KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III Kantor Bank Indonesia Banjarmasin

2

3 Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan karunia-nya, buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III-2011 ini dapat kami sajikan kepada pembaca sekalian. Publikasi rutin triwulanan ini berisi informasi terkini dan analisis kondisi ekonomi regional Kalimantan Selatan yang meliputi perkembangan dan arah pertumbuhan ekonomi, inflasi, kinerja perbankan dan sistem pembayaran, serta keuangan pemerintah daerah dan indikator kesejahteraan. Selanjutnya dapat kami informasikan bahwa berdasarkan data sementara BPS, perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 masih tumbuh cukup tinggi yakni 5,77% (yoy), namun melambat apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,37% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi terpengaruh oleh melambatnya investasi. Sementara itu dari sisi penawaran, kinerja sektor pertambangan dan pertanian yang belum optimal menjadi penghambat laju pertumbuhan pada triwulan laporan. Kabar menggembirakan datang dari pergerakan inflasi yang tercatat sangat rendah yakni pada level 4,59% (yoy) jauh di bawah perkiraan kami sebelumnya sebesar 5,8%±1%. Pasokan pangan strategis yang relatif terjaga, khususnya karena panen padi yang pada tahun ini diperkirakan mengalami peningkatan hingga 8% menjadi kunci utama turunnya inflasi triwulan laporan. Penurunan inflasi yang merupakan kelanjutan dari triwulan sebelumnya ini menambah optimisme kami terhadap pencapaian target inflasi Kalimantan Selatan sebesar 5% + 1% (yoy) hingga akhir tahun 2011 nanti. Secara umum, berdasarkan berbagai indikator yang ada, kinerja perbankan Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 cukup menggembirakan. Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain kualitas kredit membaik, sebagaimana tercermin dari penurunan rasio NPL dari 2,77% menjadi 2,60%. Transaksi uang tunai melalui Kantor Bank Indonesia Banjarmasin secara keseluruhan mengalami net-inflow. Sedangkan transaksi non-tunai diwarnai oleh peningkatan volume transaksi, khususnya yang melalui sistem Real Time Gross Settlement (RTGS). Pada triwulan ini, kami juga mencatat adanya pencapaian baru pada transaksi RTGS yang membukukan nilai tertinggi sepanjang sejarah transaksi RTGS di Kalimantan Selatan, yaitu sebesar Rp42,22 triliun. Hal tersebut mengkonfirmasi semakin membaiknya perekonomian Kalimantan Selatan. Ke depan, kami memperkirakan prospek ekonomi akan diwarnai oleh pertumbuhan ekonomi yang relatif moderat dengan laju inflasi yang lebih rendah dibanding triwulan III Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada i i

4 Kata Pengantar triwulan IV-2011 diperkirakan bergerak pada kisaran 5,6%-6,1% (yoy). Komponen ekspor dan pengeluaran pemerintah diperkirakan menopang pertumbuhan pada triwulan laporan. Di sisi penawaran, kinerja sektor pertambangan diperkirakan menopang pertumbuhan seiring tingginya permintaan batubara dari dalam dan luar negeri. Sementara itu, panen padi yang masih berlangsung hingga akhir tahun, diperkirakan menjaga inflasi untuk tetap bergerak turun yakni pada kisaran 4,13% + 1% (yoy). Kami menyadari bahwa penyempurnaan yang telah kami upayakan masih jauh dari cukup. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan publikasi ini. Tak lupa kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan, semoga hubungan baik ini dapat terus terbina di masa yang akan datang. Akhir kata, kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi pemangku kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, dan pihak-pihak lainnya yang memerlukan dan menaruh perhatian terhadap perkembangan ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melindungi setiap langkah baik yang kita upayakan. Banjarmasin, November 2011 BANK INDONESIA BANJARMASIN Khairil Anwar Pemimpin ii

5 Daftar Isi DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KETERANGAN DAN SUMBER DATA... TABEL INDIKATOR TERPILIH... i iii v vii RINGKASAN EKSEKUTIF 1 BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Sisi Permintaan Sisi Penawaran BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI Kondisi Umum Sisi Produksi Sisi Pasokan Sisi Distribusi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi Inflasi Volatile Food Inflasi Administered Price Inflasi Inti Inflasi Pedesaan Boks 1. Aksi Bersama Jelang Ramadhan dan Puasa BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN Perkembangan Bank Umum Perkembangan Volume Usaha dan Kelembagaan Bank Umum Penghimpunan Dana Masyarakat Penyaluran Kredit Risiko Likuiditas dan Risiko Kredit Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah Perkembangan Bank Syariah Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Perkembangan Sistem Pembayaran Transaksi Pembayaran Tunai Transaksi Pembayaran Non Tunai BAB 4. KEUANGAN DAERAH Realisasi Pos Pendapatan Daerah iii iii

6 Daftar Isi 2. Realisasi Belanja Daerah BAB 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Ketenagakerjaan Kesejahteraan BAB 6. PROSPEK EKONOMI Perkiraan Kondisi Makro Ekonomi Perkiraan Inflasi LAMPIRAN iv

7 KETERANGAN DAN SUMBER DATA Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Selatan berisi kajian mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan berjalan, yang diterbitkan secara berkala setiap triwulan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Banjarmasin. Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Bab VI Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas dasar tahun 2000 bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk kepraktisan, beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai kelaziman. Untuk data ekspor dan impor nonmigas Kalimantan Selatan, bersumber dari Dokumen Pemberitahuan Ekspor/Impor Barang yang diolah Bagian PDIE-Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia, yang tercantum pula pada buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan. Data IHK dan inflasi pedesaan bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan, dioleh lebih lanjut dan disandingkan dengan berbagai hasil survei BI Banjarmasin khususnya Survei Konsumen (SK) dan Survei Pemantauan Harga (SPH) untuk keperluan analisis. Data perbankan bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) bank-bank yang berlokasi di wilayah Kalimantan Selatan, khusus untuk data penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek bersumber dari Datawarehouse Bank Indonesia. Data sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja KBI Banjarmasin. Untuk data transaksi tunai bersumber dari Direktorat Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi non-tunai melalui BI-RTGS bersumber dari Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, sedangkan data transaksi non tunai melalui kliring bersumber dari data kliring Bank Indonesia Banjarmasin. Data keuangan daerah hanya mencakup data keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan yang bersumber dari Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan. Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan serta data pencairan Jaminan Hari tua (JHT) dari Jamsostek Wilayah Kalimantan selatan. Sedangkan angka kesejahteraan menggunakan indikator Nilai Tambah Petani (NTP) yang juga bersumber dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalsel. Sebagai suplemen informasi juga digunakan data olahan hasil SKDU BI Banjarmasin. Prospek perekonomian regional dibuat atas dasar perkembangan indikator ekonomi dan moneter dengan didukung oleh hasil survei yang dilakukan KBI Banjarmasin. Buku ini diterbitkan pada akhir periode triwulan laporan sehingga angka yang disajikan dalam triwulan dimaksud sebagian diantaranya merupakan angka sementara hasil estimasi. Selanjutnya, adakalanya angka yang menunjukkan penjumlahan tidak selalu sama besarnya dengan penjumlahan angka-angka yang bersangkutan karena pembulatan. v

8 Visi Bank Indonesia Menjadi Lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategi Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. Visi Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan Misi Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Mendukung pencapaian kebijakan BI di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah. vi

9 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH a. Inflasi dan PDRB INDIKATOR MAKRO IHK Banjarmasin Inflasi Banjarmasin (y-o-y) TAHUN TW - I TW - II TW - III PDRB Harga Konstan (Rp Miliar) Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Jasa Pertumbuhan PDRB (y-o-y) Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton) TAHUN % 5.58% 5.99% 6.37% 5.77% 5, ,818 2,574 2,501 85, ,417 30,667 31, vii

10 b. Perbankan INDIKATOR PERBANKAN Bank Umum (Rp miliar) Total Asset DPK Giro Tabungan Deposito Kredit - Lokasi Proyek Modal Kerja Investasi Konsumsi LDR Kredit - Lokasi Bank Modal Kerja Investasi Konsumsi TW I TW II TW III 21,544 26,169 27,305 29,005 31,357 17,782 21,307 21,957 23,820 25,717 4,188 4,304 5,307 5,832 6,326 9,765 12,056 11,788 12,574 13,622 3,829 4,947 4,862 5,415 5,770 17,508 20,089 22,551 23,876 25,787 6,114 7,076 7,167 7,629 8,262 5,297 5,785 6,781 7,015 7,602 6,098 7,229 8,604 9,232 9, % 94.28% % % % 13,706 17,107 17,699 18,884 19,971 4,861 6,199 6,257 6,736 7,119 3,603 4,376 4,603 4,855 5,351 5,243 6,532 6,839 7,293 7, % 80.29% 80.61% 79.28% 77.66% LDR Kredit UMKM - Lokasi Proyek Kredit Mikro 3,612 3,384 4,112 4,153 4,390 Modal Kerja Investasi Konsumsi 2,963 2,922 3,243 3,351 3,470 Kredit Kecil 4,033 5,189 5,963 6,487 7,706 Modal Kerja 1,043 1,068 1,114 1,220 1,523 Investasi Konsumsi 2,701 3,740 4,491 4,866 5,690 Kredit Menengah 2,757 2,184 3,228 3,492 4,257 Modal Kerja 1,706 2,190 2,096 2,220 2,516 Investasi ,022 Konsumsi Total Kredit UMKM 10,402 11,976 13,303 14,131 16,354 NPL 2.14% 2.13% 2.87% 2.77% 2.60% BPR Total Asset DPK Tabungan Deposito Kredit lokasi bank Modal Kerja Investasi Konsumsi NPL 5.76% 3.11% 3.82% 3.77% 6.58% LDR % % % % % viii

11 c. Sistem Pembayaran Indikator Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Posisi Kas Gabungan (Rp miliar) 1,537 1,485 2,364 1,749 2,121 3,761 Inflow (Rp miliar) 658 1, , ,883 Outflow (Rp miliar) 879 1,444 1, ,130 1,878 Pemusnahan Uang (Rp miliar) 544 1,209 1, Nominal Transaksi RTGS (Rp Miliar) 31,632 24,127 32,483 37,405 37,762 42,223 Volume Transaksi RTGS (ribu lbr) Nominal Kliring (Rp Miliar) 3,372 3,716 3,762 3,860 4,276 3,252 Volume Kliring (ribu lbr) Rata-rata Harian Nominal Kliring Rata-rata Harian Volume Kliring Nominal Kliring Pengembalian (Rp miliar) Volume Kliring Pengembalian (lembar) 1,342 1,793 2,038 1,791 1,838 1,300 Rata-rata Harian Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar) Rata-rata Harian Volume Kliring Pengembalian (lembar) Rata-rata Harian Nominal Cek/BG Kosong (Rp miliar) Rata-rata Harian Volume Cek/BG Kosong ix

12

13 RINGKASAN EKSEKUTIF

14

15 Ringkasan Eksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF Perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 masih mencatat laju pertumbuhan yang positif sebesar 5,77% (yoy), meskipun akselerasinya lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,37% (yoy). Dari sisi permintaan, komponen investasi menjadi komponen yang mempengaruhi belum optimalnya kinerja ekonomi di triwulan laporan. Namun demikian, masih relatif stabilnya konsumsi masyarakat, serta peningkatan kinerja pada komponen lainnya mampu menjaga laju pertumbuhan ekonomi pada level cukup baik. Sementara secara sektoral, belum optimalnya kinerja sektor pertanian dan sektor pertambangan mempengaruhi melambatnya kinerja perekonomian. Pasa komponen konsumsi rumah tangga, laju pertumbuhan pada triwulan III-2011 mencapai 5,33% (yoy), relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,36% (yoy). Adanya berbagai ketidakpastian terhadap kondisi perekonomian antara lain kekhawatiran imbas krisis ekonomi global, rencana pembatasan dan kenaikan harga BBM diperkirakan menjadi faktor yang mempengaruhi terbatasnya konsumsi oleh masyarakat. Relatif terbatasnya konsumsi masyarakat terindikasi dari turunnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan melambatnya penjualan kendaraan bermotor. Pada triwulan III-2011, ekonomi Kalimantan Selatan tumbuh 5,77% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,37% (yoy). Konsumsi rumah tangga di triwulan III-2011 tumbuh relatif stabil sebesar 5,33% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,36%. Sementara, laju pertumbuhan konsumsi pemerintah di triwulan III-2011 mencatat pertumbuhan 12,33% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 1

16 Ringkasan Eksekutif Konsumsi pemerintah di triwulan III-2011 tumbuh lebih tinggi sebesar 12,33% (y-o-y) dari sebelumnya 9,34% (y-oy). Kegiatan investasi (PMTB) tumbuh melambat dari 8,10% (yoy) menjadi 7,86% (yoy). Komponen ekspor Kalimantan Selatan di triwulan III-2011 tumbuh sebesar 12,14% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 11,29% (yoy). Sektor pertanian tumbuh 2,47% (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya 1,54% (yoy). yang mencapai 9,34% (yoy). Peningkatan konsumsi dipengaruhi oleh kenaikan realisasi pendapatan Pemprov Kalsel sampai dengan triwulan III-2011 yang telah mencapai 71,39%. Sementara itu, dari sisi realisasi belanja sampai dengan triwulan laporan masih relatif rendah sebesar 59,56%. Hal ini terkait dengan keterlambatan pengerjaan proyek serta lambatnya penagihan oleh kontraktor kepada Pemerintah Daerah Di sisi lain, aktivitas investasi di Kalimantan Selatan yang tercermin dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada triwulan laporan tumbuh melambat yaitu dari 8,10% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi 7,86% (yoy). Melambatnya kinerja investasi menjadi salah satu penyebab belum optimalnya kinerja ekonomi Kalsel di triwulan laporan. Hal ini sejalan dengan perkembangan impor barang modal yang mengalami penurunan. Namun demikian, kebutuhan investasi masih cukup besar yang ditandai oleh peningkatan kredit investasi. Sementara itu, perkembangan komponen ekspor Kalimantan Selatan mencatat pertumbuhan sebesar 12,14% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan II yang mencapai 11,29% (yoy). Peningkatan kinerja komponen ekspor tidak lepas dari meningkatnya aktivitas ekspor luar negeri Kalimantan Selatan yang di triwulan laporan mencatat pertumbuhan sebesar 55,72% (yoy). Peningkatan ekspor terutama bersumber dari komoditas batubara. Secara sektoral, kinerja sektor pertanian di triwulan laporan mengalami perlambatan yaitu dari 3,86%(yoy) di triwulan II-2011 menjadi 2,76%(yoy). Kondisi cuaca musim kemarau dan adanya kebakaran lahan pertanian di bebarapa wilayah menjadi faktor yang mempengaruhi perlambatan di sektor pertanian pada triwulan III

17 Ringkasan Eksekutif Di sektor pertambangan, setelah mencatat akselarasi laju pertumbuhan yang cukup tinggi mencapai 7,73% (yoy) di triwulan II-2011, laju pertumbuhan sektor pertambangan di triwulan III-2011 hanya mencapai 5,93% (yoy). Belum optimalnya laju pertumbuhan sektor pertambangan terutama dipengaruhi oleh relatif terbatasnya pembukaan lahan baru serta adanya penghentian operasional 13 perusahaan pertambangan karena izin Amdal yang belum sesuai. Pertumbuhan sektor pertambangan di triwulan III-2011 mencapai 5,93% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 7,73% (yoy). Ditengah melambatnya laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, sektor industri Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 ini menunjukkan kondisi yang sebaliknya. Laju pertumbuhan mencatat kenaikan dari 2,69% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi 4,87% (yoy). Peningkatan laju pertumbuhan di sektor industri pengolahan terutama dipengaruhi oleh peningkatan kinerja industri CPO (untuk kebutuhan minyak goreng) dan industri makanan. Pertumbuhan sektor industri pengolahan di triwulan III-2011 mencatat kenaikan dari 2,69% (yoy) menjadi 4,87% (yoy). Pada triwulan III-2011, aktivitas perdagangan di wilayah Kalimantan diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya seiring momentum bulan puasa dan perayaan Hari Raya Idul Fitri. Laju pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) tercatat mencapai 9,09% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,96% (yoy). Sektor perdagangan mencatat peningkatan dari 8,96% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi 9,09% (yoy). ASESMEN INFLASI Inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 menunjukkan kecenderungan menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan 3

18 Ringkasan Eksekutif Laju inflasi di triwulan II-2011 mencapai 5,75% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,95% (yoy). tercatat 4,59% (yoy) atau lebih rendah dari posisi pada triwulan II-2011 sebesar 5,75% (yoy). Angka tersebut berada di bawah inflasi nasional maupun angka inflasi Kalimantan yang pada triwulan laporan masing-masing tercatat sebesar 4,61% (yoy) dan 5,99% (yoy). Inflasi volatile food masih menunjukkan trend penurunan, yakni hanya 0,98% (yoy) pada akhir triwulan laporan, jauh lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 8,73% (yoy). Penurunan inflasi volatile foods dipicu oleh meningkatnya produksi padi yang diiringi pasokan pangan yang relatif terjaga. Namun demikian, inflasi inti tercatat mengalami kenaikan karena peningkatan intensitas belanja masyarakat terkait faktor musiman bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Aset tumbuh 23,63% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 20,89% (yoy) Laju pertumbuhan DPK tumbuh positif namun meningkat dari 23,78% (yoy) menjadi 28,45% (yoy). Berbagai indikator utama kinerja perbankan di Kalimantan Selatan pada triwulan laporan secara umum masih menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Aset perbankan mencapai Rp31,36 triliun, tumbuh 23,63% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 20,89% (yoy). Dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh bank umum Kalimantan Selatan pada triwulan laporan tumbuh meningkat, apabila dibandingkan triwulan sebelumnya. Posisi DPK di triwulan laporan mencapai Rp25,72 triliun, tumbuh 28,45% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 23,78% (yoy). Seluruh jenis simpanan baik rekening giro, deposito, dan tabungan menunjukkan kenaikan pertumbuhan. 4

19 Ringkasan Eksekutif Dari sisi penyaluran kredit bank umum ke wilayah Kalimantan Selatan (lokasi proyek) pada triwulan laporan mencapai Rp25,78 triliun atau tumbuh 26,73% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2011 yang mencatat pertumbuhan sebesar 25,92% (yoy). Meningkatnya laju pertumbuhan kredit terutama dipengaruhi oleh pertumbuhan kredit investasi yang tumbuh sebesar 26,73% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, peran intermediasi perbankan yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) lokasi proyek meningkat tipis dari 100,23% pada triwulan II-2011 menjadi 100,27% pada triwulan laporan. Sementara itu seiring meningkatnya produktivitas sektor utama Kalsel, rasio NPL mengalami penurunan dari 2,77% menjadi 2,26%. Nilai transaksi pembayaran tunai di Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 mengalami peningkatan. Total aliran uang kartal masuk dan keluar melalui KBI Banjarmasin mengalami peningkatan 77,34% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari Rp2,12 triliun menjadi Rp3,76 triliun. Secara akumulatif pada triwulan III-2011 terjadi net cash inflow sebesar Rp139,58 miliar. Berdasarkan lokasi proyek, laju pertumbuhan kredit tumbuh meningkat dari 25,92% (yoy) di triwulan II menjadi 26,73% (yoy). LDR perbankan Kalimantan Selatan di triwulan III-2011 meningkat tipis menjadi 100,27%. Rasio NPL turun menjadi 2,60%. Perkembangan transaksi pembayaran secara tunai di Kalimantan Selatan pada triwulan III meningkat dan mengalami net cash inlow. Selaras dengan itu, perkembangan transaksi pembayaran non-tunai khususnya melalui sarana RTGS cenderung meningkat. pekembangan transaksi pembayaran non tunai benilai besar (di atas Rp100 juta) melalui sarana BI-RTGS mengalami peningkatan sebesar 11,99%(qtq), atau dari Rp37,76 triliun menjadi Rp42,22 triliun. Sementara itu karena pengaruh budaya masyarakat untuk lebih banyak bertransaksi tunai selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri, transaksi kliring pada triwulan laporan hanya mencapai Rp3,2 triliun, atau turun 23,94% (qtq). Nilai nominal transaksi melalui RTGS mengalami kenaikan sebesar 11,99% (qtq). transaksi kliring mengalami penurunan sebesar 23,94% (qtq). 5

20 Ringkasan Eksekutif PROSPEK EKONOMI Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan IV-2011 diperkirakan tumbuh 5,6% - 6,1% (yoy) Konsumsi pemerintah diperkirakan semakin meningkat Ekspor diperkirakan membaik pada triwulan IV-2011 Kinerja sektor dominan diperkirakan tumbuh positif Pada triwulan IV-2011, perekonomian Kalimantan Selatan diperkirakan tumbuh pada kisaran atas 5,6%- 6,1% (y-o-y), tidak jauh berbeda dengan pertumbuhan pada triwulan laporan yang tumbuh sebesar 5,77%. Meningkatnya pertumbuhan diperkirakan berasal dari konsumsi dan ekspor. Sementara dari sisi penawaran, menguatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari sektor pertanian dan pertambangan yang masih menunjukkan kinerja stabil. Dari sisi permintaan, pertumbuhan akan meningkat seiring akselerasi belanja pemerintah. Selain itu, membaiknya tingkat upah, terjaganya laju inflasi, dan kondisi kesejahteraan yang semakin merata diperkirakan menopang konsumsi rumah tangga selama triwulan mendatang. Perkembangan ekspor Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2011 diperkirakan cukup stabil. Kokohnya ekspor hingga triwulan mendatang diperkirakan karena dampak gejolak ekonomi global masih berimbas hanya pada pasar keuangan, bukan sektor riil, sehingga perdagangan internasional untuk komoditas andalan Kalimantan Selatan masih cukup prospektif. Dari sisi sektoral, kinerja sektor ekonomi dominan diperkirakan tetap stabil. Di sektor pertanian, subsektor tanaman bahan makanan mulai memasuki masa tanam seiring dengan berakhirnya masa panen raya di Kalimantan Selatan pada triwulan laporan. Sementara kinerja sektor pertambangan berpotensi meningkat seiring kondusifnya cuaca di kawasan pertambangan. 6

21 Ringkasan Eksekutif PROSPEK INFLASI Laju inflasi kota Banjarmasin pada triwulan IV-2011 diperkirakan lebih rendah dibandingkan triwulan laporan. Panen padi yang diperkirakan terus berlangsung hingga akhir tahun akan menjaga tekanan inflasi volatile foods pada level yang rendah. Sementara itu, harga emas perhiasan yang mulai menunjukkan penurunan akan menahan laju inflasi inti. Di sisi lain, ancaman tekanan inflasi muncul dari meningkatnya potensi terhambatnya pasokan dari Pulau Jawa akibat gelombang tinggi. Faktor tekanan minor lainnya dapat bersumber dari peningkatan konsumsi masyarkat saat Idul Adha dan persiapan jelang pergantian tahun. Dengan berbagai pertimbangan di atas laju inflasi pada triwulan IV-2011 diperkirakan berada pada kisaran 4,13% ± 1% (yoy). Tekanan inflasi dari sisi penawaran khususnya kelompok volatile food diperkirakan masih melemah pada triwulan III Laju inflasi di triwulan IV diperkirakan berada pada kisaran 4,13% ± 1% (yoy) 7

22

23 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional paman BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 8

24

25 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 ini masih mencatat laju pertumbuhan yang positif, meskipun akselerasinya lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan data sementara BPS, laju pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 5,77% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,37%. Pertumbuhan tersebut juga dibawah perkiraan sebelumnya yang berada dalam kisaran 6,3%-6,7% (yoy). pertumbuhan Belum optimalnya laju ekonomi Kalimantan Selatan dipengaruhi oleh melambatnya kinerja sektor ekonomi utama yaitu sektor pertanian dan pertambangan. Di sektor pertanian, pengaruh cuaca 7,50% 6,00% 4,50% 3,00% 1,50% 0,00% Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi 5,63% 5,34% *) angka sementara Sumber: BPS Prov.Kalsel Kalimantan Selatan 5,12% 6,30% 5,99% 6,37% 5,77% Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2* Trw 3* musim kemarau dan kebakaran lahan di beberapa wilayah berdampak terhadap turunnya produktivitas sektor ini. Sementara di sektor pertambangan, akselerasi pertumbuhan terhambat oleh sulitnya pengembangan lahan baru serta pencabutan izin 13 perusahaan tambang karena izin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) yang bermasalah. Ditinjau dari sisi permintaan, melambatnya pertumbuhan terutama dipengaruhi oleh belum optimalnya kinerja investasi. Sementara itu konsumsi rumah tangga relatif stabi, meskipun terindikasi sedikit melambat seiring berlalunya puncak konsumsi menjelang Hari Raya Idul Fitri, serta adanya kekhawatiran terhadap ancaman krisis perekonomian global. 9

26 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1.1. SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, komponen investasi menjadi komponen yang mempengaruhi belum optimalnya kinerja ekonomi Kalimantan Selatan di triwulan laporan. Namun demikian, masih relatif stabilnya konsumsi masyarakat serta peningkatan pada kinerja komponen lainnya mampu menahan laju pertumbuhan ekonomi pada tingkat 5,77% (yoy). Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (yoy) Sisi Permintaan Atas Dasar Harga Konstan *) angka sementara Sumber: BPS Provinsi Kalsel Konsumsi Rumah Tangga Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2011 mencapai 5,33% (yoy), relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,36% (yoy). Kondisi ini sedikit berbeda dengan pola tahunan konsumsi rumah tangga sebelumnya yang biasanya mencapai puncak di triwulan yang terdapat perayaan Idul Fitri. Adanya berbagai ketidakpastian terhadap kondisi perekonomian, antara lain kekhawatiran imbas krisis ekonomi global, rencana pembatasan dan kenaikan harga BBM diperkirakan menjadi faktor yang mempengaruhi konsumen untuk tidak terlampau optimistik dalam berkonsumsi. Grafik 1.2 Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Ekspektasi Konsumen (IEK) Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Banjarmasin 10

27 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Adanya penurunan persepsi konsumen, ditunjukkan oleh melemahnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yaitu dari rata-rata 146,09 di triwulan II-2011 menjadi rata-rata 141,47 di triwulan laporan. Melemahnya keyakinan konsumen pada periode ini ditandai oleh perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) yang mencatat penurunan dari rata-rata sebesar 143,37 di triwulan II-2011 menjadi 136,84 di triwulan III Sementara itu, persepsi masyarakat terhadap prospek ekonomi ke depan masih menunjukkan optimisme, ditandai dengan peningkatan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dari rata-rata 144,81 di triwulan II menjadi 146,09. Grafik 1.3 Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Penghasilan Saat Ini Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama Ketersediaan Lapangan Kerja Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Banjarmasin Grafik 1.4 Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen - Ekspektasi Penghasilan Ekspektasi Ekonomi Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Banjarmasin Relatif stabilnya akselerasi konsumsi masyarakat tercermin dari tren penjualan otomotif di Kalimantan Selatan yang masih meningkat, terutama kendaraan roda empat. Laju penjualan kendaraan roda empat pada triwulan III masih mencatat angka yang cukup tinggi sebesar 40,76% (yoy) dengan total unit terjual mencapai unit, meskipun pertumbuhan tersebut lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 43,09% (yoy). Untuk penjualan kendaraan roda dua, tercatat sebesar unit dengan laju pertumbuhan mencapai 12,07%(yoy). Grafik 1.5 Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru di Kalimantan Selatan Unit 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Unit 50,000 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T Kendaraan mobil (aksis kiri) Kendaraan motor (aksis kanan) Sumber: Dispenda Provinsi Kalsel Grafik 1.6 Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru 10% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% g. konsumsi RT (yoy) aksis kiri g. penjualan motor (yoy) g. penjualan mobil (yoy) T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T Sumber: BPS Kalsel & Dispenda Provinsi Kalsel 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% 11

28 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Relatif stabilnya aktivitas konsumsi masyarakat juga terlihat dari akselerasi kredit konsumtif oleh perbankan Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 ini yang masih menunjukkan kenaikan. Hal ini diperkirakan terkait trend suku bunga yang cenderung menurun seiring perkembangan laju inflasi yang relatif terkendali. Ekspansi kredit konsumsi di triwulan laporan mencapai 31,37%(yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 28,02% (yoy). Grafik 1.7 Perkembangan Kredit Konsumsi Perbankan di Kalimantan Selatan (Berdasarkan Lokasi Proyek) 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% % 50% 40% 30% 20% 10% 0% g. PDRB Konsumsi (y-o-y) - aksis kiri g. Kredit Konsumsi (y-o-y) - aksis kanan Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah Pengeluaran Pemerintah Pada komponen konsumsi pemerintah, laju pertumbuhan di triwulan III-2011 mencatat perkembangan yang lebih baik yaitu sebesar 12,33% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,34% (yoy). 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Grafik 1.8 Perkembangan Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III % 71.39% Pendapatan Daerah Tw-III % 59.56% Belanja Daerah Meningkatnya pertumbuhan pada Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan komponen ini terutama dipengaruhi oleh meningkatnya realisasi pendapatan Pemprov Kalsel di triwulan laporan yang mencapai 71,39%, jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2010 sebesar 53,13%. Namun demikian dari sisi Belanja Daerah, realisasinya sampai dengan triwulan III-2011 masih belum optimal dengan pencapaian sebesar 59,56%, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 67,54%. Hal ini terutama dipengaruhi oleh keterlambatan pengerjaan proyek serta lambatnya penagihan oleh kontraktor kepada Pemerintah Daerah. 12

29 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Investasi Kegiatan investasi Kalsel yang tercermin pada komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB), pada triwulan III-2011 mencatat laju pertumbuhan yang melambat dari 8,10% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi 7,86% (yoy). Melambatnya kinerja investasi ini terindikasi dari perkembangan nilai impor barang modal yang mengalami penurunan cukup dalam yaitu dari 109,64% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi -39,91% (yoy). Meskipun secara umum aktivitas investasi mengalami perlambatan, namun kebutuhan sektor usaha terhadap kredit investasi masih cukup besar. Hal ini ditandai dengan masih tingginya laju ekspansi kredit investasi yang mencapai 33,93% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 19,71% (yoy). Meningkatnya kebutuhan investasi ini terutama digunakan untuk melakukan pembelian peralatan pendukung seperti kendaraan berat dan sarana pengangkutan lainnya. Grafik 1.9 Perkembangan Impor Barang Modal Kalimantan Selatan (y -o-y) 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% (y-o-y) g. PMTB (y-o-y), aksis kiri g. Nilai Impor Barang Modal 1000% g. Nilai Impor Alat Transport Industri 800% 600% 400% 200% 0% -200% T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah Grafik 1.10 Perkembangan Penyaluran Kredit Investasi Perbankan Berdasarkan Lokasi Proyek 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw g. PDRB PMTB (aksis kiri) g. kredit investasi Sumber : LBU Bank Indonesia,diolah 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% Ekspor-Impor Perkembangan Ekspor Di tengah ketidakpastian kondisi perekonomian dunia, aktivitas perdagangan luar negeri Kalimantan Selatan masih menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Laju pertumbuhan komponen ekspor di triwulan III-2011 tercatat sebesar 12,14% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,29% (yoy). Volume ekspor ke luar negeri pada triwulan laporan mencapai 31,27 juta ton dengan laju kenaikan mencapai 55,72% (yoy), meskipun lebih dipengaruhi oleh kinerja ekspor komoditas pertambangan. Laju pertumbuhan volume ekspor tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada periode triwulan sebelumnya yang 13

30 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional tumbuh sebesar 34,81% (yoy) dengan volume ekspor sebesar 30,73 juta ton. Namun demikian, secara nominal nilai ekspor Kalimantan Selatan di triwulan III yang mencapai US$2,5 miliar ini sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai US$2,58 miliar. Hal ini diperkirakan terkait dengan turunnya harga internasional beberapa komoditas ekspor, antara lain minyak CPO dan karet. Juta US$ Grafik 1.11 Nilai Ekspor Kalimantan Selatan 3,000 2,500 2,000 1,500 1, T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T Nilai ekspor g. Nilai ekspor (yoy) Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah 180% 160% 140% 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% Ribu ton Grafik 1.12 Perkembangan Volume Ekspor Kalimantan Selatan 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T Vol. ekspor g. Vol. ekspor (yoy) Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah 250% 200% 150% 100% 50% 0% -50% -100% Grafik 1.13 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Batubara Ribu ton 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 2,500 2,000 1,500 1, Juta US$ Vol. ekspor batubara Nilai ekspor batubara Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah Kenaikan ekspor Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 ditopang oleh volume ekspor komoditas batubara yang mencatat pertumbuhan 54,26% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 35,14% (yoy). Total volume ekspor batubara di triwulan III-2011 mencapai 28,73 juta ton, sedikit meningkat dibandingkan triwulan II-2011 sebesar 28,7 juta ton. Meningkatnya aktivitas ekspor batubara ini sejalan dengan meningkatnya eksplorasi tambang yang didukung kondisi cuaca yang relatif cerah. Meskipun secara umum, perkembangan ekspor Kalimantan Selatan mencatat akselerasi yang cukup tinggi, namun demikian belum didukung oleh kinerja ekspor komoditas secara keseluruhan. Hal ini terlihat dari kinerja 14

31 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional komoditas utama lainnya seperti karet, CPO dan kayu olahan yang pada triwulan laporan, masing-masing mengalami perlambatan dan penurunan. Grafik 1.14 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Kayu Olahan Ribu ton T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T Vol. ekspor kayu olahan Nilai ekspor kayu olahan Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah Juta US$ Grafik 1.15 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Minyak Sawit Grafik 1.16 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Karet Ribu ton T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T Juta US$ Ribu ton T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T Juta US$ Vol. ekspor minyak sawit Nilai ekspor minyak sawit Vol. ekspor karet Nilai ekspor karet Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah Pada komoditas karet, volume ekspor di triwulan III-2011 mencapai 30,56 ribu ton dengan laju pertumbuhan yang melambat dari 12,13% (yoy) pada triwulan II-2011 menjadi 4,78% (yoy). Perlambatan pertumbuhan juga terjadi pada komoditas CPO Kalimantan Selatan yang pada triwulan laporan mencatat pertumbuhan sebesar 38,4% (yoy) dengan volume 162,3 ribu ton, jauh lebih rendah dibandingkan triwulan II-2011 yang tumbuh 143,4% (yoy) dengan volume 269,2 ribu ton. Berdasarkan informasi liaison dari produsen karet dan CPO Kalimantan Selatan, perlambatan ini antara lain dipengaruhi oleh mulai melambatnya permintaan ekspor dari beberapa negara seperti India dan China, serta faktor cuaca musim panas yang menyebabkan kebakaran lahan di beberapa perkebunan. Nilai ekspor karet dan CPO Kalimantan Selatan di triwulan laporan masing-masing mencapai US$137,7 juta dan US$175,5 juta. Khusus untuk komoditas kayu olahan, perkembangan volume ekspor di triwulan laporan kembali menunjukkan penurunan yaitu sebesar -15,21% (yoy) dengan volume sebesar 47,3 ribu ton, setelah pada triwulan II-2011 juga mencatat kontraksi sebesar -2,6% (yoy). Masih berlanjutnya krisis ekonomi yang 15

32 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional dialami oleh negara-negara maju terutama di Amerika Serikat dan Jepang yang menjadi pasar utama produk kayu olahan Kalimantan Selatan, ditengarai menjadi penyebab melemahnya permintaan untuk produk ini. Selain faktor itu, adanya persaingan dengan produk China dan juga kelangsungan pasokan bahan baku kayu juga menjadi kendala utama. Ditinjau berdasarkan negara tujuan ekspor, Cina masih menjadi negara tujuan ekspor utama Kalimantan Selatan dengan nilai ekspor mencapai US$710,2 juta dengan pangsa sebesar 28,39%.India menjadi negara tujuan ekspor terbesar kedua terutama untuk pasar komoditas batubara dan CPO. Total nilai ekspor ke India di triwulan laporan mencapai US$465 juta dengan pangsa mencapai 18,59%. Sementara Jepang masih menempati posisi ketiga terbesar dengan total nilai ekspor mencapai US$374,9 juta, namun pangsa ekspor ke Jepang mengalami penurunan dari 15,49% di triwulan II-2011 menjadi 14,99%. Grafik 1.17 Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Triwulan III-2011 Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah Perkembangan Impor Aktivitas impor luar negeri Kalimantan Selatan, laju perkembangan di triwulan III mencapai 35,27% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,75% (yoy). Secara nominal, nilai impor di triwulan laporan mencapai US$147 Grafik 1.18 Perkembangan Impor Non Migas Kalimantan Selatan Juta US$ T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T Nilai impor g. nilai impor (yoy) Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah 600% 500% 400% 300% 200% 100% 0% -100% 16

33 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional juta, terutama untuk pembelian barang-barang modal dan alat transportasi yang mendukung aktivitas pertambangan dan perkebunan. Masih meningkatnya pembelian alat-alat pertambangan tersebut menunjukkan masih prospektifnya sektor pertambangan di Kalimantan Selatan. 2. SISI PENAWARAN Melambatnya akselerasi pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan secara sektoral dipengaruhi oleh belum optimalnya kinerja pada dua sektor ekonomi dominan yaitu sektor pertanian dan sektor pertambangan. Di sektor pertanian, melambatnya laju pertumbuhan dari 3,86% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi 2,76% (yoy), dipengaruhi oleh kondisi musim kemarau yang menyebabkan kekeringan dan kebakaran lahan sehingga mengurangi produktivitas tanaman bahan makanan maupun tanaman perkebunan. Sementara di sektor pertambangan, adanya penghentian izin 13 perusahaan tambang terkait masalah izin Amdal ditengarai mempengaruhi kinerja sektor ini di triwulan laporan. Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (yoy) Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan *) angka sementara Sumber: BPS Prov.Kalsel 17

34 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 2.1. Sektor Ekonomi Dominan Sektor Pertanian Kondisi cuaca musim kemarau dan adanya kebakaran lahan pertanian di bebarapa wilayah menjadi faktor yang mempengaruhi perlambatan di sektor pertanian pada triwulan III Laju pertumbuhan tercatat Ribu Ha Grafik 1.19 Masa Tanam dan Panen Padi di Kalimantan Selatan Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw Luas Panen (kiri, Ha) Proyeksi panen - Luas Tanam dg lag 6 bulan(kanan, Ha) melambat dari 3,86% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi 2,76% Sumber: Dinas Pertanian Propinsi Kalsel (yoy). Terkait dengan musim kemarau di tahun 2011, berdasarkan data Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan sampai dengan September 2011, jumlah titik api mencapai 987 titik atau lebih tinggi dari periode yang sama di tahun 2010 yang hanya mencapai 110 titik. Beberapa wilayah yang tercatat memiliki titik api cukup banyak merupakan wilayah pertanian antara lain Kabupaten Banjar, Tanah Laut, Hulu Sungai Selatan dan Hulu Sungai Utara. Grafik 1.20 Pertumbuhan Volume Ekspor Minyak Sawit dan Karet Kalsel Grafik 1.21 Perkembangan Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Pertanian 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% 8000% 7000% 6000% 12,13% 5000% 8,84% 4,78% 4000% 3000% 2000% T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 1,60% 143,40% 1000% % 38,40% -1000% g.vol. ekspor karet (yoy) g.vol. ekspor minyak sawit (yoy) ,44 9,72 9,72 10,37 9,17 6,55 3,81 2, , , Sektor Pertanian Sumber : DSM Bank Indonesia, diolah Sumber : SKDU, BI Banjarmasin Walaupun di beberapa wilayah sentra pertanian mengalami gangguan produksi akibat musim kemarau, di beberapa daerah sentra lainnya seperti Kabupaten Batola masih menjadi penahan turunnya produksi tanaman bahan makanan. Hal ini terindikasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) sektor pertanian yang mencatat kenaikan angka indeks yaitu dari 6,55 di triwulan II-2011 menjadi 9,17. 18

35 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Perlambatan laju pertumbuhan juga terindikasi pada subsektor perkebunan yang ditunjukkan oleh melambatnya laju volume ekspor komoditas karet dan CPO Kalimantan Selatan. Pada komoditas karet, laju pertumbuhan melambat dari 12,13% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi 4,78% (yoy). Sementara komoditas minyak sawit juga mengalami perlambatan dari 143,4% (yoy) di triwulan II menjadi 38,4% (yoy). Sektor Pertambangan Di sektor pertambangan, akselarasi laju pertumbuhan yang cukup tinggi di triwulan sebelumnya mencapai 7,73% (yoy) tidak berlanjut. Laju pertumbuhan sektor tambang di triwulan III-2011 hanya mencapai 5,93% (yoy). Belum optimalnya laju pertumbuhan sektor tambang terutama dipengaruhi oleh relatif terbatasnya pembukaan lahan baru serta adanya penghentian operasional 13 perusahaan pertambangan karena izin Amdal yang belum sesuai. Dokumen Amdal sendiri merupakan syarat penting bagi kegiatan pertambangan batubara yang sifatnya ekstraktif dan merusak lingkungan, sehingga perusahaan harus memiliki upaya khusus untuk mengurangi efek pencemaran dan merehabilitasi lahan tambang yang sudah selesai ditambang. Ribu ton Grafik 1.22 Pertumbuhan Volume Ekspor Komoditas Batubara Kalimantan Selatan T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T Vol. ekspor batubara g.vol. ekspor batubara (yoy) Sumber :DSM, Bank Indonesia Kantor Pusat 250% 200% 150% 100% 50% 0% -50% -100% Juta US$ Grafik 1.23 Pertumbuhan Nilai Ekspor Batubara Kalimantan Selatan % 150% 100% 50% 0% -50% T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T Nilai ekspor batubara g.nilai ekspor batubara (yoy) Sumber :DSM, Bank Indonesia Kantor Pusat Seiring dengan melambatnya pertumbuhan sektor pertambangan, penyaluran kredit perbankan untuk sektor pertambangan Kalimantan Selatan pada triwulan laporan tumbuh melambat menjadi sebesar 1,27% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang pertumbuhannya mencapai 22,15% (yoy). Namun demikian, permintaan luar negeri terhadap batubara masih menunjukkan perkembangan yang cukup prospektif. Hal ini terindikasi dari volume ekspor batubara Kalimantan Selatan yang di triwulan III-2011 mencatat pertumbuhan sebesar 54,26% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 35,14% (yoy). Indikasi masih stabilnya permintaan komoditas batubara 19

36 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional adalah perkembangan harga batubara internasional yang relatif stabil dengan trend yang meningkat. Pada bulan September 2011, rata-rata harga internasional batubara mencapai US$80,15, meningkat dari harga rata-rata bulan Juni 2011 yang sebesar US$78,67. Grafik 1.24 Perkembangan Harga Batubara Internasional USD / Metrik Ton 85 80, , Sumber : Bloomberg, diolah Grafik 1.25 Pertumbuhan Kredit Lokasi Proyek Sektor Pertambangan Kalimantan Selatan Rp Miliar Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw Kredit Sumber: LBU Bank Indonesia,diolah g. Kredit Pertambangan (y-o-y) - aksis kanan 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% -40% -50% Sektor Industri Pengolahan Ditengah melambatnya laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, sektor industri Kalimantan Selatan pada triwulan III menunjukkan kondisi yang sebaliknya. Laju pertumbuhan mencatat kenaikan dari 2,69% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi 4,87% (yoy). Peningkatan laju pertumbuhan di sektor industri pengolahan, terutama dipengaruhi oleh peningkatan kinerja industri CPO (untuk kebutuhan minyak goreng) dan makanan. Indikasi membaiknya kinerja sektor industri 0 tercermin dari peningkatan ekspansi kredit perbankan untuk sektor industri yang tumbuh 39,20% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 26,56% (yoy). Grafik 1.28 Pertumbuhan Kredit Perbankan ke Sektor Industri Berdasarkan Lokasi Proyek 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% Sumber: Bank Indonesia, diolah Ribu ton Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Grafik 1.26 Perkembangan Ekspor Kayu Olahan Kalimantan Selatan T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T Vol. ekspor kayu olahan g.vol. ekspor kayu olahan (yoy) Sumber :DSM, Bank Indonesia Kantor Pusat Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw g. PDRB Sektor Industri (y-o-y)- aksis kanan g. Kredit Industri (y-o-y)- aksis kiri Tw 3 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% -1% -2% 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% 20

37 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sementara itu industri pengolahan kayu Kalimantan Selatan di triwulan III ini masih menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan. Belum pulihnya kondisi beberapa negara tujuan ekspor, khususnya Jepang dan Amerika Serikat, menyebabkan pertumbuhan ekspor komoditas olahan kayu masih mencatat penurunan -15,21% (yoy) setelah di triwulan sebelumnya juga Ribu ton Grafik 1.27 Pertumbuhan Ekspor Karet T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T Vol. ekspor karet Nilai ekspor karet Sumber : Dir. Statistik Moneter, BI Kantor Pusat Juta US$ mencatat penurunan sebesar -2,6% (yoy). Sementara untuk perkembangan sektor industri lainnya, seperti industri karet, pertumbuhannya diperkirakan mengalami perlambatan seiring turunnya produktivitas tanaman karet akibat musim kemarau. Hal ini diindikasikan dengan laju perkembangan volume ekspor karet yang melambat dari 12,13% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi 4,78% (yoy). Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Pada triwulan III-2011, aktivitas perdagangan di wilayah Kalimantan Selatan diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya seiring momentum bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri. Laju pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) mencapai 9,09% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan Grafik 1.29 Indeks Realisasi Kegiatan Usaha Sektor PHR 20 16, , ,13 7,13 8,04 4,12 4,64 5 2,64 0-0,43-0, ,48-20 Sektor PHR Sumber : SKDU, KBI Banjarmasin sebelumnya sebesar 8,96% (yoy). Meningkatnya aktivitas perdagangan tercermin dari indeks realisasi kegiatan usaha sektor PHR dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang di triwulan laporan mencapai 9,31 lebih tinggi dibandingkan indeks triwulan sebelumnya sebesar 8,04. Peningkatan aktivitas perdagangan juga tercermin dari meningkatnya arus barang di pelabuhan Trisakti Banjarmasin, dimana arus bongkar muat selama triwulan laporan mencapai 31,2 juta ton atau meningkat 58,95% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 37,8% (yoy). Sementara itu 21

38 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional dalam mendukung aktivitas perdagangan selama triwulan III-2011, penyaluran kredit untuk sektor perdagangan masih mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar 27,24% (yoy), meskipun sedikit lebih lambat dari triwulan sebelumnya sebesar 28,84% (yoy). Grafik 1.30 Bongkar Muat barang di Pelabuhan Trisakti Juta ton T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T Sumber : Adpel Banjarmasin Volume bongkar muat pelabuhan banjarmasin g. volume bongkar muat (yoy) 300% 250% 200% 150% 100% 50% 0% -50% 10% 8% 6% 4% 2% 0% Grafik 1.31 Pertumbuhan Kredit Sektor Perdagangan Berdasarkan Lokasi Proyek g. PDRB Sektor Perdagangan (y-o-y) - aksis kiri g. Kredit Perdagangan (y-o-y)-aksis kanan Sumber :Laporan Bulanan Bank Umum, BI 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% 2.2. Sektor Ekonomi Non-Dominan 2,5 2 1,5 1 0,5 0-0,5-1 -1,5 Grafik 1.32 Realisasi Perkembangan Kegiatan Sektor Bangunan Kalsel -1,18 1,96 0,98 1, Sumber : SKDU, BI Banjarmasin 1,96 1,96 1, ,98 Sektor Bangunan 1,18 Grafik 1.33 Penjualan Semen Kalimantan Selatan Ribu Ton (y-o-y) % % 40% % % 10% 50 0% 0-10% T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T Pengadaan Semen (aksis kiri) Sumber : Asosiasi Semen Indonesia g. Pengadaan Semen (y-o-y) Searah dengan laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan yang mencatat pertumbuhan yang melambat, laju pertumbuhan sektor ekonomi Non-Dominan secara umum juga mengalami perlambatan. Di sektor bangunan, laju pertumbuhan di triwulan III-2011 mencapai 6,47% (yoy), sedikit melambat dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya sebesar 6,74% (yoy). Melambatnya produktivitas di sektor ini terutama dipengaruhi oleh turunnya jumlah waktu kerja terkait bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri di triwulan laporan. Indikasi ini terlihat dari perkembangan angka indeks realisasi perkembangan usaha sektor bangunan dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukkan penurunan dari angka indeks 1,47 di triwulan II-2011 menjadi 1,18. Meskipun mencatat perlambatan, namun pasokan semen untuk mendukung 22

39 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional kegiatan konstruksi masih terus meningkat dengan laju pertumbuhan sebesar 25,35% (yoy). Di sektor pengangkutan dan komunikasi, meningkatnya mobilitas 10% masyarakat terkait Hari Raya Idul Fitri 9% 8% 7% di triwulan III-2011 belum mampu 6% mendorong laju pertumbuhan di 5% 4% 3% 2% sektor ini. Laju pertumbuhan sektor 1% pengangkutan tercatat sebesar 6,77% 0% (yoy), lebih lambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,34% Sumber : BPS, Pertamina (yoy). Adanya penghentian operasional perusahaan tambang di triwulan laporan diperkirakan ikut berimbas sektor pendukungnya antara lain bagi operasional usaha pengangkutan tambang, sehingga mempengaruhi melambatnya produktivitas sektor pengangkutan. Grafik 1.34 Pertumbuhan Konsumsi BBM Solar Kalimantan Selatan g. PDRB pengangkutan (aksis kiri) g. Konsumsi Solar (aksis kanan) Di sektor keuangan, laju pertumbuhan di triwulan laporan juga 40% 35% mengalami perlambatan yaitu dari 6,19% 30% 25% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi 4,4% 20% 15% 10% (yoy). Indikasi perlambatan di sektor 5% 0% keuangan terindikasi dari perkembangan sejumlah indikator aktivitas perbankan g. Kredit (yoy) yang cenderung stabil, meskipun secara umum kinerjanya relatif baik. Hal ini antara lain tercermin dari laju pertumbuhan kredit perbankan Kalsel yang di triwulan III mencapai 26,79% (yoy). Pertumbuhan ini relatif stabil dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 26,26% (yoy). Grafik 1.35 Perkembangan Kredit Perbankan Kalimantan Selatan Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Kredit per Lokasi Proyek (miliar Rp) Sumber : Bank Indonesia Banjarmasin 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% -40% 23

40

41 Bab 2 Perkembangan Inflasi ai BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

42

43 Bab 2 Perkembangan Inflasi 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 menunjukkan kecenderungan menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan tercatat 4,59% (yoy) atau lebih rendah dari posisi pada triwulan II- 2011sebesar 5,75% (yoy). Melambatnya laju inflasi ini terutama dipengaruhi lancarnya pasokan bahan makanan dan makanan jadi selama triwulan laporan. Tekanan inflasi selama triwulan laporan justru datang dari sisi permintaan sebagai akibat dampak musiman bulan Ramadan dan hari raya Idul Fitri, serta peningkatan harga emas perhiasan. 1. KONDISI UMUM Secara tahunan tekanan inflasi di Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 kembali menurun. Pada akhir triwulan laporan, inflasi Kalimantan Selatan yang tercermin dari perubahan Indeks harga Konsumen (IHK) Kota Banjarmasin tercatat 4,59% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II-2011 yang mencapai 5,75% (yoy). Angka tersebut berada di bawah inflasi nasional maupun angka inflasi Kalimantan yang pada triwulan laporan masing-masing tercatat sebesar 4,61% (yoy) dan 5,99% (yoy). Perkembangan ini sangat menggembirakan, mengingat selama ini laju inflasi Kalimantan Selatan hampir selalu di atas laju inflasi nasional. Dilihat dari kelompok pengeluarannya, kelompok yang mengalami inflasi tahunan terbesar pada triwulan laporan adalah kelompok sandang dengan laju inflasi sebesar 14,20% (yoy), diikuti kelompok makanan jadi 6,36% (yoy), dan perumahan 6,11% (yoy). Panen padi yang cukup berhasil dan lancarnya pasokan bahan pangan pada triwulan III-2011 menyebabkan kelompok bahan makanan mengalami penurunan inflasi tahunan terbesar pada triwulan laporan. Inflasi pada kelompok ini hanya tercatat sebesar 1,80%(yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II-2011 yang mencapai 15,22% (yoy). Penurunan inflasi kelompok ini terutama disebabkan oleh penurunan harga yang cukup signifikan 25

44 Bab 2 Perkembangan Inflasi pada subkelompok daging dan hasil-hasilnya, bumbu-bumbuan, ikan segar, serta padi-padian. Terjaganya pasokan komoditas bahan pangan sepanjang tahun 2011 mampu menahan inflasi Kalsel di level yang rendah. Sampai dengan triwulan laporan inflasi Kalsel di tahun 2011 baru mencapai 3% (ytd), atau jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2010 yang mencapai 7,4% (ytd). Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Kalsel Sumber: BPS, Diolah Namun demikian, jika dilihat dari inflasi triwulanan (qtq), tekanan inflasi yang terjadi selama triwulan III-2011 lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tekanan inflasi pada triwulan sebelumnya. Hal tersebut merupakan buntut dari meningkatnya permintaan masyarakat selama bulan puasa dan hari raya Idul Fitri yang jatuh pada triwulan III-2011, tepatnya pada bulan Agustus Inflasi triwulanan pada triwulan laporan mencapai 1,74% (qtq) lebih tinggi dari triwulan II-2011 yang tercatat sebesar 0,77% (qtq). Sementara itu inflasi bulanan tertinggi sampai dengan sembilan bulan pertama tahun 2011 jatuh pada bulan Agustus 2011 yakni sebesar 1,53% (mtm). Gambar 2.2 Perkembangan Inflasi Kalsel dan Nasional Gambar 2.3 Perkembangan Inflasi Kalsel Tahun Kalender (YTD) Sumber BPS, diolah Sumber BPS, diolah 26

45 Bab 2 Perkembangan Inflasi a. Sisi Produksi Turunnya inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 tidak terlepas dari meningkatnya produksi padi di berbagai daerah penghasil. Hingga akhir triwulan III-2011 luasan panen padi telah mencapai hektar, meningkat 2,7% dari posisi yang sama di triwulan sebelumnya. Melimpahnya produksi padi berimbas pada turunnya inflasi beras dari 17,61% (yoy) menjadi 7,60% (yoy). Kondisi cuaca yang kondusif, serta dukungan pemda baik melalui pembinaan teknis, pengembangan area lebak (rawa), maupun bantuan saprodi, efektif meningkatkan produksi padi pada tahun Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian Provinsi Kalsel, tidak seperti biasanya panen pada tahun ini masih akan berlangsung hingga akhir tahun khususnya untuk lahan lebak. Hal tersebut dikonfirmasi oleh data BPS (ARAM III) bahwa produksi padi hingga akhir tahun diperkirakan mencapai 2 juta ton atau meningkat 8,64% dari tahun Grafik 2.4 Perkembangan Luas Panen Padi Kalsel 140, ,000 luas panen padi 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 Ha Sumber: Dinas Pertanian Prov Kalsel, Diolah b. Sisi Pasokan Pasokan berbagai bahan pangan strategis ke Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 relatif lebih terjaga. Kondisi cuaca sangat mendukung kondisi produksi di sentra produksi, sehingga pasokan dari Jawa secara kontinyu dapat didatangkan ke Banjarmasin. Keterjagaan pasokan ini antara lain terjadi pada gula pasir non-rafinasi. Pada triwulan III-2010 stok gula non-rafinasi sempat kosong, sementara pada triwulan laporan stok komoditas ini cukup memadai, yakni pada kisaran hingga ton. Dengan perkembangan tersebut, pada triwulan laporan gula pasir mengalami deflasi sebesar -0,68% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 4,21% (yoy) 27

46 Bab 2 Perkembangan Inflasi Grafik 2.5 Perkembangan Stok Gula Pasir Non Rafinasi Sumber: Disperindag Prov Kalsel, Diolah Daging ayam ras juga menjadi salah satu komoditas yang cukup terjaga pasokannya. Masuknya pasokan ayam hidup dari Jawa serta melimpahnya DOC (day old chicken) di Kalsel memastikan harga daging ayam ras di level yang rendah. Berdasarkan hasil SPH, rata-rata harga daging ayam ras pada triwulan III hanya mencapai Rp per kilogram atau turun 13,38% dari triwulan sebelumnya. Penurunan harga tersebut juga tercermin dalam pergerakan IHK daging ayam ras yang pada triwulan laporan mengalami deflasi sebesar-13,27% (yoy), jauh lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencatat inflasi sebesar 15,69% (yoy). c. Sisi Distribusi Kondisi distribusi ke Kalimantan Selatan pada triwulan laporan relatif baik. Dengan ketinggian gelombang di Laut Jawa dan Perairan Selatan Kalimantan yang relatif normal yakni berkisar antar 0,5-1,5 meter, serta kecepatan angin antara 3-10 knot, seluruh kapal pengangkut barang dapat merapat ke pelabuhan Trisakti (Banjarmasin) dengan lancar. Adapun kecelakaan yang dialami KM Marina di alur Barito tidak menghambat alur pasokan sembako melalui kawasan tersebut, karena bangkai kapal segera dipinggirkan. Kondisi distribusi melalui jalur darat pada triwulan laporan juga lebih baik. Walaupun di penghujung September 2011 antrean kendaraan untuk mendapatkan solar bersubsidi mulai terlihat kembali, namun hampir di sepanjang triwulan III-2011 kondisinya relatif lebih baik. Kondisi tersebut selain meningkatkan kelancaran pasokan, juga meredam ekspektasi masyarakat terhadap inflasi. 28

47 Bab 2 Perkembangan Inflasi 2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI Tekanan inflasi pada triwulan III-2011 yang rendah terutama dipengaruhi oleh tercukupinya pasokan bahan pangan strategis di pasaran, sehingga harga pangan relatif stabil bahkan beberapa komoditas mengalami penurunan harga. Dengan demikan, inflasi volatile food dapat terkendali pada level yang rendah. Tekanan inflasi terutama berasal dari sisi permintaan seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat selama triwulan laporan. Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Kalsel Disagregasi Inflasi m-t-m (%) q-t-q (%) Jul-11 Aug 2011 Sep-11 Jul-11 Aug 2011 Sep-11 UMUM 0,03 1,53 0,17 1,03 2,06 1,74 Administered Price 1,01 1,41 0,16 1,21 2,55 2,60 Volatile Food -1,25 1,01 0,49 1,06 0,94 0,23 Inti 0,33 1,80 0,03 0,98 2,42 2,17 Disagregasi Inflasi y-t-d (%) y-o-y (%) Jul-11 Aug 2011 Sep-11 Jul-11 Aug 2011 Sep-11 UMUM 1,27 2,83 3,00 3,82 5,04 4,59 Administered Price 7,37 8,88 9,05 6,30 6,78 6,95 Volatile Food 30,05 31,36 32,00 1,40 1,95 0,98 Inti 11,12 13,11 13,15 4,22 5,95 5,58 Sumber: BPS Kalsel, diolah a. INFLASI VOLATILE FOODS Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dimana inflasi volatile food selalu melonjak pada saat perayaan Idul Fitri, kali ini tekanan inflasi kelompok komoditas bahan makanan bergejolak tersebut justru paling rendah di antara kelompok lainnya. Inflasi volatile food masih menunjukkan trend penurunan, yakni hanya 0,98% (yoy) pada akhir triwulan laporan, jauh lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 8,73% (yoy). Penurunan inflasi volatile foods salah satunya disebabkan oleh pasokan ayam ras dan DOC-nya yang cukup banyak, seiring dengan stok ayam siap potong pada peternakan besar yang melimpah dan masuknya daging ayam ras dari Pulau Jawa yang menyebabkan harga ayam hidup dan daging ayam ras mengalami penurunan. Berdasarkan hasil SPH, harga daging ayam ras pada akhir triwulan laporan Rp per kilogram atau turun 11,38% dari triwulan sebelumnya. 29

48 Bab 2 Perkembangan Inflasi Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Volatile Food Kalsel Sumber: BPS,Diolah Hal lain yang mendorong rendahnya inflasi volatile food adalah panen padi yang masih terus berlangsung di berbagai kabupaten pada triwulan laporan. Seluruh sentra produksi beras di Kalsel, seperti Kabupaten Barito Kuala, Banjar, dan Tanah Laut masih melakukan panen raya hingga akhir triwulan. Bahkan menurut informasi dari dinas pertanian, kawasan lebak masih akan panen hingga akhir Oktober Dengan kondisi tersebut, harga beras lokal premium berada di level Rp per kilogram atau turun 6,06% dari triwulan sebelumnya. Grafik 2.7 Perkembangan Harga Beras Lokal Premium di Kalsel Sumber: SPH BI Banjarmasin,Diolah Selain itu, minimnya curah hujan selama triwulan III-2011 juga memberikan dampak positif terhadap kegiatan penangkapan ikan, baik ikan tawar maupun ikan laut. Beberapa komoditas ikan segar yang biasanya menjadi biang keladi inflasi pada bulan Ramadan malah menunjukkan penurunan harga, seperti ikan gabus yang semakin mudah ditangkap di rawa-rawa di daerah Hulu 30

49 Bab 2 Perkembangan Inflasi Sungai seiring surutnya ketinggian air di area tersebut. Pada triwulan laporan ikan tersebut mengalami deflasi sebesar -24,55% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya juga mengalami deflasi sebesar -0,01% (yoy). Grafik 2.8 Perkembangan Harga Ikan Gabus di Kalsel Sumber: SPH BI Banjarmasin,Diolah Inflasi volatile food yang rendah juga tidak lepas dari kerja keras seluruh instansi pemerintah yang tergabung dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kalsel. Dengan adanya monitoring lapangan yang intensif khususnya menjelang dan selama bulan Ramadan serta himbauan Gubernur ataupun aparat pemerintah lainnya kepada pedagang nampaknya membuat pedagang hanya menaikkan harga sewajarnya selama bulan Ramadan. Berbagai pasar murah yang digelar oleh berbagai instansi pemerintah dan perusahaan di Kalimantan Selatan juga menjaga tingkat fluktuasi harga selama triwulan laporan. b. INFLASI ADMINISTERED PRICES Dengan tidak adanya kebijakan baru pemerintah terhadap harga komoditas tertentu pada triwulan laporan, laju inflasi kelompok barang/jasa yang harganya ditetapkan pemerintah (administered price) relatif stabil. Inflasi administered price pada akhir triwulan laporan tercatat sebesar 6,95% (yoy) sedikit lebih rendah dibandingkan posisi pada akhir triwulan II-2011 yakni sebesar 7,13% (yoy). Penurunan angka tahunan inflasi administered price lebih disebabkan mulai hilangnya pengaruh kenaikan TDL pada tahun 2010 lalu. Hal ini mengingat kebijakan kenaikan TDL rumah tangga mulai diberlakukan pada bulan Agustus 2010, namun pada akhir triwulan III-2011 pemerintah memutuskan untuk tidak menaikkan TDL, sehingga efek kenaikan TDL tersebut telah menghilang sejak bulan Agustus Hal ini tampak dari angka inflasi tarif listrik 31

50 Bab 2 Perkembangan Inflasi pada akhir triwulan laporan tercatat sebesar 0% (yoy), padahal pada akahir triwulan sebelumnya mengalami inflasi sebesar 6,39% (yoy). Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Administered Price Kalsel Sumber: BPS,Diolah c. INFLASI INTI Inflasi inti Kalsel pada triwulan laporan tercatat sebesar dari 5,58% (yoy), atau lebih tinggi dari triwulan II-2011 sebesar 4,06% (yoy). Meningkatnya angka inflasi tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya tekanan dari sisi permintaan. Sebagaimana umumnya yang terjadi di Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim, tekanan inflasi Kalsel pada triwulan laporan diwarnai oleh peningkatan intensitas belanja masyarakat terkait faktor musiman bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri. Grafik 2.10 Perkembangan Inflasi Inti Kalsel Sumber: BPS,Diolah Dengan meningkatnya permintaan masyarakat, menyebabkan harga komoditas makanan jadi dan sandang yang menjadi komponen inflasi inti mengalami kenaikan. Salah satu indikasi kenaikan intensitas belanja masyarakat terekam dalam pergerakan salah satu indeks Survei Konsumen yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia Banjarmasin. Indeks konsumsi barang tahan lama kembali 32

51 Bab 2 Perkembangan Inflasi meningkat yakni dari 126,52 pada triwulan II-2011 menjadi 127,27 pada triwulan III Pergerakan ini mengindikasikan kegiatan masyarakat dalam membeli barang elektronik, furniture, pakaian, dan barang tidak habis pakai lainnya meningkat pada triwulan laporan. Grafik 2.11 Perkembangan Konsumsi Barang Tahan Lama Sumber: Survei Konsumen,Diolah Selain tekanan dari sisi permintaan, kenaikan inflasi inti juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yakni kenaikan harga komoditas emas di pasar internasional sebagai dampak masih berlanjutnya krisis utang di Eropa. Kenaikan harga emas di pasar internasional diikuti dengan pergerakan harga komoditas tersebut di pasar lokal. Harga emas perhiasan pada bulan akhir triwulan laporan sudah menembus Rp per gram atau meningkat 22,47% dari triwulan sebelumnya. Tekanan pada inflasi inti juga diperparah dengan eksekusi kebijakan untuk menaikkan tarif pendidikan dan rumah sakit pada tahun 2011 yang mulai tercatat efeknya bulan Agustus. Grafik 2.12 Perkembangan Harga Emas Perhiasan Sumber: SPH BI Banjarmasin,Diolah Meningkatnya tekanan permintaan masyarakat pada triwulan laporan juga tercermin dari pergerakan Indeks Ekspektasi Konsumen pada triwulan laporan yang meningkat dari 144,81 menjadi 146,09. 33

52 Bab 2 Perkembangan Inflasi Grafik 2.13 Perkembangan IEK Sumber: Survei Konsumen,Diolah 3. INFLASI PEDESAAN Searah dengan pergerakan inflasi IHK umum, inflasi di daerah pedesaan juga mengalami penurunan. Hingga akhir triwulan laporan, inflasi pedesaan mencapai 2,22% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,41% (yoy). Secara kumulatif, inflasi pedesaan hingga akhir triwulan III-2011 baru mencapai 0,50% (ytd), lebih rendah dari posisi yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai 6,58% (ytd). Tabel 2.2 Inflasi Pedesaan Kalsel Inflasi Q-t-Q Y-t-D Y-O-Y Pedesaan TW II-2011 TW III-2011 TW II-2011 TW III-2011 TW II-2011 TW III-2011 UMUM Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi Sumber BPS Provinsi Kalsel Dilihat dari kelompok barang dan jasa, penurunan inflasi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan, dengan penurunan inflasi dari 7,89% (yoy) menjadi 5,59% (yoy). Panen padi yang masih terus berlangsung di beberapa kabupaten nampaknya berhasil menekan harga komoditas bahan makanan secara umum di daerah pedesaan. Selain itu antrean solar yang mulai berkurang, khususnya selama bulan Juli dan Agustus 2011, memastikan kelancaran pasokan bahan makanan ke wilayah pedesaan. 34

53 Bab 2 Perkembangan Inflasi Grafik 2.14 Perkembangan Inflasi Pedesaan Kelompok Bahan Makanan Sumber: BPS Kalsel, diolah 35

54

55 Bab 2 Perkembangan Inflasi Boks 1. Gerakan Bersama Kalsel Tangkal Inflasi Ramadhan Idul fitri Bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri di Kalimantan Selatan umumnya ditandai dengan melambungnya harga berbagai kebutuhan pokok mulai dari bahan makanan, makanan jadi, pakaian, hingga perabotan rumah tangga. Budaya masyarakat yang gegap gempita dalam menyambut hari raya Idul Fitri yang diikuti dengan aktivitas konsumsi yang cukup besar, telah mendorong tekanan inflasi. Jika tidak diimbangi dengan pasokan barang yang memadai, akan mendorong laju inflasi yang lebih tinggi. Mengantisipasi hal tersebut, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kalsel menggelar Rapat Koordinasi pada tanggal 19 Juli Pada rapat tersebut dibicarakan mengenai kondisi pasokan berbagai komoditas pangan strategis dan sejumlah inisiatif pemda untuk meminimalisir inflasi, termasuk rencana aksi bersama untuk meredam tekanan inflasi di bulan Ramadan dan Idul Fitri. Dari hasil rapat tersebut diperoleh informasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Dinas Peternakan Provinsi Kalsel bahwa pasokan beras, daging ayam ras, telur ayam ras, dan daging sapi dalam kondisi aman hingga akhir tahun. Pasokan beras diperkirakan akan aman hingga akhir tahun dan mengalami total surplus sebesar ton. Adapun beberapa program yang telah dilaksanakan instansi dalam rangka menjaga stabilitas harga bahan pokok antara lain : 1. Pemprov Kalsel memberikan DPM-LUEP kepada penggilingan beras lokal premium untuk membantu petani dalam pemasaran gabah pada saat panen raya sebesar Rp15 miliar. 2. Pemberian bantuan peralatan pasca panen oleh Dinas Pertanian Provinsi Kalsel 3. Disperindag Prov Kalsel mengadakan kegiatan pasar murah mulai tanggal 13 Juli 2011 sampai dengan tanggal 25 Agustus Selain itu, sebagai tindak lanjut rapat tanggal 19 Juli 2011 juga disepakati pelaksanaan beberapa aksi bersama untuk meredam laju inflasi pada momentum bulan puasa dan Idul Fitri sebagai berikut: 1. Monitoring bersama stok pangan di lapangan 37

56 Bab 2 Perkembangan Inflasi Boks 1. Gerakan Bersama Kalsel Tangkal Inflasi Ramadhan Idul fitri Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui secara pasti kondisi stok kebutuhan pokok masyarakat di pasar, serta memberikan efek kejut bagi para pedagang sehingga mereka segan untuk melakukan permainan harga. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 2011 di Pasar Kelayan, Pasar Antasari, dan gudang distributor beras di Banjarmasin. Kegiatan yang dipimpin oleh Kepala Disperindag Provinsi Kalsel ini diikuti oleh perwakilan TPID dari Bank Indonesia Banjarmasin, Dinas Pertanian, Biro Ekonomi Setda Provinsi Kalsel, dan Bulog. Dari hasil pemantauan tersebut didapatkan hasil bahwa kondisi stok beras, gula pasir, telur ayam ras, minyak goreng, daging ayam, dan komoditas pokok lainnya berada dalam kondisi normal dan aman. Pasokan barang tersebut, baik dari lokal Kalsel maupun Pulau Jawa dinilai pedagang relatif lancar bahkan melimpah. Di antara berbagai komoditas tersebut hanya beras Jawa saja yang tercatat mengalami kenaikan, sementara beras lokal yang disukai mayoritas warga Banjarmasin justru mengalami penurunan harga karena adanya panen di Kabupaten Barito Kuala. 2. Siaran Pers Bersama Tujuan aksi ini adalah untuk menenangkan masyarakat dan menghimbau masyarakat agar tidak melakukan konsumsi yang berlebihan pada saat menjalankan ibadah puasa dan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Selain itu diharapkan kepada para pedagang untuk tidak menaikkan harga secara berlebihan. Siaran pers dipimpin oleh Sekda Provinsi Kalsel pada tanggal 29 Juli 2011 dan dimuat di berbagai media lokal cetak dan elektronik. Aksi ini diperkuat dengan imbauan yang dilakukan oleh Gubernur Kalsel melalui media massa yang menyerukan agar masyarakat tidak melakukan konsumsi yang berlebihan selama bulan Ramadan. 38

57 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 49

58 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

59 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Berbagai indikator utama kinerja perbankan di Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 secara umum menunjukan peningkatan. Indikasi ini terlihat dari pertumbuhan aset, dana pihak ketiga (DPK), dan penyaluran kredit yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu kualitas kredit, secara umum mencatat perbaikan sebagaimana ditunjukkan oleh penurunan rasio NPL dari 2,77% menjadi 2,60%. 1. PERKEMBANGAN BANK UMUM 1.1. Perkembangan Volume Usaha dan Kelembagaan Bank Umum Hingga akhir triwulan III-2011, aset perbankan di Provinsi Kalsel telah mencapai Rp31,36 triliun atau naik 8,11% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp29,01 triliun. Secara tahunan, pertumbuhan aset perbankan mencapai 23,63% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 20,89% (yoy). Tabel 3.1 Perkembangan Beberapa Indikator Bank Umum Kalimantan Selatan Uraian Satuan Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Aset Rp triliun Pertumbuhan (y-o-y) 17.09% 16.68% 14.22% 15.61% 20.36% 21.46% 21.88% 20.89% 23.63% (q-t-q) 6.62% 2.24% 3.99% 7.09% 5.72% 3.18% 4.34% 6.23% 8.11% DPK Rp triliun Pertumbuhan (y-o-y) 9.12% 10.64% 7.14% 14.34% 18.71% 19.82% 19.12% 23.78% 28.45% (q-t-q) 0.21% 5.43% 3.66% 16.21% 4.05% 6.42% 3.05% 8.48% 7.97% Kredit (Lokasi Proyek) Rp triliun (y-o-y) 8.38% 9.04% 5.16% 16.52% 22.33% 14.96% 33.12% 25.93% 26.73% Pertumbuhan (q-t-q) 2.23% 5.36% -3.35% 11.92% 7.33% -0.98% 11.92% 5.88% 8.02% LDR (Lokasi proyek) 98.63% 98.57% 91.91% 98.53% % 94.57% % % % NPL gross (Lokasi proyek) 4.28% 2.14% 2.15% 2.15% 2.10% 2.13% 2.87% 2.77% 2.60% Sumber: Bank Indonesia Meningkatnya laju pertumbuhan volume usaha bank umum ini terutama disumbang oleh kelompok bank umum pemerintah yang pada triwulan laporan membukukan pertumbuhan sebesar 22,67% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan pada akhir triwulan II-2011 yang hanya sebesar 16,85% (yoy). Sementara itu, 39

60 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran pertumbuhan aset bank umum swasta mengalami perlambatan, dari triwulan sebelumnya yang mencapai 32,65% (yoy) menjadi 26,19% (yoy). Pertumbuhan aset bank umum Kalimantan Selatan terutama didorong oleh bertambahnya jaringan kantor dan peningkatan status kantor. Selama triwulan III-2011, jaringan kantor bank umum telah bertambah dengan dibukanya 4 KCP, 3 kantor unit, dan 1 KCS, sehingga jumlah seluruh kantor bank umum menjadi 25 bank umum dan 4 unit usaha syariah, yang didukung oleh 324 jaringan kantor, tidak termasuk sentra operasi payment point (SOPP) dan kantor fungsional. Grafik 3.1. Pertumbuhan Aset Bank Umum Kalimantan Selatan (yoy) 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Tw 3-08 Tw 4-08 Tw 1-09 Tw 2-09 Tw 3-09 Sumber: LBU Kalimantan Selatan, diolah Tw 4-09 Tw 1-10 Tw 2-10 Tw 3-10 Tw 4-10 Growth Asset Bank Umum Pemerintah (y-o-y) Growth Asset Bank Umum Swasta (y-o-y) Growth Asset Bank Umum Kalsel (y-o-y) TW % TW % 22.67% TW Penghimpunan Dana Masyarakat Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh bank umum Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 mencapai Rp25,72 triliun atau tumbuh 28,45% (yoy). Pertumbuhan pada triwulan ini lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 23,78% (yoy). Seluruh jenis simpanan, baik deposito, giro, maupun tabungan tumbuh meningkat. Deposito tumbuh 23,10% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 22,25% (yoy). Pertumbuhan giro melonjak dari 19,72% (yoy) pada triwulan II-2011 menjadi 30,11% (yoy). Demikian pula tabungan tumbuh 30,11% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 26,26% (yoy). Akselerasi pertumbuhan deposito diperkirakan terkait dengan meningkatnya laba lembaga keuangan non bank yang antara lain diindikasikan oleh pesatnya penyaluran kredit konsumtif kepada masyarakat sampai dengan 40

61 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran triwulan laporan. Hal ini dikonfirmasi oleh deposito milik lembaga keuangan non bank yang tumbuh sebesar 116,73% (yoy), jauh lebih tinggi dari pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 42% (yoy). Peningkatan pertumbuhan tahunan deposito, juga dipengaruhi oleh pertumbuhan deposito milik perorangan, yaitu dari 22,32% (yoy) menjadi 26,10% (yoy). Suku bunga deposito yang relatif lebih menarik dibandingkan suku bunga tabungan, telah meningkatkan minat sebagian nasabah tabungan untuk mengalihkan jenis simpanannya. Berdasarkan data LBU, suku bunga tertimbang deposito milik perorangan mencapai 6,37%, sementara tabungan hanya 2,73%. Lonjakan pertumbuhan giro terutama bersumber dari pertumbuhan giro milik pemda. Giro milik pemda pada triwulan laporan tumbuh 30,53% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 11,08% (yoy). Kondisi ini disebabkan oleh realisasi belanja pemda yang masih belum optimal sampai dengan triwulan laporan. Realisasi belanja daerah APBD Provinsi Kalimantan Selatan, misalnya, pada triwulan laporan baru mencapai 59,56% atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 67,54%. Berdasarkan informasi dinas terkait, belum optimalnya realisasi belanja ini lebih disebabkan oleh faktor teknis, dimana beberapa pelaksana proyek belum melakukan penagihan atas proyek-proyek yang telah direalisasikan. Sementara itu realisasi pos pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Selatan dalam periode yang sama telah mencapai 71,39% dari target, jauh di atas realisasi triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 53,13%. Hal ini juga membantu memperbesar pundi-pundi giro pemda yang mengendap di perbankan. Meningkatnya pertumbuhan giro kali ini juga bersumber dari pertumbuhan giro sektor swasta. Masih terjaganya laju pertumbuhan ekspor unggulan Kalsel di level yang tinggi, serta iklim perekonomian Kalsel yang relatif baik berdampak positif terhadap kondisi keuangan di sektor usaha. Giro milik sektor swasta non lembaga keuangan tercatat tumbuh 42,75% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 28,30% (yoy). Pertumbuhan dana juga terjadi pada komponen tabungan milik perseorangan yang tumbuh dari 23,23% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi 27,87% (yoy). Fenomena ini berbeda dengan tahun sebelumnya dimana pada pada triwulan berlangsungnya perayaan Idul Fitri, pergerakan dana tabungan cenderung melambat seiring meningkatnya konsumsi masyarakat. Berdasarkan 41

62 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran informasi sejumlah bank, pada saat ini masyarakat lebih cenderung memanfaatkan fasilitas kredit yang ditawarkan oleh perbankan maupun lembaga keuangan non bank seiring tren penurunan suku bunga. 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Grafik 3.2. Perkembangan DPK Kalimantan Selatan Menurut Jenis Simpanan (yoy) -10% TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III Giro Tabungan Deposito DPK Sumber: Datawarehouse Bank Indonesia, diolah 1.3. Penyaluran Kredit Kredit yang disalurkan oleh bank umum Kalimantan Selatan (kredit menurut lokasi bank) hingga akhir triwulan III-2011 mencapai Rp19,97 triliun atau tumbuh 23,65% dari posisi yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu kredit yang disalurkan seluruh bank umum ke wilayah Kalimantan Selatan (kredit menurut lokasi proyek) pada triwulan laporan mencapai Rp25,78 triliun atau tumbuh sebesar 26,73% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2011 yang mencatat pertumbuhan 25,92% (yoy). Dilihat dari jenis penggunaannya, meningkatnya laju pertumbuhan kredit terutama terjadi pada kredit investasi yang mencapai 34,27% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 23,65% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan kredit investasi ini terkait dengan membaiknya ekspektasi pelaku usaha di sektor pertanian dan sektor pertambangan seiring dengan meningkatnya produksi kedua sektor tersebut selama triwulan III-2011, serta bertahannya harga komoditas perkebunan dan batubara di level yang tinggi. Hal tersebut tercermin dari hasil SKDU, di mana saldo bersih tertimbang (SBT) ekspektasi sektor pertanian meningkat dari 5,12 menjadi 9,16 dan sektor pertambangan yang meningkat dari 0,67 menjadi 3,73. 42

63 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3.3. Perkembangan Kredit Kalsel Menurut Jenis Penggunaan (yoy) 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% % % TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II-2011 TW III-2011 g. kredit (y-o-y) g. konsumsi (y-o-y) g. investasi (y-o-y) g. modal kerja (y-o-y) Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia, diolah Peningkatan pertumbuhan kredit kali ini juga bersumber dari kredit konsumsi yang tumbuh 30,19% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 28,35% (yoy). Peningkatan tersebut terkait dengan lonjakan konsumsi masyarakat menjelang hari Raya Idul Fitri terutama untuk barang-barang seperti kendaraan bermotor dan perabotan rumah tangga. Berdasarkan data LBU, beberapa komponen kredit konsumsi tumbuh meningkat, seperti kredit kepemilikan kendaraan dari 39,12% (yoy) menjadi 63,99% (yoy), kredit barang furniture dari 52,53% (yoy) menjadi 96,55% (yoy), dan kredit barang elektronik melonjak fantastis dari 113,3%(yoy) menjadi 872,45% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan kredit tidak terlepas dari kondisi suku bunga kredit yang terus mengalami penurunan. Rata-rata suku bunga kredit tertimbang di wilayah Kalimantan Selatan selama triwulan III-2011 tercatat sebesar 12,75% atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 13,26%. Grafik 3.4. Komposisi Kredit Sektoral Kalimantan Selatan Lain-lain 40% Pertanian 9% Pertambangan 7% Industri pengolahan 5% Listrik,Gas dan Air 1% Konstruksi 4% Jasa Sosial Masyarakat 2% Jasa Dunia Usaha 8% Pengangkutan 6% Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia, diolah Perdagangan 18% 43

64 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Dilihat dari sektor ekonominya, pangsa kredit masih didominasi oleh kredit pada sektor lain-lain, yang umumnya bersifat konsumtif (40%), diikuti sektor perdagangan (18%) dan sektor pertanian (9%). Sedangkan jika dilihat dari pertumbuhan kreditnya, sumber peningkatan pertumbuhan kredit kali ini berasal dari sektor pertanian, perdagangan, dan industri pengolahan. Masih cukup prospektifnya perkembangan sektor perkebunan, turut mendorong ekspansi kredit ke sektor pertanian, sehingga kredit di sektor tersebut tumbuh meningkat dari sebelumnya -7,38% (yoy) menjadi 10,76% (yoy). Sementara itu kredit di sektor perdagangan tumbuh meningkat dari 16,5% (yoy) menjadi 27,3% (yoy) karena pengaruh meningkatnya tekanan permintaan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Di sisi lain, berkembangnya industri pengolahan bijih besi dan minyak sawit menjadi pemicu meningkatnya pertumbuhan kredit di sektor industri pengolahan dari 21,34% (yoy) menjadi 45,75%(yoy). Dengan meningkatnya pertumbuhan DPK dan kredit, maka LDR berdasarkan kredit lokasi proyek mencapai 100,27% atau meningkat tipis dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 100,23%. Grafik 3.5. Perkembangan DPK, Kredit, dan LDR Bank Umum Kalimantan Selatan 30, % 25, , % 15, , % 5, % Miliar Rp LDR (%) DPK Kredit (lokasi proyek) LDR Sumber: Data Warheouse Bank Indonesia, diolah 1.4. Risiko Likuiditas dan Risiko Kredit Dari sisi manajemen risiko, laju pertumbuhan kredit saat ini belum berpotensi memberi tekanan pada risiko likuiditas bank umum yang beroperasi di Kalimantan Selatan. Hal ini terindikasi dari LDR berdasarkan lokasi bank yang turun dari 79,28% menjadi 77,66%. Angka LDR tersebut masih berada dalam batas kewajaran. 44

65 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Tabel 3.2. Perkembangan NPL Bank Umum Kalimantan Selatan NPL Kredit Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Nominal NPL 375, , , , , , , ,990 NPL % 2.14% 2.15% 2.15% 2.10% 2.13% 2.87% 2.77% 2.60% NPL per jenis penggunaan Modal Kerja 2.98% 3.28% 3.05% 2.98% 3.76% 5.24% 5.11% 4.71% Investasi 2.57% 2.33% 2.59% 2.20% 1.32% 2.48% 2.28% 2.17% Konsumsi 0.93% 1.11% 1.08% 1.20% 1.18% 1.21% 1.22% 1.18% NPL per sektor ekonomi Pertanian 3.36% 3.71% 2.97% 4.61% 0.32% 0.62% 2.16% 1.92% Pertambangan 1.04% 0.51% 0.85% 0.91% 1.69% 3.80% 6.70% 2.26% Industri pengolahan 2.58% 5.41% 6.21% 6.70% 6.73% 9.48% 9.73% 8.81% Listrik,Gas dan Air 0.00% 0.00% 0.15% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.59% Konstruksi 6.71% 2.12% 1.59% 3.57% 7.64% 7.26% 7.52% 6.82% Perdagangan 3.62% 3.77% 3.80% 2.41% 2.70% 3.00% 3.00% 3.18% Pengangkutan 0.31% 2.30% 2.32% 2.16% 2.19% 9.12% 0.64% 5.10% Jasa Dunia Usaha 1.20% 1.31% 1.11% 0.93% 1.03% 2.34% 2.17% 1.75% Jasa Sosial Masyarakat 1.06% 1.08% 1.68% 0.99% 1.94% 1.12% 1.46% 1.67% Lain-lain 0.93% 1.20% 1.16% 1.22% 1.23% 1.24% 1.27% 2.60% Sumber: Data Warheouse Bank Indonesia, diolah Sementara itu risiko kredit yang diindikasikan oleh rasio NPL, mencatat penurunan dari 2,77% menjadi 2,60%. Ditinjau dari jenis penggunaannya, membaiknya rasio kredit bermasalah (NPL) tersebut terutama disebabkan oleh turunnya NPL pada kredit produktif, baik kredit modal kerja maupun kredit investasi. Dilihat dari sektor ekonomi, penurunan rasio NPL yang paling drastis terjadi pada sektor pertambangan, yakni dari 6,7% menjadi 2,26% seiring dengan penyelesaian masalah sengketa lahan pertambangan di salah satu bank Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Selaras dengan perkembangan kredit secara umum, kredit dengan skala MKM tumbuh meningkat dari 28,99% (yoy) menjadi 33,10% (yoy). Posisi kredit MKM di Kalimantan Selatan pada triwulan III-2011 mencapai Rp16,33 triliun dengan pangsa sebesar 63,32% dari total penyaluran kredit bank umum. Rasio ini relatif stabil dari triwulan sebelumnya yang mencapai 63,4%. Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Skala MKM Bank Umum Kalimantan Selatan Kredit (Rp Juta) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III Mikro 3,216,019 3,454,843 3,429,517 3,384,252 4,181,025 4,238,688 4,389,846 Kecil 4,671,362 5,127,336 5,514,156 5,189,183 6,393,894 6,990,788 7,703,204 Menengah 2,918,430 3,153,624 3,323,732 3,402,769 3,634,813 3,908,889 4,235,257 Total Kredit MKM 10,805,811 11,735,803 12,267,405 11,976,204 14,209,732 15,138,364 16,328,307 sumber: Data Warheouse Bank Indonesia, diolah 45

66 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Sementara itu, kredit MKM produktif tumbuh sebesar 32,03% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 27,95% (yoy). Secara rinci, kredit modal kerja tumbuh melambat dari 28,53% (yoy) menjadi 26,02% (yoy), sedangkan kredit investasi tumbuh meningkat dari 26,23% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 52,83% (yoy). Dilihat dari sektor ekonominya, meningkatnya pertumbuhan kredit produktif berskala MKM pada triwulan laporan terutama bersumber dari pertumbuhan kredit di sektor PHR yang meningkat dari 21,66% (yoy) menjadi 25,03% (yoy). Sektor lainnya yang juga mencatat pertumbuhan adalah sektor jasa dunia usaha yang tumbuh meningkat dari 25,32% (yoy) menjadi 42,63% (yoy), serta sektor pertanian yang pertumbuhannya mencapai 87,48% (yoy) jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 29,82% (yoy). Grafik 3.6. Perkembangan KUR Kalsel yoy 300% 292% 250% 200% 150% 100% 50% 80% 29% 59% 57% 43% 0% Plafon Realisasi Debitur TW II 2011 TW III 2011 Sumber : Data Menko Perekonomian Khusus untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR), berdasarkan data Kementrian Koordinator Perekonomian, pada triwulan laporan tercatat plafon yang telah disetujui sebesar Rp1,49 triliun atau naik 9,87% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang mencapai Rp1,36 triliun. Secara tahunan, plafon KUR tersebut mencatat perlambatan dari 79,76% (yoy) pada triwulan II-2011 menjadi 29,32% (yoy) pada triwulan III Dengan demikian, pangsa plafon KUR Kalsel terhadap nasional sedikit mengalami penurunan dari 2,77% menjadi 2,63%. Plafon KUR tersebut untuk membiayai debitur, atau naik 8,56% dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak debitur. Secara tahunan, pertumbuhan debitur KUR masih relatif tinggi, meskipun melambat dari triwulan sebelumnya, yaitu dari 56,82% (yoy) menjadi 43,15% (yoy). 46

67 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 2. PERKEMBANGAN BANK SYARIAH Berbeda dengan pertumbuhan perbankan secara umum yang mengalami perbaikan hampir di seluruh indikator, kinerja perbankan syariah sedikit melambat khususnya dari sisi pertumbuhan pembiayaan dan volume usaha. Pada akhir triwulan laporan, aset bank umum dan unit usaha syariah di Kalsel mencapai Rp2,01 triliun, atau meningkat 3,11% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Namun secara tahunan pekembangan volume usaha kelompok ini melambat dari 60,01% (yoy) di triwulan II-2011 menjadi 30,08% (yoy). Secara tahunan, laju pertumbuhan pembiayaan syariah untuk berbagai kegiatan ekonomi tumbuh di level yang tinggi yakni 32,03% (yoy), meskipun sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 33,23% (yoy). Dari sisi nominal, pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah ke Kalimantan Selatan (berdasarkan lokasi proyek) telah mencapai Rp1,79 triliun. Tabel 3.4. Perkembangan Kinerja Bank Umum Syariah Keterangan Posisi (Juta Rp) TW II-2010 TW III-2010 TW IV-2010 TW I-2011 TW II-2011 TW III-2011 Asset 1,220,273 1,547,818 1,755,752 1,773,417 1,952,619 2,013,382 Pembiayaan lokasi proyek 1,244,071 1,359,027 1,463,515 1,583,914 1,657,503 1,794,309 Dana 1,086,770 1,029,282 1,204,599 1,201,944 1,341,451 1,540,679 FDR lokasi proyek % % % % % % NPF lokasi proyek (%) 0.54% 0.76% 1.40% 7.63% 7.21% 6.62% Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia dan LBUS, diolah Melambatnya pembiayaan syariah pada triwulan laporan terutama disebabkan oleh pembiayaan modal kerja yang hanya tumbuh 4,67% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 18,31% (yoy). Turunnya pertumbuhan pembiayaan modal kerja ini terutama terjadi pada sektor konstruksi dan jasa dunia usaha. Sementara itu, kondisi yang lebih baik dialami oleh pertumbuhan pembiayaan jenis investasi yang meningkat, yaitu dari 14,01% (yoy) menjadi 31,85% (yoy). Sama halnya dengan pembiayaan modal kerja, pembiayaan konsumtif pada triwulan laporan juga mencatat perlambatan. Pembiayaan konsumtif pada akhir triwulan III-2011 mencapai Rp601 miliar atau tumbuh 85,96% (yoy), meskipun lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 93,21% (yoy). Melambatnya pertumbuhan pembiayaan syariah konsumtif ini terjadi pada pembiayaan untuk kepemilikan rumah dan perabot rumah tangga. Perlambatan ini terutama dipengaruhi oleh masih adanya anggapan relatif mahalnya 47

68 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran pembiayaan bank syariah dibandingkan bank konvensional di tengah tren penurunan suku bunga. Perkembangan DPK perbankan syariah pada akhir triwulan III-2011 mencapai Rp1,54 triliun atau tumbuh 49,68% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 23,43% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan simpanan syariah ini terjadi pada seluruh jenis simpanan, khususnya giro dan deposito yang meningkat secara signifikan. Giro tumbuh meningkat dari 8,45% (yoy) menjadi 60,37% (yoy), sedangkan deposito dari 29,08% (yoy) menjadi 61,14% (yoy). Tabungan juga tumbuh meningkat dari 24,19% (yoy) pada triwulan II-2011 menjadi 42,00% (yoy). Meningkatnya DPK perbankan syariah antara lain dipengaruhi oleh mulai masuknya pembayaran biaya haji dari para calon jamaah maupun keperluan nasabah untuk pelaksanaan haji nantinya. Hal ini terindikasi dari meningkatnya tabungan syariah dalam bentuk valas dari 20,12% (yoy) menjadi 31,67% (yoy). Grafik 3.7 Perkembangan Pembiayaan Syariah, DPK dan FDR Bank Syariah Kalimantan Selatan Grafik 3.8 Perkembangan NPF Bank Syariah Kalimantan Selatan 2,000,000 1,800,000 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000, , % 140% 130% 120% % 110% 100% 14.00% 12.00% 10.00% 8.00% 6.00% 4.00% 11.62% 7.63% 7.21% 6.62% 600, , ,000 90% 80% 2.00% 0.00% - TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III Dana Pembiayaan lokasi proyek FDR lokasi proyek 70% NPF lokasi proyek (%) Sumber: Laporan Bulanan Bank Syariah, diolah Meningkatnya pertumbuhan penghimpunan dana yang diiringi dengan melambatnya pertumbuhan pembiayaan, mendorong penurunan financing to deposit ratio (FDR) pada triwulan III-2011 menjadi 116,46% setelah pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar 123,56%. Sementara itu risiko pembiayaan bermasalah yang tercermin dari rasio NPF tercatat membaik, meskipun masih berada pada level yang cukup tinggi. NPF perbankan syariah Kalimantan Selatan pada akhir triwulan III-2011 mencapai 6,62%, turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,21%. 48

69 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Turunnya NPF tersebut terutama bersumber dari penurunan NPF di sektor pertambangan seiring telah diselesaikannya kasus yang terkait sengketa hukum perusahaan tambang. 3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT Secara umum berbagai indikator kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada triwulan III-2011 masih tumbuh cukup tinggi, meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama pertumbuhan kredit dan volume usaha. Di sisi lain, pertumbuhan DPK masih mencatat peningkatan, namun diiringi risiko kredit yang terindikasi meningkat. Tabel 3.5. Perkembangan Indikator BPR Kalimantan Selatan Indikator Tw Tw Tw Tw 3 Tw Tw 1 Tw 2 Tw Jumlah BPR PD PT Total Aset DPK Tabungan Deposito Kredit LDR % % % % % % % % NPL (%) 4.64% 4.74% 4.38% 4.47% 3.11% 3.82% 3.77% 6.58% Sumber: Bank Indonesia Sumber: Laporan Bulanan BPR, diolah Dari sisi jaringan kantor, jumlah BPR Kalimantan Selatan tidak mengalami perubahan yaitu sebanyak 23 BPR yang terdiri dari 18 BPR milik pemerintah daerah dan 5 BPR berbentuk perseroan terbatas. Adapun rencana pendirian BPR di Kabupaten Kotabaru masih menunggu proses pengajuan izin operasional, mengingat izin prinsip telah diberikan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia beberapa waktu yang lalu. Total aset BPR Kalimantan Selatan pada akhir triwulan laporan mencapai Rp422 miliar atau tumbuh 34,49% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang pertumbuhannya mencapai 53,27% (yoy). Tidak adanya perkembangan yang berarti dalam perluasan jaringan kantor, perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit yang dibarengi dengan menurunnya kualitas kredit selama triwulan laporan diduga menjadi penyebab perlambatan ini. 49

70 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Pada triwulan laporan, kredit yang disalurkan BPR mencapai 32,87% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 33,66% (yoy). Dilihat dari jenis penggunaannya, melambatnya pertumbuhan kredit BPR ini terutama terjadi pada kredit investasi, yaitu dari 109,29% (yoy) menjadi 71,87% (yoy) dengan nilai sebesar Rp215,5 miliar. Sementara itu kredit modal kerja dan kredit konsumsi masih mencatat peningkatan. Kredit modal kerja tumbuh 24,39% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 19,69% (yoy). Demikian juga dengan kredit konsumsi yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 18,04%, atau lebih tinggi dari triwulan I-2011 yang tumbuh 8,72% (yoy). Di sisi lain, penghimpunan dana masyarakat tumbuh sebesar 74,42% (yoy), sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 71,35% (yoy). Dilihat dari jenis simpanannya, peningkatan ini terutama terjadi pada jenis simpanan deposito yang mengalami peningkatan pertumbuhan hingga 111,55% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 98,10% (yoy). Tingginya pertumbuhan deposito ini salah satunya dipengaruhi meningkatnya minat masyarakat dalam menyimpan dananya di BPR seiring penawaran suku bunga deposito BPR yang relatif lebih baik. Selaras dengan itu, perkembangan tabungan juga tumbuh meningkat dari 30,56% (yoy) menjadi 30,92% (yoy). Namun demikian, kualitas kredit yang disalurkan BPR mengalami penurunan. Pada akhir triwulan III-2011, rasio NPL (gross) BPR tercatat sebesar 6,58% lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya 3,77%. Dengan perkembangan tersebut, LDR BPR Kalimantan Selatan pada akhir triwulan III-2011 mengalami sedikit peningkatan dari 113,91% pada akhir triwulan II-2011 menjadi 117,51%. LDR BPR yang melebihi angka 100% menjadi indikasi bahwa BPR masih harus membuat terobosan inovatif dalam menghimpun dana dari masyarakat, antara lain melalui kegiatan promosi dan penciptaan produk simpanan yang lebih kompetitif, serta peningkatan layanan yang lebih menjawab kebutuhan masyarakat di segmen pasarnya. Penerapan program weekend banking, perubahan jam buka tutup kantor, serta perluasan jaringan kantor yang mengarah pada terpenuhinya kebutuhan masyarakat dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan daya saing. 50

71 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3.9 Pertumbuhan (yoy) Kredit dan DPK serta LDR BPR 80% 180% 71.35% 70% 160% 74.42% 60% 140% 50% % 120% 40% % 100% 30% 33.66% 32.87% 80% 20% 10% 60% 0% 40% -10% 20% -20% 0% Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw growth DPK (y-o-y) growth Kredit (y-o-y) LDR Sumber: Laporan Bulanan BPR, diolah Kredit (Rp Miliar) Rp350 Rp300 Rp250 Rp200 Rp150 Rp100 Rp50 Rp0 Grafik 3.10 Perkembangan Kredit dan Rasio NPL BPR Tw % % 3.77% Tw Tw Tw Tw Tw Tw Kredit NPL (%) Tw % 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan sistem pembayaran di Provinsi Kalimantan Selatan selama triwulan III-2011 menunjukkan adanya peningkatan yang ditandai oleh peningkatan volume transaksi tunai dan non tunai. Transaksi tunai mengalami peningkatan yang diindikasikan oleh arus uang tunai keluar (outflow) dari Bank Indonesia Banjarmasin. Sementara transaksi non tunai khususnya RTGS juga mencatat adanya peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya 4.1. TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI Kegiatan transaksi sistem pembayaran tunai tercermin dari aliran uang keluar dan masuk dari/ke Bank Indonesia Banjarmasin (outflow dan inflow), kegiatan penukaran uang, dan kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). a. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) Selama triwulan III-2011, total perputaran aliran uang kartal mengalami peningkatan 77,34% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari Rp2,12 triliun menjadi Rp3,76 triliun. Peningkatan tersebut terjadi baik pada aliran uang keluar (outflow), maupun aliran uang masuk (inflow). Selama triwulan laporan, aliran uang keluar (outflow) meningkat sebesar 66,18% (qtq) atau dari Rp1,13 triliun menjadi Rp1,88 triliun. Sementara aliran uang masuk (inflow) meningkat sebesar 90,07% (qtq) dari Rp990,52 miliar menjadi Rp1,88 triliun. Dengan perkembangan tersebut terjadi net inflow sebesar Rp139,58 miliar. 51

72 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3.11 Perkembangan Inflow dan Outflow (dalam jutaan Rupiah) Sumber: BI Banjarmasin, diolah Meningkatnya aliran uang keluar (outflow) pada triwulan laporan mengindikasi peningkatan kebutuhan masyarakat akan uang tunai. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor musiman bulan Ramadan dan peringatan Hari Raya Idul Fitri yang ditandai oleh meningkatnya tekanan konsumsi masyarakat, terutama untuk belanja berbagai kebutuhan pokok. Di lain sisi, meningkatnya aliran uang masuk (inflow) merupakan fenomena arus balik uang pasca hari raya. Kondisi ini terindikasi dari jumlah inflow pada bulan September 2011 yang mencapai Rp1,2 triliun atau 64% dari jumlah seluruh aliran uang masuk selama triwulan laporan. b. Perkembangan Penukaran Uang Rupiah Selama triwulan laporan, jumlah nominal penukaran uang melalui BI Banjarmasin mencapai Rp98,79 miliar atau meningkat 198,04%(qtq) dari triwulan sebelumnya yang hanya sebesar Rp33,14 miliar. Peningkatan ini terutama didorong oleh faktor budaya masyarakat yang ingin bertransaksi menggunakan uang baru selama Hari Raya Idul Fitri. Selain itu peningkatan aktivitas perdagangan eceran juga ikut meningkatkan aktivitas penukaran uang yang melalui BI Banjarmasin. 52

73 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3.12 Perkembangan Penukaran Uang Rupiah Sumber: BI Banjarmasin, diolah Dilihat dari jumlah lembar/keping uang yang ditukarkan masyarakat, jenis pecahan yang paling diminati adalah uang kertas pecahan Rp Volume penukaran uang pecahan jenis ini mencapai 22% dari total lembar/keping uang yang ditukarkan. Pecahan rupiah lainnya yang juga diminati masyarakat adalah pecahan kertas Rp1.000 yang volumenya mencapai 19,65%, diikuti uang kertas Rp5000 dan Rp masing-masing 18,16% dan 10,70% dari total lembar/ keping uang yang ditukarkan. Grafik Pangsa Pecahan Uang dalam Kegiatan Penukaran Uang di Bank Indonesia Banjarmasin Sumber: BI Banjarmasin, diolah 53

74 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran c. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Seiring dengan meningkatnya jumlah uang kartal masuk (inflow), jumlah nominal PTTB mengalami peningkatan sebesar 19,43% (qtq), yaitu dari Rp589,94 miliar menjadi Rp704,589 miliar. Pada triwulan laporan terdapat 21,63 juta lembar uang yang diracik karena kondisinya sudah lusuh dan tidak layak edar. Namun demikian, dilihat dari jumlah lembar, terdapat penurunan sebesar 15,12% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya Jumlah nominal uang tidak layak edar yang dimusnahkan sudah jauh berkurang apabila dibandingkan dengan triwulan III-2010 dimana jumlah uang yang dimusnahkan mencapai Rp1,21 triliun atau terjadi penurunan sebesar 42% dari tahun sebelumnya. Turunnya jumlah PTTB tersebut sedikit banyak juga mengindikasikan bahwa masyarakat semakin teredukasi tentang bagaimana cara memperlakukan uang dengan baik agar uang tidak cepat rusak atau lusuh. Grafik 3.15 Perkembangan Triwulanan Kegiatan Pemusnahan Melalui PTTB 1,400,000 1,200,000 1,000, , , , , Sumber: BI Banjarmasin, diolah d. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan Meskipun secara nominal jumlah uang palsu yang ditemukan relatif kecil, namun dalam triwulan III-2011 temuan uang palsu ini mengalami peningkatan. Uang palsu ini berasal dari penukaran uang di loket Bank Indonesia, kas keliling, loket perbankan, setoran perbankan, maupun yang dilaporkan masyarakat atau ditemukan oleh pihak Kepolisian. Pada triwulan laporan, rasio uang palsu terhadap inflow meningkat dari 0,0006% menjadi 0,0022%. Jumlah uang palsu yang paling banyak dipalsukan adalah uang pecahan Rp

75 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik Rasio Jumlah Uang Palsu terhadap Inflow % % % % % % % % % Sumber: BI Banjarmasin, diolah Meningkatnya jumlah uang palsu diduga merupakan tindakan oknum yang ingin memanfaatkan masa-masa puncak kegiatan transaksi tunai masyarakat menjelang Hari Raya Idul Fitri. Terkait hal ini, Bank Indonesia Banjarmasin telah melakukan berbagai upaya preventif, antara lain dengan aktif menyampaikan siaran pers untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat, disamping kegiatan sosialisasi pengenalan ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada berbagai lapisan masyarakat yang secara intensif terus dilakukan TRANSAKSI PEMBAYARAN NON-TUNAI Nilai transaksi pembayaran non tunai selama triwulan laporan menunjukan pergerakan yang meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, khususnya untuk transaksi non tunai dengan nilai besar melalui RTGS. Sementara itu, transaksi melalui sistem kliring menunjukkan penurunan dari triwulan sebelumnya. a. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Seiring dengan semakin meningkatnya transaksi keuangan yang bernominal besar, transaksi non-tunai melalui sarana Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) cenderung meningkat. Nilai nominal transaksi melalui BI-RTGS pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp42,22 triliun atau naik 11,99% (qtq). Searah dengan itu, volume transaksi juga mengalami kenaikan sebesar 19,17% dari transaksi menjadi transaksi. Tabel 3.6. Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS di Kalimantan Selatan 55

76 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Periode FROM TO FROM - TO TOTAL Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) Sumber: web Bank Indonesia, diolah Peningkatan transaksi RTGS ini searah dengan pergerakan aktivitas ekonomi, khususnya sektor perdagangan dan pertanian yang mengalami akselerasi pada triwulan laporan. Meningkatnya aktivitas konsumsi masyarakat serta terjaganya harga komoditas ekspor unggulan Kalsel pada triwulan laporan diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya arus transaksi dengan nilai besar ke/dari Kalimantan Selatan. b. Transaksi Kliring Pada triwulan laporan, nilai nominal transaksi kliring tercatat menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Selama triwulan III-2011, nominal transaksi kliring mencapai Rp3,2 triliun atau turun 23,94% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Selaras dengan nominal transaksi kliring, jumlah warkat yang ditransaksikan tercatat turun 29,74% (qtq), yaitu dari lembar menjadi lembar. Grafik Perkembangan Kliring di Kalimantan Selatan nominal (Rp Miliar) volume(lembar axis kanan) Sumber: BI Banjarmasin, diolah 56

77 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Menurunnya transaksi kliring, selain disebabkan oleh berkurangnya jumlah hari kerja selama libur lebaran Idul Fitri yang mencatat adanya hari libur selama 5 hari kerja, juga dipengaruhi oleh aktivitas transaksi masyarakat yang dalam periode itu cenderung lebih banyak menggunakan transaksi tunai untuk bertransaksi. Sementara itu, rata-rata penolakan cek dan bilyet kosong per hari justru mengalami kenaikan. Pada triwulan III-2011, setiap hari rata-rata terdapat 1,93% cek dan bilyet kosong dari seluruh lembaran warkat yang masuk, sedikit lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 1,81%. 57

78

79 Bab 4 Keuangan Daerah BAB IV KEUANGAN DAERAH 57

80

81 Bab 4 Keuangan Daerah 4 KEUANGAN DAERAH Pada triwulan III-2011, stimulus keuangan Pemerintah Daerah dalam mendorong perekonomian Kalimantan Selatan melalui realisasi belanja daerah mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Namun dari sisi pendapatan, perkembangan di triwulan laporan menunjukkan kinerja yang membaik. Realisasi pos pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Selatan sampai dengan triwulan III-2011 masih relatif baik. Hal ini tercermin dari realisasinya yang telah mencapai 71,39% dari anggaran, jauh di atas realisasi triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 53,13%. Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih menjadi penopang utama pendapatan seiring dengan meningkatnya pendapatan yang bersumber dari pajak daerah. Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalsel Uraian Pos APBD APBD Realisasi Triwulan III % Realisasi Pendapatan Daerah ,13 71,39 Pendapatan asli daerah ,54 89,62 Dana perimbangan ,06 48,27 Lain-lain pendapatan yang sah ,73 6,39 Belanja Daerah ,54 59,56 Belanja operasi ,90 45,32 Belanja modal ,19 37,14 Belanja tidak terduga ,87 40,67 Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan Sementara itu, realisasi belanja daerah APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan laporan baru mencapai 59,56% atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 67,54%. Meskipun demikian, secara nominal realisasi belanja tersebut menunjukkan peningkatan. 59

82 Bab 4 Keuangan Daerah 1. Realisasi Pos Pendapatan Daerah Dari sisi pos pendapatan, realisasi APBD Provinsi Kalimantan Selatan di triwulan III-2011 menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan periode sebelumnya. Percepatan dari pos pendapatan ini terlihat dari realisasi pada triwulan laporan yang telah mencapai 71,39% dengan nominal sebesar Rp1,75 triliun, atau jauh di atas pencapaian pada periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 53,13% dengan nominal Rp1,07 triliun. Hal tersebut juga menunjukkan semakin membaiknya efektivitas keuangan daerah 1 pada triwulan laporan, karena pencapaiannya mampu melebihi target penerimaan yang ditetapkan sebesar Rp1,04 triliun. Uraian Pos APBD Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalsel APBD Realisasi Triwulan III Persentase (%) Pendapatan Asli Daerah 1.090, ,30 572, ,79 52,54 89,62 Hasil Pajak Daerah 923, ,21 509, ,72 55,17 89,01 Hasil Retribusi Daerah 28,93 38,36 15,07 27,64 52,09 72,05 Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan 22,95 35,70 31,34 44,03 136,53 123,34 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 114,32 140,02 16,57 127,40 14,50 90,98 Pendapatan Transfer 904, ,86 489,19 501,44 54,06 48,27 Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 378,10 505,50 195,01 186,72 51,58 36,94 Dana Alokasi Umum 483,37 483,36 288,23 303,55 59,63 62,80 Dana Alokasi Khusus 43,35 25,00 5,95 11,17 13,73 22,35 Lain-lain Pendapatan yang Sah 20,79 20,79 9,09 1,33 43,73 6,39 Pendapatan Daerah 2.015, ,95 1,071,02 1,750,56 53,13 71,39 Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan Satu hal yang cukup positif adalah peningkatan realisasi pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Selatan terutama ditopang oleh peningkatan pada komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencapai Rp1.247,79 miliar atau terealisasi hingga 89,62% dari anggaran PAD tahun Realisasi tersebut jauh lebih baik dibandingkan pada periode yang sama di tahun 2010, dimana realisasi PAD hanya mencapai Rp572,75 miliar atau 52,54% dari anggaran PAD Tingginya realisasi 1 EFektivitas Keuangan Daerah merupakan rasio realisasi pendapatan asli daerah terhadap rencana pendapatan asli daerah yang dianggarkan. Indikator ini menunjukkan sejauh mana efektivitas pemerintah daerah dalam merealisasikan target pendapatan asli daerahnya 60

83 Bab 4 Keuangan Daerah PAD menunjukkan kemandirian daerah 2 yang juga cenderung membaik. Pada triwulan laporan, rasio kemandirian daerah meningkat dari 53,48% menjadi 71,28%, yang ditopang oleh kemampuan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dalam mendayagunakan potensi daerahnya sebagai sumber-sumber PAD melalui pajak daerah maupun retribusi daerah. 100% 80% 60% 40% 20% 0% Tw Tw Tw % 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Tw Tw Tw Grafik 4.1 Grafik 4.2 Efektivitas Pemerintah dalam merealisasikan Rasio kemandirian daerah / pendapatan daerah yang dianggarkan desentralisasi fiskal Komponen PAD yang mengalami peningkatan cukup besar terjadi pada komponen pendapatan Pajak Daerah yang mencapai Rp1.048,72 miliar atau meningkat 105,73% (yoy) dari pencapaian triwulan yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp572,75 miliar. Peningkatan hasil pajak daerah tersebut terutama ditopang oleh membaiknya aktivitas ekspor, terutama komoditas unggulan batu bara, kelapa sawit, dan karet, serta peningkatan konsumsi masyarakat di sepanjang tahun Peningkatan komponen PAD juga berimplikasi pada meningkatnya kemampuan fiskal 3 Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu dari 38,96% pada triwulan III-2010 menjadi 80,51% pada triwulan laporan. Sementara itu, persentase realisasi pendapatan transfer sedikit menurun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu dari 54,06% menjadi 48,27%. Meskipun demikian, secara nominal pendapatan transfer tersebut masih mencatat kenaikan. Menurunnya realisasi 2 Rasio kemandirian daerah (desentralisasi fiskal) merupakan perbandingan Pendapatan asli daerah (PAD) terhadap pendapatan daerah secara keseluruhan, semakin tinggi rasio yang dimiliki maka semakin mandiri daerah tersebut 3 Kemampuan Fiskal Daerah merupakan rasio realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap realisasi belanja daerah pada periode yang sama. Indikator ini menunjukkan sejauh mana kemandirian pemerintah daerah dalam membiayai belanja daerahnya. 61

84 Bab 4 Keuangan Daerah pendapatan transfer terutama dipengaruhi oleh subkomponen Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, yang realisasinya sampai triwulan III-2011 baru mencapai Rp186,72 miliar (36,9%), lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp195,01 miliar (51,58%). Penurunan ini diperkirakan terkait adanya keterlambatan transfer dari Pemerintah Pusat. Meskipun demikian, keterlambatan transfer tersebut diperkirakan tidak akan mempengaruhi penyelenggaraan kegiatan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Hal tersebut terindikasi dari relatif lebarnya ruang fiskal 4 daerah yang meningkat cukup signifikan yaitu dari 14,63% pada triwulan III-2010 menjadi 69,77%. 80% 100% 60% 40% 80% 60% 40% 20% 20% 0% Tw Tw Tw % Tw Tw Tw Grafik 4.3 Grafik 4.4 Ruang Fiskal Kalimantan Selatan Kemampuan fiskal Kalimantan Selatan Sementara kondisi keuangan daerah tingkat kabupaten/kota dari sisi pendapatan hingga semester I-2011 menunjukkan kecenderungan yang relatif stabil dibandingkan sebelumnya. Hal ini tercermin dari realisasi pendapatan yang rata-rata sebesar 50,30% dari anggaran, relatif stabil dibandingkan periode sebelumnya sebesar 52,80%. Realisasi pendapatan terbesar kembali dicapai oleh Kabupaten Tanah Laut dengan kinerja yang semakin tinggi, yaitu sebesar 71,15% atau Rp21,51 miliar dari target pencapaian selama semester I-2011 sebesar Rp15,12 miliar. Beberapa daerah lain dengan kinerja pendapatan daerah di atas rata-rata yaitu Kabupaten Balangan sebesar 69,24%, Kabupaten Hulu Sungai Utara 4 Ketersediaan ruang pada anggaran pemerintah untuk menyediakan sumber daya tertentu dalam rangka mencapai suatu tujuan tanpa mengancam kesinambungan posisi keuangan daerah (IMF Policy Discussion Paper, 2005). Ruang fiskal diperoleh dari pendapatan umum setelah dikurangi pendapatan yang sudah ditentukan penggunaannya (earmarked) serta belanja yang sifatnya mengikat seperti belanja pegawai dan belanja bunga 62

85 Bab 4 Keuangan Daerah sebesar 62,49%, Kab Banjarbaru sebesar 57,91%, Kab. Tanah Bumbu sebesar 55,97%, serta Kab. Hulu Sungai Tengah sebesar 51,94%. 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Grafik 4.5 Grafik 4.6 Realisasi pendapatan Kab/Kota di Kalsel Kemandirian fiskal Kab/Kota di Kalsel Meskipun terjadi peningkatan pada pos pendapatan, namun kemandirian fiskal daerah belum menunjukkan perkembangan yang cukup berarti. Hingga semester I-2011 tercatat rasio kemandirian fiskal tertinggi hanya sebesar 21,94% yang dicapai oleh Kota Banjarmasin, sementara pencapaian kabupaten/kota lainnya masih jauh di bawah angka tersebut. Masih rendahnya rasio kemandirian merupakan indikasi masih tingginya ketergantungan pendapatan pemerintah kabupaten/kota kepada sumber pendapatan eksternal seperti pendapatan Dana Alokasi Umum (DAU) atau Dana Alokasi Khusus (DAK). 2. Belanja Daerah Dari sisi pos belanja Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, percepatan realisasinya sampai dengan triwulan III-2011 mencatat penurunan dibandingkan periode yang sama di tahun 2010, yaitu dari 67,54% menjadi 59,56%. Meskipun demikian, besarnya nominal realisasi belanja meningkat dari Rp1.470,25 miliar menjadi Rp1.549,78 miliar. Ditinjau dari komponen belanja daerah, belum optimalnya realisasi tersebut terutama pada realisasi belanja modal yang sampai dengan triwulan III-2011 baru mencapai 37,14%, atau hanya sebesar Rp240,92 miliar dari anggaran 2011 sebesar Rp648,67 miliar. Realisasi ini lebih 63

86 Bab 4 Keuangan Daerah rendah dari periode yang sama di tahun 2010 yang telah merealisasikan sebesar 61,19% dengan nominal mencapai Rp358,09 miliar. Masih relatif rendahnya realisasi belanja modal antara lain dipengaruhi oleh berbagai kendala teknis seperti masih relatif banyaknya pelaksana proyek (kontraktor) yang belum melakukan penagihan sampai dengan akhir triwulan III Hal ini mengakibatkan realisasi belanja belum mencerminkan realisasi pembangunan daerah. Kondisi di atas menyebabkan rasio belanja modal terhadap belanja daerah menjadi menurun dari 24,35% pada triwulan III-2010 menjadi hanya 15,54% pada triwulan laporan. Meskipun demikian, kondisi penyerapan belanja daerah tersebut diperkirakan tidak akan menghambat usaha pemerintah dalam mendorong pembangunan daerah mengingat realisasi pembangunan fisik program telah sesuai dengan rencana. Tabel 4.3. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalsel Uraian Pos APBD APBD Realisasi Triwulan II Prosentase (%) Belanja Operasi 1.588, , ,43 883,88 69,90 45,32 Belanja Pegawai 949,26 677,50 336,38 436,03 61,24 64,36 Belanja Barang dan Jasa 454,80 615,17 196,12 316,18 43,12 51,40 Belanja Bantuan Sosial 68,57 81,64 57,59 68,29 84,00 83,65 Belanja Bantuan Keuangan 408,65 524,88 520,32 24,88 100,82 4,74 Belanja Modal 585,17 648,66 358,09 240,92 61,19 37,14 Belanja Tidak Terduga 3,00 3,00 1,74 1,22 57,87 40,67 Total Belanja 2.176, , , ,78 67,54 59,56 Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan Sementara rasio belanja modal terhadap belanja daerah menurun, rasio realisasi belanja pegawai terhadap belanja daerah justru mengalami peningkatan dari 22,88% menjadi 28,13% pada triwulan III Kondisi ini harus menjadi perhatian mengingat belanja rutin pegawai tersebut kurang memberikan efek secara langsung terutama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah. Hal ini diindikasikan dengan penyerapan dana beberapa proyek Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan yang relatif tinggi, antara lain pembangunan ruas jalan Dahai-Tanjung (79,60%), jalan lingkar dalam Banjarmasin Selatan (75,33%), jalan Paringin-Halong (91,70%), jalan 64

87 Bab 4 Keuangan Daerah Tanjung-Muara Uya (89,18%), jalan Kotabaru-Sebelimbingan-Tanjung Serdang (70,34%), jalan Anjir Pasar-Marabahan (76,93%), jalan Pelaihari- Takisung (89,00%), jalan Banjarbaru-Aranio (81,87%), serta jalan Amuntai-Lampihong (92,37%). Tabel 4.4. Realisasi Beberapa Program Utama Kalsel s/d Triwulan II-2011 Penyerapan Realisasi Program/Proyek Pembangunan Pagu Dana Dana Anggaran (Rp juta) (Rp juta) (%) Program sarana dan prasarana aparatur ,82 Program pembangunan jalan dan jembatan ,39 Program rehabilitasi/pemeliharaan jelan dan jembatan ,12 Pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa, dan jaringan pengairan lainnya ,67 Program pembangunan sarana dan prasarana publik ,82 Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur ,82 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Selatan Sementara pada komponen belanja operasi, realisasi sampai dengan triwulan III-2011 mencatat penurunan persentase yaitu dari 69,90% di triwulan III tahun 2010 menjadi 45,32% di triwulan III Belanja operasi terutama ditopang oleh subkomponen belanja bantuan sosial serta belanja pegawai yang realisasinya sampai dengan triwulan laporan masingmasing sebesar 83,65% dan 64,36%. Di sisi lain, rata-rata belanja daerah pada tingkat kabupaten/kota selama semester I-2010 masih sekitar 28,01%, dengan kisaran sebesar antara 20,22% hingga 40,17%. Realisasi belanja tertinggi dicapai oleh Kab. Banjar yang membukukan penyerapan anggaran sebesar 40,17% atau sebesar Rp339 miliar dari anggaran sebesar Rp844,58 miliar. Beberapa kabupaten lain yang juga memiliki realisasi belanja di atas ratarata adalah Kabupaten Banjarbaru sebesar 35,86%, Kabupaten Barito Kuala sebesar 33,87%, Kabupaten Hulu Sungai Selatan sebesar 29,69%, dan Kab. Banjarmasin sebesar 29,67%. Relatif rendahnya realisasi belanja tersebut diperkirakan karena desentralisasi fiskal kabupaten/kota di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan masih relatif rendah, yaitu rata-rata hanya sebesar 5,8%, dengan kata lain bahwa ketergantungan daerah dalam 65

88 Bab 4 Keuangan Daerah pembiayaan pembangunan daerah terhadap pemerintah pusat masih relatif tinggi. 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 Grafik 4.6 (Kiri) Realisasi belanja Kab/Kota di Kalsel Grafik 4.7 (Kanan) Rasio belanja daerah perkapita Kab/Kota di Kalsel Meskipun membukukan realisasi belanja daerah yang relatif rendah selama semester I-2011 dengan kinerja sebesar 20,22%, Kabupaten Balangan merupakan kabupaten dengan rasio belanja daerah perkapita 5 yang paling tinggi diantara sejumlah kabupaten/kota lainnya di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan yang memiliki rata-rata sebesar Rp0,8 juta/penduduk. Hal ini mengindikasikan bahwa realisasi belanja di Kabupaten Balangan lebih dirasakan oleh masyarakat dibandingkan realisasi belanja di wilayah lainnya. Selama semester I-2011, Kabupaten Balangan telah membelanjakan sebesar Rp1,13 juta untuk setiap penduduk di wilayah kabupatennya. Kabupaten/kota lainnya yang juga memiliki rasio belanja daerah perkapita tinggi antara lain Kabupaten Tabalong Rp1,08 juta per penduduk, Kabupaten Tapin Rp0,99 juta per penduduk. 5 Rasio yang menunjukkan seberapa besar belanja yang digunakan untuk menyejahterakan per penduduk di suatu daerah (Ditjen Perimbangan Keuangan, Kementrian Keuangan RI) 66

89 BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

90

91 Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Peningkatan kinerja ekonomi di triwulan laporan ikut memberikan dampak positif terhadap kondisi ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan pada triwulan II Penyerapan tenaga kerja oleh beberapa sektor ekonomi di triwulan laporan dilaporkan mengalami peningkatan, yang terindikasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pada triwulan laporan. Hal tersebut didukung oleh data Jamsostek Kalimantan Selatan yang menyebutkan adanya penurunan jumlah pencairan Jaminan Hari Tua (JHT) selama periode laporan. Di sisi lain, kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan cenderung membaik selama triwulan laporan. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Kalimantan Selatan mengalami peningkatan dan berada di atas angka nasional. Sedangkan Survei Konsumen mengindikasikan bahwa Indeks Ekspektasi Penghasilan dan Indeks Penghasilan Saat Ini juga tetap terjaga pada kisaran yang relatif tinggi, sejalan dengan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang menunjukkan kecenderungan untuk menguat. 1. Ketenagakerjaan Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Selatan selama triwulan II-2011 cenderung membaik dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya. Hasil SKDU yang dilaksanakan Bank Indonesia Banjarmasin menunjukkan adanya kenaikan realisasi penggunaan tenaga kerja yang cukup signifikan, diindikasikan oleh peningkatan angka Saldo Bersih Tertimbang (SBT) dari -3,27 pada triwulan I-2011 menjadi 5,50 pada triwulan II Peningkatan penyerapan tenaga kerja yang cukup signifikan terjadi pada sektor industri pengolahan yang bergerak dari 0,00 menjadi 3,81 Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II

92 Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan selama triwulan laporan, seiring dengan pertumbuhan sektor industri pengolahan di Kalimantan Selatan yang meningkat sebesar 0,53% (qtq). Selain industri pengolahan, penyerapan tenaga kerja oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) juga mengalami peningkatan signifikan, yaitu dari 1,58 pada triwulan lalu menjadi 5,16. Penyerapan ini terkait dengan meningkatnya kegiatan PHR seiring pelaksanaan event nasional Seleksi Tilawatil Quran (STQ) Nasional yang berlangsung pada awal bulan Juni 2011 di Banjarmasin, serta tibanya masa liburan sekolah pada akhir triwulan laporan. Sementara tiga sektor lainnya, yakni sektor jasa-jasa, sektor listrik, gas, dan air bersih, serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan juga mengalami peningkatan meskipun tidak setinggi dua sektor di atas. Sektor jasa-jasa mengalami peningkatan dari -0,11 menjadi 0,19, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan menjadi 2,02 dari sebelumnya 0,49, sedangkan sektor listrik, gas, dan air bersih, meningkat dari -1,04 menjadi 0,12. No Tabel 6.1. Penggunaan Tenaga Kerja Oleh Dunia Usaha Kalimantan Selatan SEKTOR Realisasi Triwulan I Realisasi Triwulan II Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Keuangan Jasa-jasa TOTAL Sumber :SKDU, Bank Indonesia Banjarmasin Adapun sektor usaha yang realisasi penyerapan tenaga kerja dengan angka SBT negatif antara lain sektor pengangkutan dan komunikasi dengan penyerapan sebesar -1,86 serta sektor pertanian (dalam arti luas) dengan penyerapan sebesar -3,28 dari sebelumnya -3,50. Hal ini diperkirakan terkait dengan banyaknya wilayah pertanian yang memasuki persiapan masa panen sehingga penyerapan tenaga kerja masih 68 Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2011

93 Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan rendah. Sedangkan sektor dominan Kalimantan Selatan, pertambangan dan penggalian, justru menunjukkan penurunan penyerapan tenaga kerja selama triwulan laporan yaitu dari 1,17 menjadi -0,67. Dari indikator ketenagakerjaan lainnya, perkembangan jumlah kasus dan besarnya nominal pencairan Jaminan Hari Tua (JHT) selama triwulan laporan juga menunjukkan adanya perbaikan penyerapan tenaga kerja. Dilihat dari rata-rata pencairan JHT tiap bulannya selama triwulan II-2011, menunjukkan angka yang cenderung menurun dari Rp4,84 miliar per bulan menjadi Rp4,18 miliar per bulan, atau turun sekitar 13,47% (qtq). Demikian halnya dengan jumlah kasus pencairan JHT selama triwulan laporan yang juga mengalami penurunan, dari kasus di triwulan I menjadi kasus. Gambar 6.1. Perkembangan Pencairan Jaminan Hari Tua ( JHT) Tw1Tw2Tw3Tw4Tw1Tw2Tw3Tw4Tw1Tw2Tw3Tw4Tw1Tw JHT (Rpjuta) - aksis kiri Kasus (buah) - aksis kanan Sumber : PT Jamsostek Wilayah Kalimantan Selatan 2. Kesejahteraan Sejalan dengan indikator ketenagakerjaan yang menunjukkan kecenderungan membaik, masyarakat Kalimantan Selatan di triwulan laporan masih merasakan adanya peningkatan kesejahteraan. Hal ini dikonfirmasi dari beberapa indikator berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Banjarmasin. Indeks Penghasilan selama triwulan laporan yang masih bergerak di kisaran yang relatif tinggi, yakni antara 155,80 hingga 160,40. Kondisi ini relatif lebih stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang bergerak pada kisaran 145,83 hingga 153,33. Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II

94 Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Relatif tingginya indeks penghasilan saat ini sejalan dengan indikator pendapatan rumah tangga pada Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang mengalami peningkatan selama triwulan laporan. Bertahannya indeks ini pada level tinggi diperkirakan karena adanya realisasi kenaikan gaji PNS pada bulan April 2011 lalu serta membaiknya pendapatan pekerja seiring membaiknya kinerja ekspor di sektor pertambangan dan subsektor perkebunan. Gambar 6.2. Indeks Ekspektasi Penghasilan dan Penghasilan Saat Ini Ekspektasi Penghasilan Penghasilan Saat Ini Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Banjarmasin Seiring dengan optimisme masyarakat, Indeks Ekspektasi Penghasilan juga menunjukkan trend yang sama, yaitu tetap bertahan di level yang cukup tinggi. Apabila pada triwulan sebelumnya indeks ini bergerak pada kisaran 158,75-163,33, maka pada triwulan laporan indeks bertahan pada kisaran 154,20-157,92. Kinerja ekspor yang berpotensi membaik serta kondisi makro perekonomian yang relatif kondusif diperkirakan mampu menjaga ekspektasi positif masyarakat. Di sisi lain, kesejahteraan petani menunjukkan kecenderungan yang membaik. Hal tersebut diindikasikan dengan peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Selatan selama triwulan II NTP yang merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani untuk keperluan konsumsi rumah tangga dan biaya produksi, mencatat kenaikan sebesar 0,5% (qtq), dari 107,64 pada triwulan sebelumnya menjadi 108,18 70 Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2011

95 Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan. Gambar 6.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalsel dan Nasional TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II Sumber : BPS Kalsel, diolah Indeks Harga yang Diterima Petani Indeks Harga yang Dibayar Petani Nilai Tukar Petani Peningkatan tersebut didukung oleh indeks harga yang diterima petani yang mengalami sedikit peningkatan selama triwulan laporan, yaitu dari 140,32 pada triwulan sebelumnya menjadi 140,55. Sebaliknya, indeks harga yang dibayar petani juga turut membaik, yaitu mengalami penurunan sebesar 0,34% (qtq), atau menjadi 129,92 dari triwulan sebelumnya sebesar 130,36. Tabel 6.2 Perubahan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan Sektor, Kelompok, dan Subkelompok Periode Juni Juni Persentase Perubahan (yoy) Indeks Harga yang Diterima Petani 131,19 140,55 7,13 NTP Tanaman Pangan 104,87 107,30 2,32 NTP Hortikultura 123,53 127,25 3,01 NTP Perikanan 88,63 86,07-2,89 NTP Peternakan 103,99 102,81-1,13 NTP Tanaman Perkebunan Rakyat 100,08 100,54 0,46 Indeks Harga yang Dibayar Petani 123,26 129,92 5,40 Konsumsi Rumah Tangga 124,84 132,84 6,41 Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal 119,25 121,44 1,84 Nilai Tukar Petani 106,44 108,18 1,63 Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan Secara tahunan, peningkatan tertinggi terjadi pada NTP Hortikultura, diikuti oleh NTP Tanaman Pangan dan Tanaman Perkebunan Rakyat. Sedangkan dua NTP lainnya, yaitu Perikanan dan Peternakan, mengalami penurunan masing-masing sebesar -2,89 dan -1,13. Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II

96

97 BAB VI PROSPEK EKONOMI

98

99 Bab 6 Prospek Ekonomi 6 PROSPEK EKONOMI Pada triwulan IV-2011 mendatang pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan diperkirakan tidak jauh berbeda dari pertumbuhan pada triwulan III- 2011, sementara laju inflasi diestimasikan kembali mengalami penurunan. Berdasarkan beberapa indikator pendukung, perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2011 diperkirakan tumbuh moderat dengan laju pertumbuhan pada kisaran 5,6%-6,1% (yoy) dengan kecenderungan pada batas atas. Sementara itu, panen padi lokal yang kali ini diperkirakan masih akan terjadi hingga akhir tahun, serta harga emas yang perlahan mulai menurun, diperkirakan mampu mempertahankan inflasi pada level yang rendah. Inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan pada kisaran 4,13% ± 1% (yoy) 1. Perkiraan Kondisi Makro Ekonomi Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2011 diperkirakan tumbuh dalam kisaran moderat. Di sisi permintaan, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih cukup optimis berkat terjaganya daya beli masyarakat pada level yang tinggi, serta cenderung menurunnya suku bunga perbankan seiring tekanan inflasi yang diperkirakan melemah. Sementara kinerja ekspor diperkirakan tetap mampu menopang pertumbuhan ekonomi mengingat prospek komoditas Kalimantan Selatan pada triwulan mendatang masih relatif belum terpengaruh dari penurunan kinerja perekonomian global. Sedangkan di sisi penawaran, sektor dominan Kalimantan Selatan diperkirakan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi seiring dengan kondisi iklim yang relatif kering di wilayah sentra tambang. Meskipun demikian, potensi kontraksi dari sektor pertanian diperkirakan dapat terjadi menyusul kondisi puso pada beberapa lahan rawa lebak. Perekonomian Kalimantan Selatan di triwulan IV-2011 diperkirakan dapat tumbuh pada kisaran 5,6%-6,1% (yoy) 1, tidak jauh berbeda dengan pertumbuhan triwulan laporan yaang mencapai 5,77% (yoy). 1 Angka proyeksi Bank Indonesia Banjarmasin 73

100 Bab 6 Prospek Ekonomi Dari sisi permintaan, peningkatan laju pertumbuhan tersebut diperkirakan terutama ditopang oleh kinerja ekspor dan konsumsi. Meskipun berpotensi mengalami pelambatan sebagai imbas dari permasalahan utang dan fiskal di Eropa dan AS, beberapa negara tujuan ekspor Kalimantan Selatan diperkirakan masih cukup stabil menyerap komoditas andalan dari sektor pertambangan dan perkebunan. Kokohnya ekspor hingga triwulan mendatang diperkirakan karena dampak gejolak ekonomi global masih berimbas hanya pada pasar keuangan, bukan sektor riil, sehingga perdagangan internasional untuk komoditas andalan Kalimantan Selatan masih cukup prospektif. Sedangkan nilai tukar yang masih berpotensi cenderung mengalami depresiasi diperkirakan tidak akan menekan kinerja ekspor pada triwulan mendatang. Sementara itu konsumsi pemerintah di triwulan mendatang diperkirakan mengalami akselerasi, mengimbangi realisasi belanja daerah yang selama triwulan laporan masih relatif rendah. Beberapa event pemerintah daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota yang berlangsung pada triwulan mendatang, seperti Festival Budaya Pasar Terapung 2011, Festival Tanglong Banjar, serta Perayaan Hari Jadi Kabupaten Tabalong, berpotensi mendorong belanja daerah. Di sisi lain, konsumsi masyarakat diperkirakan masih kuat, diindikasikan dengan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) yang masih terjaga untuk menopang kegiatan konsumsi terkait dengan adanya perayaan Hari Raya Idul Adha, Tahun Baru Hijriyah, Hari Raya Natal, serta Tahun Baru yang berlangsung selama triwulan IV Laju kredit konsumsi dan pembiayaan diperkirakan semakin meningkat sejalan dengan relatif rendahnya tingkat suku bunga hingga triwulan mendatang, menyusul optimisme masyarakat akan peningkatan upah minimum Masih kuatnya Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan yang diperkirakan berlanjut selama beberapa bulan ke depan juga diharapkan mampu menjaga daya beli masyarakat tetap stabil. Ditinjau secara sektoral, kondisi penawaran diperkirakan bergerak stabil. Di sektor pertanian, subsektor tanaman bahan makanan mulai memasuki masa tanam seiring dengan berakhirnya masa panen raya di Kalimantan Selatan pada triwulan laporan. Sementara subsektor perkebunan dengan komoditas utama CPO dan karet diperkirakan masih akan tetap stabil selama triwulan IV- 2011, meskipun pergerakan harga CPO di pasar internasional cenderung melambat. 74 Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan III-2011

101 Bab 6 Prospek Ekonomi Di sisi lain, kinerja sektor pertambangan pada triwulan mendatang diperkirakan mencatat kenaikan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan III Hal tersebut dikarenakan kondisi iklim yang relatif kondusif, terutama di site eksplorasi Tabalong dan Balangan. Di sisi lain negara tujuan ekspor batubara, China dan India, diperkirakan masih dapat menyerap komoditas pada level yang tinggi mengingat penggunaan batubara pada dua negara mitra dagang utama tersebut adalah untuk konsumsi domestik, terutama untuk pembangkit listrik, sehingga permintaannya tetap terjaga selama triwulan mendatang. Selain itu, pasar domestik batubara yang masih terbuka lebar juga menjadi salah satu faktor yang berpotensi meningkatkan produksi komoditas batu bara. 2. Perkiraan Inflasi Laju inflasi Kota Banjarmasin pada triwulan IV-2011 diperkirakan lebih rendah dibandingkan triwulan III-2011, terutama disebabkan oleh tekanan inflasi tahunan komponen volatile food yang lebih rendah. Meningkatnya produksi padi pada tahun ini diperkirakan akan menahan inflasi volatile food pada level minimal. Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalsel, produksi beras pada akhir tahun 2011 besar kemungkinannya untuk menembus ARAM III yang telah dikeluarkan BPS Provinsi Kalsel sebesar 2 juta ton GKG. Hal ini disebabkan oleh panen di wilayah Hulu Sungai serta wilayah lebak lainnya yang masih akan berlangsung hingga akhir tahun. Sementara itu, stok beras di gudang Bulog Provinsi Kalsel hingga akhir Oktober 2011 mencapai lebih dari 12 ribu ton. Selain dari petani lokal, stok beras tersebut juga didatangkan Bulog dari Vietnam. Dengan demikian, pasokan beras di Kalsel diperkirakan aman hingga awal Februari dan diharapkan tidak menjadi faktor pemicu inflasi di triwulan IV Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga, hingga awal Oktober 2011 harga beras lokal premium (beras siam banjar dan beras unus mutiara) sudah turun 13,24% dari harga di bulan Desember Tekanan pada inflasi inti juga diperkirakan tidak akan setinggi triwulantriwulan sebelumnya. Proyeksi yang positif ini didasarkan pada harga emas di pasar internasional yang sudah mulai menunjukkan penurunan pada Oktober 75

102 Bab 6 Prospek Ekonomi Hingga akhir Oktober 2011, harga emas di pasar internasional mencapai US$1.652,64 per troy ounce atau turun 6,73% dari bulan September Kondisi ini juga diikuti oleh harga emas di pasaran lokal Banjarmasin yang pada Oktober 2011 turun 20,68% dari rata-rata harga di bulan sebelumnya. Dari sisi ekspektasi masyarakat, tekanan inflasi relatif berkurang. Hal ini terndikasi dari menurunnya rata-rata Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap harga-harga dalam 3 bulan mendatang dari 156 menjadi 150. Namun demikian, adanya penarikan pasokan minyak tanah oleh Pertamina yang rencananya dimulai bulan Oktober 2011 di Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, dan Kabupaten Banjar dikhawatirkan berpotensi meningkatkan ekspektasi peningkatan harga di bulanbulan mendatang, khususnya untuk kelompok komoditas makanan jadi. Grafik 7.1. Indeks Ekspektasi Harga 3 Bulan Mendatang Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Banjarmasin Sementara itu potensi tekanan inflasi dapat muncul dari kondisi cuaca dan peningkatan konsumsi masyarakat. Curah hujan pada triwulan IV-2011 diperkirakan meningkat. Seiring dimulainya musim hujan, potensi terjadinya gelombang tinggi di perairan Selatan Kalimantan semakin besar sehingga dapat menghambat pasokan pangan strategis dari Pulau Jawa. Di lain sisi, pada bulan November dan Desember 2011 intensitas belanja masyarakat diperkirakan meningkat karena adanya perayaan Idul Adha serta efek musiman akhir tahun.. Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, laju inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2011 diperkirakan berada pada kisaran 4,13%±1% (yoy) 2. 2 Angka proyeksi Bank Indonesia Banjarmasin 76 Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan III-2011

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2009 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2010 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2008 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 29 Kantor Ringkasan Eksekutif KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-nya sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN III. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN III. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN III 2014 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan IV - 2008 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN III 214 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV - 213 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-29 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan

Halaman ini sengaja dikosongkan Halaman ini sengaja dikosongkan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i Halaman ini sengaja dikosongkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Timur Triwulan II - 2009 Kantor Bank Indonesia Samarinda KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang atas rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan II Tahun 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan II Tahun 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan II Tahun 2014 Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III Tahun 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III Tahun 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III Tahun 2014 Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci