), turun dari triwulan sebelumnya yang mencapai 1,76% (qtq). Meski menurun, namun masih relatif tingginya inflasi pada triwulan initerutama bersumber dari kenaikan indeks harga yang cukup signifikan pada kelompok bahan makanan, dari sebelumnya deflasi 0,77% (qtq) menjadi inflasi 1,27% (qtq). Demikian pula kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar juga mengalami kenaikan indeks harga namun relatif kecil, yaitu dari 0,05% menjadi 0,19% (qtq). Sementara itu kelompok pengeluaran lainnya mengalami inflasi triwulanan yang menurun, meski beberapa diantaranya tercatat mengalami inflasi di atas 1%. Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Padang Menurut Kel. Barang dan Jasa (qtq, %) Kelompok Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil UMUM / TOTAL 0,09 0,09 1,25 1,25 1,76 1,76 1,01 1,01 Bahan Makanan -3,00-0,92 2,87 0,85-0,77-0,23 1,27 0,37 Makanan Jadi, minuman, rokok dan tembakau 1,67 0,32 0,89 0,17 3,49 0,67 1,91 0,38 Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 2,00 0,37 0,37 0,07 0,05 0,01 0,51 0,09 Sandang 0,54 0,03 1,66 0,10 3,12 0,20 1,48 0,09 Kesehatan 1,23 0,04 1,76 0,06 0,55 0,02 0,19 0,01 Pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,38 0,02 0,20 0,01 11,43 0,69 0,21 0,01 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 1,41 0,23-0,16-0,03 2,50 0,40 0,33 0,05 Sumber : BPS Sumbar, diolah Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Kenaikan indeks harga yang terjadi pada kelompok bahan makanan sejalan dengan kenaikan indeks harga yang signifikan pada subkelompok bumbu-bumbuan. Pada triwulan laporan, subkelompok bumbu-bumbuan tercatat mengalami inflasi sebesar 6,34% (qtq), atau naik signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 28,80% (qtq). Namun demikian, inflasi pada triwulan ini jauh lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan IV-2011 yang mencapai 27,75% (qtq). Subkelompok ini memberikan andil inflasi sebesar0,18%. Dilihat secara bulanan, inflasi pada kelompok bahan makanan terutama terjadi pada bulan Oktober yang mencapai 1,40,% (mtm) dan bulan Desember 2012 dengan inflasi sebesar 2,33% (mtm), sedangkan pada bulan November terjadi deflasi sebesar 2,40% (mtm). Pada bulan Oktober, permintaan terhadap komoditas bahan makanan cenderung meningkat karena adanya momen lebaran Idul Adha sedangkan di bulan Desember tekanan inflasi lebih 32

43 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional bersumber pada faktor supply atau pasokan yang relatif terbatas terkait dengan kondisi cuaca yang kurang baik. Kenaikan harga subkelompok bumbu-bumbuan mendorong kenaikan indeks harga kelompok bahan makanan. Secara triwulanan indeks harga pada subkelompok ini mengalami kenaikan sebesar 6,34% (qtq), meningkat cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang deflasi 28,80% (qtq). Kenaikan ini bersumber dari naiknya harga cabe merah yang pada triwulan ini mengalami kenaikan indeks hargasebesar 4,71%(qtq), naik dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami tercatat deflasi hingga 44,72% (qtq). Dengan kenaikan tersebut, komoditas ini memberikan andil inflasi sebesar 0,06%. Keterbatasan pasokan cabe merahmenjadi salah satu penyebab naiknya harga pada subkelompok bumbu-bumbuan. Hal ini antara lain terkait dengan kondisi cuaca dimana curah hujan yang relatif tinggi sehingga mempengaruhi kualitas hasil panen. Selain itu adanya momen lebaran Idul Adha turut memberikan tekanan dari sisi permintaan. Di bulan Oktober, rata-rata harga cabe merah pada tingkat produsen di beberapa kabupaten di Sumatera Barat mengalami kenaikan. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, rata-rata harga cabe merah pada bulan Oktober 2012 mengalami kenaikan sebesar 36,55% dibandingkan akhir triwulan III-2012, yaitu dari Rp15.000/kg menjadi Rp20.500/kg. Sementara itu, hasil pemantauan Bank Indonesia melalui Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan secara berkala menunjukkan adanya sedikit kenaikan harga cabe merah di bulan Oktober 2012, dimana rata-rata harga cabe merah di bulan Oktober 2012 naik dari Rp27.600/kg menjadi Rp /kg atau 0,68%. Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan (qtq, %) Kelompok / Subkelompok TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV Bahan Makanan 1,07-5,17 6,14 3,46-3,00 2,87-0,77 1,27 Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 17,01-9,98 2,00 5,77 3,73-9,93 2,95 2,52 Daging dan Hasil-hasilnya 1,93 2,17 1,25-3,03 1,41 0,15 3,65 2,36 Ikan Segar 1,84 6,28 3,57-6,14 4,74 1,57 1,29 0,90 Ikan Diawetkan 2,59 6,56 0,04-2,00 1,51 0,18 14,70 0,44 Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 2,45 1,05 6,31 1,19 3,89 0,05 2,03-0,41 Sayur-sayuran 3,53 2,14 7,57 0,84-6,85 4,47 5,14-2,89 Kacang - kacangan -0,16 0,53 0,38-0,03 7,45-1,75 14,46-0,20 Buah - buahan 2,96-1,64 3,02 2,53 0,25 2,88 4,48-0,03 Bumbu - bumbuan -29,96-32,77 38,27 27,75-35,41 54,77-28,80 6,34 Lemak dan Minyak 10,26 0,33 4,28-0,71 0,41 0,71 1,95-1,29 Bahan Makanan Lainnya 3,68 3,46 2,97 3,72 0,15 0,00 0,00-0,92 Sumber : BPS Sumbar, diolah. 33

44 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional Pada triwulan laporan, inflasi kelompok makanan jadi mengalami penurunan. Namun demikian, inflasi pada kelompok ini masih berada pada level di atas 1% yaitu mencapai 1,91% (qtq), turun dari sebelumnya 3,49% (qtq). Melambatnya laju inflasi ini bersumber dari deflasi yang terjadi pada subkelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar -0,12% (qtq) dan inflasi yang rendah pada subkelompok makanan jadi sebesar 0,15% (qtq). Di sisi lain, subkelompok tembakau dan minuman beralkohol masih terus menunjukkan kenaikan harga sebesar 6,36% (qtq) dengan andil inflasi sebesar 0,36%. Komoditas yang dominan memberikan andil terhadap peningkatan indeks harga pada subkelompokini adalah rokok kretek putih sebesar 0,16%, rokok kretek filter sebesar 0,11%, dan rokok kretek sebesar 0,09%. Kenaikan harga rokok ini tidak terlepas dari adanya kenaikan cukai rokok di tahun Tabel 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (qtq, %) Kelompok / Subkelompok TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 1,29 2,17 3,08 1,32 1,67 0,89 3,49 1,91 Makanan Jadi 1,16 2,16 1,84 0,46 0,09 0,47 1,90 0,15 Minuman yang Tidak Beralkohol 0,93 1,63 2,34 0,18 1,61 2,67 5,63-0,12 Tembakau dan Minuman Beralkohol 1,78 2,49 6,31 3,77 5,06 0,85 5,61 6,36 Sumber : BPS Sumbar, diolah. Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar meningkat, didorong oleh kenaikan subkelompok biaya tempat tinggal. Pada triwulan laporan, kenaikan indeks harga pada subkelompok biaya tempat tinggal mencapai 0,51% (qtq), terutama disebabkan oleh kenaikan biaya kontrak rumah dan harga bahan bangunan seperti pasir dan semen. Dengan inflasi sebesar 3,96% (qtq), kontrak rumah memberikan andil inflasi sebesar 0,08%. Kenaikan harga bahan bangunan antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan. Hal ini terindikasi dari meningkatnya pertumbuhan di sektor konstruksi yang pada triwulan ini mencapai 9,26% (yoy) atau secara triwulanan mencapai 1,63% (qtq). Data realisasi pengadaan semen pun menunjukkan adanya peningkatan hingga 11,9% (yoy) selama triwulan IV Di sisi lain, indeks harga subkelompok perlengkapan RT mengalami penurunan dan mencapai deflasi -0,25%.Program konversi minyak tanah ke gas yang mulai diberlakukan di Sumatera Barat pada bulan Desember 2012 belum terlihat memberikan dampak yang signifikan 34

45 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional terhadap inflasi. Hal ini terlihat dari stabilnya harga pada subkelompok bahan bakar, penerangan dan air. Tabel 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar (qtq, %) Kelompok / Subkelompok TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 3,79-0,09-0,34 0,38 2,00 0,37 0,05 0,51 Biaya Tempat Tinggal 6,52-0,61-0,76-0,09 3,41 0,56 0,01 0,92 Bahan Bakar, Penerangan dan Air 0,40 0,00 0,16 1,39 0,08 0,04 0,00 0,00 Perlengkapan Rumahtangga 0,40 2,39 0,22 0,00-0,14 0,03 0,00-0,25 Penyelenggaraan Rumahtangga 0,19 1,30 0,34 0,32 0,74 0,60 0,53 0,18 Sumber : BPS Sumbar, diolah. Pergerakan indeks harga kelompok sandang menurun. Inflasikelompok sandang pada triwulan ini mencapai 1,48% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 3,12% (qtq)maupun periode yang sama sebesar 4,04% (qtq).inflasi terutama bersumber dari subkelompok barang pribadi dan sandang lain yang pada triwulan ini mencapai 4,13% (qtq). Emas perhiasan masih menjadi komoditas utama yang mempengaruhi pergerakan indeks harga pada subkelompok ini. Kenaikan indeks harga emas perhiasan di triwulan laporan tercatat sebesar 4,8% (qtq). Hal ini sejalan dengan pergerakan harga emas internasional yang sedikit meningkat di akhir periode laporan sebesar 3,68% (qtq). Selama triwulan IV-2012, andil inflasi emas perhiasan mencapai 0,08%. Meski terjadi kenaikan harga emas perhiasan di bulan Oktober dan Desember, namun sempat terjadi deflasi yang terjadi di bulan November 2012 sehingga dapat sedikit menahan laju inflasi pada kelompok sandang. Berdasarkan hasil SPH, rata-rata harga emas perhiasan di triwulan IV-2012 mengalami kenaikan sebesar 9,65% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari /gram menjadi Rp /gram untuk emas 24 karat. Tabel 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang (qtq, %) Kelompok / Subkelompok TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV Sandang 0,12 2,71 6,77 4,04 0,54 1,66 3,12 1,48 Sandang Laki-laki 0,26 3,54 5,38 0,52 0,90 2,83 1,17 0,60 Sandang Wanita 0,37 1,97 1,80 0,11 0,25 1,97 0,54 0,00 Sandang Anak-anak 0,34 1,68 2,85 0,41 0,12 1,29 0,73 0,13 Barang Pribadi dan Sandang Lain -0,50 3,52 16,91 13,81 0,70 0,63 8,53 4,13 Sumber : BPS Sumbar, diolah. 35

46 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional Tren pergerakan indeks harga kelompok kesehatan terus menurun. Hal ini sejalan dengan pergerakan indeks harga subkelompok obat-obatan dan subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika yang melambat, sementara subkelompok lainnya stabil dibandingkan triwulan. Komoditas utama yang memiliki kontribusi terhadap peningkatan indeks harga subkelompok obatobatan adalah kenaikan harga vitamin sebesar 3,67% (qtq) dan obat batuk sebesar 2,27% (qtq). Dengan kenaikan tersebut, subkelompok obat-obatan hanya memberikan andil inflasi yang kecil sebesar 0,003%. Tabel 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan (qtq, %) Kelompok / Subkelompok TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV Kesehatan 1,11 1,90 1,81 0,15 1,23 1,76 0,55 0,19 Jasa Kesehatan 0,18 0,00 2,95 0,00 3,44 2,53 0,00 0,00 Obat-obatan 0,02 6,32 4,70 0,00 0,04 4,02 1,16 0,45 Jasa Perawatan Jasmani 0,76 0,00 0,00 1,56 0,00 0,00 0,00 0,00 Perawatan Jasmani dan Kosmetika 2,25 1,86 0,21 0,07 0,35 0,59 0,78 0,25 Sumber : BPS Sumbar, diolah. Pergerakan indeks harga kelompok pendidikan pada triwulan laporan relatif stabil. Setelah mengalami inflasi yang tinggi hingga mencapai level dua digit di triwulan sebelumnya terkait dengan faktor musiman tahun ajaran baru sekolah, inflasi kelompok pendidikan pada periode tercatat hanya mencapai 0,22% (qtq). Hampir semua subkelompok dalam kelompok ini tidak mengalami perubahan indeks harga dibandingkan triwulan sebelumnya, kecuali pada subkelompok rekreasi yang mengalami inflasi sebesar 1,57% (qtq). Kenaikan indeks harga pada subkelompok ini hanya terjadi pada komoditas surat kabar harian, dengan inflasi sebesar 6,98% (qtq). Komoditas ini memberikan andil inflasi sebesar 0,01%. Tabel Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga (qtq, %) Kelompok / Subkelompok TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga -0,03 0,14 5,25 0,56 0,38 0,20 11,43 0,21 Pendidikan 0,00 0,00 7,85 0,00 0,00 0,00 17,06 0,00 Kursus-kursus / Pelatihan 0,00 0,00 0,18 0,00 0,00 0,00 6,97 0,00 Perlengkapan / Peralatan Pendidikan -0,29 0,84 2,47-0,60 2,74-0,41 1,26 0,00 Rekreasi 0,00 0,13 0,00 4,54 0,02 1,77 0,00 1,57 Olahraga 0,00 0,16 0,00 0,59 0,00 0,00 0,00 0,00 Sumber : BPS Sumbar, diolah. 36

47 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional Kelompok transport,komunikasi dan jasa keuangan mengalami kenaikan indeks harga pada triwulan IV-2012 sebesar 0,33% (qtq). Kenaikan ini bersumber dari kenaikan harga pada subkelompok transpor dan subkelompok sarana dan penunjang transpor. Kenaikan kelompok transpor didorong oleh kenaikan harga angkutan udara sebesar 4,02% (qtq), sementara pada kelompok penunjang transpor didorong oleh kenaikan harga ban luar motor sebesar 2,97% (qtq). Sementara itu, indeks harga pada subkelompok komunikasi dan pengiriman dan subkelompok jasa keuangan stabil tidak mengalami perubahan. Tabel Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan (qtq, %) Kelompok / Subkelompok TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0,87 0,43 0,48-0,49 1,41-0,16 2,50 0,33 Transpor 1,00 0,61 1,21-0,66 2,10-0,01 3,25 0,42 Komunikasi Dan Pengiriman 0,00-0,16-2,66 0,00-2,92-1,18 0,03 0,00 Sarana dan Penunjang Transpor 1,72 0,00 0,00 0,14 4,25 0,33 0,08 0,15 Jasa Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,40 0,00 Sumber : BPS Sumbar, diolah. 37

48 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional BOKS 2 : Studi Kelayakan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Bank Indonesia Sumatera Barat bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi Universitas Andalas mengadakan penelitian terkait pembentukan dengan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) kota Padang. Hal ini dilakukan dalam rangka mendukung kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter dalam menjaga stabilitas makro ekonomi dan sasaran inflasi yang terkait erat dengan stabilitas harga terutama harga bahan pangan. Informasi harga bahan pangan di Kota Padang oleh beberapa lembaga saat ini belum sepenuhnya membentuk harga rujukan yang diperlukan pelaku ekonomi mengingat masih adanya inkonsistensi dan berbagai permasalahan baik dari sisi teknis maupun kelembagaan. Tujuan utama dari pengembangan PIHPS Kota Padang adalah untuk meningkatkan akses informasi harga pangan yang terpadu kepada seluruh pelaku ekonomi dan menjaga ekspektasi masyarakat dalam upaya pencapaian sasaran inflasi dan peningkatan efisiensi perekonomian. Disamping itu PIHPS diharapkan dapat memberikan referensi harga komoditas pangan dalam rangka menjaga kestabilan harga bahan pangan dan memperkuat ketahanan pangan. Dari 11 komoditi pangan strategis 1 di Sumbar, cabe merah dan daging ayam memiliki tingkat frekuensi pengadaan yang tinggi yaitu setiap hari. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan yang sangat tinggi dan menjaga kualitas dan kesegaran dari produk tersebut. Pengadaan yang tinggi tersebut menyebabkan harga komoditi relatif cepat berubah. Untuk itu, kebutuhan akan sistem PIHPS sangat diperlukan oleh pedagang maupun konsumen rumah tangga dalam menjaga ekspektasi masyarakat dan inflasi yang terlalu tinggi. 120,0% 120% 100,0% 100% 80,0% 60,0% 40,0% 20,0% 0,0% Pedagang Setuju Rumah Tangga Tidak Setuju Instansi Pemerintah 80% 60% 40% 20% 0% Radio Acara TV Faximile HP Telpon Rumah Pedagang Konsumen Komputer / Internet Grafik 1. Jumlah Preferensi Responden terhadap Pembentukan PIHPS Grafik 2. Distibusi Responden menurut Akses Media Komunikasi 38

49 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional Secara umum responden pedagang menjawab perlu dibentuk PIHPS yaitu sebesar 52.4% dan yang menjawab tidak perlu adalah sebesar 47.6%. Pedagang yang merasa tidak perlu merasa khawatir dengan adanya informasi harga komoditi tersebut menyebabkan konsumen mengetahui berapa harga beli dan jual barang dagangannya sehingga akan memperburuk penjualan dan pendapatan mereka. Menurut rumah tangga konsumen sekitar 97,7% menyatakan setuju dengan pembentukan PIHPS ini dikarenakan konsumen menginginkan adanya transparansi harga antara konsumen dan pedagang serta bisa menghemat waktu berbelanja tanpa perlu menawar harga. Pernyataan ini juga didukung oleh semua instansi pemerintah yang setuju dengan adanya PIHPS. Manfaat PIHPS menurut pemerintah yaitu produsen akan dapat mengetahui harga yang wajar bagi suatu komoditas dan menghindari pengambilan keuntungan yang tidak wajar oleh para pedagang sehingga konsumen akhir mendapatkan harga yang pantas dan adil. Media telekomunikasi menggunakan handphone/ telpon seluler merupakan akses media komunikasi yang paling sering digunakan dan dekat dengan masyarakat saat ini. Hal ini terlihat sebanyak 93,9% pedagang dan 97,7% konsumen rumah tangga di Sumbar menggunakan telpon seluler sebagai media komunikasi utama. Bagi pedagang, telpon seluler berguna dalam kecepatan waktu dalam pengecekan ketersediaan dan pemesanan barang dagang, berkurangnya biaya penjualan, mencari informasi hraga komoditi yang dijual serta menghemat waktu, biaya dan tenaga. Berdasarkan kedekatan akses media terhadap telpon seluler, Short Message Service (SMS) gateway sebagai prioritas pertama dalam penyebaran informasi harga kebutuhan pokok oleh 60,9% responden pedagang dan 45,8% oleh responden rumah tangga. Hal ini dapat dimaklumi karena layanan sms gateway dapat diakses dengan mudah dan biaya yang relatif murah. Infrastruktur dan sumber daya manusia yang mumpuni didukung dengan mekanisme (SOP) standar dalam mengelola informasi harga pangan strategis merupakan faktor kunci dalam menyediakan data dan informasi yang handal dan terpercaya. Survei terhadap lembaga pemerintah mengungkapkan bahwa sebagian besar (71,43%) telah memiliki perangkat lunak (software) mengelola informasi harga pangan strategis dan 85,71% telah dapat mengakses jaringan internet. Namun 66,7 % responden instansi pemerintah masih belum memiliki SOP standar dalam pengambilan data dan informasi serta 71,43% responden belum menyediakan perangkat komputer yang secara spesifik diperuntukkan bagi pengelolaan harga pangan strategis. Adapun pihak-pihak yang dapat dilibatkan dalam pembentukan PIHPS adalah instansi yang terkait dengan komoditas pangan strategis seperti Dinas Pertanian, Dinas Pasar, Dinas Peternakan, BKP, Biro Perekonomian, Bulog, Dinas Koperindag dan BPS. Selain itu, perlu juga melibatkan produsen, pedagang grosir, pedagang eceran, YLKI, dan petugas informasi harga. 39

50 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional Selanjutnya rekomendasi kebijakan secara umum dalam pembentukan PIHPS dapat disampaikan sebagai berikut: 1. Pembentukan ataupun pemanfaatan unit kerja yang ada di instansi pemerintah daerah menjadi payung koordinasi antar SKPD Provinsi Sumatera Barat yang mendukung manajemen Sistem Informasi (SI) PIHPS; 2. Pengembangan dan peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) tenaga teknis PIHPS melalui berbagai pelatihan terkait pengambilan data, pengolahan, dan pelaporan informasi. 3. Manajemen sistem informasi PIHPS mestinya lebih terstruktur yang memanfaatkan teknologi informasi (TI) dalam optimalisasi entri data, pengolahan dan diseminasi informasi; 4. Restrukturisasi sistem pengambilan dan dokumentasi sehingga format data, waktu pengambilan dan sampel yg digunakan seragam dan menggunakan basis Teknologi Informasi (TI) yang terintegrasi; 5. Menumbuhkan kepercayaan masyarakat dengan membentuk pusat informasi harga pangan strategis (PIHPS) yang terpercaya dan bertanggung jawab, mudah diakses dan menjangkau masyarakat luas melalui diseminasi informasi yang memanfaatkan berbagai media yang efektif. 40

51 Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Kinerja bank umum di Sumbar pada triwulan IV-2012 dibandingkan triwulan sebelumnya belum menunjukkan performa terbaiknya tercermin dari melambatnya pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) maupun penyaluran kreditnya. Meskipun pertumbuhan aset sedikit mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya dengan meningkat 15,1% (yoy) menjadi 17,7% (yoy),namun jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh melambat dari 12,7% (yoy) menjadi 11,5% (yoy). Penyebab perlambatan DPK terutama dikarenakan perlambatan pertumbuhan jumlah tabungan. Penyaluran kredit juga menunjukkan perlambatan dari 18,6% (yoy) menjadi 15,0% (yoy). Kegiatan di sektor ekonomi utama seperti perdagangan, hotel dan restoran, serta industri pengolahan yang tidak sesemarak triwulan sebelumnya menjadi salah satu faktor perlambatan pertumbuhan kredit di Sumbar. Meskipun demikian, intermediasi perbankan yang diindikasikan oleh Loan-to-deposit ratio (LDR) masih berjalan dengan baik, yakni mencapai 134,1%. Disisi lain, risiko kredit atau Non Performing Loans (NPL) masih relatif terjaga dengan hanya sebesar 2.06%. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sumbar juga menunjukkan perlambatan baik dari sisi aset, DPK, maupun penyaluran kredit. Dibandingkan triwulan sebelumnya, pertumbuhan aset BPR di Sumbar tumbuh melambat dari 12,7% (yoy) menjadi 8,3% (yoy). Jumlah DPK juga tumbuh melambat dari 6,5% (yoy) menjadi 2,7% (yoy), dan diikuti pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 7,0% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,8% (yoy). Perkembangan LDR masih baik dengan mencapai 111,1%. Namun kualitas kredit masih perlu diperhatikan mengingat NPL yang masih relatif tinggi mencapai 8,1%. Bank umum syariah terus tumbuh pesat dan ekspansif. Aset bank umum syariah di triwulan IV-2012 mampu tumbuh 35,9% (yoy), didukung oleh penyaluran pembiayaan yang juga mampu tumbuh pada kisaran lebih tinggi yaitu 41,7% (yoy). Namun, penghimpunan DPK sedikit memperlihatkan perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya dari 22,4% (yoy) menjadi 8,5 % (yoy). Minat korporasi maupun lembaga pemerintahan untuk menyimpan dananya di bank 41

52 Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah umum syariah masih tinggi dengan terlihat pada pertumbuhan giro yang melebihi 25% (yoy), namun pertumbuhan jumlah tabungan justru menunjukkan penurunan Perkembangan Bank Umum Tabel Indikator Perkembangan Bank Umum di Sumatera Barat (Juta Rupiah) Indikator Perbankan (dalam juta rupiah) Pertumbuhan (yoy) Pangsa III IV I II III IV* III-2012 IV-2012* IV-2012* Aset ,1% 17,7% Giro ,0% 18,9% 20,2% Tabungan ,9% -0,3% 47,0% Deposito ,2% 28,2% 32,8% Total DPK ,7% 11,5% Modal Kerja ,1% 19,8% 37,6% Investasi ,3% 11,6% 16,3% Konsumsi ,5% 12,5% 46,1% Total Kredit Jenis Penggunaan ,6% 15,0% Pertanian ,6% 10,9% 10,1% Pertambangan dan Penggalian ,2% 78,4% 1,7% Industri Pengolahan ,1% 9,5% 7,8% Listrik, Gas dan Air Bersih ,3% 315,1% 0,1% Konstruksi ,4% 52,7% 1,4% Perdagangan, Hotel dan Restoran ,3% 32,1% 24,5% Pengangkutan dan Komunikasi ,3% 19,2% 1,2% Keuangan, Real Estate & Jasa Perush ,3% 22,8% 2,3% Jasa-jasa ,7% -24,4% 5,0% Lain-lain ,5% 12,5% 46,1% Total Kredit Sektor Ekonomi ,6% 15,0% LDR 124,2% 130,0% 131,3% 136,4% 130,7% 134,1% NPL 2,32% 2,32% 2,06% 2,12% 2,26% 2,06% Sumber: SEKDA, Bank Indonesia *Data sementara hingga posisi terakhir di bulan November 2012 Pertumbuhan aset bank Umum di Sumatera Barat pada triwulan IV-2012 terus menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Total aset bank umum di Sumbar pada triwulan IV-2012 mencapai Rp40,1 triliun, atau tumbuh sebesar 17,7% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 15,1% (yoy) (Tabel 3.1). Kelompok bank pemerintah dengan proporsi terbesar sekitar 76% dari total aset bank umum di Sumbar, berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan aset bank umum dengan meningkat dari 14,5% (yoy) menjadi 17,8% (yoy), sementara aset bank umum swasta nasional, cenderung stabil dari 17,2% (yoy) menjadi 17,3% (yoy). 42

53 Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah 50% 40% 30% Bank Umum Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional 60% 50% 40% 30% DPK Tabungan Giro Deposito 20% 20% 10% 10% 0% 0% -10% *Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia Grafik Pertumbuhan Aset Bank Umum Menurut Kelompok Bank (yoy) -10% -20% *Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia Grafik Pertumbuhan DPK Bank Umum Menurut Jenis Simpanan (yoy) Pertumbuhan penghimpunan DPK oleh bank umum konvensional di Sumatera Barat sedikit melambat. Pertumbuhan DPK triwulan IV-2012 melambat dari 12,7% (yoy) menjadi 11,5% (yoy) atau menjadi sebesar Rp25,2 triliun (Grafik 3.2). Berdasarkan jenis simpanan, tabungan menyumbangkan perlambatan yang cukup signifikan. Angka pertumbuhan tabungan melambat dari 7,9% (yoy) pada triwulan III-2012 menjadi -0,3% (yoy) pada triwulan IV-2012 (pangsa tabungan terhadap total DPK adalah 47%, Tabel 3.1). Di lain pihak, giro masih tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, dari 12,0% (yoy) menjadi 18,9% (yoy). Namun demikian, secara nominal dibandingkan triwulan sebelumnya menurun dari Rp5,6 triliun menjadi Rp5,0 triliun seiring dengan pencairan dana pemerintah daerah yang disimpan dalam bentuk giro di bank umum terkait realisasi belanja APBD. Deposito masih dapat tumbuh meningkat dari 21,2% (yoy) menjadi 28,2% (yoy). Masih relatif menariknya suku bunga deposito dibandingkan tabungan mendorong preferensi masyarakat untuk menyimpan sebagian dananya dalam bentuk deposito, khususnya untuk penyimpanan dana yang relatif berjangka menengah-panjang. Pertumbuhan penyaluran kredit bank umum di Sumbar masih relatif tinggi meski menunjukkan sedikit perlambatan. Berdasarkan jenis penggunaan, kredit bank umum di Sumbar masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan jumlah mencapai Rp15,5 triliun atau 46,1% dari total kredit, disusul oleh kredit modal kerja sebesar Rp 12,7 triliun dengan proporsi 37,6% serta kredit investasi sebesar Rp 5,5 triliun dengan proporsi 16,3%. Semua jenis kredit tersebut tumbuh melambatdi triwulan IV-2012 dibandingkan triwulan sebelumnya seperti pada kredit konsumsi dengan pertumbuhan dari 13,5% (yoy) menjadi 12,5% (yoy), 43

54 Miliar Rupiah Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah kredit modal kerja tumbuh melambat dari 27,1% (yoy) menjadi 19,8% (yoy), dan kredit investasi yang tumbuh dari 15,3% (yoy) menjadi 11,6% (yoy). Walaupun melambat, kredit modal kerja yang masih mampu tumbuh tinggi pada triwulan IV-2012 mengindikasikan bahwa bank umum di Sumbar cukup berperan aktif dalam mendorong kegiatan dunia usaha, baik untuk mendukung dalam ekspansi maupun peningkatan kapasitas produksinya. 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% Total Kredit Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi *Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia Grafik Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (yoy) Kredit Kendaraan Bermotor (Sisi Kiri) Pertumbuhan (yoy) III-2011 IV-2011 I-2012 II-2012 III-2012 IV-2012* 100% -20% -40% *Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia Grafik Perkembangan dan Pertumbuhan Kredit Kendaraan Bermotor Bank Umum 80% 60% 40% 20% 0% Berdasarkan sektor ekonomi, pertumbuhan kredit di sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta industri pengolahan mengalami perlambatan pertumbuhan. Sektor perdagangan, hotel, restoran dan indsutri pengolahan memiliki pangsa yang relatif tinggi, masing-masing sekitar 24,5% dan 7,8%. Pertumbuhan kredit di sektor industri pengolahan pada triwulan IV-2012 hanya tumbuh 9,5% (yoy), jauh lebih lambat dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang mencapai 21,1% (yoy). Salah satu penyebab perlambatan tersebut terkait dengan melemahnya aktivitas industri pengolahan khususnya yang berbasis ekspor. Efek pelemahan permintaan dunia akibat krisis global masih mempengaruhi pelemahan ekspor Indonesia. Di sisi lain, kredit di sektor perdagangan, hotel dan restoran masih dapat tumbuh tinggi dengan mencapai 32,1% (yoy), meskipun secara umum melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 43,3% (yoy). Tingginya pertumbuhan kredit di sektor perdagangan, hotel dan restoran didorong oleh maraknya aktivitas perdagangan baik di Sumbar maupun antar daerah terkait tingginya permintaan konsumsi masyarakat pada momentum liburan sekolah dan perayaan 44

55 Persen Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah akhir tahun di triwulan IV. Sektor pertanian masih tumbuh cukup stabil dengan mencapai 10,9% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 10,6% (yoy). Pengangkutan dan Komunikasi Perdagangan, Hotel dan Restoran Konstruksi Industri Pengolahan Pertanian IV-2012* III-2012 II ,00 16,00 15,00 14,00 13,00 12,00 11,00 10,00 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 Modal Kerja Investasi Konsumsi BI-rate % 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45% *Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia Grafik Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Sektor Ekonomi Sumber: SEKI, Bank Indonesia Grafik Perkembangan Rata-Rata Suku Bunga Kredit Suku bunga kredit bank umum konvensional di wilayah Sumbar berada pada tren yang menurun. Bank umum secara perlahan menurunkan suku bunga kredit baik untuk kredit modal kerja, investasi meskipun tidak signifikan. Hal ini diiringi dengan kebijakan Bank Indonesia yang masih konsisten mempertahankan suku bunga acuan BI-rate sebesar 5,75% selama bulan Februari- Desember Dibandingkan posisi terakhir di triwulan I, rata-rata suku bunga kredit modal kerja menurun secara perlahan dari 12,0% menjadi 11,6%, sementara rata-rata suku bunga kredit investasi menurun dari 11,6% menjadi 11,2. Mulai menurunnya suku bunga kredit ditengarai disebabkan selain melalui faktor kebijakan suku bunga kebijakan BI-rate yang masih konsisten di 5,75%, juga didukung oleh transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) yang ditujukan untuk mendorong persaingan yang lebih kompetitif antar perbankan dalam penyaluran kredit. Namun masih lambatnya penurunan suku bunga tersebut disebabkan oleh masih tingginya persepsi risiko kegiatan ekonomi yang kemudian dicerminkan melalui kompensasi tingginya suku bunga kredit oleh perbankan. Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang disalurkan oleh bank umum menunjukkan peningkatan. Perkembangan potensi UMKM di Sumatera Barat tidak terlepas dari dukungan perbankan dalam penyaluran kredit kepada UMKM. Perkembangan kredit UMKM pada triwulan IV-2012 mengalami 45

56 Triliun rupiah Triliun Rupiah Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah pertumbuhan sebesar 20,7% (yoy) menjadi Rp10,5 triliun. Pertumbuhan ini relatif tinggi meskipun melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 23,46% (yoy). Pertumbuhan kredit UMKM cukup memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan kredit perbankan, mengingat kontribusinya mencapai 31,1% dari total kredit bank umum di Sumatera Barat. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp8,68 triliun atau 82,5% dari kredit UMKM merupakan kredit modal kerja, sisanya sebesar Rp1,84 triliun atau 17,5% merupakan kredit investasi *Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia Grafik Perkembangan dan Pertumbuhan Kredit UMKM 25% 29% 23% 21% I-2011 II-2011 III-2011 IV-2011 I-2012 II-2012 III-2012 IV-2012* Kredit UMKM (sisi kiri) Growth (yoy) - sisi kanan 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% I-2011 II-2011 III-2011 IV-2011 I-2012 II-2012 III-2012 IV-2012 Total Plafon KUR - sisi kiri Growth (yoy) - sisi kanan 120% 100% Sumber: Bank Indonesia Grafik Perkembangan dan Pertumbuhan KUR 80% 60% 40% 20% 0% Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) terus tumbuh tinggi. Pertumbuhan KUR pada triwulan IV-2012 mencapai 63,3% (yoy). Meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 73,9% (yoy), namun angka pertumbuhan ini tergolong tinggi. Sampai dengan triwulan IV-2012 penyaluran KUR terus menunjukkan perkembangan yang baik dan mengindikasikan antusiasme perbankan serta dunia usaha dalam mendorong kegiatan ekonomi. Penyaluran KUR pada triwulan IV-2012 dari sisi plafon mencapai Rp2,96 triliun, dengan posisi outstanding sebesar Rp 1,37 triliun dan jumlah nasabah mencapai orang. Dengan demikian, rata-rata kredit yang disalurkan per debitur di Sumbar senilai Rp16,7 juta, meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar Rp16,4 juta per debitur. 46

57 Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah 160,0% 140,0% 120,0% 100,0% 80,0% 60,0% 40,0% 20,0% 0,0% LDR (sisi kiri) NPL (sisi kanan) I II III IV I II III IV I II III IV* 3,00% 2,50% 2,00% 1,50% 1,00% 0,50% 0,00% *Data Sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia Grafik Perkembangan LDR dan NPL Bank Umum Intermediasi bank umum di Sumbar masih tetap berjalan dengan baik. Loan-to-Deposit Ratio (LDR) bank umum di Sumbar pada triwulan IV-2012 mencapai 134,1%, relatif meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 130,7%. Meningkatnya rasio LDR terutama disebabkan oleh besarnya perlambatan DPK sementara pertumbuhan kredit meski sedikit menurun namun masih berada pada level tinggi. Kecenderungan terjadinya hal ini akan terus berlangsung ke depan jika belum adanya reorientasi fokus kegiatan perbankan untuk meningkatkan pendanaan yang signifikan di Sumbar. Kualitas kredit yang telah disalurkan oleh bank umum semakin membaik. Non-Performing Loan (NPL) masih terjaga di bawah batas maksimum yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 5%. NPL bank umum Sumbar pada triwulan IV sebesar 2,06%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,26%. Turunnya risiko kredit ini mengindikasikan bahwa bank umum di Sumbar mampu menjaga kualitas kredit yang telah disalurkan dengan baik Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Perkembangan aset Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sumbar masih tumbuh melambat. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya di tahun 2012, pertumbuhan aset di triwulan IV-2012 ini adalah yang paling lambat. Total aset BPR di Sumbar pada triwulan IV-2012 sebesar Rp1,53 triliun, atau tumbuh mencapai 8,3% (yoy), relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang 47

58 Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah tumbuh 12,7% (yoy). Menurunnya pertumbuhan aset disebabkan oleh melambatnya ekspansi penyaluran kredit oleh BPR di Sumbar pada triwulan IV. Pertumbuhan DPK BPR di Sumbar masih relatif rendah. Jumlah DPK yang berhasil dihimpun BPR pada triwulan IV-2012 mencapai Rp 926,1 miliar dengan tumbuh sebesar 2,7% (yoy). Pertumbuhan ini lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,5% (yoy). Pertumbuhan tabungan stagnan dengan hanya tumbuh 0,7% (yoy), jauh lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,8% (yoy). Simpanan deposito juga tumbuh melambat dari 7,7% (yoy) menjadi 5,9% (yoy). Namun dengan deposito yang masih mampu tumbuh lebih dari 5% menunjukkan masih menariknya suku bunga deposito di BPR mengingat besaran suku bunga deposito yang ditawarkan secara rata-rata mampu berada diatas level suku bunga deposito bank umum. Tabel Indikator Perkembangan BPR di Sumatera Barat (Juta Rupiah) Indikator Perbankan (dalam juta rupiah) Pertumbuhan (yoy) Pangsa III IV I II III IV* III-2012 IV-2012* IV-2012* Aset ,7% 8,3% Tabungan ,8% 0,7% 59,4% Deposito ,7% 5,9% 40,6% Total DPK ,5% 2,7% Modal Kerja ,5% 6,3% 64,8% Investasi ,1% 8,8% 10,9% Konsumsi ,6% 8,2% 24,4% Total Kredit Jenis Penggunaan ,8% 7,0% Pertanian ,3% 6,3% 17,3% Pertambangan dan Penggalian ,6% 25,9% 0,3% Industri Pengolahan ,3% -20,7% 1,8% Listrik, Gas dan Air Bersih ,4% -24,7% 0,1% Konstruksi ,6% 18,4% 1,0% Perdagangan, Hotel dan Restoran ,6% 5,9% 44,9% Pengangkutan dan Komunikasi ,9% 16,7% 3,0% Keuangan, Real Estate & Jasa Perush ,2% 125,2% 0,5% Jasa-jasa ,8% 8,3% 6,9% Lain-lain ,6% 8,2% 24,4% Total Kredit Sektor Ekonomi ,8% 7,0% LDR 109,7% 106,6% 112,7% 116,1% 115,1% 111,1% NPL 8,04% 8,61% 7,46% 7,08% 8,16% 8,10% Sumber: SEKDA, Bank Indonesia *Data sementara hingga posisi terakhir di bulan November 2012 Pertumbuhan kredit BPR di Sumbar tumbuh melambat baik pada penyaluran kredit modal kerja, investasi, maupun konsumsi. Pertumbuhan penyaluran kredit modal kerja yang memiliki proporsi terbesar dalam penyaluran kredit BPR (mencapai 64,8% dari total kredit) meningkat sebesar 6,3% (yoy) 48

59 Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah menjadi sebesar Rp 659,8 triliun pada triwulan IV Pertumbuhan ini lebih lambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 11,5% (yoy). Sementara kredit investasi juga melambat dari 14,1% (yoy) menjadi 8,8% (yoy). Kredit konsumsi pun tumbuh melambat dari tumbuh 11,6% (yoy) menjadi 8,2% (yoy). Nilai proporsi kredit modal kerja dan investasi yang sangat tinggi mencapai 75% dibandingkan kredit konsumsi mengindikasikan bahwa BPR juga mulai meningkatkan penyaluran kreditnya pada sektor produktif sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitarnya. 25% 20% 15% 10% 5% 0% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% Tabungan Simpanan Berjangka Total DPK *Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia Grafik Pertumbuhan Aset Bank Perkreditan Rakyat di Sumbar (yoy) *Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia Grafik Pertumbuhan (yoy) DPK BPR Menurut Jenis Simpanan Dari sisi sektor ekonomi, penyaluran kredit di sektor perdagangan, hotel, restoran dan sektor pertanian tumbuh relatif melambat. Pertumbuhan kredit di sektor perdagangan (proporsi mencapai 44,9%) pada triwulan IV tumbuh 5,9% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 10,6% (yoy). Selain itu, pertumbuhan kredit sektor pertanian juga melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dari 12,3% (yoy) menjadi 6,3% (yoy). Proporsi yang sangat besar dari kedua sektor tersebut menyebabkan perlambatan pertumbuhannya berimplikasi kepada perlambatan total kredit yang disalurkan BPR dari 11,8% (yoy) menjadi hanya tumbuh 7% (yoy. Persaingan yang semakin tinggi dengan unit mikro kredit bank umum ditengarai turut memberikan tekanan pada ekspansipenyaluran kredit oleh BPR. Salah satu faktor keberhasilan BPR agar bisa bersaing dengan unit mikro bank umum adalah dengan memperbaiki pelayanan kepada masyarakat antara lain, lokasi BPR yang dekat dengan masyarakat yang membutuhkan, prosedur pelayanan yang sederhana dan cepat, serta mengutamakan pendekatan personal dengan masyarakat setempat. 49

60 Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah 35,00% 30,00% 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% -5,00% -10,00% -15,00% -20,00% Total Kredit *Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi 120,0% 110,0% 100,0% 90,0% 80,0% 70,0% 60,0% LDR (LHS) NPL (RHS) *Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia 12,00% 10,00% 8,00% 6,00% 4,00% 2,00% 0,00% Grafik Pertumbuhan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan Grafik Perkembangan Loan-to- Deposit Ratio (LDR) dan Non-Performing Loan (NPL) BPR Kinerja intermediasi BPR secara umum relatif baik. Pada triwulan IV-2012 LDR BPR di Sumbar mencapai 111,1%, sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya 115,1%. Melambatnya pertumbuhan DPK ditengah kredit yang dapat tumbuh lebih tinggi menyebabkan LDR tetap terjaga diatas 100%. Sedangkan Non-Performing Loan (NPL) BPR mencapai 8,1% berada di batas maksimum yang ditetapkan oleh BI yaitu 5%. Hal ini mengindikasikan BPR di wilayah Sumbar harus lebih menerapkan prinsip kehati-hatian perbankan dalam memperbaiki kualitas kreditnya Perkembangan Bank Umum Syariah Kinerja bank umum syariah di Sumbar semakin terus menunjukkan pertumbuhan yang tinggi. Hal ini terlihat dengan terus meningkatnya aset bank umum syariah di Sumbar dimana pada triwulan IV-2012 jumlahnya mencapai Rp 3,8 triliun, dengan pertumbuhan mencapai 35,9% (yoy). Meskipun pertumbuhannya sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 38,5% (yoy), namun ekspansi bank umum syariah terbilang masih tinggi. Peningkatan aset didorong oleh terus meningkatnya ekspansi dan jaringan kantor bank umum syariah serta didukung dengan penyaluran pembiayaan yang terus tumbuh tinggi. 50

61 Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah Tabel Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Barat (Juta Rupiah) (juta rupiah) Pertumbuhan (yoy) Pangsa IV I II III IV III-2012 IV-2012 IV-2012 Aset ,5% 35,9% DPK ,4% 8,5% Giro ,3% 25,9% 6,6% Tabungan ,0% 14,9% 46,2% Deposito ,4% 1,0% 47,2% Pembiayaan Menurut Jenis Penggunaan ,4% 41,7% Modal Kerja ,2% 35,8% 27,1% Investasi ,2% 54,9% 9,2% Konsumsi ,0% 42,6% 63,7% Pembiayaan Menurut Sektor Ekonomi ,4% 41,7% Pertanian ,6% 34,1% 2,1% Pertambangan ,3% -69,1% 0,0% Industri Pengolahan ,3% 15,0% 2,0% Listrik, Gas dan Air Konstruksi ,1% 71,0% 0,3% Perdagangan ,7% 65,2% 14,2% Transportasi dan Komunikasi ,5% -22,1% 0,2% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan ,9% 38,0% 15,5% Jasa Sosial ,7% -12,2% 2,1% Lain-Lain ,0% 42,6% 63,7% Financing-to-Deposit Ratio (FDR) 140,5% 144,8% 183,1% 165,4% 183,5% Non-Performing Financing (NPF) 1,23% 1,06% 1,13% 1,38% 1,18% Sumber: LBU, Bank Indonesia Penyaluran pembiayaan oleh bank umum syariah semakin tumbuh pesat. Hal ini terlihat pada pertumbuhan pembiayaan bank umum syariah pada triwulan IV-2012 mencapai 41,7% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 36,4% (yoy) dengan total pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp3,4 triliun. Peningkatan bersumber dari pembiayaan konsumsi, sementara pembiayaan modal kerja dan investasi cenderung tumbuh melambat. Namun demikian, dengan pertumbuhan pembiayaan modal kerja mampu tumbuh 35,8% (yoy), sementara kredit investasi 54,9% (yoy), hal ini memperlihatkan mulai digarapnya kegiatan produktif sebagai target penyaluran pembiayaan oleh bank umum syariah di tengah masih dominannya pembiayaan konsumsi yang mencapai 63,7% dari total pembiayaan. Peningkatan kinerja bank umum Syariah di Sumbar juga dapat menjadiindikasi terjaganya kepercayaan masyarakat terhadap Bank Syariah. 51

62 Persen Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah 100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 Asset DPK Pembiayaan 200% 180% 160% 140% 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% FDR (%) (sisi kiri) NPF (%) (sisi kanan) 3,50% 3,00% 2,50% 2,00% 1,50% 1,00% 0,50% 0,00% Sumber: LBBU, Bank Indonesia Grafik Pertumbuhan Aset, DPK dan Pembiayaan Bank Umum Syariah (yoy) Sumber: LBBU, Bank Indonesia Grafik Perkembangan Financing-to-Deposit Ratio (FDR) dan Non-Performing Loan (NPL) Bank Umum Syariah Dari sisi sektor ekonomi, penyaluran pembiayaan di sektor perdagangan dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan tumbuh terus meningkat. Penyaluran pembiayaan di sektor perdagangan pada triwulan IV mencapai Rp487,7 miliar atau 14,2% dari total pembiayaan. Sepanjang triwulan III dan IV pertumbuhan pembiyaan sektor perdagangan tumbuh meningkat dari 63,7% (yoy) menjadi 65,2% (yoy). Maraknya aktivitas perdagangan di Sumbar menjadi salah satu target pembiayaan bank umum syariah. Selain itu, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan (proporsi 15,5% dari total pembiayaan) juga tumbuh mencapai 38,0% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 29,9% (yoy). Namun di sisi lain, peran pembiayaan bank umum syariah pada sektor pertanian dan industri pengolahan masih relatif rendah, pangsanya hanya 2,1% dan 2,0% dari total pembiayaan. Dibandingkan dengan kinerja pada aspek lainnya, kinerja DPK bank umum syariah menunjukkan pertumbuhan yang melambat. Pertumbuhan DPK hanya mencapai 8,5% (yoy), jauh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 22,4% (yoy). Jumlah DPK bank umum syariah pada triwulan IV-2012 mencapai Rp1,87 triliun. Simpanan baik dalam bentuk giro dan deposito menunjukkan pertumbuhan yang melambat, sedangkan tabungan menunjukkan peningkatan. Simpanan giro tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dari 36,3% (yoy) menjadi 25,9% (yoy). Meskipun melambat, pertumbuhan giro masih tergolong tinggi dan mengindikasikan mulai bertambahnya pelaku usaha yang menggunakan jasa simpanan giro bank umum 52

63 Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah syariah. Deposito juga tumbuh melambat dari 34,4% (yoy) menjadi hanya 1,0% (yoy), sedangkan tabungan tumbuh meningkat dari 9% (yoy) menjadi 14,9% (yoy). Kinerja penyaluran pembiayaan yang menggembirakan diiringi dengan intermediasi perbankan yang lebih baik dan kualitas pembiayaan yang terjaga. Keadaan ini diindikasikan dengan meningkatnya FDR (Financing to Deposit Ratio) dan rasio NPF (Non Performing Financing) yang terus menunjukkan tren menurun. Financing-to-Deposit Ratio (FDR) bank umum syariah pada triwulan IV-2012 mencapai 183,5%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 165,4%. Peningkatan FDR tersebut seiring dengan mulai meningkatkan pertumbuhan penyaluran pembiayaan bank umum syariah sementara pertumbuhan DPK cenderung melambat. Dari sisi pengelolaan kualitas pembiayaan, Non-Performing Financing (NPF) masih relatif terjaga dengan persentase sebesar 1,18%, sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya 1,38%. Secara umum level NPF tersebut masih jauh lebih rendah dibandingkan batas maksimum yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 5%. 53

64 Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah BOKS 3 Determinan Kredit Mikro di Sumatera Barat Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan potensi UMKM di Sumatera Barat, Bank Indonesia Padang bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang (UNP) melakukan penelitian untuk mengetahui determinan dalam penyaluran kredit mikro di Sumatera Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik debitur UMKM yang layak untuk menerima kredit mikro. Selain itu, penelitian ini berusaha merekomendasikan kebijakan terkait dengan keperluan dan keberadaan lembaga penjamin kredit daerah di Sumatera Barat. Dengan kata lain walaupun sebuah usaha tidak memenuhi syarat bank komersial dan lembaga keuangan lainnya untuk mendapatkan kredit (misalnya karena tidak memiliki collateral), namun karena memiliki potensi dan prospek untuk berkembang dengan baik serta tidak berpotensi menjadi kredit macet, maka usaha tersebut seharusnya bisa memperoleh kredit. Perkembangan UMKM Sumatera Barat Perkembangan kredit UMKM di Sumatera Barat semakin meningkat dan menunjukkan kinerja yang baik. Bila dilihat pada November 2012, kredit UMKM mengalami pertumbuhan sebesar 20,7% (yoy) dengan total Rp 10,5 triliun. Selain itu, kontribusi kredit UMKM saat ini sudah mencapai 31,1% terhadap total kredit bank umum di Sumbar. Mayoritas kredit UMKM yang diberikan digunakan untuk modal kerja sebesar 82,5% dan sisanya digunakan sebagai kredit investasi. Hasil Survey Penelitian Hasil survey determinan kredit mikro terhadap 401 UMKM di Sumatera Barat dapat dilihat pada tabel 1. Dari hasil survey ini dapat dilihat karakteristik dari pelaku usaha UMKM, jenis jaminan, hingga rata-rata nilai pengajuan kredit UMKM di Sumbar. Selain itu pada penelitian ini juga dilakukan FGD terhadap para analis kredit atau credit officer pada cabang bank yang ada di Sumatera Barat yang ahli di bidang penilaian kredit. Beberapa analisa terkait dengan determinan kredit mikro dari sisi perbankan antara lain : 1. Faktor karakter dari pengusaha UMKM mendominasi sekitar 51,2 % bobot prioritas determinan kelayakan kredit mikro oleh perbankan di Sumbar dibandingkan dengan 4 prinsip lainnya dalam prinsip 5 C (Character, Capital, Collateral, Capacity dan Condition). Faktor kejujuran dan kepribadian calon debitur sangat penting dalam hal menentukan kemauan membayar calon debitur 2. Sektor perdagangan merupakan sektor prioritas tertinggi (sekitar 35%) untuk didanai oleh pihak perbankan khususnya kredit mikro karena sektor ini dianggap mempunyai tingkat turn over yang tinggi sehingga memberikan tingkat pengembalian yang lebih baik dibandingkan sektor lainnya. Kendala utama yang menjadi perhatian para analis hanya jenis produk yang diperjualbelikan haruslah produk yang mempunyai daya jual yang tidak terpengaruh dengan trend dan fluktuasi perekonomian. 54

65 Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah Tabel 1. Hasil Survey Determinan Kredit Mikro di Sumbar No Determinan 1 Distribusi Sektoral UMKM 2 Badan Hukum UMKM 3 Usia UMKM Tingkat Pendidikan tenaga kerja UMKM Tempat Pengajuan Kredit UMKM 6 Tujuan Mengajukan Kredit Jenis Jaminan Dalam Pengajuan Kredit Status Pengajuan Kredit UMKM 9 Nilai pengajuan kredit UMKM 10 Kendala Memperoleh Kredit Hasil Survey industri pengolahan (55,16%) jasa (6,05%) pertanian (15,87%) bangunan (6,05%) perdagangan, hotel, restoran (13,10%) lainnya (3,78%) Perorangan (81,53%) PT (1,85%) UD (8,97%) Koperasi (0,26%) CV (7,39%) >10 thn (31,6%) 1-3 thn (18,4%) 5-10 thn (31,4%) <1 thn (5,9%) 3-5 thn (12,8%) sarjana (2,19%) tamat SD (18,29%) tamat SMA (44,57%) tidak tamat SD (6,33%) tamat SMP (28,64%) bank pemerintah (66,00%) lembaga keuangan mikro (4,22%) bank swasta (16,87%) BPR (12,90%) memulai usaha (5,97%) konsumsi (1,19%) menambah modal usaha (84,96%) lainnya (1,19%) perpanjangan kredit lama (6,68%) referensi (11,84%) tanah+rumah (17,37%) surat berharga (15,79%) tanah (14,74%) kendaraan bermotor (40,26%) ditolak (14,80%) diterima penuh (69,90%) diterima sebagian (15,31%) > Rp 100 jt (15,13%) Rp 10 jt - Rp 25 jt (41,03%) Rp 50 jt - Rp 100 jt (11,54%) < Rp 10 jt (13,33%) Rp 25 jt - Rp 50 jt (18,97%) syarat administrasi bank (17,01%) biaya administrasi kredit (6,14%) jaminan (32,82%) jangka waktu (4,87%) tingkat bunga bank (34,18%) lainnya (5,12%) 3. Aset perusahaan sebagai proksi untuk permodalan UMKM, tempat UMKM mengajukan kredit terutama melalui bank pemerintah, dan jaminan yang digunakan saat mengajukan kredit merupakan variabel yang secara signifikan mempengaruhi dalam menentukan persetujuan kredit dari bank dan signifikan dalam menentukan jumlah persetujuan kredit yang diterima oleh debitur (gambar 1). Hasil ini juga mengindikasikan sangat pentingnya peranan bank pemerintah dan jaminan yang dimiliki UMKM untuk layak memperoleh kredit dari perbankan. 4. Modal suatu usaha UMKM tidak mempengaruhi perbankan dalam persetujuan kreditnya, namum berpengaruh terhadap jumlah/ nilai kredit yang telah disetujui. 5. Tingkat bunga memiliki dampak yang signifikan terhadap persetujuan kredit UMKM yang terkait dengan jaminan yang diberikan. 55

66 Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah DETERMINAN KELAYAKAN KREDIT MIKRO DI SUMATERA BARAT Determinan Odd Ratio Kredit Mikro Determinan Jumlah Persetujuan Kredit Mikro 1. ROA 2. Tingkat Bunga 3. Sektor Pertanian 4. Pendidikan Sarjana 5. Aset 6. Bank Pemerintah 7. Jaminan Besar 8. Jangka Waktu Kredit 9. Omzet Grafik 1. Determinan Kelayakan Kredit Mikro di Sumbar Odd ratio : Rasio peluang kredit yang diajukan oleh UMKM diterima sesuai dengan jumlah kredit yang diajukan, terhadap peluang kredit tersebut mengalami masalah credit rationing. Pentingnya jaminan/kolateral bagi determinan kelayakan kredit mikro dan signifikannya dampak tingkat bunga saat berinteraksi dengan jaminan yang lebih besar dari nilai kredit, menyebabkan UMKM akan memperoleh tingkat bunga yang rendah saat kreditnya disetujui jika memiliki jaminan yang lebih besar dibandingkan pengusulan kreditnya. Implikasinya UMKM yang sebagian besar tidak memiliki jaminan/kolateral, memerlukan intervensi pemerintah yang bisa menjamin kredit mereka. Pengalaman Negara-negara lain di dunia seperti dengan adanya lembaga penjaminan kredit seperti di Jepang (lembaga Credit Guarantee Corporation/ CGCS dan Credit Insurance System/ CIC), Taiwan (lembaga Small and Medium Business Credit Guarantee Fund/ SMBCGF) dan Australia (lembaga Small Business Development Corporation/ SBDC) bisa dijadikan contoh untuk langkah awal lembaga penjaminan kredit UMKM di Sumatera Barat. 56

67 Bab IV : Perkembangan Keuangan Daerah BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Kinerja realisasi keuangan daerah pada triwulan IV-2012 baik dari penerimaan maupun belanja APBD di Sumatera Barat tercatat mengalami perbaikan. Pos pendapatan pemerintah Sumbar meningkat dengan realisasi mencapai target yang dianggarkan sebesar 100,15%. Pendapatan asli daerah (PAD) terutama dari penerimaan pajak daerah menjadi kontribusi utama peningkat realisasi pendapatan daerah. Sementara itu, realisasi belanja daerah mencapai 93,23%, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 89,67%. Hal ini telihat dengan naiknya belanja modal dibandingkan tahun lalu yang memperlihatkan komitmen pemerintah dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah. Realisasi penerimaan pemerintah pusat di wilayah Sumatera Barat mengalami peningkatan meski pertumbuhannya relatif melambat. Peningkatan yang cukup tinggi berasal dari penerimaan pajak dalam negeri,terutama dari pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPN) sejalan dengan tingginya konsumsi masyarakat. Sementara itu, kinerja ekspor yang semakin melambat berdampak pada turunnya penerimaan pajak perdagangan luar negeri. Di sisi lain, realisasi belanja pemerintah pusat di Sumatera Barat meningkat dan tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Realisasi belanja ini masih didominasi oleh belanja operasional terutama untuk penyerapan belanja pegawai meskipun tren tahun ini mulai menurun Keuangan Pemerintah Daerah Realisasi pendapatan ABPD Sumbar pada triwulan IV-2012 mencapai target yang ditetapkan. Total realisasi pendapatan APBD sebesar Rp2,92 triliun atau mencapai100,15% dari target. Persentase realisasi ini lebih rendah dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun 2011 yang mencapai 57

68 Bab IV : Perkembangan Keuangan Daerah 105,45%. Sumber realisasi pendapatan terbesar terutama berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencapai Rp1,22 triliun atau 41,93% dari total pendapatan daerah, diikuti dengan Dana Perimbangan yang mencapai Rp1,14 triliun atau 39,14% dari total realisasi pendapatan daerah. Realisasi PAD pada triwulan IV-2012 ini telah mencapai 99,46% dari target APBD tahun Realisasi PAD terbesar berasal dari penerimaan pajak daerah dengan kontribusi sebesar 34,03% dari total realisasi pendapatan, dan pencapaiannya terhadap target pendapatan mencapai 100,43%. Tabel Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Sumbar Triwulan IV-2012 Anggaran 2012 Realisasi Triwulan IV-2012 % Pendapatan Daerah ,15 Pendapatan Asli Daerah ,46 Pajak Daerah ,43 Retribusi Daerah ,26 Hasil Pengelolaan kekayaan Daerah yang Dipisahkan ,40 Lain-Lain PAD ,52 Dana Perimbangan ,30 Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak ,35 Dana Alokasi Umum ,00 Dana Alokasi Khusus ,00 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah ,59 Pendapatan Hibah ,59 Dana Penyesiuaian dan Otonomi Khusus ,00 Sumber: DPKD Prov. Sumbar Realisasi dana perimbangan mendapat persentase penerimaan tertinggi di triwulan IV Pada triwulan IV-2012, realisasi dana perimbangan pada ABPD mencapai Rp1,14 triliun, dimana sebagian besar merupakan Dana Alokasi Umum (DAU) yang nilainya mencapai Rp918,56 miliar atau 31,43% dari total realisasi pendapatan APBD Sumbar. Dibandingkan dengan target penerimaan APBD 2012, realisasi dana perimbangan hingga triwulan IV-2012 ini telah mencapai 103,30%, atau seimbang dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 103,92% dari target APBD Realisasi belanja APBD hingga triwulan IV-2012 lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya, meskipun belum mencapai target belanja APBD Realisasi belanja tidak langsung pada triwulan IV-2012 mencapai Rp1,6 triliun atau 53,80% dari yang dianggarkan (Tabel 4.1). Belanja tidak 58

69 Bab IV : Perkembangan Keuangan Daerah langsung atau merupakan belanja operasional sebagian besar digunakan untuk belanja hibah dan belanja pegawai, dengan porsi masing-masing mencapai 21,86% dan 17,69% dari total realisasi belanja APBD. Di sisi lain, persentase realisasi belanja modal cukup tinggi, dengan mencapai 94,92% dari target anggaran atau sebesar Rp645,62 miliar. Tabel Realisasi Belanja APBD Provinsi Sumbar Triwulan IV-2012 Anggaran 2012 Realisasi Triwulan IV-2012 % Belanja Daerah ,23 Belanja Tidak Langsung ,36 Belanja Pegawai ,72 Belanja Hibah ,97 Belanja Bantuan Sosial ,40 Belanja Bagi Hasil Kepada Prov/Kab/Kota & Pem. Desa ,19 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov/Kab/Kota & Pem. Desa ,58 Belanja Tidak Terduga ,01 Belanja Langsung ,09 Belanja Pegawai ,32 Belanja Barang dan Jasa ,82 Belanja Modal ,92 Sumber: DPKD Prov. Sumbar 4.2. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah Penerimaan pemerintah pusat di wilayah Sumbar mengalami peningkatan. Pada triwulan IV-2012 total penerimaan pemerintah pusat di Sumbar mencapai Rp7,78 triliun, atau meningkat sebesar 5,87% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Peningkatan tersebut jauh lebih rendah dibandingkan persentase penerimaan di triwulan IV-2011 yang mencapai 44,15%. Hal ini sejalan dengan telah dialihkannya beberapa jenis pajak yang sebelumnya merupakan pajak Pemerintah Pusat menjadi Pajak Daerah seperti Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang telah diberlakukan sejak tahun Di tahun 2014, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) juga akan menjadi pajak daerah sehingga penerimaan pemerintah pusat di daerah akan semakin berkurang sementara PAD akan semakin meningkat. Penerimaan pajak perdagangan internasional melambat dibandingkan tahun lalu. Total penerimaan pajak perdagangan internasional hingga triwulan IV-2012 sebesar Rp1,79 triliun menurun 31,15% dibandingkan periode yang sama 59

70 89,41% 85,18% 88,50% 85,49% 71,83% 54,47% 66,03% 35,35% 15,86% 22,99% Miliar Rp Miliar Rp Bab IV : Perkembangan Keuangan Daerah tahun lalu yang sebesar Rp2,6 triliun (grafik 4.1). Persentase pajak perdagangan internasional terhadap total pendapatan pada triwulan IV-2012 hanya mencapai 23,0%, jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 35,35% (Grafik 4.2). Hal ini disebabkan oleh semakin melambatnya kinerja ekspor Sumbar seiring dengan turunnya permintaan ekspor dari luar negeri dan harga komoditas yang menurun. Bea masuk dan bea keluar pun mengalami penurunan sebesar 22,22% dan 31,28% dibandingkan tahun lalu Total Pendapatan Pajak Dalam Negeri Pajak Perdagangan Internasional (aksis kanan) % 90% Rasio Pajak Dalam Negeri thd Total Pendapatan Rasio Pajak Perdagangan Internasional thd Total Pendapatan 0,99% 2,05% 0,40% 1,57% % 70% 60% % % 30% 20% - IV-2006 IV-2007 IV-2008 IV-2009 IV-2010 IV-2011 IV-2012 Sumber : Kemenkeu RI, diolah - 10% 0% IV-2006 IV-2007 IV-2008 IV-2009 IV-2010 IV-2011 IV-2012 Sumber : Kemenkeu RI, diolah Grafik Penerimaan Pajak APBN di Sumbar Grafik Persentase Penerimaan Pajak APBN di Sumbar Penerimaan pajak dalam negeri meningkat. Penerimaan pajak dalam negeri selama triwulan IV-2012 sebesar Rp5,14 triliun atau meningkat 28,34%, jauh lebih tinggi dibandingkan kenaikan pada triwulan yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 9,32%. Peningkatan ini bersumber dari kenaikan penerimaan pajak penghasilan sebesar 30,67%,dan pajak bumi dan bangunan (PBB) sebesar 14,02% dari tahun sebelumnya. Kenaikan pajak penghasilan terutama berasal dari pendapatan PPh pasal 25/29 badan dan PPh pasal 21. Sementara itu, naiknya penerimaan PBB didorong oleh kenaikan PBB perkotaan seiring dengan banyak berdirinya bangunan-bangunan baru. Hal ini terindikasi pula dengan meningkatnya pertumbuhan sektor bangunan pada triwulan IV-2012 yang mencapai 9,26% (yoy). Meski meningkat, namun persentase penerimaan PBB terhadap terhadap penerimaan pajak dalam negeri relatif kecil, hanya sebesar 1,63%. Sementara persentase terbesar penerimaan pajak dalam negeri adalah pajak penghasilan yang mencapai 50,28%, diikuti oleh pajak pertambahan nilai (PPn) yang mencapai 47,12% (grafik 4.5). 60

71 80,08% 83,50% 78,98% 82,31% 78,03% 71,59% 67,89% 19,92% 16,50% 21,02% 17,69% 21,97% 28,41% 32,11% Miliar Rp ,74% 51,89% 54,39% 55,19% 51,73% 49,38% 50,28% ,86% 32,73% Miliar Rp ,87% 33,54% 38,40% 47,57% 47,12% Bab IV : Perkembangan Keuangan Daerah Pajak Penghasilan Pajak Bumi dan Bangunan Pajak Pertambahan Nilai Pendapatan Pajak Lainnya % 90% 80% 18,89% 17,30% 10,65% 9,30% 7,78% 1,83% 1,63% Pendapatan Pajak Lainnya % 60% Pajak Bumi dan Bangunan % % 30% Pajak Pertambahan Nilai % 10% Pajak Penghasilan - IV-2006 IV-2007 IV-2008 IV-2009 IV-2010 IV-2011 IV-2012 Sumber : Kemenkeu RI, diolah Grafik Penerimaan Pajak Dalam Negeri APBN di Sumbar 0% IV-2006 IV-2007 IV-2008 IV-2009 IV-2010 IV-2011 IV-2012 Sumber : Kemenkeu RI, diolah Grafik Persentase Penerimaan Pajak Dalam Negeri APBN di Sumbar Pajak Pertambahan Nilai (PPN) masih tumbuh tinggi meski relatif melambat dibandingkan tahun lalu. Dilihat dari pertumbuhannya, penerimaan PPN cenderung melambat. Meski mengalami kenaikan sebesar 27,12% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, namun lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 35,43%. Persentase PPN terhadap total penerimaan pajak dalam negeri relatif stabil pada level 47% dibandingkan tahun sebelumnya. Cukup tingginya penerimaan PPN terutama berasal dari barang-barang konsumsi. Berdasarkan data BPS, pengeluaran konsumsi barang (non-makanan) RTpada triwulan IV-2012 meningkat sebesar 5,72% (yoy) atau naik dari triwulan sebelumnya 4,91%. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya konsumsi pada masa liburan sekolah di akhir tahun dan menyambut perayaan awal tahun Total Belanja Belanja Operasional Belanja Investasi IV-2006 IV-2007 IV-2008 IV-2009 IV-2010 IV-2011 IV-2012 Sumber : Kemenkeu RI, diolah Grafik Belanja APBN di Sumbar 100% 90% 80% 70% 60% Belanja Operasional Belanja Investasi 50% 40% 30% IV-2006 IV-2007 IV-2008 IV-2009 IV-2010 IV-2011 IV-2012 Sumber : Kemenkeu RI, diolah Grafik Persentase Belanja APBN di Sumbar 61

72 43,73% 43,15% 45,82% 37,28% 40,39% 45,94% 46,71% 20,51% 19,91% 22,00% 16,97% 24,66% 27,30% 28,31% 23,23% 21,13% 20,68% 25,19% 18,87% 11,69% 17,65% Miliar Rp Miliar Rp Bab IV : Perkembangan Keuangan Daerah 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Belanja Pegawai Belanja Bantuan Sosial Sumber : Kemenkeu RI, diolah Belanja Barang Belanja Lain-Lain IV-2006 IV-2007 IV-2008 IV-2009 IV-2010 IV-2011 IV-2012 Grafik Persentase Belanja Operasional APBN di Sumbar IV-2006 IV-2007 IV-2008 IV-2009 IV-2010 IV-2011 IV-2012 Sumber : Kemenkeu RI, diolah Grafik Belanja Operasional APBN di Sumbar Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Bantuan Sosial Belanja Lain-Lain Belanja Operasional (aksis kanan) 0 Belanja investasi atau belanja modal semakin meningkat. Hal ini memperlihatkan semakin seriusnya pemerintah melakukan pembangunan di daerah Sumbar. Meski persentase belanja investasi masih relatif kecil dibandingkan belanja operasional, namun menunjukkan kenaikan persentase dari total belanja, yaitu dari 28,41% pada triwulan IV-2011 menjadi 32,11% pada triwulan IV-2012 dari total belanja (grafik 4.7). Sebaliknya belanja operasional sedikit menurun dari 71,59% menjadi 67,89%. Realisasi belanja modal meningkat secara signifikan sebesar 35,24% dibandingkan tahun lalu dari Rp1,91 triliun menjadi Rp2,58 triliun terkait dengan realisasi belanja untuk pembangunan infrastruktur berupa jalan, irigasi, dan jaringan di beberapa wilayah Sumbar yang meningkat cukup signifikan sebesar 62,49% atau dari Rp963,80 miliar menjadi Rp1,57 triliun (grafik 4.5). Perbaikan infrastruktur jalan merupakan salah satu upaya untuk mendukung kelancaran arus distribusi barang dan jasa antar daerah. Belanja peralatan dan mesin juga mengalami peningkatan 17,64% atau dari Rp416,5 miliar menjadi Rp 489,9 miliar. Pemenuhan belanja pegawai masih mendominasi penyerapan realisasi belanja operasional di triwulan IV Persentase belanja pegawai terhadap total belanja operasional mencapai 46,71%. Dibandingkan tahun lalu realisasinya mengalami kenaikan sebesar 15,39% dari Rp2,21 triliun menjadi Rp2,55 triliun. Di sisi lain, pos belanja barang juga mengalami peningkatan sebesar 17,70%. Kenaikan yang tinggi pada belanja bantuan sosial mencapai 71,29% yaitu dari Rp563,20 miliar pada triwulan IV-2011 tahun menjadi Rp964,7 miliar terkait realisasi bantuan jaminan sosial. 62

73 Bab V : Perkembangan Sistem Pembayaran BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Transkasi tunai mengalami net-inflow yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, sementara volume transaksi non-tunai baik melalui kliring maupun Real-Time Gross Settlement (RTGS) mengalami peningkatan. Lebih rendahnya net-inflow menunjukkan bahwa transaksi tunai tidak sesemarak di triwulan sebelumnya yang diwarnai perayaan lebaran. Sementara peningkatan transaksi non-tunai terjadi sejalan dengan banyaknya transaksi kegiatan ekonomi pada akhir tahun, terutama dalam pemenuhan realisasi belanja anggaran pemerintah, serta pemenuhan modal dan pinjaman antara pelaku swasta dengan perbankan Transaksi Tunai Transaksi tunai yang masuk (inflow) pada triwulan IV-2012 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Total transaksi tunai inflow yang masuk ke KPw Bank Indonesia Wilayah VIII pada triwulan IV-2012 mencapai Rp2,21 triliun, atau menurun 41,8% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp3,79 triliun. Lebih rendahnya transaksi yang masuk dibandingkan triwulan sebelumnya menunjukkan bahwa setoran tunai dari perbankan ke Bank Indonesia seiring dengan masih tingginya pemenuhan kebutuhan tunai di masyarakat oleh perbankan. Kondisi ini juga terlihat pada transaksi keluar (outflow) pada triwulan IV yang mencapai Rp1,86 triliun, atau relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp1,87 triliun. Secara umum, pada triwulan IV-2012 terjadi net-inflow sebesar Rp350 miliar, atau jauh lebih rendah dibandingkan net-inflow pada triwulan sebelumnya yang mencapai Rp1,92 triliun. 63

74 Juta Rp Triliun Rp Lembar Triliun Rp Triliun Rp Bab V : Perkembangan Sistem Pembayaran Inflow Outflow Net Inflow Inflow Outflow Net Inflow I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Bank Indonesia Grafik Perkembangan Aliran Uang Kas Masuk (inflow) dan Keluar (outflow) Sumber : Bank Indonesia Grafik Perkembangan Aliran Uang Kas Masuk (inflow) dan Keluar (outflow) setiap bulan Jumlah Uang Tidak Layak Edar (UTLE) mengalami peningkatan seiring dengan akumulasi transaksi tunai yang terjadi sepanjang Pada triwulan IV-2012 jumlah UTLE yang masuk ke KPw Bank Indonesia Wilayah VIII dari setoran perbankan Sumbar mencapai Rp244,68 miliar, atau meningkat 330,2% dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp56,9 miliar. Peningkatan UTLE ini cenderung meningkat pada setiap akhir tahun mengingat hasil akumulasi peredaran uang tunai sepanjang tahun di masyarakat yang menyebabkan menurunnya kualitas uang tunai. Permintaan uang tunai dalam bentuk kualitas Hasil Cetak Sempurna (HCS) khususnya mencapai puncaknya pada triwulan III seiring dengan perayaan lebaran. Kualitas uang yang sudah dianggap tidak layak edar kembali banyak disetorkan oleh perbankan di Sumbar ke Bank Indonesia untuk ditukar dengan uang HCS baru, sedangkan UTLE selanjutnya dimusnahkan oleh Bank Indonesia % Rasio PTTB terhadap inflow PTTB (Sisi Kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Nominal (sisi kiri) Lembar (sisi kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Bank Indonesia Grafik Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) Sumber : Bank Indonesia Grafik Jumlah Temuan Uang Palsu di Sumatera Barat 64

75 Bab V : Perkembangan Sistem Pembayaran Uang palsu yang ditemukan pada triwulan IV-2012 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Jumlah uang palsu yang ditemukan oleh Bank Indonesia dari hasil setoran oleh perbankan di Sumbar pada triwulan IV mencapai 98 lembar dengan nominal setara Rp6,89 juta, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang ditemukan sebanyak 86 lembar atau dengan nominal setara Rp5,61 juta. Peningkatan jumlah uang palsu yang ditemukan terjadi seiring dengan transaksi tunai yang tinggi pada triwulan sebelumnya, dimana peredaran uang palsu cenderung meningkat ketika tingkat transaksi dan kebutuhan uang tunai sangat tinggi. Untuk menekan peredaran uang palsu tentunya perlu kesadaran dan kerjasama semua pihak, baik dari masyarakat maupun perbankan khususnya dalam mengenali ciri-ciri keaslian uang Rupiah dengan baik sehingga terhindar dari terselipnya uang palsu dalam transaksi kegiatan ekonomi, khususnya pada uang pecahan besar. Pada triwulan IV-2012 ditemukan uang palsu pecahan Rp sebanyak 41 lembar, pecahan Rp sebanyak 55 lembar, dan pecahan Rp sebanyak 2 lembar. Dengan demikian secara keseluruhan tahun 2012, ditemukan uang palsu sebanyak 381 lembar dengan nominal setara Rp24,8 juta, secara kuantitas mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang ditemukan uang palsu sebanyak 388 lembar dengan nominal setara Rp22,2 juta Transaksi Kliring Transksi non-tunai melalui kliring mengalami peningkatan seiring dengan maraknya aliran pemenuhan transaksi kegiatan ekonomi pada akhir tahun. Perputaran kliring pada triwulan IV-2012 mencapai 100,1 ribu lembar dengan nominal mencapai Rp4,17 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dengan transaksi mencapai 68 ribu lembar dengan nominal mencapai Rp2,92 triliun. Peningkatan transaksi kliring ini terjadi sejalan dengan meningkatnya kebutuhan transaksi non-tunai terkait maraknya kegiatan ekonomi pada akhir tahun, khususnya pemenuhan target realisasi anggaran kegiatan pemerintah pusat di daerah, pemerintah daerah, dan sejumlah lembaga pemerintahan lainnya. Selain itu, peningkatan transaksi kliring yang terjadi juga terkait dengan pemenuhan modal dan pelunasan pinjaman antara pelaku swasta dengan perbankan. Dengan meningkatnya transaksi kliring, rasio penolakan cek/bilyet giro (BG) kosong juga mengalami peningkatan. Pada triwulan IV

76 Triliun Rp Ribu Lembar Miliar Rp Ratus Lembar Bab V : Perkembangan Sistem Pembayaran secara volume, penolakan cek/bilyet giro kosong mencapai lembar dengan nominal mencapai Rp100,2 miliar, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak lembar dengan nominal mencapai Rp55,1 miliar. Keterangan Perputaran Kliring Sumber : Bank Indonesia Tabel Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Pertumbuhan I II III IV I II III IV qtq yoy Volume (ribu lembar) % 4.5% Nominal (miliar Rp) 3, , , , , , , , % 1.2% Penolakan Cek/BG Kosong - Volume (lembar) 2, , , , ,972 3,409 2,037 3, % 5.8% - Nominal (miliar Rp) % 20.5% Nominal Volume (sisi kanan) I II III IV I II III IV I II III IV % 2.5% 2.0% 1.5% 1.0% 0.5% 0.0% Volume (sisi kanan) Nominal I II III IV I II III IV I II III IV % 3.50% 3.00% 2.50% 2.00% 1.50% 1.00% 0.50% 0.00% Sumber : Bank Indonesia Grafik Rata-rata Harian Perputaran Kliring di KPW Bank Indonesia Wilayah VIII Sumber : Bank Indonesia Grafik Rasio Cek/BG Kosong terhadap Transaksi Kliring 5.3. Transaksi BI-RTGS (Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement) Nominal Volume (sisi kanan) I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BI Grafik 5.7. Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Sumatera Barat Volume transaksi non-tunai melalui RTGS di triwulan IV lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan peningkatan transaksi kliring, transaksi menggunakan RTGS juga mengalami peningkatan. Volume transaskis RGTS di triwulan IV-2012 mencapai transaksi. Volume transaksi 66

77 Bab V : Perkembangan Sistem Pembayaran dari wilayah Sumbar mencapai transaksi, masing-masing mengalir ke wilayah Sumbar sendiri sebanyak transaksi dan ke luar wilayah Sumbar transaksi, volume transaksi ini lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai transaksi. Sementara aliran dari luar wilayah Sumbar ke Sumbar volumenya mencapai transaksi, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak transaksi. Namun demikian secara nominal nilainya belum melebihi total transakasi triwulan sebelumnya. Total nilai transaksi RTGS selama triwulan IV-2012 mencapai Rp21,2 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu mencapai Rp23,9 triliun. Tabel Transaksi RTGS Provinsi Sumatera Barat Keterangan qtq yoy IV I II III IV RTGS (Rp Miliar) 20,123 17,679 24,336 23,990 21, % 5.3% Dari Sumbar Ke Sumbar (f-t) 1, ,207 1,444 1, % 20.5% Ke Luar Sumbar (f) 7,312 5,152 7,033 6,955 8, % 17.0% Ke Sumbar Dari luar Sumbar (t) 11,340 11,578 16,096 15,591 10, % -4.2% RTGS (volume) 42,139 34,328 37,090 39,740 42, % 0.7% Dari Sumbar Ke Sumbar (f-t) 3,096 2,457 2,637 2,913 3, % 7.4% Ke Luar Sumbar (f) 16,845 13,820 15,071 15,617 17, % 5.9% Ke Sumbar Dari luar Sumbar (t) 22,198 18,051 19,382 21,210 21, % -4.2% Sumber : Bank Indonesia 67

78 Bab V : Perkembangan Sistem Pembayaran Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 68

79 Bab VI :Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH Terus berkembangnya ekonomi Sumbar turut berdampak pada penyerapan tenaga kerja yang lebih baik di sektor formal, khususnya sektor perdagangan. Hal ini diindikasikan juga dengan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian yang semakin menurun, di mana sebagian besar merupakan kegiatan sektor ekonomi informal. Penyerapan sektor formal yang membaik mendorong peningkatan penduduk usia produktif yang bekerja, disertai dengan jumlah pengangguran yang terus menurun. Tingkat kemiskinan di Sumatera Barat mengalami penurunan. Secara persentase sepanjang penduduk miskin di Sumbar mengalami penurunan dari 8,99% menjadi 8,00%. Menurunnya kemisikinan ditopang oleh terjaganya daya beli masyarakat seiring dengan tingkat inflasi yang relatif stabil. Selain itu peningkatan Upah Minimum Provinsi (UMP) juga turut mendukung terjaganya daya beli masyarakat Ketenagakerjaan Daerah Jumlah penduduk usia produktif yang bekerja di Sumbar mengalami peningkatan. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk usia produktif, jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja di Sumbar pada periode Februari 2012 tercatat orang, meningkat 4,29% atau bertambah orang dibandingkan tahun lalu (Februari 2011). Sejalan dengan perekonomian Sumbar yang meningkat, tingkat pengangguran di Sumbar terus menurun. Sepanjang Februari 2011-Februari 2012, jumlah penduduk yang menganggur mengalami penurunan dari 162,5 ribu orang menjadi 146,97 ribu orang. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurun 69

80 Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan & KesejahteraanDaerah dari 7,14% menjadi 6,25%. TPT Sumbar tersebut berada dibawah angka TPT nasional pada periode terakhir di 2011 yang mencapai 6,56%. Sebaliknya, bila dibandingkan dengan daerah-daerah di sekitar Sumbar, angka pengangguran tersebut masih jauh lebih tinggi dibandingkan angka pengangguran di Jambi dan Riau yang masing-masing mencapai 3,65% dan 5,17%. Tabel Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Menurut Kegiatan FEBRUARI FEBRUARI FEBRUARI KEGIATAN UTAM A Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas 3,423,721 3,326, Angkatan Kerja 2,273,111 2,275, a. Bekerja 2,101,027 2,113, b. Pengangguran 172, , Bukan Angkatan Kerja 1,150,610 1,050,734 1,011,543 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 66,39 68,42 69,92 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 7,57 7,14 6,25 Sumber: Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat, BPS Sebagian besar penduduk yang bekerja terserap di sektor pertanian. Lapangan pekerjaan di sektor pertanian mampu menyerap 42,4% dari tenaga kerja yang ada. Namun demikian, persentase penyerapan ini makin menurun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 44%. Sementara itu, persentase penduduk bekerja yang terserap di sektor perdagangan kembali meningkat, dari sebelumnya 18,5% pada Februari 2011 menjadi 19,8% pada Februari Demikian pula penyerapan di sektor jasa mengalami kenaikan, yaitu dari 16,7% menjadi 17,4%. Di sisi lain, daya serap di sektor-sektor lainnya relatif rendah, yaitu berkisar 4% - 7,2%. Tabel Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama LAPANGAN FEBRUARI FEBRUARI FEBRUARI PEKERJAAN UTAM A Pertanian 925, , ,434 Industri 135, , ,404 Bangunan 99, , ,414 Perdagangan 452, , ,031 Angkutan 107,233 91, ,151 Jasa 300, , ,520 Lainnya 81,374 83,283 89,264 TOTAL 2,101,027 2,113,506 2,204,218 Sumber: Keadaan Angkatan Kerja di Sumatera Barat, BPS 70

81 Ribu orang Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan & KesejahteraanDaerah Peluang lapangan kerja di sektor formal yang mampu menyeraptenaga kerja semakin meningkat. Penyerapan tenaga kerja sektor formal terus meningkat dari 634 ribu orang pada Februari 2011 menjadi 716 ribu orang pada Februari 2012, atau meningkat 12,98%.Sedangkan penyerapan sektor informal relatif relatif stabil dengan kenaikan sebesar 0,57% atau dari 1,48 juta orang menjadi 1,49 juta orang. Peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor formal terutama bersumber dari peningkatan penyerapan di sektor perdagangan dari 18,45% menjadi 19,83% dan sektor jasa meningkat dari 16,66% menjadi 17,40%. Kenaikan penyerapan tenaga kerja di sektor informal yang sangat rendah terutama berasal dari lambatnya peningkatan penyerapan di beberapa sektor. Hal ini menyebabkan penurunan proporsi penyerapan kerja di sektor pertanian dari 44,14% menjadi 42,35%, sektor industri dari 7,60 menjadi 7,19%, dan sektor bangunan dari 4,89% menjadi 4,60%. 1,800 1,600 1,400 1,574 1,480 1,488 Angkutan 5% Jasa 17% Lainnya 4% 1,200 1, Formal Informal Perdagangan 20% Pertanian 42% Sumber : BPS FEBRUARI 2010 FEBRUARI 2011 FEBRUARI 2012 Grafik Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan : Formal dan Informal Bangunan 5% Industri 7% Sumber : BPS Grafik Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari Kesejahteraan Tingkat kemiskinan di Sumatera Barat mengalami penurunan. Jumlah penduduk miskin di Sumbar hingga September 2012 mencapai jiwa, dengan sebagian besar terdapat di daerah pedesaan dengan jumlah mencapai jiwa, sementara di daerah perkotaan mencapai jiwa. Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, jumlah penduduk miskin tersebut lebih rendah. Data per september 2011 menunjukkan penduduk miskin di Sumbar mencapai jiwa, masing-masing jiwa di pedesaan dan jiwa di perkotaan. Dengan demikian secara persentase sepanjang

82 Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan & KesejahteraanDaerah 2012 penduduk miskin di Sumbar mengalami penurunan dari 8,99% menjadi 8,00%. Tabel Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Barat Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Persentase Penduduk Miskin (%) Perkotaan Perdesaan Jumlah Perkotaan Perdesaan Jumlah , , ,250 7,50 10,60 9, , , ,024 6,84 10,88 9,50 Mar , , ,085 7,42 10,07 9,04 Sep , , ,799 7,61 9,85 8,99 Mar , , ,736 6,67 9,14 8,19 Sep , , ,855 6,45 8,99 8,00 Sumber: BPS Menurunnya kemisikinan ditopang oleh terjaganya daya beli masyarakat seiring dengan tingkat inflasi yang relatif stabil. Sepanjang Maret- September 2012 hanya terjadi peningkatan garis kemiskinan yang relatif kecil. Garis kemiskinan pada periode tersebut meningkat dari Rp /kapita/bulan menjadi Rp /kapita/bulan. Berdasarkan kelompok barang, garis kemiskinan untuk pemenuhan konsumsi minimal kebutuhan makanan sepanjang periode Maret-September 2012 hanya meningkat dari Rp /kapita/bulan menjadi Rp /kapita/bulan, sementara untuk konsumsi kebutuhan non-makanan hanya meningkat dari Rp /kapita/bulan menjadi Rp /kapita/bulan. Tabel Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Tahun Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Makanan Non Makanan Total Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) Persentase Penduduk Miskin (%) Perkotaan Maret ,796 85, , ,81 6,67 September ,153 88, , ,25 6,45 Pedesaan Maret ,242 50, , ,93 9,14 September ,987 53, , ,60 8,99 Kota + Desa Maret ,655 64, , ,74 8,18 September ,702 67, , ,86 8,00 Sumber: BPS Selain tingkat inflasi yang relatif stabil pada 2012, peningkatan Upah Minimum Provinsi (UMP) juga turut mendukung terjaganya daya beli masyarakat. UMP di Sumbar mengalami peningkatan sebesar 9,00% 72

83 Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan & KesejahteraanDaerah dibandingkan tahun sebelumnya.sejalan dengan meningkatnya kebutuhan hidup layak, pemerintah daerah melakukan penyesuaian upah minimum. Di tahun 2012, UMP Sumbar mengalami kenaikan dari Rp per bulan menjadi Rp per bulan. Dibandingkan dengan daerah lain, perkembangan UMP Sumbar di tahun 2012 ini sedikit berada di atas rata-rata UMP di seluruh provinsi yang mencapai Rp per bulan. Namun demikian, UMP Sumbar masih berada di bawah UMP Provinsi tetangga seperti Riau, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan. Tabel Perkembangan Upah Minimum Provinsi (UMP) di Sumatera Barat Tahun Kebutuhan Hidup Layak Peningkatan Upah Minimum Propinsi Peningkatan KHL (Rp) % UMP (Rp) % UMP/KHL (%) , , ,82 96, , ,23 95, , ,00 99,70 Sumber: Kementerian Tenaga Kerja, RI Rp Riau; Sumut; Sumsel; Rata-rata Propinsi: Sumbar; Jambi; Grafik Perbandingan Upah Minimum Propinsi (UMP) di Sumatera Tahun 2012 Namun demikian, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) mengalami peningkatan. Salah satudimensi lain yang perlu juga diperhatikan selain jumlah dan persentase penduduk miskin adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Upaya pengentasan kemiskinan bukan hanya ditujukan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin namun juga mengurangi keparahan dan kedalaman kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan (P1) mengukur seberapa 73

84 Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan & KesejahteraanDaerah jauh rata-ratapengeluaran penduduk miskin relatif terhadap Garis Kemiskinan. Penurunan P1 mengindikasikan adanya perbaikan secara rata-rata pada kesenjangan antara standar hidup penduduk miskin dibandingkan dengan garis kemiskinan, sedangkan jika terjadi peningkatan P1 menunjukkan sebaliknya. Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa P1 di Sumbar sepanjang Maret-September 2012 secara umum mengalami peningkatan, indeks P1 meningkat dari 1,129 menjadi 1,235. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaranper kapita per bulan penduduk miskin makin jauh dari garis kemiskinan. Kondisi tersebut bersifat negatif bagi upaya penghapusan kemiskinan. Namun jika dibedakan menurut daerah perkotaan dan perdesaan maka Indeks Kedalaman Kemiskinan di pedesaan mengalami peningkatan. Tabel Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Tahun Kota Desa Kota + Desa P1 Maret ,942 1,248 1,129 September ,132 1,300 1,235 P2 Maret ,213 0,343 0,293 September ,296 0,322 0,312 Sumber: BPS Ketimpangan pengeluaran penduduk miskin secara umum meningkat, namun di daerah pedesaan mengalami penurunan. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengilustrasikan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin. Ketimpangan pengeluaran penduduk miskin mengalami kenaikan, sepanjang Maret-September 2012 indeks P2 mengalami kenaikan dari 0,293 menjadi 0,312. Indeks untuk daerah perkotaan menunjukkan bahwa ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin meningkat, indeks P2 meningkat dari 0,213 menjadi 0,296. Sementara hal sebaliknya terjadi di daerah pedesaan dengan terlihat terjadi penurunan indeks P2 dari 0,343 menjadi 0,

85 Bab VI :Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan I-2013 diperkirakan masih dapat tumbuh relatif stabil pada kisaran 7,0-7,3% (yoy). Sumber pertumbuhan masih banyak berasal dari permintaan domestik, baik konsumsi rumah tangga maupun investasi. Sementara ekspor diperkirakan masih akan melemah. Selain itu, Sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh melambat seiring curah hujan tinggi yang menjadi kendala pada produksi pertanian. Tekanan inflasi pada triwulan I-2013 diperkirakan meningkat. Tekanan inflasi terutama bersumber dari sisi penawaran terkait dengan pasokan bahan pangan yang diperkirakan cenderung menurun akibat pengaruh kondisi cuaca. Sementara itu, tekanan inflasi dari sisi administered prices juga berpotensi meningkatkan inflasi, antara lain terkait dengan kebijakan kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) dan kenaikan cukai rokok serta program konversi minyak tanah yang masih berjalan. Dari sisi permintaan, tekanan inflasi diperkirakan juga akan cenderung meningkat sejalan dengan adanya kenaikan Upah Minimum Propinsi (UMP) Perkiraan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat diperkirakan masih relatif stabil. Pertumbuhan ekonomi Sumbar pada triwulan I-2013 diperkirakan akan berada pada kisaran 7,0-7,3% (yoy), mengikuti pencapaian pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 7,41%. Sumber pertumbuhan diperkirakan masih berasal dari kekuatan domestik baik melalui kegiatan konsumsi rumah tangga maupun investasi. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan bahwa pelaku bisnis optimis terhadap perkiraan situasi bisnis hingga dua triwulan ke depan. Namun demikian, kinerja ekspor diperkirakan 75

86 Bab VII : Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah masih berada dalam tekanan seiring dengan masih belum membaiknya harga komoditas ekspor karet dan kelapa sawit di pasar internasional. Selain itu, permintaan dunia diperkirakan masih belum pulih pada triwulan I-2013 terkait dengan dampak krisis Eropa dan Amerika ke negara Asia lainnya seperti Cina dan India. Berdasarkan sektor ekonomi, pertumbuhan di sektor pertanian diperkirakan menghadapi kendala produksi akibat curah hujan yang tinggi. Curah hujan pada bulan Januari hingga Maret menurut BMKG diperkirakan dalam intensitas tinggi. Hal ini akan berdampak pada terganggunya produksi baik tanaman bahan makanan maupun perkebunan. Sementara di sisi lain, pertumbuhan di sektor industri pengolahan akan relatif stabil sehubungan dengan masih tingginya tingkat konsumsi rumah tangga. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) juga menunjukkan bahwa pelaku bisnis di sektor industri cenderung optimis terhadap perkiraan situasi bisnis hingga dua triwulan ke depan. Sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan masih akan tumbuh tinggi seiring dengan masih maraknya aktivitas perdagangan antar daerah, serta mobilitas penduduk maupun pendatang dari Sumbar ke wilayah-wilayah lainnya. Gambar 7.1. Prakiraan Curah Hujan Januari-Maret 2013 Januari Februari Maret 76

87 Bab VII : Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah Pada 2013, ekonomi Sumbar diperkirakan dapat tumbuh mencapai 6,2-6,5% (yoy) jika kegiatan investasi dapat tumbuh pesat. Kondisi pertumbuhan 6,5% (yoy) ini bisa tercapai jika rasio Incremental Capital Output Ratio (ICOR) selama dapat dipertahankan minimal 2,98. Dalam pengertian ini, ICOR adalah suatu besaran yang menunjukkan besarnya tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk menaikkan/ menambah satu unit output. Besaran ICOR diperoleh dengan membandingkan besarnya tambahan kapital dengan tambahan output. Sementara investasi yang dimaksud di sini adalah fixed capital formation atau pembentukan barang modal tetap (PMTB) yang terdiri dari tanah, gedung/konstruksi, mesin dan perlengkapannya. Untuk mencapai pertumbuhan 6,5% (yoy) pada 2013 dibutuhkan pertumbuhan investasi sebesar 14,6% (yoy), dengan tambahan investasi sebesar Rp4,1 triliun, dari semula investasi PMTB dalam PDRB pada 2012 sebesar Rp22,3 triliun menjadi Rp26,3 triliun. Dengan demikian, Pemerintah Daerah Provinsi maupun Kab/Kota di Sumbar perlu mendorong masuknya investasi swasta dan juga dukungan dari belanja modal dari masing-masing APBD-nya untuk mencapai pertumbuhan tersebut. Tabel Estimasi Incremental Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Sumatera Barat Periode Investasi (PMTB Asumsi PDRB Harga Pertumbuhan PDRB Nominal Deflator Nilai Investasi harga konstan) Pertumbuhan Konstan (miliar Rp) Investasi (%) (miliar Rp) PMTB (miliar Rp) (miliar Rp) Ekonomi (%) ICOR ,161 38,862 87, , ,936 41, , , ,505 43, , , ,747 46, , , Sumber: Hasil Estimasi 7.2. Perkiraan Inflasi Faktor kondisi cuaca akan mempengaruhi inflasi volatile food. Tingkat curah hujan yang diperkirakan masih cukup tinggi di hampir seluruh wilayah Indonesia berpotensi menyebabkan terganggunya produksi dan distribusi pasokan bahan makanan dari daerah penghasil. Survei Pemantauan Harga oleh Bank Indonesia Padang menunjukkan adanya kenaikan harga pada komoditas bahan 77

88 Bab VII : Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah makanan di bulan Januari 2013, terutama untuk komoditas cabe merah dan bawang merah.sementara harga beras dan bahan makanan lainnya masih stabil. Sumber: Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia Grafik Perkembangan Komoditas Volatile Food Sumber: BPS dan Estimasi Bank Indonesia Grafik Proyeksi Inflasi Sumbar Risiko tekanan inflasi juga bersumber dari kenaikan UMP yang signifikan. Kenaikan UMP Sumatera Barat 2013 mencapai 17,4% yaitu dari Rp menjadi Rp Kenaikan ini berpotensi mendorong kenaikan ekspektasi inflasi masyarakat. Berdasarkan hasil Survei Konsumen, ekspektasi masyarakat terhadap inflasi baik 3 bulan ke depan cenderung meningkat. Kenaikan inflasi antara lain dipengaruhi oleh menurunnya ketersediaan barang dan jasa, gangguan distribusi barang, dan penurunan/pencabutan subsidi seperti implementasi program konversi minyak tanah ke gas yang telah mulai dilaksanakan pada akhir tahun Kenaikan harga tertinggi diperkirakan terjadi pada kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, dan kelompok perumahan. 78

89 Bab VII : Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik Ekspektasi Harga 3 bulan ke Depan Pada akhir triwulan I-2013, inflasi kota Padang diperkirakan berada pada kisaran 4,9%±1% (yoy). Keberadaan Tim Pengelolaan Inflasi Daerah (TPID) Sumatera Barat baik di tingkat provinsi maupun di beberapa kabupaten/kota (Kota Padang, Kab. Pasaman, dan Kab. Solok) diharapkan dapat menahan pergerakan laju inflasi di Sumatera Barat khususnya kota Padang. Dalam hal ini, koordinasi antar TPID di wilayah Sumatera Barat menjadi salah satu poin penting. Selain itu, upaya pembentukan Pusat Informasi Harga Pangan (PIHPS) perlu terus dilakukan, sebagai salah satu cara untuk menjaga ekspektasi masyarakat terhadap inflasi. 79

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 2013 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII DIVISI EKONOMI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII Triwulan I-2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII TIM KAJIAN EKONOMI Jl. Jend.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2012 Triwulan II-2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII DIVISI EKONOMI MONETER Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 0751-31700

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Triwulan IV-2013 KANTOR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 29 Kantor Ringkasan Eksekutif KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-nya sehingga

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII (Sumatera Barat, Riau, Kep.Riau dan Jambi) i Halaman ini sengaja dikosongkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII (Sumatera Barat, Riau, Kep.Riau dan Jambi) i Halaman ini sengaja dikosongkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan IV - 2011 Kantor Triwulan IV-2011 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 0751-31700 Fax. 0751-27313

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III Tahun 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III Tahun 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III Tahun 2014 Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 21 Kantor Triwulan I-21 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank

Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank TRIWULAN I 216 i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii Triwulan I 216 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN EKONOMI Jl.

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2013 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank

Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank i Periode Agustus Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii Periode Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN EKONOMI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Kajian, Statistik dan Survey (UKSS) Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 212 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Kajian Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Jl. Letda Tantular No.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN III 213 Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci