KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur

2 KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KPw BI Provinsi NTT melakukan pengkajian dan penelitian terhadap perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, serta masyarakat lainnya. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Nusa Tenggara Timur ini mencakup Makro Ekonomi Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran, serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data yang berasal dari internal Bank Indonesia maupun dari eksternal, dalam hal ini dinas/instansi terkait. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik, dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang. Kupang, November 2014 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Naek Tigor Sinaga Deputi Direktur ii

3 DAFFTAR ISII I Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel Ringkasan Umum Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Provinsi Nusa Tenggara Timur i ii iii v vii x xiv BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1 Kondisi Umum Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral BOKS 1. DAYA TARIK INVESTASI DI NTT BAB II PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 Kondisi Umum Perkembangan Inflasi NTT Disagregasi Inflasi Inflasi NTT Berdasarkan Kota Inflasi Kota Kupang Inflasi Kota Maumere BOKS 2. PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PENANGGULANGAN INFLASI BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1 Kondisi Umum Perkembangan Bank Umum Intermediasi Perbankan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kinerja Perbankan Umum Berdasarkan Sebaran Pulau Sistem Pembayaran Transaksi Non Tunai Transaksi Tunai iii

4 BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH 4.1 Kondisi Umum Pendapatan Daerah Anggaran Pendapatan Daerah Realisasi Pendapatan Daerah Belanja Daerah Anggaran Belanja Daerah Realisasi Belanja Daerah BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 5.1 Kondisi Umum Perkembangan Ketenagakerjaan Kondisi Ketenagakerjaan Umum Pengangguran Perkembangan Kesejahteraan Kondisi Kesejahteraan Umum Tingkat Kemiskinan Indeks Pembangunan Manusia BAB VI OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH 6.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Sektoral Sisi Penggunaan Inflasi BOKS 3. RENCANA KENAIKAN BBM, AKANKAH SETINGGI TAHUN LALU? iv

5 DAFFTAR GRAFFI IK Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT Grafik 1.3 Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penggunaan Triwulan III Grafik 1.4 Indeks Pembelian Barang Tahan Lama Grafik 1.5 Indeks Tendensi Konsumen dan Pendapatan RT Grafik 1.6 Konsumsi Listrik Bisnis Grafik 1.7 Kredit Konsumsi Grafik 1.8 Perkembangan IKE Grafik 1.9 Perkembangan Listrik RT Grafik 1.10 Konsumsi Semen Grafik 1.11 Negara Tujuan Ekspor Grafik 1.12 PDRB Ekspor Impor Grafik 1.13 Perkembangan Bongkar Muat Grafik 1.14 Pertumbuhan Subsektor Pertanian Grafik 1.15 Andil Subsektor Pertanian Grafik 1.16 Perkembangan Pengiriman Ternak Grafik 1.17 Kapasitas Produksi Pertanian Grafik 1.18 Pertumbuhan Kredit Pertanian Grafik 1.19 Share Sektor Jasa-Jasa Grafik 1.20 Hasil SKDU Sektor Jasa Grafik 1.21 Pertumbuhan Subsektor PHR Grafik 1.22 Perkembangan Peti Kemas Grafik 1.23 Perkembangan Subsektor Perdagangan Grafik 1.24 Perkembangan Omzet dan Penjualan Grafik 1.25 Jumlah Tamu dan Hunian Kamar Grafik 1.26 Arus Penumpang Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan NTT Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Triwulan III-2014 NTT Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan NTT Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi NTT Grafik 2.6 Ekspektasi Konsumen Grafik 2.7 Ekspektasi Pedagang v

6 Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Kupang Grafik 2.9 Inflasi Triwulanan Kupang Grafik 2.10 Perkembangan Inflasi Maumere Grafik 2.11 Inflasi Triwulanan Maumere Grafik 3.1 Perkembangan LDR Grafik 3.2 Perkembangan Undisbursed Loan Grafik 3.3 Komposisi DPK Grafik 3.4 DPK Menurut Golongan Pemilik Grafik 3.5 Perkembangan NPL Bank Umum Grafik 3.6 NPL Konsumsi dan Modal Kerja Bank Umum Grafik 3.7 Perkembangan Transaksi Kliring Grafik 3.8 Perkembangan Cek/BG Kosong Grafik 3.9 Nilai Transaksi RTGS Grafik 3.10 Volume Transaksi RTGS Grafik 3.11 Perkembangan Transaksi Tunai Grafik 4.1 APBD Provinsi NTT Grafik 4.2 Persentase Pendapatan Transfer Grafik 4.3 Persentase Dana Perimbangan Grafik 4.4 Persentase Anggaran Belanja Operasi Grafik 4.5 Persentase Belanja Transfer Grafik 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Penghasilan Grafik 5.4 Perkembangan NTP NTT Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Nusa Tenggara Timur Grafik 6.2 Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Grafik 6.3 Perkembangan Ekspektasi Konsumen Grafik 6.4 Ekspektasi Kondisi Usaha Provinsi NTT Triwulan IV Grafik 6.5 Proyeksi Inflasi Tahunan NTT Grafik 6.6 Ekspektasi Harga Konsumen vi

7 DAFFTAR TABELL Tabel 1.1 Penanaman Modal di NTT Tabel 1.2 Kinerja Perbankan di NTT Tabel 1.3 Perkembangan PDRB Sisi Sektoral Tabel 1.4 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Sektoral Tabel 1.5 Perkembangan PDRB Sisi Penggunaan Tabel 1.6 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penggunaan Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT Tabel 2.2 Inflasi NTT per Kelompok Komoditas Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok Komoditas Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok Komoditas Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan NTT (Bank Umum dan BPR) Tabel 3.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai Tabel 3.3 Perkembangan Transaksi Tunai Tabel 3.4 Perkembangan Kinerja DPK Bank Umum Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Modal Kerja Bank Umum Tabel 3.7 Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral Bank Umum Tabel 3.9 Perkembangan Komponen Kredit UMKM Bank Umum Tabel 3.10 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral Bank Umum Tabel 3.11 Indikator Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau Tabel 3.12 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi NTT Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan Daerah Tabel 4.3 Anggaran Belanja Pemerintah Daerah Provinsi NTT Tabel 4.4 Realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Provinsi NTT Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Usia 15+ Menurut Status Pekerjaan Utama Tabel 5.4 Pendapat Konsumen Mengenai Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu Tabel 5.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di NTT vii

8 tahun 2005 s.d. Maret Tabel 5.6 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah tahun 2005 s.d. Maret Tabel 5.7 Indeks Keparahan dan Kedalaman Kemiskinan Tabel 5.8 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi NTT Tabel 5.9 Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Tahun Tabel 6.1 Ekspektasi Kondisi Usaha Provinsi NTT Triwulan IV-2014 (Indeks) Tabel 6.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Global viii

9 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2 Kupang NTT [0380] ; fax : [0380] ix

10 Ringkasan Umum KER Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III-2014 EEKONOMI II MAKRRO RREEGI IIONALL Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan III tercatat sebesar 4,97% (yoy) mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,03% (yoy). Dari sisi penggunaan, melambatnya perekonomian NTT disebabkan oleh perlambatan kinerja konsumsi. Namun demikian, perlambatan kinerja konsumsi masih dapat ditekan dengan peningkatan kinerja investasi. Dari sisi sektoral, perlambatan ekonomi bersumber dari perlambatan sektor pertanian dan jasa-jasa. Sektor pertanian dan sektor jasa-jasa yang memiliki andil terbesar yakni masing-masing sebesar 32,42% dan 27,29% memberikan dampak signifikan terhadap perlambatan perekonomian NTT pada triwulan laporan. Sementara itu, sektor PHR yang yang memiliki andil terbesar setelah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengalami peningkatan. Secara triwulanan, perkonomian NTT mengalami perlambatan menjadi sebesar 3,66% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,84% (qtq). Dari sisi penggunaan, kinerja ekspor di NTT mengalami perlambatan sementara impor meningkat. Aktivitas ekspor NTT melambat yakni dari 15,18% (qtq) menjadi sebesar 12,05% (qtq). Dari sisi sektoral, sektor pertanian NTT mengalami perlambatan cukup dalam yakni dari 2,46% (qtq) menjadi sebesar -1,77% (qtq), kemudian diikuti sektor bangunan yang mengalami perlambatan pada triwulan laporan yakni dari 6,59% (qtq) menjadi sebesar 3,90% (qtq) dan sektor PHR yang mengalami perlambatan yakni dari sebesar 8,54% (qtq) pada triwulan laporan menjadi sebesar 7,90% (qtq). PPEERRKEEMBBANGAN IINFFLLASSI I RREEGI IIONALL Inflasi pada triwulan III-2014 tercatat lebih rendah bila dibandingkan triwulan sebelumnya maupun capaian inflasi nasional. Rendahnya pencapaian inflasi pada periode laporan terutama disebabkan oleh hilangnya faktor teknikal kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) tahun 2013 dengan andil terhadap tekanan inflasi mencapai 2,73% (yoy). Selanjutnya, koreksi harga pada semua kelompok terutama kelompok administered prices dan bergejolak (volatile foods) turut x

11 memberikan dorongan terhadap rendahnya pencapaian inflasi NTT. Selesainya momen Hari Raya Idul Fitri dan musim liburan sekolah juga memberikan insentif laju inflasi kelompok administered prices ke angka yang lebih rendah. Berdasarkan kota pembentuk inflasi, Kota Kupang yang memiliki bobot terbesar terhadap pembentukan inflasi NTT mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari sebesar 8,31% (yoy) menjadi sebesar 4,27% (yoy). Pasca musim liburan sekolah dan Hari Raya Idul Fitri yang disertai dengan kondisi cuaca yang kondusif memberikan dorongan cukup signifikan terhadap rendahnya laju inflasi Kota Kupang. Kondisi yang sama terjadi di Kota Maumere yang mencatat inflasi sebesar 3,19% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,70% (yoy). Rendahnya inflasi tersebut didorong oleh penurunan terutama pada kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi, keuangan & jasa keuangan. PPEERRKEEMBBANGAN PPEERRBBANKAN DAN SSI IISSTTEEM PPEEMBBAYARRAN Kinerja perbankan pada triwulan laporan relatif melambat. Dari sisi kinerja keuangan, gabungan aset bank umum dan BPR tercatat Rp27,11 triliun atau melambat sebesar 22,94% (yoy) dari 23,98% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Penyaluran kredit melambat sebesar 13,48% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mencapai 15,04% (yoy) dengan outstanding mencapai Rp16,53 triliun. Perlambatan ini pun diiringi dengan memburuknya risiko kredit (non performing loans/npl) ke level 1,64% dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya 1,50%. Di sisi lain, penghimpunan DPK tumbuh positif sebesar 19,90% (yoy) dengan nominal Rp19,09 triliun. Fungsi intermediasi perbankan di NTT juga relatif baik yang tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) yang sebesar 86,59%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 84,86%. Kinerja positif kredit konsumsi yang memiliki andil paling besar terhadap total kredit menyebabkan laju pertumbuhan kredit secara triwulanan lebih besar dibandingkan penghimpunan DPK. Sesuai dengan hal tersebut LDR mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sisi sistem pembayaran, aktivitas transaksi non tunai melalui fasilitas Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) tercatat sebesar Rp607,52 miliar. Sedangkan transaksi melalui fasilitas Real Time Gross Settlement (RTGS) tercatat sebesar Rp24,09 triliun selama triwulan laporan. Sementara dari sisi transaksi tunai, xi

12 terjadi net outflow dimana jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia lebih besar dibandingkan dengan uang yang masuk. Kondisi ini diperkirakan sebagai akibat meningkatnya aktivitas pembayaran non-tunai selama triwulan laporan seiring dengan pencairan proyek-proyek pemerintah. KEEUANGAN PPEEMEERRI IINTTAH Realisasi pendapatan sampai dengan triwulan laporan mencapai Rp2,07 triliun atau sebesar 76,29% dibandingkan dengan anggaran pendapatan yang sebesar Rp 2,72 triliun. Realisasi PAD Provinsi NTT sampai dengan triwulan laporan tercatat sebesar Rp527,79 miliar atau 75,90% dari target PAD akhir tahun. Sumbangan realisasi terbesar PAD berasal dari pos pendapatan pajak daerah sebesar Rp332,87 miliar sampai dengan triwulan III-2014, sedangkan pada triwulan laporan sendiri sebesar Rp153,55 miliar atau meningkat 34,96% (yoy) dibandingan pencapaian triwulan III-2013 yang sebesar Rp113,77 miliar. Sementara itu, realisasi belanja daerah pemerintah Provinsi NTT adalah sebesar Rp1,70 triliun atau 62,16% rencana anggaran belanja tahun Realisasi tersebut masih lebih rendah dibandingkan realisasi tahun lalu yang sebesar Rp1,57 triliun atau 65,51% dari rencana anggaran belanja Realisasi tertinggi berada pada kelompok Belanja Operasi dengan persentase 67,82% yaitu sebesar Rp1,39 triliun. Realisasi ini lebih rendah dibandingkan realisasi Belanja Operasi tahun lalu yang sebesar Rp1,40 triliun atau 69,15% dibandingkan rencana anggaran. KEETTEENAGAKEERRJJAAN DAN KEESSEEJJAHTTEERRAAN Perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat NTT pada triwulan laporan secara umum menunjukkan kondisi yang positif. Berdasarkan data BPS, kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Timur pada Agustus 2014 memperlihatkan peningkatan yang tergambar dari bertambahnya kelompok penduduk yang bekerja disertai meningkatnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Jumlah angkatan kerja pada bulan Agustus 2014 mencapai jiwa, meningkat sebesar jiwa atau 3,31% (yoy) dibandingkan Agustus Sementara tingkat partisipasi angkatan kerja tercatat sebesar 68,91% atau sedikit di atas tahun sebelumnya yang sebesar 68,15%. Di sisi lain, tren perbaikan kondisi ketenagakerjaan juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan KPw BI Provinsi NTT. Hasil SKDU triwulan III-2014 menunjukkan indeks xii

13 ketenagakerjaan tercatat mengalami ekspansi sebesar 2,76 setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar -9,42. Sementara itu, kondisi kesejahteraan masyarakat NTT per posisi Maret 2014 menunjukkan kondisi yang positif tercermin dari penurunan persentase penduduk miskin dari 20,03% pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 19,82%. Indeks keparahan dan kedalaman kemiskinan serta tingkat optimisme masyarakat perkotaan juga membaik. Di sisi lain, berdasarkan hasil Survei Konsumen bulan September 2014, terlihat adanya kenaikan tingkat optimisme, khususnya pada masyarakat dengan penghasilan menengah ke atas terhadap tingkat kesejahteraan saat ini dibandingkan enam bulan yang lalu. Indikator kesejahteraan di daerah pedesaan yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) turut mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. PPRROSSPPEEK PPEERREEKONOMI IIAN Pada triwulan IV-2014, pertumbuhan ekonomi NTT diperkirakan tumbuh positif sedikit lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan berbagai indikator ekonomi terakhir serta hasil survei maupun liaison mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT triwulan IV-2014 diperkirakan akan berada pada rentang 4,85% - 5,25% (yoy). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang diperkirakan berasal dari sektor PHR (terutama subsektor perdagangan) yang diprediksi meningkat seiring momen Natal & Tahun Baru. Pada triwulan IV atau akhir tahun 2014, inflasi diperkirakan meningkat. Berdasarkan perkembangan harga terkini, inflasi NTT di akhir tahun diperkirakan berada pada kisaran sebesar 4,23% - 4,63% (yoy). Adapun tekanan inflasi diperkirakan bersumber dari meningkatnya permintaan pada perayaan Natal & Tahun Baru. Sementara itu, inflasi pada kelompok pangan berpotensi meningkat sebagai dampak dari penurunan produksi sektor pertanian akibat kekeringan. Inflasi Administered Prices (AP) diperkirakan meningkat sejalan dengan diberlakukannya kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) tahap akhir untuk beberapa kelompok termasuk kelompok rumah tangga serta peningkatan tarif batas atas angkutan udara sebesar 20%. Terkait wacana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, setiap kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 1.000,00/liter berpotensi untuk xiii

14 menambah angka inflasi sebesar 1% dari kondisi normal dan begitu pula kelipatannya. TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR I. EKONOMI MAKRO REGIONAL INDIKATOR I II III IV I II III IV I II III Produk Domestik Regional Bruto (yoy %) Berdasarkan Sektor / Lapangan Usaha 1. Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa - jasa Berdasarkan Permintaan / Penggunaan 1. Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Swasta Nirlaba Konsumsi Pemerintah PMTB/Investasi Perubahan Stock Ekspor & Antar Pulau Keluar Impor & Antar Pulau Masuk Ekspor Nilai Ekspor Nonmigas (ribu USD) 4,271 4,240 2,823 4,731 2,650 9,987 3,379 5,587 3,260 4,365 4,523 Volume Ekspor Nonmigas (ton) 10,731 7,093 8,454 10,558 12,759 9,172 13,951 16,478 9,475 16,477 17,274 Impor Nilai Impor Nonmigas (ribu USD) 60,866 2,287 2, , ,125 14, ,766 Volume Impor Nonmigas (ton) 200,167 28,308 46, , ,476 45,010 9,579 20,003 Indeks Harga Konsumen NTT Kota Kupang Maumere Laju Inflasi Tahunan (yoy %) NTT Kota Kupang Maumere II. PERBANKAN INDIKATOR I II III IV I II III IV I II III A. Bank Umum Konvensional (dalam Rp. Miliar kecuali dinyatakan lain) 1. Total Aset 17,479 17,836 18,809 19,439 20,408 20,496 21,310 22,057 22,933 25,968 26, DPK 13,177 14,192 14,646 14,729 15,238 15,788 15,799 16,249 16,946 18,672 18,966 - Giro 3,393 3,419 3,381 2,869 3,765 3,983 3,880 2,903 4,119 5,506 5,072 - Tabungan 6,206 6,896 7,194 8,444 7,514 7,678 7,968 9,842 8,511 8,500 8,979 - Deposito 3,578 3,876 4,070 3,417 3,959 4,053 3,951 3,503 4,315 4,665 4, Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek 10,316 11,228 11,862 12,298 12,604 13,594 14,294 14,626 14,790 15,665 16,264 - Investasi 2,636 3,136 3,135 3,269 3,341 3,785 4,060 4,211 4,193 4,670 4,939 - Modal Kerja ,001 1,056 1,114 1,169 1,201 - Konsumsi 7,106 7,471 8,053 8,265 8,510 8,895 9,234 9,359 9,483 9,827 10, Kredit Berdasarkan Lokasi Kantor Cabang 10,316 11,228 11,862 12,298 12,604 13,594 14,294 14,626 14,790 15,665 16,264 - Investasi 2,636 3,136 3,135 3,269 3,341 3,785 4,060 4,211 4,193 4,670 4,939 - Modal Kerja ,001 1,056 1,114 1,169 1,201 - Konsumsi 7,106 7,471 8,053 8,265 8,510 8,895 9,234 9,359 9,483 9,827 10,124 LDR (%) 78.3% 79.1% 81.0% 83.5% 82.7% 86.1% 90.5% 90.0% 87.3% 83.9% 85.8% Kredit UMKM 2,628 3,065 3,039 3,229 3,290 3,737 3,885 3,998 4,174 4,665 4,913 B. Bank Umum Syariah Total Aset Dana Pihak Ketiga Pembiayaan berdasarkan Lokasi Kantor Cabang FDR (%) 64.3% 162.7% 178.4% 147.8% 213.0% 228.4% 220.7% 187.3% 101.0% 236.3% 213.3% C. Grand Total (A+B) 1. Total Aset 17,767 18,121 19,497 19,901 21,017 21,291 22,055 22,434 23,316 26,398 27, Dana Pihak Ketiga 13,430 14,296 14,752 14,884 15,351 15,906 15,923 16,402 17,078 18,791 19, Pembiayaan berdasarkan Lokasi Kantor Cabang 10,478 11,397 12,052 12,527 12,844 13,862 14,568 14,912 14,923 15,947 16,532 D. Pangsa Bank Umum Syariah Terhadap Grand Total 1. Total Aset (%) 1.6% 1.6% 3.5% 2.3% 2.9% 3.7% 3.4% 1.7% 1.6% 1.6% 1.4% 2. Dana Pihak Ketiga (%) 1.9% 0.7% 0.7% 1.0% 0.7% 0.7% 0.8% 0.9% 0.8% 0.6% 0.7% 3. Pembiayaan berdasarkan Lokasi Kantor Cabang (%) 1.5% 1.5% 1.6% 1.8% 1.9% 1.9% 1.9% 1.9% 0.9% 1.8% 1.6% xiv

15 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR III. SISTEM PEMBAYARAN INDIKATOR I II III IV I II III IV I II III Transaksi Tunai Inflow (Rp. Triliun) Outflow (Rp. Triliun) Transaksi Non Tunai BI-RTGS Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp. Triliun) Volume Transaksi BI-RTGS 9,221 12,276 13,341 16,141 9,704 9,333 12,630 15,327 10,696 10,475 10,707 Kliring Nominal Kliring Penyerahan (Rp. Triliun) Volume Perputaran Kliring Penyerahan 16,782 16,843 17,192 17,639 17,275 18,431 19,000 19,113 16,971 18,456 18,119 xv

16 EKONOMII MAKRO REGIIONAL Kinerja pertumbuhan ekonomi sedikit melambat Dari sisi penggunaan, perlambatan kinerja konsumsi menjadi faktor utama sementara Dari sisi sektoral, sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengalami perlambatan. 1.1 Kondisi Umum Perekonomian NTT pada triwulan III tumbuh positif namun tidak setinggi triwulan lalu. Ekonomi NTT tumbuh sebesar 4,97% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar sebesar 5,03% (yoy). Perlambatan ekonomi juga dialami sebagian provinsi lainnya, sehingga perekonomian nasional sedikit melambat dari 5,12% (yoy) menjadi sebesar 5,11% (yoy). Sementara secara triwulanan perkonomian NTT tercatat sebesar 3,66% (qtq), melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar 4,83% (qtq). Faktor penghambat kinerja ekonomi pada triwulan III-2014 adalah melambatnya kinerja konsumsi. Kegiatan konsumsi, terutama konsumsi pemerintah melambat signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Meski demikian membaiknya kinerja investasi dan kinerja konsumsi rumah tangga & swasta sedikit membantu perekonomian secara umum sehingga tidak melambat terlalu dalam. Dari sisi sektoral, perlambatan sektor pertanian dan sektor jasa-jasa yang memiliki andil cukup besar menjadi penyebab perlambatan perekonomian secara umum. sementara itu, kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya dan mampu menahan perlambatan perekonomian secara keseluruhan. 1

17 4, , , , , , , , Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT PDRB (HK-miliar) Pertumbuhan Ekonomi (yoy-axis kanan) Pertumbuhan Ekonomi (qtq-axis kanan) I II III IV I II III IV I II III Sumber : BPS, diolah % 6.00% 4.00% 2.00% 0.00% -2.00% -4.00% -6.00% -8.00% Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT % 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% I II III IV I II III IV I II III Sumber : BPS, diolah Pertambangan Industri Listrik, Gas, Air Bangunan PHR Pengakutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Pertanian 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan Perekonomian NTT melambat terutama disebabkan oleh perlambatan kinerja konsumsi. Pada triwulan laporan, kinerja konsumsi secara umum mengalami perlambatan, yakni dari 3,69% (yoy) pada triwulan II menjadi sebesar 2,87% (yoy). Namun demikian, perlambatan kinerja konsumsi masih dapat ditekan dengan peningkatan kinerja investasi dan konsumsi rumah tangga & swasta yakni masing-masing mengalami peningkatan Perubahan Stok Impor Ekspor PMTB Konsumsi Pemerintah Konsumsi Nirlaba Sumber : BPS Provinsi NTT, diolah Konsumsi RT sebesar 15,98% (yoy) dan 3,45% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yakni sebesar -1,54% (yoy) dan 2,90% (yoy). Meskipun secara umum kinerja konsumsi mengalami perlambatan, dilihat dari andilnya, kinerja konsumsi masih menjadi penopang bagi perekonomian NTT terutama kinerja konsumsi rumah tangga dan swasta. 1. Konsumsi Grafik 1.3 Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penggunaan Triwulan III % 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% Musim libur sekolah, tahun ajaran baru dan perayaan Idul Fitri meningkatkan konsumsi rumah tangga di NTT. Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada periode laporan tumbuh sebesar 3,25% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,70% (yoy). Cukup baiknya konsumsi rumah tangga tersebut disebabkan tiga faktor yang terjadi dalam waktu berdekatan yakni musim libur sekolah, tahun ajaran baru, dan perayaan Idul Fitri. Hal tersebut salah satunya terkonfirmasi dari peningkatan indeks ketepatan waktu 2

18 pembelian barang tahan lama (grafik 1.4). Konsumen juga merasakan adanya kenaikan penghasilan rumah tangga serta peningkatan daya beli karena rendahnya inflasi di triwulan laporan (grafik 1.5). Sementara itu, konsumsi rumah tangga secara triwulanan mengalami peningkatan cukup signifikan yakni 4,04% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar -7,25% (qtq). Peningkatan tersebut terjadi pada seluruh subkomponen dengan peningkatan tertinggi berasal dari subkomponen konsumsi pemerintah yang mencapai 16,21% (qtq). Mulai optimalnya realisasi anggaran pemerintah (34,78%) menjadi salah satu faktor utama peningkatan tersebut. Sementara secera triwulanan, konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan, yakni dari 1,28% (qtq) menjadi sebesar 1,48% (qtq). Grafik 1.4 Indeks Pembelian Barang Tahan Lama Grafik 1.5 Indeks Tendensi Konsumen & Pendapatan RT I II III IV I II III Indeks Pendapatan RT ITK 92 I II III IV I II III IV I II III Sumber : BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur Grafik 1.6 Konsumsi Listrik Bisnis Grafik 1.7 Kredit Konsumsi 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - I II III IV I II III IV I II III % 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% Kredit Konsumsi (miliar Rp) y-o-y konsumsi Sumber : PLN Wilayah NTT, diolah 3

19 Grafik 1.8 Perkembangan IKE Grafik 1.9 Perkembangan Listrik RT Komponen konsumsi swasta nirlaba mengalami peningkatan pada triwulan laporan. Pertumbuhan konsumsi swasta nirlaba meningkat pada triwulan III-2014 yakni dari 6,64% (yoy) menjadi sebesar 7,24% (yoy). Kegiatan yang dilakukan oleh swasta nirlaba (antara lain dari partai politik) terkait Pemilihan Presiden (Pilpres) memberikan dorongan terhadap konsumsi swasta nirlaba. Secara triwulanan, pertumbuhan konsumsi swasta nirlaba masih tumbuh positif namun tidak setinggi triwulan lalu yakni dari 5,35% (qtq) menjadi sebesar 3,46% (qtq). Perlambatan tersebut dikarenakan konsumsi swasta nirlaba terkait Pilpres mayoritas terjadi di awal triwulan III. Sedangkan dipertengahan dan akhir triwulan III merupakan masa tenang Pemilu. Peningkatan konsumsi listrik sektor bisnis triwulan III secara keseluruhan sebesar 13,89% (yoy) namun kondisi tersebut mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 21,27%. Konsumsi pemerintah mengalami perlambatan cukup dalam pada triwulan laporan. Konsumsi pemerintah tercatat hanya tumbuh 0,71% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,12% (yoy). Hal ini terkonfirmasi dari hasil liaison bahwa realisasi pembayaran gaji ke-13 yang terjadi di triwulan sebelumnya menjadi salah satu penyebabnya. Melambatnya konsumsi juga tercermin dari peningkatan giro pemerintah di perbankan, menunjukkan pencairan yang masih terbatas di triwulan III Data realisasi APBD Provinsi NTT sampai dengan triwulan III-2014, menunjukkan pendapatan telah terealisasi sebesar 76,29% dan realisasi belanja mencapai 62,16%. 4

20 Ribu ton KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III Investasi Kinerja investasi pada periode laporan mengalami peningkatan cukup signifikan. Secara tahunan, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mengalami peningkatan secara signifikan yakni dari 4,41% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 14,58% (yoy). Peningkatan kinerja investasi di NTT terindikasi dari pertumbuhan ekonomi sektor bangunan yakni dari 3,97% (yoy) menjadi sebesar 4,05% (yoy). Hal ini juga terkonfirmasi dari tingkat konsumsi semen pada triwulan III yang meningkat cukup signifikan yakni sebesar 37,63% (yoy) lebih tinggi dbandingkan triwulan lalu yang sebesar 2,81% (yoy) (grafik 1.10). Secara triwulanan pun kinerja investasi mengalami peningkatan cukup signifikan yakni dari 14,49% (qtq) menjadi sebesar 19,15% (qtq). Indikasi peningkatan investasi juga terkonfirmasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi NTT yang menyatakan realisasi investasi hingga September 2014 hampir mencapai target sebesar Rp 2 triliun melalui realisasi beberapa proyek swasta seperti rumah sakit, hotel dan pabrik garam. Sementara itu, realisasi investasi bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) sampai dengan triwulan laporan adalah sebesar Rp 390 miliar dan US$59,17 juta. Sedangkan realisasi investasi dalam bentuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di triwulan laporan tercatat sebesar Rp 678 miliar dan US$41 ribu Grafik 1.10 Konsumsi Semen Konsumsi Semen yoy (axis kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III Tabel 1.1. Penanaman Modal di NTT Nilai PMA PMDN Total RP 390,257,958, ,678,198,241 1,068,936,156,845 US$ 59,165,580 41,216 59,206, % 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% 5

21 3. Net Ekspor Kondisi perdagangan dari dan ke Provinsi NTT lebih baik dari triwulan sebelumnya. Peningkatan kinerja ekspor yang lebih baik dibandingkan kinerja impor menyebabkan terjadinya net ekspor secara umum. Pada triwulan laporan, net ekspor tercatat sebesar 6,78% (yoy) mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatatkan net impor sebesar -5,07% (yoy). Ekspor pada triwulan laporan meningkat signifikan. Pertumbuhan ekspor NTT tumbuh sebesar 11,54% (yoy) mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,23% (yoy). Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan aktivitas ekspor antar daerah yakni dari sebesar 8,74% (yoy) menjadi sebesar 13,12% (yoy). Hal tersebut terkonfirmasi dari aktivitas muat di pelabuhan tenau (grafik 1.13) yang tumbuh sebesar -69,01% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar -70,49% (yoy). Dari sisi ekspor antar negara, Kinerja ekspor luar negeri pada Grafik 1.11 Negara Tujuan Ekspor triwulan laporan mengalami peningkatan yakni dari semula -56,30% (yoy) menjadi sebesar 33,85% (yoy) Timor Leste menjadi tujuan utama ekspor NTT pada triwulan laporan dimana komoditas ekspor yang dominan adalah komoditas semen. Volume ekspor luar Sumber : KPw BI Prov. NTT negeri pada triwulan laporan mencapai 17,27 ribu ton atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 16,60 ribu ton % 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% -5.00% % % % Grafik 1.12 PDRB Ekspor - Impor Net Ekspor (Impor) Ekspor-yoy Impor-yoy Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q Sumber : BPS Provinsi NTT, diolah 6

22 Box KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III 2014 Grafik 1.13 Perkembangan Bongkar Muat % % 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% % % Net Loading - yoy Unloading - yoy Loading - yoy I II III IV I II III IV I II III ,000 22,500 20,000 17,500 15,000 12,500 10,000 7,500 5,000 2,500 Peti kemas yoy (axis kanan) 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% % % % - I II III IV I II III IV I II III IV I II III % Sumber : PT Pelindo Tenau Kinerja impor pada triwulan laporan mengalami peningkatan. Kinerja impor tumbuh sebesar 9,04% (yoy) meningkat signifikan dibandingkan triwulan lalu yang hanya sebesar 0,60% (yoy). Peningkatan kinerja impor terutama didorong oleh impor antar daerah yang seiring momen libur sekolah, tahun ajaran baru dan kegiatan keagamaan (Ramadhan). Hal ini terkonfirmasi dari peningkatan jumlah peti kemas di pelabuhan tenau (grafik 1.17) yang mengalami peningkatan yakni dari 2,57% (yoy) menjadi sebesar 12,75% (yoy). Secara triwulanan, kinerja ekspor di NTT mengalami perlambatan sementara impor meningkat. Aktivitas ekspor NTT melambat yakni dari 15,18% (qtq) menjadi sebesar 12,05% (qtq). Hal tersebut terutama disebabkan oleh perlambatan ekspor antar daerah yakni dari 15,87% (qtq) menjadi sebesar 12,01% (qtq). Sementara kinerja impor mengalami peningkatan cukup signifikan yakni dari 15,11% (qtq) menjadi sebesar 22,06% (qtq) terutama impor antar daerah yang tumbuh sebesar 22,31% (qtq) pada periode laporan. 1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral Perlambatan ekonomi NTT triwulan III-2014 sisi sektoral bersumber dari perlambatan sektor pertanian dan jasa-jasa. Sektor pertanian dan sektor jasajasa yang memiliki andil terbesar yakni masing-masing sebesar 32,42% dan 27,29% memberikan dampak signifikan terhadap perlambatan perekonomian NTT pada triwulan laporan. Sementara itu, sektor PHR yang yang memiliki andil terbesar setelah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengalami peningkatan. 7

23 Ekor KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III Sektor Pertanian Gangguan panen tanaman bahan makanan sebagai akibat adanya El-Nino menjadi faktor utama perlambatan sektor pertanian. Pada periode laporan tercatat pertumbuhan sektor pertanian sebesar 2,00% (yoy) melambat dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang sebesar 2,93% (yoy). Berdasarkan subsektor pembentuknya, andil cukup tinggi terhadap sektor pertanian berasal dari subsektor tanaman bahan makanan (tabama) dan subsektor peternakan yakni masing-masing tercatat sebesar 44,51% dan 31,59% pada triwulan III-2014 (grafik 1.18). Pada triwulan laporan, subsektor tabama mengalami perlambatan cukup signifikan yakni dari semula 1,37% (yoy) menjadi sebesar -0,07% (yoy). Selain itu, subsektor peternakan pun turut mengalami perlambatan yakni dari 4,55% (yoy) menjadi sebesar 3,73% (yoy). Perlambatan subsektor peternakan salah satunya disebabkan oleh pembatasan penjualan sapi antar pulau yang hampir memenuhi kuota tahun ini sebesar 60 ribu ekor per tahun. Hal ini terkonfirmasi dari perkembangan pengiriman ternak pada triwulan III tercatat turun sebesar 55,63% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Selain itu, kekeringan yang berkepanjangan sebagai dampak El-Nino menyebabkan banyak ternak mati. 1.37% Grafik 1.14 Pertumbuhan Subsektor Pertanian -0.07% Tanaman Bahan Makanan 3.95% 3.12% Tanaman Perkebunan 4.55% 3.73% Sumber : BPS Provinsi NTT, diolah 3.82% 3.40% 4.52% 4.42% Peternakan Kehutanan Perikanan Q2-14 Q3-14 Grafik 1.15 Andil Subsektor Pertanian Grafik 1.16 Perkembangan Pengiriman Ternak 12.03% 15,000 12,500 Loading Ternak yoy (axis kanan) 80% 60% 40% 44.51% 31.59% 10,000 7,500 20% 0% Tanaman Bahan Makanan Peternakan Perikanan 11.15% 0.71% Tanaman Perkebunan Kehutanan 5,000 2,500 - I II III IV I II III IV I II III IV I II III % -40% -60% -80% 8

24 Perlambatan sektor pertanian terkonfirmasi juga dari kacamata pelaku usaha. Hasil SKDU pada triwulan III mengkonfirmasi perlambatan sektor pertanian. Menurut pelaku usaha, kapasitas produksi sektor pertanian pada triwulan III sebesar 56,63% atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 61,50% (grafik 1.20). Begitu pula dari sisi perkembangan kredit sektor pertanian, pada triwulan III mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni dari semula 132,52% (yoy) menjadi sebesar 89,86% (yoy) akibat mundurnya musim tanam. Meskipun demikian, porsi kredit sektor pertanian di NTT masih mengalami trend peningkatan sejak triwulan II-2012 sampai sekarang (grafik 1.18). Grafik 1.17 Kapasitas Produksi Pertanian Grafik 1.18 pertumbuhan Kredit Pertanian % % Kredit Pertanian-yoy 1.80% 1.60% Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw III Sumber : SKDU Bank Indonesia NTT % % % % % 0.00% % Kredit pertanian terhadap total (distribusi) I II III IV I II III IV I II III % 1.20% 1.00% 0.80% 0.60% 0.40% 0.20% 0.00% Secara triwulanan sektor pertanian juga mengalami perlambatan. Pada triwulan III-2014, sektor pertanian NTT mengalami perlambatan cukup dalam yakni dari 2,46% (qtq) menjadi sebesar -1,77% (qtq). Perlambatan tersebut terutama disebabkan oleh perlambatan subsektor tabama yakni dari semula 2,19% (qtq) pada triwulan II menjadi sebesar -8,71% (qtq). Gangguan panen sebagai dampak El-Nino menjadi faktor utama berkurangnya produksi subsektor tabama di triwulan ini. Namun demikian, subsektor lainnya hampir semuanya mengalami peningkatan dengan peningkatan tertinggi berasal dari subsektor perikanan. Pada triwulan III kinerja subsektor perikanan tercatat sebesar 6,85% (qtq), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 4,78% (qtq). Meningkatnya aktivitas nelayan paska Ramadhan di awal triwulan III serta kondusifnya kondisi cuaca menjadi faktor penyebabnya. Subsektor peternakan terutama sapi pun meningkat pada triwulan laporan yakni dari 2,32% (qtq) menjadi sebesar 4,00% (qtq). 9

25 Berdasarkan informasi dari peternak di Kabupaten Malaka dan Kota Kupang bahwa produksi sapi tahun ini mengalami peningkatan. 2. Sektor Jasa-jasa Sektor jasa-jasa tumbuh lebih rendah pada triwulan laporan. Pertumbuhan sektor jasajasa tercatat sebesar 6,69% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,15% (yoy). Secara subsektornya, perlambatan terjadi disemua subsektor. Subsektor pemerintah yang memiliki share tertinggi Sumber: BPS Diolah melambat dari 7,66% (yoy) menjadi sebesar 7,38% (yoy). Tahun ajaran baru yang terjadi di awal triwulan belum mampu mendongkrak kinerja subsektor jasa pemerintahan. Bagitu pula subsektor jasa swasta turut mengalami perlambatan yakni dari 5,55% (yoy) menjadi sebesar 4,47% (yoy). Musim liburan sekolah yang juga terkonsentrasi di triwulan II menjadi faktor utama perlambatan. Secara triwulanan, sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 6,35% (qtq), meningkat bila dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 5,59% (qtq). Berdasarkan subsektornya, jasa pemerintahan mengalami peningkatan cukup signifikan yakni dari 5,98% (qtq) menjadi sebesar 7,28% (qtq). Sementara subsektor jasa swasta melambat dari 4,38% (qtq) menjadi sebesar 3,28% (qtq). Perlambatan subsektor jasa swasta terkonfirmasi dari hasil SKDU triwulan III yang melambat dari 19,40 poin menjadi 18,76 poin (grafik 1.20). Grafik 1.19 Share Sektor Jasa-jasa 76.75% Pemerinta han ,25% Swasta 15,35% Sosial Kemasyarakatan 7,78% Perorangan 0,11% Hiburan & Rekreasi Grafik 1.20 Hasil SKDU Sektor Jasa Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw III

26 Box YoY KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Musim liburan sekolah dan momen keagamaan (Ramadhan) mendorong peningkatan sektor PHR. Laju pertumbuhan sektor PHR pada periode laporan sebesar 8,57% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,84% (yoy). Peningkatan kinerja sektor PHR terjadi hanya pada subsektor perdagangan yakni dari sebesar 5,77% (yoy) menjadi sebesar 8,60% (yoy). Sementara subsektor hotel dan restoran justru melambat yakni masing-masing dari 8,45% (yoy) dan 8,30% (yoy) menjadi sebesar 7,03% (yoy) dan 7,84% (yoy). Peningkatan pada subsektor perdagangan terutama didorong oleh musim liburan sekolah, tahun ajaran baru, dan juga momen keagamaan yang terjadi berdekatan. Hal ini terkonfirmasi dari perkembangan peti kemas di pelabuhan Tenau yang pada triwulan laporan meningkat 12,75% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 2,57% (yoy) (grafik 1.22). Begitu pula dengan perkembangan kredit subsektor perdagangan, mengalami peningkatan yakni dari 18,96% (yoy) menjadi 20,63% (yoy) dengan porsi kredit sebesar 24,75% % 8.00% 6.00% 4.00% 2.00% 0.00% Grafik 1.21 Petumbuhan Subsektor PHR 5.77% 8.60% Perdagangan Besar & Eceran Sumber BPS diolah 8.45% 8.30% 7.84% 7.03% Hotel Restoran Q2-14 Q3-14 Grafik 1.22 Perkembangan Peti Kemas Grafik 1.23 Perkembangan Subsektor Perdagangan 25,000 22,500 Peti kemas yoy (axis kanan) 30% 25% 60.00% 30.00% 20,000 20% 50.00% 25.00% 17,500 15% 15,000 10% 40.00% 20.00% 12,500 10,000 5% 0% 30.00% 15.00% 7,500 5,000-5% -10% 20.00% 10.00% 2,500 - I II III IV I II III IV I II III IV I II III % -20% 10.00% 0.00% Kredit Perdagangan - yoy Distribusi Perdagangan I II III IV I II III IV I II III 5.00% 0.00% Sumber PT Pelindo Tenau Secara triwulanan, laju pertumbuhan sektor PHR mengalami perlambatan yakni dari sebesar 8,54% (qtq) pada triwulan laporan menjadi sebesar 7,90% (qtq). Perlambatan tersebut secera umum disebabkan oleh melambatnya subsektor 11

27 ribu orang Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III 2014 perdagangan pada triwulan laporan yakni dari 8,67% (qtq) menjadi sebesar 7,93% (qtq). Hal tersebut terkonfirmasi dari hasil Survei Penjual Eceran (SPE) triwulan III mengalami perlambatan baik dari sisi omset maupun penjualan (grafik 1.24). Sementara itu, subsektor hotel dan restoran mengalami peningkatan pada triwulan III yakni masing-masing sebesar 8,10% (qtq) dan 5,82% (qtq). Pelaksanaan Meeting, Incentive, Conference, Exhibition (MICE) menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan subsektor tersebut. Grafik 1.24 Perkembangan Omzet dan Penjualan Grafik 1.25 Jumlah Tamu & Hunian Kamar 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% -5.00% % % Omset (qtq) Penjualan (qtq) I II III IV I II III IV I II III ,000 42,000 37,000 32,000 27,000 22,000 17,000 12,000 7,000 2,000 Jumlah Tamu (orang) Tingkat Hunian Kamar (%) I II III IV I II III IV I II III % % Sumber BPS diolah 4. Sektor Lainnya Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami perlambatan. Laju pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 3,97% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,14% (yoy). Perlambatan tersebut terutama disebabkan oleh perlambatan subsektor pengangkutan yang melambat dari 4,37% (yoy) menjadi sebesar 3,42% (yoy) dengan Grafik 1.26 Arus Penumpang 700 Datang Pergi Total Sumber : BPS Provinsi NTT porsi terbesar terhadap sektor tersebut sebesar 75,93%. Sementara secara triwulanan, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami peningkatan cukup tinggi yakni sebesar 5,49% (qtq) dari sebelumnya yang hanya sebesar 2,15% (qtq). Peningkatan tersebut terutama berasal dari subsektor pengangkutan yang meningkat sebesar 5,24% (qtq). Hal tersebut terkonfirmasi 12

28 dari arus penumpang yang mengalami peningkatan yang sebesar 19,72% (qtq) (grafik 1.26). Sektor bangunan mengalami peningkatan. Laju pertumbuhan sektor bangungan meningkat dibanding kinerja triwulan sebelumnya yakni dari 3,97% (yoy) menjadi sebesar 4,05% (yoy). Hal tersebut terkonfirmasi dari peningkatan konsumsi semen (1.10) dan konsumsi listrik industri & swasta (grafik 1.6). Namun demikian, secara triwulanan, sektor bangunan mengalami perlambatan pada triwulan laporan yakni dari 6,59% (qtq) menjadi sebesar 3,90% (qtq). Tabel 1.2 Kinerja Perbankan NTT Indikator Utama I II III IV I II III IV I II III Aset (miliar) 17,971 18,334 19,719 20,151 21,271 21,555 22,357 22,771 23,660 26,753 27,487 y-o-y aset 28.59% 21.22% 20.61% 19.35% 18.36% 17.56% 13.38% 13.00% 11.23% 24.12% 22.94% Kredit (miliar) 10,632 11,564 12,222 12,702 13,025 14,074 14,810 15,174 15,341 16,241 16,838 y-o-y kredit 27.47% 27.02% 24.32% 22.88% 22.51% 21.70% 21.18% 19.46% 17.79% 15.40% 13.69% DPK (miliar) 13,575 14,452 14,914 15,070 15,533 16,020 16,134 16,649 17,328 19,115 19,367 y-o-y DPK 24.49% 25.23% 24.77% 16.84% 14.42% 10.85% 8.18% 10.48% 11.56% 19.32% 20.04% LDR 78.32% 80.02% 81.95% 84.29% 83.85% 87.85% 91.80% 91.14% 88.54% 84.97% 86.94% NPL 1.68% 1.54% 1.63% 1.43% 1.64% 1.49% 1.56% 1.39% 1.53% 1.42% 1.63% Tabel 1.3 Perkembangan PDRB Sisi Sektoral (dalam miliar) LAPANGAN USAHA Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 1. PERTANIAN 1, , , , , , , , , , , PERTAMBANGAN & PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS & AIR BERSIH BANGUNAN PERDAGANGAN, RESTORAN, HOTEL PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PRSHN , , , , PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 3, , , , , , , , , , , Sumber : BPS diolah 13

29 Tabel 1.4 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Sektoral LAPANGAN USAHA Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 1. PERTANIAN 2.78% 2.99% 3.70% 3.10% 2.67% 2.70% 2.42% 2.82% 3.19% 2.93% 2.00% 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 6.54% 5.78% 7.35% 6.70% 5.97% 6.41% 3.69% 4.10% 4.97% 4.92% 6.15% 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4.96% 3.90% 5.57% 5.44% 1.53% 3.02% 3.26% 3.48% 4.65% 3.94% 3.16% 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 6.25% 4.91% 5.49% 4.82% 9.07% 7.10% 6.96% 7.02% 6.13% 8.77% -1.23% 5. BANGUNAN 8.52% 5.08% 8.38% 8.25% 6.45% 6.09% 4.05% 4.39% 5.65% 3.97% 4.05% 6. PERDAGANGAN, RESTORAN, HOTEL 7.22% 6.34% 7.50% 7.60% 6.80% 7.68% 8.78% 8.82% 5.40% 5.84% 8.57% 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 6.82% 5.19% 5.58% 4.86% 6.08% 4.13% 5.59% 6.20% 3.39% 5.14% 3.97% 8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PRSHN 7.32% 8.15% 7.85% 7.36% 8.05% 7.69% 9.95% 9.89% 7.42% 7.41% 5.98% 6.75% 5.93% 6.77% 6.34% 7.55% 8.22% 7.65% 6.65% 7.24% 7.15% 6.69% PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 5.44% 4.87% 5.86% 5.47% 5.38% 5.58% 5.64% 5.62% 5.02% 5.03% 4.97% Sumber : BPS diolah Tabel 1.5 Perkembangan PDRB Sisi Penggunaan (angka dalam milyar) PENGGUNAAN Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 1. KONSUMSI RUMAH TANGGA 2, , , , , , , , , , , KONSUMSI SWASTA NIRLABA KONSUMSI PEMERINTAH PMTB/INVESTASI EKSPOR & ANTAR PULAU KELUAR , , , , , , , IMPOR & ANTAR PULAU MASUK 1, , , , , , , , , , , PERUBAHAN STOK* PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 3, , , , , , , , , , , Sumber : BPS diolah PENGGUNAAN Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 1. KONSUMSI RUMAH TANGGA 2.65% 5.53% 6.74% 7.87% 3.64% 5.08% 1.90% 1.70% 7.72% 2.70% 3.25% 2. KONSUMSI SWASTA NIRLABA 7.64% 8.66% 7.18% 7.53% 4.77% 4.12% 3.41% 0.52% 7.86% 6.64% 7.24% 3. KONSUMSI PEMERINTAH 4.10% 6.25% 1.06% 5.10% 9.01% 6.72% 12.23% 4.10% 4.30% 7.12% 0.71% 4. PMTB/INVESTASI 15.75% 12.30% 7.09% 8.61% 6.63% 7.50% 10.99% 6.37% 7.46% 4.41% 14.58% 5. EKSPOR & ANTAR PULAU KELUAR 6.80% 9.31% 0.62% 3.64% 8.08% 7.83% 9.26% 3.32% 2.03% 6.23% 11.54% 6. IMPOR & ANTAR PULAU MASUK -4.80% 2.11% 0.04% 5.60% 5.43% 6.24% 4.63% 2.74% 11.19% 0.60% 9.04% 7. PERUBAHAN STOK* % % % % 1.68% 0.43% -2.44% 39.78% 75.22% % 18.72% PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 5.44% 4.87% 5.86% 5.47% 5.38% 5.58% 5.64% 5.62% 5.02% 5.03% 4.97% Sumber : BPS diolah Tabel 1.6 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penggunaan 14

30 DAYA TARIK INVESTASI DI NTT BOKS 1 Salah satu program yang dicanangkan oleh Pemerintah adalah Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) MP3EI mensyaratkan pemerintah menjadi motor penciptaan konektivitas antar wilayah yang diwujudkan dalam bentuk: 1) Merealisasikan sistem yang terintegrasi antara logistik nasional, sistem transportasi nasional, pengembangan wilayah, dan sistem komunikasi dan informasi; 2) Identifikasi simpul-simpul transportasi (transportation hubs) dan distribution centers untuk memfasilitasi kebutuhan logistik bagi komoditi utama dan penunjang; 3) Penguatan konektivitas intra dan antar koridor dan konektivitas internasional (global connectivity); 4) Peningkatan jaringan komunikasi dan teknologi informasi untuk memfasilitasi seluruh aktifitas ekonomi,aktivitas pemerintahan, dan sektor pendidikan nasional. Dalam program MP3EI, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bersama NTB dan Bali termasuk salah satu dari 5 (lima) Koridor Ekonomi (KE). Koridor Ekonomi NTT memiliki tema pembangunan sebagai pintu gerbang pariwisata dan pendukung pangan Nasional melalui kegiatan-kegiatan ekonomi utama pada sektor pariwisata, peternakan dan perikanan. Apabila melihat kontribusi sektoral terhadap PDRB Provinsi NTT beberapa tahun terakhir, terlihat bahwa sektor pertanian masih mendominasi kemudian disusul sektor jasa dan sektor perdagangan, hotel dan restoran seperti pada tabel dibawah ini: Tabel Struktur PDRB Menurut Sektor Ekonomi Sektor Tahun * Pertanian 39.89% 39.52% 38.74% 37.56% 35.92% 35.15% 34.18% 33.88% Pertambangan & Penggalian 1.31% 1.30% 1.29% 1.35% 1.33% 1.35% 1.34% 1.34% Industri Pengolahan 1.58% 1.51% 1.50% 1.46% 1.43% 1.42% 1.38% 1.36% Listrik, Gas & Air Bersih 0.39% 0.39% 0.40% 0.42% 0.45% 0.45% 0.46% 0.45% Bangunan 6.45% 6.34% 6.30% 6.20% 6.24% 6.37% 6.34% 6.30% Perdagangan, Restoran & Hotel 16.33% 16.42% 16.55% 17% 17.47% 17.76% 18.19% 18.36% Pengangkutan & Komunikasi 7.13% 7.31% 7.36% 7.44% 7.51% 7.52% 7.52% 7.45% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3.59% 3.52% 3.66% 3.77% 3.89% 3.97% 4.10% 4.09% Jasa-Jasa 23.33% 23.58% 24.19% 24.80% 25.77% 26.02% 26.50% 26.77% *Data PDRB Triwulan III-2014 Sumber: BPS diolah 15

31 Kontribusi sektor pertanian merupakan yang terbesar dalam pembentukan PDRB Provinsi NTT dengan mencapai 33,88% dari total PDRB Provinsi NTT sampai Triwulan III-2014, diikuti dengan sektor jasa-jasa sebesar 26,77% dan sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel sebesar 18,36%. Terkait dengan perkembangan investasi di Provinsi NTT, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT bersama dengan Universitas Nusa Cendana telah melakukan penelitian terkait Daya Tarik Investasi di Provinsi NTT. Berdasarkan penelitian tersebut, diketahui bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) di wilayah Provinsi NTT terus mengalami kenaikan seiring dengan gencarnya promosi segitiga emas (NTT; Indonesia RDTL Australia). Sektor yang mendominasi mendominasi adalah sektor tersier dan sekunder, sedangkan rumpun sektor primer kurang diminati investor asing. Di sisi lain, proyek investasi oleh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mendominasi rumpun sektor primer dan sebagian kecil rumpun sektor tersier, sedangkan rumpun sektor sekunder tidak diminati PMDN. Artinya, sektor pertanian beserta sub-sektornya yang merupakan sektor unggulan sesuai potensi SDA dan SDM di Provinsi NTT bukan menjadi daya tarik investor asing dalam menanamkan modalnya di NTT, PMA lebih dominan menanamkan modalnya pada sektor jasa dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Bila dikaitkan dengan angka pertumbuhan ekonomi dan PDRB NTT maka terlihat dampak PMA pada rumpun sektor tersier dimaksud. PEningkatan investasi dapat terlihat pada gambar berikut: Grafik Jumlah Proyek Investasi di Provinsi NTT Tahun Keterangan : Tahun 2010 BKPM baru terbentuk sehingga belum terdata Tahun 2014 adalah data triwulan II Data tidak termasuk 10 kabupaten (TTU, Malaka, Sabu Raijua, Nagekeo, Ngada, Manggarai, Manggarai Timur, Sumba Timur, Sumba Barat dan Sumba Tengah) 16

32 Berdasarkan kesimpulan hasil kajian, diketahui pula bahwa faktor utama yang menentukan daya tarik daerah terhadap investasi berdasarkan persepsi dunia usaha di NTT adalah faktor kelembagaan dengan nilai persentase terbesar sebagai daya tarik investasi yakni 22,54% diikuti oleh faktor infrastruktur 20,72%, faktor sosial politik 20%, faktor keadaan perekonomian 18,41% dan faktor tenaga kerja 18,39%. Dari kondisi ini menunjukkan bahwa iklim investasi di Nusa Tenggara Timur belum mencapai kondisi yang ideal di mana masih dominanya faktor policy variable sebagai penentu daya tarik investasi bukannya endowment variabel yang mestinya dijadikan patokan bertumbuhnya investasi. Sebagai tindak lanjut kajian, telah pula diadakan Focus Group Discussion (FGD) Daya Tarik Investasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diikuti oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi NTT, asosiasi pengusaha dan civitas akademika. Beberapa permasalahan investasi yang teridentifikasi dalam FGD, diantaranya: 1. Belum adanya standarisasi dan sinkronisasi perizinan di daerah sebagai dampak dari otonomi daerah seperti regulasi yang berbeda di setiap daerah. 2. Minimnya infrastruktur di NTT, terutama infrastruktur energi. Hal ini menjadi salah satu pertimbangan investor dalam menanamkan investasinya. 3. Kepastian hukum, khususnya kepemilikan tanah. Status kepemilikan tanah di NTT terutama tanah milik adat atau milik keluarga masih bias. 4. Minimnya pengetahuan dan kepedulian aparatur daerah terhadap Rencana Tata Kelola dan Rencana Wilayah (RTRW). 5. Pusat data informasi (database) terkait potensi investasi di NTT yang belum komprehensif. Terkait permasalahan tersebut, telah didapatkan beberapa masukan dan solusi permasalahan investasi di Provinsi NTT, yaitu: 1. Peraturan Presiden (PERPRES) terkait penggabungan pelayanan perizinan antara Badan Koordinasi & Penanaman Modal (BKPM) dan Lembaga perizinan. Dalam peraturan tersebut diatur bahwa penggabungan harus dilaksanakan selambatlambatnya dalam jangka waktu 6 bulan. 2. Sentralisasi regulasi antar pemerintah daerah, sehingga tidak ada perbedaan regulasi di setiap daerah. 17

33 3. Wacana pengambilalihan lahan oleh pemerintah daerah. Kebijakan seperti status tanah yang menjadi potensi untuk berinvestasi. 4. Pemerintah daerah segera melaksanakan analisa RTRW daerah sehingga didapat sentra-sentra ekonomi baru yang memiliki konektifitas ekonomi antar wilayah serta melaksanakan sinkronisasi antar pemerintah daerah guna mendukung hal tersebut. 5. Peningkatan informasi dalam database untuk membantu investor dalam melakukan investasi. Adapun hal-hal yang dapat diperkaya seperti informasi infrastruktur, regulasi, sosial, budaya, dan pemetaan potensi daerah. 18

34 PERKEMBANGAN IINFLASII Hilangnya faktor teknikal kenaikan BBM tahun lalu serta normalnya permintaan pasca Idul Fitri menyebabkan pencapaian inflasi triwulan III cukup rendah. Kelompok volatile foods dan administered memberikan andil tertinggi terhadap penurunan inflasi triwulan III Komoditas penghambat inflasi tertinggi berasal dari angkutan udara, sementara pendorong inflasi berasal dari tarif listrik. 2.1 Kondisi Umum Inflasi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada triwulan III-2014 tercatat lebih rendah bila dibandingkan triwulan sebelumnya maupun capaian inflasi nasional. Inflasi tahunan pada periode laporan tercatat sebesar 4,13% (yoy) lebih rendah dibandingkan inflasi periode sebelumnya yang sebesar 8,10% (yoy) maupun inflasi nasional yang mencapai 4,53% (yoy). Rendahnya pencapaian inflasi pada periode laporan terutama disebabkan oleh hilangnya faktor teknikal kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) tahun 2013 dengan andil terhadap tekanan inflasi mencapai 2,73% (yoy). Selanjutnya, koreksi harga pada semua kelompok terutama kelompok administered prices dan bergejolak (volatile foods) turut memberikan dorongan terhadap rendahnya pencapaian inflasi NTT. Selesainya momen Hari Raya Idul Fitri dan musim liburan sekolah memberikan insentif laju inflasi kelompok administered prices ke angka yang lebih rendah. Selain itu, normalnya tingkat permintaan konsumen komoditas kelompok bergejolak serta pasokan yang mencukupi terutama komoditas yang berasal dari daerah lain, turut memberikan andil laju inflasi menjadi lebih rendah. Seiring perlambatan yang terjadi pada kelompok administered prices dan volatile foods, laju inflasi kelompok inti (core) pun tercatat lebih rendah. Berdasarkan kota pembentuk inflasi, Kota Kupang yang memiliki bobot terbesar terhadap pembentukan inflasi NTT mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari sebesar 8,31% (yoy) menjadi sebesar 4,27% (yoy). Pasca musim liburan sekolah dan Hari Raya Idul Fitri yang disertai dengan kondisi cuaca yang kondusif memberikan dorongan cukup 19

35 signifikan terhadap rendahnya laju inflasi Kota Kupang. Kondisi yang sama terjadi di Kota Maumere yang mencatat inflasi sebesar 3,19% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,70% (yoy). Rendahnya inflasi tersebut didorong oleh penurunan terutama pada kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi, keuangan & jasa keuangan. Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi NTT Inflasi I II III IV I II III year on year Nasional 5.90% 5.90% 8.40% 8.38% 7.32% 6.70% 4.53% NTT 7.11% 5.26% 8.29% 8.41% 7.78% 8.10% 4.13% Kupang 7.06% 5.56% 8.88% 8.84% 7.99% 8.31% 4.27% Maumere 7.38% 3.73% 5.32% 6.24% 6.39% 6.70% 3.19% quarter to quarter Nasional 2.43% 0.90% 4.08% 0.75% 1.42% 0.57% 1.68% NTT 2.74% -0.11% 4.06% 1.51% 1.76% 0.66% -0.11% Kupang 3.02% -0.13% 4.21% 1.51% 1.87% 0.64% -0.11% Maumere 1.33% 0.04% 3.25% 1.51% 1.06% 0.85% -0.07% year to date Nasional 2.43% 3.35% 7.57% 8.38% 1.42% 2.00% 3.71% NTT 2.74% 2.63% 6.80% 8.41% 1.76% 2.44% 2.33% Kupang 3.02% 2.88% 7.21% 8.84% 1.87% 2.52% 2.40% Maumere 1.33% 1.37% 4.66% 6.24% 1.06% 1.91% 1.84% Sumber : BPS diolah Pencapaian inflasi NTT berada dibawah pencapaian inflasi nasional. Inflasi NTT tercatat sebesar 4,13% (yoy) lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 4,53% (yoy). Turunnya harga tiket pesawat pasca Hari Raya Idul Fitri dan Musim liburan sekolah serta normalnya permintaan barang yang diiringi pasokan yang mencukupi secara signifikan mampu mendorong laju inflasi NTT ke level yang lebih Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT 10.00% 9.00% 8.00% 7.00% 6.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% Nasional (yoy) NTT (yoy) 1.00% 0.00% Sumber : BPS diolah rendah. Selain itu, ekspektasi masyarakat, baik konsumen maupun pedagang turut berkontribusi dalam rendahnya laju inflasi NTT. Sementara itu, peningkatan TTL dan LPG 12 Kg dampaknya tidak terlalu signifikan bila dibandingkan yang terjadi secara nasional. 20

36 2.2 Perkembangan Inflasi NTT Hilangnya faktor kenaikan BBM tahun lalu secara signifikan berpengaruh terhadap penurunan inflasi tahunan NTT periode laporan. Inflasi NTT pada triwulan laporan sebesar 4,13% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,10% (yoy). Rendahnya laju inflasi pada periode laporan dipengaruhi oleh hilangnya faktor teknikal kenaikan BBM tahun lalu yang memiliki andil terhadap inflasi sekitar 2,73% (yoy). Penurunan hampir seluruh kelompok komoditas inflasi (kecuali kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga) memberikan faktor dorongan tambahan terhadap rendahnya pencapaian inflasi NTT Triwulan III. Kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi, komunikasi & jasa keuangan mengalami penurunan inflasi tertinggi yakni dari 7,03% (yoy) dan 12,79% (yoy) menjadi sebesar 1,08% (yoy) dan 0,08% (yoy). Pada kelompok bahan makanan, komoditas yang mengalami penurunan inflasi tertinggi adalah subkelompok ikan segar dan subkelompok bumbu-bumbuan yakni dari 17,98% (yoy) dan -0,11% (yoy) menjadi sebesar 4,43% (yoy) dan -14,93% (yoy). Peningkatan aktivitas nelayan yang didukung kondisi cuaca yang kondusif meningkatkan supply ikan segar di pasaran sehingga mampu menekan perkembangan harga lebih rendah. Di sisi lain, panen yang terjadi terutama bagi komoditas yang berasal dari luar daerah seperti panen bawang merah dari Jawa Tengah dan panen cabai dari Bali menjadi faktor utama rendahnya inflasi subkelompok bumbu-bumbuan Komoditas I II III IV I II III UMUM 7.11% 5.26% 8.29% 8.41% 7.78% 8.10% 4.13% BAHAN MAKANAN 7.80% 2.16% 5.41% 4.57% 1.43% 7.03% 1.08% MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 9.19% 7.89% 10.87% 9.97% 9.46% 8.97% 4.98% PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 8.27% 6.57% 6.69% 8.89% 10.06% 7.65% 6.86% SANDANG 7.59% 5.94% 6.48% 5.71% 5.41% 5.31% 4.39% KESEHATAN 2.40% 2.39% 4.59% 4.33% 4.48% 4.11% 2.36% PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 6.45% 7.14% 5.31% 7.12% 7.23% 6.55% 8.05% TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 2.98% 7.33% 17.20% 16.22% 15.35% 12.79% 0.08% Sumber : BPS diolah Tabel 2.2 Inflasi NTT per Kelompok Komoditas 21

37 Selanjutnya, Dari sisi kelompok transportasi, komunikasi & jasa keuangan, subkelompok transportasi mengalami penurunan paling signifikan yakni dari 17,45% (yoy) menjadi sebesar 0,09% (yoy). Hal ini disebabkan oleh penurunan tiket pesawat pasca Idul Fitri dan liburan sekolah. Sementara itu, kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga mengalami peningkatan inflasi dari 6,55% (yoy) menjadi sebesar 8,05% (yoy). Peningkatan tersebut secara dominan disebabkan oleh peningkatan inflasi subkelompok pendidikan terutama biaya pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) seiring tahun ajaran baru yang biasanya mengalami peningkatan setiap tahunnya. Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan NTT Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Triwulan III-2014 NTT TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA KESEHATAN SANDANG PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & BAHAN MAKANAN UMUM -4.00% -3.00% -2.00% -1.00% 0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% 5.00% 6.00% Tw-III 2014 Tw-II 2014 Tw-III 5 th terakhir 1.20% 1.00% 0.80% 0.60% 0.40% 0.20% 0.00% -0.20% -0.40% -0.60% -0.80% 0.96% -0.71% -0.35% Jul Aug Sep Sumber : BPS diolah Sumber : BPS diolah Inflasi triwulanan pada periode laporan lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat laju inflasi NTT sebesar -0,11% (qtq) atau mengalami deflasi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang mencapai 0,66% (qtq) dan rata-rata inflasi triwulan III lima tahun terakhir sebesar 2,42%. Beberapa kelompok yang inflasi triwulanannya tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya maupun rata-rata lima tahun sebelumnya diantaranya kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi, komunikasi, & jasa keuangan. Sementara kelompok yang inflasinya lebih tinggi berasal dari kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga. Secara bulanan, inflasi periode laporan tercatat lebih rendah seiring berakhirnya Idul Fitri. Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada bulan Juli 2014, memberikan tekanan cukup signifikan terhadap laju inflasi bulanan NTT. Tercatat inflasi bulan Juli sebesar 0,96% (mtm) dengan andil tertinggi berasal dari 22

38 kelompok transportasi, komunikasi, & jasa keuangan terutama tarif angkutan udara. Pada bulan Agustus, pasca Hari Raya Idul Fitri, terjadi deflasi cukup signifikan yang mencapai -0,71% (mtm). Kembali normalnya permintaan masyarakat terutama terhadap kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi, komunikasi, & jasa keuangan merupakan faktor utama rendahnya pencapaian inflasi. Trend deflasi terus berlangsung pada bulan September yakni sebesar -0,35% (mtm) meskipun tidak setinggi pencapaian deflasi bulan Agustus. Subkelompok transprotasi terutama angkutan udara masih menjadi sumber deflasi periode laporan disamping subkelompok bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran. Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan NTT 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% -5.00% % SANDANG PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA BAHAN MAKANAN PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB KESEHATAN TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU UMUM Sumber : BPS diolah 23

39 2.3 Disagregasi Inflasi Rendahnya pencapaian inflasi NTT pada triwulan laporan disebabkan oleh penurunan semua kelompok inflasi. Dari ketiga kelompok inflasi, kelompok administered prices mengalami penurunan inflasi paling tinggi yakni dari 12,58% (yoy) menjadi sebesar 2,94% (yoy). Sementara kelompok volatile foods dan kelompok inti berada pada posisi kedua dan ketiga setelah kelompok administered prices dengan laju masing-masing sebesar -1,76% (yoy) dan 0,25% (yoy). Hilangnya faktor teknikal kenaikan BBM menjadi penyebab utama rendahnya pencapaian inflasi periode laporan. Selain itu, penurunan tiket pesawat dan normalnya permintaan pasca Idul Fitri turut memberikan andil terhadap rendahnya inflasi. Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi NTT %,yoy Inflasi IHK (yoy) Adm Price Core Volatile Foods %,yoy Volatile Foods Adm Price Core (2) Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok) Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok) Kelompok Volatile Foods Laju inflasi volatile foods tercatat lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Inflasi volatile foods turun dari 7,32% (yoy) menjadi sebesar 1,46% (yoy). Rendahnya pencapaian inflasi volatile foods terutama didorong oleh penurunan harga pada subkelompok ikan segar seiring peningkatan aktivitas nelayan yang didukung kondisi cuaca kondusif. Selanjutnya, koreksi harga pada subkelompok bumbu-bumbuan seiring panen yang terjadi terutama berasal dari daerah lain seperti panen bawang merah di Jawa Tengah dan panen cabai di Bali. Sementara dari NTT sendiri, panen bawang merah semakin mendorong laju inflasi kelompok volatile foods lebih rendah Kelompok Administered Prices Inflasi kelompok administered prices tercatat mengalami penurunan inflasi paling signifikan. Setelah naik pada periode sebelumnya, inflasi kelompok ini pada 24

40 triwulan III-2014 turun tajam dari 12,58% (yoy) menjadi sebesar 2,94% (yoy). Andil terbesar penurunan kelompok ini berasal dari subkelompok transportasi yakni dari 17,45% (yoy) menjadi sebesar 0,09% (yoy). Permintaan akan transportasi udara yang kembali normal pasca hari raya Idul Fitri dan liburan sekolah berdampak signifikan terhadap penurunan laju inflasi kelompok administered prices. Sementara itu, dampak kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) di bulan Juli belum cukup besar terhadap andil penurunan subkelompok transportasi sehingga tidak begitu signifikan dampaknya terhadap laju inflasi kelompok ini secara umum Kelompok Inti (core) Laju inflasi kelompok inti mengalami penurunan namun tidak sebesar penurunan kelompok lainnya. Pada periode laporan tercatat sebesar 5,12% (yoy) lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 6,74% (yoy) dengan andil 2,74% atau penyumbang terbesar diantara kelompok lainnya. Penurunan tersebut terindikasikan dari subkelompok makanan jadi dan biaya tempat tinggal yang memiliki bobot terbesar dengan laju inflasi masing-masing sebesar 3,30% (yoy) dan 6,99% (yoy) lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 4,41% (yoy) dan 8,67% (yoy). Sementara itu, dari sisi ekspektasi relatif terjaga. Hasil survei menunjukkan indeks ekspektasi harga konsumen cenderung mengalami penurunan. Sementara dari sisi pedagang ekspektasi harga relatif stabil. Grafik 2.6 Ekspektasi Konsumen Grafik 2.7 Ekspektasi Pedagang Bulan YAD 6 Bulan YAD 3 Bln YAD 6 Bln YAD 25

41 2.4 Inflasi NTT Berdasarkan Kota Inflasi Kota Kupang Hilangnya faktor teknikal BBM memberikan dampak signfikan terhadap rendahnya inflasi Kota Kupang triwulan III Inflasi Kota Kupang tercatat sebesar 4,27% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 8,31% (yoy). Faktor utama rendahnya pencapaian inflasi Kota Kupang adalah hilangnya faktor kenaikan BBM tahun Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Kupang 10.00% 8.00% 6.00% Kupang - mtm Kupang - yoy 4.00% 2.00% 0.00% % Sumber : BPS diolah lalu. Berdasarkan kelompok pembentuk inflasi, kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi, komunikasi, & jasa keuangan tercatat mengalami penurunan inflasi terendah yakni dari 7,01% (yoy) dan 13,17% (yoy) menjadi sebesar 0,98% (yoy) dan 0,41% (yoy). dari sisi kelompok bahan makanan, subkelompok ikan segar dan subkelompok bumbu-bumbuan mengalami penurunan inflasi tertinggi yang pada periode laporan tercatat masing-masing sebesar 6,21% (yoy) dan 14,00% (yoy). Sementara dari sisi kelompok transportasi, komunikasi, & jasa keuangan, penurunan inflasi tertinggi berasal dari subkelompok transportasi yakni dari 17,45% (yoy) menjadi sebesar 0,59% (yoy) terutama penurunan tarif angkutan udara pasca Idul Fitri dan liburan sekolah. Berdasarkan faktor ekspektasi, dari sisi konsumen, ekspektasi terhadap perkembangan harga 3 bulan maupun 6 bulan cenderung lebih rendah bila dibandingkan ekspektasi periode sebelumnya. Sementara dari sisi pedagang, cenderung stabil. 26

42 KOMODITAS I II III IV I II III UMUM 7.06% 5.56% 8.88% 8.84% 7.99% 8.31% 4.27% BAHAN MAKANAN 7.81% 2.88% 5.58% 4.90% 0.88% 7.01% 0.98% MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEM9.19% 7.64% 11.48% 9.11% 8.88% 8.61% 3.89% PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 8.61% 6.60% 7.50% 9.80% 11.15% 8.32% 7.53% SANDANG 8.06% 6.45% 7.13% 6.23% 5.98% 5.60% 4.73% KESEHATAN 2.21% 2.37% 4.85% 4.30% 4.56% 4.03% 2.30% PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 3.34% 4.32% 5.61% 7.69% 7.69% 6.73% 9.11% TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUAN 3.39% 7.82% 17.37% 16.47% 15.60% 13.17% 0.41% Sumber : BPS diolah Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok Komoditas Secara triwulanan, Kota Kupang tercatat mengalami deflasi sebesar -0,11% (qtq), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan II-2014 yang sebesar 0,64% (qtq). Tekanan inflasi tertinggi selama periode laporan terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi, & olahraga dengan inflasi sebesar 6,06% (qtq). Peningkatan pada kelompok tersebut Grafik 2.9 Inflasi Triwulanan Kupang transpor,komunikasi,jasa -2.81% pendidikan,rekreasi,olah raga 6.06% kesehatan 0.99% sandang 1.17% perumahan,listrik,air 1.43% makanan jadi,rokok,tembakau 1.18% bahan makanan -2.87% umum -0.11% -1% 1% 3% 5% 7% Sumber : BPS diolah diakibatkan oleh peningkatan biaya pendidikan seiring memasuki tahun ajaran baru. Sementara itu, inflasi teredah berasal dari kelompok bahan makanan yang tercatat sebesar -2,87% (qtq). Pasokan supply yang memadai yang disertai normalnya permintaan pasca Idul Fitri dan liburan sekolah. Secara bulanan, inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juli yang tercatat sebesar 1,08% (mtm). Tingginya inflasi pada periode tersebut disebabkan oleh peningkatan inflasi kelompok transportasi, komunikasi, & jasa keuangan terutama transportasi udara menjelang Hari Raya Idul Fitri dan liburan sekolah. Selanjutnya, pada bulan Agustus inflasi Kota Kupang tecatat sebesar -0,87% (mtm). Hal ini disebabkan kembali normalnya permintaan akan angkutan udara pasca Idul Fitri dan liburan sekolah serta pasokan bahan makanan yang kembali normal. Pada bulan September trend penurunan inflasi masih terjadi meskipun tidak sebesar bulan Agustus yakni sebesar 0,32% (mtm). Turunnya tarif angkutan udara dari subkelompok transportasi masih berlangsung yang diiringi oleh penurunan harga kelompok bahan makanan terutama subkelompok daging dan subkelompok ikan diawetkan. 27

43 2.4.2 Inflasi Kota Maumere Faktor cuaca yang kondusif berpengaruh dalam pergerakan laju inflasi di Kota Maumere. Inflasi tahunan Kota Maumere pada triwulan laporan sebesar 3,38% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,70% (yoy). Kelompok barang dan jasa yang mengalami penurunan inflasi tertinggi dibandingkan triwulan sebelumnya adalah kelompok bahan makanan Grafik 2.10 Perkembangan Inflasi Maumere 10.00% Inflasi Bulanan 8.00% Inflasi Tahunan 6.00% 4.00% 2.00% 0.00% % % Sumber : BPS diolah dan kelompok transportasi, komunikasi, & jasa keuangan dengan inflasi masingmasing sebesar 2,55% (yoy) dan -2,26% (yoy) turun cukup signifikan dibandingkan sebelumnya yang masing-masing sebesar 7,81% (yoy) dan 9,90% (yoy). Penurunan inflasi pada kelompok bahan makanan disebabkan oleh cuaca yang kondusif sehingga hasil panen dapat optimal. Sementara itu, normalnya permintaan akan angkutan udara pasca liburan sekolah memberikan insentif terhadap penurunan inflasi kelompok tersebut. Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok Komoditas KOMODITAS I II III IV I II III UMUM 7.38% 3.73% 5.32% 6.24% 6.39% 6.70% 3.19% BAHAN MAKANAN 7.77% -1.20% 4.63% 2.99% 4.07% 7.81% 2.55% MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 9.12% 9.27% 7.50% 14.93% 12.90% 11.09% 11.49% PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 6.57% 6.45% 2.60% 4.23% 4.02% 3.70% 2.83% SANDANG 4.84% 2.88% 2.62% 2.60% 1.90% 3.33% 2.06% KESEHATAN 3.49% 2.52% 3.12% 4.50% 4.01% 4.52% 2.60% PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 22.77% 21.89% 4.01% 4.58% 5.24% 5.83% 2.11% TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 0.24% 4.10% 16.06% 14.57% 13.55% 9.90% -2.26% Sumber : BPS diolah Secara triwulanan, inflasi Kota Maumere tercatat sebesar -0,07% (qtq) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,85% (qtq) namun masih lebih tinggi bila dibandingkan inflasi Kota Kupang yang mencapai - 0,11% (qtq). Tingginya inflasi yang terjadi terutama disebabkan oleh kelompok makanan jadi dengan inflasi sebesar 1,92% (qtq). Hal ini disebabkan oleh 28

44 peningkatan seluruh subkelompok dengan inflasi tertinggi berasal dari subkelompok tembakau & minuman beralkohol yakni sebesar 4,40% (qtq). Sedangkan tekanan inflasi terendah berasal dari kelompok bahan makanan yakni sebesar -1,53% (qtq) terutama subkelompok sayur-sayuran dan subkelompok kacang-kacangan masing-masing sebesar -9,76% (qtq) dan -9,38% (qtq). Secara bulanan, bulan Juli terjadi inflasi yakni sebesar 0,13% (mtm) dengan sumber inflasi berasal dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau sebesar 0,61% (mtm). Pada bulan Agustus terjadi inflasi tertinggi yakni mencapai 0,35% (mtm). Sumber tekanan inflasi masih berasal dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau terutama subkelompok tembakau & minuman beralkohol dengan inflasi mencapai 3,22% (mtm). Hal berbeda terjadi pada bulan September, Kota Maumere mengalami deflasi cukup dalam yakni sebesar -0,55% (mtm). Kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi, komunikasi, & jasa keuangan mengalami penurunan inflasi terdalam yakni masing-masing sebesar -1,55% (mtm) dan -1,04% (mtm). Dari kelompok bahan makanan, inflasi terendah berasal dari subkelompok kacang-kacangan yakni sebesar 5,15% (mtm). Sementara dari kelompok transportasi, komunikasi, & jasa keuangan berasal dari subkelompok transportasi yakni mencapai -1,56% (mtm). Grafik 2.11 Inflasi Triwulanan Maumere transpor,komunikasi,jasa pendidikan,rekreasi,olah raga kesehatan sandang -1.15% 0.01% 0.26% -0.06% perumahan,listrik,air 1.10% makanan jadi,rokok,tembakau bahan makanan umum -1.53% -0.07% 1.92% -1% 0% 1% 2% Sumber : BPS diolah 29

45 PENGUATAN KERJA SAMA ANTAR DAERAH DALAM PENANGGULANGAN INFLASI BOKS 2 Perkembangan suplai komoditas pangan merupakan salah satu faktor yang penting dalam menyumbang peningkatan inflasi terutama volatile food di suatu daerah. Pada tahun 2013, komoditas pangan seperti bawang merah dan sapi, termasuk dalam komoditas utama penyumbang inflasi di Indonesia. Pentingnya suplai komoditas dan keanekaragaman produksi komoditas utama di masing-masing daerah, meningkatkan kesadaran perlunya penguatan kerja sama antar daerah dalam penanggulangan inflasi, terutama penyediaan suplai pangan. Hal ini diperkuat dalam salah satu butir kesepakatan pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) V Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) tanggal 21 Mei 2014, di Jakarta, yaitu meningkatkan kerjasama antardaerah di bidang ketahanan pangan melalui dukungan perencanaan program kerja dan penyediaan anggaran di daerah. Sebagai implementasi butir kesepakatan tersebut, Provinsi Nusa Tenggara Timur telah melakukan kerja sama dengan Provinsi DKI Jakarta dalam hal penyediaan komoditas sapi. Kerja sama tersebut, diinisiasi pada bulan Oktober 2013 dengan pertemuan antara Gubernur NTT (Frans Lebu Raya) dan Gubernur DKI Jakarta (Joko Widodo/ Presiden RI saat ini). Inisiasi tersebut ditindaklanjuti dengan penandatanganan MoU kerja sama bidang peternakan antara Provini NTT dan Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 29 April 2014 di peternakan sapi, Ponain, Amarisi, Kabupaten Kupang, NTT. Bentuk Kerja sama yang dilakukan bernilai investasi sebesar Rp 2 triliun untuk kerja sama selama lima tahun ke depan, yang akan digunakan untuk: 1. Pembangunan pusat pembibitan ternak (breeding center), dan 2. Program penggemukan sapi potong. Selanjutnya sedang disusun Draft Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara kedua daerah. Kerja sama tersebut juga didukung dengan Kementerian Perhubungan yang akan menyiapkan satu unit kapal dengan kapasits angkut ekor sapi disiapkan Kementerian Perhubungan sebagai dukungan sarana transportasi pengiriman sapi dari NTT ke Jakarta pada tahun Kebutuhan daging sapi di 30

46 Jakarta sebesar 150 ton per hari atau ton per tahun dimana 30%-40% berasal dari impor. Perkembangan produksi sapi di Provinsi NTT sendiri telah berkembang sejak tahun 2011 dengan dicanangkan sebagai Provinsi Ternak dalam Program Desa Mandiri Anggaran Menuju Kesejahteraan (Anggur Merah). Potensi ternak (sapi) NTT dalam dua tahun terakhir ( ) masing-masing tercatat ekor dan ekor. Data terakhir menunjukkan populasi sapi di NTT saat ini : Tabel Produksi Sapi di Provinsi NTT No Lokasi Jenis Sapi Jumlah 1 Pulau Timor Sapi Bali Pulau Flores Sapi Bali Pulau Sumba Sapi Onggol Total Sumber : Dinas Peternakan Prov. NTT Disamping itu, NTT memiliki lahan pengembangbiakkan untuk lima tahun mendatang seluas 1,5 juta hektar. Produksi daging sapi Provinsi NTT sendiri pada tahun 2013 mengalami surplus dibandingkan dengan konsumsi lokal dengan kelebihan produksi diekspor ke Provinsi lain di Indonesia, terutama di DKI Jakarta, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan. Tabel Produksi Daging Sapi di Provinsi NTT 31

47 Gambar Ekspor Daging Sapi Provinsi NTT Perkembangan komoditas sapi juga didukung dengan enam program strategis Provinsi NTT 2015, yang dikenal dengan 6 tekad, yakni Provinsi Ternak, Provinsi Cendana, Provinsi Jagung, Provinsi Koperasi, Provinsi Pariwisata dan Provinsi Kelautan. 32

48 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SIISTEM PEMBAYARAN Kinerja perbankan secara umum mengalami perlambatan. Perlambatan kredit secara umum didorong perlambatan kredit pada sektor unggulan yaitu sektor perdagangan, sektor jasa-jasa dan sektor pertanian. Momen perayaan Idul Fitri pada triwulan laporan mendorong peningkatan cash outflow. 3.1 Kondisi Umum Kinerja perbankan pada triwulan laporan relatif melambat. Dari sisi kinerja keuangan, gabungan aset bank umum dan BPR tercatat Rp27,11 triliun atau melambat sebesar 22,94% (yoy) dari 23,98% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Penyaluran kredit melambat sebesar 13,48% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mencapai 15,04% (yoy) dengan outstanding mencapai Rp16,53 triliun. Perlambatan ini pun diiringi dengan memburuknya risiko kredit (non performing loans/npl) ke level 1,64% dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya 1,50%. Di sisi lain, penghimpunan DPK tumbuh positif sebesar 19,90% (yoy) dengan nominal Rp19,09 triliun. Fungsi intermediasi perbankan di NTT juga relatif baik yang tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) yang sebesar 86,59%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 84,86%. Kinerja positif kredit konsumsi yang memiliki andil paling besar terhadap total kredit menyebabkan laju pertumbuhan kredit secara triwulanan lebih besar dibandingkan penghimpunan DPK. Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan NTT (Bank Umum dan BPR) 33

49 Dari sisi sistem pembayaran, aktivitas transaksi non tunai melalui fasilitas Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) tercatat turun sebesar 5,75% (yoy) menjadi sebesar Rp607,52 miliar. Kompensasinya, transaksi melalui fasilitas Real Time Gross Settlement (RTGS) tercatat mengalami peningkatan 16,29% (yoy) yakni sebesar Rp24,09 triliun selama triwulan laporan. Tabel 3.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai Sementara dari sisi transaksi tunai, pada triwulan laporan kembali terjadi net outflow yaitu jumlah uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk (inflow) meski jumlahnya menurun dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan aktivitas pembayaran non-tunai selama triwulan laporan diperkirakan menjadi penyebab menurunnya arus uang keluar dari Bank Indonesia. Tabel 3.3 Perkembangan Transaksi Tunai 34

50 3.2 Perkembangan Bank Umum Intermediasi Perbankan Fungsi intermediasi perbankan yang direpresentasikan oleh rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) meningkat. Pada triwulan III-2014, rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan dana (LDR) tercatat sebesar 86,59%. Rasio ini meningkat, namun lebih disebabkan oleh kualitas penghimpunan DPK yang masih relatif rendah. Hal ini terkonfirmasi dari masih relatif rendahnya nilai DPK walaupun pada triwulan laporan mengalami peningkatan hampir 20% (yoy). Di sisi lain, penyaluran kredit hanya mengalami peningkatan sebesar 13,48% (yoy) atau melambat dibandingkan kinerja periode sebelumnya. Indikator lainnya, rasio kredit yang belum disalurkan kepada masyarakat (undisbursed loan) terhadap total kredit juga sedikit meningkat dari 4,35% menjadi 4,57% pada triwulan laporan dengan nominal mencapai Rp754,94 miliar. Grafik 3.1 Perkembangan LDR Grafik 3.2 Perkembangan Undisbursed Loan 900 8% Nominal (Miliar) Rasio thd Kredit % % % % I II III IV I II III IV I II III Penghimpunan dana masyarakat (DPK) pada triwulan laporan tumbuh sebesar 19,90% (yoy). Hal ini melanjutkan tren positif yang terjadi sejak triwulan IV Total dana masyarakat yang ada pada Bank Umum di wilayah NTT mencapai Rp19,09 triliun. Peningkatan laju pertumbuhan dana masyarakat pada triwulan laporan bersumber dari peningkatan dana pada rekening deposito sebesar 24,31% (yoy). Deposito perorangan masih mendominasi dengan porsi 54,36% dari total deposito perbankan NTT, diikuti oleh deposito pemerintah sebesar 40,11%. Pertumbuhan deposito perorangan mencapai 24,62% (yoy), sementara pertumbuhan deposito pemerintah sebesar 2,91% (yoy). 35

51 Tabel 3.4 Perkembangan Kinerja DPK Bank Umum Rekening giro tumbuh melambat sebesar 30,43% (yoy). Pada triwulan laporan, total dana yang tercatat pada rekening giro Bank Umum sebesar Rp5,09 triliun. Giro milik pemerintah masih mendominasi rekening giro di perbankan NTT dengan nominal Rp4,37 triliun atau 85,95% dari total giro di wilayah NTT. Grafik 3.3 Komposisi DPK Grafik 3.4 DPK Menurut Golongan Pemilik Sementara itu, tabungan meningkat dari 10,54% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 12,60% (yoy) pada triwulan laporan. Hal ini terutama didorong oleh pertumbuhan tabungan perorangan yang tumbuh sebesar 10,59% (yoy). Tabungan perorangan sendiri masih menjadi penyumbang utama dengan porsi sebesar 89,05% dari jumlah tabungan perbankan umum di NTT. Penyaluran kredit Bank Umum kembali melambat dengan pertumbuhan sebesar 13,48% (yoy) dengan total outstanding kredit mencapai Rp16,53 triliun. Secara struktural, porsi kredit konsumtif terhadap total kredit menurun pada triwulan laporan. Total 62,24% penyaluran kredit perbankan didominasi oleh kredit jenis konsumsi, sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 63,73% dari total kredit. Sementara kredit produktif jenis modal kerja dan investasi menyumbang share masing-masing sebesar 30,29% dan 7,47%. 36

52 Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Melambatnya pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan laporan menyebabkan perlambatan pada penyaluran kredit, khususnya Kredit Modal Kerja. Perlambatan pada kredit modal kerja seiring dengan melambatnya permintaan kredit pada sektor-sektor dominan yaitu sektor perdagangan besar dan eceran. Pertumbuhan kredit pada sektor tersebut kembali melambat dari 21,94% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 20,04% (yoy). Porsi sektor perdagangan besar dan eceran dalam penyaluran kredit modal kerja tercatat sebesar 69,36%. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya perlambatan penyaluran kredit secara umum apabila terjadi perlambatan pada kinerja penyaluran kredit modal kerja. Selain itu, kinerja penyaluran kredit modal kerja pada sektor pertanian, termasuk di dalamnya sektor perikanan, melambat cukup dalam dari 157,82% pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 103,11%. Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Modal Kerja Bank Umum 37

53 Kondisi yang sama terjadi pada pertumbuhan penyaluran kredit investasi. Melambatnya laju pertumbuhan kredit investasi relatif dalam dibandingkan kredit modal kerja. Perlambatan penyaluran kredit investasi didorong oleh perlambatan penyaluran kredit pada sektor perdagangan besar dan sektor konstruksi yang mempunyai share cukup besar terhadap total kredit investasi. Demikian pula pada sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum serta sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi. Berdasarkan hasil liaison kepada kontak selama triwulan laporan, kondisi ini terjadi akibat sikap menunggu yang dilakukan para pengusaha sebelum memutuskan melakukan investasi. Hal ini terkait dengan kepastian ekonomi dan politik sehubungan dengan penyelenggaraan pemilihan presiden. Tabel 3.7 Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum Secara sektoral, penyaluran kredit produktif masih didominasi sektor perdagangan. Secara umum, share sektor perdagangan besar dan eceran masih menjadi sektor unggulan dalam penyaluran kredit perbankan terutama untuk kredit produktif. Pangsa sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 23,19% dari total penyaluran kredit pada triwulan laporan. Perlambatan masih terjadi pada sektor ini yaitu dari 19,90% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 19,22% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara kredit konsumtif yang tercermin dari sektor penerima kredit bukan lapangan usaha juga masih melambat dari 11,59% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 10,62% pada triwulan laporan. 38

54 Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral Bank Umum Penyaluran kredit bank umum diimbangi dengan risiko kredit yang tetap terkendali pada level rendah, meski terjadi peningkatan rasio Non Performing Loan (NPL) perbankan pada triwulan III-2014 ke level 1,64% dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,50%. Rasio NPL kredit investasi tercatat naik menjadi 2,92% dari sebelumnya 2,51%, sementara rasio NPL kredit modal kerja naik menjadi 3,29% dari sebelumnya 2,97%. Di sisi lain, rasio NPL kredit konsumsi relative stabil dengan angka sebesar 0,68%. Grafik 3.5 Perkembangan NPL Bank Umum Grafik 3.6 NPL Konsumsi dan Modal Kerja Bank Umum Kenaikan BI Rate menjadi 7,50% masih mempengaruhi perbankan di NTT untuk menaikkan suku bunga kredit pada triwulan laporan. Suku bunga 39

55 kredit tertimbang perbankan pada triwulan III-2014 untuk kredit modal kerja naik ke level 14,15% dari sebelumnya 14,11%. Kenaikan suku bunga kredit juga terjadi pada jenis kredit modal investasi dari 15,17% pada triwulan sebelumnya menjadi 15,19% pada triwulan laporan. Meski demikian, penurunan suku bunga tertimbang kredit konsumsi dari 14,69% menjadi 14,62% cukup mampu membuat penurunan suku bunga tertimbang secara umum ke angka 14,65% dari sebelumnya 14,66% Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Penyaluran kredit kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tumbuh sebesar 28,58% (yoy). Pertumbuhan kredit UMKM meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan kredit secara keseluruhan, terutama kredit produktif yang menunjukkan tendensi melambat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sektor UMKM masih menjadi primadona bagi perbankan dalam penyaluran kredit produktifnya. Hal tersebut terkonfirmasi dari meningkatnya rasio kredit UMKM terhadap total kredit produktif ke angka 80,10%. Rasio kredit UMKM terhadap total kredit pada triwulan laporan juga meningkat menjadi 30,25%. Tabel 3.9 Perkembangan Komponen Kredit UMKM Bank Umum Peningkatan laju pertumbuhan penyaluran kredit UMKM triwulan laporan terjadi pada kategori usaha kecil dan menengah. Penyaluran kredit untuk UMKM jenis kecil tumbuh sebesar 17,29% (yoy) dengan outstanding kredit mencapai Rp2,32 triliun dan jumlah debitur sebanyak unit usaha. 40

56 Penggunaan kredit untuk usaha kecil didominasi untuk keperluan modal kerja yaitu sebesar 83,30% dibandingkan untuk investasi yang hanya sebesar 16,70%. Penyaluran kredit pada usaha jenis menengah juga tumbuh sebesar 34,16% (yoy) dengan outstanding kredit sebesar Rp1,43 triliun dan jumlah debitur mencapai unit usaha. Penggunaan kredit untuk kebutuhan modal kerja sebesar 83,32% dan investasi sebesar 16,68%. Sementara kredit UMKM pada usaha jenis mikro mengalami perlambatan pertumbuhan dari 56,27% (yoy) menjadi 47,82% (yoy) dengan outstanding kredit sebesar Rp1,26 triliun dan jumlah debitur sebesar unit usaha. Penggunaan kredit untuk kebutuhan modal kerja mencapai 80,84% dan investasi sebesar 19,16%. Secara sektoral, sektor yang dominan dibiayai oleh perbankan adalah sektor perdagangan besar dan eceran dengan proporsi sebesar 66,54% dari total penyaluran kredit UMKM. Sektor lain yang memiliki pangsa cukup besar adalah sektor jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya dengan proporsi sebesar 10,62%. Risiko penyaluran kredit (NPLs) kepada UMKM juga cukup terjaga dengan rasio sebesar 3,47%. Tabel 3.10 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral Bank Umum 41

57 Kinerja Perbankan Umum Berdasarkan Sebaran Pulau Secara geografis, kinerja perbankan umum di Provinsi NTT masih terkonsentrasi di Pulau Timor. Pusat pemerintahan dan ekonomi yang dominan di Pulau Timor, khususnya Kota Kupang menjadi faktor utama terpusatnya kegiatan perbankan di Pulau Timor. Aset bank umum di Pulau Timor sebesar Rp17,77 triliun atau 65,55% dari total aset bank umum di Provinsi NTT. Sementara di Pulau Flores sebesar Rp7,28 triliun atau 26,85% dari total aset, dan aset bank umum di Pulau Sumba sebesar Rp2,06 triliun atau 7,60% dari total aset bank umum di Provinsi NTT. Tabel 3.11 Indikator Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau WILAYAH ASET DPK KREDIT RASIO Rp Miliar % yoy Rp Miliar % yoy Rp Miliar % yoy LDR NPL Pulau Timor ,07% ,74% ,76% 85,00% 1,80% Pulau Flores ,42% ,76% ,18% 88,22% 1,57% Pulau Sumba ,27% ,01% ,08% 90,61% 0,95% NTT ,94% ,90% ,83% 86,59% 1,64% Walaupun masih terkonsentrasi di Pulau Timor, namun tidak semua perkembangan indikator di pulau lainnya berada di bawah Pulau Timor. Pada triwulan laporan, perkembangan penghimpunan DPK terbesar terdapat di Pulau Sumba yaitu sebesar 27,01% (yoy) dengan nominal Rp1,74 triliun, diikuti dengan Pulau Flores sebesar 23,76% (yoy) dengan nominal Rp6,39 triliun. Sisi intermediasi yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat Pulau Sumba masih menunjukkan nilai tertinggi, yaitu sebesar 90,61% diikuti oleh Pulau Flores sebesar 88,22%. Di sisi lain, perkembangan penyaluran kredit tertinggi pada triwulan laporan juga terdapat di Pulau Sumba yaitu sebesar 15,08% (yoy). Sementara dari risiko kredit yang tercermin dari rasio NPL, perbankan di Pulau Sumba kembali menunjukkan kinerja terbaik dengan angka NPL sebesar 0,95%. 42

58 Rp Juta Lembar Rp Juta Lembar KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III Sistem Pembayaran Transaksi Non Tunai a. Transaksi Kliring Aktivitas transaksi non tunai melalui SKNBI pada triwulan laporan turun sebesar 5,75% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya. Transaksi kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp607,52 miliar dengan jumlah warkat sebanyak lembar. Peningkatan transaksi melalui SKNBI diikuti dengan peningkatan kualitas yang tercermin dari penurunan jumlah cek/bg kosong. Jumlah nominal cek/bg kosong di wilayah Kantor Bank Indonesia Provinsi NTT pada triwulan laporan sebesar Rp5,85 miliar. Meski begitu, angka ini turun sebesar 54,62% (yoy). Namun jumlah warkat kosong naik hingga 21,13% (yoy) menjadi 258 lembar pada bulan laporan mengindikasikan penurunan kualitas pembayaran cek/bg, meski jumlah tolakan per lembar secara rata-rata turun menjadi Rp22,69 juta dari sebelumnya sebesar Rp33,65 juta. Grafik 3.7 Perkembangan Transaksi Kliring Grafik 3.8 Perkembangan Cek/BG Kosong Nominal Kliring Lembar Kliring Nominal Cek/BG Kosong (Juta) Lembar Cek/BG Kosong I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III b. Transaksi RTGS Transaksi menggunakan sistem RTGS meningkat. Pada triwulan laporan, transaksi RTGS yang berasal dari (from) NTT naik sebesar 16,29% (yoy) dengan jumlah nominal Rp24,09 triliun yang berasal dari transaksi. Secara volume, terjadi penurunan transaksi RTGS yang 43

59 Rp miliar Lembar KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III 2014 berasal dari (from) NTT sebesar 15,23% (yoy). Sementara transaksi RTGS menuju (to) NTT juga naik signifikan sebesar 67,84% (yoy) dengan jumlah nominal Rp29,84 triliun yang berasal dari transaksi. Secara volume, pertumbuhan transaksi RTGS menuju (to) NTT melambat dari 28,10% (yoy) menjadi 6,91% (yoy). Transaksi melalui sistem RTGS pada triwulan laporan lebih didominasi oleh transaksi menuju Provinsi NTT. Secara rerata, transaksi RTGS dari (from) NTT tercatat sebesar Rp2,25 miliar per transaksi, sementara transaksi RTGS menuju (to) NTT sebesar Rp3,40 miliar per transaksi. Grafik 3.9 Nilai Transaksi RTGS Grafik 3.10 Volume Transaksi RTGS From NTT To NTT From NTT To NTT III IV I II III IV I II III III IV I II III IV I II III Transaksi Tunai Aktivitas perekonomian dari sisi transaksi tunai menunjukkan penurunan. Data yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT menunjukkan bahwa transaksi uang tunai yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) dan yang keluar dari Bank Indonesia (outflow) sebesar Rp2.110,62 miliar. Angka ini turun sebesar 0,88% (yoy). Pada triwulan laporan terjadi net outflow dimana jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia lebih besar dibandingkan dengan uang yang masuk. Jumlah uang yang masuk ke Bank Indonesia pada triwulan laporan sebesar Rp766,83 miliar atau turun 0,51% (yoy). Sementara jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia tercatat sebesar Rp1.343,79 miliar atau turun sebesar 1,09% (yoy). Penurunan jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia pada triwulan laporan menunjukkan bahwa kebutuhan uang kartal menurun yang terindikasi dari stagnannya pertumbuhan ekonomi triwulan laporan. Meski begitu, 44

60 arus uang keluar meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya mengingat momen bulan puasa dan Idul Fitri pada triwulan laporan. Di sisi lain, penurunan aktivitas penggunaan uang kartal menunjukkan preferensi masyarakat yang mulai beralih menggunakan alat pembayaran non-tunai seperti APMK (Alat Pembayaran Menggunakan Kartu) hingga transaksi melalui SKNBI dan RTGS, seiring gencarnya sosialisasi penggunaan APMK oleh perbankan. Grafik 3.11 Perkembangan Transaksi Tunai Volume pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) meningkat signifikan pada triwulan laporan. Pada triwulan laporan, nominal UTLE yang terserap di wilayah Provinsi NTT naik dengan nominal sebesar Rp233,33 miliar atau meningkat signifikan sebesar 106,44% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Setoran dari perbankan masih merupakan sarana utama dalam menjaring UTLE di masyarakat. Selain itu, peningkatan kegiatan kas keliling merupakan salah satu upaya dalam menjaring UTLE di masyarakat agar terwujud clean money policy di Provinsi NTT. Hal tersebut sudah mulai memperlihatkan hasil, yang dapat dilihat dari semakin tingginya jumlah UTLE yang dimusnahkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT. Di sisi lain, harus diakui bahwa hal tersebut belumlah optimal mengingat kondisi geografis wilayah NTT yang berpulau-pulau menjadi kendala. Upaya untuk mewujudkan clean money policy pun terus dilakukan, terutama di wilayah-wilayah terpencil. 45

61 Tabel 3.12 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain Sementara itu, jumlah uang palsu (upal) yang dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan laporan sebesar Rp Jumlah uang palsu yang tercatat pada triwulan laporan masih didominasi oleh uang dengan nominal besar yaitu denominasi Rp ,00. Bank Indonesia terus berusaha menekan jumlah uang palsu yang beredar di masyarakat dengan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah dengan metode 3D (Dilihat, Diraba dan Diterawang) serta mengeluarkan desain uang baru denominasi Rp ,00, Rp ,00, dan Rp ,00 dengan penambahan features pengaman. Sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah ini terus dilakukan ke berbagai kalangan masyarakat, mulai dari masyarakat umum, anak sekolah hingga instansi pemerintah dan swasta, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui selebaran (leaflet) yang diberikan. 46

62 Rp Miliar KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III 2014 KEUANGAN PEMERIINTAH Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan pada triwulan III-2014 mencapai 76,29%. Pada periode yang sama, realisasi belanja mencapai 62,16% Kondisi Umum Seiring dengan peningkatan pertumbuhan daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Rencana anggaran pendapatan daerah tahun 2014 mencapai Rp 2,72 triliun atau meningkat sebesar 16,16% (yoy) dari rencana anggaran pendapatan daerah tahun 2013 yang sebesar Rp 2,34 triliun. Selain pendapatan, anggaran belanja pun tercatat meningkat. Rencana anggaran belanja daerah tahun 2014 mencapai Rp 2,74 triliun atau meningkat sebesar 14,05% (yoy) dibandingkan tahun 2013 yang sebesar Rp 2,40 triliun Grafik 4.1. APBD Provinsi NTT Pendapatan Belanja Sumber: Biro Keuangan Pemprov. NTT Berdasarkan data Ditjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan, hingga bulan Agustus 2014 realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi NTT diestimasikan berada di bawah rata-rata. Estimasi rata-rata persentase realisasi seluruh provinsi di Indonesia adalah 24,6%, lebih rendah 47

63 dibandingkan realisasi tahun lalu dengan persentase 27%. Besarnya estimasi realisasi belanja 34 provinsi sampai dengan bulan Agustus 2014 mencapai Rp200,66 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama pada tahun 2013 dan 2012 yang hanya sebesar Rp190,85 triliun dan Rp155,99 triliun Pendapatan Daerah Anggaran Pendapatan Daerah Anggaran Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi NTT pada tahun anggaran 2014 mencapai RP 2,72 triliun atau meningkat sebesar 16,16% (yoy) dari anggaran pendapatan daerah tahun 2013 yang sebesar Rp 2,34 triliun. Peningkatan tertinggi adalah pada Pendapatan Retribusi Daerah dengan kontribusi sebesar 163,66%. Selain itu, posisi tertinggi selanjutnya adalah Dana Bagi hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam), Penerimaan dari Pihak Ketiga, dan Pendapatan Hibah yang masing-masing memiliki persentase peningkatan sebesar 100%. Sementara itu, pada tahun 2014 tidak terdapat anggaran pendapatan Dana Bagi Hasil Pajak. Penurunan anggaran juga terjadi pada angaran Dana Alokasi Khusus yang turun menjadi sebesar Rp 74,23 miliar dibandingkan tahun 2013 yang sebesar Rp 77,82 miliar dengan persentase 4,61%. Struktur pendapatan daerah di Provinsi NTT didominasi Pendapatan Transfer yang dianggarkan pada tahun 2014 sebesar 74% dari rencana pendapatan yang mayoritas bersumber dari Transfer Pemerintah Pusat (Dana Perimbangan). Sementara itu, proporsi Pendapatan Asli Daerah untuk mengisi celah fiscal (fiscal gap) adalah 26% dari rencana pendapatan. Tidak terdapat pendapatan anggaran Pendapatan Lain-lain Yang Sah. 48

64 Tabel 4.1. Anggaran Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi NTT Uraian Rencana Rencana PENDAPATAN 2,720,974 2,342, % PENDAPATAN ASLI DAERAH 695, , % Pendapatan Pajak Daerah 528, , % Pendapatan Retribusi Daerah 29,712 11, % Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 55,817 45, % Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 81,840 81, % PENDAPATAN TRANSFER 2,013,685 1,901, % Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,290,418 1,187, % Dana Bagi Hasil Pajak - 105, % Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 84, % Dana Alokasi Umum 1,131,688 1,003, % Dana Alokasi Khusus 74,236 77, % Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 723, , % Dana Otonomi Khusus & Dana Penyesuaian 717, , % Penerimaan dari Pihak Ketiga 5, % LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 11, % Pendapatan Hibah 11, % Pendapatan Dana Darurat/Pihak ketiga % Pendapatan lainnya % Sumber: Biro Keuangan Pemprov. NTT % - 0% Berdasarkan grafik, Dana Perimbangan masih menjadi sumber pendapatan terbesar dengan proporsi sebesar 64,08% dibandingkan total Pendapatan Transfer yang direncanakan tahun 2014, sisanya sebesar 35,92% merupakan persentase Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya. Proporsi tersebut meningkat dibandingkan tahun 2013 sebesar 5,87%. Di dalam Dana Perimbangan, proporsi yang terbesar berada pada Dana Alokasi Umum dengan persentase sebesar 87,70% dari total Dana Perimbangan. Grafik 4.2. Persentase Pendapatan Transfer Grafik 4.3. Persentase Dana Perimbangan Sumber: Biro Keuangan Pemprov. NTT 49

65 4.2.2 Realisasi Pendapatan Daerah Realisasi pendapatan sampai dengan triwulan laporan mencapai Rp2,07 triliun atau sebesar 76,29% dibandingkan dengan anggaran pendapatan yang sebesar Rp 2,72 triliun. Realisasi PAD Provinsi NTT sampai dengan triwulan laporan tercatat sebesar Rp527,79 miliar atau 75,90% dari target PAD akhir tahun. Sumbangan realisasi terbesar PAD berasal dari pos pendapatan pajak daerah sebesar Rp332,87 miliar sampai dengan triwulan III-2014, sedangkan pada triwulan laporan sendiri sebesar Rp153,55 miliar atau meningkat 34,96% (yoy) dibandingan pencapaian triwulan III-2013 yang sebesar Rp113,77 miliar. Realisasi pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat sampai dengan triwulan laporan tercatat sebesar Rp1,54 triliun atau 76,71% dari rencana pendapatan transfer. Sumbangan terbesar berasal dari pos dana perimbangan dengan realisasi mencapai Rp931,79 miliar atau sebesar 76,71% dari rencana pendapatan. Untuk realisasi dana otonomi khusus dan dana penyesuaian adalah sebesar Rp549,44 miliar atau sebesar 75,97% dari rencana 2014 yang sebesar Rp723,27 miliar. Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan Daerah Sumber: Biro Keuangan Pemprov. NTT 50

66 4.3. Belanja Daerah Anggaran Belanja Daerah Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi NTT pada tahun 2014 tercatat sebesar Rp 2,74 triliun atau meningkat 14,05% dibandingkan anggaran belanja tahun 2013 yang tercatat Rp 2,4 triliun. Berdasarkan kelompoknya, Transfer mencatat peningkatan tertinggi yaitu 114,04%, diikuti Belanja Modal (77,15%) dan Belanja Operasi (1,11%). Untuk belanja tidak terduga, anggaran diturunkan sebesar 3,47% dari Rp 18,13 miliar di tahun 2013 menjadi Rp 17,5 miliar di tahun Tabel 4.3. Anggaran Belanja Pemerintah Daerah Provinsi NTT Uraian Rencana Rencana BELANJA 2,738,061 2,400, % BELANJA OPERASI 2,053,459 2,030, % Belanja Pegawai 564, , % Belanja Barang 490, , % Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah 923, , % Belanja Bantuan Sosial 40,940 42, % Belanja Bantuan Keuangan 34,508 12, % BELANJA MODAL 412, , % BELANJA TIDAK TERDUGA 17,500 18, % Belanja Tidak Terduga - 18, % TRANSFER 254, , % Bagi Hasil Pajak - 118, % Bagi Hasil Retribusi % Bagi Hasil Pendapatan Lainnya % Sumber: Biro Keuangan Pemprov. NTT % % Untuk, proporsinya Anggaran Belanja Operasi masih didominasi oleh Belanja Operasi dengan persentase sebesar 74,99% dari rencana anggaran belanja di tahun Persentase terbesar selanjutnya adalah Belanja Modal dengan persentase 15,07%, diikuti Transfer (9,29%) dan Belanja Tak Terduga (0,65%). 51

67 Grafik 4.4. Persentase Anggaran Belanja Operasi Grafik 4.5. Persentase Belanja Transfer Sumber: Biro Keuangan Pemprov. NTT Realisasi Belanja Daerah Sampai dengan Triwulan III 2014, realisasi belanja daerah pemerintah Provinsi NTT adalah sebesar Rp1,70 triliun atau 62,16% rencana anggaran belanja tahun Realisasi tersebut masih lebih rendah dibandingkan realisasi tahun lalu yang sebesar Rp1,57 triliun atau 65,51% dari rencana anggaran belanja Tabel 4.4. Realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Provinsi NTT Sumber: Biro Keuangan Pemprov. NTT 52

68 Realisasi tertinggi berada pada kelompok Belanja Operasi dengan persentase 67,82% yaitu sebesar Rp1,39 triliun. Realisasi ini lebih rendah dibandingkan realisasi Belanja Operasi tahun lalu yang sebesar Rp1,40 triliun atau 69,15% dibandingkan rencana anggaran. Komponen realisasi Belanja Operasi dengan realisasi tertinggi adalah Belanja Hibah dengan persentase 75,88% sebesar Rp700,78 miliar dari rencana anggaran sebesar Rp923,51 miliar. Realisasi ini lebih rendah dibandingkan realisasi triwulan III-2013 yang sebesar 77,70% dengan nilai Rp756,13 juta rupiah. 53

69 KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN Perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan menunjukkan kondisi positif. Jumlah angkatan kerja naik 3,31% (yoy) sehingga menjadi jiwa pada triwulan laporan. Partisipasi angkatan kerja meningkat dari 68,15% menjadi 68,91%. Angka kemiskinan turun menjadi 19,82% (yoy) Kondisi Umum Perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat NTT pada triwulan laporan secara umum menunjukkan kondisi yang positif. Berdasarkan data BPS, kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Timur pada Agustus 2014 memperlihatkan peningkatan yang tergambar dari bertambahnya kelompok penduduk yang bekerja disertai meningkatnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Jumlah angkatan kerja pada bulan Agustus 2014 mencapai jiwa, meningkat sebesar jiwa atau 3,31% (yoy) dibandingkan Agustus Sementara tingkat partisipasi angkatan kerja tercatat sebesar 68,91% atau sedikit di atas tahun sebelumnya yang sebesar 68,15%. Di sisi lain, tren perbaikan kondisi ketenagakerjaan juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan KPw BI Provinsi NTT. Hasil SKDU triwulan III menunjukkan indeks ketenagakerjaan 1 tercatat mengalami ekspansi sebesar 2,76 setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar -9,42. Sementara itu, kondisi kesejahteraan masyarakat NTT per posisi Maret 2014 menunjukkan kondisi yang positif tercermin dari penurunan persentase penduduk miskin dari 20,03% pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 19,82%. Indeks keparahan dan kedalaman kemiskinan serta tingkat optimisme masyarakat perkotaan juga membaik. Berdasarkan hasil Survei Konsumen bulan September 2014, terlihat adanya kenaikan tingkat optimisme, khususnya pada masyarakat dengan penghasilan menengah ke atas terhadap tingkat kesejahteraan saat ini dibandingkan enam bulan yang lalu. Indikator kesejahteraan di daerah pedesaan 1 angka indeks dihitung dengan metode SBT (Saldo Bersih Tertimbang) yang merupakan selisih dari disesuaikan dengan bobot masing-masing sektor. 54

70 yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) turut mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya Perkembangan Ketenagakerjaan Kondisi Ketenagakerjaan Umum Kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Timur pada Agustus 2014 memperlihatkan peningkatan yang tergambar dari bertambahnya kelompok penduduk yang bekerja. Dari total angkatan kerja, jumlah penduduk yang bekerja tercatat sebesar jiwa, bertambah jiwa atau 3,31% (yoy). Namun kondisi ini diiringi sedikit naiknya angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari 3,25% menjadi 3,26%. Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan Sumber : BPS Provinsi NTT Ditinjau dari lapangan pekerjaan utama, komposisi ketenagakerjaan menurut sektor ekonomi relatif sama dengan kondisi tahun-tahun sebelumnya, dengan sebagian besar penduduk (60,77%) bekerja di sektor pertanian. Hal ini disebabkan karena sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi utama di NTT sehingga mayoritas penduduk memiliki mata pencaharian pada sektor tersebut. Jumlah pekerja di sektor pertanian tercatat meningkat dibandingkan dengan Agustus 2013 sebesar jiwa atau naik 2,86% (yoy). Jumlah tenaga kerja di sektor industri juga mengalami peningkatan. Tenaga kerja di sektor industri tercatat naik sebesar jiwa atau 10,06% (yoy) dibandingkan bulan Agustus Selain di sektor industri, sektor jasa-jasa juga menunjukkan peningkatan. Jumlah tenaga kerja di sektor jasa-jasa tercatat meningkat sebesar jiwa atau 6,51% (yoy) dibandingkan dengan Agustus

71 Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Sumber : BPS Provinsi NTT Dari 7 (tujuh) klasifikasi status pekerjaan yang terekam pada Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), diidentifikasikan dua kelompok utama terkait kegiatan ekonomi yaitu formal dan informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal adalah mereka yang berstatus di luar itu. Melihat status pekerjaan berdasarkan klasifikasi formal dan informal, sebanyak 78,91% tenaga kerja di NTT pada bulan Agustus 2014 bekerja pada kegiatan informal. Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Sumber : BPS Provinsi NTT Kondisi ini diperkuat oleh hasil SKDU, dimana daya serap tenaga kerja pada triwulan laporan tercatat meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor keuangan. Sementara, sektor pertanian yang merupakan sektor penyerap tenaga kerja paling besar di Provinsi NTT tak berubah 56

72 indeks KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III 2014 dibandingkan trwulan sebelumnya. Faktor ini mempengaruhi penyerapan tenaga kerja secara umum pada hasil SKDU. 30 Grafik 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT Indeks Ekspektasi Jumlah Kary. Indeks Jumlah Kary I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV* *Perkiraan Sumber : SKDU Triwulan III-2014 KPw BI Provinsi NTT Pengangguran Pengangguran merupakan salah satu indikator utama pada bidang ketenagakerjaan. Klasifikasi penduduk yang menganggur adalah penduduk yang sedang mencari pekerjaan ditambah penduduk yang sedang mempersiapkan usaha (tidak bekerja), yang mendapatkan pekerjaan tetapi belum mulai bekerja serta yang tidak mungkin mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPS Provinsi NTT, jumlah pengangguran pada bulan Agustus 2014 sebanyak jiwa, meningkat sebanyak jiwa atau 3,60% dibandingkan dengan bulan Agustus Meski demikian, meningkatnya partisipasi angkatan kerja menyebabkan angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) hanya naik sedikit dari 3,25% menjadi 3,26% pada Agustus Perkembangan Kesejahteraan Kondisi Kesejahteraan Umum Kondisi kesejahteraan secara umum sedikit membaik berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT. Pada triwulan laporan terlihat adanya kenaikan tingkat optimisme, 57

73 Rp ribu KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III 2014 khususnya pada masyarakat perkotaan dengan penghasilan menengah ke atas terhadap tingkat kesejahteraan. Hal ini tercermin dari indeks penghasilan saat ini dibandingkan 6 (enam) bulan yang lalu hasil SK bulan Juli sampai dengan September Berdasarkan hasil survei, indeks SBT mengalami sedikit kenaikan pada triwulan laporan. Momen bulan puasa dan hari raya Idul Fitri yang jatuh pada triwulan laporan, dan umumnya diiringi pembayaran insentif tunjangan hari raya (THR), diperkirakan menjadi pendorong peningkatan optimisme responden terhadap penghasilan mereka. Namun, pengaruh kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) masih cukup berpengaruh menahan optimisme masyarakat. Tabel 5.4 Pendapat Konsumen Mengenai Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu Pengeluaran Penghasilan Saat Ini Dibanding 6 Bulan yll per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah 1-2 Juta 49.50% 44.55% 5.94% % Juta 49.15% 45.76% 5.08% % Juta 50.00% 45.00% 5.00% % Juta 58.33% 33.33% 8.33% % 5Juta ke atas 75.00% 25.00% 0.00% % Jumlah 51.00% 43.50% 5.50% % Sumber : SK Triwulan III-2014 KPw BI Provinsi NTT Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Penghasilan 1,600 1,400 1, ,00 160,00 140,00 120,00 Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu 1, , KHL ,16 1,36 1,49 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 I II III IV I II III IV I II III UMP ,01 1,15 Sumber : BPS Provinsi NTT Grafik 5.4 Perkembangan NTP NTT 116 NTP - axis kanan Indeks yang dibayar Indeks yang diterima Sumber : BPS Provinsi NTT 104,00 103,00 102,00 101,00 100,00 99,00 98,00 97,00 96,00 95,00 Sumber : Survei Konsumen KPw BI Provinsi NTT Di wilayah pedesaan, ukuran daya beli masyarakat diukur melalui Nilai Tukar Petani (NTP). Pada triwulan laporan, angka NTP pun meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada akhir triwulan laporan, dengan menggunakan tahun 2012 sebagai tahun dasar menggantikan tahun dasar 2007, 58

74 indeks yang diterima (IT) tercatat sebesar 114,27. Sementara, indeks yang dibayar (IB) tercatat sebesar 111,26 sehingga angka NTP tercatat sebesar 102,71 atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dimana nilai NTP tercatat sebesar 99,65. Akselerasi peningkatan pendapatan petani selama triwulan laporan melebihi akselerasi peningkatan pengeluaran yang menyebabkan NTP pada triwulan laporan berada di atas 100. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan petani mulai membaik karena penghasilan dari penjualan produk pertanian berada di atas pengeluaran kebutuhan harian mereka, baik untuk kebutuhan pokok maupun kebutuhan produksi seperti pupuk/pangan maupun bibit Tingkat Kemiskinan Jumlah penduduk miskin atau penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan pada bulan Maret 2014 tercatat sebesar 994,67 ribu jiwa atau 19,82% dari jumlah penduduk NTT. Angka tersebut meningkat sebesar 1,11 ribu jiwa atau 0,11% dibandingkan dengan bulan Maret 2013 (yoy), yang tercatat sebesar 993,56 ribu jiwa atau 20,03% dari total penduduk NTT. Namun angka tersebut menurun sebesar 14,48 ribu jiwa atau -1,43% dibandingkan bulan September Tabel 5.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di NTT tahun 2005 s.d. Maret 2014 Tahun Jumlah Penduduk Miskin (000) Persentase Penduduk Miskin Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa , , , , , , , , , , Maret , Sept , Maret Sept , Maret Sumber : BPS Provinsi NTT Garis kemiskinan juga mengalami peningkatan dalam kurun waktu satu tahun terakhir sebesar 12,79% dari Rp ,00 per kapita/bulan menjadi Rp ,00 per kapita/bulan. Berdasarkan pembagian kelompok kemiskinan antara perkotaan dan pedesaan, garis kemiskinan di perkotaan dalam setahun terakhir tercatat mengalami peningkatan sebesar 9,51% dari Rp ,00 per 59

75 kapita/bulan menjadi Rp ,00 per kapita/bulan. Sementara garis kemiskinan di pedesaan mengalami peningkatan sebesar 14,08% dari Rp ,00 per kapita/bulan menjadi Rp ,00 per kapita/bulan. Tabel 5.6 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah tahun 2012 s.d. Maret 2014 Garis Kemiskinan (Rp/ Kapita/ Bln) Jumlah Persentase Daerah/ Tahun Bukan Penduduk Penduduk Makanan Total Makanan Miskin (ribu) Miskin Perkotaan Maret ,314 80, , Sept ,582 84, , Maret ,807 89, , Sept ,641 94, , Maret ,824 96, , Perdesaan Maret ,990 34, , Sept ,986 37, , Maret ,215 40, , Sept ,038 42, , Maret ,864 44, , Kota + Desa Maret ,044 43, ,787 1, Sept ,145 46, ,506 1, Maret ,468 50, , Sept ,773 52, ,080 1, Maret ,088 54, , Sumber : BPS Provinsi NTT Secara besaran, peranan komoditas makanan meningkat sebesar 13,81% dari Rp ,00 per kapita/bulan menjadi Rp ,00 per kapita/bulan. Kondisi ini dipertegas dengan peranan komoditas makanan pada garis kemiskinan berdasarkan komponen yang mengalami kenaikan dari 78,65% pada Maret 2013 menjadi 79,37% pada Maret Sementara itu, pada komponen bukan makanan peningkatan tercatat hanya sebesar 9,00% dari Rp50.337,00 per kapita/bulan menjadi Rp54.867,00 per kapita/bulan. Peranannya pun menurun sedikit dari 21,35% pada Maret 2013 menjadi 20,63% pada Maret Persoalan kemiskinan tidak hanya sekadar jumlah dan persentase penduduk miskin saja. Ada dimensi lain yang perlu diperhatikan selain upaya memperkecil jumlah penduduk miskin, terutama dalam kebijakan penanggulangan kemiskinan. Dimensi tersebut adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Badan Pusat Statistik mengukur dua hal tersebut menggunakan indeks kedalaman kemiskinan (P 1 ) dan indeks keparahan kemiskinan (P 2 ). Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masingmasing penduduk miskin terhadap batas miskin. Semakin tinggi nilai indeks ini maka semakin besar rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap 60

76 garis kemiskinan atau dengan kata lain semakin tinggi nilai indeks menunjukkan kehidupan ekonomi penduduk miskin semakin terpuruk. Sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin, dan dapat juga digunakan untuk mengetahui intensitas kemiskinan. Tahun Kota Desa Kota+Desa Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) September Maret September Maret Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) September Maret September Maret Sumber : BPS Provinsi NTT Berdasarkan tabel 5.7, indeks kedalaman dan indeks keparahan kemiskinan di NTT pada Maret 2014 menurun dibandingkan Maret Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin mendekati garis kemiskinan, dengan kesenjangan pengeluaran yang juga tidak selebar sebelumnya Indeks Pembangunan Manusia Tabel 5.7 Indeks Keparahan dan Kedalaman Kemiskinan Pembangunan manusia adalah sebuah proses pembangunan yang bertujuan agar manusia, dalam hal ini penduduk, mampu memiliki lebih banyak pilihan khususnya dalam pendapatan, kesehatan dan pendidikan. Pembangunan manusia sebagai ukuran kinerja pembangunan secara keseluruhan dibentuk melalui tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat, pengetahuan serta kehidupan yang layak, dan masing-masing dimensi direpresentasikan oleh indikator. Dimensi umur panjang dan sehat direpresentasikan oleh indikator angka harapan hidup. Dimensi pengetahuan direpresentasikan oleh angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, sementara dimensi kehidupan yang layak direpresentasikan oleh indikator kemampuan daya beli. Semua indikator yang merepresentasikan ketiga dimensi pembangunan manusia ini terangkum dalam satu nilai tunggal yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Tabel 5.8 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi NTT Keterangan * IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Angka harapan hidup (tahun) Angka melek huruf (persen)

77 IPM Provinsi Nusa Tenggara Timur, mengacu pada rilis yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005, angka IPM Provinsi NTT hanya sebesar 63,60 dengan angka harapan hidup selama 64,90 tahun, angka melek huruf sebanyak 85,60% dari total penduduk, rata-rata lama sekolah 6,30 tahun serta pengeluaran riil per kapita sebesar Rp598,80 ribu. Menurut data terakhir tahun 2012, angka IPM Provinsi NTT telah mencapai 68,28 dengan angka harapan hidup selama 68,04 tahun, angka melek huruf sebanyak 89,23% dari total penduduk, rata-rata lama sekolah 7,09 tahun serta pengeluaran riil per kapita sebesar Rp610,29 ribu. Meskipun masih menempati peringkat 31 dari 33 provinsi yang ada (data tahun 2012), namun Provinsi NTT merupakan provinsi dengan perkembangan IPM terbaik ketiga di Indonesia dengan kenaikan IPM sebesar 4,68 poin. 62

78 Tabel 5.9 Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Tahun 2012 No. Provinsi 2012 IPM Harapan Hidup Melek Huruf Lama Sekolah Pengeluaran 1 DKI JAKARTA SULAWESI UTARA RIAU D I YOGYAKARTA KALIMANTAN TIMUR KEPULAUAN RIAU KALIMANTAN TENGAH SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA SELATAN BENGKULU JAMBI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BALI JAWA TENGAH JAWA BARAT JAWA TIMUR SULAWESI SELATAN NANGGROE ACEH DARUSSALAM LAMPUNG MALUKU SULAWESI TENGAH BANTEN GORONTALO KALIMANTAN SELATAN SULAWESI TENGGARA SULAWESI BARAT KALIMANTAN BARAT PAPUA BARAT MALUKU UTARA NUSA TENGGARA TIMUR NUSA TENGGARA BARAT PAPUA INDONESIA

79 OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMII DAN IINFLASII DII DAERAH Peningkatan kinerja konsumsi dan sektor PHR menjelang akhir tahun menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi NTT. Laju perekonomian NTT pada triwulan IV-2014 diperkirakan mengalami perlambatan seiring melambatnya kinerja sektor Pertanian dan sektor Jasa-jasa. Tekanan Inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan meningkat menjelang momen akhir tahun dan kekeringan sebagai dampak dari El- Nino Pertumbuhan Ekonomi Pada triwulan IV-2014, pertumbuhan ekonomi NTT diperkirakan tumbuh positif sedikit lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan berbagai indikator ekonomi terakhir serta hasil survei maupun liaison mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT triwulan IV diperkirakan akan berada pada rentang 4,85% - 5,25% (yoy). Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Nusa Tenggara Timur 7.00% 6.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00% PDRB Pertanian PHR Jasa-Jasa I II III IV I II III IV I II III IV* % 9.00% 8.00% 7.00% 6.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00% Sumber : BPS dan Bank Indonesia diolah Dari sisi sektoral, kinerja sektor Pertanian dan Jasa-jasa diperkirakan mengalami perlambatan sementara sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR) diperkiran meningkat. Pada sektor pertanian, kekeringan yang melanda NTT akibat adanya El-Nino berdampak terhadap mundurnya musim tanam 2014/2015. Selanjutnya, realisasi APBD yang tidak setinggi pada triwulan III diperkirakan menjadi penyebab utama perlambatan pada sektor Jasa-jasa. 64

80 Sementara sektor PHR (terutama subsektor perdagangan) diperkirakan meningkat seiring momen Natal & Tahun Baru. Dari sisi penggunaan, konsumen masih cukup optimis atas kondisi ekonomi kedepan dan diikuti membaiknya ekspektasi pelaku usaha menjelang akhir tahun. Sementara kinerja investasi diperkirakan melambat seiring realisasi investasi pemerintah yang telah terealisasi pada triwulan sebelumnya. Begitu pula kinerja net ekspor yang diperkirakan masih dalam trend perlambatan seiring pelemahan nilai tukar Sisi Sektoral Musim kering sebagai dampak El-Nino merupakan salah satu penyebab melambatnya kinerja sektor pertanian. Musim kering yang lebih buruk dibandingkan tahun lalu menyebabkan kegagalan panen di beberapa sentra produksi terutama subsektor tabama dan perkebunan. Berdasarkan informasi dari BMKG Kota Kupang, musim kering sebagai dampak El-Nino diperkirakan berlangsung sampai akhir November Hal ini menyebabkan mundurnya musim tanam 2014/2015 yang semula diperkirakan pada minggu I-II November Sementara itu, dalam rangka mengdongkrak hasil produksi pertanian pada musim tanam , Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT mengucurkan dana Rp1,7 miliar untuk pengadaan alat mesin pertanian (alsintan) bagi para petani di wilayah NTT. Saat ini Pemerintah Provinsi NTT melalui Dinas Pertanian sedang melakukan penangkaran benih untuk memenuhi kebutuhan pada saat musim tanam. Tabel 6.1 Ekspektasi Kondisi Usaha Provinsi NTT Triwulan IV-2014 (Indeks) No Sektor Realisasi Tw III-14 Kegiatan Usaha Ekspektasi Tw IV-14 Fluktuasi Realisasi Tw III-14 Harga Jual Ekspektasi Tw IV-14 Fluktuasi 1 Pertanian % % 2 Pertambangan 3 Industri Pengolahan % % 4 Listrik, Gas dan Air Bersih % % 5 Bangunan % % 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran % % 7 Pengangkutan dan Komunikasi % % 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan % % 9 Jasa-jasa % % TOTAL % % Sumber: Survey Kegiatan Dunia Usaha diolah 65

81 Untuk subsektor perternakan diperkirakan turut mengalami perlambatan. Meskipun informasi yang didapat dari peternak di Kabupaten Malaka dan Kota Kupang bahwa produksi sapi tahun ini mengalami peningkatan, namun terkendala dengan pembatasan penjualan sapi antar pulau yang hampir memenuhi kuota tahun ini sebanyak 60 ribu ekor per tahun. Sementara kinerja subsektor perikanan diperkirakan mengalami peningkatan dengan adanya El-Nino menyebabkan kondisi perairan cenderung kondusif dan ikan yang melimpah. Namun demikian, musim hujan yang diperkirakan muncul pada bulan Desember 2014 yang biasanya diiringi dengan gelombang tinggi dan angin kencang perlu diwaspadai. Hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan bahwa kinerja sektor pertanian pada triwulan IV diperkirakan meningkat cukup signifikan (tabel 6.1). Menjelang Hari Raya Natal & Tahun Baru menjadi stimulus bagi peningkatan sektor PHR. Momen Natal & Tahun Baru diperkirakan cukup signifikan dampaknya terhadap peningkatan kinerja subsektor perdagangan. Dimana pada perayaan tersebut biasanya tingkat konsumsi masyarakat NTT meningkat. Hasil SKDU pun menunjukkan bahwa subsektor perdagangan mengalami peningkatan. Sementara itu, subsektor Hotel & Restoran diperkirakan stabil. Musim liburan yang cukup panjang pada akhir tahun dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat NTT untuk berkunjung ke rumah kerabat atau pun ke luar NTT. Namun demikian, hal tersebut masih terkompensasi oleh kedatangan wisatawan. Realisasi APBD yang tidak setinggi triwulan sebelumnya menyebabkan kinerja sektor Jasa-jasa mengalami perlambatan. Berdasarkan pola historis dan komposisi pembentuk sektor Jasa-jasa yang mayoritas berasal dari subsektor jasa pemerintahan, pada triwulan IV biasanya realisasi anggaran APBD tidak terlalu tinggi karena realisasi tersebut telah dimaksimalkan pada triwulan sebelumnya Sisi Penggunaan Dari sisi penggunaan, kinerja konsumsi rumah tangga tercermin dari hasil Survey Konsumen (SK) dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU). Peningkatan kinerja tingkat konsumsi triwulan IV distimulasi oleh momen akhir tahun seperti perayaan Natal & Tahun Baru. Hasil SK pun menunjukkan 66

82 peningkatan indeks pembelian barang tahan lama dibandingkan triwulan sebelumnya. Perkembangan kinerja komponen investasi diperkirakan akan mengalami perlambatan. Berdasarkan SKDU, perkiraan perkembangan kegiatan usaha mengalami perlambatan pada Triwulan IV. Hal ini dikarenakan adanya dampak kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) tahap IV pada bulan November yang merupakan salah satu komponen biaya utama dalam dunia usaha. Begitu pula investasi subsektor pemerintahan diperkirakan turut melambat. Mayoritas investasi yang terealisasi pada triwulan III menjadi faktor utama perlambatan tersebut. Grafik 6.2 Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Grafik 6.3 Perkembangan Ekspektasi Konsumen 115 Indeks ITK Pendapatan RT Rencana Pembelian Barang Tahan Lama I II III IV I II III IV I II III IV* Sumber : BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur Sumber: SK diolah I II III IV I II III IV I II III IV* Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Grafik 6.4 Ekspektasi Kondisi Usaha Provinsi NTT Triwulan IV % 4.00% 2.00% Indeks % -2.00% -4.00% -6.00% -8.00% Sumber : SKDU diolah Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV* PDRB (qtq) SKDU - Harga Jual SKDU - Kegiatan Usaha

83 Berdasarkan Realisasi Pertumbuhan Ekonomi Global, perkembangan kinerja ekspor-impor pada triwulan IV-2014 diperkirakan masih mengalami perlambatan. Meskipun saat ini perkembangan ekonomi global mulai menunjukkan hal positif, namun perlambatan perkembangan ekonomi negaranegara tujuan ekspor terutama negara Tiongkok masih terus berlanjut. Berdasarkan consensus forecast, Negara Tiongkok diproyeksikan masih dalam trend perlambatan. Selain itu, kondisi nilai tukar rupiah yang masih berada di level Rp ,00 atau trend peningkatan. Tabel 6.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Global Realisasi Pertumbuhan Ekonomi Global 2013 Proyeksi PDB Dunia Negara Maju Amerika Serikat Kawasan Eropa Jepang Negara Emerging Market dan berkembang Tiongkok India Negara Emerging Market Lainnya Sumber: Recent Economic Development Indonesia, Edisi Oktober Inflasi Pada triwulan IV atau akhir tahun 2014, inflasi diperkirakan meningkat. Berdasarkan perkembangan harga terkini, inflasi NTT di akhir tahun diperkirakan berada pada kisaran sebesar 4,23% - 4,63% (yoy). Adapun tekanan inflasi diperkirakan bersumber dari meningkatnya permintaan pada perayaan Natal & Tahun Baru. Sementara itu, inflasi pada kelompok pangan berpotensi meningkat sebagai dampak dari penurunan produksi sektor pertanian akibat kekeringan. Inflasi Administered Prices (AP) diperkirakan meningkat sejalan dengan diberlakukannya kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) tahap akhir untuk beberapa kelompok termasuk kelompok rumah tangga serta peningkatan tarif batas atas angkutan udara sebesar 20%. Terkait wacana kenaikan harga Bahan Bakan Minyak (BBM) bersubsidi, setiap kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 1.000,00/liter berpotensi untuk menambah angka inflasi sebesar 1% dari kondisi normal dan begitu pula kelipatannya. 68

84 Komoditas bahan makanan diperkirakan masih mendominasi andil tertinggi terhadap laju inflasi NTT. Secara spasial, berdasarkan data historis selama 3 tahun terakhir ( ), tingginya inflasi Kota Kupang terutama berasal dari komoditas beras, bawang merah dan tomat sayur. Sementara Kota Maumere, andil terbesar sebagian besar berasal dari kelompok ikan segar. Kekeringan yang berkepanjangan sebagai dampak dari El-Nino memberikan tekanan terhadap laju inflasi Volatile Foods. Beberapa daerah sentra produksi pangan terutama padi terancam gagal panen sebagai dampak kekeringan yang terjadi. Apabila hal ini terus berlanjut, tekanan harga terutama komoditas beras dengan andil cukup tinggi sebesar 6,54% dapat memicu peningkatan inflasi NTT secara umum. Begitu pula risiko eksternal diperkirakan turut menekan inflasi NTT seiring gagal panen di sentra produksi di Indonesia. Meskipun base effect kenaikan BBM telah hilang, namun adanya kenaikan TTL dan peningkatan tarif batas atas angkutan udara diperkirakan mampu menekan inflasi administered prices ke level lebih tinggi. Selain itu, faktor musiman menjelang akhir tahun akan mendorong peningkatan harga transportasi terutama transportasi udara. Sama seperti komoditas beras, shock dari transportasi udara dampaknya sangat signifikan terhadap perkembangan inflasi administered prices. Selain itu, rencana pemerintah mengurangi subsidi BBM turut memperburuk shock inflasi administered prices. Inflasi inti (core) cenderung meningkat. Menjelang akhir tahun, diperkirakan permintaan terhadap subkelompok sandang, rekreasi, dan makanan jadi meningkat seiring perayaan Natal & Tahun Baru. Selain itu, tekanan cost push inflation sebagai dampak peningkatan TTL meningkatkan risiko inflasi inti terutama subkelompok biaya tempat tinggal dan makanan jadi. 69

85 Grafik 6.5 Proyeksi Inflasi Tahunan NTT 10.00% 9.00% 8.00% 7.00% 6.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% year on year NTT 0.00% I II III IV I II III IV* Sumber: BPS dan Proyeksi BI Grafik 6.6 Ekspektasi Harga Konsumen Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yang akan datang Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yang akan datang Sumber: SK diolah Dari sisi konsumen, ekspektasi inflasi diperkirakan meningkat. Hasil Survei Konsumen terhadap perkembangan Harga 3 Bulan yang Akan datang menunjukkan peningkatan indeks yakni dari 182 menjadi 185. Peningkatan ekspektasi konsumen didorong oleh momen akhir tahun seperti Natal & Tahun Baru. Beberapa program TPID di NTT diperkirakan mampu meredam inflasi menjelang akhir tahun. P keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi publik, yang diperkirakan mampu menjaga stabilitas harga antara lain: a. Melaksanakan operasi pasar. b. Tinjauan langsung ke gudang-gudang sembako dalam rangka mengantisipasi kelangkaan persediaan. c. Pengendalian ekspektasi masyarakat melalui media informasi. 70

86 BOKS 3 RENCANA KENAIKAN BBM, AKANKAH SETINGGI TAHUN LALU? Secara umum, terjadinya peningkatan peningkatan kebutuhan energi mempunyai keterkaitan erat dengan semakin berkembangnya kegiatan ekonomi dan bertambahnya jumlah penduduk. Di Indonesia, dengan jumlah penduduk yang setiap tahunnya terus mengalami peningkatan serta tingginya dinamika aktivitas ekonomi, maka peningkatan kebutuhan energi adalah sesuatu hal yang tidak bisa dihindari. Untuk saat ini, jenis energi yang paling banyak dikonsumsi oleh masyakarat Indonesia yaitu Bahan Bakar Minyak (BBM). BBM merupakan unsur vital dalam proses produksi dan distribusi barang & jasa. Pemerintah baru di era Presiden Joko Widodo berencana menaikkan harga BBM bersubsidi. Langkah yang diambil pemerintah bukan berarti tanpa perhitungan. Subsidi BBM yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, tentunya membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Tahun 2014 saja, subsidi BBM yang dipikul oleh negara mencapai Rp246 triliun dengan kuota BBM 46 juta Kilo liter atau lebih besar dibandingkan tahun 2013 yang hanya Rp199 triliun. Menilik hal tersebut, bagaimanakah dampak rencana kenaikan harga BBM di Provinsi NTT? Berdasaran karakteristiknya, inflasi NTT salah satunya amat dipengaruhi faktor eksternal. Pemenuhan permintaan akan barang yang masih mengandalkan daerah lain, menyebabkan inflasi NTT rentan terhadap tekanan dari luar (imported inflation). Selain faktor eksternal, kondisi geografis di NTT yang merupakan kepulauan dan kondisi iklim yang bersifat kering turut mempengaruhi pergerakan inflasi. Rencana pemerintah meningkatkan harga BBM tentu akan berdampak terhadap naiknya inflasi NTT secara signifikan. Berkaca dari pengalaman sebelumnya, kenaikan harga BBM yang terjadi pada tahun 2013 menyebabkan inflasi tahunan NTT naik cukup tinggi sebesar 2,74%(yoy). Laju inflasi yang tinggi terutama dipengaruhi oleh kelompok transportasi dimana kelompok tersebut terkena dampak langsung dari kenaikan BBM. Tidak hanya disitu saja, dampak lanjutan dari kenaikan BBM adalah peningkatan harga bahan makanan dan harga barang jadi (cost push). 71

87 Gambar Event Analysis Inflasi NTT Skema rencana kenaikan BBM tahun 2014 memiliki berbagai opsi antara lain kenaikan sebesar Rp1.000/L, kenaikan Rp2.000/L, dan yang tertinggi sebesar Rp3000,-/L. Berikut analisa terkait kenaikan BBM bersubsidi masing-masing skema: Tabel Simulasi kenaikan BBM Item Kenaikan Harga BBM Rp 3000 Rp 2000 Rp 1000 Dampak Langsung 1.24% 0.83% 0.41% Bensin 1.14% 0.76% 0.38% Solar 0.10% 0.07% 0.03% Tak Langsung 1.77% 1.18% 0.59% Angkutan dalam kota 1.68% 1.12% 0.56% Angkutan luar kota 0.08% 0.05% 0.03% Angkutan laut 0.00% 0.00% 0.00% Angkutan SDP 0.00% 0.00% 0.00% Tarif Taksi 0.00% 0.00% 0.00% Total Dampak 3.01% 2.01% 1.00% Berdasarkan skema di atas, kenaikan tertinggi memberikan andil terhadap inflasi tahunan sebesar 3,01%(yoy). Andil tersebut apabila dibandingkan dengan kenaikan tahun lalu tidak terlalu tinggi. Namun demikian, apabila kenaikan BBM terjadi pada awal bulan Desember yang bertepatan dengan momen akhir tahun (Natal & tahun Baru), diperkirakan inflasi NTT tahun 2014 mencapai 7,44%. 72

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan I 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan I - 2014

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Agustus 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2 Kupang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN II 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Kantor Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur Menyongsong Pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang Berkualitas Februari 2017 Untuk

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur. Triwulan I Foto Cover : Joni Trisongko

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur. Triwulan I Foto Cover : Joni Trisongko KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Triwulan I Foto Cover : Joni Trisongko 0I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Tom Pello No. 2 Kupang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III-2013 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Asesmen Ekonomi

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

No Lokasi Jenis Sapi Jumlah. 1 Pulau Timor Sapi Bali Pulau Flores Sapi Bali Pulau Sumba Sapi Onggol

No Lokasi Jenis Sapi Jumlah. 1 Pulau Timor Sapi Bali Pulau Flores Sapi Bali Pulau Sumba Sapi Onggol Jakarta sebesar 150 ton per hari atau 52.500 ton per tahun dimana 30%-40% berasal dari impor. Perkembangan produksi sapi di Provinsi NTT sendiri telah berkembang sejak tahun 2011 dengan dicanangkan sebagai

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pantai Walakiri - Waingapu Foto By: Misha NR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

November KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

November KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR November KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang NTT (38) 832-364 / 827-916 ; fax : [38] 822-13 www.bi.go.id Daftar Isi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Mei KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pulau Padar, Taman Nasional Komodo Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN III 213 Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN III 214 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-213 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL November KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Tari Caci - Manggarai Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Kajian, Statistik dan Survey (UKSS) Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 212 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Kajian Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Jl. Letda Tantular No.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Februari. pegunungan flores

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Februari. pegunungan flores Februari 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR pegunungan flores Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT

Lebih terperinci