KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i

2 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii

3 Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII DIVISI EKONOMI MONETER Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp Fax iii

4 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Penerbit : Divisi Ekonomi Moneter Tim Kajian Ekonomi Jl. Jenderal Sudirman No. 22 P A D A N G Telp : Fax : Mardy Fery (mfery@bi.go.id) Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) Gaffari Ramadhan (gaffari_r@bi.go.id) Eks. BaHaris Prabowo (haris_p@bi.go.id) k Indonesia Muaro, Padangittinggi dan iv

5 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-nya sehingga kami dapat kembali menghadirkan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), khsususnya untuk periode Triwulan II Publikasi ini ditujukan sebagai informasi dan bahan masukan bagi pemerintah daerah, kalangan perbankan, kalangan akademisi, pelaku usaha serta semua pihak yang membutuhkan informasi terkini mengenai perkembangan ekonomi Provinsi Sumatera Barat. Selain diterbitkan dalam bentuk buku, soft copy KER dapat diakses melalui Perekonomian Sumatera Barat pada triwulan II-2013 menghadapi sejumlah tantangan. Pertumbuhan ekonomi mencapai 6,1% (yoy), melemah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,1% (yoy). Di sisi lain, inflasi pada triwulan II mencapai 7,94% (yoy), dan terus meningkat sehubungan kenaikan harga BBM bersubsidi dan bergejolaknya harga pangan. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII bersama pemerintah daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota terus berupaya mengoptimalkan peran Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melalui koordinasi dan kerjasama yang terkait upaya untuk menstabilkan inflasi di daerah, tentunya agar daya beli masyarakat tetap terjaga. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu hingga terbitnya KER ini. Kami berharap semoga KER ini bermanfaat dan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Padang, 13 Agustus 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII Kepala Perwakilan, (ttd) Mahdi Mahmudy Direktur Eksekutif i

6 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... iv RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SUMATERA BARAT Perkembangan Umum Perkembangan Sisi Permintaan Perkembangan Sisi Penawaran BAB II PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL Perkembangan Inflasi Kota Padang Perkembangan Inflasi Nasional, Kota Padang dan Kota-kota di Provinsi Tetangga Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang & Jasa Disagregasi Inflasi BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DAERAH Perkembangan Bank Umum Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Perkembangan Bank Umum Syariah Transaksi Tunai Transaksi Kliring Transaksi BI-RTGS (Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement) BOKS 1 Pemenuhan Kebutuhan Uang Kartal Masyarakat Selama Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1434 H BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Keuangan Pemerintah Daerah Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah BAB V PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH Ketenagakerjaan Daerah Kesejahteraan Daerah BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Perkiraan Ekonomi Perkiraan Inflasi LAMPIRAN ii

7 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Permintaan (yoy)... 7 Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Penawaran (yoy) Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Padang Menurut Kel. Barang dan Jasa (yoy, %) Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Padang Menurut Kel. Barang dan Jasa (qtq, %).. 29 Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan (qtq, %) Tabel 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (qtq, %) Tabel 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar (qtq, %) 32 Tabel 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang (qtq, %) Tabel 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan (qtq, %) Tabel Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga (qtq, %) Tabel Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan (qtq, %) Tabel Indikator Perkembangan Bank Umum di Sumatera Barat (Juta Rupiah) Tabel Indikator Perkembangan BPR di Sumatera Barat (Juta Rupiah) Tabel Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Barat (Juta Rupiah) Tabel Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Tabel Transaksi RTGS Provinsi Sumatera Barat Tabel Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Sumbar Triwulan II Tabel Realisasi Belanja APBD Provinsi Sumbar Triwulan II Tabel Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan di Sumatera Barat Tabel Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tabel Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Sumatera Barat Tabel Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Sumatera Barat Tabel Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Tabel Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Tabel Proyeksi Inflasi Kota Padang iii

8 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat (yoy)... 6 Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Sumatera Bagian Tengah (yoy)... 6 Grafik 1.3. Kontribusi PDRB Menurut Kegiatan Ekonomi... 7 Grafik 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Permintaan Domestik (yoy)... 7 Grafik 1.5. Survei Konsumen Sumatera Barat... 8 Grafik 1.6. Pertumbuhan PDRB Konsumsi Berdasarkan Kelompok Barang... 8 Grafik 1.7. Indeks Penghasilan Saat Ini dan Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama... 9 Grafik 1.8. Kredit Konsumsi... 9 Grafik 1.9. Simpanan Pemerintah Daerah di Bank Umum Sumbar Grafik Kapasitas Produksi Terpakai Kegiatan Usaha Grafik Konsumsi Semen Grafik Kredit Investasi Bank Umum dan BPR Lokasi Proyek di Sumbar Grafik Penggunaan Listrik untuk Pelanggan Bisnis di Sumbar (Energi Jual) Grafik Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Permintaan Eksternal (yoy) Grafik Pertumbuhan Ekspor Luar Negeri dan Antar Daerah dalam PDRB Sumbar Grafik Nilai dan Volume Ekspor Non-Migas Grafik Rata-Rata Harga Internasional Crude Palm Oil (CPO) dan Karet Grafik Nilai dan Volume Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Grafik Nilai dan Volume Ekspor Karet Mentah (Crude Rubber) Grafik Nilai Ekspor Non-Migas Menurut Negara Tujuan Grafik Perkembangan Nilai dan Volume Impor Non-Migas Grafik Pertumbuhan Impor Luar Negeri dan Impor Antar Daerah dalam PDRB Sumbar Grafik Kontribusi PDRB Sumbar Menurut Sektor Ekonomi Grafik Pertumbuhan Sektor Pertanian (yoy) Grafik Nilai Tukar Petani (NTP) Grafik Rata-Rata Harga Gabah Kualitas Gabah Kering Panen (GKP) Grafik Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan (yoy) Grafik Pertumbuhan Kredit Sektor Industri Pengolahan (yoy) Grafik Pertumbuhan PDRB Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Grafik Tingkat Hunian Hotel Berbintang Grafik Jumlah Wisman Melalui Bandara Internasional Minangkabau dan Pelabuhan Teluk Bayur Grafik Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Grafik Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Bandara International Minangkabau Grafik Perkembangan Inflasi Kota Padang & Nasional (yoy) Grafik Perkembangan Inflasi Nasional, Kota Padang & Kota-kota di Grafik Pergerakan Indeks Harga Bawang Merah, Bawang Putih dan Cabe Merah dalam Kelompok Bahan Makanan Grafik Perkembangan Disagregasi Inflasi Grafik Pertumbuhan Aset Bank Umum Menurut Kelompok Bank (yoy) Grafik Pertumbuhan DPK Bank Umum Menurut Jenis Simpanan (yoy) Grafik Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (yoy) Grafik Perkembangan dan Pertumbuhan Kredit Kendaraan Bermotor Bank Umum Grafik PertumbuhanKredit Bank Umum Menurut Sektor Ekonomi Grafik Perkembangan Rata-Rata Suku Bunga Kredit Grafik Perkembangan dan Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik Perkembangan dan Pertumbuhan KUR Grafik Perkembangan LDR dan NPL Bank Umum Grafik Pertumbuhan Aset Bank Perkreditan Rakyat di Sumbar (yoy) Grafik Pertumbuhan (yoy) DPK BPR Menurut Jenis Simpanan Grafik Pertumbuhan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan Grafik Perkembangan Loan-to-Deposit Ratio (LDR) dan Non-Performing Loan (NPL) BPR Grafik Pertumbuhan Aset, DPK dan Pembiayaan Bank Umum Syariah (yoy) Grafik Perkembangan Financing-to-Deposit Ratio (FDR) dan Non-Performing Loan (NPL) Bank Umum Syariah iv

9 Grafik Perkembangan Aliran Uang Kas Masuk (inflow) dan Keluar (outflow) Grafik Perkembangan Aliran Uang Kas Masuk (inflow) dan Keluar (outflow) setiap bulan Grafik Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) Grafik Jumlah Temuan Uang Palsu di Sumatera Barat Grafik Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Sumatera Barat Grafik Simpanan Pemerintah Daerah di Bank Grafik Penerimaan Pajak APBN di Sumbar Grafik Persentase Penerimaan Pajak APBN di Sumbar Grafik Penerimaan Pajak Dalam Negeri APBN di Sumbar Grafik Persentase Penerimaan Pajak Dalam Negeri APBN di Sumbar Grafik Belanja APBN di Sumbar Grafik Persentase Belanja APBN di Sumbar Grafik Persentase Belanja Operasional APBN di Sumbar Grafik Belanja Operasional APBN di Sumbar v

10 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank vi

11 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA BARAT TRIWULAN II 2013 Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat melemah Konsumsi dan ekspor menjadi sumber pelemahan pertumbuhan ekonomi Sektor industri pengolahan dan sektor pertanian tumbuh lebih rendah Tekanan inflasi meningkat Aset, DPK dan Kredit bank umum di Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat (Sumbar) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Sumbar pada triwulan II-2013 mencapai 6,1% (yoy), melemah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,1% (yoy). Pertumbuhan ekonomi nasional dibandingkan triwulan sebelumnya juga mengalami perlambatan pertumbuhan dari semula tumbuh 6,0% (yoy) menjadi 5,8% (yoy). Dari sisi permintaan, lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2013 bersumber dari melemahnya konsumsi dan ekspor. Konsumsi rumah tangga tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan tingginya tingkat inflasi di Sumbar yang menggerus daya beli, khususnya yang bersumber dari kenaikan harga komoditas pangan. Di sisi lain konsumsi pemerintah masih terbatas sehingga tidak mampu menopang untuk mencegah perlambatan pertumbuhan ekonomi lebih dalam. Kinerja ekspor masih tumbuh negatif akibat masih lemahnya permintaan dunia, perlambatan ekonomi Cina, dan harga komoditas ekspor utama di pasar internasional yang terus menurun. Sementara di sisi lain kegiatan investasi di Sumbar relatif bergairah dengan masuknya sejumlah investor untuk menanamkan investasi dalam pendirian kegiatan usahanya. Dari sisi penawaran, penurunan permintaan dan konsumsi domestik menurunkan penyerapan hasil produksi industri di pasar domestik. Sektor industri pengolahan pada triwulan II-2013 tumbuh 7,5% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 11,8% (yoy). Lesunya konsumsi masyarakat dan kinerja sektor industri menurunkan pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran dari 9,2% (yoy) menjadi 8,3% (yoy). Sementara pertumbuhan sektor pertanian menurun dari 2,1% (yoy) menjadi - 0,6% (yoy) terkait tidak optimalnya produksi pertanian akibat curah hujan yang tinggi. Hingga pertengahan tahun 2013, inflasi tahunan kota Padang terus menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Inflasi kota Padang pada triwulan II-2013 mencapai 7,94% (yoy), naik dari sebelumnya 6,6% pada triwulan I dan berada di atas rata-rata inflasi selama 4 tahun terakhir ( ) yang mencapai 5,5%. Kondisi ini sejalan dengan perkembangan inflasi nasional yang meningkat dengan tingkat inflasi sebesar 5,90% (yoy). Tekanan inflasi didominasi oleh sisi penawaran. Hal ini terutama disebabkan oleh masih adanya kendala pasokan bahan makanan khususnya pada subkelompok bumbu-bumbuan. Kinerja bank umum di Sumatera Barat pada triwulan II-2013 mengalami perlambatan pertumbuhan pada sisi aset, Dana 1

12 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Sumbar masih tumbuh melambat Transaksi tunai mengalami netinflow Realisasi penerimaan dan belanja APBD masih terbatas Tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan meningkat Pertumbuhan ekonomi II-2013 Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit. Pertumbuhan aset sedikit melambat dari triwulan sebelumnya 18,6% (yoy) menjadi 13,1% (yoy). Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh melambat dari 12% (yoy) menjadi 8,8% (yoy). Penyebab perlambatan DPK terutama dikarenakan terjadinya penurunan jumlah giro dan tabungan secara tahunan. Penyaluran kredit juga menunjukkan perlambatan dari 16,7% (yoy) menjadi 13,4% (yoy). Kegiatan di sektor ekonomi utama seperti pertanian, industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, yang tidak sesemarak triwulan sebelumnya menjadi salah satu faktor perlambatan pertumbuhan kredit di Sumbar. Meskipun demikian, intermediasi perbankan yang diindikasikan oleh Loan-to-Deposit ratio (LDR) berjalan dengan baik, yakni mencapai 142,0%. Kualitas kredit bank umum secara umum masih relatif terjaga dengan rasio Non-Performing-Loan (NPL) di triwulan II-2013 sebesar 2,34%. Transkasi tunai mengalami net-inflow, namun nominal transaksi mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, volume transaksi non-tunai melalui kliring mengalami kenaikan sedangkan volume transaksi Real-Time Gross Settlement (RTGS) mengalami penurunan baik dalam volume maupun nilai transaksi. Meningkatnya net-inflow merupakan implikasi dari maraknya transaksi tunai akibat banyaknya kegiatankegiatan internasional yang digelar di Propinsi Sumbar serta bertepatan dengan momen liburan sekolah. Sementara penurunan transaksi non-tunai, khususnya pada transaksi RTGS terjadi karena masih terbatasnya kegiatan perekonomian Sumatera Barat. Realisasi penerimaan serta belanja APBD pada triwulan II di Sumatera Barat masih relatif rendah. Realisasi belanja daerah juga baru mencapai 32,19%, dengan kontribusi belanja pegawai sebesar 30,3% dari total realisasi belanja daerah. Sementara itu, pos pendapatan pemerintah Sumbar mencapai 51,67%. Pendapatan Asli Daerah (PAD) terutama dari penerimaan pajak daerah berkontribusi sebesar 34,4% terhadap realisasi pendapatan daerah. Realisasi yang masih relatif rendah diindikasikan dengan masih tersimpan dan meningkatnya jumlah simpanan pemerintah daerah di bank umum di Sumbar, dari semula Rp4,2 triliun di triwulan sebelumnya menjadi Rp4,67 triliun pada posisi terakhir di triwulan II Jumlah penduduk usia produktif dan angkatan kerja di Sumatera Barat terus meningkat, namun tingkat pengangguran dan kemiskinan juga terus meningkat. Sepanjang persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sumbar mengalami peningkatan dari 6,25% menjadi 6,33%. Sektor ekonomi formal, khususnya sektor industri, mengalami peningkatan penyerapan kerja dari semula 7,2% menjadi 8,1%. Sementara itu, jumlah penduduk miskin pada posisi terakhir Maret 2013 mencapai 407,470 jiwa atau mengalami peningkatan 2,42% dibandingkan kondisi September 2012 yang mencapai jiwa. Secara persentase, jumlah penduduk miskin meningkat dari 8,0% menjadi 8,14%. Sebagian besar penduduk miskin tinggal di daerah perdesaan, atau mencapai 70,7% dari total penduduk miskin, sementara 29,3% penduduk miskin tinggal di perkotaan. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan III-2013 diperkirakan sedikit mengalami peningkatan dan berada 2

13 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat diperkirakan tumbuh sedikit membaik Inflasi diperkirakan masih tinggi pada kisaran 6,2-6,5% (yoy). Sumber pendorong peningkatan pertumbuhan diprakirakan berasal dari kegiatan investasi, terutama investasi bangunan. Pada triwulan III juga diprakirakan konsumsi pemerintah mulai kembali tumbuh meningkat dengan semakin tingginya realisasi belanja pemerintah daerah di semester II. Inflasi Kota Padang pada triwulan III-2013 diprakirakan berada pada kisaran 11,0-11,5% (yoy). Hal ini mencermati perkembangan inflasi terkini dan beberapa indikator harga seiring dengan potensi masih terdapatnya dampak kenaikan harga BBM bersubsidi untuk menuju keseimbangan harga baru, serta tekanan kenaikan harga volatile foods terkait masalah pasokan dan musiman. 3

14 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat INDIKATOR EKONOMI TERPILIH SUMATERA BARAT INDIKATOR I II III IV I II MAKRO IHK Kota Padang**) 134,67 136,35 138,75 140,15 143,42 151,22 Laju Inflasi Tahunan (y-o-y %) 3,95 6,19 4,74 4,16 6,50 10,75 PDRB - harga konstan (miliar Rp) , , , , , ,62 - Pertanian 2.452, , , , , ,12 - Pertambangan dan Penggalian 321,16 329,27 328,20 328,86 318,06 332,65 - Industri Pengolahan 1.261, , , , , ,93 - Listrik, Gas, dan Air Bersih 115,78 116,91 122,74 123,23 121,92 125,42 - Bangunan 574,73 595,19 619,42 629,54 605,53 625,77 - Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1.913, , , , , ,37 - Pengangkutan dan Komunikasi 1.653, , , , , ,76 - Keuangan, Persewaan, dan Jasa 540,15 547,35 570,11 578,02 577,81 597,71 - Jasa 1.787, , , , , ,89 Pertumbuhan PDRB (yoy %) 6,25 6,59 6,66 7,41 7,06 6,07 Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta)*** 497,35 549,08 526,28 428,84 454,38 459,34 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)*** 563,87 591,86 657,31 565,61 711,63 810,09 Nilai Impor Nonmigas (USD Juta)*** 109,40 48,14 26,14 31,17 20,11 15,30 Volume Impor Nonmigas (ribu ton)*** 279,03 122,46 137,68 80,57 76,44 77, PERBANKAN**** Bank Umum Total Aset (Rp triliun) 36,25 37,82 39,74 40,16 42,98 42,78 DPK (Rp Triliun) 22,94 23,57 25,19 24,83 25,70 25,65 - Tabungan (Rp Triliun) 10,47 11,05 11,59 12,98 11,69 11,50 - Giro (Rp Triliun) 5,25 5,33 5,66 4,31 5,67 5,25 - Deposito (Rp Triliun) 7,22 7,19 7,94 7,54 8,34 8,91 Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek 30,12 32,15 32,92 34,00 35,15 36,44 - Modal Kerja 10,86 12,40 12,47 12,92 13,30 14,03 - Investasi 5,07 5,25 5,35 5,29 5,88 5,99 - Konsumsi 14,19 14,50 15,10 15,79 15,97 16,42 - LDR (%) 131,30 136,39 130,66 136,98 136,76 142,04 NPL (gross, %) 2,06 2,12 2,26 2,06 2,34 2,34 BPR Total Aset (Rp triliun) 1,42 1,47 1,50 1,59 1,52 1,51 DPK (Rp Triliun) 0,89 0,90 0,91 0,91 0,93 0,86 - Tabungan (Rp Triliun) 0,54 0,55 0,54 0,54 0,57 0,53 - Deposito (Rp Triliun) 0,35 0,35 0,37 0,37 0,36 0,33 Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek 1,01 1,04 1,04 1,04 1,05 1,06 - Modal Kerja 0,64 0,67 0,68 0,67 0,67 0,69 - Investasi 0,11 0,12 0,11 0,12 0,12 0,13 - Konsumsi 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 Rasio NPL Gross (%) 7,04 7,08 8,16 8,10 7,90 7,90 LDR (%) 112,66 116,13 115,10 114,60 123, Keterangan : * Angka PDRB Tw.II-2013 merupakan angka rilis BPS ** Menggunakan tahun dasar 2007=100 *** Angka impor dan ekspor Tw. II-2013, posisi Juni 2013, open file **** Data Perbankan untuk Triwulan II-2013 menggunakan posisi akhir Mei 2013 Sumber : - Data IHK, Laju Inflasi, PDRB berasal dari BPS - Data Ekspor Impor berasal dari DSM-BI - Data Perbankan berasal dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (Sekda) - BI 4

15 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SUMATERA BARAT Pencapaian pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat (Sumbar) pada triwulan II-2013 lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Sumbar tumbuh 6,1% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh hingga 7,1% (yoy). Kondisi ini sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional dari semula tumbuh 6,0% (yoy) menjadi 5,8% (yoy). Daerah-daerah tetangga di wilayah Sumatera Bagian Tengah (Sumbagteng) juga mengalami gejala serupa, seperti Jambi dan Kep. Riau, sementara Riau mengalami pembaikan pertumbuhan ekonomi. Dari sisi permintaan, lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi di triwulan II bersumber dari melemahnya konsumsi dan ekspor. Konsumsi rumah tangga tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan tingginya tingkat inflasi di Sumbar yang menggerus daya beli, khususnya yang bersumber dari kenaikan harga komoditas pangan. Di sisi lain konsumsi pemerintah masih terbatas sehingga tidak mampu menopang untuk mencegah perlambatan pertumbuhan ekonomi lebih dalam. Kinerja ekspor masih tumbuh negatif akibat masih lemahnya permintaan dunia, perlambatan ekonomi Cina, dan harga komoditas ekspor utama di pasar internasional yang terus menurun. Sementara di sisi lain kegiatan investasi di Sumbar relatif bergairah dengan masuknya sejumlah investor untuk menanamkan investasi dalam pendirian kegiatan usahanya. Dari sisi penawaran, penurunan permintaan dan konsumsi domestik menurunkan penyerapan hasil produksi industri di pasar domestik. Sektor industri pengolahan pada triwulan II-2013 tumbuh 7,5% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya 11,8% (yoy). Melemahnya konsumsi masyarakat dan kinerja sektor industri menurunkan pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran dari 9,2% (yoy) menjadi 8,3% (yoy). Sementara pertumbuhan sektor pertanian menurun dari 2,1% (yoy) menjadi -0,6% (yoy) terkait tidak optimalnya produksi pertanian akibat curah hujan yang tinggi. 5

16 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat 1.1. Perkembangan Umum Perekonomian Sumatera Barat pada triwulan II-2013 sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang menunjukkan perlambatan. Pertumbuhan ekonomi Sumbar pada triwulan II-2013 mencapai 6,1% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,1% (yoy). Hal ini sejalan juga dengan pertumbuhan ekonomi nasional dimana pada triwulan II tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari semula tumbuh 6,0% (yoy) menjadi 5,8% (yoy). Lebih rendahnya pencapaian pertumbuhan ekonomi Sumbar bersumber dari menurunnya kinerja di tiga sektor ekonomi utama Sumbar. Sektor pertanian tumbuh lebih rendah akibat menurunnya produksi tanaman bahan makanan. Begitupula halnya sektor industri pengolahan, peningkatan biaya produksi akibat penyesuaian tarif energi, upah minimum, serta melemahnya konsumsi masyarakat berdampak pada kinerja sektor industri pengolahan, khususnya subsektor industri makanan, minuman dan tembakau. Melemahnya kinerja ekspor luar negeri juga turut berdampak pada menurunnya aktivitas di subsektor perdagangan. Sumber: BPS Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat (yoy) Sumber: BPS Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Sumatera Bagian Tengah (yoy) Hampir semua daerah di wilayah Sumatera Bagian Tengah (Sumbagteng) menunjukkan pelemahan pertumbuhan ekonomi. Provinsi tetangga seperti Jambi pada triwulan II juga menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 8,4% (yoy) menjadi 7,3% (yoy). Sumber penggerak ekonomi utama daerah tersebut di sektor pertanian tumbuh 6

17 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat lebih rendah seiring dengan produksi pertanian yang kurang optimal akibat kondisi cuaca yang kurang kondusif. Perlambatan pertumbuhan yang lebih signifikan terjadi pada Kep. Riau dimana yang semula mampu tumbuh 8,3% (yoy) menjadi hanya 5,2% (yoy). Masih lemahnya permintaan dunia, dan mulai adanya penyesuaian biaya produksi seiring dengan diberlakukannya peningkatan upah minimum mulai terlihat dampaknya pada kinerja sektor industri pengolahan. Sementara di sisi lain, Riau mampu kembali tumbuh meningkat setelah triwulan sebelumnya hanya tumbuh 1,2% (yoy), dan kini pada triwulan II dapat tumbuh 2,7% (yoy). Peningkatan pertumbuhan ditopang oleh masuknya masa panen perkebunan kelapa sawit, serta sedikit membaiknya produksi pertambangan minyak bumi dan gas (migas) Perkembangan Sisi Permintaan Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Permintaan (yoy) Jenis Penggunaan I II III IV I II Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Investasi (PMTB) Net Ekspor (Impor) Ekspor (Impor) PDRB Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS Grafik 1.3. Kontribusi PDRB Menurut Kegiatan Ekonomi Sumber: BPS Grafik 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Permintaan Domestik (yoy) 7

18 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi rumah tangga tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2013 konsumsi rumah tangga tumbuh 5,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,3% (yoy). Tekanan inflasi yang tinggi khususnya pada komoditas pangan berdampak pada penurunan daya beli, khususnya pada rumah tangga di perdesaan yang pendapatannya bergantung pada kegiatan ekonomi informal (lihat Bab V). Berbagai kebijakan terkait seperti penyesuaian harga bahan bakar minyak bersubsidi yang berimbas pada kenaikan biaya tarif angkutan serta komoditas lainnya, hal tersebut turut menekan konsumsi rumah tangga. Namun demikian, penurunan konsumsi rumah tangga tersebut dapat ditahan untuk tidak terjadi terlalu dalam mengingat pada triwulan II merupakan momentum masa liburan sekolah, sehingga konsumsi rumah tangga masih dapat relatif bergairah. Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Grafik 1.5. Survei Konsumen Sumatera Barat Sumber: BPS Grafik 1.6. Pertumbuhan PDRB Konsumsi Berdasarkan Kelompok Barang Konsumsi non-makanan menjadi pendorong masih bergairahnya konsumsi rumah tangga di tengah konsumsi makanan yang relatif menurun akibat tekanan tingginya harga pada sejumlah komoditas pangan. Dibandingkan triwulan sebelumnya, konsumsi non-makanan tumbuh meningkat dari 5,4% (yoy) menjadi 5,6% (yoy). Masih dapat tumbuh meningkatnya konsumsi non-makanan selain seiring dengan masuknya masa liburan sekolah, juga terkait dengan pelaksanaan sejumlah kegiatan berskala internasional seperti Tour de Singkarak yang berlangsung di triwulan II. Hasil survei konsumen mengkonfirmasi melalui indeks konsumsi barang tahan lama dibandingkan 6 bulan yang lalu. Indeks pada posisi terakhir di triwulan II 8

19 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat menunjukkan optimisme, dengan angka mencapai 106, atau berada di atas batas positif 100. Penyesuaian upah minimum juga turut membantu masih dapat meningkatnya konsumsi non-makanan. Indeks penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu juga masih menunjukkan optimisme dengan indeks mencapai 117,5. Kredit konsumsi yang disalurkan oleh bank umum maupun BPR di Sumbar secara umum juga menunjukkan peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya, dari semula tumbuh 12,4% (yoy) menjadi 13,0% (yoy). Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Grafik 1.7. Indeks Penghasilan Saat Ini dan Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama Sumber: SEKDA, Bank Indonesia Grafik 1.8. Kredit Konsumsi Penurunan konsumsi lebih terlihat pada konsumsi makanan. Pertumbuhan konsumsi makanan pada triwulan II tumbuh 5,9% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 6,8% (yoy). Bergejolaknya harga komoditas pangan strategis yang banyak dikonsumsi rumah tangga di Sumbar seperti cabai merah, bawang merah, serta terus tingginya harga daging sapi berdampak pada lebih rendahnya konsumsi makanan. Peningkatan harga dipicu baik oleh kendala produksi, kondisi cuaca yang kurang kondusif, maupun kurang lancarnya distribusi pemenuhan pasokan Konsumsi Pemerintah Konsumsi pemerintah masih rendah hingga pertengahan tahun. Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan II hanya tumbuh 2,8% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,1% (yoy). Hingga semester I, realisasi belanja APBD Sumbar baru mencapai 32,2%, dengan 9

20 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat kontribusi belanja pegawai sebesar 30,3% dari total realisasi belanja daerah. Jumlah dana pemerintah daerah yang masih tersimpan di perbankan di Sumbar. Jumlah simpanan pemda di perbankan pada posisi terakhir di triwulan II mencapai Rp4,67 triliun, atau meningkat 10,3% dibandingkan triwulan sebelumnya. Jumlah dana tersebut juga lebih tinggi 7,9% dibandingkan posisi triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Peningkatan konsumsi pemerintah diperkirakan baru akan meningkat pada semester II seiring dengan mulai meningkatnya realisasi belanja pemerintah daerah menjelang akhir tahun (Selengkapnya lihat Bab IV). Sumber: SEKDA, Bank Indonesia Grafik 1.9. Simpanan Pemerintah Daerah di Bank Umum Sumbar Investasi Sumber: SKDU, Bank Indonesia Grafik Kapasitas Produksi Terpakai Kegiatan Usaha Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Grafik Konsumsi Semen 10

21 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Kegiatan investasi di Sumbar terus bergairah dengan masuknya sejumlah investor. Pertumbuhan investasi yang ditinjau dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dari 3,6% (yoy) menjadi 6,7% (yoy). Kegiatan investasi baik yang berupa bangunan maupun non-bangunan mulai marak di Sumbar. Beberapa kegiatan investasi bangunan yang sedang dan telah berjalan di triwulan II-2013 diantaranya yaitu: pembangunan pabrik semen untuk peningkatan kapasitas produksi, pembangunan pusat perbelanjaan, rumah sakit dan perhotelan. Sementara untuk realisasi investasi non-bangunan diantaranya: pengadaan alat-alat bongkar muat pelabuhan, dan pengadaan moda transportasi taksi. Bergairahnya kegiatan investasi juga ditunjukkan oleh meningkatnya penyaluran kredit investasi. Total kredit investasi yang disalurkan oleh bank umum dan BPR di Sumbar hingga posisi terakhir di triwulan II mencapai Rp6,12 triliun, atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp6,0 triliun. Secara umum penyaluran kredit investasi tumbuh 14,0% (yoy), mampu tetap tumbuh tinggi meskipun cenderung lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 15,7% (yoy). Penyaluran kredit investasi diprakirakan akan terus meningkat seiring dengan kebutuhan pelaku usaha dalam pemenuhan modal untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Potensi ini juga terlihat melalui indikator penggunaan energi listrik bagi keperluan bisnis/usaha di Sumbar sepanjang triwulan II yang menunjukkan trend meningkat. Sumber: SEKDA, Bank Indonesia Grafik Kredit Investasi Bank Umum dan BPR Lokasi Proyek di Sumbar Sumber: PLN Grafik Penggunaan Listrik untuk Pelanggan Bisnis di Sumbar (Energi Jual) 11

22 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Ekspor Mulai melambatnya pertumbuhan ekonomi mitra dagang utama di kawasan Asia dan masih cenderung terus menurunnya harga komoditas ekspor utama di pasar internasional menyebabkan pertumbuhan ekspor luar negeri Sumbar terus menurun. Pertumbuhan ekspor Sumbar pada triwulan II menurun 8,8% (yoy), meneruskan gejala yang sama di triwulan sebelumnya yang juga mengalami penurunan sebesar 9,4% (yoy). Kegiatan ekspor luar negeri Sumbar dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di triwulan II menunjukkan penurunan sebesar 11,6% (yoy), atau tidak banyak membaik jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang menurun sebesar 12,5% (yoy). Sumber: BPS Grafik Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Permintaan Eksternal (yoy) Sumber: BPS Grafik Pertumbuhan Ekspor Luar Negeri dan Antar Daerah dalam PDRB Sumbar Volume ekspor non-migas Sumbar tumbuh meningkat, namun dari sisi nilai terus menurun. Dari sisi volume, ekspor non-migas Sumbar pada triwulan II mencapai 810,1 ribu ton, atau mampu tumbuh 36,9% dibandingkan posisi yang sama tahun lalu. Peningkatan volume ekspor non-migas ini terjadi seiring dengan meningkatnya produksi minyak sawit mentah (CPO) dengan masuknya masa panen kelapa sawit. Namun demikian dari sisi nilai, ekspor mengalami penurunan sebesar 16,3% (yoy) menjadi USD 459,3 juta di triwulan II. Kondisi ini tidak terlepas dari terus menurunnya harga CPO di pasar internasional. Rata-rata harga CPO di pasar internasional pada posisi terkahir triwulan II sudah menurun 18,7% dibandingkan posisi yang sama tahun lalu menjadi hanya USD 759,5 per metrik ton. Hal yang sama juga terjadi pada komoditas ekspor utama lainnya seperti 12

23 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat karet yang rata-rata harganya lebih rendah 17,3% (yoy) menjadi hanya USD 292,9 sen per kg. Sumber: SEKDA, Bank Indonesia Grafik Nilai dan Volume Ekspor Non- Migas Sumber: Bloomberg Grafik Rata-Rata Harga Internasional Crude Palm Oil (CPO) dan Karet Sumber: SEKDA, Bank Indonesia Grafik Nilai dan Volume Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Sumber: SEKDA, Bank Indonesia Grafik Nilai dan Volume Ekspor Karet Mentah (Crude Rubber) Masih belum pulih sepenuhnya perbaikan ekonomi Amerika dan Eropa, serta mulai terjadinya perlambatan ekonomi di Cina menyebabkan semakin sulitnya terjadi pembaikan ekspor. Pangsa nilai ekspor non-migas Sumbar ke negara tujuan Amerika Serikat sepanjang triwulan I dan II mengalami penurunan dari 24,5% menjadi 21,6% dari total nilai ekspor non migas. Hal yang sama terjadi pada negara tujuan Eropa, dimana pangsa ekspornya menurun dari 9,0% menjadi 3,8%. Gejala perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia yang telah berdampak pada ekonomi Cina mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Cina tercatat mengalami pelambatan pada triwulan II Ekonomi China tumbuh 7,5% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 7,7% (yoy). Perlambatan ekonomi Cina berdampak pada pangsa ekspor non-migas Sumbar ke 13

24 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat negara tersebut dari semula pada triwulan sebelumnya sebesar 10,7% menjadi 6,0%. Sumber: SEKDA, Bank Indonesia Grafik Nilai Ekspor Non-Migas Menurut Negara Tujuan Impor Sumber: SEKDA, Bank Indonesia Grafik Perkembangan Nilai dan Volume Impor Non-Migas Sumber: BPS Grafik Pertumbuhan Impor Luar Negeri dan Impor Antar Daerah dalam PDRB Sumbar Impor tumbuh meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan bahan baku impor. Impor tumbuh hingga mencapai 8,6% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 1,7% (yoy). Peningkatan impor non-migas sebagian besar bersumber dari meningkatnya pengadaan pupuk impor untuk pemenuhan kebutuhan perkebunan kelapa sawit pasca panen di triwulan II. Volume impor pupuk (SITC 27. Crude fertilizers & crude 14

25 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat minerals) pada triwulan II mencapai 62,4 ribu ton, atau meningkat 7,0% dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya Perkembangan Sisi Penawaran Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Penawaran (yoy) Sektor Ekonomi I II III IV I II Pertanian 3,8 4,1 6,0 2,1 4,1 4,1 2,1-0,6 Pertambangan & Penggalian 3,7 3,5 5,5 4,6 4,1 4,4-0,4 1,6 Industri Pengolahan 4,7 0,7 3,5 5,2 6,7 4,0 11,8 7,5 Listrik,Gas & Air Bersih 3,9 1,5 4,2 6,8 7,1 4,9 5,5 5,2 Bangunan 9,0 3,3 6,5 9,1 9,3 7,1 5,1 5,4 Perdagangan, Hotel & Restoran 6,9 4,7 7,5 8,9 8,8 7,5 9,2 8,3 Pengangkutan & Komunikasi 8,8 8,3 8,9 9,5 9,3 9,0 7,7 8,8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4,6 4,0 5,9 7,7 7,7 6,4 7,4 8,6 Jasa - jasa 8,2 6,1 7,0 8,3 9,0 7,6 10,4 9,5 PDRB 6,3 4,7 6,6 6,7 7,4 6,3 7,2 6,1 Sumber: BPS, diolah Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4,6% Jasa - jasa 16,8% Pertanian 22,3% Pertambangan & Penggalian 2,7% Pengangkutan & Komunikasi 15,9% Perdagangan, Hotel & Restoran 19,4% Bangunan 6,4% Industri Pengolahan 11,0% Listrik,Gas & Air Bersih 0,9% Sumber: BPS Grafik Kontribusi PDRB Sumbar Menurut Sektor Ekonomi Sektor Pertanian Pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan II-2013 masih terkendala oleh tingginya intensitas curah hujan sepanjang April-Juni 2013 dan ketersediaan pupuk bersubsidi. Hingga Juni 2013, curah hujan di Sumbar berada pada level rendah hingga menengah, lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang berada pada level tinggi hingga sangat tinggi. 15

26 Indeks Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Curah hujan tersebut menghambat beberapa proses produksi subsektor pertanian. Selain itu, efektivitas yang kurang dalam penyaluran pupuk bersubsidi mengakibatkan banyak petani yang mengeluh mengenai mahalnya harga pupuk bersubsidi dan ketersediaan pupuk bersubsidi yang langka. Implikasinya, pada triwulan II-2013 sektor pertanian tumbuh negatif, yakni sebesar -0,6% (yoy). 10% 8% 6% Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Sektor Pertanian Tanaman Pangan T. Perkebunan Rakyat NTP 4% 2% 110 0% -2% % % Sumber: BPS Grafik Pertumbuhan Sektor Pertanian (yoy) Sumber: BPS Grafik Nilai Tukar Petani (NTP) Pertumbuhan negatif di subsektor tanaman bahan makanan dan perlambatan pertumbuhan di subsektor peternakan dan kehutanan berkontribusi pada penurunan kinerja sektor pertanian. Pada triwulan II- 2013, subsektor tanaman bahan makanan tumbuh sebesar -4,5% (yoy). Padahal, pada triwulan sebelumnya, subsektor tanaman pangan masih dapat tumbuh positif, sebesar 0,7% (yoy). Pada subsektor peternakan dan kehutanan, kedua sektor tersebut masing-masing tumbuh sebesar 3,6% (yoy) dan 5,1% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,7% (yoy) dan 5,9% (yoy). Subsektor tanaman perkebunan pada triwulan II-2013 tumbuh 2,1% (yoy), meski pertumbuhannya berada pada level rendah, namun menunjukkan sedikit peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 1,4% (yoy). Intensitas curah hujan yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya memberikan kesempatan bagi pengusaha perkebunan, khususnya karet dan kelapa sawit untuk memaksimalkan proses produksi di lahan produksinya. 16

27 Rp/kg Persen Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat 4500,0 Rata-rata Harga Gabah GKP (sisi kiri) Peningkatan (yoy) (sisi kanan) , , , , , Sumber: BPS Grafik Rata-Rata Harga Gabah Kualitas Gabah Kering Panen (GKP) Penurunan tingkat curah hujan tidak terlalu berpengaruh terhadap peningkatan volume dan kualitas produksi pertanian serta tingkat pendapatan petani. Harga gabah kualitas Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat penggilingan pada triwulan kedua 2013 rata-rata sebesar Rp4.048 per kg, atau menurun 3,9% dibandingkan rata-rata harga di triwulan pertama 2013 sebesar Rp4.267 per kg. Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) untuk tanaman pangan pada triwulan II-2013 berada pada posisi 93,7, relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 93, Sektor Industri Pengolahan Pada triwulan II-2013, pertumbuhan sektor industri pengolahan Sumbar mengalami perlambatan. Besaran pertumbuhan sektor industri pengolahan Sumbar mencapai 7,5% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mampu mencapai 11,8% (yoy). Perlambatan pertumbuhan sektor industri pengolahan terjadi pada dua subsektor penyumbang kontribusi terbesar, yakni subsektor makanan, minuman, dan tembakau dan subsektor tekstil, barang kulit, dan alas kaki. Kedua subsektor tersebut tumbuh masingmasing 4,2% (yoy) dan 9,4% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 10,5% (yoy) dan 15,7% (yoy). Perlambatan pertumbuhan di subsektor tersebut ditengarai terkait dengan adanya penyesuaian operasional perusahaan akibat kenaikan TTL (tarif tenaga listrik), kenaikan UMP. 17

28 Juta Rupiah Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat 20% 15% 10% Sektor Industri Pengolahan Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki Semen & Brg. Galian bukan logam 120% 100% 80% Kredit Industri Pengolahan (Sisi Kiri) Pertumbuhan (yoy) % 0% % 40% 20% 0% % % % Sumber: BPS Grafik Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan (yoy) -40% Sumber: BPS III-2011 IV-2011 I-2012 II-2012 III-2012 IV-2012 Grafik Pertumbuhan Kredit Sektor Industri Pengolahan (yoy) 0 Para pengusaha di industri pengolahan terlihat masih menunggu kepastian situasi bisnis terkait kebijakan kenaikan TTL (tarif tenaga listrik dan kenaikan UMP. Padahal, adanya momen liburan sekolah, pengusaha di subsektor makanan, minuman, dan tembakau dan subsektor tekstil, barang kulit, dan alas kaki biasanya mengoptimalkan kapasitas produksinya guna mengantisipasi kenaikan permintaan. Upaya antisipasi gejolak bisnis dapat dilihat pada perkembangan kredit pada sektor industri pengolahan Sumbar, dimana pada triwulan II-2013, penyaluran kredit ke industri sumbar tumbuh 15,5% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu mencapai 30% (yoy). Selain itu, upaya preventif dan penyesuaian akibat perubahan kebijakan pemerintah juga terlihat pada hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dimana terjadi penurunan kapasitas produksi terpakai sektor industri pengolahan pada triwulan II-2013, dari 67,9% pada triwulan sebelumnya menjadi 65,1%. Di lain sisi, subsektor semen dan barang galian bukan logam mampu tumbuh meningkat sebesar 5,95% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi daripada pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 5,7% (yoy). Peningkatan pertumbuhan subsektor semen dan barang galian bukan logam pada triwulan II-2013 sejalan dengan performa sektor konstruksi yang mampu tumbuh positif sebesar 5,4% (yoy), lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,1% (yoy). Pertumbuhan tersebut terkait dengan peningkatan pembangunan kegiatan investasi seiring dengan masuknya sejumlah investor di Sumbar. 18

29 Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Secara keseluruhan, sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami Sumber: BPS Grafik Pertumbuhan PDRB Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) perlambatan pertumbuhan dari 9,2% (yoy) pada triwulan I-2013 menjadi 8,3% (yoy) pada triwulan II Perlambatan ini terjadi karena subsektor perdagangan sebagai kontributor terbesar juga tumbuh melambat. Pertumbuhan subsektor perdagangan menurun menjadi 8,2% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 9,2% (yoy). Penurunan ini terjadi seiring dengan perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan sektor industri, serta melambatnya aktivitas perdagangan luar negeri seiring dengan melemahnya kinerja ekspor. Di sisi lain, daya tarik Sumbar sebagai destinasi wisata masih menunjukkan trend peningkatan. Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Sumbar pada triwulan II-2013 semakin meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Total wisman pada triwulan II mencapai orang, atau terjadi peningkatan 33,1% dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya, sementara triwulan sebelumnya jumlah wisman hanya mencapai orang. Bertambahnya penyelenggaraan beberapa kegiatan internasional dan juga semakin banyak tersedianya rute penerbangan langsung ke Sumbar menunjang semakin terbukanya akses kunjungan wisata baik dari domestik maupun mancanegara. 19

30 Persen Orang Persen (yoy) Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Jumlah Wisman (sisi kiri) Pertumbuhan (yoy) (sisi kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: BPS Grafik Tingkat Hunian Hotel Berbintang Sumber: BPS Grafik Jumlah Wisman Melalui Bandara Internasional Minangkabau dan Pelabuhan Teluk Bayur Peningkatan jumlah wisatawan mancanegara maupun domestik berdampak positif pada tingkat okupansi hotel berbintang di Sumbar. Tingkat hunian hotel berbintang di Sumbar mampu melebihi 50%. Selain itu, momen liburan sekolah dan juga maraknya kegiatan Meetings, Incentives, Conferencing, Exhibitions (MICE) berkontribusi meningkatkan tingkat hunian hotel di Sumbar. Pada triwulan II subsektor hotel tumbuh 12,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,4% (yoy). Sejalan dengan tren peningkatan kunjungan wisatawan ke Sumbar, subsektor restoran juga mengalami peningkatan pertumbuhan. Subsektor restoran mampu tumbuh 10,2% (yoy) pada triwulan II-2013, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,1% (yoy) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pada triwulan II-2013, sektor pengangkutan dan komunikasi menunjukkan pertumbuhan yang semakin meningkat. Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan II-2013 tumbuh 8,8% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,7% (yoy). Pertumbuhan tersebut utamanya didorong oleh pertumbuhan subsektor pengangkutan. Seiring dengan meningkatnya kunjungan ke Sumbar selama triwulan II-2013 mendorong peningkatan jumlah penggunaan transportasi. 20

31 Ribu Orang Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat 16% 14% 12% Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sub-Sektor Pengangkutan Sub-Sektor Komunikasi Domestik (sisi kiri) Internasional (sisi kiri) Pertumbuhan (Domestik) Pertumbuhan (Internasional) 200% 150% 10% % 8% 400 6% % 4% 200 0% 2% 100 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II % Sumber: BPS Grafik Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sumber; PT Angkasa Pura Grafik Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Bandara International Minangkabau Subsektor pengangkutan tumbuh 8,3% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 6,4% (yoy). Peningkatan penggunaan jasa pengangkutan utamanya didorong oleh peningkatan pertumbuhan pada angkutan jalan raya dan angkutan udara, yang berkontribusi masing-masing sebesar 67,2% dan 14,8% terhadap subsektor pengangkutan. Pada triwulan II-2013, angkutan jalan raya tumbuh 8,9% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 7,8% (yoy), sedangkan angkutan udara tumbuh 10,1% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 4,6% (yoy). Peningkatan pertumbuhan pada jumlah penerbangan yang mendarat dan berangkat dari Bandara Minangkabau mencapai penerbangan, baik domestik maupun internasional dengan jumlah penumpang mencapai 724,7 ribu orang. Jumlah penumpang domestik di bandara Minangkabau mencapai 682,3 ribu orang, lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan I, dimana jumlah penumpang domestik di Bandara Internasional Minangkabau sebesar 564,2 ribu orang. Di sisi lain, jumlah penumpang internasional yang melakukan penerbangan lewat bandara Minangkabau berjumlah 44,3 ribu orang, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 44,6 ribu orang. 21

32 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 22

33 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional BAB II PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL Pergerakan inflasi Sumatera Barat yang diwakili oleh kota Padang terus cenderung meningkat selama triwulan II Kondisi ini terutama dipicu oleh kebijakan kenaikan harga BBM yang berdampak pada kenaikan biaya transportasi. Selain itu, meningkatnya inflasi juga bersumber dari kenaikan harga bahan makanan khususnya komoditas bumbu-bumbuan akibat terbatasnya pasokan. Sementara tekanan inflasi dari sisi permintaan relatif moderat, namun diiringi dengan kenaikan ekspektasi inflasi. Hal ini terkait dengan kenaikan harga BBM bersubsidi serta dampaknya terhadap peningkatan harga barang dan dan jasa lainnya ke depannya Perkembangan Inflasi Kota Padang Hingga pertengahan tahun 2013, inflasi tahunan kota Padang terus menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Inflasi kota Padang pada triwulan II-2013 mencapai 7,94% (yoy), naik dari sebelumnya 6,6% pada triwulan I dan berada di atas rata-rata inflasi selama 4 tahun terakhir ( ) yang mencapai 5,5%. Kondisi ini sejalan dengan perkembangan inflasi nasional yang meningkat dengan tingkat inflasi sebesar 5,9% (yoy). Tekanan inflasi didominasi oleh sisi penawaran. Hal ini terutama disebabkan oleh masih adanya kendala pasokan bahan makanan khususnya pada subkelompok bumbu-bumbuan. Pada triwulan laporan, inflasi kelompok bahan makanan mengalami kenaikan yang signifikan di triwulan II-2013 yakni dari 9,04% (yoy) menjadi 11,34% (yoy). Beberapa komoditas yang mendorong kenaikan inflasi adalah cabe merah dan bawang merah. 23

34 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional Sumber: BPS, diolah Grafik Perkembangan Inflasi Kota Padang & Nasional (yoy) Sementara itu, tekanan dari sisi permintaan masih cukup terkendali. Konsumsi masyarakat pada triwulan ini relatif moderat. Hasil Survei Konsumen (SK) mengindikasikan pengeluaran konsumen yang cenderung menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Konsumsi RT pada triwulan ini tumbuh melambat dari 6,32% pada triwulan I-2013 menjadi 5,8% pada triwulan II-2013 (Selengkapnya lihat Bab I). Sementara itu, berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK), ekspektasi masyarakat terhadap inflasi cenderung menurun. Indeks ekspektasi konsumen (IEK) turun dari 122,2 pada akhir triwulan I-2013 menjadi 113 pada periode laporan. Melambatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan terindikasi pula dari inflasi inti yang melambat, yaitu dari 4,54% (yoy) pada triwulan I-2013 menjadi 4,27% (yoy) 1. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh tren pergerakan harga emas internasional yang terus menurun. Inflasi kelompok sandang pada triwulan ini mencapai 4,1% (yoy), turun dari sebelumnya 6,95% (yoy) pada triwulan I Secara triwulanan, inflasi kota Padang juga mengalami peningkatan. Inflasi triwulanan kota Padang naik dari 2,3% (qtq) pada triwulan I-2013 menjadi 1 Inflasi inti adalah inflasi komoditas yang perkembangan harganya dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum (faktor-faktor fundamental seperti ekspektasi inflasi, nilai tukar, dan keseimbangan permintaan dan penawaran agregat) yang akan berdampak pada perubahan hargaharga secara umum dan lebih bersifat permanen/menetap. 24

35 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional 2,61% (qtq) pada triwulan II Kenaikan ini bersumber dari kenaikan inflasi yang signifikan pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan yakni dari 0,87% (qtq) menjadi 5,0% (qtq). Hal ini terkait dengan kebijakan pemerintah untuk menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dan pengaruh faktor musiman liburan sekolah. Sementara itu, laju inflasi pada triwulan ini tertahan oleh penurunan harga atau deflasi yang terjadi pada kelompok sandang dan kelompok pendidikan yang masing-masing mencapai -0,97% (qtq) dan -0,32% (qtq) Perkembangan Inflasi Nasional, Kota Padang dan Kota-kota di Provinsi Tetangga Sumber: BPS, diolah Grafik Perkembangan Inflasi Nasional, Kota Padang & Kota-kota di Propinsi Tetangga (yoy) Inflasi tahunan yang meningkat terjadi di hampir semua kota di wilayah Sumatera Bagian Tengah, kecuali Jambi yang cenderung melambat. Inflasi kota Jambi pada triwulan ini mencapai 5,24% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 6,06% (yoy). Inflasi tahunan yang tertinggi terjadi di kota Padang yaitu mencapai 7,94% (yoy), diikuti oleh Dumai sebesar 6,28% (yoy) dan Tanjung Pinang sebesar 6,11% (yoy). Inflasi di ketiga kota ini berada di atas inflasi nasional yang mencapai 5,90% (yoy). Sementara itu, inflasi di kota lainnya berada pada tingkat yang cukup rendah dan di bawah inflasi nasional. Inflasi terendah 25

36 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional terjadi di kota Batam sebesar 3,59% (yoy), diikuti oleh kota Jambi (5,24%) dan Pekanbaru (5,56%). Inflasi triwulanan di sebagian besar wilayah Sumbagteng memiliki pola pergerakan yang melambat. Inflasi triwulanan tertinggi di wilayah Sumbagteng terjadi di kota Padang dengan inflasi sebesar 2,61% (qtq) diikuti oleh Dumai sebesar 1,97% (qtq) dan Jambi sebesar 1,82% (qtq). Berbeda dengan pergerakan inflasi di kota-kota lainnya, inflasi di kota Padang dan Dumai cenderung meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, inflasi terendah terjadi di kota Tanjung Pinang dengan inflasi sebesar 0,98% (qtq), disusul oleh Batam (1,20%) dan Pekanbaru (1,3%) Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang & Jasa Inflasi Tahunan Sebagian besar pergerakan indeks harga kelompok barang dan jasa masih terus cenderung meningkat di triwulan II Inflasi tahunan kota Padang yang tinggi di triwulan II-2013 terutama bersumber dari kenaikan inflasi yang cukup signifikan pada kelompok bahan makanan dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan. Inflasi kelompok bahan makanan tercatat mencapai dua digit sebesar 11,34% (yoy), naik dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,04% (yoy). Kelompok ini pun memberikan andil inflasi terbesar mencapai 3,41%. Sementara inflasi kelompok transpor mencapai 8,92% (yoy) dan memberikan andil inflasi sebesar 1,44%. Kelompok lain yang juga memberikan andil inflasi cukup tinggi adalah kelompok makanan jadi yaitu mencapai 1,6%, namun dengan pergerakan inflasi yang cenderung melambat dengan inflasi sebesar 8,29% (yoy). Inflasi yang meningkat juga terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang mencapai 3,09% (yoy), yang disebabkan oleh kenaikan tarif listrik yang diterapkan secara berkala setiap triwulan. Kendala pasokan bahan makanan membuat pergerakan inflasi tahunan kelompok bahan makanan cenderung meningkat. Kenaikan inflasi kelompok bahan makanan terutama bersumber dari inflasi yang tinggi pada subkelompok bumbu-bumbuan. Meski mulai melambat, namun inflasi pada subkelompok ini 26

37 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional masih berada pada level yang tinggi mencapai 31,40% (yoy) dan memberikan andil terhadap inflasi sebesar 1,26%. Komoditas utama yang mendorong kenaikan inflasi adalah cabe merah dan bawang merah. Dengan kenaikan harga mencapai 24,26% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, komoditas cabe merah memberikan andil inflasi sebesar 0,59%. Sementara kenaikan harga komoditas bawang merah mencapai 67,12% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy), dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,53%. Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan Bank Indonesia, rata-rata harga cabe merah di pasar tradisional selama triwulan II-2013 naik sebesar 26,16% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sedangkan rata-rata harga bawang merah mengalami kenaikan hingga mencapai 91,47%. Kondisi ini dipicu oleh terganggunya produksi akibat curah hujan yang masih cukup tinggi selama triwulan II Selain itu, kendala cuaca buruk dan tingginya gelombang laut serta kemacetan akibat kelangkaan solar yang terjadi di hampir semua stasiun pengisian bahan bakar jalur lintas Sumatera juga menyebabkan terjadinya gangguan distribusi pasokan dari daerah penghasil terutama dari Jawa. Dari sisi permintaan, tekanan inflasi masih relatif terjaga bahkan cenderung melambat. Hal ini sejalan dengan melambatnya konsumsi masyarakat pada triwulan ini, khususnya untuk konsumsi makanan. Sementara konsumsi non-makanan masih menunjukkan adanya peningkatan, yang dipicu oleh meningkatnya pengeluaran masyarakat untuk kebutuhan biaya pendidikan dan liburan sekolah. Di sisi lain, tekanan permintaan yang relatif moderat terindikasi pula dari pergerakan inflasi inti yang cenderung melambat, dari 4,54% (yoy) pada triwulan I-2013 menjadi 4,27% (yoy) pada triwulan II Hasil Survei Konsumen pun menunjukkan adanya penurunan indeks pengeluaran saat ini dibandingkan 3 bulan yang lalu, yaitu dari 180,5 pada triwulan I-2013 menjadi 174,5 pada triwulan II

38 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Padang Menurut Kel. Barang dan Jasa (yoy, %) Kelompok Barang & Jasa Tw. II Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil UMUM / TOTAL 6,19 6,19 4,74 4,74 4,16 4,16 6,50 6,50 7,94 7,94 Bahan Makanan 9,57 2,80 2,44 0,73 0,27 0,08 9,04 2,68 11,34 3,41 Makanan Jadi, minuman, rokok dan tembakau 7,12 1,36 7,55 1,44 8,18 1,56 8,47 1,64 8,29 1,60 Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 2,41 0,46 2,81 0,52 2,95 0,54 2,49 0,47 3,09 0,57 Sandang 13,53 0,80 9,65 0,59 6,95 0,43 4,12 0,26 1,43 0,09 Kesehatan 5,03 0,18 3,73 0,13 3,77 0,13 3,27 0,12 3,04 0,11 Pendidikan, rekreasi dan olahraga 6,46 0,39 12,71 0,78 12,31 0,75 12,32 0,75 11,74 0,71 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 1,24 0,21 3,27 0,54 4,13 0,67 3,57 0,58 8,92 1,44 Sumber : BPS Sumbar, diolah Tw. III Tw. IV Tw. I 2013 Tw. II Sementara itu, pergerakan inflasi kelompok sandang masih terus menurun. Inflasi kelompok sandang pada triwulan II-2013 mencapai 1,43% (yoy), turun dari sebelumnya 4,1% (yoy) pada triwulan I Penurunan ini terutama bersumber dari melambatnya pergerakan indeks harga pada subkelompok barang pribadi dan sandang lain yaitu dari 5,3% (yoy) menjadi 0,28% (yoy). Hal ini tidak terlepas dari perkembangan harga emas, terutama harga emas dunia yang masih terus bergerak turun hingga triwulan II Pada triwulan ini harga emas di pasar internasional kembali menunjukkan adanya penurunan sebesar 12,3% (yoy), yakni dari rata-rata sebesar USD1.612,5 per OZ pada triwulan II-2012 menjadi USD1.414,6 per OZ pada triwulan II Sementara itu, berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga, harga rata-rata emas perhiasan (24 karat) pada triwulan II mengalami penurunan sebesar 7,06% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu dari rata-rata Rp per gram menjadi Rp per gram Inflasi Triwulanan Inflasi triwulanan pada periode laporan sedikit mengalami peningkatan. Inflasi triwulanan kota Padang pada triwulan II-2013 tercatat sebesar 2,61% (qtq), naik dari triwulan sebelumnya yang mencapai 2,3% (qtq). Kenaikan ini terutama bersumber dari kenaikan harga yang signifikan pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan, dari sebelumnya 0,87% (qtq) menjadi 5,0% (qtq). Demikian pula kelompok kesehatan juga mengalami kenaikan indeks harga yaitu dari 0,74% menjadi 1,53% (qtq). Sementara itu kelompok pengeluaran lainnya cenderung melambat. Beberapa kelompok bahkan tercatat mengalami deflasi, 28

39 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional yaitu kelompok sandang sebesar -0,97% (qtq) dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar -0,32% (qtq). Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Padang Menurut Kel. Barang dan Jasa (qtq, %) Kelompok Tw. II Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil UMUM / TOTAL 1,25 1,25 1,76 1,76 1,01 1,01 2,33 2,33 2,61 2,61 Bahan Makanan 2,87 0,85-0,77-0,23 1,27 0,37 5,48 1,61 5,04 1,53 Makanan Jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,89 0,17 3,49 0,67 1,91 0,38 1,95 0,38 0,72 0,14 Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,37 0,07 0,05 0,01 0,51 0,09 1,53 0,28 0,96 0,17 Sandang 1,66 0,10 3,12 0,20 1,48 0,09-2,12-0,14-0,97-0,06 Kesehatan 1,76 0,06 0,55 0,02 0,19 0,01 0,74 0,03 1,53 0,05 Pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,20 0,01 11,43 0,69 0,21 0,01 0,39 0,03-0,32-0,02 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan -0,16-0,03 2,50 0,40 0,33 0,05 0,87 0,14 5,00 0,80 Sumber : BPS Sumbar, diolah Tw. III Tw. IV Tw. I 2013 Tw. II Pergerakan inflasi pada kelompok bahan makanan cenderung melambat. Setelah mengalami kenaikan inflasi yang cukup tinggi pada triwulan I-2013, inflasi kelompok bahan makanan pada periode laporan menunjukkan kecenderungan yang melambat sejalan dengan ketersediaan pasokan yang lebih baik. Perlambatan ini bersumber dari melambatnya inflasi pada subkelompok bumbubumbuan, dari 34,97% (qtq) pada triwulan I-2013 menjadi 28,58% (qtq), meskipun masih berada pada level yang tinggi. Pada periode laporan, subkelompok ini memberikan andil inflasi sebesar 1,11%. Dilihat secara bulanan, inflasi pada kelompok bahan makanan yang terendah terjadi pada bulan April yang mencapai 1,14% (mtm), namun diikuti dengan trend yang sedikit meningkat menjadi 1,89% (mtm) pada bulan Mei dan 1,99% (mtm) pada bulan Juni Dari sisi supply, pasokan bumbu-bumbuan relatif membaik sementara permintaan relatif stabil. Koreksi harga bawang putih dan cabe merah di akhir triwulan laporan cukup mampu menahan laju kenaikan inflasi yang lebih tinggi akibat dampak kenaikan harga BBM bersubsidi. Hal ini sejalan dengan adanya pelonggaran kebijakan importasi untuk produk holtikultura, khususnya komoditas bawang. Hingga saat ini, ketergantungan pasokan dari luar daerah masih cukup tinggi, dimana sebagian pasokan bahan makanan seperti cabe merah dan bawang merah masih harus didatangkan dari luar daerah. 29

40 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional Sumber: BPS, diolah Grafik Pergerakan Indeks Harga Bawang Merah, Bawang Putih dan Cabe Merah dalam Kelompok Bahan Makanan Komoditas bahan makanan yang memberikan sumbangan inflasi terbesar pada triwulan laporan adalah cabe merah, jengkol, dan telur ayam ras. Ketiga komoditas ini memberikan andil inflasi yang cukup tinggi, yaitu sebesar 1,39%. Dalam hal ini, cabe merah memberikan andil inflasi terbesar mencapai 1,19%, dengan kenaikan indeks harga mencapai 70,95% (qtq). Kondisi ini terjadi akibat tersendatnya ketersedian stok. Cabe merah yang didatangkan dari Pulau Jawa mengalami keterlambatan karena terganggunya pengiriman melalui transportasi laut akibat tingginya gelombang dan cuaca buruk. Selain itu, terjadinya anomali cuaca juga berdampak pada kendala produksi cabe merah di Pulau Jawa. Sementara itu, komoditas jengkol masih mengalami peningkatan harga. Indeks harga jengkol mengalami peningkatan sebesar 52,73% (qtq) dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,13%. Peningkatan harga terjadi karena faktor musiman. Sejalan dengan hal ini, kondisi di Pulau Jawa juga turut mengalami kendala pasokan akibat faktor cuaca yang berdampak pada menurunnya produksi jengkol. Fenomena ini ternyata turut berimbas pada komoditas petai yang dapat berperan sebagai substitusinya. Peningkatan permintaan menyebabkan indeks harga petai meningkat 41,65% (qtq) dengan kontribusi terhadap inflasi sebesar 0,05%. Hasil Survei Pemantauan Harga yang dilakukan di Kota Padang mengkonfirmasi adanya kenaikan harga. Dibandingkan triwulan sebelumnya, rata-rata harga cabe merah meningkat 15,11% dari semula Rp31.658/kg menjadi Rp36.443/kg. Sementara harga jengkol meningkat 65,03% 30

41 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional dari rata-rata Rp8.250/kg menjadi Rp13.615/kg, dan harga petai meningkat 39,34% dari rata-rata Rp12.000/kg menjadi Rp16.720/kg. Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan (qtq, %) Kelompok / Subkelompok TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II Bahan Makanan 1,07-5,17 6,14 3,46-3,00 2,87-0,77 1,27 5,48 5,04 Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 17,01-9,98 2,00 5,77 3,73-9,93 2,95 2,52 1,42-1,26 Daging dan Hasil-hasilnya 1,93 2,17 1,25-3,03 1,41 0,15 3,65 2,36 1,53 1,82 Ikan Segar 1,84 6,28 3,57-6,14 4,74 1,57 1,29 0,90 3,51 1,56 Ikan Diawetkan 2,59 6,56 0,04-2,00 1,51 0,18 14,70 0,44 0,82 2,06 Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 2,45 1,05 6,31 1,19 3,89 0,05 2,03-0,41 2,34 4,13 Sayur-sayuran 3,53 2,14 7,57 0,84-6,85 4,47 5,14-2,89 6,81 6,06 Kacang - kacangan -0,16 0,53 0,38-0,03 7,45-1,75 14,46-0,20 0,29 3,60 Buah - buahan 2,96-1,64 3,02 2,53 0,25 2,88 4,48-0,03 1,73 3,62 Bumbu - bumbuan -29,96-32,77 38,27 27,75-35,41 54,77-28,80 6,34 34,97 28,58 Lemak dan Minyak 10,26 0,33 4,28-0,71 0,41 0,71 1,95-1,29-0,02 0,26 Bahan Makanan Lainnya 3,68 3,46 2,97 3,72 0,15 0,00 0,00-0,92 0,00 1,23 Sumber : BPS Sumbar, diolah. Pada triwulan laporan, inflasi kelompok makanan jadi relatif rendah dan cenderung melambat. Inflasi pada kelompok ini mencapai 0,72% (qtq), melambat dari sebelumnya 1,95% (qtq). Inflasi terutama terjadi pada subkelompok tembakau dan minuman beralkohol yang mencapai 2,08% (qtq) dengan andil inflasi sebesar 0,13%. Sementara itu, dua subkelompok lainnya relatif rendah dengan inflasi di bawah 1% bahkan terjadi deflasi untuk subkelompok minuman yang tidak beralkohol. Komoditas yang dominan memberikan andil terhadap peningkatan indeks harga pada kelompok ini adalah rokok, terkait dengan penyesuaian harga akibat adanya kenaikan cukai rokok di tahun Tabel 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (qtq, %) Kelompok / Subkelompok TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 1,29 2,17 3,08 1,32 1,67 0,89 3,49 1,91 1,95 0,72 Makanan Jadi 1,16 2,16 1,84 0,46 0,09 0,47 1,90 0,15 1,17 0,20 Minuman yang Tidak Beralkohol 0,93 1,63 2,34 0,18 1,61 2,67 5,63-0,12 0,40-0,29 Tembakau dan Minuman Beralkohol 1,78 2,49 6,31 3,77 5,06 0,85 5,61 6,36 4,07 2,08 Sumber : BPS Sumbar, diolah. Sementara itu, inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar juga menunjukkan adanya perlambatan. Meski kembali terjadi kenaikan tarif listrik yang diterapkan secara berkala setiap triwulan, namun tidak menimbulkan kenaikan inflasi yang signifikan. Pada triwulan laporan, kenaikan indeks harga pada tarif listrik mencapai 3,22% (qtq), relatif sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 3,05% (qtq). Sementara itu, komponen biaya tempat tinggal dan penyelenggaraan Rumah Tangga (RT) 31

42 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional mengalami sedikit kenaikan terkait dengan kenaikan biaya kontrak rumah dan bahan bangunan seperti semen dan keramik serta upah pembantu RT. Namun demikian, kenaikan ini dapat teredam oleh deflasi yang terjadi pada subkelompok bahan bakar, penerangan dan air khususnya bahan bakar RT dan subkelompok perlengkapan RT. Tabel 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar (qtq, %) Kelompok / Subkelompok TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 3,79-0,09-0,34 0,38 2,00 0,37 0,05 0,51 1,53 0,96 Biaya Tempat Tinggal 6,52-0,61-0,76-0,09 3,41 0,56 0,01 0,92 1,05 1,74 Bahan Bakar, Penerangan dan Air 0,40 0,00 0,16 1,39 0,08 0,04 0,00 0,00 2,97-0,48 Perlengkapan Rumahtangga 0,40 2,39 0,22 0,00-0,14 0,03 0,00-0,25 0,38-0,18 Penyelenggaraan Rumahtangga 0,19 1,30 0,34 0,32 0,74 0,60 0,53 0,18 0,79 1,49 Sumber : BPS Sumbar, diolah. Hingga triwulan II-2013, pergerakan indeks harga kelompok sandang masih cenderung menurun. Pada triwulan ini, kelompok sandang tercatat mengalami deflasi sebesar 0,97% (qtq), lebih kecil dibandingkan triwulan sebelumnya yang terjadi deflasi sebesar 2,12% (qtq) maupun periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar 1,66% (qtq). Deflasi ini terutama bersumber dari deflasi subkelompok barang pribadi dan sandang lain yang pada triwulan ini mencapai 4,19% (qtq). Emas perhiasan masih menjadi komoditas utama yang mempengaruhi pergerakan indeks harga pada subkelompok ini. Penurunan indeks harga emas perhiasan di triwulan laporan tercatat sebesar 5,12% (qtq), dan memberikan andil deflasi sebesar 0,08%. Hal ini sejalan dengan pergerakan harga emas internasional yang masih cenderung bergerak turun. Meski sempat mengalami kenaikan pada bulan April, namun pada bulan Mei dan Juni 2013 harga emas perhiasan menunjukkan adanya penurunan dan tercatat mengalami deflasi, dengan deflasi terbesar terjadi pada bulan Mei sebesar 5,15% (mtm) dan pada bulan Juni mencapai deflasi 0,37% (mtm). Tabel 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang (qtq, %) Kelompok / Subkelompok TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II Sandang 0,12 2,71 6,77 4,04 0,54 1,66 3,12 1,48-2,12-0,97 Sandang Laki-laki 0,26 3,54 5,38 0,52 0,90 2,83 1,17 0,60 0,38 0,48 Sandang Wanita 0,37 1,97 1,80 0,11 0,25 1,97 0,54 0,00 0,74 0,37 Sandang Anak-anak 0,34 1,68 2,85 0,41 0,12 1,29 0,73 0,13-0,08 0,50 Barang Pribadi dan Sandang Lain -0,50 3,52 16,91 13,81 0,70 0,63 8,53 4,13-7,40-4,19 Sumber : BPS Sumbar, diolah. 32

43 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional Sementara itu, inflasi pada kelompok kesehatan cenderung meningkat. Pada periode laporan, kelompok kesehatan tercatat mengalami inflasi yang masih relatif rendah sebesar 1,53% (qtq), dengan andil inflasi sebesar 0,05%. Hal ini sejalan dengan pergerakan indeks harga subkelompok obat-obatan, subkelompok jasa perawatan jasmani, dan subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika yang cenderung meningkat, sementara subkelompok jasa kesehatan masih stabil. Komoditas utama yang memiliki kontribusi terhadap peningkatan inflasi pada kelompok ini adalah obat dengan resep, bedak, dan tarif gunting rambut wanita. Tabel 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan (qtq, %) Kelompok / Subkelompok TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II Kesehatan 1,11 1,90 1,81 0,15 1,23 1,76 0,55 0,19 0,74 1,53 Jasa Kesehatan 0,18 0,00 2,95 0,00 3,44 2,53 0,00 0,00 0,00 0,00 Obat-obatan 0,02 6,32 4,70 0,00 0,04 4,02 1,16 0,45 0,47 2,20 Jasa Perawatan Jasmani 0,76 0,00 0,00 1,56 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,08 Perawatan Jasmani dan Kosmetika 2,25 1,86 0,21 0,07 0,35 0,59 0,78 0,25 1,50 2,27 Sumber : BPS Sumbar, diolah. Pergerakan indeks harga kelompok pendidikan pada triwulan laporan relatif menurun. Meski inflasi secara tahunan masih berada pada level yang tinggi dan mencapai dua digit atau sebesar 11,74% (yoy), namun secara triwulanan tercatat mengalami deflasi sebesar -0,32% (qtq). Hal ini dipengaruhi oleh deflasi yang terjadi pada subkelompok rekreasi dan subkelompok perlengkapan/peralatan pendidikan masing-masing sebesar 1,36% (qtq) dan 1,33% (qtq), terkait dengan turunnya harga tas sekolah dan laptop/notebook serta peralatan elektronik seperti TV berwarna dan VCD/DVD player terkait dengan maraknya diskon/promo pada saat liburan sekolah. Kedua subkelompok tersebut memberikan andil deflasi masing-masing sebesar 0,01%. Tabel Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga (qtq, %) Kelompok / Subkelompok TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga -0,03 0,14 5,25 0,56 0,38 0,20 11,43 0,21 0,39-0,32 Pendidikan 0,00 0,00 7,85 0,00 0,00 0,00 17,06 0,00 0,00 0,00 Kursus-kursus / Pelatihan 0,00 0,00 0,18 0,00 0,00 0,00 6,97 0,00 2,17 0,43 Perlengkapan / Peralatan Pendidikan -0,29 0,84 2,47-0,60 2,74-0,41 1,26 0,00 1,81-1,33 Rekreasi 0,00 0,13 0,00 4,54 0,02 1,77 0,00 1,57 0,00-1,36 Olahraga 0,00 0,16 0,00 0,59 0,00 0,00 0,00 0,00 0,42 0,19 Sumber : BPS Sumbar, diolah. Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami kenaikan inflasi yang cukup signifikan pada triwulan II Kenaikan ini bersumber dari meningkatnya inflasi pada subkelompok transportasi, terkait 33

44 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional dengan kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi di akhir bulan Juni Pada triwulan laporan, subkelompok transpor tercatat mengalami kenaikan inflasi yang cukup signifikan, yaitu dari 1,3% (qtq) pada triwulan I-2013 menjadi 6,41% (qtq) dan memberikan andil inflasi sebesar 0,8%. Kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp2.000 per liter atau 44,44% untuk premium dan Rp1.000 per liter atau 22,22% untuk solar berdampak langsung pada kenaikan inflasi komoditas bensin sebesar 12,94% (qtq), solar sebesar 6,67% (qtq). Kenaikan ini direspon langsung dengan kenaikan tarif angkutan dalam kota sebesar 10,50% (qtq) dan angkutan antar kota sebesar 4,56% (qtq). Secara keseluruhan, keempat komoditas ini memberikan andil terhadap inflasi triwulanan sebesar 0,71%. Tabel Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan (qtq, %) Kelompok / Subkelompok TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0,87 0,43 0,48-0,49 1,41-0,16 2,50 0,33 0,87 5,00 Transpor 1,00 0,61 1,21-0,66 2,10-0,01 3,25 0,42 1,30 6,41 Komunikasi Dan Pengiriman 0,00-0,16-2,66 0,00-2,92-1,18 0,03 0,00-0,94 0,00 Sarana dan Penunjang Transpor 1,72 0,00 0,00 0,14 4,25 0,33 0,08 0,15 0,02 1,05 Jasa Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,40 0,00 0,81 0,00 Sumber : BPS Sumbar, diolah Disagregasi Inflasi Berdasarkan disagregasinya, pergerakan inflasi pada periode laporan didominasi oleh faktor administered price. Inflasi dari kelompok komoditas yang harganya ditentukan oleh pemerintah (administered price) pada triwulan II berada pada level dua digit mencapai 11,44% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,6% (yoy). Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya inflasi administered price terutama adanya kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi yang mulai berlaku sejak 22 Juni 2013 dan kebijakan peningkatan Tarif Tenaga Listrik (TTL) secara bertahap yang telah dimulai awal tahun. Pada triwulan II-2013, kenaikan TTL berkisar antara 5,52% - 9,62% untuk golongan rumah tangga (1.300 VA ke atas). 34

45 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional Sumber: BPS (diolah) Grafik Perkembangan Disagregasi Inflasi Kenaikan harga BBM bersubsidi berdampak langsung pada kenaikan tarif angkutan. Kenaikan harga premium menjadi Rp6.500 per liter dan solar menjadi Rp5.500 per liter direspon langsung dengan kenaikan tarif angkutan dalam kota. Kenaikan tarif angkutan ini memberikan andil terhadap inflasi bulanan sebesar 0,33%. Sementara itu, kenaikan harga bensin sendiri memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,34%, sedangkan andil inflasi dari kenaikan harga solar relatif kecil, yaitu sebesar 0,002%. Berdasarkan hasil rapat sidang paripurna DPRD Kota Padang, rata-rata kenaikan tarif angkutan umum sebesar 26% dan bus kota sebesar 39%, sedangkan untuk tarif bus massal Trans Padang sebesar Rp3.500 untuk jarak 19 km. Kenaikan tarif ini mulai berlaku sejak 23 Juni Khusus untuk pelajar dan mahasiswa, dikenakan tarif 50% dari tarif baru. Mengingat kenaikan harga BBM ini baru diberlakukan pada akhir bulan, dampak kenaikan ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga triwulan mendatang. Sementara itu, pergerakan inflasi inti (core) pada triwulan II-2013 menunjukkan pergerakan yang relatif stabil. Inflasi inti pada triwulan II-2013 sebesar 4,27% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 4,54% (yoy). Relatif terjaganya pergerakan inflasi inti seiring dengan pergerakan harga kelompok makanan jadi yang masih cukup stabil dan inflasi kelompok sandang yang cenderung melambat hingga akhir triwulan II Tingkat permintaan masyarakat pun menunjukkan adanya kecenderungan 35

46 Bab II : Perkembangan Inflasi Regional melambat. Hal ini terindikasi dari hasil Survei Konsumen yang menunjukkan adanya penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari 115,7 pada triwulan I menjadi 108,8 pada triwulan II Perkembangan inflasi volatile food masih cenderung meningkat. Komoditas pangan bergejolak (volatile food) mengalami inflasi tahunan mencapai level dua digit sebesar 11,19% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 8,9% (yoy). Kondisi cuaca dengan curah hujan yang tinggi masih menjadi salah satu faktor yang mendorong tingginya kenaikan inflasi volatile food. Sementara itu, pelonggaran kebijakan Kementerian Pertanian RI mengenai pembatasan impor hortikultura berdampak pada menurunnya harga komoditas bawang merah dan bawang putih di pasaran. Hal ini terlihat dari deflasi yang terjadi pada kedua komoditas ini di bulan Mei dan Juni. Penurunan harga bawang putih terus berlanjut sejak Mei hingga Juni 2013, yaitu dari deflasi 6,7% (mtm) pada bulan Mei menjadi deflasi 20,13% (mtm) pada Juni 2013, dengan andil deflasi secara kumulatif mencapai 0,1%. Sementara komoditas bawang merah juga mengalami deflasi sebesar 5,7% pada bulan Mei namun sedikit meningkat di bulan Juni dengan deflasi 3,6% (mtm). Secara kumulatif, andil deflasi bawang merah selama Mei-Juni mencapai 0,13%. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga, rata-rata harga bawang merah pada akhir triwulan II-2013 mencapai Rp16.000/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang rata-rata Rp19.833/kg. Melambatnya harga subkelompok bumbu-bumbuan yang mencapai 28,58% (yoy) menjadi salah satu sumber utama pendorong melambatnya inflasi volatile food pada triwulan II

47 Bab III : Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DAERAH Kinerja bank umum di Sumatera Barat pada triwulan II-2013 mengalami perlambatan pertumbuhan pada sisi Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit. Pertumbuhan aset sedikit melambat dari triwulan sebelumnya 18,6% (yoy) menjadi 13,1% (yoy). Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh melambat dari 12,0% (yoy) menjadi 8,8% (yoy). Penyebab perlambatan DPK terutama dikarenakan terjadinya penurunan jumlah giro dan tabungan secara tahunan. Penyaluran kredit juga menunjukkan perlambatan dari 16,7% (yoy) menjadi 13,4% (yoy). Kegiatan di sektor ekonomi utama seperti pertanian, industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, yang tidak sesemarak triwulan sebelumnya menjadi salah satu faktor perlambatan pertumbuhan kredit di Sumbar. Meskipun demikian, intermediasi perbankan yang diindikasikan oleh Loan-to-Deposit ratio (LDR) berjalan dengan baik, yakni mencapai 142,0%. Kualitas kredit bank umum secara umum masih relatif terjaga dengan rasio Non-Performing-Loan (NPL) di triwulan II-2013 sebesar 2,34%. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sumbar menunjukkan perlambatan pertumbuhan dari sisi aset namun menunjukkan peningkatan pertumbuhan pada sisi penyaluran kredit. Pertumbuhan DPK menurun dari triwulan sebelumnya dari 3,88% (yoy) menjadi -3,9% (yoy). Pertumbuhan aset melambat dari 7,4% (yoy) menjadi 2,9% (yoy). Total penyaluran kredit tumbuh meningkat menjadi 5,7% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,93% (yoy). Perkembangan LDR masih baik dengan mencapai 123,3%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 112,7%. Sementara itu kualitas kredit masih perlu diperhatikan mengingat NPL yang relatif tinggi mencapai 7,90%. Bank umum syariah tumbuh meningkat. Aset bank umum syariah di triwulan II-2013 tumbuh 24,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 20,9% (yoy). Sementara itu penghimpunan DPK juga memperlihatkan 37

48 Bab III : Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah peningkatan pertumbuhan setelah triwulan sebelumnya hanya mampu tumbuh 0,2% (yoy), dimana pada triwulan II-2013 meningkat tajam menjadi 32,1% (yoy). Transkasi tunai mengalami net-inflow, namun nominal transaksi mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, volume transaksi non-tunai melalui kliring mengalami kenaikan sedangkan volume transaksi Real-Time Gross Settlement (RTGS) mengalami penurunan baik dalam volume maupun nilai transaksi. Meningkatnya net-inflow merupakan implikasi dari maraknya transaksi tunai akibat banyaknya kegiatan-kegiatan internasional yang digelar di Propinsi Sumbar serta bertepatan dengan momen liburan sekolah. Sementara penurunan transaksi non-tunai, khususnya pada transaksi RTGS terjadi karena masih terbatasnya kegiatan perekonomian Sumatera Barat Perkembangan Bank Umum Tabel Indikator Perkembangan Bank Umum di Sumatera Barat (Juta Rupiah) Indikator Perbankan (dalam juta rupiah) Pertumbuhan (yoy) Pangsa Pangsa I II III IV I II* I-2013 II-2013* I-2013 II-2013* Aset ,6% 13,1% Giro ,1% -1,6% 22,1% 20,5% Tabungan ,6% 4,1% 45,5% 44,8% Deposito ,5% 24,0% 32,5% 34,7% Total DPK ,0% 8,8% Modal Kerja ,4% 13,1% 37,8% 38,5% Investasi ,9% 14,2% 16,7% 16,4% Konsumsi ,6% 13,2% 45,4% 45,0% Total Kredit Jenis Penggunaan ,7% 13,4% Pertanian ,1% 10,5% 10,0% 10,3% Pertambangan dan Penggalian ,1% -2,0% 1,2% 1,3% Industri Pengolahan ,0% 15,5% 9,0% 8,5% Listrik, Gas dan Air Bersih ,3% 192,2% 0,1% 0,1% Konstruksi ,0% 20,9% 1,1% 1,2% Perdagangan, Hotel dan Restoran ,8% 13,2% 24,8% 25,1% Pengangkutan dan Komunikasi ,1% 57,8% 1,3% 1,5% Keuangan, Real Estate & Jasa Perush ,4% 9,6% 2,2% 2,2% Jasa-jasa ,5% 11,3% 4,8% 4,8% Lain-lain ,6% 13,2% 45,4% 45,0% Total Kredit Sektor Ekonomi ,7% 13,4% -5,6% LDR 131,3% 136,4% 130,7% 137,0% 136,8% 142,0% NPL 2,06% 2,12% 2,26% 2,06% 2,34% 2,34% Sumber: SEKDA, Bank Indonesia *Data sementara hingga posisi terakhir di bulan Mei

49 Bab III : Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah Pertumbuhan aset bank umum di Sumatera Barat pada triwulan II-2013 tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Total aset bank umum di Sumbar pada triwulan II-2013 sebesar Rp42,8 triliun, tumbuh sebesar 13,1% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 18,6% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan aset kelompok bank pemerintah dan aset kelompok bank swasta nasional. Kelompok bank pemerintah pada triwulan II-2013 tumbuh melambat sebesar 11,4% (yoy) atau senilai Rp32,23 triliun, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai Rp33,08 triliun atau turun sebesar 18,9% (yoy). Pada kelompok bank swasta nasional, jumlah aset tumbuh 10,1% (yoy) atau senilai Rp9,79 triliun, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 17,4% (yoy). 50% 40% 30% Bank Umum Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional 60% 50% 40% 30% DPK Tabungan Giro Deposito 20% 20% 10% 10% 0% 0% -10% *Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia Grafik Pertumbuhan Aset Bank Umum Menurut Kelompok Bank (yoy) -10% -20% *Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia Grafik Pertumbuhan DPK Bank Umum Menurut Jenis Simpanan (yoy) Upaya penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh bank umum di Sumbar tumbuh melambat. Pertumbuhan DPK bank umum pada triwulan II melambat dari 12,0% (yoy) menjadi 8,8% (yoy) atau menjadi sebesar Rp25,56 triliun. Berdasarkan jenis simpanan, giro mengalami perlambatan pertumbuhan yang cukup signifikan. Angka pertumbuhan giro berubah signifikan, dari semula tumbuh positif pada triwulan sebelumnya sebesar 8,1% (yoy) menjadi negatif pada triwulan II-2013 yakni sebesar -1,6% (yoy). Penurunan ini terjadi sehubungan dengan peningkatan penarikan oleh perusahaan guna membiayai kegiatan operasional. Perlambatan pertumbuhan juga terjadi pada simpanan tabungan, dari 11,6% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 4,1% (yoy). Perlambatan 39

50 Juta Rupiah Bab III : Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah tersebut dipicu oleh peningkatan penarikan tabungan untuk menikmati masa liburan. Sementara itu, deposito mengalami pertumbuhan cukup signifikan yakni sebesar 24,0% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 15,5% (yoy) Pertumbuhan penyaluran kredit bank umum di Sumbar relatif bergerak turun secara moderat, kecuali untuk kredit konsumsi yang bergerak naik. Berdasarkan jenis penggunaan, kredit bank umum di Sumbar masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan jumlah mencapai Rp16,42 triliun atau 45,1% dari total kredit, disusul oleh kredit modal kerja sebesar Rp 14,03 triliun dengan proporsi 38,5% serta kredit investasi sebesar Rp 5,99 triliun dengan proporsi 16,5%. Pada triwulan II-2013, pertumbuhan kredit konsumsi meningkat, dari 12,6% (yoy) menjadi 13,2% (yoy). Peningkatan pertumbuhan kredit konsumsi diduga terkait meningkatnya kebutuhan konsumsi masyarakat sehubungan momen liburan sekolah serta turunnya bunga kredit konsumsi. Kredit modal kerja tumbuh melambat dari 22,4% (yoy) menjadi 13,1% (yoy). Perlambatan pertumbuhan kredit modal kerja terjadi seiring dengan aktivitas di subsektor perdagangan yang relatif melemah dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, kredit investasi pertumbuhannya melambat dari 15,8% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 14,2% (yoy). Perlambatan ini diduga karena preferensi para pelaku swasta di Sumatera Barat yang lebih memiliki preferensi untuk menggunakan modal sendiri daripada meminjam dari perbankan. 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% Total Kredit Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi 120,0% 100,0% 80,0% 60,0% 40,0% Kredit Kendaraan Bermotor (Sisi Kiri) Pertumbuhan (yoy) ,00% 20,00% 10,00% 20,0% 0,0% -20,0% ,00% I-2010 II-2010 III-2010 IV-2010 I-2011 II-2011 III-2011 IV-2011 I-2012 II-2012 III-2012 IV-2012 I-2013 II-2013* -40,0% III-2011 IV-2011 I-2012 II-2012 III-2012 IV-2012 I-2013 II-2013* 0 *Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia Grafik Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (yoy) *Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia Grafik Perkembangan dan Pertumbuhan Kredit Kendaraan Bermotor Bank Umum Berdasarkan sektor ekonomi, melemahnya pertumbuhan kredit di sektor pertanian, sektor industri pengolahan, serta sektor perdagangan, hotel, 40

51 Bab III : Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah dan restoran berpengaruh terhadap perlambatan pertumbuhan kredit secara kumulatif. Sektor pertanian, sektor industri pengolahan, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor dengan pangsa kredit terbesar. Sektor pertanian memiliki porsi 18,0% dari total kredit, sektor industri pengolahan sebesar 15,7% dari total kredit, sedangkan porsi kredit sektor perdagangan, hotel, dan restoran adalah sebesar 45,9% dari total kredit di triwulan II Oleh karenanya, melambatnya pertumbuhan kredit pada ketiga sektor tersebut, menyebabkan pertumbuhan kredit pada triwulan II-2013 ikut melambat. Pada triwulan II-2013, penyaluran kredit di sektor pertanian sebesar Rp3,75 triliun atau tumbuh 10,5% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 17,1% (yoy). Petumbuhan kredit di sektor industri pengolahan sebesar 15,5% (yoy) dengan nilai kredit Rp3,08 triliun, lebih rendah dibanding pertumbuhan kredit triwulan sebelumnya yang mencapai 30,0% (yoy). Sektor perdagangan, hotel, dan restoran hanya mampu tumbuh 13,2% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang mencapai 33,8% (yoy). Perlambatan pertumbuhan kredit di sektor-sektor ekonomi tersebut sejalan dengan melemahnya pertumbuhan kredit, baik pada jenis kredit modal kerja dan kredit investasi. Pengangkutan dan Komunikasi Perdagangan, Hotel dan Restoran Konstruksi Industri Pengolahan Pertanian 0,0% 20,0% 40,0% 60,0% 80,0% IV-2012 I-2013 II-2013* *Data sementara Grafik PertumbuhanKredit Bank Umum Menurut Sektor Ekonomi 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 BI Rate modal kerja investasi konsumsi Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Sumber: SEKI, Bank Indonesia Grafik Perkembangan Rata-Rata Suku Bunga Kredit Suku bunga kredit bank umum konvensional di Sumbar masih berada pada tren yang relatif stabil. Dibandingkan posisi terakhir di triwulan I-2013, rata-rata suku bunga kredit modal kerja dan konsumsi pada triwulan II-2013 mengalami penurunan meski tidak terlalu signifikan, masing-masing berada pada level 13,5% dan 11,3% dari posisi semula yang berada pada level 13,7% dan 41

52 Juta Rupiah Miliar Rupiah Bab III : Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah 11,5%. Rata-rata suku bunga kredit investasi naik dari 13,09% pada triwulan I menjadi 13,2% pada triwulan II Di sisi lain, Bank Indonesia masih konsisten mempertahankan suku bunga acuan BI-rate sebesar 5,75% sampai dengan Mei dan kemudian ditingkatkan menjadi 6,00% pada Juni. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi potensi peningkatan inflasi yang meningkat seiring ketidakpastian kebijakan harga BBM. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menunjukkan peningkatan pertumbuhan. Pada triwulan II-2013, penyaluran kredit ke UMKM mencapai Rp11,5 triliun atau tumbuh 26,2% (yoy). Pertumbuhan ini lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 25,2% (yoy). Pertumbuhan kredit UMKM cukup memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan kredit perbankan, mengingat kontribusinya mencapai 31,5% dari total kredit bank umum di Sumatera Barat. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp9,6 triliun atau 83,5% dari kredit UMKM merupakan kredit modal kerja, sisanya sebesar Rp1,89 triliun atau 19,8% merupakan kredit investasi % 29% 23% 22,3% 25,19% 26,22% 30,00% 25,00% 20,00% ,00% 100,00% 80,00% ,00% ,00% I-2012 II-2012 III-2012 IV-2012 I-2013 II-2013* 10,00% 5,00% 0,00% I-2012 II-2012 III-2012 IV-2012 I-2013 II-2013* 40,00% 20,00% 0,00% Kredit UMKM (sisi kiri) Growth (yoy) - sisi kanan *Data sementara Grafik Perkembangan dan Pertumbuhan Kredit UMKM Total Plafon KUR Growth (yoy) - sisi kanan *Data sementara Grafik Perkembangan dan Pertumbuhan KUR Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) mengalami penurunan pertumbuhan. Pada triwulan II-2013 pertumbuhan KUR tercatat sebesar 51,0% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 72,3% (yoy). Dilihat dari sisi plafon yang mencapai Rp3,58 triliun, posisi outstanding mencapai Rp1,54 triliun dengan jumlah nasabah mencapai orang. Hal ini berarti, rata-rata KUR yang disalurkan per debitur di Sumbar senilai Rp17,63 juta, menurun dari triwulan sebelumnya sebesar Rp18,03 juta per debitur. 42

53 Bab III : Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah Kegiatan intermediasi bank umum di Sumbar cukup berjalan baik. Loanto-Deposit Ratio (LDR) bank umum pada triwulan II-2013 mencapai 142,0%, sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 136,8%. Meningkatnya rasio LDR terutama disebabkan oleh besarnya perlambatan pertumbuhan DPK sementara pertumbuhan kredit meski sedikit menurun namun masih berada pada level tinggi. Kecenderungan terjadinya hal ini akan terus berlangsung ke depan jika belum adanya reorientasi fokus kegiatan perbankan untuk meningkatkan pendanaan yang signifikan di Sumbar. 160,0% 140,0% 120,0% 100,0% 80,0% 60,0% 40,0% 20,0% 0,0% LDR (sisi kiri) NPL (sisi kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II* 3,00% 2,50% 2,00% 1,50% 1,00% 0,50% 0,00% *Data Sementara Grafik Perkembangan LDR dan NPL Bank Umum Jumlah kredit bermasalah di bank umum meningkat namun masih relatif terjaga. Non-Performing-Loan (NPL) bank umum di Sumbar pada triwulan II-2013 sebesar 2,34%, relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Nilai ini masih berada di bawah batas maksimum yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 5%. Tetap terjaganya risiko kredit mengindikasikan bahwa bank umum di Sumbar masih mampu menjaga kualitas kredit yang telah disalurkan dengan baik Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Perkembangan aset Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sumbar tumbuh melambat. Dibandingkan dengan triwulan I-2013, pertumbuhan aset BPR di triwulan II-2013 tumbuh lebih rendah yakni dari 7,4% (yoy) menjadi 2,9% (yoy). Total aset BPR di Sumbar pada triwulan II-2013 sebesar Rp1,51 triliun. Penurunan 43

54 Bab III : Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah tersebut diduga disebabkan oleh melambatnya ekspansi penyaluran kredit oleh BPR di Sumbar pada triwulan II Pada sisi aset, DPK BPR Sumbar mengalami pertumbuhan negatif. Jumlah DPK yang berhasil dihimpun BPR pada triwulan II-2013 mencapai Rp 863 miliar atau menurun 3,9% (yoy). Padahal, pada triwulan sebelumnya total DPK BPR mampu tumbuh sebesar 3,88% (yoy). Tabungan tumbuh negatif sebesar -2,9% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada pada level positif yakni 4,5% (yoy). Sementara itu, simpanan deposito juga tumbuh negatif sebesar - 5,6% (yoy). Turunnya pertumbuhan simpanan deposito menunjukkan turunnya minat masyarakat untuk menaruh simpanannya dalam bentuk deposito di BPR meskipun suku suku bunga deposito yang ditawarkan BPR secara rata-rata mampu berada diatas level suku bunga deposito bank umum. Indikator Perbankan Tabel Indikator Perkembangan BPR di Sumatera Barat (Juta Rupiah) (dalam juta rupiah) Pertumbuhan (yoy) Pangsa Pangsa I II III IV I II* I-2013 II-2013* I-2013 II-2013* Aset 1,416,797 1,466,701 1,496,614 1,588,891 1,520,964 1,509, % 2.9% Tabungan 544, , , , , , % -2.9% 59.4% 61.2% Deposito 349, , , , , , % -5.6% 40.6% 38.8% Total DPK 894, , , , , , % -3.9% Modal Kerja 642, , , , , , % 1.9% 64.8% 64.0% Investasi 114, , , , , , % 8.6% 10.9% 11.9% Konsumsi 249, , , , , , % -0.6% 24.4% 24.1% Total Kredit Jenis Penggunaan 1,007,213 1,043,212 1,044,237 1,039,749 1,046,811 1,064, % 5.7% Pertanian 175, , , , , , % 9.6% 17.3% 17.8% Pertambangan dan Penggalian 2,960 2,896 2,862 2,991 3,451 4, % 40.0% 0.3% 0.3% Industri Pengolahan 19,717 19,721 18,357 16,323 16,404 16, % -16.1% 1.8% 1.6% Listrik, Gas dan Air Bersih 712 1,079 1, % -18.9% 0.1% 0.0% Konstruksi 8,579 9,580 10,466 9,279 8,346 9, % 14.8% 1.0% 0.8% Perdagangan, Hotel dan Restoran 443, , , , , , % 8.5% 44.9% 45.2% Pengangkutan dan Komunikasi 28,193 32,292 31,434 30,639 32,320 32, % 16.5% 3.0% 3.1% Keuangan, Real Estate & Jasa Perush. 2,742 4,095 5,409 6,829 6,737 7, % 180.0% 0.5% 0.6% Jasa-jasa 76,056 69,088 71,565 70,007 67,249 69, % -8.8% 6.9% 6.4% Lain-lain 249, , , , , , % 0.3% 24.4% 24.1% Total Kredit Sektor Ekonomi 1,007,213 1,043,212 1,044,237 1,039,749 1,046,811 1,064, % 5.7% Sumber: SEKDA, Bank Indonesia *Data sementara hingga posisi terakhir di bulan Mei 2013 Pertumbuhan kredit modal kerja oleh BPR tumbuh melambat, sedangkan kredit konsumsi mengalami pertumbuhan negatif. Pertumbuhan kredit modal kerja mencapai 1,87% (yoy) pada triwulan II-2013 lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 4,2% (yoy). Kredit investasi mampu tumbuh menjadi 8,6% (yoy) dari sebelumnya sebesar 8,4% (yoy). Kredit konsumsi yang semula tumbuh positif 1,2% (yoy) menjadi tumbuh -0,6% (yoy). Nilai proporsi kredit modal kerja dan investasi yang sangat tinggi mencapai 44

55 Bab III : Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah 75,9% dibandingkan kredit konsumsi mengindikasikan bahwa sebagian besar kredit BPR disalurkan ke sektor produktif sehingga dapat turut mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitarnya. Namun demikian tingkat persaingan dalam menyasar target pasar kredit mikro dan kecil menjadi relatif tinggi sehubungan dengan semakin banyaknya unit kredit mikro dan kecil yang dijalankan oleh beberapa bank umum di Sumbar. 25% 20% 15% 10% 5% 0% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% Tabungan Simpanan Berjangka Total DPK *Data sementara Grafik Pertumbuhan Aset Bank Perkreditan Rakyat di Sumbar (yoy) *Data sementara Grafik Pertumbuhan (yoy) DPK BPR Menurut Jenis Simpanan Secara sektoral, terjadi peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit BPR di sektor perdagangan, hotel, restoran dan sektor pertanian. Sektor perdagangan tumbuh 8,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,5% (yoy). Sektor pertanian juga tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dari 6,1% (yoy) menjadi 9,6% (yoy). Peningkatan pertumbuhan pada kedua sektor tersebut mampu mendorong peningkatan jumlah penyaluran kredit BPR secara keseluruhan, dari semula tumbuh sebesar 3,9% (yoy) menjadi 5,7% (yoy). Hal ini membuktikan bahwa BPR masih mampu bersaing dengan bank umum dalam menghimpun nasabah pinjaman. Kemudahan akses, pelayanan yang memuaskan, serta prosedur yang cepat dan jelas diharapkan dapat dilakukan untuk kembali memajukan pertumbuhan kredit di BPR. 45

56 Bab III : Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah 35,00% 30,00% 25,00% 20,00% Total Kredit Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi 130,0% 120,0% 110,0% 12,00% 10,00% 8,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% -5,00% 100,0% 90,0% 80,0% 70,0% LDR (LHS) NPL (RHS) 6,00% 4,00% 2,00% -10,00% 60,0% 0,00% -15,00% -20,00% *Data sementara Grafik Pertumbuhan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan *Data sementara Grafik Perkembangan Loan-to-Deposit Ratio (LDR) dan Non-Performing Loan (NPL) BPR Intermediasi BPR secara umum masih cukup baik. Pada triwulan II-2013 LDR BPR mencapai 123,4%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 112,7%. Menurunnya pertumbuhan DPK di tengah kredit yang dapat tumbuh lebih tinggi menyebabkan LDR tetap terjaga diatas 100%. Non- Performing Loan (NPL) BPR mencapai 7,90%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 7,85%. Nilai ini masih berada di atas batas toleransi NPL yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yakni sebesar 5%. Hal ini mengindikasikan BPR di wilayah Sumbar masih perlu meningkatkan prinsip kehati-hatian perbankan dalam memperbaiki kualitas kreditnya Perkembangan Bank Umum Syariah Kinerja bank umum syariah di Sumbar tumbuh positif dan meningkat. Hal ini terlihat dengan pertumbuhan aset bank umum syariah dimana posisi triwulan II-2013 jumlahnya mencapai Rp 4,24 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 24,5% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 20,9% (yoy). Penyaluran pembiayaan oleh bank umum syariah masih berada pada tren positif meski sedikit melemah. Pembiayaan bank umum syariah pada triwulan II-2013 tumbuh melambat yakni sebesar 24,3% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 27,3% (yoy). Pelemahan bersumber dari perlambatan pertumbuhan pada pembiayaan konsumsi dan investasi. Namun demikian, pertumbuhan pada pembiayaan modal kerja hingga mencapai 25,7% 46

57 Persen Bab III : Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah (yoy), memperlihatkan kegiatan produktif sebagai target penyaluran pembiayaan oleh bank umum syariah. Tabel Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Barat (Juta Rupiah) (juta rupiah) Pertumbuhan (yoy) Pangsa I II III IV I II* I-2013 II-2013* II-2013* Aset 3,152,758 3,409,127 3,594,368 3,792,905 3,810,542 4,244, % 24.5% DPK 1,825,065 1,642,356 1,892,379 1,873,518 1,828,552 2,169, % 32.1% Giro 102, , , , , , % 22.6% 6.3% Tabungan 818, , , , , , % 17.0% 38.0% Deposito 904, , , , ,423 1,208, % 46.3% 55.7% Pembiayaan Menurut Jenis Penggunaan 2,641,952 3,006,809 3,129,453 3,437,861 3,363,426 3,737, % 24.3% Modal Kerja 735, , , , ,528 1,066, % 25.7% 28.5% Investasi 232, , , , , , % 9.9% 9.0% Konsumsi 1,673,708 1,850,458 1,933,710 2,188,892 2,212,205 2,333, % 26.1% 62.4% Pembiayaan Menurut Sektor Ekonomi 2,641,952 3,006,809 3,129,453 3,437,859 3,363,427 3,737, % 24.3% Pertanian 58,941 66,751 66,073 71,917 64,661 72, % 8.2% 1.9% Pertambangan % -86.7% 0.0% Industri Pengolahan 56,937 54,690 48,779 68,110 39,754 41, % -24.9% 1.1% Listrik, Gas dan Air % Konstruksi 4,122 9,039 8,394 10,028 6,840 8, % -9.0% 0.2% Perdagangan 352, , , , , , % 22.9% 13.0% Transportasi dan Komunikasi 9,735 14,739 15,955 5,339 4,998 5, % -61.2% 0.2% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 398, , , , , , % 28.2% 18.0% Jasa Sosial 87,815 91,250 93,580 73,005 72, , % 30.4% 3.2% Lain-Lain 1,673,708 1,850,458 1,933,710 2,188,892 2,212,205 2,333, % 26.1% 62.4% Financing-to-Deposit Ratio (FDR) 144.8% 183.1% 165.4% 183.5% 183.9% 172.3% Non-Performing Financing (NPF) 1.06% 1.13% 1.38% 1.18% 1.23% 1.37% Sumber: LBU, Bank Indonesia 100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0-10,0 Asset DPK Pembiayaan 200,00% 180,00% 160,00% 140,00% 120,00% 100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% FDR (%) (LHS) NPF (%) (RHS) 3,50% 3,00% 2,50% 2,00% 1,50% 1,00% 0,50% 0,00% Grafik Pertumbuhan Aset, DPK dan Pembiayaan Bank Umum Syariah (yoy) Grafik Perkembangan Financing-to- Deposit Ratio (FDR) dan Non-Performing Loan (NPL) Bank Umum Syariah Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran pembiayaan di sektor lain-lain tumbuh melambat. Sektor ini memiliki pangsa tertinggi dari total pembiayaan yakni sebesar 62,4% dengan nilai sebesar Rp2,3 triliun. Sementara itu, sektor perdagangan tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 22,9% (yoy), naik tipis dibandingkan triwulan sebelumnya yang berhasil tumbuh 22,7% (yoy). Lain halnya dengan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang tumbuh 47

58 Bab III : Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah melambat jika dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari 33,1%(yoy) menjadi 28,2% (yoy). Sejalan dengan indikator lainnya, penghimpunan DPK oleh bank umum syariah juga menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. DPK tumbuh positif secara tahunan yakni sebesar 32,1%, lebih tinggi dari pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang tercatat di angka 0,2% (yoy). Dari total DPK sebesar Rp2,1 triliun, jenis simpanan deposito memiliki pangsa tertinggi yakni sebesar 55,7%, disusul oleh tabungan dengan pangsa 38,0%. Penghimpunan deposito meningkat sebesar 46,3% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumya yang hanya tumbuh 2,2% (yoy). Sementara itu, simpanan berupa tabungan juga meningkat menjadi 17,0% (yoy) dari semula -4,0% (yoy). Melihat pertumbuhan deposito dan tabungan yang positif, tampaknya produk deposito dan tabungan bank syariah mulai dipercaya sebagai salah satu bentuk simpanan yang menggiurkan bagi para pelaku usaha dan masyarakat. Pada simpanan bentuk giro, juga terjadi peningkatan pertumbuhan dengan pertumbuhan sebesar 22,6% (yoy) di triwulan II-2013, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 16,3% (yoy) Peran intermediasi bank umum syariah di Sumbar masih terjaga dengan baik. Total pembiayaan yang memiliki nominal hampir dua kali dari total Dana Pihak Ketiga (DPK) menyebakan Financing-to-Deposit Ratio (FDR) berada lebih dari level 150%. Posisi triwulan II-2013 menunjukkan FDR untuk bank umum syariah di Sumbar sebesar 172,3%, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 183,9%. Hal ini dipicu dengan meningkatnya akselerasi pertumbuhan DPK bank syariah. Dari sisi pengelolaan kualitas pembiayaan, Non- Performing Financing (NPF) masih relatif terjaga dengan persentase sebesar 1,37%, meski ada pergerakan sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya yang hanya 1,23%. Namun secara umum level NPF tersebut masih aman dan jauh lebih rendah dibandingkan batas maksimum yang telah ditetapkan Bank Indonesia sebesar 5%. 48

59 Triliun Rp Triliun Rp Bab III : Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah 3.4. Transaksi Tunai Pada triwulan II-2013, nilai transaksi tunai di Sumatera Barat tercatat net inflow, akan tetapi nilainya lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa nilai transaksi tunai yang masuk (inflow) ke KPw Bank Indonesia Wilayah VIII lebih tinggi dibandingkan jumlah transaksi tunai yang keluar (outflow) dari KPw Bank Indonesia Wilayah VIII. Total transaksi tunai inflow yang masuk ke KPw Bank Indonesia Wilayah VIII pada triwulan II-2013 mencapai Rp2,71 triliun, atau menurun 20% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp3,39 triliun. Sementara itu, total transaksi tunai outflow yang masuk ke KPw Bank Indonesia Wilayah VIII pada triwulan II mencapai Rp1,59 triliun, atau meningkat 73% dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai Rp920 miliar. Bertambahnya jumlah uang yang ditarik oleh perbankan pada triwulan II-2013 sebagai implikasi dari banyaknya kegiatan serta pertemuan internasional yang diadakan di Sumbar. Selain itu, pada triwulan II-2013 juga bertepatan dengan momen liburan sekolah, sehingga permintaan uang oleh masyarakat meningkat. 4,5 2,0 4,0 3,5 1,5 3,0 2,5 1,0 2,0 1,5 0,5 1,0 0,5 0,0-0,5 III IV I II III IV I II III IV I II III IV 0,0-0, Inflow Outflow Net Inflow -1,0 Inflow Outflow Net Inflow Grafik Perkembangan Aliran Uang Kas Masuk (inflow) dan Keluar (outflow) Grafik Perkembangan Aliran Uang Kas Masuk (inflow) dan Keluar (outflow) setiap bulan Seiring dengan meningkatnya uang tunai yang disetorkan oleh perbankan ke Bank Indonesia, jumlah Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang dimusnahkan mengalami peningkatan pada triwulan II Jumlah Uang Tidak Layar Edar (UTLE) 25,96% dari total inflow setoran perbankan ke KPw Bank Indonesia Wilayah VIII. Jumlah UTLE yang masuk ke KPw Bank Indonesia Wilayah VIII dari setoran perbankan Sumbar pada triwulan II-2013 mencapai Rp702,64 miliar, atau meningkat 81.99% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 49

60 % Triliun Rp Juta Rp Lembar Bab III : Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah Rp386,09 miliar. Peningkatan penggunaan uang tunai triwulan II-2013 akibat banyaknya kegiatan-kegiatan internasional yang terselenggara di Propinsi Sumbar serta liburan sekolah. Hal tersebut berimplikasi terhadap peningkatan jumlah UTLE yang disetor ke Bank Indonesia Rasio PTTB terhadap inflow PTTB (Sisi Kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0, Nominal (sisi kiri) Lembar (sisi kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) Grafik Jumlah Temuan Uang Palsu di Sumatera Barat Uang palsu yang ditemukan pada triwulan II-2013 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Jumlah uang palsu yang ditemukan oleh Bank Indonesia dari hasil setoran oleh perbankan di Sumbar pada triwulan II-2013 mencapai 86 lembar, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang ditemukan sebanyak 111 lembar. Penurunan jumlah uang palsu yang ditemukan terjadi seiring dengan upaya yang berkelanjutan KPw Bank Indonesia Wilayah VIII dalam sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah ke berbagai lapisan masyarakat. Kewaspadaan masyarakat mengenai uang palsu perlu ditingkatkan. Untuk menekan peredaran uang palsu tentunya perlu kesadaran dan kerjasama semua pihak, baik dari masyarakat maupun perbankan khususnya dalam mengenali dengan baik sehingga terhindar dari terselipnya uang palsu dalam transaksi kegiatan ekonomi, khususnya pada uang pecahan besar. Pada triwulan II-2013 ditemukan uang palsu pecahan Rp sebanyak 31 lembar, pecahan Rp sebanyak 45 lembar, pecahan Rp sebanyak 2 lembar, pecahan Rp sebanyak 7 lembar, dan pecahan Rp5.000 sebanyak 1 lembar Transaksi Kliring Nilai dan volume transaksi non-tunai melalui kliring tidak mengalami perubahan yang siginifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. 50

61 Triliun Rp Ribu Lembar Bab III : Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah Perputaran kliring pada triwulan II-2013 mencapai 104,4 ribu lembar dengan nominal mencapai Rp4,12 triliun, tidak jauh berbeda dibandingkan triwulan sebelumnya dengan transaksi mencapai 101,4 ribu lembar dengan nominal mencapai Rp4,14 triliun. Rasio penolakan cek/bilyet giro (BG) triwulan II-2013, meningkat 24,9% dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2013 secara volume, penolakan cek/bilyet giro kosong mencapai lembar, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak lembar. Nominal cek/bilyet giro (BG) yang ditolak juga meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dari Rp99,28 miliar menjadi Rp121,3 miliar. Sumber : Bank Indonesia Tabel Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Keterangan Pertumbuhan w I II III IV I II III IV I II qtq yoy Perputaran Kliring Volume (ribu lembar) 95,8 96,6 92,6 95,8 99,97 100,98 67,99 100,11 101,43 104,11 2,6% 3,1% Nominal (miliar Rp) 3.711, , , , , , , , , ,7-1,9% 2,5% Penolakan Cek/BG Kosong - Volume (lembar) 2.369, , , , ,2% 29,5% - Nominal (miliar Rp) 54,7 70,4 73,0 83,1 78,7 88,47 55,08 100,17 99,28 121,31 22,2% 37,1% 3.6. Transaksi BI-RTGS (Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement) Nominal Volume (sisi kanan) I II III IV I Grafik Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Sumatera Barat Volume transaksi non-tunai melalui RTGS menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Berbeda dengan transaksi kliring yang mengalami peningkatan, nilai dan volume transaksi RTGS mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Turunnya tingkat transaksi melalui RTGS disebabkan karena masih terbatasnya kegiatan perekonomian di triwulan II Volume transaksi RTGS di triwulan II-2013 mencapai transaksi. Volume transaksi dari wilayah Sumbar mencapai transaksi, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai transaksi. Transaksi RTGS dari wilayah Sumbar masing-masing 51

62 Bab III : Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah mengalir ke wilayah Sumbar sendiri sebanyak transaksi dan ke luar wilayah Sumbar transaksi. Sementara aliran dari luar wilayah Sumbar ke Sumbar volumenya mencapai transaksi, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak transaksi. Akan tetapi, secara nominal nilai total transaksi RTGS pada triwulan II-2013 lebih tinggi dari total transakasi triwulan sebelumnya. Total nilai transaksi RTGS selama triwulan II-2013 mencapai Rp22,21 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu mencapai Rp20,76 triliun. Tabel Transaksi RTGS Provinsi Sumatera Barat 52

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 2013 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII DIVISI EKONOMI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan IV - 2012 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Triwulan IV-2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII DIVISI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Triwulan IV-2013 KANTOR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII Triwulan I-2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII TIM KAJIAN EKONOMI Jl. Jend.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2012 Triwulan II-2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII DIVISI EKONOMI MONETER Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 0751-31700

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 29 Kantor Ringkasan Eksekutif KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-nya sehingga

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII (Sumatera Barat, Riau, Kep.Riau dan Jambi) i Halaman ini sengaja dikosongkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII (Sumatera Barat, Riau, Kep.Riau dan Jambi) i Halaman ini sengaja dikosongkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011 BANK INDONESIA MEDAN 2011 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2013 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN III 213 Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Kajian, Statistik dan Survey (UKSS) Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank

Lebih terperinci

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL BAB 1. PERKEMBANGAN 7 BAB 1. PERKEMBANGAN KAJIAN EKONOMI PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2008 KANTOR 8 BAB 1. PERKEMBANGAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel)

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank

Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank TRIWULAN I 216 i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii Triwulan I 216 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN EKONOMI Jl.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 211 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan ii Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1 Sisi Permintaan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan IV 213 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci