Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan"

Transkripsi

1 Jurnal Teknik Indusri, Vol. 19, No. 1, Juni 17, 1- ISSN prin / ISSN online DOI: 1.97/ji Konrol Opimal pada Model Economic Order Quaniy Inisiaif Tim Penjualan Abdul Laif Al Fauzi 1*, Isnani Dari 1, Agus Suryano 1 Absrac: Economic order quaniy (EOQ) is he order quaniy of invenory ha minimizes he oal cos of invenory managemen. In his aricle we discuss he opimal conrol in he EOQ model wih salesmen s iniiaives no only a he equilibrium condiions, bu also he opimal conrol wih salesmen s iniiaives a any ime. The aim of opimal conrol is o minimize he oal invenory coss, purchasing coss, selling price and cos of he effor of sales saff. By applying he Ponryagin Minimum Principle, i can be obained opimal conrol condiion. Numerical soluion is solved by using sweep forward backward mehod o show he effec of he conrols. Opimal conrol problem is solved using Ponryagin maximum principle, and numerically simulaed using he Sweep Forward-Backward mehod. Numerical simulaions show ha he greaer he level of demand coefficiens, he faser he invenory level will be reduced. Furhermore, he more work he sales eam so he process will be less invenory even faser. Keywords: Opimal conrol, EOQ model, Ponryagin maximum, sweep forward-backward. Pendahuluan Pengendalian persediaan merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh suau perusahaan ermasuk kepuusan-kepuusan yang diambil sehingga kebuuhan akan bahan unuk keperluan proses produksi dapa erpenuhi secara opimal resiko yang sekecil mungkin. Pengendalian persediaan barang memainkan peran uama dalam suau sisem produksi dan merupakan fakor pening di anara sekian banyak fakor pening yang berkonribusi erhadap pengurangan biaya (Dhaiban [1]). Pengendalian persediaan barang merupakan salah sau masalah yang sering dihadapi oleh suau perusahaan, karena sejumlah barang sanga diharapkan dapa diperoleh pada empa dan waku yang epa, ongkos yang murah. Selain iu, pengendalian persediaan barang juga dapa menekan biaya produksi, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan menjadi seminimal mungkin (Mucksad dan Sapra []). Upaya pengendalian persediaan barang dapa dilakukan melalui beberapa cara, salah saunya melalui pemodelan maemaika. Beberapa model maemaika enang persediaan barang adalah model EOQ (Economic Order Quaniy), model EPQ (Economic Producion Quaniy) dan model EOI (Economic Order Inerval). Salah sau model maemaika enang persediaan barang yang sering digunakan adalah model EOQ (Economic Order Quaniy). 1 Fakulas Maemaik dan Ilmu Pengeahuan Alam, Jurusan Maemaika, Universias Brawijaya, Jl. Veeran Malang, 515, yulialfauzi@gmail.com, isnanidari@ub.ac.id, suryano@ub.ac.id * Penulis korespondensi Model persediaan EOQ adalah suau model enang pengadaan aau persediaan bahan baku pada suau perusahaan. Asumsi dasar dalam menerapkan meode EOQ adalah perminaan dapa dienukan secara pasi dan konsan, iem yang dipesan idak berganung kepada iem yang lain, pesanan yang dierima segera dan pasi, idak erjadi sock ou sera harga iem konsan. Model ini dapa digunakan unuk menenukan jumlah pesanan yang memenuhi oal biaya penyimpanan, sehingga idak ada kekurangan persediaan (Kosic [3]). Peneliian enang model EOQ sudah banyak dilakukan, dianaranya Baker dan Urban [] membahas model persediaan memperhaikan ingka persediaan berganung pada ingka perminaan, Daa dan Pal [5] mengembangkan model ersebu memperimbangkan ingka perminaan keika barang-barang habis dimana fakor-fakor lain diasumsikan konsan, Ghosh dan Chaudhuri [] mengembangkan model persediaan dua ingka penyimpanan, sedangkan Husniah dan Supriana [7] mengkaji enang model dinamik dari ingka persediaan iga jenis produk yang dijual secara bersamaan oleh sebuah im pemasaran. Model EOQ dapa dianalisis melalui pendekaan sisem dinamik, dianaranya Sana [] yang membahas enang analisis dinamik dan konrol opimal model persediaan yang dipengaruhi inisiaif im penjualan bersama unuk dua produk yang serupa. Sana [9] menambahkan harga produk pada model EOQ. Pada peneliian selanjunya, Sana [1] mengembangkan analisis dinamik dan konrol opimal model persediaan unuk produk yang serupa, eapi mengasumsikan bahwa kapasias produksi erbaas dan perminaan barang erganung pada ingka pengadaan barang, sera 1

2 Fauzi e al. / Konrol Opimal pada Model Economic Order Quaniy / JTI, Vol. 19, No. 1, Juni 17, pp. 1 inisiaif im penjualan pada masing-masing produk secara erpisah. Anggraini e al. [11] juga membahas analisis dinamik dan konrol opimal pada model pengendalian persedian dua produk berbeda kapasias produksi erbaas sera inisiaif im penjualan bersama. Peneliian enang model EOQ ersebu membahas konrol opimal inisiaif im penjualan hanya pada saa kondisi seimbang saja, sehingga diperoleh keseimbangan opimal. Berbeda peneliian sebelumnya, pada arikel ini akan dikaji enang konrol opimal inisiaif im penjualan idak hanya pada saa kondisi seimbang saja, eapi konrol opimal usaha im penjualan pada seiap saa. Dalam hal ini diasumsikan bahwa kapasias produksi erbaas dan perminaan barang erganung pada ingka pengadaan barang dan inisiaif im penjualan pada masing-masing produk secara erpisah. Sraegi konrol opimal dilakukan meminimumkan biaya persediaan, biaya pembelian, biaya penjualan dan biaya usaha im penjualan. Masalah konrol opimal diselesaikan menggunakan prinsip maksimum Ponryagin. Solusi opimal yang diperoleh disimulasikan secara numerik menggunakan meode Sweep Maju-Mundur banuan sofware MATLAB. Meode Peneliian Model konrol opimal yang dikaji pada arikel ini merupakan model yang dikemukakan oleh Sana [1] mengasumsikan bahwa kapasias produksi erbaas dan perminaan barang erganung pada ingka pengadaan barang dan inisiaif im penjualan pada masing-masing produk secara erpisah, yang dinyaakan dalam benuk sisem persamaan diferensial beriku: * + (1) * + () X menyaakan persediaan barang 1 yang ada pada waku dan Y menyaakan persediaan barang yang ada pada waku. Tingka pengadaan barang dinyaakan sebagai model logisik, dimana dan masing-masing menyaakan laju inrinsik pengadaan barang 1 dan laju inrinsik pengadaan barang. Kapasias maksimum penyimpanan barang 1 yang dapa diampung gudang dinyaakan, sedangkan kapasias maksimum penyimpanan barang. Fungsi usaha bersama im penjualan unuk barang 1 pada waku dan unuk barang pada waku masing-masing dinyaakan sebagai dan. Selanjunya, dan adalah koefisien posiif dari ingka perminaan barang 1 dan. Parameer dan sebanding rasio ingka persediaan barang erhadap ingka perminaan pada ingka inisiaif im penjualan yang lebih inggi, sedangkan dan sebanding rasio ingka usaha erhadap ingka perminaan pada ingka persediaan yang lebih inggi. Fungsi yang menyaakan keunungan yang diperoleh dari model EOQ ini adalah hasil penjualan barang 1 dan hasil penjualan barang, kemudian dikurangi biaya persediaan barang 1, biaya persediaan barang, dan biaya usaha im penjualan. Secara umum, fungsi keunungan ersebu dapa diuliskan sebagai beriku = [ =, =, [ ] ],, dan masing-masing menyaakan biaya penjualan per uni barang 1, biaya penjualan per uni barang, biaya pembelian per uni barang 1, dan biaya pembelian per uni barang. Tujuan konrol opimal pada arikel ini adalah memaksimumkan fungsi keunungan yang memperimbangkan biaya persediaan, biaya pembelian, biaya unuk usaha im penjualan. Masalah konrol opimal dari kasus ini adalah memaksimumkan fungsi ujuan yang dapa dinyaakan sebagai beriku: (3) () = ingka bunga ingka inflasi. Masalah konrol opimal pada model EOQ ini diselesaikan menggunakan prinsip maksimum Ponryagin []. Langkah awal unuk menyelesaikan masalah konrol opimal menggunakan prinsip maksimum Ponryagin adalah erlebih dahulu dibenuk fungsi Hamilon sebagai beriku:. (5) kondisi baas ransversal. () Variabel konrolnya adalah dan kendalanya merupakan baas aas usaha im penjualan barang

3 Fauzi e al. / Konrol Opimal pada Model Economic Order Quaniy / JTI, Vol. 19, No. 1, Juni 17, pp. 1 1 dan. Variabel sae pada masalah ini adalah persamaan (1) dan (), sedangkan variabel adjoin yang bersesuaian unuk variabel sae dinyaakan sebagai dan. Berdasarkan prinsip maksimum Ponryagin, fungsi Hamilon mencapai solusi opimal jika persamaan sae, persamaan cosae, dan kondisi sasioner erpenuhi. Persamaan sae unuk masalah konrol opimal (3) kendala (1)-() dan fungsi Hamilon (5) sebagai beriku: kondisi awal X X, Y() Y. (7) () dan * + Kondisi sasioner dipenuhi jika memenuhi (13) (13) Berdasarkan kondisi sasioner pada persamaan (13) erhadap persamaan (11) dan persamaan (1), dapa dienukan kondisi dan agar diperoleh sisem opimal; (1) Persamaan cosae (adjoin) dienukan menggunakan nilai negaif dari urunan fungsi Hamilon (5) erhadap masing-masing variabel sae, sehingga diperoleh persamaan sebagai beriku: = * + dan (15) [ * + ] * + (9) dan Oleh karena unuk, diperoleh nilai kondisi opimal sebagai beriku: = * + * + * * + + (1). { (1) Berdasarkan persamaan (1)-(1), nilai dan dapa dinyaakan sebagai: { ( )}, (17) Selanjunya dienukan kondisi (, ) yang membua sisem opimal. Kondisi opimal diperoleh keika fungsi Hamilon memenuhi kondisi sasioner, yaiu (11) { ( )}, (1), dan. Adapun urunan parsial fungsi Hamilon erhadap masing-masing variabel konrol adalah sebagai beriku * + (1) Misalkan dan adalah kondisi sae opimal dan dan adalah kondisi variabel adjoin yang bersesuaian. Kondisi opimal diperoleh menyelesaikan sisem sebagai beriku:, (19). () 3

4 Fauzi e al. / Konrol Opimal pada Model Economic Order Quaniy / JTI, Vol. 19, No. 1, Juni 17, pp. 1 Variabel adjoin dinyaakan sebagai = [ ] [ * + ] [ ], (1). sedangkan unuk variabel adjoin adalah = [ ] * + [ * + ] () Penyelesaian masalah konrol opimal yang elah diuraikan sebelumnya dapa dinyaakan dalam Teorema 1 beriku ini. Teorema 1. Pada masalah konrol opimal persamaan (3) kendala sisem persamaan (1) dan (), erdapa konrol opimal, dan solusi sae opimal, sedemikian sehingga nilai, maksimum. Selain iu, erdapa variabel adjoin, yang memenuhi persamaan (9) dan (1) kondisi ransversal pada persamaan (). Selanjunya, konrol opima, diberikan oleh persamaan (17) dan (1). Selanjunya, solusi sisem opimal diperoleh menyelesaikan persamaan (1) dan () menggunakan meode Sweep Maju-Mundur (Lenhar dan Workman []). Meode Sweep Maju-Mundur merupakan meode numerik yang digunakan unuk menyelesaikan masalah konrol opimal mendiskriisasi inerval di iik-iik, merupakan ukuran langkah waku. Selanjunya, variabel dan dinyaakan sebagai, dan. Adapun langkahlangkah algorima meode Sweep Maju-Mundur seperi beriku ini. Langkah 1: Membua dugaan awal nilai dan Langkah : Menggunakan kondisi awal dan nilai awal dan unuk menyelesaikan persamaan sae dan langkah maju meode Runge-Kua orde. Langkah 3: Menggunakan kondisi ransversal dan nilai dan unuk menyelesaikan persamaan cosae langkah mundur meode Runge-Kua orde. Langkah : Memperbarui nilai konrol dan memasukkan nilai dan ke dalam persamaan karakerisik dari dan. Langkah 5: Memeriksa konvergensi. Jika nilai error seiap variabel dalam ierasi saa ini dan ierasi sebelumnya kurang dari maka nilai-nilai saa ini merupakan solusi. Sebaliknya, jika nilai errornya lebih dari maka kembali ke Langkah. Hasil dan Pembahasan Unuk mengeahui pengaruh konrol yang dilakukan erhadap model yang dikaji, dilakukan simulasi numerik menggunakan nilai awal = 1 dan =. Nilai parameer yang digunakan seperi diberikan di Tabel 1. Beberapa nilai parameer yang digunakan unuk simulasi pada arikel ini disarikan dari Sana[1] dan parameer lainnya dienukan secara random. Unuk simulasi I, laju inrinsik pengadaan barang 1 dan barang yang digunakan masingmasing sebesar 1 dan, sedangkan koefisien ingka perminaan barang 1 dan ingka perminaan barang bernilai sama sebesar,. Toal kapasias gudang maksimum unuk barang 1 dan barang masing-masing 5. Pengaruh laju inrinsik pengadaan barang 1 dan laju inrinsik pengadaan barang, anpa konrol dan konrol diunjukkan pada Gambar 1 dan Gambar. Unuk sisem anpa dan konrol, persediaan barang 1 meningka sampai baas waku erenu dan persediaan barang meningka kemudian berheni pada saa kapasias gudang unuk barang sudah mencapai maksimum. Berdasarkan kedua gambar erliha juga bahwa peningkaan persediaan barang 1 lebih kecil dibandingkan peningkaan persediaan barang. Hal ini dikarenakan laju inrinsik pengadaan barang 1 lebih kecil daripada laju inrinsik pengadaan barang. Unuk sisem konrol, yaiu, dan =, Gambar 1 dan Gambar menunjukkan bahwa semakin besar usaha im penjualan, maka persediaan barang semakin sediki, bahkan hampir habis sampai baas waku yang dienukan. Tabel 1. Nilai parameer unuk simulasi numerik Nilai parameer 5 5 1,,,5,3 1 Nilai parameer,1,1 5 7,5,11

5 Y X Fauzi e al. / Konrol Opimal pada Model Economic Order Quaniy / JTI, Vol. 19, No. 1, Juni 17, pp anpa konrol, E max, E max Gambar 1. Hasil persediaan barang 1 =,1; =,; = ; =, anpa konrol dan konrol ; ; ;. Gambar. Hasil persediaan barang =,1; =,; = ; =,; anpa konrol dan konrol ; ; ;. E anpa konrol, E max, E max Gambar 3. Konrol opimal erhadap model =,1; =,; = ; =,. E 1 1 konrol E 1 max konrol E 1 max konrol E max konrol E max Gambar. Konrol opimal erhadap model =,1; =,; =, =,. Gambar 3 dan Gambar menunjukkan konrol opimal dan. Pada Gambar 3 erliha bahwa konrol yang dilakukan pada awal periode adalah maksimum, kemudian pada sebelum akhir periode sudah mengalami penurunan hingga mencapai minimum di akhir periode. Pada Gambar, konrol yang dilakukan selalu maksimum dari awal hingga akhir periode. Hal ini menunjukkan bahwa im penjualan harus berusaha maksimal dari awal sampai baas waku yang dienukan. Berdasarkan Gambar 3, im penjualan dapa mulai menghenikan usahanya sebelum baas waku akhir. Hal ini dapa erjadi dikarenakan laju inrinsik pengadaan barang 1 relaif kecil dibandingkan laju inrinsik pengadaan barang, sehingga persediaan barang 1 lebih cepa habis daripada barang habis. Unuk simulasi II ini, digunakan laju inrinsik pengadaan barang 1 adalah 1, dan koefisien posiif ingka perminaan barang 1 adalah,. Sedangkan laju inrinsik pengadaan barang adalah dan koefisien posiif ingka perminaan barang adalah,. Hasil simulasi numerik seperi diunjukkan pada Gambar 5 dan Gambar. Berdasarkan kedua gambar ersebu, unuk sisem yang anpa konrol maupun konrol erliha bahwa persediaan kedua barang akan berheni pada saa kapasias gudang unuk kedua barang maksimum. Persediaan barang 1 (Gambar 5) lebih cepa mencapai kapasias maksimum gudang dibandingkan hasil dari simulasi I (Gambar 1) dikarenakan laju inrinsik pengadaan barang 1 yang digunakan relaif lebih inggi daripada di simulasi I. Dalam hal ini, pengonrolan dan yang dilakukan selalu maksimum dari awal hingga akhir waku, yaiu, dan =, seperi diunjukkan pada Gambar 7 dan Gambar. Pada simulasi III, nilai parameer yang digunakan sama seperi pada simulasi II, eapi koefisien ingka perminaan barang 1 sebesar = dan koefisien ingka perminaan barang sebesar = 5. Hasil simulasi seperi diunjukkan pada Gambar 9 dan Gambar 1 menunjukkan bahwa adanya perubahan yang signifikan dari ingka perminaan kedua barang, berakiba pada persediaan barang baik unuk sisem yang anpa konrol maupun konrol. Akan eapi, dari kedua gambar ersebu dapa diliha bahwa persediaan barang 1 dan barang unuk sisem konrol selalu lebih sediki daripada sisem yang anpa konrol. Proses persediaan barang 1 dan persediaan barang akan meningka dan berheni pada saa kapasias gudang barang 1 dan kapasias gudang barang dalam kondisi maksimum. Lebih lanju, adanya konrol yang berbenuk usaha im penjualan sanga berpengaruh erhadap persediaan barang ini. 5

6 Y X Fauzi e al. / Konrol Opimal pada Model Economic Order Quaniy / JTI, Vol. 19, No. 1, Juni 17, pp Gambar 5. Hasil persediaan barang 1,; =,; = ; =, anpa konrol dan konrol ; ; ; Gambar 7. Konrol opimal,; =,; = ; =, anpa konrol, E max, E max Gambar. Hasil persediaan barang,; =,; = ; =, anpa konrol dan konrol ; ; ; E 1 E anpa konrol, E max, E max 1 konrol E 1 max konrol E 1 max erhadap model konrol E max konrol E max Gambar. Konrol opimal erhadap model,; =,; = ; =, Semakin besar usaha im penjualan, semakin cepa berkurang persedian barang. Hal ini sanga jelas diunjukkan pada Gambar 1, dimana persedian barang lebih cepa habis, diakibakan konrol maksimum yang dilakukan relaif jauh lebih besar (yaiu, dan = ). Dalam hal ini, disamping diakibakan konrol yang dilakukan juga dapa dikarenakan pengaruh koefisien posiif perminaan barang ( = 5) yang relaif lebih besar dibandingkan koefisien perminaan barang 1 ( = ). Gambar 11 dan Gambar 1 menunjukkan konrol opimal dan unuk simulasi III. Berdasarkan Gambar 11, dapa dikeahui pengonrolan dilakukan seiap saa konrol maksimum = 1,, mulai awal hingga akhir waku pengonrolan yang dienukan. Pada Gambar 1 erliha bahwa konrol yang dilakukan pada awal periode adalah maksimum (, ), kemudian pada sebelum akhir periode sudah mengalami penurunan hingga mencapai minimum. Hal ini menunjukkan bahwa im penjualan harus berusaha maksimal sampai baas waku yang dienukan dan dapa mulai berheni usahanya sebelum baas waku akhir. Berdasarkan hasil yang sudah diuraikan sebelumnya ermasuk hasil-hasil simulasi numerik yang diberikan pada Gambar (1) (1), dapa dikeahui bahwa konrol opimal inisiaif im penjualan memperhaikan laba bersih maksimum yang dilakukan pada peneliian ini sifanya idak konsan, dalam arian bahwa konrol yang berupa inisiaif im penjualan dapa dikeahui perubahannya seiap saa dari waku ke waku selama periode penjualan. Pengaruh konrol yang dilakukan erhadap jumlah persediaan barang yang ada koefisien ingka perminaan barang yang berbeda juga dapa dikeahui dari waku ke waku (unuk barang 1 dan barang ). Hal ini merupakan konribusi uama dari peneliian ini yang membedakan Sana [11], dimana pada peneliian Sana [11] konrol hanya dilakukan pada keadaan seimbang (kondisi sabil), dalam arian bahwa konrol yang dilakukan bersifa konsan aau eap. Dengan demikian, berdasarkan penyelesaian konrol opimal erhadap model pengendalian persediaan yang dikaji dalam peneliian ini, pada kondisi yang sesuai, perusahaan akan dapa selalu memonior usaha yang dilakukan oleh im penjualan seiap saa, apakah sudah maksimum aau idak selama periode waku yang elah dienukan dari waku ke waku, ermasuk kesesuaian usaha yang dilakukan erhadap jumlah persediaan barang yang ada. Hal ini enu akan memudahkan pimpinan perusahaan di dalam memonior usaha im penjualan di dalam melakukan penjualan barang.

7 Y X Fauzi e al. / Konrol Opimal pada Model Economic Order Quaniy / JTI, Vol. 19, No. 1, Juni 17, pp. 1 Gambar 9. Hasil persediaan barang 1,; = ; = ; = 5 anpa konrol dan konrol ; ; ; Gambar 1. Hasil persediaan barang,; = ; = ; = 5 anpa konrol dan konrol ; ; ; E 1 Gambar 11. Konrol opimal unuk,; = ; = ; = 5 E Gambar 1. Konrol opimal unuk,; = ; = ; = 5 anpa konrol, E max, E max anpa konrol, E max, E max konrol E 1 max konrol E 1 max erhadap model konrol E max konrol E max erhadap model Simpulan Telah didapakan penyelesaian masalah konrol opimal pada model EOQ inisiaif im penjualan idak hanya pada saa kondisi seimbang saja, eapi konrol opimal usaha im penjualan pada seiap saa. Sraegi konrol opimal dilakukan meminimumkan biaya persediaan, biaya pembelian, biaya penjualan dan biaya usaha im penjualan. Berdasarkan hasil simulasi numerik dikeahui bahwa semakin besar koefisien ingka perminaan barang 1 dan koefisien ingka perminaan barang, maka persediaan barang 1 dan persediaan barang akan lebih cepa berkurang. Semakin besar usaha im penjualan, maka proses persediaan barang juga lebih sediki bahkan lebih cepa habis. Dalam hal ini pengaruh konrol berupa inisiaif im penjualan erhadap jumlah persediaan barang dapa dikeahui dari waku ke waku, sehingga perusahaan selalu dapa memonior usaha yang dilakukan oleh im penjualan seiap saa, apakah sudah maksimum aau idak selama periode waku yang elah dienukan dari waku ke waku, ermasuk kesesuaian usaha yang dilakukan erhadap jumlah persediaan barang yang ada. Dafar Pusaka 1. Dhaiban, A.K., Comparison beween Linear Programming Model and Opimal Conrol Model of Producion Invenory Sysem, Curren Science, 11(9), 17, pp Kosic, K., Invenory Conrol as a Discree Sysem Conrol for he Fixed-Order Quaniy Sysem, Applied Mahemaical Modelling, 33, 9, pp Mucksad, J.A. and Sapara, A., Principles of Invenory Managemen: When You are Down o Four, Order More. Springer Series in Operaion Research and Financial Engineering, 1.. Baker, R.C. and Urban, T.L., A Deerminisic Invenory Sysem wih Invenory-Level-Dependen Demand Rae, Journal of he Operaion Research Sociey, 39, 19, pp Daa, T.K. and Pal, A.K., Deerminisic Invenory Sysem for Deerioraing Iems wih Invenory Level Dependen Demand Rae and Sorages, Opsearch, 7, 199, pp Ghosh S.K. and Chaudhuri, K.S., An Order Level Invenory Model for a Deerioraing Iem wih Two Levels of Sorage Sock-Dependen Demand, Far Eas Journal of Applied Maemaics, 15,, pp Husniah, H. dan Supriana, A.K., Model Dinamis Persediaan Tiga Produk Penjualan Bersama, Jurnal Indusrial Services, 1(1), 15, pp

8 Fauzi e al. / Konrol Opimal pada Model Economic Order Quaniy / JTI, Vol. 19, No. 1, Juni 17, pp. 1. Lenhar, S. and Workman, J., Opimal Conrol Applied o Biological Models, Chapman and Hall/ CRC, London, Sana, S.S., An EOQ Model of Homogeneous Producs while Demand is Salesmen s Iniiaives and Sock Sensiive, Compuers and Mahemaics wih Applicaions,, 11, pp Sana, S.S., An EOQ Model for Salesman s Iniiaives, Sock, and Price Sensiive Demand of Similar Producs-A Dynamical Sysem, Applied Mahemaics and Compuaion, 1, 11, pp Sana, S.S., The EOQ Model A Dynamical Sysem, Applied Mahemaics and Compuaion, 1, 1, pp Anggriani, N., Lesmana, E., Supriana, A., Husniah, H., dan Yudha, M., Analisis Dinamik pada Model Pengendalian Persediaan Dua Produk berbeda, Jurnal Teknik Indusri, 17, 15, pp. 17-.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

MODEL INVENTORI TINGKAT PERMINTAAN LINEAR, TINGKAT PRODUKSI TERBATAS DAN KEKURANGAN PERSEDIAAN YANG DIPENUHI SAAT PRODUKSI

MODEL INVENTORI TINGKAT PERMINTAAN LINEAR, TINGKAT PRODUKSI TERBATAS DAN KEKURANGAN PERSEDIAAN YANG DIPENUHI SAAT PRODUKSI Roni Hasudungan H e.al. Model Invenory Tingka Linear MODEL INVENTORI TINGKAT PERMINTAAN LINEAR, TINGKAT PRODUKSI TERBATAS DAN KEKURANGAN PERSEDIAAN YANG DIPENUHI SAAT PRODUKSI Roni Hasudungan H, T.P Nababan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

KENDALI OPTIMAL PADA PENGADAAN BAHAN MENTAH DENGAN KEBIJAKAN PENGADAAN TEPAT WAKTU, PERGUDANGAN, DAN PENUNDAAN. Oleh: Darsih Idayani

KENDALI OPTIMAL PADA PENGADAAN BAHAN MENTAH DENGAN KEBIJAKAN PENGADAAN TEPAT WAKTU, PERGUDANGAN, DAN PENUNDAAN. Oleh: Darsih Idayani KENDALI OPTIMAL PADA PENGADAAN BAHAN MENTAH DENGAN KEBIJAKAN PENGADAAN TEPAT WAKTU, PERGUDANGAN, DAN PENUNDAAN Oleh: Darsih Idayani 126 1 4 Dosen Pembimbing: Subchan, Ph.D Jurusan Maemaika Fakulas Maemaika

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk) Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias

Lebih terperinci

SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galatia Ballangan)

SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galatia Ballangan) SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galaia Ballangan) SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Saionary Disribuion of Swiss Bonus-Malus

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

SKRIPSI IMELDA YULI YANTI FRANSISKA

SKRIPSI IMELDA YULI YANTI FRANSISKA INVENTORY CONTROL DAN PERENCANAAN BAHAN BAKU DI INDUSTRI MANUFAKTURING PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR - MEDAN SKRIPSI IMELDA YULI YANTI FRANSISKA 050803021 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas Perencanaan Sisem Pendukung Kepuusan Unuk Peningkaan Produkivias Abdurrozzaq Hasibuan Jurusan Teknik Indusri, Fakulas Teknik, UISU Jln. Sisingamangaraja Telp. 7869920 Teladan Medan Email : rozzaq@uisu.ac.id

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

USULAN UKURAN PEMESANAN OPTIMAL SUKU CADANGMESIN GRINDING BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN MENGGUNAKAN METODE Q (di Bengkel Pembuatan dan Service Turbin)

USULAN UKURAN PEMESANAN OPTIMAL SUKU CADANGMESIN GRINDING BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN MENGGUNAKAN METODE Q (di Bengkel Pembuatan dan Service Turbin) ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Indusri Ienas No.01 Vol.04 Jurnal Online Insiu Teknologi Nasional Januari 2016 USULAN UKURAN PEMESANAN OPTIMAL SUKU CADANGMESIN GRINDING BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRODUKSI DISAGREGAT: STUDI KASUS PRODUKSI PAKAN TERNAK DI PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA BALARAJA

PERENCANAAN PRODUKSI DISAGREGAT: STUDI KASUS PRODUKSI PAKAN TERNAK DI PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA BALARAJA PERENCANAAN PRODUKSI DISAGREGAT: STUDI KASUS PRODUKSI PAKAN TERNAK DI PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA BALARAJA Sii Nur Fadlilah A 1 ; Thomas Widjaja 2 ABSTRACT Producion planning is an aciviy o make decison

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

Keywords: Forecasting, Exponential Smoothing

Keywords: Forecasting, Exponential Smoothing RANCANG BANGUN SISTEM PERAMALAN PERMINTAAN BARANG PADA CV. KONVEKSI JAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING Kuncono 1) 1) S1/ Jurusan Sisem Informasi. Sekolah Tinggi Manajemen Informaika &

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 1, 1-7, April 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 1, 1-7, April 2002, ISSN : JURNAL MAEMAIKA DAN KOMPUER APLIKASI OPIMASI DINAMIS DENGAN PENDEKAAN MAXIMUM PRINCIPLE PADA PERUMBUHAN EKONOMI DAERAH DAN ALOKASI PENDAPAAN BELANJA DAERAH 1 Yusup Supena dan Yayan Jurusan Maemaika Fakulas

Lebih terperinci

SISTEM PERSEDIAAN KOMPONEN PADA MESIN CETAK BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN DI PT KARYA KITA

SISTEM PERSEDIAAN KOMPONEN PADA MESIN CETAK BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN DI PT KARYA KITA Reka Inegra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Indusri Ienas No.03 Vol.03 Jurnal Online Insiu Teknologi Nasional Juli 2015 SISTEM PERSEDIAAN KOMPONEN PADA MESIN CETAK BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN DI PT KARYA

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

Perancangan Kontrol Optimal pada Model Matematika Bioekonomik

Perancangan Kontrol Optimal pada Model Matematika Bioekonomik Jurnal Maemaika Vol. 4 No. 1, Juni 2014. ISSN: 1693-1394 Perancangan Konrol Opimal pada Model Maemaika Bioekonomik G.K. Gandhiadi Jurusan Maemaika FMIPA Universias Udayana e-mail: ganndhiadi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Persediaan (Invenory) Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan aau digunakan unuk dijual pada periode mendaang, yang dapa berbenuk bahan baku yang

Lebih terperinci

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES Universias Muhammadiyah Purwokero malim.muhammad@gmail.com Absrak Pada persamaan regresi linier sederhana dimana variabel dependen dan variabel independen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawaan (Mainenance) Mainenance adalah akivias agar komponen aau sisem yang rusak akan dikembalikan aau diperbaiki dalam suau kondisi erenu pada periode waku erenu (Ebeling,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Akivias produksi sebagai suau bagian dari fungsi organisasi perusahaan yang beranggung jawab erhadap pengolahan bahan baku menjadi produksi jadi yang dapa dijual. Terdapa

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN OPTIMASI PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DENGAN ALGORITMA SILVER-MEAL

RANCANG BANGUN OPTIMASI PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DENGAN ALGORITMA SILVER-MEAL RANCANG BANGUN OPTIMASI PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DENGAN ALGORITMA SILVER-MEAL Aulia Bahar, Sarwosri Jurusan Teknik Informaika, Fakulas Teknologi Informasi, Insiu Teknologi Sepuluh Nopember Kampus

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN POZZOLAN DI PT SEMEN PADANG

PENGENDALIAN PERSEDIAAN POZZOLAN DI PT SEMEN PADANG PENGENDALIAN PERSEDIAAN POZZOLAN DI PT SEMEN PADANG Prima Fihri 1, Annise Sindikia 1 1 Jurusan Teknik Indusri, Fakulas Teknik, Universias Andalas, Padang Email: ima@f.unand.ac.id Absrac Invenory of raw

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan barang jadi yang ada dalam sistem produksi pada suatu waktu tertentu. (Elsayed,

BAB II LANDASAN TEORI. dan barang jadi yang ada dalam sistem produksi pada suatu waktu tertentu. (Elsayed, BAB II LANDASAN TEORI.1. Persediaan Persediaan didefinisikan sebagai bahan baku, barang dalam proses dan perakian, dan barang jadi yang ada dalam sisem produksi pada suau waku erenu. (Elsayed, 1994, p63).

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 2, 47-56, Agustus 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 2, 47-56, Agustus 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 2, 47-56, Agusus 22, ISSN : 4-858 PENGEFEKTIFAN USAHA MEDIS DALAM MEMBATASI EPIDEMI DENGAN KONTROL BANG-BANG Heru Cahyadi dan Ponidi Jurusan Maemaika FMIPA UI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

SIMULASI PERGERAKAN TINGKAT BUNGA BERDASARKAN MODEL VASICEK

SIMULASI PERGERAKAN TINGKAT BUNGA BERDASARKAN MODEL VASICEK Jurnal Maemaika Murni dan Terapan εpsilon Vol.9 No.2 (215) Hal. 15-24 SIMULASI PEGEAKAN TINGKAT BUNGA BEDASAKAN MODEL VASICEK Shanika Marha, Dadan Kusnandar, Naomi N. Debaaraja Fakulas MIPA Universias

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN)

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) B PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Sudi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) Firiya Gemala Dewi, Bobby O.P. Soepangka, Nurhadi Siswano Program Pasca Sarjana Magiser Manajemen

Lebih terperinci

Pengantar Teknik Industri

Pengantar Teknik Industri Sisem Produksi/Operasi Penganar Teknik Indusri Perencanaan & Peengendalian Produksi/Operasi Sisem produksi/operasi adalah suau akivias unuk mengolah aau mengaur penggunaan sumber daya yang ada dalam proses

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ)

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) hp://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI Jurnal Opimasi Sisem Indusri ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) Ahmad Muhsin, Ichsan Syarafi Jurusan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN Peramalan Dengan Meode Smoohing dan Verifikasi Meode Peramalan Dengan Grafik Pengendali Moving Range () (Sudi Kasus: Produksi Air Bersih di PDAM Tira Kencana Samarinda) Forecasing wih Smoohing and Verificaion

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pusaka 2.1.1 Teknik Indusri Teknik indusri adalah suau rekayasa yang berkaian dengan desain, pembaruan, dan insalasi dari sisem erinegrasi yang melipui manusia, maerial,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Perminaan 2.1.1. Konsep Dasar Manajemen Perminaan Pada dasarnya manajemen perminaan (demand managemen) didefinisikan sebagai suau fungsi pengelolaan dari semua perminaan

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON *

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON * PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV HAMILON * BERLIAN SEIAWAY, YANA ADHARINI DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus IPB

Lebih terperinci

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi Bab II Maeri Penunjang BAB II MATERI PENUNJANG.1 Keuangan.1.1 Opsi Sebuah opsi keuangan memberikan hak (bukan kewajiban) unuk membeli aau menjual sebuah asse di waku yang akan daang dengan harga yang disepakai.

Lebih terperinci