KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011 BANK INDONESIA MEDAN 2011

2 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia: Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia: Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak dan atau berprilaku yang terdiri atas Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas dan Kebersamaan. Visi Kantor Bank Indonesia Medan: Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. Misi Kantor Bank Indonesia Medan: Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan pelaksanaan tugas bidang ekonomi moneter, sistem pembayaran, pengawasan bank serta memberikan saran kepada pemerintah daerah dan lembaga terkait lainnya. Kalender Publikasi Periode Publikasi KER Triwulan I KER Triwulan II KER Triwulan III KER Triwulan IV Publikasi Pertengahan Mei Pertengahan Agustus Pertengahan November Pertengahan Februari Penerbit: Kantor Bank Indonesia Medan Jl. Balai Kota No.4 MEDAN, Indonesia Telp : psw. 1729, 1770 Fax : , Homepage : KBIMedan@bi.go.id

3 KATA PENGANTAR Memasuki triwulan III-2011, perekonomian Sumut tumbuh positif dan relatif stabil sebesar 6,76% (yoy). Hal ini terutama disebabkan oleh meningkatnya nilai tambah di sektor keuangan, persewaan dan jasa, khususnya aktivitas perbankan Sumut. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Sumut ditopang oleh peningkatan aktivitas ekspor dan permintaan konsumsi rumah tangga. Begitu pula laju pertumbuhan investasi di Sumut masih tetap terjaga pada level yang cukup tinggi, sejalan dengan membaiknya rating Indonesia sebagai negara tujuan investasi. Seperti triwulan sebelumnya, perkembangan inflasi di Sumut pada triwulan III-2011 masih mendapatkan tekanan yang cukup besar terutama sebagai dampak kenaikan harga berbagai komoditas pangan dan energi di pasar internasional. Secara khusus, komoditas utama penyumbang inflasi pada triwulan laporan adalah beras dan cabe merah. Tingkat inflasi gabungan empat kota di Sumut (meliputi Kota Medan, Pematangsiantar, Padangsidempuan dan Sibolga) selama triwulan III-2011 tercatat sebesar 3,34% (qtq) atau 6,87% (yoy), lebih tinggi daripada inflasi pada triwulan sebelumnya. Di sisi pembiayaan, perekonomian Sumut didukung pula oleh peningkatan fungsi intermediasi perbankan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan yang lebih pesat baik secara triwulanan (qtq) maupun tahunan (yoy), untuk beberapa indikator seperti aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit selama periode triwulan III Total aset naik 5,96% (qtq) mencapai posisi Rp153,44 triliun, atau secara tahunan tumbuh sebesar 21,19% (yoy). Posisi kredit yang disalurkan meningkat 2,29% (qtq) atau 17,40% (yoy) menjadi Rp99,19 triliun. DPK yang dihimpun meningkat 3,98% (qtq) atau 17,17% (yoy) menjadi Rp120,61 triliun. LDR Sumut pada triwulan laporan tercatat sebesar 82,24%. Sejalan dengan membaiknya kinerja perekonomian Sumut, kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Sumut menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Tingkat pengangguran terbuka di Sumut mengalami penurunan, yakni dari 7,43% pada Agustus 2010 menjadi 6,37% pada Agustus Sementara itu, nilai tukar petani (NTP) Sumut pada September 2011 menunjukkan peningkatan dan tercatat sebesar 103,03. Demikian sekilas gambaran perkembangan ekonomi Sumatera Utara triwulan III yang uraiannya secara lengkap dicakup dalam buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sumatera Utara Triwulan III Akhir kata, kami berharap kiranya buku ini memberikan manfaat bagi para pembaca. Medan, November 2011 BANK INDONESIA MEDAN Nasser Atorf Pemimpin i

4 Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik...v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih RINGKASAN EKSEKUTIF...viii BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Kondisi Umum Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor dan Impor Sisi Penawaran Sektor Pertanian a. Produksi Padi b. Produksi Jagung c. Produksi Kedelai Sektor Industri Pengolahan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Keuangan Sektor Bangunan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Sektor Jasa-jasa BOKS 1 Ketahanan Pangan : Surplus/Defisit Produksi Beras BOKS 2 Kondisi Cuaca dan Produksi Pangan BOKS 3 Pertumbuhan Industri Manufaktur BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Kondisi Umum Inflasi Triwulanan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Inflasi Menurut Kota Inflasi Tahunan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Inflasi Menurut Kota Faktor-Faktor Penyebab Inflasi Daftar Isi ii

5 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN Kondisi Umum Intermediasi Perbankan Penghimpunan Dana Masyarakat Penyaluran Kredit Kredit UMKM Stabilitas Sistem Perbankan Resiko Kredit Resiko Likuiditas Resiko Pasar Perbankan Syariah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara Transaksi Kliring Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow dan Outflow) Temuan Uang Palsu Penyediaan Uang Yang Layak Edar BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi APBD BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Perkembangan Kesejahteraan BAB 6 PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Perkiraan Ekonomi Perkiraan Inflasi Daerah BOKS 4 Optimisme Konsumen Sumut LAMPIRAN Daftar Isi iii

6 Daftar Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Sumut dari Sisi Permintaan (%) Nilai Ekspor Triwulan II Nilai Impor Triwulan II Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Provinsi Sumut (%) Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Sumut (%) Perkembangan Kegiatan Bank Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Bandara Polonia Jumlah Kapal dan Penumpang Dalam Negeri di Pelabuhan Belawan Komoditas yang Memberikan Andil Deflasi Tw.II Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi Tw.II Inflasi Triwulanan di Sumut menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kota (%) Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kelompok barang dan jasa (%) Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut (%, yoy) Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kota dan Kelompok Barang & Jasa (%, yoy) Indikator Utama Perbankan Sumut Transaksi BI-RTGS Perbankan di Wilayah Sumut Perkembangan Transaksi Kliring dan Cek/BG Kosong Data Temuan Uang Palsu di Kantor Bank Indonesia Medan Realisasi Penerbitan SP2D Sumut Penduduk 15 Tahun keatas Menurut Kegiatan Utama Penduduk 15 Tahun keatas Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Daftar Isi iv

7 Daftar Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumut Indeks Keyakinan Konsumen Komponen Indeks Keyakinan Saat Ini Komponen Indeks Ekspektasi Pertumbuhan Penjualan Elektronik Pertumbuhan Penjualan BBM Penjualan Makanan dan Tembakau Penjualan Perlengkapan Rumah Tangga Penjualan Pakaian dan Perlengkapan Posisi Penyaluran Kredit Konsumsi oleh Bank Umum di Sumut Penyaluran Kredit Baru untuk Konsumsi oleh Bank Umum di Sumut Pengadaan Semen di Sumut Penjualan Bahan Konstruksi Posisi Penyaluran Kredit Investasi oleh Bank Umum di Sumut Perkembangan Nilai Ekspor & Impor Perkembangan Volume Ekspor & Impor Volume Muat Barang di Pelabuhan Belawan Perkembangan Nilai Ekspor Produk Utama Perkembangan Harga Karet Perkembangan Harga CPO Perkembangan Harga Kopi Nilai Ekspor Menurut Negara Tujuan Pangsa Ekspor Menurut Negara Tujuan Nilai Impor Menurut Negara Asal Perkembangan Pertumbuhan Sektor Unggulan Nilai Tukar Petani Sumut Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pertanian Nilai dan Volume Ekspor Plastik, Karet dan Produk Turunannya Nilai dan Volume Ekspor Makanan, Minuman, dan Tembakau Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Industri Pengolahan Perkembangan Arus Barang di Pelabuhan Belawan (ton) Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor PHR Realisasi Pengadaan Semen Sumut Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Konstruksi Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pengangkutan & Komunikasi Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Jasa-Jasa Inflasi Bulanan Sumut dan Nasional Inflasi Tahunan Sumut dan Nasional Inflasi Triwulanan Sumut dan Nasional Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Sumut Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Sumut Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, rokok & Tembakau di Sumut Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Sumut Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan Daftar Isi v

8 2.9. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut Inflasi Kelompok Bahan Makanan Perkembangan Harga Cabe Merah Perkembangan Harga Bawang Merah Inflasi Kelompok Makanan Jadi, minuman, rokok & Tembakau di Sumut Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut Inflasi Kelompok Sandang Harga Emas di Pasar Internasional Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Inflasi Kelompok Kesehatan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Ekspektasi Konsumen terhadap Pergerakan Harga Barang/Jasa Disagregasi Inflasi Sumut Perkembangan DPK Sumut Struktur DPK Sumut Perkembangan Kredit Sumut Struktur Kredit Sumut Perkembangan Kredit dan pangsanya menurut sektor ekonomi Perkembangan Kredit UMKM Sumut Struktur Kredit UMKM Sumut Struktur Kredit Mikro, Kecil dan Menengah Perkembangan Kredit UMKM menurut Sektor Ekonomi NPL Gross Cash Ratio Pergerakan Suku Bunga Perbankan Aset, Pembiayaan, dan DPK Perbankan Syariah FDR Perbankan Syariah Perkembangan Aset, Kredit, DPK BPR LDR BPR Perkembangan Transaksi Kliring Grafik Penolakan Cek/BG kosong Perkembangan Aliran Uang Kartal Perkembangan Jumlah PTTB di Sumut Indikator Jumlah Tenaga Kerja Indeks Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Penghasilan Nilai Tukar Petani Komponen Indeks Ekspektasi Indeks Tendensi Konsumen Tw.II Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Tw.III Ekspektasi Harga-harga dalam 3-6 bulan y.a.d (%) Daftar Isi vi

9 Daftar Lampiran A. PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha B. Pertumbuhan PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 (qtq, %) Daftar Isi vii

10 INDIKATOR Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III MAKRO Indeks Harga Konsumen Medan 112,80 112,61 116,38 116,82 118,05 120,55 122,38 125,76 118,05 126,21 122,38 Pematangsiantar 112,88 112,99 116,67 116,19 117,40 120,79 122,10 127,44 117,40 128,46 122,10 Sibolga 114,95 114,94 118,91 117,39 118,81 121,90 125,16 131,28 118,81 131,13 125,16 Padangsidempuan 115,52 114,28 117,32 117,71 118,16 120,68 121,67 126,44 118,16 126,17 121,67 Laju Inflasi Tahunan (yoy %) Medan 6,37 2,45 4,61 2,69 4,65 7,05 5,16 8,10 6,87 4,70 6,70 Pematangsiantar 6,89 2,62 4,52 2,72 4,00 6,90 4,65 11,34 9,85 6,35 8,11 Sibolga 7,88 4,80 5,19 1,59 3,36 6,06 5,26 12,83 11,37 7,57 6,89 Padangsidempuan 8,50 1,73 3,12 1,87 2,29 5,60 3,71 8,26 7,94 4,55 7,31 PDRB harga konstan (Rp miliar) Pertanian 6.696, , , , , , , , , , ,09 Pertambangan & Penggalian 322,00 322,37 334,28 344,64 336,27 340,65 354,13 365,34 360,60 368,79 379,75 Industri Pengolahan 6.194, , , , , , , , , , ,73 Listrik, Gas, dan Air Bersih 200,00 203,37 205,38 206,78 212,39 215,40 219,64 222,44 232,40 237,62 239,43 Bangunan 1.783, , , , , , , , , , ,73 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 5.079, , , , , , , , , , ,10 Pengangkutan dan Komunikasi 2.574, , , , , , , , , , ,40 Keuangan, Persewaan, dan Jasa 1.939, , , , , , , , , , ,52 Jasa Jasa 2.738, , , , , , , , , , ,85 Pertumbuhan PDRB (yoy %) Nilai Ekspor Nonmigas (USD juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Impor Nonmigas (USD juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton) Sumber : Inflasi dan PDRB > BPS ; Ekspor Impor > Bank Indonesia TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH INFLASI DAN PDRB 4,63 4,74 4,97 5,70 6,02 6,55 6,42 6,36 6,32 6,80 6, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,83 419,43 505,38 570,89 618,93 592,03 453,75 649,00 725,24 871,04 931,24 911,82 878, , , , ,28 870, , , , , ,03

11 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PERBANKAN INDIKATOR Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III PERBANKAN Bank Umum : Total Aset (Rp Triliun) 90,20 92,87 97,46 108,08 114,55 109,52 110,58 115,77 114,62 118,87 126,61 133,70 137,49 144,81 153,44 DPK (Rp Triliun) 72,08 75,72 77,97 84,29 88,82 89,56 90,31 94,88 95,40 97,87 102,94 109,07 112,60 115,99 120,61 Giro (Rp Triliun) 15,08 16,09 14,87 15,07 16,25 17,04 17,19 16,64 16,80 18,04 18,39 17,80 20,27 21,57 21,99 Tabungan (Rp Triliun) 27,18 28,73 28,58 30,58 31,08 31,97 33,10 37,12 36,11 37,51 41,05 45,32 45,93 47,47 49,66 Deposito (Rp Triliun) 29,82 30,90 34,52 38,64 41,49 40,55 40,02 41,13 42,49 42,32 43,50 45,95 46,40 46,95 48,96 Kredit (Rp Triliun) Modal Kerja 30,90 36,69 37,72 36,03 34,49 35,10 36,56 38,32 39,29 40,16 44,19 45,73 46,67 49,30 49,65 Konsumsi 10,74 11,17 12,16 14,38 16,48 17,14 17,55 18,64 20,68 22,54 23,83 17,90 26,33 27,45 28,84 Investasi 13,14 14,48 15,99 16,31 14,82 14,94 16,00 16,62 15,67 18,00 16,47 24,92 18,51 20,22 20,70 LDR 76,01% 82,33% 84,48% 79,03% 73,94% 75,01% 76,86% 77,55% 79,29% 82,46% 82,08% 81,19% 81,27% 83,60% 82,24% BPR: Total Aset (Rp Triliun) 0,45 0,43 0,49 0,53 0,51 0,53 0,55 0,57 0,61 0,62 0,64 0,67 0,70 0,72 0,76 DPK (Rp Triliun) 0,33 0,31 0,34 0,35 0,37 0,39 0,41 0,42 0,44 0,45 0,46 0,49 0,52 0,50 0,53 Tabungan (Rp Triliun) 0,15 0,13 0,14 0,14 0,16 0,17 0,18 0,18 0,19 0,20 0,21 0,22 0,23 0,23 0,25 Deposito (Rp Triliun) 0,18 0,18 0,20 0,21 0,21 0,22 0,23 0,24 0,25 0,25 0,25 0,27 0,29 0,27 0,28 Kredit (Rp Triliun) 0,33 0,33 0,38 0,38 0,39 0,40 0,43 0,44 0,46 0,48 0,48 0,49 0,49 0,50 0,53 Rasio NPL Gross (%) 8,67% 7,88% 6,61% 7,26% 7,95% 7,75% 7,21% 7,05% 6,52% 6,25% 6,25% 8,15% 6,69% 8,00% 7,55% LDR 100,00% 106,45% 111,76% 108,57% 105,41% 102,56% 104,88% 104,76% 104,55% 106,67% 104,35% 100,61% 94,81% 100,00% 100,00% Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Medan

12 Ringkasan Eksekutif

13 RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF GAMBARAN UMUM Pada triwulan III-2011 perekonomian Sumatera Utara kembali mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,76% (yoy). Pertumbuhan ini antara lain ditunjang oleh transaksi perdagangan internasional yang semakin menunjukkan peningkatan aktivitasnya. Pada triwulan III-2011, Sumut mengalami inflasi 3,34% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulanan pada triwulan II-2011 yang tercatat sebesar 0,00%. Sementara itu, inflasi tahunan Sumut pada triwulan III-2011 tercatat sebesar 6,87%, jauh di atas inflasi tahunan triwulan II-2011 sebesar 4,96%. Inflasi Sumut juga lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar 4,61%. Perkembangan indikator perbankan Sumut sampai dengan triwulan III-2011 masih terus mengalami peningkatan. Secara tahunan maupun triwulanan, indikator perbankan, baik bank umum konvensional, bank umum syariah, maupun BPR masih tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Sementara itu, kualitas kredit semakin menunjukkan perkembangan yang menggembirakan yang diiringi dengan penurunan rasio Non Performing Loan (NPL) dari 2,86% pada triwulan II-2011 menjadi 2,78%. Jumlah angkatan kerja di Sumut pada Agustus 2011 sebanyak 6,31 juta orang, terdiri dari 5,91 juta orang bekerja dan 0,40 juta orang penganggur. Dari jumlah tersebut, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Agustus 2011 mencapai 72,09% Perekonomian Sumut pada triwulan III-2011 tumbuh 6,76% (yoy) PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Pada triwulan III-2011 perekonomian Sumatera Utara kembali mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,76% (yoy). Pertumbuhan ini antara lain ditunjang oleh transaksi perdagangan Ringkasan Eksekutif viii

14 RINGKASAN EKSEKUTIF internasional yang semakin menunjukkan peningkatan aktivitasnya. Secara tahunan peningkatan pertumbuhan tertinggi dialami sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor-sektor andalan Sumut seperti pertanian dan industri pengolahan sebagai sektor unggulan Sumut masih mencatatkan pertumbuhan positif bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Sumut pada triwulan III-2011 terutama didorong oleh aktivitas ekspor dan konsumsi, khususnya konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Namun pertumbuhan aktivitas konsumsi rumah tangga pada triwulan ini sedikit menurun dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya seiring dengan berkurangnya aktivitas konsumsi masyarakat yang cukup tinggi. Akan tetapi, pertumbuhan investasi tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini juga didukung oleh pertumbuhan yang sama pada sisi pembiayaan khususnya yang berasal dari perbankan. Pertumbuhan kredit yang tinggi di triwulan ini terutama didorong oleh peningkatan permintaan untuk membiayai pertumbuhan ekonomi yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun Inflasi Sumut triwulan III-2011 sebesar 3,34% (qtq) atau 6,87% (yoy) PERKEMBANGAN INFLASI Pada triwulan III-2011, Sumut mengalami inflasi 3,34% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulanan pada triwulan II-2011 yang tercatat sebesar 0,00%. Sementara itu, inflasi tahunan Sumut pada triwulan III-2011 tercatat sebesar 6,87%, jauh di atas inflasi tahunan triwulan II-2011 sebesar 4,96%. Inflasi Sumut juga lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar 4,61%. Ditinjau dari disagregasi inflasi, pada periode ini inflasi volatile foods mendominasi inflasi di Sumut setelah pada triwulan lalu, inflasi inti yang memiliki level tertinggi. Pada periode ini inflasi Ringkasan Eksekutif ix

15 RINGKASAN EKSEKUTIF volatile foods tercatat sebesar 10,23%. Sementara itu, inflasi inti sebesar 5,97% dan administered price sebesar 3,34%. Tidak dapat dielakkan, pada periode ini terjadi kenaikan beberapa komoditas bahan makanan yang tergolong kelompok volatile foods seperti beras dan cabe merah. Berdasarkan kelompok barang dan jasa, seluruh kelompok mengalami inflasi bahkan dengan level yang lebih tinggi dibandingkan inflasi kelompok triwulan lalu. Kelompok sandang (6,45%) memiliki tingkat inflasi triwulanan tertinggi dibandingkan kelompok lainnya, diikuti dengan kelompok bahan makanan (6,03%). Sementara itu, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar pada triwulan ini mengalami inflasi terendah dibandingkan kelompok lain yakni sebesar 0,74%. Tidak jauh berbeda dengan inflasi triwulanan (qtq), inflasi tahunan (yoy) seluruh kelompok barang dan jasa juga mengalami tingkat inflasi yang lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu, kecuali kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar. Kelompok sandang mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari 7,23% pada triwulan II-2011 menjadi 12,87% pada triwulan III Inflasi kelompok bahan makanan juga meningkat dari 4,65% di triwulan II menjadi 10,54% di triwulan III Kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan memiliki tingkat inflasi terendah yakni 2,41%. Tingkat inflasi keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumut, semuanya mengalami peningkatan bila dibandingkan triwulan lalu, kecuali Sibolga. Berbeda dari biasanya, Sibolga tidak lagi menjadi kota dengan tingkat inflasi tahunan tertinggi, Inflasi (yoy) tertinggi terjadi di kota Pematangsiantar (8,11%). Sementara itu inflasi kota Medan adalah sebesar 6,70%, Padangsidempuan (6,89%) dan Sibolga (7,31%). Ringkasan Eksekutif x

16 RINGKASAN EKSEKUTIF Secara tahunan maupun triwulanan, indikator perbankan masih tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan indikator perbankan Sumut sampai dengan triwulan III-2011 masih terus mengalami peningkatan. Secara tahunan maupun triwulanan, indikator perbankan, baik bank umum konvensional, bank umum syariah, maupun BPR masih tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Sementara itu, kualitas kredit semakin menunjukkan perkembangan yang menggembirakan yang diiringi dengan penurunan rasio Non Performing Loan (NPL) dari 2,86% pada triwulan II-2011 menjadi 2,78%. Total aset perbankan Sumut pada triwulan III-2011 tumbuh sebesar 5,96% (qtq) dan 21,19% (yoy). Total aset perbankan sebesar Rp153,44 triliun didominasi oleh bank konvensional yaitu sebesar Rp147,11 triliun (95,87%) sedangkan sisanya merupakan aset bank syariah yaitu sebesar Rp6,33 triliun (4,13%). Dana Pihak Ketiga yang dihimpun pada triwulan III-2011 tumbuh sebesar 3,98% (qtq) atau 17,17% (yoy) hingga mencapai jumlah Rp120,61 triliun. Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan seluruh jenis simpanan yaitu giro, tabungan dan deposito dengan persentase kenaikan masing-masing sebesar 1,95%, 4,61% dan 4,28% (qtq). Kredit yang disalurkan perbankan Sumatera Utara pada triwulan III-2011 tumbuh sebesar 2,29%(qtq) atau 17,40% (yoy) hingga mencapai jumlah Rp99,19 triliun. Pertumbuhan kredit tertinggi di triwulan laporan dialami oleh kredit konsumsi yaitu sebesar 5,06% (qtq). Transaksi perbankan Sumatera Utara melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan III-2011 mengalami penurunan sebesar Rp miliar atau menurun 27,48% menjadi Rp miliar dari nilai transaksi pada triwulan II-2011 yang tercatat sebesar Rp miliar. Begitu pula dengan volume transaksi RTGS yang juga menurun 28,67% dibandingkan triwulan lalu menjadi transaksi. Kendati demikian bila dibandingkan triwulan III-2010, masih terjadi pertumbuhan nilai Ringkasan Eksekutif xi

17 RINGKASAN EKSEKUTIF transaksi RTGS sebesar 6,65%. Nilai transaksi kliring pada triwulan III-2011 tercatat sebesar Rp miliar. Nilai ini meningkat 6,89% atau Rp2.289 miliar bila dibandingkan dengan triwulan II-2011 yang sebesar Rp miliar. Peningkatan nilai transaksi kliring tersebut sejalan dengan peningkatan volume transaksi kliring yang meningkat cukup pesat sebesar 34,79% dibandingkan triwulan lalu menjadi lembar warkat. Sementara itu, kliring retur yang terjadi di Sumut mencapai Rp8 miliar, lebih tinggi 9,07% dibandingkan triwulan lalu. Berbeda dari triwulan lalu, triwulan III-2011 aliran uang kartal di Sumatera Utara menunjukkan posisi net intflow sebesar Rp596 miliar, meningkat jauh jika dibandingkan dengan triwulan II-2011 yang tercatat net outflow sebesar Rp314 miliar. Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada triwulan ini, turut mendukung aliran uang kartal ke Sumatera Utara. Temuan uang palsu di KBI Medan menunjukkan kecenderungna yang terus meningkat baik dari segi nominal maupun jumlah lembar uang palsunya. Pada triwulan III-2011 ditemukan sebanyak 709 uang palsu dengan total nilai sebesar Rp Pada triwulan III-2011 jumlah uang kartal yang telah dikenai Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) atau dimusnahkan tercatat sebesar Rp3.473 miliar atau sebesar 49,03% dari jumlah inflow. Jumlah uang kartal yang dicatat sebagai PTTB tersebut sedikit menurun dibandingkan triwulan lalu yang sebesar Rp3.749 miliar atau 82,36% dibandingkan triwulan lalu. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Pada triwulan III-2011, tingkat penyerapan APBD Sumut sudah menunjukkan persentase realisasi yang relatif besar. Beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) telah mencapai tingkat serapan lebih dari 75%. Dinas Perhubungan bahkan telah mencapai Ringkasan Eksekutif xii

18 RINGKASAN EKSEKUTIF 88,56% dari total pagu yang ada. Di sisa triwulan yang ada, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) perlu meningkatkan kinerjanya guna mengakselerasi realisasi APBD. Harapannya hingga akhir tahun 2011 dapat terserap optimal. Tingkat Partisipasi angkatan Kerja meningkat menjadi 72,09% PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Jumlah angkatan kerja di Sumut pada Agustus 2011 sebanyak 6,31 juta orang, terdiri dari 5,91 juta orang bekerja dan 0,40 juta orang penganggur. Dari jumlah tersebut, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Agustus 2011 mencapai 72,09%, meningkat dibandingkan Agustus 2010 sebesar 69,51%. Peningkatan TPAK tidak serta-merta meningkatkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sumut. Pada Agustus 2011 TPT tercatat sebesar 6,37%, mengalami penurunan bila dibandingan dengan kondisi Agustus 2010 sebesar 7,43%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja dapat terserap pada lapangan pekerjaan yang tersedia. Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2011 menunjukkan bahwa 43,90% penduduk Sumut bekerja di sektor pertanian. Namun komposisi tersebut berkurang bila dibandingkan kondisi Agustus 2010 yang sebesar 46,94%. Sektor lain yang banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan, rumah makan dan akomodasi sebesar 20,45% serta sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan yang menyerap sebanyak 14,96%. Penduduk yang bekerja pada kegiatan formal sebesar 38,51% dan yang bekerja pada kegiatan informal sebesar 61,49%. Persentase pekerja formal tersebut meningkat 6,42% dari Agustus 2010 sebesar 32,09%. Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat Sumut diperkirakan semakin meningkat. Faktor utama penyebab peningkatan ini antara lain adalah meningkatnya penghasilan masyarakat akibat semakin terbukanya Ringkasan Eksekutif xiii

19 RINGKASAN EKSEKUTIF lapangan pekerjaan serta meningkatnya ekspor Sumut. Nilai indeks ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang pada akhir triwulan II-2011 sebesar 132,38 meningkat menjadi sebesar 137,78. Kenaikan indeks penghasilan dan perkiraan peningkatan penghasilan juga turut menggambarkan kenaikan indeks ketersediaan lapangan kerja dari 81,90 menjadi 81,91 pada triwulan III Pada September 2011, NTP Provinsi Sumatera Utara tercatat sebesar 103,03, atau mengalami kenaikan 0,10% bila dibandingkan dengan NTP Agustus 2011 sebesar 102,93. Sedangkan NTP per subsektor masing-masing tercatat sebesar 98,77 untuk subsektor padi & palawija (NTPP); 110,31 untuk subsektor hortikultura (NTPH); 106,47 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR); 104,82 untuk subsektor peternakan (NTPT); dan 100,36 untuk subsektor perikanan (NTN). PROSPEK PEREKONOMIAN Perkiraan Ekonomi Perekonomian Sumut 2011 diperkirakan tumbuh 6,7%±1 Perekonomian Sumut pada triwulan IV-2011 diperkirakan masih akan tumbuh positif dengan perlambatan tingkat pertumbuhan. Dari sisi penawaran agregat, faktor cuaca diperkirakan masih akan menekan produksi sektor pertanian terutama untuk produk sub sektor perkebunan seperti sawit dan karet. Namun demikian di sisi lain penurunan produksi ditambah dengan adanya kenaikan permintaan dari negara importir besar seperti Cina akan memicu kenaikan harga komoditas di pasar sehingga memberikan keuntungan kepada produsen. Perekonomian Sumut diperkirakan terus mengalami akselerasi hingga triwulan IV Pertumbuhan ekonomi Sumut pada periode tersebut diperkirakan berada pada kisaran 6,6% ±1 (yoy). Dengan perkiraan tersebut, perekonomian Sumut pada tahun 2011 diperkirakan berkisar 6,7%±1, lebih tinggi dibandingkan tahun 2010 Ringkasan Eksekutif xiv

20 RINGKASAN EKSEKUTIF Inflasi Sumut 2011 diperkirakan berada pada kisaran 5,50%±1 sebesar 6,3%. Prospek positif tersebut didukung oleh kondisi perekonomian global yang sejauh ini belum terlalu berpengaruh terhadap kondisi di Sumut, iklim investasi yang semakin kondusif, serta daya beli masyarakat yang lebih baik. Perkiraan Inflasi Daerah Pada bulan Oktober dan November 2011 diperkirakan akan terjadi penurunan harga sebagai penyesuaian kembali harga beberapa jenis barang atau komoditas pasca Hari Raya Idul Fitri. Pada Desember 2011, tekanan harga dapat muncul kembali saat Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Tekanan inflasi di penghujung tahun terutama berasal dari kelompok bahan makanan, kelompok sandang, dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Selain itu, perlu dicermati pula adanya anomali perkembangan harga saat ini yakni kembali meningkatnya harga cabe merah dan beras kendati tidak ada permasalahan struktural di lini produksi maupun distribusi. Upward risk lainnya dapat muncul dari sisi perekonomian domestik, peningkatan investasi dan konsumsi baik berupa pengeluaran pemerintah maupun konsumsi masyarakat dapat memberikan tekanan inflasi. Melihat pencapaian inflasi (ytd) hingga triwulan III-2011 termasuk perkembangan harga dan potensi inflasi serta upaya yang dilakukan oleh TPID dalam mengawal harga dan memastikan kecukupan pasokan, maka target inflasi 2011 sebesar 5,50% ± 1% (yoy) optimis dapat tercapai. Ringkasan Eksekutif xv

21 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Regional

22 BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMII MAKRO REGIONAL Pada triwulan III-2011, perekonomian Sumut kembali mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,76% dan relatif stabil bila dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,80% (yoy). Sektor keuangan dan sektor pengangkutan merupakan sektor dengan pertumbuhan tertinggi KONDISI UMUM Pada triwulan III-2011 perekonomian Sumatera Utara kembali mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,76% (yoy). Pertumbuhan ini antara lain ditunjang oleh transaksi perdagangan internasional yang semakin menunjukkan peningkatan aktivitasnya. Secara tahunan peningkatan pertumbuhan tertinggi dialami sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor-sektor andalan Sumut seperti pertanian dan industri pengolahan sebagai sektor unggulan Sumut masih mencatatkan pertumbuhan positif bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Khusus sektor pertanian pertumbuhan triwulan laporan tumbuh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Di sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Sumut pada triwulan III-2011 terutama didorong oleh aktivitas ekspor dan konsumsi, khususnya konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Namun pertumbuhan aktivitas konsumsi rumah tangga pada triwulan ini sedikit menurun dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya seiring dengan berkurangnya aktivitas konsumsi masyarakat yang cukup tinggi. Akan tetapi, pertumbuhan investasi tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang didukung pula oleh prompt indicator seperti level ekspektasi pelaku usaha terhadap kondisi dunia usaha, masih berada di atas 100 yang berarti masih optimisnya pelaku usaha akan kondisi ke depan. Di sisi lain, peningkatan ekspor terutama didorong oleh kenaikan harga-harga komoditas internasional seperti CPO dan karet serta kenaikan permintaan luar negeri terhadap produk-produk dari komoditas tersebut. Seiring dengan kenaikan ekspor, nilai dan volume impor juga meningkat khususnya pada produk industri makanan dan minuman. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini juga didukung oleh pertumbuhan yang sama pada sisi pembiayaan khususnya yang berasal dari perbankan. Pertumbuhan kredit yang tinggi di triwulan ini terutama didorong oleh peningkatan permintaan untuk membiayai pertumbuhan ekonomi yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun Tren pertumbuhan pembiayaan perbankan untuk kegiatan ekonomi di berbagai sektor semakin menunjukkan peningkatan, baik pertumbuhan kredit modal kerja maupun kredit investasi. Sementara itu, kegiatan konsumsi rumah tangga tetap berlangsung dengan pembiayaan konsumsi melalui kredit perbankan. Hal ini tercermin dari laju pemberian kredit konsumsi yang terbesar setelah kredit modal kerja. Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 1

23 Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara 1.2. SISI PERMINTAAN Perekonomian Sumut pada triwulan III-2011 tumbuh 6,76% (yoy), relatif stabil dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,80% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Sumut masih didorong oleh meningkatnya kegiatan ekspor dan investasi. Sementara konsumsi swasta diperkirakan masih tetap tinggi dan masih akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Sumut selama tahun 2011 khususnya pada triwulan depan. Sementara itu, membaiknya kinerja ekspor mendorong perbaikan nilai tambah net ekspor-impor Sumut. Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Sumut Dari Sisi Permintaan (%) Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara 2 BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

24 1. Konsumsi Konsumsi pada triwulan III-2011 tumbuh 6,24% (yoy), sedikit menurun dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,96%(yoy). Kendati terjadi penurunan pertumbuhan, namun pertumbuhan konsumsi masih berada pada level yang cukup tinggi. Pertumbuhan konsumsi masih didorong oleh kinerja konsumsi rumah tangga sebesar 6,15%. Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.3. Komponen Indeks Keyakinan Saat Ini Sumber : Survei Konsumen (SK), KBI Medan Sementara itu, indeks keyakinan konsumen (IKK) pada bulan September 2011 meningkat menjadi 107% setelah pada Juni 2011 berada pada indeks 105%. Meningkatnya optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian saat ini maupun 6 bulan yang akan datang yang tercermin dari dengan meningkatnya Indeks Ekonomi Saat ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK), yaitu masing-masing sebesar 0,21 poin dan 5,08 poin. Grafik 1.4. Komponen Indeks Ekspektasi Grafik 1.5. Pertumbuhan Penjualan Elektronik Sumber : SK, Bank Indonesia Medan Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE), BI Medan Dengan menggunakan prompt indicator konsumsi sebagai indikasi, pengeluaran masyarakat Sumut untuk pembelian barang-barang konsumsi relatif meningkat. Konsumsi durable dan non durable goods pada triwulan III-2011 mengalami peningkatan dibandingkan Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 3

25 triwulan yang sama tahun lalu. Hal ini juga tercermin dari indikator barang konsumsi lainnya seperti konsumsi BBM, penjualan makanan dan minuman, serta penjualan pakaian dan perlengkapannya yang mengalami peningkatan di triwulan laporan. Hanya penjualan perlengkapan rumah tangga yang mengalami sedikit penurunan. Grafik 1.6. Pertumbuhan Penjualan BBM Grafik 1.7. Penjualan Makanan&Tembakau Sumber : SPE, KBI Medan Grafik 1.8. Penjualan Perlengkapan RT Grafik 1.9. Penjualan Pakaian&Perlengkapan Sumber : SPE, KBI Medan Sementara itu, penyaluran kredit konsumsi, yang menjadi salah satu penopang pertumbuhan konsumsi masyarakat, tumbuh 21,02% dengan nilai sebesar Rp28,84 triliun. Penyaluran kredit baru untuk jenis penggunaan konsumsi pada triwulan III-2011 juga mengalami peningkatan pertumbuhan yang signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Adapun jumlah dari penyaluran kredit ini adalah sebesar Rp1,20 triliun. 4 BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

26 Grafik Posisi Penyaluran Kredit Konsumsi oleh Bank Umum di Sumut Grafik Penyaluran Kredit Baru untuk konsumsi oleh Bank Umum di Sumut Sumber : LBU, KBI Medan 2. Investasi Pada triwulan III-2011 kegiatan investasi tumbuh sebesar 6,56%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 8,57%. Masih belum tercatatnya realisasi investasi pada triwulan laporan mengakibatkan pertumbuhan triwulan ini tidak setinggi triwulan sebelumnya. Meskipun demikian, prompt indicator penjualan bahan konstruksi dan penjualan semen masih menunjukkan peningkatan. Nilai penjualan semen pada bulan September 2011 mencapai 233 ribu ton, atau meningkat sebesar 34,22% (yoy). Berdasarkan survei penjualan eceran (SPE), penjualan bahan konstruksi bulan September 2011 adalah sebesar Rp814 juta meningkat dibandingkan bulan Juni 2011 sebesar Rp805 juta. Grafik Pengadaan Semen di Sumut Grafik Penjualan Bahan Konstruksi Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : SPE, KBI Medan Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan untuk tujuan investasi terus menunjukkan tren peningkatan. Pertumbuhan kredit investasi pada September 2011 tercatat sebesar 26,68% (yoy) dengan outstanding kredit mencapai Rp20,70 triliun. Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 5

27 Peningkatan kredit ini mencerminkan bahwa kredit perbankan masih menjadi pilihan utama dalam melakukan pembiayaan invetasi. Kendati demikian, sektor riil diperkirakan juga menggunakan sumber pendanaan investasi lain seperti modal sendiri, pinjaman, obligasi dan saham, meskipun proporsinya masih relatif kecil. Grafik Posisi Penyaluran Kredit Investasi oleh Bank Umum di Sumut Sumber : LBU, KBI Medan Rencana investasi berdasarkan Surat Persetujuan (SP), untuk tahun 2011 baru mencakup enam proyek yaitu PMA dengan sektor usaha pertanian tanaman pangan, perkebunan, jasa, industri makanan, kontruksi, perhotelan dan industri kayu dengan total investasi sekitar USD48,23 juta. Sementara untuk perusahaan PMDN tidak mengalami pencatatan. Sementara itu, realisasi investasi berdasarkan daftar izin usaha tetap untuk tahun 2011, tercatat PMA sebanyak 23 proyek dengan nilai investasi sebesar USD242,49 juta dan PMDN sebanyak 14 proyek dalam bidang jasa, industri pakan, makanan, industri semen dan industri kimia dengan realisasi investasi mencapai Rp491,99 juta. Rencana Investasi Berdasar Surat Persetujuan Realisasi Investasi Berdasar Izin Usaha Tetap Sumber : BKPM Khusus di Sumut, sedikitnya ada lima industri yang potensial dikembangkan mulai dari kelapa sawit, karet, industri logam, olahan kopi dan teh, hasil laut dan industri permesinan. Untuk itulah rencana investasi pembangunan klaster sawit di Sei Mangkei dan 6 BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

28 pembangunan hub-internasional Kuala Tanjung diperkirakan akan sangat mendukung pengembangan potensi tersebut. Perkembangan lima industri di Sumut ini dinilai tidak terlalu sulit karena potensi sumber daya alam yang masih sangat besar seperti sawit, karet, kopi dan hasil laut. Meskipun, sektor pendukung lainnya seperti infrastruktur di sektor transportasi dan energi masih belum memadai. Terkait dengan terdapatnya lima industri yang potensial dikembangkan, Kementerian Koperasi dan UKM pada 2011 mengembangkan program Kerjasama Antar Daerah (KAD) ke Provinsi Sumatera Utara, Bengkulu dan Sulawesi Selatan, menyusul keberhasilan program tersebut di Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Proyek lain yang terkait investasi cukup besar adalah pembangunan Bandara Kuala Namu yang terletak di Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang saat ini dari sisi udara dan darat sudah mencapai 75% dengan target penyelesaian pada Untuk memperlancar proses pembangunan, Pemprov Sumut telah memanggil satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan Pemkab Deli Serdang untuk membahas percepatan dalam pelepasan tanah untuk akses jalan non-tol menuju Bandara Kualanamu. 3. Ekspor - Impor Nilai ekspor Sumut mengalami peningkatan sebesar 54,10%, dari USD1.913 juta pada triwulan II-2010 menjadi USD2.785 juta pada triwulan III Hal ini mengindikasikan, selama 2011 aktivitas ekspor Sumut akan semakin meningkat. Peningkatan pertumbuhan ekspor ini didukung dengan membaiknya kinerja ekspor CPO dan karet Sumut ke luar negeri yang merupakan komoditas terbesar ekspor dan peningkatan harga komoditas-komoditas tersebut di pasar internasional. Pada triwulan III-2011, pertumbuhan impor Sumut mencapai 35,00%. Nilai impor Sumut pada triwulan laporan mencapai USD911,82 juta setelah pada triwulan II-2010 sebesar USD689,82 juta. Jika dirinci menurut golongan penggunaan barang terjadi peningkatan untuk semua golongan, yaitu impor barang konsumsi, impor bahan baku/penolong, dan impor barang modal. Dari peningkatan tersebut, impor bahan baku/penolong masih memberikan andil yang cukup besar mencapai 60,78%. Peningkatan aktivitas impor tersebut sejalan dengan adanya lonjakan untuk mendukung ekspansi pada sisi penawaran (berupa impor barang modal dan bahan baku) dan memenuhi kebutuhan konsumsi langsung masyarakat (berupa barang konsumsi). Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 7

29 Grafik Perkembangan Nilai Ekspor & Impor Grafik Perkembangan Volume Ekspor & Impor Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Grafik Volume Muat Barang di Pelabuhan Belawan Menurut jenis komoditas yang diekspor, struktur ekspor pada triwulan III-2011 tidak jauh berbeda dengan struktur ekspor di triwulan III tahun Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Tabel 1.2. Nilai Ekspor Triwulan IIII-2011 Produk Utama Sumber : BI 8 BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sumber : BI

30 Berdasarkan kelompok industri, ekspor golongan industri pengolahan memberikan andil tertinggi pada total ekspor triwulan laporan dengan andil sebesar 69,56%, diikuti oleh golongan pertanian dan perikanan dengan andil 30,44%. Secara spesifik, andil ekspor golongan industri pada triwulan ini disumbang oleh ekspor kelompok produk makanan dan minuman dengan andil 45,97%, produk bahan kimia (10,92%) serta karet dan produk dari karet (3,58%). Grafik Perkembangan Harga Karet Grafik 1.20 Perkembangan Harga CPO Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg Nilai ekspor Sumut pada golongan barang lemak dan minyak nabati pada triwulan III meningkat sebe sar 78,07% (yoy), dari USD709,75 juta menjadi USD1.263,81 juta, begitu juga secara volume meningkat sebesar 22,86%. Tingginya bea keluar (BK) komoditas CPO di tahun 2011 ternyata tak berdampak menekan aktivitas ekspor unggulan Sumut ini melalui Pelabuhan Belawan. Meskipun sejak awal 2011 BK CPO cukup tinggi yakni mencapai 25%, namun hingga semester II-2011 aktivitas ekspor CPO Sumut yang dikapalkan melalui dermaga pipa terpadu Pelabuhan Belawan tercatat masih meningkat yakni sekitar 2,97%. Selama semester II-2011, volume ekspor CPO Sumut melalui dermaga pipa terpadu Pelabuhan Belawan tercatat sebanyak ton. Sedangkan pada periode yang sama tahun 2010 volumenya sebesar ton atau meningkat 2,97%. Tingginya harga CPO di pasar dunia merupakan pendorong naiknya ekspor CPO Sumut. Nilai ekspor golongan karet dan barang dari karet di Sumut pada triwulan III-2011 sebesar USD806,23 juta, meningkat 59,65% dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD504,99 juta. Sementara itu, dari sisi harga internasional, harga karet mengalami penurunan. Kenaikan produksi global Karet Alam berpengaruh terhadap penurunan harga Karet berjangka meski penurunan harga tidak terlalu besar. Berdasarkan data Singapore Commodity Exchange, harga Karet berjangka untuk penyerahan September 2011 ditutup melemah. Harga Karet RSS3 berada pada level Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 9

31 harga USD483 per kilogram dari harga sebelumnya USD484,3 per kilogram. Produksi global dari Karet alam (NR) diperkirakan akan meningkat 3,3%. Total produksi diharapkan dapat 2,15 juta ton dari produksi sebelumnya sebesar 2,09 juta ton. Produksi pada bulan Agustus diprediksi akan menjadi ton dan ton pada bulan September. Sementara itu, pada penutupan perdagangan di NYMEX harga Kopi arabika ditutup melemah setelah dalam beberapa hari mengalami kenaikan harga. Harga Kopi berjangka untuk penyerahan September 2011 ditutup pada level harga USD2,41 per pounds atau melemah 0,013 poin. Pasokan Kopi dunia meningkat setelah adanya tambahan pasokan Kopi asal India dan Vietnam. Ekspor Kopi dari India meningkat ton, dibantu oleh meningkatnya pengiriman ke Italia dan Jerman. India, produsen terbesar kelima dunia, menyumbang hanya 4,5% dari produksi Kopi dunia namun mengekspor 70 sampai 80 produksinya. Grafik 1.21 Perkembangan Harga Kopi Sumber: Bloomberg Nilai ekspor golongan kopi, teh, rempah-rempah pada triwulan III-2011 sebesar USD106,49 juta, naik 61,63% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD65,88 juta. Dilihat dari negara tujuan ekspor, nilai ekspor ke India, Jepang dan Cina mencatat nilai tertinggi masing-masing sebesar USD326,22 juta, USD444,67 juta dan USD213,51 juta. Hanya nilai ekspor untuk tujuan negara Pakistan, Arab Saudi dan other MEE nations yang mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan nilai ekspor untuk tujuan ASEAN, Asia, dan Eropa, seluruhnya mengalami peningkatan yang signifikan dalam periode perbandingan yang sama. Pada triwulan laporan, pangsa pasar untuk tujuan India meningkat dari 11,34% pada periode yang sama tahun lalu menjadi 16,90%. Berbeda dengan pangsa pasar untuk tujuan Jepang yang mengalami penurunan dari 14,06% pada triwulan I tahun lalu menjadi 12,40%. 10 BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

32 Grafik Nilai Ekspor Menurut Negara Tujuan Grafik Pangsa Ekspor Menurut Negara Tujuan Sumber : Bank Indonesia Sementara itu, impor masih didominasi oleh bahan baku untuk mendukung kegiatan produksi terutama pada industri yang mengandung komponen impor tinggi (high import content) seperti industri kimia. Pada triwulan laporan, impor Sumut masih didominasi oleh industri manufaktur sebesar 88,90% dari total nilai impor. Komoditas impor bahan baku manufaktur yang utama tetap berupa produk dari industri kimia sebesar 23,23%, diikuti dengan produk dari industri makanan dan minuman 18,16% dan industri logam dasar 10,64%. Tabel 1.3. Nilai Impor Triwulan-III 2011 Sumber : Bank Indonesia Dilihat dari negara asal impor, nilai impor dari Cina mencatat nilai tertinggi pada triwulan III-2011 sebesar USD259,81 juta, diikuti oleh India (USD74,76 juta) dan Thailand (USD71,03 juta). Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 11

33 Grafik 1.24 Nilai Impor Menurut Negara Asal Sumber: Bank Indonesia 1.3. SISI PENAWARAN Perkembangan di sisi permintaan, terutama konsumsi direspon oleh beberapa sektor ekonomi non-utama, yaitu sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; angkutan dan komunikasi; sektor bangunan; dan sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Sementara itu, sektor utama seperti pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan maupun sektor transportasi dan komunikasi maupun sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan yang relatif stabil. Secara keseluruhan perekonomian di triwulan III-2011 masih tumbuh cukup tinggi. Tabel 1.4. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Provinsi Sumut (%) Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Selama triwulan III-2011, perekonomian Sumut didorong oleh pertumbuhan dua sektor ekonomi non dominan, yaitu keuangan, persewaan dan jasa serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Kedua sektor ini menunjukkan pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya di Sumut. Pada triwulan laporan, sektor pertanian menunjukkan peningkatan pertumbuhan sebesar 5,61% setelah pada triwulan sebelumnya sempat mengalami peningkatan. 12 BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

34 Grafik Perkembangan Pertumbuhan Sektor Unggulan Sumber : BPS 1. Sektor Pertanian Kinerja sektor pertanian pada triwulan III-2011 mengalami pertumbuhan yang positif dengan tumbuh sebesar 5,61% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumya sebesar 4,21% (yoy). Peningkatan kinerja tersebut dikarenakan mulai masuknya musim panen kedua di beberapa sentra produksi padi Sumut. Luas panen padi di Sumut berdasarkan angka ramalan (ARAM) III tahun 2011 mencapai ha dengan produksi sebanyak ton. Pada tahun 2011 Sumut diperkirakan mengalami surplus sebesar ton, dimana kebutuhan beras masyarakat berdasarkan ARAM III mencapai ton, sementara produksi beras saat ini mencapai ton. Luas lahan panen ini diharapkan bisa bertahan, bahkan ditingkatkan pada tahun mendatang. Hal ini didukung oleh adanya perbaikan irigasi di Kabupaten Sergei, yang diharapkan bisa selesai pada November 2011 dan nantinya dapat mengairi sawah di dua kabupaten, yakni Sergei dan Deli Serdang. Produksi pertanian di Sumut, khususnya beras diperkirakan bisa ditingkatkan, karena secara nasional, produksi beras Sumut berada pada posisi lima dengan sasaran produksi padi tahun 2011 yang ditetapkan pemerintah pusat untuk Sumut sebesar ton. Sebagai upaya peningkatan produksi padi, dilakukan program peningkatan produktivitas padi melalui sekolah lapangan pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT), pendistribusian bantuan benih padi melalui PAPBN 2011, peningkatan mutu gabah melalui pengadaan dryer, revitalisasi penggilingan padi skala kecil dan menengah, dan lainnya Peningkatan pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan ini juga mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani. Hal ini antara lain tercermin dari peningkatan nilai tukar petani (NTP) yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan petani. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Sumut terhadap perkembangan harga-harga di kabupaten/kota di Provinsi Sumut, NTP pada bulan September 2011 sebesar 103,03, meningkat 0,10 poin dibandingkan angka NTP pada bulan Agustus 2011 yang sebesar 102,93. Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 13

35 Grafik Nilai Tukar Petani Sumut Peningkatan pertumbuhan sektor pertanian juga sejalan dengan penyaluran kredit perbankan ke sektor ini yang meningkat 5,53% (yoy). Nilai kredit ke sektor pertanian mencapai Rp12,60 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp11,19 triliun. Grafik Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pertanian Sumber : LBU, KBI Medan a. Produksi Padi Angka Tetap (ATAP) produksi padi Tahun 2010 di Provinsi Sumatera Utara sebesar ton Gabah Kering Giling (GKG) meningkat sebesar ton dibandingkan angka tetap (ATAP) produksi padi Tahun Peningkatan tersebut disebabkan meningkatnya hasil per hektar sebesar 1,56ku/ha atau 3,40%, sedangkan luas panen mengalami penurunan sebesar hektar atau 1,79%. Angka Ramalan III (ARAM III) produksi padi pada Tahun 2011 diperkirakan sebesar ton Gabah Kering Giling, naik sebesar ton dibanding produksi ATAP Tahun Peningkatan produksi disebabkan peningkatan luas panen sebesar 365 ha 14 BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

36 atau 0,05%, sedangkan hasil per hektar mengalami kenaikan sebesar 0,21 ku/ha atau 0,44%. Beberapa langkah yang telah dilakukan Sumut untuk mencapai swasembada beras, antara lain melakukan program tanam pada areal sawah tadah hujan seluas 120 ribu hektar, serta memanfaatkan semaksimal mungkin lahan-lahan tidur sebagai areal baru lahan sawah. Sampai akhir 2010, produksi gabah Sumut mengalami surplus sebesar ton, dengan produksi sebesar juta ton atau setara beras 2,2 juta ton, dengan kebutuhan 2,1 juta ton bagi 13,3 juta penduduk. b. Produksi Jagung ATAP produksi jagung Tahun 2010 di Provinsi Sumatera Utara sebesar ton, naik sebesar ton dibandingkan produksi jagung Tahun Peningkatan tersebut disebabkan kenaikan luas panen sebesar hektar atau 10,91% dan hasil per hektar juga mengalami kenaikan sebesar 3,05 ku/ha atau 6,48%. ARAM III produksi jagung pada Tahun 2011 diperkirakan sebesar ton, turun sebesar ton dibanding produksi ATAP Tahun Penurunan produksi disebabkan oleh penurunan luas panen sebesar hektar atau 3,47%, sedangkan hasil per hektar mengalami kenaikan sebesar 0,90 ku/ha atau 1,80%. c. Produksi Kedelai ATAP produksi kedelai Tahun 2010 di Provinsi Sumatera Utara sebesar ton, turun sebesar ton dibandingkan produksi kedelai Tahun Penurunan tersebut disebabkan penurunan luas panen sebesar hektar atau 32,11% dan hasil per hektar juga mengalami penurunan sebesar 0,26 ku/ha atau 2,10%. ARAM III produksi kedelai pada Tahun 2011 diperkirakan sebesar ton, turun sebesar ton dibanding produksi ATAP Tahun Penurunan produksi disebabkan oleh penurunan luas panen sebesar 455 hektar atau 5,83%, sedangkan hasil per hektar mengalami penurunan sebesar 1,28 ku/ha atau 10,58%. 2. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan mengalami sedikit penurunan pertumbuhan pada triwulan III-2011, sektor ini tumbuh 3,31% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,38% (yoy). Faktor utama yang menekan pertumbuhan di sektor industri pengolahan ini antara lain meningkatnya harga bahan baku yang cukup signifikan dari berbagai sub-industri yang tergabung dalam kategori industri pengolahan. Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 15

37 Grafik Nilai dan Volume Ekspor Plastik, Karet dan Produk Turunannya Grafik Nilai dan Volume Ekspor Makanan, Minuman dan Tembakau Sumber : Bank Indonesia Penurunan produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang pada triwulan III tahun 2011 terutama disebabkan adanya penurunan produksi Industri Furnitur dan Pengolahan Lainnya sebesar 18,30%, Industri Karet dan Barang dari Karet dan Barang dari Plastik sebesar 13,02%, Industri Makanan dan Minuman sebesar 11,88%, dan Industri Kayu, Barang-barang dari Kayu (tidak termasuk furnitur) dan Barang-barang Anyaman sebesar 1,50%. Berbeda halnya dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit bank umum ke sektor industri pengolahan mengalami peningkatan pertumbuhan 7,84% (yoy). Nilai kredit ke sektor industri pengolahan mencapai Rp20,76 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp21,06 triliun. Grafik Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Industri Pengolahan 16 BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

38 3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan III-2011 tumbuh sebesar 7,95% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,55% (yoy). Pertumbuhan ini diperkirakan terutama berasal dari sumbangan subsektor restoran. Sementara itu beberapa prompt indicator seperti jumlah arus barang bongkar muat di pelabuhan Belawan dan kinerja sektor perhotelan mengalami sedikit penurunan. Grafik Perkembangan Arus Barang di Pelabuhan Belawan (Ton) Pada bulan September 2011, tingkat hunian hotel di wilayah Sumut mengalami penurunan dibandingkan bulan Juni Tabel 1.5. Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Sumut (%) Sumber : BPS Tingkat penghunian kamar hotel rata-rata bintang di Sumut pada bulan Agustus 2011 mencapai 34,20% jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 44,43% dan bulan Juni 2011 sebesar 43,80%. Secara agregat, rata-rata lama menginap tamu asing dan tamu domestik pada hotel berbintang di Sumatera Utara di bulan September 2011 mencapai 1,72 hari. Dukungan di sisi pembiayaan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran terus melanjutkan tren yang meningkat sejak trend-reversal pada triwulan I-2010 dengan mencatatkan pertumbuhan yang signifikan pada triwulan ini sebesar 24,93% (yoy). Pada akhir September 2011, jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp22,95 triliun. Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 17

39 Grafik Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor PHR Sumber : LBU, KBI Medan 4. Sektor Keuangan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan ini yaitu sebesar 13,93% (yoy). Hal ini dikonfirmasi oleh kinerja perbankan Sumut yang memiliki pangsa dominan pada sektor ini menunjukkan peningkatan kinerja. Pada triwulan laporan ini, perbankan Sumut membukukan pertumbuhan kredit sebesar 17,40%. Tabel 1.6. Perkembangan Kegiatan Bank 5. Sektor Bangunan Pada triwulan III-2011, sektor bangunan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar 7,92%(yoy) meskipun menurun dibandingkan triwulan sebelumnya 8,39% (yoy). Sementara itu, realisasi pengadaan semen Sumut di bulan September 2011 dengan jumlah 233 ribu ton meningkat 34,22% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. 18 BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

40 Grafik Realisasi Pengadaan Semen Sumut Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Namun demikian, pembiayaan yang dilakukan oleh bank umum di Sumut ke sektor bangunan dan konstruksi meningkat sebesar 38,43% (yoy). Penyaluran kredit sektor ini mencapai Rp3,17 triliun, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp2,69 triliun. Grafik Penyaluran Kredit Oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Konstruksi 6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pada triwulan III-2011, sektor pengangkutan dan komunikasi mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi dengan pertumbuhan sebesar 8,67%. Faktor yang mempengaruhi tingginya pertumbuhan sub sektor komunikasi antara lain perilaku masyarakat yang sudah memasukkan sarana komunikasi sebagai kebutuhan pokok. Hal ini menjadi daya tarik bagi konsumen untuk meningkatkan konsumsi layanan komunikasi. Sementara itu, subsektor pengangkutan mengalami peningkatan antara lain tercermin pada peningkatan beberapa prompt indicator di sektor ini, terutama jumlah penumpang angkutan udara. Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 19

41 Tabel 1.7. Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional Di Bandara Polonia Tabel 1.8. Jumlah Kapal dan Penumpang Dalam Negeri Di Pelabuhan Belawan Dilihat dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor ini menunjukkan perkembangan yang meningkat. Kredit yang disalurkan perbankan pada posisi akhir September 2011 tercatat sebesar Rp2,23 triliun, atau naik 34,34% dibandingkan dengan posisi yang sama pada tahun sebelumnya Rp1,92 triliun. Grafik Penyaluran Kredit Oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pengangkutan & Komunikasi 7. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Kinerja sektor ini pada triwulan III-2011 tumbuh sebesar 9,01% (yoy), menurun dibandingkan triwulan II-2011 sebesar 10,32% (yoy) namun masih dalam level pertumbuhan yang tinggi. Pertumbuhan di sektor listrik, gas dan air bersih ini didukung pula oleh kinerja 20 BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

42 sisi pembiayaan perbankan. Kredit perbankan yang disalurkan ke sektor listrik dan gas terus menunjukkan pertumbuhan positif melanjutkan tren yang terjadi sejak periode-periode sebelumnya dengan outstanding kredit sebesar Rp0,85 triliun dan tumbuh sebesar 51,79% dibandingkan September Demi meningkatkan kinerja sektor ini, saat ini pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Asahan 3 di Kabupaten Asahan dan Kabupaten Toba Samosir tersedia dalam mendukung pasokan listrik di Sumut. Pembangunan PLTA berkapasitas terpasang 2 x 87 MW telah mulai dikerjakan dan ditargetkan beroperasi tahun 2013 mendatang. Saat ini, 46% listrik di Sumut dipasok oleh PLTGU, 10% oleh PLTU Minyak, 10% oleh PLTU Labuhan Angin, 18% oleh PLTA, 12% oleh PLTD dan 4% oleh PLTG. Setiap tahun listrik di Sumut menerima subsidi Rp8 triliun. Subsidi terjadi karena biaya pokok penyediaan listrik saat ini Rp1.716 per kwh, sementara harga jual rata-ratanya Rp695 per kwh. 8. Sektor Jasa-Jasa Kinerja sektor jasa-jasa pada triwulan III-2011 tumbuh sebesar 6,74%, menurun dibandingkan dengan triwulan II-2011 sebesar 8,95%. Semakin meningkatnya biaya yang dibutuhkan masyarakat untuk membeli barang kebutuhan pokok diperkirakan turut mempengaruhi penurunan akttivitas di sektor jasa-jasa. Grafik Penyaluran Kredit Oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Jasa-Jasa Di sisi lain, dilihat dari sisi penyaluran kredit, sektor ini mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,68% dengan nilai kredit sebesar Rp4,24 triliun. Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 21

43 BOKS 1 Ketahanan Pangan : Surplus / Defisit Produksi Beras Beras tak pelak masih menjadi komoditas pangan yang paling penting dan paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Tidak mengherankan jika berdasarkan Survei Biaya Hidup, beras menjadi komoditas dengan bobot/nilai konsumsi yang tertinggi. Hal ini berdampak kepada sensitivitas harga, dimana jika terjadi gejolak harga beras akan berdampak pada gejolak angka inflasi yang cukup signifikan. Grafik: Surplus/Defisit Produksi beras 2011 Sumber: Kementan, BPS -- diolah dan proyeksi -- Kecukupan produksi menjadi salah satu faktor kunci dalam mempertahankan kondisi ketahanan pangan. Provinsi Sumut menjadi salah satu daerah penghasil utama beras di kawasan Sumatera. Pada tahun 2011, produksi beras Sumut diperkirakan akan menembus angka di atas 2 juta ton. Di sisi lain, jumlah penduduk Sumut merupakan yang terbesar di Sumatera, sehingga kebutuhan pangannya menjadi yang terbesar. Meskipun demikian, Sumut diperkirakan masih akan mengalami surplus beras yang cukup tinggi hingga menjadi di atas 235 ribu ton. Ancaman ketahanan pangan justru tidak berasal dari produksi, melainkan dari pergerakan komoditas yang diakibatkan aktivitas perdagangan antar wilayah. Aktivitas perdagangan ini terasa cukup mengancam, jika dilihat masih terdapat daerah-daerah lain di sekitar Sumut yang mengalami defisit produksi. 22 Ketahanan Pangan : Surplus/Defisit Produksi Beras Boks 1

44 Selain itu, ancaman juga makin dirasakan ketika terjadi disparitas harga yang makin tinggi antar daerah. Oleh sebab itu, dibutuhkan kebijakan yang serius tidak hanya dalam peningkatan produksi, namun juga dalam manajemen tata kelola hasil produksi. Manajemen stok harus dapat dipantau dengan baik oleh instansi pengambil keputusan guna mengetahui secara pasti. Boks 1 Ketahanan Pangan : Surplus/Defisit Produksi Beras 23

45 BOKS 2 Kondisi Cuaca dan Produksi Pangan Salah satu faktor penentu dalam produksi pangan adalah cuaca, selain ketersediaan sarana produksi yang baik. Sumut yang terletak di Sumatera bagian utara memiliki iklim yang relatif berbeda dengan wilayah di Jawa, Bali maupun Nusa Tenggara. Di Sumut, pola curah hujannya adalah jenis ekuatorial, di mana terdapat dua puncak musim hujan yaitu antara bulan Februari-Maret dan Oktober November. Grafik Pola Cuaca Sumber: BMKG Sumut Berdasarkan perkiraan BMKG, kondisi cuaca sampai dengan penghujung tahun 2011 cenderung basah, dengan jumlah curah hujan yang relatif tinggi. Meskipun demikian, tidak terdapat kondisi yang ekstrim yang dapat berakibat fatal dengan kegagalan produksi dan kerusakan lahan pertanian. Secara umum kondisi cuaca masih relatif baik dan dapat mendukung kegiatan produksi terutama subsektor tanaman bahan makanan. Meskipun demikian, patut diwaspadai kondisi basah tersebut bagi subsektor tanaman perkebunan, karena berpotensi menurunkan kualitas produksi, seperti pada tanaman karet dan kelapa sawit. 24 Kondisi Cuaca dan Produksi Pangan Boks 2

46 BOKS 3 Pertumbuhan Industri Manufaktur Industri manufaktur saat ini tersebar di seluruh kabupaten/kota, namun terkonsentrasi di Kabupaten Deli Serdang, Asahan, dan Kota Medan hingga sebesar 60,89%. Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang pada triwulan ini tercatat sebesar 2,13%, jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang justru mengalami kontraksi sebesar -0,69%. Kenaikan produksi pada triwulan ini tersebut terutama disebabkan meningkatnya produksi industri barang galian bukan logam sebesar 33,75%, disusul industri barangbarang dari logam kecuali mesin dan perlengkapannya sebesar 24,23%, industri makanan dan minuman sebesar 11,58%, dan industri logam dasar sebesar 6,81%. Tabel Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar & Sedang Tw II dan III 2011 Sumber: BPS Sumut Boks 3 Pertumbuhan Industri Manufaktur 25

47 Meskipun secara umum pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang mengalami peningkatan, namun masih terdapat industri yang justru mengalami penurunan yaitu industri karet dan barang dari karet dan barang dari plastik sebesar -21,6%, industri pengolahan tembakau sebesar -18,2%, dan industri kertas dan barang dari kertas sebesar 3,22%, serta industri kayu dan barang-barang dari kayu dan barangbarang anyaman sebesar 2,50%. Tabel Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil Tw II dan III 2011 Sumber: BPS Sumut Sementara itu, pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulanan (q-to-q) justru mengalami penurunan sebesar 2,11% dibandingkan triwulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil Nasional, maka pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil Sumut juga tercatat lebih rendah. Kondisi ini mencerminkan kinerja Industri manufaktur mikro dan kecil Sumut yang amsih lebih rendah dibandingkan Nasional. 26 Pertumbuhan Industri Manufaktur Boks 3

48 BAB II Perkembangan Inflasi Daerah

49 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Tekanan inflasi triwulan III-2011 sedikit meningkat dibandingkan triwulan lalu. Volatile foods kembali mendominasi inflasi Sumut akibat peningkatan harga sejumlah komoditas bahan makanan 2.1. KONDISI UMUM Pada triwulan III-2011, Sumut mengalami inflasi 3,34% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulanan pada triwulan II-2011 yang tercatat sebesar 0,00%. Sementara itu, inflasi tahunan Sumut pada triwulan III-2011 tercatat sebesar 6,87%, jauh di atas inflasi tahunan triwulan II-2011 sebesar 4,96%. Inflasi Sumut juga lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar 4,61%. Ditinjau dari disagregasi inflasi, pada periode ini inflasi volatile foods mendominasi inflasi di Sumut setelah pada triwulan lalu, inflasi inti yang memiliki level tertinggi. Pada periode ini inflasi volatile foods tercatat sebesar 10,23%. Sementara itu, inflasi inti sebesar 5,97% dan administered price sebesar 3,34%. Tidak dapat dielakkan, pada periode ini terjadi kenaikan beberapa komoditas bahan makanan yang tergolong kelompok volatile foods seperti beras dan cabe merah. Grafik 2.1. Inflasi Bulanan Grafik 2.2. Inflasi Tahunan Sumut dan Nasional Sumut dan Nasional 2.2. INFLASI TRIWULANAN Inflasi triwulanan Sumut tercatat sebesar 3,34% lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulanan nasional sebesar 1,89%. Inflasi pada triwulan ini juga jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2011 yang tercatat sebesar 0,00%. Inflasi bulanan yang terjadi sepanjang triwulan ini, sejak Juli-september 2011 memicu peningkatan inflasi triwulanan Sumut pada periode ini. 27 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

50 Andil inflasi pada triwulan ini lebih banyak berasal dari komoditas bahan makanan seperti daging ayam ras, daging sapi, telur ayam ras, bawang merah, dencis, kentang, tongkol, sawi hijau, cabe merah, dan cabe rawit. Komoditas lain yang memberikan andil cukup besar adalah angkutan udara yang lebih disebabkan oleh peningkatan aktivitas transportasi menjelang dan sesudah Hari Raya Idul Fitri. Tabel 2.1. Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi Triwulan III-2011 Juli 2011 Agustus 2011 September 2011 Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Inflasi Daging ayam ras 0,1766 Emas Perhiasan 0,2762 Cabe merah 0,3896 Daging Sapi Angkutan 0,0825 Angkutan udara 0,1480 udara 0,3429 Nasi 0,0920 Cabe Merah 0,0743 Kontrak rumah 0,1166 Bawang merah 0,0835 SLTA 0,0635 Sawi hijau 0,0980 Dencis 0,0730 Tongkol 0,0485 Cabe rawit 0,0543 Daging sapi 0,0572 Angkutan Udara 0,0484 Roti manis 0,0409 Telur ayam ras 0,0506 Kentang 0,0479 SLTA 0,0399 Tabel 2.2. Komoditas yang Memberikan Andil Deflasi Triwulan III-2011 Juli 2011 Agustus 2011 September 2011 Komoditas Andil Deflasi Komoditas Andil Deflasi Komoditas Andil Deflasi Bawang putih -0,0854 Bawang Merah -0,0614 Daging ayam ras -0,0658 Cabe merah -0,0624 Jeruk -0,0464 Telepon seluler -0,0529 Tomat buah -0,0292 Beras -0,0368 Dencis -0,0349 Minyak goreng -0,0262 Daging Ayam Ras -0,0311 Bayam -0,0288 Gula pasir -0,0212 Udang Basah -0,0263 Bawang merah -0,0229 Kacang panjang -0,0112 Batu Bata/Batu -0,0111-0,0193 Tela Cat tembok Kulkas/ Lemari Sawi Hijau Sabun detergen -0,0147 Es -0,0074 bubuk -0,0091 Sumber: BPS BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 28

51 INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA Berdasarkan kelompok barang dan jasa, seluruh kelompok mengalami inflasi bahkan dengan level yang lebih tinggi dibandingkan inflasi kelompok triwulan lalu. Kelompok sandang (6,45%) memiliki tingkat inflasi triwulanan tertinggi dibandingkan kelompok lainnya, diikuti dengan kelompok bahan makanan (6,03%). Sementara itu, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar pada triwulan ini mengalami inflasi terendah dibandingkan kelompok lain yakni sebesar 0,74%. Tabel 2.3. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kelompok Barang & Jasa (%) Sumber: BPS a. Kelompok Bahan Makanan Setelah sempat mengalami deflasi 2 triwulan berturut-turut yakni -0,73% (qtq) pada triwulan I-2011 dan -2,76% (qtq) pada triwulan II-2011, pada triwulan III-2011 kelompok bahan makanan inflasi 6,03%. Kenaikan inflasi kelompok bahan makanan terutama disebabkan oleh subkelompok sayuran dan bumbu-bumbuan. Pada triwulan ini, subkelompok sayuran mengalami inflasi 26,65% (qtq). Tingginya inflasi subkelompok ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga pada bulan September Kenaikan harga sawi hijau mencapai 33,33% yakni dari Rp6.000 pada akhir triwulan II-2011 menjadi Rp8.000 pada akhir triwulan III Sementara itu inflasi triwulanan bumbu-bumbuan tercatat sebesar 25,74%. Senada dengan sawi hijau, cabe merah juga mengalami peningkatan harga walaupun tidak setinggi pada awal Harga cabe merah yang sudah sempat turun menjadi Rp per kg pada Juni 2011, kembali naik menjadi Rp per kg pada September Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

52 Grafik 2.3 Perkembangan Harga Cabe Merah di Kota Medan Grafik 2.4 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Sumut b. Kelompok Sandang Pada triwulan III-2011, kelompok sandang mengalami inflasi triwulanan sebesar 6,45%, meningkat dibandingkan dengan triwulan II-2011 yang tercatat inflasi sebesar 2,30%. Subkelompok yang mengalami inflasi tertinggi di kelompok sandang adalah barang pribadi dan sandang lainnya, termasuk di dalamnya adalah emas perhiasan. Harga emas di pasar internasional sempat menyentuh level USD/1.771 Oz. Lonjakan harga emas ini tentunya merimbas langsung terhadap kenaikan harga emas perhiasan di Sumut. BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 30

53 Grafik 2.5 Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Sumut c. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Deflasi kelompok bahan makanan diikuti dengan penurunan laju inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang inflasi triwulanan saat ini sudah tidak setinggi triwulan lalu. Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan ini mencapai 0,50%, menurun dibandingkan triwulan I-2011 (1,43%). Bahkan salah satu subkelompoknya mengalami deflasi yakni subkelompok minuman yang tidak beralkohol (-1,71%). Grafik 2.6 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau di Sumut 31 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

54 d. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Inflasi triwulanan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan menunjukkan tren yang terus meningkat. Pada triwulan III-2011, inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan tercatat sebesar 3,11% (qtq). Subkelompok transportasi (4,73%) mengalami tingkat inflasi yang paling tinggi dibandingkan sub kelompok lainnya. Bahkan subkelompok komunikasi dan sarana penunjang transportasi justru mengalami deflasi. Grafik 2.7. Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan di Sumut e. Kelompok Kesehatan Sama halnya dengan kelompok sandang, kelompok kesehatan juga mengalami peningkatan inflasi menjadi 2,39% di triwulan III Subkelompok perawatan jasmani dan kosmetik (5,22%) mengalami inflasi tertinggi dibandingkan subkelompok lainnya. Grafik 2.8. Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Sumut BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 32

55 f. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar justru mengalami penurunan inflasi dari 1,02% pada triwulan II-2011 menjadi 0,74% pada triwulan III Subkelompok perlengkapan rumah tangga mengalami inflasi tertinggi dibandingkan subkelompok lainnya, yakni sebesar (1,86%), diikuti dengan subkelompok biaya tempat tinggal (1,14%) dan subkelompok penyelenggaraan rumah tangga sebesar 0,43%. Grafik 2.9. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut g. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Pada triwulanan III-2011 kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga mengalami inflasi sebesar 2,63% setelah pada triwulan lalu mengalami deflasi -0,18%. Inflasi kelompok ini terutama dipicu oleh subkelompok jasa pendidikan yakni sebesar 3,90%. Sebaliknya, subkelompok rekreasi mengalami deflasi sebesar -0,35% (qtq). Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut 33 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

56 INFLASI MENURUT KOTA Peningkatan inflasi terjadi di keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumut. Inflasi triwulanan tertinggi terjadi di kota Padangsidempuan (6,03%). Sementara itu, inflasi kota Medan sebesar 3,46% dan Pematangsiantar sebesar 2,76%. Tabel 2.4. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kota (%) Sumber: BPS, diolah 2.3. INFLASI TAHUNAN Secara tahunan, inflasi Sumut pada triwulan III-2011 tercatat sebesar 6,87% (yoy), jauh di atas inflasi triwulan II-2011 sebesar 4,96% (yoy). Inflasi Sumut ini juga di atas inflasi nasional 4,61% (yoy) INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA Seluruh kelompok barang dan jasa mengalami inflasi yang lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu, kecuali kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar. Kelompok sandang mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari 7,23% pada triwulan II-2011 menjadi 12,87% pada triwulan III Inflasi kelompok bahan makanan juga meningkat dari 4,65% di triwulan II-2011 menjadi 10,54% di triwulan III Kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan memiliki tingkat inflasi terendah yakni 2,41%. Tabel 2.5. Inflasi Tahunan di Sumut Menurut Kelompok Barang & Jasa (%) Sumber: BPS BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 34

57 a. Kelompok Bahan Makanan Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan laporan tercatat sebesar 10,54% (yoy) meningkat pesat dibandingkan triwulan lalu sebesar 4,65% (yoy). Seluruh subkelompok pada kelompok bahan makanan mengalami inflasi kecuali subkelompok buahbuahan yang justru deflasi -1,26% (yoy). Bahkan beberapa subkelompok mengalami peningkatan inflasi (yoy) yang cukup tinggi seperti padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya 6,97% (yoy) pada triwulan ini. Inflasi subkelompok ikan baik ikan segar maupun ikan diawetkan juga meningkat tajam menjadi di atas 17%. Grafik Inflasi Kelompok Bahan Makanan b. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau pada triwulan III-2011 sebesar 5,30% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan II-2011 yang tercatat sebesar 2,38% (yoy). Ketiga subkelompoknya mengalami peningkatan inflasi baik makanan jadi, minuman yang tidak beralkohol, maupun tembakau dan minuman beralkohol. Inflasi subkelompok makanan jadi tercatat sebsar 6,70%, inflasi subkelompok minuman yang tidak beralkohol (3,75%) dan inflasi subkelompok tembakau dan minuman beralkohol (3,23%). 35 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

58 Grafik 2.12 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau c. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Inflasi kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga pada triwulan III-2011 mengalami inflasi sebesar 3,83%, meningkat dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 2,15%. Peningkatan ini dipicu oleh inflasi subkelompok jasa pendidikan yang tercatat sebesar 7,03% (yoy). Subkelompok perlengkapan/ peralatan pendidikan dan subkelompok rekreasi justru mengalami deflasi. Grafik 2.13 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga d. Kelompok Sandang Pada triwulan laporan, inflasi kelompok sandang tercatat sebesar 12,87% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan lalu sebesar 7,23% (yoy). Bila ditelaah lebih jauh lagi, BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 36

59 inflasi subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya menyentuh level inflasi 28,00%, sangat tinggi di atas inflasi kelompok sandang. Termasuk di dalam subkelompok ini adalah komoditas emas perhiasan. Grafik 2.14 Inflasi Kelompok Sandang Survei Pembantauan Harga yang dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia Medan mencatat bahwa harga emas perhiasan 24 karat menembus Rp per gram dan emas perhiasan 22 karat seharga Rp per gram pada akhir triwulan III Padahal pada akhir triwulan lalu harga emas perhiasan 24 karat adalah Rp per gram dan emas perhiasan 22 karat adalah Rp per gram. Peningkatan ini tak lepas dari kenaikan harga emas di pasar internasional yang terus menunjukkan tren yang meningkat. Pada September 2011, harga emas di pasar internasional sempat menyentuh USD1.771/ Oz. Grafik 2.15 Harga Emas Perhiasan di Kota Medan 37 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

60 Grafik 2.16 Harga Emas di Pasar Internasional Sumber: Bloomberg e. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan bakar Inflasi tahunan kelompok perumahan, air, listrik, gas, & bahan bakar pada Triwulan III-2011 tercatat sebesar 5,51% (yoy), jauh meningkat dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 7,50%. Inflasi subkelompok penyelenggaraan rumah tangga (9,04%) dan inflasi subkelompok biaya tempat tinggal (6,23%) merupakan yangtertinggi dibandingkan subkelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya. Grafik 2.17 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar f. Kelompok Kesehatan Inflasi kelompok kesehatan mengalami peningkatan pada triwulan laporan, dari 4,63% pada triwulan lalu menjadi 6,95% pada triwulan III Seluruh subkelompok yang termasuk ke dalam kelompok ini mengalami inflasi, jasa kesehatan (8,96%), perawatan jasmani dan kosmetika (8,24%), jasa perawatan jasmani (6,57%), dan obat-obatan (0,86%). BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 38

61 Grafik 2.18 Inflasi Kelompok Kesehatan g. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami peningkatan pada triwulan pelaporan, dari 1,52% di triwulan II-2011 menjadi 2,41% di triwulan III Inflasi subkelompok transpor sebesar 4,40% (yoy) dan inflasi subkelompok sarana penunjang transport sebesar 0,96% (yoy). Semnetara itu, subkelompok komunikasi dan pengiriman justru deflasi -3,98% (yoy). Grafik 2.19 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan 39 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

62 INFLASI MENURUT KOTA Tingkat inflasi keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumut, semuanya mengalami peningkatan bila dibandingkan triwulan lalu, kecuali Sibolga. Berbeda dari biasanya, Sibolga tidak lagi menjadi kota dengan tingkat inflasi tertinggi, Inflasi tertinggi terjadi di kota Pematangsiantar (8,11%). Sementara itu inflasi kota Medan adalah sebesar 6,70%, Padangsidempuan (6,89%) dan Sibolga (7,31%). Tabel 2.6. Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut (%, yoy) Sumber: BPS Di keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumut, kelompok bahan makanan dan kelompok sandang menjadi kelompok yang memiliki tingkat inflasi tinggi di masing-masing kota. Bahkan inflasi kelompok sandang di kota Padangsidempuan mencapai 12,24%. Meskipun demikian, di Padangsidempuan terdapat 2 kelompok yang justru mengalami deflasi yaitu kesehatan (-0,66%) serta transpor, komunikasi, dan jasa keuangan (-3,05%). Tabel 2.7. Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kota dan Kelompok Barang & Jasa (%,yoy) Sumber: BPS BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 40

63 2.4. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFLASI Faktor Fundamental Ekspektasi Inflasi Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan oleh KBI Medan terjadi peningkatan indeks ekspektasi harga konsumen 3 bulan yang akan datang menjadi 170 dan indeks ekspektasi harga 6 bulan yang akan datang menjadi 172. Kendati terjadi peningkatan indeks ekspektasi harga, nampaknya masyarakat Sumut tetap optimistis, tercermin dari indeks keyakinan konsumen yang tetap terjaga di level 102. Grafik 2.20 Ekspektasi Konsumen terhadap Pergerakan Harga Barang/ Jasa Sumber: Survei Konsumen dan BPS, diolah Guna mengawal Ekspektasi masyarakat pula, TPID Provinsi Sumatera Utara dan TPID Kota Medan semakin giat melakukan relasi media baik talk show dan konferensi pers maupun aksi peninjauan ke pasar, bersama dengan Gubernur Sumut, Kapolda, dan instansi terkait lainnya Faktor Non Fundamental Disagregasi Inflasi Inflasi volatile foods sebesar 10,23% (yoy) kembali mendominasi inflasi Sumut di bulan September 2011, walaupun pada awal triwulan ini, volatile foods sempat mengalami penurunan laju inflasi. Sementara itu, inflasi inti tercatat sebesar 5,97% dan inflasi administered price 3,34%. 41 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

64 Grafik 2.21 Disagregasi Inflasi Sumut Komoditas volatile foods yang memberikan andil cukup besar pada triwulan ini adalah daging ayam ras, daging sapi, telur ayam ras, bawang merah, dencis, kentang, tongkol, sawi hijau, cabe merah, dan cabe rawit. BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 42

65 BAB III Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran

66 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Sampai dengan akhir triwulan IIII-2011, perkembangan indikator perbankan Sumut masih terus mengalami peningkatan. Penghimpunan dana dan penyaluran kredit kepada masyarakat masih terjaga di level yang optimal. Sejalan dengan itu, di tengah penurunan jumlah transaksi RTGS, transaksi kliring mampu mencatatkan peningkatan 34,79% dibandingkan triwulan lalu. Triwulan ini, Sumut juga mencatatkan aliran uang yang net inflow A. PERBANKAN 3.1. KONDISI UMUM Perkembangan indikator perbankan Sumut sampai dengan triwulan III-2011 masih terus mengalami peningkatan. Secara tahunan maupun triwulanan, indikator perbankan, baik bank umum konvensional, bank umum syariah, maupun BPR masih tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Sementara itu, kualitas kredit semakin menunjukkan perkembangan yang menggembirakan yang diiringi dengan penurunan rasio Non Performing Loan (NPL) dari 2,86% pada triwulan II-2011 menjadi 2,78%. Total aset perbankan Sumut pada triwulan III-2011 tumbuh sebesar 5,96% (qtq) dan 21,19% (yoy). Total aset perbankan sebesar Rp153,44 triliun didominasi oleh bank konvensional yaitu sebesar Rp147,11 triliun (95,87%) sedangkan sisanya merupakan aset bank syariah yaitu sebesar Rp6,33 triliun (4,13%). Dana pihak ketiga yang dihimpun pada triwulan III-2011 tumbuh sebesar 3,98% (qtq) atau 17,17% (yoy) hingga mencapai jumlah Rp120,61 triliun. Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan seluruh jenis simpanan yaitu giro, tabungan dan deposito dengan persentase kenaikan masing-masing sebesar 1,95%, 4,61% dan 4,28% (qtq). Peningkatan ini mengindikasikan semakin baiknya kinerja perbankan dalam menarik kepercayaan masyarakat. Secara tahunan seluruh instrumen dana pihak ketiga juga mengalami kenaikan dan tertinggi dialami oleh tabungan yaitu sebesar 20,97%(yoy), sedangkan giro dan deposito naik masing-masing sebesar 19,58%(yoy) dan 12,55%(yoy). Kredit yang disalurkan perbankan Sumatera Utara pada triwulan III-2011 tumbuh sebesar 2,29%(qtq) atau 17,40% (yoy) hingga mencapai jumlah Rp99,19 triliun. Pertumbuhan kredit tertinggi di triwulan laporan dialami oleh kredit konsumsi yaitu sebesar 5,06% (qtq). 43 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran BAB 3

67 Tabel 3. 1 Indikator Utama Perbankan Sumut Sumber: LBU, diolah 3.2. INTERMEDIASI PERBANKAN Kegiatan intermediasi perbankan selama triwulan III-2011 sedikit menurun yang terlihat dari penurunan loan to deposit ratio dari 83,60% menjadi 82,24%. Cukup berhatihatinya dunia perbankan dalam menyalurkan kredit dan memilih calon debitur diperkirakan sedikit mengurangi aktivitas penyaluran kredit ke masyarakat Penghimpunan Dana Masyarakat Penghimpunan DPK Sumut hingga triwulan III-2011 mencapai Rp120,61 triliun, meningkat 3,98% dibandingkan triwulan sebelumnya atau meningkat 17,17% dibandingkan triwulan III-2010 walaupun dengan tingkat pertumbuhan yang relatif stabil. Dilihat secara terpisah, penghimpunan DPK oleh bank umum konvensional tercatat sebesar Rp116,89 triliun atau tumbuh sebesar 3,60% (qtq) dan 16,26% (yoy). Grafik 3. 1 Perkembangan DPK Sumut Sumber: LBU, diolah Ditinjau dari strukturnya, DPK perbankan di Sumatera Utara masih tetap didominasi oleh tabungan sebesar 41,17% dari total DPK dengan nilai Rp49,66 triliun, diikuti deposito 40,59% (Rp48,96 triliun) dan giro 18,23% (Rp21,99 triliun). BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran 44

68 Grafik 3. 2 Struktur DPK Sumut Sumber: LBU, diolah Begitu pula bila dilihat dari pertumbuhan triwulanan, tabungan mengalami pertumbuhan paling tinggi pada triwulan III-2011 yaitu sebesar 4,61% (qtq), diikuti oleh deposito yang tumbuh sebesar 4,28% dan giro tumbuh paling rendah sebesar 1,95%. Sementara itu, dilihat dari rata-rata suku bunga selama triwulan II-2011 hingga triwulan III suku bunga tabungan, deposito dan giro mengalami peningkatan masing-masing dari 2,55% menjadi 2,76%, suku bunga deposito dari 6,34% menjadi 6,45% dan suku bunga giro dari 2,01% menjadi 2,30% Penyaluran Kredit Pada triwulan III-2011 kredit perbankan di Sumatera Utara tumbuh 2,29% (qtq) hingga mencapai Rp99,19 triliun. Dengan pertumbuhan yang positif pada triwulan ini maka secara tahunan pertumbuhan kredit menjadi 17,40% yang diperkirakan sebagai dampak pertumbuhan ekonomi regional. Pertumbuhan kredit yang relatif lebih baik pada triwulan III terutama didorong oleh peningkatan kredit konsumsi sebesar 5,06% (qtq). Grafik 3. 3 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut Sumber: LBU, diolah 45 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran BAB 3

69 Pertumbuhan kredit konsumsi yang relatif lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit investasi pada triwulan III-2011 relatif tidak merubah struktur kredit Sumatera Utara yang didominasi kredit modal kerja sebesar Rp49,65 triliun (50,06%), diikuti oleh kredit konsumsi dan kredit investasi masing-masing sebesar Rp28,84 triliun (29,08%) dan Rp20,70 triliun (20,87%). Grafik 3. 4 Struktur Kredit Sumut Sumber: LBU, diolah Komposisi penyaluran kredit menurut sektor ekonomi pada triwulan III-2011 relatif sama dengan triwulan sebelumnya, dengan dominasi sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan dan sektor pertanian dengan porsi masing-masing sebesar 23,14%, 20,93% dan 12,70%. Jika dibandingkan dengan posisi triwulan II-2011, pangsa sektor perdagangan, restoran dan hotel meningkat dari 22,89% menjadi 23,14%. Positifnya pertumbuhan perekonomian regional, diperkirakan akan semakin mendorong peningkatan kegiatan sektor perdagangan, hotel dan restoran, yang diikuti dengan kenaikan penyaluran kredit di sektor ini. Grafik 3. 5 Perkembangan Kredit dan Pangsanya menurut Sektor Ekonomi Sumber : LBU, diolah BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran 46

70 Kredit UMKM Jumlah kredit UMKM pada triwulan III-2011 mengalami peningkatan sebesar 5,58% (qtq) hingga mencapai jumlah sebesar Rp27,42 triliun. Begitu pula secara tahunan kredit UMKM mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 20,90%. Grafik 3. 6 Perkembangan Kredit UMKM Sumut Sumber : LBU, diolah Struktur kredit UMKM didominasi oleh kredit menengah yang nilainya mencapai Rp12,20 triliun atau 44,49% dari total kredit UMKM. Sementara itu kredit kecil nilainya mencapai Rp10,42 triliun atau 38% dari total kredit UMKM dan kredit mikro sebesar Rp4,80 triliun atau 17,51% dari total kredit UMKM. Porsi ini sama dengan posisi triwulan sebelumnya dimana kredit menengah masih mendominasi struktur kredit UMKM dengan pangsa 41,89%. Grafik 3. 7 Struktur Kredit UMKM Sumut Sumber: LBU, diolah Berdasarkan jenis penggunaannya, struktur kredit mikro, kecil dan menengah didominasi oleh kredit modal kerja. Kredit mikro yang digunakan untuk modal kerja sebesar Rp3,24 triliun (89,19% dari total kredit mikro), dan kredit mikro yang ditujukan untuk investasi sebesar Rp392,33 miliar (10,81% dari total kredit mikro). 47 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran BAB 3

71 Grafik 3. 8 Struktur Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah Sumber: Sumber : LBU, diolah Kredit kecil yang digunakan untuk konsumsi sebesar Rp146,63 miliar atau 1,64% dari total kredit kecil. Kredit kecil yang digunakan untuk modal kerja sebesar Rp6,87 triliun (76,92% dari total kredit kecil). Kredit kecil yang ditujukan untuk investasi sebesar Rp1,91 triliun (21,44% dari total kredit kecil). Kredit menengah yang digunakan untuk modal kerja sebesar Rp8,23 triliun atau 77,02% dari total kredit menengah dan kredit menengah yang ditujukan untuk investasi sebesar Rp2,47 triliun (22,98% dari total kredit menengah). Grafik 3. 9 Perkembangan Kredit UMKM menurut Sektor Ekonomi Sumber: LBU, diolah Ditinjau dari sisi sektoral, kredit UMKM didominasi oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang pada triwulan laporan mencapai Rp10,85 triliun atau 46,57% dari total kredit UMKM, diikuti oleh sektor industri pengolahan dengan total kredit Rp3,03 triliun (13%). BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran 48

72 3.3. STABILITAS SISTEM PERBANKAN Risiko Kredit Non Performing Loans (NPL) secara gross pada triwulan III-2011 tercatat sebesar 2,78%, menurun dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,86%. NPL perbankan Sumatera Utara yang selalu berada di bawah batas aman sejak tahun 2008 menunjukkan risiko kredit perbankan di Sumatera Utara yang relatif stabil meskipun terdapat pelambatan ekonomi regional di paruh pertama 2009 sebagai dampak krisis keuangan global. Grafik NPL Gross Sumber: LBU, diolah Komposisi NPL masih relatif tetap, di mana kredit investasi masih mencatat rasio NPL tertinggi yaitu sebesar 4,55%, sedangkan kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing tercatat 4,03% dan 1,95%. Secara sektoral NPL gross tertinggi pada triwulan III-2011 dialami oleh debitur sektor pertambangan dengan NPL tercatat sebesar 25,29% naik pesat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 15,25%, diikuti oleh sektor konstruksi yang tercatat sebesar 9,87% naik dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,17%. Namun demikian enam sektor lainnya yang memiliki pangsa 71,82% dari total kredit justru mengalami penurunan NPL sehingga mampu menekan total NPL turun menjadi 3,59%. Sementara itu, pada triwulan laporan NPL net tercatat sebesar 1,35%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,38% Risiko Likuiditas Dilihat dari cash ratio yang relatif stabil di atas 3%, perbankan Sumut memiliki likuiditas yang cukup untuk memenuhi kewajibannya. Pada triwulan III-2011 cash ratio ini tercatat sebesar 5,55% meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,45%. 49 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran BAB 3

73 Grafik Cash Ratio Sumber: LBU, diolah Risiko Pasar Pada triwulan III-2011 terdapat kecenderungan pertumbuhan long aset dalam jangka panjang yang diindikasikan karena peningkatan permintaan kredit seiring dengan menurunnya tingkat suku bunga kredit. Dibandingkan triwulan sebelumnya, pada triwulan III suku bunga perbankan (giro, tabungan dan deposito) mengalami peningkatan masingmasing menjadi 2,30%, 2,76% dan 6,45%. Dengan profil maturitas perbankan di Sumatera Utara tersebut, kecenderungan penurunan suku bunga ini diperkirakan akan menurunkan risiko pasar perbankan Sumatera Utara dari aspek pergerakan suku bunga karena berpotensi meningkatkan net interest margin bank. Grafik 3.12 Pergerakan suku bunga perbankan Sumber: LBU, diolah BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran 50

74 3.4. PERBANKAN SYARIAH Aset perbankan syariah triwulan III-2011 sebesar Rp6,33 triliun, naik 27,62% dibandingkan triwulan II Sementara itu, sama halnya dengan perbankan konvensional, pembiayaan perbankan syariah triwulan III-2011 sebesar Rp4,59 triliun atau turun 7,09% dibandingkan triwulan II DPK perbankan syariah triwulan III-2011 sebesar Rp3,72 triliun atau meningkat 17,72% dibandingkan triwulan II Bila dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu, aset, pembiayaan dan DPK perbankan syariah masing-masing meningkat 43,67%, 5,03% dan 55%. Grafik Aset, Pembiayaan, dan DPK Perbankan Syariah Sumber: LBUS, diolah Menurunnya aktivitas pembiayaan perbankan syariah juga menunjukkan penurunan rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 123,39%, menurun bila dibandingkan triwulan II-2011 sebesar 156,33%. Grafik FDR Perbankan Syariah Sumber: LBUS, diolah 51 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran BAB 3

75 3.5. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Aset BPR di Sumatera Utara triwulan III-2011 mencapai Rp760 miliar, meningkat 5,56% dibandingkan triwulan II-2011 atau 18,75% (yoy). Sedangkan kredit untuk triwulan III tercatat sebesar Rp530 miliar, meningkat 6% dibandingkan triwulan sebelumnya dan secara tahunan tumbuh 10,42% (yoy). Sementara itu, jumlah dana masyarakat yang dihimpun tercatat sebesar Rp530 miliar atau meningkat 15,22% (yoy) jika dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Begitu pula dibandingkan triwulan sebelumnya meingkat sebesar 6%. Grafik Perkembangan Aset, Kredit, dan DPK BPR Sumber: LBU BPR, diolah Kegiatan intermediasi BPR di Sumatera Utara pada triwulan laporan juga menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu berada pada angka 100% setelah pada triwulan sebelumnya sebesar 94,81%. Grafik LDR BPR Sumber: LBU BPR, diolah BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran 52

76 B. SISTEM PEMBAYARAN 5.1. KEGIATAN TRANSAKSI BI-RTGS PERBANKAN SUMATERA UTARA Transaksi perbankan Sumatera Utara melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan III-2011 mengalami penurunan sebesar Rp miliar atau menurun 27,48% menjadi Rp miliar dari nilai transaksi pada triwulan II-2011 yang tercatat sebesar Rp miliar. Begitu pula dengan volume transaksi RTGS yang juga menurun 28,67% dibandingkan triwulan lalu menjadi transaksi. Kendati demikian bila dibandingkan triwulan III-2010, masih terjadi pertumbuhan nilai transaksi RTGS sebesar 6,65%. Sejalan dengan hal tersebut, besaran rata-rata per hari nilai transaksi BI-RTGS pada triwulan III-2011 yang tercatat sebesar Rp2.080 miliar juga menurun 28,63% atau Rp835 miliar bila dibandingkan dengan triwulan II Rata-rata volume transaksi per hari pada triwulan III-2011 menurun 28,67%% menjadi transaksi. Tabel 5.1. Transaksi BI-RTGS Perbankan di Wilayah Sumatera Utara Meliputi wilayah kerja KBI Medan, KBI Pematangsiantar, dan KBI Sibolga Sumber: Bank Indonesia 5.2. TRANSAKSI KLIRING Nilai transaksi kliring pada triwulan III-2011 tercatat sebesar Rp miliar. Nilai ini meningkat 6,89% atau Rp2.289 miliar bila dibandingkan dengan triwulan II-2011 yang sebesar Rp miliar. Peningkatan nilai transaksi kliring tersebut sejalan dengan peningkatan volume transaksi kliring yang meningkat cukup pesat sebesar 34,79% dibandingkan triwulan lalu menjadi lembar warkat. Sementara itu, kliring retur yang terjadi di Sumut mencapai Rp8 miliar, lebih tinggi 9,07% dibandingkan triwulan lalu. 53 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran BAB 3

77 Tabel 5.3. Perkembangan Transaksi Kliring dan Cek/BG Kosong Sumber : Bank Indonesia Pada triwulan III-2011, besaran rata-rata per hari nilai transaksi kliring adalah sebesar Rp564 miliar, dengan rata-rata jumlah warkat yang diproses sebanyak transaksi (warkat) per hari. Grafik 5.1. Perkembangan Transaksi Kliring Sumber : Bank Indonesia Sementara itu, jumlah penolakan cek dan bilyet giro (Cek/BG) kosong di wilayah Sumut pada triwulan III-2011 tercatat sebanyak warkat dengan nilai Rp388 miliar. Dengan demikian rata-rata penolakan cek dan bilyet giro per harinya sebanyak 251 warkat dengan nilai Rp6 miliar. Penolakan cek dan bilyet giro (Cek/BG) kosong ini mengalami peningkatan dibandingkan triwulan lalu dari segi nilai (9,07%), tetapi dari segi volumenya justru menurun 9,79%. BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran 54

78 Grafik 5.2. Penolakan Cek/BG Kosong Sumber : Bank Indonesia 5.3. PERKEMBANGAN ALIRAN UANG KARTAL (INFLOW DAN OUTFLOW) Berbeda dari triwulan lalu, triwulan III-2011 aliran uang kartal di Sumatera Utara menunjukkan posisi net intflow sebesar Rp596 miliar, meningkat jauh jika dibandingkan dengan triwulan II-2011 yang tercatat net outflow sebesar Rp314 miliar. Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada triwulan ini, turut mendukung aliran uang kartal ke Sumatera Utara. Grafik 5.3. Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia di Sumatera Utara Sumber : Bank Indonesia 55 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran BAB 3

79 5.4. TEMUAN UANG PALSU Temuan uang palsu di KBI Medan menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat baik dari segi nominal maupun jumlah lembar uang palsunya. Pada triwulan III ditemukan sebanyak 709 uang palsu dengan total nilai sebesar Rp Sebagaimana periode triwulan-triwulan sebelumnya, denominasi Rp paling banyak dipalsukan dibandingkan pecahan lainnya, atau sebanyak 71,23% dibandingkan total temuan uang palsu. Sementara itu jumlah temuan uang palsu Rp sebanyak 128 lembar. Selebihnya, temuan uang palsu denominasi Rp (55 lembar), denominasi Rp (13 lembar), dan denominasi Rp5.000 sebanyak 8 lembar. Tabel 5.4. Data Temuan Uang Palsu di Kantor Bank Indonesia Medan satuan (lembar) Sumber : Bank Indonesia 5.5. PENYEDIAAN UANG LAYAK EDAR Pada triwulan III-2011 jumlah uang kartal yang telah dikenai Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) atau dimusnahkan tercatat sebesar Rp3.473 miliar atau sebesar 49,03% dari jumlah inflow. Jumlah uang kartal yang dicatat sebagai PTTB tersebut sedikit menurun dibandingkan triwulan lalu yang sebesar Rp3.749 miliar atau 82,36% dibandingkan triwulan lalu. BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran 56

80 Grafik 5.4. Perkembangan Jumlah PTTB di Sumatera Utara Sumber : Bank Indonesia 57 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran BAB 3

81 BAB IV Perkembangan Keuangan Daerah

82 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH REALISASI APBD Pada triwulan III-2011, tingkat penyerapan APBD Sumut sudah menunjukkan persentase realisasi yang relatif besar. Beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) telah mencapai tingkat serapan lebih dari 75%. Dinas Perhubungan bahkan telah mencapai 88,56% dari total pagu yang ada. Salah satu proyek Dinas Perhubungan yang menyerap anggaran cukup besar adalah pengembangan moda transportasi laut di Pantai Timur Sumut. Sedikitnya 17 titik di pesisir Pantai Timur Sumatera Utara akan terhubung dengan moda transportasi laut berupa kapal cepat atau water bus. Daerah yang bakal dilewati moda transportasi laut ini adalah Langkat, Belawan, Pantai Panjang, Pantai Labu, Pantai Cermin, Tanjung Beringin, Sialang Buah, Pangkalan Dodek, Kuala Tanjung, Perupuk, Tanjung Tiram, Teluk Nibung, Tanjung Balai, Tanjung Leidong, Sungai Berombang, Labuhan Bilik, dan Tanjung Sarang Elang. Feasibility Study dan Details Engineering Design (DED) yang merupakan prasyarat proyek ini cukup menyerap anggaran yang tidak sedikit. Proyek ini bukan berorientasi pada penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), tetapi dampak multiplier effect dari keberadaannya. Nantinya, titik-titik yang dilewati oleh water bus tersebut diharapkan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru. Proyek SKPD lainnya yang memiliki persentase serapan cukup tinggi adalah Dinas Kesehatan (83,16%), Rumah Sakit Jiwa (83,01%), dan Disperindag (81,77%). Secara keseluruhan tingkat realisasi APBD Sumut sudah di atas 60%. Di sisa triwulan yang ada, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) perlu meningkatkan kinerjanya guna mengakselerasi realisasi APBD. Harapannya hingga akhir tahun 2011 dapat terserap optimal. 58 Perkembangan Keuangan Daerah BAB 4

83 Tabel 4. 1 Realisasi Penerbitan SP2D Sumut Sumber: Biro Keuangan, Sekretariat Daerah Provsu Apabila dipilah berdasarkan kategori belanja langsung dan tidak langsung. Hingga triwulan III-2011 telah terealisasi Rp1,09 triliun yang termasuk belanja langsung dan Rp1,32 triliun merupakan belanja tidak langsung. Beberapa proyek perbaikan infrastruktur dan pmega proyek lainnya seperti Bandara Kualanamu dan Kawasan Industri Sei Mangkei dapat mendukung optimisme pencapaian realisasi APBD sesuai target. Tidak hanya itu, proyek pembangunan tersebut juga berkontribusi untuk meningkatkan kelancaran distribusi komoditas dari daerah penghasil atau produsen ke konsumen. Selain itu dapat pula memberikan value added produk unggulan Sumut. 59 Perkembangan Keuangan Daerah BAB 4

84 BAB V Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

85 BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Membaiknya kinerja sektor-sektor utama Sumut semakin mendorong peningkatan penyerapan tenaga kerja di Sumut. Sejalan dengan itu, tingkat kesejahteraan masyarakat juga diperkirakan terus meningkat PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH Keadaan Ketenagakerjaan Sumut Masih cerahnya kondisi perekonomian Sumut turut berdampak pada jumlah penyerapan tenaga kerja di Sumut. Penyerapan tenaga kerja baru terutama dari sektor jasa dan bangunan. Dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), jumlah pelaku usaha yang menyatakan melakukan penambahan jumlah tenaga kerja masih meningkat. Hal ini tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) indikator jumlah karyawan pada triwulan III-2011 yang masih bernilai positif yaitu 3,48. Berdasarkan lapangan usahanya, sektor jasa-jasa merupakan sektor yang melakukan penambahan jumlah tenaga kerja terbesar dengan nilai SBT 4,77 diikuti oleh sektor bangunan dengan nilai SBT 1,53. Peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor ini terkait dengan adanya perluasan usaha. Grafik 6.1. Indikator Jumlah Tenaga Kerja SBT Triwulan I 2011 II 2011 Triwulan II 2011* Triwulan III 2011* 4,77 3 2, ,03 1,88 1,53 0,01 0,02 0,05 0,43 0,57 1,05 1,80 0,62 1-0,64-0, ,86 4 *)Proyeksi Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha, KBI Medan 60 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan BAB 5

86 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka Jumlah angkatan kerja di Sumut pada Agustus 2011 sebanyak 6,31 juta orang, terdiri dari 5,91 juta orang bekerja dan 0,40 juta orang penganggur. Dari jumlah tersebut, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Agustus 2011 mencapai 72,09%, meningkat dibandingkan Agustus 2010 sebesar 69,51%. Peningkatan TPAK tidak serta-merta meningkatkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sumut. Pada Agustus 2011 TPT tercatat sebesar 6,37%, mengalami penurunan bila dibandingan dengan kondisi Agustus 2010 sebesar 7,43%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja dapat terserap pada lapangan pekerjaan yang tersedia. Jika dilihat pada masing-masing kabupaten/kota, TPT terendah terjadi di Kabupaten Dairi yakni sebesar 2,60%, sedangkan yang tertinggi di Kota Tanjungbalai sebesar 10,88%. Tabel 1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama Tahun 2011 Lapangan Pekerjaan Utama Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2011 menunjukkan bahwa 43,90% penduduk Sumut bekerja di sektor pertanian. Namun komposisi tersebut berkurang bila dibandingkan kondisi Agustus 2010 yang sebesar 46,94%. Sektor lain yang banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan, rumah makan dan akomodasi sebesar 20,45% serta sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan yang menyerap sebanyak 14,96%. Secara umum komposisi penduduk menurut lapangan pekerjaan pada Agustus 2011 tidak banyak mengalami perubahan yang berarti bila dibandingkan dengan kondisi Agustus BAB 5 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 61

87 Tabel 2. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun keatas yang bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2010 dan 2011 Status Pekerjaan Secara sederhana, pendekatan kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, maka pada Agustus 2011, penduduk yang bekerja pada kegiatan formal sebesar 38,51% dan yang bekerja pada kegiatan informal sebesar 61,49%. Persentase pekerja formal tersebut meningkat 6,42% dari Agustus 2010 sebesar 32,09%. Persentase pekerja formal terendah berada di Kabupaten Nias (2,11%), kemudian Kabupaten Nias Selatan (5,21%) dan Nias Barat (5,30%). Sedangkan persentase pekerja formal tertinggi di Kabupaten Labuhanbatu (60,33%), kemudian Kota Medan (58,11%) dan Kota Binjai (58,05%). Dari 5.91 juta orang yang bekerja di Sumatera Utara pada Agustus 2011, status pekerjaan utama yang terbanyak adalah sebagai buruh/karyawan sebesar 35,09%, diikuti pekerja dengan status berusaha sendiri sebesar 18,20% dan pekerja keluarga sebesar 18,00%. Sedangkan yang terkecil adalah berusaha dibantu buruh tetap/dibayar sebesar 3,41%. Tabel 3. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2010 dan Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan BAB 5

88 Tabel 4. Ringkasan Data Ketenagakerjaan Provinsi Sumatera Utara Agustus 2011 BAB 5 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 63

89 6.2. PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat Sumut diperkirakan semakin meningkat. Faktor utama penyebab peningkatan ini antara lain adalah meningkatnya penghasilan masyarakat akibat semakin terbukanya lapangan pekerjaan serta meningkatnya ekspor Sumut. Hal ini diindikasikan oleh hasil Survei Konsumen di Kota Medan, yang menunjukkan adanya peningkatan Indeks Ekspektasi. Nilai indeks ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang pada akhir triwulan II-2011 sebesar 132,38 meningkat menjadi sebesar 137,78. Kenaikan indeks penghasilan dan perkiraan peningkatan penghasilan juga turut menggambarkan kenaikan indeks ketersediaan lapangan kerja dari 81,90 menjadi 81,91 pada triwulan III Grafik 6.2. Indeks Penghasilan, Ekspektasi Penghasilan dan Ketersediaan Lapangan Kerja Sumber : Survei Konsumen, KBI Medan Nilai Tukar Petani (NTP) Pada September 2011, NTP Provinsi Sumatera Utara tercatat sebesar 103,03, atau mengalami kenaikan 0,10% bila dibandingkan dengan NTP Agustus 2011 sebesar 102,93. Sedangkan NTP per subsektor masing-masing tercatat sebesar 98,77 untuk subsektor padi & palawija (NTPP); 110,31 untuk subsektor hortikultura (NTPH); 106,47 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR); 104,82 untuk subsektor peternakan (NTPT); dan 100,36 untuk subsektor perikanan (NTN). 64 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan BAB 5

90 Grafik 6.2. Nilai Tukar Petani Sumber : BPS BAB 5 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 65

91 BAB VI Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

92 BAB 6 PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH 7.1. Perkiraan Ekonomi Perekonomian Sumut pada triwulan IV-2011 diperkirakan masih akan tumbuh positif dengan perlambatan tingkat pertumbuhan. Dari sisi penawaran agregat, faktor cuaca diperkirakan masih akan menekan produksi sektor pertanian terutama untuk produk sub sektor perkebunan seperti sawit dan karet. Namun demikian di sisi lain penurunan produksi ditambah dengan adanya kenaikan permintaan dari negara importir besar seperti Cina akan memicu kenaikan harga komoditas di pasar sehingga memberikan keuntungan kepada produsen. Secara umum, kinerja sektor-sektor utama seperti sektor Pertanian, sektor Industri Pengolahan serta sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran masih akan berada pada level yang baik, walaupun diperkirakan masih mengalami tekanan sebagai dampak kenaikan harga-harga komoditas internasional dan bahan baku impor. Dari sisi permintaan, konsumsi swasta dan rumah tangga diperkirakan akan mengalami peningkatan dengan adanya hari raya Idul Adha dan hari raya Natal serta libur akhir tahun. Sementara konsumsi pemerintah diperkirakan juga akan mengalami peningkatan seiring dengan upaya akselerasi realisasi anggaran pemerintah sebelum tahun anggaran berakhir. Dari sisi konsumen, pada akhir triwulan III-2011 konsumen masih memiliki optimisme yang cukup tinggi terhadap kondisi ekonomi dalam enam bulan mendatang. Investasi pemerintah diharapkan akan meningkat, terutama terkait dengan percepatan realisasi anggaran khususnya untuk pembangunan proyek-proyek infrastruktur, sehingga sektor bangunan, sektor industri pengolahan maupun sektor perdagangan hotel dan restoran juga akan ikut berakselerasi dengan lebih baik. Sementara itu, investasi swasta diperkirakan juga akan mengalami peningkatan. BAB 6 Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah 66

93 Grafik 7.1. Komponen Indeks Ekspektasi Sumber : Survei Konsumen, KBI Medan Dari sisi penawaran, tingginya pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh meningkatnya kinerja sektor pertanian dan industri pengolahan, terutama industri pengolahan CPO. Permintaan masyarakat internasional terhadap minyak sawit mentah akan terus meningkat. Hal ini mendorong industri terkait untuk menaikkan kapasitas produksi mereka hingga mencapai titik maksimum. Ancaman yang masih mungkin timbul adalah jika terjadi kondisi cuaca ekstrim yang dapat mempengaruhi produksi, terutama pada sub sektor perkebunan. Perekonomian Sumut diperkirakan terus mengalami akselerasi hingga triwulan IV Pertumbuhan ekonomi Sumut pada periode tersebut diperkirakan berada pada kisaran 6,6% ±1 (yoy). Dengan perkiraan tersebut, perekonomian Sumut pada tahun 2011 diperkirakan berkisar 6,7%±1, lebih tinggi dibandingkan tahun 2010 sebesar 6,3%. Prospek positif tersebut didukung oleh kondisi perekonomian global yang sejauh ini belum terlalu berpengaruh terhadap kondisi di Sumut, iklim investasi yang semakin kondusif, serta daya beli masyarakat yang lebih baik. Indeks Tendensi Konsumen Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). Indeks yang dilakukan Badan Pusat Statistik ini menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang. Nilai ITK Sumut pada triwulan IV-2011 diperkirakan sebesar 108,98, artinya kondisi ekonomi konsumen pada triwulan depan masih tetap optimis, meskipun dengan BAB 6 Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah 67

94 tingkat optimisme yang sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (nilai ITK sebesar 109,57). Perkiraan masih cerahnya kondisi ekonomi konsumen pada triwulan IV-2011 didorong oleh peningkatan pendapatan rumah tangga (nilai indeks sebesar 111,29) dan rencana pembelian barang tahan lama (nilai indeks sebesar 104,18). Grafik 7.2. Indeks Tendensi Konsumen Tw.III-2011 Grafik 7.3. Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Tw.IV-2011 Sumber : BPS 7.2. Perkiraan Inflasi Daerah Pada bulan Oktober dan November 2011 diperkirakan akan terjadi penurunan harga sebagai penyesuaian kembali harga beberapa jenis barang atau komoditas pasca Hari Raya Idul Fitri. Pada Desember 2011, tekanan harga dapat muncul kembali saat Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Tekanan inflasi di penghujung tahun terutama berasal dari kelompok bahan makanan, kelompok sandang, dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Selain itu, perlu dicermati pula adanya anomali perkembangan harga saat ini yakni kembali meningkatnya harga cabe merah dan beras kendati tidak ada permasalahan struktural di lini produksi maupun distribusi. Upward risk lainnya dapat muncul dari sisi perekonomian domestik, peningkatan investasi dan konsumsi baik berupa pengeluaran pemerintah maupun konsumsi masyarakat dapat memberikan tekanan inflasi. BAB 6 Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah 68

95 Ekspektasi inflasi masyarakat ke depan diperkirakan meningkat salah satunya tercermin dari hasil Survei Konsumen, yakni peningkatan ekspektasi terhadap perkembangan harga 3 bulan yang akan datang dan 6 bulan yang akan datang sedikit meningkat. Grafik 7.2. Ekspektasi Harga 3 dan 6 bulan yad Sumber : SK, KBI Medan Melihat pencapaian inflasi (ytd) hingga triwulan III-2011 termasuk perkembangan harga dan potensi inflasi serta upaya yang dilakukan oleh TPID dalam mengawal harga dan memastikan kecukupan pasokan, maka target inflasi 2011 sebesar 5,50% ± 1% (yoy) optimis dapat tercapai. BAB 6 Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah 69

96 BOKS 4 Optimisme Konsumen Sumut Sejalan dengan Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia, Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang dihasilkan oleh BPS melalui Survei Tendensi Konsumen juga menunjukkan bahwa konsumen di Sumut tergolong dalam kategori optimis. Optimisme tersebut ditunjukkan dengan angka sebesar 109,57, artinya kondisi ekonomi konsumen pada laporan meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (ITK sebesar 106,26). Tingkat optimisme konsumen juga meningkat dibandingkan triwulan I Tabel Indeks Tendensi Konsumen Sumber: BPS Sumut Membaiknya kondisi konsumen antara lain disebabkan oleh meningkatnya pendapatan rumah tangga, rendahnya pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari, dan meningkatnya konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan. Hal ini juga menandai terjadinya peningkatan kualitas kesejahteraan konsumen, dilihat dari semakin tingginya konsumsi pangan maupun non pangan. Tabel Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Sumber: BPS Sumut 70 Optimisme Konsumen Sumut Boks 4

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011 BANK INDONESIA MEDAN 2011 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2010

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2010 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2010 BANK INDONESIA MEDAN 2010 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.

Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2009 BANK INDONESIA MEDAN 2009 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2009

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2009 BANK INDONESIA MEDAN 2009 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-29 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan I-212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan II-2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II - 2008 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya sehingga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017 LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Medan, Mei 2012 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX. Nasser Atorf Direktur Eksekutif

Medan, Mei 2012 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX. Nasser Atorf Direktur Eksekutif Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

i

i i 2 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Indeks 250 200 150 100 50 0 Indeks SPE Growth mtm (%) Growth yoy (%)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III21 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III21 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-008 i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL BAB 1. PERKEMBANGAN 7 BAB 1. PERKEMBANGAN KAJIAN EKONOMI PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2008 KANTOR 8 BAB 1. PERKEMBANGAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 211 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Visi, Misi Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung i Visi, Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci