KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi

2 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI Telp : Fax : Webiste :

3 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil. Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU. Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust and Integrity, Profesionalism, Excellence, Public Interest, Coordination and Teamwork. Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjadi kantor perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.

4 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

5 K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-nya sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Jambi triwulan IV 2014 dapat diselesaikan dengan baik. KEKR merupakan salah satu terbitan periodik Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi sebagai sarana untuk membangun komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun eksternal. Dengan demikian, para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat memperoleh masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi daerah. KEKR mencakup beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, inflasi daerah, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan. Publikasi ini juga memuat perkiraan ekonomi dan inflasi daerah. Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, perekonomian Jambi tahun 2014 tumbuh sebesar 7,9% (ctc), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2013 yang sebesar 6,7% (ctc) dan diatas pertumbuhan ekonomi nasional 2014 sebesar 5.0% (ctc). Secara tahunan, perekonomian Jambi pada 2014 menghasilkan output Rp153,8 triliun atau 1,5% dari perekonomian Indonesia (Rp10.542,7 triliun) dan tumbuh sebesar 7,5% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional triwulan IV 2014 yang tercatat sebesar 5,0% (yoy) serta jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,6% (yoy). Dari sisi harga, kota Jambi mengalami inflasi 8,72% (yoy) lebih tinggi dari triwulan lalu 4,31% (yoy) dan inflasi nasional 8,36% (yoy).sementara itu inflasi Bungo pada triwulan IV 2014 tercatat sebesar 8,99% (yoy). Perkembangan perbankan sedikit mengalami perlambatan akibat penurunan dana pihak ketiga sementara kredit mengalami pertumbuhan sehingga aset menurun. Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor berada pada posisi yaitu sebesar 119,4% yang mengindikasikan masuknya dana dari luar perbankan Provinsi Jambi. Kualitas kredit bank umum juga masih berada pada level yang aman, ditunjukkan oleh angka Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,5%. Pembenahan sektor riil secara terus menerus diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan terutama dalam rangka meningkatkan investasi. Dalam penyusunan KEKR triwulan IV 2014 kami banyak memperoleh support dari dinasdinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas KEKR ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk kemakmuran masyarakat Jambi. Jambi, Februari 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI V. Carlusa Kepala Perwakilan

6 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

7 DAFTAR ISI Daftar Isi i Daftar Tabel... iii Daftar Grafik... v Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... viii Ringkasan Eksekutif... 1 BAB I. Ekonomi Makro Regional... 7 A. Umum... 7 B. PDRB Sisi lapangan Usaha Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Industri Pengolahan Sektor-sektor Lain C. PDRB Sisi Penggunaan Pengeluaran Konsumsi Investasi Perdagangan Eksternal Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi Impor Luar Negeri Provinsi Jambi Boks 1 Perubahan Tahun Dasar Perhitungan PDRB Menjadi 2010= BAB II. Inflasi A. Kajian Umum B. Inflasi Kota Jambi Berdasarkan Kelompok Barang Kelompok Bahan Makanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok Sandang Kelompok Kesehatan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 42 C. Inflasi Kota Bungo Boks 2 Dampak Perubahan Harga BBM terhadap inflasi Provinsi Jambi.. 49 BAB III. Perbankan Dan Sistem Pembayaran A. Perkembangan Kelembagaan i

8 B. Bank Umum Perkembangan Aset Bank Perkembangan Dana Masyarakat Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana Undisbursed Loan Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi Perkembangan Kredit UMKM C. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) D. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi Penyediaan Uang Layak Edar Perkembangan Jumlah Uang palsu yang Ditemukan Perkembangan Kliring Lokal Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Boks 3 GNNT sebagai solusi Transaksi Ekonomi BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan IV Tahun B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan IV Tahun C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah D. Keuangan Pemerintah Daerah BAB V Ketenagakerjaan Daerah Dan Kesejahteraan A. Upah Minimum Provinsi B. Kemiskinan C. Kesejahteraan BAB VI Prospek Perekonomian Lampiran Glosary A. Pertumbuhan Ekonomi B. Proyeksi Inflasi C. Rekomendasi Kebijakan ii KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

9 DAFTAR TABEL 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi (yoy) Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan Terhadap Pertumbuhan (yoy) Indeks Tendensi Konsumen Perkembangan Inflasi Kota Jambi Sumbangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode Triwulan IV Perkembangan Inflasi Kota Bungo Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Bungo berdasarkan kelompok dan sub kelompok barang dan jasa Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo berdasarkan komoditi periode triwulan IV Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum dan BPR Provinsi Jambi Penghimpunan Dana bank umum di Provinsi Jambi Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Kredit Berdasarkan Lokasi di Proyek Provinsi Jambi Tabel Undisbursed loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi Perkembangan System Pembayaran Melalui KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi Perkembangan Transaksi RTGS Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Triwulan IV Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Triwulan IV Tahun Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Perbandingan UMP wilayah Sumatera 91 TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI iii

10 5.2 Garis Kemiskinan Provinsi Jambi Jumlah Penduduk Miskin Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha 99 iv KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

11 DAFTAR GRAFIK 1.1 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan III Tahun Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan IV Tahun Produksi Padi Produksi Jagung Produksi Kedelai Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi Perkembangan Produksi Karet Jambi Tingkat Hunian Hotel Perkembangan Total Pemakaian Listrik Perkembangan Jumlah Pelanggan PLN Perkembangan Total Pemakaian Air Bersih Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat barang Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut pengeluaran Triwulanan IV Tahun Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut pengeluaran Triwulanan IV Tahun Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi Konsumsi Semen Provinsi Jambi Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditi Utama Volume Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Nilai Ekspor, Volume, Indikasi Harga dan Harga CPO Internasional Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi berdasarkan Negara Tujuan Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi Perkembangan Inflasi Kota Jambi Perbandingan Inflasi Core, Volatile Foods, dan Administered Price (yoy) Perbandingan Inflasi tahunan Kota Jambi dan kota lainnya di Pulau Sumatera per Desember Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan Perkembangan Harga Jagung Perkembangan Harga Beras Perkembangan Harga Tepung Terigu Perkembangan Harga Daging Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 41 TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI v

12 2.11 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo Tahun Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Provinsi Jambi Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi Perkembangan Transaksi Kliring Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi Pangsa (share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Periode Tahun 2011 s.d Januari 2015 serta Perkiraan Februari s.d Maret Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2011 s.d Januari 2015 serta Perkiraan Februari s.d Maret Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (ytd) Kota Jambi Periode Tahun 2011 s.d Januari 2015 serta Perkiraan Februari s.d Maret vi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

13 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH a. Inflasi dan PDRB INDIKATOR TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV 2014 TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV MAKRO Indeks Harga Konsumen Kota Jambi Indeks Harga Konsumen Kota Bungo 4) Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Bungo 4) PDRB - Harga Konstan (Juta Rp) 1) ######### 26,633,836 28,438,144 28,682,759 29,057,847 ######### 29,568,071 30,064,713 30,888,154 ######### Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 28,767,048 6,383,223 7,604,251 7,304,336 7,475,238 32,509,321 7,928,701 8,010,637 8,237,761 8,332,223 Pertambangan dan Penggalian 30,601,149 7,241,637 7,508,507 7,967,823 7,883,183 31,808,635 7,697,413 7,840,131 8,180,838 8,090,252 Industri Pengolahan 12,543,761 3,060,013 3,131,704 3,109,797 3,242,247 13,130,435 3,233,516 3,294,254 3,312,883 3,289,782 Pengadaan Listrik, Gas 52,315 12,849 13,031 13,139 13,296 56,581 13,165 13,789 13,974 15,653 Pengadaan Air 157,962 40,479 39,852 39,515 38, ,471 39,210 39,683 40,235 41,343 Konstruksi 7,908,273 1,908,268 1,968,504 1,995,231 2,036,269 8,661,217 2,124,821 2,158,461 2,170,639 2,207,296 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 9,669,182 2,341,302 2,397,988 2,451,865 2,478,027 10,661,963 2,543,492 2,580,777 2,676,617 2,861,077 Transportasi dan Pergudangan 3,382, , , , ,544 3,669, , , , ,881 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,033, , , , ,373 1,226, , , , ,874 Informasi dan Komunikasi 3,622, , , , ,468 3,876, , , , ,789 Jasa Keuangan 2,665, , , , ,418 2,772, , , , ,535 Real Estate 1,695, , , , ,574 1,732, , , , ,616 Jasa Perusahaan 1,171, , , , ,830 1,230, , , , ,366 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3,652, , , ,097 1,005,270 4,141, ,346 1,028,688 1,044,349 1,083,775 Jasa Pendidikan 3,685, , , , ,158 3,694, , , , ,511 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,102, , , , ,834 1,269, , , , ,957 Jasa lainnya 1,100, , , , ,005 1,162, , , , ,714 Nilai Ekspor Non Migas ( ribu USD) 2) 1,143, , , , ,939 1,020, , , , ,033 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 4,113, ,244 1,161,680 1,144, ,049 3,814, ,882 1,107, ,332 1,006,563 Nilai Impor Nonmigas (ribu USD ) 3) 253,035 16,689 39,052 82, , ,980 71,736 53,767 38,560 20,918 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 170,252 41,980 32,722 48,091 47, ,977 26,274 31,946 33,758 23,999 Catatan 1) Tahun dasar 2010 angka sangat sementara, sumber : BPS Provinsi Jambi 2) Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang berdasarkan SITC 2 digit yang berlaku. 3) Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2 digit 4) Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo vii

14 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH b. Perbankan INDIKATOR TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 V Tw.II-12 Tw.III-12 Tw.IV-12 Tw.I-13 Tw.II-13 Tw.III-13 Tw.IV-13 Tw.I-14 Tw.II-14 Tw.III-14 Tw.IV-14 PERBANKAN A. Bank Umum : Total Aset (Rp Juta) 23,780,624 24,163,959 24,475,084 26,618,428 27,833,632 28,538,630 28,676,080 29,691,060 34,853,104 34,345,898 32,675,144 DPK(Rp Juta) 17,611,536 17,917,502 17,945,194 18,376,298 19,154,658 19,520,974 19,415,015 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964,903 - Tabungan 9,207,801 9,141,330 10,132,421 9,492,101 9,646,142 10,070,264 3,343,467 3,179,483 4,051,589 3,707,342 3,008,463 - Giro 3,373,061 3,687,655 3,762,667 3,753,003 4,120,387 3,744,864 11,429,775 10,703,386 10,969,816 11,290,961 12,044,292 - Deposito 5,030,674 5,088,518 4,050,106 5,131,194 5,388,129 5,705,847 4,641,773 6,186,567 7,285,993 7,528,836 6,912,149 Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek 23,116,929 23,608,285 25,707,902 26,471,507 28,211,297 29,925,232 26,955,932 31,946,454 32,458,037 33,257,510 34,124,108 - Modal Kerja 9,761,212 9,281,782 9,935,402 10,115,811 9,822,930 10,124,382 8,103,793 10,158,229 10,671,200 11,084,121 11,419,932 - Konsumsi 4,211,014 9,574,000 10,289,952 10,543,228 11,256,968 11,816,000 8,410,345 9,527,809 9,164,037 9,187,047 9,439,228 - Investasi 9,144,703 4,752,503 5,482,548 5,812,468 7,131,399 7,984,850 10,441,794 12,260,417 12,622,800 12,986,343 13,264,947 - Dana 17,236,728 17,075,570 17,799,606 18,732,803 19,527,917 19,916,444 19,898,809 20,473,410 22,719,313 22,958,027 22,508,985 - LDR Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang 16,843,087 17,951,066 19,287,676 20,162,558 22,223,927 23,138,260 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 - Modal Kerja 7,075,722 6,914,923 7,326,502 7,484,277 7,365,449 7,453,703 7,548,969 7,558,597 8,035,392 8,187,856 8,517,472 - Konsumsi 6,921,191 7,784,459 8,237,555 8,644,788 9,376,743 9,931,771 10,207,932 5,959,299 10,762,104 6,134,277 6,430,084 - Investasi 2,846,175 3,251,684 3,723,619 4,033,494 5,481,736 5,752,786 5,864,182 10,409,402 6,071,136 11,050,256 11,281,919 - LDR (%) NPL Gross nominal 301, , , , , , , , , , ,329 - NPL Gross % Kredit MKM (Rp Juta) Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) 3,118,341 3,439,722 3,388,031 3,389,186 3,729,806 3,537,483 3,302,277 3,289,142 3,368,912 3,306,533 3,279,728 - Kredit Modal Kerja 1,266,632 1,464,483 1,464,794 1,498,112 1,313,147 1,309,646 1,260,845 1,317,572 1,415,511 1,376,943 1,424,349 - Kredit Investasi 226, , , , , , , , , , ,195 - Kredit Konsumsi 1,625,270 1,729,163 1,657,528 1,608,652 1,793,316 1,618,930 1,443,804 1,353,104 1,314,602 1,292,963 1,208,184 Kredit Kecil (Rp 50 < x Rp500 juta) (Rp Juta) 8,169,666 8,582,895 9,193,184 9,738,670 10,428,595 11,175,062 11,642,097 11,946,461 12,445,976 12,807,687 13,124,113 - Kredit Modal Kerja 2,324,547 2,014,978 2,084,917 2,147,246 1,827,369 1,887,664 1,914,038 1,895,776 1,949,111 2,015,340 2,020,090 - Kredit Investasi 952,979 1,028,456 1,117,634 1,203,160 1,714,598 1,782,084 1,829,234 1,853,755 1,912,349 1,925,125 1,990,458 - Kredit Konsumsi 4,892,140 5,539,461 5,990,633 6,388,264 6,886,628 7,505,314 7,898,825 8,196,931 8,584,516 8,867,222 9,113,566 Kredit Menengah (Rp500 juta < x Rp5 miliar) ((Rp Juta) 3,252,103 3,368,116 2,588,797 3,874,659 4,259,169 4,451,803 4,563,050 4,488,941 4,669,116 4,743,308 4,945,156 - Kredit Modal Kerja 2,237,132 2,235,693 1,655,435 2,515,038 2,762,995 2,810,877 2,853,406 2,808,005 3,038,812 3,096,118 3,226,807 - Kredit Investasi 613, , , , , , , , , , ,608 - Kredit Konsumsi 401, , , , , , , , , , ,741 Total Kredit MKM (Rp Juta) 14,540,110 15,390,733 15,170,012 17,002,515 18,417,570 19,164,348 19,507,424 19,724,544 20,484,004 20,857,528 21,348,998 NPL MKM gross (%) NPL MKM Gross Nominal 559, , , , , , , , , , ,170 B. BPR : Total Aset (Rp Juta) 534, , , , , , , , , , ,995 DPK (Rp Juta) 410, , , , , , , , , , ,501 - Tabungan (Rp Juta) 69,101 71,206 80,701 80,242 76,783 81,355 86,236 82,543 83,869 84,072 84,864 - Deposito (Rp Juta) 341, , , , , , , , , , ,637 Kredit (Rp Juta) 410, , , , , , , , , , ,672 - Modal Kerja 102, , , , , , , , , , ,501 - Investasi 87,528 98,433 95, , , ,650 94, , , , ,056 - Konsumsi 220, , , , , , , , , , ,115 Kredit UMKM (Rp Juta) 190, , , , , , , , , , ,842 Rasio NPL Gross (%) NPL Gross (Nominal) 15,131 16,822 13,762 22,726 27,743 33,804 34,367 43,534 54,692 59,612 64,046 LDR (%) viii

15 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH c. Sistem Pembayaran Uraian Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Kliring Nilai Kliring (juta Rp) 2,548,121 2,519,686 2,800,410 2,577,906 2,714,032 2,519,833 2,707,328 2,534,343 2,571,965 Volume Kliring (lembar warkat) 70,972 72,639 76,559 71,104 70,456 68,552 74,520 70,240 69,012 Cek dan BG Kosong Lembar 1,134 1,463 1,811 1,837 1,635 1,472 1,974 1,847 1,783 Nominal (juta Rp) 35,192 83,121 64,290 56,120 63,174 56,789 83,457 71,186 99,967 RTGS RTGS dari Jambi (miliar Rp) 18,270 15,535 19,666 20,189 22,181 19,684 26,992 38,703 40,778 RTGS ke Jambi (miliar Rp) 29,431 22,244 22,658 26,876 33,327 22,514 40,455 53,698 49,646 RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) 4,702 4,032 4,695 7,422 6,521 5,072 11,033 12,937 4,833 Transaksi Tunai Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 393, ,548 1,031,722 1,453, , , ,622 1,948, ,379 Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 1,565,493 1,034,718 1,682,989 2,605,130 2,836,373 1,734,894 1,861,714 2,788,527 2,309,258 Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (1,171,808) (188,170) (651,267) (1,151,935) (2,025,444) (854,501) (885,091) (840,178) (1,387,878) ix

16 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

17 RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI Perekonomian Provinsi Jambi tahun 2014 mengalami peningkatan yaitu dari 6,7 menjadi 7,9%... I. Ekonomi Makro Regional Perekonomian Jambi pada tahun 2014 menghasilkan output Rp 121,76 triliun atau tumbuh sebesar 7,9% 1, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2013 yang sebesar 6,7% dan diatas pertumbuhan ekonomi nasional 2014 sebesar 5.0%. Bila dihitung secara tiwulanan, Perekonomian Jambi pada triwulan IV 2014 tumbuh sebesar 7,5% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional triwulan IV 2014 yang tercatat sebesar 5,0% (yoy) serta jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,6% (yoy). Secara tahunan, perekonomian Jambi pada 2014 menghasilkan output Rp153,8 triliun atau 1,5% dari perekonomian Indonesia (Rp10.542,7 triliun). Struktur perekonomian Jambi pada triwulan IV 2014 menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 51,0%, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 37,3% dan sektor sekunder sebesar 11,7%. Dari sisi penggunaan, kenaikan ekspor sebesar 3,6%(yoy) di tahun 2014 memberikan andil sebesar 2,5% terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi 2014, disusul kenaikan konsumsi rumah tangga sebesar 5,1%(yoy) yang memberikan andil sebesar 2,1%(yoy) dan kenaikan konsumsi pemerintah sebesar 20,5%(yoy) dengan andil terhadap pertumbuhan ekonomi Jambi 2014 sebesar 1,8% (yoy). Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi di triwulan laporan sejalan dengan tingginya pertumbuhan pada sektor penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 19,1% (yoy) diikuti sektor pengadaan listrik dan gas sebesar 17,7% (yoy) dan sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 15,5%(yoy). Secara umum semua sektor perekonomian di Provinsi Jambi mengalami pertumbuhan positif. II. Inflasi Pada triwulan IV 2014, inflasi kota Jambi tercatat 8,72%(yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (4,31%(yoy)), dan lebih tinggi dari inflasi 1 Mulai Triwulan IV 2014, perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk menghitung pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi oleh BPS menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA (System of National Account)

18 RINGKASAN EKSEKUTIF nasional (8,36%(yoy)) dan dari rata-rata inflasi triwulan IV dalam tiga tahun terakhir (7,23%(yoy)). Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar 8,99% (yoy) dan berada di atas inflasi nasional 2. Faktor utama inflasi kota Jambi disebabkan oleh inflasi administered price yang mencapai 16,20% (yoy). Sumber utama inflasi administered price adalah meningkatnya harga BBM bersubsidi yang mulai diterapkan pada 18 November 2014 yang diikuti oleh kenaikan tarif angkutan. Kenaikan tersebut diikuti oleh kenaikan biaya transportasi dan distribusi sehingga mengakibatkan kenaikan harga bahan pangan dan beberapa komoditas lainnya. Inflasi volatile food berada berada pada level yang cukup tinggi yaitu 11,77% (yoy). Sementara itu inflasi inti cenderung stabil di level 3,71% (yoy). Perkembangan harga di Kota Jambi pada triwulan laporan tercatat sebesar 5,38% (qtq), melonjak tajam dibandingkan triwulan sebelumnya (1,62% (qtq)). Pergerakan angka inflasi bulanan (m-t-m) pada bulan Oktober, November dan Desember 2014 masing-masing sebesar 0,51%, 2,18% dan 2,61%. Sementara itu, perkembangan harga di Bungo tercatat sebesar 5,24% (qtq), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (2,26% (qtq)) namun sedikit lebih rendah dibandingkan kota Jambi dengan pergerakan angka inflasi bulanan (m-t-m) pada bulan Oktober, November dan Desember 2014 masing-masing sebesar 0,80%, 2,29% dan 2,07%. Pada triwulan IV 2014, Kota Jambi mengalami inflasi sebesar 8,72% (yoy) dan Kota Bungo 8,99% (yoy)... III. Perbankan dan Sistem Pembayaran Kinerja perbankan pada triwulan IV 2014 secara umum menunjukkan sedikit perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan, total aset bank umum di Provinsi Jambi sedikit menurun (4,9% (qtq)) dari Rp34,3 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp32,6 triliun pada periode laporan. Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor mengalami peningkatan sebesar 679 bps menjadi sebesar 119,42%. Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi meningkat Rp857,0 miliar (3,4% (qtq)) menjadi Rp26,2 triliun. Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum sebesar Rp21,9 triliun, menurun 2,5% (qtq) (Rp562,2 miliar) dari triwulan sebelumnya (Rp22,5 triliun). Kualitas kredit masih terjaga yang tercermin dari rasio NPL di bawah 5% (2,49%), Kinerja perbankan sedikit melambat ditandai dengan menurunnya jumlah aset dan DPK, meskipun penyaluran kredit sedikit kenaikan... 2 Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota. 2 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULANI IV 2014

19 RINGKASAN EKSEKUTIF Aktivitas pembayaran mengalami peningkatan yang tercermin dari meningkatnya transaksi Kliring dan nilai RTGS dibandingkan triwulan sebelumnya... meskipun sedikit memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya (rasio NPL 2,45%). Pada periode triwulan IV 2014, aktivitas pembayaran mengalami peningkatan yang tercermin dari meningkatnya transaksi Kliring dan RTGS meskipun nilai transaksi kas mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan, untuk aliran kas keluar (cash outflow) sebesar Rp2,3 triliun, turun 17,2% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara aliran kas masuk (cash inflow) sebesar Rp921,3 miliar, menurun signifikan 52,7% (qtq). Pada triwulan laporan, Provinsi Jambi tetap mengalami net outflow sebesar Rp1,3 triliun atau meningkat sebesar 65,2% (qtq) dibandingkan triwulan III Untuk pembayaran non tunai, Nilai kliring sedikit naik sebesar 1,5% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp2,5 triliun. Nilai RTGS dari Jambi meningkat 5,4% sedangkan RTGS ke serta dari dan ke Jambi mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, masing-masing sebesar 7,5% dan 62,6%. Realisasi pendapatan triwulan IV 2014 telah mencapai 102,61% dari APBD sementara realisasi belanja mencapai 88,21%... IV. Keuangan Pemerintah Daerah Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan triwulan IV 2014 mencapai Rp3,21 triliun (terealisasi sebesar 102,61% dari APBD-P 2014), sementara itu realisasi belanja melonjak cukup tinggi dari triwulan sebelumnya, dari Rp1,76 triliun pada triwulan III 2014 menjadi Rp3,21 triliun pada triwulan IV 2014 (terealisasi 88,21%). Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu, nilai realisasi pendapatan dan belanja mengalami peningkatan masing-masing sebesar 20,24% (yoy) dan 8,72% (yoy). Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada APBD-P 2014 hanya sebesar 25,25%, jauh lebih kecil dibandingkan share belanja operasi yang mencapai 60,38%. Share belanja modal pada tahun ini pun lebih kecil dibandingkan pada APBD-P 2013 dan 2012 (31,5% dan 26,14%). Seiring dengan hal tersebut, realisasi belanja modal pemerintah pusat pada triwulan IV-2014 hanya sebesar 34,05% (menurun dibandingkan triwulan IV-2013 yang mencapai 43,07% dan triwulan IV 2012 yang mencapai 49,01%) TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 3

20 RINGKASAN EKSEKUTIF V.Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan UMP provinsi Jambi pada tahun 2015 meningkat 13,83% yaitu dari Rp ,- menjadi Rp Sementara itu pada September 2014 garis kemiskinan Provinsi Jambi mengalami kenaikan 3,4% menjadi Rp per kapita per bulan yang diikuti dengan peningkatan persentase penduduk miskin dari 7,92% menjadi 8,39%. Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami penurunan yaitu menjadi 95,06 dari 96,21 pada triwulan lalu UMP Provinsi Jambi meningkat 13,83%, akan tetapi Nilai Tukar Petani (NTP) VI.Prospek Perekonomian Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Laju pertumbuhan PDRB triwulan I 2015 diperkirakan Jambi pada triwulan mendatang diperkirakan pada kisaran 1,7%-2,2%(qtq), berkisar 1,7%-2,2% (qtq)... tumbuh relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan (1,1% qtq). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tahunan Jambi pada triwulan I 2015 diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,9%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan yang tumbuh 7,5% (yoy). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2015 diperkirakan berada pada kisaran 7,7%-8,2%. Berdasarkan analisis sisi penggunaan, pengeluaran konsumsi rumah tangga menjadi sumber utama perekonomian di triwulan mendatang. Penurunan harga BBM bersubsidi, tren kenaikan harga komoditas kelapa sawit dan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2015 menjadi faktor yang menaikkan daya beli masyarakat dalam rangka mendorong konsumsi rumah tangga. Sejalan dengan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah diperkirakan juga semakin meningkat seiring dengan kenaikan pengeluaran pemerintah dalam rangka penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Provinsi Jambi disamping realisasi beberapa proyek-proyek infrastruktur pemerintah. Ekspor diperkirakan tumbuh terbatas seiring mulai membaiknya permintaan dan harga CPO global. Inflasi pada triwulan I 2015 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2014 yaitu berada pada kisaran 6,2%-6,7% (yoy) dari sebelumnya 8,7% (yoy) pada triwulan laporan. Penurunan laju inflasi ini utamanya dipengaruhi oleh kelompok administered price dan volatile food. Faktor yang berpotensi memberikan tekanan inflasi selama triwulan mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1) adanya rencana penyesuaian tarif batas bawah angkutan udara oleh pemerintah 2.) tekanan dari sektor eksternal berupa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika serikat yang berpotensi meningkatkan inflasi inti (core inflation) dan 3.) kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala serta terhambatnya arus di pelabuhan yang akan meningkatkan biaya distribusi dan Inflasi pada triwulan I 2015 diperkirakan berada pada kisaran 6,2%-6,7% (yoy) 4 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULANI IV 2014

21 RINGKASAN EKSEKUTIF transportasi barang dan jasa. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan menjadi pemicu meningkatnya angka inflasi pada triwulan I tahun Menyikapi kondisi perekonomian triwulan IV 2014 serta proyeksi ekonomi triwulan I 2015, beberapa hal yang patut menjadi perhatian adalah: 1. Meningkatkan dan mempertahankan kinerja perkebunan dan industri karet sebagai komoditas utama Provinsi Jambi. 2. Penguatan fungsi dan Peran TPID Provinsi Jambi serta TPID Kabupaten/Kota se-provinsi Jambi dalam pengendalian inflasi. 3. Peningkatan kualitas infrastruktur untuk menekan biaya distribusi dan meningkatkan konektivitas antar daerah. 4. Reformasi struktural belanja APBD Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kota) di seluruh wilayah Provinsi Jambi. 5. Pembangunan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah. TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 5

22 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

23 BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL A. Umum Perekonomian Jambi pada triwulan IV 2014 menghasilkan output Rp38,6 triliun 1 dan tumbuh sebesar 7,5% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional triwulan IV 2014 yang tercatat sebesar 5,0% (yoy) serta jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (6,6% (yoy)) (Grafik 1.1). Namun demikian, secara triwulanan, perekonomian Jambi pada triwulan laporan tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dari 2,3% (qtq) menjadi 1,1% (qtq). Secara keseluruhan, perekonomian Jambi pada tahun 2014 menghasilkan output Rp153,8 triliun atau 1,5% dari perekonomian Indonesia (Rp10.542,7 triliun) dan tumbuh sebesar 7,9% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2013 (6,7% (yoy)) dan di atas pertumbuhan ekonomi nasional 2014 (5.0% (yoy)). Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (yoy) % (6.0) Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Output Jambi (Rp Triliun) Pertumbuhan Jambi (yoy) Pertumbuhan Jambi (qtq) Sumber: BPS (diolah) Dari sisi lapangan usaha, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan menyumbangkan andil tertinggi pada pertumbuhan ekonomi Jambi tahun 2014 sebesar 3,3% (yoy) diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor, sektor konstruksi serta sektor industri pengolahan masing-masing sebesar 1,1% (yoy), 0,9% (yoy), 0,7% (yoy) dan 0,5% (yoy). 1 Mulai triwulan IV 2014, perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk menghitung pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi oleh BPS menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA (System of National Account)

24 EKONOMI MAKRO REGIONAL Berdasarkan klasifikasi lapangan usaha, 5 (lima) sektor yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada tahun 2014 adalah sektor penyediaan akomodasi dan makan minum yang mencapai 18,7% (yoy) disusul oleh sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 15,1% (yoy), sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 13,4% (yoy), sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 13,0% (yoy) serta sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 10,3% (yoy) (Tabel 1.1). Dari sisi penggunaan, kenaikan ekspor sebesar 3,6%(yoy) di tahun 2014 memberikan andil sebesar 2,5% terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi 2014, disusul kenaikan konsumsi rumah tangga sebesar 5,1% (yoy) yang memberikan andil sebesar 2,1% (yoy) dan kenaikan konsumsi pemerintah sebesar 20,5%(yoy) dengan andil terhadap pertumbuhan ekonomi Jambi 2014 sebesar 1,8% (yoy). (Tabel 1.1). Struktur perekonomian Jambi pada triwulan IV 2014 menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 51,0%, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 37,3% dan sektor sekunder sebesar 11,7%. Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi (yoy) LAPANGAN USAHA Tahun 2014 I II III IV I II III IV Growth Andil Pertanian, Kehutanan & Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik Dan Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar, Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya PDRB JENIS PENGELUARAN Tahun 2014 I II III IV I II III IV Growth Andil Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (0.8) (21.8) (20.5) Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (0.8) (7.4) (21.7) Perubahan Inventori (25.6) 5.0 (205.4) (229.2) 91.2 (280.7) Ekspor (17.4) 0.4 (4.8) (1.9) Impor 1.4 (2.9) 11.0 (10.3) (9.8) PDRB Sumber: BPS (diolah) 8 KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

25 EKONOMI MAKRO REGIONAL B.PDRB Sisi Lapangan Usaha Dari sisi lapangan usaha, sumber utama pertumbuhan Jambi pada triwulan IV 2014 adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dengan kontribusi 2,9%, diikuti sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 1,3% dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,7%. Sementara dari sisi tingkat pertumbuhan, pertumbuhan tahunan tertinggi pada triwulan IV 2014 terjadi pada sektor penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 19,1% (yoy) diikuti sektor pengadaan listrik dan gas sebesar 17,7% (yoy) dan sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 15,5% (yoy) (Tabel 1.1). Tingginya pertumbuhan 3 (tiga) sektor tersebut utamanya didorong oleh peningkatan aktivitas perdagangan dan penyediaan akomodasi perhotelan dan makan minum selama momen liburan akhir tahun 2014 dan hari raya keagamaan (Tahun Baru Islam, Idul Adha, Natal) yang mampu meningkatkan konsumsi masyarakat. Namun demikian, secara triwulanan, perekonomian Jambi pada triwulan laporan tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dari 2,3% (qtq) menjadi 1,1% (qtq). Sektor pengadaan listrik dan gas mencatat pertumbuhan triwulanan tertinggi yaitu 12,0% (qtq) disusul oleh sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 6,9% (qtq) serta sektor jasa keuangan sebesar 4,1%. Namun kontraksi yang dialami oleh sektor pertambangan dan penggalian (-1,1% (qtq)) serta sektor industri pengolahan (-0,7% (qtq)) merupakan faktor penahan laju pertumbuhan Provinsi Jambi. Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku pada triwulan IV 2014 tercatat sebesar Rp38,6 triliun, dan secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 26,7%, pertambangan dan penggalian sebesar 20,5% serta sektor industri pengolahan sebesar 10,8% (Grafik 1.3). Dengan demikian, struktur ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan III 2014 (Grafik 1.2). TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 9

26 EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.2. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan III Tahun 2014 Grafik 1.3. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan IV Tahun 2014 LAINNYA, 22,8% PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN, 29,8% LAINNYA, 25,5% PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN, 26,7% KONSTRUKSI, 6,4% KONSTRUKSI, 7,2% PERDAGANGAN BESAR,ECERAN DAN REPARASI MOBIL,SEPEDA MOTOR, 8,6% INDUSTRI PENGOLAHAN, 10,1% PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN, 22,4% PERDAGANGAN BESAR, ECERAN DAN REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR, 9,3% INDUSTRI PENGOLAHAN, 10,8% PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN, 20,5% Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah) 1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Produksi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan IV 2014 mengalami pertumbuhan sebesar 11,5% (yoy) atau 1,1% (qtq). Secara tahunan sektor ini mengalami peningkatan pertumbuhan yang cukup signifikan dibandingkan pertumbuhan triwulan IV 2013 (5,8% (yoy)). Akan tetapi secara triwulanan mengalami perlambatan pertumbuhan jika dibandingkan pertumbuhan triwulan III 2014 (2,8% (qtq)). Pertumbuhan sektor pertanian tersebut utamanya disebabkan oleh kenaikan produksi tanaman bahan makanan padi yang mengalami kenaikan sebesar 1,5% (yoy) dibandingkan tahun Pertumbuhan produksi tanaman bahan makanan yang terjadi di Provinsi Jambi tersebut terkonfirmasi dalam ARAM (angka ramalan) II BPS yang menyatakan bahwa pada tahun 2014, produksi padi Jambi secara total diperkirakan akan naik sebesar 1,5% dibandingkan tahun 2013 sejalan dengan peningkatan produktivitas sebesar 4,2%. Namun demikian, pertumbuhan produktivitas yang tidak diikuti dengan luas panen yang justru mengalami penurunan dari ha pada tahun 2013 menjadi ha pada tahun 2014 menyebabkan pertumbuhan produksi padi menjadi kurang maksimal (Grafik 1.4). 10 KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

27 EKONOMI MAKRO REGIONAL (ha) 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0 Grafik 1.4. Produksi Padi (ARAM II) Jan - Apr Mei - Agt Sep - Des Sumber: BPS (diolah) (ha) 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 Grafik 1.5. Produksi Jagung (ARAM II) Jan - Apr Mei - Agt Sep - Des Sumber: BPS (diolah) (ha) 4,000 3,000 2,000 1,000 0 Grafik 1.6. Produksi Kedelai (ARAM II) Jan - Apr Mei - Agt Sep - Des Sumber: BPS (diolah) Namun demikian, pertumbuhan sektor pertanian sedikit tertahan dengan menurunnya sub sektor perkebunan yang didominasi tanaman kelapa sawit dan karet alam sejalan dengan tren menurunnya harga komoditas Crude Palm Oil (CPO) dan karet internasional seiring dengan melemahnya permintaan global terhadap komoditas perkebunan utama Provinsi Jambi tersebut yang berimbas pada tren penurunan harga CPO dan karet alam di tingkat lokal. Harga kelapa sawit di Jambi pada triwulan laporan tercatat mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Harga rata-rata TBS usia 10 tahun pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1.631,2/kg, turun 2,8% (qtq) dari harga triwulan lalu. Sementara itu harga CPO di Jambi sebesar Rp7.530,2/kg atau turun 0,62% (qtq). Sejalan dengan hal tersebut, harga rata-rata CPO di tingkat internasional juga turun 5,61% (qtq) dari USD693,5/metric ton pada Triwulan III 2014 menjadi USD654,6/metric ton pada Triwulan IV TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 11

28 EKONOMI MAKRO REGIONAL 2014 (Grafik 1.7). Tren penurunan harga kelapa sawit disebabkan oleh beberapa hal: 1.) turunnya permintaan negara importir sawit sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi, 2.) tren penurunan harga minyak mentah dunia yang berimbas pada menurunnya harga CPO untuk bahan bakar nabati dan 3) melimpahnya stok minyak nabati lain (soybeen, rapeseed, dan bunga matahari) sebagai produk substitusi CPO. Grafik 1.7. Perkembangan Harga CPO Internasional dan lokal, Harga Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi Harga (Rp) 10,000 8,000 6,000 4,000 2, CPO INTI TBS 10 TAHUN CPO Int'l Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi dan Bloomberg Sejalan dengan harga kelapa sawit, harga bahan olah karet (bokar) di Jambi juga mengalami penurunan dari rata-rata Rp16.632/kg menjadi Rp15.127/kg (turun 9,0% (qtq ) (Grafik 1.8). Penurunan harga bokar tersebut mengikuti tren penurunan harga karet di tingkat internasional sebesar 14,9% (qtq) dari USD226,4/cent per kg menjadi USD192,7/cent per kg (Grafik 1.8). Apabila dibandingkan dengan rata-rata harga pada Triwulan IV tahun 2013, harga bokar di Jambi turun cukup signifikan mencapai 38,6% (yoy). Tren menurunnya harga karet internasional utamanya disebabkan antara lain oleh: 1.) masih lemahnya permintaan global serta isu tingginya persediaan stok karet di negara konsumen, utamanya Tiongkok, 2.) tren penurunan harga minyak mentah dunia sebagai bahan baku karet sintetis yang merupakan produk substitusi karet alami. 12 KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

29 EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.8. Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi dan Bloomberg Sementara itu, di tengah melambatnya kinerja perkebunan kelapa sawit dan karet, kinerja tanaman pinang justru menunjukkan kinerja positif seiring dengan masih tingginya permintaan global dan tren harga yang semakin tinggi. Selain itu, penggunaan teknologi tepat guna rumah pengering pinang 2 mampu meningkatkan harga jual pinang sehingga memberikan insentif bagi petani pinang. Kurang optimalnya kinerja sektor pertanian pada triwulan IV 2014 disertai juga dengan penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) yang tercatat sebesar 95,42 atau sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 97,19. Penurunan NTP terjadi karena meskipun terjadi kenaikan indeks diterima petani namun kenaikan indeks dibayar petani jauh lebih tinggi terkait kenaikan BBM, seperti terlihat pada grafik 1.9. Selain NTP yang menurun 3, ketergantungan petani hanya pada satu sumber pendapatan saja, juga menjadi faktor risiko yang perlu diperhatikan karena penurunan harga komoditas yang disertai dengan penurunan tingkat produksi akan berdampak pada penurunan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan kepada petani untuk memulai menjalankan program pertanian terpadu. 2 Sejak tahun 2013, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) memberikan bantuan rumah pengering pinang kepada kelompok tani di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 3 Untuk tanaman perkebunan rakyat, nilai NTP yang rendah karena indeks diterima turun akibat turunnya harga komoditas TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 13

30 EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.9. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi indeks terima indeks bayar 2014 NTP Penghitungan NTP menggunakan tahun dasar baru 2012=100 Sumber: BPS (diolah) 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian yang pada triwulan IV 2014 menyumbangkan nilai tambah sebesar Rp7,9 triliun (pangsa 20,5%), merupakan sektor kedua terbesar di Provinsi Jambi. Secara tahunan, sektor ini mampu tumbuh sebesar 2,6% (yoy), lebih tinggi daripada triwulan yang sama pada tahun lalu yang terkontraksi sebesar - 1,2% (yoy). Akan tetapi, secara triwulanan, kinerja sektor ini relatif memburuk dan mengalami penurunan atau kontraksi sebesar 1,1% (qtq), dibandingkan triwulan III 2014 yang mempu membukukan pertumbuhan sebesar 4,3% (qtq). Berdasarkan informasi yang disampaikan BPS, pada triwulan laporan terjadi peningkatan lifting minyak bumi yang berasal dari sumur-sumur di wilayah Provinsi Jambi. Namun demikian, pertumbuhan kenaikan tersebut merupakan recovery dari penurunan lifting minyak bumi yang cukup dalam pada tahun Apabila dibandingkan dengan produksi minyak bumi di tahun 2012, produksi minyak bumi Provinsi Jambi 2014 relatif stabil. Sementara itu, kinerja sub sektor pertambangan non migas di Provinsi Jambi pada triwulan laporan cenderung mengalami perlambatan yang utamanya disebabkan oleh melemahnya harga batu bara internasional sebagai dampak tidak langsung penurunan harga minyak dunia. Selain itu, implementasi Undang-Undang Minerba serta adanya Perda yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai turut menjadi penyebab turunnya produksi. KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV

31 EKONOMI MAKRO REGIONAL 3. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan yang menyumbang outpu terhadap perekonomian Jambi sebesar Rp4,2 triliun (10,8%), meningkat sebesar 1,5% (yoy). Namun demikian, secara triwulanan, sektor industri pengolahan mengalami penurunan atau kontraksi sebesar 0,7% (qtq). Penurunan kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan laporan utamanya didorong oleh penurunan pertumbuhan produksi pada sub sektor industri pengolahan karet sebesar 12,4% (qtq) atau 11,5% (yoy) sejalan dengan melemahnya permintaan karet global dan kondisi cuaca yang kurang mendukung perkebunan karet (Tabel 1.2). Tabel 1.2. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Pertumbuhan Jenis Industri q-t-q y-on-y Trw III-13 Trw IV-13 Trw I-14 Trw II-14 Trw III-14 Trw IV-14 Trw III-13 Trw IV-13 Trw I-14 Trw II-14 Trw III-14 Trw IV-14 Industri Makanan Industri Minuman Industri Karet dan Barang dari Karet dan Barang dari Plastik I B S Sumber: BPS Provinsi Jambi 120,000 Penurunan kinerja Industri pengolahan karet tersebut juga dikonfirmasi oleh data Gapkindo Pengusaha (Gabungan Karet Indonesia) cabang Jambi, yang menyatakan bahwa produksi karet dalam triwulan IV 2014 sebesar ton (Grafik 1.10), menurun cukup signifikan sebesar 15,54% (qtq) dibandingkan triwulan lalu dan turun 2,0% (yoy) dibandingkan triwulan IV Grafik Perkembangan Produksi Karet Jambi 100,000 94,647 88,713 92,488 91,329 93,439 85,867 87,584 81,805 68,679 74,585 77,418 75,165 80,000 75,504 76,065 73,974 74,563 60,000 40,000 20,000 0 Tw I Tw II Tw III Tw IV Volume Produksi Bokar (Ton) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Pertumbuhan (%qtq) Tw I Tw II Tw III Tw IV Sumber: Gapkindo Cabang Jambi Terdapat 11 (sebelas) perusahaan pengolah crumb rubber yang tergabung dalam Gapkindo TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 15

32 EKONOMI MAKRO REGIONAL 4. Sektor-sektor Lain Pada triwulan IV 2014, sektor perdagangan besar, eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor menyumbangkan output perekonomian sebesar Rp3,6 triliun (pangsa 9,3%). Pertumbuhan sektor ini mencapai 15,5% (yoy), dengan andil pertumbuhan 1,3% yang utamanya didukung oleh tingginya perkembangan sub sektor perdagangan besar dan eceran di Jambi. Peningkatan aktivitas perdagangan sejalan dengan meningkatnya konsumsi masyarakat sehubungan dengan momen liburan akhir tahun, serta adanya momen hari raya keagamaan (tahun baru islam, idul adha dan natal). Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum tumbuh 19,1% (yoy) seiring momen libur akhir tahun dan hari raya keagamaan di triwulan IV 2014 yang berdampak pada peningkatan aktivitas Meeting Incentive Converence Exhibition (MICE) di Provinsi Jambi meskipun 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0 Grafik Tingkat Hunian Hotel 57,930 58,288 55,338 50,821 47,293 72,902 62,409 66,748 65,742 81,909 59,533 46,402 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Sumber : BPS (diolah) Jumlah Tamu Menginap T. Hunian Hotel (RHS) di sisi lain tingkat hunian hotel mengalami penurunan (Grafik 1.11). Rata-rata tingkat hunian hotel di triwulan laporan sebesar 44,4%, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu (45,7%), serta triwulan yang sama tahun lalu (51,4%). Jumlah tamu menginap pada triwulan laporan juga turun signifikan sebesar 30,5% (yoy) atau 22,1% (qtq) menjadi orang. Sektor pengadaan listrik dan gas serta sektor pengadaan air masing-masing tumbuh sebesar 17,7% (yoy) dan 8,5% (yoy). Secara triwulanan, sektor pengadaan listrik dan gas tumbuh cukup signifikan sebesar 12,0% (qtq), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (1,3% (qtq ). Sementara itu, sektor pengadaan air tumbuh 2,8% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (1,4% qtq). Meningkatnya sub sektor pengadaan listrik tercermin dari meningkatnya jumlah konsumsi listrik serta jumlah pelanggan di Jambi masing-masing sebesar 7,9% (yoy) atau 16 KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

33 KWH (dalam juta) ribu pelanggan EKONOMI MAKRO REGIONAL 1,4% (qtq) dan 7,5% (yoy) atau 2,4% (qtq). Jumlah konsumsi listrik di Jambi selama triwulan laporan mencapai 268,4 MWH (Grafik 1.12) dengan jumlah pelanggan mencapai rekening (Grafik 1.13). Berdasarkan penggunanya, mayoritas pelanggan PLN di Jambi adalah kelompok rumah tangga yang mencapai rekening (91,9%) dengan konsumsi daya listrik mencapai 244,3 MWH (64,9%). Grafik Perkembangan Total Pemakaian Listrik I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: PLN Cabang Jambi (diolah) Grafik Perkembangan Jumlah Pelanggan PLN I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: PLN Cabang Jambi (diolah) Pertumbuhan sektor pengadaan air sedikit tertahan dengan penurunan pemakaian air bersih yang dicatat oleh PDAM Tirta Mayang (Grafik 1.14). Pada triwulan laporan pemakaian air bersih menunjukkan penurunan (1,4% (yoy ) atau ribu M3 Grafik Perkembangan Total Pemakaian Air bersih Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw Total Konsumsi Air (LHS) Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi, 2014 Pertumbuhan (RHS) 0,3% (qtq). Rata-rata konsumsi air bersih bulanan melalui PDAM Kota Jambi pada triwulan laporan sebesar 830,0 ribu M 3, lebih rendah dari triwulan lalu (832,7 ribu M 3 ). Secara tahunan, pemakaian air bersih juga mengalami penurunan 1,9% (yoy). Sektor transportasi dan pergudangan tumbuh sebesar 7,2% (yoy) dengan andil pertumbuhan 0,5%, meningkat dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (7,0% yoy). Pertumbuhan tersebut utamanya disebabkan oleh pertumbuhan sub sektor transportasi sejalan dengan momen liburan akhir tahun (1) (3) TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 17

34 EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang ribu orang I II III IV I II III IV I II III IV Kedatangan Penumpang Keberangkatan Penumpang Sumber: PT Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi Grafik Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang ton I II III IV I II III IV I II III IV Jumlah Bongkar Jumlah Muat Sumber: PT.Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi Meskipun mengalami pertumbuhan positif, jumlah penumpang, baik yang datang maupun berangkat dari bandara Sultan Thaha Jambi, menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Jumlah penumpang (total berangkat dan datang) di bandara Sultan Thaha Jambi sebanyak orang, menurun 4,2% (yoy) dibandingkan periode yang sama di tahun lalu (Grafik 1.15). Secara umum, jumlah penumpang yang meninggalkan Jambi sedikit lebih tinggi dibandingkan yang datang ke Jambi. Berdasarkan perkembangan jumlah bongkar dan buat barang di bandara Sultan Thaha Jambi, terjadi kenaikan jumlah barang yang dimuat sebesar 0,8% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya meskipun untuk barang yang dibongkar dari kargo pesawat mengalami penurunan sebesar 8,1% (qtq) (Grafik 1.16) Sektor lain yang tumbuh cukup pesat pada Triwulan IV 2014 adalah sektor jasa pendidikan sebesar 13,0% (yoy) dan jasa keuangan sebesar 8,8% (yoy). C. PDRB Sisi Penggunaan Ditinjau dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan laporan utamanya didorong oleh meningkatnya konsumsi pemerintah yang melonjak cukup tinggi hingga mencapai 69,0% (qtq) dengan andil pertumbuhan sebesar 6,7% (Tabel 1.3). Diikuti dengan pertumbuhan ekspor barang dan jasa sebesar 4,1%(qtq) dengan andil pertumbuhan 2,6%. Namun melambatnya pertumbuhan konsumsi (0,2% (qtq)) disertai kontraksi pertumbuhan pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) yang KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV

35 EKONOMI MAKRO REGIONAL mencerminkan investasi (-2,8% (qtq)) menyebabkan pertumbuhan ekonomi Jambi relatif terbatas. Berdasarkan strukturnya, 44,7% perekonomian Jambi ditopang oleh konsumsi rumah tangga, diikuti dengan investasi fisik (Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto) 22,1%, Net Ekspor 21,4% dan konsumsi pemerintah 16,5% (Grafik 1.18). Pangsa struktur tersebut cenderung tidak mengalami perubahan berarti dari waktu ke waktu. Pada tahun 2013, pangsa konsumsi rumah tangga, investasi fisik dan konsumsi pemerintah masingmasing sebesar 40,9%, 30,6%, dan 16,5% (Grafik 1.17). Tabel 1.3. Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan terhadap Pertumbuhan (yoy) JENIS PENGELUARAN Tahun 2014 I II III IV I II III IV Growth Andil Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (0.8) (21.8) (20.5) Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (0.8) (7.4) (21.7) Perubahan Inventori (25.6) 5.0 (205.4) (229.2) 91.2 (280.7) Ekspor (17.4) 0.4 (4.8) (1.9) Impor 1.4 (2.9) 11.0 (10.3) (9.8) PDRB Sumber : BPS (diolah) Grafik Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan Triwulan IV tahun 2013 Grafik Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan Triwulan IV tahun 2014 Sumber : BPS (diolah) TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 19

36 EKONOMI MAKRO REGIONAL 1. Pengeluaran Konsumsi Pengeluaran konsumsi rumah tangga berdasarkan harga berlaku mencapai Rp17,1 triliun atau 44,1% dari total PDRB Jambi. Pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat 5,5% (yoy), melambat dibandingkan triwulan III 2014 (5,6% (yoy)). Secara triwulanan, konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan hanya tumbuh 0,2% (qtq), jauh melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (2,9% (qtq ) maupun rata-rata tiga tahun sebelumnya (1,38% qtq), sejalan dengan melemahnya daya beli masyarakat yang disebabkan oleh turunnya pendapatan akibat rendahnya harga komoditas kelapa sawit dan karet serta meningkatnya harga barang/jasa paska kenaikan harga BBM bersubsidi. Melemahnya kinerja konsumsi rumah tangga juga tercermin dari angka indeks tendensi konsumen (ITK) pada triwulan IV 2014 yang hanya sebesar 104,8 5 (Tabel 1.4). Angka indeks tingkat konsumsi komoditas makanan dan bukan makanan juga mengalami penurunan pada level 110,1, lebih rendah dari sebelumnya yaitu sebesar 115,1. Tabel 1.4. Indeks Tendensi Konsumen Variabel Pembentuk Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan I II III IV I II III IV Pendapatan rumah tangga kini Pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan Indeks Tendensi Konsumen Sumber : BPS (diolah) Sementara itu, penyaluran kredit real estate juga menunjukkan perlambatan pertumbuhan dari sebesar 5,6%(yoy) pada triwulan III 2014 menjadi 3,6% (yoy) pada triwulan IV 2014 (Grafik 1.19). Hal ini seiring dengan belum kunjung membaiknya kinerja kredit di sektor tersebut yang tercermin dari nilai NPL kredit kepada sub sektor pemilikan rumah tinggal sampai dengan tipe 21 yang mengalami kenaikan (memburuk) dari 3,4% menjadi 5,1%. 5 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK merupakan indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang.angka yang masih diatas 100, menunjukkan bahwa masyarakat masih optimis memandang perekonomian Jambi. KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV

37 Rp Miliar EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Kredit Real Estate Sumber : Laporan Bank Umum (LBU) Bank Indonesia Pertumbuhan (% yoy) Pengeluaran konsumsi pemerintah berdasarkan harga berlaku di triwulan laporan mencapai Rp6,4 triliun meningkat 8,9%(yoy) atau 69,0% (qtq). Hal ini sejalan dengan realisasi belanja APBD yang meningkat pada triwulan IV 2014 seiring selesainya pelaksanaan proyek pemerintah. Realisasi belanja APBD provinsi Jambi triwulan IV 2014 sebesar Rp3,2 triliun (sebesar 88,2% dari APBD-P 2014) meningkat tajam dibandingkan realisasi pada triwulan III 2014 (sebesar Rp1,8 triliun). 2. Investasi Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) triwulan IV 2014 yang mencerminkan nilai investasi di Provinsi Jambi mencapai Rp8,5 triliun dengan pangsa 22,1% dari total PDRB Jambi (Grafik 1.18). Pangsa investasi triwulan IV 2014 relatif lebih rendah dibandingkan dengan pangsa pada triwulan yang sama tahun 2013 (30,6%). Secara tahunan, PMTDB / investasi mengalami penurunan sebesar 21,7% (yoy) dan menjadi faktor penahan laju pertumbuhan provinsi Jambi. Secara triwulanan, investasi juga mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,8% (qtq). Penurunan investasi disebabkan beberapa faktor diantaranya : 1.) realisasi belanja APBD-P 2014 yang <90% sehingga penyaluran investasi fisik pemerintah belum optimal dan 2.) penurunan sektor keuangan real estate terutama pada perumahan sederhana. TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 21

38 Rp Triliun EKONOMI MAKRO REGIONAL Adapun penurunan investasi juga dikonfimasi oleh data indikator ekonomi konsumsi semen yang tumbuh sebesar 20,54% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 34,5%(yoy). (Grafik 1.20). Grafik 1.20.Konsumsi Semen Provinsi Jambi Penurunan investasi, juga sejalan dengan pendapat pengusaha yang tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV 2014 dimana terjadi penurunan kegiatan usaha di Provinsi Jambi yang tercermin dari nilai SBT negatif (-12,98%). Perlambatan investasi tersebut dikonfirmasi dengan pertumbuhan kredit investasi di Provinsi Jambi yang hanya sebesar 9,65% (yoy) jauh melambat dibandingkan periode yang sama di tahun 2013 yang mampu tumbuh 57,5% (yoy) (Grafik 1.21). Secara triwulanan, kredit investasi tumbuh sebesar 4,8% (qtq), relatif meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,0% (qtq). Grafik 1.21.Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV Kredit Investasi (juta Rp) Pertumbuhan (%) Sumber : LBU Bank Indonesia

39 EKONOMI MAKRO REGIONAL 3. Perdagangan Eksternal Ekspor Provinsi Jambi baik ke negara maupun daerah lain pada triwulan IV 2014 mencapai Rp25,8 triliun. Nilai ekspor tersebut (keluar daerah dan luar negeri) meningkat tajam sebesar 24,7% (yoy) atau 4,1% (qtq). Meningkatnya nilai ekspor tersebut utamanya disebabkan oleh meningkatnya ekspor pertambangan dari Provinsi Jambi khususnya migas dan hasil perkebunan. Impor provinsi Jambi pada triwulan IV 2014 mencapai Rp17,6 triliun atau lebih rendah dari ekspor provinsi Jambi. Dengan demikian, Provinsi Jambi mengalami net eskpor sebesar Rp8,2 triliun. Kinerja impor (dari luar daerah dan luar negeri) mengalami peningkatan 3,7% (yoy) dan terjadi pada kelompok mesin dan alat angkutan seiring dengan adanya impor mesin industri pulp & paper Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi Berdasarkan indikator ekspor impor lainnya, khususnya ekspor impor non migas, meskipun kinerja ekspor mengalami penurunan namun net ekspor Provinsi Jambi pada triwulan laporan mengalami kenaikan. Berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB), ekspor luar negeri Provinsi Jambi pada triwulan laporan sebesar USD255,0 juta, turun 10,2% (yoy) dari triwulan yang sama tahun 2013 (USD283,9 juta). Sementara itu, impor luar negeri sebesar USD20,9 juta. Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi mengalami net ekspor sebesar USD234,1 juta (Grafik 1.22). Grafik Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi (dalam satuan juta USD) 800 Ekspor Impor Net Ekspor Trw I Trw IITrw III Trw IV Trw I Trw IITrw III Trw IV Trw I Trw IITrw III Trw IV Trw I Trw IITrw III Trw IV Sumber : SEKDA Bank Indonesia Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor terbesar dicapai oleh komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar USD110,6 juta atau 46% dari total ekspor non migas Jambi, diikuti oleh fixed vegetable oil dan pulp and paper masing-masing USD46,9 juta dan USD29,3 juta (Grafik 1.23 dan 1.25). Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi, terlihat TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 23

40 EKONOMI MAKRO REGIONAL bahwa ekspor produk primer masih mendominasi baik untuk hasil perkebunan maupun pertambangan. Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jambi Trw I Trw II Trw III Trw IV Lainnya Fixed Vegetable Oil G. Ekspor Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Sumber : SEKDA Bank Indonesia Batu Bara, Kokas dan Briket Crude Rubber Trw IV Grafik Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditas Utama Volume (ton) Grafik Volume Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Sumber : SEKDA Bank Indonesia Sumber : SEKDA Bank Indonesia Grafik Nilai Ekspor, Volume, Indikasi Harga dan Harga CPO Internasional Sumber : SEKDA Bank Indonesia Kenaikan nilai ekspor Provinsi Jambi utamanya disumbangkan oleh kenaikan ekspor fixed vegetable oil sebesar 143,7% (qtq) (Grafik 1.26). Kenaikan ini merupakan kenaikan temporer yang permintaan CPO global akibat bencana banjir yang melanda perkebunan kelapa sawit di Malaysia yang mengganggu produksi CPO Malaysia. Hal tersebut tercermin dari kenaikan nilai dan volume ekspor yang tidak diikuti dengan kenaikan indikasi harga. Kenaikan ekspor juga dialami komoditas pulp and paper sebesar 6,7% (qtq). Sementara itu, penurunan nilai ekspor Provinsi Jambi pada triwulan laporan 24 KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

41 EKONOMI MAKRO REGIONAL utamanya terjadi pada komoditas batu bara dan karet mentah masing-masing sebesar 17,3% (qtq) dan 7,3% (qtq). Dari sisi volume, hampir semua komoditas mengalami penurunan volume ekspor dengan penurunan tertinggi pada komoditas batu bara dan briket sebesar 14,7%(qtq) diikuti oleh minyak dan lemak sayur (fixed vegetable oil) sebesar 13,9% (qtq) (Grafik 1.24). Melemahnya permintaan karet yang diikuti dengan merosotnya harga karet internasional menyebabkan penurunan volume ekspor karet mentah (crumb rubber) Provinsi Jambi sebesar 1,93% (qtq). Selain itu, rendahnya kualitas karet di Jambi yang memiliki karakter karet kotor turut menyebabkan terbatasnya harga jual. Sementara itu, turunnya nilai dan volume ekspor batubara Provinsi Jambi dipengaruhi oleh turunnya volume seiring dengan melemahnya permintaan global. Tren menurunnya harga batubara internasional dan rendahnya kualitas batubara produksi Jambi turut menyumbang penurunan ekspor batubara tersebut. Selain itu, implementasi UU Minerba serta adanya peraturan mengenai distribusi batu bara di Jambi juga menjadi disinsentif bagi pengusaha untuk mengembangkan produksi batu bara di Jambi. Adanya Perda yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai membuat margin keuntungan semakin menipis. Sementara dari sisi pemerintah, pendapatan yang didapatkan dari batu bara juga relatif rendah sementara biaya yang ditimbulkan akibat kerusakan jalan angkutan relatif lebih tinggi. Grafik Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan juta USD Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Sumber : SEKDA Bank Indonesia Lainnya India Eropa RRC Jepang Malaysia Amerika Serikat Berdasarkan negara tujuan (Grafik 1.26), ekspor Provinsi Jambi didominasi tujuan ke negara Malaysia yang mencapai USD 64,5 juta dan diikuti oleh Amerika Serikat sebesar TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 25

42 EKONOMI MAKRO REGIONAL USD34,4 juta. Meningkatnya ekspor Jambi ke Malaysia utamanya disumbangkan oleh ekspor komoditas CPO. Namun demikian, infrastruktur pelabuhan dan terbatasnya muatan kapal di Jambi juga menjadi salah satu kendala yang dihadapi pelaku usaha dalam mengekspor secara langsung ke negara tujuan Impor Luar Negeri Provinsi Jambi Impor non migas provinsi Jambi (Grafik 1.27) tercatat sebesar USD20,9 juta, turun sebesar 45,7% (qtq) atau 71,1% (yoy). Berdasarkan pangsanya (Grafik 1.28), impor Jambi didominasi oleh mesin industri tertentu/khusus (USD6,3 juta atau 30,4%) Grafik Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Impor (juta USD) g. Impor (RHS) Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Sumber : SEKDA Bank Indonesia Impor (juta USD) Grafik Lima Komoditas Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi Lainnya Alat Pengangkutan Lainnya Mesin Pembangkit Tenaga Mesi Industri dan Perlengkapannya Besi dan Baja Mesin Industri Tertentu/Khusus Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Sumber : SEKDA Bank Indonesia 26 KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

43 PERUBAHAN TAHUN DASAR PERHITUNGAN PDRB MENJADI 2010 = 100 BOKS 1 PERUBAHAN TAHUN DASAR PERHITUNGAN PDRB MENJADI 2010 = 100 * Sumber Badan Pusat Statistik, Diolah Sejak Triwulan IV 2014, Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan penyesuaian perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB)/Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menggunakan tahun dasar yang baru yaitu 2010=100, menggantikan tahun dasar yang lama 2000=100. Lantas apa yang menjadi penyebab perubahan dasar tersebut? Dalam jangka waktu sepuluh tahun ke belakang, banyak perubahan yang terjadi pada tatanan ekonomi global dan lokal yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia maupun Provinsi Jambi. Krisis finansial global yang terjadi pada tahun , penerapan perdagangan bebas antara China-ASEAN, perubahan sistem pencatatan perdagangan nasional dan internasional serta meluasnya jasa keuangan merupakan contoh perubahan yang perlu diadaptasi dalam mekanisme pencatatan statistik nasional dan daerah. Selain itu, Perubahan tahun dasar PDB/PDRB dilakukan untuk mengadopsi rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang tertuang dalam 2008 System of National Accounts (SNA 2008) yang disajikan melalui Supply and Use Tables (SUT). Apa Manfaat Melakukan Perubahan Tahun Dasar? BPS mencatat setidaknya ada tiga keunggulan dari perubahan tahun dasar perhitungan tersebut: 1. Menginformasikan update perekonomian nasional seperti pergeseran struktur dan pertumbuhan ekonomi 2. Meningkatkan kualitas data PDB/PDRB 3. Menjadikan data PDB/PDRB dapat diperbandingkan secara internasional Mengapa Menggunakan Tahun Dasar 2010? BPS telah melakukan perubahan tahun dasar secara berkala sebanyak 5 (lima) kali yaitu pada tahun 1960, 1973, 1983, 1993, dan Tahun 2010 dipilih sebagai tahun dasar baru menggantikan tahun dasar 2000 karena beberapa alasan berikut: Perekonomian Indonesia relatif stabil dari tahun Hal ini terbukti dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cenderung tumbuh dan stabil dari krisis finansial global pada tahun TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 27

44 PERUBAHAN TAHUN DASAR PERHITUNGAN PDRB MENJADI 2010 = 100 Telah terjadi perubahan struktur ekonomi selama 10 (sepuluh) tahun terakhir terutama dibidang informasi dan teknologi serta transportasi yang berpengaruh terhadap pola distribusi dan munculnya berbagai macam produk dan jasa baru Terdapat pembaharuan konsep, definisi, klasifikasi, cakupan dan metodologi sesuai rekomendasi dalam SNA 2008 Tersedianya sumber data baru untuk perbaikan PDB seperti data Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) dan Indeks harga produsen (Producers Price Index /PPI) Tersedianya kerangka kerja SUT yang digunakan untuk benchmarking/menetapkan PDB Apa yang Dimaksud Dengan SNA / SNA 2008 Dalam Perhitungan PDRB? System of National Accounts 2008 (SNA 2008) atau Sistem Neraca Nasional (SNN) adalah rekomendasi internasional tentang bagaimana menyusun ukuran aktivitas ekonomi yang sesuai dengan standar neraca baku yang didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi. Berdasarkan data terbaru, terdapat 118 revisi di SNA 2008 dari SNA sebelumnya dan 44 diantaranya merupakan revisi utama. Beberapa revisi yang diadopsi dalam penghitungan PDB / PDRB tahun dasar 2010 diantaranya: 1. Konsep dan Cakupan: Cakupan output pertanian memperlakukan Cultivated Biological Resources (CBR)/penyertaan pertumbuhan aset alam hasil budidaya manusia yang belum dipanen sebagai bagian dari output lapangan usaha 2. Metodologi: Perbaikan metode penghitungan output bank dari Imputed Bank Services Charge (IBSC) menjadi Financial Intermediation Services Indirectly Measured (FISIM). 3. Valuasi : Nilai tambah bruto lapangan usaha dinilai dengan Harga Dasar (Basic Price). Harga dasar merupakan harga keekonomian barang dan jasa ditingkat produsen sebelum adanya intervensi pemerintah seperti pajak dan subsidi atas produk. 4. Klasifikasi : Klasifikasi yang digunakan berdasarkan Internasional Standard Industrial Classification (ISIC) dan Central Product Classification. BPS mengadopsi kedua klasifikasi tersebut sebagai KBLI 2009 dan KBKI Bagaimana Membedakan Klasifikasi PDB/PDRB Tahun 2000 Dengan 2010? Klasifikasi PDB / PDRB menurut lapangan usaha tahun dasar 2000 menggunakan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia 1990 (KLUI 1990) sedangkan pada PDB / PDRB tahun dasar 2010 menggunakan KBLI Sementara klasifikasi PDB/PDRB menurut pengeluaran tahun dasar 2010 secara garis besar tidak banyak mengalami perubahan. TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 28

45 PERUBAHAN TAHUN DASAR PERHITUNGAN PDRB MENJADI 2010 = 100 Perbandingan keduanya pada tingkat paling agregat dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1: Perbedaan Klasifikasi PDB / PDRB Menurut Pengeluaran PDB / PDRB 2000 PDB / PDRB Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3. Pembentukan Modal Tetap Bruto 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 4. Prubahan Inventory 5. Perubahan Inventory 5. Ekspor 6. Ekspor 6. Impor 7. Impor Tabel 2: Perbedaan Klasifikasi PDB / PDRB Menurut Lapangan Usaha PDB/PDRB seri 2000 PDB/PDRB seri Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian B. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan C. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih D. Pengadaan Listrik dan Gas E. Pengadaan Air 5. Konstruksi F. Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran G.Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor 7. Pengangkutan dan Komunikasi H. Transportasi dan Pergudangan I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum J. Informasi dan Komunikasi 8. Keuangan, Real estate, dan Jasa Perusahaan K. Jasa Keuangan L. Real Estate M,N. Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P. Jasa Pendidikan Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial R,S,T,U. Jasa Lainnya Apa Implikasi Perubahan Tahun Dasar Tersebut Bagi Bank Indonesia? Perubahan tahun dasar ini memberikan informasi yang lebih baik bagi Bank Indonesia untuk terus mempertajam analisis dan rekomendasi kebijakan bagi perekonomian Provinsi Jambi dikedepannya. Penambahan jumlah sektor ekonomi dari 9 (sembilan) menjadi 17 (tujuh belas) memberikan kondisi ekonomi yang lebih jelas dan detail akan perkembangan yang ada. Perubahan perubahan yang ada tentu memberikan tantangan tersendiri bagi Bank Indonesia, bilamana terjadi salah minterprestasi, maka dapat menimbulkan error dalam melakukan proyeksi dan analisis. Dalam hal ini, Bank Indonesia menyikapi dengan meningkatkan tools dan model ekonomi yang lebih komprehensif dalam menyikapi perubahan yang ada agar dapat selalu memberikan analisis dan rekomendasi kebijakan yang tepat dan akurat bagi para pemangku kepentingan. Proyeksi akan perkembangan ekonomi yang ada berdasarkan data series yang akurat melalui metode backcasting forecasting yang diterapkan diharapkan akan selalu memberikan informasi yang komprehensif bagi para stakeholders. TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 29

46 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

47 BAB II INFLASI A. Kajian Umum Pada triwulan IV 2014, inflasi kota Jambi tercatat 8,72%(yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (4,31%(yoy)), dan lebih tinggi dari inflasi nasional (8,36%(yoy)) dan dari rata-rata inflasi triwulan IV dalam tiga tahun terakhir (7,23%(yoy)) (Grafik 2.1). Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar 8,99% (yoy) dan juga berada di atas inflasi nasional 6. Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi Persen (%) Kota Jambi Nasional Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah) Berdasarkan asesmen Bank Indonesia, inflasi Kota Jambi utamanya disebabkan oleh inflasi administered price yang mencapai 16,2% (yoy) (Grafik 2.2). Sumber utama inflasi administered price adalah meningkatnya harga BBM bersubsidi yang mulai diterapkan pada 18 November 2014 yang diikuti oleh kenaikan tarif angkutan. Kenaikan tersebut diikuti oleh kenaikan biaya transportasi dan distribusi sehingga mengakibatkan kenaikan harga bahan 6 Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota. 31

48 INFLASI pangan dan beberapa komoditas lainnya. Inflasi volatile food berada berada pada level yang cukup tinggi yaitu 11,77% (yoy). Sementara itu inflasi inti cenderung stabil di level 3,71% (yoy). Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi Core, Volatile Food, dan Administered Price(yoy) Berdasarkan penghitungan triwulanan, perkembangan harga di Kota Jambi pada triwulan laporan tercatat sebesar 5,38% (qtq), melonjak tajam dibandingkan triwulan sebelumnya (1,62% (qtq)). Pergerakan angka inflasi bulanan (mtm) pada bulan Oktober, November dan Desember 2014 masingmasing sebesar 0,51%, 2,18% dan 2,61%. Sementara itu, perkembangan harga di Bungo tercatat sebesar 5,24% (qtq), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (2,26% (qtq)) namun sedikit lebih rendah dibandingkan kota Jambi dengan pergerakan angka inflasi bulanan (mtm) pada bulan Oktober, November dan Desember 2014 masing-masing sebesar 0,80%, 2,29% dan 2,07%. Tingkat inflasi tahunan (yoy) di Kota Jambi berada di urutan ke-8 (delapan) dari daftar kota dengan tingkat inflasi tertinggi di Sumatera. Sementara Bungo menempati urutan ke-7 (tujuh). Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tanjung Pandan, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Meulaboh (Grafik 2.3). 7 7 Sumber: BPS Provinsi Jambi 32 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

49 INFLASI Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi tahunan Kota Jambi dan Kota Lainnya di Pulau Sumatera per Desember 2014 Sumber : BPS Provinsi Jambi B. Inflasi Kota Jambi Berdasarkan Kelompok Barang Berdasarkan kelompoknya, sumbangan terbesar inflasi di kota Jambi pada triwulan ini bersumber dari kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan yang mengalami lonjakan inflasi sebesar 10,80% (qtq) atau 13,12% (yoy) dengan sumbangan ke inflasi triwulanan mencapai 2,04% dan sumbangan ke inflasi tahunan mencapai 2,50% (Tabel 2.1). Tingginya inflasi kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan tersebut seiring dengan kenaikan harga BBM per tanggal 18 November 2014 yang diikuti dengan kenaikan tarif angkutan. Kelompok bahan makanan mengalami inflasi mencapai 7,93% (qtq) dengan kontribusi sebesar 1,94%. Inflasi kelompok bahan makanan tersebut disebabkan oleh meningkatnya harga cabe merah seiring dengan keterbatasan pasokan cabe merah dan beras. Jatah raskin dari Pemerintah Pusat telah habis pada bulan Oktober, sehingga menyebabkan kenaikan harga beras pada Bulan November dan Desember 2014 seiring dengan meningkatnya permintaan akan beras medium dan premium. Secara tahunan kelompok tersebut mengalami inflasi yang tinggi yaitu 12,10% (yoy) dengan kontribusi yang tinggi yaitu sebesar 2,94%. TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 33

50 INFLASI Kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau mengalami inflasi sebesar 2,20% (qtq) dan memberikan kontribusi sebesar 0,36% yang utamanya disumbangkan oleh sub kelompok makanan jadi berupa nasi dengan lauk dan sate serta sub kelompok tembakau & minuman beralkohol berupa rokok kretek filter. Secara tahunan mengalami inflasi sebesar 5,55% (yoy) dengan sumbangan sebesar 0,91%. Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 4,49% (qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,99% yang utamanya disumbangkan oleh sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air sejalan dengan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) golongan Rumah Tangga dan Industri per 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal 1 Juli 2014 dan harga elpiji kemasan 12 kg sejak tanggal 10 September Secara tahunan kelompok ini mengalami inflasi sebesar 9,46% (yoy) dan memberikan kontribusi sebesar 2,05%. Kelompok sandang mengalami deflasi sebesar 0,23% (qtq) dengan kontribusi sebesar -0,02% namun secara tahunan mengalami inflasi sebesar 0,66% (yoy). Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,93% (qtq) dan memberikan kontribusi sebesar 0,04% yang disumbangkan oleh sub kelompok obat-obatan dan secara tahunan mengalami inflasi sebesar 2,95% (yoy). Kelompok terakhir yaitu kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi sebesar 0,34% (qtq) dan memberikan kontribusi sebesar 0,02% yang disumbangkan oleh sub kelompok jasa pendidikan atau secara tahunan mengalami inflasi sebesar 1,91% (yoy). Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi Sumber : BPS Provinsi Jambi (diolah) 34 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

51 INFLASI Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulan an (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.3.), penyumbang pembentukan inflasi terbesar pada bulan Oktober, November dan Desember 2014 adalah cabai merah, beras, cabai rawit, rokok kretek filter, tarif listrik, bahan bakar rumah tangga, bensin, tarif angkutan dalam kota dan tarif angkutan antar kota, sedangkan penyumbang deflasi adalah daging ayam ras. TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 35

52 INFLASI Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan IV Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 7,93% (qtq) dengan sumbangan inflasi mencapai 1,94% atau secara tahunan sebesar 12,10% (yoy). Inflasi bahan makanan tersebut didominasi oleh Grafik 2.4. Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan 36 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

53 INFLASI sub kelompok bumbu-bumbuan (95,66% (qtq)). Beberapa sub kelompok lainnya yang juga mengalami inflasi yang cukup tinggi adalah sub kelompok bahan makanan lainnya (6,99%(qtq)), sayur-sayuran (5,74%(qtq)), padi-padian, umbiumbian dan hasilnya (5,58%(qtq ) serta buah-buahan ((4,25%(qtq ). Namun sebaliknya, sub kelompok daging dan hasil-hasilnya, ikan diawetkan, ikan segar dan telur, susu dan hasil-hasilnya mengalami deflasi yaitu masing-masing sebesar 14,98% (qtq), 3,24% (qtq) 0,46% (qtq) dan 0,15% (qtq) Bumbu-bumbuan, yaitu cabai merah, pada triwulan laporan mengalami inflasi yang cukup tinggi. Harga cabai merah selama triwulan IV 2014 menunjukkan tren peningkatan yaitu pada Oktober 2014 sebesar Rp33.925/kg, naik menjadi Rp95.000/kg (November 2014), dan sedikit menurun menjadi Rp71.833/kg (Desember 2014). Peningkatan harga, terutama yang terjadi di bulan November 2014 disebabkan oleh keterbatasan pasokan cabai merah tersebut. Selain itu, peningkatan harga BBM bersubsidi juga turut ambil andil dalam meningkatnya harga cabai merah seiring dengan peningkatan biaya transportasi dan distribusi. Akan tetapi, pada bulan Desember 2014, seperti tergambar pada Grafik 2.4, harga sudah mulai mengalami penurunan seiring dengan mulai membaiknya jumlah pasokan cabai tersebut, meskipun belum kembali menyentuh harga normal. Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi, Pasar Angso Duo selaku pasar induk utama mendapatkan pasokan sebanyak 20 ton pada bulan Desember Grafik 2.5. Perkembangan Harga Jagung Grafik 2.6. Perkembangan Harga Beras TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 37

54 INFLASI Harga beras di tingkat internasional menunjukkan kecenderungan penurunan. Secara rata-rata harga selama triwulan IV 2014 mengalami penurunan (3,42% (qtq)) dibandingkan rata-rata triwulan sebelumnya dari USD 389,1/metric ton menjadi USD 375,1/metric ton. Namun demikian, penurunan harga beras di tingkat internasional tersebut tidak sejalan dengan perkembangan harga beras di Jambi, dimana pada triwulan laporan justru meningkat sebesar 6,62% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya sebagai akibat dari meningkatnya biaya distribusi beras tersebut seiring dengan kenaikan BBM dan tarif angkutan. Pasokan beras Jambi sebagian besar didatangkan dari daerah lain. Selain itu, jatah raskin dari Pemerintah Pusat telah habis pada bulan Oktober, sehingga menyebabkan kenaikan harga beras pada Bulan November dan Desember 2014 seiring dengan meningkatnya permintaan akan beras medium dan premium. Untuk harga jagung internasional, secara rata - rata cenderung mengalami penurunan harga, dari USD 3,5/bushel menjadi USD 3,4/bushel yang diikuti oleh penurunan harga jagung pipilan pada bulan November dan Desember Perkembangan harga tepung terigu merk Segitiga Grafik 2.7. Perkembangan Harga Tepung Terigu Biru pada triwulan laporan stabil pada level harga Rp7.500/kg meskipun terdapat kecenderungan peningkatan harga gandum internasional yang disebabkan oleh menurunnya produksi gandum di Amerika Serikat selaku eksportir gandum terbesar di dunia. 8 Bawang merah pada triwulan laporan mengalami pergerakan harga yang cukup stabil yaitu pada September 2014 harga bawang merah berada pada level Rp15.156/kg, naik menjadi Rp16.376/kg (Oktober 2014), Rp14.667/kg (November 2014) lalu turun menjadi Rp15.000/kg (Desember 2014). Harga 8 Satu bushel setara dengan 27 kg. 38 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

55 INFLASI bawang merah yang stabil disebabkan oleh pasokan yang tercukupi dan stabilnya permintaan akan bawang merah. Harga daging sapi pada akhir triwulan III 2014 berada pada level harga Rp /kg (September 2014), naik menjadi Rp /kg pada Oktober 2014, lalu turun kembali menjadi Rp /kg (November 2014) dan Rp /kg (Desember 2014). Secara umum, harga daging sapi cenderung bertahan pada harga Rp /kg dimana dalam satu tahun, sebanyak 6(enam) bulan tercatat mengalami harga di Rp /kg. Daging ayam ras pada triwulan IV cenderung mengalami penurunan yang cukup dalam dengan harga /kg (September 2014), turun menjadi Rp21.032/kg (Oktober 2014), Rp21.000/kg (November 2014), lalu sedikit meningkat menjadi Rp23.333/kg (Desember 2014). Penurunan ini disebabkan oleh pasokan daging ayam ras yang lebih tinggi daripada permintaan. Grafik 2.8. Perkembangan Harga Daging Harga rata-rata Crude Palm Oil (CPO) di tingkat internasional pada triwulan laporan menurun 5,97% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari USD 693,5/metric ton menurun menjadi USD 652,1/metric ton. Namun sebaliknya, Grafik 2.9. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 39

56 INFLASI harga minyak goreng lokal sedikit meningkat dari Rp10,728/liter pada triwulan lalu menjadi Rp10.912/liter. Harga minyak goreng cenderung naik dikarenakan minyak goreng masih membutuhkan biaya proses agar bisa dipakai oleh end consumer dan bahan baku minyak yang digunakan dibeli pada triwulan sebelumnya. 2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 2,20%(qtq) atau 5,55% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi tercatat pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol yaitu sebesar 3,53% (qtq) atau 7,42% (yoy) yang disebabkan oleh terusan berlakunya pajak rokok sesuai dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang berlaku mulai 1 Januari Sub kelompok nasi dengan lauk mengalami inflasi sebesar 1,28% (qtq) disebabkan oleh meningkatnya harga beras. Sub kelompok sate mengalami inflasi sebesar 8,13%. Inflasi yang cukup tinggi pada sub kelompok sate disebabkan oleh kenaikan harga bumbu-bumbuan pada sate terutama kacang tanah, kecap dan cabai. Sedangkan sub kelompok makanan jadi dan sub kelompok minuman yang tidak beralkohol mengalami inflasi sebesar 1,68% (qtq) dan 1,97% (qtq). Inflasi kedua sub kelompok tersebut masih merupakan efek lanjutan kenaikan harga bahan bakar elpiji. 3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan IV 2014 mengalami inflasi sebesar 4,49% (qtq) atau 9,46% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (2,70% (qtq)). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar, penerangan, dan air sebesar 10,52% (qtq) atau 21,11% (yoy), penyelenggaraan rumah tangga sebesar 2,23% (qtq) atau 5,99% (yoy), biaya tempat tinggal sebesar 1,94% (qtq) atau 4,64% (yoy), dan sub kelompok perlengkapan rumah tangga sebesar 1,43% (qtq) atau 4,39% (yoy). 40 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

57 INFLASI Dampak keputusan Pemerintah untuk menaikkan Tarif Tenaga Listrik (TTL) golongan Rumah Tangga dan Industri per 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal 1 Juli 2014 dan harga elpiji kemasan 12 kg sejak tanggal 10 September 2014 masih terasa hingga akhir tahun Kelompok Sandang Kelompok sandang pada triwulan IV 2014 secara tahunan mengalami inflasi sebesar sebesar 0,66% (yoy) atau menurun dibanding triwulan sebelumnya (1,42% (yoy)). kelompok Secara triwulanan, sandang mengalami deflasi sebesar 0,23% (qtq). Terjadinya deflasi pada kelompok ini terutama disumbangkan oleh penurunan harga sandang laki-laki sebesar 0,97% (qtq), dan barang pribadi dan sandang lainnya sebesar 0,58% (qtq ). Secara rata-rata, harga emas pada triwulan laporan mengalami penurunan dari triwulan III 2014, yaitu turun dari USD 1.281,85/troy ounce menjadi USD 1.199,61/troy ounce. Penurunan tersebut disebabkan oleh beralihnya investasi pasar dunia dari emas ke saham, dimana saham memiliki investment return yang lebih tinggi Kelompok Kesehatan Harga komoditi yang tergabung dalam kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,93% (qtq) atau 2,95% (yoy). Inflasi yang terjadi utamanya bersumber dari meningkatnya permintaan akan obat-obatan dengan inflasi 1,26% (qtq) atau 5,52% (yoy) dan perawatan jasmani dan dan kosmetika dengan inflasi 1,93% (qtq) atau 4,93% (yoy). Sementara itu sub kelompok jasa kesehatan dan jasa perawatan jasmani cenderung stabil. Grafik Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 9 Sumber: Bloomberg.1 (satu) troy ounce setara dengan 31, gram ( TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 41

58 INFLASI 6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi sebesar 0,34% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan lalu (0,94% (qtq ) atau 1,91% (yoy). Sub kelompok jasa pendidikan dan olahraga mengalami inflasi sebesar 1,20% (qtq) dan 0,52% (qtq). Sementara itu, sub kelompok kursus/pelatihan dan perlengkapan/peralatan pendidikan mengalami deflasi masing-masing sebesar 5,09% (qtq) dan 8,19% (qtq) seiring dengan telah berlangsungnya tahun ajaran baru. Hal yang sama juga dirasakan akan sub kelompok rekreasi yang juga mengalami deflasi sebesar 1,12% (qtq) akibat berkurangnya permintaan rekreasi. 7. Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 10,80% (qtq) atau 13,12% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya mengalami inflasi yang relatif rendah yaitu sebesar 0,66% (qtq) atau 2,93% (yoy). Kelompok ini menjadi penyebab utama inflasi pada triwulan IV 2014, jauh lebih tinggi dari inflasi bahan makanan. Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga BBM per tanggal 18 November 2014 yang diikuti dengan kenaikan tarif angkutan dan peningkatan biaya transportasi yang cukup tinggi. Berdasarkan sub kelompoknya, kenaikan terutama tejadi pada subsektor transpor yang mengalami inflasi yang sangat tinggi yaitu sebesar 15,02% (qtq) atau 18,58% (yoy). Selain itu, penyumbang terbesar lainnya dalam kelompok ini adalah subsektor jasa keuangan yang mengalami inflasi sebesar 16,67% (qtq) atau 16,67% (yoy) seiring dengan adanya kenaikan biaya administrasi perbankan yang berkisar Rp1.000 Rp2.500 untuk setiap transaksi yang dilakukan dan kenaikan biaya transfer antar bank sebesar Rp Sementara perkembangan harga pada dua subsektor lainnya yaitu komunikasi dan pengiriman serta sarana dan penunjang transpor masih relatif stabil. Sementara itu, harga rata-rata minyak di pasar internasional turun menuju level terendah dalam empat tahun terakhir. Pada periode laporan harga minyak dunia mengalami deflasi sebesar 2,49% (qtq) dibandingkan periode triwulan III 2014 yaitu dari USD 97,51/barrel, menjadi USD 73,15/barrel. Penurunan ini disebabkan oleh terus meningkatnya produksi minyak akan tetapi 42 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

59 INFLASI di sisi lain terjadi penurunan permintaan yang disebabkan oleh melambatnya perekonomian beberapa negara importir minyak terbesar di dunia, antara lain Amerika Serikat dan China Grafik Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional C. Inflasi Kota Bungo Berdasarkan Kelompok Barang Sejak Januari 2014, Bungo termasuk sebagai kota indikator inflasi di Provinsi Jambi. Bungo berada pada urutan 7 (tujuh) dari 23 (dua puluh tiga) kota di Sumatera yang dihitung inflasinya. Posisi inflasi Bungo di Pulau Sumatera sampai dengan triwulan IV 2014 cenderung meningkat. Inflasi bulanan (mtm) Bungo pada dua bulan terakhir di triwulan IV 2014 berada pada level tertinggi sejak terhitung sebagai kota indikator inflasi, dimana pada Oktober 2014 pada level 0,80% (mtm) menjadi 2,29% (mtm) pada November 2014 dan 2,07%(mtm) di Desember Sama seperti Kota Jambi, peningkatan inflasi pada triwulan IV 2014 lebih disebabkan oleh terbatasnya pasokan beberapa bahan makanan dan meningkatnya harga BBM yang mempengaruhi pergerakan harga secara umum. Grafik Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Bungo tahun 2014 Sumber: BPS (diolah) TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 43

60 INFLASI Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Bungo Tabel 2.5. Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Bungo Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa Berdasarkan kelompoknya, inflasi terbesar pada triwulan IV 2014 terjadi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan yang mencapai 12,38% 44 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

61 INFLASI (qtq) dengan sumbangan inflasi 1,78% atau 14,94% (yoy) dengan sumbangan inflasi tahunan mencapai 2,18%. Inflasi kelompok tersebut didominasi sub kelompok jasa keuangan 23,64% (qtq), transpor 17,31% (qtq), dan sarana dan penunjang transpor 6,34% (qtq). Adapun terdapat deflasi yang relatif kecil pada sub kelompok komunikasi dan pengiriman sebesar 0,07% (qtq). Sub kelompok transpor mengalami inflasi yang tinggi akibat kenaikan harga BBM pada tanggal 18 November 2014 yang mengakibatkan meningkatnya biaya transpor di Bungo. Untuk sub kelompok Jasa Keuangan, peningkatan inflasi yang tajam diakibatkan oleh peningkatan biaya administrasi dan biaya transfer antar Bank. Kelompok bahan makanan merupakan kelompok kedua penyumbang terbesar inflasi Bungo dengan inflasi sebesar 7,08% (qtq) dan memberikan sumbangan inflasi sebesar 1,86% atau secara tahunan mengalami inflasi sebesar 8,32% (yoy) dengan sumbangan mencapai 2,24%. Berdasarkan sub kelompoknya, bumbu-bumbuan mengalami inflasi yang paling besar diantara sub kelompok lainnya. Secara triwulanan, bumbu-bumbuan mengalami inflasi sebesar 60,77% (qtq). Hal ini disebabkan oleh terbatasnya pasokan di Bungo dan ketergantungan yang tinggi terhadap pasokan dari daerah lain, sehingga harga menjadi lebih tinggi. Bila dirincikan, penyumbang inflasi terbesar pada bumbubumbuan adalah cabai merah (36,12% (qtq) dan cabai rawit (66,16% (qtq)). Beras juga mengalami peningkatan sebesar 8,21% (qtq) dengan sumbangan 0,44% akibat telah habisnya jatah raskin dari Pemerintah Pusat. Selain itu, meningkatnya harga juga disebabkan oleh kenaikan harga BBM yang mengakibatkan tingginya biaya distribusi. Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar mengalami inflasi 4,98% (qtq) atau 13,13% (yoy), dengan sumbangan inflasi triwulanan sebesar 0,91% yang didominasi oleh sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air 10,41% (qtq) atau 23,69% (yoy), penyelenggaraan rumah tangga (3,60% (qtq)), perlengkapan rumah tangga (2,28% (qtq)) dan biaya tempat tinggal, (0,72% (qtq)). Inflasi tersebut dipicu oleh keputusan Pemerintah untuk menaikkan Tarif Tenaga Listrik (TTL) golongan Rumah Tangga dan Industri per 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal 1 Juli TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 45

62 INFLASI Selain itu, kenaikan harga elpiji kemasan 12 kg sejak tanggal 10 September 2014 juga masih memberikan dampak yg cukup tinggi. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 1,23% (qtq) atau 5,22% (yoy) dengan sumbangan inflasi triwulanan sebesar 1,06%. Inflasi kelompok ini utamanya disebabkan oleh inflasi sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol yang mencapai 3,66% (qtq) atau 9,85% (yoy). Sebagai contoh adalah adanya kenaikan pada rokok kretek filter yang mencapai 3,60% (qtq). Inflasi sub kelompok ini masih merupakan terusan efek kenaikan harga bahan bakar elpiji.kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi 5,43% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,40% atau secara tahunan sebesar 9,40% (yoy) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,69%. Inflasi pada kelompok ini dipicu oleh sub kelompok rekreasi (14,98% (qtq)) dan olahraga (4,05% (qtq)). Kelompok sandang secara triwulanan mengalami deflasi sebesar 0,08% (qtq) dengan sumbangan inflasi -0,01%. Mayoritas penyebab deflasi adalah berkurangnya permintaan akan sandang akibat perayaan hari raya yang telah usai. Secara sub kelompok, sandang laki-laki, barang pribadi dan sandang lainnya dan sandang wanita mengalami deflasi sebesar 0,48% (qtq), 0,16% (qtq) dan 0,13% (qtq). Hanya sub kelompok sandang anak-anak yang mengalami inflasi sebesar 0,36% (qtq). Inflasi pada kelompok kesehatan pada triwulan laporan tercatat sebesar 1,15% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,05% atau secara tahunan mengalami inflasi sebesar 3,96% (yoy). Sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika serta sub kelompok obat-obatan mengalami inflasi sebesar 2,37% (qtq) dan 0,37% (qtq). Sementara itu, sub kelompok jasa kesehatan dan jasa perawatan jasmani cenderung stabil. 46 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

63 INFLASI Tabel 2.6. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Bungo Berdasarkan Komoditi Periode triwulan IV 2014 Sumber: BPS Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.6), penyumbang pembentukan inflasi terbesar Bungo pada triwulan IV 2014 adalah cabai merah, beras, bensin dan tarif listrik. Sedangkan komoditi penyumbang deflasi selama triwulan IV 2014 didominasi oleh udang basah,kentang serta daging ayam ras. TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 47

64 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

65 DAMPAK PERUBAHAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI PROVINSI JAMBI Boks. 2 DAMPAK PERUBAHAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI PROVINSI JAMBI Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga secara umum dan berkelanjutan yang berkaitan dengan mekanisme pasar antara lain supply barang yang terbatas dan peningkatan permintaan yang tinggi sehingga menimbulkan kenaikan harga. Di lain sisi, deflasi adalah suatu keadaan dimana harga-harga mengalami penurunan, dan merupakan kebalikan dari inflasi. Melihat perkembangan perekonomian Indonesia yang masih mengalami defisit neraca perdagangan akibat tingginya impor minyak, pemerintah memutuskan untuk meningkatkan harga BBM bersubsidi yaitu premium dari Rp6.500/liter menjadi Rp8.500/liter serta solar dari Rp5.500/liter menjadi Rp7.500/liter pada tanggal 18 November Peningkatan harga BBM bersubsidi memberikan dampak tidak hanya pada kenaikan harga kedua komoditas tersebut namun juga berdampak signifikan pada kenaikan harga barang dan jasa lainnya. Bagaimana BBM mempengaruhi harga barang dan jasa secara umum? Kenaikan harga BBM secara umum akan memberikan pengaruh terhadap inflasi melalui dua tahap. Tahap pertama merupakan dampak langsung terhadap inflasi dari komoditas BBM itu sendiri dan tarif angkutan. Inflasi ini merupakan dampak dari komoditas bensin dan solar yang mengalami kenaikan dengan angka di atas serta tarif angkutan dalam dan antar kota yang mengalami penyesuaian tarif. Tahap kedua merupakan tahap lanjutan yang terdiri dari dua yaitu dampak terhadap kenaikan harga komoditas dan bahan baku beserta jasa lainnya seiring dengan meningkatnya biaya transportasi dan distribusi. Selanjutnya, peningkatan harga barang dan jasa tersebut akan meningkatkan biaya hidup masyarakat yang pada akhirnya akan berujung pada peningkatan upah dan gaji yang berpotensi meningkatkan harga barang dan tarif jasa. Skema peningkatan harga ini sangatlah terstruktur. TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 49

66 DAMPAK PERUBAHAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI PROVINSI JAMBI Grafik 1: Skema dampak perubahan harga BBM terhadap barang dan jasa BBM Biaya BBM Tarif Angkutan Harga Bahan baku Biaya Distribusi Naik Biaya Hidup Karyawan Kenaikan Biaya Produksi Kenaikan Biaya Distribusi Kenaikan Upah Kenaikan Harga Barang / Jasa Lainnya Grafik 2. Inflasi Kota Jambi dan Nasional Saat Kenaikan dan Penurunan Harga BBM TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 50

67 DAMPAK PERUBAHAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI PROVINSI JAMBI Berdasarkan asesmen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi dengan memperhatikan pola historis kenaikan BBM bersubsidi, setiap kenaikan harga BBM Rp1000/liter akan berdampak pada kenaikan inflasi sebesar 1%. Berdasarkan simulasi kenaikan harga Rp2000/liter tersebut, diketahui bahwa sumbangan inflasi adalah sebesar 2,07%. Tambahan inflasi tersebut bersumber dari: 1) dampak langsung terhadap inflasi komoditas bensin dan solar; 2) dampak tidak langsung pada tarif angkutan, bahan baku dan tarif hidup; 3) dampak tidak langsung pada komoditas lainnya yang berujung pada kenaikan harga pada barang dan jasa. Tabel 1. Perkembangan Harga BBM Bersubsidi Tabel 2: Simulasi Perhitungan Dampak Kenaikan Harga BBM Simulasi Penghitungan Bank Indonesia Jambi Terkait Dampak Kenaikan Harga BBM (Premium dan Solar) Terhadap Inflasi (Asumsi kenaikan Harga BBM sebesar Rp 2.000/L) Dampak Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Bobot SBH Inflasi Sumbangan Jambi Bungo Jambi (%) (%) (%) Dampak Langsung Bensin Solar Dampak tidak langsung ke tarif angkutan Angkutan Antar Kota Angkutan Dalam Kota Angkutan Laut (Sungai, Danau, Penyeberangan) Tarif Kendaraan Travel Dampak Tidak Langsung ke komoditas lainnya Core Volatile Food Total Dampak ke Inflasi IHK 2.07 Berdasarkan asesmen tersebut, diketahui bahwa kenaikan BBM akan memberikan sumbangan inflasi sebesar 2,07% pada total inflasi Provinsi Jambi. Inflasi yang tinggi akan meningkatkan biaya hidup masyarakat yang tentu mempengaruhi kenaikan tarif dan upah, dan selanjutnya berdampak pada kenaikan harga barang dan jasa. Kenaikan harga barang dan jasa tersebut membawa dampak signifikan dalam kehidupan masyarakat. Berbagai komoditas mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi, diantaranya adalah biaya transportasi dan bahan baku makanan. Biaya transportasi meningkat akibat naiknya harga BBM, sedangkan untuk bahan baku makanan meningkat akibat naiknya biaya distribusi itu sendiri. Berdasarkan bobotnya dalam inflasi tahun 2014, bobot transpor mencapai 19% dari total 100%. TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 51

68 DAMPAK PERUBAHAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI PROVINSI JAMBI Pertanyaan berikutnya adalah, apakah jika harga BBM turun, maka harga-harga barang dan jasa lainnya ikut turun? Dalam jangka waktu tidak lebih dari dua bulan, dengan mengikuti trend perkembangan minyak dunia yang terus mengalami penurunan dari akhir tahun 2014 hingga awal tahun 2015, Pemerintah memutuskan untuk memberikan penurunan pada harga BBM bersubsidi. Keputusan pemerintah untuk menurunkan harga BBM bersubsidi yaitu harga bensin premium dari sebelumnya Rp8.500/liter menjadi Rp 7.600/liter, dan solar dari Rp7.500/liter menjadi Rp 7.250/liter pada tanggal 1 Januari 2015 yang kemudian diikuti oleh penurunan harga BBM untuk kedua kalinya pada tanggal 19 Januari 2015 dimana harga bensin premium menjadi Rp 6.600/liter, dan solar menjadi Rp 6.400/liter diharapkan dapat memberikan dampak penurunan pada inflasi. Akan tetapi, apakah penurunan itu akan berdampak signifikan? Sebagai contoh, jika terdapat kenaikan harga BBM yang berujung pada kenaikan upah tukang dan harga barang produksi pabrik, apabila harga BBM turun apakah upah dan harga barang pabrik tersebut akan ikut turun juga? Berdasarkan pengamatan dilapangan, beberapa harga komoditas tidak mengalami penurunan. Hal ini dapat dianalisis dalam asesmen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi. Berdasarkan simulasi perhitungan dampak penurunan harga BBM, penurunan sebanyak dua kali diharapkan membawa dampak penurunan sebesar 1,11% pada inflasi Provinsi Jambi. Tabel 3: Simulasi Perhitungan Dampak Penurunan Harga BBM per 1 Januari 2015 Tabel 4: Simulasi Perhitungan Dampak Penurunan Harga BBM per 19 Januari 2015 TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 52

69 DAMPAK PERUBAHAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI PROVINSI JAMBI Berdasarkan perkembangan harga BBM yang diterapkan Pemerintah, diketahui bahwa penurunan harga BBM bersubsidi sudah hampir menuju harga sebelumnya (sebelum kenaikan per 18 November 2014), akan tetapi secara simulasi sumbangan inflasi dari penurunan BBM tidaklah sedahsyat dari kenaikan BBM, dimana secara total hanya memberikan sumbangan penurunan sebesar 1,1%. Hal ini disebut sebagai rigiditas harga, kondisi dimana terdapat kekakuan harga yang menyebabkan harga tidak otomatis naik atau turun ketika terdapat perubahan dalam struktur pasar yang dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan. Dengan kata lain, dampak kenaikan dan penurunan harga BBM tidaklah simetris. Rigiditas harga inilah yang menyebabkan adanya biaya-biaya tertentu yang tidak akan pernah turun dan cenderung naik dan menyebabkan inflasi di Provinsi Jambi. Kesimpulan dan Rekomendasi Perubahan harga BBM sangatlah berdampak pada kehidupan masyarakat di Provinsi Jambi, dikarenakan banyaknya elemen yang dipengaruhi oleh harga BBM itu sendiri. Dampak perubahan harga BBM ini pun tentunya tidak bersifat final. Terdapat beberapa hal yang tidak dapat dikendalikan oleh para pemangku kepentingan, tetapi ada hal-hal yang tentu dapat dikendalikan agar inflasi di Provinsi Jambi tetap terjadi di level yang rendah dan stabil. Banyak hal dapat mempengaruhi bahkan menahan laju inflasi yang lebih tinggi. Kerjasama semua pihak baik Pemerintah dan TPID Provinsi Jambi, pelaku usaha maupun masyarakat untuk menciptakan situasi kondunsif dan mengendalikan ekspektasi inflasi merupakan kunci utama meminimalkan dampak lanjutan perubahan harga BBM. Dengan pemahaman yang sama akan kenaikan BBM dan pengaruhnya terhadap inflasi, diharapkan ekspektasi inflasi dapat terjaga dan dampak kenaikan inflasi yang signifikan dapat diminimalkan. Selain itu, untuk meminimalisir risiko perubahan harga BBM, instansi-instansi terkait wajib memiliki strategi untuk menekan fluktuasi harga-harga yang terkena dampak perubahan harga BBM. Salah satu strategi tersebut diantaranya melalui pemetaan dan identifikasi potensi-potensi yang ada dalam menunjang kegiatan perekonomian Provinsi Jambi, sehingga semua stakeholder terkait diharapkan memiliki data dan perbaikan, antara lain sebagai berikut: a. Neraca produksi dan konsumsi kebutuhan bahan makanan di Provinsi Jambi. Hal ini diharapkan dapat memberikan perkembangan supply dan demand akan beberapa komoditas utama yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. b. Produksi bahan makanan dan komoditas unggulan termasuk jalur distribusi, waktu produksi, pembeli serta kebutuhan dalam Provinsi Jambi. Hal ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pola produksi TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 53

70 DAMPAK PERUBAHAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI PROVINSI JAMBI dan bagaimana mengendalikan risiko musiman akan komoditas-komoditas terkait. c. Ketergantungan bahan makanan di Jambi terhadap daerah lain termasuk jalur distribusi, asal daerah produsen, serta kebutuhan di dalam Provinsi Jambi. Data ini akan digunakan untuk meminimalisir ketergantungan akan suatu daerah, sehingga jika dikedepannya terdapat masalah dari daerah asal, maka kelangkaan bahan makan tersebut dapat disubtitusi dari daerah lain. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai pemetaan jalur pasokan yang paling efisien dan ekonomis sehingga dapat menghemat biaya distribusi. d. Peta produksi, distribusi dan konsumsi bahan makanan se- Provinsi Jambi. e. Peningkatan kualitas infrastruktur. Infratruktur yang baik dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam perdagangan dan mengurangi biaya-biaya tidak terduga TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 54

71 BAB III PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kinerja perbankan pada triwulan IV 2014 secara umum menunjukkan sedikit perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset perbankan cenderung mengalami penurunan (4,9% (qtq)) dan diikuti dengan penurunan dana pihak ketiga (2,5% (qtq)). Sementara itu kredit mengalami sedikit kenaikan (3,4% (qtq)) meskipun secara umum mengalami perlambatan yang cukup tajam dibanding Dana pihak ketiga yang menurun sementara di sisi lain kredit mengalami pertumbuhan menyebabkan Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor mengalami peningkatan sebesar 679 bps menjadi sebesar 119,4%. Sementara itu kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (2,1% (qtq ) dan secara tahunan mengalami peningkatan (9,2% (yoy ), meskipun masih jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan total kredit. Suku bunga simpanan DPK (dana pihak ketiga) pada periode laporan meningkat dibandingkan triwulan III Sejalan dengan hal tersebut, suku bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan bank umum di Provinsi Jambi juga menunjukkan peningkatan. Kualitas kredit masih terjaga yang tercermin dari rasio NPL di bawah 5% (2,49%), meskipun sedikit memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya (rasio NPL 2,45%). Kebutuhan pembayaran tunai mengalami penurunan baik dari sisi aliran kas keluar (cash outflow) maupun aliran kas masuk (cash inflow). Sementara itu kinerja pembayaran non tunai adalah sebagai berikut: Nilai kliring sedikit naik sebesar 1,5% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp2,5 triliun. Sebaliknya, volume kliring mengalami sedikit penurunan (1,7% (qtq)) (Tabel 3.9.). 55

72 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Nilai RTGS dari Jambi meningkat 5,4% sedangkan RTGS ke serta dari dan ke Jambi mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, masing-masing sebesar 7,5% dan 62,6%. A.Perkembangan Kelembagaan Secara kelembagaan, jumlah bank yang beroperasi di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi selama triwulan IV 2014 adalah 51 bank seiring dengan pembukaan 1 (satu) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yaitu PT BPR Ukabima dan penutupan PT BPR Bungo Mandiri sehingga terdapat 32 (tiga puluh dua) bank umum dan 19 (sembilan belas) Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Dari 32 (tiga puluh dua) bank umum yang beroperasi di wilayah Jambi tersebut, 27 (dua puluh tujuh) di antaranya merupakan bank konvensional dengan 3 (tiga) di antaranya memiliki Unit Usaha Syariah (Bank Jambi Unit Usaha Syariah, Bank CIMB Niaga Unit Usaha Syariah, dan Bank Sinarmas Unit Usaha Syariah), sedangkan 5 (lima) bank lainnya merupakan bank syariah. Jumlah kantor bank mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya menjadi 408 (empat ratus delapan) kantor bank seiring dengan penutupan 2 (dua) unit kantor BPR dan pembukaan 1 (satu) unit kantor BPR. Sementara itu terdapat peningkatan status kantor PT BPD Jambi dari Kantor Kas Sengeti menjadi Kantor Cabang Sengeti di Muara Jambi. Secara lebih rinci dari 408 kantor bank di Provinsi Jambi tersebut, 378 di antaranya merupakan kantor bank umum sementara 30 lainnya merupakan kantor BPR. Berdasarkan sebaran jumlah kantor bank umum dan BPR, sebagian besar yaitu 34,6% atau 141 (seratus empat puluh satu) kantor berada di Kota Jambi, diikuti oleh Kabupaten Sarolangun sebanyak 38 (tiga puluh delapan) kantor (9,3%), dan Merangin dan Bungo masing-masing sama sebanyak 37 (tiga puluh tujuh) kantor (9,1%) (Tabel 3.1.). Sementara kabupaten/kota yang paling sedikit jumlah kantor banknya adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kota Sungai Penuh, yaitu masing-masing sebanyak 12 (dua belas) kantor atau sebesar 2,9%. 56 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

73 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Sumber: LBU Bank Indonesia Tabel 3.1. Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum dan BPR Provinsi Jambi JUMLAH BANK Pangsa Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 (%) Kota Jambi Sarolangun Merangin Bungo Muara Jambi Tebo Tanjung Jabung Barat Batanghari Kerinci Tanjung Jabung Timur Sungai Penuh T O T A L B.Bank Umum 1. Perkembangan Aset Bank Secara triwulanan, total aset bank umum di Provinsi Jambi sedikit menurun (4,9% (qtq)) dari Rp34,3 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp32,6 triliun pada periode laporan. Penurunan tersebut seiring dengan penurunan aset bank pemerintah dan bank syariah yaitu sebesar Rp1,8 triliun (7,8%(qtq)) dan Rp23,6 miliar (1,1% (qtq)). Sebaliknya bank swasta mengalami peningkatan aset sebesar Rp208,9 juta (2,4%(qtq)) (Grafik 3.1.). Secara tahunan, pertumbuhan aset perbankan pada triwulan IV 2014 (13,9%) (yoy ) mengalami perlambatan yang cukup signifikan dibandingkan triwulan III 2014 (20,3% (yoy ). Berdasarkan pangsanya, aset perbankan terbesar adalah dari bank pemerintah Rp21,8 triliun (66,8%), diikuti oleh bank swasta Rp8,8 triliun (27,0%) dan bank syariah Rp2,0 triliun (6,2%) TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 57

74 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi (dalam satuan triliun rupiah) Persen Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q Jumlah Aset (aksis kiri) Pertumbuhan q-t-q (%) Pertumbuhan y-o-y (%) Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) 2. Perkembangan Dana Masyarakat Secara triwulanan, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum sebesar Rp21,9 triliun, menurun 2,5% (qtq) (Rp562,2 miliar) dari triwulan sebelumnya (Rp22,5 triliun) seiring dengan penurunan giro dan deposito berjangka masing-masing sebesar 18,9% (qtq) dan 8,2% (qtq) (Grafik 3.2. dan Tabel 3.2.). Sebaliknya, DPK dalam bentuk tabungan mengalami peningkatan 6,7%(qtq). DPK bank pemerintah dan bank syariah masing-masing menurun 4,7% (qtq) dan 1,0% (qtq) sedangkan bank swasta tumbuh sebesar 3,0% (qtq). Secara tahunan, DPK tumbuh sebesar 13,1% (sebesar Rp2,5 triliun) yang didominasi oleh kenaikan deposito Rp2,2 triliun (48,9% (yoy)) dan tabungan sebesar Rp614,5 juta (5,4% (yoy)). Kenaikan deposito tersebut disebabkan oleh kenaikan suku bunga deposito seiring dengan kenaikan BI Rate dari 7,25% (September 2013), 7,50% (November 2013) dan menjadi 7,75% sejak November 2014 hingga bulan laporan triwulan IV Sementara giro mengalami penurunan sebesar Rp335,0 juta (10,0% (yoy)) seiring dengan realisasi realisasi belanja Provinsi Jambi yang mencapai Rp3,21 triliun atau mencapai 88,2% dari APBD-P 2014 (Rp3,6 triliun) dibandingkan triwulan III 2014 yang hanya terealisasi 48,3%. 58 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

75 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi Rp (dalam miliar) 24,000 20,000 18,376 16,000 9,492 12,000 Tabungan Simp Berjangka Giro DPK 22,307 22,527 21,965 19,155 19,521 19,415 20,069 10,970 11,291 12,044 9,646 10,070 10,703 11,430 8,000 4,000-5,131 5,388 5,706 7,286 7,529 4,642 6,187 6,912 3,753 4,120 3,745 3,343 3,179 4,052 3,707 3,008 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Tabel 3.2. Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV q-t-q y -o-y 12,422,771 13,244,757 15,422,489 15,485,172 14,754, % 18.8% 1 Giro 2,459,884 2,446,629 3,253,415 2,927,275 2,170, % -11.8% 2 Tabungan 7,365,988 6,811,479 7,016,344 7,251,664 8,017, % 8.8% 3 Simpanan Berjangka 2,596,900 3,986,649 5,152,731 5,306,234 4,566, % 75.8% 6,101,268 5,916,091 5,957,636 6,040,234 6,219, % 1.9% 1 Giro 745, , , , , % -2.3% 2 Tabungan 3,543,220 3,371,287 3,400,929 3,451,743 3,390, % -4.3% 3 Simpanan Berjangka 1,812,272 1,865,460 1,807,122 1,865,269 2,100, % 15.9% Bank Sy ariah URAIAN Bank Konv ensional Bank Pemerintah Bank Sw asta Nasional 2013 Pertumbuhan 890, , ,272 1,001, , % 11.3% 1 Giro 137,808 53,510 48,589 56, , % -20.8% 2 Tabungan 520, , , , , % 22.3% 3 Simpanan Berjangka 232, , , , , % 5.5% 1,693,139 3,152,739 Jumlah 19,415,015 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964, % 13.1% 1 Giro 3,343,467 3,179,483 4,051,589 3,707,342 3,008, % -10.0% 2 Tabungan 11,429,775 10,703,386 10,969,816 11,290,961 12,044, % 5.4% 3 Simpanan Berjangka 4,641,773 6,186,567 7,285,993 7,528,836 6,912, % 48.9% 2014 TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 59

76 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Berdasarkan kelompok bank, penghimpunan DPK mayoritas berasal dari bank pemerintah dan mencapai Rp14,7 triliun (67,2%), diikuti oleh bank swasta nasional Rp6,2 triliun (28,3%) dan bank syariah Rp991,2 juta (4,5%) (Tabel 3.2). Bank pemerintah masih mampu mencapai pertumbuhan penghimpunan DPK mencapai 18,8% (yoy), bank syariah 11,3% (yoy) dan bank swasta nasional hanya mampu tumbuh sebesar 1,9% (yoy). Berdasarkan golongan pemilik, tumbuhnya DPK secara triwulanan terutama berasal dari Bukan Lembaga Keuangan, Lembaga Keuangan Non Bank dan perseorangan masing-masing 66,1% (qtq) menjadi Rp2,8 triliun, 17,1% (qtq) menjadi Rp423,2 miliar dan 7,8% (qtq) menjadi Rp16,1 triliun. Kenaikan DPK pada Bukan Lembaga Keuangan dan Lembaga Keuangan Non Bank tersebut didominasi oleh kenaikan deposito berjangka golongan swasta nasional dan tabungan golongan swasta nasional sedangkan untuk perseorangan lebih didorong oleh peningkatan tabungan. Secara tahunan, pertumbuhan DPK secara tahunan ditopang oleh golongan pemilik BUMD (139,4% (yoy)), Lembaga Keuangan Non Bank (125,2% (yoy)), BUMN atau Pemerintah Campuran (55,6% (yoy)), Bukan Lembaga Keuangan (25,8% (yoy)), dan perseorangan (11,9% (yoy)) (Tabel 3.3.). Meningkatnya suku bunga simpanan bank mengikuti kenaikan BI-rate menjadi salah satu faktor tumbuhnya DPK khususnya deposito berjangka dimana suku bunga tertimbang deposito berjangka yang pada triwulan IV 2013 sebesar 6,94% (BI rate 7,5%) naik menjadi 8,7% (BI rate 7,75%) pada triwulan IV Sementara itu DPK milik Pemerintah Daerah menurun sebesar 19,5% (yoy) menjadi Rp1,3 triliun. Penurunan DPK milik Pemerintah Daerah tersebut terjadi pada semua komponen DPK seiring dengan meningkatnya realisasi APBD Provinsi Jambi. 60 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

77 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Tabel 3.3. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik (dalam jutaan rupiah) No. Penduduk/ Residents Golongan Pemilik Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Berdasarkan lokasi proyek, peningkatan DPK utamanya disebabkan oleh meningkatnya penghimpunan DPK di hampir seluruh wilayah Jambi, kecuali di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur dan Tebo (Tabel 3.4.). Pertumbuhan penghimpunan DPK tahunan terbesar terjadi di wilayah Kabupaten Batanghari, Merangin, Kerinci dan Kota Jambi masing-masing sebesar Rp161,0 miliar (30,3%), Rp133,7 miliar (17,6% (yoy)), Rp174,2 miliar (15,7%(yoy)) dan Rp2,0 triliun (15,3% (yoy)). Trw.IV-2013 Trw.I-2014 Trw.II-2014 Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share y oy Andil 1 Pemerintah Pusat 35, , , ,570 36, % 3.6% 0.0% 2 Pemerintah Daerah (Pemda) 1,701,695 2,967,960 4,151,802 3,889,246 1,370, % -19.5% -1.2% 3 Badan Dan Lembaga Pemerintah 32,249 24,238 25,400 24,001 30, % -4.5% 0.0% 4 BUMN Atau Pemerintah Campuran 553, ,696 1,239,891 1,235, , % 55.6% 2.2% 5 BUMD 47, , , , , % 139.4% 0.7% 6 Lembaga Keuangan Non Bank 187, , , , , % 125.2% 2.4% 7 Bukan Lembaga Keuangan 2,285,904 1,632,625 1,717,251 1,730,849 2,874, % 25.8% 3.4% 8 Sektor Swasta Lainnya 113, ,337 74,787 37,413 75, % -33.6% -0.1% 9 Perseorangan 14,452,207 13,850,893 14,531,744 15,011,753 16,178, % 11.9% 8.8% Jumlah 19,409,987 20,064,415 22,305,466 22,525,540 21,963,379 Bukan Penduduk/Non-Residents 5,026 5,022 1,931 1,598 1, % -69.7% 0.0% Penduduk dan bukan penduduk 19,415,013 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964, % 13.1% 13.1% Berdasarkan pangsanya, mayoritas penghimpunan DPK berlokasi di Kota Jambi dan mencapai Rp15,7 triliun (71,7%) diikuti oleh Bungo dan Kerinci masing-masing sebesar Rp1,4 triliun (6,5%)dan 1,2 triliun (5,9%). Trw.III-2014 Trw.IV-2014 Tabel 3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek (dalam jutaan rupiah) No. Kota/ Kabupaten Trw. IV-13 Trw. I-14 Trw. II-14 Trw. III-14 Trw. IV-14 Pertumbuhan (y oy ) Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share Nominal Persen 1 Kota Jambi 13,666,724 13,886,280 15,168,952 15,518,127 15,758, ,091, Kab. Bungo 1,416,378 1,413,445 1,541,924 1,463,065 1,438, , Kab. Kerinci 1,112,837 1,170,097 1,274,541 1,338,217 1,287, , Tanjung Jabung Barat 1,159,956 1,165,207 1,428,596 1,442,128 1,127, (32,128) (2.8) 5 Kab. Merangin 761, ,365 1,003, , , , Kab. Batanghari 532, , , , , , Kab. Sarolangun 325, , , , , , Kab. Tebo 243, , , , , (34,336) (14.1) 9 Tanjung Jabung Timur 196, , , , , (28,840) (14.7) 10 Kab. Muaro Jambi , ,325 #DIV/0! JUMLAH 19,415,015 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964, ,549, Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 61

78 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi meningkat Rp857,0 miliar (3,4% (qtq)) yaitu dari Rp25,3 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp26,2 triliun (Tabel 3.5.). Pertumbuhan kredit tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (2,0% (qtq)). Berdasarkan liaison yang dilakukan Bank Indonesia, peningkatan kredit tersebut seiring dengan meningkatnya optimisme dunia usaha atas pelantikan Presiden Republik Indonesia terpilih pada triwulan IV 2014 yang berlangsung dengan baik. Dunia usaha juga mengindikasikan pertumbuhan investasi meskipun masih relatif terbatas. Jika dibandingkan triwulan yang sama tahun 2013, pertumbuhan penyaluran kredit pada triwulan IV 2014 hanya mencapai sebesar 11,0% (yoy), atau jauh melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan IV 2013 yang dapat mencapai 22,5% (yoy). Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) Pertumbuhan URAIAN TW IV TW I TW II TW III TW IV q-t-q y-o-y Kelompok Bank 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229, % 11.0% 1 Bank Pemerintah 15,048,876 15,394,481 16,092,175 16,541,833 17,223, % 14.5% 2 Bank Swasta*) 6,525,991 6,503,079 6,749,181 6,832,952 7,028, % 7.7% 3 Bank Syariah 2,046,216 2,029,739 2,027,277 1,997,604 1,977, % -3.4% Jenis Penggunaan 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229, % 11.0% 1 Modal Kerja 7,548,969 7,558,597 8,035,392 8,187,856 8,517, % 12.8% 2 Investasi 5,864,182 5,959,299 6,071,136 6,134,277 6,430, % 9.7% 3 Konsumsi 10,207,932 10,409,402 10,762,104 11,050,256 11,281, % 10.5% Sektor Ekonomi 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,371,531 26,229, % 11.0% 1 Pertanian 4,031,009 4,231,411 4,551,324 4,623,883 4,844, % 20.2% 2 Pertambangan dan Penggalian 96, , , , , % 42.8% 3 Industri 859, , , , , % 13.3% 4 LGA 5,610 4,126 3,177 3,922 3, % -34.8% 5 Konstruksi 804, , , , , % 6.8% 6 Perdagangan Hotel dan Restoran 5,775,325 5,778,262 6,165,280 6,287,606 6,491, % 12.4% 7 Pengangkutan dan Komunikasi 326, , , , , % 2.1% Keuangan,Real estate dan Jasa 8 Perusahaan 1,132,014 1,135, , , , % -40.4% 9 Jasa-jasa 381, , , , , % 42.6% 10 Bukan Lapangan Usaha 10,207,932 10,409,402 10,891,132 11,128,283 11,367, % 11.4% Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Berdasarkan Kelompok Bank, peningkatan jumlah kredit dialami oleh bank konvensional sebesar 3,8% (qtq) atau 12,4% (yoy), sementara bank syariah mengalami penurunan kredit sebesar 1,0% (qtq) atau 3,4% (yoy). Pangsa kredit bank 62 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

79 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN konvensional mencapai 92,5% sementara bank syariah sebesar 7,5%. Bank pemerintah mengalami kenaikan jumlah kredit yang signifikan secara tahunan yaitu 14,5% (yoy) sedangkan bank swasta hanya 7,7% (yoy) dimana kenaikan tersebut didominasi kenaikan kredit jenis penggunaan konsumsi sub sektor kredit kepemilikan rumah (KPR) dan multiguna. Berdasarkan Jenis Penggunaan, kredit terbesar adalah kredit konsumsi yang mencapai 43,0%, diikuti dengan kredit modal kerja (32,5%) dan kredit investasi (24,5%). Secara triwulanan, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada kredit investasi (4,8% (qtq)), diikuti kredit modal kerja (4,0% (qtq)) dan kredit konsumsi (2,1% (qtq)). Pertumbuhan kredit tersebut cenderung meningkat dibandingkan pertumbuhan kredit triwulan III 2014 (kredit investasi (1,0% (qtq)), kredit modal kerja (1,9% (qtq)), dan kredit konsumsi (2,7% (qtq)). Dari liaison yang dilakukan ke dunia usaha, kenaikan kredit investasi tersebut didorong oleh pertumbuhan investasi pada mesin dan maintenance peralatan demi mencapai efisiensi biaya produksi. Hal tersebut dilakukan sebagai salah satu langkah antisipasi dalam meredam efek kenaikan harga BBM terhadap ongkos produksi dimana dunia usaha berusaha berhemat dengan mengoptimalkan kinerja dan produktifitas mesin. Secara tahunan, kredit modal kerja, kredit konsumsi dan kredit konsumsi menunjukkan pertumbuhan masing-masing sebesar 12,8% (yoy), 10,5% (yoy) dan 9,7% (yoy), jauh melambat dibandingkan Berdasarkan Sektor Ekonomi, pertumbuhan kredit terbesar terjadi pada sektor industri (18,6% (qtq)), jasa-jasa (12,7% (qtq)), pertanian (4,8%(qtq)) dan pengangkutan (4,1% (qtq)). Secara tahunan pertumbuhan kredit terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian yang mencapai 42,8% (yoy) dan diikuti oleh sektor jasa-jasa (42,6% (yoy)), sektor pertanian (20,2% (yoy ), sektor industri ((13,3% (yoy ), sektor perdagangan, hotel dan restoran (12,4% (yoy)) dan sektor bukan lapangan usaha (11,4% (yoy)). Kenaikan sektor pertambangan dan penggalian disebabkan kenaikan kredit modal kerja sub sektor pertambangan batubara, penggalian gambut, dan gasifikasi batubara dan jasa pertambangan minyak dan gas bumi. Kenaikan pada sektor jasa- TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 63

80 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN jasa disebabkan menggeliatnya sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang mendorong peningkatan kredit modal kerja rumah sakit dan kredit investasi profesi dokter. Sedangkan pada sektor pertanian, kenaikan kredit didorong permintaan yang meningkat atas kredit modal kerja dan investasi sub sektor perkebunan kelapa sawit dan sektor industri yang ditopang kredit investasi sub sektor industri minyak goreng dari kelapa sawit mentah. Hal ini sejalan dengan informasi yang didapat dari liaison yang dilakukan BI, dimana dunia usaha berusaha memanfaatkan momentum membaiknya harga jual CPO pada Oktober 2014 (menyusul meningkatnya harga sawit dunia yang turun sejak awal tahun 2014) namun terkendala pada pasokan bahan baku kelapa sawit yang tidak terlalu banyak. Kurangnya pasokan kelapa sawit tersebut disebabkan oleh musim puncak buah yang telah berlalu sehingga hasil produksi kelapa sawit dari perkebunan di sekitar Provinsi Jambi menurun dan kualitas buah yang dihasilkan pun tidak terlalu bagus. Kenaikan sektor bukan lapangan usaha didorong oleh kenaikan kredit rumah tangga untuk keperluan pemilikan rumah tinggal (KPR) dan untuk keperluan multiguna. Sementara itu, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan dan sektor listrik, gas dan air mengalami penurunan. Penurunan kredit sektor keuangan,real estate dan jasa perusahaan tersebut disebabkan penurunan yang signifikan outstanding kredit sub sektor real estate perumahan sederhana perumnas yang sebelumnya pada triwulan IV 2013 sebesar Rp134,0 milyar menjadi hanya Rp4,7 milyar. Selain itu kualitas kredit pada sub sektor tersebut juga memburuk menjadi 16,1% dari 1,4% (triwulan IV 2013) yang disumbangkan oleh kredit jenis penggunaan investasi. Namun berbanding terbalik dengan kredit pada sub sektor real estate perumahan sederhana perumnas yang mengalami penurunan, kredit pada sub sektor real estate perumahan sederhana - selain perumnas s.d. tipe 21, tipe 22 s.d. 70, dan sub sektor real estate perumahan menengah, besar atau mewah (tipe diatas 70) justru mengalami peningkatan yang signifikan masing-masing 464,5% (yoy), 516,8% (yoy) dan 320,9% (yoy). Kenaikan tersebut karena developer lebih tertarik 64 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

81 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN membangun perumahan komersil (non subsidi) yang memberikan margin yang lebih kompetitif dengan pangsa pembeli yang bankable. Sementara itu sektor listrik, gas dan air mengalami penurunan sejalan dengan penurunan kredit sub sektor pengadaan dan penyaluran air bersih dan sub sektor ketenagalistrikan pedesaaan, namun penurunan tersebut sedikit tertahan dengan kenaikan kredit pada sub sektor gas. Pada triwulan laporan, pangsa penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit kepada bukan lapangan usaha, yaitu sebesar 43,3%, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (24,7%) dan sektor pertanian (18,5%). Dominasi penyaluran kredit pada ketiga sektor tersebut mencapai 86,6% dari total outstanding kredit. Berdasarkan lokasi proyek, jumlah kredit yang disalurkan ke Provinsi Jambi oleh perbankan sebesar Rp34,1 triliun, lebih tinggi dibandingkan kredit yang disalurkan oleh perbankan Jambi (Rp26,2 triliun) dan menunjukkan bahwa terdapat Rp7,8 triliun kredit yang disalurkan oleh perbankan di luar Provinsi Jambi. Dibandingkan triwulan lalu, terjadi peningkatan sebesar 2,6% (qtq) dari sebelumnya Rp33,2 triliun. Sementara secara tahunan meningkat 8,7% (yoy) dari sebelumnya Rp31,4 triliun (Tabel 3.6). Kenaikan kredit tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya kredit di sektor pinjaman bukan lapangan usaha sebesar sebesar Rp1,2 triliun (10,2% (yoy ), sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp600,4 miliar (9,9% (yoy)) dan sektor pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan sebesar Rp535,3 miliar (8,7% (yoy)). Pertumbuhan kredit tertinggi baik secara triwulanan dan tahunan terjadi di Kota Sungai Penuh. Sementara pertumbuhan kredit di Kota Jambi dan Bungo cenderung melambat. TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 65

82 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Bank Umum dan BPR Berdasarkan Lokasi Proyek di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) Kabupaten/Kota Pertumbuhan Tw I Tw II Tw III TW IV Tw I Tw II Tw III Tw IV qtq yoy Batanghari 1,508,116 1,579,718 2,169,553 2,178,008 2,201,840 2,554,343 2,021,404 2,208, Sarolangun 1,255,087 1,336,600 1,432,189 1,464,682 1,465,886 1,461,979 1,611,055 1,601, Kerinci 1,192,469 1,302,065 1,356,805 1,388,026 1,409,393 1,455,886 1,502,649 1,531, Muaro Jambi 2,676,342 2,574,578 2,558,954 2,587,306 2,327,113 2,341,866 2,538,992 2,788, Tanjung Jabung Barat 1,414,421 1,548,968 1,631,702 1,567,439 1,886,052 1,888,412 1,976,223 1,996, Tanjung Jabung Timur 479, , , , , , , , Tebo 1,206,085 1,320,692 1,386,283 1,533,388 1,567,330 1,696,419 2,027,604 1,973, Merangin 2,074,462 2,225,806 2,348,526 2,552,180 2,543,205 2,656,927 2,765,615 2,803, Bungo 2,890,655 3,193,794 3,324,256 3,153,216 3,173,820 3,197,338 3,248,205 3,332, Sungai Penuh 7,241 8,722 11,584 13,428 14,897 19,102 22,872 26, Jambi 11,767,331 12,563,303 13,108,469 14,341,352 14,710,048 14,508,777 14,828,745 15,129, T O T A L 26,471,507 28,211,298 29,925,234 31,403,658 31,946,454 32,458,037 33,257,510 34,124, Sumber: SEKDA Provinsi Jambi (diolah) 4. Undisbursed Loan Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) sebesar Rp2,0 triliun, sedikit meningkat sebesar Rp166,1 miliar (8,9%) dari triwulan sebelumnya (Rp1,8 triliun) (Tabel 3.7). Peningkatan undisbursed loan tersebut disebabkan oleh meningkatnya kelonggaran tarik kredit konsumsi dan investasi masing-masing sebesar Rp189,5 miliar (2.818,3% (qtq ) dan Rp53,6 miliar (117,3% (qtq ). Sementara kelonggaran tarik kredit modal kerja menurun Rp77,0 miliar (5,0% (qtq)). Penurunan kelonggaran tarik kredit modal kerja tersebut seiring dengan menurunnya kredit modal kerja sektor konstruksi sub sektor konstruksi perumahan menengah, besar, mewah (tipe diatas 70) seiring dengan peningkatan realisasi perumahan tipe diatas 70 tersebut. Sementara itu kelonggaran tarik kredit konsumsi meningkat seiring dengan meningkatnya persetujuan kredit konsumsi atas pemilikan rumah tinggal sampai tipe 21, 22 sd 70, diatas 70, dan pemilikan rumah toko (ruko) atau rumah kantor (rukan). Kelonggaran tarik kredit investasi meningkat disebabkan meningkatnya pencairan kredit pada sektor perdagangan hotel dan restoran khususnya sub sektor perdagangan dalam negeri pupuk dan obat hama, hotel, sektor pengangkutan dan komunikasi khususnya sub sektor jasa pengiriman dan pengepakan dan sektor industri khususnya pada sub sektor industri minyak goreng dari kelapa sawit mentah. 66 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

83 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Tabel 3.7 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) Jenis Penggunaan TW IV TW I TW II TW III TW IV Nominal % 1 Investasi 277, , , , ,863 53, Konsumsi 2,009 2,908 6,533 6, , ,589 2, Modal kerja 1,862,807 1,837,862 1,711,830 1,540,901 1,463,888 (77,013) (5.0) Total Kategori Pertumbuhan (qtq) 2,142,384 2,077,803 2,123,535 1,858,122 2,024, , Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) 5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) gross Bank Umum di Provinsi Jambi Loan to Deposits Ratio (LDR) 9 pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 679 BPS dikarenakan DPK yang mengalami penurunan 2,5% (qtq) sedangkan kredit mengalami pertumbuhan 3,4% (qtq). LDR berdasarkan bank pelapor mencapai 119,4% (Grafik 3.3.). LDR bank umum yang sudah melebihi 100% tersebut mengindikasikan masuknya dana dari luar perbankan Provinsi Jambi namun perlu diimbangi dengan pemantauan terhadap risiko kredit. Rp triliun Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi Q1-12 Q2-12 Q3-12 Q4-12 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q % 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% Kredit Perbankan Jambi (Rp juta) DPK Perbankan (Rp juta) LDR Perbankan Jambi (persen) Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Kualitas kredit yang diberikan tergolong baik, tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross bank umum yaitu sebesar 2,49% (Rp654,3 miliar) (di 9 LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum pada triwulan laporan. TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 67

84 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN bawah ketentuan 5%), meskipun sedikit memburuk dibandingkan triwulan lalu (2,45% atau Rp620,9 miliar) (Tabel 3.8.). Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dialami oleh sektor jasa-jasa, pertambangan dan penggalian, dan LGA masing-masing sebesar 33,5%, 24,6% dan 10,8%. Cukup tingginya NPL tersebut disebabkan kinerja kredit sub sektor jasa kesehatan manusia (tempat perawatan/ pengobatan) dan ketenagalistrikan pedesaan yang masih tertahan serta harga jual sektor pertambangan, dalam hal ini batu bara yang belum membaik yang berdampak pada menurunnya kemampuan bayar debitur di sektor tersebut. Selain itu, penerapan Undang- Undang Mineral dan Batubara yang melarang ekspor bahan mentah hasil tambang terhitung sejak tanggal 12 Januari 2014 serta adanya Perda yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai, turut menjadi penyebab tingginya NPL sektor ini karena mengakibatkan sebagian besar perusahaan pertambangan batubara menghentikan sementara aktivitas kegiatan tambang. Tabel 3.8 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) TW III-14 TW IV-14 No Sektor Ekonomi Kredit Nominal NPL NPL (%) Kredit Nominal NPL NPL (%) 1. Pertanian Peternakan Kehutanan dan Perikanan 4,623,883 89, ,844, , Pertambangan dan Penggalian 149,907 12, ,590 33, Industri 820,967 6, ,021 19, LGA 3, , Konstruksi 880,225 22, ,266 36, Perdagangan Hotel dan Restoran 6,287, , ,491, , Pengangkutan dan Komunikasi 320,157 5, ,392 5, Keuangan,Real estate dan Jasa Perusahaan 673,888 22, ,966 14, Jasa-jasa 482,693 19, , , Bukan Lapangan Usaha 11,128, , ,367,367 4, J U M L A H 25,371, , ,229, , Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Dilihat dari spread bunga (grafik 3.4), terlihat bahwa margin keuntungan (margin rata-rata tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito) perbankan di Provinsi Jambi kembali menurun dari 4,9% menjadi 4,7% seiring dengan adanya tren peningkatan suku bunga simpanan dalam beberapa bulan terakhir mengikuti kenaikan BI Rate (Grafik 3.4.). Suku bunga deposito pada periode laporan tercatat sebesar 8,7% atau meningkat dibandingkan triwulan III 2014 (8,5%) 68 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

85 Rp Triliun Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN sementara suku bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan pada periode laporan tercatat cenderung stabil di level 13,40% dibandingkan triwulan sebelumnya (13,39%) Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam satuan %) Margin Deposito Kredit BI-rate Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) 6. Perkembangan Kredit UMKM Kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan menjadi Rp9,6 triliun, sedikit meningkat (2,1% (qtq)) dibandingkan triwulan sebelumnya (Rp9,4 triliun) dan secara tahunan mengalami peningkatan 9,2% (yoy), namun lebih rendah dibandingkan pertumbuhan total kredit (11,0% (yoy))(grafik 3.5.). Grafik 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV Mikro Kecil Menengah Pertumbuhan UMKM (%) yoy Pertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor yoy Sumber: LBU Bank Indonesia TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 69

86 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit di Jambi cenderung sedikit menurun yaitu dari 37,2% di triwulan lalu menjadi 36,7% (Grafik 3.6.). Berdasarkan distribusinya, kredit menengah memiliki pangsa terbesar yaitu 34,0%, kredit mikro yaitu 33,6%, dan kredit kecil sebesar 32,3% dari total kredit UMKM. Kredit UMKM tersebut didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pangsa 51,5%, sektor pertanian peternakan kehutanan dan perikanan sebesar 29,6% dan sektor konstruksi sebesar 4,9%. Grafik 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 100% 80% 60% % 20% 0% TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV Mikro Kecil Menengah Kredit Bukan UMKM Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) C.Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kinerja BPR pada triwulan laporan mengalami sedikit pertumbuhan dibanding triwulan sebelumnya, tercermin dari jumlah aset dan DPK yang mengalami peningkatan. Sementara dari sisi kredit yang diberikan mengalami sedikit perlambatan. Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi Jambi mengalami peningkatan sebesar Rp19,2 miliar (2,6% (qtq ) dari sebesar Rp739,74 miliar menjadi Rp758,9 miliar. Dana pihak ketiga (DPK) juga sedikit meningkat sebesar Rp15,6 miliar (2,8% (qtq)) dari sebelumnya Rp550,87 miliar menjadi Rp566,5 miliar. Peningkatan DPK tersebut terjadi pada deposito berjangka dan tabungan masing-masing sebesar 70 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

87 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Rp14,8 miliar (3,2% (qtq)) menjadi Rp481,6 miliar dan Rp792,3 juta (0,9% (qtq)) menjadi Rp84,8 miliar. Sebaliknya, jumlah penyaluran kredit mengalami penurunan sebesar Rp10,8 miliar (2,0% (qtq ) menjadi Rp524,6 miliar. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan kredit konsumsi sebesar Rp12,6 miliar (5,1% (qtq)) menjadi Rp237,1 miliar dan kredit investasi sebesar Rp581,1 juta (0,5% (qtq)) menjadi Rp107,0 miliar. Sedangkan kredit modal kerja mengalami peningkatan sebesar Rp2,3 miliar (1,3% (qtq)) menjadi Rp180,5 miliar. Kualitas kredit BPR pada triwulan laporan menunjukkan penurunan yang ditandai dengan meningkatnya persentase Non Performing Loan (NPL) dari 11,1% menjadi 12,2% atau semakin jauh melampaui ketentuan maksimal NPL sebesar 5%, sehingga memerlukan perhatian khusus. Kenaikan NPL tersebut didominasi kredit konsumsi dan kredit investasi sedangkan kredit modal kerja menunjukkan sedikit perbaikan. Sementara itu, jika dilihat berdasarkan sektor ekonomi, NPL didominasi oleh sektor bukan lapangan usaha lalu diikuti sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan serta sektor jasa-jasa. Kenaikan NPL tersebut disebabkan belum pulihnya harga komoditi karet dan sawit pada harga normal sehingga mempengaruhi kemampuan membayar debitur. BPR cukup baik dalam menjalankan fungsi intermediasinya, yang tercermin dari LDR BPR yang berada pada level 79,40% meskipun menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (84,13%) sejalan dengan menurunnya pertumbuhan penyaluran kredit. D. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai Bank Indonesia secara berkelanjutan mendukung Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yaitu optimalisasi penggunaan alat pembayaran non tunai seperti kartu ATM debit, kartu kredit dan e-money. Dalam rangka mendukung GNNT, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi negeri di Provinsi Jambi untuk melaksanakan edukasi kepada mahasiswa. Edukasi GNNT dilakukan melalui kegiatan sosialisasi dan pameran. TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 71

88 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Pada periode triwulan IV 2014, kebutuhan pembayaran tunai mengalami penurunan baik dari sisi aliran kas keluar (cash outflow) maupun aliran kas masuk (cash inflow). Sementara itu kinerja pembayaran non tunai adalah sebagai berikut: Nilai kliring sedikit naik sebesar 1,5% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp2,5 triliun. Sebaliknya, volume kliring mengalami sedikit penurunan (1,7% (qtq)) (Tabel 3.9.). Nilai RTGS dari Jambi meningkat 5,4% sedangkan RTGS ke serta dari dan ke Jambi mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, masingmasing sebesar 7,5% dan 62,6%. Tabel 3.9 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi Uraian Pertumbuhan (qtq) Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Nominal Persen Kliring Nilai Kliring (juta Rp) 2,714,032 2,519,833 2,707,328 2,534,343 2,571,965 37, Volume Kliring (lembar warkat) 70,456 68,552 74,520 70,240 69,012 (1,228) (1.7) Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 810, , ,622 1,948, ,379 (1,026,970) (52.7) Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 2,836,373 1,734,894 1,861,714 2,788,527 2,309,258 (479,269) (17.2) Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (2,025,444) (854,501) (885,091) (840,178) (1,387,878) (547,700) 65.2 RTGS dari Jambi (miliar Rp) 22,181 19,684 26,992 38,703 40,778 2, RTGS ke Jambi (miliar Rp) 33,327 22,514 40,455 53,698 49,646 (4,052) (7.5) RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) 6,521 5,072 11,033 12,937 4,833 (8,104) (62.6) Cek dan BG Kosong Lembar 1,635 1,472 1,974 1,847 1,783 (64) (3.5) Nominal (juta Rp) 63,174 56,789 83,457 71,186 99,967 28, Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi D.1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan, untuk aliran kas keluar (cash outflow) sebesar Rp2,3 triliun, turun 17,2% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 3.7.) Sementara aliran kas masuk (cash inflow) sebesar Rp921,3 miliar, menurun signifikan 52,7% (qtq). Pada triwulan laporan, Jambi tetap mengalami net outflow sebesar Rp1,3 triliun atau meningkat sebesar 65,2% (qtq) dibandingkan triwulan III Hal tersebut menunjukkan uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia kepada perbankan (outflow) lebih besar dibandingkan dengan jumlah aliran uang kartal yang kembali ke Bank Indonesia dari perbankan (inflow). 72 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

89 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi Rp (juta) 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, ,000 - (500,000) (1,000,000) (1,500,000) (2,000,000) (2,500,000) Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 2014 Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) D.2.Penyediaan Uang Layak Edar Secara berkala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi melaksanakan pemusnahan uang yang tidak layar edar (UTLE). Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kelayakan uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, pemusnahan UTLE di Provinsi Jambi sebesar Rp417,1 miliar, atau mencapai 45,3% dari total inflow Provinsi Jambi dan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (16,9%). Dalam rangka mengendalikan jumlah uang yang tidak layak edar yang dimusnahkan, Bank Indonesia terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang melalui pamflet dan edukasi perbankan sehingga diharapkan usia uang dapat lebih panjang dan volume UTLE dapat dikendalikan sehingga dapat mengurangi biaya percetakan uang baru. D.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan Pada triwulan laporan tidak ditemukan uang palsu yang beredar di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi. Dalam rangka mengantisipasi peredaran uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi secara berkala terus mensosialisasikan Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah kepada seluruh lapisan masyarakat. TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 73

90 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN D.4.Perkembangan Kliring Lokal Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp2,57 triliun, sedikit meningkat (1,5% (qtq)) dibandingkan triwulan sebelumnya (Rp 2,53 triliun) (Grafik 3.8.). Sementara volume kliring mengalami penurunan sebesar 1,7% (qtq), yaitu dari lembar warkat menjadi lembar warkat. Penurunan volume pembayaran non tunai melalui kliring tersebut disebabkan oleh menurunnya aktivitas transaksi setelah hari Raya Idul Fitri 1435H. Grafik 3.8 Perkembangan Transaksi Kliring Perkembangan Transaksi Kliring 2,800,000 80,000 2,600,000 2,400,000 Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV ,000 Nilai Kliring (juta Rp) Volume Kliring (lembar warkat) Seiring dengan aktivitas pembayaran non tunai melalui kliring, nilai cek dan BG kosong pada triwulan laporan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp71,1 miliar menjadi Rp99,9 miliar sedangkan dari sisi jumlah lembar sedikit menurun dari lembar menjadi lembar. D.5.Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) 10 Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi nominal secara total (keluar dan masuk/dari dan ke) menurun sebesar sebesar Rp10,0 triliun (9,6% (qtq)) menjadi Rp95,2 triliun. Sementara volume transaksi meningkat dari 10 Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang Rupiah, yang penyelesaian transaksi dilakukan secara seketika(real time). 74 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

91 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN transaksi menjadi transaksi. Penurunan nominal RTGS tersebut seiring dengan lewatnya perayaan Idul Fitri Sementara itu, secara tahunan nominal RTGS meningkat sebesar Rp33,2 triliun (53,6%) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu dari Rp62,0 triliun menjadi Rp95,2 triliun (Tabel 3.10.). Aliran transfer masuk ke Provinsi Jambi merupakan yang terbesar dan mencapai Rp49,6 triliun, diikuti oleh transfer ke luar Jambi Rp40,7 triliun dan transfer di dalam Provinsi Jambi Rp4,8 triliun. Aliran RTGS menunjukkan bahwa uang masuk ke Jambi lebih tinggi daripada yang keluar. Tabel 3.10 Perkembangan Transaksi RTGS (dalam miliar rupiah) Periode Dari Provinsi Jambi Ke Provinsi Jambi Dari dan Ke Provinsi Jambi Nilai Nilai Nilai Nilai Volume Volume Volume (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) TOTAL Volume Tw ,383 16,923 23,289 19,391 2,756 5,487 38,428 41,801 Tw ,499 17,064 19,826 19,311 2,768 5,570 34,093 41,945 Tw ,353 18,840 22,515 20,637 3,291 6,009 40,159 45,486 Tw ,986 21,865 23,761 21,639 3,723 6,665 42,470 50,169 Tw ,339 16,644 51,804 17,758 2,653 4,966 64,796 39,368 Tw ,139 19,391 54,010 19,519 3,543 5,720 72,692 44,630 Tw ,677 19,313 29,104 19,344 3,350 5,662 48,131 44,319 Tw ,270 21,580 29,431 20,622 4,702 6,449 52,403 48,651 Tw ,535 16,648 22,244 17,183 4,032 4,973 41,811 38,804 Tw ,666 18,860 22,658 18,685 4,695 5,773 47,019 43,318 Tw ,189 18,663 26,876 17,988 7,422 5,691 54,487 42,342 Tw ,181 22,643 33,327 21,351 6,521 6,711 62,029 50,705 Tw ,684 19,031 22,514 22,854 5,072 5,347 47,269 47,232 Tw ,992 17,544 40,455 18,347 11,033 5,322 78,480 41,213 Tw ,703 18,758 53,698 17,401 12,937 5, ,337 41,754 Tw ,778 20,307 49,646 18,365 4,833 6,000 95,257 44,672 TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 75

92 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

93 Miliar Rp GNNT SEBAGAI SOLUSI TRANSAKSI EKONOMI Boks 3. GNNT SEBAGAI SOLUSI TRANSAKSI EKONOMI I. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sistem pembayaran, baik tunai maupun non tunai, adalah urat nadi perekonomian setiap negara. Efektivitas dan kelancaran perekonomian sangat dipengaruhi oleh mekanisme sistem pembayaran yang dimiliki. Pelaksanaan tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia, antara lain melalui pengendalian jumlah yang yang beredar dan penetapan suku bunga, memerlukan dukungan sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan handal. dalam Kegiatan pembayaran non tunai di Jambi menunjukkan peningkatan yang signifikan 5 tahun terakhir. Jumlah bank peserta kliring yang pada awalnya berjumlah 28 bank pada tahun 2009 bertambah menjadi 46 bank pada tahun 2014 atau meningkat sebesar 64,29%. Peningkatan ini diikuti dengan rata-rata transaksi harian yang pada tahun 2009 sebanyak 978 transaksi per hari atau sebesar Rp25,96juta per transaksi/hari menjadi ,000 2,800 2,600 2,400 2,200 2,000 Grafik 1. Perkembangan Transaksi Kliring Tw I Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw II III IV I II III IV I II III IV 100,000 80,000 60,000 40,000 20, Nilai Kliring Volume Kliring (lembar warkat) - transaksi per hari atau sebesar Rp40,94juta per transaksi/hari, atau meningkat 57,76% dalam 5 tahun terakhir. Namun demikian, perkembangan instrumen non tunai di Jambi masih terbatas, yakni pada cek giro dan beberapa jenis APMK seperti kartu debet dan kartu kredit. Sementara itu, pemanfaatan uang elektronik juga masih terbatas, yaitu baru tersedia di beberapa outlet/merchant saja. Rp (miliar) 3,000 2,500 2,000 1,500 1, (500) (1,000) (1,500) (2,000) (2,500) Tw I Grafik 2. Perkembangan Uang Kartal Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw Tw III IV Grafik 3. Perkembangan Net Outflows Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw Trw II III 100% 50% 0% -50% Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) Output Jambi (Rp Triliun) Pertumbuhan DPK Pertumbuhan PDRB Pertumbuhan Aliran Uang Keluar TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 77

94 GNNT SEBAGAI SOLUSI TRANSAKSI EKONOMI Berbeda dengan pertumbuhan instrumen non tunai, penggunaan uang tunai menunjukan tren outflow yang terus meningkat. Selain itu, Data Euromonitor tahun 2012 menunjukkan bahwa sekitar 92,5 persen dari transaksi di tahun 2011 dilakukan menggunakan uang tunai. Sejalan dengan tantangan perekonomian terkini yang membutuhkan mekanisme settlement dan pengelolaan likuiditas yang lebih efisien, near-zero time transaction, dan berbiaya rendah, perlu upaya switching mekanisme sistem pembayaran dari tunai ke non tunai. Hal ini memerlukan inovasi-inovasi baru dalam penciptaan alat pembayaran non tunai, khususnya didukung oleh perkembangan teknologi informasi dewasa ini. Tentu saja hal ini dapat dicapai ketika aspek paling mendasar sudah terpenuhi terlebih dahulu, yaitu terhubungnya masyarakat ke lembaga keuangan. II. SISTEM PEMBAYARAN DAN INKLUSI KEUANGAN Keuangan inklusif merupakan suatu kegiatan menyeluruh yang bertujuan untuk meniadakan hambatan terhadap akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa keuangan, salah satunya adalah sistem pembayaran non tunai. Isu yang muncul selanjutnya adalah bagaimana menjembatani segmen masyarakat tertentu yang juga membutuhkan layanan jasa pembayaran tapi belum bersentuhan dengan dunia perbankan (unbanked people). Golongan ini belum tersentuh oleh dunia perbankan karena beberapa faktor, yaitu lokasi geografis yang jauh dari perbankan, atau mereka belum mengetahui fungsi lembaga keuangan. Masyarakat yang masuk dalam kategori ini sangat besar. Survei World Bank tahun 2010 menunjukan sekitar 62% masyarakat Indonesia masuk dalam golongan tersebut. Artinya dengan perkiraan penduduk saat ini yang berjumlah kurang lebih 250 juta, 150 juta belum tersentuh perbankan, apalagi menggunakan produk bank khususnya sistem pembayaran non tunai. Survei neraca rumah tangga yang dilakukan Bank Indonesia pada tahun 2012 menunjukkan hanya 48% dari total rumah tangga di Indonesia yang memiliki tabungan dan simpanan di bank, lembaga keuangan non bank, dan non lembaga keuangan. Dengan kata lain, 52% rumah tangga di Indonesia belum memiliki tabungan sama sekali. Sementara itu, hasil financial literacy baseline survei yang dilakukan BI Jambi menunjukkan hasil yang serupa meskipun sedikit lebih baik, yakni 53% dari total rumah tangga sudah memiliki tabungan dan simpanan di bank. Sementara, 47% sisanya tidak pernah menggunakan layanan/produk bank. TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 78

95 GNNT SEBAGAI SOLUSI TRANSAKSI EKONOMI Menilik berbagai hasil survei ini, masih banyaknya penduduk yang belum terjangkau layanan jasa keuangan menunjukkan sistem keuangan belum berjalan dengan optimal. Bayangkan benefit yang bisa didapat perekonomian Indonesia bila kita bisa membuat 80 persen populasi ini terhubung dengan pembayaran elektronik, seperti misalnya mobile branchless banking. III. POTENSI PENGEMBANGAN Potensi unbanked people yang sedemikian besar tersebut dapat digarap oleh perbankan bekerja sama dengan lembaga yang memiliki basis jaringan distribusi luas sampai ke pelosok seperti Kantor Pos Indonesia. Pola kolaborasi ini juga dapat dikembangkan lagi dengan perusahaan yang memiliki basis infrastruktur teknologi informasi, seperti penyedia jaringan seluler. Harapannya, perlahan-lahan tingkat awareness unbanked people akan meningkat terhadap produk maupun jasa pembayaran. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan kebijakan yang dapat memfasilitasi perluasan dan penyebaran produk dan jasa keuangan secara lebih merata, melalui edukasi dan diseminasi informasi, khususnya pada masyarakat berpendapatan menengah ke bawah. Kebijakan tersebut harus dapat dilakukan secara customized, menyesuaikan dengan karakteristik sosial, ekonomi, demografi, dan keberadaan serta jarak bank ke tempat tinggal. Untuk itu, diperlukan inovasi produk dan jasa perbankan yang bersifat mudah, murah, dan aman. IV. GNNT Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) adalah Gerakan Nasional untuk mendorong masyarakat menggunakan sistem dan instrumen pembayaran non tunai dalam melakukan transaksi pembayaran. Pencanangan GNNT itu sendiri telah dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 2014 lalu yang dihadiri oleh Presiden RI. Banyak manfaat yang didapat masyarakat dengan melakukan pembayaran secara non tunai. Secara nasional akan meningkatkan efisiensi perekonomian, meningkatkan akuntabilitas dan transparansi, meningkatkan keamanan dan kecepatan dalam bertransaksi. Salah satu contoh permasalahan sederhana dalam melakukan pembayaran secara tunai adalah pembayaran lebih dari jumlah nominal transaksi yang kita lakukan. Nilai transaksi yang seharusnya kita bayar sebesar Rp ,00 akan dibulatkan menjadi Rp ,00 atau bahkan lebih dari itu. Selain masalah pembulatan, salah satu persoalan yang selama ini membelenggu perekonomian nasional untuk dapat bersaing di era globalisasi adalah fenomena ekonomi biaya TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 79

96 GNNT SEBAGAI SOLUSI TRANSAKSI EKONOMI tinggi, misalnya praktek pungutan liar, suap, korupsi, dan lemahnya layanan serta tata kelola birokrasi. Ini semua dapat mempengaruhi efisiensi perekonomian nasional. Permasalahan itu sejatinya dapat diatasi dengan penggunaan transaksi non tunai yang memungkinkan seluruh transaksi tercatat secara elektronis dan lebih efisien dari sisi waktu, media, dan biaya transaksi. Gerakan Nasional Non Tunai ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen non tunai, sehingga berangsur-angsur terbentuk suatu komunitas atau masyarakat yang lebih menggunakan instrumen non tunai (Less Cash Society/LCS). V. UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN Dalam mewujudkan masyarakat Less Cash Society (LCS), dibutuhkan upaya dan sinergisitas antara Bank Indonesia, Pemerintah, institusi, dan lembaga terkait lainnya. Beberapa upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dan lembaga teknis antara lain inisiatif Bukan Pajak (PNBP) di seluruh kementerian teknis, pembayaran pajak secara non tunai, pembayaran retribusi non tunai, penyaluran bantuan siswa miskin melalui rekening bank Semua upaya tersebut selain akan meningkatkan efisiensi pembayaran juga meningkatkan governance pengelolaan keuangan negara. Berbagai potensi kebocoran dapat dihindari, pencatatan dan rekonsiliasi bisa lebih cepat dan tepat. Pada gilirannya perencanaan dan eksekusi anggaran menjadi lebih efekif, transparan dan memenuhi tata kelola yang baik. Secara makro, negara yang sudah mengarah ke non tunai paling tidak memiliki tiga keuntungan. Pertama efisiensi transaksi ekonomi. Pastinya perputaran uang akan lebih cepat, yang pada akhirnya aktivitas ekonomi masyaratnya di segala aspek akan lebih bergairah. Kalau ini merata, tentunya pendapatan nasional akan meningkat, karena tingkat konsumsi meningkat yang tentunya akan menggerakan permintaan negara tersebut. pada tahun 2013 menghasilkan temuan bahwa tumbuhnya penggunaan produk pembayaran elektronik seperti kartu kredit dan debit berkontribusi sebesar US$6,4 miliar (Rp80 triliun) terhadap PDB Indonesia. Studi yang dilakukan di 56 negara termasuk Indonesia tersebut, yang merepresentasikan 93% dari total PDB global, menyimpulkan bahwa penggunaan kartu pembayaran dapat lebih meningkatkan efisiensi serta memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Secara global, pembayaran elektronik berkontribusi sebanyak US$ 983 milyar terhadap PDB di 56 negara dalam kurun waktu Dalam kurun waktu yang sama, PDB di negara-negara tersebut rata-rata tumbuh sebesar 1.8%. TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 80

97 GNNT SEBAGAI SOLUSI TRANSAKSI EKONOMI Meskipun lebih praktis dan aman, tidak semerta-merta membuat masyarakat begitu saja beralih ke instrumen non tunai. Perlu ada upaya mengubah mindset masyarakat melalui regulasi yang tepat, kampanye berkesinambungan, dan pemberian berbagai insentif atas penggunaan alat pembayaran non tunai. Misal dengan adanya diskon atas penggunaan prepaid card untuk pembayaran ongkos bis atau kereta dll. Sementara bagi mereka yang tetap menggunakan uang tunai akan membayar biaya normal yang tentunya lebih mahal. Dengan kepraktisan dan kecanggihannya, instrumen non tunai juga mampu membuka peluang tumbuhnya industri-industri baru, antara lain e-commerce yang saat ini sedang tumbuh dengan pesat di Indonesia. Bahkan pada tanggal 12 Desember 2014 ada perayaan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) dimana berbagai toko online besar di Indonesia secara serentak memberikan promo dan diskon besar-besaran selama satu hari saja. Untuk bertransaksi di toko online, dibutuhkan instrumen non tunai seperti transfer uang, kartu debet, dan kartu kredit untuk melakukan pembayaran. Potensi pasar non tunai ini juga sejalan dengan hasil penelitian oleh Redwing Asia pada ecommerce in Indonesia a big bang waiting to happen Para ahli industri memperkirakan bahwa potensi ecommerce di Indonesia akan bernilai sekitar US$10-12 miliar pada tahun Hal ini didorong oleh meningkatnya penggunaan smartphone serta pertumbuhan pengguna internet di Indonesia. Tingkat penetrasi internet di Indonesia juga diperkirakan akan meningkat dua kali lipat dari 55 juta pengguna di tahun 2012 menjadi 125 juta pengguna di tahun Sementara itu, tingkat kepemilikan smartphone juga diperkirakan akan naik sebanyak 20 persen pada tahun 2012, menjadi 52 persen di tahun Sebagai bentuk komitmen atas perluasan penggunaan instrumen non tunai, Bank Indonesia menjadikan GNNT sebagai gerakan tahunan yang didukung dengan berbagai kegiatan untuk mendorong meningkatkan pemahaman masyarakat akan penggunaan instrumen non tunai dalam melakukan transaksi pembayaran. Tahun 2014 lalu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia mendorong kerjasama antara Universitas Jambi dan Bank Rakyat Indonesia melalui penggunaan Kartu Mahasiswa yang terintegrasi dengan produk electronic money BRIZZI. Kini seluruh mahasiswa Universitas Jambi yang berjumlah lebih dari orang dapat berbelanja hanya berbekal kartu mahasiswa mereka. TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 81

98 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

99 BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan triwulan IV 2014 mencapai Rp3,2 triliun (terealisasi sebesar 102,6% dari APBD-P 2014), sementara itu realisasi belanja melonjak cukup tinggi dari triwulan sebelumnya, dari Rp1,8 triliun pada triwulan III 2014 menjadi Rp3,2 triliun pada triwulan IV 2014 (terealisasi 88,2%). Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu, nilai realisasi pendapatan dan belanja mengalami peningkatan masingmasing sebesar 20,2% dan 8,7%. Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada APBD-P 2014 hanya sebesar 25,3%, jauh lebih kecil dibandingkan share belanja operasi yang mencapai 60,4%. Share belanja modal pada tahun ini pun lebih kecil dibandingkan pada APBD-P 2013 dan 2012 (31,5% dan 26,1%). Seiring dengan hal tersebut, realisasi belanja modal pemerintah pusat pada triwulan IV 2014 hanya sebesar 34,1% (menurun dibandingkan triwulan IV 2013 yang mencapai 43,1% dan triwulan IV 2012 yang mencapai 49,0%) A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan IV Tahun 2014 Pada Triwulan IV tahun 2014, realisasi pendapatan Provinsi Jambi sebesar Rp3,2 triliun atau mencapai 102,6% dari APBD-P tahun 2014 (Rp3,1 triliun). Berdasarkan jenisnya, pendapatan terbesar masih tergantung dari transfer pemerintah pusat yang mencapai Rp1,9 triliun (58,7% dari total pendapatan). Adapun proporsi terbesar dalam pendapatan transfer dari APBN tersebut adalah dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) yang mencapai Rp948,3 miliar (29,6% dari total pendapatan Jambi) (Tabel 4.1). 83

100 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang didapatkan melalui pajak, retribusi, serta pengelolaan kekayaan daerah dan lainnya mencapai Rp1,3 triliun (41,3% dari total pendapatan). Angka pendapatan tersebut meningkat 32,7% dibanding triwulan IV Pendapatan terbesar disumbangkan oleh, pajak daerah yang mencapai Rp1,0 triliun pada akhir tahun 2014 (31,5% dari total pendapatan), lebih besar dari DAU yang didapatkan dari Pemerintah Pusat. Tabel 4.1. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi s.d Triwulan IV Tahun (dalam miliar rupiah) Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah) B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan IV Tahun 2014 Pada triwulan IV 2014, realisasi belanja Provinsi Jambi mencapai Rp3,2 triliun atau mencapai 88,2% dari APBD-P 2014 (Rp3,6 triliun). Nilai realisasi tersebut meningkat Rp257,6 miliar atau 8,7% dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan jenisnya, realisasi belanja operasional masih menjadi yang terbesar, yaitu sebesar Rp1,9 triliun atau 60,0% dari total belanja tahun 2014 (terealisasi sebesar 87,6% dari APBD-P 2014) (Tabel 4.2). Komponen belanja operasional terbesar adalah untuk belanja barang yang mencapai Rp812,9 miliar (terealisasi 85,9% dari APBD-P 2014) dan diikuti oleh belanja pegawai Rp570,4 miliar (terealisasi sebesar 86,7% dari APBD-P 2014). Kedua jenis komponen belanja tersebut merupakan belanja rutin. 84 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

101 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan Pemerintah Dareah Sementara itu, realisasi belanja modal yang bertujuan untuk pembangunan infrastruktur terealisasi sebesar Rp821,0 miliar (mencapai 89,3% dari APBD-P 2014). Terdapat lonjakan yang cukup tinggi dalam realisasi belanja modal dari triwulan III 2014 dengan triwulan IV 2014 (meningkat Rp375,2 miliar) yang disebabkan oleh banyaknya proyek pembangunan yang selesai pada akhir tahun 2014, sehingga pembayaran penuh dapat dilakukan pada triwulan IV Alokasi belanja modal dalam APBD-P 2014 hanya sebesar 25,3%, lebih rendah dibandingkan alokasi pada APBD-P 2013 yang mencapai 31,5%. Nilai realisasi belanja modal terbesar adalah belanja jalan, irigasi dan jaringan dengan total Rp547,1 miliar (dapat terealisasi 92,6% dari APBD-P). Belanja ini digunakan untuk membangun infrastruktur yang paling berdampak pada kehidupan masyarakat Provinsi Jambi. Dari segi penyerapan anggaran, belanja bangunan dan gedung, yang mengindikasikan pembangunan yang pesat yang didorong oleh kondisi ekonomi yang kondusif di Provinsi Jambi, membukukan penyerapan anggaran terbesar jika dibandingkan dengan APBD-P nya (terealisasi 94,7% dari APBD-P 2014). Infrastruktur yang dibangun beserta sarana dan prasarananya tersebut diharapkan dapat mendukung kegiatan ekonomi yang lebih tinggi di tahun Tabel 4.2. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi S.d Triwulan IV Tahun (dalam miliar rupiah) Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah) TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 85

102 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah Penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi selama tahun 2014 mencapai Rp3,2 triliun, meningkat 4,7% (yoy) dibandingkan akhir tahun 2013 (Rp3,1 triliun) (Tabel 4.3). Peningkatan tersebut disebabkan oleh naiknya Pendapatan Pajak Dalam Negeri (4,6%(yoy)) seiring dengan naiknya pendapatan Pajak Penghasilan (PPh) (13,0%(yoy)) sejalan dengan meningkatnya daya beli dan penghasilan masyarakat Provinsi Jambi. Peningkatan lainnya terdapat pada Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNPB) lainnya yang meningkat 10,2%(yoy)) dan Penerimaan SDA (Sumber Daya Alam) (40,2%(yoy)). Peningkatan SDA disebabkan oleh naiknya pendapatan pertambangan umum, terutama dari sektor pertambangan batubara dan migas seiring dengan mulai bangkitnya sektor pertambangan di provinsi Jambi. Penurunan dirasakan oleh Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional (20,1%(yoy)) sejalan dengan turunnya turunnya Pendapatan Bea Masuk karena terjadinya penurunan impor di Provinsi Jambi yang cukup dalam. Tabel 4.3. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (dalam satuan Rupiah) Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah) Berdasarkan komposisinya, penerimaan pajak terbesar adalah dari pendapatan Pajak Dalam Negeri yang mencapai Rp2,9 triliun (88,8%) dan diikuti oleh Pendapatan PNPB lainnya sebesar Rp242,6 miliar (7,5%) (Grafik 4.1). 86 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

103 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan Pemerintah Dareah Apabila dirinci lebih lanjut, pendapatan Pajak Dalam Negeri adalah dalam bentuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar Rp1,41 triliun (49,5%) dan diikuti oleh Pajak Penghasilan (PPh) sebesar Rp1,34 triliun (47,1%) (Grafik 4.2). Grafik 4.1 Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (%) Grafik 4.2 Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi (%) Tabel 4.4. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (dalam satuan Rupiah) Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah) TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 87

104 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Grafik 4.3. Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah) Sementara itu, belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi sepanjang tahun 2014 terealisasi sebesar Rp4,9 triliun, meningkat 1,0% (yoy) dibandingkan total realisasi belanja tahun 2013 (Tabel 4.4). Naiknya angka realisasi belanja tersebut utamanya disebabkan oleh meningkatnya Belanja Pegawai sebesar Rp222,9 miliar (15,4% (yoy)) serta Belanja Barang sebesar Rp223,3 miliar (18,4% (yoy)) dibandingkan dengan tahun Berdasarkan pangsanya, belanja tertinggi pemerintah pusat sebagian besar untuk Belanja Pegawai yaitu sebesar Rp1,7 triliun (33,4%) (pada tahun 2013 hanya sebesar 29,3%) yang utamanya digunakan untuk belanja gaji dan tunjangan (Rp1,6 triliun). Belanja Barang menjadi belanja kedua terbesar (Rp1,4 triliun) (pangsa meningkat dari 24,6% pada 2013 menjadi 28,8%) (Grafik 4.3). Namun di sisi lain, Belanja Modal yang merupakan belanja yang dikeluarkan untuk meningkatkan infrastruktur yang berperan penting dalam menggerakkan roda prekonomian di Provinsi Jambi justru mengalami penurunan sebesar Rp267,6 miliar (15,7% (yoy)) pada tahun Penurunan Belanja Modal ini dikhawatirkan dapat mengganggu perkembangan infrastruktur di Provinsi Jambi, dimana infrastruktur adalah komponen utama dalam kemajuan perekonomian. Pangsa Belanja Modal turun dari 34,5% pada tahun 2013 menjadi 28,8% pada KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

105 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan Pemerintah Dareah D. Keuangan Pemerintah Daerah Jumlah simpanan Pemerintah Daerah di perbankan Jambi pada triwulan III 2014 turun 64,8% dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp1,4 triliun seiring dengan mulai terealisasinya komponen belanja pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2014 (Grafik 4.4). Penurunan simpanan terbesar disebabkan oleh turunnya simpanan deposito dari Rp1,9 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp610 miliar pada triwulan laporan atau turun sebesar 68,5%. Selanjutnya, penurunan drastis juga terjadi pada simpanan dalam bentuk giro dari Rp1,9 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp740 miliar pada triwulan laporan atau turun sebesar 61,7%. Grafik 4.4. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi Sumber: LBU Bank Indonesia TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 89

106 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

107 BAB V KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN UMP provinsi Jambi pada tahun 2015 meningkat 13,83% yaitu dari Rp ,- menjadi Rp UMP tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung dan Bengkulu. Pada September 2014, garis kemiskinan Provinsi Jambi mengalami kenaikan 3,4% menjadi Rp per kapita per bulan yang diikuti dengan peningkatan persentase penduduk miskin dari 7,92% menjadi 8,39%. Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami penurunan yaitu menjadi 95,06 dari 96,21 pada triwulan lalu. A. Upah Minimum Provinsi (UMP) UMP Provinsi Jambi pada tahun 2015 meningkat 13,83% yaitu dari Rp ,- menjadi Rp ,-. Nilai UMP tersebut sedikit diatas KHL Jambi (Rp ,-) dan kenaikan UMP tersebut lebih tinggi dari pada angka inflasi Jambi tahun 2014 (8,72%). Sementara itu, dibandingkan dengan provinsi lainnya, UMP Jambi berada di urutan keenam dari sepuluh provinsi di Sumatera, dan lebih tinggi dibandingkan Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung dan Bengkulu. (tabel 5.1.). Tabel 5.1. Perbandingan UMP Wilayah Sumatera No Provinsi UMP % 1 BANGKA BELITUNG 1,100,000 1,265,000 1,640,000 2,100, SUMSEL 1,195,220 1,350,000 1,825,600 1,974, KEPRI 1,015,000 1,365,087 1,665,000 1,954, NAD 1,400,000 1,550,000 1,750,000 1,900, RIAU 1,238,000 1,400,000 1,700,000 1,878, JAMBI 1,142,500 1,300,000 1,502,230 1,710, SUMUT 1,200,000 1,305,000 1,505,850 1,625, SUMBAR 1,150,000 1,350,000 1,490,000 1,615, LAMPUNG 975,000 1,150,000 1,399,037 1,581, BENGKULU 930,000 1,200,000 1,350,000 1,500, Sumber : Dinsosnakertrans Provinsi Jambi 91

108 KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Tahapan penentuan UMP di Provinsi Jambi mengacu pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-01/MEN/1999 sebagaimana diubah dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. KEP- 226/MEN/2000. Sebelum penetapan UMP tahun 2015 oleh Gubernur, Dewan Pengupahan yang terdiri dari perwakilan asosiasi pengusaha, serikat pekerja, dan dinas terkait melakukan survei secara triwulanan untuk mengetahui Kebutuhan Hidup Layak (KHL) di Provinsi Jambi. Survei tersebut telah dilaksanakan pada bulan Mei/Juni, September, dan awal Oktober Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam penetapan UMP antara lain; nilai Kebutuhan Hidup Layak (KHL), produktivitas makro, pertumbuhan ekonomi, kondisi pasar kerja, dan usaha yang paling tidak mampu (marginal). Namun demikian, dari 5 (lima) faktor tersebut, nilai KHL-lah yang dominan menjadi faktor pertimbangan penetapan UMP karena nilainya lebih mencerminkan kondisi riil berdasarkan hasil survei. Selanjutnya, berdasarkan KHL yang telah ditetapkan Dewan Pengupahan, Gubernur menetapkan besarnya UMP. Berdasarkan diskusi dan liaison yang dilakukan Bank Indonesia Provinsi Jambi terhadap beberapa asosiasi perusahaan, didapatkan informasi bahwa kenaikan UMP tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya produksi karena mayoritas perusahaan telah menetapkan standar gaji yang lebih tinggi dari UMP. Namun kenaikan harga BBM dan inflasi akan mempengaruhi kenaikan biaya tenaga kerja tahun berikutnya. Sebagian besar perusahaan menyiasati kenaikan UMP tersebut dengan meningkatkan efektifitas, melakukan efisiensi kerja dan menyesuaikan harga jual produk dengan ongkos produksi. B. Kemiskinan Garis kemiskinan di Provinsi Jambi untuk wilayah kota dan desa pada bulan September 2014 meningkat 3,4% menjadi Rp /bulan/orang (tabel 5.2.). Menurut wilayahnya, garis kemiskinan untuk masyarakat kota lebih tinggi yaitu mencapai Rp /kapita/bulan sementara untuk masyarakat desa 92 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

109 KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN sebesar Rp /kapita/bulan. Garis kemiskinan kota dan desa tersebut samasama mengalami peningkatan dibandingkan Maret Dari jenis komponennya, peranan komoditas makanan (77,38%) mendominasi dibandingkan komoditas non makanan (22,62%) (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan di perkotaan maupun di perdesaan adalah beras sedangkan komoditi bukan makanan adalah perumahan. Jumlah penduduk miskin pada September 2014 adalah 281,75 ribu orang yang terdiri dari penduduk miskin kota sebanyak 109,07 ribu orang dan penduduk miskin desa sebanyak 172,68 ribu orang. Jumlah penduduk miskin tersebut mengalami peningkatan dibandingkan Maret 2014 dan menyebabkan peningkatan persentase penduduk miskin dari 7,92% menjadi 8,39%. Namun demikian, persentase penduduk miskin Provinsi Jambi tersebut lebih rendah dari angka nasional yang pada September 2014 mencapai 10,96%. Wilayah Makanan Tabel 5.2. Garis Kemiskinan Provinsi Jambi Maret 2014 Non Makanan Total %GK Makanan Makanan September 2014 Non Makanan (dalam satuan Rp/kapita/bulan) (dalam satuan Rp/kapita/bulan) Kota 280,327 98, , , , , Perdesaan 230,895 60, , ,213 62, , Kota + Desa 245,969 72, , ,718 74, , Sumber : Susenas, BPS 2014 Total %GK Makanan Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Miskin Wilayah Persentase Penduduk Miskin Jumlah Penduduk Miskin September 2013 Maret 2014 September 2014 September 2013 Maret 2014 September 2014 Kota Perdesaan Kota + Desa Sumber : Susenas,BPS 2014 Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jambi (melalui Bulog Divre Jambi) untuk mensukseskan program pemerintah dalam hal penanggulangan kemiskinan yaitu secara rutin membagikan beras miskin (raskin) TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 93

110 Ribu ton KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN kepada masyarakat yang berhak. Pada triwulan laporan, penyaluran raskin mencapai sebesar ton, turun 70,0% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai ton (grafik 5.1). Penurunan penyaluran raskin selama triwulan IV 2014 disebabkan oleh faktor telah disalurkannya jatah raskin bulan November dan Desember 2014 pada bulan Maret dan April 2014 dan tidak terdapat raskin tambahan selama Grafik 5.1. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi Pertumbuhan Raskin (%) (50.00) - TW I TW II TW III TRW IV TW I TW II TW III TRW IV TW I TW II TW III TW IV Sumber: BULOG Divre Jambi (100.00) C. Kesejahteraan Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi. Pada bulan Desember 2014, NTP sebesar 95,06 atau turun 115 bps dibandingkan September Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani yang jauh lebih kecil dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani. Secara keseluruhan semua sub sektor mengalami kenaikan indeks yang diterima petani namun pada beberapa sub sektor terjadi kenaikan yang jauh lebih besar pada indeks yang dibayar petani akibat kenaikan BBM. 11 Nilai Tukar Petani (NTP) adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Sejak Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergeseran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga di perdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya. 94 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

111 KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Nilai tukar petani sub sektor tanaman pangan berupa padi dan palawija mengalami sedikit kenaikan menjadi 94,71 dari triwulan sebelumnya 94,47 disebabkan kenaikan indeks yang diterima petani lebih tinggi dibandingkan indeks dibayar petani seiring dengan kenaikan permintaan beras dan beberapa tanaman palawija (beras, wortel, ketimun, jagung manis dan kacang panas) yang mengalami inflasi pada Desember Nilai tukar nelayan dan pembudidaya ikan pada triwulan laporan mengalami penurunan menjadi dibawah 100 (99,50), padahal sejak Januari 2014 hingga November 2014 selalu berada sedikit diatas 100. Hal tersebut disebabkan kenaikan BBM yang mempengaruhi biaya produksi. Nilai tukar petani hortikultura dan peternakan mengalami penurunan meskipun terdapat kenaikan permintaan dan harga dalam rangka perayaan Natal dan Tahun Baru yang ditandai dengan inflasi beberapa komponen diantaranya cabai merah dan daging sapi. Namun nilai kenaikan harga tersebut lebih kecil dibandingkan efek kenaikan BBM yang mempengaruhi biaya transportasi serta biaya produksi lainnya dari petani hortikultura dan peternakan. Nilai tukar petani tanaman perkebunan rakyat selama tahun 2014 menunjukkan tren penurunan dari 99,43 (triwulan I 2014), 98,22 (triwulan II 2014), 95,86 (triwulan III 2014) dan menjadi 94,31 pada triwulan IV Berdasarkan liaison ke dunia usaha, tren penurunan tersebut didorong oleh belum begitu membaiknya harga karet di level petani. Petani karet memilih tidak melakukan penyadapan pada saat harga karet di level petani dirasa sangat rendah karena tidak sebanding antara apa yang mereka usahakan dengan yang mereka terima. Petani-petani tersebut lebih memilih menjadi buruh pabrik atau bekerja pada orang lain untuk mendapatkan penghasilan. TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 95

112 KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Tabel 5.4. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2012=100) KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK Des Maret Juni September Desember 1 Tanaman Pangan a Indeks Diterima Petani b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-P) Hortikultura a Indeks Diterima Petani b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-H) Tanaman Perkebunan Rakyat a Indeks Diterima Petani b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) Peternakan a Indeks Diterima Petani b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) Perikanan a Indeks Diterima Petani b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) PROVINSI JAMBI a INDEKS YANG DITERIMA (It) b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) c NILAI TUKAR PETANI (NTPp) Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah) PERUBAHAN (%) ( Sept 2014 ke Des 2014) 96 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

113 BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN Laju pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan I 2015 diperkirakan relatif membaik (1,7%-2,2% (qtq ) dibandingkan triwulan IV Kebijakan Pemerintah untuk menurunkan harga BBM bersubsidi dan beberapa barang yang diproduksi BUMN (LPG 12 Kg dan semen) pada bulan Januari 2015 diperkirakan dapat meningkatkan daya beli masyarakat. Konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Penurunan harga BBM bersubsidi, tren kenaikan harga komoditas kelapa sawit dan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2015 menjadi faktor yang menaikkan daya beli masyarakat dalam rangka mendorong konsumsi rumah tangga. Selain itu, realisasi beberapa proyek-proyek infrastruktur pemerintah Provinsi Jambi juga berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi triwulan I 2015 disamping. Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi masih akan didominasi sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil dan sepeda motor dan sektor konstruksi. Inflasi pada triwulan I 2015 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2014 yaitu berada pada kisaran 6,2%-6,7% (yoy) dari sebelumnya 8,7% (yoy) pada triwulan laporan. Penurunan laju inflasi ini utamanya dipengaruhi oleh kelompok administered price dan volatile food. Dari sisi administered price, keputusan Pemerintah untuk menurunkan harga BBM bersubsidi per tanggal 1 Januari 2015 dan 19 Januari 2015, menurunkan harga jual LPG 12 Kg serta semen produksi BUMN yang disusul dengan penurunan tarif angkutan umum akan menjadi penyumbang utama penurunan tekanan inflasi pada Triwulan I Namun demikian, rencana 97

114 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH kenaikan tarif listrik untuk 12 kategori pelanggan dam keputusan Pemerintah Provinsi Jambi untuk menaikkan harga eceran tertinggi (HET) LPG 3 kg akan menahan penurunan inflasi pada triwulan I Sementara itu dari sisi volatile food, mulai stabilnya pasokan komoditas cabai merah pada triwulan I 2015 diperkirakan akan menurunkan tekanan inflasi pada sisi volatile food. Sementara itu, perkiraan panen raya di bulan Maret 2015 dan kebijakan pemerintah untuk melanjutkan program raskin pada tahun 2015 diperkirakan juga berkontribusi pada penurunan tekanan inflasi pada sisi volatile food. Disamping itu, prakiraan cuaca yang cukup baik bagi sektor pertanian selama triwulan I 2015 yang diperkirakan masih berlanjut sampai dengan awal triwulan III 2015 dapat meningkatkan produksi dan pasokan bahan makanan. Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan tekanan inflasi lebih tinggi dari perkiraan antara lain: adanya rencana penyesuaian tarif batas bawah angkutan udara oleh pemerintah dan tekanan dari sektor eksternal berupa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika serikat yang berpotensi meningkatkan inflasi inti (core inflation). A. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan I 2015 diperkirakan pada kisaran 1,7%-2,2% (qtq), tumbuh relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan (1,1% qtq). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tahunan Jambi pada triwulan I 2015 diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,9%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan yang tumbuh 7,5% (yoy). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2015 diperkirakan berada pada kisaran 7,7%-8,2%. Berdasarkan analisis sisi penggunaan, pengeluaran konsumsi rumah tangga menjadi sumber utama perekonomian di triwulan mendatang. Penurunan harga BBM bersubsidi, tren kenaikan harga komoditas kelapa sawit dan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2015 menjadi faktor yang menaikkan daya beli masyarakat yang akan mendorong konsumsi rumah tangga. Sejalan dengan 98 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

115 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah diperkirakan juga semakin meningkat seiring dengan realisasi beberapa proyek-proyek infrastruktur pemerintah. Ekspor diperkirakan tumbuh meskipun masih relatif terbatas seiring mulai membaiknya permintaan dan harga CPO global. Namun demikian, masih relatif belum membaiknya harga komoditas terutama karet di pasar global, diperkirakan akan berimbas pada menurunnya pendapatan masyarakat dan kinerja ekspor sehingga berpotensi menahan laju pertumbuhan ekonomi Jambi. Berbeda dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi triwulan mendatang yang diperkirakan tumbuh dibandingkan triwulan laporan, hasil SKDU triwulan IV 2014 menyatakan bahwa responden belum optimis dalam memandang perekonomian triwulan mendatang. Hal ini tercermin dari nilai SBT perkiraan perkembangan dunia usaha pada triwulan I 2015 sebesar -0,6, meskipun jauh lebih baik dibandingkan realisasi SBT Triwulan IV 2014 (-13,0) (tabel 6.1). No Tabel 6.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha Sektor/Subsektor Triwulan I-2013 Triwulan II-2013 Triwulan III-2013 Triwulan IV-2013 Triwulan I-2014 Dari sisi lapangan usaha, sektor konstruksi diperkirakan masih akan meningkat yang didukung oleh meningkatnya pembangunan perumahan, pusat bisnis, hiburan dan rekreasi, dan perhotelan oleh perusahaan swasta berskala nasional/internasional serta investasi pemerintah daerah. Triwulan II-2014 Triwulan III-2014 Triwulan IV-2014 Triwulan I-2015*) 1 Pertanian 0.7 (0.7) (6.9) - - (10.5) - 2 Pertambangan dan Penggalian (3.1) (1.0) - (1.0) (1.4) 1.4 (1.4) (1.4) Industri Pengolahan (0.5) (1.0) (0.2) 0.9 (1.0) 4 Listrik dan Air Minum (0.2) Bangunan - - (0.7) - (3.4) (3.4) (3.4) (3.4) - 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran (0.9) - (0.9) 0.9 (4.6) (6.3) (7.0) (1.6) (3.3) 7 Pengangkutan dan Komunikasi (0.7) Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa (1.0) - (1.6) (0.5) Total Keterangan : *) Angka perkiraan Saldo Bersih Tertimbang (0.6) (6.9) 0.5 (10.2) (13.0) (0.6) Sementara itu, sektor pertanian diperkirakan tumbuh pada triwulan mendatang. Membaiknya tren harga komoditas internasional serta mulai meningkatnya permintaan global produk Crude Palm Oil (CPO) dan pinang akan mendorong pertumbuhan sub sektor tanaman perkebunan pada triwulan TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 99

116 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH mendatang. Hal ini juga didukung faktor cuaca masuknya musim hujan yang berdampak baik bagi produktivitas tanaman kelapa sawit. Sejalan dengan hal tersebut, sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) juga diperkirakan akan tumbuh seiring dengan masuknya masa tanam dan perkiraan panen pada akhir triwulan I Namun demikian, masih rendahnya permintaan dan harga karet global berpotensi memberikan tekanan pada pertumbuhan sektor perkebunan dan menjadi faktor penahan laju pertumbuhan sektor pertanian. Relatif membaiknya pertumbuhan pada sektor pertanian khususnya perkebunan kelapa sawit akan berdampak positif pada pertumbuhan sektor industri pengolahan khususnya kelapa sawit. Di sisi lain, penurunan kinerja perkebunan karet seiring dengan kondisi cuaca yang kurang mendukung bagi penyadapan karet diperkirakan berdampak terhadap penurunan produksi crumb rubber. Dari sisi eksternal, masih rendahnya permintaan global dan potensi harga minyak dunia yang masih rendah pada triwulan I 2015 diperkirakan berdampak negatif bagi pertumbuhan industri pengolahan karet dan berpotensi menahan laju pertumbuhan sektor industri pengolahan. Sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan sudah dapat kembali mencapai tingkat produksi seperti kondisi optimal di tahun Namun demikian, masih rendahnya harga minyak dunia perlu diwaspadai sebagai penghambat pertumbuhan di sektor pertambangan migas. Pertambangan non migas juga berpotensi mengalami perlambatan seiring dengan relatif stagnannya harga batu bara internasional, terjadinya kelebihan stok, serta rendahnya kadar kalori batubara Jambi. B. Proyeksi Inflasi Inflasi pada triwulan I 2015 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2014 yaitu berada pada kisaran 6,2%-6,7% (yoy) dari sebelumnya 8,7% (yoy) pada triwulan laporan (grafik 6.2). Penurunan laju inflasi ini utamanya dipengaruhi oleh kelompok administered price dan volatile food. 100 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

117 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Grafik 6.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Periode Tahun 2011 s.d. Januari 2015 serta Perkiraan Februari s.d Maret 2015 m-t-m (%) Catatan: Inflasi Februari - Maret 2015 adalah angka perkiraan dengan deviasi 0,5% Grafik 6.2. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2011 s.d. Januari 2015 serta Perkiraan Februari s.d Maret 2015 y-o-y (%) Catatan: Inflasi Februari - Maret 2015 adalah angka perkiraan dengan deviasi 0,5% Grafik 6.3. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (ytd) Kota Jambi Periode Tahun 2011 s.d. Januari 2015 serta Perkiraan Februari s.d Maret 2015 y-t-d (%) Catatan: Inflasi Februari - Maret 2015 adalah angka perkiraan dengan deviasi 0.5% Dari sisi administered price, keputusan Pemerintah untuk menurunkan harga BBM bersubsidi per tanggal 1 dan 19 Januari 2015 disertai penurunan harga jual elpiji 12 kg dan semen produksi BUMN per tanggal 19 Januari 2015 TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 101

118 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH akan menjadi penyumbang utama menurunnya tekanan inflasi. Namun demikian, keputusan PLN untuk menaikkan tarif tenaga listrik (TTL) kepada pelanggan dengan daya listrik diatas 900 VA serta keputusan Pemerintah Daerah menaikkan harga eceran tertinggi (HET) LPG 3 Kg sedikit menahan penurunan inflasi Triwulan I Sementara itu dari sisi volatile food, mulai stabilnya pasokan komoditas cabai merah pada triwulan I 2015 diperkirakan akan menurunkan tekanan inflasi pada sisi volatile food. Sementara itu, perkiraan panen raya di bulan Maret 2015 dan kebijakan pemerintah untuk melanjutkan program raskin pada tahun 2015 diperkirakan juga berkontribusi pada penurunan tekanan inflasi pada sisi volatile food (masukkan faktor panen raya di Maret). Disamping itu, prakiraan cuaca yang cukup baik bagi sektor pertanian selama triwulan I 2015 yang diperkirakan masih berlanjut sampai dengan awal triwulan II 2015 dapat meningkatkan produksi dan pasokan bahan makanan. Beberapa komoditas yang akan menjadi penyumbang utama inflasi di triwulan mendatang adalah tarif listrik, bahan bakar rumah tangga, emas perhiasan, mobil, motor, rokok kretek filter, serta beberapa komoditas bahan makanan seperti daging ayam ras, bawang merah, telur ayam ras dan udang. Di sisi lain, komoditas yang akan menjadi penyumbang utama deflasi adalah bensin, solar, beberapa tarif angkutan dan kelompok volatile food seperti cabai merah dan beras. Faktor yang berpotensi memberikan tekanan inflasi selama triwulan mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1) adanya rencana penyesuaian tarif batas bawah angkutan udara oleh pemerintah 2.) tekanan dari sektor eksternal berupa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika serikat yang berpotensi meningkatkan inflasi inti (core inflation) dan 3.) kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala serta terhambatnya arus di pelabuhan yang akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa. Beberapa hal tersebut diperkirakan dapat menjadi pemicu meningkatnya angka inflasi pada triwulan I tahun KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

119 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH C. Rekomendasi Kebijakan Menyikapi kondisi perekonomian triwulan IV 2014 serta proyeksi ekonomi triwulan I 2015, beberapa hal yang patut menjadi perhatian adalah: 1. Meningkatkan dan mempertahankan kinerja perkebunan dan industri karet sebagai komoditas utama Provinsi Jambi melalui: a) Revitalisasi kebun karet untuk meningkatkan produktivitas tanaman; b) Meningkatkan ketrampilan SDM khususnya petani karet melalui pendampingan dan konsultasi teknis dan penguasaan teknologi di bidang karet; c) Menggalakkan penertiban praktek karet kotor; d) Membangun jaringan kelembagaan petani dengan industri pengolahan karet untuk mengurangi rantai perdagangan yang tidak sehat; e) Memperbaiki sistem tata niaga karet melalui proses lelang yang melibatkan koperasi petani karet; f) Membangun pusat informasi harga karet dan komoditas utama lainnya yang mudah diakses sampai ke level petani. g) Membangun industri hilir berbasis komoditas karet dengan memberikan kemudahan izin, pembiayaan, dan pengembangan; h) Mengembangkan industri karet yang terintegrasi meliputi industri inti, penunjang, dan industri terkait lainnya. 2. Penguatan fungsi dan Peran TPID Provinsi Jambi serta TPID Kabupaten/Kota se-provinsi Jambi dalam pengendalian inflasi melalui: a) Perencanaan dan pelaksanaan program kerja/aksi nyata baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang bersentuhan langsung dengan masyarakat; b) Optimalisasi fungsi koordinasi antara TPID bersama SKPD terkait dalam rangka pengawasan produksi dan distribusi barang/komoditas utama penyumbang inflasi; c) Memperkuat fungsi TPID dalam mengendalikan ekspektasi inflasi masyarakat melalui strategi komunikasi yang tepat sasaran. TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 103

120 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 3. Peningkatan kualitas infrastruktur untuk menekan biaya distribusi dan meningkatkan konektivitas antar daerah melalui: a) Mempercepat pembangunan jalan penghubung antara daerah produsen komoditas unggulan (karet dan kelapa sawit) menuju kawasan industri pengolahan dan pelabuhan, serta jalan penghubung daerah produsen bahan pangan menuju daerah konsumen. b) Optimalisasi jalur pengangkutan sungai untuk mendukung jalur distribusi via darat; c) Pembukaan jalur penerbangan baru yang terhubung dengan kota-kota di Pulau Sumatera untuk meningkatkan kerjasama antar daerah dan memperlancar jalur distribusi barang/jasa; d) Optimalisasi dan penguatan fungsi jembatan timbang di Provinsi Jambi untuk menjaga kualitas jalan sekaligus memantau arus barang yang masuk dan keluar Jambi sebagai modal untuk penyusunan peta surplus/defisit Provinsi Jambi; e) Percepatan realisasi pembangunan pelabuhan Ujung Jabung untuk meningkatkan kinerja ekspor Provinsi Jambi; 4. Reformasi struktural belanja APBD Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kota) di seluruh wilayah Provinsi Jambi dengan cara: a) Meningkatkan rasio belanja modal terhadap total belanja APBD Provinsi dan Kota di seluruh Provinsi Jambi. Share belanja modal pada APBD-P 2014 Provinsi Jambi hanya sebesar 25,3%, lebih kecil dibandingkan share belanja modal pada APBD-P 2013 (31,5%). Alokasi yang lebih besar untuk belanja modal untuk meningkatkan infrastruktur akan memperlancar distribusi barang dan jasa dan aktivitas perekonomian di Provinsi Jambi. b) Memprioritaskan pembangunan infrastruktur (jalan, jembatan, pelabuhan) dalam rangka mempermudah dan mempercepat distribusi barang. Pemerintah Provinsi Jambi telah berupaya meningkatkan dana pemeliharaan jalan provinsi dan pembangunan beberapa pembangkit listrik. 104 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI TRIWULAN IV 2014

121 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH c) Alokasi dana APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk Pengendalian laju inflasi Provinsi Jambi utamanya di triwulan akhir tahun berjalan. Salah satu upaya pengendalian inflasi melalui pengembangan klaster ketahanan pangan (pengembangan teknologi dan kapabilitas SDM untuk meningkatkan produktivitas) dapat meningkatkan pasokan bahan pangan dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. 5. Pembangunan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah Pemerintah Daerah perlu menarik investor lokal maupun asing untuk menanamkan modalnya ke Provinsi Jambi dalam bentuk pembangunan industri hilir, utamanya industri hilir yang memanfaatkan bahan baku karet, sawit, dan batubara. Adanya industri hilir tersebut diharapkan dapat menjamin permintaan domestik yang stabil terhadap komoditas karet dan batubara ditengah melambatnya permintaan global dan rendahnya harga komoditas internasional. Kestabilan permintaan akan mendorong peningkatan pendapatan petani karet dan pelaku usaha batubara. Pembangunan industri hilir juga akan menciptakan tambahan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Percepatan pembangunan kawasan ekonomi Ujung Jabung dapat menjadi langkah awal dalam menarik investor untuk membangun industri hilir seperti pabrik ban dan produk turunan karet serta pabrik produk turunan CPO. Selain itu, pencipataan nilai tambah pada produk hasil industri hilir dapat menaikkan harga jual sehingga akan memberikan dorongan positif bagi kinerja ekspor yang pada akhirnya akan semakin meningkatkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi. Bentuk dukungan nyata yang dapat dilakukan Pemerintah Daerah dimulai dari promosi sektor unggulan dan potensi industri hilir di Provinsi Jambi, memberikan kemudahan perizinan dan memberikan insentif bagi calon investor yang akan mendirikan industri hilir di Provinsi Jambi. TRIWULAN IV 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 105

122 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

123 LAMPIRAN KAJIAN EKONOMI DAM KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank. K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi. Triwulan III

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi. Triwulan III KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI Telp : 0741-62445 Fax : 0741 62112

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank. K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank. K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan II 2009 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertamatama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III - 2009 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I - 2010 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI Agustus 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi NOVEMBER 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV 2009 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertamatama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III 2010 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertamatama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Triwulan I-2015 Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA MEI 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2009 2010 2011 2012 Pertumb Trw IV Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Tw. I Tw.

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Mei - 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 2007 Pertumb Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV qtq MAKRO Laju

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 2007 2008 2009 Pertumb Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental. NOVEMBER 2017 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... xi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xiii Ringkasan Eksekutif... xvii Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2013 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci