KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi. Triwulan III

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi. Triwulan III"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III

2 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI Telp : Fax : Webiste :

3 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil. Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU. Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust and Integrity, Profesionalism, Excellence, Public Interest, Coordination and Teamwork. Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjadi kantor perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.

4 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

5

6 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

7

8

9

10

11

12

13 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH a. Inflasi dan PDRB INDIKATOR TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I TRW.II TRW.III MAKRO Indeks Harga Konsumen Kota Jambi Indeks Harga Konsumen Kota Bungo 4) Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Bungo 4) PDRB - Harga Konstan (Juta Rp) 1) 20,373,533 4,867,497 5,010,243 5,174,524 5,321,268 21,979,277 5,274,525 5,433,021 5,581,630 5,690,102 5,738,119 5,839,423 5,951,678 - Pertanian 6,004,284 1,451,187 1,491,500 1,518,732 1,542,865 6,449,193 1,561,623 1,600,976 1,637,790 1,648,803 1,672,750 1,691,158 1,707,651 - Pertambangan dan Penggalian 2,713, , , , ,265 2,755, , , , , , , ,954 - Industri Pengolahan 2,532, , , , ,663 2,677, , , , , , , ,415 - Listrik, Gas, dan Air Bersih 172,609 41,538 42,222 43,115 45, ,614 46,271 46,979 47,410 47,953 49,208 50,584 51,508 - Bangunan 1,031, , , , ,423 1,245, , , , , , , ,265 - Perdagangan Hotel dan Restoran 3,673, , , , ,236 4,123, ,292 1,008,494 1,043,019 1,092,864 1,121,586 1,150,034 1,184,731 - Pengangkutan dan Komunikasi 1,473, , , , ,400 1,598, , , , , , , ,293 - Keuangan, Persewaan dan Jasa 1,172, , , , ,502 1,265, , , , , , , ,366 - Jasa 1,598, , , , ,179 1,675, , , , , , , ,495 Nilai Ekspor Non Migas ( ribu USD) 2) 1,290, , , , , , , , , , , , ,954 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 5,313,927 1,507,099 1,561, ,828 1,372,439 3,119, ,244 1,161,680 1,144, , ,882 1,107,025 1,256,436 Nilai Impor Nonmigas (ribu USD ) 3) 107,610 34,070 16,962 26,040 30, ,978 16,689 39,052 82, ,056 71,736 53,767 38,560 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 107,841 10,440 33,658 24,426 39, ,793 41,980 32,722 48,091 47,459 26,274 31,946 33,758 Catatan 1) Angka sementara berdasarkan tahun dasar ) Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang berdasarkan SITC 2 digit yang berlaku. 3) Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2 digit 4) Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo vii

14 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH b. Perbankan INDIKATOR TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 Tw.I-1 Tw.II-12 Tw.III-12 Tw.IV-12 Tw.I-13 Tw.II-13 Tw.III-13 Tw.IV-13 Tw.I-14 Tw.II-14 Tw.III-14 PERBANKAN A. Bank Umum : Total Aset (Rp Juta) 23,052,408 23,780,624 24,163,959 24,475,084 26,618,428 27,833,632 28,538,630 28,676,080 29,691,060 34,853,104 34,345,898 DPK(Rp Juta) 17,255,120 17,611,536 17,917,502 17,945,194 18,376,298 19,154,658 19,520,974 19,415,015 20,069,436 22,307,397 22,527,139 - Tabungan 8,754,559 9,207,801 9,141,330 10,132,421 9,492,101 9,646,142 10,070,264 3,343,467 3,179,483 4,051,589 3,707,342 - Giro 3,866,278 3,373,061 3,687,655 3,762,667 3,753,003 4,120,387 3,744,864 11,429,775 10,703,386 10,969,816 11,290,961 - Deposito 4,634,284 5,030,674 5,088,518 4,050,106 5,131,194 5,388,129 5,705,847 4,641,773 6,186,567 7,285,993 7,528,836 Kredit (Rp Juta) - berdasarkan 21,339,606 23,116,929 23,608,285 25,707,902 26,471,507 28,211,297 29,925,232 26,955,932 31,946,454 32,458,037 33,257,510 - Modal Kerja 8,956,344 9,761,212 9,281,782 9,935,402 10,115,811 9,822,930 10,124,382 8,103,793 10,158,229 10,671,200 11,084,121 - Konsumsi 3,671,188 4,211,014 9,574,000 10,289,952 10,543,228 11,256,968 11,816,000 8,410,345 9,527,809 9,164,037 9,187,047 - Investasi 8,712,074 9,144,703 4,752,503 5,482,548 5,812,468 7,131,399 7,984,850 10,441,794 12,260,417 12,622,800 12,986,343 - Dana 16,867,872 17,236,728 17,075,570 17,799,606 18,732,803 19,527,917 19,916,444 19,898,809 20,473,410 22,719,313 22,958,027 - LDR Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang 15,710,619 16,843,087 17,951,066 19,287,676 20,162,558 22,223,927 23,138,260 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,372,389 - Modal Kerja 6,483,171 7,075,722 6,914,923 7,326,502 7,484,277 7,365,449 7,453,703 7,548,969 7,558,597 8,035,392 8,187,856 - Konsumsi 6,534,233 6,921,191 7,784,459 8,237,555 8,644,788 9,376,743 9,931,771 10,207,932 5,959,299 10,762,104 6,134,277 - Investasi 2,693,215 2,846,175 3,251,684 3,723,619 4,033,494 5,481,736 5,752,786 5,864,182 10,409,402 6,071,136 11,050,256 - LDR (%) NPL Gross nominal 274, , , , , , , , , , ,912 - NPL Gross % Kredit MKM (Rp Juta) Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp 3,058,451 3,118,341 3,439,722 3,388,031 3,389,186 3,729,806 3,537,483 3,302,277 3,289,142 3,368,912 3,306,533 - Kredit Modal Kerja 1,171,534 1,266,632 1,464,483 1,464,794 1,498,112 1,313,147 1,309,646 1,260,845 1,317,572 1,415,511 1,376,943 - Kredit Investasi 203, , , , , , , , , , ,627 - Kredit Konsumsi 1,683,825 1,625,270 1,729,163 1,657,528 1,608,652 1,793,316 1,618,930 1,443,804 1,353,104 1,314,602 1,292,963 Kredit Kecil (Rp 50 < x Rp500 7,245,244 8,169,666 8,582,895 9,193,184 9,738,670 10,428,595 11,175,062 11,642,097 11,946,461 12,445,976 12,807,687 - Kredit Modal Kerja 2,100,859 2,324,547 2,014,978 2,084,917 2,147,246 1,827,369 1,887,664 1,914,038 1,895,776 1,949,111 2,015,340 - Kredit Investasi 824, ,979 1,028,456 1,117,634 1,203,160 1,714,598 1,782,084 1,829,234 1,853,755 1,912,349 1,925,125 - Kredit Konsumsi 4,319,640 4,892,140 5,539,461 5,990,633 6,388,264 6,886,628 7,505,314 7,898,825 8,196,931 8,584,516 8,867,222 Kredit Menengah (Rp500 juta < x Rp5 miliar) ((Rp Juta) 3,153,428 3,252,103 3,368,116 2,588,797 3,874,659 4,259,169 4,451,803 4,563,050 4,488,941 4,669,116 4,743,308 - Kredit Modal Kerja 2,047,667 2,237,132 2,235,693 1,655,435 2,515,038 2,762,995 2,810,877 2,853,406 2,808,005 3,038,812 3,096,118 - Kredit Investasi 584, , , , , , , , , , ,236 - Kredit Konsumsi 520, , , , , , , , , , ,954 Total Kredit MKM (Rp Juta) 13,457,123 14,540,110 15,390,733 15,170,012 17,002,515 18,417,570 19,164,348 19,507,424 19,724,544 20,484,004 20,857,528 NPL MKM gross (%) NPL MKM Gross Nominal 236, , , , , , , , , , ,782 B. BPR : *) Total Aset (Rp Juta) 460, , , , , , , , , , ,748 DPK (Rp Juta) 349, , , , , , , , , , ,872 - Tabungan (Rp Juta) 63,909 69,101 71,206 80,701 80,242 76,783 81,355 86,236 82,543 83,869 84,072 - Deposito (Rp Juta) 285, , , , , , , , , , ,800 Kredit (Rp Juta) 337, , , , , , , , , , ,557 - Modal Kerja 87, , , , , , , , , , ,183 - Investasi 73,586 87,528 98,433 95, , , ,650 94, , , ,637 - Konsumsi 176, , , , , , , , , , ,737 Kredit UMKM (Rp Juta) 160, , , , , , , , , , ,608 Rasio NPL Gross (%) NPL Gross (Nominal) 14,246 15,131 16,822 13,762 22,726 27,743 33,804 34,367 43,534 54,692 59,612 - PPAP 7,257 8,131 8,582 8,560 7,927 11,272 13,653 14,278 18,579 25,627 28,679 Rasio NPL Net (%) LDR (%) viii

15 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH c. Sistem Pembayaran Uraian Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Kliring Nilai Kliring (juta Rp) 2,380,495 2,548,121 2,519,686 2,800,410 2,577,906 2,714,032 2,519,833 2,707,328 2,534,343 Volume Kliring (lembar warkat) 62,775 70,972 72,639 76,559 71,104 70,456 68,552 74,520 70,240 Cek dan BG Kosong Lembar 1,150 1,134 1,463 1,811 1,837 1,635 1,472 1,974 1,847 Nominal (juta Rp) 40,025 35,192 83,121 64,290 56,120 63,174 56,789 83,457 71,186 RTGS RTGS dari Jambi (miliar Rp) 15,677 18,270 15,535 19,666 20,189 22,181 19,684 26,992 38,703 RTGS ke Jambi (miliar Rp) 29,104 29,431 22,244 22,658 26,876 33,327 22,514 40,455 53,698 RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) 3,350 4,702 4,032 4,695 7,422 6,521 5,072 11,033 12,937 Transaksi Tunai Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 805, , ,548 1,031,722 1,453, , , ,622 1,948,349 Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 1,387,811 1,565,493 1,034,718 1,682,989 2,605,130 2,836,373 1,734,894 1,861,714 2,788,527 Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (581,824) (1,171,808) (188,170) (651,267) (1,151,935) (2,025,444) (854,501) (885,091) (840,178) ix

16 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

17 1

18 2

19

20

21

22 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

23 BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL A. Umum Perekonomian Jambi pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,63% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 5,01% (yoy), namun melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (7,06% (yoy)). Secara triwulanan, perekonomian Jambi pada triwulan III-2014 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dari 1,52% (qtq) menjadi 2,32% (qtq) (Grafik 1.1. dan 1.2.). Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (yoy) Q1-12 Q2-12 Q3-12 Q1V-12 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 % Output Jambi (Rp Triliun) Pertumbuhan Indonesia (yoy) Pertumbuhan Jambi (yoy) Sumber: BPS (diolah) Grafik 1.2. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (qtq) Rp triliun (0.22) (0.88) Q I-12 Q II-12 Q III-12 Q IV-12 Q I-13 Q II-13 Q III-13 Q IV-13 Q I-14 Q II-14 Q III-14 Nominal (aksis kiri) Pertumbuhan Jambi (aksis kanan) Pertumbuhan Nasional (qtq) Sumber: BPS (diolah) Dari sisi penggunaan, peningkatan perekonomian Provinsi Jambi utamanya disebabkan oleh meningkatnya ekspor sebesar 7,56% (qtq) dan pengeluaran % (1.0) (2.0) 7

24 EKONOMIMAKRO REGIONAL konsumsi pemerintah sebesar 5,07% (qtq). Sementara itu, perubahan stok mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar -6,99% (qtq). (Tabel 1.1.). Dari sisi lapangan usaha, masih tingginya pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian, pengangkutan dan komunikasi, serta perdagangan, hotel, dan restoran masing-masing sebesar 8,48% (qtq), 4,69% (qtq) dan 3,02% (qtq), menjadi pendorong pertumbuhan perekonomian Jambi (Tabel 1.1.). Namun demikian, sektor industri pengolahan yang tumbuh negatif sebesar -0,87% (qtq) menyebabkan tingkat pertumbuhan Jambi pada triwulan laporan menjadi relatif terbatas. 8 Perekonomian Jambi pada triwulan laporan menghasilkan output Rp25,12 triliun atau 0,96% dari perekonomian Indonesia (Rp2.619,9 triliun). Struktur perekonomian Jambi pada triwulan III-2014 menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 43,87%, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 38,65% dan sektor sekunder sebesar 17,48%. JENIS PENGELUARAN Triwulan III I II III IV I II QTQ (%) Andil Konsumsi Rumah Tangga & LNRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (7.15) (19.48) Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (4.83) Perubahan Stok (5.69) (6.99) (0.26) Ekspor Impor PDRB B.PDRB Sisi Lapangan Usaha Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) LAPANGAN USAHA Triwulan III I II III IV I II QTQ (%) Andil Pertanian Pertambangan dan Penggalian (12.76) (4.69) (1.70) Industri Pengolahan (1.23) 2.48 (1.14) (0.87) (0.11) Listrik, Air dan Gas Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi (0.56) (0.04) Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan (0.26) (1.85) Jasa-Jasa PDRB (0.88) Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah) (0.88) Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi tahunan Jambi di triwulan laporan sejalan dengan tingginya pertumbuhan pada sektor KAJIANEKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III

25 EKONOMIMAKRO REGIONAL perdagangan, hotel dan restoran 13,59% (yoy) dan sektor bangunan 9,89% (yoy) meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Tingginya pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran tersebut utamanya terjadi pada sub sektor perdagangan besar dan eceran yang didorong antara lain oleh: peningkatan aktivitas perdagangan sehubungan dengan momen Ramadhan dan Idul Fitri 1435 H, masa liburan sekolah, serta adanya pencairan gaji ketiga belas bagi PNS, TNI, dan POLRI, serta Tunjangan Hari Raya (THR) bagi pegawai yang mampu meningkatkan daya beli masyarakat. Sementara itu, pertumbuhan pada sektor bangunan yang cukup signifikan utamanya disebabkan oleh kegiatan proyek pemerintah dan swasta. Beberapa realisasi proyek pemerintah pada triwulan III-2014 ini antara lain: pembangunan dan peningkatan jalan, pembangunan dan perbaikan jembatan, proyek lanjutan pembangunan terminal baru Bandara Sultan Thaha Jambi, proyek jembatan pedestrian dan Menara Gentala Arasy, serta beberapa proyek pemerintah lainnya. Sedangkan realisasi proyek swasta pada triwulan laporan antara lain: peningkatan investasi properti, seperti pengembangan perumahan, pusat bisnis, dan perhotelan serta pengembangan sarana hiburan dan rekreasi. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan laporan sedikit tertahan oleh turunnya sektor keuangan, persewaan, dan jasa-jasa perusahaan sebesar 0,54% (yoy) yang dikonfirmasi dengan melambatnya kinerja sektor perbankan dan keuangan, dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 1,5% (yoy). Tabel 1.2. Andil PDRB Sisi Lapangan Usaha terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (yoy) LAPANGAN USAHA Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan Jasa-Jasa PDRB Sumber: BPS (diolah) Triwulan III I II III IV I II Growth Andil (0.16) (0.54) (0.03) TRIWULAN III-2014 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 9

26 EKONOMIMAKRO REGIONAL Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp25,12 triliun, dan secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian sebesar 29,24%, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 18,70% serta sektor pertambangan dan penggalian sebesar 14,63%. Dengan demikian, struktur ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.3). Grafik 1.3. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan III Tahun 2014 Pengangkutan dan Komunikasi, 6.48 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, 4.94 Jasa-jasa, 8.54 Pertanian, Perdagangan, Hotel dan restauran, Bangunan, 5.88 Listrik, gas & air, 1.00 Industri Pengolahan, Pertambangan dan Penggalian, Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Produksi sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan mengalami perlambatan dengan tumbuh 4,27% (yoy) atau 0,97% (qtq), menurun jika dibandingkan pertumbuhan triwulan lalu (5,64% (yoy) atau 1,07% (qtq)). Perlambatan sektor pertanian tersebut utamanya disebabkan oleh turunnya produksi tanaman bahan makanan dan perkebunan. Cuaca yang tidak kondusif selama triwulan laporan menjadi faktor yang mempengaruhi peningkatan kuantitas dan kualitas hasil produksi tanaman bahan makanan dan perkebunan. Selain dipengaruhi faktor cuaca, perlambatan produksi tanaman perkebunan juga dipengaruhi oleh tren menurunnya harga internasional serta menurunnya permintaan global terhadap komoditas perkebunan utama Provinsi Jambi (sawit dan karet). Perlambatan produksi tanaman bahan makanan yang terjadi di Provinsi Jambi tersebut terkonfirmasi dalam ARAM (angka ramalan) II BPS yang menyatakan bahwa pada tahun 2014, produksi padi Jambi secara total diperkirakan akan turun sebesar 2,58% dibandingkan tahun 2013 sejalan dengan 10 KAJIANEKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III

27 EKONOMIMAKRO REGIONAL menurunnya luas panen dari ha pada tahun 2013 menjadi ha pada tahun 2014 (grafik 1.4.). (ha) 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0 Grafik 1.4. Produksi Padi (ARAM II) Jan - Apr Mei - Agt Sep - Des (ha) 6,000 5,000 4,000 3,000 Grafik 1.5. Produksi Jagung (ARAM II) (ha) 4,000 3,000 2,000 Grafik 1.6. Produksi Kedelai (ARAM II) 2,000 1,000 1,000 0 Jan - Apr Mei - Agt Sep - Des 0 Jan - Apr Mei - Agt Sep - Des Penurunan produksi tersebut disertai juga dengan penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) yang pada triwulan III-2014 tercatat sebesar 97,19 atau sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 97,42 (khusus tanaman padi palawija penurunan NTP karena indeks dibayar naik lebih tinggi dibandingkan indeks diterima). Selain NTP yang menurun 3, ketergantungan petani hanya pada satu sumber pendapatan saja, juga menjadi faktor risiko yang perlu diperhatikan karena penurunan harga komoditas yang disertai dengan penurunan tingkat produksi akan berdampak pada penurunan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan kepada petani untuk memulai menjalankan program pertanian terpadu. 3 Untuk tanaman perkebunan rakyat, nilai NTP yang rendah karena indeks diterima turun akibat turunnya harga komoditas TRIWULAN III-2014 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 11

28 EKONOMIMAKRO REGIONAL 115 Grafik 1.7. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi indeks terima indeks bayar NTP Penghitungan NTP menggunakan tahun dasar baru 2012=100 Sumber: BPS (diolah) Sejalan dengan sub sektor tanaman bahan makanan, pertumbuhan sub sektor perkebunan Provinsi Jambi pada triwulan laporan juga mengalami perlambatan karena turunnya produktivitas tanaman perkebunan karena faktor cuaca yang tidak kondusif (kemarau dan kabut asap). Selain itu, masih berlanjutnya tren penurunan harga jual komoditas perkebunan terutama sawit dan karet turut memberikan kontribusi perlambatan sub sektor perkebunan. Harga kelapa sawit di Jambi pada triwulan laporan tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Harga rata-rata TBS usia 10 tahun pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1.678,91/kg, turun 12,56% (qtq) dari harga triwulan lalu. Sementara itu harga CPO di Jambi sebesar Rp7.577,39/kg atau turun 9,33% (qtq). Sejalan dengan hal tersebut, harga rata-rata CPO di tingkat internasional juga turun 12,52% (qtq) dari USD 5.795,46/metric ton pada Triwulan II-2014 menjadi USD 4.248,66/metric ton. Relatif turunnya harga kelapa sawit di Jambi disebabkan oleh beberapa hal: 1.) turunnya permintaan negara importir sawit sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi, serta 2.) melimpahnya stok minyak nabati lain (soybeen, rapeseed, dan bunga matahari). Grafik 1.8. Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi Harga (Rp) 10,000 8,000 6,000 4,000 2, CPO INTI TBS 10 TAHUN CPO Int'l Sumber: Disbun Provinsi Jambi dan Bloomberg 12 KAJIANEKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III

29 EKONOMIMAKRO REGIONAL Grafik 1.9. Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi Rp/Kg 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - Harga Bokar (Rp/kg) Harga Karet Internasional (USD cent/kg) USD cent/kg Sumber: Disperindag Provinsi Jambi dan Bloomberg Sejalan dengan harga kelapa sawit, harga bokar di Jambi juga mengalami penurunan dari rata-rata Rp17.299/kg menjadi Rp16.092/kg (turun 6,98% (qtq)). Penurunan harga bokar tersebut mengikuti tren penurunan harga karet di tingkat internasional sebesar 4,67% (qtq) dari USD 231,51/cent per kg menjadi USD 220,69/cent per kg. Apabila dibandingkan dengan harga tahun 2013, harga bokar di Jambi turun lebih dalam mencapai 22,88% (yoy). Tren menurunnya harga karet internasional dan masih lemahnya permintaan global serta isu tingginya persediaan stok karet di negara konsumen, utamanya Cina/Tiongkok, menjadi salah satu faktor penyebab turunnya harga bokar tersebut. Sementara itu, di tengah melambatnya kinerja perkebunan kelapa sawit dan karet, kinerja tanaman pinang justru menunjukkan kinerja positif seiring dengan meningkatnya permintaan global dan tren harga yang semakin tinggi. Terjadinya banjir bandang pada daerah penghasil pinang di India menyebabkan permintaan pinang dari Indonesia mengalami peningkatan. Selain itu, penggunaan teknologi tepat guna rumah pengering pinang 4 mampu meningkatkan harga jual pinang sehingga memberikan insentif bagi petani pinang. 4 Sejak tahun 2013, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) memberikan bantuan rumah pengering pinang kepada kelompok tani di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. TRIWULAN III-2014 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 13

30 EKONOMIMAKRO REGIONAL 2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor perdagangan, hotel dan restoran menyumbangkan output perekonomian sebesar Rp4,70 triliun (pangsa 18,70%). Pertumbuhan sektor ini mencapai 13,59% (yoy), dengan andil pertumbuhan 2,54% yang utamanya didukung oleh tingginya perkembangan sub sektor perdagangan besar dan eceran di Jambi. Peningkatan aktivitas perdagangan sehubungan dengan momen Ramadhan dan Idul Fitri 1435 H, masa liburan sekolah, serta adanya pencairan gaji ketiga belas bagi PNS, TNI, dan POLRI, serta Tunjangan Hari Raya (THR) bagi pegawai yang mampu meningkatkan daya beli masyarakat mampu mendorong tumbuhnya sub sektor perdagangan tersebut. Namun demikian, melambatnya pertumbuhan sub sektor perhotelan sedikit menahan laju pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Momen bulan Ramadhan dan Idul Fitri berdampak pada menurunnya aktivitas Meeting Incentive Converence Exhibition (MICE) di Provinsi Jambi yang menyebabkan penurunan tingkat hunian hotel. Rata-rata tingkat hunian hotel di triwulan laporan sebesar 45,74%, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu (47,88%), serta triwulan yang sama tahun lalu (51,26%). Jumlah tamu menginap pada triwulan laporan juga turun signifikan sebesar 4,61% (yoy) atau 27,32% (qtq) menjadi orang. Jumlah tamu menginap terendah terjadi pada bulan Juli bersamaan dengan momen Bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1435 H yang hanya mencapai orang (27,69% dari total tamu menginap pada triwulan III-2014). 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10, Sektor Pertambangan dan Penggalian Grafik Tingkat Hunian Hotel 57,930 58,288 55,338 50,821 47,293 Sektor pertambangan dan penggalian menyumbangkan nilai tambah sebesar Rp3,68 triliun (pangsa 14,63%), merupakan sektor ketiga terbesar di Jambi. Produksi pertambangan dan penggalian selama triwulan laporan mampu tumbuh sebesar 2,37% (yoy) atau 8,48% (qtq), yang utamanya didorong oleh 0 72,902 66,748 65,742 62,409 81,909 59,533 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Jumlah Tamu Menginap Sumber : BPS (diolah) T. Hunian Hotel (RHS) KAJIANEKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III

31 EKONOMIMAKRO REGIONAL meningkatnya produksi migas. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bea Cukai dan BPS, diperoleh informasi bahwa pada triwulan laporan terjadi peningkatan lifting minyak bumi yang berasal dari sumur-sumur di wilayah Provinsi Jambi. Namun demikian, peningkatan produksi migas tersebut tidak seluruhnya tercatat pada dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang Jambi karena proses ekspornya dilakukan melalui Pelabuhan di luar Provinsi Jambi. Sementara itu, kinerja sub sektor pertambangan non migas di Provinsi Jambi pada triwulan laporan cenderung mengalami perlambatan yang utamanya disebabkan oleh turunnya produksi batubara karena pengaruh melemahnya harga internasional. Selain itu, implementasi Undang-Undang Minerba serta adanya Perda yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai turut menjadi penyebab turunnya produksi. 4. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan yang menyumbang output terhadap perekonomian Jambi sebesar Rp2,66 triliun (10,60%), meningkat sebesar 7,88% (yoy), dengan andil pertumbuhan 0,94%. Namun demikian, secara triwulanan, sektor industri pengolahan mengalami penurunan sebesar 0,87% (qtq). Peningkatan kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan laporan utamanya didorong oleh peningkatan pada sub sektor industri pengolahan pengolahan migas dan industri kertas (pulp and paper) yang masing-masing tumbuh sebesar 3,99% (qtq) dan 0,18% (qtq). Namun demikian pertumbuhan sektor industri pengolahan sedikit tertahan oleh menurunnya kinerja sub sektor industri karet dan CPO yang utamanya disebabkan oleh turunnya permintaan global sejalan dengan perlambatan ekonomi negara mitra dagang serta masih berlanjutnya tren penurunan harga internasional komoditas sawit dan karet. Hal tersebut terkonfirmasi oleh data indeks produksi dari BPS yang menyatakan bahwa industri karet mengalami penurunan yang cukup signifikan mencapai 10,50% (qtq) dengan laju pertumbuhan tahunan sebesar 0,45% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, industri CPO juga mengalami penurunan sebesar 1,50%(qtq) dengan laju pertumbuhan tahunan 9,31% (yoy). TRIWULAN III-2014 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 15

32 EKONOMIMAKRO REGIONAL 120,000 60,000 40,000 20,000 Grafik Perkembangan Produksi Karet Jambi 0 Volume Produksi Bokar (Ton) Sumber: Gapkindo Cabang Jambi dibandingkan triwulan III Pertumbuhan (%qtq) 100,000 94,647 88,713 92,488 91,329 93,439 85,867 87,584 81,805 68,679 74,585 77,418 75,165 80,000 75,504 76,065 74,563 Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw III Berdasarkan data Gapkindo (Gabungan Pengusaha Karet Indonesia) cabang Jambi, produksi karet dalam triwulan III 2014 mencapai ton, turun 6,27% (qtq) dibandingkan triwulan lalu dan 5,3% (yoy) Tabel 1.3. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Pertumbuhan Jenis Industri q-to-q y-on-y Trw III-13 Trw IV-13 Trw I-14 Trw II-14 Trw III-14 Trw III-13 Trw IV-13 Trw I-14 Trw II-14 Trw III-14 Industri Makanan Industri Minuman Industri Karet dan Barang dari Karet dan Barang dari Plastik I B S Sumber: BPS Provinsi Jambi 5. Sektor-sektor Lain Sektor listrik, gas, dan air bersih (LGA) tumbuh sebesar 8,64%(yoy) dengan sumbangan pertumbuhan 0,07%, lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan triwulan sebelumnya (7,25% (yoy)). Secara triwulanan, sektor LGA juga tumbuh sebesar 2,23% (qtq), sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (2,39% (qtq)). Meningkatnya sub sektor listrik dimaksud tercermin dari meningkatnya jumlah konsumsi listrik serta jumlah pelanggan di Jambi masing-masing sebesar 6,40% (yoy) atau 1,90% (qtq) dan 4,94% (yoy) atau 1,37% (qtq). Jumlah konsumsi listrik di Jambi selama triwulan laporan mencapai 264,72 MWH dengan jumlah pelanggan mencapai rekening. Berdasarkan penggunanya, mayoritas pelanggan PLN di Jambi adalah kelompok rumah tangga yang mencapai rekening (91,31%) dengan konsumsi daya listrik mencapai 163,99 MWH (61,95%). 5 Terdapat 11 (sebelas) perusahaan pengolah crumb rubber yang tergabung dalam Gapkindo 16 KAJIANEKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III

33 KWH (dalam juta) ribu pelanggan EKONOMIMAKRO REGIONAL Grafik 1.12 Perkembangan Total Pemakaian Listrik I II III IV I II III IV I II III Sumber: PLN Cabang Jambi (diolah) I II III IV I II III IV I II III Sumber: PLN Cabang Jambi (diolah) Grafik 1.13 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Namun demikian, pertumbuhan sektor LGA sedikit tertahan penurunan dengan pemakaian air bersih yang dicatat oleh PDAM Tirta Mayang. Pada triwulan laporan pemakaian air bersih menunjukkan penurunan (2,52% (yoy)) atau 1,33% (qtq). Rata-rata konsumsi air bersih bulanan melalui PDAM Kota Jambi pada triwulan laporan sebesar 832,69ribu M 3, lebih rendah dari triwulan lalu (843,94 ribu M 3 ). Secara tahunan, pemakaian air bersih juga mengalami penurunan 2,52% (yoy). ribu M Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 7,19% (yoy) dengan andil pertumbuhan 0,53%, meningkat dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (6,85% yoy). Pertumbuhan tersebut utamanya disebabkan oleh pertumbuhan sektor angkutan sejalan dengan momen tahunan liburan sekolah, ramadhan, dan Idul Fitri 1435 H. Grafik Perkembangan Indeks Air Bersih Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2 Trw Total Konsumsi Air (LHS) Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi, 2014 Pertumbuhan (RHS) (1) (3) TRIWULAN III-2014 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 17

34 EKONOMIMAKRO REGIONAL Grafik Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang ribu orang I II III IV I II III IV I II III Kedatangan Penumpang Keberangkatan Penumpang Sumber: PT Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi ton Grafik Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang I II III IV I II III IV I II III Jumlah Bongkar Jumlah Muat Sumber: PT.Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi Jumlah penumpang, baik yang datang maupun berangkat dari Bandara Sultan Thaha Jambi, menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Momen liburan sekolah, bulan Ramadhan, serta Idul fitri 1435 H menjadi faktor utama peningkatan jumlah penumpang tersebut. Jumlah penumpang (total berangkat dan datang) di bandara Sultan Thaha Jambi sebanyak orang, meningkat 2,23% (yoy) dari tahun lalu. Secara umum, jumlah penumpang yang meninggalkan Jambi sedikit lebih tinggi dibandingkan yang datang ke Jambi. Namun demikian, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan laporan sedikit tertahan dengan menurunnya pertumbuhan sub sektor angkutan laut. Pada triwulan III 2014, jumlah kunjungan kapal turun sebesar 16,00% (yoy) atau 12,11% (qtq) menjadi unit. Sejalan dengan hal tersebut, jumlah arus barang 6 dan arus peti kemas 7 juga mengalami penurunan sebesar 5,11% (yoy) menjadi sebesar dan 2,91% (yoy) menjadi seiring dengan penurunan ekspor non migas dari pelabuhan Jambi. unit 2,000 1, persen(%) 150 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II III Unit Pertumbuhan (yoy) Sumber: Pelindo II Cabang Jambi Grafik 1.17 Perkembangan Jumlah Kunjungan Kapal 100 ton 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II III Jumlah Total Arus Barang Pertumbuhan (yoy) Sumber: Pelindo II Cabang Jambi Grafik 1.18 Perkembangan Total Arus Barang persen(%) Total arus barang yang dimaksud terdiri dari impor, ekspor, bongkar dan muat KAJIANEKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III

35 EKONOMIMAKRO REGIONAL Sektor jasa-jasa pada triwulan laporan tumbuh 6,19% (yoy), sedikit lebih rendah daripada pertumbuhan triwulan sebelumnya (6,47% (yoy)). Sementara itu, sektor keuangan, persewaan, dan jasa-jasa perusahaan mengalami penurunan sebesar 0,54% (yoy) yang dikonfirmasi dengan melambatnya kinerja sektor perbankan dan keuangan, dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 1,5% (yoy). C. PDRB Sisi Penggunaan Ditinjau dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi tahunan Provinsi Jambi utamanya didorong oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga dan LNRT serta konsumsi pemerintah masing-masing sebesar 4,60% (yoy) dan 9,50% (yoy) dengan andil pertumbuhan sebesar 3% dan 1,63%. Namun melambatnya pertumbuhan konsumsi menyebabkan pertumbuhan ekonomi Jambi relatif terbatas. Berdasarkan strukturnya, 55,33% perekonomian Jambi ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan LNRT, diikuti dengan investasi fisik 17,11% dan konsumsi pemerintah 16,65%. Pangsa struktur tersebut cenderung mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Pada tahun 2013, pangsa konsumsi rumah tangga, investasi fisik dan konsumsi pemerintah masing-masing sebesar 55,81%, 18,51%, dan 16,82%. Tabel 1.4. Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan terhadap Pertumbuhan (yoy) 8 JENIS PENGELUARAN Konsumsi Rumah Tangga & LNRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Perubahan Stok Ekspor Impor PDRB Triwulan III I II III IV I II Growth Andil (0.49) (1.15) (2.55) (8.17) (5.69) (1.29) Sumber : BPS (diolah) 8 dikurangkan dengan nilai kontribusi impor terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan. Jika bernilai positif disebut net ekspor, sedangkan jika bernilai negatif disebut net impor. TRIWULAN III-2014 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 19

36 EKONOMIMAKRO REGIONAL Grafik Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan Triwulan III tahun Net Impor, Perubahan Stok, 2.72 PMTB, Konsumsi pemerintah, Konsumsi Rumah Tangga & LNRT, Pengeluaran Konsumsi Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan LNRT berdasarkan harga berlaku mencapai Rp13,90 triliun atau 55,33% dari total PDRB Jambi. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan LNRT meningkat 4,60% (yoy) atau 2,08% (qtq), sedikit meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (1,04% (qtq)). Tingginya aktivitas perdagangan seiring dengan momen liburan sekolah, bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1435 H, menyebabkan konsumsi masyarakat dapat tumbuh tinggi. Namun demikian, pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan LNRT tersebut relatif lebih rendah dibanding rata-rata tiga tahun sebelumnya (4,80% (yoy)) seiring dengan melemahnya perekonomian dan melemahnya daya beli masyarakat. Meningkatnya harga barang/jasa seiring dengan tingginya permintaan selama momen tersebut di atas, serta tren menurunnya harga komoditas karet dan kelapa sawit menjadi faktor penahan laju pertumbuhan konsumsi masyarakat. Masih relatif baiknya kinerja konsumsi rumah tangga dan LNRT juga tercermin dari angka indeks tendensi konsumen pada triwulan III-2014 yang mencapai 114, Angka indeks tingkat konsumsi komoditi makanan dan bukan makanan juga masih berada pada level optimis dan cenderung lebih tinggi dari sebelumnya yaitu sebesar 115, Pangsa (share) net impor sebesar -8,19% merupakan pengurangan dari total share PDRB sisi penggunaan. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkanbadan Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK merupakan indeks yangmenggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulanmendatang.angka yang masih diatas 100, menunjukkan bahwa masyarakat masih optimis memandang perekonomian Jambi. 20 KAJIANEKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III

37 Rp Miliar EKONOMIMAKRO REGIONAL Tabel 1.5 Indeks Tendensi Konsumen Variabel Pembentuk Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan I II III IV I II III Pendapatan rumah tangga kini Pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan Indeks Tendensi Konsumen Sumber : BPS (diolah) Sementara itu, penyaluran kredit real estate masih menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 5,62%(yoy) meskipun jauh melambat dibandingkan triwulan lalu (22,0% (yoy)) dan triwulan yang sama tahun lalu (33,44% (yoy)). Relatif menurunnya pertumbuhan kredit real estate disebabkan oleh menurunnya permintaan rumah untuk tipe > 70 paska penerapan kebijakan Loan to Value (LTV). Pangsa kredit real estate di Jambi mencapai 15,11% dari total kredit. Grafik Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Kredit Real Estate Sumber : LBU Bank Indonesia Pertumbuhan (% yoy) Pengeluaran konsumsi pemerintah berdasarkan harga berlaku di triwulan laporan mencapai Rp4,18 triliun meningkat 9,50%(yoy) atau 5,07% (qtq). Hal ini sejalan dengan realisasi belanja APBD yang meningkat pada Triwulan III Realisasi belanja APBD provinsi Jambi Triwulan III 2014 sebesar Rp1,76 triliun (48,32% dari APBD-P 2014), lebih tinggi dari posisi yang sama tahun lalu (Rp1,64 triliun). 2. Investasi Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) yang mencerminkan nilai investasi di Jambi mencapai Rp4,30 triliun dengan pangsa 17,11% dari total PDRB Jambi, relatif turun dibandingkan dengan pangsanya pada triwulan yang TRIWULAN III-2014 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 21

38 EKONOMIMAKRO REGIONAL sama tahun 2013 (18,37%). Investasi mengalami pertumbuhan 5,31% (yoy) dengan andil pertumbuhan mencapai 0,98%. Secara triwulanan, investasi juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,02% (qtq) sejalan dengan mulai terealisasinya termijn proyek pemerintah maupun swasta pada triwulan laporan. Sejak tahun 2012 lalu, investasi di Jambi terus menunjukkan peningkatan yang disebabkan oleh tingginya pembangunan fisik baik oleh pemerintah ataupun swasta. Kondisi ini juga didukung oleh peningkatan kredit investasi yang mencapai 6,63%(yoy). Masih relatif tingginya investasi juga dikonfimasi oleh data indikator ekonomi seperti konsumsi semen yang mengalami peningkatan dibandingkan triwulan yang sama tahun 2013 (Grafik 1.21). KTon (10.45) (4.83) (1.27) I II III IV I II III IV I II III IV I II III Konsumsi Semen Pertumbuhan (yoy) Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI), diolah (%) Grafik 1.21.Konsumsi Semen Provinsi Jambi Sementara menurut pendapat pengusaha melalui hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), optimisme pengusaha dalam memandang kondisi bisnis masih cukup baik. Hal ini terlihat dari masih positifnya indeks situasi bisnis yaitu sebesar 12,77% 11. Dari 150 responden yang disurvei, 21,28% menyatakan akan baik, sementara 70,21% responden menyatakan bahwa situasi bisnis kedepan relatif stabil, dan hanya 8,51% yang menyatakan akan memburuk. 11 Indeks yang positifmenandakan optimismeduniausaha 22 KAJIANEKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III

39 Rp Triliun EKONOMIMAKRO REGIONAL Tabel 1.6 Realisasi Investasi PMA dan PMDN Jambi Keterangan Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 PMA (USD juta) PMDN (Rp miliar) - 1, , Sumber : BKPM Meskipun investasi masih bisa tumbuh relatif tinggi, namun mempunyai kecenderungan melambat. Hal ini dikonfirmasi dengan data jumlah investasi Jambi yang dicatat oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp59 miliar. Investasi tersebut jauh lebih rendah dibandingkan posisi yang sama tahun lalu yang realisasinya sebesar Rp 288 miliar. Sejalan dengan hal tersebut, investasi asing melalui penanaman modal asing (PMA) juga turun 51,20% dari tahun lalu menjadi USD 5,49 juta. Investasi Jambi sebagian besar dialokasikan pada sektor pertanian. Perlambatan investasi tersebut juga terkonfirmasi dari data pertumbuhan kredit investasi di Provinsi Jambi yang juga menunjukkan tren yang melambat (Grafik 1.22). Pada triwulan laporan kredit investasi tumbuh sebesar 6,63% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 10,75% (yoy) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III Kredit Investasi (juta Rp) Pertumbuhan (%) Sumber : LBU Bank Indonesia Grafik 1.22.Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi Sementara itu, perubahan stok mengalami pertumbuhan tahunan cukup signifikan mencapai sebesar 15,91% (yoy), dengan andil sebesar 0,49%. TRIWULAN III-2014 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 23

40 EKONOMIMAKRO REGIONAL 3. Perdagangan Eksternal Ekspor provinsi Jambi baik ke negara maupun daerah lain pada triwulan III 2014 mencapai Rp10,99 triliun. Nilai ekspor tersebut (keluar daerah dan luar negeri) meningkat sebesar 4,57% (yoy) pada triwulan laporan. Meningkatnya nilai ekspor tersebut utamanya disebabkan oleh meningkatnya ekspor pertambangan dari Provinsi Jambi khususnya minyak mentah. Impor provinsi Jambi pada triwulan III 2014 mencapai Rp8,93 triliun atau lebih rendah dari ekspor provinsi Jambi. Dengan demikian, Provinsi Jambi mengalami net eskpor sebesar Rp2,06 triliun. Kinerja impor (dari luar daerah dan luar negeri) mengalami peningkatan 3,57% (yoy) dan terjadi pada kelompok mesin dan alat angkutan seiring dengan adanya impor mesin industri pulp & paper Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi Sementara itu, berdasarkan indikator ekspor impor lainnya, khususnya ekspor impor non migas, pada triwulan laporan kinerjanya justru mengalami penurunan. dokumen Berdasarkan pemberitahuan ekspor barang (PEB), ekspor luar negeri Provinsi Jambi pada triwulan laporan sebesar USD 222,95 juta, turun 26,20%(yoy) dari triwulan yang sama tahun 2013 (USD 302,12 juta). Sementara itu, impor luar negeri sebesar USD 38,56 juta. Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi mengalami net ekspor sebesar USD184,39 juta. Grafik Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi (dalam satuan juta USD) 800 Ekspor Impor Net Ekspor Trw I Trw II Trw IIITrw IV Trw I Trw II Trw IIITrw IV Trw I Trw II Trw IIITrw IV Trw I Trw II Trw III Sumber : SEKDA Bank Indonesia Berdasarkan jenis komoditinya, nilai ekspor terbesar dicapai oleh komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar USD 119,27 juta atau 53,50% dari total ekspor non migas Jambi, diikuti oleh pulp and paper serta fixed vegetable oil masing-masing USD 27,47 juta dan USD 19,27 juta. Berdasarkan 24 KAJIANEKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III

41 EKONOMIMAKRO REGIONAL struktur ekspor non migas Jambi, terlihat bahwa ekspor produk primer masih mendominasi baik untuk hasil perkebunan maupun pertambangan. Penurunan ekspor Provinsi Jambi pada triwulan laporan utamanya terjadi pada komoditas batu bara dan karet mentah masing-masing sebesar 53,05% (yoy) dan 33,27% (yoy). Dari sisi volume, ekspor karet mentah sebenarnya mengalami peningkatan signifikan mencapai 54,83% (yoy), namun demikian, merosotnya harga karet internasional menyebabkan penurunan nilai ekspor karet Provinsi Jambi. Selain itu, rendahnya kualitas karet di Jambi yang memiliki karakter karet kotor turut menyebabkan terbatasnya harga jual. Sementara itu, turunnya ekspor batubara Provinsi Jambi dipengaruhi oleh turunnya volume seiring dengan melemahnya permintaan global. Tren menurunnya harga batubara internasional dan rendahnya kualitas batubara produksi Jambi turut menyumbang penurunan ekspor batubara tersebut. Selain itu, implementasi UU Minerba serta adanya peraturan mengenai distribusi batu bara di Jambi juga menjadi disinsentif bagi pengusaha untuk mengembangkan produksi batu bara di Jambi. Adanya Perda yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai membuat margin keuntungan semakin menipis. Sementara dari sisi pemerintah, pendapatan yang didapatkan dari batu bara juga relatif rendah sementara biaya yang ditimbulkan akibat kerusakan jalan angkutan relatif lebih tinggi. Selanjutnya, nilai ekspor minyak dan lemak sayur pada triwulan laporan juga menunjukkan penurunan cukup signifikan sebesar 27,18% (yoy) atau 46,94% (qtq) sejalan dengan turunnya volume ekspor sebesar 23,24% (qtq). Kemarau panjang yang terjadi di Provinsi Jambi selama triwulan laporan menyebabkan produktivitas kelapa sawit menurun (karakter tanaman kelapa sawit mebutuhkan banyak air) sehingga mempengaruhi kinerja ekspor CPO. Selain itu, faktor menurunnya tren harga CPO internasional juga menjadi salah satu penyebab turunnya ekspor minyak dan lemak sayur. TRIWULAN III-2014 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 25

42 EKONOMIMAKRO REGIONAL juta USD Grafik Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi Trw I Trw II Trw III Trw IV Lainnya Fixed Vegetable Oil G. Ekspor Trw I Trw II Trw III Trw IV Batu Bara, Kokas dan Briket Crude Rubber Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III (%) Grafik Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditi Utama Volume (ton) 2,000 Crude Rubber Fixed Vegetable Oil Batu Bara, Kokas dan Briket Lainnya 1,500 Pulp dan Paper 1, Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Sumber : SEKDA Bank Indonesia Grafik Volume Ekspor Non Migras Provinsi Jambi Batu bara, briket, 16,696 Lainnya, 40,248 Minyak, lemak sayur, 19,271 Pulp dan Kertas (25), 27,467 Karet Mentah, 119,272 Grafik Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan juta USD Lainnya India Eropa RRC Jepang Malaysia Amerika Serikat Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Sumber : SEKDA Bank Indonesia Berdasarkan negara tujuan, ekspor Provinsi Jambi didominasi tujuan ke negara Amerika Serikat yang mencapai USD 37,43 juta (16,74%) dan diikuti oleh Jepang sebesar USD 36,41 juta (16,28%). Menurunnya ekspor Jambi utamanya 26 KAJIANEKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III

43 EKONOMIMAKRO REGIONAL disebabkan oleh menurunnya ekspor ke Malaysia, India, Tiongkok, dan Eropa terutama ekspor komoditas karet, sawit, dan batubara. Infrastruktur pelabuhan dan terbatasnya muatan kapal di Jambi juga menjadi salah satu kendala yang dihadapi pelaku usaha dalam mengekspor secara langsung ke negara tujuan Impor Luar Negeri Provinsi Jambi Impor non migas provinsi Jambi tercatat sebesar USD 38,56 juta, turun sebesar 28,28% (qtq) atau 53,11% (yoy). Berdasarkan pangsanya, impor Jambi didominasi oleh mesin industri tertentu/khusus(usd 19,24 juta atau 49,89%) Grafik Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Impor (juta USD) g. Impor (RHS) Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Sumber : SEKDA Bank Indonesia Grafik Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi Impor (juta USD) Lainnya Alat Pengangkutan Lainnya Mesin Pembangkit Tenaga Mesi Industri dan Perlengkapannya Besi dan Baja Mesin Industri Tertentu/Khusus Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Sumber : SEKDA Bank Indonesia TRIWULAN III-2014 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 27

44 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

45 BOKS. 1 DAMPAK KABUT ASAP BAGI PEREKONOMIAN JAMBI Boks.1 DAMPAK KABUT ASAP BAGI PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI 1. Kondisi Fisik Daerah Provinsi Jambi 1 a. Keadaan Geografis Provinsi Jambi adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di pesisir timur di bagian tengah Pulau Sumatera. Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 0,45 Lintang Utara, 2,45 Lintang Selatan dan antara 101,10-104,55 Bujur Timur. Batasbatas Provinsi Jambi yaitu, sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah Timur dengan Laut Cina Selatan, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah Barat dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Bengkulu. Kondisi geografis yang cukup strategis di antara kota-kota lain di provinsi sekitarnya membuat peran provinsi ini cukup penting terlebih lagi dengan dukungan sumber daya alam yang melimpah. b. Iklim Iklim Provinsi Jambi bertipe A (Schmidt and Ferguson) dengan curah hujan rata-rata mm/tahun dan rata-rata curah hujan hari pertahun. Suhu maksimum sebesar 31 derajat celcius. Sebagaimana wilayah timur pulau Sumatera lainnya musim hujan di Provinsi Jambi terjadi pada bulan Oktober sampai dengan April dan musim kemarau dari bulan Mei sampai September. c. Topografi Provinsi Jambi berada di bagian tengah Pulau Sumatera dengan topografi wilayah yang bervariasi mulai dari ketinggian 0 meter di atas permukaan laut (mdpl) di bagian timur sampai pada ketinggian di atas m dpl, ke arah barat kontur lahannya semakin tinggi dimana di bagian barat merupakan kawasan pegunungan Bukit Barisan yang berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Sumatera Barat yang merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. d. Luas Wilayah Luas wilayah Provinsi Jambi tercatat ,92 Km2 yang terbagi atas luas daratan ,98 Km2 dan luas lautan 4.445,94 Km2 serta dengan panjang garis pantai 223,025 km. 1 Sumber : Profil Kehutanan Provinsi Jambi, Kementerian Kehutanan Republik Indonesia TRIWULAN 29 III KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

46 BOKS. 1 DAMPAK KABUT ASAP BAGI PEREKONOMIAN JAMBI e. Pulau dan sungai Sungai-sungai di Provinsi Jambi terutama Sungai Batanghari sangat berpengaruh pada musim hujan dan kemarau. Provinsi Jambi memiliki 5 wilayah sungai antara lain Batanghari Hulu, Batanghari Tengah, Batanghari Hilir, Sungai Pengabuan dan Sungai Air Hitam Laut Benuh. Ada 45 danau yang terdaftar di Provinsi Jambi, yaitu sebagai berikut: Danau Kerinci, Danau Gunung Tujuh, Danau Belibis, Danau Lingkat, Danau Duo, Danau Sipin, Danau Kenali, Danau Teluk, Danau Biaro, Danau Baru, Danau Sarang Burung, Danau Sepati Empat, Danau Kecil dan Danau Pauh. f. Lahan Gambut Berdasarkan data Kementerian Kehutanan tahun 2011, luas lahan gambut di Provinsi Jambi mencapai Ha. Dengan luasan tersebut, Provinsi Jambi menjadi provinsi yang memiliki lahan gambut terluas ketiga di Pulau Sumatera setelah Riau dan Sumatera Selatan. Penyebaran terluas terdapat di wilayah tiga kabupaten, yaitu Tanjung Jabung (Tanjab) Timur, Batanghari dan TanjungJabung Barat. Ketiga kabupaten ini terdapat di bagian pantai timur Propinsi Jambi, dimana lahan gambut menempati landform kubah gambut dan sebagian daerah pasang surut. Di daerah Sarolangun juga terdapat gambut dengan penyebaran agak luas. 2. Kondisi Terkini Cuaca Provinsi Jambi Semakin luas lahan gambut pada suatu daerah akan berpotensi menyebabkan kebakaran hutan pada saat daerah tersebut memasuki musim kemarau. Hal tersebut juga berlaku di Provinsi Jambi yang memiliki lahan gambut terluas ketiga di Pulau Sumatera. Berdasarkan historis data, kebakaran lahan di Provinsi Jambi biasanya terjadi pada bulan Agustus, September, dan Oktober. Penyebab kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Jambi secara umum oleh 2 (dua) faktor, yaitu kelalaian manusia yang sedang melaksanakan aktivitas di hutan, serta faktor kesengajaan manusia yang membuka lahan perkebunan dengan cara membakar. Dari kedua faktor tersebut, faktor terakhirlah yang lebih dominan sebagai pemicu kebakaran lahan dan hutan di Jambi. Cara pembukaan lahan perkebunan dengan cara membakar ini banyak dipilih karena biayanya lebih murah. Kebakaran lahan dan hutan yang rutin terjadi di Provinsi Jambi ini menimbulkan berbagai macam dampak negatif, di antaranya timbulnya kabut asap pekat yang dapat mengganggu kesehatan dan aktivitas perekonomian Provinsi Jambi. 30 TRIWULAN III KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

47 Jumlah Titik 9/1/2014 9/3/2014 9/5/2014 9/7/2014 9/9/2014 9/11/2014 9/13/2014 9/15/2014 9/17/2014 9/19/2014 9/21/2014 9/23/2014 9/25/2014 9/27/2014 9/29/ /1/ /3/ /5/ /7/ /9/ /11/20 10/13/20 10/15/20 10/17/20 10/19/20 10/21/20 10/23/20 10/25/20 10/27/20 10/29/20 10/31/20 Jumlah Titik BOKS. 1 DAMPAK KABUT ASAP BAGI PEREKONOMIAN JAMBI Kondisi cuaca Provinsi Jambi pada bulan September s.d Oktober 2014 ini mayoritas diselimuti kabut asap yang cukup pekat meskipun intensitasnya masih fluktuatif. Berdasarkan data Satelit NOAA 18 sebagaimana dipubilkasikan oleh Kementerian Kehutanan dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana, secara kumulatif pada bulan September 2014 telah ditemukan 237 titik panas di Provinsi Jambi, sementara pada bulan Oktober relatif berkurang menjadi 117 titik panas. Titik-titik panas tersebut mayoritas ditemukan di Kabupaten Tebo, Bungo, Tanjung Jabung Timur, dan Muaro Jambi. Selain berasal dari internal, kabut asap yang menyelimuti Provinsi Jambi juga berasal dari kebakaran lahan yang terjadi di Provinsi Sumatera Selatan dan Riau. Kedua provinsi tersebut merupakan provinsi yang memiliki lahan gambut terluas di Pulau Sumatera yang letaknya berbatasan langsung dengan Provinsi Jambi. Sementara itu dari sisi kualitas udara, Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Jambi menyatakan bahwa indeks standar pencemaran udara (ISPU) di kota Jambi dalam 2 (dua) bulan terakhir rata-rata berada pada skala tidak sehat dan sangat tidak sehat. Angka ISPU tertinggi terjadi pada pertengahan bulan Oktober yang mencapai level 242 partikel per million (ppm) atau telah dikategorikan sangat tidak sehat. 50 Grafik Perkembangan Titik Panas September s.d. Oktober Grafik 1 Perkembangan Titik Panas di Provinsi Jambi September s.d. Oktober Grafik Perkembangan Titik Panas Tahun 2014 Sumber: Satelit NOAA Bulan 31 Grafik 2 Perkembangan Titik Panas di Provinsi Jambi Tahun 2014 TRIWULAN III KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

48 BOKS. 1 DAMPAK KABUT ASAP BAGI PEREKONOMIAN JAMBI 3. Dampak Kabut Asap a. Dampak Terhadap Sektor Sosial dan Kesehatan Kabut asap yang diakibatkan oleh kebakaran hutan dan lahan secara umum mengandung gas CO, CO 2, H 2 O, jelaga, debu (partikel) ditambah dengan unsur-unsur yang telah ada di udara seperti N 2, O 2, CO 2, H 2 O, dll. Kandungan gas dalam kabut asap tersebut menyebabkan terganggunya kesehatan masyarakat, utamanya gangguan pada saluran pernafasan (ISPA/Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Berdasarkan data BLHD Provinsi Jambi, penderita ISPA di Kota Jambi dalam satu bulan terakhir telah mencapai kasus. Tingginya potensi penyakit ISPA akibat kabut asap, menyebabkan masyarakat harus waspada dan mencadangkan dana kesehatan dari pendapatan yang diterimanya. Kondisi tersebut berpotensi mengurangi tingkat konsumsi rumah. b. Dampak Terhadap Sektor Bisnis dan Perekonomian Berdasarkan pengamatan yang pernah dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), ketinggian puncak lapisan asap di Pulau Sumatera berkisar antara hingga kaki. Karena gas asap lebih berat daripada udara normal, asap tersebut tidak dapat naik ke angkasa dengan segera. Sehingga apabila kondisi tersebut dibiarkan, asap tersebut akan terakumulasi menjadi lebih pekat (BPPT, 1997). Asap yang pekat menyebabkan visibility (kekuatan jarak pandang) menjadi rendah, dan menghalangi radiasi matahari ke permukaan tanah, sehingga tidak terjadi proses konveksi. Dengan jarak pandang yang rendah inilah akan berdampak negatif bagi operasional penerbangan dan pelayaran di Provinsi Jambi. Hasil pengamatan BPPT tersebut terkonfirmasi dengan kondisi yang terjadi di Jambi saat ini (jarak pandang terbatas). Berdasarkan data PT Angkasa Pura II (Persero) Jambi, terhitung pada bulan Oktober telah terjadi 34 (tiga puluh empat) kali delay arrival (penundaan kedatangan pesawat) dan 75 (tujuh puluh lima) kali cancelling dan diverting flight ( pembatalan penerbangan dan pengalihan kedatangan pesawat ke bandara lain ). Keterlambatan tersebut utamanya disebabkan pesawat dari Jakarta/Batam tujuan Jambi tidak dapat mendarat di Bandara Sultan Thaha karena jarak pandang yang tidak memenuhi standar keselamatan. Jarak pandang minimal yang dibutuhkan oleh seorang pilot untuk mendaratkan pesawat di Bandara Sultan Thaha adalah meter. Standar jarak pandang minimal tersebut lebih tinggi dari beberapa bandara besar lainnya di Indonesia karena Bandara Sultan Thaha Jambi 32 TRIWULAN III KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

49 BOKS. 1 DAMPAK KABUT ASAP BAGI PEREKONOMIAN JAMBI belum memiliki Instrument Landing System (ILS) yang dapat membantu pilot mendaratkan pesawatnya dalam jarak pandang yang terbatas (<1.000 meter). Terbatasnya jarak pandang di Jambi menyebabkan beberapa pesawat harus dialihkan sementara (divert) ke Bandara terdekat, yaitu Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang atau kembali ke bandara asal (return to base) untuk menjamin keselamatan penumpang. Kondisi tersebut akan berdampak bagi meningkatnya biaya operasional maskapai, sehingga salah satu maskapai yang terbang dari dan ke Jambi, yaitu Lion Air mengurangi frekuensi penerbangannya dari 5 (lima) kali sehari menjadi 4 (empat) kali sehari untuk alasan efisiensi. Sedangkan maskapai lainnya, yakni Garuda Indonesia masih mempertahankan frekuensi penerbangan 3 (tiga) kali sehari dengan mempertimbangkan masih tingginya permintaan masyarakat, namun demikian pihak Garuda Indonesia mengambil kebijakan untuk me-reschedule penerbangan pagi dari Jakarta yang semula pukul menjadi pukul untuk alasan efisiensi. Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam terkait dampak kabut asap bagi sektor perekonomian Provinsi Jambi, kami telah melakukan liaison ke beberapa pelaku usaha yang bergerak dalam bidang, penerbangan, pelabuhan (pelayaran), dan hotel sehingga diperoleh beberapa informasi sebagai berikut: 1) Liaison ke PT Garuda Indonesia Cabang Jambi PT Garuda Indonesia Cabang Jambi menginformasikan bahwa pada bulan September 2014 ini tingkat on time performance (OTP) maskapainya turun drastis dibandingkan kondisi normal seriring dengan pekatnya kabut asap yang menyelimuti kota Jambi. Jika pada cuaca normal OTP bisa dicapai >85%, OTP pada saat cuaca Provinsi Jambi diselimuti kabut asap hanya mencapai <80%. Kondisi yang sama juga terjadi pada maskapai lainnya. Turunnya OTP maskapai tersebut menyebabkan beberapa dampak negatif bagi perusahaan dan stakeholders lainnya, antara lain: a) Terganggunya rotasi pesawat suatu maskapai; b) Terganggunya rotasi cabin crew; c) Pembengkakan biaya operasional maskapai dari sisi: Penggunaan avtur yang meningkat; Delayed management di darat penyediaan akomodasi dan konsumsi bagi penumpang; 33 TRIWULAN III KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

50 BOKS. 1 DAMPAK KABUT ASAP BAGI PEREKONOMIAN JAMBI Service charge tambahan dari pengelola bandara akibat bertambahnya jam operasional bandara; Biaya tenaga kerja seiring bertambahnya jam kerja dan operasional maskapai (lembur). d) Belum adanya kerjasama dengan katering lokal menyebabkan meal service yang dibawa dari Jakarta untuk diserve pada layanan penerbangan Jambi- Jakarta menjadi rusak. e) Terlambatnya layanan kargo yang berpotensi menimbulkan kerusakan barang (bahan makanan, ikan, dll). Salah satu pengguna jasa kargo utama maskapai Garuda Indonesia adalah pelaku usaha peternakan udang dari Kuala Tungkal. Meskipun dampak kabut asap berpengaruh cukup signifikan bagi dunia penerbangan, seluruh maskapai yang terbang dari dan ke Jambi belum berencana mengurangi frekuensi penerbangan karena tingkat okupansi penumpang masih tinggi (>85%) seiring dengan momen keberangkatan calon jemaah haji dan persiapan Idul Adha. 2) Liaison ke PT Pelindo II Jambi (Pelabuhan Talang Duku) PT Pelindo II Jambi menginformasikan bahwa pekatnya kabut asap yang terjadi di Provinsi Jambi menyebabkan keterlambatan kedatangan kapal. Apabila kondisi tersebut tidak segara di atasi, maka akan mengganggu kegiatan ekspor dan impor Provinsi Jambi karena sebagaian besar ekspor dan impor Jambi dilakukan melalui Pelabuhan Talang Duku. Terganggunya kegiatan ekspor dan impor juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi serta neraca perdagangan Provinsi Jambi. 3) Liaison ke Abadi Suite Hotel & Tower Abadi Suite Hotel & Tower menginformasikan bahwa pekatnya kabut asap yang terjadi di Provinsi Jambi menyebabkan turunnya tingkat okupansi hotel. Pada bulan September 2014, tingkat okupansi hotel tercatat hanya mencapai 30-40% (dalam kondisi normal, tingkat okupansi hotel mencapai >70%). Turunnya okupansi hotel tersebut akan berpengaruh negatif terhadap PDRB Provinsi Jambi khususnya pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran. 34 TRIWULAN III KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

51 BOKS. 1 DAMPAK KABUT ASAP BAGI PEREKONOMIAN JAMBI 4. Upaya Penanggulangan dari Instansi Terkait Menyikapi kondisi cuaca terkini di Provinsi Jambi, pada tanggal 17 September 2014, Gubernur Jambi telah menggelar rapat bersama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi, Dinas Kehutanan, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, BMKG, KOREM, dan instansi terkait lainnya untuk menyiapkan beberapa langkah strategis untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan kabut asap yang lebih parah. Langkahlangkah strategis tersebut antara lain: a. Pembagian masker kepada masyarakat untuk mencegah penyakit ISPA; b. Mengintensifkan dan mengoptimalkan peran Manggala Agni (Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan Dinas Kehutanan) dalam kegiatan pencegahan, pemadaman, dan penanganan pasca kebakaran hutan; c. Mengusulkan kepada BNPB untuk melakukan modifikasi cuaca di Provinsi Jambi; 5. Rekomendasi Menyikapi besarnya dampak negatif (ekonomi, sosial, dan kesehatan) yang diakibatkan oleh kebakaran hutan dan kabut asap, maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut: a. Menggelar sosialisasi kepada masyarakat secara rutin tentang bahaya pembukaan lahan dengan cara membakar; b. Pemerintah Daerah bersama dengan pihak Angkasa Pura segera melakukan investasi pemasangan Instrument Landing System (ILS) di Bandara Sultan Thaha Jambi. Pemasangan alat tersebut akan memberikan dampak positif yang cukup signifikan bagi operasional penerbangan di Jambi. Dengan bantuan ILS, pilot mampu mendaratkan pesawat dalam kondisi jarak pandang <1.000 meter. Selama ini, pendaratan peswat udara di Bandara Sultan Thaha Jambi masih dilakukan secara visual (manual) sehingga memerlukan jarak pandang minimal meter. Meskipun investasi ILS ini memerlukan anggaran yang cukup besar (±Rp 20 milyar), namun melihat besarnya manfaat yang didapatkan, maka investasi tersebut layak untuk diprioritaskan. Lancarnya kegiatan penerbangan akan mendorong lancarnya kegiatan perekonomian sehingga momentum pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi yang tinggi akan tetap terjaga. 35 TRIWULAN III KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

52 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

53 BAB II INFLASI A. Kajian Umum Pada triwulan III-2014, inflasi kota Jambi tercatat 4,31% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (6,47%), dan lebih rendah dari inflasi nasional (4,53%) dan rata-rata inflasi triwulan III dalam tiga tahun terakhir (5,56%) (gambar 2.1). Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar 5,21% (yoy) dan berada di atas inflasi nasional 12. Gambar 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi Persen (%) Kota Jambi Nasional Sumber: BPS Provinsi Jambi Berdasarkan asesmen Bank Indonesia, inflasi Kota Jambi utamanya disebabkan oleh inflasi administered price yang mencapai 6,11% (yoy). Sumber utama inflasi administered price adalah meningkatnya bahan bakar rumah tangga 13 yang merupakan dampak dari meningkatnya harga elpiji ukuran 12 kg sesuai kebijakan yang diberlakukan oleh Pertamina dan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) sesuai keputusan Pemerintah untuk menaikkan (TTL) golongan Rumah Tangga dan Industri per 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal 1 Juli Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota. Perhitungan disagregasi inflasi berdasarkan sub kelompok barang. 37

54 INFLASI Sementara itu, inflasi inti cenderung stabil di level 3,44% (yoy) dan inflasi volatile food berada pada level yang cukup rendah yaitu 3,48% (yoy) bahkan pada Agustus 2014 berada pada level -1,81% (yoy). Gambar 2.2. Perbandingan Inflasi Core, Volatile Food, dan Administered Price (yoy) Nov-13 Dec-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep Yoy Core Yoy Volatile Yoy Administered Yoy inflasi Sumber: BPS Provinsi Jambi Berdasarkan penghitungan triwulanan, perkembangan harga di Kota Jambi pada triwulan laporan tercatat sebesar 1,62% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (0,51% (qtq)). Pergerakan angka inflasi bulanan (m-t-m) pada bulan Juli, Agustus dan September 2014 masing-masing sebesar 1,33%, 0,16% dan 0,13%. Sementara itu, perkembangan harga di Bungo tercatat sebesar 2,24% (qtq), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (0,01% (qtq)) dan kota Jambi, dengan pergerakan angka inflasi bulanan (m-t-m) pada bulan Juli, Agustus dan September 2014 masing-masing sebesar 1,21%, 0,44% dan 0,80%. Tingkat inflasi di Kota Jambi berada di urutan ke-8 (delapan) dari daftar kota yang dihitung inflasinya di Sumatera. Sementara Bungo menempati urutan ke-13 (tiga belas). Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tanjung Pandan, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Palembang (gambar 2.3) Sumber: DSM, Bank Indonesia. 38 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULANIII-2014

55 TANJUNG PANDAN TEMBILAHAN MEULABOH BUKIT TINGGI BENGKULU PADANG DUMAI SIBOLGA PEKAN BARU METRO BUNGO LHOKSEUMAWE BATAM BANDA ACEH JAMBI PANGKAL PINANG TANJUNG PANDAN MEDAN BANDAR LAMPUNG LUBUK LINGGAU PALEMBANG INFLASI Gambar2.3. Perbandingan Inflasi (yoy) Kota Jambi dan Kota Lainnya di Pulau Sumatera per September Sumber :DSM Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jambi B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Berdasarkan kelompoknya, sumbangan terbesar inflasi di kota Jambi pada triwulan ini bersumber dari kelompok perumahan, air, listrik & bahan bakar yang mengalami inflasi sebesar 2,70% (qtq) atau 6,78% (yoy) (tabel 2.1). Tingginya inflasi kelompok perumahan, air, listrik & bahan bakar tersebut seiring dengan kenaikan bahan bakar rumah tangga yaitu kenaikan harga elpiji kemasan 12 kg dan Tarif Tenaga Listrik (TTL) golongan Rumah Tangga dan Industri per 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal 1 Juli 2014 Kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 2,35% (qtq) atau 4,75% (yoy) dengan kontribusi sebesar 0,58%. Inflasi kelompok bahan makanan tersebut disebabkan oleh meningkatnya permintaan bahan makanan berupa cabe merah seiring dengan perayaan Idul Fitri dan persiapan menjelang Idul Adha 2014 dan keterbatasan pasokan cabe merah. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau mengalami inflasi sebesar 1,39% (qtq) atau 4,89% (yoy), memberikan kontribusi sebesar 0,23% yang disumbangkan oleh sub kelompok makanan jadi berupa nasi dengan lauk dan sub kelompok tembakau & minuman beralkohol berupa rokok kretek filter. TRIWULAN III-2014 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 39

56 INFLASI Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi sebesar 0,94% (qtq) atau 1.62% (yoy), memberikan kontribusi sebesar 0,07% yang disumbangkan oleh sub kelompok kursus-kursus/pelatihan pada awal tahun ajaran baru. Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,77% (qtq) atau 2,80% (yoy), memberikan kontribusi sebesar 0,03% yang disumbangkan oleh sub kelompok obat-obatan. Kelompok terakhir yaitu kelompok sandang, mengalami inflasi sebesar 0,23% (qtq) atau 1.42% (yoy), memberikan kontribusi sebesar 0,02% yang disumbangkan oleh sub kelompok sandang anak-anak. Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn I Bahan Makanan II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar IV Sandang V Kesehatan VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Sumber: BPS (diolah) KELOMPOK INFLASI Triwulan III-2013 (q-t-q, %) Triwulan IV-2013 (q-t-q, %) Triwulan I-2014 (q-t-q, %) Triwulan II-2014 (q-t-q, %) Triwulan III-2014 (q-t-q, %) KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULANIII-2014

57 INFLASI Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok KELOMPOK/SUBKELOMPOK Triwulan III-2013 Triwulan IV-2013 Triwulan I-2014 Triwulan II-2014 Triwulan III-2014 qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy I. BAHAN MAKANAN a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA c. IKAN SEGAR d. IKAN DIAWETKAN e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA f. SAYUR-SAYURAN g. KACANG-KACANGAN h. BUAH-BUAHAN i. BUMBU-BUMBUAN j. LEMAK DAN MINYAK k. BAHAN MAKANAN LAINNYA II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU a. MAKANAN JADI b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR a. BIAYA TEMPAT TINGGAL b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA IV. SANDANG a. SANDANG LAKI-LAKI b. SANDANG WANITA c. SANDANG ANAK-ANAK d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA V. KESEHATAN a. JASA KESEHATAN b. OBAT-OBATAN c. JASA PERAWATAN JASMANI d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA a. JASA PENDIDIKAN b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN d. REKREASI e. OLAHRAGA VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN a. TRANSPOR b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR d. JASA KEUANGAN INFLASI (UMUM) Sumber: BPS (diolah) Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.3.), penyumbang pembentukan inflasi terbesar pada bulan Juli, Agustus dan September 2014 adalah cabai merah dan tarif listrik sedangkan penyumbang deflasi adalah nila. TRIWULAN III-2014 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 41

58 INFLASI Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan III-2014 TW III KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI 10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI Sumbangan JULI AGUSTUS JULI TW III-2014 Sumbangan 1 Tomat Buah Daging Ayam Ras Bayam Jeruk Cabai Merah Telepon Selular Angkutan Udara Bawang Putih Udang Basah Dencis Rokok Kretek Filter Nila Kangkung Beras Tarif Listrik Tongkol/Ambu-Ambu Cumi-Cumi Pisang Pepaya Tempoyak Sumbangan 10 Komoditas AGUSTUS 1 Tarif Listrik Tomat Buah tukang Bukan Mandor Bayam Daging Ayam Ras Kangkung Sekolah Menengah Atas Daun Singkong Angkutan Udara Jengkol Gabus Minyak Goreng Cabai Merah Kacang Panjang Beras Kerang Kentang Udang Basah Nasi Dengan Lauk Daging Sapi SEPTEMBER Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas SEPTEMBER 1 Cabai Merah Bawang Merah Beras Angkutan Putih Bahan Bakar Rumah Tangga Nila Tarif Listrik Udang Basah Daun Singkong Minyak Goreng Kacang Panjang Cumi cumi Nanas Emas Perhiasan Ketimun Kentang Susu untuk Balita Jengkol Kangkung Pepaya Sumbangan 10 Komoditas Sumber : BPS (diolah) Sumbangan 10 Komoditas KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULANIII-2014

59 INFLASI 1. Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 2,35% (qtq) atau 4,75% (yoy) dengan sumbangan inflasi mencapai 0,58%. Inflasi bahan makanan tersebut didominasi oleh sub Grafik 2.4. Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan (Rp/kg) 60,000 Cabe Merah Keriting Cabe merah Biasa Bawang Merah 50,000 40,000 30,000 20,000 10, Sumber: Disperindag Provinsi Jambi kelompok bumbubumbuan (19,84% (qtq)), sayur-sayuran (5,58% (qtq)), serta padi-padian, umbiumbian dan hasilnya (3,29% (qtq)). Namun sub kelompok minyak dan lemak, buah-buahan serta daging dan hasil-hasilnya mengalami deflasi yaitu sebesar 2,92% (qtq), 2,59% (qtq) dan 1,72% (qtq), Bumbu-bumbuan, yaitu cabai merah, pada triwulan laporan mengalami inflasi setelah pada triwulan II-2014 mengalami deflasi. Harga cabai merah selama triwulan III-2014 menunjukkan tren peningkatan yaitu dari sebesar Rp11.296/kg pada Juni 2014, naik menjadi Rp13.120/kg (Juli 2014), Rp14.284/kg (Agustus 2014) dan Rp22.822/kg (September 2014). Panen cabai merah pada triwulan II-2014 dan pola tanah tanaman cabai merah yang harus ditanami tanaman lain setelah panen cabai merah membuat pasokan cabai merah pada triwulan III-2014 menjadi terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan, cabai merah harus didatangkan dari Pulau Jawa yang membutuhkan waktu dan biaya distribusi sehingga mempengaruhi harga cabai merah. Sebaliknya, bawang merah pada triwulan laporan mengalami deflasi yaitu pada Juni 2014 harga bawang merah berada pada level Rp19.728/kg, naik menjadi Rp20.253/kg (Juli 2014), Rp20.975/kg (Agustus 2014) namun turun menjadi Rp15.156/kg pada September2014. Penurunan harga bawang merah tersebut dipicu oleh panen dan pasokan dari Kerinci dan Padang. Harga daging sapi pada akhir triwulan II-2014 berada pada level harga Rp /kg (Juni 2014), naik menjadi Rp /kg seiring dengan TRIWULAN III-2014 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 43

60 INFLASI meningkatnya kebutuhan daging sapi pada perayaan Idul Fitri 1435 H, lalu turun menjadi Rp /kg (Agustus 2014) dan Rp /kg (September 2014). Harga Rp /kg menjadi harga psikologis harga daging sapi mengingat sejak Januari 2014 hingga April 2014 harga daging sapi stabil pada kisaran tersebut. Daging ayam ras pada triwulan III cenderung deflasi dengan harga Rp30.556/kg (Juni 2014), Rp27.693/kg (Juli 2014), Rp29.988/kg (Agustus 2014) lalu turun menjadi Rp29.322/kg pada September 2014 seiring dengan tingginya pasokan daging ayam ras. Grafik 2.5. Perkembangan Harga Daging (Rp/Kg) 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - Daging Ayam Broiler, LHS Daging Sapi Murni, RHS (Rp/Kg) 130, , , ,000 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 Sumber: Disperindag Provinsi Jambi Sub kelompok sayur-sayuran mengalami inflasi 5,58% (qtq) disumbangkan oleh daun singkong, kacang panjang, ketimun dan kangkung. Namun secara tahunan mengalami deflasi 12,42% (yoy). Sub kelompok padipadian, umbi-umbian dan hasilnya mengalami inflasi 3,29% (qtq) atau 3,90% (yoy) yang disumbangkan oleh kenaikan harga beras premium seiring dengan meningkatnya konsumsi beras premium dalam perayaan Idul Fitri 1435 H. 44 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULANIII-2014

61 INFLASI Grafik 2.6. Perkembangan Harga Jagung (USD/Bushel) (Rp/Kg) Jagung internasional (aksis kiri) Jagung pipilan kering (aksis kanan) Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi Grafik 2.7. Perkembangan Harga Beras (USD/CWT) (Rp ribu/kg) Beras internasional (aksis kiri) Beras King (aksis kanan) Sumber: Bloomberg, indexmundi.com & Disperindag Prov. Jambi Harga beras di tingkat internasional menunjukkan kecenderungan peningkatan harga namun secara rata-rata selama triwulan III-2014 mengalami penurunan dibandingkan rata-rata triwulan sebelumnya dari USD 409,4/metric ton menjadi USD 404,9/metric ton (1,11%). Harga beras internasional pada Juni 2014 berada pada level USD 414,67/metric ton turun menjadi USD 379,8/metric ton (Juli 2014), lalu naik menjadi USD 398,2/metric ton (Agustus 2014) hingga USD 436,5/metric ton. Sejalan dengan hal tersebut, harga beras di Jambi pada triwulan laporan juga meningkat sebesar 2,15% dibandingkan triwulan sebelumnya. Perkembangan harga tepung terigu merk Segitiga Biru pada triwulan laporan cenderung stabil pada level harga Rp7.500/kg setelah triwulan sebelumnya stabil di posisi Rp7.503,00/kg. Penurunan harga tersebut Grafik 2.8. Perkembangan Harga Tepung Terigu (USD/Bushel) Wheat/Gandum (aksis kiri) 0 Tepung Terigu lokal (aksis kanan) (Rp/Kg) mengikuti menurunnya harga gandum, yang merupakan bahan baku tepung terigu, di tingkat internasional. Kecendrungan penurunan harga tepung terigu tersebut terjadi sejak triwulan I-2014 dan masih berlanjut hingga triwulan III Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi TRIWULAN III-2014 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 45

62 INFLASI seiring dengan penanaman gandum di Amerika Serikat dan Kanada serta membaiknya kondisi politik Ukraina yang turut membantu persediaan gandum dunia. 15. Harga rata-rata Crude Palm Oil (CPO) di tingkat internasional pada triwulan laporan menurun 12,82% dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari USD 795,76/metric ton menurun menjadi USD 693,67/metric ton. Sejalan dengan harga internasional, harga minyak goreng lokal juga menurun dari Rp11.410/liter pada triwulan lalu menjadi Rp10.728/liter. Grafik 2.9. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng (Ringgit/Ton) CPO internasional (aksis kiri) Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi (Rp/Kg) 12,000 11,000 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 Minyak goreng lokal (aksis kanan) 2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 1,39% (qtq) atau 4,89% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi tercatat pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol yaitu sebesar 2,33% (qtq) atau 4,70% (yoy) sebagai dampak lanjutan dari berlakunya pajak rokok sesuai dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang berlaku mulai 1 Januari Sub kelompok makanan jadi mengalami inflasi sebesar 1,07% (qtq) atau 7,23% (yoy) yang disebabkan oleh kenaikan jenis makanan seperti nasi dengan lauk, martabak dan soto. Sub kelompok minuman yang tidak beralkohol mengalami inflasi sebesar 1,02% (qtq) atau 1,22% (yoy) yang disumbangkan oleh air kemasan, teh manis dan minuman kesegaran. Inflasi kedua sub kelompok tersebut masih merupakan dampak lanjutan dari efek kenaikan harga bahan bakar elpiji. 15 Satu bushel setara dengan 27 kg. 46 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULANIII-2014

63 INFLASI 3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan III mengalami inflasi sebesar 2,70% (qtq) atau 6,78% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (0,75%(qtq)). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar, penerangan, dan air sebesar 6,53% (qtq) atau 17,26% (yoy), biaya tempat tinggal sebesar 1,24% (qtq) atau 4,02% (yoy), perlengkapan rumah tangga sebesar 1,04% (qtq) atau 5,18% (yoy) dan sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga sebesar 0,85% (qtq) atau 4,73% (yoy). Pemicu terjadinya inflasi pada kelompok ini adalah kenaikan harga bahan bakar rumah tangga, tarif listrik, kontrak rumah, sabun detergen bubuk/cair dan keramik Kelompok Sandang Kelompok sandang pada triwulan III-2014 mengalami inflasi sebesar sebesar 1,42% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya (4,22% (yoy)). kelompok Secara triwulanan, sandang mengalami inflasi sebesar Grafik Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional (USD/troy ounce) Sumber: Bloomberg ,23% (qtq). Terjadinya inflasi pada kelompok ini terutama disumbangkan oleh sandang anak-anak 0,48% (qtq), sandang laki-laki 0,25% (qtq), barang pribadi dan sandang lainnya (0,19%(qtq)). Harga emas yang menurun pada triwulan II sempat mengalami kenaikan pada awal Juli 2014 sejalan dengan tingginya permintaan menjelang perayaan Idul Fitri 1435H dan meningkatnya harga emas dunia. Namun pada Agustus 2014 dan September 2014 permintaan emas 16 seiring dengan keputusan Pemerintah untuk menaikkan harga elpiji kemasan 12 kg sejak tanggal 10 September 2014 dan Tarif Tenaga Listrik (TTL) golongan Rumah Tangga dan Industri per 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal 1 Juli TRIWULAN III-2014 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 47

64 INFLASI kembali menurun seiring dengan kondisi pasar saham dan perekonomian global yang membaik Kelompok Kesehatan Harga komoditi yang tergabung dalam kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,77% (qtq) atau 2,80% (yoy). Inflasi yang terjadi utamanya bersumber dari meningkatnya permintaan obat-obatan dengan inflasi 3,20% (qtq) atau 5,13% (yoy), serta perawatan jasmani dan kosmetika dengan inflasi 0,40% (qtq) atau 3,36% (yoy). Sementara itu harga pada sub kelompok jasa kesehatan dan jasa perawatan jasmani cenderung stabil. 6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi sebesar 0,94% (qtq) atau 1,62% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu (0,06% (qtq)). Inflasi tersebut disebabkan oleh tahun ajaran baru SD, SMP dan SMA pada Juli 2014 yang menyebabkan kenaikan tarif kursus/pelatihan sebesar 3,84% (qtq) dan jasa pendidikan sebesar 1,72% (qtq). Sementara itu, sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan dan rekreasi mengalami deflasi masingmasing sebesar 2,19% (qtq) dan 0,04% (qtq). Walaupun tahun ajaran baru dimulai pada Juli 2014, namun pemenuhan perlengkapan/peralatan pendidikan telah dilakukan pada triwulan sebelumnya yang ditandai dengan inflasi sub kelompok ini sebesar 0,62% (qtq) pada triwulan II Sub kelompok terakhir yaitu olahraga cenderung stabil. 7. Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 0,66% (qtq) atau 2,93% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar 0,14% (qtq). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi pada kelompok ini utamanya bersumber dari sub kelompok transpor sebesar1,14% (qtq) dan sub kelompok sarana dan penunjang transpor sebesar 0,29% (qtq). Pada bulan Juli 2014 dan Agustus 2014, angkutan udara menjadi 17 Sumber: Bloomberg.1 (satu) troy ounce setara dengan 31, gram ( 48 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULANIII-2014

65 INFLASI salah satu penyumbang inflasi sejalan dengan meningkatnya permintaan pada saat arus balik lebaran. Namun demikian, pada September 2014 permintaan angkutan udara kembali normal. Sub kelompok komunikasi dan pengiriman mengalami deflasi seiring dengan terhambatnya distribusi pengiriman barang keluar masuk Provinsi Jambi via udara yang disebabkan oleh cuaca Jambi yang berasap. Sementara itu, harga rata-rata minyak di pasar internasional turun sebesar 5,38% (qtq) dibandingkan periode triwulan II-2014 yaitu dari USD 103,06/barrel, menjadi USD 97,51/barrel yang dipengaruhi oleh membaiknya kondisi politik di Ukraina. Grafik Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional Harga Minyak (USD/Barrel) Sumber: Bloomberg C. INFLASI KOTA BUNGO Sejak Januari 2014, Kota Bungo termasuk sebagai kota indikator inflasi di Provinsi Jambi selain Kota Jambi. Bungo yang pada triwulan II-2014 berada pada urutan 20 (dua puluh) kota di tingkat inflasi tertinggi menjadi urutan 11 (sebelas) dari 23 (dua puluh tiga) kota di Sumatera yang dihitung inflasinya. Inflasi bulanan (mtm) Kota Bungo pada awal triwulan III-2014 berada pada level tertinggi sejak terhitung sebagai kota indikator inflasi yaitu pada level 1,21% (mtm) di Juli 2014, lalu pada bulan Agustus dan September 2014 stabil di level 0,44% (mtm). Peningkatan inflasi Juli 2014 merupakan dampak dari peningkatan konsumsi masyarakat terkait perayaan Idul Fitri 1435 H. TRIWULAN III-2014 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 49

66 INFLASI Grafik Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo tahun (0.20) (0.40) (0.60) (0.80) Jan Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul Aug Sep-14 (0.35) (0.28) (0.51) INFLASI Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Kota Bungo Sep-14 mtm sumbangan mtm sumbangan mtm sumbangan Inflasi Smbgn yoy I Bahan Makanan II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar IV Sandang V Kesehatan VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Sumber : BPS (diolah) VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Sumber: BPS (diolah) KELOMPOK Jul-14 Aug-14 Sep-14 Triwulan III-2014 (q-t-q, %) INFLASI Tabel 2.5. Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Bungo Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa 50 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULANIII-2014

67 INFLASI KELOMPOK/SUBKELOMPOK Triwulan II-2014 qtq yoy qtq yoy I. BAHAN MAKANAN a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA 0.30 N/A 3.58 N/A b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA 1.69 N/A N/A c. IKAN SEGAR N/A 6.85 N/A d. IKAN DIAWETKAN 3.54 N/A 1.78 N/A e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA 2.15 N/A 4.67 N/A f. SAYUR-SAYURAN N/A N/A g. KACANG-KACANGAN 0.01 N/A 0.41 N/A h. BUAH-BUAHAN 3.16 N/A 2.94 N/A i. BUMBU-BUMBUAN N/A N/A j. LEMAK DAN MINYAK 3.73 N/A N/A k. BAHAN MAKANAN LAINNYA 0.00 N/A 1.45 N/A II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU a. MAKANAN JADI 1.56 N/A 0.10 N/A b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL 0.18 N/A N/A c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 3.97 N/A 0.00 N/A III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR a. BIAYA TEMPAT TINGGAL 0.09 N/A 0.43 N/A b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 0.08 N/A 7.52 N/A c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA 4.43 N/A 1.07 N/A d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA 2.64 N/A 3.44 N/A IV. SANDANG a. SANDANG LAKI-LAKI 3.72 N/A 0.08 N/A b. SANDANG WANITA 3.70 N/A 3.23 N/A c. SANDANG ANAK-ANAK 3.08 N/A 3.57 N/A d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA N/A N/A V. KESEHATAN a. JASA KESEHATAN 0.00 N/A 0.00 N/A b. OBAT-OBATAN N/A N/A c. JASA PERAWATAN JASMANI 0.00 N/A 0.00 N/A d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA 1.48 N/A 2.84 N/A VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA a. JASA PENDIDIKAN 1.40 N/A 3.09 N/A b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 0.00 N/A 9.44 N/A c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN 0.81 N/A N/A d. REKREASI 1.64 N/A N/A e. OLAHRAGA N/A 1.47 N/A VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN a. TRANSPOR 1.33 N/A 0.60 N/A b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN 0.00 N/A 0.00 N/A c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 2.28 N/A 2.58 N/A d. JASA KEUANGAN 0.00 N/A 0.00 N/A INFLASI (UMUM) Sumber: BPS (diolah) N/A : Kota Bungo sebagai indikator kota inflasi sejak Januari 2014 Triwulan III-2014 Berdasarkan kelompoknya, inflasi terbesar pada triwulan III-2014 terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 4,72% (qtq) atau 3,46% (yoy) dengan sumbangan inflasi 1,20%. Inflasi kelompok bahan makanan tersebut didominasi TRIWULAN III-2014 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 51

68 INFLASI sub kelompok bumbu-bumbuan (30,70% (qtq)), ikan segar (6,85%(qtq)), serta telur, susu dan hasil-hasilnya (4,67% (qtq)). Sub kelompok bumbu-bumbuan mengalami inflasi yang disumbangkan oleh kenaikan cabai merah setelah pada triwulan sebelumnya cabai mengalami deflasi. Harga cabai merah di Kota Bungo pada Juli 2014 berada pada level Rp12.000/kg naik menjadi Rp17.250/kg (Agustus 2014) hingga Rp25.200/kg (Sepember 2014).Terbatasnya pasokan cabai merah setelah panen pada periode sebelumnya menjadi pemicu kenaikan harga cabai merah. Ikan segar mengalami peningkatan harga seiring dengan berkurangnya pasokan ikan segar karena ikan budi daya dengan keramba di Danau Maninjau, Agam, Sumatera Barati mengalami keracunan. Sementara telur ayam ras mengalami peningkatan harga karena kenaikan harga pakan ternak ayam petelur Sementara itu, sub kelompok sayur-sayuran, lemak dan minyak serta daging dan hasil-hasilnya mengalami deflasi masing-masing sebesar 6,94% (qtq), 1,38% (qtq) dan 1,14% (qtq). Berbeda dengan Kota Jambi, sub kelompok sayur-sayuran Kota Bungo mengalami deflasi yang lebih dalam setelah pada triwulan II-2014 juga mengalami deflasi. Deflasi tersebut disumbangkan oleh sayur-sayuran jenis wortel, tauge/kecambah dan terong panjang. Sebaliknya, daun singkong, kangkung dan bayam mengalami inflasi. Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami deflasi pada triwulan laporan seiring dengan menurunnya permintaan kebutuhan daging sapi dan daging ayam ras, setelah pada triwulan sebelumnya mengalami inflasi. Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar mengalami inflasi 3,50% (qtq) atau 12,25% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,62% yang didominasi oleh sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air, sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga, sub kelompok perlengkapan rumah tangga dan sub kelompok biaya tempat tinggal masing-masing sebesar 7,52% (qtq), 3,44% (qtq), 1,07% (qtq) dan 0,43% (qtq). Inflasi tersebut dipicu oleh kenaikan harga elpiji ukuran 12 kg sesuai kebijakan yang diberlakukan oleh Pertamina dan keputusan Pemerintah untuk menaikkan Tarif Tenaga Listrik (TTL) golongan Rumah Tangga dan Industri per 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal 1 Juli KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULANIII-2014

69 INFLASI Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi 2,05% (qtq) atau 3,97% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,15%. Inflasi pada kelompok ini dipicu oleh sub kelompok kursus-kursus/pelatihan 9,44% (qtq) dan jasa pendidikan 3,09% (qtq) seiring dengan tahun ajaran baru pada bulan Juli Sedangkan sub kelompok perlengkapan/ peralatan pendidikan dan rekreasi mengalami deflasi masing-masing 1,08% (qtq) dan 0,10%(qtq) setelah pada periode sebelumnya mengalami inflasi. Deflasi tersebut disebabkan oleh menurunnya permintaan karena telah terpenuhinya kebutuhan/peralatan pendidikan sehubungan dengan tahun ajaran baru pada periode sebelumnya. Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 1,08% (qtq) atau 5,50% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,10%. Inflasi pada kelompok ini dipicu oleh meningkatnya kebutuhan sandang laki-laki, wanita dan sandang anak-anak seiring dengan perayaan Idul Fitri 1435H. Sedangkan sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya selama triwulan III-2014 mengalami deflasi sebesar 3,29% (qtq) setelah pada triwulan II-2014 juga mengalami deflasi 1,65% (qtq) seiring dengan penurunan harga emas internasional. Inflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan laporan tercatat sebesar 0,71% (qtq) atau 2,38% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,10%. Sub kelompok transpor serta sarana dan penunjang transpor mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,60% (qtq) dan 2,58% (qtq) yang disumbangkan oleh peningkatan permintaan angkutan udara seiring dengan arus balik Idul Fitri 1435 H dan kenaikan harga suku cadang kendaraan bermotor (ban luar dan dalam motor). Sementara sub kelompok komunikasi dan pengiriman serta jasa keuangan cenderung stabil. Kelompok makanan jadi, minuman rokok dan tembakau pada triwulan ini mengalami inflasi sebesar 0,03% (qtq) atau 4,35% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,01%. Inflasi tersebut disumbangkan oleh sub kelompok makanan jadi sebesar 0,10% (qtq) sebagai dampak lanjutan dari kenaikan harga bahan bakar. Sub kelompok minuman yang tidak beralkohol mengalami deflasi 0,22% (qtq) seiring dengan menurunnya permintaan, setelah pada triwulan II-2014 mengalami inflasi sebesar 0,18% (qtq). Sub kelompok tembakau dan minuman TRIWULAN III-2014 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 53

70 INFLASI beralkohol cenderung stabil pada triwulan laporan setelah mengalami inflasi sebesar 3,97% (qtq) pada triwulan sebelumnya. 54 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULANIII-2014

71 INFLASI Tabel 2.6. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm)kota Bungo Berdasarkan Komoditi Periode triwulan III-2014 TW III KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI 10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI Sumbangan JULI JULI TW III-2014 Sumbangan 1 Udang Basah 0, Bahan Bakar Ruta -0, Cabai Merah 0, Jengkol -0, Sekolah Menengah Perama 0, Wortel -0, Tarif Lisrik 0, Tongkol/Ambu-Ambu -0, Bawang Merah 0, Serai -0, Angkutan Anar Kota 0, Gula Pasir -0, Bimbingan Belajar 0, Salak -0, Jeruk 0, Obat dengan Resep -0, Telur Ayam Ras 0, Tepung erigu -0, Blus 0, Pasta Gigi -0,0019 AGUSTUS 0,7348 Sumbangan 10 Komoditas -0,2137 AGUSTUS 1 Tarif Listrik 0, Jengkol -0, Cabai Merah 0, Angkutan Antar Kota -0, Bawang Merah 0, Tongkol/Ambu-Ambu -0, Nila 0, Emas Perhiasan -0, Celana Panjang Jeans 0, Daun Singkong -0, Beras 0, Wortel -0, Kenang 0, Bawang Puih -0, Daging Ayam Ras 0, Apel -0, Serai 0, Telur Ayam Ras -0, Sandal Kulit 0, Kacang Panjang -0,0087 SEPTEMBER Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas 0,7029 Sumbangan 10 Komoditas -0,2963 SEPTEMBER 1 Cabai Merah 0, Jengkol -0, Beras 0, Bawang Merah -0, Udang Basah 0, Nila -0, Bahan Bakar Rumah Tangga 0, Daging Sapi -0, Tarif Lisrik 0, Angkutan Antar Kota -0, Pemeliharaan/Service 0, Jeruk -0, Daun Singkong 0, Kelapa -0, Kangkung 0, Daging Ayam Ras -0, Angkutan Udara 0, Emas Perhiasan -0, Telur Ayam Ras 0, Laptop/Notebook -0,0313 Sumbangan 10 Komoditas Sumber : BPS (diolah) 1,1046 Sumbangan 10 Komoditas -0,6915 Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.6.), penyumbang pembentukan inflasi terbesar Bungo pada triwulan III-2014 adalah cabai merah dan tarif listrik.sedangkan komoditi penyumbang deflasi selama triwulan III-2014 didominasi oleh emas perhiasan dan sayuran. TRIWULAN III-2014 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 55

72 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

73 BAB III PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kinerja perbankan pada triwulan III-2014 secara umum menunjukkan sedikit perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset perbankan cenderung stabil meskipun mengalami sedikit penurunan. Perlambatan pertumbuhan terjadi pada dana pihak ketiga dan kredit. Pertumbuhan dana pihak ketiga yang lebih kecil daripada pertumbuhan kredit menyebabkan Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor mengalami peningkatan sebesar 115 bps menjadi sebesar 112,63%. Suku bunga simpanan DPK (dana pihak ketiga) pada periode laporan meningkat dibandingkan triwulan II-2014 dan sebaliknya, suku bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan bank umum di Provinsi Jambi menunjukkan penurunan. Kualitas kredit masih terjaga yang tercermin dari rasio NPL di bawah 5% (2,45%), sedikit membaik dibandingkan triwulan sebelumnya (rasio NPL 2,46%). Sementara itu kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dan secara tahunan mengalami peningkatan, meskipun jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan total kredit. A.Perkembangan Kelembagaan Secara kelembagaan, jumlah bank yang beroperasi di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi selama triwulan III 2014 menjadi 51 bank seiring dengan pembukaan 1 (satu) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yaitu PT BPR Perdana Cipta Sejahtera sehingga terdapat 32 (tiga puluh dua) bank umum dan 19 (sembilan belas) Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Dari 32 (tiga puluh dua) bank umum yang beroperasi di wilayah Jambi tersebut, 27 (dua puluh tujuh) di antaranya merupakan bank konvensional dengan 3 (tiga) di antaranya memiliki Unit Usaha Syariah (Bank Jambi Unit Usaha Syariah, Bank CIMB Niaga Unit Usaha Syariah, dan 57

74 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Bank Sinarmas Unit Usaha Syariah), sedangkan 5 (lima) bank lainnya merupakan bank syariah. Jumlah kantor bank mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya menjadi 417 (empat ratus tujuh belas) kantor bank. Secara lebih rinci dari 417 kantor bank di Provinsi Jambi tersebut, 386 di antaranya merupakan kantor bank umum sementara 31 lainnya merupakan kantor BPR. Berdasarkan sebaran jumlah kantor bank umum dan BPR, sebagian besar yaitu 33,81% atau 141 (seratus empat puluh satu) kantor berada di Kota Jambi, diikuti oleh Kabupaten Merangin dan Bungo masing-masing sebanyak 41 (empat puluh satu) kantor (9,83%) dan 39 (tiga puluh sembilan) kantor (9,35%) (Tabel 3.1.). Sementara kabupaten yang paling sedikit jumlah kantor banknya adalah Kota Sungai Penuh, yaitu hanya sebanyak 9 (sembilan) kantor atau sebesar 2,16%. Kota Sungai Penuh baru terbentuk tahun 2008 dan merupakan pemekaran dari Kabupaten Kerinci. Sumber: LBU Bank Indonesia Tabel 3.1. Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum dan BPR ProvinsiJambi JUMLAH BANK Pangsa Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2 Trw 3 (%) Kota Jambi Merangin Bungo Sarolangun Muara Jambi Tebo Tanjung Jabung Barat Batanghari Kerinci Tanjung Jabung Timur Sungai Penuh T O T A L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2014

75 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN B.Bank Umum 1. Perkembangan Aset Bank Secara triwulanan, total aset bank umum di Provinsi Jambi cenderung stabil meskipun sedikit menurun 1,46% (qtq) dari Rp34,85 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp34,34 triliun pada periode laporan. Penurunan tersebut seiring dengan sedikit penurunan aset bank pemerintah dan bank syariah yaitu sebesar Rp548,68 miliar (2,27%(qtq)) dan Rp66,45 miliar (3,10% (qtq)). Sebaliknya bank swasta mengalami peningkatan aset sebesar Rp107,93 miliar (1,27%(qtq)) (Grafik 3.1.). Secara tahunan, pertumbuhan aset perbankan pada triwulan III-2014 (20,35%) (yoy)) juga lebih rendah dibandingkan triwulan II-2014 (25,22% (yoy)). Berdasarkan pangsanya, aset perbankan terbesar adalah dari bank pemerintah Rp23,67 triliun (68,92%), diikuti oleh bank swasta Rp8,60 triliun (25,03%) dan bank syariah Rp2,07 triliun (6,05%) Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi (dalam satuan triliun rupiah) ,61 27,67 25,94 23,12 24,38 Persen , ,39 20,35 19, ,80 16, ,04 18,10 17,1611,54 15,48 8, , ,65 8,76 3,71 4,57 3,17 2,53 1,51 3,54 1,61 1,29 0,48 (1,46) Q1-11Q2-11Q3-11Q4-11Q1-12Q2-12Q3-12Q4-12Q1-13Q2-13Q3-13Q4-13Q1-14Q2-14Q Jumlah Aset (aksis kiri) Pertumbuhan q-t-q (%) Pertumbuhan y-o-y (%) Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) TRIWULANIII-2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 59

76 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 2. Perkembangan Dana Masyarakat Secara triwulanan, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum sebesar Rp22,52triliun, sedikit meningkat 0,99% (qtq) (Rp219,74 miliar) dari triwulan sebelumnya (Rp22,30 triliun) seiring dengan peningkatan tabungan dan deposito berjangka yang masing-masing sebesar 2,93% (qtq) dan 3,33% (qtq) (Grafik 3.2. dan tabel 3.2.). Sementara giro mengalami penurunan 8,50%(qtq). DPK bank pemerintah, bank syariah, dan bank swasta masing-masing mampu tumbuh sebesar 0,41% (qtq), 1,39% (qtq) dan 8,03% (qtq). Secara tahunan, DPK tumbuh sebesar 15,40% (sebesar Rp3,00 triliun) yang didominasi oleh kenaikan deposito Rp1,82 triliun (31,95% (yoy)) dan tabungan sebesar Rp1,22 triliun (12,12% (yoy)). Kenaikan deposito tersebut disebabkan oleh kenaikan suku bunga deposito seiring dengan kenaikan BI Rate dari 6,25% pada Agustus 2013, 7% (Agustus 2013), 7,25% (September 2013) dan menjadi 7,50% sejak November 2013 hingga bulan laporan triwulan III Namun penyesuaian suku bunga simpanan perbankan baru terjadi setelah beberapa waktu kemudian. Sementara giro masih cenderung stabil meskipun mengalami sedikit penurunan sebesar Rp37,52 miliar (1,00% (yoy)). Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi Rp (dalam miliar) Tabungan Simp Berjangka Giro DPK Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) 60 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2014

77 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Tabel 3.2. Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) URAIAN Bank Konvensional Bank Pemerintah 2013 Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III q-t-q y-o-y ,41% 20,89% 1 Giro ,02% 7,74% 2 Tabungan ,35% 15,25% 3 Simpanan Berjangka ,98% 39,64% 2014 Pertumbuhan Bank Swasta Nasional ,39% 8,38% 1 Giro ,52% -3,69% 2 Tabungan ,49% 5,53% 3 Simpanan Berjangka ,22% 20,23% Bank Syariah Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) ,03% -12,03% 1 Giro ,99% -79,47% 2 Tabungan ,34% 15,83% 3 Simpanan Berjangka ,56% 0,76% 6, Jumlah ,99% 15,40% 1 Giro ,50% -1,00% 2 Tabungan ,93% 12,12% 3 Simpanan Berjangka ,33% 31,95% Berdasarkan kelompok bank, penghimpunan DPK mayoritas berasal dari bank pemerintah dan mencapai Rp15,48 triliun (68,74%), diikuti oleh bank swasta nasional Rp6,04 triliun (26,81%) dan bank syariah Rp1,00 riliun (4,45%) (Tabel 3.2). Bank pemerintah mengalami akselerasi pertumbuhan penghimpunan DPK mencapai 20,89% (yoy). Sementara bank swasta nasional mampu tumbuh sebesar 8,38%(yoy). Sebaliknya, bank syariah mengalami penurunan penghimpunan DPK sebesar12,02% (yoy). Berdasarkan golongan pemilik, tumbuhnya DPK terutama berasal dari penempatan oleh perseorangan dan BUMN atau pemerintah campuran. DPK perseorangan meningkat Rp2,28 triliun dalam setahun ini menjadi Rp15,01 triliun (meningkat 17,93% (yoy)) dan BUMN atau pemerintah campuran menjadi Rp1,23 triliun (meningkat 225,34% (yoy)) (Tabel 3.3.). Meningkatnya suku bunga simpanan bank mengikuti kenaikan BI-rate menjadi salah satu faktor tumbuhnya DPK perseorangan. Sementara itu DPK milik Pemerintah Daerah, dengan pangsa terbesar kedua setelah perseorangan, cenderung stabil meskipun mengalami sedikit penurunan sebesar 1,56% (yoy) menjadi Rp3,88 triliun. TRIWULANIII-2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 61

78 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Tabel 3.3. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik (dalam jutaan rupiah) No. Golongan Pemilik Trw.I-2013 Trw.II-2013 Trw.III-2013 Trw.IV-2013 Trw.I-2014 Trw.II-2014 Trw.III-2014 Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share yoy Penduduk/Residents 1 Pemerintah Pusat 128, , ,604 35, , , , % 2 Pemerintah Daerah (Pemda) 3,821,755 4,227,594 3,950,762 1,701,695 2,967,960 4,151,802 3,889, % 3 Badan Dan Lembaga Pemerintah 30,978 30,149 31,195 32,249 24,238 25,400 24, % 4 BUMN Atau Pemerintah Campuran 352, , , , ,696 1,239,891 1,235, % 5 BUMD 35,389 58,419 40,173 47, , , , % 6 Lembaga Keuangan Non Bank 134, , , , , , , % 7 Bukan Lembaga Keuangan 1,503,361 1,627,833 1,691,289 2,285,904 1,632,625 1,717,251 1,730, % 8 Sektor Swasta Lainnya 80, , , , ,337 74,787 37, % 9 Perseorangan 12,278,358 12,184,119 12,729,279 14,452,207 13,850,893 14,531,744 15,011, % Jumlah 18,366,310 19,149,832 19,514,780 19,409,987 20,064,415 22,305,466 22,525, % Bukan Penduduk/Non-Residents 9,988 4,826 6,193 5,026 5,022 1,931 1, % Penduduk dan bukan penduduk 18,376,298 19,154,658 19,520,972 19,415,013 20,069,436 22,307,397 22,527, % Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Berdasarkan lokasi proyek, peningkatan DPK utamanya disebabkan oleh meningkatnya penghimpunan DPK di hampir seluruh wilayah Jambi, kecuali di Kabupaten Batanghari (Tabel 3.4.). Pertumbuhan penghimpunan DPK tahunan terbesar terjadi di wilayah Kabupaten Tebo, Merangin, Sarolangun dan Kota Jambi masing-masing sebesar Rp104,80 miliar (39,82%), Rp184,20 miliar (23,99% (yoy)), Rp67,67 miliar (18,94%(yoy)) dan Rp2,34 triliun (17,78% (yoy)). Berdasarkan pangsanya, mayoritas penghimpunan DPK berlokasi di Kota Jambi dan mencapai Rp15,51 triliun (68,89%) diikuti oleh Bungo dan Tanjung Jabung Barat masing-masing sebesar Rp1,46 triliun (6,49%)dan 1,44 triliun (6,40%). Tabel 3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek (dalam jutaan rupiah) No. Kota/Kabupaten Trw. I-13 Trw. II-13 Trw. III-13 Trw. IV-13 Trw. I-14 Trw. II-14 Trw. III-14 Pertumbuhan (yoy) Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share Nominal Persen 1 Kota Jambi 12,224,040 12,668,320 13,175,628 13,666,724 13,886,280 15,168,952 15,518, ,342, Kab. Bungo 1,357,670 1,346,772 1,372,958 1,416,378 1,413,445 1,541,924 1,463, , Tanjung Jabung Barat 1,268,320 1,377,031 1,357,655 1,159,956 1,165,207 1,428,596 1,442, , Kab. Kerinci 1,108,471 1,147,320 1,203,577 1,112,837 1,170,097 1,274,541 1,338, , Kab. Merangin 715, , , , ,365 1,003, , , Kab. Batanghari 785, , , , , , , (24,022) (3.64) 7 Kab. Sarolangun 307, , , , , , , , Tanjung Jabung Timur 319, , , , , , , , Kab. Tebo 290, , , , , , , , JUMLAH 18,376,298 19,154,658 19,520,974 19,415,015 20,069,436 22,307,397 22,527, ,006, Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) 62 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2014

79 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi meningkat Rp502,89 miliar (2,02% (qtq)) yaitu dari Rp24,86 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp25,37 triliun (Tabel 3.5.). Pertumbuhan kredit tersebut melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (3,93% (qtq)). Jika dibandingkan triwulan yang sama tahun 2013, pertumbuhan penyaluran kredit pada triwulan III 2014 hanya mencapai sebesar 9,65% (yoy), sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi daerah dan kenaikan BI Rate, dan jauh melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2013 yang dapat mencapai 28,89% (yoy), URAIAN Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) Pertumbuhan TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III q-t-q y-o-y Kelompok Bank 20,162,558 22,223,927 23,138,260 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,372, % 1 Bank Pemerintah 12,768,570 14,129,012 14,694,069 15,048,876 15,394,481 16,092,175 16,541, % 12.57% 2 Bank Swasta*) 5,560,810 6,152,437 6,436,729 6,525,991 6,503,079 6,749,181 6,832, % 6.16% 3 Bank Syariah 1,833,179 1,942,478 2,007,462 2,046,216 2,029,739 2,027,277 1,997, % -0.49% Jenis Penggunaan 20,162,558 22,223,927 23,138,260 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,372, % 9.66% 1 Modal Kerja 7,484,277 7,365,449 7,453,703 7,548,969 7,558,597 8,035,392 8,187, % 9.85% 2 Investasi 4,033,494 5,481,736 5,752,786 5,864,182 5,959,299 6,071,136 6,134, % 6.63% 3 Konsumsi 8,644,788 9,376,743 9,931,771 10,207,932 10,409,402 10,762,104 11,050, % 11.26% Sektor Ekonomi 20,162,558 22,223,927 23,138,260 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,371, % 9.65% 1 Pertanian 3,236,828 3,760,313 3,995,028 4,031,009 4,231,411 4,551,324 4,623, % 15.74% 2 Pertambangan dan Penggalian 155, ,958 99,822 96, , , , % 50.17% 3 Industri 587, , , , , , , % -1.40% 4 LGA 3,537 6,622 6,197 5,610 4,126 3,177 3, % % 5 Konstruksi 651, , , , , , , % 3.82% 6 Perdagangan Hotel dan Restoran 4,959,617 5,575,797 5,602,869 5,775,325 5,778,262 6,165,280 6,287, % 12.22% 7 Pengangkutan dan Komunikasi 303, , , , , , , % -2.91% Keuangan,Real estate dan Jasa 8 Perusahaan 986,614 1,137,928 1,134,966 1,132,014 1,135, , , % % 9 Jasa-jasa 632, , , , , , , % 35.07% 10 Bukan Lapangan Usaha 8,644,788 9,376,743 9,931,771 10,207,932 10,409,402 10,891,132 11,128, % 12.05% Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Berdasarkan Kelompok Bank, peningkatan jumlah kredit dialami oleh bank konvensional sebesar 10,62% (yoy), sementara bank syariah mengalami penurunan kredit sebesar 0,49% (yoy). Pangsa kredit bank konvensional mencapai 92,13% sementara bank syariah sebesar 7,87%. Berdasarkan Jenis Penggunaan, kredit terbesar adalah kredit konsumsi yang mencapai 43,55%, diikuti dengan kredit modal kerja (32,27%) dan kredit investasi (24,18%). Kredit konsumsi, kredit modal kerja serta kredit konsumsi TRIWULANIII-2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 63

80 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN menunjukkan pertumbuhan masing-masing sebesar 11,26% (yoy), 9,85% (yoy) dan 6,63% (yoy). Secara triwulanan, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada kredit konsumsi (2,68% (qtq)), diikuti kredit modal kerja (1,90% (qtq)) dan kredit investasi (1,04% (qtq)). Pertumbuhan kredit tersebut cenderung melambat dibandingkan pertumbuhan kredit triwulan II-2014 (kredit konsumsi (3,39% (qtq)), kredit modal kerja (6,31% (qtq)), dan kredit investasi (1,88% (qtq)). Perlambatan kredit konsumsi tersebut disebabkan telah lewatnya masa liburan sekolah, tahun ajaran baru dan perayaan Hari Raya Idul Fitri 1435H. Berdasarkan Sektor Ekonomi, pertumbuhan kredit terbesar terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian yang mencapai 50,17% (yoy) dan diikuti oleh sektor jasa-jasa (35,07% (yoy)), sektor pertanian (15,74% (yoy)) dan sektor perdagangan ((12,22% (yoy)). Sementara itu, sektor listrik, gas dan air dan sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami penurunan seiring. Penurunan kredit di sektor listrik, gas dan air sejalan dengan penurunan kredit sub sektor pengadaan dan penyaluran air bersih dan sub sektor gas, namun penurunan tersebut sedikit tertahan dengan kenaikan kredit pada sub sektor ketenagalistrikan pedesaan. Penurunan kredit pada sektor pengangkutan dan komunikasi utamanya disebabkan oleh menurunnya kredit sub sektor angkutan laut internasional terkait menurunnya frekuensi kunjungan pelayaran internasional di pelabuhan Jambi. Sementara itu, pangsa penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit kepada bukan lapangan usaha, yaitu sebesar 43,86%, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (24,78%) dan sektor pertanian (18,30%). Dominasi penyaluran kredit pada ketiga sektor tersebut mencapai 86,84% dari total outstanding kredit. Berdasarkan lokasi Proyek, jumlah kredit yang disalurkan ke Provinsi Jambi oleh perbankan sebesar Rp33,25 triliun, lebih tinggi dibandingkan kredit yang disalurkan oleh perbankan Jambi (Rp22,52 triliun) dan menunjukkan bahwa terdapat Rp10,73 triliun kredit yang disalurkan oleh perbankan di luar Provinsi Jambi. Dibandingkan triwulan lalu, kredit tersebut cenderung stabil dengan peningkatan sebesar 2,46% (qtq) dari sebelumnya Rp32,45 triliun. Sementara secara tahunan meningkat 11,14% (yoy) dari sebelumnya Rp29,92 triliun (Tabel 3.6.). Kenaikan kredit 64 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2014

81 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya kredit di sektor industri pengolahan sebesar Rp1,13 triliun (67,53% (yoy)), sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp517,12 miliar (54,60% (yoy)), dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp516,31 miliar (8,46% (yoy)). Kenaikan kredit terbesar baik secara triwulanan dan tahunan terjadi di Kabupaten Tebo dan Kota Sungai Penuh. Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Bank Umum dan BPR Berdasarkan Lokasi Proyek di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) Kabupaten/Kota Pertumbuhan Tw I Tw II Tw III TW IV Tw I Tw II Tw III qtq yoy Batanghari ,86-6,83 Sarolangun ,20 12,49 Kerinci ,21 10,75 Muaro Jambi ,42-0,78 Tanjung Jabung Barat ,65 21,11 Tanjung Jabung Timur ,49 19,64 Tebo ,52 46,26 Merangin ,09 17,76 Bungo ,59-2,29 Sungai Penuh ,73 97,44 Jambi ,21 13,12 T O T A L ,46 11,14 Sumber: SEKDA Provinsi Jambi (diolah) 4. Undisbursed Loan Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) sebesar Rp1,85 triliun menurun sebesar Rp265,41 miliar (12,50%) dari triwulan sebelumnya (Rp2,12 triliun) (Tabel 3.7.). Penurunan undisbursed loan tersebut disebabkan oleh menurunnya kelonggaran tarik kredit investasi dan modal kerja masing-masing sebesar Rp94,92 miliar (23,43%(qtq)) dan Rp170,92 miliar (9,99%(qtq)). Sementara kelonggaran tarik kredit konsumsi sedikit meningkat yaitu Rp442,10 juta miliar (6,77% (qtq)). Kenaikan kelonggaran tarik kredit konsumsi tersebut sejalan dengan meningkatnya persetujuan kredit konsumsi atas pemilikan rumah tinggal sampai tipe 70, sedangkan pemilikan rumah tinggal diatas tipe 71 mengalami perlambatan sejalan dengan ketentuan LTV LTV adalah kebijakan Bank Indonesia (BI) mengenai ketentuan rasio kredit terhadap nilai agunan (loan to value/ltv) dan rasio pembiayaan terhadap nilai agunan (financing to value/ftv) untuk kredit pemilikan properti dan kredit konsumsi beragun properti. Ketentuan tersebut mulai berlaku pada 30 September Dalam ketentuan LTV/FTV yang baru, kredit pemilikan rumah (KPR) maupun kredit pemilikan rumah susun (KPRS) atau kredit apartemen tipe lebih dari 70 meter persegi (m2) untuk rumah pertama diwajibkan terkena LTV 70%. Kemudian, untuk KPR/KPRS rumah kedua sebesar 60% dan rumah ketiga dan seterusnya 50%. TRIWULANIII-2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 65

82 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Tabel 3.7 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) Jenis Penggunaan Pertumbuhan (qtq) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III Nominal % 1 Investasi 230, , , , , , ,246 (94,927) (23.43) 2 Konsumsi 14,883 2,543 2,099 2,009 2,908 6,533 6, Modal kerja 1,527,558 1,541,494 1,767,269 1,862,807 1,837,862 1,711,830 1,540,901 (170,929) (9.99) Total Kategori 1,772,485 2,021,788 2,207,531 2,142,384 2,077,803 2,123,535 1,858,122 (265,413) (12.50) Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) 5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) gross Bank Umum di Provinsi Jambi Loan to Deposits Ratio (LDR) 19 pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 115 BPS dikarenakan pertumbuhan DPK yang jauh melambat (0,99% (qtq)) dibandingkan pertumbuhan kredit (3,93% (qtq)). LDR berdasarkan bank pelapor mencapai 112,63% (Grafik 3.3.). Sejak triwulan III-2012 lalu, LDR bank umum sudah melebihi 100% yang menandakan lebih tingginya kredit yang disalurkan dibandingkan dengan penghimpunan dananya atau dengan kata lain masuknya dana dari luar perbankan Provinsi Jambi. Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi Rp triliun % % % % % % % % % % 91.05% % 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0 Q1-12 Q2-12 Q3-12 Q4-12 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 0% Kredit Perbankan Jambi (Rp juta) DPK Perbankan (Rp juta) LDR Perbankan Jambi (persen) Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Kualitas kredit yang diberikan tergolong baik, tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross bank umum yaitu sebesar 2,45% (di bawah ketentuan 5%), sedikit membaik dibandingkan triwulan lalu (2,46%) (Tabel 3.8.). 19 LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum pada triwulan laporan. 66 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2014

83 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dialami oleh sektor LGA sebesar 10,21% dan pertambangan dan penggalian sebesar 8,62% yang berada di atas ketentuan 5%. Cukup tingginya NPL tersebut disebabkan kinerja kredit sub sektor ketenagalistrikan lainnya yang belum membaik serta belum membaiknya harga jual sektor pertambangan, dalam hal ini batu bara, yang berdampak pada menurunnya kemampuan bayar debitur di sektor tersebut. Selain itu, penerapan Undang-Undang Mineral dan Batubara yang melarang ekspor bahan mentah hasil tambang terhitung sejak tanggal 12 Januari 2014 serta adanya Perda yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai, turut menjadi penyebab tingginya NPL sektor ini karena mengakibatkan sebagian besar perusahaan pertambangan batubara menghentikan sementara aktivitas kegiatan tambang. Sementara itu sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami peningkatan NPL menjadi 4,13% seiring dengan melemahnya perekonomian dan konsumsi. Tabel 3.8 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) TW II-14 TW III-14 No Sektor Ekonomi Kredit Nominal NPL NPL (%) Kredit Nominal NPL NPL (%) 1. Pertanian Peternakan Kehutanan dan Perikanan 4,551,324 82, ,623,883 89, Pertambangan dan Penggalian 136,051 11, ,907 12, Industri 804,571 17, ,967 6, LGA 3, , Konstruksi 876,089 29, ,225 22, Perdagangan Hotel dan Restoran 6,165, , ,287, , Pengangkutan dan Komunikasi 333,691 4, ,157 5, Keuangan,Real estate dan Jasa Perusahaan 704,085 34, ,888 22, Jasa-jasa 403,233 11, ,693 19, Bukan Lapangan Usaha 10,891, , ,128, , J U M L A H 24,868, , ,371, , Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Dilihat dari spread bunga (grafik 3.4), terlihat bahwa margin keuntungan (margin rata-rata tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito) perbankan di Provinsi Jambi kembali menurun dari 5,12% menjadi 4,86% seiring dengan adanya tren peningkatan suku bunga simpanan dalam beberapa bulan terakhir mengikuti kenaikan BI Rate (Grafik 3.4.). Suku bunga deposito pada periode TRIWULANIII-2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 67

84 Rp Triliun Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN laporan tercatat sebesar 8,53% atau meningkat dibandingkan triwulan II-2014 (8,46%). Sebaliknya, suku bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan bank umum di Provinsi Jambi menunjukkan penurunan. Suku bunga kredit pada periode laporan tercatat 13,39%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (13,58%) Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam satuan %) Margin Deposito Kredit BI-rate Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) 6. Perkembangan Kredit UMKM Kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan sedikit meningkat (2,17% (qtq)) dibandingkan triwulan sebelumnya dan secara tahunan mengalami peningkatan 7,39% (yoy), namun jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan total kredit (9,65% (yoy))(grafik 3.5.). Grafik 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi Mikro Kecil Menengah Pertumbuhan UMKM (%) yoy Pertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor yoy TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2014

85 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit di Jambi menunjukkan sedikit peningkatan yaitu dari 37,03% di triwulan lalu menjadi 37,08% (Grafik 3.6.). Berdasarkan distribusinya, kredit mikro memiliki pangsa terbesar yaitu 34,19%,diikuti kredit menengah sebesar 33,84%, serta kredit kecil sebesar 31,97% dari total kredit UMKM. Grafik 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 100% 80% 60% % 20% 0% TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III Mikro Kecil Menengah Kredit Bukan UMKM C.Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kinerja BPR pada triwulan laporan mengalami sedikit pertumbuhan dibanding triwulan sebelumnya, tercermin dari jumlah aset dan DPK yang mengalami peningkatan. Sementara dari sisi kredit yang diberikan mengalami sedikit perlambatan. Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi Jambi mengalami peningkatan sebesar Rp7,89 miliar (1,08% (qtq)) dari sebesar Rp731,85 miliar menjadi Rp739,74 miliar. Dana pihak ketiga (DPK) juga sedikit meningkat sebesar Rp11,07 miliar (2,05% (qtq)) dari sebelumnya Rp539,79 miliar menjadi Rp550,87 miliar. Peningkatan DPK tersebut sejalan dengan menurunnya kebutuhan likuiditas masyarakat seiring dengan berakhirnya masa liburan sekolah, tahun ajaran baru dan Idul Fitri 1435H. Peningkatan DPK tersebut terjadi pada deposito berjangka dan tabungan masingmasing sebesar Rp10,87 miliar (2,38% (qtq)) menjadi Rp466,80 miliar dan Rp203 juta (0,24%(qtq)) menjadi Rp84,07 miliar. TRIWULANIII-2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 69

86 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Sebaliknya, jumlah penyaluran kredit mengalami penurunan sebesar Rp6,32 miliar (1,17% (qtq)) menjadi Rp535,55 miliar. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan kredit konsumsi sebesar Rp15,40 miliar (5,81%(qtq)) menjadi Rp249,73 miliar. Sedangkan kredit modal kerja dan kredit investasi mengalami peningkatan yaitu masing-masing sebesar Rp6,78 miliar (3,96% (qtq)) menjadi Rp178,18 miliar dan sebesar Rp2,29 miliar (2,18% (qtq)) menjadi Rp107,63 miliar. Kualitas kredit BPR pada triwulan laporan menunjukkan penurunan yang ditandai dengan meningkatnya persentase Non Performing Loan (NPL) dari 10,09% menjadi 11,13% atau semakin jauh melampaui ketentuan maksimal NPL sebesar 5%, sehingga memerlukan perhatian khusus. Kenaikan NPL tersebut terjadi di semua jenis penggunaan kredit yang diberikan namun didominasi oleh kredit konsumsi lalu diikuti kredit modal kerja dan kredit investasi. Sementara itu, jika dilihat berdasarkan sektor ekonomi, NPL didominasi oleh sektor bukan lapangan usaha lalu diikuti sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan serta sektor jasa-jasa. Kenaikan NPL tersebut disebabkan oleh kenaikan suku bunga kredit seiring dengan kenaikan BI-rate dan menurunnya harga komoditi karet dan sawit sehingga mempengaruhi kemampuan membayar debitur. Dalam menjalankan fungsi intermediasinya, LDR BPR berada pada level 84,13% atau sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (85,60%) sejalan dengan menurunnya pertumbuhan penyaluran kredit. D. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai Pada periode triwulan III-2014, kebutuhan pembayaran tunai mengalami peningkatan baik dari sisi aliran kas keluar (cash outflow) maupun aliran kas masuk (cash inflow). Sementara kinerja pembayaran non tunai adalah sebagai berikut: Nilai kliring turun sebesar 6,39% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp2,53 triliun. Sejalan dengan hal tersebut volume kliring juga mengalami penurunan 5,74% (qtq) (Tabel 3.9.). 70 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2014

87 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Nilai RTGS dari, ke, serta dari dan ke Jambi mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, masing-masing sebesar 43,38%, 32,73%, dan 17,26%. Tabel 3.9 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi Uraian Pertumbuhan (qtq) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Nominal Persen Kliring Nilai Kliring (juta Rp) 2,519,686 2,800,410 2,577,906 2,714,032 2,519,833 2,707,328 2,534,343 (172,985) (6.39) Volume Kliring (lembar warkat) 72,639 76,559 71,104 70,456 68,552 74,520 70,240 (4,280) (5.74) Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 846,548 1,031,722 1,453, , , ,622 1,948, , Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 1,034,718 1,682,989 2,605,130 2,836,373 1,734,894 1,861,714 2,788, , Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (188,170) (651,267) (1,151,935) (2,025,444) (854,501) (885,091) (840,178) 44,913 (5.07) RTGS dari Jambi (miliar Rp) 15,535 19,666 20,189 22,181 19,684 26,992 38,703 11, RTGS ke Jambi (miliar Rp) 22,244 22,658 26,876 33,327 22,514 40,455 53,698 13, RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) 4,032 4,695 7,422 6,521 5,072 11,033 12,937 1, Cek dan BG Kosong Lembar 1,463 1,811 1,837 1,635 1,472 1,974 1,847 (127) (6.43) Nominal (juta Rp) 83,121 64,290 56,120 63,174 56,789 83,457 71,186 (12,271) (14.70) D.1.Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan, untuk aliran kas keluar (cash outflow) sebesar Rp2,78 triliun, naik 49,78% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya (grafik 3.7.). Sementara aliran kas masuk (cash inflow) sebesar Rp971,72 miliar, meningkat signifikan 99,50% (qtq). Pada triwulan laporan, Jambi tetap mengalami net outflow sebesar Rp840,17 miliar meskipun mengalami penurunan sebesar 5,07% (qtq) dibandingkan triwulan II Grafik 3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi Rp (juta) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 2014 Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) TRIWULANIII-2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 71

88 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN D.2.Penyediaan Uang Layak Edar Secara berkala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi melaksanakan pemusnahan uang yang tidak layar edar (UTLE) melalui kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kelayakan uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, pemberian tanda tidak berharga (PTTB) di Provinsi Jambi sebesar Rp329,29 miliar, atau mencapai 16,90% dari total inflow provinsi Jambi. D.3.Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan Pada triwulan laporan tidak ditemukan uang palsu yang beredar di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi. Dalam rangka mengantisipasi peredaran uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi secara berkala terus mensosialisasikan Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah kepada seluruh lapisan masyarakat. D.4.Perkembangan Kliring Lokal Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp2,53 triliun atau turun 6,39% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya (Rp 2,70 triliun) (Grafik 3.8.). Sejalan dengan nilainya, volume kliring juga mengalami penurunan sebesar 5,74% (qtq), yaitu dari lembar warkat menjadi lembar warkat. Penurunan pembayaran non tunai melalui kliring tersebut baik nilai dan volume disebabkan oleh menurunnya aktivitas transaksi setelah hari Raya Idul Fitri 1435H. Grafik 3.8 Perkembangan Transaksi Kliring Perkembangan Transaksi Kliring Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Nilai Kliring (juta Rp) Volume Kliring (lembar warkat) 72 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2014

89 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Seiring dengan penurunan aktivitas pembayaran non tunai melalui kliring, jumlah lembar cek dan BG kosong pada triwulan laporan juga mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp83,45 miliar (1.974 lembar) menjadi Rp71,18 miliar (1.847 lembar). D.5.Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) 20 Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi secara total (keluar dan masuk/dari dan ke) naik sebesar Rp50,85 triliun (64,79%) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu dari Rp54,48 triliun menjadi Rp105,33 triliun (Tabel 3.10.). Aliran transfer masuk ke Provinsi Jambi merupakan yang terbesar dan mencapai Rp53,69 triliun, diikuti oleh transfer ke luar Jambi Rp38,70 triliun dan transfer di dalam Provinsi Jambi Rp12,93 triliun. Aliran RTGS menunjukkan bahwa uang masuk ke Jambi lebih tinggi daripada yang keluar. Tabel 3.10 Perkembangan Transaksi RTGS (dalam miliar rupiah) Periode Dari Provinsi Jambi Ke Provinsi Jambi Dari dan Ke Provinsi Jambi Nilai Nilai Nilai Nilai Volume Volume Volume (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) TOTAL Volume Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang Rupiah, yang penyelesaian transaksi dilakukan secara seketika(real time). TRIWULANIII-2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 73

90 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

91 BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan triwulan III-2014 mencapai Rp2,55 triliun (terealisasi sebesar 81,55% dari APBD-P 2014), sementara itu realisasi belanja masih cukup rendah baru mencapai Rp1,76 triliun (baru terealisasi 48,32%). Jika dibandingkan dengan tahun lalu, nilai realisasi pendapatan dan belanja mengalami peningkatan masing-masing sebesar 18,87%, dan 7,43%. Sementara itu, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada APBD-P 2014 hanya sebesar 25,25% (lebih rendah dibandingkan alokasi pada APBD-P 2013 sebesar 31,5%). Seiring dengan hal tersebut, realisasi belanja modal pemerintah pusat sampai dengan triwulan III hanya sebesar 26,38% (menurun dibandingkan triwulan III-2013 yang mencapai 34,87%). A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan III Tahun 2014 Pada Triwulan III tahun 2014, realisasi pendapatan Provinsi Jambi sebesar Rp2,55 triliun atau mencapai 81,55% dari APBD-P tahun 2014 (Rp3,13 triliun). Berdasarkan jenisnya, pendapatan terbesar (61,89%) masih tergantung dari transfer pemerintah pusat yang mencapai Rp1,58 triliun. Lebih lanjut, pendapatan transfer dari APBN tersebut utamanya dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) yang mencapai Rp790,28 miliar (30,99% dari total pendapatan Jambi pada triwulan laporan) (Tabel 4.1.). Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang didapatkan melalui pajak, retribusi, serta pengelolaan kekayaan daerah mencapai Rp971,76 miliar (38,11%). Angka pendapatan tersebut meningkat 29,65% dibanding triwulan yang sama tahun Pajak daerah, yang merupakan sumber kemandirian 75

92 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH suatu provinsi, menyumbangkan 28,28% (Rp721,2 miliar) dari total pendapatan Jambi pada triwulan laporan. Tabel 4.1. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Triwulan III Tahun (dalam miliar rupiah) URAIAN Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah) S.D TRW III-2013 APBD-P 2013 APBD 2014 Nominal Persen S.D TRW I-2014 S.D TRW II-2014 S.D TRW III-2014 Nominal (Rp. Miliar) Persen Nominal (Rp. Miliar) Persen APBD-P 2014 Nominal (Rp. Miliar) PENDAPATAN 2, , , , , , Pendapatan Asli Daerah , Pajak Daerah , Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahk Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Pendapatan Transfer 1, , , , , , Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1, , , , , Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya Dana Penyesuaian Lain-lain Pendapatan yang Sah Pendapatan Hibah Persen B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan III Tahun2014 Pada triwulan III tahun 2014, realisasi belanja Provinsi Jambi mencapai Rp1,76 triliun atau mencapai 48,32% dari APBD-P 2014 (Rp3,64 triliun). Nilai realisasi tersebut meningkat Rp121,7 miliar atau 7,43% dibanding triwulan yang sama tahun 2013 (Rp933,18 miliar). Berdasarkan jenisnya, realisasi belanja terbesar (62,88%) masih ditujukan untuk belanja operasional yaitu sebesar Rp1,11 triliun atau terealisasi 50,32% dari APBD-P Komponen belanja operasional terbesar adalah untuk belanja pegawai yang mencapai Rp392,15 miliar (terealisasi 59,63% dari APBD-P 2014) dan diikuti oleh belanja barang Rp389,24 miliar (baru terealisasi sebesar 41,12% dari APBD 2014). Kedua jenis komponen belanja tersebut merupakan belanja rutin. Sementara itu, realisasi belanja modal yang bertujuan untuk pembangunan baru terealisasi Rp445,79 miliar (48,49% dari APBD-P 2014). Masih relatif rendahnya realisasi jenis belanja ini disebabkan karena beberapa proyek masih dalam tahap konstruksi fisik sehingga pembayaran prestasi pekerjaan belum dapat dilakukan sepenuhnya. Alokasi belanja modal dalam 76 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2014

93 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan Pemerintah Dareah APBD-P 2014 hanya sebesar 25,25%, jauh lebih rendah dibandingkan alokasi pada APBD-P 2013 yang mencapai 31,5%. Nilai realisasi belanja modal terbesar (79,20%) berada pada belanja jalan, irigasi dan jaringan yang merupakan belanja modal yang paling berdampak pada kepentingan masyarakat, yaitu sebesar Rp353,08 miliar. Namun demikian, realisasi belanja jalan, irigasi, dan jaringan tersebut baru mencapai 59,73% APBD- P 2014 (Rp591,14 miliar). Pada triwulan selanjutnya, realisasi belanja jalan, irigasi, dan jaringan perlu ditingkatkan agar memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Provinsi Jambi terutama dalam efisiensi biaya distribusi barang dan jasa. Tabel 4.2. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Triwulan III Tahun (dalam miliar rupiah) URAIAN Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah) S.D TRW III-2013 APBD-P 2013 APBD 2014 Nominal Persen S.D TRW I-2014 S.D TRW II-2014 S.D TRW III-2014 Nominal (Rp. Miliar) Persen Nominal (Rp. Miliar) Persen APBD-P 2014 Nominal (Rp. Miliar) BELANJA 3, , , , , Belanja Operasi 1, , , , Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! Belanja Modal 1, Belanja Tanah Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Bangunan dan Gedung Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya Belanja Aset Lainnya #DIV/0! 0.27 #DIV/0! #DIV/0! Belanja Tak Terduga Belanja Tak Terduga #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 9.00 Transfer Transfer Bagi Hasil Ke Kab/Kota/Desa Persen C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah Penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi selama triwulan III-2014 mencapai Rp805,52 miliar, sedikit menurun (0,20%) dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu (Rp807,17 miliar) (Tabel 4.3.). Penurunan tersebut utamanya disebabkan oleh turunnya pendapatan pajak perdagangan internasional sebesar 39,97% (yoy) seiring dengan penurunan impor serta melemahnya kinerja ekspor Provinsi Jambi sebagai dampak turunnya permintaan global terhadap komoditas utama sawit dan karet. Sejalan dengan hal tersebut, pendapatan pajak dalam negeri juga mengalami sedikit penurunan (0,65% (yoy)) seiring dengan turunnya pendapatan TRIWULANIII-2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 77

94 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Pajak Pertambahan Nilai (PPN) (8,79%) akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi serta turunnya pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) (15,61%). Di sisi lain, meningkatnya pendapatan PNBP sebesar 36,49% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu mampu menahan penurunan penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi pada triwulan laporan. Tabel 4.3. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (dalam satuan Rupiah) KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH REALISASI PENDAPATAN Triwulan III 2013 Triwulan I 2014 Triwulan II 2014 Triwulan III 2014 Pertumbuhan (yoy) Nominal (%) I Pajak Dalam Negeri 689,119,224, ,071,354, ,818,775, ,628,348,738 (4,490,875,407) (0.65) PPh 285,764,485, ,576,655, ,680,479, ,590,571,136 31,826,086, PPN 368,960,087, ,681,964, ,386,010, ,516,522,072 (32,443,565,806) (8.79) PBB 24,568,906,574 1,235,726,649 2,257,319,365 20,734,267,605 (3,834,638,969) (15.61) Pendapatan BPHTB Cukai Lainnya 9,825,744,609 9,577,007,194 10,494,967,271 9,786,987,925 (38,756,684) (0.39) Pengembalian Pendapatan Pajak dan Cukai - - II Pajak Perdagangan Int'l 23,806,862,930 7,050,156,000 12,905,673,720 14,292,338,600 (9,514,524,330) (39.97) Pendapatan Bea Masuk 21,323,765,300 7,050,156,000 6,068,146,000 13,468,790,600 (7,854,974,700) (36.84) Pendapatan Bea Keluar 2,483,097,630-6,837,527, ,548,000 (1,659,549,630) (66.83) Pendapatan Pajak/Pungutan Ekspor - - III Penerimaan SDA 6,373,675,967 4,627,282,797 5,754,031,847 6,921,875, ,199, Pendapatan Pertambangan Umum 6,358,383,585 4,620,882,797 5,747,631,847 6,916,984, ,601, Pendapatan kehutanan 15,292, ,690,227 2,397, Pendapatan Perikanan - 6,400,000 6,400,000 (12,800,000) (12,800,000) - IV PNPB Lainnya 67,798,325,177 81,071,121,445 33,954,097,527 92,537,579,190 24,739,254, V Pendapatan Hibah - 14,574, VI Pendapatan Bagian Laba BUMN 13,675,988,544-16,671,793,121 - (13,675,988,544) (100.00) VII Pendapatan Badan Layanan Umum 6,393,496, ,143,646, ,149, Total Realisasi Pendapatan 807,167,573, ,834,488, ,104,372, ,523,788,106 (1,643,785,229) (0.20) Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah Berdasarkan komposisinya, penerimaan pajak terbesar adalah untuk pendapatan pajak dalam negeri yang mencapai Rp684,63 miliar (84,99%) dan diikuti oleh pendapatan PNPB lainnya sebesar Rp92,54 miliar (11,49%). Apabila dirinci lebih lanjut, pendapatan pajak dalam negeri terbesar adalah untuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar Rp336,52 miliar (49,15%) diikuti oleh Pajak Penghasilan (PPh)sebesar Rp317,59 miliar (46,39%) (Gambar 4.2.). 78 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2014

95 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan Pemerintah Dareah 0.86% 11.49% 1.77% 3.03% 1.43% 84.99% 49.15% 46.39% Pajak Dalam Negeri Penerimaan SDA Pajak Perdagangan Int'l PNPB Lainnya Gambar 4.1 Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (%) PPh PBB PPN Pendapatan BPHTB Gambar 4.2 Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi (%) Tabel 4.4. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (dalam satuan Rupiah) KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH REALISASI BELANJA Triwulan III 2013 Triwulan I 2014 Triwulan II 2014 Triwulan III 2014 Pertumbuhan (yoy) Nominal (%) I Belanja Pegawai 414,107,715, ,484,525, ,650,459, ,527,508,168 67,419,792, Belanja Gaji dan Tunjangan 404,647,198, ,447,070, ,939,851, ,231,756,814 59,584,558, Belanja Honorarium/Lembur/ 10,150,401,284 8,037,454,443 13,710,607,745 17,295,751,354 7,145,350, Vakasi/Tunj Khusus Belanja Kontribusi Sosial (689,884,305) ,884,305 (100.00) II Belanja Barang 306,907,420, ,782,978, ,329,902, ,233,939,716 66,326,519, Belanja Barang 188,318,369,785 65,914,565, ,808,931, ,549,815,512 43,231,445, Belanja Jasa 25,459,862,292 15,421,680,043 38,952,343,739 34,639,892,658 9,180,030, Belanja Perjalanan 47,408,849,543 19,696,705,319 62,628,633,359 64,048,560,024 16,639,710, Belanja Pemeliharaan 38,764,412,778 11,750,027,620 46,939,993,957 34,361,336,145 (4,403,076,633) (11.36) Belanja Layanan Umum 6,955,925, ,634,335,377 1,678,409, III Belanja Denda dan Subsidi - 141,172, Perusahaan Belanja Denda - 141,172, Belanja Subsidi Perusahaan Negara III Belanja Bantuan Sosial 100,471,223, ,616, ,374,209,833 84,577,766,551 (15,893,456,904) (15.82) Belanja Bantuan Sosial Lembaga 100,471,223, ,616, ,374,209,833 84,577,766,551 (15,893,456,904) (15.82) Pendidikan dan Peribadatan Belanja Lembaga Sosial Lainnya IV Belanja Lain-Lain 48,501,989,548 10,000,000 16,109,733,725 20,485,008,180 (28,016,981,368) (57.76) V Belanja Modal 439,871,831,046 77,384,930, ,591,064, ,847,149,671 (96,024,681,375) (21.83) Belanja Modal Tanah 2,749,740, ,838,300 22,391,050 83,686,300 (2,666,053,700) (96.96) Belanja Modal Peralatan dan Mesin 32,295,335,165 3,357,318,300 13,610,224,139 18,143,513,068 (14,151,822,097) (43.82) Belanja Modal Gedung dan Bangunan 37,668,282, ,584,000 10,896,492,330 16,398,014,590 (21,270,268,095) (56.47) Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan 360,613,991,796 72,765,789, ,816,549, ,597,703,138 (55,016,288,658) (15.26) Jaringan Belanja Pemeliharaan yang Belanja Modal Fisik Lainnya 6,544,481, ,400,000 2,245,407,000 3,624,232,575 (2,920,248,825) (44.62) Belanja Modal Badan Layanan Umum Total Realisasi Belanja 1,309,860,179, ,668,223,176 1,169,055,368,642 1,303,671,372,286 (6,188,807,115) (0.47) Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah TRIWULANIII-2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 79

96 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Grafik 4.3. Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Sementara itu, belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi pada triwulan III terealisasi sebesar Rp1,30 triliun, turun Rp6,19 miliar (0,47% (yoy)) dibanding tahun lalu (Tabel 4.4.). Turunnya angka realisasi belanja tersebut utamanya disebabkan oleh turunnya belanja modal sebesar Rp96,02 miliar (21,83% (yoy)), belanja lain-lain sebesar Rp28,02 miliar (57,76% (yoy)) serta belanja bantuan sosial sebesar Rp15,89 miliar (15,82%) dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Berdasarkan pangsanya, belanja tertinggi pemerintah pusat sebagian besar untuk belanja pegawai Rp481,53 miliar (36,94%) yang utamanya digunakan untuk belanja gaji dan tunjangan sebesar Rp464,23 miliar, dan diikuti oleh belanja barang sebesar Rp373,23 miliar (26,63%). Adapun jumlah realisasi belanja modal sebesar Rp343,85 miliar (26,38%), dengan komponen terbesar untuk belanja modal jalan, irigasi dan jembatan (Rp305,60 miliar) (Grafik 4.3.). Di sisi lain, dilihat dari pangsa (Share), belanja modal justru mengalami penurunan dari 34,87% pada triwulan III menjadi sebesar 26,38% pada triwulan III-2014 sedangkan belanja pegawai justru mengalami kenaikan dari 32,83% pada triwulan III-2014 menjadi 36,94% pada triwulan III Belanja Barang mengalami kenaikan dari 24,33% pada triwulan III-2013 menjadi 28,63% pada triwulan III Penurunan pangsa belanja modal yang cukup besar dikhawatirkan dapat berdampak negatif bagi perekonomian, karena alokasi belanja modal yang untuk pembangunan infrastruktur fisik bertujuan untuk meningkatkan perekonomian di Provinsi Jambi dalam jangka panjang. 80 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2014

97 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan Pemerintah Dareah D. Keuangan Pemerintah Daerah Jumlah simpanan Pemerintah Daerah di perbankan Jambi pada triwulan III turun 6,32% dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp3,89 triliun seiring dengan mulai terealisasinya komponen belanja pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Penurunan simpanan terbesar disebabkan oleh turunnya simpanan dalam bentuk giro dari Rp2,10 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp1,92 triliun pada triwulan laporan atau turun sebesar 8,56% dan turunnya simpanan dalam bentuk deposito dari Rp2,01 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp1,94 triliun pada triwulan laporan atau turun sebesar 3,30%. Grafik 4.4. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi (Rp triliun) 5 Giro Deposito Tabungan Tw I-12 Tw II-12 Tw III-12 TW IV-12 Tw I-13 Tw II-13 Tw III-13 TW IV-13 Tw I-14 Tw II-14 Tw III-14 TRIWULANIII-2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 81

98 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

99 BAB V KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Pada bulan Agustus 2014, jumlah pekerja di Jambi mengalami peningkatan yaitu dari 1.397,2 ribu orang di Agustus 2013 menjadi 1.491,0 ribu orang. Namun demikian, jumlah pengangguran juga menunjukkan peningkatan menjadi 79,8 ribu orang dibandingkan Agustus 2013 (69,8 ribu) sehingga tingkat pengangguran terbuka naik menjadi 5,08% dari 4,76%. Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami penurunan jika dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu menjadi 96,21 dari 97,29 pada triwulan lalu yang disebabkan menurunnya nilai tukar petani tanaman padi palawija dan petani tanaman perkebunan rakyat A. Ketenagakerjaan Daerah Berdasarkan data ketenagakerjaan terbaru yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Jambi pada bulan Agustus 2014 adalah 65,59% atau meningkat dibandingkan Agutus tahun lalu (62,68%). Jumlah pekerja di Jambi juga menunjukkan peningkatan sebesar 6,71% menjadi 1,49 juta orang. Jumlah pengangguran Provinsi Jambi pada bulan laporan sebanyak 79,8 ribu orang, lebih tinggi dari bulan Agustus 2013 yang sebanyak 69,8 ribu orang. Tingkat pengangguran meningkat dari 4,76% pada Agustus 2013 menjadi 5,08%. 83

100 KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Tabel 5.1. Jumlah Partisipasi Angkatan Kerja (ribu orang) KEGIATAN UTAMA AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS 1 Angkatan Kerja 1.495, , , , ,8 - Bekerja 1.448, , , , ,0 - Penganggur 47,0 45,8 69,8 39,3 79,8 2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 65,05 69,09 62,68 66,51 65,59 3 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 3,15 2,86 4,76 2,50 5,08 4 Pekerja penuh 766,1 754,0 698,6 840,5 812,6 5 Pekerja tidak penuh 681,9 802,7 698,6 690,6 678,4 Setengah penganggur 211,3 187,4 125,3 164,3 143,6 Paruh waktu 470,6 615,4 573,3 526,3 534,8 Sumber: BPS Provinsi Jambi Meningkatnya tingkat pengangguran tersebut karena lapangan kerja yang tersedia tidak cukup menampung penduduk yang masuk angkatan kerja. Selama tahun 2014 tidak semua pemerintah daerah/kabupaten membuka penerimaan CPNS sementara banyak penduduk yang masuk angkatan kerja berminat melamar CPNS. Sementara itu jumlah pekerja penuh mengalami kenaikan menjadi 812,6 ribu orang dari 698,6 ribu orang (Agustus 2013) sedangkan pekerja tidak penuh menurun menjadi 678,4 ribu orang dari 698,6 ribu orang seiring dengan penurunan pekerja paruh waktu 21. Berdasarkan jenis lapangan pekerjaan, penyerapan tenaga kerja di Jambi didominasi oleh sektor pertanian yang mencapai 736,2 ribu orang (49,38%) diikuti dengan sektor jasa kemasyarakatan sebesar 269,6 ribu orang (18,08%) dan sektor perdagangan yang mencapai 251,8 ribu orang (16,89%). Sementara itu, meningkatnya jumlah pekerja di bulan laporan disebabkan oleh meningkatnya jumlah pekerja di semua sektor lapangan pekerjaan yang didominasi sektor jasa kemasyarakatan dan sektor perdagangan. 21 Pekerja Tidak Penuh adalah pekerja yang jumlah jam kerjanya dalam seminggu kurang dari 35 jam 84 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III- 2014

101 KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Tabel 5.2. Pekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama (ribu orang) Lapangan Pekerjaaan Utama AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS 1 Pertanian 798,8 846,9 735,8 755,6 736,2 2 Industri 47,9 52,7 52,5 44,0 52,5 3 Konstruksi 62,9 62,8 60,7 54,3 61,8 4 Perdagangan 233,8 251,2 233,5 287,2 251,8 5 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 45,3 49,9 52,8 54,5 55,5 6 Keuangan 22,6 25,0 21,9 37,3 25,4 7 Jasa Kemasyarakatan 205,7 242,6 212,2 272,5 269,6 8 Lainnya ***) 30,9 25,5 27,8 25,6 38,2 TOTAL 1.448, , , , ,0 Sumber: BPS Provinsi Jambi ***) Lapangan pekerjaan utama/sektor lainnya terdiri dari: sektor pertambangan, listrik, gas dan air Berdasarkan status pekerjaan utama, sebagian besar pekerja bekerja sebagai buruh/karyawan yaitu sebanyak 496,3 ribu orang dengan pangsa 33,29%, berusaha sendiri sebanyak 319,9 ribu orang (21,46%) dan berusaha dibantu buruh tidak tetap sebanyak 263,2 ribu orang (17,65%). Meningkatnya jumlah pekerja di bulan laporan utamanya disebabkan oleh meningkatnya pekerja dengan status pekerja keluarga/tak dibayar, berusaha dibantu buruh tidak tetap dan pekerja bebas di di non pertanian. Sementara itu, penyerapan tenaga kerja formal (berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan) mengalami penurunan. Tabel 5.3. Pekerja Berdasarkan Status Pada Lapangan Pekerjaan Utama (dalam ribuan) Status Pekerjaaan Utama AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS 1 Berusaha Sendiri 287,5 283,7 335,1 338,3 319,9 2 Berusaha dibantu buruh tidak tetap 230,2 241,0 206,4 241,3 263,2 3 Berusaha dibantu buruh tetap 66,3 72,6 62,1 75,1 61,9 4 Buruh/karyawan 517,0 541,6 511,1 541,7 496,3 5 Pekerja bebas di pertanian 75,1 76,3 56,5 53,9 53,7 6 Pekerja bebas di non pertanian 30,4 48,3 36,5 24,3 45,6 7 Pekerja keluarga /tak dibayar 254,5 293,2 189,5 256,4 250,5 TOTAL 1448,0 1556,7 1397,2 1531,1 1491,0 Sumber: BPS Provinsi Jambi TRIWULAN III-2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 85

102 KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN B. Kesejahteraan Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi. Nilai Tukar Petani (NTP) sedikit mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. NTP September 2014 turun 108 bps menjadi 96,21 dari 97,29 pada Juni Menurunnya NTP tersebut disebabkan oleh menurunnya nilai tukar petani tanaman padi palawija dan perkebunan rakyat. Turunnya NTP petani perkebunan rakyat disebabkan oleh menurunnya harga produk yang tercermin dari penurunan indeks harga dibayar dari 110,08 pada Juni 2014 menjadi 109,08 pada September Demikian juga halnya dengan penurunan NTP pada petani tanaman palawija disebabkan oleh lebih tingginya kenaikan biaya yang dibayar petani dibandingkan dengan kenaikan harga produk yang diterima petani. Tabel 5.4. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2012=100) KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK Mar Juni Sept Des Maret Juni September PERUBAHAN (%) ( Juni 2014 kesept 2014) 1 Tanaman Padi Palawija a Indeks Diterima Petani b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-P) Hortikultura a Indeks Diterima Petani b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-H) Tanaman Perkebunan Rakyat a Indeks Diterima Petani b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) Peternakan a Indeks Diterima Petani b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) Perikanan a Indeks Diterima Petani b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) PROVINSI JAMBI a INDEKS YANG DITERIMA (It) b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) c NILAI TUKAR PETANI (NTPp) Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah) Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jambi (melalui Bulog Divre Jambi) untuk mensukseskan program pemerintah dalam hal 86 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III- 2014

103 Ribu ton KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN penanggulangan kemiskinan yaitu secara rutin membagikan beras miskin (raskin) kepada masyarakat yang berhak. Pada triwulan laporan, penyaluran raskin mencapai sebesar ton, turun 11,15% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya (9.816 ton) (grafik 5.1). Penurunan penyaluran raskin tersebut terkait perayaan Idul Fitri 1435 H dimana sebagian masyarakat mengkonsumsi beras premium. Grafik 5.1. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi Pertumbuhan Raskin (%) 150,00 12,37 12,46 10,76 9,82 100,00 9,27 8,72 7,78 8,15 50,00 6,12 4,18-3,27 (50,00) (100,00) TW I TW II TW III TRW IV TW I TW II TW III TRW IV TW I TW II TW III Sumber: Bulog Provinsi Jambi (diolah) TRIWULAN III-2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 87

104 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

105 BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN Laju pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan IV-2014 diperkirakan relatif membaik dibandingkan triwulan III Meningkatnya pengeluaran konsumsi rumah tangga sejalan dengan momen Idul Adha, Natal, dan tahun baru diperkirakan menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Selain itu, meningkatnya realisasi proyek pemerintah pada triwulan IV-2014 juga menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan mendatang. Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi masih akan didominasi sektor pertanian, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Inflasi pada triwulan IV-2014 diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2014 yaitu berada pada kisaran 4,4%-4,9% (yoy) dari sebelumnya 4,31% (yoy) pada triwulan laporan. Peningkatan laju inflasi ini utamanya dipengaruhi oleh kelompok administered price dan volatile food. Dari sisi administered price, keputusan PLN untuk menaikkan tarif tenaga listrik (TTL) golongan rumah tangga dan industri per 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal 1 Juli 2014 serta keputusan Pertamina menaikkan harga jual elpiji 12 kg per tanggal 10 September 2014 akan berpotensi menjadi penyumbang utama meningkatnya tekanan inflasi. Sementara itu dari sisi volatile food, tingginya permintaan selama momen Idul Adha, Natal, dan tahun baru akan mendorong kenaikan harga jual. Cuaca ekstrim yang terjadi selama triwulan III-2014 yang diperkirakan masih berlanjut sampai dengan awal triwulan IV-2014 akan menyebabkan terganggunya kalender tanam sehingga berpotensi mengganggu pasokan bahan makanan. Selain itu, belum adanya rencana Pemerintah untuk menambah pasokan raskin ke-13/14 berpotensi mendongkrak harga beras di pasaran pada triwulan mendatang. 89

106 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan tekanan inflasi lebih tinggi dari perkiraan antara lain: adanya rencana Pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi untuk mengurangi defisit APBN, serta rencana penyesuaian tarif batas atas angkutan udara. A. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan mendatang diperkirakan pada kisaran 2,0%-2,5%(qtq), tumbuh relatif stabil dibandingkan triwulan laporan (2,32% (qtq)). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tahunan Jambi pada triwulan IV-2014 diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 6,75 7,25%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan yang tumbuh 6,63% (yoy). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2014 diperkirakan berada pada kisaran 7,0%-7,5%. Pengeluaran konsumsi rumah tangga menjadi sumber utama perekonomian di triwulan mendatang. Adanya momen Idul Adha, Natal, dan tahun baru diperkirakan akan berkontribusi meningkatkan konsumsi masyarakat. Sejalan dengan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah diperkirakan juga semakin meningkat seiring dengan bertambahnya angka realisasi proyek pemerintah. Namun demikian, masih relatif belum membaiknya harga komoditas di pasar global (meskipun diprediksi akan lebih baik dari triwulan laporan), diperkirakan akan berimbas pada menurunnya pendapatan masyarakat dan terbatasnya pertumbuhan ekonomi. Sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi triwulan mendatang yang diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari triwulan laporan, hasil SKDU triwulan III-2014 juga menyatakan bahwa responden memandang bahwa perekonomian triwulan mendatang akan cenderung meningkat dibandingkan triwulan laporan. Hal ini tercermin dari nilai SBT perkiraan perkembangan dunia usaha pada triwulan III 2014 sebesar 2,66, lebih baik dibandingkan realisasi SBT Tw III-2014 (-10,19). 90 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2014

107 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH No Tabel 6.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha Sektor/Subsektor Triwulan I-2013 Triwulan II-2013 Triwulan III-2013 Triwulan IV-2013 Triwulan I-2014 Triwulan II-2014 Triwulan III-2014 Triwulan IV-2014*) 1 Pertanian 0.73 (0.73) (6.92) Pertambangan dan Penggalian (3.13) (1.04) - (1.04) (1.38) 1.38 (1.38) Industri Pengolahan (0.52) (0.96) (0.23) Listrik dan Air Minum (0.16) Bangunan - - (0.69) - (3.43) (3.43) (3.43) (3.43) 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran (0.85) - (0.85) 0.85 (4.58) (6.29) (7.02) (0.85) 7 Pengangkutan dan Komunikasi (0.65) Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa (1.03) - (1.55) (0.52) Total Keterangan : *) Angka perkiraan Saldo Bersih Tertimbang (0.64) (6.90) 0.53 (10.19) 2.66 Tingginya konsumsi di triwulan mendatang dan meningkatnya permintaan sejalan dengan momen Idul Adha, natal, dan tahun baru akan diikuti juga dengan meningkatnya perdagangan dan penggunaan jasa transportasi sehingga mendorong pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Sejalan dengan sektor tersebut di atas, sektor bangunan diperkirakan masih akan meningkat yang didukung oleh meningkatnya pembangunan perumahan rakyat, pusat bisnis, hiburan, rekreasi, dan perhotelan oleh perusahaan swasta berskala nasional/internasional dan investasi pemerintah daerah. Sementara itu, sektor pertanian diperkirakan tumbuh relatif membaik pada triwulan mendatang meskipun masih cukup terbatas. Optimisme pelaku usaha terhadap membaiknya tren harga komoditas internasional serta mulai meningkatnya permintaan global akan mendorong pertumbuhan sub sektor tanaman perkebunan pada triwulan mendatang. Namun demikian, faktor anomali cuaca menjadi hal yang perlu diwaspadai karena dapat mengganggu produktivitas sektor perkebunan. Sejalan dengan hal tersebut, sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) juga diperkirakan masih tumbuh terbatas karena faktor anomali cuaca dan mengganggu produktivitas tabama. musim pancaroba yang berpotensi TRIWULAN III-2014 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGANREGIONAL PROVINSI JAMBI 91

108 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Relatif membaiknya pertumbuhan pada sektor pertanian khususnya sub sektor perkebunan akan berdampak positif pada pertumbuhan sektor industri pengolahan. Sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan belum dapat kembali mencapai tingkat produksi seperti sebelumnya karena terjadinya penurunan produksi dari sumur-sumur minyak bumi eksisting (faktor usia) sehingga perlu dilakukan pencarian sumur-sumur baru. Pertambangan non migas juga berpotensi mengalami perlambatan seiring dengan relatif stagnannya harga internasional, terjadinya kelebihan stok, serta rendahnya kadar kalori batubara Jambi. Implementasi Undang-Undang Minerba dan Perda tentang pengaturan jalur khusus pengangkutan batubara yang tidak segera diikuti dengan pembangunan jalur khusus juga berpotensi menurunkan produktivitas pertambangan non migas di Provinsi Jambi. B. Proyeksi Inflasi Inflasi pada triwulan IV-2014 diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2014 yaitu berada pada kisaran 4,4%-4,9% (yoy) dari sebelumnya 4,31% (yoy) pada triwulan laporan. Peningkatan laju inflasi ini utamanya dipengaruhi oleh kelompok administered price dan volatile food. Grafik 6.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Periode Tahun 2010 s.d. Oktober 2014 serta Perkiraan November s.d Desember 2014 m-t-m (%) Catatan: Inflasi November - Desember 2014 adalah angka perkiraan dengan deviasi 1% 92 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2014

109 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Grafik 6.2. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2010 s.d. Oktober 2014 serta Perkiraan November s.d Desember 2014 y-o-y (%) Catatan: Inflasi November - Desember 2014 adalah angka perkiraan dengan deviasi 1% Grafik 6.3. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (ytd) Kota Jambi Periode Tahun 2010 s.d. Oktober 2014 serta Perkiraan November s.d Desember 2014 y-t-d (%) Catatan: Inflasi November - Desember 2014 adalah angka perkiraan dengan deviasi 1% Dari sisi administered price, keputusan PLN untuk menaikkan tarif tenaga listrik (TTL) golongan rumah tangga dan industri per 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal 1 Juli 2014 serta keputusan Pertamina menaikkan harga jual elpiji 12 kg per tanggal 10 September 2014 akan berpotensi menjadi penyumbang utama meningkatnya tekanan inflasi. Sementara itu dari sisi volatile food, tingginya permintaan selama momen Idul Adha, Natal, dan tahun baru akan mendorong kenaikan harga jual. Cuaca ekstrim yang terjadi selama triwulan III-2014 yang diperkirakan masih berlanjut sampai dengan awal triwulan IV-2014 akan menyebabkan terganggunya kalender tanam sehingga berpotensi mengganggu pasokan bahan makanan. TRIWULAN III-2014 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGANREGIONAL PROVINSI JAMBI 93

110 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Selain itu, belum adanya rencana Pemerintah untuk menambah pasokan raskin ke-13/14 berpotensi mendongkrak harga beras di pasaran pada triwulan mendatang. Beberapa komoditi yang berpeluang menjadi penyumbang utama inflasi di triwulan mendatang adalah tarif listrik, bahan bakar rumah tangga, tarif angkutan udara, rokok kretek filter, kontrak rumah serta beberapa komoditas bahan makanan seperti cabe merah, bawang merah, cabe rawit, dan beras. Faktor yang berpotensi memberikan tekanan inflasi selama triwulan mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1) adanya rencana Pemerintah untuk menaikkan BBM bersubsidi untuk mengurangi defisit APBN, 2) rencana kenaikan tarif batas atas angkutan udara, 3) anomali cuaca, serta 4.) Kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala serta terhambatnya arus di pelabuhan yang akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan menjadi pemicu meningkatnya angka inflasi pada triwulan IV tahun C. Rekomendasi Kebijakan Menyikapi kondisi perekonomian triwulan III 2014 serta proyeksi ekonomi triwulan IV 2014, beberapa hal yang patut menjadi perhatian adalah: 1. Meningkatkan dan mempertahankan kinerja perkebunan dan industri karet sebagai komoditas utama Provinsi Jambi melalui: a) Revitalisasi kebun karet ; b) Meningkatkan ketrampilan SDM khususnya petani karet melalui pendampingan dan konsultasi teknis dan penguasaan teknologi di bidang karet; c) Penerbitan PERDA atau peraturan lainnya yang mengatur standarisasi mutu karet untuk menciptakan produk karet bersih sehingga mampu meningkatkan harga jual; d) Membangun jaringan kelembagaan petani dengan industri pengolahan karet untuk mengurangi rantai perdagangan yang tidak sehat; 94 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2014

111 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH e) Memperbaiki sistem tata niaga karet melalui proses lelang yang melibatkan koperasi petani karet; f) Membangun pusat informasi harga karet dan komoditas utama lainnya yang mudah diakses sampai ke level petani. g) Membangun industri hilir berbasis komoditas karet dengan memberikan kemudahan izin, pembiayaan, dan pengembangan; h) Mengembangkan industri karet yang terintegrasi meliputi industri inti, penunjang, dan industri terkait lainnya. 2. Antisipasi potensi lonjakan laju inflasi Provinsi Jambi sebagai akibat dari rencana Pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi melalui: a) Penguatan fungsi dan peran TPID Provinsi Jambi dan TPID kota/kabupaten se-provinsi Jambi melalui program kerja dan aksi nyata yang bersentuhan langsung dengan masyarakat; b) Melakukan pengawasan yang ketat terhadap distribusi BBM bersubsidi untuk mencegah penimbunan dan penyelewengan; c) Melakukan penertiban terhadap pengecer dan spekulan yang tidak memiliki izin; d) Memperbanyak outlet/spbu yang menjual BBM non subsidi untuk mengurangi antrian dan mencegah keresahan masyarakat; e) Pembahasan penyesuaian tarif angkutan antara Pemerintah bersama dengan Organda dan pihak terkait lainnya kiranya dapat dilaksanakan pada timing yang tepat (tidak bersamaan dengan momen hari besar keagamaan atau momen lainnya yang berpotensi meningkatkan laju inflasi). f) Sosialisasi kepada pelaku usaha untuk menaikkan harga barang/jasa secara wajar sesuai kenaikan biaya produksi dengan mempertimbangkan daya beli masyarakat; g) Sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak melakukan pembelian secara besar-besaran (panic buying) yang mengakibatkan melonjaknya permintaan di pasar sehingga berpotensi menaikkan harga. TRIWULAN III-2014 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGANREGIONAL PROVINSI JAMBI 95

112 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 3. Peningkatan kualitas infrastruktur untuk menekan biaya distribusi dan meningkatkan konektivitas antar daerah melalui: a) Optimalisasi jalur pengangkutan sungai untuk mendukung jalur distribusi via darat; b) Pembukaan jalur penerbangan baru yang terhubung dengan kota-kota di Pulau Sumatera untuk meningkatkan kerjasama antar daerah dan memperlancar jalur distribusi barang/jasa; c) Optimalisasi dan penguatan fungsi jembatan timbang di Provinsi Jambi untuk menjaga kualitas jalan sekaligus memantau arus barang yang masuk dan keluar Jambi sebagai modal untuk penyusunan peta surplus/defisit Provinsi Jambi; d) Penyediaan moda transportasi masal dan lebih murah; e) Percepatan realisasi pembangunan pelabuhan Ujung Jabung untuk meningkatkan kinerja ekspor Provinsi Jambi; f) Penambahan alokasi belanja modal pada APBD Provinsi Jambi untuk mendukung optimalnya pembangunan khususnya di sektor infrastruktur. 4. Percepatan realisasi APBD Pemerintah Daerah di seluruh wilayah Provinsi Jambi untuk: a) Mempercepat stimulus pembangunan ekonomi di Provinsi Jambi. b) Mengendalikan laju inflasi Provinsi Jambi utamanya di triwulan akhir tahun berjalan. 5. Pembangunan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah Pemerintah Daerah perlu menarik investor lokal maupun asing untuk menanamkan modalnya ke Provinsi Jambi dalam bentuk pembangunan industri hilir, utamanya industri hilir yang memanfaatkan bahan baku karet, sawit, dan batubara. Dengan adanya industri hilir tersebut diharapkan dapat menjamin permintaan yang stabil terhadap komoditas karet, sawit, dan batubara. Stabilnya permintaan akan mendorong peningkatan pendapatan petani dan pelaku usaha batubara. Pembangunan industri hilir juga akan menciptakan tambahan lapangan 96 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2014

113 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH pekerjaan baru bagi masyarakat. Selain itu, produk hasil industri hilir juga akan menaikkan harga jual sehingga akan memberikan dorongan positif bagi kinerja ekspor yang pada akhirnya akan semakin meningkatkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi. Bentuk dukungan nyata yang dapat dilakukan Pemerintah Daerah antara lain dengan memberikan kemudahan perizinan dan memberikan insentif bagi calon investor yang akan mendirikan industri hilir di Provinsi Jambi. 6. Penanggulangan dan Mitigasi Bencana Kabut Asap Menyikapi besarnya dampak negatif (ekonomi, sosial, dan kesehatan) yang diakibatkan oleh kebakaran hutan dan kabut asap, maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut: a) Menggelar sosialisasi kepada masyarakat secara rutin tentang bahaya pembukaan lahan dengan cara membakar; b) Pemerintah Daerah bersama dengan pihak Angkasa Pura segera melakukan investasi pemasangan Instrument Landing System (ILS) di Bandara Sultan Thaha Jambi. Pemasangan alat tersebut akan memberikan dampak positif yang cukup signifikan bagi operasional penerbangan di Jambi. Dengan bantuan ILS, pilot mampu mendaratkan pesawat dalam kondisi jarak pandang <1.000 meter. Selama ini, pendaratan peswat udara di Bandara Sultan Thaha Jambi masih dilakukan secara visual (manual) sehingga memerlukan jarak pandang minimal meter. Meskipun investasi ILS ini memerlukan anggaran yang cukup besar (±Rp 20 milyar), namun melihat besarnya manfaat yang didapatkan, maka investasi tersebut layak untuk diprioritaskan. Lancarnya kegiatan penerbangan akan mendorong lancarnya kegiatan perekonomian sehingga momentum pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi yang tinggi akan tetap terjaga. TRIWULAN III-2014 KAJIANEKONOMI DAN KEUANGANREGIONAL PROVINSI JAMBI 97

114 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

115 BOKS. 2 PROSPEK EKSPOR KARET SEBAGAI KOMODITAS UTAMA PROVINSI JAMBI Boks.2 PROSPEK EKSPOR KARET SEBAGAI KOMODITAS UTAMA PROVINSI JAMBI I. Kinerja Ekspor Karet Terkini Provinsi Jambi Ekspor Provinsi Jambi pada triwulan III-2014 berdasarkan dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) mengalami penurunan yang cukup signifikan mencapai 26,20% (yoy), dari US$ juta pada triwulan III-2013 menjadi US$ juta pada triwulan III Penurunan tersebut utamanya disebabkan oleh penurunan ekspor crumb rubber yang mencapai 33,09% (yoy). Grafik 1 Tren Ekspor Provinsi Jambi Berdasarkan PEB 500, , , , , , , , ,000 50,000 0 Nilai Ekspor (juta USD) Growth (% yoy) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Berdasarkan komoditasnya, ekspor Provinsi Jambi didominasi oleh komoditas crumb rubber (54,68%), pulp and waste paper (10,51%), serta fixed vegetable oil and fats (9,74%). Karena begitu dominannya pangsa ekspor crumb rubber, maka penurunan ekspor komoditas tersebut pada triwulan laporan berpengaruh terhadap ekspor Provinsi Jambi secara keseluruhan. Jika dilakukan analisis lebih lanjut, penurunan nilai ekspor crumb rubber Provinsi Jambi mengikuti pola penurunan harga karet internasional. Dalam beberapa tahun terakhir, harga karet internasional menunjukkan tren yang semakin menurun, dan mencapai lembahnya pada tahun Salah satu penyebab anjloknya harga karet internasional adalah berubahnya struktur karet dunia. Kebijakan karet yang awalnya hanya diintervensi oleh 3 (tiga) negara, yaitu Thailand, Indonesia, dan 99 TRIWULAN III KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

116 BOKS. 2 PROSPEK EKSPOR KARET SEBAGAI KOMODITAS UTAMA PROVINSI JAMBI Malaysia dalam International Tripartit Rubber Coorporation (ITRC), kini telah dipengaruhi juga oleh negara-negara lain (Vietnam, Laos, Kamboja, India, dan Tiongkok) yang telah memproduksi karet dalam skala besar. Semakin banyaknya negara produsen karet menyebabkan stok karet global melimpah sehingga menurunkan harga jual. Grafik 2 Tren Ekspor Karet Provinsi Jambi 250, ,000 Nilai (juta USD) Growth (% yoy) Harga karet int (USD cent/kg) 150, ,000 50,000 0 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Ekspor crumb rubber Provinsi Jambi utamanya ditujukkan ke negara AS, Jepang, Eropa, dan Tiongkok. Kondisi perekonomian negara-negara tujuan ekspor utama tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja ekspor Provinsi Jambi. Berdasarkan data World Bank, IMF, dan Bank Indonesia, pada tahun 2014 ini, negara-negara tujuan ekspor utama crumb rubber Provinsi Jambi diproyeksikan mengalami perlambatan ekonomi, kecuali Eropa. Perlambatan tersebut menyebabkan permintaan karet menurun sehingga kinerja ekspor Provinsi Jambi pada triwulan III berdasarkan data PEB juga mengalami penurunan. Grafik 3 Pangsa Tujuan Ekspor Karet Provinsi Jambi 28.96% 25.53% 12.43% 9.60% USA Japan MEE Lainnya Tiongkok South Korea South America Canada 100 TRIWULAN III KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

117 Rp miliar Rp miliar BOKS. 2 PROSPEK EKSPOR KARET SEBAGAI KOMODITAS UTAMA PROVINSI JAMBI Tabel 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2014 Realisasi WEO (IMF) Bank Dunia Consensus Forecast Bank Indonesia Apr-14 Apr-14 (update) Jul-14* Jun-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Jul-14 Aug Dunia Negara Maju Amerika Serikat Kawasan Eropa Jepang Negara Berkembang Negara Berkembang Asia Tiongkok India Mexico Negara Berkembang Lainnya Penurunan harga dan kinerja eskpor karet Provinsi Jambi juga memberikan dampak terhadap kinerja kredit perbankan, khususnya kinerja kredit perbankan sektor perkebunan karet. Pada sektor perkebunan karet, meskipun nominal kreditnya masih menunjukkan pertumbuhan yang positif, namun kualitasnya semakin menurun. NPL kredit sektor perkebunan karet pada triwulan III-2014 mencapai 4,51. Sementara itu, penurunan permintaan global terhadap karet menyebabkan kredit industri pengolahan crumb rubber pada triwulan III-2014 mengalami penurunan sebesar 18,41% (yoy), meskipun kualitas kreditnya masih sangat baik (NPL=0). Grafik 4 Pertumbuhan Kredit Perkebunan Karet Grafik 5 Pertumbuhan Kredit Industri Pengolahan Karet 1,200 1, Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw III Total kredit Perkebunan Karet NPL Perkebunan Karet (RHS) Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw III Total kredit industri pengolahan karet (crumb rubber) NPL industri pengolahan karet (RHS) 101 TRIWULAN III KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

118 BOKS. 2 PROSPEK EKSPOR KARET SEBAGAI KOMODITAS UTAMA PROVINSI JAMBI II. Prospek Kinerja Ekspor Karet Provinsi Jambi Pada tahun 2015 mendatang, kinerja ekspor karet Provinsi Jambi diperkirakan relatif membaik dibandingkan tahun Perkiraan tersebut didasarkan oleh beberapa indikator sebagai berikut: 1. Membaiknya Perekonomian Negara-Negara Tujuan Utama Ekspor Berdasarkan proyeksi World Bank, IMF, dan Bank Indonesia, perekonomian negara-negara tujuan ekspor karet Provinsi Jambi cenderung mengalami perbaikan, kecuali Jepang dan Tiongkok yang masih mengalami perlambatan. AS (28,96%) dan Eropa (12,43%) yang menduduki pangsa tiga besar ekspor karet Provinsi Jambi pada tahun 2015 diperkirakan mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan. Kondisi tersbeut akan berdampak positif bagi meningkatnya permintaan karet sehingga akan mendorong kinerja ekspor karet pada masa mendatang. Tabel 2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2015 Realisasi WEO (IMF) Bank Dunia Consensus Forecast Bank Indonesia Apr-14 Apr-14 (update) Jul-14* Jun-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Jul-14 Aug Dunia Negara Maju Amerika Serikat Kawasan Eropa Jepang Negara Berkembang Negara Berkembang Asia Tiongkok India Mexico Negara Berkembang Lainnya Optimisme Membaiknya Harga Karet Internasional Berdasarkan asesmen terkini Bank Indonesia 1, harga karet internasional diperkirakan mulai membaik per triwulan IV Perbaikan tersebut diperkirakan akan terus berlanjut sampai dengan tahun Dengan adanya optimisme perbaikan harga tersebut, kinerja perkebunan karet dan industri pengolahan karet diperkirakan akan meningkat pada tahun 2015, sehingga hal 1 Recent Economic Development, September TRIWULAN III KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

119 BOKS. 2 PROSPEK EKSPOR KARET SEBAGAI KOMODITAS UTAMA PROVINSI JAMBI ini pun akan memberikan dorongan positif bagi kinerja ekspor karet Provinsi Jambi pada khusunya dan kinerja ekspor Provinsi Jambi pada umumnya. Tabel 3 Tabel Pertumbuhan Harga Komoditas Perkebunan Pertumbuhan Harga (%) 3. Peningkatan Penjualan Kendaraan Bermotor di Tiongkok dan India Semakin meningkatnya penjualan kendaraan bermotor di Tiongkok, India, dan beberapa negara lainnya akan berdampak positif pada meningkatnya permintaan karet global untuk dijadikan bahan dasar pembuatan ban. Kondisi tersebut diperkirakan akan berdampak positif bagi kinerja ekspor karet Provinsi Jambi ke depan. III. Rekomendasi Untuk meningkatkan kinerja ekspor Provinsi Jambi sekaligus mempertahankan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tetap stabil pada level yang tinggi, maka Pemerintah dan pihak-pihak terkait perlu melakukan beberapa langkah sebagai berikut: 1. Menyelesaikan permasalahan hulu karet Praktek produksi bokar kotor untuk mengejar bobot penjualan bokar tersebut saat ini masih marak terjadi di Provinsi Jambi. Praktek tersebut sebenarnya merugikan pihak petani maupun perusahaan pengolahnya. Bagi petani, bokar kotor tersebut akan dihargai dengan nominal 50% dari harga pasar, sehingga berpotensi menurunkan pendapatan petani. Sementara bagi perusahaan pengolah karet, keberadaan bokar kotor akan menambah biaya produksi sehingga berpotensi mengurangi marjin keuntungan perusahaan. Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya tindakan nyata dari Pemerintah dan pihak terkait lainnya untuk aktif melakukan program sosialisasi karet bersih kepada 103 TRIWULAN III KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

120 BOKS. 2 PROSPEK EKSPOR KARET SEBAGAI KOMODITAS UTAMA PROVINSI JAMBI petani karet di Provinsi Jambi. Selain itu, Pemerintah Daerah perlu menerbitkan PERDA yang mengatur standar mutu karet yang boleh dijual di Provinsi Jambi. 2. Meningkatkan produktivitas tanaman karet Melaksanakan program replanting tanaman karet menggunakan bibit unggul untuk menggantikan tanaman karet yang sudah tua dan tidak produktif lagi. Selain itu, perlu tindakan nyata untuk mempertahankan dan meningkatkan luas lahan karet di Provinsi Jambi melalui penyusunan dan implementasi rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang jelas agar produktivitas dan kinerja sektor karet tetap terjaga. 3. Pembangunan industri hilir Untuk mengurangi ketergantungan terhadap permintaan karet global, perlu segera dikembangkan industri hilir karet agar stok karet nasional dapat disalurkan ke industri domestik. Selain itu, dengan adanya industri hilir akan menambah nilai jual produk turunan karet sehingga akan berdampak positif bagi kinerja ekspor Provinsi Jambi. 4. Membuka jalur perdagangan dengan negara-negara potensial baru melalui Preferential Trade Agreement (PTA). Dengan adanya perjanjian PTA diharapkan menjadi insentif bagi pengusaha karet dalam meningkatkan produksinya. Selain itu, perjanjian PTA membuka peluang terbukanya pasar baru bagi pemasaran karet Provinsi Jambi sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja ekspor produk karet dan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi. 104 TRIWULAN III KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

121

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank. K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank. K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank. K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III 2010 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertamatama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I - 2010 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III - 2009 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan II 2009 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertamatama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV 2009 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertamatama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Kajian, Statistik dan Survey (UKSS) Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I - 214 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan II 2010 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertamatama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II - 2008 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya sehingga

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI Triwulan III - 2005 Kantor Bank Indonesia Jambi DAFTAR ISI Daftar Isi.... i Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii Ringkasan Eksekutif... 1 BAB I. Kondisi Makro

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN III. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN III. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN III 2014 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III-2011 KANTOR BANK INDONESIA PONTIANAK Penanggung Jawab: Kelompok Kajian, Statistik dan Survey (KKSS) Kantor Bank Indonesia Pontianak Jl. Ahmad

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III-2013 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Asesmen Ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2013 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011 No. 43/08/63/Th XV, 05 Agustus 20 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-20 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-20 tumbuh sebesar 5,74 persen jika dibandingkan triwulan I-20 (q to q)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Triwulan IV-2013 KANTOR

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 40/11/31/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci