KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

2 Penanggung Jawab: Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan (UAEK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat Jl. Ahmad Yani No.2, Pontianak Telp : ext 8207, 8203, 8238 Faks : Versi softcopy buku ini dapat diunduh melalui

3 KATA PENGANTAR merupakan gambaran tentang kondisi perekonomian dan sistem keuangan Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I Kajian ini meliputi perkembangan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan, serta prospek perekonomian daerah pada triwulan mendatang. Kami menyadari penyusunan kajian ini masih belum sempurna, dan menjadi tekad kami untuk terus berupaya memperbaikinya. Oleh karena itu, segala masukan, sumbangan pemikiran, dan koreksi dari pembaca merupakan sebuah sumbangan yang besar bagi kami di masa mendatang. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah membantu dalam penyediaan data, seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perkebunan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Tenaga Kerja, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, PT. Angkasa Pura II (Persero), Gapkindo, PT. Pelindo II Cabang Pontianak, serta pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan disini, kami mengucapkan terima kasih. Selamat membaca dan semoga bermanfaat. Pontianak, Mei 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Hilman Tisnawan i

4 Halaman ini sengaja dikosongkan ii

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK RINGKASAN UMUM 1 Perkembangan Perekonomian Daerah 1 Perkembangan Inflasi Daerah 1 Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan 2 Perkembangan Keuangan Pemerintah 3 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 3 Prospek Perekonomian Daerah 4 I. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH Kajian Umum PDRB Menurut Penggunaan Konsumsi Investasi Ekspor - Impor PDRB Sektoral Sektor Pertanian Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor Industri Pengolahan Sektor Lainnya 18 BOKS: DAMPAK PENERAPAN KEBIJAKAN PENGATURAN EKSPOR BARANG TAMBANG MINERAL TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT 20 II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Gambaran Umum Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi 30 i iii vi viii iii

6 Faktor Fundamental Faktor Non Fundamental 33 III. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN Perkembangan Indikator Umum Perbankan Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Penyaluran Kredit Sektor Produktif Penyaluran Kredit Rumah Tangga Pengembangan Akses Keuangan dan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Perkembangan Sistem Pembayaran Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS Perkembangan Transaksi Melalui Kliring Perkembangan Penyelenggaraan Transfer Dana Non Bank dan Pedagang Valuta Asing (PVA) Perkembangan Pengelolaan Uang Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui BI Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Uang Layak Edar Pemusnahan Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu 53 IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat Realisasi Belanja Daerah 58 V. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Ketenagakerjaan Kesejahteraan Nilai Tukar Petani (NTP) Pergerakan NTP Bulan Maret Perbandingan Dengan Provinsi Lain di Kalimantan 66 VI. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Prospek Perekonomian Daerah Perkiraan Inflasi Daerah 71 LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH xiii xv iv

7 Halaman ini sengaja dikosongkan v

8 DAFTAR TABEL Tabel 1. 1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (Miliar Rp)... 7 Tabel 1. 2 Perkembangan Realisasi Investasi di Kalimantan Barat (Rp Triliun)... 9 Tabel 1. 3 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD) Tabel 1. 4 Volume Impor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (Ton) Tabel 1. 5 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy) Tabel 1. 6 PDRB Sektor Pertanian (Nominal-Miliar Rp) Tabel 2.1 Tendensi Inflasi Triwulanan I 2014 Kalimantan Barat (%-qtq) Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan Kalimantan Barat (Rp Miliar) Tabel 3. 2 Jumlah DPK dan Pangsa DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) Tabel 3.3 Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) Tabel 3.4 Perkembangan Persentase NPLs Gross Kota/Kabupaten di Kalimantan Barat Tabel 3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga (Rp Miliar) Tabel 3.6 Jumlah dan Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat Tabel 3.7 Transaksi Melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) Tabel 3.8 Transaksi Melalui Kliring Tabel 3.9 Kegiatan Penukaran Uang Melalui Loket Penukaran Bank Indonesia (Uang Masuk) Tabel 3.10 Kegiatan Kas Keliling Tabel 3.11 Penemuan Uang Palsu di Kalimantan Barat Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2013 (Rp Miliar) Tabel 4.2 Indikator Kemandirian Fiskal Provinsi Kalimantan Barat 2013 (Rp Miliar) Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (ribu jiwa) Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani Per Sektor Tabel 5.3 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan vi

9 Halaman ini sengaja dikosongkan vii

10 DAFTAR GRAFIK Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat... 7 Grafik 1. 2 Indeks Harga Yang Dibayar Petani Konsumsi Rumah Tangga... 8 Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Beberapa Komoditi Makanan dan Bukan Makanan... 8 Grafik 1. 4 Impor Barang Modal Kalimantan Barat... 9 Grafik 1. 5 Ekspor Karet Grafik 1. 6 Ekspor Bauksit Grafik 1. 7 Harga Internasional Karet (USD Cent/kg) Grafik 1. 8 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan Grafik 1. 9 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB Grafik Luas Panen Padi Grafik Produksi Tandan Buah Segar Sawit Grafik Volume Bongkar Barang (dalam ton) Grafik Volume Petikemas Grafik Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara Grafik Perkembangan Jumlah Penumpang Grafik Produksi Karet Kalimantan Barat Grafik Produksi CPO Kalimantan Barat Grafik Harga Internasional Karet dan CPO Grafik Pengadaan Semen di Kalimantan Barat Grafik Kredit Konstruksi Kalimantan Barat Grafik Aset Perbankan di Kalimantan Barat Grafik Perolehan Pajak Hiburan & Reklame Grafik 2. 1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional Grafik 2. 2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional Grafik 2. 3 Inflasi Bulanan Kalimantan Barat dan Nasional Grafik 2. 4 Inflasi Triwulanan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa Grafik 2.5 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat menurut Kelompok Bahan Makanan Grafik 2.6 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan Kota Pontianak dan Singkawang Grafik 2.7 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat menurut Kelompok Makanan Jadi Grafik 2.8 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi Kota Pontianak dan Singkawang Grafik 2.9 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat menurut Kelompok Transpor viii

11 Grafik 2.10 Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor Kota Pontianak dan Singkawang Grafik 2.11 SPH Komoditas Tiket Angkutan Udara (Rp) Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga menurut Konsumen di Kalimantan Barat Grafik 2.13 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga Konsumen Menurut Kelompok Komoditas di Kalimantan Barat Grafik 2.14 Perkembangan Inflasi Negara Mitra Dagang Grafik 2.15 Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional Grafik 2.16 SPH Beras, Minyak Goreng dan Gula Pasir Grafik 2.17 SPH Daging Ayam, Telur dan Daging Sapi Grafik 2.18 SPH Komoditas Bumbu Grafik 2.19 SPH Komoditas Ikan Grafik 2.20 Perkembangan Rata-rata Harga Beras di Kota Pontianak Grafik 2.21 Perkembangan Rata-rata Harga Daging Ayam Ras dan Gula Pasir di Kota Pontianak34 Grafik 3.1 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga Deposito Kalimantan Barat terhadap BI Rate Grafik 3.3 Struktur DPK Menurut Golongan Pemilik di Kalimantan Barat Grafik 3.4 Sebaran DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Investasi di Kalimantan Barat Grafik 3.6 Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Kalimantan Barat Grafik 3.7 Pernyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek dan lokasi kantor bank (Rp Miliar) Grafik 3.8 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit Produktif Kalimantan Barat Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Rumah Tangga di Kalimantan Barat Grafik 3.10 Perkembangan NPL Gross Kredit Sektor Rumah Tangga di Kalimantan Barat Grafik 3.11 Perkembangan Kredit UMKM Kalimantan Barat Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat (Rp Miliar) Grafik 3.13 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit UMKM Grafik 3.14 Perkembangan Jumlah Outflow Uang Kertas Pecahan Kecil Grafik 3.15 Perkembangan Inflow dan Outflow Kalimantan Barat Grafik 3.16 Perkembangan Inflow dan Outflow melalui Kas Titipan Grafik 3.17 Perkembangan Inflow, Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar dan Rasio Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Terhadap Inflow Grafik 4. 1 Realisasi Belanja dan Pendapatan Grafik 4. 2 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp Miliar) Grafik 4. 3 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp Miliar) ix

12 Grafik 4. 4 Realisasi Komponen Dana Perimbangan (Rp Miliar) Grafik 4. 5 Pangsa Realisasi Belanja Per Komponen Grafik 4. 6 Realisasi Belanja Tidak Langsung (Rutin) Grafik 4. 7 Realisasi Belanja Langsung (Non Rutin) Grafik 5.1 Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (Ribu Jiwa) Grafik 5.2 Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja Kalimantan Barat Berdasarkan Sektor Grafik 5.3 NTP Petani Kalimantan Barat Grafik 5.4 Indeks Dibayar dan Indeks Diterima Petani Grafik 6.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat (yoy) Grafik 6.2 Indeks Tendensi Konsumen Kalimantan Barat Grafik 6.3 Harga Internasional Karet dan Crude Palm Oil Grafik 6.4 Perkembangan Ekspektasi Harga Konsumen Grafik 6.5 Perkembangan Harga Komoditas Global x

13 RINGKASAN UMUM Perkembangan Perekonomian Daerah Pada triwulan I 2014, perekonomian Kalimantan Barat tercatat tumbuh 4,69% (yoy), lebih lambat dibandingkan pertumbuhan di triwulan IV 2013 yang tercatat mencapai 6,37% (yoy). Pertumbuhan Kalimantan Barat tersebut bahkan tercatat lebih rendah dibandingkan pertumbuhan nasional yang berada pada level 5,21% (yoy), setelah tiga triwulan berturut-turut selalu berada di atas pertumbuhan nasional. Perlambatan tersebut terutama dipengaruhi oleh sisi eksternal dimana kinerja ekspor melambat sementara impor tumbuh rlatif signifikan. Di sisi lain, permintaan domestik menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada periode laporan. Di sisi sektoral kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 ditandai dengan perlambatan kinerja pada hampir semua sektor, kecuali sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), dibandingkan triwulan sebelumnya. Kedua sektor tersebut bersama dengan sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat sebesar 3,03% dari angka pertumbuhan secara keseluruhan sebesar 4,69%(yoy). Perlambatan terutama terjadi pada sektor pertanian, yang dipengaruhi oleh perlambatan kinerja subsektor tabama dan perkebunan karet, serta kontraksi pada sektor pertambangan seiring dengan diimplementasikannya Peraturan Menteri ESDM No.1 Tahun 2014 terkait ekspor barang tambang mineral mentah. Sementara itu, struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Barat masih didominasi oleh sektor pertanian, sektor PHR dan sektor industri pengolahan, yang membentuk pangsa 63,58% terhadap total PDRB. Perkembangan Inflasi Daerah Mengawali tahun 2014, inflasi Kalimantan Barat di triwulan I 2014 berada di level yang cukup tinggi. Kondisi tersebut tercermin dari laju inflasi triwulanan yang lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya, dari 1,05% (qtq) menjadi 2,17% (qtq). Tingginya tekanan inflasi pada triwulan I 2014 tersebut salah satunya dipicu oleh kondisi cuaca yang mempengaruhi pasokan bahan makanan sehingga menyebabkan inflasi tahunan di Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 mencapai 8,98% (yoy) Secara triwulanan, laju inflasi di triwulan I 2014 terutama bersumber dari inflasi Bahan Makanan, seiring pasokan yang relatif terbatas. Kondisi tersebut tercermin dari andil 1

14 kelompok Bahan Makanan yang pada triwulan laporan mencapai 1,78% (qtq). Tekanan harga subkelompok komoditas Sayuran dan Bumbu menjadi salah satu pemicu kenaikan harga. Di sisi lain, kelompok komoditas Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan memiliki andil deflasi terendah pada triwulan laporan, mencapai 0,66% (qtq). Deflasi yang terjadi pada kelompok komoditas ini terutama disebabkan koreksi tarif tiket angkutan udara seiring berlalunya perayaan Cap Go Meh di akhir triwulan I Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan Secara triwulanan, perkembangan volume usaha perbankan Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 tercatat mencapai Rp43,95 Triliun, atau tumbuh sebesar 14,70% (yoy). Pertumbuhan total aset tersebut tercatat relatif melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV 2013 yang mencapai 15,34% (yoy). Perlambatan yang terjadi dipengaruhi oleh perlambatan baik pada sisi aktiva, yaitu penyaluran kredit, maupun sisi pasiva pada penghimpunan dana pihak ketiga. Penyaluran kredit perbankan Kalimantan Barat tercatat tumbuh 19,19% (yoy) menjadi sebesar Rp30,70 Triliun atau lebih lambat dibandingkan triwulan IV 2013 yang tumbuh mencapai 22,53% (yoy). Sementara itu, dari sisi pasiva, penghimpunan dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat tumbuh 12,34% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 13,35% (yoy). Perlambatan pada penyaluran kredit yang lebih dalam dibandingkan penghimpunan DPK mendorong peningkatan rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan DPK (Loan to Deposit Ratio/ LDR) dari 83,55% pada triwulan IV 2013 menjadi 84,33% pada triwulan laporan. Secara triwulanan, perkembangan sistem pembayaran non tunai di Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 mengalami penurunan. Nominal transaksi kliring mengalami kontraksi sebesar 8,82% (qtq) menjadi sebesar Rp9,93 Triliun. Sementara transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) juga mengalami kontraksi, baik dari sisi nominal maupun pada jumlah transaksi yang dilakukan, masing-masing sebesar 10,89% (qtq) dan 13,53% (qtq). Dari sisi sistem pembayaran tunai di Provinsi Kalimantan Barat, selama triwulan I 2014 nominal transaksi mengalami peningkatan pada sisi jumlah uang masuk (inflow), namun mengalami penurunan pada sisi jumlah uang yang diedarkan (outflow). Jumlah uang masuk mengalami peningkatan yang relatif signifikan sebesar 318,51% (qtq) menjadi sebesar Rp1,86 Triliun. Sementara itu, jumlah uang yang diedarkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat mengalami kontraksi 74,54% (qtq) menjadi sebesar Rp629,83 Miliar. Perkembangan aliran uang kartal tersebut menunjukkan posisi net inflow, dimana jumlah uang yang masuk lebih besar dibandingkan jumlah uang yang diedarkan. Jika ditinjau secara tahunan, transaksi sistem pembayaran tunai di Kalimantan Barat mengalami 2

15 kenaikan di sisi inflow yaitu sebesar 33,30% (yoy), begitupula di sisi outflow juga mengalami kenaikan sebesar 20,30% (yoy). Perkembangan Keuangan Pemerintah Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 menunjukkan perkembangan yang baik terutama dari sisi realisasi belanja. Pada triwulan I 2014, realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan Barat mencapai 23,46% dari target APBD, lebih rendah dibanding realisasi triwulan I Sementara itu realisasi penyerapan belanja Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 masih belum optimal karena baru mencapai 6,88% dari target APBD 2014 meski rasio penyerapan tersebut lebih tinggi dari triwulan I 2013 yang mencapai 6,49%. Berdasarkan komponennya, kenaikan realisasi pendapatan pada triwulan I 2014 terutama didorong oleh peningkatan realiasasi Dana Perimbangan. Tercatat realisasi Dana Perimbangan pada triwulan I 2014 mencapai Rp 765,18 miliar meningkat 9,86% (yoy) dari triwulan I 2013 yang mencapai Rp391,47 triliun. Selain itu, komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Lain-lain Pendapatan yang Sah juga mengalami kenaikan realisasi pada triwulan I 2014, masing-masing mencapai 5,58% dan 8,44% (yoy). Dibandingkan dengan target APBD 2013, realisasi ketiga komponen pendapatan tersebut relatif baik, masing-masing mencapai 18,42%, 28,46% dan 24,87%. Sementara itu, realisasi penyerapan belanja pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 relatif lebih baik dari periode sebelumnya. Tercatat rasio penyerapan anggaran provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 mencapai 8,92% dari target anggaran belanja Rasio tersebut relatif meningkat dibanding triwulan I 2013 yang mencapai 8,47. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS bulan Februari 2014, jumlah angkatan kerja Provinsi Kalimantan Barat adalah sebanyak ribu orang, atau mengalami peningkatan sebesar 0,89% (yoy) jika dibandingkan hasil survei pada bulan Februari Dengan jumlah penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) yang tercatat meningkat 1,61% (yoy) menjadi sebanyak ribu orang, maka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang merupakan rasio antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja menurun dari 72,74% pada Februari 2013 menjadi 72,21% pada Februari Jumlah penduduk bekerja mengalami peningkatan 1,45% (yoy) dibandingkan Februari 2013 menjadi sebanyak orang. Namun demikian, jumlah pengangguran mengalami penurunan sebesar 17,81% (yoy) dibandingkan Februari 2013, menjadi sebanyak 60 ribu 3

16 orang. Secara keseluruhan, penurunan tersebut mengakibatkan Tingkat Pengangguran Terbuka Kalimantan Barat pada Februari 2013 menurun menjadi sebesar 2,53%, dibandingkan Februari 2012 sebesar 3,09%. Berdasarkan pemantauan harga di pedesaan pada akhir triwulan I 2014, atau bulan Januari 2013, NTP Gabungan Kalimantan Barat tercatat sebesar 96,40. Nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 0,15% (qtq) dibandingkan NTP gabungan bulan Desember 2013 yang tercatat sebesar 96,26. Peningkatan NTP pada periode laporan dipengaruhi oleh peningkatan indeks harga yang diterima petani lebih besar dari peningkatan indeks harga yang dibayar petani. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 1,63% (qtq) dibandingkan dengan bulan Desember 2013 yang tercatat sebesar 108,02. Sementara indeks harga yang diterima petani juga meningkat lebih besar, yaitu sebesar 1,77% (qtq) dibandingkan dengan posisi Desember 2013 yang tercatat sebesar 103,99. Prospek Perekonomian Daerah Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 diperkirakan mengalami akselerasi jika dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 4,69% (yoy). Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan mendatang diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,4 5,6% (yoy). Akselerasi diperkirakan didorong oleh meningkatnya aktivitas bisnis pada triwulan mendatang. Di sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan terutama didorong oleh konsumsi, baik konsumsi swasta maupun konsumsi pemerintah, sebagai dampak dari pelaksanaan Pemilihan Umum Calon Anggota Legislatif pada April Konsumsi swasta juga diperkirakan meningkat seiring dengan periode liburan sekolah pada akhir triwulan II Komponen permintaan lainnya, yaitu investasi, juga diperkirakan mengalami akselerasi khususnya di sektor perkebunan dan sektor industri pengolahan. Sementara itu, kinerja ekspor diperkirakan masih belum optimal. Dari sisi sektoral, sektor yang diperkirakan mendorong akselerasi perekonomian di triwulan II 2014 adalah sektor angkutan dan jasa seiring dengan pelaksanaan Pemilihan Umum Calon Anggota Legislatif. Inflasi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 diperkirakan masih berada pada level yang cukup tinggi. Kondisi tersebut diperkuat oleh hasil Survei Konsumen pada triwulan I 2014, ekspektasi masyarakat terhadap inflasi baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang berada di level yang relatif tinggi. Beberapa hal yang diperkirakan berpotensi menjadi faktor pemicu inflasi pada triwulan II 2014 diantaranya adalah kenaikan tarif listrik khususnya untuk industri yang akan direalisasikan mulai bulan Mei 2014, rencana kenaikan tarif angkutan kapal laut sebesar 10%-27% dan musim liburan sekolah. Di sisi lain, beberapa faktor yang berpotensi menjadi peredam inflasi di triwulan II 2014, antara lain pengaruh pelaksanaan 4

17 pemilu yang relatif minimal, tren penurunan harga komoditas global dan nilai tukar Rupiah berada di level yang relatif stabil pada kisaran Rp per USD. Berdasarkan beberapa faktor tersebut, inflasi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 diperkirakan berada pada kisaran 8,0%-8,5% (yoy). Sementara untuk keseluruhan tahun 2014, inflasi Kalimantan Barat diperkirakan berada pada kisaran 7%+1% (yoy). Beberapa faktor yang diperkirakan menjadi peredam (down side risk) tekanan inflasi hingga akhir tahun 2014 antara lain (1) relatif minimalnya wacana terkait kebijakan penyesuaian harga energi strategis. (2) Ekspektasi masyarakat terhadap inflasi relatif terkelola dengan baik. (3) Relatif meredanya kondisi supercycle harga komoditas internasional. (4) Kondisi cuaca pada 2014 diperkirakan cenderung stabil, meskipun dibayangi potensi terjadinya El Nino dan (5) Berlalunya pengaruh kenaikan harga BBM pada Namun demikian, masih terdapat beberapa faktor resiko yang berpotensi memicu (up side risk) inflasi 2014 menjadi lebih tinggi dari perkiraan, antara lain (1) Disparitas harga antar daerah dan pelaku ekonomi masih relatif lebar. (2) Nilai tukar masih berpotensi mengalami fluktuasi sehingga memicu tekanan imported inflation dan (3) kondisi sosial politik pasca pemilu presiden. 5

18 Indikator Ekonomi Makro Regional Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) Berdasarkan Sektor (Miliar Rp) : 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,091 - Pertanian 2,299 1,776 2,037 2,117 2,364 1,978 2,210 2,281 2,466 - Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan 1,302 1,313 1,387 1,399 1,351 1,384 1,435 1,463 1,395 - Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran 1,750 1,794 1,846 1,871 1,816 1,879 1,985 1,974 1,919 - Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Jasa 834 1,016 1,046 1, ,063 1,136 1, Berdasarkan Permintaan (Miliar Rp) : 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,091 - Konsumsi Rumah Tangga 4,401 4,427 4,552 4,615 4,676 4,715 4,813 4,893 4,988 - Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Konsumsi Pemerintah ,047 1,238 1,013 1,073 1,163 1,303 1,119 - PMTB 2,300 2,346 2,436 2,465 2,357 2,392 2,491 2,655 2,590 - Perubahan Stok 348 (44) (17) Ekspor 2,581 2,651 2,577 2,697 2,645 2,723 2,710 2,861 2,695 - Impor 2,337 2,324 2,530 2,583 2,301 2,310 2,545 2,619 2,638 Ekspor - Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 3,313 2,724 2,156 4,381 3,340 4,356 4,910 4, Impor - Nilai Impor Non Migas (USD Juta) Volume Impor Non Migas (ribu ton) Indeks Harga Konsumen - Kota Pontianak Kota Singkawang Laju Inflasi Tahunan (%,yoy) - Kota Pontianak Kota Singkawang Perbankan Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar) 28,856 30,352 31,060 32,000 32,407 33,509 34,720 36,273 36,407 - Tabungan 15,709 16,669 17,492 19,824 18,676 18,465 19,438 22,004 20,213 - Giro 5,663 6,345 6,206 4,628 5,970 6,780 6,688 4,873 6,368 - Deposito 7,485 7,337 7,362 7,548 7,761 8,264 8,595 9,396 9,826 Kredit (Rp Miliar) - Berdasarkan Lokasi Proyek 19,217 21,071 21,918 23,826 24,757 26,390 27,452 28,923 28,108 - Modal Kerja 6,704 7,620 7,699 8,811 8,569 9,369 9,501 10,135 9,969 - Investasi 4,221 4,536 4,646 4,993 5,791 6,076 6,471 7,034 6,180 - Konsumsi 8,292 8,915 9,572 10,022 10,397 10,945 11,480 11,753 11,959 Kredit UMKM (Rp Miliar) 6,108 6,629 6,759 7,368 7,649 8,696 9,011 9,624 10,039 - Modal Kerja 4,106 4,595 4,861 5,380 5,609 6,141 6,365 6,763 6,910 - Investasi 1,970 2,001 1,870 1,961 2,018 2,538 2,634 2,851 3,128 - Konsumsi Loan to Deposit Ratio (%) NPL Gross (%) Sistem Pembayaran Transaksi RTGS - Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) 897 1,142 1,160 1,399 1,093 1,175 1,167 1, Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) , Transaksi Kliring - Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) 3,745 4,227 4,937 5,383 3,859 3,982 4,018 4,412 3,944 6

19 Miliar Rp % I. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH 1.1 Kajian Umum Pada triwulan I 2014, perekonomian Kalimantan Barat tercatat tumbuh 4,69% (yoy), lebih lambat dibandingkan pertumbuhan di triwulan IV 2013 yang tercatat mencapai 6,37% (yoy). Pertumbuhan Kalimantan Barat tersebut bahkan tercatat lebih rendah dibandingkan pertumbuhan nasional yang berada pada level 5,21% (yoy), setelah tiga triwulan berturut-turut selalu berada di atas pertumbuhan nasional. Pada sisi permintaan, pertumbuhan didorong oleh pertumbuhan permintaan domestik, sementara perlambatan terutama dipengaruhi dari sisi eksternal. Di sisi sektoral, pertumbuhan semua sektor tercatat mengalami perlambatan, kecuali sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dan sektor konstruksi/bangunan. 1.2 PDRB Menurut Penggunaan Jenis Penggunaan Nilai g Kalbar (yoy) Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat Sumber : Data BPS Prov. Kalimantan Barat g Nasional (yoy) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat Tabel 1. 1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (Miliar Rp) Pada sisi permintaan, komponen yang dominan dalam pembentukan PDRB Kalimantan Barat bersumber dari permintaan domestik, yaitu konsumsi dan investasi, yang memiliki pangsa mencapai 96,78% dari total PDRB. Konsumsi mencatat kinerja yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya, baik dari sisi konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. Investasi juga menunjukkan akselerasi yang cukup tinggi. Sementara itu, perdagangan luar negeri Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan perlambatan kinerja, dimana ekspor mengalami perlambatan namun impor menunjukkan akselerasi yang relatif tinggi Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Konsumsi Rumah Tangga 4,401 4,427 4,552 4,615 4,676 4,715 4,813 4,893 4,988 Konsumsi Nirlaba Konsumsi Pemerintah ,047 1,238 1,013 1,073 1,163 1,303 1,119 PMTB 2,300 2,346 2,436 2,465 2,357 2,392 2,491 2,655 2,590 Perubahan Stok 348 (44) (17) Diskrepansi Ekspor 2,581 2,651 2,577 2,697 2,645 2,723 2,710 2,861 2,695 Dikurangi Impor 2,337 2,324 2,530 2,583 2,301 2,310 2,545 2,619 2,638 PDRB 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,

20 1.3.1 Konsumsi Pada triwulan I 2014, konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 6,66% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,04% (yoy). Konsumsi pemerintah juga mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi mencapai 10,51% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh hanya 5,22% (yoy). Terjaganya konsumsi rumah tangga secara keseluruhan di Kalimantan Barat pada periode laporan antara lain didorong oleh meningkatnya pendapatan masyarakat seiring dengan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP), kenaikan gaji PNS sebesar 6% serta adanya pembayaran kompensasi guru. Peningkatan konsumsi masyarakat juga meningkat seiring dengan perayaan hari Raya Imlek, Cap Go Meh dan Sembahyang Kubur (Ceng Beng). Selain itu, konsumsi rumah tangga juga didorong oleh pelaksanaan masa kampanye Pemilihan Umum Calon Anggota Legislatif. Peningkatan konsumsi masyarakat diindikasikan oleh peningkatan Indeks Keyakinan Ekonomi (IKK) dan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) masing-masing menjadi 135,78 dan 131,89 pada triwulan laporan dari 133,58 dan 122,83 pada triwulan IV Selain itu, indeks pembelian barang konsumsi tahan lama juga menunjukkan peningkatan menjadi 137,17 dari 119,50 pada triwulan sebelumnya. Selain itu, peningkatan konsumsi masyarakat juga ditunjukkan oleh peningkatan indeks harga yang dibayar petani untuk konsumsi rumah tangga yang mengalami peningkatan menjadi 110,83 pada triwulan I 2014 dari 105,18 pada tahun sebelumnya. Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut terutama pada konsumsi bahan makanan, makan jadi serta transportasi dan komunikasi. Data BPS Provinsi Kalimantan Barat juga menunjukkan indeks tendensi konsumen (ITK) Kalimantan Barat meningkat menjadi 114,80 pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya 111,47 dan tahun sebelumnya 107,69. Sementara itu, tingginya konsumsi pemerintah didorong oleh penyerapan anggaran pemerintah pusat di daerah untuk rangkaian pelaksanaan Pemilu Calon Anggota Legislatif serta pembangunan infrastruktur Indeks Harga Yang Dibayar Petani Konsumsi Rumah Tangga Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q Sumber : BPS Kalimantan Barat, diolah Grafik 1. 2 Indeks Harga Yang Dibayar Petani Konsumsi Rumah Tangga Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Beberapa Komoditi Makanan dan Bukan Makanan 8

21 1.3.2 Investasi Investasi di Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 menunjukkan kinerja yang meningkat, sebagaimana tercermin pada pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang tercatat sebesar 9,87% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,71% (yoy), maupun tahun sebelumnya yang tumbuh 2,51% (yoy). Peningkatan investasi tercermin dari data total realisasi investasi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Provinsi Kalimantan Barat, dimana pada triwulan I 2014 terealisasi investasi sebesar Rp4,20 Triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2,65 Triliun. Peningkatan investasi terutama bersumber dari investasi pada sektor perkebunan, khususnya kelapa sawit. Selain itu, peningkatan investasi juga didorong oleh investasi pada sektor industri pengolahan logam dasar seiring dengan implementasi Peraturan Menteri ESDM No.1 Tahun 2014 terkait pelarangan ekspor barang tambang mineral mentah. Implementasi ketentuan tersebut mendorong pembangunan pabrik pengolahan/smelter di Kalimantan Barat. Pada triwulan I 2014, tercatat 15 proyek investasi dalam negeri untuk industri logam dengan nilai investasi mencapai Rp1,24 Triliun dan 3 proyek investasi asing dengan nilai investasi mencapai 334,45 juta USD. Tabel 1. 2 Perkembangan Realisasi Investasi di Kalimantan Barat (Rp Triliun) 1 Keterangan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 PMDN PMA PDKPM N/A 1.95 TOTAL Sumber : BPMPTSP Provinsi Kalimantan Barat 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - Volume Nilai - RHS (USD) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Sumber : Bank Indonesia ,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 Grafik 1. 4 Impor Barang Modal Kalimantan Barat - Membaiknya investasi di Kalimantan Barat juga diindikasikan oleh pertumbuhan impor luar negeri barang modal yang relatif lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sisi nilai, impor barang modal tercatat sebesar 11,61 ribu USD atau mengalami kontraksi 67,74% (yoy). Meskipun demikian, tingkat kontraksi tersebut tidak sedalam triwulan sebelumnya dimana kontraksi mencapai 77,60% (yoy). Sementara itu dari sisi volume, impor barang modal tercatat mencapai 2,81 ton atau mengalami kontraksi 1 PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri, PMA : Penanaman Modal Asing, PDKPM : Perangkat Daerah Kab/Kota di Bidang Penanaman Modal 9

22 52,63% (yoy), lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi 69,29% (yoy). Impor barang modal Kalimantan Barat tersebut terutama berasal dari negara Tiongkok dan Korea Selatan Ekspor - Impor Kinerja ekspor Kalimantan Barat menunjukkan perlambatan, dimana pada triwulan laporan tumbuh 1,86% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2013 yang tumbuh mencapai 6,08% (yoy) dan triwulan I tahun sebelumnya yang tumbuh 2,49% (yoy). Pada sisi lain, impor Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 tumbuh cukup signifikan mencapai 14,61% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh hanya 1,40% (yoy), dan triwulan I 2013 yang mengalami kontraksi 1,53% (yoy). Net ekspor tercatat mengalami kontraksi hingga mencapai 83,40% (yoy) menjadi hanya sebesar Rp57 Miliar pada triwulan laporan. Penurunan kinerja ekspor diindikasikan oleh penurunan ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri, dimana pada triwulan laporan nominal ekspor tercatat sebesar 210,33 juta USD atau mengalami kontraksi 35,45% (yoy). Dari sisi volume, data ekspor juga menunjukkan penurunan yang signifikan, dimana pada triwulan laporan volume ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri tercatat mencapai 750,45 ribu ton atau mengalami kontraksi hingga mencapai 77,88% (yoy). Kontraksi tersebut terutama terjadi akibat kontraksi pada ekspor komoditas bauksit dan karet sebagai komoditas ekspor utama Kalimantan Barat. Tabel 1. 3 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD) Golongan Barang (HS) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Karet dan Barang dari Karet (HS40) 167, , , , , , , , ,473 Bijih, Kerak, dan Abu Logam (HS26) 96,845 74,938 70, , , , , ,140 18,880 Kayu, Barang dari Kayu (HS44) 61,682 48,525 45,508 46,019 49,475 45,452 40,500 46,323 39,454 Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23) 1,647 1,730 2,443 2,239 2,512 2,263 2,784 3,547 3,813 Kapal Laut dan Bangunan Terapung (HS89) - 6, ,490 3,490 1,988 Tembakau (HS24) 390 4,913 1,420 2,149 2,769 2,224 2,819 2,678 - Ikan dan Udang (HS03) 2,998 1,945 1,822 2,717 1,233 2,292 1,582 1,929 2,866 Perabot, penerangan rumah (HS94) , Olahan dari Tepung (HS19) Biji-bijian berminyak (HS12) ,026 Total 10 Golongan 333, , , , , , , , ,408 Total Ekspor 335, , , , , , , , ,328 Sumber : Bank Indonesia, diolah 10

23 250, ,000 Nominal (ribu USD) Growth-RHS (yoy) 30% 20% 10% 180, , ,000 Nominal (ribu USD) Growth-RHS (yoy) 150% 100% 150,000 0% -10% 120, ,000 50% 100,000-20% -30% 80,000 60,000 0% 50,000-40% -50% 40,000 20,000-50% - Tw I Tw II Tw III Tw Tw I Tw IV II Tw III Tw Tw I IV -60% - Tw I Tw II Tw III Tw Tw I Tw IV II Tw III Tw Tw I IV -100% Sumber : Bank Indonesia, diolah Grafik 1. 5 Ekspor Karet Sumber : Bank Indonesia, diolah Grafik 1. 6 Ekspor Bauksit I II III IV I II III IV I Sumber : Bloomberg, diolah Grafik 1. 7 Harga Internasional Karet (USD Cent/kg) Pada triwulan laporan, nominal ekspor karet mengalami kontraksi 18,14% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh cukup baik 6,13% (yoy). Kontraksi pada ekspor karet tersebut antara lain didorong oleh perlambatan permintaan seiring dengan perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai negara tujuan ekspor utama karet Kalimantan Barat. Selain itu, kinerja ekspor karet masih dibayangi oleh pelemahan harga karet, dimana pada triwulan I 2014 harga internasional karet masih berada pada tren penurunan dimana tercatat sebesar 243,78 USD Cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 243,87 USD Cent/kg. Sementara itu, komoditas ekspor utama Kalimantan Barat lainnya, yaitu bauksit, pada triwulan laporan mengalami kontraksi nominal ekspor hingga mencapai 81,98% (yoy). Kontraksi tersebut terjadi pasca optimalisasi ekspor yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pertambangan bauksit pada tahun Pada periode laporan, dimana ketentuan pelarangan ekspor barang tambang mineral mentah sudah diimplementasikan, ekspor bauksit otomatis sudah tidak dapat dilakukan oleh para pelaku usaha. Namun demikian, pelaku usaha masih diperbolehkan melakukan ekspor sampai 11

24 tanggal 12 Januari , sehingga masih tercatat data ekspor bauksit pada triwulan I 2014 dengan nominal sebesar 18,88 juta USD. Dari sisi impor, peningkatan signifikan impor provinsi Kalimantan Barat diindikasikan oleh impor luar negeri Kalimantan Barat yang menunjukkan peningkatan relatif signifikan. Volume impor luar negeri Kalimantan Barat pada triwulan laporan tercatat mencapai 133,56 ribu ton atau menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 149,19% (yoy). Dari sisi nominal, impor luar negeri Kalimantan Barat tercatat sebesar 74,06 juta USD atau tumbuh 18,09% (yoy). Impor Kalimantan Barat didominasi oleh impor komoditas garam, belerang dan kapur, kapal serta pupuk. Tabel 1. 4 Volume Impor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (Ton) Golongan Barang (HS) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Garam, Belerang, Kapur (HS25) 5,016 12,079 18,603 29,876 28,261 35,622 43,319 49,948 55,903 Kapal Laut dan Bangunan Terapung (HS89) 5,583 8,776 8,571 1, ,046 10,174 10,812 17,424 Bahan kimia anorganik (HS28) ,629 6,753 Pupuk (HS31) 8,385 10,704 6,064 12,718 2,206 1,650 3,353 4,845 14,145 Bahan bakar mineral (HS27) ,537 1,000 Batu, Semen dan Mika (HS68) , Mesin-mesin/pesawat mekanik (HS84) 3,038 10,707 3,026 9,701 3,993 1,990 2,967 2,477 1,846 Biji-bijian berminyak (HS12) 1,527 2,077 2,448 1,494 2,653 1,660 1,115 2,151 1,001 Besi dan Baja (HS72) 2,988 4,842 1,537 3, ,107 4,626 1,966 2,219 Bahan Ampas/Sisa Industri Makanan (HS ,136 1,680 1,158 1,653 4,463 Total 10 Golongan Barang 27,255 50,217 41,130 59,666 46,625 54,272 67,591 86, ,878 Total Impor 32,019 60,238 46,700 64,598 53,598 58,111 82,698 91, ,562 Sumber : Bank Indonesia, diolah 1.3 PDRB Sektoral Tabel 1. 5 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy) Sektor Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 1. Pertanian 4.82% 0.96% 5.28% 4.06% 2.84% 11.39% 8.45% 7.76% 4.30% 2. Pertambangan & Penggalian 6.47% 4.48% 4.73% 4.99% 5.33% 4.92% 4.32% 4.28% -1.09% 3. Industri Pengolahan 6.03% 2.16% 3.30% 1.78% 3.82% 5.37% 3.41% 4.59% 3.23% 4. Listrik,Gas & Air Bersih 5.32% 4.52% 3.78% 4.85% 4.13% 3.89% 4.85% 5.02% 2.81% 5. Bangunan 12.07% 8.64% 8.94% 9.72% 9.57% 5.42% 2.31% 6.39% 7.58% 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 6.91% 6.70% 6.59% 6.23% 3.79% 4.79% 7.56% 5.46% 5.70% 7. Angkutan & Komunikasi 6.49% 9.44% 5.61% 4.91% 5.44% 6.45% 8.07% 8.14% 5.40% 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.96% 7.35% 7.29% 5.50% 5.28% 8.18% 7.17% 5.02% 2.78% 9. Jasa - jasa 8.20% 9.85% 6.79% 7.62% 5.76% 4.58% 8.54% 7.05% 4.85% PDRB 6.67% 5.43% 5.87% 5.29% 4.48% 6.73% 6.70% 6.37% 4.69% Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat Kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat secara sektoral pada triwulan I 2014 ditandai dengan perlambatan kinerja pada hampir semua sektor, kecuali sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), dibandingkan triwulan sebelumnya. Kedua sektor tersebut bersama dengan sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat sebesar 3,03% dari angka pertumbuhan secara keseluruhan I Informasi Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Barat 12

25 sebesar 4,69%(yoy). Sementara itu, struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Barat masih didominasi oleh sektor pertanian, sektor PHR dan sektor industri pengolahan, yang membentuk pangsa 63,58% terhadap total PDRB. Jasa 0.49% Keuangan Angkutan PHR Bangunan LGA Industri 0.01% 0.16% 0.51% 0.67% 0.50% 1.19% Industri 15.35% PHR 21.11% Pertanian 27.12% Lainnya, 36.08% Angkutan & Komunikasi 9.57% Bangunan 9.09% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 5.51% Jasa - jasa 10.17% Pertambangan -0.02% LGA 0.42% Pertambangan 1.67% Pertanian 1.17% Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah Grafik 1. 8 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah Grafik 1. 9 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB Sektor Pertanian Tabel 1. 6 PDRB Sektor Pertanian (Nominal-Miliar Rp) Sektor Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 PERTANIAN 2,299 1,776 2,037 2,117 2,364 1,978 2,210 2,281 2,466 a. Tanaman Bahan Makanan 1, , ,154 b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah Sektor pertanian Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 tumbuh sebesar 4,30% (yoy), atau melambat dibandingkan triwulan IV 2013 yang tercatat tumbuh mencapai 7,76% (yoy). Meskipun demikian, pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2013 yang tercatat sebesar 2,84% (yoy). Secara umum, kinerja sektor pertanian di Kalimantan Barat didominasi oleh tanaman bahan makanan (tabama), khususnya padi, dan tanaman perkebunan, khususnya kelapa sawit dan karet. Kinerja tabama pada periode laporan menunjukkan pertumbuhan sebesar 3,90% (yoy), atau lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan kinerja tersebut antara lain diindikasikan oleh luas panen padi yang pada triwulan laporan tercatat sebesar 225,04 ribu Ha, atau mengalami kontraksi sebesar 8,41% (yoy). Kontraksi tersebut disebabkan oleh kondisi cuaca kering sejak awal tahun yang membuat sejumlah lahan di hampir seluruh sentra produksi padi di Kalimantan Barat mengalami kerusakan. Selain permasalahan iklim, serangan hama penggerek dan ulat juga menjadi 13

26 Hektar Ton penyebab utama rendahnya produktivitas sektor tabama. Perlambatan kinerja tabama juga dipengaruhi oleh rendahnya produktivitas sayuran di Kalimantan Barat akibat kualitas air payau yang berdampak pada kerusakan tanaman. 300, , , , ,000 50,000 Luas Panen Pertumbuhan-yoy (RHS) 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% 1,400,000 1,200,000 1,000, , , , ,000 Produksi gproduksi-rhs (yoy) 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% % - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1-80% - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q % Sumber : Distan Prov. Kalbar, diolah Grafik Luas Panen Padi Sumber : Disbun Prov. Kalbar, diolah Grafik Produksi Tandan Buah Segar Sawit Sementara itu, kinerja subsektor tanaman perkebunan menunjukkan akselerasi, dimana pada triwulan laporan subsektor tanaman perkebunan tumbuh 5,93% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,53% (yoy). Akselerasi tersebut didorong oleh kinerja subsektor perkebunan kelapa sawit, dimana produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit mencapai 961,84 ribu ton, atau tumbuh 18,72% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya dimana pertumbuhan tercatat negatif. Pengaruh cuaca yang lebih baik pada periode dua tahun sebelumnya berdampak pada membaiknya produktivitas tanaman sawit pada periode laporan. Dari sisi harga, pergerakan harga TBS juga menunjukkan peningkatan, dimana pada triwulan laporan harga rata-rata TBS tercatat pada level Rp1.724/kg, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada level Rp1.507/kg. Di sisi lain, produktivitas tanaman karet relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan produksi karet dipengaruhi oleh periode wintering atau gugur daun tanaman karet. Dari sisi harga, harga internasional karet juga masih menunjukkan tren penurunan. Pada triwulan laporan, harga internasional karet tercatat pada level 243,78 USD cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat di level 267,17 USD cent/kg. Kinerja perkebunan karet pun masih dibayangi perlambatan seiring dengan perkiraan perlambatan perekonomian Tiongkok serta kondisi lahan tanaman karet di Kalimantan Barat yang membutuhkan peremajaan. 14

27 1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Pada triwulan I 2014, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 5,70% (yoy) atau menunjukkan akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,46% (yoy) dan triwulan I 2014 yang tumbuh 3,79% (yoy). Berdasarkan subsektornya, peningkatan kinerja terjadi pada seluruh subsektor, baik perdagangan, hotel maupun restoran. Kinerja subsektor perdagangan tumbuh 5,71% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,52% (yoy). Peningkatan tersebut tercermin dari peningkatan volume bongkar barang melalui pelabuhan Kota Pontianak sebesar 21,27% (yoy) menjadi sebesar 1,56 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,29 juta ton. Selain itu, peningkatan subsektor perdagangan juga diindikasikan oleh peningkatan volume petikemas yang mengalami akselerasi 29,69% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 18,28% (yoy). Peningkatan kinerja subsektor perdagangan antara lain didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan dimana terdapat perayaan Imlek, Cap Go Meh dan Sembahyang Kubur. 1,800,000 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000, , , , ,000 - V. Bongkar (ton) V. Impor (ton) Pertumbuhan-RHS (yoy) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% Ton Dlm Negeri Luar Negeri Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q Sumber : PT. Pelindo II Cab. Pontianak, diolah Grafik Volume Bongkar Barang (dalam ton) Sumber : PT. Pelindo II Cab. Pontianak, diolah Grafik Volume Petikemas 15

28 1.3.3 Sektor Angkutan dan Komunikasi Orang 10,000 Orang 360,000 8, , ,000 6, ,000 4, ,000 2, , ,000 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 290,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat Grafik Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara Sumber: PT. Pelindo II Cab. Pontianak PT. Angkasa Pura II Pontianak Grafik Perkembangan Jumlah Penumpang Kinerja sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan laporan tumbuh melambat sebesar 5,40% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 8,14% (yoy). Perlambatan tersebut antara lain diindikasikan oleh penurunan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kalimantan Barat, dimana pada triwulan laporan tercatat orang, sementara pada triwulan IV 2013 mencapai orang. Sementara itu, mobilitas penumpang, baik yang menggunakan pesawat udara maupun kapal laut, juga menunjukkan kontraksi, dimana jumlah penumpang kedua moda transportasi tersebut yang berangkat dari Kalimantan Barat tercatat sebanyak 315,18 ribu penumpang pada triwulan I 2014, atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 326,81 ribu orang Sektor Industri Pengolahan Kinerja sektor industri pengolahan menunjukkan perlambatan pada triwulan laporan dimana sektor industri pengolahan tumbuh 3,23% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,59% (yoy) dan tahun sebelumnya yang tumbuh 3,82% (yoy). Perlambatan terutama dipengaruhi oleh perlambatan pada sektor industri pengolahan karet, dimana produksi pada triwulan laporan tercatat mencapai 59,90 ribu ton atau tumbuh 12,43% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh 28,25% (yoy). Perlambatan tersebut selain dipengaruhi oleh relatif rendahnya produksi karet pada periode laporan, juga dipengaruhi oleh potensi perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai konsumen utama produksi karet olahan Kalimantan Barat. Tren penurunan harga karet yang masih berlangsung juga berdampak pada perlambatan kinerja industri karet di Kalimantan Barat. 16

29 Ton 70,000 Volume gvolume-rhs (yoy) 40% 300,000 Produksi (ton) gproduksi-rhs (yoy) 30% 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 20% 0% -20% 250, , , ,000 50,000 20% 10% 0% -10% - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1-40% - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1-20% Sumber : Gapkindo Prov. Kalbar Grafik Produksi Karet Kalimantan Barat Sumber : Dinas Perkebunan Kalbar, diolah Grafik Produksi CPO Kalimantan Barat Sementara itu, kinerja sektor industri CPO menunjukkan akselerasi, dimana pada triwulan I 2014 produksi CPO tercatat tumbuh positif setelah selama tahun 2013 terus mengalami kontraksi. Pertumbuhan produksi CPO tercatat sebesar 16,34% (yoy) menjadi sebesar 215,91 ribu ton, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi 10,41% (yoy). Selain didorong oleh peningkatan produksi TBS, meningkatnya permintaan domestik yang didorong oleh komitmen pemerintah dalam mendorong penggunaan biodiesel untuk menekan impor minyak juga berdampak positif terhadap kinerja subsektor industri pengolahan CPO. Dari sisi harga, harga CPO internasional menunjukkan peningkatan, dimana pada triwulan laporan harga CPO tercatat sebesar 813,66 USD/metric ton, atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada level 783,16 USD/metric ton. Peningkatan harga CPO internasional antara lain didorong oleh stok minyak nabati yang berkurang akibat cuaca buruk serta stok CPO di Malaysia yang mengalami penurunan. USD/metric ton Sumber : Bloomberg CPO Karet (RHS) USD cent/kg I II III IV I II III IV I Grafik Harga Internasional Karet dan CPO

30 Miliar Rp Ton Miliar Rp % Sektor Lainnya 300, , , , ,000 50,000 - Volume Pertumbuhan-RHS (yoy) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 80% 60% 40% 20% 0% -20% 1, TW I Tw II Kredit Konstruksi Pertumbuhan (yoy) Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Grafik Pengadaan Semen di Kalimantan Barat Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik Kredit Konstruksi Kalimantan Barat Kinerja sektor konstruksi di Kalimantan Barat pada triwulan laporan tercatat tumbuh 7,58% (yoy), atau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,39% (yoy). Akselerasi tersebut antara lain dipengaruhi oleh perkembangan kinerja investasi di Kalimantan Barat yang menunjukkan peningkatan. Kinerja sektor konstruksi pada triwulan laporan antara lain diindikasikan oleh realisasi pengadaan semen di Kalimantan Barat yang tercatat mencapai 254,94 ribu ton atau mengalami kontraksi 0,43% (yoy), tidak sedalam kontraksi di triwulan sebelumnya yang mencapai 6,15% (yoy). Selain itu, penyaluran kredit konstruksi juga menunjukkan akselerasi sebesar 29,83% (yoy) pada triwulan laporan mencapai Rp835 Miliar, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 27,30% (yoy). Pada triwulan I 2014, kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mencatat pertumbuhan sebesar 2,78% (yoy), atau lebih 50,000 40,000 Total Aset Growth-RHS (yoy) 25.00% 20.00% lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang 30, % tumbuh 5,02% (yoy). Perlambatan tersebut 20, % antara lain ditandai dengan perlambatan kinerja perbankan. Pada periode laporan, aset perbankan di Kalimantan Barat yang tercatat sebesar Rp43,95 Triliun atau tumbuh 11,97% (yoy), lebih lambat dibandingkan periode tahun sebelumnya yang tercatat tumbuh 12,46% (yoy). 10,000 - TW I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Tw III Tw IV Tw I % 0.00% Grafik Aset Perbankan di Kalimantan Barat 18

31 Perlambatan tersebut dipengaruhi oleh perlambatan baik pada sisi penghimpunan DPK maupun penyaluran kredit perbankan di Kalimantan Barat. Meskipun demikian, kinerja perbankan tersebut masih cukup terjaga. 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 - Total Pajak Hiburan dan Reklame Pertumbuhan (yoy) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik Perolehan Pajak Hiburan & Reklame dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,15% (yoy). 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Sementara itu, pada triwulan laporan, sektor jasa juga menunjukkan pertumbuhan yang melambat, sebesar 4,85% (yoy), atau lebih lambat dibandingkan triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 7,05% (yoy). Perlambatan kinerja sektor jasa tersebut terjadi baik pada sektor jasa swasta maupun sektor jasa pemerintah, masing-masing sebesar 5,08% (yoy) dan 2,26% (yoy). Perlambatan tersebut antara lain ditandai dengan pertumbuhan pajak hiburan dan reklame di Kota Pontianak yang tumbuh 3,22% (yoy), lebih lambat 19

32 BOKS: DAMPAK PENERAPAN KEBIJAKAN PENGATURAN EKSPOR BARANG TAMBANG MINERAL TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT Pasca terbitnya Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara serta Peraturan Menteri ESDM No.1 Tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri, ekspor barang tambang mineral tidak lagi diperkenankan untuk dilakukan mulai tanggal 12 Januari Implementasi ketentuan tersebut dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah material tambang, meningkatkan Penerimaan Negeri Bukan Pajak (PNBP), menyerap tenaga kerja serta mengembangkan industri dalam negeri. Namun demikian, dampak pemberlakuan peraturan tersebut berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan pertambangan di Kalimantan Barat yang memiliki komoditas tambang utama yaitu bauksit dan bijih besi. Bauksit yang diekpor oleh perusahaan pertambangan di Kalimantan Barat umumnya merupakan bijih bauksit olahan (benefication ore) dengan kandungan Al 2 O 3 di kisaran minimum 42%. Namun demikian, peraturan tersebut di atas mensyaratkan peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian dengan batasan minimum produk bauksit untuk ekspor adalah smelter grade alumina (>98% Al 2 O 3 ), chemical grade alumina ( 90% Al 2 O 3 atau 90% Al(OH) 3 ), atau logam alumunium (Al 99%) PDRB SektorTambang gsektortambang(rhs) - yoy Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% -1% -2% 180, , , , ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 - Tw I Tw II Nominal (ribu USD) Growth-RHS (yoy) Tw III Tw Tw I Tw IV II Tw III Tw Tw I IV 150% 100% 50% 0% -50% -100% Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik Perkembangan Sektor Pertambangan Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik Perkembangan Ekspor Bauksit Dampak langsung tercermin pada pertumbuhan sektor pertambangan yang mencatat kontraksi sebesar - 1,09% (yoy). Selain kinerja sektor pertambangan, ekspor Kalimantan Barat juga tercatat mengalami perlambatan, terutama disebabkan oleh kontraksi pada ekspor luar negeri komoditas bauksit sebesar 81,98% (yoy). Kondisi ini disebabkan oleh terhentinya operasi perusahaan-perusahaan pertambangan di Kalimantan Barat karena perusahaan-perusahaan tersebut belum memiliki pabrik smelter. Selain dampak ekonomi, dampak sosial juga dirasakan dimana sejumlah perusahaan memberlakukan kebijakan pengurangan tenaga kerja dengan merumahkan atau melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawannya. Permasalahan tenaga kerja tidak hanya terjadi pada sektor pertambangan, tetapi pada 20

33 sektor-sektor pendukungnya, terutama sektor angkutan. Berdasarkan hasil liaison dan quick survey Bank Indonesia terhadap sejumlah perusahaan pertambangan, seluruh responden menyatakan terdapat sejumlah kendala dalam upaya pembangunan smelter, yang terdiri dari: 1. Tingginya nilai investasi yang harus dilakukan oleh para pengusaha. Pembangunan smelter membutuhkan biaya investasi yang sangat tinggi, untuk smelter dengan kapasitas produksi 1 juta ton alumina membutuhkan biaya investasi mencapai lebih dari Rp10 Triliun, sementara umumnya perusahaan pertambangan di Kalimantan Barat beroperasi dengan modal pada kisaran Rp10 Miliar. 2. Tidak memiliki sumber daya yang memadai, baik dari sisi tenaga kerja ahli maupun dari sisi teknologi industri. 3. Keterbatasan infrastruktur, terutama infrastruktur listrik, dimana untuk mengoperasikan membangun pabrik smelter diperlukan kapasitas listrik yang besar. Terbatasnya infrastruktur listrik memaksa para pengusaha untuk juga membangun powerplant sendiri. 4. Adanya tumpang tindih lahan dengan lahan perkebunan. Selain kendala-kendala tersebut, pengusaha juga mengkhawatirkan terbatasnya pasar untuk komoditas alumina baik di dalam negeri maupun di luar negeri, mengingat Tiongkok sebagai negara importir utama bauksit sudah memiliki industri pengolahan alumina sendiri. Meskipun demikian, sejumlah perusahaan sudah melakukan pembangunan smelter, antara lain: No. Perusahaan Lokasi Komoditas Keterangan 1. PT. Indonesia Chemical Alumina Tayan, Bauksit Commissioning Kab. Sanggau 2. PT. Eka Tambang Utama Kinande, Emas Produksi Kab. Bengkayang 3. PT. Segoro Global Mandiri Sei Raya, Emas Konstruksi Kab. Kubu Raya 4. PT. Mulia Bravo Wajok, Pasir zircon Produksi Kab. Pontianak 5. PT. Sibelco Capkala, Ball clay Produksi Kab. Bengkayang 6. Well Harvest Winning Kendawangan, Kab. Ketapang Bauksit Konstruksi Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Barat Sejumlah perusahaan lain juga sudah merencakan pembangunan smelter, antara lain PT. ANTAM (Tbk.), Putra Mining Group dan PT. Mekko Mining Group untuk komoditas bauksit, dan beberapa perusahaan tambang lainnya. Sementara perusahaan lainnya menempuh strategi lain untuk mengatasi hambatan dalam pembangunan smelter, diantaranya dengan mengalihkan penjualan ke pasar domestic (untuk komoditas bijih besi) dan bekerja sama dengan perusahaan lain untuk melakukan investasi pembangunan smelter. 21

34 Halaman ini sengaja dikosongkan 22

35 II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Gambaran Umum Mengawali tahun 2014, inflasi Kalimantan Barat di triwulan I 2014 berada di level yang cukup tinggi mencapai 2,17% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional dan inflasi triwulan sebelumnya yang masing-masing mencapai 1,41% dan 1,05% (qtq). Tingginya tekanan inflasi pada triwulan I 2014 tersebut salah satunya dipicu oleh kondisi cuaca yang mempengaruhi pasokan bahan makanan sehingga menyebabkan inflasi tahunan di Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 mencapai 8,98% (yoy) (Grafik 3.1 dan 3.2). %-yoy Kalbar Nasional %-qtq Kalbar Nasional I II III IV I Sumber: BPS Kalbar, diolah Grafik 2. 1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional II III IV I II III IV I Sumber: BPS Kalbar, diolah Grafik 2. 2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional Berdasarkan dinamika inflasi bulanan di Kalimantan Barat selama triwulan I 2014, terlihat bahwa inflasi tertinggi terjadi pada pertengahan triwulan (Grafik 3.3). Tercatat inflasi Kalimantan Barat pada bulan Februari 2014 mencapai 2,56% (mtm). Tingginya laju inflasi pada bulan Februari 2014 tersebut terutama dipengaruhi oleh kenaikan inflasi pada kelompok komoditas Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan, dari deflasi 6,19% %-mtm Kalbar Nasional Sumber: BPS Kalbar, diolah Grafik 2. 3 Inflasi Bulanan Kalimantan Barat dan Nasional (mtm) pada bulan Januari 2014 menjadi inflasi 8,37% (mtm) pada Februari Kenaikan tarif Mulai 2014, BPS melakukan perubahan tahun dasar dari 2007 menjadi Dikarenakan data IHK dengan tahun dasar 2012 belum sepenuhnya tersedia setiap bulan, maka perhitungan (rebase) inflasi triwulanan dan tahunan pada periode laporan berdasarkan angka inflasi bulanan yang dirilis resmi oleh BPS. 23

36 angkutan udara seiring berlangsungnya perayaan Cap Go Meh harga, Imlek dan Sembahyang Kubur pada pertengahan triwulan menjadi salah satu faktor pemicu inflasi. Tercatat sumbangan inflasi angkutan udara pada bulan Februari 2014 mencapai 1,69% (mtm). Pada akhir triwulan I 2014, pengaruh tekanan tarif angkutan udara relatif mereda, seiring berlalunya even Cap Go Meh, Imlek dan Sembahyang Kubur sehingga menyebabkan deflasi pada bulan Maret 2014 sebesar 0,70% (mtm) Inflasi Triwulanan Secara triwulanan, laju inflasi di triwulan I 2014 terutama bersumber dari inflasi Bahan Makanan, seiring pasokan yang relatif terbatas. Kondisi tersebut tercermin dari andil kelompok Bahan Makanan yang pada triwulan laporan mencapai 1,78% (qtq). Tekanan harga subkelompok komoditas Sayuran dan Bumbu menjadi salah satu pemicu kenaikan harga. Tercatat inflasi triwulanan kedua subkelompok komoditas tersebut masing-masing mencapai 31,27% dan 14,19% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan IV 2013 yang mencapai 4,12% dan 0,51% (qtq). Kelompok lain yang memiliki andil inflasi relatif besar pada triwulan I 2014 adalah kelompok Makanan Jadi, mencapai 0,45% (qtq). Berdasarkan komoditasnya, seluruh subkelompok komoditas yang menjadi komponen pembentuk inflasi Makanan Jadi mengalami kenaikan harga pada triwulan laporan, inflasi tertinggi terjadi pada subkelompok Minuman Tidak Beralkohol sebesar 3,86% (qtq). Di sisi lain, kelompok komoditas Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan memiliki andil deflasi terendah pada triwulan laporan, mencapai 0,66% (mtm). Deflasi yang terjadi pada kelompok komoditas ini terutama disebabkan koreksi tarif tiket angkutan udara seiring berlalunya perayaan Cap Go Meh di akhir triwulan I 2014 Umum Transpor Pendidikan Kesehatan Sandang Perumahan Makanan Jadi Bahan Makanan % (qtq) Andil I-2014 IV-2013 I-2014 Sumber: BPS Kalbar, diolah Grafik 2. 4 Inflasi Triwulanan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa

37 Kelompok Bahan Makanan Lainnya Lemak dan Minyak Bumbu Buah Kacang Sayur Telur, Susu Ikan Diawetkan Ikan Segar Daging Padi-padian BAHAN MAKAN Sumber: BPS Kalbar, diolah Grafik 2.5 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat menurut Kelompok Bahan Makanan Setelah mengalami deflasi pada triwulan IV 2013, kelompok Bahan Makanan kembali mengalami inflasi pada triwulan I Tercatat inflasi kelompok Bahan Makanan pada triwulan I 2014 mencapai 7,37% (qtq) dengan andil terhadap inflasi umum sebesar 1,78% (qtq). Laju inflasi pada kelompok Bahan Makanan tersebut lebih tinggi dibanding triwulan IV 2013 yang mengalami deflasi sebesar 1,74% (qtq). Kenaikan harga pada Subkelompok Sayursayuran menjadi salah satu faktor pemicu inflasi kelompok Bahan Makanan. Tercatat, inflasi subkelompok Sayur-sayuran pada triwulan I 2014 mencapai 31,27% (qtq) naik signifikan dibandingkan inflasi pada triwulan IV 2013 yang mencapai 3,31% (qtq). Kondisi cuaca yang cenderung kering menyebabkan air yang digunakan untuk pengairan menjadi payau sehingga mempengaruhi produksi dan pasokan, terutama pada komoditas sawi hijau dan kangkung. Pengaruh cuaca juga terlihat pada komoditas Bumbu-bumbuan dan Ikan Segar yang masingmasing mengalami inflasi sebesar 14,19% dan 6,6% (qtq) dengan andil inflasi mencapai 0,81% dan 1,25% (qtq). Terkait dengan kenaikan harga komoditas Bumbu-bumbuan, selain faktor cuaca, faktor lain yang memicu kenaikan harga adalah bencana banjir yang terjadi di beberapa daerah sentra produksi. Sementara berdasarkan hasil observasi lapangan yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalimantan Barat dengan salah satu kelompok petani tambak di wilayah Kabupaten Mempawah 4, diketahui bahwa panen ikan pada Maret 2014 mengalami penurunan yang signifikan, terutama disebabkan oleh perubahan kualitas air menjadi lebih asam, sebagai akibat adanya kebakaran lahan di daerah sekitar pada saat curah hujan relatif rendah Andil I-2014 IV Sementara itu, komoditas Daging dan Telur secara triwulanan juga mengalami kenaikan harga meskipun pasokan relatif terkendali, khususnya komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras. 4 Kabupaten Mempawah merupakan salah satu sentra produksi ikan di Kalimantan Barat, khususnya ikan Nila dan ikan Mas yang dibudidayakan dalam tambak. 25

38 Tercatat, inflasi kedua komoditas tersebut pada triwulan I 2014 masing-masing mencapai 1,28% dan 5,99% (qtq) dengan sumbangan inflasi mencapai 0,16% dan 0,81% (qtq). Berdasarkan informasi dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Barat, produksi telur di wilayah Kalimantan Barat, mencapai 168 ton per hari, sementara daya serap masyarakat sebesar 128 ton per hari sehingga mengalami kelebihan pasokan sebesar 40 ton per hari. Kondisi serupa juga terjadi pada komoditas daging ayam yang mengalami kelebihan pasokan mencapai 440 ribu ekor ayam per bulan % (qtq) Pontianak Singkawang II III IV I II III IV I Sumber: BPS Kalbar, diolah Grafik 2.6 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan Kota Pontianak dan Singkawang Berdasarkan daerahnya, kedua kota yang menjadi dasar perhitungan inflasi di Kalimantan Barat mengalami kenaikan inflasi dari triwulan sebelumnya. Inflasi yang terjadi di Kota Pontianak pada triwulan I 2014 terutama disebabkan oleh kenaikan harga pada subkelompok Ikan Segar, Sayuran dan Bumbu, masing-masing sebesar 3,46%, 15,97% dan 12,34% (qtq). Kondisi serupa juga terlihat di Kota Singkawang, dimana inflasi kelompok Bahan Makanan dipicu oleh kenaikan inflasi pada subkelompok Ikan Segar, Sayuran dan Bumbu yang masing-masing mencapai 12,45%, 29,33% dan 12,36% (qtq). Di sisi lain, komoditas Telur di Kota Singkawang mengalami deflasi sebesar 3,12% (qtq), semakin dalam dibanding deflasi triwulan IV 2013 yang mencapai 0,39% (qtq). Hal tersebut disebabkan pasokan telur ayam ras yang cukup besar di Kota Singkawang yang juga merupakan sentra produksi ayam di Kalimantan Barat. Kondisi tersebut menyebabkan inflasi bahan makanan di Kota Pontianak dan Singkawang mencapai 5,30% dan 6,74% (qtq)

39 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Tembakau dan minuman beralkohol Minuman tidak beralkohol Makanan jadi Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau % (qtq) Sumber: BPS Kalbar, diolah Grafik 2.7 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat menurut Kelompok Makanan Jadi Kelompok Makanan Jadi Minuman Rokok dan Tembakau pada triwulan I 2014 kembali mengalami inflasi. Tercatat inflasi kelompok Makanan Jadi Minuman Rokok dan Tembakau pada triwulan I 2014 mencapai 2,56% (qtq) dengan andil terhadap inflasi umum sebesar 0,45% (qtq). Laju inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan IV 2013 yang mencapai 1,13% (qtq). Mayoritas subkelompok komoditas dalam Makanan Jadi Minuman Rokok dan Tembakau pada triwulan laporan mengalami kenaikan inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Sumbangan inflasi tertinggi dialami oleh subkelompok Makanan Jadi, sebesar 1,26%. Sementara laju inflasi tertinggi terjadi pada subkelompok Minuman Tidak Beralkohol, serta Tembakau dan Minuman Beralkohol, masing-masing mencapai 3,86% dan 3,23% (qtq). Kenaikan inflasi subkelompok Makanan Jadi tidak terlepas dari pengaruh inflasi bahan makanan sebagai bahan baku utama, dimana pada triwulan I 2014 berada di level yang relatif tinggi. Terkait dengan inflasi pada subkelompok Minuman Tidak Beralkohol, salah satu komoditas yang memicu kenaikan inflasi adalah es. Berdasarkan hasil survei singkat yang dilakukan KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, dapat diketahui bahwa rendahnya curah hujan berdampak terhadap kualitas air yang menjadi payau. Kondisi tersebut direspon oleh pelaku usaha (penjual/produsen es) yang beralih menggunakan air mineral dalam pembuatan es, sehingga mendorong kenaikan harga jual es. Sementara, kenaikan pajak tembakau daerah sebesar 10%, menjadi salah satu faktor pemicu kenaikan harga rokok sehingga menyebabkan inflasi subkelompok Tembakau Minuman Beralkohol mengalami kenaikan andil I-2014 I-2014 IV

40 Kenaikan inflasi kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Kalimantan Barat tercermin di kedua kota yang menjadi dasar perhitungan inflasi. Tercatat inflasi Makanan Jadi di Kota Pontianak dan Kota Singkawang pada triwulan I 2014 masing-masing mencapai 3,09% dan 0,87% (qtq), naik dibandingkan triwulan IV 2013 yang mencapai 1,23% dan 0,72% (qtq). Secara umum, inflasi mayoritas kelompok komoditas Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Kota Pontianak mengalami kenaikan. Subkelompok Makanan Jadi serta Tembakau dan Minuman Beralkohol mengalami inflasi sebesar 1,99% dan 3,63% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2013 yang mencapai 0,74% dan 1,57% (qtq). Sementara inflasi tertinggi di triwulan laporan terjadi pada subkelompok Minuman Tidak Beralkohol, mencapai 6,43% (qtq), naik dibanding triwulan IV 2013 yang mencapai 2,26% (qtq). Kondisi serupa juga terlihat di Kota Singkawang, dimana inflasi kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau dipicu oleh kenaikan inflasi pada subkelompok Makanan Jadi serta Tembakau dan Minuman Beralkohol yang masing-masing mencapai 0,70% dan 1,88% (qtq). Di sisi lain, kondisi bertolak belakang terjadi di subkelompok Minuman Tidak Beralkohol di Kota Singkawang yang mengalami deflasi sebesar 0,43% (qtq). Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya deflasi tersebut adalah penurunan harga gula pasir, seiring pasokan yang relatif terjaga Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Pada triwulan I 2014, inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya, sehingga menjadi peredam tekanan inflasi umum di triwulan laporan. Tercatat pada triwulan I 2014, kelompok ini mengalami deflasi sebesar 3,91% (qtq), lebih rendah dari inflasi triwulan IV 2013 yang mencapai 4,34% (qtq) dengan andil deflasi mencapai 0,66% (qtq). Penurunan inflasi pada kelompok ini disebabkan oleh penurunan inflasi pada subkelompok Transpor, dari 5,96% (qtq) di triwulan IV 2013 menjadi deflasi 3,04% (qtq) di triwulan laporan. Berdasarkan komoditasnya, deflasi yang terjadi pada tarif angkutan udara menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan inflasi subkelompok Transpor. Berlalunya perayaan Cap Go Meh yang menyebabkan % (qtq) Pontianak Singkawang II III IV I II III IV I Sumber: BPS Kalbar, diolah Grafik 2.8 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi Kota Pontianak dan Singkawang 28

41 penggunaan angkutan udara mengalami penurunan sehingga tekanan permintaan terhadap tiket angkutan udara relatif mereda dan harga cenderung turun. Jasa keuangan Sarana dan penunjang transpor Komunikasi dan pengiriman Transpor TRANSPOR % (qtq) Sumber: BPS Kalbar, diolah andil I-2014 IV Grafik 2.9 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat menurut Kelompok Transpor % (qtq) Sumber: BPS Kalbar, diolah Pontianak Singkawang II III IV I II III IV I Grafik 2.10 Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor Kota Pontianak dan Singkawang Berdasarkan kotanya, penurunan inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan terjadi baik di Kota Pontianak maupun Kota Singkawang. Pada triwulan ini, laju inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Kota Pontianak mengalami penurunan, dari 4,86%(qtq) di triwulan IV 2013 menjadi deflasi 1,89% (qtq) di triwulan I Sementara di Kota Singkawang, kelompok ini mengalami deflasi sebesar 0,91% (qtq), setelah pada triwulan sebelumnya mengalami inflasi sebesar 6,0% (qtq). 29

42 2.3. Inflasi Tahunan Secara tahunan, tekanan inflasi di triwulan I 2014 berada di level yang relatif tinggi, terutama pada kelompok Bahan Makanan dan kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan. Tekanan inflasi tahunan pada triwulan I 2014 terutama dipengaruhi oleh penyesuaian harga komoditas setelah kenaikan harga BBM dipertengahan 2013 sehingga menyebabkan IHK berada di level yang relatif tinggi (base effect). Tercatat, tekanan inflasi tahunan terutama dipengaruhi oleh kelompok Bahan Makanan serta kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan dengan sumbangan inflasi masing-masing mencapai 2,36% dan 2,39% (yoy). Tekanan inflasi kedua kelompok tersebut juga berada di level yang relatif tinggi, mencapai 9,70% dan 13,33% (yoy). Selain itu, kelompok Perumahan juga memberikan pengaruh inflasi yang besar di triwulan I 2014, seiring penyesuaian harga LPG 12kg di awal triwulan. Tercatat inflasi kelompok Perumahan sebesar 9,81% (yoy) dengan sumbangan mencapai 2,31% (yoy) Disagregasi Inflasi Umum Transpor Pendidikan Kesehatan Sandang Perumahan Makanan jadi Bahan Makanan % (yoy) Sumber: BPS Kalbar, diolah Andil I-2014 IV-2013 I Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa Laju inflasi Inti yang relatif terkendali pada triwulan I 2014 menjadi peredam tekanan inflasi umum ditengah lonjakan harga bahan pangan inflasi. Berdasarkan disagregasi inflasi, Tekanan inflasi komoditas yang bersifat non-fundamental mengalami kenaikan signifikan pada triwulan laporan. Hal tersebut terkait dengan kondisi cuaca yang kurang baik dan bencana di beberapa daerah sentra produksi sehingga mempengaruhi produksi dan pasokan. Kondisi tersebut memberikan tekanan terhadap inflasi kelompok Volatile Foods (VF) pada triwulan I Kenaikan laju inflasi triwulanan juga terjadi pada kelompok barang/jasa yang harganya diatur oleh pemerintah (administered prices-ap), seiring penyesuaian pajak tembakau daerah sebesar 10% dan kenaikan LPG 12 kg di awal triwulan. Sementara itu, dari sisi fundamental, inflasi relatif terkendali seiring berlalunya perayaan even musiman Cap Go meh, Imlek dan Sembahyang Kubur. 30

43 Inflasi yang masih terjadi pada seluruh kelompok disagregasi di triwulan I 2014 menyebabkan tingginya tekanan inflasi tahunan, terlebih IHK setelah kenaikan harga BBM pada pertengahan tahun 2013 berada di level yang tinggi sehingga menyebabkan pengaruh base effect. Tabel 2.1 Tendensi Inflasi Triwulanan I 2014 Kalimantan Barat (%-qtq) Kelompok Tendensi Faktor Pengaruh Volatile Foods Kondisi cuaca yang kurang baik Bencana di beberapa daerah sentra produksi Inflasi Inti Berlalunya perayaan even musiman Cap Go meh, Imlek dan Sembahyang Kubur. Adm Price Penyesuaian pajak tembakau daerah sebesar 10% Kenaikan LPG 12 kg Menurun Meningkat Stabil Faktor Fundamental Perkembangan inflasi pada kelompok komoditas Inti pada triwulan I 2014 cenderung terkendali. Salah satu kelompok komoditas dalam kelompok ini yang mengalami penurunan laju inflasi adalah kelompok Transportasi. Berlalunya perayaan even musiman Cap Go Meh yang berlangsung pada pertengahan triwulan menyebabkan tekanan permintaan terhadap tiket Maskapai 1 Maskapai 2 Maskapai 3 Rata-rata Rp Tren Rata-rata Harga Tiket Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp0 I III I III Feb-14 Mar-14 Sumber : KPwBI Prov. Kalbar Grafik 2.11 SPH Komoditas Tiket Angkutan Udara (Rp) angkutan udara relatif mereda dan harga tiket angkutan udara cenderung turun. Pergerakan penurunan harga tiket angkutan udara tersebut juga diperkuat oleh hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, dimana dalam triwulan I 2014, harga tiket angkutan udara mengalami penurunan mencapai 27,19% (mtm). Hasil Survei Konsumen (SK) menunjukkan bahwa ekspektasi masyarakat terhadap inflasi di triwulan I 2014 mengalami penurunan, meskipun pada pertengahan triwulan terjadi lonjakan ekspektasi. Penurunan ekspektasi inflasi pada triwulan I 2014 terjadi seiring berlalunya even musiman Cap Go Meh yang berlangsung pada pertengahan triwulan. Ekspektasi masyarakat secara jangka pendek maupun jangka panjang mengalami puncaknya pada awal triwulan dengan angka indeks masing-masing mencapai 168,34 dan 173,50, kemudian mengalami penurunan pada akhir triwulan laporan dengan indeks mencapai 154,77 31

44 I-2013 II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 I-2013 II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 dan 146. Berdasarkan kelompok komoditasnya, penurunan ekspektasi inflasi tersebut terlihat di seluruh kelompok. Ekspektasi inflasi pada kelompok Bahan Makanan mengalami penurunan, dari 191,50 di awal triwulan I 2014 menjadi 179 di akhir triwulan I 2014, seiring pasokan bahan pangan, khususnya padi, cabai dan bawang yang relatif terjaga. Sementara itu, ekspektasi masyarakat terhadap inflasi kelompok Transpor di triwulan I 2014 mencapai puncak pada pertengahan triwulan, mencapai angka indeks 158,5 seiring berlangsung even musiman Cap Go Meh dan mengalami penurunan di akhir triwulan dengan angka indeks mencapai 144,5. Saldo Bersih Ekspektasi Inflasi Jangka Pendek Ekspektasi Inflasi Jangka Panjang Inflasi Aktual (aksis kanan) % (qtq) Bahan makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Transpor Pendidikan Sumber: Survei Konsumen BI, diolah Sumber: Survei Konsumen BI, diolah Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga menurut Konsumen di Kalimantan Barat Grafik 2.13 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga Konsumen Menurut Kelompok Komoditas di Kalimantan Barat Salah satu negara mitra dagang utama di Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 mengalami kenaikan inflasi. Malaysia pada triwulan I 2014 mengalami kenaikan inflasi yang berpotensi memicu tekanan inflasi di Kalimantan Barat mengingat kedua wilayah tersebut memiliki berbatasan secara langsung. Inflasi Malaysia pada triwulan I 2014 mengalami kenaikan, dari 3,20% (yoy) di triwulan IV 2013 menjadi 3,50% (yoy) di triwulan I Berdasarkan data Bank Negara Malaysia, secara lebih mendalam dapat diketahui bahwa kenaikan inflasi tersebut terutama dipicu oleh tingginya inflasi pada subkelompok komoditas Pangan yang mencapai 3,90% (yoy). Sementara tren harga emas dunia cenderung mengalami penurunan. berdasarkan data historis, terlihat bahwa siklus harga emas mencapai puncaknya pada pertengahan 2012 dan cenderung menurun. 32

45 Jan-08 Mar-08 Mei-08 Jul-08 Sep-08 Nop-08 Jan-09 Mar-09 Mei-09 Jul-09 Sep-09 Nop-09 Jan-10 Mar-10 Mei-10 Jul-10 Sep-10 Nop-10 Jan-11 Mar-11 Mei-11 Jul-11 Sep-11 Nop-11 Jan-12 Mar-12 Mei-12 Jul-12 Sep-12 Nop-12 Jan-13 Mar-13 Mei-13 Jul-13 Sep-13 Nop-13 Jan-14 Mar-14 7,0 % (yoy) 2000 $/OZ 6,0 5,0 4,0 3,0 China Malaysia Singapura , , ,0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: Bloomberg Grafik 2.14 Perkembangan Inflasi Negara Mitra Dagang Sumber: Bloomberg Grafik 2.15 Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional Faktor Non Fundamental Dari sisi non fundamental, tekanan inflasi komoditas mengalami kenaikan yang signifikan pada triwulan laporan. Tingginya laju inflasi VF tersebut terutama dipicu oleh kondisi cuaca yang kurang baik dan bencana di beberapa daerah sentra produksi sehingga mempengaruhi produksi dan pasokan. Kenaikan inflasi komoditas VF diperkuat oleh hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat di empat pasar tradisional dan empat pasar modern di Kota Pontianak. Berdasarkan hasil pantauan tersebut dapat diketahui bahwa komoditas khususnya cabai menunjukkan kenaikan selama triwulan laporan. Sementara harga komoditas beras dan telur ayam ras relatif stabil sedangkan komoditas daging ayam ras dan bawang mengalami penurunan. Selain SPH, perkembangan inflasi VF juga diperkuat oleh hasil survei pemantauan harga yang dilakukan oleh Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalimantan Barat di empat pasar utama di Kota Pontianak, dimana kenaikan terutama terjadi pada komoditas cabai Rp/kg Beras Minyak Goreng Gula Pasir I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Feb-14 Mar-14 Feb-14 Mar-14 Daging Ayam Ras Telur Daging Sapi (RHS) Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat Rp/kg Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat Sapi (Rp/Kg) Grafik 2.16 SPH Beras, Minyak Goreng dan Gula Pasir Grafik 2.17 SPH Daging Ayam, Telur dan Daging Sapi 33

46 Rp/kg Cabe Merah Bawang Merah Cabe Rawit Bawang Putih Rp/kg Ikan Bawal Ikan Kembung Ikan Tenggiri Ikan Tongkol Udang I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Feb-14 Mar-14 Feb-14 Mar-14 Sumber : KPwBI Prov. Kalbar Sumber : KPwBI Prov. Kalbar Rupiah/Kg Grafik 2.18 SPH Komoditas Bumbu Beras (IR 64) Beras Lokal (Medium) Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat Grafik 2.20 Perkembangan Rata-rata Harga Beras di Kota Pontianak Rupiah/Kg Grafik 2.19 SPH Komoditas Ikan Bawang Merah Cabe Merah Keriting Cabe Rawit Bawang Putih Cabe Merah Biasa Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat Grafik 2.21 Perkembangan Rata-rata Harga Daging Ayam Ras dan Gula Pasir di Kota Pontianak Sementara itu, inflasi kelompok Administered Price (AP) pada triwulan I 2014 mengalami kenaikan seiring realisasi beberapa kebijakan pemerintah di awal triwulan. Beberapa faktor yang menjadi pemicu kenaikan inflasi AP antara lain penyesuaian harga rokok akibat kenaikan pajak tembakau daerah sebesar 10% dan penyesuaian harga LPG 12kg. 34

47 III. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan Secara triwulanan, perkembangan volume usaha perbankan Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 tercatat mencapai Rp43,95 Triliun, atau tumbuh sebesar 14,70% (yoy). Pertumbuhan total aset tersebut tercatat relatif melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV 2013 yang mencapai 15,34% (yoy). Perlambatan yang terjadi dipengaruhi oleh perlambatan baik pada sisi aktiva, yaitu penyaluran kredit, maupun sisi pasiva pada penghimpunan dana pihak ketiga. Penyaluran kredit perbankan Kalimantan Barat tercatat tumbuh 19,19% (yoy) menjadi sebesar Rp30,70 Triliun atau lebih lambat dibandingkan triwulan IV 2013 yang tumbuh mencapai 22,53% (yoy). Sementara itu, dari sisi pasiva, penghimpunan dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat tumbuh 12,34% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 13,35% (yoy). Perlambatan pada penyaluran kredit yang lebih dalam dibandingkan penghimpunan DPK mendorong peningkatan rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan DPK (Loan to Deposit Ratio/ LDR) dari 83,55% pada triwulan IV 2013 menjadi 84,33% pada triwulan laporan. Tabel Perkembangan Indikator Umum Perbankan Kalimantan Barat (Rp Miliar) INDIKATOR Pertumbuhan (%) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I q-t-q y-o-y 1. Total Asset 33,290 35,654 36,755 38,145 38,321 40,162 41,986 43,997 43,955 (0.10) DPK 28,856 30,352 31,060 32,000 32,407 33,509 34,720 36,273 36, Giro 5,663 6,345 6,206 4,628 5,970 6,780 6,688 4,873 6, Deposito 7,485 7,337 7,362 7,548 7,761 8,264 8,595 9,396 9, Tabungan 15,709 16,669 17,492 19,824 18,676 18,465 19,438 22,004 20,213 (8.14) Kredit 20,031 21,922 22,824 24,735 25,761 27,592 28,762 30,308 30, LDR (%) NPLs (%) Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah 3.2 Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Secara umum, penghimpunan dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat tercatat tumbuh 12,34% (yoy) menjadi sebesar Rp36,41 Triliun. Pertumbuhan tersebut tercatat lebih lambat dibandingkan triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 13,35% (yoy), namun relatif lebih baik dibandingkan triwulan I 2013 yang tumbuh 12,30% (yoy). Dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat masih didominasi oleh dana murah, terutama tabungan yang mencapai Rp20,21 Triliun. Tabungan tercatat tumbuh melambat sebesar 8,23% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,00% (yoy). Di sisi lain, giro dan deposito tercatat mengalami akselerasi, masing-masing sebesar 6,66% (yoy) dan 26,61% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya, menjadi masing-masing sebesar Rp6,47 Triliun dan Rp9,83 Triliun. 35

48 Akselerasi pada deposito yang dihimpun perbankan Kalimantan Barat antara lain didorong oleh pergerakan suku bunga deposito seiring dengan naiknya BI rate. Giro Deposito Tabungan 22,004 19,824 18,676 18,465 19,438 20,213 17,492 16,669 15,709 % Deposito BI Rate SB Deposito Rp Miliar 12,000 10,000 8,000 9,396 9,826 7,485 7,337 7,362 7,548 7,761 8,264 8,595 5,663 6,206 6,780 6,688 6,345 6,368 4,628 5,970 4, ,000 4,000 2,000 Tw I Tw II Tw III tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 0 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.1 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga Deposito Kalimantan Barat terhadap BI Rate Perseorangan 75.77% Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Sektor Swasta 11.15% Lainnya 3.57% Pemerintah Daerah 9.51% Grafik 3.3 Struktur DPK Menurut Golongan Pemilik di Kalimantan Barat Berdasarkan golongan nasabah pemilik rekening, DPK yang dihimpun perbankan Kalimantan Barat didominasi oleh nasabah perorangan dengan pangsa yang cukup tinggi mencapai 75,77%. Jumlah DPK milik perorangan tersebut mencapai Rp27,58 Triliun, atau tumbuh 13,52% (yoy), lebih baik dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,35% (yoy). Sementara itu, penghimpunan DPK sektor swasta mencatat perlambatan, dimana pada triwulan laporan tumbuh 22,25% (yoy) dari 26,04% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Di sisi lain, DPK milik pemerintah bahkan mencatat kontraksi sebesar 2,91% (yoy) menjadi sebesar Rp3,46 Triliun. Secara spasial, DPK paling tinggi dihimpun di Kota Pontianak, dengan nilai mencapai Rp23,81 Triliun atau 65,40% dari total DPK yang dihimpun bank umum di Kalimantan Barat. Tingginya DPK di Kota Pontianak didorong oleh faktor aktivitas perekonomian yang cukup tinggi dan tingginya dana APBD yang disimpan pada bank di Kota Pontianak. Grafik 3.4 menggambarkan sebaran penghimpunan DPK oleh bank umum menurut kabupaten/kota di Kalimantan Barat, dimana warna yang lebih tua menunjukkan tingkat penghimpunan DPK yang lebih tinggi. 36

49 Daerah lain dengan DPK yang cukup tinggi adalah Kota Singkawang, Kabupaten Sintang dan Melawi, serta Kabupaten Sanggau dan Sekadau, masing-masing sebesar Rp3,07 Triliun, Rp2,04 Triliun dan Rp1,87 Triliun. Indikasi perlambatan penghimpunan DPK terjadi di seluruh daerah di Kalimantan Barat, terutama di Kab. Sambas. Perlambatan diperkirakan terjadi seiring dengan masih rendahnya harga internasional karet, dimana pada triwulan I 2014 tercatat 243,78 USD Cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada pada level 267,17 USD Cent/kg, yang mempengaruhi pendapatan masyarakat di Kalimantan Barat. Tabel 3. 2 Jumlah DPK dan Pangsa DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) Kabupaten DPK (Rp Miliar) Pangsa Kab. Pontianak 1, % Kab. Sambas % Kab. Ketapang 1, % Kab. Sanggau & Sekadau 1, % Kab. Sintang & Melawi 2, % Kab. Kapuas Hulu % Kab. Bengkayang % Kab. Landak % Kab. Kubu Raya % Kota Pontianak 23, % Kota Singkawang 3, % Total 36, % Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.4 Sebaran DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat 3.3 Penyaluran Kredit Sektor Produktif Sejalan dengan perlambatan total kredit yang disalurkan oleh industri perbankan pada triwulan laporan, pertumbuhan penyaluran kredit produktif kepada sektor korporasi juga mengalami perlambatan, dimana pada triwulan I 2014 tumbuh 21,97% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 26,10% (yoy). Outstanding kredit ke sektor produktif pada triwulan I 2014 tercatat mencapai Rp18,62 Triliun. Peranan kredit ke sektor produktif masih tetap dominan dalam mendukung pertumbuhan sektor riil. Pangsa kredit produktif terhadap total kredit pada triwulan laporan mencapai 60,65%, meskipun sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 60,83%. 37

50 Rp Miliar Investasi Modal Kerja 12,000 gmodal Kerja ginvestasi 11,000 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Investasi di Kalimantan Barat Perlambatan penyaluran kredit produktif terutama terjadi pada jenis kredit investasi dari 41,51%(yoy) menjadi 27,42% (yoy). Sementara itu, kredit modal kerja tercatat mengalami akselerasi dari 16,66% (yoy) menjadi 18,05% (yoy) pada triwulan laporan. Akselerasi pada penyaluran kredit modal kerja terutama didorong oleh akselerasi pada sektor pertanian, sementara itu perlambatan pada penyaluran kredit investasi terutama dipengaruhi oleh melambatnya pembiayaan di sektor pertambangan. Akselerasi pada penyaluran kredit modal kerja tersebut di tengah kondisi perlambatan ekonomi menunjukkan masih cukup kuatnya optimisme dari para pelaku bisnis di Kalimantan Barat. Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit oleh perbankan di Kalimantan Barat masih didominasi oleh tiga sektor ekonomi utama, yaitu sektor Perdagangan Besar dan Eceran (25,34% dari total kredit yang disalurkan), sektor pertanian (15,28% dari total kredit yang disalurkan), serta sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi (5,09% dari total kredit yang disalurkan). Pertumbuhan kredit TW I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I %, yoy 45 Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.6 Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Kalimantan Barat sektoral pada triwulan laporan ditandai dengan akselerasi pada penyaluran kredit sektor pertanian sebesar 19,55% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 17,00% (yoy). Subsektor utama yang mendorong pertumbuhan kredit Pertanian adalah perkebunan kelapa sawit yang tercatat dengan nominal mencapai Rp4,07 Triliun atau tumbuh 42,36% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 39,13% (yoy). Hal ini sejalan dengan pertumbuhan subsektor perkebunan yang mengalami akselerasi sebesar 5,93% (yoy). Sementara itu, kredit sektor yang melambat terutama adalah sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh 19,47% (yoy), atau lebih lambat dari triwulan KrBL, 40.31% KBJ, 0.01% ReEst, 4.84% PPK, 13.84% TPKom, 5.15% IP, 2.67% Kon, 3.09% PdgBE, 25.66% PPK Ptm LGA PdgBE TPKom ReEst Jspen JsKem BInt KrBL Pik IP Kon PAMM PKeu AdPem Jskes JsOrg KBJ

51 sebelumnya yang tumbuh 39,24% (yoy). Perlambatan tersebut dipengaruhi oleh implementasi Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 2014 terkait pembatasan ekspor barang tambang mineral mentah yang menyebabkan sebagian besar perusahaan pertambangan bauksit di Kalimantan Barat berhenti beroperasi pada awal tahun Kondisi ini juga sejalan dengan kinerja sektor pertambanagn yang mengalami kontraksi -1,09% (yoy) pada triwulan I ,000 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - Lokasi Proyek Lokasi Kantor Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.7 Pernyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek dan lokasi kantor bank (Rp Miliar) Outstanding kredit yang disalurkan oleh perbankan untuk pembiayaan proyek produktif yang berlokasi di Kalimantan Barat pada triwulan laporan mencapai Rp16,15 Triliun atau tercatat tumbuh 12,46% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 24,39% (yoy). Penyaluran kredit untuk lokasi proyek di Kalimantan Barat tersebut seluruhnya dilakukan oleh perbankan yang berlokasi di Kalimantan Barat. Namun demikian, angka penyaluran kredit tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan total kredit sektor yang disalurkan oleh perbankan yang berkantor di Kalimantan Barat (lokasi kantor) yang mencapai Rp18,62 Triliun. Hal ini mengindikasikan terdapat kredit dengan lokasi proyek di luar Kalimantan Barat yang disalurkan oleh perbankan Kalimantan Barat. 18,622 16,149 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Dari sisi spasial, penyaluran kredit industri perbankan masih dominan ke Kota Pontianak dengan outstanding kredit mencapai Rp7,69 Triliun atau mencapai 47,65% dari total kredit sektor produktif yang disalurkan di Kalimantan Barat. Hal tersebut didorong oleh pola bisnis para pelaku usaha yang masih terpusat di Kota Pontianak. Selain Kota Pontianak, kabupaten/kota lainnya di Kalimantan Barat dengan tingkat penyerapan kredit sektoral yang cukup tinggi adalah Kabupaten Pontianak, Kabupaten Tabel 3.3 Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) Kabupaten Kredit Produktif (Rp Milyar) Pangsa (%) Kab. Pontianak 1, Kab. Sambas Kab. Ketapang Kab. Sanggau 1, Kab. Sintang 1, Kab. Kapuas Hulu Kab. Bengkayang Kab. Landak Kab. Sekadau Kab. Melawi Kab. Kayong Utara Kab. Kubu Raya Kota Pontianak 7, Kota Singkawang Total 16, Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah 39

52 Sintang, dan Kabupaten Sanggau. Penyerapan kredit di Kabupaten Pontianak didominasi oleh sektor usaha Perdagangan Besar dan Eceran, sementara itu penyaluran kredit di Kab. Sintang dan Sanggau terjadi pada sektor usaha Pertanian, Perburuan dan Kehutanan, khususnya subsektor perkebunan Di tengah perlambatan pertumbuhan kredit, risiko kredit sektor yang tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPLs) gross perbankan tercatat meningkat. Rasio NPLs gross kredit sektoral pada triwulan laporan tercatat pada level 1,53%, sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada level 1,42%. Peningkatan rasio NPL gross terjadi terutama pada sektor Pertambangan, sektor Bangunan serta Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. NPL pada sektor pertambangan tercatat mencapai 7,70%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,57%. Kenaikan NPL pada sektor tersebut, baik dari sisi nominal maupun persentase, dipengaruhi oleh tekanan pada sektor pertambangan seiring dengan implementasi peraturan pemerintah terkait kegiatan pengolahan dan pemurnian hasil tambang mineral. Sementara itu, peningkatan NPLs pada sektor bangunan antara lain merupakan dampak dari implementasi ketentuan penyempurnaan loan to value dan kenaikan NPLs pada sektor perdagangan terjadi seiring dengan terjadinya perlambatan pada sektor tersebut. Kredit Produktif Pertanian Industri Bangunan PHR Pertambangan (RHS) I II III IV I II III IV I Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.8 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit Produktif Kalimantan Barat Tabel 3.4 Perkembangan Persentase NPLs Gross Kota/Kabupaten di Kalimantan Barat Kabupaten I II III IV I II III IV I Kab. Pontianak 0.94% 0.97% 0.73% 0.36% 0.93% 1.22% 0.94% 0.69% 0.73% Kab. Sambas 1.75% 2.00% 1.99% 1.34% 1.62% 1.65% 1.81% 0.94% 1.37% Kab. Ketapang 1.72% 2.01% 1.98% 2.71% 2.64% 2.40% 2.52% 2.06% 1.94% Kab. Sanggau & Sekadau 1.59% 1.64% 1.39% 1.09% 1.74% 1.68% 1.77% 1.52% 1.93% Kab. Sintang & Melawi 1.02% 1.33% 1.51% 1.41% 1.36% 1.54% 1.87% 2.01% 1.76% Kab. Kapuas Hulu 3.61% 3.58% 3.15% 2.01% 2.61% 2.37% 3.10% 2.49% 3.03% Kab. Bengkayang 0.07% 1.76% 0.29% 0.07% 0.15% 0.09% 0.07% 0.04% 0.12% Kab. Landak 1.82% 1.46% 1.35% 0.44% 0.81% 0.75% 0.51% 0.26% 0.28% Kota Pontianak 1.01% 0.87% 0.88% 0.69% 1.58% 1.61% 1.60% 1.02% 1.15% Kota Singkawang 2.32% 2.17% 3.41% 2.77% 7.08% 6.67% 6.86% 5.33% 5.40% Total 1.21% 1.13% 1.17% 0.94% 1.95% 1.95% 1.99% 1.42% 1.53% Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

53 Berdasarkan sebaran wilayahnya, risiko kredit tertinggi dialami oleh Kota Singkawang, dimana persentase kredit non lancar (NPLs) tercatat mencapai 5,40%. Hal ini terutama dipengaruhi oleh peningkatan NPLs pada sektor perekonomian utama di daerah tersebut, yaitu perdagangan besar dan eceran, terutama pada subsektor perdagangan eceran makanan dan minuman olahan. Selain Singkawang, daerah dengan risiko kredit yang relatif tinggi adalah Kabupaten Kapuas Hulu dimana persentase kredit non lancar (NPLs) tercatat pada level 3,03%. Risiko kredit di wilayah tersebut juga dipengaruhi oleh permasalahan kredit di sektor perdagangan besar dan eceran. 3.4 Penyaluran Kredit Rumah Tangga Dari sisi penyaluran kredit ke rumah tangga, penyaluran kredit konsumsi ke debitur rumah tangga di Kalimantan Barat tercatat mencapai Rp12,08 Triliun, atau tumbuh 15,14% (yoy). Sejalan dengan penyaluran kredit perbankan Kalimantan Barat secara umum, pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi tersebut tercatat melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 17,36% (yoy). Perlambatan penyaluran kredit rumah tangga dipengaruhi oleh kebijakan kenaikan BI rate yang secara bertahap berdampak pada kenaikan suku bunga kredit, khususnya KPR. Jenis Kredit Rumah Tangga Tabel 3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga (Rp Miliar) I II III IV I II III IV I KPR 2,111 2,512 2,349 2,438 2,688 3,099 3,361 3,535 3,602 KKB Perlengkapan Multiguna 4,495 4,863 6,438 6,720 6,908 6,736 6,761 6,838 6,878 Lainnya 1,634 1, ,018 1,271 1,299 1,410 Total kredit 8,356 8,995 9,659 10,115 10,492 11,045 11,595 11,871 12,081 Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Berdasarkan jenis penggunaannya, penyaluran kredit rumah tangga di Kalimantan Barat sebagian besar merupakan kredit multiguna dengan outstanding mencapai Rp6,88 Triliun. Meskipun demikian, perkembangan penyaluran kredit multiguna menunjukkan kontraksi sebesar 0,44% (yoy). Pesimisme perkembangan penyaluran kredit tersebut disebabkan terutama oleh penyempurnaan kebijakan Loan To Value (termasuk di dalamnya larangan pemberian/pembiayaan untuk Down Payment) yang secara efektif berlaku mulai 30 September Selain multiguna, penyaluran kredit rumah tangga juga sebagian besar merupakan kredit kepemilikan rumah (KPR) mencapai Rp3,60 Triliun. Trend perlambatan pertumbuhan kredit terjadi pada semua jenis kredit rumah tangga, terutama KPR dan KKB (Kredit Kendaraan Bermotor), dimana masing-masing tumbuh 33,98% (yoy) dan 40,75% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya masing-masing sebesar 45,00% (yoy) dan 52,13% (yoy)

54 Perlambatan kredit rumah tangga diperkirakan juga dipengaruhi oleh masih rendahnya harga komoditas utama Kalimantan Barat, khususnya karet. 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Total kredit KPR KKB Multiguna I II III IV I II III IV I % 33.98% 15.14% -0.44% Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Rumah Tangga di Kalimantan Barat Tabel 3.6 Jumlah dan Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat Kabupaten Kredit Rumah Tangga (Rp Milyar) Pangsa (%) Kab. Pontianak Kab. Sambas Kab. Ketapang Kab. Sanggau & Sekadau Kab. Sintang & Melawi Kab. Kapuas Hulu Kab. Bengkayang Kab. Landak Kab. Kubu Raya Kota Pontianak 6, Kota Singkawang Total 12, Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Secara spasial, penyaluran kredit rumah tangga paling banyak disalurkan oleh perbankan di Kota Pontianak dengan outstanding mencapai Rp6,28 Triliun atau mencapai pangsa 51,98% dari total kredit rumah tangga yang disalurkan di Kalimantan Barat. Tingginya tingkat konsumsi rumah tangga di Kota Pontianak mendorong tingginya penyaluran kredit konsumsi di daerah tersebut. Daerah lainnya dengan outstanding penyaluran kredit rumah tangga yang cukup tinggi adalah Kota Singkawang, Kabupaten Sanggau & Sekadau serta Kabupaten Sintang & Melawi. Tingginya aktivitas perekonomian di sektor utama perekonomian daerah-daerah tersebut mendorong tingginya konsumsi masyarakat. 3.00% 2.50% 2.00% 1.50% 1.00% 0.50% 0.00% KPR KKB Multiguna Lainnya Perlengkapan I II III IV I II III IV I Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah 1.67% 1.25% 1.04% 0.41% 0.34% Grafik 3.10 Perkembangan NPL Gross Kredit Sektor Rumah Tangga di Kalimantan Barat Secara umum, risiko kredit yang tercermin dari rasio NPL gross kredit rumah tangga berada di batas aman di bawah 5%. Namun demikian, di tengah perlambatan penyaluran kredit yang terjadi, terjadi tren peningkatan rasio NPL gross kredit rumah tangga. Rasio NPL gross kredit rumah tangga pada triwulan laporan tercatat sebesar 0,79%. Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit rumah tangga dengan tingkat NPL tertinggi adalah KPR dengan tingkat NPL mencapai 1,67%. Peningkatan NPL KPR selain dipengaruhi oleh penyempurnaan kebijakan 42

55 LTV pada triwulan III 2013 juga diakibatkan oleh cenderung meningkatnya suku bunga kredit perbankan seiring dengan kenaikan suku bunga kebijakan BI. 3.5 Pengembangan Akses Keuangan dan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Di tengah perlambatan kredit secara umum, penyaluran kredit kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tercatat mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, kredit yang disalurkan untuk UMKM tercatat sebesar Rp10,04 Triliun atau tumbuh 31,62% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 30,97% (yoy). Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit produktif yang disalurkan oleh perbankan Kalimantan Barat pun tercatat cukup tinggi mencapai 53,90%. Rp Miliar 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - Nominal Growth %, yoy I II III IV I II III IV I Modal Kerja Investasi 2,851 3,128 2,538 2,634 1,970 2,001 1,870 1,961 2,018 4,106 4,595 4,861 5,380 5,609 6,141 6,365 6,763 6,910 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.11 Perkembangan Kredit UMKM Kalimantan Barat Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat (Rp Miliar) Porsi terbesar kredit UMKM disalurkan kepada usaha kecil (nominal antara Rp50 juta- Rp500 juta) mencapai 43,72% dari total kredit UMKM yang disalurkan atau sebesar Rp4,40 Triliun. Sementara itu, kredit untuk usaha menengah (nominal antara Rp500 juta sampai dengan Rp5 Miliar) dan usaha mikro (nominal kurang dari Rp50 juta), masing-masing tercatat sebesar Rp4,17 Triliun dan Rp1,48 Triliun. Ditinjau dari jenis penggunaannya, sebagian besar kredit UMKM disalurkan untuk tujuan modal kerja, mencapai Rp6,91 Triliun. Sementara Rp3,13 Triliun disalurkan untuk kepentingan investasi. Penyaluran kredit tersebut sebagian besar disalurkan kepada sektor perdagangan besar dan eceran serta sektor pertanian, perburuan dan kehutanan, terutama sub sektor perkebunan karet dan kelapa sawit. 43

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan (UAEK) Kantor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Kajian, Statistik dan Survey (UKSS) Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJAN EKONOM DAN KEUANGAN REGONAL PROVNS KALMANTANN BARAT TRWULAN 214 KANTOR PERWAKLAN BANK NDONESA PROVNS KALMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan (UAEK) Kantor Perwakilan Bank

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II-2011 KANTOR BANK INDONESIA PONTIANAK Penanggung Jawab: Kelompok Kajian, Statistik dan Survey (KKSS) Kantor Bank Indonesia Pontianak Jl. Ahmad

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III-2011 KANTOR BANK INDONESIA PONTIANAK Penanggung Jawab: Kelompok Kajian, Statistik dan Survey (KKSS) Kantor Bank Indonesia Pontianak Jl. Ahmad

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

Miliar Rp % 12000 10000 8000 Nilai g Kalbar (yoy) g Nasional (yoy) 8 7 6 5 6000 4 4000 2000 3 2 1 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 0 2012 2013 2014 Jenis Penggunaan 2012 2013 2014 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II - 2008 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya sehingga

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I-2011 KANTOR BANK INDONESIA PONTIANAK Penanggung Jawab: Kelompok Kajian, Statistik dan Survey (KKSS) Kantor Bank Indonesia Pontianak Jl. Ahmad

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 29 Kantor Ringkasan Eksekutif KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-nya sehingga

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Triwulan IV-2013 KANTOR

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII Triwulan I-2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII TIM KAJIAN EKONOMI Jl. Jend.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan II 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III-2013 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Asesmen Ekonomi

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci