KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi

2 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI Telp : Fax : Webiste :

3 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil. Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU. Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust and Integrity, Profesionalism, Excellence, Public Interest, Coordination and Teamwork. Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjadi kantor perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.

4 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

5 K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-nya sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Jambi triwulan II 2015 dapat diselesaikan dengan baik. KEKR merupakan salah satu terbitan periodik Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi sebagai sarana untuk membangun komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun eksternal. Dengan demikian, para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat memperoleh masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi daerah. KEKR mencakup beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, inflasi daerah, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan. Publikasi ini juga memuat perkiraan ekonomi dan inflasi daerah. Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, perekonomian Jambi triwulan II 2015 tumbuh sebesar 5,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional triwulan II 2015 sebesar 4,67% (yoy), akan tetapi melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,9% (yoy)) dan triwulan II 2014 (6,6% (yoy)). Perekonomian Jambi pada triwulan laporan menghasilkan output Rp40,2 triliun atau 1,1% dari perekonomian Indonesia. Dari sisi harga, kota Jambi mengalami inflasi 6,46% (yoy) lebih tinggi dari triwulan lalu 4,88% (yoy) dan inflasi nasional 7,26% (yoy).sementara itu inflasi Bungo pada triwulan I 2015 tercatat sebesar 6,02% (yoy). Perkembangan perbankan sedikit mengalami peningkatan akibat kenaikan pada dana pihak ketiga dan kredit. Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor berada pada posisi yaitu sebesar 113,01% yang mengindikasikan masuknya dana dari luar perbankan Provinsi Jambi. Kualitas kredit bank umum juga masih berada pada level yang aman, ditunjukkan oleh angka Non Performing Loan (NPL) sebesar 3,21%. Pembenahan sektor riil secara terus menerus diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan terutama dalam rangka meningkatkan investasi. Dalam penyusunan KEKR triwulan II 2015 kami banyak memperoleh support dari dinasdinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas KEKR ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk kemakmuran masyarakat Jambi. Jambi, Agustus 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI V. Carlusa Kepala Perwakilan

6 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

7 DAFTAR ISI Daftar Isi vii Daftar Tabel... ix Daftar Grafik... x Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xii Ringkasan Eksekutif... 1 BAB I. Ekonomi Makro Regional... 7 A. Umum... 7 B. PDRB Sisi lapangan Usaha Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Industri Pengolahan Sektor-sektor Lain C. PDRB Sisi Penggunaan Pengeluaran Konsumsi Investasi Perdagangan Eksternal Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi Impor Luar Negeri Provinsi Jambi BAB II. Inflasi A. Kajian Umum B. Inflasi Kota Jambi Berdasarkan Kelompok Barang Kelompok Bahan Makanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok Sandang Kelompok Kesehatan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 40 C. Inflasi Kota Bungo BAB III. Perbankan Dan Sistem Pembayaran A. Bank Umum Perkembangan Aset Bank Perkembangan Dana Masyarakat vii

8 3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana Undisbursed Loan Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi Perkembangan Kredit UMKM B. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) C. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi Penyediaan Uang Layak Edar Perkembangan Jumlah Uang palsu yang Ditemukan Perkembangan Kliring Lokal Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan II Tahun B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan II Tahun C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah D. Keuangan Pemerintah Daerah E. Boks 1 Perkembangan Dana Desa Di Provinsi Jambi BAB V Kesejahteraan Daerah A. Kesejahteraan B. Raskin BAB VI Prospek Perekonomian A. Pertumbuhan Ekonomi B. Proyeksi Inflasi C. Rekomendasi Kebijakan Boks 2 Kondisi, Peluang dan Tantangan Pembangunan Kelistrikan di Provinsi Jambi Lampiran Glosary viii KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

9 DAFTAR TABEL 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi (yoy) Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan Terhadap Pertumbuhan (yoy) Indeks Tendensi Konsumen PMA dan PMDN Provinsi Jambi Perkembangan Inflasi Kota Jambi Sumbangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode Triwulan II Perkembangan Inflasi Kota Bungo Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Bungo berdasarkan kelompok dan sub kelompok barang dan jasa Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo berdasarkan komoditi periode triwulan II Penghimpunan Dana bank umum di Provinsi Jambi Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Kredit Berdasarkan Lokasi di Proyek Provinsi Jambi Tabel Undisbursed loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi Perkembangan System Pembayaran Melalui KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi Perkembangan Transaksi RTGS Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Triwulan II Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Triwulan II Tahun Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 73 TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI ix

10 5.1 Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha 92 x KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

11 DAFTAR GRAFIK 1.1 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan II Tahun Produksi Padi Produksi Jagung Produksi Kedelai Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi Pertumbuhan Lifting (Barrel) Minyak Pertumbuhan Lifting (MMBTU) Gas Perkembangan Produksi Karet Jambi Penjualan Kendaraan Bermotor Roda 4 dan Sepeda Motor di Provinsi Jambi Tingkat Hunian Hotel Perkembangan Pelanggan dan Pemakaian Listrik Perkembangan Pelanggan dan Pemakaian Air Bersih Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat barang Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut pengeluaran Triwulanan II Tahun Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi Konsumsi Semen Provinsi Jambi Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jambi Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditi Utama Pangsa Nilai Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Triwulan II Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi berdasarkan Negara Tujuan Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi Perkembangan Inflasi Kota Jambi Perkembangan Inflasi Kota Jambi (ytd) Perbandingan Inflasi Core, Volatile Foods, dan Administered Price (yoy) Perbandingan Inflasi tahunan Kota Jambi dan kota lainnya di Pulau Sumatera per Juni Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan Perkembangan Harga Jagung Perkembangan Harga Beras Perkembangan Harga Tepung Terigu Perkembangan Harga Daging Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional 41 TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI xi

12 2.12 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo Tahun Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Provinsi Jambi Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi Perkembangan Transaksi Kliring Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (%) Pangsa (share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Periode Tahun 2012 s.d Juni 2015 serta Perkiraan Juli s.d September Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2012 s.d Juni 2015 serta Perkiraan Juli s.d September Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (ytd) Kota Jambi Periode Tahun 2012 s.d Juni 2015 serta Perkiraan Juli s.d September xii KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

13 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. Inflasi dan PDRB INDIKATOR TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV Total TRW.I TRW.II MAKRO Indeks Harga Konsumen Kota Jambi Indeks Harga Konsumen Kota Bungo 4) Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Bungo 4) PDRB - Harga Konstan (Juta Rp) 1) 29,367,667 30,026,427 30,351,235 30,950, ,696,234 31,117,580 31,581,176 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7,858,367 8,102,410 7,830,911 8,170,651 31,962,339 8,462,754 8,606,116 Pertambangan dan Penggalian 7,457,231 7,599,949 7,940,656 7,850,070 30,847,907 7,704,312 7,729,874 Industri Pengolahan 3,343,648 3,404,386 3,423,015 3,399,915 13,570,964 3,398,443 3,456,673 Pengadaan Listrik, Gas 13,145 13,779 13,954 15,533 56,412 14,781 15,144 Pengadaan Air 39,210 39,683 40,235 41, ,471 40,756 41,742 Konstruksi 2,124,821 2,158,461 2,170,639 2,207,296 8,661,217 2,117,687 2,186,231 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2,543,492 2,580,777 2,676,617 2,861,077 10,661,963 2,908,629 2,960,958 Transportasi dan Pergudangan 896, , , ,881 3,669, , ,390 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 298, , , ,874 1,226, , ,322 Informasi dan Komunikasi 942, , , ,789 3,876,302 1,029,423 1,082,685 Jasa Keuangan 673, , , ,531 2,772, , ,541 Real Estate 425, , , ,620 1,732, , ,575 Jasa Perusahaan 298, , , ,366 1,230, , ,291 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 984,346 1,028,688 1,044,349 1,083,775 4,141,157 1,056,848 1,067,817 Jasa Pendidikan 875, , , ,511 3,694, , ,547 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 308, , , ,957 1,269, , ,441 Jasa lainnya 283, , , ,714 1,162, , ,831 Nilai Ekspor Non Migas ( ribu USD) 2) 263, , , ,033 1,020, , ,150 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 860,882 1,107, ,332 1,006,563 3,814,802 1,089,055 1,046,327 Nilai Impor Nonmigas (ribu USD ) 3) 71,736 53,767 38,560 20, ,980 25,667 28,113 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 26,274 31,946 33,758 23, ,977 27,200 1,046,327 Sumber: BPS Catatan Tahun dasar 2010 angka sangat sementara, sumber : BPS Provinsi Jambi 2) Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang berdasarkan SITC 2 digit yang berlaku. 3) Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2 digit 4) Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo vii

14 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH B. Perbankan INDIKATOR TRW.IV TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I TRW.II PERBANKAN A. Bank Umum : Total Aset (Rp Juta) 28,676,080 29,691,060 34,853,104 34,345,898 32,675,144 34,622,605 37,671,417 DPK(Rp Juta) 19,415,015 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964,903 22,733,986 24,205,221 - Tabungan 11,429,775 10,703,386 10,969,816 11,290,961 12,044,292 10,847,414 3,619,074 - Giro 3,343,467 3,179,483 4,051,589 3,707,342 3,008,463 3,842,142 11,316,696 - Deposito 4,641,773 6,186,567 7,285,993 7,528,836 6,912,149 8,044,430 9,269,451 Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi 26,955,932 31,946,454 32,458,037 33,257,510 34,124,108 34,107,025 35,199,342 - Modal Kerja 8,103,793 10,158,229 10,671,200 11,084,121 11,419,932 11,049,817 11,327,405 - Konsumsi 8,410,345 9,527,809 9,164,037 9,187,047 9,439,228 9,679,800 10,216,942 - Investasi 10,441,794 12,260,417 12,622,800 12,986,343 13,264,947 13,377,408 13,654,995 - Dana 19,898,809 20,473,410 22,719,313 22,958,027 22,508,985 23,275,384 24,596,162 - LDR Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 26,566,309 27,355,034 - Modal Kerja 7,548,969 7,558,597 8,035,392 8,187,856 8,517,472 8,487,900 8,772,809 - Konsumsi 10,207,932 5,959,299 10,762,104 6,134,277 6,430,084 6,663,743 6,881,249 - Investasi 5,864,182 10,409,402 6,071,136 11,050,256 11,281,919 11,414,666 11,700,976 - LDR (%) NPL Gross nominal 466, , , , , , ,166 - NPL Gross % Kredit MKM (Rp Juta) Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) 3,302,277 3,289,142 3,368,912 3,306,533 3,279,728 3,327,809 3,506,146 - Kredit Modal Kerja 1,260,845 1,317,572 1,415,511 1,376,943 1,424,349 1,457,647 1,537,153 - Kredit Investasi 597, , , , , , ,815 - Kredit Konsumsi 1,443,804 1,353,104 1,314,602 1,292,963 1,208,184 1,200,391 1,285,178 Kredit Kecil (Rp 50 < x Rp500 juta) (R 11,642,097 11,946,461 12,445,976 12,807,687 13,124,113 13,333,741 13,601,753 - Kredit Modal Kerja 1,914,038 1,895,776 1,949,111 2,015,340 2,020,090 1,998,536 2,025,697 - Kredit Investasi 1,829,234 1,853,755 1,912,349 1,925,125 1,990,458 2,055,800 2,129,599 - Kredit Konsumsi 7,898,825 8,196,931 8,584,516 8,867,222 9,113,566 9,279,404 9,446,457 Kredit Menengah (Rp500 juta < x Rp5 miliar) ((Rp Juta) 4,563,050 4,488,941 4,669,116 4,743,308 4,945,156 4,965,324 5,044,331 - Kredit Modal Kerja 2,853,406 2,808,005 3,038,812 3,096,118 3,226,807 3,229,753 3,279,252 - Kredit Investasi 899, , , , , , ,820 - Kredit Konsumsi 809, , , , , , ,259 Total Kredit MKM (Rp Juta) 19,507,424 19,724,544 20,484,004 20,857,528 21,348,998 21,626,874 22,152,229 NPL MKM gross (%) NPL MKM Gross Nominal 450, , , , , , ,386 B. BPR : Total Aset (Rp Juta) 739, , , , , , ,582 DPK (Rp Juta) 532, , , , , , ,279 - Tabungan (Rp Juta) 86,236 82,543 83,869 84,072 84,864 84,947 85,648 - Deposito (Rp Juta) 446, , , , , , ,631 Kredit (Rp Juta) 545, , , , , , ,051 - Modal Kerja 172, , , , , , ,080 - Investasi 94, , , , , , ,844 - Konsumsi 277, , , , , , ,127 Kredit UMKM (Rp Juta) 202, , , , , , ,286 Rasio NPL Gross (%) NPL Gross (Nominal) 34,367 43,534 54,692 59,612 64,046 76,061 83,127 LDR (%) Sumber: LBU Bank Indonesia viii

15 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH c. Sistem Pembayaran Uraian Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Kliring Nilai Kliring (juta Rp) 2,519,833 2,707,328 2,534,343 2,571,965 2,202,247 1,829,966 Volume Kliring (lembar warkat) 68,552 74,520 70,240 69,012 62,245 51,098 Cek dan BG Kosong Lembar 1,472 1,974 1,847 1,783 1,529 1,249 Nominal (juta Rp) 56,789 83,457 71,186 99,967 52,135 43,149 RTGS RTGS dari Jambi (miliar Rp) 19,684 26,992 38,703 40,778 34,079 37,662 RTGS ke Jambi (miliar Rp) 22,514 40,455 53,698 49,646 39,055 49,677 RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) 5,072 11,033 12,937 4,833 4,347 7,289 Transaksi Tunai Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 880, ,622 1,948, ,379 1,445, ,023 Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 1,734,894 1,861,714 2,788,527 2,309,258 1,285,175 2,354,181 Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (854,501) (885,091) (840,178) (1,387,878) 160,690 (1,462,158) ix

16 RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi triwulan II 2015 mengalami perlambatan yaitu dari 5,9% menjadi 5,2%... Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor ((14,7%(yoy) dan sektor komunikasi ((13,4%(yoy))... Perekonomian Jambi pada triwulan II 2015 menghasilkan output Rp40,2 triliun 1 dan tumbuh sebesar 5,2% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional triwulan II 2015 yang tercatat sebesar 4,7% (yoy), akan tetapi melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,9% (yoy)) dan triwulan II 2014 (6,6% (yoy)). Namun demikian, secara triwulanan pertumbuhan perekonomian Jambi pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dari 0,5% (qtq) menjadi 1,5% (qtq). Struktur perekonomian Jambi pada triwulan II 2015 menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 49,6%, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 38,3% dan sektor sekunder sebesar 12,1%. Lima sektor yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada triwulan II 2015 adalah sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor yang mencapai 14,7% (yoy) disusul oleh sektor informasi dan komunikasi sebesar 13,4% (yoy), sektor pengadaan listrik dan gas sebesar 9,9% (yoy), sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 9,7% (yoy) dan sektor jasa pendidikan 9,5% (yoy). Dari sisi penggunaan, kenaikan ekspor sebesar 11,9% (yoy) di triwulan II 2015 memberikan andil sebesar 8,1% terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi triwulan laporan, disusul kenaikan konsumsi rumah tangga sebesar 4,3% (yoy) yang memberikan andil sebesar 1,9% (yoy). Namun demikian, Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) atau Investasi yang terkontraksi 5,0%(yoy) dan konsumsi pemerintah yang terkontraksi sebesar 1,8% (yoy) membuat pertumbuhan ekonomi Jambi tidak setinggi triwulan sebelumnya. 1 Mulai triwulan IV 2014, perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk menghitung pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi oleh BPS menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA (System of National Account)

17 RINGKASAN EKSEKUTIF II. Inflasi Pada triwulan II 2015, inflasi kota Jambi tercatat 6,46%(yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (4,88% (yoy)), dan lebih tinggi dari rata-rata inflasi triwulan II dalam tiga tahun terakhir (6,17%(yoy)) namun lebih rendah dari inflasi nasional (7,26%(yoy)). Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar 6,02% (yoy) dan juga berada di bawah inflasi nasional 2. Peningkatan inflasi di Kota Jambi utamanya disebabkan oleh kelompok volatile food sebesar 4,68% (yoy) yang utamanya disebabkan tren kenaikan harga cabai merah sepanjang triwulan II Sementara itu, inflasi pada kelompok administered price mencapai 13,76% (yoy). Inflasi kelompok tersebut utamanya disebabkan kenaikan harga BBM jenis bensin dan solar yang dilakukan oleh pemerintah pada 28 Maret 2015 dan kenaikan LPG 12 Kg pada 1 April Inflasi inti cenderung stabil di level 3,87% (yoy). Perkembangan harga di Kota Jambi secara triwulanan tercatat mengalami inflasi 2,02% (qtq), meningkat tajam dibandingkan deflasi pada triwulan sebelumnya (2,59% (qtq)). Pergerakan angka inflasi bulanan (mtm) pada bulan April, Mei dan Juni 2015 masing-masing sebesar 0,30%, 1,18% dan 0,54%. Sementara itu, Bungo tercatat mengalami inflasi sebesar 1,05% (qtq), meningkat dibandingkan deflasi yang terjadi pada triwulan sebelumnya (2,54% (qtq)) dengan pergerakan angka inflasi bulanan (mtm) pada bulan April, Mei dan Juni 2015 masing-masing sebesar 0,09%, 0,34% dan 0,62%. III. Perbankan dan Sistem Pembayaran Kinerja perbankan pada triwulan II 2015 secara umum menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset, dana pihak ketiga dan kredit perbankan masing-masing hanya tumbuh (8,1%) (yoy ), 8,5% (yoy) dan 10,0% (yoy) atau melambat dibanding triwulan sebelumnya yang Pada triwulan II 2015, Kota Jambi mengalami inflasi sebesar 6,46% (yoy) dan Kota Bungo 6,02% (yoy)... Kinerja perbankan mengalami perlambatan ditandai dengan pertumbuhan aset perbankan, DPK, dan penyaluran kredit pada triwulan berjalan lebih kecil dibandingkan triwulan sebelumnya secara tahunan... 2 Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota. 2 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

18 RINGKASAN EKSEKUTIF mampu tumbuh masing-masing sebesar 16,6% (yoy), 13,3% (yoy) dan (11,0% (yoy)). Kualitas kredit masih terjaga yang tercermin dari rasio NPL di bawah 5% (3,21%), meskipun sedikit memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya. Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor mengalami penurunan sebesar 384 bps menjadi sebesar 113,01% dari triwulan sebelumnya 116,85%. Kebutuhan pembayaran tunai dari sisi aliran kas keluar (cash outflow) mengalami peningkatan 26,5% (yoy) sedangkan kas masuk (cash inflow) menurun 8,7% (yoy) dengan net outflow meningkat 65,2% (yoy). Sementara itu kinerja pembayaran non tunai melalui kliring mengalami penurunan sedangkan melalui RTGS mengalami peningkatan, dengan rincian sebagai berikut: Nilai kliring turun sebesar 32,4%(yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp1,8 triliun dan dan volume kliring turun 31,4% (yoy) menjadi Nilai RTGS dari, ke Jambi meningkat 39,5% (yoy), 22,8% (yoy) sedangkan RTGS dari dan ke Jambi menurun 33,9% (yoy). Realisasi pendapatan triwulan II 2015 mencapai 50,0% dari APBD sementara realisasi belanja baru mencapai 34,3%... IV. Keuangan Pemerintah Daerah Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan triwulan II-2015 mencapai Rp1,6 triliun (terealisasi sebesar 50,0% dari APBD 2015), sementara itu realisasi belanja melonjak cukup tinggi dibanding triwulan sebelumnya, dari Rp420,3 miliar pada triwulan I-2015 (terealisasi 12,0%) menjadi Rp1,2 triliun pada triwulan II-2015 (terealisasi 34,3%). Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu, nilai realisasi pendapatan dan belanja mengalami peningkatan masing-masing sebesar 2,7% dan 30,9%. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai Rp556,6 miliar (33,8% dari total pendapatan), sedikit meningkat dibandingkan realisasi PAD triwulan II-2014 (Rp535,65 miliar, 33,4% dari total pendapatan). Pendapatan terbesar disumbangkan oleh pajak daerah yang mencapai Rp472,1 miliar (84,8% dari total PAD). TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 3

19 RINGKASAN EKSEKUTIF Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada APBD 2015 hanya sebesar 22,7%, jauh lebih kecil dibandingkan share belanja operasi yang mencapai 61,5%. Share belanja modal pada tahun ini pun lebih kecil dibandingkan pada APBD-P 2014 dan 2013 (25,3% dan 31,5%). V.Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami sedikit peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu menjadi 96,09 dari 95,81 pada triwulan lalu yang disebabkan meningkatnya nilai tukar petani tanaman perkebunan rakyat dan peternak. Kenaikan nilai tukar petani tersebut seiring dengan sedikit membaiknya harga bokar selama triwulan II 2015 dan meningkatnya konsumsi daging dan hasil-hasilnya selama bulan puasa Sementara itu penyaluran raskin selama triwulan II juga mengalami peningkatan yaitu menjadi 103,5% (qtq) seiring dengan lancarnya penebusan raskin terkait telah selesainya juknis penyaluran raskin tahun 2015 oleh pemerintah kota/kabupaten. Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami sedikit peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu menjadi 96,09 dari 95,81 pada triwulan lalu VI.Prospek Perekonomian Laju pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan III 2015 diperkirakan sedikit membaik pada kisaran 5,2%-5,7% (yoy) dibandingkan triwulan II 2015 (5,2% (yoy)). Berdasarkan sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah diperkirakan masih akan menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Tingkat konsumsi diperkirakan akan meningkat sejalan dengan persiapan menghadapi lebaran pada bulan Juli Pertumbuhan juga akan didorong oleh realisasi belanja barang dan modal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jambi yang umumnya terjadi pada triwulan III Ekspor juga berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan III 2015 meskipun tidak begitu besar sejalan dengan pelemahan harga komoditas global dan perkiraan pertumbuhan ekonomi terbaru Amerika Serikat dan Tiongkok yang lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya. PMTDB/Investasi juga diperkirakan belum banyak berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Jambi sejalan dengan perlambatan ekonomi Jambi dan tekanan depresiasi Laju pertumbuhan PDRB triwulan III 2015 diperkirakan berkisar 5,2%- 5,7% (yoy)... 4 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

20 RINGKASAN EKSEKUTIF Inflasi pada triwulan III 2015 diperkirakan berada pada kisaran 6,9%-7,4%(yoy) kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat yang membuat perusahaan/korporasi menunda/membatalkan rencana investasi maupun pembelian alat-alat produksi baru. Dari sisi lapangan usaha, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi akan banyak disumbangkan sektor perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil dan sepeda motor, sektor transportasi dan pergudangan serta sektor informasi dan komunikasi seiring momen lebaran pada bulan Juli Sektor konstruksi juga diperkirakan tumbuh sejalan dengan dimulainya realisasi belanja modal infrastruktur Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi pada triwulan III Inflasi pada triwulan III 2015 diperkirakan berada pada kisaran 6,9%-7,4% (yoy) dari sebelumnya 6,4% (yoy) pada triwulan II Peningkatan laju inflasi ini utamanya dipengaruhi oleh kelompok volatile food dan inflasi inti (core inflation). Dari sisi volatile food, momen lebaran dan kekeringan yang disebabkan El Nino menyebabkan gagal panen yang berdampak pada menurunnya produksi bahan pangan dan memberikan tekanan inflasi pada sisi volatile food. Penerapan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 132/010/2015 mengenai kenaikan tarif bea masuk barang impor juga diperkirakan akan sedikit meningkatkan tekanan pada inflasi inti/core inflation. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan tekanan inflasi lebih tinggi dari perkiraan antara lain: 1) kenaikan harga produk ayam sejalan dengan rencana pemerintah untuk menghentikan impor jagung; 2) kenaikan harga BBM dalam negeri sebagai dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat; 3) kenaikan harga bahan bangunan seiring kenaikan realisasi belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pada triwulan III 2015; 4) proyeksi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat. Menyikapi kondisi perekonomian triwulan II 2015 serta proyeksi ekonomi triwulan III 2015, beberapa hal yang patut menjadi perhatian adalah: 1. Percepatan pembangunan ekonomi daerah melalui: a. Percepatan realisasi anggaran belanja modal dan belanja barang Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jambi. b. Kebijakan/program dalam rangka meningkatkan investasi swasta di Provinsi Jambi TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 5

21 RINGKASAN EKSEKUTIF c. Mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) terampil untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor primer (pertanian dan pertambangan), sektor sekunder (industri) dan jasa melalui pendirian SMK baru, beasiswa perguruan tinggi dan peningkatan kompetensi pengajar. 2. Meningkatkan kinerja dan nilai tambah produk perkebunan kelapa sawit dan karet dari hulu hingga hilir 3. Penguatan fungsi dan Peran TPID Provinsi Jambi serta TPID Kabupaten/Kota se-provinsi Jambi dalam pengendalian inflasi 6 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

22 BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL A. Umum Perekonomian Jambi pada triwulan II 2015 menghasilkan output Rp40,22 triliun 1 dan tumbuh sebesar 5,2% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2015 sebesar 5,9%. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan II 2015 lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional triwulan II 2015 yang tercatat sebesar 4,67% (yoy) (Grafik 1.1). Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (yoy) (6.0) Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15 Q2-15 Output Jambi (Rp Triliun) Pertumbuhan Jambi (yoy) Pertumbuhan Jambi (qtq) % Sumber: BPS (diolah) Berdasarkan klasifikasi lapangan usaha, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan menyumbangkan andil tertinggi pada pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan II 2015 yaitu sebesar 1,7% (yoy) diikuti oleh sektor perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 1,3% (yoy). Sektor pertambangan dan penggalian serta sektor informasi dan komunikasi masing-masing menyumbangkan 0,4%(yoy). 5 (lima) sektor yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada triwulan II 2015 adalah sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor yang mencapai 14,7% (yoy) disusul oleh sektor informasi dan komunikasi sebesar 13,4% (yoy), sektor pengadaan listrik dan gas sebesar 9,9% (yoy), sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 9,7% (yoy) serta sektor jasa pendidikan 9,5% (yoy) (Tabel 1.1). Struktur perekonomian Jambi pada triwulan 1 Mulai triwulan IV 2014, perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk menghitung pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi oleh BPS menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA (System of National Account)

23 EKONOMI MAKRO REGIONAL II 2015 menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 49,61%, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 38,26% dan sektor sekunder sebesar 12,13%. Dari sisi penggunaan, kenaikan ekspor sebesar 11,93% (yoy) di triwulan II 2015 memberikan andil sebesar 8,05% terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi triwulan laporan, disusul kenaikan konsumsi rumah tangga sebesar 4,31% (yoy) yang memberikan andil sebesar 1,88% (yoy). Namun demikian, Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) atau Investasi yang terkontraksi 5,03%(yoy) dan konsumsi pemerintah yang terkontraksi sebesar 1,85% (yoy) membuat pertumbuhan ekonomi Jambi tidak setinggi triwulan sebelumnya (Tabel 1.1). LAPANGAN USAHA Pertanian, Kehutanan & Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik Dan Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar, Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya PDRB Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi (yoy) Tahun 2014 II III IV I II III IV I II Andil JENIS PENGELUARAN Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Perubahan Inventori Ekspor Impor PDRB Sumber: BPS (diolah) Tahun II III IV I II III IV Growth I II Andil (0.7) 0.0 (21.8) (20.5) (1.9) (11.2) (31.6) 0.8 (13.7) (5.0) (205.4) (229.2) 12.7 (385.9) (78.5) (39.5) (17.4) (2.8) (0.2) (2.9) 11.0 (10.3) KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

24 EKONOMI MAKRO REGIONAL B.PDRB Sisi Lapangan Usaha Pertumbuhan perekonomian Jambi pada triwulan II 2015 mengalami sedikit perlambatan dari 5,9% (yoy) di triwulan I 2015 menjadi 5,2% (yoy) pada triwulan II Dari sisi lapangan usaha, sumber utama pertumbuhan Jambi pada triwulan II 2015 adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dengan kontribusi 1,7% dan diikuti sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 1,3%. Sementara dari sisi tingkat pertumbuhan, pertumbuhan tahunan tertinggi pada triwulan II 2015 terjadi pada sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 14,7% (yoy) dan sektor informasi dan komunikasi sebesar 13,4% (yoy). Tingginya pertumbuhan kedua sektor tersebut utamanya didorong oleh pertumbuhan konsumsi dan penggunaan jasa komunikasi pada saat liburan sekolah dan awal bulan puasa. Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku pada triwulan II 2015 tercatat sebesar Rp40,2 triliun, dan secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 27,8%, pertambangan dan penggalian sebesar 18,2% serta sektor industri pengolahan sebesar 11,2% (Grafik 1.3). Dengan demikian, struktur ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan I 2015 (Grafik 1.2). Grafik 1.2. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan II Tahun 2015 Sumber: BPS (diolah) TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 9

25 EKONOMI MAKRO REGIONAL 1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Produksi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan II 2015 mengalami pertumbuhan sebesar 6,2% (yoy). Secara tahunan sektor ini mengalami pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2015 (5,2% (yoy)). Peningkatan pertumbuhan sektor ini disebabkan oleh masih berlangsungnya panen tanaman bahan makanan padi yang mengalami pergeseran pola tanam pada subround III (September-Desember 2014) sehingga puncak panen raya padi terjadi pada bulan April Namun demikian, harga Crude Palm Oil (CPO) dan Tandan Buah Segar (TBS) yang cenderung mengalami penurunan ditambah dengan turunnya produktivitas sejalan dengan mulai masuknya musim kemarau mampu menahan pertumbuhan di sektor ini. Hal yang sama juga terjadi pada sektor perkebunan karet dimana harga karet lokal dan internasional masih mengalami tren penurunan. Pertumbuhan produksi tanaman bahan makanan (tabama) di Provinsi Jambi terkonfirmasi dalam Angka Ramalan I (ARAM I) BPS yang menyatakan bahwa produksi padi, jagung dan kedelai pada subround I dan II 2015 mengalami kenaikan dibandingkan periode yang sama di tahun 2014 (Grafik 1.4, 1.5 dan 1.6). Hal ini disebabkan baik oleh kenaikan luas panen maupun produktivitas lahan padi. Produksi padi tahun 2015 diperkirakan mencapai 786,9 ribu ton atau meningkat 18,39% dibandingkan tahun 2014 ( ton). Grafik 1.3 Produksi Padi Grafik 1.4 Produksi Jagung Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah) 10 KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

26 EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.5 Produksi Kedelai Sumber: BPS (diolah) Harga rata-rata bahan olah karet (bokar) di Jambi tercatat sebesar Rp15.884/kg (Grafik 1.7), lebih rendah bila dibandingkan harga pada triwulan yang sama di tahun 2014 yang mencapai Rp17.299/kg. Harga karet di tingkat internasional juga tercatat US$195,3 cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2014 sebesar US$230,3 cent/kg (Grafik 1.7). Grafik 1.6. Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi Rp/Kg Harga Bokar (Rp/kg) USD cent/kg 40, ,000 20,000 Harga Karet Internasional, aksis kanan (USD cent/kg) , Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi dan Bloomberg Harga kelapa sawit di Jambi pada triwulan laporan tercatat juga mengalami penurunan dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Harga rata-rata TBS usia 10 tahun pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1.636,8/kg, turun 14,7% (yoy) dari harga rata-rata triwulan II Sementara itu harga rata-rata CPO di Jambi selama triwulan laporan sebesar Rp7.259,60/kg atau turun 8,63% (yoy). Hal ini sejalan dengan harga rata-rata CPO internasional yang mengalami penurunan sebesar 24,52% (yoy) dari US$796,0/metric ton pada Triwulan II 2014 menjadi USD600,82/metric ton pada Triwulan II (Grafik 1.4). Turunnya harga kelapa sawit internasional utamanya disebabkan oleh TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 11

27 EKONOMI MAKRO REGIONAL turunnya permintaan negara importir sawit yang berdampak pada penurunan harga CPO domestik. Grafik 1.7. Perkembangan Harga CPO Internasional dan lokal, Harga Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi dan Bloomberg Hal yang sama juga terjadi pada Nilai Tukar Petani (NTP) triwulan II 2015 yang turun 1,23%(yoy) (grafik 1.7). Masih banyaknya petani yang menggantungkan pada satu sumber pendapatan menjadi faktor risiko yang perlu diperhatikan karena penurunan harga komoditas yang disertai dengan penurunan tingkat produksi akan berdampak pada penurunan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan kepada petani untuk memulai menjalankan program pertanian terpadu. Selain itu, petani juga dapat diperkenalkan pada produk substitusi dari komoditas yang dihasilkannya sekarang. Grafik 1.8. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi Sumber: BPS (diolah) 12 KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

28 EKONOMI MAKRO REGIONAL 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian yang pada triwulan II 2015 menyumbangkan nilai tambah sebesar Rp7,3 triliun (pangsa 18,2%), merupakan sektor ekonomi terbesar kedua di Provinsi Jambi. Secara tahunan, sektor ini hanya mampu tumbuh sebesar 1,7% (yoy), jauh melambat dibandingkan triwulan I 2014 yang mampu tumbuh sebesar 3,3% (yoy). Grafik 1.9. Pertumbuhan Lifting Minyak Jambi Grafik Pertumbuhan Lifting Gas Bumi Jambi Sumber: Kementerian ESDM (diolah) Sumber: Kementerian ESDM (diolah) Berdasarkan data lifting migas (Grafik 1.8 dan 1.9), diketahui bahwa realisasi lifting minyak di Provinsi Jambi hingga semester I 2015 hanya sebesar 3,83 juta barrel. Lebih rendah dibandingkan pencapaian semester I 2014 yang mencapai 4,18 juta barrel. Produksi gas bumi di Jambi hingga semester I 2015 cenderung stabil dibandingkan semester sebelumnya meskipun masih lebih rendah dibandingkan kinerja pada semester I tahun Sementara itu, kinerja sub sektor pertambangan non migas di Provinsi Jambi pada triwulan laporan cenderung stabil. Berdasarkan keterangan BPS, kinerja pertambangan non migas didongkrak oleh kinerja emas yang mengalami kenaikan meskipun kinerja komoditas batu bara dan bijih besi mengalami penurunan bila dibandingkan triwulan sebelumnya. 3. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan menyumbang output terhadap perekonomian Jambi sebesar Rp4,5 triliun (11,2%), tumbuh sebesar 1,5% (yoy) meskipun sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan I 2015 (1,6% (yoy)). TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 13

29 EKONOMI MAKRO REGIONAL Melambatnya pertumbuhan kinerja sektor industri pengolahan tercermin dari pertumbuhan produksi industri pengolahan karet dan barang dari karet dan barang dari plastik yang tumbuh negatif 14,69%(yoy) (tabel 1.2). Tabel 1.2. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Melambatnya pertumbuhan kinerja industri pengolahan karet juga didukung dengan data GAPKINDO (Gabungan Pengusaha Karet Indonesia) cabang Jambi, yang menyatakan bahwa produksi karet pada triwulan II 2015 sebesar ton (Grafik 1.10), menurun sebesar 0,49% (yoy) bila dibandingkan produksi karet GAPKINDO triwulan II Grafik Produksi Karet GAPKINDO Jambi Sumber : GAPKINDO Provinsi Jambi 4. Sektor-sektor Lain Pada triwulan II 2015, sektor perdagangan besar, eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor menyumbangkan output perekonomian sebesar Rp4,0 triliun (pangsa 10,4%). Pertumbuhan sektor ini mencapai 14,7% (yoy) dan merupakan sektor yang memiliki pertumbuhan terbesar pada triwulan II 2015, dengan andil pertumbuhan 1,3% 2 Terdapat 11 (sebelas) perusahaan pengolah crumb rubber yang tergabung dalam Gapkindo KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II

30 EKONOMI MAKRO REGIONAL yang utamanya didukung oleh tingginya perkembangan sub sektor perdagangan besar dan eceran di Jambi. Peningkatan Grafik Penjualan Kendaraan Bermotor roda 4 dan sepeda Motor di Provinsi Jambi Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jambi aktivitas perdagangan tersebut sejalan dengan meningkatnya konsumsi masyarakat sehubungan dengan momen liburan sekolah serta persiapan menjelang bulan puasa. Namun demikian, penjualan kendaraan roda 4 dan sepeda motor justru mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,15%(yoy) dan 14,39%(yoy). Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum tumbuh 9,0%(yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 7,6%(yoy). Pertumbuhan ini utamanya disebabkan oleh meningkatnya aktivitas pemerintah daerah yang sempat dilarang pada Grafik Tingkat Hunian Hotel Sumber : BPS (diolah) triwulan I 2015, momen liburan sekolah dan kegiatan keagamaan menjelang puasa. Hal tersebut terindikasi dari data tingkat hunian hotel BPS dimana tingkat hunian hotel triwulan II 2015 mengalami kenaikan 16,12% dibandingkan triwulan I 2015 (Grafik 1.14). Rata-rata tingkat hunian hotel di triwulan laporan sebesar 43,6%, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan lalu (37,6%) meskipun masih lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu (47,88%). Namun demikian, jumlah tamu menginap pada triwulan laporan turun sebesar 32,9% (yoy) menjadi orang. TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 15

31 EKONOMI MAKRO REGIONAL Sektor pengadaan listrik dan gas serta sektor pengadaan air masing-masing tumbuh sebesar 9,9% (yoy) dan 5,2% (yoy). Pertumbuhan sektor pengadaan listrik dan gas terindikasi dari meningkatnya jumlah pelanggan listrik di Jambi sebesar 8,6% (yoy) menjadi pada triwulan II Jumlah konsumsi listrik di Jambi selama triwulan laporan mencapai 393,0 GWh dengan jumlah pelanggan mencapai rekening (Grafik 1.15). Berdasarkan pengguna, mayoritas pelanggan PLN Jambi adalah kelompok rumah tangga yang mencapai rekening (91,9%) dengan konsumsi daya listrik mencapai 253,8 GWh (64,6%). Grafik Perkembangan Pelanggan dan Pemakaian Listrik Grafik Perkembangan Pelanggan dan Pemakaian Air Peningkatan sektor pengadaan air juga terindikasi oleh peningkatan pemakaian air bersih yang dicatat oleh PDAM Tirta Mayang Kota Jambi (Grafik 1.16). Pada triwulan laporan pemakaian air bersih menunjukkan peningkatan (7,7% (yoy ). Rata-rata konsumsi air bersih bulanan melalui PDAM pada triwulan laporan sebesar 869,3 ribu M 3. Sektor transportasi dan pergudangan tumbuh sebesar 7,3% (yoy) dengan andil pertumbuhan 0,2%, meningkat dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (6,3% yoy). Pertumbuhan tersebut utamanya disebabkan momen liburan sekolah yang meningkatkan permintaan jasa transportasi. 16 KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

32 EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang Grafik Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang Hal ini sejalan dengan data arus penumpang pesawat udara, baik yang datang maupun berangkat dari bandara Sultan Thaha Jambi. Data menunjukkan jumlah penumpang (total berangkat dan datang) di bandara Sultan Thaha Jambi selama triwulan II 2015 sebanyak orang, meningkat sebesar 11,78%(qtq) dibandingkan triwulan I 2015 atau 0,51%(yoy) bila dibandingkan triwulan II 2014 (Grafik 1.17). Secara umum, jumlah penumpang yang meninggalkan Jambi sedikit lebih tinggi dibandingkan yang datang ke Jambi. Berdasarkan perkembangan jumlah bongkar dan muat barang di bandara Sultan Thaha Jambi, terjadi kenaikan jumlah barang yang dibongkar sebesar 12,27% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya meskipun untuk barang yang dimuat dari kargo pesawat mengalami penurunan sebesar 5,4% (qtq) (Grafik 1.18). Sektor lain yang tumbuh cukup pesat pada Triwulan II 2015 adalah sektor informasi dan komunikasi sebesar 13,4% (yoy) dan jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 9,7% (yoy). C. PDRB Sisi Penggunaan Ditinjau dari sisi pengeluaran, perlambatan pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan laporan didorong oleh kontraksi Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) sebesar 5,0% (yoy) yang mencerminkan bahwa tingkat investasi di Provinsi Jambi berkurang. Diikuti dengan kontraksi konsumsi pemerintah sebesar 1,9% (yoy) meskipun secara kuartalan meningkat cukup tajam hingga 39,6% (Tabel 1.3). Kontraksi kedua sektor tersebut membuat pertumbuhan ekonomi Jambi relatif terbatas. TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 17

33 EKONOMI MAKRO REGIONAL Berdasarkan strukturnya, 45,8% perekonomian Jambi ditopang oleh konsumsi rumah tangga diikuti oleh net ekspor 24,1%, Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto/Investasi 20,4%, dan konsumsi pemerintah 7,4% (Grafik 1.19). Pangsa struktur tersebut cenderung tidak mengalami banyak perubahan berarti dari waktu ke waktu. Pada triwulan II 2014, pangsa konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah masing-masing sebesar 42,7% dan 7,2%. Adapun terdapat penurunan pangsa investasi (PMTDB) dari 21,6% pada triwulan II 2014 menjadi 20,4% pada triwulan II 2015 yang mengindikasikan perlambatan pertumbuhan investasi (Grafik 1.20). Net Ekspor juga menurun pangsanya dari 26,4% pada triwulan II 2014 menjadi 24,1% pada triwulan II 2015 sejalan dengan penurunan ekspor akibat melemahnya harga komoditas karet, kelapa sawit dan batubara dibandingkan selama tahun Tabel 1.3. Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan terhadap Pertumbuhan (yoy) Sumber : BPS (diolah) 1. Pengeluaran Konsumsi Pengeluaran konsumsi rumah tangga berdasarkan harga berlaku mencapai Rp18,2 triliun atau 45,8% dari total PDRB Jambi. Pengeluaran konsumsi rumah tangga tumbuh 4,3% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2015 (4,1% yoy). Hal ini sejalan dengan meningkatnya konsumsi masyarakat pada saat liburan sekolah, persiapan tahun ajaran Grafik Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan Triwulan II tahun KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

34 EKONOMI MAKRO REGIONAL baru dan kegiatan/pembelian menjelang bulan puasa. Meningkatnya konsumsi rumah tangga juga tercermin dari angka indeks tendensi konsumen (ITK). Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan mengalami kenaikan dari 91,0 pada triwulan I 2015 menjadi 104,5 pada triwulan II Kenaikan ITK juga dipengaruhi tingkat pendapatan rumah tangga kini yang mencapai 100,36 pada triwulan laporan, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya 87,3%. Tabel 1.4. Indeks Tendensi Konsumen Sumber : BPS (diolah) Namun demikian, penyaluran kredit real estate justru menunjukkan kontraksi sebesar 6,5%(yoy) pada triwulan II Kontraksi ini merupakan yang pertama kalinya sejak tahun 2011 (grafik 1.21). Kontraksi ini perlu diwaspadai sebagai downside factor terhadap perekonomian Jambi terutama dari sisi konsumsi rumah tangga. Grafik Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi Sumber : Laporan Bank Umum (LBU) Bank Indonesia Pengeluaran konsumsi pemerintah berdasarkan harga berlaku di triwulan laporan sebesar Rp2,9 triliun, terkontraksi 1,9%(yoy). Kontraksi ini disebabkan masih minimnya penyerapan anggaran belanja pemerintah. Berdasarkan data Kanwil Dirjen Perbendaharaan Jambi, realisasi belanja APBN di provinsi Jambi hingga triwulan II 2015 baru sebesar 25,9% TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 19

35 EKONOMI MAKRO REGIONAL dari pagu belanja APBN-P 2015 di provinsi Jambi. Sementara realisasi belanja APBD Provinsi Jambi hingga triwulan II 2015 mencapai 34,31%, lebih baik dibanding triwulan yang sama di tahun 2014 yang hanya 28,20%. Beberapa faktor penyebab masih rendahnya penyerapan anggaran diantaranya 1) perubahan nomenklatur atau reorganisasi kementerian/lembaga yang menyebabkan tertundanya pelaksanaan beberapa proyek/kegiatan, 2) migrasi sistem anggaran yang baru yang membutuhkan adaptasi dari user pengelola kegiatan sehingga menunda beberapa proses kegiatan. 2. Investasi Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) triwulan II 2015 yang mencerminkan nilai investasi di Provinsi Jambi mencapai Rp8,2 triliun dengan pangsa 20,4% dari total PDRB Jambi (Grafik 1.20), menurun dibandingkan pangsa pada triwulan yang sama tahun 2014 (21,6%). Secara tahunan, PMTDB / investasi mengalami kontraksi sebesar 5,0% (yoy) dan menjadi faktor penahan laju pertumbuhan Provinsi Jambi. Penurunan pertumbuhan tahunan investasi disebabkan beberapa faktor diantaranya: 1) realisasi belanja APBN-P dan APBD Provinsi 2015 yang belum maksimal terutama belanja modal APBN-P yang baru terealisasi 17,3% dan APBD yang baru 29,5%. 2) berdasarkan informasi BPS Provinsi Jambi, melemahnya investasi pada triwulan laporan juga disebabkan turunnya impor mesin, kendaraan khusus dan peralatan oleh beberapa perusahaan seiring melambatnya perekonomian dan depresiasi kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat yang menyebabkan harga menjadi lebih mahal. Hal tersebut didukung dengan data SEKDA Bank Indonesia yang menunjukkan impor mesin industri tertentu/khusus mengalami penurunan sebesar 46,1%(yoy). Penurunan investasi juga terindikasi oleh data konsumsi semen yang terkontraksi sebesar 17,8% (yoy), turun signidikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang masih tumbuh 2,9%(yoy). (Grafik 1.22). 20 KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

36 EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.20.Konsumsi Semen Provinsi Jambi Namun demikian, pertumbuhan kredit investasi di Provinsi Jambi justru mengalami kenaikan sebesar 13,34% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (11,82%,yoy) (Grafik 1.23). Grafik 1.21.Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi Sumber : LBU Bank Indonesia Adapun berdasarkan data BKPM, investasi yang ditanamkan di Provinsi Jambi dari dalam negeri (PMDN) mencapai Rp 582,8 miliar yang utamanya diinvestasikan pada sektor Industri Karet, Barang dari karet dan Plastik. Jika dibandingkan dengan triwulan II 2014, nilai investasi tersebut melonjak 7,9 kali lipat dan bila dibandingkan triwulan I 2015, nilai tersebut meningkat 8,8 kali lipat. Investasi dari luar negeri (PMA) yang ditanamkan di Jambi pada triwulan II 2015 tercatat US$55,5 juta, melonjak hampir 10 kali lipat bila dibandingkan PMA triwulan II 2014 (US$5,6 juta) dan melonjak 3 kali lipat bila TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 21

37 EKONOMI MAKRO REGIONAL dibandingkan PMA triwulan I 2015 (US$17,9 juta) Tabel 1.5 PMA dan PMDN Provinsi Jambi Sumber : BKPM (diolah) 3. Perdagangan Eksternal Berdasarkan data BPS, ekspor Provinsi Jambi baik ke negara lain maupun daerah lain pada triwulan II 2015 mencapai Rp27,5 triliun, meningkat sebesar 11,9% (yoy) tetapi secara triwulanan turun 0,9% (qtq). Di sisi lain, Impor provinsi Jambi pada triwulan II 2015 mencapai Rp17,8 triliun atau lebih rendah dari ekspor provinsi Jambi. Dengan demikian, Provinsi Jambi mengalami net eskpor sebesar Rp9,7 triliun. Kinerja impor (dari luar daerah dan luar negeri) mengalami peningkatan 7,8% (yoy) dan 4,1%(qtq) Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi Berdasarkan indikator ekspor impor non migas, Ekspor provinsi Jambi mengalami sedikit penurunan yang disebabkan oleh menurunnya ekspor CPO akibat menurunnya permintaan dan melemahnya harga CPO global. Berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB), ekspor luar negeri Provinsi Jambi pada triwulan laporan sebesar USD248,7 juta, turun 11,2% (yoy) dari triwulan yang sama tahun 2014 (USD278,3 juta). Sementara itu, impor luar negeri sebesar USD28,1 juta dan mengalami kenaikan 9,5%(yoy). Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi mengalami net ekspor sebesar USD219,0 juta (Grafik 1.24). Grafik Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi (dalam satuan juta USD) Sumber : SEKDA Bank Indonesia 22 KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

38 EKONOMI MAKRO REGIONAL Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor terbesar dicapai oleh komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar USD104,4 juta atau 42,2% dari total ekspor non migas Jambi, diikuti oleh pulp and paper dan fixed vegetable oil masing-masing USD32,7 juta dan USD26,7 juta (Grafik 1.24 dan 1.25). Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi, terlihat bahwa ekspor produk primer dari sub sektor perkebunan masih mendominasi ekspor Jambi pada triwulan II Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jambi Sumber : SEKDA Bank Indonesia Grafik Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditas Utama Grafik Pangsa Nilai Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Tw II 2015 Sumber : SEKDA Bank Indonesia Sumber : SEKDA Bank Indonesia Secara tahunan, penurunan nilai ekspor terbesar pada triwulan laporan dialami komoditas batu bara dan briket sebesar 38,2% (yoy) diikuti oleh komoditas minyak dan lemak sayur (fixed vegetable oil) sebesar 26,4% (yoy) dan karet (crumb rubber) sebesar 24,7% (yoy). Sementara itu, komoditas ekspor yang mengalami kenaikan adalah komoditas bubur kertas dan kertas (pulp and paper) yang naik sebesar 8,6%(yoy). Sejalan dengan penurunan nilai ekspor batu bara dan karet, volume ekspor batu bara dan karet mentah juga mengalami penurunan masing-masing sebesar 17,5%(yoy) dan 5,8%(yoy). Lain halnya dengan batu bara dan karet, volume ekspor minyak dan lemak sayur TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 23

39 EKONOMI MAKRO REGIONAL justru mengalami kenaikan sebesar 40,9%(yoy). Sementara itu, sejalan dengan kenaikan nilai ekspor bubur kertas dan kertas, volume ekspornya juga mengalami kenaikan 6,69% (yoy). Kenaikan nilai dan volume ekspor karet pada triwulan II 2015 disebabkan meningkatnya permintaan untuk memenuhi kontrak perdagangan karet antara pabrik pengolahan karet dengan industri hilir karet sepanjang triwulan II Di sisi lain, melemahnya permintaan CPO global menjadi penyebab utama turunnya nilai ekspor komoditas minyak dan lemak sayur. Masih rendahnya harga CPO internasional juga berpengaruh terhadap turunnya ekspor komoditas tersebut. Grafik Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan Sumber : SEKDA Bank Indonesia Berdasarkan negara tujuan (Grafik 1.28), ekspor Provinsi Jambi didominasi tujuan ke negara Tiongkok yang mencapai USD 37,1 juta dan diikuti oleh Malaysia sebesar USD11,8 juta. Ekspor Jambi ke Tiongkok utamanya disumbangkan oleh ekspor pulp and paper sementara ekspor ke Malaysia didominasi oleh produk CPO meskipun mengalami penurunan 35,0% dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan dengan penurunan kinerja sub sektor perkebunan dan masih melemahnya harga CPO global Impor Luar Negeri Provinsi Jambi Impor non migas provinsi Jambi (Grafik 1.29) tercatat sebesar USD28,1 juta, mengalami penurunan 47,7% (yoy). 24 KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

40 EKONOMI MAKRO REGIONAL Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai impor terbesar adalah mesin industri tertentu/khusus sebesar USD7,3 juta atau 26,1% dari total impor non migas Jambi, diikuti oleh mesin industri dan perlengkapannya sebesar USD3,9 juta atau 13,8% dari total impor (Grafik 1.30). Secara tahunan, penurunan nilai impor terbesar pada triwulan laporan dialami mesin pembangkit tenaga sebesar 95,4% (yoy) diikuti oleh mesin industri tertentu dan khusus sebesar 46,1% (yoy) dan besi baja sebesar 34,2% (yoy). Penurunan nilai impor pada triwulan II 2015 utamanya disebabkan menurunnya pembelian mesin-mesin industri pengolahan seiring dengan melemahnya permintaan akan produk unggulan industri pengolahan di Jambi yaitu CPO dan karet. Di sisi lain, depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat juga membuat perusahaan menunda atau mengurangi pembelian mesin-mesin industri baru. Grafik Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Sumber : SEKDA Bank Indonesia Grafik Lima Komoditas Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi Sumber : SEKDA Bank Indonesia TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 25

41 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

42 BAB II INFLASI A. Kajian Umum Pada triwulan II 2015, inflasi kota Jambi tercatat 6,46%(yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (4,88%(yoy)), dan lebih tinggi dari rata-rata inflasi triwulan II dalam tiga tahun terakhir (6,17%(yoy)) namun lebih rendah dari inflasi nasional (7,26%(yoy)) (Grafik 2.1). Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar 6,02% (yoy) dan juga berada di bawah inflasi nasional 5. Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi Persen (%) Kota Jambi Nasional Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah) 5 Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota. 27

43 INFLASI Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kota Jambi (ytd) y-o-y (%) Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah) Meskipun inflasi triwulan II 2015 meningkat dibandingkan triwulan I 2015 namun secara year to date berada di posisi deflasi 0,59% (ytd) disebabkan selama bulan Januari, Februari dan Maret 2015 mengalami deflasi 0,89% (mtm), 1,50% (mtm) dan 0,20(mtm). Berdasarkan asesmen Bank Indonesia, peningkatan inflasi di Kota Jambi utamanya disebabkan oleh kelompok volatile food sebesar 4,68% (yoy) yang utamanya disebabkan tren kenaikan harga cabai merah sepanjang triwulan II Sementara itu, inflasi terjadi pada kelompok administered price yang mencapai 13,76% (yoy) (Grafik 2.2). Inflasi kelompok tersebut utamanya disebabkan kenaikan harga BBM jenis bensin dan solar yang dilakukan oleh pemerintah pada 28 Maret 2015 dan kenaikan LPG 12 Kg pada 1 April Inflasi inti cenderung stabil di level 3,87% (yoy). 28 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

44 INFLASI Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi Core, Volatile Food, dan Administered Price(yoy) Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun Yoy Core Yoy Volatile Yoy Administered Yoy inflasi Sumber : BPS Provinsi Jambi, diolah menggunakan pendekatan sub kelompok Berdasarkan penghitungan triwulanan, perkembangan harga di Kota Jambi pada triwulan laporan tercatat mengalami inflasi 2,02% (qtq), meningkat tajam dibandingkan deflasi pada triwulan sebelumnya (2,59% (qtq)). Pergerakan angka inflasi bulanan (mtm) pada bulan April, Mei dan Juni 2015 masing-masing sebesar 0,30%, 1,18% dan 0,54%. Sementara itu, perkembangan harga di Bungo tercatat mengalami inflasi sebesar 1,05% (qtq), meningkat dibandingkan deflasi yang terjadi pada triwulan sebelumnya (2,54% (qtq)) dengan pergerakan angka inflasi bulanan (mtm) pada bulan April, Mei dan Juni 2015 masing-masing sebesar 0,09%, 0,34% dan 0,62%. Tingkat inflasi tahunan (yoy) di Kota Jambi berada di urutan ke-9 (sembilan) terendah dari 23 kota yang dihitung tingkat inflasinya di Sumatera. Sementara Bungo menempati urutan ke-2 (dua) terendah. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Bengkulu, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Metro (Grafik 2.3). 6 6 Sumber: BPS Provinsi Jambi TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 29

45 Bengkulu Bandar Lampung Sibolga Padang Lubuklinggau Tanjung Pandan Batam Medan Tanjung Pinang Pekanbaru Palembang Pematang Siantar Dumai Meulaboh Jambi Padangsidempuan Lhokseumawe Bukittinggi Tembilahan Banda Aceh Pangkal Pinang Bungo Metro INFLASI Grafik 2.4. Perbandingan Inflasi tahunan Kota Jambi dan Kota Lainnya di Pulau Sumatera per Juni Sumber : BPS, diolah B. Inflasi Kota Jambi Berdasarkan Kelompok Barang Berdasarkan kelompoknya, kenaikan inflasi kota Jambi utamanya disebabkan oleh inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mencapai 9,30% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 2,08% dan inflasi triwulanan sebesar 0,49% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,11% (Tabel 2.1). Inflasi kelompok tersebut dipicu sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air seiring dengan kenaikan LPG 12 kg pada 1 April 2015 dan kenaikan tarif listrik nonsubsidi pada bulan Mei Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi yang mencapai 8,95% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 1,51% dan inflasi triwulanan mencapai 2,65% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,44%. Inflasi pada kelompok ini utamanya disumbangkan sub kelompok makanan jadi sehubungan dengan meningkatnya konsumsi beberapa makanan selama bulan puasa tahun Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi mencapai 7,85% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 1,51% dan inflasi 30 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

46 INFLASI triwulanan sebesar 0,22% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,05%. Inflasi pada kelompok ini utamanya disumbangkan sub kelompok transpor yang merupakan efek terusan kenaikan harga BBM jenis bensin dan solar yang dilakukan oleh pemerintah pada 28 Maret Kelompok bahan makanan mengalami inflasi 4,62% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 1,10% dan inflasi triwulanan mencapai 5,84% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 1,33%. Secara triwulanan kelompok bahan makanan mengalami inflasi dan menjadi penyumbang inflasi tertinggi. Inflasi kelompok ini didominasi inflasi sub kelompok bumbu-bumbuan dan sayursayuran seiring dengan tradisi pesta pernikahan dan pengajian menjelang bulan Ramadhan Kelompok kesehatan mengalami inflasi 3,13% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 1,14% dan inflasi triwulanan sebesar 0,96% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,04%. Inflasi kelompok ini didominasi inflasi sub kelompok perawatan jasmani serta kosmetika dan obat-obatan. Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi 1,56% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,10% dan inflasi triwulanan mencapai 0,16% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,01%. Inflasi kelompok ini didominasi inflasi sub kelompok pendidikan dan sub kelompok perlengkapan/ peralatan pendidikan seiring dengan tahun ajaran baru Kelompok sandang mengalami inflasi 1,25% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,08% dan inflasi triwulanan sebesar 0,49% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,03%. Inflasi kelompok ini didominasi inflasi sub kelompok barang pribadi berupa emas perhiasan dan kebutuhan sandang lakilaki dan wanita. TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 31

47 INFLASI Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn I Bahan Makanan II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar IV Sandang V Kesehatan VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Sumber: BPS (diolah) KELOMPOK INFLASI Triwulan II-2014 (q-t-q, %) Triwulan III-2014 (q-t-q, %) Triwulan IV-2014 (q-t-q, %) Triwulan I-2015 (q-t-q, %) Triwulan I-2015 (y-o-y, %) Triwulan II-2015 (q-t-q, %) Triwulan II-2015 (y-o-y, %) (2.57) (2.57) Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa KELOMPOK/SUBKELOMPOK Triwulan II-2014 Triwulan III-2014 Triwulan IV-2014 Triwulan I-2015 Triwulan II-2015 qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy I. BAHAN MAKANAN a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA c. IKAN SEGAR d. IKAN DIAWETKAN e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA f. SAYUR-SAYURAN g. KACANG-KACANGAN h. BUAH-BUAHAN i. BUMBU-BUMBUAN j. LEMAK DAN MINYAK k. BAHAN MAKANAN LAINNYA II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU a. MAKANAN JADI b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR a. BIAYA TEMPAT TINGGAL b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA IV. SANDANG a. SANDANG LAKI-LAKI b. SANDANG WANITA c. SANDANG ANAK-ANAK d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA V. KESEHATAN a. JASA KESEHATAN b. OBAT-OBATAN c. JASA PERAWATAN JASMANI d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA a. JASA PENDIDIKAN b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN d. REKREASI e. OLAHRAGA VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN a. TRANSPOR b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR d. JASA KEUANGAN INFLASI (UMUM) Sumber: BPS (diolah) Berdasarkan komoditasnya, tingginya inflasi bulanan pada triwulan II 2015 (April, Mei dan Juni 2015) utamanya disumbangkan oleh inflasi komoditas cabai merah, tomat sayur, dan telur ayam ras sedangkan penyumbang deflasi adalah komoditas angkutan udara, bayam, dan gabus. 32 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

48 INFLASI Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan II KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI TW II KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI TW II 2015 Sumbangan Sumbangan APRIL MEI JUNI APRIL 1 Bensin Beras Udang Basah Gabus Bawang Merah Daging Ayam Ras Pemeliharaan/Service Pisang Gula Pasir Bayam Tomat Buah Cabai Merah Mie Minyak Goreng Sawi Hijau Pepaya Teri Apel Bahan Bakar Rumah Tangga Kacang Panjang Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas Daging Ayam Ras Udang Basah Cabai Merah Teri Nila Semen Bayam Beras Kangkung Minyak Goreng Tomat Sayur Pasir Telur Ayam Ras Bahan Bakar Rumah Tangga Pisang Kentang Jengkol Pelumas/Oli Jeruk Dencis Sumbangan 10 Komoditas MEI Sumbangan 10 Komoditas Cabai Merah 0, Angkutan Udara Tomat Sayur Bayam Telur Ayam Ras Gabus Udang Basah Kangkung Kacang Panjang Daging Ayam Ras Sop Sawi Hijau Bahan Bakar Rumah Tangga Kerang Nila Jeruk Rokok Kretek Filter Kentang Gula Pasir Sandal Sumbangan 10 Komoditas Sumber: BPS Provinsi Jambi JUNI Sumbangan 10 Komoditas TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 33

49 INFLASI 1. Kelompok Bahan Makanan kelompok makanan Tingkat inflasi bahan mencapai sebesar 5,84% (qtq) dengan sumbangan mencapai 1,33% namun secara tahunan mengalami inflasi sebesar 4,62% (yoy). Inflasi pada triwulan laporan tersebut meningkat tajam dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi 10,52 (qtq) dan 0,20 (yoy). Inflasi bahan makanan tersebut dipicu oleh inflasi yang tinggi pada sub kelompok bumbubumbuan (25,97% (qtq)) diikuti sayur-sayuran (20,52% (qtq)), buah-buahan (11,36% (qtq)) serta daging dan hasil-hasilnya (8,66% (qtq)). Namun sebaliknya, sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya mengalami deflasi (5,64% (qtq)), lemak dan minyak (2,01% (qtq)) dan bahan makanan lainnya (0,39% (qtq)). Bumbu-bumbuan, terutama komoditas cabai merah, pada triwulan laporan mengalami inflasi yang tinggi (Grafik 2.4). Harga rata-rata cabai merah selama triwulan II 2015 menunjukkan tren kenaikan yang cukup signifikan yaitu dari Rp16.633/kg 7 pada Maret 2015 naik menjadi Rp17.104/kg per April 2015, kemudian Rp20.655/kg (Mei 2015), hingga mencapai Rp28.462/kg pada Juni Kenaikan harga cabai merah tersebut disebabkan oleh kenaikan permintaan cabai merah terkait tradisi menjelang bulan Ramadhan dimana banyak dilakukan kegiatan keagamaan (pengajian) serta perilaku konsumsi masyarakat yang cenderung mengkonsumsi makanan yang lebih istimewa saat bulan puasa Ramadhan. (Rp/kg) 100,000 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - Grafik 2.5. Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan Cabe Merah Keriting Cabe Merah Biasa Bawang Merah Sumber: Disperindag Provinsi Jambi Sementara itu bawang merah mengalami sedikit kenaikan dari rata-rata Rp23.889/kg (Maret 2015) naik menjadi Rp25.815/kg (April 2015) dan 7 Berdasarkan data bahan pokok dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi yang dan menjadi acuan data pada web PIHPS 34 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

50 INFLASI Rp25.885/kg (Mei 2015) lalu sedikit menurun menjadi rata rata Rp25.590/kg (Juni 2015). Berdasarkan informasi dari Disperindag Provinsi Jambi, kenaikan harga bawang merah pada bulan April dan Mei 2015 dipicu permintaan yang meningkat sementara pasokan bawang merah relatif terbatas. Keterbatasan tersebut karena sentra produksi bawang di Kerinci, Sumatera Barat dan Brebes belum panen seiring tingginya curah hujan yang mempengaruhi kuantitas hasil panen. Namun di bulan Juni harga bawang merah mulai sedikit menurun seiring masuknya distribusi bawang dari Medan dan Padang. Grafik 2.6. Perkembangan Harga Jagung (USD/Bushel) (Rp/Kg) Jagung Internasional (Aksis Kiri) Jagung Pipilan Kering (Aksis Kanan) Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi Grafik 2.7. Perkembangan Harga Beras (USD/CWT) (Rp ribu/kg) Beras Internasional (Aksis Kiri) Beras King (Aksis Kanan) Sumber: Bloomberg, indexmundi.com & Disperindag Prov. Jambi Harga beras di tingkat internasional menunjukkan kecenderungan penurunan (Grafik 2.6). Secara rata-rata harga selama triwulan II 2015 mengalami penurunan (7,43% (qtq)) dibandingkan rata-rata triwulan sebelumnya dari USD 374,85/metric ton menjadi USD 347,00/metric ton. Penurunan harga beras di tingkat internasional pada awal triwulan II tersebut sejalan dengan perkembangan harga beras di Jambi, dimana rata-rata harga beras April dan Mei 2015 menurun sebesar 2,32% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan meningkatnya pasokan karena masa panen raya padi. Pada Juni 2015, harga beras kembali naik, namun lebih disebabkan oleh kenaikan permintaan terdorong oleh berubahnya pola konsumsi masyarakat selama bulan puasa dimana masyarakat yang biasanya mengkonsumsi raskin beralih sementara ke beras premium. TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 35

51 INFLASI Komoditas jagung internasional, secara rata - rata sedikit mengalami penurunan harga, dari USD 3,62/bushel menjadi USD 3,48/bushel sementara itu harga rata-rata jagung pipilan cenderung stabil pada kisaran harga Rp8.000/kg sejak awal triwulan I 2015 hingga triwulan berjalan. (Grafik 2.6). Perkembangan harga tepung terigu merk Segitiga Biru pada triwulan laporan cenderung stabil pada level harga Rp7.500/kg walaupun pada Juni 2015 mengalami sedikit kenaikan menjadi Rp7.559/kg. Kenaikan tersebut lebih disebabkan meningkatnya Grafik 2.8. Perkembangan Harga Tepung Terigu (USD/Bushel) (Rp/Kg) 9 11, , , , , ,000 1 Wheat/Gandum (Aksis Kiri) Tepung Terigu Lokal (Aksis Kanan) 0 5, Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi konsumsi tepung terigu sebagai bahan dasar pembuatan aneka kue selama bulan puasa dan menyambut Idul Fitri Sebaliknya harga rata-rata gandum internasional pada triwulan laporan sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya dari USD 5,17/bushel menjadi USD 4,85/bushel karena tingginya pasokan dari negara produsen gandum. (Grafik 2.7). 8 Harga daging sapi pada triwulan II 2015 stabil pada level harga Rp /kg (Grafik 2.8). Walaupun pada awal bulan puasa terdapat kenaikan permintaan, namun karena ketersediaan pasokan yang cukup tingkat harga cenderung stabil. Hal tersebut tidak terlepas dari upaya TPID Provinsi Jambi melalui konferensi pers TPID yang menginformasikan ketersediaan beberapa komoditas utama dan sosialisasi daging sapi beku sebagai alternatif daging sapi segar. Sementara itu, harga daging ayam ras pada triwulan laporan cenderung mengalami kenaikan dari Rp20.756/kg pada bulan Maret 2015 menjadi Rp23.952/kg (April 2015), Rp27.552/kg (Mei 2016) dan sedikit turun menjadi Rp27.436/kg (Juni 2015). Kenaikan harga daging ayam ras tersebut disebabkan 8 Satu bushel setara dengan 27 kg. 36 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

52 INFLASI keterbatasan persediaan ayam di pasaran dan kenaikan permintaan sejalan dengan tren pesta pernikahan menjelang bulan puasa dan tingginya tingkat konsumsi selama bulan puasa. (Rp/Kg) 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 Grafik 2.9. Perkembangan Harga Daging (Rp/Kg) 130, , , ,000 90,000 80,000 70,000 60, Daging Ayam Broiler (LHS) Daging Sapi Murni (RHS) Sumber: Disperindag Provinsi Jambi 50,000 Harga rata-rata Crude Palm Oil (CPO) di tingkat internasional pada triwulan laporan menurun 5,84% (qtq) dibandingkan sebelumnya, yaitu dari triwulan USD 635,16/metric ton menurun menjadi USD 598,06/metric ton yang diikuti turunnya harga rata-rata minyak goreng lokal dari Rp10.865/liter pada triwulan lalu menjadi Rp10.630/liter pada triwulan II 2015 (Grafik 2.9). Grafik Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng (USD/Ton) 2,000 1,500 1, CPO Internasional (Aksis Kiri) Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi Minyak Goreng Lokal (Aksis Kanan) (Rp/Kg) 12,000 11,000 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 37

53 INFLASI 2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 2,65%(qtq) dengan sumbangan inflasi 0,44% atau inflasi secara tahunan sebesar 8,95% (yoy), mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya (2,43% (qtq) atau 6,86% (yoy)). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi tercatat pada sub kelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar 4,47%(qtq) atau 9,71% (yoy) yang disebabkan kenaikan harga yang terjadi pada produk gula pasir, minuman kesegaran dan jus buah masing-masing sebesar 13,91% (qtq), 6,67% (qtq) dan 3,86% (qtq) seiring dengan peningkatan konsumsi produk tersebut. Sementara itu sub kelompok makanan jadi mengalami inflasi sebesar 2,52%(qtq) atau 8,18% (yoy) yang didorong oleh kenaikan harga produk makanan jadi berupa sop 25,15% (qtq), soto 22,84% (qtq) dan gado-gado 11,11% (qtq). Kenaikan sub kelompok minuman yang tidak beralkohol dan makanan jadi didorong meningkatnya konsumsi selama bulan puasa Sub kelompok tembakau dan minuman tidak beralkohol mengalami inflasi sebesar 1,74%(qtq) atau 10,23% (yoy) yang didominasi oleh rokok kretek filter sebesar 2,33% (qtq) dan rokok kretek 1,33% (qtq) sebagai efek penyesuaian berlakunya tarif cukai hasil tembakau yang baru sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 2015/PMK.011/2014 yang berlaku mulai 1 Januari Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan II 2015 mengalami inflasi sebesar 0,49% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,11% atau secara tahunan mengalami inflasi sebesar 9,30% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya (1,37% (qtq) atau 9,59% (yoy)). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan sub kelompok perlengkapan rumah tangga dengan inflasi sebesar 0,99% (qtq) atau 5,05% (yoy) yang didorong meningkatnya permintaan perlengkapan rumah tangga diantaranya meja kursi tamu dan piring yang digunakan untuk perayaan Idul Fitri KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

54 INFLASI Sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air mengalami inflasi 0,97% (qtq) atau 23,50% (yoy) yang didorong oleh kenaikan permintaan alatalat listrik dan bahan bakar rumah tangga sejalan dengan kenaikan harga LPG 3 Kg sesuai Surat Edaran Gubernur Jambi No. 611 tahun 2014 dan kenaikan harga LPG 12 Kg pada bulan Maret Selanjutnya, sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga mengalami inflasi sebesar 0,70% (qtq) atau 4,77% (yoy) dan sub kelompok biaya tempat tinggal mengalami inflasi sebesar 0,04% (qtq) atau 3,90%(yoy) yang disebabkan kenaikan ongkos laundry dan kebutuhan renovasi rumah berupa batu bata dan cat kayu/cat besi. 4. Kelompok Sandang Kelompok sandang pada triwulan II 2015 secara tahunan mengalami inflasi sebesar 0,49% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,03% atau secara tahunan mengalami inflasi sebesar 1,25% (yoy). Secara sub kelompok, kenaikan kelompok ini didorong kenaikan sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya sebesar 1,22% (qtq) atau 3,40% (yoy) yang didorong kenaikan permintaan emas perhiasan seiring dengan penurunan harga rata-rata emas global pada triwulan laporan dari USD 1.219,32/troy ounce pada triwulan I 2015 menjadi USD 1.193,74/troy ounce 9 (Grafik 2.10). Selain itu, terjadi peningkatan permintaan akan emas perhiasan dan sandang laki-laki dan wanita seiring dengan meningkatnya kebutuhan menjelang perayaan Idul Fitri Sementara itu sub kelompok sandang anak-anak sedikit mengalami deflasi 0,21% (qtq) yang disebabkan penurunan permintaan sandal dan baju kaos berkerah. Sementara baju seragam sekolah anak mengalami inflasi sejalan dengan kebutuhan tahun ajaran baru. Grafik Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional (USD/troy ounce) Sumber: Bloomberg (satu) troy ounce setara dengan 31, gram ( TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 39

55 INFLASI 5. Kelompok Kesehatan Harga komoditi yang tergabung dalam kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,96%(qtq) dengan sumbangan inflasi 0,04% atau inflasi secara tahunan sebesar 3,13%(yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (0,44%(qtq) atau 2,81%(yoy)). Inflasi yang terjadi utamanya bersumber dari sub kelompok obat-obatan (1,51%(qtq) atau 4,77%(yoy)), sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetik mengalami inflasi 1,19%(qtq) atau 3,85%(yoy) dan sub kelompok jasa kesehatan (0,61%(qtq) atau 1,97%(yoy)). Kenaikan ketiga sub kelompok tersebut didorong kenaikan harga bahan baku obat-obatan dan kosmetik yang sebagian besar bahan bakunya berasal dari impor serta penyesuaian tarif dokter umum. 6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi sebesar 0,16% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,01% atau inflasi secara tahunan sebesar 1,56% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (0,11% (qtq) atau 1,46% (yoy)). Sub kelompok olahraga mengalami inflasi sebesar 2,17% (qtq) atau 2,70% (yoy) seiring dengan meningkatnya kebutuhan pakaian olahraga laki-laki. Sedangkan sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan mengalami inflasi terbesar sebesar 1,03% (qtq) atau 3,01%(yoy) seiring dengan tahun ajaran baru. Sub kelompok rekreasi mengalami deflasi 0,21% (qtq) atau 1,62% (yoy) yang dipengaruhi menurunnya kebutuhan rekreasi berupa komputer tablet. Sementara itu sub kelompok kursus-kursus/pelatihan sebesar dan sub kelompok jasa pendidikan cenderung stabil. 7. Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Secara triwulanan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 0,22% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,05% atau inflasi secara tahunan sebesar 7,85% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya (deflasi 3,52% (qtq) atau inflasi 7,46% (yoy)). Inflasi tersebut didorong oleh sub kelompok sarana dan penunjang transpor sebesar 4,83% (qtq) atau 7,10% (yoy) yang didorong meningkatnya permintaan pemeliharaan dan perbaikan ringan kendaraan yang digunakan untuk keperluan mudik. 40 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

56 INFLASI Sub kelompok komunikasi dan pengiriman mengalami sedikit inflasi 0,02% (qtq) yang didorong meningkatnya kebutuhan telepon selular namun secara tahunan mengalami deflasi 0,59% (yoy). Meskipun secara tahunan Sub kelompok transpor mengalami inflasi 10,29% (yoy) namun secara triwulanan mengalami deflasi 0,15% (qtq) sejalan dengan menurunnya kebutuhan angkutan udara selama bulan puasa dan diperkirakan akan kembali meningkat menjelang lebaran Sementara itu sub kelompok jasa keuangan tidak mengalami kenaikan harga selama triwulan berjalan. Selanjutnya, harga rata-rata minyak di pasar internasional pada triwulan laporan mengalami kenaikan sebesar 19,13%(qtq) dibandingkan triwulan I 2015 yaitu dari USD 48,55/barrel, menjadi USD 57,84/barrel (Grafik 2.11) seiring dengan terjadinya ketegangan politik Yaman dan Iran yang memicu kekhawatiran tentang pasokan minyak dari Timur Tengah. Namun demikian, kenaikan harga minyak pada triwulan laporan tersebut masih di bawah rata-rata harga minyak pada posisi yang sama tahun sebelumnya (triwulan II 2014) yang berada pada kisaran USD 103,06/barrel. Grafik Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional Harga Minyak (USD/Barrel) Sumber: Bloomberg C. Inflasi Kabupaten Bungo Berdasarkan Kelompok Barang Sejak Januari 2014, Bungo termasuk sebagai kota indikator inflasi di Provinsi Jambi. Inflasi Bungo berada pada urutan 2 (kedua) terendah dari 23 (dua puluh tiga) kota di Sumatera yang dihitung tingkat inflasinya. Posisi inflasi Bungo di Pulau Sumatera sampai dengan triwulan II 2015 mengalami perbaikan setelah TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 41

57 INFLASI pada triwulan sebelumnya berada di urutan keempat dari 23 (dua puluh tiga) kota di Sumatera yang dihitung tingkat inflasinya. Inflasi bulanan (mtm) Bungo pada triwulan I 2015 berada pada level 0,09%(mtm) pada April 2015, 0,34% (mtm) pada Mei 2015 dan 0,62% (mtm) di bulan Juni Sama seperti Kota Jambi, inflasi Bungo pada triwulan II 2015 lebih disebabkan oleh kenaikan harga cabai merah, nila dan telur ayam ras. Grafik Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Bungo tahun (0.50) (1.00) (1.50) (2.00) Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15 (0.35) (0.28) (0.51) Inflasi Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Bungo Triwulan I-2015 (yoy, %) Triwulan II-2015 (yoy, %) mtm Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Inflasi Smbgn Inflasi I Bahan Makanan II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar IV Sandang V Kesehatan VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Sumber: BPS (diolah) KELOMPOK Desember Triwulan IV-2014 (yoy, %) Triwulan I-2015 (qtq, %) Triwulan II-2015 (qtq, %) INFLASI (2.52) (2.54) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

58 INFLASI Tabel 2.5. Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Bungo Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa KELOMPOK/SUBKELOMPOK Triwulan III-2014 Triwulan IV-2014 Triw ulan I Triw ulan II qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy I. BAHAN MAKANAN a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA 3.58 N/A b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA N/A c. IKAN SEGAR 6.85 N/A d. IKAN DIAWETKAN 1.78 N/A e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA 4.67 N/A f. SAYUR-SAYURAN N/A g. KACANG-KACANGAN 0.41 N/A h. BUAH-BUAHAN 2.94 N/A i. BUMBU-BUMBUAN N/A j. LEMAK DAN MINYAK N/A k. BAHAN MAKANAN LAINNYA 1.45 N/A II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU a. MAKANAN JADI 0.10 N/A b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL N/A c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 0.00 N/A III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR a. BIAYA TEMPAT TINGGAL 0.43 N/A b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 7.52 N/A c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA 1.07 N/A d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA 3.44 N/A IV. SANDANG a. SANDANG LAKI-LAKI 0.08 N/A b. SANDANG WANITA 3.23 N/A c. SANDANG ANAK-ANAK 3.57 N/A d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA N/A V. KESEHATAN a. JASA KESEHATAN 0.00 N/A b. OBAT-OBATAN N/A c. JASA PERAWATAN JASMANI 0.00 N/A d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA 2.84 N/A VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA a. JASA PENDIDIKAN 3.09 N/A b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 9.44 N/A c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN N/A d. REKREASI N/A e. OLAHRAGA 1.47 N/A VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN a. TRANSPOR 0.60 N/A b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN 0.00 N/A c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 2.58 N/A d. JASA KEUANGAN 0.00 N/A INFLASI (UMUM) Sumber: BPS (diolah) N/A : Kota Bungo sebagai indikator kota inflasi sejak Januari 2014 Berdasarkan kelompoknya, inflasi terbesar Bungo pada triwulan II 2015 terjadi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan dengan inflasi sebesar 1,94%(qtq) dan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,29%. Secara tahunan kelompok ini mengalami inflasi sebesar 8,69%(yoy). Berdasarkan sub kelompoknya, transpor adalah adalah salah satu penyumbang inflasi tertinggi pada sub kelompok ini yaitu 2,94% (qtq) atau 9,25% (yoy) yang didorong oleh kenaikan solar 6,73% (qtq), bensin 6,42% (qtq) dan angkutan antar kota 3,03% (qtq). Hal tersebut seiring dengan kenaikan kenaikan harga BBM jenis bensin dan solar yang dilakukan oleh pemerintah pada 28 Maret Sub kelompok komunikasi dan pengiriman mengalami inflasi 0,12% (qtq) atau 0,23% (yoy) dan sub kelompok sarana dan penunjang transpor mengalami inflasi 0,08% (qtq) atau 18,46% (yoy). Inflasi kedua sub kelompok tersebut TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 43

59 INFLASI disebabkan kenaikan permintaan telepon selular dan perlengkapan motor. Sementara itu sub kelompok jasa keuangan tidak mengalami perubahan harga secara triwulanan walaupun secara tahunan mengalami inflasi sebesar 23,64% (yoy). Kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 1,44% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,35% atau secara tahunan mengalami inflasi 3,25% (yoy). Inflasi kelompok tersebut didominasi oleh peningkatan harga sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 13,52% (qtq), sub kelompok buah-buahan 3,75% (qtq) serta sub kelompok daging-dagingan dan hasil-hasilnya 3,29% (qtq). Kenaikan harga pada sub kelompok tersebut didorong meningkatnya konsumsi selama menjelang bulan puasa dan pada saat bulan puasa. Sementara itu, deflasi terjadi pada sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya sebesar 2,02% (qtq), sub kelompok sayur-sayuran 1,57% (qtq), sub kelompok ikan diawetkan 1,31% (qtq) dan sub kelompok bahan makanan lainnya 0,20% (qtq). Sub kelompok bumbu-bumbuan mengalami inflasi yang tinggi akibat kenaikan harga cabai merah, bawang merah dan bawang putih yang mengalami inflasi masing-masing sebesar 19,83% (qtq), 17,72% (qtq) dan 9,45% (qtq). Kenaikan harga bumbu-bumbuan tersebut disebabkan tradisi pesta pernikahan dan keagamaan (pengajian) menjelang bulan puasa. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 1,26% (qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,26% atau secara tahunan mengalami inflasi sebesar 4,42% (yoy). Inflasi kelompok ini utamanya disebabkan oleh inflasi sub kelompok minuman yang tidak beralkohol 2,96% (qtq) atau 4,15% (yoy) yang didorong kenaikan harga gula pasir (9,56% (qtq)), minuman kesegaran (3,18% (qtq)) dan kopi bubuk (2,02% (qtq)). Sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol mengalami inflasi 1,11% (qtq) atau 8,65% (yoy) seiring mulai diberlakukannya kenaikan tarif cukai tembakau yang mendorong kenaikan harga rokok kretek filter yang mencapai 1,27% (qtq). Selanjutnya sub kelompok makanan jadi mengalami sedikit inflasi yaitu 0,88% (qtq) atau 2,39% (yoy) seiring dengan kenaikan bahan baku mie, ayam goreng dan martabak. 44 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

60 INFLASI Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi 1,21%(qtq) dengan sumbangan inflasi 0,09% atau secara tahunan terjadi inflasi sebesar 9,69% (yoy). Inflasi pada kelompok ini terutama dipicu oleh sub kelompok rekreasi dengan inflasi 5,51% (qtq) atau 21,69% (yoy) dan sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan dengan inflasi 0,29% (qtq) atau 3,23% (yoy). Inflasi kedua sub kelompok tersebut dipicu naiknya permintaan rekreasi, televisi berwarna dan kebutuhan laptop/notebook. Sementara itu sub kelompok jasa pendidikan, kursus-kursus/pelatihan dan olahraga relatif stabil. Inflasi pada kelompok kesehatan pada triwulan laporan tercatat sebesar 0,55% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,03% atau secara tahunan mengalami inflasi sebesar 4,52%(yoy). Pada kelompok ini hanya sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika yang mengalami inflasi sedangkan sub kelompok jasa kesehatan, obat-obatan dan jasa perawatan jasmani cenderung stabil. Sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika mengalami inflasi 1,15% (qtq) atau 8,54% (yoy) seiring dengan meningkatnya harga bahan baku impor shampo, sikat gigi dan minyak rambut. Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar mengalami inflasi 0,13%(qtq) atau 10,30%(yoy), dengan sumbangan inflasi triwulanan sebesar 0,03% yang didominasi oleh sub kelompok perlengkapan rumah tangga (0,60% (qtq) atau 8,89% (yoy)), dan sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air sebesar (0,48% (qtq) atau 21,01% (yoy)). Inflasi kedua sub kelompok ini dipicu kenaikan harga barang barang elektronik seiring dengan melemahnya harga nilai tukar rupiah terhadap dolar diantaranya blender, mesin cuci, bola lampu dan kenaikan bahan bakar rumah tangga yaitu kenaikan LPG 12 kg pada bulan April Sementara itu sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga dan sub kelompok biaya tempat tinggal masing masing mengalami deflasi 0,64% (qtq) dan deflasi 0,10% (qtq) yang dipicu berkurangnya permintaan pasir, keramik dan pembersih lantai. Kelompok sandang secara triwulanan mengalami inflasi sebesar 0,07%(qtq) dengan sumbangan inflasi 0,01% dengan inflasi tahunan 2,37% (yoy). Inflasi pada kelompok ini disebabkan oleh sub kelompok sandang wanita yang mengalami inflasi sebesar 0,22% (qtq) atau 4,61% (yoy), sub kelompok TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 45

61 INFLASI barang pribadi dan sandang lainnya (0,20% (qtq) atau 0,15% (yoy)), sub kelompok sandang laki-laki (0,12% (qtq) atau 0,26% (yoy)). Mayoritas penyebab inflasi adalah meningkatnya permintaan akan emas perhiasan dan sandang lakilaki dan wanita seiring perayaan Idul Fitri. Sedangkan sandang anak-anak mengalami deflasi 0,21% (qtq) seiring penurunan permintaan sandal anak anak. Tabel 2.6. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Bungo Berdasarkan Komoditi Periode triwulan II 2015 TW II KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI 10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI Sumbangan APRIL MEI JUNI Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.6), penyumbang pembentukan inflasi terbesar Bungo pada triwulan II 2015 adalah cabai merah, nila dan telur ayam ras. Sementara itu, komoditas penyumbang utama deflasi Bungo pada triwulan II 2015 APRIL adalah sub komoditas beras, udang basah dan angkutan udara. TW II-2015 Sumbangan 1 Bensin Cabai Merah Bawang Merah Kentang Mie Telur Ayam Ras Jeruk Nila Gula Pasir Apel Jengkol Beras Tongkol/Ambu-Ambu Terong Panjang Solar Cabai Rawit Bahan Bakar Rumah Tangga Daging Sapi Rokok Kretek Filter Ketimun Sumbangan 10 Komoditas Daging Ayam Ras Udang Basah Telur Ayam Ras Tongkol/Ambu-Ambu Jengkol Bawang Merah Nila Gabus Beras Salak Bahan Bakar Rumah Tangga Teri Rokok Putih Bayam Terong Panjang Emas Perhiasan Gula Pasir Serai Cabai Rawit Tauge/Kecambah MEI Sumbangan 10 Komoditas Cabai Merah Beras Nila Daging Ayam Ras Rekreasi Bahan Bakar Rumah Tangga Bawang Merah Udang Basah Kentang Apel Salak Sabun Deterjen Bubuk / Cair Rokok Kretek Filter Minuman Ringan Mie Cabai Rawit Telur Ayam Ras Angkutan Udara Gula Pasir Kacang Panjang Sumber: BPS Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas JUNI Sumbangan 10 Komoditas KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

62 BAB III PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kinerja perbankan pada triwulan II 2015 secara umum menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset, dana pihak ketiga dan kredit perbankan masing-masing hanya tumbuh (8,1%) (yoy ), 8,5% (yoy) dan 10,0% (yoy) atau melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh masing-masing sebesar 16,6% (yoy), 13,3% (yoy) dan (11,0% (yoy)). Kualitas kredit masih terjaga yang tercermin dari rasio NPL di bawah 5% (3,21%), meskipun sedikit memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya. Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor mengalami penurunan sebesar 384 bps menjadi sebesar 113,01% dari triwulan sebelumnya 116,85%. Kebutuhan pembayaran tunai dari sisi aliran kas keluar (cash outflow) mengalami peningkatan 26,5% (yoy) sedangkan kas masuk (cash inflow) menurun 8,7% (yoy) dengan net outflow meningkat 65,2% (yoy). Sementara itu kinerja pembayaran non tunai melalui kliring mengalami penurunan sedangkan melalui RTGS mengalami peningkatan, dengan rincian sebagai berikut: Nilai kliring turun sebesar 32,4%(yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp1,8 triliun dan dan volume kliring turun 31,4% (yoy) menjadi Nilai RTGS dari, ke Jambi meningkat 39,5% (yoy), 22,8% (yoy) sedangkan RTGS dari dan ke Jambi menurun 33,9% (yoy). 47

63 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN A.Bank Umum 1. Perkembangan Aset Bank Pertumbuhan aset perbankan pada triwulan II 2015 (8,1%) (yoy ) mengalami perlambatan dibandingkan triwulan I 2015 (16,6% (yoy ) menjadi Rp37,6 triliun. (Grafik 3.1.). Perlambatan tersebut seiring dengan perlambatan pertumbuhan aset bank pemerintah menjadi 9,7% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 24,7% (yoy). Sementara itu aset bank swasta mengalami pertumbuhan 5,7% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya 5,0% (yoy) dan bank syariah yang mengalami perbaikan penurunan dari triwulan sebelumnya menurun 9,6% (yoy) menjadi hanya menurun 0,8% (yoy). Berdasarkan pangsanya, aset perbankan terbesar adalah dari bank pemerintah Rp26,5 triliun (69,1%), diikuti oleh bank swasta Rp8,9 triliun (23,8%) dan bank syariah Rp2,1 triliun (5,6%) Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi (dalam satuan triliun rupiah) Q1-12 Q2-12 Q3-12 Q4-12 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15 Q2-15 Persen Jumlah Aset (aksis kiri) Pertumbuhan q-t-q (%) Pertumbuhan y-o-y (%) Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) 2. Perkembangan Dana Masyarakat Pada triwulan berjalan, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum sebesar Rp24,2 triliun tumbuh sebesar 8,5% (yoy) atau melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,3% (yoy). Perlambatan tersebut 48 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

64 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN didorong penurunan giro 10,7% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 20,8%. Selain itu deposito berjangka juga mengalami sedikit perlambatan dengan tumbuh 27,2% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya 30,0% (yoy). Sedangkan tabungan sedikit mengalami peningkatan dengan tumbuh 3,2% (yoy) dari triwulan sebelumnya 1,3% (yoy). Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi Rp (dalam miliar) Tabungan Simp Berjangka Giro DPK 25,000 20,000 15,000 18,376 9,492 19,155 19,521 19,415 9,646 10,070 11,430 20,069 10,703 22,307 22,527 10,970 11,291 21,965 22,734 12,044 10,847 24,205 11,317 10,000 5,000 5,131 5,388 5,706 4,642 6,187 7,286 7,529 6,912 8,044 9,269-3,753 4,120 3,745 3,343 3,179 4,052 3,707 3,008 3,842 3,619 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15 Q2-14 Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Tabel 3.1. Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) URAIAN Pertumbuhan Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II q-t-q y -o-y Bank Konvensional Bank Pemerintah 12,422,771 13,244,757 15,422,489 15,485,172 14,754,448 15,784,692 16,779, % 8.8% 1 Giro 2,459,884 2,446,629 3,253,415 2,927,275 2,170,558 3,151,412 2,851, % -12.4% 2 Tabungan 7,365,988 6,811,479 7,016,344 7,251,664 8,017,609 7,213,510 7,350, % 4.8% 3 Simpanan Berjangka 2,596,900 3,986,649 5,152,731 5,306,234 4,566,281 5,419,770 6,578, % 27.7% Bank Swasta Nasional 6,101,268 5,916,091 5,957,636 6,040,234 6,219,164 6,004,004 6,436, % 8.0% 1 Giro 745, , , , , , , % -4.9% 2 Tabungan 3,543,220 3,371,287 3,400,929 3,451,743 3,390,026 3,036,639 3,366, % -1.0% 3 Simpanan Berjangka 1,812,272 1,865,460 1,807,122 1,865,269 2,100,369 2,327,956 2,356, % 30.4% Bank Syariah Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) 890, , ,272 1,001, , , , % 6.7% 1 Giro 137,808 53,510 48,589 56, ,137 51,321 54, % 12.0% 2 Tabungan 520, , , , , , , % 8.6% 3 Simpanan Berjangka 232, , , , , , , % 2.7% 1,693,139 3,152,739 Jumlah 19,415,015 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964,903 22,733,986 24,205, % 8.5% 1 Giro 3,343,467 3,179,483 4,051,589 3,707,342 3,008,463 3,842,142 3,619, % -10.7% 2 Tabungan 11,429,775 10,703,386 10,969,816 11,290,961 12,044,292 10,847,414 11,316, % 3.2% 3 Simpanan Berjangka 4,641,773 6,186,567 7,285,993 7,528,836 6,912,149 8,044,430 9,269, % 27.2% TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 49

65 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Berdasarkan kelompok bank, penghimpunan DPK mayoritas berasal dari bank pemerintah dan mencapai Rp16,7 triliun (69,3%), diikuti oleh bank swasta nasional Rp6,4 triliun (26,6%) dan bank syariah Rp989,5 juta (6,7%) (Tabel 3.2). DPK bank pemerintah mengalami perlambatan dari sebelumnya tumbuh 19,2% (yoy) menjadi 8,8% (yoy) sementara DPK bank swasta dan bank syariah tumbuh menjadi 8,0% (yoy) dan 6,7% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya 1,5% (yoy) dan 4,0% (yoy). Berdasarkan golongan pemilik, perlambatan DPK secara terutama didominasi oleh golongan perseorangan menjadi Rp15,8 triliun (9,1% (yoy)) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 10,3%(yoy), pemerintah daerah (pemda) menurun 2,2(yoy) menjadi Rp524,2 miliar dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 19,2% (yoy), dan BUMN menurun 31,5% (yoy) menjadi Rp849,5 miliar dibanding penurunan triwulan sebelumnya 13,2% (yoy). Tabel 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik (dalam jutaan rupiah) No. Golongan Pemilik Trw.IV-2013 Trw.I-2014 Trw.II-2014 Trw.III-2014 Trw.IV-2014 Trw.I-2015 Trw.II-2015 Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share y oy Andil Penduduk/ Residents 1 Pemerintah Pusat 35, , , ,570 36,967 50,973 66, % -46.4% -0.1% 2 Pemerintah Daerah (Pemda) 1,701,695 2,967,960 4,151,802 3,889,246 1,370,397 3,537,138 4,061, % -2.2% -0.4% 3 Badan Dan Lembaga Pemerintah 32,249 24,238 25,400 24,001 30,811 23, , % 428.1% 2.4% 4 BUMN Atau Pemerintah Campuran 553, ,696 1,239,891 1,235, , , , % -31.5% -1.1% 5 BUMD 47, , , , , , , % 204.5% 2.6% 6 Lembaga Keuangan Non Bank 187, , , , , , , % 39.7% 0.8% 7 Bukan Lembaga Keuangan 2,285,904 1,632,625 1,717,251 1,730,849 2,874,686 2,358,029 2,409, % 40.3% 4.0% 8 Sektor Swasta Lainnya 113, ,337 74,787 37,413 75,647 63,344 51, % -30.5% -0.1% 9 Perseorangan 14,452,207 13,850,893 14,531,744 15,011,753 16,178,221 15,278,982 15,850, % 9.1% 5.9% Jumlah 19,409,987 20,064,415 22,305,466 22,525,540 21,963,379 22,732,395 24,203,919 Bukan Penduduk/Non-Residents 5,026 5,022 1,931 1,598 1,525 1,593 1, % -32.6% -0.2% Penduduk dan bukan penduduk 19,415,013 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964,903 22,733,988 24,205, % 8.5% 8.5% Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Berdasarkan lokasi, semua kabupaten/kota di Provinsi Jambi mengalami perlambatan pertumbuhan DPK kecuali Kabupaten Batanghari dan Tebo. Perlambatan tersebut didorong oleh perlambatan DPK di Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang menurun 11,9% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami peningkatan 18,6% (yoy), Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang semakin mengalami 50 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

66 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN penurunan sebesar 10,7% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya hanya mengalami penurunan 0,3% (yoy) dan DPK Kota Jambi yang hanya tumbuh (7,0% (yoy)) dibanding triwulan sebelumnya 12,7% (yoy) (Tabel 3.4.). Berdasarkan pangsanya, mayoritas penghimpunan DPK berlokasi di Kota Jambi dan mencapai Rp16,2 triliun (67,0%) diikuti oleh Kerinci Rp1,4 triliun (6,2%) dan Bungo sebesar Rp1,3 triliun (5,6%). No. Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek (dalam jutaan rupiah) Kota/ Kabupaten Nominal Nominal Nominal Nominal Share Nominal Share Nominal Persen Nominal Persen 1 Kota Jambi 15,168,952 15,518,127 15,758,165 15,650, ,227, , ,058, Kab. Kerinci 1,274,541 1,338,217 1,287,077 1,441, ,496, , , Kab. Bungo 1,541,924 1,463,065 1,438,515 1,304, ,360, , (181,460) (11.8) 4 Tanjung Jabung Barat 1,428,596 1,442,128 1,127,828 1,161, ,275, , (153,165) (10.7) 5 Kab. Merangin 1,003, , , , ,066, , , Kab. Batanghari 656, , , , , , , Kab. Tebo 349, , , , , , , Kab. Sarolangun 472, , , , , , , Tanjung Jabung Timur 411, , , , , , (49,144) (11.9) 10 Kab. Muaro Jambi , , , , ,368 #DIV/0! JUMLAH 22,307,397 22,527,139 21,964,903 22,733, ,205, ,471, ,897, Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Trw. II-14 Trw. III-14 Trw. IV-14 Trw. I-15 Trw. II-15 Pertumbuhan (qtq) Pertumbuhan (yoy ) 3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana Pertumbuhan kredit triwulan 2015 mengalami sedikit perlambatan sebesar 10,0% (yoy) menjadi Rp27,3 triliun, dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2015 yang mencapai 11,0% (yoy). Perlambatan tersebut didorong perlambatan kredit modal kerja dan kredit konsumsi yang hanya tumbuh masing-masing sebesar 9,2% (yoy) dan 8,7% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,3% (yoy) dan 9,7% (yoy). Sedangkan kredit investasi mengalami peningkatan dengan tumbuh 13,3% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya 11,8% (yoy). TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 51

67 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) Pertumbuhan URAIAN TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II q-t-q y-o-y Kelompok Bank 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 26,566,309 27,355, % 10.0% 1 Bank Pemerintah 15,048,876 15,394,481 16,092,175 16,541,833 17,223,936 17,545,224 18,256, % 13.5% 2 Bank Swasta*) 6,525,991 6,503,079 6,749,181 6,832,952 7,028,372 7,100,958 7,217, % 6.9% 3 Bank Syariah 2,046,216 2,029,739 2,027,277 1,997,604 1,977,167 1,920,127 1,881, % -7.2% Jenis Penggunaan 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 26,566,309 27,355, % 10.0% 1 Modal Kerja 7,548,969 7,558,597 8,035,392 8,187,856 8,517,472 8,487,900 8,772, % 9.2% 2 Investasi 5,864,182 5,959,299 6,071,136 6,134,277 6,430,084 6,663,743 6,881, % 13.3% 3 Konsumsi 10,207,932 10,409,402 10,762,104 11,050,256 11,281,919 11,414,666 11,700, % 8.7% Sektor Ekonomi 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,371,531 26,229,475 26,563,556 27,355, % 10.0% 1 Pertanian 4,031,009 4,231,411 4,551,324 4,623,883 4,844,114 5,052,401 5,171, % 13.6% 2 Pertambangan dan Penggalian 96, , , , , , , % 11.6% 3 Industri 859, , , , , ,211 1,083, % 34.7% 4 LGA 5,610 4,126 3,177 3,922 3,660 6,099 8, % 156.3% 5 Konstruksi 804, , , , , , , % -3.8% 6 Perdagangan Hotel dan Restoran 5,775,325 5,778,262 6,165,280 6,287,606 6,491,044 6,544,280 6,780, % 10.0% 7 Pengangkutan dan Komunikasi 326, , , , , , , % 2.6% Keuangan,Real estate dan Jasa 8 Perusahaan 1,132,014 1,135, , , , , , % -3.1% 9 Jasa-jasa 381, , , , , , , % 44.0% 10 Bukan Lapangan Usaha 10,207,932 10,409,402 10,891,132 11,128,283 11,367,367 11,430,482 11,711, % 7.5% *) Termasuk bank asing dan campuran 20,419,076 Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Berdasarkan Kelompok Bank, perlambatan pertumbuhan jumlah kredit dialami oleh bank konvensional sebesar 11,5% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 12,6% (yoy). Bank syariah mengalami perbaikan penurunan pembiayaan yaitu 7,2% (yoy) dibanding triwulan penurunan sebelumnya 5,4% (yoy). Pangsa kredit bank konvensional mencapai 93,1% sementara bank syariah sebesar 6,9%.. Bank pemerintah dan swasta juga mengalami sedikit perlambatan masing-masing sebesar 13,5% (yoy) dan 6,9% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya sebesar 14,0% (yoy) dan 9,2% (yoy). Berdasarkan Jenis Penggunaan, kredit terbesar adalah kredit konsumsi yang mencapai 42,8%, diikuti oleh kredit modal kerja (32,1%) dan kredit investasi (25,2%). Perlambatan kredit dialami oleh kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing hanya tumbuh 9,2% (yoy) dan 8,7% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya tumbuh 12,3% (yoy) dan 9,7%(yoy). Sedangkan kredit investasi mengalami peningkatan dengan tumbuh 13,3% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya 11,8%(yoy). 52 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

68 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Berdasarkan Sektor Ekonomi, perlambatan didorong oleh penurunan kredit terhadap sektor perantara keuangan dan sektor konstruksi. Penurunan kredit ke sektor perantara keuangan didorong oleh sub sektor perantara keuangan lainnya (non bank) leasing dan sub sektor perantara keuangan lainnya (non bank) selain leasing. Sementara itu, penurunan sektor konstruksi didorong oleh penurunan kredit ke sub sektor konstruksi khusus, sub sektor bangunan sipil lainnya dan sub sektor penyiapan lahan lainnya. Sementara itu, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada sektor listrik, gas dan air (LGA) dan jasa-jasa yang masing-masing mencapai 156,3% (yoy) dan 44,0% (yoy), diikuti oleh sektor industri (34,7% (yoy)), dan sektor pertanian (13,6% (yoy ). Namun secara nominal kenaikan kredit secara tahunan tersebut didominasi kredit kepada sektor bukan lapangan usaha, sektor perdagangan besar dan eceran dan sektor pertanian. Kenaikan kredit kepada sektor bukan lapangan usaha didorong oleh kredit konsumsi sub sektor rumah tangga untuk keperluan multiguna, sub sektor rumah tangga untuk pemilikan rumah tinggal tipe 22 s.d. 70 dan sub sektor rumah tangga untuk pemilikan furnitur dan peralatan rumah tangga. Kenaikan kredit sub sektor rumah tangga untuk keperluan multiguna dan sub sektor rumah tangga untuk pemilikan furnitur dan peralatan rumah tangga dipengaruhi meningkatnya daya beli masyarakat akan produk perlengkapan rumah tangga menjelang perayaan Idul Fitri. Sementara kenaikan kredit pemilikan rumah tinggal tipe 22 s.d. 70 ini masih merupakan lanjutan kenaikan kredit triwulan sebelumnya. Kenaikan pada tipe perumahan ini menurut developer perumahan disebabkan oleh kondisi perekonomian yang sedang lesu sehingga tipe ini menjadi favorit atau masih dalam jangkauan daya beli masyarakat dan lebih bankable. Berdasarkan lokasi proyek, jumlah kredit yang disalurkan ke Provinsi Jambi oleh perbankan sebesar Rp35,1 triliun, lebih tinggi dibandingkan kredit yang disalurkan oleh perbankan Jambi (Rp27,3 triliun) dan menunjukkan bahwa terdapat Rp7,8 triliun kredit yang disalurkan oleh perbankan di luar Provinsi Jambi. Kenaikan kredit terjadi hampir di semua kabupaten/kota di Provinsi Jambi kecuali Kabupaten Batanghari. Kenaikan tersebut secara sektor ekonomi didorong TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 53

69 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN oleh kenaikan kredit sektor bukan lapangan usaha, sektor pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum dan BPR Berdasarkan Lokasi Proyek di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) Pertumbuhan Kabupaten/Kota TW IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II qtq yoy Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share % % Batanghari 2,178,008 2,201,840 2,554,343 2,021,404 2,208,433 2,177,564 2,311, Sarolangun 1,464,682 1,465,886 1,461,979 1,611,055 1,601,980 1,623,578 1,597, Kerinci 1,388,026 1,409,393 1,455,886 1,502,649 1,531,300 1,571,827 1,603, Muaro Jambi 2,587,306 2,327,113 2,341,866 2,538,992 2,788,879 2,701,710 2,649, Tanjung Jabung Barat 1,567,439 1,886,052 1,888,412 1,976,223 1,996,109 2,012,352 2,303, Tanjung Jabung Timur 624, , , , , , , Tebo 1,533,388 1,567,330 1,696,419 2,027,604 1,973,200 2,137,947 2,191, Merangin 2,552,180 2,543,205 2,656,927 2,765,615 2,803,795 2,796,085 2,866, Bungo 3,153,216 3,173,820 3,197,338 3,248,205 3,332,761 3,378,293 3,483, Sungai Penuh 13,428 14,897 19,102 22,872 26,442 45,102 49, Jambi 14,341,352 14,710,048 14,508,777 14,828,745 15,129,667 14,922,669 15,384, T O T A L 31,403,658 31,946,454 32,458,037 33,257,510 34,124,108 34,107,025 35,199, Sumber: SEKDA Provinsi Jambi (diolah) 4. Undisbursed Loan Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya mengalami penurunan 11,5% (yoy) menjadi 14,7% (yoy). (Tabel 3.7.). Penurunan undisbursed loan tersebut disebabkan oleh menurunnya kelonggaran tarik kredit investasi sedangkan kredit konsumsi dan modal kerja mengalami kenaikan yang disebabkan semakin terserapnya kredit yang disetujui sehubungan dengan kebutuhan modal kerja dan konsumsi menjelang puasa, pada saat puasa dan menjelang Idul Fitri Tabel 3.6 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) Kategori Pertumbuhan (yoy ) TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II Nominal % Jenis Penggunaan 1 Investasi 277, , , , , , ,106 (171,067) (42.2) 2 Konsumsi 2,009 2,908 6,533 6, ,564 66,937 65,170 1, Modal kerja 1,862,807 1,837,862 1,711,830 1,540,901 1,463,888 1,535,554 1,511,650 23, Total 2,142,384 2,077,803 2,123,535 1,858,122 2,024,315 1,837,950 1,810,925 27,023 (14.7) * Mulai tahun 2010 perhitungan Undisbursed Loan berdasarkan laporan LBU Bassel Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) 54 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

70 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) gross Bank Umum di Provinsi Jambi Loan to Deposits Ratio (LDR) 18 pada triwulan laporan mengalami penurunan sebesar 384 bps dikarenakan peningkatan DPK (6,3% (qtq)) lebih tinggi daripada kenaikan kredit (3,0% (qtq)). LDR berdasarkan bank pelapor sebesar 113,01% (Grafik 3.3.). LDR bank umum yang sudah melebihi 100% tersebut mengindikasikan masuknya dana dari luar perbankan Provinsi Jambi yang perlu diimbangi dengan pemantauan terhadap risiko kredit sejalan dengan prinsip kehati-hatian. Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi Rp triliun Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15 Q % 122% 120% 118% 116% 114% 112% 110% 108% 106% 104% 102% Kredit Perbankan Jambi (Rp juta) DPK Perbankan (Rp juta) LDR Perbankan Jambi (persen) Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Kualitas kredit yang diberikan tergolong baik, tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross bank umum yaitu sebesar 3,21% (Rp879,1 miliar) (di bawah ketentuan 5%), meskipun sedikit memburuk dibandingkan triwulan lalu (2,89% atau Rp769,0 miliar) (Tabel 3.8.). Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dialami oleh sektor pertambangan dan penggalian, sektor konstruksi serta sektor pengangkutan dan komunikasi masing-masing sebesar 23,37%, 8,70% dan 7,49%. Tingginya NPL sektor pertambangan disumbangkan sub sektor pertambangan batubara, 18 LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum pada triwulan laporan. TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 55

71 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN penggalian gambut, dan gasifikasi batubara seiring belum membaiknya harga batu bara dan penerapan Undang-Undang Mineral dan Batubara yang melarang ekspor bahan mentah hasil tambang terhitung sejak tanggal 12 Januari 2014 serta adanya Perda yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai, yang mengakibatkan sebagian besar perusahaan pertambangan batubara menghentikan sementara aktivitas kegiatan tambang. Sementara itu memburuknya NPL sektor konstruksi didorong oleh sub sektor konstruksi perumahan menengah, besar, mewah (tipe diatas 70) dan konstruksi khusus yang diikuti penurunan kredit pada kedua sub sektor tersebut. Penurunan kredit konstruksi tersebut seiring dengan menurunnya permintaan/daya beli masyarakat terkait kebijakan LTV 19 dan perlambatan ekonomi pada triwulan sebelumnya. Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami peningkatan NPL dipengaruhi oleh memburuknya kinerja kredit sub sektor jasa pengiriman dan pengepakan, angkutan jalan untuk barang dan sub sektor jasa penunjang angkutan kecuali jasa bongkar muat dan pergudangan. 19 LTV adalah kebijakan Bank Indonesia (BI) mengenai ketentuan rasio kredit terhadap nilai agunan (loan to value/ltv) dan rasio pembiayaan terhadap nilai agunan (financing to value/ftv) untuk kredit pemilikan properti dan kredit konsumsi beragun properti. Ketentuan pertama mulai berlaku pada 30 September 2013 kemudian diubah melalui PBI No. 17/10/PBI/2015 yang berlaku sejak 18 Juni Bank diberikan kelonggaran memberikan kredit atau pembiayaan properti dan kendaraan bermotor yang lebih besar dari sebelumnya. Masyarakat dapat mengambil kredit atau pembiayaan properti dan kendaraan bermotor dengan uang muka yang lebih kecil dari sebelumnya. 56 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

72 Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Tabel 3.7 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) TW IV-14 TW I TW II No Sektor Ekonomi Kredit Nominal NPL NPL (%) Kredit Nominal NPL NPL (%) Kredit Nominal NPL NPL (%) 1. Pertanian Peternakan Kehutanan dan Perikanan 4,844, , ,052, , ,171, , Pertambangan dan Penggalian 137,590 33, ,001 35, ,834 35, Industri 974,021 19, ,211 19, ,083,490 16, LGA 3, , , Konstruksi 859,266 36, ,603 62, ,362 73, Perdagangan Hotel dan Restoran 6,491, , ,544, , ,780, , Pengangkutan dan Komunikasi 333,392 5, ,174 5, ,338 25, Keuangan,Real estate dan Jasa Perusahaan 674,966 14, ,449 20, ,401 28, Jasa-jasa 544, , ,609 15, ,733 21, Bukan Lapangan Usaha 11,367,367 4, ,430, , ,711, , J U M L A H 26,229, , ,566, , ,355, , Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Dilihat dari spread bunga (grafik 3.4), terlihat bahwa margin rata-rata tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito perbankan di Provinsi Jambi kembali meningkat dari 4,8% menjadi 5,0% seiring dengan penurunan suku bunga deposito yang lebih tinggi dibandingkan penurunan suku bunga kredit. (Grafik 3.4.). Suku bunga deposito pada periode laporan tercatat sebesar 8,3% atau menurun dibandingkan triwulan I 2015 (8,5%) dan suku bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan pada periode laporan tercatat di level 13,29% sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (13,32%). Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam satuan %) Margin Deposito Kredit BI-rate Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 57

73 Rp Triliun PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 6. Perkembangan Kredit UMKM Kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan mengalami perlambatan dengan hanya tumbuh 11,4% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,5% (yoy) menjadi Rp10,2 triliun meskipun sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan total kredit (10,0% (yoy))(grafik 3.5.). Grafik 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II Mikro Kecil Menengah Pertumbuhan UMKM (%) yoy Pertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor yoy Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit di Jambi cenderung sedikit menurun yaitu dari 36,6% di triwulan lalu menjadi 37,5% (Grafik 3.6.). Berdasarkan distribusinya, kredit menengah memiliki pangsa terbesar yaitu 34,8%, kredit mikro sebesar 32,9%, dan kredit kecil sebesar 32,4% dari total kredit UMKM. Kredit UMKM tersebut didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran, sektor pertanian, perburuan dan kehutanan serta sektor konstruksi masing-masing sebesar 48,0%, 29,2% dan 5,1%. 58 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

74 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 100% 80% 60% % 20% 0% TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II Mikro Kecil Menengah Kredit Bukan UMKM Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) B.Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kinerja BPR pada triwulan laporan mengalami sedikit peningkatan terlihat dari peningkatan aset sebesar 3,8% (yoy) menjadi Rp759,6 miliar dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,3% (yoy). Dana pihak ketiga mengalami peningkatan 8,1% (yoy) menjadi Rp583,3 miliar dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,1%(yoy). Sementara kredit mengalami penurunan 2,0% (yoy) menjadi Rp531,1 miliar atau sedikit mengalami perbaikan dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan kredit 3,7% (yoy). Kenaikan dana pihak ketiga didorong oleh meningkatnya simpanan berjangka 9,1% (yoy) menjadi Rp497,6 miliar setelah pada triwulan sebelumnya hanya tumbuh 7,8% (yoy). Sedangkan tabungan mengalami perlambatan dengan hanya tumbuh 2,1% (yoy) menjadi Rp85,6 miliar dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,9% (yoy). Kredit yang diberikan juga masih mengalami penurunan 2,0%(yoy) menjadi Rp531,1 miliar yang didominasi penurunan kredit konsumsi 17,0% (yoy) atau membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang menurun 17,4% (yoy). Kredit investasi mengalami perlambatan dengan hanya tumbuh 1,4% (yoy) menjadi Rp106,8 miliar dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,5% (yoy). Kredit modal kerja TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 59

75 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN mengalami peningkatan 19,1% (yoy) menjadi Rp204,1 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 15,2% (yoy). Kualitas kredit BPR pada triwulan laporan menunjukkan penurunan yang ditandai dengan meningkatnya persentase Non Performing Loan (NPL) dari 14,50% menjadi 15,65% atau semakin jauh melampaui ketentuan maksimal NPL sebesar 5%, sehingga memerlukan perhatian khusus. Kenaikan NPL tersebut terjadi di semua jenis penggunaan kredit dengan didominasi kredit konsumsi, lalu diikuti investasi dan modal kerja. Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dan penyumbang NPL terbesar adalah sektor bukan lapangan usaha diikuti sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan serta sektor jasa-jasa. Kenaikan NPL tersebut disebabkan belum pulihnya harga komoditi karet dan sawit seiring dengan belum membaiknya harga internasional sehingga mempengaruhi kemampuan membayar debitur. Hal tersebut sejalan dengan hasil liaison, bahwa menurut pelaku usaha di Provinsi Jambi harga jual khususnya untuk komoditas seperti karet dan CPO belum membaik pada triwulan II Harga karet dunia yang sempat membaik pada awal Mei 2015 kembali mengalami penurunan menjelang bulan Juni Pasokan persediaan karet dunia yang masih berlimpah menahan harga karet dunia pada level yang cukup rendah. Melimpahnya karet dari kawasan Indochina seperti Vietnam dan Kamboja diperkirakan salah satu penyebab kelebihan persediaan karet dunia, sehingga harga tertahan pada level yang cukup rendah dan berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama. Kinerja BPR dalam menjalankan fungsi intermediasinya cukup baik, yang tercermin dari LDR BPR yang berada pada level 82,38% meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (80,46%). C. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai Sebagaimana tertuang dalam UU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia memiliki Rupiah sebagai salah satu simbol kedaulatan negara yang harus dihormati dan dibanggakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Rupiah merupakan alat pembayaran yang sah sehingga wajib 60 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

76 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN digunakan dalam kegiatan perekonomian di wilayah NKRI guna mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Selanjutnya, turunan atas UU Mata Uang tersebut diwujudkan melalui PBI No 17/3/PBI/2015 & SE BI No 17/11/DKSP tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dimana setiap transaksi yang dilakukan oleh penduduk atau bukan penduduk, tunai atau non tunai di Wilayah NKRI wajib menggunakan Rupiah. Bank Indonesia menerbitkan SE No17/11/DKSP tanggal 1 Juni 2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ketentuan tersebut memuat petunjuk teknis pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah diterbitkan pada tanggal 31 Maret Secara umum, SE No17/11/DKSP tersebut mengatur lebih lanjut antara lain mengenai :i) Kewajiban pencantuman harga barang dan/atau jasa dalam rupiah; ii) Pelaksanaan kewajiban penggunaan rupiah untuk proyek infrastruktur strategis yang diperjanjikan secara tertulis; iii) Pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi non tunai bagi pelaku usaha dengan karakteristik tertentu; iv) Laporan terkait penggunaan Rupiah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; v) Sanksi bagi pelanggar kewajiban penggunaan Rupiah. Bank Indonesia secara berkelanjutan mendukung Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yaitu optimalisasi penggunaan alat pembayaran non tunai seperti kartu ATM debit, kartu kredit dan e-money. Untuk mendukung Gerakan Nasional Non Tunai, telah dilakukan Kampanye Keuangan Inklusif (KKI) berupa Training of Trainer (ToT) kepada Kepala Sekolah dan Guru di 5 (lima) kabupaten di Provinsi Jambi masingmasing sebagai berikut: Kab. Tebo (30 April 2015); Kab. Tanjung Jabung Barat (12 Mei 2015); Kab. Merangin (21 Mei 2015); Kab. Kerinci (28 Mei 2015); Kab. Sarolangun (4 Juni 2015) TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 61

77 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ToT tersebut juga dilanjutkan ke kota/kabupaten lainnya dengan sasaran dosen/mahasiswa di perguruan tinggi di Provinsi Jambi. Langkah awal sosialisasi melalui kalangan pendidik tersebut dilakukan dengan harapan para pendidik dapat mentransfer materi GNNT dengan baik dan efektif kepada masyarakat khususnya para pelajar. Kebutuhan pembayaran tunai dari sisi aliran kas keluar (cash outflow) mengalami peningkatan 26,5% (yoy) sedangkan kas masuk (cash inflow) menurun 8,7% (yoy) dengan net outflow meningkat 65,2% (yoy). Sementara itu kinerja pembayaran non tunai melalui kliring mengalami penurunan sedangkan melalui RTGS mengalami peningkatan, dengan rincian sebagai berikut: Nilai kliring turun sebesar 32,4%(yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp1,8 triliun dan dan volume kliring turun 31,4% (yoy) menjadi Nilai RTGS dari, ke Jambi meningkat 39,5% (yoy), 22,8% (yoy) sedangkan RTGS dari dan ke Jambi menurun 33,9% (yoy). Tabel 3.8 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi Uraian Pertumbuhan (yoy) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Nominal Persen Kliring Nilai Kliring (juta Rp) 2,519,833 2,707,328 2,534,343 2,571,965 2,202,247 1,829,966 (877,362) (32.4) Volume Kliring (lembar warkat) 68,552 74,520 70,240 69,012 62,245 51,098 (23,422) (31.4) Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 880, ,622 1,948, ,379 1,445, ,023 (84,599) (8.7) Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 1,734,894 1,861,714 2,788,527 2,309,258 1,285,175 2,354, , Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (854,501) (885,091) (840,178) (1,387,878) 160,690 (1,462,158) (577,066) 65.2 RTGS dari Jambi (miliar Rp) 19,684 26,992 38,703 40,778 34,079 37,662 10, RTGS ke Jambi (miliar Rp) 22,514 40,455 53,698 49,646 39,055 49,677 9, RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) 5,072 11,033 12,937 4,833 4,347 7,289 (3,744) (33.9) Cek dan BG Kosong Lembar 1,472 1,974 1,847 1,783 1,529 1,249 (725) (36.7) Nominal (juta Rp) 56,789 83,457 71,186 99,967 52,135 43,149 (40,308) (48.3) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi C.1.Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi Dalam rangka mengantisipasi kebutuhan uang masyarakat menjelang Idul Fitri 1436 H/2015, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi mempersiapkan kecukupan uang tunai, dengan cara mengoptimalkan distribusi dan persediaan uang 62 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

78 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN tunai di kota Jambi maupun luar kota Jambi. Sebagaimana halnya siklus tahunan, selama periode Ramadhan dan Idul Fitri umumnya terjadi peningkatan kebutuhan uang tunai untuk memenuhi transaksi masyarakat. Salah satu kebutuhan masyarakat menjelang Idul Fitri adalah kebutuhan uang pecahan kecil. Mengantisipasi kebutuhan tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi menyiapkan uang tunai hingga sebesar Rp2,6 triliun. Persediaan uang ini dinilai sangat mencukupi kebutuhan masyarakat di bulan suci Ramadhan 1436H, baik dari sisi jumlah maupun dari sisi denominasi. Untuk penyaluran ucang pecahan kecil tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi mengadakan layanan mobil kas keliling luar kota dan dalam kota di Provinsi Jambi dan bekerjasama dengan 7 (tujuh) bank umum di Kota Jambi untuk melayani penukaran uang kepada masyarakat tanpa dipungut biaya setiap hari kerja. Jadwal layanan penukaran uang kecil tersebut diinformasikan kepada masyarakat secara luas melalui konfrensi pers TPID Provinsi Jambi dan surat kabar di Provinsi Jambi. Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan, untuk aliran kas keluar (cash outflow) sebesar Rp2,3 triliun atau mengalami peningkatan 26,5% (yoy) sedangkan kas masuk (cash inflow) menurun 8,7% (yoy) dengan net outflow meningkat 65,2% (yoy). Pada triwulan laporan, Jambi mengalami net outflow kembali sebesar Rp1,4 triliun setelah pada triwulan sebelumnya untuk pertama kalinya merasakan net inflow sebesar Rp160,6 miliar sejak tahun Hal tersebut menunjukkan uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (inflow) lebih besar dibandingkan dengan jumlah aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia dari perbankan (outflow). TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 63

79 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi Rp (juta) 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, ,000 - (500,000) Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II (1,000,000) (1,500,000) (2,000,000) (2,500,000) Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) Sumber: Bank Indonesia Jambi C.2.Penyediaan Uang Layak Edar Sebagai salah satu upaya terpenuhinya kebutuhan uang layak edar bagi masyarakat, secara rutin Bank Indonesia Provinsi Jambi melayani penukaran uang tidak layak edar dengan uang layak edar melalui layanan kas dalam kantor dan kas keliling ke daerah terpencil yang akses perbankannya terbatas. Selain itu, secara berkala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi melaksanakan pemusnahan uang yang tidak layar edar (UTLE). Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kelayakan uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, pemusnahan UTLE di Provinsi Jambi sebesar Rp320,8 miliar, atau mencapai 36,0% dari total inflow Provinsi Jambi namun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (53,8%). Dalam rangka mengendalikan jumlah uang yang tidak layak edar yang dimusnahkan, Bank Indonesia terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang melalui pamflet dan edukasi perbankan sehingga diharapkan usia uang dapat lebih panjang dan volume UTLE dapat dikendalikan sehingga dapat mengurangi biaya percetakan uang baru. 64 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

80 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN C.3.Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan Pada triwulan laporan ditemukan uang yang tidak sesuai dengan ciri ciri keaslian uang rupiah yang mencapai 492 lembar yang beredar di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 176 lembar. Dalam rangka mengantisipasi peredaran uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi secara berkala terus mensosialisasikan Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah kepada seluruh lapisan masyarakat. C.4.Perkembangan Kliring Lokal Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1,8 triliun, menurun (32,4% (yoy)) dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 3.8.). Demikian juga halnya volume kliring mengalami penurunan sebesar 31,4% (yoy), yaitu menjadi lembar warkat. Grafik 3.8 Perkembangan Transaksi Kliring 2,800,000 2,600,000 2,400,000 2,200,000 2,000,000 1,800,000 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000,000 Perkembangan Transaksi Kliring Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 80,000 60,000 40,000 20, Nilai Kliring (juta Rp) Volume Kliring (lembar warkat) Sumber: Bank Indonesia Jambi TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 65

81 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Seiring dengan penurunan aktivitas pembayaran non tunai melalui kliring, nilai cek dan BG kosong pada triwulan laporan juga mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp52,1 miliar menjadi Rp43,1 miliar dan dari sisi jumlah lembar menurun dari lembar menjadi lembar. C.5.Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) 20 Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi dari sisi nominal dan volume secara total (keluar dan masuk/dari dan ke) masing-masing yaitu nilai RTGS dari, ke Jambi meningkat 39,5% (yoy), 22,8% (yoy) sedangkan RTGS dari dan ke Jambi menurun 33,9% (yoy). Aliran transfer masuk ke Provinsi Jambi merupakan yang terbesar dan mencapai Rp49,6 triliun, diikuti oleh transfer ke luar Jambi Rp37,6 triliun dan transfer di dalam Provinsi Jambi Rp7,2 triliun. Aliran RTGS menunjukkan bahwa uang masuk ke Jambi lebih tinggi daripada yang keluar. 20 Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang Rupiah, yang penyelesaian transaksi dilakukan secara seketika (real time). 66 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

82 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Periode Dari Provinsi Jambi Tabel 3.9 Perkembangan Transaksi RTGS (dalam miliar rupiah) Ke Provinsi Jambi Dari dan Ke Provinsi Jambi Nilai Nilai Nilai Nilai Volume Volume Volume (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) TOTAL Volume Tw ,383 16,923 23,289 19,391 2,756 5,487 38,428 41,801 Tw ,499 17,064 19,826 19,311 2,768 5,570 34,093 41,945 Tw ,353 18,840 22,515 20,637 3,291 6,009 40,159 45,486 Tw ,986 21,865 23,761 21,639 3,723 6,665 42,470 50,169 Tw ,339 16,644 51,804 17,758 2,653 4,966 64,796 39,368 Tw ,139 19,391 54,010 19,519 3,543 5,720 72,692 44,630 Tw ,677 19,313 29,104 19,344 3,350 5,662 48,131 44,319 Tw ,270 21,580 29,431 20,622 4,702 6,449 52,403 48,651 Tw ,535 16,648 22,244 17,183 4,032 4,973 41,811 38,804 Tw ,666 18,860 22,658 18,685 4,695 5,773 47,019 43,318 Tw ,189 18,663 26,876 17,988 7,422 5,691 54,487 42,342 Tw ,181 22,643 33,327 21,351 6,521 6,711 62,029 50,705 Tw ,684 19,031 22,514 22,854 5,072 5,347 47,269 47,232 Tw ,992 17,544 40,455 18,347 11,033 5,322 78,480 41,213 Tw ,703 18,758 53,698 17,401 12,937 5, ,337 41,754 Tw ,778 20,307 49,646 18,365 4,833 6,000 95,257 44,672 Tw ,079 11,300 39,055 11,549 4,347 3,766 77,481 26,615 Tw ,662 11,565 49,677 12,642 7,289 7,458 94,629 31,665 Sumber: Bank Indonesia Jambi TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 67

83 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

84 BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan Triwulan II-2015 mencapai Rp1,6 triliun (terealisasi sebesar 50,0% dari APBD 2015), sementara itu realisasi belanja melonjak cukup tinggi dibanding triwulan sebelumnya, dari Rp420,3 miliar pada Triwulan I-2015 (terealisasi 12,0%) menjadi Rp1,2 triliun pada Triwulan II-2015 (terealisasi 34,3%). Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu, nilai realisasi pendapatan dan belanja mengalami peningkatan masing-masing sebesar 2,7% dan 30,9%. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai Rp556,6 miliar (33,8% dari total pendapatan), sedikit meningkat dibandingkan realisasi PAD Triwulan II (Rp535,65 miliar atau 33,4% dari total pendapatan). Pendapatan terbesar disumbangkan oleh pajak daerah yang mencapai Rp472,1 miliar (84,8% dari total PAD). Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada APBD 2015 hanya sebesar 22,7%, jauh lebih kecil dibandingkan share belanja operasi yang mencapai 61,5%. Share belanja modal pada tahun ini pun lebih kecil dibandingkan pada APBD-P 2014 dan 2013 (25,3% dan 31,5%). A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan II Tahun 2015 Pada Triwulan II-2015, realisasi pendapatan Provinsi Jambi sebesar Rp1,6 triliun atau mencapai 50,0% dari APBD tahun 2015 (Rp3,3 triliun). Berdasarkan jenisnya, pendapatan terbesar masih tergantung dari transfer pemerintah pusat yang mencapai Rp1,1 triliun (66,2% dari total pendapatan). Adapun proporsi terbesar dalam pendapatan transfer dari APBN tersebut adalah dalam bentuk 69

85 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Dana Alokasi Umum (DAU) yang mencapai Rp588,7 miliar (35,7% dari total pendapatan Jambi) (Tabel 4.1). Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang didapatkan melalui pajak, retribusi, serta pengelolaan kekayaan daerah dan lainnya mencapai Rp556,6 miliar (33,8% dari total pendapatan). Angka pendapatan tersebut meningkat 3,9% dibanding Triwulan II Pendapatan terbesar disumbangkan oleh pajak daerah yang mencapai Rp472,1 miliar hingga Triwulan II-2015 (28,6% dari total pendapatan). Tabel 4.1. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi s.d Triwulan II-2015 (dalam miliar rupiah) S.D TRW II-2014 URAIAN Nominal APBD-P 2014 Nominal Nominal APBD 2015 Persen Persen Persen (Rp. Miliar) (Rp. Miliar) (Rp. Miliar) Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah) S.D TRW III-2014 S.D TRW IV-2014 S.D TRW I-2015 Nominal (Rp. Miliar) Persen S.D TRW II-2015 Nominal (Rp. Miliar) PENDAPATAN 1, , , , , , Pendapatan Asli Daerah , , , Pajak Daerah , , , Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahk Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Pendapatan Transfer 1, , , , , , Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan , , , , Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya Dana Penyesuaian Lain-lain Pendapatan yang Sah Pendapatan Hibah Persen B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan II Tahun 2015 Hingga Triwulan II-2015, realisasi belanja Provinsi Jambi mencapai Rp1,2 triliun atau mencapai 34,3% dari APBD 2015 (Rp3,5 triliun). Nilai realisasi tersebut meningkat cukup tinggi sebesar Rp284,6 miliar atau 30,9% dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan jenisnya, realisasi belanja operasional masih menjadi yang terbesar, yaitu sebesar Rp873,2 miliar atau 72,4% dari total belanja Triwulan II-2015 (terealisasi sebesar 40,4% dari target dalam APBD 2015) (Tabel 4.2). Komponen belanja operasional terbesar adalah untuk belanja hibah yang mencapai Rp325,7 miliar (37,3% dari belanja 70 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

86 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan Pemerintah Dareah operasional) dan diikuti oleh belanja pegawai Rp281,9 miliar (32,3% dari belanja operasional). Kedua jenis komponen belanja tersebut merupakan belanja rutin. Sementara itu, realisasi belanja modal yang bertujuan untuk pembangunan infrastruktur terealisasi sebesar Rp235,5 miliar (baru mencapai 29,5% dari target pada APBD 2015). Terdapat lonjakan yang cukup tinggi dalam realisasi belanja modal dari Triwulan I-2015 ke Triwulan II-2015 (meningkat Rp166,1 miliar) yang disebabkan oleh mulai dilakukannya pembayaran berbagai proyek pembangunan. Namun sesuai siklusnya, realisasi belanja modal hingga Triwulan II-2015 relatif masih kecil, sejalan dengan masih berlangsungnya pengadaan maupun pengerjaan kegiatan pembangunan sehingga pembayaran belum dapat dilakukan. Alokasi belanja modal dalam APBD 2015 hanya sebesar 22,7%, lebih rendah dibandingkan alokasi pada APBD-P 2013 (31,5%) dan APBD-P 2014 (25,3%). Nilai realisasi belanja modal terbesar adalah belanja jalan, irigasi dan jaringan dengan total Rp194,7 miliar (terealisasi 35,6% dari target pada APBD 2015). Belanja ini digunakan untuk membangun infrastruktur yang paling berdampak pada kehidupan masyarakat Provinsi Jambi. Secara tahunan, nilai realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan meningkat 17,4% dibandingkan realisasi pada Triwulan II Hal tersebut menunjukkan komitmen Pemerintah Provinsi Jambi dalam mendorong percepatan pembangunan infrastruktur. Infrastruktur yang dibangun beserta sarana dan prasarananya tersebut diharapkan dapat mendukung kegiatan ekonomi sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di tahun TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSIJAMBI 71

87 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Tabel 4.2. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi s.d Triwulan II-2015 (dalam miliar rupiah) BELANJA , , , , , Belanja Operasi , , , , Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Keuangan Belanja Tidak Terduga Belanja Modal Belanja Tanah Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Bangunan dan Gedung Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya Belanja Aset Lainnya Belanja Tak Terduga Belanja Tak Terduga 0.18 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0.00 Transfer Transfer Bagi Hasil Ke Kab/Kota/Desa Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah) C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah Realisasi pendapatan pemerintah pusat di wilayah Jambi hingga Triwulan II-2015 mencapai Rp1,31 triliun, meningkat 2,0% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (Rp1,28 triliun) (Tabel 4.3). Peningkatan tersebut disebabkan oleh naiknya Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional (15,3% (yoy)) sejalan dengan meningkatnya Pendapatan Bea Masuk karena peningkatan aktivitas impor. Peningkatan lainnya terdapat pada Penerimaan Pajak Dalam Negeri yang meningkat 5,5% (yoy). Tabel 4.3. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (dalam satuan Rupiah) KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH REALISASI PENDAPATAN Triwulan I 2014 Triwulan II Triwulan I 2015 Triwulan II 2015 Pertumbuhan terhadap semester sebelumnya Nominal (%) I Pajak Dalam Negeri 450,071,354, ,818,775,939 2,855,695,340, ,871,340, ,786,905,360 61,768,115, % II Pajak Perdagangan Internasional 7,050,156,000 12,905,673,720 44,187,172,320 10,631,614,271 12,375,865,000 3,051,649, % III Penerimaan SDA 4,627,282,797 5,754,031,847 27,792,193, (10,381,314,644) IV PNPB Lainnya 81,071,121,445 33,954,097, ,565,361,814 76,886,206,247 25,467,122,311 (12,671,890,414) % V Pendapatan Hibah 14,574,300-13,945,217, (14,574,300) VI Pendapatan Bagian Laba BUMN - 16,671,793,121 16,671,793, (16,671,793,121) VII Pendapatan Badan Layanan Umum ,145,793, VIII Pendapatan Penyesuaian 25,145,376 (796,376) 24,349,000 Total Realisasi Pendapatan 542,834,488, ,104,372,154 3,216,002,871, ,414,306, ,629,096,295 25,104,541, % Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah) Berdasarkan komposisinya, penerimaan pajak terbesar adalah dari pendapatan Pajak Dalam Negeri yang mencapai Rp1,2 triliun (90,4%) dan diikuti oleh Pendapatan PNPB lainnya sebesar Rp102,4 miliar (7,8%) (Grafik 4.1). 72 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

88 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan Pemerintah Dareah 1.76% 0.00% 7.82% 90.41% Pajak Dalam Negeri Penerimaan SDA Pajak Perdagangan Internasional PNPB Lainnya Grafik 4.1 Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (%) Sementara itu, belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi hingga Triwulan II-2015 terealisasi sebesar Rp1,4 triliun, menurun 16,1% (yoy) dibandingkan total realisasi belanja periode yang sama tahun sebelumnya (Tabel 4.4). Turunnya angka realisasi belanja tersebut utamanya disebabkan oleh turunnya Belanja Barang sebesar Rp172,9 miliar (35,8% (yoy)), Belanja Modal sebesar 131,9 miliar (32,1% (yoy)), serta Belanja Bantuan Sosial sebesar Rp39,3 miliar (36,3% (yoy)) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Tabel 4.4. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (dalam satuan Rupiah) KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH REALISASI BELANJA Triwulan I 2014 Triwulan II 2014 Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah) 2014 Triwulan I 2015 Triwulan II 2015 Pertumbuhan terhadap semester sebelumnya Nominal (%) I Belanja Pegawai 324,484,525, ,650,459,002 1,667,927,194, ,379,171, ,849,351,138 89,093,538, % II Belanja Barang 112,782,978, ,329,902,060 1,437,141,311,144 76,074,759, ,172,858,589 (172,865,262,318) % III Belanja Denda dan Subsidi Perusahaan 141,172, ,172, (141,172,918) III Belanja Bantuan Sosial 864,616, ,374,209, ,616,006,964 34,078,857,500 34,884,916,000 (39,275,053,233) % IV Belanja Lain-Lain 10,000,000 16,109,733,725 86,238,461, (16,119,733,725) V Belanja Modal 77,384,930, ,591,064,022 1,435,574,745,373 3,512,717, ,515,479,998 (131,947,796,901) % Total Realisasi Belanja 515,668,223,176 1,169,055,368,642 4,987,638,892, ,045,505, ,422,605,725 (271,255,480,134) % Berdasarkan pangsanya, belanja tertinggi pemerintah pusat sebagian besar untuk Belanja Pegawai yaitu sebesar Rp755,2 miliar dengan pangsa mencapai 53,4%, jauh meningkat dibandingkan pangsa pada periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 39,5%. Belanja Barang menjadi belanja kedua terbesar (Rp310,3 miliar), namun dengan pangsa yang menurun dari 28,7% pada periode yang sama tahun 2014 menjadi 21,9% pada triwulan berjalan (Grafik 4.3). TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSIJAMBI 73

89 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Grafik 4.2. Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 60% 50% Smt I % 30% 20% 10% 0% Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Bantuan Sosial Belanja Lainlain Belanja Modal Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah) Selain itu, Belanja Modal yang merupakan belanja yang dikeluarkan untuk meningkatkan infrastruktur yang berperan penting dalam menggerakkan roda prekonomian di Provinsi Jambi justru mengalami penurunan sebesar Rp131,9 miliar (32,1% (yoy)) dibanding periode yang sama pada tahun Penurunan Belanja Modal ini dikhawatirkan dapat mengganggu perkembangan infrastruktur di Provinsi Jambi, dimana infrastruktur adalah salah satu komponen utama yang berperan dalam kemajuan perekonomian. Pangsa Belanja Modal turun dari 24,4% pada Triwulan II-2014 menjadi 19,7% pada Triwulan II D. Keuangan Pemerintah Daerah Jumlah simpanan Pemerintah Daerah di perbankan Jambi pada Triwulan II adalah sebesar Rp4,06 triliun, atau turun 2,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp4,15 (Grafik 4.4). Penurunan simpanan terbesar utamanya disebabkan oleh turunnya simpanan giro dari Rp2,1 triliun pada Triwulan II-2014 menjadi Rp1,6 triliun pada triwulan laporan. Adapun 74 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

90 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan Pemerintah Dareah simpanan deposito mengalami peningkatan dari Rp2,0 triliun pada Triwulan II menjadi Rp2,5 triliun pada triwulan laporan atau naik sebesar 22,7%. Grafik 4.3. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi Tabungan Deposito Giro Total (LHS) (Rp triliun) (Rp triliun) Tw I-13 Tw II-13 Tw III-13 TW IV-13 Tw I-14 Tw II-14 Tw III-14 Tw IV-14 Tw I-15 Tw II Sumber: LBU Bank Indonesia TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSIJAMBI 75

91 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

92 BOKS. 2 PERKEMBANGAN DANA DESA DI PROVINSI JAMBI Boks.1 PERKEMBANGAN DANA DESA DI PROVINSI JAMBI Hasil Focus Group Discussion (FGD) Analisis Fiskal Daerah Provinsi Jambi Triwulan II 2015, 9 Juli 2015 A. Latar belakang dan Dasar Hukum Dana Desa Undang-Undang Desa menjadi salah satu produk undang-undang yang banyak ditunggu oleh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat desa. Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Desa disahkan menjadi Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa pada tanggal 15 januari Di antara tujuan dari disahkannya UU tersebut adalah: mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat desa untuk pengembangan potensi dan aset desa guna kesejahteraan bersama; meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat desa guna mempercepat perwujudan kesejahteraan umum; dan memajukan perekonomian masyarakat desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional. Berdasarkan UU tersebut, Desa diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus kewenangannya sesuai dengan kebutuhan dan prioritas Desa. Kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa (pasal 18). Selanjutnya diatur bahwa salah satu sumber pendapatan Desa adalah dari alokasi APBN yang bersumber dari Belanja Pusat dengan mengefektifkan program yang berbasis Desa secara merata dan berkeadilan (pasal 72). B. Apa itu Dana Desa Terminologi Dana Desa baru muncul pada peraturan pelaksanaan UU nomor 6 tahun 2014 yaitu PP nomor 43 tahun Dalam PP tersebut, yang dimaksud dana desa adalah adalah dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Secara keseluruhan, sumber Pendapatan Desa menurut UU Desa pasal 72 adalah sebagai berikut: Sumber Keterangan - Pendapatan Asli Desa Hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa - Alokasi dari APBN Dana Desa - Alokasi dari APBD (1) Bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah (PDRD) kabupaten/kota (paling sedikit 10% dari PDRD); (2) ADD, yaitu 77 TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

93 BOKS. 2 PERKEMBANGAN DANA DESA DI PROVINSI JAMBI paling sedikit 10% dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam APBD setelah dikurangi DAK; dan (3) Bantuan keuangan dari APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota - Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga - Lain-lain pendapatan Desa yang sah Dalam UU, alokasi anggaran untuk Dana Desa oleh UU ditetapkan sebesar 10% dari total Dana Transfer ke Daerah dan akan dipenuhi secara bertahap sesuai dengan kemampuan APBN. Tahun 2015 merupakan tahun pertama dialokasikannya Dana Desa dalam APBN, dimana anggaran Dana Desa dipenuhi melalui realokasi dari Belanja Pusat dari program yang berbasis Desa. Pada APBN 2015 alokasi anggaran Dana Desa sebesar Rp9,066 triliun bersumber dari realokasi: Program PNPM Mandiri Perdesaan (Kemendagri) dan SPAM Perdesaan dan PPIP (Kementerian PU). Selanjutnya, pada pemerintahan yang baru, Alokasi Dana Desa ditambah lagi pada APBNP 2015 menjadi sebesar Rp 20,766 Triliun yang dialokasikan ke Desa di seluruh wilayah Indonesia sehingga rata-rata Dana Desa per Desa sebesar Rp280,3 juta atau baru 3,23% dari total Dana Transfer ke Daerah. Dalam roadmap yang dirilis pemerintah, Dana Desa mencapai 10% dari total Dana Transfer ke Daerah atau 1 miliar per Desa pada tahun Tabel 1. Roadmap Alokasi Dana Desa Sumber: Medium-Term Budget Framework (MDTF), Kemenkeu Untuk wilayah provinsi Jambi, Dana Desa dalam APBN-P 2015 dialokasikan sebesar Rp381,56 miliar yang dialokasikan pada 10 (sepuluh) kabupaten/kota dengan total jumlah desa desa, sehingga rata-rata per desa adalah sebesar Rp272,9 juta. C. Mekanisme Pengalokasian Dana Desa Berdasarkan UU APBNP 2015 dan PP 22 tahun 2015 pengalokasian Dana Desa dilaksanakan melalui 2 (dua) tahap sebagaimana gambar 1 berikut: 78 TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

94 BOKS. 2 PERKEMBANGAN DANA DESA DI PROVINSI JAMBI Tahap I Gambar 1 Pengalokasian Dana Desa Tahap II Keterangan: - Data IKK (indeks kemahalan konstruksi) per kab/kota yang digunakan adalah data yang digunakan dalam penghitungan DAU (data tersedia setiap tahun dan telah mencerminkan kesulitan geografis); - IKG (Indeks Kesulitan Geografis) per Desa ditetapkan oleh kepala daerah, berdasarkan faktor: (1) ketersediaan prasarana pelayanan dasar; (2) kondisi infrastruktur; dan (3) transportasi / Aksesibilitas; Pada formula perhitungan tersebut, pada intinya, seluruh desa akan memperoleh 90 persen dari dana desa yang ada, kemudian sisanya 10 persen akan ditetapkan berdasarkan empat kriteria sebagaimana diatur dalam PP nomor 22 tahun 2015 tentang Perubahan atas PP nomor 60 tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN. D. Mekanisme Penyaluran Dana Desa Penyaluran dana desa dilakukan dengan cara pemindahbukuan dari RKUN (Pemerintah Pusat) ke RKUD (Pemerintah Kabupaten/kota) untuk selanjutnya dilakukan pemindahbukuan dari RKUD ke RKD (Desa) dengan tahapan sebagai berikut: URAIAN Tabel 2. Tahapan Penyaluran Dana Desa TAHAPAN PENYALURAN DANA DESA TAHAP I TAHAP 2 TAHAP 3 Proporsi 40% 40% 20% Penyaluran Dana Desa dari PUSAT KE KAB./KOTA Penyaluran Dana Desa dari KAB / KOTA KE DESA Minggu II Bulan April Minggu II Bulan Agustus Minggu II Bulan Oktober 7 hari kerja setelah diterima di Kas Daerah 7 hari kerja setelah diterima di Kas Daerah 7 hari kerja setelah diterima di Kas Daerah 79 TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

95 BOKS. 2 PERKEMBANGAN DANA DESA DI PROVINSI JAMBI 1. Penyaluran dana Desa dari RKUN ke RKUD. Penyaluran dilaksanakan oleh Menteri Keuangan cq. Dirjen PK dengan persyaratan: (1) Peraturan bupati/walikota mengenai tata cara pembagian dan penetapan besaran Dana Desa, (2) Peraturan daerah mengenai APBD tahun berjalan; dan (3) Laporan realisasi tahun anggaran sebelumnya. Kondisi di Provinsi Jambi, sampai dengan akhir triwulan II, penyaluran tahap I (40%) dari RKUN ke RKUD kab/kota di wilayah Provinsi Jambi telah terealisasi seluruhnya yaitu sebesar Rp152,6 miliar, meskipun sempat terjadi keterlambatan untuk beberapa pemkab/kot yang disebabkan oleh keterlambatan penyusunan peraturan bupati/walikota mengenai tata cara pembagian dan penetapan besaran Dana Desa. Realisasi sampai dengan akhir triwulan II 2015 adalah sebagai berikut: Tabel 3. Realisasi Penyaluran Dana Desa dari RKUN ke RKUD Kab/Kota Lingkup Provinsi jambi s.d. Triwulan II 2015 Pemerintah Daerah Jml Desa Alokasi (Rp) Realisasi Kab. Batanghari Kab. Bungo Kab. Kerinci Kab. Merangin Kab. Muaro Jambi Kab. Sarolangun Kab. Tanjung Jabung Barat Kab. Tanjung Jabung Timur Kab. Tebo Kota Sungai Penuh >>Jumlah (10 kab/kota) Sumber: Data Simtrada, DJPK, Kemenkeu 2. Penyaluran dana Desa dari RKUD ke RKD. Penyaluran dana Desa ke Rekening Kas Desa, semestinya dilakukan dalam 7 hari kerja setelah dana diterima di RKUD dengan syarat telah disampaikan Peraturan Desa mengenai APB Desa dan Laporan realisasi penggunaan Dana Desa semester sebelumnya. Persyaratan terkait adanya APB Desa diperlukan agar jelas rencana keuangan dari pemerintah Desa dalam satu tahun anggaran. Format APB Desa dimaksud telah diatur dalam Permendagri nomor 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. E. Penggunaan Dana Desa Dana Desa digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. Prioritasnya adalah untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa sebagaimana diatur dalam Permendesa nomor 4 tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun Penggunaan Dana Desa untuk kegiatan yang tidak termasuk prioritas dapat dilakukan sepanjang kebutuhan untuk pemenuhan kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat telah terpenuhi. 80 TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

96 BOKS. 2 PERKEMBANGAN DANA DESA DI PROVINSI JAMBI Terkait dengan tata cara pengadaan Barang/jasa yang bersumber dari APB Desa, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah telah menerbitkan Perka nomor: 13 tahun 2013 yang pada intinya pengadaan dimaksud tidak termasuk dalam ruang lingkup Perpres Pengadaan Barang dan Jasa sebagaimana diubah terakhir dengan Perpres nomor 70 tahun Dalam masa transisi, diharapkan Bupati/Walikota membentuk tim asistensi desa yang terdiri dari Unit Layanan Pengadaan, SKPD atau unsur lain di pemkab/kota dengan tugas: (1) meningkatkan kapasitas SDM, dan (2) melakukan pendampingan pengadaan barang/jasa. F. Pendampingan Desa Dalam Permendes nomor 3 tahun 2015 tentang Pendampingan Desa, telah diatur lebih lanjut terkait pendampingan desa yang terdiri dari: tenaga pendamping profesional, Kader pemberdayaan masyarakat desa, dan/atau pihak ketiga. Tenaga pendamping profesional terdiri atas: (a) pendamping desa (berkedudukan di Kecamatan), (b) pendamping teknis (berkedudukan di kabupaten), dan Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (berkedudukan di Pusat dan Provinsi). Sumber pendanaan terhadap pendampingan Desa ini berasal dari APBN dan APBD Kab/kota. G. Analisis Kendala dan Permasalahan Konsep dari penggunaan Dana Desa yang diprioritaskan untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa tentunya diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian Desa. Namun demikian, terdapat beberapa kendala dan permasalahan yang memerlukan perhatian lebih lanjut. - Dari sisi peraturan untuk pelaksanaan Dana Desa, setidaknya telah diterbitkan 16 peraturan dari UU hingga peraturan menteri. Permasalahannya adalah bagaimana peraturan dan SOP tersebut dapat tersosialisasikan dan dapat dipahami dengan baik khususnya pada perangkat Desa yang tersebar di Desa dengan berbagai keberagaman dan kompleksitas yang melingkupinya. - Kesiapan SDM pemerintah Desa dalam mengelola Dana Desa telah menjadi pertanyaan banyak pihak. Dari sisi perencanaan dapat dilihat dari banyaknya ketidakmampuan dan keterlambatan dalam penyusunan APBDes. Sedangkan dari sisi penggunaan dana, muncul kekuatiran yang berlebihan bila kesalahan penggunaan dana desa dapat berujung pada pidana. Di sisi yang lain dana desa juga rawan diselewengkan jika tidak mendapatkan pengawasan yang memadai. - Terkait dengan penyaluran Dana Desa, penyaluran tahap I (40%) dari Rekening Pemerintah Pusat (RKUN), khususnya di wilayah Provinsi Jambi telah tersalurkan seluruhnya ke RKUD kab/kota. Namun demikian, terjadi potensi penumpukan Dana Desa pada RKUD Kab/kota akibat keterlambatan pemenuhan persyaratan penyaluran ke RKD. Apalagi pada pertengahan bulan Agustus ini akan ada penyalurkan dana desa tahap II (40%) Kondisi tersebut juga berpotensi terjadinya penumpukan kegiatan pada akhir tahun anggaran atau bahkan tidak terserapnya Dana Desa tersebut. H. Saran - Pemerintah agar segera mengefektifkan program pendampingan dan capacity building bagi perangkat desa. Berdasarkan alokasi anggaran dalam APBNP 2015, telah dianggarkan pada Kemendes untuk pendampingan desa sebesar Rp2,1 triliun dan pada Kemendagri untuk capacity building perangkat desa sebesar Rp1,4 triliun. Namun 81 TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

97 BOKS. 2 PERKEMBANGAN DANA DESA DI PROVINSI JAMBI demikian pelaksanaan perekrutan pendamping desa cukup terlambat sementara Dana Desa tahap I telah disalurkan ke RKUD dan sebagiannya telah masuk ke Rekening Kas Desa. - Pemerintah Kab/kota memiliki kewajiban untuk melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan desa sebagaimana diatur dalam Permendagri 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Oleh karena itu, peran Pemda kab/kota tersebut perlu ditingkatkan terutama dalam melakukan sosialisasi, asistensi serta pendampingan serta melibatkan aparat pengawasan fungsional (inspektorat) dalam mengawasi pengelolaan Dana Desa tersebut. - Perlu dipertimbangkan kebijakan untuk menjadikan tahun pertama pelaksanaan Dana Desa ini sebagai masa percobaan (masa pembelajaran) bagi perangkat desa dalam mengelola Dana Desa sehingga mengurangi potensi terjadinya permasalah hukum di kemudian hari. Kontributor: 1. Meily Ika Permata, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi. ( meily@bi.go.id ) 2. Azas Mabrur, Ak., M.Ak Kepala Seksi Pembinaan Pelaksanaan Anggaran Kanwil Provinsi Jambi ( azasmb@gmail.com) 82 TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

98 BAB V KESEJAHTERAAN DAERAH Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami sedikit peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu menjadi 96,09 dari 95,81 pada triwulan lalu yang disebabkan meningkatnya nilai tukar petani tanaman perkebunan rakyat dan peternak. Kenaikan nilai tukar petani tersebut seiring dengan sedikit membaiknya harga bokar selama triwulan II 2015 dan meningkatnya konsumsi daging dan hasil-hasilnya selama bulan puasa Sementara itu penyaluran raskin selama triwulan II juga mengalami peningkatan yaitu menjadi 103,5% (qtq) seiring dengan lancarnya penebusan raskin terkait telah selesainya juknis penyaluran raskin tahun 2015 oleh pemerintah kota/kabupaten. A. Kesejahteraan Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi. Pada bulan Juni 2015, NTP sebesar 96,09 atau naik 126 bps dibandingkan Maret Meskipun indeks yang diterima petani dan indeks yang dibayar petani sama sama mengalami kenaikan namun kenaikan indeks yang diterima lebih besar (2,25%) dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar (1,94%). Pada triwulan berjalan NTP sub sektor perkebunan rakyat dan peternakan mengalami kenaikan sedangkan NTP sub sektor tanaman pangan, hortikultura, dan perikanan mengalami penurunan. 21 Nilai Tukar Petani (NTP) adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Sejak Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergeseran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga di perdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya. 83

99 KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Nilai tukar petani tanaman perkebunan rakyat meningkat menjadi 95,54 dari sebelumnya 92,91. Sedikit kenaikan NTP tersebut dipengaruhi kenaikan ratarata harga bokar pada triwulan II 2015 (4,22%) menjadi Rp15.502/kg dari ratarata triwulan sebelumnya Rp14.874/kg. Namun kenaikan harga tersebut belum pada batas harga yang diharapkan petani karet mengingat rata rata harga bokar tahun 2013 berkisar Rp22.456,74/kg dan tahun 2014 Rp17.558,67/kg. Berdasarkan hasil liaison yang dilakukan, diperoleh informasi harga karet di level petani berkisar sebesar Rp untuk karet bersih. Sementara itu, karet yang dihasilkan petani di sekitar Provinsi Jambi tergolong kotor, sehingga harga yang mereka terima hanya di level 50% hingga 70% dari harga yang ditetapkan. Tingkat harga yang dinilai rendah tersebut membuat sebagian petani karet beralih profesi, sehingga mengurangi pasokan bahan baku karet. Sementara itu harga TBS triwulan II 2015 berada pada kisaran harga ratarata Rp1.637/kg, belum membaik dibandingkan rata-rata harga triwulan I 2015 sebesar Rp1.720/kg bahkan masih dibawah rata rata harga 2014 yang mencapai Rp1.808,49/kg, seiring dengan belum membaiknya harga CPO internasional dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai tukar petani peternakan mengalami kenaikan menjadi 100,50 dari triwulan sebelumnya 100,31. Kenaikan NTP tersebut disebabkan kenaikan indeks diterima petani (1,90% (qtq)) yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks dibayar petani (1,71% (qtq)). Kenaikan indeks diterima tersebut didorong kenaikan harga daging sapi, daging ayam ras dan telur ayam ras selama triwulan berjalan dimana terdapat tradisi menggelar pengajian menjelang puasa dan konsumsi yang lebih istimewa selama bulan puasa. Sebaliknya, nilai tukar petani sub sektor tanaman pangan berupa padi dan palawija mengalami penurunan menjadi 96,25 dari triwulan sebelumnya 101,72 disebabkan indeks yang diterima petani mengalami penurunan 3,30% (qtq) sementara indeks dibayar petani meningkat 2,91%(qtq). Penurunan indeks diterima petani tanaman pangan tersebut terjadi pada petani padi dan palawija. Penurunan tersebut didorong oleh penurunan harga beras dimana rata-rata harga beras April dan Mei 2015 menurun sebesar 2,32% (qtq) dibandingkan 84 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

100 KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN triwulan sebelumnya sebagai akibat masa panen raya padi sehingga pasokan menjadi aman dan menekan harga beras. Pada Juni 2015, harga beras kembali naik namun lebih disebabkan kenaikan permintaan terdorong pola konsumsi masyarakat selama bulan puasa dimana yang biasanya mengkonsumsi raskin beralih ke beras premium. Nilai tukar petani hortikultura mengalami sedikit penurunan dari sebelumnya 92,76 menjadi 92,53 yang disebabkan kenaikan indeks diterima petani (1,69% (qtq)) lebih kecil dibandingkan indeks dibayar petani (1,95% (qtq)). Walaupun pada periode laporan harga produk hortikultura, sayur sayuran, buah-buahan mengalami inflasi seiring dengan meningkatnya permintaan selama bulan puasa namun dampak kenaikan harga BBM jenis bensin dan solar yang dilakukan oleh pemerintah pada 28 Maret 2015 lebih besar pengaruhnya terhadap biaya penjualan petani hortikultura. Nilai tukar perikanan pada triwulan laporan mengalami sedikit penurunan menjadi 100,35 setelah sebelumnya per Maret 2015 berada pada 100,56. Kenaikan nilai tukar perikanan tersebut disebabkan indeks harga yang diterima nelayan dan pembudidaya ikan mengalami kenaikan yang lebih kecil (1,41% (qtq)) dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar nelayan dan pembudidaya ikan (1,64% (qtq)). Sementara itu secara per sub sektor, nilai tukar perikanan tangkap mengalami peningkatan sedangkan nilai tukar perikanan budidaya menurun. Nilai tukar perikanan tangkap mengalami kenaikan dari 102,86 menjadi 103,13 (0,26% (qtq)). Indeks harga yang diterima dan dibayar nelayan sama sama mengalami peningkatan namun peningkatan indeks diterima (2,25% (qtq)) lebih besar dibandingkan indeks dibayar nelayan (1,98% (qtq)). Kenaikan hasil nelayan tersebut terlihat dari inflasi yang dialami sub kelompok ikan segar berupa udang basah dan cumi-cumi seiring dengan kenaikan permintaan terkait bulan puasa Sementara itu nilai tukar pembudidaya ikan mengalami penurunan dari 98,04 menjadi 97,27 (0,79% (qtq)). Penurunan tersebut disebabkan kenaikan indeks harga yang diterima pembudidaya ikan TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 85

101 KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN (0,45%(qtq)) lebih kecil dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar (1,25%(qtq)). Tabel 5.1. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2012=100) KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK Maret Juni September Desember Jan Feb Maret April Mei Juni PERUBAHAN (%) ( Maret ke Juni 2015 ) 1 Tanaman Pangan a Indeks Diterima Petani b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-P) Hortikultura a Indeks Diterima Petani b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-H) Tanaman Perkebunan Rakyat a Indeks Diterima Petani b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) Peternakan a Indeks Diterima Petani b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) Perikanan a Indeks Diterima Petani b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) PROVINSI JAMBI a INDEKS YANG DITERIMA (It) b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) c NILAI TUKAR PETANI (NTPp) Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah) B. RASKIN Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jambi (melalui Bulog Divre Jambi) untuk mensukseskan program pemerintah dalam hal penanggulangan kemiskinan yaitu secara rutin membagikan beras miskin (raskin) kepada masyarakat yang berhak. Pada triwulan laporan, penyaluran raskin mencapai sebesar ton, meningkat 103,5% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya (4.154 ton) (grafik 5.1). Peningkatan penyaluran raskin yang mencapai 103,5% (qtq) tersebut didorong pemerintah daerah kota/kabupaten yang telah meyelesaikan juknis penyaluran raskin tahun 2015 sehingga penebusan raskin mulai berjalan dan untuk mengantisipasi kenaikan harga beras menjelang puasa 2015 maka raskin Juli dan Agustus 2015 diselesaikan di bulan Juni KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

102 Ribu ton KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Grafik 5.1. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi Pertumbuhan Raskin (%) (50.00) - TW I TW II TW III TRW IV TW I TW II TW III TRW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II (100.00) Sumber: Bulog Provinsi Jambi (diolah) TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 87

103 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

104 BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN Laju pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan III 2015 diperkirakan sedikit membaik pada kisaran 5,2%-5,7% (yoy) dibandingkan triwulan II 2015 (5,2% (yoy)). Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah diperkirakan masih akan menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Dari sisi lapangan usaha, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi akan banyak disumbangkan oleh sektor perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil dan sepeda motor, sektor transportasi dan pergudangan, sektor informasi dan komunikasi serta sektor konstruksi. Sementara itu, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan tumbuh terbatas yang dipengaruhi oleh faktor masih rendahnya harga komoditas dan lemahnya permintaan. Inflasi pada triwulan III 2015 diperkirakan berada pada kisaran 7,2% (yoy) dari sebelumnya 6,5% (yoy) pada triwulan II Peningkatan laju inflasi ini utamanya dipengaruhi oleh kelompok volatile food dan inflasi inti (core inflation). Dari sisi volatile food, terjadinya gagal panen yang berdampak pada menurunnya produksi bahan pangan akibat kekeringan yang disebabkan El Nino memberikan tekanan inflasi pada sisi volatile food. Sementara itu, tekanan dari sisi inflasi inti utamanya disebabkan Penerapan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 132/010/2015 mengenai kenaikan tarif bea masuk barang impor dan ekspektasi inflasi masyarakat yang semakin memburuk. Kedua hal tersebut diperkirakan akan meningkatkan tekanan pada inflasi inti/core inflation. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan tekanan inflasi lebih tinggi dari perkiraan antara lain: 1) kenaikan harga produk ayam sejalan dengan rencana pemerintah untuk menghentikan impor jagung; 2) kenaikan harga BBM dalam negeri sebagai dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar 89

105 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Amerika Serikat; 3) kenaikan harga bahan bangunan seiring kenaikan realisasi belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pada triwulan III 2015; 4) proyeksi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat. A. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan III 2015 diperkirakan pada kisaran 5,2%-5,7%(yoy) atau 1,1%-1,6%(qtq), secara tahunan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2015 (5,2%) akan tetapi secara triwulanan tumbuh relatif lebih rendah dibandingkan triwulan laporan (1,5% qtq). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2015 diperkirakan berada pada kisaran 5,6%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun 2014 yang mencapai 7,8%. Berdasarkan sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah diperkirakan masih akan menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Tingkat konsumsi diperkirakan akan meningkat sejalan dengan persiapan menghadapi lebaran pada bulan Juli Pertumbuhan juga akan didorong oleh realisasi belanja barang dan modal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jambi yang umumnya terjadi pada triwulan III Ekspor juga berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan III 2015 meskipun tidak begitu besar sejalan dengan pelemahan harga komoditas global dan perkiraan pertumbuhan ekonomi terbaru Amerika Serikat dan Tiongkok yang lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya. PMTDB/Investasi juga diperkirakan belum banyak berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Jambi sejalan dengan perlambatan ekonomi Jambi dan tekanan depresiasi kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat yang membuat perusahaan/korporasi menunda/membatalkan rencana investasi maupun pembelian alat-alat produksi baru. Dari sisi lapangan usaha, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi akan banyak disumbangkan sektor perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil dan sepeda motor, sektor transportasi dan pergudangan serta sektor informasi 90 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

106 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH dan komunikasi seiring momen lebaran pada bulan Juli Sektor konstruksi juga diperkirakan tumbuh sejalan dengan dimulainya realisasi belanja modal infrastruktur Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi pada triwulan III Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan serta sektor industri pengolahan diperkirakan tumbuh terbatas seiring menurunnya produktivitas tanaman karet pada musim kemarau. GAPKINDO Jambi juga menginformasikan kontrak penjualan karet untuk semester II 2015 mengalami sedikit penurunan dibandingkan semester I Sementara itu, masih rendahnya harga CPO dan TBS dan penerapan pungutan CPO Support Fund diperkirakan juga akan menurunkan ekspor CPO sehingga memberikan tekanan pada pertumbuhan sektor industri pengolahan. Sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan masih tumbuh terbatas tidak setinggi di triwulan dan tahun sebelumnya. Harga minyak global juga diperkirakan masih akan berkisar pada level US$50 US$60/barrel sepanjang tahun Sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi triwulan mendatang yang diperkirakan membaik dibandingkan triwulan laporan, hasil SKDU triwulan II 2015 menyatakan bahwa perekonomian akan mengalami ekspansi dan responden optimis dalam memandang perekonomian triwulan mendatang. Hal ini tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) perkiraan perkembangan dunia usaha pada triwulan III 2015 sebesar 12,4. Sektor yang memiliki SBT triwulan III 2015 yang positif adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pertanian, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor jasa-jasa, sektor keuangan dan sektor listrik dan air minum. Momen lebaran diperkirakan akan meningkatkan kegiatan perdagangan dan permintaan jasa angkutan serta jasa komunikasi. Sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan semakin optimis pada triwulan III TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 91

107 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Tabel 6.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha Kondisi sektor pertanian pada triwulan mendatang diperkirakan masih sama dibandingkan triwulan II Kondisi cuaca yang kondusif seiring masuknya musim panas dapat berdampak positif bagi penyadapan karet sehingga meningkatkan produksi crumb rubber. Namun demikian, masih rendahnya harga karet global berpotensi memberikan tekanan pada pertumbuhan sektor perkebunan dan menjadi faktor penahan laju pertumbuhan sektor pertanian. Sub sektor perkebunan kelapa sawit diperkirakan tidak akan tumbuh lebih baik dibandingkan triwulan II Menurunnya produktivitas tanaman kelapa sawit pada musim kemarau diperkirakan akan menahan laju pertumbuhan sub sektor perkebunan kelapa sawit. Senada dengan hal tersebut, kinerja industri pengolahan diperkirakan tidak akan lebih tinggi dibandingkan triwulan II Informasi GAPKINDO Jambi yang menyatakan bahwa kontrak penjualan karet pada semester II 2015 tidak lebih tinggi dari semester sebelumnya akan sedikit menghambat kinerja sub sektor industri pengolahan karet. Sementara itu, masih rendahnya harga CPO internasional akibat masih lemahnya permintaan global produk CPO serta penerapan kebijakan CPO Support Fund (CSF) yang mewajibkan eksportir CPO menyetorkan US$ 50 sebagai dana CSF setiap 1 ton ekspor CPO diperkirakan akan menahan laju pertumbuhan sub sektor industri pengolahan kelapa sawit. Adapun sektor bangunan/konstruksi memiliki SBT negatif yang disebabkan oleh masih pesimisnya pelaku usaha terhadap perkembangan pembangunan residensial (tabel 6.1). 92 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

108 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH B. Proyeksi Inflasi Inflasi pada triwulan III 2015 diperkirakan akan sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2015 yaitu berada pada kisaran 6,9%-7,4% (yoy) dari sebelumnya 6,5% (yoy) pada triwulan laporan (grafik 6.2). Peningkatan laju inflasi ini utamanya dipengaruhi oleh kelompok volatile food. Grafik 6.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Periode Tahun 2012 s.d. Juni 2015 serta Perkiraan Juli s.d September 2015 Grafik 6.2. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2012 s.d. Juni 2015 serta Perkiraan Juli s.d September 2015 TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 93

109 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Grafik 6.3. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (ytd) Kota Jambi Periode Tahun 2012 s.d. Juni 2015 serta Perkiraan Juli s.d September 2015 Dari sisi volatile food, terjadinya gagal panen yang berdampak pada menurunnya produksi bahan pangan akibat kekeringan yang disebabkan El Nino memberikan tekanan inflasi pada sisi volatile food. Sementara itu, tekanan dari sisi inflasi inti utamanya disebabkan Penerapan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 132/010/2015 mengenai kenaikan tarif bea masuk barang impor dan ekspektasi inflasi masyarakat yang semakin memburuk. Kenaikan tarif bea masuk impor akan berdampak pada inflasi barang impor langsung. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan tekanan inflasi lebih tinggi dari perkiraan antara lain: 1) kenaikan harga produk ayam sejalan dengan rencana pemerintah untuk menghentikan impor jagung; 2) kenaikan harga BBM dalam negeri sebagai dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat; 3) kenaikan harga bahan bangunan seiring kenaikan realisasi belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pada triwulan III 2015; 4) proyeksi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat yang dapat menyebabkan kenaikan harga barang-barang impor langsung. C. Rekomendasi Kebijakan Menyikapi perlambatan ekonomi dan inflasi yang terjadi pada triwulan II 2015 serta proyeksi ekonomi triwulan III 2015, Pemerintah perlu memperhatikan beberapa hal berikut: 94 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

110 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Menyikapi perlambatan pertumbuhan ekonomi: 1. Percepatan pembangunan ekonomi daerah melalui: a) Percepatan realisasi anggaran belanja modal dan belanja barang Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jambi untuk meningkatkan kualitas infrastruktur fisik seperti irigasi, jalan dan jembatan dalam rangka memperlancar kegiatan ekonomi dan memberikan multiplier effec terhadap penciptaan lapangan kerja dan menjaga daya beli. b) Kebijakan/program dalam rangka meningkatkan investasi swasta di Provinsi Jambi dengan cara: 1. Pemetaan dan promosi potensi investasi di Provinsi Jambi di tingkat nasional maupun internasional. 2. Pembuatan Peraturan daerah (Perda) yang bersifat insentif bagi penanaman modal di Provinsi Jambi seperti: kemudahan izin, relaksasi pajak daerah bagi investor dan pembuatan Perda Tata Ruang Wilayah untuk industri. 3. Percepatan pembangunan pelabuhan samudera Ujung Jabung. 4. Pengembangan dan pembangunan kawasan industri di sekitar pelabuhan. 5. Pembangunan sarana infrastruktur penunjang pelabuhan dan kawasan industri seperti pembangkit listrik, instalasi air bersih dan pengolahan sampah. 6. Pembangunan sarana konektivitas antar daerah produsen komoditas dengan daerah industri, pelabuhan dan bandara melalui transportasi darat, sungai dan udara. c) Mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) terampil untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor primer (pertanian dan pertambangan), sektor sekunder (industri) dan jasa melalui pendirian SMK baru, beasiswa perguruan tinggi dan peningkatan kompetensi pengajar. 2. Meningkatkan kinerja dan nilai tambah produk perkebunan kelapa sawit dan karet dari hulu hingga hilir melalui: TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 95

111 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH a) Revitalisasi/replanting perkebunan sawit dan karet untuk meningkatkan produktivitas tanaman; b) Meningkatkan ketrampilan SDM khususnya petani karet melalui pendampingan dan konsultasi teknis dan penguasaan teknologi di bidang karet; c) Menggalakkan penertiban praktek karet kotor; d) Membangun jaringan kelembagaan petani dengan industri pengolahan untuk mengurangi rantai perdagangan yang tidak sehat; e) Memperbaiki sistem tata niaga karet melalui proses lelang yang melibatkan koperasi petani karet; f) Membangun pusat informasi harga karet dan komoditas utama lainnya yang mudah diakses sampai ke level petani. g) Membangun industri hilir berbasis komoditas karet dengan memberikan kemudahan izin, pembiayaan, dan pengembangan; h) Mengembangkan industri karet yang terintegrasi meliputi industri inti, penunjang, dan industri terkait lainnya. Menyikapi pengendalian inflasi: 3. Penguatan fungsi dan Peran TPID Provinsi Jambi serta TPID Kabupaten/Kota se-provinsi Jambi dalam pengendalian inflasi melalui: a) Pembentukan roadmap/blue print pengendalian inflasi jangka panjang; b) Perencanaan dan pelaksanaan program kerja/aksi nyata baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang bersentuhan langsung dengan masyarakat; c) Penyusunan peta surplus/defisit komoditas pangan di setiap Kabupaten/Kota; d) Optimalisasi dan penguatan fungsi jembatan timbang di Provinsi Jambi untuk menjaga kualitas jalan sekaligus memantau arus barang yang masuk dan keluar Jambi sebagai modal untuk penyusunan peta surplus/defisit Provinsi Jambi; 96 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN II 2015

112 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH e) Optimalisasi fungsi koordinasi antara TPID bersama SKPD terkait dalam rangka pengawasan produksi dan distribusi barang/komoditas utama penyumbang inflasi; f) Sosialisasi dan pembangunan Sistem Resi Gudang (SRG) yang dapat membantu mengendalikan gejolak harga komoditas penjualan dan meningkatkan nilai jual petani. g) Sosialisasi dan memperkenalkan perdagangan melalui sistem pasar lelang forward h) Memperkuat fungsi TPID dalam mengendalikan ekspektasi inflasi masyarakat melalui strategi komunikasi yang tepat sasaran. TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 97

113 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

114 BOKS. 1 KONDISI, PELUANG DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN KELISTRIKAN DI PROVINSI JAMBI Boks.2 Kondisi, Peluang dan Tantangan Pembangunan Kelistrikan di Provinsi Jambi Infrastruktur merupakan salah satu prasyarat utama dalam memperlancar kegiatan ekonomi. Adanya infrastruktur yang memadai dan berkualitas baik akan mendorong perputaran barang dan jasa yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Salah satu infrastruktur tersebut adanya infrastruktur energi listrik. Listrik merupakan sumber energi utama yang vital bagi kelangsungan produksi industri, jasa dan rumah tangga. Pemerintah telah memberikan perhatian khusus mengenai program pengembangan infrastruktur kelistrikan melalui Undang Undang (UU) No.30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan yang secara teknis dijabarkan dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No K/21/MEM/2008 tanggal 13 November 2008 tentang Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 14 tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sebagimana telah diubah dengan PP No. 23 tahun Dalam program tersebut, Pemerintah menyusun roadmap pembangunan infrastruktur energi listrik yang tertuang dalam Program Pemerintah tentang pembangunan ketenagalistrikan sebesar 35 Giga Watt (GW). Selanjutnya, PT PLN (Persero) selaku operator sistem kelistrikan di Indonesia menyusun Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun yang mencakup pembangunan pembangkit dan sistem pendukungnya (sistem transmisi, gardu dll). Namun demikian, peran Pemerintah Daerah juga tidak kalah penting dalam membangun infrastruktur kelistrikan di daerah terpencil dan belum terjangkau sistem transmisi PLN seperti daerah pegunungan. Untuk membahas mengenai kondisi dan rencana pengembangan kelistrikan di Jambi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi mengadakan Focus Group Discussion (FGD) bersama PT PLN (Persero) unit transmisi Jambi, Bappeda Provinsi Jambi dan PTPN VI (Persero) pada hari Kamis, 9 Juli 2015 di Ruang Rapat Kajang Lako Kantor Perwakilan BI Provinsi Jambi. Kondisi Sistem Kelistrikan di Provinsi Jambi Sistem kelistrikan Jambi saat ini terkoneksi melalui jaringan transmisi 150 KV sistem Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu (S2JB) dengan 5 Gardu Induk (GI) yaitu GI Aur Duri, GI Payo Selincah, GI Muara Bulian, GI Muara Bungo, GI Bangko dan GI Sei Gelam. Total daya terpasang pada saat beban puncak di Provinsi Jambi mencapai 99 TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

115 BOKS. 1 KONDISI, PELUANG DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN KELISTRIKAN DI PROVINSI JAMBI 301 MW yang dipasok dari beberapa komplek pembangkit listrik utama di Jambi dan sistem interkoneksi S2JB. Beberapa pembangkit tersebut diantaranya: 1. PLTG/PLTMG Payo Selincah PLTG milik PLN : 2 x 30 MW, 2 x 50 MW PLTG Sewa : 1 x 15 MW PLTMG PLN : 1 x 30 MW 2. PLTG/MG Peaker Sungai Gelam PLTG milik PLN : 1 x 90 MW PLTMG sewa : 1 x 12 MW 3. PLTU Biomassa PLTU Biomassa Jambi : 1 x 10 MW Dan PLTD yang bersifat isolated (belum masuk interkoneksi) di: 1. PLTD Pelabuhan Dagang 6,4 MW (Tanjabbar) 2. PLTD Mendahara Tengah 0,4 MW (Tanjabtim) 3. PLTD Kuala Tungkal 3,5 MW (Tanjabbar) 4. PLTD Sungai Lokan 1.2 MW (Tanjabtim) 5. PLTD Batang Asai 0,8 MW (Sarolangun) 6. PLTD Sarolangun 3,0 MW Berdasarkan kelompok tarif, kelompok rumah tangga masih mendominasi penjualan listrik PLN di Jambi sebesar 65,9%, disusul oleh kelompok komersial 19,9%, publik/pemerintah 6,8% dan industri 7,5%. Penyaluran listrik kepada kelompok 100 TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

116 BOKS. 1 KONDISI, PELUANG DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN KELISTRIKAN DI PROVINSI JAMBI industri masih melalui saluran transmisi 20 KV (sebagai perbandingan, saluran transmisi industri Jawa sudah menggunakan saluran transmisi 70 KV). Dengan bertambahnya pembangkit listrik, PLN harus menyediakan sistem transmisi yang lebih dari 20 KV. Pada tahun 2015, PLN memperkirakan penjualan listrik di Jambi mencapai GWH dengan beban puncak mencapai 328 MW dan jumlah pelanggan mencapai Hingga tahun 2024, PLN memperkirakan jumlah pelanggan akan tumbuh rata-rata 3,8% per tahun dengan rata-rata pertumbuhan penjualan mencapai 11,3% per tahun. Untuk itu, diperlukan pertumbuhan produksi sebesar 11,5% per tahun dengan proyeksi beban puncak mencapai 835 MW pada tahun Untuk memenenuhi kebutuhan tersebut, PLN telah memulai proses pembangunan pembangkit, baik yang dilakukan oleh PLN maupun bekerjasama dengan pihak ketiga melalui skema Independent Power Plant (IPP) serta pembangunan sistem transmisi di Provinsi Jambi dengan daftar sebagai berikut: Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik 1. PLTU Jambi (2 x 300 MW). Pada tahap awal kapasitas yang dapat dipakai sebatas 150 MW karena kendala teknis terkait transmisi. Untuk mencapai kapasitas maksimal hingga 600 MW dibutuhkan saluran transmisi 500 KV. 2. PLTG/MG Jambi Peaker (1 x 100 MW) di Sungai Gelam. Status sampai saat ini belum ada pemenang tender pembangunan pembangkit listrik. Adapun bahan baku CNG direncanakan dipasok dari PT. Energasindo Heksa Karya. 3. PLTG/MG Tanjung Jabung Timur (1 x 50 MW). PLTG/MG direncanakan beroperasi pada Desember 2016 dengan dukungan bahan baku gas dari Petro China International Jabung Ltd. 4. PLTMG Payo Selincah (1 x 50 MW). Status saat ini masih dalam tahap konstruksi dan diperkirakan siap beroperasi pada Oktober PT Pertamina Geothermal Energy telah mendapatkan izin dari Bupati Kerinci No. 130/Kep.218/2011 dengan luas 156,10 Ha di wilayah Kec. Gunung Raya dan Bukit Kerman. Progress saat ini masih dalam proses tender pembangunan infrastruktur pendukung Rencana Pengembangan Transmisi: 1. SUTM 150 KV Bangko Merangin- Sungai Penuh. 2. SUTT 275 KV dari Lubuk Linggau Sungai Rumbai melewati Bangko dan Bungo serta SUTT 275 KV dari Bayung Lincir Jambi. 101 TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

117 BOKS. 1 KONDISI, PELUANG DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN KELISTRIKAN DI PROVINSI JAMBI 3. SUTET 500 KV dari Muara Enim Rengat melewati Jambi, Batang Hari dan Tanjung Jabung Barat. Dukungan Pemerintah Daerah (Pemda) terhadap pembangunan infrastruktur kelistrikan di Provinsi Jambi. Dalam rangka mendukung pembangunan infrastruktur kelistrikan di Provinsi Jambi, terutama di daerah yang secara teknis dan finansial sangat sulit bagi PLN membangun jaringan transmisi, Pemda telah menginisiasi pembangunan pembangkit listrik mandiri di daerah seperti PLTMH (Micro Hydro) dan PLTS (Tenaga Surya). Hal ini dilakukan mengingat untuk membangun suatu pembangkit dengan kapasitas besar membutuhkan pembiayaan yang besar. Pada tahun 2013, Pemprov Jambi telah membangun 13 Unit PLTMH di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Bungo dan Sarolangun dan 8 Unit PLTS sedangkan di tahun 2014, Pemprov telah membangun 15 Unit PLTMH dan 10 Unit PLTS. Tantangan pengembangan infrastruktur kelistrikan di Provinsi Jambi Berdasarkan pemaparan peserta, terdapat beberapa tantangan yang dihadapi dalam pengembangan infrastruktur kelistrikan di Jambi seperti: 1. Kurangnya sinergi antara Pemerintah Daerah, PLN dan investor swasta dalam mendukung pembangunan infrastruktur kelistrikan daerah seperti: Kemudahan dan percepatan perizinan bagi pembangunan infrastruktur kelistrikan. Belum adanya regulasi/nota kesepahaman antara pemerintah daerah dengan PLN untuk mempercepat proses pembangunan transmisi listrik. Sebagai contoh adalah dukungan pemda dalam proses pembebasan lahan untuk keperluan pembangunan jaringan transmisi. Belum adanya regulasi untuk mendorong pembangunan pembangkit listrik oleh swasta. Kurangnya koordinasi antara pemerintah daerah, swasta dan PLN dalam pembuatan roadmap pengembangan infrastruktur kelistrikan daerah di Prov. Jambi. 2. Kesediaan PLN untuk membeli energi listrik yang dibangun swasta dan daerah. Pemerintah daerah dan PLN perlu berkoordinasi untuk mendistribusikan excess power yang dihasilkan oleh pembangkit yang akan dibangun swasta seperti rencana pembangunan PLTU Tebo. Peluang pengembangan infrastruktur kelistrikan di Provinsi Jambi 1. Potensi bahan baku/sumber daya Provinsi Jambi memiliki potensi sumber daya energi yang cukup melimpah. Potensi batu abra yang layak ditambang sebesar 779 ton yang tersebar di seluruh 102 TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

118 BOKS. 1 KONDISI, PELUANG DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN KELISTRIKAN DI PROVINSI JAMBI kabupaten kecuali kabupaten Kerinci. Potensi gas bumi juga cukup memadai di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Muaro Jambi. Disamping itu, terdapat potensi tenaga air di Kabupaten Merangin. 2. Pengembangan sumber daya terbarukan untuk mendukung pengembangan energi kelistrikan di Jambi Salah satu narasumber yaitu Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara Bapak Iskandar Sulaiman memaparkan bahwa provinsi Jambi yang kaya akan sumber daya energi terbarukan, terutama yang berasal dari produk kelapa sawit. Sebagi contoh, PTPN VI telah memanfaatkan limbah kelapa sawit (cangkang) untuk pembangkit listrik sebagai bahan bakar boiler. Secara teknis 30 ton cangkang sawit mampu menghasilkan 1 MW listrik. Di masa mendatang, PTPN VI akan memanfaatkan Palm Oil Mill Effluent (POME) atau limbah cair kelapa sawit sebagai bahan alternatif pembangkit listrik. 103 TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

119 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

120 LAMPIRAN KAJIAN EKONOMI DAM KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank. K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank. K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi. Triwulan III

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi. Triwulan III KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI Telp : 0741-62445 Fax : 0741 62112

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI Agustus 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi NOVEMBER 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank. K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan II 2009 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertamatama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III - 2009 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I - 2010 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Triwulan I-2015 Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III 2010 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertamatama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV 2009 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertamatama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN II 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Mei - 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2013 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi DKI Jakarta. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi DKI Jakarta. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi DKI Jakarta Triwulan I 2016 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel di regional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan II 2010 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertamatama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA MEI 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN III 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Utara Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan II 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA TRIWULAN II 2015 KATA PENGANTAR Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci