KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan II Tahun 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan II Tahun 2014"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan II Tahun 2014 Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, untuk menganalisis perkembangan perekonomian Provinsi Bengkulu secara komprehensif. Analisis dalam buku ini mencakup perkembangan makro, inflasi, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek perekonomian Provinsi Bengkulu. Penerbitan buku ini bertujuan sebagai : (1) Laporan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia tentang kondisi perkembangan ekonomi dan keuangan di Provinsi Bengkulu, dan (2) Informasi kepada stakeholders di daerah mengenai perkembangan ekonomi dan keuangan terkini. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu H.M. Azhar Achlusyani Sarwoto Neva Andina Royes Otpin Saragih : Deputi Kepala Perwakilan : Analis Ekonomi : Analis Ekonomi : Analis Ekonomi Softcopy buku ini dapat di-download dari website Bank Indonesia dengan alamat

2 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil Misi Bank Indonesia Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU. Nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust (kepercayaan), Integrity (integritas), Professionalism (profesionalisme), Excellence (kesempurnaan), Public Interest (kepentingan publik), Coordination & Teamwork (koordinasi & kerjasama) Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.

3 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bengkulu Triwulan II 2014 stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi Regional diterbitkan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai keadaan ekonomi makro, moneter, perbankan dan prospek ekonomi Provinsi Bengkulu kedepan. Kami sampaikan bahwa perekonomian Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 tumbuh sebesar 5,86% (yoy). Sementara itu, dari sisi harga, inflasi Provinsi Bengkulu tercatat sebesar 5,79% (yoy). Terkait kajian dimaksud kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi dalam pembelajaran dan/atau proses pengambilan kebijakan beberapa pihak terkait. Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran membangun dari pengguna/pembaca demi penyempurnaan di masa yang akan datang. Akhirnya, besar harapan kami semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-nya dan melindungi setiap langkah kita. Bengkulu, 15 Agustus 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI BENGKULU H.M. Azhar Achlusyani Deputi Kepala Perwakilan iii

4 halaman ini sengaja dikosongkan iv

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL vii DAFTAR GRAFIK ix TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI BENGKULU xi RINGKASAN EKSEKUTIF 1 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PDRB Sisi Penggunaan Konsumsi Investasi Ekspor dan Impor PDRB Sisi Sektoral Sektor Pertanian Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Jasa-Jasa Sektor-Sektor Lainnya 24 Boks 1 Hasil Liaison Triwulan II Boks 2 Paradoks Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pertumbuhan Penyaluran Kredit Provinsi Bengkulu 30 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa Perkembangan Inflasi Fundamental Perbandingan Inflasi antar Kota di Sumatera 44 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN Bank Umum Kelembagaan Perkembangan Aset Perkembangan Dana Masyarakat Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan 51 v

6 3.1.5 Perkembangan Kredit/Pembiayaan UMKM Bank Umum Syariah & Unit Usaha Syariah Bank Umum Bank Perkreditan Rakyat/Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Sistem Pembayaran Sistem Pembayaran Tunai Sistem Pembayaran Non Tunai 63 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi Sisi Penerimaan Realisasi Sisi Penerimaan Provinsi Bengkulu Realisasi Sisi Pengeluaran Provinsi Bengkulu 69 BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH Perkembangan Ketenagakerjaan Perkembangan Kesejahteraan Perkembangan Kemiskinan BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Prospek Ekonomi Makro Prakiraan Inflasi Daerah 82 LAMPIRAN 85 DAFTAR ISTILAH 89 vi

7 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 PDRB Provinsi Bengkulu Berdasarkan Jenis Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor dan Impor Regional dalam pembentukan PDRB menurut Harga Konstan Provinsi Bengkulu Tabel 1.3 Tabel 1.4 Tabel 1.5 Tabel 1.6 Tabel 1.7 Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Jenis Barang di Provinsi Bengkulu Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Negara Pembeli di Provinsi Bengkulu Porsi PDRB Atas Dasar Harga Konstan Lapangan Usaha Provinsi Bengkulu PDRB Provinsi Bengkulu Menurut Sektoral Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Provinsi Bengkulu Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang/jasa Provinsi Bengkulu Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Provinsi Bengkulu Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi/Minuman/Rokok & Tembakau Provinsi Bengkulu Tabel 2.4 Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Provinsi Bengkulu Tabel 2.5 Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang Provinsi Bengkulu 39 Tabel 2.6 Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan Provinsi Bengkulu 39 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Provinsi Bengkulu Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Provinsi Bengkulu Sumbangan Beberapa Komoditas terhadap Inflasi/Deflasi Bulanan di Provinsi Bengkulu Tabel 3.1 Jaringan Kantor Pelayanan Bank Umum Provinsi Bengkulu 48 Tabel 3.2 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Bengkulu 49 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum Provinsi Bengkulu Perkembangan Kredit/Pembiayaan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan, Sektor Ekonomi dan Kelompok Bank di Provinsi Bengkulu Tabel 3.5 Perkembangan NPL/F Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan di Provinsi Bengkulu vii

8 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Perkembangan Kredit/Pembiayaan UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Sektor Ekonomi di Provinsi Bengkulu Perkembangan Non Performing Loan/Financing (NPL/F) Sektor UMKM di Provinsi Bengkulu Tabel 3.8 Perkembangan Kegiatan Usaha BPR/BPRS di Provinsi Bengkulu 59 Tabel 3.9 Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu Tabel 3.10 Perkembangan Kliring dan Penolakan Cek/Bilyet Provinsi Bengkulu Tabel 3.11 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Provinsi Bengkulu Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Triwulan II 2014 APBD Provinsi Bengkulu 68 Tabel 4.2 Realisasi Belanja Triwulan II 2014 APBD Provinsi Bengkulu 70 Tabel 5.1 Perkembangan Jumlah Pengangguran dan Tingkat pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Bengkulu 74 Tabel 5.2 Angkatan Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tabel 5.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Bengkulu Tabel 5.4 Tingkat Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan di Provinsi Bengkulu 78 viii

9 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Grafik 1.2 Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Bengkulu (harga konstan 2000) Konsumsi Rumah Tangga Menurut PDRB Harga Konstan dan Perkembangan Inflasi di Provinsi Bengkulu Grafik 1.3 Hasil Survei Konsumen di Provinsi Bengkulu 10 Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Rumah Tangga dan Perkembangan Kendaraan Milik Swasta di Provinsi Bengkulu Grafik 1.5 Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu 12 Grafik 1.6 Konsumsi Pemerintah dan Lembaga Nirlaba Menurut PDRB Harga Konstan di Provinsi Bengkulu Grafik 1.7 Perkembangan Dana Pemerintah di Bank Umum 13 Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Investasi dan Konsumsi Semen di Provinsi Bengkulu Grafik 1.9 Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Ekspor Bengkulu 17 Grafik 1.10 Sumbangan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2014 Sektoral 19 Grafik 1.11 Indikator Sektor Pertanian Provinsi Bengkulu 21 Grafik 1.12 Indikator Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Provinsi Bengkulu Grafik 1.13 Indikator Sektor Jasa-Jasa di Provinsi Bengkulu 24 Grafik 1.14 Indikator Sektor Bangunan di Provinsi Bengkulu 24 Grafik 1.15 Indikator Sektor Listrik, Gas dan Air di Provinsi Bengkulu 25 Grafik 1.16 Indikator Sektor Pertambangan dan Penggalian di Provinsi Bengkulu Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi IHK Provinsi Bengkulu 34 Grafik 2.2 Realisasi Inflasi Triwulan II 2014 (Tahun Kalender, ytd) 34 Grafik 2.3 Inflasi Kelompok Bahan Makanan di Provinsi Bengkulu (Tahunan, yoy) Grafik 2.4 Sumbangan Inflasi Triwulan II 2014 Per Kelompok Barang/Jasa Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi Kota Bengkulu 43 Grafik 2.6 Nilai Saldo Ekspektasi Konsumen Terhadap Kondisi 3 Bulan Mendatang Grafik 2.7 Inflasi Tahunan (yoy) Juni 2014 Kota-Kota di Sumatera 45 Grafik 2.8 Inflasi Tahunan (yoy) Kota-Kota di Sumatera Bagian Selatan Grafik 3.1 Perkembangan Loan/Financing to Deposit Ratio (L/FDR) dan Non-Performing Loan/Financing (NPL/F) Bank Umum Provinsi Bengkulu 47 ix

10 Grafik 3.2 Distribusi Aset Bank Umum di Provinsi Bengkulu 49 Grafik 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga di Provinsi Bengkulu 50 Grafik 3.4 Porsi DPK Per Jenisnya 50 Grafik 3.5 Grafik 3.6 Perkembangan Kredit/Pembiayaan Perbankan di Provinsi Bengkulu Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah di Bengkulu Grafik 3.7 Pembiayaan Perbankan Syariah di Bengkulu 58 Grafik 3.8 DPK Perbankan Syariah di Bengkulu 58 Grafik 3.9 Perkembangan Net Interest Margin/Net Margin BPR/S di Provinsi Bengkulu Grafik 3.10 Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi 61 Bengkulu Grafik 3.11 Perkembangan Rasio PTTB terhadap Inflow Provinsi Bengkulu 61 Grafik 3.12 Perkembangan Jumlah Lembar Uang Palsu yang Ditemukan di Provinsi Bengkulu Grafik 3.13 Perkembangan TUKAB di Provinsi Bengkulu di Provinsi Grafik 4.1 Perkembangan Kendaraan Bermotor di Provinsi Bengkulu 69 Grafik 4.2 Perkembangan Dana Milik Pemerintah di Provinsi Bengkulu 71 Grafik 5.1 Perkembangan Indeks Nilai Tukar Petani di Provinsi Bengkulu 76 Grafik 6.1 Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu Grafik 6.2 Hasil Survei SK dan SKDU di Provinsi Bengkulu dan Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu Grafik 6.3 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Bengkulu 81 Grafik 6.4 Perkembangan Laju Inflasi Tahunan di Kota Bengkulu 82 Grafik 6.5 Hasil Survei Konsumen dan SKDU di Provinsi Bengkulu x

11 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI BENGKULU Tabel Indikator Ekonomi Terpilih a. Inflasi dan PDRB INDIKATOR IV I II III IV I II MAKRO IHK Kota Bengkulu 142,35 146,43 148,69 155,51 156,50 113,29 113,00 Laju Inflasi (y-o-y) 4,61 7,68 7,89 9,54 9,94 8,35 5,79 PDRB-Harga Konstan (miliar Rp) Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel&Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Pertumbuhan PDRB (y-o-y, %) 5,67 5,44 5,32 6,19 7,83 7,13 5,86 Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 2,31-0,66 1,34 3,76 0,97 3,34 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 1,94-8,42 16,88 21,84 8,1 15,21 Sumber : SEKD Provinsi Bengkulu & BPS Provinsi Bengkulu, angka sementara; xi

12 b. Perbankan INDIKATOR Tabel Indikator Ekonomi Terpilih IV I II III IV I II PERBANKAN Bank Umum Total Aset (Triliun Rp) 11,40 11,77 12,54 13,02 13,23 13,25 14,69 DPK (Triliun Rp) 7,37 7,57 8,07 8,38 7,68 8,00 8,94 - Tabungan (Triliun Rp) 4,18 3,69 3,93 4,38 4,83 4,20 4,40 - Giro (Triliun Rp) 1,78 2,28 2,42 2,41 1,39 2,19 2,71 - Deposito (Triliun Rp) 1,41 1,60 1,71 1,59 1,46 1,61 1,83 Kredit (Triliun Rp) Lokasi Proyek 1) 12,08 12,36 13,41 13,65 13,97 14,34 14,74 - Modal Kerja 3,67 3,96 3,92 3,95 3,95 4,21 4,34 - Konsumsi 6,58 6,40 7,22 7,41 7,67 7,74 8,03 - Investasi 1,83 1,80 2,27 2,29 2,35 2,39 2,37 - LDR (%) 163,85 169,71 162,62 162,89 181,90 179,25 164,99 Kredit (triliun Rp) Lokasi Kantor 9,36 9,74 10,53 11,03 11,29 11,44 11,97 - Modal Kerja 3,16 3,28 3,41 3,51 3,56 3,62 3,81 - Konsumsi 5,22 5,47 5,91 6,24 6,39 6,42 6,77 - Investasi 0,98 1,00 1,21 1,28 1,34 1,39 1,39 - LDR (%) 127,04 128,78 130,46 131,59 146,99 143,04 133,89 Kredit MKM Bank Umum Menurut Lokasi Proyek 1) Kredit MKM (Triliun Rp) 3,56 2,84 3,83 3,97 4,03 4,19 4,43 Kredit Mikro (Triliun Rp) 0,78 0,72 1,00 1,06 1,14 1,22 1,31 - Kredit Modal Kerja 0,65 0,55 0,83 0,79 0,82 0,86 0,91 - Kredit Investasi 0,13 0,14 0,17 0,28 0,32 0,36 0,40 Kredit Kecil (Triliun Rp) 1,35 1,41 1,42 1,45 1,46 1,49 1,57 - Kredit Modal Kerja 1,13 1,10 1,17 1,16 1,15 1,15 1,21 - Kredit Investasi 0,22 0,21 0,24 0,29 0,31 0,34 0,36 Kredit Menengah (Triliun Rp) 1,43 1,45 1,43 1,45 1,43 1,48 1,55 - Kredit Modal Kerja 0,97 0,72 1,09 1,08 1,08 1,14 1,21 - Kredit Investasi 0,46 0,59 0,32 0,37 0,35 0,34 0,34 BPR/BPRS Total Aset (Miliar Rp) DPK (Miliar Rp) Tabungan (Miliar Rp) Deposito (Miliar Rp) Kredit (Miliar Rp) Lokasi Proyek 1) 32,2 32,3 33,7 32,7 30,62 30,66 30,69 - Modal Kerja 17,8 18,2 18,5 17,8 15,86 15,86 15,86 - Konsumsi 8,9 8,8 10,4 10,6 10,9 10,9 10,93 - Investasi 5,5 5,4 4,8 4,3 3,8 3,9 3,9 LDR 134,66 135,37 134,86 124,32 134,59 119,16 118,07 1) Data sampai dengan Juni 2014 Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum & BPR, SEKD Provinsi Bengkulu, Bank Indonesia Bengkulu xii

13 c. Bank Umum Syariah Tabel Indikator Ekonomi Terpilih INDIKATOR IV I II III IV I II Total Aset (Miliar Rp) DPK (Miliar Rp) Tabungan (Miliar Rp) Giro (Miliar Rp) Deposito (Miliar Rp) Pembiayaan (Miliar Rp) Lokasi Kantor - FDR (%) 142,05 168,72 177,63 178,63 173,44 189,24 192,83 Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, Bank Indonesia Bengkulu d. Sistem Pembayaran Nominal dalam triliun Rp kecuali kliring dalam miliar, volume dalam lembar INDIKATOR IV I II III IV I II SISTEM PEMBAYARAN Inflow 0,26 0,65 0,11 0,54 0,19 0,63 0,15 Outflow 0,89 0,40 0,75 1,09 1,02 0,55 1,01 Pemusnahan Uang 0,06 0,01 0,12 0,13 0,16 0,27 0,14 Nominal Transaksi RTGS ,75 Volume Transaksi RTGS Rata-rata Harian Nominal 0, ,80 0,62 0,64 0,58 0,93 Transaksi RTGS Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS Nominal Kliring Kredit Volume Kliring Kredit Rata-rata Harian Nominal 2,70 1,61 1,6 1,67 2,39 3,84 2,10 Kliring Kredit Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit Nominal Kliring Debet Volume Kliring Debet Rata-rata Harian Nominal 9,24 11,53 11,22 13,85 14,18 11,73 11,62 Kliring Debet Rata-rata Harian Volume Kliring Debet Nominal Kliring Pengembalian Volume Kliring Pengembalian Rata-rata Harian Nominal 0,32 0,50 0,41 0,50 0,44 0,61 0,41 Kliring Pengembalian Rata-rata Harian Volume Kliring Pengembalian Nominal Tolakan Cek/BG Kosong Volume Tolakan Cek/BG Kosong Rata-rata Harian Nominal 0,27 0,45 0,36 0,43 0,40 0,48 0,28 Cek/BG Kosong Rata-rata Harian Volume Cek/BG Kosong Sumber : Bank Indonesia Bengkulu xiii

14 Tabel Indikator Ekonomi Terpilih halaman ini sengaja dikosongkan xiv

15 RINGKASAN EKSEKUTIF PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Perlambatan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 masih berlanjut Perlambatan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 masih berlanjut. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 tercatat sebesar 5,86% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014 yang mencapai 7,13% (yoy). Secara triwulanan, perekonomian Bengkulu tumbuh sebesar 0,56% (qtq), juga lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2013 sebesar 1,77% (qtq). Perlambatan ekonomi pada triwulan laporan terutama didorong oleh terbatasnya investasi yang tercermin dari melambatnya pertumbuhan Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB). Selain itu, belanja pemerintah juga mengalami kontraksi dan tercermin dari realisasi belanja APBD Provinsi Bengkulu yang baru mencapai 28,19% pada semester I Namun, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2014 masih tergolong tinggi, ditopang oleh masih kuatnya konsumsi rumah tangga dan membaiknya ekspor. Selain itu, terbatasnya impor turut menahan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang lebih dalam pada triwulan laporan. Dari sisi sektoral, perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan oleh menurunnya kinerja sektor-sektor utama Provinsi Bengkulu. Dari sektor pertanian, baik tabama maupun perkebunan tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta sektor jasa-jasa turut mengalami kontraksi, meskipun masih tumbuh tinggi. Dilihat dari kontribusinya, sektor jasa-jasa menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar pada triwulan II 2014, diikuti sektor PHR, dan sektor pertanian. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Tekanan inflasi Provinsi Bengkulu mereda dengan Tekanan inflasi Kota Bengkulu pada triwulan II 2014 mereda. Ringkasan Eksekutif Triwulan II

16 realisasi 5,79% (yoy) Secara tahunan, inflasi Kota Bengkulu tercatat sebesar 5,79% (yoy). Sepanjang triwulan laporan, tingkat inflasi bulanan relatif rendah, dengan deflasi terjadi pada dua bulan, April dan Mei Adapun realisasi inflasi tahun kalender triwulan II 2014 (Januari-Juni 2014) tercatat sebesar 0,57% (ytd), lebih rendah dibandingkan inflasi tahun kalender pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 4,45% (ytd). Melambatnya laju inflasi terutama didorong oleh bertambahnya jumlah pasokan bahan makanan seiring dengan berlangsungnya musim panen pada triwulan laporan ditengah relatif stabilnya permintaan masyarakat. Komoditas bahan makanan subkelompok bumbu-bumbuan seperti cabai merah dan beras tercatat mengalami deflasi pada bulan April dan Mei. Secara keseluruhan, kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 4,54% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 11,24% (yoy). Di sisi lain, inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan pada triwulan laporan masih cukup tinggi. Hal ini merupakan dampak penerapan surcharge pada tarif angkutan udara dan peningkatan permintaan. Peningkatan inflasi hanya terjadi pada kelompok komoditas sandang dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, serta kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olahraga. Berdasarkan disagregasi inflasi, kelompok volatile food masih menjadi penentu arah inflasi triwulan II Meskipun demikian, laju inflasi volatile food tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 10,73% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 6,59% (yoy) pada triwulan II 2014.Kondisi serupa juga dialami oleh komoditas administered prices. Sementara inflasi komoditas inti cenderung stabil. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Fungsi intermediasi perbankan dan sistem pembayaran Provinsi Bengkulu dalam kondisi yang cukup kondusif Kinerja intermediasi perbankan di Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 berjalan relatif baik yang tercermin dari tingginya Loan/Financing to Deposit Ratio (L/FDR) yang sebesar 133,89% disertai dengan tingkat Non Performing Loan/Financing (NPL/F) yang cukup terjaga sebesar 2,32%. Pertumbuhan penyaluran kredit/pembiayaan tercatat sebesar 13,67% (yoy) menjadi Rp11,97 triliun, sementara itu Dana Pihak Ketiga Ringkasan Eksekutif Triwulan II

17 (DPK) tumbuh 10,76% (yoy) menjadi Rp8,94 triliun. Aset bank umum meningkat sebesar 17,11% (yoy) menjadi Rp14,67 triliun. Sementara itu, kinerja BPR/BPRS menunjukkan perbaikan, tercermin dari peningkatan jumlah aset dan DPK serta tertahannya koreksi penyaluran kredit/pembiayaan dibandingkan dengan pencapaian triwulan I Perkembangan sistem pembayaran di Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 secara umum menunjukkan kondisi yang kondusif. Sistem pembayaran non tunai melalui kliring mengalami koreksi sebesar 11,37% (qtq) menjadi Rp836,74 miliar, sedangkan transaksi RTGS secara total mengalami peningkatan menjadi Rp56,75 triliun dari Rp35,04 triliun pada triwulan sebelumnya. Sementara pembayaran tunai mengalami net outflow sebesar Rp861,74 miliar, berbeda arah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami net intflow. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Kinerja keuangan pemerintah mulai terakselerasi Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Bengkulu triwulan II 2014 menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan kondisi pada triwulan sebelumnya dan periode yang sama pada tahun yang lalu. Hal tersebut terlihat dari realisasi pendapatan dan belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Bengkulu triwulan II 2014 yang meningkat, masing-masing terealisasi sebesar 29,71% dan 17,87%. Realisasi anggaran pendapatan diakselerasi oleh peningkatan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) berupa pendapatan pajak daerah yang mencapai 46,41% dan dana perimbangan dari pemerintah pusat yang mencapai 22,77% dari anggaran. Secara semesteran, realisasi angaran pendapatan pada semester I 2014 tercatat sebesar 48,03% dari anggaran, sementara realisasi belanja sebesar 28,19%. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) turun, jumlah penduduk miskin berkurang Perkembangan ketenagakerjaan Provinsi Bengkulu menunjukkan perbaikan, tercermin dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang sebesar 1,62%. Pertumbuhan jumlah tenaga kerja terutama terjadi di sektor jasa kemasyarakatan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Tingkat kesejahteraan masyarakat, khususnya petani di Provinsi Ringkasan Eksekutif Triwulan II

18 Bengkulu secara umum menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) dari 97,86 pada Maret 2014 menjadi 96,78 pada Juni NTP dibawah 100 juga menandakan petani belum sejahtera. Selaras dengan itu, tingkat Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) yang mencerminkan imbal balik operasional pertanian juga tercatat lebih rendah, meskipun secara umum usaha pertanian masih menguntungkan (NTUP>100). NTUP turun dari 102,75 pada triwulan I 2014 menjadi 101,38 pada triwulan II Persentase jumlah penduduk miskin pada Maret 2014 turun dibanding posisi September Jumlah penduduk miskin di Provinsi Bengkulu berjumlah jiwa atau 17,48% dari total penduduk, turun dibandingkan persentase penduduk miskin pada September 2013 yang mencapai 17,75. Penurunan penduduk miskin terutama terjadi di daerah pedesaan, sementara di perkotaan cenderung meningkat. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Perekonomian Provinsi Bengkulu triwulan III 2014 diperkirakan meningkat, tekanan inflasi mereda Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2014 diperkirakan meningkat. Perkiraan percepatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh masih kuatnya konsumsi rumah tangga. Selain itu, investasi dan konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh lebih tinggi seiring dengan disahkannya APBD-P pada semester II Realisasi proyek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) pada triwulan III 2014 juga berpotensi mendorong pertumbuhan investasi lebih tinggi dari perkiraan. Sementara itu, kinerja ekspor diperkirakan turut membaik seiring dengan perbaikan harga komoditas ekspor utama Provinsi Bengkulu di pasar global. Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi masih akan ditopang oleh pertumbuhan sektor pertanian, PHR, dan jasa-jasa. Perbaikan harga komoditas perkebunan diperkirakan akan menjadi faktor pendorong pertumbuhan sektor pertanian. Secara keseluruhan, perekonomian Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2014 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,2-6,5% (yoy). Tekanan inflasi pada triwulan III 2014 diprediksi mereda. Relatif stabilnya inflasi volatile food pada level yang rendah diperkirakan berlanjut pada triwulan III Namun, terdapat potensi peningkatan inflasi yang Ringkasan Eksekutif Triwulan II

19 bersumber dari penyesuaian tarif tenaga listrik (tariff adjustment) pada bulan September 2014 dan rencana kenaikan harga LPG 12 kg pada pertengahan Agustus Inflasi Kota Bengkulu pada triwulan III 2014 diperkirakan berada pada kisaran 4,70±1% (yoy). Ringkasan Eksekutif Triwulan II

20 Halaman ini sengaja dikosongkan Ringkasan Eksekutif Triwulan II

21 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

22 halaman ini sengaja dikosongkan

23 Miliar Rp BANK INDONESIA Perlambatan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 masih berlanjut. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 tercatat sebesar 5,86% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014 yang mencapai 7,13% (yoy) 1. Secara triwulanan, perekonomian Bengkulu tumbuh sebesar 0,56% (qtq), juga lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2013 sebesar 1,77% (qtq). Perlambatan ekonomi pada triwulan laporan terutama didorong oleh terbatasnya investasi yang tercermin dari melambatnya pertumbuhan Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB). Selain itu, belanja pemerintah juga mengalami kontraksi dan tercermin dari realisasi belanja APBD Provinsi Bengkulu yang baru mencapai 28,19% pada semester I Namun, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2014 masih tergolong tinggi, ditopang oleh masih kuatnya konsumsi rumah tangga dan membaiknya ekspor. Selain itu, terbatasnya impor turut menahan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang lebih dalam pada triwulan laporan. Dari sisi sektoral, perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan oleh menurunnya kinerja sektor-sektor utama Provinsi Bengkulu. Dari sektor pertanian, baik tabama maupun perkebunan tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta sektor jasa-jasa turut mengalami kontraksi, meskipun masih tumbuh tinggi. Dilihat dari kontribusinya, sektor jasa-jasa menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar pada triwulan II 2014, diikuti sektor PHR, dan sektor pertanian. Grafik 1.1 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Bengkulu (harga konstan 2000) PDRB (skala kiri) LPE (qtq; skala kanan) LPE (yoy; skala kanan) 5.86% 0.56% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II -2% Sumber : BPS Provinsi Bengkulu, angka sementara 1 Revisi pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014 berdasarkan rilis BPS 5 Agustus 2014 Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II

24 Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 melambat. Pada triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu sebesar 5,86% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,13% (yoy). Realisasi pertumbuhan ini berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,12% (yoy). Melambatnya pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan investasi dan konsumsi pemerintah. Investasi yang tercermin dari Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) tumbuh melambat dari 9,60% (yoy) menjadi 8,47% (yoy). Sementara itu, masih rendahnya serapan belanja modal APBD Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 menjadi faktor melambatnya konsumsi pemerintah. Namun, konsumsi rumah tangga yang masih kuat dan perbaikan ekspor mampu menahan perlambatan pertumbuhanan ekonomi lebih dalam. Konsumsi rumah tangga masih tumbuh cukup tinggi sebesar 6,59% (yoy), sedangkan ekspor mulai menunjukkan perbaikan setelah mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan I Hal ini selaras dengan kinerja sektor pertambangan yang meningkat pada triwulan laporan. Secara umum, sektor-sektor utama tumbuh melambat, terutama sektor pertanian yang melambat cukup dalam dari 6,11% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 3,66% (yoy) pada triwulan II Secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan 3 (tiga) tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2014 tercatat sebesar 0,56% (qtq), sedikit rendah dibandingkan ratarata pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama dalam 3 (tiga) tahun terakhir yang mencapai 1,31% (qtq). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan antara lain dipengaruhi oleh inflasi yang cenderung turun, pemilu legislatif dan presiden, persiapan tahun ajaran baru dan hari raya, serta pengaruh penurunan produksi pertanian. 1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sisi Penggunaan Dari sisi penggunaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan oleh perlambatan investasi dan konsumsi pemerintah. Investasi yang tercermin dari Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) tumbuh sebesar 8,47% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2014 yang mencapai 9,60% (yoy). Penyelenggaraan pemilu 2014 diperkirakan menjadi salah satu faktor tertahannya realisasi investasi pada triwulan II Sementara itu, konsumsi pemerintah turut melambat dari 8,23% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,31% (yoy) pada triwulan laporan. Perlambatan ini juga tercermin dari realisasi belanja modal APBD Provinsi Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II

25 Bengkulu semester I 2014 yang baru terealisasi sebesar 23,8% dari total belanja modal APBD Provinsi Bengkulu yang mencapai Rp292 miliar. Konsumsi rumah tangga masih tumbuh kuat di tengah perlambatan sektor-sektor utama perekonomian. Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh sebesar 6,59% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,40% (yoy). Sementara itu, kinerja ekspor membaik, tercermin dari peningkatan nilai ekspor Provinsi Bengkulu ke mancanegara yang meningkat. Perbaikan terutama terjadi pada ekspor CPO dan karet seiring peningkatan permintaan dari negara-negara mitra dagang. Di sisi lain, pertumbuhan impor masih melambat dari 9,21% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 8,28% (yoy). Secara keseluruhan, ekspor netto membaik walaupun masih tumbuh negatif sebesar -12,97% (yoy) (Tabel 1.1). Tabel 1.1 Jenis Penggunaan Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Nirlaba PDRB Provinsi Bengkulu Berdasarkan Jenis Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan Nilai miliar rupiah (kecuali dinyatakan lain) II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014 Pertumb. Tahunan Nilai Pertumb. Tahunan Nilai Pertumb. Tahunan Nilai Pertumb. Tahunan Nilai Pertumb. Tahunan ,20% ,99% ,25% % ,59% 24 (1,12%) 24 (3,67%) 26 0,91% % 28 15,33% Konsumsi Pemerintah 392 1,76% 414 3,97% 440 5,62% % 421 7,31% Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto 294 7,31% 308 9,77% ,43% % 319 8,47% Perubahan stok (3) (95,89%) 11 (114,80%) (22) (82,26%) 21 (153.75%) 10 (399.06%) Ekspor 739 1,14% 725 (0,98%) 746 (0,44%) 742 (0,32%) 754 2,08% Impor ,84% ,42% ,47% 537 9,21% 567 8,28% PDRB ,32% ,19% ,83% ,13% ,86% Sumber : BPS Provinsi Bengkulu, angka sementara Konsumsi Konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2014 masih tumbuh kuat. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga mencapai 6,59% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,40% (yoy). Meningkatnya laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan mengindikasikan masih terjaganya daya beli masyarakat. Hal ini didukung pula dengan tingkat inflasi bulanan Bengkulu yang cenderung rendah dan stabil. Selain itu, pelaksanaan Pemilu tahun 2014 dan tahun ajaran baru yang berlangsung dalam periode yang sama turut mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga, terutama konsumsi makanan/minuman dan sandang. Secara triwulanan konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 1,34% (qtq), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulanan pada periode yang sama tahun 2013 yang sebesar 1,17% (qtq). Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II

26 Grafik 1.2 Konsumsi Rumah Tangga Menurut PDRB Harga Konstan dan Perkembangan Inflasi di Provinsi Bengkulu miliar rupiah kecuali dinyatakan lain 1,700 1,500 1,300 1, Konsumsi RT 6.40% g(yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 7.00% 12.0% 10.0% 6.00% 8.0% 5.00% 6.0% 4.0% 4.00% 2.0% 0.0% 3.00% Inflasi yoy (%) 5.79% Sumber : Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka sementara, diolah Grafik 1.3 Hasil Survei Konsumen di Provinsi Bengkulu Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2014 juga tercermin dari Survei Konsumen (SK) triwulan II 2014 yang menunjukkan optimisme masyarakat terhadap perekonomian. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) meningkat dari 109,33 pada triwulan I 2014 menjadi 116,78 pada triwulan II Namun, SK juga menyatakan masyarakat masih persimis ketersediaan lapangan kerja saat ini dan ketepatan waktu membeli barang (NS<100). Untuk 6 (enam) bulan ke depan, masyarakat optimis terhadap perbaikan kondisi ekonomi, perkiraan penghasilan, dan ketersediaan lapangan kerja. Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II

27 Juta Kwh BANK INDONESIA Indikasi peningkatan konsumsi rumah tangga terlihat dari peningkatan konsumsi rata-rata listrik PLN. Pada triwulan II 2014, konsumsi listrik rata-rata segmen rumah tangga mencapai 49 juta Kwh/bulan, naik 27% dibandingkan periode yang sama pada tahun Konsumsi listrik ini lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi listrik rata-rata pada triwulan sebelumnya yang sebesar 47 juta Kwh/bulan. Sementara itu, jumlah pelanggan listrik rumah tangga PLN meningkat sebesar 12,39% (yoy) menjadi 379 ribu rumah tangga (posisi Mei 2014). Pertumbuhan pelanggan listrik PLN rumah tangga ini sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pelanggan triwulan I 2014 yang mencapai 13,38% yoy (posisi Maret 2014) (Grafik 1.4). Selain itu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga tercermin melalui peningkatan pembelian kendaraan baru (Grafik 1.4). Berdasarkan data jumlah kendaraan baru triwulan II 2014 (sampai data Mei 2014), terlihat peningkatan jumlah pendaftaran rata-rata kendaraan baru, baik roda dua maupun roda tiga/lebih. Pada triwulan II 2014, jumlah pendaftaran kendaraan baru roda dua/tiga/lebih tercatat sebanyak unit/bulan, meningkat dibandingkan pendaftaran rata-rata kendaraan baru pada triwulan sebelumnya yang sebesar unit/bulan. Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Rumah Tangga dan Perkembangan Kendaraan Milik Swasta di Provinsi Bengkulu 60 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 50% Jumlah Kendaraan Baru % g (yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% Roda 2 (kiri) Roda 3 & lebih (kanan) Sumber : Dispenda Provinsi Bengkulu dan PLN Bengkulu, diolah Konsumsi rumah tangga melalui kredit konsumsi dari perbankan masih menunjukkan perlambatan. Kredit konsumsi pada triwulan laporan tumbuh sebesar 14,64% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2014 yang mencapai 17,39% (yoy). Kredit konsumsi yang disalurkan oleh perbankan sampai dengan Juni 2014 sebesar Rp6,8 triliun (Grafik 1.5). Perlambatan ini sejalan dengan proses penyesuaian Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II

28 Juta Rp BANK INDONESIA dalam perekonomian nasional dan global yang juga mengalami perlambatan. Suku bunga acuan (BI Rate) Juni 2014 berada pada level 7,5%, telah bertahan sejak Nopember Grafik 1.5 Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu 8,000 7,000 6,000 5,000 4, % 45.00% 40.00% 35.00% 30.00% 25.00% 3, % 2,000 1,000 g(yoy) 14.64% 15.00% 10.00% 5.00% % Sumber : Laporan Bank Umum Grafik 1.6 Konsumsi Pemerintah dan Lembaga Nirlaba Menurut PDRB Harga Konstan di Provinsi Bengkulu miliar rupiah kecuali dinyatakan lain 500 Kons. Pemerintah 14.00% 29 Kons. Lemb. Nirlaba 40.0% g(yoy) 7.31% 12.00% 10.00% 8.00% 6.00% 4.00% 2.00% g(yoy) 15.33% 30.0% 20.0% 10.0% 0.0% -10.0% - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 0.00% 17 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II -20.0% Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka sementara, diolah Pertumbuhan konsumsi pemerintah mengalami perlambatan. Konsumsi pemerintah pada triwulan II 2014 tercatat tumbuh sebesar 7,31% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan I 2014 yang mencapai 8,23% (yoy) (Grafik 1.6). Kondisi ini juga tercermin dari serapan belanja APBD Provinsi Bengkulu Semester I 2014 yang baru terealisasi sebesar 28,19%. Belanja hibah dan belanja pegawai merupakan komponen dengan realisasi terbesar masing-masing sebesar 50,27% dan 41,54%. Sementara itu, belanja modal yang mencakup belanja tanah, peralatan/mesin, bangunan/gedung, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya baru terealisasi sebesar 23,82%. Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II

29 Masih belum optimalnya serapan APBD juga tercermin dari giro milik pemerintah di perbankan. Giro milik pemerintah di bank umum pada bulan Juni 2014 tercatat sebesar Rp2,2 triliun atau meningkat 14,44% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2013 (Grafik 1.7). Kondisi ini mengindikasikan pembayaran proyek-proyek pemerintah belum dilakukan pada Semester I Sesuai dengan pola serapan anggaran pada tahun-tahun sebelumnya, realisasi APBD akan optimal pada akhir triwulan III dan IV Grafik 1.7 Perkembangan Dana Pemerintah di Bank Umum dalam juta rupiah kecuali dinyatakan lain 2,350,000 2,100,000 1,850,000 1,600,000 1,350,000 1,100, , , , ,000 Giro Milik Pemerintah g(yoy) 14.44% I II I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II 150% 100% 50% 0% -50% -100% Sumber : Laporam Bank Umum, diolah Sementara itu, pertumbuhan konsumsi lembaga nirlaba relatif stabil. Lembaga nirlaba mengalami pertumbuhan sebesar 15,33% (yoy), sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 15,43% (yoy). Berlangsungnya pemilu presiden setelah pelaksanaan pemilu legislatif 9 April 2014 merupakan faktor utama peningkatan konsumsi nirlaba. Hal ini terkait pengeluaran partai politik, yayasan, dan LSM sebagai lembaga non profit untuk melakukan kampanye pada masa pemilu Investasi Pertumbuhan investasi di Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 melambat. Investasi yang tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) tumbuh sebesar 8,47% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2014 yang mencapai 9,67% (yoy). Walaupun masih tumbuh cukup tinggi, pelaku usaha cenderung membatasi investasi menjelang pemilu Hal ini dikonfirmasi oleh hasil liaison yang menyatakan pelaku usaha cenderung menahan kegiatan investasi. Investasi Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II

30 yang dilakukan pada triwulan II 2014 terbatas pada perbaikan/pemeliharaan aset yang telah ada. Terbatasnya investasi selaras dengan penyaluran kredit investasi yang mengalami perlambatan. Secara tahunan, kredit investasi yang disalurkan perbankan di Provinsi Bengkulu tumbuh 14,56% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 39,43% (yoy). Sampai dengan Juni 2014, kredit investasi yang disalurkan oleh perbankan sebesar Rp1,4 triliun atau turun 0,28% (qtq). Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kredit investasi beberapa periode sebelumnya, perlambatan kredit investasi pada triwulan laporan cukup dalam. Hal ini mengkonfirmasi adanya dampak pemilu terhadap realiasi investasi di Provinsi Bengkulu. Investasi di bidang bangunan mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari konsumsi semen pada triwulan laporan yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II 2014, konsumsi semen mencapai 138 ribu ton, lebih tinggi dibandingkan konsumsi semen triwulan I 2014 yang sebesar 125 ribu ton. (Grafik 1.8). Masih berlanjutnya penyelesaian beberapa proyek bangunan diperkirakan menjadi faktor pendorong peningkatan konsumsi semen pada triwulan II Beberapa proyek yang masih berlangsung antara lain: pembangunan perhotelan, perumahan dan ruko. Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Investasi dan Konsumsi Semen di Provinsi Bengkulu 1,550,000 1,400,000 1,250,000 1,100, , , , , ,000 Kredit Investasi (juta rupiah) g(yoy) 14.56% % 65% 50% 35% 20% 5% -10% 62,500 55,000 47,500 40,000 32,500 25,000 Kons. Semen (ton) g(yoy) 35.05% % 45% 30% 15% 0% -15% -30% -45% Sumber : Laporan Bank Umum dan Asosiasi Semen Indonesia, diolah Ekspor dan Impor Di tengah tekanan harga komoditas, kegiatan ekspor/impor yang mencakup kegiatan perdagangan antar provinsi maupun antar negara membaik pada triwulan II 2014 (Tabel 1.2). Ekspor Provinsi Bengkulu meningkat dari -0,32% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 2,08% (yoy) pada triwulan laporan. Peningkatan Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II

31 ekspor didorong oleh perbaikan ekspor antar negara, terutama peningkatan ekspor karet yang sebelumnya terus mengalami penurunan. Sementara itu, eskpor antar daerah masih relatif stabil ditengah menurunnya kinerja sektor pertanian, baik perkebunan maupun tabama. Impor antar daerah dan luar negeri Provinsi Bengkulu melambat. Pertumbuhan impor pada triwulan II 2014 sebesar 8,28% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,21% (yoy). Impor Provinsi Bengkulu masih didominasi oleh impor antar daerah sebesar 99%, sedangkan impor luar negeri hanya 1%. Perlambatan impor antar daerah mencerminkan terdapat perbaikan kemampuan Provinsi Bengkulu dalam memenuhi kebutuhan konsumsi. Namun demikian, ketergantungan terhadap pasokan provinsi lain masih cukup besar yang tercermin dari porsi impor antar daerah yang masih besar dalam struktur PDRB. Secara total, ekspor netto Provinsi Bengkulu pada triwulan laporan mencatatkan penurunan sebesar 12,97% (yoy), lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang turun hingga 18,91% (yoy). Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor dan Impor Regional dalam pembentukan PDRB menurut Harga Konstan Provinsi Bengkulu miliar rupiah, % Nominal II III IV I II III IV I II Ekspor Impor % yoy II III IV I II III IV I II Ekspor 4,61% 3,00% 2,09% 6,94% 1,14% -0,98% -0,44% -0,32% 2,08% Impor 21,58% 19,68% 16,19% 17,19% 17,84% 13,42% 10,47% 9,21% 8,28% Sumber : BPS Provinsi Bengkulu, angka sementara Sementara itu, berdasarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), ekspor komoditas Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 meningkat (Tabel 1.3). Nilai ekspor luar negeri pada triwulan laporan mencapai USD 64,41 juta, sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar USD 64,39 juta. Namun, jika dilihat dari volume ekspor, terdapat penurunan sebesar 4,57% (qtq) dari 721 ribu ton pada triwulan I 2014 menjadi 688 ribu ton pada triwulan II Dilihat dari porsinya, batubara masih menjadi ekspor paling besar, baik secara nilai (51,40%) maupun volume (92,94%). Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II

32 Tabel 1.3 Komoditas CPO Kakao Batubara Karet Lainnya Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Jenis Barang di Provinsi Bengkulu Ket. nilai dalam ribu dollar, volume dalam ton Porsi (II-2014) IV I II III IV I II Nilai ,35% Volume ,82% Nilai Volume Nilai ,40% Volume ,94% Nilai ,64% Volume ,98% Nilai ,61% Volume ,26% Total Nilai % Volume % Sumber : Dirjen Bea dan Cukai berdasarkan Harmonised System Peningkatan kinerja ekspor Provinsi Bengkulu terutama didorong oleh perbaikan kinerja eskpor karet. Ekspor karet meningkat dari 4,8 ribu ton pada triwulan I 2014 menjadi 6,8 ribu ton pada triwulan II Peningkatan ini disebabkan adanya peningkatan permintaan dari Amerika Serikat sebagai pembeli karet utama. Selain itu, produksi karet diperkirakan sudah membaik seiring dengan berakhirnya musim trek. Di sisi lain, ekspor batubara cenderung turun. Volume ekspor batubara turun dari 648 ribu ton menjadi 640 ribu ton pada triwulan II Penurunan ini merupakan dampak berkurangnya produksi batubara seiring dengan penutupan beberapa tambang batubara. Berdasarkan data Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Bengkulu, jumlah perusahaan pertambangan batubara sampai Juni 2014 tidak lebih dari 10 (sepuluh) perusahaan. Harga batubara yang belum meningkat diperkirakan menjadi salah satu faktor tutupnya beberapa operasional penambangan. Sementara itu, ekspor CPO relatif stabil. Pada triwulan II 2014 ekspor batubara mencapai 19,4 ribu ton, sedikit lebih rendah dibandingkan ekspor triwulan I 2014 yang sebesar 20 ribu ton. Stagnannya ekspor CPO Provinsi Bengkulu disebabkan belum adanya mitra dagang baru sepanjang Sepanjang Januari-Juni 2014, hanya Belgia yang menjadi mitra dagang Provinsi Bengkulu terkait ekspor CPO. Depresiasi nilai tukar rupiah mendorong peningkatan nilai ekspor. Nilai ekspor karet tumbuh tertinggi sebesar 16,10% (qtq). Hal ini selaras peningkatan volume ekspor karet yang tumbuh tinggi. Sementara itu, ditengah volume ekspor dan harga CPO Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II

33 yang turun, nilai ekspor CPO menunjukkan peningkatan sebagai dampak melemahnya nilai tukar. Di sisi lain, nilai ekspor batubara cenderung turun. Dampak positif depresiasi nilai tukar rupiah tidak dapat mengimbangi penurunan produksi batubara dan pelemahan harga komoditas tersebut di pasar internasional. Harga batubara pada Juni 2014 telah turun 10% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu (Grafik 1.9). Grafik 1.9 Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Ekspor Bengkulu dalam US$/100 kg untuk karet. US$/metric ton untuk CPO & batubara 1,300 1, (100) Karet (Skala Kiri) CPO (Skala Kiri) Batubara (Skala Kanan) Sumber : DSM Bank Indonesia dan Bloomberg, diolah Belgia, India dan Phillipina masih menjadi negara-negara mitra dagang utama Provinsi Bengkulu pada triwulan laporan (Tabel 1.4). Jumlah transaksi ketiga negara tersebut sebesar USD 39,6 juta atau sekitar 61,4% dari total nilai ekspor pada triwulan II Namun, jika dilihat pertumbuhannya, ekspor ke Jepang meningkat paling tinggi dengan komoditas utama karet olahan (crumb rubber), sedangkan ekspor ke Belgia, India, dan Philipina sebagai mitra dagang utama hanya tumbuh 0,09% (qtq). Bahkan ekspor ke Philipina dengan komoditas utama batubara telah turun sebesar 31,14% (qtq) Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II

34 Tabel 1.4 Negara Pembeli Amerika Serikat Philipina Singapura Malaysia Hongkong Belgia India Jepang Tiongkok Lainnya Total Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Negara Pembeli di Provinsi Bengkulu Ket. Sumber : Dirjen Bea dan Cukai; diolah nilai dalam ribu dollar. volume dalam ton IV I II III IV I II Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume PDRB Sisi Sektoral Berdasarkan sektoral, perlambatan pertumbuhan ekonomi triwulan II 2014 terutama disebabkan oleh perlambatan sektor-sektor utama Provinsi Bengkulu (Tabel 1.5). Sektor pertanian melambat paling dalam dari 6,11% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 3,66% (yoy) pada triwulan II Sementara itu, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) tumbuh melambat dari 7,64% (yoy) menjadi 6,60% (yoy), sedangkan sektor jasa-jasa tumbuh 8,76% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,91% (yoy). Namun demikian, sektor pertanian, PHR dan jasa-jasa masih menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi triwulan II Sektor jasa-jasa berkontribusi tertinggi sebesar 27,30%, disusul sektor PHR sebesar 23,04%. Sementara itu, walaupun porsi sektor pertanian dalam PDRB Provinsi Bengkulu paling dominan mencapai 37,58%, Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II

35 kontribusi terhadap perekonomian hanya menempati urutan ketiga sebesar 22,87% sebagai dampak perlambatan subsektor perkebunan dan tabama yang cukup dalam. Tabel 1.5. Lapangan Usaha PDRB Provinsi Bengkulu Menurut Sektoral Atas Dasar Harga Konstan 2000 Nilai miliar rupiah (kecuali dinyatakan lain) I I I I I I V I I I Pertumb. Tahunan Nilai Pertumb. Tahunan Nilai Pertumb. Tahunan Nilai Pertumb. Tahunan Nilai Pertumb. Tahunan Pertanian 904 3,06% 918 3,71% 945 7,63% 945 6,11% 937 3,66% Pertambangan dan Penggalian 85-0,52% 83-0,67% 86-0,25% % 87 2,16% Industri Pengolahan 110 7,56% 114 7,04% 117 7,60% % 118 8,07% Listrik, Air dan Gas 12 4,84% 12 5,13% 12 4,49% % 13 3,55% Bangunan 76 3,04% 78 4,64% 83 4,85% % 82 7,51% Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi 506 7,35% 523 8,83% 527 9,45% % 540 6,60% 206 5,45% 213 7,52% 215 7,09% % 219 6,50% Keuangan dan Persewaan 126 8,23% 128 7,77% 131 7,30% % 134 6,97% Jasa-jasa 452 7,94% 471 8,73% 485 9,17% % 492 8,76% PDRB ,32% ,19% ,83% ,13% ,86% Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; angka sementara Grafik 1.10 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2014 Sektoral Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih 27.30% 22.87% 1.19% Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi 5.97% Keuangan, Persewaan & Jasa Persh. 9.22% 23.04% 6.14% 0.34% 3.92% Jasa-Jasa Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu Keterangan : porsi sumbangan Struktur perekonomian Provinsi Bengkulu relatif sama dibandingkan periode-periode sebelumnya. Namun, porsi sektor pertanian di dalam perekonomian Bengkulu pada triwulan laporan sedikit berkurang. Perlambatan subsektor perkebunan sebagai dampak melemahnya harga komoditas CPO dan karet diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong pergeseran porsi sektor pertanian. Sementara itu, pelaksanaan pemilu 2014 mendorong peningkatan kontribusi sektor PHR dalam perekonomian. Di sisi Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II

36 lain, porsi sektor jasa-jasa relatif stabil dari 16,86% pada triwulan I menjadi 16,99% pada triwulan II 2014 (Tabel 1.5). Tabel 1.6 Struktur PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Lapangan Usaha Provinsi Bengkulu Lapangan Usaha dalam % I II III IV I II 1. Pertanian 38.52% 38.53% 38.06% 38.26% 38.09% 37.58% 2. Pertambangan dan Penggalian 4.01% 3.93% 3.79% 3.82% 3.83% 3.79% 3. Industri Pengolahan 4.47% 4.45% 4.52% 4.53% 4.54% 4.55% 4. Listrik. Gas dan Air 0.53% 0.53% 0.53% 0.52% 0.52% 0.52% 5. Bangunan 3.73% 3.65% 3.82% 3.96% 3.86% 3.83% 6. Perdagangan. Hotel dan Restoran 19.35% 19.47% 19.63% 19.19% 19.35% 19.68% 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8.08% 8.11% 8.14% 7.98% 8.00% 8.07% 8. Keuangan dan Persewaan 4.94% 4.97% 4.92% 4.90% 4.95% 5.00% 9. Jasa jasa 16.36% 16.34% 16.59% 16.84% 16.86% 16.99% PDRB 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; angka sementara Sektor Pertanian Sektor pertanian tumbuh melambat, didorong oleh perlambatan subsektor perkebunan dan tabama. Pada triwulan II 2014 sektor pertanian tumbuh sebesar 3,66% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,11% (yoy). Subsektor perkebunan hanya tumbuh sebesar 5,00% (yoy), sedangkan triwulan I 2014 mampu tumbuh mencapai 9,00% (yoy). Pelemahan harga komoditas CPO dan karet diperkirakan menjadi penyebab utama perlambatan subsektor perkebunan. Harga CPO di pasar internasional turun 0,1% (yoy), sedangkan harga karet telah turun sebesar 21,58% (yoy). Selain itu, permintaan dari mitra dagang diperkirakan masih terbatas sebagai penyesuaian terhadap kondisi ekonomi global. Di sisi lain, subsektor tabama turun dari 5,75% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 3,23% (yoy) pada triwulan laporan. Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) I BPS, diperkirakan terdapat penurunan luas panen sebesar 6,64% dan penurunan produktivitas padi sebesar 1,94%. Beberapa daerah yang diperkirakan mengalami penurunan produksi padi antara lain Kabupaten Kaur, Kabupaten Seluma, Kabupaten Mukomuko, dan Kota Bengkulu. Melambatnya sektor pertanian selaras dengan pandangan pelaku usaha terhadap sektor ini. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan II 2014 menunjukkan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) realisasi volume produksi/penjualan kegiatan usaha sektor pertanian lebih rendah dibandingkan ekspektasi pelaku usaha. Hal Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II

37 ini mencerminkan kinerja sektor pertanian pada triwulan II 2014 tidak sesuai dengan ekpektasi pelaku usaha sektor pertanian. Perlambatan pertumbuhan sektor pertanian sejalan dengan penyaluran kredit pertanian oleh perbankan Provinsi Bengkulu yang terbatas (Grafik 1.11). Kredit yang disalurkan oleh perbankan di sektor pertanian tumbuh sebesar 3,08% (qtq), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,79% (qtq). Melambatnya pertumbuhan kredit sesuai dengan kebijakan suku bunga ketat yang ditetapkan bank sentral. Secara nominal, kredit yang disalurkan oleh perbankan kepada sektor pertanian di Provinsi Bengkulu sampai Juni 2014 sebesar Rp890 miliar. Sebanyak 99% dari total kredit di sektor pertanian disalurkan pada pertanian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Dilihat dari komoditasnya, sebagian besar kredit pertanian diserap oleh perkebunan, sementara kredit kepada pertanian padi relatif kecil hanya sebesar Rp2,2 miliar. Grafik 1.11 Indikator Sektor Pertanian Provinsi Bengkulu 975, , , , , , , , ,000 Kredit Pertanian (Rp Juta) g(yoy) 34.35% % 160% 110% 60% 10% -40% 20,000 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - Realisasi Ekspor Perkebunan (Ton) g(yoy) 50% % 295% 220% 145% 70% -5% -80% -155% Sumber : Laporan Bank Umum Bank Indonesia dan Bea Cukai, diolah Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) tumbuh melambat dari 7,64% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 6,60% (yoy) pada triwulan II Pertumbuhan ini merupakan yang terendah pada periode yang sama dalam 3 (tiga) tahun terakhir. Perlambatan kinerja PHR disebabkan oleh lemahnya kinerja perdagangan besar dan eceran yang turun dari 7,59% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,38% (yoy) pada triwulan laporan. Dampak persiapan pemilu legislatif pada triwulan I diperkirakan lebih besar dibandingkan persiapan pemilu presiden pada triwulan II yang tercermin dari penggunaan atribut kampanye. Di sisi lain, pertumbuhan subsektor hotel dan restoran Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II

38 pada triwulan II 2014 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Kampanye pemilu 2014 dan persiapan hari raya yang berlangsung bersamaan diperkirakan mendorong pertumbuhan subsektor ini. Tabel 1.7 Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Provinsi Bengkulu Klasifikasi Hotel Bintang 1 21,85 40,90 55,45 50,97 46,88 59,37 61,62 Bintang 2 47,54 31,85 55,47 51,11 50,63 63,00 54,27 Bintang 3 47,12 33,63 50,45 49,52 48,46 68,39 49,73 Rata- Rata 41,48 35,05 52,06 49,99 48,30 65,70 52,80 Sumber : Badan Pusat Statistik Pertumbuhan subsektor perhotelan juga terindikasi dari tingkat hunian hotel pada triwulan II Tingkat hunian rata-rata untuk hotel bintang 1, 2, dan 3 mengalami peningkatan dari 45,7% pada triwulan I 2014 menjadi 55,6% pada triwulan II Sepanjang April-Juni 2014, tingkat hunian hotel tertinggi terjadi pada bulan Mei 2014 seiring dengan pelaksanaan kampanye pemilu presiden pada periode tersebut. Grafik 1.12 Indikator Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Provinsi Bengkulu 3,650,000 3,150,000 2,650,000 2,150,000 1,650,000 1,150, , ,000 Kredit PHR (Rp Juta) g(yoy) 17.11% % 57.00% 37.00% 17.00% -3.00% % Sumber : Laporan Bank Umum, Bank Indonesia Perlambatan sektor PHR searah dengan Survei Konsumen (SK) triwulan II 2014 Bank Indonesia Provinsi Bengkulu. Masyarakat cenderung membatasi konsumsinya sehingga berdampak pada sektor PHR secara keseluruhan. Terbatasnya konsumsi ini tercermin dari persepsi responden yang menyatakan bahwa triwulan laporan bukan saat yang tepat untuk melakukan pembelian barang tahan lama (durable goods). Selaras dengan itu, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan II 2014 Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II

39 Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, realisasi volume/produksi kegiatan usaha sektor PHR tercatat lebih rendah dibandingkan ekspektasi pelaku usaha.di tengah perlambatan pertumbuhan sektor PHR, kredit di sektor ini tetap tumbuh tinggi. Secara triwulanan, penyaluran kredit sektor PHR pada triwulan II 2014 mencapai 8,51% (qtq), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,75% (qtq). Masih tingginya potensi penyaluran kredit di sektor ini diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan kredit PHR di tengah perlambatan pertumbuhan kredit perbankan secara umum Sektor Jasa - Jasa Sektor jasa-jasa tumbuh paling tinggi pada triwulan II Pertumbuhan sektor jasa-jasa pada triwulan laporan sebesar 8,76% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,91% (yoy). Melemahnya kinerja subsektor jasa pemerintahan umum merupakan penyebab utama perlambatan ini. Subsektor jasa pemerintah umum yang memiliki porsi 75,2% dari total sektor jasa-jasa hanya tumbuh 8,72% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2014 yang mencapai 10,04% (yoy). Pertumbuhan jasa pemerintahan umum juga terindikasi dari jumlah pendaftaran kendaraan baru maupun mutasi masuk kendaraan pada triwulan II 2014 sebesar unit, meningkat dibandingkan triwulan I 2014 yang sebesar Sementara itu, jasa swasta yang terdiri dari sosial kemasyarakatan, hiburan/rekreasi, dan jasa perorangan/rumah tangga turut mengalami kontraksi, namun masih tumbuh tinggi diatas 8% (yoy). Momen pemilu 2014 yang bersamaan dengan liburan dan persiapan bulan Ramadhan diperkirakan menjadi faktor pendorong masih tingginya pertumbuhan subsektor jasa swasta. Di tengah perlambatan sektor jasa-jasa, kredit perbankan pada sektor ini tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan, penyaluran kredit untuk sektor jasa pada triwulan II 2014 meningkat sebesar 10,70% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,05% (qtq). Hal ini selaras dengan membaiknya persepsi pelaku usaha di sektor ini yang terlihat dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan II Hasil SKDU menunjukkan adanya peningkatan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) realisasi volume/produksi kegiatan usaha sektor jasa-jasa dibandingkan dengan kondisi triwulan I 2014 (Grafik 1.13). Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II

40 Grafik 1.13 Indikator Sektor Jasa-jasa di Provinsi Bengkulu 575, , ,000 Kredit Sektor Jasa (juta Rp) PDRB Sektor Jasa (juta Rp) Realisasi Volume Produksi Sektor Jasa (hasil SKDU) 350, , , , ,000 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : Bank Indonesia Bengkulu & BPS Provinsi Bengkulu. diolah & angka sementara Sektor-Sektor Lainnya Pada triwulan II 2014, sektor bangunan mengalami percepatan pertumbuhan. Sektor bangunan tumbuh sebesar 7,51% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh sebesar 5,90% (yoy). Masih berlangsungnya pembangunan beberapa perumahan, hotel, dan pertokoan yang dimulai sejak awal tahun diperkirakan menjadi salah satu pendorong pertumbuhan sektor ini. Hal ini juga terindikasi dari penyaluran kredit bangunan, terutama Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang tumbuh dari 3,11% (qtq) pada triwulan I 2014 menjadi 15,96% (qtq) pada triwulan laporan (Grafik 1.14). Grafik 1.14 Indikator Sektor Bangunan di Provinsi Bengkulu 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 Kons. Semen (ton) g(yoy) 35.05% % 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% 1,600 1,400 1,200 1, Penyaluran Kredit Sektor Bangunan (miliar Rp) Konstruksi Perumahan 1, Sumber : Bank Indonesia dan Asosiasi Semen Indonesia. diolah Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II

41 Ribu Juta BANK INDONESIA Pertumbuhan sektor bangunan juga tercermin dari peningkatan konsumsi semen pada triwulan II 2014 (Grafik 1.14). Konsumsi semen pada triwulan laporan tercatat sebesar 138 ribu ton atau naik 10,39% (qtq). Pada triwulan II 2014, kinerja sektor listrik, gas dan air bersih membaik. Percepatan pertumbuhan sektor ini terutama didorong oleh peningkatan pertumbuhan sektor air bersih yang tumbuh dari 0,72% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 1,62% (yoy) pada triwulan II Terselesaikannya perbaikan jaringan distribusi air oleh PDAM Tirta Darma diprediksi menjadi salah satu faktor pendorong perbaikan kinerja subsektor air bersih pada triwulan laporan. Sementara itu, pertumbuhan subsektor listrik melambat. Hal ini tercermin dari pertumbuhan pelanggan listrik PLN yang turun dari 13,10% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 12,32% (yoy) pada triwulan II Namun, konsumsi listrik ratarata cenderung meningkat. Pada triwulan II 2014, konsumsi rata-rata listrik PLN sebesar 60,3 juta KWh/bulan, meningkat dibandingkan konsumsi rata-rata triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 55,8 juta KWh/bulan. Pertumbuhan sektor listrik, air dan gas selaras dengan peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit di sektor ini. Walaupun masih tumbuh negatif, pertumbuhan kredit perbankan yang disalurkan kepada sektor listrik, gas dan air bersih tercatat lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit sektor ini tumbuh -0,23% (qtq), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2014 yang sebesar -1,42% (qtq) (Grafik 1.15). Kredit sektor listrik, air dan gas relatif terbatas di Provinsi Bengkulu. Total kredit yang disalurkan di sektor ini hanya sebesar Rp24,4 miliar (posisi Juni 2014) sebab sebagian besar dana pengembangan air dan listrik menggunakan dana alokasi dari perusahaan terkait. Grafik 1.15 Indikator Sektor Listrik, Gas dan Air di Provinsi Bengkulu Konsumsi Listrik Jml. Pelanggan (orang, axis kiri) Konsumsi (KWh, axis kanan) ,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - Kredit Sektor Listrik, Gas, Air (juta Rp) gyoy -5.29% % 80.0% 60.0% 40.0% 20.0% 0.0% -20.0% Sumber : PLN Bengkulu dan Bank Indonesia. diolah Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II

42 Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan II 2014 masih terbatas. Walaupun masih lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2014, pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan laporan masih rendah sebesar 2,16% (yoy). Tekanan harga komoditas batubara di pasar internasional diperkirakan menjadi faktor utama masih lemahnya kinerja sektor ini. Selain itu, isu lingkungan dan sosial turut mendorong melemahnya kinerja sektor pertambangan batubara. Berdasarkan data Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Bengkulu, beberapa perusahaan pertambangan batubara telah menutup operasional penambangan. Hal ini juga tercermin dari penurunan volume ekspor batubara ke mancanegara dalam 2 (dua) tahun terakhir. Grafik 1.16 Indikator Sektor Pertambangan dan Penggalian di Provinsi Bengkulu 200, , , , , ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 - Kredit Sektor Pertambangan dan penggalian (juta Rp) gyoy 120.0% 100.0% 80.0% 60.0% 40.0% 20.0% 0.0% % -20.0% -40.0% -60.0% Realisasi Volume Produksi Sektor Pertambangan (Hasil SKDU) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : Laporan Bank Umum, Bank Indonesia. Diolah Penyaluran kredit perbankan kepada sektor pertambangan dan penggalian masih tumbuh negatif (Grafik 1.16). Secara triwulan, kredit kepada sektor pertambangan dan penggalian tercatat turun sebesar 8,07% (qtq) atau sebesar Rp61,5 miliar. Jika dibandingkan pada periode yang sama pada tahun lalu, penyaluran kredit perbankan terhadap sektor ini telah turun sebesar 33,0% (yoy). Berdasarkan hasil liaison, perbankan lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit kepada sektor pertambangan terkait potensi kredit bermasalah. Namun, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan II 2014, para pelaku usaha di sektor pertambangan dan penggalian menyatakan terdapat perbaikan kinerja sektor pertambangan dan penggalian. Hal ini tercermin dari adanya peningkatan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) realisasi volume/produksi kegiatan usaha sektor pertambangan dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya. Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II

43 Boks 1 BANK INDONESIA Hasil Liaison KPw BI Provinsi Bengkulu Triwulan II 2014 Ringkasan Liaison Secara umum, liaison 2 yang dilaksanakan pada triwulan II 2014 mengindikasikan kondisi perekonomian Provinsi Bengkulu mengalami sedikit peningkatan. Hal ini tercermin dari likert scale kinerja contact liaison yang tumbuh positif, meskipun masih dibawah pertumbuhan normalnya. Pertumbuhan terutama terjadi pada sektor pertanian subsektor perkebunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) subsektor hotel, dan sektor jasa-jasa. Di tengah tekanan kenaikan biaya produksi terutama kenaikan biaya bahan baku, penjualan barang dan jasa di pasar domestik secara tahunan (year on year/yoy) masih mencatatkan peningkatan. Peningkatan penjualan terutama terjadi pada penjualan subsektor perkebunan, subsektor hotel, subsektor lembaga keuangan non bank, subsektor jasa telekomunikasi, dan jasa perorangan. Peningkatan ini terlihat dari peningkatan penjualan komoditas kelapa sawit, pembiayaan kendaraan roda dua, serta peningkatan penjualan jasa telekomunikasi terutama pada volume transaksi komunikasi data. Sedangkan dari perhotelan, terjadi peningkatan tingkat okupansi hotel terutama untuk Meeting, Incentive, Conventioan and Exhibition (MICE). Di sisi lain, peningkatan jasa perorangan didorong oleh peningkatan jasa kesehatan, terutama jasa kedokteran. Grafik 1. Likert Scale Penjualan I II III IV I II III IV I II LS Penjualan Domestik LS Penjualan Ekspor Grafik 2. Survei Konsumen I II III IV I II III IV I II Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini(IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks Ekspektasi Konsumen (IKK) Kinerja ekspor tumbuh terbatas. Hal ini tercermin dari likert scale penjualan ekspor yang mengalami sedikit peningkatan. Berdasarkan informasi contact, peningkatan ini bersifat musiman dan sudah disepakati sebagaimana kontrak forward (1 bulan). Selain peningkatan 2 Laporan Liaison Triwulan II 2014 merupakan gambaran kondisi sektor riil berdasarkan informasi dari 9 (sembilan) contact yang dilakukan sampai dengan 19 Juni Pemilihan contact liaison di Triwulan II 2014 ini ditujukan ke sektor yang memberikan sumbangan terbesar terhadap PDRB Provinsi Bengkulu (Pertanian, Perdagangan Hotel dan Restoran dan Jasa-jasa). Kegiatan Liaison dilakukan kepada contact yang memiliki pangsa pasar tinggi di masing-masing sektor usaha. Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II

44 permintaan pada triwulan II 2014, depresiasi nilai tukar rupiah juga merupakan pendorong meningkatnya nilai penjualan ekspor. Penjualan komoditas ekspor cenderung meningkat. Komoditas yang mengalami kenaikan adalah karet dan CPO yang didorong oleh peningkatan permintaan dari India, Philipina, dan sebagian negara Eropa. Sementara itu, menurunnya produksi batubara sebagai dampak penutupan beberapa pertambangan batubara turut mendorong penurunan penjualan ekspor batubara Secara umum kapasitas utilisasi pada triwulan II 2014 sedikit mengalami peningkatan. Kapasitas utilisasi triwulan II 2014 sedikit lebih tinggi dibandingkan pada triwulan yang sama tahun Rata-rata tingkat utilisasi triwulan II 2014 sebesar 83,25%. Kenaikan kapasitas utilisasi sejalan dengan pertumbuhan penjualan. Kenaikan kapasitas utilisasi terjadi pada lembaga keuangan non bank dan hotel. Peningkatan kapasitas utilisasi ini terkait dengan faktor musiman dimana permintaan terhadap kredit kendaraan bermotor selalu tinggi menjelang lebaran. Sementara itu, tingginya permintaan terhadap fasilitas perhotelan terkait dengan penyelenggaraan rangkaian kampanye pemilu Sebagian contact (50%) masih melakukan investasi, walaupun masih tumbuh di bawah rata-rata. Namun contact liaison optimis terhadap kondisi perekonomian kedepan. Beberapa contact menyatakan masih akan melanjutkan investasi, terutama dalam pembelian mesin baru, perluasan lahan, replanting, penambahan peralatan, dan pembangunan sarana pendukung usaha. Di sisi lain beberapa contact juga melakukan investasi dengan membuka kantor cabang, membuka outlet untuk produk baru dan juga investasi yang bersifat tetap antara lain penambahan/peningkatan kualitas jaringan melalui pembangunan tower BTS pada sektor komunikasi. Tabel 1. Rincian Realisasi Investasi Menurut Sektor/Subsektor Sektor/Subsektor Jenis Investasi Pertanian, Perternakan, Kehutanan dan Replanting dan peremajaan mesin-mesin Perikanan produksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Membuka kantor cabang baru dan peningkatan fasilitas kantor cabang Sektor Jasa-jasa Menambah peralatan pendukung pemeriksaan kesehatan Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan : Menambah jenis produk dan membuka Subsektor Lembaga Keuangan Non Bank oulet baru dengan jenis usaha baru (retail) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Penambahan dan perbaikan kualitas jaringan dan pembangunan tower BTS Penggunaan jumlah tenaga kerja triwulan II 2014 masih relatif stabil, hal tersebut dipengaruhi kenaikan tingkat upah dan kenaikan biaya bahan baku yang mendorong perusahaan melakukan efisiensi. Namun, pada sektor perdagangan besar dan sektor perkebunan terdapat penambahan tenaga kerja. Hal ini terkait investasi perusahaan untuk perluasan usaha. Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II

45 Grafik 5. Tenaga Kerja I II III IV I II III IV I II LS Jumlah Tenaga Kerja Grafik 6. Biaya Produksi I II III IV I II III IV I II LS Biaya Bahan Baku LS Biaya Energi LS Biaya Tenaga Kerja Kenaikan biaya produksi terutama didorong oleh peningkatan biaya bahan baku dan energi, sedangkan biaya upah relatif stabil. Kondisi ini direspon pelaku usaha dengan cara menaikkan harga jual dengan mempertimbangkan faktor daya beli konsumen dan daya saing dengan perusahaan sejenis. Sehingga secara rata-rata margin contact masih stabil dibandingkan tahun lalu. Harga jual sedikit meningkat. Sebagai akibat dari meningkatnya biaya produksi pada komponen biaya bahan baku, sebagian besar contact liaison (75%) telah melakukan penyesuaian pada harga jualnya. Namun, contact tetap mempertimbangkan faktor daya beli konsumen dan persaingan dengan perusahaan sejenis. Perolehan margin usaha relatif stabil. Keputusan contact untuk menaikkan harga jual di tengah kenaikan biaya produksi menyebabkan margin perusahaan yang diperoleh relatif tetap. Peningkatan margin hanya terjadi pada sektor hotel serta sektor jasa telekomunikasi. Permintaan yang masih tinggi pada kedua subsektor ini menjadi pendorong utama peningkatan margin, meskipun contact menaikkan harga jualnya. Grafik 7. Harga Jual dan Margin I II III IV I II III IV I II LS Harga Jual LS Margin Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II

46 Boks 2 BANK INDONESIA Paradoks Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pertumbuhan Penyaluran Kredit Provinsi Bengkulu Sesuai dengan peranan ekonomi dalam pembangunan, pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) hendaklah memiliki arah yang sama dengan pertumbuhan penyaluran kredit. Kondisi tersebut diharapkan terjadi khususnya pada sektor pertanian yang merupakan sektor ekonomi utama penunjang perekonomian daerah dengan kontribusi lebih dari sepertiga perekonomian Provinsi Bengkulu. Peningkatan kinerja perekonomian di sektor pertanian, akan menstimulus perbankan untuk meningkatkan penyaluran kreditnya pada sektor ini. Di lain sisi, penyaluran kredit ke sektor pertanian tentunya akan mendorong akselerasi pertambahan nilai di sektor ini. Namun, keadaan aktualnya sedikit berbeda. Adanya peningkatan kredit di sektor pertanian tidak selalu membuahkan peningkatan nilai PDRB untuk sektor tersebut, demikian pula sebaliknya. Pada Provinsi Bengkulu, pertumbuhan PDRB memiliki arah yang konvergen dengan pertumbuhan kredit secara umum sebagaimana terlihat pada Grafik 1. Bila dicermati lebih lanjut, peningkatan pertumbuhan PDRB akan direspon oleh perbankan dengan ekspansi penyaluran kredit. Namun demikian, kondisi tersebut mengalami perubahan pada akhir triwulan III 2013 hingga Pertumbuhan kredit perbankan terlihat menurun secara tajam, meskipun perekonomian daerah masih mencatatkan pertumbuhan. Kondisi ini dipengaruhi oleh pengetatan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang mendorong perbankan untuk melakukan penyesuaian suku bunga kreditnya. Grafik 1. Pertumbuhan PDRB dan Penyaluran Kredit Provinsi Bengkulu Perkembangan kredit sektor pertanian, tidak terlepas dari struktur yang membentuk sektor pertanian tersebut. Sektor pertanian Provinsi Bengkulu terutama ditopang oleh subsektor tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan, masing masing dengan share 43,39% dan 37,04% dari total PDRB sektor pertanian. Sementara subsektor peternakan dan hasilhasilnya, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan secara total memilki share 19,57%. Pertanian bahan makanan dibudidayakan secara luas, namun memiliki nilai tambah yang terbatas. Sementara, perkembangan subsektor tanaman perkebunan terakselerasi cukup baik seiring dengan proses penciptaan nilai tambah yang menyertai produknya. Pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan rata-rata lima tahun terakhir tercatat sebesar 3,80%, Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II

47 sementara subsektor tanaman perkebunan tumbuh rata-rata 6,87%. Perbandingan pertumbuhan PDRB sektor pertanian dan pertumbuhan kredit sektor pertanian menunjukkan arah yang cukup konvergen sebagaimana ditunjukkan oleh Grafik 2. Peningkatan kredit sektor pertanian yang cukup signifikan terjadi pada tahun Hal tersebut didukung oleh kondisi perekonomian yang kondusif serta ekspansi sektor pertanian, khususnya subsektor tanaman perkebunan. Bila lihat lebih lanjut, kredit pertanian sebagian besar ditujukan bagi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit dengan share 62,68%, kemudian diikuti oleh pelaku usaha perkebunan karet dan getahnya dengan share 28,28% dari kredit pertanian. Sementara itu, kredit subsektor tanaman bahan makanan hanya memiliki share sekitar 153% dari total kredit pertanian yang disalurkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dukungan perbankan terhadap subsektor yang menguasai hajat hidup orang banyak dan memiliki share yang dominan dalam pembentukan PDRB seperti subsektor tanaman bahan makanan masih sangat minim. Kondisi ini dipicu oleh beberapa hal, antara lain mulai dari terbatasnya akses pelaku usaha pertanian tanaman bahan makanan terhadap perbankan, kurangnya pengetahuan mengenai akses pemodalan perbankan, terbatasnya kepemilikan agunan sebagai bagian dari persyaratan kredit, hingga persepsi perbankan akan tingginya tingkat resiko yang dimiliki oleh usaha pertanian tanaman bahan makanan. Kondisi ini harus segera dibenahi, karena tanpa dukungan yang memadai, dalam hal ini dari sisi perbankan maupun pemerintah selaku pembuat kebijakan, subsektor tanaman bahan makanan akan stagnan. Ketika subsektor ini stagnan, maka ketahanan pangan daerah menjadi taruhannya. Grafik 2. Pertumbuhan PDRB dan Penyaluran Kredit Sektor Pertanian Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II

48 Penelitian Jalur Distribusi dan Pembentukan Harga Komoditas Penyumbang Inflasi Di Kota Bengkulu Halaman ini sengaja dikosongkan n Pendahuluan 4

49 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

50 halaman ini sengaja dikosongkan

51 Tekanan inflasi Kota Bengkulu pada triwulan II 2014 mereda. Secara tahunan, inflasi Kota Bengkulu tercatat sebesar 5,79% (yoy). Sepanjang triwulan laporan, tingkat inflasi bulanan relatif rendah, dengan deflasi terjadi pada dua bulan, April dan Mei Adapun realisasi inflasi tahun kalender triwulan II 2014 (Januari-Juni 2014) tercatat sebesar 0,57% (ytd), lebih rendah dibandingkan inflasi tahun kalender pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 4,45% (ytd). Melambatnya laju inflasi terutama didorong oleh bertambahnya jumlah pasokan bahan makanan seiring dengan berlangsungnya musim panen pada triwulan laporan ditengah relatif stabilnya permintaan masyarakat. Komoditas bahan makanan subkelompok bumbu-bumbuan seperti cabai merah dan beras tercatat mengalami deflasi pada bulan April dan Mei. Secara keseluruhan, kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 4,54% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 11,24% (yoy). Di sisi lain, inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan pada triwulan laporan masih cukup tinggi. Hal ini merupakan dampak penerapan surcharge pada tarif angkutan udara dan peningkatan permintaan. Peningkatan inflasi hanya terjadi pada kelompok komoditas sandang dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, serta kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olahraga. Berdasarkan disagregasi inflasi, kelompok volatile food masih menjadi penentu arah inflasi triwulan II Meskipun demikian, laju inflasi volatile food tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 10,73% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 6,59% (yoy) pada triwulan II 2014.Kondisi serupa juga dialami oleh komoditas administered prices. Sementara inflasi komoditas inti cenderung stabil. Inflasi tahunan Provinsi Bengkulu 1 pada triwulan II 2014 lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, inflasi Provinsi Bengkulu sebesar 5,79% (yoy), turun dibandingkan inflasi triwulan I 2014 yang mencapai 8,35% (yoy). Inflasi Provinsi Bengkulu tercatat berada di bawah inflasi nasional yang sebesar 6,70% (yoy) (Grafik 2.1). Penurunan laju inflasi tahunan yang cukup tajam terutama terjadi pada kelompok bahan makanan, terutama subkelompok daging dan hasil-hasilnya serta subkelompok bumbu-bumbuan. 1 Inflasi yang terjadi di kota Bengkulu diasumsikan dapat mewakili inflasi Provinsi Bengkulu secara keseluruhan Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II

52 Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi IHK Provinsi Bengkulu 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% -2% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II % 5.79% 0.57% -0.26% Bengkulu (yoy) Nasional (yoy) Bengkulu (qtq) Nasional (qtq) Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu Tekanan inflasi sepanjang triwulan II 2014 tercatat rendah, tercermin dari deflasi yang sebesar 0,26% (qtq). Realisasi inflasi pada triwulan laporan ini lebih rendah dibandingkan inflasi triwulanan pada periode yang sama pada tahun 2013 yang sebesar 1,80% (qtq). Pencapaian inflasi pada triwulan II 2014 ini merupakan yang terendah sepanjang lima tahun terakhir. Rata-rata inflasi triwulanan pada triwulan II 2014 adalah sebesar 0,97% (qtq). Berkurangnya tekanan inflasi pada triwulan laporan terutama didorong oleh peningkatan pasokan komoditas bahan makanan seiring dengan berlangsungnya masa panen. Pasokan komoditas bahan pangan dan hortikultura yang berasal dari sentra-sentra produksi di Provinsi Bengkulu maupun wilayah sekitarnya meningkatkan ketersediaan pasokan di Kota Bengkulu. Selain didukung oleh pasokan yang melimpah, penurunan tekanan inflasi juga didukung oleh masih terjaganya permintaan pada tingkatan yang stabil. Grafik 2.2 Realisasi Inflasi Tahun 2014 (Tahun Kalender, ytd) 12% 10% 8% 6% Bengkulu (ytd) Nasional (ytd) 4% 2% 1.99% 0% -2% % Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II

53 Deflasi terjadi pada bulan April dan Mei 2014, sementara pada bulan Juni peningkatan tekanan inflasi mulai terjadi. Pada Juni 2014, inflasi terjadi pada semua kelompok barang dan jasa. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok sandang, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan, serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Peningkatan ini disebabkan oleh mulai meningkatnya permintaan masyarakat seiring dengan berlangsungnya musim liburan dan menjelang bulan puasa. 2.1 Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa Provinsi Kelompok Barang/Jasa Bengkulu IHK IV-2013 I-2014 II-2014 Inflasi (% yoy) Inflasi (% qtq) IHK Inflasi (% yoy) Inflasi (% qtq) IHK Inflasi (% yoy) Inflasi (% qtq) Bahan makanan 190,70 15,04 0,00 120,29 11,24 1,52 116,71 4,54 ( 2,19) Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 167,12 6,36 0,75 110,51 5,86 0,82 111,38 6,23 0,72 146,58 6,54 1,06 106,73 4,38 0,57 107,72 3,07 0,77 Sandang 154,11 2,09-0,11 105,83 4,18 0,48 106,99 6,7 0,99 Kesehatan 136,86 6,92 1,01 110,91 8,69 0,91 112,97 5,48 1,51 Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 150,12 3,11 0,00 110,06 3,88 0,25 110,86 4,37 0,54 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 124,84 16,37 1,62 119,71 15,46 0,56 119,68 11,01 -( 0,87 ) Inflasi Umum 156,50 9,94 0,64 113,25 8,35 0, ,79 (0,26) Cat: Mulai triwulan I 2014, tahun dasar SBH 2012=100 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu Pada triwulan II 2014, bila dilihat secara tahunan, inflasi terjadi pada seluruh kelompok barang dan jasa (Tabel 2.1). Kelompok bahan makanan yang memiliki bobot konsumsi terbesar mencatatkan penurunan inflasi yang signifikan dari 11,24% (yoy) menjadi 4,54% (yoy). Kondisi penurunan tingkat inflasi juga terjadi pada kelompok komoditas perumahan, air, listrik gas dan bahan bakar, kelompok komoditas kesehatan, kelompok komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Sementara itu, laju inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok sandang, dan kelompok pendidikan, komunikasi dan olahraga mencatatkan peningkatan, meskipun relatif kecil. Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi paling tinggi mencapai 11,01% (yoy). Pendorong utama inflasi pada kelompok ini adalah peningkatan tarif angkutan udara pada subkelompok transportasi yang merupakan imbas dari penerapan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 2 Tahun 2014 yang Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II

54 menetapkan biaya tambahan (surcharge) dalam tarif angkutan penumpang kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri. Secara triwulanan (qtq), tekanan inflasi tertinggi dicatat oleh kelompok komoditas kesehatan yaitu sebesar 1,51% (qtq). Kondisi ini didorong oleh peningkatan harga obat-obatan akibat tekanan terhadap nilai tukar rupiah serta penyesuaian harga dari produsen akibat kenaikan harga BBM dan tarif listrik. Informasi tersebut juga diperoleh dari hasil liaison terhadap pelaku usaha di sektor perdagangan, khususnya yang terkait dengan kesehatan, yang telah mengindikasikan kemungkinan peningkatan harga jual pada triwulan II Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Provinsi Bengkulu Subkelompok Barang/Jasa Padi-padian, umbiumbian dan hasilnya Daging-dan hasilhasilnya % yoy II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014 % qtq % yoy % qtq % yoy % qtq % yoy % qtq % yoy % qtq 5,32 (2,28) 4,08 3,24 10,52 6,51 10,71 3,01 9,31 (3,71) 5,95 20,84 23,50 8,23 1,43 (16,77) 14,50 3,85 6,88 13,37 Ikan segar 12,24 5,37 6,32 8,97 12,73 (6,58) 3,37 (2,41) 2,7 1,93 Ikan diawetkan 14,69 7,97 19,87 8,29 14,24 (3,53) 25,85 10,16 16,53 0,15 Telur, susu dan hasilhasilnya 3,53 0,15 6,07 3,30 9,70 2,87 9,77 2,61 13,37 3,76 Sayur-sayuran 17,49 0,47 31,03 23,32 31,46 (1,44) 34,42 5,91 32,13 (0,11) Kacang-kacangan 10,70 0,08 3,55 7,29 0,34 (3,11) 6,30 0,50 6,91 0,64 Buah-buahan 29,23 7,28 23,96 4,90 38,28 12,58 28,57 2,73 16,47 1,70 Bumbu-bumbuan 29,57 (0,59) 37,12 (11,40) 39,48 5,69 (5,29) (7,34) (38,24) (30,83) Lemak dan minyak 2,61 0,22 (5,01) (2,58) (1,22) 2,00 8,38 6,77 13,01 4,49 Bahan makanan lainnya 2,98 1,76 6,11 3,04 4,64 0,45 6,59 1,30 6,54 2,06 Inflasi Bahan Makanan 11,40 2,73 13,14 5,19 15,04 0,00 11,24 1,52 4,54 (2,19) Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu Secara tahunan, tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan di Triwulan II 2014 mereda. Meningkatnya pasokan bahan makanan di Kota Bengkulu, khususnya komoditas padi dan komoditas hortikultura, baik yang bersumber dari produksi lokal Bengkulu maupun yang didatangkan dari provinsi lain mendukung rendahnya pencapaian inflasi bahan makanan. Kondisi ini terutama didukung oleh menurunnya inflasi pada subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya yang memiliki nilai konsumsi terbesar. Subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya mencatatkan inflasi tahunan 9,31% (yoy) dari 10,71% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Subkelompok bumbu-bumbuan mencatatkan penurunan tingkat inflasi tahunan yang signifikan. Subkelompok ini mencatatkan deflasi sebesar 38,24% (yoy) Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II

55 dari deflasi 5,29% (yoy) pada triwulan I Penurunan inflasi signifikan ini didorong oleh koreksi harga yang terjadi pada komoditas cabai merah akibat jumlah produksi lokal dan pasokan dari luar daerah yang meningkat. Subkelompok daging dan hasilnya yang sempat mengalami peningkatan harga pada bulan Mei 2014, menunjukkan tekanan inflasi yang mereda dengan pencapaian inflasi tahunan sebesar 6,88% (yoy) pada Juni Hal ini disebabkan oleh tercukupinya permintaan masyarakat melalui pasokan yang mencukupi, salah satunya melalui impor daging. Sementara itu, pasokan ikan segar yang membaik seiring dengan kondusifnya kondisi cuaca perairan, mendorong rendahnya inflasi komoditas tersebut. Grafik 2.3 Inflasi Kelompok Bahan Makanan di Provinsi Bengkulu (Tahunan, yoy) 100% 50.0% 80% 40.0% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% -80% 9.31% 2.70% % Ikan Segar Bumbu-bumbuan Padi, Umbi & hasilnya 30.0% 20.0% 10.0% 0.0% -10.0% -20.0% 32.13% 16.47% 6.88% Daging dan hasilnya Sayur-sayuran Buah-buahan Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu Inflasi pada kelompok bahan makanan terjadi pada telur, susu dan hasilnya, kacang-kacangan dan lemak dan minyak. Peningkatan harga terjadi antara lain pada komoditas telur ayam ras, kacang hijau, kelapa dan minyak goreng. Pencapaian inflasi ini diperkirakan terjadi karena adanya peningkatan permintaan komoditas tersebut menjelang bulan puasa. Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi/Minuman/Rokok & Tembakau Provinsi Bengkulu Subkelompok II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014 Barang/Jasa % % % % % % % % % % yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq Makanan jadi 6,75 0,63 10,34 4,88 8,46 1, ,57 6,94 0,87 Minuman tidak beralkohol 5,18 0,34 1,69 1,13 1,16 0, ,59 4,65 0,57 Tembakau dan minuman beralkohol 3,77 0,00 7,87 3,95 4,25 0, ,91 5,56 0,48 Inflasi Makanan Jadi/Minuman/Rokok 5,75 0,43 8,49 4,13 6,36 0,76 5,86 0,82 6,23 0,72 & Tembakau Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II

56 Inflasi komoditas kelompok makanan jadi/minuman/rokok dan tembakau menunjukkan peningkatan. Kondisi ini terlihat dari tingkat inflasi tahunan yang tercatat meningkat menjadi sebesar 6,23% (yoy). Bila dilihat dari siklus triwulanannya, inflasi kelompok komoditas ini juga menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan II Peningkatan inflasi terbesar terjadi pada subkelompok tembakau dan minuman beralkohol dengan inflasi sebesar 5,56% (yoy). Inflasi pada kelompok ini disumbang oleh peningkatan harga pada komoditas peningkatan cukai pada rokok kretek filter. Makanan jadi mencatatkan inflasi sebesar 6,94% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya. Subkelompok komoditas ini menentukan arah inflasi kelompok komoditas mengingat nilai konsumsinya yang tertinggi dibandingkan dengan subkelompok lainnya. Inflasi didorong terutama antara lain oleh komoditas makanan jadi yang berbahan baku daging ayam dan daging sapi. Kenaikan harga komoditas bahan baku tersebut ditengarai mendorong pelaku usaha untuk menyesuaikan harga jual mereka atau mengurangi kualitas produknya. Tabel 2.4 Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Provinsi Bengkulu Subkelompok II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014 Barang/Jasa % % % % % % % % % % yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq Biaya tempat tinggal 6,60 2,88 7,54 0,42 8,22 0,94 4,00 0,33 2,13 0,52 Bahan bakar, penerangan dan air 4,78 1,41 4,70 1,73 6,04 1,46 7,92 1,36 6,76 0,91 Perlengkapan rumah tangga 2,15 1,02 1,54 0,33 2,46 0,91 2,64 0,86 2,08 0,28 Penyelenggaraan rumah tangga 5,06 1,15 1,21 (1,76) 2,29 0,70 0,03 0,07 1,79 2,79 Inflasi Perumahan, Air, Listrik, Gas & 5,57 2,14 5,61 0,58 6,54 1,07 4,38 0,57 3,07 0,77 Bahan Bakar Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu Pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, inflasi tahunan tercatat menurun menjadi sebesar 3,07% (yoy) dari 4,38% (yoy) di triwulan sebelumnya. Inflasi tertinggi dicatatkan oleh subkelompok bahan bakar, penerangan dan air yang didorong oleh kenaikan tarif listrik dan kenaikan harga bahan bakar rumah tangga. Kenaikan harga bahan bakar rumah tangga ditengarai terjadi karena adanya peningkatan permintaan, khususnya bagi LPG 3 Kg yang kerap mengalami fluktuasi harga jual di tingkat eceran. Subkelompok bahan bakar, penerangan dan air mencatatkan inflasi 6,76% (yoy). Peningkatan tertinggi inflasi terjadi pada subkelompok komoditas penyelenggaraan rumah tangga yang mencatatkan inflasi sebesar 1,79% (yoy). Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II

57 Komoditas yang menyumbang kenaikan inflasi pada subkelompok komoditas ini antara lain pelembut cucian, pembasmi nyamuk, dan pembersih lantai. Kondisi ini diperkirakan merupakan dampak dari penyesuaian biaya distribusi maupun produksi terkait kenaikan BBM subsidi dan tarif dasar listrik bagi golongan produsen tertentu. Tabel 2.5 Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang Provinsi Bengkulu Subkelompok II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014 Barang/Jasa % % % % % % % % % % yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq Sandang laki-laki 3,34 0,00 4, ,72 2,63 4,88 0,02 5,83 0,91 Sandang wanita 7,46 1,89 6, ,20 1,38 7,23 0,47 7,57 1,89 Sandang anak-anak 6,17 0,34 6, ,83 0,10 5,13 0,26 5,76 1,05 Barang pribadi dan sandang lainnya (9,04) (10,98) (7,49) (6,70) (3,39) (1,51) 1,36 7,71 (0,17) inflasi Sandang 0,66 (3,14) 1, ,09 (0,11) 4,18 0,48 6,70 0,99 sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu Inflasi tahunan kelompok sandang lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Inflasi tahunan kelompok sandang tercatat sebesar 6,70% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,18% (yoy) (Tabel 2.5). Peningkatan tekanan inflasi kelompok komoditas ini terjadi pada seluruh subkelompok komoditas, dengan tekanan tertinggi terjadi pada subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya. Komoditas penyumbang antara lain emas perhiasan dan hasil manufaktur seperti jam tangan. Subkelompok ini mencatatkan inflasi sebesar 7,71% (yoy), meningkat tajam dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 1,51% (yoy). Sementara itu, inflasi komoditas sandang laki-laki, wanita, dan anak-anak juga menunjukkan kecenderungan peningkatan inflasi, seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat menjelang tahun ajaran baru dan persiapan hari raya Idul Fitri. Tabel 2.6 Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan Provinsi Bengkulu Subkelompok II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014 Barang/Jasa % % % % % % % % % % yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq Jasa Kesehatan 14,07 11,52 14,36 1,62 14,36 0,00 14,32 0,08 1,51 0,06 Obat-obatan (1,22) 0,17 (1,62) 0,15 1,38 3,23 2,69 (0,69) 5,13 2,56 Jasa Perawatan Jasmani 17,65 3,84 17,34 0,31 4,17 0,00 4,90 1,11 3,71 2,18 Perawatan Jasmani dan kosmetika 6,39 0,35 4,98 3,61 5,22 0,90 7,64 2,32 9,6 2,17 Inflasi Kesehatan 7,71 3,71 7,05 2,10 6,92 1,01 8,69 0,91 5,48 1,51 sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II

58 Tekanan inflasi kelompok kesehatan pada triwulan laporan mereda dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi subkelompok ini pada triwulan II 2014 tercatat sebesar 5,48% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan I 2014 yang sebesar 8,69% (yoy) (Tabel 2.6). Meredanya tekanan inflasi terutama bersumber dari subkelompok jasa kesehatan serta jasa perawatan jasmani. Tarif jasa kesehatan relatif stabil setelah mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada triwulan I Sementara itu, nilai tukar rupiah yang menguat dibandingkan triwulan sebelumnya berdampak terhadap turunnya harga obat-obatan yang umumnya berbahan baku impor. Inflasi tertinggi kelompok kesehatan terjadi pada subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika. Inflasi subkelompok ini meningkat dari 7,64% (yoy) pada triwulan I 2014, menjadi 9,60% (yoy) pada triwulan laporan. Inflasi didorong oleh peningkatan harga produk perawatan tubuh seperti deodoran dan parfum yang meningkat cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya,masing-masing yaitu 2,51% (yoy) dan 5,30% (qtq). Tabel 2.7 SubKelompok Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Provinsi Bengkulu II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014 Barang/Jasa % % % % % % % % % % yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq Jasa pendidikan 21,06 0,00 6,37 4,53 4,53 0,00 5,51 0,00 5,51 - Kursus-kursus / pelatihan 0,04 0,03 0,03 0,00 0,03 0,00 0,32 0,30 0,3 - Perlengkapan / peralatan pendidikan 2,89 (0,23) 1,62 1,85 1,62 0,00 1,73 0,04 3,82 1,89 Rekreasi 2,17 0,73 0,80 0,03 0,77 0,00 1,77 1,29 2,63 1,44 Olahraga 1,99 (0,73) 1,99 0,00 1,78 0,21 1,40 1,40 3,37 1,94 Inflasi Pendidikan, Rekreasi dan 12,47 0,06 4,18 3,00 3,11 0,00 3,88 0,25 4,37 0,54 Olahraga Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu Inflasi kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga meningkat. Inflasi tahunan tercatat sebesar 4,37% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,88% (yoy) (Tabel 2.7). Pada triwulan II 2013 inflasi kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga tecatat sebesar 0,06% (qtq), sementara pada triwulan II 2014 tercatat sebesar 0,54%. Kondisi ini menggambarkan adanya pergerakan siklus yang berbeda dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun ini, kenaikan inflasi yang cukup signifikan terjadi pada subkelompok perlengakapan/peralatan pendidikan, reakreasi dan olahraga. Hal ini diperkirakan juga merupakan imbas lanjutan dari berbagai penyesuaian tarif/harga komoditas administered price. Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II

59 Secara umum, tekanan inflasi kelompok transportasi/komunikasi dan jasa keuangan menunjukkan kecenderungan menurun. Inflasi tahunan tercatat sebesar 11,01% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 15,46% (yoy) (Tabel 2.8). Hal ini didorong oleh menurunnya inflasi pada subkelompok transpor serta stabilnya inflasi pada subkelompok komunikasi dan pengiriman dan subkelompok jasa keuangan. Tekanan inflasi yang mereda pada subkelompok transpor didukung oleh membaiknya kondisi tarif angkutan udara dan harga sepeda motor dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tarif angkutan udara mengalami deflasi sebesar 14,71% (qtq), sementara sepeda motor deflasi sebesar 13,44% (qtq). Tabel 2.8 Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Provinsi Bengkulu SubKelompok II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014 Barang/Jasa % yoy % qtq % yoy % qtq % yoy % qtq % yoy % qtq % yoy % qtq Transpor 11,19 4,75 20,38 12,08 21,38 2,16 22,67 0,55 15,75 (1,52) Komunikasi dan pengiriman 0,03 0,07 0,07 0,00 0,07 0,00 0,27 0, Sarana dan penunjang transpor 3,70 3,19 9,25 5,36 8,71 0,00 9,22 1,85 8,28 1,50 Jasa keuangan 2,42 0,00 0,88 0,00 0,88 0,00 0,00 0, Inflasi Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 8,41 3,78 15,66 9,38 16,37 1,62 15,46 0,56 11,01 (0,87) Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu Bila dilihat dari perkembangan secara bulanan, komoditas bahan makanan memiliki pengaruh besar dalam menentukan arah inflasi daerah (Tabel 2.9). tingkat persediaan pasokan yang belum stabil mengakibatkan terjadinya fluktuasi harga. Terbatasnya produksi lokal mengakibatkan tingginya tingkat ketergantungan Provinsi Bengkulu terhadap pasokan dari wilayah lain. Sebagaimana terlihat pada Tabel 2.9, penurunan harga komoditas produksi lokal bernilai konsumsi tinggi pada masa panen mampu menekan tingkat inflasi daerah. Sepanjang triwulan II 2014, beberapa komoditas mengalami fluktuasi harga cukup signifikan antara lain cabai merah, beras, daging ayam ras, telur ayam ras dan angkutan udara. Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan memiliki kontribusi terhadap inflasi sebesar 47,37%, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar berkontribusi sebesar 18,42%, dan kelompok sandang memiliki kontribusi 15,79% terhadap pembentukan inflasi triwulan II Sementara itu, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau memiliki kontribusi sebesar Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II

60 7,89%, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 5,26%. Kelompok bahan makanan dan kesehatan memiliki kontribusi sebesar 2,63% (Grafik 2.4). Tabel 2.9 Sumbangan Beberapa Komoditas terhadap Inflasi/Deflasi Bulanan di Provinsi Bengkulu Persen (%) No April 2014 Mei 2014 Juni 2014 Komoditas Andil* (%) Komoditas Andil* (%) Komoditas Andil* (%) 1, Cabai Merah Cabai Merah Tomat Buah , Angkutan Udara Angkutan Udara Angkutan Udara , Beras Tomat Buah Daging Ayam Ras , Bawang Putih Daging Ayam Ras Jeruk , Daging Ayam Ras Beras Bahan Bakar RT , Kontrak Rumah Minyak Goreng Kacang Panjang , Sate Mobil Nila , Bawang Merah Jengkol Telur Ayam Ras , Ikan Bakar Telur Ayam Ras Jengkol Bumbu Masak Jadi Sabun Deterjen Pembalut wanita Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu *Diurutkan dari andil terbesar hingga kecil berdasarkan angka absolut Keterangan : Kelompok Bahan Makanan Kelompok Makanan Jadi/Minuman/Rokok/ Tembakau Kelompok Perumahan/Air/Listrik/Gas/ Bahan Bakar Kelompok Sandang Kelompok Pendidikan/Rekreasi/Olahraga Kelompok Transpor/Komunikasi/Jasa Keuangan Kelompok Kesehatan Grafik 2.4 Sumbangan Inflasi Triwulanan II 2014 Per Kelompok Barang/Jasa Bahan Makanan; 2.6% Makanan Jadi, Minuman, Rokok, Tembakau; 7.9% Transpor, Komunikasi,Jasa Keuangan; 47,37% Perumahan, Air, Listrik, Gas, Bahan Bakar; 18.4% Sandang; 15.8% Keterangan : Kelompok komoditas; % sumbangan Pendidikan, Rekreasi, Olahraga; 5.3% Kesehatan; 2.6% Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II

61 2.2 Perkembangan Inflasi Fundamental Berdasarkan pendekatan kelompok disagregasi, inflasi tahunan volatile food (VF) dan administered price (AP) mengalami penurunan, sementara inflasi core relatif stabil (Grafik 2.5). Inflasi VF pada triwulan laporan sebesar 6,59% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 10,73% (yoy). Selaras dengan itu, inflasi kelompok AP pada triwulan II 2014 tercatat sebesar 9,20% (yoy), turun dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 12,48% (yoy). Sementara itu, inflasi core relatif terjaga sepanjang triwulan II 2014 pada tingkat 5,27% (yoy), hampir sama dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,13% (yoy). Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi Provinsi Bengkulu %,yoy Inflasi IHK (yoy) Core Adm Price Volatile Foods Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu (diolah dengan pendekatan sub kelompok) Bila dibandingkan dengan rata-rata inflasi pada periode yang sama selama tiga tahun terakhir, inflasi kelompok VF pada triwulan laporan tergolong cukup rendah. Inflasi kelompok core masih berada dalam pergerakan yang serupa dalam tiga tahun terakhir. Sementara inflasi kelompok AP tergolong cukup tinggi. Rata-rata inflasi tiga tahun terakhir kelompok komoditas tersebut masing-masing sebesar komoditas VF 8,55%, komoditas core 5,77%dan komoditas AP, 5,22%. Meningkatnya produksi lokal beberapa bahan makanan di masa panen triwulan II 2014 serta relatif stabilnya permintaan merupakan pendorong utama meredanya tekanan inflasi. Kondisi ini mendorong terjadinya koreksi harga yang cukup signifikan, khususnya pada komoditas cabai merah. Komoditas pangan utama, beras, juga mencatatkan koreksi harga yang signifikan pada triwulan II 2014 ini. Harga cabai merah turun sekitar 15-20% dari triwulan sebelumnya, sementara beras mengalami penurunan harga sekitar 5-6%. Peningkatan harga pada komoditas VF antara lain terjadi pada komoditas daging-dagingan dan telur ayam ras. Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II

62 Pergerakan harga pada komoditas core relatif terbatas. Pada triwulan II 2014, pergerakan inflasi komoditas core didorong oleh pergerakan harga emas perhiasan serta komoditas kesehatan. Sementara itu, inflasi pada kelompok AP didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara dan penyesuaian tarif cukai rokok. Grafik 2.6 Nilai Saldo Ekspektasi Konsumen Terhadap Kondisi 3 Bulan Mendatang IEK Ekpektasi Harga 3 bln yad (kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II IEK Ekpektasi Harga 3 bln yad (kanan) Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Tingkat inflasi yang relatif menurun pada triwulan II 2014 telah terindikasi sebelumnya melalui hasil Survei Konsumen (SK) triwulan I Hasil survei menunjukkan hanya sedikit penurunan Nilai Saldo (NS) ekspektasi harga tiga bulan yang akan datang sebagaimana terlihat pada Grafik 2.6. Nilai Saldo (NS) ekpektasi harga tiga bulan yang akan datang tercatat sebesar 169,33. Sementara itu, potensi akan masih terjadinya inflasi pada triwulan II 2014, telah terindikasi melalui Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang meningkat menjadi 129, Perbandingan Inflasi Antar Kota di Sumatera Secara umum, laju inflasi tahunan kota-kota di Sumatera pada triwulan laporan 2014 lebih rendah dibanding inflasi triwulan I Dari 21 kota di Pulau Sumatera yang menjadi kota penghitungan inflasi oleh Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat 5 (lima) kota dengan inflasi di atas inflasi nasional (6,70% yoy). Kota Bengkulu berserta 15 kota lainnya, mencatatkan inflasi yang lebih rendah dari inflasi Nasional. Kota-kota dengan inflasi tahunan terendah pada triwulan II 2014 adalah Palembang (4,33% yoy), Bungo (4,58% yoy), dan Sibolga (4,75% yoy). Sementara kota Bengkulu tercatat sebagai peringkat 10 inflasi terendah di Sumatera (Grafik 2.7). Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II

63 Grafik 2.7 Inflasi Tahunan (yoy) Bulan Juni 2014 Kota-Kota di Sumatera 13.5% 12.0% 10.5% 9.0% 7.5% 6.0% 4.5% 3.0% 1.5% 0.0% Inflasi Nasional = 6,70% 5.79% Sumber : Badan Pusat Statistik Sementara itu bila dibandingkan dengan kota lain di wilayah Sumatera Bagian Selatan, inflasi tahunan Kota Bengkulu nomor tiga tertinggi dibandingkan kota lainnya. Kota Metro mencatatkan inflasi paling tinggi sebesar 11,51% (yoy), kemudian diikuti Kota Pangkal Pinang berada di urutan kedua dengan inflasi 6,12% (yoy). Sementara itu, inflasi Kota Bandar Lampung, Lubuk Linggau dan Palembang masingmasing tercatat sebesar 5,47% (yoy), 3,19% (yoy) dan 4,33% (yoy). Grafik 2.8 Inflasi Tahunan (yoy) Kota-Kota di Sumatera Bagian Selatan. 20% 18% 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% Bengkulu Palembang Lampung Pangkal Pinang Metro Lubuk Linggau % 6.12% 5.47% 4.33% 3.19% Sumber : Badan Pusat Statistik Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II

64 Penelitian Jalur Distribusi dan Pembentukan Harga Komoditas Penyumbang Inflasi Di Kota Bengkulu Halaman ini sengaja dikosongkan n Pendahuluan 4

65 BAB III PERKE MBANGAN PERBA ANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN

66 halaman ini sengaja dikosongkan

67 Kinerja intermediasi perbankan di Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 berjalan relatif baik yang tercermin dari tingginya Loan/Financing to Deposit Ratio (L/FDR) yang sebesar 133,89% disertai dengan tingkat Non Performing Loan/Financing (NPL/F) yang cukup terjaga sebesar 2,32%. Pertumbuhan penyaluran kredit/pembiayaan tercatat sebesar 13,67% (yoy) menjadi Rp11,97 triliun, sementara itu Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 10,76% (yoy) menjadi Rp8,94 triliun. Aset bank umum meningkat sebesar 17,11% (yoy) menjadi Rp14,67 triliun. Sementara itu, kinerja BPR/BPRS menunjukkan perbaikan, tercermin dari peningkatan jumlah aset dan DPK serta tertahannya koreksi penyaluran kredit/pembiayaan dibandingkan dengan pencapaian triwulan I Perkembangan sistem pembayaran di Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 secara umum menunjukkan kondisi yang kondusif. Sistem pembayaran non tunai melalui kliring mengalami koreksi sebesar 11,37% (qtq) menjadi Rp836,74 miliar, sedangkan transaksi RTGS secara total mengalami peningkatan menjadi Rp56,75 triliun dari Rp35,04 triliun pada triwulan sebelumnya. Sementara pembayaran tunai mengalami net outflow sebesar Rp861,74 miliar, berbeda arah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami net intflow. 3.1 Bank Umum Grafik 3.1 Perkembangan Loan/Financing to Deposit Ratio (L/FDR) dan Non- Performing Loan/Financing (NPL/F) Bank Umum Provinsi Bengkulu. 160% 150% 140% 130% 120% 110% 100% 90% 80% 2.32% % LDR (kiri) NPL (kanan) III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2.40% 2.20% 2.00% 1.80% 1.60% 1.40% 1.20% 1.00% Sumber : LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Pada triwulan II 2014, kinerja bank umum baik konvensional maupun syariah di Provinsi Bengkulu berada dalam kondisi yang kondusif. Kondisi ini tercermin dari pertumbuhan aset bank umum, Dana Pihak Ketiga (DPK), penyaluran Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II

68 kredit/pembiayaan serta kondisi rasio penyaluran kredit/pembiayaan terhadap simpanan (Loan/Financing to Deposit Ratio) dan Non Performing Loan/Financing (NPL/F) yang baik. Perkembangan bank umum syariah dan BPR/BPRS berada dalam kondisi yang baik dengan aset, dana pihak ketiga maupun pembiayaan yang masih mencatatkan pertumbuhan. Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukkan pencapaian yang cukup tinggi yaitu 193,83% dengan tingkat Non Performing Financing (NPF) 4,20%. Sementara itu, kinerja BPR/BPRS menunjukkan perbaikan dibandingkan kondisi pada triwulan I Aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) BPR/BPRS menunjukkan peningkatan pertumbuhan. Penyaluran kredit/pembiyaan BPR/BPRS menunjukkan tertahannya koreksi. Kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya membaik berimbas pada kinerja kredit/pembiayaan BPR/BPRS Kelembagaan Bank umum di wilayah Provinsi Bengkulu pada triwulan laporan berjumlah 20 bank yang terdiri dari 1 Bank Pembangunan Daerah (BPD), 4 bank pemerintah dan 15 bank swasta dengan 5 diantaranya merupakan bank syariah dan 1 unit usaha syariah. Jaringan kantor pelayanan bank umum di Provinsi Bengkulu tertera pada Tabel 3.1 dibawah. Tabel 3.1 Jaringan Kantor Pelayanan Bank Umum Provinsi Bengkulu KP KC KCP KK Unit PP ATM Kota Bengkulu Bengkulu Selatan Bengkulu Utara Rejang Lebong Lebong Kepahiang Kaur Seluma Muko-Muko Jumlah Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, hingga data Mei Perkembangan Aset Aset perbankan umum di Provinsi Bengkulu menunjukkan peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II 2014, aset perbankan Provinsi Bengkulu tumbuh sebesar 17,11% (yoy) menjadi sebesar Rp14,69 Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II

69 triliun (Tabel 3.2). Tingkat pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 12,58% (yoy). Peningkatan pertumbuhan aset tercatat pada bank umum pemerintah, sementara aset bank umum swasta mencatatkan perlambatan pertumbuhan. Aset bank umum pemerintah pada triwulan II 2014 tumbuh sebesar 19,36% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,03% (yoy). Sementara, aset bank umum swasta pada triwulan II 2014 melambat menjadi 10,75% dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 14,10% (yoy). Tabel 3.2 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Bengkulu Kelompok Bank I II III IV I II dalam juta rupiah kecuali disebutkan lain Pangsa Bank Pemerintah ,34% 19,36% Bank Swasta ,66% 10,75% Bank Umum (Total) Sumber : LBU % 17,11% Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, termasuk bank umum syariah Grafik 3.2 Distribusi Aset Bank Umum di Provinsi Bengkulu Pert. yoy Kab. Bengkulu Selatan, Seluma, Kaur, 11.15% Kab. Bengkulu Utara, Mukomuko, 10.91% Kota Bengkulu, 66.32% Kab. Rejang Lebong, Lebong & Kepahiang, 11.63% Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Bank Indonesia Bengkulu, termasuk bank umum syariah Berdasarkan pangsanya, aset bank pemerintah mendominasi total aset yang terdapat di Provinsi Bengkulu dengan pangsa 75,34%. Sebaran aset bank umum saat ini masih terkonsentrasi di wilayah Kota Bengkulu dengan porsi sebesar 66,32% (Grafik 3.2). Sementara aset perbankan terkecil terdapat di Kabupaten Bengkulu Utara dan Mukomuko yang memiliki share sebesar 10,91% dari total aset. Pertumbuhan aset perbankan tahunan terbesar terjadi di Kabupaten Bengkulu Selatan, Seluma dan Kaur yaitu sebesar 20,47% (yoy) Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II

70 3.1.3 Perkembangan Dana Masyarakat Penghimpunan DPK oleh bank umum di Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 meningkat 10,76% (yoy) atau menjadi Rp8,94 triliun (Grafik 3.3). Pertumbuhan ini membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,65% (yoy). Peningkatan pertumbuhan DPK didorong oleh meningkatnya pertumbuhan DPK pada bank umum pemerintah, sementara DPK bank umum swasta masih mencatatkan perlambatan pertumbuhan. Akselerasi DPK bank umum pemerintah didorong oleh peningkatan giro. Grafik Triliun Rp Perkembangan Dana Pihak Ketiga di Provinsi Bengkulu DPK g (yoy) III IV I II III IV I II III IV I II % yoy Grafik 3.4 Porsi DPK per Jenisnya 20.52% 30.26% 49.23% Giro Tabungan Deposito Sumber : Laporan LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Berdasarkan porsinya, tabungan memiliki porsi terbesar mencapai 49,23% dari total DPK, sedangkan giro dan deposito memiliki pangsa masing-masing 30,26% dan 20,52% (Grafik 3.4). Tabungan mencatatkan pertumbuhan tertinggi mencapai 11,93% (yoy), meskipun demikian pertumbuhan ini masih lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat 13,84% (yoy). Giro mencatatkan peningkatan pertumbuhan sebesar 11,57% (yoy), setelah triwulan sebelumnya mengalami mencatatkan penurunan nominal. Sementara itu, deposito pada triwulan laporan tumbuh sebesar 6,95% (yoy), membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mampu tumbuh 0,23% (yoy). Bila dilihat dari jenis kepemilikan DPK, pertumbuhan DPK terjadi pada dana milik pemerintah sebesar 19,04% (yoy), dana perseorangan sebesar 12,89% (yoy) dan swasta sebesar 5,05% (yoy). Sementara DPK milik BUMN mencatatkan penurunan. Jika dilihat dari struktur kepemilikan dana, dana perorangan merupakan komponen terbesar pembentuk DPK perbankan. Porsi kepemilikan dana perorangan Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II

71 pada periode laporan mencapai 59,04%, diikuti oleh dana milik pemerintah sebesar 30,18%, dana milik BUMN dan BUMD sebesar 4,57%, dan dana milik swasta sebesar 6,18%. Dana Pihak Ketiga (DPK) bank umum di Provinsi Bengkulu pada triwulan laporan masih terkonsentrasi di bank pemerintah dengan porsi mencapai 81,83%, sedangkan 18,17% berada di bank swasta. DPK bank umum pemerintah tumbuh sebesar 10,30% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 3,69% (yoy) (Tabel 3.3). Sementara, DPK bank umum swasta tumbuh 12,87% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 14,56% (yoy). Pada bank umum pemerintah, komponen giro mencatatkan pertumbuhan yang tertinggi sebesar 12,66% (yoy). Sementara itu, pada bank umum swasta pertumbuhan tertinggi dicatatkan oleh komponen deposito sebesar 16,71% (yoy). Komponen tabungan baik di bank umum pemerintah maupun bank umum swasta mencatatkan perlambatan pertumbuhan. Tabungan bank umum pemerintah tumbuh 11,16% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya 12,37% (yoy). Sedangkan tabungan bank umum swasta tumbuh 14,35% (yoy), melambat dari 18,59% (yoy) pada triwulan I Tabel 3.3 Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum Provinsi Bengkulu dalam juta rupiah Keterangan Ptumb. I II III IV I II yoy Bank Umum(Total) ,76% Giro ,57% Tabungan ,93% Deposito ,95% Bank Pemerintah ,30% Giro ,66% Tabungan ,16% Deposito ,58% Bank Swasta ,87% Giro ,40% Tabungan ,35% Deposito ,71% Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, termasuk bank umum syariah Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Penyaluran kredit/pembiayaan oleh bank umum di Provisi Bengkulu pada triwulan II 2014 mencapai Rp11,97 triliun atau tumbuh 13,67% (yoy) (Grafik 3.5). Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II

72 Tingkat pertumbuhan ini melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 17,35% (yoy). Namun demikian, bila dilihat secara triwulanan, kredit/pembiayaan masih mengalami peningkatan sebesar 4,63% (qtq). Selain karena kondisi perekonomian yang belum stabil, penerapan peraturan mengenai Loan To Value (LTV) serta kebijakan pengetatan moneter yang masih dijalankan, membatasi ekspansi kredit/pembiayaan di tahun Grafik 3.5 Triliun Rp Perkembangan Kredit/pembiayaan Perbankan di Provinsi Bengkulu %, yoy Kredit Pertumbuhan II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : Laporan LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, termasuk bank umum syariah Berdasarkan jenis penggunaannya, pangsa kredit/pembiayaan perbankan masih didominasi oleh kredit/pembiayaan konsumsi yang mencapai 56,58% diikuti kredit/pembiayaan modal kerja 31,82% dan kredit/pembiayaan investasi 11,61%. Pada triwulan laporan, kredit/pembiayaan konsumsi tumbuh sebesar 14,64% (yoy) menjadi sebesar Rp6,77 triliun, melambat dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh sebesar 17,39% (yoy). Searah dengan pertumbuhan kredit/pembiayaan konsumsi, kredit/pembiayaan investasi juga tumbuh melambat menjadi 14,56% (yoy) dari 39,43% (yoy) pada triwulan I Sementara itu, kredit/pembiayaan modal kerja tumbuh 11,69% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 10,55% (yoy). Ditinjau dari penyaluran kredit/pembiayaan berdasarkan sektoral, pertumbuhan kredit/pembiayaan terbesar terjadi pada sektor pertanian yang tumbuh sebesar 34,35% (yoy) (Tabel 3.4). Meskipun demikian, pertumbuhan kredit/pembiayaan pertanian ini juga mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 46,71% (yoy). Sektor lainnya yang mencatatkan pertumbuhan kredit/pembiayaan yang tinggi yaitu, sektor jasa sosial sebesar 28,99% (yoy). Sementara itu, sektor pertambangan masih mencatatkan penurunan Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II

73 kredit/pembiayaan yang signifikan yaitu sebesar 32,96% (yoy). Kondisi ini sebagai dampak dari belum membaiknya kondisi usaha sektor tersebut yang antara lain ditandai dengan minimnya jumlah perusahaan yang saat ini masih aktif beroperasi. Secara umum, sebagian besar sektor mengalami perlambatan pertumbuhan kredit/pembiayaan dibanding triwulan I Peningkatan pertumbuhan kredit hanya terjadi pada jenis kredit/pembiayaan non sektoral, yaitu dari 14,09% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 15,24% (yoy) pada triwulan II Berdasarkan pangsanya, sektor lainnya masih mendominasi penyerapan kredit/pembiayaan, diikuti sektor perdagangan dan sektor pertanian. Tabel 3.4 Perkembangan Kredit/Pembiayaan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan, Sektor Ekonomi dan Kelompok Bank di Provinsi Bengkulu Dalam juta rupiah (kecuali persentase pertumbuhan) Keterangan Pertumbuhan yoy I II III IV I II Rp. % Jenis Penggunaan ,67% Modal Kerja ,69% Investasi ,56% Konsumsi ,64% Sektor Ekonomi ,67% Pertanian ,35% Pertambangan (30.247) -32,96% Perindustrian (6.085) -2,00% Listrik. Air. Gas (1.365) -5,30% Konstruksi ,35% Perdagangan ,11% Pengangkutan ,65% Jasa dunia usaha ( ) -48,27% Jasa sosial ,99% Lain-lain ,24% Kelompok Bank ,67% Bank Pemerintah ,79% Bank Swasta ,86% Sumber : Laporan LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu. termasuk bank umum syariah Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II

74 Tabel 3.5 Perkembangan NPL/F Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan di Provinsi Bengkulu Jenis Penggunaan Pertumbuhan deviasi (%) I II III IV I II Modal Kerja 3,16% 2,93% 3,19% 3,06% 3,19% 3,74% 0,55% Investasi 5,44% 3,81% 3,50% 3,82% 4,45% 6,16% 1,71% Konsumsi 0,69% 0,65% 0,71% 0,67% 0,69% 0,74% 0,05% Total 2,01% 1,76% 1,82% 1,80% 1,94% 2,32% 0,38% Sumber : LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Kualitas kredit/pembiayaan bank umum di Provinsi Bengkulu menunjukkan kinerja yang relatif stabil dengan potensi peningkatan NPL yang terbatas. Hal ini tercermin dari pengukuran rasio Non Performing Loan/Financing (NPL/F) yang pada triwulan laporan berada pada level 2,32%. Pencapaian ini meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 1,94%, namun masih dalam batasan yang aman (Tabel 3.5). Relatif terjaganya rasio NPL/F mengindikasikan keberhasilan perbankan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kredit/pembiayaan dan melakukan mitigasi resiko terkait dengan kondisi perekonomian pada triwulan laporan Perkembangan Kredit//Pembiayaan UMKM Kredit/pembiayaan UMKM pada triwulan II 2014 mengalami perlambatan dibandingkan periode sebelumnya. Kredit/pembiayaan UMKM tumbuh sebesar 19,85% (yoy) menjadi Rp4,69 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I 2014 yang mencapai 17,64% (yoy). Pertumbuhan kredit/pembiayaan UMKM cukup mempengaruhi pertumbuhan kredit/pembiayaan secara keseluruhan mengingat share-nya yang cukup tinggi yaitu mencapai 39,19% dari total kredit/pembiayaan/pembiayaan bank umum. Peningkatan pertumbuhan kredit/pembiayaan UMKM terutama didorong oleh meningkatnya pertumbuhan kredit modal kerja UMKM. Kredit/pembiayaan modal kerja UMKM tumbuh menjadi 16,85% (yoy), dari 9,72% (yoy) pada triwulan I Dilain sisi, kredit/pembiayaan investasi UMKM tumbuh 30,39% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 50,39% (yoy). Dari segi pangsanya, kredit/pembiayaan UMKM didominasi oleh kredit/pembiayaan modal kerja yang mencapai 72,92% dari total kredit/pembiayaan UMKM atau senilai Rp3,42 triliun. Sedangkan kredit/pembiayaan investasi berkontribusi sebesar 27,08%. Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II

75 Tabel 3.6 Perkembangan Kredit/Pembiayaan UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Sektor Ekonomi di Provinsi Bengkulu Keterangan juta rupiah (kecuali persentase pertumbuhan) Pertumbuhan yoy I II III IV I II Rp. % Jenis Penggunaan ,85% Modal Kerja ,85% Investasi ,39% Konsumsi (12.452) -100,00% Sektor Ekonomi ,85% Pertanian ,77% Pertambangan (13.394) -24,33% Perindustrian ,01% Listrik. Air. Gas (1.415) -5,49% Konstruksi ,67% Perdagangan ,10% Pengangkutan ,24% Jasa dunia usaha (69.572) -28,28% Jasa sosial ,15% Lain-lain ,57% Sumber : LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Secara sektoral, kredit/pembiayaan UMKM bank umum Provinsi Bengkulu utamanya disalurkan kepada sektor perdagangan dan pertanian dengan pangsa masing-masing sebesar 63,96% dan 18,86% (Tabel 3.6). Pada sektor perdagangan, penyaluran kredit/pembiayaan UMKM utamanya diserap oleh sub sektor perdagangan eceran. Perdagangan eceran didominasi perdagangan makanan, minuman dan tembakau sebesar Rp610,71 miliar dan sub sektor perdagangan eceran komoditi lainnya (bukan makanan, minuman, atau tembakau) sebesar Rp389,68 miliar. Sementara itu, pada sektor pertanian, sub sektor perkebunan kelapa sawit menyerap kredit/pembiayaan UMKM terbesar mencapai Rp539,36 miliar, diikuti oleh sub sektor perkebunan karet dan penghasil getah lainnya sebesar Rp244,88 miliar. Penyaluran kredit/pembiayaan UMKM sektor pertanian maupun sektor perdagangan mencatatkan perlambatan pertumbuhan. Kredit/pembiayaan UMKM sektor pertanian tumbuh sebesar 46,77% (yoy), melambat dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh sebesar 52,84% (yoy). Perlambatan pertumbuhan juga terjadi pada sektor perdagangan dari 19,54% (yoy) pada triwulan I 2014, menjadi 18,10 % (yoy) pada triwulan II Perlambatan kredit/pembiayaan UMKM yang terjadi hampir diseluruh Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II

76 sektor ditengarai terjadi karena kondisi perekonomian yang masih belum stabil, sehingga mendorong pelaku usaha membatasi ekspansi usahanya. Beberapa sektor usaha yang masih menunjukkan peningkatan pertumbuhan kredit/pembiayaan UMKM pada triwulan laporan yaitu sektor industri, sektor pengangkutan dan sektor jasa sosial. Tabel 3.7 Perkembangan Non-Performing Loan/Financing (NPL/F) Sektor UMKM di Provinsi Bengkulu KOLEK- TIBILITAS KETERANGAN dalam juta rupiah (kecuali persentase NPL) I II III IV I II 1 Lancar Dalam Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet NPL 3.70% 3.45% 3.51% 3.49% 3,75% 4,72% Sumber : LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Kualitas penyaluran kredit/pembiayaan UMKM menunjukkan kondisi yang kurang kondusif dibandingkan kondisi pada triwulan I Kondisi ini terlihat dari rasio NPL/F kredit/pembiayaan UMKM pada triwulan laporan yang sebesar 4,72%, meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 3,75% (Tabel 3.7). Rasio NPL/F kredit UMKM ini masih berada pada batas wajar, namun demikian peningkatan NPL/F yang terjadi secara bertahap ini perlu mendapatkan perhatian lebih dari perbankan. Peningkatan rasio NPL/F ini ditengarai terjadi karena dampak finansial yang diderita oleh perseorangan/pelaku usaha akibat ketidakpastian kondisi ekonomi sepanjang 2013 hingga awal 2014 ini. Rasio NPL/F kredit/pembiayaan UMKM lebih tinggi dibandingkan NPL/F penyaluran kredit/pembiayaan secara keseluruhan yang hanya sebesar 2,32%. Pada triwulan laporan, penyaluran kredit/pembiayaan UMKM pada sektor pertambangan mencatatkan NPL/F tertinggi yaitu sebesar 37,68%, kemudian diikuti oleh sektor konstruksi yang sebesar 6,20%. Sementara NPL/F sektor UMKM terendah dicatat oleh sektor listrik, gas dan air. 3.2 Bank Umum Syariah & Unit Usaha Syariah Bank Umum Pada triwulan laporan, kinerja intermediasi perbankan syariah di Provinsi Bengkulu berada dalam kondisi yang relatif baik. Hal ini tercermin dari Financing to Deposit Ratio (FDR) yang cukup tinggi yaitu sebesar 192,83% (Grafik 3.6). Kondisi FDR Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II

77 yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dipicu oleh peningkatan jumlah penyaluran pembiayaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Dana Pihak Ketiga (DPK). FDR perbankan syariah di Provinsi Bengkulu masih berada di atas FDR nasional yang sebesar 95,50%. Tingginya FDR perbankan syariah Provinsi Bengkulu ini didukung dengan kualitas pembiayaan yang baik, tercermin dari tingkat NPF perbankan syariah yang masih terjaga pada level 4,20%. Meskipun demikian, perlu ada perhatian dari pihak perbankan syariah mengingat terdapat indikasi tren kenaikan NPF, khususnya sejak awal tahun Grafik 3.6 Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah di Bengkulu 250% 200% 150% 100% 50% 0% FDR Bengkulu FDR Nasional % 95.50% 160% 140% 120% 100% 80% 60% 40% 250% 200% 150% 100% 50% 0% FDR 4.20% % NPF 4.5% 4.0% 3.5% 3.0% 2.5% 2.0% 1.5% 1.0% 0.5% 0.0% I II III IV I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : LBUS Bank Pelapor & Statistik Perbankan Pembiayaan perbankan syariah pada periode laporan mengalami pertumbuhan sebesar 24,84% (yoy) menjadi sejumlah Rp830,11 miliar. Pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah mengalami perlambatan bila dibandingkan pertumbuhan pembiayaan pada triwulan I 2014 yang sebesar 34,95% (yoy). Pembiayaan perbankan syariah didominasi oleh pembiayaan modal kerja dengan porsi sebesar 39,31%, sementara pembiayaan konsumsi dan investasi masing-masing mengambil porsi sebesar 42,97% dan 17,72%. Pembiayaan modal kerja pada triwulan laporan tumbuh sebesar 14,47% (yoy) menjadi senilai Rp326,29 miliar, melambat dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh sebesar 29,59% (yoy). Perlambatan pertumbuhan juga terjadi pada pembiayaan investasi yaitu tumbuh sebesar 10,49% (yoy) atau menjadi senilai Rp147,09 miliar. Sementara pembiayaan untuk konsumsi tumbuh meningkat menjadi 44,55% (yoy) atau menjadi senilai Rp356, 72 dari 29,43% (yoy) di triwulan sebelumnya. Secara sektoral, pembiayaan didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 32,11% dari total pembiayaan, kemudian diikuti oleh sektor jasa dunia usaha sebesar 7,38%. Pembiayaan non sektoral mencatatkan share pembiayaan terbesar yaitu 47,31% dari total pembiayaan, dan sektor perdagangan Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II

78 sebesar 17,32%. Sektor perdagangan mencatatkan peningkatan pertumbuhan pembiayaan sebesar 138,91% (yoy) menjadi senilai Rp266,55 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 33,52% (yoy). Sementara sektor jasa dunia usaha pada triwulan II 2014 mencatatkan penurunan pembiayaan sebesar 71,74% (yoy) menjadi senilai Rp61,29 miliar. Dari sisi aset, perbankan syariah Provinsi Bengkulu mencatatkan pertumbuhan sebesar 22,12% (yoy), sementara DPK tumbuh sebesar 15,00% (yoy). Pertumbuhan aset perbankan syariah ini lebih rendah dibandingkan triwulan I 2014 yang sebesar 28,14% (yoy), sehingga tercatat menjadi senilai Rp867,86 miliar. Sementara itu, DPK perbankan syariah yang tercatat senilai Rp430,49 miliar tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 20,31% (yoy). Saat ini, DPK perbankan syariah mengambil porsi 4,82 % dari total DPK bank umum. Grafik 3.7 Pembiayaan Perbankan Syariah di Bengkulu Grafik 3.8 DPK Perbankan Syariah di Bengkulu miliar Rp yoy (%) miliar Rp yoy (%) Pembiayaan Growth 24.84% III IV I II III IV I II III IV I II 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Dana Pihak Ketiga Growth 15.00% III IV I II III IV I II III IV I II 50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Sumber : LBUS-Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu 3.3 Bank Perkreditan/Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Jumlah Bank Perkreditan Rakyat/Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPR/BPRS) di Provinsi Bengkulu saat ini sebanyak 6 (enam) BPR/BPRS yang terdiri dari 4 (tiga) BPR konvensional dan 2 (dua) BPR syariah. Adapun jumlah kantor BPR/S sebanyak 25 kantor dengan sebaran kantor di Kota Bengkulu, Kab. Seluma, Kab. Bengkulu Utara, Kab. Rejang Lebong, Kab. Bengkulu Selatan dan Kab. Kepahiang. Kinerja BPR/BPRS Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 menunjukkan perbaikan. Pada periode laporan, aset BPR/BPRS Provinsi Bengkulu mengalami pertumbuhan 2,88% (yoy), berlawanan dengan triwulan sebelumnya yang mencatatkan Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II

79 penurunan aset sebesar 1,03% (yoy). DPK BPR/BPRS mencatatkan peningkatan pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu sebesar 7,40% (yoy) dari 3,17% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan DPK ini terutama didorong oleh meningkatnya pertumbuhan tabungan yang mencapai 19,10 % (yoy), yang juga dibarengi dengan peningkatan deposito berjangka sebesar 2,34% (yoy). Kedua komponen DPK tersebut, mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan kondisi triwulan I Disisi lain, penyaluran kredit/pembiayaan masih mengalami penurunan meskipun dalam persentase yang lebih kecil dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit/pembiayaan BPR/BPRS tercatat turun sebesar 5,97% (yoy), sementara triwulan sebelumnya turun 8,81%. Tabel 3.8 Perkembangan Kegiatan Usaha BPR/BPRS di Provinsi Bengkulu dalam juta rupiah (kecuali persentase pertumbuhan) Keterangan Pertumb. (yoy) I II III IV I II Total Aset ,782 2,88% Kredit/pembiayaan /Pembiayaan ,113-5,97% DPK ,352 7,40% L/FDR (%) % 118,07% - Sumber : LBPR/S Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Intermediasi BPR/BPRS di Provinsi Bengkulu tercatat menurun dengan rasio LDR/FDR sebesar 118,07%. Dengan demikian, rasio LDR/FDR pada periode ini lebih rendah dibandingkan dengan tingkat rata-rata sepanjang tiga tahun terakhir. Penurunan ini didorong oleh rendahnya ekspansi kredit/pembiayaan akibat masih terbatasnya perbaikan kondisi ekonomi. Kendala pada penyaluran kredit/pembiayaan terindikasi sejak semester II 2013 yang mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit/pembiyaan yang cukup rendah yaitu 0,93% (yoy). Laba yang diperoleh BPR/BPRS menunjukkan adanya tren menurun. Pencapaian laba diindikasikan oleh perhitungan spread bunga/marjin antara pendapatan dengan biaya bunga/bagi hasil BPR/BPRS sebagaimana dicerminkan oleh Net Interest Margin (NIM)/Net Margin. Net Interest Margin (NIM)/Net Margin pada triwulan II 2014 tercatat sebesar 14,07%, turun dibandingkan triwulan I 2014 yang sebesar 16,04%. Kondisi perekonomian, khususnya disektor pertanian/perkebunan yang masih dalam pemulihan mengakibatkan masih adanya tekanan pada kinerja BPR/BPRS di Provinsi Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II

80 Bengkulu sebagaimana terlihat pada grafik perkembangan Net Interest Margin/Net Margin BPR/S (Grafik 3.9). Grafik % 28% 24% 21% 17% 14% 10% Perkembangan Net Interest Margin/Net Margin BPR/S di Provinsi Bengkulu 14.07% III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : LBPR/S Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu; diolah 3.4 Sistem Pembayaran Sistem Pembayaran Tunai Pada triwulan II 2014, posisi pengedaran uang kartal di Bank Indonesia Bengkulu mengalami net cash outflow. Net cash outflow mencapai Rp861,74 miliar, berbeda dengan kondisi triwulan sebelumnya yang mencatatkan kondisi net cash inflow. Bila melihat pergerakan tahunannya, kondisi net cash ouflow pada triwulan II 2014 ini sejalan dengan siklus tahunan. Namun demikian, kondisi net cash outflow pada triwulan laporan tercatat lebih tinggi dibandingkan pada triwulan II 2013 lalu (Tabel 3.9). Tabel 3.9 Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu Keterangan juta rupiah Pert. q-t-q I II III IV I II Inflow ,431-76,15% Outflow ( ) ( ) ,011,170 82,54% Netflow ( ) ( ) ( ) (861,739) ,21% Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu; Net cash outflow pada triwulan laporan mencerminkan peningkatan kebutuhan uang kartal di masyarakat seiring dengan peningkatan kegiatan ekonomi daerah. Kondisi ini sejalan dengan hasil liaison dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, dimana pada triwulan Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II

81 II 2014 pelaku usaha mencatatkan kenaikan realisasi kegiatan usaha. Peningkatan ini terjadi hampir diseluruh sektor usaha. Sepanjang April hingga Juni 2014, transaksi uang kartal di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu mengalami net cash outflow. Bila dibandingkan dengan kondisi pada triwulan I 2014, terlihat adanya penurunan inflow yang signifikan mencapai 76,15% (qtq) pada triwulan laporan. Sementara itu, terjadi peningkatan aliran uang kartal yang keluar dari kas Bank Indonesia (outflow) sebesar 82,54% (qtq). Secara tahunan, inflow maupun outflow triwulan II 2014 meningkat signifikan masing-masing sebesar 39,41% (yoy) dan 34,07% (yoy) (Grafik 3.10). Grafik 3.10 Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu juta rupiah 600, , , , , ,000 - Inflow Outflow 301,375 35, Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu i. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Grafik 3.11 Perkembangan Rasio PTTB terhadap Inflow Provinsi Bengkulu % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu: Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II

82 Rasio jumlah Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap inflow pada triwulan laporan sebesar 95,89%. Rasio ini meningkat dibandingkan triwulan I 2014 yang mencatatkan rasio sebesar 43,12%. Peningkatan rasio jumlah PTTB terhadap inflow ini didorong oleh berkurangnya jumlah inflow pada periode laporan. Dengan demikian, terlihat adanya indikasi peningkatan jumlah uang dalam kondisi lusuh yang diterima oleh Bank Indonesia. Dalam rangka menjaga kualitas uang yang beredar di masyarakat (clean money policy), maka Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu melakukan kegiatan pemusnahan Uang yang Tidak Layak Edar (UTLE) secara rutin. UTLE selanjutnya akan dimusnahkan melalui proses peracikan atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) dengan menggunakan mesin racik. Jumlah PTTB pada triwulan II 2014 tercatat sebesar Rp143,28 miliar, turun 46,96% (qtq) dari triwulan I 2014 yang tercatat Rp270,13 miliar. ii. Penemuan Uang Palsu Jumlah uang palsu yang dilaporkan ke Bank Indonesia Bengkulu pada triwulan II 2014 menurun, baik dari jumlah lembar maupun secara nominal. Bank Indonesia Bengkulu menerima pelaporan uang palsu sebanyak 24 lembar. Jenis pecahan uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan selama periode laporan adalah pecahan Rp sejumlah 22 lembar dan pecahan Rp sejumlah 2 lembar. Persentase jumlah uang palsu terhadap jumlah cash inflow pada triwulan laporan sangat kecil yaitu hanya sebesar %. Grafik 3.12 Perkembangan Jumlah Lembar Uang Palsu yang Ditemukan di Provinsi Bengkulu I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II

83 3.4.2 Sistem Pembayaran Non Tunai i. Perkembangan Kliring Lokal Pada triwulan II 2014, transaksi kliring secara nominal mengalami koreksi, yaitu dari Rp944,07 miliar di triwulan sebelumnya menjadi Rp836,74 miliar atau turun 11,37% (qtq). Kondisi ini berlawanan dengan triwulan sebelumnya yang mencatatkan pertumbuhan nominal transaksi kliring 7,13% (qtq). Sejalan dengan turunnya nominal kliring, jumlah warkat kliring turun sebesar 6,05% (qtq). Arah yang serupa juga terlihat dari rata-rata kliring per hari, dimana nominal kliring mengalami penurunan 12,82% (qtq) atau menjadi senilai Rp13,72 miliar per hari. Tabel Perkembangan Kliring dan Penolakan Cek/Bilyet Provinsi Bengkulu Ptumb. Keterangan I II III IV I II qtq Bank Peserta Kliring % Perputaran Kliring Nominal (juta Rp.) , % Warkat (lembar) , % Rata-Rata Perputaran Kliring per Hari Nominal (juta Rp.) , % Warkat (lembar) % % Penolakan Cek dan Bilyet Giro Nominal 3.82% 3.19% 3.58% 2.76% 3.50% 2.96% - Warkat 2.70% 2.74% 3.15% 2.08% 1.87% 2.21% - Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Persentase jumlah penolakan warkat cek dan bilyet giro mengalami peningkatan dari sisi jumlah warkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, jumlah warkat cek dan bilyet giro yang tertolak sebanyak 2,21% dari total warkat yang ditransaksikan (Tabel 3.10). Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan penolakan cek dan bilyet giro pada triwulan sebelumnya yang tercatat 1,87%. Sementara bila dilihat dari nominal, penolakan cek dan bilyet giro mencapai 2,96% dari total transaksi kliring. Penolakan transaksi kliring dapat terjadi antara lain karena tidak dipenuhinya syarat-syarat administrasi bank penerima pada fisik warkat, rekening tutup, dan saldo tidak cukup. Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II

84 ii. Perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS) Perkembangan transaksi pembayaran melalui sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) mengalami peningkatan signifikan. Pada triwulan laporan, nominal dan warkat transaksi masuk meningkat masing-masing sebesar 71,86% (qtq) atau menjadi sebesar Rp35,87 triliun dan 23,34% (qtq) atau menjadi sebesar lembar. Hal serupa juga terjadi pada transaksi keluar Provinsi Bengkulu serta antar nasabah di dalam Provinsi Bengkulu. Kedua jenis transaksi tersebut mengalami peningkatan nominal masing-masing sebesar 54,95% (qtq) untuk transaksi keluar Provinsi Bengkulu dan 7,97% (qtq). Peningkatan transaksi RTGS ditengah turunnya transaksi kliring, mengindikasikan meningkatnya transaksi oleh kegiatan ataupun investasi usaha, mengingat umumnya transaksi RTGS dilakukan untuk transaksi bernominal besar. Tabel 3.11 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Provinsi Bengkulu Keterangan Ptumb. qtq I II III IV I II Transaksi Keluar Daerah (from) Nominal (miliar Rp.) , % Warkat (lembar) , % Transaksi Masuk Bengkulu (to) Nominal (miliar Rp.) % Warkat (lembar) , % Transaksi Antar Nasabah di Dalam Bengkulu (from-to) Nominal (miliar Rp.) , % Warkat (lembar) , % Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu iii. Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB) Sejak akhir tahun 2007, Bank Indonesia memberlakukan sistem Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB) dimana melalui sistem ini pemenuhan kebutuhan uang oleh perbankan yang kekurangan uang kartal (short) tidak lagi langsung melalui kas Bank Indonesia melainkan terlebih dahulu melalui bank lainnya yang berada dalam kondisi kelebihan uang kartal (long). Selanjutnya, apabila seluruh bank berada dalam posisi short (atau long) maka akan dipenuhi dari (atau disetorkan ke) kas Bank Indonesia. Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II

85 Grafik 3.13 Perkembangan TUKAB di Provinsi Bengkulu juta rupiah 400, , , , , , ,000 g (yoy) 26.81% % 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Jumlah transaksi TUKAB pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan (Grafik 3.13). Transaksi uang kartal antar bank pada triwulan laporan mencapai Rp959,20 miliar, lebih tinggi 43,00% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai sebesar Rp670,75 triliun. Peningkatan transaksi TUKAB yang signifikan terjadi pada bulan Juni Peningkatan volume TUKAB dapat mencerminkan kebutuhan uang kartal dimasyarakat. Kondisi ini searah dengan pergerakan inflow-outflow uang kartal di Bank Indonesia yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya. Jika volume TUKAB tinggi dan pada waktu yang sama perbankan meningkatkan penarikan uang kartal dari Bank Indonesia (outflow), maka mengindikasikan kebutuhan uang tunai pada periode tersebut sedang tinggi. Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II

86 Penelitian Jalur Distribusi dan Pembentukan Harga Komoditas Penyumbang Inflasi Di Kota Bengkulu Halaman ini sengaja dikosongkan n Pendahuluan 4

87 BAB IV P K PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

88 halaman ini sengaja dikosongkan

89 Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Bengkulu triwulan II 2014 menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan kondisi pada triwulan sebelumnya dan periode yang sama pada tahun yang lalu. Hal tersebut terlihat dari realisasi pendapatan dan belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Bengkulu triwulan II 2014 yang meningkat, masing-masing terealisasi sebesar 29,71% dan 17,87%. Realisasi anggaran pendapatan diakselerasi oleh peningkatan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) berupa pendapatan pajak daerah yang mencapai 46,41% dan dana perimbangan dari pemerintah pusat yang mencapai 22,77% dari anggaran. Secara semesteran, realisasi angaran pendapatan pada semester I 2014 tercatat sebesar 48,03% dari anggaran, sementara realisasi belanja sebesar 28,19% Realisasi APBD Realisasi Sisi Penerimaan Provinsi Bengkulu Realisasi pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 tercatat sebesar 29,71%. Realisasi ini lebih baik dibandingkan dengan realisasi pendapatan pada triwulan II 2013 yang sebesar 24,83%. Pendapatan telah terealisasi sebesar Rp536,51 miliar. Secara kumulatif, sepanjang semester I 2014 realisasi pendapatan APBD Provinsi Bengkulu tercatat sebesar Rp867,11 miliar atau sebesar 48,03% dari total APBD. Dilihat dari strukturnya, porsi komponen dana perimbangan mendominasi penerimaan APBD triwulan II 2014 sebesar 53,83% dari total pendapatan. Pendapatan Asli Daerah berkontribusi sebesar 46,10% dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah sebesar 0,07%. Kondisi ini menunjukkan adanya peningkatan realisasi PAD yang cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan I 2014, dimana realisasi PAD terhadap total pendapatan hanya sebesar 2,22%. Sepanjang semester I 2014, realisasi pendapatan ditopang oleh dana perimbangan yang berkontribusi sebesar 70,03%, sementara PAD berkontribusi sebesar 29,89%. Kondisi ini mengindikasikan sangat terbatasnya sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan ketergantungan yang besar terhadap dana dari Pemerintah Pusat. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada triwulan laporan tercatat sebesar 46,41% dari target, lebih baik dibandingkan realisasi PAD triwulan yang sama tahun Persentase realisasi pendapatan tertinggi berasal dari pendapatan pajak daerah sebesar Rp206,39 miliar rupiah. Pendapatan pajak daerah berkontribusi 38,47% dari total pendapatan pada triwulan laporan. Sepanjang semester I 2014, Perkembangan Keuangan Daerah Triwulan II

90 pendapatan pajak daerah telah mencatatkan realisasi sebesar 51,47% dari total anggaran. Realisasi pendapatan pajak daerah mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan kondisi tahun lalu. Pencapaian PAD tertinggi selanjutnya yaitu komponen lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebesar Rp22,93 miliar. Sementara itu, pendapatan retribusi daerah terealisasi cukup minim sebesar Rp1,46 miliar atau 012,92% dari total anggaran. Komponen pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan mencatatkan realisasi diatas target anggaran, yaitu sebesar 118,38% dengan nilai Rp16,55 miliar. Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Triwulan II 2014 APBD Pemerintah Provinsi Bengkulu Dalam juta rupiah (kecuali dinyatakan lain) Uraian APBD Realisasi % Realisasi II-2013 II-2014 II-2013 II-2014 Pendapatan Asli Daerah ,62 46,41 1. Pendapatan Pajak Daerah ,26 51,47 2. Pendapatan Retribusi Daerah ,14 12,92 3. Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg dipisahkan 4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah ,24 118, ,77 21,50 Pendapatan Perimbangan ,94 22,77 1. Dana Bagi Hasil Pajak ,86 15,81 2. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) ,17 161,48 3. Dana Alokasi Umum ,00 16,67 4. Dana Alokasi Khusus ,01 5. Dana Penyesuaian ,57 52,90 Lain-lain Pendapatan yang Sah ,89 8,22 Total Pendapatan ,805, ,83 29,71 Sumber : Biro Keuangan, Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu Pada triwulan laporan, pendapatan pajak daerah memiliki kontribusi yang signifikan dalam realisasi PAD, mencapai 83,45% dari total anggaran PAD. Pajak kendaraan bermotor memiliki share yang besar dalam komponen pendapatan pajak daerah yaitu pada kisaran 77%. Dengan demikian, data Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Pajak Kendaraan Bermotor dapat digunakan sebagai salah satu indikator realisasi PAD. Pada triwulan laporan, pendaftaran kendaraan baru menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan I 2014, baik untuk kendaraan beroda dua Perkembangan Keuangan Daerah Triwulan II

91 maupun beroda empat. Pendaftaran kendaraan baru beroda dua tercatat meningkat 3,05% (qtq), sementara kendaraan beroda empat meningkat 63,99% (qtq) (Grafik 4.1). Peningkatan ini ditengarai didorong oleh adanya perbaikan pendapatan masyarakat seiring dengan berlangsungnya masa panen dan perbaikan harga komoditas unggulan lokal. Kondisi ini juga dikonfirmasi oleh hasil liaison kepada pelaku usaha leasing kendaraan, dimana pelaku usaha menyatakan adanya peningkatan kegiatan usaha pada triwulan II Grafik 4.1 Perkembangan Kendaraan Bermotor di Provinsi Bengkulu 27,000 22,000 Roda 2 13, Roda 4 & Bus/Truk , , ,000 2,000 Kendaraan Baru (kiri) Mutasi Masuk (kanan) 101 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Kendaraan Baru Mutasi Masuk 412 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : Dinas Pendapatan Provinsi Bengkulu Sementara itu, pendapatan perimbangan pada triwulan II 2014 terealisasi sebesar 22,77% dari anggaran atau senilai Rp288,82 miliar. Realisasi ini lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II 2013 lalu yang sebesar 24,94%. Realisasi pendapatan perimbangan ditopang oleh realisasi dana alokasi umum sebesar Rp159,18 miliar atau 16,67% dari anggaran dan realisasi dana penyesuaian sebesar Rp102,46 miliar atau 52,90% dari anggaran. Komponen dana bagi hasil pajak bukan pajak (SDA) mencatatkan realisasi yang telah melebihi target anggaran yaitu sebesar Rp18,63 miliar. Sementara itu realisasi dana bagi hasil pajak dan dana alokasi khusus mencatatkan realisasi yang masih minim Realisasi Sisi Pengeluaran Provinsi Bengkulu Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 senilai Rp338,96 miliar atau tercatat sebesar 17,87% dari total anggaran yang ditetapkan. Realisasi ini lebih baik dibandingkan triwulan II 2013 yang sebesar 16,18% dari total anggaran. Realisasi belanja didorong oleh realisasi pada komponen belanja operasi yang mencapai 18,68%. Realisasi belanja operasi mengambil porsi sebesar Perkembangan Keuangan Daerah Triwulan II

92 79,50% dari total realisasi anggaran belanja triwulan II Sementara realisasi belanja modal menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan yaitu sebesar 23,62% dari total anggaran. Sepanjang semester I 2014, realisasi belanja belanja operasi telah terealisasi sebesar 32,21%, sementara belanja modal terealisasi sebesar 23,82%. Realisasi belanja pegawai dan belanja barang merupakan komponen pada belanja operasi dengan nilai belanja tertinggi. Belanja pegawai pada triwulan II 2014 mencatatkan realisasi sebesar Rp118,08 miliar atau 20,70% dari total anggaran. Realisasi ini lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pada triwulan I Sementara belanja barang terealisasi Rp99,23 miliar atau 14,60% dari total anggaran, lebih baik dibandingkan dengan realisasi pada triwulan I Belanja pegawai triwulan II 2014 berkontribusi 38,84% terhadap total realisasi belanja, sementara belanja barang berkontribusi 27,21%. Tabel 4.2 Realisasi Belanja Triwulan II 2014 APBD Pemerintah Provinsi Bengkulu Uraian Dalam juta rupiah (kecuali dinyatakan lain) APBD Realisasi % Realisasi II-2013 II-2014 II-2013 II-2014 Belanja Operasi ,14 18,68 1. Belanja Pegawai ,78 20,70 2. Belanja Barang ,35 14,60 3. Belanja Hibah ,40 26,92 4. Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan ,66 0,26 Belanja Modal ,55 23,62 1. Belanja Tanah ,35 2. Belanja Peralatan dan Mesin ,75 17,08 3. Belanja Gedung dan Bangunan 4. Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan ,52 11, ,58 27,90 5. Belanja Aset Tetap Lainnya ,86-6. Belanja Aset Lainnya Belanja Tidak Terduga Transfer ,68 - Total Belanja ,18 17,87 Sumber : Biro Keuangan, Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu Pada triwulan laporan, belanja modal terealisasi sebesar Rp69,49 miliar atau 23,62% dari anggaran yang telah ditetapkan. Realisasi ini meningkat signifikan Perkembangan Keuangan Daerah Triwulan II

93 dibandingkan dengan triwulan I 2014 (0,20%) maupun periode yang sama ditahun 2013 lalu (4,55%). Kondisi ini mencerminkan adanya upaya dari pemerintah daerah untuk melakukan percepatan realisasi APBD. Seluruh komponen belanja modal telah mencatatkan realisasi, dengan realisasi terbesar berasal pada komponen belanja jalan, irigasi dan jaringan sebesar 27,90% dari anggaran yang ditetapkan. Selanjutnya, diikuti realisasi belanja peralatan dan mesin sebesar 17,08% dari anggaran yang telah ditetapkan. Belanja modal pengadaan konstruksi jalan dan konstruksi air mencatatkan share realisasi yang tertinggi pada komponen belanja jalan, irigasi dan jaringan, masingmasing sebesar 67,75% dan 20,91%. Dana Pihak Ketiga (DPK) milik pemerintah masih menunjukkan peningkatan (Grafik 4.2). Kondisi ini menunjukkan adanya transfer atau peningkatan pendapatan keuangan daerah pada triwulan laporan. Selain itu, hal ini juga mengindikasikan masih terbatasnya realisasi keuangan daerah. Dana milik pemerintah pusat yang terdapat di perbankan terlihat mengalami peningkatan sebesar 9,90% (qtq) atau menjadi Rp140,10 miliar. Sementara dana milik pemerintah daerah meningkat 33,00% (qtq) menjadi Rp2,56 triliun. Dengan adanya komitmen dan upaya dari Pemerintah Daerah untuk mempercepat proses pengadaan berbagai proyek pemerintah, diharapkan realisasi anggaran belanja dapat mengalami akselerasi pada triwulan III Grafik 4.2 Perkembangan Dana Milik Pemerintah di Provinsi Bengkulu Juta Rp 160, , , ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 - Juta Rp Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah 80.0% 3,000,000 g(qtq) 60.0% 33.00% 2,500, % 2,000, % 0.0% 1,500, % 1,000, % -40.0% 500, % - I II III IV I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II III IV I II % % % % 50.00% 0.00% % % Sumber : LBU Bank Umum, BI Bengkulu g(qtq) Perkembangan Keuangan Daerah Triwulan II

94 Penelitian Jalur Distribusi dan Pembentukan Harga Komoditas Penyumbang Inflasi Di Kota Bengkulu Halaman ini sengaja dikosongkan n Pendahuluan 4

95 BAB V KET TENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH

96 halaman ini sengaja dikosongkan

97 Perkembangan ketenagakerjaan Provinsi Bengkulu menunjukkan perbaikan, tercermin dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang sebesar 1,62%. Pertumbuhan jumlah tenaga kerja terutama terjadi di sektor jasa kemasyarakatan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Tingkat kesejahteraan masyarakat, khususnya petani di Provinsi Bengkulu secara umum menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) dari 97,86 pada Maret 2014 menjadi 96,78 pada Juni NTP dibawah 100 juga menandakan petani belum sejahtera. Selaras dengan itu, tingkat Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) yang mencerminkan imbal balik operasional pertanian juga tercatat lebih rendah, meskipun secara umum usaha pertanian masih menguntungkan (NTUP>100). NTUP turun dari 102,75 pada triwulan I 2014 menjadi 101,38 pada triwulan II Persentase jumlah penduduk miskin pada Maret 2014 turun dibanding posisi September Jumlah penduduk miskin di Provinsi Bengkulu berjumlah jiwa atau 17,48% dari total penduduk, turun dibandingkan persentase penduduk miskin pada September 2013 yang mencapai 17,75. Penurunan penduduk miskin terutama terjadi di daerah pedesaan, sementara di perkotaan cenderung meningkat. 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan Jumlah pengangguran di Provinsi Bengkulu menurun, hal tersebut tercermin dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2014 yang sebesar 1,62% dari sebelumnya 2,07% pada Februari 2013 dan 1,88% pada Agustus Sementara itu, jumlah angkatan kerja tercatat sebesar orang atau meningkat sebesar 1,59% (yo). Dari total angkatan kerja tersebut, sebanyak telah bekerja. Jumlah ini meningkat sebesar 2,06% dibandingkan pada periode yang sama tahun Penurunan TPT yang di dukung dengan peningkatan jumlah angkatan kerja serta jumlah penduduk bekerja mengindikasikan adanya perbaikan kondisi perekonomian di Provinsi Bengkulu dibanding dengan Februari 2013 dan Agustus Berdasarkan rilis BPS 5 Mei 2014 dengan menggunakan hasil backcasting penimbang Proyeksi Penduduk Februari 2014 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Triwulan II

98 Tabel 5.1 Perkembangan Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Bengkulu Pengangguran Jumlah Angkatan Kerja (orang) Feb. Agus. Feb. Agus Feb. Bekerja (orang) Pengangguran (orang) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Persentase TPAK (%) 74,89 74,64 74, ,38 Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka Jumlah (orang) TPT (%) 2,13 2,15 2,07 1,88 1,62 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu Berdasarkan struktur lapangan pekerjaan, sektor Pertanian menyerap tenaga kerja terbesar mencapai 58,30%, diikuti sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan sebesar 15,35% dan sektor Perdagangan, Restoran, dan Jasa Akomodasi sebesar 15,31% (Tabel 5.2). Meskipun pertanian merupakan penyerap tenaga kerja terbesar, namun sepanjang satu tahun terakhir jumlah tenaga kerja di sektor ini mengalami penurunan hingga 1,3% atau tercatat sebanyak 555,3 ribu orang. Penurunan jumlah tenaga kerja juga terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri, sektor konstruksi dan lembaga keuangan. Kondisi ini diperkirakan terjadi karena besarnya tekanan terhadap sektor-sektor tersebut sejak akhir 2012 akibat melemahnya perekonomian dunia, yang berimbas pada terhambatnya kinerja berbagai sektor ekonomi di Provinsi Bengkulu. Menurunnya pendapatan masyarakat serta penerapan aturan Loan To Value (LTV) diperkirakan mendorong pelaku usaha lembaga keuangan untuk melakukan efisiensi sumber dayanya. Dilain sisi, sektor jasa kemasyarakatan dan sektor perdagangan mengalami peningkatan jumlah penduduk kerja masing-masing sebesar 16,28% atau menjadi 146,2 ribu orang dan 15,36% atau menjadi 145,8 ribu orang. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Triwulan II

99 Tabel 5.2 Angkatan Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Pengangguran 1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan Ribu Orang Feb 2012 Feb 2013 Feb 2014 % Porsi Ribu Orang % Porsi Ribu Orang % Porsi 540,0 58,57 562,6 60,29 555,3 58,30 2. Pertambangan dan Penggalian 5,70 0,62 7,7 0,82 4,8 0,50 3. Industri 36,5 3,96 37,4 4,00 35,9 3,77 4. Listrik, Gas & Air Minum 0,5 0,06 1,3 0,14 3,1 0,32 5. Kosntruksi 37,8 4,10 32,8 3,52 29,7 3,12 6. Perdagangan, Restoran & Akomodasi 140,6 15,25 126,4 13,54 145,8 15,31 7. Transportasi, pergudangan & komunikasi 21,7 2,35 22,6 2,42 24,3 2,55 8. Keuangan 9,2 0,99 16,7 1,79 7,3 0,77 9. Jasa Kemasyarakatan 130,1 14,11 125,7 13,47 146,2 15,35 T O T A L 922, , ,5 100 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu Pekerja di Provinsi Bengkulu didominasi oleh pekerja buruh/karyawan dengan porsi 26,21% dari total jumlah penduduk bekerja. Selanjutnya diikuti dengan buruh tidak tetap sebanyak 24,50% dan pekerja keluarga/tidak dibayar 24,42% dari total jumlah penduduk bekerja. Sementara itu, tingkat pengangguran terbesar dilihat dari pendidikan tertinggi yang ditamatkan berada pada lulusan universitas yaitu sebesar 5,71% dari total pengangguran. Persentase pengangguran jenis tersebut menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan sepanjang 3 (tiga) tahun terakhir. Kondisi ini menunjukkan dua kemungkinan yaitu lapangan kerja di Provinsi Bengkulu belum memiliki kebutuhan yang tinggi untuk tenaga kerja yang berpendidikan atau kualitas lulusan universitas yang ada dianggap belum memiliki kemampuan yang disyaratkan oleh pelaku usaha. 5.2 Perkembangan Kesejahteraan Secara triwulanan, daya beli petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami penurunan cukup tajam sebesar 1,10% (qtq) atau menjadi 96,78, yang mengindikaskan petani belum sejahtera. Nilai NTP menggambarkan indeks harga hasil produksi pertanian yang diterima petani lebih rendah dibandingkan dengan indeks harga yang dibayar petani berupa barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian (NTP dibawah 100). Sepanjang triwulan II 2014, kesejahteraan petani cenderung turun yang tercermin dari penurunan Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Triwulan II

100 NTP April-Juni Masih lemahnya harga komoditas perkebunan diperkirakan menjadi salah satu faktor penurunan ini. Grafik 5.1 Perkembangan Indeks Nilai Tukar Petani di Provinsi Bengkulu % NTP g (mtm) % 1.5% 1.0% 0.5% 0.0% -0.5% -1.0% -1.5% -2.0% Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, diolah NTP kelompok holtikultura, peternakan dan perikanan tercatat diatas 100. Peningkatan permintaan pada periode bulan Ramadhan dan persiapan hari raya Idul Fitri diperkirakan menjadi salah satu faktor membaiknya pendapatan masyarakat petani di sektor tersebut. Sementara itu, NTP kelompok tanaman pangan dan tanaman perkebunan rakyat turun dibanding Maret Kondisi ini diperkirakan terjadi karena kondisi ekonomi nasional dan global yang masih menekan kinerja perkebunan, terutama masih lemahnya harga komoditas CPO dan karet. Nilai Nukar Usaha Pertanian (NTUP) pada triwulan laporan tercatat sebesar 101,38, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 102,75. Indeks NTUP menggambarkan keuntungan yang diperoleh petani dari selisih antara indeks harga pengeluaran yang terkait dengan keperluan produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) dengan indeks harga yang diterimanya (NTUP>100). NTUP kelompok perkebunan rakyat turun paling dalam dari 102,50 pada Maret 2014 menjadi 97,97 pada Juni Sementara itu, periode panen beberapa jenis holtikultura pada triwulan II 2014 mendorong NTUP sektor holtikultura tumbuh paling tinggi pada Juni Perkembangan Kemiskinan Jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2014 di Provinsi Bengkulu berjumlah jiwa. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di Provinsi Bengkulu, penduduk miskin mencapai 17,48%. Jika dibandingkan dengan persentase Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Triwulan II

101 jumlah penduduk miskin pada periode pencatatan 2 (dua) tahun terakhir, jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2014 tercatat lebih rendah. Hal ini mencerminkan terdapat peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam 2 (dua) tahun terakhir. Jika dibandingkan dengan posisi September 2013, jumlah penduduk miskin turun terutama di daerah pedesaan, sedangkan di perkotaan cenderung naik. Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2013 sebanyak 98,59 ribu jiwa atau 17,29% dari total penduduk perkotaan, naik menjadi 18,22% atau 104,54 ribu jiwa pada Maret Sementara itu, jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan pada Maret 2014 menurun, yaitu dari 224,86 ribu jiwa pada September 2013 menjadi 216,41 ribu jiwa atau turun menjadi 17,14% dari total penduduk pedesaan. Dampak inflasi non makanan diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong perubahan perkembangan kemiskinan di perkotaan dan pedesaan. Tabel 5.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Bengkulu Kemiskinan Jumlah Penduduk Miskin Mar Sep Mar Sep Mar Jumlah (orang) %* 17,70 17,51 18,34 17, *Persentase terhadap jumlah penduduk Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu Garis Kemiskinan naik sebesar 2,92% dari Rp /kapita/bulan pada bulan September 2013 menjadi Rp /kapita/bulan pada bulan Maret Garis Kemiskinan terutama bersumber dari pengeluaran makanan yang terlihat dari besaran nilai Garis Kemiskinan Makanan (GKM) yang berkontribusi sebesar 77,83%. Sedangkan pengeluaran bukan makanan yang diindikasikan oleh Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) berkontribusi sebesar 22,17%. Jika dibandingkan dengan posisi September 2013, porsi Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) meningkat, baik di perkotaan maupun pedesaan. Hal ini terkait peningkatan konsumsi masyarakat terhadap perumahan, pendidikan, dan transportasi. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada Maret 2014 mengalami penurunan dibandingkan dengan September P1 turun dari 3,24 pada September 2013 menjadi 2,78 pada Maret Sementara P2 turun dari 0,89 pada September 2013 menjadi 0,70 pada Maret Penurunan nilai indeks P1 mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Triwulan II

102 semakin mendekati Garis Kemiskinan, sementara peningkatan nilai indeks P2 menunjukkan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin semakin menyempit. Tabel 5.4 Tingkat Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan di Provinsi Bengkulu Daerah Mar Sep Mar Sep Mar P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 Perkotaan 3,14 0,86 2,72 0,66 2,29 0,51 3,11 0,82 2,90 0,73 Pedesaan 4,63 1,65 3,20 0,87 3,32 0,84 3,30 0,92 2,72 0,68 Perkotaan+Pedesaan 4,17 1,40 3,05 0,80 3,00 0,74 3,24 0,89 2,78 0,70 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Triwulan II

103 BAB VI PROS PEK PEREKONOMIAN DAERAH

104 halaman ini sengaja dikosongkan

105 Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2014 diperkirakan meningkat. Perkiraan percepatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh masih kuatnya konsumsi rumah tangga. Selain itu, investasi dan konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh lebih tinggi seiring dengan disahkannya APBD-P pada semester II Realisasi proyek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) pada triwulan III 2014 juga berpotensi mendorong pertumbuhan investasi lebih tinggi dari perkiraan. Sementara itu, kinerja ekspor diperkirakan turut membaik seiring dengan perbaikan harga komoditas ekspor utama Provinsi Bengkulu di pasar global. Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi masih akan ditopang oleh pertumbuhan sektor pertanian, PHR, dan jasa-jasa. Perbaikan harga komoditas perkebunan diperkirakan akan menjadi faktor pendorong pertumbuhan sektor pertanian. Secara keseluruhan, perekonomian Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2014 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,2-6,5% (yoy). Tekanan inflasi pada triwulan III 2014 diprediksi mereda. Relatif stabilnya inflasi volatile food pada level yang rendah diperkirakan berlanjut pada triwulan III Namun, terdapat potensi peningkatan inflasi yang bersumber dari penyesuaian tarif tenaga listrik (tariff adjustment) pada bulan September 2014 dan rencana kenaikan harga LPG 12 kg pada pertengahan Agustus Inflasi Kota Bengkulu pada triwulan III 2014 diperkirakan berada pada kisaran 4,70±1% (yoy). 6.1 Prospek Ekonomi Makro Grafik 6.1 2,850,000 2,700,000 2,550,000 2,400,000 2,250,000 2,100,000 1,950,000 1,800,000 1,650,000 Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu PDRB dalam juta Rp, LPE dalam persen yoy PDRB Konstan (axis kiri) 11.00% LPE (axis kanan) 9.00% Proyeksi 6,2-6,5% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIp 7.00% 5.00% 3.00% 1.00% Sumber : BPS Provinsi Bengkulu dan Bank Indonesia Bengkulu, angka sementara dan perkiraan Prospek Perekonomian Daerah Triwulan II

106 Juta Rp BANK INDONESIA Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2014 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan II Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2014 diprediksi berada pada kisaran 6,2-6,5% (yoy). Dari sisi permintaan, percepatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu diprediksi terutama bersumber dari peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi. Daya beli masyarakat diperkirakan semakin membaik seiring dengan perbaikan sektor-sektor utama perekonomian. Hal ini sesuai dengan peningkatan optimisme pelaku usaha sebagaimana tercermin pada Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia triwulan II Sementara itu, realisasi proyek MP3EI yang dijadwalkan dimulai pada tahun 2014 diperkirakan mendorong investasi tumbuh lebih tinggi. Proyek MP3EI yang dijadwalkan dimulai pada 2014 antara lain pembangunan SPAM Regional Provinsi Bengkulu senilai Rp747 miliar. Di sisi lain, perbaikan harga komoditas perkebunan diprediksi akan mendorong peningkatan volume ekspor ke mancanegara, disamping masih stabilnya perdagangan antar daerah. Grafik 6.2 Hasil Survei SK dan SKDU di Provinsi Bengkulu dan Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu SK & SKDU I II III IV I II III IV I II III IV I II IEK (kiri) ,000,000 7,000,000 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 - Kredit Konsumsi 14.64% g(yoy) % 65% 50% 35% 20% 5% -10% Ekspektasi Kegiatan Usaha- 3 bln ke depan (kanan) Sumber : Hasil SK & SKDU, BI Bengkulu Sumber : Laporan Bank Umum Peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dikonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen (SK) triwulan II 2014 yang menunjukkan optimisme masyarakat akan kondisi ekonomi ke depan. Hal tersebut tercermin dari Nilai Saldo (NS) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang meningkat dari 129,78 menjadi 139,11. Optimisme tersebut mencakup perbaikan kondisi ekonomi enam bulan yang akan datang, perkiraan peningkatan penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja. Namun, konsumsi masyarakat melalui fasilitas perbankan diperkirakan masih tertahan, hal ini tercermin dari perlambatan Prospek Perekonomian Daerah Triwulan II

107 penyaluran kredit konsumsi sampai posisi Juni 2014 (Grafik 6.2). Peningkatan biaya dana (cost of fund) seiring kenaikan bunga simpanan menjadi pertimbangan perbankan untuk menaikkan suku bunga kredit. Dari sisi sektoral, sektor pertanian, PHR dan, jasa-jasa diperkirakan masih berkontribusi paling tinggi pada pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu di triwulan III Membaiknya harga CPO dan crumb rubber di pasar global diprediksi akan mendorong perbaikan harga TBS dan karet di tingkat petani sehingga mendorong peningkatan volume produksi. Di sisi lain, produksi tabama diperkirakan relatif stabil dengan didukung oleh kebijakan-kebijakan pemerintah daerah seperti penyediaan pupuk dan bibit bersubsidi. Sementara itu, peningkatan pendapatan masyarakat seiring membaiknya harga komoditas perkebunan diprediksi akan berdampak positif terhadap sektor PHR dan jasa-jasa, antara lain peningkatan pembelian barang tahan lama (durable goods)/kendaraan bermotor. Grafik 6.3 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Bengkulu (10) (20) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II (30) SBT Realisasi Kegiatan Usaha Ekspektasi Kegiatan Usaha Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Pelaku usaha optimis terhadap kondisi perekonomian Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2014 (Grafik 6.3). Hal ini tercermin pada hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan II 2014 yang menunjukkan adanya peningkatan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) ekspektasi kegiatan usaha pada triwulan III 2014 (Grafik 6.3). Menurut pelaku usaha, sektor pertanian akan tumbuh paling tinggi pada triwulan III 2014, disusul oleh sektor pengangkutan/komunikasi dan PHR. Prospek Perekonomian Daerah Triwulan II

108 6.2 Perkiraan Inflasi Daerah Pada triwulan III 2014, tekanan inflasi diperkirakan mereda. Inflasi volatile food sepanjang semester I 2014 yang relatif rendah diperkirakan akan stabil hingga triwulan III Hal ini didukung oleh relatif minimnya gangguan produksi di sentrasentra produksi lokal. Selain itu, pasokan dari provinsi lainnya diperkirakan lancar pada triwulan mendatang. Namun, pemerintah daerah tetap perlu melakukan pengawasan terhadap ketersediaan pupuk dan bibit untuk menjamin keberhasilan panen. Namun, tekanan inflasi dapat meningkat seiring dengan penyesuaian tarif listrik (tariff adjustment) tahap II pada bulan September 2014 dan rencana kenaikan LPG 12 kg sebesar Rp Rp1.500/kg pada pertengahan Agustus Penyesuaian tarif listrik dan LPG 12 kg ini berpotensi mengakibatkan inflasi pada komoditas inti, seperti makanan jadi dan produkproduk hasil industri. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, pada triwulan III 2014 inflasi Bengkulu diperkirakan akan berada pada kisaran 4,70±1% (yoy). Grafik 6.4 Perkembangan Laju Inflasi Tahunan di Kota Bengkulu 11% 9% 8% 6% 5% 3% 2% 0% Proyeksi 4,70±1% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIp Sumber : BPS Provinsi Bengkulu dan Bank Indonesia Bengkulu Perkembangan laju inflasi juga tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) triwulan II 2014 yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu. Survei Konsumen (SK) menunjukkan peningkatan ekspektasi konsumen mengenai kondisi harga-harga pada tiga bulan yang akan datang. Hal ini tercermin dari Nilai Saldo kondisi harga-harga tiga bulan ke depan yang mencapai 176,67. Dari sisi pelaku usaha juga terlihat adanya ekspektasi kenaikan harga jual sebagaimana terlihat dari peningkatan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) ekspektasi harga jual/suku bunga/tarif pada triwulan III 2014, terutama sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) yang naik cukup tinggi (Grafik 6.5). Prospek Perekonomian Daerah Triwulan II

109 Grafik 6.5 Hasil Survei Konsumen dan SKDU di Provinsi Bengkulu I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II ,014 Ekspektasi Harga Jual (axis kiri) Inflasi 3 bulan kedepan (axis kanan) Sumber : Survei Ekspektasi Konsumen dan Survei Kegiatan Dunia Usaha, BI Bengkulu Prospek Perekonomian Daerah Triwulan II

110 Penelitian Jalur Distribusi dan Pembentukan Harga Komoditas Penyumbang Inflasi Di Kota Bengkulu Halaman ini sengaja dikosongkan n Pendahuluan 4

111 LAMPIRAN DATA PEREKONOMIAN DAN PERBANKAN PROVINSI BENGKULU Periode Triwulan IV 2012 s.d Triwulan II 2014 Lampiran Data Triwulan II

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III Tahun 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III Tahun 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III Tahun 2014 Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I Tahun 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I Tahun 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I Tahun 2014 Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan IV Tahun 2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan IV Tahun 2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan IV Tahun Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, untuk

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan IV - 2008 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III Tahun 2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III Tahun 2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III Tahun 2013 Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 214 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan II - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan II Tahun 2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan II Tahun 2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan II Tahun 2013 Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 29 Kantor Ringkasan Eksekutif KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN III 214 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2013 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN III. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN III. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN III 2014 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-008 i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN II 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN IV 215 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci