KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III Kantor Bank Indonesia Jambi

2 Halaman ini sengaja dikosongkan

3 K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-nya sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Jambi triwulan III tahun 2009 dapat diselesaikan dengan baik. KER merupakan salah satu terbitan periodik Bank Indonesia Jambi sebagai sarana untuk membangun komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun stakeholers eksternal. Dengan demikian, para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat memperoleh masukan dalam menetapkan kebijakan pengembangan ekonomi daerah. KER mencakup beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, inflasi daerah, perbankan, keuangan daerah, sistem pembayaran, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan. Publikasi ini juga memuat perkiraan ekonomi dan inflasi daerah. Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, pada triwulan III tahun 2009 akselerasi pertumbuhan tahunan (y-o-y) ekonomi Provinsi Jambi terus meningkat. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi masih dibayangi oleh kecenderungan peningkatan inflasi. Tingkat inflasi Kota Jambi (y-o-y) mengalami peningkatan selama periode triwulan laporan. Perkembangan perbankan terutama dari sisi kredit dan aset menunjukkan kinerja yang memuaskan. Berlangsungnya perbaikan fungsi intermediasi perbankan tercermin pada meningkatnya angka Loan to deposits ratio (LDR) sehingga menjadi 84,84%. Namun demikian secara gross angka tersebut relatif tetap. Pembenahan sektor riil secara terus menerus diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan serta dalam rangka menghadapi dampak dari krisis global. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan yang akan datang sangat tergantung pada peningkatan konsumsi rumah tangga dan pengeluaran konsumsi pemerintah melalui realisasi belanja APBD. Di sisi lain, pergerakan harga barang dan jasa secara umum perlu mendapatkan perhatian khusus terkait dengan datangnya hari raya Idul Adha serta Natal dan tahun baru. Dalam penyusunan KER triwulan III tahun 2009 ini, kami banyak memperoleh support dari dinas-dinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas KER ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk kemakmuran masyarakat Jambi. Jambi, Oktober 2009

4 Halaman ini sengaja dikosongkan

5 DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii Ringkasan Eksekutif... 1 BAB I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional... 5 A. Umum... 5 B. PDRB Sisi Produksi... 7 C. PDRB Sisi Pengeluaran Boks 1 : Pelaksanaan Percepatan Kredit Program Revitalisasi Perkebunan BAB II. Perkembangan Harga-Harga A. Kajian Umum B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Boks 2 : Penelusuran Sumber Pembentukan Inflasi di Kota Jambi Boks 3 : Perkembangan Harga Menjelang Hari Besar Keagamaan BAB III. Perkembangan Perbankan Daerah A. Perkembangan Kelembagaan B. Bank Umum C. Bank Perkreditan Rakyat BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah A. Pendapatan Tahun B. Anggaran Belanja Tahun C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah D. Keuangan Pemerintah Daearah BAB V Perkembangan Sistem Pembayaran A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai BAB VI Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan A. Keternagakerjaan Daerah B. Kesejahteraan C. Kemiskinanan BAB VII Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah A. Pertumbuhan Ekonomi B. Proyeksi Inflasi Lampiran Daftar Istilah i

6 DAFTAR TABEL 1.1 Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi Penggunaan Perkembangan Inflasi Kota Jambi Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Tahunan (y-o-y) serta tahunan Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa Sumbangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan I Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Bank Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi Tabel Persetujuan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan di Provinsi Jambi Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum Provinsi Jambi Komposisi Pendapatan Bunga Bank Umum Provinsi Jambi Pendapatan APBD-P Provinsi Jambi Tahun Belanja APBD-P Provinsi Jambi Tahun Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Perkembangan Sistem Pembayaran Provinsi Jambi Perkembangan Transaksi RTGS Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100) Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha 82 ii

7 DAFTAR GRAFIK 1.1 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q) Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan I Tahun Luas Tanam Sektor Tabama triwulan II Tahun Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan III Tahun Luas Panen Sektor Tabama Trwulan II Tahun Luas Panen Sektor Tabama Triwulan III Tahun Perkembangan harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura dan Sub Sektor Tanaman Perkebunan (%) Pertumbuhan Indikator Produksi Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan (%) Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi Pertumbuhan Indeks terima dan Indeks Bayar Petani Distribusi Jenis Pupuk Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi Pertumbuhan Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian Gol. C (%) Volume Penjualan Minyak Bakar dan Minyak Diesel Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri Perkembangan Total Pemakaian Listrik Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen Perkembangan Kredit KPR Perkembangan Kredit Ruko/Rukan PDRB Sub Sektor Angkutan Udara Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang Perkembangan Total Arus Peti Kemas Perkembangan Kunjungan Kapal Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran Terhadap Pertumbuhan (q-t-q) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan III tahun Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 25 iii

8 1.36 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Perkembangan Penjualan Premium Perkembangan Penjualan Solar Perkembangan Penjualan Minyak Tanah Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi Pertumbuhan Pendaftaran Sedan, Jeep, Minibus Baru Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi Konsumsi Semen Provinsi Jambi Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi Perkembangan Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual Perkembangan Inflasi Kota Jambi Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d September Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota Sekitarnya Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng Perkembangan Harga Tepung Terigu Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang Perkembangan Harga Jagung Perkembangan Harga Daging Perkembangan Harga Beras Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per kabupaten/kota di Provinsi Jambi Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Laba Rugi Triwulanan Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Pendapatan APBD-P Provinsi Jambi 62 iv

9 4.2 Perkembangan Belanaja APBD-P Provinsi Jambi Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Di Provinsi Jambi Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah di Provinsi Jambi Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi Perkembangan Nominal Perkembangan Volume Kliring Jumlah Pencari Kerja dan Pertumbuhannya di Provinsi Jambi Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi Jambi Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran Perkembangan Harga Beras Perkembangan Harga Tepung Terigu Perkembangan Harga Minyak Goreng Perkembangan Harga Komoditas Lainnya Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan Ekspektasi Penghasilan Rencana Konsumsi dalam 6-12 Bulan yang akan datang Saldo Bersih Ekspektasi Harga dalam 6-12 bulan yang akan datang Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (y-t-d) Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d 2009 (September) serta Perkiraan Oktober s.d Desember Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d 2009 (September) serta Perkiraan Oktober s.d Desember v

10 Halaman ini sengaja dikosongkan

11 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH a. Inflasi dan PDRB INDIKATOR TRW.I Trw.II Trw.III Trw.IV TRW.I TRW.II TRW.III MAKRO Indeks Harga Konsumen Kota Jambi Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi PDRB - Harga Konstan (Juta Rp) 1) 3,692,923 3,796,013 3,889,689 3,947,084 3,972,917 4,027,216 4,122,011 - Pertanian 1,133,291 1,176,045 1,205,712 1,205,126 1,207,280 1,215,629 1,239,365 - Pertambangan dan Penggalian 395, , , , , , ,216 - Industri Pengolahan 514, , , , , , ,045 - Listrik, Gas, dan Air Bersih 30,089 30,672 31,109 30,406 31,238 33,325 33,141 - Bangunan 176, , , , , , ,065 - Perdagangan Hotel dan Restoran 641, , , , , , ,769 - Pengangkutan dan Komunikasi 298, , , , , , ,304 - Keuangan, Persewaan dan Jasa 173, , , , , , ,741 - Jasa 329, , , , , , ,365 Nilai Ekspor Non Migas (USD ribu) 2) 241, , , , , , ,083 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 311, , , , , , ,976 Nilai Impor Nonmigas (USD Ribu) 3) 34,269 35,842 29,826 21,592 24,146 23,329 10,644 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 80,358 18,100 27,115 18,243 10,204 25,710 26,247 Catatan 1) Angka sementara 2) Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang berdasarkan SITC 2 digit yang berlaku.data Trw.III-2009 s.d Agustus ) Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2 digit yang berlaku data Trw.III-2009 s.d Bulan Agustus 2009

12 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH b. Perbankan INDIKATOR TAHUN 2008 TAHUN 2009 Tw.I-08 Tw.II-08 Tw.III-08 Tw.IV-08 Tw.I-09 Tw.II-09 Tw.III-09 1) PERBANKAN A. Bank Umum : a. Bank Umum Konvensional: Total Aset (Rp Juta) 10,858,876 11,707,242 12,088,126 11,913,790 11,980,624 12,658,318 12,905,398 DPK(Rp Juta) 9,336,038 10,186,986 9,960,462 9,872,159 10,080,116 10,349,880 10,163,906 - Tabungan 4,378,165 4,743,800 4,545,503 2,316,927 2,325,515 4,909,160 4,858,959 - Giro 2,559,966 2,778,635 2,442,357 4,884,047 4,610,190 2,373,677 2,261,559 - Deposito 2,397,907 2,664,551 2,972,602 2,671,185 3,144,411 3,067,043 3,043,388 Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek 7,990,991 9,390,586 10,111,910 10,267,448 10,235,363 11,066,183 11,359,945 - Modal Kerja 2,997,922 3,608,379 3,799,215 3,766,949 3,664,993 3,953,360 4,315,390 - Konsumsi 3,025,125 3,343,080 3,768,119 3,875,945 3,988,832 4,201,873 4,329,687 - Investasi 1,967,944 2,439,127 2,544,576 2,624,554 2,581,538 2,910,950 2,714,868 - Dana 9,579,712 10,291,998 10,104,502 9,923,195 10,256,857 10,460,659 10,364,085 - LDR Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang 5,849,490 5,974,336 7,513,877 7,317,897 7,431,265 8,037,073 8,432,684 - Modal Kerja 2,276,632 2,832,943 2,997,699 2,843,934 2,796,879 3,042,475 3,194,008 - Konsumsi 2,426,131 1,844,313 3,078,659 3,081,939 3,244,468 3,545,072 3,704,041 - Investasi 1,146,727 1,297,080 1,437,519 1,392,024 1,389,918 1,449,526 1,534,635 - LDR (%) Kredit UMKM (Rp Juta) Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) 2,169,860 2,465,015 2,671,276 2,657,187 2,679,522 2,824,914 2,873,912 - Kredit Modal Kerja 324, , , , , , ,817 - Kredit Investasi 213, , , , , , ,380 - Kredit Konsumsi 1,631,444 1,766,506 1,888,947 1,878,710 1,945,588 1,962,950 1,943,715 Kredit Kecil (Rp 50 < x Rp500 juta) (Rp Juta) 2,169,860 1,749,407 2,064,029 2,173,654 2,287,884 2,702,120 2,961,712 - Kredit Modal Kerja 324, , , , , ,225 1,024,056 - Kredit Investasi 213, , , , , , ,021 - Kredit Konsumsi 1,631, ,425 1,022,252 1,107,035 1,221,335 1,508,517 1,686,635 Kredit Menengah (Rp500 juta < x Rp5 miliar) ((Rp Juta) 1,147,411 1,259,201 1,362,338 1,367,048 1,252,103 1,361,529 1,400,199 - Kredit Modal Kerja 692, , , , , , ,370 - Kredit Investasi 317, , , , , , ,138 - Kredit Konsumsi 137,895 84,942 95,918 96,193 77,545 73,605 73,691 Total Kredit MKM (Rp Juta) 5,487,131 5,473,623 6,097,643 6,197,889 6,219,509 6,888,563 7,235,823 NPL MKM gross (%) NPL MKM Gross Nominal 139, , , , , , ,292 - PPAP 69,378 76,912 66, , , , ,520 NPL MKM net (%) b. Bank Umum Syariah: Total Aset (Rp Juta) 230, , , , , , ,233 DPK(Rp Juta) 159, , , , , , ,796 - Tabungan 77,112 90,398 99,495 49, , , ,312 - Giro 52,201 54,130 46, ,896 50,230 48,821 52,405 - Deposito 29,937 29,907 32,766 45,806 47,361 55,398 58,079 Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang 176, , , , , , ,920 - Modal Kerja , , , , ,076 - Konsumsi ,999 71,542 71, ,545 83,845 - Investasi ,048 60,375 62, ,395 75,999 - LDR Kredit UMKM (Rp Juta) Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) 32,358 34,124 38,062 43,484 51,689 50,957 55,554 - Kredit Modal Kerja 6,564 2,221 3,457 8,518 13,505 16,622 18,354 - Kredit Investasi 475 6,629 7,226 7,582 7,987 8,301 8,667 - Kredit Konsumsi ,274 27,379 27, ,034 28,533 Kredit Kecil (Rp 50 < x Rp500 juta) (Rp Juta) 79,110 95, , , , , ,627 - Kredit Modal Kerja ,438 49,070 66, , ,666 - Kredit Investasi ,333 37,026 39,068 38,597 41,307 42,800 - Kredit Konsumsi ,398 39,395 38, ,892 42,161 Kredit Menengah (Rp500 juta < x Rp5 miliar) (Rp Juta) 55,314 65,037 76,292 79,809 91, , ,240 - Kredit Modal Kerja ,624 55,401 57, ,559 67,557 - Kredit Investasi ,086 16,123 16,305 16,908 24,787 24,532 - Kredit Konsumsi ,327 4,768 5, ,619 13,151 Total Kredit MKM (Rp Juta) 166, , , , , , ,421 NPL MKM gross (%) ,575 2,340 4,377 8,795 12,895 - NPL MKM Gross Nominal ,623 1,543 1,542 3,518 6,803 10,125 - PPAP , ,991 2,768 NPL MKM nett (%)

13 INDIKATOR TAHUN 2008 TAHUN 2009 Tw.I-08 Tw.II-08 Tw.III-08 Tw.IV-08 Tw.I-09 Tw.II-09 Tw.III-09 1) B. BPR : Total Aset (Rp Juta) 221, , , , , , ,985 DPK (Rp Juta) 168,149 56, , , , , ,124 - Tabungan (Rp Juta) 29,638 7,988 30,049 30,418 31,554 31,739 32,486 - Deposito (Rp Juta) 138,511 48, , , , , ,638 Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek 150, , , , , , ,640 - Modal Kerja 43,180 52,990 51,524 44,811 43,295 46,089 45,813 - Konsumsi 85,787 90,221 93,300 95,232 94,338 29,529 29,772 - Investasi 21,670 25,991 31,725 29,780 27,881 96,822 98,056 Kredit UMKM (Rp Juta) 150, , , , , , ,640 Rasio NPL Gross (%) 1, NPL Gross (Nominal) 10,169 9,727 10,737 9,727 13,668 14, , PPAP 2,996 3,106 3,153 3,402 4,707 4,373 4,391 Rasio NPL Net (%) LDR (%) Catatan : Data s.d Bulan Agustus 2009

14 Halaman ini sengaja dikosongkan

15 RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI Perekonomian Provinsi Jambi triwulan II tahun 2009 ditandai tumbuhnya laju pertumbuhan ekonomi sebesar 2,35% (q-t-q)... Pada triwulan III 2009, Provinsi jambi mengalami inflasi sebesar 1,71% (y-o-y)... I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Perekonomian Jambi pada triwulan III-2009 menunjukkan tren peningkatan setelah mengalami penurunan pada periode triwulan III sampai dengan triwulan I Pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan laporan sebesar 2,35% (q-t-q) meningkat jika dibandingkan triwulan II-2009 yaitu sebesar 1,37% (q-t-q) serta triwulan I-2009 yang hanya mencapai 0,65% (q-t-q). Memasuki bulan Ramadhan 1430 H dan musim liburan sekolah pada triwulan laporan menyebabkan kembali menggeliatnya perekonomian Jambi. Pada triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi secara triwulanan (q-t-q) dipicu oleh sekor pertanian; perdagangan, hotel dan restoran serta industri pengolahan. Ditinjau dari sisi pengeluaran, peningkatan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan laporan terutama disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi rumah tangga yang menandakan semakin membaiknya daya beli masyarakat dan akselerasi belanja pemerintah pada proyek-proyek fisik yang semakin meningkatkan konsumsi pemerintah. II. Perkembangan Harga-Harga Pada triwulan III-2009, Kota Jambi mengalami inflasi mencapai 2,37% (q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan II-2009 yang mengalami deflasi 0,72% (q-t-q). Pergerakan inflasi bulanan yang tercatat pada Juli, Agustus, dan September 2009 masing-masing sebesar 1,06%(m-t-m), 0,35%(m-t-m) dan 0,95% (m-t-m). Dengan perkembangan tersebut, angka inflasi tahunan (y-o-y) Kota Jambi juga bergerak meningkat dari 1,10% (y-o-y) pada Juni 2009 menjadi 1,71% (y-o-y). Inflasi tahunan Kota Jambi ini lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 2,83%. Inflasi yang terjadi pada triwulan laporan terutama berasal dari sumbangan angka inflasi kelompok bahan makanan serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Meningkatnya harga bahan kebutuhan pokok seperti daging ayam, cabe merah, bawang merah, ikan 1

16 RINGKASAN EKSEKUTIF dan beras selama periode triwulan laporan memberikan sumbangan inflasi pada kelompok bahan makanan. III. Perkembangan Perbankan Daerah Kinerja perbankan pada triwulan III tahun 2009 menunjukkan peningkatan dari sisi aset dan penyaluran kredit sementara penghimpunan dana mengalami penurunan. Dengan demikian, fungsi intermediasi yang tercermin dari Loan to deposits ratio (LDR) perbankan juga menunjukkan peningkatan dari triwulan sebelumnya menjadi 84,84%. Di sisi lain, kualitas kredit yang diberikan relatif stabil dari triwulan lalu yang tercermin dari rasio Non-Performing Loan (NPL) gross. Outstanding kredit bank umum meningkat sebesar 4,97% sehingga menjadi sebesar Rp8,81 triliun sementara, DPK menurun sebesar 1,71%. Kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan relatif stabil dari triwulan lalu tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross perbankan pada triwulan laporan sebesar 3,99%. Sementara itu, aset perbankan pada triwulan laporan sebesar Rp13,32 triliun. IV. Perkembangan Keuangan Daerah APBD-P Provinsi Jambi (tidak termasuk anggaran pemerintah kota dan kabupaten) tahun 2009 sejumlah Rp 1,67 triliun bertambah 3,05% dari APBD pada awal tahun ini sejumlah 1,62 triliun. Dari sisi anggaran pendapatan, jumlah anggaran perubahan pendapatan 2009 sejumlah Rp1.292,67 miliar atau naik 2,85% dibandingkan anggaran pendapatan pada awal tahun yaitu Rp1.256,89 miliar. Sementara, simpanan pemerintah daerah di perbankan Jambi mencapai Rp1,42 triliun pada triwulan laporan (Agustus 2009). V. Perkembangan Sistem Pembayaran Aktivitas sistem pembayaran di Jambi mengalami peningkatan baik untuk aktivitas pembayaran tunai maupun non tunai. Pada triwulan laporan, nilai transaksi kliring meningkat sebesar 0,99%. Sementara itu, aliran kas keluar meningkat sejumlah Rp6,95 miliar sedangkan kas masuk meningkat Rp55 miliar sehingga secara keseluruhan aliran kas masih menunjukkan aliran kas keluar lebih tinggi dibandingkan aliran kas masuk. Kinerja perbankan membaik ditandai dengan meningkatnya jumlah aset, penyaluran kredit serta rasio LDR... Anggaran Belanja Perubahan Provinsi Jambi tahun 2009 adalah sebesar Rp1,67 triliun... Di bidang sistem pembayaran, aktivitas pembayaran tunai maupun non tunai mengalami peningkatan... 2

17 NTP Provinsi Jambi meningkat... Laju pertumbuhan PDRB triwulan IV-2009 diperkirakan berkisar 5,20-5,70% (y-o-y)... RINGKASAN EKSEKUTIF VI. Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) pada periode triwulan laporan mulai menunjukkan perbaikan nilai saldo kondisi pengangguran serta ekspektasi masyarakat terhadap kondisi pengangguran. Sementara, jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang pendidikan pada Juli 2009 menurun 8,28% jika dibandingkan dengan Juni 2009 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (posisi bulan Agustus 2009) mengalami penurunan jika dibandingkan triwulan sebelumnya (posisi Juni 2009). Sementara itu, rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) pada triwulan III tahun 2009 menurun sebesar 361 bps jika dibandingkan triwulan II tahun VII. Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah PDRB Provinsi Jambi pada triwulan IV-2009 diperkirakan masih tumbuh positif, pada kisaran 5,20-5,70% (y-o-y). Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah diperkirakan menjadi kontributor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi masih disumbangkan oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor pertambangan dan penggalian. Pada triwulan IV , inflasi Kota Jambi diperkirakan pada kisaran 1,50%- 2,50%/y-o-y (skenario optimis) atau sebesar 2,51%-3,50%/y-o-y (skenario pesimis) Pada triwulan IV-2009 diperkirakan akan terjadi inflasi dengan besaran yang relatif lebih rendah dibanding triwulan laporan (q-t-q). Namun demikian, inflasi tahunan (y-o-y) diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan laporan yaitu pada kisaran 1,50%-2,50%/y-o-y (skenario optimis) atau 2,51%-3,50%/y-o-y (skenario pesimis). Faktor-faktor yang berpotensi akan memberikan tekanan inflasi selama triwulan mendatang antara lain 1) Meningkatnya demand masyarakat terhadap kebutuhan barang dan jasa terutama terkait dengan datangnya perayaan hari besar keagamaan (Idul Adha dan Natal) serta tahun baru ) Menurunnya suku bunga perbankan dapat memicu meningkatnya konsumsi masyarakat, 3) Akselerasi belanja pemerintah daerah yang semakin cepat dapat memicu kenaikan harga barang-barang material dan jasa tukang. 3

18 RINGKASAN EKSEKUTIF 4) Kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang sebagian masih buruk akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa, 5) Kondisi cuaca di musim pancaroba ini dapat menjadi ancaman dalam produksi pertanian dan pendistribusian barang, serta 6) Potensi kenaikan harga minyak mentah dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar internasional. 4

19 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL A. Umum Perkembangan perekonomian Jambi pada triwulan III-2009 menunjukkan tren peningkatan yang semakin membaik setelah mengalami penurunan di periode triwulan III-2008 sampai dengan triwulan I Setelah tumbuh pada level terendahnya dalam 3 tahun terakhir pada periode triwulan I-2009 akibat dari dampak krisis global, perekonomian Jambi mulai pulih dan terus membaik. Hal ini dapat terlihat dari tren pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi yang meningkat sampai dengan triwulan III tahun Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q) Rp miliar 4,500 4,000 Nominal (aksis kiri) 3.16 P ertumbuhan (aksis kanan) Persen ,500 3, , ,000 1,500 1, Trw.I-06 Trw.II-06 Trw.III-06 Trw.IV-06 Trw.I-07 Trw.II-07 Trw.III-07 Trw.IV-07 Trw.I-08 Trw.II-08 Trw.III-08 Trw.IV-08 Trw.I-09 Trw.II-09 Trw.III-09 - Pertumbuhan ekonomi Jambi di triwulan laporan sebesar 2,35% (q-t-q) meningkat jika dibandingkan triwulan II tahun 2009 yang sebesar 1,37% (q-t-q) serta triwulan I tahun 2009 yang hanya mencapai 0,65% (q-t-q). Namun 1 Angka PDRB Provinsi Jambi triwulan III tahun 2009 yang dicerminkan oleh PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 adalah angka sementara proyeksi Bank Indonesia Jambi. 5

20 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL demikian, pertumbuhan ini menurun jika dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal yang sama pada tahun 2008 yang sebesar 3,07% (q-t-q). Memasuki bulan Ramadhan 1430 H dan musim liburan sekolah pada triwulan laporan menyebabkan kembali menggeliatnya perekonomian Jambi. Kondisi tersebut tercermin dari meningkatnya sekor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan pada triwulan laporan. Dari sisi permintaan, membaiknya daya beli masyarakat tercermin dari meningkatnya pengeluaran konsumsi rumah tangga pada periode triwulan laporan. Sementara, menjelang periode akhir tahun anggaran 2009, akselerasi belanja pemerintah pada proyek-proyek fisik semakin meningkatkan konsumsi pemerintah pada triwulan laporan. Grafik 1.2. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) 8.00 % Indonesia Jambi TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III * 2008** 2009** Sumber: BPS (diolah) ^): Perkiraan berdasarkan Laporan Kebijakan Moneter (LKM) triwulan III-2009 oleh Bank Indonesia Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tumbuh melambat yaitu sebesar sebesar 5,73% (y-o-y) dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar 6,47%. Melambatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi secara tahunan tersebut salah satunya disebabkan oleh tingginya pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada periode yang sama tahun 2008 (sebesar 8,83%/y-o-y). Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Jambi masih lebih tinggi dibandingkan

21 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang pada triwulan III tahun 2009 diperkirakan berkisar 4,20%. 2 Secara triwulanan (q-t-q), pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan laporan dipicu oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan. Di sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan laporan terutama berasal dari meningkatnya pengeluaran konsumsi rumah tangga serta pengeluaran konsumsi pemerintah. Tabel 1.1. Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi Penggunaan LAPANGAN USAHA 2008** 2009** I II III IV I II II Pertanian Pertambangan dan Penggalian (0.03) (0.25) (0.07) 0.04 Industri Pengolahan (0.06) Listrik, Air dan Gas (0.03) (0.00) Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran (0.13) Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan (0.04) Jasa-Jasa PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO JENIS PENGELUARAN 2008** 2009** I II III IV I II II Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga (1.25) Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.86) Lembaga Swasta Nirlaba Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (4.51) Perubahan Stok Ekspor Impor PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO B. PDRB Sisi Produksi Perkembangan PDRB Provinsi Jambi menunjukkan bahwa sektor-sektor yang masih memberikan kontribusi cukup besar adalah sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor industri pengolahan (lihat grafik 1.3). Kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan disumbangkan oleh sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi sebesar 0,59% (q-t-q) pada periode triwulan laporan, diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (0,57%/q-t-q) serta sektor industri pengolahan yang memiliki kontribusi sebesar 0,48%/q-t-q. 2 Sumber : Laporan Kebijakan Moneter (LKM) triwulan III-2009, BI. 7

22 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.3. Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q) Jasa-Jasa Keuangan, Persew aan dan Jasa Keuangan Pengangkutan dan Komunikasi Perdagangan, Hotel dan Restoran Trw II-09 Trw III-09 bangunan Listrik, Air dan (0.00) Gas Industri Pengolahan Pertambangan dan Penggalian (0.07) Pertanian (0.80) (0.60) (0.40) (0.20) Dari sisi distribusinya (share), pada periode triwulan laporan menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar yaitu 43,62% dari jumlah PDRB Provinsi Jambi, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 37,64% dan sektor sekunder sebesar 18,74%. Grafik 1.4. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan III Tahun 2009 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5.04% Pengangkutan dan Komunikasi 7.00% Jasa-jasa 10.19% Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 24.71% Perdagangan, Hotel dan restauran 15.41% Bangunan 4.79% Industri Pengolahan Listrik dan Air bersih 13.02% 0.93% Pertambangan dan Penggalian 18.91% Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp10,94 triliun yang secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian sebesar 24,71%, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 18,91%, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15,41%. Dengan demikian, 8

23 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL struktur ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.4). 1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Secara triwulanan, sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan tumbuh sebesar 1,95% (q-t-q), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 0,69% (q-t-q). Peningkatan laju pertumbuhan sektor ini berasal dari meningkatnya pertumbuhan seluruh sub sektor pertanian. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sub sektor tanaman bahan pangan serta perikanan. Grafik 1.5 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan II tahun 2009 (ha) Grafik 1.6 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan III tahun 2009 (ha) 3,476 1, , , , ,102 16,135 10,655 32,927 32,903 Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Grafik 1.5 Grafik 1.6 Grafik 1.7 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan II tahun 2009 (ha) Grafik 1.8 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan III tahun 2009 (ha) 2,203 4, , , , ,733 7,894 29,887 33,750 Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Grafik 1.7 Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2009 Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Grafik 1.8 9

24 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Selama triwulan laporan, terdapat penambahan luas tanam padi (grafik 1.5-grafik 1.6) yaitu dari 51,46 Kha pada triwulan lalu menjadi 54,76 Kha pada triwulan laporan. Penambahan luas tanam terutama disumbangkan oleh komoditas padi ladang. Sementara, luas panen komoditas tanaman bahan makanan (tabama) pada triwulan laporan meningkat kecuali untuk komoditas kacang tanah. Pada triwulan laporan (s.d. bulan Agustus 2009), Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. 3 NTP Agustus 2009 dibandingkan NTP Mei 2009 menurun sebesar 1,14% menjadi 94,69. Hal ini dikarenakan terjadinya penurunan indeks yang diterima oleh petani sebesar 0,51%, sementara indeks yang dibayarkan petani mengalami peningkatan sebesar 0,64% (lihat grafik 1.12 dan 1.13). Grafik 1.9. Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi Harga (Rp) 10, , CPO INTI TBS 10 TAHUN 8, , , ,354 5, , , , , ,649 1, Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi Sementara itu, sub sektor perkebunan yang mempunyai share sebesar 10,46% dari PDRB mengalami pertumbuhan positif sebesar 1,50% (q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif 0,62% (q-tq). Meningkatnya pertumbuhan sub sektor ini antara lain didukung oleh 3 Data NTP s.d. bulan Agustus NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Sehingga NTP merupakan cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. 10

25 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL meningkatnya produksi komoditas perkebunan (karet, kelapa dan pinang) dengan membaiknya cuaca di Jambi. Selain itu, kembali meningkatnya harga komoditas karet dan sawit meningkatkan gairah para petani dalam memanen hasil perkebunan. Sementara, setelah mengalami pelemahan harga pada bulan Juli 2009 maka harga tandan buah segar (TBS) serta CPO Jambi mulai berangsur meningkat kembali di akhir periode triwulan laporan. Pada bulan September 2009, harga TBS 10 tahun dan CPO masing-masing mencapai Rp1.296/kg dan Rp6.354/kg meningkat masing-masing sebesar 9,06% dan 8,20% dibandingkan posisi Juli (20) (40) (60) (80) (100) Grafik 1.10 Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura dan Sub Sektor Tanaman Perkebunan (%) Grafik 1.11 Pertumbuhan Indikator Produksi, Sub Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan (5) (2.80) (8.89) TRW.II Trw III TRW IV TRW.I TRW.II (14.76) (14.82) Trw III Produksi Hortikultura Produksi Kelapa Sawit Produksi Karet Produksi Kelapa (100) TRW.II Trw III TRW IV TRW.I TRW.II Trw III Produksi Telur Produksi Daging Produksi Pinang Ubi Jalar NTP Grafik 1.10 Grafik 1.11 Grafik 1.12 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi Grafik 1.13 Pertumbuhan Indeks terima dan Indeks Bayar Petani x 2008y 2009 Persen (%) (2.0) (4.0) sumber: BPS Provinsi Jambi, 2008 keterangan: 2008x adalah NTP menggunakan tahun dasar y adalah NTP menggunakan tahun dasar 2007 Sejak M ei 2008, BPS mulai menggunakan NTP tahun dasar 2007 (6.0) (8.0) (10.0) (12.0) g.indeks diterima g.indeks bayar Sumber: BPS Provinsi Jambi Mulai Mei 2008 menggunakan NTP tahun dasar 2007 Grafik 1.12 Sumber: BPS Provinsi Jambi,2009. Grafik

26 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Meningkatnya pertumbuhan sub sektor perkebunan disumbangkan oleh meningkatnya hasil perkebunan karet, kelapa dan pinang. Berdasarkan data prompt indikator sub sektor perkebunan selama periode triwulan laporan, produksi karet mengalami peningkatan sebesar 11,58%, produksi kelapa meningkat 64,89% serta produksi pinang tumbuh sebesar 12,09%. (lihat grafik 1.10) Realisasi penyaluran pupuk dalam menunjang proses produksi sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor tanaman perkebunan pada triwulan laporan sebesar ton. 4 Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi, penyaluran pupuk bersubsidi sebagian besar didominasi oleh pupuk Urea (66,16%), diikuti oleh pupuk SP-36 (16,09%), NPK Phonska (14,44%), dan ZA (3,31%). Grafik Distribusi Jenis Pupuk Grafik Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk TW III TW II TW I TW IV TW III TW II TW I TW IV TW III TW II TW I TW IV TW III TW II TW I TW IV TW III (Ton) TW II SP-36/Superphos ZA NPK PHONSKA Urea Ton TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III Realisasi Pupuk (Ton) Pertumbuhan Realisasi Pupuk Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi Persen (%) (20.00) (40.00) Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi Grafik 1.15 Grafik 1.14 Sub sektor perikanan kembali mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 2,24% (q-t-q) setelah pada triwulan sebelumnya juga mengalami pertumbuhan sebesar 1,40% (q-t-q). Hal ini tercermin juga dari meningkatnya indeks produksi perikanan sebesar 45,60% pada triwulan laporan. Meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap hasil perikanan selama bulan Ramadhan 1430 H turut meningkatkan produksi ikan selama periode triwulan laporan. Sementara, kondisi cuaca yang relatif baik mempengaruhi hasil tangkapan ikan. 4 Jenis pupuk bersubsidi yang disalurkan terdiri dari SP-36, ZA, NPK Phonska dan Urea. 12

27 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Sub sektor kehutanan mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 0,92% (q-t-q) dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,18% (q-t-q). Sub sektor kehutanan yang sempat menjadi primadona bagi pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi mulai menurun kontribusinya semenjak aparat keamanan mulai intensif dalam memberantas penebangan liar (illegal logging). Hal ini tercermin dari pertumbuhan sub sektor kehutanan yang tumbuh dibawah level 1% selama 9 (sembilan) triwulan terakhir. Pada triwulan laporan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya mengalami peningkatan sebesar 2,14% (q-t-q) setelah pada triwulan lalu tumbuh sebesar 0,10% (q-t-q). Meningkatnya permintaan terhadap komoditas hasil peternakan (daging ayam dan daging sapi) terutama menghadapi bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1430 H memicu peningkatan output hasil peternakan pada triwulan laporan. 2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 3,40% (q-t-q); meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 3,38% (q-tq). Meningkatknya angka pertumbuhan tersebut disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan seluruh sub sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sub sektor perdagangan besar dan eceran tumbuh sebesar 3,52% (q-tq) pada triwulan laporan. Setelah mampu tumbuh cukup tinggi pada triwulan sebelumnya (3,62%/q-t-q), akselerasi sub sektor perdagangan besar dan eceran berlanjut pada triwulan laporan. Sub sektor hotel dan sub sektor restoran masingmasing tumbuh sebesar 1,33% (q-t-q) serta 2,13% (q-t-q). Masih berlangsungnya musim liburan yang diikuti dengan pelaksanaan bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri 1430 H memacu aktivitas perekonomian pada periode triwulan laporan baik dari sisi perdagangan, hotel maupun restoran. 13

28 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL (20) Grafik Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR Grafik Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis TRW.II Trw III TRW IV TRW.I TRW.II 0.10 Trw III Restorasi Harga Perdagangan Besar (aksis kanan) Tingkat Hunian Hotel* * Perhitungan tingkat hunian hotel sejak tahun 2009 Grafik 1.16 KWH (dalam Ribuan) 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5, (25.48) (10.43) (7.36) 8.99 (7.42) II III IV I II III IV I II III IV I II III Bisnis Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah) Grafik 1.17 Pertumbuhan Bisnis Persen (%) Meningkatnya sektor PHR pada triwulan laporan juga dikonfirmasi dengan meningkatnya indeks produksi baik sub sektor perdagangan besar, restorasi dan tingkat hunian hotel. Peningkatan yang cukup signifikan dialami oleh indeks restorasi dan indeks perdagangan besar yaitu masing-masing sebesar 62,92% dan 15,32%. Sementara itu, indeks tingkat hunian hotel masih tumbuh yaitu sebesar 3,32% (lihat grafik 1.16.). Pemadaman bergilir yang sempat dilakukan oleh PLN Provinsi Jambi turut berpengaruh pada konsumsi listrik sub sektor perdagangan hotel dan restoran yang pada triwulan laporan sedikit menurun dibandingkan triwulan II Sektor perdagangan, hotel dan restoran berdasarkan pangsanya didominasi oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran yang mencapai 14,70% terhadap PDRB, diikuti oleh sub sektor restoran dan sub sektor hotel masing-masing sebesar 0,97% dan 0,15%. (0.46) Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh meningkat sebesar 0,32% (q-t-q) jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang menurun sebesar 0,60% (q-t-q). Peningkatan ini dipicu oleh tumbuhnya pertumbuhan sub sektor penggalian dan sub sektor pertambangantanpa migas yang tumbuh masingmasing sebesar 2,66% (q-t-q) dan 1,35% (q-t-q). Di sisi lain, sub sektor minyak 14

29 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL dan gas bumi mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 0,22% setelah pada triwulan lalu juga mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 2,62% (q-t-q). Berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia, eksplorasi migas di Jambi mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini disebabkan sudah mulai tuanya sumur yang ada sementara perizinan sumur baru sulit didapatkan. Grafik PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi juta rupiah 450, , , , , , , ,000 50,000 ribu barrel I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II* III* PDRB sub sektor minyak dan gas bumi Lifting Minyak Bumi 2 per. Mov. Avg. (Lifting Minyak Bumi) Keterangan: *) angka perkiraan Bank Indonesia Jambi untuk bulan Maret 2009 serta triwulan III Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi dan BPS Provinsi Jambi (diolah) Grafik 1.18 Masih tumbuhnya pertumbuhan sub sektor pertambangan tanpa migas (1,35%/q-t-q) berasal dari meningkatnya aktivitas pertambangan batu bara. Banyaknya pembukaan pertambangan baru berdampak meningkatnya volume pertambangan batu bara di Jambi. Hal tersebut juga dikonfirmasi dengan meningkatnya indeks produksi batu bara sebesar 9,55% pada triwulan laporan. 15

30 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik Pertumbuhan Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian Gol. C (%) (20) (40) TRW.II Trw III TRW IV TRW.I TRW.II (10.77) Trw III Produksi Batubara Produksi Bahan Galian Gol.C 4. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan meningkat sebesar 3,64% (q-t-q) bila dibandingkan angka triwulan sebelumnya 0,67% (q-t-q). Meningkatnya pertumbuhan pada sektor ini dipicu oleh tumbuhnya pertumbuhan baik sub sektor industri migas ataupun tanpa migas yang tumbuh masing-masing sebesar 1,71% (q-t-q) dan 3,77% (q-t-q). 8,000 Grafik Volume Penjualan Minyak Bakar dan Minyak Diesel Grafik Perkembangan Total Pemakaian Listrik sektor industri 7,000 Volume penjualan minyak diesel (Kilo Liter) Volume penjualan minyak bakar (Kilo Liter) 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 - TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang. Grafik

31 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL KWH (dalam Ribuan) Persen (%) 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2, (1.48) (0.16) (2.21) (3.61) (14.83) (10.46) (13.99) II III IV I II III IV I II III IV I II III Industri Pertumbuhan Industri Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah) Grafik 1.21 Pertumbuhan sub sektor industri migas terutama masih didorong dengan peningkatan pengilangan minyak bumi yang produknya antara lain meliputi LPG. Dengan demikian, meningkatnya pertumbuhan sub sektor pertambangan migas di Jambi memicu peningkatan industri migas. Namun demikian, konsumsi listrik sektor industri pada triwulan laporan menurun 3,61%. Pemadaman bergilir akibat dari kapasitas listrik PLN Jambi yang tidak mencukupi menyebabkan konsumsi listrik menurun. Untuk tetap menjalan aktivitas usahanya, industri menggunakan genset. Meningkatnya perkembangan industri tanpa migas pada triwulan laporan terutama bersumber dari perkembangan industri sektor CPO, makanan dan minuman. Meningkatnya pertumbuhan produksi makanan dan CPO pada triwulan laporan menyebabkan masih tumbuhnya industri pengolahan pada triwulan laporan. Meningkatnya hasil perkebunan kelapa sawit menyebabkan meningkatnya industri pengolahan CPO pada triwulan laporan. Sementara, tingginya demand masyarakat produk makanan dan minuman pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1430 H mendongkrak perkembangan industri pengolahan makanan dan minuman. 17

32 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 5. Sektor-sektor Lain Sektor listrik, gas, dan air bersih menurun sebesar 0,55% (q-t-q) pada triwulan laporan atau lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 6,68% (q-t-q). Menurunnya pertumbuhan sektor ini berasal dari menurunnya sub sektor listrik menjadi sebesar minus 1,03% (q-t-q). Relatif terganggunya pasokan listrik untuk interkoneksi Sumatera pada triwulan laporan menyebabkan kapasitas daya listrik di Provinsi Jambi kembali berkurang sehingga kebijakan PLN untuk pemadaman secara bergilir (bagi industri dan rumah tangga) mulai dilakukan kembali. Dampak dari hal tersebut tentunya menyebabkan konsumsi listrik semakin rendah sehingga laju pertumbuhan sub sektor listrik pada triwulan laporan menurun. 5 Grafik Perkembangan Total Pemakaian Listrik Grafik Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik KWH (dalam Ribuan) Persen (%) 250, , , , ,000 (2.25) (1.80) (2.64) (3.49) II III IV I II III IV I II III IV I II III Pelanggan 400, , , , , , ,000 50,000 - Persen (%) II III IV I II III IV I II III IV I II III Total Pemakaian Pertumbuhan Total Total Pelanggan Perumbuhan Pelanggan Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang M uara Bungo, 2009 (diolah) Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang M uara Bungo, 2009 (diolah) Grafik 1.22 Grafik 1.23 Sementara, sub sektor air bersih tumbuh sebesar 2,29% (q-t-q). Masih tumbuhnya pertumbuhan sektor air bersih juga terlihat dari masih meningkatnya volume penjualan air selama periode triwulan laporan. Penjualan air yang tercatat di PDAM Kota Jambi menunjukkan peningkatan sebesar 0,14% selama triwulan laporan. 5 Periode September 2009 Provinsi Jambi kembali defisit daya listrik. Turunnya debit air pada beberapa PLTA di wilayah Sumatera turut mempengaruhi kontribusi pasokan listrik ke Provinsi Jambi. Pemadaman di bulan September juga terkait dengan terbatasnya kemampuan PLTG Selincah (kapasitas terpasang 60 MW) sementara kebutuhan listrik masyarakat jambi mencapai MW. 18

33 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi m 3 850, , , , , , , , , ,000 Rumah Tangga Industri m 3 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi, 2009 Sektor bangunan menunjukkan peningkatan dengan pertumbuhan sebesar 3,28% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 1,21% (q-t-q). Peningkatan sektor bangunan dikonfirmasi dengan meningkatnya indeks barang dari semen serta indeks produksi batu bata pada triwulan laporan. Hal yang senada juga ditunjukkan oleh jumlah konsumsi semen yang mengalami peningkatan sebesar 27,66% pada triwulan laporan. Grafik Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen 250, , , ,000-50,000 (10.00) (20.00) - TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III (30.00) PDRB sektor Bangunan (juta Rp), aksis kiri Pert. Konsumsi Semen (%), aksis kanan Konsumsi Semen (ton), aksis kiri Pert. PDRB Bangunan (%), aksis kanan Sumber: Asosiasi Semen Indonesia dan BPS Provinsi Jambi (diolah) 19

34 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pembangunan properti residensial (perumahan) oleh developer (perusahaan pengembang) dan masyarakat umum maupun properti komersial (ruko, hotel) masih terus berlanjut pada triwulan laporan walaupun semakin terbatas. Permintaan kredit KPR 6 masih menunjukkan pelambatan pertumbuhan walaupun dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit KPR tumbuh sebesar 3,66% (Rp33,73 miliar), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 4,19%. Sementara itu kredit Ruko/Rukan mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan laporan yaitu sebesar 7,55%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (5,83%). 7 Grafik Perkembangan Kredit KPR Grafik Perkembangan Kredit Ruko/Rukan juta Rp Persen juta Rp Persen 1,200, , ,000, ,000 KPR Pertumbuhan ,000 Ruko/Rukan Pertumbuhan , , , , ,000 - (20.00) (40.00) II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Grafik 1.26 Grafik 1.27 Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar 2,76% (q-t-q) pada triwulan laporan, melanjutkan tren positif triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,62% (q-t-q). Meningkatnya angka pertumbuhan sektor ini terutama berasal meningkatnya pertumbuhan sub sektor pengangkutan. Dari sub sektor pengangkutan, pertumbuhan angkutan jalan raya dan angkutan udara masing-masing mengalami pertumbuhan 2,30% dan 8,54% (q-t-q). Meningkatnya pertumbuhan sub sektor pengangkutan terutama terkait dengan masa pulang kampung (mudik) saat sebelum dan sesudah Idul Fitri 1430 H sehingga demand masyarakat dalam menggunakan moda transportasi udara cenderung meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perkembangan yang 6 Yang dimaksud kredit KPR adalah kredit untuk membeli atau memperbaiki/memugar rumah atau apartemen. Sedangkan kredit Ruko/Rukan adalah kredit yang diberikan dalam rangka pemilikan rumah dan toko (Ruko) atau rumah dan kantor (Rukan) 7 Posisi kredit KPR dan kredit Ruko/Rukan pada triwulan II tahun 2009 s.d. bulan Mei

35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL sama juga terjadi pada angkutan jalan raya. Minat pemudik masih cukup tinggi menggunakan jasa bus antar kota dalam provinsi (AKDP) maupun antar kota antar provinsi (AKAP). Penggunaan jasa travel maupun sewa mobil dalam rangka keperluan mudik oleh masyarakat juga semakin meningkat. Grafik PDRB Sub Sektor Angkutan Udara dan Jumlah Konsumsi Avtur Grafik Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang Grafik Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 PDRB sub sektor Angkutan Udara (juta Rp), aksis kiri Konsumsi Avtur (ratusan liter), aksis kiri Pert. Konsumsi Avtur (%), aksis kanan (10.00) (20.00) - TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III (30.00) Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang dan BPS Provinsi Jambi (diolah) Grafik 1.28 orang Persen (%) kg Persen (%) (5.00) (10.00) (15.00) (20.00) (10.00) (20.00) 0 II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (25.00) 0 II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (30.00) Kedatangan Penumpang (aksis kiri) Keberangkatan Penumpang (aksis kiri) Jumlah Bongkar (aksis kiri) Jumlah Muat (aksis kiri) Datang (aksis kanan) Berangkat (aksis kanan) Pertumbuhan Bongkar (aksis kana) Pertumbuhan Muat (aksis kanan) Sumber: PT. Angkasa Pura II Sumber: PT.Angkasa Pura II Grafik 1.29 Grafik 1.30 Meningkatnya sektor angkutan udara tercermin dari meningkatnya lalu lintas penumpang di Bandar Udara Sultan Thaha. Baik jumlah penumpang menuju dan dari Jambi di bandara tersebut mengalami peningkatan di triwulan laporan sebesar 2,09%. Cenderung meningkatnya demand masyarakat menggunakan jasa angkutan udara selama periode triwulan laporan direspon pihak maskapai penerbangan dengan meningkatkan tarif angkutan udara. 21

36 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL unit Grafik Perkembangan Total Arus Peti Kemas Grafik Perkembangan Kunjungan Kapal II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: Pelindo Jambi Jumlah Arus Peti Kemas Grafik 1.31 Pertumbuhan persen(%) unit II III IV I II III IV I II III IV I II III Unit Sumber: Pelindo Jambi Grafik 1.32 Pertumbuhan Pada triwulan laporan, sub sektor angkutan laut tumbuh sebesar 0,71%. Perkembangan arus peti kemas dan kunjungan kapal masih menunjukkan perkembangan yang baik walaupun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Jumlah unit kapal bersandar sebesar 1112 unit, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu mencapai 1151 unit. 8 Sedangkan jumlah arus peti kemas berdasarkan perdagangan di Pelabuhan Tungkal dan Pelabuhan Talang Dukuh sebesar peti kemas. 9 Perkembangan sub sektor telekomunikasi tercermin dari jasa pos dan telekomunikasi serta jasa penunjang komunikasi masing-masing yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,51% (q-t-q) dan 2,64% (q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,38% (q-t-q) dan 1,81% (q-t-q). Sektor keuangan, persewaan, dan jasa-jasa perusahaan tumbuh sebesar 3,02% (q-t-q) pada triwulan laporan atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,24% (q-t-q). Pelambatan tersebut terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan sub sektor bank yang memiliki pangsa cukup besar pada sektor keuangan, persewaan dan jasa-jasa. Sub sektor bank tumbuh melambat sebesar 4,33% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu mencapai 7,13% (q-t-q). persen(%) Kunjungan kapal yang dimaksud adalah pelayaran luar negeri, pelayaran dalam negeri dan pelayaran rakyat. 9 Arus Peti kemas diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu: 20, 40 serta diatas 40. Arus barang berdasarkan perdagangan yaitu impor, ekspor, bongkar dan muat. 22

37 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Sektor jasa-jasa pada triwulan laporan mengalami percepatan pertumbuhan menjadi sebesar 1,61% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,43% (q-t-q). Pertumbuhan ini dipicu oleh meningkatnya pertumbuhan sub sektor swasta (2,88%/q-t-q) yang antara lain disumbangkan oleh jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi serta jasa perorangan dan rumah tangga. Sementara, sub sektor pemerintahan umum tumbuh sebesar 1,34% (q-tq). Mulai terealisasinya belanja pembangunan proyek-proyek pemerintah walaupun masih dalam tahap terbatas mendukung pertumbuhan sub sektor pemerintahan umum. C. PDRB Sisi Pengeluaran Ditinjau dari sisi pengeluaran, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan laporan terutama didorong oleh meningkatnya kontribusi pengeluaran konsumsi rumah tangga serta konsumsi pemerintah. Ekspor Provinsi Jambi (ke luar daerah dan luar negeri) mengalami peningkatan pada triwulan laporan yang diikuti juga dengan lebih tingginya peningkatan impor (dari luar daerah dan luar negeri) sehingga Provinsi Jambi mengalami net impor. Grafik Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran terhadap Pertumbuhan (q-t-q) 10 (1.13) (0.32) Net Ekspor/Impor Perubahan Stok Trw III-09 Trw II-09 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Lembaga Sw asta Nirlaba Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga Yang dimaksud kontribusi net ekspor adalah nilai kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan dikurangkan dengan nilai kontribusi impor terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan. Jika bernilai positif disebut net ekspor, sedangkan jika bernilai negatif disebut net impor. 23

38 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Dari sisi distribusinya (share), konsumsi rumah tangga masih mempunyai pangsa yang paling besar, yaitu mencapai 71,41% dari PDRB Jambi pada triwulan III tahun 2009 (lihat grafik 1.34). Selain itu, pengeluaran konsumsi pemerintah dan PMTDB juga memiliki pangsa yang relatif besar dengan masing-masing sebesar 16,81% dan 17,42%. Sedangkan share perubahan stok sebesar 2,74% dan lembaga swasta nirlaba sebesar 0,57%. Grafik Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan III tahun Lembaga Swasta Nirlaba 0.57% Pengeluaran Konsumsi pemerintah 16.81% Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 17.42% Perubahan Stok 2,74% Net Impor 8.95% Pengeluaran konsumsi rumah tangga 71.41% 1. Pengeluaran Konsumsi Pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan selama triwulan laporan sebesar 3,17% (q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,13% (q-t-q). Hal ini disebabkan mulai membaiknya tingkat konsumsi barang dan jasa masyarakat. Hal ini ditunjukkan juga dengan meningkatnya indeks keyakinan konsumen (IKK) dan indeks kondisi ekonomi (IKE) dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya daya beli masyarakat juga diindikasikan oleh meningkatnya pembelian kendaraan bermotor sebesar 43,83% serta masih tumbuhnya konsumsi listrik rumah tangga (RT) sebesar 4,25% pada triwulan laporan (Grafik 1.39 dan grafik 1.44). 11 Pangsa (share) net impor sebesar 8,86% merupakan pengurang dari total share PDRB sisi pengeluaran. 24

39 Indeks PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Grafik Konsumsi Listrik Rumah Tangga Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Ekspektasi Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen KWH (dalam Ribuan) 140, , , Persen (%) ,000 60,000 40,000 20, (0.55) 1.75 (2.87) 0.64 (1.94) II III IV I II III IV I II III IV I II III 0.00 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Rumah Tangga Pertumbuhan RT Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang M uara Bungo, 2009 (diolah) Grafik 1.35 Grafik 1.36 Penjualan kendaraan bermotor pada triwulan laporan meningkat sebesar 43,83%. Hal ini didorong oleh meningkatnya penjualan minibus/combi/micro 17,65%, penjualan truck/pick up sebesar 49,87% serta penjualan sepeda motor yang meningkat 44,35%. Hal ini mencerminkan bahwa konsumsi masyarakat terhadap kendaraan bermotor mulai membaik setelah sempat mengalami penurunan pertumbuhan semenjak semenjak triwulan III-2008 sampai dengan triwulan I Di sisi lain, penyaluran kredit konsumsi tumbuh sebesar 4,48%, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu mencapai 9,01% (q-t-q). Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan konsumsi rumah tangga untuk membeli barang tahan lama (durable goods) melalui fasilitas pinjaman yang disediakan oleh bank masih dalam kondisi baik walaupun sedikit melambat. Pada periode triwulan laporan, pengeluaran konsumsi pemerintah tumbuh sebesar 4,64% (q-t-q), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 3,65% (q-t-q). Meningkatnya pengeluaran konsumsi pemerintah pada triwulan laporan terkait dengan mulai terealisasinya belanja Pemerintah Daerah terutama pembangunan proyek-proyek fisik. Sementara, pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba juga tumbuh sebesar 1,91% (q-t-q) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,44% (q-t-q). 25

40 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik Perkembangan Penjualan Premium Grafik Perkembangan Penjualan Solar Grafik Perkembangan Penjualan Minyak Tanah Grafik Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi Grafik Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Grafik Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru Kilo Liter 80,000 70,000 60,000 50,000 Premium g.premium (%) Kilo Liter 100,000 90,000 80,000 70,000 60,000 M. Solar g.m. Solar (%) ,000 30,000 20,000 10,000 - I II III IV I II III IV I II III IV I II III (5.0) (10.0) 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - I II III IV I II III IV I II III IV I II III (10.0) (20.0) Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang Grafik Grafik Kilo Liter 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 M.Tanah g.m.tanah (%) (5.0) (10.0) (15.0) ,000,000 3,500,000 3,000, ,500,000 2,000,000 1,500, ,000, ,000 - I II III IV I II III IV I II III IV I II III (20.0) 0 TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW III Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang Kredit Konsumsi (juta Rp), aksis kanan Pertumbuhan Kredit Konsumsi (%),aksis kiri Grafik Grafik unit Persen(%) unit Persen(%) 40, , ,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5, (49.37) (14.21) (19.40) (1.58) (32.52) 8.22 (33.43) II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (20) (40) (60) 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5, (50.50) (15.19) (19.17) (1.04) (32.73) 9.33 (34.04) II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (20) (40) (60) KENDARAAN BERMOTOR Sumber: Dispenda Provinsi Jambi Pertumbuhan SEPEDA MOTOR Sumber: Dispenda Provinsi Jambi Pertumbuhan Grafik Grafik Investasi Pada triwulan laporan, pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) meningkat sebesar 1,72% 26

41 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,04% (q-t-q) yang mencerminkan bahwa kondisi investasi mulai terealisasi dengan baik dalam mendukung percepatan perekonomian Jambi. Grafik Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru Grafik Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi Grafik Konsumsi Semen Provinsi Jambi unit Persen(%) 18 1,800,000 1, ,600,000 1, ,400,000 1, II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (20) (40) (60) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III ,200,000 1,000, , , , ,000 0 TRUCK/PICK UP Sumber: Dispenda Provinsi Jambi Pertumbuhan Kredit Investasi (juta Rp), aksis kanan Pertumbuhan Kredit Investasi (%),aksis kiri Grafik Grafik Ton 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - Konsumsi Semen Pertumbuhan (%) (20.0) (40.0) (60.0) Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI), diolah Grafik Sementara itu, dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) terlihat situasi bisnis masih cukup baik pada triwulan laporan, tercermin dari nilai saldo bersih situasi bisnis dunia usaha sebesar 26,39. Masih relatif baiknya situasi bisnis dunia usaha juga berdampak pada masih tumbuhnya kredit investasi sebesar 5,69% atau sebesar Rp70,51 miliar pada triwulan laporan. Hal ini juga tercermin dari prompt indikator investasi yaitu meningkatnya penjualan kendaraan 27

42 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL truck/pick up sebesar 49,87% serta meningkatnya konsumsi semen sebesar 27,66% pada triwulan laporan. Perubahan stok pada triwulan III tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 1,93% (q-t-q), lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 0,83% (q-t-q). Sementara, pangsa stok pada triwulan laporan sebesar 2,74%. 3. Perdagangan Eksternal Jumlah perdagangan eksternal ke luar Provinsi Jambi mengalami peningkatan sebesar 3,47% (q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,66% (q-t-q). Sementara pertumbuhan impor barang baik yang berasal dari luar provinsi maupun luar negeri mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi mencapai 4,80% jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya tubuh 2,78% (q-t-q). Hal ini menyebabkan Provinsi Jambi mengalami net impor pada triwulan laporan. Grafik Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi ribu USD 350, ,000 Impor Ekspor Net 250, , , ,000 50,000 34, ,075 72,175 73, , , , , , , , , , , , , , ,393 91,439 0 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III* Keterangan: *) S.d. Agustus 2009 Berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB), ekspor Provinsi Jambi sebesar USD 102,08 juta sedangkan impor sebesar USD 10,64 juta 28

43 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL pada triwulan laporan. 12 Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi mengalami net ekspor sebesar USD 91,44 juta, meningkat sebesar 22,73% dibandingkan posisi yang sama periode triwulan sebelumnya yang mencapai USD 74,51 juta. 13 Ekspor Provinsi Jambi masih didominasi oleh komoditas karet dan CPO. 14 Sementara kelompok peralatan mesin dan transport masih mendominasi nilai impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan. Grafik Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi dalam Ribu USD 120, ,000 EKSPOR CRUDE MATERIALS, INEDIBLE ANIMAL & VEGETABLE OILS&FATS 80,000 60,000 40,000 20, Grafik Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi Ribu USD 90,000 80,000 70, CRUDE RUBBER 25 - PULP A ND WA STE PA PER 42 - FIXED VEGETABLE OILS & FATS 63 - WOOD AND CORK MANUFACTURES 32 - COAL, COKE AND BRIQUETTES LAINNYA 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10, Data s.d. bulan Agustus 2009 (Sumber: Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter, Bank Indonesia). 13 Net ekspor yang dimaksud disini adalah net ekspor bulan Juli-Agustus 2009 dibandingkan net ekspor bulan April-Mei Klasifikasi barang menurut Standard International Trading Classification (SITC). 29

44 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pada triwulan laporan (Juli-Agustus 2009), ekspor ke luar negeri Provinsi Jambi meningkat sebesar 11,10% dibandingkan periode yang sama triwulan sebelumnya (April-Mei 2009), yaitu dari USD 91,88 juta menjadi USD 102,08 juta. Berdasarkan komoditasnya, peningkatan ekspor pada triwulan laporan dipicu oleh ekspor karet mentah (crude rubber) sebesar USD 66,58 juta (65,22% dari total ekspor Provinsi Jambi). Membaiknya permintaan karet mentah dan CPO dari negara mitra dagang serta tren peningkatan harga internasional karet dan CPO memicu peningkatan nilai ekspor Provinsi Jambi. Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor tertinggi (Juli-Agustus 2009) dicapai oleh komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar USD 66,58 juta atau 65,22% dari total ekspor non migas, sementara nilai ekspor lemak nabati dan minyak (fixed, vegetable oil and fats), serta kertas, kertas karton dan olahannya (paper,paperboard&mfd thereof) masing-masing mencapai USD 17,69 juta (17,33% dari total ekspor non migas), dan USD 4,54 juta (4,45% dari total ekspor non migas). Grafik Perkembangan Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan Ribu USD 40,000 35,000 30,000 C. UNITED STATES OF AMERICA SINGAPORE MALAYSIA C. JAPAN C. R.R.C C. SOUTH KOREA LAINNYA 25,000 20,000 15,000 10,000 5,

45 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% C. UNITED STATES OF AM ERICA SINGAPORE MALAYSIA C. JAPAN C. R.R.C C. SOUTH KOREA LAINNYA Ekspor non migas lain yang cukup besar kontribusinya adalah komoditas batubara, kokas dan briket (coal, coke and briquettes), serta barang-barang kayu dan gabus (wood and cork manufactures) yang masing-masing mencapai USD 4,37 juta (4,28%) serta USD 3,55 juta (3,48%). Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi, terlihat bahwa ekspor produk primer masih mendominasi terutama komoditas karet mentah, lemak nabati dan minyak, serta batubara disusul produk hasil industri pengolahan (barang-barang kayu serta kertas dan olahannya). Berdasarkan negara tujuan, ekspor Provinsi Jambi sebagian besar ke negara-negara dikawasan Asia yang hampir setara dengan 66,02% total ekspor Provinsi Jambi. Penyumbang utama ekspor dari negara Asia adalah Malaysia yang mencapai USD 18,20 juta (18,61%), diikuti dengan Singapura sebesar USD 14,93 juta (14,63%), dan Jepang sebesar USD 13,03 juta (12,76%). Sementara ekspor ke negara Amerika Serikat sebesar USD 17,33 juta (16,98%) pada triwulan laporan. Dari sisi impor (Juli-Agustus 2009), impor non migas mengalami penurunan sebesar 38,74% (USD 6,73 juta) jika dibandingkan periode yang sama triwulan sebelumnya (April-Mei 2009) sehingga menjadi sebesar USD 10,64 juta. Pada triwulan laporan, impor terbesar terjadi pada sub kelompok mesin industri 31

46 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL tertentu/khusus (mach.special for partic. Inds) sebesar USD 4,21 juta (39,54% dari total impor Provinsi Jambi), diikuti oleh pulp dan kertas (pulp and waste paper) sebesar USD 1,10 juta (10,35%), lalu pupuk dan mineral alam lainnya (crd.fertilizers&crd.minerals) sebesar USD 889,38 ribu (8,36%) serta peralatan dan mesin daya generator (Power Generating Mach & Eqp) sebesar USD 860,82 ribu (8,09%). Peningkatan impor pada triwulan laporan disebabkan oleh meningkatnya sub kelompok mesin dan transport sebesar USD 5,17 juta. Grafik Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi dalam Ribu USD 35,000 30,000 IMPOR MACHINERY & TRANSPORT EQP CHEMICAL 25,000 20,000 15,000 10,000 5, Grafik Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi Ribu USD 35,000 30,000 25, POWER GENERATING MACH. & EQP 72 - MACH.SPECIAL FOR PARTIC.INDS 74 - GENERAL INDUSTRIAL MACH.&EQP 59 - CHEM.MATERIALS& PRODUCTS,NES 56 - FERTILIZERS MANUFACTURED LAINNYA 20,000 15,000 10,000 5,

47 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pangsa impor Provinsi Jambi pada periode triwulan laporan masih didominasi oleh kelompok peralatan mesin dan transport (machinery&transport equipment) yang menguasai 48,59% dari nilai impor. Selain itu, kelompok bahan mentah dan olahannya juga memberikan kontribusi impor sebesar 23,30% dari total impor Provinsi Jambi dengan komoditas utamanya adalah pulp dan kertas serta pupuk dan mineral alam lainnya masing-masing sebesar USD 1,10 juta dan USD 889,38 ribu. Grafik Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual Ribu USD 40,000 35,000 C. CANADA SINGAPORE MALAYSIA C. HONGKONG C. TAIWAN C. R.R.C LAINNYA 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - (5,000) Grafik Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% C. CANADA SINGAPORE MALAYSIA C. HONGKONG C. TAIWA N C. R.R.C LAINNYA 33

48 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Berdasarkan negara penjual, impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan terutama berasal dari Malaysia sebesar USD 3,11 juta (29,21%), diikuti dengan Hongkong sebesar USD 3,01 juta (28,27%) serta Singapura sebesar USD 1,84 juta yang mencapai 18,36% dari total impor pada triwulan laporan (s.d. bulan Agustus) sebesar USD 10,64 juta. 34

49 Boks 1. PELAKSANAAN PERCEPATAN KREDIT PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN DI PROVINSI JAMBI TAHUN 2009 Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan dan pemberdayaan ekonomi daerah sangat penting. Hal ini mendorong Tim Fasilitasi Percepatan dan Pemberdayaan Ekonomi Daerah (TFPPED) Provinsi Jambi untuk meningkatan penyaluran kredit program revitalisasi perkebunan di Provinsi Jambi sejak tahun Percepatan pertumbuhan penyaluran kredit ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat terutama melalui sub sektor karet yang merupakan salah satu komoditas unggulan di provinsi Jambi. Tim Fasilitasi Percepatan dan Pemberdayaan Ekonomi Daerah Jambi yang telah ditetapkan melalui SK Gubernur Nomor 229/Kep.Gub/DISBUN/2007. Tanggal 14 Juni 2007, menempatkan BI sebagai Ketua. Kegiatan utama Tim diarahkan untuk melakukan percepatan program antara lain melalui kegiatan pertemuan koordinasi, asistensi teknis yang kemudian ditindaklanjuti dengan pembentukan pokja di tingkat kabupaten. Pada 2007, kegiatan penyaluran kredit revitalisasi perkebunan masih berupa tahapan sosialisasi dan identifikasi, sehingga sampai dengan akhir tahun belum terjadi pencairan kredit. Pelaksanaan penyaluran kredit program ini mulai menunjukkan perkembangan pada tahun berikutnya, namun dalam pelaksanaannya dinilai masih berjalan lambat karena menghadapi berbagai kendala baik teknis di lapangan maupun dari sisi prosedur dan aturan yang berlaku di instansi-instansi terkait. Melalui Dinas Perkebunan, Pemerintah Daerah telah memproyeksikan luas lahan petani yang akan memperoleh kredit revitalisasi perkebunan mencapai hektar. Namun sampai dengan Desember 2008, target tersebut baru terealisasi sejumlah 308 hektar atau sekitar 10,27%. Tahun 2009, perkembangan pelaksanaan kredit program ini sudah mulai mengalami peningkatan. Terjadi kenaikan hampir 47.37% dibandingkan dengan realisasi di tahun sebelumnya. Meskipun pelaksanaan kredit program 2009 dinilai cukup baik, namun apabila dibandingkan dengan target yang ditetapkan, realisasi tersebut masih kecil, hanya sekitar 14% dari target luasan lahan. Perkembangan realisasi kredit program revitalisasi perkebunan menunjukkan adanya peningkatan pada I

50 Tahun Tabel 1. Perkembangan Pelaksanaan KPEN-RP (Komoditas Karet) Target Luas (Ha) Akumulasi Realisasi Luas Lahan (Ha) Akumulasi Plafond Kredit (Rp Juta) Akumulasi Pencairan (Rp Juta) Jml Petani (KK) , , , , , , Berdasarkan identifikasi di lapangan, kendala utama yang masih dihadapi dalam proses pelaksanaan kredit program revitalisasi perkebunan adalah: 1. Biaya sertifikasi lahan yang ditanggung petani dirasakan masih cukup memberatkan. 2. Proses sertifikasi lahan petani dirasakan masih berjalan lambat dan tidak ada keseragaman di masing-masing kabupaten baik dalam hal biaya sertifikat maupun waktu penyelesaian sertifikat. 3. Belum adanya kesepakatan bersama antar instansi terkait (misalnya BRI dan BPN) dalam prosedur pembayaran biaya sertifikasi. Di satu sisi, BPN mempersyaratkan biaya sertifikat harus dibayar 100% setelah kredit cair, sementara dari sisi BRI, 50% biaya sertifikat dibayar setelah kredit cair, sedangkan 50% sisanya dibayarkan setelah sertifikat selesai. 4. Koordinasi dan kerjasama antar instansi terkait di tingkat kabupaten dirasakan masih lemah. Langkah awal yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahanpermasalahan tersebut adalah melalui asistensi dan workshop yang telah dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2009 dan berhasil meraih beberapa kesepakatan. Salah satu point penting dalam kesepakatan tersebut adalah pembentukan kelompok kerja (Pokja) di tingkat kabupaten. Pokja ini diharapkan dapat menjadi wadah koordinasi dan kerjasama pihak-pihak terkait, sehingga akselerasi dalam penyaluran kredit dapat ditingkatkan. Kesepakatan untuk pembentukan POKJA, telah ditindaklanjuti di beberapa Kabupaten. Sampai dengan Oktober 2009, koordinasi dalam rangka pembentukan pokja telah dilaksanakan di 4 kabupaten, yaitu kabupaten Tanjung Jabung Barat, kabupaten Batanghari, kabupaten Muara Jambi dan Kabupaten Sarolangun. Selain kemajuan dari sisi pelaksanaan teknis di lapangan, terdapat kemajuan dalam kebijakan pelaksanaan kredit program revitalisasi perkebunan. Pada 2009 subsidi bunga yang II

51 diberikan kepada petani meningkat dari 6% menjadi 8%. Peningkatan subsidi bunga kredit ini tentunya diharapkan akan semakin menambah animo masyarakat untuk dapat memperoleh fasilitas kredit guna mengembangkan tanaman karet mereka. Pada akhirnya melalui kredit program revitalisasi perkebunan ini diharapkan tingkat kesejahteraan masyarakat akan semakin tinggi. KESIMPULAN 1. Kredit program revitalisasi perkebunan di provinsi Jambi merupakan program yang strategis karena sumberdaya alam yang dimiliki sangat potensial. 2. Dukungan kredit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh pemerintah diharapkan meringankan beban pendanaan petani dalam usahanya untuk mengembangkan sub sektor perkebunan (karet, sawit dan kakao). 3. Program ini merupakan upaya pemerintah untuk mengatasi keterbatasan modal bagi petani untuk mengembangkan usaha sub sektor perkebunan (karet, sawit dan kakao). 4. Pelaksanaan kredit program sejauh ini masih belum berlangsung seperti yang diharapkan dikarenakan masih terdapatnya kendala-kendala di lapangan baik dari sisi teknis pelaksanaan, prosedur dan kebijakan pelaksanaan dan juga dari sisi koordinasi antar pihak yang masih lemah. 5. Perlu peningkatan segala bentuk upaya konkrit untuk mempercepat pelaksanaan kredit program revitalisasi perkebunan di Provinsi Jambi. REKOMENDASI 1. Pembentukan kelompok kerja (POKJA) perlu segera direalisasikan di seluruh kabupaten. Anggota POKJA meliputi pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan program antara lain BPN, BRI, Disbun, Bappeda, dan Camat. Pokja ini diharapkan akan menjadi sarana koordinasi dan komunikasi yang efektif untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang muncul di lapangan. 2. Daerah diharapkan dapat mengambil peran lebih banyak untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang masih dihadapi khususnya masalah penyelesaian biaya sertifikat lahan misalnya dengan cara menyediakan dana talangan sementara untuk melunasi biaya tersebut ke BPN yang selama ini menjadi kendala utama. 3. Perlu meningkatkan kerjasama dan kesepakatan pihak-pihak terkait sehingga apabila terdapat aturan dari masing-maisng instansi yang tidak saling III

52 mendukung (misalnya peraturan pembayaran biaya sertifikat di BRI dan BPN seperti yang disebutkan di atas) tidak akan menghambat proses kredit revitalisasi perkebunan. 4. Masih diperlukan adanya sosialisasi mengenai prosedur dan persyaratan yang harus dipenuhi apabila menjadi peserta kredit program melalui dinas terkait yang bertanggung jawab. Harapannya masyarakat sudah dapat menyiapkan apa yang diperlukan apabila mendaftar dalam program tersebut, sehingga proses kreditpun dapat berjalan lancar. IV

53 BAB II PERKEMBANGAN HARGA-HARGA A. Kajian Umum Inflasi Kota Jambi pada triwulan III tahun 2009 mencapai 2,37% (q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan II tahun 2009 yang mengalami deflasi sebesar 0,72% (q-t-q). Inflasi yang terjadi di Kota Jambi pada triwulan laporan berasal dari meningkatnya laju inflasi seluruh kelompok barang dengan peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga serta kelompok bahan makanan. Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi Bulanan (m-t-m) Triwulanan (q-t-q) Year to date (y-t-d) Year on year (y-o-y) (5.00) Sumber: BPS Provinsi Jambi. Sejak Januari 2008 menggunakan IHK tahun dasar 2007=100 Setelah mengalami penurunan perkembangan harga-harga semenjak awal tahun ini, pada triwulan laporan Kota Jambi kembali mengalami tren peningkatan harga-harga. Inflasi Kota Jambi pada akhir periode triwulan III-2009 sebesar 1,71% (y-o-y) dari sebelumnya 1,10% (y-o-y) pada Maret Sementara, pergerakan inflasi bulanan yang tercatat di bulan Juli, Agustus dan September 2009 masing-masing sebesar 1,06%(m-t-m), 0,35%(m-t-m) dan 0,95%(m-t-m). 35

54 INFLASI y-t-d (%) Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Kota Jambi Periode Tahun 2003 s.d. September Dari perkembangan di atas, inflasi Kota Jambi s.d. bulan September 2009 secara kumulatif berada pada level 1,90% (y-t-d). Sementara, inflasi yang terjadi pada triwulan laporan terutama berasal dari sumbangan angka inflasi kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga serta kelompok bahan makanan (lihat tabel 2.1.). Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi Triwulan III-2008 Triwulan IV-2008 Triwulan I-2009 Triwulan II-2009 Triwulan III-2009 KELOMPOK qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy I Bahan Makanan II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar IV Sandang V Kesehatan VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan INFLASI Sumber : BPS (diolah) Meningkatnya harga bahan kebutuhan pokok seperti cabe merah, bawang merah, daging ayam ras selama periode triwulan laporan memberikan sumbangan inflasi pada kelompok bahan makanan. Sementara itu, meningkatnya permintaan akan jasa pendidikan pada saat musim tahun ajaran baru ini memicu meningkatnya angka inflasi sub kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga

55 INFLASI Perkembangan inflasi tahunan Kota Jambi dan nasional pada triwulan laporan mengalami peningkatan setelah terus mengalami tren penurunan semenjak triwulan IV Pada triwulan laporan Inflasi Kota Jambi secara tahunan (y-o-y) adalah sebesar 1,71% lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 2,83%. Persen Kota Jambi Grafik 2.3. Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi Nasional Grafik 2.4. Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota sekitarnya Y-O-Y Bengkulu Jambi Padang Palembang Pekanbaru catatan: mulai bulan Juni 2008, angka inflasi menggunakan tahun dasar 2007 Secara regional, tingkat inflasi di Jambi cukup rendah dibandingkan daerah sekitarnya. Inflasi di Jambi lebih rendah dibandingkan Bengkulu (3,73%/y- 37

56 INFLASI o-y), Padang (3,55%/y-o-y), Pekanbaru (2,2%/y-o-y), namun sedikit lebih tinggi dari Palembang (1,3%/y-o-y) pada triwulan laporan. 15 B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Dilihat per sub kelompok, inflasi tertinggi pada triwulan laporan adalah sub kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga serta sub kelompok bahan makanan. Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa KELOMPOK/SUBKELOMPOK Triwulan IV-2008 Triwulan I-2009 Triwulan II-2009 Triwulan III-2009 qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy I. BAHAN MAKANAN a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA c. IKAN SEGAR d. IKAN DIAWETKAN e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA f. SAYUR-SAYURAN g. KACANG-KACANGAN h. BUAH-BUAHAN i. BUMBU-BUMBUAN j. LEMAK DAN MINYAK k. BAHAN MAKANAN LAINNYA II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU a. MAKANAN JADI b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR a. BIAYA TEMPAT TINGGAL b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA IV. SANDANG a. SANDANG LAKI-LAKI b. SANDANG WANITA c. SANDANG ANAK-ANAK d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA V. KESEHATAN a. JASA KESEHATAN b. OBAT-OBATAN c. JASA PERAWATAN JASMANI d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA a. JASA PENDIDIKAN b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN d. REKREASI e. OLAHRAGA VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN a. TRANSPOR b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR d. JASA KEUANGAN INFLASI (UMUM) Sumber : BPS (diolah) Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.3.), penyumbang pembentukan inflasi terbesar adalah daging ayam ras; bawang merah; angkutan udara (Juli 2009), cabe merah; ikan nila; udang basah (Agustus 2009) serta cabe merah; gula pasir; 15 Sumber: DSM, Bank Indonesia

57 INFLASI angkutan udara (September 2009). Kelompok bahan makanan merupakan penyumbang utama inflasi selama periode triwulan laporan. Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan III KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI TW III KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI TW III-2009 Sumbangan Sumbangan JULI JULI 1 Daging ayam ras Minyak goreng Bawang merah Ikan teri (diawetkan) Angkutan udara Pasir Akademi/perguruan tinggi Gula pasir Telur ayam ras Cabe rawit Beras Tempe Sekolah dasar Ikan gabus Cabe merah Shampo Bawang putih Ikan nila Taman kanak-kanak Ikan mas Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas AGUSTUS AGUSTUS 1 Cabe merah Daging Ayam Ras Ikan Nila Bawang Merah Udang Basah Angkutan Udara Kelapa Tempe SLTA Petai Semen Minyak goreng Pisang Sawi Hijau Bawang putih Pepaya Ikan Teri(diawetkan) Jagung Manis Telur Ayam Ras Emas Perhiasan Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas SEPTEMBER SEPTEMBER 1 Cabe merah Bawang Merah Gula pasir Telur ayam ras Angkutan udara Minyak goreng Beras Bayam Angkutan antar kota Petai Ikan dencis Daging Ayam Ras Udang Basah Daun singkong Tomat buah Emas Perhiasan Tempe Kelapa Ketupat/lontong sayur Kangkung Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas Sumber : BPS (diolah) 1. Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan pada triwulan III tahun 2009 mengalami inflasi sebesar 5,04% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 44,70% (q-t-q) serta sub kelompok buah-buahan sebesar 11,55% (q-t-q). 39

58 INFLASI Grafik 2.5. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng (Ringgit/Ton) 5000 (Rp/Kg) CPO internasional (aksis kiri) Minyak goreng lokal (aksis kanan) Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi Setelah mengalami peningkatan harga di triwulan lalu, harga crude palm oil (CPO) di pasar internasional mengalami sedikti penurunan di triwulan laporan. Kondisi demikian diikuti oleh stabilnya harga minyak goreng curah (tanpa merek) di pasar Jambi. Selain itu, adanya pasar murah untuk minyak goreng yang diselenggarakan oleh salah satu perusahaan minyak goreng di Jambi menyebabkan harga minyak goreng curah relatif stabil meskipun dalam suasana tingginya permintaan di hari besar keagamaan. Sementara, perkembangan harga tepung terigu merek Segitiga Biru terus meningkat pada triwulan laporan menjadi sebesar Rp7.650/kg dari sebelumnya Rp7.467/kg. Penurunan harga gandum, yang merupakan bahan baku tepung terigu, di pasar internasional sebesar 10,51% menjadi $457,5/bushel pada triwulan laporan belum diikuti dengan penurunan harga tepung terigu di Jambi. Tingginya permintaan akan tepung terigu terutama menjelang hari raya Idul Fitri menyebabkan para pedagang masih enggan menurunkan harga komoditas tersebut Satu bushel setara dengan 27 kg

59 INFLASI Grafik 2.6. Perkembangan Harga Tepung Terigu (USD/Bushel) (Rp/Kg) Wheat/Gandum (aksis kiri) Tepung Terigu lokal (aksis kanan) Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi Perkembangan harga sub kelompok bumbu-bumbuan pada triwulan laporan mengalami kenaikan yang cukup tinggi yaitu sebesar 44,70% (q-t-q) terutama dipengaruhi oleh meningkatnya harga cabe merah. Selama bulan Agustus dan September 2009, cabe merah merupakan komoditas dengan sumbangan inflasi tertinggi. Meningkatnya permintaan menjelang puasa dan hari besar keagamaan serta perilaku pedagang yang mengambil keuntungan besar pada saat-saat tertentu memicu meningkatnya harga cabe merah tersebut. Grafik 2.7. Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang (Rp/kg) Cabe Merah Keriting Cabe merah Biasa Bawang Putih Bawang Merah Sumber: Disperindag Provinsi Jambi 41

60 INFLASI Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami inflasi sebesar 2,10% (y-o-y) dan 7,68% (q-t-q). Harga rata-rata daging ayam relatif mengalami peningkatan selama periode triwulan laporan sehingga berkontribusi terhadap inflasi sub kelompok daging dan hasil-hasilnya. Sementara pergerakan harga daging sapi relatif stabil selama triwulan laporan. Sementara itu, harga beras cenderung stabil selama triwulan laporan. Daging ayam ras merupakan penyumbang inflasi tertinggi pada bulan Juli lalu. Tingginya harga daging ayam pada bulan tersebut disebabkan oleh menurunnya pasokan DOC di distributor serta meningkatnya harga pakan. Menurunnya pasokan bibit ayam di peternak disebabkan oleh bibit-bibit ayam yang berasal dari Lampung kemudian dijual di Jawa Barat. Grafik 2.8. Perkembangan Harga Jagung Grafik 2.9. Perkembangan Harga Daging (USD/Bushel) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) Jagung internasional (aksis kiri) Jagung pipilan kering (aksis kanan) Ayam Kampung (aksis kiri) Daging Ayam Broiler (aksis kiri) Daging Sapi Murni (aksis kanan) Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi Sumber: Disperindag Provinsi Jambi Grafik Perkembangan Harga Beras 17 (USD/CWT) (Rp/Kg) Beras internasional (aksis kiri) lokal IR 64 (aksis kanan) Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi Cwt maksudnya hundredweight (100 pounds). 1 pounds setara dengan 453,59 gram/0,453 kg. Jadi 100 pounds sekitar 45,3 kg

61 INFLASI 2. Kelompok Makanan Jadi Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan III tahun 2009 mengalami inflasi sebesar 7,83% (y-o-y) dengan laju inflasi triwulanan sebesar 1,23% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi tercatat pada sub kelompok minuman tidak beralkohol sebesar 5,89% (q-t-q), diikuti sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol (0,44%/q-t-q) serta sub kelompok makanan jadi (0,38%/q-t-q). 3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan III tahun 2009 mengalami inflasi sebesar 0,09% (q-t-q) atau dengan laju inflasi tahunan mencapai 4,42% (y-o-y). Berdasarkan sub kelompoknya, biaya tempat tinggal mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 0,39% (q-t-q), sementara sub kelompok perlengkapan rumah tangga serta penyelenggaraan rumah tangga mengalami deflasi masing-masing sebesar 1,11% (q-t-q) dan 0,31% (q-t-q) pada triwulan laporan. 4. Kelompok Sandang Kelompok sandang pada triwulan III tahun 2009 mengalami inflasi sebesar 4,82% (y-o-y) atau dengan laju inflasi triwulanan mencapai 0,06% (q-tq). Inflasi pada kelompok sandang pada triwulan laporan disumbangkan oleh sub kelompok sandang wanita, laki-laki, dan anak yaitu masing-masing sebesar 1,34% (q-t-q), 1,12% (q-t-q), serta 0,20% (q-t-q).. Meningkatnya harga sandang tersebut dikarenakan budaya memakai pakaian baru saat hari besar keagamaan. Sementara, sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya mengalami deflasi pada triwulan laporan sebesar 2,16% (q-t-q). 43

62 INFLASI Grafik Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional Harga Emas (USD/Troy Ounce) Sumber: Bloomberg Harga emas pada triwulan laporan kembali mengalami peningkatan. Harga rata-rata emas (logam mulia) 24 karat di Jambi pada bulan September 2009 sebesar Rp ,94/gram meningkat dibandingkan bulan Juni 2009 yang mencapai Rp ,11/gram Kelompok Kesehatan Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 3,21% (y-o-y) pada triwulan III tahun 2009 atau dengan laju inflasi triwulanan sebesar 0,60% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok obat-obatan sebesar 1,88% (q-t-q), diikuti sub kelompok jasa perawatan jasmani (1,84% (q-t-q), serta sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika (0,45%/qt-q). Sementara itu, sub kelompok serta sub kelompok jasa kesehatan relatif tidak mengalami perubahan harga. 6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan III tahun 2009 mengalami inflasi sebesar 0,10% (q-t-q). Musim tahun ajaran baru di bulan Juli 2009 menyebabkan meningkatknya laju inflasi sub kelompok jasa pendidikan 18 Sumber: BPS Provinsi Jambi

63 INFLASI menjadi 11,53% (q-t-q). Kondisi tersebut tercermin dari tingginya sumbangan inflasi biaya akademi/perguruan tinggi, sekolah dasar, dan taman kanak-kanak yang masing-masing sebesar 0,15%; 0,09%; dan 0,04% pada bulan Juli. Sementatra itu, sub kelompok olahraga dan kursus pelatihan juga mengalami inflasi yang masing-masing sebesar 4,74% dan 1,69%. 7. Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Perkembangan harga yang terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan di kota Jambi pada triwulan III tahun 2009 sebesar 1,95% (q-t-q) dengan laju inflasi tahunan sebesar minus 5,52% (y-o-y). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi terbesar terjadi pada sub kelompok sarana dan penunjang transpor sebesar 3,58% (q-t-q) diikuti dengan transpor 2,40% (q-t-q). Perkembangan inflasi di sub kelompok transportasi terutama dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan masyarakat akan jasa transportasi baik udara dan darat pada bulan Juli dan September. Kondisi tersebut direspon oleh penyedia jasa penerbangan dengan menaikkan tarifnya. Peran pemerintah daerah untuk mengintervensi tarif angkutan baik transportasi udara maupun darat relatif kecil. Untuk itu selama high season seperti pada kondisi tersebut, upaya yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah menghimbau untuk menambah armada untuk transportasi udara serta mengurangi hambatan-hambatan dalam transportasi darat misalnya membatasi lalu lintas dari truk-truk dengan muatan besar. 45

64 INFLASI Grafik Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional Harga Minyak (USD/Barrel) Sementara itu, harga minyak di pasar internasional mengalami tren peningkatan sejak awal tahun 2009 dari sebesar USD 41,68/barrel (Januari 2009) menjadi USD 70,61/barrel (September 2009). Pada triwulan laporan harga minyak kembali mengalami peningkatan walaupun relatif kecil yaitu meningkat sebesar 1,03%. Namun demikian, dibandingkan posisi yang sama tahun lalu, harga minyak sudah mengalami penurunan terutama dari harga tertingginya pada Juni 2008 sebesar USD 140/barrel. Selama periode triwulan laporan harga minyak di pasar internasional masih berada pada kisaran aman dari target pemerintah sehingga belum ada rencana pemerintah untuk menaikkan kembali harga BBM dalam negeri

65 Boks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS Inflasi adalah kecenderungan (trend) atau gerakan naiknya tingkat harga umum yang berlangsung secara terus menerus dari suatu periode ke periode berikutnya. Tingkat harga umum dimaksud ditunjukkan oleh rata-rata tingkat harga dari keseluruhan jenis barang dan jasa TERPILIH yang ada dalam suatu perekonomian. Pengukurannya dilakukan dengan menggunakan angka indeks harga dari sekeranjang barang-barang dan jasa-jasa yang mempresentasikan seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Indeks harga yang lazim digunakan untuk mengukur perubahan laju inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK), Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dan Indeks Deflator. Potensi sumber penyebab inflasi dapat diidentifikasi dari dua sisi yaitu sisi permintaan agregat dan sisi penawaran agregat (Romer, 2001). Peningkatan permintaan agregat dapat terjadi sebagai akibat adanya guncangan (shock) seperti peningkatan supplai uang, peningkatan belanja pemerintah, peningkatan pengeluaran konsumsi rumah tangga dan faktor lainnya yang menggeser kurva permintaan agregat ke kanan dan mendorong kenaikan tingkat harga umum. Dari sisi penawaran agregat, inflasi dapat terjadi sebagai akibat adanya kontraksi penawaran seperti guncangan negatif teknologi, peningkatan upah, peningkatan biaya produksi dan faktor lainnya yang menggeser kurva penawaran agregat ke kiri, sehingga meningkatkan harga dan menyebabkan inflasi. Laju inflasi yang terbentuk akan jauh lebih tinggi bila fenomena kedua sisi tersebut terjadi secara bersamaan. Pengungkapan faktor penyebab inflasi dapat ditelusuri dengan mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor penyebab kenaikan harga per komoditas atau kelompok komoditas (disaggregate approach). Pendekatan ini misalnya pernah dilakukan Coppin (1995) untuk kasus perekonomian negara-negara Karibia. Untuk memperoleh informasi yang lebih valid dan mendalam terhadap proses pembentukan harga secara disagregat dapat dilakukan studi pada berbagai tingkatan proses produksi dan jalur distribusi serta struktur pasar masing-masing komoditas. Indentifikasi awal terhadap peningkatan laju inflasi di Kota Jambi menunjukkan bahwa kelompok barang bahan makanan dan makanan jadi memberikan kontribusi paling besar terhadap laju inflasi dalam tahun 2007 dan Fenomena ini menarik untuk dipelajari lebih jauh mengingat Provinsi Jambi memiliki potensi lahan cukup luas I

66 yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan berbagai komoditas tanaman pangan. Beranjak dari fakta tersebut penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sumber pembentukan inflasi ditingkat mikro dengan memfokuskan pada aspek tataniaga/jalur distribusi, biaya pembentukan harga dan struktur pasar komoditaskomoditas penyumbang inflasi tertinggi pada kelompok barang bahan makanan dan makanan olahan di Kota Jambi. Penelitian ini menggunakan data primer yang didapatkan dari hasil studi lapangan. Survey dilaksanakan terhadap para pedagang (pedagang pengecer, perantara dan besar) serta produsen dari beberapa komoditas terpilih yang merupakan penyumbang inflasi terbesar selama ini yaitu beras,cabai merah, bawang merah, minyak goreng, ikan basah, dan daging ayam. Pengambilan responden dilaksanakan dengan snowball dimana dalam penarikan awal responden dimulai dari hilir yaitu pedagang eceran kemudian diteruskan ke pedagang perantara berdasarkan informasi dari pedagang eceran. Hal yang sama juga diterapkan untuk mendapatkan responden pedagang perantara, besar dan produsen. HASIL PENELITIAN Komoditas Beras Penelusuran perdagangan beras dari tingkat pedagang pengecer hingga pedagang perantara menunjukkan bahwa sebagian besar beras yang beredar di pasar merupakan beras impor yang berasal dari luar Provinsi Jambi terutama Sumatera Selatan, disamping Sumatera Barat dan Provinsi Lampung. Penelusuran lebih jauh mendapatkan satu pedagang grosir beras lokal yang berasal dari Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan volume penjualan sekitar kg per bulan. Namun demikian, sebagian besar masyarakat lebih menyukai beras dari luar Provinsi karena masih berkembangnya persepsi bahwa beras lokal hasil usaha tani lahan pasang surut berkualitas relatif rendah. Permasalahan ini diperberat oleh menurunnya produktivitas padi di sebagian besar areal persawahan lahan pasang surut Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebagai akibat serangan hama ventil yang menggerogoti batang padi. Menurunnya produktivitas lahan sebagai akibat serangan hama telah memperluas hasrat masyarakat mengalihkan lahan sawah gambutnya ke lahan perkebunan kelapa sawit. Untuk komoditas beras, persentase margin keuntungan terbesar adalah pada tingkatan petani dengan laba sebesar 28,76% dari harga jual di tingkatnya sementara II

67 persentase margin keuntungan terkecil adalah pada pedagang pengecer. Semakin ke hilir persentase keuntungan yang dirasakan oleh pedagang semakin kecil. Tabel 1. Komponen Pembentukan Harga Beras Pembentuk Harga Petani Grosir (Prntara 1) Kelompok Responden Pengecer Pedagang Psr Angso Prntara 2 Duo Pengecer Psr Tl. Banjar Pengcer Psr Lain Nilai Nominal(Rp/Kg) Harga Beli , , , , ,00 Total Biaya 3376,69 102,18 55,85 6,97 6,14 2,67 Laba 1363,31 397,82 305,26 238,03 178,86 187,33 Harga Jual 4740, , , , , ,00 Margin - 500,00 361,11 245,00 185,00 190,00 Persentase terhadap Harga Jual Harga Beli - 90,91 93,85 96,00 96,95 96,87 Total Biaya 71,24 1,86 0,95 0,11 0,10 0,04 Laba 28,76 7,23 5,20 3,89 2,95 3,09 Harga Jual 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Margin (thd Harga Beli) 10,00 6,55 4,17 3,15 3,23 Dalam tingkatan petani, pengeluaran terbesar dalam level ini adalah untuk biaya upah. Tingginya biaya upah tersebut diperkirakan erat kaitannya dengan kompetisi penggunaan tenaga kerja dengan aktivitas perkebunan karet dan kelapa sawit yang terus berkembang. Tabel 2. Komponen Biaya Pada Petani Komponen Biaya Jumlah (Rp/kg) Bibit 340,00 Pupuk 536,00 Obat-obatan 668,00 Upah 965,83 Biaya Angkut 121,06 Biaya Giling 500,80 Biaya Variabel 3131,69 Biaya Tetap 245,00 Total Biaya 3376,69 Komoditas Cabe Merah Komoditas cabe merah merupakan komoditas impor yang sepenuhnya didatangkan dari luar provinsi yaitu Curug (Bengkulu), Palembang, Lampung, Medan dan Jawa. Komoditas cabe merah dipesan oleh pedagang besar di Kota Jambi ke pedagang pengumpul di wilayah sentra produksinya dan kemudian masuk ke Pasar Angso Duo untuk didistribusikan ke pedagang perantara atau kecil. Untuk komoditas ini, semakin ke hilir yaitu pedagang pengecer persentase margin keuntungan akan semakin besar. Lebih tingginya margin keuntungan di pedagang pengecer diakibatkan oleh karakteristik komoditas III

68 yang mudah busuk sehingga risiko yang ditanggung menjadi lebih tinggi. Dengan demikian terlambatnya pasokan cabe merah ke Jambi akan dengan sangat cepat meningkatkan harga jual di pasar. Tabel 3. Komponen Pembentukan Harga Cabe Merah Kelompok Responden Pembentuk harga Grosir Psr Angso Duo Perantara Psr Angso Duo Pengecer P srangso Duo Pengecer Psr Tl. Banjar Pengecer Psr Lain Nilai Nominal(Rp/kg) Harga Beli 6916, , ,00 7,916, ,38 Total Biaya 583,83 142,98 151,11 166,55 202,75 Laba 499, , , , ,11 Harga Jual 8000, , , , ,24 Margin 1083, , , , ,86 Persentase terhadap Harga Jual Harga Beli 86,46 74,32 75,56 70,37 68,36 Total Biaya 7,30 1,35 1,34 1,48 1,55 Laba 6,24 24,32 23,10 28,15 30,09 Harga Jual 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Margin ( % thd Harga Beli) 15,66 34,55 32,35 42,11 46,28 Komoditas Bawang Merah Komoditas bawang merah yang diperdagangkan di Kota Jambi diimpor dari Brebes (Jawa Tengah) dan sebagian dari Negara Thailand. Komponen biaya terbesar pada seluruh pedagang berasal dari harga beli. Keuntungan terbesar berada ditingkat grosir, kemudian semakin ke hilir akan semakin kecil. Bawang merah memiliki daya tahan lebih lama dari cabe merah yaitu sekitar lima hari sehingga grosir dapat lebih menentukan harga. Kondisi ini juga yang membuat harga bawang merah dapat lebih stabil jika dibandingkan dengan harga cabe merah. Tabel 4. Komponen Pembentukan Harga Bawang Merah Kelompok Pedagang Pembentuk harga Nilai Nominal (Rp/kg) Grosir Psr Angso Duo Perantara Psr Angso Duo Pengecer Psr Tl. Banjar Pengecer Psr Lain Harga Beli 7655, , , ,50 Total Biaya 766,34 122,35 291,51 413,86 Laba 2022, , ,99 992,39 Harga Jual 10444, , , ,75 IV

69 Margin 2788, , , ,25 Persentase terhadap Harga Jual Harga Beli 73,30 86,81 89,34 88,49 Total Biaya 7,34 1,03 2,37 3,39 Laba 19,36 12,16 8,29 8,12 Harga Jual 100,00 100,00 100,00 100,00 Margin (% thd H.Beli) 36,43 15,20 11,93 13,01 Komoditas Minyak Goreng Minyak goreng yang beredar di Kota Jambi terdiri atas minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek. Minyak goreng curah didapatkan dari pabrik pengolahan minyak goreng lokal di Kota Jambi. Saat ini terdapat dua buah pabrik pengolahan minyak goreng curah yang terletak di Talang Duku. Komponen biaya terbesar bagi seluruh tingkatan pedagang adalah untuk bahan baku (harga beli) sementara keuntungan terbesar dirasakan oleh pabrik/grosir. Dengan hanya terdapat dua pabrik minyak goreng di Jambi maka produsen dapat lebih menentukan harga jual mereka. Tabel 5. Komponen Pembentukan Harga Minyak Goreng Pembentuk Harga Nilai Nominal (Rp/kg) Pabrik /Grosir Kelompok Pedagang Pengecer Penjual Psr Psr Angso Tl. Banjar Duo Pengecer Harga Beli 7184, , , ,91 Total Biaya 17,16 120,00 127,26 102,73 Laba 1098,84 847,50 688,12 597,27 Harga Jual 8300, , , ,91 Margin 1116,00 967,50 815,38 700,00 Persentase terhadap Harga Jual Harga Beli 86,55 89,33 91,77 92,85 Total Biaya 0,21 1,32 1,28 1,05 Laba 13,24 9,35 6,95 6,10 Harga Jual 100,00 100,00 100,00 100,00 Margin (% thd Harga Beli) 15,53 11,94 8,97 7,70 Komoditas Ikan Segar Komoditas ikan segar memiliki jalur distribusi yang relatif lebih rumit yaitu bervariasi sesuai dengan jenis ikan: ikan laut dan budi daya impor, ikan V

70 laut tangkap lokal, ikan budidaya lokal dan ikan sungai tangkap lokal. Ikan laut dan budidaya sebagian dihasilkan dari daerah Jambi sendiri, namun masih terdapat pula ikan laut yang diimpor yaitu dari Medan (Sumatera Utara), Padang (Sumatera Barat), dan Batam (Kepulauan Riau). Salah satu kendala dalam usaha perikanan laut lokal Jambi adalah armada kapal dimana nelayan lokal masih menggunakan armada yang tradisional. Armada tersebut belum dilengkapi dengan alat pendingin yang memadai untuk menjaga kualitas hasil tangkapan dalam jangka waktu lama. Komponen biaya terbesar pada nelayan ikan laut adalah upah dan bahan bakar. Dengan demikian meningkatnya harga BBM dalam negeri tentunya akan memukul usaha para nelayan tersebut. Tabel 6. Komponen Pembentukan Harga Ikan Laut Pembentuk Harga Nilai Nominal (Rp/kg) Kelompok Responden Nelayan Perantara Pengecer Harga Beli , ,00 Jumlah Biaya 7341,25 675,00 208,61 Laba 9658, , ,39 Harga Jual 17000, , ,00 Margin , ,00 Persentase terhadap Harga Jual Harga Beli - 80,46 86,53 Jumlah Biaya 43,18 3,10 0,85 Laba 56,82 16,44 12,62 Harga Jual 100,00 100,00 100,00 Margin (Terhadap Harga Beli) - 24,29 15,57 Ikan air tawar yang dipasarkan di Jambi juga berasal dari produksi sendiri serta impor dari daerah lain. Ikan sungai yang beredar di Kota Jambi seluruhnya berasal dari hasil tangkapan lokal terutama dari Sungai Batanghari disamping danau Sipin dan sungai kecil lainnya. Sementara itu untuk jenis ikan nila diimpor dari Padang dan Lubuk Linggau. Komponen biaya terbesar untuk ikan budidaya bagi para petani adalah untuk pakan ikan sementara untuk para pedagang biaya terbesar adalah untuk harga beli. Peternak ikan merupakan penerima keuntungan terbesar untuk VI

71 usaha ini sementara untuk level pedagang, porsi keuntungan terbesar diperoleh pedagang pengecer. Tabel 7. Komponen Pembentukan Harga Ikan Budidaya Tawa Pembentuk Harga Nilai Nominal (Rp/kg) Kelompok Responden Petani Grosir Perantara Pengecer Harga Beli , , ,00 Total Biaya 5123,00 767,94 130,76 440,51 Laba 10599, , , ,16 Harga Jual 15722, , , ,67 Margin , , ,67 Persentase terhadap Harga Jual Harga Beli - 83,87 89,29 86,78 Total Biaya 32,58 4,95 0,75 2,18 Laba 67,42 11,17 9,97 11,04 Harga Jual 100,00 100,00 100,00 100,00 Margin (Terhadap Harga Beli) - 19,23 12,00 15,24 Komoditas Daging Ayam Komoditas daging ayam yang beredar di Kota Jambi hampir seluruhnya berasal dari peternakan ayam pedagang lokal sementara daging ayam impor relatif sedikit. Komponen biaya terbesar pada perusahaan peternak ayam adalah untuk pakan dan bibit ayam dengan kontribusi terhadap total biaya masing-masing sebesar 53,01% dan 36,37%. Oleh sebab itu jika terdapat kenaikan harga bibit ayam ataupun pakan ternak akan dengan mudah memicu meningkatnya harga daging ayam. Tabel 8. Komponen Pembentukan Harga Daging Ayam Pembentuk Harga Peternak Pedagang Perantara Pengecer Psr Angso Duo Pengecer Psr Tl. Banjar Pengecer Psr Lain Nilai Nominal (Rp/kg) Harga Beli , , , ,00 Total Biaya 8026,84 259,77 432,07 208,21 350,43 Laba 5873, , , , ,57 Harga Jual 13900, , , Margin , , , ,00 Persentase terhadap Harga Jual Harga Beli - 86,14 71,91 76,35 73,28 VII

72 Total Biaya 57,75 1,57 1,89 0,83 1,51 Laba 42,25 12,29 26,20 22,82 25,21 Harga Jual 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Margin (terhadap - 16,09 39,06 30,97 36,47 Harga Beli) KESIMPULAN 1. Tingkat harga bahan pangan di Kota Jambi sangat berfluktuasi dan cenderung meningkat. Keterbatasan produksi komoditas bahan pangan lokal merupakan penyebab utama munculnya persoalan ini. Tingkat harga pangan impor lebih banyak ditentukan oleh kondisi produksi di daerah sentra produksi dan pedagang pengimpor. 2. Beras, bawang merah, dan cabe merah adalah beberapa jenis komoditas yang sebagian besar didapatkan dari luar kota seperti Padang, Sumsel, Jawa bahkan dari luar negeri, Thailand. Hal tersebut membuat jumlah produksi, perubahan tingkat harga di daerah sentra produksi, serta kelancaran arus distribusi berperan besar terhadap perubahan tingkat harga di pasar-pasar Kota Jambi. 3. Peran pedagang besar/grosir dalam pembentukan harga sangat tinggi untuk komoditas pangan lebih tahan lama (beras, bawang merah dan minyak goreng), sebaliknya peran pedagang grosir lebih rendah untuk komoditas mudah rusak (cabe merah, ikan budidaya, ikan laut impor dan daging ayam). 4. Produksi beras lokal relatif rendah dan menurun karena harga bahan baku (pupuk anorganik) yang tinggi serta munculnya serangan hama. Akibatnya pengalihan lahan sawah ke perkebunan sawit di wilayah sentra produksi (Tanjung Jabung Timur) cenderung meningkat. 5. Produsen minyak goreng lokal (minyak curah) hanya ada dua di Jambi dengan jumlah bahan baku CPO yang melimpah sehingga mekanisme pasar menjadi tidak bersaing dengan sempurnya. Konsekuensinya adalah pabrik dan pedagang perantara memiliki peran sangat besar dalam menetapkan harga. 6. Perubahan tingkat upah dan harga bahan bakar sangat berpengaruh terhadap produksi dan harga ikan laut segar, sementara produksi dan harga ikan budidaya lokal lebih dipengruhi oleh tingkat harga pakan. REKOMENDASI 1. Keterbatasan produksi pangan lokal menyebabkan sulitnya menstabilkan harga pangan ketika jumlah pasokan impor menurun. Olah sebab itu pilihannya VIII

73 adalah mendorong peningkatan produksi bahan pangan lokal atau memperlancar arus masuk barang dari luar daerah. 2. Pemanfaatan potensi lahan di Jambi secara maksimal untuk meningkatkan produksi bahan pangan lokal. Provinsi Jambi memiliki potensi lahan pertanian yang sangat luas untuk pengembangan komoditas tanaman bahan makanan (padi, cabe merah, dan bawang merah), tanaman perkebunan (kelapa sawit) dan pengembangan komoditas ikan budi daya serta peningkatan penangkapan ikan laut dan sungai.. 3. Tingkat pengembalian usaha sektor perkebunan cenderung lebih tinggi dibanding tanaman bahan makanan khususnya padi. Oleh sebab itu upaya peningkatan produksi bahan makanan lokal khususnya beras membutuhkan intervensi pemerintah untuk mendorong gairah petani baik dalam akses bahan baku (pupuk, pestisida) maupun penanganan pasca panen agar petani memperoleh keuntungan yang lebih wajar. IX

74 Halaman ini sengaja dikosongkan

75 Boks 3. PERKEMBANGAN HARGA MENJELANG HARI BESAR KEAGAMAAN Inflasi Jambi pada triwulan III-2009 tercatat sebesar 2,37% (q-t-q) dengan laju bulanan Juli, Agustus dan September masing-masing sebesar 1,06%; 0,35%; 0,95%. Musim liburan sekolah pada bulan Juli, bulan puasa dan hari raya Idul Fitri selama bulan Agutus dan September memicu meningkatnya harga-harga, terutama bahan makanan pokok, jasa transportasi dan pendidikan. Beberapa komoditi yang mengalami peningkatan harga cukup signifikan adalah: Daging ayam yang sempat meningkat cukup signifikan pada bulan Juli 2009 dan menjadi penyumbang inflasi tertinggi pada bulan tersebut yaitu sebesar 0,22%. Tingginya harga komoditi ini disebabkan oleh meningkatnya harga pakan ternak serta menurunnya pasokan bibit ayam. Pada September 2009, harga gula pasir mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu dari rata-rata Rp8.912/kg menjadi sekitar Rp Dengan demikian, komoditi ini menyumbang 0,12% terhadap inflasi September Untuk menanggulangi hal ini pemerintah daerah telah menghimbau untuk mendatangkan gula langsung dari Lampung saat menjelang hari besar keagamaan, namun ternyata kebijakan ini tidak bisa dilaksanakan. Sebagai alternatif, pemerintah menggelar pasar murah. Harga cabe merah meningkat signifikan pada bulan September sehingga menyumbang inflasi sebesar 0,67%. Tingginya permintaan masyarakat menyebabkan banyak pedagang yang mengambil keuntungan dengan meningkatkan harga menjadi dua kali lipat dari sebelumnya. Meningkatnya harga TBS ternyata tidak memicu kenaikan harga minyak goreng. Pada bulan Agustus dan September, minyak goreng memberikan sumbangan negatif terhadap inflasi Kota Jambi yaitu minus 0,025% dan minus 0,064%. Kondisi ini disebabkan oleh adanya salah satu perusahaan minyak goreng yang menyelenggarakan pasar murah. I

76 Grafik 1. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas (Rp/kg) Cabe Merah Keriting (LHS) Daging Ayam Broiler (LHS) Gula Pasir Dalam Negeri (RHS) Minyak goreng (RHS) Sumber: Disperindag Provinsi Jambi Dalam rangka mengantisipasi melonjaknya harga kebutuhan pokok pada saat menjelang hari besar keagamaan diperlukan koordinasi antar dinas/instansi untuk menentukan langkah-langkah ke depan sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Dalam Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi menjelang Ramadhan dan hari besar keagamaan yang lalu, beberapa langkah-langkah antisipatif antara lain: 1. Pemantauan harga dan pasokan kebutuhan pokok baik di tingkat distributor, grosir maupun pengecer. 2. Pemenuhan ketersediaan pasokan kebutuhan bahan pokok dengan menjaga kelancaran distribusi baik melalui transportasi darat maupun laut. 3. Menghimbau distributor dan pedagang eceran skala besar untuk memesan barang kebutuhan pokok jauh hari sebelumnya. 4. Dilaksanakan operasi pasar bekerjasama dengan Dinas Pertanian kota Jambi di 5 pasar : Angso duo, Talang Banjar, Kasang, Pasar Simpang Pulai dan Pasar Keluarga mulai dari H 3 lebaran sampai H 1 lebaran. 5. Pengaktifan Pokja Dewan ketahanan pangan kabupaten/kota. 6. Mencegah angkutan truk yang overload agar tidak memperburuk kondisi jalan. 7. Pengaktifan tim koordinasi penanganan kelancaran lalu lintas lebaran di seluruh kabupaten kota. Kedepan, potensi tekanan inflasi diharapkan semakin menjadi perhatian pemerintah terutama menjelang hari Idul Adha. Beberapa hal yang dapat memicu peningkatan harga antara lain: 1. Hari Idul Adha. Pasokan daging diperkirakan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pada hari besar tersebut, namun tekanan kenaikan harga dapat II

77 berasal dari sub sektor bumbu-bumbuan seperti cabe merah, bawang merah dan santan. 2. Kondisi infrastruktur jalan raya yang masih buruk terutama pada jalan lingkar yang merupakan akses menuju gudang dikhawatirkan dapat menambah beban distribusi barang sehingga memicu kenaikan harga. 3. Kebutuhan semen diperkirakan akan meningkat menjelang akhir tahun seiring dengan proyek-proyek pembangunan yang memasuki tahap finishing. Sementara itu, bencana gempa bumi yang menimpa Sumbar dikhawatirkan dapat menghambat pasokan semen ke Jambi. Untuk mengantisipasi hal tersebut, prioritas kebutuhan semen di Jambi akan dipasok dari Jawa. 4. Memasuki musim pancaroba dari musim kemarau ke musim penghujan, cuaca terkadang menjadi ekstrim. Angin kencang diperkirakan akan melanda berbagai kota sepanjang wilayah barat dan timur terutama kota Jambi, Muara Jambi, Kerinci dan Merangin. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Untuk dapat mengendalikan inflasi di Kota Jambi diperlukan peranan dari berbagai pihak terkait. Penanganannya tidak hanya dari satu sisi saja (misalnya dari sisi pasokan) melainkan terkait dengan banyak sektor. Oleh sebab itu identifikasi potensi inflasi serta cara penanganan yang tepat dan menyeluruh diharapkan dapat mengurangi laju inflasi di Kota Jambi. Kedepan, beberapa langkah-langkah yang harus terus dilaksanakan untuk menekan laju inflasi kota Jambi adalah: 1. Pemantauan harga dan pasokan kebutuhan pokok di setiap level distribusi. 2. Percepatan perbaikan infrastruktur jalan terutama yang merupakan jalan kunci dalam arus distribusi barang. 3. Dalam jangka panjang, pemerintah daerah diharapkan terus mengembangkan pertanian tanaman pangan sehingga ketergantungan Jambi akan daerah lain dapat berkurang. Beberapa cara yang dapat ditempuh untuk mendukung ini adalah: a.) memperbaiki mekanisme distribusi pupuk sehingga penyaluran pupuk bersubsidi dapat berjalan dengan optimal, b.) subsidi dan penyediaan bibit unggul untuk tanaman pangan, 3.) percepatan diversifikasi bahan pangan di sisi konsumsi. 4. Meningkatkan fungsi dan peran FKPI Provinsi Jambi. III

78 Halaman ini sengaja dikosongkan

79 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Kinerja perbankan pada triwulan III 2009 menunjukkan peningkatan dari sisi aset dan penyaluran kredit sementara penghimpunan dana mengalami penurunan. Dengan demikian, fungsi intermediasi yang tercermin dari nilai Loan to deposits ratio (LDR) perbankan juga menunjukkan peningkatan dari triwulan sebelumnya. Seiring dengan itu, kualitas kredit yang diberikan relatif stabil dari triwulan lalu. A. Perkembangan Kelembagaan Secara kelembagaan, jumlah bank yang beroperasi di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Jambi sampai dengan Triwulan II tahun 2009 tercatat sebanyak 23 (dua puluh tiga) bank umum dan 8 (delapan) BPR yang terdiri dari 178 kantor bank umum termasuk BRI unit dan 14 kantor BPR. Pada periode triwulan laporan tidak terdapat penambahan bank umum maupun BPR baru, namun terdapat penambahan 2 (dua) kantor cabang pembantu (KCP) yaitu KCP BTPN Talang Banjar, dan KCP BTPN Sarolangun. Dari 23 (dua puluh tiga) bank umum yang beroperasi di wilayah Jambi, terdiri dari 5 (lima) bank pemerintah diantaranya 1 (satu) Bank Pembangunan Daerah, dan 18 (delapan belas) bank swasta nasional. Dilihat dari sebarannya, jumlah kantor bank terbesar masih di Kota Jambi sebanyak 69 (enam puluh sembilan) buah (35,94%), sedangkan untuk kabupaten yang paling sedikit kantor banknya adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebanyak 5 (lima) kantor (2,60%). 47

80 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH B. Bank Umum Perkembangan Aset Bank Aset bank umum di Provinsi Jambi pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar Rp269,31 miliar (2,06%) namun melambat dibandingkan pertumbuhan aset triwulan lalu yang sebesar 5,82%. Masih meningkatnya aset perbankan pada triwulan laporan seiring dengan meningkatnya aset dari seluruh kategori bank. Peningkatan aset terbesar dialami oleh bank pemerintah dengan peningkatan sebesar Rp165,91 miliar (1,87%) diikuti oleh bank swasta yaitu sebesar Rp81,18 miliar (2,16%) serta bank syariah yang meningkat sebesar Rp22,23 miliar (5,64%). Dengan demikian secara total, aset bank umum pada triwulan laporan menjadi sebesar Rp13.321,63 miliar. Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi Rp miliar 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - Q1-04 Q2-04 Q3-04 Jumlah Aset (aksis kiri) Pertumbuhan (%) Q4-04 Q1-05 Q2-05 Q3-05 Q4-05 Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2- Q Persen Dari total pangsa pasar aset bank umum, aset bank pemerintah merupakan yang terbesar hingga mencapai 68,00%, diikuti oleh aset bank swasta yang memiliki pangsa sebesar 28,88% dan aset bank syariah yang memiliki pangsa sebesar 3,12% pada triwulan laporan. 2. Perkembangan Dana Masyarakat Jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun oleh perbankan pada triwulan laporan menurun sebesar 1,71%, yaitu dari Rp10.564,49 miliar menjadi Rp10.383,70 miliar pada triwulan laporan. 19 Data s.d. bulan Agustus

81 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Berdasarkan kelompok bank, penurunan DPK dirasakan oleh bank pemerintah sementara penghimpunan DPK oleh bank swasta dan bank syariah terus mengalami peningkatan 20. Penghimpunan DPK bank pemerintah mengalami penurunan sebesar Rp192,65 miliar atau setara dengan 2,80% sementara penghimpunan DPK bank swasta dan bank syariah mengalami peningkatan yaitu masing-masing sebesar Rp6,68 miliar (0,19%) dan Rp5,19 miliar (2,42%). Dengan demikian pada triwulan laporan, DPK perbankan menurun sebesar Rp180,79 miliar atau setara dengan 1,71% dibandingkan dengan triwulan lalu. Tabel 3.1 Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) URAIAN Pertumbuhan Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Nominal Persen Bank Konvensional Bank Pemerintah 6,792,549 6,475,385 6,582,172 6,885,592 6,692,941 (192,651) (2.80) 1 Giro 2,038,788 1,795,255 1,843,254 1,823,585 1,737,994 (85,591) (4.69) 2 Tabungan 3,117,628 3,405,548 3,071,431 3,362,425 3,282,825 (79,600) (2.37) 3 Simpanan Berjangka 1,636,133 1,274,582 1,667,487 1,699,582 1,672,122 (27,460) (1.62) Bank Swasta Nasional 3,370,587 3,396,774 3,497,944 3,464,288 3,470,965 6, Giro 529, , , , ,565 (26,527) (4.82) 2 Tabungan 1,470,180 1,478,499 1,538,759 1,546,735 1,576,134 29, Simpanan Berjangka 1,370,608 1,396,603 1,476,924 1,367,461 1,371,266 3, Bank Syariah 179, , , , ,796 5, Giro 46,918 49,508 50,230 48,821 52,405 3, Tabungan 99, , , , ,312 (1,078) (0.98) 3 Simpanan Berjangka 32,766 45,806 47,361 55,398 58,079 2, Jumlah 10,342,315 10,069,369 10,281,162 10,564,489 10,383,702 (180,787) (1.71) 1 Giro 2,615,505 2,366,435 2,375,745 2,422,498 2,313,964 (108,534) (4.48) 2 Tabungan 4,687,303 4,985,943 4,713,645 5,019,550 4,968,271 (51,279) (1.02) 3 Simpanan Berjangka 3,039,507 2,716,991 3,191,772 3,122,441 3,101,467 (20,974) (0.67) Berdasarkan jenis penghimpunan dana, penurunan DPK pada triwulan laporan dipicu oleh menurunnya semua jenis simpanan dengan penurunan terbesar adalah untuk jenis giro sebesar Rp108,53 miliar (4,48%) diikuti oleh tabungan dengan penurunan sebesar Rp51,28 miliar (1,02%) dan simpanan berjangka sebesar Rp20,97 miliar (0,67%). Berdasarkan pangsanya, penghimpunan dana terbesar masih diraih oleh tabungan yaitu sebesar 47,85%, diikuti oleh deposito 29,87% dan giro 22,28%. 20 Bank Syariah termasuk bank syariah milik pemerintah dan swasta nasional 49

82 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi Rp miliar 5,500 5,000 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Q1-03 Q2-03 Q3-03 Q4-03 Q1-04 Q2-04 Q3-04 Q4-04 Q1-05 Q2-05 Q3-05 Q4-05 Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2- Q Giro (aksis kiri) Simpanan Berjangka (aksis kiri) Tabungan (aksis kiri) DPK (aksis kanan) Rp miliar 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - Berdasarkan golongan pemilik, secara nominal, penurunan DPK berasal dari menurunnya penghimpunan dana dari perorangan (Rp124,29 miliar), Pemerintah Daerah (Rp53,20 miliar) dan lainnya (Rp50,80 miliar). No. Tabel 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik (dalam jutaan rupiah) Golongan Pemilik Trw.IV-2008 Trw.I-2009 Trw.II-2009 Trw.III-2009 Nominal Share Nominal Share Nominal Share Nominal Share Penduduk/Residents 1 Pemerintah 46, , , , Pemerintah Daerah 1,149, ,925, ,717, ,782, Badan/lembaga pemerintah 82, , , , Badan Usaha Milik Negara 161, , , , Perusahaan asuransi 28, , , , Perusahaan swasta 944, , , , Yayasan dan Badan Sosial 70, , , , Koperasi 31, , , , Perorangan 7,484, ,287, ,589, ,465, Lainnya 70, , , , Jumlah 10,069, ,281, ,564, ,383, Bukan Penduduk/Non-Residents Penduduk dan bukan penduduk 10,069,369 10,281,162 10,564,489 10,383,702 Berdasarkan pangsanya, DPK terbesar adalah untuk golongan pemilik perorangan yang mencapai 70,66%; diikuti oleh milik Pemerintah Daerah sebesar 16,87% dan perusahaan swasta sebesar 5,74%. Berdasarkan lokasi bank, jumlah dana masyarakat di perbankan mengalami penurunan di sebagian besar kabupaten/kota. Penurunan tertinggi terjadi di Kabupaten Bungo sebesar Rp61,88 miliar (11,05%) diikuti oleh Kabupaten Sarolangun sebesar Rp45,82 miliar (10,91%) serta Kabupaten 50

83 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Batanghari sebesar Rp38,91 miliar (8,48%). Sementara itu peningkatan DPK tertinggi dialami oleh Kabupaten Tanjabbar yaitu sebesar Rp43,35 miliar (4,80%). Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Bank (dalam jutaan rupiah) No. Kota/Kabupaten Trw.I-09 Trw.II-09 Trw.III-09 Pertumbuhan Nominal Share Nominal Share Nominal Share Nominal Persen 1 Kota Jambi 6,532, ,685, ,688, , Batanghari 438, , , (38,909) (8.48) 3 Tanjung Jabung Barat 893, , , , Merangin 396, , , (19,166) (4.98) 5 Kerinci 488, , , (23,069) (4.17) 6 Sarolangun 415, , , (45,823) (10.91) 7 Bungo 498, , , (61,881) (11.05) 8 Tebo 130, , , (1,252) (0.95) 9 Muara Jambi 210, , , (15,074) (7.89) 10 Tanjung Jabung Timur 261, , , (23,267) (9.06) 11 Lainnya (Others ) 15, , , , JUMLAH 10,281, ,564, ,383, (180,787) (1.71) 3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi mengalami perlambatan dengan tumbuh sebesar 4,97% dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan lalu yang sebesar 8,31%. Dengan demikian total penyaluran kredit pada triwulan laporan adalah sebesar Rp8.809,60 miliar meningkat dari triwulan lalu yang sebesar Rp8.392,28 miliar. URAIAN Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) Pertumbuhan TW II TW III TW IV TW I TW II TW III Nominal Persen Kelompok Bank 6,921,211 7,513,877 7,593,187 7,748,152 8,392,275 8,809, , Bank Pemerintah 4,648,746 5,076,829 5,236,482 5,434,083 5,998,544 6,316, , Bank Swasta 2,069,247 2,188,753 2,081,416 1,997,182 2,038,529 2,116,048 77, Bank Syariah 203, , , , , ,920 21, Jenis Penggunaan 6,921,211 7,513,877 7,593,187 7,748,152 8,392,275 8,809, , Modal Kerja 2,861,846 2,997,699 2,984,839 2,968,650 3,242,737 3,411, , Investasi 1,303,493 1,437,519 1,454,979 1,453,410 1,523,921 1,610,634 86, Konsumsi 2,755,872 3,078,659 3,153,369 3,326,092 3,625,617 3,787, , Sektor Ekonomi 6,921,211 7,513,877 7,593,187 7,748,152 8,392,275 8,809, , Pertanian 817, ,654 1,006,549 1,009,514 1,059,957 1,137,235 77, Pertambangan 25,816 15,914 34,866 28,382 31,780 27,192-4,588 (14.44) 3 Perindustrian 404, , , , , ,586-5,185 (1.18) 4 Listrik, Gas dan Air 32,963 31,341 29,330 28,020 26,793 26, Konstruksi 298, , , , , ,713 11, Perdagangan, Restoran dan Hotel 2,019,320 2,088,594 2,145,985 2,156,927 2,385,394 2,493, , Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi 165, , , , ,746 99,209-6,537 (6.18) 8 Jasa-jasa Dunia Usaha 252, , , , , ,241 16, Jasa-jasa Sosial Masyarakat 119, , , , , ,765 1, Lain-lain 2,783,614 3,114,540 3,172,430 3,355,061 3,649,476 3,867, , Berdasarkan Kelompok Bank, peningkatan jumlah kredit dipicu oleh meningkatnya penyaluran semua kelompok bank dengan peningkatan terbesar 51

84 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH adalah untuk bank pemerintah yaitu sebesar Rp318,09 miliar (5,30%), diikuti oleh penyaluran kredit bank swasta sebesar Rp77,52 miliar (3,80%) dan bank syariah sebesar Rp21,72 miliar (6,11%). Dilihat dari pangsa (share) penyaluran kredit, kelompok bank pemerintah masih mendominasi dengan pangsa sebesar 71,70% dari total penyaluran kredit perbankan, diikuti dengan kelompok bank swasta (24,02%) serta kelompok bank syariah (4,28%). Berdasarkan Jenis Penggunaan, peningkatan jumlah kredit juga dialami oleh semua jenis kredit. Pertumbuhan kredit tertinggi dialami oleh kredit modal kerja dengan peningkatan sebesar Rp168,35 miliar (5,19%) kemudian diikuti oleh kredit konsumsi sebesar Rp162,27 miliar (4,48%) dan kredit investasi sebesar Rp86,71 miliar (5,69%). Terus meningkatnya penyaluran kredit perbankan di Jambi menunjukkan bahwa kepercayaan perbankan untuk membiayai usaha masyarakat baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang serta daya beli masyarakat yang semakin membaik. Berdasarkan pangsanya, kredit terbesar dialokasikan untuk kredit konsumsi yaitu 43,00%, diikuti oleh kredit modal kerja 38,72% dan kredit investasi 18,28% dari total kredit pada triwulan laporan. Berdasarkan Sektor Ekonomi, hampir semua sektor ekonomi mengalami peningkatan jumlah penyaluran kredit kecuali untuk sektor pertambangan, perindustrian serta listrik, gas, air; pengangkutan dan komunikasi. Secara nominal, peningkatan kredit terbesar dialami oleh sektor lain-lain (untuk konsumsi) yaitu sebesar Rp218,44 miliar(5,99%) diikuti dengan sektor pertanian yaitu sebesar Rp77,28 miliar (7,29%). Pangsa penyaluran kredit tetap didominasi oleh kredit sektor lain-lain sebesar 43,91% terhadap outstanding kredit, diikuti sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar 28,31%, serta sektor pertanian sebesar 12,91%. Penyaluran kredit ketiga sektor tersebut mendominasi penyaluran kredit yang mencapai 85,12% dari total outstanding kredit. 52

85 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Berdasarkan lokasi Proyek 21, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di Provinsi Jambi juga mengalami peningkatan yaitu tumbuh sebesar 2,62% dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp11,24 miliar menjadi Rp11,54 miliar. 22 Meningkatnya jumlah kredit ini hampir dialami oleh semua sektor ekonomi kecuali untuk sub sektor pertanian, perindustrian, jasa pengangkutan dan listrik, air dan gas. Berdasarkan nominal kredit, peningkatan kredit lokasi proyek pada triwulan laporan terutama dipicu oleh meningkatnya kredit lain-lain sebesar Rp129,08 miliar (3,00%), diikuti dengan sektor perdagangan sebesar Rp94,11 miliar (3,83%), serta sektor pertambangan sebesar Rp53,37 miliar (50,51%). Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) Sektor Ekonomi I II III IV I II III Pertanian 1,367,665 1,828,219 1,962,425 1,993,259 1,959,270 2,026,202 2,017,989 Pertambangan 116, ,867 68, ,673 97, , ,027 Perindustrian 887, , , , , , ,928 Perdagangan 1,807,987 2,108,819 2,185,613 2,247,894 2,234,779 2,457,387 2,551,499 Jasa-jasa 852,274 1,170,425 1,250,435 1,232,322 1,203,112 1,519,917 1,549,366 - listrik, gas dan air 86,777 95, , , , , ,670 - konstruksi 245, , , , , , ,489 - pengangkutan 132, , , , , , ,913 - jasa dunia usaha 264, , , , , , ,584 - jasa sosial masyarakat 123, , , , , , ,710 Lain-lain 3,113,757 3,436,538 3,865,525 3,971,675 4,085,517 4,301,199 4,430,284 TOTAL 8,145,685 9,554,812 10,288,458 10,434,067 10,404,818 11,241,587 11,536,091 Sumber: SEKDA Provinsi Jambi 4. Undisbursed Loan dan Persetujuan Kredit Baru Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan sebesar 1,47%. Pada triwulan laporan, total undisbursed loan sebesar Rp666,02 miliar atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp656,38 miliar. Berdasarkan jenis penggunaan, proporsi undisbursed loan terbesar terdapat pada kredit modal kerja, yaitu mencapai 83,52% dari total undisbursed 21 Data s.d. bulan Agustus Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Daerah (SEKDA) Provinsi Jambi. Data kredit lokasi proyek yang dimaksud masih memasukkan kredit dari BPR serta bank asing dan bank campuran sesuai dengan format SEKDA Provinsi Jambi. 22 Data s.d. Bulan Agustus Mulai Mei 2007, Data dana/kredit telah menggunakan konsep net, yaitu tidak memasukkan dana/kredit pada pemerintah pusat dan bukan penduduk. Hal ini telah disesuaikan dengan publikasi SEKI (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia). 53

86 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH loan. Jika berdasarkan sektor ekonomi, undisbursed loan terbesar adalah sektor perdagangan, restoran dan hotel (41,75%), diikuti oleh sektor perindustrian (20,98%), serta sektor pertanian (16,26%). Tabel 3.6 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) Kategori TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III Jenis Penggunaan 1investasi 79,604 98,903 79,836 86,730 64,087 87, ,743 2 konsumsi 4,594 6,794 5,241 6,038 3,744 1, modal kerja 502, , , , , , ,254 Total 586, , , , , , ,021 Sektor Ekonomi 1 Pertanian 78,361 76,635 84,701 77,478 76, , ,328 2 Pertambangan 2, Perindustrian 24,677 28,764 31,328 41, , , ,739 4 Listrik, Gas dan Air Konstruksi 38,669 43,796 53,939 54,226 64,010 76,391 65,437 6 Perdagangan, Restoran dan Hotel 354, , , , , , ,031 Pengangkutan, Pergudangan dan 7 komunikasi 25,614 21,423 28,031 23,456 25,900 22,264 24,673 8 Jasa-jasa Dunia Usaha 39,140 38,085 33,718 36,317 36,897 40,060 45,780 9 Jasa-jasa Sosial Masyarakat 18,513 15,499 6,038 2,488 2,364 3,824 3, Lain-lain 4,594 6,830 5,431 6,108 4,321 1, Total 586, , , , , , ,021 Jumlah persetujuan kredit pada triwulan laporan menunjukkan penurunan jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, persetujuan kredit menurun sebesar 20,28%. Menurunnya jumlah persetujuan kredit baru terjadi pada semua jenis kredit dengan penurunan terbesar adalah kredit investasi yaitu sebesar Rp53,12 miliar (55,85%). Tabel 3.7 Tabel Persetujuan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) Tw III 08 Tw IV 08 Tw I 09 Tw II 09 Tw IIII 09 Jenis Kredit Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta % 1. Modal Kerja 158, , , , , Investasi 60, , , , , Konsumsi 217, , , , , Jumlah 436, ,542, , , ,

87 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) gross Bank Umum di Provinsi Jambi Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan 23 di Provinsi Jambi mengalami peningkatan baik dilihat dari kredit berdasarkan lokasi proyek maupun wilayah pelapor. LDR berdasarkan lokasi proyek 24 meningkat dari 104,75% menjadi 109,40% sedangkan LDR berdasarkan wilayah pelapor meningkat dari 79,44% menjadi 84,84%. Peningkatan rasio LDR mencerminkan meningkatnya fungsi intermediasi perbankan di daerah dan mulai meningkatnya kepercayaan perbankan untuk menyalurkan kredit. Rp juta 12,000,000 10,000,000 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000,000 Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi 83.95% 87.15% 86.94% 88.05% 83.26% 58.18% 59.23% 59.84% 60.40% % % % 97.77% 99.55% 90.63% 75.41% 62.78% 66.80% 72.65% 75.36% 110% 90% 84.84% 79.44% 70% 50% 30% 10% - Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Kredit Lokasi Proyek (Rp juta) Kredit Perbankan Jambi (Rp juta) DPK Perbankan (Rp juta) LDR Lokasi Proyek (persen) LDR Perbankan Jambi (persen) -10% 23 LDR perbankan disini maksudnya rasio antara kredit yang disalurkan oleh bank umum dibandingkan dengan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang dilakukan bank umum pada triwulan laporan. 24 Yang dimaksud LDR berdasarkan lokasi proyek adalah rasio antara kredit yang disalurkan berdasarkan lokasi proyek oleh bank umum dibandingkan dengan penghimpunan DPK bank umum pada triwulan laporan. 55

88 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik 3.4 Loan to deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per kabupaten/kota di Provinsi Jambi Triwulan II-09 Triwulan III-09 LDR < 100% Tebo Lainnya Batanghari Bungo Merangin Saro langun Kerinci Kota Jambi Tanjabtim Tanjabbar 56 Berdasarkan Kabupaten/Kota, Kabupaten Tebo memiliki LDR tertinggi yaitu 354% di antara sepuluh kota/kabupaten di Provinsi Jambi, diikuti oleh Kabupaten Muara Jambi dan lainnya. Sementara itu, terdapat 3 (tiga) kabupaten/kota dengan tingkat LDR kurang dari 100% dengan LDR terendah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur masingmasing sebesar 61% dan 74%. Kualitas kredit relatif tetap pada triwulan laporan. Kondisi ini tercermin dari stabilnya rasio Non Performing Loan (NPL) gross bank umum yaitu sebesar 3,99% pada triwulan laporan. Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi adalah pada sektor pertanian sebesar 13,68% diikuti dengan sektor perindustrian sebesar 7,91% yang berarti sudah jauh di atas ketentuan Bank Indonesia yang sebesar 5%. Sementara itu, NPL sektor-sektor ekonomi lainnya masih berada dalam kategori baik (dibawah 5%). No Tabel 3.8 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum Provinsi Jambi Sektor Ekonomi TW I-09 Nominal NPL NPL (%) Kredit TW II-09 Nominal NPL NPL (%) Kredit TW III-09 Nominal NPL NPL (%) Kredit 1. Pertanian 1,009, , ,059, , ,137, , Pertambangan 28,382-31, , Perindustrian 377,768 13, ,771 35, ,586 34, Listrik, Gas dan Air 28,020-26, , Konstruksi 248,025 3, ,248 3, ,713 8, Perdagangan, Restoran dan Hotel 2,156,927 74, ,385,394 81, ,493,933 84, Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi 113, , , Jasa-jasa Dunia Usaha 302,607 6, ,146 10, ,241 8, Jasa-jasa Sosial Masyarakat 128, , , Lain-lain 3,355,061 47, ,649,476 56, ,867,914 59, J U M L A H 7,748, , ,392, , ,809, ,

89 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 6. Perkembangan UMKM Seiring dengan pertumbuhan kredit perbankan sebesar 4,97% pada triwulan laporan, kredit UMKM juga mengalami pertumbuhan bahkan sedikit di atas pertumbuhan total kredit yaitu sebesar 5,10%. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan perbankan akan kredit UMKM masih cukup tinggi. Dengan demikian pangsa kredit UMKM terhadap total kredit terus mengalami peningkatan yaitu dari sebesar 86,23% menjadi 86,34% pada triwulan laporan. Grafik 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi Miliar Rp 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1, TW I-07 TW II-07 TW III-07 TW IV-07 TW I-08 TW II-08 TW III-08 TW IV-08 TW I-09 TW II-09 TW III-09 Total Kredit - Bank Pelapor Total Kredit UMKM Mikro Kecil Menengah Pertumbuhan UMKM (%) Pertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor Persen Kualitas penempatan dana perbankan daerah dalam bentuk kredit UMKM menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini dicerminkan dari menurunnya rasio NPL UMKM pada triwulan laporan yaitu dari 3,68% menjadi 3,63%. Kualitas kredit UMKM tersebut juga lebih baik dibandingkan dengan kualitas kredit perbankan secara total yang memiliki NPL sebesar 3,99%. Dilihat dari distribusinya, kredit UMKM sektor usaha mikro masih memiliki pangsa yang terbesar yaitu 33,25% lalu diikuti sektor usaha kecil sebesar 36,00%, serta sektor usaha menengah sebesar 17,09% dari total kredit perbankan. 57

90 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% TW I-06 TW II- TW III- TW IV- TW I-07 TW II- TW III- TW IV- TW I-08 TW II- TW III- TW IV- TW I-09 TW II Kredit Besar/Non-UMKM Menengah Kecil Mikro TW III- 09 Berdasarkan komposisinya, pertumbuhan kredit UMKM ditopang oleh meningkatnya pertumbuhan kredit usaha kecil yaitu sebesar 9,64%. Sementara kredit usaha mikro dan menengah mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 1,86% dan 2,52%. Berdasarkan jenis penggunaan, kredit UMKM masih didominasi oleh kredit konsumsi yang pangsanya mencapai 49,80%, diikuti kredit modal kerja sebesar 36,55% serta kredit investasi sebesar 13,%. 7. Profitabilitas 25 Kondisi profitabilitas (net) perbankan di Provinsi Jambi pada triwulan laporan menunjukkan sedikit penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Selama periode triwulan III tahun 2009 perbankan di Provinsi Jambi mencatat laba bersih (net) sebesar Rp155,49 miliar menurun sebesar Rp4,70 miliar jika dibandingkan dengan triwulan II Data s.d. bulan September

91 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Miliar Rp Grafik 3.7 Perkembangan Laba Rugi Triwulanan 201 L/R (sblm transfer & pajak) L/R (net) Tw II Tw III 06 Tw IV 06 Tw I 07 Tw II 07 Tw III 07 Tw IV 07 Tw I 08 Tw II 08 Tw III 08 6 Tw IV 08 Tw I 09 Tw II 09 Tw III 09 Berdasarkan komposisinya, pendapatan terbesar pada triwulan ini adalah untuk pendapatan kredit. Pendapatan kredit pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan sebesar 4,67%. Sementara itu pendapatan dari SBI dan surat berharga lainnya menunjukkan penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tabel 3.9 Komposisi Pendapatan Bunga Bank Umum Provinsi Jambi Jenis Aset Tw I 07 Tw II 07 Tw III 07 Tw IV 07 Tw I 08 Tw II 08 Tw III 08 Tw IV 08 Tw I 09 Tw II 09 Tw III 09 SBI dan surat berharga 497 7,054 10,174 8,303 6,464 10,084 10,263 9,556 4,486 5,793 1,363 Kredit 178, , , , , , , , , , ,702 Lainnya (41) Total 187, , , , , , , , , , ,131 Dilihat dari spread bunga (grafik 3.8), terlihat bahwa margin keuntungan perbankan di Provinsi Jambi terus meningkat pada triwulan laporan. Margin ratarata tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito 3 (tiga) bulan meningkat yaitu dari 6,36% pada triwulan lalu menjadi 6,74% pada triwulan laporan. Kenaikan ini dipicu oleh semakin menurunnya suku bunga deposito 3 bulan seiring dengan penurunan BI-rate sementara respon untuk menurunkan suku bunga pinjaman lebih lambat. Hal ini menyebabkan beban bunga yang ditanggung pada triwulan ini relatif lebih kecil dibandingkan triwulan sebelumnya. 59

92 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Persen (%) Grafik 3.8 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum Provinsi Jambi Margin Kredit Deposito 3 Bulan SBI Jul Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Perbankan terus merespon penurunan BI Rate dengan menurunkan suku bunga simpanan. Pada triwulan laporan, suku bunga simpanan turun sebesar 47 bps yaitu menjadi 8,07% sementara suku bunga pinjaman hanya turun 9 bps dan menjadi 14,81%. C. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 26 Seiring dengan bank umum yang mengalami peningkatan kinerja pada triwulan laporan, kinerja BPR juga tetap tumbuh dibandingkan dengan triwulan lalu yang tercermin dari meningkatnya jumlah aset, DPK dan kredit. Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi Jambi mencapai Rp232,99 miliar, meningkat sebesar 6,70% dibanding pada triwulan sebelumnya yang sebesar Rp218,36 miliar. Sementara itu, jumlah penghimpunan dana BPR di Provinsi Jambi mengalami percepatan pertumbuhan yaitu meningkat sebesar Rp13,43 miliar (8,04%) dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 0,59%. Dari sisi penyaluran kredit, jumlah penyaluran kredit tumbuh sebesar Rp1,2 miliar (0,70%). Tingginya peningkatan jumlah penghimpunan dana pada triwulan laporan menyebabkan turunnya fungsi intermediasi BPR di Provinsi Jambi yang dicerminkan dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) menjadi 98,03% dari sebelumnya 105,19%. Namun demikian, kualitas kolektabilitas kredit menunjukkan penurunan yang ditunjukkan dengan meningkatnya persentase Non Performing Loan, yaitu dari 8,13% menjadi sebesar 8,48%. 26 Data s.d. Bulan Agustus

93 BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH APBD-P Provinsi Jambi (tidak termasuk anggaran pemerintah kota dan kabupaten) tahun 2009 sebesar Rp 1,67 triliun yang berarti meningkat 3,05% dari APBD yang telah disahkan di awal tahun ini yang sebesar 1,62 triliun. Dari sisi anggaran pendapatan, jumlah anggaran perubahan pendapatan daerah Provinsi Jambi tahun 2009 sebesar Rp1.292,67 miliar atau naik 2,85% dibandingkan anggaran pendapatan di awal tahun yang sebesar Rp1.256,89 miliar. 27 A. Pendapatan Tahun 2009 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi pada tahun 2009 diperkirakan akan meningkat sebesar 2,85% dari jumlah yang telah dianggarkan dalam APBD di awal tahun. Secara nominal, peningkatan pendapatan tersebut disebabkan oleh bertambahnya anggaran pendapatan lainnya sebesar Rp25,05 miliar serta meningkatnya anggaran pos PAD sebesar Rp17,86 miliar (3,72%). Di sisi lain, anggaran dana perimbangan mengalami penurunan sebesar Rp7,13 miliar (minus 0,92%). Meningkatnya PAD Jambi disebabkan oleh meningkatnya retribusi daerah sebesar Rp12,67 miliar (45,61%). Sementara itu dana bagi hasil pajak dalam dana perimbangan mengalami penurunan sebesar Rp7,12 miliar (2,66%). Secara umum, pendapatan daerah Provinsi Jambi masih bertumpu pada jumlah dana perimbangan dengan pangsa sebesar 59,52% dari total pendapatan daerah yang berarti ketergantungan daerah terhadap transfer dana dari pusat sangat besar. Jika Pemerintah Daerah Provinsi Jambi mampu mengoptimalkan 27 APBD-P Provinsi Jambi tahun 2009 ini disahkan tanggal 1 September

94 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH sumber-sumber pendapatan daerah dan digunakan seefektif serta seefisien mungkin untuk kemajuan daerah, niscaya tingkat kesejahteraan masyarakat Jambi bisa lebih baik lagi. Tabel 4.1. Pendapatan APBD-P Provinsi Jambi Tahun 2009 (dalam miliar Rupiah) Keterangan APBD APBD APBD APBD APBD-P Perubahan (%) Pendapatan Daerah Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Pajak daerah yang dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan (0.92) Dana Bagi Hasil pajak/bagi Hasil Bukan Pajak (2.66) Dana Alokasi Umum (0.00) Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Pendapatan Hibah Dana Darurat 5.00 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda Lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi dan Pemda Lainnya 1.09 Bantuan Dana Kontijensi/Penyeimbang dr Pemerintah Total Pendapatan , , , Realisasi pendapatan selama semester pertama tahun 2009 mengalami penurunan dibandingkan dengan posisi yang sama tahun lalu. Dalam semester pertama ini, realisasi pendapatan Provinsi Jambi baru mencapai 39,21% dari APBD-P atau setara dengan Rp506,80 miliar. Masih rendahnya realisasi pendapatan tersebut dipicu oleh menurunnya penerimaan daerah baik yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun pendapatan transfer dari pusat. miliar (Rp) Grafik 4.1. Perkembangan Pendapatan APBD-P Provinsi Jambi Pendapatan (aksis kiri) % Realisasi Pendapatan (aksis kanan) Realisasi Pendapatan (aksis kiri) persen (%) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV SMT ISMT IISMT ISMT IISMT I Sumber: Biro Keuangan (diolah) Mulai tahun 2007 laporan realisasi APBD dilakukan per-semester 62

95 B. Anggaran Belanja Tahun 2009 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Jambi pada tahun 2009 diperkirakan akan meningkat sebesar 3,05% dari jumlah yang telah dianggarkan dalam APBD di awal tahun. Secara nominal, peningkatan belanja tersebut dipicu oleh meningkatnya belanja tidak langsung sebesar Rp51,36 miliar (7,49%) sementara belanja langsung diperkirakan mengalami penurunan sebesar Rp1,90 miliar (0,20%). Meningkatnya anggaran belanja tidak langsung sebesar Rp41,17 miliar (35,87%) merupakan upaya pemerintah Provinsi Jambi untuk meningkatkan pemberian belanja bantuan keuangan kepada provinsi/ kabuapaten/kota. Sementara itu upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan efisiensi anggaran ditunjukkan oleh menurunnya anggaran belanja barang dan jasa sebesar Rp34,29 miliar (8,07%). Tabel 4.2. Belanja APBD-P Provinsi Jambi Tahun 2009 (dalam miliar Rupiah) Keterangan APBD APBD APBD APBD APBD-P Perubahan (%) Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai (0.45) Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial (16.54) Belanja Bagi Hasil Kpd Provinsi/Kab/Kota dan Desa Belanja Bantuan Keuangan Kpd Provinsi/Kab/Kota dan Desa Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung (0.20) Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa (8.07) Belanja Modal Total Belanja 1, , , , , Realisasi belanja pemerintah Provinsi Jambi semester pertama tahun 2009 meningkat jika dibandingkan dengan posisi yang sama di tahun Namun demikian, belanja pemerintah belum direalisasikan secara optimal dengan baru terealisasi sebesar 23,33% atau sebesar Rp389,63 miliar. Berdasarkan jenisnya, realisasi belanja terbesar secara nominal adalah untuk belanja operasional yaitu Rp251,94 miliar, diikuti oleh belanja modal Rp52,74 miliar. 63

96 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH miliar (Rp) Grafik 4.2. Perkembangan Belanja APBD-P Provinsi Jambi Belanja (aksis kiri) % Realisasi Belanja (aksis kanan) Realisasi Belanja (aksis kiri) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV SMT ISMT IISMT ISMT IISMT I Sumber: Biro Keuangan Mulai tahun 2007, laporan realisasi APBD per-semester persen (%) C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah Penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi pada triwulan III tahun 2009 terealisasi sebesar Rp631,47 miliar meningkat sebesar 24,06% dibandingkan triwulan sebelumnya dan meningkat sebesar 34,93% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu. Secara nominal, penerimaan pajak tertinggi dicapai oleh jenis pajak bumi dan bangunan sebesar Rp224,12 miliar, diikuti jenis pajak pertambahan nilai sebesar Rp196,23 miliar. Tabel 4.3. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (dalam juta Rupiah) KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH REALISASI PENDAPATAN Triwulan III Triwulan Triwulan I Triwulan II Triwulan III Pertumbuhan 2008 IV Nominal (%) I Pendapatan Pajak Dalam Negeri 443, , , , , , Pendapatan Pajak Penghasilan 179, , , , ,477 (37,853) (17.83) Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai 229, , , , ,229 52, Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan 19, ,504 22, , , , Pendapatan BPHTB 7,021 6,418 4,063 4,284 4, Pendapatan Cukai #DIV/0! Pendapatan Pajak Lainnya 7,190 6,443 5,591 6,819 6,495 (325) (4.76) II Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional 9,923 9,623 2,197 5,207 4,538 (669) (12.85) Pendapatan Bea Masuk 4,483 6,331 2,197 5,003 2,595 (2,408) (48.14) Pendapatan Pajak/Pungutan Ekspor 5,440 3, ,943 1, III Penerimaan Sumber Daya Alam (1) (100.00) Pendapatan Pertambangan Umum (1) (100.00) IV Pendapatan PNPB Lainnya 14,923 16,507 28,701 24,398 21,116 (3,282) (13.45) V Pendapatan Hibah Total Realisasi Pendapatan 468, , , , , , Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah Berdasarkan pangsanya, pendapatan pajak dalam negeri memiliki pangsa paling besar yaitu 95,93% dari total penerimaan pajak pada triwulan laporan. 64

97 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Jika dirinci lagi dari pendapatan pajak dalam negeri, maka pendapatan pajak bumi dan bangunan (35,49%) memiliki pangsa paling besar, diikuti pajak pertambahan nilai (31,08%), serta pajak penghasilan (27,63%). Pendapatan PBB 37.00% Grafik 4.4. Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Grafik 4.5. Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi Pendapatan BPHTB 0.74% Pendapatan Cukai 0.00% Pendapatan Pajak Lainnya 1.07% Pendapatan PPh 28.80% Pendapatan PNPB Lainnya 3.34% Pendapatan Hibah 0.00% Pendapatan Pajak Perdaganga n Int'l 0.72% Pendapatan Pajak Dalam Negeri 95.93% Pendapatan PPN 32.39% Grafik 4.4 Grafik 4.5 Belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi pada triwulan III tahun 2009 terealisasi sebesar Rp767,88 miliar, menurun sebesar 3,45% dibandingkan triwulan sebelumnya namun meningkat sebesar 10,01% jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun lalu. Secara nominal, belanja pemerintah pusat tertinggi adalah untuk belanja pegawai yaitu sebesar Rp214,67 miliar, diikuti dengan belanja modal yang mencapai Rp191,76 miliar. Tabel 4.4. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (dalam juta Rupiah) KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH REALISASI BELANJA Triwulan III Triwulan Triwulan I Triwulan II Triwulan III Pertumbuhan 2008 IV Nominal (%) I Belanja Pegawai 253, , , , ,670 (51,551) (19.36) Belanja Gaji dan Tunjangan 234, , , , ,698 (49,656) (19.07) Belanja Honorarium/Lembur/ Vakasi/Tunj Khusus 19,560 35,897 2,046 6,032 4,163 (1,869) (30.98) Belanja Kontribusi Sosial (132) (392) (35) (165) (191) (25) II Belanja Barang 81, ,693 45, , ,164 49, Belanja Barang 47,091 62,891 26,096 76, ,648 45, Belanja Jasa 9,206 13,686 4,586 10,003 10, Belanja Perjalanan 16,670 30,569 6,289 22,509 22,466 (43) (0.19) Belanja Pemeliharaan 8,753 10,546 8,553 25,029 28,140 3, III Belanja Denda dan Subsidi Perusahaan 846 2,227 4, Belanja Denda 4-4, Belanja Subsidi Perusahaan Negara 842 2, IV Belanja Bantuan Sosial 128, ,146 63, , ,115 (17,405) (11.05) Belanja Bantuan Sosial Lembaga Pendidikan dan Peribadatan 94, ,155 62, , ,391 (29,341) (20.56) Belanja Lembaga Sosial Lainnya 33,968 98,991 1,152 14,788 26,723 11, V Belanja Lain-Lain 22,196 36,621 62,364 60,149 37,572 (22,577) (37.54) Belanja Lain-Lain 22,196 36,621 62,364 60,149 37,572 (22,577) (37.54) VI Belanja Modal 211, ,010 76, , ,755 14, Belanja Modal Tanah 934 2, (224) (29.79) Belanja Modal Peralatan dan Mesin 20,508 72,977 3,358 9,605 6,987 (2,618) (27.25) Belanja Modal Gedung dan Bangunan 20,271 46, ,755 32,815 20, Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan 157, ,583 72, , ,366 (3,599) (2.37) Belanja Pemeliharaan yang dikapitalisasi 561 2, Belanja Modal Fisik Lainnya 11,861 6, ,655 3, Total Realisasi Belanja 698, , , , ,884 (27,438) (3.45) Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah 65

98 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Menurunnya belanja pemerintah pusat di Jambi terutama berupa berkurangnya belanja pegawai pada triwulan laporan sebesar 19,36%, sedangkan belanja modal mengalami peningkatan sebesar 7,89%. Namun demikian porsi belanja modal yang baru 24,97% menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah untuk meningkatkan pembangunan di daerah masih bisa dioptimalkan lagi. Berdasarkan pangsanya, share tertinggi realisasi belanja masih diperuntukkan bagi belanja pegawai yaitu sebesar 27,96% diikuti dengan belanja modal yang mencapai 24,97%, belanja barang yang mencapai 23,85% serta belanja bantuan sosial sebesar 18,25%. Grafik 4.6. Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi belanja lain-lain 4.89% belanja modal 24.97% belanja denda dan subsidi perusahaan negara 0.08% belanja bantuan sosial 18.25% belanja barang 23.85% belanja pegawai 27.96% D. Keuangan Pemerintah Daerah Perkembangan simpanan pemerintah daerah di perbankan Jambi mencapai Rp1,42 triliun pada triwulan laporan, menurun sebesar 17,07% dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan jenisnya, simpanan pemerintah daerah paling besar dalam bentuk giro (66,36%), diikuti dengan deposito sebesar 33,03%. 66

99 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Grafik 4.7. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi (dalam juta Rupiah) 1,800,000 Deposito Giro 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000, , , , ,000 - Jan-08 Mar-08 May-08 Jul-08 Sep-08 Nov-08 Jan-09 Mar-09 May-09 Jul-09 Sep-09 Simpanan pemerintah daerah (secara total) terus mengalami penurunan dalam triwulan laporan. Menurunnya simpanan pemerintah daerah ini mengindikasikan pemerintah daerah sudah semakin mengakselerasi belanja semenjak tengah tahun berjalan. 67

100 Halaman ini sengaja dikosongkan

101 BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Pada periode triwulan laporan, aktivitas pembayaran di Jambi mengalami peningkatan baik untuk aktivitas pembayaran tunai maupun non tunai. Aktivitas pembayaran tunai tercermin pada meningkatnya aliran uang baik keluar/outflows maupun masuk ke kas Bank Indonesia yang berasal dari setoran dan pembayaran kepada bank-bank umum. Sementara, perkembangan pembayaran non-tunai dilihat dari meningkatnya aktivitas kliring. Uraian Tabel 5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran Provinsi Jambi (dalam miliar rupiah) Pertumbuhan (q-t-q) Trw.I Trw.II Trw. III Trw. IV Trw.I Trw.II Trw.III Nominal Persen Nilai Kliring (miliar Rp) 1, , , , , , , Volume Kliring (lembar warkat) 60,526 67,008 68,947 60,278 58,349 59,407 61,323 1, Aliran Uang Masuk/Inflows (miliar Rp) Aliran Uang Keluar/Ouflows (miliar Rp) , , Net Inflows/ (Net Outflows) (miliar Rp) (462.30) (1,112.46) (964.35) (137.12) (798.48) (750.43) (6.02) RTGS dari Jambi (miliar Rp) 5, , , , , , , RTGS ke Jambi (miliar Rp) 16, , , , , , , (5,801.19) (30.29) RTGS total (miliar Rp) 21, , , , , , , (5,415.42) (21.39) Penemuan Uang Palsu - Pecahan Rp , Pecahan Rp50.000, Pecahan Rp20.000, Pecahan Rp10.000, Jumlah PTTB (miliar Rp) Perbandingan PTTB thd. Inflows (%) Cek dan BG Kosong - Lembar , Nominal (miliar Rp) (4.41) (12.84) A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai A.1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi Pada triwulan laporan, perkembangan aktivitas pembayaran tunai mengalami peningkatan baik dari sisi pembayaran (outflow) maupun aktivitas penerimaan (inflow) jika dibandingkan dengan periode triwulan sebelumnya. Jika dilihat pergerakan outflow secara bulanan menunjukkan bahwa di bulan September 2009 outflow mampu mencapai sebesar Rp623,75 miliar atau sebesar 67,04% dari total outflow triwulan laporan. Peningkatan outflow ini merupakan dampak dari masa liburan sekolah. 69

102 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 5.1 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi Rp miliar 1,600 1,400 1,200 1, Q1-03 Q2-03 Q3-03 Q4-03 Q1-04 Q2-04 Q3-04 Q4-04 Q1-05 Q2-05 Q3-05 Q4-05 Q1-06 Q2-06 Q3-06 Inflows Outflows Net Outflows Pert. Net Outflows (%) Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2- Q Persen 2,800 2,300 1,800 1, Pada triwulan laporan, aliran kas keluar bersih (net cash outflow) sedikit menurun sebesar Rp48,05 miliar (2625,18%). Arus kas masuk (cash inflow) mengalami peningkatan sebesar Rp55 miliar menjadi Rp179,94 miliar sementara aliran kas keluar mengalami peningkatan sebesar Rp6,95 miliar menjadi Rp750,43 miliar. A.2. Penyediaan Uang Layak Edar Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang tidak layak edar (lusuh/rusak) yang masuk ke Bank Indonesia ditujukan untuk menjaga kelayakan uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, jumlah ratio PTTB dibandingkan inflows sebesar 43,50% (Rp78,28 miliar). A.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan Pada triwulan laporan tidak ditemukan uang palsu pada pecahan berapapun. Untuk menjaga tidak beredarnya uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor Bank Indonesia Jambi masih terus melakukan kegiatan Sosialisasi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah kepada masyarakat. B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai B.1. Perkembangan Kliring Lokal Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan sebesar Rp1.600,87 miliar atau meningkat sebesar 0,99% dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp1.585,12 miliar. Peningkatan tersebut 70

103 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN diikuti juga dengan meningkatnya jumlah warkat kliring sebesar 3,23%, yaitu dari lembar menjadi lembar. Di sisi lain, jumlah cek dan BG kosong juga mengalami peningkatan sebesar 15,63% yaitu dari 992 lembar menjadi lembar. Namun demikian, secara nominal jumlah penolakan kliring mengalami penurunan sebesar 12,84%, yaitu dari Rp34,36 miliar menjadi Rp29,95 miliar. Grafik 5.2 dan 5.3 Perkembangan Nominal dan Volume Kliring dalam miliar Rupiah Persen lembar warkat Persen 2, , ,932 2,067 2, , ,671 1,585 1,601 80, , ,526 67,00868,947 60,278 1, ,34959,40761, , (3.20) (4.41) (2.74) 40,000 (5) 500 (15) (12.57) - (15) - (25) Trw.I Trw.II Trw. III Trw. IV Trw.I Trw.II Trw.III Trw.I Trw.II Trw. III Trw. IV Trw.I Trw.II Trw.III Volume Kliring Pertumbuhan Volume Kliring Nilai Kliring Pertumbuhan Nilai Kliring Grafik 5.3 Grafik 5.2 B.2. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) di Kantor Bank Indonesia Jambi secara total (keluar dan masuk/dari dan ke) menurun yaitu sebesar 21,39% sehingga menjadi sebesar Rp19,90 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp25,32 triliun. Transfer masuk ke Provinsi Jambi menurun sebesar Rp5,80 triliun (30,29%) sedangkan transfer keluar dari Provinsi Jambi meningkat sebesar Rp385,77 miliar (6,25%) pada triwulan III tahun

104 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS (dalam miliar rupiah) Kumulatif Triwulanan Rata-Rata Harian Pertumbuhan Keterangan Kumulatif triwulanan Rata-rata harian Dari Ke Dari Ke Dari Ke Dari Ke TW IV-06 7, , TW I-07 5, , (28.00) (33.72) (31.48) (36.93) TW II-07 5, , (1.50) (1.50) TW III-07 6, , TW IV-07 6, , (8.26) (0.62) TW I-08 5, , (17.22) (17.22) TW II-08 6, , TW III-08 7, , TW IV-08 7, , (1.47) TW I-09 5, , (25.37) (1.25) (22.84) 2.10 TW II-09 6, , (3.03) TW III-09 6, , (30.29) 8.00 (29.15) Sumber: & KBI Jambi 72

105 BAB VI KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Pada periode triwulan laporan, hasil survei ekspektasi konsumen (SEK) mulai menunjukkan perbaikan nilai saldo kondisi pengangguran serta ekspektasi masyarakat terhadap kondisi pengangguran. 28 Sementara, jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang pendidikan pada Juli 2009 menurun 8,28% jika dibandingkan dengan Juni Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (posisi bulan Agustus 2009) mengalami penurunan jika dibandingkan triwulan sebelumnya (posisi Juni 2009). Sementara itu, rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) pada triwulan III tahun 2009 menurun sebesar 361 bps jika dibandingkan triwulan III tahun A. Ketenagakerjaan Daerah Berdasarkan data ketenagakerjaan terbaru yang dikeluarkan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jambi pada bulan Juli tahun 2009, jumlah pencari kerja menurun 8,28% jika dibandingkan bulan sebelumnya. 30 Secara nominal, jumlah pencari kerja didominasi oleh tingkat pendidikan dari SLTA sebanyak 578 orang, atau meningkat 11,15% (58 orang) dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan distribusinya (share), pencari kerja dengan jenjang pendidikan SLTA merupakan bagian terbesar pencari kerja (79,07% dari jumlah pencari kerja) diikuti oleh lulusan sarjana (S1) sebesar 15,18%. 28 Nilai saldo pengangguran meningkat artinya masyarakat menilai saat ini jumlah pengangguran mulai turun. 29 Rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) dinyatakan dalam satuan persen (%). 30 Sampai dengan November 2009, data pencari kerja terkini tersedia hanya sampai dengan bulan Juli

106 KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN orang 1,800 1,600 1,400 1,200 1, Grafik 6.1. Jumlah Pencari Kerja dan Pertumbuhannya di Provinsi Jambi Grafik 6.2. Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi Jambi (10.56) Total Pencari Kerja g.pencari kerja (55.63) (50.26) Sumber: Dinas Sosnakertrans Provinsi Jambi, % - (8.28) (20) (40) (60) (80) orang SD SLTA D III/Sarjana Muda Sumber:Dinas Sosnakertrans Provinsi Jambi, 2009 SLTP DI/DII Sarjana Grafik 6.1 Grafik 6.2 Berdasarkan survei ekspektasi konsumen, jumlah penganguran saat ini dibandingkan 6 s.d 12 bulan yang lalu menunjukkan perbaikan. Kondisi ini tercermin dari meningkatnya nilai saldo kondisi pengangguran dari sebesar 70,67 pada triwulan II tahun 2009 menjadi 75,33 pada triwulan III tahun Sedangkan nilai saldo ekspektasi konsumen terhadap kondisi pengangguran juga membaik yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai saldo yaitu dari sebesar Grafik 6.3. Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran Indeks Ekspektasi pengangguran Kondisi pengangguran II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: Bank Indoneisa (diolah) 66,00 menjadi 78,00. Namun demikian, walaupun menunjukkan perbaikan, nilai saldo kondisi pengangguran serta ekspektasi terhadap pengangguran masih berada pada level pesimis pada triwulan laporan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memandang kondisi ketenagakerjaan masih kurang kondusif.

107 KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN B. Kesejahteraan Pergerakan inflasi Kota Jambi pada triwulan laporan mulai mengalami peningkatan menjadi sebesar 1,71%/y-o-y. Meningkatnya harga-harga beberapa kebutuhan pokok tersebut pada akhirnya menyebabkan naiknya kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) per bulan di Provinsi Jambi sebesar 4,34%, yaitu dari Rp ,16 menjadi Rp ,61. Rp 140, , ,000 80,000 60,000 Grafik Perkembangan Harga Rata-rata Bulanan Beberapa Bahan Kebutuhan Pokok Merk Anggur Merk King Merk Belida IR 64 (aksis kanan) IR 42 (aksis kanan) Perkembangan Harga Beras Grafik 6.4 Rp 7,000 6,500 6,000 5,500 5,000 4,500 4,000 Rp 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1, Segi Tiga Biru Merk Lencana Perkembangan Harga Tepung Terigu Grafik 6.5 Rp 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2, Bimoli Botol Special Tanpa Merk Perkembangan Harga Minyak Goreng Grafik 6.6 Sumber: BPS Provinsi Jambi & Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi, Rp 40,000 32,000 24,000 16,000 8, Ayam Kampung (aksis kiri) Susu Merk Dancow (aksis kiri) Kacang Kedelai Impor Daging Ayam Broiler (aksis kiri) Bawang Merah Perkembangan Harga Komoditas lainnya Grafik 6.7 Perkembangan harga beberapa bahan kebutuhan pokok (lihat Grafik 6.2) mengalami perkembangan yang cukup beragam. Harga rata-rata beras ukuran 20 kg, yaitu Merek King dan Merek Belida mengalami peningkatan harga pada kisaran Rp1.303-Rp3.742/20kg selama periode triwulan laporan. 31 Peningkatan harga juga terjadi pada kelompok harga daging, yaitu daging ayam dan daging sapi yang meningkat secara rata-rata masing-masing sebesar Rp2.098/kg dan Rp170/kg. Harga bumbu-bumbuan seperti bawang merah, bawang putih, cabe merah mengalami peningkatan. Di sisi lain, penurunan harga Rp 20,000 16,000 12,000 8,000 4, Sumber: Disperindag Provinsi Jambi,

108 KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN terjadi pada komoditas minyak goreng, kacang kedelai, ikan asin dan kacang tanah. Pada periode triwulan laporan, harga rata-rata minyak goreng (Bimoli) dan minyak goreng curah (tanpa merek) mengalami penurunan masing-masing sebesar Rp1.554/liter dan Rp957/kg. Pada triwulan laporan, tantangan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya semakin berat. Hal ini tercermin dari menurunnya kemampuan Upah Minimum Provinsi (UMP) dalam memenuhi kebutuhan hidup minimum (KHM). Sebagaimana diketahui, Upah Minimum Provinsi (UMP) 32 Provinsi Jambi tahun 2009 yang telah ditetapkan sebesar Rp per bulan. Namun, meningkatnya harga bahan-bahan kebutuhan pokok pasca kenaikan harga BBM serta selama bulan Ramadhan menyebabkan rasio UMP terhadap KHM/KHL mengalami penurunan dari 86,72% pada triwulan II tahun 2009 menjadi 83,11% pada triwulan III tahun Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan UMP dalam menutupi KHM/KHL relatif semakin menurun. Bagi para pekerja yang mendapatkan upah sesuai dengan UMP atau bahkan dibawah UMP tentunya sangat berat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi pada bulan Agustus Pada bulan Agustus 2009, NTP sebesar 94,69 atau menurun 1,14% dibandingkan bulan Juni 2009 (95,78). 33 Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian relatif lebih rendah dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian. Indeks harga yang diterima petani (It) dari 5 sub sektor menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Agustus 2009, It mengalami penurunan sebesar 0,51% dibandingkan bulan Juni 32 Biasanya Upah Minimun Provinsi disesuaikan 1 (satu) tahun sekali. 33 NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. 76

109 KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Sementara, indeks yang dibayar (Ib) petani malah meningkat dibandingkan pada triwulan laporan sehingga NTP pada bulan Agustus 2009 lebih rendah dibandingkan NTP bulan Juni Tabel 6.1. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100) PERSENTASE KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK PERUBAHAN (%) DES JAN FEB Mar Apr Mei Juni Juli Agus (Agustus Ke Juni) 1 Tanaman Padi Palawija a Indeks Diterima Petani Padi Palawija b Indeks Dibayar Petani Indeks Konsumsi Rumah Tangga Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-P) Hortikultura a Indeks Diterima Petani Sayur-sayuran Buah-buahan b Indeks Dibayar Petani Indeks Konsumsi Rumah Tangga Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-H) Tanaman Perkebunan Rakyat a Indeks Diterima Petani Tanaman Perkebunan Rakyat b Indeks Dibayar Petani Indeks Konsumsi Rumah Tangga Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) Peternakan a Indeks Diterima Petani Ternak Besar Ternak Kecil Unggas Hasil Ternak b Indeks Dibayar Petani Indeks Konsumsi Rumah Tangga Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) Perikanan a Indeks Diterima Petani Penangkapan Budidaya b Indeks Dibayar Petani Indeks Konsumsi Rumah Tangga Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) PROVINSI JAMBI a INDEKS YANG DITERIMA (It) b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) c NILAI TUKAR PETANI (NTPp) Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah) Sementara itu, dari 5 sub sektor NTP, sebanyak 4 sub sektor mengalami penurunan indeks yaitu tanaman padi palawija (-3,28%), tanaman perkebunan rakyat (-2,04), peternakan, dan perikanan (-0,89%). Indeks harga yang diterima (Ib) mencerminkan fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil 77

110 KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN pertanian. Pada bulan Agustus 2009, Ib mengalami peningkatan sebesar 0,64% dari sebesar 115,77 menjadi 116,51. C. Kemiskinan Dalam rangka turut mensukseskan program pemerintah dalam hal penanggulangan kemiskinan, pemerintah Jambi (melalui Bulog Divre Jambi) secara rutin membagikan beras miskin (raskin) kepada masayarakat yang berhak. Pada triwulan laporan, penyaluran raskin mencapai sebesar ton. Grafik 6.8. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 14,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000,000-2,000,000 (50) - TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TRW IV TW I TW II TW III (100) Penyaluran Raskin (kg), aksis kiri Sumber: Bulog Prov. Jambi Sumber: Bulog Provinsi Jambi (diolah) Pertumbuhan Raskin (%), aksis kanan 78

111 BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH Laju pertumbuhan kuartalan (q-t-q) PDRB Provinsi Jambi pada triwulan IV tahun 2009 diperkirakan masih mampu tumbuh positif dibandingkan triwulan III tahun Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah diperkirakan menjadi kontributor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi masih dominan oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor pertambangan dan penggalian. Disamping itu, akselerasi belanja pemerintah daerah di triwulan IV-2009 diperkirakan mampu mendorong sektor bangunan tumbuh lebih cepat. Sementara, sektor pengangkutan dan komunikasi akan terakselerasi dengan datangnya hari besar keagamaan. Perkembangan harga-harga pada triwulan mendatang diperkirakan akan lebih tinggi dibanding triwulan laporan (q-t-q). Dengan demikian, inflasi tahunan (y-o-y) diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan laporan. Kondisi pasokan dan stok bahan makanan dari luar daerah yang tercukupi dan relatif lancar diharapkan mampu menekan angka inflasi. Disisi lain, masih adanya potensi kenaikan harga minyak mentah dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahan-bahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar internasional serta datangnya hari besar keagamaan (Idul Adha dan Natal) dapat memicu angka inflasi Kota Jambi pada triwulan IV tahun 2009 lebih tinggi dari triwulan laporan. A. Pertumbuhan Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan mendatang diperkirakan sedikit melambat pada kisaran sebesar 5,2-5,7% (y-o-y). Sejalan dengan hal tersebut, secara kuartalan (q-t-q) laju pertumbuhan diperkirakan melambat dibandingkan triwulan III-2009 yang mampu tumbuh cukup tinggi mencapai 2,35% (q-t-q). Pengeluaran konsumsi rumah tangga masih menjadi 79

112 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH motor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Hal ini tercermin dengan masih membaiknya indeks ekspektasi ekonomi sebesar 143,33, sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu mencapai 146,67. Sementara, indeks ekspektasi penghasilan masih pada level optimis terkait dengan meningkatnya ekspektasi masyarakat terhadap kondisi ekonomi. Disamping itu, statement Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato penyampaian RUU APBN tahun 2010 di gedung DPR tentang kenaikan gaji pegawai negeri di awal tahun 2010 sebesar 5% juga memberikan harapan bagi pegawai negeri terhadap peningkatan pendapatannya. Menurunnya suku bunga perbankan juga berpotensi mendorong konsumsi masyarakat. Grafik 7.1. Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan Ekspektasi Penghasilan Indeks Ekspektasi ekonomi Ekspektasi pengangguran Ekspektasi penghasilan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) pada triwulan laporan menggambarkan rencana konsumsi dalam 6 s.d 12 bulan yang akan datang berada pada level pesimis. Secara spesifik nilai saldo bersih rencana konsumsi barang sandang tercatat sebesar 172,00. Sedangkan indikator lainnya masih bertengger pada level pesimis yaitu: pembelian/perbaikan rumah (62,67), peralatan rumah tangga (58,00), perabotan rumah tangga (54,67), kendaraan bermotor (30,00), serta rekreasi/tamasya (86,00). Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan belanja masyarakat di triwulan IV tahun 2009 terutama untuk 80

113 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH memenuhi kebutuhan pokok terlebih dahulu dibandingkan dengan kebutuhankebutuhan lainnya. Grafik 7.2. Rencana Konsumsi dalam 6-12 bulan yang akan datang Indeks I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Peralatan rumah tangga Perabotan rumah tangga Kendaraan bermotor Barang sandang Pembelian/perbaikan rumah Rekreasi/tamasya Sementara itu, pengeluaran konsumsi Pemerintah Daerah pada triwulan mendatang diperkirakan mulai terakselerasi lebih cepat sehingga mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi. Di akhir periode anggaran, realisasi untuk proyek-proyek fisik Pemerintah Daerah diperkirakan akan semakin meningkat yang tentunya berdampak pada meningkatnya aktivitas perekonomian serta penyerapan tenaga kerja sehingga mampu mendorong perekonomian. Berdasarkan hasil SKDU triwulan III-2009, optimisme responden pada triwulan mendatang diyakini oleh pelaku usaha pada sektor pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa. Sementara itu, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan masih menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Hal ini terlihat dari perkiraan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) untuk sektor tersebut yang masih positif (Tabel 7.1). 81

114 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH No Tabel 7.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha Sektor/Subsektor Saldo Bersih Tertimbang Triwulan III-2009 Triwulan IV-2009* 1 Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total Keterangan : *) Angka perkiraan Keterangan : Saldo Bersih = % naik dikurangi turun Saldo Bersih Tertimbang = Saldo Bersih dikalikan bobot Bobot didasarkan pada Distribusi PDRB Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006 Dari sisi penawaran, perkembangan sektor pertanian pada triwulan mendatang diperkirakan masih tumbuh positif. Mulai membaiknya harga komoditas perkebunan seperti kelapa sawit dan karet menjadi pendorong tumbuhnya sektor pertanian pada triwulan mendatang. Sub sektor tanaman bahan makanan juga diperkirakan tumbuh positif yang didorong membaiknya hasil panen tanaman bahan makanan (tabama). Sektor industri pengolahan diperkirakan akan meningkat pertumbuhannya sejalan dengan pertumbuhan sektor pertanian. Membaiknya harga komoditas unggulan provinsi Jambi (sawit) diperkirakan akan mendukung pertumbuhan sektor industri pengolahan. Namun demikian, memasuki musim pancaroba juga menjadi ancaman bagi produktivitas beberapa hasil pertanian. Pada triwulan mendatang, nilai lifting minyak bumi diperkirakan akan meningkat sejalan dengan membaiknya harga minyak mentah di pasar 82

115 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH internasional sehingga mendorong perusahaan minyak bumi meningkatkan produksinya. Pergerakan sektor penggalian dan sektor bangunan diperkirakan pertumbuhannya meningkat sejalan dengan akselerasi realisasi APBD Pemerintah Jambi pada periode triwulan IV Hal ini didorong juga oleh masih meningkatnya permintaan pembangunan properti residensial (perumahan) oleh perusahaan pengembang (developer) dan masyarakat umum serta pembangunan properti komersial seperti hotel dan ruko (rumah toko) serta perkiraan meningkatnya pengeluaran konsumsi pemerintah, terutama untuk belanja modal. Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga diperkirakan masih tumbuh positif seiring dengan pertumbuhan sektor pertanian dan industri pengolahan serta dipicu oleh perayaan hari besar keagamaan dan tahun baru Perayaan tersebut akan memicu aktivitas perdagangan, tingkat kunjungan restoran serta kapasitas hunian hotel. Sektor pengangkutan dan komunikasi juga diprakirakan masih tumbuh positif terutama didorong oleh aktivitas sub sektor angkutan. Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia Jambi, pertumbuhan ekonomi tahunan (y-o-y) Provinsi Jambi pada triwulan IV tahun 2009 diperkirakan pada kisaran 5,00%-5,30% (skenario pesimis) atau sebesar 5,31%-5,70% (skenario optimis). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi sampai dengan akhir tahun 2009 diperkirakan pada kisaran 5,90%-6,30% (skenario pesimis) atau sebesar 6,31%-6,60% (skenario optimis). Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas ditengah tantangan krisis ekonomi dunia, diperlukan langkah nyata dan effort yang lebih besar dari Pemerintah Daerah Jambi untuk memacu pertumbuhan ekonominya. Beberapa prasyarat agar pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi bisa tumbuh lebih baik, antara lain melalui: 1. Percepatan realisasi APBD terutama pada sektor yang dapat menstimulus perekonomian Jambi. Dengan sisa satu triwulan terakhir tahun 2009, percepatan realisasi belanja APBD 2009 memerlukan akselerasi yang lebih tinggi sehingga mampu mempercepat stimulus pembangunan ekonomi di Jambi. Stimulus yang diberikan terutama untuk sektor-sektor yang berdampak tinggi terhadap 83

116 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH perokonomian Jambi serta ketenagakerjaan seperti sektor pertanian, industri manufaktur, perikanan dan kelautan, migas dan pertambangan, kehutanan, jasa perdagangan, jasa pariwisata, jasa angkutan, jasa tenaga kerja dan UMKM Pengendalian Inflasi yang Forward Looking. Diperlukan keberlangsungan kebijakan penanganan inflasi (pengendalian harga-harga) yang koordinatif antar dinas/instansi terkait secara berkesinambungan sehingga dapat mendukung terciptanya inflasi yang relatif rendah dan stabil melalui pengendalian inflasi yang forward looking diantaranya melalui: a. Koordinasi antara FKPI Provinsi Jambi dengan Tim Pengendalian Inflasi di level pusat yang lebih intensif. b. Meningkatkan kegiatan diseminasi untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat di daerah terkait kondisi dan prospek ekonomi dan resiko tekanan inflasi. c. Pemerintah daerah memberikan perhatian yang lebih kepada komoditas bahan makanan utama yang masih didatangkan dari luar daerah sehingga harganya berpotensi untuk bergejolak. 3. Optimalisasi Penyerapan Tenaga Kerja Daerah. Dengan terealisasinya belanja modal pemerintah untuk kegiatan pembangunan, terutama untuk proyek-proyek fisik serta program percepatan ekonomi lainnya diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja lokal sehingga mampu membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Jambi yang berdampak pada menurunnya angka pengangguran dan kemiskinan, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. 4. Penguatan ekspor barang dan jasa. Penguatan ekspor di Jambi dapat dilakukan dengan perbaikan kualitas dan produktivitas komoditas utama ekspor (seperti karet dan kelapa sawit) sehingga dapat tetap menjaga daya saing di pasar internasional yang didukung dengan ketersediaan industri hilir. Selain itu, untuk mempermudah jalur transportasi dapat dilakukan dengan percepatan pembangunan jalan dan jembatan dari dan ke pelabuhan Muara Sabak. 34 Realisasi belanja APBD Provinsi Jambi sampai dengan semester I-2009 baru terealisasi sebesar 24,04%. Bahkan, realisasi belanja modal baru terealisasi 11,63% atau baru mencapai Rp52,74 miliar dari total anggaran belanja modal sebesar Rp453,65 miliar. 84

117 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH 5. Kebijakan Agrobisnis yang menguntungkan bagi petani dan pengusaha. Beberapa hal yang bisa dilaksanakan adalah: - Percepatan realisasi tersedianya industri hilir (misal industri minyak goreng, sabun dll) yang dapat menopang supply sawit dan karet untuk dioptimalkan menjadi komoditas yang memiliki value added lebih baik sehingga dapat meningkatkan daya saing Provinsi Jambi dalam sektor perkebunan dan dapat menjadi buffer ketika harga komoditas sedang turun. - Perlunya pemberian subsidi dalam pemenuhan stok pupuk dan obat anti serangga/hama yang dapat digunakan untuk mendukung proses produksi sehingga petani tetap dapat mempergunakan jumlah pupuk yang seimbang dan sesuai untuk meningkatkan proses produksi. - Pengawasan distribusi pupuk yang komprehensif sehingga tidak terjadi kelangkaan di tingkat petani yang dapat mendorong peningkatan harga pupuk yang sangat memberatkan petani. - Penentuan tingkat harga yang saling menguntungkan antara petani dengan pengusaha sehingga terjadi hubungan bisnis yang kondusif. Oleh karena itu, perusahaan harus menghindari pembelian komoditas tersebut melalui toke Pertumbuhan kredit perbankan Mendorong laju pertumbuhan kredit Provinsi Jambi pada triwulan IV tahun 2009 berkisar 15-20% (y-o-y) melalui program-program pendampingan kepada usaha mikro dan kecil. Jika beberapa prasyarat diatas belum terpenuhi dan dampak dari melambatnya perekonomian dunia semakin memburuk maka peluang pengembangan perekonomian Provinsi Jambi dikhawatirkan semakin kecil. 35 Toke bisa juga diartikan tengkulak atau cukong. 85

118 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH B. Proyeksi Inflasi Secara tahunan (y-o-y), perkembangan harga-harga pada triwulan IV-2009 diperkirakan relatif meningkat dibandingkan triwulan III tahun Kondisi ini tercermin dari hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) yang menunjukkan bahwa keyakinan masyarakat terhadap perbaikan harga-harga masih berada pada level pesimis. Hal tersebut tercermin dari seluruh indikator ekspektasi harga yang memiliki nilai dibawah 100 atau berada dalam level pesimis (lihat Grafik 7.3). Sedangkan nilai saldo bersih (SB) untuk indikator kenaikan harga umum sebesar 36,00, sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (37,33). 36 Grafik 7.3. Saldo Bersih Ekspektasi harga dalam 6-12 bulan yang akan datang Indeks Bahan sandang Perumahan & bahan bangunan Transportasi & komunikasi Harga Umum Bahan makanan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Dalam periode 5 tahun terakhir, perkembangan laju inflasi tahun kalender/y-t-d (lihat grafik 7.4) pada bulan Desember berkisar antara 4,67% (y-td) s.d 16,50% (y-t-d). Inflasi Kota Jambi pada Triwulan IV-2009 diperkirakan sebesar 1,50%-2,50%/y-o-y (skenario optimis) atau sebesar 2,51%-3,50%/y-o-y (skenario pesimis). Pada triwulan mendatang tekanan inflasi dirasakan terutama menjelang perayaan hari besar keagamaan dan tahun baru Disamping itu, 36 SB (Saldo Bersih) = (%baik-%buruk)+100%. Nilai dibawah 100% berarti pesimis. Nilai diatas 100% berarti optimis. Saldo Bersih ekspektasi harga merupakan hasil survey dari jawaban pertanyaan ekspektasi terhadap harga barang/jasa pada 6-12 bulan mendatang. 86

119 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH akselerasi proyek-proyek pemerintah provinsi dan kabupaten biasanya diikuti dengan kenaikan harga barang-barang material dan biaya jasa tukang. Grafik 7.4. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (y-t-d) Kota Jambi periode tahun 2003 s.d (Juni) serta Perkiraan Oktober s.d. Desember 2009 y-t-d (%) optimis 2009 pesimis Catatan: Inflasi bulan September-Desember 2009 adalah angka perkiraan Grafik 7.5. Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi periode tahun 2003 s.d (Juni) serta Perkiraan Oktober s.d. Desember 2009 y-o-y (%) optimis 2009 pesimis Catatan: Inflasi bulan Oktober-Desember 2009 adalah angka perkiraan Beberapa faktor-faktor lain yang masih berpotensi akan memberikan tekanan inflasi selama triwulan mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1)Meningkatnya demand masyarakat terhadap kebutuhan barang dan jasa terutama terkait dengan datangnya perayaan hari besar keagamaan (Idul Adha dan Natal) serta tahun baru ) Menurunnya suku bunga perbankan dapat memicu meningkatnya konsumsi masyarakat, 3) 87

120 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH Akselerasi belanja pemerintah daerah yang semakin cepat dapat memicu kenaikan harga barang-barang material dan jasa tukang. 4) Kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa, 5) Kondisi cuaca di musim pancaroba ini dapat menjadi ancaman dalam produksi pertanian dan pendistribusian barang, serta 6)Potensi kenaikan harga minyak mentah dunia yang diikuti pergerakan hargaharga komoditas bahan-bahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar internasional. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan memacu meningkatnya angka inflasi pada periode triwulan IV tahun Sementara, masih tercukupinya stok beberapa kebutuhan pokok diprakirakan cukup mampu meredam potensi gejolak harga yang terjadi sewaktuwaktu akibat kemungkinan shock di sisi penawaran. Stok beras di Bulog Divre Jambi diprakirakan cukup untuk meredam gejolak harga beras. 88

121 LAMPIRAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan II 2009 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertamatama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I - 2010 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV 2009 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertamatama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III 2010 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertamatama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan II 2010 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertamatama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank. K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank. K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank. K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI Triwulan III - 2005 Kantor Bank Indonesia Jambi DAFTAR ISI Daftar Isi.... i Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii Ringkasan Eksekutif... 1 BAB I. Kondisi Makro

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi. Triwulan III

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi. Triwulan III KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI Telp : 0741-62445 Fax : 0741 62112

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN III

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN III KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN III 2009 VISI BANK INDONESIA : Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II - 2008 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya sehingga

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 No. 06/05/62/Th.V, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 PDRB Kalimantan Tengah Triwulan I-2011 dibanding Triwulan yang sama tahun 2010 (year on year) mengalami pertumbuhan sebesar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 29 Kantor Ringkasan Eksekutif KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009 No. 09/02/15/Th. IV, 10 Februari 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi pada tahun meningkat sebesar 6,4 persen dibanding tahun 2008. Peningkatan

Lebih terperinci

KAJIAN. Triwulan II Kantor Bank Indonesia

KAJIAN. Triwulan II Kantor Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI PROVINSI REGIONAL RIAU Triwulan II - 200 7 Kantor Bank Indonesia P e k a n b a r u KATA PENGANTAR BUKU Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Riau ini merupakan terbitan rutin triwulanan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan IV - 2008 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/08/Th.XVII, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015 Perekonomian

Lebih terperinci