KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013

2 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin triwulanan yang berisi analisis perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Sumatera Utara. Pada periode ini mengulas dinamika ekonomi di Sumut pada Triwulan III-2013 yang tercermin dari perkembangan makroekonomi regional, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, serta prospek ekonomi Sumut ke depan. Analisis dilakukan berdasarkan data laporan bulanan bank umum dan BPR, data statistik dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, data dari instansi/lembaga terkait lainnya serta informasi dari para pelaku ekonomi utama di Sumatera Utara. Dari analisis yang kami lakukan, dapat kami sampaikan bahwa secara umum kondisi perekonomian Sumut pada triwulan III-2013 melambat pada level 5,95% (yoy) di tengah kondisi perekonomian global yang masih bergejolak. Dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi disebabkan adanya perlambatan pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga serta net ekspor, sementara dari sisi penawaran, disebabkan adanya perlambatan pada sektor primer, yaitu sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian. Perlambatan pertumbuhan ekonomi di triwulan III-2013 juga tidak terlepas dari kredit perbankan yang melambat pada triwulan ini yaitu sebesar 18,41% (yoy). Sementara itu, Inflasi tercatat meningkat cukup signifikan dibanding triwulan sebelumnya, yaitu di level 9,35% (yoy), serta jauh lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 8,40% (yoy). Ke depan kami perkirakan perekonomian Sumatera Utara masih tumbuh stabil pada kisaran angka 5,9% 6,2% (yoy) pada triwulan IV-2013 yang masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Sementara di sisi lain, beberapa upward risk seperti kondisi cuaca yang diperkirakan masih buruk hingga akhir tahun, rusaknya jaringan irigasi dan dampak erupsi Gunung Sinabung serta masuknya Provinsi Sumatera Utara pada masa paceklik beras pada periode Oktober-Februari diperkirakan akan mendorong laju inflasi pada triwulan IV-2013 pada kisaran 9,7%-10,1 (yoy). Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah menyediakan data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan buku ini. Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang sangat baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang. Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Medan, November 2013 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX (SUMATERA UTARA DAN ACEH) Hari Utomo Direktur Eksekutif ii

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GRAFIK RINGKASAN UMUM BAB 1 EKONOMI MAKRO REGIONAL Kondisi Umum Analisis Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor dan Impor Analisis Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Industri Pengolahan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Sektor Bangunan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi BAB 2 INFLASI Kondisi Umum Analisis Perkembangan Inflasi Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Inflasi Menurut Kota iii

4 2.3. Disagregasi Inflasi Inflasi Inti (Core Inflation) Inflasi Komponen Bergejolak (Volatile Foods Inflation) Inflasi Komponen yang Harganya Diatur Pemerintah (Administered Prices) BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN Kondisi Umum Intermediasi Perbankan Penghimpunan Dana Masyarakat Penyaluran Kredit Stabilitas Perbankan Perbankan Syariah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Sistem Pembayaran Non Tunai Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara Kegiatan Transaksi Kliring Sistem Pembayaran Tunai Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow dan Outflow) Uang Rupiah Tidak Asli Penyediaan Uang Layak Edar BAB 4 KEUANGAN PEMERINTAH Realisasi Pendapatan Pemerintah Realisasi Belanja Pemerintah Rekening Pemerintah di Bank iv

5 BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja, dan Angka Pengangguran Lapangan Pekerjaan Utama Status Pekerjaan Utama Perkembangan Kesejahteraan Tingkat Penghasilan Masyarakat Nilai Tukar Petani (NTP) BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN v

6 DAFTAR TABEL Tabel 1. 1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumut dari Sisi Permintaan Tabel 1. 2 Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Provinsi Sumatera Utara Tabel 1. 3 Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumut Tabel 1. 4 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumut dari Sisi Penawaran Tabel 1. 5 Perkembangan Produksi Padi dan Jagung Tabel 1. 6 Indikator Kinerja Perbankan Provinsi Sumut Tabel 2. 1 Inflasi Triwulanan Provinsi Sumatera Utara menurut Kelompok Barang & Jasa (%) Tabel 2. 2 Inflasi Tahunan Provinsi Sumatera Utara menurut Kelompok Barang & Jasa (%) Tabel 2. 3 Inflasi Triwulanan Empat Kota di Sumut (%, qtq) Tabel 2. 4 Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut (%, yoy) Tabel 2. 5 Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kota dan kelompok Barang & jasa Tabel 3. 1 Indikator Utama Perbankan Sumut Tabel 3. 2 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut per Sektor Ekonomi Tabel 3. 4 Indikator Utama BPR Sumut Tabel 3. 5 Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara Tabel 3. 6 Transaksi Kliring Perbankan Sumatera Utara Tabel 3. 7 Data Temuan Uang Palsu di Kantor Perwakilan Bank Indonesia vi

7 DAFTAR GRAFIK Grafik 1. 1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sumut Grafik 1. 2 Struktur Perekonomian Sumut Grafik 1. 3 Pertumbuhan PDRB Sektor Konsumsi Sumut Grafik 1. 4 Perkembangan Nilai Penjualan berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) Grafik 1. 5 Perkembangan Survei Konsumen Provinsi Sumut Grafik 1. 6 Perkembangan Indeks NTPR Provinsi Sumut Grafik 1. 7 Perkembangan Kredit Sektor Konsumsi Provinsi Sumut Grafik 1. 8 Perkembangan Rekening Pemerintah Grafik 1. 9 Pertumbuhan PDRB Sektor Investasi Sumut Grafik Perkembangan Kredit Investasi Sumut Grafik Perkembangan Penjualan Semen Sumut Grafik Nilai Penjualan Barang Konstruksi berdasarkan Survei penjualan eceran Sumut Grafik Pertumbuhan PDRB Aktivitas Perdagangan Luar Negeri Sumut Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Sumut Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Sumut Grafik Perkembangan Volume Ekspor Komoditas Utama Sumut Grafik Perkembangan Aktivitas Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan Sumut Grafik Negara Tujuan Ekspor Sumut Grafik Perkembangan Nilai Impor Sumut Grafik Pertumbuhan Volume Impor Sumut per Kategori Barang (%) Grafik Persentase Nilai Impor Sumut per Kategori Barang Grafik Negara Asal Impor Sumut Grafik Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Sumut 26 Grafik Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Sumut Grafik Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Sumut Grafik Perkembangan Nilai Tukar Perkebunan Rakyat (NTPR) Sumut Grafik Pertumbuhan PDRB Sektor Industri Pengolahan dan SKDU Sumut Grafik Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan Sumut Grafik Pertumbuhan PDRB Sektor Industri Pengolahan dan SKDU Sumut vii

8 Grafik Perkembangan Kredit Sektor PHR Sumut Grafik Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Sumut Grafik Nilai Penjualan Barang Konstruksi berdasarkan Survei penjualan eceran Sumut Grafik Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi Sumut Grafik Perkembangan Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Sumut Grafik Perkembangan Kredit Sektor Pengangkutan Sumut Grafik 2. 1 Disagregasi Inflasi Sumut dan Nasional Grafik 2.2 Inflasi Provinsi September Grafik 2. 3 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Sumut Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan Grafik 2.8 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau di Sumut Grafik 2.9 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau di Sumut Grafik 2.10 Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut Grafik 2.11 Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut Grafik 2.12 Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Sumut Grafik 2.13 Inflasi Tahunan Kelompok Sandang di Sumut Grafik 2.14 Pergerakan harga emas perhiasan Triwulan III Grafik 2.15 Pergerakan harga emas perhiasan Triwulan III Grafik 2.16 Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Sumut Grafik 2.17 Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan di Sumut Grafik 2.18 Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut Grafik 2.19 Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut Grafik 2.20 Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan di Sumut Grafik 2.21 Inflasi Tahunan Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan di Sumut Grafik 2.22 Disagregasi Inflasi Sumut Grafik 3. 1 Perkembangan DPK Sumut Grafik 3. 2 Struktur DPK Sumut Grafik 3. 3 Perkembangan Suku Bunga Dana Pihak Ketiga (DPK) Sumut Grafik 3. 4 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut viii

9 Grafik 3. 5 Pangsa Kredit Sumut per Jenis Penggunaan Grafik 3. 8 Perkembangan Kredit UMKM Sumut Grafik 3. 9 Pangsa Kredit UMKM Sumut Grafik Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah Grafik Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah Grafik Perkembangan NPL BPR Sumut Grafik Perkembangan Cek/BG Kosong Perbankan Sumut Grafik Perkembangan Aliran Uang Kartal melalui Bank Indonesia Grafik Perkembangan Jumlah PTTB di Sumatera Utara Grafik 6. 1 Perkiraan Pertumbuhan Perekonomian Sumatera Utara Grafik 6. 2 Indeks Ekspektasi Konsumen Grafik 6. 3 Ekspektasi Konsumen ix

10 RINGKASAN UMUM GAMBARAN UMUM Pada triwulan III-2013, ekonomi Sumatera Utara tumbuh sebesar 5,95% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan II Namun demikian, perekonomian Sumut pada triwulan ini masih di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,62% (yoy). Realisasi pertumbuhan ini sedikit di bawah proyeksi sebelumnya sebesar 6,1%- 6,4% (yoy). Inflasi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III-2013 tercatat sebesar 3,36% (qtq) atau 9,35%(yoy), jauh di atas inflasi Nasional yang hanya sebesar 8,40% (yoy) dan berada pada urutan kedelapan angka inflasi tertinggi secara nasional. Laju inflasi pada triwulan III-2013 tersebut masih berada dalam kisaran proyeksi sebelumnya sebesar 8,5%-9,5% (yoy). Kinerja perbankan Sumatera Utara sampai dengan triwulan III secara umum masih tumbuh cukup baik ditengah perlambatan ekonomi dengan stabilitas sistem keuangan yang masih tetap terjaga. Perkembangan ketenagakerjaan pada triwulan III-2013 menunjukkan indikasi perlambatan, tercermin dari meningkatnya jumlah pengangguran dan penurunan angkatan kerja di Sumatera Utara. Walaupun secara umum masyarakat memperkirakan pendapatan naik tetapi rendahnya NTP petani harus menjadi perhatian. Mencermati perkembangan beberapa indikator ekonomi, pada triwulan IV-2013 mendatang pertumbuhan ekonomi Sumut diperkirakan masih tumbuh pada kisaran 5,9%-6,2%(yoy). Sementara itu, laju inflasi tahunan triwulan IV-2013 mendatang diperkirakan berada pada kisaran 9,7%-10,1%(yoy). Perekonomian Sumut pada triwulan III-2013 tumbuh melambat 5,95% (yoy) ASSESMEN MAKRO EKONOMI REGIONAL Pada triwulan III-2013, ekonomi Sumatera Utara tumbuh sebesar 5,95% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan II Dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi disebabkan adanya perlambatan pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga serta net ekspor, sementara dari sisi penawaran, disebabkan adanya perlambatan pada sektor primer, yaitu sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian. Perekonomian Sumatera Utara masih dominan bersumber dari sektor industri pengolahan, sektor pertanian, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Tekanan inflasi Sumut pada triwulan III-2013 menunjukkan peningkatan, dan berada jauh ASSESMEN INFLASI Inflasi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III-2013 tercatat sebesar 3,36% (qtq) atau 9,35%(yoy). Realisasi inflasi Sumut pada periode laporan jauh di atas inflasi Nasional yang hanya sebesar 8,40% (yoy) dan berada pada urutan kedelapan angka inflasi tertinggi secara nasional. Kondisi inflasi Provinsi Sumatera Utara tersebut masih lebih tinggi dari Jawa Barat, Papua maupun DKI Jakarta, namun lebih rendah dari Kalimantan Timur, Bengkulu, Maluku Utara, Papua Barat, Banten, x

11 di atas inflasi Nasional. Maluku, dan Sumatera Barat Setelah pada triwulan sebelumnya mengalami penurunan, inflasi triwulanan Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III-2013 kembali meningkat dari 2,27% (qtq) menjadi 3,36% (qtq). Peningkatan inflasi terutama terjadi pada kelompok Transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang meningkat hingga dua kali lipat (dari 4,61% menjadi 9,55% (qtq) dan kelompok sandang (dari -3,92%; qtq menjadi 7,79%; qtq). Secara triwulanan, dari 4 kota di Sumatera Utara yang dihitung inflasinya, seluruh kota mengalami peningkatan level inflasi kecuali kota Sibolga. Sementara itu, inflasi triwulanan tertinggi terjadi di kota Padangsidimpuan sebesar 4,00% (qtq), diikuti oleh Pematang Siantar dengan inflasi sebesar 3,65% (qtq), Kota Medan sebesar 3,38% (qtq) dan kota Sibolga sebesar 1,48% (qtq) Pergerakan inflasi inti pada triwulan III-2013 cenderung meningkat dengan komoditas utama yang mengalami peningkatan tinggi terjadi pada emas perhiasan dan sepeda motor. Sementara itu Inflasi Volatile food selama triwulan III-2013 relatif tinggi tercermin dari perkembangan inflasi setiap bulannya yang selalu berada diatas kisaran 12% (Juli 2013 sebesar 13,26% (yoy), Agustus 2013 sebesar 13,83% (yoy), dan September sebesar 12,70% (yoy)). Penyumbang inflasi utama pada kelompok ini selama triwulan III-2013 berasal dari sub kelompok bumbubumbuan, terutama dari komoditas bawang merah dan cabe merah terkait kurangnya pasokan. Inflasi administered prices disepanjang triwulan III-2013 cukup tinggi sebesar 14,52%(yoy) pada Juli, 15,69%(yoy) pada Agustus dan 15,65%(yoy) pada September Komoditas utama yang menjadi penyumbang inflasi pada kelompok administered prices ini berasal dari bensin dan solar terkait kebijakan pengurangan subsidi bahan bakar oleh pemerintah. Kinerja Perbankan Sumatera Utara relatif masih baik ASSESMEN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Industri perbankan Sumatera Utara pada triwulan III-2013 secara umum masih tumbuh cukup baik ditengah perlambatan ekonomi. Secara tahunan, total aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit masing-masing tumbuh 15,15%(yoy), 9,65%(yoy) dan 18,41%(yoy). Pertumbuhan DPK yang jauh lebih tinggi dari kredit menyebabkan Loan to Deposit Ratio menurun, sementara kualitas kredit yang disalurkan masih dapat dijaga jauh dibawah level indikatif 5%. Masih cukup baiknya kinerja perbankan tersebut memberikan nilai tambah pada pertumbuhan sektor keuangan sebesar 10,26% (yoy) pada triwulan III Total aset perbankan di Provinsi Sumatera Utara meningkat sebesar 6,77% (qtq) atau 15,15% (yoy). Total aset perbankan tersebut masih didominasi oleh bank konvensional. Baik aset perbankan konvensional maupun perbankan syariah meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Secara triwulanan, aset perbankan syariah mengalami peningkatan pertumbuhan aset sebesar 3,68% (qtq). Meskipun demikian, pangsa aset perbankan syariah pada triwulan laporan turun dari triwulan sebelumnya sebesar 4,85% menjadi 4,71% dari total asset perbankan. Pertumbuhan dana masyarakat yang dihimpun perbankan Sumatera Utara mengalami kenaikan cukup tinggi pada triwulan laporan. xi

12 Indikator Dana Pihak Ketiga (DPK) di Provinsi Sumatera Utara hingga triwulan III-2013 tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 9,65% (yoy) atau 6,33% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 7,87% (yoy) atau 1,33% (qtq). Berdasarkan jenisnya, pertumbuhan terjadi dalam bentuk simpanan tabungan dan deposito sebesar 6,93% (qtq) dan 8,82% (qtq), sementara simpanan giro relatif stabil. Kredit perbankan di Provinsi Sumatera Utara tumbuh positif, namun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Dengan pertumbuhan pada triwulan laporan sebesar 4,48% (qtq) mencapai Rp146,56 triliun, maka secara tahunan pertumbuhan kredit menjadi 18,41%(yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 18,68% (yoy). Transaksi perbankan di Provinsi Sumatera Utara melalui BI-RTGS mengalami penurunan. Secara nominal, transaksi RTGS pada triwulan laporan mengalami penurunan 3,86% (qtq) dari nilai transaksi pada triwulan II-2013 Sementara itu, volume transaksi RTGS juga mengalami penurunan sebesar 8,20% (qtq). Sedangkan transaksi kliring mengalami penurunan baik secara secara nominal maupun volume. Untuk transaksi pembayaran tunai, data triwulan III-2013 menunjukkan posisi net outflow. Kondisi ini seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan uang kartal dalam menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri. Realisasi belanja Sumut pada triwulan III-2013 mencapai 44,63% ASSESMEN KEUANGAN DAERAH Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara hingga triwulan III-2013 tercatat lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Prosentase realisasi penerimaan dan belanja Pemprov Sumatera Utara masing-masing tercatat sebesar 67,84% (Rp 5,7 triliun) dan 44,63% (Rp 3,9 triliun). Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara hingga triwulan III-2013 meningkat 5,82% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp5,44 triliun. Sedangkan realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara hingga akhir triwulan III-2013 secara nominal tercatat sebesar Rp3,96 triliun atau 44,63% dari target 2013, meningkat Rp356,8 miliar atau 9,91% (yoy) dibandingkan periode yang sama pada tahun Peningkatan realisasi belanja sebesar Rp 356,8 miliar tersebut terutama bersumber dari kenaikan realisasi Belanja Modal. Kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan menunjukkan perlambatan. ASSESMEN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Perkembangan ketenagakerjaan pada triwulan III-2013 menunjukkan indikasi perlambatan, tercermin dari meningkatnya jumlah pengangguran dan penurunan angkatan kerja di Sumatera Utara. Jumlah pengangguran di Sumatera Utara pada Agustus 2013 mengalami peningkatan 8,42% (yoy) atau 6,21% jika dibandingkan dengan bulan Februari Meningkatnya jumlah pengangguran di Provinsi Sumatera Utara tersebut diperkirakan sebagai dampak lanjutan dari krisis energi yang terjadi di Sumatera Utara. Sementara itu, tingkat partisipasi angkatan kerja sedikit mengalami penurunan dari partisipasi angkatan xii

13 Walaupun secara umum masyarakat memperkirakan pendapatan naik tetapi rendahnya NTP petani harus menjadi perhatian. kerja pada bulan Februari 2013 sebesar 72,72% menjadi 70,67% pada bulan Agustus Meskipun masih optimis dengan kondisi perekonomian, keyakinan masyarakat untuk konsumsi relatif turun jika dibandingkan dengan periode sebelumnya (turun -19,66%; yoy atau -3,89%; qtq). Sedangkan indeks ekspektasi penghasilan pada periode mendatang masih menunjukkan optimisme kenaikan meski tidak setinggi periode sebelumnya. Sementara itu, NTP petani secara umum dan NTP petani perkebunan pada periode ini berada di bawah 100 dan lebih rendah daripada rata-rata NTP selama lima tahun terakhir. NTP Petani pada triwulan III-2013 tersebut mengalami penurunan sebesar -1,41% (yoy) atau -3,09% (qtq). Melemahnya NTP Petani di Sumatera Utara diduga disebabkan karena terjadinya gagal panen di beberapa wilayah Sumatera Utara akibat cuaca buruk. Perekonomian Sumut pada triwulan IIII diperkirakan tumbuh 5,9% - 6,2% (yoy). Sementara itu laju inflasi diperkirakan sebesar 9,7% 10,1% (yoy) PROSPEK PEREKONOMIAN Pada triwulan IV-2013, perekonomian Sumatera Utara (Sumut) diprakirakan tumbuh pada kisaran 5,9%-6,2%(yoy). Prakiraan ini lebih rendah daripada proyeksi yang dilakukan pada triwulan sebelumnya sebesar 6,1%-6,4%(yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi triwulan mendatang diprakirakan ditopang oleh aktivitas konsumsi rumah tangga dan realisasi konsumsi pemerintah sehubungan dengan peningkatan realisasi APBD di akhir tahun. Laju inflasi tahunan triwulan IV-2013 mendatang diperkirakan berada pada kisaran 9,7%-10,1% 10,1%(yoy). Laju inflasi yang terjadi diperkirakan lebih tinggi daripada proyeksi yang dilakukan pada triwulan sebelumnya sebesar 8,5%-9,5%(yoy). Beberapa upward risk yang menjadi perhatian di triwulan berikut adalah terjadinya kemungkinan gagal panen akibat kondisi cuaca yang diperkirakan masih buruk hingga akhir tahun. xiii

14 1. BAB 1 EKONOMI MAKRO REGIONAL Pada triwulan III-2013, ekonomi Sumatera Utara tumbuh sebesar 5,95% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan II Dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi disebabkan adanya perlambatan pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga serta net ekspor, sementara dari sisi penawaran, disebabkan adanya perlambatan pada sektor primer, yaitu sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian. Perekonomian Sumatera Utara masih dominan bersumber dari sektor industri pengolahan, sektor pertanian, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran Kondisi Umum Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Grafik 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Grafik 1.2 Struktur Perekonomian Sumut Pada triwulan III-2013, laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara melambat dari 6,11%(yoy) 1 pada triwulan II-2013 menjadi 5,95% (yoy). Dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi disebabkan adanya perlambatan pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga serta net ekspor, sementara konsumsi pemerintah dan investasi/pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mengalami peningkatan pertumbuhan. Dari sisi penawaran, faktor dominan yang menyebabkan perlambatan laju pertumbuhan adalah sektor primer seperti sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian, sementara sektor tersier seperti keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta jasa-jasa mengalami peningkatan pertumbuhan. Secara 1 PDRB Tw II-2013 mengalami revisi dari Angka sangat sementara menjadi Angka sementara sesuai Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Sumatera Utara No.54/08/12 Th. XVI, 2 Agustus

15 keseluruhan, perekonomian Sumatera Utara pada periode laporan mencatat output riil sebesar Rp36,17 triliun 2 atau mencapai 5,10% dari perekonomian Indonesia, meningkat dari triwulan sebelumnya yang menyumbang sebesar 5,08% terhadap perekonomian Indonesia Analisis Sisi Permintaan Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumut dari Sisi Permintaan Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Perlambatan laju pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan disebabkan oleh perlambatan pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan net ekspor,, sementara konsumsi pemerintah dan investasi masih mengalami peningkatan pertumbuhan. Meskipun mengalami perlambatan, namun konsumsi rumah tangga masih tumbuh cukup tinggi (7,21%, yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya (7,24%, yoy) dengan bobot terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 63,45%. Sementara kondisi fundamental makroekonomi regional yang baik dan berbagai indikator permintaan masyarakat yang menunjukkan indikasi tren peningkatan, mendorong peningkatan pertumbuhan investasi pada periode laporan. Bobot komponen investasi terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 22,34% pada triwulan III-2013, meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 21,71%. Di sisi fiskal, upaya pemerintah mempercepat realisasi anggaran mendorong peningkatan pertumbuhan konsumsi pemerintah pada periode laporan dengan bobot terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 9,26%. Sementara pertumbuhan net ekspor mengalami perlambatan yang disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan impor. Net ekspor memberikan bobot sebesar 4,95% terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara triwulan III-2013, lebih kecil dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,12%. 2 Berdasarkan Harga Konstan, tahun dasar

16 Grafik 1.3 Bobot terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara Konsumsi Pada triwulan III-2013, konsumsi tumbuh cukup tinggi yaitu sebesar 7,21% yoy), (yoy namun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,24% (yoy). Konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang pertumbuhan perekonomian Sumatera Utara dengan pertumbuhan sebesar 7,64% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,74%. Konsumsi rumah tangga memberikan sumbangan sebesar 3,78% terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan laporan yang mencapai 5,95% (yoy). Masih kuatnya sumbangan konsumsi rumah tangga didorong oleh persepsi konsumen atas kondisi perekonomian yang masih optimis, peningkatan kesejahteraan, serta stabilitas makroekonomi. Kuatnya konsumsi rumah tangga diindikasikan oleh aktivitas penjualan barang eceran (Survei Penjualan Eceran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX) yang tumbuh 7,24% (qtq) atau 28,48% (yoy) menjadi sebesar Rp63,38 miliar. Meningkatnya nilai penjualan eceran pada triwulan III-2013 didorong oleh peningkatan pertumbuhan pembelian makanan, minuman dan tembakau, bahan bakar kendaraan bermotor, serta perlengkapan rumah tangga lainnya. 16

17 % Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Grafik 1.4 Pertumbuhan PDRB Sektor Konsumsi Sumut Sumber: KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 1.5 Perkembangan Nilai Penjualan berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) Perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga di Sumatera Utara sejalan dengan penurunan tingkat keyakinan konsumen atas kondisi perekonomian di Sumatera Utara, yang tercermin dari perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen/IKK dan Indeks Keyakinan Ekonomi Saat ini/ike yang menunjukkan penurunan (hasil dari Survei Konsumen KPw BI Wilayah IX). Indeks ini menunjukkan adanya penurunan tingkat optimisme masyarakat dalam melakukan kegiatan konsumsinya. Pada triwulan III-2013, IKK di Kota Medan sebesar 111,20 turun cukup signifikan dibandingkan triwulan II-2013 yang mencapai 118,10, sementara IKE mencapai 113,67 turun dari triwulan sebelumnya yang sebesar 116,19. Penurunan tingkat kesejahteraan petani perkebunan juga turut mempengaruhi perlambatan konsumsi rumah tangga di Sumatera Utara, mengingat sektor utama unggulan Sumatera Utara adalah sektor perkebunan. Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTPR) pada triwulan III-2013 sebesar 93,70 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 97,73. 17

18 Sumber: KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 1.6 Perkembangan Survei Konsumen Provinsi Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Grafik 1.7 Perkembangan Indeks NTPR Provinsi Sumut Sumber: Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Sektor Konsumsi Provinsi Sumut Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Grafik 1.9 Perkembangan Rekening Pemerintah Perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga Sumatera Utara turut disumbangkan dari sisi pembiayaan yaitu dari turunnya pembiayaan kredit konsumsi. Kredit konsumsi Sumatera Utara tumbuh sebesar 10,08% (yoy) pada triwulan III-2013 menjadi Rp36,37 triliun, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,41% (yoy). Penurunan permintaan kredit konsumsi diperkirakan akibat adanya peningkatan suku bunga kredit konsumsi perbankan sejalan dengan peningkatan BI Rate pada Tw III-2013 menjadi 7,25% dari sebelumnya sebesar 6% pada triwulan II Selain itu, tingginya level inflasi Sumatera Utara pada triwulan laporan diperkirakan turut menurunkan daya beli dan minat masyarakat dalam melakukan konsumsi. 18

19 Di sisi lain, pertumbuhan konsumsi pemerintah kembali mengalami peningkatan pada triwulan III-2013 menjadi 4,58% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,16% (yoy). Peningkatan konsumsi pemerintah tersebut juga tercermin pada pertumbuhan simpanan giro milik pemerintah 3 di perbankan yang mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Perkembangan rekening pemerintah hingga triwulan III-2013 tercatat sebesar Rp78,12 triliun atau tumbuh sebesar 32,38% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan sebelumnya yang mencapai 57,73% (yoy) Investasi Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto serta Perubahan Stok) Sumatera Utara pada triwulan III-2013 tumbuh sebesar 8,51% ( yoy), (yoy meningkat dibandingkan pertumbuhan investasi triwulan sebelumnya yang sebesar 7,78% yoy). (yoy Pertumbuhan investasi tersebut sejalan dengan pertumbuhan impor barang modal yang mencapai 26,57% (yoy) menjadi USD126,62 juta, jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 4,97% (yoy). Salah satu realisasi investasi pada triwulan III-2013 dilakukan oleh PT. Railink dengan mendatangkan 16 gerbong kereta api senilai Rp160 miliar dari Korea Selatan, yang akan dioperasikan melayani transportasi Medan - Bandara Kualanamu. Sementara itu, peran pembiayaan perbankan terkait investasi pada triwulan III juga mengalami peningkatan sebagaimana tercermin dari pertumbuhan kredit investasi sebesar 48,76% (yoy) atau sebesar Rp40,12 triliun, meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 47,60% atau sebesar Rp37,89 triliun. 3 Pemerintah Provinsi serta Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara 19

20 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Grafik 1.10 Pertumbuhan PDRB Sektor Investasi Sumut Sumber: Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Grafik 1.11 Perkembangan Kredit Investasi Sumut Berdasarkan data Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BKPPMD) Provinsi Sumatera Utara, menunjukkan adanya peningkatan realisasi investasi pada periode laporan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi Rp621 miliar. Investasi didominasi oleh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) 53,08% dengan realisasi sebesar Rp329 miliar, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp158 miliar, sedangkan realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) meningkat menjadi Rp291 miliar, lebih tinggi dari tahun sebelumnya Rp122 miliar. Perkembangan investasi juga sejalan dengan penambahan jumlah proyek investasi pada triwulan III-2013 menjadi 73 proyek dengan proyek PMA sebanyak 52 proyek dan proyek PMDN sebanyak 21 proyek. Apabila dilihat dari pertumbuhan realisasi investasi di Sumatera Utara, pertumbuhan PMA pada triwulan III-2013 sebesar 137,8% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 45,3% (yoy). Namun pertumbuhan total investasi tertahan dengan adanya perlambatan pertumbuhan PMDN menjadi sebesar 108,9% (yoy) pada triwulan III- 2013, turun dari sebesar 408,7% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Tabel 1.2 Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Provinsi Sumatera Utara P : Jumlah Proyek ; I : Nilai Investasi (Rp Miliar) Sumber : 20

21 Di sisi lain, investasi bangunan masih mengalami penurunan sebagaimana diindikasikan dari pertumbuhan volume penjualan semen yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar -10,14% (yoy), turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga tumbuh negatif sebesar -0,23% (yoy). Hal ini juga sejalan dengan indikasi penurunan pertumbuhan penjualan bahan konstruksi yang berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) pada triwulan III-2013 menunjukkan adanya penurunan menjadi 48,44% (yoy), setelah mengalami pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 51,52% (yoy). Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah Grafik 1.12 Perkembangan Penjualan Semen Sumut Sumber: KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 1.13 Nilai Penjualan Barang Konstruksi berdasarkan Survei penjualan eceran Sumut Ekspor dan Impor Pada triwulan III-2013 kinerja ekspor Sumatera Utara (antar negara maupun antar daerah) sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, kinerja ekspor tercatat tumbuh sebesar 5,19% (yoy), sedangkan triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 5,30% (yoy). Selain itu, impor tumbuh sebesar 8,43% (yoy), meningkat bila dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar 7,81% (yoy). Sementara itu, net ekspor pada triwulan laporan kembali mengalami pertumbuhan negatif sebesar -17,22% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu -12,77% (yoy). Kendati terjadi perlambatan pada transaksi perdagangan antar negara maupun antar daerah di Provinsi Sumatera Utara, namun neraca perdagangan masih mencatatkan net ekspor sebesar Rp1,79 triliun. 21

22 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.14 Pertumbuhan PDRB Aktivitas Perdagangan Luar Negeri Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Ekspor Sumut Nilai ekspor Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III-2013 kembali mengalami pertumbuhan negatif sebesar -16,24%(yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga tumbuh negatif sebesar -6,89% (yoy). Secara volume, transaksi ekspor Sumut juga tumbuh negatif sebesar -11,05% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 23,22% (yoy). Adanya penurunan nilai dan volume ekspor menunjukkan bahwa ekspor Provinsi Sumatera Utara di triwulan ini kembali melemah sebagai dampak turunnya permintaan produk unggulan Sumatera Utara di pasar internasional. Dampak dari harga komoditas internasional yang masih belum terkoreksi ke harga tahun sebelumnya terutama untuk komoditas CPO dan karet masih sangat mempengaruhi pertumbuhan nilai dan volume ekspor yang tercatat bernilai negatif. Harga internasional CPO pada triwulan ini mencapai harga terendah di 716,25 USD/ton, jauh di bawah harga terendah pada triwulan III-2012 yaitu sebesar 871,98 USD/ton. Selain itu, harga karet di pasar internasional pada triwulan laporan tercatat mencapai harga terendah di 270,14 USD/ton, di bawah harga terendah triwulan III-2012 yaitu sebesar 316,05 USD/ton. Tabel 1.3 Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah 22

23 Berdasarkan kategori komoditas, kelompok barang intermediate goods (bahan baku) dan consumption goods (barang konsumsi) mendominasi ekspor dengan persentase masing-masing sebesar 83,63% dan 16,29%. Adapun nilai ekspor Sumut pada periode ini tercatat sebesar 2,18 miliar USD dengan komoditas ekspor dominan masih tetap CPO dan karet. Berdasarkan negara tujuan utama, ekspor Provinsi Sumatera Utara sebagian besar ditujukan ke negara RRC, Jepang, Malaysia, Amerika Serikat dan Eropa dengan komposisi masing-masing sebesar 8,84%, 7,12%, 6,41%, 5,75% dan 5,61%. Ekspor ke Negara RRC pada triwulan III-2013 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 3,36%. Hal ini diperkirakan mengindikasikan mulai membaiknya pertumbuhan ekonomi di negara RRC sehingga mendorong permintaan komoditas utama dari Provinsi Sumatera Utara. Perkembangan ekspor komoditas utama Provinsi Sumatera Utara untuk komoditas CPO dan karet kembali mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan III- 2013, dengan nilai ekspor CPO tumbuh sebesar -28,59% (yoy) jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 25,52% (yoy). Sementara nilai ekspor karet tumbuh negatif sebesar -6,69% (yoy), sedikit membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif sebesar -26,13% (yoy). Pertumbuhan volume ekspor untuk komoditas CPO pada triwulan III-2013 tumbuh melambat sebesar -13,00% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 59,10% (yoy). Sementara volume ekspor komoditas karet mengalami pertumbuhan sebesar 13,96% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,84% (yoy). Peningkatan volume ekspor karet Sumatera Utara tidak diikuti dengan pertumbuhan nilai ekspor, menunjukkan masih lemahnya harga ekspor karet Sumatera Utara dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 23

24 Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 1.16 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 1.17 Perkembangan Volume Ekspor Komoditas Utama Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.18 Perkembangan Aktivitas Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 1.19 Negara Tujuan Ekspor Sumut Tren penurunan nilai ekspor komoditas kelapa sawit dan karet di Provinsi Sumatera Utara mengikuti perkembangan harga komoditas dunia karena masih melemahnya perekonomian global yang mempengaruhi permintaan atas komoditas tersebut. Setelah harga karet menurun pada triwulan II-2013 terkait dengan berakhirnya kebijakan 3 negara eksportir karet terbesar yang tergabung dalam International Tripartie Rubber Council (ITRC), yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, dan Thailand, yang telah bersepakat untuk menahan ekspor masing-masing negaranya sebesar 30% selama 6 bulan sejak bulan Oktober 2012 hingga Maret 2013, harga karet dunia kembali memburuk pada triwulan III Pada triwulan II-2013 tercatat secara rata-rata harga karet sebesar 295,50 USD/ton, sementara pada triwulan III-2013 kembali turun menjadi sebesar 272,65 USD/ton. Sementara rata-rata harga internasional CPO pada triwulan III-2013 sebesar 723,05 USD/ton, lebih rendah dari 24

25 rata-rata harga triwulan sebelumnya yang mencapai 756,37 USD/ton. Penurunan harga komoditas utama menunjukkan belum membaiknya kondisi perekonomian global yang mendorong rendahnya permintaan. Sementara itu, aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Belawan mengkonfirmasi adanya penurunan aktivitas perdagangan internasional. Aktivitas bongkar pada triwulan laporan tercatat turun sebesar -6,06% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan aktivitas bongkar pada triwulan sebelumnya yang sebesar 13,20% (yoy). Penurunan aktivitas bongkar di Pelabuhan Belawan sejalan dengan tren melambatnya impor yang tercatat pada triwulan laporan. Sementara itu, aktivitas muat di Pelabuhan Belawan pada triwulan laporan tercatat sebesar -39,55% (yoy), mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya yang juga tumbuh negatif sebesar -27,33% (yoy). Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 1.20 Perkembangan Nilai Impor Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 1.21 Pertumbuhan Volume Impor Sumut per Kategori Barang (%) Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 1.22 Persentase Nilai Impor Sumut per Kategori Barang Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 1.23 Negara Asal Impor Sumut 25

26 Pertumbuhan nilai impor Provinsi Sumatera Utara pada periode laporan kembali tumbuh negatif sebesar -2,68% (yoy) setelah triwulan sebelumnya juga tumbuh negatif sebesar -2,59% (yoy). Secara volume, pertumbuhan transaksi impor juga relatif rendah yaitu sebesar 0,58% (yoy), membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif sebesar -5,60% (yoy). Jika dirinci menurut golongan penggunaan barang, volume impor untuk kelompok barang konsumsi, bahan baku dan barang modal mengalami pertumbuhan positif dan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Volume barang konsumsi pada triwulan ini tumbuh sebesar 0,35% (yoy) membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar - 7,06% (yoy). Volume bahan baku tumbuh sebesar 45,36% (yoy) membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 14,24% (yoy) dan barang modal tumbuh sebesar 0,59% (yoy) membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar -3,75% (yoy). Dari struktur komoditas impor Sumut, bahan baku/penolong masih memberikan andil yang paling besar, yaitu mencapai 77,06%, turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 89,20%. Sementara itu, impor barang konsumsi memiliki share sebesar 8,70%, dan impor barang modal memiliki share sebesar 14,24%, meningkat signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya memiliki share sebesar 3,00% terhadap total impor. Dilihat dari negara asal impor, nilai impor dari RRC mencatat nilai tertinggi pada triwulan III-2013 sebesar 196,53 juta USD (22,10%), diikuti oleh Malaysia sebesar 98,64 juta USD (11,09%), Eropa 54,50 juta USD (6,13%), Amerika Serikat 53,88 juta USD (6,06%), dan Australia 53,26 juta USD (5,99%) Analisis Sisi Penawaran Dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan perekonomian Sumatera Utara disebabkan adanya perlambatan pada sektor primer, yaitu sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian. Sementara sektor tersier mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan III-2013, terutama untuk sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. jasa. Pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yaitu sebesar 10,26% (yoy), diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 8,10% (yoy), sektor angkutan dan komunikasi 7,43%(yoy) dan sektor jasa-jasa sebesar 7,41% (yoy). 26

27 Berdasarkan pangsanya, struktur perekonomian di Sumatera Utara didominasi oleh sektor industri pengolahan dengan pangsa sebesar 21,48% dari total PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Sumatera Utara atau Rp 22,24 triliun, diikuti oleh sektor pertanian yang memiliki pangsa sebesar 21,08% atau Rp21,83 triliun, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memiliki pangsa sebesar 19,40% atau Rp20,09 triliun. Kombinasi ketiga sektor tersebut memberikan sumbangan sebesar 61,96%. Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran menunjukkan tren peningkatan pada triwulan ini, sedangkan kinerja dua sektor utama lainnya mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumut dari Sisi Penawaran Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Sektor Pertanian Pada triwulan III II-2013, sektor pertanian tumbuh sebesar 3,06% ( yoy), (yoy menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,12% (yoy). Pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan ini juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan sektor pertanian selama kurun waktu 3 tahun terakhir sebesar 4,75%. Sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 1,33% terhadap pertumbuhan ekonomi Sumut triwulan III-2013, atau turun dari kontribusi triwulan sebelumnya yang sebesar 1,36%. Perlambatan sektor pertanian terkonfirmasi dari penurunan angka produksi pertanian yang ditengarai disebabkan oleh percepatan tingkat penurunan luas lahan pertanian yang lebih besar dibandingkan percepatan kenaikan produktivitasnya. Berdasarkan data BPS Provinsi Sumatera Utara, produksi padi (Angka Ramalan II) 2013 diproyeksikan sebesar 3,66 juta ton, turun sebesar 1,37% dibandingkan dengan 27

28 produksi tahun sebelumnya (berdasarkan Angka Tetap 2012 yaitu sebesar 3,72 ton). Jumlah luas panen padi juga diproyeksikan mengalami penurunan yaitu menjadi Ha dari tahun sebelumnya yang seluas Ha, namun produktivitas mengalami peningkatan menjadi 50,21 Ku/Ha dari tahun sebelumnya 48,56 Ku/Ha. Sejalan dengan hal tersebut, produksi tanaman kedelai di Sumut juga turun 41,63% menjadi ton, dengan luas panen Ha dan produktivitas 10,27 Ku/Ha. Tabel 1.5 Perkembangan Produksi Padi dan Kedelai Uraian Satuan ATAP ATAP ATAP ATAP ARAM I ARAM II PADI Luas Panen Ha Hasil / Hektar Ku/Ha 45,91 47,47 47,62 48,56 48,33 50,21 Produksi Ton Uraian Satuan ATAP ATAP ATAP ATAP ARAM I ARAM II KEDELAI Luas Panen Ha Hasil / Hektar Ku/Ha 12,36 12,45 10,01 9,90 10,05 10,27 Produksi Ton Sumber: BPS, diolah Berdasarkan informasi dari BMKG dan Dinas Pertanian 4, faktor cuaca yang ekstrim dan tidak serentaknya musim tanam berdampak pada produktivitas pertanian di Sumatera Utara. Selain itu erupsi Gunung Sinabung pada September 2013 turut mempengaruhi produktivitas pertanian khususnya sayur-sayuran dan cabe merah. Sejalan dengan penurunan kinerja sektor pertanian, indikator kesejahteraan petani, yaitu Nilai Tukar Petani juga mengalami penurunan. Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan indikator yang mencerminkan kemampuan tukar produk pertanian yang dihasilkan petani terhadap barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga petani. NTP Sumut pada triwulan III-2013 tercatat sebesar 97,42, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 100,53. Penurunan NTP tersebut salah satunya disebabkan oleh penurunan Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTPR), dimana subsektor perkebunan (khususnya CPO dan karet) merupakan subsektor unggulan Sumut yang didominasi oleh Perkebunan Rakyat. Indeks NTPR Sumut menurun dari 97,73 (triwulan II-2013) menjadi 93,70 pada triwulan laporan. 4 Sumber : Rapat TPID Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 23 Oktober

29 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara dan KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh) Grafik 1.24 Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Grafik 1.25 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Sumut Meskipun kinerja sektor pertanian mengalami perlambatan, namun pembiayaan perbankan terhadap sektor pertanian masih menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit yang disalurkan perbankan kepada sektor pertanian pada triwulan III-2013, tercatat sebesar Rp23,12 triliun atau tumbuh sebesar 34,18% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp21,77 triliun atau tumbuh sebesar 31,86% (yoy). Peningkatan pembiayaan perbankan ini diperkirakan baru terlihat dampaknya pada kinerja sektor pertanian pada triwulan mendatang. Sumber: Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Grafik 1.26 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Grafik 1.27 Perkembangan Nilai Tukar Perkebunan Rakyat (NTPR) Sumut Berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX, pada triwulan III-2013 ekspektasi realisasi 29

30 kegiatan usaha sektor pertanian mulai menunjukkan optimisme, yang diindikasikan dengan nilai SBT sektor pertanian yang meningkat menjadi 0,40 (triwulan II-2013) dari sebelumnya -8,25 (triwulan II-2013) Sektor Industri Pengolahan Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan III-2013 I tercatat tumbuh sebesar 3,91%. Pertumbuhan sektor industri pengolahan pada triwulan ini relatif stabil, meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 3,96%. Relatif stabilnya pertumbuhan pada sektor industri pengolahan salah satunya didukung oleh pembiayaan yang dilakukan perbankan kepada sektor industri pengolahan pada triwulan III-2013 yaitu mencapai Rp28,56 triliun atau tumbuh sebesar 16,00% (yoy). Sedikit melambatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan dikonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan III-2013 yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX, dimana tingkat optimisme masyarakat akan pertumbuhan sektor industri ke depan sedikit menurun sejalan dengan terjadinya perlambatan pada sektor industri. Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara dan KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh) Grafik 1.28 Pertumbuhan PDRB Sektor Industri Pengolahan dan SKDU Sumut Sumber: Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Grafik 1.29 Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan Sumut Berdasarkan data perkembangan pertumbuhan produksi industri manufaktur di Provinsi Sumatera Utara pada periode laporan, terlihat bahwa secara tahunan produksi industri manufaktur besar dan sedang tumbuh sebesar 2,93% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,32% (yoy). Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang tersebut berasal dari 30

31 pertumbuhan produksi industri logam dasar sebesar 15,67% (yoy), industri furnitur sebesar 10,09% (yoy), industri makanan sebesar 4,15% (yoy), dan industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia sebesar 1,58% (yoy). Sementara penurunan terjadi pada produksi industri kertas dan barang dari kertas sebesar -1,58% (yoy) dan industri karet, barang dari karet dan plastik sebesar -1,33% (yoy) Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada triwulan III-2013 tumbuh sebesar 8,10% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2013 yang tercatat sebesar 8,04% (yoy). Kinerja sektor PHR pada triwulan ini juga tercatat tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhannya selama 3 tahun terakhir sebesar 7,54% (yoy). Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara dan KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh) Grafik 1.30 Pertumbuhan PDRB Sektor PHR dan SKDU Sumut Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Grafik 1.31 Perkembangan Kredit Sektor PHR Sumut Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran juga didukung oleh tingginya pembiayaan perbankan kepada sektor ini yang masih lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan III-2013, jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp38,83 triliun, meningkat dibandingkan jumlah kredit yang disalurkan pada triwulan sebelumnya sebesar Rp38,41 triliun atau tumbuh sebesar 22,53% (yoy). Pertumbuhan sektor ini didukung oleh masih meningkatnya pertumbuhan sub sektor perdagangan. Hal ini terindikasi dari hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX yang menunjukkan bahwa sampai dengan akhir triwulan III-2013 nilai penjualan eceran tercatat tumbuh 31

32 sebesar 29,29% (yoy), meningkat bila dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang sebesar 24,16% (yoy). Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara Grafik 1.32 Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Sumut sebesar 46,53%. Tertahannya pertumbuhan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran untuk tumbuh lebih tinggi diperkirakan akibat adanya perlambatan pada sub sektor hotel yang sejalan dengan penurunan tingkat hunian kamar di Sumatera Utara. Sampai dengan akhir triwulan III-2013 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Provinsi Sumatera Utara tercatat sebesar 45,89%, sedikit turun bila dibandingkan dengan posisi akhir triwulan II-2013 yang tercatat Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahan Pada triwulan III-2013, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan sebesar 10,26% (yoy) atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,43% (yoy). Masih stabilnya kinerja subsektor perbankan pada triwulan laporan merupakan salah satu faktor penunjang pertumbuhan sektor ini. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah aset dan DPK yang dimiliki perbankan di Sumatera Utara. Total aset perbankan di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III-2013 mencapai Rp203,40 triliun, meningkat sebesar 15,15% (yoy). Aset perbankan utamanya masih dibiayai oleh Dana Pihak Ketiga (DPK) yang pada triwulan III-2013 tumbuh sebesar 9,65% (yoy) dengan jumlah sebesar Rp148,62 triliun. Peningkatan DPK seiring dengan peningkatan pada simpanan Deposito, Giro dan Tabungan masing-masing sebesar 13,14% (yoy), 10,80% (yoy) dan 6,10% (yoy). 32

33 Tabel 1.6 Tabel Indikator Kinerja Perbankan Provinsi Sumut Indikator Perbankan IV I II III IV I II III Aset Rp Triliun 160,05 163,67 168,63 176,64 185,65 183,84 190,51 203,40 Pertumbuhan % yoy 19,71 19,04 16,45 15,12 16,00 12,32 12,98 15,15 DPK Rp Triliun 127,40 128,85 129,57 135,54 139,86 137,92 139,77 148,62 Pertumbuhan % yoy 16,81 14,43 11,71 12,38 9,78 7,04 7,87 9,65 Kredit Rp Triliun 106,55 109,74 118,21 123,77 131,58 133,84 140,29 146,56 Pertumbuhan % yoy 20,33 19,92 21,90 24,78 23,49 21,96 18,68 18,41 LDR 83,63% 85,17% 91,23% 91,32% 94,08% 97,04% 100,37% 98,61% NPL-Gross 2,28% 2,37% 2,47% 2,39% 1,89% 2,25% 2,27% 2,29% Sumber: KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Sektor Bangunan Pada triwulan III-2013, sektor bangunan tetap tumbuh tinggi yaitu sebesar 6,39% (yoy), namun tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,92% (yoy). Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX, mengkonfirmasi adanya perlambatan pertumbuhan sektor bangunan. Hal ini terlihat dari perlambatan pertumbuhan penjualan barang konstruksi. Penjualan barang konstruksi pada triwulan III-2013 tumbuh sebesar 48,44% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 51,52% (yoy). Tetap tumbuh tingginya pertumbuhan sektor bangunan didukung oleh pertumbuhan pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan di Sumatera Utara. Pada periode laporan, kredit kepada sektor konstruksi tumbuh sebesar 30,39% (yoy) atau mencapai Rp5,02 triliun, meningkat bila dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 30,12% (yoy) atau mencapai Rp4,32 triliun. 33

34 Sumber: KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 1.33 Nilai Penjualan Barang Konstruksi berdasarkan Survei penjualan eceran Sumut Sumber: Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Grafik 1.34 Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi Sumut Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pada triwulan laporan, sektor pengangkutan dan komunikasi mencatat pertumbuhan sebesar 7,43% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,39% (yoy). Perlambatan sektor pengangkutan dan komunikasi sejalan dengan penurunan pertumbuhan penyaluran kredit perbankan kepada sektor ini. Pada triwulan III-2013, penyaluran kredit perbankan kepada sektor pengangkutan dan komunikasi tercatat tumbuh sebesar 27,52% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 30,04% (yoy). Di sisi lain, arus penumpang (angkutan udara dan angkutan laut) yang masuk ke Provinsi Sumatera Utara juga mengalami penurunan. Pertumbuhan jumlah penumpang pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 1,79% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan jumlah penumpang triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,01% (yoy). 34

35 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Grafik 1.35 Perkembangan Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Sumut Sumber: Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Grafik 1.36 Perkembangan Kredit Sektor Pengangkutan Sumut 35

36 BAB 2 INFLASI Inflasi Provinsi Sumatera Utara triwulan III-2013 sebesar 9,35% (yoy), jauh di atas Inflasi Nasional yang hanya sebesar 8,40% (yoy). Tingginya inflasi akhir periode laporan terutama didorong oleh inflasi Komponen yang Harganya Diatur Pemerintah (Administered Prices) sebesar 15,65% (yoy) 2.1. Kondisi Umum Inflasi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III-2013 tercatat sebesar 3,36% (qtq) atau 9,35%(yoy) (Grafik2.1), meningkat dibandingkan inflasi pada triwulan lalu sebesar 2,27% (qtq) atau 6,62%(yoy). Realisasi inflasi Sumut pada periode laporan jauh di atas inflasi Nasional yang hanya sebesar 8,40% (yoy) dan berada pada urutan kedelapan angka inflasi tertinggi secara nasional (inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Sumatera Barat sebesar 10,03% (yoy)). Kondisi inflasi Provinsi Sumatera Utara tersebut masih lebih tinggi dari Jawa Barat, Papua maupun DKI Jakarta, namun lebih rendah dari Kalimantan Timur, Bengkulu, Maluku Utara, Papua Barat, Banten, Maluku, dan Sumatera Barat (inflasi terendah terjadi di Provinsi Gorontalo sebesar 3,39% (yoy)-grafik 2.2). Berdasarkan kelompoknya, cukup tingginya inflasi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III-2013 disumbang oleh inflasi pada kelompok administered prices terutama meningkatnya harga bensin dan solar terkait pengurangan subsidi bahan bakar. Selain itu, tingginya inflasi kelompok ini juga disebabkan oleh kenaikan tarif PDAM Sumatera Utara pada kisaran 20-45%. Grafik 2.1 Disagregasi Inflasi Sumut dan Nasional Grafik 2.2 Inflasi Provinsi September 2013 yoy% 10,00 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0, Medan Sumut Nasional Gorontalo NAD Sulawesi Barat Kalimantan Selatan Sumatera Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Kepulauan Riau Sulawesi Tenggara Bangka Belitung Kalimantan Tengah Yogyakarta Lampung Jawa Tengah Sulawesi Utara Riau Jawa Timur Bali Jambi Nusa Tenggara Barat Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Jakarta Papua Jawa Barat Sumatera Utara Kalimantan Timur Bengkulu Maluku Utara Papua Barat Banten Maluku Sumatera Barat Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah 3,39 5,38 5,86 7,09 7,21 7,24 7,29 7,29 7,30 7,35 7,37 7,60 7,68 7,72 7,73 7,73 7,80 7,91 7,95 8,14 8,21 8,29 8,37 8,58 9,15 9,35 9,48 9,54 9,66 9,70 9,78 9,86 10,03 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 36

37 2.2. Analisis Perkembangan Inflasi Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Tabel 2.1. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kelompok Barang & Jasa (% qtq) Kelompok I II III IV I II III IV I II III IV I II III Bahan Makanan 0,10 5,68 0,38 8,01-0,73-0,03 6,03-0,01-0,27 2,82-1,62 1,03 7,33 3,18 0,35 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 2,56 2,31 1,22 0,89 1,43 0,01 2,38 0,00 0,60 2,59 1,14 0,48 1,31 2,34 1,85 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bhn Bakar 1,67 0,21 2,64 2,77 0,88 0,01 0,74 0,01 0,67 0,97 0,78 0,88 1,51 2,10 3,20 Sandang -0,50 3,47 1,13 4,07-0,41 0,02 6,45 0,02 2,14-0,43 2,84 1,00-0,85-3,92 7,79 Kesehatan 1,73 0,23 0,09 0,56 3,30 0,01 2,39 0,00 0,64 0,63 0,87 0,50 0,30 0,61 0,35 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,41 0,00 0,97 0,24 1,12 0,00 2,63 0,01 0,58 0,17 2,42 0,09 2,06 1,79 3,66 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,66 0,47 2,20-1,99 0,31 0,01 3,11-0,02 1,54 0,70 2,99 1,41-0,46 4,61 9,55 Umum 1,03 2,21 1,48 3,06 0,44 0,00 3,34 0,00 0,63 1,51 0,78 0,88 2,54 2,27 3,36 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Setelah pada triwulan sebelumnya mengalami penurunan, inflasi triwulanan Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III-2013 kembali meningkat dari 2,27% (qtq) menjadi 3,36% (qtq) (Tabel 2.1). Peningkatan inflasi terutama terjadi pada kelompok Transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang meningkat hingga dua kali lipat (dari 4,61% menjadi 9,55% (qtq)). Komoditas bensin, angkutan dalam kota, dan angkutan udara menjadi penyebab inflasi utama sebagai dampak kenaikan harga BBM bersubsidi oleh Pemerintah. Selain pada kelompok Transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, peningkatan inflasi di triwulan III-2013 juga disumbang oleh kelompok sandang yang mengalami inflasi cukup tinggi (7,79%; qtq), setelah di triwulan sebelumnya mengalami deflasi (-3,92%; qtq). Tingginya inflasi kelompok sandang ini akibat kenaikan harga emas perhiasaan yang terpengaruh oleh belum stabilnya perekonomian dunia. Kelompok Tabel 2.2. Inflasi Tahunandi Sumut Menurut Kelompok Barang & Jasa (%) I II III IV I II III IV I II III IV I II III Bahan Makanan 3,94 10,89 3,14 14,69 13,73 4,65 10,54 1,14 1,60 7,44-0,31 1,92 9,69 10,07 12,27 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 9,72 10,27 8,73 7,16 5,98 4,10 5,30 4,70 3,84 6,00 4,72 4,88 5,62 5,36 6,11 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bhn Bakar 5,29 5,46 7,56 7,46 6,64 7,50 5,51 3,56 3,34 3,29 3,32 3,33 4,19 5,36 7,90 Sandang -0,16 6,68 6,88 8,32 8,43 7,23 12,87 10,95 13,78 10,74 6,98 5,63 2,54-1,05 3,70 Kesehatan 3,40 3,58 2,43 2,65 4,25 4,63 6,95 6,84 4,09 4,09 2,54 2,68 2,32 2,30 1,77 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 8,30 8,33 0,70 1,62 2,35 2,15 3,83 4,76 4,20 4,57 4,36 3,28 4,81 6,51 7,79 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0,60-0,19 1,72 1,32 0,98 1,52 2,41 2,57 3,83 3,50 3,38 6,79 4,69 8,76 15,69 Umum 4,43 6,93 5,04 8,00 7,37 4,96 6,87 3,67 3,86 5,52 2,91 3,86 5,82 6,62 9,35 37

38 Inflasi tahunan Sumatera Utara pada triwulan III-2013 merupakan inflasi tertinggi selama 5 tahun terakhir, bahkan jauh lebih tinggi dari inflasi nasional yang tercatat hanya sebesar 8,40% (yoy). Sebagaimana halnya inflasi triwulanan, penyebab tingginya inflasi tahunan Sumatera Utara pada triwulan laporan juga terutama berasal dari kelompok Transpor, komunikasi & jasa keuangan serta kelompok Sandang. Namun, inflasi pada kelompok Bahan makanan (a.l bawang merah dan daging ayam ras) juga perlu mendapat perhatian lebih karena komoditas pangan menjadi salah satu komoditas yang sering muncul menjadi penyebab inflasi utama bulanan di sepanjang triwulan III (Tabel 2.3). Tabel 2.3 Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi Bulanan di Sepanjang Triwulan III-2013 Jul-13 Agust-13 Sep-13 Inflasi Deflasi Inflasi Deflasi Inflasi Deflasi Bensin Emas Perhiasan Angkutan udara Cabe Merah Emas perhiasan Bawang Merah Bawang merah Beras Tarif listrik Daging Ayam Ras Kontrak Rumah Angkutan Udara Angkutan Dalam Kota Kembung/Gembung Emas perhiasan Apel Tarip Air Minum Pam Cabe Merah Daging Ayam Ras Apel Telur Ayam Ras Bawang Putih Daging Ayam Ras Telur Ayam Ras Angkutan Udara Gula Pasir Bawang Merah Sawi Hijau Sepeda motor Tongkol Upah Pembantu RT Kol Putih/Kubis Nasi Dencis Ketupat / Lontong sayur Tomat Buah Telur Ayam Ras Bawang Putih Sekolah Dasar Tomat Buah Sawi Hijau Daging Sapi Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah a. Kelompok Bahan Makanan 10% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : BPS, diolah Grafik 2. 3 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Sumut I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : BPS, diolah Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan Inflasi kelompok Bahan makanan pada triwulan III-2013 tercatat sebesar 0,35% (qtq), menurun jika dibandingkan triwulan sebelumnya 3,18% (qtq). Namun, secara tahunan inflasi kelompok ini mengalami peningkatan dari 10,07% (yoy) menjadi 12,27% (yoy) (Grafik 2.3 dan Grafik 2.4). Inflasi kelompok Bahan makanan tersebut disumbang oleh sub kelompok daging dan hasil-hasilnya, terutama komoditas daging ayam ras, dengan inflasi sebesar 8,38%(qtq) atau 38

39 18,64%(yoy). Hal ini dikonfirmasi oleh hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX yang mengindikasikan adanya tendensi kenaikan harga pada daging ayam ras, telur ayam ras, maupun daging sapi (Grafik 2.7). Sub kelompok lain yang menyumbangkan inflasi cukup besar pada triwulan ini adalah sub kelompok sayur-sayuran (inflasi 6,31% (qtq) atau 15,34% (yoy)) terutama pada komoditas cabe hijau dan buncis I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV Juni Juli Agt Sept Daging Ayam Ras Telur Ayam Ras Daging Sapi Sumber: SPH KPwDN Wilayah IX Bank Indonesia Grafik 2.5. Perkembangan Harga Daging dan Telur Sementara itu, sub kelompok bumbu-bumbuan mengalami deflasi secara triwulanan (-13,83%, qtq) tetapi mengalami inflasi tinggi secara tahunan (54,75%, yoy), terutama pada komoditas cabe merah dan bawang merah. Tingginya inflasi pada sub kelompok bumbubumbuan, terutama cabe merah, diakibatkan oleh kurangnya pasokan di awal triwulan dan tingginya permintaan masyarakat menjelang Hari Raya Idul Fitri. Namun tingginya harga cabe merah tertahan oleh penurunan harga cabe merah akibat adanya panen pada akhir triwulan III Kondisi yang sama untuk komoditas bawang merah yang juga mengalami panen raya bawang merah di Jawa pada bulan September Harga komoditas pokok lainnya seperti beras dan minyak goreng pada triwulan ini relatif stabil. Hal ini terkonfirmasi dari SPH Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX dimana beras untuk berbagai kualitas dan minyak goreng menunjukkan perkembangan harga yang stabil (Grafik 2.6). Sementara itu, harga rata-rata komoditas cabe merah dan bawang merah pada akhir September 2013 relatif turun sebesar 4,24% (cabe merah) dan 33,46% (bawang merah) jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Kondisi ini berbeda jika dilihat perubahan harga dari akhir Juli ke akhir Agustus yang mengalami peningkatan sebesar 8,30% (cabe merah) dan 1,11% (bawang merah) (Grafik 2.7). 39

40 I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV Juni Juli Agt Sept Juni Juli Agt Sept Beras Kualitas Medium Beras Kualitas Murah Beras Kualitas Super Miinyak Goreng Cabe Merah Besar - Segar Bawang Merah Cabe Merah Keriting - Segar Sumber: SPH KPwDN Wilayah IX Grafik 2.6 Perkembangan Harga Beras dan Minyak Goreng Grafik 2.7 Perkembangan Harga Cabe Merah, Cabe Merah Keriting dan Bawang Merah b. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Meskipun secara triwulanan inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau mengalami penurunan dari 2,34% (qtq) menjadi 1,85% (qtq) pada triwulan III-2013, secara tahunan inflasi kelompok ini justru mengalami peningkatan dari 5,36% (yoy) menjadi 6,11% (yoy) (Grafik 2.8 dan 2.9). Sub kelompok yang menjadi penyumbang inflasi utama kelompok ini pada triwulan III adalah sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol (inflasi 1,19% (qtq) atau 10,35% (yoy)), dan Sub kelompok makanan (inflasi 2,78% (qtq) atau 5,81% (yoy)). Di sisi komoditas, penyumbang inflasi pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol adalah komoditas rokok kretek dan rokok putih Grafik 2.6 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau di Sumut Grafik 2.7 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau di Sumut I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II III % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: BPS, diolah Sumber : BPS, diolah 40

41 c.. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar pada triwulan III-2013 mengalami peningkatan, baik secara triwulanan maupun tahunan. Secara triwulanan, meningkat dari 2,10% (qtq) menjadi 3,20% (qtq), sementara secara tahunan meningkat dari 5,36% (yoy) menjadi 7,90% (yoy) (Grafik 2.10 dan 2.11). Sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air menjadi sub kelompok dengan inflasi tertinggi sebesar 5,92% (qtq) dan 9,45% (yoy). Komoditas utama yang menjadi penyumbang inflasi pada sub kelompok ini adalah tarif air minum PAM sebagai akibat kenaikan tarif oleh PDAM Tirtanadi di Kota Medan pada awal bulan Agustus. Kenaikan tarif air tersebut sebesar 20-30% untuk tarif sosial dan rumah tangga, sedangkan untuk niaga dan industri dikenakan kenaikan tarif air baru sebesar 45%. Grafik 2.8 Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut Grafik 2.9 Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut 4% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : BPS, diolah % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : BPS, Sumut 7.90 d. Kelompok Sandang 41

42 Setelah pada triwulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar -3,92% (qtq) atau -1,05% (yoy), kelompok sandang pada triwulan III-2013 akhirnya mengalami inflasi sebesar 7,79% (qtq) atau 3,70% (yoy) (Grafik 2.12 dan 2.13). Inflasi kelompok sandang tersebut terutama dipicu oleh inflasi pada subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya dengan inflasi sebesar 11,60% (qtq) atau 0,63% (yoy) akibat meningkatnya harga komoditas emas perhiasan. Kondisi inflasi pada komoditas ini sejalan dengan hasil SPH KPw Wilayah IX yang mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan harga emas perhiasan 24 karat pada akhir September 2013 sebesar 15,40% (qtq) (Grafik 2.14). Masih tingginya harga emas ini diperkirakan seiring dengan masih tingginya harga emas dunia terkait gejolak perekonomian global akibat isu tappering off yang dilakukan oleh Bank Sentral Amerika Serikat. Berdasarkan data dari World Bank, harga emas dunia mengalami peningkatan 0,25% (mtm) atau 1,09% (qtq) (Grafik 2.15). 10% Grafik 2.10 Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Sumut I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : BPS, diolah Grafik 2.11 Inflasi Tahunan Kelompok Sandang di Sumut % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : BPS, Sumut 42

43 Grafik 2.12 Pergerakan harga emas perhiasan Triwulan III-2013 Grafik 2.13 Pergerakan harga emas perhiasan Triwulan III Harga Emas Dunia I II III IV V I II III IV I II III IV 2.000, , , , , ,00 800,00 600,00 400,00 200, * Juli Agt Sept 22 Karat 24 Karat Harga Emas Dunia Sumber: Survei Pemantauan Harga, Bank Indonesia Sumber: World Bank e. Kelompok Kesehatan Inflasi kelompok kesehatan pada triwulan III-2013 mengalami penurunan, baik secara triwulanan maupun tahunan (Grafik 2.16 dan Grafik 2.17). Secara triwulanan, inflasi kelompok kesehatan turun dari 0,61% (qtq) pada triwulan sebelumnya menjadi 0,35% (qtq), sementara secara tahunan turun dari 2,30% (yoy) menjadi 1,77% (yoy). Penurunan inflasi tersebut terjadi pada sub kelompok jasa kesehatan, sementara inflasi pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika masih meningkat. Grafik 2.14 Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Sumut Grafik 2.15 Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan di Sumut 4 % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, Sumut f.. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 43

44 Pada triwulan III-2013, inflasi sub kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga tercatat sebesar 3,66% (qtq) dan 7,79% (yoy) (Grafik 2.18 dan Grafik 2.19). Sub kelompok yang memberikan andil terbesar adalah sub kelompok kursus-kursus/pelatihan yang mengalami inflasi 16,99% (qtq) dan 16,99 (yoy). Komoditas bimbingan belajar merupakan komoditas yang mengalami peningkatan pesat pada triwulan ini. Hal ini disebabkan oleh tingginya permintaan terutama bagi lembaga bimbingan atau kursus terkait persiapan ujian penerimaan mahasiswa baru pada bulan September Semakin tingginya kesadaran masyarakat dalam menempuh pendidikan juga menyebabkan banyak orang tua yang memasukkan anak mereka dalam kursus agar mempermudah memperoleh sekolah yang lebih baik di jenjang berikutnya. Grafik 2.16 Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut Grafik 2.17 Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut 10% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, Sumut g. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Inflasi pada kelompok Transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan pada triwulan III mengalami peningkatan yang cukup drastis, baik secara triwulanan maupun tahunan. Inflasi kelompok ini meningkat dari 4,61% (qtq) menjadi 9,55% (qtq) atau meningkat dari 8,76% (yoy) pada triwulan II-2013 menjadi 15,69% (yoy) di triwulan III-2013 (Grafik 2.20 dan Grafik 2.21). Tingginya inflasi pada kelompok ini sejalan dengan siklus musiman, terutama terkait pengaruh Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada Agustus Inflasi kelompok ini pada triwulan III-2013 terjadi karena tingginya inflasi pada sub kelompok transportasi terutama pada komoditas bensin dan solar sebagai dampak pengurangan subsidi bahan bakar oleh pemerintah dan kenaikan harga BBM pada akhir Juni Dampak kenaikan harga BBM juga turut 44

45 menyebabkan inflasi pada komoditas lain mengalami peningkatan, diantaranya angkutan dalam kota dan angkutan luar kota. Berdasarkan liaison yang dilakukan oleh KPw Wilayah IX kepada Asperindo (Asosiasi Perusahaan Jasa Ekspress Indonesia) wilayah Sumatera Utara diketahui bahwa terjadi peningkatan biaya transportasi dengan kisaran 15-25%. Hal ini juga dikonfirmasi oleh Dinas Perhubungan Sumatera Utara yang menyatakan bahwa terjadi penyesuaian pada batas atas dan batas bawah tarif angkutan ekonomi (tarif non ekonomi tidak diatur) 5. Batas atas setelah kenaikan BBM meningkat dari Rp125,-/penumpang/km menjadi Rp167,-/penumpang/km, sedangkan batas bawah disesuaikan dari Rp89,-/penumpang/km menjadi Rp103.,- /penumpang/km. Sementara itu, untuk angkutan dalam kota kenaikan tariff ditetapkan sebesar Rp 500,00/penumpang/trayek (naik dari sebelumnya sebesar Rp4.000,00- Rp4.500,00/penumpang/trayek). Grafik 2.18 Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan di Sumut Grafik 2.19 Inflasi Tahunan Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan di Sumut 12% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : BPS, diolah 20 % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : BPS, Sumut Inflasi Menurut Kota Secara triwulanan, dari 4 kota di Sumatera Utara yang dihitung inflasinya, seluruh kota mengalami peningkatan level inflasi kecuali kota Sibolga. Sementara itu, inflasi triwulanan tertinggi terjadi di kota Padangsidimpuan sebesar 4,00% (qtq), diikuti oleh Pematang Siantar dengan inflasi sebesar 3,65% (qtq), Kota Medan sebesar 3,38% (qtq) dan kota Sibolga sebesar 1,48% (qtq) (Tabel 2.4). 5 Liaison terhadap Asperindo wilayah Sumut dan Dinas Perhubungan Sumatera Utara Bulan Agustus 2013 perihal dampak kenaikan BBM 45

46 Tabel 2.4. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kota (%) No. Kota I II III IV I II III IV I II III IV I II III 1 Medan 1,05 2,12 1,52 2,76 0,32 0,00 3,46-0,28 0,52 1,44 0,96 0,48 2,45 2,37 3,38 2 Pematang Siantar 1,04 2,89 1,08 4,37 1,19 0,00 2,76 0,64 1,60 1,93-0,09 1,12 3,50 1,88 3,65 3 Padangsidempuan 0,38 2,13 0,82 3,92 0,87-0,01 6,03 1,35 0,36 1,18 0,98 0,54 1,08 1,22 4,00 4 Sibolga 1,21 2,60 2,67 4,89 0,79-0,01 2,02 1,77 0,82 2,33 0,78 0,76 3,71 2,50 1,48 Gabungan 1,03 2,21 1,49 3,06 0,44 0,00 3,34 0,00 0,63 1,51 0,78 0,88 2,54 2,27 3,36 Sumber : BPS, diolah Secara tahunan, semua kota di Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan level inflasi bila dibandingkan triwulan lalu. Inflasi tahunan tertinggi terjadi di Kota Medan (9,51%;yoy), diikuti kota Pematang Siantar (9,44%; yoy), kota Sibolga (8,11%;yoy), dan Padangsidempuan (7,47%; yoy) (Tabel 2.5). Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Tabel 2.5. Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut (%, yoy) No. Kota I II III IV I II III IV I II III IV I II III 1 Medan 4,65 7,05 5,16 7,65 6,87 4,70 6,70 3,54 3,75 5,20 2,47 3,79 5,78 5,20 9,51 2 Pematang Siantar 4,00 6,90 4,65 9,68 9,85 6,35 8,11 4,25 4,67 7,11 5,26 4,73 6,68 7,11 9,44 3 Padangsidempuan 2,29 5,60 3,71 7,42 7,94 4,55 6,89 3,71 4,12 6,50 3,90 3,54 4,29 6,50 7,47 4 Sibolga 3,36 6,06 5,26 11,83 11,37 7,57 7,31 4,66 3,74 7,12 4,91 3,30 6,26 7,12 8,11 Gabungan 4,43 6,93 5,04 8,00 7,37 5,00 6,87 3,67 3,86 5,52 2,91 3,86 5,82 6,62 9,35 Kelompok penyumbang inflasi tertinggi pada triwulan III-2013 relatif sama di setiap kota yaitu pada kelompok Transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Hal ini disebabkan karena kenaikan harga BBM bersubsidi pada akhir Juni 2013 yang mendorong peningkatan inflasi pada sektor ini dengan dampak terbesar dirasakan oleh kota Pematangsiantar (inflasi 18,36%; yoy). Selain kelompok Transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, kelompok lain yang mengalami peningkatan tinggi adalah kelompok Bahan makanan dimana dampak tertinggi terjadi pada Kota Medan (Tabel 2.6). Tabel 2.6. Inflasi Tahunan di Sumut Menurut Kota dan Kelompok Barang & Jasa (%,yoy) 46

47 No. Kelompok Kota Medan Padangsidempuan Pematangsiantar Sibolga Gabungan 1 BAHAN MAKANAN 12,44 10,17 11,92 12,15 12,27 2 MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 6,08 4,55 7,27 5,21 6,11 3 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 8,10 5,41 8,66 4,99 7,90 4 SANDANG 4,03 3,48 0,76 3,34 3,70 5 KESEHATAN 1,28 3,60 4,04 4,47 1,77 6 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 8,72 8,39 3,28 0,03 7,79 7 TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 15,53 13,59 18,36 14,94 15,69 UMUM 9,51 7,47 9,44 8,11 6,62 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah 2.3. Disagregasi Inflasi Grafik 2.20 Disagregasi Inflasi Sumut Sumber: BPS, diolah Inflasi Inti ( (Core Inflation) Secara umum, pergerakan inflasi inti pada triwulan III-2013 cenderung meningkat dengan komoditas utama yang mengalami peningkatan tinggi terjadi pada emas perhiasan. Komoditas emas perhiasan mengalami peningkatan tinggi pada triwulan ini sebagai dampak masih tingginya harga emas dunia karena masih belum stabilnya perekonomian dunia. Selain emas perhiasan, komoditas lain pada kelompok ini yang mengalami pertumbuhan inflasi tinggi adalah sepeda motor sebagai dampak kenaikan harga BBM bersubsidi. Tingginya inflasi komoditas sepeda motor diperkirakan karena meningkatnya permintaan sepeda motor yang bersumber dari switching alat transportasi dari pengguna mobil pribadi yang beralih ke penggunaan sepeda motor dan kendaraan umum pasca kenaikan harga BBM bersubsidi Inflasi Komponen Bergejolak ( (Volatile Foods Inflation) 47

48 Inflasi kelompok Volatile foods selama triwulan III-2013 relatif tinggi tercermin dari perkembangan inflasi pada kelompok ini yang setiap bulannya di triwulan III-2013 selalu berada diatas kisaran 12% (Juli 2013 sebesar 13,26% (yoy), Agustus 2013 sebesar 13,83% (yoy), dan September sebesar 12,70% (yoy)). Penyumbang inflasi utama pada kelompok ini selama triwulan III-2013 berasal dari sub kelompok bumbu-bumbuan, terutama dari komoditas bawang merah dan cabe merah terkait kurangnya pasokan. Berkurangnya pasokan bawang merah disebabkan karena: 1. Hasil produksi petani lokal tidak bisa memenuhi kebutuhan bawang merah karena iklim yang tidak mendukung dan benih yang kurang unggul, sehingga produktivitas kurang optimal. 2. Ketergantungan yang tinggi terhadap pasokan bawang merah dari pulau Jawa, sehingga ketika jumlah produksi di Jawa menurun maka pasokan juga akan berkurang. Berkurangnya pasokan cabe merah pada triwulan III-2013 diperkirakan akibat pengaruh letusan Gunung Sinabung yang terjadi pada bulan September 2013 pada areal tanaman cabe di sentra produksi Kabupaten Karo. Sementara itu, permintaan akan komoditas ini cukup tinggi, khususnya pada saat hari Raya Idul Fitri. Sub kelompok lain yang menjadi penyumbang utama inflasi pada kelompok ini berasal dari sub kelompok daging dan hasil-hasilnya terutama dari komoditas daging ayam ras yang meningkat permintaannya sehubungan dengan perayaan hari Raya Idul Fitri Inflasi Komponen yang Harganya Diatur Pemerintah (Administered Prices) Inflasi pada kelompok administered prices disepanjang triwulan III-2013 cukup tinggi. Hal ini tercermin dari inflasi pada kelompok ini sebesar 14,52% pada Juli, 15,69% pada Agustus dan 15,65% pada September Komoditas utama yang menjadi penyumbang inflasi pada kelompok administered prices ini berasal dari bensin dan solar akibat meningkatnya harga bensin dan solar terkait kebijakan pengurangan subsidi bahan bakar oleh pemerintah. Meningkatnya harga bensin dan solar pada akhirnya mendorong peningkatan harga pada angkutan dan transportasi. Selain peningkatan dari harga bensin dan turunannya, tingginya inflasi kelompok ini pada triwulan III-2013 juga disebabkan karena meningkatnya tarif PDAM Sumatera Utara yang terjadi pada bulan Agustus pada kisaran 20-45%. 48

49 BAB 3 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Tren perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan kenaikan suku bunga Perbankan turut mempengaruhi intermediasi Perbankan. Hal ini terlihat dari perlambatan penyaluran pembiayaan oleh Perbankan di Sumatera Utara pada triwulan III Meskipun dibayangi kekhawatiran akan risiko kredit dan risiko likuiditas yang mungkin muncul, kinerja Perbankan Sumatera Utara masih relatif baik. Hal ini tercermin dari masih tingginya Loan to Deposit Ratio (LDR) dan masih rendahnya rasio Non Performing Loans (NPL) Kondisi Umum Industri perbankan Sumatera Utara pada triwulan III-2013 secara umum masih tumbuh cukup baik ditengah perlambatan ekonomi. Hal ini terlihat dari pertumbuhan beberapa indikator utama kinerja perbankan di Sumatera Utara yang masih menunjukkan peningkatan cukup tinggi. Secara tahunan, total aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit masing-masing tumbuh 15,15%, 9,65% dan 18,41%. Pertumbuhan DPK yang jauh lebih tinggi dari kredit menyebabkan Loan to Deposit Ratio menurun, sementara kualitas kredit yang disalurkan masih dapat dijaga jauh dibawah level indikatif 5%. Masih cukup baiknya kinerja perbankan tersebut memberikan nilai tambah pada pertumbuhan sektor keuangan sebesar 10,26% (yoy) pada triwulan III Sementara itu, total aset perbankan di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III-2013 mencapai Rp203,40 triliun, meningkat sebesar 6,77% (qtq) atau 15,15% (yoy). Total aset perbankan tersebut masih didominasi oleh bank konvensional yang mencapai Rp193,82 triliun (95,29%), sedangkan sisanya merupakan aset bank syariah yaitu sebesar Rp9,58 triliun (4,71%). Baik aset perbankan konvensional maupun perbankan syariah meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Secara triwulanan, aset perbankan syariah mengalami peningkatan pertumbuhan aset sebesar 3,68% (qtq) dari Rp9,24 triliun menjadi sebesar Rp9,58 triliun pada triwulan III Meskipun demikian, pangsa aset perbankan syariah pada triwulan laporan turun dari triwulan sebelumnya sebesar 4,85% menjadi 4,71% dari total asset perbankan. Secara umum, aset perbankan masih dikontribusi oleh Dana Pihak Ketiga (DPK) yaitu sebesar Rp148,62 triliun yang pada triwulan III-2013 tumbuh sebesar 6,33% (qtq) atau 9,65% (yoy). Peningkatan DPK pada triwulan III-2013 disumbang oleh pertumbuhan simpanan Tabungan dan Deposito yang masing-masing meningkat 6,93% (qtq) dan 49

50 8,82%(qtq), sementara simpanan Giro turun 0,04% (qtq). Peningkatan simpanan Deposito tersebut diduga disebabkan oleh kenaikan suku bunga Deposito dari 5,37% di triwulan sebelumnya menjadi 5,85% pada triwulan laporan. Sementara itu, adanya peningkatan tambahan masyarakat berupa tunjangan Hari Raya Idul Fitri diduga menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya simpanan Tabungan pada triwulan laporan. Tabungan dan Deposito masih mendominasi dana masyarakat di perbankan Sumatera Utara dengan pangsa masingmasing sekitar 42,26% dan 39,85%, sementara Giro hanya memiliki pangsa pasar 17,88% dari total DPK. DPK yang dihimpun perbankan tersebut, sebagian besar ditempatkan kembali oleh perbankan dalam bentuk aktiva produktif seperti kredit dan sisanya ditempatkan pada penempatan lainnya seperti surat-surat berharga maupun penempatan antar bank. Penyaluran kredit di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III-2013 tumbuh sebesar 4,47% (qtq) dan 18,41% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan sebelumnya (4,80%; qtq atau 18,68%;yoy) maupun pada triwulan yang sama tahun 2012 (4,70%; qtq atau 24,78%; yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit investasi mengalami pertumbuhan tertinggi di triwulan laporan yaitu sebesar 5,89% (qtq) atau 48,76% (yoy) seiring dengan pembangunan dan pengadaan infrastruktur di Sumatera Utara seperti pengadaan 16 gerbong kereta api untuk transportasi Medan-Bandara Kualanamu oleh PT Railink. Hal ini menunjukkan peran dan optimisme yang tinggi dari industri perbankan untuk menopang pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara ke depan, khususnya investasi. Tabel 3. 1 Indikator Utama Perbankan Sumut Indikator Perbankan Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Aset Rp Triliun 114,62 118,87 126,61 133,70 137,49 144,81 153,44 160,05 163,7 168,6 176,6 185,6 183,8 190,50 203,40 Pertumbuhan (%yoy) 0,06 8,54 14,49 15,49 19,95 21,82 21,19 19,71 19,04 16,45 15,12 15,99 12,32 12,97 15,15 Kredit Rp Triliun 75,64 80,70 84,49 88,55 91,51 96,97 99,19 106,55 109,7 118,2 123,8 131,6 133,8 140,29 146,56 Pertumbuhan (%yoy) 14,97 20,13 21,73 20,35 20,98 20,16 17,40 20,33 19,92 21,90 24,78 23,49 21,96 18,68 18,41 DPK Rp Triliun 95,40 97,87 102,94 109,07 112,60 115,99 120,61 127,40 128,9 129,6 135,5 139,9 137,9 139,77 148,62 Pertumbuhan (%yoy) 7,41 9,28 13,99 14,96 18,03 18,51 17,17 16,81 14,43 11,71 12,38 9,78 7,04 7,87 9,65 LDR % 79,29 82,46 82,08 81,19 81,28 83,60 82,24 83,63 85,17 91,23 91,32 94,08 97,04 100,32 98,61 NPL-Gross % 3,51 3,59 3,69 3,13 2,97 2,86 2,78 2,28 2,37 2,47 2,39 1,89 2,25 2,27 2, Intermediasi Perbankan Perkembangan kegiatan intermediasi Perbankan Sumatera Utara pada triwulan IIII 2013 relatif masih cukup baik. Pertumbuhan kredit berdasarkan lokasi proyek tercatat meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, pertumbuhan dana masyarakat pada triwulan laporan tercatat lebih tinggi 50

51 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan lokasi bank, rasio kredit terhadap penghimpunan dana masyarakat (Loan to Deposit Ratio (LDR)) meskipun sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, namun masih diatas 90% (Tabel 3.1), sedangkan berdasarkan lokasi proyek rasio LDR masih mengalami peningkatan menjadi 81,58%. Secara keseluruhan, rasio LDR ini juga masih lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Masih cukup tingginya rasio LDR pada triwulan laporan tersebut mengindikasikan masih stabilnya dukungan perbankan pada sektor riil dan kinerja perekonomian secara umum. Sementara itu, risiko kredit yang tercermin dari indikator non performing loan (NPL) pada triwulan laporan meskipun mengalami sedikit peningkatan dari triwulan sebelumnya, namun masih tercatat cukup rendah (2.29%). Hal ini mengindikasikan masih cukup amannya kondisi perbankan di Sumatera Utara saat ini Penghimpunan Dana Masyarakat Pertumbuhan dana masyarakat yang dihimpun perbankan Sumatera Utara mengalami kenaikan cukup tinggi pada triwulan laporan. Indikator Dana Pihak Ketiga (DPK) di Provinsi Sumatera Utara hingga triwulan III-2013 tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 9,65% (yoy) atau 6,33% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 7,87% (yoy) atau 1,33% (qtq) (Grafik 3.1). Berdasarkan jenisnya, pertumbuhan terjadi dalam bentuk simpanan tabungan dan deposito sebesar 6,93% (qtq) dan 8,82% (qtq), sementara simpanan giro relatif stabil. Ditinjau dari bentuk simpanannya, DPK di Provinsi Sumatera Utara masih tetap didominasi oleh tabungan (Rp62,81 triliun dengan pangsa 42,26%) dan deposito (Rp59,23 triliun dengan pangsa 39,85%) (Grafik 3.2) DPK (Rp Triliun) Pertumbuhan (%,yoy) Pertumbuhan (%,qtq) Deposito (Rp Triliun) Tab (Rp Triliun) Giro (Rp Triliun) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Grafik 3. 1 Perkembangan DPK Sumut Grafik 3. 2 Struktur DPK Sumut 51

52 Dilihat dari rata-rata suku bunga tertimbang, selama triwulan III-2013 suku bunga deposito meningkat dari 5,37% menjadi 5,85%. Sementara itu, suku bunga giro dan tabungan mengalami sedikit penurunan menjadi 2,22% dan 2,01% (Grafik 3.3) % 9.00% 8.00% 7.00% 6.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00% Dep (Skala kiri) Giro (Skala kanan) Tab (skala kanan) 4.00% 3.50% 3.00% 2.50% 2.00% 1.50% 1.00% 0.50% 0.00% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Grafik 3. 3 Perkembangan Suku Bunga Dana Pihak Ketiga (DPK) Sumut Penyaluran Kredit Pada triwulan III-2013 kredit perbankan di Provinsi Sumatera Utara tumbuh positif, namun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Dengan pertumbuhan pada triwulan laporan sebesar 4,48% (qtq) mencapai Rp146,56 triliun, maka secara tahunan pertumbuhan kredit menjadi 18,41% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 18,68% (yoy) (Grafik 3.4). Melambatnya akselerasi penyaluran pembiayaan di masyarakat tersebut antara lain disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi dan kenaikan suku bunga perbankan. Kenaikan suku bunga perbankan ini seiring dengan naiknya suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 150 basis poin (bps) menjadi 7,25% pada Juli lalu. Langkah ini diambil BI sebagai langkah optimalisasi bauran kebijakan moneter dan makroprudensial untuk memastikan tekanan inflasi tetap terus terjaga. Sejalan dengan itu, perbaikan kualitas penyaluran kredit juga terus dilakukan. Hal ini tercermin dari kebijakan penyesuaian Loan to Value (LTV) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada sektor properti. 52

53 I I I I I I Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III Kredit (Rp Triliun) Pertumbuhan (%,yoy) Konsumsi 24.82% Investasi 27.37% Modal Kerja 47.81% 0 II III IV II III IV II III IV II III IV II III IV II III Grafik 3. 4 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut Grafik 3. 5 Pangsa Kredit Sumut per Jenis Penggunaan Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit modal kerja masih mendominasi pangsa penyaluran kredit perbankan di Provinsi Sumatera Utara dengan porsi sebesar 47,81%, diikuti oleh kredit investasi (27,37%) dan kredit konsumsi (24,82%) (Grafik 3.5). Kredit modal kerja dan kredit konsumsi tumbuh lebih pesat, sedangkan kredit investasi tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit modal kerja pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp70,07 triliun ( 4,18%; qtq), sementara kredit investasi tercatat senilai Rp40,12 triliun (5,89%; qtq). Begitu pula kredit konsumsi yang juga tumbuh 3,53% (qtq) menjadi Rp36,37 triliun. Seiring dengan peningkatan Kredit (Rp Triliun) Sk Bunga Kredit BI Rate 14% 13% 12% suku bunga simpanan, suku bunga kredit umumnya juga mengalami peningkatan pada triwulan III Rata-rata tertimbang suku bunga kredit tercatat sebesar 11,27%, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III % 10% 9% 8% 7% 6% 5% meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 11,07% (Grafik 3.6). Grafik 3. 6 Perkembangan Suku Bunga, BI Rate, dankredit Sumut Tingginya pertumbuhan kredit modal kerja memberikan sinyal masih kuatnya ekspektasi para pelaku usaha mengenai kondisi ekonomi yang dinilai masih relatif baik yang berimplikasi pada tingginya kebutuhan pembiayaan untuk modal kerja. Sementara itu, meskipun melambat secara triwulanan, kredit investasi masih tumbuh positif di tengah terbatasnya pertumbuhan investasi terutama yang bersumber dari 53

54 PMDN. Hal ini mengisyaratkan optimisme para pelaku usaha terhadap iklim investasi dan perekonomian Sumatera Utara. Namun demikian, posisi kelonggaran tarik ( (undisbursed loan) ) pada triwulan ini masih cukup besar yaitu sebesar Rp 11,91 triliun atau 8,13% dari total kredit (Grafik 3.7). Kelonggaran tarik merupakan fasilitas pinjaman Triliun Undisbursed Loan Pertumbuhan (%,qtq) Pertumbuhan (%,yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III % debitur yang belum digunakan atau merupakan selisih antara plafon kredit yang diterima oleh debitur dengan jumlah total baki debet. Kelonggaran tarik kredit perbankan ini tumbuh sebesar 3,21% (qtq) dan 12,78% (yoy). Relatif tingginya posisi kelonggaran tarik diperkirakan karena pencairan kredit tersebut utamanya bersifat termin atau bertahap. Jika dilihat berdasarkan sektor usaha, secara umum tidak terjadi perubahan pada komposisi penyaluran kredit pada triwulan III-2013 dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya. Pangsa penyaluran kredit paling besar di Provinsi Sumatera Utara terutama masih diserap oleh sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (26,49%), sektor Industri Pengolahan (19,49%), dan sektor Pertanian (15,78% dari total kredit). Penyaluran kredit ke ketiga sektor tersebut mencatat kenaikan masing-masing sebesar 1,09% (qtq), 7,73% (qtq), dan 6,20% (qtq). Namun demikian, pertumbuhan kredit kepada sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran melambat cukup signifikan dari triwulan sebelumnya (Tabel 3.2). Grafik 3. 7 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumut 54

55 Indikator Perbankan Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Tabel 3. 2 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut per Sektor Ekonomi Tw. I- I ,53 % Pangsa Tw. II Tw. III ,52% 15,78% Pertumbuhan (yoy) Pertumbuhan (qtq) Tw. I- I Tw. II- Tw. III- Tw. I- I Tw. II- Tw. III ,43 % 31,86% 34,18% 3,23% 4,71% 6,20% 0,19% 0,17% 0,18% 0,00% -7,69% 0,00% -3,85% -4,00% 12,50% 19,09 % 18,90% 19,49% 1,05% 0,95% 0,85% Konstruksi 2,79% 3,08% 3,43% Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi 25,21 % 27,38% 26,49% 2,57% 2,62% 2,59% Jasa-jasa 5,51% 5,82% 5,90% Lain-lain 28,07 % 19,62 % 20,69 % 26,87 % 25,29 % 33,33 % 42,28 % 13,05% 16,00% -2,29% 3,76% 7,73% 8,13% 0,81% 10,24 % -5,00% -6,02% 30,12% 30,39% -4,36% 15,82% 16,20% 27,65% 22,53% 3,47% 13,84% 1,09% 30,04% 27,52% 4,24% 6,98% 3,26% 40,38% 38,40% 12,18 % 10,85% 5,88% 25,56% 25,29% 8,46% 3,31% 3,98% 0,51% -4,63% 3,38% Perkembangan Kredit UMKM Meskipun melambat secara triwulanan, Penyaluran Kredit UMKM di Sumatera Utara pada triwulan III-2013 masih tumbuh positif. Kredit yang disalurkan oleh perbankan Sumatera Utara kepada UMKM pada triwulan III-2013 mencapai Rp37,97 triliun. Meskipun secara triwulanan melambat dari 13,75% (qtq) menjadi 1,28% (qtq), secara tahunan kredit UMKM pada triwulan laporan masih tumbuh sebesar 25,23% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 19,35% (yoy) (Grafik 3.8). Sementara itu, pangsa p kredit UMKM terhadap total kredit perbankan di Provinsi Sumatera Utara relatif stabil. Pada triwulan laporan pangsa kredit UMKM tercatat relatif stabil dikisaran 25,91%. Apabila dilihat berdasarkan kriteria skala usahanya, kredit UMKM pada triwulan III-2013 didominasi oleh kredit menengah (Rp500 juta Rp5 miliar) senilai Rp18,21 triliun ( 47,96% total kredit UMKM), disusul oleh kredit skala kecil (Rp50 juta Rp500 juta) senilai Rp13,41 triliun (35,32%), dan kredit skala mikro (dibawah Rp 50 juta) dengan baki debet sebesar Rp6,35 triliun (16,72%) (Grafik 3.9). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepedulian perbankan dalam mendukung kemajuan sektor UMKM di Sumatera Utara cukup tinggi. 55

56 I I I I I I Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III II III IV Kredit UMKM (Rp Triliun) Pertumbuhan (%,qtq) II III IV II III IV II III IV Pertumbuhan (%,yoy) II III IV II III % 17% 35% Mikro Kecil Menengah Grafik 3. 6 Perkembangan Kredit UMKM Sumut Grafik 3. 7 Pangsa Kredit UMKM Sumut 2,500 2,000 1,500 1, Pada triwulan III-2013 Provinsi Sumatera Utara telah menyalurkan Kredit Untuk Rakyat (KUR) dengan total baki debet sebesar Rp2,49 triliun (Grafik 3.10) dengan jumlah debitur sebanyak debitur (Grafik 3.11). Total baki debet penyaluran KUR Provinsi Sumatera Utara mengalami pertumbuhan sebesar 2,17% (qtq), melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,86% (qtq). Demikian pula dengan pertumbuhan jumlah debitur KUR di Provinsi Sumatera Utara, tumbuh melambat dari periode sebelumnya sebesar 9,79% (qtq) menjadi sebesar 4,01% (qtq) pada triwulan III KUR (Rp Miliar) Pertumbuhan (%,yoy) Pertumbuhan (%,qtq) I II III IV I II III IV I II III IV I II III Miliar 0 Debitur (Ribu) Pertumbuhan (%,yoy) Pertumbuhan (%,qtq) I II III IV I II III IV I II III IV I II III % Grafik Perkembangan Penyaluran KUR Sumut Grafik Perkembangan Debitur KUR Sumut 56

57 3.3. Stabilitas Perbankan Perbankan Sumatera Utara masih mampu mengelola kualitas kreditnya dengan cukup baik. Hal ini yang tercemin dari rasio kredit bermasalah terhadap total kredit atau Non Performing Loan (NPL) perbankan Provinsi Sumatera Utara yang selalu berada di bawah batas aman 5% sejak tahun NPL gross perbankan pada akhir triwulan III-2013 tercatat sebesar 2,29%, cenderung stabil bila dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 2,27% (Grafik 3.12). Hal ini menunjukkan risiko kredit perbankan di Provinsi Sumatera Utara yang relatif terjaga Perbankan Syariah Ekspansi usaha perbankan syariah di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III masih menunjukkan perkembangan positif. Hal ini tercermin dari pertumbuhan aset perbankan syariah yang meskipun sedikit melambat secara tahunan (yoy), namun secara triwulanan masih mengalami peningkatan. Aset perbankan syariah pada triwulan III-2013 tercatat sebesar Rp9,58 triliun, meningkat 3,68% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp9,24 triliun (Tabel 3.3). Kondisi ini mengindikasikan perbankan syariah tetap diminati oleh masyarakat di tengah berkembangnya perbankan konvensional serta maraknya lembaga keuangan non bank. Pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah masih tumbuh positif. Posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah pada triwulan laporan mencapai Rp 5,69 triliun, meningkat Rp210 miliar (3,83%; qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya atau Rp770 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (15,65%; yoy). Sementara itu, penyaluran pembiayaan perbankan syariah pada triwulan laporan tercatat meningkat sebesar 3,07% (qtq) atau 17,33% (yoy). Grafik Perkembangan NPL Perbankan Sumut Tabel 3. 3 Indikator Utama Perbankan Syariah Sumut Indikator Perbankan Syariah Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw. I Tw. II Tw. III Aset Rp Triliun 3,57 3,85 4,41 4,52 4,76 4,96 6,33 6,64 6,93 7,17 8,09 8,84 9,3 9,24 9,58 Pertumbuhan (%yoy) 6,89 1,58 4,41 23,16 33,33 28,83 43,67 46,90 45,59 44,56 27,80 33,13 34,2 28,87 18,42 Pembiayaan Rp Triliun 3,78 4,12 4,37 4,44 4,61 4,94 4,59 4,83 5,09 5,63 6,29 6,95 7,42 7, ,38 Pertumbuhan (%yoy) 8,00 3,26-0,68 14,05 21,96 19,90 5,03 8,78 10,41 13,97 37,04 43,89 45,78 27,18 17,33 DPK Rp Triliun 2,06 2,20 2,40 2,80 3,02 3,16 3,72 4,48 4,58 4,43 4,92 5,53 5,41 5,48 5,69 Pertumbuhan (%yoy) 5,10-3,51-0,41 29,15 46,60 43,64 55,00 60,00 51,66 40,19 32,26 23,44 18,12 23,70 15,65 FDR % 183,50 187,27 182,08 158,57 152,65 156,33 123,29 107,81 111,14 127,09 127,85 125,68 137,15 130,71 129,701 NPF-Gross % 8,07 7,63 7,96 4,79 4,63 6,18 5,04 4,71 4,96 5,86 5,32 4,11 5,48 5,21 5,93

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011 BANK INDONESIA MEDAN 2011 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011 BANK INDONESIA MEDAN 2011 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

i

i i 2 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Indeks 250 200 150 100 50 0 Indeks SPE Growth mtm (%) Growth yoy (%)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan I-212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan II-2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN JAWA TIMUR TRIWULAN III INDONESIA SURABAYA

KAJIAN JAWA TIMUR TRIWULAN III INDONESIA SURABAYA KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2012 BANK INDONESIA SURABAYA Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah KATA PENGANTAR Pertamatama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya sehingga Triwulan I 2013 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, 7 Februari 2013 Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) ttd

KATA PENGANTAR. Bandung, 7 Februari 2013 Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) ttd KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-2012 ini telah dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Timur Triwulan I-2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci