KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215

2 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI Menjalankan kebijakan BI dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan. FUNGSI 1. Fungsi Statistik dan surveillance 2. Fungsi Kajian 3. Fungsi Komunikasi dan Pelaksanaan Program 4. Fungsi Sistem Pembayaran 5. Fungsi Manajemen Intern dan koordinasi Wilayah TUGAS POKOK 1. Memberikan masukan kepada Dewan Gubernur kondisi ekonomi dan keuangan daerah di wilayah kerjanya; 2. Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan ekonomi dan keuangan daerah, yang didukung dengan penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian/riset serta memfasilitasi pengendalian inflasi, pemberdayaan sektor riil dan UMKM. 3. Melaksanakan kegiatan perizinan dan pengawasan serta operasionalisasi sistem pembayaran tunai dan non tunai sesuai dengan kebutuhan ekonomi daerah di wilayah kerjanya 4. Melaksanakan kebijakan stabilitas keuangan, program perluasan dan pemerataan akses dan keterjangkauan keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif 5. Mengelola sumber daya internal yang dibutuhkan sebagai faktor pendukung fungsi-fungsi utama. Kalender Publikasi KEKR Triwulan I Mei Triwulan II Agustus Triwulan III November Triwulan IV Februari Penerbit : Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan - Tim Ekonomi Moneter Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh Jl. Cut Meutia No.15, Banda Aceh - Indonesia Telp : / Fax : Publikasi KER secara online dapat diperoleh di:

3 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat dan karunianya sehingga buku Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Aceh Triwulan IV 215 ini akhirnya dapat dipublikasikan. Buku ini memaparkan informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah, diantaranya pertumbuhan ekonomi, perbankan, sistem pembayaran dan keuangan daerah yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan informasi internal maupun eksternal Bank Indonesia. Secara umum, hasil kajian atas perkembangan ekonomi regional Provinsi Aceh periode triwulan laporan mendeskripsikan bahwa perekonomian Aceh menunjukkan kecenderungan yang lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Dalam kesempatan ini, kami menghaturkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan buku ini. Harapan kami, kerja sama yang telah tercipta dapat terus berlanjut dan ditingkatkan pada masa yang akan datang. Kami menyadari bahwa kualitas dan informasi yang disajikan masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari seluruh pihak yang berkepentingan dengan buku ini. Kami berharap, semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Banda Aceh, Februari 216 Kepala Perwakilan, Ahmad Farid Deputi Direktur 2 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 2 DAFTAR ISI... 3 DAFTAR GRAFIK... 4 DAFTAR TABEL... 5 DAFTAR ISTILAH TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH... 8 RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 BAB 1. KONDISI MAKROEKONOMI ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DARI SISI PENAWARAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DARI SISI PERMINTAAN BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI ACEH KONDISI UMUM PERKEMBANGAN INFLASI ACEH INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA TPID PROVINSI ACEH BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH ANALISIS PERBANKAN DAERAH INTERMEDIASI DAN DAN RESIKO PERBANKAN KETAHANAN SEKTOR KORPORASI KETAHANAN SEKTOR UMKM KETAHANAN SEKTOR RUMAH TANGGA KINERJA SISTEM PEMBAYARAN KINERJA SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI KINERJA SISTEM PEMBAYARAN TUNAI BAB 4. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KETENAGAKERJAAN KESEJAHTERAAN BAB 5. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH PENDAPATAN DAERAH BELANJA DAERAH BAB 6. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH INFLASI PROVINSI ACEH LAMPIRAN BOX 1. KAJIAN PERDAGANGAN ANTAR WILAYAH DI PROVINSI ACEH BOX 2. EVALUASI PEMANFAATAN DANA OTONOMI KHUSUS ACEH TAHUN KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215 3

5 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Struktur Ekonomi Aceh Sisi Penawaran Grafik 1.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Aceh Dengan Migas Grafik 1.3 Kontribusi Pertumbuhan Sektor-Sektor Ekonomi Aceh (yoy(%) Grafik 1.4 Pertumbuhan Sektor Pertanian Grafik 1.5 Pangsa dan Kontribusi Sektor Pertanian Grafik 1.6 Pangsa Subsektor Pertanian... 2 Grafik 1.7 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian... 2 Grafik 1.8 Pertumbuhan Sektor Perdagangan Grafik 1.9 Pangsa dan Kontribusi Sektor Perdagangan Grafik 1.1 Penjualan Kendaraan Bermotor Grafik 1.11 Perkembangan Kredit PHR Grafik 1.12 Realiasi Ekonomi Sektor PHR Grafik 1.13 Pertumbuhan Sektor Pertambangan-Penggalian Grafik 1.14 Pangsa dan Kontribusi Sektor Pertambangan Penggalian Grafik 1.15 Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Grafik 1.16 Pangsa dan Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Grafik 1.17 Pangsa Subsektor Industri Pengolahan Grafik 1.18 Perkembangan Kredit Sektor industri Pengolahan Grafik 1.19 Realiasi Ekonomi Sektor PHR Grafik 1.2 Laju dan Kontribusi Pertumbuhan PDRB dari Sisi Permintaan (yoy(%)) Grafik 1.21 Struktur PDRB Sisi Permintaan Grafik 1.22 Perkembangan Konsumsi RT Grafik 1.23 Kontribusi Konsumsi RT Grafik 1.24 Pangsa Subkomponen Konsumsi Rumah Tangga Grafik 1.25 Pangsa Subkomponen Konsumsi Rumah Tangga Non Makanan Grafik 1.26 Penjualan Kendaraan Bermotor (Konsumsi) Grafik 1.27 Penggunaan Listrik Rumah Tangga Grafik 1.28 Perkembangan Konsumsi Pemerintah Grafik 1.29 Kontribusi Konsumsi Pemerintah Grafik 1.3 Realisasi Pengadaan Semen di Aceh Grafik 1.31 Perkembangan Investasi Grafik 1.32 Pangsa Realisasi PMA Per Sektor Grafik 1.33 Pangsa Realisasi PMDN Per Sektor...28 Grafik 1.34 Perkembangan Penjualan Kendaraan Bermotor (Inventasi)...29 Grafik 1.35 Perkembangan Ekspor (Dengan Migas) Provinsi Aceh...29 Grafik 1.36 Perkembangan Impor (Dengan Migas) Provinsi Aceh...29 Grafik 1.37 Ekspor Impor Luar Negeri Aceh Triwulan Laporan...29 Grafik 1.38 Ekspor Impor Antar Daerah Aceh Triwulan Laporan Grafik 1.39 Perkembangan Net Ekspor Antar Daerah Aceh (ADHK)...29 Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi year on year, quarter to quarter, dan month to month di Aceh (%) Grafik 2.2 Perbandingan Inflasi year on year di kawasan Sumatera (%) Grafik 2.3 Inflasi Kelompok Rata-Rata KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

6 Grafik 2.4 Inflasi Kelompok (mtm) Grafik 2.5 Inflasi Triwulanan Provinsi Aceh... 4 Grafik 2.6 Inflasi Kelompok (qtq)... 4 Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Aceh (yoy (%))... 4 Grafik 2.8 Inflasi Kelompok Pada Triwulan IV 215 (yoy (%))... 4 Grafik 2.9 Disagregasi Inflasi Tahunan Provinsi Aceh Grafik 2.1 Kontribusi Disagregasi Inflasi Tahunan Provinsi Aceh Grafik 2.11 Pergerakan Harga Komoditas Daging Sapi Grafik 2.12 Pergerakan Harga Komoditas Daging Ayam Grafik 2.13 Pergerakan Harga Bumbu-Bumbuan Grafik 2.14 Pergerakan laju Inflasi Tahunan Kota Pantauan Aceh Grafik 2.15 Inflasi Tahunan Kota Pantauan Aceh Triwulan IV Grafik 3.1 Aset Perbankan Konvensional... 5 Grafik 3.2 Aset Perbankan Syariah... 5 Grafik 3.3 Perkembangan DPK Aceh Grafik 3.4 Struktur DPK Aceh Grafik 3.5 DPK Perbankan Konvensional Grafik 3.6 DPK Perbankan Syariah Grafik 3.7 Komposisi DPK Per Jenis Simpanan Grafik 3.8 Perkembangan Suku Bunga DPK Grafik 3.9 Perkembangan Penyaluran Kredit Aceh Grafik 3.1 Perkembangan Suku Bunga, BI Rate, dan Kredit Aceh Grafik 3.11 Kredit Bank Konvensional Grafik 3.12 Pembiayaan Bank Syariah Grafik 3.13 Pangsa Kredit Per Jenis Penggunaan Grafik 3.14 Pertumbuhan Kredit (yoy) Menurut Penggunaan Grafik 3.15 LDR dan NPL Bank Konvensional Grafik 3.16 LDR dan NPL Bank Syariah Grafik 3.17 Perkembangan Kredit ke Sektor Korporasi Grafik 3.18 Perkembangan NPL Kredit ke Korporasi Grafik 3.19 Perkembangan Kredit dan NPL Sektor PHR Grafik 3.2 Perkembangan Kredit dan NPL Sektor Industri Pengolahan Grafik 3.21 Perkembangan Kredit UMKM di Provinsi Aceh Grafik 3.22 Komposisi Kredit UMKM di Provinsi Aceh Grafik 3.23 Perkembangan Penyaluran KUR Aceh Grafik 3.24 Perkembangan NPL UMKM Provinsi Aceh Grafik 3.25 Perkembangan Kredit Rumah Tangga Grafik 3.26 Perkembangan KPR Grafik 3.27 Perkembangan KKB Grafik 3.28 Perkembangan NPL KPR dan KKB Grafik 3.29 Perkembangan KPR menurut Tipe Bangunan di Aceh Grafik 3.3 Pertumbuhan Tahunan (yoy) KPR yang disalurkan ke Aceh Grafik 3.31 Perkembangan NPL, Inflasi dan suku bunga KPR tipe 21 di Provinsi Aceh Grafik 3.32 Perkembangan NPL KPR tipe di atas 21 di Provinsi Aceh Grafik 3.33 Perkembangan Transaksi RTGS... 6 Grafik 3.34 Perkembangan Transaksi Kliring... 6 Grafik 3.35 Perkembangan Inflow Outflow KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215 5

7 Grafik 3.36 Perkembangan Uang Tidak Asli Grafik 4.1 Perkembangan Kondisi Ketenagakerjaan Aceh Grafik 4.2 Perkembangan Tenaga Kerja Aceh menurut Lapangan Kerja Utama (dalam ribu jiwa) Grafik 4.3 Porsi Tenaga Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama Grafik 4.4 Perkembangan Kemiskinan Aceh Grafik 4.5 Perkembangan Angka Kemiskinan Nasional Grafik 4.6 Angka Kemiskinan Nasional Menurut Provinsi Grafik 4.7 Perkembangan NTP Aceh Grafik 4.8 NTP Tiap Provinsi di Wilayah Sumatera pada Triwulan IV Grafik 4.9 NTP Aceh Menurut SubSektor pada Triwulan IV Grafik 4.1 Indeks Kedalaman Kemiskinan & Indeks Keparahan Kemiskinan Aceh Grafik 4.11 Indeks Kedalaman Kemiskinan & Indeks Keparahan Kemiskinan Aceh Grafik 4.12 Indeks Pembangunan Manusia Aceh Grafik 4.13 Pengeluaran Per Kapita Aceh Grafik 5.1 Pangsa Pendapatan Daerah Aceh Grafik 5.2 Pertumbuhan Target Pendapatan Aceh Grafik 5.3 Perkembangan Struktur Pendapatan Aceh Grafik 5.4 Struktur Pendapatan Aceh Grafik 5.5 Struktur Pendapatan Kab/Kota Aceh Grafik 5.6 Struktur Pendapatan Provinsi Aceh Grafik 5.7 Pangsa Belanja Daerah Aceh Grafik 5.8 Pertumbuhan Target Belanja Aceh Grafik 5.9 Perkembangan Struktur Belanja Aceh Grafik 5.1 Struktur Belanja Aceh Grafik 5.11 Struktur Belanja Kab/Kota Aceh Grafik 5.12 Struktur Belanja Provinsi Aceh Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Aceh 215 (Triwulanan) Grafik 6.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Aceh 215 (Tahunan) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

8 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Provinsi Aceh Tabel 1.2 Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi dan Jagung Angka Ramalan II Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Provinsi Aceh Tabel 1.4 Realisasi Investasi PMA (Ribu USD) dan PMDN (Miliyar Rp) di Aceh Tabel 1.5 Ekspor Luar Negeri Aceh... 3 Tabel 1.6 Impor Luar Negeri Aceh... 3 Tabel 1.7 Neraca Perdagangan Luar Negeri Aceh Tabel 2.1 Perbandingan Inflasi Bulanan(mtm) Tabel 2.2 Perbandingan Inflasi Triwulanan(qtq) Tabel 2.3 Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy) Tabel 2.4 Pergerakan Inflasi 3 Kota di Provinsi Aceh Tabel 2.5 Inflasi menurut kota dan kelompok barang dan jasa di Provinsi Aceh (yoy;%) Tabel 2.6 Komoditas Pemberi Andil Inflasi Tahun 215 (yoy%) Tabel 2.7 Perbandingan Inflasi Kota...45 Tabel 5.1 Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan Laporan Tabel 5.2 Realisasi Belanja Daerah Triwulan Laporan Tabel 6.1 Perkembangan dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Aceh Tabel 6.2 Hasil Proyeksi PDRB Aceh 215 Sisi Permintaan... 8 Tabel 6.2 Perkembangan dan Perkiraan Inflasi Aceh KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215 7

9 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH a. Inflasi dan PDRB Kota yoy,% IV-13 I-14 II-14 III-14 IV-14 I-15 II-15 III-15 IV-15 Banda Aceh Lhokseumawe Meulaboh Aceh *) IHK mulai triwulan II-28 menggunakan tahun dasar 27 Sektoral (Rp Triliun) I II III IV I II III IV Pertanian, Kehutanan, & Perikanan 8,32 8,86 9,14 8,79 9,19 9,1 9,19 9,74 9,53 37,57 Pertambangan & Penggalian 3,81 3,82 3,43 2,92 2 2,7 2 1,75 1,59 7,41 Industri Pengolahan 2,54 2,61 2,43 2,19 1,97 1,86 1,97 2,1 1,78 7,61 Pengadaan Listrik, Gas,3,4,3,3,3,3,3,4,4,14 Pengadaan Air,1,1,1,1,1,1,1,1,1,5 Konstruksi 2,83 2,88 2,99 3,8 2,85 2,78 2,85 2,99 3,63 12,25 Perdagangan Besar & Eceran, & Reparasi Mobil & Sepeda Motor 4,57 4,77 4,99 4,9 5,5 4,85 5,5 5,27 5,14 2,31 Transportasi & Pergudangan 2,42 2,49 2,63 2,76 2,55 2,49 2,55 2,65 2,66 1,36 Penyediaan Akomodasi & Makan Minum,35,36,36,37,39,38,39,4,42 1,59 Informasi & Komunikasi 1,1 1,2 1,3 1,5 1,7 1,5 1,7 1,8 1,9 4,3 Jasa Keuangan,54,56,57,58,55,59,55,61,65 2,4 Real Estate 1,6 1,8 1,11 1,14 1,21 1,19 1,21 1,23 1,25 4,88 Jasa Perusahaan,18,18,18,19,19,18,19,19,2,76 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 2,35 2,36 2,64 2,76 2,79 2,68 2,79 3,6 3,1 11,64 Jasa Pendidikan,58,59,64,71,68,66,68,74,78 2,86 Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial,71,74,77,8,84,81,84,86,9 3,41 Jasa lainnya,37,38,39,4,42,41,42,41,43 1,67 PDRB 31,67 32,74 33,36 32,69 31,8 31,13 31,8 33,7 33,2 129,2 PDRB Non Migas 27, ,21 3,44 3,52 29,77 3,52 31,9 32,24 124, b. Perbankan INDIKATOR A.BANK UMUM : a. Bank Umum Konvensional Aset (Rp Juta) Posisi SBI (Rp Juta) Dana Pihak Ketiga (Rp Juta) Giro Tabungan Deposito Kredit (Rp Juta) - berdasarkan bank pelapor Berdasarkan Penggunaan : Modal Kerja Konsumsi Investasi LDR (%) 93,99 9,72 86,36 95,33 99,48 91, ,69 86,78 89,9 81,9 74,71 9,61 - NPL (Rp Juta) Rasio NPL (%) 4,94 4,93 5,27 4,4 4,55 4,59 4,53 4,39 4,46 4,28 4,14 3, INDIKATOR b. Bank Umum Syariah Aset (Rp Juta) Posisi SBI (Rp Juta) Dana Pihak Ketiga (Rp Juta) Giro Tabungan Deposito Kredit (Rp Juta) - berdasarkan Bank Pelapor Modal Kerja Investasi Konsumsi FDR (%) 149,79 153,54 13,2 11,92 13,8 12,86 123,71 11,6 11,44 11,51 9,2 69,17 - NPF (Rp Juta) ,18 - NPF (%) 5,9 5,87 5,87 5,54 6,39 7,64 8,1 7,7 5,81 5,1 5,51 5,15 8 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

10 INDIKATOR B.BPR Konvensional : Aset (Rp Juta) Dana Pihak Ketiga (Rp Juta) Tabungan Deposito Kredit (Rp Juta) Modal Kerja Konsumsi Investasi NPL (%) 1,23 7,64 8,24-7,64 9,92 9,92 7,32 7,33 7,74 8,15 9,32 LDR (%) 168,48 177,81 165,32 133,76 163,5 152,24 152,24 181,29 18,79 185,68 191,54 21,53 Syariah : Aset (Rp Juta) Dana Pihak Ketiga (Rp Juta) Tabungan Deposito Kredit (Rp Juta) Modal Kerja Konsumsi Investasi NPL (%) 15,25 12,84 15,72-37,13 17,5 17,5 12,16 12,6 13,5 12,48 15,8 FDR (%) 19,26 111,76 115,42 77,41 118,42 97,52 97,52 118,86 122,35 125,23 1, 126,41 Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek (rupiah & valas) Menurut Penggunaan (Bank Umum dan BPR) Modal Kerja Investasi Konsumsi LDR (%) 98,98 96,1 9,45 96,59 12,77 94,36 934,55 974, ,94 144,5 144,5 c. Sistem Pembayaran INDIKATOR Aliran Kas di Provinsi Aceh : - Inflow (miliar Rp) ,2 - Outflow (miliar Rp) ,4 RTGS : ,2 - Dari Aceh (miliar Rp) Ke Aceh (miliar Rp) , , , , , , , , , , , ,41 - Di Aceh (miliar Rp) Jumlah Uang Palsu yang ditemukan (lembar) Nominal Kliring (miliar Rp) , 1.914, Volume Kliring (lembar) ,688 Nilai Transaksi RTGS (Rp. Miliar) Volume Transaksi RTGS (warkat) Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS Nominal Kliring Kredit (Rp.Jutaan) Volume Kliring Kredit (warkat) Rata-rata Harian Nominal Kiring Kredit(Rp.Juta) Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit(warkat) Nominal Kliring Debet Penyerahan (Rp. Jutaan) Volume Kliring Debet Penyerahan (warkat) Rata-rata Harian Nominal Kiring Debet (Rp. Juta) Rata-rata Harian Volume Kliring Debet (warkat) Nominal Kliring Debet Pengembalian (Rp.Jutaan) Volume Kliring Debet Pengembalian (warkat) Rata-rata Harian Nominal Kiring Debet Pengembalian Rata-rata Harian Volume Kliring Debet Pengembalian Nominal Tolakan Cek/BG Kosong (Rp. Jutaan) Volume Tolakan Cek/BG Kosong (warkat) Rata-rata Harian Nominal Cek/BG Kosong Rata-rata Haarian Volume Cek/BG Kosong KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215 9

11 1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

12 RINGKASAN EKSEKUTIF GAMBARAN UMUM Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan IV tahun 215 tumbuh sebesar 1,42% (yoy) atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar -,29% (Angka ini merupakan koreksi data dari BPS yang sebelumnya terkontraksi sebesar -,38%). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tanpa migas Aceh mengalami pertumbuhan sebesar 5,1% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,24% (Angka ini merupakan koreksi data dari BPS yang sebelumnya sebesar 4,9%) Pertumbuhan positif tersebut didorong oleh adanya pertumbuhan di seluruh sektor ekonomi terkecuali sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Industri Pengolahan, dan sektor Pengadaan Listrik dan Gas. Sumber pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan laporan berasal dari sektor-sektor utama Aceh, yakni sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dengan sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 1,27%, diikuti oleh sektor Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor (,59%), dan sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial (,51%). Sementara itu, dari sisi permintaan, kontribusi peningkatan ekonomi Aceh bersumber dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dengan kontribusi sebesar 5,42%, Konsumsi Pemerintah 4,99%, dan Konsumsi Rumah Tangga 1,82%. Tekanan inflasi Aceh pada triwulan-iv 215 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat menurun dari 4,19% (yoy) pada triwulan-iii 215 menjadi 1,53% (yoy) pada triwulan laporan. Inflasi Aceh triwulan-iv 215 (yoy) yang tercatat sebesar 1.53% jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi YoY pada triwulan IV dalam tiga tahun terakhir yaitu sebesar 5.2%. Kelompok bahan makanan dan kesehatan merupakan kelompok yang paling dominan dalam mempengaruhi perkembangan inflasi Aceh pada triwulan-iv 215. Adapun secara tahunan komoditas yang paling besar memberikan andil inflasi selama tahun 215 adalah kelompok bahan makanan bawang merah, daging ayam ras, beras, dan kelompok administered price seperti bahan bakar rumah tangga dan rokok kretek filter. Inflasi triwulan-iv 215 di ketiga kota pantauan tercatat masing-masing Banda Aceh 1,27%, Lhokseumawe 2,44%, dan Meulaboh,58% (yoy). Perbankan di Provinsi Aceh pada Triwulan-IV 215 menunjukkan perlambatan kinerja dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari menurunnya pertumbuhan penyaluran kredit, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dan Aset Sejalan dengan belum membaiknya perekonomian Aceh, tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Aceh hingga bulan Agustus 215 mencapai 63,44%. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Aceh berada pada level 9,93%, sedikit meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tingkat Kemiskinan di Provinsi Aceh berdasarkan data terakhir bulan Maret 215 tercatat sebesar 17,8%. Angka tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan kondisi kemiskinan pada bulan Maret 214 yang sebesar 18,5%. Penurunan tingkat kemiskinan di Aceh tersebut diakibatkan oleh adanya penurunan tingkat kemiskinan di daerah pedesaan sebesar 3,51% dan di daerah perkotaan sebesar 2,69%. Penurunan tersebut juga didukung dengan telah direalisasikannya anggaran pemerintah daerah Provinsi Aceh. Kinerja pendapatan Aceh pada triwulan laporan tercatat menurun dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Penerimaan pendapatan pemerintah Aceh mencapai Rp 35,44 Triliun atau 95,3%. Di sisi lain, kinerja realisasi belanja Provinsi Aceh pada triwulan laporan tercatat meningkat dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Realisasi belanja pemerintah Aceh sebesar Rp 23,45 Triliun atau 88,5%. Perekonomian Aceh pada triwulan I tahun 216 diperkirakan tumbuh meningkat pada kisaran 2,68% s.d 3,68% (yoy). Dari sisi penawaran, sektor pertanian diperkirakan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan sementara itu sektor pertambangan dan industri pengolahan diperkirakan masih mengalami kontraksi. Dari sisi permintaan, peningkatan konsumsi diperkirakan memberikan andil utama dalam pertumbuhan namun tinggi nya impor masih menjadi penghambat. Pada triwulan I tahun 216 inflasi Aceh diperkirakan masih berada pada level antara 3,53% - 4,53% (yoy). Tekanan diperkirakan bersumber baik dari inflasi kelompok volatile food, administred prince. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

13 Ekonomi Aceh pada triwulan IV- 215 membaik dibandingkan triwulan sebelumnya atau tumbuh positif sebesar 1,42% (yoy) Inflasi Aceh pada Triwulan IV 215 mengalami penurunan sebagai imbas menurunnya lonjakan inflasi kelompok barang administered prices dan inflasi kelompok volatile food yang terkendali. Perkembangan perbankan di Triwulan IV-215 menunjukkan penurunan. Tingkat pengangguran Aceh per Agustus 215 meningkat namun tingkat kemiskinan per Maret 215 menurun ASESMEN MAKRO EKONOMI REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tumbuh positif pada triwulan IV-215 sebesar 1,42% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -,29% (yoy) (Angka ini merupakan koreksi data dari BPS yang sebelumnya terkontraksi sebesar -,38%). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tanpa migas Aceh mengalami pertumbuhan sebesar 5,1% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,24% (yoy) (Angka ini merupakan koreksi data dari BPS yang sebelumnya sebesar 4,9%). Dari sisi penawaran, peningkatan kontribusi pertumbuhan dari tiga sektor utama Aceh, yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan (2,16%), sektor perdagangan (,43%), serta sektor konstruksi (1,93%) mampu mendorong peningkatan kinerja ekonomi pada triwulan laporan. Sementara itu, dari sisi permintaan, faktor yang mendorong peningkatan kinerja ekonomi Aceh pada triwulan IV-215 terutama didorong oleh adanya kontribusi dari dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dengan kontribusi sebesar 5,42%, Konsumsi Pemerintah 4,99%, dan Konsumsi Rumah Tangga 1,82%. ASESMEN INFLASI DAERAH Pada triwulan-iv 215, Pergerakan laju inflasi Aceh baik secara tahunan, triwulanan maupun bulanan, tercatat mengalami penurunan sebesar 1,53% (yoy) dan 1.21% (qtq). Inflasi yang dihitung berdasarkan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di tiga kota pantauan inflasi, yaitu Banda Aceh, Lhoksumawe, dan Meulaboh. Perkembangan inflasi tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan inflasi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang mengalami inflasi triwulanan sebesar 3,86% dan inflasi secara tahunan sebesar 8,38%. Tekanan inflasi pada periode ini didorong oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok, yang meningkat dari 2.9% (yoy) menjadi 4.11% (yoy). Selain itu juga terdapat peningkatan laju inflasi untuk kelompok kesehatan yang meningkat dari 2.1% (yoy) menjadi 4.55% (yoy), dan terdapat peningkatan inflasi untuk kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga yang meningkat dari 3.95% (yoy). Di sisi lain, sebagai peredam laju inflasi tahunan di bulan Desember 215, terdapat deflasi untuk kelompok, transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Deflasi ini terjadi terutama disebabkan adanya penyesuaian atau penurunan tarif angkutan dan pengiriman barang oleh karena kebijakan pemerintah yang menurunkan harga bahan bakar bensin dan solar di tahun awal tahun 215 Inflasi triwulan-iv 215 di ketiga kota pantauan tercatat masing-masing sebesar: Banda Aceh 1,27%, Lhokseumawe 2,44%, dan Meulaboh,58% (yoy). Inflasi administered price, volatile food, dan core masing-masing mengalami inflasi sebesar 1,76%, 1,38%, dan,78%. Menurut kontribusinya tekanan inflasi tertinggi disumbang oleh kelompok Core sebesar 1,52% (Grafik 2.1). Menurut komoditasnya, andil inflasi tinggi disumbang oleh daging ayam ras, beras, bawang merah, dan daging sapi. Selain itu inflasi tahunan juga disumbang oleh komoditas core yang memberikan andil tinggi yaitu biaya tukang bukan mandor, akademi / perguruan tinggi, dan sewa rumah. ASESMEN PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN, DAN SISTEM PEMBAYARAN Kinerja perbankan di Provinsi Aceh pada Triwulan-IV 215 menunjukkan penurunan pertumbuhan. Hal ini tercermin dari beberapa indikator utama kinerja perbankan di Provinsi Aceh seperti Aset dan DPK yang mengalami penurunan pertumbuhan. Posisi DPK di Provinsi Aceh pada akhir Triwulan-IV 215 tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 16,34% (yoy) atau mengalami penurunan pertumbuhan dari triwulan sebelumnya yang mencapai 23,1% (yoy). Pada Triwulan-IV 215 perbankan Aceh telah menyalurkan kredit sebesar Rp27,23 triliun atau tumbuh sebesar 9,53% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp26,37 triliun atau tumbuh sebesar 7,6% (yoy). LDR perbankan konvensional pada Triwulan-IV 215 mencapai 9,61%, meningkat dibandingkan Triwulan-III 215 yang mencapai 76,18% (Grafik 3.15). LDR yang berada mendekati batas atas LDR target sebesar 92% menjadi sinyal bagi perbankan untuk meningkatkan pendanaannya atau mencari sumber pendanaan lain sehingga tidak hanya mengandalkan dana pihak ketiga (DPK). Kredit bermasalah atau NPL perbankan konvensional sebesar 3,64%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 4,3%. ASESMEN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Aceh per Agustus 215 menunjukan jumlah angkatan kerja di Provinsi Aceh pada Agustus 215 mencapai 2,183 juta orang, bertambah sekitar 6 ribu orang dibanding Agustus 214 sebesar 2,123 juta orang. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Aceh pada Agustus 215 mencapai 9,93%, lebih tinggi,91% dibandingkan TPT bulan Agustus 215 yang hanya sebesar 9,2%. Hal ini terjadi karena peningkatan jumlah angkatan kerja yang terjadi selama periode tahun 214 hingga tahun 215 yang tidak dapat diserap dengan baik oleh pasar tenaga kerja. Sampai dengan 12 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

14 periode bulan Maret 215, tingkat kemiskinan di Provinsi Aceh mengalami penurunan dibandingkan dengan Maret 214. Jumlah penduduk miskin di Aceh pada bulan Maret 215 sebanyak 852 ribu jiwa (17,8%) atau menurun sebanyak 29 ribu orang jika dibandingkan dengan Maret 214 yang mencapai 881 ribu orang (18,5%). Realisasi Pendapatan Provinsi Aceh pada Triwulan IV 215 mengalami penurunan namun realisasi belanja mengalami kenaikan. ASESMEN KEUANGAN DAERAH Kinerja pendapatan Aceh pada triwulan laporan tercatat menurun dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Penerimaan pendapatan pemerintah Aceh mencapai Rp 35,44 Triliun atau 95,3%. Penurunan realisasi penerimaan pendapatan terjadi pada pendapatan yang dikelola oleh provinsi yang menurun dari realisasi sebesar 1,58% pada triwulan IV tahun lalu menjadi 96,97% pada tahun ini. Sementara itu realisasi penerimaan dari total kabupaten/kota di Aceh sebesar 94,12% pada tahun ini, meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 79,46%. Penyebab penurunan realisasi pendapatan yang dikelola oleh Provinsi adalah menurunnya realisasi pendapatan dana perimbangan yang menurun dari 16,35% pada tahun lalu menjadi 93,4% pada tahun ini. Kinerja realisasi belanja Provinsi Aceh pada triwulan laporan tercatat meningkat dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Realisasi belanja pemerintah Aceh sebesar Rp 23,45 Triliun atau 88,5%. Realisasi belanja yang dikelola oleh provinsi yang meningkat dari sebesar 93,18% pada triwulan IV tahun lalu menjadi 96,16% pada tahun ini. Selain itu realisasi belanja dari total kabupaten/kota di Aceh juga hanya sebesar 85,21% pada tahun ini, meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 8,7%. Penyebab menurunnya realisasi belanja pemerintah adalah penurunan realisasi belanja pegawai. Realisasi belanja pegawai pada periode laporan sebesar 84,7%, menurun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 88,29%. Namun demikian, angka yang terekam dalam sistem belum mencerminkan realisasi sebenarnya. Hal tersebut terjadi karena laporan realisasi belanja dari SKPA baik provinsi maupun kabupaten/kota masih ada yang belum terekam dalam sistem di Dinas Keuangan Provinsi Aceh. Perekonomian Aceh triwulan I 216 diperkirakan kembali mengalami pertumbuhan dan inflasi akan mengalami peningkatan. PROSPEK PEREKONOMIAN Perekonomian Aceh pada triwulan I 216 diperkirakan akan tumbuh positif antara 2,68% dan 3,68% dan secara keseluruhan tahun 216 diperkirakan mengalami pertumbuhan antara 2,65% dan 3,65%. Perekonomian Aceh selama tahun 216 diperkirakan juga akan mengalami tren peningkatan secara triwulanan. Sumber pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan-i 216 diperkirakan akan berasal dari pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah seiring dengan peningkatan konsumsi menjelang persiapan pilkada serentak 217. Sementara itu, dari sisi penawaran sektor pertanian, kehutanan dan perikanan diperkirakan masih menjadi sektor yang memacu pertumbuhan ekonomi Aceh ditengah risiko penurunan harga komoditas dunia. Beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah Aceh untuk dapat menjaga pertumbuhan ekonomi Aceh antara lain: memberikan stimulus perekonomian berupa percepatan realisasi APBA, merumuskan kebijakan untuk menurunkan defisit neraca perdagangan Aceh serta melakukan penguatan daya saing daerah. Pada triwulan I-216, inflasi Aceh diperkirakan akan meningkat pada kisaran 3,53% - 4,53%. Faktor utama penyebab peningkatan inflasi Aceh pada tahun 216 adalah kebijakan pemerintah dalam penghapusan subsidi tarif listrik secara bertahap serta peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

15

16 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan IV tahun 215 tumbuh sebesar 1,42% (yoy) atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar,29% (Angka ini merupakan koreksi data dari BPS yang sebelumnya terkontraksi sebesar,38%). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tanpa migas Aceh mengalami pertumbuhan sebesar 5,1% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,24% (Angka ini merupakan koreksi data dari BPS yang sebelumnya sebesar 4,9%) Pertumbuhan positif tersebut didorong oleh adanya pertumbuhan di seluruh sektor ekonomi terkecuali sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Industri Pengolahan, dan sektor Pengadaan Listrik dan Gas. Sumber pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan laporan berasal dari sektor-sektor utama Aceh, yakni sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dengan sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 1,27%, diikuti oleh sektor Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor (,59%), dan sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial (,51%). Sementara itu, dari sisi permintaan, kontribusi peningkatan ekonomi Aceh bersumber dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dengan kontribusi sebesar 5,42%, Konsumsi Pemerintah 4,99%, dan Konsumsi Rumah Tangga 1,82%. Adanya pertumbuhan yang cukup besar pada PMTB ini seiring dengan naiknya angka perumbuhan pada PMTB bangunan yang mencapai 15,46% pada triwulan laporan. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DARI SISI PENAWARAN Grafik Struktur Ekonomi Aceh Sisi Penawaran 4% 1% 1% 1% Grafik Struktur Ekonomi Aceh Sisi Penawaran 2% 3% 8% 9% 16% 3% 1% 11% 29% 5% 5% % % Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan Pengadaaan Listrik dan Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, reparasi mobil & Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Struktur perekonomian Aceh pada triwulan IV-215 masih didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan proporsi sebesar 28,85%. Kondisi yang sama juga masih terjadi di sektor perdagangan besareceran dan reparasi mobil-sepeda motor yang masih berada pada posisi kedua dengan share terhadap ekonomi Aceh sebesar 15,56%. Sementara itu, proporsi terbesar ketiga dalam struktur ekonomi Aceh ditempati oleh sektor konstruksi dengan proporsi sebesar 11,% (Grafik 1.1). Sumber:BPS Provinsi Aceh KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

17 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Tabel Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Provinsi Aceh Growth qtq (%) Growth yoy (%) Sektoral (Rp Triliun) I II III IV I II III IV I-15 II-15 III-15 IV-15 II-14 I-15 II-15 III-15 IV-15 Pertanian, Kehutanan, & Perikanan 7,17 7,51 7,68 7,3 7,59 7,68 8,5 7,87 2,25 1,22 4,8-1,87 3,52 5,78 2,17 4,52 7,87 Pertambangan & Penggalian 3,43 3,36 3,2 2,95 2,51 2,44 2,36 2,8-4,82-2,83-2,93-1,74-4,58-26,94-27,59-25,7-28,85 Industri Pengolahan 2,18 2,21 2,7 1,77 1,58 1,64 1,7 1,51-6,31 3,85 3,38-11,1 -,64-27,49-25,45-16,64-14,82 Pengadaan Listrik, Gas,3,4,4,4,4,4,4,4 -,69-3,94 4,1 4,93 4,83 1,67 -,8 7,33 -,83 Pengadaan Air,1,1,1,1,1,1,1,1 1,14 5,28 5,99 2,29 4,89-1,17 4,83 9,92 12,55 Konstruksi 2,54 2,56 2,62 2,68 2,47 2,53 2,62 3,15 2,33 2,65 3,38 2,83 5,79-3,4-1,4 -,2 17,55 Perdagangan Besar & Eceran, & 4,1 4,24 4,4 4,29 4,23 4,37 4,49 4,45 3,8 3,32 2,69-2,88 3,8 3,21 3,22 4,13 2,76 Reparasi Mobil & Sepeda Motor Transportasi & Pergudangan 2,11 2,13 2,19 2,33 2,23 2,25 2,32 2,33 3,11,87 3,4,55 1,16 5,77 5,66 4,5,53 Penyediaan Akomodasi & Makan,29,3,3,31,31,31,32,33 1,87 2,26 1,27 2,78 6,97 5,37 5,35 5,31 6,22 Minum Informasi & Komunikasi 1, 1,2 1,4 1,5 1,4 1,6 1,7 1,7 1,3 1,64 1,4,94 6,88 4,33 3,49 3,28 1,66 Jasa Keuangan,43,44,44,45,45,41,45,48,4-8,87 9,48 5,59 1,77 5,1-6,98 4,15 8,58 Real Estate,95,97,99 1, 1,2 1,3 1,5 1,6 2,3 1,23 1,54,86 7,68 7,47 6,82 6,56 5,66 Jasa Perusahaan,16,17,17,17,17,17,17,18 1,12 1,88 2,16 3,29 9,93 3,12 1,13 1,9 4,19 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 2,7 2,2 2,14 2,25 2,18 2,26 2,38 2,35 6,3 3,54 5,46,18 3,98 5,46 11,61 8,32 5,23 & Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan,55,55,57,64,6,62,64,65 3,61 3,49 2,94 3,75 3,78 8,94 12,33 7,7 3,95 Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial,69,71,7,73,71,76,78,79-1,86 6,81 2,68 2,43 9,26 3,19 6,8 9,88 4,9 Jasa lainnya,34,34,35,35,36,37,36,37 1,9 2,3-2,62 2,53 6,89 7,14 6,98 3,6 4,35 PDRB 28,5 28,57 28,9 28,32 27,48 27,94 28,79 28,71 1,15 1,68 3,5 -,14 2,62-2,2-2,21 -,29 1,42 PDRB Non Migas 24,83 25,45 26,13 26,11 25,85 26,46 27,2 27,35 2,7 2,37 2,79,62 4,25 4,13 3,99 4,24 5,1 Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Perekonomian Aceh dengan migas pada triwulan IV-215 tumbuh membaik jika dibandingkan dengan kondisi pada triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, ekonomi Aceh tumbuh sebesar 1,42% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar,29% (Angka ini merupakan koreksi data dari BPS yang sebelumnya terkontraksi sebesar,38%). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Aceh tanpa migas juga mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan ekonomi tanpa Migas Aceh sebesar 5,1% (yoy) atau meningkat sebesar,77% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,24% (Angka ini merupakan koreksi data dari BPS yang sebelumnya tumbuh sebesar 4,9%) (Grafik 1.2). Adanya perbaikan ekonomi Aceh pada triwulan laporan didorong oleh naiknya seluruh sektor ekonomi kecuali sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, dan sektor pengadaan listrik dan gas. Ketiga sektor tersebut masing-masing mengalami kontraksi sebesar 28.85%, 14.82%, dan.83%. Namun demikian, kontraksi dari sektor-sektor tersebut dapat tertutupi dengan adanya penguatan di sektor-sektor utama, khususnya tiga sektor terbesar di Aceh, yakni sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor, serta sektor konstruksi. Sektor pertanian mengalami peningkatan cukup signifikan sebesar 7,87%, angka tersebut naik jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 4,52%. Sektor perdagangan masih mengalami pertumbuhan sebesar 2,76% meskipun angka pertumbuhannya lebih kecil jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,13%. Sementara itu, sektor dengan share ekonomi terbesar ketiga di Aceh, yakni sektor konstruksi mengalami pertumbuhan paling tinggi diantara sektor-sektor lainnya dengan pertumbuhan mencapai 17,55%. Selain tiga sektor tersebut, beberapa sektor lain juga mencatatkan kinerja yang positif, antara lain sektor pengadaan air, transportasi dan pergudangan, jasa akomodasi dan makanminum, informasi dan komunikasi, jasa keuangan, real estate, jasa perusahaan, administrasi pemerintahan, jasa pendidikan, jasa kesehatan dan kegiatan sosial, serta jasa lainnya (Tabel 1.1). Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan masih memberikan kontribusi paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan laporan dengan kontribusi sebesar 2,16%. Kontribusi kedua paling besar disumbang oleh sektor konstruksi yang memberikan kontribusi sebesar 1,93%. Sementara itu, sektor perdagangan besareceran dan reparasi mobil-sepeda motor dan sektor administrasi pemerintahan sama-sama memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi Aceh sebesar,43%. Sektor Real Estate berkontribusi sebesar,21% sedangkan sektor-sektor lainnya masih memberikan kontribusi positif meski di bawah,1%. Adapun sektor KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

18 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, dan sektor pengadaan listrik dan gas pada triwulan laporan memberikan kontribusi negatif akibat mengalami kontraksi (Grafik 1.3) Grafik Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Rp Triliun 35, 3, 25, 2, 15, 1, 5,, 4,5 2,75 3,49 2,24 4,83 3,22 3,8 Aceh Dengan Migas PDRB YoY 5,22 3,48 1,79 4,25 2,62 4,77 2,16 4,1 4,13 3,99,4-2,2-2,21 4,24 -, PDRB Non Migas YoY 5,1 1,42 % 6, 5, 4, 3, 2, 1,, -1, -2, -3, Grafik Kontribusi Pertumbuhan Sektor-Sektor Persen 3, (%) 2,16 2, 1,, -1, -2, -3, Pertanian, Pertambangan & -2,9 Ekonomi Aceh (yoy(%) Industri Pengolahan -,78, Pengadaan Listrik,, Pengadaan Air 1,93 Konstruksi,43,4,6,21,43,9 Perdagangan Besar Transportasi & Informasi & Real Estate Administrasi Jasa Pendidikan Sumber: BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber: BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh SEKTOR PERTANIAN, KEHUTANAN, & PERIKANAN Grafik Pertumbuhan Sektor Pertanian Grafik Pangsa dan Kontribusi Sektor Pertanian Rp Triliun 8,2 8, 7,8 7,6 7,4 7,2 7, 6,8 6,6 Pertanian, Kehutanan, & Perikanan 6,76 6,58 7,26 7,367,29 7,17 7,9 3,52 2,93 2,64 1,19 7,68 7,51 5,78 7,3 4,44,19 7,59 7,68 2,17 8,5 7,87 4,72 YoY 7,82 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1,, % % Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan ,75,69 1,76 1,69,3 1,18,93,5 1,6,6 1,32 2,16 % 29% 28% 28% 27% 27% 26% 26% 25% 25% 24% Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan pada triwulan IV-215 masih menjadi sektor terbesar di dalam struktur ekonomi Aceh dengan share sebesar 27,95% atau secara nominal bernilai Rp7,87 Triliun. Kondisi tersebut membuat pertumbuhan sektor ini tumbuh 7,82% (yoy), naik dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang besarnya 4,52% (yoy) (Grafik 1.4). Kontribusi dari subsektor tanaman pangan masih menjadi sumber terbesar pada pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan laporan. Program lintas sektor atau Upaya Khusus Peningkatan Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai (Upsus Pajale) pada 215 telah berhasil membantu mencapai target produksi padi sebesar 2,3 juta ton pada tahun 215. Kondisi cuaca yang cukup stabil selama hampir sepanjang tahun 215 juga turut mendukung produksi tanaman pangan dan perikanan. Pada triwulan IV 215 ini, kontribusi pertumbuhan sektor pertanian terhadap ekonomi Aceh semakin signifikan dengan kontribusi pertumbuhan sebesar 2,16%. Angka tersebut merupakan angka pertumbuhan kontribusi terbesar selama 5 tahun terakhir (Grafik 1.5). KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

19 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Pangsa terbesar sektor pertanian Aceh pada triwulan laporan masih berasal dari subsektor tanaman perkebunan (26%). Adapun subsektor tanaman pangan berada Grafik Pangsa Subsektor Pertanian pada urutan kedua dengan pangsa sebesar 19% Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Jasa Pertanian Kehutanan Perikanan 18% 18% 18% 17% 17% 18% 18% 27% 26% 26% 26% 27% 26% 26% 19% 19% 19% 2% 19% 19% 19% Average Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh (Grafik 1.6). Berdasarkan data BPS Aceh, sampai dengan subround II (Januari-Agustus) tahun 215, telah terealisasi luas panen padi sebesar 294,4 ribu Ha dengan perkiraan jumlah produksi sebanyak 1,47 juta ton GKG. Jika dibandingkan dengan realisasi luas panen periode Januari-Agustus tahun 214, luas panen mengalami peningkatan sebesar 44,7 ribu Ha atau meningkat sebesar 17,93%. Pada Angka Ramalan (Aram) II tahun 215, diperkirakan akan terealisasi luas panen padi sebesar 467,4 ribu Ha atau mengalami peningkatan luas panen sebesar 24,26% dibandingkan luas panen pada tahun 214. Pada tahun 215 juga diperkirakan akan terealisasi produksi padi sebesar 2,33 juta ton GKG. Jika dibandingkan dengan produksi tahun 214, produksi tahun 215 diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 27,9%. Komoditas jagung juga tercatat mengalami peningkatan produksi. Aram II 215 menunjukkan bahwa luas panen jagung pada tahun 215 diperkirakan akan mengalami peningkatan sebesar 342 Ha (,72%) Sementara itu, produksi jagung diperkirakan mencapai 24 ribu ton atau mengalami peningkatan sebesar,83% dibandingkan tahun sebelumnya (Tabel 1.2 ). Hal ini mengkonfirmasi adanya peningkatan produksi pada subsektor tanaman pangan. Peningkatan pada subsektor tanaman pangan dengan pangsa 19% ini memberikan andil yang cukup besar terhadap sektor pertanian secara keseluruhan. Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi dan Jagung Angka Ramalan II 215 Sumber : BPS Provinsi Aceh Indikasi adanya pertumbuhan yang positif di sektor pertanian juga dikonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia Provinsi Aceh pada triwulan IV-215 (Grafik 1.8). Namun demikian, adanya peningkatan pertumbuhan di sektor pertanian yang cukup signifiakn tersebut tidak diikuti oleh pertumbuhan kredit yang disalurkan pada sektor pertanian. Jumlah kredit ke sektor pertanian pada triwulan laporan tumbuh 39%(yoy), turun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 46% (Grafik 1.7). KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

20 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Grafik Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Grafik Realisasi Ekonomi Sektor Pertanian Rp Miliyar Kredit S_Pertanian Growth (yoy) I II III IV % , 6, 4, 2,, -2, -4, -6, % % SKDU PDRB III IV I II III IV I II III IV , 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1,, Sumber : Laporan Bank Umum, diolah Sumber : SKDU KPwBI Prov. Aceh SEKTOR PERDAGANGAN BESAR & ECERAN, & REPARASI MOBIL & SEPEDA MOTOR Kinerja pertumbuhan yang positif juga diperlihatkan oleh sektor terbesar kedua terbesar di Aceh, yakni sektor Sektor Perdagangan Besar & Eceran, & Reparasi Mobil & Sepeda Motor. Pada triwulan ini, sektor perdagangan mengalami pertumbuhan sebesar 3,72% (yoy), lebih tinggi dibandingkan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,12%. Angka tersebut juga merupakan angka pertumbuhan tertinggi selama tahun 215. (Grafik 1.9). Dengan posisi sebagai sektor kedua terbesar dalam struktur perekonomian Aceh (Proporsi 15,56%), kontribusi pertumbuhan sektor ini terhadap ekonomi Aceh juga cukup signifikan. Tercatat pada triwulan ini, sektor perdagangan memberikan kontribusi pertumbuhan sebesar,43%, naik sebesar,1% dibandingkan triwulan lalu dengan kontribusi sebesar,33% (Grafik 1.1). Grafik Pertumbuhan Sektor Perdagangan Grafik Pangsa dan Kontribusi Sektor Perdagangan Perdagangan Besar & Eceran, & Reparasi Rp Triliun Mobil & Sepeda Motor YoY 4,6 4,49 4,45 4,4 4,37 4,4 6,32 4,29 5,93 4,24 4,23 5,31 4,2 4,11 4,24,15 4,88 4,1 4,67 4,19 3,94 3,72 4, 3,8 3,22 3,21 3,22 3,8 2,12 % 8, 6, 4, 2, % Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan 1 1 1,85,93,79,72,61,46,71,49,49,5,43,33 % 16% 16% 15% 15% 14% 3,6, 14% Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Adanya kenaikan tersebut juga dikonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Provinsi Aceh yang menunjukkan terdapatnya kenaikan persentase pertumbuhan pada sektor perdagangan (Grafik 1.12). Namun demikian, senada dengan sektor pertanian, peningkatan pertumbuhan yang terjadi pada sektor perdagangan tidak diikuti oleh kenaikan kredit yang disalurkan pada sektor ini. Tercatat pertumbuhan kredit yang disalurkan hingga triwulan IV-215 pada sektor ini sebesar,9%, turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,%. (Grafik 1.11). KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

21 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Grafik Perkembangan Kredit PHR Grafik Realiasi Ekonomi Sektor PHR Rp Miliyar Kredit S_Perdagangan Growth (yoy) I II III IV % ,5 2, 1,5 1,,5, -,5 % % SKDU PDRB , 1, 8, 6, 4, 2, ,, Sumber : Laporan Bank Umum, diolah Sumber : SKDU KPwBI Prov. Aceh SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Seperti yang terjadi sejak tahun 213, tren kontraksi di sektor pertambangan dan penggalian masih terjadi pada triwulan laporan. Di samping itu, angka kontraksi pada triwulan IV-215 ini merupakan angka kontraksi paling besar yang pernah dialami oleh sektor ini. Kontraksi sektor pertambangan yang terjadi pada triwulan laporan mencapai 29,47% (yoy), atau lebih dalam jika dibandingkan dengan triwulan lalu yang terkontraksi sebesar 26,15%(yoy) (Grafik 1.13). Adapun andil kontraksi dari sektor ini terhadap ekonomi Aceh sebesar -2,9, lebih baik dari triwulan sebelumnya yang memberikan andil sebesar -2,15% (Grafik 1.14). Adanya penurunan performa di sektor pertambangan ini terkonfirmasi dari hasil realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di sektor pertambangan pada triwulan laporan. Data dari Badan Investasi dan Promosi Aceh menunjukkan nilai investasi pada triwulan laporan sebesar Rp2,3 miliar, atau mengalami penurunan jika dibandingkan dengan triwulan-triwulan sebelumnya (Tw I-215 = Rp815,9 miliar, Tw II-215 = Rp6,4 miliar, dan Tw III-215 = 439,8 miliar). Subsektor pertambangan minyak dan gas masih mendominasi pangsa di sektor ini, yakni sebesar 68% sehingga dengan berakhirnya produksi LNG Aceh sangat berdampak signifikan terhadap kontraksi di sektor pertambangan dan penggalian. Kondisi tersebut diperkirakan masih akan menjadi salah satu tantangan bagi pertumbuhan ekonomi Provinsi Aceh pada triwulan-triwulan selanjutnya. Di samping itu, masih adanya efek penerapan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 29 tentang Mineral dan Batubara (Minerba) juga masih terasa pada kinerja sektor ini. Perusahaan tambang harus membangun industri pengolahan dan pemurnian (smelter) di dalam negeri dan melarang ekspor bahan baku mineral mentah. Subsektor pertambangan bijih logam merupakan subsektor yang paling terkena dampak oleh peraturan tersebut. Hingga saat ini, tercatat salah satu perusahaan batu bara di wilayah Aceh telah berhasil membangun smelter dan dapat mengirimkan hasil tambang batu baranya untuk di ekspor. Namun demikian, faktor harga komoditas batu bara yang masih mengalami penurunan pada level US$42,85/metrik ton. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215 2

22 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Grafik Pertumbuhan Sektor Grafik Pangsa dan Kontribusi Sektor Pertambangan-Penggalian Pertambangan Penggalian Rp Triliun 4, 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1,,5, Pertambangan & Penggalian YoY 3,63 3,52 3,583,47 3,43-2,63 3,36 3,2-5,65-4,98-5,31-5,53-4,58 2,95-1,48 2,51 2,44 2,36 2,8-14,83-26,94-27,59-26,15-29,47 %, -5, -1, -15, -2, -25, -3, -35, % Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan ,74 -,63 -,33 -,65-,68 -,54-1,16-1,55-2,46-2,4-2,15-2,9 % 14% 12% 1% 8% 6% 4% 2% % Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Grafik Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Grafik Pangsa dan Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Rp Triliun Industri Pengolahan YoY 2,5 2,31 2,22 2,172,1 2,18 2,21 2,7,25 -,64 2, 1,77 1,58 1,64 1,7-4,23-6,64-5,66-4,67 1,51 1,5-1,16 1,,5, -15,64-27,49-25,45-14,77-17, % 5,, -5, -1, -15, -2, -25, -3, % Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan ,2 -,5 -,34 -,51 -,44 -,33 -,75 -,98-1,58-1,5 -,78-1, % 1% 8% 6% 4% 2% % Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Kontraksi juga masih terjadi pada sektor industri pengolahan, namun demikian, kontraksi yang terjadi pada sektor ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sektor Industri pengolahan tercatat mengalami kontraksi sebesar 14,77% atau mengalami perbaikan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 17,74% (Grafik 1.15). Dengan kontraksi tersebut, sektor industri pengolahan memberikan andil kontraksi terhadap pertumbuhan ekonomi Aceh sebesar,78%, lebih baik dibandingkan triwulan lalu yang memberikan kontribusi sebesar 1,5% (Grafik 1.16). Proyek LNG Storage & Regasification Terminal yang dikelola salah satu perusahaan di subsektor pengilangan migas masih memberikan perbaikan kinerja sektor Industri Pengolahan. Aktivitas pengolahan (Regasifikasi) tersebut memberikan kontribusi terhadap perbaikan kontraksi di sektor ini. Hasil dari regasifikasi tersebut terkonfirmasi dari rilis BPS Aceh dengan meningkatnya komoditas ekspor non migas Aceh khususnya komoditas bahan bakar mineral yang naik dari USD 5,7 juta pada triwulan sebelumnya menjadi USD 6,4 juta pada triwulan IV-215. Sementara itu, bahan kimia anorganik juga ikut mengalami kenaikan signifikan dari USD 2,3 Juta pada triwulan III-215 menjadi USD 13, juta pada triwulan laporan. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

23 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Grafik Pangsa Subsektor Industri Pengolahan 25% 28% 29% 27% 15% 53% 16% 17% 19% 48% 46% 45% 31% 21% 38% 28% 28% 18% 18% 46% 46% Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional/Mfg. of Chemicals & Pharmaceuticals & Botanical Products Industri Makanan dan Minuman/Mfg. of Food Products & Beverages Industri Batubara dan Pengilangan Migas/Mfg. of Coal & Refned Petroleum Products Adanya kontraksi di sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan disebabkan karena adanya pola keterkaitan yang erat di antara kedua sektor tersebut. Beberapa subsektor industri pengolahan yang terkait langsung dengan sektor pertambangan adalah subsektor pengolahan batubara dan pengilangan migas, galian logam, galian non logam, dan logam dasar. Sebanyak 46% pangsa di sektor Industri pengolahan berasal dari susektor industri batu bara dan pengilangan migas. BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh makanan-minuman memiliki pangsa pasang masingmasing sebesar 28% dan 18% (Grafik 1.17). Sementara itu, industri kimia-farmasi dan industri Berakhirnya produksi gas di Aceh berdampak pada kinerja industri pengolahan terutama subsektor pengilangan migas. Industri pengilangan migas membutuhkan pasokan gas alam yang berupakan bahan baku untuk diolah. Ketiadaan bahan baku tersebut membuat industri pengilangan migas mengalami penurunan yang signifikan. Sejalan dengan kinerja sektor ekonominya yang mengalami perbaikan, penyaluran kredit pada sektor industri pengolahahan juga tercatat mengalami peningkatan. Pertumbuhan kredit yang disalurkan ke sektor industri pengolahahan mengalami peningkatan dari -,82%(yoy) pada triwulan lalu menjadi 7,1% (yoy) pada triwulan laporan (Grafik 1.18). Peningkatan kinerja usaha di sektor industri pengolahan juga ikut dikonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Provinsi Aceh yang juga menunjukkan adanya peningkatan kegiatan usaha selama triwulan IV 215 (Grafik 1.19). Grafik Perkembangan Kredit Sektor industri Pengolahan Grafik Realiasi Ekonomi Sektor PHR Rp Miliyar Kredit S_Ind.Pengolahan Growth (yoy) I II III IV % , 4, 2,, -2, % % SKDU PDRB III IV I II III IV I II III IV , 1,, -1, -2, , -3, umber : Laporan Bank Umum, diolah Sumber : SKDU KPwBI Prov. Aceh KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

24 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DARI SISI PERMINTAAN Komponen Tabel Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Provinsi Aceh 214 Growth qtq (%) Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Growth yoy (%) I II III IV I II III IV I-15 II-15 III-15 IV-15 I-15 II-15 III-15 IV Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 15,34 15,45 15,73 15,83 15,78 15,89 16,27 16,34 -,28,66 2,42,39 2,93 2,82 3,47 3,2 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT,53,54,49,5,49,49,49,5-1,9,66,97,83-8,23-1,1 1,2,54 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4,53 5,8 5,73 7,82 4,3 5,2 5,94 9,6-45,4 2,83 14,39 52,45-5,1 2,24 3,74 15,82 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 9,23 9,7 9,27 9,36 9,18 9,12 9,59 1,72-1,94 -,59 5,9 11,78 -,62,58 3,39 14,52 6. Ekspor 11,77 12,1 12,65 11,12 11,23 11,64 12,39 1,62 1,2 3,61 6,49-14,3-4,56-3,15-2,5-4,49 7. Impor 13,35 13,89 14,99 16,37 13,5 14,55 15,89 18,52-17,52 7,75 9,17 16,61 1,19 4,77 6, 13,13 P D R B 27,96 28,39 28,84 28,3 27,42 27,8 28,75 28,71-3,12 1,38 3,44 -,17-1,93-2,9 -,29 1,42 Grafik Laju dan Kontribusi Pertumbuhan PDRB 2, 15, 1, 5,, -5, -1, Persen (%) 3,2 1,82 Konsumsi Rumah Tangga Pertumbuhan (yoy),54,1 Konsumsi LNPRT 15,82 4,99 Konsumsi Pemerintah Kontribusi Pertumbuhan 14,52 5,42 Pembentukan Modal Tetap Bruto -4,49-1,66 Ekspor 8,48 13,13 Impor 1, 8, 6, 4, 2,, -2, -4, Grafik Struktur PDRB Sisi Permintaan 28,17% 16,15% 16,3% 24,84%,76% 13,78% Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah PMTB (Investasi) Perubahan Inventori Ekspor dari Sisi Permintaan (yoy(%)),% Impor Sumber : BPS Provinsi Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh Dari sisi permintaan, perbaikan ekonomi di Aceh pada triwulan laporan didorong oleh adanya pertumbuhan pada komponen-komponen utama di sisi permintaan, yakni konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, serta konsumsi rumah tangga. Secara tahunan, masing-masing dari komponen tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 15,82%, 14,52%, dan 3,2%. Kontribusi dari pertumbuhan ketiga sektor tersebut masing-masing sebesar 4,99% (Konsumsi Pemerintah), 5,42% (Pembentukan Modal Tetap Bruto), dan kontribusi sebesar 1,82% berasal dari komponen konsumsi rumah tangga (Tabel 1.3 dan Grafik 1.2). Struktur ekonomi Aceh dari sisi permintaan setelah pergantian dasar menjadi tahun 21 pada triwulan IV-215 ini sedikit mengalami perubahan. Setelah pada triwulan sebelumnya komponen impor memiliki pangsa terbesar kedua di struktur ekonomi Aceh, pada triwulan laporan ini berada pada peringkat pertama dengan share sebesar 28,17%, naik dari pangsa pada triwulan sebelumnya yang sebesar 26,78%. Selanjutnya komponen konsumsi rumah tangga yang sebelumnya berada pada posisi pertama, turun ke posisi kedua dengan share 24,84% atau mengalami penurunan share dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 26,78% (Grafik 1.21). KONSUMSI Meskipun mengalami penurunan dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, komponen konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan masih berada dalam angka pertumbuhan yang positif, yakni sebesar 3,2% (yoy), turun sedikit dibandingkan triwulan sebelumnya yang besarnya 3,47% (Grafik 1.22). Konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi pertumbuhan sebesar 1,82% pada triwulan laporan, mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,96% (Grafik 1.23). KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

25 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Grafik Perkembangan Konsumsi RT Grafik Kontribusi Konsumsi RT Rp Triliun Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Y on Y % % Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1,, 3,74 3,5 2,39 2,36 3,32 3,48 3,43 3,45 3,47 3,13 3,2 2,93 2,82 14,8 14,9 15,2 15,3 15,3 15,5 15,7 15,8 62,4 15,8 15,9 16,3 16,3 4, 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1,,5, ,1 1,88 1,82 1,9 1,87 1,75 1,89 1,96 1,82 1,69 1,61 1,29 1,28 58% 57% 56% 55% 54% 53% 52% 51% Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Adanya penurunan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya diakibatkan oleh penurunan di subkomponen non makanan, khususnya transportasi. Penurunan pertumbuhan subkomponen transportasi terkonfirmasi dari data penjualan kendaraan bermotor untuk keperluan konsumsi pada triwulan IV-215 yang juga mengalami penurunan yang cukup signifikan. Penjualan kendaraan bermotor untuk konsumsi mengalami kontraksi dari 16,22% pada triwulan sebelumnya menjadi -6,5% pada triwulan laporan (Grafik 1.26). Namun demikian, penurunan di subkomponen transportasi dapat tertahan oleh peningkatan di subkomponen listrik. Hal tersebut terkonfirmasi dari tumbuhnya penggunaan listrik rumah tangga sebesar 1,11%(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar 8,26% (Grafik 1.27). Grafik Pangsa Subkomponen Konsumsi Rumah Tangga Grafik Pangsa Subkomponen Konsumsi Rumah Tangga Non Makanan 6% 6% 6% 6% 6% 6% 6% Komunikasi Transportasi/Angkutan 52% 53% 53% 53% 54% 53% 53% 48% 47% 47% 47% 46% 47% 47% Non Makanan Makanan 11% 12% 12% 11% 12% 12% 12% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 8% 8% 8% 8% 8% 8% 8% Kesehatan Perabot, Peralatan rumahtangga dan Pemeliharaan Rutin Rumah Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Lainnya 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% Pakaian Average Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Komponen terbesar dalam konsumsi rumah tangga rata-rata secara tahunan adalah konsumsi nonmakanan yaitu sebesar 53% atau senilai Rp 31,1 Triliun sementara konsumsi makanan sebesar 47% atau sebesar Rp 27,5 Triliun (Grafik 1.24). Komponen nonmakanan terdiri dari 1 subkomponen yang didominasi oleh konsumsi transportasi yang sebesar 12% dari total konsumsi rumah tangga (Rp 6,75 Triliun) dan konsumsi perumahan, air, listrik yang sebesar 8% dari total konsumsi rumah tangga (Rp 4,71 Triliun) (Grafik 1.25) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

26 Thousands BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Grafik Penjualan Kendaraan Bermotor (Konsumsi) Unit Kendaraan Bermotor Konsumsi Growth (yoy) I II III IV I II III IV Sumber : Dinas Pengelolaan Kekayaan dan Keuangan Aceh, diolah BI Aceh 4% 3% 2% 1% % -1% -2% -3% Grafik Penggunaan Listrik Rumah Tangga Kons.listrik Rmh Tangga g_kons.listrik RT kwh yoy,% Sumber : PLN Aceh, diolah BI Aceh Hal yang sedikit berbeda terjadi pada komponen konsumsi pemerintah di mana pada komponen ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, pertumbuhan konsumsi pemerintah mengalami peningkatan dari 3,74% (yoy) pada triwulan III-215 menjadi 15,82% (yoy) pada triwulan laporan (Grafik 1.28). Dengan share sebesar 13,78% dalam struktur ekonomi Aceh, konsumsi pemerintah memberikan kontribusi pertumbuhan sebesar 4,99% atau mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar,77% (Grafik 1.29). Grafik Perkembangan Konsumsi Pemerintah Grafik Kontribusi Konsumsi Pemerintah Rp Triliun 25, 2, 15, 1, 5,, 16,97 16,73 7,11 1,18 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Y on Y % 2, 3,1 2,24 3,74 15,82,27 1,38-2,2-4,78-5,1 4,1 5,1 5,7 8, 4,5 5,1 5,7 7,8 23,5 4,3 5,2 5,9 9,1 15, 1, 5,, -5, -1, % Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan 4,99 2,53 3,5 1,42 1,65,5,27,62,42,77 -,61 -, , % 3% 25% 2% 15% 1% 5% % Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

27 Thousands BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Grafik Realisasi Pengadaan Semen di Aceh Ton Konsumsi Semen Growth (yoy) I II III IV % Peningkatan konsumsi pemerintah terkonfirmasi dari terealisasinya berbagai proyek-proyek fisik pemerintah seiring dengan meningkatnya realisasi pengadaan semen di Aceh. Realisasi pengadaan semen di Aceh pada triwulan laporan mengalami perbaikan dari -,82%(yoy) pada triwulan lalu menjadi 43,5% pada triwulan laporan. Secara triwulan, konsumsi semen di Aceh mengalami peningkatan sebesar 46,63% hingga Desember 215 (Grafik 1.3) INVESTASI Sumber : Kemenperin dan Kemendag, diolah BI Aceh Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan stock menjadi cerminan terhadap kegiatan investasi di Aceh. Pada triwulan laporan, investasi Aceh mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dari Rp Triliun 12, 1, 8, 6, 4, 2,, Grafik Perkembangan Investasi Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Grafik Perkembangan Penjualan Kendaraan Unit 1,28-4,44 8,2 8,4 8,8 9,3 9,2 9,1 9,3 9,4 9,2 9,1 9,6 1, ,16 1,7 12,29 7,74 5,8,91 -,62,58 Bermotor (Inventasi) 3,39 14,52 PMTB (Investasi) Kendaraan Bermotor Investasi I II III IV I II III IV Y on Y % 2, 15, 1, 5,, -5, -1, Growth (yoy) 1% 8% 6% 4% 2% % -2% -4% -6% 3,39% (yoy) pada triwulan III-215 menjadi 14,52% pada triwulan laporan (Grafik 1.31). pertumbuhan investasi yang memiliki pangsa 16,3% memiliki kontribusi sebesar 5,42%. Dalam komposisinya sendiri, investasi di Aceh terdiri dari investasi bangunan dan non-bangunan. Sampai dengan triwulan laporan, investasi bangunan memiliki pangsa lebih besar yaitu sebesar 66% dari total investasi. Sementara itu, investasi non bangunan memiliki pangsa 34% dari total investasi. Peningkatan investasi juga terlihat dari peningkatan penjualan unit kendaraan bermotor untuk kepentingan investasi. Kendaraan bermotor untuk investasi terdiri dari bus, truk, dan becak motor. Pada triwulan laporan, penjualan kendaraan bermotor untuk investasi ini mengalami pertumbuhan 51% (yoy), meningkat signifikan dibandingkan dengan triwulan lalu yang mengalami kontraksi 21% (Grafik 1.34). Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

28 USD JUTA RP TRILIUN BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh EKSPOR IMPOR Grafik Perkembangan Ekspor (Dengan Migas) Provinsi Aceh Rp Triliun Ekspor Y on Y % 14, 15, 12, 1, 7,14 9,72 1, 8, 5, 6,,51-1,33 -,76, -1,78 4, -3,83-4,56-3,15-2,5-4,49-5, 2, -6,45 11,9 12,2 12,7 11,9 11,8 12, 12,6 11,1 11,2 11,6 12,4 1,6, -1, Grafik Perkembangan Impor (Dengan Migas) Provinsi Aceh Rp Triliun Impor Y on Y % 2, 15, 13,13 15, 1,89 1, 6, 1, 4,65 4,77 5, 3,44 3,5 5, 1,45 1,19, -1,22-1,22 12, 13,3 14,5 16,6 13,3 13,9 15, 16,4 13,5 14,6 15,9 18,5-3,78, -5, Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Kinerja ekspor Aceh yang pada triwulan laporan masih mengalami kontraksi seiring dengan masih adanya pengaruh turunnya produksi LNG sehingga angka pertumbuhannya terkontraksi menjadi - 4,49%(yoy). Kondisi tersebut sehingga memberikan kontribusi negatif terhadap ekonomi Aceh sebesar -1,66% (Grafik 1.35). Di sisi lain, pertumbuhan impor Aceh di triwulan laporan tercatat sebesar 13,13% (yoy) dan turut serta memberikan andil negatif sebesar -8,48% terhadap perekonomian Aceh (Grafik 1.36). Grafik Ekspor Impor Luar Negeri Aceh Triwulan Laporan Grafik Ekspor Impor Antar Daerah Aceh Triwulan Laporan 18,63 14,79 1,28 18,8 3,84-7,8 Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri Net Ekspor Luar Negeri Ekspor Antar Daerah Impor Antar Daerah Net Ekspor Antar Daerah Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Secara umum berdasarkan tujuan daerah perdagangannya, kegiatan ekspor impor di Aceh terdiri dari ekspor impor luar negeri dan antardaerah. Ekspor luar negeri Aceh pada triwulan IV-215 menurut ADHK mencapai USD18,63 juta sedangkan impor luar negeri Aceh sebesar USD 14,79 juta. Kondisi tersebut mencerminkan neraca perdagangan luar negeri Aceh yang surplus dengan net ekspor sebesar USD3,84 juta (Grafik 1.37). Namun, ekspor dan impor antardaerah menurut ADHK memiliki nilai yang jauh lebih besar dibandingkan dengan ekspor impor luar negeri. Ekspor antar daerah Aceh mencapai Rp1,28 triliun sedangkan impor antar daerah Aceh mencapai Rp18,8 triliun sehingga net ekspor antar daerah Aceh bernilai negatif yaitu sebesar Rp 7,8 triliun (Grafik 1.38). Kondisi neraca perdagangan antar daerah yang mengalami defisit inilah yang menyebabkan kinerja perdagangan Aceh secara keseluruhan mengalami kontraksi. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

29 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Tabel Ekspor Luar Negeri Aceh (dalam USD) Uraian I-215 II-215 III-215 IV-215 Migas > Condensate > Liquid natural gas Non Migas Total Ekspor Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Berdasarkan data ekspor dari BPS Aceh pada triwulan IV-215, adanya penurunan ekspor luar negeri di Aceh terjadi kerena tidak adanya ekspor yang dilakukan pada sektor migas. Padahal pada triwulan sebelumnya, sektor migas tersebut yang menyumbang sebesar 75,37% dari total ekspor pada triwulan sebelumnya. Kondisi ini juga sekaligus menginformasikan bahwa kegiatan ekspor condensate dan LNG yang nilainya mencapai 27,3 Juta USD pada triwulan sebelumnya sudah tidak lagi dilaksanakan pada triwiulan laporan. Sementara itu, di sisi ekspor nonmigas, terjadi kenaikan yang cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan lalu (Tabel 1.5). Ekspor nonmigas Aceh terbesar disumbang oleh komoditas Bahan bakar mineral dan Bahan kimia anorganik (Anhydrous ammonia) dengan tujuan ekspor utama ke Cina, India, Vietnam, Singapura, dan Malaysia. Sementara itu, impor luar negeri Aceh pada triwulan laporan tercatat sebesar USD 18, juta, naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang besarnya USD 17,4 Juta (Tabel 1.6). Sumber peningkatan impor luar negeri tersebut masih berasal dari impor nonmigas. Impor nonmigas pada triwulan laporan didominasi oleh komoditas gandum dan komoditas plastik serta barang-barang dari plastik. Komoditas gandum tersebut didatangkan dari Vietnam dengan total nilai impor sebesar USD 1,15 juta. Tabel Impor Luar Negeri Aceh (dalam USD) Uraian I-215 II-215 III-215 IV-215 Migas > Petroleum Bitumen > Lubricating oils for aircraft engines Non Migas Total Impor Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Dengan kondisi tersebut, neraca perdagangan luar negeri Aceh pada triwulan laporan tercatat mengalami surplus sebesar USD 3,8 juta. Kondisi neraca perdagangan luar negeri Aceh yang surplus tersebut melanjutkan kondisi pada triwulan sebelumnya meskipun terdapat penurunan sebesar USD14,9 juta (Tabel 1.7). KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

30 RP TRILIUN BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Tabel Neraca Perdagangan Luar Negeri Aceh Tahun EKSPOR QtQ YoY IMPOR QtQ YoY Neraca Volume (kg) Nilai FOB (US$) (%) (%) Volume (kg) Nilai CIF (US$) (%) (%) (US$) I II , , III , , IV , , I ,37-74, ,44 281, II ,2-94, ,87 299, III ,42-68, ,73 15, IV ,58-73, ,21 25, Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Grafik Perkembangan Net Ekspor Antar Daerah Aceh (ADHK) IV Sementara itu, kondisi neraca perdagangan antar daerah masih mengalami defisit. Sejak tahun 21 net ekspor Aceh bernilai negatif. Pada triwulan IV 215, net ekspor Aceh tecatat sebesar Rp 7,8 Triliun. Nilai tersebut memberikan kontribusi menurunnya ekonomi Aceh sebesar -5,72%. Kondisi ini terkonfirmasi juga dari hasil survei perdagangan antar wilayah yang dilakukan oleh Bank Indonesia Aceh. -7,8 Net Ekspor Antar Daerah Ekspor Antar Daerah Impor Antar Daerah Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Hasil survei tersebut menyimpulkan bahwa aliran perdagangan daerah menunjukan bahwa terdapat pola pembelian dan penjualan komoditas utama seperti Beras yang kurang efektif dimana barang yang dijual dalam bentuk nilai tambah rendah ke Provinsi Lain (Sumatera utara) kemudian dibeli kembali produk dengan nilai tambah lebih tinggi oleh pedagang untuk mencukupi kebutuhan di Provinsi Aceh. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

31 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Box. 1 Progress Pembangunan Infrastruktur Penunjang Produksi Pangan Aceh Meskipun secara akumulatif dari Januari-Desember 215 Provinsi Aceh mengalami pertumbuhan ekonomi negatif, yakni sebesar -,72% (Ytd), namun perekonomian Aceh pada triwulan IV-215 secara tahunan mengalami peningkatan dan tumbuh positif sebesar 1,42% (yoy). Angka tersebut merupakan angka tertinggi selama tahun 215 setelah pada tiga triwulan sebelumnya pertumbuhan tahunan Aceh selalu mengalami kontraksi. Dari sisi penawaran, rilis data dari Badan Pusat Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh menunjukkan bahwa, kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV-215 berasal dari sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Dengan share yang hampir mencapai 3% pada struktur ekonomi Aceh, peranan sektor pertanian sangatlah signifikan dalam menentukan kondisi perekonomian Aceh pada periode-periode selanjutnya. Pada triwulan IV-215 ini, kontribusi sektor pertanian mencapai 2,16%, terbesar diantara sektor-sektor lainnya sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Aceh pada level yang positif (1,42% yoy). Pertumbuhan dan kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian Aceh dapat terlihat pada Grafik 1 dan Grafik 2 sebagai berikut: Grafik 1.2 Pertumbuhan Sektor Pertanian di Aceh Grafik 1.2 Pangsa dan kontribusi sektor pertanian di Aceh Rp Triliun 8,5 8, 7,5 7, 6,5 2,93 2,64 6,76 6,58 Pertanian, Kehutanan, & Perikanan YoY 1,19 3,52 4,44,19 5,78 2,17 4, ,82 % 1, 7,5 5, 2,5, % Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan ,75,69 1,76 1,69,3 1,18,93,5 1,6,6 1,32 2, % 29% 28% 27% 26% 25% 24% Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sepanjang tahun 215, pertumbuhan yang terjadi di sektor pertanian sebagian besar berasal dari subsektor tanaman pangan, khususnya setelah adanya tren penurunan komoditas hasil subsektor perkebunan seperti kelapa sawit dan karet. Sampai dengan akhir tahun 216, tercatat jumlah produksi pangan (Padi) yang diproduksi oleh Aceh telah mencapai 2,3 juta ton, meningkat signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 1,8 juta ton. Namun demikian, angka tersebut masih berada di bawah target yang ditetapkan oleh pemerintah yakni sebesar 2,7 juta ton. Belum tercapainya target produksi tersebut disebabkan adanya permasalahan struktural seperti adanya alih fungsi lahan pertanian serta belum memadainya infrastruktur produksi produksi pangan yang menyebabkan produksi maupun produktivitas lahan menjadi terbatas. Dalam rangka mendukung peningkatan produksi pangan, beberapa program pemerintah pusat terkait infrastruktur penunjang produksi pangan telah dijalankan, termasuk di Provinsi Aceh sendiri. Beberapa program pembangunan infrastruktur tersebut antara lain pembangunan waduk, pembangunan irigasi, rehabilitasi irigasi, dan pembangunan gudang (Tabel 1.1). KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215 3

32 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Tabel 1.1. Proyek Pembangunan Inffrastruktur Penunjang Produksi Pangan di Kawasan Regional Sumatera Provinsi Waduk (Unit) Irigasi Baru (Ha) Rehabilitasi Irigasi (Ha) Gudang (Unit) Sumber : Hasil Pra-Musrembang 215 Terkait dengan Provinsi Aceh, tercatat sebanyak 5% dari total pembangunan waduk di Sumatera berada di Aceh, 12% dari total rencana pembangunan gudang di Sumatera direncanakan ada di Aceh, 7% pembangunan irigasi, serta 4% dari total rehabilitasi Sumatera ada di Aceh (Grafik 1.2) Grafik 1.3. Program Pembangunan Infrastruktur penunjang produk pangan di Aceh 5% Dari total Pembangunan Waduk Sumatera 7% Dari total pembangunan irigasi Sumatera 4% Dari total rehabilitasi irigasi Sumatera 12% Dari total pembangunan gudang pangan Sumber : Hasil Pra-Musrembang 215 Progress Pembangunan Infrastruktur Penunjang Produksi Pangan Aceh Secara umum, terdapat beberapa progress yang telah dicapai di Aceh dalam rangka program pembangunan infrastruktur Produksi Pangan. Berikut disampaikan beberapa kemajuan dan update dari berbagai projek pembangunan infrastruktur penunjang produksi pangan di Aceh beserta tantangan dan rincian lainnya: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

33 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh 1. Progress dan Kendala Beberapa Proyek Waduk/Bendungan di Aceh Proyek Pembiayaan (Rp) Progress Hambatan Bendungan Lhok Guci (Aceh) 462 Miliar,%, masih dalam tahap pembebasan lahan Sering terjadinya banjir/curah hujan tinggi dan Masalah pembebasan lahan. Waduk Kreung Keureuto (Aceh) 1,7 triliun 22,%, masih dalam proses pembangunan/konstruksi (Pondasi-Pondasi Dasar) Kendala cuaca, khususnya tingkat curah hujan. Jika terjadi hujan selama 3 jam maka hal tersebut akan menunda pekerjaan pembangunan bendungan selama 1 jam. 2. Progress dan Kendala Beberapa Proyek Gudang di Aceh Rencana Pembangunan Gudang : 191 Unit Gudang Kondisi Eksisting: 1. Gudang di Aceh sebagian besar dimiliki dan dikelola oleh kelompok tani, bulog, LDPM (Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat), dan siasnya oleh pemerintah kota/kabupaten. 2. Penggunaan gudang di Aceh sebagian besar digunakan untuk menyimpan komoditas padi/beras. Tantangan: 1. Kegiatan efisiensi biaya yang dilakukan petani dengan cara menyimpan langsung di kilang padi. 2. Masyarakat lebih cenderung memilih untuk menjual langsung ke para tengkulak. 3. Faktor sosial dan budaya masyarakat Aceh yang lebih memilih menyimpan di rumah sendiri. 4. Lokasi gudang yang terlalu jauh sehingga menimbulkan additional cost. 5. Faktor Keamanan (Pencurian) 6. Anggaran pemerintah yang terbatas untuk melakukan kegiatan pembangunan gudang dan kegiatan pembinaan, bagi masyarakat umum dan petani. Sumber : Hasil Liaison KPwBI Provinsi Aceh 3. Pembangunan Infrastruktur Penunjang Produksi Pangan (Waduk Kreung Keureuto, Aceh) Proyek BUMN Senilai RP 1,7 T Pengerjaan terowongan pengelak dan waterway Peletakan Batu Pertama : Presiden Ir. Joko Widodo 1 Maret 215 Pengerjaan tubuh bendungan & Saddle Dam Pengerjaan bangunan pelimpah (spillway) Masa Pembangunan 5 tahun ( ) Dana APBK Kab. Aceh Utara untuk tahap perencenaan sebesar Rp 11M Dana APBA untuk pembebasan lahan seluas 1 Ha sebesar Rp 1 M Dana APBN 1,68 triliun 286 Ha lahan yang dibebaskan saat ini setara dengan Pembangunan bendungan waduk dengan panjang 347,12 m dan tinggi 111 m + Menyerap 15 Tenaga Kerja Dapat menampung 215,, m3 air, 6,35 MW pembangkit tenaga listrik, konsumsi air minum,3 m3/detik, irigasi untuk 9, Ha lahan.lahan 1.2 Ha. Fungsi Bendungan/Waduk Keuretoe : 1. Mereduksi/pengendalian banjir untuk 1 kecamatan di Aceh Utara. 2. Menjamin suplai air irigasi untuk 2 Daerah Irigasi, luas total Ha. 3. Pengembangan air baku PDAM Tirta Mon Pase sebesar 5 liter/detik. 4. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebesar 34 MW. 5. Untuk pengembangan pariwisata alam dan kebutuhan industri lainnya. 6. Peningkatan produktivitas lahan pertanian hingga 45. ton/tahun. Sumber : Hasil Liaison KPwBI Provinsi Aceh dan KPwBI Lhokseumawe KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

34 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

35 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

36 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

37

38 yoy (%) BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh Tekanan inflasi Aceh pada triwulan-iv 215 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat menurun dari 4,19% (yoy) pada triwulan-iii 215 menjadi 1,53% (yoy) pada triwulan laporan. Inflasi Aceh triwulan-iv 215 (yoy) yang tercatat sebesar 1.53% jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi YoY pada triwulan IV dalam tiga tahun terakhir yaitu sebesar 5.2%. Kelompok bahan makanan dan kesehatan merupakan kelompok yang paling dominan dalam mempengaruhi perkembangan inflasi Aceh pada triwulan-iv 215. Adapun secara tahunan komoditas yang paling besar memberikan andil inflasi selama tahun 215 adalah kelompok bahan makanan bawang merah, daging ayam ras, beras, dan kelompok administered price seperti bahan bakar rumah tangga dan rokok kretek filter. Inflasi triwulan-iv 215 di ketiga kota pantauan tercatat masing-masing Banda Aceh 1,27%, Lhokseumawe 2,44%, dan Meulaboh,58% (yoy). KONDISI UMUM PERKEMBANGAN INFLASI ACEH Pada triwulan-iv 215, pergerakan laju inflasi Aceh baik secara tahunan, triwulanan maupun bulanan, tercatat mengalami penurunan (Grafik 2.1). Inflasi yang dihitung berdasarkan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di tiga kota pantauan inflasi, yaitu Banda Aceh, Lhoksumawe, dan Meulaboh pada triwulan-iv 215 tercatat sebesar 1,53%(yoy) dan,76%(mtm). Perkembangan inflasi tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi tahunan sebesar 4,19%. Secara year on year (YoY), Inflasi Aceh triwulan-iv 215 YoY yang tercatat sebesar 1,53% jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi YoY pada triwulan IV dalam tiga tahun terakhir ( ) yaitu sebesar 5,2%. Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi year on year, quarter to quarter, dan month to month di Aceh (%) Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi year on year di kawasan Sumatera (%) % Inflasi Bulanan (mtm) Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Tahunan (yoy) I II III IV , 4,5 4, 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1,,5-4,4 4,34 3,24 3,1 3,25 3,27 3,35 2,65 1,53 1,37 1,8 Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Laju inflasi yang terjadi di Provinsi Aceh pada triwulan IV masih lebih rendah bila dibandingkan dengan realisasi inflasi inflasi tahunan nasional pada triwulan IV yang tercatat sebesar 3,35% (yoy). Inflasi Aceh pada triwulan IV juga berada berada di bawah rata-rata inflasi seluruh provinsi di kawasan Sumatera dengan nilai 2,82%. Inflasi aceh berada pada posisi urutan ke-3 terendah setelah Provinsi Sumatera Barat dan Jambi. Inflasi tertinggi pada kawasan Sumatera terjadi di Kepulauan Riau (Grafik 2.2) yang mencapai 4,4% (YoY). KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

39 BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA INFLASI BULANAN (MONTH TO MONTH /MTM) Rata-rata laju inflasi Aceh secara bulanan pada bulan Oktober, November, dan Desember 215 sebesar,4% jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi bulanan di triwulan yang sama pada tahun 214 yang tercatat sebesar 1,27%. Rendahnya inflasi pada periode ini disumbang oleh kelompok sandang yang mengalami ratarata deflasi bulanan sebesar -,34%, disusul oleh kelompok Pendidikan, rekreasi, olahraga dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang mengalami rata-rata inflasi bulanan yang rendah, masingmasing sebesar,1%. Sedangkan tekanan inflasi bulanan terbesar pada periode ini disumbang oleh kelompok bahan makanan yang memiliki rata-rata inflasi bulanan sebesar 1,22%, namun nilai tersebut masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan rata-rata tekanan inflasi kelompok bahan makanan di Triwulan IV 214 yang mencapai 2,13% (Tabel 2.1 dan Grafik 2.3). Berdasarkan tabel 2.1 dapat dilihat bahwa kelompok Sandang memiliki kecenderungan mengalami deflasi atau inflasi yang rendah di bulan-bulan triwulan IV (Oktober, November, dan Desember). Hasil liaison oleh tim KPw BI Provinsi Aceh ke sejumlah pusat perbelanjaan dan swalayan ada di Kota Banda Aceh mengkonfirmasi adanya kegiatan promo/diskon akhir tahun dan cuci gudang oleh pihak toko untuk pakaian dan baju di penghujung tahun. Tabel Perkembangan Inflasi Bulanan Aceh (mtm %) Kelompok Okt Nov Des Ratarata Okt Nov Des Ratarata Okt Nov Des Rata- Rata Bahan Makanan Makanan jadi, minuman, rokok Perumahan, air, listrik, gas, b.bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi, olahraga Transpor, komunikasi, jasa keu. UMUM Sumber: BPS Prov. Aceh, diolah BI Aceh Selain itu, di akhir tahun 215 pemerintah mengeluarkan wacana untuk menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di awal tahun 216, hal ini berdampak pada terjaganya ekspektasi inflasi di masyarakat khususnya untuk jasa angkutan dan logistik sehingga pada triwulan IV tidak terjadi lonjakan harga. Berbeda dengan Triwulan IV 214, pada bulan November dan Desember terdapat lonjakan kenaikan harga untuk kelompok transportasi akibat adanya wacana pemerintah untuk menaikkan harga BBM di awal tahun 215. Selanjutnya, inflasi bulanan yang terjadi di kelompok bahan makanan pada Triwulan IV 215 dapat dikatakan masih relatif stabil. Perkembangan harga secara bulanan untuk sub kelompok bahan makanan yaitu ikan segar dan ikan diawetkan cenderung mengalami deflasi seiring dengan terjaganya pasokan ikan di pasar setelah sebelumnya mengalami kenaikan harga di bulan September 215 akibat kabut asap. Sub kelompok daging dan 38 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

40 mtm(%) mtm(%) BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh hasil-hasilnya juga secara rata-rata bulanan mengalami penurunan harga oleh karena stok barang tersedia cukup dan terjamin untuk kebutuhan masyarakat khususnya pada awal triwulan IV. Namun cenderung mengalami kenaikan pada akhir triwulan IV seiring dengan adanya perayaan Maulid Nabi SAW dan bencana banjir di sejumlah daerah di Provinsi Aceh sehingga menghambat pendistribusian barang. Grafik Inflasi Kelompok Rata-Rata Grafik Inflasi Kelompok (mtm) 1,4 1,2 1,,8,6,4,2, -,2 -,4 -,6 1,22 Bahan Makanan,22,25 Makanan jadi, minuman, rokok Perumahan, air, listrik, gas, b.bakar -,34 Sandang,33 Kesehatan,1,1 Pendidikan, rekreasi, olahraga Transpor, komunikasi, jasa keu. 3, 2,5 2, 1,5 1,,5, -,5 2,47 Bahan Makanan,15,49 Makanan jadi, minuman, rokok Perumahan, air, listrik, gas, b.bakar -,27 Sandang,3,3 Kesehatan Pendidikan, rekreasi, olahraga, Transpor, komunikasi, jasa keu. Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh INFLASI TRIWULANAN (QUARTER TO QUARTER/QTQ) Inflasi triwulanan Aceh pada periode laporan tercatat sebesar 1,21% (qtq), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar,15% (qtq). Namun, laju inflasi triwulanan di periode ini masih relatif lebih baik bila dibandingkan dengan laju inflasi di triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,86% (qtq). Secara triwulanan, nilai inflasi terbesar terjadi di kelompok bahan makanan dengan nilai inflasi sebesar 3,68% (qtq) di triwulan IV 215. Secara umum pergerakan kenaikan harga di triwulan IV 215 masih relatif stabil untuk seluruh kelompok barang dan jasa, dengan tidak adanya lonjakan inflasi triwulanan yang melebihi target nasional 4±1%. Tabel Perbandingan Inflasi Triwulanan (qtq) Kelompok Bahan Makanan Makanan jadi, minuman, rokok Perumahan, air, listrik, gas, b.bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi, olahraga Transpor, komunikasi, jasa keu UMUM Sumber: BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Namun, masih terdapat sejumlah risiko kenaikan harga barang/jasa yang perlu dicermati berdasarkan perkembangan inflasi di triwulan IV 215. Inflasi yang terjadi di kelompok bahan makanan didominasi oleh adanya kenaikan harga pada sub kelompok barang Padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya, serta kenaikan harga pada sub kelompok sayur-sayuran, buah-buahan, dan bumbu-bumbuan. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

41 BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh Kenaikan harga pada sub kelompok barang padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya dipengaruhi oleh adanya kenaikan harga beras di sejumlah kota yang dihitung tingkat inflasinya yaitu Banda Aceh, Meulaboh, dan Lhokseumawe. Sejumlah faktor yang turut mempengaruhi naiknya harga beras di bulan Desember 215 adalah masuknya musim tanam dari padi sehingga mempengaruhi stok gabah di tingkat petani. Lebih lanjut selama bulan Desember 215 terjadinya peningkatan intensitas hujan di sejumlah wilayah di Aceh yang menyebabkan bencana banjir di beberapa daerah di Provinsi Aceh yaitu Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie, Kabupaten Aceh Barat sehingga menyebabkan gagal panen di beberapa lahan pertanian sawah. Fenonema - fenomena tersebut cenderung menyebabkan adanya gejolak harga beras di pasaran. Namun, BULOG Divre Aceh gencar melakukan operasi pasar di penghujung tahun 215 untuk menekan kenaikan harga, sehingga pergerakan harga beras secara umum stabil dengan adanya sedikit kenaikan harga. Intensitas hujan yang tinggi di bulan Desember 215 juga menyebabkan risiko sayur-sayuran dan buah-buahan cenderung lebih mudah membusuk. Informasi yang diperoleh media lokal dari pedagang sayur dan buah di pasar Peunayong Banda Aceh mengatakan bahwa lonjakan harga terjadi karena jumlah pasokan barang (sayursayuran dan buah-buahan) yang tak mampu memenuhi permintaan pembeli. Intensitas hujan yang tinggi juga membuat sayuran lebih mudah membusuk. Hal tersebut ikut membuat pedagang terpaksa menaikkan harga jual di pasaran. Grafik Inflasi Triwulanan Provinsi Aceh Grafik Inflasi Kelompok (qtq) , qtq (%) 3,68 3, 3,86 2, 1, 2,13 1,77 1,71 1,86,,96,9 1,9 1,21-1, -2,,15 qtq (%) 2,68-1, Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Bahan Makanan,66,76 Makanan jadi, minuman, rokok Perumahan, air, listrik, gas, b.bakar -1,3 Sandang 1, Kesehatan,4,2 Pendidikan, rekreasi, olahraga Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Transpor, komunikasi, jasa keu. INFLASI TAHUNAN (YEAR ON YEAR/YOY) Secara tahunan, laju inflasi Provinsi Aceh pada triwulan IV 215 mencapai 1,53% (yoy), menurun dibandingkan triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 8,38% (yoy). Inflasi tahunan Aceh pada triwulan IV 215 juga lebih rendah daripada inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,35% (yoy). Tekanan inflasi pada periode ini didorong oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok, yang meningkat dari 2,9% (yoy) menjadi 4,11% (yoy). Selain itu juga terdapat peningkatan laju inflasi untuk kelompok kesehatan yang meningkat dari 2,1% (yoy) menjadi 4,55% (yoy), dan terdapat peningkatan inflasi untuk kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga yang meningkat dari 3,95% (yoy). (Grafik 2.8 dan Tabel 2.3). Di sisi lain, sebagai peredam laju inflasi tahunan di bulan Desember 215, terdapat deflasi untuk kelompok, transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Deflasi ini terjadi terutama disebabkan adanya penyesuaian atau penurunan tarif angkutan dan pengiriman barang oleh karena kebijakan pemerintah yang menurunkan harga bahan bakar bensin dan solar di tahun awal tahun 215. Sebelumnya, di bulan November 214 pemerintah menaikan harga bensin premium dari Rp 6.5 menjadi Rp 8.5, dan harga solar dari Rp 5.5 menjadi Rp 7.5. Oleh karena itu, deflasi di tahun 215 untuk kelompok 4 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

42 BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan lebih disebabkan adanya normalisasi biaya angkutan dan logistik setelah sebelumnya di tahun 214 biaya tersebut cenderung meningkat. Tekanan inflasi yang meningkat untuk kelompok makanan jadi, minuman, dan rokok lebih disebabkan adanya peningkatan pada sub kelompok barang tembakau dan rokok. Hal ini disebabkan karena adanya kebijakan pemerintah yang menaikan biaya cukai rokok di tahun 215. Pertimbangan pemerintah untuk menaikan cukai rokok di tahun 215 adalah untuk memenuhi target APBN tahun 215 yang dipatok Rp 119,7 triliun dari cukai tembakau. Namun kebijakan tersebut menyasar pada produsen rokok yang tergolong besar, sedangkan untuk produsen rokok yang tergolong kecil dengan tingkat produksi tidak lebih dari 5 juta batang per tahun tidak dikenakan kenaikan tarif cukai rokok, hal ini dilakukan untuk melindungi produsen kecil. Selanjutnya, tekanan inflasi untuk kelompok kesehatan lebih didominasi oleh adanya kenaikan harga untuk sub kelompok barang obat-obatan. Adanya gejolak kenaikan kurs Dollar AS terhadap rupiah di tahun 215 turut mendongkrak kenaikan harga sejumlah obat-obatan yang diproduksi di luar negeri atau menggunakan bahan baku impor. Sebagian besar Industri Farmasi di Indonesia seperti PT Indofarma Tbk masih bergantung dengan impor bahan baku dari luar negeri, dan transaksi pembelian tersebut menggunakan Dollar AS. Akibatnya, industri farmasi dalam negeri memiliki risiko nilai tukar. Pemerintah telah melakukan upaya untuk menekan angka impor bahan baku obat-obatan dengan cara memberdayakan industri lokal untuk memproduksi bahan baku sendiri. Grafik Perkembangan Inflasi Aceh (yoy (%) Grafik Inflasi Kelompok Triwulan-III 215(yoy(%)) yoy (%) Aceh Nasional 6, 4, 2,,35, -2, -4, -6, yoy(%) Bahan Makanan 4,11 Makanan jadi, minuman, rokok 2,54 Perumahan, air, listrik, gas, b.bakar 3,59 4,55 4,19 Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi, olahraga Transpor, komunikasi, jasa keu. -3, Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Tabel Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Makanan jadi, minuman, rokok Perumahan, air, listrik, gas, b.bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi, olahraga Transpor, komunikasi, jasa keu. 3.8 Aceh Nasional KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

43 BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh DISAGREGASI INFLASI 1 Pada triwulan-iv 215, inflasi administered price, volatile food, dan core masing-masing mengalami inflasi sebesar 1,76%, 1,38%, dan,78% (Grafik 2.9). Menurut kontribusinya tekanan inflasi tertinggi disumbang oleh kelompok Core sebesar 1,52%(Grafik 2.1). Komoditas pada kelompok ini yang memberikan andil inflasi tinggi antara lain biaya tukang bukan mandor, akademi / perguruan tinggi, dan sewa rumah. Selain itu inflasi tahunan juga disumbang oleh komoditas Volatile Food dengan andil sebesar,85%. Komoditas pada kelompok ini yang memberikan andil tinggi pada inflasi antara lain Daging Ayam Ras, Beras, Bawang Merah, dan daging sapi. Pada akhir triwulan IV-215, tingkat inflasi untuk kelompok inti mengalami inflasi sebesar 1,76%. Kenaikan inflasi untuk kelompok inti tersebut terutama didorong oleh adanya kenaikan harga pada komoditas barang / jasa antara lain lain biaya tukang bukan mandor, akademi / perguruan tinggi, dan sewa rumah. Pada triwulan IV 215, Pemerintah Aceh melakukan akselerasi pembangunan dan realisasi sejumlah proyek yang menggunakan dana APBA, hal tersebut menyebabkan biaya jasa tukang bukan mandor turut mengalami kenaikan. Selain itu, beberapa universitas dan perguruan tinggi di Aceh melakukan penyesuaian biaya pendidikan untuk tahun ajaran baru 215 / 216 yang turut menyumbang angka inflasi inti pada level moderat. Sementara itu, dampak penurunan pasokan ayam dan DOC dari Sumut untuk memenuhi kekurangan pasokan di Jawa mengakibatkan kelangkaan stok daging ayam ras dan masih dirasakan di triwulan IV. Terlebih lagi pada bulan Desember 215 permintaan sejumlah bahan makanan kebutuhan pokok seperti daging sapi, daging ayam ras, beras, dan sayuran mengalami peningkatan seiring dengan adanya perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Aceh, hal tersebut turut mendongkrak harga pada level moderat di pasar modern dan tradisional. Bencana banjir yang terjadi di Kabupaten Pidie, Aceh Besar, dan daerah lainnya di penghujung tahun 215 turut menghambat laju distribusi barang, beberapa lahan pertanian sawah juga mengalami gagal panen, hal tersebut berpengaruh dalam menekan gejolak inflasi pada kelompok barang volatile food. Menurut survei pemantauan harga yang dilakukan oleh Disperindag Provinsi Aceh pada website Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Aceh, komoditas yang memiliki kenaikan harga yang tinggi pada bulan Oktober s.d Desember 215 adalah komoditas daging ayam (Grafik ). 1 Disamping pengelompokan berdasarkan COICOP (Classification of Individual Consumption According to Purpose), BPS juga mempublikasikan inflasi berdasarkan pengelompokan yang lainnya yang dinamakan disagregasi inflasi. Disagregasi inflasi tersebut dilakukan untuk menghasilkan suatu indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental. 42 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

44 BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh Grafik Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik Kontribusi Disagregasi Inflasi Provinsi Aceh Provinsi Aceh yoy,% Inflasi IHK Core Volatile Adm Price 1 8 yoy,% Core Volatile Adm Price Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Grafik Pergerakan Harga Komoditas Grafik Pergerakan Harga Komoditas Beras Daging Ayam Rp/Kg Rp/Kg Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des - Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des Grafik Pergerakan Harga Komoditas Bumbu-Bumbuan 5. Rp/Kg Cabe merah biasa Cabe rawit Bawang merah 1. Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des 215 Sumber: diolah BI Aceh PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA Realisasi inflasi triwulan-iv 215 (yoy) di seluruh kota pantauan inflasi Aceh menunjukkan arah yang serupa dengan tren inflasi Provinsi Aceh, yaitu lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun dengan tahun sebelumnya (Grafik 2.14 dan Tabel 2.4). KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

45 BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh Grafik Pergerakan laju Inflasi Tahunan Kota Pantauan Aceh YoY (%) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Banda Aceh Meulaboh Jul Agu Sep Okt Nov Des Lhokseumawe Aceh 1.53 Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Grafik Inflasi Bulanan Kota Pantauan Aceh Triwulan-III 215 MtM (%) Banda Aceh Lhokseumawe Meulaboh Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Laju inflasi tahunan masing-masing kota penimbang inflasi adalah Banda Aceh 1,27%, Lhokseumawe 2,44%, dan Meulaboh,58% (yoy), capaian tersebut masih berada jauh dibawah inflasi nasional sebesar 3,35% (yoy) dan target capaian inflasi di tahun 215 sebesar 4±1%. Tabel 2.4 Pergerakan Inflasi 3 Kota di Provinsi Aceh Kota yoy,% IV-13 I-14 II-14 III-14 IV-14 I-15 II-15 III-15 IV-15 Banda Aceh Lhokseumawe Meulaboh Aceh Sumber: BPS Prov. Aceh, diolah BI Aceh Inflasi kota Banda Aceh pada triwulan laporan secara umum mengalami penurunan menjadi 1,27% (yoy) dari 4,3% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Bila dibandingkan dengan harga yang berlaku di triwulan IV 214, beberapa kelompok barang & jasa yang mengalami inflasi dengan tingkat moderat di Kota Banda Aceh pada triwulan IV 215 adalah Kelompok Pendidikan, rekreasi, dan olah raga sebesar 5.32%, Kelompok Kesehatan sebesar 4.62%, kelompok Sandang sebesar 4,26% (yoy). Sedangkan untuk kota Lhokseumawe, inflasi tahunan yang terjadi pada triwulan IV 215 terutama didorong oleh kenaikan harga untuk kelompok Kesehatan sebesar 6,3%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 4,97%, serta pendidikan, rekreasi, olahraga sebesar 3,38% (yoy). Sejalan dengan kota lainnya, Di kota Meulaboh untuk kelompok barang dan jasa yang mengalami inflasi tertinggi yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 4,27% (yoy) (Tabel 2.5). 44 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

46 BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh No Tabel 2.5. Inflasi menurut kota dan kelompok barang dan jasa di Provinsi Aceh (yoy;%) Kelompok Kota Banda Aceh Lhokseumawe Meulaboh 1 Bahan Makanan Makanan jadi, minuman, rokok, tembakau Perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar Aceh Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi, olahraga Transpor, komunikasi, jasa keuangan Inflasi Keseluruhan Sumber : BPS Provinsi Aceh Penyebab inflasi di ketiga kota pantauan inflasi Aceh juga tergambar dalam andil komoditas-komoditas di kota tersebut terhadap inflasi. Pada kota Banda Aceh, komoditas yang memberikan andil tertinggi adalah Daging Ayam Ras, sedangkan pada kota Lhokseumawe komoditas yang memberikan andil tertinggi adalah Bawang Merah dan di kota Meulaboh komoditas yang memberikan andil tertinggi adalah Beras. Komoditas yang mengalami konsisten memberikan andil inflasi tahunan terbesar di 3 kota adalah Daging ayam ras, beras, dan bawang merah. Sementara itu, andil komoditas lainnya terhadap inflasi bervariasi di antara ketiga kota pantauan inflasi tersebut(tabel 2.6). Tabel 2.6. Komoditas Pemberi Andil Inflasi Tahun 215 (yoy%) Banda Aceh Lhoksumawe Meulaboh Komoditas Andil Andil Komoditas Inflasi Inflasi Komoditas Daging Ayam Ras Beras Rokok Kretek Filter,53,3,29 Tukang Bukan Mandor,23 Akademi/Perguruan Tinggi,17 Angkutan Udara Mobil Rokok Kretek Bawang Merah Tomat Sayur,16,16,14,12,11 Andil Inflasi Bawang Merah,77 Beras,53 Bahan Bakar Rumah Daging Ayam Ras,45 Tangga,51 Beras,38 Bawang Merah Daging Sapi,19 Rokok Kretek Filter Siomay,18 Rokok Kretek Kontrak Rumah,17 Jeruk Nipis/Limau Rokok Kretek Filter,15 Telur Ayam Ras Mie,15 Tomat Sayur Bahan Bakar Rumah Tangga,15 Kopi Manis Cabai Rawit,14 Tomat Buah Sumber : BPS Provinsi Aceh Bila dilihat dari 23 kota di Sumatera, pada bulan Desember 215, seluruhnya mengalami inflasi tahunan. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Batam yaitu sebesar 4,73% dan terendah di Kota Meulaboh sebesar,58%. Kota-kota pantauan inflasi di Provinsi Aceh tercatat mengalami inflasi yang relatif lebih rendah di antara kota-kota lainnya di Sumatera (Tabel 2.7).,34,32,28,2,18,17,16,15 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

47 BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh Tabel 2.7 Perbandingan Inflasi Kota Kota Y o Y (%) Kota Y o Y (%) BATAM 4,73 DUMAI 2,63 PANGKAL PINANG 4,66 TANJUNG PINANG 2,46 BANDARLAMPUNG 4,65 LHOKSEUMAWE 2,44 LUBUKLINGGAU 3,47 TEMBILAHAN 2,6 PEMATANG SIANTAR 3,36 PADANGSIDIMPUAN 1,66 SIBOLGA 3,34 JAMBI 1,37 MEDAN 3,32 BUNGO 1,29 BENGKULU 3,25 BANDA ACEH 1,27 PALEMBANG 3,5 TANJUNG PANDAN,88 BUKITTINGGI 2,79 PADANG,85 PEKANBARU 2,71 MEULABOH,58 METRO 2,67 Sumber : BPS Provinsi Aceh TPID PROVINSI ACEH Salah satu bentuk koordinasi antara Pemerintah dengan Bank Indonesia (BI) sebagai salah satu upaya dalam pengendalian inflasi adalah melalui pembentukan Tim Pengendalian Inflasi (TPI) baik di level Pusat maupun Daerah yang dikenal dengan sebutan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Dalam rangka menindaklanjuti surat Instruksi Menteri Dalam Negeri atau Inmendagri Nomor 27/1696/SJ Perihal Menjaga Keterjangkauan Barang dan Jasa di Daerah dimana pada poin ketujuh Instruksi tersebut menyebutkan bahwa Segera membentuk Tim Pengendalian Inflasi Daerah yang selanjutnya disingkat dengan TPID sebagai suatu wadah koordinasi dalam menjaga agar tidak terjadi inflasi di daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk Provinsi Aceh sampai dengan bulan Desember 215 telah terbentuk sebanyak 2 (dua puluh) TPID Kota/Kabupaten dan 1 (satu) TPID Provinsi. Untuk meningkatkan pengendalian inflasi di daerah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh bersamasama dengan Pemerintah Provinsi Aceh terus mendorong agar kabupaten/kota segera merealisasikan pembentukan TPID di wilayah kerjanya. Sebagai wujud dari upaya tersebut, Pada Semester II Tahun 215, atau lebih tepatnya pada bulan Desember 215 telah dibentuk Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Bireuen berdasarkan Keputusan Bupati Bireuen No.95 Tahun 215. Selain itu juga telah dibentuk TPID Kabupaten Subulussalam melalui Keputusan Walikota Subulussalam No /189/215 tanggal 3 September 215. Sedangkan untuk Kabupaten Aceh Barat Daya menginformasikan bahwa telah membentuk TPID Kabupaten, namun belum memberitahukan melalui surat resmi kepada TPID Provinsi. Untuk TPID Provinsi Aceh, Surat Keputusan (SK) Pembentukan TPID telah mengalami beberapa pembaharuan, dimana TPID Provinsi Aceh pertama kali dibentuk dengan adanya dasar hukum SK Gubernur Aceh No.58/73/29 tanggal 26 November 29 yang diperbarui dengan SK Gubernur Aceh No. 58/473/211 tanggal 8 Agustus 211 dan SK Gubernur Aceh No.58/128/215 tanggal 29 Januari 215. Dalam rangka penguatan kegiatan dan koordinasi terkait dengan stabilitas harga, TPID Provinsi Aceh juga selalu melibatkan instansi vertikal diantaranya adalah BPS Provinsi Aceh, Bulog Sub Divre Aceh, Pertamina, PLN, dll. Hal ini bertujuan untuk dapat meningkatkan koordinasi terutama dalam hal stabilisasi harga bahan pangan pokok dan ketersediaan energi (BBM, Listrik, dan Gas Elpiji) serta meningkatkan kualitas asesmen terhadap perkembangan inflasi Provinsi Aceh. 46 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

48 BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh Adapun kegiatan TPID Provinsi Aceh sepanjang triwulan IV tahun 215 antara lain melakukan Rapat Koordinasi TPID Aceh & TPID Wilayah Lhokseumawe & Sekitarnya pada tanggal 8 Desember 215. Kesimpulan dan tindak lanjut rapat adalah sebagai berikut: a. Pembuatan Roadmap Inflasi di masing-masing kabupaten/kota harus segera dilakukan. Meskipun kota/kabupaten tersebut tidak menjadi pantauan inflasi oleh BPS, namun roadmap pengendalian inflasi di seluruh kota/kabupaten di Aceh akan menjamin stock dan proses distribusi komoditas-komoditas strategis di Aceh. b. Inflasi di masing-masing daerah harus tetap dijaga dengan melakukan pantauan harga komoditas di beberapa pasar di daerah masing-masing. Harga komoditas tersebut dipantau setiap bulannya untuk memberikan gambaran terjadinya kenaikan atau penurunan harga (inflasi tau deflasi) di daerah tersebut. Data pergerakan harga tersebut akan dijadikan input data tambahan di dalam Pusat Informasi Harga pangan Strategis (PIHPS). c. PIHPS Aceh akan terus disosialisasikan kepada masyarakat sebagai patokan harga penjual maupun pembeli di pasar. d. Upaya penambahan pemantauan kota perhitungan inflasi Aceh untuk meningkatkan cerminan kondisi inflasi di Provinsi Aceh. e. Memperhatikan kondisi infrastruktur jalan demi kelancaran distribusi barang terutama untuk wilayah tengah dan barat. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

49 BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh Inflasi Aceh di akhir triwulan IV 215 tercatat sebesar 1.53% (yoy) atau berada dibawahtarget inflasi nasional yang ditetapkan sebesar 4±1%. Pencapaian inflasi yang relatif rendah pada tahun 215 dibandingkan dengan inflasi nasional tidak terlepas dari upaya berbagai pihak, khususnya TPID Provinsi Aceh dalam mengendalikan inflasi komoditas strategis setiap bulannya. Selain itu, perekonomian Provinsi Aceh masih mengalami kontraksi dengan angka pertumbuhan negatif yang menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa cenderung tertahan seiring melambatnya permintaan dan realisasi anggaran pemerintah daerah (ABPD). Namun demikian, sejumlah tantangan dan risiko dari eksternal masih perlu menjadi perhatian pemerintah. Beberapa isu eksternal yang dapat mempengaruhi laju inflasi Aceh di tahun 216 yaitu dampak pelemahan nilai tukar rupiah dan dari anjloknya harga minyak dunia. Perkembangan nilai tukar rupiah dalam dua tahun terakhir cenderung mengalami tren depresiasi seiring dengan adanya normalisasi kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Sejak Januari 215 hingga di penguhujung tahun, rupiah telah melemah sekitar 12 persen. Kendati demikian, pelemahan rupiah tersebut masih jauh lebih baik jika dibandingkan dengan mata uang Malaysia yang melemah 21 persen, Brasil minus 42 persen, dan Turki negatif 24 persen. Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Volatilitas Rupiah dan Peers Grafik 1. Volatilitas Rupiah dan Perbandingannya Dengan Mata Uang di Kawasan Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS tentunya berisiko mempengaruhi tingkat harga sejumlah barang-barang di domestik khususnya barang impor. Dari tiga jenis inflasi yang ada, depresiasi nilai tukar rupiah diprediksi akan dominan berpengaruh pada kelompok inti (core inflation). Untuk tahun 215, laju inflasi inti di Provinsi Aceh mencapai.78% (yoy) dengan nilai kontribusi terhadap inflasi provinsi sebesar 1,52%. Terjaganya inflasi inti tidak terlepas dari peran kebijakan Bank Indonesia dalam mengelola permintaan domestik, mengelola dan mengarahkan ekspektasi inflasi dan menjaga optimisme pelaku pasar. Sejumlah barang-barang yang berisiko mengalami kenaikan harga di tahun 216 apabila terjadi depresiasi rupiah yang tajam yaitu kelompok obat-obatan, barang elektronik, sandang / pakaian, dan pangan impor. Di sisi lain, adanya tren penurunan harga minyak dunia di pasar global diperkirakan akan memberikan dampak ganda terhadap tekanan inflasi Aceh di tahun 216. Dampak positif menurunnya harga minyak dunia tentunya akan memperluas ruang fiskal pemerintah pusat sehingga alokasi anggaran akan lebih fleksibel dan pemerintah dapat menggunakan APBN untuk menekan tekanan inflasi melalui operasi pasar dan melakukan pembenahan infrastruktur untuk mendukung kelancaran distribusi. Namun, menurunnya harga minyak dunia juga berpotensi untuk menurunkan peneriman pemerintah dari sektor Migas. 48 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

50 BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh Grafik 2. Perkembangan Harga Minyah Mentah West Texas Intermediate (WTI) Di Pasar Global Di tingkat daerah, khususnya Provinsi Aceh, dampak penurunan harga minyak dunia diperkirakan dapat menekan laju inflasi di tahun 216. Dengan diturunkannya harga BBM oleh pemerintah, biaya transportasi, angkutan dan pengiriman barang dapat disesuaikan. Dewan Pimpinan Daerah Organda Aceh sepakat menurunkan tarif angkutan darat dalam provinsi sebesar 4 persen. Penurunan tarif angkutan umum tersebut menyusul turunnya harga bahan bakar minyak per 5 Januari 216. Walaupun penurunan minyak dunia diprediksi berdampak positif pada laju inflasi Aceh di tahun 216, beberapa risiko internal yang masih perlu diwaspadai yaitu faktor cuaca, bencana alam, kebijakan komoditas barang harga ditentukan pemerintah (administered prices). Mencermati hal tersebut, TPID Provinsi Aceh akan menyusun roadmap pengendalian inflasi di masing-masing kabupaten/kota. Selain itu, TPID Provinsi Aceh juga akan mendorong agar setiap daerah memiliki strategi perdagangan antar wilayah. Langkah awal yang akan dilakukan adalah melakukan penguatan data dan informasi stok pangan, sehingga pemerintah dapat melakukan langkah antisipasi yang lebih efektif terkait dengan upaya pengendalian inflasi daerah. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

51

52 BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 51 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

53 Rp Triliun Rp Triliun BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Kinerja perbankan di Provinsi Aceh pada Triwulan-IV 215 menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari beberapa indikator utama kinerja perbankan di Provinsi Aceh seperti asset dan DPK yang mengalami perlambatan pertumbuhan. Non Performing Loans (NPL) perbankan konvensional di Aceh cenderung menurun, namun untuk perbankan Syariah meningkat hingga mencapai di atas 5%. Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mendekati batas atas 92% menjadi sinyal bagi perbankan untuk meningkatkan pendanaannya atau mencari sumber pendanaan lain sehingga tidak hanya mengandalkan dana pihak ketiga (DPK). ANALISIS PERBANKAN DAERAH Pertumbuhan aset perbankan pada Triwulan-IV 215 menunjukkan penurunan. Total aset perbankan di Provinsi Aceh pada Triwulan-IV 215 mencapai Rp43,49 triliun. Secara tahunan meningkat sebesar 3,4% (yoy), menurun dibandingkan pertumbuhan Triwulan-III 215 sebesar 8,82% (yoy). Aset perbankan pada triwulan laporan masih didominasi oleh aset milik bank konvensional yang mencapai Rp37,89 triliun, sedangkan sisanya sebesar Rp5,6 triliun merupakan aset bank syariah. Aset Bank Konvensional mengalami penurunan tingkat pertumbuhan yang cukup signifikan dari 14,2% (yoy) menjadi 3,21% (yoy). Sementara itu, Aset perbankan syariah mengalami peningkatan dari sebelumnya mengalami kontraksi pada triwulan III-215 sebesar 25,46% (yoy) menjadi tumbuh sebesar 1,9% (yoy) pada triwulan laporan. Grafik Aset Perbankan Konvensional Grafik Aset Perbankan Syariah Total Aset Konvensional Pertumbuhan Aset (yoy) Total Aset Syariah Pertumbuhan Aset (yoy) 6 2% 8 6% 4 2 1% % 2% % -2% % -4% Sumber : LBU,diolah BI Aceh Sumber : LBU,diolah BI Aceh Posisi DPK di Provinsi Aceh pada akhir Triwulan-IV 215 tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 16,34% (yoy) atau mengalami penurunan pertumbuhan dari triwulan sebelumnya yang mencapai 23,1% (yoy). Pertumbuhan DPK Aceh pada triwulan laporan bersumber dari pertumbuhan DPK perbankan konvensional sebesar 15,24% (yoy) dan perbankan syariah yang tumbuh sebesar 23,79% (yoy). Pertumbuhan DPK bank konvensional menurun dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 22,26% (yoy), namun DPK perbankan syariah cenderung menurun dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 31,76% (yoy) (Grafik 3.5 dan 3.6). Pertumbuhan DPK di Provinsi Aceh menurun terutama karena penurunan tingkat pertumbuhan Tabungan. Pada triwulan laporan ini, pertumbuhan Deposito adalah sebesar 22,69%(yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 42,47%, sedangkan pertumbuhan Tabungan adalah sebesar 15,91% (yoy) atau sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh hingga 16,31% (yoy). Sementara itu Giro tumbuh sebesar 1,7% (yoy), menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 17,4% (yoy). Secara nominal KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

54 Rp Triliun Rp Triliun Rp Triliun Rp Triliun BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran struktur DPK Aceh tergambar pada Grafik 3.4. Grafik Perkembangan DPK Aceh Grafik Struktur DPK Aceh DPK Pertumbuhan (yoy) 25% 2% 15% 1% 5% % Giro Tabungan Deposito Sumber : LBU, diolah BI Aceh Sumber : LBU, diolah BI Aceh Grafik DPK Perbankan Konvensional Grafik DPK Perbankan Syariah DPK Konvensional Pertumbuhan (yoy) 25% 2% 15% 1% 5% % DPK Syariah Pertumbuhan (yoy) 4% 35% 3% 25% 2% 15% 1% 5% % Sumber : LBU, diolah BI Aceh Sumber : LBU, diolah BI Aceh Komposisi DPK di Provinsi Aceh pada triwulan laporan masih didominasi oleh jenis Tabungan dengan proporsi sebesar 59,5%, kemudian diikuti dengan Deposito 29,56%, dan terakhir Giro sebesar 11,39%. Tingkat suku bunga simpanan deposito mulai menunjukan tren penurunan seiring dengan penyesuaian BI-Rate pada bulan Februari 215, dari sebelumnya 7,75% menjadi 7,5%. Pada triwulan laporan, suku bunga Deposito berada pada level 7,23% atau sedikit menurun dibandingkan suku bunga triwulan sebelumnya sebesar 7,53% (Grafik 3.8). Sedangkan suku bunga tabungan sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya dari sebesar 2% menjadi 1,97% pada triwulan laporan. Namun suku bunga giro cenderung sedikit meningkat di level 1,55% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,51%. 53 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

55 Rp Triliun Rp Triliun % BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Grafik Komposisi DPK Per Jenis Simpanan Grafik Perkembangan Suku Bunga DPK 8 Giro Tabungan Deposito Deposito 28,43% Giro 32,13% Tabungan 39,44% Sumber : LBU, diolah BI Aceh Sumber : LBU, diolah BI Aceh Kondisi kredit perbankan di Provinsi Aceh pada Triwulan-IV 215 mengalami sedikit peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan penurunan suku bunga kredit sebagai dampak lanjutan respons bank akan penurunan BI Rate pada bulan Februari 215. Pada Triwulan-IV 215 perbankan telah menyalurkan kredit sebesar Rp27,23 triliun atau tumbuh sebesar 9,53% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp26,37 triliun atau tumbuh sebesar 7,6% (yoy) (Grafik 3.9 dan Grafik 3.1). Grafik Perkembangan Penyaluran Kredit Aceh Grafik Perkembangan Suku Bunga, BI Rate, dan Kredit Aceh Jumlah Kredit Pertumbuhan (yoy) 2% 15% 1% 5% % Sumber : LBU,diolah BI Aceh Jumlah Kredit BI Rate Suku Bunga Kredit 3 15% 2 1% 1 5% % Sumber : LBU,diolah BI Aceh Proporsi penyaluran kredit oleh perbankan konvensional pada triwulan laporan mencapai Rp24,29 triliun atau tumbuh sebesar 9,53% (yoy), kondisi tersebut sedikit meningkat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,63% (yoy). Sementara itu pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah masih mengalami sedikit peningkatan pertumbuhan, yakni sebesar Rp2,94 triliun atau tumbuh sebesar -3,75% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar -3,93% (yoy). KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

56 Rp Triliun Rp Triliun Rp Triliun BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Grafik Kredit Bank Konvensional Grafik Pembiayaan Bank Syariah Jumlah Kredit Pertumbuhan (yoy) 2% 15% 1% 5% % 3,4 3,2 3 2,8 2,6 2,4 Jumlah Pembiayaan Pertumbuhan (yoy) 2% 15% 1% 5% % -5% Sumber : LBU,diolah BI Aceh Sumber : LBU,diolah BI Aceh Penyaluran kredit pada Triwulan-IV 215 didominasi oleh kredit konsumsi dengan proporsi sebesar 59,5% dan kredit modal kerja sebesar 29,56% dari total kredit (Grafik 3.13). Kredit konsumsi pada triwulan laporan mencapai Rp 16,8 triliun atau pertumbuhannya sedikit menurun dari sebelumnya sebesar 9,17% (yoy) pada Triwulan-III 215 menjadi 8,26% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara itu, kredit modal kerja pada Triwulan-IV 215 mencapai Rp8,5 triliun, atau mengalami pertumbuhan sebesar 2,8% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang telah terkontraksi sebesar 2,4% (yoy). Perbaikan pertumbuhan kredit konsumsi dipicu oleh peningkatan pertumbuhan kredit rumah tipe 22-7 seiring dengan penurunan suku bunga KPR. Kontraksi pada penyaluran kredit modal kerja menjadi sinyal bahwa kegiatan perekonomian Aceh saat ini masih ditopang oleh tumbuhnya aktivitas konsumsi, sementara aktivitas pada sektor produktif lainnya cenderung melambat. Kredit investasi tumbuh sebesar 24,39% atau mencapai Rp3,1 triliun (Grafik 3.14) sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 24,41%. Seiring dengan penurunan BI rate pada bulan Februari 215, dari 7,75% menjadi 7,5%, tingkat suku bunga kredit di Aceh masih mengalami penurunan. Rata-rata tertimbang suku bunga kredit tercatat sebesar 11,67%, sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 11,77% (Grafik 3.1). Hal menjadi indikasi bahwa suku bunga kredit perbankan di Aceh masih merespon terhadap perubahan BI Rate. Grafik Pangsa Kredit Per Jenis Penggunaan Grafik Kredit Menurut Penggunaan 2 Modal Kerja Investasi Konsumsi Modal Kerja 3% 15 1 Konsumsi 59% Investasi 11% 5 I II III IV I II III IV Sumber : LBU,diolah BI Aceh Sumber : LBU,diolah BI Aceh 55 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

57 BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran INTERMEDIASI DAN RISIKO PERBANKAN Fungsi intermediasi perbankan konvensional Provinsi Aceh pada Triwulan-IV 215 masih menunjukan keketatan likuiditas, tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mendekati batas atas 92%, sementara itu Finance to Deposit Ratio (FDR) bank Syariah di Provinsi Aceh berada di bawah batas ambang bawah FDR 78%. Rasio Non Performing Loan (NPL) perbankan di Provinsi Aceh mengalami perbaikan & berada jauh di bawah batas aman 5% namun rasio Non Performing Financing (NPF) Bank Syariah Di Provinsi Aceh berada di atas batas aman. LDR perbankan konvensional pada Triwulan-IV 215 mencapai 9,61%, meningkat dibandingkan Triwulan-III 215 yang mencapai 76,18% (Grafik 3.15). LDR yang berada mendekati batas atas LDR target sebesar 92% menjadi sinyal bagi perbankan untuk meningkatkan pendanaannya atau mencari sumber pendanaan lain sehingga tidak hanya mengandalkan dana pihak ketiga (DPK). Kredit bermasalah atau NPL perbankan konvensional sebesar 3,64%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 4,3%. Grafik LDR dan NPL Bank Konvensional Grafik FDR dan NPF Bank Syariah 12% 1% 8% 6% 4% 2% % LDR (Kiri) NPL (Kanan) FDR (kiri) NPF (kanan) 6% 2% 5% 4% 15% 3% 1% 2% 1% 5% % % Sumber : LBU,diolah BI Aceh Sumber : LBU,diolah BI Aceh Pada perbankan syariah terjadi penurunan Financing to Deposit Ratio (FDR) dan peningkatan Non Performing Financing (NPF). FDR perbankan syariah menurun dari 9,2% pada Triwulan-III 215 menjadi 69,2% pada Triwulan-IV 215. Sementara itu, kualitas pembiayaan di perbankan syariah menunjukkan penurunan yang tercermin dari peningkatan nilai NPF dibandingkan Triwulan-III 215, yaitu dari semula sebesar 4,3% menjadi sebesar 5,15% atau berada di atas batas aman NPF 5%. Hal ini menjadi indikasi perlunya perbaikan manajemen risiko perbankan syariah di Provinsi Aceh. 1% 8% 6% 4% 2% % KETAHANAN SEKTOR KORPORASI Pembiayaan sektor Korporasi oleh Perbankan pada Triwulan-IV 215 menunjukkan peningkatan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Posisi kredit Bank Umum yang diterima oleh sektor Korporasi di Aceh pada akhir Triwulan-IV 215 mencapai Rp11,15 triliun atau tumbuh sebesar 9,25% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan kredit pada Triwulan-III 215 sebesar 5,56% (yoy) (Grafik 3.17). Kredit yang disalurkan oleh Bank Umum di Aceh tersebut diterima oleh tiga sektor korporasi utama di Aceh yaitu sektor Perdagangan Besar & Eceran, Pertanian, Kehutanan & Perikanan serta sektor Industri Pengolahan yang mencapai 82,34% dari total kredit yang disalurkan ke sektor Korporasi di Aceh. Kualitas kredit Bank Umum yang disalurkan ke Sektor Korporasi mengalami perbaikan. Hal ini tercermin dari indikator Non Performing Loans (NPL) kredit pada sektor Korporasi di Aceh yang berada di bawah level aman 5%. NPL kredit Bank Umum yang disalurkan kepada sektor Korporasi di Aceh pada akhir Triwulan-IV 215 tercatat sebesar 3,64% (yoy), sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 4,3 % (yoy) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

58 Rp Triliun Rp Triliun Rp Triliun BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran (Grafik 3.18). Jika dilihat berdasarkan sektor Korporasi utama, NPL Kredit yang disalurkan sektor Perdagangan di Aceh pada akhir Triwulan-IV 215 masih berada pada level yang tinggi yaitu sebesar 5,28%. Kondisi tersebut berbeda dengan rasio NPL kredit yang disalurkan Bank Umum ke korporasi di sektor Industri Pengolahan yang masih terjaga rendah jauh di bawah level 5% yaitu hanya sebesar 2,42% (yoy). Grafik Perkembangan Kredit ke Sektor Korporasi Grafik Perkembangan NPL Kredit ke Korporasi Kredit Total Growth Kredit Korporasi (yoy) 3 Kredit Ke Korporasi 6% 12% 1% NPL Bank Umum NPL Kredit ke Korporasi % 2% % -2% 8% 6% 4% 2% % Sumber : LBU,diolah BI Aceh Sumber : LBU,diolah BI Aceh Grafik Perkembangan Kredit dan NPL Grafik Perkembangan Kredit dan NPL Sektor Perdagangan Besar & Eceran Sektor Industri Pengolahan Kredit Ke Perdagangan NPL PHR 14% 12% 1% 8% 6% 4% 2% % Kredit Ke Industri Pengolahan NPL Industri Pengolahan 2,5 3% 2 3% 1,5 2% 2% 1 1%,5 1% % Sumber : LBU,diolah BI Aceh Sumber : LBU,diolah BI Aceh KETAHANAN SEKTOR UMKM Seiring dengan peningkatan pertumbuhan kredit, penyaluran kredit UMKM di Provinsi Aceh pada Triwulan-IV 215 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Posisi kredit yang disalurkan perbankan kepada UMKM di triwulan pelaporan ini mencapai Rp8,63 triliun, atau tumbuh sebesar 21,77% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar,2% Namun demikian, hingga akhir Triwulan-IV 215 pangsa penyaluran kredit UMKM hanya mencapai 31,71% dari total kredit di Provinsi Aceh. Kondisi ini mengindikasikan bahwa penyaluran kredit kepada usaha mikro, kecil, dan menengah di Aceh masih cukup rendah. Apabila dilihat berdasarkan skala usahanya, kredit UMKM masih didominasi oleh kredit skala kecil (Grafik3.22). Kredit kredit UMKM skala kecil (Rp 5juta Rp5 juta) yang disalurkan pada Triwulan-IV 215 mencapai Rp4,72 triliun, disusul oleh kredit skala menengah (Rp5 juta 57 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

59 Rp Triliun BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Rp5 miliar) senilai Rp2,38 triliun, dan kredit skala mikro (di bawah Rp5 juta) dengan baki debet sebesar Rp1,54 triliun. Grafik Perkembangan Kredit UMKM di Provinsi Aceh Grafik Komposisi Kredit UMKM di Provinsi Aceh Total Pembiayaan UMKM Pertumbuhan (yoy) 25% 2% 15% 1% 5% % -5% -1% -15% Mikro 18% Kecil 55% Menengah 27% Sumber : LBU,diolah BI Aceh Sumber : LBU,diolah BI Aceh Terkait dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR), outstanding Kredit Untuk Rakyat (KUR) dengan total baki debet tercatat sebesar Rp348,6 miliar (grafik 3.23) dengan jumlah debitur sebanyak 1984 debitur (Grafik 3.24). Penyaluran KUR (total baki debet) Provinsi Aceh tersebut terkontraksi sebesar 52,2% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang telah terkontraksi sebesar 44,5% (yoy) (Grafik 3.24). Penurunan ini terjadi karena pada tahun 215 tidak ada kredit KUR yang disalurkan oleh perbankan di Aceh terkait dengan pemberhentian sementara KUR oleh Kemenkop UMKM sejak Desember 214 dan baru mulai diluncurkan lagi pada akhir Juni 215 dengan beberapa revisi, seperti bunga KUR Mikro turun menjadi 21%, yang sebelumnya 22 %. Grafik Perkembangan Penyaluran Grafik Perkembangan KUR Aceh Debitur KUR Aceh Total Pembiayaan KUR (Miliar) Pertumbuhan (yoy) 4% 2% % -2% -4% -6% Jumlah Debitur KUR Pertumbuhan (yoy) 4% 2% % -2% -4% -6% -8% Sumber : LBU,diolah BI Aceh Sumber : LBU,diolah BI Aceh KETAHANAN SEKTOR RUMAH TANGGA Pembiayaan Kredit Konsumsi yang disalurkan kepada sektor Rumah Tangga di Provinsi Aceh mengalami perlambatan pertumbuhan (Grafik 3.25). Pada akhir Triwulan-IV 215 kredit yang disalurkan perbankan ke sektor Rumah Tangga mencapai Rp15,1 triliun atau 1,71 % (yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan kredit rumah tangga di Triwulan-III 215 yang tumbuh 9,2 % (yoy). Kredit rumah tangga terdiri KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

60 Rp Milyar Rp Triliun Rp Triliun BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran dari Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) sebesar Rp2,45 triliun (15,96%), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) Rp15,98 miliar (1,%), dan Multiguna sebesar Rp12,661 triliun (83,86%) Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) yang disalurkan Bank Umum ke sektor Rumah Tangga di Aceh di Triwulan-IV 215 mencapai Rp15,98 miliar, dimana tingkat pertumbuhannya meningkat dibandingkan triwulan lalu yang terkontraksi sebesar 2,27% (yoy), menjadi sebesar 5,21% (yoy) pada triwulan laporan. kredit Bank Umum yang diterima oleh sektor Rumah Tangga di Aceh juga berupa KPR sebesar Rp2,41 triliun pada Triwulan-IV 215. Kredit dalam bentuk KPR yang diterima oleh sektor rumah tangga mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan laporan sebesar 4,39% (yoy) atau menurun dibandingkan tingkat pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,86% (yoy). Selain KKB & KPR kredit yang diterima oleh sektor Rumah Tangga di Aceh juga berupa kredit multiguna sebesar 12,66 triliun pada triwulan-iv 215 yang mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 13,79% dari sebelumnya tumbuh sebesar 8,86% pada triwulan III-215. Grafik Perkembangan Kredit Rumah Tangga Grafik Perkembangan KPR Kredit Rumah Tangga Pertumbuhan (yoy) 15% 1% 5% % I II III IV I II III IV 3 2,5 2 1,5 1,5 KPR Growth yoy KPR I II III IV I II III IV 4% 35% 3% 25% 2% 15% 1% 5% % Sumber : LBU, diolah BI Aceh Sumber : LBU, diolah BI Aceh Grafik Perkembangan KKB Grafik Perkembangan NPL KPR dan KKB 2 KKB Growth yoy KKB 6% 8% NPL KPR NPL KKB 15 4% 6% 1 2% 4% 5 % 2% I II III IV I II III IV -2% % I II III IV I II III IV Sumber : LBU, diolah BI Aceh Sumber : LBU, diolah BI Aceh Seiring dengan kontraksi perekonomian, kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan ke sektor Rumah Tangga di Provinsi Aceh perlu diwaspadai. Hal ini tercermin dari masih peningkatan rasio Non Performing Loans (NPL) baik untuk kredit berupa KPR berada di level yang cukup tinggi (mendekati / diatas critical point 5%). NPL KPR, KKB dan Multiguna pada Triwulan-IV 215 sebesar 6,28% 3,93% dan,6 %(Grafik 3.28). Berdasarkan jenisnya, kredit KPR masih didominasi KPR untuk rumah dengan tipe Pada Triwulan-IV 215, posisi KPR yang disalurkan untukrumah tipe 22 s.d. 7 mencapai Rp1,34 triliun atau mencapai 55,49% dari seluruh KPR. Sementara untuk KPR tipe 21 hanya sebesar Rp371,61miliar dan untuk KPR di atas tipe 7 59 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

61 Rp Miliar BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran mencapai Rp51,99 miliar (Grafik 3.29). Selain berupa kepemilikan untuk rumah, apartemen, dan flat, KPR yang diterima oleh sektor rumah tangga juga berupa kredit untuk pemilikan Rumah Kantor (Rukan) dan Rumah Toko (Ruko) yang pada periode laporan mencapai 8,26% dari total KPR. Grafik Perkembangan KPR menurut Tipe Bangunan di Aceh Grafik Pertumbuhan Tahunan (yoy) KPR yang disalurkan ke Aceh Tipe 21 Tipe 22-7 Tipe > 7 Tipe Ruko dan Rukan 15 1,5 Tipe 21 (yoy) Tipe 22-7 (yoy) 1 1 5,5 I II III IV I II III IV ,5 I II III IV I II III IV Sumber : LBU,diolah BI Aceh Sumber : LBU,diolah BI Aceh Pemberlakuan pelonggaran kebijakan LTV pada bulan Juni 215 belum berdampak signifikan terhadap pertumbuhan penyaluran KPR tipe s.d. 21. Seiring dengan dampak perlambatan pertumbuhan perekonomian Provinsi Aceh pada triwulan sebelumnya, Pertumbuhan KPR untuk tipe s.d 21 pada akhir Triwulan-IV 215 masih mencatat pertumbuhan negatif sebesar -11,56% (Grafik 3.3). Grafik Perkembangan NPL, Inflasi dan suku bunga KPR tipe 21 di Provinsi Aceh NPL KPR Tipe 21 (yoy) Suku Bunga KPR tipe I II III IV I II III IV Grafik Perkembangan NPL KPR tipe 2 1 di atas 21 di Provinsi Aceh Tipe 22-7 Tipe > 7 Tipe Ruko dan Rukan I II III IV I II III IV Sumber : LBU,diolah BI Aceh Sumber : LBU,diolah BI Aceh NPL KPR tipe 21 cenderung meningkat pada awal tahun 214 hingga triwulan II 215 namun pada triwulan laporan ini NPL KPR tipe 21 menurun dan berada jauh di bawah batas aman, yaitu sebesar 1,15% (grafik 3.31). Terkait dengan KPR di atas tipe 21, nilai NPL-nya masing-masing sangat bervariatif dimulai dari tipe 22 s.d. 7 (2,6%), tipe di atas 7 sebesar 1,1%, dan tipe Ruko dan Rukan sebesar 1,92%. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215 6

62 BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 61 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

63 Rp Triliun ribu Rp Miliar Ribu BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran KINERJA SISTEM PEMBAYARAN KINERJA SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI Kinerja sistem pembayaran non tunai pada Triwulan-IV 215 cukup memadai dalam mendukung kegiatan perekonomian di Aceh. Grafik Perkembangan Transaksi RTGS Grafik Perkembangan Transaksi Kliring Nominal Volume Nominal Volume Sumber : BI Aceh Sumber : BI Aceh Pada Triwulan-IV 215, sistem pembayaran non tunai di Aceh masih didominasi oleh sistem BI- RTGS. Dengan porsi penggunaan BI-RTGS mencapai 96,94%. Secara nominal, transaksi RTGS pada triwulan laporan menurun sebesar 5,44% (qtq) menjadi Rp 11,35 triliun, sedangkan secara volume mengalami penurunan sebesar 44,34% (qtq) menjadi sebesar transaksi (Grafik 3.33). Perputaran kliring perbankan di Aceh pada Triwulan-IV 215 cenderung meningkat secara signifikan baik secara nominal maupun volume. Secara nominal, perputaran kliring pada triwulan laporan meningkat sebesar 81,75% (qtq) menjadi Rp3.478,61 milyar, sedangkan secara volume transaksi warkat kliring meningkat sebesar 38,14% (qtq) menjadi sebesar lembar warkat (Grafik 3.34). Penurunan volume transaksi RTGS dan peningkatan volume transaksi kliring terjadi sebagai dampak implementasi istem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS), dan Sistem Bank Indonesia-Electronic Trading Platform (Sistem BI-ETP) Generasi II, mulai tanggal 16 November 215. Dimana mulai diberlakukan perubahan minimum nilai nominal transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement) sebesar Rp 5..,- sementara transaksi dengan nominal dibawah batas minimum tersebut dilakukan melalui Sistem Kliring Nasional KINERJA SISTEM PEMBAYARAN TUNAI Perkembangan aliran uang kartal di Aceh pada Triwulan-IV 215 mengalami net outflow sebesar Rp2,38 triliun, (Grafik 3.35). Hal ini terjadi karena seiring dengan neraca perdagangan antar daerah di Provinsi Aceh yang masih menunjukan net impor, sehingga uang dari Provinsi Aceh cenderung mengalir keluar daerah. Temuan uang rupiah tidak asli di Aceh yang ditemukan oleh Bank Indonesia pada triwulan laporan sebanyak 44 lembar (grafik 3.36). Sebanyak 14 lembar dari uang palsu yang ditemukan merupakan pecahan uang kertas 1.. Jumlah tersebut menurun jika dibandingkan dengan jumlah uang palsu yang ditemukan pada triwulan sebelumnya yang berjumlah 27 lembar. Bank Indonesia terus melakukan berbagai upaya untuk mencegah uang palsu antara lain melalui peningkatan security features uang yang dicetak dan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah. Bank Indonesia juga senantiasa berupaya untuk memadukan layanan pembayaran tunai dan non tunai dalam rangka mewujudkan less-cash society. Salah satu pemaduan layanan pembayaran tunai dan non tunai KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

64 Lembar BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Grafik Perkembangan Inflow Outflow Outflow Inflow Netflow Grafik Perkembangan Uang Tidak Asli Sumber : BI Aceh Sumber : BI Aceh yang dilakukan Bank Indonesia adalah melalui pelayanan penukaran uang menggunakan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) yang bertujuan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan APMK sebagai alternatif pembayaran. 63 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

65

66 BAB 4 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Aceh hingga bulan Agustus 215 mencapai 63,44%. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Aceh berada pada level 9,93%, sedikit meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tingkat Kemiskinan di Provinsi Aceh berdasarkan data terakhir bulan September 215 tercatat sebesar 17,11%. Angka tersebut mengalami meningkat dibandingkan dengan kondisi kemiskinan pada bulan September 214 yang sebesar 16,98%. Peningkatan tingkat kemiskinan di Aceh tersebut diakibatkan oleh adanya peningkatan tingkat kemiskinan di daerah pedesaan sebesar 3,57% dan penurunan tingkat kemiskinan di daerah perkotaan sebesar 1,41%. Adanya perbedaan periode survei tenaga kerja dan kemiskinan membuat hubungan antara kedua indikator ini belum menunjukan korelasi yang sesuai. Penurunan tingkat kemiskinan seharusnya merupakan salah satu hasil dari meningkatnya partisipasi kerja atau berkurangnya tingkat pengangguran. KETENAGAKERJAAN Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Aceh berdasarkan survei tenaga kerja BPS per Agustus 215 menunjukan jumlah angkatan kerja di Provinsi Aceh pada Agustus 215 mencapai 2,183 juta orang, bertambah sekitar 6 ribu orang dibanding Agustus 214 sebesar 2,123 juta orang. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Aceh pada Agustus 215 mencapai 9,93%, lebih tinggi,91% dibandingkan TPT bulan Agustus 214 yang hanya sebesar 9,2%. Hal ini terjadi karena peningkatan jumlah angkatan kerja yang terjadi selama periode tahun 214 hingga tahun 215 yang tidak dapat diserap dengan baik oleh pasar tenaga kerja Grafik Perkembangan Kondisi Ketenagakerjaan Aceh % TPAK TPT (rhs) Feb Agu Feb Agu Feb Agu TPAK 65,56 62,7 65,32 63,6 66,37 63,44 TPT (rhs) 8,38 1,3 6,75 9,2 7,73 9,93 % Jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 214, jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 215 di sektor pertanian dan industri pengolahan mengalami peningkatan, sedangkan di sektor jasa-jasa mengalami penurunan. Sektor pertanian masih merupakan sektor utama yang mempengaruhi keadaan ketenagakerjaan di Provinsi Aceh. Pekerja di sektor pertanian mencapai 882 ribu orang, meningkat dibandingkan dengan bulan Agustus 214 sebesar 852 orang atau meningkat sebesar 29 ribu orang. Peningkatan jumlah pekerja di sektor ini terjadi akibat cuaca yang baik pada musim panen bulan Agustus September 215 yang mengakibatkan permintaan akan pekerja tani menjadi semakin meningkat. Sedangkan pekerja di sektor industri adalah sebanyak 25 orang atau meningkat sebesar 13 ribu orang dibandingkan bulan Agustus 214 sebesar 237 ribu orang. 65 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

67 BAB 4 Perkembangan Ketenagakerjaan & Kesejahteraan Masyarakat Pekerja di sektor Jasa-Jasa mengalami penurunan sebesar 9 ribu orang dari 843 ribu orang pada bulan Agustus 214 menjadi 834 ribu pada bulan Agustus 215. Penurunan ini disebabkan karena penurunan jumlah pekerja di sektor perdagangan dan jasa kemasyarakatan (Grafik 4.2). Grafik Perkembangan Tenaga Kerja Aceh menurut Lapangan Kerja Utama (dalam ribu jiwa) 12 Grafik 4. 3 Porsi Tenaga Kerja menurut Status Pekerjaan Utama per Agustus 215 Berusaha Sendiri Pertanian Ind.pengolahan Jasa-jasa Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb Agu 1% 16% 35% 19% 4% 16% Berusaha dibantu buruh tdk tetap/buruh tdk dibayar Berusaha dibantu butuh tetap Buruh/Karyawan/Pegawai Pekerja bebas di pertanian Pekerja keluarga / tidak dibayar Sumber: BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber: BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Secara sederhana, pendekatan kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan pekerja formal mencakup kategori berusaha dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, maka pada bulan Agustus 215 sebesar 736 ribu orang (39,47%) bekerja pada kegiatan formal dan 1,19 juta orang (6,53%) bekerja pada kegiatan informal. Situasi ini menggambarkan bahwa sebagian besar tenaga kerja di Provinsi Aceh adalah tenaga kerja di sektor informal, yang artinya tenaga kerja di Provinsi Aceh mayoritas tidak memiliki perlindungan yang memadai bagi tenaga kerja. Karena pekerja di sektor informal tidak dilindungi dengan hak-hak yang didapatkan oleh tenaga kerja di sektor formal. Apabila dilihat secara rinci menurut status pekerjaan utama, situasi ini masih serupa dengan kondisi ketenagakerjaan pada bulan Agustus 214. Status pekerjaan utama yang terbanyak adalah sebagai buruh/karyawan/pegawai sebesar 35,4% diikuti oleh berusaha sendiri sebesar 19,8% kemudian pekerja keluarga/tidak dibayar 16,8% lalu berusaha dibantu buruh tidak tetap sebesar 15,32%. Adapun pekerja yang berusaha dibantu buruh tetap dan bekerja bebas proporsinya dibawah 1%. Pekerja dengan status berusaha sendiri mengalami penurunan paling banyak dibanding yang lain yakni sebanyak 47 ribu orang. Hal ini senada dengan penurunan jumlah tenaga kerja di sektor jasa-jasa, karena karena mayoritas pekerja di sektor jasa-jasa adalah pekerja yang berusaha sendiri. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN III

68 DKIJ Bali Kateng Kalut Riau Jabar Sulbar Jateng Sumsel Aceh Maluku Papua % Ribu Jiwa % BAB 4 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat 4.2. KESEJAHTERAAN Sampai dengan periode bulan September 215, tingkat kemiskinan 1 di Provinsi Aceh mengalami peningkatan dibandingkan dengan September 214. Jumlah penduduk miskin di Aceh pada bulan September 215 sebanyak 859 ribu jiwa (17,11%) atau meningkat sebanyak 22 ribu orang jika dibandingkan dengan September 214 yang Grafik Perkembangan Kemiskinan Aceh 1 Jumlah Penduduk Miskin Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep mencapai 837 ribu orang (16,98%) (Grafik 4.4). Jika dibandingkan dengan persentase penduduk miskin pada September 214 yaitu 16,98%, terdapat peningkatan persentase penduduk miskin sebesar 2,63%. Sementara itu, jika dibandingkan dengan periode semester sebelumnya yakni Maret 215, tingkat kemiskinan di Aceh juga mengalami peningkatan sebanyak 8 ribu orang (naik,92%) Penurunan jumlah penduduk miskin tersebut bersumber dari naiknya angka kemiskinan di daerah pedesaan sebesar 3,57% sedangkan di daerah perkotaan turun sebesar -1,41%. Adanya penurunan realisasi anggaran belanja pemerintah yang diimplementasikan dalam berbagai proyek pembangunan diperkirakan menjadi faktor pendorong adanya naiknya tingkat kemiskinan di Aceh (Grafik 4.5). Grafik Perkembangan Angka Kemiskinan Nasional Grafik Angka Kemiskinan Nasional Menurut Provinsi 2, 15, Aceh (17,11%) 1, 15 1 Nasional 11,2% 5, Kota 5, Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Sumber: BPS Nasional, diolah BI Aceh Sumber BPS Prov Aceh, diolah BI Aceh Tingkat kemiskinan di Aceh saat ini menduduki urutan ke-7 tertinggi dibandingkan 33 Provinsi lainnya (Grafik 4.6). Peringkat tersebut menanjak dari tahun sebelumnya yang menduduki peringkat 8. Adapun keenam provinsi yang memiliki tingkat kemiskinan tertinggi lainnya dari rendah ke tinggi berturut-turut adalah Papua, Papua Barat, NTT, Maluku, Gorontalo, dan Bengkulu (grafik 4.7). Nilai Tukar Petani (NTP) Aceh yang mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat petani yang mayoritas tinggal di pedesaan pada triwulan IV-215 mengalami peningkatan dibandingkan NTP triwulan sebelumnya sebesar 96,7 menjadi 98,6. Angka realisasi NTP hampir seluruh subsektor di Provinsi Aceh mengalami peningkatan dibandingkan dengan angka NTP pada triwulan III tahun 215, kecuali sektor holtikultura(grafik 4.7 dan 4.9). Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya di wilayah Sumatera, NTP Aceh berada di posisi ke- 6 terendah setelah Provinsi Sumatera Barat (Grafik 4.8). 1 Tingkat kemiskinan adalah proporsi penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan. Selama periode Maret 211 Maret 212, Garis Kemiskinan Aceh naik sebesar 5,37%, yaitu dari Rp33.692,- per kapita per bulan pada Maret 211 menjadi Rp.32.13,- pada bulan Maret 212. Sehingga penduduk miskin Aceh adalah penduduk yang pengeluaran per kapita per bulannya kurang dari nilai tersebut. 67 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

69 BAB 4 Perkembangan Ketenagakerjaan & Kesejahteraan Masyarakat Grafik Perkembangan NTP Aceh Grafik NTP Tiap Provinsi di Wilayah Sumatera pada triwulan IV It Ib NTP ,6 99,39 97,5 95,65 98,68 96,2195,37 12,1 92,9 13,68 12, Sumber: BPS Prov Aceh diolah BI Aceh Sumber BPS Prov Aceh diolah BI Aceh Grafik NTP Aceh Menurut Sub Sektor pada triwulan IV T.Pangan Hortikultura Perikanan TP Rakyat Peternakan Sumber: BPS Prov Aceh diolah BI Aceh Persoalan kemiskinan tidak hanya sekedar jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan yaitu tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga sekaligus dapat mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Meskipun terjadi penurunan tingkat kemiskinan, pada periode September 215, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan sebesar,2. Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari,86 pada September 214 menjadi,84 pada September 215. Hal ini serupa dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) yang menurun sebesar,3. Indeks ini menurun dari 3,14 pada September 214 menjadi 3,11 pada September 215. Jika dibandingkan dengan semester sebelumnya, yakni periode Maret 215, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) sama-sama mengalami peningkatan. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 3,1 pada Maret 215 menjadi 3,11 pada September 215. Di samping itu, Indeks Keparahan Kemiskinan pada periode yang sama naik dari,83 menjadi,84. Besaran nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin mendekati garis kemiskinan, serta ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin juga semakin melebar (Grafik 4.1 dan 4.11) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN III

70 % % BAB 4 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Grafik Indeks Kedalaman Kemiskinan & Indeks Keparahan Kemiskinan Aceh 4, 3,5 3,48 3,55 3,7 3,13 3,2 2,91 3,14 3,1 3,11 3, Indeks Kedalaman Kemiskinan 2, Indeks Keparahan Kemiskinan,94,94,99,83,85,83,72,86,83,84 1, 2,5 2, 1,5 1,,5 Grafik Indeks Kedalaman Kemiskinan & Indeks Keparahan Kemiskinan Nasional 2,1 2,1 1,9 1,9 1,8 1,9 1,8 1,8 Indeks Kedalaman Kemiskinan Indeks Keparahan Kemiskinan,6,5,5,5,4,5,4,4 2, 1,8,5,5, Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep, Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Sumber BPS Prov Aceh diolah BI Aceh Indikator lain untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat adalah dengan melihat Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia di suatu wilayah. Pembangunan manusia di Provinsi Aceh terus mengalami perbaikan. Data terakhir mencatat bahwa IPM Aceh pada tahun 214 mencapai 68,9, mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya bahkan sedikit lebih tinggi daripada IPM nasional sebesar 68,8. Capaian IPM yang terus meningkat dari tahun ke tahun merupakan indikasi positif bahwa kualitas manusia di Aceh semakin membaik dari aspek kesehatan, pendidikan, dan ekonomi (Grafik 4.12). Aspek terakhir yang menggambarkan kualitas hidup manusia yaitu standar hidup layak yang digambarkan melalui indikator pengeluaran per kapita. Indikator ini memperlihatkan tingkat kesejahteraan yang dapat dinikmati oleh penduduk dan sensitif terhadap perubahan kondisi perekonomian. Data publikasi BPS terakhir mencatat selama periode 5 tahun (21-214) pengeluaran per kapita Aceh menunjukan peningkatan dari tahun ke tahun. Pengeluaran per kapita Aceh tahun 214 tercatat sebesar 747,81 Ribu rupiah, atau telah mengalami peningkatan sebesar 92,85 ribu rupiah dibandingkan tahun 213 (Grafik 4.13). Grafik Indeks Pembangunan Manusia Aceh Aceh Nasional ,8 68,9 68,3 68, ,8 67,7 67,5 67,1 67, , Grafik Pengeluaran Per Kapita Aceh 747,81 611,42 615,6 618,79 654, Sumber BPS Prov Aceh diolah BI Aceh 69 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

71

72 BAB 5 Perkembangan Keuangan Daerah Keuangan daerah terdiri dari uang yang dikelola oleh pemerintah provinsi dan yang dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota. Realisasi dari pendapatan dan belanja anggaran tersebut merupakan bentuk kinerja dari keuangan daerah dan dapat menjadi faktor utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi melalui transmisi pengeluaran pemerintah dan investasi Realisasi pendapatan dan belanja Provinsi dan Kabupaten/Kota Aceh pada triwulan IV 215 secara umum mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 5.1 PENDAPATAN DAERAH Pendapatan Aceh pada tahun 215 sebesar 65% dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota dan 35% dikelola oleh pemerintah Provinsi (Grafik 5.1). Struktur tersebut relatif tidak berubah dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Target pendapatan pemerintah /kota Aceh tahun 215 adalah sebesar Rp22,7 triliun, naik 13% dibandingkan dengan tahun 214. Sementara itu, target pendapatan pemerintah Provinsi Aceh pada tahun 215 adalah sebesar Rp12,1 Triliun, naik sebesar 8% dibandingkan dengan tahun 214. Kenaikan target tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Grafik Pangsa Pendapatan Daerah Aceh Grafik Pertumbuhan Target Pendapatan Aceh Kota/Kab. Aceh Prov. Aceh Kota/Kab. Aceh Prov. Aceh 8% 6% 4% 2% % 6% 62% 6% 6% 64% 65% 4% 38% 4% 4% 36% 35% % 3% 2% 1% % 3% 23% 17% 23% 14% 13% 16% 13% 1% 8% Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Struktur total pendapatan pemerintah Aceh baik provinsi maupun kabupaten/kota selama kurun waktu lima tahun terakhir didominasi oleh perimbangan dan Dana Otsus plus. Dana Otsus plus merupakan gabungan dari dana otsus, penyesuaian, dan lainnya (Grafik 5.3). Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih tergolong memiliki pangsa yang rendah. Pada tahun 215, Dana perimbangan dan Otsus plus Aceh masingmasing mencapai Rp16,43 triliun dan Rp14,36 triliun merupakan dua komponen terbesar dari pendapatan dengan pangsa masing-masing 47% dan 42% dari total pendapatan Aceh. Sementara itu, PAD hanya mencapai 11% dari total pendapatan Aceh (Grafik 5.4). Hal ini mencerminkan masih besarnya ketergantungan Aceh terhadap anggaran pusat dan potensi fiskal yang ada di Aceh masih dapat ditingkatkan. 71 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

73 BAB 5 Perkembangan Keuangan Daerah Grafik Perkembangan Struktur Pendapatan Aceh Grafik Struktur Pendapatan Aceh 215 PAD Perimbangan Otsus+ Rp4.. Rp3.. Rp2.. Rp1.. Otsus+ 42% PAD 11% Perimbangan 47% Rp Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Jika dilihat lebih rinci pendapatan Aceh tahun 215, pendapatan yang dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota Aceh lebih didominasi oleh dana perimbangan yang mencapai Rp 14,77 Triliun (Grafik 5.5). Pada tahun 215, bantuan keuangan pemerintah provinsi yang berasal dari otsus mengalami peningkatan karena adanya keputusan pemerintah untuk meningkatkan pangsa penyaluran otsus kepada pemerintah kabupaten/kota. Sementara itu, pendapatan yang dikelola oleh pemerintah Provinsi Aceh didominasi oleh Otsus yang mencapai Rp 8,46 Triliun (Grafik 5.6). Grafik Struktur Pendapatan Kab/Kota Aceh 215 Grafik Struktur Pendapatan Provinsi Aceh 215 S T R U K T U R A P B A K A B / K O T A S T R U K T U R A P B A P R O V I N S I Rp25.. Rp14.. Rp2.. Rp15.. Rp1.. Rp5.. Otsus+ Perimbangan PAD Rp12.. Rp1.. Rp8.. Rp6.. Rp4.. Rp2.. Otsus+ Perimbangan PAD Rp- Rp- Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Kinerja pendapatan Aceh pada triwulan laporan tercatat menurun dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Penerimaan pendapatan pemerintah Aceh mencapai Rp 35,44 Triliun atau 95,3%. Penurunan realisasi penerimaan pendapatan terjadi pada pendapatan yang dikelola oleh provinsi yang menurun dari realisasi sebesar 1,58% pada triwulan IV tahun lalu menjadi 96,97% pada tahun ini. Sementara itu realisasi penerimaan dari total kabupaten/kota di Aceh sebesar 94,12% pada tahun ini. Penyebab penurunan realisasi pendapatan yang dikelola oleh Provinsi adalah menurunnya realisasi pendapatan dana perimbangan yang menurun dari 16,35% pada tahun lalu menjadi 93,4% pada tahun ini (Tabel 5.1). KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

74 BAB 5 Perkembangan Keuangan Daerah Tabel Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan Laporan Realisasi Pendapatan Komponen Pendapatan IV 214 * IV 215 ** Nilai (Rp Juta) % Nilai (Rp Juta) % PAD Rp ,64% Rp ,38% Perimbangan Rp ,54% Rp ,84% Otsus+ Rp ,27% Rp ,39% Total Pendapatan Kab/Kota Rp ,46% Rp ,12% PAD Rp ,61% Rp ,7% Perimbangan Rp ,35% Rp ,4% Otsus+ Rp ,99% Rp ,45% Total Pendapatan Provinsi Rp ,58% Rp ,97% PAD Rp ,6% Rp ,65% Perimbangan Rp ,88% Rp ,51% Otsus+ Rp ,63% Rp ,65% Total Pendapatan Aceh Rp ,99% Rp ,3% *) Anggaran Provinsi Aceh Audited **) Data realisasi termutakhir 17 Februari 216 Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh 5.2 BELANJA DAERAH Belanja Aceh pada tahun 215 sebesar 65% dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota dan 35% dikelola oleh pemerintah Provinsi (Grafik 5.7). Struktur tersebut relatif tidak berubah dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Target belanja pemerintah kabupaten/kota Aceh tahun 215 adalah sebesar Rp25,35 triliun, naik 21% dibandingkan dengan tahun 214. Sementara itu, target belanja pemerintah Provinsi Aceh pada tahun 215 awalnya adalah sebesar Rp12,75 Triliun, turun signifikan sebesar -5% dibandingkan dengan tahun 214 (Grafik 5.8). Grafik Pangsa Belanja Daerah Aceh Grafik Pertumbuhan Target Belanja Aceh Kota/Kab. Aceh Prov. Aceh Kota/Kab. Aceh Prov. Aceh 8% 6% 4% 2% % 57% 6% 59% 57% 61% 65% 43% 4% 41% 43% 39% 35% % 3% 2% 1% % -1% 19% 32% 17% 18% 12% 24% 13% 14% 4% % Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Struktur total belanja pemerintah Aceh baik provinsi maupun kabupaten/kota selama kurun waktu lima tahun terakhir didominasi oleh belanja pegawai. Namun, belanja modal dalam dua tahun terakhir ini mengalami peningkatan (Grafik 5.9). Pada tahun 215, belanja pegawai dan barang masing-masing mencapai Rp13,5 73 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

75 BAB 5 Perkembangan Keuangan Daerah triliun dan Rp8,94 triliun merupakan dua komponen terbesar dari belanja dengan pangsa masing-masing 43% dan 3% dari total pendapatan Aceh. Sementara itu, belanja modal sudah mengalami peningkatan sehingga memiliki pangsa 25% dari total belanja Aceh (Grafik 5.1). Hal ini mencerminkan pemerintah Aceh sudah mulai concern untuk meningkatkan realisasi belanja pada komponen yang produktif dan memiliki dampak yang berkelanjutan seperti belanja modal. Grafik Perkembangan Struktur Belanja Aceh Grafik Struktur Belanja Aceh 215 Belanja Pegawai Belanja Modal Rp4.. Rp3.. Rp2.. Belanja Barang Belanja Bansos Belanja Barang 3% Belanja Bansos 2% Belanja Pegawai 43% Rp1.. Rp Belanja Modal 25% Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Jika dilihat lebih rinci belanja Aceh tahun 215, belanja yang dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota Aceh lebih didominasi oleh belanja pegawai yang mencapai Rp 11,62 Triliun (Grafik 5.11). Sementara itu, belanja yang dikelola oleh pemerintah Provinsi Aceh didominasi belanja barang dan jasa yang mencapai Rp 4,23 Triliun (Grafik 5.12). Grafik Struktur Belanja Kab/Kota Aceh 215 Grafik Struktur Belanja Provinsi Aceh 215 Rp25.. S T R U K T U R A P B A K A B / K O T A Rp1.. S T R U K T U R A P B A P R O V I N S I 215 Belanja Bansos Belanja Barang Belanja Modal Belanja Pegawai Rp2.. Rp15.. Rp1.. Rp5.. Rp- Rp8.. Rp6.. Rp4.. Rp2.. Rp- 215 Belanja Bansos Belanja Barang Belanja Modal Belanja Pegawai Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Kinerja realisasi belanja Provinsi Aceh pada triwulan laporan tercatat meningkat dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Persentase realisasi belanja yang dikelola oleh provinsi yang meningkat dari sebesar 89,52% pada triwulan IV tahun lalu menjadi 93,14% pada tahun 215. Selain itu realisasi belanja dari total kabupaten/kota di Aceh mencapai sebesar 84,2% pada tahun ini, meningkat dari tahun lalu 79,59% namun dengan jumlah anggaran yang menurun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dari Rp19,33 triliun menjadi RP15,8 triliun. Penyebab penurunan realisasi belanja pemerintah adalah penurunan jumlah anggaran terutama pada belanja pegawai, modal dan bansos. Realisasi belanja modal pada periode laporan sebesar 95,3%, meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 91,1%. Sementara itu, realisasi belanja barang dan jasa meningkat dari 91,44% tahun lalu menjadi 86,83%. Namun, hasil konfirmasi langsung kepada Dinas Keuangan Provinsi Aceh, angka yang terekam dalam sistem belum mencerminkan realisasi sebenarnya. Hal tersebut terjadi karena laporan realisasi belanja dari SKPA baik provinsi maupun kabupaten/kota masih ada yang belum terekam dalam sistem di Dinas Keuangan Provinsi Aceh. (Tabel 5.2). KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

76 BAB 5 Perkembangan Keuangan Daerah Tabel Realisasi Belanja Daerah Triwulan Laporan Realisasi Belanja Komponen Belanja IV 214 * IV 215 ** Nilai (Rp Juta) % Nilai (Rp Juta) % Belanja Pegawai Rp ,49% Rp ,57% Belanja Modal Rp ,33% Rp ,76% Belanja Barang Rp ,16% Rp ,13% Belanja Bansos Rp ,53% Rp ,67% Total Belanja Kab/Kota Rp ,59% Rp ,2% Belanja Pegawai Rp ,7% Rp ,% Belanja Modal Rp ,1% Rp ,3% Belanja Barang Rp ,83% Rp ,44% Belanja Bansos Rp ,12% Rp ,87% Total Belanja Provinsi Rp ,52% Rp ,14% Belanja Pegawai Rp ,29% Rp ,7% Belanja Modal Rp ,13% Rp ,26% Belanja Barang Rp ,62% Rp ,61% Belanja Bansos Rp ,62% Rp ,15% Total Belanja Aceh Rp ,46% Rp ,92% *) Anggaran Provinsi Aceh Audited **) Data realisasi termutakhir 17 Februari 216 Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh 75 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

77

78 BAB 6 Prospek Perekonomian Daerah Perekonomian Aceh pada triwulan I tahun 216 diperkirakan tumbuh meningkat pada kisaran 2,68% s.d 3,68% (yoy). Dari sisi penawaran, sektor pertanian diperkirakan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan sementara itu sektor pertambangan dan industri pengolahan diperkirakan masih mengalami kontraksi. Dari sisi permintaan, peningkatan konsumsi diperkirakan memberikan andil utama dalam pertumbuhan namun tinggi nya impor masih menjadi penghambat. Pada triwulan I tahun 216 inflasi Aceh diperkirakan masih berada pada level antara 3,53% - 4,53% (yoy). Tekanan diperkirakan bersumber baik dari inflasi kelompok volatile food, administred prince PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV 215 sebesar 1,42% atau berada pada proyeksi yang dibuat pada triwulan lalu yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar,53% 1,53%. Adanya revisi angka pertumbuhan triwulan II dan III 215 diperkirakan berpengaruh terhadap realisasi pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV 215. Tabel Perkembangan dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Aceh IV IV* 215 I* II* III* IV* 216* 2,83 1,65 1,42,53-1,53 (,72) 2,68-3,68 2,74-3,74 3,2-4,2 2,18-3,18 2,65-3,65 Sumber : BPS Provinsi Aceh * ) Angka perkiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh Perekonomian Aceh pada triwulan I 216 diperkirakan akan tumbuh positif antara 2,68% dan 3,68% dan secara keseluruhan tahun 216 diperkirakan mengalami pertumbuhan antara 2,65% dan 3,65%. Perekonomian Aceh selama tahun 216 diperkirakan juga akan mengalami tren peningkatan secara triwulanan. Sumber pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan-i 216 diperkirakan akan berasal dari pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah seiring dengan peningkatan konsumsi menjelang persiapan pilkada serentak 217. Sementara itu, dari sisi penawaran sektor pertanian, kehutanan dan perikanan diperkirakan masih menjadi sektor yang memacu pertumbuhan ekonomi Aceh ditengah risiko penurunan harga komoditas dunia. Tabel Hasil Proyeksi PDRB Aceh 215 Sisi Permintaan Sektor 216 I P II P III P IV P 216 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 3,28 3,53 4,76 5,2 4,21 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 3,54 5,23 1,47 5,82 4,2 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4,95 6,3 5,39 (4,48) 1,86 Pembentukan Modal Tetap Bruto 3,31 4,24 2,68 (5,23) 1, Ekspor Barang dan Jasa 5,1 6,76 4,57 1,37 6,6 Impor Barang dan Jasa 5,99 8,6 6,5 1,32 5,1 Total 3,18 3,24 3,52 2,68 3,15 Sumber : Proyeksi BI Aceh KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

79 BAB 6 Propspek Perekonomian Daerah Dari sisi permintaan, keseimbangan internal dan eksternal yang baru diperkirakan kembali terbentuk seiring dengan permintaan domestik yang masih tetap kuat serta meningkatnya ekspor komoditas non migas. Permintaan domestik yang kuat diperkirakan ditandai dengan peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah yang meningkat. Peningkatan konsumsi rumah tangga dan pemerintah masih mengandalkan APBA Aceh yang diperkirakan akan meningkat pada tahun 216. Oleh karena itu, pertumbuhan pada tahun 216 tergantung dari seberapa besar realisasi APBA di tahun 216. Agenda pilkada serentak di Aceh pada tahun 217 merupakan salah satu faktor yang mendorong peningkatan pertumbuhan komponen konsumsi di tahun 216 karena berdasarkan historisnya, kegiatan kampanye dan persiapan pilkada akan memberikan dampak terhadap peningkatan konsumsi. Dengan kondisi optimis ini pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan pemerintah pada triwulan I-216 masing-masing diperkirakan sebesar 3,28% dan 4,95%. Namun, disisi lain, pilkada serentak ini juga memilki risiko menghambat pertumbuhan jika konsentrasi pilkada membuat proyekproyek pemerintah pada tahun 216 menjadi terbengkalai. Kinerja neraca perdagangan Aceh tahun 216 masih belum pulih jika dibandingkan dengan sebelum 214, yaitu era sebelum habisnya ekspor gas Aceh. Namun demikian, dengan semakin besarnya concern pemerintah pada upaya peningkatan daya saing komoditas unggulan, perbaikan perekonomian global serta eksplorasi tambang baru, terutama batubara, diharapkan terjadi perbaikan kinerja ekspor sehingga ekspor Aceh diperkirakan akan tumbuh positif antara 4,6% hingga 5,6%. Ketergantungan Aceh terhadap pasokan barang dari daerah lain (Sumatera Utara) masih menjadi faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi Aceh pada tahun 216. Peningkatan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah diperkirakan akan meningkatkan impor Aceh sebesar antara 5,49% hingga 6,49%. Selain itu, proyek-proyek infrastruktur listrik dan yang terlaksana pada tahun 216 diperkirakan juga akan meningkatkan impor luar negeri Aceh. Sementara itu, investasi pada tahun 216 diperkirakan akan meningkat walaupun tidak sebesar pertumbuhan investasi pada tahun 214. Kondisi investasi pada tahun 216 ini juga bergantung pada realisasi proyek-proyek pemerintah. Investasi masih tetap akan tumbuh positif pada tahun 216. Program pemerintah untuk meningkatkan daya saing daerah lewat pengembangan kawasan strategis, agropolitan, minapolitan serta kawasan industri; peningkatan realisasi investasi serta pertambahan nilai tambah produk komoditas unggulan yang dikongkritkan melalui sinergi program SKPA pada tahun 216 dapat pemenuhan pasokan bahan pangan dan beberapa komoditas inti yang saat ini masih dipenuhi lewat antar-daerah. Upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi keamanan, serta mempromosikan investasi akan semakin memperkuat peran investasi dalam pertumbuhan. Dari sisi penawaran, sektor utama yang diperkirakan akan menjadi penyangga ekonomi Aceh pada tahun 216 adalah sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor transportasi. Sektor pertanian diproyeksikan mengalami peningkatan seiring dengan tren peningkatan luas lahan pertanian dan musim panen beras, bumbu-bumbuan, buah-buahan dan sayuran. Namun demikian penurunan harga komoditas unggulan seperti sawit, kakao dan kopi dapat menghambat pertumbuhan pada sektor ini. Dengan kondisi tersebut, sektor pertanian diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan yang signifikan antara 4,57% sampai dengan 5,57% dibandingkan dengan tahun 214 sebesar 1,78%. Sementara itu, sektor industri pengolahan diperkirakan akan meningkat seiring dengan realisasi investasi proyek pipa gas open access, peningkatan kinerja proyek terminal regasifikasi seiring dengan kebijakan penurunan penerimaan negara dari Kementerian ESDM dan penurunan toll fee yang mendorong penurunan harga gas dikisaran USD1-2,5/MMBTU serta proyek PLTG 184 Mw diharapkan dapat mendorong percepatan pertumbuhan Industri pada kawasan ekonomi khusus di Lhokseumawe. Dengan kondisi tersebut, sektor industri diperkirakan 78 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

80 BAB 6 Prospek Perekonomian Daerah masih akan mengalami pertumbuhan yang signifikan antara 7,53% sampai dengan 8,53% dibandingkan dengan tahun 215 yang terkontraksi sebesar 27,66%. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Aceh masih terhambat sektor pertambangan dan industri pengolahan yang terkontraksi cukup dalam. Penghentian ekspor mineral mentah dan morotarium tambang serta berhentinya produksi gas masih menjadi pemicu utama menurunnya kinerja sektor ini. Namun demikian pembukaan tambang batu bara di kawasan Peunaga Cut Ujong diharapkan dapat menahan laju perlambatan dari sektor pertambangan. Perpanjangan izin terkait penyaluran gas sebanyak 6-7 mmbtu/jam juga diharapkan dapat menahan kontraksi sektor industri pengolahan pada triwulan I-216. Dengan kondisi tersebut sektor pertambangan diperkirakan akan mengalami kontraksi sebesar -1,38% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 215. Dari sisi eksternal, terdapat beberapa risiko yang masih perlu diwaspadai, antara lain: lemahnya pertumbuhan ekonomi global, ketidakpastian ekonomi tiongkok yang meningkat serta penurunan harga komoditas & minyak bumi. Namun demikian ketidakpastian atas peningkatan suku bunga acuan Amerika Serikat (fed fund rate) cenderung mereda. Dengan kondisi tersebut, beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah Aceh untuk dapat menjaga pertumbuhan ekonomi Aceh antara lain: 1. Memberikan stimulus perekonomian berupa percepatan realisasi APBA, tren peningkatan pertumbuhan pengeluaran pemerintah terutama untuk proyek pembangunan harus dipertahankan karena merupakan sumber utama penopang pertumbuhan Aceh. 2. Merumuskan kebijakan untuk menurunkan defisit neraca perdagangan Aceh, diantaranya melalui upaya pembuatan model kerjasama perdagangan antar daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten / kota yang memprioritaskan pemenuhan komoditas strategis dari Aceh sendiri, selain itu percepatan pembangunan pabrik-pabrik pengolahan harus dilakukan agar produk dengan nilai tambah yang terbesar berada di Aceh. 3. Melakukan penguatan daya saing daerah. Tren peningkatan ekspor non migas Aceh saat ini harus dipertahankan dan bahkan ditingkatkan melalui upaya: (i) revitalisasi komoditas perkebunan seperti kopi, CPO, karet, dan kokoa dengan pengelolaan yang terintegrasi sebagai sektor unggulan baru Aceh; (ii) pembentukan forum peningkatan daya saing daerah dan Regional Investment Relation Unit untuk meningkatkan awareness Aceh sebagai daerah berpotensi, baik dan terpercaya; (iv) membentuk Forum Aceh di level nasional yang dapat secara intensif merumuskan solusi-solusi kongkrit untuk memacu pertumbuhan ekonomi Aceh dengan anggota forum putra-putri Aceh yang saat ini sukses berkiprah di seluruh lini baik pemerintahan, politik, maupun swasta. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

81 BAB 6 Propspek Perekonomian Daerah INFLASI PROVINSI ACEH Tabel Perkembangan dan Perkiraan Inflasi Aceh I II III IV IV* I* II* III* IV* 5,44 6,24 4,18 1,53 2,38-3,38 3,53-4,53 2,66-3,66 3,98-4,98 4,91-5,91 Sumber : BPS Provinsi Aceh * ) Angka perkiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh Laju inflasi Aceh pada triwulan laporan yaitu 1,53%, berada dibawah range proyeksi maupun sasaran inflasi nasional sebesar 4±1%. Namun demikian, pada triwulan I-216, inflasi Aceh diperkirakan akan meningkat pada kisaran 3,53% - 4,53%. Faktor utama penyebab peningkatan inflasi Aceh pada tahun 216 adalah kebijakan pemerintah dalam penghapusan subsidi tarif listrik secara bertahap serta peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat. Penyesuaian harga BBM terkait perkembangan harga minyak dunia yang cenderung menurun berpotensi untuk mengurangi tekanan inflasi. Namun demikian, terdapat sejumlah faktor risiko yang dapat meningkatkan tekanan inflasi pada semester I-216, yakni: i) Risiko penurunan produksi pangan akibat dampak cuaca ekstrim ii) Tekanan terhadap nilai tukar Rupiah di tengah ketidakpastian pemulihan ekonomi global dan iii) Dampak kebijakan penyesuaian harga berbagai komoditas dalam kelompok administered prices khususnya UMR, Cukai Rokok, LPG dan tarif tenaga listrik. Koordinasi intensif antara BI dan pemerintah dalam Tim pengendalian inflasi Daerah (TPID) Aceh diperlukan untuk menjaga laju inflasi sehingga inflasi Aceh pada akhir tahun 216 agar berada dalam kisaran target yaitu 4±1%. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga laju inflasi antara lain: 1. Prioritas pengalokasian APBN dan APBD dalam memperbaiki konektivitas perhubungan dan energi untuk mendukung kelancaran distribusi barang dan mendukung peningkatan ketersediaan pasokan. 2. Menggalakkan program peningkatan produktivitas tanaman pangan dalam rangka meningkatkan ketersediaan pasokan dengan mensinergikan seluruh SKPA terkait dengan pembiayaan yang memadai. 3. Mendorong upaya pengembangan infrastruktur dan antisipasi kerusakan infrastruktur khususnya infrastruktur yang mendukung produksi bahan pangan dan terkait transportasi untuk menjamin kelancaran pasokan barang. 4. Melakukan diseminasi dan komunikasi terkait inflasi untuk menjaga ekspektasi harga di masyarakat. 5. Meningkatkan kelancaran distribusi barang ke masyarakat melalui pasar atau pembentukan pasar induk. 6. Melakukan upaya untuk meningkatkan kecukupan pangan melalui upaya pemanfaatan bibit unggul, serta aplikasi metode dan teknologi tepat guna. 7. Mendorong peningkatan stok untuk menjaga ekspektasi pasar, salah satunya melalui optimalisasi program Sistem Resi Gudang (SRG) dan pemanfaatan cold storage. 8. Melakukan analisa perdagangan antar daerah/wilayah untuk mendapatkan peta sumber dan tujuan komoditas strategis Aceh. 8 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

82

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan II 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 2013 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI Menjalankan

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH NOVEMBER 216 (Kajian Triwulan III-216) VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah

Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI Menjalankan kebijakan BI dalam menjaga stabilitas nilai rupiah,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR i Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Triwulan I-2015 Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1%

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% SURVEI PERBANKAN Y jg brg dia TRIWULAN I-2015 PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat.

Lebih terperinci

VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 2014 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Mei 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL BAB 1. PERKEMBANGAN 7 BAB 1. PERKEMBANGAN KAJIAN EKONOMI PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2008 KANTOR 8 BAB 1. PERKEMBANGAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental. NOVEMBER 2017 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... xi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xiii Ringkasan Eksekutif... xvii Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci

... V... VII... XIII... XIII... XIII... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku... 5 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 7 1.3. PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Februari 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti Ekspektasi Inflasi...

Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti Ekspektasi Inflasi... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR i Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN * perkiraan

SURVEI PERBANKAN * perkiraan SURVEI PERBANKAN TRIWULAN IV-217 PERTUMBUHAN KREDIT TAHUN 218 DIPERKIRAKAN MENINGKAT Hasil Survei Perbankan mengindikasikan pertumbuhan kredit baru pada triwulan IV- 217 secara triwulanan (qtq) meningkat.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN II 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci