KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur

2 KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur (KPw BI Provinsi NTT) memiliki peran yang strategis dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan kami melakukan kajian terhadap perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholders di daerah. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Nusa Tenggara Timur ini mencakup perkembangan ekonomi makro regional, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan pemerintah, ketenagakerjaan dan kesejahteraan, serta prospek perekonomian daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data yang berasal dari internal Bank Indonesia maupun dari eksternal, dalam hal ini dinas/instansi terkait. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih memerlukan pengembangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik, dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang. Kupang, Februari 2014 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Naek Tigor Sinaga Deputi Direktur Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT i

3 DAFTAR IISII Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel Ringkasan Umum i ii iv vi ix BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1 Kondisi Umum Sisi Penggunaan Sisi Sektoral BOKS 1. KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM DI PROVINSI NTT BAB II PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 Kondisi Umum Perkembangan Inflasi Provinsi NTT Disagregasi Inflasi Inflasi Berdasarkan Kota Inflasi Kota Kupang Inflasi Kota Maumere BOKS 2. KENAIKAN LPG 12 KG, ADAKAH DAMPAKNYA? BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1 Kondisi Umum Perkembangan Bank Umum Intermediasi Perbankan Kredit UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Kinerja Perbankan Umum Berdasarkan Sebaran Pulau Sistem Pembayaran Transaksi Non Tunai Transaksi Tunai BOKS 3. PERKEMBANGAN PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI PROVINSI NTT Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT ii

4 BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH 4.1 Kondisi Umum Pendapatan Daerah Belanja Daerah BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 5.1 Kondisi Umum Perkembangan Ketenagakerjaan Kondisi Ketenagakerjaan Umum Pengangguran Perkembangan Kesejahteraan Kondisi Kesejahteraan Umum Tingkat Kemiskinan BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN 6.1 Pertumbuhan Ekonomi Inflasi BOKS 4. INFLASI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2014 : RENDAHNYA INFLASI SEIRING FAKTOR TEKNIKAL HILANGNYA DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT iii

5 DAFTAR GRAFIIK Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT Grafik 1.3 Andil Pertumbuhan Sisi Penggunaan Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Sektor Industri Grafik 1.5 Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumsi Grafik 1.7 Perkembangan IKE Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Investasi Grafik 1.9 Perkembangan Ekspor-Impor Grafik 1.10 Perkembangan Bongkar Muat Grafik 1.11 Negara Tujuan Ekspor Grafik 1.12 Perkembangan Pengiriman Ternak Grafik 1.13 Perkembangan Penjualan Eceran Grafik 1.14 Perkembangan Kredit Sektor PHR Grafik 1.15 Perkembangan Peti Kemas Grafik 1.16 Perkembangan Jumlah Tamu Hotel Grafik 1.17 Konsumsi Semen Provinsi NTT Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Provinsi NTT Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan Provinsi NTT Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Provinsi NTT Triwulan IV Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan NTT Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi Grafik 2.6 Kontribusi Disagregasi Inflasi Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Kupang Grafik 2.8 Inflasi Triwulanan Kupang Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Maumere Grafik 2.10 Inflasi Triwulanan Maumere Grafik 3.1 Perkembangan LDR Grafik 3.2 Perkembangan Undisbursed Loan Grafik 3.3 Komposisi DPK Grafik 3.4 DPK Menurut Golongan Pemilik Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT iv

6 Grafik 3.5 Perkembangan NPL Bank Umum Grafik 3.6 NPL Konsumsi dan Modal Kerja Bank Umum Grafik 3.7 Perkembangan Transaksi Kliring Grafik 3.8 Perkembangan Cek/BG Kosong Grafik 3.9 Nilai Transaksi RTGS Grafik 3.10 Volume Transaksi RTGS Grafik 3.11 Perkembangan Transaksi Tunai Grafik 4.1 Realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Provinsi di Indonesia Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan Grafik 4.3 Realisasi Belanja Grafik 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Penghasilan Grafik 5.4 Perkembangan NTP NTT Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT v

7 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Kinerja Perbankan Provinsi NTT Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Sisi Sektoral Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Sektoral Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Penggunaan Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penggunaan Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Provinsi NTT Tabel 2.2 Inflasi Provinsi NTT per Kelompok Komoditas Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok (yoy) Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok (yoy) Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan NTT (Bank Umum dan BPR) Tabel 3.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai Tabel 3.3 Perkembangan Transaksi Tunai Tabel 3.4 Perkembangan Kinerja DPK Bank Umum Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Modal Kerja Bank Umum Tabel 3.7 Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral Bank Umum Tabel 3.9 Perkembangan Komponen Kredit UMKM Bank Umum Tabel 3.10 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral Bank Umum Tabel 3.11 Indikator Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau Tabel 3.12 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain Tabel 4.1 Rencana dan Realisasi APBD Provinsi NTT Tahun Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan Tabel 5.4 Pendapat Konsumen Mengenai Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu Tabel 5.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di NTT tahun 2005 s.d. September Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT vi

8 Tabel 5.6 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah tahun 2005 s.d. September Tabel 5.7 Indeks keparahan dan Kedalaman Kemiskinan Tabel 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Tabel 6.2 Ringkasan Leading Economic Indicator Kondisi Usaha Provinsi Nusa Tenggara Timur Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT vii

9 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2 Kupang NTT [0380] ; fax : [0380] Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT viii

10 Ringkasan Umum KER Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV-2013 EEKONOMI I MAKRO REEGI IONALL Pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada triwulan IV-2013 sebesar 5,62% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,64% (yoy). Sehingga pertumbuhan ekonomi Tahun 2013 secara kumulatif sebesar 5,55% (yoy) lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 5,41% (yoy). Dari sisi penggunaan, melambatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan IV disebabkan oleh perlambatan yang terjadi pada hampir seluruh komponen sisi penggunaan dengan perlambatan tertinggi terjadi pada komponen ekspor dari 9,26% (yoy) menjadi 3,32% (yoy). Sementara itu, komponen konsumsi walaupun mengalami perlambatan masih menjadi penopang pertumbuhan dengan peningkatan sebesar 2,17% (yoy). Dari sisi sektoral, melambatnya pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh penurunan kinerja sektor jasa-jasa serta sektor keuangan dan persewaan dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 6,65% (yoy) dan 9,89% (yoy). Adapun sektor pertanian serta sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) mengalami peningkatan dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 2,82% (yoy) dan 8,82% (yoy). Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 tumbuh 5,55% (yoy) lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang sebesar 5,41% (yoy). Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi NTT didorong sektor jasa-jasa dan sektor PHR tercatat mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 7,50% (yoy) dan 8,06% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, sektor pertanian mengalami perlambatan dengan pertumbuhan sebesar 2,65% (yoy) melambat dibandingkan tahun lalu yang mencapai sebesar 3,14% (yoy). Perlambatan sektor pertanian disebabkan melambatnya subsektor perikanan akibat kondisi cuaca yang kurang kondusif. Dari sisi penggunaan, komponen ekspor mengalami peningkatan sebesar 7,12% (yoy) lebih tinggi dibanding tahun lalu yang Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT ix

11 sebesar 5,09% (yoy). Sementara itu, komponen konsumsi yang memiliki share terbesar mengalami pertumbuhan sebesar 4,03% (yoy). PPEERKEEMBANGAN INFFLLASSI I I REEGI IONALL Secara umum inflasi pada triwulan IV-2013 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Perkembangan inflasi di wilayah NTT yang dihitung berdasarkan kenaikan indeks harga konsumen (IHK) di 2 (dua) kota 1 tercatat sebesar 8,41% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,29% (yoy). Hingga akhir tahun 2013, inflasi tahunan NTT berada level lebih tinggi dibanding tahun lalu yang sebesar 5,33% (yoy) menjadi sebesar 8,41% (yoy). Inflasi NTT secara umum disebabkan oleh kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan, bahan makanan, serta kesehatan yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 16,22% (yoy), 4,33% (yoy) dan 4,57% (yoy) lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang sebesar -0,08% (yoy), 2,06% (yoy), dan 3,43% (yoy). Peningkatan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan andil sebesar 2,73% (yoy) menjadi penyebab utama tingginya inflasi NTT. Selain itu, peningkatan Tarif Tenaga Listrik (TTL) yang tersedia setiap triwulannya, kenaikan cukai tembakau dan penerapan kuotasi impor hortikultura turut mendongkrak inflasi lebih tinggi. PPEERKEEMBANGAN PPEERBANKAN DAN SSI ISSTTEEM PPEEMBAYARAN Kinerja perbankan dan sistem pembayaran pada triwulan laporan relatif melambat sejalan dengan respon terhadap perlambatan ekonomi global. Dari sisi kinerja keuangan, gabungan aset bank umum dan BPR tercatat Rp22,78 triliun dengan pertumbuhan sebesar 13,00% (yoy), atau melambat dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya. Demikian pula dengan penyaluran kredit perbankan yang turut mengalami perlambatan namun dengan risiko kredit yang masih terjaga. Pada triwulan laporan, penyaluran kredit tumbuh sebesar 19,46% (yoy) dengan outstanding mencapai Rp15,17 triliun, namun dengan risiko kredit yang membaik ke level 1,39% dibandingkan triwulan 1 Kota penghitung inflasi Provinsi NTT yaitu Kota Kupang dan Kota Maumere Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT x

12 sebelumnya. Penghimpunan DPK juga tumbuh positif sebesar 10,48% (yoy) dengan nominal Rp16,65 triliun. Fungsi intermediasi perbankan di NTT juga relatif baik yang tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) yang sebesar 91,14%, meskipun angka tersebut sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 91,80%. Kinerja sistem pembayaran, terutama melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) pada triwulan IV menunjukkan peningkatan, namun keseluruhan Tahun 2013 kinerjanya melambat. Aktivitas transaksi non tunai melalui fasilitas SKNBI tercatat meningkat sebesar 10,22% (yoy) dengan nominal transaksi sebesar Rp672,52 miliar. Secara tahunan, jumlah transaksi kliring selama tahun 2013 mencapai Rp2,42 triliun, tumbuh melambat sebesar 20,65% (yoy) dari tahun Sementara dari sisi transaksi tunai, pada triwulan laporan terjadi net outflow yaitu jumlah uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk (inflow). Kondisi ini sejalan dengan tren yang terjadi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Mencermati melambatnya pertumbuhan tahunan kliring dibandingkan net outflow, hal tersebut mengindikasikan masyarakat NTT, khususnya Kota Kupang masih memiliki kecenderungan untuk menggunakan uang tunai dibandingkan sistem pembayaran non tunai. KEEUANGAN PPEEMEERI INTTAH Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi NTT pada triwulan laporan mengalami peningkatan. Pola penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) relatif sama pada setiap tahunnya, dimana laju realisasi anggaran pada triwulan IV lebih besar dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Realisasi pendapatan periode laporan sebesar Rp486,94 miliar atau tumbuh sebesar 17,69% (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu, realisasi belanja daerah sebesar Rp768,79 miliar atau tumbuh sebesar 2,11% (yoy) lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xi

13 Secara kumulatif, realisasi pendapatan tahun 2013 tercatat sebesar Rp 2,35 triliun atau mencapai 100,38% dari rencana yang sebesar Rp 2,34 triliun. Sementara itu, realisasi belanja sebesar Rp 2,34 triliun atau mencapai 97,53% dari rencana belanja yang sebesar Rp 2,4 triliun. Realisasi pendapatan dan belanja tahun 2013 tercatat lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya dengan kenaikan masing-masing sebesar 8,37% (yoy) dan 12,07% (yoy). KEETTEENAGAKEERJJAAN DAN KEESSEEJJAHTTEERAAN Perkembangan ketenagakerjaan NTT sedikit menurun meskipun kesejahteraan masyarakat pada triwulan laporan masih menunjukkan kondisi yang positif. Berdasarkan data BPS diketahui bahwa kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Timur pada Agustus 2013 memperlihatkan penurunan yang tergambar dari berkurangnya kelompok penduduk yang bekerja disertai bertambahnya tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja di Provinsi NTT pada bulan Agustus 2013 mencapai jiwa atau turun sebesar jiwa (0,66%) dibandingkan Agustus 2012 dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 3,16% lebih tinggi dari posisi Februari 2013 yang tercatat 2,01%. Tren penurunan juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan KPw BI Provinsi NTT. Hasil SKDU triwulan IV-2013 menunjukkan, indeks ketenagakerjaan 2 tercatat sebesar 4,86, menurun dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, kesejahteraan masyarakat NTT berdasarkan data BPS posisi September 2013 menunjukkan kondisi yang positif tercermin dari penurunan persentasi penduduk miskin dari 20,41% pada September 2012 menjadi 20,24%. Indeks keparahan dan kedalaman kemiskinan juga membaik pada September Demikian juga tingkat optimisme masyarakat perkotaan. Berdasarkan hasil survei konsumen bulan Desember 2013, terlihat adanya kenaikan tingkat optimisme, khususnya pada masyarakat dengan penghasilan menengah ke atas terhadap tingkat kesejahteraan saat ini dibandingkan enam bulan yang lalu. Namun, indikator kesejahteraan di daerah pedesaan yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) kembali menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. 2 angka indeks dihitung dengan metode SBT (Saldo Bersih Tertimbang) yang merupakan selisih dari. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xii

14 PPROSSPPEEK PPEEREEKONOMI IAN Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2014 diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yakni berada pada kisaran 5,7%-6,1% (yoy). Adapun pertumbuhan ekonomi tahun 2014 secara kumulatif diperkirakan berada pada kisaran 5,5%-5,9% (yoy). Dari sisi sektoral, sektor utama pertanian dan PHR diperkirakan masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi. Dari sisi permintaan, komponen konsumsi masih memberikan sumbangsih terbesar terhadap laju pertumbuhan ekonomi triwulan mendatang. Namun demikian, komponen investasi diperkirakan belum mengalami perubahan kinerja. Hal ini disebabkan pola investasi yang biasanya terjadi pada triwulan II dan triwulan III. Sementara itu, meskipun terjadi koreksi pertumbuhan ekonomi global, diperkirakan kinerja ekspor masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi disaat kinerja investasi masih terbatas. Inflasi tahunan pada triwulan mendatang diperkirakan berada pada kisaran 6,13%-8,13% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan IV-2013 yang berada pada level 8,38% (yoy). Secara kumulatif, inflasi NTT tahun 2014 diperkirakanan berada pada kisaran 4,37%-6,37% (yoy), lebih rendah dibanding inflasi tahun lalu yang mencapai sebesar 8,41% (yoy). Dari sisi volatile foods, Musim panen yang terjadi pada triwulan I-2014 diperkirakan mampu meminimalisir laju inflasi. Meningkatnya produktivitas tabama terutama beras menjadi faktor penghambat laju inflasi secara umum. Sementara itu, ekspektasi inflasi dari sisi konsumen diperkirakan lebih rendah dibanding triwulan lalu. Berdasarkan survei konsumen, perkembangan harga 6 bulan yang akan datang diperkirakan mengalami penurunan dari 196,50 menjadi 179. Hal tersebut didorong oleh persepsi konsumen di Kota Kupang bahwa indeks ketepatan pembelian barang tahan lama lebih rendah dibanding bulan lalu. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xiii

15 INFLASI DAN PDRB Laju Inflasi Tahunan (yoy;%) Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV - NTT Kupang Maumere PDRB - Harga Konstan (miliar Rp) 3, , , , , , , , Pertanian 1, , , , , , , , Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Jasa , , Pertumbuhan PDRB (yoy;%) Ekspor - Impor* Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Impor Nonmigas (USD juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton) Sistem Pembayaran INDIKATOR TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Inflow (miliar Rp) 1, , Outflow (miliar Rp) , , , , , , Netflow (miliar Rp) , , MRUK (miliar Rp) Uang Palsu (ribu Rp) 1,950 7,650 4,800 11, , Nominal Kliring (miliar Rp) Sumber : Berbagai sumber (diolah) Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xiv

16 PERBANKAN Bank Umum Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Total Aset (Rp Triliun) DPK (Rp Triliun) Tabungan (Rp Triliun) Giro (Rp Triliun) Deposito (Rp Triliun) Kredit (Rp Triliun) Modal Kerja Konsumsi Investasi LDR 78.02% 79.73% 81.69% 84.16% 83.67% 87.53% 91.49% 90.95% NPLs 1.66% 1.51% 1.58% 1.39% 1.56% 1.43% 1.52% 1.33% Kredit UMKM (Triliun Rp) BPR INDIKATOR Total Aset (Rp Miliar) DPK (Rp Miliar) Tabungan (Rp Miliar) Deposito (Rp Miliar) Kredit (Rp Miliar) Modal Kerja Konsumsi Investasi Rasio NPL Gross 5.28% 6.27% 5.43% 4.26% 7.41% 5.73% 4.33% 4.47% LDR % % % 94.21% 99.99% % % % GABUNGAN BANK UMUM DAN BPR TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Total Aset (Rp Triliun) DPK (Rp Triliun) Tabungan (Rp Triliun) Giro (Rp Triliun) Deposito (Rp Triliun) Kredit (Rp Triliun) Modal Kerja Konsumsi Investasi LDR 78.32% 80.02% 81.95% 84.29% 83.85% 87.85% 91.80% 91.14% NPLs 1.68% 1.54% 1.63% 1.43% 1.64% 1.49% 1.56% 1.39% Kredit UMKM (Triliun Rp) Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xv

17 Rp miliar Triwulan IV B A B I EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1 Kondisi Umum Pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada triwulan IV-2013 sebesar 5,62% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,64% (yoy) sehingga pertumbuhan ekonomi Tahun 2013 sebesar 5,55% lebih tinggi dibandingkan Tahun 2012 yang sebesar 5,41%. Dari sisi penggunaan, melambatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan IV-2013 disebabkan oleh perlambatan yang terjadi pada hampir seluruh komponen sisi penggunaan dengan perlambatan tertinggi terjadi pada komponen ekspor dari 9,26% (yoy) menjadi 3,32% (yoy). Sementara itu, komponen konsumsi walaupun mengalami perlambatan masih menjadi penopang pertumbuhan dengan peningkatan sebesar 2,17% (yoy). Dari sisi sektoral, melambatnya pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh penurunan kinerja sektor jasa-jasa serta sektor keuangan dan persewaan dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 6,65% (yoy) dan 9,89% (yoy). Adapun sektor pertanian serta sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) mengalami peningkatan dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 2,82% (yoy) dan 8,82% (yoy), sehingga hal ini menyebabkan perlambatan laju ekonomi pada periode laporan tidak terlalu tajam. Kontribusi tiga sektor utama tersebut masih signifikan terhadap struktur PDRB Provinsi NTT pada triwulan laporan, yaitu sebesar 78,55%. Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT 4, , , , , , , , PDRB Pertumbuhan yoy (axis kanan) Pertumbuhan qtq (axis kanan) 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% I II III IV I II III IV I II III IV 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% I II III IV I II III IV I II III IV Jasa-jasa Keuangan dan Persewaan Transp & Kom PHR Bangunan (konstruksi) Listrik,Gas dan Air Industri Pengolahan Pertambangan Pertanian Sumber : BPS Provinsi NTT, diolah Sumber : BPS Provinsi NTT, diolah Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 1

18 Secara triwulanan, laju pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari sebesar 3,71% (qtq) menjadi sebesar 2,37% (qtq). Dari sisi penggunaan, aktivitas konsumsi, investasi, ekspor, dan impor mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Perayaan natal dan tahun baru yang terjadi pada triwulan IV menjadi faktor pendorong peningkatan ekonomi dari sisi penggunaan. Dari ketiga sektor utama, hanya sektor pertanian yang laju pertumbuhannya meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari sebesar -0,87% (qtq) menjadi sebesar 1,24% (qtq). Selain itu, sektor ekonomi lainnya mengalami perlambatan laju pertumbuhan Sementara itu, pertumbuhan ekonomi secara kumulatif pada tahun 2013 tercatat sebesar 5,55% (yoy) lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang sebesar 5,41% (yoy). Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi NTT didorong oleh sektor listrik, gas, dan air yang mengalami pertumbuhan sebesar 7,50% (yoy) lebih tinggi dibanding tahun lalu yang sebesar 5,34% (yoy). Untuk sektor jasa-jasa dan sektor PHR tercatat mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 7,50% (yoy) dan 8,06% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, sektor pertanian mengalami perlambatan dengan pertumbuhan sebesar 2,65% (yoy) lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang tercatat sebesar 3,14% (yoy). Perlambatan sektor pertanian disebabkan oleh subsektor perikanan dimana faktor cuaca yang kurang kondusif menjadi salah satu penyebabnya. Dari sisi penggunaan, komponen ekspor mengalami peningkatan sebesar 7,12% (yoy) lebih tinggi dibanding tahun lalu yang sebesar 5,09% (yoy). Sementara itu, komponen konsumsi yang memiliki share terbesar mengalami pertumbuhan sebesar 4,03% (yoy) atau melambat dibanding tahun lalu. 1.2 Sisi Penggunaan Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT secara dominan ditopang oleh aktivitas konsumsi dan perubahan stok. Pada triwulan laporan, andil aktivitas konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT tercatat sebesar 2,41% atau lebih rendah dibandingkan dengan kondisi Grafik 1.3 Andil Pertumbuhan Sisi Penggunaan Perubahan stok Impor Ekspor Investasi Konsumsi 1.00% 1.08% 2.93% 1.80% 2.41% 0.00% 0.50% 1.00% 1.50% 2.00% 2.50% 3.00% 3.50% Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT Sumber : BPS Provinsi NTT, diolah 2

19 triwulan sebelumnya ataupun triwulan yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, komponen perubahan stok memberikan andil sebesar 2,93% lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar -0,23%. Adapun kinerja ekspor maupun impor pada triwulan laporan mengalami perlambatan dibanding triwulan lalu dan memberikan andil terhadap pertumbuhan ekonomi masing-masing sebesar 1,00% dan 1,08%. 1. Konsumsi Pertumbuhan konsumsi secara tahunan pada triwulan laporan melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Konsumsi secara total tumbuh sebesar 2,17% (yoy) lebih rendah dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya yang mencapai 4,00% (yoy). Perlambatan konsumsi pada triwulan laporan terutama disebabkan oleh perlambatan seluruh subkomponen konsumsi dengan perlambatan tertinggi berasal dari konsumsi pemerintah yaitu dari 12,23% (yoy) menjadi sebesar 4,10% (yoy). Secara triwulanan, laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan konsumsi swasta mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,94% (qtq) dan 1,49% (qtq). Peningkatan konsumsi rumah tangga terutama didorong oleh peningkatan subkomponen konsumsi bukan makanan dari 0,81% (qtq) menjadi sebesar 2,59% (qtq). Meningkatnya konsumsi rumah tangga dan swasta dipengaruhi oleh perayaan Natal dan Tahun Baru. Hal ini terindikasi dari indeks keyakinan konsumen dan indeks ekonomi saat ini masing-masing sebesar 137,25 poin dan 133,67 poin lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini juga tersirat pada hasil Survei Konsumen (SK) triwulan IV-2013 yang menunjukkan peningkatan optimisme responden terhadap kondisi ekonomi saat ini. Hal tersebut tercermin pada nilai Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini yang meningkat dari 105,83 menjadi 133,67. Peningkatan IKE tersebut didukung oleh peningkatan optimisme responden terhadap penghasilan saat ini, ketersediaan lapangan kerja saat ini, dan ketepatan waktu pembelian barang tahan lama dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 3

20 ribu kwh Triwulan IV Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Sektor Industri Grafik 1.5 Perkembangan Nilai Tukar Petani NTP-axis kanan IT IB ,000 1,800 Konsumsi (ribu kwh/axis kiri) Jumlah Pelanggan (axis kanan) , ,400 1,200 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV* Sumber : PLN Wilayah NTT, diolah Sumber : BPS Provinsi NTT, diolah Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumsi 10,000 Kredit Konsumsi 35.00% 9,000 Growth Kredit (yoy) 30.00% 8,000 7, % 6, % 5,000 4, % 3, % 2, % 1, % I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 1.7 Perkembangan IKE Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Indeks Penghasilan Saat In Indeks Ketersediaan Kerja I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Survei Konsumen KPw BI Provinsi NTT Sumber : Survei Konsumen KPw BI Provinsi NTT Sementara itu, konsumsi pemerintah pada periode laporan sebesar 5,56% (qtq) mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 17,81% (qtq). Hal ini terkait dengan realisasi belanja barang dan jasa serta balas jasa pegawai yang telah terealisasi pada triwulan sebelumnya. Secara tahunan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercatat mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari sebesar 1,90% (yoy) menjadi sebesar 1,70% (yoy). Kondisi tersebut merupakan dampak dari menurunnya daya beli masyarakat Provinsi NTT akibat tekanan inflasi yang tinggi, khususnya pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Tenaga Listrik (TTL) yang meningkat setiap triwulannya. Penurunan daya beli masyarakat Provinsi NTT salah satunya terindikasi dari menurunnya Nilai Tukar Petani (NTP) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yakni dari sebesar 98,31 menjadi sebesar 97,92. Penurunan NTP yang merupakan indikator daya beli petani berdampak terhadap total konsumsi masyarakat, karena sebagian besar tenaga kerja di Provinsi NTT (61,61%) bergerak di sektor pertanian. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 4

21 Perlambatan konsumsi pada triwulan laporan juga seiring dengan menurunnya produksi sektor industri yang diantaranya terkonfirmasi oleh menurunnya konsumsi listrik sektor industri pada triwulan laporan sebesar 18,06% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan lalu yang sebesar 29,79% (yoy). Di sisi lain, perlambatan pertumbuhan konsumsi juga diindikasikan oleh melambatnya penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan kredit konsumsi pada triwulan laporan tercatat mengalami perlambatan dari sebesar 14,79% (yoy) atau 3,75% (qtq) menjadi sebesar 13,24% (yoy) atau -10,44% (qtq). 2. Investasi Kinerja investasi pada triwulan laporan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada periode laporan, investasi mengalami pertumbuhan sebesar 6,37% (yoy) lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 10,99% (yoy). Secara triwulanan, Pembentukan Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Investasi % 1200 Kredit Investasi (Miliar) Growth (yoy) 60.00% % % % % % % I II III IV I II III IV I II III IV Modal Tetap Bruto (PMTB) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dari Rp645,09 miliar menjadi Rp660,71 miliar atau tumbuh sebesar 2,42% (qtq). Meningkatnya laju pertumbuhan investasi juga tercermin dari pertumbuhan kredit investasi dengan peningkatan sebesar 5,05% (qtq) dengan nominal sebesar Rp 1,15 triliun. Hal tersebut menjadi salah satu indikasi bahwa andil investasi cukup dominan dalam menggerakkan investasi di Provinsi NTT. Meningkatnya investasi secara triwulanan pada periode laporan terkait erat dengan meningkatnya kinerja sektor bangunan. Hal tersebut terkonfirmasi oleh peningkatan konsumsi semen di Provinsi NTT yang mencapai 19,49% (qtq) jauh di atas triwulan sebelumnya yang hanya 1,95% (qtq). Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 5

22 Ton Ribu Ton Triwulan IV Net Ekspor Kinerja Net ekspor pada triwulan laporan mengalami peningkatan. Nilai tambah dari kegiatan ekspor Provinsi NTT pada triwulan laporan sebesar Rp1,13 triliun atau naik sebesar 3,32% (yoy). Laju pertumbuhan ekspor tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,26% (yoy). Sejalan dengan kegiatan ekspor, pertumbuhan impor mengalami perlambatan dari 4,63% (yoy) pada triwulan III-2013 menjadi 2,74% (yoy). Signifikannya perlambatan yang terjadi pada impor menyebabkan net ekspor meningkat dari 0,76% (yoy) menjadi 2,26% (yoy). Secara kumulatif, nilai tambah yang dihasilkan dari net ekspor Provinsi NTT pada tahun 2013 masih bernilai negatif. Kondisi ini dipengaruhi oleh tingginya impor, terutama impor antar daerah untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Minimnya sektor industri di Provinsi NTT, terutama yang memproduksi kebutuhan primer (sandang dan pangan), menyebabkan tingginya tingkat ketergantungan masyarakat NTT terhadap impor antar daerah. Secara triwulanan, kinerja ekspor dan impor mengalami perlambatan masing-masing sebesar 1,85% (qtq) dan 5,12% (qtq) atau lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang mencapai 6,72% (qtq) dan 12,61% (qtq). Kondisi tersebut terkonfirmasi dari data bongkar muat di Pelabuhan Tenau yang tercatat mengalami perlambatan unloading (bongkar) dan perlambatan loading (muat) masing-masing sebesar 23,27% (qtq) dan -19,19% (qtq). Grafik 1.9 Perkembangan Ekspor - Impor Grafik 1.10 Perkembangan Bongkar Muat Net Espor Impor Ekspor 200, ,000 Net Loading Unloading Loading ,000 55, (50) (100) (150) (200) I II III IV I II III IV I II III IV* ,000 - (50,000) (100,000) 5,683 I II III IV I II III IV I II III IV (49,700) (250) (150,000) Sumber : PT Pelindo Tenau, diolah Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 6

23 Ekor Triwulan IV Volume ekspor pada triwulan laporan mengalami peningkatan. Komoditas ekspor yang dominan adalah ikan tuna. Pengiriman komoditas tersebut dilakukan melalui dua pelabuhan, yaitu Pelabuhan Tenau di Kota Kupang dan Pelabuhan di Kota Maumere. Volume ekspor ke luar negeri pada triwulan laporan mencapai ton atau Grafik 1.11 Negara Tujuan Ekspor 100% 80% 60% 40% 20% 0% I II III IV I II III IV I II III IV EUROPE AUSTRALIA ASIA AMERICA AFRICA TUJUAN NEGARA mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar ton. Dari total volume tersebut, sebanyak 98,91% ditujukan ke Timor Leste. 1.3 Sisi Sektoral Dari sisi sektoral, sektor pertanian tumbuh cukup tinggi dari 2,42% (yoy) menjadi sebesar 2,82% (yoy). Tiga sektor utama yang menjadi penggerak roda perekonomian Provinsi NTT memiliki andil paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan adalah sektor pertanian, sektor jasajasa serta sektor PHR. Ketiga sektor tersebut masing-masing memiliki andil sebesar 33,42%, 26,83%, dan 18,42%. Sementara sektor lainnya yang memiliki andil cukup besar (di atas 5%) yaitu sektor angkutan dan komunikasi (7,52%) serta sektor bangunan/konstruksi (6,39%). 1. Sektor Pertanian Kinerja sektor pertanian meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja sektor pertanian pada triwulan laporan tercatat sebesar 2,82% (yoy), lebih tinggi dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang sebesar 2,42% (yoy). Peningkatan kinerja sektor pertanian terutama didorong oleh membaiknya kinerja subsektor perkebunan seiring dengan minimnya Grafik 1.12 Perkembangan Pengiriman Ternak 15,000 Loading Ternak yoy (axis kanan) 12,500 10,000 7,500 5,000 2,500 - I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : PT Pelindo diolah gangguan pada panen raya. Sementara itu, kinerja subsektor peternakan 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 7

24 menunjukkan penurunan. Hal ini diindikasikan dari penurunan pengiriman ternak melalui jalur laut yakni dari sebesar 16,50% (yoy) menjadi sebesar -22,24% (yoy). 2. Sektor Jasa-jasa Laju pertumbuhan sektor jasa-jasa pada triwulan laporan sebesar 7,65% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja sektor jasa-jasa masih dominan digerakkan oleh subsektor jasa pemerintahan umum dengan kontribusi sebesar 76,66%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas ekonomi Provinsi NTT masih ditopang dari anggaran Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Laju pertumbuhan subsektor pemerintahan umum mengalami perlambatan sebesar 6,65% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,65% (yoy). Realisasi anggaran pemerintah yang banyak terjadi pada triwulan III menjadi faktor utama rendahnya pertumbuhan sektor jasa-jasa pada triwulan IV. 3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) Kinerja positif sektor PHR masih terus bertahan. Laju pertumbuhan sektor PHR sebesar 8,82% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,78% (yoy). Meningkatnya kinerja sektor PHR disebabkan peningkatan kinerja subsektor perdagangan besar dan eceran pada level 8,84% (yoy). Di sisi lain, laju pertumbuhan subsektor restoran mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari sebesar 7,52% (yoy) menjadi sebesar 8,05% (yoy). Hasil liaison kepada pelaku usaha menunjukkan adanya peningkatan permintaan yang signifikan pada triwulan laporan. Sementara itu, subsektor perhotelan mengalami perlambatan yang tercermin dari penurunan jumlah kunjungan tamu hotel sebesar 49,43% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 62,19% (yoy). Secara triwulanan, laju pertumbuhan sektor PHR mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari sebesar 5,19% (qtq) menjadi sebesar 2,36% (qtq). Perlambatan sektor PHR antara lain disebabkan kinerja subsektor perdagangan yang tercermin dari perlambatan omset penjualan eceran dari sebesar 22,95% (qtq) menjadi 6,51% (qtq). Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 8

25 Ribu ton Box Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Triwulan IV Grafik 1.13 Perkembangan Penjualan Eceran Grafik 1.14 Perkembangan Kredit Sektor PHR 30.00% 20.00% 10.00% Omset Volume Harga 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 Kredit PHR Growth (yoy) 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 0.00% % % ,500 1, I II III IV I II III IV I II III IV % 10.00% 0.00% % Sumber : SPE, KPw BI Provinsi NTT Grafik 1.15 Perkembangan Peti Kemas Grafik 1.16 Perkembangan Jumlah Tamu Hotel 25,000 22,500 20,000 17,500 15,000 12,500 10,000 Peti kemas yoy (axis kanan) 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 42,000 37,000 32,000 27,000 22,000 17,000 jumlah tamu 7,500-5% 12,000 5,000 2,500 - I II III IV I II III IV I II III IV % -15% -20% 7,000 2,000 I II III IV I II III IV I II III IV* Sumber : PT Pelindo diolah Sumber : BPS Provinsi NTT Pada subsektor perhotelan, secara triwulanan juga terjadi perlambatan laju pertumbuhan sebesar 2,83% (qtq) lebih rendah dibanding triwulan lalu yang sebesar 9,54% (qtq). 4. Sektor Lainnya Sektor lainnya yang memiliki perananan cukup besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi adalah sektor angkutan dan komunikasi serta sektor bangunan. Pada triwulan laporan, laju pertumbuhan sektor transportasi dan komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar 6,20% (yoy) lebih tinggi Grafik 1.17 Konsumsi Semen Provinsi NTT 300 Konsumsi Semen yoy (axis kanan) 100% % 60% % % 100 0% 50-20% - -40% I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 9

26 dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 5,59% (yoy). Meningkatnya laju pertumbuhan sektor transportasi dan komunikasi pada triwulan laporan salah satunya dipengaruhi oleh peningkatan subsektor jasa angkutan udara yakni dari 9,27% (yoy) menjadi sebesar 10,10% (yoy). Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh pertambahan frekuensi penerbangan serta beroperasinya maskapai penerbangan baru. Sejalan dengan hal tersebut di atas, kinerja sektor bangunan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya dengan laju pertumbuhan sebesar 4,39% (yoy). Peningkatan sektor bangunan terkait realisasi proyek pemerintah pada akhir tahun serta pelaksanaan proyek MP3EI seperti renovasi bandara El Tari Kupang, pengembangan dermaga pariwisata di Ende, dan peningkatan jalan Ende Maumere. Hal tersebut terkonfirmasi dari konsumsi semen pada periode laporan dari 1,95% (yoy) menjadi sebesar 19,49% (yoy). Tabel 1.1 Kinerja Perbankan Provinsi NTT indikator utama I II III IV I II III IV I II III IV Aset (miliar) 13,975 15,125 16,349 16,885 17,971 18,334 19,719 20,151 21,271 21,555 22,357 22,771 y-o-y aset 16.90% 22.39% 29.17% 25.98% 28.59% 21.22% 20.61% 19.35% 18.36% 17.56% 13.38% 13.00% Kredit (miliar) 8,341 9,104 9,831 10,337 10,632 11,564 12,222 12,702 13,025 14,074 14,810 15,174 y-o-y kredit 18.28% 16.99% 19.20% 29.22% 27.47% 27.02% 24.32% 22.88% 22.51% 21.70% 21.18% 19.46% DPK (miliar) 10,905 11,540 11,953 12,898 13,575 14,452 14,914 15,070 15,533 16,020 16,134 16,649 y-o-y DPK 17.10% 17.11% 20.44% 25.04% 24.49% 25.23% 24.77% 16.84% 14.42% 10.85% 8.18% 10.48% LDR 76.49% 78.89% 82.25% 80.15% 78.32% 80.02% 81.95% 84.29% 83.85% 87.85% 91.80% 91.14% NPL 2.35% 2.35% 2.06% 1.45% 1.68% 1.54% 1.63% 1.43% 1.64% 1.49% 1.56% 1.39% Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Sisi Sektoral Dalam Rp Miliar Sektor I II III IV I II III IV I II III IV Pertanian 1,172 1,201 1,185 1,202 1,204 1,237 1,229 1,240 1,237 1,270 1,259 1,275 Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bangunan (Konstruksi) Perdagangan, Hotel & Restoran Transportasi & Komunikasi Keuangan dan Persewaan Jasa-jasa ,013 1,048 PDRB 3,124 3,286 3,375 3,468 3,294 3,446 3,572 3,658 3,471 3,638 3,774 3,863 Sumber : BPS Provinsi NTT Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 10

27 Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Sektoral Sektor I II III IV I II III IV I II III IV Pertanian -0.76% -0.64% 3.06% 2.50% 1.01% 2.78% 2.99% 3.70% 3.10% 3.14% 2.67% 2.70% 2.42% 2.82% 2.65% Pertambangan 5.46% 4.01% 3.61% 3.31% 4.04% 6.54% 5.78% 7.35% 6.70% 6.61% 5.97% 6.41% 3.69% 4.10% 4.98% Industri Pengolahan 1.99% 1.50% 5.35% 4.63% 3.40% 4.96% 3.90% 5.57% 5.44% 4.98% 1.53% 3.02% 3.26% 3.48% 2.85% Listrik, Gas dan Air 13.92% 12.63% 11.08% 9.98% 11.79% 6.25% 4.91% 5.49% 4.82% 5.34% 9.07% 7.10% 6.96% 7.02% 7.50% Bangunan (Konstruksi) 4.35% 11.44% 4.89% 4.68% 6.29% 8.52% 5.08% 8.38% 8.25% 7.55% 6.45% 6.09% 4.05% 4.39% 5.19% Perdagangan, Hotel & Restoran 8.40% 13.15% 6.57% 6.43% 8.53% 7.22% 6.34% 7.50% 7.60% 7.17% 6.80% 7.68% 8.78% 8.82% 8.06% Transportasi & Komunikasi 8.24% 6.92% 6.45% 4.87% 6.56% 6.82% 5.19% 5.58% 4.86% 5.59% 6.08% 4.13% 5.59% 6.20% 5.51% Keuangan dan Persewaan 10.39% 9.89% 9.13% 7.27% 9.07% 7.32% 8.15% 7.85% 7.36% 7.67% 8.05% 7.69% 9.95% 9.89% 8.96% Jasa-jasa 10.61% 15.65% 8.63% 5.29% 9.75% 6.75% 5.93% 6.77% 6.34% 6.45% 7.55% 8.22% 7.65% 6.65% 7.50% PDRB 4.99% 7.30% 5.77% 4.49% 5.62% 5.44% 4.87% 5.86% 5.47% 5.41% 5.38% 5.58% 5.64% 5.62% 5.55% Sumber : BPS Provinsi NTT Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Penggunaan Dalam Rp Miliar Penggunaan I II III IV I II III IV I II III IV Konsumsi 3,339 3,473 3,672 3,795 3,443 3,674 3,877 4,070 3,601 3,870 4,032 4,158 Investasi Ekspor ,016 1, ,023 1, ,047 1,117 1,138 Impor 1,634 1,924 2,245 2,277 1,556 1,965 2,246 2,405 1,640 2,087 2,350 2,471 Perubahan stok PDRB 3,124 3,286 3,375 3,468 3,294 3,446 3,572 3,658 3,471 3,638 3,774 3,863 Sumber : BPS Provinsi NTT Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penggunaan Penggunaan I II III IV I II III IV I II III IV 2013 Konsumsi 4.29% 4.64% 5.50% 2.48% 4.20% 3.09% 5.78% 5.59% 7.25% 5.49% 4.60% 5.35% 4.00% 2.17% 3.97% Investasi 5.89% 6.38% 13.33% 15.99% 10.71% 15.75% 12.30% 7.09% 8.61% 10.55% 6.63% 7.50% 10.99% 6.37% 7.91% Ekspor -0.15% 0.26% 3.05% 3.69% 1.85% 6.80% 9.31% 0.62% 3.64% 4.84% 8.08% 7.83% 9.26% 3.32% 7.00% Impor 5.28% 6.25% 8.23% 8.86% 7.32% -4.80% 2.11% 0.04% 5.60% 1.12% 5.43% 6.24% 4.63% 2.74% 4.61% Perubahan stok 60.21% 73.36% 21.73% 66.58% 50.16% % % % % % 1.68% 0.43% -2.44% 39.78% 11.47% PDRB 4.99% 7.30% 5.77% 4.49% 5.62% 5.44% 4.87% 5.86% 5.47% 5.41% 5.38% 5.58% 5.64% 5.62% 5.55% Sumber : BPS Provinsi NTT Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 11

28 BOKS 1 KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM DI PROVINSI NTT Sebagai salah satu bentuk dukungan terhadap pengembangan UMKM yang memiliki peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional, Bank Indonesia sejak lama telah mengembangkan penelitian Base Line Economic Survey. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai peluang investasi di daerah yang bermuara pada pemberian informasi potensi ekonomi di suatu daerah. Dalam perkembangannya, sejak tahun 2006, penelitian tersebut lebih diarahkan kepada penelitian mengenai komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) yang potensial untuk menjadi unggulan daerah dan dapat dikembangkan pada sektor UMKM sebagai pelaku ekonomi mayoritas di daerah. Data dan informasi dalam penelitian KPJU unggulan UMKM meliputi berbagai aspek. Aspek makro berupa kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, serta potensi ekonomi daerah dalam rangka pengembangan UMKM. Sementara pada aspek mikro, meliputi kondisi dan potensi UMKM di daerah tersebut. Dengan adanya penelitian tersebut, setiap kabupaten/kota di suatu provinsi akan memiliki KPJU unggulan dari berbagai sektor ekonomi yang patut dan cocok untuk dikembangkan. Pada tahun 2013, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT kembali melaksanakan penelitian KPJU unggulan UMKM, dimana pengumpulan data primer dan data sekunder diperoleh dari 21 kabupaten/kota dan 200 kecamatan. Data primer di tingkat provinsi dan kabupaten/kota diperoleh melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan Pemerintah Daerah, perbankan, akademisi, dan lembaga/asosiasi terkait. Sedangkan data primer di tingkat kecamatan diperoleh melalui indepth interview dengan camat, mantri statisik, dan tokoh masyarakat. Sementara data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah maupun narasumber lainnya yang dianggap valid. Dari hasil penelitian tersebut, diperoleh KPJU unggulan Provinsi NTT untuk masing-masing sektor ekonomi dan lintas sektor ekonomi yang merupakan agregasi dari KPJU unggulan di tingkat kabupaten/kota. Sementara KPJU unggulan di tingkat kabupaten/kota adalah hasil agregasi dari KPJU unggulan seluruh kecamatan yang berada dalam wilayah kabupaten/kota tersebut. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 12

29 Penetapan KPJU unggulan di tingkat kecamatan menggunakan beberapa kriteria yaitu jumlah unit usaha, jangkauan pemasaran, ketersediaan sarana produksi, dan kontribusi terhadap perekonomian daerah. Sedangkan kriteria yang digunakan untuk proses penetapan KPJU unggulan di kabupaten/kota yaitu : Tabel 1. Kriteria untuk Penentuan KPJU Unggulan di Tingkat Kabupaten/Kota Kriteria Variabel yang Dipertimbangkan 1 Tenaga kerja terampil Tingkat pendidikan Pelatihan yang pernah diikuti Pengalaman kerja Jumlah lembaga/sekolah ketrampilan 2 Bahan baku (khusus untuk sektor industri) Ketersediaan/kemudahan bahan baku Harga perolehan bahan baku Perishability bahan baku Kesinambungan bahan baku Mutu bahan baku 3 Modal Kebutuhan investasi awal Kebutuhan modal kerja Aksesibilitas terhadap sumber pembiayaan 4 Sarana produksi/usaha Ketersediaan/kemudahan memperoleh Harga 5 Teknologi Kebutuhan teknologi Kemudahan (memperoleh teknologi) 6 Sosial budaya (faktor endogen) Ciri khas lokal Penerimaan masyarakat Turun temurun 7 Manajemen usaha Kemudahan untuk memanage 8 Ketersediaan pasar Jangkauan/wilayah pemasaran Kemudahan mendistribusikan 9 Harga Stabilitas harga 10 Penyerapan tenaga kerja Kemampuan menyerap tenaga kerja 11 Sumbangan terhadap perekonomian wilayah Jumlah jenis usaha yg terpengaruh karena keberadaan usaha ini KPJU unggulan di tingkat kabupaten/kota kemudian melalui proses agregasi dan menghasilkan KPJU unggulan Provinsi NTT untuk masing-masing sektor ekonomi yaitu sebagai berikut : Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 13

30 Tabel 1. KPJU Unggulan UMKM untuk Setiap Sektor Ekonomi No. Sektor/Subsektor Ekonomi Sektor/SubsektorEkonomi No. dan KPJU Unggulan dan KPJU Unggulan Tanaman Pangan Sayuran 1 Padi Sawah 1 Bawang merah 2 Jagung 2 Cabai 3 Ubi Kayu 3 Terong 4 Kacang Tanah 4 Sawi 5 Kacang Hijau 5 Kangkung Buah-Buahan Perkebunan 1 Pisang 1 Kelapa 2 Mangga 2 Kopi 3 Alpukat 3 Kemiri 4 Pepaya 4 Jambu mente 5 Jeruk 5 Kakao Peternakan Perikanan 1 Sapi 1 Usaha penangkapan ikan di laut 2 Babi 2 Usaha budidaya rumput laut 3 Ayam ras pedaging 3 Usaha budidaya Ikan di perairan umum 4 Kerbau 4 Tambak garam 5 Ayam kampung 5 Usaha budidaya ikan di laut Pertambangan Industri 1 Pasir 1 Industri kain tenun ikat 2 Batu bangunan 2 Penggilingan padi 3 Tanah urukan 3 Industri meubel 4 Batu bata merah 4 Industri kopra 5 Batu pecah 5 Industri minyak kelapa Perdagangan Jasa-jasa 1 Hasil pertanian/hortikultura 1 Sewa kos-kosan 2 Sembako 2 Keuangan 3 Ternak dan hasil-hasilnya 3 Perbengkelan 4 Bahan bangunan 4 Jasa sewa kendaraan penumpang 5 Bahan bakar 5 Servis perbaikan elektronik Transportasi Kehutanan 1 Angkutan ojek motor 1 Asam 2 Angkutan barang umum 2 Penyadapan aren dan nira 3 Angkutan bus antar kota 3 Kemiri 4 Angkutan sewa 4 Budidaya madu 5 Angkutan penyeberangan umum 5 Pemungutan madu Pariwisata 1 Warung makan 2 Hotel melati 3 Pondok wisata (home stay) 4 Pertunjukkan seni/budaya 5 Jasa boga Dari hasil pemilihan KPJU unggulan masing-masing sektor ekonomi di atas, dilakukan pemilihan KPJU unggulan lintas sektor ekonomi tingkat kabupaten/kota yang kemudian dilanjutkan dengan penetapan KPJU unggulan per sektor ekonomi pada tingkat provinsi. KPJU unggulan per sektor ekonomi tersebut kemudian diseleksi menjadi KPJU unggulan lintas sektor ekonomi sebagai berikut : Tabel 2. KPJU Unggulan Lintas Sektor/Subsektor Ekonomi No. KPJU Unggulan Sektor/Subsektor Ekonomi 1 Sapi Peternakan 2 Usaha penangkapan ikan di laut Perikanan 3 Babi Peternakan 4 Usaha budidaya rumput laut Perikanan 5 Warung makan Pariwisata 6 Kelapa Perkebunan 7 Sewa kos-kosan Jasa-jasa 8 Ayam ras pedaging Peternakan 9 Hotel melati Pariwisata 10 Hasil pertanian/hortikultura Perdagangan Dari sepuluh KPJU unggulan Provinsi NTT, 3 KPJU unggulan (30%) berasal dari sektor peternakan, 2 KPJU (20%) berasal dari sektor perikanan dan pariwisata, sedangkan sisanya masing-masing 1 KPJU (10%) berasal dari sektor perkebunan, jasa-jasa, dan perdagangan. Kesepuluh KPJU unggulan lintas sektor di atas tersebar Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 14

31 merata pada hampir seluruh wilayah Provinsi NTT. Usaha budidaya ternak sapi misalnya, tersebar pada 15 kabupaten/kota. Sementara usaha penangkapan ikan di laut dan budidaya ternak babi masing-masing tersebar pada 19 dan 18 kabupaten/kota. Sapi sebagai KPJU unggulan pertama memang memiliki potensi yang sangat baik. Kebutuhan daging sapi nasional sampai saat ini masih lebih besar dibandingkan dengan produksinya, sehingga pemasaran komoditas sapi tentunya tidak akan menemui kendala berarti. Kondisi tersebut juga menarik banyak investor untuk menggelontorkan dananya pada peternakan sapi di wilayah ini. Di sisi lain, kondisi geografis Provinsi NTT juga sangat mendukung bagi usaha peternakan sapi, dimana ketersediaan lahan dan pakan untuk beternak sapi sangat berlimpah. Selain itu, adanya kebijakan Pemerintah untuk mewujudkan Provinsi NTT sebagai provinsi ternak dalam rangka program swasembada daging nasional menjadi nilai tambah tersendiri bagi usaha peternakan sapi di wilayah ini. Untuk pengembangan peternakan sapi, Pemerintah tentunya akan memberikan berbagai macam dukungan, baik dalam bentuk bantuan teknis (pelatihan, pendampingan, dsb) maupun bantuan sarana dan prasarana produksi. Selain memilih KPJU unggulan, narasumber penelitian juga memberikan masukan untuk pengembangannya. Sebagai contoh, terdapat beberapa hal penting yang perlu menjadi perhatian dalam upaya pengembangan peternakan sapi di Provinsi NTT yaitu : (1) penguatan kelembagaan peternak, (2) perluasan akses pembiayaan bagi peternak, (3) perbaikan kualitas pakan dan kesehatan ternak, (4) penyediaan bibit ternak unggul, (5) dan pengembangan kerja sama perdagangan ternak antar daerah. Hasil penelitian tersebut secara lengkap didiseminasikan melalui berbagai media, salah satunya adalah sistem informasi Info UMKM yang dapat diakses melalui internet di website resmi Bank Indonesia dengan alamat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang KPJU yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan, baik ditingkat provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah, penciptaan lapangan kerja/ penyerapan tenaga kerja dan peningkatan daya saing KPJU. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 15

32 B A B II PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 Kondisi Umum Secara umum inflasi NTT pada triwulan IV-2013 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Perkembangan inflasi di wilayah NTT yang dihitung berdasarkan kenaikan indeks harga konsumen (IHK) di 2 (dua) kota 1 sebesar 8,41% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,29% (yoy). Hingga akhir tahun 2013, inflasi tahunan NTT berada level lebih tinggi dibanding tahun lalu yang sebesar 5,33% (yoy) menjadi sebesar 8,41% (yoy). Tekanan laju inflasi pada periode laporan secara umum disebabkan oleh tingginya inflasi pada kelompok bahan makanan dan kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga dengan masing-masing andil sebesar 1,01% dan 0,18% terhadap laju inflasi secara umum. Tingginya inflasi pada periode laporan secara umum disebabkan oleh perayaan Natal, perayaan Tahun Baru dan kondisi cuaca yang buruk. Selain itu, kenaikan TTL setiap triwulannya turut mendorong laju inflasi NTT ke arah yang lebih tinggi. Sementara itu, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan memiliki andil terhadap laju inflasi sebesar -0,03%. Secara tahunan, inflasi NTT secara umum disebabkan oleh kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan, kelompok bahan makanan, serta kelompok kesehatan yang masing-masing sebesar 16,22% (yoy), 4,33% (yoy) dan 4,57% (yoy) lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang sebesar -0,08% (yoy), 2,06% (yoy), dan 3,43% (yoy). Peningkatan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan andil sebesar 2,73% (yoy) menjadi penyebab utama tingginya inflasi NTT. Selain itu, peningkatan Tarif Tenaga Listrik (TTL) setiap triwulannya, kenaikan cukai tembakau dan penerapan kuotasi impor hortikultura turut mendongkrak inflasi lebih tinggi. Berdasarkan kota penghitung inflasi, inflasi di Kota Kupang dan Kota Maumere tercatat masing-masing sebesar 8,84% (yoy) dan 6,24% (yoy). Penyebab 1 Kota penghitung inflasi Provinsi NTT yaitu Kota Kupang dan Kota Maumere Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 16

33 utama tingginya inflasi didorong oleh kelompok bahan makanan terutama subkelompok ikan segar dikarenakan tingginya gelombang laut. Inflasi I II III IV I II III IV I II III IV year on year Nasional 6.65% 5.54% 4.61% 3.79% 3.97% 4.53% 4.31% 4.30% 5.90% 5.90% 8.40% 8.38% NTT 8.68% 6.55% 4.37% 4.68% 3.60% 5.02% 5.21% 5.33% 7.11% 5.26% 8.29% 8.41% Kota Kupang 8.98% 6.66% 4.25% 4.32% 3.11% 4.37% 4.66% 5.10% 7.06% 5.56% 8.88% 8.84% Maumere 7.15% 6.00% 5.00% 6.59% 6.21% 8.45% 8.07% 6.49% 7.38% 3.73% 5.32% 6.24% month to month Nasional -0.32% 0.55% 0.27% 0.57% 0.07% 0.62% 0.01% 0.54% 0.63% 1.03% -0.35% 0.55% NTT 0.21% 0.27% -0.37% 1.95% 0.26% 1.06% -0.96% 1.43% 1.03% 1.36% -1.02% 1.35% Kota Kupang 0.14% 0.30% -0.49% 2.19% 0.38% 0.88% -1.11% 1.54% 1.17% 1.55% -0.92% 1.59% Maumere 0.57% 0.18% 0.23% 0.73% -0.41% 1.92% -0.21% 0.86% 0.31% 0.43% -1.57% 0.15% Sumber : BPS, diolah Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Provinsi NTT 2.2 Perkembangan Inflasi Provinsi NTT Perayaan Natal, Tahun Baru dan buruknya kondisi cuaca menjadi faktor penyebab tingginya inflasi NTT. Inflasi pada triwulan laporan tercatat sebesar 8,41% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya serta tahun lalu yang masing-masing sebesar 8,29% (yoy) dan 5,33% (yoy). Laju inflasi yang cukup tinggi terutama dipengaruhi oleh 10% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Provinsi NTT NTT (%, yoy) Nasional (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS, diolah kelompok bahan makanan dan kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar. Kenaikan inflasi pada kelompok bahan makanan yang terjadi pada periode laporan terutama disebabkan oleh subkelompok daging dan hasilnya sebesar 13,49% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 4,21% (yoy). Tingginya permintaan komoditas daging terkait perayaan Natal dan Tahun Baru sejalan dengan kenaikan inflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan. Selain itu,buruknya kondisi cuaca membuat pasokan ikan segar menjadi terbatas. Hal ini menyebabkan tingginya harga ikan dengan komoditas penyumbang inflasi tertinggi yakni ikan kembung dan ikan tongkol masing-masing sebesar 0,25% dan 0,13%. Sementara itu, kenaikan TTL pada triwulan laporan mempengaruhi kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar dengan peningkatan inflasi Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 17

34 sebesar 8,89% (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang sebesar 6,69% (yoy). Peningkatan inflasi kelompok tersebut terutama disebabkan peningkatan subkelompok biaya tempat tinggal yang sebesar 7,10% (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,41% (yoy) akibat kenaikan TTL.. Namun demikian, Menurunnya tekanan inflasi pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan dari sebesar 17,20% (yoy) pada triwulan lii menjadi sebesar 16,22% (yoy) mampu menghambat laju inflasi NTT ke arah yang lebih tinggi. Rendahnya inflasi kelompok tersebut didorong oleh laju inflasi subkelompok transportasi yang tercatat sebesar 22,52% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan lalu yang sebesar 23,76% (yoy). Secara tahunan, tingginya inflasi NTT didorong oleh kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Kenaikan kelompok bahan makanan pada tahun 2013 yang sebesar 4,57% (yoy) lebih tinggi dibanding tahun lalu yang sebesar 3,43% (yoy) diakibatkan terganggunya pasokan akibat adanya kuotasi impor hortikultura serta kondisi cuaca yang menyebabkan gagal panen terutama subkelompok bumbu-bumbuan dan buah-buahan dengan inflasi masing-masing sebesar 31,70% (yoy) dan 31,30% (yoy). Sementara itu, subkelompok ikan segar mengalami deflasi sebesar -10,20% (yoy) lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang tercatat sebesar -17,32% (yoy). Sejalan dengan peningkatan inflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan, kelompok transportasi turut mengalami peningkatan inflasi cukup tajam menjadi sebesar 16,22% (yoy). Tingginya inflasi yang terjadi didorong subkelompok transportasi yang mengalami inflasi sebesar 22,52% (yoy) dibanding tahun lalu yang sebesar -0,26% (yoy). Selain itu, kelompok kesehatan turut mengalami peningkatan inflasi sebesar 4,33% (yoy) lebih tinggi dibanding tahun lalu yang sebesar 2,06% (yoy). Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan subkelompok jasa perawatan jasmani sebesar 19,86% (yoy) dibanding tahun lalu yang hanya sebesar 1,88% (yoy). Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 18

35 Komoditas I II III IV I II III IV I II III IV UMUM 8.68% 6.55% 4.37% 4.68% 3.60% 5.02% 5.21% 5.33% 7.11% 5.26% 8.29% 8.41% BAHAN MAKANAN 14.01% 9.84% 4.07% 0.49% -1.71% -1.63% -0.90% 3.43% 7.80% 2.16% 5.41% 4.57% MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 7.74% 7.27% 4.99% 4.83% 3.82% 6.13% 7.28% 9.15% 9.19% 7.89% 10.87% 9.97% PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 5.06% 5.45% 4.48% 4.64% 4.17% 7.60% 8.54% 8.42% 8.27% 6.57% 6.69% 8.89% SANDANG 4.88% 6.67% 9.39% 11.60% 14.49% 14.34% 10.88% 9.27% 7.59% 5.94% 6.48% 5.71% KESEHATAN 6.32% 5.94% 6.31% 5.41% 4.22% 3.93% 1.84% 2.06% 2.40% 2.39% 4.59% 4.33% PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 3.49% 4.34% 5.46% 2.79% 4.07% 3.47% 7.32% 6.62% 6.45% 7.14% 5.31% 7.12% TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 7.69% 1.55% 1.86% 11.42% 10.08% 10.71% 8.42% -0.08% 2.98% 7.33% 17.20% 16.22% Sumber : BPS, diolah Tabel 2.2 Inflasi Provinsi NTT per Kelompok Komoditas Di sisi lain, kelompok sandang mengalami penurunan inflasi terendah menjadi sebesar 5,71% (yoy) dibanding tahun lalu yang mencapai 9,27% (yoy). Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya inflasi pada seluruh subkelompok sandang dengan penurunan terbesar pada subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya. Koreksi pada kelompok sandang dikarenakan event Natal dan Tahun Baru yang biasanya diiringi dengan kegiatan cuci gudang. Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan Provinsi NTT Grafik 2.3 Inflasi bulanan Provinsi NTT Tw.IV-2013 TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K -1.98% NTT % (mtm) PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 1.86% KESEHATAN SANDANG 0.63% 1.41% 1.35% PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA 0.84% PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA 2.15% 0.75% BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 1.54% BIAYA TEMPAT TINGGAL 3.70% PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU BAHAN MAKANAN 1.92% 1.92% 2.98% OKT NOV DES -0.59% UMUM 1.51% -3.00% -2.00% -1.00% 0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah Secara triwulanan, inflasi terjadi hampir pada seluruh kelompok komoditas. Inflasi tercatat sebesar 1,51% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 4,06% (qtq). Rendahnya inflasi pada triwulan laporan seiring dengan koreksi pada subkelompok transportasi terutama transportasi angkutan udara. Secara bulanan, inflasi pada bulan November dan Desember 2013 masingmasing tercatat sebesar 0,75% (mtm) dan 1,35% (mtm). Perayaan Natal dan Tahun Baru memberikan pengaruh terhadap peningkatan pada hampir semua Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 19

36 kelompok barang. Bertolak belakang dengan inflasi bulan November dan Desember, pada bulan Oktober justru terjadi deflasi sebesar 0,59% (mtm). Koreksi harga pada kelompok bahan makanan dan transportasi memberikan andil cukup besar terhadap kondisi tersebut. Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan NTT 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% -5.00% % SANDANG PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA BAHAN MAKANAN PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB KESEHATAN TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU UMUM Sumber : BPS, diolah 2.3 Disagregasi Inflasi Inflasi pada triwulan laporan secara dominan didorong oleh laju inflasi administered prices. Inflasi administered prices pada triwulan laporan tercatat sebesar 18,39% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan dan tahun sebelumnya yang masing-masing sebesar 18,20% (yoy) dan 2,03% (yoy). Sehingga kontribusinya terhadap total inflasi meningkat dari 0,43% (yoy) pada tahun 2012, menjadi 3,81% (yoy) pada tahun Pada triwulan laporan inflasi subkelompok transportasi mengalami penurunan dibanding triwulan lalu dari sebesar 23,76% (yoy) menjadi sebesar 22,52% (yoy). Penurunan tersebut didorong oleh komoditas tarif angkutan udara dengan andil -0,029%. Peningkatan frekuensi penerbangan dan tambahan maskapai penerbangan menjadi faktor rendahnya inflasi subkelompok transportasi. Sementara itu, kelompok volatile foods pada periode laporan mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari sebesar 6,19% (yoy) menjadi 6,84% (yoy). Peningkatan yang terjadi disebabkan terganggunya pasokan untuk subkelompok ikan segar dan bumbu-bumbuan akibat faktor cuaca yang kurang kondusif. Komoditas penyumbang inflasi dari subkelompok ikan segar Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 20

37 yakni ikan kembung dan ikan tongkol dengan andil 0,25% dan 0,13%. Sedangkan dari sisi subkelompok bumbu-bumbuan, komoditas bawang merah dan cabe rawit memberikan andil dengan total 0,24% terhadap laju inflasi. Selain itu, subkelompok padi-padian turut memberikan sumbangsih melalui komoditas beras dengan andil 0,09%. Faktor musim tanam yang terjadi pada akhir tahun menyebabkan pasokan subkelompok bumbu-bumbuan dan padi-padian agak terhambat. Dari sisi kelompok inti (core inflation) inflasi tercatat pada level 6,84% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,19% (yoy). Faktor hari raya dan Tahun Baru menjadi penyebab utama tingginya inflasi kelompok inti. Namun demikian, peningkatan inflasi tidak terlalu tajam karena setiap akhir tahun para pedagang mengadakan cuci gudang. Hal ini terindikasikan dari komoditas sepatu memberikan andil sebesar 0,004% dalam menghambat laju inflasi kelompok inti. Secara tahunan, inflasi NTT pada tahun 2013 disebabkan kelompok administered prices dari 2,03% (yoy) pada tahun 2012 menjadi sebesar 18,39% (yoy). tingginya inflasi yang terjadi terutama disebabkan oleh kenaikan BBM pada pertengahan tahun. Selain itu, peningkatan TTL setiap triwulannya dan cukai tembakau turut mengakselerasi laju inflasi NTT. Sejalan dengan hal tersebut, kelompok bergejolak (volatile foods) turut mengalami peningkatan dari 3,12% (yoy) menjadi sebesar 4,91% (yoy). Tingginya laju inflasi kelompok bergejolak disebabkan kebijakan pemerintah terkait kuotasi impor hortikultura serta terjadinya gagal panen subkelompok bumbu-bumbuan. Namun demikian, Menurunnya tekanan yang terjadi pada kelompok inti (core inflation) dari 8,09% (yoy) menjadi sebesar 6,84% (yoy) memberikan hambatan cukup besar terhadap akselerasi inflasi NTT. Inflasi yang lebih rendah tersebut terutama disebabkan oleh subkelompok sandang yang mengalami penurunan dari 9,27% (yoy) menjadi sebesar 5,71% (yoy). Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 21

38 Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi Grafik 2.6 Kontribusi Disagregasi Inflasi %,yoy Inflasi IHK (yoy) Core Adm Price %,yoy Volatile Foods Adm Price Core 10 Volatile Foods Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok) Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok) Sumber : BPS, diolah 2.4 Inflasi Berdasarkan Kota Inflasi Kota Kupang Kondisi cuaca yang kurang kondusif, perayaan Natal dan Tahun Baru pada periode laporan menyebabkan masih tingginya inflasi di Kota Kupang. Inflasi Kota Kupang pada periode laporan tercatat sebesar 8,84% (yoy), sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Kupang 10.00% 8.00% 6.00% 4.00% 2.00% 0.00% % Kupang (yoy) Kupang (mtm) Sumber : BPS, diolah yang sebesar 8,88% (yoy), namun lebih tinggi jika dibandingkan tahun lalu yang hanya sebesar 5,10% (yoy). Secara seasonal, peringatan Natal dan Tahun Baru serta kondisi cuaca yang kurang kondusif membuat tekanan inflasi pada triwulan laporan di Kota Kupang masih cukup tinggi. Meskipun inflasi kelompok bahan makanan lebih rendah dibandingkan inflasi pada periode sebelumnya, namun, subkelompok daging justru mengalami peningkatan dari 4,21% (yoy) menjadi sebesar 13,49% (yoy). Tingginya inflasi pada subkelompok tersebut didorong oleh komoditas daging babi sebesar 0,06%. Terbatasnya pasokan berperan cukup dominan dalam mendorong laju inflasi pada triwulan laporan. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 22

39 Kenaikan cukai tembakau dan TTL yang terjadi pada periode laporan memberikan kontribusi cukup besar terhadap pembentukan laju inflasi Kota Kupang. Inflasi pada subkelompok tembakau dan minuman beralkohol mengalami peningkatan yakni pada level 5,88% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,51% (yoy). Selanjutnya, kenaikan TTL mempengaruhi inflasi biaya tempat tinggal yang pada triwulan laporan tercatat 8,29% lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang sebesar 5,36% (yoy). Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok (yoy) KOMODITAS I II III IV I II III IV UMUM 3.11% 4.37% 4.66% 5.10% 7.06% 5.56% 8.88% 8.84% BAHAN MAKANAN -3.72% -4.58% -2.76% 2.94% 7.81% 2.88% 5.58% 4.90% MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 3.97% 6.42% 7.36% 9.58% 9.19% 7.64% 11.48% 9.11% PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 4.34% 8.45% 8.64% 8.73% 8.61% 6.60% 7.50% 9.80% SANDANG 15.59% 15.25% 11.25% 9.39% 8.06% 6.45% 7.13% 6.23% KESEHATAN 4.27% 4.00% 1.28% 1.61% 2.21% 2.37% 4.85% 4.30% PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 3.52% 2.73% 4.19% 3.26% 3.34% 4.32% 5.61% 7.69% TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 11.49% 12.28% 9.86% -0.08% 3.39% 7.82% 17.37% 16.47% Sumber : BPS, diolah Secara triwulanan, Kota Kupang tercatat mengalami inflasi sebesar 1,51% (qtq). Kondisi tersebut lebih rendah dengan kondisi inflasi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,21% (qtq). Tekanan inflasi tertinggi selama periode laporan terjadi pada kelompok perumahan, listrik, dan Grafik 2.8 Inflasi Triwulanan Kupang transpor,komunikasi,jasa -2.18% pendidikan,rekreasi,olah raga 2.05% kesehatan 0.46% sandang 1.90% perumahan,listrik,air 3.29% makanan jadi,rokok,tembakau 1.07% bahan makanan 2.35% umum 1.51% -4% -2% 0% 2% 4% air yang mencapai 3,29% (qtq). Sementara itu, kelompok transportasi, Sumber : BPS, diolah komunikasi, dan jasa mengalami deflasi sebesar 2,18% (qtq). Tekanan inflasi Kota Kupang yang tertinggi terjadi pada bulan Desember sebesar 1,59% (mtm). Inflasi tersebut bersumber dari kelompok bahan makanan serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yang masing-masing tercatat sebesar 4,53% (mtm) dan 1,42% (mtm). Pada bulan November, Kota Kupang mengalami inflasi sebesar 0,60% (mtm) dengan inflasi tertinggi berasal dari subkelompok perumahan, listrik, dan air yang tercatat sebesar 2,42% (mtm). Sementara pada bulan Oktober Kota Kupang tercatat mengalami deflasi sebesar 0,67% (mtm) yang bersumber dari kelompok transportasi, komunikasi dan jasa Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 23

40 keuangan, khususnya tarif angkutan udara. Hal tersebut disebabkan peningkatan frekuensi penerbangan serta beroperasinya maskapai penerbangan baru Inflasi Kota Maumere Sejalan dengan Kota Kupang, Kota Maumere mengalami peningkatan inflasi pada triwulan laporan. Inflasi Kota Maumere pada triwulan laporan tercatat sebesar 6,24% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,32% (yoy) namun lebih rendah dibanding tahun lalu yang sebesar 6,49% (yoy). Tingginya Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Maumere 12.00% 10.00% 8.00% 6.00% 4.00% 2.00% 0.00% % % Maumere % (yoy) Mamumere % (mtm) Sumber : BPS, diolah inflasi pada periode laporan seiring dengan tingginya permintaan di akhir tahun. Subkelompok buah-buahan dan bahan makanan lainnya mengalami inflasi tertinggi yakni dari 14,48%(yoy) dan -20,69% (yoy) menjadi sebesar 65,36% (yoy) dan 2,15% (yoy). Dilihat dari komoditasnya, cabe rawit dan ayam hidup memberikan andil inflasi terbesar yakni 0,39% dan 0,25%. Pasokan yang terhambat akibat perayaan Natal, Tahun Baru serta cuaca buruk menjadi faktor utama tingginya andil inflasi kedua komoditas dimaksud. Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok (yoy) KOMODITAS I II III IV 1 2 I II III IV I II III IV UMUM 7.15% 6.00% 5.00% 6.59% 6.53% 7.26% 6.21% 8.45% 8.07% 6.49% 7.38% 3.73% 5.32% 6.24% BAHAN MAKANAN 10.13% 6.69% 4.56% 9.47% 10.54% 12.52% 10.12% 14.93% 9.07% 5.89% 7.77% -1.20% 4.63% 2.99% MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 10.82% 10.62% 7.78% 6.06% 5.35% 4.39% 3.05% 4.61% 6.86% 6.71% 9.12% 9.27% 7.50% 14.93% PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 4.04% 4.94% 5.60% 5.35% 3.08% 3.35% 3.30% 3.36% 8.07% 6.88% 6.57% 6.45% 2.60% 4.23% SANDANG 4.95% 4.01% 4.67% 5.08% 5.37% 6.64% 8.43% 9.13% 8.68% 8.55% 4.84% 2.88% 2.62% 2.60% KESEHATAN 1.27% 3.59% 2.80% 2.85% 3.47% 3.41% 3.93% 3.49% 5.08% 4.68% 3.49% 2.52% 3.12% 4.50% PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 1.42% 1.03% 4.49% 4.60% 4.98% 5.14% 7.05% 7.57% 23.74% 24.43% 22.77% 21.89% 4.01% 4.58% TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 1.32% 0.75% 1.16% 0.37% 1.74% 1.98% 1.75% 1.26% -0.41% -0.04% 0.24% 4.10% 16.06% 14.57% Sumber : BPS diolah Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 24

41 Secara triwulanan, inflasi Maumere tercatat sebesar 1,51% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar -0,23% (qtq). Kota Kupang dan Kota Maumere mengalami inflasi yang sama besar yakni sebesar 1,51% (qtq). Tekanan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok makanan jadi yang sebesar 6,78% (qtq). Sementara itu, kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar 0,18% (qtq). Meskipun cuaca pada triwulan laporan kurang kondusif, akan tetapi pasokan ikan segar cukup melimpah. Hal ini terindikasikan dari deflasi subkelompok ikan segar dan ikan diawetkan yang masing-masing sebesar 16,85% (qtq) dan 37,89% (qtq). Selama triwulan laporan, terjadi inflasi pada bulan November dan Desember yang masing-masing tercatat sebesar 1,54% (mtm) dan 0,15% (mtm). Perayaan Natal dan Tahun Baru berdampak terhadap laju inflasi Kota Maumere. Sementara pada bulan Oktober terjadi deflasi sebesar 0,17% (mtm) seiring dengan melimpahnya pasokan ikan segar. Grafik 2.10 Inflasi Triwulanan Maumere transpor,komunikasi,jasa -0.64% pendidikan,rekreasi,olah raga kesehatan sandang perumahan,listrik,air makanan jadi,rokok,tembakau bahan makanan umum -0.18% 1.03% 1.60% 1.48% 1.32% 1.51% 6.78% -4% -2% 0% 2% 4% 6% 8% Sumber : BPS, diolah Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 25

42 BOKS 2 KENAIKAN LPG 12 KG, ADAKAH DAMPAKNYA? Adanya kebijakan pemerintah dalam rangka penghematan subsidi BBM dengan melakukan konversi penggunaan minyak tanah ke bahan bakar gas (epiji 3 kg) sejak tahun 2011 nampaknya tidak terlalu berpengaruh di wilayah NTT. Sampai dengan saat ini, mayoritas masyarakat NTT masih menggunakan minyak tanah untuk keperluan rumah tangga dibandingkan penggunaan gas elpiji. Memang, harga minyak tanah di daerah NTT masih cukup terjangkau dibandingkan harga minyak tanah di wilayah barat yang sudah lebih dari Rp ,-. Meskipun demikian, bukan berarti pengguna gas di wilayah NTT tidak ada. Penjual makanan ataupun restoran sudah menggunakan elpiji terutama elpiji 12Kg. Awal tahun 2014, pemerintah sempat menaikkan harga gas elpiji non subsidi (12Kg) sebesar Rp 3.500,- setiap kilogramnya. Itu artinya dari semula Rp ,- (harga Nasional) menjadi Rp ,-. Tingginya kenaikan harga elpiji tersebut langsung direspon oleh masyarakat dengan meningkatkan harga-harga seperti bahan makanan dan makanan jadi. Melihat hal tersebut, akhirnya pemerintah merevisi kebijakan dengan menurunkan kenaikan dari Rp 3.500/Kg menjadi Rp 1.000/Kg. Melihat fenomena tersebut, apakah kenaikan elpiji sebesar berdampak terhadap laju inflasi di NTT mengingat mayoritas masyarakat NTT masih menggunakan minyak tanah?. Untuk memudahkannya, berikut tabel simulasi dampak kenaikan elpiji. Tabel 1. Simulasi dampak kenaikan elpiji non-subsidi No Kota/Provinsi Proyeksi Inflasi Tw I 2014 tanpa kenaikan elpiji Simulasi peningkatan harga elpiji non-subsidi % 1st Round (harga elpiji) Proyeksi Inflasi Tw I 2014 kenaikan elpiji 1 Kupang 7.92% ± 1% (yoy) 0.03% 7.95% 2 Maumere 6.17% ± 1% (yoy) 0.03% 6.20% NTT 7.64% ± 1% (yoy) 0.05% 7.69% Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 26

43 Diasumsikan pengguna elpiji di NTT hanya 10% dari total pengguna bahan bakar rumah tangga. Berdasarkan tabel di atas, diperkirakan dampak kenaikan elpiji tidak terlalu signifikan terhadap laju inflasi NTT pada triwulan I Namun perlu hati-hati, bisa saja ada oknum yang memanfaatkan kenaikan elpiji nonsubsidi dengan mengoplos menggunakan elpiji subsidi (3Kg) sehingga menyebabkan harga meningkat. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 27

44 Triwulan IV-2013 B A B III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1 Kondisi Umum Kinerja perbankan dan sistem pembayaran pada triwulan laporan pertumbuhannya relatif melambat sejalan dengan respon terhadap perlambatan ekonomi global. Dari sisi kinerja keuangan, gabungan aset bank umum dan BPR tercatat Rp22,78 triliun dengan pertumbuhan sebesar 13,00% (yoy), atau melambat dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya. Demikian pula dengan penyaluran kredit perbankan yang turut mengalami perlambatan namun dengan risiko kredit yang terjaga. Pada triwulan laporan, penyaluran kredit tumbuh sebesar 19,46% (yoy) dengan outstanding mencapai Rp15,17 triliun, namun dengan risiko kredit yang membaik ke level 1,39% dibandingkan triwulan sebelumnya. Penghimpunan DPK juga tumbuh positif sebesar 10,48% dengan nominal Rp16,65 triliun. Fungsi intermediasi perbankan di NTT juga relatif baik yang tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) yang sebesar 91,14%, meskipun angka tersebut sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 91,80%. Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan NTT (Bank Umum dan BPR) indikator utama I II III IV I II III IV I II III IV Aset (miliar) 13,975 15,125 16,349 16,885 17,971 18,334 19,719 20,151 21,271 21,555 22,357 22,771 y-o-y aset 16.90% 22.39% 29.17% 25.98% 28.59% 21.22% 20.61% 19.35% 18.36% 17.56% 13.38% 13.00% Kredit (miliar) 8,341 9,104 9,831 10,337 10,632 11,564 12,222 12,702 13,025 14,074 14,810 15,174 y-o-y kredit 18.28% 16.99% 19.20% 29.22% 27.47% 27.02% 24.32% 22.88% 22.51% 21.70% 21.18% 19.46% DPK (miliar) 10,905 11,540 11,953 12,898 13,575 14,452 14,914 15,070 15,533 16,020 16,134 16,649 y-o-y DPK 17.10% 17.11% 20.44% 25.04% 24.49% 25.23% 24.77% 16.84% 14.42% 10.85% 8.18% 10.48% LDR 76.49% 78.89% 82.25% 80.15% 78.32% 80.02% 81.95% 84.29% 83.85% 87.85% 91.80% 91.14% NPL 2.35% 2.35% 2.06% 1.45% 1.68% 1.54% 1.63% 1.43% 1.64% 1.49% 1.56% 1.39% Kinerja sistem pembayaran, terutama melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) pada triwulan IV menunjukkan peningkatan, namun keseluruhan Tahun 2013 kinerjanya melambat. Aktivitas transaksi non tunai melalui fasilitas SKNBI tercatat meningkat sebesar 10,22% (yoy) dengan nominal transaksi sebesar Rp672,52 miliar. Secara tahunan, jumlah transaksi kliring selama tahun 2013 mencapai Rp2,42 triliun, tumbuh melambat sebesar 20,65% (yoy) dari Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 28

45 Triwulan IV-2013 tahun Transaksi melalui fasilitas Real Time Gross Settlement (RTGS) meningkat 2,83% (yoy) dengan nominal Rp25,50 triliun selama triwulan laporan. Secara kumulatif, jumlah transaksi RTGS selama tahun 2013 meningkat 14,73% (yoy) dengan nominal Rp90,78 triliun. Tabel 3.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai TRANSAKSI RTGS DARI (FROM) NTT MENUJU (TO) NTT 2012 Kumulatif 2013 Kumulatif I II III IV 2012 I II III IV 2013 Nilai (Rp miliar) 13,763 19,860 20,703 24,798 79,124 22,688 21,878 20,717 25,500 90,782 % yoy 18.44% 78.00% 29.98% 59.75% 45.91% 64.84% 10.16% 0.06% 68.46% 14.73% Volume 9,221 12,276 13,341 16,141 50,979 9,704 9,333 12,630 15,327 46,994 % yoy 21.31% 38.96% 35.97% 21.42% 28.93% 5.24% % -5.33% 53.16% -7.82% Nilai (Rp miliar) 12,466 14,912 21,840 15,983 65,201 13,308 22,746 17,780 26,198 80,032 % yoy 20.99% 44.04% 57.86% 11.31% 33.47% 6.76% 52.54% % % 22.75% Volume 7,055 7,948 8,263 9,265 32,531 5,687 6,142 8,209 9,478 29,516 % yoy -4.80% 5.99% -4.60% -0.99% -1.21% % % -0.65% 53.49% -9.27% Sementara dari sisi transaksi tunai, pada triwulan laporan terjadi net outflow yaitu jumlah uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk (inflow). Kondisi ini sejalan dengan tren yang terjadi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Mencermati melambatnya pertumbuhan tahunan kliring dibandingkan net outflow, hal tersebut mengindikasikan masyarakat NTT, khususnya Kota Kupang masih memiliki kecenderungan untuk menggunakan uang tunai dibandingkan sistem pembayaran non tunai. Tabel 3.3 Perkembangan Transaksi Tunai Pembayaran 2012 Kumulatif 2013 Kumulatif Tunai (miliar) I II III IV 2012 I II III IV 2013 Inflow y-o-y 67.63% 6.51% 31.01% 1.29% 30.67% 20.43% 26.86% 13.81% % 14.20% Outflow y-o-y 3.75% 64.26% 12.31% 0.30% 16.28% 52.15% % 15.60% 15.35% 9.78% Net Inflow y-o-y % % -5.94% -0.10% -3.26% 9.65% % 18.05% 26.77% 1.68% Uang Palsu (ribu) 1,950 7,650 4,800 11, , ,450 Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 29

46 Triwulan IV Perkembangan Bank Umum Intermediasi Perbankan Kinerja positif bank umum dalam menjalankan fungsi intermediasinya sedikit melambat. Pada triwulan IV-2013, rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan dana (Loan to Deposit Ratio) sebesar 90,95%. Sementara itu, rasio kredit yang belum disalurkan kepada masyarakat (undisbursed loan) terhadap total kredit menurun dari 5,12% menjadi 4,55% pada triwulan laporan dengan nominal mencapai Rp 679,20 miliar. Grafik 3.1 Perkembangan LDR Grafik 3.2 Perkembangan Undisbursed Loan 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 Kredit (miliar) DPK (miliar) LDR 100% 80% 60% 40% 20% Nominal (Miliar) rasio thd kredit 8% 6% 4% 2% - I II III IV I II III IV I II III IV 0% 0 I II III IV I II III IV I II III IV 0% Penghimpunan dana masyarakat (DPK) pada triwulan laporan meningkat sebesar 10,19% (yoy). Total dana masyarakat yang ada pada Bank Umum di wilayah NTT mencapai Rp16,40 triliun. Peningkatan laju pertumbuhan dana masyarakat masih bersumber pada meningkatnya pertumbuhan dana pada rekening tabungan. Pada triwulan laporan, total dana yang tercatat pada rekening tabungan Bank Umum sebesar Rp9,93 triliun. Jumlah tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 16,63% (yoy). Peningkatan penempatan dana oleh golongan pemilik perseorangan yang mencapai 12,90% (yoy) masih mendominasi rekening simpanan di Provinsi NTT. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 30

47 Triwulan IV-2013 Tabel 3.4 Perkembangan Kinerja DPK Bank Umum DPK (miliar) I II III IV I II III IV I II III IV DPK 10,791 11,423 11,827 12,755 13,430 14,296 14,752 14,884 15,351 15,836 15,923 16,402 y-o-y DPK 16.91% 16.95% 20.33% 24.95% 24.45% 25.15% 24.73% 16.69% 14.31% 10.78% 7.93% 10.19% Giro 2,917 2,986 2,852 2,539 3,399 3,437 3,392 2,889 3,781 3,999 3,903 2,917 y-o-y giro 16.69% 2.91% 0.71% 29.33% 16.52% 15.13% 18.97% 13.80% 11.24% 16.32% 15.05% 0.95% Deposito 2,771 3,106 3,309 3,019 3,780 3,913 4,109 3,478 3,995 4,087 3,990 3,552 y-o-y deposito 23.11% 36.86% 46.03% 16.25% 36.40% 25.96% 24.17% 15.21% 5.69% 4.44% -2.89% 2.12% Tabungan 5,103 5,331 5,666 7,197 6,251 6,945 7,251 8,516 7,575 7,751 8,029 9,933 y-o-y tabungan 13.91% 15.97% 19.75% 27.43% 22.50% 30.29% 27.96% 18.33% 21.19% 11.60% 10.74% 16.63% Pertumbuhan dana pada rekening giro melambat, hanya sebesar 0,95% (yoy). Dana pemerintah, yang memiliki porsi terbesar pada rekening giro, hanya meningkat 6,37% (yoy) pada triwulan laporan. Kenaikan yang tidak terlalu besar tersebut diimbangi dengan menurunnya giro milik swasta dan perorangan, yang masing-masing tercatat menurun 4,76% (yoy) dan 4,73% (yoy) pada triwulan laporan. Grafik 3.3 Komposisi DPK Grafik 3.4 DPK Menurut Golongan Pemilik Tabungan 60.56% Giro 17.78% Deposito 21.66% Lainnya 0.91% Perorangan 69.79% Pemerintah 16.74% Swasta 12.56% Penempatan dana dalam rekening deposito mencapai Rp3,55 triliun atau meningkat 2,12% (yoy). Laju pertumbuhan tersebut membaik dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang turun 2,89% (yoy). Penyaluran kredit Bank Umum sedikit melambat dengan pertumbuhan sebesar 19,09% (yoy) dengan total outstanding kredit mencapai Rp14,92 triliun. Secara struktural, komposisi penyaluran kredit belum mengalami perubahan meskipun sudah menunjukkan pergeseran ke arah kredit produktif. Penyaluran kredit perbankan masih didominasi oleh kredit jenis konsumsi dengan proporsi mencapai 63,20% dari total kredit. Sementara kredit produktif jenis modal kerja dan investasi menyumbang share masing-masing sebesar 29,10% dan 7,71%. Akselerasi pertumbuhan kredit modal kerja dan investasi yang relatif tinggi mendorong penurunan share kredit konsumsi terhadap total kredit perbankan. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 31

48 Triwulan IV-2013 Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Secara tahunan, peningkatan kegiatan ekonomi di Provinsi NTT berimplikasi pada peningkatan kredit, diantaranya kredit modal kerja. Peningkatan kredit modal kerja didorong oleh peningkatan permintaan kredit pada sektor-sektor dominan yaitu sektor perdagangan besar dan eceran. Peningkatan kredit pada sektor tersebut mencapai 40,60% (yoy), dengan porsi dalam penyaluran kredit modal kerja sebesar 70,89%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sektor perdagangan terus berekspansi untuk meningkatkan kapasitas usahanya terkait dengan peningkatan kegiatan konsumsi masyarakat Provinsi NTT. Sementara itu peningkatan penyaluran kredit secara tahunan yang sangat signifikan pada triwulan laporan terjadi pada sektor listrik, gas dan air dengan angka 373,38%. Hal ini mengindikasikan mulai adanya perusahaan yang bergerak di bidang tersebut melakukan kegiatan di Provinsi NTT. Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Modal Kerja Bank Umum KREDIT MODAL KERJA (Rp Miliar) I II III IV I II III IV Pertanian, Perburuan Dan Kehutanan Perikanan Pertambangan Dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas Dan Air Konstruksi Perdagangan Besar Dan Eceran 1, , , , , , , ,077 Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi Perantara Keuangan Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan Lainnya Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 32

49 Triwulan IV-2013 Pertumbuhan investasi di Provinsi NTT berkorelasi positif terhadap pertumbuhan penyaluran kredit investasi. Laju pertumbuhan kredit investasi merupakan yang tertinggi dibandingkan kredit modal kerja dan konsumsi. Sumber peningkatan penyaluran kredit investasi adalah peningkatan kredit pada sektor perdagangan besar dan sektor konstruksi yang mempunyai share cukup besar terhadap total kredit investasi. Demikian pula pada sektor real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan serta sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi. Hal tersebut searah dengan meningkatnya pembangunan properti, hotel dan restoran di Provinsi NTT sebagai salah satu program pemerintah dalam mendorong NTT menjadi salah satu tujuan wisata dunia yang harus diikuti dengan perbaikan infrastruktur penunjang sektor pariwisata. Tabel 3.7 Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum KREDIT INVESTASI (Rp Miliar) I II III IV I II III IV Pertanian, Perburuan Dan Kehutanan Perikanan Pertambangan Dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas Dan Air Konstruksi Perdagangan Besar Dan Eceran Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi Perantara Keuangan Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan Lainnya Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha Secara sektoral, penyaluran kredit produktif masih didominasi sektor perdagangan. Secara umum, share sektor perdagangan besar dan eceran masih menjadi sektor unggulan dalam penyaluran kredit perbankan. Namun, laju pertumbuhan yang sangat tinggi pada beberapa sektor lainnya seperti sektor jasa kesehatan, sektor jasa perorangan, sektor pertanian subsektor perikanan, sektor listrik, gas dan air serta sektor real estate, jasa persewaan dan jasa perusahaan, mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan aktivitas ekonomi yang cukup signifikan pada sektor-sektor tersebut. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 33

50 Triwulan IV-2013 Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral Bank Umum Kredit per sektor (miliar) I II III IV I II III IV Pertanian, Perburuan Dan Kehutanan Perikanan Pertambangan Dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas Dan Air Konstruksi Perdagangan Besar Dan Eceran 1,704 2,200 2,093 2,437 2,476 3,103 3,216 3,421 Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi Perantara Keuangan Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan Lainnya Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha 7,139 7,511 8,103 8,325 8,574 8,965 9,301 9,427 Total 10,478 11,397 12,052 12,527 12,844 13,862 14,568 14,918 Penyaluran kredit perbankan diimbangi dengan risiko kredit yang tetap terkendali pada level rendah. Rasio Non Performing Loan (NPL) perbankan pada triwulan IV-2013 turun ke level 1,33% dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,52%. Rasio NPL kredit modal kerja dan investasi pada triwulan laporan sebesar 0,98%. Sementara rasio NPL kredit konsumsi yang tercatat cukup stabil pada level 0,36%. Grafik 3.5 Perkembangan NPL Bank Umum 240 NPL (Miliar) Rasio NPL (%) % 2.0% 1.5% 1.0% 0.5% Grafik 3.6 NPL Konsumsi dan Modal Kerja Bank Umum Kredit Modal Kerja (Miliar) Kredit Investasi (Miliar) 8% NPL Modal Kerja NPL Investasi 6% 4% 2% 0 I II III IV I II III IV I II III IV 0.0% I II III IV I II III IV I II III IV 0% Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 34

51 Triwulan IV-2013 Kenaikan BI Rate sebesar 0,25 bps menjadi 7,50% dari sebelumnya 7,25% relatif tidak mempengaruhi perbankan di NTT untuk menaikkan suku bunga kredit pada triwulan laporan. Suku bunga kredit tertimbang perbankan pada triwulan IV-2013 turun ke level 14,61% atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 14,65%. Penurunan suku bunga kredit terjadi pada semua jenis kredit. Suku bunga kredit modal kerja turun ke angka 13,78%, suku bunga kredit investasi turun menjadi sebesar 15,22% dan suku bunga kredit konsumsi turun menjadi sebesar 14,84%pada triwulan laporan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Penyaluran kredit kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) meningkat sebesar 26,86% (yoy). Pertumbuhan kredit UMKM masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kredit secara keseluruhan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa laju pertumbuhan kredit produktif lebih tinggi dibandingkan dengan penyaluran kredit konsumtif. Rasio kredit UMKM terhadap total kredit pada triwulan laporan juga meningkat menjadi 26,86%. Namun rasio kredit UMKM terhadap total kredit produktif turun ke angka 72,98%. Tabel 3.9 Perkembangan Komponen Kredit UMKM Bank Umum KREDIT (miliar) I II III IV I II III IV I II III IV TOTAL KREDIT 8,217 8,973 9,686 10,188 10,478 11,397 12,052 12,527 12,844 13,862 14,568 14,918 yoy 18.10% 16.85% 19.12% 29.29% 27.52% 27.03% 24.42% 22.96% 22.58% 21.62% 20.88% 19.09% TOTAL KREDIT PRODUKTIF 2,551 2,797 3,106 3,305 3,339 3,886 3,948 4,202 4,270 4,897 5,267 5,490 yoy 26.49% 24.12% 26.52% 29.08% 30.92% 38.95% 27.12% 27.14% 27.87% 26.01% 33.39% 30.67% KREDIT UMKM 2,142 2,275 2,497 2,570 2,634 3,070 3,043 3,233 3,294 3,741 3,889 4,007 yoy 26.30% 12.82% 21.01% 18.75% 22.97% 34.92% 21.84% 25.83% 25.08% 21.87% 27.82% 23.93% MIKRO yoy 38.62% 35.59% 44.16% 40.72% 29.18% 35.14% 34.37% 50.96% 53.61% 49.76% 55.58% 40.99% KECIL 1,449 1,517 1,590 1,592 1,621 1,879 1,656 1,763 1,724 1,941 1,974 2,016 yoy 21.67% 5.49% 13.04% 6.75% 11.88% 23.86% 4.19% 10.76% 6.34% 3.31% 19.20% 14.34% MENENGAH ,041 1,066 1,093 yoy 35.86% 26.87% 33.47% 49.07% 62.76% 78.47% 67.67% 49.89% 56.22% 52.20% 26.76% 31.16% Ratio thd total kredit 26.06% 25.36% 25.78% 25.22% 25.13% 26.93% 25.25% 25.81% 25.65% 26.99% 26.70% 26.86% Ratio thd total kredit produktif 83.96% 81.35% 80.39% 77.75% 78.87% 78.99% 77.06% 76.95% 77.15% 76.40% 73.84% 72.98% Peningkatan laju pertumbuhan penyaluran kredit UMKM paling tinggi pada triwulan laporan terjadi pada kategori usaha mikro dan kecil. Penyaluran kredit untuk UMKM jenis mikro tumbuh signifikan sebesar 40,99% dengan outstanding kredit mencapai Rp899 miliar dan jumlah debitur sebanyak unit usaha. Penggunaan kredit untuk usaha mikro didominasi untuk Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 35

52 Triwulan IV-2013 keperluan modal kerja yaitu sebesar 80,93% dibandingkan untuk investasi yang hanya sebesar 19,07%. Demikian juga dengan kredit pada usaha jenis menengah mengalami pertumbuhan sebesar 31,16% dengan outstanding kredit sebesar Rp1,09 triliun dan jumlah debitur sebesar unit usaha. Penggunaan kredit sebagian digunakan untuk kebutuhan modal kerja yaitu sebesar 83,92% dan investasi sebesar 16,08%. Di sisi lain, penyaluran kredit pada usaha jenis kecil mengalami perlambatan sebesar 14,34% dengan outstanding kredit sebesar Rp2,02 triliun dan jumlah debitur mencapai unit usaha. Penggunaan kredit sebagian digunakan untuk kebutuhan modal kerja yaitu sebesar 82,83% dan investasi sebesar 17,17%. Secara sektoral, sektor yang dominan dibiayai oleh perbankan adalah sektor perdagangan besar dan eceran dengan proporsi sebesar 69,87% dari total penyaluran kredit UMKM. Sementara untuk sektor pertanian dan sektor perikanan hanya sebesar sebesar 1,98% dan 0,55%. Risiko penyaluran kredit (NPLs) kepada UMKM pada triwulan laporan terjaga dan membaik ke level 3,00%. Tabel 3.10 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral Bank Umum KREDIT SEKTORAL (miliar) I II III IV I II III IV share Pertanian, Perburuan Dan Kehutanan % Perikanan % Pertambangan Dan Penggalian % Industri Pengolahan % Listrik, Gas Dan Air % Konstruksi % Perdagangan Besar Dan Eceran 1,444 1,861 1,771 2,080 2,088 2,643 2,639 2, % Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum % Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi % Perantara Keuangan % Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan % Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib % Jasa Pendidikan % Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial % Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan Lainnya % Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga % Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya % Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya % Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha % KREDIT UMKM 2,634 3,070 3,043 3,233 3,294 3,741 3,889 4, % Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 36

53 Triwulan IV Kinerja Perbankan Umum Berdasarkan Sebaran Pulau Secara geografis, kinerja perbankan umum di Provinsi NTT masih terkonsentrasi di Pulau Timor. Pusat pemerintahan dan ekonomi yang dominan di Pulau Timor, khususnya Kota Kupang menjadi faktor utama terpusatnya kegiatan perbankan di Pulau Timor. Aset bank umum di Pulau Timor sebesar Rp13,01 triliun atau 59,19% dari total aset bank umum di Provinsi NTT. Sementara di Pulau Flores sebesar Rp7,30 triliun atau 33,19% dari total aset, dan aset bank umum di Pulau Sumba sebesar Rp1,68 triliun atau 7,62% dari total aset bank umum di Provinsi NTT. Tabel 3.11 Indikator Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau WILAYAH ASET DPK KREDIT RASIO Rp Miliar % yoy Rp Miliar % yoy Rp Miliar % yoy LDR NPL Pulau Timor 13, % 10, % 8, % 84.19% 1.33% Pulau Flores 7, % 5, % 5, % % 1.52% Pulau Sumba 1, % 1, % 1, % % 0.72% NTT 21, % 16, % 14, % 90.95% 1.33% Walaupun masih terkonsentrasi di Pulau Timor, namun perkembangan indikator di pulau lainnya relatif lebih baik dibanding di Pulau Timor. Pada triwulan laporan, perkembangan aset terbesar terdapat di Pulau Flores yaitu sebesar 30,77% (yoy) diikuti dengan Pulau Sumba sebesar 15,92% (yoy). Hal serupa juga terjadi pada indikator perkembangan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), dimana pertumbuhan tertinggi terdapat di Pulau Flores dengan nominal DPK mencapai Rp5,01 triliun atau meningkat sebesar 12,66% (yoy), sementara Pulau Sumba dan Pulau Timor mencatatkan perkembangan DPK masing-masing sebesar 10,91% dan 8,89%. Di sisi lain, perkembangan penyaluran kredit tertinggi terdapat di Pulau Timor yaitu sebesar 20,69% (yoy). Sementara dari sisi intermediasi yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat Pulau Sumba masih menunjukkan nilai tertinggi, yaitu sebesar 107,35% diikuti oleh Pulau Flores sebesar 100,02%. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 37

54 Triwulan IV Sistem Pembayaran Transaksi Non Tunai a. Transaksi Kliring Transaksi non tunai melalui SKNBI pada triwulan laporan mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya, yaitu dari sebesar 25,68% (yoy) menjadi sebesar 10,22% (yoy). Transaksi kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp672,52 miliar dengan jumlah warkat sebanyak warkat. Peningkatan transaksi melalui SKNBI pada triwulan laporan tak berpengaruh terhadap kualitas transaksi. Dengan jumlah transaksi kliring yang meningkat, jumlah nominal cek/bg kosong di wilayah Kantor Bank Indonesia Provinsi NTT pada triwulan laporan justru menurun. Jumlah cek/bg kosong pada triwulan laporan sebesar Rp7,63 miliar, turun 0,43% (yoy) meskipun jumlah warkat kosong meningkat 39,66% (yoy) menjadi 243 lembar pada bulan laporan. Secara tahunan, jumlah transaksi kliring selama tahun 2013 mencapai Rp2,42 triliun, meningkat sebesar 20,65% (yoy) dari tahun Jumlah warkat yang beredar pun meningkat 7,83% (yoy) menjadi lembar selama Namun, peningkatan volume dan jumlah transaksi juga diikuti kenaikan jumlah cek/bg kosong. Selama 2013, jumlahnya mencapai Rp35,54 miliar, meningkat 17,24% (yoy) dengan jumlah warkat sebanyak 874 lembar atau meningkat sebesar 9,52% (yoy). Grafik 3.7 Perkembangan Transaksi Kliring Grafik 3.8 Perkembangan Cek/BG Kosong Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 38

55 Rp miliar Lembar Triwulan IV-2013 b. Transaksi RTGS Transaksi menggunakan sistem RTGS mengalami peningkatan. Pada triwulan laporan, transaksi RTGS yang berasal dari (from) NTT naik sebesar 2,83% (yoy) dengan jumlah nominal Rp25,50 triliun yang berasal dari transaksi. Secara volume, terjadi penurunan 5,04% (yoy), namun hal ini mengindikasikan meningkatnya nominal per transaksi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Secara rerata, transaksi RTGS yang berasal (from) NTT tercatat sebesar Rp1,66 miliar per transaksi. Secara kumulatif tahun 2013, angka ini meningkat 14,73% (yoy) dengan nominal Rp90,78 triliun. Transaksi melalui sistem RTGS pada triwulan laporan juga lebih didominasi oleh transaksi yang menuju Provinsi NTT. Transaksi yang masuk (to) ke Provinsi NTT meningkat signifikan sebesar 63,91% (yoy) dengan nilai transaksi mencapai Rp26,20 triliun. Nominal tersebut berasal dari transaksi atau meningkat sebesar 2,30% (yoy). Hal ini menjadi indikasi gencarnya investasi luar masuk ke NTT, terutama selama triwulan laporan. Selama tahun 2013, transaksi menuju (to) Provinsi NTT tumbuh 22,75% (yoy) dengan nominal Rp80,03 triliun. 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 Grafik 3.9 Nilai Transaksi RTGS From NTT (Rp miliar) To NTT (Rp miliar) Grafik 3.10 Volume Transaksi RTGS 18,000 16,000 From NTT To NTT 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - I II III IV I II III IV - I II III IV I II III IV Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 39

56 (miliar) Triwulan IV Transaksi Tunai Aktivitas perekonomian dari sisi transaksi tunai terus meningkat. Data yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT menunjukkan bahwa transaksi uang tunai yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) dan yang keluar dari Bank Indonesia (outflow) sebesar Rp2,35 triliun. Pada triwulan laporan terjadi net outflow dimana jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia lebih besar dibandingkan dengan uang yang masuk. Jumlah uang yang masuk ke Bank Indonesia pada triwulan laporan sebesar Rp426,67 miliar atau turun 12,33% (yoy). Sementara jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia mencapai Rp1,92 triliun atau naik sebesar 15,35% (yoy). Peningkatan pertumbuhan jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia pada triwulan laporan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kebutuhan uang kartal yang signifikan setiap akhir tahun. Hal tersebut terkait dengan momen Natal dan Tahun Baru serta realisasi anggaran dan pengerjaan proyek di akhir tahun. Secara tahunan, aktivitas transaksi tunai yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT pada tahun 2013 meningkat 11,60% (yoy) menjadi Rp7,89 triliun secara total (inflow dan outflow). Arus kas masuk (inflow) meningkat 14,20% (yoy) menjadi Rp3,17 triliun, sedangkan arus kas keluar (outflow) hanya meningkat 9,91% (yoy) menjadi Rp4,72 triliun pada Grafik 3.11 Perkembangan Transaksi Tunai inflow outflow growth inflow (%) growth outflow (yoy) IV I II III IV I II III IV % 120% 80% 40% 0% -40% Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 40

57 Triwulan IV-2013 Volume pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) turun pada triwulan laporan. Pada triwulan laporan, nominal UTLE yang terserap di wilayah Provinsi NTT turun menjadi Rp113,02 miliar, meski angka ini meningkat signifikan sebesar 146,19% dibandingkan tahun sebelumnya (yoy). Setoran dari perbankan masih diharapkan menjadi sarana utama dalam menjaring UTLE di masyarakat. Selain itu, peningkatan kegiatan kas keliling merupakan salah satu upaya dalam menjaring UTLE di masyarakat agar terwujud clean money policy di Provinsi NTT. Hal tersebut sudah mulai memperlihatkan hasil, yang dapat dilihat dari semakin rendahnya jumlah UTLE yang dimusnahkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT. Di sisi lain, harus diakui bahwa hal tersebut belumlah optimal mengingat kondisi geografis wilayah NTT yang berpulaupulau menjadi kendala. Upaya untuk mewujudkan clean money policy pun terus dilakukan, terutama di wilayah-wilayah terpencil. Sepanjang tahun 2013, jumlah UTLE yang dimusnahkan meningkat 50,38% (yoy) dengan nominal mencapai Rp659,44 miliar. Peningkatan yang cukup signifikan tersebut menunjukkan bahwa Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT terus berupaya untuk memastikan ketersediaan uang layak edar di tengah-tengah masyarakat NTT. Tabel 3.12 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain Indikator (miliar) I II III IV I II III IV MRUK y-o-y 15.24% % % % % % % % Penukaran Loket y-o-y -2.20% 33.04% 26.43% 13.67% 3.94% 0.48% -4.50% 11.25% kas keliling Uang Palsu (ribu) 1,950 7,650 4,800 11, , Ratio UPal thd Outflow % % % % % % % % Sementara itu, jumlah uang palsu (upal) yang dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan laporan sebesar Rp Jumlah uang palsu yang tercatat pada triwulan laporan masih didominasi oleh uang dengan nominal besar yaitu denominasi Rp ,00. Bank Indonesia terus berusaha menekan jumlah uang palsu yang beredar di masyarakat dengan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah dengan metode 3D (Dilihat, Diraba Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 41

58 Triwulan IV-2013 dan Diterawang) serta mengeluarkan desain uang baru denominasi Rp ,00, Rp ,00, dan Rp ,00 dengan penambahan features pengaman. Sepanjang tahun 2013, jumlah uang palsu yang dilaporkan kepada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT menurun drastis sebesar 86,65% menjadi hanya Rp3,45 juta dibandingkan tahun sebelumnya. Menurunnya jumlah uang palsu yang dilaporkan selama 2013 menjadi salah satu bukti keefektifan penambahan fitur pengaman yang disematkan Bank Indonesia pada pecahan uang besar. Selain itu, edukasi publik yang dilakukan Bank Indonesia kepada masyarakat berupa sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah, telah meningkatkan pemahaman dan kewaspadaan masyarakat terhadap uang palsu. Dua hal tersebut pada akhirnya dianggap berkontribusi besar dalam menurunnya jumlah uang palsu yang dilaporkan kepada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 42

59 Triwulan IV-2013 BOKS 3 PERKEMBANGAN PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI PROVINSI NTT Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan kredit modal kerja dan atau investasi yang ditujukan kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKM-K) di bidang usaha yang produktif dan layak namun belum bankable dengan plafon s.d. Rp ,00. KUR dijamin oleh Perusahaan Penjamin, dimana besarnya penjaminan maksimal sebesar 80% dari plafon kredit. KUR terbagi ke dalam 2 jenis, yaitu KUR Mikro (plafon s.d. Rp ,00) dan KUR Retail (plafon di atas Rp ,00 s.d. Rp ,00). Jangka waktu fasilitas KUR maksimal selama 3 tahun bila digunakan untuk modal kerja dan 5 tahun bila digunakan untuk investasi, dengan tingkat suku bunga sebesar 22% per tahun (efektif) untuk KUR Mikro dan 13% per tahun (efektif) untuk KUR Retail. Sampai saat ini, terdapat 33 bank yang dapat menyalurkan KUR yaitu BRI, BNI, BNI Syariah, Bank Mandiri, BSM, BTN, Bank Bukopin, dan 26 BPD (termasuk Bank NTT). Total penyaluran KUR secara nasional melalui 33 bank pelaksana tersebut pada tahun 2013 mencapai Rp40,81 triliun atau 113,35% dari target sebesar Rp36 triliun. Sementara total penyaluran KUR sejak diluncurkan pada tahun 2007 hingga bulan Desember 2013 telah mencapai Rp137,69 triliun. Adapun baki debet KUR posisi Desember 2013 tercatat sebesar Rp46,59 triliun, tumbuh sebesar 17,19% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan wilayah, penyaluran KUR masih terpusat di Pulau Jawa (48,58%) dan Pulau Sumatera (22,62%), dimana Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan baki debet KUR terbesar (14,21%), diikuti oleh Provinsi Jawa Timur (13,98%) dan Provinsi Jawa Barat (12,10%). Sedangkan berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran KUR masih didominasi oleh sektor perdagangan (62,91%) dan pertanian (18,62%). Grafik 1. Penyaluran KUR Berdasarkan Wilayah dan Sektor Ekonomi Nasional Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 43

60 Triwulan IV-2013 Rasio Non Performing Loan (NPL) KUR pada bulan Desember 2013 tercatat sebesar 3,07% atau secara nominal sebesar Rp1,71 triliun. Nominal NPL tersebut setara dengan 9,01% dari NPL kredit UMKM yang sebesar Rp20,63 triliun. Berdasarkan wilayah, rasio NPL tertinggi terdapat di DKI Jakarta (6,66%), Jawa Barat (6,48%), dan Papua Barat (5,31%). Sedangkan berdasarkan sektor ekonomi, rasio NPL tertinggi terdapat pada sektor konstruksi (9,04%), sektor industri (6,24%), dan sektor perikanan (5,79%). Sementara untuk lingkup Provinsi NTT, penyaluran KUR dari tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan. Total penyaluran KUR sejak tahun 2007 s.d. Desember 2013 melalui 6 bank pelaksana (BRI, BNI, BTN, Bank Mandiri, Bank Bukopin, dan Bank NTT) telah mencapai Rp1,46 triliun. Secara nasional, Provinsi NTT menempati urutan ke-24 dalam penyaluran KUR dengan baki debet sebesar Rp430,45 miliar atau 0,92% dari total baki debet KUR. Tabel 1. Baki Debet KUR Berdasarkan Provinsi Berdasarkan wilayah, penyaluran KUR masih terpusat di Pulau Timor (43,66%) dan Pulau Flores (43,75%), dimana Kota Kupang memiliki baki debet KUR terbesar (Rp102,23 miliar; 24,91%), disusul oleh Kab. Flores Timur (Rp48,22 miliar; 11,20%) dan Kab. Ende (Rp42,12 miliar; 9,79%). Sedangkan berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran KUR masih didominasi oleh sektor perdagangan (78,73%). Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 44

61 Triwulan IV-2013 Sementara itu, penyaluran pada sektor pertanian yang merupakan sektor utama daerah baru mencapai 6,20%. Grafik 2. Penyaluran KUR Berdasarkan Wilayah dan Sektor Ekonomi NTT Rasio NPL KUR di Provinsi NTT pada bulan Desember 2013 tercatat sebesar 1,80%, membaik dibandingkan dengan bulan Desember 2012 (2,05%). Secara nominal, NPL KUR di Provinsi NTT tercatat sebesar Rp7,74 miliar atau 6,44% dari NPL kredit UMKM di Provinsi NTT yang sebesar Rp120,27 miliar. Berdasarkan wilayah, rasio NPL tertinggi terjadi di Kab. Belu (5,41%), Kab. Alor (3,55%), dan Kab. Ngada (3,15%). Sedangkan berdasarkan sektor ekonomi, rasio NPL tertinggi pada sektor jasa pendidikan (22,30%), disusul sektor perikanan (2,76%), dan sektor pertanian (2,38%). Kendati rasio NPL sektor jasa pendidikan sangat tinggi, namun baki debet sektor tersebut hanya sebesar Rp55,67 juta, sehingga nominal NPL hanya sebesar Rp12,41 juta. Berdasarkan hasil diskusi antara Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, perbankan, SKPD, dan asosiasi/lembaga terkait, berhasil diidentifikasi beberapa kendala yang dihadapi dalam penyaluran KUR di Provinsi NTT. Pertama, jaringan kantor bank pelaksana belum sepenuhnya mampu untuk menyalurkan KUR hingga ke wilayah terpencil. Kondisi geografis Provinsi NTT yang memiliki wilayah seluas ±47.349,90 km 2 dan terdiri dari pulau tentunya merupakan tantangan yang luar biasa. Untuk itu bank pelaksana dapat mengoptimalkan penyaluran KUR melalui lembaga linkage seperti koperasi, Lembaga Keuangan Mikro (LKM), kelompok usaha, dan BPR, baik dengan pola executing ataupun channeling. Kedua, pemahaman UMKM-K mengenai persyaratan KUR masih perlu ditingkatkan. Terdapat beberapa persyaratan umum yang harus dipenuhi untuk memperoleh KUR, yaitu : 1. Tidak sedang menerima kredit/pembiayaan dari perbankan dan/atau tidak sedang menerima Kredit Program lainnya dari Pemerintah (Kredit Ketahanan Pangan dan Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 45

62 Triwulan IV-2013 Energi, Kredit Usaha Pembibitan Sapi, dll). Kondisi tersebut wajib dibuktikan dengan hasil pengecekan pada Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia, kecuali untuk KUR Mikro. Persyaratan ini tidak berlaku untuk kredit konsumtif (Kredit Kepemilikan Rumah, Kredit Kendaraan Bermotor, dll); 2. Kegiatan usaha minimal sudah berjalan selama 6 bulan. Namun persyaratan ini dapat berbeda tergantung pada kebijakan masing-masing bank pelaksana. 3. Menyediakan dokumen pendukung, a.l. identitas diri nasabah (KTP, Kartu Keluarga, dll), legalitas usaha (akta pendirian, akta perubahan, dll), perizinan usaha (SIU, TDP, dll), catatan pembukuan atau laporan keuangan serta copy bukti agunan (sertifikat tanah, BPKB, dll) Selain itu, sebagian UMKM juga masih menganggap bahwa KUR sebagai dana hibah dari Pemerintah. Padahal, KUR bukan merupakan hibah, karena dana yang digunakan 100% bersumber dari dana bank pelaksana yang dihimpun dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito. Untuk itu, SKPD terkait, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan perbankan akan berupaya mengintensifkan pelaksanaan sosialisasi mengenai KUR. Ketiga, suku bunga KUR dianggap masih terlalu tinggi bagi UMKM-K. Sebagai pembanding, dapat dilihat data Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) beberapa bank umum pada bulan Mei 2013 s.d. September 2013 yang menunjukkan bahwa ratarata suku bunga kredit mikro = 17.72% dan suku bunga kredit ritel = 11,98%. Dengan asumsi margin sebesar 3 5%, maka suku bunga kredit mikro berkisar antara 20,72% - 22,72% dan kredit ritel sebesar 14,98% - 16,98%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa suku bunga KUR mikro sebesar 22% dan ritel sebesar 13% masih reasonable. Tabel 2. Perkembangan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) Bank Umum Tahun 2013 Mei Jun Jul Sep Nama Bank Kredit Kredit Kredit Kredit Kredit Kredit Kredit Kredit Ritel Mikro Ritel Mikro Ritel Mikro Ritel Mikro PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk PT BANK CENTRAL ASIA Tbk PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO),Tbk PT BANK CIMB NIAGA, TBK PT PAN INDONESIA BANK, Tbk PT BANK PERMATA Tbk (d/h PT. BANK BALI ) PT BANK DANAMON INDONESIA Tbk PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO),TBK PT BANK INTERNASIONAL INDONESIA Tbk PT BANK BUKOPIN PT BANK UOB INDONESIA PT BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL PT BANK MEGA, Tbk Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 46

63 Triwulan IV-2013 Keempat, masih cukup banyak UMKM-K belum memenuhi persyaratan dari sisi kapabilitas, sehingga tidak feasible untuk menerima KUR. Peningkatan kapabilitas ini juga diperlukan oleh UMKM-K yang telah menerima KUR, sehingga risiko kredit macet/npl dapat ditekan serendah mungkin. Untuk itu, perlu ada program peningkatan kapabilitas UMKM-K secara intensif yang antara lain dapat dilakukan melalui pelatihan dan pendampingan. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 47

64 Triwulan IV B A B IV KEUANGAN PEMERINTAH 4.1. Kondisi Umum Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi NTT pada triwulan laporan mengalami peningkatan. Pola penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) relatif sama pada setiap tahunnya, dimana laju realisasi anggaran pada triwulan IV lebih besar dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Realisasi pendapatan periode laporan sebesar Rp486,94 miliar atau tumbuh sebesar 17,69% (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu, realisasi belanja daerah sebesar Rp768,79 miliar atau tumbuh sebesar 2,11% (yoy) lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu. Secara kumulatif, realisasi pendapatan tahun 2013 tercatat sebesar Rp 2,35 triliun atau mencapai 100,38% dari rencana yang sebesar Rp 2,34 triliun. Sementara itu, realisasi belanja sebesar Rp 2,34 triliun atau mencapai 97,53% dari rencana belanja yang sebesar Rp 2,4 triliun. Realisasi pendapatan dan belanja tahun 2013 tercatat lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya dengan kenaikan masing-masing sebesar 8,37% (yoy) dan 12,07% (yoy). Grafik 4.1 Realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Provinsi di Indonesia Sumber : Ditjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 48

65 Rp miliar Triwulan IV Berdasarkan data Ditjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan, realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi NTT hingga bulan November 2013 berada sedikit di atas rata-rata seluruh provinsi yang sebesar 75,5%. Besarnya realisasi belanja 33 provinsi sampai dengan bulan November 2013 mencapai Rp 534,6 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama pada tahun 2011 dan 2012 yang hanya sebesar Rp 377,6 triliun dan Rp 448,1 triliun. Terdapat 14 provinsi yang mempunyai realisasi belanja di bawah rata-rata dengan realisasi belanja terendah adalah Provinsi Kalimantan Timur sebesar 62,2% dan realisasi belanja tertinggi adalah Provinsi Gorontalo sebesar 86,5% Pendapatan Daerah Realisasi pendapatan pada triwulan IV mencapai Rp486,94 miliar atau meningkat 17,69% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu. Realisasi terbesar bersumber dari pendapatan transfer sebesar Rp390 miliar, meningkat 20,68% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp323,91 miliar. Sumbangan realisasi pendapatan transfer berasal dari pos dana perimbangan dengan andil sebesar 36,80% terhadap total pendapatan daerah. Secara kumulatif, realisasi pendapatan tahun 2013 mencapai 100,38% dari rencana awal tahun. Total pendapatan tercatat sebesar Rp2,35 triliun atau meningkat 8,37% (yoy) dibandingkan pendapatan tahun 2012 yang sebesar Rp2,17 triliun. Nominal tersebut bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp487,31 miliar dengan share 24,55% dari total pendapatan. Sementara sisanya sebesar Rp1,86 triliun atau 79,27% merupakan dana perimbangan dari Pemerintah Pusat. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan sumber penerimaan daerah terhadap bantuan dari Pemerintah Pusat dalam era otonomi daerah relatif masih tinggi. Bila dibandingkan dengan target PAD akhir tahun, realisasi PAD Provinsi NTT tercatat mencapai 112,43%. Sumbangan realisasi terbesar PAD berasal dari pos Pajak Daerah yang nilainya mencapai Rp 358,45 miliar atau sebesar 73,56% dari realisasi PAD. 2,500 2,000 1,500 1, Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan 103.1%100.8% 103.2% 101.2% Rencana Pendapatan Realisasi Pendapatan , % 1, Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT 96.2% 2, ,38% 2, Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 49

66 Rp miliar Triwulan IV Sementara itu, realisasi Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat tercatat mencapai 98,00% dari target Pendapatan Transfer tahun Sumbangan terbesar berasal dari pos Dana Perimbangan dengan realisasi mencapai Rp 1,17 triliun atau sebesar 62,54% dari realisasi Pendapatan Transfer Belanja Daerah Realisasi belanja daerah pada triwulan IV mencapai Rp768,79 miliar, lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu. Perlambatan yang terjadi pada belanja daerah berasal dari rendahnya belanja bantuan sosial dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni dari sebesar Rp32,05 miliar menjadi sebesar Rp21,83 miliar. Namun demikian, secara kumulatif, realisasi belanja pemerintah hingga akhir tahun 2013 sebesar 97,53% dari rencana anggaran. Total belanja Pemerintah Provinsi NTT sampai dengan akhir tahun tercatat sebesar Rp 2,34 triliun atau meningkat 12,07% (yoy) dibandingkan total belanja tahun 2012 yang sebesar Rp 2,08 triliun. Pos Belanja Operasi, yang didalamnya mencakup Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa serta Belanja Hibah, merupakan pos belanja terbesar dengan total nominal sebesar Rp 1,95 triliun atau mencapai 83,46% dari total belanja. Sisanya sebesar 16,54% terdiri dari Belanja Modal (10,30%), Transfer ke Pemerintah Kabupaten/Kota (6,05%), dan Belanja Tidak Terduga (0,19%). Belanja Hibah dan Belanja Pegawai mencatat realisasi tertinggi pada pos Belanja Operasi, yaitu masing-masing sebesar Rp 756,12 miliar (77,70%) dan Rp 369,47 miliar (63,55%). Nominal realisasi Belanja Hibah dan Belanja Pegawai tersebut meningkat masing-masing sebesar 20,13% (yoy) dan 7,75% (yoy) dibandingkan dengan realisasi pada triwulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp960,36 miliar dan Rp 538,17 miliar. Grafik 4.3 Realisasi Belanja Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT Sementara pos Belanja Modal sampai dengan akhir tahun mencatat realisasi sebesar Rp 241,26 miliar atau 103,59% dari rencana APBD Kendati demikian, nominal realisasi belanja modal tersebut mengalami peningkatan sebesar 7,47% (yoy) dibandingkan dengan realisasi pada tahun 2012 yang sebesar Rp 224,48 miliar. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 50 3,000 2,500 2,000 1,500 1, % 86.38% 91.30% 89.74% 88.06% 1, Rencana Belanja Realisasi Belanja 1, , , , % 97,53% 2, ,

67 Triwulan IV Peningkatan realisasi Belanja Modal merupakan salah satu indikator bahwa perhatian Pemerintah Provinsi NTT terhadap pembangunan infrastruktur di wilayahnya semakin meningkat. Rp Juta Tabel 4.1 Rencana dan Realisasi APBD Provinsi NTT Tahun 2013 URAIAN Realisasi Tw IV Tw IV % (yoy) Realisasi % (yoy) Rencana Realisasi Tw IV Tw IV % (yoy) Realisasi 2013 PENDAPATAN 413, % 2,169, % 2,342, , % 2,351, % PENDAPATAN ASLI DAERAH 89, % 398, % 433,414 96, % 487, % Pendapatan Pajak Daerah 71, % 292, % 295, , % 358, % Pendapatan Retribusi Daerah 1, % 8, % 11,269 2, % 8, % Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - 42, % 45, % 53, % Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 16, % 54, % 81,607 (15,747) % 67, % PENDAPATAN TRANSFER 323, % 1,771, % 1,901, , % 1,863, % Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 189, % 1,087, % 1,187, , % 1,165, % Dana Bagi Hasil Pajak 18, % 90, % 105,596 24, % 83, % Dana Alokasi Umum 156, % 940, % 1,003, , % 1,003, % Dana Alokasi Khusus 14, % 57, % 77,823 19, % 77, % Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 134, % 683, % 714, , % 698, % Dana Otonomi Khusus & Dana Penyesuaian 134, % 683, % 714, , % 692, % Penerimaan dari Pihak Ketiga - LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH % % - - Pendapatan Hibah % % Pendapatan Dana Darurat Pendapatan lainnya BELANJA 785, % 2,089, % 2,400, , % 2,341, % BELANJA OPERASI 556, % 1,726, % 2,030, , % 1,954, % Belanja Pegawai 145, % 499, % 581, , % 538, % Belanja Barang 159, % 354, % 421, , % 410, % Belanja Hibah 210, % 799, % 973, , % 960, % Belanja Bantuan Sosial 32, % 64, % 42,801 21, % 29, % Belanja Bantuan Keuangan 8, % 8, % 12,302 11, % 15, % BELANJA MODAL 148, % 224, % 232, , % 241, % BELANJA TIDAK TERDUGA % % 18,130 2,542 4, % Belanja Tidak Terduga % % 18,130 (1,833) % TRANSFER 80, % 138, % 118,916 76, % 141, % Bagi Hasil Pajak 80, % 138, % 118,916 76, % 141, % PEMBIAYAAN NETTO 36, % 263, % 58,476 19, % 236, % PENERIMAAN DAERAH 33, % 177, % 118,346 (5,229) % 236, % Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) , % 53,108 (9,292) % 169, % Pencairan Dana Cadangan 31,513 32, % 57, % 57, % Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 2, % 7, % 7,767 4, % 8, % PENGELUARAN DAERAH 2, % 85, % 59,870 (25,000) % % Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah % 26, % 54,870 (25,000) % Pemberian pinjaman kepada kelompok masyarakat 2, % 4, % 5, % % 2013 % (yoy) Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 51

68 B A B V KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN 5.1. Kondisi Umum Perkembangan ketenagakerjaan NTT sedikit menurun meskipun kesejahteraan masyarakat pada triwulan laporan masih menunjukkan kondisi yang positif. Berdasarkan data BPS diketahui bahwa kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Timur pada Agustus 2013 memperlihatkan penurunan yang tergambar dari berkurangnya kelompok penduduk yang bekerja disertai bertambahnya tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja di Provinsi NTT pada bulan Agustus 2013 mencapai jiwa atau turun sebesar jiwa (0,66%) dibandingkan Agustus 2012 dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 3,16% lebih tinggi dari posisi Februari 2013 yang tercatat 2,01%. Tren penurunan juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan KPw BI Provinsi NTT. Hasil SKDU triwulan IV-2013 menunjukkan, indeks ketenagakerjaan 1 tercatat sebesar 4,86, menurun dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, kondisi kesejahteraan masyarakat NTT berdasarkan data BPS posisi September 2013 menunjukkan kondisi yang positif tercermin dari penurunan persentasi penduduk miskin dari 20,41% pada September 2012 menjadi 20,24%. Indeks keparahan dan kedalaman kemiskinan juga membaik pada September Demikian juga tingkat optimisme masyarakat perkotaan. Berdasarkan hasil survei konsumen bulan Desember 2013, terlihat adanya kenaikan tingkat optimisme, khususnya pada masyarakat dengan penghasilan menengah ke atas terhadap tingkat kesejahteraan saat ini dibandingkan enam bulan yang lalu. Namun, indikator kesejahteraan di daerah pedesaan yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) kembali menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. 1 angka indeks dihitung dengan metode SBT (Saldo Bersih Tertimbang) yang merupakan selisih dari. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 52

69 5.2. Perkembangan Ketenagakerjaan Kondisi Ketenagakerjaan Umum Berdasarkan data BPS diketahui bahwa kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Timur pada Agustus 2013 memperlihatkan penurunan yang tergambar dari berkurangnya kelompok penduduk yang bekerja disertai bertambahnya tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja di Provinsi NTT pada bulan Agustus 2013 mencapai jiwa atau turun sebesar jiwa (0,66%) dibandingkan Agustus Dari total angkatan kerja, jumlah penduduk yang bekerja tercatat sebesar jiwa, berkurang jiwa atau 0,94% (yoy). Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama No. LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA Feb Agustus Feb Agustus Feb Agustus Feb Agustus 1. PERTANIAN 1,642,550 1,333,638 1,463,896 1,360,265 1,507,644 1,291,191 1,533,935 1,264, % 64.70% 67.30% 64.89% 68.16% 61.61% 67.69% 60.90% 2. PERTAMBANGAN 38,321 30,166 27,415 23,627 28,554 29,537 21,820 23, % 1.46% 1.26% 1.13% 1.29% 1.41% 0.96% 1.11% 3. INDUSTRI 100, , , ,697 95, , , , % 6.98% 5.12% 5.95% 4.31% 7.56% 4.59% 7.18% 4. LISTRIK GAS dan AIR 1,882 1,731 2,860 2,420 2,690 2,176 4,622 3, % 0.08% 0.13% 0.12% 0.12% 0.10% 0.20% 0.18% 5. KONSTRUKSI 46,138 62,472 61,375 59,405 46,150 81,634 54,967 75, % 3.03% 2.82% 2.83% 2.09% 3.90% 2.43% 3.64% 6. PERDAGANGAN 128, , , , , , , , % 7.31% 6.77% 7.03% 6.77% 7.35% 7.82% 7.89% 7. TRANSP,PERGUDANGAN & KOMUNIKASI 93,099 98,318 84,759 87,407 97,622 95,738 87, , % 4.77% 3.90% 4.17% 4.41% 4.57% 3.87% 4.87% 8. KEUANGAN 4,028 9,766 11,511 20,810 25,893 18,484 24,348 22, % 0.47% 0.53% 0.99% 1.17% 0.88% 1.07% 1.07% 9. JASA KEMASYARAKATAN 249, , , , , , , , % 11.18% 12.17% 12.89% 11.68% 12.61% 11.37% 13.16% Total 2,304,772 2,061,229 2,175,232 2,096,259 2,211,869 2,095,683 2,266,120 2,075, % % % % % % % % Sumber : BPS Provinsi NTT Ditinjau dari lapangan pekerjaan utama, komposisi ketenagakerjaan menurut sektor ekonomi relatif sama dengan kondisi tahun-tahun sebelumnya, dengan sebagian besar penduduk (60,90%) bekerja di sektor pertanian. Hal ini disebabkan karena sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi utama di NTT sehingga mayoritas penduduk memiliki mata pencaharian pada sektor tersebut. Namun demikian, terjadi penurunan jumlah pekerja di sektor pertanian dibandingkan dengan Agustus 2012 sebesar atau 2,09% (yoy). Jumlah tenaga kerja di sektor industri juga mengalami penurunan. Tenaga kerja di sektor industri tercatat turun sebesar jiwa (7,51%) dibandingkan bulan Agustus Di tengah tren penurunan jumlah tenaga kerja di 2 (dua) sektor tersebut, sektor jasa-jasa justru menunjukkan peningkatan. Jumlah tenaga kerja di Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 53

70 sektor jasa-jasa tercatat meningkat sebesar jiwa atau 5,19% (yoy) dibandingkan dengan Agustus Dari 7 (tujuh) klasifikasi status pekerjaan yang terekam pada Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), diidentifikasikan dua kelompok utama terkait kegiatan ekonomi yaitu formal dan informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal adalah mereka yang berstatus di luar itu. Melihat status pekerjaan berdasarkan klasifikasi formal dan informal, sebanyak 79,29% tenaga kerja di NTT pada bulan Agustus 2013 bekerja pada kegiatan informal. Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan No. STATUS PEKERJAAN UTAMA Feb Agustus Feb Agustus Feb Agustus Feb Agustus 1. Berusaha Sendiri 74, , , , , , , , % 13.53% 12.03% 14.82% 12.22% 16.99% 13.16% 19.55% 2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap 173, , , , , , , , % 32.74% 30.40% 29.51% 29.17% 27.85% 28.55% 26.64% 3. Berusaha dibantu buruh tetap 11,044 29,827 35,842 29,801 25,343 32,697 32,793 32, % 1.45% 1.65% 1.42% 1.15% 1.56% 1.45% 1.55% 4. Buruh/Karyawan 100, , , , , , , , % 15.77% 17.68% 19.08% 16.98% 18.56% 15.98% 19.15% 5. Pekerja bebas 48,741 44,992 73,744 63,802 81,327 93,616 93,863 64, % 2.18% 3.39% 3.04% 3.68% 4.47% 4.14% 3.11% 6. Pekerja Tak Dibayar 603, , , , , , , , % 34.33% 34.85% 32.13% 36.81% 30.56% 36.72% 29.99% TOTAL 1,013,259 2,061,229 2,175,232 2,096,259 2,211,869 2,095,683 2,266,120 2,075, % % % % % % % % Sumber : BPS Provinsi NTT Berdasarkan hasil SKDU, daya serap tenaga kerja pada triwulan laporan juga mengalami penurunan. Meski tak ada sektor yang menunjukkan angka negatif, namun hampir seluruh sektor mengalami stagnansi penyerapan tenaga kerja pada triwulan laporan. Indeks hasil SKDU triwulan IV-2013 menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja pada sektor pertanian tidak berubah, sedangkan industri pengolahan dan jasa-jasa relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Hanya sektor PHR dan keuangan yang menunjukkan peningkatan, sehingga secara keseluruhan indeks penyerapan tenaga kerja triwulan laporan menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut diyakini merupakan dampak kenaikan UMP NTT 2014 yang cukup besar, hingga 13,86% dibandingkan UMP 2013, sehingga pelaku usaha menahan diri untuk merekrut pegawai baru dengan alasan efisiensi biaya, terutama biaya tenaga kerja. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 54

71 indeks Triwulan IV Grafik 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT 20 Indeks Ekspektasi Jumlah Kary. Indeks Jumlah Kary I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : SKDU Triwulan III-2013 KPw BI Provinsi NTT Pengangguran Pengangguran merupakan salah satu indikator utama dari bidang ketenagakerjaan. Klasifikasi penduduk yang menganggur adalah penduduk yang sedang mencari pekerjaan ditambah penduduk yang sedang mempersiapkan usaha (tidak bekerja), yang mendapatkan pekerjaan tetapi belum mulai bekerja serta yang tidak mungkin mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPS Provinsi NTT, pada bulan Agustus 2013 jumlah pengangguran sebanyak jiwa, meningkat sebanyak jiwa (46,24%) dibandingkan dengan bulan Februari Secara tahunan, angka tersebut juga meningkat sebesar jiwa atau 8,76% (yoy). Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan No. KEGIATAN UTAMA Feb Agst Feb Agst Feb Agst Feb Agst 1. Penduduk 15+ 2,922,601 2,949,471 2,976,070 3,003,516 3,030,527 3,057,373 3,085,361 3,119, Angkatan Kerja 2,226,844 2,141,569 2,234,887 2,154,258 2,266,005 2,158,039 2,312,493 2,143,765 Kerja 2,150,763 2,066,842 2,175,232 2,096,259 2,211,869 2,095,683 2,266,120 2,075,948 Penganggur 76,081 74,727 59,655 57,999 54,136 62,356 46,373 67, Bukan Angkatan Kerja 695, , , , , , , , Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja % 76.19% 72.61% 75.10% 71.72% 74.77% 70.58% 74.95% 68.72% 5. Tingkatan Pengangguran Terbuka % 3.42% 3.49% 2.67% 2.69% 2.39% 2.89% 2.01% 3.16% 6. Bekerja Tidak Penuh 1,064, , ,460 1,000,991 1,026, ,721 1,114,439 1,062,209 Setengah Penganggur 401, , , , , , , ,928 Pekerja Paruh Waktu 662, , , , , , , ,281 Sumber : BPS Provinsi NTT Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 55

72 Indeks Rp ribu Triwulan IV Kondisi Kesejahteraan Kondisi Kesejahteraan Umum Kondisi kesejahteraan secara umum relatif membaik berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT. Pada triwulan laporan terlihat adanya kenaikan tingkat optimisme, khususnya pada masyarakat perkotaan dengan penghasilan menengah ke atas terhadap tingkat kesejahteraan. Hal ini tercermin dari indeks penghasilan saat ini dibandingkan 6 (enam) bulan yang lalu hasil SK bulan Oktober sampai dengan Desember Berdasarkan hasil survei, indeks SBT mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada bulan Desember, setelah sebelumnya menurun pada triwulan II dan triwulan III Hal tersebut diperkirakan karena pengaruh kenaikan harga BBM yang diikuti dengan kenaikan harga bahan kebutuhan harian maupun biaya lain seperti transportasi yang terjadi pada triwulan sebelumnya, telah mereda pada triwulan laporan. Tabel 5.4 Pendapat Konsumen Mengenai Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu Klasifikasi Pengeluaran Konsumen per Bulan Penghasilan Saat Ini Dibanding 6 Bulan yll Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah 1-2 Juta 29.07% 70.93% 0.00% % 2,1-3 Juta 62.79% 37.21% 0.00% % 3,1-4 Juta 66.67% 26.67% 6.67% % 4,1-5 Juta 80.00% 20.00% 0.00% % 5 Juta ke atas % 0.00% 0.00% % Sumber : SK Triwulan IV-2013 KPw BI Provinsi NTT Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Penghasilan 1,400 1, Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu 1, KHL ,164 1,363 UMP , I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS Provinsi NTT Sumber : Survei Konsumen KPw BI Provinsi NTT Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 56

73 Sementara di pedesaan, ukuran daya beli masyarakat yang diukur melalui NTP kembali menurun. Pada akhir triwulan laporan, dengan menggunakan tahun 2012 sebagai tahun dasar menggantikan tahun dasar 2007, indeks yang diterima (IT) tercatat sebesar 106,52. Sementara, indeks yang dibayar (IB) tercatat sebesar 108,78. Kondisi tersebut Grafik 5.4 Perkembangan NTP NTT Sumber : BPS Provinsi NTT menggambarkan akselerasi peningkatan pendapatan petani selama triwulan laporan, tidak secepat akselerasi peningkatan pengeluaran yang menyebabkan NTP pada triwulan laporan turun ke level 97,92. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan petani kembali tertekan, dengan kondisi penghasilan yang diterima petani berada di bawah biaya yang dikeluarkan pada triwulan laporan Tingkat Kemiskinan Jumlah penduduk miskin atau penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan pada bulan September 2013 tercatat sebesar 1.009,15 ribu jiwa atau 20,24% dari jumlah penduduk NTT. Angka tersebut meningkat sebesar 8,85 ribu jiwa atau 0,88% dibandingkan dengan bulan September 2012 (yoy), yang tercatat sebesar 1.000,3 ribu jiwa atau 20,41% dari total penduduk NTT. Tahun Tabel 5.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di NTT tahun 2005 s.d. September 2013 Jumlah Penduduk Miskin (000) Persentase Penduduk Miskin Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa , , , , , , , , , , Maret , Sept , Maret Sept , Sumber : BPS Provinsi NTT. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 57

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan I 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan I - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Agustus 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2 Kupang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III-2013 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Asesmen Ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Kupang KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Bank Indonesia (KBI) di

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN II 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Kantor Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur Menyongsong Pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang Berkualitas Februari 2017 Untuk

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur. Triwulan I Foto Cover : Joni Trisongko

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur. Triwulan I Foto Cover : Joni Trisongko KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Triwulan I Foto Cover : Joni Trisongko 0I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Tom Pello No. 2 Kupang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan I - 2010 Kantor Bank Indonesia Kupang KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2009 Kantor Bank Indonesia Kupang KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Bank Indonesia (KBI) di

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2011 Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2009 Kantor Bank Indonesia Kupang KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Bank Indonesia (KBI) di

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang NTT (38) 832-364 / 827-916 ; fax : [38] 822-13 www.bi.go.id Daftar Isi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

No Lokasi Jenis Sapi Jumlah. 1 Pulau Timor Sapi Bali Pulau Flores Sapi Bali Pulau Sumba Sapi Onggol

No Lokasi Jenis Sapi Jumlah. 1 Pulau Timor Sapi Bali Pulau Flores Sapi Bali Pulau Sumba Sapi Onggol Jakarta sebesar 150 ton per hari atau 52.500 ton per tahun dimana 30%-40% berasal dari impor. Perkembangan produksi sapi di Provinsi NTT sendiri telah berkembang sejak tahun 2011 dengan dicanangkan sebagai

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-213 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan I - 2011 Kantor Bank Indonesia Kupang KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II - 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci