KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi

2 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI Telp : Fax :

3 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil. Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU. Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjadi kantor perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.

4 Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank.

5 K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-nya sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Jambi triwulan IV-2013 dapat diselesaikan dengan baik. KER merupakan salah satu terbitan periodik Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi sebagai sarana untuk membangun komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun eksternal. Dengan demikian, para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat memperoleh masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi daerah. KER mencakup beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, inflasi daerah, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan. Publikasi ini juga memuat perkiraan ekonomi dan inflasi daerah. Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, perekonomian Jambi pada triwulan IV-2013 menunjukkan perlambatan pertumbuhan yaitu dari 7,87% (yoy) menjadi 6,93% (yoy). Pergerakan pertumbuhan ekonomi di Jambi lebih tinggi dibandingkan dengan perekonomian nasional yang tumbuh 5,72%. Perekonomian Jambi selama tahun IV-2013 menghasilkan output Rp22,86 triliun atau 1,15% dari perekonomian Indonesia (Rp1.987,53 triliun). Dari sisi harga, kota Jambi mengalami inflasi 8,74% (yoy) lebih tinggi dari triwulan lalu 7,96% (yoy) dan inflasi nasional 8,38% (yoy). Perkembangan perbankan juga menunjukkan peningkatan dari sisi aset, penghimpunan dana dan penyaluran kredit. Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor juga cukup baik yaitu sebesar 121,66% Sementara itu, kualitas kredit masih berada pada level yang aman, ditunjukkan oleh angka Non Performing Loan (NPL) sebesar 1,98%. Pembenahan sektor riil secara terus menerus diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan terutama dalam rangka meningkatkan investasi. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan yang akan datang bergantung pada peningkatan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Dalam penyusunan KER triwulan IV-2013 kami banyak memperoleh support dari dinas-dinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas KER ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk kemakmuran masyarakat Jambi. Jambi, Februari 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI V. Carlusa Kepala Perwakilan v

6 Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank.

7 DAFTAR ISI Daftar Isi i Daftar Tabel... iii Daftar Grafik... v Ringkasan Eksekutif... 1 BAB I. Ekonomi Makro Regional... 5 A. Umum... 5 B. PDRB Sisi Produksi Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Industri Pengolahan Sektor-sektor Lain C. PDRB Sisi Pengeluaran Pengeluaran Konsumsi Investasi Perdagangan Eksternal Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi Impor Luar Negeri Provinsi Jambi Boks 1 Kebijakan GAPKINDO terhadap harga karet BAB II. Inflasi A. Kajian Umum B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Kelompok Bahan Makanan Kelompok Makanan Jadi, minuman, Rokok dan tembakau Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok Sandang Kelompok Kesehatan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Boks 2.Mengetahui dampak kenaikan Upah Minimum Provinsi bagi perekonomian Jambi BAB III. Perbankan Dan Sistem Pembayaran A. Perkembangan Kelembagaan B. Bank Umum i

8 1. Perkembangan Aset Bank Perkembangan Dana Masyarakat Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana Undisbursed Loan Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi Perkembangan Kredit UMKM C. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) D. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi Penyediaan Uang Layak Edar Perkembangan Jumlah Uang palsu yang Ditemukan Perkembangan Kliring Lokal Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah A. Realisasi Pendapatan Daerah Tahun B. Realisasi Belanja Daerah Tahun C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah D. Keuangan Pemerintah Daerah BAB V Ketenagakerjaan Daerah Dan Kesejahteraan A. Upah Minimum Provinsi (UMP) B. Kemiskinan C. Kesejahteraan BAB VI Prospek Perekonomian Lampiran Glosary A. Pertumbuhan Ekonomi B. Proyeksi Inflasi C. Rekomendasi Kebijakan ii KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV-2013

9 DAFTAR TABEL 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Sektoral Provinsi Jambi Pertumbuhan Sektor Pertanian Provinsi Jambi Pertumbuhan Sektor Perdagangan Provinsi Jambi Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Pertumbuhan Sektor Keuangan Provinsi Jambi Pertumbuhan PDRB Sisi Pengeluaran Indeks Tendensi Konsumen Realisasi Investasi PMA dan PMDN Jambi Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditi Utama Perkembangan Inflasi Kota Jambi Sumbangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) serta Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa Sumbangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode Triwulan IV Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum dan BPR Provinsi Jambi Penghimpunan Dana bank umum di Provinsi Jambi Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Kredit Bank Umum berdasarkan Lokasi Proyek di Provinsi Jambi Tabel Undisbursed loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi Perkembangan System Pembayaran Melalui KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi Perkembangan Transaksi RTGS Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Tahun Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Tahun TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI iii

10 4.3 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Tahun Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Perkembangan Realsasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Tahun Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Perbandingan UMP Wilayah Sumatera Garis Kemiskinan Provinsi Jambi Jumlah Penduduk Miskin Nilai Tukar Petani (NTP) Persub-sektor ( 2012 = 100 ) Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha 79 iv KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV-2013

11 DAFTAR GRAFIK 1.1 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (q-t-q) Nilai dan Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Produksi Padi Produksi Jagung Produksi Kedelai Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 tahun di Provinsi Jambi Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi Tingkat Hunian Hotel PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi Lifting Minyak Bumi Lifting Gas Alam Perkembangan Produksi Karet Jambi Perkembangan Total Pemakaian Listrik Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Perkembangan Indeks Air Bersih Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang Perkembangan Jumlah Kunjungan Kapal Perkembangan Total Arus Barang Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick-Up Baru Konsumsi Semen Provinsi Jambi Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditi Utama Volume Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Lima komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi Perkembangan Inflasi Kota Jambi dan Nasional Perbandingan Inflasi Tahun 2013 Kota Jambi dan kota lainnya di Pulau Sumatera Perkembangan Inflasi Jambi Tahun Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan Perkembangan Harga Jagung Perkembangan Harga Daging Perkembangan Harga Beras Perkembangan Harga Tepung Terigu Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 44 TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI v

12 2.11 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Provinsi Jambi Perkembangan Suku Bunga rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi Perkembangan Transaksi Kliring Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (%) Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi (%) Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi Perkembangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi Periode Tahun 2010 s.d Januari 2014 serta Perkiraan Februari s.d Maret Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Periode Tahun 2010 s.d Januari 2014 serta Perkiraan Fe bruari s.d Maret Perkembangan Inflasi Tahun kalender (y-t-d) Kota Jambi Periode Tahun 2010 s.d Januari 2014 serta Perkiraan Fe bruari s.d Maret vi KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV-2013

13 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH a. Inflasi dan PDRB INDIKATOR TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV MAKRO Indeks Harga Konsumen Kota Jambi Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi PDRB - Harga Konstan (Juta Rp) 1) 20,373,533 4,867,497 5,010,243 5,174,524 5,321,268 16,289,175 5,274,525 5,433,021 5,581,630 - Pertanian 6,004,284 1,451,187 1,491,500 1,518,732 1,542,865 6,449,193 1,561,623 1,600,976 1,637,790 1,648,803 - Pertambangan dan Penggalian 2,713, , , , ,265 2,755, , , , ,063 - Industri Pengolahan 2,532, , , , ,663 2,677, , , , ,824 - Listrik, Gas, dan Air Bersih 172,609 41,538 42,222 43,115 45, ,614 46,271 46,979 47,410 47,953 - Bangunan 1,031, , , , ,423 1,245, , , , ,978 - Perdagangan Hotel dan Restoran 3,673, , , , ,236 4,123, ,292 1,008,494 1,043,019 1,092,864 - Pengangkutan dan Komunikasi 1,473, , , , ,400 1,598, , , , ,048 - Keuangan, Persewaan dan Jasa 1,172, , , , ,502 1,265, , , , ,268 - Jasa 1,598, , , , ,179 1,675, , , , ,300 Nilai Ekspor Non Migas ( ribu USD) 2) 1,290, , , , , , , , , ,939 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 5,313,927 1,507,099 1,561, ,828 1,372,439 3,119, ,244 1,161,680 1,144, ,049 Nilai Impor Nonmigas (ribu USD ) 3) 107,610 34,070 16,962 26,040 30, ,978 16,689 39,052 82, ,056 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 107,841 10,440 33,658 24,426 39, ,793 41,980 32,722 48,091 47,459 Catatan 1) Angka sementara berdasarkan tahun dasar ) Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang berdasarkan SITC 2 digit yang berlaku. 3) Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2 vii

14 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH b. Perbankan INDIKATOR TAHUN 2012 TAHUN 2013 Tw.I-1 Tw.II-12 Tw.III-12 Tw.IV-12 Tw.I-13 Tw.II-13 Tw.III-13 Tw.IV-13 PERBANKAN A. Bank Umum : Total Aset (Rp Juta) 23,052,408 23,780,624 24,163,959 24,475,084 26,618,428 27,833,632 28,538,630 28,676,080 DPK(Rp Juta) 17,255,120 17,611,536 17,917,502 17,945,194 18,376,298 19,154,658 19,520,974 19,415,015 - Tabungan 8,754,559 9,207,801 9,141,330 10,132,421 9,492,101 9,646,142 10,070,264 3,343,467 - Giro 3,866,278 3,373,061 3,687,655 3,762,667 3,753,003 4,120,387 3,744,864 11,429,775 - Deposito 4,634,284 5,030,674 5,088,518 4,050,106 5,131,194 5,388,129 5,705,847 4,641,773 Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek1 ) 21,339,606 23,116,929 23,608,285 25,707,902 26,471,507 28,211,297 29,925,232 26,955,932 - Modal Kerja 8,956,344 9,761,212 9,281,782 9,935,402 10,115,811 9,822,930 10,124,382 8,103,793 - Konsumsi 3,671,188 4,211,014 9,574,000 10,289,952 10,543,228 11,256,968 11,816,000 8,410,345 - Investasi 8,712,074 9,144,703 4,752,503 5,482,548 5,812,468 7,131,399 7,984,850 10,441,794 - Dana 16,867,872 17,236,728 17,075,570 17,799,606 18,732,803 19,527,917 19,916,444 19,898,809 - LDR Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang 15,710,619 16,843,087 17,951,066 19,287,676 20,162,558 22,223,927 23,138,260 23,621,083 - Modal Kerja 6,483,171 7,075,722 6,914,923 7,326,502 7,484,277 7,365,449 7,453,703 7,548,969 - Konsumsi 6,534,233 6,921,191 7,784,459 8,237,555 8,644,788 9,376,743 9,931,771 10,207,932 - Investasi 2,693,215 2,846,175 3,251,684 3,723,619 4,033,494 5,481,736 5,752,786 5,864,182 - LDR (%) NPL Gross (%) 274, , , , , , , ,983 - NPL Gross nominal Kredit MKM (Rp Juta) Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) 3,058,451 3,118,341 3,439,722 3,388,031 3,389,186 3,729,806 3,537,483 3,302,277 - Kredit Modal Kerja 1,171,534 1,266,632 1,464,483 1,464,794 1,498,112 1,313,147 1,309,646 1,260,845 - Kredit Investasi 203, , , , , , , ,628 - Kredit Konsumsi 1,683,825 1,625,270 1,729,163 1,657,528 1,608,652 1,793,316 1,618,930 1,443,804 Kredit Kecil (Rp 50 < x Rp500 juta) (Rp Juta) 7,245,244 8,169,666 8,582,895 9,193,184 9,738,670 10,428,595 11,175,062 11,642,097 - Kredit Modal Kerja 2,100,859 2,324,547 2,014,978 2,084,917 2,147,246 1,827,369 1,887,664 1,914,038 - Kredit Investasi 824, ,979 1,028,456 1,117,634 1,203,160 1,714,598 1,782,084 1,829,234 - Kredit Konsumsi 4,319,640 4,892,140 5,539,461 5,990,633 6,388,264 6,886,628 7,505,314 7,898,825 Kredit Menengah (Rp500 juta < x Rp5 miliar) ((Rp Juta) 3,153,428 3,252,103 3,368,116 2,588,797 3,874,659 4,259,169 4,451,803 4,563,050 - Kredit Modal Kerja 2,047,667 2,237,132 2,235,693 1,655,435 2,515,038 2,762,995 2,810,877 2,853,406 - Kredit Investasi 584, , , , , , , ,870 - Kredit Konsumsi 520, , , , , , , ,774 Total Kredit MKM (Rp Juta) 13,457,123 14,540,110 15,390,733 15,170,012 17,002,515 18,417,570 19,164,348 19,507,424 NPL MKM gross (%) NPL MKM Gross Nominal 236, , , , , , , ,912 B. BPR : Total Aset (Rp Juta) 460, , , , , , , ,507 DPK (Rp Juta) 349, , , , , , , ,478 - Tabungan (Rp Juta) 63,909 69,101 71,206 80,701 80,242 76,783 81,355 80,519 - Deposito (Rp Juta) 285, , , , , , , ,959 Kredit (Rp Juta) 337, , , , , , , ,232 - Modal Kerja 87, , , , , , , ,623 - Investasi 73,586 87,528 98,433 95, , , , ,325 - Konsumsi 176, , , , , , , ,285 Kredit UMKM (Rp Juta) 160, , , , , , , ,099 Rasio NPL Gross (%) NPL Gross (Nominal) 14,246 15,131 16,822 13,762 22,726 27,743 33,804 38,558 - PPAP 7,257 8,131 8,582 8,560 7,927 11,272 13,653 14,380 Rasio NPL Net (%) LDR (%) viii

15 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH c. Sistem Pembayaran Uraian Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Kliring Nilai Kliring (juta Rp) 2,488,938 2,347,560 2,380,495 2,548,121 2,519,686 2,800,410 2,577,906 2,714,032 Volume Kliring (lembar warkat) 70,971 65,514 62,775 70,972 72,639 76,559 71,104 70,456 Cek dan BG Kosong 52,403 54,487 62,029 Lembar 856 1,164 1,150 1,134 1,463 1,811 1,837 1,635 Nominal (juta Rp) 36,225 33,051 40,025 35,192 83,121 64,290 56,120 63,174 RTGS RTGS dari Jambi (miliar Rp) 10,339 15,139 15,677 18,270 15,535 19,666 20,189 22,181 RTGS ke Jambi (miliar Rp) 51,804 54,010 29,104 29,431 22,244 22,658 26,876 33,327 RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) 2,653 3,543 3,350 4,702 4,032 4,695 7,422 6,521 Transaksi Tunai Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 518, , , , ,548 1,031,722 1,453, ,929 Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 771,960 1,187,425 1,387,811 1,565,493 1,034,718 1,682,989 2,605,130 2,836,373 Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (253,854) (768,454) (581,824) (1,171,808) (188,170) (651,267) (1,151,935) (2,025,444) ix

16 Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank.

17 RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI Perekonomian Provinsi Jambi triwulan IV mengalami perlambatan yaitu dari 7,87 (yoy) menjadi 6,93% (yoy)... I. Ekonomi Makro Regional Perekonomian Jambi pada Triwulan IV-2013 tumbuh sebesar 1,74% (qtq) atau 6,93% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya 2,74% (qtq) atau 7,87% (yoy)), namun masih lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional (5,72% yoy). Perekonomian Jambi pada triwulan laporan menghasilkan output Rp22,86 triliun atau 1,15% dari perekonomian Indonesia (Rp1.987,53 triliun) dan merupakan yang ketiga terendah di Sumatera. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada tahun 2013 tercatat sebesar 7,88% (yoy), lebih baik dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2012 (7,44% (yoy)). Sementara PDRB Provinsi Jambi pada tahun 2013 tercatat sebesar Rp85,56 triliun. Struktur perekonomian Jambi pada triwulan IV-2013 menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 45,77%, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 37,04% dan sektor sekunder sebesar 17,19%. Dari sisi permintaan, perlambatan perekonomian disebabkan oleh net ekspor yang mengalami perlambatan sebesar -5,18% (qtq), namun demikian pertumbuhan komponen permintaan lainnya mampu menjaga pertumbuhan ekonomi Jambi tetap berada pada angka yang cukup tinggi terutama pertumbuhan komponen pengeluaran konsumsi Pemerintah sebesar 23,75% (qtq) yang utamanya disebabkan oleh meningkatnya realisasi proyek Pemerintah di akhir tahun Dari sisi penawaran, turunnya sektor keuangan, persewaan, dan jasa keuangan (-0,26% qtq) dan melambatnya pertumbuhan sektor utama Jambi yaitu sektor pertanian dan pertambangan, menjadi sumber utama perlambatan ekonomi. Namun demikian, sektor perdagangan, hotel, dan restoran tumbuh signifikan dari 3,42% (qtq) pada triwulan III-2013 menjadi 4,78% (qtq) pada triwulan IV Sektor lain yang mengalami peningkatan cukup besar pada triwulan laporan adalah sektor industri pengolahan (3,28% qtq) dan sektor bangunan (2,80% qtq). 1

18 RINGKASAN EKSEKUTIF II. Inflasi Pada triwulan IV-2013, inflasi kota Jambi tercatat 1,04% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (3,53% qtq) namun lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi triwulan IV selama tiga tahun terakhir (0,63% qtq). Faktor utama meningkatnya inflasi kota Jambi disebabkan oleh meningkatnya inflasi administered prices sebesar 2,18% (qtq), sementara inflasi inti dan volatile food tercatat masing-masing sebesar 0,97% (qtq) dan 0,28% (qtq). Sumber utama peningkatan inflasi administered prices adalah meningkatnya tarif tenaga listrik (TTL), bahan bakar rumah tangga, rokok kretek filter, dan angkutan udara.1 Sedangkan peningkatan inflasi inti utamanya disebabkan oleh tingginya permintaan masyarakat sehubungan dengan perayaan hari raya kegamaan (Idul Adha dan Natal) tahun baru dan liburan sekolah serta tingginya realisasi belanja pemerintah di akhir tahun. Pergerakan angka inflasi bulanan (m-t-m) pada bulan Oktober, November, dan Desember 2013 masing-masing sebesar 0,87%, -0,22% dan 0,39%. Inflasi bulanan yang relatif tinggi di bulan Oktober utamanya karena kenaikan harga cabe merah, bahan bakar rumah tangga dan kontrak rumah. Secara tahunan, pada tahun 2013, inflasi kota Jambi tercatat 8,74% (yoy), lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi dalam tiga tahun terakhir (5,24%) dan juga tercatat di atas inflasi nasional (8,38%). Pada triwulan IV-2013, Kota Jambi mengalami inflasi sebesar 8,74% (yoy)... III. Perbankan dan Sistem Pembayaran Kinerja perbankan pada triwulan IV-2013 secara umum menunjukkan peningkatan, dari sisi aset dan penyaluran kredit sedangkan penghimpunan dana sedikit menurun. Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor naik sebesar 313 bps menjadi 121,66%. Aset perbankan pada triwulan laporan sebesar Rp28.676,08 miliar. Outstanding kredit bank umum meningkat 2,09% (qtq) menjadi Rp23.621,08 miliar, sementara DPK menurun 0,54% (qtq) menjadi Rp19.415,01 miliar. Kualitas kredit yang diberikan masih relatif terjaga tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross bank umum yaitu sebesar 1,98% yang masih di bawah ketentuan 5%, lebih rendah (membaik) dibandingkan triwulan sebelumnya (2,25%). Pada periode triwulan IV-2013, aktivitas pembayaran mengalami peningkatan yang tercermin dari meningkatnya transaksi kas dan nilai kliring dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Aliran kas masuk Bank Indonesia Kinerja perbankan meningkat ditandai dengan meningkatnya jumlah aset dan penyaluran kredit meskipun penghimpunan dana sedikit menurun... 1 Perhitungan disagregasi inflasi berdasarkan sub kelompok barang. 2 KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I V-2013

19 RINGKASAN EKSEKUTIF Jambi mencapai Rp ,09 miliar (turun 44,2%) sementara aliran kas keluar mencapai Rp 2.836,37 miliar (meningkat 8,88%) dibandingkan triwulan sebelumnya. Dengan demikian net outflow Jambi mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu dari Rp1.151,94 miliar (Triwulan III-2013) naik menjadi Rp2.025,44 miliar (Triwulan IV-2013) atau naik sebesar 75,83% (qtq). Untuk pembayaran non tunai, nilai kliring meningkat sebesar 5,28% dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp 2.714,03 miliar. Nilai RTGS dari, serta ke Jambi mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Sebaliknya RTGS dari dan ke Jambi mengalami penurunan. Realisasi pendapatan triwulan IV mencapai 101,53% dari APBD sementara realisasi belanja mencapai 90,39%... UMP Jambi meningkat 15,56%... IV. Keuangan Pemerintah Daerah Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi pada triwulan IV-2013 mencapai Rp2.668,64 miliar (terealisasi sebesar 101,53%), sementara itu realisasi belanja mencapai Rp2.954,46 miliar (terealisasi 90,39%). Berdasarkan jenisnya, pendapatan terbesar masih tergantung dari transfer pemerintah pusat yang mencapai Rp1.662,79 miliar. Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang didapatkan melalui pajak, retribusi, serta pengeloalaan kekayaan daerah mencapai Rp997,89 miliar (37,39%). Berdasarkan jenisnya, realisasi belanja terbesar (57,54%) masih ditujukan untuk belanja operasional yaitu sebesar Rp1.699,90 miliar, sementara nilai realisasi untuk belanja modal masih relatif kecil yaitu sebesar Rp936,98 miliar atau sebesar 31,71 %. V.Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu menjadi 97,21 dari 95,52 pada triwulan lalu. Dari sisi upah, UMP Provinsi Jambi pada tahun 2014 meningkat 15,56% yaitu dari Rp ,- menjadi Rp ,-. UMP tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan Lampung, Bengkulu dan Sumatera Barat. Laju pertumbuhan PDRB triwulan I-2014 diperkirakan berkisar 8,0 8,5% (yoy)... VI.Prospek Perekonomian Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan mendatang diperkirakan pada kisaran 0,2%-0,7%(qtq), tumbuh lebih rendah dari triwulan laporan (1,94%). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tahunan Jambi diperkirakan akan meningkat yaitu pada kisaran 8,0 8,5% (yoy) dibandingkan triwulan laporan TRIWULAN I V-2013 I KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 3

20 RINGKASAN EKSEKUTIF yang tumbuh 6,93% (yoy). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2014 diperkirakan pada kisaran 7,2%-7,7%. Pengeluaran konsumsi rumah tangga menjadi sumber utama perekonomian di triwulan mendatang. Adanya kenaikan UMP akan memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat dan berkontribusi meningkatkan konsumsi masyarakat pada triwulan mendatang. Hal tersebut sejalan dengan hasil liaison pada perusahaan ritel yang memperkirakan bahwa penjualan akan meningkat seiring kenaikan UMP, perayaan hari Imlek, dan persiapan menjelang Pemilu. Selain mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga, pelaksanaan Pemilu juga diperkirakan akan meningkatkan konsumsi pemerintah sehingga akan lebih mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, investasi diperkirakan akan sedikit melambat sejalan dengan masih lambatnya perekonomian global dan kenaikan suku bunga kredit yang mengikuti kenaikan BI rate. Inflasi pada triwulan I-2014 diperkirakan akan stabil pada level yang sama dengan triwulan IV-2013 yaitu berada pada kisaran 8,6%-9,1% (yoy) dari sebelumnya 8,75% (yoy) pada triwulan laporan. Kondisi ini utamanya disebabkan oleh meningkatnya angka inflasi administered price dan volatile foods. Faktor yang berpotensi akan memberikan tekanan inflasi selama triwulan mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1) Masih berlanjutnya tekanan nilai tukar rupiah terhadap dollar, 2) Potensi meningkatnya ekspektasi inflasi perusahaan sebagai antisipasi resiko perubahan harga pada tahun 2014, 3) Rencana Pemerintah untuk menaikkan kembali harga TTL (Tarif Tenaga Listrik) di tahun 2014 akan berdampak inflasi baik secara langsung maupun melalui dampak lanjutannya, serta 4.) Kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala serta terhambatnya arus di pelabuhan yang akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan memacu meningkatnya angka inflasi pada periode triwulan I tahun Menyikapi kondisi perekonomian triwulan IV 2013 serta proyeksi ekonomi triwulan I 2014 beberapa hal yang patut menjadi perhatian adalah: 1. Penguatan fungsi Tim Pengendalian Inflasi Daerah 2. Program ketahanan pangan (khusunya komoditas penyumbang inflasi terbesar) 3. Pengendalian Ekspektasi Inflasi 4. Penurunan produksi migas 5. Batu Bara dan Mineral Lainnya 6. Melambatnya produksi karet 7. Permasalahan distribusi barang 8. Pembinaan dan Pendampingan UMKM 4 KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN I V-2013

21 BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL A. Umum Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada tahun 2013 tercatat sebesar 7,88% (yoy), lebih baik dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2012 (7,44% (yoy)) dan di atas pertumbuhan nasional (5,78% (yoy)). Secara triwulanan, perekonomian Jambi pada triwulan IV-2013 tumbuh sebesar 1,94% (qtq) atau 6,93% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (2,74% (qtq) atau 7,87% (yoy)), namun masih lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional (5,72% (yoy)) (Grafik 1.1. dan 1.2.). % Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (yoy) Q1-11 Q2-11 Q3-11 Q1V-11 Q1-12 Q2-12 Q3-12 Q1V-12 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q1V Ouput Jambi (Rp Triliun) Pertumbuhan Indonesia Pertumbuhan Jambi Sumber: BPS (diolah) Grafik 1.2. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (qtq) Rp triliun Nominal (aksis kiri) Pertumbuhan Jambi (aksis kanan) Pertumbuhan Nasional % (0.22) (0.88) (1.0) 0 (2.0) Q I-11 Q II-11 Q III-11 Q IV-11 Q I-12 Q II-12 Q III-12 Q IV-12 Q I-13 Q II-13 Q III-13 Q IV-13 Sumber: BPS (diolah) Dari sisi permintaan, perlambatan perekonomian triwulan IV 2013 disebabkan oleh net ekspor yang mengalami perlambatan sebesar -5,18% (qtq), 5

22 EKONOMI MAKRO REGIONAL namun demikian pertumbuhan komponen permintaan lainnya mampu menjaga pertumbuhan ekonomi Jambi tetap berada pada angka yang cukup tinggi terutama pertumbuhan komponen pengeluaran konsumsi Pemerintah sebesar 23,75% (qtq) yang utamanya disebabkan oleh meningkatnya realisasi proyek Pemerintah di akhir tahun 2013 (Tabel 1.1.). Dari sisi penawaran, turunnya sektor keuangan, persewaan, dan jasa keuangan (-0,26% qtq) dan melambatnya pertumbuhan sektor utama Jambi yaitu sektor pertanian dan pertambangan, menjadi sumber utama perlambatan ekonomi (Tabel 1.1.). Namun demikian, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor industri pengolahan dan sektor bangunan mengalami peningkatan cukup besar pada triwulan laporan masing-masing sebesar 4,78% (qtq), 3,28% (qtq) dan 2,80% (qtq). Perekonomian Jambi pada tahun 2013 menghasilkan output Rp85,56 triliun. Sementara PDRB Provinsi Jambi pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp22,86 triliun atau 1,15% dari perekonomian Indonesia (Rp1.987,53 triliun). Struktur perekonomian Jambi pada triwulan IV-2013 menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 45,77%, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) 37,04% dan sektor sekunder sebesar 17,19%. JENIS PENGELUARAN Triwulan IV I II III IV I II III QTQ (%) Andil Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (5.27) (7.15) Lembaga Swasta Nirlaba Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Perubahan Stok (2.01) (5.69) Ekspor Impor PDRB Sumber: BPS (diolah) Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) LAPANGAN USAHA Triwulan IV I II III IV I II III QTQ (%) Andil Pertanian Pertambangan dan Penggalian (7.92) (12.76) Industri Pengolahan (1.42) (1.23) 2.48 (1.14) Listrik, Air dan Gas Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi (0.56) Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan (0.26) (0.02) Jasa-Jasa PDRB (0.22) (0.88) Sumber: BPS (diolah) (7.47) (4.97) (2.29) (1.61) (0.22) (0.88) KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV

23 EKONOMI MAKRO REGIONAL B.PDRB Sisi Produksi Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi tahunan tahun 2013 utamanya disumbangkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (12,24% (yoy)), sektor pertanian serta sektor bangunan (20,73% (yoy)) (Tabel 1.2). Tingginya pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran tersebut utamanya terjadi pada sub sektor perdagangan besar dan eceran (12,64%) dengan sumbangan ke pertumbuhan ekonomi sebesar 2,10%. Masih cukup tingginya pertumbuhan sub sektor perkebunan (8,07% (yoy)) membuat pertumbuhan sektor pertanian tetap terjaga. Sub sektor perkebunan yang merupakan sub sektor utama Jambi memberikan andil ke pertumbuhan ekonomi Jambi sebesar 1,17%. Tabel 1.2. Pertumbuhan Sektoral Provinsi Jambi Pertumbuhan (yoy) Sumbangan SEKTOR PERTANIAN 6,66 5,18 6,03 7,60 7,41 2,04 1,59 1,82 2,24 2,18 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 1,29 14,46 23,10 2,69 1,56 0,16 1,67 2,84 0,38 0,21 INDUSTRI PENGOLAHAN 3,84 4,49 5,12 7,90 5,69 0,52 0,59 0,65 0,98 0,71 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 9,27 13,12 11,27 6,60 9,27 0,07 0,10 0,09 0,06 0,08 BANGUNAN 8,45 6,76 6,31 16,16 20,73 0,40 0,33 0,30 0,76 1,05 PERDAGANGAN 7,88 10,20 9,65 9,98 12,24 1,32 1,73 1,68 1,76 2,21 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 5,81 4,11 4,11 7,19 8,52 0,46 0,32 0,31 0,52 0,62 KEUANGAN 17,85 12,12 9,08 7,81 7,88 0,88 0,66 0,52 0,45 0,45 JASA 6,24 4,05 3,80 3,85 4,80 0,55 0,35 0,32 0,31 0,38 TOTAL 6,39 7,35 8,54 7,44 7,88 6,39 7,35 8,54 7,44 7,88 Sumber: BPS (diolah) Sementara itu, pertumbuhan pada sektor bangunan yang cukup signifikan utamanya disebabkan karena adanya peningkatan investasi properti, seperti pengembangan perumahan, pusat bisnis, dan perhotelan oleh perusahaan swasta berskala nasional/internasional termasuk juga peningkatan kapasitas bandara dan pembangunan beberapa proyek pemerintah lainnya. Secara triwulanan, turunnya sektor keuangan, persewaan, dan jasa keuangan (-0,26% qtq) dan melambatnya pertumbuhan sektor utama Jambi yaitu sektor pertanian dan pertambangan, menjadi sumber utama perlambatan ekonomi triwulan ini (Tabel 1.1.). Namun demikian, sektor perdagangan, hotel, TRIWULAN IV KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 7

24 EKONOMI MAKRO REGIONAL dan restoran tumbuh signifikan dari 3,42% (qtq) pada triwulan III-2013 menjadi 4,78% (qtq) pada triwulan IV-2013, seiring dengan meningkatnya aktivitas sektor ini selama perayaan Idul Adha, Natal, tahun baru dan masa liburan sekolah. Sektor lain yang mengalami peningkatan cukup besar pada triwulan laporan adalah sektor industri pengolahan (3,28% qtq) dan sektor bangunan (2,80% qtq). Pertumbuhan sektor industri utamanya berasal dari industri CPO yang dipicu oleh meningkatnya pasokan bahan baku dan membaiknya harga internasional. Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku pada tahun 2013 tercatat sebesar Rp85,56 triliun. Sementara secara triwulanan, PDRB Provinsi Jambi pada triwulan IV 2013 tercatat sebesar Rp22,86 triliun. Secara sektoral, perekonomian Jambi masih didominasi oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar serta sektor pertambangan dan penggalian sebesar. Meskipun terdapat perubahan pangsa sektor ekonomi, namun secara umum struktur ekonomi Jambi dalam beberapa tahun terakhir tidak mengalami perubahan yang signifikan (Grafik 1.3.). Grafik 1.3. Nilai dan Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Pangsa (Share) % LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH KEUANGAN BANGUNAN PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI JASA INDUSTRI PENGOLAHAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN PERDAGANGAN PERTANIAN 1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Produksi sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan tumbuh 6,87% (yoy) atau 0,67% (qtq), meskipun jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 8 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV

25 EKONOMI MAKRO REGIONAL triwulan lalu (7,84% yoy dan 2,30% qtq) (tabel 1.3.). Melambatnya pertumbuhan sektor pertanian disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan pada sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) dan tanaman perkebunan. Produksi tabama di triwulan laporan hanya menunjukkan pertumbuhan sebesar 1,04% (qtq), jauh menurun dibandingkan pertumbuhan pada triwulan lalu (2,42% (qtq)). Tanaman bahan makanan yang cenderung tergantung akan kondisi musim sering mengalami kendala dalam penanaman. Tingginya curah hujan selama triwulan laporan menyebabkan kuantitas dan kualitas hasil produksi tanaman bahan makanan menurun. SUB SEKTOR Tabel 1.3. Pertumbuhan Sektor Pertanian Provinsi Jambi Pertumbuhan (yoy) Petumbuhan (qtq) TW I TW II TW III TW IV Tanaman Bahan Makanan 6,47 3,92 4,85 7,64 6,99 1,31 4,64 2,42 1,04 Tanaman Perkebunan 7,79 6,90 7,55 8,30 8,07 1,32 1,49 2,18 0,12 Peternakan dan Hasil-hasilnya 6,42 5,68 7,53 5,29 5,41 1,01 0,84 2,08 1,54 K e h u t a n a n -2,40-1,90-0,98 5,79 7,50-0,37 0,66 1,86 2,43 P e r i k a n a n 8,57 5,14 4,68 4,51 6,17 1,29 1,50 3,49 0,88 TOTAL 6,66 5,18 6,03 7,60 7,41 1,22 2,52 2,30 0,67 Sumber: BPS (diolah) Pertumbuhan produksi tabama selama tahun 2013 (6,99%) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2012 (7,64%). Hal ini terkonfirmasi dalam ARAM (angka ramalan) BPS yang menyatakan bahwa pada tahun 2013, produksi padi Jambi secara total diperkirakan akan mampu tumbuh sekitar 6,2% dibandingkan tahun 2012 dengan luas panen mencapai ha dibandingkan ha pada tahun lalu (grafik 1.4.). (ha) 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0 Grafik 1.4. Produksi Padi (ARAM II) Jan - Apr Mei - Agt Sep - Des TRIWULAN IV KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 9

26 EKONOMI MAKRO REGIONAL (ha) 6,000 5,000 4,000 Grafik 1.5. Produksi Jagung (ARAM II) (ha) 4,000 3,000 Grafik 1.6. Produksi Kedelai (ARAM II) 3,000 2,000 2,000 1,000 1,000 0 Jan - Apr Mei - Agt Sep - Des 0 Jan - Apr Mei - Agt Sep - Des Secara triwulanan, sub sektor perkebunan yang menyumbangkan output sebesar 16,19% dari total PDRB Jambi mengalami perlambatan pertumbuhan yang cukup tajam dibanding triwulan lalu (2,18% (qtq)), dan hanya mampu tumbuh sebesar 0,12% (qtq) atau 5,20% (yoy). Perlambatan pertumbuhan tersebut menurunnya produktivitas. Selain itu rendahnya harga jual komoditas karet menjadi disinsentif bagi petani untuk meningkatkan produksi. Grafik 1.7 Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi Harga (Rp) 10,000 8,000 CPO INTI TBS 10 TAHUN CPO Int'l 6,000 4,000 2, Sumber: Disbun Provinsi Jambi Harga kelapa sawit di Jambi pada triwulan laporan terus mengalami peningkatan menuju level semula. Harga rata-rata TBS usia 10 tahun Rp1.826,23/kg, meningkat 17,95% dari harga triwulan lalu (grafik 1.7.). Sementara itu harga CPO di Jambi sebesar Rp8.261,02/kg atau meningkat 18,28% (qtq). Harga rata-rata kelapa sawit di tingkat internasional juga menunjukkan perbaikan yakni sebesar USD 782,25/metric ton atau meningkat 8,35% dibandingkan triwulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, harga TBS Jambi saat ini meningkat signifikan 52,76%, sejalan dengan peningkatan harga CPO dunia sebesar 9,45%. Relatif meningkatnya harga kelapa sawit di Jambi disebabkan 10 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV

27 EKONOMI MAKRO REGIONAL oleh beberapa hal: 1.) melemahnya nilai tukar rupiah terhadap USD sehingga harga di dalam negeri menjadi meningkat, 2.) meningkatnya jumlah pabrik kelapa sawit (PKS) sehingga terjadi peningkatan permintaan terhadap TBS Meskipun harga CPO lokal maupun internasional terus mengalami peningkatan, kebijakan anti dumping duties biofuel di Uni Eropa perlu menjadi perhatian karena berpotensi menurunkan ekspor CPO ke negara-negara anggota Uni Eropa serta berpotensi menurunkan kembali harga CPO internasional. Grafik 1.8 Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi Rp/Kg 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - Harga Bokar (Rp/kg) Harga Karet Internasional (USD cent/kg) USD cent/kg Sumber: Disperindag Provinsi Jambi Sejalan dengan harga kelapa sawit, harga bokar di Jambi juga meningkat dari rata-rata Rp20.867/kg menjadi Rp23.205/kg (naik 11,20%(qtq)) (grafik 1.8.). Namun demikian, apabila dibandingkan dengan harga tahun 2012, harga bokar di Jambi turun 5,84% (yoy). Peningkatan harga bokar pada triwulan laporan lebih disebabkan karena insentif positif dari terdepresiasinya nilai tukar rupiah. Berbanding terbalik dengan harga di tingkat lokal, harga karet di tingkat internasional turun 5,44% dari USD 273,06/cent menjadi USD 258,21/cent. Secara tahunan, pertumbuhan sub sektor perkebunan pada tahun 2013 mencapai 8,07%, sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2012 (8,30%). Mulai membaiknya harga jual komoditas perkebunan (terkonfirmasi dari hasil liaison ke PKS, GAPKI, dan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi) memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan sektor perkebunan. Sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya tumbuh 1,54% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan lalu (2,58% (qtq)). Sejalan dengan itu, sub sektor perikanan menunjukkan pertumbuhan yang melambat dari triwulan lalu sebesar TRIWULAN IV KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 11

28 EKONOMI MAKRO REGIONAL 3,29% (qtq) menjadi 0,88% (qtq). Sementara itu, sub sektor kehutanan tumbuh 2,43% (qtq), lebih tinggi dari triwulan lalu (1,86% qtq)). Secara tahunan, pertumbuhan ketiga sub sektor di atas pada tahun 2013, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada tahun Pada triwulan laporan terjadi peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP). Ratarata NTP Triwulan IV 2013 dibandingkan NTP Triwulan III 2013 naik 169 bps dari 95,52 menjadi 97,71. Meningkatnya NTP tersebut disebabkan mulai membaiknya harga jual terutama pada tanaman perkebunan. Meskipun NTP triwulan laporan mengalami peningkatan, ketergantungan petani hanya pada satu sumber pendapatan saja, menjadi faktor resiko yang perlu diperhatikan karena penurunan harga komoditas yang disertai dengan penurunan tingkat produksi akan berdampak pada penurunan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan kepada petani untuk memulai menjalankan program pertanian terpadu. 2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Pada triwulan IV 2013, sektor perdagangan, hotel dan restoran menyumbangkan output perekonomian sebesar Rp3,96 triliun (pangsa 17,30%) yang terdiri atas tiga sub yaitu perdagangan besar dan eceran (93,15%), hotel (1,21%) dan restoran (5,64%). Pertumbuhan sektor ini mencapai 4,78% (qtq), dengan andil pertumbuhan 0,89% yang utamanya didukung oleh tingginya perkembangan perdagangan besar dan eceran di Jambi yang tumbuh 5,04% (qtq) (tabel 1.4). Momen hari raya Idul Adha, Natal, tahun baru, libur anak sekolah serta meningkatnya realisasi belanja pemerintah pada akhir tahun mendorong pesatnya pertumbuhan sub sektor perdagangan. SUB SEKTOR Tabel 1.4. Pertumbuhan Sektor Perdagangan Provinsi Jambi TW I TW II TW III TW IV Perdagangan Besar dan eceran 8,40 10,53 9,91 10,16 12,64 2,53 3,02 3,62 5,04 H o t e l 5,35 18,02 11,83 10,23 7,35-2,97 5,76 1,41 1,93 Restoran 2,03 4,01 5,38 7,23 7,58 2,21 1,62 1,01 1,55 Sumber: BPS (diolah) Pertumbuhan (yoy) Petumbuhan (qtq) 2013 TOTAL 7,88 10,20 9,65 9,98 12,24 2,41 2,98 3,42 4,78 12 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV

29 EKONOMI MAKRO REGIONAL Sementara itu, sub sektor hotel menunjukkan peningkatan sebesar 6,07% (yoy) atau 1,93% (qtq). Meningkatnya intensitas penyelenggaraan acara baik oleh pemerintah ataupun swasta serta adanya momen perayaan natal dan tahun baru serta liburan sekolah berdampak pada tingginya Grafik 1.9. Tingkat Hunian Hotel Jumlah Tamu Menginap T. Hunian Hotel (RHS) 80,000 72, ,000 66,748 60,511 54,126 56,688 57,930 58,288 62, ,000 55,338 50,954 50,821 47, ,000 40, , ,000 10, Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV tingkat hunian hotel. Rata-rata tingkat hunian hotel di triwulan laporan sebesar 51,41%, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan lalu (51,26%) (Grafik 1.9.). Sejalan dengan hal tersebut, jumlah tamu menginap pada triwulan laporan juga meningkat sebesar 6,95% (qtq) menjadi orang. Sementara sub sektor perdagangan membukukan pertumbuhan sebesar 1,55% (qtq). Secara tahunan, pada tahun 2013, sektor perdagangan mampu tumbuh tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dan membukukan pertumbuhan sebesar 12,24%. Pertumbuhan tersebut utamanya disebabkan oleh tingginya pertumbuhan sub sektor perdagangan besar dan eceran yang tumbuh tinggi mencapai 12,64%. Sementara dua sub sektor lainnya yaitu sub sektor hotel dan sub sektor restoran tumbuh positif masing-masing sebesar 7,35% dan 7,58%. 3. Sektor Pertambangan dan Penggalian Pada triwulan laporan, sektor pertambangan dan penggalian menyumbangkan nilai tambah sebesar Rp3,78 triliun (16,52%) dan merupakan sektor ketiga terbesar di Jambi. Produksi pertambangan dan penggalian selama triwulan laporan tumbuh sebesar 0,73% (qtq) jauh melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (7,39% (qtq)). Perlambatan pada sektor ini utamanya didorong oleh produksi pertambangan tanpa migas yang turun sebesar -0,40% (qtq). Sementara sub sektor pertambangan minyak bumi dan gas bumi TRIWULAN IV KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 13

30 EKONOMI MAKRO REGIONAL masih tumbuh terbatas masing-masing sebesar 0,87% (qtq). Sub sektor yang masih tumbuh cukup baik adalah penggalian yang mampu tumbuh sebesar 1,53% (qtq). Grafik PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi ribu barel 2,500 Persentase 25 Lifting Minyak Bumi Pertumbuhan PDRB 2, ,500 1, (14.25) (14.97) 0-25 I II III IV I II III IV I II III IV* * Angka perkiraan Bank Indonesia untuk Bulan Desember 2013 Grafik Lifting Minyak Bumi Grafik Lifting Gas Alam K Barel BBTU 1,512 1,400 1,263 1,923 1,219 1,517 1,302 1,391 12,305 12,979 12,786 12,374 12,238 11,973 12,136 12,090 I II III IV I II III IV* I II III IV I II III IV* Sumber: Dinas ESDM Provinsi Jambi. *: Angka proyeksi bulan Desember 2013 Sumber: Dinas ESDM Provinsi Jambi. *: Angka proyeksi bulan Desember 2013 Terbatasnya pertumbuhan minyak bumi dan gas tersebut juga terkonfirmasi oleh angka lifting migas oleh Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jambi. lifting gas alam turun menjadi BBTU (-0,38% (qtq)) (grafik 1.12.). 3 Sebaliknya meskipun meningkat 6,91% dibandingkan triwulan lalu menjadi sebesar 1.391,45 Kbarrel, lifting minyak bumi selama triwulan IV-2013 masih di bawah level rata-rata lifting minyak bumi pada tahun 2012 (1.524,42 Kbarrel) (grafik 1.10, dan grafik 1.11) 4. Produksi pertambangan dan penggalian sepanjang tahun 2013 juga mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya dari 3 4 Data bulan Desember 2013 merupakan data perkiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Data bulan Desember 2013 merupakan data perkiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi 14 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV

31 EKONOMI MAKRO REGIONAL 2,69% (yoy) menjadi 1,56% (yoy). Penurunan tersebut utamanya disebabkan oleh pertumbuhan negatif pada sub sektor pertambangan tanpa migas (-1.95% yoy), dibandingkan pertumbuhan yang sangat tinggi pada tahun 2012 yang mencapai 30,64% (yoy). Sementara itu, sub sektor minyak dan gas bumi mampu tumbuh sebesar 1,49%, dibandingkan tahun 2012 yang mengalami pertumbuhan negatif (-2,66%). Di sisi lain, tingkat pertumbuhan sub sektor penggalian (7,58%) relatif lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada tahun sebelumnya (7,23%). Turunnya produksi pertambangan non migas di Provinsi Jambi utamanya disebabkan oleh turunnya produksi batubara karena pengaruh melemahnya harga internasional. Selain itu, adanya Perda yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai turut menjadi penyebab turunnya produksi. Produksi migas di Jambi menunjukkan tren penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Sebagai gambaran, rata-rata produksi migas per triwulan tahun 2005 mencapai 1.983,95Kbarrel sementara rata-rata produksi tahun 2012 dan 2013 sebesar 1.524,42 Kbarrel dan 1.357,19Kbarrel. 4. Sektor Industri Pengolahan Pada tahun 2013, sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan sebesar 5,69%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2012 yang mencapai 7,90%. Secara triwulanan, sektor industri pengolahan pada triwulan IV 2013 yang menyumbang output terhadap perekonomian Jambi sebesar Rp2,41 triliun (10,54%), mengalami peningkatan 3,28% (qtq) (tabel 1.5). Industri pengolahan di Jambi terdiri dari industri migas dengan total output Rp220,70 miliar (9,16%) serta industri non migas dengan total output Rp2,19 triliun (90,84%). Pertumbuhan sub sektor industri non migas salah satunya didorong oleh produksi CPO yang menunjukkan peningkatan signifikan. Meningkatnya pasokan bahan baku seiring dengan masuknya musim panen kelapa sawit selama triwulan IV-2013 serta mulai stabilnya harga CPO dunia menjadi faktor pendorong peningkatan produktivitas CPO. TRIWULAN IV KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 15

32 EKONOMI MAKRO REGIONAL Tabel 1.5. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Pertumbuhan Jenis Industri q-to-q y-o-y Trw IV-12 Trw I-13 Trw II-13 Trw III-13 Trw IV-13 Trw IV-12 Trw I-13 Trw II-13 Trw III-13 Trw IV-13 Industri Makanan Industri Minuman Industri Karet dan Barang dari Karet dan Barang dari Plastik I B S Sumber: BPS Provinsi Jambi Berbanding terbalik dengan produksi CPO, produksi karet di Provinsi Jambi pada triwulan laporan mengalami penurunan. Berdasarkan data indeks produksi dari BPS, industri Grafik Perkembangan Produksi Karet Jambi 120,000 Volume Produksi Bokar (Ton) Pertumbuhan (%qtq) ,000 88,713 94,647 92,488 85, ,805 68,679 74,585 77,418 76,065 75,165 75,504 80,000 74, , , , Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Sumber: Gapkindo Cabang Jambi karet juga mengalami penurunan mencapai 1,15% (qtq) dengan laju pertumbuhan tahunan sebesar 7,73%. Berdasarkan data Gapkindo (Gabungan Pengusaha Karet Indonesia) cabang Jambi, produksi karet dalam triwulan IV 2013 mencapai ton, turun 18,36% dibandingkan triwulan lalu 5 (grafik 1.13.). Penurunan tersebut disebabkan oleh minimnya bahan baku akibat cuaca yang tidak kondusif serta adanya himbauan Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (GAPKINDO) untuk menurunkan produksi dan ekspor karet sebesar 10% sebagai salah satu upaya untuk mendongkrak harga karet. 5. Sektor-sektor Lain Sektor listrik, gas, dan air bersih (LGA) tumbuh sebesar 1,15% (yoy), lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan triwulan sebelumnya (0,92% (qtq)). Peningkatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya produksi listrik dan air bersih masing-masing sebesar 1,07% (qtq) dan 1,65% (qtq). 5 Terdapat 10 (sepuluh) perusahaan pengolah crumb rubber yang tergabung dalam Gapkindo 16 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV

33 EKONOMI MAKRO REGIONAL KWH (dalam Juta) I II III IV I II III IV Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo (diolah) Grafik Perkembangan Total Pemakaian Listrik ribu Grafik Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik 522 I II III IV I II III IV Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo (diolah) Meningkatnya sub sektor listrik dimaksud tercermin dari meningkatnya jumlah konsumsi listrik serta jumlah pelanggan di Jambi masing-masing sebesar 5,94% (yoy) dan 3,14% (yoy). Jumlah konsumsi listrik di Jambi selama triwulan laporan mencapai 337,52 MWH dengan jumlah pelanggan mencapai rekening (grafik dan grafik 1.15.). Berdasarkan penggunanya, mayoritas pelanggan PLN di Jambi adalah kelompok rumah tangga yang mencapai rekening (91,94%) dengan konsumsi daya listrik mencapai 223,24 MWH (66,14%). Sementara itu, pemakaian air bersih yang dicatat oleh PDAM Tirta Mayang menunjukkan penurunan di triwulan laporan. Rata-rata konsumsi air bersih bulanan melalui PDAM Kota Grafik Perkembangan Indeks Air Bersih ribu M Total Konsumsi Air (LHS) Pertumbuhan (RHS) (1) (3) Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi, 2013 Jambi pada triwulan laporan sebesar 846,54 ribu M 3, lebih rendah dari triwulan lalu (854,24 ribu M 3 ) (grafik 1.16.). Pada tahun 2013, sektor listrik, gas, dan air bersih mampu tumbuh sebesar 9,27% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 (6,60% (yoy)). Sub sektor listrik dan sub sektor air bersih juga mampu tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya masing-masing sebesar 9,51% dan 7,59%. Pada triwulan IV 2013, sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami peningkatan 1,03% (qtq), menurun dibanding pertumbuhan pada triwulan TRIWULAN IV KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 17

34 EKONOMI MAKRO REGIONAL sebelumnya (4,35% qtq). Kondisi ini sejalan dengan melambatnya pertumbuhan sub sektor angkutan (0,98% (qtq)) dibandingkan triwulan sebelumnya (4,54% (qtq)). Grafik Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang ribu orang Kedatangan Penumpang Keberangkatan Penumpang I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: PT Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi ton Grafik Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang Jumlah Bongkar Jumlah Muat I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: PT.Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi Jumlah penumpang, baik yang datang maupun berangkat dari Bandara Sultan Thaha Jambi, menunjukkan peningkatan. Momen liburan sekolah yang bertepatan dengan perayaan hari Natal dan tahun baru menjadi faktor utama peningkatan jumlah penumpang tersebut. Jumlah penumpang (total berangkat dan datang) di bandara Sultan Thaha Jambi sebanyak orang, meningkat 1,48% dibandingkan triwulan lalu (grafik 1.17.). Secara umum, jumlah penumpang yang meninggalkan Jambi sedikit lebih tinggi dibandingkan yang datang ke Jambi. Sub sektor angkutan laut tumbuh terbatas sebesar 0,03% (qtq). Terbatasnya pertumbuhan tersebut sejalan dengan jumlah kunjungan kapal di Jambi yang hanya mengalami sedikit peningkatan dibandingkan posisi yang sama triwulan lalu. Pada triwulan IV 2013, jumlah kunjungan kapal sebanyak unit, sementara triwulan lalu sebanyak unit (grafik 1.19.). Sejalan dengan jumlah kunjungan kapal, jumlah arus barang perdagangan juga sedikit meningkat dari triwulan lalu sebesar 1.503,35 kilo ton menjadi 1.535,40 kilo ton 6 pada triwulan IV-2013 seiring dengan peningkatan volume impor alat berat (grafik 1.20.). 6 Total arus barang yang dimaksud terdiri dari impor, ekspor, bongkar dan muat. 18 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV

35 EKONOMI MAKRO REGIONAL unit 2,000 1,500 1, Unit Pertumbuhan (yoy) I II III IV I II III IV I II III IV persen(%) unit 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Jumlah Total Arus Barang persen(%) 200 Pertumbuhan (yoy) I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: Pelindo II Cabang Jambi Sumber: Pelindo II Cabang Jambi Grafik Jumlah Kunjungan Kapal Grafik Perkembangan Total Arus Barang Sub sektor komunikasi pada triwulan laporan tumbuh 1,61% (qtq) yang didukung oleh pertumbuhan pos dan telekomunikasi sebesar 1,62% (qtq) dan jasa penunjang komunikasi sebesar 0,45% (qtq), namun lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya Secara tahunan, pada tahun 2013 sektor pengangkutan mampu tumbuh sebesar 8,52%, lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 (7,19%). Akselerasi pertumbuhan tersebut utamanya disebabkan oleh pertumbuhan sub sektor pengangkutan yang mengalami peningkatan pertumbuhan dari sebesar 7,23% pada tahun 2012 menjadi sebesar 8,50% pada tahun Sejalan dengan hal tersebut, sub sektor komunikasi juga mampu tumbuh 8,74% (yoy) yang didukung oleh pertumbuhan pos dan telekomunikasi sebesar 8,76% (yoy) dan jasa penunjang komunikasi sebesar 6,91% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada tahun Pada tahun 2013, sektor keuangan masih mampu mencatat pertumbuhan sebesar 7,88%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2012 (7,81%). Masih relatif tingginya pertumbuhan sektor ini terutama didukung oleh pertumbuhan sub sektor bank, jasa penunjang keuangan dan lembaga keuangan tanpa bank masing-masing sebesar 10,39% (yoy), 8,60% (yoy) dan 8,00% (yoy). Namun demikian, secara triwulanan sektor keuangan, persewaan, dan jasa-jasa perusahaan pada triwulan IV 2013 mengalami pertumbuhan negatif sebesar -0,26% (qtq), sejalan dengan pertumbuhan negatif pada sub sektor sewa bangunan (-1,57% (qtq)) (tabel 1.6.). Sementara itu, perlambatan pertumbuhan TRIWULAN IV KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 19

36 EKONOMI MAKRO REGIONAL yang cukup tajam dialami oleh sub sektor bank, lembaga keuangan tanpa bank dan jasa penunjang keuangan. SUB SEKTOR Tabel 1.6. Pertumbuhan Sektor Keuangan Provinsi Jambi TW I TW II TW III TW IV B a n k 30,68 18,26 11,74 9,55 10,39 1,31 2,65 2,48 0,46 Lembaga Keuangan tanpa Bank 7,48 6,99 8,80 9,22 8,00 1,11 2,00 3,25 0,30 Jasa Penunjang Keuangan 14,97 10,72 9,25 8,34 8,60 1,37 2,15 3,19 1,21 Sewa bangunan 7,16 5,73 5,69 5,27 4,23 1,58 1,12 0,87-1,57 Jasa Perusahaan 4,76 4,88 5,81 4,43 5,96 2,08 1,13 1,09 1,36 Sumber: BPS (diolah) Pertumbuhan (yoy) Petumbuhan (qtq) 2013 TOTAL 17,85 12,12 9,08 7,81 7,88 1,41 2,03 1,92-0,26 Pada tahun 2013, sektor jasa mampu tumbuh sebesar 4,80% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2012 (3,85% (yoy)). Sub sektor jasa pemerintahan umum dan swasta juga mampu tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, masing-masing sebesar 4,54% dan 6,08%. Sejalan dengan pertumbuhan tahun 2013, sektor jasa-jasa pada triwulan laporan juga tumbuh 1,87% (qtq), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (1,29% qtq). Pertumbuhan sektor jasa didorong oleh tumbuhnya jasa pemerintah dan swasta masing-masing sebesar 1,90% (qtq) dan 1,71% (qtq). Sektor ini didukung oleh sub sektor jasa pemerintahan umum dengan output sebesar Rp1,63 triliun dan diikuti oleh sub sektor swasta sebesar Rp281,35 miliar. C. PDRB Sisi Pengeluaran Ditinjau dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Jambi tahun 2013 utamanya didorong oleh masih relatif tingginya ekspor barang yang jasa yang mampu tumbuh sebesar 2,08% (yoy), relatif lebih baik dibandingkan tahun 2012 yang mengalami pertumbuhan negatif. Sementara itu, perlambatan ekonomi tercermin pada melambatnya pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah dan PMTB. Secara triwulanan, perlambatan perekonomian pada triwulan IV 2013 disebabkan oleh pertumbuhan ekspor yang negatif sebesar -7,47% (qtq), namun demikian pertumbuhan komponen pengeluaran konsumsi Pemerintah sebesar 20 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV

37 EKONOMI MAKRO REGIONAL 23,75% (qtq) yang utamanya disebabkan oleh meningkatnya realisasi proyek Pemerintah di akhir tahun 2013, masih tingginya pertumbuhan investasi di Jambi yang mencapai 3,08% (qtq) serta tetap terjaganya konsumsi rumah tangga, mampu menjaga pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan laporan tetap berada pada angka yang cukup tinggi (tabel 1.7.). Berdasarkan strukturnya, 54,96% perekonomian Jambi ditopang oleh konsumsi, diikuti dengan konsumsi pemerintah 19,30% dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi fisik sebesar 18,63%. Tabel 1.7. Pertumbuhan PDRB Sisi Pengeluaran 7 Komponen Pertumbuhan (yoy) Pertumbuhan Tahun 2013 (qtq) TW I TW II TW III TW IV 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,41 4,75 4,99 4,55 0,46 0,93 2,27 0,71 2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 27,09 7,55 9,42 7,64 1,02 2,38 2,45 1,52 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 8,49 7,31 6,50 3,92-7,15 2,00 1,76 23,75 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 6,87 12,40 15,30 14,07 1,05 2,11 1,94 3,08 5. Perubahan Stok 1,09 10,43 15,73 10,18 3,46 3,76-5,69 5,72 6. Ekspor Barang dan Jasa 29,64 22,17-2,65 2,08-15,68 14,07 3,17-7,47 7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 23,88 17,43-2,09 0,21-14,20 10,44 1,86-2,29 PDRB 7,35 8,54 7,44 7,88-0,88 3,00 2,74 1,94 Sumber: BPS (diolah) 1. Pengeluaran Konsumsi Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada tahun 2013 (4,55%) mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2012 (4,99%). Melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga di tahun 2013 juga tercermin dari penurunan penjualan kendaraan bermotor. Penjualan kendaraan roda empat seperti sedan, jeep dan minibus turun 6,22% (yoy) dari tahun lalu menjadi rata-rata unit/bulan (grafik 1.21.). Sejalan dengan penjualan kendaraan roda empat, penjualan sepeda motor juga mengalami penurunan 11,18% (yoy) menjadi rata-rata unit/bulan (grafik 1.22.). Penurunan penjualan kendaraan bermotor roda dua dan empat tersebut terjadi karena perlambatan ekonomi, meningkatnya suku bunga kredit serta adanya kebijakan 7 dikurangkan dengan nilai kontribusi impor terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan. Jika bernilai positif disebut net ekspor, sedangkan jika bernilai negatif disebut net impor. TRIWULAN IV KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 21

38 Rp Miliar EKONOMI MAKRO REGIONAL minimum down payment pembelian kendaraan bermotor pertengahan tahun lalu. Grafik Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor unit 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000-1,492 1, ,373 1,414 1,158 1,459 3,264 3,503 2,902 2,823 3,061 I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: Dispenda Provinsi Jambi Sedan, Jeep, Minibus ,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 Grafik Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru unit - 47,683 44,449 55,942 42,106 36,299 30,913 27,851 20,081 21,550 25,689 20,421 17,836 I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: Dispenda Provinsi Jambi SEPEDA MOTOR Grafik Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Kredit Real Estate Pertumbuhan Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Sementara itu, penyaluran kredit real estate masih terus meningkat 28,18% (yoy) menjadi sebesar Rp3,72 triliun (Grafik 1.23.). Pangsa kredit real estate di Jambi mencapai 15,77% dari total kredit. Secara triwulanan, pengeluaran konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2013 berdasarkan harga berlaku sebesar Rp12,56 triliun atau 54,96% dari total PDRB Jambi, hanya meningkat sebesar 0,71% (qtq) dan jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (2,27% (qtq)). Mayoritas konsumsi masyarakat Jambi (61,33%) diperuntukkan untuk membeli makanan yaitu sebesar Rp7,71 triliun. Meningkatnya harga barang/jasa seiring dengan tingginya laju inflasi paska kenaikan BBM bersubsidi berdampak pada melambatnya konsumsi masyarakat. Namun tingginya aktivitas perdagangan seiring dengan momen hari raya Idul Adha, Natal, tahun baru, serta libur anak sekolah memberi efek positif pada tingkat konsumsi masyarakat. 22 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV

39 EKONOMI MAKRO REGIONAL Kondisi ini juga tercermin dari angka indeks tendensi konsumen pada triwulan IV-2013 yang mencapai 107,70 8 (tabel 1.8.). Angka indeks tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan juga masih berada pada level optimis yaitu masing-masing sebesar 106,05 dan 106,64. Tabel 1.8. Indeks Tendensi Konsumen Variabel Pembentuk Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Pendapatan rumah tangga kini Pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan Indeks Tendensi Konsumen Pengeluaran konsumsi pemerintah berdasarkan harga berlaku di triwulan laporan mencapai Rp4,41 triliun. Pengeluaran tersebut meningkat 23,75% dari triwulan sebelumnya seiring dengan peningkatan yang tajam pada realisasi belanja APBD provinsi Jambi Triwulan IV Investasi Secara tahunan, pada tahun 2013 pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTB) membukukan pertumbuhan yang tinggi yaitu mencapai 14,07%, meskipun sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2012 lalu yang mencapai 15,30%. Sejak tahun 2012 lalu, investasi di Jambi terus menunjukkan peningkatan yang signifikan seiring dengan tingginya pembangunan fisik baik oleh pemerintah ataupun swasta. Kondisi ini juga didukung oleh peningkatan kredit investasi yang mencapai 57,49% (yoy) (grafik 1.24.). Pada triwulan IV 2013, PMTB yang mencerminkan nilai investasi di Jambi mencapai Rp4,26 triliun (pangsa 18,63%). Pangsa investasi tersebut terus 8 Angka yang masih diatas 100, menunjukkan bahwa masyarakat masih optimis memandang perekonomian Jambi. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK merupakan indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang. TRIWULAN IV KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 23

40 Rp Triliun EKONOMI MAKRO REGIONAL meningkat dibandingkan tahun 2012 (18,21%) sejalan dengan terakselerasinya investasi yang mengalami pertumbuhan yang mencapai 3,08% (qtq), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan lalu (1,94% (qtq)). Tingginya investasi juga dikonfimasi oleh data indikator ekonomi seperti pertumbuhan pendaftaran truck/pick Up baru dan konsumsi semen yang mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya (grafik dan 1.26.) Kredit Investasi (juta Rp) Pertumbuhan (%) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV unit 2,500 2,000 1,500 1, TRUCK/PICK UP Pertumbuhan (qtq) I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: Dispenda Provinsi Jambi Persen(%) Grafik Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi Grafik Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru KTon Konsumsi Semen Pertumbuhan (yoy) (1.27) 20 (4.83) (10.45) - I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI), diolah (%) Grafik Konsumsi Semen Provinsi Jambi Sementara itu, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan optimisme pengusaha dalam memandang kondisi bisnis masih cukup baik meskipun sedikit melemah. Hal ini terlihat dari masih positifnya indeks situasi bisnis yaitu sebesar 16,67% 9. Dari 150 responden yang disurvei, 88,11% responden menyatakan bahwa situasi bisnis kedepan relatif stabil, sementara 9,79% menyatakan akan baik dan hanya 2,10% yang menyatakan akan memburuk. 9 Indeks yang positif menandakan optimisme dunia usaha 24 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV

41 EKONOMI MAKRO REGIONAL Tabel 1.9 Realisasi Investasi PMA dan PMDN Jambi Keterangan Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 PMA (USD juta) PMDN (Rp miliar) , ,208 Jumlah investasi Jambi yang dicatat oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp1.21 triliun (Tabel 1.9.). Investasi tersebut meningkat signifikan 206% dibandingkan posisi yang sama tahun lalu. Namun sebaliknya, investasi asing melalui penanaman modal asing (PMA) mengalami penurunan yang cukup besar 89,52% dari tahun lalu menjadi USD 0,59 juta. Investasi Jambi sebagian besar dialokasikan pada sektor pertanian. 3. Perdagangan Eksternal Pada tahun 2013, ekspor provinsi Jambi mengalami pertumbuhan sebesar 2,08%, relatif membaik dibandingkan kinerja tahun 2012 yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar -2,65%. Sementara itu, impor provinsi Jambi tahun 2013 juga mengalami kenaikan sebesar 0,21%, namun tidak setinggi peningkatan nilai ekspor. Secara triwulanan, Ekspor provinsi Jambi baik ke negara maupun daerah lain pada triwulan IV 2013 mencapai Rp9,59 triliun. Perkembangan ekspor Provinsi Jambi (keluar daerah dan luar negeri) mengalami penurunan tajam (- 7,47% (qtq)) yang utamanya disebabkan oleh menurunnya ekspor antar daerah dan ekspor luar negeri masing-masing sebesar 9,00% (qtq) dan 6,04% (qtq). Berdasarkan tujuannya, ekspor Jambi masih didominasi oleh ekspor ke luar daerah yang mencapai Rp5,21 triliun (54,30%) sementara ekspor ke luar negeri sebesar Rp4,38 triliun (45,70%). Tingginya ekspor antar daerah salah satunya juga disebabkan oleh keterbatasan pelabuhan serta adanya kantor penjualan bersama sehingga kegiatan ekspor luar negeri dilaksanakan melalui provinsi lain. Sementara itu, impor provinsi Jambi pada triwulan IV 2013 mencapai Rp8,69 trliun atau lebih rendah dari ekspor provinsi Jambi. Dengan demikian, Provinsi Jambi mengalami net eskpor sebesar Rp900,12 miliar. Impor jambi didominasi oleh impor antar daerah yang mencapai Rp7,11 triliun (81,81%) TRIWULAN IV KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 25

42 EKONOMI MAKRO REGIONAL sementara impor luar negeri sebesar Rp1,58 triliun (18,19%). Perkembangan impor Provinsi Jambi (keluar daerah dan luar negeri) mengalami penurunan sebesar 2,29% (qtq) pada triwulan laporan. Penurunan impor tersebut utamanya disebabkan oleh menurunnya impor antar daerah sebesar 8,09% (qtq). Sementara impor luar negeri mengalami peningkatan sebesar 50,67% (qtq). Berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB), ekspor luar negeri Provinsi Jambi sebesar USD 283,94 juta sedangkan impor luar negeri sebesar USD 115,06 juta (grafik 1.27.). Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi mengalami net ekspor sebesar USD 168,88 juta. Grafik Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi (dalam satuan juta USD) 3.1. Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi Kinerja ekspor luar negeri Jambi pada tahun 2013 relatif memburuk, mengalami penurunan sebesar 11,44% dari sebelumnya sebesar USD 1.290,82 juta menjadi USD 1.143,21 juta (tabel 1.10.). Penurunan tersebut utamanya disebabkan oleh penurunan nilai ekspor minyak dan lemak nabati, ekspor batubara dan briket serta karet mentah masing-masing sebesar 37,75%, 32,53% dan 13,40%. Sementara itu secara triwulanan, ekspor ke luar negeri provinsi Jambi pada triwulan IV 2013 mencapai USD 283,94 juta, turun 6,02% dari triwulan lalu (USD 302,12 juta). Berdasarkan jenis komoditinya, nilai ekspor terbesar dicapai oleh komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar USD 143,33 juta atau 50,48% dari total ekspor non migas Jambi, diikuti oleh ekspor pulp and paper, ekspor kertas, karton dan olahannya, ekspor minyak dan lemak nabati serta ekspor batubara, kokas dan briket masing-masing sebesar USD 40,21 juta, USD 29,63 juta, USD 28,06 juta dan USD 26,57 juta (grafik dan grafik 1.30.). Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi, terlihat bahwa ekspor produk primer masih mendominasi terutama dari hasil perkebunan. 26 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV

43 Hundreds EKONOMI MAKRO REGIONAL Tabel 1.10 Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditi Utama Komoditas Ekspor Nilai Ekspor (Juta USD) Pertumbuhan (% yoy) Karet Mentah, Sintetis dan Pugaran 860, ,3 755,8 654,6 45,90-39,79-13,40 Batu Bara, Kokas dan Briket 66,6 244,5 166,0 112,0 267,25-32,12-32,53 Minyak dan Lemak Nabati 284,0 267,1 158,7 98,8-5,96-40,59-37,75 Pulp dan Paper 48,7 86,5 85,8 112,7 77,66-0,77 31,39 Kertas,Kertas Karton dan Olahannya 42,0 43,3 53,1 97,1 3,04 22,64 82,94 Lainnya 75,1 101,6 71,5 68,1 35,37-29,66-4,80 Total Ekspor 1.376, , , ,2 45,15-35,40-11,44 Grafik Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi Juta USD Lainnya Kertas,Kertas Karton dan Olahannya Pulp dan Paper Minyak dan Lemak Nabati Batu Bara, Kokas dan Briket Karet Mentah, Sintetis dan Pugaran G. Ekspor 12,3% 15,0% 12,8% 3,6% 2,3% -1,9% -6,0% -11,1% -11,4% -18,7% -17,0% -24,9% Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV (%) 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% -20% -25% -30% Meskipun secara volume komoditas karet mentah yang merupakan komoditas utama ekspor provinsi Jambi mengalami kenaikan sebesar 30,25% (qtq), namun secara nilai ekspor mengalami penurunan yang cukup tajam yaitu sebesar 19,80% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan dengan menurunnya harga karet internasional (grafik 1.29.). Nilai ekspor Komoditas batu bara juga terus mengalami penurunan, dan pada triwulan IV 2013 mengalami penurunan sebesar -25,27% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan mengalami penurunan sebesar 15,64% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama pada tahun lalu. Dari sisi volume, ekspor batubara juga mengalami penurunan sebesar 20,64% (qtq) atau 37,52% (yoy). TRIWULAN IV KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 27

44 EKONOMI MAKRO REGIONAL Volume (Ton) Grafik Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditi Utama 1,2 Lainnya Pulp dan Paper Minyak dan Lemak Nabati Batu Bara, Kokas dan Briket Karet Mentah, Sintetis dan Pugaran 45,0-15,1-28,6 29,5 3,6-44,1 57,2-40,7 Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV 42, ,5 (%) , Grafik Volume Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Batu bara, briket 9.36% Minyak, lemak sayur 9.88% Lainnya 16.12% Pulp dan Kertas (25) 14.16% Karet Mentah 50.48% Grafik Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan juta USD 400 Lainnya India 350 Eropa RRC 300 Jepang Malaysia Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Menurunnya permintaan global serta merosotnya harga batubara internasional menyebabkan penurunan kegiatan produksi pada perusahaan batubara. Selain itu, adanya peraturan mengenai distribusi batu bara serta terbatasnya harga jual karena rendahnya kualitas batu bara di Jambi yang memiliki kadar energi yang rendah menjadi disinsentif bagi pengusaha untuk mengembangkan produksi batu bara di Jambi. Adanya Perda yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai membuat margin keuntungan semakin menipis. Sementara dari sisi pemerintah, nilai tambah yang didapatkan dari batu bara juga relatif rendah sementara biaya yang ditimbulkan oleh kerusakan jalan angkutan relatif lebih tinggi. 28 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV

45 EKONOMI MAKRO REGIONAL Selanjutnya, meskipun volume ekspor minyak dan lemak nabati menunjukkan peningkatan yang cukup besar (44,96%) dibandingkan triwulan lalu, namun nilai ekspor minyak dan lemak nabati hanya meningkat sebesar 6,03% (qtq) sejalan dengan rendahnya harga CPO dunia. Produksi kelapa sawit Jambi sebenarnya cukup tinggi, namun untuk menyiasati dampak penurunan permintaan dunia dan rendahnya harga jual CPO dalam setahun terakhir ini, perusahaan kelapa sawit cenderung untuk menjual hasil produksinya di dalam negeri. Berdasarkan negara tujuan, ekspor Provinsi Jambi didominasi oleh negara RRC yang mencapai USD 49,61 juta (9,97%) dan diikuti oleh Jepang USD 44,65 juta (8,98%) (grafik 1.31.). Menurunnya ekspor Jambi disebabkan oleh menurunnya ekspor ke Eropa, Amerika Serikat dan Malaysia terutama ekspor komoditas kelapa sawit. Infrastruktur pelabuhan dan terbatasnya muatan kapal di Jambi merupakan salah satu kendala untuk dapat mengekspor secara langsung ke negara tujuan. Adanya keterbatasan armada dalam beberapa waktu terakhir ini menyebabkan adanya pengalihan ekspor karet dari sebelumnya melalui Singapura menjadi melalui Palembang dan Padang Impor Luar Negeri Provinsi Jambi Pada triwulan IV 2013, Impor non migas provinsi Jambi tercatat sebesar USD 115,06 juta, meningkat sebesar 39,91% (qtq) atau 276,77% (yoy) (grafik 1.32.). Berdasarkan pangsanya, impor Jambi didominasi oleh mesin industri tertentu/khusus (USD 27,20 juta atau 37,53%) (grafik 1.33.) Grafik Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 82 Impor (juta USD) g. Impor (RHS) Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV TRIWULAN IV KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 29

46 EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi Impor (juta USD) 90 Lainnya Alat Pengangkutan Lainnya 80 Mesin Pembangkit Tenaga Mesi Industri dan Perlengkapannya 70 Besi dan Baja Mesin Industri Tertentu/Khusus Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV

47

48

49

50 Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank.

51 Pematang Siantar Padang Medan Tanjung Pinang Sibolga Bengkulu Pakanbaru Jambi Pangkal Pinang Dumai Lhokseumawe Padang Sidempuan Batam Bandar Lampung Palembang Banda Aceh BAB II INFLASI A. Kajian Umum Pada tahun 2013, inflasi kota Jambi tercatat 8,74% (yoy), lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi dalam tiga tahun terakhir (5,24%) (gambar 2.2.). Inflasi Jambi tersebut juga tercatat di atas inflasi nasional (8,38%). Gambar 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi dan Nasional Persen (%) Kota Jambi Nasional Sumber: BPS Provinsi Jambi Tingkat inflasi di Kota Jambi berada di urutan ke-8 (delapan) dari daftar kota yang termasuk dalam perhitungan inflasi di Sumatera. Inflasi tertinggi terjadi di kota Pematang Siantar, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Banda Aceh (gambar 2.3). 13 Gambar 2.2. Perbandingan Inflasi Tahun 2013 Kota Jambi dan Kota Lainnya di Pulau Sumatera Sumber :DSM Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jambi 13 Sumber: DSM, Bank Indonesia. 35

52 INFLASI Tingginya inflasi kota Jambi pada tahun 2013 disebabkan oleh meningkatnya inflasi administered prices dan volatile food masing-masing sebesar 19,16% (yoy) dan 9,86% (yoy) (gambar 2.1). Sementara inflasi inti relatif stabil pada level 3,81% (yoy). Sumber utama peningkatan inflasi administered prices adalah meningkatnya bbm, tarif angkutan, tarif tenaga listrik (TTL) dan bahan bakar rumah tangga. 14 Inflasi administered prices meningkat pesat pada triwulan II dan III masing-masing sebesar 5,16% (qtq) dan 9,07% (qtq) seiring dengan kenaikan harga BBM bersubsidi dan penyesuaian tarif angkutan yang dilakukan oleh pemerintah. Sedangkan inflasi volatile foods bersumber dari terganggunya pasokan komoditas tanaman pangan dan inflasi tertinggi terjadi pada triwulan I 2013 seiring dengan terganggunya pasokan komoditas tanaman pangan akibat tingginya curah hujan yang berdampak pada berkurangnya kuantitas dan kualitas hasil panen. Secara triwulanan, inflasi kota Jambi pada triwulan IV-2013 tercatat 1,04% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (3,53% qtq) namun lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi triwulan IV selama tiga tahun terakhir (0,63% qtq). Berdasarkan asesmen Bank Indonesia, faktor utama meningkatnya inflasi triwulanan kota Jambi disebabkan oleh meningkatnya inflasi administered prices masing-masing sebesar 2,18% (qtq) (gambar 2.1). Sementara inflasi inti dan volatile food tercatat masing-masing sebesar 0,97% (qtq) dan 0,28% (qtq). Gambar 2.3. Perkembangan Inflasi Jambi Tahun 2013 % Inflasi qtq Inflasi Inflasi Inti Volatile Food Administered Price TW I TW II TW III TW IV % Inflasi ytd Inflasi Inflasi Inti Volatile Food Administered Price TW I TW II TW III TW IV 2013 Sumber :DSM Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jambi 14 Perhitungan disagregasi inflasi berdasarkan sub kelompok barang. 36 KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2013

53 INFLASI Sumber utama peningkatan inflasi administered prices adalah meningkatnya tarif tenaga listrik (TTL), bahan bakar rumah tangga, rokok kretek filter, dan angkutan udara. 15 Sedangkan peningkatan inflasi inti utamanya disebabkan oleh tingginya permintaan masyarakat sehubungan dengan perayaan hari raya keagamaan (Idul Adha dan Natal) tahun baru dan liburan sekolah serta tingginya realisasi belanja pemerintah di akhir tahun. Inflasi volatile foods bersumber dari peningkatan permintaan sehubungan dengan perayaan hari raya kegamaan (Idul Adha dan Natal) serta tahun baru yang tidak diimbangi dengan kecukupan pasokan komoditas tanaman pangan akibat tingginya curah hujan yang berdampak pada berkurangnya kuantitas dan kualitas hasil panen. Pergerakan angka inflasi bulanan (m-t-m) pada bulan Oktober, November, dan Desember 2013 masing-masing sebesar 0,87%, -0,22% dan 0,39%. Inflasi bulanan yang relatif tinggi di bulan Oktober utamanya karena kenaikan harga cabe merah, bahan bakar rumah tangga dan kontrak rumah. B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Berdasarkan kelompoknya, selama tahun 2013, inflasi tertinggi di Kota Jambi terjadi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 18,60% seiring dengan kenaikan bbm dan penyesuaian tarif angkutan dan diikuti oleh kelompok bahan makanan (9,83%), perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (7,34%) dan makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (7,15%) (Tabel 2.1). Sementara itu, secara triwulanan sumbangan terbesar pada triwulan laporan bersumber dari kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar dengan kontribusi sebesar 0,48% (qtq) (tabel 2.1). Tingginya inflasi kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar tersebut (2,41%) disebabkan oleh kenaikan tarif tenaga listrik, kontrak rumah sebagai dampak meningkatnya biaya perawatan rumah, serta bahan bakar rumah tangga akibat terdongkraknya harga jual elpiji karena distribusi gas elpiji yang tidak merata (Tabel 2.2). 15 Perhitungan disagregasi inflasi berdasarkan sub kelompok barang. TRIWULAN III-2013 KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 37

54 INFLASI Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Kumulatif (ytd) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa KELOMP OK/S UBKELOMP OK Triwulan IV-2012 Triwulan I-2013 Triwulan II-2013 Triwulan III-2013 Triwulan IV-2013 qtq ytd qtq ytd qtq ytd qtq ytd qtq ytd I. BAHAN MAKANAN a. P ADI-P ADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HAS ILNYA b. DAGING-DAN HAS IL-HAS ILNYA c. IKAN S E GAR d. IKAN DIAWE TKAN e. TE LUR, S US U DAN HAS IL-HAS ILNYA f. S AYUR -S AYURAN g. KACANG-KACANGAN h. B UAH-B UAHAN i. B UMB U-B UMB UAN j. LE MAK DAN MINYAK k. BAHAN MAKANAN LAINNYA II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TE MBAKAU a. MAKANAN JADI b. MINUMAN YANG TIDAK BE RALKOHOL c. TE MBAKAU DAN MINUMAN BE RALKOHOL III. P E RUMAHAN, AIR, LIS TRIK, GAS & BHN BAKAR a. BIAYA TE MP AT TINGGAL b. BAHAN BAKAR, P E NE RANGAN DAN AIR c. P E RLE NGKAP AN RUMAHTANGGA d. P E NYE LE NGGARAAN RUMAHTANGGA IV. S ANDANG a. S ANDANG LAKI-LAKI b. S ANDANG WANITA c. S ANDANG ANAK-ANAK d. BARANG P RIBADI DAN S ANDANG LAINNYA V. KE S E HATAN a. JAS A KE S E HATAN b. OB AT-OB ATAN c. JAS A P E RAWATAN JAS MANI d. P E RAWATAN JAS MANI DAN KOS ME TIKA VI. P E NDIDIKAN, RE KRE AS I DAN OLAHRAGA a. JAS A P E NDIDIKAN b. KURS US -KURS US / P E LATIHAN c. P E RLE NGKAP AN / P E RALATAN P E NDIDIKAN d. RE KRE AS I e. OLAHR AGA VII TRANS P OR, KOMUNIKAS I & JAS A KE UANGAN a. TRANS P OR b. KOMUNIKAS I DAN P E NGIRIMAN c. S ARANA DAN P E NUNJANG TRANS P OR d. JAS A KE UANGAN INFLASI (UMUM) Sumber: BPS (diolah) Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Kota Jambi KELOMPOK Triwulan IV-2012 (q-t-q, %) Triwulan I-2013 (q-t-q, %) Triwulan II-2013 (q-t-q, %) Triwulan III-2013 (q-t-q, %) Triwulan IV-2013 (q-t-q, %) Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn I Bahan Makanan II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar IV Sandang V Kesehatan VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Sumber: BPS (diolah) INFLASI KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2013

55 INFLASI Selain itu, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau juga memberikan sumbangan inflasi yang cukup besar, yaitu sebesar 0,30%, seiring dengan peningkatan harga pada kelompok tersebut karena perayaan Idul Adha, Natal, dan tahun baru (khususnya pada sub kelompok makanan jadi). Untuk sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol, kenaikan harga lebih diakibatkan karena meningkatnya harga tembakau sebagai dampak menurunnya luas lahan tembakau di sentra-sentra produksi tembakau. Petani tembakau lebih memilih beralih ke tanaman palawija karena petani tidak berani berspekulasi menanam tembakau saat curah hujan tinggi (tanah lembab) yang akan menyebabkan tanaman tembakau tidak bisa tumbuh subur. Di sisi lain, kelompok bahan makanan juga memberikan kontribusi sumbangan yang cukup besar terhadap inflasi (0,13%) karena menurunnya kualitas dan kuantitas hasil panen akibat tingginya curah hujan. Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.3.), penyumbang pembentukan inflasi terbesar adalah cabe merah; bahan bakar rumah tangga; dan kontrak rumah (Oktober 2013), bawang merah; tarif listrik; dan ayam goreng (November 2013) serta bayam; rokok kretek filter; daging ayam ras; angkutan udara; dan bahan bakar rumah tangga (Desember 2013). Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan IV-2013 TW IV KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI 10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI Sumbangan OKTOBER OKTOBER TW IV-2013 Sumbangan 1 Cabe Merah Daging Ayam Ras Bahan Bakar Rumah Tangga Bawang Merah Kontrak Rumah Bayam Pisang Kangkung Beras Tomat Buah Udang Basah Rempela Hati Ayam Cabe Hijau Emas Perhiasan Jeruk Tongkol Kacang Panjang Tomat Sayur Mie Kering Instant Gula Pasir NOVEMBER Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas NOVEMBER 1 Bawang Merah Cabe Merah Tarif Listrik Daging Ayam Ras Ayam Goreng Telur Ayam Ras Nasi Kacang Panjang Kelapa Gula Pasir Tomat Sayur Cabe Rawit Minyak Goreng Pisang Gabus Cabe Hijau Kangkung Emas Perhiasan Mie Sepatu TRIWULAN III-2013 KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 39

56 INFLASI Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas DESEMBER DESEMBER 1 Bayam Cabe Merah Rokok Kretek Filter Bawang Merah Daging Ayam Ras Petai Angkutan Udara Gula Pasir Bahan Bakar Rumah Tangga Pisang Tomat Buah Tongkol Nasi Sawi Hijau Kacang Panjang Pepaya Kontrak Rumah Dencis Lambak Teri Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas Sumber : BPS (diolah) 1. Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 0,40%(qtq) dengan sumbangan inflasi mencapai 0,13%. Pada triwulan IV-2013 trend harga bahan makanan mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya permintaan selama perayaan Idul Adha, Natal, dan tahun baru yang tidak diimbangi dengan cukupnya pasokan akibat berkurangnya kuantitas dan kualitas hasil panen karena tingginya curah hujan selama bulan Oktober-Desember. Grafik 2.4. Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan (Rp/kg) 60,000 Cabe Merah Keriting Cabe merah Biasa Bawang Merah 50,000 40,000 30,000 20,000 10, Sumber: Disperindag Provinsi Jambi Namun demikan, sejalan dengan masuknya periode panen pada beberapa daerah penghasil bawang merah (Bojonegoro dan Kampar), harga komoditi bumbubumbuan seperti bawang merah dan cabe merah yang meningkat pada bulan Oktober lalu, mulai menunjukkan penurunan harga di bulan Desember (grafik 2.4.). Harga bawang merah di bulan Desember turun menjadi Rp23.667/kg, meskipun belum mencapai harga awal sebelum terjadi kenaikan harga. Sebagai gambaran, sebelum terjadinya kenaikan (Januari), harga rata-rata bawang merah di kota Jambi sebesar Rp17.806/kg. Harga tersebut bergerak fluktuatif dan mencapai puncaknya pada bulan Juli dan Agustus yang meningkat menjadi 40 KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2013

57 INFLASI Rp44.500/kg dan Rp46.433/kg. Harga bawang tertinggi pada Triwulan IV 2013 terjadi pada bulan November, yaitu sebesar Rp27.413/kg. Sementara itu, pada awal triwulan laporan harga cabe merah meningkat tajam ke level Rp /kg sejalan dengan permintaan yang tinggi selama perayaan Idul Adha serta minimnya pasokan akibat sentra-sentra produksi cabe mengalami gagal panen karena curah hujan yang tinggi (pembusukan). Namun demikian, pada bulan November harga cabe merah mulai menurun ke level Rp32.093/kg dan kembali menurun pada Desember 2013 ke level Rp27.613/kg seiring meningkatnya pasokan di pasar. Namun demikian, harga cabe merah di bulan Desember 2013 tersebut masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata harga cabe selama Triwulan I sampai dengan Triwulan III 2013, yaitu sebesar Rp24.008/kg. Meningkatnya harga daging-dagingan didorong oleh meningkatnya harga daging ayam ras dan daging sapi (grafik 2.6.). Harga daging ayam ras pada awal triwulan tercatat pada level yang cukup tinggi, yakni Rp26.150/kg. Harga tersebut sempat turun pada bulan November 2013 menjadi Rp /kg dan kembali meningkat pada bulan Desember 2013 menjadi Rp /kg seiring dengan meningkatnya permintaan menjelang perayaan Natal dan tahun baru. Sementara itu, kenaikan harga daging sapi yang terjadi sejak triwulan yang lalu masih berlanjut sampai dengan triwulan laporan, dan kenaikan tertinggi tercatat pada bulan Oktober 2013 yang mencapai Rp /kg. Grafik 2.5. Perkembangan Harga Jagung Grafik 2.6. Perkembangan Harga Daging (USD/Bushel) (Rp/Kg) Jagung internasional (aksis kiri) Jagung pipilan kering (aksis kanan) (Rp/Kg) 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - Daging Ayam Broiler, LHS Daging Sapi Murni, RHS (Rp/Kg) 120, , ,000 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi Sumber: Disperindag Provinsi Jambi TRIWULAN III-2013 KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 41

58 INFLASI Grafik 2.7. Perkembangan Harga Beras (USD/CWT) (Rp ribu/kg) Beras internasional (aksis kiri) Beras King (aksis kanan) Sumber: Bloomberg, indexmundi.com & Disperindag Prov. Jambi Harga beras di tingkat internasional menunjukkan penurunan sebesar 7,41% (grafik 2.7.). Sejalan dengan hal tersebut, harga beras di Jambi pada triwulan laporan juga menurun sebesar 0,56% dibandingkan triwulan sebelumnya. Harga tepung terigu merk Segitiga Biru pada triwulan laporan relatif stabil di level Rp10.000/kg (grafik 2.8.). Sementara di tingkat internasional, harga gandum yang merupakan bahan baku tepung terigu mengalami penurunan sebesar 0,41% (qtq). 16 Harga rata-rata Crude Palm Oil (CPO) di tingkat internasional pada triwulan laporan meningkat 8,57% dibandingkan sebelumnya, yaitu dari triwulan USD 721,98/metric ton meningkat menjadi USD 784/metric ton Grafik 2.8. Perkembangan Harga Tepung Terigu (USD/Bushel) Wheat/Gandum (aksis kiri) (Rp/Kg) Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi Grafik 2.9. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng (Ringgit/Ton) Tepung Terigu lokal (aksis kanan) CPO internasional (aksis kiri) Minyak goreng lokal (aksis kanan) Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi (Rp/Kg) 12,000 11,000 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5, Satu bushel setara dengan 27 kg. 42 KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2013

59 INFLASI (grafik 2.9.). Sejalan dengan harga internasional, harga minyak goreng lokal juga meningkat dari Rp9.689/liter triwulan lalu menjadi Rp10.300/liter di triwulan laporan. 2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi 7,15% (yoy) dengan laju inflasi triwulanan 1,53% (qtq). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi tercatat pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol 2,36% (qtq) yang disebabkan oleh meningkatnya harga tembakau sebagai dampak menurunnya luas lahan tembakau di sentra-sentra produksi tembakau. Selanjutnya, sub kelompok makanan jadi juga mengalami inflasi 2,01% (qtq) yang diakibatkan oleh meningkatnya permintaan terkait perayaan Idul Adha, Natal, dan tahun baru. Berbeda dengan sub kelompok lainnya, sub kelompok minuman yang tidak beralkohol mengalami deflasi sebesar 1,95% (qtq). 3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan III mengalami inflasi sebesar 2,41% (qtq), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (2,21% (qtq)), dengan laju inflasi tahunan 7,34% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga pada sub kelompok bahan bakar, penerangan, dan air sebesar 4,49% (qtq), perlengkapan rumah tangga sebesar 1,69% (qtq), biaya tempat tinggal 1,60% (qtq), serta penyelenggaraan rumah tangga sebesar 0,87% (qtq). Pemicu terjadinya inflasi pada sub kelompok bahan bakar, penerangan, dan air adalah kenaikan tarif tenaga listrik pada awal triwulan laporan serta meningkatnya harga elpiji akibat distribusi yang tidak merata. TRIWULAN III-2013 KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 43

60 INFLASI 4. Kelompok Sandang Kelompok sandang pada triwulan IV-2013 secara tahunan mengalami deflasi sebesar 0,48%(yoy) setelah pada triwulan sebelumnya juga mengalami deflasi sebesar 0,12% (yoy). Secara triwulanan, kelompok sandang juga mengalami deflasi sebesar 0,19% (qtq). Terjadinya deflasi pada kelompok ini terutama disumbangkan oleh inflasi barang yang tergolong barang pribadi dan sandang lainnya (-6,95% (yoy)) terutama komoditas emas perhiasan. Membaiknya perekonomian AS paska shut down yang diiringi dengan terus menguatnya mata uang dollar AS menjadi penyebab utama menurunnya harga emas internasional selama triwulan laporan 17 (grafik 2.10.). Namun demikian, masih terdepresiasinya nilai tukar rupiah menjadi faktor penahan penurunan harga emas perhiasan tersebut. 5. Kelompok Kesehatan Harga komoditi yang tergabung dalam kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 1,02% (qtq), meningkat dari triwulan sebelumnya (0,44% (qtq)). Inflasi yang terjadi utamanya bersumber dari meningkatnya harga jasa perawatan jasmani yang mencapai 3,72% (qtq) sejalan dengan meningkatnya tarif salon dan jasa perawatan jasmani lainnya. 6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi sebesar 0,26% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan lalu (0,92% (qtq)). Peningkatan harga tersebut terjadi pada sub kelompok rekreasi (1,01% (qtq)) sejalan dengan liburan sekolah, natal, dan tahun baru. Grafik Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional (USD/troy ounce) Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg.1 (satu) troy ounce setara dengan 31, gram ( 44 KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2013

61 INFLASI 7. Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Tingkat inflasi yang terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan turun jika dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari sebesar 10,93% (qtq) menjadi 0,66% (qtq). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi pada kelompok ini utamanya bersumber dari sub kelompok transpor sebesar 0,92% (qtq) atau 27,48% (yoy). Mulai meredanya tekanan inflasi yang bersumber dari BBM dan angkutan pada triwulan laporan disebabkan karena mulai settle-nya ekspektasi masyarakat dengan harga BBM bersubsidi yang berlaku saat ini. Namun demikian, meningkatnya permintaan tarif angkutan udara seiring dengan liburan sekolah, natal, dan tahun baru memiliki andil yang cukup besar pada tekanan inflasi bulan Desember. Sementara itu, harga rata-rata minyak di pasar internasional mengalami penurunan sebesar 7,94% dibandingkan periode triwulan III-2013 yaitu dari USD 105,78/barrel, menjadi USD 97,38/barrel (grafik 2.11.). Grafik Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional Harga Minyak (USD/Barrel) Sumber: Bloomberg TRIWULAN III-2013 KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 45

62 Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank.

63 BOKS. 2 DAMPAK KENAIKAN UMP BAGI EKONOMI JAMBI Boks.2 MENGETAHUI DAMPAK KENAIKAN UPAH MINIMUM PROVINSI BAGI PEREKONOMIAN JAMBI (Sumber: FGD Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jambi,GAPKI, GAPKINDO, KADIN, PHRI, APKLI, retailer, dan pelaku usaha lainnya pada tanggal 21 Januari 2014) Upah Minimum Provinsi (UMP) adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pegawai, karyawan, atau buruh di lingkungan usaha atau kerjanya. Upah tersebut terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap dan berlaku bagi pekerja yang memiliki masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun. Dasar hukum penetapan UMP mengacu pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-01/MEN/1999 sebagaimana diubah dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. KEP-226/MEN/2000. Gubernur Jambi melalui Surat Keputusan Gubernur Jambi No. 601/Kep.Gub/DISSOSNAKERTRANS/2013 tanggal 23 Oktober 2013 tentang Penetapan UMP Jambi Tahun 2014 telah menetapkan bahwa besarnya UMP 2014 adalah Rp ,00 atau naik sebesar 15,56% dibandingkan UMP 2013 (Rp ,00). Sebelum UMP tersebut ditetapkan melalui SK Gubernur, beberapa tahapan yang telah dilalui mengacu pada dasar hukum tersebut di atas adalah sebagai berikut: a. Dewan Pengupahan yang terdiri dari perwakilan asosiasi pengusaha, serikat pekerja, dan dinas terkait melakukan survei secara triwulanan untuk mengetahui Kebutuhan Hidup Layak (KHL) pekerja lajang di Provinsi Jambi sesuai Permenakertrans No. 13 tahun 2012 tentang Komponen dan Pentahapan Kebutuhan Hidup Layak. Dalam ketentuan tersebut, Pemerintah telah menetapkan 7 kelompok dan 60 komponen kebutuhan bagi pekerja lajang yang menjadi acuan survei KHL. b. Adapun KHL tahun 2014 yang diusulkan oleh Dewan Pengupahan adalah Rp ,00. Besarnya KHL yang diusulkan biasanya bersumber dari rata-rata hasil survei triwulanan. Namun demikian, khusus tahun 2013, karena adanya shock kenaikan BBM bersubsidi pada bulan Juni 2013, penentuan KHL menggunakan hitungan median. c. Selanjutnya, berdasarkan KHL yang telah ditetapkan Dewan Pengupahan, Gubernur menetapkan besarnya UMP. Untuk tahun 2014, Gubernur Jambi menetapkan UMP Jambi sebesar Rp ,00 atau berada sedikit di atas KHL. Jika dibandingkan dengan tahun 2013, UMP Jambi mengalami kenaikan sebesar 15,56% (tertinggi ke-4 di Pulau Sumatera). d. Karena nilai UMP di Provinsi Jambi telah mengakomodasi KHL, maka dalam proses penetapan maupun pelaksanaannya berjalan dengan lancar, aman, dan terkendali. 47 TRIWULAN IV KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

64 BOKS. 2 DAMPAK KENAIKAN UMP BAGI EKONOMI JAMBI Gambar 1. Alur Penetapan UMP Sumber: Apabila dilakukan analisis lebih mendalam, secara tidak langsung penetapan UMP di Jambi juga mempertimbangkan laju inflasi. Semakin tinggi laju inflasi pada tahun berjalan, semakin tinggi peningkatan nilai KHL dan pada akhirnya akan mendorong kenaikan UMP yang semakin tinggi pada tahun berikutnya (Grafik 1) Grafik 1. Hubungan Inflasi dengan Kenaikan UMP Inflasi % Kenaikan UMP Note: kenaikan UMP menggunakan data tahun inflasi+1 Kenaikan UMP di Provinsi akan memberikan dampak positif dan dapat pula berdampak negatif apabila tidak disertai dengan pengendalian yang baik. Dampak positif dari kenaikan UMP antara lain: a. Meningkatkan pendapatan masyarakat terutama tenaga kerja. b. Kenaikan UMP akan memicu peningkatan konsumsi masyarakat sehingga akan memberikan dorongan positif bagi pertumbuhan ekonomi jangka pendek yang masih didominasi oleh sektor konsumsi swasta. 48 TRIWULAN IV KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

65 BOKS. 2 DAMPAK KENAIKAN UMP BAGI EKONOMI JAMBI c. Mendorong perusahaan untuk berproduksi/beroperasi secara lebih efisien dan produktif untuk menekan meningkatnya biaya produksi karena kenaikan komponen biaya upah. Sedangkan dampak negatif dari kenaikan UMP antara lain: a. Meningkatkan biaya produksi perusahaan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kebijakan Ekonom Moneter (DKEM) Bank Indonesia, diketahui bahwa komponen biaya produksi pada sektor ekonomi utama (pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan) didominasi oleh biaya bahan baku dan biaya upah tenaga kerja (Gambar 2). Gambar 2. Komponen Biaya Produksi Pada Sektor Perekonomian Utama Grafik 2. Pola Inflasi Januari dan Persentase Kenaikan UMP Inflasi Januari % Kenaikan UMP Dengan demikian, adanya kenaikan UMP Jambi 2014 sebesar 15,56% akan berpotensi memicu kenaikan biaya produksi ketiga sektor tersebut di atas sebesar 2,6-3,6%. Berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia, beberapa strategi yang biasanya diambil pelaku usaha dalam menyikapi kenaikan biaya produksi antara lain: mengurangi marjin keuntungan, melakukan efisiensi, meningkatkan produktivitas, mengurangi kualitas dan volume barang, serta alternatif terakhir yang menjadi pilihan pelaku usaha adalah menaikkan harga jual barang/jasa. b. Kebijakan perusahaan untuk menaikkan harga jual barang/jasa seiring dengan kenaikan biaya produksinya tersebut akan menyebabkan laju inflasi pada periode selanjutnya semakin tinggi. Berdasarkan analisis terhadap data historis inflasi dan TRIWULAN IV KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

66 BOKS. 2 DAMPAK KENAIKAN UMP BAGI EKONOMI JAMBI UMP, pola laju inflasi pada bulan Januari setiap tahunnya akan mengikuti pola kenaikan UMP (grafik 2). Efek jangka panjang dari pengaruh kenaikan harga dan tingginya laju inflasi ini adalah menurunnya daya beli dan tingkat kesejahteraan masyarakat. c. Kenaikan UMP yang sangat signifikan akan menjadi beban bagi pelaku usaha. Kondisi tersebut berpotensi meningkatkan angka pengangguran apabila pelaku usaha mengambil kebijakan PHK untuk mengurangi beban biaya tenaga kerjanya. d. Apabila kenaikan UMP di luar batas kewajaran, investor akan berpikir ulang untuk membuka usahanya di Provinsi Jambi (investasi melambat). Selain itu, investor eksisting juga akan mempertimbangkan kembali usahanya yang telah beroperasi di Jambi untuk dipindahkan ke daerah lain yang biaya produksinya lebih ekonomis. Berdasarkan hasil diskusi, kenaikan UMP Jambi 2014 sebesar 15,56%, masih dipandang optimis oleh para pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya ke depan. Hal tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa sebelum ditetapkanya UMP 2014, rata-rata upah yang diberikan pelaku usaha kepada para pekerjanya telah melampaui nominal UMP Namun demikian, kenaikan UMP tersebut tetap memberikan dampak bagi pelaku usaha meskipun tidak terlalu besar. Beberapa strategi yang akan dan sedang dilakukan oleh pelaku usaha di Provinsi Jambi untuk mengurangi beban produksi tersebut antara lain: 1. Melakukan efisiensi dalam pelaksanaan bisnis proses perusahaan; 2. Mengurangi marjin keuntungan; 3. Meningkatkan produktivitas; 4. Menggunakan teknologi tepat guna; 5. Melakukan continously improvement dan 6. Meminimalisasi waktu proses. Rekomendasi kepada pemerintah daerah terkait UMP dan pengaruhnya terhadap perekonomian Provinsi Jambi antara lain: 1. Kenaikan UMP agar tidak diikuti secara langsung dengan kenaikan biaya energi karena akan memberikan tekanan yang kuat terhadap kenaikan biaya produksi dan dapat memicu kenaikan harga barang/jasa serta meningkatnya laju dan ekspektasi inflasi. 2. Melalui TPID Provinsi dan TPID Kabupaten/Kota lebih aktif dalam kegiatan pengendalian inflasi di Provinsi Jambi. 3. Untuk menjaga iklim investasi di Jambi tetap kondusif, Pemerintah Daerah perlu memperhatikan dampak-dampak negatif sebagaimana tersebut di atas terutama dampak negatif jangka panjang. 50 TRIWULAN IV KAJIANEKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

67 BAB III PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kinerja perbankan pada triwulan IV-2013 secara umum menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya dari sisi aset dan penyaluran kredit, meskipun dari sisi penghimpunan dana mengalami sedikit penurunan sehingga Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor naik sebesar 313 bps menjadi sebesar 121,66%. Peningkatan LDR tersebut juga diiringi dengan peningkatan kualitas kredit yang tercermin dari penurunan rasio NPL dari sebesar 2,25% pada triwulan sebelumnya menjadi 1,98%. A.Perkembangan Kelembagaan 20 Secara kelembagaan, jumlah bank dan kantor bank yang beroperasi di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi selama Triwulan IV-2013 mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya sebanyak 378 kantor bank menjadi 379 kantor bank seiring dengan beroperasinya BPR Citra Darmawangsa. Secara lebih rinci dari 379 kantor bank di Provinsi Jambi tersebut, 33 (tiga puluh tiga) di antaranya merupakan bank umum yang terdiri dari 352 kantor, serta 17 (tujuh belas) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang terdiri dari 26 kantor. Dari 33 (tiga puluh tiga) bank umum yang beroperasi di wilayah Jambi tersebut, 28 (dua puluh delapan) di antaranya merupakan bank konvensional dengan 3 (tiga) di antaranya memiliki Unit Usaha Syariah (Bank Jambi Unit Usaha Syariah, Bank CIMB Niaga Unit Usaha Syariah, dan Bank Sinarmas Unit Usaha Syariah), sedangkan 5 (lima) bank lainnya merupakan bank syariah. Berdasarkan sebaran jumlah kantor bank umum dan BPR, sebagian besar yaitu 36,24% atau 138 (seratus tiga puluh delapan) kantor dari seluruh kantor bank di Provinsi Jambi berada di kota Jambi, diikuti oleh Kabupaten Bungo dan Muara Jambi 20 Rincian jumlah Kantor Bank Umum dan BPR per-kabupaten/kota se-provinsi Jambi dapat dilihat pada halaman lampiran. 51

68 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN masing-masing sebanyak 36 (tiga puluh enam) kantor atau sebesar 9,52% (Tabel 3.1.). Sementara kabupaten yang paling sedikit jumlah kantor banknya adalah Kota Sungai Penuh, yaitu hanya sebanyak 5 (lima) kantor atau sebesar 1,32%. Sumber: LBU Bank Indonesia Tabel 3.1. Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum dan BPR Provinsi Jambi JUMLAH BANK Pangsa Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 (%) Kota Jambi Bungo Muara Jambi Sarolangun Merangin Batanghari Tebo Tanjung Jabung Barat Kerinci Tanjung Jabung Timur Sungai Penuh T O T A L B.Bank Umum 1. Perkembangan Aset Bank Total aset bank umum di Provinsi Jambi tumbuh 0,48% dari Rp28,54 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp28,68 triliun yang utamanya didorong oleh meningkatnya aset bank bank swasta sebesar Rp412,11 miliar (5,18%) (Grafik 3.1.). Namun pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (2,53%) seiring dengan menurunnya aset bank pemerintah sebesar 1,01% dan bank swasta sebesar 3,96%. Namun demikian, secara tahunan, pertumbuhan aset perbankan pada tahun 2013 mencapai 17,16% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2012 (16,54%). Berdasarkan pangsanya, aset perbankan terbesar adalah dari bank pemerintah Rp18,15 triliun (63,31%), diikuti oleh bank swasta Rp8,36 triliun (29,16%) dan bank syariah Rp2,16 triliun (7,53%). 52 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV-2013

69 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi (dalam satuan triliun rupiah) Q1-11 Q2-11 Q3-11 Q4-11 Q1-12 Q2-12 Q3-12 Q4-12 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q Persen Jumlah Aset (aksis kiri) Pertumbuhan q-t-q (%) Pertumbuhan y-o-y (%) Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) 2. Perkembangan Dana Masyarakat Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum sebesar Rp19,42 triliun, turun 0,54% (Rp105,96 miliar) dari triwulan sebelumnya (Rp19,52 triliun) seiring dengan menurunnya simpanan berjangka (18,65%) dan giro (10,62%). Sementara tabungan mampu tumbuh sebesar 13,50% (qtq) (Grafik 3.2. dan tabel 3.2.). DPK pada bank syariah dan bank pemerintah mengalami penurunan masingmasing sebesar 21,76% (qtq) dan 3,02% (qtq). Sementara DPK bank swasta mampu tumbuh sebesar 9,48% (qtq). Secara tahunan, DPK tumbuh sebesar 8,19% (sebesar Rp1,47 triliun), namun lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun 2012 (9,50%). Berdasarkan komposisinya, peningkatan terbesar disebabkan oleh meningkatnya penempatan pada deposito dan tabungan masing-masing sebesar 14,61% (yoy) dan 12,80% (yoy). Sementara itu, penempatan dana pada giro mengalami penurunan sebesar 11,14% (yoy) sejalan dengan tingginya realisasi Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah (APBD) pada tahun TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 53

70 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi Rp (dalam jutaan) 24,000 Tabungan Simp Berjangka Giro DPK 20,000 17,255 17,945 19,155 17,612 17,918 18,376 19,521 19,415 16,000 12,000 8,755 9,208 9,141 10,132 9,492 9,646 10,070 11,430 8,000 4,000-4,634 5,031 5,089 4,050 5,131 5,388 5,706 4,642 3,866 3,373 3,688 3,763 3,753 4,120 3,745 3,343 Q1-12 Q2-12 Q3-12 Q4-12 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Tabel 3.2. Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam miliar rupiah) URAIAN Pertumbuhan Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV q-t-q y-o-y Bank Konvens ional Bank Pemerintah , , , , , , , ,77-3,02% 7,82% 1 Giro 2.998, , , , , , , ,88-9, 47% - 13, 84% 2 Tabungan 5.693, , , , , , , ,99 17, 06% 12, 28% 3 S impanan Berjangka 2.926, , , , , , , ,90-31, 66% 23, 28% Bank Swas ta Nas ional 4.966, , , , , , , ,27 9,48% 9,26% 1 Giro 721,16 698,07 782,89 690,32 613,76 660,09 750,97 745,78-0, 69% 8, 03% 2 Tabungan 2.746, , , , , , , ,22 8, 33% 12, 30% 3 S impanan Berjangka 1.498, , , , , , , ,27 16, 82% 4, 23% Bank Syariah 669,83 703,52 777,15 839,13 890, , ,73 890,98-21,76% 6,18% 1 Giro 146,38 110,93 142,94 217,47 172,68 238,74 276,84 137,81-50, 22% - 36, 63% 2 Tabungan 314,07 346,26 364,30 416,76 422,19 528,17 507,25 520,57 2, 63% 24, 91% 3 S impanan Berjangka 209,39 246,33 269,91 204,91 296,07 368,31 354,64 232,60-34, 41% 13, 52% J umlah , , , , , , , ,01-0,54% 8,19% 1 Giro 3.866, , , , , , , ,47-10, 72% - 11, 14% 2 Tabungan 8.754, , , , , , , ,77 13, 50% 12, 80% 3 S impanan Berjangka 4.634, , , , , , , ,77-18, 65% 14, 61% Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Berdasarkan kelompok bank, penghimpunan DPK mayoritas berasal dari bank pemerintah dan mencapai Rp12,42 triliun (63,99%), diikuti oleh bank swasta nasional Rp6,10 triliun (31,43%) dan bank syariah Rp890,98 miliar (4,56%) (Tabel 3.2). Bank swasta nasional mengalami akselerasi pertumbuhan penghimpunan DPK mencapai 9,26% (yoy), sementara bank pemerintah dan bank syariah masing-masing sebesar 7,82% (yoy) dan 6,18% (yoy). Berdasarkan golongan pemilik, tumbuhnya DPK terutama berasal dari penempatan oleh perseorangan dan bukan lembaga keuangan. DPK perseorangan meningkat Rp1,53 triliun dalam setahun ini menjadi Rp14,45 triliun (meningkat 54 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV-2013

71 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 11,81%) (Tabel 3.3.). Meningkatnya suku bunga simpanan bank mengikuti kenaikan BI-rate menjadi salah satu faktor tumbuhnya DPK perseorangan. Sementara itu DPK milik bukan lembaga keuangan mengalami pertumbuhan 14,65% menjadi Rp2,29 triliun. No. Penduduk/Res idents Tabel 3.3. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik (dalam miliar rupiah) Golongan Pemilik Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Trw.IV-2012 Trw.I-2013 Trw.II-2013 Trw.III-2013 Trw.IV-2013 Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share yoy 1 P emerintah P us at 138,19 128,81 123,31 143,60 35,69 0,18-74,17% 2 P emerintah Daerah (P emda) 2.087, , , , ,70 8,77-18,48% 3 Badan Dan Lembaga P emerintah 26,43 30,98 30,15 31,20 32,25 0,17 22,00% 4 BUMN Atau P emerintah Campuran 527,21 352,54 407,53 379,71 553,40 2,85 4,97% 5 BUMD 47,85 35,39 58,42 40,17 47,01 0,24-1,76% 6 L embaga Keuangan Non Bank 121,68 134,38 161,77 173,50 187,92 0,97 54,44% 7 Bukan L embaga Keuangan 1.993, , , , ,90 11,78 14,65% 8 S ektor S was ta Lainnya 69,19 80,74 329,11 375,26 113,91 0,59 64,63% 9 P ers eorangan , , , , ,21 74,46 11,81% J uml ah , , , , , ,21% Bukan Penduduk/ Non- Resi dent s 8, , 00 4, 83 6, 19 5, 03-38,41% Penduduk dan bukan penduduk , , , , , 01 8, 19% Berdasarkan lokasi proyek, peningkatan DPK utamanya disebabkan oleh meningkatnya penghimpunan DPK di hampir seluruh wilayah Jambi, kecuali Kabupaten Batanghari dan Tanjung Jabung Barat (Tabel 3.4.). Pertumbuhan penghimpunan DPK tahunan terbesar terjadi di wilayah Kabupaten Sarolangun serta Kabupaten Tebo masing-masing sebesar Rp148,50 miliar (83,77%) dan Rp84,86 miliar (53,44%). Berdasarkan pangsanya, mayoritas penghimpunan DPK berlokasi di Kota Jambi yang mencapai Rp13,67 triliun (70,39%) diikuti oleh Bungo sebesar Rp1,42 triliun (7,30%). TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 55

72 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Tabel 3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek (dalam miliar rupiah) No. Kota/Kabupaten Trw. IV-12 Trw. I-13 Trw. II-13 Trw. III-13 Trw. IV-13 Pertumbuhan (yoy) Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share Nominal Pers en 1 Kota J ambi , , 64 9, 46 2 Kab. Bungo , 30 80, 54 6, 03 3 Tanjung J abung Barat , 97 ( 6, 69) ( 0, 57) 4 Kab. Kerinci , , 06 15, 23 5 Kab. Merangin , 92 19, 05 2, 57 6 Kab. Batanghari , 74 ( 197, 80) ( 27, 10) 7 Kab. S arolangun , , 50 83, 77 8 Kab. Tebo , 26 84, 86 53, 44 9 Tanjung J abung Timur , 01 12, 67 6, 90 JUMLAH ,19 Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) 3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi meningkat Rp482,82 miliar (2,09%) yaitu dari Rp23,14 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp23,62 triliun (Tabel 3.5.). Namun demikian, pertumbuhan tersebut mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (4,11% qtq). Secara tahunan, pertumbuhan penyaluran kredit pada tahun 2013 hanya mencapai 22,47%, melambat dibandingkan tahun 2012 yang dapat mencapai 27,68%, sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi daerah. Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) Pertumbuhan URAIAN TW IV TW I TW II TW III TW IV q-t-q y-o-y Kelompok Bank 19,287,676 20,162,558 22,223,927 23,138,260 23,621, % 22.47% 1 Bank Pemerintah 12,358,995 12,768,570 14,129,012 14,694,069 15,048, % 21.76% 2 Bank Swasta*) 5,230,708 5,560,810 6,152,437 6,436,729 6,525, % 24.76% 3 Bank Syariah 1,697,973 1,833,179 1,942,478 2,007,462 2,046, % 20.51% Jenis Penggunaan 19,287,676 20,162,558 22,223,927 23,138,260 23,621, % 22.47% 1 Modal Kerja 7,326,502 7,484,277 7,365,449 7,453,703 7,548, % 3.04% 2 Investasi 3,723,619 4,033,494 5,481,736 5,752,786 5,864, % 57.49% 3 Konsumsi 8,237,555 8,644,788 9,376,743 9,931,771 10,207, % 23.92% Sektor Ekonomi 19,287,676 20,162,558 22,223,927 23,138,260 23,621, % 22.47% 1 Pertanian 3,028,774 3,236,828 3,760,313 3,995,028 4,031, % 33.09% 2 Pertambangan dan Penggalian 112, , ,958 99,822 96, % % 3 Industri 568, , , , , % 51.26% 4 LGA 9,297 3,537 6,622 6,197 5, % % 5 Konstruksi 681, , , , , % 18.03% 6 Perdagangan Hotel dan Restoran 4,766,386 4,959,617 5,575,797 5,602,869 5,775, % 21.17% 7 Pengangkutan dan Komunikasi 283, , , , , % 15.18% Keuangan,Real estate dan Jasa 8 Perusahaan 948, ,614 1,137,928 1,134,966 1,132, % 19.35% 9 Jasa-jasa 650, , , , , % % 10 Bukan Lapangan Usaha 8,237,555 8,644,788 9,376,743 9,931,771 10,207, % 23.92% *) Termasuk bank asing dan campuran Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) 56 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV-2013

73 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Berdasarkan Kelompok Bank, peningkatan jumlah kredit dialami baik oleh bank konvensional maupun bank syariah. Penyaluran kredit bank konvensional membukukan pertumbuhan yang sedikit lebih tinggi (22,66% (yoy)) dibandingkan bank syariah (20,51% (yoy)). Pangsa kredit bank konvensional mencapai 91,34% sementara bank syariah sebesar 8,66%. Berdasarkan Jenis Penggunaan, kredit terbesar adalah kredit konsumsi yang mencapai 43,22%, diikuti dengan kredit modal kerja 31,96% dan kredit investasi 24,83%. Namun demikian kredit investasi masih menunjukkan akselerasi pertumbuhan yang tinggi yaitu mencapai 57,49% (yoy) meskipun secara triwulanan hanya tumbuh 1,94% (qtq). Kredit investasi di Jambi utamanya dialokasikan pada sektor pertanian yang share-nya mencapai 50,60%. Pada triwulan laporan, kredit investasi pertanian menunjukkan peningkatan sebesar 1,84% (qtq) seiring dengan mulai membaiknya harga komoditas serta insentif positif dari terdepresiasinya nilai tukar rupiah. Meskipun masih sangat tergantung akan kondisi ekonomi global, para pengusaha berpendapat bahwa prospek perkebunan di Jambi masih akan baik ke depannya. Sementara itu, kredit modal kerja, yang menunjukkan perputaran kredit dalam jangka pendek, juga menunjukkan peningkatan dengan tumbuh 3,04% (yoy) atau 1,28% (qtq) menjadi Rp7,55 triliun. Mulai membaiknya harga komoditas berpengaruh juga terhadap peningkatan aktivitas ekonomi termasuk kebutuhan akan kredit modal kerja. Kredit konsumsi juga masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 23,92% (yoy) menjadi Rp10,21triliun atau meningkat sebesar 2,78% dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan Sektor Ekonomi, pertumbuhan kredit terbesar terjadi pada sektor industri yang mencapai 51,26% (yoy) dan diikuti oleh sektor pertanian (33,09%) serta sektor bukan lapangan usaha (23,92%). Sementara itu, pangsa penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit kepada bukan lapangan usaha, yaitu sebesar 43,22%, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (24,45%) dan sektor pertanian (17,07%). Dominasi penyaluran kredit pada ketiga sektor tersebut mencapai 84,73% dari total outstanding kredit. TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 57

74 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Berdasarkan lokasi Proyek, jumlah kredit yang disalurkan ke Provinsi Jambi oleh perbankan sebesar Rp30,41 triliun, lebih tinggi dibandingkan kredit yang disalurkan oleh perbankan Jambi (Rp23,62 triliun) dan menunjukkan bahwa terdapat Rp6,79 triliun kredit yang disalurkan oleh perbankan di luar provinsi Jambi. Dibandingkan tahun lalu, kredit tersebut meningkat sebesar 18,30% dari sebelumnya Rp25,71 triliun (Tabel 3.6.). Kenaikan kredit tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya kredit di Kota Jambi sebesar Rp1,5triliun (13,36%/yoy), Kabupaten Batanghari sebesar Rp765,04miliar (53,87%/yoy), Kabupaten Bungo sebesar Rp563,04miliar (20,03%/yoy) dan Kabupaten Merangin sebesar Rp553,67miliar (27,94%/yoy). Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Bank Umum Berdasarkan Lokasi Proyek di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) Sektor Ekonomi Sumber: SEKDA Provinsi Jambi (diolah) 2013 TW IV TW I TW II TW III TW IV*) Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 4,812,579 5,050,026 5,268,361 6,156,208 6,302,423 Pertambangan dan Penggalian 882, , , ,095 1,211,367 Industri Pengolahan 1,591,661 1,422,625 1,620,015 1,681,763 1,646,455 Listrik, Gas dan Air Bersih 35, , , , ,501 Konstruksi 685, , , , ,965 Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,155,566 5,321,382 5,918,952 5,986,615 5,893,953 Pengangkutan dan Komunikasi 375, , , , ,345 Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 701, , , , ,620 Jasa-jasa 1,176,874 1,207,393 1,056,421 1,065,722 1,051,582 Pinjaman Kepada Bukan Lapangan Usaha 10,289,952 10,543,228 11,256,968 11,816,000 12,049,345 TOTAL 25,707,902 26,471,507 28,211,296 29,925,232 30,411, Undisbursed Loan Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) sebesar Rp2,14 triliun atau turun sebesar Rp65,15 miliar (2,95%) dari triwulan sebelumnya (Rp2,21 triliun) (Tabel 3.7.). Penurunan undisbursed loan tersebut disebabkan oleh menurunnya kelonggaran tarik kredit investasi sebesar Rp160,60 miliar (-36,65% (qtq)) dan kredit konsumsi sebesar Rp90juta (-4,29% (qtq)). 58 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV-2013

75 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Tabel 3.7 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) Jenis Penggunaan Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) TW IV TW I TW II TW III TW IV Nominal % 1 Investasi 178, , , , ,568 (160,596) (36.65) 2 Konsumsi 18,590 14,883 2,543 2,099 2,009 (90) (4.29) 3 Modal kerja 1,392,690 1,527,558 1,541,494 1,767,269 1,862,807 95, Total Kategori Pertumbuhan (qtq) 1,590,104 1,772,485 2,021,788 2,207,531 2,142,384 (65,147) (2.95) Sementara itu, kelonggaran kredit modal kerja meningkat sebesar Rp95,54 miliar (5,41% (qtq)). Peningkatan kelonggaran kredit modal kerja tersebut mencerminkan tingginya persetujuan kredit untuk jenis kredit ini selama triwulan laporan serta menandakan masih berpeluangnya peningkatan kredit tersebut pada triwulan mendatang. 5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) gross Bank Umum di Provinsi Jambi Loan to Deposits Ratio (LDR) 21 terus menunjukkan peningkatan sejalan dengan tingginya pertumbuhan kredit dan masih terbatasnya pertumbuhan penghimpunan DPK. LDR berdasarkan bank pelapor mencapai 121,66%, meningkat 313 BPS dibanding triwulan lalu (Grafik 3.3.). Semenjak triwulan III tahun 2012 lalu, LDR bank umum sudah melebihi 100% yang menandakan lebih tingginya kredit yang disalurkan dibandingkan dengan penghimpunan dananya. Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi Rp triliun % 95.64% % % % % % % 140% 120% 100% 15 80% 10 60% 5 40% 20% 0 Q1-12 Q2-12 Q3-12 Q4-12 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 0% Kredit Perbankan Jambi (Rp juta) DPK Perbankan (Rp juta) LDR Perbankan Jambi (persen) Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) 21 LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum pada triwulan laporan. TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 59

76 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kualitas kredit yang diberikan tergolong baik, tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross bank umum yaitu sebesar 1,98% (di bawah ketentuan 5%), lebih rendah dibandingkan triwulan lalu (2,25%) (Tabel 3.8.). Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dialami oleh sektor listrik, gas, dan air serta sektor pertambangan dan penggalian, masing-masing sebesar 12,58% dan 8,79%, angka tersebut berada di atas ketentuan 5%. Tingginya NPL pada sektor listrik, gas, dan air disebabkan karena penghentian sementara proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PLN di kawasan TPI Parit Tujuh oleh Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Penghentian proyek tersebut dilakukan untuk menyikapi keresahan warga yang merasa terganggu dengan aktivitas distribusi tanah galian menggunakan truk bertonase besar yang melalui kawasan padat penduduk sehingga mengakibatkan kerusakan jalan, polusi debu dan suara, serta kemacetan. Sedangkan untuk sektor pertambangan dan penggalian, peningkatan NPL sejalan dengan kembali menurunnya harga jual sektor pertambangan, dalam hal ini batu bara, yang berdampak pada menurunnya kemampuan bayar debitur di sektor ini. Selain itu, adanya Perda yang mengharuskan penganguktan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai turut menjadi penyebab tingginya NPL sektor ini. Tabel 3.8 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) TW III-13 TW IV-13 No Sektor Ekonomi Kredit Nominal NPL NPL (%) Kredit Nominal NPL NPL (%) 1. Pertanian Peternakan Kehutanan dan Perikanan 3,995,028 84, ,031,009 60, Pertambangan dan Penggalian 99,822 8, ,338 8, Industri 832,608 5, ,670 4, LGA 6, , Konstruksi 847,873 13, ,912 24, Perdagangan Hotel dan Restoran 5,602, , ,775, , Pengangkutan dan Komunikasi 329,769 2, ,683 2, Keuangan,Real estate dan Jasa Perusahaan 1,134,966 35, ,132,014 36, Jasa-jasa 357,355 7, ,591 8, Bukan Lapangan Usaha 9,931, , ,207, , J U M L A H 23,138, , ,621, , Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) 60 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV-2013

77 Rp Triliun Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Dilihat dari spread bunga (grafik 3.4), terlihat bahwa margin keuntungan (margin rata-rata tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito) perbankan di Provinsi Jambi kembali menurun dari 7,37% menjadi 6,53% seiring dengan adanya trend peningkatan suku bunga pinjaman dalam beberapa bulan terakhir mengikuti kenaikan BI Rate (Grafik 3.4.). 20 Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam satuan %) Margin Deposito Kredit BI-rate Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) 6. Perkembangan Kredit UMKM Kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan meningkat 0,76% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara tahunan kredit UMKM meningkat 12,95% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan total kredit (22,47% (yoy)) (Grafik 3.5.). Menurunnya harga komoditas menyebabkan melambatnya aktivitas perdagangan di masyarakat yang berdampak pada menurunnya penyaluran kredit UMKM. Grafik 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi Mikro Kecil 10 Menengah Pertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor yoy Pertumbuhan UMKM (%) yoy TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 61

78 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Sejalan dengan itu, pangsa kredit UMKM terhadap total kredit di Jambi juga menunjukkan sedikit penurunan yaitu dari 37,86% di triwulan lalu menjadi 37,37% (Grafik 3.6.). Berdasarkan distribusinya, kredit kecil memiliki pangsa terbesar yaitu 36,82%, lalu diikuti kredit menengah sebesar 33,49%, serta kredit mikro sebesar 29,70% dari total kredit UMKM. Grafik 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 100% 80% 60% % % % TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV Mikro Kecil Menengah Kredit Bukan UMKM C.Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kinerja BPR pada triwulan laporan (cut off data per November 2013) mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya, tercermin dari jumlah aset, DPK dan penyaluran kredit yang mengalami penurunan. Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi Jambi sebesar Rp747,51 miliar atau turun 1,65% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya (Rp760,03 miliar). Sejalan dengan itu, jumlah penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh BPR di Provinsi Jambi turun sebesar Rp14,80 miliar (2,68% (qtq)) menjadi Rp536,48 miliar. Pada triwulan laporan, jumlah penyaluran kredit juga mengalami penurunan sebesar Rp16,21 miliar (2,86% (qtq)) menjadi Rp551,23 miliar. Penurunan jumlah penyaluran kredit tersebut utamanya disebabkan oleh meningkatnya suku bunga pinjaman seiring dengan kenaikan BI-rate. Kualitas kredit juga menunjukkan penurunan yang ditandai dengan meningkatnya persentase Non Performing Loan (NPL) dari 5,96% menjadi 6,99%. Rasio NPL BPR pada triwulan laporan telah melampaui ketentuan maksimal NPL sebesar 5% sehingga memerlukan perhatian khusus. Salah satu faktor penyebab penurunan kualitas kredit tersebut adalah kenaikan suku bunga kredit. 62 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV-2013

79 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Meskipun secara umum kinerja BPR pada triwulan laporan menunjukkan penurunan, BPR masih menjalankan fungsinya intermediasinya dengan baik terlihat dari LDR yang tercatat sebesar 102,75%. D. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai Pada periode triwulan IV-2013, kebutuhan pembayaran tunai mengalami peningkatan yang tercermin dari meningkatnya kas keluar dan net kas keluar dibandingkan periode yang sama triwulan lalu. Untuk pembayaran non tunai, apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai transaksi menggunakan media RTGS dan kliring mengalami peningkatan, dengan rincian sebagai berikut: Nilai kliring meningkat sebesar 5,28% dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp 2,71 triliun, meskipun dari sisi volume kliring mengalami sedikit penurunan (Tabel 3.9.). Nilai RTGS dari, serta ke Jambi mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Sebaliknya RTGS dari dan ke Jambi mengalami penurunan. Tabel 3.9 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi Uraian Pertumbuhan (qtq) Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Nominal Persen Kliring Nilai Kliring (juta Rp) 2,548,121 2,519,686 2,800,410 2,577,906 2,714, , Volume Kliring (lembar warkat) 70,972 72,639 76,559 71,104 70,456 (648) (0.91) Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 393, ,548 1,031,722 1,453, ,929 (642,267) (44.20) Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 1,565,493 1,034,718 1,682,989 2,605,130 2,836, , Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (1,171,808) (188,170) (651,267) (1,151,935) (2,025,444) (873,509) RTGS dari Jambi (miliar Rp) 18,270 15,535 19,666 20,189 22,181 1, RTGS ke Jambi (miliar Rp) 29,431 22,244 22,658 26,876 33,327 6, RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) 4,702 4,032 4,695 7,422 6,521 (901) (12.14) Cek dan BG Kosong Lembar 1,134 1,463 1,811 1,837 1,635 (202) (11.00) Nominal (juta Rp) 35,192 83,121 64,290 56,120 63,174 7, D.1.Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan, untuk aliran kas keluar (cash outflow) sebesar Rp 2,84 triliun, meningkat 8,88% dibandingkan triwulan sebelumnya (grafik 3.7.). Sementara aliran kas masuk (cash inflow) sebesar Rp 810,93 triliun, turun 44,2%. Tingginya peningkatan aliran kas keluar pada triwulan laporan tersebut menyebabkan net outflow Jambi mengalami TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 63

80 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN kenaikan yang cukup signifikan yaitu dari Rp1,15 triliun (Triwulan III-2013) naik menjadi Rp2,03 triliun (Triwulan IV-2013) atau naik sebesar 75,83% (qtq) Grafik 3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi Rp (juta) 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, ,000 - (500,000) (1,000,000) (1,500,000) (2,000,000) (2,500,000) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) D.2.Penyediaan Uang Layak Edar Secara berkala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi melaksanakan pemusnahan uang yang tidak layar edar (UTLE) melalui kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kelayakan uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, pemberian tanda tidak berharga (PTTB) di Provinsi Jambi sebesar Rp 481,45 miliar, atau mencapai 59,37% dari total inflow provinsi Jambi. D.3.Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan Pada triwulan laporan tidak ditemukan uang palsu yang beredar di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi. Dalam rangka mengantisipasi peredaran uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi secara berkala terus mensosialisasikan Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah kepada seluruh lapisan masyarakat. 64 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV-2013

81 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN D.4.Perkembangan Kliring Lokal Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp 2,71 triliun atau meningkat 5,28% dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 3.8.). Berbanding terbalik dengan nilainya, volume kliring justru mengalami penurunan sebesar 0,91%, yaitu dari menjadi lembar warkat. Hal tersebut sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia (Surat Edaran No. 11/13/DASP tanggal 4 Mei 2009 perihal Batas Nilai Nominal Nota Debet dan Transfer Kredit dalam Penyelenggaraan SKNBI) yang mengubah ketentuan batas nominal transfer kredit melalui Sitem Kliring Nasional Bank Indonesia dari Rp 100 juta menjadi Rp 500 juta sehingga dengan volume warkat yang lebih sedikit, masyarakat dapat melakukan transfer dengan nominal yang lebih besar. 3,000,000 Perkembangan Transaksi Kliring 100,000 2,800,000 2,600,000 2,400,000 2,200,000 80,000 60,000 40,000 20,000 2,000,000 - Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Nilai Kliring (juta Rp) Volume Kliring (lembar warkat) Grafik 3.8 Perkembangan Transaksi Kliring Nominal cek dan BG kosong pada triwulan laporan juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp56,12 miliar menjadi Rp63,17 miliar meskipun secara jumlah lembar cek dan BG kosong pada triwulan laporan mengalami penurunan sejumlah 202 lembar (11%) yaitu dari lembar menjadi lembar. TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 65

82 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN D.5.Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) 22 Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi secara total (keluar dan masuk/dari dan ke) naik sebesar Rp9,63 triliun (15,52%) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu dari Rp 52,40 triliun menjadi Rp 62,03 triliun (Tabel 3.10.). Aliran transfer masuk ke Provinsi Jambi merupakan yang terbesar dan mencapai Rp 33,33 triliun, diikuti oleh transfer ke luar Jambi Rp 22,18 triliun dan transfer di dalam provinsi Jambi Rp 6,52 triliun. Aliran RTGS menunjukkan bahwa uang masuk ke Jambi lebih tinggi daripada yang keluar. Tabel 3.10 Perkembangan Transaksi RTGS (dalam miliar rupiah) Dari Provinsi Jambi Ke Provinsi Jambi Dari dan Ke Provinsi Jambi TOTAL Periode Nilai Nilai Nilai Nilai Volume Volume Volume (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) Volume Tw ,383 16,923 23,289 19,391 2,756 5,487 38,428 41,801 Tw ,499 17,064 19,826 19,311 2,768 5,570 34,093 41,945 Tw ,353 18,840 22,515 20,637 3,291 6,009 40,159 45,486 Tw ,986 21,865 23,761 21,639 3,723 6,665 42,470 50,169 Tw ,339 16,644 51,804 17,758 2,653 4,966 64,796 39,368 Tw ,139 19,391 54,010 19,519 3,543 5,720 72,692 44,630 Tw ,677 19,313 29,104 19,344 3,350 5,662 48,131 44,319 Tw ,270 21,580 29,431 20,622 4,702 6,449 52,403 48,651 Tw ,535 16,648 22,244 17,183 4,032 4,973 41,811 38,804 Tw ,666 18,860 22,658 18,685 4,695 5,773 47,019 43,318 Tw ,189 18,663 26,876 17,988 7,422 5,691 54,487 42,342 Tw ,181 22,643 33,327 21,351 6,521 6,711 62,029 50, Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang Rupiah, yang penyelesaian transaksi dilakukan secaraseketika (real time). 66 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV-2013

83 BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi pada tahun 2013 mencapai Rp2,67 triliun (melebihi target APBD-P 2013 atau terealisasi sebesar 101,53%), sementara itu realisasi belanja mencapai Rp2,95 triliun (terealisasi 90,39%). Jika dibandingkan dengan tahun lalu, nilai realisasi tersebut meningkat masing-masing sebesar 0,22% dan 15,44%. A. Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2013 Pada tahun 2013, realisasi pendapatan Provinsi Jambi sebesar Rp2,67 triliun atau mencapai 101,53% dari APBD Perubahan tahun 2013 (Rp2,63 triliun). Berdasarkan jenisnya, pendapatan terbesar (62,31%) masih tergantung dari transfer pemerintah pusat yang mencapai Rp1,66 triliun. Lebih lanjut, pendapatan transfer dari APBN tersebut utamanya dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) yang mencapai Rp836,58 miliar (31,35%). (Tabel 4.1.). Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang didapatkan melalui pajak, retribusi, serta pengelolaan kekayaan daerah mencapai Rp997,89 miliar (37,39%). Angka pendapatan tersebut meningkat 0,22% dibanding tahun Pajak daerah, yang merupakan sumber kemandirian suatu provinsi, menyumbangkan 31,55% (Rp841,88 miliar) dari total pendapatan Jambi. Kesadaran masyarakat yang semakin tinggi untuk membayar pajak menjadi faktor pendorong meningkatnya pendapatan pajak. 67

84 Keuangan Pemerintah Daerah Tabel 4.1. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Tahun (dalam miliar rupiah) URAIAN APBD-P 2012 S.D TRW IV-2012 APBD-P 2013 S.D TRW III-2013 S.D TRW IV-2013 Nominal Persen Nominal Persen Nominal Persen PENDAPATAN 2, , , , , Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang S Pendapatan Transfer 1, , , , , Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimb 1, , , , , Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya Dana Penyesuaian Lain-lain Pendapatan yang Sah Pendapatan Hibah Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah) B. Realisasi Belanja Daerah Tahun 2013 Pada tahun 2013, realisasi belanja Provinsi Jambi mencapai Rp2,95 triliun atau mencapai 90,39% dari APBD-P 2013 (Rp3,27 triliun). Nilai realisasi tersebut meningkat Rp395,19 miliar atau 15,44% dibanding tahun 2012 (Rp2,56 triliun). Berdasarkan jenisnya, realisasi belanja terbesar (57,54%) masih ditujukan untuk belanja operasional yaitu sebesar Rp1,70 triliun, sementara nilai realisasi untuk belanja modal masih relatif kecil yaitu sebesar Rp936,98 miliar atau sebesar 31,71 % (Tabel 4.2.). Komponen belanja operasional terbesar adalah untuk belanja barang yang mencapai Rp684,03 miliar dan diikuti oleh belanja pegawai Rp531,79 miliar. Realisasi belanja operasional meningkat cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seiring dengan mulai selesainya proses pembelian dan pembayaran belanja barang. Pada komponen belanja modal, terjadi peningkatan realiasi yang sangat signifikan dari hanya sebesar 37,38% dari APBD-P 2013 pada triwulan lalu, meningkat pesat menjadi 90,99% dari APBD-P 2013 pada triwulan ini. Hal ini sejalan dengan kecenderungan realisasi anggaran yang menumpuk di akhir tahun. Nilai realisasi terbesar (22,47%) berada pada belanja jalan, irigasi dan jaringan yang merupakan belanja modal yang paling berdampak pada 68 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV-2013

85 Keuangan Pemerintah Dareah kepentingan masyarakat, yaitu sebesar Rp664,01 miliar. Dengan adanya peningkatan realisasi belanja jalan, irigasi, dan jaringan, diharapkan akan mampu memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Provinsi Jambi terutama dalam efisiensi biaya distribusi barang dan jasa. Tabel 4.2. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Tahun (dalam miliar rupiah) URAIAN APBD-P 2012 S.D TRW IV-2012 APBD-P 2013 S.D TRW III-2013 S.D TRW IV-2013 Nominal Persen Nominal Persen Nominal Persen BELANJA 2, , , , , Belanja Operasi 1, , , , Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan #DIV/0! #DIV/0! Belanja Modal , Belanja Tanah Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Bangunan dan Gedung Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya Belanja Aset Lainnya Belanja Tak Terduga Belanja Tak Terduga Transfer Transfer Bagi Hasil Ke Kab/Kota/Desa Bagi Hasil Pajak Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah) C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah Penerimaan pusat di wilayah Jambi selama triwulan IV mencapai Rp1,23 triliun, meningkat 56,04% dibandingkan triwulan lalu (Rp787,71 miliar) (Tabel 4.3.). Peningkatan tersebut sejalan dengan meningkatnya pendapatan pajak dalam negeri (657,50%), terutama Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Sejalan dengan hal tersebut, pendapatan pajak perdagangan internasional juga meningkat (9,89%) seiring dengan meningkatnya pendapatan bea masuk sebagai akibat dari peningkatan impor Jambi. Sebaliknya pendapatan PNBP mengalami penurunan sebesar 40,29% dibandingkan triwulan lalu. TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 69

86 Keuangan Pemerintah Daerah Tabel 4.3. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Tahun 2013 (dalam satuan Rupiah) KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH REALISASI PENDAPATAN Triwulan IV 2012 Triwulan I 2013 Triwulan II 2013 Triwulan III 2013 Triwulan IV 2013 Pertumbuhan ( qt q) Nominal (%) I Pajak Dalam Negeri ,50 PPh ,17 PPN ,63 P BB ,14 L ainnya ,26 II Pajak Perdagangan Int'l ( ) ,89 Pendapatan Bea Mas uk ,24 P endapatan Bea Keluar ( ) ( ) (70,37) III Penerimaan P endapatan PSDA ertambangan ( ) (0,20) Umum ,04 P endapatan kehutanan ( ) (100,00) IV PNPB Lainnya ( ) (40,29) Total Realisasi Pendapatan ,04 Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah Tabel 4.4. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (dalam satuan Rupiah) REALISASI PENDAPATAN Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Pertumbuhan ( yoy) Nominal (%) I Pajak Dalam Negeri ,68 PPh ,58 PPN ,38 P BB ,89 L ainnya ,41 II Pajak Perdagangan Int'l ( ) (42,21) P endapatan Bea Mas uk ,79 P endapatan Bea Keluar ( ) ( ) (105,42) III Penerimaan SDA ,16 P endapatan P ertambangan Umum ,15 P endapatan kehutanan ,00 IV PNPB Lainnya ( ) (7,70) V Pendapatan Hibah ,55 Total Realisasi Pendapatan ,33 S umber: Direktorat J enderal P erbendaharaan Kanwil V J ambi, L aporan Arus Kas S AKUN Wilayah J ambi. Unaudited, diolah Secara tahunan, penerimaan pemerintah pusat di wilayah Jambi mencapai Rp3,03 triliun, meningkat 13,33% dibandingkan tahun lalu (Rp2,67 triliun) (Tabel 4.4.). Peningkatan tersebut sejalan dengan meningkatnya pendapatan pajak dalam negeri, terutama Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh). Sebaliknya, pendapatan pajak perdagangan internasional mengalami penurunan yang tajam (42,21%) dibanding tahun lalu, seiring dengan menurunnya pendapatan bea keluar sebagai akibat dari penurunan ekspor Jambi. Berdasarkan komposisinya, penerimaan terbesar di triwulan IV 2013 adalah untuk pendapatan pajak dalam negeri yang mencapai Rp1,15 triliun (93,91%) (Gambar 4.1). Apabila dirinci lebih lanjut, pendapatan terbesar adalah 70 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV-2013

87 Keuangan Pemerintah Dareah untuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar Rp703,34 miliar (57,22%) diikuti oleh Pajak Penghasilan (PPh) sebesar Rp 394,84 miliar (32,12%) (Gambar 4.2.). 2.13% 0.52% 3.32% 3.98% 0.88% 34.21% 93.91% 60.93% Pajak Dalam Negeri Pajak Perdagangan Int'l Penerimaan SDA PNPB Lainnya Gambar 4.1 Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (%) PPh PPN PBB Lainnya Gambar 4.2 Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi (%) Sementara itu, belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi pada triwulan IV 2013 terealisasi sebesar Rp2,07 triliun, meningkat Rp804,21 miliar (63,76%) dibanding triwulan lalu (Tabel 4.5.). Peningkatan belanja terbesar bersumber dari peningkatan belanja modal Rp490,19 miliar (111,44%) dan peningkatan belanja barang sebesar Rp271,75 miliar (88,55%). Peningkatan tersebut seiring dengan realisasi anggaran yang cenderung menumpuk di akhir tahun. Tabel 4.5. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Tahun 2013 (dalam satuan Rupiah) KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH REALISASI BELANJ A Triwulan IV 2012 Triwulan I 2013 Triwulan II 2013 Triwulan III 2013 Triwulan IV 2013 Pertumbuhan ( qt q) Nominal (%) I Belanja Pegawai ( ) (12,09) Belanja Gaji dan Tunjangan ( ) (13,76) Belanja Honorarium/L embur/ ,84 Vakas i/tunj Khus us Belanja Kontribus i Sos ial ( ) ( ) ( ) ( ) (100,00) II Belanja Barang ,55 Belanja Barang ,41 Belanja Jas a ,76 Belanja Perjalanan ,69 Belanja Pemeliharaan ,74 III Belanja Bantuan Sosial ,81 Belanja Bantuan S os ial L embaga P endidikan dan P eribadatan ,81 IV Belanja Lain-Lain ,90 Belanja Lain-Lain ,90 V Belanja Modal ,44 Belanja Modal Tanah ,36 Belanja Modal P eralatan dan ,09 Belanja Modal Gedung dan ,58 Bangunan Belanja Modal J alan, Irigas i, dan ,69 J aringan Belanja Modal Fis ik Lainnya ,97 Total Realisasi Belanja ,76 Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 71

88 Keuangan Pemerintah Daerah Sepanjang tahun 2013, belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi terealisasi sebesar Rp4,77 triliun, meningkat Rp469,9 miliar (10,93%) dibanding tahun lalu (Tabel 4.6.). Peningkatan belanja terbesar bersumber dari peningkatan belanja barang sebesar Rp243,47 miliar (25,09%) dan peningkatan belanja pegawai sebesar Rp140,46 miliar (10,77%). Sementara itu, belanja modal hanya meningkat 7,63% dibanding tahun lalu. Mengingat tingkat inflasi yang tinggi di tahun 2013, dapat dikatakan bahwa secara riil tidak terjadi peningkatan belanja modal dibanding tahun sebelumnya. Tabel 4.6. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (dalam satuan Rupiah) REALISASI BELANJ A Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Pertumbuhan ( yoy) Nominal (%) I Belanja Pegawai ,77 Belanja Gaji dan Tunjangan ,45 Belanja Honorarium/L embur/ Vakas i/tunj ,37 Khus us Belanja Kontribus i S os ial ( ) ( ) ( ) ( ) 15,40 II Belanja Barang ,09 Belanja Barang ,90 Belanja J as a ,10 Belanja P erjalanan ,27 Belanja P emeliharaan ( ) (0,86) Belanja L ayanan Umum ( ) (13,79) III Belanja Bantuan Sosial ( ) (6,01) Belanja Bantuan S os ial ( ) (6,01) Belanja Lembaga S os ial Lainnya IV Belanja Lain-Lain ( ) (95,83) Belanja Lain-Lain ( ) (95,83) V Belanja Modal ,63 Belanja Modal Tanah ,39 Belanja Modal P eralatan dan Mes in ( ) (12,24) Belanja Modal Gedung dan Bangunan ,70 Belanja Modal J alan, Irigas i, dan J aringan ,80 Belanja Modal Fis ik Lainnya ,09 Total Realisasi Belanja ,93 S umber: Direktorat J enderal P erbendaharaan Kanwil V J ambi, L aporan Arus Kas S AKUN Wilayah J ambi. Unaudited, diolah Gambar 4.3. Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 100% 100% 90% 90% 80% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% Belanja Lain-Lain Belanja Bantuan Sosial Belanja Barang Belanja Pegawai Belanja Modal 70% 60% 50% 40% 30% 20% Belanja Modal Belanja Lain-Lain Belanja Bantuan Sosial Belanja Barang Belanja Pegawai 10% 10% 0% Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun % Q Q Q Q KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV-2013

89 BAB V KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu menjadi 97,21 dari 95,52 pada triwulan lalu. Dari sisi upah, UMP provinsi Jambi pada tahun 2014 meningkat 15,56% yaitu dari Rp ,- menjadi Rp UMP tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan Lampung, Bengkulu dan Sumatera Barat. A. Upah Minimum Provinsi (UMP) UMP Provinsi Jambi pada tahun 2014 meningkat 15,56% yaitu dari Rp ,- menjadi Rp ,-, sesuia dengan KHL Jambi (Rp ,-) namun lebih tinggi dari pada angka inflasi Jambi tahun 2013 (8,74%). Sementara itu, dibandingkan dengan provinsi lainnya, UMP Jambi berada di urutan keempat terkecil dari sepuluh provinsi di Sumatera, namun masih lebih tinggi dibandingkan Provinsi Lampung, Bengkulu, dan Sumatera Barat (tabel 5.1.). Tabel 5.1. Perbandingan UMP Wilayah Sumatera No Provinsi UMP % 1 SUMSEL 1,195,220 1,350,000 1,825, NAD 1,400,000 1,550,000 1,750, RIAU 1,238,000 1,400,000 1,700, KEPRI 1,015,000 1,365,087 1,665, BANGKA BELITUNG 1,100,000 1,265,000 1,640, SUMUT 1,200,000 1,305,000 1,505, JAMBI 1,142,500 1,300,000 1,502, SUMBAR 1,150,000 1,350,000 1,490, LAMPUNG 975,000 1,150,000 1,399, BENGKULU 930,000 1,200,000 1,350, Sumber : Dinsosnakertrans Provinsi Jambi Berdasarkan diskusi dengan dengan beberapa asosiasi perusahaan dan PKL yang diadakan oleh Bank Indonesia Jambi, didapatkan informasi bahwa 73

90 KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN kenaikan UMP tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya produksi karena mayoritas perusahaan telah menetapkan standar gaji yang lebih tinggi dari UMP dan sebagian besar perusahaan menyiasati kenaikan UMP tersebut dengan efektifitas dan efisiensi kerja. B. Kemiskinan Garis kemiskinan di Provinsi Jambi untuk wilayah kota dan desa pada bulan September 2013 meningkat 9,08% menjadi Rp /bulan/orang (tabel 5.2.). Dari nilai tersebut 77,37% dipergunakan untuk kebutuhan makanan. Apabila dirinci menurut wilayahnya, garis kemiskinan untuk masyarakat kota lebih tinggi yaitu mencapai Rp /orang/bulan sementara untuk masyarakat desa sebesar Rp /orang/bulan. Sumber: Susenas 2013 Tabel 5.2. Garis Kemiskinan Provinsi Jambi Maret 2013 September 2013 Wilayah Non %GK Makanan Total Makanan Makanan Makanan Non %GK Total Makanan Makanan (dalam satuan Rp/orang/bulan) (dalam satuan Rp/orang/bulan) Kota 246,632 91, , ,696 95, , Perdesaan 204,441 53, , ,196 58, , Kota + Desa 217,384 65, , ,224 69, , Masyarakat yang tergolong di bawah garis kemiskinan, yaitu yang memiliki penghasilan rata-rata kurang dari Rp /orang/bulan mencapai 281,57 ribu orang, meningkat 8,42% dari semester sebelumnya (266,15 ribu orang) (tabel 5.3.). Peningkatan jumlah penduduk miskin tersebut terjadi di kota dan di desa. Jumlah penduduk miskin di kota naik yaitu dari 100,00 ribu orang menjadi 106,36 ribu orang dan jumlah penduduk miskin di desa dari 166,15 ribu orang menjadi 175,20 ribu orang. Berdasarkan lokasinya, persentase jumlah penduduk miskin di kota (10,41%) lebih tinggi dibandingkan persentase jumlah penduduk miskin di desa (7,54%). 74 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV-2013

91 KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Miskin Wilayah Sumber; Susenas 2013 Persentase Penduduk Miskin Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 September 2013 Maret 2013 September 2013 (dalam satuan %) (dalam satuan ribu) Kota Perdesaan Kota + Desa Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jambi (melalui Bulog Divre Jambi) untuk mensukseskan program pemerintah dalam hal penanggulangan kemiskinan yaitu secara rutin membagikan beras miskin (raskin) kepada masyarakat yang berhak. Pada triwulan laporan, penyaluran raskin mencapai sebesar ton, naik 15,77% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai ton (grafik 5.1). Selama tahun 2013 terdapat penyaluran raskin sebanyak 15 kali yang dilakukan secara bertahap sejak bulan Juli 2013 sampai dengan Desember C. Kesejahteraan Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi. Pada bulan Desember 2013, NTP sebesar 97,21 atau naik 169 bps dibandingkan September Peningkatan NTP tersebut dialami oleh semua kategori petani, kecuali peternak unggas. 1 Nilai Tukar Petani (NTP) adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Sejak Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergeseran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga di perdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya. TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 75

92 KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Tabel 5.4. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2012=100) KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK Des Mar Juni Sept Des PERUBAHAN (%) ( Sept ke Des) 1 Tanaman Padi Palawija a Indeks Diterima Petani b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-P) Hortikultura a Indeks Diterima Petani b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-H) Tanaman Perkebunan Rakyat a Indeks Diterima Petani b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) Peternakan a Indeks Diterima Petani b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) Perikanan a Indeks Diterima Petani b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) PROVINSI JAMBI a INDEKS YANG DITERIMA (It) b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) c NILAI TUKAR PETANI (NTPp) Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah) 76 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV-2013

93 BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN Laju pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan I-2014 diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan IV Pengeluaran konsumsi rumah tangga yang didorong oleh kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) serta meningkatnya konsumsi pemerintah sehubungan dengan persiapan pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) diperkirakan masih menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi masih akan didominasi sektor pertanian, serta perdagangan, hotel dan restoran. Inflasi pada triwulan I-2014 diperkirakan akan stabil pada level yang sama dengan triwulan IV-2013 yaitu berada pada kisaran 8,6%-9,1% (yoy) dari sebelumnya 8,75% (yoy) pada triwulan laporan. Kondisi ini utamanya disebabkan oleh meningkatnya angka inflasi administered price dan volatile foods. Penyebab utama meningkatnya harga-harga di triwulan I 2014 diperkirakan berasal dari kenaikan harga pada bahan makanan karena faktor cuaca. Tingginya curah hujan berpotensi besar menjadi penyebab gagal panen pada sentra-sentra produksi tanaman bahan makanan serta berpotensi menganggu jalur distribusi barang. Kondisi tersebut akan berdampak pada berkurangnya pasokan dan menaikkan harga jual. Selain itu, keputusan Pertamina menaikkan harga elpiji ukuran 12 kg serta kenaikan UMP Jambi 2014 yang mencapai 15,56% juga akan berpotensi memberikan tekanan inflasi. Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan tekanan inflasi lebih tinggi dari perkiraan antara lain: masih terdepresiasinya nilai tukar rupiah, rencana Pemerintah menaikkan kembali tarif tenaga listrik (TTL), dan meningkatnya permintaan menjelang pelaksanaan Pemilu. 77

94 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH A. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan mendatang diperkirakan pada kisaran 0,2%-0,7%(qtq), tumbuh lebih rendah dari triwulan laporan (1,94%). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tahunan Jambi diperkirakan akan meningkat yaitu pada kisaran 8,0 8,5% (yoy) dibandingkan triwulan laporan yang tumbuh 6,93% (yoy). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2014 diperkirakan pada kisaran 7,2%- 7,7% seiring dengan menguatnya pemulihan ekonomi global disertai harga komoditas ekspor yang terus membaik. Pengeluaran konsumsi rumah tangga menjadi sumber utama perekonomian di triwulan mendatang. Adanya kenaikan UMP akan memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat dan berkontribusi meningkatkan konsumsi masyarakat pada triwulan mendatang. Hal tersebut sejalan dengan hasil liaison pada perusahaan ritel yang memperkirakan bahwa penjualan akan meningkat seiring kenaikan UMP, perayaan hari Imlek, dan persiapan menjelang Pemilu. Selain mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga, pelaksanaan Pemilu juga diperkirakan akan meningkatkan konsumsi pemerintah sehingga akan lebih mendorong pertumbuhan ekonomi. Membaiknya harga komoditas di pasar global diperkirakan berimbas pada membaiknya pendapatan masyarakat sehingga mendorong kembali konsumsi rumah tangga. Namun demikian, investasi diperkirakan akan sedikit melambat sejalan dengan masih lambatnya perekonomian global dan kenaikan suku bunga kredit yang mengikuti kenaikan BI rate. Sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi triwulan mendatang yang diperkirakan tumbuh lebih rendah dari triwulan laporan, hasil SKDU triwulan IV-2013 juga menyatakan bahwa responden memandang bahwa perekonomian triwulan mendatang cenderung menurun dibandingkan triwulan laporan. Hal ini tercermin dari nilai SBT perkiraan perkembangan dunia usaha pada triwulan I 2014 yang negatif (SBT -1,38). Penurunan perkembangan usaha 78 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV-2013

95 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH tersebut diperkirakan terjadi pada sektor pertanian khususnya tanaman bahan makanan dan perkebunan karet serta sektor pengangkutan dan komunikasi. No Tabel 6.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha Sektor/Subsektor Triwulan I-2013 Triwulan II-2013 Saldo Bersih Tertimbang Triwulan III-2013 Triwulan IV-2013 Triwulan I-2014*) 1 Pertanian 0.73 (0.73) (0.73) 2 Pertambangan dan Penggalian (3.13) (1.04) Industri Pengolahan Listrik dan Air Minum (0.16) Bangunan - - (0.69) Perdagangan, Hotel dan Restoran (0.85) - (0.85) Pengangkutan dan Komunikasi (0.65) - (0.65) 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa (1.03) - (1.55) (0.52) - Total (0.64) (1.38) Keterangan : *) Angka perkiraan Sektor pertanian diperkirakan tumbuh melambat pada triwulan mendatang terutama disebabkan oleh penurunan sub sektor tanaman bahan makanan (tabama). Namun demikian, masih membaiknya produksi sub sektor tanaman perkebunan, terutama kelapa sawit, mampu mendorong sektor pertanian tetap tumbuh meskipun terbatas. Masa panen perkebunan kelapa sawit diperkirakan masih berlanjut sampai triwulan mendatang. Di samping itu, masih terdepresiasinya nilai tukar rupiah serta semakin membaiknya harga internasional dapat menjadi insentif bagi petani. Sebaliknya, produksi karet diperkirakan mengalami perlambatan sejalan dengan tingginya curah hujan di Provinsi Jambi (data BMKG). Selain itu, adanya himbauan Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO) untuk menurunkan produksi dan ekspor karet sebesar 10% sebagai salah satu upaya mendongkrak harga karet turut menjadi penyebab menurunnya produksi karet. TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 79

96 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Namun demikian, peningkatan harga karet terkait masih terdepresiasinya nilai tukar rupiah dapat menjadi insentif bagi petani di triwulan mendatang. Sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan belum dapat kembali menghasilkan produksi seperti sebelumnya karena terjadinya penurunan produksi dari sumur-sumur minyak bumi eksisting (faktor usia) serta masih maraknya pencurian minyak pada jalur pipa penyaluran Tempino-Plaju. Sementara itu, pertumbuhan sektor bangunan di bulan mendatang masih akan meningkat yang didukung oleh meningkatnya perumahan rakyat, pusat bisnis dan perhotelan oleh perusahaan swasta berskala nasional/internasional dan investasi pemerintah daerah. Meningkatnya produksi perkebunan kelapa sawit akan diikuti oleh peningkatan produksi pada sektor industri pengolahan. Selanjutnya, tingginya konsumsi di triwulan mendatang dan meningkatnya permintaan menjelang pelaksanaan Pemilu akan diikuti juga dengan meningkatnya perdagangan dan penggunaan jasa transportasi sehingga mendorong pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi. B. Proyeksi Inflasi Inflasi pada triwulan I-2014 diperkirakan akan stabil pada level yang sama dengan triwulan IV-2013 yaitu berada pada kisaran 8,6%-9,1% (yoy) dari sebelumnya 8,75% (yoy) pada triwulan laporan. Kondisi ini utamanya disebabkan oleh meningkatnya angka inflasi administered price dan volatile foods. Grafik 6.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Periode Tahun 2010 s.d. Januari 2014 serta Perkiraan Februari s.d Maret 2014 m-t-m (%) Catatan: Inflasi Februari - Maret 2014 adalah angka perkiraan 80 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV-2013

97 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Grafik 6.2. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2010 s.d. Januari 2014 serta Perkiraan Februari s.d Maret 2014 y-o-y (%) Catatan: Inflasi Februari - Maret 2014 merupakan angka perkiraan dengan deviasi 1% Grafik 6.3. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (ytd) Kota Jambi Periode Tahun 2010 s.d. Januari 2014 serta Perkiraan Februari s.d Maret 2014 y-t-d (%) Catatan: Inflasi Februari - Maret 2014 merupakan angka perkiraan dengan deviasi 1% Penyebab utama meningkatnya harga-harga di triwulan diperkirakan berasal dari kenaikan harga pada bahan makanan karena faktor cuaca. Tingginya curah hujan berpotensi besar menjadi penyebab gagal panen pada sentra-sentra produksi tanaman bahan makanan serta berpotensi menganggu jalur distribusi barang. Kondisi tersebut akan berdampak pada berkurangnya pasokan dan menaikkan harga jual. Selain itu, keputusan Pertamina menaikkan harga elpiji ukuran 12 kg serta kenaikan UMP Jambi 2014 yang mencapai 15,56% juga akan berpotensi memberikan tekanan ke inflasi. TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 81

98 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Beberapa komoditi yang berpeluang menjadi penyumbang utama inflasi di triwulan mendatang adalah bahan bakar rumah tangga, mobil, serta beberapa komoditas bahan makanan seperti cabe merah, beras, cabe hijau, bawang merah dan bayam. Faktor yang berpotensi akan memberikan tekanan inflasi selama triwulan mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1) Masih berlanjutnya tekanan nilai tukar rupiah terhadap dollar, 2) Potensi meningkatnya ekspektasi inflasi perusahaan sebagai antisipasi resiko perubahan harga pada tahun 2014, 3) Rencana Pemerintah untuk menaikkan kembali harga TTL (Tarif Tenaga Listrik) di tahun 2014 akan berdampak inflasi baik secara langsung maupun melalui dampak lanjutannya, serta 4.) Kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala serta terhambatnya arus di pelabuhan yang akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan memacu meningkatnya angka inflasi pada periode triwulan I tahun Sementara, masih tercukupinya stok beberapa kebutuhan pokok cukup mampu meredam potensi gejolak harga yang terjadi sewaktu-waktu. Stok beras di BULOG Divre Jambi juga diprakirakan cukup untuk meredam gejolak harga beras. Namun demikian, khusus untuk raskin, BULOG mencatat bahwa realisasi penyalurannya masih rendah karena terkendala pengkinian data penerima raskin oleh Pemerintah Daerah. Apabila kondisi tersebut tidak segera diatasi, harga beras premium di pasaran berpotensi meningkat karena permainan harga oleh pedagang yang pada akhirnya akan memberikan tekanan pada laju inflasi. C. Rekomendasi Kebijakan Menyikapi kondisi perekonomian triwulan IV 2013 serta proyeksi ekonomi triwulan I 2014 beberapa hal yang patut menjadi perhatian adalah: 1. Penguatan fungsi Tim Pengendalian Inflasi Daerah Inflasi kota Jambi pada akhir tahun 2013 tercatat pada level yang cukup tinggi, yaitu sebesar 8,74%(yoy). Tingginya laju inflasi tersebut memberikan dampak bagi meningkatnya angka garis kemiskinan di 82 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV-2013

99 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Provinsi Jambi. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu adanya penguatan peran TPID dalam menahan laju inflasi melalui tindakan yang intens dan nyata. Salah satu hal yang perlu segera mendapatkan respon dari Pemerintah Daerah adalah percepatan pembentukan TPID tingkat Kabupaten/Kota sesuai amanat Inmendagri No. 27 Tahun Sampai dengan triwulan laporan, di Provinsi Jambi telah terbentuk 8 (tujuh) TPID, yaitu TPID Provinsi Jambi, Kota Jambi, Kabupaten Merangin, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Batanghari. Ke depan, selain memiliki tugas untuk mengendalikan laju inflasi daerah, TPID diharapkan dapat menjadi wadah/forum untuk melakukan evaluasi program kerja dan pemantauan realisasi anggaran masing-masing anggota TPID karena penumpukan realisasi anggaran di akhir tahun anggaran menjadi salah satu penyebab tingginya laju inflasi di akhir tahun. 2. Program ketahanan pangan (khusunya komoditas penyumbang inflasi terbesar) Salah satu penyebab utamanya inflasi di Provinsi Jambi pada triwulan laporan adalah tekanan inflasi volatile food. Ketergantungan yang besar akan bahan makanan dari daerah lain menyebabkan peluang bagi kartelkartel besar untuk membentuk harga pasar sesuai ekspektasi mereka. Kondisi tersebut diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan yang akan datang. Oleh karena itu, perlu dikembangkan sinergi yang baik antara Pemerintah melalui dinas terkait dengan instansi-instansi lainnya untuk menggalakkan program ekstensifikasi dan intensifikasi tanaman pangan di lahan-lahan yang selama ini tidak produktif untuk mencukupi kebutuhan domestik Provinsi Jambi. Tanaman pangan yang menjadi prioritas untuk dikembangkan di Provinsi Jambi antara lain cabe merah, bawang merah, dan padi. Program ketahanan dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi program kawasan pertanian terpadu dengan menggabungkan pertanian dan peternakan. Selain mengendalikan laju TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 83

100 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH inflasi, program tersebut juga dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. 3. Pengendalian Ekspektasi Inflasi Sebagai upaya untuk mengendalikan ekspektasi inflasi masyarakat terhadap harga barang/jasa khususnya komoditas sembako, perlu adanya peran aktif Pemerintah Daerah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk secara rutin menyampaikan perkembangan harga sembako kepada masyarakat melalui media cetak atau elektronik. Salah satu media yang kami rekomendasikan adalah website Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. 4. Penurunan produksi migas Penurunan produksi migas di Provinsi Jambi yang berdampak pada turunnya PDRB salah satunya disebabkan oleh usia sumur minyak yang sudah tua dan tidak optimal. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan pencarian dan pengeboran sumur-sumur minyak yang baru agar produksi migas kembali meningkat. Kegiatan pengeboran sumur-sumur migas yang baru tersebut perlu mendapatkan dukungan dari Pemerintah Daerah khususnya terkait kelancaran perizinan. 5. Batu Bara dan Mineral Lainnya Terkait penerapan kebijakan ekspor mineral, mengupayakan pembangunan PLTU dan industri pengolahan yang menggunakan batu bara sebagai bahan baku sehingga dapat memberikan nilai tambah ekonomi baik secara domestik maupun ekspor sehingga mendorong kinerja ekonomi decara keseluruhan. 6. Melambatnya produksi karet Melambatnya produksi karet pada triwulan laporan disebabkan antara lain karena tingginya curah hujan dan himbauan GAPKINDO untuk menurunkan produksi dan ekspor karet sebagai upaya untuk mendongkrak harga karet. Faktor cuaca dan himbauan GAPKINDO tersebut diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan mendatang. Oleh karena itu, Pemerintah dan pihak-pihak terkait perlu memanfaatkan 84 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV-2013

101 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH momen tersebut untuk lebih menggiatkan sosialisasi kepada petani karet agar memproduksi karet yang bersih dan berkualitas tinggi. Selama ini produksi karet di Indonesia termasuk Jambi terkenal dengan karetnya yang kotor. Dengan adanya pemahaman yang baik dari petani, diharapkan akan menambah nilai jual produksi karet pada saat musim kemarau nantinya sehingga memicu pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi yang semakin baik. Selain program sosialisasi karet bersih, perlu dilakukan peremajaan kembali tanaman karet yang sudah tua dan tidak produktif lagi. 7. Permasalahan distribusi barang a) Untuk menunjang kegiatan perdagangan antar daerah maka Provinsi Jambi diharapkan dapat memiliki data antara lain sebagai berikut: i. Neraca produksi dan konsumsi kebutuhan bahan makanan di Provinsi Jambi. ii. Produksi bahan makanan dan komoditas unggulan termasuk jalur distribusi, waktu produksi, pembeli serta kebutuhan dalam Provinsi Jambi. iii. Ketergantungan bahan makanan di Jambi terhadap daerah lain termasuk jalur distribusi, asal daerah produsen, serta kebutuhan di dalam Provinsi Jambi. iv. Peta produksi, distribusi dan konsumsi bahan makanan se- Provinsi Jambi. b) Kemudahan kredit dan penurunan suku bunga kredit sehingga menurunkan biaya dari produsen. c) Peningkatan kualitas infrastruktur dan pengurangan biaya tak terduga. d) Perbaikan kondisi pasar untuk efisiensi biaya serta meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pasar. Termasuk didalamnya mengenai modernisasi pasar tradisional sehingga spekulasi harga di pasar tradisional dapat berkurang. 8. Pembinaan dan Pendampingan UMKM TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 85

102 Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank.

103 LAMPIRAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank. K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank. K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank. K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi. Triwulan III

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi. Triwulan III KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI Telp : 0741-62445 Fax : 0741 62112

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan II 2009 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertamatama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I - 2010 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III 2010 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertamatama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III - 2009 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV 2009 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertamatama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan II 2010 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertamatama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN. Triwulan II Kantor Bank Indonesia

KAJIAN. Triwulan II Kantor Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI PROVINSI REGIONAL RIAU Triwulan II - 200 7 Kantor Bank Indonesia P e k a n b a r u KATA PENGANTAR BUKU Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Riau ini merupakan terbitan rutin triwulanan

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI Agustus 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi NOVEMBER 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2013 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Triwulan I-2015 Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci