KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan

2 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN Triwulan IV-2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA SELATAN

3 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Jl. Jend. Sudirman No.510 Palembang Telp : (0711) Fax : (0711)

4 Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2014 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. Perekonomian Sumatera Selatan pada tahun 2014 masih tumbuh dengan baik di tengah tekanan harga komoditas dunia, melemahnya kurs dan inflasi yang tinggi akibat kebijakan pemerintah. Selain itu koordinasi antar instansi melalui TPID dalam mengendalikan harga semakin solid. TPID Sumatera Selatan terus melakukan berbagai upaya mengelola ekspektasi masyarakat seperti pemasangan iklan layanan masyarakat, mengatur ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi dengan penguatan koordinasi antar daerah, menjaga keterjangkauan harga dengan pasar murah terutama pada saat Ramadhan dan Idul Fitri serta penguatan kelembagaan TPID dan integrasi PIHPS yang ada di masing-masing wilayah. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya. Palembang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA SELATAN Ttd Hamid Ponco Wibowo Direktur i

5 ii Halaman ini sengaja dikosongkan

6 Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar BOKS... xi Indikator Utama... xiii Ringkasan Umum... xv 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Perkembangan Ekonomi Makro Regional Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan Inflasi Secara Umum Tekanan Inflasi Sisi Penawaran Tekanan Inflasi Sisi Permintaan Kondisi Harga Pangan di Pasar Internasional Survei Pemantauan Harga Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Kondisi Umum Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Penghimpunan DPK Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota Stabilitas Sistem Keuangan Total Kredit Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten/kota Kredit Sektoral Kredit UMKM Kredit Rumah Tangga Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Konvensional iii

7 3.5 Kelonggaran Tarik Perkembangan Bank Umum Syariah Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Perkembangan Perkasan Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi APBD Triwulan IV Perbandingan Realisasi APBD dengan Triwulan IV Tahun Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Ketenagakerjaan Tingkat Pendapatan Tingkat Kemiskinan Prospek Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Pertumbuhan Ekonomi Inflasi iv

8 Daftar Tabel Tabel 1-1. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010 (%)... 2 Tabel 1-2. Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010 (%)... 3 Tabel 1-3. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010 menurut Penggunaan Tahun (%) Tabel 1-4. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010 menurut Penggunaan Tahun (%) Tabel 1-5. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (Juta USD) Tabel 1-6. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (Juta USD) Tabel 2-1. sumber Tekanan Inflasi Triwulan IV Tabel 2-2. Andil Inflasi Bulanan Per Komoditas Tabel 2-3. Andil Deflasi Bulanan Per Komoditas Tabel 2-4. Perkembangan Harga Komoditas Internasional Tabel 3-1. Perkembangan DPK Perbankan per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Miliar) Tabel 3-2. Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan per Wilayah di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp miliar) Tabel 3-3. Perkembangan Kredit Sektoral Provinsi Sumatera Selatan (Rp miliar) Tabel 3-4. Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Selatan (Rp Miliar) Tabel 3-5. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Selatan (Rp Miliar) 48 Tabel 3-6 Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Sumatera Selatan Tabel 3-7 Kegiatan Perkasan di Sumatera Selatan (Rp Miliar) Tabel 4-1 APBD Provinsi Sumatera Selatan dan Realisasinya di Triwulan IV Tabel 4-2 Perbandingan Presentase Realisasi Pendapatan Sumatera Selatan s.d Triwulan IV Tahun 2014 dan Tahun Tabel 5-1. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Februari 2012 Agustus Tabel 5-2. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Februari 2012 Agustus v

9 Tabel 5-3. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan, Februari 2012 Agustus Tabel 5-4. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini Tabel 5-5. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD Tabel 5-6. Rata-rata Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan.. 60 Tabel 5-7. Rata-rata Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Modal Petani Tabel 5-8. Pendapatan Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini Tabel 5-9. Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD Tabel Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Maret September Tabel 5-11 Komponen Garis Kemiskinan, September September Tabel 6-1. Proporsi Ekspor Sumatera Selatan, Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Tahun 2013 dan 2014 (dalam persentase) Tabel 6-2. Volume Perdagangan Internasional Tabel 6-3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Sumatera Selatan (% yoy) vi

10 Daftar Grafik Grafik 1-1. PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK Grafik 1-2. PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK Grafik 1-3. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2014 (%-yoy)... 3 Grafik 1-4. Perkembangan Curah Hujan di Sumatera Selatan... 4 Grafik 1-5. Perkembangan Harga Tandan Buah Segar... 4 Grafik 1-6. Perkembangan Produksi Crumb Rubber Sumatera Selatan... 6 Grafik 1-7. Perkembangan Harga Batu Bara... 5 Grafik 1-8. Perkembangan Harga Minyak Bumi... 5 Grafik 1-9. Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional... 6 Grafik Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional... 6 Grafik Perkembangan Konsumsi Semen di Sumatera Selatan... 7 Grafik Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi dan Perumahan di Sumatera Selatan... 7 Grafik Perkembangan Arus Bongkar Muat Pelabuhan di Sumatera Selatan... 8 Grafik Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Baru Roda Empat di Sumatera Selatan... 8 Grafik Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama Grafik Indeks Keyakinan Konsumen Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Simpanan Pemda Sumatera Selatan di Perbankan Grafik Perkembangan Tabungan Perorangan di Perbankan Sumatera Selatan.. 12 Grafik Perkembangan Investasi di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Volume Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan vii

11 Grafik Pangsa Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Triwulan IV Grafik Perkembangan Nilai Impor Provinsi Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Volume Impor Provinsi Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Triwulan IV Grafik Pangsa Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Triwulan IV Grafik 2-1. Perkembangan Inflasi Tahunan Sumsel dan Nasional Grafik 2-2. Perkembangan Inflasi Bulanan Sumsel dan Nasional Grafik 2-3. Event Analysis Perkembangan Inflasi Sumsel Grafik 2-4. Realisasi dan Proyeksi Inflasi Sumatera Selatan Grafik 2-5. Perbandingan Inflasi Tahun Kalender Grafik 2-6. Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik 2-7. Disagregasi Inflasi Bulanan Grafik 2-8. Andil Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik 2-9. Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik Perkembangan Curah Hujan Bulanan Grafik Perkiraan Curah Hujan Desember Grafik Perkembangan Stok Beras dan Total Penyaluran Grafik Perkembangan Inflasi Tradables dan Non-tradables Grafik Perkembangan Harga Kedelai Internasional Grafik Perkembangan Harga Terigu Internasional Grafik Perkembangan Harga Beras Internasional Grafik Perkembangan Harga Emas Internasional Grafik Disagregasi Inflasi Survei Pemantauan Harga Grafik Inflasi Survei Pemantauan Harga dan Inflasi BPS Grafik 3-1. Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Provinsi Sumatera Selatan Grafik 3-2. Pertumbuhan DPK Perbankan di Provinsi Grafik 3-3. Komposisi DPK Perbankan Sumatera Selatan Triwulan IV Grafik 3-4. Pangsa DPK per Kabupaten/Kota Triwulan IV Grafik 3-5 Jumlah dan Pertumbuhan Penyaluran Kredit Grafik 3-6. Pertumbuhan Kredit Perbankan di Provinsi Sumatera Selatan viii

12 Grafik 3-7. Komposisi Kredit Perbankan Triwulan IV 2014 di Provinsi Sumatera Selatan Grafik 3-8. Pertumbuhan Kredit berdasarkan Penggunaan Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV Grafik 3-9. Pangsa Kredit per Kabupaten/Kota Triwulan IV Grafik Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV Grafik Perkembangan Kredit UMKM Grafik NPL Pangsa Kredit UMKM Sumatera Selatan Grafik Pertumbuhan Kredit Konsumsi Grafik NPL Kredit Konsumsi Grafik Perkembangan Suku Bunga Simpanan Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumatera Selatan Grafik Perkembangan financing-to-deposit ratio (FDR) Bank Umum Syariah Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Aset Bank Umum Syariah Sumatera Selatan Grafik Perkembangan DPK Bank Umum Syariah Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah Sumatera Selatan Grafik Perkembangan loan-to-deposit ratio (LDR) Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Aset Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan Grafik Perkembangan DPK Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Kredit Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Kliring di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Perputaran Kliring dan Hari Kerja Grafik Perkembangan RTGS di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Bulanan Jumlah Perputaran Kliring di Sumatera Selatan 50 Grafik Perkembangan Jumlah Cek dan Bilyet Giro Kosong di Sumatera Selatan 50 Grafik Perkembangan Kegiatan Perkasan di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Pemusnahan Uang Lusuh Grafik 4-1. Struktur Pendapatan Daerah Triwulan IV Grafik 4-2. Perbandingan Realisasi Pendapatan Triwulan IV 2013 dan ix

13 Grafik 4-3. Perbandingan Struktur Realisasi Belanja Sumatera Selatan Triwulan IV Grafik 4-4. Perbandingan Realisasi Belanja Sumatera Selatan Triwulan IV Grafik 5-1. Indeks Harga yang diterima, Indeks Harga yang dibayar dan Nilai Tukar Petani Grafik 5-2. Perkembangan NTP dan Inflasi Pedesaan Sumatera Selatan Grafik 5-3. Perkembangan Garis Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin Grafik 5-4. Perkembangan Gini Ratio Sumatera Selatan Grafik 6-1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan Grafik 6-2. Proyeksi Inflasi Tahunan Sumatera Selatan Grafik 6-3. Ekspektasi Harga Konsumen x

14 Daftar BOKS BOKS A. UMP Sumatera Selatan 2015 Naik, Pengaruh Kepada Dunia Usaha Perlu Diperhatikan... 9 BOKS B. Perubahan Tahun Dasar Perhitungan PDRB berbasis SNA BOKS C. Perkembangan Batubara Sumatera Selatan BOKS D. Indeks Keyakinan Konsumen pada Triwulan IV 2014 Menurun xi

15 Halaman ini sengaja dikosongkan xii

16 Indikator Utama A. PDRB & Inflasi xiii

17 B. Perbankan C. Sistem Pembayaran xiv

18 Ringkasan Umum Abstraksi Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan (Sumatera Selatan) meningkat pada triwulan IV 2014 didorong oleh konsumsi, ekspor, dan investasi. Khusus untuk konsumsi, selain dari konsumsi rumah tangga, pertumbuhan juga disumbangkan oleh lembaga non profit rumah tangga Sementara itu, inflasi Sumatera Selatan cenderung meningkat akibat pasokan bahan pangan yang terjaga. akibat kenaikan harga BBM yang memberikan tekanan secara langsung pada kelompok administered prices yang diikuti oleh peningkatan harga di kelompok volatile food dan kelompok inti. Kinerja perbankan di provinsi Sumatera Selatan mengalami peningkatan walaupun sedikit mengalami perlambatan. Kondisi tersebut terlihat dari pertumbuhan aset, pertumbuhan penyaluran kredit, dan peningkatan DPK. Perlambatan kredit terjadi pada kredit investasi seiring perlambatan kredit modal kerja dan kredit konsumsi. Di sisi lain, penyaluran DPK tetap tumbuh dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 diperkirakan tumbuh moderat. Akibat pertumbuhan ekonomi triwulan IV yang tinggi, perekonomian di triwulan I 2015 diperkirakan sedikit melambat walaupun masih pada level yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi triwulan mendatang akan didukung oleh konsumsi rumah tangga yang masih tinggi dan ekspor luar negeri akibat peningkatan sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan. Selain itu perbaikan investasi dan peningkatan belanja modal akan berperan juga dalam peningkatan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan. Di tengah pertumbuhan ekonomi tersebut, inflasi diperkirakan akan melambat didukung oleh pasokan yang terjaga di akhir triwulan I xv

19 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan meningkat. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan IV 2014 meningkat cukup signifikan sebesar 5,96% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,10% (yoy). Peningkatan tersebut ditopang oleh meningkatnya konsumsi dan membaiknya kinerja ekspor. Sementara dari sisi sektoral, pertumbuhan didorong oleh peningkatan kinerja 3 sektor utama yaitu sektor pertambangan dan penggalian (pertambangan), sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor (perdagangan). Peningkatan pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan disebabkan oleh sektor perikanan, kehutanan, dan pertanian terutama perkebunan tahunan yang didorong oleh kinerja perkebunan kelapa sawit Tingginya pertumbuhan tahunan sektor pertambangan memberikan andil yang besar bagi perekonomian Sumatera Selatan. Sedangkan Sektor pertanian tumbuh melambat sejalan dengan melambatnya sub sektor perkebunan tahunan yaitu karet dan kelapa sawit. Secara keseluruhan tahun 2014, sektor pertanian tumbuh sebesar 4,1%. Pertumbuhan berasal dari pertumbuhan sub sektor perikanan, kehutanan, dan pertanian terutama perkebunan tahunan yang didorong oleh kinerja perkebunan kelapa sawit. Hal tersebut tercermin dari rata-rata harga CPO maupun harga inti sawit pada tahun 2014 yang meningkat masing-masing 16,3% dan 46,7% dibandingkan tahun PERKEMBANGAN INFLASI inflasi Sumatera Selatan meningkat pasca kenaikan harga BBM bersubsidi di pertengahan triwulan IV Pada triwulan IV 2014, inflasi Sumsel tercatat 8,48% (yoy) meningkat cukup tinggi dibandingkan dengan triwulan III 2014 sebesar 3,26% (yoy). Capaian inflasi tersebut berada diatas inflasi nasional, dimana pada periode sebelumnya inflasi Sumsel selalu berada di bawah inflasi nasional. Inflasi Sumatera Selatan meningkat pasca kenaikan harga BBM bersubsidi xvi

20 Perkembangan tekanan inflasi dari sisi permintaan terindikasi melambat. Harga komoditas unggulan Sumatera Selatan, seperti karet dan kelapa sawit masih belum mengalami perbaikan yang signifikan. Nilai Tukar Petani (NTP) juga menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, yang mengindikasikan penurunan jumlah upah yang diterima oleh petani relatif terhadap harga barang yang dibeli. Inflasi tahun 2014 jauh lebih tinggi dibanding tahun Inflasi tahun 2014 mengalami peningkatan akibat beberapa kebijakan yang diterapkan pada tahun ini. Menurut komoditasnya, penyumbang inflasi tertinggi pada triwulan IV 2014 adalah komoditas solar, angkutan dalam kota, dan bensin. Kenaikan bensin dan solar akibat kebijakan Pemerintah dalam menaikkan harga BBM bersubsidi selanjutnya juga diikuti dengan kenaikan tarif angkutan dalam kota. Sementara itu, kenaikan tarif listrik berkala juga dilakukan pada bulan November. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kinerja perbankan mengalami pertumbuhan Kondisi tersebut terlihat dari pertumbuhan aset, pertumbuhan penyaluran kredit, dan peningkatan DPK Kinerja perbankan mengalami peningkatan. Total aset perbankan Sumatera Selatan pada triwulan IV 2014 masih tumbuh mencapai Rp 77,1 triliun, walaupun sedikit melambat dari 9,5% (yoy) menjadi 9,36 (yoy). Di sisi lain, DPK tetap tumbuh sebesar 6,6% (yoy) atau mencapai Rp 57,2 triliun, meningkat dibandingkan triwulan III yang sebesar 5,9% (yoy). Peningkatan jumlah DPK terjadi akibat peningkatan jumlah tabungan dan deposito, sementara giro mengalami penurunan. Penyaluran kredit tumbuh melambat dari 14,9% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi 13,6% (yoy) atau mencapai Rp 85,9 triliun pada triwulan IV Walaupun terjadi perlambatan kredit namun kualitas kredit di triwulan IV mengalami sedikit peningkatan, terlihat dari rasio NPL yang turun menjadi 2,60%. Kondisi tersebut mengakibatkan Loan-to-Deposit Ratio meningkat dari 147,39% di triwulan III 2014 menjadi 150,14%. Kegiatan sistem pembayaran non tunai RTGS meningkat, namun terjadi penurunan pada transaksi kliring. Pertumbuhan RTGS dan penurunan jumlah kliring terjadi baik secara nominal maupun warkat. Kegiatan sistem pembayaran non tunai RTGS meningkat, namun terjadi penurunan pada transaksi kliring. Pertumbuhan RTGS dan penurunan jumlah kliring terjadi baik secara nominal maupun warkat. Provinsi Sumatera Selatan mengalami net outflow pada triwulan IV Kegiatan perkasan Bank Indonesia pada triwulan IV 2014 mencatat net outflow sebesar Rp1,0 triliun. xvii

21 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Sumsel selama tahun 2014 mencapai 96,44% lebih tinggi dibandingkan tahun Realisasi pendapatan terbesar adalah dari pendapatan transfer. Diikuti oleh realisasi pendapatan asli daerah. Komponen terbesar dalam pendapatan transfer bersumber dari Dana Perimbangan yang terutama berasal dari Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) dan Dana Alokasi Umum. Realisasi belanja pada triwulan IV 2014 mencapai Rp5,78 triliun rupiah atau sebesar 95,58% dari total anggaran. Realisasi pendapatan terbesar disumbangkan oleh komponen belanja operasi. Sedangkan komponen belanja tak terduga menyumbang realisasi terendah yakni sebesar 20,83%. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Kondisi ketenagakerjaan di Sumatera Selatan menurun. Peningkatan jumlah penganggur sampai dengan bulan Agustus 2014 lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan jumlah angkatan kerja, sehingga membuat angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) meningkat. Sementara itu, peningkatan jumlah angkatan kerja juga ditandai oleh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga meningkat. Realisasi pendapatan dan belanja Pemprov Sumatera Selatan meningkat dibanding tahun lalu Kondisi kesejahteraan relatif stabil, Tingkat Pengangguran Terbuka meningkat sementara angka kemiskinan menurun. PROSPEK PEREKONOMIAN Perekonomian Provinsi Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 diperkirakan tumbuh moderat. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2015 diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi pada kisaran 4,0 4,5% (yoy), meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.. Perlambatan perekonomian lebih diakibatkan tingginya pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2014 (base effect). Inflasi Sumsel pada tahun 2015 diperkirakan menurun yaitu pada kisaran 4±1%. Hal tersebut diperkirakan didukung oleh kondisi cuaca yang kondusif dibanding tahun lalu, turunnya harga BBM dan tarif angkutan sebagai respons semakin rendahnya harga minyak dunia, turunnya LPG 12Kg dan harga Semen. Selain itu, dengan tersedianya informasi harga pangan melalui PIHPS dan koordinasi melalui forum TPID diharapkan gejolak harga yang berlebihan dapat diminimalisir. Perekonomian diperkirakan tumbuh moderat. Inflasi pada triwulan IV 2013 mendatang diperkirakan meningkat xviii

22 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan IV 2014 meningkat Peningkatan perekonomian ditopang oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga dan membaiknya kinerja ekspor Dari sisi penawaran, andil pertumbuhan terbesar diberikan oleh sektor pertambangan dan penggalian (pertambangan) 1.1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Pertumbuhan ekonomi meningkat. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan IV 2014 meningkat cukup signifikan sebesar 5,96% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,10% (yoy). Peningkatan tersebut ditopang oleh meningkatnya konsumsi dan membaiknya kinerja ekspor. Sementara dari sisi sektoral, pertumbuhan didorong oleh peningkatan kinerja 3 sektor utama, yaitu sektor pertambangan dan penggalian (pertambangan), sektor industri pengolahan, serta sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor (perdagangan). Ketiga sektor utama tersebut menyumbangkan andil pertumbuhan hingga 3,68% (yoy). Secara triwulanan, PDRB Sumatera Selatan pada triwulan IV 2014 terkontraksi sebesar -2,79% (qtq). Kontraksi yang terjadi di triwulan IV 2014 tersebut antara lain disebabkan faktor musiman, dimana hal tersebut juga terjadi di periode yang sama tahun 2013 (seasonal factor). Meskipun konsumsi pemerintah meningkat signifikan secara triwulanan, namun kenaikan tersebut tidak mampu menopang besarnya angka defisit perdagangan antar daerah. Dari sisi sektoral, kontraksi tersebut bersumber dari pertumbuhan negatif dua sektor utama yaitu sektor pertanian dan sektor perdagangan. Grafik 1-1. PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010 Grafik 1-2. PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010 Rp Triliun I II III IV %-yoy Rp Triliun II III IV I II III IV %-qtq Nominal PDRB Laju Pertumbuhan Tahunan (RHS) Nominal PDRB Laju Pertumbuhan Triwulanan (RHS) Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah 1

23 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan untuk keseluruhan tahun 2014 sebesar 4,68% (yoy) melambat dibandingkan tahun Pertumbuhan ekonomi didorong oleh konsumsi, ekspor, dan investasi. Khusus untuk konsumsi, selain dari konsumsi rumah tangga, pertumbuhan juga disumbangkan oleh lembaga non profit rumah tangga yang tumbuh hingga 13,54% (yoy) seiring dengan pelaksanaan Pemilu Dari sisi sektoral, seluruh lapangan usaha tumbuh positif dengan kontribusi terbesar diberikan oleh 3 lapangan usaha utama yaitu sektor industri pengolahan, sektor pertanian, dan sektor pertambangan. 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral Berdasarkan pertumbuhannya, terdapat dua sektor ekonomi yang tumbuh signifikan hingga di atas 10% yaitu Sektor Pengadaan Listrik dan Gas dan Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib. Meski tumbuh sangat signifikan namun sumbangan kedua sektor tersebut terhadap pertumbuhan relatif rendah. Tabel 1-1. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010 (%) Kategori/Lapangan Usaha 2014 I II III IV 2014 A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan B Pertambangan dan Penggalian C Industri Pengolahan D Pengadaan Listrik, Gas E Pengadaan Air F Konstruksi G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor H Transportasi dan Pergudangan I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum J Informasi dan Komunikasi K Jasa Keuangan L Real Estate M,N Jasa Perusahaan O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial R,S,T,U Jasa lainnya PDRB Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Sementara itu secara triwulanan, tiga sektor mengalami kontraksi yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor pengadaan air. Kontraksi yang terjadi di sektor pertanian (-24,7%-qtq) terutama disebabkan oleh faktor musiman (seasonal factor) sebagaimana terjadi pada beberapa tahun terakhir. Adapun 2 sektor yang mengalami pertumbuhan paling signifikan adalah sektor pengadaan listrik dan gas (LG) (12,3%) dan sektor jasa pendidikan (11,2%). 2

24 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Tabel 1-2. Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010 (%) Kategori/Lapangan Usaha III IV I II III IV A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan B Pertambangan dan Penggalian C Industri Pengolahan D Pengadaan Listrik, Gas E Pengadaan Air F Konstruksi G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor H Transportasi dan Pergudangan I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum J Informasi dan Komunikasi K Jasa Keuangan L Real Estate M,N Jasa Perusahaan O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial R,S,T,U Jasa lainnya Total Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Tingginya pertumbuhan tahunan sektor pertambangan memberikan andil yang besar bagi perekonomian Sumatera Selatan. Kinerja sektor pertambangan memberikan kontribusi sebesar 1,93% bagi pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan. Sementara sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan masing-masing memberikan andil sebesar 0,93% dan 0,82%. Grafik 1-3. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2014 (%- yoy) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, 0.32 Jasa Perusahaan, 0.01 Real Estate, 0.18 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, 0.01 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, 0.32 Jasa Pendidikan, 0.28 Jasa lainnya, 0.02 Jasa Keuangan, 0.25 Informasi dan Komunikasi, 0.28 Pertambangan dan Penggalian, 1.93 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, 0.09 Transportasi dan Pergudangan, 0.15 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, 0.82 Industri Pengolahan, 0.93 Konstruksi, 0.36 Pengadaan Air, 0.01 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Pengadaan Listrik, Gas,

25 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sektor pertanian tumbuh melambat sejalan dengan melambatnya sub sektor perkebunan tahunan yaitu karet dan kelapa sawit. Meskipun tumbuh melambat, sebesar 1,8% (yoy) namun sektor pertanian memberikan andil terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2014 sebesar 0,32%. Adapun secara triwulanan, sektor pertanian mengalami kontraksi sebesar -24,7% (qtq), sedikit lebih dalam dibandingkan triwulan IV 2013 yang turun sebesar -23,8% (qtq). Untuk kinerja sektor pertanian khususnya kelapa sawit, penyerapan produksi CPO oleh pasar domestik masih cukup tinggi, sehingga tidak terlalu terpengaruh oleh penurunan permintaan dari luar negeri. Sementara itu, sub sektor tanaman pangan justru menunjukkan kinerja berlawanan dengan perkebunan tahunan. Hal tersebut diakibatkan oleh kondisi curah hujan yang tidak sebaik periode yang sama tahun sebelumnya. Angka Ramalan (ARAM II) BPS yang rilis pada bulan November 2014 meramalkan produksi padi pada tahun 2014 turun sebesar 4,9% dibandingkan produksi tahun 2013 yang mencapai 3,7 Juta Ton. Penurunan tersebut bersumber dari turunnya luas lahan yang juga diikuti oleh turunnya produktivitas. Secara keseluruhan tahun 2014, sektor pertanian tumbuh sebesar 4,1%. Pertumbuhan tersebut berasal dari pertumbuhan sub sektor perkebunan tahunan yang didorong oleh kinerja perkebunan kelapa sawit. Hal tersebut tercermin dari rata-rata harga CPO maupun harga inti sawit pada tahun 2014 yang meningkat masing-masing 16,3% dan 46,7% dibandingkan tahun Grafik 1-4. Perkembangan Curah Hujan di Sumatera Selatan Curah Hujan Hari Hujan (RHS) Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Sumber: Stasiun Klimatologi Kenten Grafik 1-5. Perkembangan Harga Tandan Buah Segar di Sumatera Selatan Rp/kg 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 Harga CPO Harga Inti indek K (RHS) Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, diolah %

26 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV 2014 tumbuh 8,7% (yoy) seiring dengan meningkatnya kinerja subsektor pertambangan batubara. Pertumbuhan sektor pertambangan tersebut merupakan yang tertinggi selama tahun Pangsa sektor ini merupakan yang terbesar pada triwulan IV 2014 dan memberikan andil terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan sebesar 1,93%. Dampak belum membaiknya harga batubara internasional dan melemahnya pasar ekspor batubara ke Tiongkok ternyata dapat diminimalisir dengan pembukaan pasar ekspor baru. Berdasarkan liaison, pasar ekspor baru tersebut adalah ke India, Vietnam, Jepang, Malaysia, Kamboja, Thailand, dan Taiwan. Sebelumnya, porsi ekspor ke Tiongkok mencapai 10%-12% per tahun dari total produksi. Sementara itu, permintaan domestik masih kuat terutama untuk kebutuhan PLTU di Indonesia yang semakin meningkat. Secara keseluruhan tahun 2014, sektor pertambangan tumbuh 2,9% (yoy) dengan andil yang diberikan terhadap pertumbuhan sebesar 0,65%. Seluruh sub sektor mengalami pertumbuhan positif dengan andil terbesar diberikan oleh sub sektor pertambangan dan penggalian lainnya. Grafik 1-6. Perkembangan Harga Batu Bara di Pasar Internasional USD/mt Harga Batubara gharga Batubara (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: Bloomberg % yoy (11.7) Grafik 1-7. Perkembangan Harga Minyak Bumi di Pasar Internasional USD/barrel WTI % yoy 110 gharga Minyak (RHS) (24.9) I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: Bloomberg Kinerja sektor industri pengolahan meningkat didorong oleh peningkatan kinerja industri makanan dan minuman selama triwulan IV Sektor industri pengolahan tumbuh meningkat sebesar 5,0% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya sebesar 4,5% (yoy). Sektor dengan pangsa terbesar ketiga di Sumatera Selatan memberikan andil terhadap pertumbuhan sebesar 0,9%. Dalam sektor ini, kinerja industri makanan dan minuman menjadi sub sektor yang menyumbang andil terbesar. Kinerja industri makanan dan minuman yang meningkat 5

27 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional dipengaruhi oleh penyelenggaraan berbagai even internasional, antara lain 17th ASEAN University Games 2014 di bulan Desember. Peningkatan kinerja sub sektor industri makan minum juga sejalan dengan peningkatan kinerja sektor penyediaan akomodasi dan makan minum. Sementara itu, meskipun masih tumbuh positif namun kinerja sub sektor industri kimia dan industri karet terus menurun seiring dengan masih berlanjutnya tren penurunan harga komoditas karet dunia. Berdasarkan hasil liasion diperoleh informasi bahwa pelemahan harga komoditas karet sejalan dengan pelemahan harga komoditas minyak bumi yang menyebabkan biaya produksi karet sintetis semakin murah sehingga permintaan karet alam terus menurun. Secara keseluruhan tahun 2014, industri pengolahan tumbuh sebesar 4,6% (yoy). Sejalan dengan kondisi triwulanan, pertumbuhan sektor industri pengolahan didorong oleh peningkatan kinerja industri makanan dan minuman, industri kimia dan industri karet. Grafik 1-8. Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional USD cent/kg I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: Bloomberg Harga Karet gharga Karet (RHS) % yoy Grafik 1-9. Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional USD/mt 1,150 1, Harga CPO gharga CPO (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: Bloomberg % yoy Grafik Perkembangan Produksi Crumb Rubber Sumatera Selatan Ribu Ton Produksi Karet Pertumbuhan (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV %yoy Sumber: Gapkindo Sumatera Selatan 6

28 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Kinerja sektor konstruksi meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang terutama disebabkan meningkatnya pembangunan properti. Sektor konstruksi meningkat dari 1,1% (yoy), menjadi 3,0% (yoy) dan memberikan andil 0,4% terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan IV Meningkatnya investasi Pemerintah dan pembangunan properti baik residensial maupun komersial menjadi penyebab utama peningkatan kinerja sektor ini. Kondisi tersebut tercermin juga pada indikator konsumsi semen yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,27% (yoy). Adapun kredit konstruksi dan kepemilikan rumah, apartemen, dan rukan pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan masing-masing sebesar 8% dan 5%. Grafik 1-6. Perkembangan Konsumsi Semen di Sumatera Selatan Ribu Ton Realisasi Pertumbuhan Tahunan (RHS) I II III IV* I II III IV* I II III IV* %-yoy (5.00) Grafik 1-7. Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi dan Perumahan di Sumatera Selatan Rp Triliun Konstruksi KPR, KPA, Ruko, Rukan gkonstruksi (RHS) gkpr, KPA, Ruko/Rukan (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV %yoy (10 Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah Secara keseluruhan tahun 2014, kinerja sektor konstruksi tumbuh sebesar 4,3% (yoy). Kebutuhan masyarakat akan properti meningkat signifikan, sebagaimana tercermin dari penjualan semen hingga bulan November 2014 yang menunjukkan peningkatan sebesar 12% dibandingkan periode yang sama tahun Pertumbuhan di sector ini juga dipengaruhi oleh pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah, baik dalam bentuk pembangunan jalan, jembatan, maupun infrastruktur pertanian. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (perdagangan) masih cenderung meningkat dan berada pada level yang tinggi. Pertumbuhan triwulan IV 2014 mencapai 8,5% (yoy), atau sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 6,2% (yoy). Sumber pertumbuhan utama sektor berasal dari sub sektor perdagangan besar dan eceran yang tumbuh cukup signifikan. Serupa dengan sub sektor perdagangan besar dan eceran, sub sektor Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya juga tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut dikonfirmasi dengan peningkatan pendaftaran kendaraan roda empat, mobil dan truk, sebesar 15,1% (yoy). 7

29 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara keseluruhan tahun 2014, sektor perdagangan menunjukkan pertumbuhan sebesar 4,5% (yoy). Sejalan dengan pertumbuhan triwulanan, peningkatan terutama bersumber dari kinerja sub sektor perdagangan besar dan eceran yang terpengaruh oleh aktivitas perdagangan pada even international yang dilaksanakan di Kota Palembang selama triwulan IV Grafik 1-8. Perkembangan Arus Bongkar Muat Pelabuhan di Sumatera Selatan Ribu Ton Muat Bongkar Pertumbuhan (RHS) Sumber : PT. Pelindo II, diolah %-yoy Grafik 1-9. Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Baru Roda Empat di Sumatera Selatan Ribu Buah Kendaraan Baru R4 Pertumbuhan (RHS) 15.1 I II III IV I II III IV Sumber : Dispenda Provinsi Sumatera Selatan %yoy (5.0) (10.0) (15.0) 8

30 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional BOKS A. UMP Sumatera Selatan 2015 Naik, Pengaruh Kepada Dunia Usaha Perlu Diperhatikan Penetapan UMP 2015 Ditengah Kenaikan Harga BBM Perubahan Upah Minimum Provinsi yang terlalu signifikan akan berdampak negatif terhadap kondisi usaha di Sumsel ditengah perlambatan ekonomi global. Namun rendahnya UMP akan semakin menyengsarakan kehidupan pekerja. Dua hal ini yang perlu menjadi perhatian bagi Pemerintah agar penetapan upah tahun 2015 tidak merugikan salah satu pihak. Penetapan Upah Minimum Kota (UMK) Palembang 2015 sebesar Rp1,97 juta yang telah diusulkan oleh Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) ke Pemprov Sumsel dinilai wajar. Kenaikan ini sudah mempertimbangkan keterbatasan kemampuan pengusaha ditengah penurunan permintaan global, dan kenaikan harga BBM serta tarif listrik yang membebani para pekerja. Beberapa pengamat usaha berpendapat seharusnya pihak-pihak yang terlibat dalam penetapan UMP mempertimbangkan peran pengusaha dalam menciptakan lapangan pekerjaan di daerah setempat dan juga peran pekerja sebagai pelaku proses produksi sehingga hasil kesepakatan dalam penetapan UMP tidak bergejolak dan memberatkan dunia usaha di Propinsi Sumatera Selatan. UMP Sumatera Selatan Salah Satu yang Tertinggi di Sumatera dalam 2 tahun terakhir Mekanisme penetapan UMP 2015 sama dengan tahun sebelumnya. Menurut sumber liaison, proses pembahasan upah minimum di Dewan Pengupahan tingkat provinsi telah berjalan secara demokratis dan sesuai dengan tata laksana kerja Dewan Pengupahan. UMP di Sumatera Selatan telah ditetapkan sebesar Rp1,97 juta. UMP ini ditetapkan berdasarkan kesepakatan dan rekomendasi Dewan Pengupahan Daerah. Dibandingkan dengan tahun 2014, UMP Sumsel tersebut mengalami kenaikan 8,18%. Apindo Sumsel menerima keputusan tersebut, namun mempertanyakan hasil survei KHL di wilayah provinsi Sumsel yang mempunyai kecenderungan meningkat setiap tahun. Kenaikan UMP yang tinggi akan menyulitkan pengusaha untuk menaikkan UMP sektoral. kenaikan UMP juga mengakibatkan disinsentif bagi pegawai yang berkinerja diatas rata-rata karena semua pegawai cenderung digaji sama karena beban gaji yang sudah tinggi tersebut. Selain itu, kebijakan penetapan harga BBM bersubsidi yang berfluktuatif, menuntut Pemerintah Prop. Sumatera Selatan untuk merancang 9

31 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional mekanisme penetapan upah yang ideal sehingga tidak akan menimbulkan gejolak di kemudian hari terutama memenuhi sisi keadilan bagi kedua belah pihak. Tabel D.1 Perbandingan Penetapan UMP 2015 antar Propinsi se-sumatera UMP No PROVINSI 2014 (Rp) 2015 (Rp) % Growth UMP Sumsel 1,825,000 1,974, Aceh 1,750,000 1,900, Riau 1,700,000 1,878, Kep. Riau 1,665,000 1,954, Babel 1,640,000 2,100, Sumut 1,505,850 1,625, Jambi 1,502,300 1,710, Sumbar 1,490,000 1,615, Bengkulu 1,350,000 1,500, Lampung 1,400,000 1,581, Rata rata Sumatera 1,582,815 1,783, Secara umum kondisi dunia usaha menghadapi tantangan yang berat karena selain kenaikan UMP tersebut, biaya produksi juga meningkat akibat inflasi (terutama akibat kenaikan harga BBM bersubsidi) dan depresiasi nilai tukar rupiah. Sektor padat karya khususnya sektor PHR, subsektor Pertanian, dan UMKM diperkirakan paling berat dalam menghadapi kenaikan UMP tersebut karena kondisi omzet penjualan/volume usaha yang sedang menurun akibat daya beli konsumen yang menurun dan juga harga jual yang turun khususnya komoditas pertanian. Berdasarkan liaison dan FGD, dampak kenaikan UMP diperkirakan akan meningkatkan harga jual minimal 10%. Sedangkan sektor usaha yang diperkirakan tidak menaikkan harga jual terkait dengan kenaikan UMP adalah sektor usaha yang harga jual produknya ditentukan oleh pasar dunia seperti komoditas karet, CPO, dan timah. Namun demikian, hasil dari wawancara dengan kontak liaison, semua perusahaan menerima kenaikan UMP di tahun Kenaikan UMP tersebut dirasa masih wajar dan tidak terlalu menggerus margin keuntungan perusahaan. Disamping itu beberapa perusahaan sudah menyiapkan strategi atas kenaikan UMP tersebut diantarannya melakukan efisiensi biaya, tenaga kerja, jam kerja, menyesuaikan margin keuntunga, dan meningkatkan kapasitas utilisasi mesin. Kenaikan biaya tenaga kerja di tahun 2015 dengan adanya kenaikan UMP ini akan meningkat sekitar 15-20%. Sedangkan beberapa pengusaha meyakini kenaikan UMP akan diimbangi dengan kenaikan produksi dan peningkatan harga jual di tahun

32 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan Konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga non profit rumah tangga yang tumbuh tinggi serta membaiknya ekspor menopang pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan. Konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan cukup signifikan dari 4,3% (yoy) menjadi 5,9% (yoy). Pangsa konsumsi rumah tangga yang mencapai 66,0% dari total PDRB membuat pertumbuhan konsumsi rumah tangga memberikan andil yang tinggi terhadap perekonomian yaitu sebesar 3,9%. Tabel 1-3. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010 menurut Penggunaan Tahun (%) 2014 I II III IV 2014 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Lembaga Non Profit Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri Net Ekspor Antar Daerah PDRB Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Tabel 1-4. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010 menurut Penggunaan Tahun (%) II III IV I II III IV Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Lembaga Non Profit Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri Net Ekspor Antar Daerah PDRB Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Konsumsi rumah tangga meningkat cukup signifikan sejalan dengan tumbuhnya sektor ekonomi utama. Tiga sektor utama yang meningkat adalah sektor pertambangan, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan. Sementara sektor utama lainnya khususnya sektor pertanian juga tetap tumbuh positif meskipun melambat. Selain konsumsi rumah tangga, pertumbuhan pada triwulan laporan juga ditopang oleh membaiknya kinerja ekspor. Peningkatan konsumsi rumah tangga tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) hasil survei konsumen Bank Indonesia yang stabil pada level optimis 126,4. Kondisi 11

33 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional tersebut menunjukkan bahwa responden tetap optimis terhadap kondisi perekonomian Sumatera Selatan pada triwulan laporan. Terjaganya optimisme konsumen juga tercermin dari indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama yang relatif stabil. Sementara itu, meningkatnya konsumsi juga tercermin dari melambatnya pertumbuhan tabungan perorangan di perbankan Sumatera Selatan pada triwulan IV Perlambatan tersebut mengindikasikan bahwa penghasilan masyarakat cenderung untuk dibelanjakan daripada ditabung. Untuk keseluruhan tahun 2014, konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,6% (yoy). Pertumbuhan konsumsi Rumah tangga tersebut seiring dengan peningkatan kegiatan ekonomi yang tercermin pada peningkatan sektor jasa pendidikan, jasa kesehatan dan transportasi serta komunikasi. Rangkaian kegiatan Pemilu dan berbagai even internasional lainnya yang diadakan pada tahun 2014 juga berdampak positif terhadap pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Grafik Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama Indeks Konsumsi Barang-barang Tahan Lama Grafik Indeks Keyakinan Konsumen Sumatera Selatan Indeks IKK IKE IEK I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: Survei Konsumen, BI Grafik Perkembangan Simpanan Pemda Sumatera Selatan di Perbankan Rp Triliun Dana Pemda gdana Pemda %yoy I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: BI Sumber: Survei Konsumen, BI Grafik Perkembangan Tabungan Perorangan di Perbankan Sumatera Selatan Rp Triliun Sumber: BI Tabungan Perorangan gtabungan Perorangan %-yoy I II III IV I II III IV Sejalan dengan konsumsi rumah tangga, Konsumsi LNPRT dan konsumsi Pemerintah juga mengalami peningkatan. Konsumsi lembaga non profit rumah tangga mengalami 12

34 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional peningkatan dari 8,0% (yoy) menjadi 8,6% (yoy). Secara triwulanan, konsumsi LNPRT tumbuh sebesar 1,9% (qtq) setelah triwulan sebelumnya mengalami kontraksi hingga - 7,3% (qtq). Sementara itu, konsumsi pemerintah tumbuh dari 7,3% (yoy) menjadi 7,8% (yoy) pada triwulan laporan. Secara triwulanan, konsumsi pemerintah tumbuh hingga mencapai 18,5% (qtq). Kondisi tersebut sejalan dengan realisasi belanja pemerintah daerah terutama belanja operasi yang pencairannya dilakukan di akhir tahun. Berdasarkan data APBD Pemda Sumatera Selatan, realisasi belanja operasi pada triwulan IV 2014 sebesar 35,4% atau yang terbesar selama tahun Untuk keseluruhan tahun, konsumsi pemerintah tumbuh sebesar 6,2% (yoy). Sejalan dengan konsumsi rumah tangga dan konsumsi LNPRT, peningkatan terutama dipengaruhi oleh rangkaian kegiatan Pemilu. Investasi tumbuh melambat. Investasi pada triwulan IV 2014 tumbuh melambat 3,7% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,3% (yoy). Sementara secara triwulanan, investasi juga tumbuh melambat sebesar 2,1% (qtq). Kondisi tersebut juga dikonfirmasi dari perlambatan kredit investasi di Sumatera Selatan dari 24,2% (yoy) menjadi 21,1% (yoy) pada triwulan laporan. Perlambatan kredit investasi sejalan dengan realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang juga tumbuh sebesar 79,3% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara investasi penanaman modal asing (PMA) tumbuh signifikan hingga mencapai 165,0% (yoy). Untuk keseluruhan tahun, investasi tahun 2014 tumbuh sebesar 5,2% (yoy). Pertumbuhan tersebut terjadi baik dari PMA maupun PMDN yang masing masing tumbuh secara tahunan sebesar 117,4% (yoy) dan 107,4% (yoy). Grafik Perkembangan Investasi di Sumatera Selatan %-yoy %-yoy PMA PMDN Kredit Investasi (RHS) I II III IV I II III IV Sumber: BKPM, BI Pertumbuhan ekspor meningkat didorong oleh peningkatan ekspor komoditas batubara dan CPO. Kegiatan ekspor mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, dari 9,5% (yoy) menjadi 19,1% (yoy). Secara nilai, ekspor luar negeri 13

35 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sumatera Selatan mengalami kontraksi sebesar -27,74% (yoy). Namun dari sisi volume, ekspor Sumatera Selatan mengalami pertumbuhan sebesar 20,35% (yoy). Nilai ekspor pada triwulan IV 2014 sebagian besar disumbang oleh komoditas batubara yang mencapai 69% dari total ekspor. Ekspor pada keseluruhan tahun 2014 tumbuh sebesar 14,9%. Depresiasi rupiah diperkirakan dapat mengkompensasi dampak turunnya harga internasional komoditas utama Sumatera Selatan seperti karet dan kelapa sawit. Di sisi lain, impor masih tumbuh cukup tinggi, meskipun tumbuh sedikit melambat dari 18,9% (yoy) menjadi 18,2% (yoy). Masih tingginya pertumbuhan impor terutama didominasi oleh barang modal dan mesin industri seiring dengan tumbuhnya sektor industri pengolahan. Meskipun masih tumbuh cukup tinggi, namun pergerakan nilai tukar rupiah yang cenderung mengalami depresiasi dan pertumbuhan investasi yang melambat dapat menahan laju pertumbuhan impor. Grafik Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar %-yoy Rp/USD Nilai Tukar gnilai Tukar 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0 I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: BI Secara triwulanan, ekspor meningkat sebesar 1,9% (qtq), sementara impor meningkat signifikan sebesar 26,1% (qtq). Terdepresiasinya nilai tukar rupiah tidak menurunkan impor Sumatera Selatan karena masih tingginya permintaan untuk konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan nilai ekspor luar negeri non migas mengalami penurunan secara triwulanan. Nilai ekspor pada triwulan IV 2014 tercatat sebesar USD 583,1 juta. Penurunan nilai ekspor terutama diakibatkan menurunnya ekspor karet. Nilai ekspor karet pada triwulan IV 2014 sebesar USD 354,8 juta atau turun 42,0% (yoy) jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 612,2 juta. Sementara itu, ekspor komoditas CPO meningkat sebesar 12,2% (yoy). Sejalan dengan CPO, ekspor batubara mengalami peningkatan sebesar 12,7% (yoy), lebih baik dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami peningkatan sebesar 6,6% (yo 14

36 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Tabel 1-5. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (Juta USD) Komoditas I II III IV I II III IV I II III IV Total , Karet CPO Batubara Kopi Lain-lain Volume ekspor luar negeri mengalami peningkatan baik secara triwulanan maupun tahunan. Berdasarkan volumenya, ekspor pada triwulan IV 2014 tercatat sebesar 1,87 juta ton, meningkat 20,4% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,56 juta ton. Selain itu, dibandingkan triwulan sebelumnya, volume ekspor meningkat sebesar 10,0% (qtq). Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Juta USD 1,200 1, Ekspor (Juta USD) gtriwulanan (RHS) gtahunan (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV % Grafik Perkembangan Volume Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Juta Ton,000,800,600,400,200, Ekspor (Juta Ton) gtriwulanan (RHS) gtahunan (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV % Dari sisi nilai, terjadi peralihan tujuan ekspor. Ekspor ke negara tradisional Amerika Serikat (AS) dan India turun, sedangkan ekspor ke negara ASEAN meningkat. Kondisi tersebut dikonfirmasi dengan hasil liaison sektor pertambangan bahwa penjualan ekspor ke negara ASEAN terus meningkat. Pada triwulan IV 2014, pangsa negara ASEAN sebagai tujuan ekspor merupakan yang terbesar yaitu 17%. Grafik Perkembangan Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Grafik Pangsa Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Triwulan IV % 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% I II III IV I II III IV Lainnya ASEAN India Jepang Cina Eropa Amerika Serikat ASEAN 17% India 7% Lainnya 22% Jepang 10% Amerika Serikat 16% Cina 13% Eropa 15% Nilai impor nonmigas naik secara tahunan. Nilai impor nonmigas pada triwulan IV 2014 tercatat sebesar USD 284,45 juta, naik signifikan 95,5% (yoy) dibandingkan 15

37 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 145,49 juta. Secara triwulanan, nilai impor melambat sebesar 17,9% (qtq) dari sebesar USD 241,28 juta. Peningkatan nilai impor banyak dikontribusikan oleh peningkatan pembelian mesin industri. Tabel 1-6. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (Juta USD) Komoditas I II III IV I II III IV I II III IV Total Peralatan Elektrik Besi dan Baja Peralatan Industri Pupuk Gandum Peralatan Khusus Industri Lainnya Volume impor pada triwulan IV 2014 tercatat 345,98 juta ton atau turun signifikan sebesar 46,45% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 646,12 juta ton terutama untuk peralatan industri. Namun apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, volume impor tercatat mengalami kenaikan sebesar 27,30% (qtq). Peningkatan signifikan ini terjadi akibat impor gandum yang tumbuh sebesar 374,93% (yoy). Grafik Perkembangan Nilai Impor Provinsi Sumatera Selatan Juta USD Impor (Juta USD) gtriwulanan (RHS) gtahunan (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV % Grafik Perkembangan Volume Impor Provinsi Sumatera Selatan Impor (Juta Ton) gtriwulanan (RHS) gtahunan (RHS) Juta Ton % I II III IV I II III IV I II III IV Impor dari Cina masih merupakan yang terbesar pada IV Pangsa impor dari Cina mencapai 42% dari keseluruhan impor, kemudian disusul oleh negara Eropa sebesar 13%. Grafik Perkembangan Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Triwulan IV 2013 Grafik Pangsa Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Triwulan IV % 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% I II III IV I II III IV Lainnya ASEAN Cina Eropa Amerika Serika Amerika Serikat 0% Lainnya 35% ASEAN 10% Eropa 13% Cina 42%

38 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional BOKS B. Perubahan Tahun Dasar Perhitungan PDRB berbasis SNA2008 Selama sepuluh tahun terakhir, banyak perubahan yang terjadi pada tatanan global dan lokal yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Krisis finansial global yang terjadi pada tahun 2008, penerapan perdagangan bebas antara Tiongkok- ASEAN (CAFTA), perubahan sistem pencatatan perdagangan internasional dan meluasnya jasa layanan pasar modal merupakan contoh perubahan yang perlu diadaptasi dalam mekanisme pencatatan statistik nasional. Salah satu bentuk adaptasi pencatatan statistik nasional adalah melakukan perubahan tahun dasar PDB Indonesia dari tahun 2000 ke Perubahan tahun dasar PDRB dilakukan seiring dengan mengadopsi rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang tertuang dalam System of National Accounts 2008 (SNA2008) melalui penyusunan kerangka Supply and Use Tables (SUT). System of National Accounts 2008 (SNA2008) atau Sistem Neraca Nasional (SNN) adalah rekomendasi internasional tentang bagaimana menyusun ukuran aktivitas ekonomi yang sesuai dengan standar neraca baku yang didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi. SNA dirancang untuk menyediakan informasi tentang aktivitas pelaku ekonomi dalam hal produksi, konsumsi dan akumulasi harta dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan analisis, pengambilan keputusan, dan pembuatan kebijakan. Dengan menggunakan Kerangka SNA, fenomena ekonomi dapat dengan lebih baik dijelaskan dan dipahami. Dalam sejarahnya, SNA 2008 merupakan versi yang kelima, dimana versi sebelumnya adalah SNA 1947, SNA 1953, SNA 1968, dan SNA Manfaat perubahan tahun dasar PDRB antara lain : Menginformasikan update perekonomian nasiona lseperti pergeseran struktur dan pertumbuhan ekonomi; Meningkatkan kualitas data PDB/PDRB; Menjadikan data PDB/PDRB dapat diperbandingkan secara internasional Perubahan harga tahun dasar akan memberikan beberapa dampakantara lain: Meningkatkan nominal PDB/PDRB, yang pada gilirannya akan berdampak pada pergeseran kelompok pendapatan suatu Negara dari pendapatan rendah, menjadi menengah, atau tinggi dan pergeseran struktur perekonomian; 17

39 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Akan merubah besaran indikator makro seperti rasio pajak, rasio hutang, rasio investasi dan saving, nilai neraca berjalan, struktur dan pertumbuhan ekonomi; Akan menyebabkan perubahan pada input data untuk modeling dan forecasting. Badan Pusat Statistik (BPS) telah melakukan perubahan tahun dasar secara berkala sebanyak 5 (lima) kali yaitu pada tahun 1960, 1973, 1983, 1993, dan Tahun 2010 dipilih sebagai tahun dasar baru menggantikan tahun dasar 2000 karena beberapa alasan berikut: Perekonomian Indonesia relatif stabil; Telah terjadi perubahan struktur ekonomi selama 10 (sepuluh) tahun terakhir, terutama dibidang informasi dan teknologi serta transportasi yang berpengaruh terhadap pola distribusi dan munculnya produk-produk baru; Rekomendasi PBB tentang pergantian tahun dasar dilakukan setiap 5 (lima) atau 10 (sepuluh) tahun sekali; Teridentifikasinya pembaharuan konsep, definisi, klasifikasi, cakupan dan metodologi sesuai rekomendasi dalam SNA2008; Tersedianya sumber data baru untuk perbaikan PDB seperti data Sensus Penduduk 2010 (SP2010) dan Indeks Harga Produsen (IHP)/ Producer Price Index (PPI); Tersedianya kerangka kerja Matriks Supply/Tabel Penyediaan dan Tabel Penggunaan yang digunakan untuk benchmarking/menetapkan PDRB Terdapat 118 revisi dari SNA sebelumnya dan 44 revisi merupakan revisi utama dalam SNA2008. Adopsi revisi SNA tersebut diantaranya: 1. Konsep & Cakupan: Adopsi Cultivated Biological Resources (CBR), Eksplorasi mineral dan evaluasi, produk original pada karya seni dan sastra, perlakuan software dan database, serta lisensi sebagai PMTB. 2. Metodologi: Perbaikan metode penghitungan output bank dari Imputed Bank Service Charge (IBSC) menjadi Financial Intermediation Services Indirectly Measured (FISIM). 3. Valuasi: Nilai tambah lapangan usaha dinilai dengan harga dasar/basic Price 4. Klasifikasi: Update penggunaan klasifikasi KBLI2009 dan KBKI2010 Klasifikasi PDB/PDRB menurut lapangan usaha tahun dasar 2000 (seri 2000) menggunakan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia 1990 (KLUI 1990) sedangkan pada PDB tahun dasar 2010 (seri 2010) menggunakan KBLI2009. Sementara klasifikasi PDB/PDRB menurut pengeluaran tahun dasar 2010 secara garis besar tidak banyak mengalami perubahan. Perbandingan keduanya pada tingkat paling agregat dapat dilihat pada tabel berikut : 18

40 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Perbandingan PDB/PDRB menurut Lapangan Usaha Perbandingan PDB/PDRB menurut Pengeluaran Sumber : Badan Pusat Statisti 19

41 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional BOKS C. Perkembangan Batubara Sumatera Selatan Sumatera Selatan merupakan provinsi yang menyimpan cadangan batubara terbesar di Indonesia yaitu mencapai 13,6 miliar ton atau 48,6% dari cadangan batubara nasional. Namun cadangan batubara di Sumatera Selatan ini tidak diiringi dengan produksi yang besar yaitu hanya mencapai 9,12% dari produksi batubara di Kalimantan Timur yang merupakan provinsi produsen batubara terbesar di Indonesia Cadangan Batubara per Provinsi Sulawesi Selatan Bengkulu Sumatera Barat Jambi Kalimantan Tengah Riau Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sumatera Selatan (Miliar Ton) Sumber: Kementerian ESDM 2012 Hal ini salah satunya disebabkan oleh kualitas batubara Sumatera Selatan yang rendah. Porsi batubara di Sumatera berkualitas rendah (<5.100 kkal/kg) cukup tinggi, yaitu mencapai 47% dari cadangan. Berbeda dengan porsi batubara kualitas rendah di Kalimantan yang hanya mencapai 5%. Selain itu lokasi pertambangan batubara Sumatera berada di tengah pulau sehingga sulit dijangkau oleh moda transportasi laut atau sungai. Tidak tersedianya infrastruktur untuk transportasi batubara mengakibatkan biaya transportasi yang cukup besar untuk tambang-tambang di tengah pulau. Sehingga mayoritas batubara Sumatera tidak ekonomis untuk diproduksi. Hal ini menjadi hambatan berkembangnya pertambangan batubara di Sumatera Selatan. 20

42 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Cadangan Batubara Berdasarkan Kualitas Sumber: MP3EI Produksi batubara Sumatera Selatan didominasi oleh PT. Bukit Asam yang porsinya mencapai rata-rata 69% dari total produksi provinsi. Jumlah penjualan PT. Bukit Asam di tahun 2014 mencapai 19 juta ton, meningkat dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 17,8 juta ton namun lebih rendah dari target yaitu 25,7 juta ton. Kendala dalam mencapai target adalah kendala transportasi batu bara ke pelabuhan ekspor. Pengangkutan batubara seluruhnya menggunakan kereta api dari PT Kereta Api Indonesia dengan kapasitas angkut yang masih terbatas dan terlambatnya penyelesaian pembangunan rel ganda Tanjung Enim-Prabumulih. Namun di tahun 2015 diperkirakan jumlah penjualan akan meningkat sejalan dengan mulai beroperasinya rel kereta api double track Prajen-Tanjung Enim pada bulan Maret Juta USD I II III IV I II III IV I II III IV* Nilai Ekspor Batubara Pertumbuhan Ekspor Batubara (RHS) Pertumbuhan Harga Batubara (RHS) %yoy Peningkatan penjualan PTBA di tahun 2014 ini mendorong peningkatan nilai ekspor batubara Sumatera Selatan. Walaupun di tengah anjloknya harga komoditas batubara 21

43 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional internasional, nilai ekspor batubara Sumatera Selatan masih tumbuh positif walaupun sedikit melamban di triwulan IV Hal ini tidak terlepas dari strategi pengalihan pasar ekspor PTBA dari Tiongkok yang perekonomiannya tengah melemah ke India, Vietnam, Jepang, Malaysia, Kamboja, Thailand, dan Taiwan. Ribu Ton 2, , , , Tiongkok India Vietnam Jepang Malaysia Kamboja Thailand Taiwan Sumber: Cognos Ekspor Batubara Sumsel Berdasarkan Negara Tujuan Data Kementerian ESDM menyebutkan Harga Batu Bara Acuan (HBA) untuk penjualan langsung (spot) yang berlaku tanggal 1 Januari 2015 hingga 31 Januari 2015 pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB vessel) adalah US$ 63,84/Ton. HBA Januari 2015 itu, turun US$ 0,81 atau setara 1,25%, dibandingkan dengan HBA Desember 2014 sebesar US$ 64,65. Nilai HBA Januari 2015 masih melanjutkan tren penurunan HBA yang terjadi di Rata-rata HBA di 2014 adalah US$ 72,62. Bila dibandingkan dengan HBA bulan yang sama di 2014 yaitu sebesar US$ 81,90, maka HBA Januari 2015 ini anjlok hingga US$ 18,06 atau setara 22%. PT BA menyatakan bahwa perusahaan masih akan mendapatkan margin keuntungan selama harga jual berada di atas US$ 59/Ton. Dengan harga yang terus anjlok seperti ini PTBA melakukan diversifikasi bisnis pembangkit listrik untuk dapat lebih memanfaatkan produksi batubaranya dan meningkatan keuntungan perusahaan. PTBA sampai saat ini telah memiliki empat pembangkit listrik tenaga uap. Dua diantaranya telah beroperasi untuk menyuplai listrik bagi operasional pabrik yaitu PLTU Mulut Tambang Tanjung Enim dan PLTU Pelabuhan Tarahan. Dalam waktu dekat PLTU Banjarsari yang berkapasitas 2x113 MW juga akan beroperasi. Sedangkan PLTU Bangko Tengah (Sumsel-8) masih dalam tahap perencanaan sumber pendanaan. 22

44 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional NO NAMA PEMBANGKIT PLTU Mulut 1 Tambang Tanjung Enim 2 PLTU Pelabuhan Tarahan 3 PTBA PLTU Banjarsari 4 PLTU Sumsel 8 (Bangko Tengah) LOKASI Kab. Muara Enim KAPASITAS (MW) PEMILIK KONDISI 3 x 10 PTBA Telah Beroperasi Lampung 2 x 8 PTBA Telah Beroperasi Kab. Muara Enim Kab. Muara Enim 2 x x 600 Konsorsium PTBA dan PT. BPI Konsorsium PTBA dan PT. Huadian Bukit Asam Power Beroperasi Februari 2015 Tahap Perencanaan Sumber Finansial Dengan kondisi harga batubara yang masih terpuruk dan melimpahnya produksi batubara di Sumatera Selatan merupakan sebuah kesempatan bagi Sumatera Selatan untuk mendirikan PLTU mulut tambang seperti yang dilakukan oleh PTBA. Namun untuk mewujudkannya dibutuhkan koordinasi antar semua pelaku usaha dan pemerintah yang berkecimpung pada industri batubara maupun kelistrikan. 23

45 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional BOKS D. Indeks Keyakinan Konsumen pada Triwulan IV 2014 Menurun Survei Konsumen merupakan survei bulanan yang dilaksanakan terhadap 300 rumah tangga sebagai responden (purposive random sampling). Survei dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai persepsi responden terhadap kondisi ekonomi pada periode laporan dan ekspektasi kondisi ekonomi pada 6 bulan mendatang. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Tingkat keyakinan responden terhadap kondisi perekonomian pada bulan triwulan IV 2014 relatif stabil berada pada level optimis 126,4. Ditinjau dari indeks penyusunnya, Indeks Kondisi Saat Ini (IKE) turun sebesar 4,9 poin dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sedangkan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) mengalami peningkatan sebesar 4,7 poin. Adapun secara tahunan, IKK signifikan meningkat sebesar 10,8 poin yang berasal dari peningkatan IKE sebesar 5,7 poin dan IEK sebesar 16,0 poin. Indeks Rata-Rata Indeks Kondisi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) I II III IV I II III IV I II III IV Gambar 1. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Penurunan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) secara triwulanan pada dipicu oleh penurunan dua dari tiga indeks penyusunnya. Indeks Penghasilan Konsumen turun sebesar 5,8 poin diikuti dengan Indeks Konsumsi Barang-barang Kebutuhan Tahan Lama sebesar 9,3 poin. Satu-satunya yang mengalami peningkatan adalah Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja yang meningkat 0,4 poin menembus level optimis 100,1. 24

46 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Meskipun secara agregat mengalami penurunan, namun IKE dan seluruh indeks penyusunnya masih berada pada level optimis (di atas 100). Kenaikan harga BBM bersubsidi pada November 2014 ditengarai sebagai penyebab turunnya Indeks Penghasilan Konsumen dan Indeks Konsumsi Barang-barang Kebutuhan Tahan Lama. Inflasi yang meningkat sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan harga BBM di penghujung tahun 2014 menyebabkan pendapatan riil masyarakat berkurang. Indeks Rata-Rata Indeks Penghasilan Konsumen Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Indeks Konsumsi Barang-barang Kebutuhan Tahan Lama Batas Minimum Optimis I II III IV I II III IV I II III IV Gambar 2. Perkembangan Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi 6 bulan mendatang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang meningkat 4,7 poin berada pada level optimis 137,7. Peningkatan IEK secara triwulanan berasal dari peningkatan ketiga indeks penyusunnya. Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha meningkat 9,9 poin, sementara Indeks Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja dan Indeks Ekspektasi Penghasilan Konsumen masing-masing meningkat 2,7 poin dan 1,4 poin. Secara umum responden masih melihat secara optimis terkait kegiatan dunia usaha untuk 6 bulan mendatang. Optimisme responden sejak awal 2014 masih berlanjut hingga triwulan IV 2014 meningkat dari 135,0 menjadi 144,9. Optimisme tersebut dilandaskan pada perkiraan adanya perbaikan infrastruktur, kemudahan mendapatkan pembiayaan ke perbankan dan juga peningkatan insentif/subsidi pemerintah. Peningkatan optimisme responden terhadap ekspektasi kegiatan dunia usaha juga diikuti oleh meningkatnya optimisme responden terhadap ekspektasi penghasilan 25

47 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 6 bulan mendatang dibanding saat ini yang meningkat sebesar 1,4 poin dari 147,4 menjadi 148,8. Meningkatnya optimisme konsumen terhadap penghasilan tersebut dipengaruhi oleh perkiraan akan adanya kenaikan gaji/upah dan omset. Sejalan dengan peningkatan indeks ekspektasi terhadap kegiatan dunia usaha dan penghasilan, optimisme responden tehadap ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang juga meningkat 2,7 poin dari 116,7 menjadi 119,4. Keyakinan konsumen terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan disebabkan karena perkiraan membaiknya kegiatan ekonomi ke depan terutama mulai berlangsungnya pembangunan proyek infrastruktur yang menyerap banyak tenaga kerja. Indeks Rata-Rata Indeks Ekspektasi Penghasilan Konsumen Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha Batas Minimum Optimis I II III IV I II III IV I II III IV Gambar 3. Perkembangan Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 26

48 Bab 2. Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan 2 Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan Inflasi Provinsi Sumatera Selatan di Desember 2014 meningkat, di atas pola historisnya selama 5 tahun terakhir Meningkatnya tekanan inflasi dipicu oleh kelompok administered prices yang bersumber dari kenaikan harga BBM bersubsidi Tekanan dari kelompok administered prices turut memberikan pengaruh terhadap kenaikan inflasi kelompok volatile food dan kelompok inti 2.1 Inflasi Secara Umum Seperti yang diperkirakan, inflasi Sumatera Selatan meningkat pasca kenaikan harga BBM bersubsidi di pertengahan triwulan IV Pada triwulan IV 2014, inflasi Sumsel tercatat 8,48% (yoy) meningkat cukup tinggi dibandingkan dengan triwulan III 2014 sebesar 3,26% (yoy). Capaian inflasi tersebut berada diatas inflasi nasional, dimana pada periode sebelumnya inflasi Sumsel selalu berada di bawah inflasi nasional. Dibandingkan dengan provinsi di Sumatera, Sumsel menempati peringkat ke- 6 dengan capaian inflasi terendah atau jauh menurun jika dibandingkan dengan kinerja di tahun 2013 dimana Sumsel berada di peringkat ke-2. Kenaikan inflasi terjadi di kota Palembang dan Lubuklinggau yang merupakan kota pembentuk inflasi Provinsi Sumsel. Kota Lubuklinggau merupakan salah satu kota dengan inflasi tertinggi di Sumatera sebesar 9,34% (yoy), sementara kota Palembang berada pada tingkat yang moderat sebesar 8,38% (yoy). Realisasi inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan kisaran proyeksi inflasi Bank Indonesia sebelumnya sebesar 3,78% - 4,78% (yoy). Sebelum adanya kenaikan harga BBM, rata-rata inflasi tahunan kedua kota tersebut hingga bulan November berada pada kisaran 3% - 4%. Selama triwulan IV 2014, secara bulanan inflasi di Sumsel pada bulan Oktober, November, dan Desember cenderung meningkat, masing-masing sebesar 0,79% (mtm), 2,10% (mtm), dan 2,78% (mtm). Inflasi tertinggi pada bulan Desember terjadi akibat kenaikan harga BBM yang memberikan tekanan secara langsung pada kelompok administered prices yang diikuti oleh peningkatan harga di kelompok volatile food dan kelompok inti. Untuk inflasi di kelompok inti, walaupun trennya meningkat, namun kenaikan inflasi pada kelompok ini masih relatif terjaga. 27

49 Bab 2. Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan Grafik 2-1. Perkembangan Inflasi Tahunan Sumsel dan Nasional Grafik 2-2. Perkembangan Inflasi Bulanan Sumsel dan Nasional Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan Grafik 2-3. Event Analysis Perkembangan Inflasi Sumsel Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan Grafik 2-4. Realisasi dan Proyeksi Inflasi Sumatera Selatan Grafik 2-5. Perbandingan Inflasi Tahun Kalender Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, Proyeksi BI Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah 28

50 Bab 2. Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan Dilihat dari kelompoknya, peningkatan inflasi pada triwulan IV 2014 terutama terjadi pada kelompok administered prices 1, kenaikan tersebut turut menambah tekanan inflasi pada kelompok volatile food 2 dan kelompok inti 3. Inflasi kelompok administered prices melonjak dari 6,68% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi 18,61% (yoy). Hal tersebut diakibatkan oleh kenaikan harga BBM di pertengahan triwulan IV Komoditas yang naik signifikan pada kelompok ini adalah subkelompok transpor, terutama komoditas angkutan dalam kota. Inflasi kelompok volatile food pada triwulan IV 2014 juga mengalami peningkatan, sejalan dengan peningkatan inflasi kelompok administered prices. Secara tahunan, inflasi volatile food tercatat sebesar 10,49% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,06% (yoy). Kenaikan yang cukup tinggi di triwulan ini disebabkan oleh biaya operasional yang meningkat cukup tajam akibat kenaikan BBM dan tarif angkutan, sehingga berakibat pada kenaikan harga bahan pangan seperti sayur-sayuran, cabai, beras dan daging ayam. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH), tren kenaikan inflasi di triwulan IV 2014 dimulai dari pertengahan November 2014, terutama pada komoditas bensin dan angkutan dalam kota yang kemudian turut memberikan dampak pada kenaikan harga pada kelompok volatile food. Di sisi lain, inflasi pada kelompok inti (core) juga mengalami kenaikan walaupun masih relatif terjaga. Pada triwulan IV 2014, inflasi inti tercatat sebesar 3,87% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,45% (yoy). Peningkatan terjadi akibat kenaikan subkelompok biaya tempat tinggal dan makanan jadi. Grafik 2-6. Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik 2-7. Disagregasi Inflasi Bulanan 1 Kelompok administered prices merupakan kelompok barang dan jasa yang harganya ditetapkan oleh Pemerintah secara langsung, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dll. 2 Komponen volatile foods merupakan Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional. Komponen volatile foods didominasi oleh komoditas pangan. 3 Inflasi inti merupakan komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-penawaran, lingkungan eksternal, dan ekspektasi inflasi. 29

51 Bab 2. Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah Inflasi administered prices pada triwulan IV 2014 memberikan andil inflasi yang terbesar. Andil inflasi administered prices tercatat mengalami kenaikan akibat kenaikan harga BBM bersubsidi. Sejalan dengan itu, andil inflasi inti dan inflasi volatile food juga mengalami peningkatan. Grafik 2-8. Andil Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik 2-9. Perkembangan Nilai Tukar Petani Sumber: BPS, diolah * Periode Jan-Okt 2013 Backcasting dengan TD 2012 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Pencapaian inflasi kelompok volatile food dan inti jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata historisnya. Inflasi kelompok volatile food meningkat cukup tajam diikuti juga oleh kenaikan kelompok inti. Inflasi kelompok volatile food pada triwulan IV 2014 mencapai 10,49% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata historis lima tahun terakhir sebesar 6,55% (yoy). Inflasi kelompok inti pada triwulan IV 2014 mencapai 3,87% atau sedikit Lebih tinggi dibandingkan rata-rata historis lima tahun terakhir sebesar 3,29 (yoy). sejalan dengan kedua kelompok lainnya, inflasi administered prices pada triwulan IV 2014 ini mencapai 18,61%% (yoy), lebih tinggi dibandingkan rata-rata lima tahun terakhir sebesar 5,54% (yoy). Inflasi non-tradables pada triwulan IV 2014 naik tinggi dibandingkan rata-rata historis lima tahun terakhir. Sedangkan kelompok tradable mengalami deflasi di triwulan IV kelompok barang-barang tradables pada triwulan IV 2014 mengalami deflasi sebesar 0,60% (yoy) jauh menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu inflasi sebesar 2,49% (yoy). Capaian inflasi ini juga lebih rendah dibandingkan rata-rata lima tahun terakhir sebesar 4,50% (yoy). Sementara itu, inflasi barang-barang non-tradables pada triwulan IV 2014 tercatat sebesar 15,70% (yoy) naik dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,69% (yoy). Realisasi ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata historis lima tahun terakhir sebesar 4,88% (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa tekanan inflasi untuk komoditas yang diperdagangkan di 30

52 Bab 2. Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan internasional memiliki kecendurangan menurun. Hal tersebut sejalan dengan tren penurunan harga komoditas di pasar internasional. Di sisi lain, tekanan inflasi untuk komoditas yang diperdagangkan di dalam negeri mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini dipengaruhi oleh kebijakan Pemerintah dalam menaikkan harga BBM bersubsidi. Inflasi tahunan tertinggi pada triwulan IV 2014 bersumber pada kelompok transpor yang berpengaruh pada kenaikan harga di kelompok lain.secara bulanan, kelompok transpor juga menempati urutan tertinggi penyumbang inflasi terbesar. Selain itu, peningkatan tekanan inflasi pada periode tersebut juga disebabkan oleh meningkatnya konsumsi pada perayaan keagamaan Natal yang sebelumnya didahului oleh kenaikan harga akibat kenaikan kelompok administered prices sehingga hal tersebut menjadi salah satu pemicu kenaikan harga di triwulan IV 2014 lebih tinggi dari triwulan IV Menurut komoditasnya, penyumbang inflasi tertinggi pada triwulan IV 2014 adalah komoditas solar, angkutan dalam kota, dan bensin. Kenaikan bensin dan solar akibat kebijakan Pemerintah dalam menaikkan harga BBM bersubsidi selanjutnya juga diikuti dengan kenaikan tarif angkutan dalam kota. Sementara itu, kenaikan tarif listrik berkala juga dilakukan pada bulan November. Tabel 2-1. sumber Tekanan Inflasi Triwulan IV 2014 Tekanan Inflasi BBM 4.1 Bobot Keterangan Naik dari Rp6,500 menjadi Rp8, Arah Andil Inflasi TTL 3.3 Kenaikan secara bertahap sepanjang triwulan Angk. Dlm Kota 3.2 Kenaikan tarif dari Rp2,800 menjadi Rp4, Sementara itu, kelompok bahan makanan lainnya seperti daging ayam ras, tomat sayur, bawang merah dan bawang putih mengalami koreksi sehingga menjadi penyumbang deflasi. Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga, penurunan harga komoditas tersebut disebabkan oleh penurunan harga oleh distributor, yang mengindikasikan pasokan yang cukup. 31

53 Bab 2. Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan Tabel 2-2. Andil Inflasi Bulanan Per Komoditas No Komoditas Okt-14 Andil mtm Inflasi mtm 1 CABAI MERAH ANGKUTAN UDARA TARIP LISTRIK BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA BERAS Nov-14 1 CABAI MERAH BENSIN ANGKUTAN DALAM KOTA BIAYA ADMINISTRASI TRANSFER UANG 5 BERAS Des-14 1 BENSIN ANGKUTAN DALAM KOTA CABAI MERAH TARIP LISTRIK ROKOK KRETEK FILTER Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Tabel 2-3. Andil Deflasi Bulanan Per Komoditas No Komoditas Andil mtm Inflasi mtm Okt-14 1 DAGING AYAM RAS TELUR AYAM RAS SEPAT SIAM TOMAT SAYUR JERUK Nov-14 1 ANGKUTAN UDARA TOMAT SAYUR KENTANG KETIMUN KOL PUTIH/KUBIS Des-14 1 MUJAIR DAUN BAWANG KEMBUNG/GEMBUNG BAWANG MERAH KOL PUTIH/KUBIS Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah 2.2 Tekanan Inflasi Sisi Penawaran Kondisi curah hujan secara umum pada triwulan IV 2014 cenderung terus meningkat. Walaupun menjadi penghambat distribusi pasokan namun hal ini masih dapat diatasi sehingga distribusi pasokan tetap terjaga. Ketersediaan pasokan juga didukung oleh stok beras Bulog yang masih berada pada level aman walaupun terjadi perlambatan dibandingkan periode sebelumnya. Di awal triwulan IV 2014, stok beras Bulog mencapai 74,71 juta ton. Pasokan tersebut diperkirakan dapat mencukupi kebutuhan masyarakat Sumsel. 32

54 Bab 2. Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Curah Hujan Bulanan Grafik Perkiraan Curah Hujan Desember 2014 Sumber: BMKG, diolah Grafik Perkembangan Stok Beras dan Total Penyaluran Sumber: BMKG Grafik Perkembangan Inflasi Tradables dan Nontradables Sumber: Bulog, diolah Sumber: BPS, diolah Prognosa Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Hortikultura Provinsi Sumsel menyebutkan bahwa luas panen padi pada periode September - Desember 2014 meningkat dibandingkan dengan periode Mei - Agustus 2014 (total luas panen padi September - Desember 2014 sebesar Ha sementara data Mei - Agustus 2014 tercatat Ha). Sejalan dengan hal tersebut, produksi diprediksi akan meningkat di September - Desember 2014 sebesar 80,07 ribu ton. Tekanan imported inflation terindikasi menurun. Tekanan jenis kelompok tradables pada triwulan IV 2014 masih sama dengan triwulan sebelumnya, mengalami penurunan dan lebih rendah dibandingkan historisnya. Di tengah kondisi nilai tukar rupiah yang cenderung mengalami depresiasi, deflasi yang terjadi pada kelompok tradables terutama disebabkan oleh harga komoditas global yang menurun selama periode tersebut. 33

55 Bab 2. Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan 2.3 Tekanan Inflasi Sisi Permintaan Perkembangan tekanan inflasi dari sisi permintaan terindikasi melambat. Harga komoditas unggulan Sumatera Selatan, seperti karet dan kelapa sawit masih belum mengalami perbaikan yang signifikan. Nilai Tukar Petani (NTP) juga menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, yang mengindikasikan penurunan jumlah upah yang diterima oleh petani relatif terhadap harga barang yang dibeli. Selain itu, hasil Survei Konsumen menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) selama periode triwulan IV 2014 sebesar rata-rata 126,38, mengalami penurunan dibandingkan triwulan III 2014 sebesar 126,51. Hal tersebut mengindikasikan pendapatan masyarakat dan kemampuan beli masyarakat yang cenderung menurun. 2.4 Kondisi Harga Pangan di Pasar Internasional Harga komoditas bahan pangan di pasar internasional mengalami kontraksi. Harga komoditas pangan internasional yang dipantau, yaitu kedelai, terigu, dan jagung mengalami kontraksi pada triwulan IV 2014 dibandingkan triwulan III Lebih lanjut, komoditas emas juga masih mengalami kontraksi walaupun tidak sedalam periode sebelumnya. Tabel 2-4. Perkembangan Harga Komoditas Internasional Komoditas Pertumbuhan Tw IV III IV I II III IV 2014 (%yoy) Kedelai (USD/bushel) 14,3 13,1 13,6 14,8 11,4 10,0 (23,6) Terigu (USD/bushel) 6,9 6,9 6,6 7,1 5,7 5,6 (18,0) Jagung (USD/bushel) 5,8 4,1 4,3 4,6 3,5 3,4 (17,2) Emas (USD/oz) 1324,7 1271,2 1293,7 1289,9 1281,8 1199,6 (5,6) Food Price Index 4 menunjukkan perkembangan serupa. Rata-rata harga pada triwulan IV 2014 mengalami perlambatan dibanding triwulan III 2014 baik secara nominal maupun pertumbuhannya. Indeks pada triwulan III 2014 tercatat sebesar 190,1 atau turun 4,22% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh seluruh indeks komoditas makanan. 4 Food Price Index merupakan indeks yang dikeluarkan oleh Food and Agricultural Organization (FAO) dengan tahun dasar

56 Bab 2. Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Harga Kedelai Internasional Grafik Perkembangan Harga Terigu Internasional Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg Grafik Perkembangan Harga Beras Internasional Grafik Perkembangan Harga Emas Internasional Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg 2.5 Survei Pemantauan Harga Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan juga melakukan Survei Pemantauan Harga (SPH) di kota Palembang untuk melakukan pemantauan harga komoditas utama secara mingguan. Survei dilakukan pada pasar modern dan pasar tradisional. Survei harga dilakukan terhadap 45 komoditas yang masuk dalam kelompok inti, administered price, dan volatile food. Hasil SPH pada triwulan IV 2014 memperlihatkan arah inflasi yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara umum, perkembangan harga berdasarkan hasil SPH searah dengan penghitungan inflasi yang dilakukan BPS. Hasil SPH juga memperlihatkan bahwa inflasi terjadi akibat kenaikan tekanan administered prices terutama pada komoditas bahan bakar rumah tangga. Tekanan inflasi juga disumbang oleh komoditas volatile food yang cenderung meningkat. Sejalan dengan 35

57 Bab 2. Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan angka inflasi yang dikeluarkan oleh BPS, hasil SPH juga menunjukkan bahwa komoditas bensin dan tarif angkutan kota sebagai penyumbang inflasi terbesar,. Grafik Disagregasi Inflasi Survei Pemantauan Harga Grafik Inflasi Survei Pemantauan Harga dan Inflasi BPS Sumber: Survei Pemantauan Harga Sumber: Survei Pemantauan Harga Pergerakan harga yang dipantau SPH menunjukkan arah yang sama dengan inflasi yang dihitung BPS pada bulan Juli-Desember Namun demikian, besaran inflasi SPH cenderung lebih rendah daripada angka realisasi inflasi BPS, dikarenakan keterbatasan jumlah komoditas yang disurvei. 36

58 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Pertumbuhan kredit Sumatera Selatan masih tumbuh walaupun sedikit mengalami perlambatan Sistem pembayaran non tunai mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan perekonomian Sumatera Selatan 3.1 Kondisi Umum Peningkatan ekonomi Sumatera Selatan mempengaruhi kinerja perbankan. Kondisi tersebut terlihat dari pertumbuhan aset, pertumbuhan penyaluran kredit, dan peningkatan DPK. Indikator perbankan mengalami peningkatan 5. Total aset perbankan Sumatera Selatan pada triwulan IV 2014 masih tumbuh mencapai Rp 77,1 triliun, walaupun sedikit melambat dari 9,5% (yoy) menjadi 9,36 (yoy). Di sisi lain, DPK tetap tumbuh sebesar 6,6% (yoy) atau mencapai Rp 57,2 triliun, meningkat dibandingkan triwulan III yang sebesar 5,9% (yoy). Peningkatan jumlah DPK terjadi akibat peningkatan jumlah tabungan dan deposito, sementara giro mengalami penurunan. Grafik 3-1. Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Provinsi Sumatera Selatan Rp Triliun Aset DPK Kredit LDR (RHS) % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Penyaluran kredit tumbuh melambat dari 14,9% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi 13,6% (yoy) atau mencapai Rp 85,9 triliun pada triwulan IV Walaupun terjadi perlambatan kredit namun kualitas kredit di triwulan IV mengalami sedikit 5 Analisis pada aset dan DPK dilakukan berdasarkan lokasi pelapor bank umum konvensional, sedangkan analisis kredit dilakukan berdasarkan lokasi proyek bank umum konvensional. 37

59 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran peningkatan, terlihat dari rasio NPL yang turun menjadi 2,60%. Kondisi tersebut mengakibatkan Loan-to-Deposit Ratio meningkat dari 147,39% di triwulan III 2014 menjadi 150,14%. 3.2 Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Penghimpunan DPK DPK di Sumatera Selatan didominasi oleh tabungan dan deposito masingmasing sebesar 47% dan 39%. Secara keseluruhan, DPK di Sumatera Selatan mengalami peningkatan sebanyak 6,6% (yoy) yaitu mencapai Rp 57,2 triliun. Peningkatan ini disumbang pertumbuhan deposito sebesar 15,2% (yoy) mencapai Rp 22,2 triliun dan perbaikan pertumbuhan tabungan sebesar 4,74% (yoy). Namun demikian, giro mengalami kontraksi sebesar 7,0% (yoy). Grafik 3-2. Pertumbuhan DPK Perbankan di Provinsi Sumatera Selatan Giro Tabungan Rp Triliun %yoy Deposito Pertumbuhan DPK (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 3-3. Komposisi DPK Perbankan Sumatera Selatan Triwulan IV 2014 Deposito 39% Giro 14% Tabungan 47% Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota Sistem pelaporan bank yang dikelola Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan mengelompokkan perkembangan penghimpunan DPK berdasarkan 12 kabupaten/kota. Menurut wilayah kabupaten/kota, penghimpunan dana masih terpusat di kota Palembang dengan pangsa sekitar 72,7% dengan sisanya tersebar di seluruh kabupaten/kota di Sumatera Selatan. Secara tahunan terjadi pertumbuhan jumlah DPK di kabupaten Muara Enim, Lahat, Ogan Komering Ilir, Ogan Komering Ulu Timur, Empat Lawang, dan Kota Palembang. Pertumbuhan penghimpunan dana tertinggi pada triwulan IV 2014 terjadi di kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Muara Enim, dan Lahat masing-masing sebesar 93,3% (yoy), 20,7% dan 20,3% (yoy). 38

60 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Tabel 3-1. Perkembangan DPK Perbankan per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Miliar) I II III IV I II III IV Kab. Musi Banyuasin Kab. Ogan Komering Ulu Kab. Lematang Ilir Ogan Tengah (Muara Enim) Kab. Lahat Kab. Ogan Komering Ilir Kab. Banyuasin Kab. Ogan Komering Ulu Timur Kab. Empat Lawang Kota Palembang Kota Lubuklinggau Kota Prabumulih Kota Pagar Alam PROVINSI SUMATERA SELATAN Grafik 3-4. Pangsa DPK per Kabupaten/Kota Triwulan IV 2014 Kota Prabumulih 4% Kota/Kab Lainnya 13% Kab. Ogan Komering Ulu 4% Kab. Lematang Ilir Ogan Tengah (Muara Enim) 6% Kota Palembang 73% 3.3 Stabilitas Sistem Keuangan Total Kredit Penyaluran kredit oleh bank di Sumatera Selatan pada triwulan IV 2014 tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Penyaluran kredit pada triwulan ini mencapai Rp 85,9 triliun atau tumbuh melambat 13,6% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 14,9% (yoy). Pertumbuhan penyaluran kredit terjadi kepada korporasi (sektoral) dan sektor rumah tangga (konsumsi). Sektor korporasi tercatat tumbuh 15,7% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 17,9% (yoy). Sementara itu penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga meningkat dari 8,32% (yoy) menjadi 9,0% (yoy). 39

61 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3-5 Jumlah dan Pertumbuhan Penyaluran Kredit Triliun Rupiah Kredit gkredit (RHS) %yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV ,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10, Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Menurut jenis penggunaannya, perlambatan penyaluran terjadi pada kredit modal kerja dan kredit investasi. Pada triwulan IV 2014, kredit modal kerja mencapai Rp31,3 triliun atau tumbuh melambat 11,2% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,06% (yoy). Sedangkan kredit investasi sebesar Rp29,1 triliun tumbuh melambat dari 24,2% pada triwulan III 2014 menjadi 21,1% (yoy). Sedangkan kredit konsumsi yang mencapai Rp25,4 triliun meningkat dari 8,3% (yoy) di triwulan III 2014 menjadi 9,0% (yoy). Grafik 3-6. Pertumbuhan Kredit Perbankan di Provinsi Sumatera Selatan Grafik 3-7. Komposisi Kredit Perbankan Triwulan IV 2014 di Provinsi Sumatera Selatan Rp Triliun Modal Kerja Investasi Konsumsi I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Konsumsi 30% Investasi 34% Modal Kerja 36% 40

62 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3-8. Pertumbuhan Kredit berdasarkan Penggunaan Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2014 %yoy Modal Kerja Investasi 120 Konsumsi Kredit I II III IV I II III IV I II III IV Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten/kota Sistem pelaporan bank yang dikelola Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan mengelompokkan perkembangan penyaluran kredit berdasarkan 15 kabupaten/kota. Berdasarkan kabupaten/kota tersebut, penyaluran kredit kota Palembang masih mendominasi dengan pangsa sebesar 67,1%. Perlambatan pertumbuhan kredit terjadi di hampir seluruh kabupaten/kota di Sumatera Selatan kecuali Kab. Muara Enim. Kabupaten tersebut memberikan andil terhadap total pertumbuhan kredit di Sumatera Selatan masing-masing sebesar 0,52%. Tabel 3-2. Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan per Wilayah di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp miliar) Kabupaten/kota II III IV I II III IV Kab. Musi Banyuasin Kab. Ogan Komering Ulu Kab. Lematang Ilir Ogan Tengah (Muara Enim) Kab. Lahat Kab. Musi Rawas Kab. Ogan Komering Ilir Kab. Banyuasin Kab. Ogan Komeing Ulu Selatan Kab. Ogan Komeing Ulu Timur Kab. Ogan Ilir Kab. Empat Lawang Kota Palembang Kota Lubuklinggau Kota Prabumulih Kota Pagar Alam PROVINSI SUMATERA SELATAN 41

63 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3-9. Pangsa Kredit per Kabupaten/Kota Triwulan IV 2014 Kab. Musi Banyuasin 4% Kab. Ogan Komering Ulu 4% Kota/Kab Lainnya 23% Kab. Ogan Komering Ilir 2% Kota Palembang 67% Kredit Sektoral Penyaluran kredit korporasi mengalami perlambatan dan terjadi pada seluruh sektor utama Sumatera Selatan, seperti Pertanian, Pertambangan, Listrik, Gas, dan Air Bersih, Bangunan, Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR), Keuangan, dan Jasa-Jasa. Pangsa terbesar penyaluran kredit adalah sektor Pertanian dan Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) masing-masing sebesar 24,8% dan 24,2%, kemudian disusul oleh industri pengolahan dan listrik, gas, dan air bersih (LGA) masing-masing sebesar 19,5% dan 8,6%. Andil pertumbuhan terbesar pada kredit Sumatera Selatan berasal dari sektor industri pengolahan dan pertanian, masing-masing sebesar 4,1% dan 2,1%. Sementara itu, penyaluran kredit sektor utama Sumatera Selatan lainnya yaitu PHR memberikan andil pertumbuhan pada total kredit korporasi Sumatera Selatan sebesar 0,3%. NPL kredit korporasi masih terjaga ditunjukkan dengan penurunan dari 3,4% menjadi 2,9% masih di bawah batas aman yaitu 5%. Penurunan terjadi di seluruh sektor utama yaitu pertanian, industri pengolahan, dan PHR.. 42

64 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2014 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor 23% Lainnya 26% Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 25% Industri Pengolahan 19% Pertambang an dan Penggalian 7% Tabel 3-3. Perkembangan Kredit Sektoral Provinsi Sumatera Selatan (Rp miliar) Sektor Pangsa (%) III IV I II III IV Laju (%yoy) Lapangan Usaha 50,234 52,263 52,662 58,915 59,216 60, Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan Pertambangan dan Penggalian 12,967 13,376 13,540 14,020 14,110 15, ,862 3,634 3,762 4,011 3,713 4, Industri Pengolahan 8,653 9,041 9,197 10,126 11,192 11, Konstruksi 3,432 3,018 2,904 3,263 3,541 3, Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 13,015 13,635 13,823 13,574 13,382 13, Jasa Keuangan Jasa Lainnya 6,805 7,932 7,832 12,192 11,539 10, Bukan Lapangan Usaha 22,885 23,341 23,755 24,369 24,789 25, Kredit UMKM Seiring dengan pertumbuhan penyaluran kredit bank yang melambat, kredit untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada triwulan IV 2014 juga tumbuh melambat sebesar 17,64% (yoy). Pangsa penyaluran kredit UMKM terhadap total kredit yang disalurkan bank umum di Sumatera Selatan pun mengalami sedikit penurunan dari 26,95% pada triwulan III 2014 menjadi sebesar 25,27% pada periode laporan, atau secara nominal mencapai Rp21,71 Triliun. 43

65 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik Perkembangan Kredit UMKM Sumatera Selatan Grafik NPL Pangsa Kredit UMKM Sumatera Selatan Rp Triliun I II III IV I II III IV I II III IV Kredit UMKM Pertumbuhan (RHS) Rasio NPL (RHS) %yoy Pertambangan 1% Konstruksi 7% Industri Pengolahan 4% Transportasi Pergudangan dan Komunikasi 8% Lainnya 13% Pertanian 26% Perdagangan besar dan eceran 41% Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit UMKM sebagian besar disalurkan kepada sektor perdagangan besar dan eceran (41%) serta sektor pertanian (26%). Adapun sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi serta sektor konstruksi masing-masing pangsanya 8% dan 4% Kredit Rumah Tangga Pertumbuhan kredit rumah tangga atau kredit konsumsi Sumatera Selatan mengalami peningkatan. Kredit konsumsi pada triwulan IV 2014 tercatat tumbuh 9,0% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan III 2014 yang tumbuh 8,3% (yoy). Peningkatan terjadi di seluruh jenis kredit rumah tangga seperti kepemilikan rumah, apartemen dan ruko, kredit kendaraan bermotor, dan kredit multiguna. Peningkatan paling besar terutama terjadi pada kredit multiguna yang tumbuh dari 21,4% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi 29,4% (yoy) pada triwulan ini. Dampak kebijakan pemerintah dalam menurunkan subsidi BBM tidak berpengaruh signifikan terhadap kredit kepemilikan kendaraan bermotor (KKB) dilihat dari pertumbuhan kreditnya yang masih tinggi. Pertumbuhan kredit KKB meningkat dari 9,01% (yoy) menjadi 13,05% (yoy). Begitu pula kredit perumahan, apartemen dan rukan yang mengalami pertumbuhan dari 4,1% (yoy) menjadi 5,1% (yoy). Grafik Pertumbuhan Kredit Konsumsi Grafik NPL Kredit Konsumsi gkpr, KPA, Ruko/Rukan gkkb gmultiguna gkredit RT I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV % 4,50 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 KPR/KPA/Rukan KKB Multiguna I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

66 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 3.4 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Konvensional Suku bunga bank umum konvensional terdiri dari suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman. Di triwulan IV 2014 ini terjadi penurunan suku bunga simpanan deposito serta penurunan suku bunga kredit Sumatera Selatan. Suku bunga simpanan deposito menurun dibandingkan dengan triwulan lalu. Penurunan terjadi pada seluruh jenis deposito berjangka waktu 1 bulan, 3, bulan, dan 6 bulan, kecuali deposito jangka waktu 1 tahun. Penurunan suku bunga yang terbesar terjadi pada suku bunga deposito berjangka 6 bulan, yaitu dari 9,02% menjadi 8,80%, sedangkan suku bunga deposito berjangka waktu 1 tahun meningkat dari 7,08% menjadi 7,23%. Suku bunga kredit menurun dibandingkan triwulan lalu. Penurunan terjadi pada suku bunga kredit investasi dan konsumsi, sementara suku bunga kredit modal kerja mengalami peningkatan. Rata-rata suku bunga kredit investasi tercatat menurun dari 12,08% menjadi 11,87%, sedangkan rata-rata suku bunga kredit konsumsi tercatat menurun dari 12,61% menjadi 12,56%. Dengan kondisi tersebut, spread antara suku bunga kredit dan suku bunga simpanan mengalami penurunan. % Grafik Perkembangan Suku Bunga Simpanan Sumatera Selatan BI Rate 1 bulan 3 bulan 6 bulan 1 tahun I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Sumatera Selatan % Suku Bunga Kredit Suku Bunga Kredit Investasi Suku Bunga Kredit Modal Kerja Suku Bunga Kredit Konsumsi I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Kelonggaran Tarik Nominal Undisbursed loan meningkat. Total undisbursed loan (kredit yang belum ditarik oleh debitur) pada triwulan IV 2014 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Nominal undisbursed loan bank konvensional pada triwulan ini sebesar Rp11,1 triliun atau meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar Rp11,3 triliun. Hal tersebut membuat persentase kredit yang belum ditarik mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dari 12,26% menjadi 12,94%. 45

67 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumatera Selatan Rp Triliun UL % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV % Perkembangan Bank Umum Syariah Kinerja bank umum syariah di Sumatera Selatan melambat. Secara umum kinerja bank umum syariah provinsi Sumatera Selatan pada triwulan IV 2014 menurun dilihat dari menurunnya jumlah dana pihak ketiga dan pembiayaan. Total aset pada triwulan IV 2014 mencapai Rp 5,4 triliun atau menurun 2,7% (yoy). Penurunan tersebut seiring dengan penurunan DPK yang terjadi pada triwulan IV 2014 ini. DPK tercatat Rp 3,4 triliun atau lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2014, walaupun secara tahunan masih mengalami kontraksi sebesar 3,1% (yoy). Grafik Perkembangan financing-to-deposit ratio (FDR) Bank Umum Syariah Sumatera Selatan % FDR I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Perkembangan Aset Bank Umum Syariah Sumatera Selatan Rp Miliar Aset gaset (RHS) %yoy I II III IV I II III IV I II III IV Pembiayaan Bank Umum Syariah juga menurun 5,2% (yoy) atau mencapai Rp4,2 triliun. Penurunan pertumbuhan pembiayaan juga disertai dengan penurunan kualitas yang ditandai dengan Non Performing Financing (NPF) yang meningkat dari 7,4% pada triwulan III 2014 menjadi 7,5%, jauh di atas batas toleransi NPF 5%. Kondisi tersebut menyebabkan financing-to deposit ratio (FDR) menurun menjadi 122,45% dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 150,68%. 46

68 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik Perkembangan DPK Bank Umum Syariah Sumatera Selatan Rp Miliar DPK gdpk (RHS) %yoy I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah Sumatera Selatan Rp Miliar Pembiayaan gpembiayaan (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV Tabel 3-4. Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Selatan (Rp Miliar) Indikator I II III IV I II III IV Aset DPK Pembiayaan FDR 117,75 130,14 134,63 125,18 113,54 137,61 150,68 122,45 NPF (nominal) % gross 2,04 2,74 3,25 3,23 5,21 6,78 7,39 7, Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sumatera Selatan tumbuh meningkat dibandingkan triwulan lalu. Total aset BPR meningkat menjadi sebesar Rp1,17 triliun atau tumbuh 11,8% (yoy) dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh 3,7% (yoy). Pertumbuhan aset ini sejalan dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dikumpulkan yaitu Rp722,0 miliar atau tumbuh 12,61% (yoy), sedikit melambat dibandingkan triwulan lalu yang mencapai 12,76% (yoy). Grafik Perkembangan loan-to-deposit ratio (LDR) Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan % LDR I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV ,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00 Grafik Perkembangan Aset Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan Rp Triliun Aset gaset (RHS) %yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Kinerja penyaluran kredit BPR juga mengalami peningkatan dari 6,43% (yoy) menjadi 11,03% (yoy) atau mencapai Rp867 miliar. Pertumbuhan kredit tersebut disertai dengan perbaikan kualitas kredit yang ditunjukkan dengan rasio NPL yang menurun 47

69 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran dari triwulan lalu dari 9,13% menjadi 6,75%. Kondisi tersebut mengakibatkan loan-todeposit ratio (LDR) melambat dari 124,78% menjadi 120,49%. Grafik Perkembangan DPK Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan 0,80 0,70 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 Rp Triliun DPK gdpk (RHS) %yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV ,00 0,90 0,80 0,70 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 Grafik Perkembangan Kredit Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan Rp Triliun Kredit gkredit (RHS) %yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Tabel 3-5. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Selatan (Rp Miliar) Indikator I II III IV I II III IV I II III IV Aset , , , , DPK , , , Kredit , , , , , , LDR 112,41 109,70 113,11 120,53 117,73 114,93 126,26 132,21 122,20 130,72 124,78 120,49 NPL (nominal) , , , % gross 4,36 4,30 4,30 4,50 6,01 6,15 6,99 6,13 6,17 6,83 9,13 6, Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Kegiatan sistem pembayaran non tunai RTGS meningkat, namun terjadi penurunan pada transaksi kliring. Pertumbuhan RTGS dan penurunan jumlah kliring terjadi baik secara nominal maupun warkat. Grafik Perkembangan Kliring di Sumatera Selatan 16 Rp Triliun Nominal Lembar (RHS) Ribu Lembar I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Perkembangan Perputaran Kliring dan Hari Kerja Rp Miliar Nominal Jumlah Hari (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Pertumbuhan kliring masih menurun meskipun tidak sedalam triwulan sebelumnya meski masih mengalami penurunan. Jumlah warkat tercatat sebanyak lembar di triwulan IV 2014, menurun dari triwulan sebelumnya lembar, atau menurun 2,67% (yoy). Di sisi nominal kliring menurun dari Rp10,2 triliun di triwulan III 2014 menjadi Rp9,7 triliun di triwulan IV 2014, atau turun 33,0% (yoy). Rata-rata nominal kliring menurun dari Rp156,7 miliar/hari di triwulan III 2014 menjadi Rp149,8 miliar/hari pada triwulan IV

70 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran RTGS triwulan IV 2014 mengalami peningkatan. RTGS dari Sumatera Selatan, ke Sumatera Selatan, dan dari-ke Sumatera Selatan mengalami peningkatan nominal yaitu masing-masing menjadi Rp25,5 triliun, Rp35,6 triliun, dan Rp8,8 triliun dari triwulan sebelumnya masing-masing sebesar Rp21,1 triliun, Rp32,7 triliun, dan Rp7,8 triliun. Total transaksi RTGS tercatat tumbuh 25,8% (yoy) sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 27,9% (yoy) Grafik Perkembangan RTGS di Sumatera Selatan Rp Trilin Ribu Lembar I II III IV I II III IV I II III IV Nilai RTGS dari Sumsel Nilai RTGS ke Sumsel Nilai RTGS Net Volume RTGS dari Sumsel (Sumbu Kanan) Volume RTGS ke Sumsel (Sumbu Kanan) Volume RTGS Net (Sumbu Kanan) Peredaran cek dan bilyet giro kosong mengalami penurunan, baik dari sisi nominal maupun warkat. Cek dan bilyet giro (BG) kosong yang dikliringkan pada triwulan IV 2014 tercatat sebanyak lembar menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak lembar. Sementara dari sisi nilai, cek dan bilyet giro tercatat sebesar Rp225,3 miliar, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya sebelumnya sebanyak Rp234,2 miliar. Tabel 3-6. Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Sumatera Selatan Keterangan I II III IV I II III IV 1. Lembar Warkat Nominal (Rp Miliar) 193,48 177,35 202,29 247,04 172,15 221,70 234,18 225,34 49

71 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik Perkembangan Bulanan Jumlah Perputaran Kliring di Sumatera Selatan Rata rata Nominal Kliring per hari Rp Miliar Rata rata Jumlah Warkat per Hari (RHS) Lembar Grafik Perkembangan Jumlah Cek dan Bilyet Giro Kosong di Sumatera Selatan Rp Miliar Penolakan CEK B/G Warkat Lembar Perkembangan Perkasan Provinsi Sumatera Selatan mengalami net outflow pada triwulan IV Kegiatan perkasan Bank Indonesia pada triwulan IV 2014 mencatat net outflow sebesar Rp1,0 triliun. Outflow pada triwulan IV 2014 ini tercatat lebih rendah dibandingkan jumlah outflow pada periode yang sama tahun lalu yaitu sebesar Rp3,16 triliun. Sementara itu inflow juga tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp2,1 triliun. Oleh karena peningkatan outflow yang lebih tinggi dari peningkatan inflow maka terjadi net outflow. Secara tahunan, transaksi perkasan mencatat net Outflow sebesar Rp 3,33 triliun, atau turun dibandingkan net outflow tahun 2013 yang sebesar Rp 5,19 triliun. Hal tersebut disebabkan oleh mulai tingginya kesadaran masyarakat Sumatera Selatan untuk mengurangi transaksi tunai dan beralih menggunakan transaksi non tunai. Tabel 3-7. Kegiatan Perkasan di Sumatera Selatan (Rp Miliar) Keterangan I II III IV I II III IV Inflow 2.160, , , , , , , ,9 Outflow 2.508, , , , , , , ,8 Net Inflow (Net Outflow) (348,6) (1.438,6) (1.623,6) (1.783,6) 10,5 (1.395,2) (947,8) (1.001,8) Grafik Perkembangan Kegiatan Perkasan di Sumatera Selatan Rp Triliun Net Outflow Inflow Outflow (1) (2) (3) (4) Grafik Perkembangan Pemusnahan Uang Lusuh Rp Miliar Pemusnahan Uang Lusuh Proporsi Pemusnahan Uang Lusuh dibandingkan Inflow I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV % 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 50

72 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Melalui kegiatan perkasan, dilakukan pula penarikan uang lusuh di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan sebagai wujud dari clean money policy Bank Indonesia untuk memenuhi kebutuhan uang dalam kondisi layak edar. Uang lusuh yang ditarik untuk kemudian dimusnahkan tercatat mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Menurut proporsinya terhadap inflow, persentase pemusnahan uang lusuh mengalami penurunan dari 29,3% pada triwulan IV 2013 menjadi 24,3% pada triwulan IV 2014 ini. 51

73 Bab 4. Perkembangan Keuangan Daerah 4 Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi pendapatan dan belanja Pemerintah Provinsi Sumsel selama tahun 2014 tercatat cukup tinggi. Realisasi pendapatan daerah mencapai 96,44% dari target tahun 2014 dengan realisasi pendapatan tertinggi dari Pendapatan Transfer terutama Dana Perimbangan Sementara itu, realisasi belanja mencapai 94,10% yang terutama disumbang dari belanja operasi 4.1 Realisasi APBD Triwulan IV 2014 Hingga akhir tahun 2014, realisasi pendapatan daerah lebih tinggi daripada belanja daerah sehingga terdapat surplus sebesar Rp470,56 miliar. Nilai surplus ini mencapai 108,34% dari yang dianggarkan tahun Surplus pada periode ini tercapai karena hampir semua realisasi komponen pendapatan diatas 90%, bahkan beberapa komponen mencatat realisasi diatas 100%. Tabel 4-1 APBD Provinsi Sumatera Selatan dan Realisasinya di Triwulan IV 2014 Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sumatera Selatan, diolah Realisasi pendapatan daerah sampai triwulan IV 2014 mencapai 96,44% dari total anggaran pendapatan sebesar Rp6,5 triliun rupiah. Realisasi pendapatan terbesar adalah dari pendapatan transfer yang pangsanya mencapai 60,93% dari total realisasi pendapatan. Diikuti oleh realisasi pendapatan asli daerah dengan pangsa mencapai 38,75% dari realisasi pendapatan. Komponen terbesar dalam pendapatan 52

74 Bab 4. Perkembangan Keuangan Daerah transfer bersumber dari Dana Perimbangan yang terutama berasal dari Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) dan Dana Alokasi Umum. Pangsa realisasi pendapatan transfer pada triwulan IV 2014 lebih besar dibandingkan pendapatan transfer pada triwulan IV Secara umum, presentase realisasi pendapatan terhadap anggaran pada triwulan IV 2014 lebih besar dibandingkan triwulan IV Grafik 4-1. Struktur Pendapatan Daerah Triwulan IV 2014 Grafik 4-2. erbandingan Realisasi Pendapatan Triwulan IV 2013 dan 2014 Realisasi belanja pada triwulan IV 2014 mencapai Rp5,78 triliun rupiah atau sebesar 95,58% dari total anggaran. Realisasi pendapatan terbesar disumbangkan oleh komponen belanja operasi. Sedangkan komponen belanja tak terduga menyumbang realisasi terendah yakni sebesar 20,83%. Grafik 4-3. Perbandingan Struktur Realisasi Belanja Sumatera Selatan Triwulan IV 2014 Grafik 4-4. Perbandingan Realisasi Belanja Sumatera Selatan Triwulan IV 2014 Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Selatan, diolah Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Selatan, diolah 4.2 Perbandingan Realisasi APBD dengan Triwulan IV Tahun 2013 Realisasi pendapatan triwulan IV 2014 lebih besar dibandingkan triwulan IV Secara total, realisasi pendapatan triwulan IV 2014 tercatat mencapai 96,44% dari anggaran, lebih besar dibandingkan triwulan IV 2013 yang hanya terealisasi 53

75 Bab 4. Perkembangan Keuangan Daerah 91,21%. Hal tersebut terutama disebabkan hampir semua realisasi komponen pendapatan di 2014 mencapai diatas 90% dari total anggaran. Tabel 4-2 Perbandingan Presentase Realisasi Pendapatan Sumatera Selatan s.d Triwulan IV Tahun 2014 dan Tahun 2013 Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sumatera Selatan, diolah Realisasi belanja sedikit meningkat dibandingkan periode yang sama tahun Sampai dengan akhir 2014 realisasi belanja mencapai Rp5,78 triliun, atau 95,67% dari APBD 2014 atau hampir sama dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 5,68 triliun atau 94,10% dari total anggaran. Tingginya penyerapan komponen belanja operasi yang memiliki pangsa terbesar pada total anggaran diyakini menjadi salah satu penyebab optimalnya penyerapan belanja di tahun Selain itu realisasi semua komponen belanja di tahun 2014 lebih besar penyerapannya dibandingkan dengan tahun Optimalnya penyerapan ini akan memberikan manfaat yang baik terhadap perekonomian Sumsel. 54

76 Bab 4. Perkembangan Keuangan Daerah Halaman ini sengaja dikosongkan 55

77 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan 5 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Kondisi kesejahteraan relatif stabil, Tingkat Pengangguran Terbuka meningkat sementara angka kemiskinan menurun. 5.1 Ketenagakerjaan Kondisi ketenagakerjaan di Sumatera Selatan menurun. Peningkatan jumlah penganggur sampai dengan bulan Agustus 2014 lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan jumlah angkatan kerja, sehingga membuat angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) meningkat. Sementara itu, peningkatan jumlah angkatan kerja juga ditandai oleh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga meningkat. Kondisi perlambatan ekonomi Sumatera Selatan yang terjadi di triwulan III 2014 mempengaruhi kondisi ketenagakerjaan yang menurun. Mayoritas penduduk bekerja pada sektor pertanian atau mencapai 53,4%. Komposisi ini mengalami peningkatan dibandingkan Februari 2014 namun menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, pangsa sektor industri pengolahan dan jasa kemasyarakatan meningkat menjadi 5,1% dan 13,3%. Pertumbuhan jumlah penduduk yang bekerja di sektor utama menunjukkan peningkatan. Jumlah penduduk yang bekerja sektor pertanian tumbuh 7,2% (yoy) dibandingkan awal tahun yang tumbuh sebesar 1,8% (yoy). Sektor industri mengalami pertumbuhan 14,4% (yoy). Sementara sektor perdagangan tumbuh dari 8,3% (yoy) menjadi 19,0% (yoy). Tabel 5-1. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Februari 2012 Agustus *) 2013*) 2014**) No. Lapangan Pekerjaan Utama Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus 1 Pertanian 2,083,957 2,021,183 1,985,661 1,933,891 2,021,373 2,073,784 2 Industri 177, , , , , ,227 3 Perdagangan 575, , , , , ,519 4 Jasa Kemasyarakatan 527, , , , , ,795 5 Lainnya ***) 414, , , , , ,350 Total 3,779,137 3,601,561 3,756,669 3,524,883 3,867,671 3,885,674 *) Februari 2012-Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang hasil Proyeksi Penduduk yang digunakan pada Februari 2014 **) Estimasi ketenagakerjaan menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk ***) Lapangan pekerjaan sektor lainnya mencakup sektor pertambangan, sektor listrik, gas, dan air, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan perusahaan, dan sektor jasa perusahaan Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan 56

78 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), diidentifikasi dua kelompok utama terkait kegiatan ekonomi, yakni formal dan informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal umumnya adalah mereka yang berstatus di luar itu. Jika melihat status pekerjaan berdasarkan klasifikasi formal dan informal, sebanyak 37,5% tenaga kerja bekerja pada kegiatan formal, sementara 62,5% sisanya bekerja pada kegiatan informal. Jika dibandingkan periode Februari 2014, pangsa sektor formal mengalami peningkatan. Berdasarkan status pekerjaan, mayoritas status pekerjaan adalah buruh/karyawan dengan pangsa 34,6% dan berusaha dibantu buruh tidak tetap dengan pangsa 18,7%. Kelompok buruh/karyawan juga tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 10,1% (yoy). Seluruh kelompok mengalami pertumbuhan pada Agustus 2014 ini kecuali kelompok berusaha sendiri, serta pekerja bebas di pertanian dan non pertanian yang masin-masing turun sebesar 0,83%, 10,93%, dan 1,94% Tabel 5-2. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Februari 2012 Agustus 2014 No. Status Pekerjaan Utama 2012*) 2013*) 2014**) Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus 1 Berusaha sendiri 718, , , , , ,905 2 Berusaha dibantu buruh tidak tetap 780, , , , , ,137 3 Berusaha dibantu buruh tetap 106,622 98, ,137 96,222 90, ,378 4 Buruh/karyawan 1,088,945 1,195,026 1,148,588 1,160,894 1,298,999 1,277,981 5 Pekerja bebas di pertanian 60, , , , ,855 91,920 6 Pekerja bebas di non-pertanian 82,576 78,893 72,396 75,154 92,992 73,693 7 Pekerja keluarga/tak dibayar 941, , , , , ,792 Total 3,779,147 3,601,561 3,756,669 3,524,883 3,867,671 3,692,806 *) Februari 2012-Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang hasil Proyeksi Penduduk yang digunakan pada Februari 2014 **) Estimasi ketenagakerjaan menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan Jumlah angkatan kerja mengalami peningkatan. Sampai periode Agustus 2014, jumlah penduduk berusia lebih dari 15 tahun mencapai 5,6 juta jiwa atau meningkat sebesar 1,7% (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada Februari 2014 sebesar 1,5% (yoy). Peningkatan tersebut dibarengi jumlah angkatan kerja yang berjumlah 3,9 juta jiwa atau tumbuh 4,9% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya sebesar 1,4% (yoy). Penduduk bekerja tumbuh 4,8% (yoy) sementara jumlah penganggur 6 juga mengalami peningkatan 7,6% (yoy). 6 Seseorang yang termasuk kelompok penduduk usia kerja yang selama periode tertentu tidak bekerja, dan bersedia menerima pekerjaan, serta sedang mencari pekerjaan. 57

79 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 7 Provinsi Sumatera Selatan meningkat menjadi sebesar 4,96% dibandingkan Agustus 2013 yang sebesar 4,84%. Hal tersebut sejalan dengan jumlah pengangguran pada bulan Agustus 2014 yang meningkat sebesar 7,6% (yoy). Pertumbuhan jumlah penduduk yang menganggur ini lebih tinggi dibandingkan jumlah angkatan kerja, sehingga TPT meningkat. Tabel 5-3. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan, Februari 2012 Agustus *) 2013*) 2014**) Kegiatan Utama Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus 1 Penduduk 15+ 5,427,909 5,469,018 5,509,786 5,549,261 5,589,408 5,643,680 2 Angkatan Kerja 3,997,112 3,814,093 3,968,148 3,704,132 4,022,138 3,885,674 - Bekerja 3,779,137 3,601,561 3,756,669 3,524,883 3,867,671 3,692,806 - Penganggur 217, , , , , ,868 3 Bukan Angkatan Kerja 1,430,797 1,654,925 1,541,638 1,845,129 1,567,270 1,758,006 Tingkat Partisipasi 4 Angkatan Kerja (%) Tingkat Pengangguran 5 Terbuka (%) Pekerja Tidak Penuh 1,382,582 1,522,769 1,459,741 1,669,061 1,503,467 1,550,532 - Setengah Menganggur 552, , , , , ,133 - Paruh Waktu 829,951 1,028, ,199 1,326,992 1,092,037 1,166,399 *) Februari 2012-Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang hasil Proyeksi Penduduk yang digunakan pada Februari 2014 **) Estimasi ketenagakerjaan menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan Kondisi ketersediaan lapangan kerja saat ini relatif meningkat di tengah kinerja perekonomian yang relatif melambat. Survei Konsumen di Kota Palembang menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden berpendapat bahwa ketersediaan lapangan kerja pada periode laporan, sama dibandingkan 6 bulan sebelumnya. Sementara itu, 22,0% responden berpendapat lebih baik, dan sisanya berpendapat lebih buruk. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara umum kondisi ketersediaan lapangan kerja relatif meningkat. Tabel 5-4. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini Triwulan III 2014 Bulan Lebih Baik Ketersediaan Lapangan Kerja Saat ini dibandingkan 6 bulan lalu Sama Lebih Buruk Jumlah Juli Agustus September Jumlah Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Wilayah VII 7 Tingkat Pengangguran Terbuka merupakan perbandingan jumlah penganggur dengan total angkatan kerja 58

80 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Ke depan, masyarakat berpendapat bahwa lapangan pekerjaan akan relatif sama dengan kondisi saat ini. Ekspektasi ketersediaan lapangan pekerjaan di masa yang akan datang akan relatif sama dengan 43,1% responden berpendapat demikian. Responden sebanyak 36,8% berpendapat bahwa jumlah lapangan kerja akan meningkat dibandingkan kondisi saat ini, sementara sisanya berpendapat akan menurun. Perkiraan membaiknya lapangan pekerjaan pada periode mendatang adalah diperkirakan infrastruktur akan membaik. Selain itu, capaian inflasi yang rendah dan stabil di Sumsel diperkirakan akan mendorong kegiatan usaha di masa yang akan datang. Namun demikian, adanya risiko rencana kenaikan harga BBM bersubsidi membuat beberapa responden pesimis bahwa inflasi akan terkendali. Tabel 5-5. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD Triwulan III 2014 Bulan Lebih Baik Ketersediaan Lapangan Kerja 6 bulan yad dibandingkan saat ini Sama Lebih Buruk Jumlah Juli Agustus September Jumlah Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Wilayah VII 5.2 Tingkat Pendapatan NTP triwulan IV 2014 menurun akibat peningkatan biaya yang harus dibayarkan petani. Nilai Tukar Petani (NTP) 8 adalah salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui gambaran tentang perkembangan tingkat pendapatan petani dari waktu ke waktu sebagai dasar kebijakan untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan petani. Rata-rata NTP pada triwulan IV 2014 sebesar 98,95 menurun dibanding triwulan sebelumnya sebesar 101,65. Hal tersebut menandakan bahwa daya beli petani mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya 9. Penurunan NTP tersebut terjadi karena rata-rata indeks yang dibayar petani lebih besar dibandingkan rata-rata indeks yang diterima petani. Rata-rata indeks yang diterima petani mengalami peningkatan sebesar 4,17% (yoy) menjadi 112,61. Namun pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,1% (yoy). Sementara itu indeks yang dibayar petani tumbuh 5,5% (yoy) menjadi 113,83 8 Suatu indikator pengukur kemampuan tukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangganya dan untuk keperluan dalam memproduksi produk pertanian 9 Sejak November 2013, BPS melakukan perubahan tahun dasar dari 2007 menjadi 2010, sehingga dilakukan pendekatan untuk NTP Oktober 2013 dengan backcasting. 59

81 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 3,6% (yoy). Inflasi pedesaan menunjukkan peningkatan signifikan pada Desember 2014 seiring kebijakan kenaikan tarif BBM bersubsidi. Grafik 5-1. Indeks Harga yang diterima, Indeks Harga yang dibayar dan Nilai Tukar Petani Grafik 5-2. Perkembangan NTP dan Inflasi Pedesaan Sumatera Selatan Indeks Diterima Petani Indeks Dibayar Petani NTP Umum gtotal (RHS) %mtm Nilai Tukar Petani (RHS) Inflasi Pedesaan (RHS) * * 2014 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan Rata-rata Indeks Konsumsi Rumah Tangga petani meningkat 3,28% (qtq) dibandingkan triwulan III 2014 sebesar 1,63% (qtq). Peningkatan terjadi pada seluruh kelompok. Namun secara tahunan, indeks ini mengalami pertumbuhan sebesar 6,16% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,9% (yoy). Tabel 5-6. Rata-rata Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan Komponen I II III IV I II III IV Konsumsi Rumah Tangga 103,98 104,34 108,54 109,70 110,61 110,94 112,75 116,45 Bahan Makanan 106,80 106,93 113,02 114,29 116,29 114,65 117,22 122,47 Makanan Jadi 102,96 104,10 105,66 106,44 108,03 108,91 110,68 112,59 Perumahan 101,52 102,05 103,91 105,31 106,85 107,36 108,26 109,83 Sandang 104,72 104,84 104,99 106,84 107,32 108,10 109,79 110,48 Kesehatan 100,73 101,36 103,02 103,99 105,13 106,18 106,66 107,81 Pendidikan 101,27 101,49 102,18 102,81 104,23 104,76 105,71 106,83 Transportasi 97,97 97,91 107,34 107,62 108,32 108,89 109,53 115,91 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Sementara itu, rata-rata biaya produksi dan penambahan modal petani mengalami peningkatan. Secara tahunan, biaya produksi meningkat sebesar 4,07% (yoy). Tabel 5-7. Rata-rata Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Modal Petani Komponen I II III IV I II III IV Biaya Produksi 101,30 101,70 103,39 104,13 104,81 105,56 106,34 108,37 Bibit 106,10 106,41 106,90 107,83 108,29 108,88 109,76 110,23 Obat & Pupuk 101,01 100,98 101,47 102,65 103,63 104,61 105,64 106,78 Sewa Lahan 100,94 101,06 101,63 101,97 102,64 103,36 103,67 104,21 Transportasi 99,57 100,30 109,19 109,66 110,44 110,98 111,54 120,02 Penambahan Barang Modal 100,87 101,39 102,35 102,82 103,40 104,24 104,66 105,82 Upah Buruh Tani 102,02 102,48 103,35 104,16 104,78 105,43 106,52 107,77 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Seluruh komponen mengalami peningkatan kecuali biaya bibit dan biaya obat-obatan yang mengalami perlambatan. Secara tahunan, biaya produksi meningkat sebesar 4,07% (yoy). Peningkatan terutama terjadi pada sewa lahan, transportasi, dan 60

82 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan penambahan barang modal. Dengan berakhirnya base-effect kenaikan harga BBM bersubsidi membuat kelompok transportasi kembali ke indeksnya semula. Dalam melakukan analisis pendapatan masyarakat, dapat pula menggunakan hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan KPw BI Provinsi Sumatera Selatan. Pada SK, ditanyakan mengenai penghasilan masyarakat saat ini dibandingkan periode sebelumnya dan ekspektasi penghasilan ke depan. Penghasilan masyarakat relatif stabil. Dari sisi pendapatan, 49,4% responden menyatakan bahwa penghasilan mereka pada periode laporan adalah sama dibandingkan dengan kondisi 6 bulan sebelumnya. 46,5% responden menyatakan bahwa penghasilan mereka akan lebih baik dibandingkan dengan kondisi 6 bulan sebelumnya. Tabel 5-8. Pendapatan Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini Triwulan IV 2014 Bulan Penghasilan Saat ini dibandingkan 6 bulan lalu Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Okt Nov Des Jumlah Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Provinsi Sumatera Selatan Masyarakat berpendapat penghasilan ke depan meningkat. Optimisme masyarakat terhadap perekonomian ke depan ditunjukkan juga dengan peningkatan ekspektasi penghasilan. Sebagian besar responden yakni sebanyak 49,8% berpendapat bahwa penghasilan 6 bulan yang akan datang akan meningkat dibandingkan saat ini. Sementara itu, 47,9% responden berpendapat bahwa penghasilan akan stabil dibandingkan saat ini. Sementara responden sisanya berpendapat bahwa penghasilan menurun. Adanya peningkatan ekspektasi kenaikan dan tambahan upah disebabkan oleh perkiraan akan adanya penambahan omzet dan kenaikan gaji/upah. Pada tahun 2015, UMP Sumsel telah ditetapkan mengalami kenaikan sebesar 8,2% (yoy) atau mencapai Rp

83 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Tabel 5-9. Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD Triwulan IV 2014 Bulan Penghasilan 6 bulan yad dibandingkan saat ini Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Okt Nov Des Jumlah Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Provinsi Sumatera Selatan 5.3 Tingkat Kemiskinan Angka kemiskinan menurun. Jumlah penduduk miskin atau penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan pada bulan September 2014 tercatat 1,08 juta jiwa atau 13,62% dari total penduduk Sumatera Selatan. Jumlah ini mengalami penurunan dibandingkan Maret 2014 yang tercatat sebesar 1,11 juta jiwa atau 13,91% dari jumlah penduduk Sumatera Selatan. Secara tahunan, angka ini mengalami penurunan dibandingkan September 2013 yang tercatat sebesar 1,10 juta jiwa atau 14.06% dari total penduduk Sumatera Selatan. Tabel Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Maret September 2014 Daerah/Tahun Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Jumlah Penduduk Miskin (ribu) Persentase Mar-14* ,12 12,93% Sep-14* ,86 12,96% Perdesaan Mar-14* ,71 14,46% Sep-14* ,94 13,99% Kota+Desa Mar-14* ,83 13,91% Sep-14* ,80 13,62% *Pada BRS Januari 2015, dilakukan backcasting Sumber : Data BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Garis Kemiskinan mengalami peningkatan dalam kurun waktu enam bulan terakhir, yakni sebesar 2,90% dari Rp per kapita/bulan di Maret 2014 menjadi Rp per kapita/bulan di September Berdasarkan pembagian kelompok kemiskinan antara perkotaan dan pedesaan, Garis Kemiskinan di perkotaan dalam enam bulan terakhir tercatat mengalami peningkatan sebesar 2,76% dari Rp per kapita/bulan menjadi Rp per kapita/bulan. Sementara itu, Garis Kemiskinan di daerah pedesaan mengalami kenaikan sebesar 2,98% pada periode yang sama, dari Rp per kapita/bulan menjadi Rp per kapita/bulan. Meskipun garis kemiskinan di pedesaan meningkat, jumlah penduduk masuk kategori miskin menurun 62

84 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan sebesar 2,56% dibandingkan Maret Sementara jumlah penduduk miskin di perkotaan mengalami peningkatan 1,02% dibandingkan periode sebelumnya. Grafik 5-3. Perkembangan Garis Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin Ribu % 18% 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% Perkotaan Perdesaan Kota+Desa Persentase (RHS) Peranan komoditas makanan dalam garis kemiskinan sangat tinggi dan meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Kontribusi garis kemiskinan makanan terhadap total garis kemiskinan pada bulan September 2014 tercatat sebesar 71,98%, naik dari bulan Maret 2014 sebesar 71,90%. Tabel Komponen Garis Kemiskinan, September September 2014 Daerah/Tahun Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Total Makanan Bukan Makanan Perkotaan Sep 13* 234,968 93, ,335 Mar-14* 242,536 94, ,929 Sep ,950 97, ,238 Pedesaan Sep 13* 216,829 53, ,166 Mar-14* 223,122 54, ,509 Sep ,230 56,561 28,591 Kota+Desa Sep 13* 223,344 67, ,058 Mar-14* 230,086 68, ,824 Sep ,308 71, ,488 *Pada BRS Januari 2015, dilakukan backcasting Sumber : Data BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 63

85 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Garis kemiskinan makanan pada bulan September 2014 tercatat sebesar Rp /kapita/bulan, meningkat 5,8% (yoy). Peningkatan juga terjadi pada garis kemiskinan bukan makanan sebesar 5,12% (yoy) atau sebesar Rp71.179/kapita/bulan. Gini ratio 10 di provinsi Sumatera Selatan menunjukkan penurunan di tahun 2013 dibandingkan tahun Hal ini menandakan bahwa gap penghasilan semakin mengecil dan merupakan indikator positif bagi kondisi kemiskinan di Sumatera Selatan. Grafik 5-4. Perkembangan Gini Ratio Sumatera Selatan 0,450 0,40 0,400 0,383 0,34 0,34 0,350 0,316 0,30 0,31 0,300 0,250 0,200 0,150 0,100 0,050 0, Sumber: Badan Pusat Statistik 10 Gini ratio dihitung oleh BPS untuk mengetahui kesenjangan pendapatan 64

86 Bab 6. Prospek Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Halaman ini sengaja dikosongkan 65

87 Bab 6. Prospek Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 6 Prospek Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Pada triwulan I 2015, perekonomian Sumsel diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi, walaupun menurun disertai tekanan inflasi yang mulai menurun Perekonomian Sumsel diperkirakan didukung oleh peningkatan konsumsi domestik, terutama konsumsi Pemerintah, dan perbaikan investasi. Laju inflasi diperkirakan relatif stabil, didukung meredanya kenaikan BBM bersubsidi sehingga masih mendukung terhadap capaian sasaran nasional. 6.1 Pertumbuhan Ekonomi Perekonomian Provinsi Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 diperkirakan tumbuh moderat. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2015 diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi pada kisaran 4,0 4,5% (yoy), meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.. Perlambatan perekonomian lebih diakibatkan tingginya pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2014 (base effect). Namun jika dibandingkan secara tahunan, triwulan I 2015 meningkat dibandingkan triwulan I Masih tingginya pertumbuhan ekonomi didukung kegiatan proyek-proyek strategis Pemerintah yang salah satunya adalah proyek pembangkit listrik dan proyek untuk mendukung penyelenggaraan Asian Games di tahun Grafik 6-1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan P : Proyeksi Bank Indonesia Sumber: BPS, estimasi BI Pertumbuhan ekonomi didorong konsumsi rumah tangga yang cukup tinggi dan belanja pemerintah dalam mendukung proyek-proyek infrastruktur, serta membaiknya investasi. Dengan pangsa yang besar, konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi pada triwulan I Peningkatan Indeks 66

88 Bab 6. Prospek Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Keyakinan Konsumen pada bulan Januari 2015 mengindikasikan meningkatnya optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian. Tingginya konsumsi juga seiring dengan inflasi yang menurun pada triwulan I 2015 akibat turunnya harga BBM bersubsidi. Sementara itu, belanja pemerintah diperkirakan juga meningkat akibat adanya dana pengalihan dari pengurangan subsidi BBM untuk mendukung proyekproyek strategis Pemerintah. Pertumbuhan investasi diperkirakan akan terus tumbuh guna mendukung pembangunan fasilitas pendukung Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-api (KEK TAA) dan penyelenggaraan Asian Games. Beberapa proyek seperti pembangunan double track batubara Sumsel-Lampung dan pembangunan kawasan industri di pelabuhan baru diperkirakan mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, dari hasil liaison diperoleh informasi bahwa pengusaha berencana untuk melakukan replanting kebun, perawatan mesin serta pembangunan pabrik di berbagai industri pengolahan di Sumsel. Dari sisi eksternal, pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor pada 2015 diperkirakan tumbuhlebih tinggi, meskipun relatif moderat. International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2015 sebesar 3,5%, sedikit meningkat dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2014 sebesar 3,3%. Walaupun pemulihan ekonomi AS semakin solid, namun ekonomi negaranegara maju lainnya masih mengalami perlambatan seperti Uni Eropa dan Jepang. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Tiongkok diperkirakan juga masih cendrung menurun. Proyeksi pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor Provinsi Sumsel terutama Amerika Serikat diperkirakan dalam tren meningkat. Sementara itu, perekonomian Eropa masih tumbuh relative terbatas dengan faktor risiko yang masih cukup tinggi. Hal serupa juga terjadi pada ekonomi Tiongkok yang diperkirakan tumbuh lebih rendah. Di sisi lain, perekonomian India diperkirakan lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya, sehingga prospek ekspor ke negara ini masih baik. 67

89 Bab 6. Prospek Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Tabel 6-1. Proporsi Ekspor Sumatera Selatan, Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Tahun 2013 dan 2014 (dalam persentase) Negara Ekspor Sumsel Proyeksi AS China Eropa Jepang India Negara Maju Negara Berkembang Dunia IMF memprediksikan bahwa pertumbuhan volume perdagangan dunia akan meningkat dari 3,1% pada 2014 menjadi 3,8% pada 2015 seiring dengan perbaikan ekonomi di Amerika Serikat dan turunnya harga minyak bumi. Sejalan dengan hal hal tersebut, aktivitas impor negara maju diperkirakan juga akan tumbuh lebih tinggi. Tabel 6-2. Volume Perdagangan Internasional Volume Perdagangan 2,9 3,0 3,8 5,0 Internasional Impor Negara Maju 1,2 1,4 3,7 4,3 Negara Berkembang 6,0 5,3 4,4 6,1 Ekspor Negara Maju 2,0 2,4 3,6 4,5 Negara Berkembang 4,6 4,4 3,9 5,8 Sumber: IMF, World Economic Outlook Update, January Kondisi perdagangan eksternal diperkirakan meningkat. Sebagai efek lanjutan dari peningkatan perekonomian AS di 2015 dan perbaikan ekonomi global, diperkirakan ekspor maupun impor di Sumsel akan mengalami peningkatan pada triwulan I Harga komoditas diperkirakan masih cenderungmenurun meskipun penurunannya tidak sebesar tahun sebelumnya,sehingga diperkirakan akan meningkatkan volume perdagangan Sumsel. Namun demikian, peningkatan kualitas produk menjadi tantangan bagi Sumsel. Mayoritas produk olahan Sumsel masih sederhana yang membuat risiko terhadap fluktuasi harga komoditas internasional masih cukup tinggi, khususnya komoditas karet. Perlambatan ekspor karet yang masih terus terjadi hingga triwulan ini perlu menjadi perhatian bersama guna memperbaiki perekonomian khususnya melalui sektor perkebunan. 68

90 Bab 6. Prospek Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Peraturan Pemerintah Daerah terkait program bahan olahan karet (bokar) bersih perlu diimplementasikan secara konsisten. Dengan program tersebut, diharapkan kualitas karet Indonesia dapat menjadi lebih baik dan mampu mendorong nilai tambah komoditas karet Sumsel. Selain itu, permasalahan mendasar seperti peningkatan kapasitas SDM, dan penertiban tataniaga karet perlu untuk segera diperbaiki. Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan triwulan I 2015 diperkirakan akan ditopang oleh sektor industri pengolahan dan sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran. Sektor primer Sumsel, seperti sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan akan kembali pada pola pertumbuhan normalnya. Dinas Pertanian Sumsel memperkirakan akan terjadi peningkatan produksi padi dan luas panen di tahun 2015 ini sehingga produksi tanaman bahan makanan diperkirakan akan tumbuh cukup tinggi dan dapat menjamin ketersediaan pasokan. Selain itu, industri makanan dan minuman diperkirakan akan tumbuh cukup baik guna memenuhi permintaan domestik terutama pada kegiatan nasional maupun internasional. Di sisi lain, sektor pertambangan dan penggalian serta sektor perdagangan diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi triwulan I Mulai beroperasinya pembangkit listrik baru guna memenuhi kebutuhan listrik Sumsel, diyakini akan meningkatkan kinerja pertambangan batubara di tahun Di sisi lain, produksi minyak bumi dan gas diperkirakan akan relatif stabil. Pertumbuhan di sektor perdagangan diperkirakan masih akan bertumpu pada kinerja subsektor perdagangan besar dan eceran. Sementara itu, pertumbuhan sector konstruksi diperkirakan juga cendrung meningkat sejalan dengan meningkatnya investasi. Secara keseluruhan, perekonomian Sumsel pada tahun 2015 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Ekonomi Sumsel diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,0-5,5%, akibat meningkatnya kinerja sektor utama khususnya sektor konstruksi dan sektor pertambangan dan penggalian. 69

91 Bab 6. Prospek Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 6.2 Inflasi Grafik 6-2. Proyeksi Inflasi Tahunan Sumatera Selatan Grafik 6-3. Ekspektasi Harga Konsumen Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan dan proyeksi Bank Indonesia Sumber: Survei Konsumen, BI Tekanan inflasi Sumsel di triwulan I 2015 diperkirakan akan lebih rendah. Di penghujung 2014, inflasi Sumsel meningkat hingga mencapai 8,48% (yoy). Namun demikian, tekanan inflasi di triwulan I 2015 diperkirakan cendrung menurun. Inflasi triwulan I 2015 diperkirakan berada pada kisaran 7% - 8% (yoy). Penurunan tekanan diperkirakan berasal dari kelompok administered price akibat dari turunnya harga minyak dunia yang direspons dengan penurunan BBM bersubsidi oleh Pemerintah. Selain itu penurunan tarif angkutan dan LPG 12 Kg, serta kenaikan UMP yang relative moderat turut menyebabkan tekanan inflasi relatif terjaga. Sementara itu faktor iklim yang kondusif dan perkiraan kenaikan produksi bahan pangan diprediksi turut menurunkan tekanan inflasi di triwulan I Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa dalam periode 3 dan 6 bulan mendatang inflasi diperkirakan akan mengalami penurunan yang tercermin dari menurunnya ekspektasi konsumen terhadap kenaikan harga. Begitu juga dengan ekspektasi harga pada periode 12 bulan mendatang yang diperkirakan menurun. 70 Tabel 6-3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Sumatera Selatan (% yoy) I II III IV 2014 I Pertumbuhan Ekonomi 3,80 4,87 4,10 5,96 4,68 3,8-4,4 Inflasi 5,11 4,33 3,26 8,48 8, P: Proyeksi Bank Indonesia Sumber: BPS, estimasi BI Dibandingkan dengan realisasi inflasi Sumsel di tahun 2014, inflasi Sumsel pada tahun 2015 diperkirakan menurun yaitu pada kisaran 4±1%. Hal tersebut diperkirakan didukung oleh kondisi cuaca yang kondusif dibanding tahun lalu, turunnya harga BBM dan tarif angkutan sebagai respons semakin rendahnya harga minyak dunia, turunnya LPG 12Kg dan harga Semen. Selain itu, dengan tersedianya informasi harga pangan melalui PIHPS dan koordinasi melalui forum TPID diharapkan gejolak harga yang berlebihan dapat diminimalisir.

92 Bab 6. Prospek Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Halaman ini sengaja dikosongkan 71

93 Lampiran Tabel Inflasi Tahunan Provinsi Sumatera Selatan 72

94 Tabel Inflasi Bulanan Provinsi Sumatera Selatan 73

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Penanggung Jawab: Tim Asesmen dan Advisory Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 214 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Februari 2017 (Kajian Triwulanan) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan i Penanggung Jawab: Tim Advisory Ekonomi dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan III - 214 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 37/08/Th.XX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I - 2017 EKONOMI ACEH SEMESTER I-2017 DENGAN MIGAS NAIK 3,67 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,54 PERSEN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 51/11/Th.XIX, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III - EKONOMI ACEH TRIWULAN III TAHUN DENGAN MIGAS TUMBUH 2,22 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,31 PERSEN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Triwulan I-2015 Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN * perkiraan

SURVEI PERBANKAN * perkiraan SURVEI PERBANKAN TRIWULAN IV-217 PERTUMBUHAN KREDIT TAHUN 218 DIPERKIRAKAN MENINGKAT Hasil Survei Perbankan mengindikasikan pertumbuhan kredit baru pada triwulan IV- 217 secara triwulanan (qtq) meningkat.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i i Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2014 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i FEBRUARI 2017 Edisi Februari 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan II 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja daerah relatif lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya meskipun secara besaran belum mencapai target anggaran

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2013 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG i TRIWULAN I 2016 Edisi Triwulan I 2016 Buku Kajian dan Keuangan ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank

Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank TRIWULAN I 216 i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii Triwulan I 216 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN EKONOMI Jl.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2015 No. 76/11/19/Th.IX, November 01 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 01 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III-01 TUMBUH,96 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-01

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci