Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia"

Transkripsi

1 Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan Pemerintah dan atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam Undang-undang ini. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU i

2 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat ii ii

3 KATA PENGANTAR Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, sebab atas rahmat dan berkat-nya, Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Papua Barat triwulan III-2014 ini dapat terbit tepat waktu. Di tengah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, kajian yang meliputi analisis makroekonomi daerah, perbankan, sistem pembayaran, ketenagakerjaan dan keuangan daerah menjadi penting terutama bagi pemerintah, dunia usaha, dan kalangan akademia maupun untuk masyarakat luas. Pada triwulan III-2014, Provinsi Papua menunjukkan pertumbuhan yang positif sebesar 9,09% (yoy), angka tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan nasional pada triwulan II-2014 yang sebesar 5,12% (yoy). Sementara itu, ekonomi Provinsi Papua Barat pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 7,79% (yoy). Angka tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan nasional pada triwulan II-2014 sebesar 5,12% (yoy). Sampai dengan triwulan III-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua tercatat sebesar 7,40% (yoy) atau lebih tinggi dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 6,70% (yoy). Sementara, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat pada triwulan III-2014 tercatat sebesar 5,27% (yoy) atau lebih rendah dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 6,70% (yoy). Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada triwulan III-2014 tercatat masih cukup baik. Untuk sistem pembayaran, transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS dari Wilayah Papua mencapai Rp7,44 trilliun dengan jumlah warkat lembar. Di sisi lain, dana yang masuk ke wilayah Papua mencapai Rp11,62 triliun. Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan III-2014 di wilayah kerja KPwBI Papua & Papua Barat secara nominal mencapai Rp1,34 triliun dengan jumlah warkat sebesar lembar. iii

4 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari koordinasi berbagai pihak, untuk itu melalui Kata Pengantar ini kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya laporan ini. Semoga kerja sama yang telah terjalin baik ini akan tetap dapat terpelihara di masa yang akan datang. Akhirnya, besar harapan kami agar laporan pada triwulan ini bermanfaat bagi semua pihak dalam memahami kondisi perekonomian Provinsi Papua dan Papua Barat. Jayapura, November 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT Kepala Perwakilan, Hasiholan Siahaan iv iv

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI... V DAFTAR TABEL... IX DAFTAR GRAFIK... XIII RINGKASAN EKSEKUTIF... XIX BAB 1. MAKROEKONOMI REGIONAL PROVINSI PAPUA Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor dan Impor Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan PROVINSI PAPUA BARAT Sisi Permintaan Konsumsi Ekspor Impor Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Industri Pengolahan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor Jasa-jasa Sektor Bangunan v

6 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat BAB 2. PERKEMBANGAN HARGA PROVINSI PAPUA Kondisi Umum Inflasi Provinsi Papua Kondisi Umum Inflasi Kota Jayapura Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi Kota Jayapura Inflasi Provinsi Papua Menurut Kelompok Komoditas Kelompok Bahan Makanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik Kelompok Sandang Kelompok Kesehatan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan PROVINSI PAPUA BARAT Kondisi Umum Inflasi Papua Barat Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Kelompok Bahan Makanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok Sandang Kelompok Kesehatan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN PERKEMBANGAN UMUM PERBANKAN WILAYAH PAPUA PERBANKAN PROVINSI PAPUA Perkembangan Umum Aset Perbankan Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Penyaluran Kredit Perbankan LDR Dan NPL Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua vi vi

7 Triwulan III Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) PERBANKAN PROVINSI PAPUA BARAT Perkembangan Umum Total Aset Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Penyaluran Kredit Perbankan LDR dan NPL Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua Barat Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua Barat Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua Barat Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH KEUANGAN DAERAH PROVINSI PAPUA Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Surplus, Defisit dan Pembiayaan KEUANGAN DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Surplus, Defisit dan Pembiayaan BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT (BI-RTGS) SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA (SKN-BI) PERKEMBANGAN UANG KARTAL BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT vii Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat

8 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua Barat BAB 7 OUTLOOK PEREKONOMIAN DAN INFLASI PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Sisi Permintaan Sisi Penawaran PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI PAPUA BARAT PROSPEK INFLASI Inflasi Provinsi Papua Inflasi Provinsi Papua Barat viii viii

9 DAFTAR TABEL TABEL 1.1. PDRB PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT ATAS DASAR HARGA KONSTAN MENURUT PENGGUNAAN (RP MILIAR)... 2 TABEL 1.2. PDRB PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT MENURUT LAPANGAN USAHA (%)... 2 TABEL 1.3. PERTUMBUHAN EKONOMI (YOY) PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT MENURUT PENGGUNAAN (%)... 3 TABEL 1.4. LAJU PERTUMBUHAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT ATAS DASAR HARGA KONSTAN MENURUT LAPANGAN USAHA (%)... 3 TABEL 1.5. PERKEMBANGAN PENJUALAN HASIL TAMBANG... 8 TABEL 1.6. PERKEMBANGAN PRODUKTIVITAS KOMODITAS PANGAN PAPUA TABEL 1.7. PERKEMBANGAN PRODUKSI PERIKANAN PROVINSI PAPUA TABEL 1.8. PERKEMBANGAN PRODUKSI PERTAMBANGAN PAPUA TABEL 1.9. PERKEMBANGAN ARUS BONGKAR MUAT BARANG DI PELABUHAN PAPUA TABEL PERKEMBANGAN ARUS PENUMPANG KAPAL DI PELABUHAN PAPUA TABEL PERKEMBANGAN NILAI TAMBAH BANK PROVINSI PAPUA TABEL PERTUMBUHAN SISI PERMINTAAN PROVINSI PAPUA BARAT TABEL PERTUMBUHAN SEKTORAL PDRB PROVINSI PAPUA BARAT TABEL PERKEMBANGAN NILAI TAMBAH BANK PROVINSI PAPUA BARAT TABEL 2.2. DISAGREGASI INFLASI KOTA JAYAPURA TABEL 2.3. PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI PAPUA TABEL 3.1. PERKEMBANGAN PERBANKAN WILAYAH PAPUA (MILIAR) TABEL 3.2. PERKEMBANGAN NPL PERSEKTOR TABEL 3.3. PERKEMBANGAN PERBANKAN PROVINSI PAPUA (RP. MILIAR) TABEL 3.4. PERKEMBANGAN DPK PERBANKAN PROVINSI PAPUA (RP. MILIAR) TABEL 3.5. PERKEMBANGAN INDIKATOR KREDIT PERBANKAN PROVINSI PAPUA TABEL 3.7. PERKEMBANGAN PERBANKAN PROVINSI PAPUA BARAT TABEL 3.8. KREDIT PERBANKAN PROVINSI PAPUA BARAT TABEL 3.8. KREDIT PERBANKAN BERDASARKAN SEKTOR EKONOMI TABEL 3.9. PERKEMBANGAN INDIKATOR PERBANKAN PAPUA BARAT TABEL 4.1. KOMPARASI UKURAN FISKAL PEMDA-PEMDA DI PROVINSI PAPUA TABEL 4.2. PERKEMBANGAN APBD PEMPROV PAPUA TAHUN ANGGARAN (DALAM MILIAR RUPIAH) ix

10 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat TABEL 4.3. PERKEMBANGAN TARGET PENDAPATAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI PAPUA (DALAM MILIAR RUPIAH) TABEL 4.4. PERKEMBANGAN STRUKTUR BELANJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI PAPUA (DALAM MILIAR RUPIAH) TABEL 4.5. PERKEMBANGAN REALISASI PENDAPATAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI PAPUA (DALAM MILIAR RUPIAH) TABEL 4.6. PERKEMBANGAN REALISASI BELANJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI PAPUA (DALAM MILIAR RUPIAH) TABEL 4.7. PERKEMBANGAN KESEIMBANGAN FISKAL PEMERINTAH PROVINSI PAPUA (DALAM MILIAR RUPIAH) TABEL 4.8. REALISASI APBD PROVINSI PAPUA TRIWULAN III-2014 (DALAM MILIAR RUPIAH) 59 TABEL 4.9. PERKEMBANGAN TARGET PENDAPATAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT (DALAM MILIAR RUPIAH) TABEL PERKEMBANGAN STRUKTUR BELANJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT (DALAM MILIAR RUPIAH) TABEL REALISASI PENDAPATAN PROVINSI PAPUA BARAT TRIWULAN III-2014 (DALAM MILIAR RUPIAH) TABEL REALISASI PENGELUARAN PROVINSI PAPUA BARAT TRIWULAN III-2014 (DALAM MILIAR RUPIAH) TABEL REALISASI PEMBIAYAAN PROVINSI PAPUA BARAT TRIWULAN III-2014 (DALAM MILIAR RUPIAH) TABEL 5.1. TRANSAKSI RTGS WILAYAH PAPUA TABEL 5.2. TRANSAKSI KLIRING WILAYAH PAPUA TABEL 5.3. PERKEMBANGAN PERKASAN KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT TABEL 6.1. PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS MENURUT KEGIATAN UTAMA TABEL 6.2. PENDAPATAN MENURUT LAPANGAN KERJA TABEL 6.3. PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA FEBRUARI 2012 FEBRUARI 2014 PROVINSI PAPUA TABEL 6.4. PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS MENURUT KEGIATAN UTAMA FEBRUARI 2012 AGUSTUS 2014 PROVINSI PAPUA BARAT TABEL 6.5. PENDUDUK YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN KERJA UTAMA TABEL 6.7. JUMLAH PENDUDUK PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI PAPUA TABEL 6.8. JUMLAH PENDUDUK PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI PAPUA BARAT TABEL 7.1. PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI PAPUA x x

11 Triwulan III 2014 TABEL 7.2. DAFTAR PROYEK INVESTASI YANG SEDANG DILAKUKAN DI PROVINSI PAPUA TABEL 7.3. PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI PAPUA BARAT TABEL 7.4. DAFTAR PROYEK INVESTASI YANG SEDANG DILAKUKAN DI PROVINSI PAPUA BARAT TABEL 7.5. PROYEKSI INFLASI PROVINSI PAPUA TABEL 7.6. PROYEKSI INFLASI PROVINSI PAPUA BARAT xi Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat

12

13 DAFTAR GRAFIK GRAFIK 1.1. SURVEI KONSUMEN... 5 GRAFIK 1.3. KREDIT KONSUMSI BANK UMUM PAPUA... 5 GRAFIK 1.2. KONSUMSI LISTRIK RUMAH TANGGA PAPUA... 5 GRAFIK 1.5. BELANJA PEGAWAI PEMDA PROV. PAPUA... 6 GRAFIK 1.4. JUMLAH KENDARAAN BARU PAPUA... 6 GRAFIK 1.7. JUMLAH PENANAMAN MODAL ASING... 7 GRAFIK 1.6. KREDIT INVESTASI PERBANKAN PAPUA... 7 GRAFIK 1.9. NILAI EKSPOR NON MIGAS PAPUA... 8 GRAFIK 1.8. VOLUME EKSPOR NON MIGAS PAPUA... 8 GRAFIK VOLUME IMPOR NONMIGAS PAPUA... 9 GRAFIK NILAI IMPOR NON MIGAS PAPUA... 9 GRAFIK PDRB SEKTOR PERTANIAN PAPUA GRAFIK NILAI TUKAR PETANI PAPUA GRAFIK TINGKAT HUNIAN HOTEL PAPUA GRAFIK PERKEMBANGAN KREDIT PERDAGANGAN GRAFIK KREDIT KONSUMSI PAPUA BARAT GRAFIK GRAFIK SURVEY KONSUMEN GRAFIK KONSUMSI LISTRIK PAPUA BARAT GRAFIK PERKEMBANGAN NILAI EKSPOR PAPUA BARAT GRAFIK PERKEMBANGAN VOLUME EKSPOR PAPUA BARAT GRAFIK NILAI TUKAR PETANI PAPUA BARAT GRAFIK PDRB SEKTOR PERTANIAN PAPUA BARAT GRAFIK PENGGUNAAN LISTRIK GRAFIK 2.1. PERBANDINGAN INFLASI PAPUA DENGAN INFLASI NASIONAL GRAFIK 2.2. PERKEMBANGAN SURVEI KONSUMEN GRAFIK 2.4. PERBANDINGAN INFLASI PAPUA BARAT DENGAN INFLASI NASIONAL GRAFIK 3.1. PERKEMBANGAN ASET PERBANKAN PROVINSI PAPUA GRAFIK 3.3. PERKEMBANGAN INDIKATOR DANA PIHAK KETIGA PROVINSI PAPUA GRAFIK 3.4. PERKEMBANGAN KREDIT PERBANKAN PROVINSI PAPUA GRAFIK 3.5. PERTUMBUHAN KREDIT SEKTOR UTAMA PROV. PAPUA GRAFIK 3.6. PERKEMBANGAN NPL KREDIT SEKTOR UTAMA PROV. PAPUA GRAFIK 3.8. PERTUMBUHAN KREDIT MKM PROV. PAPUA xiii

14 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat GRAFIK 3.9. PERKEMBANGAN NPL KREDIT MKM PROV. PAPUA GRAFIK PERKEMBANGAN ASET PERBANKAN PAPUA BARAT GRAFIK PERKEMBANGAN DPK PROVINSI PAPUA BARAT GRAFIK PERKEMBANGAN KREDIT PROVINSI PAPUA BARAT GRAFIK PERKEMBANGAN NPL & LDR GRAFIK PERTUMBUHAN KREDIT SEKTOR UTAMA PROV. PAPUA BARAT GRAFIK PERKEMBANGAN NPL KREDIT SEKTOR UTAMA PROV. PAPUA BARAT GRAFIK PERTUMBUHAN KREDIT RT PROV. PAPUA BARAT GRAFIK PERKEMBANGAN NPL KREDIT RT PROV. PAPUA BARAT GRAFIK PERTUMBUHAN KREDIT MKM PROV. PAPUA BARAT GRAFIK PERKEMBANGAN NPL KREDIT MKM PROV. PAPUA BARAT GRAFIK 5.1. NILAI TRANSAKSI RTGS GRAFIK 5.2. PERKEMBANGAN KLIRING WILAYAH PAPUA GRAFIK 5.3. PERKEMBANGAN UANG KARTAL GRAFIK 6.1. PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN PROV. PAPUA GRAFIK 6.2. PERKEMBANGAN UMR PROV. PAPUA GRAFIK 6.4. PERKEMBANGAN UMR PAPUA BARAT GRAFIK 6.3. PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN PAPUA BARAT xiv xiv

15 PDRB DAN INFLASI TABEL INDIKATOR PDRB Papua Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa - jasa TOTAL PDRB PDRB Papua Barat Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa - jasa TOTAL PDRB Kelompok Komoditas 2014 TW III IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan 162,66 4,36 7,12 6,28 7,12 114,19 0,71-5,60-1,06 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 163,91 0,89 8,18 3,28 8,18 116,57 1,48 5,06 2,86 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 131,56 0,18 9,18 1,07 9,18 116,74 0,60 2,84 2,21 Sandang 137,61-0,02 4,07 0,64 4,07 109,38 0,00 3,18 2,36 NA Kesehatan 119,92 0,32 3,80 0,89 3,80 107,63 0,54 1,72 1,23 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 118,39 0,02 3,73 0,02 3,73 107,62 0,70 2,17 2,04 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 135,98 0,41 11,97 0,01 11,97 112,59 0,02 2,89 1,69 Inflasi Prov. Papua 143,68 1,48 8,27 2,52 8,27 114,05 0,62 0,86 1,24 4, Kelompok Komoditas IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan 110,08 1,68 9,53 1,46 9,53 121,83 1,10 10,67 10,76 7,32 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 108,05 0,36 6,06 9,32 6,06 113,00 0,61 4,58 1,24 6,94 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 106,24 0,21 5,34-3,85 5,34 111,11 1,07 4,58 2,81 5,60 Sandang 100,52-0,14-2,41-3,99-2,41 101,13 0,02 0,61 0,20 0,86 Kesehatan 105,78 1,24 4,77 2,92 4,77 108,32 0,23 2,41 0,83 4,82 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 105,29 0,30 1,27 2,36 1,27 107,69 1,07 2,28 1,93 2,77 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 111,07 0,71 11,72-2,42 11,72 111,26-1,29 0,17-0,72 2,47 Inflasi Papua Barat (Inflasi MTM,YOY, QTQ = %) 108,09 0,91 7,28 1,06 7,28 113,93 0,59 5,40 4,27 5, TW III xv

16 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat PERBANKAN xvi xvi

17 Triwulan III 2014 SISTEM PEMBAYARAN Tabel Transaksi Kliring RTGS Tabel Transaksi RTGS I II III IV I II III Growth (YoY) Outflow (from) Nominal (Rp.milliar) 12,831 7,991 9,930 13,739 8,248 7,442 10, % Lembar Warkat 10,342 12,183 11,764 13,586 10,882 10,887 11, % Inflow (to) Nominal (Rp.milliar) 11,545 11,476 14,716 18,411 9,654 11,618 14, % Lembar Warkat 12,090 14,890 15,230 16,698 13,699 14,785 15, % Net Inflow Nominal (Rp.milliar) (1,285) 3,485 4,786 4,671 1,406 4,176 4, % Lembar Warkat 1,749 2,707 3,466 3,112 2,817 3,898 4, % Intra Papua Nominal (Rp.milliar) 996 1,476 3,060 5,199 1,166 1,567 2, % Lembar Warkat 1,574 2,009 2,092 2,197 1,780 1,813 2, % Tabel Perkasan KPwBI Papua & Papua Barat Provinsi Papua Barat Growth I III IV IV I II III IV I II III YOY Kredit Sektoral (Rp miliar) 4,177 4,974 5,397 5,397 5,614 6,195 6,510 6,857 7,352 7,815 8, % Pertanian % Pertambangan % Industri pengolahan % Listrik,Gas dan Air % Konstruksi % Perdagangan 1,298 1,600 1,712 1,712 1,771 2,119 2,128 2,151 2,341 2,456 2, % Pengangkutan % Jasa Dunia Usaha % Jasa Sosial Masyarakat % Lain-lain 2,122 2,191 2,395 2,395 2,549 2,585 2,763 2,944 2,998 3,067 3, % xvii Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat

18 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat xviii xviii

19 RINGKASAN EKSEKUTIF 1. GAMBARAN UMUM Per triwulan III-2014, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan kinerja yang cukup baik. Hal tersebut ditunjukkan oleh pertumbuhan kedua provinsi yang bernilai positif. Ekonomi Papua tumbuh 4,14% (yoy), sementara ekonomi Papua Barat tumbuh sebesar 6,3% (yoy). Meski positif, pertumbuhan kedua provinsi tersebut mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan kinerja triwulan II MAKROEKONOMI Dari lapangan usaha, seluruh sektor ekonomi di Papua dan Papua Barat tumbuh positif, kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Pertumbuhan ekonomi Papua dan Papua Barat ditopang terutama oleh sektor bangunan; sektor pengangkutan dan komunikasi; dan sektor perdagangan, hotel & restoran. Sementara dari sisi permintaan, struktur ekonomi Provinsi Papua dan Papua Barat ditopang terutama oleh sektor konsumsi dan investasi. 3. KEUANGAN DAERAH Realisasi Pendapatan didalam APBD Provinsi Papua pada triwulan III-2014tercatat sebesar Rp8,01 triliun atau setara 76% dari target anggaran tahun ini. Kondisi tersebut sama dengan kondisi di kuartal yang sama tahun sebelumnya (76,5%). Sisi pendapatan APBD sebagian besar ditopang oleh tingginya Pendapatan Asli Daerah berupa Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah dan Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Dari sisi belanja, realisasi Pemda Provinsi Papua sampai dengan triwulan III-2014 mencapai Rp5,72 triliun atau setara 51,1 % total tahun berjalan. Secara nominal, realisasi tersebut meningkat dibanding triwulan III Meningkatnya realisasi anggaran belanja Pemda Papua terutama didorong dari sisi peningkatan belanja Bagi Hasil Pada Pemda, Bantuan Keuangan bagi Pemda Lain serta Belanja Barang dan Jasa. xix

20 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat 4. INFLASI Sampai dengan triwulan III-2014, inflasi Provinsi Papua 1 tercatat 4,51% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 0,59% (yoy). Angka tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan seiring dengan harga yang tidak stabil terutama dari komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, laju inflasi Provinsi Papua tercatat sedikit lebih rendah, yang mana inflasi nasional pada triwulan III-2014 tercatat sebesar 4,53% (yoy). Hal sebaliknya terjadi di Provinsi Papua Barat. Inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat 2 tercatat 5,322% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional. 5. PERBANKAN Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada triwulan III-2014 menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan. Fungsi intermediasi perbankan mengalami peningkatan yang tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh sebesar 19,37% (yoy). Sementara di sisi aktiva, kredit perbankan juga tumbuh signifikan sebesar 15,96% (yoy). Hal ini mendorong meningkatnya loan to deposit ratio (LDR) perbankan menjadi sebesar 57,07% (yoy) pada triwulan III-2014 dari 58,75% (yoy) pada triwulan III Namun demikian, LDR tersebut masih jauh di bawah batas aman tingkat LDR perbankan yang berada di angka 80%. Dari sisi kualitas penyaluran kredit, hampir seluruh sektor usaha di Papua berada pada level yang relatif aman dengan pencapaian Non Performing Loan (NPL) kecuali sektor industri pengolahan serta sektor angkutan & komunikasi menjadi sektor yang cukup dengan NPL masingmasing mencapai 21,92% dan 12,18% Sementara itu, di Provinsi Papua Barat, seluruh sektor masih berada pada level yang cukup aman. dengan 1 Perhitungan inflasi Provinsi Papua dilakukan dengan menggunakan pendekatan rata-rata tertimbang (weighted average) inflasi Kota Jayapura dan Kabupaten Merauke berdasarkan bobot masing-masing dalam Indeks Harga Konsumen yang dirilis oleh BPS. 2 Perhitungan inflasi Provinsi Papua Barat dilakukan dengan menggunakan pendekatan ratarata tertimbang (weighted average) inflasi Kab. Manokwari dan dan Kota Sorong berdasarkan bobot masing-masing dalam Indeks Harga Konsumen yang dirilis oleh BPS. xx xx

21 Triwulan III 2014 pencapaian Non Performing Loan (NPL) di bawah 5%. Hanya sektor industri pengolahan yang memiliki NPL tinggi (8,47%). 6. SISTEM PEMBAYARAN Pada triwulan III-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI- RTGS di Wilayah Papua mencapai nilai Rp 10,11 trilliun atau naik sebesar 1,77% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Tingginya nilai transaksi yang keluar dari wilayah Papua ke wilayah lain disebabkan oleh masih besarnya ketergantungan wilayah Papua terhadap daerah lain dalam pemenuhan kebutuhan barang dan jasa. Di sisi lain, jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua atau transaksi masuk (inflow) mencapai Rp 14,25 triliun. Angka tersebut menurun sebesar -3,19% (yoy) dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Meningkatnya jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua melalui RTGS terjadi sejalan dengan pengalokasian berbagai dana perimbangan dari pusat. Tren historis menunjukkan bahwa dana masuk tersebut sebagian besar baru dibelanjakan secara maksimal pada semester kedua. Adapun nilai transaksi keuangan antarbank melalui BI-RTGS di wilayah Papua selama periode triwulan III-2014 tercatat sebesar Rp 2,51 triliun atau turun cukup signifikan sebesar -18,00% (yoy) dibandingkan dengan tahun lalu. 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI Sepanjang 2014 perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang positif di kisaran 4,85%±0,5% (yoy), angka tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan 2013 sebesar 14,83% (yoy). Adapun pada triwulan IV pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,80% (yoy). Sementara itu, untuk perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan juga akan mengalami pertumbuhan tahunan yang positif di rentang 6,16%±0,5% (yoy). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan 2013 (9,29%, yoy). Adapun pada triwulan IV-2014 perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan akan tumbuh sebesar 8,50% (yoy). Di triwulan IV-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua diperkirakan berada di rentang 4,45 ± 1% (yoy). Inflasi di Provinsi Papua pada triwulan xxi Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat

22 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat mendatang diproyeksikan relatif lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Relatif stabilnya tingkat inflasi pada triwulan yang akan datang disebabkan oleh beberapa komoditas pertanian diprediksi akan mengalami panen raya, terjaganya kelancaran distribusi barang dari beberapa daerah pemasok. Selanjutnya, inflasi tahunan Provinsi Papua Barat pada triwulan IV-2014 diperkirakan berada level 5,50 ± 1% (yoy). Inflasi di Provinsi Papua Barat pada triwulan mendatang dinilai cukup moderat seiring tingginya potensi kenaikan harga dari beberapa komoditas bahan makanan di wilayah tersebut. xxii xxii

23 BAB 1. MAKROEKONOMI REGIONAL Pada triwulan III-2014, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan pertumbuhan kinerja yang cukup baik dengan besaran pertumbuhan yang cukup signifikan. Rilis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan bahwa perekonomian Papua tumbuh sebesar 4,14% (yoy) sementara perekonomian Provinsi Papua Barat tumbuh sebesar 6,39% (yoy). Dari sisi permintaan, struktur ekonomi Papua dan Papua Barat terutama ditopang oleh sektor konsumsi dan investasi. Dari sisi penawaran, ekonomi Papua terutama didorong oleh pertumbuhan pada sektor jasajasa; sektor pertanian; dan sektor angkutan dan transportasi. Sementara itu, perekonomian Papua Barat ditopang oleh sektor industri pengolahan; sektor bangunan; dan sektor jasa-jasa. Sampai dengan triwulan III-2014, perekonomian Provinsi Papua dan Papua Barat masih menunjukan kinerja yang cukup baik. Meskipun pada 2014 aturan mengenai pelarangan ekspor mineral mentah sudah diterapkan, perekonomian Provinsi Papua masih mampu tumbuh positif. Sektor pertambangan Papua yang pada periode yang lalu diprediksi akan mengalami penurunan kinerja yang signifikan, pada triwulan laporan justru mencatatkan kinerja yang positif (qtq), meskipun dengan pertumbuhan yang sangat terbatas. Sementara itu, perekonomian Provinsi Papua Barat mengalami pertumbuhan yang signifikan dibandingkan dengan triwulan yang sama pada 2013 pasca diselesaikannya sejumlah isu dan permasalahan pada sektor industri pengolahan. Untuk perekonomian Papua Barat, triwulan ini kembali mengandalkan sektor industri pengolahan pasca disepakatinya beberapa kontrak penjualan yang baru ke salah satu konsumen utama. 1

24 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Tabel 1.1. PDRB Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Atas Dasar Harga Konstan Menurut Penggunaan (Rp miliar) PDRB Papua Konsumsi Konsumsi RT & Nirlaba Konsumsi Pemerintah PMTB Perubahan Stok Ekspor Impor PDRB PDRB Papua Barat Konsumsi Konsumsi RT & Nirlaba Konsumsi Pemerintah PMTB Perubahan Stok Ekspor Impor PDRB Sumber : BPS Provinsi Papua dan BPS Provinsi Papua Barat Tabel 1.2. PDRB Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Menurut Lapangan Usaha (%) PDRB Papua Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa - jasa TOTAL PDRB PDRB Papua Barat Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa - jasa TOTAL PDRB Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua dan Papua Barat 2 2

25 Triwulan III 2014 Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Menurut Penggunaan (%) Growth PDRB Papua Konsumsi 7.35% 8.14% 7.49% 5.53% 6.68% 6.12% 6.10% 6.97% 7.87% 7.84% 8.04% Konsumsi Rumah Tangga 7.14% 6.95% 6.98% 7.12% 6.81% 6.82% 6.89% 7.02% 7.72% 7.79% 7.86% Konsumsi Pemerintah 8.15% 12.58% 9.29% 0.60% 6.18% 3.61% 3.39% 6.83% 8.42% 8.02% 8.71% PMTB 7.24% 9.42% 8.42% 3.56% 7.47% 7.55% 7.23% 5.20% 7.07% 7.18% 7.27% Perubahan Stok 37.37% 5.60% % 67.80% 82.95% 11.65% 81.19% % % % 37.25% Ekspor % % % % 91.27% 0.09% 60.24% 94.94% % 1.42% 68.71% Dikurangi Impor % -4.98% -7.47% 6.80% 1.05% 10.23% 0.35% 0.57% 47.82% 21.78% 42.58% PDRB % -3.26% 1.34% 18.91% 16.22% -0.05% 18.01% 23.90% 0.04% 8.19% 4.14% Growth PDRB Papua Barat Konsumsi 6.46% 7.51% 7.14% 9.33% 8.83% 7.95% 9.72% 9.90% 10.83% 9.62% 8.15% Konsumsi Rumah Tangga 7.02% 7.74% 7.59% 10.47% 8.69% 8.52% 8.65% 7.11% 9.21% 9.05% 8.65% Konsumsi Pemerintah 4.50% 6.74% 5.68% 5.72% 9.34% 6.10% 13.21% 19.15% 16.66% 11.53% 6.60% PMTB 11.68% 14.71% 14.94% 15.97% 16.44% 18.24% 17.82% 18.60% 18.09% 14.79% 12.66% Perubahan Stok % % % % % % % % 91.47% % % Ekspor 80.74% 52.23% 2.61% % 22.03% 22.99% 28.81% 47.84% 1.49% -5.14% 0.08% Dikurangi Impor 82.48% 77.04% 68.08% 61.40% 8.30% 11.24% 10.97% 16.82% 11.21% 6.77% 10.24% PDRB 35.79% 23.79% 3.65% 5.23% 9.54% 3.47% 8.52% 15.74% 1.79% 7.87% 6.39% Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua dan Papua Barat Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan Tahunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (%) Growth PDRB Papua Pertanian 0.28% 3.95% 6.24% 5.51% 5.0% 6.8% 5.3% 10.0% 8.8% 5.7% 3.3% Pertambangan & Penggalian % % % 54.67% 31.8% -24.6% 43.0% 64.2% -26.0% 2.0% -1.3% Industri Pengolahan -0.64% 6.29% 3.31% 0.48% -1.8% 0.9% 5.2% 4.9% 13.3% 11.6% 6.7% Listrik,Gas & Air Bersih 6.05% 7.25% 7.49% 7.18% 6.6% 8.1% 9.3% 8.4% 10.4% 7.2% 5.5% Bangunan 19.00% 19.86% 16.43% 16.04% 7.3% 9.8% 1.5% -1.1% 11.1% 7.4% 10.0% Perdagangan, Hotel & Restoran 8.11% 8.44% 10.92% 13.58% 13.7% 11.8% 8.7% 7.4% 9.7% 10.6% 9.8% Angkutan & Komunikasi 9.05% 9.63% 10.41% 9.10% 9.6% 9.1% 7.6% 8.3% 12.8% 11.2% 10.4% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 19.98% 1.76% 7.14% 1.61% 17.4% 12.3% 14.9% 23.1% 17.8% 14.8% 1.7% Jasa - jasa 11.14% 8.80% 5.30% 8.09% 19.8% 15.1% 16.0% 10.4% 15.7% 14.9% 7.2% TOTAL PDRB % -3.26% 1.34% 18.94% 16.2% -0.1% 18.0% 23.9% 0.0% 8.2% 4.1% Growth PDRB Papua Barat Pertanian 0.55% 2.20% 0.06% 3.09% 2.41% 3.78% 5.84% 2.12% 0.97% 1.36% 0.55% Pertambangan & Penggalian 14.96% 7.69% 1.10% -0.83% -3.88% -0.93% 2.84% 2.99% 1.78% 2.25% -5.45% Industri Pengolahan 89.85% 52.04% 2.30% 1.46% 13.41% -0.79% 9.58% 28.23% -2.42% 10.23% 8.28% Listrik,Gas & Air Bersih 10.08% 8.25% 7.63% 9.34% 8.67% 9.65% 9.45% 8.33% 8.33% 8.65% 8.68% Bangunan 10.58% 10.39% 11.99% 15.99% 12.03% 11.51% 11.31% 10.73% 15.75% 14.45% 13.21% Perdagangan, Hotel & Restoran 8.77% 8.02% 9.81% 12.96% 12.51% 12.78% 11.11% 10.75% 9.39% 9.11% 8.86% Angkutan & Komunikasi 13.13% 11.08% 10.21% 11.93% 10.27% 11.12% 10.65% 8.91% 9.30% 9.29% 9.27% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9.12% 11.05% 1.03% 3.46% 10.91% 13.20% 9.57% 14.84% 1.32% -3.20% -5.46% Jasa - jasa 12.90% 10.11% 8.39% 16.19% 10.71% 10.94% 7.43% 6.19% 5.75% 7.50% 9.76% TOTAL PDRB 35.83% 24.63% 3.87% 5.23% 9.54% 3.47% 8.52% 15.74% 1.79% 7.87% 6.39% Sumber: BPS Provinsi Papua dan Papua Barat Diolah Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 3

26 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat 1.1 Provinsi Papua Sisi Permintaan Pada triwulan III-2014, perekonomian Provinsi Papua tumbuh sebesar 4,14 % (yoy) atau lebih rendah dari triwulan II-2014 yang tercatat sebesar 8,19% (yoy). Dari sisi permintaan, kinerja ekonomi Papua ditopang oleh komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) dan komponen ekspor yang pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan paling tinggi dibandingkan komponen lainnya. Meningkatnya kinerja komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) yang cukup tinggi terjadi seiring meningkatnya belanja yang dilakukan oleh sektor Rumah Tangga dan Pemerintah Daerah. Selain itu, kinerja ekspor juga mengalami pertumbuhan yang cukup baik sejalan dengan peluang dari diterbitkannya Surat Persetujuan Ekspor (SPE) mineral olahan bagi industri pertambangan terbesar di Provinsi Papua. Searah dengan hasil survei oleh Bank Indonesia, ekpektasi masyarakat dalam beberapa waktu ke depan diprediksi akan tetap tinggi. Hal tersebut akan mendorong kinerja ekonomi di Provinsi Papua untuk tetap tumbuh positif Konsumsi Pada triwulan III-2014, komponen konsumsi tumbuh mencapai 8,04% (yoy) atau sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2014 yang tercatat sebesar 7,84% (yoy). Masih tingginya pertumbuhan konsumsi pada triwulan laporan didorong oleh peningkatan ekspor di Provinsi Papua. Pertumbuhan konsumsi juga konsisten dengan hasil survei konsumen di Kota Jayapura yang menunjukkan kecenderungan peningkatan konsumsi sebagai akibat adanya kenaikan indeks pembelian durable good dengan nilai 121,1 di triwulan III Indeks tersebut sedikit meningkat dibandingkan indeks pada triwulan II-2014 yang sebesar 103,3. Sementara itu, Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) secara keseluruhan sebesar 127,8 atau lebih tinggi di atas level optimistis dibandingkan triwulan II-2014 yang sebesar 114,1. 4 4

27 Triwulan III 2014 Grafik 1.1. Survei Konsumen Sumber: KPwBI Papua dan Papua Barat Peningkatan komponen konsumsi juga ditunjukkan oleh perkembangan konsumsi listrik rumah tangga yang tumbuh 12,22% (yoy) pada triwulan III Tingginya aktivitas konsumsi tersebut sejalan dengan tingginya pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan yang pada periode laporan tumbuh sebesar 6,31% (yoy). Pada triwulan III-2014, peningkatan konsumsi masyarakat juga dicerminkan oleh peningkatan jumlah kendaraan baru yang didaftarkan yang tercatat mengalami peningkatan sebesar 15,08 % (yoy). Grafik 1.2. Konsumsi Listrik Rumah Tangga Papua Grafik 1.3. Kredit Konsumsi Bank Umum Papua Sumber: PLN Wilayah Papua, diolah Sumber: KPwBI Provinsi Papua dan Papua Barat Sementara itu, konsumsi Pemerintah sampai dengan triwulan III-2014 juga mengalami pertumbuhan sebesar 8,71% (yoy). Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II-2014 sebesar 8,02% (yoy). Andil Pemda dalam peningkatan konsumsi juga merupakan konsekuensi dari tingginya peningkatan realisasi belanja pegawai pemda yang pada triwulan laporan mencapai nilai Rp467,39 miliar. Besaran tersebut mengambil porsi yang cukup besar dalam anggaran. Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 5

28 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Secara tahunan, konsumsi nirlaba tumbuh 7,86% (yoy). Komponen konsumsi nirlaba merupakan komponen yang juga memberikan sumbangan dalam pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan. Kebijakan pengupahan baru pada tahun 2014 (UMR 2014) menjadi suatu faktor pendorong tumbuhnya komponen konsumsi masyarakat pada triwulan laporan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya indeks penghasilan triwulan III-2014 yaitu sebesar 148,3, meningkat dibandingkan triwulan II-2014, 123,2. Grafik 1.4. Jumlah Kendaraan Baru Papua Grafik 1.5. Belanja Pegawai Pemda Prov. Papua Sumber:Dispenda Prov. Papua, diolah Sumber: BKAD Prov. Papua, diolah Investasi Investasi (PMTB) pada triwulan III-2014 menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, yaitu 7,27% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,18% (yoy). Pertumbuhan investasi tidak terlepas dari masih besarnya peluang bisnis di Papua. Hal itu mendorong peningkatan minat investor untuk melakukan ekspansi bisnis seperti yang ditunjukkan oleh kenaikan penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan investasi. Pada triwulan III- 2014, realisasi kredit investasi tercatat sebesar Rp2,26 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 4,64% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Tingginya minat investasi mencerminkan adanya peningkatan peran investasi swasta dalam mendorong pengembangan ekonomi di Papua. Selain faktor pembiayaan perbankan, pertumbuhan investasi di triwulan III-2014 juga didorong oleh meningkatnya jumlah investasi asing yang masuk (foreign direct investment) ke Provinsi Papua. FDI naik sebesar 19,19% (yoy) pada triwulan ini. 6 6

29 Triwulan III 2014 Grafik 1.6. Kredit Investasi Perbankan Papua Grafik 1.7. Jumlah Penanaman Modal Asing Sumber: KPwBI Papua dan Papua Barat Sumber:BKAD Provinsi Papua Ekspor dan Impor Ekspor Provinsi Papua pada triwulan III-2014 mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu 68,71% (yoy). Hal ini diikuti pula oleh peningkatan impor sebesar 42,58% (yoy). Peningkatan ekspor Provinsi Papua pada periode berjalan disebabkan oleh meningkatnya kegiatan ekspor antardaerah. Di sisi lain kegiatan ekspor ke luar negeri dari Provinsi Papua masih rendah. Meningkatnya kegiatan ekspor antardaerah terjadi sebagai akibat langsung dari penerapan UU Minerba yang mengakibatkan perusahaan tambang di Provinsi Papua tidak dapat secara langsung mengekpor bahan tambangnya ke luar negeri namun harus melalui kegiatan pengolahan yang berada di luar wilayah Papua. Pada triwulan III-2014, berdasarkan data bea cukai, nilai ekspor nonmigas Provinsi Papua ke luar negeri (LN) tercatat sebesar US$766,15 juta atau mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 10,06% (yoy), sementara secara volume tercatat sebesar 301,08 ribu ton atau mengalami penurunan sebesar -19,31% (yoy). Penerapan ketentuan UU Minerba sangat berdampak terhadap kinerja ekspor Papua ke LN mengingat 90% dari ekspor Provinsi Papua LN merupakan ekspor bahan tembang mentah. Tren pertumbuhan ekspor Papua secara historikal memiliki hubungan yang searah dengan pertumbuhan penjualan perusahaan pertambangan yang terdapat di Papua baik untuk komoditas tembaga maupun emas yang pada triwulan III-2014 mengalami peningkatan yang cukup signifikan masingmasing sebesar 8,86% (yoy) dan 81,65% (yoy). Perbaikan kinerja ekspor ini Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 7

30 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat didukung oleh telah diterbitkannya Surat Persetujuan Ekspor (SPE) mineral olahan bagi industri tambang terbesar di Provinsi Papua. Grafik 1.8. Volume Ekspor Non Migas Papua Grafik 1.9. Nilai Ekspor Non Migas Papua Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Tabel 1.5. Perkembangan Penjualan Hasil Tambang Jenis Komoditas I II III IV I II III IV I II III Penjualan Konsentrat Tembaga (Juta Pounds) Pertumbuhan Tahunan Penjualan Tembaga (%) % % 21.54% 43.14% % % 8.86% Penjualan Konsentrat Emas (Ribu Ons) Pertumbuhan Tahunan Penjualan Emas (%) % % 56.18% % % % 81.65% Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Volume dan Nilai impor nonmigas Papua juga mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan ini masing-masing sebesar 24,47% (yoy) dan 107,71% (yoy). Peningkatan kinerja impor dinilai merupakan suatu hal yang perlu diwaspadai karena menandakan bahwa kebutuhan barang dan jasa tidak dapat dipenuhi oleh sumber dalam negeri. Ke depannya, hal tersebut dikhawatirkan dapat memperbesar defisit neraca perdagangan nasional. 8 8

31 Triwulan III 2014 Grafik Volume Impor Nonmigas Papua Grafik Nilai Impor Non Migas Papua Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sisi Penawaran Pada triwulan III-2014, hampir seluruh sektor ekonomi di Provinsi Papua tumbuh positif kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor angkutan dan komunikasi, yaitu 10,42% (yoy). Sementara pertumbuhan terendah dialami sektor pertambangan dan penggalian yang turun -1,34% (yoy). Adapun pertumbuhan tahunan untuk sektor-sektor lainnya adalah sebagai berikut: sektor pertanian 3,3% (yoy); sektor bangunan 10,02% (yoy); sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 1,74% (yoy); sektor industri pengolahan 6,74% (yoy), sektor perdagangan, hotel, dan restoran 9,8% (yoy); sektor pengangkutan dan komunikasi 12,04% (yoy); sektor listrik dan air bersih 5,52% (yoy), dan sektor jasa 7,2% (yoy) Sektor Pertanian Sektor pertanian pada periode triwulan III-2014 tumbuh 3,3% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,7% (yoy). Hal tersebut disebabkan produksi dan produktivitas beberapa komoditas tanaman pangan yang sudah melewati periode panen raya. Akibatnya, pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan ini menjadi lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Perkembangan produktivitas tanaman pangan juga menunjukkan pertumbuhan produksi ubi jalar dan jagung yang melambat jika dibandingkan produksi Pertumbuhan pada sektor pertanian itu sejalan dengan tren kenaikan ARAM (Angka Ramalan) Pertanian yang dirilis oleh BPS, yang mana tingkat produksi padi Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 9

32 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat sawah, ubi jalar dan jagung sepanjang 2014 diprediksi akan meningkat. Peningkatan tahunannya bervariasi antara 2-23%. Tabel 1.6. Perkembangan Produktivitas Komoditas Pangan Papua Padi Sawah dan Growth (%) Ladang Produksi (Ton) ,57 23,01 Luas Panen (Ha) ,95 10,67 Produktivitas (Ton/Ha) ,85 3,94 3,72 4,13 4,17-5,81 11,15 Ubi Jalar Growth (%) Produksi ,51 2,51 Luas Panen (Ha) ,32-1,60 Produktivitas (Ton/Ha) ,07 10,13 10,43 13,09 13,64 25,44 4,18 Jagung Growth (%) Produksi ,03 4,81 Luas Panen (Ha) ,42 4,73 Produktivitas (Ton/Ha) ,75 1,80 1,80 2,34 2,34 30,09 0,08 Sumber : BPS Provinsi Papua, diolah Subsektor perikanan sebaliknya menunjukkan peningkatan pertumbuhan. Pada triwulan III-2014, subsektor perikanan mengalami peningkatan volume produksi terutama pada jenis komoditas perikanan tangkap yang tumbuh 3,04% (yoy). Sementara itu, hasil budidaya menunjukkan penurunan sebesar -100%. Turunnya produksi perikanan yang dihasilkan melalui budidaya terjadi seiring belum adanya produksi dari beberapa sentra perikanan utama di Jayapura. Secara kuantitas, sepanjang triwulan III-2014 total volume hasil produksi perikanan tercatat sebanyak ton atau tumbuh sebesar 1,01% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Seperti pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan sektor pertanian di Papua justru berkorelasi negatif dengan perkembangan nilai NTP Papua yang turun -2,28% (yoy) dari pencapaian pada triwulan II Sebelumnya NTP triwulan II-2014 adalah 97,54. Pada triwulan III-2014 NTP-nya turun lagi menjadi 97,08. Angka NTP di bawah 100 menunjukkan biaya yang dikeluarkan oleh petani lebih besar dari keuntungan yang diterima. Hal ini menunjukkan, walaupun sektor pertanian di Prov. Papua mengalami pertumbuhan, namun secara ironis kesejahteraan petani justru menurun

33 Triwulan III 2014 No 1 URAIAN Tabel 1.7. Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 LAUT Produksi (Ton) 67,343 71,710 69,363 70,710 73,185 67,193 71,188 73, ,352 Pertumbuhan Tahunan (%) PERAIRAN UMUM (axis kanan) Produksi (Ton) 2,616 2,344 2,694 2,414 1,888 1,980 1,963 1, Pertumbuhan Tahunan (%) BUDIDAYA (axis kanan) Produksi (Ton) 1,640 1,558 1,689 1,605 1,740 1,685 1,422 2, Pertumbuhan Tahunan (%) TOTAL PRODUKSI (Ton) 71,599 75,612 73,747 74,729 76,813 70,859 74,573 77,656 70,936 71,319 75,330 PERTUMBUHAN TAHUNAN (%) Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua, Grafik Nilai Tukar Petani Papua Grafik PDRB Sektor Pertanian Papua Sumber: BPS Provinsi Papua Sumber: BPS Provinsi Papua Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan III-2014 mengalami penurunan pertumbuhan sebesar -1,34% (yoy) atau berbalik arah dari triwulan II-2014 yang tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 2% (yoy). Penurunan ini lebih disebabkan penyesuaian setelah diterapkannya pelonggaran ekspor mineral sebagai mandat dari UU Minerba sehingga menyebabkan kondisi kebijakan yang berbeda dengan tahun sebelumnya. Perbaikan produksi terjadi setelah diterapkannya penangguhan UU minerba, dapat dilihat dari angka produksi hasil pertambangan Papua pada triwulan III-2014 sebenarnya dapat dilihat bahwa jumlah produksi tembaga dan emas mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 11

34 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Tabel 1.8. Perkembangan Produksi Pertambangan Papua Jenis Komoditas I II III IV I II III IV I II III Produksi Konsentrat Tembaga (Juta Pounds) Pertumbuhan Tahunan Produksi Tembaga (%) % % % % 78.05% % 27.14% 52.00% % % % Konsentrat Emas (Ribu Ons) Pertumbuhan Tahunan Produksi Emas (%) % % % 49.32% -7.42% % 63.19% % -1.89% 8.40% 43.43% Masih dicapainya kinerja yang positif pada sektor pertambangan disinyalir juga terjadi seiring adanya peningkatan produksi komoditas emas serta adanya basis perhitungan angka pertumbuhan yang lebih rendah (low base effect) akibat adanya penurunan produksi hasil tambang yang cukup signifikan pada triwulan II-2014, menyebabkan angka produksi tambang pada triwulan III-2014 cukup besar Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan III tumbuh 9,8% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2014 yang tumbuh sebesar 10,6%(yoy). Pertumbuhan sektor PHR pada triwulan laporan juga sejalan dengan peningkatan occupancy rate hotel di Provinsi Papua yang mencapai 78% atau lebih tinggi dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang sebesar 77%. Banyaknya acara dan perhelatan yang dilakukan oleh Pemda sebelum triwulan akhir menjadi salah satu pendorong meningkatnya tingkat hunian hotel di Provinsi Papua. Pertumbuhan sektor perdagangan pada triwulan III-2014 juga konsisten dengan pertumbuhan penyaluran kredit perdagangan oleh perbankan di Provinsi Papua yang meningkat sebesar 9% (yoy). Dari sisi arus bongkar muat barang di pelabuhan utama Papua, sepanjang periode triwulan III-2014 mengalami peningkatan sebesar 6,83% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tabel 1.9. Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Papua Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Sumber: PT Pelindo Papua I II III IV I II III IV I II III Volume Bongkar Muat 284, , , , , , , , , , ,547 Pertumbuhan Tahunan Arus Barang (%) 13.64% 1.65% 2.06% % % -2.28% 2.09% 5.55% 1.16% -5.35% 6.83% 12 12

35 Triwulan III 2014 Grafik Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik Tingkat Hunian Hotel Papua Sumber: KPwBI Papua dan Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III-2014 tumbuh 10,42% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2014 yang mencapai 11,2% (yoy). Pertumbuhan pada sektor ini didorong oleh peningkatan kinerja pada subsektor angkutan laut, angkutan udara, komunikasi, serta subsektor angkutan jalan raya yang tumbuh lebih tinggi pada periode triwulan laporan dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Tabel Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua Indikator Perkembangan Arus Penumpang (orang) I II III IV I II III IV I II III 47,419 65,378 67,298 65,012 47,883 50,309 67,545 68,633 57,846 43, Pertumbuhan Tahunan (%) % 34.29% % 16.89% 0.98% % 0.37% 5.57% 20.81% % 1.53% Sumber: PT. Pelindo IV Wilayah Papua Sesuai kondisi geografis, sarana transportasi laut dan angkutan udara memegang peranan penting dalam menunjang mobilitas arus distribusi barang maupun orang. Kinerja sektor ini mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat dari jumlah penumpang Kapal Laut yang pada kuartal ini meningkat sebesar 1,53% (yoy) dari periode yang sama tahun lalu. Selain itu, khusus untuk subsektor telekomunikasi diperkirakan dalam beberapa waktu ke depan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan investasi berupa pemasangan jaringan fiber optik di seluruh wilayah Papua. Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 13

36 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Sektor Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan III-2014 tumbuh 1,74% (yoy) atau jauh lebih rendah dibandingkan triwulan II-2014 yang mencapai 14,81% (yoy). Salah satu parameter pertumbuhan sektor ini tercermin dari nilai tambah bank pada triwulan III yang turun sebesar -0,91% (yoy) atau merosot dibandingkan dengan triwulan II-2014 yang mencapai 19,14% (yoy). Kinerja sektor keuangan diperkirakan akan mengalami perlambatan seiring dengan kebijakan Bank Indonesia untuk menahan ekspansi penyaluran kredit pada 2014 dari 25-30% pada tahun sebelumnya menjadi hanya sebesar 15-20% pada tahun Tabel Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua KOMPONEN Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III A. PENDEKATAN PENDAPATAN 1. Biaya Tenaga Kerja 91, , , , , , , , , , , Surplus 198, , , , , , , , , , , Pajak Tak Langsung Neto Penyusutan 8,414 9,858 10,174 10,853 8,822 11,199 10,422 14,817 14,301 14,692 14,899 PRODUK BRUTO / NILAI TAMBAH BRUTO 298, , , , , , , , , , ,020 B. PENDEKATAN PRODUKSI 1. Hasil imputasi jasa 344, , , , , , , , , , , Penerimaan neto dari transaksi devisa (295) (467) (382) (156) (72) (275) (4,777) (1,191) 2,238 (1,146) (808) 3. Provisi dan komisi 40,722 43,771 47,035 50,932 48,926 54,043 55,951 59,375 55,620 61,993 64, Pendapatan operasional lainnya 12,322 53,773 14,138 14,381 10,960 13,581 10,957 13,307 11,224 11,564 6,698 GROSS OUTPUT 397, , , , , , , , , , , Biaya-biaya antara 98, , , , , , , , , , ,339 NILAI TAMBAH BRUTO / PRODUK BRUTO 298, , , , , , , , , , ,020 Pertumbuhan (%) -4.51% 13.19% 11.29% 10.22% 24.86% 15.65% 20.08% 35.19% 25.63% 19.14% -0.91% Sumber: Bank Indonesia 14 14

37 Triwulan III Provinsi Papua Barat Sisi Permintaan Pada triwulan III-2014, ekonomi Papua Barat tumbuh sebesar 6,39% (yoy) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,87% (yoy). Dari sisi penggunaan, kinerja ekonomi Papua Barat ditopang oleh komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) dan investasi (pembentukan modal tetap bruto) yang tumbuh cukup baik. Tingginya pencapaian kinerja komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) yang cukup signifikan terjadi seiring tingginya realisasi belanja Pemda paruh awal semester kedua Di samping itu, kinerja investasi (pembentukan modal tetap bruto) juga mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan seiring besarnya dana perimbangan yang disalurkan oleh Pemerintah Pusat yang dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur di daerah. Pasca dicapainya kesepakatan atas renegosiasi harga jual gas kepada salah satu konsumennya di Fujian (China) meningkatkan kinerja sektor industri pengolahan Papua Barat secara cukup signifikan. Adanya kemungkinan renegosiasi di masa mendatang juga menjadi salah satu faktor mendorong meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Provinsi Papua Barat. Selain itu, maraknya kegiatan investasi di sektor ini di Provinsi Papua Barat juga turut mendorong kinerja sektor industri pengolahan pada periode berjalan. Tabel Pertumbuhan Sisi Permintaan Provinsi Papua Barat Growth PDRB Papua Barat Konsumsi 6.46% 7.51% 7.14% 9.33% 8.83% 7.95% 9.72% 9.90% 10.83% 9.62% 8.15% Konsumsi Rumah Tangga 7.02% 7.74% 7.59% 10.47% 8.69% 8.52% 8.65% 7.11% 9.21% 9.05% 8.65% Konsumsi Pemerintah 4.50% 6.74% 5.68% 5.72% 9.34% 6.10% 13.21% 19.15% 16.66% 11.53% 6.60% PMTB 11.68% 14.71% 14.94% 15.97% 16.44% 18.24% 17.82% 18.60% 18.09% 14.79% 12.66% Perubahan Stok % % % % % % % % 91.47% % % Ekspor 80.74% 52.23% 2.61% % 22.03% 22.99% 28.81% 47.84% 1.49% -5.14% 0.08% Dikurangi Impor 82.48% 77.04% 68.08% 61.40% 8.30% 11.24% 10.97% 16.82% 11.21% 6.77% 10.24% PDRB 35.79% 23.79% 3.65% 5.23% 9.54% 3.47% 8.52% 15.74% 1.79% 7.87% 6.39% Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Konsumsi Konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 8,15% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat 8,15% (yoy). Masih positifnya pertumbuhan Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 15

38 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat kinerja konsumsi pada triwulan laporan secara tidak langsung mencerminkan bahwa daya beli masyarakat di Papua Barat masih tergolong cukup tinggi. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia di Kota Manokwari yang masih menunjukkan optimisme. Seluruh indikator survei masih berada diatas angka 100 (Grafik 16). Pada triwulan III-2014, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tercatat sebesar 133,7 atau sedikit menurun dari periode sebelumya yang tercatat sebesar 125, indikator tersebut searah dengan pencapaian PDRB komponen konsumsi dimana pada triwulan III-2014 mengalami sedikit perlambatan kinerja. Adapun masih dicapainya angka hasil survei yang berada pada nilai diatas 100 menandakan bahwa konsumen masih tetap optimis terhadap kondisi ekonomi yang secara tidak langsung terefleksi dari meningkatnya pendapatan dan konsumsi pada triwulan laporan. Komponen konsumsi masyarakat menyumbangkan 3,25% (yoy) dari total 6,39% (yoy) pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada triwulan III Kontribusi konsumsi masyarakat merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan komponen lainnya. Pertumbuhan komponen konsumsi ini sejalan dengan peningkatan kredit konsumtif seperti: pembelian kendaraan, rumah maupun barang lainnya. Pada triwulan III- 2014, realisasi kredit konsumsi tercatat sebesar Rp 3,1 trilliun atau tumbuh sebesar 12,63% (yoy). Selain itu, peningkatan konsumsi masyarakat juga tercermin dari meningkatnya konsumsi listrik rumah tangga yang secara tahunan naik sebesar 16,29% (yoy) atau mencapai 504,21 juta Kwh. Grafik Grafik Survey Konsumen 1 Grafik Kredit Konsumsi Papua Barat Sumber: Survei Konsumen KPwBI Papua dan Papua Barat Sumber: KPwBI Papua dan Papua Barat 16 16

39 Triwulan III 2014 Meningkatnya lapangan kerja yang merupakan implikasi terus meningkatnya belanja pemerintah dari tahun ke tahun juga mendorong peningkatan konsumsi masyarakat Papua Barat. Selain itu, pemekaran wilayah yang akan dilakukan baik pada tahun ini maupun tahun depan akan terus meningkatkan konsumsi masyarakat seiring dengan pemerataan kesejahteraan yang menjadi tujuan dari proses pemekaran wilayah tersebut. Grafik Konsumsi Listrik Papua Barat Sumber: PLN Wilyah Papua Ekspor Impor Ekspor Provinsi Papua Barat pada periode triwulan III-2014 relatif tidak berubah dari triwulan yang sama di 2013 lalu. Kuartal ini ekspor Papua Barat hanya tumbuh 0,06% (yoy). Stagnasi tersebut merupakan imbas dari sempat menurunnya kontribusi ekspor gas salah satu perusahaan di bidang industri pengolahan migas yang mana pada awal triwulan II-2014 aktivitas ekspornya sempat tertahan akibat belum selesainya negosiasi kontrak harga baru dengan salah satu konsumen di China. Namun demikian, berdasarkan informasi terkini, sejak akhir Juni 2014 perusahaan sudah dapat melakukan ekspor kembali secara normal seiring telah selesainya proses negosiasi dimaksud. Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 17

40 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Grafik Perkembangan Volume Ekspor Papua Barat Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Papua Barat Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sementara itu, kinerja impor mengalami pertumbuhan sebesar 10,24% (yoy) atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,77% (yoy). Pembelian berbagai barang modal baik oleh pemerintah maupun swasta seiring dengan kegiatan investasinya ditengarai masih menjadi penyebab naiknya pertumbuhan impor Papua Barat. Ke depan, kegiatan impor Provinsi Papua Barat diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan semakin maraknya kegiatan investasi di sektor industri pengolahan di sana Sisi Penawaran Dari sisi penawaran, seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan yang positif. Secara rinci pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi adalah sebagai berikut: sektor pertanian (0,55%); sektor pertambangan dan penggalian (-5,45%): sektor industri pengolahan (8,28%); sektor listrik, gas dan air bersih (8,68%); sektor bangunan (13,21%); sektor perdagangan, hotel dan restoran (8,86%); sektor angkutan dan komunikasi (9,27%); sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (- 5,46%); dan sektor jasa-jasa (9,79%). Lebih lanjut perkembangan rinci pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi selama tahun disajikan pada Tabel

41 Triwulan III 2014 Tabel Pertumbuhan Sektoral PDRB Provinsi Papua Barat Growth PDRB Papua Barat Pertanian 0.55% 2.20% 0.06% 3.09% 2.41% 3.78% 5.84% 2.12% 0.97% 1.36% 0.55% Pertambangan & Penggalian 14.96% 7.69% 1.10% -0.83% -3.88% -0.93% 2.84% 2.99% 1.78% 2.25% -5.45% Industri Pengolahan 89.85% 52.04% 2.30% 1.46% 13.41% -0.79% 9.58% 28.23% -2.42% 10.23% 8.28% Listrik,Gas & Air Bersih 10.08% 8.25% 7.63% 9.34% 8.67% 9.65% 9.45% 8.33% 8.33% 8.65% 8.68% Bangunan 10.58% 10.39% 11.99% 15.99% 12.03% 11.51% 11.31% 10.73% 15.75% 14.45% 13.21% Perdagangan, Hotel & Restoran 8.77% 8.02% 9.81% 12.96% 12.51% 12.78% 11.11% 10.75% 9.39% 9.11% 8.86% Angkutan & Komunikasi 13.13% 11.08% 10.21% 11.93% 10.27% 11.12% 10.65% 8.91% 9.30% 9.29% 9.27% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9.12% 11.05% 1.03% 3.46% 10.91% 13.20% 9.57% 14.84% 1.32% -3.20% -5.46% Jasa - jasa 12.90% 10.11% 8.39% 16.19% 10.71% 10.94% 7.43% 6.19% 5.75% 7.50% 9.76% TOTAL PDRB 35.83% 24.63% 3.87% 5.23% 9.54% 3.47% 8.52% 15.74% 1.79% 7.87% 6.39% Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Sektor Pertanian Sektor pertanian pada periode triwulan III-2014 tumbuh sebesar 0,55% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2014 sebesar 1,36% (yoy). Berbeda halnya dengan yang terjadi di Papua, adanya peningkatan kinerja sektor pertanian di Papua Barat diikuti oleh adanya perbaikan kesejahteraan petani meskipun besaran perbaikan tersebut relatif sangat kecil. Hal tersebut terlihat dari Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Papua Barat pada triwulan III-2014 yang mengalami peningkatan menjadi sebesar 100,72 atau lebih tinggi dari NTP pada akhir triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 99,31. Indeks NTP yang berada di atas angka 100 menunjukan bahwa para petani di Provinsi Papua Barat telah memperoleh penghasilan yang lebih besar dari biaya yang harus mereka keluarkan dalam menjalankan kegiatan usaha di bidang pertanian. Grafik Nilai Tukar Petani Papua Barat Grafik PDRB Sektor Pertanian Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 19

42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Sektor Industri Pengolahan Sektor-sektor Industri Pengolahan mengalami peningkatan sebesar 8,28% (yoy) atau menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 10,23% (yoy). Secara umum, sektor ini memegang kontribusi terbesar (47,8%) dari total PDRB Papua Barat. Pada triwulan laporan dari total 6,39% (yoy) pertumbuhan ekonomi Papua Barat, sebesar 3,89% bersumber dari sektor industri pengolahan. Artinya, pertumbuhan yang bersumber sektor-sektor lain hanya 2,50%. Peningkatan kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan III-2014 terjadi sebagai akibat dari peningkatan produksi gas seiring adanya keyakinan bahwa hambatan dari sisi ekspor akibat adanya proses negosiasi harga baru dengan salah satu konsumennya akan dapat segera diselesaikan. Secara umum, kinerja sektor industri pengolahan di Provinsi Papua Barat mengalami peningkatan. Hal ini juga tercermin dari peningkatan penggunaan listrik industri pada triwulan laporan yang mencapai sebesar 9,29 % atau menjadi sebesar 12,40 juta kwh. Grafik Penggunaan Listrik Sumber: PLN Wilayah Papua Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan III tumbuh sebesar 8,86% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,11% (yoy). Pertumbuhan persisten sektor PHR merupakan implikasi dari perkembangan ekonomi secara keseluruhan di Papua Barat. Pertumbuhan sektor PHR juga konsisten dengan penyaluran kredit oleh perbankan terhadap sektor perdagangan yang meningkat sebesar 15,70% (yoy) atau mencapai Rp2,46 triliun

43 Triwulan III 2014 Semakin besarnya aliran dana dari pusat ke Pemprov Papua Barat juga mempengaruhi kinerja usaha di sektor PHR akibat meningkatnya belanja Pemerintah Daerah. Pertambahan jumlah penduduk di Provinsi Papua Barat yang konsisten juga akan semakin menggerakkan roda perekonomian terutama di subsektor perdagangan. Selain itu, besarnya ketergantungan Provinsi Papua Barat terhadap daerah lain, mengakibatkan masyarakat Provinsi Papua Barat sangat menggantungkan pemenuhan kegiatan konsumsinya dari subsektor perdagangan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pada triwulan III-2014, sektor Pengangkutan dan Komunikasi tumbuh sebesar 9,27% (yoy), hampir sama dibandingkan pencapaian triwulan I-2014 yang tercatat sebesar 9,29% (yoy). Masih tingginya pertumbuhan kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi tercermin dari tumbuhnya subsektor angkutan udara dan angkutan laut sebagai jenis angkutan yang paling banyak dipergunakan masyarakat di Papua Barat. Tumbuhnya sektor pengangkutan dan komunikasi terlihat dari perkembangan arus bongkar muat barang di pelabuhan Provinsi Papua Barat yang diprediksi masih tumbuh di kisaran 5-10% (yoy). Selain itu, penambahan rute yang gencar dilakukan oleh beberapa maskapai di wilayah Provinsi Papua Barat, berpotensi terus mendorong pertumbuhan sektor ini Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Pada periode laporan, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan turun sebesar 5,46% (yoy), lebih menurun lagi dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga -3,20% (yoy). Subsektor Bank memberikan andil yang cukup signifikan terhadap sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Subsektor perbankan masih menjadi penggerak utama dari sektor ini. Oleh karena itu, tumbuhnya pertumbuhan sektor Keuangan berkaitan erat dengan angka pertumbuhan Nilai Tambah Bank (NTB) yang juga mengalami pertumbuhan sebesar 18,15% (yoy) dari pertumbuhan triwulan yang sama pada tahun Program inklusi keuangan yang terus dilaksanakan terutama di daerah Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 21

44 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat terpencil seperti berbagai daerah di Provinsi Papua Barat, ikut mendorong kinerja sektor keuangan di Provinsi Papua Barat. Tabel Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua Barat KOMPONEN Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III A. PENDEKATAN PENDAPATAN 1. Biaya Tenaga Kerja 24,782 26,515 37,430 42,237 29,658 33,566 40,637 43,537 33,854 35,944 46, Surplus 78, , , , , , , , , , , Pajak Tak Langsung Neto Penyusutan 2,782 2,874 2,977 3,433 2,654 3,442 3,165 3,780 4,417 3,292 4,113 PRODUK BRUTO / NILAI TAMBAH BRUTO 106, , , , , , , , , , ,573 B. PENDEKATAN PRODUKSI 1. Hasil imputasi jasa 110, , , , , , , , , , , Penerimaan neto dari transaksi devisa (128) (634) (439) (128) (131) (391) (3,668) (1,074) 1,633 (871) (321) 3. Provisi dan komisi 13,936 15,413 15,678 17,136 16,914 18,323 18,623 19,956 19,201 20,508 22, Pendapatan operasional lainnya 4,457 5,967 4,977 4,931 4,098 5,282 3,126 17,625 4,136 4,830 2,052 GROSS OUTPUT 129, , , , , , , , , , , Biaya-biaya antara 22,622 27,452 27,650 36,567 25,228 29,691 29,604 38,148 30,150 32,500 36,560 NILAI TAMBAH BRUTO / PRODUK BRUTO 106, , , , , , , , , , ,573 Pertumbuhan (%) 7.87% 29.14% 33.09% 31.33% 37.19% 29.56% 17.33% 47.69% 22.68% 18.15% 16.13% Sumber: Bank Indonesia Sektor Jasa-jasa Pada periode laporan, sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 9,76% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,50% (yoy). Hal ini terlihat dari pertumbuhan kredit di sektor jasa-jasa yang mengalami pertumbuhan 117,90% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Selain itu masuknya beberapa perusahaan yang bergerak di bidang jasa hiburan dan pariwisata akibat semakin dikenalnya Raja Ampat sebagai salah satu tempat pariwisata terbaik di Indonesia turut mendorong kinerja sektor jasa-jasa. Pelaksanaan Sail Raja Ampat yang dilakukan pada Agustus lalu, juga mendorong kinerja sektor ini pada periode berjalan Sektor Bangunan Pada periode laporan, sektor bangunan tumbuh sebesar 13,21% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 14,45% (yoy). Cukup tingginya pertumbuhan sektor ini tercermin dari besarnya realisasi konsumsi semen di Provinsi Papua Barat yang tercatat sebesar 48,920 sak atau bertumbuh sebesar 24,68% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya

45 Triwulan III 2014 Sepanjang tahun 2014, sektor bangunan diperkirakan mencatatkan pertumbuhan yang cukup signifikan akibat dari persiapan pelaksanaan Sail Raja Ampat serta adanya pembangunan di beberapa daerah yang merupakan hasil pemekaran di Provinsi Papua Barat. Pemekaran tersebut tentunya membutuhkan pusat pemerintahan, pusat kota, infrastruktur serta fasilitas umum lainnya. Hal ini pada gilirannya akan mendorong tumbuhnya kinerja sektor bangunan sepanjang tahun berjalan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 23

46

47 BAB 2. PERKEMBANGAN HARGA Triwulan III-2013 Triwulan III-2014 Inflasi mtm ytd yoy mtm ytd yoy Papua ,61 0,59 0,62 2,70 4,51 Papua Barat -3,60 6,98 7,89 0,59 5,40 5,32 Nasional -0,35 7,57 8,40 0,27 3,71 4, Provinsi Papua Kondisi Umum Inflasi Provinsi Papua Inflasi tahunan (yoy) Papua cenderung menurun sejak triwulan I Per triwulan III-2014, inflasi Papua 3 tercatat sebesar4,51% (yoy). Angka tersebut sedikit lebih rendah dari inflasi nasional yang mencapai 4,53% (yoy). Inflasi nasional dan Papua juga cenderung bergerak konvergen. Sementara itu, inflasi bulanan pada triwulan ini cenderung naik mengikuti tren musimannya. Per September 2014, inflasi bulanan Papua tercatat 0,62% (mtm). Jika pada triwulan sebelumnya sejak 2014 inflasi bulanan Papua lebih rendah dari inflasi bulanan nasional, maka sekarang inflasi bulanan Papua sudah lebih tinggi (Papua 0,62% dan Nasional 0,27%, mtm). Peningkatan inflasi bulanan terutama didorong oleh Jayapura dan kenaikan harga kompo 3 Perhitungan inflasi Provinsi Papua dilakukan dengan menggunakan pendekatan rata-rata tertimbang (weighted average) inflasi Kota Jayapura dan Kabupaten Merauke berdasarkan bobot masing-masing dalam Indeks Harga Konsumen yang dirilis oleh BPS. 25

48 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Grafik 2.1. Perbandingan Inflasi Papua dengan Inflasi Nasional I II III IV I II III IV I II III Inflasi Papua mtm Inflasi Nasional mtm Inflasi Papua yoy Inflasi Nasional yoy Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Kondisi Umum Inflasi Kota Jayapura Sampai dengan triwulan III 2014, inflasi tahunan Kota Jayapura tercatat 4,23% (yoy). Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama di 2013 (8,27%, yoy), inflasi saat ini jauh lebih rendah. Tahun lalu, inflasi yang tinggi disebabkan oleh kebijakan pemerintah mengurangi subsidi harga bahan bakar minyak, yang berimbas juga ke harga komoditas-komoditas lain. Saat ini, dampak kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut sudah semakin mengecil. Sementara itu, jika memperhatikan akumulasi inflasi tahun berjalan, dapat dilihat bahwa inflasi di Kota Jayapura masih relatif terkendali (1,58%, ytd). Secara tahunan, kenaikan (5,35%, yoy). Sumber: BPS Provinsi Papua Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jayapura Kelompok Komoditas TW III IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan 162,66 4,36 7,12 6,28 7,12 112,08 0,44-3,10-1,87 4,13 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 163,91 0,89 8,18 3,28 8,18 117,59 1,48 5,99 2,81 9,74 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 131,56 0,18 9,18 1,07 9,18 115,40 0,51 4,25 2,00 5,35 Sandang 137,61-0,02 4,07 0,64 4,07 108,16-0,19 2,42 1,69 2,94 Kesehatan 119,92 0,32 3,80 0,89 3,80 105,75 0,47 1,26 0,79 2,10 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 118,39 0,02 3,73 0,02 3,73 107,43 0,19 0,78 0,67 0,79 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 135,98 0,41 11,97 0,01 11,97 112,99 0,04 1,36 0,68 1,37 Inflasi Jayapura 143,68 1,48 8,27 2,52 8,27 113,08 0,46 1,58 0,72 4,

49 Triwulan III Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi Kota Jayapura Jika dilakukan disagregasi atas inflasi Kota Jayapura dapat dilihat bahwa komponen administered price mengalami kenaikan tertinggi, disusul oleh core inflation dan volatile foods. Secara tahunan, administered price tercatat naik 5,30% (yoy), core inflation naik 4,15% (yoy), sedangkan volatile foods naik 3,15% (yoy). Sumber: BPS diolah Tabel 2.2. Disagregasi Inflasi Kota Jayapura I II III IV I II III IV I II III Inflasi Core (mtm) Inflasi Core (qtq) Inflasi Core (yoy) Inflasi Volatile (mtm) Inflasi Volatile (qtq) Inflasi Volatile (yoy) Inflasi Adm Price (mtm) Inflasi Adm Price (qtq) Inflasi Adm Price (yoy) Komponen Disagregasi Core Volatile Foods Adm Price Kenaikan di administered price terutama disebabkan oleh kebijakan PLN yang menaikkan Tarif Tenaga Listrik secara gradual sejak Mei Dampak kebijakan tersebut di September adalah kenaikan indeks harga untuk kelompok komodit sebesar 2,21% (mtm) dan akumulasi kalender berjalan sebesar 4,82% (ytd). Sementara itu, kenaikan core inflation pada triwulan III ini merupakan pola normal. Data historis menunjukkan bahwa secara bulanan dan kuartalan, core inflation pada triwulan III di Jayapura akan lebih tinggi daripada triwulan I dan II. Tekanan pada core inflation akan memuncak pada triwulan IV, sebelum akhirnya mereda di triwulan I dan II tahun berikutnya. Untuk komponen volatile foods kenaikan harga disebabkan oleh kenaikan (1,13%, mtm) dan Ikan Segar (1,72%). -padian, Umbi- Secara umum, pola pergerakan harga agregat di Jayapura tersebut sesuai dengan ekspektasi inflasi masyarakat seperti yang digambarkan dalam Survei Konsumen. Kesesuaian ekspektasi inflasi masyarakat dan inflasi aktual di perekonomian juga tercermin dalam Indeks Keyakinan Konsumen dan Indeks Ekspektasi Konsumen yang relatif stabil pergerakannya. Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 27

50 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Grafik 2.2. Perkembangan Survei Konsumen Grafik 2.3. Disagregasi Inflasi Kota Jayapura Sumber: BPS Provinsi Papua Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Inflasi Provinsi Papua Menurut Kelompok Komoditas Kelompok Komoditas Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Provinsi Papua IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan 162,66 4,36 7,12 6,28 7,12 114,19 0,71-5,60-1,06 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 163,91 0,89 8,18 3,28 8,18 116,57 1,48 5,06 2,86 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 131,56 0,18 9,18 1,07 9,18 116,74 0,60 2,84 2,21 Sandang 137,61-0,02 4,07 0,64 4,07 109,38 0,00 3,18 2,36 NA Kesehatan 119,92 0,32 3,80 0,89 3,80 107,63 0,54 1,72 1,23 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 118,39 0,02 3,73 0,02 3,73 107,62 0,70 2,17 2,04 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 135,98 0,41 11,97 0,01 11,97 112,59 0,02 2,89 1,69 Inflasi Prov. Papua 143,68 1,48 8,27 2,52 8,27 114,05 0,62 0,86 1,24 4,51 Sumber: BPS Provinsi Papua Kelompok Bahan Makanan Harga kelompok Bahan Makanan per September 2014 di Papua lebih rendah 1,06% (qtq) dibandingkan triwulan lalu, jika dibandingkan dengan awal tahun, harga kompositnya lebih rendah -0,81% (ytd). Di Jayapura, penurunan di yang turun - a turun -5,56% (qtq). Untuk Merauke, penurunan di kelompok itu diakibatkan oleh turunnya harga pada (-1,70%, qtq). Lancarnya pasokan beberaapa komoditas bahan makanan dan ikan segar ke pasar menyebabkan terjaganya ketersediaan barang bagi masyarakat. Hal tersebut disebabkan meningkatnya tangkapan ikan dari nelayan seiring bertambahnya jumlah kapal penangkap ikan yang beroperasi di wilayah Jayapura TW III 28 28

51 Triwulan III Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, harga komposit untuk kelompok ini naik 2,86% (qtq). Secara akumulasi kenaikan harga per kalender berjalan, kenaikannya telah mencapai (5,06%, ytd). Kelompok ini mengalami kenaikan harga kuartalan tertinggi pada triwulan-iii Penyebab kenaikan harga di kelompok tersebut di Jayapura adalah kenaikan harga untuk komoditas n yang Tidak Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik. di Papua pada triwulan ini juga relatif tinggi. Secara kuartalan kenaikan harganya hanya 2,21 %(qtq). Sementara itu, dalam akumulasi kalender berjalan, kenaikan harga yang terjadi adalah sebesar 2,84% (ytd) jika dibandingkan dengan awal tahun. Kenaikan harga tertinggi di kelompok ini dialami oleh (qtq) di Merauke dan 6,14% (qtq) di Jayapura. Hal tersebut seiring dengan kebijakan Pemerintah untuk menaikkan Tarif Tenaga Listrik (TTL) secara gradual sejak Mei Kelompok Sandang Sama seperti kelompok Perumahan, Air dan Listrik, harga komoditas di kelompok Sandang juga naik cukup tinggi. Per September 2013, tingkat harga Sandang naik 2,36 (qtq) dan 3,18% (ytd). Faktor pendorongnya adalah kenaikan - harga di Jayapura relatif stabil Kelompok Kesehatan Tingkat harga untuk komoditas di kelompok Kesehatan masih relatif stabil pada kuartal ini. Secara kuartalan, tingkat harga mengalami kenaikan 1,23% (qtq), dan untuk kalender berjalan, kenaikannya sudah mencapai 1,72% (ytd). Subkelompok yang mengalami kenaik Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 29

52 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok komoditas Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga juga mengalami kenaikan yang signifikan pada kuartal ini. Pada triwulan III 2014, kelompok ini tercatat mengalami kenaikan harga sebesar 2,04%(qtq) dan 2,17%(ytd). Penyebab utama kenaikan harga kelompok tersebut adalah peningkatan biaya Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Pada triwulan III 2014, kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan mengalami kenaikan harga kuartalan sebesar 1,69% (qtq). Untuk kalender berjalan, kenaikan harga di kelompok ini sudah mencapai 2,89%. Faktor penyebab kenaikan harga di kelompok ini adalah kenaikan harga di permintaan atas penerbangan untuk rute dari dan keluar Provinsi Papua

53 Triwulan III Provinsi Papua Barat Kondisi Umum Inflasi Papua Barat Mirip dengan Provinsi Papua, inflasi tahunan Papua Barat cenderung menurun sementara inflasi bulanan cenderung stabil. Inflasi tahunan Papua Barat per September 2014 tercatat 5,32% (yoy), dan inflasi bulanannya 0,59% (mtm). Jika pada triwulan sebelumnya sejak triwulan II-2013, inflasi tahunan Papua Barat selalu lebih rendah dari inflasi nasional, triwulan III ini inflasinya sudah lebih tinggi. Inflasi tahunan nasional per triwulan III 2014 adalah 4,53% (yoy. Sementara itu, inflasi bulanan nasional per September 2014 adalah 0,27% (mtm). 10 Grafik 2.4. Perbandingan Inflasi Papua Barat dengan Inflasi Nasional I II III IV I II III IV I II III Inflasi Papua Barat mtm Inflasi Nasional mtm Sumber: BPS Provinsi Papua Barat Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Jika diuraikan berdasarkan kelompok komoditas penyusunnya, inflasi di Papua Barat dipengaruhi oleh kenaikan yang relatif tinggi untuk beberapa kelompok. Kelompok komoditas yang mengalami kenaikan tingkat harga tertinggi adalah Bahan Makanan (7,32%, yoy); Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (6,94%, yoy); serta Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (5,60% yoy). Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 31

54 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Kelompok Komoditas Sumber: BPS Provinsi Papua Barat Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Provinsi Papua Barat IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan 110,08 1,68 9,53 1,46 9,53 121,83 1,10 10,67 10,76 7,32 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 108,05 0,36 6,06 9,32 6,06 113,00 0,61 4,58 1,24 6,94 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 106,24 0,21 5,34-3,85 5,34 111,11 1,07 4,58 2,81 5,60 Sandang 100,52-0,14-2,41-3,99-2,41 101,13 0,02 0,61 0,20 0,86 Kesehatan 105,78 1,24 4,77 2,92 4,77 108,32 0,23 2,41 0,83 4,82 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 105,29 0,30 1,27 2,36 1,27 107,69 1,07 2,28 1,93 2,77 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 111,07 0,71 11,72-2,42 11,72 111,26-1,29 0,17-0,72 2,47 Inflasi Papua Barat (Inflasi MTM,YOY, QTQ = %) 108,09 0,91 7,28 1,06 7,28 113,93 0,59 5,40 4,27 5, TW III Kelompok Bahan Makanan Kelompok Bahan Makanan merupakan yang mengalami kenaikan harga tertinggi pada triwulan ini. Per September 2014, akumulasi kenaikannya untuk kalender berjalan mencapai 10,67% (ytd). Jika dibandingkan dengan indeks tahun lalu, kenaikannya adalah sebesar 7,32% (yoy). Sementara itu jika dibandingkan dengan kuartal lalu, kenaikannya mencapai dua digit, 10,76%(qtq). Kenaikan harga di kelompok komoditas ini terutama didorong oleh ganya meningkat sampai 36,19% (qtq) di Sorong dan 31,33% (qtq) di Manokwari. Berbanding terbalika dengan yang terjadi di Papua, harga ikan di Papua Barat justru mengalami kenaikan. Tingginya permintaan dalam beberapa waktu terkahir; terbatasnya jumlah nelayan yang beroperasi serta tingginya ketergantungan terhadap pasokan dari daerah lain, menjadi salah satu faktor penyebab tingginya inflasi yang berasal dari subkelompok ikan segar Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Meskipun secara kuartalan maupun bulanan kenaikan harga untuk kelompok ini relatif stabil, yaitu 0,61% (mtm) dan 1,24% (qtq), namun secara tahunan kenaikannya cukup tinggi (6,94% yoy). Faktor yang mendorong q) di di Sorong Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar -rata meningkat 2,81% (qtq). Kenaikan tahunannya mencapai 5,60% (yoy), sementara itu jika dilihat secara akumulasi tahun 2014 kenaikannya adalah 32 32

55 Triwulan III ,58% (ytd). Sama seperti di Provinsi Papua, kenaikan harga kelompok ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk menaikkan TTL sejak Mei 2014 seca di Manokwari dan 5,20% (qtq) dan di Sorong Kelompok Sandang Harga komoditas-komoditas di kelompok Sandang relatif stabil pada kuartal ini. Secara kuartalan, harganya naik 0,20% (qtq). Kenaikan tersebut lebih - 1,33% (qtq). Sementara itu untuk subkelompok lainnya, baik di Manokwari maupun Sorong, harganya relatif stabil Kelompok Kesehatan 0,83% (qtq) pada triwulan ini. Jika dilihat secara tahunan, perubahannya relatif tinggi 4,82% (yoy). Di Manokwari, faktor yang mendorong kenaikan harga Sementara itu di Sorong, kenaikannya didorong oleh harga- - yang naik 2,20% (qtq) Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga kompositnya cukup tinggi pada triwulan ini, yaitu 1,91%. Namun demikian pola tersebut relatif umum mengingat perubahan tahunannya hanya 2,77% (yoy) lebih tinggi dibanding indeks tahun lalu. Akumulasi inflasi per tahun kalendernya juga belum terlalu tinggi, yaitu 2,28% (ytd). Faktor-faktor yang mendorong tingginya perubahan harga-harga pada triwulan ini adalah subkelompok ong. - Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 33

56 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Berbeda dengan kelompok-kelompok komoditas lainnya, kelompok triwulan ini, yaitu -0,72% (qtq). Kendati demikian secara tahunan, tingkat harganya masih lebih tinggi 2,47% (yoy) dibandingkan tahun lalu. Penurunan -5,11% (qtq) di Manokwari dan -19,61% (qtq) di Sorong. Penurunan itu merupakan imbas dari usaha beberapa maskapai untuk memperluas pangsa pasarnya di Papua Barat dengan menawarkan harga promo

57 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN 3.1 Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada triwulan III-2014 menunjukan perkembangan yang positif. Hal ini tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat mengalami peningkatan sebagaimana tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh sebesar 19,37% (yoy). Sementara disisi aktiva, kredit perbankan tumbuh sebesar 15,96% (yoy). Akan tetapi pertumbuhan kredit perbankan di triwulan III-2014 lebih kecil dibanding pertumbuhan kredit perbankan di triwulan III-2013 yaitu sebesar 28,54% (yoy). Hal ini juga mendorong menurunnya loan to deposit ratio (LDR) perbankan menjadi sebesar 57,07% (yoy) pada triwulan III-2014 dari 58,75% (yoy) pada triwulan III Namun demikian, LDR tersebut masih jauh dibawah batas atas yang telah ditentukan dengan mempertimbangkan tingkat kesehatan perbankan. Tabel 3.1. Perkembangan Perbankan Wilayah Papua (Miliar) Wilayah Papua Growth I II III IV I II III IV I II III YOY Total Asset (Rp miliar) 40,915 44,398 47,808 43,380 43,376 48,484 52,316 49,691 47,333 56,320 63, % DPK (Rp miliar) 31,557 34,254 36,358 35,432 35,432 38,589 40,884 40,714 39,564 44,589 48, % Giro (Rp miliar) 12,375 14,577 16,166 10,390 12,687 15,260 17,697 12,960 13,471 17,710 19, % Deposito (Rp miliar) 5,930 5,968 6,179 6,519 6,996 7,956 7,405 7,571 8,878 10,053 12, % Tabungan (Rp miliar) 13,252 13,709 14,013 18,523 15,350 15,373 15,782 20,184 17,216 16,827 17, % Kredit Penggunaan (Rp miliar) 15,598 17,429 18,687 19,940 20,555 22,851 24,020 25,224 25,518 26,919 27, % Modal Kerja 6,802 7,471 7,932 8,345 8,287 8,884 9,170 9,482 10,065 11,079 11, % Investasi 1,905 2,548 2,719 2,905 2,901 3,517 3,575 3,984 3,807 3,965 3, % Konsumsi 6,891 7,410 8,036 8,690 9,367 10,449 11,275 11,758 11,646 11,875 12, % Kredit MKM (Rp miliar) 6,602 7,342 7,522 7,793 7,314 8,346 8,669 10,421 10,503 11,487 11, % Modal Kerja 5,496 5,707 5,857 6,072 5,930 6,285 6,534 7,693 7,860 8,604 8, % Investasi 1,106 1,635 1,665 1,721 1,384 2,061 2,130 2,722 2,637 2,882 2, % Kredit Mikro (Rp miliar) 1,042 1,199 1,097 1,185 1,149 1,299 1,382 1,512 1,549 1,902 1, % Modal Kerja 891 1, , ,022 1,098 1,104 1,319 1, % Investasi % Kredit Kecil (Rp Miliar) 3,470 3,830 3,934 4,041 3,275 3,658 3,766 3,996 3,930 4,218 4, % Modal Kerja 2,937 2,840 2,942 3,041 2,696 2,691 2,777 2,833 2,807 3,031 3, % Investasi , ,162 1,122 1,187 1, % Kredit Menengah (Rp Miliar) 2,090 2,313 2,491 2,567 2,890 3,389 3,520 4,913 5,024 5,373 5, % Modal Kerja 1,668 1,841 1,982 2,022 2,263 2,643 2,739 3,762 3,949 4,260 4, % Investasi ,151 1,075 1,113 1, % NPL % NPL Ratio 1.31% 1.39% 1.49% 1.28% 1.58% 1.77% 2.00% 1.79% 2.00% 2.84% 2.91% 0.91% LDR 49.43% 50.88% 51.40% 56.28% 58.01% 59.22% 58.75% 61.95% 64.50% 60.37% 57.07% -1.68% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat 35

58 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Secara umum, total aktiva perbankan tumbuh sebesar 21.85% (yoy) yang mana pertumbuhan tersebut turut didorong melalui tumbuhnya angka penyaluran kredit sebesar 15,96% (yoy). Sesuai dengan historisnya, kredit konsumsi dan modal kerja menjadi porsi terbesar dalam kredit yang diberikan dengan total share mencapai +86% dan tumbuh cukup tinggi masing-masing sebesar 7,86% (yoy) dan 29,50% (yoy). Sementara itu, walaupun share kredit investasi masih relatif kecil, namun jenis kredit ini selalu mengalami pertumbuhan yang konsisten setiap waktunya. Pertumbuhan kredit perbankan yang positif tidak diimbangi oleh perbaikan kualitas kredit yang disalurkan. Hal tersebut dapat terlihat dari adanya peningkatan angka Non Performing Loan (NPL) pada triwulan III-2014 yang cukup signifikan menjadi sebesar 2,91%, meskipun pencapaian tersebut masih berada dibawah batas maksimal yang ditetapkan. Namun adanya tren kenaikan NPL yang cukup persisten dalam beberapa waktu terakhir harus tetap diwaspadai. Tabel 3.2. Perkembangan NPL Persektor NPL PAPUA & PAPUA BARAT (%) I II III IV I II III IV I II III Pertanian 1.23% 1.30% 2.00% 2.04% 1.86% 2.86% 3.23% 1.55% 1.53% 1.82% 2.43% Pertambangan 0.38% 0.41% 0.43% 0.61% 0.78% 0.88% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% Industri Pengolahan 1.19% 1.32% 1.15% 1.93% 4.00% 5.04% 3.89% 4.86% 7.36% 17.39% 18.40% Listrik,Gas dan Air 8.49% 8.94% 10.28% 10.00% 12.50% 9.33% 9.09% 8.57% 8.11% 6.67% 4.92% Konstruksi 1.34% 1.45% 1.20% 1.13% 1.47% 2.23% 2.98% 2.48% 2.55% 4.13% 3.79% Perdagangan, Hotel dan Restora 1.16% 1.28% 1.11% 1.81% 2.40% 2.44% 2.57% 2.42% 2.67% 3.15% 3.10% Angkutan dan Komunikasi 1.07% 1.25% 0.61% 0.40% 0.37% 0.65% 1.47% 1.14% 1.21% 8.09% 8.31% Jasa Dunia Usaha 0.36% 0.42% 0.26% 0.94% 1.77% 2.43% 2.82% 1.95% 2.26% 2.68% 2.82% Jasa Sosial 1.42% 1.51% 1.32% 0.77% 1.22% 1.47% 1.70% 1.50% 1.79% 2.33% 3.04% Lain-lain 1.35% 1.49% 1.59% 1.01% 0.99% 1.10% 1.32% 1.21% 1.36% 1.62% 1.67% Total 1.28% 1.41% 1.34% 1.27% 1.54% 1.80% 2.00% 1.79% 2.00% 2.84% 2.91% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Pada sisi pasiva, peningkatan dana pihak ketiga terutama disumbang oleh peningkatan deposito yang signifikan dengan pertumbuhan sebesar 62,59% (yoy) dan diikuti oleh giro sebesar 10,11% (yoy) serta tabungan sebesar 9,48% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan deposito di wilayah Papua terutama disebabkan oleh adanya animo masyarakat untuk mengalokasikan sebagian dananya dalam bentuk deposito

59 Triwulan III Perbankan Provinsi Papua Perkembangan Umum Secara umum kinerja perbankan di Provinsi Papua masih sangat baik seperti tercermin dari beberapa indikator, antara lain: pertumbuhan aset sebesar 22,95% (yoy), DPK sebesar 20,07 (yoy), dan kredit yang disalurkan sebesar 13,15% (yoy). Pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dari pertumbuhan penyaluran kredit menyebabkan menurunnya LDR perbankan di Provinsi Papua menjadi sebesar 54,48% (yoy) atau mengalami penurunan sebesar 3,33% dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 57,80% (yoy). Penurunan LDR pada triwulan berjalan tidak diiringi oleh perbaikan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang pada triwulan III-2014 tercatat sebesar 3,28% atau meningkat sebesar 1,38% dibandingkan triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Tabel 3.3. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar) Provinsi Papua Growth I II III IV I II III YOY Total Asset (Rp miliar) 34,490 37,928 40,808 37,429 36,028 43,525 50, % DPK (Rp miliar) 26,365 28,862 30,294 29,653 29,275 32,899 36, % Giro (Rp miliar) 9,198 11,089 12,835 9,078 9,742 12,469 13, % Deposito (Rp miliar) 5,556 6,217 5,595 5,607 6,748 7,927 9, % Tabungan (Rp miliar) 11,610 11,555 11,864 14,968 12,785 12,503 12, % Kredit Penggunaan (Rp miliar) 15,454 16,656 17,511 18,367 18,166 19,104 19, % Modal Kerja 5,858 6,186 6,392 6,598 6,778 7,384 8, % Investasi 2,195 2,601 2,605 2,897 2,649 2,787 2, % Konsumsi 7,401 7,869 8,513 8,872 8,739 8,933 9, % Kredit MKM (Rp miliar) 5,094 5,803 6,080 7,418 7,161 7,839 8, % Modal Kerja 4,131 4,391 4,607 5,480 5,397 5,901 6, % Investasi 963 1,408 1,468 1,933 1,759 1,938 1, % Kredit Mikro (Rp miliar) ,107 1,090 1,365 1, % Modal Kerja % Investasi % Kredit Kecil (Rp Miliar) 2,239 2,521 2,594 2,828 2,695 2,907 3, % Modal Kerja 1,815 1,844 1,909 1,974 1,916 2,093 2, % Investasi % Kredit Menengah (Rp Miliar) 2,022 2,343 2,489 3,482 3,375 3,567 3, % Modal Kerja 1,623 1,883 1,989 2,726 2,701 2,857 3, % Investasi % NPL % NPL Ratio 1.5% 1.8% 1.9% 1.7% 2.0% 3.2% 3.28% 1.4% LDR 58.6% 57.7% 57.8% 61.9% 62.1% 58.1% 54.48% 0.4% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 37

60 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Aset Perbankan Pada triwulan III-2014, total aset perbankan di Provinsi Papua tercatat sebesar Rp 50,17 triliun. Dari jumlah itu, Bank Umum Milik Pemerintah (BUMP) masih menjadi pelaku dominan dengan pangsa aset sebesar 81,03% dari total keseluruhan perbankan yang beroperasi di Provinsi Papua. Sementara itu, pangsa Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) berada pada urutan selanjutnya dengan pangsa sebesar 18,33% dan BPR hanya memiliki pangsa aset sebesar 0,64%. Adapun saat ini nilai aset secara nominal untuk Bank Umum Milik Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) mencapai angka Rp 49,48 triliun, sedangkan aset BPR mencapai Rp 693 miliar. Pertumbuhan aset tersebut terutama didorong oleh tingginya pertumbuhan kredit yang mencapai 13,15% (yoy). Grafik 3.1. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua Grafik 3.2. Komposisi Aset Perbankan Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan DPK perbankan Provinsi Papua mencapai Rp 36,37 triliun yang terdiri dari giro sebesar Rp 13,96 triliun, tabungan sebesar Rp 12,87 triliun dan deposito sebesar Rp 9,54 triliun. Dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, pertumbuhan deposito tercatat paling besar yakni sebesar 70,56% (yoy) diikuti oleh pertumbuhan giro sebesar 8,80% (yoy) dan pertumbuhan tabungan yang tercatat sebesar 8,44% (yoy). Sementara itu, dilihat dari share masing-masing kelompok bank, Bank Pemerintah masih mendominasi dengan share sebesar 81,03% diikuti kelompok bank swasta 18,33% dan kelompok BPR 0,64%. Salah satu penyebab masih tingginya dominasi Bank Pemerintah dalam menghimpun DPK di Provinsi Papua adalah besarnya dana alokasi APBD dan Dana Otonomi Khusus Pemerintah 38 38

61 Triwulan III 2014 Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten yang ditempatkan pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) Papua maupun Bank Pemerintah lainnya. Tabel 3.4. Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar) Kelomok Bank Growth I II III IV I II III IV I II III (yoy) Bank Pemerintah 18,288 20,246 21,741 20,278 20,207 22,805 24,083 22,640 22,544 26,185 29, % Giro 7,698 9,219 11,182 6,227 7,535 9,963 11,343 6,665 7,709 10,479 12, % Deposito 2,956 3,005 3,073 2,971 3,435 3,566 3,254 3,772 4,741 5,832 7, % Tabungan 7,634 8,022 7,486 11,080 9,237 9,277 9,486 12,203 10,094 9,874 10, % Bank Swasta 5,303 5,364 4,496 6,098 5,955 5,842 5,981 6,784 6,502 6,486 6, % Giro 1,822 1,949 1,541 1,738 1,663 1,127 1,492 2,413 2,033 1,990 1, % Deposito 1,523 1,501 1,277 2,083 1,972 2,493 2,170 1,669 1,841 1,930 2, % Tabungan 1,958 1,914 1,678 2,277 2,320 2,222 2,319 2,702 2,628 2,566 2, % BPR % Deposito % Tabungan % Total DPK Provinsi Papua 23,828 25,817 26,454 26,579 26,364 28,862 30,294 29,653 29,172 32,900 36, % Giro 9,521 11,169 12,723 7,965 9,198 11,089 12,835 9,078 9,742 12,469 13, % Deposito 4,670 4,660 4,511 5,203 5,557 6,218 5,595 5,504 6,645 7,928 9, % Tabungan 9,638 9,989 9,220 13,410 11,610 11,555 11,864 14,968 12,785 12,503 12, % Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Grafik 3.3. Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Penyaluran Kredit Perbankan Walaupun sampai dengan September 2014, tingkat suku bunga perbankan masih belum mengalami penurunan yang signifikan, hal ini tidak terlalu Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 39

62 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat mempengaruhi kinerja kredit perbankan di Provinsi Papua. Hal tersebut dapat terlihat dari perkembangan kredit di Provinsi Papua yang mampu tumbuh secara signifikan sebesar 13,15% (yoy). Secara lebih mendalam, Pertumbuhan kredit dengan peruntukan modal kerja tumbuh sebesar 25,76% (yoy), kredit konsumsi sebesar 6,31% (yoy) dan kredit investasi sebesar 4,64% (yoy). Tingginya pertumbuhan kredit tersebut tidak terlepas dari tingginya konsumsi masyarakat dan semakin pesatnya pertumbuhan dunia usaha di Provinsi Papua. Selain itu, pertumbuhan yang cukup pesat juga tampak dari sektor-sektor produktif yang bersifat jangka menengah hingga panjang seperti pembangunan ruko, investasi berbagai alat berat untuk Selain itu, kebutuhan kredit untuk pembangunan infrastruktur ditenggarai menjadi pendorong pertumbuhan kredit dari segi investasi. Jika dilihat dari penggunaannya maka penyaluran kredit konsumsi cukup dominan dengan share sebesar 45,67%, modal kerja 40,57% dan investasi 13,76%. Besarnya kucuran kredit konsumsi antara lain untuk kendaraan bermotor dan kredit perumahan termasuk ruko, dan pembelian alat-alat rumah tangga. Sementara itu, kredit untuk sektor perdagangan hotel dan restoran umumnya adalah untuk hal-hal yang bersifat modal kerja seperti biaya pembelian barang modal (barang dagangan), biaya distribusi, penyediaan makan dan minum bagi restoran, dan lain-lain. Tabel 3.5. Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua Provinsi Papua Growth I II III IV I II III YOY Kredit Sektoral (Rp miliar) 15,454 16,656 17,511 18,367 18,166 19,104 19, % Pertanian % Pertambangan % Industri pengolahan % Listrik,Gas dan Air % Konstruksi 1,101 1,205 1,295 1,259 1,217 1,398 1, % Perdagangan 4,144 4,816 4,869 4,929 4,953 5,233 5, % Pengangkutan % Jasa Dunia Usaha % Jasa Sosial Masyarakat ,090 1,217 1,222 1, % Lain-lain 7,730 7,887 8,513 8,704 8,612 8,959 9, % Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat 40 40

63 Triwulan III 2014 Grafik 3.4. Perkembangan Kredit Perbankan Provinsi Papua Grafik 3.5. Komposisi Kredit Perbankan Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat LDR Dan NPL Peran perbankan sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang mengalami kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana di Provinsi Papua masih belum sepenuhnya optimal, dimana hal tersebut dapat tercermin dari pencapaian LDR pada triwulan laporan yang hanya mencapai 54,48%, dimana angka tersebut masih dibawah target yang diterapkan. Tingginya alokasi dana perimbangan dari Pemerintah Pusat menyebabkan kenaikan jumlah DPK yang cukup besar bagi perbankan yang beroperasi di Provinsi Papua, hal tersebut tentunya menyebabkan angka LDR yang relatif stagnan meskipun pada saat yang sama kenaikan nilai penyaluran kredit tercatat cukup signifikan. Selain itu, jaringan kantor perbankan dengan tingkat tertinggi adalah kantor wilayah (3 Bank Umum) serta 1 Kantor pusat Bank Umum (BPD) yang masih terpusat pada daerah tertentu ditengarai juga menjadi salah satu penyebab masih rendahnya LDR di Papua. Level jaringan kantor cabang Perbankan yang kecil menunjukkan kewenangan pemberian kredit yang juga lebih kecil. Selain itu, masih terbatasnya kemampuan UMKM dalam mendapatkan fasilitas pendanaan dari Perbankan (bankable) juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya pencapaian LDR di Provinsi Papua. Ditengah LDR yang masih dibawah target, kualitas kredit perbankan Papua masih tergolong dalam batas rentang aman seperti tercermin dari pencapaian NPL sebesar 3,28% yang masih berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan. Berdasarkan sektor ekonomi; sektor industri pengolahan serta sektor angkutan & komunikasi menjadi sektor yang cukup berisiko seperti terlihat dari NPL sektor ini masing-masing mencapai 21,92% dan 12,18%. Adapun untuk Sektor ekonomi lainnya (sektor pertambangan, pertanian, konstruksi, PHR, jasa Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 41

64 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dunia usaha, jasa sosial dan lainnya) masih mencatatkan NPL yang relatif rendah (di bawah 10%) Tabel 3.6. Perkembangan Indikator Perbankan Papua NPL PAPUA (%) I II III IV I II III Pertanian 0.85% 1.15% 1.32% 0.88% 1.13% 1.82% 2.66% Pertambangan 1.27% 1.47% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% Industri Pengolahan 4.29% 5.65% 4.96% 5.10% 8.09% 20.92% 21.92% Listrik,Gas dan Air 13.64% 10.00% 10.00% 9.38% 9.09% 8.11% 5.88% Konstruksi 1.91% 2.46% 3.17% 3.02% 3.45% 5.94% 5.16% Perdagangan, Hotel dan Restora 2.08% 2.20% 2.24% 2.13% 2.52% 3.17% 3.17% Angkutan dan Komunikasi 0.67% 0.86% 1.25% 1.37% 1.73% 11.98% 12.18% Jasa Dunia Usaha 1.94% 2.85% 2.89% 2.01% 2.57% 2.63% 3.31% Jasa Sosial 1.44% 1.76% 1.89% 1.74% 1.97% 2.70% 3.59% Lain-lain 0.98% 1.12% 1.28% 1.20% 1.36% 1.70% 1.73% Total 1.49% 1.79% 1.89% 1.74% 2.04% 3.16% 3.27% Sumber: KpwBI Provinsi Papua & Papua Barat Grafik 3.4. Perkembangan NPL & LDR Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua Secara umum, kredit yang disalurkan kepada sektor usaha utama di Provinsi Papua masih menujukan tren yang mengalami peningkatan. Hingga bulan September 2014, penyaluran kredit sektor korporasi oleh perbankan di Provinsi Papua mencapai Rp 10,61 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 17,95% (yoy). Sektor usaha pertanian dan kontruksi mencatatkan nilai dan pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar 528,57% (yoy) dan 125,90% (yoy). Jika dilihat dari kualitas penyaluran kredit yang diberikan kepada sektor utama di Papua dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan kondisinya masih berada pada tahap yang cukup aman dengan pencapaian Non Performing Loan (NPL) yang masih berada dibawah 5%. Akan tetapi, jika dilihat secara sektoral, sektor industri pengolahan, sektor angkutan, sektor LGA dan sektor kontruksi memiliki pencapaian NPL yang berada di atas 5%. Namun demikian, karena pangsa kredit dari sektor-sektor tersebut tidak terlalu besar, menyebabkan pencapaian NPL secara keseluruhan masih berada pada level yang relatif aman

65 Triwulan III 2014 Grafik 3.5. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Prov. Papua Grafik 3.6. Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama Prov. Papua Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua Tingkat penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua masih menunjukkan suatu pertumbuhan yang nilainya relatif tinggi. Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit multiguna yang mana pada triwulan III-2014 masing-masing berhasil tumbuh sebesar 12,26% (yoy) dan 19,76% (yoy). Dari total kredit konsumsi yang disalurkan sebesar Rp 8,45 triliun, pangsa kredit multiguna tercatat sebesar 39,50%, sedangkan kredit KPR dan KKB memiliki pangsa masing-masing sebesar 16,68% dan 0.75%, sedangkan sisanya merupakan kredit rumah tangga maupun peruntukan konsumsi lainnya. Selanjutnya diinformasikan juga bahwa penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua dinilai masih memiliki ketahanan yang cukup baik. Hal tersebut terlihat dari pencapaian nilai NPL secara keseluruhan yang masih jauh dibawah angka 5 %. Grafik 3.6. Pertumbuhan Kredit RT Prov. Papua Grafik 3.7. Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 43

66 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) Kinerja penyaluran kredit terhadap sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Provinsi Papua setiap waktunya selalu mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan. Pada triwulan III-2014, kredit UMKM di Papua tercatat berhasil tumbuh sebesar 32,38% (yoy). Penyaluran kredit UMKM memiliki pangsa sebesar 40,62% dari keseluruhan kredit yang disalurkan di Provinsi Papua. Nilai kredit UMKM yang berhasil disalurkan di Provinsi Papua adalah sebesar Rp 8,05 triliun. Kredit UMKM untuk peruntukan modal kerja memegang pangsa sebesar 76,78%, dimana angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kredit UMKM dengan peruntukan investasi yang hanya tercatat sebesar 23,22%. Pembiayaan terhadap sektor UMKM merupakan suatu hal yang harus diberikan perhatian lebih, hal tersebut mengingat besarnya kontribusi UMKM dalam mendorong taraf hidup masyarakat ke tingkat yang lebih tinggi. Grafik 3.8. Pertumbuhan Kredit MKM Prov. Papua Grafik 3.9. Perkembangan NPL Kredit MKM Prov. Papua Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat 3.3 Perbankan Provinsi Papua Barat Perkembangan Umum Secara umum perbankan di Provinsi Papua Barat mengalami perkembangan yang cukup baik. Hal tersebut tercermin dari beberapa indikator utama seperti total aktiva, dan DPK Perbankan pada triwulan III Total aset perbankan Provinsi Barat pada triwulan III-2014 mencapai Rp 13,58 triliun atau meningkat cukup signifikan sebesar 17,98% (yoy) sementara total DPK mencapai Rp 12,43 triliun atau meningkat 17,39% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

67 Triwulan III 2014 Searah dengan hal tersebut, penyaluran kredit mencapai Rp 8,04 triliun atau tumbuh sebesar 23,49% (yoy) dengan rasio LDR mencapai 64,66%. Pesatnya pertumbuhan kredit tersebut juga masih diimbangi oleh kualitas kredit yang cukup baik dengan pencapaian NPL yang cukup rendah sebesar 2,03%, atau masih jauh di bawah ambang batas maksimal yang ditetapkan sebesar 5%. Tabel 3.7. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat Provinsi Papua Barat Growth I III IV IV I II III IV I II III YOY Total Asset (Rp miliar) 7,865 9,002 9,136 9,136 9,554 10,556 11,508 12,262 11,305 12,795 13, % DPK (Rp miliar) 7,225 8,376 8,284 8,284 9,381 9,727 10,591 11,061 10,289 11,690 12, % Giro (Rp miliar) 2,474 3,517 2,085 2,085 3,489 4,171 4,862 3,882 3,729 5,241 5, % Deposito (Rp miliar) 1,388 1,455 1,424 1,424 3,863 1,738 1,810 1,963 2,129 2,125 2, % Tabungan (Rp miliar) 3,363 3,404 4,775 4,775 1,630 3,818 3,918 5,216 4,431 4,324 4, % Kredit Penggunaan (Rp miliar) 4,177 4,974 5,397 5,397 5,614 6,194 6,510 6,857 7,352 7,815 8, % Modal Kerja 1,915 2,351 2,574 2,574 2,508 2,699 2,778 2,884 3,287 3,695 3, % Investasi ,086 1,157 1,177 1, % Konsumsi 1,851 2,013 2,172 2,172 2,371 2,580 2,762 2,887 2,908 2,943 3, % Kredit MKM (Rp miliar) 1,840 2,226 2,357 2,357 2,220 2,543 2,589 3,003 3,342 3,654 3, % Modal Kerja 1,573 1,843 1,938 1,938 1,799 1,894 1,927 2,213 2,463 2,709 2, % Investasi % Kredit Mikro (Rp miliar) % Modal Kerja % Investasi % Kredit Kecil (Rp Miliar) 948 1,135 1,171 1,171 1,036 1,137 1,172 1,168 1,235 1,311 1, % Modal Kerja % Investasi % Kredit Menengah (Rp Miliar) ,046 1,031 1,431 1,649 1,806 1, % Modal Kerja ,036 1,248 1,403 1, % Investasi % NPL % NPL Ratio 1.27% 1.81% 1.41% 1.41% 1.67% 1.93% 2.28% 1.93% 1.90% 2.05% 2.03% -0.25% LDR 57.81% 59.38% 65.15% 65.15% 59.84% 63.68% 61.46% 62.15% 71.45% 66.85% 64.66% 3.20% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Sejalan dengan kondisi yang juga terjadi di Papua, pencapaian LDR oleh perbankan di Papua Barat masih dibawah target yang disebabkan oleh relatif terbatasnya sektor usaha yang layak untuk dibiayai, sementara beberapa perusahaan besar memperoleh kebutuhan dana dari perbankan di luar Papua maupun dari perusahaan induknya (parent company) Total Aset Secara total, aset perbankan Papua Barat mencapai Rp 13,58 triliun atau tumbuh 17,98% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sejalan dengan kondisi di Provinsi Papua, dominasi Bank-bank Pemerintah di Papua Barat masih relatif cukup tinggi dengan pangsa 91,13% sedangkan bank swasta hanya 7,55% dan BPR 1,32%. Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 45

68 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Grafik Perkembangan Aset Perbankan Papua Barat Grafik Komposisi Aset Perbankan Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan DPK perbankan Provinsi Papua Barat mencapai Rp 12,43 triliun yang terdiri dari giro Rp 5,52 triliun, tabungan Rp 4,41 triliun dan deposito Rp 2,50 triliun. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, deposito mengalami pertumbuhan yang signifikan yaitu sebesar 37,94% sedangkan giro dan tabungan masing-masing tumbuh terbatas sebesar 13,57% (yoy) dan 12,63% (yoy). Searah dengan perkembangan aset, share bank pemerintah masih mendominasi sebesar 91,13% diikuti oleh kelompok bank swasta dengan pangsa 7,55% dan BPR sebesar 1,32% terhadap total keseluruhan DPK di Provinsi Papua Barat. Grafik Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Penyaluran Kredit Perbankan Total penyaluran kredit sampai dengan triwulan III-2014 mencapai sebesar Rp 8,04 triliun atau tumbuh sebesar 23,50% (yoy) dibanding periode yang sama 46 46

69 Triwulan III 2014 tahun Berdasarkan penggunaannya, kredit modal kerja memiliki pangsa tertinggi sebesar 47,73%, diikuti oleh kredit konsumsi dengan share 38,70%, dan diikuti oleh kredit investasi 13,57%. Tabel 3.8. Kredit Perbankan Provinsi Papua Barat Provinsi Papua Barat I II III IV I II III IV I II III Modal Kerja Pertumbuhan 20.44% 25.53% 23.02% 34.27% 30.96% 22.78% 18.16% 12.04% 31.07% 36.91% 38.12% Investasi Pertumbuhan 30.89% 51.74% 71.83% 59.56% 72.74% 75.36% 58.95% 54.22% 62.99% 28.59% 12.52% Kredit Konsumsi Pertumbuhan 42.60% 32.27% 36.94% 33.74% 28.09% 35.08% 37.21% 30.89% 22.63% 14.05% 12.63% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Grafik Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat Grafik Komposisi Kredit Perbankan Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Sementara itu, jika dilihat berdasarkan sektor ekonomi, kredit terbesar didominasi oleh kredit kredit perdagangan,hotel dan restoran (PHR) yang mencapai sebesar 30,63% dari total kredit secara keseluruhan. Selanjutnya, diikuti oleh sektor kontruksi yang mencapai sebesar 11,72% dari kredit secara keseluruhan. Tingginya pangsa kredit untuk sektor kontruksi terjadi seiring tingginya aktivitas pembangunan di Papua Barat yang merupakan salah satu daerah yang mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah. Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 47

70 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Tabel 3.8. Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Papua Barat Growth I III IV IV I II III IV I II III YOY Kredit Sektoral (Rp miliar) 4,177 4,974 5,397 5,397 5,614 6,195 6,510 6,857 7,352 7,815 8, % Pertanian % Pertambangan % Industri pengolahan % Listrik,Gas dan Air % Konstruksi % Perdagangan 1,298 1,600 1,712 1,712 1,771 2,119 2,128 2,151 2,341 2,456 2, % Pengangkutan % Jasa Dunia Usaha % Jasa Sosial Masyarakat % Lain-lain 2,122 2,191 2,395 2,395 2,549 2,585 2,763 2,944 2,998 3,067 3, % Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat LDR dan NPL Pada triwulan III-2014, dicapainya pertumbuhan DPK yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan penyaluran kredit oleh perbankan mengakibatkan meningkatnya pencapaian Loan To Deposit Ratio (LDR) menjadi sebesar 64,66% atau meningkat sebesar 3,20% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pencapaian LDR yang masih terbatas menunjukan bahwa fungsi intermediasi perbankan di Provinsi Papua Barat belum menunjukkan fungsi yang optimal. Namun demikian mengingat pencapaian tersebut masih dibawah target serta dengan mempertimbangkan masih besarnya peluang penyaluran kredit yang dapat dilakukan oleh perbankan di Provinsi Papua Barat angka LDR tersebut diharapkan masih dapat ditingkatkan ke level yang lebih tinggi. Ditengah masih belum tercapainya target LDR Perbankan di Provinsi Papua Barat, pada triwulan laporan kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan di Papua Barat juga masih berada dalam rentang yang cukup aman. Hal tersebut dapat tercermin dari adanya penurunan NPL menjadi sebesar 2,03% pada triwulan III-2014 dari 2,28% pada triwulan III Kedepannya perbankan di Provinsi Papua Barat diharapkan agar senantiasa dapat menjaga kualitas kredit, hal tersebut diperlukan guna mencegah timbulnya risiko gagal bayar (default risk) yang akan dihadapi oleh masing-masing bank

71 Triwulan III 2014 Tabel 3.9. Perkembangan Indikator Perbankan Grafik Perkembangan NPL & LDR NPL PAPUA BARAT (%) I II III IV I II III Pertanian 8.82% 17.74% 20.00% 6.48% 2.91% 1.83% 1.82% Pertambangan 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% Industri Pengolahan 2.94% 3.56% 1.97% 4.03% 5.52% 8.21% 8.47% Listrik,Gas dan Air 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% Konstruksi 0.25% 1.59% 2.40% 1.34% 0.80% 1.09% 1.17% Perdagangan, Hotel dan Restora 3.16% 2.97% 3.34% 3.07% 2.99% 3.09% 2.97% Angkutan dan Komunikasi 0.00% 0.36% 1.74% 0.76% 0.36% 0.99% 1.25% Jasa Dunia Usaha 1.34% 1.54% 2.67% 1.82% 1.69% 2.77% 1.95% Jasa Sosial 0.42% 0.26% 0.87% 0.64% 1.24% 1.41% 1.60% Lain-lain 1.02% 1.01% 1.44% 1.22% 1.33% 1.40% 1.49% Total 1.66% 1.93% 2.28% 1.93% 1.90% 2.05% 2.01% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua Barat Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua Barat Penyaluran kredit terhadap sektor usaha utama di Provinsi Papua Barat masih menunjukan peningkatan yang cukup baik. Seluruh sektor ekonomi pada triwulan III-2014 mengalami akselerasi pertumbuhan yang cukup baik. Hingga bulan September 2014, dari total kredit sektor korporasi yang nilai penyalurannya mencapai sebesar Rp 4,89 triliun, sektor perdagangan mengambil pangsa tertinggi sebesar 30,63%. Selanjutnya sektor kontruksi dengan pangsa sebesar 11,72%, sektor jasa sosial masyarakat dengan pangsa sebesar 6,21%, dan sektor pengangkutan dengan pangsa sebesar 3,97%. Adapun jika dilihat dari kualitas penyaluran kredit yang diberikan kepada sektor utama di provinsi Papua Barat dapat dikatakan bahwa hampir seluruh sektor masih berada pada tahap yang cukup aman dengan pencapaian Non Performing Loan (NPL) yang berada dibawah 5%, tercatat hanya sektor industri pengolahan yang memiliki NPL lebih dari 5% (yaitu sebesar 8,47%). Grafik Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Prov. Papua Barat Grafik Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama Prov. Papua Barat Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 49

72 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua Barat Tingkat penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua Barat masih menujukan pertumbuhan yang relatif tinggi. Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit multiguna yang mana pada triwulan III-2014 masing-masing berhasil tumbuh sebesar 31,99% (yoy) dan 25,38% (yoy). Dari total kredit rumah tangga yang disalurkan sebesar Rp 2,94 triliun, pangsa kredit multiguna tercatat sebesar 41,71%, sedangkan kredit KPR dan KKB memiliki pangsa masing-masing sebesar 18,96% dan 1,23%, sedangkan sisanya merupakan kredit rumah tangga maupun untuk peruntukkan konsumsi lainnya. Penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua Barat dinilai masih memiliki ketahanan yang cukup baik. Hal tersebut tercermin dari pencapaian nilai NPL yang masih jauh dibawah angka 5 %. Grafik Pertumbuhan Kredit RT Prov. Papua Barat Grafik Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua Barat Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) Kinerja penyaluran kredit terhadap sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Provinsi Papua Barat selalu mengalami pertumbuhan. Pada triwulan III-2014, kredit UMKM di Papua Barat tercatat berhasil tumbuh sebesar 43,07% (yoy). Kredit terhadap UMKM memiliki pangsa sebesar 46,08% dari keseluruhan kredit yang disalurkan di Provinsi Papua Barat. Nilai kredit UMKM yang berhasil disalurkan di Provinsi Papua Barat adalah sebesar Rp 3,70 triliun. Kredit UMKM untuk peruntukan modal kerja memegang pangsa sebesar 74,65% lebih tinggi dibandingkan kredit UMKM untuk investasi yang tercatat sebesar 25,35%. Pembiayaan terhadap sektor UMKM dinilai masih memiliki prospek yang cukup 50 50

73 Triwulan III 2014 baik seiring dengan terus bertumbuhnya jumlah UMKM dan semakin baiknya prospek perkembangan ekonomi di Provinsi Papua Barat kedepan. Grafik Pertumbuhan Kredit MKM Prov. Papua Barat Grafik Perkembangan NPL Kredit MKM Prov. Papua Barat Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 51

74 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat 52 52

75 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1 Keuangan Daerah Provinsi Papua Dalam asesmen mengenai keuangan daerah di Provinsi Papua akan digunakan data Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) Pemerintah Daerah Provinsi (Pemprov) Papua sebagai representasi perkembangan keuangan pemerintahan daerah (pemda) di Papua. Secara umum porsi APBD Pemprov tidak mendominasi. Namun demikian, ukuran pemerintah (size of government) dalam hal fiskal, pemprov secara relatif jauh lebih besar dibandingkan pemda-pemda lain di perekonomian Papua (lihat Tabel 4.1). Alasan lainnya adalah bahwa kompilasi data dari level kabupaten kota tidak dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan Kajian Ekonomi Regional (KER) Bank Indonesia. Oleh karena itu, untuk asesmen perkembangan keuangan pemda digunakan data APBD pemprov sebagai proksi aktivitas fiskal di Papua secara keseluruhan. Pemerintah Daerah Tabel 4.1. Komparasi Ukuran Fiskal Pemda-Pemda di Provinsi Papua dalam miliar rupiah Pendapatan Kontribusi di Total Provinsi dalam miliar rupiah Belanja Kontribusi di Total Provinsi Prov. Papua 10, % 11, % Kab. Asmat 1, % 1, % Kab. Biak Numfor % % Kab. Boven Digoel 1, % 1, % Kab. Deiyai % % Kab. Dogiyai % % Kab. Intan Jaya % % Kab. Jayapura % % Kab. Jayawijaya % % Kab. Kepulauan Yapen % % Kab. Lanny Jaya % % Kab. Mamberamo Raya % % Kab. Mamberamo Tengah % % Kab. Merauke 1, % 1, % Kab. Nabire % % Kab. Nduga % % Kab. Paniai % % 53

76 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Pemerintah Daerah dalam miliar rupiah Pendapatan Kontribusi di Total Provinsi dalam miliar rupiah Belanja Kontribusi di Total Provinsi Kab. Pegunungan Bintang 1, % 1, % Kab. Puncak 1, % 1, % Kab. Puncak Jaya 1, % % Kab. Sarmi % % Kab. Supiori % % Kab. Tolikara % % Kab. Waropen % % Kab. Yahukimo % % Kab. Yalimo % % Kota Jayapura 1, % 1, % TOTAL PAPUA 33, % 35, % Sumber: Data APBD 2014 diolah dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan Republik Indonesia Secara umum postur keuangan daerah di Papua mengalami peningkatan pada 2014 (lihat Tabel 4.2). Kenaikan pada sisi belanja pemerintah diimbangi dengan kemampuan atau ketersediaan pendanaan pemda yang dicerminkan oleh sisi pendapatan dan pembiayaannya. Untuk belanja pemerintah, sumber peningkatan belanja tertinggi adalah pos Belanja Langsung (tidak termasuk Belanja Pegawai), 45,7 persen. Sementara itu, untuk pendapatan, pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pendapatan Lain-Lain memiliki pertumbuhan tertinggi, sebesar 310,4 persen. Tabel 4.2. Perkembangan APBD Pemprov Papua Tahun Anggaran (dalam miliar rupiah) Uraian APBD 2013 APBD 2014 Pertumbuhan PENDAPATAN 8, , % PENDAPATAN ASLI DAERAH % PENDAPATAN TRANSFER 7, , % LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH , % BELANJA 8, , % BELANJA TIDAK LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 5, , % BELANJA LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 2, , % BELANJA PEGAWAI , % SURPLUS / (DEFISIT) (150.00) (715.97) 377.3% PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH % PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH % PEMBIAYAAN NETTO (150.00) % Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan Indonesia Untuk tahun anggaran 2014, target Pendapatan Pemprov Papua tercatat sebesar Rp10,49 triliun. Angka tersebut meningkat 28,15 persen 54 54

77 Triwulan III 2014 dibandingkan dengan Saat ini, sumber pendapatan terbesar pemprov adalah dari dana tranfer oleh pemerintah pusat. Namun demikian, pos tersebut pertumbuhannya relatif stabil, meningkat 2,4 persen secara keseluruhan. Sementara itu, pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan lain-lain memiliki pertumbuhan yang relatif sangat tinggi (lihat Tabel 4.2). Jika kondisi ini terus berlangsung, maka ke depannya ketergantungan pemda atas pemerintah pusat dapat semakin berkurang. Tabel 4.3. Perkembangan Target Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua (dalam miliar rupiah) Uraian APBD 2013 APBD 2014 Pertumbuhan PENDAPATAN 8, , % PENDAPATAN ASLI DAERAH % Pajak Daerah % Retribusi Daerah % Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan % Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah % PENDAPATAN TRANSFER 7, , % Dana Perimbangan 2, , % Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak % Dana Alokasi Umum 1, , % Dana Alokasi Khusus % Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian 4, , % LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH , % Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Dari sisi belanja, pemprov mengalokasikan belanja sebesar Rp11,21 triliun pada Angka tersebut meningkat sebesar 24,7 persen jika dibandingkan dengan Tingginya kenaikan belanja pemprov Papua terutama disebabkan oleh peningkatan alokasi Belanja Modal (92,1%); Belanja Bantuan Keuangan Bagi Pemda Lain (102,1%); serta Belanja Barang dan Jasa (27%). Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 55

78 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Tabel 4.4. Perkembangan Struktur Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua (dalam miliar rupiah) URAIAN APBD 2013 APBD 2014 Pertumbuhan BELANJA 8, , % BELANJA TIDAK LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 5, , % Belanja Hibah % Belanja Bantuan Sosial % Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah % Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota 3, , % Pemerintah Desa dan Partai Politik % Belanja Tidak Terduga 2, % BELANJA LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 2, , % Belanja Barang dan Jasa 1, , % Belanja Modal 1, , % BELANJA PEGAWAI , % Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Per triwulan III-2014, realisasi pendapatan pemprov Papua tercatat sebesar Rp8,01 triliun atau setara 76 persen dari target anggaran tahun ini. Kondisi tersebut sama dengan kondisi di kuartal yang sama tahun sebelumnya (76,5%). Pos-pos pendapatan yang realisasi pencairan atau pengumpulannya masih di bawah 75 persen per tengah tahun anggaran adalah Pajak Daerah (63,0%); Retribusi Daerah (59,2%) serta Dana Alokasi Khusus (30%). Dana Alokasi Khusus dan Penyesuaian sendiri, meskipun realisasi hingga pertengahan tahun anggaran masih di bawah 50 persen, pencapaiannya sama seperti yang terjadi padatahun 2013 (30%). Tabel 4.5. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua (dalam miliar rupiah) Uraian Realisasi s.d Triwulan III-2013 Realisasi s.d Triwulan III-2014 Nominal Realisasi APBD Nominal Realisasi APBD PENDAPATAN 6, % 8, % PENDAPATAN ASLI DAERAH % % Pajak Daerah % % Retribusi Daerah % % Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang % % Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah % % PENDAPATAN TRANSFER 5, % 5, % Dana Perimbangan 1, % 2, % Bagi Hasil Pajak & Bagi Hasil Bukan Pajak % % Dana Alokasi Umum 1, % 1, % Dana Alokasi Khusus % % Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian 3, % 3, % LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH % 1, % Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua 56 56

79 Triwulan III Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Sama seperti kinerja sisi pendapatan, sisi pengeluaran keuangan pemda secara umum juga menunjukkan kinerja yang relatif stabil. Per triwulan III-2014, realisasi belanja pemprov Papua tercatat sebesar Rp5,72 triliun atau setara 51,1 persen total tahun berjalan. Secara nominal, realisasi tersebut meningkat dibandingkan triwulan III-2013, namun jika dilihat secara relatif terhadap total belanja, kinerjanya menunjukkan sedikit penurunan. Penurunan kinerja relatif ini, apabila dicermati sama sekali tidak menunjukkan penurunan kualitas kapasitas institusional pemda dalam mengelola kebijakan fiskalnya. Penurunan relatif yang terjadi lebih tepat jika ditafsirkan sebagai cerminan kurangnya fleksibilitas existing institusi pemda dalam merespon peningkatan alokasi belanjanya. Kenaikan total alokasi belanja yang cukup tinggi, tidak dapat segera diimbangi dengan kemampuan menyerap anggaran yang telah dialokasikan. Hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah kemampuan pemda untuk menyerap alokasi Belanja Modal. Belanja Modal per triwulan III-2014 menunjukkan tingkat penyerapan terendah (13,1%) dibandingkan pos-pos lain. Jika dibandingkan dengan periode yang sama di 2013, penyerapan ini menunjukkan penurunan yang cukup signifikan, baik secara nominal maupun relatif terhadap total yang dianggarkan. Realisasi yang rendah tersebut pada dasarnya cukup wajar, jika memperhatikan pola dan tahapan administrasi pemerintahan yang harus dilalui dalam pencairannya. Namun demikian, praktik memacu pencairan sebagian besar alokasi di triwulan IV tahun anggaran pada kesempatannya dapat menyebabkan inefisiensi realisasi anggaran. Inefisiensi tersebut juga akan berdampak pada kualitas barang dan jasa publik yang dihasilkan. Artinya, peningkatan alokasi Belanja Modal tidak akan serta-merta berdampak positif terhadap perekonomian secara umum, jika realisasinya tidak dilakukan secara efisien. Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 57

80 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Tabel 4.6. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua (dalam miliar rupiah) URAIAN Realisasi s.d Triwulan III-2013 Realisasi s.d Triwulan III-2014 Nominal Realisasi APBD Nominal Realisasi APBD BELANJA 4, % 5, % BELANJA TIDAK LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 2, % 3, % Belanja Hibah % % Belanja Bantuan Sosial % % Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah % % Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, 1, % 3, % Pemerintah Desa dan Partai Politik Belanja Tidak Terduga % % BELANJA LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 1, % 1, % Belanja Barang dan Jasa % % Belanja Modal % % BELANJA PEGAWAI % % Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Surplus, Defisit dan Pembiayaan Untuk 2014, secara anggaran Pemprov Papua menjalankan anggaran defisit. Kendati demikian, jika komponen pembiayaan defisit tersebut diperhatikan dengan seksama, maka dapat ditemukan sumber utama pembiayaannya adalah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya (SiLPA). Artinya, defisit fiskal yang terjadi lebih disebabkan oleh mismatch antara anggaran dan realisasi yang dilakukan oleh pemda, sehingga menyebabkan alokasi dana di tahun sebelumnya harus di-carry over ke tahun anggaran berjalan. Dalam konteks demikian, defisit fiskal yang persisten tersebut bukanlah indikasi memburuknya kesehatan atau keberlanjutan keuangan pemda di Papua. Secara real, pemprov Papua sebenarnya menjalankan kebijakan balance budgeting. Tabel 4.7. Perkembangan Keseimbangan Fiskal Pemerintah Provinsi Papua (dalam miliar rupiah) URAIAN ANGGARAN SURPLUS / (DEFISIT) (150.00) (715.97) % PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH % Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya % PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH % Pembentukan Dana Cadangan % Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah % Pembayaran Pokok Utang % PEMBIAYAAN NETTO (150.00) % Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua 2013 ANGGARAN 2014 PERTUMBUHAN Realisasi anggaran per triwulan III-2014 sendiri menunjukkan bahwa sejauh ini pemprov Papua mengalami surplus anggaran sebesar Rp2,

81 Triwulan III 2014 triliun. Berdasarkan tren historis, surplus tersebut diprakirakan akan digunakan untuk menopang kebutuhan anggaran dalam beberapa waktu kedepan. Tabel 4.8. Realisasi APBD Provinsi Papua Triwulan III-2014 (dalam miliar rupiah) ANGGARAN Realisasi s.d URAIAN 2014 Triwulan III-2014 SURPLUS /(DEFISIT) (715.97) 2, PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH Pembentukan Dana Cadangan - Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah Pembayaran Pokok Utang - PEMBIAYAAN NETTO (90.00) Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 59

82 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat 4.2 Keuangan Daerah Provinsi Papua Barat Selanjutnya, asesmen mengenai keuangan daerah akan membahas mengenai Provinsi Papua Barat. Sama seperti Provinsi Papua, asesmen akan dilakukan pada level pemprov saja. Secara umum besaran keuangan daerah di Papua Barat juga mengalami peningkatan pada 2014 (lihat Tabel 4.9). Kenaikan pada sisi belanja pemerintah diimbangi dengan kemampuan atau ketersediaan pendanaan pemda yang dicerminkan oleh sisi pendapatan dan pembiayaannya. Untuk belanja pemerintah, sumber peningkatan belanja tertinggi adalah pos Belanja Tidak Langsung (tidak termasuk Belanja Pegawai), 48,4 persen. Sementara itu, untuk pendapatan, pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pendapatan Lain-Lain memiliki pertumbuhan tertinggi (43,3%), meskipun kontribusinya dalam total pendapatan masih relatif sangat kecil. Tabel 4.9. Perkembangan Target Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat (dalam miliar rupiah) Uraian APBD 2013 APBD 2014 Pertumbuhan PENDAPATAN 4, , % PENDAPATAN ASLI DAERAH % Pajak Daerah % Retribusi Daerah % Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan % Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah % PENDAPATAN TRANSFER 4, , % Dana Perimbangan 1, , % Bagi Hasil Pajak & Bagi Hasil Bukan Pajak , % Dana Alokasi Umum 1, , % Dana Alokasi Khusus % Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian 2, , % LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH % Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Untuk tahun anggaran 2014, Pemprov Papua Barat menargetkan Pendapatan sebesar Rp5,87 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 38 persen, jika dibandingkan dengan Dari seluruh sumber pendapatan pemda, pos dana transfer oleh pemerintah pusat mendominasi total pendapatan. Pos tersebut juga memiliki peningkatan yang cukup tinggi (33,1%), terutama didorong oleh kenaikan Dana Bagi Hasil (DBH). DBH yang sebelumnya nilainya hanya separuh nilai Dana Alokasi Umum (DAU), kini memiliki nilai yang sama dengan DAU. Sementara itu, pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan lain-lain memiliki pertumbuhan yang relatif sama dengan Pendapatan Transfer 60 60

83 Triwulan III 2014 (lihat Tabel 4.9). Artinya, dalam horizon waktu ke depan, kebijakan fiskal daerah di Papua Barat masih akan sangat terpengaruh kebijakan fiskal pemerintah pusat. Tabel Perkembangan Struktur Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat (dalam miliar rupiah) URAIAN APBD 2013 APBD 2014 Pertumbuhan BELANJA 4, , % BELANJA TIDAK LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 1, , % Belanja Hibah % Belanja Bantuan Sosial % Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah % Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, 1, , % Pemerintah Desa dan Partai Politik % Belanja Tidak Terduga % BELANJA LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 1, , % Belanja Barang dan Jasa 1, , % Belanja Modal , % BELANJA PEGAWAI % Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Dari sisi belanja, pemprov mengalokasikan belanja sebesar Rp5,87 triliun pada Angka tersebut meningkat sebesar 38 persen jika dibandingkan dengan Tingginya kenaikan belanja pemprov Papua Barat terutama disebabkan oleh peningkatan alokasi Belanja Modal (61,7%); Belanja Bantuan Keuangan Bagi Pemda Lain (146%); serta Belanja Bagi Hasil kepada pemerintah lainnya (31,5%) Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Realisasi pendapatan pemprov Papua Barat tercatat sebesar Rp3,82 triliun atau setara 73 persen dari target tahun anggaran ini. Dibandingkan periode yang sama di 2013, realisasi pendapatan total menunjukkan penurunan. Triwulan III-2013 mencatatkan nilai realisasi Rp4,14 triliun (97,4%). Namun demikian, angka realisasi yang tinggi di 2013 tampaknya bukan merupakan kecenderungan yang lazim bagi perilaku fiskal di wilayah Papua. Di 2013, terlihat realisasi Dana Bagi Hasil (DBH) mencapai 237,3 persen, sementara Dana Alokasi Umum (DAU) sudah mendekati angka 100 persen dari target anggaran. Persentase realisasi yang tinggi itu lebih diakibatkan oleh perubahan kebijakan alokasi dana transfer oleh pemerintah pusat di tengah tahun anggaran berjalan. Sementara itu, Pos pendapatan yang realisasi pencairan atau pengumpulannya Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 61

84 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat di bawah 75 persen per triwulan III tahun anggaran hanyalah DBH (52,0%). Untuk PAD, secara keseluruhan telah melampaui 75 persen dari yang ditargetkan. Tabel Realisasi Pendapatan Provinsi Papua Barat Triwulan III-2014 (dalam miliar rupiah) Uraian Realisasi s.d Triwulan III-2013 Realisasi s.d Triwulan III-2014 Nominal Realisasi APBD Nominal Realisasi APBD PENDAPATAN 4, % 3, % PENDAPATAN ASLI DAERAH % % Pajak Daerah % % Retribusi Daerah % % Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang % % Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah % % PENDAPATAN TRANSFER 4, % 3, % Dana Perimbangan 2, % 1, % Bagi Hasil Pajak & Bagi Hasil Bukan Pajak 1, % % Dana Alokasi Umum % % Dana Alokasi Khusus % % Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian 1, % 2, % LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Per triwulan III-2014, Pemprov Papua Barat telah merealisasikan Rp2,81 triliun anggaran belanjanya atau setara 47,9 persen total tahun berjalan. Realisasi tersebut jauh meningkat, baik secara nominal maupun proporsi total alokasi, dibandingkan triwulan III 2013, yang operasional administrasi pemerintahan di tahun itu sempat terganggu. Pos yang realisasi tengah tahunnya telah melampaui 75 persen adalah pos Belanja Bantuan Sosial dan Belanja Hibah. Selain itu, rata-rata realisasinya masih jauh di bawah 75 persen

85 Triwulan III 2014 Tabel Realisasi Pengeluaran Provinsi Papua Barat Triwulan III-2014 (dalam miliar rupiah) URAIAN Realisasi s.d Triwulan III-2013 Realisasi s.d Triwulan III-2014 Nominal Realisasi APBD Nominal Realisasi APBD BELANJA % 2, % BELANJA TIDAK LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) % 1, % Belanja Hibah % % Belanja Bantuan Sosial - 0.0% % Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah - 0.0% % Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, - 0.0% 1, % Pemerintah Desa dan Partai Politik - 0.0% - 0.0% Belanja Tidak Terduga - 0.0% - 0.0% BELANJA LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) % % Belanja Barang dan Jasa % % Belanja Modal % % BELANJA PEGAWAI % % Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Surplus, Defisit dan Pembiayaan Sama seperti di Provinsi Papua, secara anggaran Pemprov Papua Barat menjalankan kebijakan fiskal defisit, meskipun secara riil sebenarnya yang dilakukan merupakan kebijakan balance budgeting. Realisasi anggaran per triwulan III-2014 sendiri menunjukkan bahwa pemprov Papua Barat mencatatkan surplus sebesar Rp647,87 miliar. Berdasarkan praktik yang umum terjadi di berbagai daerah, penggunaan surplus dan realisasi berbagai pos belanja diprakirakan akan dipacu di triwulan III dan IV. Tabel Realisasi Pembiayaan Provinsi Papua Barat Triwulan III-2014 (dalam miliar rupiah) Realisasi s.d Triwulan URAIAN ANGGARAN 2014 III-2014 SURPLUS /(DEFISIT) (599,864,011,525) 647,874,956,140 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 649,880,133,538 1,000,000 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 649,880,133,538 1,000,000 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 50,000,000,000 - Pembentukan Dana Cadangan - - Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 50,000,000,000 - Pembayaran Pokok Utang - - PEMBIAYAAN NETTO 599,880,133,538 1,000,000 Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 63

86

87 BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 5.1 Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) RTGS Pada triwulan III-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS di Wilayah Papua mencapai nilai Rp 10,11 trilliun atau naik sebesar 1,77% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Tingginya nilai transaksi yang keluar dari wilayah Papua ke wilayah lain diyakini terjadi karena masih besarnya ketergantungan wilayah Papua terhadap daerah lain dalam pemenuhan kebutuhan barang dan jasa. Disisi lain, jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua atau transaksi masuk (inflow) mencapai Rp 14,25 triliun, angka tersebut mengalami penurunan sebesar - 3,19% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Meningkatnya jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua melalui sarana RTGS terjadi seiring adanya pengalokasian berbagai dana perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat, dimana alokasi dana tersebut mayoritas baru terealisasi secara maksimal mulai pertengahan tahun Adapun nilai transaksi keuangan antar bank melalui sarana BI-RTGS di wilayah Papua selama periode triwulan III-2014 tercatat sebesar Rp 2,51 triliun atau turun cukup signifikan sebesar -18,00% (yoy) dibandingkan dengan pencapaian tahun lalu. Tabel 5.1. Transaksi RTGS Wilayah Papua I II III IV I II III Growth (YoY) Outflow (from) Nominal (Rp.milliar) 12,831 7,991 9,930 13,739 8,248 7,442 10, % Lembar Warkat 10,342 12,183 11,764 13,586 10,882 10,887 11, % Inflow (to) Nominal (Rp.milliar) 11,545 11,476 14,716 18,411 9,654 11,618 14, % Lembar Warkat 12,090 14,890 15,230 16,698 13,699 14,785 15, % Net Inflow Nominal (Rp.milliar) (1,285) 3,485 4,786 4,671 1,406 4,176 4, % Lembar Warkat 1,749 2,707 3,466 3,112 2,817 3,898 4, % Intra Papua Nominal (Rp.milliar) 996 1,476 3,060 5,199 1,166 1,567 2, % Lembar Warkat 1,574 2,009 2,092 2,197 1,780 1,813 2, % Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat * Data bulan belum termasuk bulan Maret 65

88 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Grafik 5.1. Nilai Transaksi RTGS Sumber: KpwBI Papua & Papua Barat * Data bulan belum termasuk bulan Maret Dengan demikian, pada triwulan III-2014 transaksi masuk bersih (net inflow) tercatat sebesar Rp 4,14 triliun. Jumlah ini mengalami penurunan sebesar -13,51% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Menurunnya nilai transaksi masuk bersih ke wilayah Papua terjadi seiring tingginya jumlah transaksi keluar wilayah Papua akibat adanya pembayaran kepada beberapa kontraktor pembangunan infrastruktur yang mayoritas berasal dari luar daerah Papua. Namun demikian, masih dicapainya nilai transaksi masuk bersih (net inflow) yang positif pada triwulan III-2014, menandakan bahwa jumlah dana perimbangan yang masuk wilayah Papua yang berasal dari pemerintah pusat bagi Pemerintah daerah (Provinsi dan Kabupaten) yang ada di wilayah Papua memiliki porsi yang cukup tinggi. Adapun terdapat beberapa hal yang perlu menjadi perhatian, seiring adanya tren yang menunjukan bahwa nilai transaksi bersih dalam beberapa waktu terakhir cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketergantungan wilayah Papua terhadap daerah lain semakin meningkat, terutama dari segi pasokan kebutuhan barang dan jasa Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) Selain menyelenggarakan BI-RTGS, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat juga memfasilitasi terjadinya kegiatan kliring antar bank melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di wilayah Jayapura, Biak dan Sorong. Kliring adalah jasa penyelesaian hak dan kewajiban antar peserta kliring (bank) dengan cara saling menyerahkan warkat-warkat yang didukung oleh data elektronik yang penyelesaiannya dilakukan oleh sebuah sistem (penagihan warkat seperti cek atau bilyet giro yang berasal dari dalam kota). Penyelesaian transaksi melalui SKNBI adalah untuk transaksi dengan nilai 66 66

89 Triwulan III 2014 nominal yang relatif rendah dan memiliki tingkat urgensi yang rendah. Terdapat perbedaan jeda waktu settlement antara kiliring dan RTGS. Transaksi melalui kliring (SKNBI) membutuhkan proses settlement yang sedikit lebih lama (adanya jeda waktu) dibanding transaksi melalui RTGS yang penyelesaiannya dilakukan seketika (real time). Tabel 5.2. Transaksi Kliring Wilayah Papua Kliring Growth I II III IV I II III (YOY) Total Volume (lembar) 49,407 48,419 44,343 32,208 30,825 33,757 40, % Total Nominal Kliring (Rp Miliar) 1,214 1,312 1,617 1,204 1,288 1,343 1, % Rata-Rata Perputaran Kliring(per hari) Rata-Rata Volume (lembar) % Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari (Rp Milliar) % Nisbah Rata-Rata Penolakan Volume (%) % Nominal Nisbah Rata-Rata Penolakan (%) % Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan III-2014 di wilayah kerja KPw BI Prov. Papua & Papua Barat secara nominal mencapai angka Rp 1,56 triliun, angka tersebut menurun sebesar -3,72% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Dari sisi volume, jumlah warkat tercatat sebanyak lembar, menurun sebesar - 8,77% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Penurunan pertumbuhan volume dan nilai kliring pada triwulan III Masih relatif rendahnya tingkat kesadaran masyarakat serta terbatasnya jumlah daerah (kota dan kabupaten) yang menyediakan fasilitas kliring di wilayah Papua, menjadi salah satu faktor yang menunjukan relatif rendahnya nilai transaksi keuangan melalui fasilitas kliring. Secara proporsional, penurunan nilai transaksi kliring yang terjadi pada triwulan III-2014 diiringi dengan penurunan rata-rata harian perputaran kliring menjadi sebesar Rp 25,49 milliar/hari, angka tersebut turun sebesar - 0,70% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Ratarata harian warkat yang digunakan tercatat sebanyak 663 lembar/hari, atau turun sebesar -5,75% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumya. Di samping itu, Bank Indonesia senantiasa mewaspadai terkait rasio rata-rata penolakan warkat, yang mana pada triwulan III-2014 secara nominal mengalami penurunan signifikan menjadi sebesar 1,85% dari pencapaian triwulan sebelumnya sebesar 4,02%. Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 67

90 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Grafik 5.2. Perkembangan Kliring Wilayah Papua Sumber:KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat 5.3 Perkembangan Uang Kartal 4 Untuk mendukung aktivitas transaksi secara tunai, KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat menyediakan alat pembayaran berupa uang kartal yang cukup untuk menjamin terselenggaranya transaksi tunai secara aman dan lancar. Ketersediaan uang di masyarakat diupayakan dapat memenuhi kebutuhan jumlah, pecahan/denominasi maupun tingkat kelayakan edar. Pada triwulan III-2014, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas KPwBI Papua & Papua Barat mencapai Rp 1,22 triliun atau menurun sebesar -2,84% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, total uang keluar (outflow) mencapai sebesar Rp1.87 triliun atau menurun sebesar -17,07% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, pada triwulan III-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat mengalami posisi net outflow sebesar Rp miliar, yang artinya selama periode triwulan III-2014 jumlah uang yang keluar/diedarkan lebih banyak dari jumlah uang yang masuk/ditarik oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Papua & Papua Barat. Namun begitu, jumlah netoutflow tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp. 995,77 Milyar. Penurunan netoutflow tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah semakin banyaknya uang kartal yang masuk ke wilayah Papua dari daerah lain, semakin meningkatnya transaksi non tunai serta dapat juga disinyalir sebagai indikator 4 Oleh karena kendala teknis, analisis mengenai Perkembangan Uang Kartal masih menggunakan data Triwulan II

91 Triwulan III 2014 awal dalam perlambatan ekonomi sebagaimana yang diprediksi pada sepanjang tahun 2014 ini untuk di wilayah Papua. Tabel 5.3. Perkembangan Perkasan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat Uang Kartal Growth I II III IV I II III IV I II (YOY) Inflow (Rp Miliar) 2, , , , , , , , , , % Outflow (Rp Miliar) 1, , , , , , , , , % Net Inflow (Rp Miliar) 1, (1,194.16) (156.08) (4,605.64) 1, (995.77) 1, (381.17) 1, (646.37) % Saldo Persediaan Kas (Rp Miliar) 1, , , , , , , , , , % - Saldo Kas BI Jap (Rp Miliar) 1, , , , , , , , , % - Saldo Kas Titipan (Rp Miliar) , % Pemusnahan Uang kertas-tle (Rp Miliar) % Sumber : KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Grafik 5.3. Perkembangan Uang Kartal Sumber : KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Sementara itu, untuk memastikan bahwa uang yang dipegang masyarakat tetap dalam kondisi layak edar, KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat melakukan berbagai upaya diantaranya: mencabut uang yang sudah habis masa edar, memusnahkan uang tidak layak edar, dan mengedarkan uang layak edar kepada masyarakat. Adapun dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat telah melaksanakan kas keliling di beberapa wilayah di Papua serta membuka pelayanan kas titipan melalui perbankan di 4 (empat) kota yakni: Sorong, Merauke, Timika dan Biak. Saldo kas titipan sampai dengan posisi Juni 2014 dilaporkan mencapai Rp miliar, atau meningkat 95,46% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 69

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian Misi Bank Indonesia kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian Misi Bank Indonesia kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Jayapura !"#$#$ # $%#&!' $&!&&!!!! #!!' (# )!!# )))!!' #&* &)# # ) $ )!)!#) &+,&!! #& &! &) &) %!

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka Kata pengantar Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun 2012 merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen data terhadap data-data yang sifatnya strategis, dalam

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA Jl. Yos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan II 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 No. 28/05/72/Thn XVII, 05 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 Perekonomian Sulawesi Tengah triwulan I-2014 mengalami kontraksi 4,57 persen jika dibandingkan dengan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan IV2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan IV2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III-2013 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Asesmen Ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 40/11/31/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci