KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216

2 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI Menjalankan kebijakan BI dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan. FUNGSI 1. Fungsi Statistik dan surveillance 2. Fungsi Kajian 3. Fungsi Komunikasi dan Pelaksanaan Program 4. Fungsi Sistem Pembayaran 5. Fungsi Manajemen Intern dan koordinasi Wilayah TUGAS POKOK 1. Memberikan masukan kepada Dewan Gubernur kondisi ekonomi dan keuangan daerah di wilayah kerjanya; 2. Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan ekonomi dan keuangan daerah, yang didukung dengan penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian/riset serta memfasilitasi pengendalian inflasi, pemberdayaan sektor riil dan UMKM. 3. Melaksanakan kegiatan perizinan dan pengawasan serta operasionalisasi sistem pembayaran tunai dan non tunai sesuai dengan kebutuhan ekonomi daerah di wilayah kerjanya 4. Melaksanakan kebijakan stabilitas keuangan, program perluasan dan pemerataan akses dan keterjangkauan keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif 5. Mengelola sumber daya internal yang dibutuhkan sebagai faktor pendukung fungsi-fungsi utama. Kalender Publikasi KEKR Triwulan I Mei Triwulan II Agustus Triwulan III November Triwulan IV Februari Penerbit : Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan - Tim Ekonomi Moneter Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh Jl. Cut Meutia No.15, Banda Aceh - Indonesia Telp : / Fax : Publikasi KER secara online dapat diperoleh di:

3 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat dan karunianya sehingga buku Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Aceh Triwulan I 216 ini akhirnya dapat dipublikasikan. Buku ini memaparkan informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah, diantaranya pertumbuhan ekonomi, perbankan, sistem pembayaran dan keuangan daerah yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan informasi internal maupun eksternal Bank Indonesia. Secara umum, hasil kajian atas perkembangan ekonomi regional Provinsi Aceh periode triwulan laporan mendeskripsikan bahwa perekonomian Aceh menunjukkan kecenderungan yang lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Dalam kesempatan ini, kami menghaturkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan buku ini. Harapan kami, kerja sama yang telah tercipta dapat terus berlanjut dan ditingkatkan pada masa yang akan datang. Kami menyadari bahwa kualitas dan informasi yang disajikan masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari seluruh pihak yang berkepentingan dengan buku ini. Kami berharap, semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Banda Aceh, Mei 216 Kepala Perwakilan, Ahmad Farid Deputi Direktur 2 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 2 DAFTAR ISI... 3 DAFTAR GRAFIK... 4 DAFTAR TABEL... 5 DAFTAR ISTILAH TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH... 8 RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 BAB 1. KONDISI MAKROEKONOMI ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DARI SISI PENAWARAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DARI SISI PERMINTAAN BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI ACEH KONDISI UMUM PERKEMBANGAN INFLASI ACEH INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA TPID PROVINSI ACEH BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH ANALISIS PERBANKAN DAERAH INTERMEDIASI DAN DAN RESIKO PERBANKAN KETAHANAN SEKTOR KORPORASI KETAHANAN SEKTOR UMKM KETAHANAN SEKTOR RUMAH TANGGA KINERJA SISTEM PEMBAYARAN KINERJA SISTEM PEMBAYARAN TUNAI BAB 4. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KETENAGAKERJAAN KESEJAHTERAAN BAB 5. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH PENDAPATAN DAERAH BELANJA DAERAH BAB 6. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH INFLASI PROVINSI ACEH LAMPIRAN BOX 1. PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI BARU PROVINSI ACEH BOX 2. MITIGASI RISIKO INFLASI MENGHADAPI AWAL MUSIM KEMARAU DAN RISIKO ANGIN KENCANG DI PROVINSI ACEH...47 BOX 3. BI 7 DAYS REPO RATE SEBAGAI SUKU BUNGA ACUAN YANG SEMAKIN KREDIBEL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216 3

5 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Struktur Ekonomi Aceh Sisi Penawaran Grafik 1.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Aceh Dengan Migas Grafik 1.3 Kontribusi Pertumbuhan Sektor-Sektor Ekonomi Aceh (yoy, %) Grafik 1.4 Pertumbuhan Sektor Pertanian Grafik 1.5 Pangsa dan Kontribusi Sektor Pertanian Grafik 1.6 Pangsa Subsektor Pertanian... 2 Grafik 1.7 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian... 2 Grafik 1.8 Pertumbuhan Sektor Perdagangan Grafik 1.9 Pangsa dan Kontribusi Sektor Perdagangan Grafik 1.1 Penjualan Kendaraan Bermotor Grafik 1.11 Perkembangan Kredit PHR Grafik 1.12 Realiasi Ekonomi Sektor PHR Grafik 1.13 Pertumbuhan Sektor Pertambangan-Penggalian Grafik 1.14 Pangsa dan Kontribusi Sektor Pertambangan Penggalian Grafik 1.15 Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Grafik 1.16 Pangsa dan Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Grafik 1.17 Pangsa Subsektor Industri Pengolahan Grafik 1.18 Perkembangan Kredit Sektor industri Pengolahan Grafik 1.19 Realiasi Ekonomi Sektor PHR Grafik 1.2 Laju dan Kontribusi Pertumbuhan PDRB dari Sisi Permintaan (yoy, %) Grafik 1.21 Struktur PDRB Sisi Permintaan Grafik 1.22 Perkembangan Konsumsi RT Grafik 1.23 Kontribusi Konsumsi RT Grafik 1.24 Pangsa Subkomponen Konsumsi Rumah Tangga Grafik 1.25 Pangsa Subkomponen Konsumsi Rumah Tangga Non-makanan Grafik 1.26 Penjualan Kendaraan Bermotor (Konsumsi) Grafik 1.27 Penggunaan Listrik Rumah Tangga Grafik 1.28 Perkembangan Konsumsi Pemerintah Grafik 1.29 Kontribusi Konsumsi Pemerintah Grafik 1.3 Realisasi Pengadaan Semen di Aceh Grafik 1.31 Perkembangan Investasi Grafik 1.32 Pangsa Realisasi PMA Per Sektor Grafik 1.33 Pangsa Realisasi PMDN Per Sektor...28 Grafik 1.34 Perkembangan Penjualan Kendaraan Bermotor (Inventasi)...29 Grafik 1.35 Perkembangan Ekspor (Dengan Migas) Provinsi Aceh...29 Grafik 1.36 Perkembangan Impor (Dengan Migas) Provinsi Aceh...29 Grafik 1.37 Ekspor Impor Luar Negeri Aceh Triwulan Laporan...29 Grafik 1.38 Ekspor Impor Antar Daerah Aceh Triwulan Laporan Grafik 1.39 Perkembangan Net Ekspor Antar Daerah Aceh (ADHK)...29 Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi year on year, quarter to quarter, dan month to month di Aceh (%) Grafik 2.2 Perbandingan Inflasi year on year di kawasan Sumatera (%) Grafik 2.3 Inflasi Kelompok Rata-Rata Grafik 2.4 Inflasi Kelompok (mtm) Grafik 2.5 Inflasi Triwulanan Provinsi Aceh KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216

6 Grafik 2.6 Inflasi Kelompok (qtq)... 4 Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Aceh (yoy (%))... 4 Grafik 2.8 Inflasi Kelompok Pada Triwulan I 216 (yoy (%))... 4 Grafik 2.9 Disagregasi Inflasi Tahunan Provinsi Aceh Grafik 2.1 Kontribusi Disagregasi Inflasi Tahunan Provinsi Aceh Grafik 2.11 Pergerakan Harga Komoditas Daging Sapi Grafik 2.12 Pergerakan Harga Komoditas Daging Ayam Grafik 2.13 Pergerakan Harga Bumbu-Bumbuan Grafik 2.14 Pergerakan laju Inflasi Tahunan Kota Pantauan Aceh Grafik 2.15 Inflasi Tahunan Kota Pantauan Aceh Triwulan I Grafik 3.1 Aset Perbankan Konvensional... 5 Grafik 3.2 Aset Perbankan Syariah... 5 Grafik 3.3 Perkembangan DPK Aceh Grafik 3.4 Struktur DPK Aceh Grafik 3.5 DPK Perbankan Konvensional Grafik 3.6 DPK Perbankan Syariah Grafik 3.7 Komposisi DPK Per Jenis Simpanan Grafik 3.8 Perkembangan Suku Bunga DPK Grafik 3.9 Perkembangan Penyaluran Kredit Aceh Grafik 3.1 Perkembangan Suku Bunga, BI Rate, dan Kredit Aceh Grafik 3.11 Kredit Bank Konvensional Grafik 3.12 Pembiayaan Bank Syariah Grafik 3.13 Pangsa Kredit Per Jenis Penggunaan Grafik 3.14 Pertumbuhan Kredit (yoy) Menurut Penggunaan Grafik 3.15 LDR dan NPL Bank Konvensional Grafik 3.16 LDR dan NPL Bank Syariah Grafik 3.17 Perkembangan Kredit ke Sektor Korporasi Grafik 3.18 Perkembangan NPL Kredit ke Korporasi Grafik 3.19 Perkembangan Kredit dan NPL Sektor PHR Grafik 3.2 Perkembangan Kredit dan NPL Sektor Industri Pengolahan Grafik 3.21 Perkembangan Kredit UMKM di Provinsi Aceh Grafik 3.22 Komposisi Kredit UMKM di Provinsi Aceh Grafik 3.23 Perkembangan Penyaluran KUR Aceh Grafik 3.24 Perkembangan NPL UMKM Provinsi Aceh Grafik 3.25 Perkembangan Kredit Rumah Tangga Grafik 3.26 Perkembangan KPR Grafik 3.27 Perkembangan KKB Grafik 3.28 Perkembangan NPL KPR dan KKB Grafik 3.29 Perkembangan KPR menurut Tipe Bangunan di Aceh Grafik 3.3 Pertumbuhan Tahunan (yoy) KPR yang disalurkan ke Aceh Grafik 3.31 Perkembangan NPL, Inflasi dan suku bunga KPR tipe 21 di Provinsi Aceh Grafik 3.32 Perkembangan NPL KPR tipe di atas 21 di Provinsi Aceh Grafik 3.33 Perkembangan Transaksi RTGS... 6 Grafik 3.34 Perkembangan Transaksi Kliring... 6 Grafik 3.35 Perkembangan Inflow Outflow Grafik 3.36 Perkembangan Uang Tidak Asli KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216 5

7 Grafik 4.1 Perkembangan Kondisi Ketenagakerjaan Aceh Grafik 4.2 Perkembangan Tenaga Kerja Aceh menurut Lapangan Kerja Utama (dalam ribu jiwa) Grafik 4.3 Porsi Tenaga Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama Grafik 4.4 Perkembangan Kemiskinan Aceh Grafik 4.5 Perkembangan Angka Kemiskinan Nasional Grafik 4.6 Angka Kemiskinan Nasional Menurut Provinsi Grafik 4.7 Perkembangan NTP Aceh Grafik 4.8 NTP Tiap Provinsi di Wilayah Sumatera pada Triwulan I Grafik 4.9 NTP Aceh Menurut SubSektor pada Triwulan I Grafik 4.1 Indeks Kedalaman Kemiskinan & Indeks Keparahan Kemiskinan Aceh Grafik 4.11 Indeks Kedalaman Kemiskinan & Indeks Keparahan Kemiskinan Aceh Grafik 4.12 Indeks Pembangunan Manusia Aceh Grafik 4.13 Pengeluaran Per Kapita Aceh Grafik 5.1 Pangsa Pendapatan Daerah Aceh Grafik 5.2 Pertumbuhan Target Pendapatan Aceh Grafik 5.3 Perkembangan Struktur Pendapatan Aceh Grafik 5.4 Struktur Pendapatan Aceh Grafik 5.5 Struktur Pendapatan Kab/Kota Aceh Grafik 5.6 Struktur Pendapatan Provinsi Aceh Grafik 5.7 Pangsa Belanja Daerah Aceh Grafik 5.8 Pertumbuhan Target Belanja Aceh Grafik 5.9 Perkembangan Struktur Belanja Aceh Grafik 5.1 Struktur Belanja Aceh Grafik 5.11 Struktur Belanja Kab/Kota Aceh Grafik 5.12 Struktur Belanja Provinsi Aceh Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Aceh 215 (Triwulanan) Grafik 6.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Aceh 215 (Tahunan) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216

8 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Provinsi Aceh Tabel 1.2 Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi dan Jagung Angka Ramalan II Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Provinsi Aceh Tabel 1.4 Realisasi Investasi PMA (Ribu USD) dan PMDN (Miliyar Rp) di Aceh Tabel 1.5 Ekspor Luar Negeri Aceh... 3 Tabel 1.6 Impor Luar Negeri Aceh... 3 Tabel 1.7 Neraca Perdagangan Luar Negeri Aceh Tabel 2.1 Perbandingan Inflasi Bulanan(mtm) Tabel 2.2 Perbandingan Inflasi Triwulanan(qtq) Tabel 2.3 Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy) Tabel 2.4 Pergerakan Inflasi 3 Kota di Provinsi Aceh Tabel 2.5 Inflasi menurut kota dan kelompok barang dan jasa di Provinsi Aceh (yoy;%) Tabel 2.6 Komoditas Pemberi Andil Inflasi Tahun 215 (yoy, %) Tabel 2.7 Perbandingan Inflasi Kota...45 Tabel 5.1 Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan Laporan Tabel 5.2 Realisasi Belanja Daerah Triwulan Laporan Tabel 6.1 Perkembangan dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Aceh Tabel 6.2 Hasil Proyeksi PDRB Aceh 215 Sisi Permintaan... 8 Tabel 6.2 Perkembangan dan Perkiraan Inflasi Aceh KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216 7

9 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH a. Inflasi dan PDRB Kota yoy,% I-15 II-15 III-15 IV-15 I-15 II-15 III-15 IV-15 I-16 Banda Aceh 5,4 6,12 4,3 1,27 5,4 6,12 4,3 1,27 3,1 Lhokseumawe 5,44 6,36 4,55 2,44 5,44 6,36 4,55 2,44 4,63 Meulaboh 5,67 6,47 2,86,58 5,67 6,47 2,86,58 3,12 Aceh 5,45 6,24 4,19 1,53 5,45 6,24 4,19 1,53 4,45 *) IHK mulai triwulan II-28 menggunakan tahun dasar 27 Sektoral (Rp Triliun) I II III IV I II III IV I Pertanian, Kehutanan, & Perikanan 7,17 7,51 7,68 7,3 7,58 7,66 8,2 7,87 7,9 Pertambangan & Penggalian 3,43 3,36 3,2 2,95 2,49 2,39 2,33 2,8 2,27 Industri Pengolahan 2,18 2,21 2,7 1,77 1,58 1,64 1,7 1,51 1,54 Pengadaan Listrik, Gas,3,4,4,4,4,4,4,4,4 Pengadaan Air,1,1,1,1,1,1,1,1,1 Konstruksi 2,54 2,56 2,62 2,68 2,43 2,49 2,61 3,15 2,81 Perdagangan Besar & Eceran, & Reparasi Mobil & Sepeda Motor 4,1 4,24 4,4 4,29 4,27 4,43 4,58 4,45 4,44 Transportasi & Pergudangan 2,11 2,13 2,19 2,33 2,21 2,24 2,31 2,33 2,25 Penyediaan Akomodasi & Makan Minum,29,3,3,31,31,31,32,33,33 Informasi & Komunikasi 1, 1,2 1,4 1,5 1,3 1,5 1,6 1,7 1,8 Jasa Keuangan,43,44,44,45,45,41,46,48,48 Real Estate,95,97,99 1, 1,2 1,3 1,5 1,6 1,8 Jasa Perusahaan,16,17,17,17,17,17,17,18,17 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 2,7 2,2 2,14 2,25 2,16 2,21 2,34 2,35 2,22 Jasa Pendidikan,55,55,57,64,58,6,63,65,63 Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial,69,71,7,73,73,75,77,79,8 Jasa lainnya,34,34,35,35,36,37,36,37,38 PDRB 28,5 28,57 28,9 28,32 27,42 27,8 28,75 28,71 28,42 PDRB Non Migas 24,83 25,45 26,13 26,11 25,76 26,29 27,18 27,35 26,78 b. Perbankan INDIKATOR I II III IV I II III IV I II III IV I A.BANK UMUM : a. Bank Umum Konvensional Aset (Rp Miliar) ,849 Posisi SBI (Rp Miliar) Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar) ,99 - Giro ,12 - Tabungan ,733 - Deposito ,354 Kredit (Rp Miliar) - berdasarkan bank pelapor Berdasarkan Penggunaan : ,614 - Modal Kerja ,575 - Konsumsi ,63 - Investasi ,976 LDR (%) 93,99 9,72 86,36 95,33 99,48 91,32 84,9 86,78 89,9 81,9 74,71 9, NPL (Rp Juta) Rasio NPL (%) 4,94 4,93 5,27 4,4 4,55 4,59 4,53 4,39 4,46 4,28 4,14 3, KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216

10 Perbankan (Lanjutan) b. Bank Umum Syariah INDIKATOR I II III IV I II III IV I II III IV I Aset (Rp Miliar) ,919 Posisi SBI (Rp Miliar) Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar) ,552 - Giro Tabungan ,828 - Deposito ,435 Kredit (Rp Miliar) - berdasarkan Bank Pelapor ,93 - Modal Kerja Investasi Konsumsi ,357 FDR (%) 149,8 153,54 13,2 11,92 13,8 12,86 123,71 11,6 11,44 11,51 9,2 69, NPF (Rp Juta) NPF (%) 5,9 5,87 5,87 5,54 6,39 7,64 8,1 7,7 5,81 5,12 5,51 5, c. Sistem Pembayaran INDIKATOR I II III IV I II III IV I Aliran Kas di Provinsi Aceh : - Inflow (miliar Rp) Outflow (miliar Rp) Jumlah Uang Palsu yang ditemukan (lembar) Nominal Kliring (miliar Rp) , Volume Kliring (lembar) Nominal Kliring Kredit (Rp.Jutaan) Volume Kliring Kredit (warkat) Rata-rata Harian Nominal Kiring Kredit(Rp.Juta) Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit(warkat) Nominal Kliring Debet Penyerahan (Rp. Jutaan) Volume Kliring Debet Penyerahan (warkat) Rata-rata Harian Nominal Kiring Debet (Rp. Juta) Rata-rata Harian Volume Kliring Debet (warkat) Nominal Kliring Debet Pengembalian (Rp.Jutaan) Volume Kliring Debet Pengembalian (warkat) Rata-rata Harian Nominal Kiring Debet Pengembalian Rata-rata Harian Volume Kliring Debet Pengembalian Nominal Tolakan Cek/BG Kosong (Rp. Jutaan) Volume Tolakan Cek/BG Kosong (warkat) Rata-rata Harian Nominal Cek/BG Kosong Rata-rata Haarian Volume Cek/BG Kosong KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216 9

11 1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216

12 RINGKASAN EKSEKUTIF GAMBARAN UMUM Perekonomian Aceh dengan migas pada triwulan I tahun 216 tumbuh sebesar 3,66% (yoy) atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,42% (yoy). Perbaikan ekonomi pada triwulan laporan didorong oleh adanya pertumbuhan di tiga sektor utama di Aceh yakni sektor pertanian, sektor perdagangan, dan sektor konstruksi. Sementara itu, dari sisi permintaan, kontribusi peningkatan ekonomi Aceh bersumber dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dengan kontribusi sebesar 2,73% dan Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga sebesar 2,27%. Kenaikan pada PMTB tersebut seiring dengan adanya kenaikan PMTB bangunan yang terdorong oleh peningkatan kegiatan pembangunan fisik yang dilakukan oleh pemerintah sejak pertengahan tahun 215. Tekanan inflasi Aceh pada triwulan-iv 215 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat menurun dari 4,19% (yoy) pada triwulan-iii 215 menjadi 1,53% (yoy) pada triwulan laporan. Inflasi Aceh triwulan-iv 215 (yoy) yang tercatat sebesar 1,53% jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi yoy pada triwulan IV dalam tiga tahun terakhir yaitu sebesar 5,2%. Kelompok, transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan merupakan kelompok yang paling dominan dalam mempengaruhi rendahnya inflasi Aceh pada triwulan-iv 215. Deflasi ini terjadi terutama disebabkan adanya penyesuaian atau penurunan tarif angkutan dan pengiriman barang oleh karena kebijakan pemerintah yang menurunkan harga bahan bakar bensin dan solar di tahun awal tahun 215. Kinerja perbankan di Provinsi Aceh pada Triwulan-I 216 menunjukkan peningkatan kinerja dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari beberapa indikator utama kinerja perbankan di Provinsi Aceh seperti asset dan pembiayaan yang mengalami peningkatan pertumbuhan. Fungsi intermediasi perbankan konvensional Provinsi Aceh pada Triwulan-I 216 berada dalam taraf optimal, yang tercermin dari Loan to Funding Ratio (LFR) yang berada di bawah batas atas 92% dan di atas batas bawah sebesar 78%, sementara itu Finance to Deposit Ratio (FDR) bank Syariah di Provinsi Aceh berada di bawah batas ambang bawah FDR 78%. Rasio Non Performing Loan (NPL) perbankan di Provinsi Aceh mengalami perbaikan & berada jauh di bawah batas aman 5% namun demikian rasio Non Performing Financing (NPF) Bank Syariah Di Provinsi Aceh masih menunjukan adanya risiko pada kualitas kredit perbankan syariah. Tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Aceh hingga bulan Februari 216 mencapai 63,44%. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Aceh berada pada level 8,13%, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,73%. Tingkat Kemiskinan di Provinsi Aceh berdasarkan data terakhir bulan September 215 tercatat sebesar 17,11%. Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan kondisi kemiskinan pada bulan September 214 yang sebesar 16,98%. meningkat nya tingkat kemiskinan di Aceh tersebut diakibatkan oleh adanya peningkatan tingkat kemiskinan di daerah pedesaan sebesar 22%. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

13 Kinerja pendapatan Pemda Provinsi Aceh pada triwulan I 216 laporan tercatat naik dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Penerimaan pendapatan Pemerintah Provinsi Aceh mencapai Rp 864,2 Milyar atau 7,2% pada periode tahun lalu menjadi 96 Milyar atau sebesar 7,22% pada tahun ini. Di sisi lain, kinerja realisasi belanja Provinsi Aceh pada triwulan laporan tercatat meningkat dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Aceh sebesar Rp 742,97 Milyar atau 5,77%. Perekonomian Aceh pada triwulan II tahun 216 diperkirakan tumbuh meningkat pada kisaran 3,62% - 4,62% (yoy). Dari sisi penawaran, sektor pertanian diperkirakan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan sementara itu sektor pertambangan dan industri pengolahan diperkirakan masih mengalami kontraksi. Dari sisi permintaan, peningkatan konsumsi diperkirakan memberikan andil utama dalam pertumbuhan namun defisit neraca perdagangan daerah Aceh masih menjadi penghambat. Pada triwulan II tahun 216 inflasi Aceh diperkirakan masih berada pada level antara 3,19% - 4,19% (yoy). Tekanan diperkirakan bersumber baik dari inflasi kelompok volatile food. Ekonomi Aceh pada triwulan IV- 215 membaik dibandingkan triwulan sebelumnya atau tumbuh positif sebesar 3,66% (yoy). Inflasi Aceh pada Triwulan I 216 mengalami penurunan sebagai imbas menurunnya tekanan inflasi kelompok barang administered prices dan inflasi kelompok volatile food yang terkendali. ASESMEN MAKRO EKONOMI REGIONAL Perekonomian Aceh dengan migas pada triwulan I tahun 216 tumbuh sebesar 3,66% (yoy) atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,42% (yoy). Angka tersebut juga tercatat merupakan angka pertumbuhan ekonomi Aceh tertinggi Aceh semenjak tahun 213. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tanpa migas Aceh mengalami pertumbuhan sebesar 3,96% (yoy), naik dibandingkan dengan posisi pada triwulan yang sama di tahun 215 yang besarnya 3,76% (yoy). Perbaikan ekonomi pada triwulan laporan didorong oleh adanya pertumbuhan di tiga sektor utama di Aceh yakni sektor pertanian, sektor perdagangan, dan sektor konstruksi. Ketiga sektor tersebut juga ikut menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan laporan. Sektor konstruksi menjadi penyumbang pertumbuhan terbesar dengan sumbangsih sebesar 1,36%, kemudian diikuti oleh sektor terbesar di Aceh, yakni Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dengan sumber pertumbuhan sebesar 1,15%. Sementara itu, sektor Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor sebagai sektor kedua terbesar Aceh menyumbang pertumbuhan sebesar,62%. Sementara itu, dari sisi permintaan, kontribusi peningkatan ekonomi Aceh bersumber dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dengan kontribusi sebesar 2,73% dan Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga sebesar 2,27%. Kenaikan pada PMTB tersebut seiring dengan adanya kenaikan PMTB bangunan yang terdorong oleh peningkatan kegiatan pembangunan fisik yang dilakukan oleh pemerintah sejak pertengahan tahun 215. ASESMEN INFLASI DAERAH Pada triwulan-iv 215, Pergerakan laju inflasi Aceh baik secara tahunan, triwulanan maupun bulanan, tercatat mengalami penurunan, yaitu 1,53% (yoy); 1,21% (qtq) dan,4% (mtm). Perkembangan inflasi tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan inflasi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang mengalami inflasi tahunan sebesar 8,38% (yoy), inflasi secara triwulanan sebesar 3,86% (qtq) dan inflasi secara bulanan sebesar 1,99% (mtm). Inflasi triwulan-iv 215 di ketiga kota pantauan tercatat Banda Aceh 1,27% (yoy), Lhokseumawe 2,44% (yoy), dan Meulaboh,58% (yoy). 12 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216

14 Tekanan inflasi pada periode ini dapat diredam oleh kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang mengalami deflasi sebesar 3,8% (yoy). Deflasi ini terjadi terutama disebabkan adanya penyesuaian atau penurunan tarif angkutan dan pengiriman barang oleh karena kebijakan pemerintah yang menurunkan harga bahan bakar bensin dan solar di tahun awal tahun 215. Namun demikian tekanan inflasi terjadi karena didorong oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok, yang meningkat dari 2,9% (yoy) menjadi 4,11% (yoy). Selain itu juga terdapat peningkatan laju inflasi untuk kelompok kesehatan yang meningkat dari 2,1% (yoy) menjadi 4,55% (yoy), dan terdapat peningkatan inflasi untuk kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga yang meningkat dari 3,95% (yoy) pada tahun sebelumnya menjadi 4,19% (yoy). Komoditas administered price, volatile food, dan core masing-masing mengalami inflasi sebesar 1,76%, 1,38%, dan,78%. Menurut kontribusinya tekanan inflasi tertinggi disumbang oleh kelompok Core sebesar 1,52%. Menurut komoditasnya, andil inflasi tinggi disumbang oleh daging ayam ras, beras, bawang merah, dan daging sapi. Selain itu inflasi tahunan juga disumbang oleh komoditas core yang memberikan andil tinggi yaitu biaya tukang bukan mandor, akademi / perguruan tinggi, dan sewa rumah. Perkembangan perbankan di Triwulan I-216 menunjukkan peningkatan kinerja. ASESMEN PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN, DAN SISTEM PEMBAYARAN Kinerja perbankan di Provinsi Aceh pada Triwulan-I 216 menunjukkan peningkatan kinerja dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari beberapa indikator utama kinerja perbankan di Provinsi Aceh seperti asset dan pembiayaan yang mengalami peningkatan pertumbuhan. Pertumbuhan aset perbankan pada Triwulan-I 216 menunjukkan peningkatan. Total aset perbankan di Provinsi Aceh pada Triwulan-I 216 mencapai Rp45,77 triliun. Secara tahunan tumbuh sebesar 1,88% (yoy) atau meningkat dibandingkan pertumbuhan Triwulan-IV 215 sebesar 3,4% (yoy). Kondisi kredit perbankan di Provinsi Aceh pada Triwulan-I 216 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan penurunan suku bunga kredit sebagai bentuk respons bank akan penurunan BI Rate pada bulan Februari 215 Di sisi lain, posisi DPK di Provinsi Aceh pada akhir Triwulan-I 216 tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 13,66% (yoy), atau mengalami penurunan pertumbuhan dari triwulan sebelumnya yang mencapai 16,34% (yoy). Fungsi intermediasi perbankan konvensional Provinsi Aceh pada Triwulan-I 216 berada dalam taraf optimal, yang tercermin dari Loan to Funding Ratio (LFR) yang berada di bawah batas atas 92% dan di atas batas bawah sebesar 78%, sementara itu Finance to Deposit Ratio (FDR) bank Syariah di Provinsi Aceh berada di bawah batas ambang bawah FDR 78%. Rasio Non Performing Loan (NPL) perbankan di Provinsi Aceh mengalami perbaikan & berada jauh di bawah batas aman 5% namun demikian rasio Non Performing Financing (NPF) Bank Syariah Di Provinsi Aceh masih menunjukan adanya risiko pada kualitas kredit perbankan syariah. Tingkat pengangguran Aceh per Agustus 215 meningkat namun tingkat kemiskinan per Maret 215 menurun. ASESMEN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Aceh berdasarkan survei tenaga kerja BPS per Februari 216 menunjukan jumlah angkatan kerja di Provinsi Aceh mencapai KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

15 juta orang, menurun sekitar 26 ribu orang dibanding Februari 215 yang mencapai juta orang. Tingkat Kemiskinan di Provinsi Aceh berdasarkan data terakhir bulan September 215 tercatat sebesar 17,11%. Angka tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi kemiskinan pada bulan September 214 yang sebesar 16,98%. Peningkatan tingkat kemiskinan di Aceh tersebut diakibatkan oleh adanya peningkatan tingkat kemiskinan di daerah pedesaan sebesar 3,57%. Realisasi Pendapatan dan Realisasi Belanja Provinsi Aceh pada Triwulan I-215 secara umum mengalami peningkatan. ASESMEN KEUANGAN DAERAH Kinerja pendapatan Pemerintah Provinsi Aceh pada triwulan I laporan tercatat meningkat dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Penerimaan pendapatan pemerintah Aceh mencapai 7,22% dari rencana pendapatan atau sebesar Rp96 Milyar, meningkat dibandingkan realisasi pendapatan triwulan I- 215 sebesar 7,2% dari rencana. Penyebab kenaikan realisasi pendapatan yang dikelola oleh Provinsi terutama diakibatkan oleh kenaikan realisasi pendapatan pendapatan asli daerah dari 4,34% pada 215 menjadi 7,99% pada tahun 216. Peningkatan realisasi juga terjadi pada realisasi belanja pada triwulan I laporan. Kinerja realisasi belanja Aceh pada triwulan I-216 tercatat meningkat dari 2,74% pada periode sama tahun sebelumnya menjadi 5,77% dari rencana realisasi atau Rp Milyar Rupiah. Penyebab meningkatnya realisasi belanja lainnya yakni belanja hibah dan transfer bagi hasil. 14 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216

16

17 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Perekonomian Aceh dengan migas pada triwulan I tahun 216 tumbuh sebesar 3,66% (yoy) atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,42% (yoy). Angka tersebut juga tercatat merupakan angka pertumbuhan ekonomi Aceh tertinggi Aceh semenjak tahun 213. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tanpa migas Aceh mengalami pertumbuhan sebesar 3,96% (yoy), naik dibandingkan dengan posisi pada triwulan yang sama di tahun 215 yang besarnya 3,76% (yoy). Perbaikan ekonomi pada triwulan laporan didorong oleh adanya pertumbuhan di tiga sektor utama di Aceh yakni sektor pertanian, sektor perdagangan, dan sektor konstruksi. Ketiga sektor tersebut juga ikut menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan laporan. Sektor konstruksi menjadi penyumbang pertumbuhan terbesar dengan sumbangsih sebesar 1,36%, kemudian diikuti oleh sektor terbesar di Aceh, yakni Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dengan sumber pertumbuhan sebesar 1,15%. Sementara itu, sektor Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor sebagai sektor kedua terbesar Aceh menyumbang pertumbuhan sebesar,62%. Sementara itu, dari sisi permintaan, kontribusi peningkatan ekonomi Aceh bersumber dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dengan kontribusi sebesar 2,73% dan Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga sebesar 2,27%. Kenaikan pada PMTB tersebut seiring dengan adanya kenaikan PMTB bangunan yang terdorong oleh peningkatan kegiatan pembangunan fisik yang dilakukan oleh pemerintah sejak pertengahan tahun 215. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DARI SISI PENAWARAN Grafik Struktur Ekonomi Aceh Sisi Penawaran Pada triwulan I-216 tidak terdapat Pertanian, Kehutanan, & Perikanan banyak perubahan dari sisi struktur Pertambangan & Penggalian ekonomi Aceh. Struktur perekonomian 2% 3% 1% 1% 4% 7,61% 2% 3% 1% 9,% 15,76% % 9,86% 29,55 5,1% 5,5% Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar & Eceran, & Reparasi Mobil & Sepeda Motor Transportasi & Pergudangan Penyediaan Akomodasi & Makan Minum Informasi & Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Aceh pada triwulan I-216 masih didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan proporsi sebesar 29,55%. Kondisi yang sama juga masih terjadi di sektor perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor yang masih berada pada posisi kedua dengan share terhadap ekonomi Aceh sebesar 15,76%. Sementara itu, proporsi terbesar ketiga dalam struktur ekonomi Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial Aceh ditempati oleh sektor konstruksi Jasa lainnya dengan proporsi sebesar 9,86% (Grafik Sumber:BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh 1.1). KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

18 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Tabel Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Provinsi Aceh Sektoral (Rp Triliun) Pertanian, Kehutanan, & Perikanan Pertambangan & Penggalian Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Growth qtq (%) Growth yoy(%) I II III IV I II III IV I I-15 IV-15 I-16 I-15 IV-15 I-16 7,17 7,51 7,68 7,3 7,58 7,66 8,2 7,87 7,9 3,85-1,87,32 5,74 7,82 4,16 3,43 3,36 3,2 2,95 2,49 2,39 2,33 2,8 2,27-15,53-1,74 8,99-27,31-29,47-9, Industri Pengolahan 2,18 2,21 2,7 1,77 1,58 1,64 1,7 1,51 1,54-1,91-11,1 2,6-27,85-14,77-2,36 Pengadaan Listrik, Gas,3,4,4,4,4,4,4,4,4-7,14 4,93 5,21 11,7-1,8 12,9 Pengadaan Air,1,1,1,1,1,1,1,1,1-1,33 2,29-2,95-1,5 12,69 1,84 Konstruksi 2,54 2,56 2,62 2,68 2,43 2,49 2,61 3,15 2,81-9,16 2,83-1,97-4,26 17,68 15,33 Perdagangan Besar & Eceran, & Reparasi Mobil & Sepeda Motor Transportasi & Pergudangan Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 4,1 4,24 4,4 4,29 4,27 4,43 4,58 4,45 4,44 -,38-2,88 -,14 4,17 2,76 3,96 2,11 2,13 2,19 2,33 2,21 2,24 2,31 2,33 2,25-5,18,55-3,33 4,96 -,24 1,7,29,3,3,31,31,31,32,33,33,43 2,78 1,44 5,93 6,92 7,99 Informasi & Komunikasi 1, 1,2 1,4 1,5 1,3 1,5 1,6 1,7 1,8-1,63,94,21 3,32 2,17 4,8 Jasa Keuangan,43,44,44,45,45,41,46,48,48,6 5,59-1,36 4,86 7,74 6,21 Real Estate,95,97,99 1, 1,2 1,3 1,5 1,6 1,8 1,92,86 1,73 7,47 5,66 5,46 Jasa Perusahaan,16,17,17,17,17,17,17,18,17-2,5 3,29-1,54 3,12 4,19 4,73 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 2,7 2,2 2,14 2,25 2,16 2,21 2,34 2,35 2,22-4,6,18-5,33 4,52 4,29 2,91 Jasa Pendidikan,55,55,57,64,58,6,63,65,63-9,11 3,75-2,45 6,22 1,35 8,78 Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 214,69,71,7,73,73,75,77,79,8 -,39 2,43 1,39 5,36 7,78 9,71 Jasa lainnya,34,34,35,35,36,37,36,37,38 2,43 2,53 4,6 7,14 4,35 6, PDRB 28,5 28,57 28,9 28,32 27,42 27,8 28,75 28,71 28,42-3,18 -,17 -,99-2,23 1,42 3,66 PDRB Non Migas 24,83 25,45 26,13 26,11 25,76 26,29 27,18 27,35 26,78-1,33,62-2,1 3,76 5,1 3,96 Melanjutkan kinerja positif pada triwulan IV-215, perekonomian Aceh pada triwulan I-216 kembali tumbuh positif baik secara tahunan maupun secara triwulanan. Pada triwulan laporan, ekonomi Aceh tumbuh sebesar 3,66% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,42% (yoy). Angka tersebut juga tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-215 yang mengalami kontraksi sebesar sebesar 2,23% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Aceh tanpa migas tercatat sedikit mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi tanpa Migas Aceh sebesar 3,96% (yoy) atau menurun sebesar 1,5% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,1% (yoy). Namun demikian, angka tersebut tercatat masih lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 215 (Grafik 1.2). Adanya perbaikan ekonomi Aceh pada triwulan laporan didorong oleh pertumbuhan yang masih positif di tiga sektor utama Aceh yakni sektor pertanian, sekto perdagangan, dan sektor konstruksi yang menyusun 55,17% dari total PDRB Aceh. Ketiga sektor tersebut masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 4,16% (yoy), 3,96% (yoy), dan 15,33% (yoy). Sektor konstruksi mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan dibandingkan dengan performa triwulan I di tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar 4,26% (yoy). Pertumbuhan sektor ini juga merupakan pertumbuhan tertinggi diantara sektor-sektor lainnya di Aceh. Di sisi lain, sektor perdagangan mengalami pertumbuhan sebesar 3,96% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,76% (yoy). Sementara itu, sektor dengan share ekonomi terbesar di Aceh, yakni sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 4,16% (yoy). Angka tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan IV-215 maupun triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang tumbuh masing - masing sebesar 5,74 (yoy) dan 7,82% (yoy). Selain tiga sektor tersebut, beberapa sektor lain juga mencatatkan kinerja yang positif, antara lain sektor pengadaan air, transportasi, dan pergudangan, sektor jasa akomodasi dan makan-minum, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa keuangan, sektor real estate, sektor jasa perusahaan, sektor administrasi pemerintahan, jasa pendidikan, jasa kesehatan dan kegiatan sosial, serta jasa lainnya (Tabel 1.1). Sebagai sektor yang mengalami pertumbuhan paling tinggi, Sektor konstruksi pada triwulan laporan juga menjadi sektor yang memberikan kontribusi paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi Aceh. Kontribusi sektor ini tercatat sebesar 1,36%, lebih tinggi dibandingkan dengan kontribusi sektor pertanian dan perdagangan yang tercatat memberikan andil sebesar 1,15% dan,62% yang sekaligus tercatat sebagai sumber pertumbuhan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

19 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh ekonomi terbesar kedua dan ketiga secara berturut-turut. Sementara itu, sektor-sektor lain tercatat memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi Aceh di bawah angka,3%. Adapun sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan pada triwulan laporan memberikan kontribusi negatif akibat masih mengalami kontraksi (Grafik 1.3) Grafik Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Aceh Grafik Kontribusi Pertumbuhan Sektor-Sektor Ekonomi Aceh (yoy(%) PDRB PDRB Non Migas 1,5 1,36 Rp Triliun YoY (Kanan) YoY % 1,15 3, 28, 26, 24, 22, 2, 3,48 1,79 4,25 2,62 4,77 2,16 4,1 3,76,4-2,23 3,32-2,72 4,24 -,29 5,1 1,42 I II III IV I II III IV I 3,66 3, , 4, 2,, -2, -4, 1,,5, Persen (%) -,5-1, Pertanian, Kehutanan, & -,82 Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan -,14,2, Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi,62 Perdagangan Besar &,14,9,15,2,23,26,19,1,3,8 Transportasi & Pergudangan Penyediaan Akomodasi & Informasi & Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan & Kegiatan Jasa lainnya Sumber: BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber: BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh SEKTOR PERTANIAN, KEHUTANAN, & PERIKANAN Rp Triliun 8, 7,8 7,6 7,4 7,2 7, Grafik Pertumbuhan Sektor Pertanian 7,17 1,19 7,51 3,52 7,68 4,44 7,3,19 Pertanian, Kehutanan, & Perikanan YoY 7,58 7,66 5,74 1,88 4,41 7,87 7,9 7,82 I II III IV I II III IV I 4, Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1,, % Grafik Pangsa dan Kontribusi Sektor Pertanian % Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan % 3 2,14 3% 2 1,59 29% 28% 2 1,18 1,23 1,15 27%, %,52 25% 1,3,5 24% 23% I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan pada triwulan I-216 masih menjadi sektor terbesar di dalam struktur ekonomi Aceh. Share tersebut mengalami peningkatan dari 29,1% pada triwulan IV-215 menjadi 29,55% pada triwulan laporan atau bernilai Rp7,9 Triliun. Meskipun tercatat mengalami penurunan dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya, kinerja sektor pertanian masih menunjukkan angka yang positif dengan pertumbuhan sebesar 4,16% (yoy). Kenaikan ini terutama didorong oleh subsektor perkebunan yang memiliki tumbuh positif seiring dengan adanya tren kenaikan harga komoditas sejak Februari dan Maret tahun ini. Kondisi cuaca yang cukup stabil hingga triwulan pertama tahun 216 juga turut mendukung produksi tanaman pangan dan perikanan. (Grafik 1.4). KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

20 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Grafik Pangsa Subsektor Pertanian Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Jasa Pertanian Kehutanan Perikanan 18% 18% 18% 17% 17% 18% 18% Pada triwulan I-216, kontribusi pertumbuhan sektor pertanian terhadap ekonomi Aceh tercatat sebesar 1,15%. Angka tersebut merupakan angka pertumbuhan kontribusi terbesar kedua setelah sektor konstruksi (Grafik 1.5). 27% 26% 26% 26% 27% 26% 26% 19% 19% 19% 2% 19% 19% 19% Average Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Data terakhir yang dirilis oleh BPS menunjukkan pangsa terbesar sektor pertanian Aceh pada triwulan laporan masih berasal dari subsektor tanaman perkebunan (26%). Adapun subsektor tanaman pangan berada pada urutan kedua dengan pangsa sebesar 19%. Sementara itu, subsektor perikanan berada pada posisi ketiga dengan jumlah share sebesar 18%. Sejak tahun 21, angka share ekonomi di sektor pertanian tersebut terpantau tidak terlalu mengalami banyak perubahan dengan dominasi subsektor perkebunan (Grafik 1.6). Capaian pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan laporan masih positif meskipun mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan dan tahun sebelumnya. Adanya pergeseran masa panen yang terjadi pada triwulan laporan menjadi salah satu penyebab terjadinya penuruan utama dari subsektor bahan pangan. Namun demikian, adanya perbaikan kinerja harga CPO menjadi USD 682,46 /metric ton serta meningkatnya pasokan hasil perikanan untuk ekspor dan konsumsi domestik dapat membantu menjaga kinerja sektor ini berada dalam level yang positif. Adanya kenaikan produksi pada subsektor perikanan didorong oleh tinggi gelombang laut di Aceh masih berada pada batas ambang yang aman, yakni di level slight dan moderate. Kondisi tersebut terkonfirmasi dari terlampauinya kapasitas cold storage di PPS Lampulo sebagai salah satu pelabuhan perikanan utama Aceh. Panen kopi yang terjadi pada bulan Maret juga ikut membantu pertumbuhan sektor pertanian berada di dalam level angka yang positif. Panen komoditas tersebut diperkirakan masih akan terjadi hingga triwulan II-216. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia Provinsi Aceh pada triwulan I- 216 juga menunjukkan adanya tendensi penurunan kinerja sektor pertanian pada triwulan I-216 (Grafik 1.8). Dari sisi pembiayaan di sektor pertanian, pertumbuhan kredit yang disalurkan pada sektor pertanian pada triwulan laporan tercatat mengalami penurunan. Tren penurunan ini sudah terjadi semenjak triwulan IV-213. Salah satu penyebab berkurangnya pertumbuhan kredit ke sektor ini disebabkan oleh naiknya Non Performing Loan NPL) sektor pertanian yang naik dari 1,99% pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 4,73% pada triwulan laporan. Jumlah kredit ke sektor pertanian pada triwulan laporan tumbuh 29%(yoy), turun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 39% (Grafik 1.7). Grafik Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Rp2.5 Kredit Ke Pertanian (Kiri) 3% Pertumbuhan Kredit Sektor Pertanian Rp2. 25% Rp1.5 2% 15% Rp1. 1% Rp5 5% Rp % I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik Realisasi Ekonomi Sektor Pertanian 8, % SKDU (Kiri) % 1, PDRB 6, 8, 4, 2, 6,, III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 4, -2, , -4, Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum -6, Sumber : SKDU KPwBI Prov. Aceh, KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216 2

21 Rp Triliun BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh SEKTOR PERDAGANGAN BESAR, ECERAN, REPARASI MOBIL & SEPEDA MOTOR Sektor Perdagangan Besar & Eceran, Reparasi Mobil, Sepeda Motor pada triwulan laporan tercatat masih melanjutkan kinerja positifnya dengan pertumbuhan sebesar 3,96% (yoy). Pertumbuhan tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,76% (yoy). Capaian pertumbuhan tersebut juga tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya (Grafik 1.9). Dengan posisi sebagai sektor kedua terbesar dalam struktur perekonomian Aceh (Proporsi 15,76%), kontribusi pertumbuhan sektor ini terhadap ekonomi Aceh juga cukup signifikan. Tercatat pada triwulan ini, sektor perdagangan memberikan kontribusi pertumbuhan sebesar,62%, naik sebesar,19% dibandingkan triwulan lalu dengan kontribusi sebesar,43% (Grafik 1.1). Grafik Pertumbuhan Sektor Perdagangan Grafik Pangsa dan Kontribusi Sektor Perdagangan Rp Triliun 4,8 4,6 4,4 4,2 4, 3,8 4,19 4,1 3,8 4,24 Perdagangan Besar & Eceran, & Reparasi Mobil & Sepeda Motor YoY 4,67 4,65 4,58 4,17 4,13 3,96 4,43 4,45 4,44 4,4 3,22 4,29 4,27 2,76 I II III IV I II III IV I % 5, 4, 3, 2, 1,, % Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan ,61,46,71,49,65,74,66,43 I II III IV I II III IV I,62 % 17% 16% 16% 15% 15% 14% 14% Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Kenaikan di sektor perdagangan ini tersebut seiring dengan adanya kenaikan permintaan dari masyarakat, khususnya berbagai barang kebutuhan sehari-hari (Grosir maupun eceran) akibat adanya momen Maulid di Aceh yang dilaksanakan hingga 2-3 bulan. Adanya kegiatan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dilakukan hampir serempak dan dilakukan di setiap gampong (desa) menjadi mendorong terjadinya peningkatan konsumsi di Aceh. Di samping itu, adanya kenaikan Upah Minimum Provinsi yang mengalami kenaikan sebesar 11% menjadi Rp2,1 juta/bulan juga ikut mendorong konsumsi barang-barang dagangan naik pada triwulan laporan. Momen Adanya kenaikan tersebut juga dikonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Provinsi Aceh yang menunjukkan terdapatnya kenaikan persentase pertumbuhan pada sektor perdagangan (Grafik 1.12). Berbeda dengan sektor pertanian, peningkatan pertumbuhan yang terjadi pada sektor perdagangan telah didukung oleh kenaikan kredit yang disalurkan pada sektor ini. Tercatat pertumbuhan kredit yang disalurkan hingga triwulan I-216 pada sektor perdagangan sebesar 5,49%, naik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar,9% (Grafik 1.11). Grafik Perkembangan Kredit PHR Grafik Realiasi Ekonomi Sektor PHR Kredit Ke Perdagangan (Kiri) Pertumbuhan Kredit Sektor Perdagangan I II III IV I II III IV I II III IV I 3% 2% 1% % 4, 2,, -2, -4, % SKDU PDRB (Kiri) 12, 1, 8, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 6, % 4, 2, ,, Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum Sumber : SKDU KPwBI Prov. Aceh KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

22 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh SEKTOR KONSTRUKSI Lapangan usaha konstruksi memiliki share ekonomi terbesar ketiga setelah sektor pertanian dan sektor perdagangan dengan proporsi sebesar 9,86% pada struktur ekonomi Aceh. Meskipun mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, pertumbuhan sektor ini masih tetap bertahan di atas angka pertumbuhan 1% sejak triwulan IV-215 dengan capaian sebesar 15,33% secara year on year (Grafik 1.13). Beberapa faktor yang menjadi pendorong masih positifnya pertumbuhan sektor ini antara lain berasal dari realisasi investasi baik sektor pemerintah (APBA ataupun APBN) maupun sektor swasta. Pada triwulan laporan, sektor konstruksi memberikan menjadi sumber pertumbuhan utama pada ekonomi Aceh pada triwulan laporan dengan kontribusi sebesar 1,36% (Grafik 1.14) Grafik Pertumbuhan Sektor Pertambangan-Penggalian Grafik Pangsa dan Kontribusi Sektor Pertambangan Penggalian Rp Triliun Konstruksi YoY 3,5 3,15 2,54 2,56 2,62 2,68 2,43 2,49 2,61 17,68 2,81 3, 15,33 2,5 2, 6,68 5,79 5,83 3,9 1,5 -,26 1, -2,6-4,26,5, I II III IV I II III IV I % 2, 15, 1, 5,, -5, -1, % Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan 3 1, ,36 1,61,52,53, I II III IV I II -,2 III IV I -,23 -, % 17% 16% 16% 15% 15% 14% 14% Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Grafik Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi Kredit ke Konstruksi 1. Pertumbuhan Kredit Konstruksi 8% 8 6% 6 4% 4 2 2% - % I II III IV I II III IV I Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum Namun demikian, penyaluaran kredit perbankan kepada lapangan usaha konstruksi justru terus mengalami penurunan. Tren penurunan tersebut mulai terjadi semenjak triwulan II-215. Adanya penurunan kredit ini juga dapat mengindikasikan adanya fenomena carryover di mana proyek konstruksi yang terealisasi merupakan realisasi dari proyek investasi triwulan-triwulan sebelumnya. Pada triwulan I-216, jumlah kredit konstruksi mengalami penurunan pertumbuhan dari 21,62% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 14,9% (yoy) pada triwulan laporan. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

23 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Tren kontraksi di sektor pertambangan dan penggalian masih berlanjut hingga triwulan laporan. Namun demikian, tercatat telah terjadi perbaikan konstraksi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kontraksi sektor pertambangan yang terjadi pada triwulan laporan sebesar 9% (yoy), atau mengalami perbaikan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 28,85%(yoy) (Grafik 1.16). Adapun andil dari sektor ini terhadap ekonomi Aceh sebesar -,82%, lebih baik dari triwulan sebelumnya yang memberikan andil sebesar -2,14% (Grafik 1.14). Beberapa faktor yang menjadi faktor penyebab masih terjadinya kontraksi di sektor ini adalah pengurangan ekspor batubara dari salah satu tambang di Aceh Barat pada awal tahun 216 akibat rendahnya harga batubara dunia. Larangan ekspor mineral mentah tanpa disertai dengan pembangunan smelter mengakibatkan pengusaha tidak bisa mengekspor hasil produksinya. Di samping itu, adanya morotarium tambang yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Aceh mengakibatkan banyak tambang yang tidak diperpanjang ijin usahanya bahkan terpaksa ditutup. Sebanyak 68% share di sektor pertambangan bersumber dari subsektor pertambangan minyak dan gas sehingga dengan berakhirnya produksi LNG Aceh sangat berdampak signifikan terhadap kontraksi di sektor pertambangan dan penggalian. Kondisi tersebut diperkirakan masih akan menjadi salah satu tantangan bagi pertumbuhan ekonomi Provinsi Aceh pada triwulan-triwulan selanjutnya. Di samping itu, masih adanya efek penerapan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 29 tentang Mineral dan Batubara (Minerba) juga masih terasa pada kinerja sektor ini. Perusahaan tambang harus membangun industri pengolahan dan pemurnian (smelter) di dalam negeri dan melarang ekspor bahan baku mineral mentah. Faktor harga komoditas batu bara yang masih mengalami menjadi salah satu faktor masih negatifnya pertumbuhan di tambang batu bara ini. Sampai dengan triwulan I- 216, tercatat harga batu bara masih berada pada level US$42,29/metrik ton. Rp Triliun 4, 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1,,5, 3,43 3,36-5,53-4,58 Grafik Pertumbuhan Sektor Pertambangan-Penggalian 3,2 2,95 2,49 2,39 2,33-1,48 Pertambangan & Penggalian -14,83-27,31-28,94-27,15 2,8 2,27-9, -28,85 I II III IV I II III IV I YoY %, -5, -1, -15, -2, -25, -3, -35, Grafik Pangsa dan Kontribusi Sektor Pertambangan Penggalian % Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan % 14% -1 12% -,68 -,54 1% -1 -,82 8% -2-1,16 6% -2-1,55 4% -3-2,2-2,14 2% -3-2,48-2,49 % I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Sektor industri pengolahan pada triwulan laporan tercatat masih mengalami menunjukkan adanya kontraksi. Namun kontraksi pada triwulan ini tercatat menunjukkan adanya perbaikan. Sektor Industri pengolahan tercatat mengalami kontraksi sebesar 2,36% atau mengalami perbaikan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 14,82% (Grafik 1.18). Dengan kontraksi tersebut, sektor industri pengolahan memberikan andil terhadap pertumbuhan ekonomi Aceh sebesar -,14%, lebih baik dibandingkan triwulan lalu yang memberikan kontraksi sebesar,78% (Grafik 1.19). Proyek LNG Storage & Regasification Terminal yang dikelola salah satu perusahaan di subsektor pengilangan migas masih memberikan perbaikan kinerja sektor Industri Pengolahan. Aktivitas pengolahan (Regasifikasi) tersebut memberikan kontribusi terhadap perbaikan kontraksi di sektor ini. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

24 Rp Triliun BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Grafik Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Grafik Pangsa dan Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Rp Triliun Industri Pengolahan YoY 2,5 2,18 2,21 -,64 2, -5,66-2,36-4,67 2,7 1,77 1,58 1,64 1,7 1,51 1,54 1,5-15,64-14,82 1, -17,96,5-25,61-27,85, I II III IV I II III IV I %, -5, -1, -15, -2, -25, -3, % Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan -1 -,5 -,14 -,33 -,44-1 -,78 -,98-1,6-2 -1,6-1,51-2 I II III IV I II III IV I % 1% 8% 6% 4% 2% % Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Grafik Pangsa Subsektor Industri Pengolahan 25% 28% 29% 27% 15% 16% 17% 19% 53% 48% 46% 45% BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Adanya kontraksi di sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan disebabkan karena adanya pola keterkaitan yang erat di antara kedua sektor tersebut. Beberapa subsektor industri pengolahan yang terkait langsung dengan sektor pertambangan adalah subsektor pengolahan batubara dan pengilangan migas, galian logam, galian non logam, dan logam dasar. Sebanyak 46% pangsa di sektor Industri pengolahan berasal dari susektor industri batu bara dan pengilangan migas. Sementara itu, industri kimia-farmasi dan industri makanan-minuman memiliki pangsa pasang masing-masing sebesar 28% dan 18% (Grafik 1.2). Berakhirnya produksi gas di Aceh berdampak pada kinerja industri pengolahan terutama subsektor pengilangan migas. Industri pengilangan migas membutuhkan pasokan gas alam yang merupakan bahan baku untuk diolah. Ketiadaan bahan baku tersebut membuat industri pengilangan migas mengalami penurunan yang signifikan. Sejalan dengan kinerja sektor ekonominya yang mengalami perbaikan, penyaluran kredit pada sektor industri pengolahan juga tercatat mengalami peningkatan. Pertumbuhan kredit yang disalurkan ke sektor industri pengolahan mengalami peningkatan dari 7,1%(yoy) pada triwulan lalu menjadi 15,37% (yoy) pada triwulan laporan (Grafik 1.21). Peningkatan kinerja usaha di sektor industri pengolahan juga ikut dikonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Provinsi Aceh yang juga menunjukkan adanya peningkatan kegiatan usaha selama triwulan I-216 meskipun dalam skala yang terbatas (Grafik 1.22). 31% 21% 38% 28% 28% 18% 18% 46% 46% Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional/Mfg. of Chemicals & Pharmaceuticals & Botanical Products Industri Makanan dan Minuman/Mfg. of Food Products & Beverages Industri Batubara dan Pengilangan Migas/Mfg. of Coal & Refned Petroleum Products Grafik Perkembangan Kredit Sektor industri Pengolahan Kredit Ke Industri Pengolahan (Kiri) 2 Pertumbuhan Kredit Sektor Pertanian 4% 1,5 2% 1 %,5-2% -4% I II III IV I II III IV I Grafik Realiasi Ekonomi Sektor PHR 2, % SKDU PDRB % 2,, III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 1, -2, , -4, -1, -6, -2, , -3, Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Sumber : SKDU KPwBI Prov. Aceh KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

25 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DARI SISI PERMINTAAN Tabel Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Provinsi Aceh Komponen (Rp Triliun) Growth qtq (%) Growth yoy(%) I II III IV I II III IV I I-15 IV-15 I-16 I-15 IV-15 I-16 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 17,86 18,2 19,1 19,44 15,78 15,89 16,27 16,34 16,41 -,28,39,43 3,47 3,2 3,94 Pengeluaran Konsumsi LNPRT,61,62,57,62,49,49,49,5,51-1,9,83 2,42 1,2,54 4,96 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 5,81 6,61 8,6 11,5 4,3 5,2 5,94 9,6 4,22-45,4 52,45-53,42 3,74 15,82-1,84 Pembentukan Modal Tetap Bruto 1,83 1,69 1,96 11,11 9,18 9,12 9,59 1,72 9,93-1,94 11,78-7,37 3,39 14,52 8,17 Perubahan Inventori -,11,14 -,5,7 -,5,2 -,5,,1-23,35-99,1-292,64 16,52-1,83-116,5 Ekspor Luar Negeri 1,38 2,72 1,71 1,84,44,29,6,34,36-64,95-43,57 6,4-45,7-73,12-18,39 Impor Luar Negeri,53,58,51,55,87,66,48,44,35 131,57-8,7-21,21 28,7 17,88-59,89 Net Ekspor Antar Daerah -4,63-6,2-7,4-11,47-1,85-2,54-3,61-7,8-2,66-69,87 115,95-65,85 17,83 27, 43,94 P D R B 31,21 32,2 32,7 32,1 27,42 27,8 28,75 28,71 28,42-3,12 -,17 -,99 -,29 1,42 3,66 Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Grafik Laju dan Kontribusi Pertumbuhan PDRB dari Sisi Permintaan (yoy, %) Grafik Struktur PDRB Sisi Permintaan 1,, -1, -2, 2,27 3,94 Pertumbuhan (yoy) 2,73,9 -,29 4,96-1,84 8,17 Kontribusi Pertumbuhan 43,94-18,39,23 -,3-59,89-116,5-1,89-2,97 4, 2,, -2, -4,,3% 1,14% 1,9% 31,23% 51,62% Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Persen (%) Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri Net Ekspor Antar Daerah 13,28% 1,61% Perubahan Inventori Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri Sumber : BPS Provinsi Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh Dari sisi permintaan, perbaikan ekonomi di Aceh pada triwulan laporan didorong oleh adanya pertumbuhan pada komponen-komponen utama di sisi permintaan, yakni konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto. Kedua komponen tersebut merupakan dua komponen terbesar dalam perekonomian Aceh di sisi permintaan. Secara tahunan, konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan sebesar 3,94% sedangkan pembentukan modal tetap bruto tumbuh sebesar 8,17%. Kontribusi dari pertumbuhan kedua sektor tersebut masing-masing sebesar 2,27% untuk Konsumsi rumah tangga dan 2,73% untuk Pembentukan Modal Tetap Bruto (Tabel 1.2 dan Grafik 1.23). Struktur ekonomi Aceh dari sisi permintaan setelah pergantian dasar menjadi tahun 21 pada triwulan I-216 ini sedikit mengalami perubahan. Komponen konsumsi rumah tangga masih memiliki share paling besar dengan proporsi sebesar 51,62%. Namun demikian, posisi share ekonomi paling besar kedua pada triwulan laporan diduduki oleh komponen pembentukan modal tetap bruto (37,5%), menggeser posisi pengeluaran pemerintah yang pada triwulan sebelumnya berada pada posisi kedua terbesar (Grafik 1.24). KONSUMSI Konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun triwulan I-215. Konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan dari 3,2 % (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 3,94% (yoy) pada triwulan laporan menjadi. Angka tersebut juga tercatat mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya (Grafik 1.25). Peningkatan pertumbuhan berpengaruh signifikan terhadap kontribusi pada pertumbuhan ekonomi Aceh. Konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi pertumbuhan sebesar 2,27% pada KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

26 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh triwulan laporan, mengalami peningkatan sebesar,48% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,79% (Grafik 1.26). Grafik Perkembangan Konsumsi RT Grafik Kontribusi Konsumsi RT Rp Triliun 25, 2, 15, 1, 5,, 8,7 6,73 7,96 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Y on Y 9,24 2,93 2,82 3,47 3,2 3,94 17,9 18, 19, 19,4 15,8 15,9 16,3 16,3 16,4 I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh 1, 8, 6, 4, 2,, % % Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan 5,59 64% 4,62 4,63 62% 3,79 6% 1,61 1,54 1,89 1,79 2,27 58% 56% 54% 52% I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Data dari BPS menunjukkan bahwa hingga tahun 215 komponen terbesar dalam konsumsi rumah tangga ratarata secara tahunan adalah konsumsi nonmakanan yaitu sebesar 53% sementara konsumsi makanan sebesar 47% (Grafik 1.24). Komponen nonmakanan terdiri dari 1 subkomponen yang didominasi oleh konsumsi transportasi yang sebesar 12% dan konsumsi perumahan, air, listrik yang sebesar 8% (Grafik 1.27 dan 1.28). Grafik Pangsa Subkomponen Konsumsi Rumah Tangga Grafik Pangsa Subkomponen Konsumsi Rumah Tangga Non Makanan 52% 53% 53% 53% 54% 53% 53% 48% 47% 47% 47% 46% 47% 47% Non Makanan Makanan 6% 6% 6% 6% 6% 6% 6% 11% 12% 12% 11% 12% 12% 12% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 8% 8% 8% 8% 8% 8% 8% Komunikasi Transportasi/Angkutan Kesehatan Perabot, Peralatan rumahtangga dan Pemeliharaan Rutin Rumah Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Lainnya 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% Pakaian Average Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Adanya peningkatan pertumbuhan ini didorong oleh adanya kenaikan konsumsi pada subkomponen transportasi dan perabotan serta peralatan rumah tangga. Kenaikan pertumbuhan subkomponen transportasi terkonfirmasi dari data penjualan kendaraan bermotor untuk keperluan konsumsi pada triwulan I-216 yang mengalami perbaikan konstraksi. Penjualan kendaraan bermotor untuk konsumsi mengalami perbaikan kontraksi dari 6,5% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi -4,3% (yoy) pada triwulan laporan (Grafik 1.29). Kondisi perbaikan penjualan yang terjadi pada kendaraan konsumsi juga terjadi pada penjualan listrik yang digunakan oleh rumah tangga. Hal tersebut terkonfirmasi dari tumbuhnya penggunaan listrik rumah tangga sebesar 15,5%(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 11,28% (yoy) (Grafik 1.3). KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

27 Thousands BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Grafik Penjualan Kendaraan Bermotor (Konsumsi) Grafik Penggunaan Listrik Rumah Tangga UNIT 4. Kendaraan Bermotor Konsumsi Growth (yoy) 4% 4. kwh Kons.listrik Rmh Tangga yoy,% g_kons.listrik RT % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I % -2% -4% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Dinas Pengelolaan Kekayaan dan Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Sumber : PLN Aceh, diolah BI Aceh Hal yang sedikit berbeda terjadi pada komponen konsumsi pemerintah di mana pada komponen ini mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, pertumbuhan konsumsi pemerintah mengalami penurunan dari 15,82% (yoy) pada triwulan IV-215 menjadi - 1,84% (yoy) pada triwulan laporan (Grafik 1.31). Dengan share sebesar 13,28% dalam struktur ekonomi Aceh, konsumsi pemerintah memberikan kontribusi pertumbuhan sebesar -,29% atau mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang memberikan kontribusi positif sebesar 4,37% (Grafik 1.29). Grafik Perkembangan Konsumsi Pemerintah Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Rp Triliun Y on Y % 12, 1, 8, 6, 4, 2,, 17,51 3,73 6,25 2,75 2,24 3,74 15,82-1,84-5,1 5,8 6,6 8,1 11, 4,3 5,2 5,9 9,1 4,2 I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh 2, 15, 1, 5,, -5, -1, % Grafik Kontribusi Konsumsi Pemerintah 3,26,77 Pangsa PDRB 1,54,95 Kontribusi Pertumbuhan,4,74 4,37 I II III IV I II III IV -,29 I 214 -, Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh 4% 35% 3% 25% 2% 15% 1% 5% % KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

28 Ribuan BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Grafik Realisasi Pengadaan Semen di Aceh Grafik Perkembangan Kredit Investasi Ton Konsumsi Semen Growth (yoy) % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Rp Triliun 15, 1, 5,, 2,26 17,39 9,57 Pembentukan Modal Tetap Bruto Y on Y 14,52 2,36 3,39 1,8 1,7 11, 11,1 -,62 9,2,58 9,1 9,6 1,7 9,9 I II III IV I II III IV I 8, % 25, 2, 15, 1, 5,, -5, Sumber : Kemenperin dan Kemendag, diolah BI Aceh Sumber : Laporan Bank Umum, diolah Grafik Perkembangan Investasi Investasi g_investasi % 75% 5% 25% Adanya penurunan konsumsi pemerintah pada triwulan ini terutama disebabkan oleh realisasi belanja pegawai dan belanja barang dan jasa baik pada APBA maupun APBN yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan triwulan I-215. Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Grafik Perkembangan Penjualan Kendaraan Unit I II III IV I II III IV I Bermotor (Inventasi) Kendaraan Bermotor Investasi I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Dinas Pengelolaan Kekayaan dan Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Growth (yoy) 1% 8% 6% 4% 2% % -2% -4% -6% triwulan lalu menjadi 23,% (yoy) pada triwulan laporan. (Grafik 1.33) % INVESTASI Pada triwulan laporan, investasi Aceh mengalami penurunan pertumbuhan dari 14,52% (yoy) pada triwulan IV-215 menjadi 8,17% pada triwulan laporan (Grafik 1.31). meskipun mengalami penurunan, pertumbuhan di komponen investasi ini memiliki kontribusi sebesar 2,73% terhadap ekonomi Aceh di triwulan I-216. Kontribusi tersebut merupakan kontribusi paling besar yang mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan. Di lihat dari sisi komposisinya, investasi di Aceh terdiri dari investasi bangunan dan nonbangunan. Investasi bangunan memiliki pangsa lebih besar yaitu sebesar 66% dari total investasi. Sementara itu, investasi nonbangunan memiliki pangsa 34% dari total investasi. Realisasi pengadaan semen di Aceh pada triwulan laporan mengalami penurunan dari 43,5%(yoy) pada Adanya penurunan pertumbuhan investasi juga terlihat dari adanya penurunan pertumbuhan penjualan unit kendaraan bermotor untuk kepentingan investasi. Kendaraan bermotor untuk investasi terdiri dari bus, truk, dan becak motor. Pada triwulan laporan, penjualan kendaraan bermotor untuk investasi ini mengalami pertumbuhan 7% (yoy), menurun signifikan dibandingkan dengan triwulan lalu yang mengalami pertumbuhan sebesar 51% (Grafik 1.35). Dari sisi pembiayaan, kredit yang disalurkan dengan tujuan investasi juga ikut mengalami penurunan pertumbuhan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan ini, jumlah kredit KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

29 USD JUTA RP TRILIUN BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh yang disalurkan untuk tujuan investasi tumbuh sebesar 21,22% (yoy), turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 24,39% (yoy) (Grafik 1.34) EKSPOR IMPOR Grafik Perkembangan Ekspor Grafik Perkembangan Impor (Dengan Migas) Provinsi Aceh (Dengan Migas) Provinsi Aceh Rp Triliun Ekspor Luar Negeri Y on Y 3, 2,5 2, 1,5 1,,5, 21,18 14,73-153,49-41,35-86,72 16,52-1,83-116,5-231,59 1,4 2,7 1,7 1,8,4,3,6,3,4 I II III IV I II III IV I % 3, 2, 1,, -1, -2, -3, Rp Triliun Impor Luar Negeri Y on Y 1, -3,43,8-19,49-18,39-33,2,6-45,18-45,7,4-52,39,2-73,12,5,6,5,5,9-81,37,7,5,4,3, I II III IV I II III IV I %, -1, -2, -3, -4, -5, -6, -7, -8, -9, Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Kinerja ekspor Aceh pada triwulan laporan masih mengalami kontraksi seiring dengan masih adanya pengaruh turunnya produksi LNG sehingga angka pertumbuhannya terkontraksi menjadi - 116,9%(yoy). Dengan adanya kontraksi tersebut, komponen ekspor memberikan kontribusi negatif terhadap ekonomi Aceh sebesar -,3% (Grafik 1.36). Di sisi lain, pertumbuhan impor Aceh di triwulan laporan tercatat juga masih mengalami kontraksi sebesar 18,39% (yoy) dan turut serta memberikan andil negatif sebesar - 1,89% terhadap perekonomian Aceh (Grafik 1.37). Grafik Ekspor Impor Luar Negeri Aceh 9,99 Triwulan Laporan Ekspor Luar Negeri Grafik Ekspor Impor Antar Daerah Aceh Triwulan 11,35 14,2 Laporan Ekspor Antardaerah 4,35 5,64 Impor Luar Negeri Impor Antardaerah Net Ekspor Luar Negeri (2,66) Net Ekspor Antardaerah Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Secara umum, berdasarkan tujuan daerah perdagangannya, kegiatan ekspor impor di Aceh terdiri dari ekspor impor luar negeri dan antardaerah. Ekspor luar negeri Aceh pada triwulan I-216 menurut ADHK mencapai USD9,99 juta sedangkan impor luar negeri Aceh sebesar USD4,35 juta. Kondisi tersebut mencerminkan neraca perdagangan luar negeri Aceh yang surplus dengan net ekspor sebesar USD5,64 juta (Grafik 1.38). Namun, ekspor dan impor antardaerah menurut ADHK memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan ekspor impor luar negeri. Ekspor antar daerah Aceh pada triwulan I-216 tercatat sebesar Rp11,35 triliun. Sementara itu, impor antar daerah Aceh mencapai Rp14,28 triliun sehingga net ekspor antar daerah Aceh berada dalam posisi yang masih negatif, yaitu minus Rp2,66 triliun. Angka net ekspor antar daerah tersebut tercatat mengalami KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

30 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh perbaikan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang defisit Rp7,8 triliun (Grafik 1.39). Kondisi neraca perdagangan antardaerah yang mengalami defisit inilah yang juga berkontribusi terhadap kinerja perekonomian Aceh yang mengalami kontraksi. Pada triwulan I-216, nilai defisit tersebut memberikan kontribusi menurunnya ekonomi Aceh sebesar -2,97%. Kondisi ini terkonfirmasi juga dari hasil survei perdagangan antar wilayah yang dilakukan oleh Bank Indonesia Aceh. Hasil survei tersebut menyimpulkan bahwa aliran perdagangan daerah menunjukan pola pembelian dan penjualan komoditas utama seperti Beras yang kurang efektif. Ketidakefektifan tersebut terjadi karena barang/komoditas yang dijual dari Aceh dijual dalam bentuk nilai tambah yang lebih rendah ke Provinsi lain (Khususnya Sumatera utara) untuk kemudian produk tersebut dibeli kembali oleh Aceh dengan nilai tambah lebih tinggi. Berdasarkan data ekspor dari BPS Aceh pada triwulan I-216, adanya penurunan ekspor luar negeri di Aceh terjadi kerena adanya penurunan ekspor pada sektor nonmigas. Sama dengan triwulan sebelumnya, Aceh tidak lagi mengekspor hasil migasnya setelah triwulan III-215 pernah melakukan ekspor condensate dan LNG senilai USD27,3 juta. Sementara itu, di sisi ekspor nonmigas, terjadi penurunan yang cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Tabel 1.3). Ekspor nonmigas Aceh terbesar disumbang oleh komoditas Bahan bakar mineral dan Bahan kimia anorganik (Anhydrous ammonia) dengan tujuan ekspor utama ke Korea Selatan. Adapun komoditas ekspor lain seperti garam, belerang, dan mesin listrik antara lain diekspor ke Bangladesh dan Singapura. Tabel Ekspor Luar Negeri Aceh (dalam USD) Uraian II-215 III-215 IV215 I-216 Migas > Condensate > Liquid natural gas Non Migas Total Ekspor Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sementara itu, impor luar negeri Aceh pada triwulan laporan tercatat sebesar USD 4,35 juta, turun cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang besarnya USD 14,78 Juta (Tabel 1.4). Adanya penurunan impor tersebut disebabkan oleh menurunnya jumlah impor migas maupun nonmigas. Penurunan paling drastis terjadi pada komoditas nonmigas yang turun hampir sebesar USD 8,64 juta. Sementara itu, impor migas mengalami penurunan sebesar $1,45 juta dibandingkan triwulan sebelumnya. Tabel Impor Luar Negeri Aceh (dalam USD) Uraian II-215 III-215 IV-215 I-216 Migas > Petroleum Bitumen > Lubricating oils for aircraft engines Non Migas Total Impor KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216 3

31 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Dengan kondisi tersebut, neraca perdagangan luar negeri Aceh pada triwulan laporan tercatat mengalami surplus sebesar USD 5,64 juta. Kondisi neraca perdagangan luar negeri Aceh yang surplus tersebut melanjutkan kondisi pada triwulan sebelumnya meskipun terdapat peningkatan sebesar USD1,8 juta (Tabel 1.7). Tabel Neraca Perdagangan Luar Negeri Aceh Tahun EKSPOR QtQ YoY IMPOR QtQ YoY Neraca QtQ Volume (kg) Nilai FOB (US$) (%) (%) Volume (kg) Nilai CIF (US$) (%) (%) (US$) (%) I II , , ,28 III , , ,37 IV , , ,44 I ,37-74, ,44 281, ,49 II ,2-94, ,87 299, ,92 III ,73 15, , IV ,58-73, ,21 25, ,55 I ,38-6, ,56-91, ,68 Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

32 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Selama lebih dari satu dasawarsa terakhir, perekonomian Aceh berada dalam kondisi yang cukup bervariasi. Di samping dua faktor historis dominan yang mewarnai pasang surut ekonomi Aceh, yakni konflik dan tsunami, perekonomian Aceh juga sangat dipengaruhi oleh adanya pergeseran sektor-sektor ekonomi di Aceh selama lebih dari 15 tahun terakhir. Berdasarkan dari sektor ekonominya, sampai dengan tahun 216 terdapat tiga sektor utama Provinsi Aceh yaitu Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan, dan sektor konstruksi dengan pangsa masing-masing sebesar 29,55%, 15,76%, dan 9,86%. Jika sedikit menengok pada tahun yang lalu, sektor pertambangan serta sektor industri pengolahan pada tahun 2 memiliki pangsa terbesar, yaitu masing-masing sebesar 31% dan 25%, namun dengan semakin berkurangnya pasokan dan cadangan LNG di Provinsi Aceh membuat dua sektor ekonomi tersebut pada tahun 216 hanya memiliki share sebesar 5,1% dan 5,5% (Grafik 1). Adanya penurunan produksi dari sektor pertambangan dan industri pengolahan ini pada akhirnya sangat berpengaruh terhadap kinerja ekonomi Aceh selama lebih dari satu dasawarsa ini. Kondisi tersebut khususnya dirasakan dari komponen ekspor Aceh yang notabene masih mengandalkan hasil dari kedua sektor tersebut. Tercatat sampai dengan triwulan I-216, angka pertumbuhan ekonomi Aceh masih berada di bawah 4,% secara year on year (Grafik 2). Grafik 1. Struktur Ekonomi Aceh Per Triwukan I-216 Grafik 2. Perkembangan Ekonomi Aceh Hingga Triwulan I-216 9,%; Administrasi 2% 3% 1% 29,55% ; Pertanian Rp Triliun PDRB YoY % 2% 1% 1% 3% 4% 7,61% 5,1%; Pertambangan 3, 28, 26, 24, 22, 2, 1,79 2,62 2,16,4-2,23-2,72 -,29 1,42 3,66 4, 2,, -2, -4, 15,76%; Perdagangan % 9,86%; Konstruksi 5,5%; Industri Pengolahan I II III IV I II III IV I Tiga sektor pengganti yang menjadi andalan Aceh (Pertanian, perdagangan, dan konstruksi) hingga triwulan I-216 masih berada pada level angka yang positif namun secara umum masih menunjukkan kinerja yang cukup fluktuatif. Sebagai contoh, pada triwulan ini, pertumbuhan sektor pertanian dan konstruksi mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya meskipun masih menjadi sumber pertumbuhan utama di Aceh. Melihat pada kondisi riil ekonomi tersebut, seluruh pihak dan lembaga yang terkait perlu memformulasikan alternatif sebuah kebijakan yang dapat mengoptimalkan potensi ekonomi yang dimiliki Aceh. Urgensi dari hal tersebut perlu untuk mendapatkan perhatian seiring dengan sumber perekonomian Aceh yang lebih dari 6% disokong oleh komponen konsumsi. Beberapa kegiatan yang berorientasi pada jangka panjang dan sustainable, yakni investasi perlu untuk mendapatkan perhatian yang lebih besar dari berbagai elemen, baik masyarakat, swasta, dan tentu pemerintahan Aceh. Hal tersebut tercatat cuku penting karena investasi merupakan salah satu faktor krusial KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

33 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh bagi keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah yang berkelanjutan karena dapat berperan sebagai modal awal. Investasi juga akan berperan dalam mendukung daya saing suatu daerah jika pemerintah daerah tersebut berfokus pada investasi yang meningkatkan kualitas hidup. Namun demikian, untuk mengundang investasi tersebut, suatu pemerintah daerah membutuhkan iklim usaha yang sehat, kemudahan, keamanan serta kejelasan birokrasi. Dalam rangka menarik investasi-investasi tersebut pembuatan berbagai daerahdaeerah yang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru Aceh antara lain dalam bentuk KEK (Kawasan Ekonomi Khusus). KPI (Kawasan Khusus Industri) dapat menjadi langkah awal yang baik. 1. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kawasan Ekonomi Khusus yang selanjutnya disebut KEK merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Salah satu kawasan yang memiliki potensi serta kedudukan strategis adalah kawasan industri di Lhokseumawe. Kawasan tersebut mempunyai pengaruh besar serta dapat dijadikan pendorong bagi pembangunan Aceh seiring dengan adanya beberapa perusahaan besar yang berlokasi di kawasan tersebut. Dalam perencanaannya, secara umum pengembangan KEK Lhokseumawe dibagi dalam tiga tahapan lima tahunan. Tahap awal (216-22) akan tertuju pada revitalisasi fasilitas yang ada, Tahap Pengembangan ( ) berupa pembangunan industri manufaktur dan tahap ekstensifikasi (226-23) berupa pengembangan industri hilir. Dalam merealisasikan KEK ini, berbagai program pendukung telah dilaksanakan, antara lain sebagai berikut: Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Aceh Keberadaan sarana mobilitas dan pasokan energi menjadi beberapa faktor prioritas penting di Aceh dari sisi infrastruktur. Prioritas tersebut mengingat masih terdapat beberapa tantangan dari sisi ketersediaan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

34 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh listrik yang sering menjadi pertanyaan dari sisi investor sebelum menginvestasikan dananya di Aceh. Di samping itu, kondisi dan kelancaran infrastruktur transportasi dan mobilitas baik itu darat, laut, maupun udara menjadi salah satu hal penting lain, termasuk keamanan dari pungutan liar dan kejelasan prosedur. Untuk dapat mengakselerasi program KEK ini, penyiapan dokumen-dokumen yang terkait birokrasi juga perlu untuk menjadi perhatian agar tidak menjadi ganjalan keterlambatan dari sisi birokrasi. Keberadaan lokasi KEK di Lhokseumawe ini sudah mendapatkan poin yang lebih terkait dengan masih adanya asetaset dari PT. Arun yang diperkirakan dapat menghemat anggaran sebesar Rp 1 1 triliun serta waktu konstruksi dan pembangunan wilayah yang lebih cepat. Hingga saat ini, proses KEK Lhokseumawe masih berada pada fase awal berupa revitalisasi kawasan. 2. Kawasan Industri Aceh Kawasan Industri Aceh yang dikembangkan Tim Percepatan Pemanfaatan Kawasan Industri Aceh (TP2KIA) membuka peluang kepada investor dari dalam dan luar negeri untuk menanamkan modalnya di kawasan tersebut. Pembangunan Kawasan Industri ini direncanakan akan diimplementasikan di daerah kabupaten Aceh Besar dan daerah-daerah sekitarnya dengan jumlah lahan yang sudah dibebaskan seluas 65,6 hektar. Kawasan ini cukup mendapatkan keunggulan dengan adanya faktor-faktor pendukung seperti letak geografis di ujung Aceh yang dilintasi perdagangan dari Asia Selatan, Jazirah Arab, Afrika, hingga Asia Timur. Di samping itu, geografis dari Aceh Wilayah Aceh Besar juga berhadapan langsung dengan Free trade dan Freeport Sabang. Mendukung Sabang sebagai Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas (Free Port & Free Trade Zone). Keberadaan kawasan industri yang berlokasi di luar pantai timur Aceh ini juga berpotensi dapat mengikis ketimpangan antara kawasan Aceh di pesisir Timur dan Barat mengingat letak geografisnya yang berada di tengah-tengah garis pantai Aceh bahkan tidak memutus kemungkinan untuk dapat merangkul kawasan Aceh bagian tengah apabila kondisi infrastruktur mobilitas darat dan udara sudah lebih memadai. Sepertihalnya dalam pembentukan KEK Lhokseumawe, pembentukan kawasan industri yang diperkirakan akan memakan luas lahan sebanyak 65,5 hektar tersebut perlu untuk memitigasi risiko keterlambatan di sisi birokrasi. Berbagai surat ijin dan legalitas lain dapat menjadi prioritas dalam tahapan awal ini. Hal tersebut akan terasa urgen seiring dengan periode perijinan yang berisiko memakan waktu yang cukup lama terkait dengan banyaknya perijinan yang perlu ditangani, seperti Hak Penggeloloaan Lahan (HPL) kawasan Industri, Izin Usaha Kawasan Industri, Izin Lingkungan, Izin Hak Guna Bangunan (HGB), Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Secara lebih umum, baik KEK maupun kawasan investasi akan membutuhkan iklim usaha yang sehat, kemudahan serta kejelasan prosedur dan regulasi. Daya tarik suatu daerah tersebut akan sangat berpengaruh apakah Investasi akan masuk ke suatu daerah atau tidak. Faktor politik, sosial, kemananan, kenyamanan, ekonomi, regulasi, dan budaya, merupakan beberapa faktor kunci pembentuk daya tarik investasi di Aceh. Keberhasilan untuk meningkatkan investasi sbaik itu di KEK maupun di Kawasan Industri juga akan tergantung pada komitmen dan kemampuan daerah dalam mengimplementasikan kebijakan pro investasi dan kepentingan masyarakat secara seimbang dan berkelanjutan. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

35

36 BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh Tekanan inflasi Aceh pada triwulan-i 216 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat meningkat dari 1,53% (yoy) pada triwulan-iv 215 menjadi 3,55% (yoy) pada triwulan laporan. Namun, Laju Inflasi Aceh triwulan-i 216 yang tercatat sebesar 3,55% (yoy) jauh lebih rendah bila dibandingkan rata-rata inflasi YoY pada triwulan I dalam tiga tahun terakhir ( ) yaitu sebesar 4,47%. Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar merupakan kelompok yang paling dominan dalam mempengaruhi rendahnya inflasi Aceh pada triwulan-i 216. Inflasi triwulan-i 216 di tiga kota pantauan tercatat masing-masing Banda Aceh 3,1%, Lhokseumawe 4,63%, dan Meulaboh 3,12% (yoy). KONDISI UMUM PERKEMBANGAN INFLASI ACEH Pada triwulan-i 216, pergerakan laju inflasi Aceh secara triwulanan maupun bulanan tercatat mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, namun secara tahunan relatif meningkat (Grafik 2.1). Inflasi yang dihitung berdasarkan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di tiga kota pantauan inflasi, yaitu Banda Aceh, Lhokseumawe, dan Meulaboh pada triwulan-i 216 tercatat sebesar 3,55%(yoy) dan,5%(mtm). Perkembangan inflasi tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan inflasi tahunan pada triwulan I tahun 215 yang tercatat sebesar 5,45% (yoy). Secara year on year (YoY), Inflasi Aceh triwulan-i 216 YoY yang tercatat sebesar 3,55% jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi tahunan pada triwulan I dalam tiga tahun terakhir ( ) yaitu sebesar 4,47%. Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi year on year, quarter to quarter, dan month to month di Aceh (%) Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi year on year di kawasan Sumatera (%) % 1 Inflasi Bulanan (mtm) Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Tahunan (yoy) 8 6 8, y o 7, y 6, 5, ( % ) 7,16 6,62 4,42 5,59 4,95 5,5 5,93 5,29 5,5 4,45 4 4, 3,55 2 3, -2-4 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I , 1,, Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Laju inflasi yang terjadi di Provinsi Aceh pada triwulan I juga lebih rendah bila dibandingkan dengan realisasi inflasi tahunan nasional pada triwulan I yang tercatat sebesar 4,45% (yoy). Inflasi Aceh pada triwulan I 216 merupakan laju inflasi terendah di kawasan Sumatera, adapun rata-rata inflasi seluruh provinsi di kawasan Sumatera mencapai 5,41%. Inflasi tertinggi pada kawasan Sumatera terjadi di Sumatera Utara (Grafik 2.2) yang mencapai 7,16% (YoY). 36 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216

37 BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA INFLASI BULANAN (MONTH TO MONTH/MTM) Rata-rata laju inflasi Aceh secara bulanan pada bulan Januari, Februari, dan Maret 216 adalah sebesar,1%, relatif meningkat dibandingkan rata-rata inflasi bulanan di triwulan yang sama pada tahun 215 yang tercatat sebesar -,56%. Walaupun demikian, rata-rata inflasi bulanan TW-I tahun 216 masih relatif rendah bila dibandingkan dengan rata-rata inflasi bulanan TW-I tahun Rendahnya inflasi pada periode ini disumbang oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar yang mengalami rata-rata deflasi bulanan sebesar,24%, disusul oleh kelompok pendidikan, rekreasi, olahraga dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang mengalami rata-rata deflasi bulanan yang rendah yaitu sebesar,64%. Sedangkan tekanan inflasi bulanan terbesar pada triwulan I 216 disumbang oleh kelompok bahan makanan yang memiliki rata-rata inflasi bulanan sebesar,65% (Grafik 2.3). Nilai tersebut relatif meningkat apabila dibandingkan dengan rata-rata inflasi bulanan kelompok bahan makanan pada TW-I tahun 214 dan tahun 215 yang masing-masing tercatat deflasi sebesar,49% dan 1,95%. Lonjakan inflasi kelompok bahan makanan pada TW-I 216 terjadi di bulan Januari 216 dengan nilai inflasi bulanan sebesar 2,8% (mtm). Adanya musibah banjir yang terjadi di beberapa daerah selama bulan Januari 216 seperti di Pidie, Sigli, Subulussalam, dan Aceh Singkil turut menghambat pasokan sejumlah komoditas seperti Bawang Merah. Adanya hujan lebat dan gelombang besar disertai angin kencang yang melanda laut Aceh selama sepekan di bulan Januari 216 turut mendongkrak kenaikan harga ikan khususnya tongkol. Lebih lanjut, seiring dengan masih berlangsungnya peringatan maulid Nabi Muhammad SAW di bulan Januari 216, terjadi peningkatan permintaan konsumsi masyarakat untuk sejumlah komoditas bahan makanan seperti daging ayam ras dan ikan Selanjutnya, berdasarkan tabel 2.1 dapat dilihat bahwa kelompok Perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami deflasi di bulan-bulan triwulan I (Januari, Februari, dan Maret). Hal tersebut merupakan dampak dari adanya kebijakan penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang mulai diberlakukan pada bulan Januari 216 sehingga juga menyebabkan adanya penurunan pada tarif angkutan. Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Bulanan Aceh (mtm %) Kelompok Jan Feb Mar Rata -rata Jan Feb Mar Ratarata Jan Feb Mar Rata- Rata Bahan Makanan 4,76-2,85-3,37 -,49 1,91-3,85-3,91-1,95 2,8,18-1,2,65 Makanan jadi, minuman, rokok Perumahan, air, listrik, gas, b.bakar,68,17,46,44,63,19,73,52,3,44,43,39 2,71 -,26,21,89 1,38 -,8,9,46 -,13 -,41 -,2 -,24 Sandang 1,32,51,2,67 1,1,17 -,17,34,27,42,83,5 Kesehatan,57,5,7,23,75 1,37,6,72,27,7,3,21 Pendidikan, rekreasi, olahraga Transpor, komunikasi, jasa keu.,86,36,56,59,3,57,4,21,23,5,11,13,56,12,11,26-5,35-2,36 1,49-2,7-1,35 -,24 -,35 -,64 UMUM 2,23 -,69 -,62,31,17-1,26 -,58 -,56,5,2 -,21,1 Sumber: BPS Prov. Aceh, diolah BI Aceh. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

38 mtm(%) mtm(%) BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh Rata-rata inflasi bulanan pada TW-I 216 yang relatif rendah, yaitu sebesar,1%, terutama didorong oleh adanya deflasi di bulan Maret 216 dengan nilai inflasi bulanan sebesar -,21% (mtm). Rendahnya tingkat inflasi bulanan di bulan Maret 216 terutama disebabkan oleh adanya normalisasi harga bahan makanan setelah sebelumnya merangkak naik di bulan Januari dan Febuari 216. Selain itu juga disebabkan adanya deflasi bulanan untuk kelompok Perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar, serta deflasi pada bulanan pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan pada bulan Maret 216 (Grafik 2.4). Pada bulan Januari dan Februari 216 terdapat kecenderungan peningkatan harga untuk kelompok bahan makanan oleh karena adanya bencana banjir di sejumlah daerah di Provinsi Aceh (Pidie, Sigli, Subulussalam, dan Aceh Singkil) dan juga karena adanya peningkatan konsumsi masyarakat seiring dengan adanya perayaan Maulid Nabi SAW. Namun, pada bulan Maret kelompok bahan makanan cenderung mengalami normalisasi seiring dengan telah selesainya bulan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dan lancarnya distribusi bahan makanan. Di sisi lain, deflasi kelompok Perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar serta deflasi kelompok Transportasi, komunikasi, jasa keuangan masih berlanjut dari bulan Januari sampai dengan Maret 216. Hal ini disebabkan karena adanya normalisasi biaya transportasi sejumlah barang pasca penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).,8,6,4,2, -,2 -,4 -,6 -,8 Grafik 2.3. Inflasi Kelompok Rata-Rata Grafik 2.4. Inflasi Kelompok (mtm) bulan Maret 216,65 Bahan Makanan,39 Makanan jadi, minuman, rokok -,24 Perumahan, air, listrik, gas, b.bakar,5 Sandang,21 Kesehatan,13 Pendidikan, rekreasi, olahraga -,64 Transpor, komunikasi, jasa keu. 1,,5, -,5-1, -1,5-1,2 Bahan Makanan,43 Makanan jadi, minuman, rokok -,2 Perumahan, air, listrik, gas, b.bakar,83 Sandang,3 Kesehatan,11 Pendidikan, rekreasi, olahraga -,35 Transpor, komunikasi, jasa keu. Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh INFLASI TRIWULANAN (QUARTER TO QUARTER/QTQ) Inflasi triwulanan Aceh pada periode laporan tercatat sebesar,3% (qtq), lebih rendah bila dibandingkan triwulan sebelumnya mencapai 1,21% (qtq). Secara triwulanan, nilai inflasi terbesar terjadi di kelompok bahan makanan dengan nilai inflasi sebesar 1,94% (qtq) di triwulan I 216. Lebih lanjut, sejalan dengan laju inflasi bulanannya, kelompok Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan juga turut mengalami deflasi secara triwulanan pada TW-I 216. Pergerakan kenaikan harga di triwulan I 216 masih relatif stabil untuk seluruh kelompok barang dan jasa. 38 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216

39 BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh Kelompok Bahan Makanan 8,6 4,64 Makanan jadi, minuman, rokok Perumahan, air, listrik, gas, b.bakar Tabel 2.2. Perbandingan Inflasi Triwulanan (qtq, %) I II III IV I II III IV I II III IV I -,31 2,6-1,65 2,2 4,2 6,5-5,85 4,36-1,5 3,68 1,94 1,8,66 1,14 1,1 1,31,66,73,45 1,56,73 1,1,66 1,18,47,64,83,78 2,66,8 2,5 2,55 1,38,36,2,76 -,73 Sandang -1,75-2,85 5,57-1,11 2,3 1,97 2,54,9 1,1 2,78,82-1,3 1,52 Kesehatan,72,11,81,97,69,51,77,31 2,18,92,38 1,,64 Pendidikan, rekreasi, olahraga,2,53 3,21,5 1,78,38 1,96,7,63,22 3,27,4,4 Transpor, komunikasi, jasa keu.,12 3,4 7,7 -,24,79,84,89 1,22 UMUM 2,68 1,77 1,71,96,9 1,9 2,13 3,86 Sumber: BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh - 6,21-1,66 2,38,16,2-1,93 1,86,15 1,21,3 Inflasi triwulanan untuk kelompok bahan makanan sebesar 1,94% (qtq) pada TW-I 216, masih relatif rendah apabila dibandingkan dengan inflasi kelompok bahan makanan secara triwulanan pada TW-IV 215 yaitu 3,86% (qtq). Rendahnya inflasi kelompok tersebut terutama didukung oleh faktor cuaca yang cenderung lebih kondusif untuk industri perikanan pada bulan Maret 216 sehingga mengakibatkan harga ikan laut mengalami penurunan. Selain itu, terdapat penurunan konsumsi pasca perayaan maulid Nabi Muhammad SAW di bulan Maret 216. Selanjutnya, pada bulan Maret 216 juga terdapat panen raya komoditas beras, bawang merah & cabai pada berbagai daerah di Provinsi Aceh yang turut meredam lonjakan inflasi secara triwulanan. Namun demikian, masih terdapat sejumlah risiko inflasi di triwulan I 216. Adanya kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) Aceh untuk tahun 216 menjadi sebesar Rp ,- yang turut mendorong penyesuaian tarif jasa rumah tangga, dan jasa-jasa lainnya. Selain itu, terdapat kecenderungan Kenaikan harga emas sejak bulan Januari 216 mengikuti tren harga emas dunia yang turut mempengaruhi tingkat inflasi inti (Core Inflation). Selanjutnya, secara triwulanan kelompok barang & jasa yang turut mengalami inflasi pada tingkat moderat yaitu kelompok sandang yang meningkat dari -1,3%(qtq) pada TW-IV 215 menjadi sebesar 1,52% (qtq) di triwulan laporan. Peningkatan harga sandang tersebut lebih disebabkan oleh adanya normalisasi harga sub kelompok pakaian dan barang pribadi lainnya setelah sebelumnya mengalami penurunan harga di bulan Desember 215 oleh karena adanya kegiatan diskon akhir tahun di sejumlah tempat perbelanjaan. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

40 BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh Grafik 2.5. Inflasi Triwulanan Provinsi Aceh Grafik 2.6. Inflasi Kelompok (qtq) TW-I qtq (%) 2,3 1,5 1,94 1,18 3,86,8,,9 1,9 2,13 1,86 -,8 1,21-1,5,15,3-2,3 qtq (%) I II III IV I II III IV I -1, Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Bahan Makanan Makanan jadi, minuman, rokok -,73 Perumahan, air, listrik, gas, b.bakar 1,52,64,4 Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi, olahraga -1,93 Transpor, komunikasi, jasa keu. Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh INFLASI TAHUNAN (YEAR ON YEAR/YOY) Berdasarkan grafik 2.7, secara tahunan laju inflasi Provinsi Aceh pada triwulan-i 216 mencapai 3,55% (yoy), menurun dibandingkan triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,45% (yoy). Inflasi tahunan Aceh pada triwulan I 216 juga lebih rendah daripada inflasi nasional yang tercatat sebesar 4,45% (yoy). Sejalan dengan inflasi bulanan dan triwulanannya, rendahnya inflasi secara tahunan di TW-I 216 terutama didorong oleh rendahnya inflasi pada kelompok Perumahan, air, listrik, gas, bahan bakar serta kelompok Transportasi, komunikasi, jasa keuangan dengan inflasi masing-masing tercatat sebesar,41% dan,59% (yoy). Pada bulan Maret 215 pemerintah menaikan harga BBM menjadi Rp7.3 untuk bensin premium dan solar Rp6.9 per liter. Namun, pada awal tahun 216 pemerintah merevisi harga BBM dengan menurunkan harga Premium dari Rp 7.3 menjadi Rp 7.15 per liter serta solar dari Rp 6.9 menjadi Rp 5.95 per liter. Harga baru tersebut diberlakukan mulai 5 Januari 216. Hal tersebut mendorong rendahnya inflasi secara tahunan untuk kelompok perumahan, air, listrik, gas, bahan bakar di triwulan laporan. Lebih lanjut, penurunan harga BBM juga turut menurunkan biaya transportasi dan tarif jasa angkutan barang sehingga lonjakan inflasi di TW- I 216 dapat diredam oleh kedua kelompok komoditas tersebut (grafik 2.8). Walaupun inflasi secara year on year (yoy) untuk TW-I tahun 216 relatif rendah oleh karena adanya faktor penghambat inflasi penurunan harga BBM. Inflasi pangan khususnya bahan makanan di triwulan laporan masih cukup tinggi yaitu sebesar 8,65%(yoy) meningkat dari TW-I 215 yang tercatat sebesar 6,39% (yoy) (tabel 2.3). Meningkatnya inflasi Aceh untuk kelompok bahan makanan di TW-I 216 disebabkan oleh adanya beberapa faktor yaitu adanya angin kencang yang mengganggu tangkapan ikan & udang dan menyebabkan kenaikan harga komoditas tersbut pada bulan Februari 216. Dampak kenaikan harga komoditas tersebut masih terasa hingga bulan Maret 216 walaupun untuk komoditas tongkol/ambu-ambu sempat mengalami penurunan harga. Selanjutnya, pada bulan Januari-Februari 216 terdapat curah hujan yang cukup tinggi sehingga menyebabkan bencana banjir di sejumlah daerah di Provinsi Aceh seperti Kab.Pidie, Subulussalam, dan Aceh Singkil serta turut menyebabkan beberapa lahan sawah mengalami gagal panen dan menghambat arus distribusi barang. Selain itu pada musim hujan yang tinggi komoditas sayur-sayuran dan buah-buahan cenderung lebih cepat membusuk. Hal tersebut menyebabkan terdapat kenaikan harga untuk kelompok bahan makanan di bulan Januari-Februari 216 yang dampaknya masih terasa hingga akhir TW-I 216 walaupun sebagian komoditas bahan pangan seperti beras, daging sapi, daging ayam ras mengalami normalisasi harga pada tingkat moderat. 4 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216

41 BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Aceh yoy (%) 1 yoy (%) Aceh Nasional I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Grafik 2.8. Inflasi Kelompok Triwulan-I 216 yoy(%) 1, 8, 6, 4, 2,, yoy(%) 8,65 Bahan Makanan 3,71 Makanan jadi, minuman, rokok,41 Perumahan, air, listrik, gas, b.bakar 4,11 Sandang 2,97 Kesehatan 3,94 Pendidikan, rekreasi, olahraga,59 Transpor, komunikasi, jasa keu. Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Kelompok I II III IV I II III IV I II III IV I Bahan Makanan 2,56 6,42 8,85 15,4 2,69 1,87 6,71 11,49 6,39 8,83 3,7,35 8,65 Makanan jadi, minuman, rokok 3,27 2,92 3,7 3,94 5,97 5,7 3,63 2,9 3,44 3,5 3,89 4,11 3,71 Perumahan, air, listrik, gas, b.bakar 1,61 2,16 2,72 2,73 4,96 5,43 6,7 7,99 6,95 6,48 4,36 2,54,41 Sandang,8-1,92,47 -,36 7,11 11, 6,35 6,34 5,71 6,55 4,76 3,59 4,11 Kesehatan 2,21 1,67 2,26 2,64 3,45 3,97 2,75 2,1 3,81 4,24 3,84 4,55 2,97 Pendidikan, rekreasi, olahraga 2,81 3,8 4,29 4,48 5,79 6,1 4,18 3,95 3,6 2,9 4,22 4,19 3,94 Transpor, komunikasi, jasa keu. 1,5 4,3 11,32 1,83 12,52 9,73 2,56 13,4 5,17 6,78 6, UMUM 2,22 3,45 5,37 7,31 5,73 5,45 5,7 8,9 5,45 6,24 4,19 1,53 3,55 Nasional 5,9 5,9 8,4 8,38 7,32 6,7 4,53 8,38 6,38 7,26 6,83 3,35 4,45 Tabel Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy, %) - 3,8,59 DISAGREGASI INFLASI 1 Pada triwulan-i 216, inflasi administered prices, volatile foods, dan core masing-masing mengalami inflasi secara year on year sebesar 1,76%, 9,3%, dan 1,8% (Grafik 2.9). Menurut kontribusinya tekanan inflasi tertinggi disumbang oleh kelompok volatile foods sebesar 2,1%(Grafik 2.1). Komoditas pada kelompok ini yang memberikan andil inflasi tinggi antara lain beras, daging ayam ras, cabai merah dan bawang merah. Selain itu inflasi tahunan Aceh juga disumbang beberapa komoditas dari kelompok administered prices yaitu rokok kretek dan rokok kretek filter dengan rata-rata andil inflasi sebesar,26% yoy. Pada akhir triwulan I-216, tingkat inflasi untuk kelompok volatile foods mengalami inflasi sebesar 9,3% (yoy). Kenaikan inflasi untuk kelompok tersebut terutama didorong oleh adanya kenaikan harga pada komoditas beras, daging ayam ras, cabai merah, dan bawang merah. Meningkatnya harga beras di Triwulan I 216 disebabkan oleh beberapa faktor. Mendekati penghujung tahun 215 curah hujan di Provinsi Aceh cukup tinggi sehingga menyebabkan bencana banjir di sejumlah daerah di Provinsi Aceh seperti Kab.Pidie, Subulussalam, dan Aceh Singkil sehingga terdapat beberapa lahan sawah yang mengalami gagal panen, hal ini mengakibatkan lonjakan harga beras di bulan Januari 216 (grafik 2.11). Kenaikan harga beras tersebut kemudian mengalami normalisasi di bulan Februari-Maret 216 seiring dengan adanya panen raya, namun 1 Disamping pengelompokan berdasarkan COICOP (Classification of Individual Consumption According to Purpose), BPS juga mempublikasikan inflasi berdasarkan pengelompokan yang lainnya yang dinamakan disagregasi inflasi. Disagregasi inflasi tersebut dilakukan untuk menghasilkan suatu indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

42 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh demikian harga beras di triwulan I 216 tetap lebih tinggi bila dibandingkan dengan harga beras di triwulan I 215. Sementara itu, pada akhir Desember 215 terdapat perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang mana sesuai tradisi di Aceh perayaan tersebut akan berlangsung selama kurang lebih 3 (tiga) bulan ke depan hal ini membuat permintaan sejumlah komoditas bahan makanan turut meningkat salah satunya daging ayam ras. Lebih lanjut, rata-rata harga cabai merah di Aceh terus merangkak naik, dari Rp per kilogram pada Februari 216 terus naik hingga Rp pada minggu ke II bulan Maret 216. Komoditas lainnya yang juga turut menyebabkan inflasi pangan di TW-I 216 adalah bawang merah yang telah mencapai harga Rp per kilogram di triwulan laporan. Naiknya harga cabai merah dan bawang merah disebabkan oleh tingginya intensitas hujan di awal TW-I 216 yang menyebabkan tanaman sayur petani lebih cepat busuk sehingga pasokan ke pasar cenderung berkurang. Sementara itu, permintaan akan kedua komoditas cenderung meningkat seiring dengan perayaan nabi Muhammad SAW yang masih berlangsung hingga pertengahan Maret 216. Sementara itu, kebijakan kenaikan cukai rokok yang rata-rata naik sebesar 11,55% yang mulai berlaku pada bulan Januari 216 kemarin masih menjadi sumber terjadinya inflasi pada komoditas rokok. Kenaikan harga rokok terjadi pada seluruh jenis rokok yaitu rokok kretek, kretek filter, dan rokok putih Grafik 2.9. Disagregasi Inflasi Tahunan Provinsi Aceh Inflasi IHK Core yoy,% Volatile Adm Price Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Grafik 2.1. Kontribusi Disagregasi Inflasi Provinsi Aceh yoy,% Core Volatile Adm Price Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Grafik Pergerakan Harga Komoditas Beras Grafik Pergerakan Harga Komoditas Daging Ayam Rp/Kg Rp/Kg KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216

43 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh Grafik Pergerakan Harga Komoditas Bumbu-Bumbuan Rp/Kg Cabe merah biasa Cabe rawit Bawang merah Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Sumber: diolah BI Aceh PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA Realisasi inflasi triwulan-i 216 (yoy) di seluruh kota pantauan inflasi Aceh menunjukkan arah yang serupa dengan tren inflasi Provinsi Aceh, yaitu lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun sebelumnya (Grafik 2.14 dan Tabel 2.4) Grafik Pergerakan laju Inflasi Tahunan YoY (%) Kota Pantauan Aceh 3,1 4,63 3 3, Banda Aceh Lhokseumawe Meulaboh Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh 3,12 Grafik Inflasi Bulanan Kota Pantauan Aceh Triwulan-I 216 MtM (%) -,26 -,19 -,7 2 -, Banda Aceh Lhokseumawe -2 Meulaboh Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Laju inflasi tahunan masing-masing kota penimbang inflasi adalah Banda Aceh 3,1%, Lhokseumawe 4,63%, dan Meulaboh 3,12% (yoy), capaian tersebut masih berada jauh dibawah inflasi nasional sebesar 4,45% (yoy) dan sasaran inflasi Nasional di tahun 216 sebesar 4±1%. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

44 BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh Tabel 2.4 Pergerakan Inflasi 3 Kota di Provinsi Aceh Kota yoy,% I-15 II-15 III-15 IV-15 I-15 II-15 III-15 IV-15 I-16 Banda Aceh 5,4 6,12 4,3 1,27 5,4 6,12 4,3 1,27 3,1 Lhokseumawe 5,44 6,36 4,55 2,44 5,44 6,36 4,55 2,44 4,63 Meulaboh 5,67 6,47 2,86,58 5,67 6,47 2,86,58 3,12 Aceh 5,45 6,24 4,19 1,53 5,45 6,24 4,19 1,53 4,45 Sumber: BPS Prov. Aceh, diolah BI Aceh Inflasi kota Banda Aceh pada triwulan laporan secara umum mengalami kenaikan menjadi 3,1% (yoy) dari 1,27% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Bila dibandingkan dengan harga yang berlaku di triwulan I 215, beberapa kelompok barang & jasa yang mengalami inflasi dengan tingkat moderat di Kota Banda Aceh pada triwulan I 216 adalah kelompok Bahan Makanan sebesar 8,27%, kelompok Sandang sebesar 5,26%, dan kelompok Pendidikan, rekreasi, olahraga sebesar 4,67% (yoy). Untuk kota Lhokseumawe, inflasi tahunan yang terjadi pada triwulan I 216 terutama didorong oleh kenaikan harga untuk kelompok Bahan Makanan 11,52%, kelompok kesehatan sebesar 4,34%, serta pendidikan, rekreasi, olahraga sebesar 3,69% (yoy). Sedangkan di kota Meulaboh untuk kelompok barang dan jasa yang mengalami inflasi tertinggi yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 6,5%, bahan makanan 3,64% dan sandang 2,89% (yoy) (Tabel 2.5). Tabel 2.5. Inflasi menurut kota dan kelompok barang dan jasa di Provinsi Aceh (yoy, %) No Kelompok Kota Banda Aceh Lhokseumawe Meulaboh Aceh 1 Bahan Makanan 8,27 11,52 3,64 8,65 2 Makanan jadi, minuman, rokok, tembakau 3,31 3,43 6,5 3,71 3 Perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar,33,35,89,41 4 Sandang 5,26 2,54 2,89 4,11 5 Kesehatan 2,71 4,34,96 2,97 6 Pendidikan, rekreasi, olahraga 4,67 3,69 1,29 3,94 7 Transpor, komunikasi, jasa keuangan,13 1,44,87,59 Inflasi Keseluruhan 3,1 4,63 3,12 4,45 Sumber : BPS Provinsi Aceh Penyebab inflasi di ketiga kota pantauan inflasi Aceh juga tergambar dalam andil komoditas-komoditas di kota tersebut terhadap inflasi. Pada kota Banda Aceh, komoditas yang memberikan andil tertinggi adalah Beras, sedangkan pada kota Lhokseumawe komoditas yang memberikan andil tertinggi adalah Bawang Merah dan di kota Meulaboh komoditas yang memberikan andil tertinggi adalah Beras. Komoditas yang mengalami konsisten memberikan andil inflasi tahunan terbesar di 3 kota adalah Daging ayam ras, beras, dan bawang merah. Sementara itu, andil komoditas lainnya terhadap inflasi bervariasi di antara ketiga kota pantauan inflasi tersebut (Tabel 2.6). 44 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216

45 BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh Tabel 2.6. Komoditas Pemberi Andil Inflasi Tahun 215 (yoy%) Komoditas Banda Aceh Lhoksumawe Meulaboh Andil Inflasi Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Inflasi Beras,39 Bawang Merah,64 Beras,45 Daging Ayam Ras,31 Daging Ayam Ras,32 Rokok Kretek Filter,4 Cabai Merah,3 Beras,27 Rokok Kretek,32 Rokok Kretek Filter,18 Tomat Sayur,22 Bawang Merah,29 Akademi/Perguruan Tinggi,16 Daging Sapi,2 Cabai Merah,25 Bawang Merah,16 Rokok Kretek Filter,19 Tomat Sayur,18 Daging Sapi,12 Cabai Rawit,19 Kopi Manis,15 Telur Ayam Ras,11 Cabai Merah,17 Mie,15 Emas Perhiasan,1 Kembung/Gembung/Banyar/Ge mbolo/aso-aso,13 Daging Kerbau,13 Sewa Rumah,9 Mie,13 Bahan Bakar Rumah Tangga,12 Sumber : BPS Provinsi Aceh Bila dilihat dari 23 kota di Sumatera, pada bulan Maret 216, seluruhnya mengalami inflasi tahunan. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Sibolga yaitu sebesar 7,89% dan terendah di Kota Banda Aceh sebesar 3,1%. Kotakota pantauan inflasi di Provinsi Aceh tercatat mengalami inflasi yang relatif lebih rendah di antara kota-kota lainnya di Sumatera (Tabel 2.7). Tabel 2.7 Perbandingan Inflasi Kota Kota Y o Y (%) Kota Y o Y (%) SIBOLGA 7,89 DUMAI 4,84 MEDAN 7,41 METRO 4,83 BUKITTINGGI 7,2 LHOKSEUMAWE 4,63 PANGKAL PINANG 6,77 BUNGO 4,58 PADANG 6,55 TANJUNG PINANG 4,55 LUBUKLINGGAU 6,47 PADANG SIDIMPUAN 4,53 PEMATANG SIANTAR 6,8 PEKANBARU 4,39 BENGKULU 5,93 TEMBILAHAN 4, BATAM 5,76 TANJUNG PANDAN 3,27 BANDAR LAMBUNG 5,37 MEULABOH 3,12 JAMBI 4,99 BANDA ACEH 3,1 PALEMBANG 4,89 Sumber : BPS Provinsi Aceh TPID PROVINSI ACEH Salah satu bentuk koordinasi antara Pemerintah dengan Bank Indonesia (BI) sebagai salah satu upaya dalam pengendalian inflasi adalah melalui pembentukan Tim Pengendalian Inflasi (TPI) baik di level Pusat maupun Daerah yang dikenal dengan sebutan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Dalam rangka menindaklanjuti surat Instruksi Menteri Dalam Negeri atau Inmendagri Nomor 27/1696/SJ Perihal Menjaga Keterjangkauan Barang dan Jasa di Daerah dimana pada poin ketujuh Instruksi tersebut menyebutkan bahwa Segera membentuk Tim Pengendalian Inflasi Daerah yang selanjutnya disingkat dengan TPID sebagai suatu wadah koordinasi dalam menjaga agar tidak terjadi inflasi di daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk Provinsi Aceh sampai dengan bulan Maret 216 telah terbentuk sebanyak 21 (dua puluh) TPID Kota/Kabupaten KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

46 BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh dan 1 (satu) TPID Provinsi. Kabupaten/Kota yang masih dalam tahap pembentukan TPID yaitu Kota Langsa yang telah membentuk TPID-nya pada bulan Mei 216 dan Kabupaten Aceh Barat Daya Untuk TPID Provinsi Aceh, Surat Keputusan (SK) Pembentukan TPID telah mengalami beberapa pembaharuan, dimana TPID Provinsi Aceh pertama kali dibentuk dengan adanya dasar hukum SK Gubernur Aceh No.58/73/29 tanggal 26 November 29 yang diperbarui dengan SK Gubernur Aceh No. 58/473/211 tanggal 8 Agustus tahun 211 dan SK Gubernur Aceh No.58/128/215 tanggal 29 Januari tahun 215. Dalam rangka penguatan kegiatan dan koordinasi terkait dengan stabilitas harga, TPID Provinsi Aceh juga selalu melibatkan instansi vertikal diantaranya adalah BPS Provinsi Aceh, Bulog Sub Divre Aceh, Pertamina, PLN, dll. Hal ini bertujuan untuk dapat meningkatkan koordinasi terutama dalam hal stabilisasi harga bahan pangan pokok dan ketersediaan energi (BBM, Listrik, dan Gas Elpiji) serta meningkatkan kualitas asesmen terhadap perkembangan inflasi Provinsi Aceh. Selain itu, TPID Provinsi Aceh juga akan berkoordinasi dengan instansi BMKG Provinsi Aceh agar dapat memperoleh data ramalan cuaca sehingga dapat dilakukan mitigasi dini dalam upaya pengendalian inflasi pangan. Adapun kegiatan TPID Provinsi Aceh sepanjang triwulan I tahun 216 antara lain melakukan Rapat Koordinasi TPID Aceh & TPID Wilayah Lhokseumawe & Sekitarnya pada tanggal 16 Maret 216. Kesimpulan dan tindak lanjut rapat adalah sebagai berikut: a. Melakukan percepatan penyaluran raskin di triwulan I 216. b. Menyempurnakan SK Gubernur Aceh tentang pembentukan TPID Aceh dengan menambahkan Kabid Perdagangan Dalam Negeri ke dalam struktur personalia sekretariat TPID Aceh. c. Mengusulkan roadmap pengendalian inflasi Aceh untuk disahkan oleh Ketua TPID Aceh, dan melakukan percepatan realisasi kegiatan-kegiatan TPID Aceh sesuai dengan roadmap pengendalian inflasi yang telah disahkan. Sekretariat TPID Aceh akan mengirimkan draft roadmap ke masing-masing SKPA terkait untuk diminta tanggapannya untuk pengesahan. Tanggapan diharapkan dapat diterima oleh sekretariat TPID selambat-lambatnya pada tanggal 1 Mei 216. d. Melakukan roadshow ke Kabupaten / Kota untuk mempercepat pembentukan TPID di Kabupaten/Kota yang belum memiliki TPID serta melakukan monitoring pelaksanaan kegiatan TPID pada Kabupaten / Kota yang telah memiliki TPID. 46 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216

47 BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh Berdasarkan data perkembangan inflasi Aceh terakhir sejak 213 s.d. 215, karakteristik inflasi Aceh cenderung dipengaruhi oleh lonjakan harga pada kelompok bahan makanan yang didominasi oleh komoditas Beras, Bawang Merah, Cabe Merah, dan hasil tangkapan laut (Ikan Tongkol, Udang Basah, dll). Berdasarkan event analysis, lonjakan harga bahan pangan di Aceh umumnya dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu pasokan / suplai bahan pangan dari luar daerah khususnya Sumut serta kondisi cuaca (Grafik 1). Provinsi Aceh saat ini masih mensuplai sebagian besar kebutuhan berasnya dari Sumut. Berdasarkan hasil Kajian Perdagangan Antar-Wilayah di Provinsi Aceh, Pedagang beras di Provinsi Aceh pada umumnya melakukan pembelian beras dari sentra produksi, khususnya dari penggilingan padi di Kabupaten Pidie dan Nagan Raya. Namun pengadaan stok beras terbesar berasal dari Provinsi Sumatera Utara. Selain itu, Faktor cuaca juga memainkan peranan penting akan kestabilan bahan-bahan pangan. Curah hujan yang sangat tinggi cenderung menyebabkan banjir di sebagian daerah penghasil beras di Provinsi Aceh yaitu (Kabupaten Pidie, Aceh timur, dll). Lebih lanjut, curah hujan yang tinggi kerap kali membuat tanaman-tanaman holtikultura di Provinsi Aceh cepat membusuk. Di sisi lain, masuknya musim kemarau yang ditandai dengan curah hujan yang rendah juga membawa risiko kekeringan dan menyebabkan gagal panen. Grafik 1. Fenomena Inflasi Aceh Berdasarkan hasil inflasi FGD dengan BMKG Provinsi Aceh, diprediksi pada Triwulan II 216 sebagian besar daerah penghasil beras & hortikultura yaitu Kabupaten Pidie, Aceh Timur, Aceh Tengah, Aceh Utara, dan Bener Meriah memiliki rata-rata curah hujan kurang dari 2 mm. Kondisi ini memunculkan potensi inflasi pangan cenderung meningkat di Triwulan II 216, lebih lanjut pada periode triwulan ke depan sangat dimungkinkan adanya lonjakan permintaan bahan pangan seiring dengan masuknya bulan Ramadhan dan perayaan hari raya Idul Fitri. Faktor pendorong inflasi lainnya di Triwulan-II 216 juga dapat berasal dari komoditas hasil tangkapan laut. Berdasarkan data BMKG Provinsi Aceh, terdapat peningkatan frekuensi kejadian angin kencang (lebih dari 25 Knot) di perairan Banda Aceh dan sekitarnya di triwulan II 216 (Gambar 1). Hal ini berpotensi membuat tingginya gelombang akibat angin kencang tersebut sehingga nelayan enggan untuk melaut dan pasokan ikan, cumi-cumi, dan udang basah dapat berkurang di pasaran. Sementara itu pada triwulan-iii & IV 216 curah hujan di beberapa Kota / Kabupaten, terutama sentra produksi pangan diprediksi dapat mencapai lebih dari 3mm. Hal ini dapat berdampak pada peningkatan risiko banjir yang menggenangi sawah dan kebun serta musibah longsor yang dapat memutus jalur dari Provinsi Sumatera Utara ke Provinsi Aceh. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

48 BAB 2 Perkembangan Inflasi Aceh Sumber: BMKG Provinsi Aceh Gambar 1. Data Perkiraan Curah Hujan Aceh April 216 dan Trend Frekuensi Angin Kencang Daerah Banda Aceh Menghadapi risiko cuaca tersebut di tahun 216, perlu dilakukan langkah-langkah mitigasi agar harga di masyarakat tidak bergejolak terlalu besar. Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan optimalisasi infrastruktur pergudangan dan penyimpanan. Salah satu skema yang dapat ditempuh adalah optimalisasi sistem resi gudang, khususnya untuk pengendalian inflasi komoditas beras. Pada saat cuaca baik dan terdapat panen raya, petani dapat menyimpan komoditas hasil panennya ke gudang-gudang penyimpanan daripada menjualnya dengan harga murah. Sembari menunggu normalisasi harga bahan pangan tersebut, petani dapat memanfaatkan sertifikat resi gudang yang dimiliki sebagai jaminan pembiayaan perbankan untuk memperoleh modal bertani komoditas yang disesuaikan dengan cuaca dan musim yang ada. Sedangkan untuk komoditas tangkapan hasil laut, dapat dilakukan optimalisasi pemanfaatan cold storage di tempat-tempat penampungan ikan. Disaat hasil tangkapan ikan melimpah karena cuaca baik dan harga di pasaran cenderung turun oleh karena pasokan yang melebihi permintaan pasar, nelayannelayan dapat menyimpan sebagian tangkapannya di cold storage yang telah disediakan sembari menunggu adanya normalisasi harga di pasar. Dengan demikian proses penanganan pasca penangkapan akan dapat dilakukan dengan lebih baik. Untuk melakukan optimalisasi penggunaan resi gudang dan cold storage tersebut diperlukan dukungan pemerintah berupa alokasi anggaran untuk pembangunan infrastruktur pendukung dan pemeliharaan infrastruktur eksisting. Selain itu, pihak swasta juga perlu diberikan insentif untuk dapat ikut serta berinvestasi dalam membangun fasilitas resi gudang dan cold storage. Insentif yang dapat diberikan bisa dalam bentuk kemudahan perizinan dan insentif pajak dan retribusi daerah. Lebih lanjut, masyarakat juga perlu diberikan sosialisasi rutin dalam pemanfaatan kedua fasilitas tersebut agar diperoleh pemahaman yang utuh dari pemanfaatan sistem resi gudang dan cold storage serta aspek manajemen risikonya. 48 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216

49

50 BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216 5

51 Rp Triliun Rp Triliun BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Kinerja perbankan di Provinsi Aceh pada Triwulan-I 216 menunjukkan peningkatan kinerja dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari beberapa indikator utama kinerja perbankan di Provinsi Aceh seperti asset dan pembiayaan yang mengalami peningkatan pertumbuhan. Fungsi intermediasi perbankan konvensional Provinsi Aceh pada Triwulan-I 216 berada dalam taraf optimal, yang tercermin dari Loan to Funding Ratio (LFR) yang berada di bawah batas atas 92% dan di atas batas bawah sebesar 78%, sementara itu Finance to Deposit Ratio (FDR) bank Syariah di Provinsi Aceh berada di bawah batas ambang bawah FDR 78%. Rasio Non Performing Loan (NPL) perbankan di Provinsi Aceh mengalami perbaikan & berada jauh di bawah batas aman 5% namun demikian rasio Non Performing Financing (NPF) Bank Syariah Di Provinsi Aceh masih menunjukan adanya risiko pada kualitas kredit perbankan syariah. ANALISIS PERBANKAN DAERAH Pertumbuhan aset perbankan pada Triwulan-I 216 menunjukkan peningkatan. Total aset perbankan di Provinsi Aceh pada Triwulan-I 216 mencapai Rp45,77 triliun. Secara tahunan tumbuh sebesar 1,88% (yoy) atau meningkat dibandingkan pertumbuhan Triwulan-IV 215 sebesar 3,4% (yoy). Aset perbankan pada triwulan laporan masih didominasi oleh aset milik bank konvensional yang mencapai Rp4,85 triliun, sedangkan Rp4,92 triliun merupakan aset bank syariah. Aset Bank Konvensional mengalami peningkatan tingkat pertumbuhan dari 3,21% (yoy) pada triwulan-iv 215 menjadi 11,9% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara itu, aset perbankan syariah mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 1,9% (yoy) menjadi sebesar 9,18% (yoy) pada triwulan laporan. Grafik Aset Perbankan Konvensional Grafik Aset Perbankan Syariah 5 Total Aset Konvensional (kiri) Pertumbuhan Aset (yoy) 2% 8 Total Aset Syariah (kiri) Pertumbuhan Aset (yoy) 6% I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : LBU,diolah BI Aceh 15% 1% 5% % I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : LBU,diolah BI Aceh 4% 2% % -2% -4% Posisi DPK di Provinsi Aceh pada akhir Triwulan-I 216 tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 13,66% (yoy), atau mengalami penurunan pertumbuhan dari triwulan sebelumnya yang mencapai 16,34% (yoy). Pertumbuhan DPK Aceh pada triwulan laporan bersumber dari pertumbuhan DPK perbankan konvensional sebesar 13,6% (yoy) dan perbankan syariah yang tumbuh sebesar 18,66% (yoy). Pertumbuhan DPK bank konvensional menurun dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 15,24% (yoy), searah dengan pertumbuhan DPK perbankan syariah yang juga menurun dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 23,79% (yoy) menjadi sebesar 18,66% (yoy) pada triwulan laporannya (Grafik 3.5 dan 3.6). 51 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216

52 Rp Triliun Rp Triliun Rp Triliun Rp Triliun BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Turunnya tingkat pertumbuhan DPK di Provinsi Aceh terutama karena penurunan tingkat pertumbuhan Giro. Pada triwulan laporan ini, pertumbuhan Giro adalah sebesar 4,2% (yoy), menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,7% (yoy). Pertumbuhan Deposito adalah sebesar 18,37%(yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 22,69%, sedangkan pertumbuhan Tabungan adalah sebesar 15,84% (yoy) atau sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh hingga 15,91% (yoy). Secara nominal struktur DPK Aceh tergambar pada Grafik 3.4. Grafik Perkembangan DPK Aceh Grafik Struktur DPK Aceh DPK (Kiri) Pertumbuhan (yoy) 25% 2% 15% 1% 5% Giro Tabungan Deposito I II III IV I II III IV I II III IV I % I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : LBU, diolah BI Aceh Sumber : LBU, diolah BI Aceh Grafik DPK Perbankan Konvensional DPK Konvensional (Kiri) 4 Pertumbuhan (yoy) 3% 3 2% 2 1 1% % I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : LBU, diolah BI Aceh Grafik DPK Perbankan Syariah DPK Syariah (Kiri) Pertumbuhan (yoy) 4% 3% 2% 1% % I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : LBU, diolah BI Aceh Komposisi DPK di Provinsi Aceh pada triwulan laporan masih didominasi oleh jenis Tabungan dengan proporsi sebesar 46,1%, kemudian diikuti dengan Deposito 3,93%, dan terakhir Giro sebesar 23,7%. Tingkat suku bunga simpanan DPK terus menunjukan tren penurunan seiring dengan penyesuaian BI-Rate pada bulan Februari 214, dari sebelumnya 7,75% menjadi 7,5%. Pada triwulan laporan, suku bunga Deposito berada pada level 7,3% atau sedikit menurun dibandingkan suku bunga triwulan sebelumnya sebesar 7,23% (Grafik 3.8). Sedangkan suku bunga tabungan sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya dari sebesar 1,97% menjadi 1,95% pada triwulan laporan. Adapun suku bunga giro cenderung sedikit menurun di level 1,52% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,55. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

53 Rp Triliun Rp Triliun % BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Grafik Komposisi DPK Per Jenis Simpanan Grafik Perkembangan Suku Bunga DPK 8 Giro Tabungan Deposito Deposito 3,93% Giro 23,7% Tabungan 46,1% Sumber : LBU, diolah BI Aceh I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : LBU, diolah BI Aceh Kondisi kredit perbankan di Provinsi Aceh pada Triwulan-I 216 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan penurunan suku bunga kredit sebagai bentuk respons bank akan penurunan BI Rate pada bulan Februari 215. Pada Triwulan-I 216 perbankan telah menyalurkan kredit sebesar Rp27,54 triliun atau tumbuh sebesar 1,17% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp27,23 triliun atau tumbuh sebesar 7,92% (yoy) (Grafik 3.9 dan Grafik 3.1). Grafik Perkembangan Penyaluran Kredit Aceh Grafik Perkembangan Suku Bunga, BI Rate, dan Kredit Aceh Jumlah Kredit (Kiri) Pertumbuhan (yoy) 2% 15% 1% 5% % I II III IV I II III IV I II III IV I Jumlah Kredit (Kiri) BI Rate I II III IV I II III IV I II III IV I 15% 1% 5% % Sumber : LBU,diolah BI Aceh Sumber : LBU,diolah BI Aceh Proporsi penyaluran kredit oleh perbankan konvensional pada triwulan laporan mencapai Rp24,61 triliun atau tumbuh sebesar 1,17% (yoy), kondisi tersebut sedikit meningkat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,53% (yoy). Sementara itu pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah masih mengalami kontraksi, namun sedikit membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yakni sebesar Rp2,93 triliun atau terkontraksi sebesar 3,51% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 3,75% (yoy). 53 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216

54 Rp Triliun Rp Triliun Rp Triliun BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Grafik Kredit Bank Konvensional Grafik Pembiayaan Bank Syariah Jumlah Kredit (Kiri) Pertumbuhan (yoy) 2% 15% 1% 5% % I II III IV I II III IV I II III IV I ,4 3,2 3 2,8 2,6 2,4 Jumlah Pembiayaan (Kiri) Pertumbuhan (yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I % 1% % -1% Sumber : LBU, diolah BI Aceh Sumber : LBU, diolah BI Aceh Penyaluran kredit pada Triwulan-I 216 didominasi oleh kredit konsumsi dengan proporsi sebesar 59,3% dan kredit modal kerja sebesar 28,94% dari total kredit (Grafik 3.13). Kredit konsumsi pada triwulan laporan mencapai Rp16,33 triliun atau mengalami penurunan pertumbuhan dari sebelumnya sebesar 8,26% (yoy) pada Triwulan-IV 215 menjadi 6,86% (yoy) pada triwulan laporan. Hal ini senada dengan kredit investasi yang tumbuh sebesar 21,12% atau mencapai Rp3,24 triliun (Grafik 3.14), menurun dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 24,39%. Sementara itu, kredit modal kerja pada Triwulan-I 216 mencapai Rp7,97 triliun, atau tumbuh sebesar 7,44% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,8% (yoy). Penurunan pertumbuhan kredit konsumsi dipicu oleh penurunan pertumbuhan kredit multiguna sebagai dampak perlambatan perekonomian Aceh pada tahun 215. Peningkatan pada penyaluran kredit modal kerja menjadi sinyal bahwa sektor produktif Aceh saat ini mulai menggeliat. Perlambatan kredit investasi di Aceh pada triwulan I-216 sesuai dengan tren musimannya, dimana kegiatan investasi baik swasta maupun pemerintah umumnya baru terealisasi secara maksimal pada triwulan III dan triwulan IV. Seiring dengan penurunan BI rate pada bulan Februari 215, dari 7,75% menjadi 7,5%, tingkat suku bunga kredit di Aceh mulai menunjukan penurunan. Rata-rata tertimbang suku bunga kredit tercatat sebesar 11,58%, menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 11,67% (Grafik 3.1). Hal menjadi suku bunga kredit perbankan di Aceh masih merespon terhadap perubahan BI Rate. Grafik Pangsa Kredit Per Jenis Penggunaan Grafik Kredit Menurut Penggunaan 2 Modal Kerja Investasi Konsumsi Modal Kerja 29% 15 1 Konsumsi 59% Investasi 12% 5 I II III IV I II III IV I Sumber : LBU,diolah BI Aceh Sumber : LBU,diolah BI Aceh KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

55 BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran INTERMEDIASI DAN RISIKO PERBANKAN Fungsi intermediasi perbankan konvensional Provinsi Aceh pada Triwulan-I 216 berada dalam taraf optimal, yang tercermin dari Loan to Funding Ratio (LFR) yang berada di bawah batas atas 92% dan di atas batas bawah sebesar 78%, sementara itu Finance to Deposit Ratio (FDR) bank Syariah di Provinsi Aceh berada di bawah batas ambang bawah FDR 78%. Rasio Non Performing Loan (NPL) perbankan di Provinsi Aceh mengalami perbaikan & berada jauh di bawah batas aman 5% namun demikian rasio Non Performing Financing (NPF) Bank Syariah Di Provinsi Aceh masih menunjukan adanya risiko pada kualitas kredit perbankan syariah. LFR perbankan konvensional pada Triwulan-I 216 mencapai 87,6%, menurun dibandingkan Triwulan-IV 215 yang mencapai 9,61% (Grafik 3.15). LFR yang berada dibawah batas atas sebesar 92% dan batas bawah LFR target sebesar 78% menjadi indikasi bahwa fungsi intermediasi sektor perbankan di Aceh telah berjalan dengan optimal. Kredit bermasalah atau NPL perbankan konvensional sebesar 3,68%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 3,45%. Meskipun kondisi tersebut masih berada di bawah level batas indikatif (5%), manajemen pengelolaan risiko tetap harus dilaksanakan agar tingkat NPL di Provinsi Aceh dapat terus terjaga. Grafik LDF dan NPL Bank Konvensional Grafik FDR dan NPF Bank Syariah 12% LDR (Kiri) NPL (Kanan) 6% 2% FDR (kiri) NPF (kanan) 1% 1% 8% 6% 4% 2% 5% 4% 3% 2% 1% 15% 1% 5% 8% 6% 4% 2% % I II III IV I II III IV I II III IV I % % I II III IV I II III IV I II III IV I % Sumber : LBU,diolah BI Aceh Sumber : LBU,diolah BI Aceh Pada perbankan syariah terjadi peningkatan Financing to Deposit Ratio (FDR) dan peningkatan Non Performing Financing (NPF). FDR perbankan syariah meningkat dari 69,17% pada Triwulan-IV 215 menjadi 82,49% pada Triwulan-I 216 atau kembali berada pada level diantara batas atas dan batas bawah FDR. Namun demikian, kualitas pembiayaan di perbankan syariah perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut karena NPF bank syariah di Provinsi Aceh berada di atas level batas aman 5% dan masih menunjukkan peningkatan risiko pembiayaan, hal ini tercermin dari nilai NPF yang meningkat dibandingkan Triwulan-IV 215, yaitu dari semula sebesar 5,15% menjadi sebesar 5,21%. KETAHANAN SEKTOR KORPORASI Pembiayaan sektor Korporasi oleh Perbankan pada Triwulan-I 216 menunjukkan peningkatan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Posisi kredit Bank Umum yang diterima oleh sektor Korporasi di Aceh pada akhir Triwulan-I 216 mencapai Rp11,21 triliun atau tumbuh sebesar 11,56% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan kredit pada Triwulan-IV 215 sebesar 9,25% (yoy) (Grafik 3.17). Kredit yang disalurkan oleh Bank Umum di Aceh tersebut diterima oleh tiga sektor korporasi utama di Aceh yaitu sektor 55 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216

56 Rp Triliun Rp Triliun Rp Triliun BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Perdagangan Besar & Eceran, Pertanian, Kehutanan & Perikanan serta sektor Industri Pengolahan yang mencapai 83,77% dari total kredit yang disalurkan ke sektor Korporasi di Aceh. NPL kredit Bank Umum yang disalurkan kepada sektor Korporasi di Aceh pada akhir Triwulan-I 216 tercatat sebesar 3,84% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 3,64% (yoy) (Grafik 3.18) namun masih berada dibawah level batas indikatif (5%). Jika dilihat berdasarkan sektor Korporasi utama, NPL Kredit yang disalurkan sektor Perdagangan di Aceh pada akhir Triwulan-I 216 masih berada pada level yang tinggi yaitu sebesar 5,8%. Kondisi tersebut berbeda dengan rasio NPL kredit yang disalurkan Bank Umum ke korporasi di sektor Industri Pengolahan yang masih terjaga rendah di bawah level 5% yaitu hanya sebesar 1,49% (yoy). Grafik Perkembangan Kredit ke Korporasi Grafik Perkembangan NPL Kredit ke Korporasi 3 Kredit Total Kredit Ke Korporasi Growth Kredit Korporasi (yoy, Kiri)) 15% 5% 4% NPL Bank Umum NPL Kredit ke Korporasi 2 1% 3% 1 5% 2% 1% I II III IV I % % I II III IV I Sumber : LBU,diolah BI Aceh Sumber : LBU,diolah BI Aceh Grafik Perkembangan Kredit dan NPL Grafik Perkembangan Kredit dan NPL Sektor Perdagangan Besar & Eceran Sektor Industri Pengolahan 5,9 5,8 5,7 5,6 5,5 5,4 5,3 Kredit Ke Perdagangan (Kiri) NPL PHR 14% 12% 1% 8% 6% 4% 2% % I II III IV I 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 Kredit Ke Industri Pengolahan (Kiri) NPL Industri Pengolahan I II III IV I 3% 2% 2% 1% 1% % Sumber : LBU,diolah BI Aceh Sumber : LBU,diolah BI Aceh KETAHANAN SEKTOR UMKM Seiring dengan peningkatan pertumbuhan kredit, penyaluran kredit UMKM di Provinsi Aceh pada Triwulan-I 216 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Posisi kredit yang disalurkan perbankan kepada UMKM di triwulan pelaporan ini mencapai Rp8,67 triliun, atau tumbuh sebesar 11,92% (yoy), menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 21,77% KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

57 Rp Triliun BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Hingga akhir Triwulan-I 216 pangsa penyaluran kredit UMKM baru mencapai 31,48% dari total kredit di Provinsi Aceh. Kondisi ini mengindikasikan bahwa penyaluran kredit kepada usaha mikro, kecil, dan menengah di Aceh masih cukup rendah. Apabila dilihat berdasarkan skala usahanya, kredit UMKM masih didominasi oleh kredit skala kecil (Grafik3.22). Kredit kredit UMKM skala kecil (Rp 5juta Rp5 juta) yang disalurkan pada Triwulan- I 216 mencapai Rp4,51 triliun, diikuti oleh kredit skala menengah (Rp5 juta Rp5 miliar) senilai Rp2,55 triliun, dan kredit skala mikro (di bawah Rp5 juta) dengan baki debet sebesar Rp1,62 triliun. Grafik Perkembangan Kredit UMKM 1 Total Pembiayaan UMKM (Kiri) Pertumbuhan (yoy) 3% Grafik Komposisi Kredit UMKM 8 6 2% 1% Mikro 19% Menengah 29% 4 % 2-1% I II III IV I II III IV I II III IV I -2% Kecil 52% Sumber : LBU,diolah BI Aceh Sumber : LBU,diolah BI Aceh Terkait dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR), outstanding Kredit Untuk Rakyat (KUR) dengan total baki debet tercatat sebesar Rp42,5 miliar (grafik 3.23) dengan jumlah debitur sebanyak 1631 debitur (Grafik 3.24). Penyaluran KUR (total baki debet) Provinsi Aceh tersebut terkontraksi sebesar 29,23% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang telah terkontraksi sebesar 52,2% (yoy) (Grafik 3.24). Penurunan ini terjadi karena penyempitan kuota penyaluran KUR oleh bank di Provinsi Aceh, bahkan pada bulan Maret 216, kuota KUR di Aceh sudah mencapai kuota maksimum, oleh karena itu beberapa bank penyalur KUR di Aceh bermaksud untuk mengajukan peningkatan kuota. Grafik Perkembangan Penyaluran Grafik Perkembangan KUR Aceh Debitur KUR Aceh Total Pembiayaan KUR (Miliar, Kiri) Jumlah Debitur KUR (kiri) 8 Pertumbuhan (yoy) 5% 6 Pertumbuhan (yoy) 5% 6 % 4 % 4 2-5% 2-5% I II III IV I II III IV I II III IV I -1% I II III IV I II III IV I II III IV I -1% Sumber : LBU,diolah BI Aceh Sumber : LBU,diolah BI Aceh KETAHANAN SEKTOR RUMAH TANGGA 57 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216

58 Rp Milyar Rp Triliun Rp Triliun BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Pembiayaan Kredit Konsumsi yang disalurkan kepada sektor Rumah Tangga di Provinsi Aceh mengalami perlambatan pertumbuhan (Grafik 3.25). Pada akhir Triwulan-I 216 kredit yang disalurkan perbankan ke sektor Rumah Tangga mencapai Rp15,24 triliun atau terkontraksi sebesar,3 % (yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan kredit rumah tangga di Triwulan-IV 215 yang masih tumbuh 1,71 % (yoy). Kredit rumah tangga terdiri dari Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) sebesar Rp2,41 trilun (15,95%), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) Rp152,38 miliar (1%), dan Multiguna sebesar Rp12,88 triliun (84,5%) Kredit multiguna yang diterima oleh sektor rumah tangga di Aceh pada triwulan laporan tumbuh sebesar 6,31% atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,79%. Kredit dalam bentuk KPR yang pada triwulan laporan tumbuh sebesar 2,63% (yoy) atau menurun dibandingkan tingkat pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 4,39% (yoy). Sementara itu Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) yang disalurkan Bank Umum ke sektor Rumah Tangga di Aceh di Triwulan-I 216 mencapai Rp152,38 miliar, dimana tingkat pertumbuhannya meningkat dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 5,21%, menjadi sebesar 1,41% (yoy) pada triwulan laporan. Grafik Perkembangan Kredit Rumah Tangga Grafik Perkembangan KPR Kredit Rumah Tangga (Kiri) Pertumbuhan (yoy) 16 15% 15 1% 14 5% 13 % 12-5% I II III IV I II III IV I 3 2,5 2 1,5 1,5 KPR (Kiri) Growth yoy KPR I II III IV I II III IV I 4% 35% 3% 25% 2% 15% 1% 5% % Sumber : LBU, diolah BI Aceh Sumber : LBU, diolah BI Aceh Grafik Perkembangan KKB Grafik Perkembangan NPL KPR dan KKB KKB (Kiri) Growth yoy KKB I II III IV I II III IV I 5% 4% 3% 2% 1% % -1% -2% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % NPL KPR NPL KKB I II III IV I II III IV I Sumber : LBU, diolah BI Aceh Sumber : LBU, diolah BI Aceh Seiring dengan kontraksi perekonomian, kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan ke sektor Rumah Tangga, khususnya KPR di Provinsi Aceh perlu diwaspadai. Hal ini tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPL) untuk KPR yang masih berada di level yang cukup tinggi (mendekati / diatas critical KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

59 Rp Miliar BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran point 5%). NPL KPR, Triwulan-I 216 sebesar 6,12%, sedangkan NPL KKB dan multiguna masih berada dalam level NPL yang relatif baik, yaitu masing-masing sebesar 3,62% dan,59 %(Grafik 3.28). Hal ini tidak terlepas dari jenis agunan untuk kredit multiguna dan KKB di Provinsi Aceh yang umumnya menggunakan Surat Keputusan Pengangkatan pegawai negeri, sehingga pelunasan kredit langsung mendebit rekening gaji pegawai. Berdasarkan jenisnya, kredit KPR masih didominasi KPR untuk rumah dengan tipe Pada Triwulan-I 216, posisi KPR yang disalurkan untuk tipe 22 s.d. 7 di akhir Triwulan-I 216 mencapai Rp1,34 triliun atau mencapai 55,9% dari seluruh KPR. Sementara untuk KPR tipe 21 hanya sebesar Rp379,8miliar dan untuk KPR di atas tipe 7 mencapai Rp532,53 miliar (Grafik 3.29). Selain berupa kepemilikan untuk rumah, apartemen, dan flat, KPR yang diterima oleh sektor rumah tangga juga berupa kredit untuk pemilikan Rumah Kantor (Rukan) dan Rumah Toko (Ruko) yang pada periode laporan mencapai 7,38% dari total KPR. Grafik Perkembangan KPR menurut Tipe Bangunan di Aceh Tipe 21 Tipe 22-7 Tipe > 7 Tipe Ruko dan Rukan 15 Grafik Pertumbuhan Tahunan (yoy) KPR yang disalurkan ke Aceh Tipe 21 (yoy) Tipe 22-7 (yoy) 1,5 Tipe > 7 (yoy) 1 1 5,5 I II III IV I II III IV I ,5 I II III IV I II III IV I Sumber : LBU,diolah BI Aceh Sumber : LBU,diolah BI Aceh Setelah mengalami kontraksi pada tahun 215, Pertumbuhan KPR untuk tipe s.d 21 pada akhir Triwulan-I 216 mencatat pertumbuhan sebesar 7,36% (Grafik 3.3) meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar -11,56%. Sedangkan untuk KPR tipe 22-7, tipe >7 masing-masing tumbuh sebesar 2,59% dan 1,12%. Sementara itu Kredit KPR untuk tipe Ruko & Rukan mengalami peningkatan kontraksi sebesar 2,58% dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi 6,44%. 59 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216

60 BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Grafik Perkembangan NPL, Inflasi dan suku bunga KPR tipe 21 NPL KPR Tipe 21 1 Suku Bunga KPR tipe 21 (kanan) Grafik Perkembangan NPL KPR tipe di atas 21 Tipe Tipe > 7 Tipe Ruko dan Rukan I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I Sumber : LBU,diolah BI Aceh Sumber : LBU,diolah BI Aceh NPL KPR tipe 21 cenderung meningkat sejak triwulan III-215 hingga triwulan laporan dan berada di atas batas aman, yaitu hanya sebesar 7,66% (grafik 3.31). Terkait dengan KPR di atas tipe 21, nilai NPL-nya masing-masing sangat bervariatif namun berada di bawah batas aman, dimulai dari tipe 22 s.d. 7 (2,45%), tipe di atas 7 sebesar 1,7%, dan tipe Ruko dan Rukan yang berada di atas kategori aman sebesar 1,83%. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216 6

61 BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 61 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216

62 BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran KINERJA SISTEM PEMBAYARAN TUNAI Perkembangan aliran uang kartal di Aceh pada Triwulan-I 216 mengalami net inflow sebesar Rp413,45 miliar (Grafik 3.35) dari sebelumnya selama 2 tahun terakhir selalu mengalami net outflow. Hal ini terjadi karena peningkatan setoran tunai terkait dengan pembayaran proyek triwulan IV-215 lebih tinggi daripada permintaan uang tunai, terkait faktor musimanya yang selalu menurun pada triwulan I. Fenomena ini sejalan dengan tren ekspor dan konsumsi swasta aceh yang mulai tumbuh di triwulan I-216, setelah terkontraksi pada tahun Grafik Perkembangan Inflow Outflow Outflow Inflow Netflow Grafik Perkembangan Uang Tidak Asli 3 Outflow Inflow Netflow I II III IV I II III IV I II III IV I -1 I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BI Aceh Sumber : BI Aceh Temuan uang rupiah tidak asli di Aceh yang ditemukan oleh Bank Indonesia pada triwulan laporan sebanyak 2 lembar (grafik 3.36) yang terdiri dari 1 lembar pecahan uang kertas Rp1.,- dan 1 lembar pecahan Rp5.,-. Jumlah tersebut menurun jika dibandingkan dengan jumlah uang palsu yang ditemukan pada triwulan sebelumnya yang berjumlah 44 lembar. Bank Indonesia terus melakukan berbagai upaya untuk mencegah uang palsu antara lain melalui peningkatan security features uang yang dicetak dan sosialisasi ciriciri keaslian uang rupiah. Bank Indonesia juga senantiasa berupayan untuk memadukan layanan pembayaran tunai dan non tunai dalam rangka mewujudkan less-cash society. Salah satu pemaduan layanan pembayaran tunai dan non tunai yang dilakukan Bank Indonesia adalah melalui pelayanan penukaran uang menggunakan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) yang bertujuan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan APMK sebagai alternatif pembayaran. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

63 BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Box. 3 BI 7 Days Repo Rate Sebagai Suku Bunga Acuan Yang Semakin Kredibel Setelah difungsikan selama lebih dari dari 1 tahun sebagai suku bunga kebijakan Bank Indonesia, Bank Indonesia Rate atau yang lebih populer disebut sebagai BI Rate, akan digantikan oleh suku bunga kebijakan baru, yaitu suku bunga instrumen moneter BI Reverse Repo bertenor 7 hari atau disebut sebagai BI 7 Days Repo Rate. Policy rate baru ini sejatinya akan mulai berlaku pada tanggal 19 Agustus 216. Revisit Suku Bunga Kebijakan BI Sesuai dengan amanat Undang-Undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang telah direvisi dengan Undang-Undang No.3 Tahun 24, tujuan utama Bank Indonesia adalah menjaga kestabilan harga atau inflasi. Dalam rangka mencapai sasaran akhir tersebut, Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter melalui pengendalian suku bunga (target suku bunga). Stance kebijakan moneter dicerminkan oleh penetapan suku bunga kebijakan. BI Rate mulai digunakan sebagai suku bunga kebijakan Bank Indonesia pada tahun 25, atau bersamaan dengan diimplementasikannya kerangka kerja Inflation Targeting Framework (ITF). Pada bulan Juli 25 s.d Juni 28, BI Rate digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan operasi pengendalian moneter dengan sasaran operasional suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 1 bulan. Pada bulan Juni 28, Bank Indonesia menyempurnakan kerangka operasional kebijakan moneternya dengan mengubah sasaran operasionalnya menjadi suku bunga transaksi pasar uang antar bank satu malam (PUAB o/n). Dalam rangka membentuk koridor dalam suku bunga di PUAB o/n, Bank Indonesia juga memperkenalkan fasilitas standing facilities terdiri dari fasilitas penyediaan dana rupiah dari Bank Indonesia kepada bank (lending facility) dan fasilitas penempatan dana rupiah oleh bank di Bank Indonesia (deposit facilities). Melalui penyempurnaan ini, sejatinya BI Rate didesain untuk tercermin dalam suku bunga PUAB o/n dan pada awal penyempurnaannya, BI Rate dapat secara efektif mempengaruhi sasaran operasionalnya, yaitu suku bunga PUAB o/n. 7 Days Repo Rate Untuk Penguatan Kerangka Operasi Moneter Seiring dengan peningkatan ekses likuiditas pasca krisis keuangan global, sejak tahun 211 suku bunga PUAB o/n cenderung lebih mendekati suku bunga Deposit Facility dibandingkan dengan BI-rate. Deviasi antara suku bunga PUAB O/N dengan BI Rate tetap persisten hingga saat ini dan mengakibatkan transmisi kebijakan moneter kurang berjalan efektif. Selain itu BI rate sejatinya bukan merupakan suku bunga transaksional yang tercermin langsung dalam instrumen di transaksi operasi moneter maupun transaksi di pasar. Menyadari kendala tersebut, Bank Indonesia menempuh penguatan kerangka operasi moneter yang didukung upaya pendalaman pasar keuangan guna memperkuat transmisi kebijakan moneter. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memperkenalkan suku bunga acuan baru yang benar-benar ditransaksikan oleh pasar, sehingga perubahan apapun dalam suku bunga kebijakan akan tercermin dalam perubahan term structure. Hal tersebut dapat menjadi indikator yang kredibel untuk mencerminkan stance kebijakan BI. Repo rate juga merupakan suku bunga acuan yang menjadi best practice berbagai bank sentral dunia. Wacana ini sebenarnya telah dikaji sejak lama oleh BI. Namun Tahun 216 dipilih untuk memperkenalkan suku bunga acuan baru, dengan pertimbangan kondisi makroekonomi yang sudah mulai membaik dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya, yang seperti kita ketahui diwarnai ketidakpastian perekonomian global. 63 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216

64 BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Box. 3 BI 7 Days Repo Rate Sebagai Suku Bunga Acuan Yang Semakin Kredibel Bank Indonesia memilih BI 7 Days Repo Rate sebagai suku bunga kebijakan barunya, karena suku bunga ini dapat tercermin langsung dari kegiatan transaksi salah satu instrumen operasi moneter BI, yaitu transaksi reverse repurchase agreement (reverse repo). Transaksi Reverse Repo sendiri dalah transaksi pembelian bersyarat surat berharga oleh Bank kepada Bank Indonesia dengan kewajiban penjualan kembali sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati. Tenor 7 hari juga dipilih seiring dengan tren pasar uang dunia yang lebih memilih untuk melakukan penempatan dalam tenor pendek karena ketidakpastian perekonomian global. Dengan tenor yang jauh lebih pendek dibandingkan BI Rate yang ekuivalen dengan instrumen moneter 9-12 bulan, suku bunga acuan baru ini diharapkan akan lebih mendekati sasaran operasional operasi moneter BI, yaitu PUAB o/n. Dengan tingkat suku bunga sebesar 5,5% pada bulan April 216, BI 7 days repo rate lebih mendekati target angka inflasi sebesar 4 +/- 1% dibandingkan BI rate yang berada dalam tingkat 6,75%. Selain itu, pemilihan transaksi repo ditengah pasar uang yang masih dikuasai oleh transaksi tanpa agunan (uncollateralized) juga diharapkan dapat melatih pasar untuk melakukan pendalaman pasar keuangan, khususnya dalam pasar repo. Bias ekspektasi pasar Sejak pengumuman pergantian suku bunga acuan baru ini pada tanggal 15 April 216, berbagai pro dan kontra bermunculan dari pelaku pasar. Di sisi kontra banyak yang ketakutan bahwa pergantian policy rate ini akan mengakibatkan imbal hasil investasinya menurun. Sedangkan di sisi lain tidak sedikit juga pihak yang sudah berharap kredit perbankan akan lebih mengucur deras seiring dengan penurunan suku bunga kredit acuan. Hal ini terjadi karena tingkat BI Rate pada bulan April 216 adalah sebesar 6,75% sedangkan tingkat BI 7 days repo rate adalah sebesar 5,5%. Terdapat persepsi bahwa Bank Indonesia melonggarkan kebijakan moneternya dengan pengenalan suku bunga acuan baru ini. Padahal, perubahan suku bunga acuan kebijakan ini sejatinya tidak merubah stance kebijakan moneter Bank Indonesia yang sedang diterapkan. Besaran BI rate yang ada saat ini, cenderung ekuivalen dengan yield suku bunga instrumen moneter dengan tenor 9-12 bulan. Sedangkan tingkat suku bunga 7 days repo, sesuai dengan penamaannya, ekuivalen dengan suku bunga instrumen moneter tenor 1 minggu. Sesuai dengan teori term structure, instrumen pasar uang dengan tenor pendek memberikan imbal hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan investasi dalam jangka panjang. Walaupun tingkat BI 7 days repo rate adalah sebesar 5,5% namun jika mengikuti term structure instrumen operasi moneter yang ada, yield suku bunga instrumen moneter 9-12 bulan tetap sebesar 6,75%. Dalam hal telah diimplementasikan penuh, setiap perubahan dalam BI 7 days repo rate diharapkan dapat diikuti oleh perubahan suku bunga dalam tenor lainnya sesuai dengan term structurenya. Selanjutnya apabila pelaku pasar memerlukan acuan instrumen investasinya, maka hendaknya menggunakan tingkat suku bunga yang ekuivalen dengan term structure turunan BI 7 days repo rate. Kekeliruan yang umum terjadi adalah dimana pelaku pasar membandingkan imbal hasil investasi jangka panjang dengan BI 7 days repo rate yang bertenor jangka pendek. Harapan Kedepan Dalam masa transisi hingga bulan Agustus 216, setiap hasil keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia akan mengumumkan 2 suku bunga sekaligus, yaitu BI Rate sebagai policy rate utama dan BI 7 Days Repo Rate sebagai tambahan informasi. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

65 BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Box. 3 BI 7 Days Repo Rate Sebagai Suku Bunga Acuan Yang Semakin Kredibel Melalui pengumuman 2 suku bunga ini, diharapkan stakeholders akan lebih mudah untuk beradaptasi dengan BI 7 Days Repo Rate apabila telah diimplementasikan penuh. Bank Indonesia juga akan secara aktif menjalin koordinasi dengan berbagai pihak untuk mensosialisasikan policy rate baru ini. Untuk mendukung perubahan kebijakan suku bunga acuan ini, Bank Indonesia juga melakukan bauran kebijakan pendalaman pasar keuangan, antara lain dengan memperkuat JIBOR sebagai reference rate melalui penyempurnaan pengaturan yang dapat meningkatkan peran suku bunga JIBOR, mempercepat kesiapan pasar bertransaksi repo dengan mendorong GMRA untuk memperluas transaksi repo, serta mengurangi segmentasi & meningkatkan kapasitas transaksi pasar dengan mendorong perbankan untuk membuka akses counterparty dalam transaksi PUAB-nya. Kebijakan koridor suku bunga dalam bentuk deposit facility dan lending facility masih akan tetap ada, namun dengan koridor yang lebih kecil dari sebelumnya sehingga diharapkan BI 7 Days Repo Rate akan semakin mendekati sasaran operasionalnya, yaitu suku bunga PUAB overnight. Melalui implementasi BI 7 days repo rate sebagai suku bunga kebijakan Bank Indonesia sebagai bagian dari upaya penguatan kerangka operasi moneter, maka diharapkan Indonesia akan memiliki suku bunga acuan yang semakin aktual dan kredibel serta membantu mewujudkan pasar keuangan yang dalam di Indonesia demi mewujudkan inflasi yang rendah dan stabil dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. 65 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216

66

67 BAB 4 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Aceh hingga bulan Februari 216 mencapai 63,44%. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Aceh berada pada level 8,13%, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,73%. Tingkat Kemiskinan di Provinsi Aceh berdasarkan data terakhir bulan September 215 tercatat sebesar 17,11%. Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan kondisi kemiskinan pada bulan September 214 yang sebesar 16,98%. meningkat nya tingkat kemiskinan di Aceh tersebut diakibatkan oleh adanya peningkatan tingkat kemiskinan di daerah pedesaan sebesar 22%. KETENAGAKERJAAN Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Aceh berdasarkan survei tenaga kerja BPS per Februari 216 menunjukan jumlah angkatan kerja di Provinsi Aceh mencapai juta orang, menurun sekitar 26 ribu orang dibanding Februari 215 yang mencapai juta orang. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Aceh pada Februari 216 mencapai 8,13%, lebih tinggi,4% dibandingkan TPT bulan Februari 215 sebesar 7,73%. Hal ini terjadi karena peningkatan jumlah angkatan kerja yang terjadi selama periode tahun 214 hingga tahun 215 yang tidak dapat diserap dengan baik oleh pasar tenaga kerja Grafik Perkembangan Kondisi Ketenagakerjaan Aceh (%) % TPAK TPT (rhs) Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb TPAK 65,56 62,7 65,32 63,6 66,37 63,44 64,24 TPT (rhs) 8,38 1,3 6,75 9,2 7,73 9,93 8,13 % Jika dibandingkan dengan keadaan Februari 215, jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 216 di sektor pertanian, industri pengolahan mengalami penurunan, namun meningkat pada sektor jasa-jasa. Sektor Jasa-Jasa merupakan sektor utama yang mempengaruhi keadaan ketenagakerjaan di Provinsi Aceh. Pekerja di sektor Jasa-Jasa meningkat sebesar 93 ribu orang dari 923 ribu orang pada bulan Februari 215 menjadi 1.16 ribu pada bulan Februari 216. Peningkatan ini terjadi sebagai kompensasi atas beralihnya tenaga kerja sektor industri dan pertanian ke sektor jasa-jasa (Grafik 4.2). Pekerja di sektor pertanian mencapai 738 ribu orang, menurun dibandingkan dengan bulan Februari 215 sebesar 86 orang atau menurun sebesar 122 ribu orang. Penurunan tenaga kerja sektor pertanian pada bulan Februari lebih dipengaruhi faktor musiman karena umumnya panen baru terjadi bulan April-Juni dan Oktober- Desember. Pekerja di sektor industri adalah sebanyak 299 ribu orang atau menurun sebesar -5 ribu orang dibandingkan bulan Februari 215 sebesar 34 ribu orang. Penurunan jumlah tenaga kerja di sektor industri terjadi seiring dengan terkontraksinya sektor tersebut pasca berhentinya ekspor gas di Aceh. 67 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216

68 Ribu Jiwa % BAB 4 Perkembangan Ketenagakerjaan & Kesejahteraan Masyarakat Grafik Perkembangan Tenaga Kerja Aceh menurut Lapangan Kerja Utama (dalam ribu jiwa) 12 Grafik 4. 3 Porsi Tenaga Kerja menurut Status Pekerjaan Utama per Agustus 215 Berusaha Sendiri Pertanian Ind.pengolahan Jasa-jasa Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb 9% 12% 38% 21% 3% 17% Berusaha dibantu buruh tdk tetap/buruh tdk dibayar Berusaha dibantu butuh tetap Buruh/Karyawan/Pegaw ai Pekerja bebas di pertanian Sumber: BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber: BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Secara sederhana, pendekatan kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan pekerja formal mencakup kategori berusaha dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, maka pada bulan Februari 216 sebesar 853 ribu orang (41,55%) bekerja pada kegiatan formal dan 12 juta orang (58,45%) bekerja pada kegiatan informal. Situasi ini menggambarkan bahwa sebagian besar tenaga kerja di Provinsi Aceh adalah tenaga kerja di sektor informal, yang artinya tenaga kerja di Provinsi Aceh mayoritas tidak memiliki perlindungan yang memadai bagi tenaga kerja. Karena pekerja di sektor informal tidak dilindungi dengan hak-hak yang didapatkan oleh tenaga kerja di sektor formal. Apabila dilihat secara rinci menurut status pekerjaan utama, situasi ini masih serupa dengan kondisi ketenagakerjaan pada bulan Februari 216. Status pekerjaan utama yang terbanyak adalah sebagai buruh/karyawan/pegawai sebesar 38,9% diikuti oleh tenaga kerja yang berusaha sendiri sebesar 2,56%, pengusaha dibantu buruh tetap sebesar 16,71%, pekerja keluarga/tidak dibayar 11,79% dan terakhir berusaha dibantu buruh tidak tetap sebesar 3,46%. Pekerja dengan status berusaha sendiri mengalami penurunan paling banyak dibanding yang lain yakni sebanyak 78 ribu orang KESEJAHTERAAN Sampai dengan periode bulan September 215, tingkat kemiskinan 1 di Provinsi Aceh mengalami peningkatan dibandingkan dengan September 214. Jumlah penduduk miskin di Aceh pada bulan September 215 sebanyak 859 ribu jiwa (17,11%) atau meningkat sebanyak 22 ribu orang jika dibandingkan dengan September 214 yang mencapai 837 ribu orang (16,98%) (Grafik 4.4). Grafik Perkembangan Kemiskinan Aceh Jumlah Penduduk Miskin Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Jika dibandingkan dengan persentase penduduk miskin pada September 214 yaitu 16,98%, terdapat peningkatan persentase penduduk miskin sebesar,13%. Sementara itu, jika dibandingkan dengan periode 1 Tingkat kemiskinan adalah penduduk dengan pengeluaran perkapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

69 Papua Maluku NTB Sulteng Jateng Jatim Sulsel Riau Malut Kaltim Bangka DKIJ % BAB 4 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat semester sebelumnya yakni Maret 215, tingkat kemiskinan di Aceh juga mengalami meningkat sebanyak 7,82 ribu orang. Peningkatan jumlah penduduk miskin tersebut bersumber dari peningkatan angka kemiskinan di daerah pedesaan sebesar 3,52% sedangkan di daerah perkotaan turun sebesar -2,7 % (Grafik 4.5). Grafik Perkembangan Angka Kemiskinan Nasional 2, 15, 1, 5,, Kota 5 Desa Nasional Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Sumber: BPS Nasional, diolah BI Aceh Grafik Angka Kemiskinan Nasional Menurut Provinsi Aceh (17,11%) Nasional 11,2% Sumber BPS Prov Aceh, diolah BI Aceh Tingkat kemiskinan di Aceh saat ini menduduki urutan ke-8 tertinggi dibandingkan 33 Provinsi lainnya (Grafik 4.6). Adapun keenam provinsi yang memiliki tingkat kemiskinan tertinggi lainnya dari rendah ke tinggi berturutturut adalah Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Gorontalo, Bengkulu, Nusa Tenggara Barat (grafik 4.7). Nilai Tukar Petani (NTP) Aceh yang mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat petani yang mayoritas tinggal di pedesaan pada triwulan I-216 mengalami peningkatan dibandingkan NTP triwulan sebelumnya sebesar 68,3 menjadi 68,81. Hampir seluruh subsktor mengalami penurunan realisasi NTP kecuali subsektor tanaman perkebunan rakyat yang mengalami peningkatan dibandingkan dengan angka NTP triwulan IV-215. (Grafik 4.7 dan 4.9). Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya di wilayah Sumatera, NTP Aceh berada di posisi terendah (Grafik 4.8) Grafik Perkembangan NTP Aceh It Ib NTP I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: BPS Prov Aceh diolah BI Aceh Grafik NTP Tiap Provinsi di Wilayah Sumatera pada triwulan IV Sumber BPS Prov Aceh diolah BI Aceh 69 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216

70 % % BAB 4 Perkembangan Ketenagakerjaan & Kesejahteraan Masyarakat Grafik NTP Aceh Menurut Sub Sektor pada triwulan IV T.Pangan Hortikultura Perikanan TP Rakyat Peternakan I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: BPS Prov Aceh diolah BI Aceh Persoalan kemiskinan tidak hanya sekedar jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan yaitu tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga sekaligus dapat mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode September 215, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan sebesar -,2. Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami penurunan dari,86 pada September 214 menjadi,84 pada September 215. Hal ini serupa dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) yang penurunan sebesar -,3. Indeks ini mengalami penurunan dari 3,14 pada September 214 menjadi 3,11 pada September 215. Jika dibandingkan dengan semester sebelumnya, yakni periode Maret 215, baik Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami peningkatan. Indeks Kedalaman Kemiskinan mengalami peningkatan dari 3,1 pada Maret 215 menjadi 3,14 pada September 215. Di samping itu, Indeks Keparahan Kemiskinan pada periode yang sama naik dari,83 menjadi,84. Besaran nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin mendekati garis kemiskinan, serta ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin juga semakin melebar (Grafik 4.1 dan 4.11) Grafik Indeks Kedalaman Kemiskinan & Indeks Keparahan Kemiskinan Aceh 3 Grafik Indeks Kedalaman Kemiskinan & Indeks Keparahan Kemiskinan Nasional Indeks Kedalaman Kemiskinan Indeks Keparahan Kemiskinan 2 Indeks Kedalaman Kemiskinan Indeks Keparahan Kemiskinan Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Sumber BPS Prov Aceh diolah BI Aceh Indikator lain untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia di suatu wilayah. Pembangunan manusia di Provinsi Aceh terus mengalami perbaikan. Data terakhir mencatat bahwa IPM Aceh KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216 7

71 BAB 4 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat pada tahun 214 mencapai 68,81, mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya namun demikian masih lebih rendah daripada IPM nasional sebesar 68,9. Capaian IPM yang terus meningkat dari tahun ke tahun merupakan indikasi positif bahwa kualitas manusia di Aceh semakin membaik dari aspek kesehatan, pendidikan, dan ekonomi (Grafik 4.12). Aspek terakhir yang menggambarkan kualitas hidup manusia yaitu standar hidup layak yang digambarkan melalui indikator pengeluaran per kapita. Indikator ini memperlihatkan tingkat kesejahteraan yang dapat dinikmati oleh penduduk dan sensitif terhadap perubahan kondisi perekonomian. Data publikasi BPS terakhir mencatat selama periode 5 tahun (21-214) pengeluaran per kapita Aceh menunjukan peningkatan dari tahun ke tahun. Pengeluaran per kapita Aceh tahun 214 tercatat sebesar Rp747,81 ribu, atau telah mengalami peningkatan sebesar Rp92,85 ribu dibandingkan tahun 213 (Grafik 4.13). Grafik Indeks Pembangunan Manusia Aceh Aceh Nasional ,8 68,9 68,3 68, ,8 67,7 67,5 67,1 67, , Grafik Pengeluaran Per Kapita Aceh 747,81 611,42 615,6 618,79 654, Sumber BPS Prov Aceh diolah BI Aceh 71 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216

72

73 BAB 5 Perkembangan Keuangan Daerah Keuangan daerah terdiri dari uang yang dikelola oleh pemerintah provinsi dan yang dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota. Realisasi dari pendapatan dan belanja anggaran tersebut merupakan bentuk kinerja dari keuangan daerah dan dapat menjadi faktor utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi melalui transmisi pengeluaran pemerintah dan investasi Realisasi pendapatan dan belanja Provinsi dan Kabupaten/Kota Aceh pada triwulan I 216 secara umum mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 5.1 PENDAPATAN DAERAH Pendapatan Aceh pada tahun 216 sebesar 7% dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota dan 3% dikelola oleh pemerintah Provinsi (Grafik 5.1). Struktur tersebut relatif tidak berubah dalam kurun waktu enam tahun terakhir. Target pendapatan pemerintah /kota Aceh tahun 216 adalah sebesar Rp26,65 triliun, naik 17% dibandingkan dengan tahun 215. Sementara itu, target pendapatan pemerintah Provinsi Aceh pada tahun 216 adalah sebesar Rp12,54 Triliun, naik sebesar 4% dibandingkan dengan tahun 215. Kenaikan target tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Grafik Pangsa Pendapatan Daerah Aceh Grafik Pertumbuhan Target Pendapatan Aceh Kota/Kab. Aceh Prov. Aceh Kota/Kab. Aceh Prov. Aceh 8% 6% 4% 2% 6% 62% 6% 6% 64% 65% 7% 4% 38% 4% 4% 36% 35% 3% 4% 3% 2% 1% 23% 14% 3% 29% 17% 23% 13% 13% % % 16% 1% 8% 4% Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Struktur total pendapatan pemerintah Aceh baik provinsi maupun kabupaten/kota selama kurun waktu lima tahun terakhir didominasi oleh perimbangan dan Dana Otsus plus. Dana Otsus plus merupakan gabungan dari dana otsus, penyesuaian, dan lainnya (Grafik 5.3). Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih tergolong memiliki pangsa yang rendah. Pada tahun 216, Dana perimbangan dan Otsus plus Aceh masingmasing mencapai Rp2,56 triliun dan Rp14,21 triliun merupakan dua komponen terbesar dari pendapatan dengan pangsa masing-masing 53% dan 36% dari total pendapatan Aceh. Proporsi ini berubah dari tahun lalu dimana komponen dana perimbangan dan dana otsus ialah 47% dan 42% dikarenakan terdapat kenaikan dana perimbangan pada pemda kota/kab. Sementara itu, PAD hanya mencapai 11% dari total pendapatan Aceh (Grafik 5.4). Hal ini mencerminkan masih besarnya ketergantungan Aceh terhadap anggaran pusat dan potensi fiskal yang ada di Aceh masih dapat ditingkatkan. 71 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

74 BAB 5 Perkembangan Keuangan Daerah Grafik Perkembangan Struktur Pendapatan Aceh Grafik Struktur Pendapatan Aceh 216 PAD Perimbangan Otsus+ Rp5.. Rp4.. Rp3.. Rp2.. Rp1.. Rp- Otsus+ 36% PAD 11% Perimb angan 53% Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Jika dilihat lebih rinci pendapatan Aceh tahun 216, pendapatan yang dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota Aceh lebih didominasi oleh dana perimbangan yang mencapai Rp 2,56 Triliun (Grafik 5.5). Pada tahun 216, bantuan keuangan pemerintah provinsi yang berasal dari otsus mengalami peningkatan karena adanya keputusan pemerintah untuk meningkatkan pangsa penyaluran otsus kepada pemerintah kabupaten/kota. Sementara itu, pendapatan yang dikelola oleh pemerintah Provinsi Aceh didominasi oleh Otsus yang mencapai Rp 8,81 Triliun (Grafik 5.6). Grafik Struktur Pendapatan Kab/Kota Aceh 215 Grafik Struktur Pendapatan Provinsi Aceh 215 S T R U K T U R A P B A K A B / K O T A S T R U K T U R A P B A P R O V I N S I 216 Otsus+ Perimbangan PAD Rp3.. Rp25.. Rp2.. Rp15.. Rp1.. Rp5.. Rp- Rp15.. Rp1.. Rp5.. Rp- 216 Otsus+ Perimbangan PAD Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Kinerja pendapatan Pemda Provinsi Aceh pada triwulan I 216 laporan tercatat kenaikan dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Penerimaan pendapatan Pemerintah Provinsi Aceh mencapai Rp 864,2 Milyar atau 7,2% yang pada triwulan I tahun lalu menjadi 96 Milyar atau sebesar 7,22% pada tahun ini. (Tabel 5.1). Tabel Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan Laporan Komponen Pendapatan Realisasi Pendapatan I 215 I 216 Nilai (Rp Juta) % Nilai (Rp Juta) % PAD Rp ,34% Rp ,99% Perimbangan Rp ,81% Rp ,61% Otsus+ Rp ,2% Rp ,99% Total Pendapatan Provinsi Rp ,2% Rp 96. 7,22% Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

75 BAB 5 Perkembangan Keuangan Daerah 5.2 BELANJA DAERAH Belanja Aceh pada tahun 216 sebesar 71% dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota dan 29% dikelola oleh pemerintah Provinsi (Grafik 5.7). Struktur tersebut relatif tidak berubah dalam kurun waktu enam tahun terakhir. Target belanja pemerintah kabupaten/kota Aceh tahun 216 adalah sebesar Rp3,82 triliun, naik 31% dibandingkan dengan tahun 215. Sementara itu, target belanja pemerintah Provinsi Aceh pada tahun 216 awalnya adalah sebesar Rp12,87 Triliun, naik sebesar 1% dibandingkan dengan tahun 215 (Grafik 5.8). Grafik Pangsa Belanja Daerah Aceh Grafik Pertumbuhan Target Belanja Aceh Kota/Kab. Aceh Prov. Aceh Kota/Kab. Aceh Prov. Aceh 8% 6% 4% 2% % 71% 57% 6% 59% 57% 61% 65% 43% 4% 41% 43% 39% 35% 29% % 3% 2% 1% % -1% 32% 31% 17% 18% 19% 24% 12% 13% 14% 4% 1% % 216 Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Struktur total belanja pemerintah Aceh baik provinsi maupun kabupaten/kota selama kurun waktu enam tahun terakhir didominasi oleh belanja pegawai. Namun, belanja modal dalam dua tahun terakhir ini mengalami peningkatan (Grafik 5.9). Pada tahun 216, belanja pegawai dan barang masing-masing mencapai Rp13,37 triliun dan Rp1,3 triliun merupakan dua komponen terbesar dari belanja dengan pangsa masing-masing 35% dan 26% dari total pendapatan Aceh. Sementara itu, belanja modal sudah mengalami peningkatan sehingga memiliki pangsa 26% dari total belanja Aceh (Grafik 5.1). Hal ini mencerminkan pemerintah Aceh sudah mulai concern untuk meningkatkan realisasi belanja pada komponen yang produktif dan memiliki dampak yang berkelanjutan seperti belanja modal. Grafik Perkembangan Struktur Belanja Aceh Grafik Struktur Belanja Aceh 216 Rp35.. Rp3.. Rp25.. Rp2.. Rp15.. Rp1.. Rp5.. Rp- Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bansos Belanja Lainnya Belanja Bansos 13% 1% Belanja Barang 25% Belanja Modal 26% Belanja Pegawai 35% Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Jika dilihat lebih rinci belanja Aceh tahun 216, belanja yang dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota Aceh lebih didominasi oleh belanja pegawai yang mencapai Rp 12,35 Triliun (Grafik 5.11). Sementara itu, belanja yang dikelola oleh pemerintah Provinsi Aceh didominasi belanja barang dan jasa yang mencapai Rp 4,22 Triliun (Grafik 5.12). 73 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV-215

76 BAB 5 Perkembangan Keuangan Daerah Grafik Struktur Belanja Kab/Kota Aceh 215 Grafik Struktur Belanja Provinsi Aceh 215 S T R U K T U R A P B A K A B / K O T A S T R U K T U R A P B A P R O V I N S I 216 Belanja Bansos Belanja Barang Belanja Modal Belanja Pegawai Rp3.. Rp25.. Rp2.. Rp15.. Rp1.. Rp5.. Rp- Rp15.. Rp1.. Rp5.. Rp- 216 Belanja Lainnya Belanja Bansos Belanja Barang Belanja Modal Belanja Pegawai Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Kinerja realisasi belanja Pemerintah Provinsi Aceh pada triwulan I laporan tercatat meningkat dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Persentase realisasi belanja yang dikelola oleh provinsi yang meningkat dari sebesar 2,74% pada triwulan I tahun lalu menjadi 5,77% pada tahun 216. Realisasi belanja modal pada periode laporan sebesar,1%, meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, realisasi belanja barang dan jasa meningkat dari,75% tahun lalu menjadi 1,37%. (Tabel 5.2). Tabel Realisasi Belanja Daerah Triwulan Laporan Komponen Belanja Realisasi Belanja I 215 I 216 Nilai (Rp Juta) % Nilai (Rp Juta) % Belanja Pegawai Rp ,91% Rp ,1% Belanja Modal Rp 14,% Rp 2472,1% Belanja Barang Rp 35.2,75% Rp ,37% Belanja Bansos Rp ,74% Rp -,% Belanja Lainnya Rp - 3,29% Rp ,6% Total Belanja Provinsi Rp ,74% Rp ,77% Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN IV

77

78 BAB 6 Prospek Perekonomian Daerah Perekonomian Aceh pada triwulan II tahun 216 diperkirakan tumbuh meningkat pada kisaran 3,62% - 4,62% (yoy). Dari sisi penawaran, sektor pertanian diperkirakan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan sementara itu sektor pertambangan dan industri pengolahan diperkirakan masih mengalami kontraksi. Dari sisi permintaan, peningkatan konsumsi diperkirakan memberikan andil utama dalam pertumbuhan namun defisit neraca perdagangan daerah Aceh masih menjadi penghambat. Pada triwulan II tahun 216 inflasi Aceh diperkirakan masih berada pada level antara 3,19% - 4,19% (yoy). Tekanan diperkirakan bersumber baik dari inflasi kelompok volatile food PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan I 216 sebesar 3,66% atau berada pada proyeksi pada triwulan sebelumnya yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 2,63% 3,68%. Tabel Perkembangan dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Aceh (yoy,%) I P I II P III P IV P 216 P 2,83 1,65 (,72) 2,68-3,68 3,66 3,62-4,62 3,52-4,52 3,33-4,33 3,41-4,41 Sumber : BPS Provinsi Aceh * ) Angka perkiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh Perekonomian Aceh pada triwulan II 216 diperkirakan akan tumbuh positif antara 3,62% dan 4,62% dan secara keseluruhan tahun 216 diperkirakan mengalami pertumbuhan antara 3,41% dan 4,41%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan perekonomian Aceh tahun 215 yang mengalami kontraksi sebesar,72%. Sumber pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan-ii 216 diperkirakan masih akan berasal dari pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah seiring dengan peningkatan konsumsi menjelang persiapan pilkada serentak 217 serta peningkatan alokasi dana desa. Sementara itu, dari sisi penawaran sektor pertanian, kehutanan dan perikanan diperkirakan masih menjadi sektor yang memacu pertumbuhan ekonomi Aceh di tengah risiko penurunan harga komoditas dunia. Sektor Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Tabel Hasil Proyeksi PDRB Aceh 215 Sisi Permintaan (yoy, %) 216 I II P III P IV P KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I P 3,94% 4,42% 5,26% 4,55% 4,55% Pengeluaran Konsumsi LNPRT 4,96% 6,13% 1,96% 9,1% 5,52% Pengeluaran Konsumsi Pemerintah -1,84% 5,29% 5,9% 3,66% 3,58% Pembentukan Modal Tetap Bruto 8,17% 7,32% 3,17% 2,37% 5,12% Net Ekspor 16,55% 17,62% 11,81% 3,46% 9,5% Total (Median) 3,66% 4,12% 4,2% 3,83% 3,91% Sumber : Proyeksi BI Aceh Dari sisi permintaan, keseimbangan internal dan eksternal yang baru diperkirakan kembali terbentuk seiring dengan permintaan domestik yang masih tetap kuat serta meningkatnya ekspor komoditas non migas. Permintaan domestik yang kuat diperkirakan ditandai dengan peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah

79 BAB 6 Propspek Perekonomian Daerah tangga dan belanja pemerintah yang meningkat. Peningkatan konsumsi rumah tangga dan pemerintah masih mengandalkan APBA Aceh yang diperkirakan akan meningkat pada tahun 216. Oleh karena itu, pertumbuhan pada tahun 216 tergantung dari seberapa besar realisasi APBA di tahun 216. Agenda pilkada serentak di Aceh pada tahun 217 merupakan salah satu faktor yang mendorong peningkatan pertumbuhan komponen konsumsi di tahun 216 karena berdasarkan historisnya, kegiatan kampanye dan persiapan pilkada akan memberikan dampak terhadap peningkatan konsumsi. Dengan kondisi optimis ini pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan pemerintah pada triwulan II-216 masing-masing diperkirakan sebesar 4,42% dan 5,29%. Namun, disisi lain, pilkada serentak ini juga memiliki risiko menghambat pertumbuhan jika konsentrasi pilkada membuat proyek-proyek pemerintah pada tahun 216 menjadi terbengkalai. Alokasi dana desa dari pemerintah pusat kepada Provinsi Aceh yang sebesar Rp3,8 Triliun, atau meningkat sebesar 123,5% dibandingkan tahun sebelumnya diperkirakan dapat memberikan stimulus perekonomian bagi masyarakat Aceh, khususnya di daerah pedesaan apabila serapannya dapat dimaksimalkan. Kinerja neraca perdagangan Aceh tahun 216 diperkirakan masih belum pulih jika dibandingkan dengan era sebelum habisnya ekspor gas Aceh pada triwulan IV 214. Namun demikian, dengan semakin besarnya concern pemerintah pada upaya peningkatan daya saing komoditas unggulan, diharapkan terjadi perbaikan kinerja ekspor sehingga ekspor Aceh diperkirakan akan tumbuh positif hingga 17,62% Ketergantungan Aceh terhadap pasokan barang dari daerah lain masih menjadi faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi Aceh pada tahun 216. Peningkatan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah diperkirakan akan meningkatkan defisit neraca perdagangan aceh sebesar 17,62%. Selain itu, proyek-proyek infrastruktur yang terlaksana pada tahun 216 diperkirakan juga akan meningkatkan impor luar negeri Aceh. Sementara itu, seiring dengan realisasi megaproyek infrastruktur listrik & pengairan serta pengembangan sumber pertumbuhan ekonomi baru, investasi pada tahun 216 diperkirakan akan meningkat. Dana investasi yang masuk terkait beberapa megaproyek yang diselenggarakan di Provinsi Aceh serta pembangunan pabrik semen baru di Kabupaten Pidie pada tahun 216 juga diharapkan dapat mendorong perekonomian Aceh dari sisi permintaan. Investasi masih tetap akan tumbuh positif pada tahun 216 sebesar 7,32%. Program pemerintah untuk meningkatkan daya saing daerah lewat pengembangan kawasan strategis, agropolitan, minapolitan serta kawasan industri; peningkatan realisasi investasi serta pertambahan nilai tambah produk komoditas unggulan yang dikonkritkan melalui sinergi program SKPA pada tahun 216 dapat pemenuhan pasokan bahan pangan dan beberapa komoditas inti yang saat ini masih dipenuhi lewat antar-daerah. Upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi keamanan, serta mempromosikan investasi akan semakin memperkuat peran investasi dalam pertumbuhan. Dari sisi penawaran, sektor utama yang diperkirakan akan menjadi penyangga ekonomi Aceh pada tahun 216 adalah sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor konstruksi. Sektor pertanian diproyeksikan mengalami peningkatan seiring dengan tren membaiknya harga komoditas unggulan seperti sawit, kakao dan kopi. Dengan kondisi tersebut, sektor pertanian diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan yang signifikan sebesar 6,26% dibandingkan pertumbuhan triwulan II-215 sebesar 2,13%. Seiring dengan meningkatnya investasi di Aceh terkait dengan megaproyek nasional, pembangunan kawasan industri dan kawasan khusus serta pembangunan pabrik semen baru, sektor konstruksi diharapkan dapat menyumbang andil pertumbuhan yang cukup tinggi. Pada triwulan II 216 sektor konstruksi diperkirakan tumbuh sebesar 8,89%, jauh lebih tinggi daripada periode yang sama tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar,1%. 74 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216

80 BAB 6 Prospek Perekonomian Daerah Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Aceh masih terhambat sektor pertambangan dan industri pengolahan yang terkontraksi cukup dalam. Penghentian ekspor mineral mentah dan morotarium tambang serta berhentinya produksi gas masih menjadi pemicu utama menurunnya kinerja sektor ini. Berhentinya ekspor batubara di Aceh juga turut menyumbang terkontraksinya sektor pertambangan yang diperkirakan dapat mencapai 7,54% pada triwulan II-216. Dari sisi eksternal, terdapat beberapa risiko yang masih perlu diwaspadai, antara lain: lemahnya pertumbuhan ekonomi global, ketidakpastian ekonomi Tiongkok yang meningkat. Namun demikian ketidakpastian atas peningkatan suku bunga acuan Amerika Serikat (fed fund rate) cenderung mereda dan harga komoditas dunia berada dalam tren peningkatan pada tahun 216. Dengan kondisi tersebut, beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah Aceh untuk dapat menjaga pertumbuhan ekonomi Aceh antara lain: 1. Memberikan stimulus perekonomian berupa percepatan realisasi APBA, tren peningkatan pertumbuhan pengeluaran pemerintah terutama untuk proyek pembangunan harus dipertahankan karena merupakan sumber utama penopang pertumbuhan Aceh. 2. Merumuskan kebijakan untuk menurunkan defisit neraca perdagangan Aceh, diantaranya melalui upaya pembuatan model kerjasama perdagangan antar daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten / kota yang memprioritaskan pemenuhan komoditas strategis dari Aceh sendiri, selain itu percepatan pembangunan pabrik-pabrik pengolahan harus dilakukan agar produk dengan nilai tambah yang terbesar berada di Aceh. 3. Melakukan penguatan daya saing daerah. Tren peningkatan ekspor non migas Aceh saat ini harus dipertahankan dan bahkan ditingkatkan melalui upaya: (i) Peningkatan nilai tambah komoditas pertanian dan perkebunan seperti gabah, kopi, CPO, karet, dan kokoa melalui integrasi dengan industri pengolahan pertanian sebagai sektor unggulan baru Aceh; (ii) Meningkatkan kemudahan dalam berusaha dan berinvestasi di Aceh melalui pembentukan kawasan khusus seperti kawasan industri maupun kawasan ekonomi khusus; (iv) Menumbuhkan sektor perdagangan & akomodasi melalui peningkatan infrastruktur, regulasi maupun tata kelola pariwisata potensial di Aceh; (v) pembentukan forum peningkatan daya saing daerah dan Regional Investment Relation Unit untuk meningkatkan awareness Aceh sebagai daerah berpotensi, baik dan terpercaya. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I

81 BAB 6 Propspek Perekonomian Daerah 6.2. INFLASI PROVINSI ACEH Tabel Perkembangan dan Perkiraan Inflasi Aceh (yoy, %) I II III IV I I P II P III P IV P 5,44 6,24 4,18 1,53 3,55 3,53-4,53 3,19-4,19 3,68-4,68 4,43-5,43 Sumber : BPS Provinsi Aceh * ) Angka perkiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh Laju inflasi Aceh pada triwulan laporan yaitu 3,55%, berada pada range proyeksi KPw BI Provinsi Aceh maupun sasaran inflasi nasional sebesar 4±1%. Namun demikian, secara keseluruhan inflasi Aceh pada tahun 216 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 215 dengan kisaran 4,43% - 5,43% (yoy). Faktor utama penyebab peningkatan inflasi Aceh pada tahun 216 adalah kebijakan pemerintah dalam penghapusan subsidi tarif listrik secara bertahap, peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat serta risiko cuaca buruk pada akhir tahun. Pada triwulan II-216, inflasi Aceh diperkirakan berada pada kisaran 3,19% - 4,19% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi Aceh pada triwulan II-215 sebesar 6,24%. Penyesuaian harga BBM pada bulan April 216 terkait perkembangan harga minyak dunia yang cenderung menurun berpotensi untuk mengurangi tekanan inflasi. Namun demikian, terdapat sejumlah faktor risiko yang dapat meningkatkan tekanan inflasi pada triwulan II-216, yakni: i) Perayaan Meugang & Ramadhan ii) Dampak kebijakan penyesuaian harga berbagai komoditas dalam kelompok administered prices khususnya UMR, Cukai Rokok, LPG dan tarif tenaga listrik iii) tren kenaikan harga komoditas dunia, terutama emas sejak bulan Januari 216. Koordinasi intensif antara BI dan pemerintah dalam Tim pengendalian inflasi Daerah (TPID) Aceh diperlukan untuk menjaga laju inflasi sehingga inflasi Aceh pada akhir tahun 216 agar berada dalam kisaran target yaitu 4±1%. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga laju inflasi antara lain: 1. Prioritas pengalokasian APBN dan APBD dalam memperbaiki konektivitas perhubungan dan energi untuk mendukung kelancaran distribusi barang dan mendukung peningkatan ketersediaan pasokan. 2. Menggalakkan program peningkatan produktivitas tanaman pangan dalam rangka meningkatkan ketersediaan pasokan dengan mensinergikan seluruh SKPA terkait dengan pembiayaan yang memadai. 3. Mendorong upaya pengembangan infrastruktur dan antisipasi kerusakan infrastruktur khususnya infrastruktur yang mendukung produksi bahan pangan dan terkait transportasi untuk menjamin kelancaran pasokan barang. 4. Melakukan diseminasi dan komunikasi terkait inflasi untuk menjaga ekspektasi harga di masyarakat. 5. Meningkatkan kelancaran distribusi barang ke masyarakat melalui pasar atau optimalisasi pasar induk. 6. Melakukan upaya untuk meningkatkan kecukupan pangan melalui upaya pemanfaatan bibit unggul, serta aplikasi metode dan teknologi tepat guna. 7. Mendorong peningkatan stok untuk menjaga ekspektasi pasar, salah satunya melalui optimalisasi program Sistem Resi Gudang (SRG) dan pemanfaatan cold storage. 8. Melaksanakan kerjasama perdagangan antar provinsi/kabupaten/kota terkait pemenuhan stok komoditas strategis di Aceh secara tepat waktu dan tepat guna. 76 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN I-216

82

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan II 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH NOVEMBER 216 (Kajian Triwulan III-216) VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 2013 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI Menjalankan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR i Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah

Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI Menjalankan kebijakan BI dalam menjaga stabilitas nilai rupiah,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN

Lebih terperinci

VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 2014 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Triwulan I-2015 Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti Ekspektasi Inflasi...

Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti Ekspektasi Inflasi... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1%

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% SURVEI PERBANKAN Y jg brg dia TRIWULAN I-2015 PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Mei 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

... V... VII... XIII... XIII... XIII... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku... 5 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 7 1.3. PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental. NOVEMBER 2017 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... xi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xiii Ringkasan Eksekutif... xvii Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA MEI 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Februari 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Utara Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN II 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci