KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI Agustus 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi NOVEMBER 2016

2 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI Telp : (0741) Fax : (0741) Website : ii KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

3 VISI BANK INDONESIA Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil. MISI BANK INDONESIA 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU. NILAI-NILAI STRATEGIS BANK INDONESIA Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust and Integrity, Profesionalism, Excellence, Public Interest, Coordination and Teamwork. VISI KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI Menjadi kantor perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI iii

4 KATA PENGANTAR Pertama-tama izinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-nya sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Jambi November 2016 dapat diselesaikan dengan baik. KEKR merupakan salah satu terbitan periodik Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi sebagai sarana untuk membangun komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi, baik dengan stakeholders internal maupun eksternal. Dengan demikian, para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat memperoleh masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi daerah. KEKR mencakup beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, keuangan pemerintah daerah, inflasi daerah, stabilitas keuangan daerah, pengembangan akses keuangan dan UMKM, penyelenggaraan sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah, serta ketenagakerjaan dan kesejahteraan. Publikasi ini juga memuat perkiraan pertumbuhan ekonomi dan inflasi daerah. Berdasarkan asesmen atas data dan informasi Triwulan III-2016, PDRB Jambi tumbuh sebesar 4,03% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (3,57% yoy) namun relatif lebih rendah bila dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2015 (4,38% yoy). Angka pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional (5,02% yoy). Sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi, inflasi Provinsi Jambi tercatat sebesar 3,86% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (3,38% yoy) dan inflasi nasional (3,07% yoy). Inflasi Provinsi Jambi merupakan komposit dari inflasi Kota Jambi sebesar 3,93% (yoy) dan inflasi Kabupaten Bungo sebesar 3,20% (yoy). Eksposur perbankan pada sektor korporasi terkontraksi sebesar -10,78% (yoy) atau melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 3,50% (yoy). Non Performing Loan (NPL) kredit korporasi menurun menjadi 0,98% dibanding triwulan sebelumnya 1,21%. Kredit kepada sektor rumah tangga mengalami kontraksi dengan tumbuh melambat 6,66% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 7,92% (yoy). Dana Pihak Ketiga (DPK) Perseorangan Rumah Tangga tumbuh sebesar 8,78% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 11,87% (yoy). Sedangkan Kredit UMKM mengalami peningkatan dan tumbuh sebesar 5,5% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 7,8% (yoy). Pembenahan sektor riil secara terus menerus diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan terutama dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dalam penyusunan KEKR November 2016 ini kami banyak memperoleh dukungan dari dinas-dinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD, dan pelaku usaha. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak. Semoga kerjasama yang telah terjalin baik selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas KEKR ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk kemakmuran masyarakat Jambi. Jambi, November 2016 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI V. Carlusa Deputi Direktur iv KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI...V DAFTAR TABEL...VII DAFTAR GRAFIK... VIII TABEL INDIKATOR MAKRO TERPILIH... XI RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH PERKEMBANGAN UMUM PDRB SISI LAPANGAN USAHA Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Perdagangan Besar, Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Sektor Industri Pengolahan Sektor Ekonomi Lainnya PDRB SISI PENGELUARAN Konsumsi Rumah Tangga dan Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) Perdagangan Eksternal Ekspor Luar Negeri Non Migas Provinsi Jambi Impor Luar Negeri Non Migas Provinsi Jambi BAB II KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH REALISASI PENDAPATAN DAERAH REALISASI BELANJA DAERAH KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH BOKS 1 MEMPERCEPAT TRANSFORMASI INDUSTRI MANUFAKTUR UNTUK MEWUJUDKAN INDUSTRIALIASI YANG BERDAYA SAING GLOBAL BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH KAJIAN UMUM INFLASI KOTA JAMBI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG Kelompok Bahan Makanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok Sandang Kelompok Kesehatan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga INFLASI KABUPATEN BUNGO BERDASARKAN KELOMPOK BARANG KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI v

6 BOKS 2 KEGIATAN JAMBI PEDULI UANG LOGAM (JEMPOL) DAN JAMBI PEDULI UANG LUSUH (JAMBUL) BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM KETAHANAN SEKTOR KORPORASI Sumber Kerentanan Sektor Korporasi Kinerja Korporasi dan Penilaian Risiko Eksposur Perbankan pada Sektor Korporasi KETAHANAN SEKTOR RUMAH TANGGA Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga Dana Pihak Ketiga Perseorangan di Perbankan Kredit Perseorangan di Perbankan PERKEMBANGAN KREDIT UMKM PROGRAM PENGEMBANGAN UMKM PROVINSI JAMBI PERKEMBANGAN BANK UMUM Perkembangan Aset Bank Perkembangan Dana Masyarakat Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loan (NPL) gross Bank Umum di Provinsi Jambi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH PERKEMBANGAN UANG KARTAL Penyediaan Uang Layak Edar Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan PERKEMBANGAN KLIRING LOKAL ELEKTRONIFIKASI BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN KETENAGAKERJAAN DAERAH KESEJAHTERAAN PETANI BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH PERTUMBUHAN EKONOMI PROYEKSI INFLASI REKOMENDASI KEBIJAKAN Akselerasi pertumbuhan ekonomi daerah: Menyikapi pengendalian inflasi: LAMPIRAN 77 DAFTAR ISTILAH TIM PENYUSUN 81 vi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

7 DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi Menurut Lapangan Usaha Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi Menurut Pengeluaran Tabel 1.3. Pertumbuhan Industri di Provinsi Jambi Tabel 1.4. Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan Terhadap Pertumbuhan (yoy) Tabel 1.5. Indeks Tendensi Konsumen Tabel 1.6. Realisasi Investasi di Provinsi Jambi Tabel 2.1. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Tabel 2.2. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Tabel 2.3. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Tabel 2.4. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Tabel 3.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi Tabel 3.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa Tabel 3.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Tabel 3.4. Perkembangan Inflasi Bungo Tabel 3.5. Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Bungo Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa Tabel 3.6. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Bungo Berdasarkan Komoditas Tabel 3.7. Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi Tabel 3.8. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik (Jutaan Rupiah) Tabel 3.9. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek (Jutaan Rupiah) Tabel Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (Jutaan Rupiah) Tabel Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum Tabel 6.1. Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KPw. BI Provinsi Jambi Tabel 6.2. Jumlah Partisipasi Angkatan Kerja (ribu orang) Tabel 6.3. Pekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama (ribu orang) Tabel 6.4. Pekerja Berdasarkan Status Pada Lapangan Pekerjaan Utama Tabel 6.5. Nilai Tukar Petani (NTP) per Sub Sektor (2012 = 100) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI vii

8 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (yoy) Grafik 1.2. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan III Grafik 1.3. Perkembangan Produksi Padi di Provinsi Jambi Grafik 1.4. Perkembangan Produksi Jagung di Provinsi Jambi Grafik 1.5. Perkembangan Produksi Kedelai di Provinsi Jambi Grafik 1.6. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi Grafik 1.7. Perkembangan Harga CPO lokal, Internasional dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi Grafik 1.8. Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi Grafik 1.9. Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) di provinsi Jambi Grafik Produksi Karet GAPKINDO Jambi Grafik Konsumsi Semen di Provinsi Jambi Grafik Tingkat Hunian Hotel di Jambi Grafik Perkembangan Konsumsi Listrik Provinsi Jambi Grafik Perkembangan Konsumsi Air Provinsi Jambi Grafik Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang Bandara Sultan Thaha Syaifuddin Grafik Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang Grafik Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan III Grafik Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi Grafik Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi Grafik Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi Grafik Perkembangan Ekspor dan Impor Luar Negeri Non Migas di Provinsi Jambi Grafik Pangsa Nilai Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jambi Grafik Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan Grafik Perkembangan Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan Grafik Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Grafik Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi viii KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

9 Grafik 2.1. Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Grafik 2.2. Pangsa Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Grafik 2.3. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi Grafik 3.1. Perkembangan Inflasi Provinsi Jambi Grafik 3.2. Inflasi Kota Jambi berdasarkan Inflasi Core, Volatile Food, dan Administered Price (yoy) Grafik 3.3. Perbandingan Inflasi Tahunan Kota Jambi dan Kota Lainnya di Pulau Sumatera per September Grafik 3.4. Perkembangan Harga Bumbu-Bumbuan Grafik 3.5. Perkembangan Harga Beras Grafik 3.6. Perkembangan Harga Daging Grafik 3.7. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng Grafik 3.8. Perkembangan Harga Minyak Internasional Grafik 3.9. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional Grafik Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Bungo Grafik 4.1. SBT Kegiatan Usaha Provinsi Jambi Grafik 4.2. Pertumbuhan Kredit Korporasi Grafik 4.3. Pertumbuhan Kredit Korporasi Sektor Utama Provinsi Jambi Grafik 4.4. Proporsi Kredit Korporasi menurut Sektor Utama Grafik 4.5. Proporsi Kredit Korporasi Per Jenis Penggunaan Grafik 4.6. Pertumbuhan NPL Kredit Korporasi Sektor Utama Grafik 4.7. Survei Konsumen: Stabilitas Sistem Keuangan Grafik 4.8. IKE, IEK, dan IKK Survei Konsumen Provinsi Jambi Grafik 4.9. Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Grafik Komposisi Dana Pihak Ketiga Grafik Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Grafik Pangsa Dana Pihak Ketiga Grafik Pertumbuhan Pembiayaan Sektor Rumah Tangga per Jenis Penggunaan Grafik Pertumbuhan KPR per Tipe Grafik Perkembangan NPL Sektor Rumah Tangga per Jenis Pengeluaran Grafik Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI ix

10 Grafik Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi Grafik Kredit UMKM Berdasarkan Pengguanan Grafik Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Usaha Grafik NPL UMKM Provinsi Jambi Grafik Hubungan NPL UMKM dengan Harga Bokar dan TBS di Provinsi Jambi Grafik NPL Sektor Ekonomi UMKM Grafik Perkembangan Aset Bank Umum (Triliun Rp) Grafik Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Grafik Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Grafik Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi (satuan %) Grafik 5.1. Inflows, Outflows dan Netflows di Provinsi Jambi Grafik 5.2. Perkembangan Transaksi Kliring Grafik 6.1. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi Grafik 7.1. Grafik 7.2. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Periode Tahun 2013 s.d serta Perkiraan Agustus s.d Desember Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2013 s.d serta Perkiraan Agustus s.d Desember x KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

11 TABEL INDIKATOR MAKRO TERPILIH 1. INFLASI, PDRB, DAN EKSPOR IMPOR KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI xi

12 2. PERBANKAN Sumber: LBU Bank Indonesia xii KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

13 3. SISTEM PEMBAYARAN Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI xiii

14 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally left blank xiv KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

15 RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 1

16 RINGKASAN EKSEKUTIF I. EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi Triwulan III tercatat sebesar 4,03% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (3,57% yoy) Perekonomian Jambi pada Triwulan III-2016 tumbuh sebesar 4,03% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (3,57% yoy) tetapi masih lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional Triwulan III-2016 yang tercatat sebesar 5,02% (yoy). Berdasarkan klasifikasi lapangan usaha, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan III-2016 disebabkan meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dan sektor perdagangan besar, eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor yang tumbuh. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2016 sedikit tertahan oleh kontraksi sektor pertambangan dan penggalian Dari sisi pengeluaran, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Jambi pada Triwulan II-2016 disebabkan meningkatnya pertumbuhan ekspor pada triwulan III Menurut andil terhadap pertumbuhan, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan menyumbangkan andil tertinggi pada pertumbuhan ekonomi diikuti oleh sektor perdagangan besar, eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada Triwulan III-2016 diperkirakan pada kisaran 3,98%-4,38% (yoy) meningkat dibandingkan realisasi pada Triwulan III (4,03 Pertumbuhan ekonomi Jambi pada Triwulan IV-2016 diperkirakan berada pada kisaran 3,98% - 4,38% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan III Pertumbuhan masih akan disumbangkan sektor-sektor utama seperti sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor. Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga dan pemerintah, serta ekspor luar negeri masih akan menjadi sumber pertumbuhan triwulan IV Hal tersebut juga didukung hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulan III-2016 menunjukkan optimisme pelaku usaha dalam memandang perekonomian pada triwulan IV-2016 yang tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) positif sebesar 10,25%. II. KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Realisasi pendapatan Triwulan III-2016 mencapai 69,16% dari APBD sementara realisasi belanja baru mencapai 56 Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan Triwulan III-2016 mencapai Rp2,38 triliun (terealisasi sebesar 69,16% dari APBD-P 2016). Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai Rp902,4 miliar (37,9% dari total pendapatan), naik 1,2% (yoy) dibandingkan realisasi PAD Triwulan III-2015 (Rp891,7 miliar atau 35,2% dari total pendapatan). Pendapatan terbesar disumbangkan oleh pajak daerah yang mencapai Rp690,4 miliar (29,0% dari total pendapatan atau 76,5% dari total PAD), turun 0,63% (yoy) sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Jambi yang lebih rendah dibandingkan tahun Sementara itu realisasi belanja mengalami kenaikan sebesar 4,1% (yoy) dari Rp2,1 triliun pada Triwulan III-2015 menjadi Rp2,2 triliun pada Triwulan III Nilai realisasi belanja tersebut baru mencapai 56,1% dari target belanja APBD Sementara itu, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada APBD 2016 hanya sebesar 28,3%, jauh lebih kecil dibandingkan share 2 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

17 belanja operasi yang mencapai 63,0%. Namun demikian, hal tersebut masih lebih baik dibandingkan pangsa belanja modal tahun 2015 yang sebesar 26,2% maupun pangsa belanja modal 2014 yang hanya 25,3%. III. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Pada Triwulan III-2016, inflasi Provinsi Jambi tercatat 3,86 % (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (3,38% yoy), inflasi nasional (3,07% yoy). Inflasi Provinsi Jambi merupakan komposit dari inflasi Kota Jambi sebesar 3,93% (yoy) dan inflasi Kabupaten Bungo sebesar 3,20% (yoy). Kenaikan tingkat inflasi di Kota Jambi utamanya didorong inflasi pada kelompok bahan pangan bergejolak (volatile foods) yang tinggi sebesar 5,24% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (4,38% yoy). Kenaikan inflasi kelompok tersebut utamanya disebabkan kenaikan harga cabai merah, beras dan daging ayam. Inflasi inti tercatat mengalami inflasi 4,14%(yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya (4,16%(yoy)) sementara inflasi administered price tercatat cukup rendah yaitu 2,07% (yoy) pada triwulan III Pada Triwulan III-2016, Kota Jambi mengalami inflasi sebesar 3,93% (yoy) sementara Kota Bungo inflasi 3,20 Berdasarkan kelompoknya, kenaikan inflasi di Kota Jambi juga didorong oleh: 1) sub kelompok bahan makanan yang disebabkan kenaikan harga pangan, 2) sub kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau seiring kenaikan harga produk rokok kretek dan rokok kretek filter, 3) sub kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar yang didorong oleh inflasi biaya tukang bukan mandor. Sementara itu, inflasi di Kabupaten Bungo tercatat mengalami penurunan dari 4,13%(yoy) pada Triwulan-II 2016 menjadi 3,20%(yoy) pada Triwulan III-2016 yang didorong oleh penurunan inflasi dari: 1) sub kelompok bahan makanan yang disebabkan penurunan harga daging ayam, 2) sub kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, dan 3) sub kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebagai dampak dari penurunan tarif angkutan. Inflasi Provinsi Jambi pada Triwulan IV-2016 diperkirakan berada di kisaran 4,56%-4,96% (yoy), meningkat dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (3,86% yoy) maupun realisasi inflasi pada tahun 2015 (1,37% yoy). Inflasi Kota Jambi diperkirakan berada pada kisaran 4,69%-5,09% (yoy) sedangkan inflasi Bungo diperkirakan berada pada kisaran 3,90%-4,30% (yoy). Inflasi Provinsi Jambi pada Triwulan IV-2016 diperkirakan berada di kisaran 4,56%-4,96% (yoy)... Kenaikan inflasi tersebut utamanya disebabkan rendahnya basis inflasi tahun 2015 seiring dampak kabut asap yang mengurangi permintaan barang dan jasa, serta proyeksi tingginya inflasi beberapa komoditas pangan seperti cabai merah dan bawang merah pada akhir tahun IV. STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM Stabilitas keuangan daerah Provinsi Jambi masih terjaga baik dari sisi korporasi dan rumah tangga di tengah perlambatan ekonomi. Dari sisi korporasi terindikasi dari pertumbuhan positif dunia usaha melalui nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) sebesar 7,05% dibandingkan triwulan sebelumnya -6,90%. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 3

18 Stabilitas keuangan daerah Jambi masih terjaga di tengah kondisi ekonomi tahun 2016 yang belum membaik dibandingkan tahun Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dan kegiatan liaison Bank Indonesia Jambi menunjukkan optimisme dunia usaha. Namun, kredit korporasi mengalami kontraksi. DPK dan kredit yang diberikan kepada sektor rumah tangga mengalami perlambatan... Hasil Likert Scale kinerja penjualan domestik berdasarkan kunjungan liaison sebesar 0,14 atau meningkat dibandingkan Triwulan sebelumnya (-0,55%) yang mengindikasikan membaiknya penjualan dunia usaha pada Triwulan laporan. Pengusaha juga memandang optimis perekonomian pada triwulan (Triwulan IV- 2016) yang tercermin pada nilai SBT 10,14% Senada dengan hal tersebut, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sektor rumah tangga mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya dari rata-rata 104,3 pada Triwulan II-2016 menjadi 106,1 pada triwulan laporan. Namun demikian, penyaluran kredit korporasi pada triwulan laporan terkontraksi 10,78%(yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang masih tumbuh 3,50%(yoy). Namun demikian, NPL justru membaik dari 1,21% menjadi 0,89% pada triwulan laporan. Penyaluran kredit masih didominasi pada sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan sebesar 36,70%, sektor perdagangan besar dan eceran 12,60% dan diikuti sektor industri pengolahan 20,71%. Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi masih mendominasi penyaluran kredit pada triwulan laporan sebesar 54,90% diikuti kredit modal kerja 44,90% dan konsumsi 0,20%. Pertumbuhan DPK dan kredit yang diberikan kepada sektor rumah tangga di Jambi pada triwulan laporan mengalami perlambatan. Masing-masing tumbuh 8,78% (yoy) dan 6,66%(yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (11,87%(yoy) dan 7,92%(yoy). Penurunan didorong oleh melambatnya pertumbuhan sub sektor kredit multiguna yang memiliki pangsa pasar terbesar pada sektor rumah tangga. Rasio NPL mengalami penurunan kualitas dari 1,82% menjadi 1,90% pada triwulan laporan. Penyaluran kredit UMKM pada Triwulan III-2016 mencapai Rp10,8 triliun atau tumbuh 5,5% (yoy), melambat bila dibandingkan triwulan sebelumnya (7,8% yoy). NPL kredit UMKM sedikit membaik dari 5,73% pada Triwulan II-2016 menjadi 5,08% pada Triwulan laporan. Masih tingginya NPL UMKM tidak lepas dari belum membaiknya kinerja komoditas unggulan (karet dan kelapa sawit). Optimisme dunia usaha terkait investasi pada Triwulan IV-2016 dan tahun 2017 mendatang lebih disebabkan karena tersedianya pembiayaan intern dari induk usaha dan prospek perekonomian jangka menengah. V. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH Cash Inflow menurun sebesar 37,6% (yoy), sedangkan Cash Outflow meningkat 18,3% (yoy), sehingga Net Outflow menurun sebesar 32 Nilai dan Volume Kliring mengalami penurunan masing-masing sebesar 12,3% (yoy) dan 11,1%(yoy)... Aliran kas masuk (cash inflow) dan kas keluar (cash outflow) menurun masingmasing sebesar 37,6%(yoy) dan 32,1%(yoy) sehingga net outflow meningkat hingga 5 kali lipat dibandingkan Triwulan-III Melihat pola tahun sebelumnya, pasca perayaan Idul Fitri biasanya akan inflow namun tahun ini terjadi net-outflow seiring dengan kondisi perekonomian Provinsi Jambi yang mulai membaik. Nilai dan volume lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan masing-masing sebesar Rp2,3 triliun dan lembar, mengalami penurunan 12,3% yoy) dan 11,1% (yoy) dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. 4 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

19 Terjadi peningkatan layanan keuangan digital (LKD) yang dikelola oleh 2 bank umum yaitu PT Bank Mandiri (Persero), Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk dimana jumlah LKD sampai dengan September 2016 adalah LKD atau meningkat dibandingkan posisi Juni 2016 sebanyak agen LKD. Frekuensi layanan kas keliling pada Triwulan III-2016 sebanyak 16 (Enam belas) kali, meningkat dibandingkan triwulan lalu yang sebanyak 12 (dua belas) kali. Sementara untuk pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) di Provinsi Jambi sebesar Rp261,8 miliar, atau 16,3% dari total inflow Provinsi Jambi, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (23,6%). Uang rupiah tidak asli yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi pada triwulan laporan mencapai 292 lembar, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (253 lembar). VI. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Pada bulan Agustus 2016, jumlah angkatan kerja di Jambi tercatat 1,69 juta orang, meningkat 71,4 ribu orang dibandingkan bulan Agustus 2015 (1,62 juta orang). Penduduk bekerja mengalami kenaikan dari 1,55 juta orang pada Agustus 2015 menjadi 1,62 juta orang pada Agustus Sejalan dengan hal tersebut, pengangguran turun dari 70,3 ribu orang pada Agustus 2015 menjadi 67,7 ribu orang pada Agustus 2016 dan tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan dari 4,34% pada Agustus 2015 menjadi 4,00% pada Agustus Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami peningkatan 13 bps yaitu dari 99,17 pada Triwulan II-2016 menjadi 99,30 pada triwulan laporan, sejalan dengan peningkatan NTP pada sub sektor hortikultura (1,93%), yang disebabkan oleh kenaikan harga jual bumbu-bumbuan seperti cabai dan bawang merah serta sayur-sayuran. Kenaikan juga terjadi pada NTP peternakan seiring dengan naiknya harga hewan ternak (ternak besar) menjelang hari raya idul adha dan kenaikan harga daging ayam dan telur seiring peningkatan permintaan untuk kegiatan/acara hajatan. Tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan seiring meningkatnya angkatan kerja... Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya, dari 99,17 menjadi 99,30... Sementara itu, penyaluran beras sejahtera (rastra) selama Triwulan III-2016 mengalami peningkatan sebesar 34,18% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya dengan total rastra yang disalurkan mencapai ton. VII. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2016 secara keseluruhan diperkirakan akan berada pada kisaran 3,70% - 4,10%, sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun 2015 (4,21%). Sementara itu, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada Triwulan I-2017 diperkirakan pada kisaran 3,92% - 4,32% (yoy), lebih tinggi dibandingkan realisasi Triwulan III-2016 (4,03%(yoy)) tetapi sedikit lebih rendah dibandingkan proyeksi Triwulan IV-2016 (3,98%-4,38% yoy). Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan Triwulan I-2017 masih akan disumbangkan oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor dan sektor industri pengolahan. Sektor lain yang diperkirakan juga berkontribusi adalah sektor jasa keuangan dan sektor akomodasi dan penyediaan Laju pertumbuhan ekonomi Triwulan I-2016 diperkirakan berkisar 3,92%-4,32% (yoy). Sementara itu, Pertumbuhan ekonomi tahun 2016 secara keseluruhan diperkirakan berada pada kisaran 3,70%- 4,10% (yoy)... KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 5

20 makan minum. Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga dan pemerintah dan ekspor luar negeri diperkirakan masih akan menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi Jambi pada Triwulan I Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2017 secara keseluruhan diperkirakan berada pada kisaran 3,85% - 4,25%, lebih baik dibandingkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2016 (3,61% - 4,01%) yang disebabkan meningkatnya ekspor (pertanian tanaman pangan dan perkebunan) dari sisi pengeluaran. Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi didorong oleh meningkatnya kinerja sektor pertanian, industri pengolahan dan perdagangan besar, eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor. Beberapa hal yang dapat mendorong realisasi pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibandingkan proyeksi (upside risk) adalah potensi penurunan suku bunga dan dampak kebijakan tax amnesty sedangkan risiko yang bersifat downside risk bersumber dari anomali cuaca dan dampak kebijakan politik dan ekonomi Amerika Serikat yang dapat berpengaruh pada investasi di Jambi. Inflasi Triwulan IV-2016 atau tahun 2016 secara keseluruhan diperkirakan berkisar 4,28%-4,68% (yoy)... Inflasi tahun 2017 mendatang diperkirakan berada pada kisaran 3,94% - 4,34%... Inflasi Kota Jambi pada Triwulan IV-2016 atau akhir tahun 2016 diperkirakan berada pada kisaran 4,69% - 5,09% (yoy) sedangkan inflasi Bungo diperkirakan berada pada kisaran 3,90% - 4,30% (yoy). Inflasi Provinsi Jambi pada Triwulan IV-2016 atau tahun 2016 secara keseluruhan diperkirakan berada pada kisaran 4,56% - 4,96% (yoy) sementara proyeksi inflasi Provinsi Jambi pada Triwulan I diperkirakan berada pada kisaran 4,23% - 4,73%. Sementara itu, inflasi tahun 2017 secara keseluruhan diperkirakan masih akan terjaga sesuai target pemerintah 4% (+/- 1%) yaitu pada kisaran 3,94% - 4,34%, sedikit lebih rendah dibandingkan proyeksi inflasi Provinsi Jambi pada tahun 2016 (4,56% - 4,96%) yang disumbangkan oleh kenaikan tarif angkutan udara, tarif tenaga listrik, harga rokok, harga pangan dan beberapa komoditas inti seperti biaya sewa rumah dan biaya sekolah. Ke depan, beberapa potensi risiko yang dapat menyebabkan tekanan inflasi yang lebih tinggi dari prakiraan (upside risk) antara lain anomali cuaca yang dapat mengganggu hasil panen dan serta potensi pelemahan kurs rupiah yang dapat mendorong inflasi inti. Namun demikian, potensi penurunan suku bunga, melemahnya ekspektasi konsumen dan masih rendahnya daya beli petani karet berpotensi menahan laju inflasi (downside risk). Menyikapi kondisi ekonomi dan inflasi terkini, beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah adalah: Akselerasi pertumbuhan ekonomi daerah: 1. Percepatan pembangunan ekonomi daerah dalam jangka pendek melalui: a. Percepatan realisasi anggaran modal pemerintah untuk pembangunan infrastruktur (jalan, jembatan, saluran irigasi dan pelabuhan) dalam rangka mendorong konektivitas dan perdagangan antar daerah. b. Mendorong realisasi anggaran belanja operasi daerah untuk meningkatkan daya beli masyarakat. 6 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

21 c. Intervensi pemerintah untuk mendorong kinerja perkebunan karet melalui penciptaan pasar domestik, perluasan pasar ekspor, peraturan pemanfaatan karet lokal untuk industri dan restrukturisasi kredit/pembiayaan di sektor perkebunan karet. d. Perumusan mapping potensi perekonomian desa dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan dana transfer pemerintah pusat (dana desa) dan dana bantuan pemerintah provinsi dengan mempertimbangkan: 1. Potensi komoditas unggulan desa seperti pemanfaatan sit angin (unsmoked sheet) dalam pengolahan hasil karet. 2. Pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat desa dan kota terdekat seperti bantuan budidaya sayuran, bumbu-bumbuan, ternak ayam dan telur, kolam perikanan dll. 3. Pemerintah Daerah sebaiknya mulai menyusun petunjuk teknis dan pelaksanaan (guidance) manajemen proyek untuk disosialisasikan kepada desa dalam rangka pemanfaatan dan pertanggungjawaban dana transfer ke desa. e. Mendorong investasi dan penciptaan aktivitas ekonomi baru melalui: 1. Meminimalisir hambatan investasi (peraturan/perizinan, pajak/retribusi, infrastruktur). 2. Insentif bagi investor dan pelaku usaha/wirausaha baru seperti relaksasi pajak/retribusi, penyediaan tata ruang, bantuan permodalan, bantuan promosi, penyediaan SDM yang unggul melalui kerjasama dengan SMK dan perguruan tinggi. 3. Insentif khusus bagi calon investor yang membangun industri hilir penunjang komoditas unggulan di Jambi. 2. Meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk pertanian, perkebunan dan kehutanan melalui. 1) Program revitalisasi/replanting tanaman kelapa sawit dan karet rakyat; 2) Program edukasi kepada petani dalam rangka pemanfaatan tanaman dan lahan serta penggunaan teknologi tepat guna; 3) Menggalakkan penertiban praktek karet kotor; 4) Membangun jaringan kelembagaan petani dengan industri pengolahan untuk mengurangi rantai perdagangan yang tidak sehat; 5) Sosialisasi dan penguatan kelembagaan pasar komoditas (pasar lelang spot dan forward untuk tanaman perkebunan dan pasar agribisnis untuk tanaman hortikultura) 6) Membangun pusat informasi harga karet dan komoditas utama lainnya yang mudah diakses sampai ke level petani. 7) Mengembangkan industri karet yang terintegrasi meliputi industri inti, penunjang, dan industri terkait lainnya dengan memberikan kemudahan izin, pembiayaan, dan pengembangan; KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 7

22 Menyikapi pengendalian Inflasi Pemerintah perlu memperhatikan proyeksi kenaikan inflasi selama triwulan mendatang serta potensi risiko yang perlu diwaspadai dengan: 1. Pengamanan stok bahan pokok melalui sidak dan pemantauan rutin serta mendorong pelaku usaha untuk bekerjasama dengan daerah pemasok kebutuhan. 2. Pengamanan produksi di sektor hulu mengantisipasi potensi La Nina. 3. Penguatan TPID sebagai forum untuk mematangkan konsep dan koordinasi pelaksanaan program kerja pengendalian inflasi antar SKPD. 4. Pengembangan database TPID mencakup kondisi surplus defisit komoditas pangan daerah, pengawasan arus keluar masuk barang, perkembangan stok dan pemantauan harga. 5. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat terkait program kerja TPID dan himbauan-himbauan menyangkut pengendalian inflasi di Jambi. 8 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

23 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 9

24 1.1. PERKEMBANGAN UMUM Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (yoy) Di samping itu, sektor unggulan lain seperti industri pengolahan juga mengalami kenaikan pertumbuhan bila dibandingkan triwulan II Namun demikian, pertumbuhan ekonomi pada Triwulan III-2016 sedikit tertahan oleh kontraksi sektor pertambangan dan penggalian. Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah) Perekonomian Jambi pada Triwulan III-2016 tumbuh sebesar 4,03% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya (3,57% yoy) tetapi masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional Triwulan III-2016 (5,02% yoy) (GRAFIK 1.1). Menurut klasifikasi lapangan usaha, meningkatnya pertumbuhan ekonomi provinsi Jambi pada triwulan III utamanya disebabkan meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dari 3,96%(yoy) pada triwulan II-2016 menjadi 7,49%(yoy) pada triwulan III-2016 dan sektor perdagangan besar, eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor yang tumbuh 8,22% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan II-2016 (4,32(yoy)). Menurut andil terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan III-2016, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan menyumbangkan andil tertinggi pada pertumbuhan ekonomi sebesar 1,95% diikuti oleh sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 0,78% dan sektor industri pengolahan sebesar 0,30%. Sementara dari sisi tingkat pertumbuhan, 3 (tiga) sektor yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada triwulan III-2016 adalah sektor jasa keuangan (9,58% yoy), sektor transportasi dan pergudangan (9,36% yoy) (TABEL 1.1). Dari sisi pengeluaran, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan III-2016 disebabkan meningkatnya pertumbuhan ekspor dari 0,62%(yoy) pada triwulan II-2016 menjadi 3,43%(yoy) pada triwulan III-2016 (TABEL 1.2). Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi Menurut Lapangan Usaha Sumber: BPS Provinsi Jambi 10 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

25 Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi Menurut Pengeluaran Sumber: BPS Provinsi Jambi Pertumbuhan ekonomi Jambi pada Triwulan IV-2016 diperkirakan berada pada kisaran 3,98% - 4,38% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan III Pertumbuhan masih akan disumbangkan sektor-sektor utama seperti sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor serta sektor industri pengolahan. Meningkatnya produksi dan permintaan CPO serta panen hasil pertanian yang lebih baik dibandingkan Triwulan III-2016 diperkirakan akan mendorong sektor pertanian, industri pengolahan dan secara tidak langsung akan mendorong aktivitas perdagangan. Disamping itu, penyaluran dana transfer pemerintah pusat yang sempat tertahan pada Triwulan III-2016 akan mendorong sektor konstruksi dan perdagangan yang bersumber dari meningkatnya aktivitas pemerintah. Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga dan pemerintah serta ekspor luar negeri akan menjadi sumber pertumbuhan triwulan IV Hal tersebut juga didukung hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan III-2016 yang menunjukkan optimisme pelaku usaha dalam memandang perekonomian pada triwulan IV-2016 yang tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) positif sebesar 10,25%. Grafik 1.2. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan III-2016 Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah) Hampir semua pelaku usaha memandang optimis perekonomian pada triwulan mendatang yang tercermin dari nilai SBT positif. Namun demikian, pelaku usaha listrik, gas dan air bersih memandang kondisi perekonomian pada triwulan IV-2016 relatif sama dibandingkan triwulan III PDRB SISI LAPANGAN USAHA Perekonomian Jambi pada triwulan III-2016 tercatat tumbuh sebesar 4,03% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (3,57% yoy). Meningkatnya pertumbuhan ekonomi utamanya disebabkan meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dari 3,96% (yoy) pada Triwulan II-2016 menjadi 7,49% (yoy) pada Triwulan III seiring membaiknya produksi dan harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dan panen padi pada bulan Agustus-September 2016 serta pertumbuhan sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor yang meningkat cukup signifikan dari 4,32% (yoy) pada triwulan II-2016 menjadi 8,22% pada Triwulan III Menurut pangsanya, perekonomian Jambi selama triwulan III-2016 masih didominasi oleh sektor primer seperti sektor pertanian, kehutanan dan perikanan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 11

26 (29,66%) dan sektor pertambangan dan penggalian (16,05%) serta sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor (12,90%) dan sektor industri pengolahan (10,51%) (GRAFIK 1.2). Grafik 1.3. Perkembangan Produksi Padi di Provinsi Jambi Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan III-2016 tercatat tumbuh sebesar 7,49% (yoy), meningkat jika dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (3,96%(yoy)) dan menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Jambi pada Triwulan III dengan andil pertumbuhan 1,95%. Meningkatnya pertumbuhan terindikasi oleh angka ramalan (ARAM) produksi tanaman pangan tahun 2016 yang mengalami kenaikan. Produksi padi pada sub round II (Mei-Agustus) dan sub round III (September- Desember) diperkirakan mencapai ton, meningkat hampir 2 kali lipat (81,15%) dibandingkan produksi sub round II dan III di tahun 2015 (GRAFIK 1.3). Peningkatan produksi juga diperkirakan terjadi pada komoditas jagung (19,26%(yoy)) (GRAFIK 1.4) dan kedelai (62,01% yoy) (GRAFIK 1.5). Peningkatan produksi utamanya didorong oleh program pemerintah Upsus Pajale (Upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai) selama tahun Meningkatnya kinerja sektor pertanian juga terindikasi dari kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) tanaman pangan yang pada akhir triwulan III-2016 tercatat sebesar 99,30, lebih tinggi baik dibandingkan NTP pada akhir triwulan II-2016 (99,18) maupun akhir triwulan III-2015 (94,83). Meningkatnya NTP disebabkan perbaikan harga yang dicerminkan dengan karena kenaikan indeks diterima petani sebesar 8,04% (yoy) sementara kenaikan dari sisi biaya produksi relatif rendah yang tercermin dari indeks dibayar petani sebesar 3,18%(yoy) sejalan dengan kestabilan inflasi selama triwulan III-2016 (GRAFIK 1.6). Sub sektor perkebunan kelapa sawit juga menunjukkan peningkatan pada triwulan III Harga rata-rata TBS (Tandan Buah Segar) usia 10 tahun pada Triwulan III tercatat sebesar Rp1.791,32/kg, meningkat sebesar 32,42%(yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun 2015 sejalan dengan harga rata-rata Crude Palm Oil internasional yang meningkat sebesar 26,23%(yoy) dari US$ 512,63/metric ton pada Triwulan II-2016 menjadi US$ 647,11/metric ton pada Triwulan III (GRAFIK 1.7). Sumber: BPS dan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jambi Meningkatnya harga CPO global utamanya dipengaruhi oleh mulai berkurangnya stok CPO di negara produsen utama seperti Malaysia dan Indonesia sebagai dampak El Nino (kekeringan) selama tahun Grafik 1.4. Perkembangan Produksi Jagung di Provinsi Jambi Sumber: BPS dan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jambi Grafik 1.5. Perkembangan Produksi Kedelai di Provinsi Jambi Sumber: BPS dan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jambi Grafik 1.6. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi Sumber: BPR Provinsi Jambi (diolah) 12 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

27 Grafik 1.7. Perkembangan Harga CPO lokal, Internasional dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi tahun 2016 akan mendorong kinerja kelapa sawit pada triwulan IV Sektor Pertambangan dan Penggalian Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi dan Bloomberg Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian pada Triwulan III-2016 terkontraksi sebesar 2,35% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang masih mampu tumbuh 1,74%(yoy). Kontraksi yang terjadi membuat sektor ini menyumbang kontribusi negatif sebesar -0,58% terhadap pertumbuhan ekonomi Jambi pada Triwulan III Grafik 1.8. Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi Grafik 1.9. Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) di provinsi Jambi Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Jambi dan Bloomberg Kekeringan berdampak pada menurunnya produksi TBS kelapa sawit selama tahun 2015 hingga pertengahan tahun Produksi mulai meningkat pada bulan Juni- Juli 2016 seiring kecukupan air selama masa pembuahan Januari-April Namun demikian, indikator sub sektor perkebunan karet masih belum menunjukkan perbaikan. Masih lemahnya harga komoditas karet berdampak pada menurunnya harga karet lokal. Harga rata-rata bokar di Jambi pada Triwulan III-2016 tercatat mengalami kontraksi sebesar 11,60%(yoy) bila dibandingkan pada triwulan III-2015 sejalan dengan tren penurunan harga karet di tingkat internasional sebesar 3,50%(yoy) (GRAFIK 1.8). Masih rendahnya harga karet global utamanya dipengaruhi rendahnya harga minyak dunia yang selama triwulan III berkisar pada US$ 40 US$ 50/barrel. Minyak mentah adalah bahan dasar produk petrokimia yang merupakan bahan pembuatan karet sintetis. Pada triwulan IV-2016, pertumbuhan sektor pertanian, perikanan dan kehutanan diperkirakan mulai meningkat seiring masa panen raya padi sub round III yang lebih tinggi dibandingkan sub round yang sama di tahun Disamping itu, kenaikan produksi kelapa sawit dan harga CPO yang masih cukup tinggi hingga akhir Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Jambi dan Bloomberg Kontraksi sektor pertambangan dan penggalian disebabkan oleh masih menurunnya produksi migas terutama gas bumi. Berdasarkan data ekspor luar negeri selama bulan Januari-September 2016 tercatat ekspor migas mengalami kontraksi 50,05%(yoy) sementara pada periode yang sama, ekspor batubara juga mengalami kontraksi 68,10%(yoy). Pada Triwulan IV- 2016, kinerja sektor pertambangan diperkirakan masih sedikit mengalami kontraksi seiring harga minyak yang relatif tidak berbeda jauh dari harga rata-rata Triwulan IV-2015 yaitu US$ 42/barrel Sektor Perdagangan Besar, Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Sektor perdagangan besar, eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor tercatat tumbuh sebesar 8,22% (yoy) pada Triwulan III-2016 dengan andil pertumbuhan 0,78%, meningkat bila dibandingkan triwulan sebelumnya (4,32% yoy) sejalan dengan meningkatnya daya beli masyarakat karena membaiknya kinerja produksi dan harga kelapa sawit serta meningkatnya produksi panen pertanian tanaman pangan bila dibandingkan triwulan yang sama di tahun Hal tersebut sejalan dengan hasil liaison Kantor Perwakilan BI Provinsi Jambi pada kantor penjualan resmi kendaraan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 13

28 bermotor roda empat di Jambi yang menyatakan bahwa penjualan pada Triwulan III-2016 mengalami kenaikan sekitar 3%-5%(yoy) dibandingkan triwulan yang sama di tahun Namun demikian, penyaluran kredit kendaraan bermotor pada Triwulan III-2016 tercatat hanya tumbuh 1,89%(yoy), lebih rendah dibandingkan Triwulan II-2016 yang tumbuh 3,81%(yoy) (GRAFIK 1.9). Meningkatnya pertumbuhan juga terindikasi dari data produksi crumb rubber GAPKINDO 1 (Gabungan Pengusaha Karet Indonesia) cabang Jambi yang meskipun masih menunjukkan kontraksi sebesar 1,21% (yoy) pada Triwulan III-2016 tetapi membaik dibandingkan triwulan sebelumnya (-8,10%(yoy) (GRAFIK 1.10). Grafik Konsumsi Semen di Provinsi Jambi Grafik Produksi Karet GAPKINDO Jambi Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI) diolah Sumber: GAPKINDO Cabang Jambi Sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor diperkirakan masih akan tumbuh pada triwulan IV-2016 mengingat masih tingginya produksi dan harga kelapa sawit serta produksi pertanian tanaman pangan seperti padi yang diperkirakan lebih baik dibandingkan Triwulan IV-2015 sehingga dapat mendorong daya beli petani. Disamping itu, realisasi dana transfer pemerintah pusat ke daerah yang sempat tertunda pada Triwulan III-2016 dapat mendorong aktivitas perdagangan yang berkaitan dengan kegiatan pemerintah Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 2,68% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (1,01% (yoy)) dengan andil pertumbuhan 0,30%. Kenaikan industri utamanya disebabkan kenaikan produksi pada sub sektor industri makanan dan minuman (TABEL 1.2). dan industri pengolahan kelapa sawit / CPO. Meningkatnya produksi CPO disebabkan mulai membaiknya pasokan bahan baku kelapa sawit selama triwulan III Kenaikan produksi juga didorong oleh meningkatnya permintaan ekspor CPO di tengah kekhawatiran anjloknya stok CPO global. Pada triwulan IV-2016, pertumbuhan sektor industri pengolahan diperkirakan sedikit mengalami kenaikan seiring pasokan bahan baku dan permintaan CPO yang masih tinggi serta meningkatnya produksi industri makanan pada akhir tahun Sektor Ekonomi Lainnya Sektor konstruksi tumbuh 3,41%(yoy) pada triwulan III- 2016, melambat dibandingkan triwulan II-2016 (3,71% yoy). Perlambatan utamanya didorong oleh penundaan realisasi belanja pemerintah terkait pembangunan gedung, jalan dll seiring penundaan transfer pemerintah pusat ke daerah pada triwulan III Namun demikian, data indikasi konsumsi semen Jambi justru tumbuh sebesar 8,20%(yoy), meningkat cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 11,00%(yoy)) (GRAFIK 1.11). Sementara itu, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum tumbuh 8,55%(yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (3,75%(yoy)) yang terindikasi dari meningkatnya jumlah tamu hotel sebesar 15,90% (yoy) dan tingkat hunian hotel di Jambi sebesar 48,94%(yoy) (GRAFIK 1.12). 14 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 1 Terdapat 11 (sebelas) perusahaan pengolah crumb rubber yang tergabung dalam Gapkindo

29 Grafik Tingkat Hunian Hotel di Jambi Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah) Tabel 1.3. Pertumbuhan Industri di Provinsi Jambi Sumber: BPS Proivnsi Jambi (diolah) Kenaikan permintaan penyediaan makan minum disebabkan momen bulan haji dan meningkatnya aktivitas pernikahan dan hajatan selama triwulan III Sektor pengadaan listrik dan gas tumbuh sebesar 5,80%(yoy), melambat bila dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (6,93% (yoy)). Namun demikian, data pemakaian tenaga listrik pada triwulan III-2016 tumbuh 4,40%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (2,82%(yoy)) sedangkan jumlah pelanggan listrik tumbuh 8,24%(yoy) selama triwulan III-2016, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (7,31%(yoy)) (GRAFIK 1.13). terminal baru bandara Sultan Thaha Syaifudin Jambi yang lebih memadai. Kenaikan tersebut terindikasi dari data arus penumpang di bandara Sultan Thaha Syaifudin Jambi yang mengalami lonjakan kenaikan hingga 54,98%(yoy) pada Triwulan III-2016 (GRAFIK 1.15). Hal yang sama juga terjadi pada arus kargo di bandara Sultan Thaha Syaifuddin yang tumbuh hingga 35,95%(yoy) selama triwulan III-2016 (GRAFIK 1.16). Grafik Perkembangan Konsumsi Listrik Provinsi Jambi Sektor pengadaan air tumbuh 4,22%(yoy) pada triwulan III-2016, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (3,51%(yoy)). Pertumbuhan terindikasi dari meningkatnya konsumsi air di Kota Jambi sebesar 9,24%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (3,29%(yoy ) (GRAFIK 1.14). Sumber: PLN Cabang Jambi dan Bungo (diolah) Sektor transportasi dan pergudangan tumbuh sebesar 9,36% (yoy) pada Triwulan III-2016 dengan andil pertumbuhan 0,29%, meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (6,78%(yoy)) seiring meningkatnya permintaan jasa penerbangan pada momen lebaran yang didukung dengan kapasitas KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 15

30 Grafik Perkembangan Konsumsi Air Provinsi Jambi penerbangan di terminal baru bandara Sultan Thaha Syaifuddin Jambi pada liburan akhir tahun PDRB SISI PENGELUARAN Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi Ditinjau dari sisi pengeluaran, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Jambi pada Triwulan III-2016 disebabkan oleh pertumbuhan ekspor (antar daerah dan luar negeri) sebesar 3,43% (yoy). Sementara itu, konsumsi tumbuh 4,44%(yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan II-2016 (4,56%(yoy)). Grafik Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang Bandara Sultan Thaha Syaifuddin Grafik Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan III-2016 Sumber: PT. Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi Grafik Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang Sumber: BPS Provinsi Jambi Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) atau investasi tumbuh 3,58%(yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan II-2016 (3,71%(yoy)). Konsumsi pemerintah justru mengalami kontraksi 5,46%(yoy), merosot cukup tajam bila dibandingkan triwulan II-2016 yang tumbuh cukup signifikan 18,36%(yoy). Sumber: PT. Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi Sektor lain yang tumbuh cukup tinggi pada triwulan III adalah sektor jasa keuangan sebesar 9,58% (yoy) dan sektor informasi dan komunikasi sebesar 6,14% (yoy). Pada triwulan IV-2016, sektor konstruksi diperkirakan masih tumbuh seiring penyaluran dana transfer pemerintah pusat ke daerah yang direalisasikan pada triwulan IV Penyaluran dana transfer akan berdampak pada sektor lain seperti penyediaan akomodasi dan makan minum dalam rangka kegiatan pemerintah dan acara hajatan keluarga yang dilakukan pada akhir tahun. Sektor lain yang diperkirakan tumbuh cukup tinggi adalah sektor transportasi dan pergudangan seiring meningkatnya aktivitas Berdasarkan andil pertumbuhan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2016 masih disumbangkan oleh konsumsi rumah tangga dengan andil 1,98%, net ekspor dengan andil 1,67% dan pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) dengan andil sebesar 0,82% (TABEL 1.3). Berdasarkan strukturnya, perekonomian provinsi Jambi pada Triwulan III-2016 masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga dan Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 45%, diikuti Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) sebesar 23% dan net ekspor sebesar 22% (GRAFIK 1.17). Pada triwulan IV-2016, meningkatnya pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran didorong oleh meningkatnya pertumbuhan ekspor Jambi dari komoditas CPO seiring membaiknya pasokan dan meningkatnya harga dan permintaan internasional. 16 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

31 Tabel 1.4. Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan Terhadap Pertumbuhan (yoy) Grafik Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi Grafik Provinsi Jambi Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Sumber: LBU Bank Indonesia Sumber: LBU Bank Indonesia Di samping itu, konsumsi rumah tangga diperkirakan mulai meningkat seiring proyeksi meningkatnya kinerja sektor perkebunan (kelapa sawit) dan produksi sektor pertanian tanaman pangan (padi). Sementara itu, penyaluran dana transfer yang sempat tertunda pada Triwulan III-2016 akan mendorong konsumsi dan investasi pemerintah Konsumsi Rumah Tangga dan Pemerintah Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 4,44% (yoy) pada triwulan III-2016, sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,56% yoy) tetapi lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2015 (4,25% yoy). Perlambatan utamanya disebabkan melambatnya pertumbuhan konsumsi perumahan dan perlengkapan rumah tangga yang terindikasi dari melambatnya data indikator kredit real estate. Data indikator kredit real estate tercatat tumbuh 1,7% (yoy) pada Triwulan III-2016, lebih rendah dibandingkan Triwulan II-2016 yang tumbuh 2,3%(yoy) (GRAFIK 1.18). Sementara itu, konsumsi pemerintah mengalami kontraksi yang cukup tajam hingga 5,46%(yoy) memburuk bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh cukup signifikan (18,36% yoy). Hal tersebut didukung oleh data realisasi belanja operasi Pemerintah Provinsi Jambi yang terkontraksi 4,80%(yoy) pada Triwulan III Sejalan dengan penundaan transfer dana pemerintah pusat ke daerah yang menyebabkan Pemda harus berhati-hati dalam merealisasikan anggaran agar tidak terjadi kekosongan kas daerah. Namun demikian, belanja pegawai Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi tercatat tumbuh hingga 11,89%(yoy). Hal ini sejalan dengan data indikator kredit yang menunjukkan kecenderungan penurunan pertumbuhan seperti kredit konsumsi yang tumbuh 9,82%(yoy) pada triwulan III-2016, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,49%(yoy) (GRAFIK 1.19). KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 17

32 Tabel 1.5. Indeks Tendensi Konsumen Pada triwulan IV-2016, konsumsi diperkirakan masih tumbuh seiring meningkatnya produksi dan harga komoditas kelapa sawit serta hasil panen pertanian tanaman pangan triwulan III-2016 yang diperkirakan dapat mendorong daya beli petani. Beberapa data indikator konsumsi seperti indeks tendensi konsumen (ITK) Triwulan III-2016 yang mengalami kenaikan. ITK pada Triwulan III-2016 tercatat 114,22, mengindikasikan bahwa persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi triwulan III-2016 relatif lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. ITK pendapatan rumah tangga kini tercatat sebesar 121,53 yang mengindikasikan optimisme konsumen terhadap peningkatan pendapatan. ITK konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan tercatat sebesar 118,23 yang mengindikasikan optimisme konsumen terhadap peningkatan tingkat konsumsi masyarakat pada triwulan III-2016 (TABEL 1.5). Perkiraan ITK pada Triwulan IV-2016 tercatat sebesar 100,93 yang mengindikasikan konsumen masih optimis dalam memandang kondisi ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan IV Di samping itu, penyaluran dana transfer Pemerintah Pusat ke daerah akan mendorong konsumsi yang bersumber dari kegiatan rutin Pemda. maupun triwulan III Realisasi PMDN Triwulan III tercatat Rp 883,4 miliar, menurun 64,90%(yoy) dibandingkan Triwulan III-2015 (Rp 2,51 triliun) dan lebih rendah dibandingkan Triwulan II-2016 (Rp 2,29 triliun) (TABEL 1.6). Penurunan juga terjadi pada Penanaman Modal Asing (PMA). Realisasi PMA pada Triwulan III-2016 tercatat US$ 11,9 juta, lebih rendah dibandingkan realisasi Triwulan III-2015 (US$ 31,1 juta) tetapi lebih tinggi dibandingkan Triwulan II-2016 (US$ 1,6 juta). Perlambatan juga tercermin dari penurunan tingkat pertumbuhan penyaluran kredit investasi dari 13,39%(yoy) pada triwulan II-2016 menjadi 12,06%(yoy) pada triwulan III-2016 (GRAFIK 1.20). Pada triwulan IV-2016, investasi diperkirakan masih tumbuh seiring penyaluran dana transfer pemerintah pusat ke daerah yang dapat mendorong realisasi proyek-proyek pembangunan pemerintah pusat dan daerah. Di samping itu, investasi swasta diperkirakan masih tumbuh terutama di sektor properti bisnis seperti hotel, pusat perbelanjaan dan kegiatan bisnis. Grafik Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) Pertumbuhan investasi yang dinyatakan oleh PMTDB tercatat tumbuh 3,58%(yoy), melambat bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 3,71%(yoy). Perlambatan tersebut sejalan dengan selesainya beberapa proyek komersial seperti hotel dan tempat perbelanjaan serta sudah selesainya proyek eksplorasi pertambangan gas bumi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Sumber: LBU Bank Indonesia Perdagangan Eksternal Ekspor provinsi Jambi (antar daerah dan ke negara lain) Perlambatan investasi terkonfirmasi dari menurunnya berdasarkan PDRB-ADHB (atas dasar harga berlaku) investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam mencapai Rp 28,89 triliun pada triwulan III Negeri (PMDN) baik dibandingkan triwulan sebelumnya Ekspor tercatat tumbuh sebesar 3,43% (yoy), membaik KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 18

33 dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 0,62%(yoy). Nilai ekspor luar negeri Provinsi Jambi selama bulan Januari sampai dengan September 2016 tercatat mencapai US$ 1,34 miliar, lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun 2015 (US$ 2,09 miliar). Turunnya ekspor luar negeri utamanya dipengaruhi oleh turunnya ekspor minyak dan gas (migas) provinsi Jambi yang terkontraksi hingga 50,59%(yoy) dan ekspor karet dan olahannya yang terkontraksi 8,49%(yoy) selama bulan Januari- September Impor provinsi Jambi (dari luar daerah dan luar negeri) berdasarkan PDRB-ADHB tercatat sebesar Rp 19,53 triliun, tumbuh 1,52%(yoy), sedikit lebih rendah bila dibandingkan triwulan sebelumnya (1,57%(yoy)). Impor luar negeri (data BPS) selama bulan Januari-September 2016 juga terkontraksi sebesar 18,09%(yoy) yang didorong oleh menurunnya nilai impor mesin dan angkutan hingga 13,57% (yoy) dan hasil industri lainnya hingga 14,53% (yoy). Ekspor diperkirakan tumbuh lebih tinggi pada triwulan IV Meningkatnya produksi kelapa sawit dan masih tingginya permintaan global akan mendorong ekspor kelapa sawit dari Jambi baik untuk kebutuhan CPO antar daerah maupun luar negeri. Tabel 1.6. Realisasi Investasi di Provinsi Jambi Sumber: LBU Bank Indonesia Grafik Perkembangan Ekspor dan Impor Luar Negeri Non Migas di Provinsi Jambi barang (PEB), ekspor luar negeri non-migas Jambi pada Triwulan III-2016 sebesar US$ 239,09 juta, terkontraksi 1,45%(yoy) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 4,50%(yoy). Sementara itu, impor luar negeri non migas sebesar US$ 35,82 juta, tumbuh signifikan mencapai 51,83%(yoy) dan lebih baik dibandingkan impor triwulan sebelumnya (US$ 11,83 juta). Dengan kondisi tersebut, Jambi mengalami net ekspor sebesar US$ 203,27 juta (GRAFIK 1.21). Sumber: SEKDA Bank Indonesia Ekspor produk pertanian (padi dan sayuran) keluar daerah juga semakin meningkat seiring hasil panen pada akhir tahun yang diperkirakan lebih baik dibandingkan Triwulan IV Di sisi lain, impor diperkirakan masih tumbuh seiring meningkatnya impor bahan baku pulp and paper dan spare part mesin industri yang tergolong dalam kelompok mesin industri dan perlengkapannya. Menurut jenis komoditasnya, nilai ekspor terbesar masih disumbangkan komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar US$ 95,05 juta atau 40% dari total ekspor non migas Jambi, diikuti oleh komoditas pulp, kertas, kertas karton dan olahannya 2 sebesar US$ 57,15 juta atau 24% dari total ekspor (GRAFIK 1.22 DAN 1.23) Ekspor Luar Negeri Non Migas Provinsi Jambi Menurut indikator ekspor dan impor luar negeri non migas, kinerja ekspor dan impor luar negeri non migas Provinsi Jambi pada Triwulan III-2016 mulai membaik. Kenaikan ekspor terjadi pada komoditas unggulan Jambi CPO. Menurut dokumen pemberitahuan ekspor 2 Data eskpor pulp, kertas, kertas karton dan olahannya merupakan penggabungan nilai ekspor pulp dan kertas (Kode SITC: 25) dan nilai ekspor kertas, kertas karton dan olahannya (Kode SITC: 64) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 19

34 Grafik Pangsa Nilai Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Grafik Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Sumber: SEKDA Bank Indonesia Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jambi Sumber: SEKDA Bank Indonesia Grafik Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan Sumber: SEKDA Bank Indonesia Sementara itu, nilai ekspor CPO tercatat sebesar US$ 40,39 juta atau 17% dari total ekspor, meningkat cukup tinggi apabila dibandingkan triwulan sebelumnya (US$ 24,43 juta) seiring meningkatnya produksi CPO dan masih tingginya permintaan CPO global. Apabila dilihat dari struktur ekspor non migas Jambi, terlihat bahwa ekspor produk industri pengolahan dari sub sektor perkebunan dan kehutanan masih mendominasi ekspor Jambi pada Triwulan III Menurut negara tujuan (GRAFIK 1.24 DAN 1.25), ekspor Jambi pada triwulan III-2016 sebagian besar ditujukan ke Singapura dengan nilai US$ 134,07 juta dan diikuti Malaysia sebesar US$ 25,18 juta dan Tiongkok sebesar US$ 23,06 juta. Grafik Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Sumber: SEKDA Bank Indonesia Grafik Perkembangan Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan Sumber: SEKDA Bank Indonesia Impor Luar Negeri Non Migas Provinsi Jambi Sumber: SEKDA Bank Indonesia Impor non migas provinsi Jambi selama Triwulan III tercatat sebesar US$ 35,82 juta, tumbuh cukup signifikan sebesar 51,83%(yoy). Kenaikan impor utamanya disebabkan adanya impor alat pengangkutan berupa kapal laut. Impor kapal yang termasuk dalam alat pengangkutan lainnya tercatat sebesar US$ 20 juta dan menjadi kontributor impor tertinggi selama Triwulan III-2016 (GRAFIK 1.26). Kenaikan impor juga 20 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

35 terjadi pada komoditas kertas dan bubur kertas (77,11%(yoy)) (GRAFIK 1.27). Disamping impor alat pengangkutan dan kertas serta bubur kertas, impor Jambi pada Triwulan III-2016 juga disumbangkan oleh mesin industri dan perlengkapannya sebesar US$ 1,69 juta atau 5% dari impor Jambi dan kimia inorganis sebesar US$1,65 juta atau 5% dari impor Jambi. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 21

36 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally left blank 22 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

37 BAB II KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 23

38 Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan Triwulan III-2016 mencapai Rp2,38 triliun (terealisasi sebesar 69,16% dari APBD-P 2016). Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai Rp902,4 miliar (37,9% dari total pendapatan), naik 1,2% dibandingkan realisasi PAD Triwulan III-2015 (Rp891,7 miliar atau 35,2% dari total pendapatan). Pendapatan terbesar disumbangkan oleh pajak daerah yang mencapai Rp690,4 miliar (29,0% dari total pendapatan dan 76,5% dari total PAD), turun 0,63% dibandingkan periode yang sama tahun Hal ini sejalan dengan perlambatan perkonomian provinsi Jambi dari 5,02% (yoy) pada Triwulan III-2015 menjadi 4,03% (yoy) pada Triwulan III Sementara itu pendapatan dari retribusi daerah mencapai Rp13,49 miliar, mengalami peningkatan 6,29% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp12,69 miliar. Sementara itu realisasi belanja mengalami kenaikan dibanding triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, dari Rp2,1 triliun pada Triwulan III-2015 (terealisasi 56,1%) menjadi Rp2,2 triliun pada Triwulan III-2016 (terealisasi 58,3%). Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, nilai realisasi realisasi belanja mengalami peningkatan sebesar 4,1%. Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada hingga Triwulan III-2016 hanya sebesar 28,3%, jauh lebih kecil dibandingkan share belanja operasi yang mencapai 63,0%. Meski demikian, pangsa ini masih lebih baik dibandingkan pangsa belanja modal pada tahun 2015 (26,2%) dan 2014 (25,3%) REALISASI PENDAPATAN DAERAH Pada Triwulan III-2016, realisasi pendapatan Provinsi Jambi sebesar Rp2,4 triliun atau mencapai 69,16% dari APBD tahun 2016 (Rp3,44 triliun). Berdasarkan jenisnya, pendapatan terbesar masih tergantung dari transfer pemerintah pusat yang mencapai Rp1,48 triliun (62,0% dari total pendapatan). Adapun proporsi terbesar dalam pendapatan transfer dari APBN tersebut adalah dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) yang mencapai Rp754,4 miliar (31,7% dari total pendapatan Jambi) (TABEL 2.1). Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang didapatkan melalui pajak, retribusi, serta pengelolaan kekayaan daerah dan lainnya sebesar Rp902,4 miliar (37,9% dari total pendapatan). Angka pendapatan tersebut sedikit meningkat 1,2% dibanding Triwulan III Pendapatan terbesar disumbangkan oleh pajak daerah yang mencapai Rp690,42 miliar hingga Triwulan III-2016 (29,0% dari total pendapatan dan 76,5% dari total PAD), turun 0,63% dibandingkan triwulan yang sama pada tahun URAIAN Tabel 2.1. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Nominal (Rp. Miliar) Persen NOMINAL (Rp. Miliar) PERSEN Nominal (Rp. Miliar) PENDAPATAN 2, , , , , PENDAPATAN ASLI DAERAH , , PAJAK DAERAH , , RETRIBUSI DAERAH HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YG DIPISAHKA LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH PENDAPATAN TRANSFER 1, , , , , TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN 1, , , , DANA BAGI HASIL PAJAK DANA BAGI HASIL BUKAN PAJAK (SDA) DANA ALOKASI UMUM , , DANA ALOKASI KHUSUS TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA DANA PENYESUAIAN LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH PENDAPATAN HIBAH Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah) S.D TW III-2015 APBD 2016 S.D TW II-2016 APBD-P 2016 S.D TW III-2016 Persen KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 24

39 Hal ini sejalan dengan perlambatan perkonomian provinsi Jambi dari 5,02% (yoy) pada Triwulan III-2015 menjadi 4,03% (yoy) pada Triwulan III Sementara itu pendapatan dari retribusi daerah mencapai Rp13,5 miliar, mengalami peningkatan 6,3% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp12,7 miliar REALISASI BELANJA DAERAH Hingga Triwulan III-2016, realisasi belanja Provinsi Jambi mencapai Rp2,2 triliun atau mencapai 58,3% dari APBD 2016 (Rp3,74 triliun). Nilai realisasi tersebut relatif meningkat sebesar Rp85,3 miliar atau 4,1% dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan jenisnya, realisasi belanja operasional masih menjadi yang terbesar, yaitu sebesar Rp1,37 triliun atau 63,0% dari total belanja Triwulan III-2016 (terealisasi sebesar 63,4% dari target APBD 2016) (TABEL 2.2). Komponen belanja operasional terbesar adalah untuk belanja pegawai yang mencapai Rp499,6 miliar (36,4% dari belanja operasional) dan diikuti oleh belanja hibah Rp469,45 miliar (34,2% dari belanja operasional). Kedua jenis komponen belanja tersebut merupakan belanja rutin. Sementara itu realisasi belanja modal Provinsi Jambi mencapai Rp616,6 miliar atau 28,3% dari total belanja Triwulan III-2016 (terealisasi 56,7% dari target APBD 2016). Terdapat lonjakan yang relatif tinggi pada realisasi belanja modal di Triwulan III-2016 dibanding Triwulan III-2015 (meningkat Rp165,96 miliar atau 36,8%). Alokasi belanja modal dalam APBD 2016 sebesar 29,1%, lebih tinggi dibandingkan alokasi pada APBD 2015 (26,2%). Nilai realisasi belanja modal terbesar adalah belanja jalan, irigasi dan jaringan dengan total Rp499,5 miliar (terealisasi 65,05% dari target pada APBD 2016). Belanja ini digunakan untuk membangun infrastruktur yang paling berdampak pada kehidupan masyarakat Provinsi Jambi. Secara tahunan, nilai realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan meningkat cukup tinggi sebesar 43,0% dibandingkan realisasi pada Triwulan III Dengan tingkat inflasi di Provinsi Jambi sebesar 3,86% (yoy) lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu (5,30 % yoy), nilai realisasi belanja modal yang lebih tinggi tersebut mengindikasikan lebih banyaknya kuantitas pembangunan jalan, irigasi, dan jaringan dibandingkan tahun lalu. Ini merupakan indikasi semakin kuatnya komitmen Pemerintah Provinsi Jambi dalam mendorong percepatan pembangunan infrastruktur. Infrastruktur yang dibangun beserta sarana dan prasarananya tersebut diharapkan dapat mendukung kegiatan ekonomi sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di tahun URAIAN Tabel 2.2. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Nominal (Rp. Miliar) Persen Nominal (Rp. Miliar) Persen Nominal (Rp. Miliar) BELANJA 2, , , , , BELANJA OPERASI 1, , , , BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG BELANJA SUBSIDI BELANJA HIBAH BELANJA BANTUAN SOSIAL BELANJA BANTUAN KEUANGAN BELANJA MODAL , , BELANJA TANAH BELANJA PERALATAN DAN MESIN BELANJA BANGUNAN DAN GEDUNG BELANJA JALAN, IRIGASI DAN JARINGAN BELANJA ASET TETAP LAINNYA BELANJA ASET LAINNYA BELANJA TAK TERDUGA BELANJA TAK TERDUGA TRANSFER TRANSFER BAGI HASIL KE KAB/KOTA/DESA BAGI HASIL PAJAK Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah) S.D TW III-2015 APBD 2016 S.D TW II-2016 APBD-P 2016 S.D TW III-2016 Persen KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 25

40 Tabel 2.3. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi REALISASI PENDAPATAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH TW III-2015 TW II-2016 TW III-2016 PERTUMBUHAN (YOY) NOMINAL (%) I PAJAK DALAM NEGERI 859, , , , % PPH 444, , , , % PPN 395, , ,051 (48,044) % PBB 9,327 8,601 19,776 10, % PENDAPATAN BPHTB CUKAI LAINNYA 10,796 12,835 10,672 (124) -1.15% PENGEMBALIAN PENDAPATAN PAJAK DAN CU II PAJAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL 15,096 14,580 16, % III PENERIMAAN SDA 1,034 2,194 2,194 - IV PNBP LAINNYA 91,077 28, ,154 16, % V PENDAPATAN HIBAH VI PENDAPATAN BAGIAN LABA BUMN VII PENDAPATAN BADAN LAYANAN UMUM VIII PENDAPATAN PENYESUAIAN (20) % TOTAL REALISASI PENDAPATAN 965, ,654 1,099, , % Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Realisasi Pendapatan Wilayah Jambi. Unaudited, diolah 2.3. KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH Realisasi pendapatan pemerintah pusat di wilayah Jambi hingga Triwulan III-2016 mencapai Rp1,1 triliun, meningkat cukup signifikan sebesar 13,9% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (Rp965,6 miliar) (TABEL 2.3). Peningkatan tersebut disebabkan oleh naiknya Pendapatan Pajak Dalam Negeri (13,4% yoy) yang utamanya disebabkan kenaikan Pajak Penghasilan sebesar Rp152,6 miliar atau tumbuh 34,4% (yoy). Namun sebaliknya, Pajak Pertambahan Nilai justru tercatat menurun sebesar Rp48,04 miliar atau terkontraksi 12,2% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini mengindikasikan terjadinya penurunan kegiatan transaksi ekonomi sejalan dengan perlambatan ekonomi di Provinsi Jambi. Kenaikan angka realisasi belanja didorong oleh naiknya Belanja Barang sebesar Rp388,6 miliar (54,01% yoy) dan Belanja Pegawai sebesar Rp159,8,0 miliar (11,9% yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan pangsanya, belanja tertinggi pemerintah pusat sebagian besar untuk Belanja Pegawai yaitu sebesar Rp1,5 triliun dengan pangsa mencapai 42,4%, relatif menurun dibandingkan pangsa pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 44,1%. Selanjutnya Belanja Barang menjadi belanja kedua terbesar yaitu sebesar Rp1,1 triliun, dengan pangsa yang cukup meningkat dari 23,6% pada periode yang sama tahun 2015 menjadi 31,3% pada Triwulan III-2016 (GRAFIK 2.2). Grafik 2.1. Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Berdasarkan komposisinya, penerimaan pendapatan terbesar adalah dari pendapatan Pajak Dalam Negeri yang mencapai Rp974,3 miliar (89,6%) dan diikuti oleh PNBP lainnya sebesar Rp107,2 miliar (9,7%) (GRAFIK 2.1). Sementara itu, belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi hingga Triwulan III-2016 terealisasi sebesar Rp3,5 triliun meningkat 16,2% (yoy) dibandingkan total realisasi belanja periode yang sama tahun sebelumnya. (TABEL 2.4). Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah) 26 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

41 Tabel 2.4. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi REALISASI BELANJA KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH TW II-2015 TW I-2016 TW II-2016 PERTUMBUHAN (YOY) NOMINAL (%) I BELANJA PEGAWAI 755, ,782 1,014, , % II BELANJA BARANG 310, , , , % III BELANJA DENDA DAN SUBSIDI PERUSAHAAN % III BELANJA BANTUAN SOSIAL 68, ,587 (66,378) % IV BELANJA LAIN-LAIN % V BELANJA MODAL 279, , , , % TOTAL REALISASI BELANJA 1,414, ,538 2,295, , % Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Realisasi Belanja Wilayah Jambi. Unaudited, diolah Sementara itu Belanja Modal mencapai sebesar Rp923,0 miliar dengan pangsa mencapai 26,1%, sedikit menurun dibandingkan pangsa pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 28,3%. Menurunnya Belanja Modal ini perlu menjadi perhatian mengingat komitmen pemerintah dalam mengembangkan infrastruktur di Provinsi Jambi, dimana infrastruktur adalah salah satu komponen utama yang berperan dalam kemajuan perekonomian KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Jumlah simpanan Pemerintah Daerah di perbankan Jambi pada Triwulan III-2016 adalah sebesar Rp2,75 triliun, atau turun 30,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp3,98 triliun (GRAFIK 2.3). Penurunan simpanan terbesar utamanya disebabkan oleh turunnya simpanan deposito dari Rp2,22 triliun pada Triwulan III-2015 menjadi Rp1,23 triliun pada triwulan III-2016, serta turunnya simpanan dalam bentuk giro dari Rp1,74 triliun pada Triwulan III-2015 menjadi Rp1,5 triliun pada triwulan III Sementara itu simpanan dalam bentuk tabungan sedikit mengalami peningkatan dari Rp15,9 miliar pada Triwulan III-2015 menjadi Rp22,9 miliar pada triwulan III-2016 atau naik sebesar 0,7% (yoy). Grafik 2.2. Jambi Pangsa Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Grafik 2.3. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah) Sumber: LBU Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 27

42 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally left blank 28 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

43 BOKS 1 MEMPERCEPAT TRANSFORMASI INDUSTRI MANUFAKTUR UNTUK MEWUJUDKAN INDUSTRIALIASI YANG BERDAYA SAING GLOBAL I. Latar Belakang Secara umum model pengembangan wilayah di negara-negara berkembang lebih menitikberatkan pada sektor agraris, sedangkan sektor industri cenderung hanya merupakan upaya yang berskala kecil dan hanya terkonsentrasi di wilayah perkotaan. Namun demikian, model pengembangan nilai tambah dari sektor agraris di negara berkembang relatif kecil dan mempunyai kecenderungan semakin menurun. Akibat terjadinya kecenderungan penurunan nilai tambah tersebut, model pengembangan wilayah di negara-negara berkembang saat ini pada umumnya adalah dengan mengubah titik berat perekonomiannya dari sektor agraris ke sektor industri. Kemajuan sektor industri merupakan salah satu cerminan maju tidaknya kondisi perekonomian suatu wilayah. Wilayah dengan share industri yang besar identik dengan kontribusi output yang besar terhadap perekonomian, baik itu berupa share terhadap PDRB maupun efek serapan tenaga kerja. II. Perkembangan Industri di Provinsi Jambi perekonomian provinsi Jambi. Secara umum share sektor industri pengolahan masuk kedalam 4 (empat) besar sektor yang memiliki kontribusi terhadap pembentukan PDRB. Pada tahun 2013 sektor industri pengolahan menyumbang 10,79% terhadap PDRB, kemudian meningkat di tahun 2014 menjadi 10,94% dan selanjutnya terus meningkat di tahun 2015 menjadi 11,05%. (Tabel 1) Diketahui dari sisi tenaga kerja, sektor industri pengolahan relatif berkontribusi cukup besar dalam perekonomian Jambi. Sektor industri pengolahan pada tahun 2013 mampu menyerap tenaga kerja sebanyak ribu orang, kemudian sedikit mengalami penurunan di tahun 2014 menjadi ribu orang, selanjutnya pada tahun 2015 kembali meningkat menjadi ribu orang. Berdasarkan serapan tenaga kerja sektor industri, diketahui serapan tenaga kerja pada sektor industri di provinsi Jambi didominasi oleh subsektor industri minyak makan kelapa sawit yaitu sebesar 53,71%, kemudian sektor industri karet remah 13,02%, industri bubur kertas 9,10%, sektor industri pengolahan kopi dan teh 6,04%, serta industri kayu lapis 5,92%. Kontribusi sektor industri manufaktur/pengolahan memegang peranan relatif penting dalam Tabel. Kontribusi Pembentukan PDRB dan Tenaga Kerja di Provinsi Jambi Berdasarkan Sektor Ekonomi Sektor Kontribusi PDRB Tenaga Kerja Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 26,55 26,22 28, Pertambangan dan Penggalian 25,72 24,48 19, Perdagangan Besar, Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8,95 9,78 11, Industri Pengolahan 10,79 10,94 11, Sektor Lainnya 21,27 21,48 23, Sumber ; BPS, 2016 Grafik Lima Besar Serapan Tenaga Kerja Sektor Industri Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 29 di

44 Grafik Jumlah Perusahaan Industri Pengolahan Besar dan Sedang Provinsi Jambi (KBLI 2015) Jumlah Perusahaan Industri (KBLI) Selain mengalami peningkatan dari sisi kontribusi pembentukan PDRB dan tenaga kerja. Sektor industri di provinsi Jambi juga mengalami peningkatan dari sisi jumlah perusahaan. Diketahui jumlah perusahaan industri di provinsi Jambi berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) pada tahun 2010 sebanyak 88 perusahaan meningkat di tahun 2012 menjadi 104 perusahaan, selanjutnya di tahun 2015 meningkat menjadi 140 perusahaan. Grafik Jumlah Perusahaan Industri di Provinsi Jambi Namun demikian, naiknya jumlah perusahaan industri relatif tidak berbanding dengan peningkatan variasi/jenis perusahaan industri. Diketahui mayoritas perusahaan industri di provinsi Jambi setengahnya berbasis industri makanan kecil dalam skala UMKM serta relatif memiliki dampak kecil terhadap output perekonomian, berbeda jika sektor industri di provinsi Jambi didominasi oleh sektor industri pengolahan/sektor industri dalam skala besar yang berbasis pada barang-barang yang memiliki nilai tambah besar serta dapat menghasilkan output penyerapan tenaga kerja yang relatif lebih baik seperti industri pengolahan sawit, karet maupun barang dari karet Tahun Jumlah Perusahaan Industri Selain masih didominasi oleh sektor industri makanan, diketahui persebaran sektor industri masih berada di beberapa wilayah. Daerah dengan perusahaan industri terbesar adalah Kota Jambi dengan jumlah 44 perusahaan, selanjutnya Kabupaten Muaro Jambi sebanyak 33 perusahaan, kemudian di ikuti oleh Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Bungo dengan jumlah masing-masing 17 dan 13 perusahaan. Daerah yang paling sedikit memiliki [erusahan industri diantranya adalah Kabupaten Kerinci dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan jumlah perusahaan masing-masing sebanyak 2 perusahaan. Akibat persebaran wilayah industri tersebut serta serta belum adanya kawasan industri yang terintegrasi menyebabkan kurang meratanya output perekonomian Sumber : BPS, Grafik Jumlah Perusahaan Industri di Provinsi Jambi Berdasarkan Wilayah III. Masalah dan Hambatan Perkembangan Industri di Provinsi Jambi 2 Berdasakan hasil FGD mengenai Percepatan Transformasi Industri yang telah dilakukan diketahui yang menjadi masalah dan hambatan perkembangan industri di Provinsi Jambi sebagai berikut : Sumber : BPS, KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

45 a. Bahan Baku Produksi Komoditas bahan baku di sektor hulu perlu menjadi perhatian khusus karena merupakan hal vital dalam proses produksi suatu industri. Saat ini bahan baku produksi baik industri kelapa sawit dan karet cenderung mengalami penurunan. Banyak perusahaan yang mengambil bahan baku dari luar provinsi Jambi yang mengakibatkan tingginya biaya produksi (Juga terkonfirmasi dari hasil liaison) b. Infrastruktur Dari sisi infrastruktur listrik, sektor industri masih mengalami kendala akibat kurang baiknya elektrifikasi (85,32%), yang menyebabkan terhambatnya industri berteknologi tinggi untuk masuk. Selain itu tingginya biaya bahan bakar pengganti listrik masih dirasakan cukup memberatkan bagi perusahaan.sementara dari sisi infrastruktur jalan dan jembatan, kondisi jalan provinsi kategori mantap saat ini baru sebesar 75,34%. c. Kawasan Kurang baiknya sinergi antar instansi dan anggaran serta implementasi kebijakan industri yang tidak berkesinambungan menyebabkan tidak terciptanya kawasan industri yang terintegrasi dan berkelanjutan di provinsi Jambi. d. Perizinan Lamanya waktu pengurusan perizinan serta masih kurang jelasnya alur perizinan yang rentan menimbulkan high cost economy menjadi kendala bagi investor. e. Sumber Daya Manusia Ketersediaan faktor produksi khususnya sumber daya manusia/tenaga kerja turut menentukan kemajuan industri suatu daerah. Saat ini mayoritas sumber daya terampil perusahaan khususnya perusahaan berbasis industri unggulan daerah (karet, sawit) di provinsi Jambi masih didatangkan dari luar daerah provinsi Jambi. Hal tersebut disebabkan belum adanya lembaga/institusi handal yang mampu menyediakan pemenuhan sumber daya manusia sesuai kebutuhan pasar tenaga kerja khususnya setingkat SMK dan Diploma. IV. Rekomendasi Kebijakan a. Bahan Baku Produksi Selain memperhatikan hilirisasi, pengembangan industri perlu mempertimbangkan kelangsungan produksi melalui intensifikasi serta inovasi input produksi guna menjamin ketersediaan bahan baku. b. Infrastruktur Pemenuhan dan perbaikan infrastruktur perlu dilakukan baik itu listrik, jalan dan jembatan guna menunjang kelancaran proses bisnis melalui alokasi anggaran yang berkesinambungan. Kondisi infrastruktur yang baik akan memiliki dampak multiplier terhadap iklim usaha. c. Kawasan Sinergis antar instansi dan ketepatan anggaran serta implementasi kawasan industri yang terintegrasi perlu dilakukan baik itu pembuatan kawasan industri yang terintegrasi yang spesifik menghasilkan produk turunan yang memiliki nilai tambah, pusat bisnis yang terkonektivitas guna pengembangan wilayah industri yang terintegrasi dan berkelanjutan. Pemusatan industri pada suatu daerah diperlukan karena akan mempercepat pertumbuhan perekonomian, serta dapat menciptakan pola konsumsi yang berbeda antar daerah, sehingga dengan adanya perkembangan industri di suatu daerah akan mempengaruhi perkembangan industri di daerah-daerah lainnya. d. Perizinan Efisiensi waktu pengurusan perizinan investasi dan publikasi kejelasan perizinan perlu dilakukan melalui penataan perizinan yang terintegrasi, serta pengawasan yang terkoordinir guna mencegah high cost economy e. Sumber Daya Manusia Penguatan peran sekolah dan perguruan tinggi yang berbasis keahlian perlu dilakukan, baik melalui riset dan penelitian serta peningkatan kompetensi sumberdaya manusia melalui pelatihan-pelatihan yang berkelanjutan. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 31

46 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally left blank 32 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

47 BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 33

48 3.1. KAJIAN UMUM Grafik 3.1. Perkembangan Inflasi Provinsi Jambi Grafik 3.2. Inflasi Kota Jambi berdasarkan Inflasi Core, Volatile Food, dan Administered Price (yoy) Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah) Pada Triwulan III-2016, inflasi Provinsi Jambi tercatat 3,86% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (3,38% yoy) dan inflasi nasional (3,07% yoy) (GRAFIK 3.1). Inflasi Provinsi Jambi tersebut merupakan komposit dari inflasi Kota Jambi sebesar 3,93% (yoy) dan Kabupaten Bungo sebesar 3,20% (yoy) 3. Berdasarkan asesmen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, kenaikan tingkat inflasi di Provinsi Jambi utamanya disebabkan oleh inflasi pada kelompok bahan pangan bergejolak (volatile foods) yang tinggi yaitu sebesar 5,24% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (4,38% yoy). Sementara itu, inflasi yang terjadi pada kelompok inti (core inflation) sebesar 4,14% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (4,16% yoy) (GRAFIK 3.2). Sementara inflasi administered price tercatat cukup rendah yaitu sebesar 2,07% (yoy) pada triwulan laporan. Tingkat inflasi tahunan (yoy) di Kota Jambi berada di urutan ke-11 (sebelas) tertinggi dari 23 kota yang dihitung tingkat inflasinya di Sumatera. Sementara Bungo menempati urutan ke-14 (empat belas) tertinggi. Inflasi tertinggi pada Triwulan III-2016 terjadi di Sibolga (7,47%), sedangkan inflasi terendah terjadi di Tanjung Pandan (1,53%) (GRAFIK 3.3). Berdasarkan penghitungan triwulanan, perkembangan harga di Provinsi Jambi pada triwulan laporan tercatat mengalami inflasi 1,08% (qtq), meningkat bila dibandingkan triwulan sebelumnya (0,41% qtq) dan triwulan yang sama tahun sebelumnya (0,62% qtq). Pergerakan angka inflasi bulanan (mtm) pada bulan Juli, Agustus, dan September 2016 masing-masing sebesar 1,14%, 0,10%, dan -0,16%. Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah) melalui pendekatan subkelompok Inflasi Provinsi Jambi pada Triwulan IV-2016 atau tahun 2016 secara keseluruhan diperkirakan berada pada kisaran 4,56% - 4,96% (yoy), meningkat dibandingkan inflasi triwulan IV-2016 (3,92% yoy) dan mendekati batas atas target inflasi nasional 2016 pada kisaran 4±1%. Kenaikan inflasi tersebut utamanya disebabkan rendahnya basis inflasi tahun 2015 seiring dampak kabut asap yang mengurangi permintaan barang dan jasa, serta proyeksi tingginya inflasi beberapa komoditas pangan seperti cabai merah dan bawang merah pada akhir tahun 2016 yang disebabkan menurunnya pasokan seiring kondisi cuaca yang kurang mendukung tanaman cabai dan bawang. Inflasi Kota Jambi pada Triwulan IV-2016 atau tahun 2016 secara keseluruhan diperkirakan berada pada kisaran 4,69% - 5,09% (yoy), meningkat dibandingkan realisasi inflasi tahun 2015 (1,37% yoy). Sementara itu, inflasi Bungo pada akhir tahun 2016 diperkirakan berada pada kisaran 3,90% - 4,30% (yoy) INFLASI KOTA JAMBI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG Berdasarkan kelompoknya, tingginya inflasi kota Jambi utamanya disebabkan oleh inflasi yang terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 7,96% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 1,36%, dari sebelumnya mengalami inflasi 8,29% (yoy) pada Triwulan II-2016, dan inflasi triwulanan sebesar 1,34% (qtq) (TABEL 3.1). 3 Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo, dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota. 34 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

49 Grafik 3.3. Perbandingan Inflasi Tahunan Kota Jambi dan Kota Lainnya di Pulau Sumatera per September 2016 Sumber: BPS Provinsi Jambi Kenaikan inflasi kelompok tersebut dipicu oleh inflasi sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 13,62% (yoy) dan secara triwulanan mengalami inflasi sebesar 1,99% (qtq), inflasi sub kelompok makanan jadi sebesar 5,18% (yoy) dan secara triwulanan mengalami inflasi sebesar 1,39% (qtq), serta inflasi sub kelompok minuman yang tidak beralkohol 8,98% (yoy) dan secara triwulanan mengalami inflasi sebesar 0,19% (qtq). Kelompok bahan makanan juga mengalami inflasi yang cukup tinggi mencapai 5,56% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 1,30% meskipun secara triwulanan mengalami deflasi 0,09% (qtq) dengan kontribusi deflasi sebesar 0,02%. Inflasi pada kelompok ini utamanya disumbangkan sub kelompok bumbu-bumbuan yang didorong oleh inflasi cabai merah sebesar 87,64% (yoy) dan bawang merah 70,70% (yoy). Kelompok perumahan, air, listrik & bahan bakar mengalami inflasi 2,41% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,54% dan secara triwulanan mengalami inflasi sebesar 1,00% (qtq) dengan kontribusi deflasi sebesar 0,22%. Inflasi kelompok ini didominasi inflasi sub kelompok biaya tempat tinggal yang didorong oleh inflasi tukang bukan mandor sebesar 18,36% (yoy). Kelompok sandang mengalami inflasi 0,49% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,03% dan inflasi triwulanan sebesar 0,53% (qtq) dengan kontribusi sebesar 0,03%. Inflasi kelompok ini didominasi deflasi sub kelompok barang pribadi dan sandang lain yang didorong inflasi emas perhiasan sebesar 5,99% (yoy). triwulanan sebesar 1,30% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,06%. Inflasi kelompok ini didominasi inflasi sub kelompok jasa kesehatan dan sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika. Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi 5,20% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,36% dan inflasi triwulanan 4,54% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,30%. Inflasi kelompok ini didominasi inflasi sub kelompok kursus-kursus/pelatihan dan sub kelompok jasa pendidikan. Sementara itu deflasi terjadi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,09% (yoy) dengan kontribusi deflasi sebesar 0,02% meskipun secara triwulanan mengalami inflasi sebesar 1,52% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,28%. Deflasi pada kelompok ini utamanya disumbangkan sub kelompok transpor. Berdasarkan komoditasnya, inflasi pada Triwulan III (Juli, Agustus, dan September 2016) utamanya disumbangkan oleh inflasi cabai merah, angkutan udara, tarif listrik, bimbingan belajar, beras, dan kentang. Sedangkan penyumbang deflasi adalah daging ayam ras, tomat sayur, wortel, kangkung, udang basah, bawang merah, bayam, nila, dan gula pasir. Kenaikan inflasi di Kota Jambi didorong oleh kenaikan inflasi pada kelompok-kelompok berikut: Kelompok kesehatan mengalami inflasi 8,06% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,36% dan inflasi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 35

50 Tabel 3.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi TRIWULAN I-2016 TRIWULAN II-2016 TRIWULAN III-2016 KELOMPOK (QTQ %) (YOY %) (QTQ %) (YOY %) (QTQ %) (YOY %) INFLASI SMBGN INFLASI SMBGN INFLASI SMBGN INFLASI SMBGN INFLASI SMBGN INFLASI SMBGN BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBA PERUMAHAN, AIR, LISTRIK & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI & OLAHRAGA TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN Inflasi Tabel 3.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa KELOMPOK TW III-2015 TW IV-2015 TW I-2016 TW II-2016 TW III-2016 qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy I. BAHAN MAKANAN a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA c. IKAN SEGAR d. IKAN DIAWETKAN e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA f. SAYUR-SAYURAN g. KACANG-KACANGAN h. BUAH-BUAHAN i. BUMBU-BUMBUAN j. LEMAK DAN MINYAK k. BAHAN MAKANAN LAINNYA II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBA a. MAKANAN JADI b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKA a. BIAYA TEMPAT TINGGAL b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA IV. SANDANG a. SANDANG LAKI-LAKI b. SANDANG WANITA c. SANDANG ANAK-ANAK d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA V. KESEHATAN a. JASA KESEHATAN b. OBAT-OBATAN c. JASA PERAWATAN JASMANI d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA a. JASA PENDIDIKAN b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN d. REKREASI e. OLAHRAGA VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN a. TRANSPOR b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR d. JASA KEUANGAN INFLASI (UMUM) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 36

51 Tabel 3.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi 10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI TW III-2016 TW III KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI SUMBANGAN SUMBANGAN JULI JULI 1. Angkutan Udara Wortel Cabai Merah Kangkung Bimbingan Belajar Tomat Sayur Daging Ayam Ras Bayam Kentang Tomat Buah Bawang Merah Mobil Tarip Listrik Cabe Hijau Beras Pasir Gabus Daun Singkong Nasi Dengan Lauk Jengkol SUMBANGAN 10 KOMODITAS SUMBANGAN 10 KOMODITAS AGUSTUS AGUSTUS 1. Beras Bawang Merah Tarip Listrik Daging Ayam Ras Sekolah Menengah Pertama Tomat Sayur Batu Bata/Batu Tela Udang Basah Sekolah Dasar Angkutan Udara Tempoyak Wortel Rokok Kretek Filter Gabus Ketupat/Lontong Sayur Jeruk Cabai Merah Pepaya Pasir Angkutan Antar Kota SUMBANGAN 10 KOMODITAS SUMBANGAN 10 KOMODITAS SEPTEMBER SEPTEMBER 1. Cabai Merah Daging Ayam Ras Angkutan Udara Batu Bata/Batu Tela Minyak Goreng Telur Ayam Ras Sekolah Menengah Atas Gula Pasir Kembung/Gembung Nila Bawang Putih Bayam Tarip Listrik Kacang Panjang Dencis Kangkung Tomat Buah Sawi Hijau Cabe Hijau Cabai Rawit SUMBANGAN 10 KOMODITAS SUMBANGAN 10 KOMODITAS Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 5,56% (yoy) dengan sumbangan mencapai 1,30%, meningkat dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar 4,13% (yoy). Secara triwulanan, kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar 0,09% (qtq) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar 0,41% (qtq). Meningkatnya inflasi bahan makanan dipicu inflasi yang tinggi pada sub kelompok bumbu-bumbuan (21,24% qtq) di triwulan laporan, setelah sebelumnya mengalami deflasi (27,26% qtq) di Triwulan II Bumbu-bumbuan, terutama komoditas cabai merah, pada triwulan laporan mengalami inflasi yang cukup tinggi. Harga rata-rata cabai merah keriting selama Triwulan III-2016 menunjukkan tren meningkat yang cukup signifikan dari Rp19.701/kg pada Juni 2016, lalu naik ke level Rp30.903/kg di bulan Juli 2016, Rp31.086/kg di bulan Agustus 2016, hingga menjadi Rp38.667/kg pada September Sementara itu komoditas bawang merah terpantau mengalami sedikit penurunan harga dari rata-rata Rp31.057/kg di bulan Juni 2016 menjadi Rp27.333/kg di bulan September (GRAFIK 3.4). Grafik 3.4. Perkembangan Harga Bumbu-Bumbuan Sumber: Disperindag Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 37

52 Grafik 3.5. Perkembangan Harga Beras Grafik 3.6. Perkembangan Harga Daging Sumber: Bloomberg dan Disperindag Provinsi Jambi Inflasi Kota Jambi diperkirakan akan kembali meningkat ke kisaran 4,69%-5,09% (yoy) pada Triwulan IV-2016, salah satunya bersumber dari kenaikan inflasi bahan makanan terutama dari bumbu-bumbuan seperti cabe merah dan bawang merah yang terpantau mengalami kenaikan harga pada akhir tahun Sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya mengalami inflasi sebesar 3,62% (yoy) yang utamanya disebabkan inflasi beras 2,41% (yoy) dan secara triwulanan mengalami inflasi sebesar 3,04% (qtq). Hal ini sejalan dengan pantauan harga rata-rata beras lokal medium di Jambi pada Triwulan III-2016 mengalami sedikit kenaikan dibandingkan Triwulan II Harga rata-rata beras medium pada bulan September 2016 tercatat Rp10.500/kg, lebih tinggi dibandingkan harga beras medium pada bulan Juni 2016 sebesar Rp10.000/kg (GRAFIK 3.5). Kenaikan harga beras utamanya disebabkan tiga hal utama: 1. Telah selesainya musim panen padi yang sudah berlangsung sejak Februari Meningkatnya permintaan masyarakat selama bulan Ramadhan, hari raya Idul Fitri, dan hari raya Idul Adha; serta 3. Musim hujan berkepanjangan (dampak La Nina) mengganggu kelancaran produksi padi di daerah-daerah sentra produksi. Kenaikan harga beras lokal tersebut sejalan dengan tren naiknya harga beras internasional dari rata-rata USD395,86/metric ton pada bulan Juni 2016 menjadi USD400,98/metric ton pada bulan Juli Sumber: Bloomberg dan Disperindag Provinsi Jambi Kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami inflasi 9,55% (yoy). Tren kenaikan harga terjadi pada komoditas daging ayam ras yang mengalami inflasi 11,35% (yoy). Pada triwulan laporan harga rata-rata daging ayam di pasar mengalami kenaikan dari Rp28.149/kg pada Triwulan II-2016 menjadi Rp31.663/kg. Meningkatnya permintaan terhadap daging sapi dan daging ayam ras selama bulan Ramadhan, hari raya Idul Fitri, dan hari raya Idul Adha 1437H menyebabkan kenaikan harga kedua komoditas tersebut. Sementara itu, harga rata-rata daging sapi pada Triwulan III-2016 tidak mengalami perubahan yang berarti dari Rp Rp /kg pada bulan Triwulan II menjadi Rp /kg pada bulan Triwulan III (GRAFIK 3.6). Pada Triwulan IV-2016, daging ayam ras dan daging sapi diperkirakan akan mengalami kenaikan harga dan memberikan sumbangan inflasi dari kelompok bahan makanan seiring dengan meningkatnya permintaan pada hari raya Natal, tahun baru, dan musim libur sekolah di akhir tahun Sub kelompok lemak dan minyak mengalami inflasi 11,84% (yoy) pada triwulan laporan setelah pada triwulan sebelumnya mengalami inflasi sebesar 4,05% (yoy) yang utamanya disebabkan inflasi komoditas minyak goreng sebesar 12,97% (yoy). Hal ini sejalan dengan pemantauan harga Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi yang menunjukkan sedikit kenaikan harga minyak goreng dari rata-rata Rp10.682/liter pada Triwulan II-2016 menjadi Rp10.972/liter pada Triwulan III KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

53 Grafik 3.7. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng Grafik 3.8. Perkembangan Harga Minyak Internasional Sumber: Bloomberg dan Disperindag Provinsi Jambi Hal ini berbanding terbalik dengan harga rata-rata Crude Palm Oil (CPO) di tingkat internasional yang sedikit menurun, yaitu dari USD 650,19/metric ton pada Triwulan II-2016 menjadi USD 647,90/metric ton pada Triwulan III-2016 (GRAFIK 3.7) Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 7,96% (yoy) dengan sumbangan inflasi 1,36% dan mengalami sedikit penurunan bila dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya (8,29% yoy). Apabila dilihat secara triwulanan, inflasi makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau tercatat 1,34% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,24%. Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi tercatat pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 13,62% (yoy) atau 1,99% (qtq) yang disebabkan kenaikan harga yang terjadi pada produk rokok kretek filter dan rokok kretek masing-masing sebesar 14,06% (yoy) dan 15,68% (yoy) seiring penyesuaian harga berkala produk rokok selama Triwulan III Sub kelompok makanan jadi juga mengalami inflasi sebesar 5,18% (yoy) atau 1,39% (qtq) yang didorong oleh kenaikan harga produk makanan jadi berupa ketupat/lontong sayur 7,14% (yoy), martabak 3,16% (yoy) dan mie 2,65% (yoy). Sementara itu, inflasi sub kelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar 8,98% (yoy) atau 0,19% (qtq). Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada Triwulan IV 2016 diperkirakan akan kembali meningkat seiring kebijakan pemerintah dalam menaikkan cukai rokok secara berkala. Sumber: Bloomberg Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada Triwulan III-2016 mengalami inflasi sebesar 2,41% (yoy) dengan sumbangan 0,54%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (1,63% yoy) dan secara triwulanan mengalami inflasi 1,00% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,22%. Kenaikan inflasi tahunan utamanya disebabkan kenaikan inflasi sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air dari deflasi 2,00% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi inflasi 0,57% (yoy) pada triwulan laporan seiring kenaikan tarif listrik sebesar 2,72% (yoy). Sub kelompok biaya tempat tinggal mengalami kenaikan inflasi dari 3,79% (yoy) pada Triwulan II-2016 menjadi 3,91% (yoy) pada Triwulan III-2016 yang utamanya kenaikan upah tukang bukan mandor dan kenaikan biaya kontrak rumah. Sementara itu, sub kelompok perlengkapan rumah tangga mengalami penurunan inflasi dari 2,66% (yoy) pada Triwulan II-2016 menjadi 1,99% (yoy) pada triwulan laporan yang utamanya disebabkan kenaikan inflasi gelas minum dari Triwulan I-2016 sebesar 6,81% (yoy) menjadi sebesar 7.13% (yoy) pada Triwulan II Selanjutnya, sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga mengalami penurunan inflasi dari 2,11% (yoy) menjadi 1,61 (yoy) pada triwulan laporan yang utamanya disebabkan turunnya harga pembersih lantai dan pembasmi nyamuk elektrik. Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar pada Triwulan IV-2016 diperkirakan meningkat seiring tren kenaikan harga minyak dunia (GRAFIK 3.8) dan inflasi bahan bangunan yang didorong oleh KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 39

54 meningkatnya realisasi belanja modal pemerintah untuk pembangunan infrastruktur Kelompok Sandang Kelompok sandang pada Triwulan III-2016 secara tahunan mengalami inflasi sebesar 0,49% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,03%, setelah pada triwulan sebelumnya mengalami inflasi sebesar 0,37% (yoy). Secara triwulanan, kelompok sandang mengalami inflasi 0,53% (qtq) dengan sumbangan 0,03%. Secara sub kelompok, kenaikan inflasi kelompok ini didorong kenaikan inflasi sub kelompok sandang wanita dari triwulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar 5,94% (yoy) menjadi deflasi 4,42% (yoy) utamanya disebabkan kenaikan inflasi mukena sebesar 27,23% (yoy). Kenaikan inflasi juga terjadi pada sub kelompok sandang laki-laki dari triwulan sebelumnya mengalami inflasi sebesar 0,41% (yoy) menjadi inflasi 0,88% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara itu sub kelompok sandang anak-anak mengalami deflasi 0,02% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi 0,38% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Sub kelompok barang pribadi dan sandang lain mengalami inflasi 4,43% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 5,24% (yoy) yang didorong turunnya inflasi emas perhiasan. Hal ini sejalan dengan tren turunnya harga emas internasional dari harga rata-rata USD 1.258,2/troy ounce di Triwulan II-2016 menjadi sebesar USD 1.334,5/troy ounce 4 di Triwulan III-2016 Grafik 3.9. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional Sumber: Bloomberg Kelompok sandang diperkirakan akan mengalami penurunan inflasi pada Triwulan IV-2016 didorong oleh turunnya inflasi emas perhiasan. Turunnya inflasi emas perhiasan sejalan dengan tren turunnya harga emas internasional. Harga rata-rata emas global pada Oktober 2016 tercatat sebesar USD1.263,0/troy ounce, lebih rendah dibandingkan harga rata-rata pada Triwulan III sebesar USD 1.334,5/troy ounce 5 (GRAFIK 3.9) Kelompok Kesehatan Harga komoditi yang tergabung dalam kelompok kesehatan mengalami inflasi tahunan sebesar 8,06% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,36%, sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (7,88% yoy). Sementara itu, inflasi triwulanan tercatat sebesar 1,30% (qtq). Kenaikan inflasi yang terjadi utamanya bersumber dari inflasi perawatan jasmani dan kosmetika (8,21% yoy) yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (6,95% yoy) dan jasa perawatan jasmani yang mengalami inflasi sebesar 9,71% (yoy) yang lebih tinggi dibandingkan inflasi sebesar 7,76% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Inflasi kelompok kesehatan pada Triwulan IV-2016 diperkirakan akan meningkat bersumber dari inflasi perawatan jasmani dan kosmetika dan jasa perawatan jasmani seiring hari raya Natal, tahun baru, dan musim libur sekolah akhir tahun Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi tahunan sebesar 5,20% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,36% yang meningkat dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 3,87% (yoy). Sementara itu, inflasi secara triwulanan sebesar 4,54% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,30%. Kenaikan Inflasi utamanya terjadi pada sub kelompok jasa pendidikan dari triwulan sebelumnya sebesar 3,63% (yoy) menjadi sebesar 3,83% (yoy) pada triwulan berjalan yang utamanya disebabkan kenaikan biaya SD, SLTP, dan SMA. Kenaikan inflasi juga didorong inflasi sub kelompok kursus-kursus/pelatihan dari triwulan sebelumnya sebesar 12,25% (yoy) menjadi sebesar 27,70% (yoy) yang utamanya disebabkan kenaikan biaya bimbingan belajar. 5 1 (satu) troy ounce setara dengan 31, gram (Sumber: 4 Sumber: Bloomberg. 1 (satu) troy ounce setara dengan 31, gram ( 40 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

55 Grafik Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Bungo Sumber: BPS Provinsi Jambi Sementara itu sub kelompok perlengkapan/ peralatan pendidikan mengalami inflasi sebesar 2,94% (yoy), sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya 3,54% (yoy) seiring dengan turunnya harga laptop/notebook INFLASI KABUPATEN BUNGO BERDASARKAN KELOMPOK BARANG Sejak Januari 2014, Bungo termasuk sebagai kota indikator inflasi di Provinsi Jambi. Inflasi Bungo pada Triwulan III-2016 berada pada urutan 10 (ke sepuluh) terendah dari 23 (dua puluh tiga) kota di Sumatera yang dihitung tingkat inflasinya. Inflasi tahunan Bungo pada Triwulan III-2016 tercatat 3,20% (yoy), lebih rendah bila dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (4,13% yoy) (GRAFIK 3.10). Sementara itu, inflasi triwulanan Bungo pada Triwulan III-2016 tercatat 0,73% (qtq), sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulanan pada triwulan sebelumnya (0,62% qtq). Berdasarkan kelompoknya, penyumbang inflasi terbesar Bungo pada Triwulan III-2016 terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 6,06% (yoy) dengan sumbangan inflasi 1,24% dan secara triwulanan mengalami inflasi 0,68% (qtq). Inflasi kelompok tersebut didominasi oleh kenaikan inflasi sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 13,27%, didorong oleh inflasi pada rokok kretek filter (16,28% yoy), rokok kretek (11,28% yoy), dan rokok putih (8,49% yoy). Hal ini seiring kebijakan pemerintah menaikkan cukai rokok secara berkala. Sub kelompok makanan jadi mengalami inflasi 2,25% yang didorong kenaikan harga kue kering berminyak. Sementara sub kelompok minuman yang tidak beralkohol mengalami inflasi 5,60% (yoy) yang didorong kenaikan harga gula pasir 13,8% (yoy). sumbangan inflasi 0,47% dan secara triwulanan mengalami deflasi 0,74% (qtq). Inflasi kelompok tersebut didominasi oleh peningkatan harga sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya sebesar 5,53% (yoy) dan sub kelompok bumbubumbuan sebesar 7,91% (yoy). Inflasi pada kedua sub kelompok tersebut masing-masing didorong oleh kenaikan harga beras sebesar 5,56% (yoy) dan cabe merah sebesar 14,64% (yoy). Kenaikan inflasi juga terjadi pada sub kelompok ikan diawetkan sebesar 20,93% (yoy) dan sub kelompok buah-buahan sebesar 8,66% (yoy). Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 3,53% (yoy) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,65% dan secara triwulanan mengalami inflasi 1,38% (qtq). Inflasi kelompok ini didominasi oleh sub kelompok bahan bakar, penerangan, dan air sebesar 4,70% (yoy), dan sub kelompok perlengkapan rumah tangga sebesar 6,07% (yoy). Inflasi kedua kelompok tersebut utamanya disebabkan kenaikan tarif listrik 3,96% (yoy), serta kasur (21,45% yoy) dan lemari pakaian 11,25% (yoy). Sementara itu sub kelompok biaya tempat tinggal mengalami inflasi 1,43% (yoy) sedangkan sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga mengalami inflasi 2,52% (yoy). Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 7,73% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,65% dan secara triwulanan mengalami inflasi 4,32% (qtq). Inflasi pada kelompok ini utamanya disebabkan oleh inflasi sub kelompok sandang anak-anak sebesar 11,07% (yoy) seiring kenaikan harga sepatu anak 19,79% (yoy) dan baju muslim anak sebesar 75,23% (yoy). Sub kelompok sandang laki-laki mengalami inflasi 5,30% (yoy), sementara sub kelompok sandang wanita mengalami inflasi 7,00% (yoy). Sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya mengalami inflasi 6,93% (yoy) didorong oleh kenaikan harga emas perhiasan sebesar 9,89% (yoy). Inflasi pada kelompok kesehatan pada triwulan laporan tercatat sebesar 2,79% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,13% dan secara triwulanan mengalami inflasi sebesar 0,42% (qtq). Inflasi terjadi pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika sebesar 5,87% (yoy) seiring kenaikan harga pasta gigi sebesar 12,6% (yoy). Kelompok bahan makanan pada Triwulan III-2016 mengalami inflasi sebesar 1,84% (yoy) dengan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 41

56 Tabel 3.4. Perkembangan Inflasi Bungo TRIWULAN I-2016 TRIWULAN II-2016 TRIWULAN III-2016 KELOMPOK (QTQ %) (YOY %) (QTQ %) (YOY %) (QTQ %) (YOY %) INFLASI SMBGN INFLASI SMBGN INFLASI SMBGN INFLASI SMBGN INFLASI SMBGN INFLASI SMBGN BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMB PERUMAHAN, AIR, LISTRIK & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI & OLAHRAGA TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN INFLASI Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah) Tabel 3.5. Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Bungo Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa KELOMPOK TW III-2015 TW IV-2015 TW I-2016 TW II-2016 TW III-2016 QTQ YOY QTQ YOY QTQ YOY QTQ YOY QTQ YOY I. BAHAN MAKANAN a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA c. IKAN SEGAR d. IKAN DIAWETKAN e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA f. SAYUR-SAYURAN g. KACANG-KACANGAN h. BUAH-BUAHAN i. BUMBU-BUMBUAN j. LEMAK DAN MINYAK k. BAHAN MAKANAN LAINNYA II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBA a. MAKANAN JADI b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKA a. BIAYA TEMPAT TINGGAL b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA IV. SANDANG a. SANDANG LAKI-LAKI b. SANDANG WANITA c. SANDANG ANAK-ANAK d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA V. KESEHATAN a. JASA KESEHATAN b. OBAT-OBATAN c. JASA PERAWATAN JASMANI d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA a. JASA PENDIDIKAN b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN d. REKREASI e. OLAHRAGA VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN a. TRANSPOR b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR d. JASA KEUANGAN INFLASI (UMUM) Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah) 42 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

57 Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi 3,50% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,27% dan secara triwulanan terjadi inflasi sebesar 2,19% (qtq). Inflasi pada kelompok ini terutama dipicu oleh sub kelompok jasa pendidikan dengan inflasi 5,06% (yoy) dan sub kelompok kursus-kursus/pelatihan dengan inflasi 13,74% (yoy). Inflasi kedua sub kelompok tersebut dipicu kenaikan biaya sekolah dasar 28,94% (yoy) dan biaya bimbingan belajar 21,76% (yoy). Sementara itu, sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan mengalami inflasi 0,06% (yoy), sedangkan harga pada sub kelompok olahraga mengalami inflasi 5,85% (yoy). Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi 1,38% (yoy) dengan sumbangan deflasi 0,20% dan secara triwulanan mengalami deflasi sebesar 0,21% (qtq). Berdasarkan sub kelompoknya, transpor adalah adalah penyumbang deflasi tertinggi pada sub kelompok ini yaitu 3,40% (yoy) sebagai dampak turunnya harga bensin dan solar. Sub kelompok komunikasi dan pengiriman mengalami inflasi 1,99% (yoy) yang utamanya disebabkan kenaikan harga telepon seluler sebesar 7,05% (yoy). Sub kelompok sarana dan penunjang transpor mengalami inflasi sebesar 3,08% (yoy). Sementara itu sub kelompok jasa keuangan tidak mengalami perubahan inflasi dari triwulan sebelumnya sebesar 3,68% (yoy). Berdasarkan komoditinya (TABEL 3.6), penyumbang pembentukan inflasi terbesar Bungo pada Triwulan III adalah cabe merah, tarip listrik, kentang, biaya sekolah dasar, rokok kretek filter, dan sepatu anak. Sementara itu, komoditas penyumbang utama deflasi Bungo pada Triwulan III-2016 adalah daging ayam ras, daging sapi, bayam, angkutan antar kota, tarif kendaraan travel, dan bahan bakar rumah tangga. JULI Tabel 3.6. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Bungo Berdasarkan Komoditas TW III KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI 10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI SUMBANGAN JULI TW III-2016 SUMBANGAN 1. Cabai Merah Daging Ayam Ras Kentang Serai Tarip Kendaraan Travel Minyak Goreng Rokok Kretek Filter Tongkol/Ambu-Ambu Bawang Merah Nila Angkutan Antar Kota Laptop/Notebook Tarip Listrik Mas Sepatu Bayam Emas Perhiasan Obat Dengan Resep Baju Muslim Cakalang/Sisik AGUSTUS SUMBANGAN 10 KOMODITAS AGUSTUS 1. Sekolah Dasar Tarip Kendaraan Travel Tarip Listrik Cabai Merah Pemeliharaan/Service Angkutan Antar Kota Serai Daging Ayam Ras Pisang Bawang Merah Jengkol Bayam Cabai Rawit Daging Sapi Sepatu Bahan Bakar Rumah Tangga Salak Tahu Mentah Angkutan Udara Minyak Goreng SEPTEMBER SUMBANGAN 10 KOMODITAS SUMBANGAN 10 KOMODITAS SUMBANGAN 10 KOMODITAS SEPTEMBER 1. Cabai Merah Daging Sapi Kentang Daging Ayam Ras Baju Muslim Ketimun Lemari Pakaian Jengkol Minyak Goreng Bayam Batu Bata/Batu Tela Daun Singkong Blus Gula Pasir Tarip Listrik Bahan Bakar Rumah Tangga Kasur Wortel Sawi Hijau Kangkung SUMBANGAN 10 KOMODITAS Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah) SUMBANGAN 10 KOMODITAS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 43

58 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally left blank 44 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

59 BOKS 2 KEGIATAN JAMBI PEDULI UANG LOGAM (JEMPOL) DAN JAMBI PEDULI UANG LUSUH (JAMBUL) 2016 untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas uang layak edar di tengah masyarakat, sejalan dengan kebijakan Clean Money Policy Bank Indonesia. Pada kesempatan tersebut Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi berhasil menghimpun uang lusuh dan uang logam sebanyak Rp ,- yang terdiri dari uang logam sebanyak Rp ,- dan uang lusuh sebanyak Rp ,-. Kegiatan JAMBUL dan JEMPOL merupakan bagian dari Gerakan Peduli Koin Nasional yang telah dicanangkan pada tahun 2010 melalui penandatangan Nota Kesepahaman antara Gubernur Bank Indonesia, Uang kartal sebagai alat pembayaran memegang Menteri Perdagangan dan Ketua APRINDO. Pada peranan penting di tengah-tengah masyarakat. Uang kesempatan tersebut Bank Indonesia menghimbau kartal mendominasi sebagian besar transaksi masyarakat untuk meningkatkan kepedulian dalam perekonomian sehari-hari. Demi mendukung kelancaran penggunaan uang logam sebagai alat pembayaran yang transaksi tunai ditengah-tengah masyarakat, Bank sah dengan menghimpun uang logam yang selama ini Indonesia melalui serangkaian kebijakan yang umumnya hanya disimpan oleh masyarakat. dijalankan, menjaga terpenuhinya kebutuhan uang Data menunjukkan bahwa dalam satu dasawarsa kartal di tengah-tengah masyarakat, baik dari segi terakhir, Bank Indonesia telah mengeluarkan uang pecahan maupun nominal. Bank Indonesia juga logam sekitar Rp.6 Triliun, namun yang kembali ke Bank melakukan peningkatan kualitas uang beredar dengan Indonesia melalui setoran bank hanya Rp.900 miliar atau kebijakan Clean Money Policy, serta memastikan sekitar 16% dari jumlah yang telah diedarkan dengan ketersediaan uang layak edar merata di seluruh tren semakin menurun. Hal tersebut disebabkan oleh Indonesia. Kegiatan di bidang pengedaran uang keengganan masyarakat dalam menggunakan uang mengacu pada tiga pilar kebijakan berikut; 1) logam sebagai alat transaksi, sehingga sirkulasi uang Peningkatan kualitas uang yang beredar di masyarakat logam di tengah masyarakat tersendat. dan pemenuhan permintaan uang sesuai dengan jenis pecahan yang dibutuhkan oleh masyarakat/perbankan; Demi mendukung kebijakan Clean Money Policy, Kantor 2) Peningkatan efisiensi operasional kas di Bank Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi secara berkala Indonesia dan Perbankan; serta 3) Pengembangan mengadakan kegiatan Kas Keliling di titik-titik kegiatan layanan kas Bank Indonesia dengan mengikutsertakan perekonomian yang didominasi oleh transaksi tunai peran perbankan dan pihak terkait lainnya. seperti pasar tradisional dan acara rakyat. Peningkatan titik kegiatan kas keliling terus dilakukan untuk menjaga Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi soil level atau tingkat kelusuhan uang terhitung Jambi pada tanggal 13 November 2016 lalu minimum di Provinsi Jambi. Dalam waktu dekat, Kantor bekerjasama dengan bank umum di Provinsi Jambi Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi akan mengadakan kegiatan Jambi Peduli Uang Lusuh meluncurkan program terintegrasi jaringan internet (JAMBUL) dan Jambi Peduli Uang Logam (JEMPOL) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 45

60 untuk pemantauan uang lusuh hingga level kantor cabang bank yang berada di Kabupaten atau kecamatan. Program yang diberi nama SIKASPUL (Sistem Kas Pemantuan Uang Lusuh) didorong untuk dapat digunakan menjelang akhir Melalui aplikasi berbasi jaringan tersebut, bank akan melaporkan jumlah uang lusuh yang mereka miliki secara real time sehingga Unit Operasional Kas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi dapat segera menyiapkan uang layak edar untuk pengganti uang lusuh tersebut. Aplikasi yang tengah dalam pengembangan ini diharapkan dapat menekan soil level atau tingkat kelusuhan uang di Provinsi Jambi di level minimum dengan partisipasi aktif dari bank umum di Provinsi Jambi Dominasi uang tunai dalam transaksi ritel di tengah masyarakat terhitung sangat tinggi, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan uang Rupiah terhitung besar. Bank Indonesia melalui Gerakan Nasional Non Tunai berusaha menurunkan dominasi transaksi tunai di tengah masyarakat dengan penggunaan uang elektronik dan layanan keuangan digital. Dua kegiatan tersebut secara rutin dikampanyekan kepada segenap lapisan masyarakat dan diintegrasikan dengan program pemerintah lainnya seperti pembayaran gaji PNS via rekening dan penerimaan pendapatan asli daerah melalui parkir yang dibayar dengan uang elektronik. Penggunaan uang kartal dan Gerakan Nasional Non Tunai merupakan dua dimensi dalam Sistem Pembayaran yang diharapkan dapat mendorong perekonomian berjalan semakin efektif dan efisien melalui kecepatan dan kelancaran transaksi. Kebijakan pengelolaan uang ke depan diarahkan untuk memperkuat manajemen persediaan dan fungsi layanan uang kartal, disamping meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan distribusi uang yang telah dijalankan selama ini. Kampanye Gerakan Nasional Non Tunai juga semakin digalakkan untuk memperluas pilihan pembayaran transaksi di tengah-tengah masyarakat selain menggunakan uang tunai. Kebijakan-kebijakan tersebut diambil dengan tetap memperhatikan amanat UU Mata Uang dan kondisi lainnya. 46 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

61 BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 47

62 4.1. KETAHANAN SEKTOR KORPORASI Grafik % SBT Kegiatan Usaha Provinsi Jambi Perekonomian Jambi pada triwulan III-2016 tumbuh sebesar 4,03% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya (3,57% yoy) tetapi masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi II-2015 (4,33%(yoy) dan nasional triwulan III-2016 (5,02% yoy). Pertumbuhan triwulan berjalan ini sudah menunjukkan peningkatan namun masih cenderung rendah dari pertumbuhan ekonomi tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan lapangan usaha, pertumbuhan ini didorong oleh semua sektor ekonomi dan didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dan sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor. Dari sisi pengeluaran didorong oleh konsumsi rumah tangga, pembentukan modal tetap bruto dan ekspor Sumber Kerentanan Sektor Korporasi Perekonomian Provinsi Jambi yang mulai membaik sejalan dengan hasil liaison pada Triwulan III-2016 yang mengalami peningkatan yaitu pertumbuhan likert scale menjadi sebesar 0,14 dibandingkan penjualan domestik periode yang sama tahun sebelumnya (LS -1,11) dan triwulan sebelumnya (LS -0,55). Penurunan daya beli masyarakat akibat pelemahan ekonomi lokal berimbas kepada lesunya permintaan domestik, sehingga secara tidak langsung berdampak terhadap kinerja penjualan domestik pelaku dunia usaha di Provinsi Jambi Kinerja Korporasi dan Penilaian Risiko Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia pun mengindikasikan kegiatan usaha pada akhir Triwulan III-2016 masih dalam kondisi melambat dengan kecenderungan mulai membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang 6 (SBT) kegiatan usaha Triwulan II-2016 sebesar 7,05% lebih tinggi dibandingkan SBT akhir triwulan II 2016 sebesar -6,90%. Dunia usaha memandang bahwa kondisi ekonomi saat ini masih cukup kondusif meskipun melambat dibandingkan tahun sebelumnya dan diperkirakan akan terjadi peningkatan kegiatan usaha pada triwulan IV Saldo Bersih tertimbang adalah selisih antara persentase jumlah responden yang 25% 15% 7,05% 5% 2,41% 0,11% -5% 0,00% -15% -25% -35% I II III IV I II III PERTANIAN, PERKEBUNAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN, DAN INDUSTRI PENGOLAHAN PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN TOTAL Sumber: SKDU Bank Indonesia Peningkatan kegiatan usaha triwulan ini terutama didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor pengangkutan dan komunikasi dengan SBT sebesar 2,41% dan 2,81% sebagai dampak meningkatnya konsumsi rumah tangga sebagai persiapan Hari Raya Idul Fitri 2016 serta sektor industri pengolahan dengan SBT 0,11%. Terhadap triwulan IV-2016, kegiatan dunia usaha diperkirakan oleh para pelaku usaha akan mengalami peningkatan seiring dengan kondisi perekonomian dunia yang diyakini semakin membaik tercermin dari SBT yang tumbuh menjadi 10,18% dibandingkan 3,18% triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut terutama juga disebabkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang terindikasi dari SBT sebesar 5,38% dan 0,59%. Meskipun kegiatan usaha mulai membaik namun rata-rata kapasitas produksi terpakai pada triwulan III 2016 sedikit dari 55,92% menjadi 55,00% dibandingkan triwulan sebelumnya Eksposur Perbankan pada Sektor Korporasi Sejalan dengan belum pulihnya kondisi dunia usaha, penyaluran kredit korporasi juga menunjukkan perlambatan. Kredit korporasi pada triwulan berjalan menurun 10,78% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,50% (yoy). Penurunan kredit korporasi ini sejalan dengan liaison yang dilakukan Bank Indonesia Provinsi Jambi bahwa terkait rencana investasi dan pengembangan usaha ke depan, dunia usaha masih menunggu perkembangan ekonomi yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan kredit korporasi tersebut didorong oleh penurunan kredit kepada sektor industri pengolahan dan pertambangan yang semakin menurun dari triwulan sebelumnya sebesar -15,31% (yoy) dan -26,48% (yoy) menjadi -23,62% (yoy) dan -31,16% (yoy). diberikan penimbang berupa bobot sektor/subsektor yang bersangkutan. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 48

63 Grafik 4.2. Pertumbuhan Kredit Korporasi Grafik 4.4. Proporsi Kredit Korporasi menurut Sektor Utama ,12 10,94 % YOY 38,48 30,69 18,94 21,41 8,95 7,83 2,60 3,50-10,78 I II III IV I II III IV I II III PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN PERTAMBANGAN LAIN LAIN % 40,00 36,41 36,65 36,63 35,00 30,00 25,00 22,31 20,74 20,71 20,79 20,66 19,66 20,00 15,00 13,01 12,57 13,25 9,05 9,41 8,54 10,00 5,00 - TW I TW II TW III 2016 Sumber: LBU Bank Indonesia Selain itu sektor perdagangan dan pertanian menurun 4,10% (yoy) dan 5,42% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,55% (yoy) dan 28,31% (yoy). Penurunan kredit sektor industri pengolahan tersebut terkonfirmasi dari liaison yang dilakukan bahwa sektor indutri pengolahan karet dan sawit mengeluhkan penurunan pasokan bahan baku karet mentah dan kelapa sawit. Aliran bahan baku getah karet dari daerah di Provinsi Jambi semakin berkurang disebabkan oleh harga getah karet yang rendah di level petani yang menyebabkan petani enggan menyadap karet. Harga yang didapatkan petani tidak sepadan dengan biaya yang dikeluarkan dimana harga beli getah karet saat ini tercatat sekitar Rp Rp per kg untuk karet bersih dan akan disesuaikan dengan kadar kebersihan dari karet yang ditawarkan petani. Penyesuaian harga berkisar diantara 10%-20%, tergantung dari kesulitan perusahaan untuk membersihkan karet tersebut sebelum diolah. Sementara itu keterbatasan bahan baku kelapa sawit sebagai dampak dari kemarau, bencana kabut asap yang menyelimuti Jambi di triwulan IV 2015 lalu dan banyak perusahaan pengolahan kelapa sawit yang tidak memiliki kebun sendiri turut mempengaruhi aliran pasokan bahan baku kelapa sawit. Grafik 4.3. Jambi % YOY Pertumbuhan Kredit Korporasi Sektor Utama Provinsi PERTANIAN PERDAGANGAN INDUSTRI TOTAL PERTAMBANGAN I II III IV I II III IV I II ,10-5,42-10,78-23,62-31,16 Sumber: LBU Bank Indonesia Komposisi kredit korporasi triwulan III 2016 masih didominasi oleh 4 sektor utama yaitu sektor pertanian 36,63%, sektor industri pengolahan 19,66%, sektor perdagangan besar dan eceran 13,25% dan sektor pertambangan 8,54%. Berdasarkan jenis penggunaan, penurunan kredit korporasi didorong semua jenis penggunaan kredit yaitu kredit modal kerja dan investasi pada triwulan berjalan menurun 13,65% (yoy) dan 8,01% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,06% (yoy) dan 1,14% (yoy). Sedangkan kredit konsumsi masih mengalami penurunan sebesar 49,62% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya 51,74% (yoy). Penurunan kredit modal kerja dan investasi ini terkonfirmasi dari hasil liaison yang dilakukan Bank Indonesia bahwa untuk pemenuhan kebutuhan dana modal kerja dan investasi, dunia usaha memang menggunakan kredit perbankan namun dengan porsi yang cenderung menurun dan mengutamakan pembiayaan intern terlebih dahulu. Khusus terkait investasi, likert scale investasi dari liaison pada triwulan III-2016 tercatat melambat (LS 0,29) jika dibandingkan dengan tingkat investasi triwulan sebelumnya (LS 0,36)) dan menunjukan penurunan jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (LS 0,4). Perlambatan investasi didorong oleh kondisi ekonomi lokal yang dinilai belum kondusif seiring dengan belum membaiknya harga komoditas utama karet. Sebagian besar dunia usaha belum memiliki rencana investasi pada periode berjalan dan saat ini berfokus kepada optimalisasi aset-aset yang dimiliki dengan meningkatkan efisiensi biaya produksi guna mengakomodir kenaikan biaya faktor-faktor produksi dan penurunan harga produk. Sumber: LBU Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 49

64 Grafik 4.5. Proporsi Kredit Korporasi Per Jenis Penggunaan Grafik 4.6. Pertumbuhan NPL Kredit Korporasi Sektor Utama INVESTASI 54.2% TW II-2016 KONSUMSI 0.2% MODAL KERJA 45.6% INVESTASI 54,9% TW III-2016 KONSUMSI 0,2% MODAL KERJA 44,9% % 17,95 1,64 0,73 0,82 0,77 1,22 1,19 1,58 2,02 0,780,64 0,76 0,97 0,56 0,55 0,01 0,25 0,35 0,23 0,25 3,36 1,24 1,25 1,21 0,98 PERTANIAN PERDAGANGAN INDUSTRI PERTAMBANGAN TOTAL III-15 IV-15 I-16 II-16 III Sumber: LBU Bank Indonesia Penurunan kinerja penyaluran kredit ditengah tren penurunan rata-rata suku bunga kredit korporasi dari 10,68% menjadi 10,64%, serta perbaikan kualitas kredit, mencerminkan penurunan permintaan kredit korporasi pada periode laporan. Penurunan tingkat suku bunga kredit investasi yang diikuti perlambatan kredit investasi sejalan dengan hasil liaison yang dilakukan Bank Indonesia Jambi bahwa sebagian besar dunia usaha saat ini belum merencanakan investasi baru seiring dengan stance para pelaku usaha yang masih ke depan. Tekanan yang dialami dunia usaha sebagai dampak perlambatan ekonomi global dan dan belum membaiknya harga komoditas diindikasikan menjadi pendorong utama penurunan kredit sektor korporasi pada triwulan III Korporasi pun melakukan upayaupaya efisiensi, termasuk menahan pencairan kredit (tidak menambah komponen sumber dana pinjaman) untuk mengurangi biaya operasional. Penurunan penyaluran kredit diikuti dengan membaiknya kualitas penyaluran kredit korporasi, tercermin dari rasio NPL yang turun menjadi 0,98% dibanding triwulan sebelumnya 1,21%. Perbaikan NPL tersebut didominasi menurunnya NPL kredit korporasi sektor pertanian menjadi 0,64% dibanding triwulan sebelumnya 0,74%. Sedangkan NPL sektor industri, pertambangan dan perdagangan sedikit meningkat (memburuk).secara keseluruhan NPL 4 sektor yang mendominasi kredit korporasi tersebut masih terjaga di bawah batas toleransi 5%. Oleh karena itu, stabilitas sistem keuangan yang bersumber dari korporasi masih dikategorikan aman. Sumber: LBU Bank Indonesia 4.2. KETAHANAN SEKTOR RUMAH TANGGA Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga Dana pihak ketiga dan kredit kepada sektor rumah tangga pada triwulan berjalan menunjukkan perlambatan seiring dengan perekonomian Jambi yang masih dalam situasi perlambatan dengan kecendrungan bergerak naik. Perlambatan DPK dan kredit tersebut didorong melambatnya tabungan dan kredit multiguna. Perlambatan kredit rumah tangga tersebut seiring dengan hasil survei konsumen yang dilakukan Bank Indonesia Provinsi Jambi bahwa rata-rata pendapatan per bulan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan membayar cicilan menjadi 77,5 dari triwulan sebelumnya 83,9. Hal tersebut dipengaruhi belum membaiknya harga komoditas karet dan kelapa sawit. Meskipun DPK dan kredit kepada sektor rumah tangga melambat namun disisi lain sektor rumah tangga memandang optimis perekonomian pada triwulan laporan meskipun mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang terlihat dari nilai Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari 104,1 pada triwulan II-2016 menjadi 106,1 pada triwulan laporan. Grafik Axis Title Survei Konsumen: Stabilitas Sistem Keuangan TW II TW III TW IV TW I TW II TW III Ribu Rp Perkiraan posisi pinjaman 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini Rata-rata pendapatan per bulan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan membayar cicilan Harga bokar (RHS) Harga TBS (RHS) Sumber: SK Bank Indonesia 50 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

65 PERSEORANGAN NON PERSEORANGAN PERSEORANGAN NON PERSEORANGAN PERSEORANGAN NON PERSEORANGAN PERSEORANGAN NON PERSEORANGAN PERSEORANGAN NON PERSEORANGAN Grafik 4.8. IKE, IEK, dan IKK Survei Konsumen Provinsi Jambi Grafik 4.9. Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga ,0 80,0 70,0 60,0 78,2 74,4 76, ,0 40,0 30,0 20,0 10,0 13,4 13,8 11,2 12,2 10,5 9,8 20 INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI (IKE) INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK) INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) - Konsumsi Pinjaman Tabungan 0 Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Tw I 2016 Tw II 2016 Tw III Sumber: SK Bank Indonesia Pengeluaran rumah tangga Provinsi Jambi pada triwulan III 2016 masih didominasi untuk keperluan konsumsi yang porsinya sedikit menurun menjadi 76,4% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya diikuti alokasi pinjaman yang sedikit meningkat menjadi 13,8% dan tabungan yang menurun menjadi 9,8%. Perubahan komposisi ini masih merupakan efek terusan menurunnya konsumsi masyarakat sesudah bulan Ramadhan Dana Pihak Ketiga Perseorangan di Perbankan Pertumbuhan DPK RT Jambi pada Triwulan III 2016 pada triwulan berjalan tumbuh sebesar 8,78% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 11,87% (yoy) dan ssektor RT masih mendominasi porsi DPK perbankan. Preferensi RT dalam simpanan masih didominasi oleh tabungan dan deposito masing-masing dengan porsi sebesar 67,2% dan 29,6% lalu diikuti giro 3,2% pada triwulan III Pertumbuhan DPK dalam bentuk tabungan tumbuh 5,55% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 10,86% (yoy). Melambatnya tabungan rumah tangga ini pun terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia Jambi bahwa rata-rata komposisi pengeluaran masyarakat untuk tabungan mengalami penurunan dari 10,5 menjadi 9,8. Sementara itu deposito dan giro mengalami peningkatan masingmasing sebesar 16,45% (yoy) dan 12,64% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 16,31% (yoy) dan - 1,82% (yoy). Sumber: SK Bank Indonesia Grafik Sumber: LBU Bank Indonesia Grafik Sumber: LBU Bank Indonesia Grafik % 100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0, ,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 - % YOY Sumber: LBU Bank Indonesia Komposisi Dana Pihak Ketiga 29,3 33,9 32,1 70,7 66,1 67,9 NON PERSEORANGAN 24,9 75,1 31,5 33,3 32,1 68,5 66,7 67,9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Pangsa Dana Pihak Ketiga PERSEORANGAN 21,9 78,1 28,5 25,3 25,9 71,5 74,7 74,1 I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III 3,1 27,7 69, PERSEORANGAN NON PERSEORANGAN TOTAL 38,7 56,2 5,1 3,6 25,9 70,5 41,0 51,4 7,5 2,9 29,4 67,7 TW III TW IV TW I TW II TW III 55,5 40,4 4,1 3,2 28,1 68, GIRO DEPOSITO TABUNGAN 50,0 44,4 5,6 3,2 29,6 67,2 52,5 43,7 3,8 8,78-0,34-19,64 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 51

66 Kredit Perseorangan di Perbankan Kinerja kredit sektor rumah tangga (RT) tumbuh sebesar 6,66% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 7,92% (yoy). Perlambatan penyaluran kredit tersebut didorong perlambatan atau penurunan semua komponen kredit sektor rumah tangga dan kenaikan suku bunga tertimbang kredit rumah tangga dari 12,80% menjadi 12,86%. Sub sektor yang dominan atas perlambatan kredit RT adalah sub sektor kredit multiguna yang memiliki pangsa terbesar pertama pada penyaluran kredit sektor RT (37,92%) yakni dari 14,64% (yoy) menjadi 9,38% (yoy). Suku bunga kredit multiguna cenderung stabil dari rata rata 14,06% pada triwulan sebelumnya menjadi 14,08% pada triwulan berjalan. Suku bunga kredit multiguna yang stabil diikuti perlambatan kredit multiguna mengindikasikan menurunnya kebutuhan rumah tangga melalui perbankan dan juga efek terusan berakhirnya bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri Kredit pemilikan rumah, apartemen/flat dan ruko pada triwulan berjalan tumbuh sebesar 2,46% (yoy) atau sedikit melambat dibandingkan periode sebelumnya 3,07% (yoy). Perlambatan tersebut didorong menurunnya kredit yang diberikan terhadap sub sektor kepemilikan ruko/rukan dan pemilikan rumah tinggal tipe diatas 70. Menurunnya penjualan tipe diatas 70 ini seiring dengan kecendrungan meningkatnya rata-rata suku bunga kredit dari 11,25% (triwulan III 2015), 11,39% (triwulan IV 2015), 11,61% (triwulan I 2016), 12,03% (triwulan II 2016) menjadi 12,13% pada triwulan berjalan. Sebaliknya kredit pemilikan rumah tinggal tipe 22 s.d. 70 mengalami peningkatan yang didorong menurunnya suku bunga dari 11,04% (triwulan III 2015) menjadi 10,59% pada triwulan III Hal ini sejalan dengan liaison yang dilakukan Bank Indonesia Jambi bahwa terjadi penurunan daya beli pemilikan rumah tinggal tipe diatas 70 menjadi ke tipe dibawah 70 seiring dengan belum membaiknya harga komoditas karet dan sawit.. Kredit kendaraan bermotor masih mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya yang menurun 19,02% (yoy) menjadi turun 19,85% (yoy) meskipun rata-rata suku bunga kredit menunjukkan trend penurunan sejak triwulan III 2015 (suku bunga triwulan III 2015 sebesar 12,09% dan triwulan III 2016 sebesar 11,71%. Penurunan tersebut didorong penurunan sub sektor pemilikan mobil roda empat. Penurunan sub sektor pemilikan roda empat ini diikuti peningkatan NPL sub sektor tersebut yang mengindikasikan menurunnya daya beli masyarakat akan kendaraan roda empat seiring dengan belum mebaiknya harga karet dan kelapa sawit. Berdasarkan liaison yang dilakukan bahwa untuk meningkatkan penjualan kendaraan bermotor roda empat, adalah melalui penjulan mobil varian baru dengan harga yang lebih murah dengan sasaran konsumen berpenghasilan menengah ke bawah. Di tengah perlambatan penyaluran kredit RT, rasio NPL masih terjaga di bawah 5%, bahkan membaik dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 1,88% menjadi 1,82%. Grafik Pertumbuhan Pembiayaan Sektor Rumah Tangga per Jenis Penggunaan Sumber: LBU Bank Indonesia Grafik Sumber: LBU Bank Indonesia Grafik Pengeluaran % YOY KPR + KPA + RUKAN KKB MULTIGUNA RT I II III IV I II III IV I II III % YOY Sumber: LBU Bank Indonesia Pertumbuhan KPR per Tipe I II III IV I II III IV I II III RUMAH TIPE 21 RUMAH TIPE 22 S.D 70 RUMAH TIPE > 70 Perkembangan NPL Sektor Rumah Tangga per Jenis % KPR + KPA + RUKAN KKB MULTIGUNA RT I II III IV I II III IV I II III ,38 6,66 2,46 4,39-19,85 17,36-17,38 3,94 2,04 1,90 1,26 52 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

67 Kondisi ini diharapkan semakin mampu memantapkan kinerja penyaluran kredit rumah tangga kedepan dan terjaga PERKEMBANGAN KREDIT UMKM Kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp10,8 triliun, mengalami perlambatan dengan tumbuh 5,5% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,8% (yoy) dan lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan total kredit (9,7% (yoy)) (GRAFIK 4.18). Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit di Jambi mengalami penurunan yaitu dari 36,4% di triwulan lalu menjadi 35,4% pada triwulan berjalan (GRAFIK 4.19). Berdasarkan distribusinya, kredit kecil memiliki pangsa terbesar yaitu 37,5%, kredit mikro 32,4% dan kredit menengah sebesar 30,1% dari total kredit UMKM. Berdasarkan jenis penggunaan, kredit UMKM didominasi oleh kredit modal kerja 64,5% lalu diikuti kredit investasi 35,5%. Komposisi kredit UMKM berdasarkan jenis penggunaan ini relatif stabil sebagaimana grafik berikut. Penyaluran kredit modal kerja UMKM didominasi sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor pertanian, perburuan dan kehutanan dan sektor konstruksi. Sedangkan kredit investasi didominasi kredit ke sektor pertanian, perburuan dan kehutanan, sektor perdagangan hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa. Kredit UMKM tersebut didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran, sektor pertanian, perburuan dan kehutanan serta sektor jasa-jasa masingmasing sebesar 55,0%, 26,1% dan 4,6%. Kredit UMKM sektor perdagangan didominasi kredit sub sektor perdagangan eceran berbagai macam barang yang didominasi makanan, minuman dan tembakau, sub sektor perdagangan eceran komoditi lainnya (bukan makanan, minuman, atau tembakau), sub sektor perdagangan kelapa dan kelapa sawit, sub sektor perdagangan karet, sub sektor perdagangan eceran komoditi makanan, minuman, atau tembakau hasil industri pengolah, sub sektor perdagangan eceran tekstil, pakaian jadi, alas kaki, dan barang keperluan pribadi, sub sektor perdagangan eceran bahan konstruksi, sub sektor perdagangan eceran perlengkapan rumah tangga dan perlengkapan dapur, sub sektor yang berkaitan dengan kendaraan roda 2 dan 4 (sub sektor penjualan suku cadang dan aksesoris sepeda motor, sub sektor penjualan mobil, sub sektor penjualan suku cadang dan aksesoris mobil dan sub sektor penjualan motor). Grafik Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi 12 TRILIUN RP I II III IV I II III IV I II III MENENGAH KECIL MIKRO G UMKM G TOTAL Sumber: LBU Bank Indonesia Grafik Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 100% 90% 80% 70% 63,2 63,0 62,8 63,3 62,4 62,5 63,2 62,8 63,1 63,6 64,6 60% 50% 40% 30% 12,0 12,6 12,8 12,5 13,2 13,0 12,8 12,6 11,6 11,5 10,7 20% 13,7 12,0 12,6 11,9 12,0 12,1 12,5 12,5 13,0 13,2 13,3 10% 11,1 12,5 11,8 12,4 12,3 12,3 11,6 12,0 12,2 11,7 11,5 0% I II III IV I II III IV I II III MIKRO KECIL MENENGAH NON UMKM Sumber: LBU Bank Indonesia Grafik Kredit UMKM Berdasarkan Pengguanan 120,0 Investasi Modal Kerja 100,0 80,0 35,3 35,3 35,4 35,2 35,0 34,8 35,5 60,0 40,0 64,7 64,7 64,6 64,8 65,0 65,2 64,5 20,0 - I II III IV I II III Sumber: LBU Bank Indonesia Grafik Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Usaha 100,0 9,7 10,0 10,3 10,4 10,3 10,0 9,8 90,0 4,6 5,1 5,1 4,7 4,3 4,5 4,5 4,7 4,6 3,8 4,1 4,0 4,2 4,6 80,0 70,0 29,5 29,6 29,5 28,3 27,7 26,1 26,1 60,0 50,0 40,0 30,0 51,5 50,7 51,2 52,5 53,6 55,2 55,0 20,0 10,0 0,0 I II III IV I II III Lain-lain Konstruksi Jasa-jasa Pertanian Peternakan Kehutanan dan Perikanan Perdagangan Hotel dan Restoran Sumber: LBU Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 53

68 Grafik NPL UMKM Provinsi Jambi Grafik Hubungan NPL UMKM dengan Harga Bokar dan TBS di Provinsi Jambi 8, ,00 7,00 6,00 5,00 6,00 5,08 4, ,00 5,00 4,00 4, ,00 3,00 2, ,00 1,00 2,00 0,00 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III , TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III KREDIT UMKM USAHA MIKRO USAHA KECIL USAHA MENENGAH Harga bokar Harga TBS KREDIT UMKM 0,00 Sumber: LBU Bank Indonesia Kredit UMKM sektor pertanian, perburuan dan kehutanan didominasi kredit kepada sub sektor perkebunan kelapa sawit, sub sektor perkebunan karet dan penghasil getah lainnya, dan sub sektor jasa pertanian, perkebunan dan peternakan. Dominasi kredit UMKM komoditas karet dan kelapa sawit ini menunjukkan pentingnya kedua komoditas dalam perekonomian Provinsi Jambi sehingga mendapatkan perhatian khusus dari pihak terkait. Bergeraknya UMKM sektor perdagangan dan pertanian ini turut menggerakkan pertumbuhan perekonomian Provinsi Jambi mengingat kedua sektor ini merupakan sumber pertumbuhan perekonomian Provinsi Jambi khususnya triwulan III Sumber: LBU Bank Indonesia, GAPKINDO,dan GAPKI Provinsi Jambi NPL UMKM tersebut didominasi sub sektor perdagangan kelapa dan kelapa sawit, sub sektor perkebunan karet dan penghasil getah lainnya, sub sektor perkebunan kelapa sawit, sub sektor perdagangan eceran komoditi lainnya (bukan makanan, minuman, atau tembakau), sub sektor pertambangan batubara, penggalian gambut, dan gasifikasi batubara dan sub sektor penggalian batubatuan, tanah liat dan pasir dan sub sektor pengusahaan tenaga panas bumi. Belum membaiknya harga komoditas utama kelapa sawit dan karet mempengaruhi kinerja NPL UMKM sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus dalam penyaluran kredit UMKM dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian. Berdasarkan NPL, pada triwulan berjalan NPL UMKM sedikit menurun dari 5,73% menjadi 5,08% atau diatas ambang toleransi. NPL tersebut didominasi kredit usaha menengah, usaha kecil dan diikuti usaha mikro. (GRAFIK 4.20). Grafik NPL Sektor Ekonomi UMKM LGA 0,93 Pengangkutan dan Komunikasi 1,95 Industri 2,06 Jasa-jasa 3,33 Perdagangan Hotel dan Restoran 4,83 Keuangan,Real estate dan Jasa Perusahaan 4,84 UMKM 5,08 Konstruksi 5,19 Pertanian Peternakan Kehutanan dan Perikanan 5,57 Bukan Lapangan Usaha 15,37 Pertambangan dan Penggalian 38,35 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 Sumber: LBU Bank Indonesia 54 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

69 4.4. PROGRAM PENGEMBANGAN UMKM PROVINSI JAMBI Bank Indonesia melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi ambil bagian dalam pengembangan UMKM melalui pengembangan klaster yaitu: 1. Klaster Cabai di Desa Pelompek Kabupaten Kerinci (eksisting) 2. Klaster Padi di Desa Karya Baru Kabupaten Tanjung Jabung Timur (eksisting) 3. Klaster Sapi di Desa Dataran Kempas Kabupaten Tanjung Jabung Barat (eksisting) 4. Klaster Pinang dan Kopi di Desa Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat (eksisting) 5. Klaster Ayam Ras (baru) 6. Klaster Batik Jambi (baru) 4.5. PERKEMBANGAN BANK UMUM Perkembangan Aset Bank Aset perbankan pada triwulan III-2016 mengalami pertumbuhan sebesar 1,6%(yoy) menjadi Rp37,5 triliun, sedikit meningkat dibandingkan triwulan II-2016 (1,3% (yoy)). (GRAFIK 4.23.). Peningkatan tersebut seiring dengan pertumbuhan aset bank syariah 12,5% (yoy) dan bank swasta sebesar 4,0% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dimana bank syariah tumbuh sebesar 19,2% (yoy) dan bank swasta tumbuh 9,7% (yoy). Sementara itu bank pemerintah masih mengalami penurunan sebesar 0,1% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga menurun sebesar 3,0% (yoy) Perkembangan Dana Masyarakat Pada triwulan berjalan, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum sebesar Rp24,0 triliun menurun sebesar 0,4% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang juga turun 0,5% (yoy) (Grafik 3.2.). Penurunan tersebut didorong penurunan simpanan berjangka sebesar 10,5% (yoy) menjadi Rp7,8 triliun atau masih mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang turun 15,7% (yoy). Tabungan tumbuh sebesar 4,6% (yoy) menjadi Rp12,3 triliun atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 10,7% (yoy). Sementara itu giro pada triwulan berjalan tumbuh sebesar 8,8% (yoy) menjadi Rp4,0 triliun atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 3,4% (yoy). Komposisi dana pihak ketiga posisi triwulan berjalan didominasi tabungan 50,2%, deposito berjangka 33,4% dan giro 16,4%. Dominasi tabungan tersebut sejalan dengan hasil survei konsumen Bank Indonesia bahwa produk perbankan yang paling banyak dimiliki oleh konsumen Jambi adalah tabungan diikuti kredit tanpa agunan dan kredit lainnya. Berdasarkan pangsanya, aset perbankan terbesar adalah dari bank pemerintah Rp25,7 triliun (68,5%), diikuti oleh bank swasta Rp9,5 triliun (25,6%) dan bank syariah Rp2,2 triliun (5,9%) Grafik Perkembangan Aset Bank Umum (Triliun Rp) Persen 39 25, , , , , , ,0 8,1 7,6 5, ,3 8,7 5 1, ,5-1,9-1,6 31-4,9-3,4 1,3 1, Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15 Q2-15 Q3-15 Q4-15 Q1-16 Q2-16 Jumlah Aset (aksis kiri) Pertumbuhan q-t-q (%) Pertumbuhan y-o-y (%) Sumber: LBU Bank Indonesia Grafik Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Rp (dalam miliar) Tabungan Simp Berjangka Giro DPK Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15 Q2-15 Q3-15 Q4-15 Q1-16 Q2-16 Q3-16 Sumber: LBU Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 55

70 URAIAN Bank Konv ensional Bank Pemerintah Tabel 3.7. Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Giro Tabungan Simpanan Berjangka Bank Swasta Nasional Giro Tabungan Simpanan Berjangka Bank Syariah Giro Tabungan Simpanan Berjangka Jumlah Giro Tabungan Simpanan Berjangka Sumber: LBU Bank Indonesia Berdasarkan kelompok bank, penghimpunan DPK mayoritas berasal dari bank pemerintah dan mencapai Rp16,6 triliun (67,6%), diikuti oleh bank swasta nasional Rp6,9 triliun (28,4%) dan bank syariah Rp999,5 miliar (4,1%) (Tabel 3.1). DPK bank pemerintah dan bank syariah mengalami penurunan masing-masing sebesar 2,1% (yoy ) dan 6,3% (yoy ) dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga menurun 5,0% (yoy) dan tumbuh positif 7,9% (yoy ). DPK bank swasta tumbuh 5,1% (yoy ) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya tumbuh 9,9% (yoy ) Berdasarkan golongan pemilik, penurunan DPK terutama didorong oleh penurunan golongan pemilik pemerintah daerah, BUMD, Lembaga Keuangan Non Bank, pemerintah pusat, dan sektor swasta lainnya. Penurunan DPK golongan pemerintah ini didorong oleh meningkatnya realisasi APBD. Sebaliknya golongan pemilik perseorangan tumbuh 8,3% (yoy) meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 11,9% (yoy). (Tabel 3.2.) Tabel 3.8. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik (Jutaan Rupiah) No. Golongan Pemilik Trw.III-2015 Trw.IV-2015 Trw.I-2016 Trw.II-2016 Trw.II-2016 Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share y oy Andil Penduduk/ Residents 1 Pemerintah Pusat ,2% -41,6% -0,1% 2 Pemerintah Daerah (Pemda) ,0% -32,2% -3,5% 3 Badan Dan Lembaga Pemerintah ,1% -76,2% 0,0% 4 BUMN Atau Pemerintah Campuran ,2% 11,1% 0,4% 5 BUMD ,3% -75,6% -0,2% 6 Lembaga Keuangan Non Bank ,7% -10,4% -0,2% 7 Bukan Lembaga Keuangan ,9% 5,7% 0,6% 8 Sektor Swasta Lainnya ,1% -44,1% -0,1% 9 Perseorangan ,4% 8,3% 6,0% Jumlah Bukan Penduduk/Non-Residents ,0% 57,0% 0,0% Penduduk dan bukan penduduk ,0% -0,4% -0,4% Sumber: LBU Bank Indonesia Berdasarkan lokasi, perlambatan DPK didorong Timur turun sebesar 6,4% (yoy) menjadi Rp366,5 miliar penurunan DPK di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dibandingkan triwulan sebelumnya tumbuh 4,5% (yoy) dan Kota Jambi. DPK di Kabupaten Tanjung Jabung dan DPK Kota Jambi yang semakin menurun 4,1% (yoy) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 56

71 menjadi Rp16,1 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya yang turun 2,1% (yoy). Penurunan DPK Kota Jambi tersebut langsung mempengaruhi DPK Provinsi Jambi karena DPK Kota Jambi memiliki kontribusi 65,5% dari DPK Provinsi Jambi. Setelah Kota Jambi, mayoritas penghimpunan DPK diikuti oleh Kerinci Rp1,7 triliun (7,0%) dan Bungo sebesar Rp1,4 triliun (5,9%). Sementara itu secara keseluruhan kabupaten lain menunjukkan peningkatan DPK dibandingkan triwulan sebelumnya.(tabel 3.3.) No. Kota/Kabupaten Tabel 3.9. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek (Jutaan Rupiah) Trw. III 15 Trw. VI 15 Trw. I-2016 Trw. II-2016 Trw. III-2016 P ertumbuhan (yoy) Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal yoy 1 Kota J ambi 16, 804, , 710, , 951, , 888, , 109, 792 ( 694, ) ( 4. 1) 2 Kab. Kerinci 1, 612, 738 1, 533, 979 1, 627, 024 1, 758, 280 1, 734, , Kab. Bungo 1, 354, 929 1, 301, 548 1, 314, 440 1, 407, 371 1, 459, , Tanjung J abung Barat 1, 211, 166 1, 107, 941 1, 296, 965 1, 369, 090 1, 318, , Kab. Merangin 1, 090, , 708 1, 000, 491 1, 040, 622 1, 188, , Kab. Batanghari 717, , , , , , Kab. S arolangun 640, , , , , , Kab. Tebo 612, , , , , , Tanjung J abung Timur 391, , , , , 523 ( 24, ) ( 6. 4) 10 Kab. Muaro J ambi 267, , , , , , J UML AH 24,702,501 23,444,032 23,896,694 24,082,404 24,611,642 (90,860) (0.4) S umbe r : L BU Ba nk I ndone s i a ( di ol a h) Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana Pertumbuhan kredit triwulan III 2016 sebesar 9,7% (yoy) menjadi Rp30,5 triliun atau melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan II 2016 yang mencapai 11,1% (yoy). Berdasarkan, hasil liaison yang dilakukan Bank Indonesia Provinsi Jambi menyatakan bahwa pelaku usaha masih membutuhkan pembiayaan dari perbankan untuk modal kerja dan investasi namun setelah memprioritaskan pembiayaan intern perusahaan. URAIAN Tabel Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (Jutaan Rupiah) TW II TW III TW IV TW I TW II TW III Kelompok Bank 27,355,034 27,820,801 28,735,809 29,167,115 30,397,226 30,521,045 1 Bank P emerintah 18,256,586 18,697,924 19,545,989 19,645,953 20,689,259 20,885,693 2 Bank S was ta*) 7,217,127 7,246,371 7,263,283 7,520,046 7,553,663 7,447,164 3 Bank S yariah 1,881,321 1,876,505 1,926,537 2,001,116 2,154,304 2,188,188 J enis P enggunaan 27,355,034 27,820,801 28,735,809 29,167,115 30,397,226 30,521,045 1 Modal Kerja 8,772,809 8,869,811 9,049,452 9,195,982 9,548,881 9,552,907 2 Inves tas i 6,881,249 6,976,421 7,326,643 7,471,117 7,802,622 7,817,888 3 Kons ums i 11,700,976 11,974,568 12,359,713 12,500,015 13,045,723 13,150,250 S ektor Ekonomi 27,355,034 27,820,801 28,735,809 29,167,115 30,397,226 30,521,045 1 P ertanian 5,171,866 5,265,773 5,332,562 5,488,872 5,705,912 5,695,530 2 P ertambangan dan P enggalian 151, , ,725 94, , ,787 3 Indus tri 1,083,490 1,154,720 1,144,555 1,118,260 1,113,314 1,148,250 4 L GA 8,141 9,944 10,348 8,639 10,364 9,872 5 Kons truks i 842, , , , , ,038 6 P erdagangan Hotel dan R es toran 6,780,454 6,922,825 7,482,305 7,674,548 8,034,978 7,957,938 7 P engangkutan dan Komunikas i 342, , , , , ,026 Keuangan,R eal es tate dan J as a 8 P erus ahaan 682, , , , , ,015 9 J as a-jas a 580, , , , , , Bukan L apangan Us aha 11,711,415 11,983,649 12,367,711 12,506,678 13,051,009 13,153,361 Sumber: LBU Bank Indonesia Berdasarkan Kelompok Bank, perlambatan kredit didorong oleh kelompok bank pemerintah dan bank swasta masing-masing tumbuh 11,7% (yoy) menjadi Rp20,8 triliun dan 2,8% (yoy) menjadi Rp7,4 triliun KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 57

72 dibandingkan triwulan sebelumnya 13,3% (yoy) dan 4,7% (yoy). Sementara itu kredit yang diberikan kelompok bank syariah mengalami peningkatan dengan tumbuh 16,6% (yoy) menjadi Rp2,1 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya 14,5% (yoy), (Tabel 3.4.). Pangsa kredit bank konvensional mencapai 92,8% sementara bank syariah sebesar 7,2%. Berdasarkan Jenis Penggunaan, kredit terbesar adalah kredit konsumsi yang mencapai 43,1%, diikuti oleh kredit modal kerja (31,3%) dan kredit investasi (25,6%). Perlambatan kredit dialami oleh semua komponen kredit berdasarkan jenis penggunaan yaitu kredit investasi, konsumsi dan modal kerja masing-masing tumbuh 12,1% (yoy), 9,8% (yoy) dan 7,7% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 13,4% (yoy), 11,5% (yoy) dan 8,8%. Berdasarkan sektor ekonomi, sektor yang dominan atas kredit yang diberikan adalah sektor bukan lapangan usaha dengan kontribusi 43,1% dari total kredit yang diberikan di Provinsi Jambi diikuti sektor perdagangan hotel dan restoran sebesar 26,1%, sektor pertanian sebesar 18,7% dan sektor industri pengolahan sebesar 3,8%. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian hanya menyumbang 0,4% dari total kredit yang diberikan. Perlambatan kredit yang diberikan didorong perlambatan atau penurunan semua sektor ekonomi kecuali sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa-jasa yang mengalami peningkatan. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh 8,2% (yoy) menjadi Rp5,6 triliun atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 10,3% (yoy). Perlambatan tersebut didorong menurunnya baki debet sub sektor perkebunan tanaman teh, sub sektor perkebunan tanaman obat / bahan farmasi, sub sektor perkebunan tanaman rempah yang tidak diklasifikasikan di tempat lain, dan sub sektor perkebunan tebu dan tanaman pemanis lainnya. Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 15,0% (yoy) menjadi Rp7,9 triliun atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 18,5% (yoy) didorong oleh menurunnya baki debet sub sektor penjualan sepeda motor, sub sektor penjualan suku cadang dan aksesoris mobil, sub sektor perdagangan dalam negeri bahanbahan konstruksi lainnya, sub sektor perdagangan dalam negeri yang tidak diklasifikasikan di tempat lain, sub sektor perdagangan eceran perlengkapan rumah 58 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI tangga dan perlengkapan dapur, sub sektor hotel bintang dan sub sektor hotel melati. Grafik Umum Rp triliun Sumber: LBU Bank Indonesia Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank 1.1 Sektor industri pengolahan menurun 0,6% (yoy) menjadi Rp1,1 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya 2,8% (yoy) yang didorong menurunnya baki debet kredit sub sektor industri minyak goreng dari kelapa sawit mentah, sub sektor industri minyak mentah (minyak makan) dari nabati dan hewani dan sub sektor industri pengolahan lainnya. Sektor pertambangan dan penggalian masih mengalami penurunan sebesar 18,4% (yoy) menjadi Rp114,7 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga turun 16,5% (yoy). Penurunan tersebut didorong menurunnya baki debet sub pertambangan minyak dan gas bumi dan sub sektor pertambangan batubara, penggalian gambut, dan gasifikasi batubara seiring dengan belum membaiknya harga jual batubara sehingga sebagian besar perusahaan batubara menghentikan operasionalnya di Provinsi Jambi Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loan (NPL) gross Bank Umum di Provinsi Jambi Loan to Deposits Ratio (LDR) 7 pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 1139 bps disebabkan kredit yang diberikan mengalami peningkatan (9,7% (yoy)) sedangkan DPK menurun (0,4 % (yoy)). LDR berdasarkan bank pelapor tercatat sebesar 124,01% (Grafik 3.3.). LDR bank umum yang sudah melebihi 100% tersebut mengindikasikan relatif tingginya sumber pendanaan kredit/pembiayaan yang berasal dari perbankan di luar Provinsi Jambi yang perlu diimbangi dengan pemantauan terhadap risiko kredit sesuai dengan prinsip kehati-hatian Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15 Q2-15 Q3-15 Q4-15 Q1-16 Q2-16 Kredit Perbankan Jambi (Rp juta) DPK Perbankan (Rp juta) LDR Perbankan Jambi (persen) 7 LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum pada triwulan laporan % 125% 120% 115% 110% 105% 100%

73 Kualitas kredit yang diberikan tergolong baik. Rasio NPL gross mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya sebesar 3,02% (Rp918,1 miliar) menjadi 2,75% (Rp840,5 miliar) atau membaik pada triwulan berjalan. (Tabel 3.8.). Penurunan NPL tersebut didorong oleh penurunan NPL sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor pertanian peternakan kehutanan dan perikanan dan sektor konstruksi. NPL sektor pertanian peternakan kehutanan dan perikanan membaik dari 3,49% pada triwulan sebelumnya menjadi 3,23% pada triwulan berjalan. Penurunan tersebut didorong menurunnya NPL sub sektor perkebunan karet dan penghasil getah lainnya, sub sektor pembibitan dan budidaya domba dan kambing potong, sub sektor perkebunan tanaman rempah yang tidak diklasifikasikan di tempat lain, sub sektor usaha kehutanan lainnya dan sub sektor pertanian palawija umbi-umbian lainnya. NPL sektor perdagangan hotel dan restoran membaik dari 4,20% menjadi 3,79% yang didorong penurunan NPL sub sektor perdagangan kelapa dan kelapa sawit, sub sektor perdagangan kayu, sub sektor perdagangan eceran tekstil, pakaian jadi, alas kaki, dan barang keperluan pribadi, sub sektor perdagangan eceran komoditi lainnya (bukan makanan, minuman, atau tembakau), dan sub sektor jasa akomodasi lainnya. NPL sektor konstruksi pada triwulan berjalan sebesar 3,38% atau membaik dibandingkan triwulan sebelumnya 5,14%. Perbaikan tersebut didorong menurunnya NPL sub sektor konstruksi khusus, sub sektor konstruksi perumahan menengah, besar, mewah (tipe diatas 70), sub sektor konstruksi perumahan sederhana - lainnya tipe 22 s.d. 70, dan sub sektor bangunan sipil lainnya. NPL sektor pertambangan dan penggalian pada periode berjalan sebesar 27,76% atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 25,38% yang didorong belum membaiknya harga batu bara dan penerapan Undang- Undang Mineral dan Batubara yang melarang ekspor bahan mentah hasil tambang terhitung sejak tanggal 12 Januari 2014 serta adanya Perda yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai, yang mengakibatkan sebagian besar perusahaan pertambangan batubara menghentikan sementara aktivitas kegiatan tambang. Selain sub sektor pertambangan batubara, penggalian gambut, dan gasifikasi batubara, penyumbang NPL berikutnya adalah sub sektor penggalian batu-batuan, tanah liat dan pasir. Tabel Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum TW III TW VI Triwulan I-2016 Triwulan II Triwulan III No S ektor Ekonomi Kredit NPL (%) Kredit NPL (%) Kredit NPL (%) Kredit NPL (%) Kredit NPL (%) 1. P ertanian P eternakan Kehutanan dan P erikanan 5,265, ,332, ,488, ,705, ,695, P ertambangan dan P enggalian 140, , , , , Indus tri 1,154, ,144, ,118, ,113, ,148, LGA 9, , , , , Kons truks i 839, , , , , P erdagangan Hotel dan Res toran 6,922, ,482, ,674, ,034, ,957, P engangkutan dan Komunikas i 306, , , , , Keuangan,Real es tate dan Jas a P erus ahaan 667, , , , , Jas a-jas a 529, , , , , Bukan Lapangan Us aha 11,983, ,367, ,506, ,051, ,153, J U M L A H 27, 820, , 735, , 167, , 397, , 521, Sumber: LBU Bank Indonesia Dilihat dari spread bunga (grafik 3.4), terlihat bahwa margin rata-rata tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito perbankan di Provinsi Jambi menurun dari 5,84% menjadi 5,76% seiring dengan penurunan suku bunga kredit yang diberikan lebih tinggi dibandingkan penurunan suku deposito. (Grafik 3.4.). Suku bunga rata-rata tertimbang deposito pada periode laporan tercatat sebesar 6,93% atau menurun dibandingkan triwulan II 2016 (7,00%) dan suku bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan pada periode laporan tercatat di level 12,69% sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (12,84%). Berdasarkan liaison yang dilakukan KPw BI Provinsi Jambi, bahwa suku bunga kredit tersebut masih dirasa memberatkan dunia usaha ditengah kondisi belum membaiknya harga komoditas utama saat ini dan berharap tingkat suku bunga dibawah angka 10% sebagai tingkat suku bunga yang meringankan keuangan perusahaan. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 59

74 Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Grafik Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi (satuan %) ,0 8,3 8,3 8,2 8,0 7,8 7,4 5,0 5,2 6,3 5,6 4,8 5,4 5,5 5,8 5,8 5,1 4,9 4, Margin Deposito Kredit Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Sumber: LBU Bank Indonesia Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Secara umum kinerja BPR pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan terlihat dari aset yang tumbuh sebesar 3,6% (yoy) menjadi Rp777,3 miliar atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,5% (yoy). Peningkatan aset tersebut didorong kenaikan dana pihak ketiga dan kredit yang diberikan. Peningkatan dana pihak ketiga didorong oleh pertumbuhan tabungan dan deposito yang masingmasing tumbuh sebesar 13,0% (yoy) menjadi Rp100,4 miliar dan 2,8% (yoy) menjadi Rp503,2 miliar atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya tumbuh 9,6% (yoy) dan menurun 0,5% (yoy). Kenaikan kredit yang diberikan didorong oleh pertumbuhan kredit modal kerja sebesar 29,3% (yoy) menjadi Rp265,7 miliar atau dibandingkan triwulan sebelumnya 22,4% (yoy). Sementara itu kredit konsumsi dan investasi mengalami penurunan masing-masing sebesar 20,5% (yoy) dan 7,2% (yoy) menjadi Rp171,7 miliar dan Rp96,1 miliar setelah pada triwulan sebelumnya juga menurun masing-masing sebesar 18,9% (yoy) dan 9,2% (yoy). Kualitas kredit BPR pada triwulan laporan menunjukkan perbaikan yang ditandai dengan menurunnya persentase Non Performing Loan (NPL) gross menjadi 13,83% dibandingkan 14,27% pada triwulan sebelumnya. Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dan penyumbang NPL terbesar adalah sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan lalu sektor bukan lapangan usaha dan sektor perdagangan hotel dan restoran. Dominasi sektor tersebut didorong belum membaiknya harga komoditi karet dan keterbatasan pasokan TBS mempengaruhi kemampuan membayar debitur. Hal tersebut sejalan dengan hasil liaison, bahwa belum membaiknya harga komoditas karet dan sawit turut mempengaruhi pendapatan konsumen dan daya beli (konsumsi). Kondisi NPL ini perlu mendapat perhatian serius dari pihak terkait dan memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit yang diberikan. Kinerja BPR dalam menjalankan fungsi intermediasinya masih cukup baik, yang tercermin dari LDR BPR yang berada pada level 77,89% sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (79,83%). 60 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

75 BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 61

76 Tabel 5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KPw. BI Provinsi Jambi URAIAN PERTUMBUHAN (YOY) I II III IV I II III NOMINAL PERSEN NON TUNAI KLIRING Nilai Kliring (juta Rp) 2,412,348 2,662,816 2,628,672 2,599,490 2,284,108 2,377,225 2,305,211 (323,461) (12.3) Volume Kliring (lembar warkat) 67,623 74,693 69,881 72,452 69,594 70,161 62,140 (7,741) (11.1) CEK DAN BIRO GILYET KOSONG Lembar 1,229 1,692 1,580 1,752 1,502 1,617 1, Nominal (juta Rp) 41,570 57,632 51,768 66,346 52,095 62,944 71,064 19, TUNAI NET INFLOWS/OUTFLOWS (JUTA RP) 160,690 (1,462,158) 28,555 (607,593) 195,027 (2,018,623) (122,778) (151,332) Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 1,445, ,023 2,573,657 1,563,340 1,354, ,543 1,606,509 (967,149) (37.6) Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 1,285,175 2,354,181 2,545,103 2,170,933 1,159,492 2,785,166 1,729,287 (815,816) (32.1) Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Sistem pembayaran merupakan salah satu komponen terintegrasi dengan fungsi Bank Indonesia lainnya yaitu moneter dan stabilitas sistem keuangan. Kebijakan dan pelaksanaan sistem pembayaran mempunyai keterkaitan dengan efektivitas pengendalian moneter dan kestabilan sistem keuangan. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan kinerja sistem pembayaran di Provinsi Jambi antara lain peningkatan jumlah transaksi keuangan tunai yang terdiri atas aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow) dan aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (out flow) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)) PERKEMBANGAN UANG KARTAL Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan, untuk aliran kas masuk (cash inflow) menunjukkan penurunan 37,6% (yoy) menjadi Rp1,6 triliun dan 32,1% (yoy) menjadi Rp1,7 triliun sehingga terjadi peningkatan net outflow sebesar 530,0% (yoy)(rp122,7 miliar). Melihat pola tahun sebelumnya, pasca perayaan Idul Fitri biasanya akan inflow namun tahun ini terjadi net-outflow meskipun begitu tidak signifikan. Grafik 5.1. Inflows, Outflows dan Netflows di Provinsi Jambi Penyediaan Uang Layak Edar Sebagai salah satu upaya terpenuhinya kebutuhan uang layak edar bagi masyarakat, secara rutin Bank Indonesia Provinsi Jambi melayani penukaran uang tidak layak edar dengan uang layak edar melalui layanan kas dalam kantor dan kas keliling ke daerah terpencil yang akses perbankannya terbatas. Di Provinsi Jambi, frekuensi layanan kas keliling pada triwulan III 2016 sebanyak 16 (enam belas) kali, meningkat dibandingkan triwulan lalu yang sebanyak 12 (dua belas) kali. Selain itu kegiatan penukaran bank juga dilakukan dengan melibatkan perbankan di wilayah kerja dengan juga menghimbau seluruh bank untuk membuka loket penukaran dan meningkatkan soil level (tingkat kelusuhan) untuk uang pecahan besar dan uang pecahan kecil di perbankan. Secara berkala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi melaksanakan pemusnahan uang yang tidak layar edar (UTLE). Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kelayakan uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, pemusnahan UTLE di Provinsi Jambi sebesar Rp261,8 miliar, atau 16,3% dari total inflow Provinsi Jambi, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (23,6%). Dalam rangka mengendalikan jumlah uang yang tidak layak edar yang dimusnahkan, Bank Indonesia terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang melalui pamflet dan edukasi perbankan sehingga diharapkan usia uang dapat lebih panjang dan volume UTLE dapat dikendalikan sehingga dapat mengurangi biaya percetakan uang baru. Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Selain itu, Bank Indonesia Provinsi Jambi melakukan pertemuan mengenai standarisasi uang layak edar terhadap bank umum dan BPR di Provinsi Jambi dan bersama dengan Generasi Baru Indonesia (GenBI : 62 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

77 mahasiswa penerima beasiswa Bank Indonesia) rutin turun ke pasar tradisional menarik uang lusuh sekaligus melakukan sosialisasi ciri ciri keaslian uang Rupiah Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan Pada triwulan laporan ditemukan uang rupiah tidak asli yang mencapai 292 lembar yang beredar di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (253 lembar). Dalam rangka mengantisipasi peredaran uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Bank Indonesia mengintensifkan kerjasama dengan pihak kepolisian dalam menekan peredaran uang palsu dan senantiasa secara berkala terus mensosialisasikan Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah kepada seluruh lapisan masyarakat. Selama triwulan III 2016, sosialisasi tersebut telah dilaksanakan sebagaimana tabel di sebelah kanan: 5.2. PERKEMBANGAN KLIRING LOKAL Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) adalah sistem kliring transfer antar bank yang penyelesaiannya dilakukan pada waktu tertentu. Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp2,3 triliun, mengalami penurunan (12,3% (yoy)) dibanding triwulan sebelumnya yang juga menurun 10,7% (yoy). (GRAFIK 5.2). Sejalan dengan nilai kliring, volume kliring juga mengalami penurunan sebesar 11,1% (yoy), yaitu menjadi lembar. Dari sisi jumlah lembar warkat dan nilai cek dan BG kosong terjadi kenaikan (0,3%(yoy)) menjadi lembar warkat dan 37,3% (yoy)) menjadi Rp71,0 miliar. Grafik dibawah ini adalah hasil edit Triwulan III Grafik 5.2. Perkembangan Transaksi Kliring NO TANGGAL KEGIATAN SOSIALISASI April 2016 Sosialisasi Ciri Keaslian Rupiah dalam rangkaian kegiatan Kampanye Keuangan Inklusif kepada Guru-guru SD, SMP dan SMA di Ruang Pola Kantor Bupati Tanjung Jabung Timur April 2016 Sosialisasi Ciri Keaslian Rupiah dalam rangkaian kegiatan Kampanye Keuangan Inklusif kepada Mahasiswa dan Dosen di Ruang Pertemuan STKIP YPM Bangko April 2016 Sosialisasi Ciri Keaslian Rupiah dalam rangkaian kegiatan Kampanye Keuangan Inklusif kepada Mahasiswa dan Dosen di Ruang Pertemuan Universitas Muaro Bungo April 2016 Sosialisasi Ciri Keaslian Rupiah dalam rangkaian kegiatan Kampanye Keuangan Inklusif kepada Guru-guru SD, SMP dan SMA di Ruang Pola Kantor Bupati Muaro Bungo April 2016 Sosialisasi Ciri Keaslian Rupiah dan Kewajiban penggunaan uang Rupiah di wilayah NKRI dalam rangkaian Sosialisasi dan Evaluasi Kerjasama antara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi dengan Kepolisian Daerah Jambi Mei 2016 Sosialisasi Ciri Keaslian Rupiah dalam rangkaian kegiatan Kampanye Keuangan Inklusif kepada Mahasiswa dan Dosen di Ruang Pertemuan STIE Sakti Alam Kerinci Mei 2016 Sosialisasi Ciri Keaslian Rupiah dalam rangkaian kegiatan Kampanye Keuangan Inklusif kepada Guru-guru SD, SMP dan SMA di Ruang Pola Kantor Walikota Sungai Penuh Juni 2016 Sosialisasi Ciri Keaslian Rupiah kepada seluruh pegawai Adira Dinamuka Multi Finance, Tbk Kota Jambi Juni 2016 Sosialisasi Ciri Keaslian Rupiah, GNNT dan Kebanksentralan kepada seluruh mahasiswa penerima beasiswa BI (GenBI) Juni 2016 Sosialisasi Ciri Keaslian Rupiah dan Kewajiban penggunaan uang Rupiah di wilayah NKRI di Mesjid Kabupaten Batanghari dalam rangkaian kegiatan Safari Ramadhan MUI Jambi Juni 2016 Sosialisasi Ciri Keaslian Rupiah dan Kewajiban penggunaan uang Rupiah di wilayah NKRI di Mesjid Kabupaten Tanjab Timur dalam rangkaian kegiatan Safari Ramadhan MUI Jambi Juni 2016 Sosialisasi Ciri Keaslian Rupiah dan Kewajiban penggunaan uang Rupiah di wilayah NKRI di Mesjid Kabupaten Tanjab Barat dalam rangkaian kegiatan Safari Ramadhan MUI Jambi Juni 2016 Sosialisasi Ciri-Ciri Keaslian Rupiah dan Kewajiban penggunaan uang Rupiah di wilayah NKRI di Mesjid Seberang Kota Jambi dalam rangkaian kegiatan Safari Ramadhan MUI Jambi Juni 2016 Sosialisasi Ciri Keaslian Rupiah dan Kewajiban penggunaan uang Rupiah di wilayah NKRI di Mesjid Sengeti Kab. Muara Jambi dalam rangkaian kegiatan Safari Ramadhan MUI Jambi. Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Juni 2016 Sosialisasi Ciri Keaslian Rupiah dan Kebanksentralan dalam kegiatan Pesantren Ramadhan Siswa SMU Se-Prov. Jambi di Hotel Shang Ratu Kota Jambi Juli 2016 Sosialisasi Ciri Keaslian Rupiah dalam rangkaian kegiatan kampanye keuangan inklusif kepada guru-guru SD, SMP dan SMA di aula Dinas Pendidikan Kota Jambi Okt 2016 Sosialisasi Ciri Keaslian Rupiah dan sosialisasi tanggap bencana banjir kepada penduduk di desa Muaro Pijoan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 63

78 5.3. ELEKTRONIFIKASI Untuk menyukseskan Gerakan Nasional Non Tunai yang dicanangkan sejak 14 Agustus 2014, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi terus berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat menggunakan sarana pembayaran non tunai dalam melakukan transaksi keuangan melalui dorongan implementasi elektronifikasi. Elektronifikasi adalah suatu upaya untuk mengubah transaksi masyarakat yang semula dilakukan secara manual menjadi elektronik, dari metode pembayaran secara tunai menjadi non tunai, serta pelaku transaksi keuangan yang sebelumnya bersifat eksklusif menjadi inklusif. Elektronifikasi adalah suatu upaya untuk mengubah transaksi masyarakat yang semula dilakukan secara manual menjadi elektronik, dari metode pembayaran secara tunai menjadi non tunai, serta pelaku transaksi keuangan yang sebelumnya bersifat eksklusif menjadi inklusif. Program ini dilakukan sebagai upaya mewujudkan sistem pembayaran yang efisien, aman dan andal dengan tetap menjunjung tinggi aspek perlindungan konsumen, serta memperluas akses keuangan masyarakat. Elektronifikasi membuka akses masyarakat untuk terhubung dengan layanan keuangan serta mendekatkan lembaga keuangan kepada masyarakat hingga ke daerah terpencil (remote area). Salah satu upaya elektronifikasi adalah peningkatan agen layanan keuangan digital (LKD) yang dikelola oleh 2 bank umum yaitu PT Bank Mandiri (Persero), Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk dimana jumlah LKD sampai dengan September 2016 adalah LKD atau meningkat dibandingkan posisi Juni 2016 (1.474 agen LKD). Upaya elektronifikasi di Provinsi Jambi selama tahun 2015 dan 2016 diantaranya yaitu: 1. Upaya tahun 2015 yaitu: a. Survei identifikasi potensi daerah dalam rangka implementasi LKD di Provinsi Jambi (kerjasama KPw BI Jambi dengan Lembaga Demografi FE UI) dan hasil survei ini telah didiseminasikan kepada Bank Umum di Provinsi Jambi dan Dinas dari Pemda terkait pada tanggal 25 Agustus b. Penyusunan komitmen bersama (MoU) dengan Pemerintah Provinsi Jambi terkait dengan transksi non tunai pada tanggal 10 Oktober c. Transaksi pembayaran uang kuliah tunggal (UKT) dan pembayaran gaji pegawai di lingkungan di Universitas Jambi telah dilakukan secara non tunai. d. Kampanye Keuangan Inklusif berupa Training of Trainer (ToT) terhadap dunia pendidikan melalui Kepala Sekolah dan Guru di 6 kab/kota di Provinsi Jambi. 2. Upaya tahun 2016 yaitu: a. Koordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jambi terkait rencana implementasi pembayaran gaji PNS secara payroll melalui: Focus Group Discussion (FGD) pembahasan Perjanjian Kerjasama Elektronifikasi Pembayaran Gaji PNS Secara Payroll di Lingkup Pemerintah Provinsi Jambi pada 12 Mei Penandatanganan Perjanjian Kerjasama Peningkatan Elektronifikasi Pembayaran Gaji PNS di Lingkup Pemerintah Provinsi Jambi pada tanggal 27 Mei b. Edukasi keuangan berupa: Kampanye Keuangan Inklusif kepada guru SD, SMP dan SMA di: o Kabupaten Muaro Jambi tanggal 31 Maret 2016 o Kabupaten Muaro Bungo tanggal 19 April 2016 o Kabupaten Tanjung Jabung Timur tanggal 6 April 2016 o Kota Sungai Penuh tanggal 11 Mei 2016 o Kota Jambi tanggal 28 Juli 2016 Bank Indonesia Goes To Campus kepada mahasiswa di: o STIE Graha Karya Muara Bulian tanggal 29 Maret 2016 o STKIP YPM Bangko tanggal 7 April 2016 o Universitas Muaro Bungo tanggal 18 April 2016 o STIE Sakti Alam Kerinci tanggal 10 Mei KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

79 BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 65

80 Pada bulan Agustus 2016, jumlah angkatan kerja di Provinsi Jambi mengalami peningkatan sebesar 71,4 ribu orang menjadi 1,69 juta orang dibandingkan Agustus 2015 (1,62 juta orang). Mulai membaiknya pertumbuhan perekonomian Jambi berimbas terhadap peningkatan jumlah penduduk yang bekerja yaitu dari 1,55 juta orang di Agustus 2015 menjadi 1,62 juta orang di Agustus Sejalan dengan hal tersebut jumlah pengangguran juga mengalami penurunan dari 70,3 ribu orang pada Agustus 2015 menjadi 67,7 ribu orang pada Agustus 2016 sehingga tingkat pengangguran terbuka turun menjadi 4,00% dari sebelumnya 4,34% pada Agustus Nilai Tukar Petani (NTP) pada bulan laporan mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu menjadi 99,30 dari 99,17 pada triwulan lalu yang disebabkan naiknya indeks yang diterima petani (1,68%) lebih besar dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani (1,55%) seiring dengan cukup terjaganya tingkat inflasi pada triwulan III KETENAGAKERJAAN DAERAH Berdasarkan data ketenagakerjaan terbaru yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, angkatan kerja pada Agustus 2016 adalah sebesar 1,69 juta orang atau bertambah 71,4 ribu orang dibandingkan Agustus 2015 dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 67,54% sedikit meningkat bila dibandingkan TPAK Agustus 2015 (66,14%) (TABEL 6.1). Seiring dengan mulai relatif membaiknya perekonomian di provinsi Jambi dibandingkan triwulan sebelumnya, meningkatnya jumlah angkatan kerja tersebut diikuti oleh naiknya jumlah orang yang bekerja sebanyak 71,4 ribu orang atau meningkat sebesar 4,4% (yoy), dan menurunnya pengangguran sebanyak 2,6 ribu orang atau turun sebesar 3,7% (yoy) sehingga tingkat pengangguran terbuka menurun dari Agustus 2015 sebesar 4,34% menjadi 4,00% pada Agustus Meningkatnya angkatan kerja pada triwulan laporan disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk usia kerja yang berasal dari lulusan perguruan tinggi, akademi dan sekolah-sekolah yang ada di provinsi Jambi. Jumlah pekerja penuh mengalami peningkatan yang signifikan menjadi 1.03 juta orang pada Agustus 2016 dari sebelumnya 893,5 ribu orang pada Agustus Sementara pekerja tidak penuh menurun dari 656,9 ribu orang pada Agustus 2015 menjadi 597,0 ribu orang pada Agustus Berdasarkan jenis lapangan pekerjaan, penyerapan tenaga kerja di provinsi Jambi masih didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebagai sumber utama pertumbuhan perekonomian Jambi.Penyerapan tenaga kerja pada sektor ini menurun bila dibandingkan Agustus 2015 sebesar 18,80 ribu orang atau menurun 2,29%, yaitu dari 819,5 ribu orang pada Agustus 2015 menjadi 800,7 ribu orang di Agustus 2016 (TABEL 6.2). Namun demikian, jika dibandingkan dengan Februari 2016, tenaga kerja sektor pertanian mengalami peningkatan tenaga kerja yaitu sebesar 40,10 ribu orang atau sebesar 5,27% dari 760,6 ribu orang pada Februari 2016 menjadi 800,7 ribu orang pada Agustus Berdasarkan hasil liaison peningkatan jumlah tenaga kerja sektor pertanian pada triwulan III-2016 dibandingkan triwulan sebelumnya didasarkan pada peningkatan subsektor tenaga kerja perkebunan khususnya pada bidang pemeliharaan tanaman. Tabel 6.1. Jumlah Partisipasi Angkatan Kerja (ribu orang) Jenis Kegiatan Utama AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS 1 Angkatan Kerja 1.570, , , , ,2 - Bekerja 1.491, , , , ,5 - Penganggur 79,8 46,2 70,3 79,0 67,7 2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 65,59 69,92 66,14 68,53 67,54 3 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 5,08 2,73 4,34 4,66 4,00 4 Pekerja penuh 812,6 932,6 893,5 908, ,5 5 Pekerja tidak penuh 678,4 713,6 656,9 708,4 597,0 Setengah penganggur 143,6 191,5 155,9 208,6 146,7 Paruh waktu 534,8 522,1 501,0 499,8 450,3 Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 66

81 Tabel 6.2. Pekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama (ribu orang) Lapangan Pekerjaaan Utama AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS Pertanian 736,2 821,1 819,5 760,6 800,7 Industri 52,5 90,1 62,0 57,0 71,5 Konstruksi 61,8 82,1 65,0 83,3 88,4 Perdagangan 251,8 276,5 261,6 283,5 291,5 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 55,5 55,1 55,0 75,0 57,1 Keuangan 25,4 19,2 21,3 25,5 25,7 Jasa Kemasyarakatan 269,6 250,5 236,8 281,5 241,0 Lainnya ***) 38,2 51,6 29,1 50,8 48,6 TOTAL 1.491, , , , ,5 Sumber: BPS Provinsi Jambi ***) Lapangan pekerjaan utama/sektor lainnya terdiri dari: sektor pertambangan, listrik, gas dan air Selain pada sektor pertanian, peningkatan jumlah tenaga kerja pada triwulan laporan juga berasal dari peningkatan tenaga kerja sektor konstruksi dengan share sebesar 5,44%, yaitu dari 65,0 ribu orang pada Agustus 2015 menjadi 88,4 ribu orang pada Agustus 2016, atau mengalami pertumbuhan sebesar 36,00% (yoy). Selanjutnya sektor jasa keuangan juga mengalami peningkatan tenaga kerja dari 21,3 ribu orang pada Agustus 2015 menjadi 25,7 ribu orang pada Agustus 2016 atau meningkat sebesar 20,66%, sejalan dengan pertumbuhan sektor jasa keuangan dan asuransi pada triwulan III-2016 yang mampu tumbuh sebesar 9,58% (yoy). Sementara sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor menyerap tenaga kerja sebanyak 291,5 ribu orang pada Agustus 2016 meningkat dibandingkan Agustus 2015 yang hanya sebesar 261,6 ribu orang atau meningkat sebesar 11,43% (yoy), peningkatan jumlah tenaga kerja tersebut sejalan dengan pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor pada triwulan III-2016 yang mampu tumbuh relatif tinggi yaitu 8,22% (yoy). Peningkatan pekerja sektor perdagangan ini disebabkan oleh mulai dibukanya beberapa pusat perdagangan baru khususnya sektor retail (Supermarket dan Gerai Mini Market) di provinsi Jambi. Selain sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, sektor yang mengalami kenaikan jumlah tenaga kerja adalah sektor industri. Sektor industri mengalami pertumbuhan tenaga kerja yang relatif besar dengan share 4,40%, dan mampu menyerap tenaga kerja sebesar 71,5 ribu orang pada Agustus 2016, meningkat sebesar 9,50 ribu orang dibandingkan Agustus 2015 (62,0 ribu orang) atau tumbuh sebesar 15,32% (yoy). Kenaikan tenaga kerja sektor industri diduga disebabkan oleh mulai membaiknya sisi produksi kegiatan usaha perusahaanperusahaan industri di provinsi Jambi, seperti perusahaan yang berbasis komoditi unggulan seperti karet dan CPO, selain itu mulai beroperasinya pabrik industri pengolahan minyak makan kelapa sawit di daerah Tanjung Jabung Barat turut mendukung pertumbuhan tenaga kerja sektor tersebut. Berdasarkan status pekerjaan utama, sebagian besar pekerja bekerja sebagai buruh/karyawan yaitu sebanyak 548,9 ribu orang dengan share sebesar 33,79%, menurun 5,35% (yoy) dibandingkan Agustus 2015 sebesar 579,9 ribu orang. Sedangkan pekerja dengan status berusaha dibantu buruh tetap mengalami kenaikan sebesar 5,7 ribu orang atau meningkat sebesar 9,31% dari 61,2 ribu orang pada Agustus 2015 menjadi 66,9 ribu orang pada Agustus Sedangkan pekerja yang berusaha sendiri sebanyak 336,7 ribu orang pada Agustus 2016 meningkat dibandingkan Agustus 2015 yang hanya sebesar 324,4 ribu orang atau meningkat 3,79% (yoy). Serta pekerja berusaha dibantu buruh tidak tetap sebanyak 289,1 ribu orang pada Agustus 2016 mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 29,12% dari Agustus 2015 yang hanya sebesar 223,9 ribu orang. Selain itu, peningkatan juga terjadi pada pekerja keluarga/tak dibayar yaitu sebanyak 273,1 ribu orang pada Agustus 2016 meningkat dibandingkan Agustus 2015 yang hanya sebesar 230,6 ribu orang atau tumbuh sebesar 42,50% (yoy). Peningkatan yang terjadi pada status pekerja tersebut utamanya disebabkan oleh membaiknya sektor perdagangan. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 67

82 Meningkatnya jumlah pekerja di bulan laporan utamanya disebabkan oleh meningkatnya pekerja dengan status pekerja berusaha dibantu buruh tidak tetap, dan pekerja berusaha sendiri serta pekerja keluarga pada pada golongan sektor sektor informal yang mengalami peningkatan relatif besar, yang juga tercermin pada meningkatnya jumlah pekerja sektor perdagangan dan jasa kemasyarakatan pada triwulan laporan. Peningkatan jumlah pekerja sektor pedagangan tersebut sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan PDRB sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor yang mampu tumbuh sebesar 8,22% (yoy) Sementara pada sektor formal yang tercermin pada pekerja berusaha dibantu buruh tetap, dan pekerja buruh/karyawan relatif mengalami penurunan (TABEL 6.3). Komposisi angkatan kerja yang sebagian melakukan peralihan pekerjaan dari sektor formal yang cenderung lebih produktif ke sektor informal yang jauh lebih rendah dari sisi penciptaan output dan nilai tambah serta dari sisi penghasilan membawa implikasi negatif bagi pertumbuhan provinsi Jambi dan juga kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan tidak akan optimal karena ditopang oleh sektor informal. Tingkat pendapatan masyarakat yang bekerja pada sektor informal tersebut juga cenderung lebih rendah sehingga akhirnya akan berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat KESEJAHTERAAN PETANI Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi. Pada bulan September 2016, NTP sebesar 99,30 atau naik 0,13 bps Tabel 6.3. Pekerja Berdasarkan Status Pada Lapangan Pekerjaan Utama Status Pekerjaaan Utama AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS A Pekerja Formal 1 Berusaha dibantu buruh tetap 61,9 69,8 61,2 64,4 66,9 2 Buruh / karyawan 496,3 662,7 579,9 612,4 548,9 Total Pekerja Formal 558,2 732,5 641,1 676,8 615,8 B Pekerja Informal 1 Berusaha Sendiri 319,9 329,3 324,4 329,7 336,7 2 Berusaha dibantu buruh tidak tetap 263,2 231,5 223,9 260,1 289,1 3 Pekerja bebas 99,3 99,1 130,4 118,4 109,8 4 Pekerja keluarga / tak dibayar 250,5 253,7 230,6 232,2 273,1 Total Pekerja Informal 932,9 913,6 909,3 940,4 1008,7 TOTAL 1.491, , , , ,5 Sumber: BPS Provinsi Jambi dibandingkan Juni 2016 sebesar 99,17% (TABEL 7.4). Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani (1,68%) lebih besar dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani (1,55%) seiring dengan cukup terjaganya tingkat inflasi pada triwulan III-2016 yaitu sebesar 3,93% (yoy). Kenaikan NTP di bulan September dibandingkan Juni 2016 didorong kenaikan NTP petani hortikultura dan peternakan. Sedangkan NTP petani tanaman pangan, perkebunan rakyat dan perikanan mengalami penurunan. NTP petani hortikultura meningkat menjadi 95,10 dibandingkan triwulan sebelumnya 93,30. Kenaikan NTP ini disebabkan oleh naiknya harga produk hortikultura seperti cabe merah, cabe hijau, kentang serta tanaman obat pada triwulan laporan. NTP petani peternakan meningkat menjadi 101,41 dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 100,12. Kenaikan NTP petani peternakan dipicu oleh membaiknya harga ternak besar, ternak kecil dan unggas selama periode laporan yang didorong oleh cukup tingginya permintaan di saat perayaan hari besar keagamaan yang memicu tingginya harga. Sementara NTP petani tanaman pangan mengalami penurunan, menjadi 99,40 dibandingkan triwulan sebelumnya (100,71). Penurunan NTP petani tanaman pangan dipicu oleh kenaikan harga yang diterima relatif kecil dibandingkan kenaikan biaya produksi. NTP perkebunan rakyat juga mengalami penurunan menjadi 99,74 dibandingkan triwulan sebelumnya 99,93. Penurunan NTP perkebunan rakyat disebabkan oleh kenaikan harga tinggi lebih disebabkan tingginya KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 68

83 indeks yang dibayar petani yang tidak sebanding dengan pendapatan yang diterima. Penurunan indeks ini sebagai dampak dari masih belum membaiknya harga produk unggulan provinsi Jambi di pasaran dunia, seperti komoditi Karet dan Sawit. Untuk mendorong perbaikan harga khususnya komoditi karet, pemerintah masih memperpanjang skema pembatasan kuota ekspor karet yang disepakati dari yang direncanakan hingga bulan Agustus 2016 diperpanjang menjadi Desember 2016 (Agreed Export Tonnage Scheme) untuk mendongkrak harga karet dunia. Penurunan NTP juga terjadi pada NTP petani perikanan. Nilai tukar petani perikanan mengalami penurunan menjadi 102,06 dibandingkan triwulan sebelumnya 102,64. Penurunan NTP perikanan terutama terjadi pada NTP petani pembudidaya perikanan, seperti petani budidaya ikan Nila dan Patin yang disebabkan oleh kenaikan harga yang diterima relatif lebih kecil dibandingkan kenaikan biaya produksi yangrelatif semakin tinggi seperti biaya pakan. KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK Tabel 6.4. Nilai Tukar Petani (NTP) per Sub Sektor (2012 = 100) Des Des Apr Mei Jun Jul Agust Sep PERUBAHAN (%) (Jun ke Sept 2016 ) 1 Tanaman Pangan a Indeks Diterima Petani 114,47 124,88 120,66 122,86 124,33 124,09 124,84 124,98 0,52 b Indeks Dibayar Petani 120,87 122,83 122,86 122,87 123,45 124,62 124,96 125,74 1,86 Nilai Tukar Petani (NTP-P) 94,71 101,67 98,21 99,99 100,71 99,57 99,90 99,40-1,31 2 Hortikultura a Indeks Diterima Petani 113,11 116,76 113,56 113,45 113,61 115,77 115,83 117,57 3,49 b Indeks Dibayar Petani 120,18 121,87 121,14 121,17 121,77 122,70 123,00 123,63 1,53 Nilai Tukar Petani (NTP-H) 94,11 95,81 93,74 93,63 93,30 94,35 94,17 95,10 1,93 3 Tanaman Perkebunan Rakyat a Indeks Diterima Petani 113,29 112,50 121,97 123,55 122,68 121,45 120,90 124,36 1,37 b Indeks Dibayar Petani 121,10 122,23 122,18 122,29 122,77 123,80 124,16 124,69 1,56 Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 94,31 92,04 99,83 101,03 99,93 98,10 97,37 99,74-0,19 4 Peternakan a Indeks Diterima Petani 112,92 117,35 117,61 118,13 119,01 118,80 120,07 122,04 2,55 b Indeks Dibayar Petani 115,11 117,58 118,28 118,61 118,99 119,54 119,93 120,34 1,13 Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 98,10 99,80 99,43 99,60 100,02 99,38 100,12 101,41 1,40 5 Perikanan a Indeks Diterima Petani 118,18 120,41 121,08 122,28 122,78 124,30 123,22 124,08 1,06 b Indeks Dibayar Petani 118,78 120,73 119,36 119,29 119,62 120,53 120,95 121,58 1,64 Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 99,50 99,73 101,44 102,51 102,64 103,13 101,88 102,06-0,57 PROVINSI JAMBI a INDEKS YANG DITERIMA (It) 113,57 116,34 119,79 121,06 121,07 120,76 120,80 123,10 1,68 b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) 119,47 121,54 121,47 121,58 122,08 123,04 123,39 123,97 1,55 c NILAI TUKAR PETANI (NTPp) 95,06 95,72 98,62 99,57 99,17 98,15 97,90 99,30 0,13 Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah) Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jambi (melalui Bulog Divre Jambi) untuk mensukseskan program pemerintah dalam hal penanggulangan kemiskinan yaitu secara rutin membagikan beras untuk keluarga sejahtera (rastra) kepada masyarakat yang berhak. Pada triwulan laporan, penyaluran rastra mencapai sebesar ton, meningkat bila dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (7.259 ton atau 34,18% (yoy). Namun relatif menurun 40,46% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar ton (GRAFIK 6.1). Menurunnya penyaluran rastra selama triwulan III-2016 disebabkan relatif tingginya penyaluran rastra di triwulan II-2016, tertinggi dalam 3 tahun terakhir, sehingga realisasi triwulan III-2016 relatif menjadi lebih rendah. Namun demikian secara umum penyaluran rastra triwulan III-2016 relatif semakin baik. Grafik 6.1. Sumber: Bulog Divre Jambi (diolah) Penyaluran Rastra di Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 69

84 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally left blank 70 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

85 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 71

86 Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2016 secara Nina yang berdampak negatif bagi produksi pertanian keseluruhan diperkirakan akan berada pada kisaran 3,61% - 4,01%, sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun 2015 (4,21%). Pertumbuhan ekonomi tahun 2016 secara keseluruhan masih disumbangkan oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan pemerintah serta pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) yang bersumber dari meningkatnya kinerja sektor pertanian tanaman pangan dan perkebunan, pengeluaran rutin dan dan dampak politik di luar negeri terutama Amerika Serikat bagi iklim investasi di Provinsi Jambi. Inflasi Provinsi Jambi pada triwulan IV-2016 atau tahun 2016 secara keseluruhan diperkirakan berada pada kisaran 4,56% - 4,96% (yoy), meningkat dibandingkan inflasi triwulan IV-2016 ( 3,92% ) dan mendekati batas atas target inflasi nasional 2016 pada kisaran 4 ±1%. Kenaikan inflasi tahun 2016 utamanya disebabkan rendahnya basis inflasi 2015 dan proyeksi kenaikan investasi pemerintah pada tahun Namun harga pangan. Inflasi Kota Jambi pada triwulan IV-2016 demikian, melemahnya pertumbuhan ekspor pada semester pertama di tahun 2016 menjadi downside factor yang menahan pertumbuhan ekonomi Jambi pada tahun atau tahun 2016 secara keseluruhan diperkirakan pada kisaran 4,69% - 5,09%(yoy), meningkat dibandingkan realisasi inflasi tahun 2015 (1,37%). Sementara itu, inflasi Bungo pada akhir tahun 2016 diperkirakan berada pada kisaran 3,90% - 4,30%(yoy), meningkat Sementara pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada dibandingkan realisasi tahun 2015 (1,29%(yoy)). triwulan I-2017 diperkirakan mengalami peningkatan pada kisaran 3,92% - 4,32%(yoy), sedikit lebih tinggi Pada triwulan I-2017 mendatang inflasi Jambi dibandingkan realisasi triwulan III-2016 (4,03%(yoy)) tetapi sedikit lebih rendah dibandingkan proyeksi diperkirakan berada pada kisaran 4,23% - 4,73% (yoy), lebih rendah dibandingkan akhir tahun 2016 seiring triwulan IV-2016 pada kisaran 3,98% - 4,38%(yoy). meningkatnya produksi tanaman pangan dan hortikultura seperti cabai merah dan bawang merah Berdasarkan sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong penurunan harga komoditas Provinsi Jambi pada triwulan I-2017 masih akan tersebut di pasar. Sementara itu, inflasi tahun 2017 disumbangkan oleh pertumbuhan sektor-sektor utama secara keseluruhan diperkirakan pada kisaran 3,94% - seperti sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, 4,34%, sedikit lebih rendah dibandingkan proyeksi sektor industri pengolahan, sektor perdagangan besar, inflasi Provinsi Jambi pada tahun 2016 (4,56% - 4,96%). eceran, reparasi mobil dan sepeda motor. Sektor lain yang diperkirakan berkontribusi pada triwulan I-2017 Ke depan, beberapa potensi risiko yang dapat adalah sektor transportasi dan pergudangan. Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga dan ekspor menyebabkan tekanan inflasi yang lebih tinggi dari prakiraan (upside risk) antara lain potensi La Nina yang diperkirakan masih akan menjadi sumber utama mengganggu produksi dan melemahnya ekspektasi pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan I konsumen seiring masih rendahnya daya beli petani Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2017 secara karet berpotensi menahan laju inflasi (downside risk). keseluruhan diperkirakan berada pada kisaran 3,85% - 4,25%, lebih baik dibandingkan proyeksi pertumbuhan 7.1. PERTUMBUHAN EKONOMI ekonomi tahun 2016 (3,61% - 4,01%). Meningkatnya pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran didorong Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2016 diperkirakan berada pada kisaran 3,70% - 4,10%, sedikit lebih oleh meningkatnya pertumbuhan ekspor sedangan dari rendah dibandingkan pertumbuhan tahun 2015 sisi lapangan usaha didorong oleh sektor pertanian, (4,21%). Penurunan pertumbuhan diperkirakan kehutanan dan perikanan, industri pengolahan dan disebabkan oleh penurunan ekspor yang cukup perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan signifikan akibat masih berlanjutnya pelemahan harga sepeda motor seiring kenaikan kinerja pertanian komoditas unggulan Jambi seperti karet dan minyak dan tanaman pangan dan perkebunan. gas bumi. Sementara itu dari sisi lapangan usaha, proyeksi menurunnya pertumbuhan ekonomi pada Potensi risiko baik yang bersifat upside risk terhadap tahun 2016 disebabkan proyeksi penurunan pertumbuhan ekonomi seperti potensi penurunan suku pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan dan bunga sebagai dampak melambatnya sektor keuangan dan dampak kebijakan tax amnesty maupun yang bersifat downside risk seperti menguatnya potensi La perikanan terutama pada sub sektor perkebunan karet dan kelapa sawit. Masih lemahnya harga karet dan masa trek yang terjadi selama awal tahun 2016 membuat KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 72

87 produksi komoditas tersebut mengalami penurunan. Hal tersebut juga berdampak pada proyeksi penurunan pertumbuhan sektor perdagangan besar, eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor yang disebabkan menurunnya daya beli petani dan masyarakat akibat penurunan kinerja sektor pertanian. Sementara itu, pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan I-2017 mendatang diperkirakan berada pada kisaran 3,92% - 4,32%(yoy). Menurut sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan I-2017 akan disumbangkan oleh: 1. Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan seiring prediksi hasil produksi pertanian hasil panen padi triwulan I-2017, meningkatnya produktivitas kelapa sawit pada awal tahun 2016 dan masih tingginya permintaan CPO global akibat rendahnya stok selama tahun Namun demikian, prospek komoditas karet diperkirakan belum mengalami peningkatan seiring proyeksi masih rendahnya harga minyak global. 2. Sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor juga diperkirakan tumbuh seiring meningkatnya kinerja sub sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan, industri makanan minuman dan pengolahan CPO. Berdasarkan hasil survei konsumen (SK) Bank Indonesia Jambi pada bulan Oktober 2016, indeks kegiatan usaha hingga 6 bulan ke depan tercatat Hal tersebut mengindikasikan konsumen masih cukup optimis dalam memandang kondisi dunia usaha hingga 6 bulan mendatang. 3. Sektor industri pengolahan diperkirakan tumbuh terutama pengolahan kelapa sawit seiring kenaikan produksi kelapa sawit dan meningkatnya permintaan ekspor CPO. Sub sektor industri pengolahan makanan dan minuman juga diperkirakan tumbuh seiring meningkatnya produksi tanaman pangan pada triwulan I Sektor lain yang diperkirakan tumbuh dan berkontribusi terhadap perekonomian Jambi adalah sektor jasa keuangan dan sektor akomodasi dan penyediaan makan minum seiring proyeksi membaiknya harga komoditas. Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan I-2017 seiring proyeksi panen raya padi dan meningkatnya produksi dan masih tingginya harga komoditas kelapa sawit. Peningkatan produksi di sektor pertanian juga akan mendorong ekspor ke luar daerah dan luar negeri yang bersumber dari produk pertanian. Konsumsi pemerintah juga diperkirakan mengalami kenaikan pertumbuhan. Realisasi belanja pemerintah pada dua triwulan awal tahun 2017 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di tahun 2016 seiring inovasi-inovasi dan kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah untuk mempercepat realisasi anggaran tidak hanya terfokus pada triwulan III dan IV. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2017 secara keseluruhan diperkirakan berada pada kisaran 3,85% - 4,25%, lebih baik dibandingkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2016 (3,61% - 4,01%). Meningkatnya pertumbuhan ekonomi utamanya disebabkan meningkatnya ekspor seiring kondisi cuaca yang mendukung produksi pertanian (padi, kelapa sawit dan karet). Dari sisi lapangan usaha, meningkatnya sektor pertanian tanaman pangan dan perkebunan akan mendorong kinerja sektor industri pengolahan dan berdampak tidak langsung pada sektor perdagangan dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor. Beberapa hal yang dapat mendorong realisasi pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibandingkan proyeksi (upside risk) adalah: 1. Potensi penurunan suku bunga hingga akhir tahun 2016 yang akan berdampak pada menurunnya ekspektasi inflasi dan penurunan biaya dana yang diperkirakan akan menurunkan biaya produksi barang dan jasa. 2. Dampak kebijakan tax amnesty yang dapat mendorong investasi pemerintah dan swasta di Jambi. Disamping upside risk, perlu diwaspadai juga risiko yang bersifat downside risk seperti anomali cuaca yang dapat mengakibatkan gagal panen tanaman bahan makanan pada Triwulan IV-2016 dan Triwulan I Risiko lain yang mungkin timbul adalah dampak kebijakan politik dan ekonomi luar negeri negara lain seperti Amerika Serikat yang dapat berpengaruh pada tingkat investasi di Provinsi Jambi. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 73

88 7.2. PROYEKSI INFLASI Grafik 7.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Periode Tahun 2013 s.d serta Perkiraan Agustus s.d Desember 2016 Catatan: Inflasi Agustus - September 2016 adalah angka perkiraan dengan deviasi 0,5% Inflasi Provinsi Jambi pada Triwulan IV-2016 atau tahun 2016 secara keseluruhan diperkirakan berada pada kisaran 4,56% - 4,96% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi tahun 2015 (1,37%). Kenaikan inflasi pada akhir tahun 2016 utamanya disebabkan rendahnya basis inflasi pada tahun 2015 dan proyeksi tingginya inflasi beberapa komoditas pangan seperti cabai merah dan bawang merah pada akhir tahun Inflasi Kota Jambi pada triwulan IV-2016 atau tahun 2016 secara keseluruhan diperkirakan pada kisaran 4,69% - 5,09%(yoy), meningkat dibandingkan realisasi inflasi tahun 2015 (1,37%). Sementara itu, inflasi Bungo pada akhir tahun 2016 diperkirakan berada pada kisaran 3,90% - 4,30%(yoy), meningkat dibandingkan realisasi tahun 2015 (1,29%(yoy)). Inflasi Provinsi Jambi pada Triwulan I-2017 mendatang diperkirakan berada pada kisaran 4,23% - 4,73% (yoy), menurun dibandingkan proyeksi inflasi Triwulan IV-2016 atau tahun 2016 secara keseluruhan sebesar 4,69% - 5,09%(yoy). Kenaikan inflasi pada awal tahun 2017 utamanya disebabkan proyeksi penurunan harga bahan pangan seperti cabai merah dan bawang merah seiring masa panen yang diprediksi terjadi pada Triwulan I Sementara itu, inflasi tahun 2017 secara keseluruhan diperkirakan masih akan terjaga sesuai target pemerintah 4% (+/- 1%) yaitu pada kisaran 3,94% - 4,34%, sedikit lebih rendah dibandingkan proyeksi inflasi Provinsi Jambi pada tahun 2016 (4,56% - 4,96%). Inflasi pada tahun 2017 diperkirakan disumbangkan oleh kenaikan tarif angkutan udara, kenaikan harga tarif tenaga listrik (TTL), kenaikan harga rokok dan kenaikan harga pangan seperti cabai merah dan bawang merah. Disamping itu, beberapa komoditas inti seperti biaya sewa rumah dan biaya sekolah. Grafik 7.2. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2013 s.d serta Perkiraan Agustus s.d Desember 2016 Catatan: Inflasi Agustus - September 2016 adalah angka perkiraan dengan deviasi 0,5% Ke depan, beberapa potensi risiko yang dapat menyebabkan tekanan inflasi yang lebih tinggi dari prakiraan (upside risk) antara lain: 1. Anomali cuaca yang dapat mengganggu hasil panen. 2. Potensi pelemahan kurs rupiah yang merupakan dampak politik di luar negeri dapat mendorong inflasi inti. Sementara itu, potensi penurunan suku bunga, melemahnya ekspektasi konsumen dan masih rendahnya daya beli petani karet menjadi downside risk yang dapat menahan laju konsumsi masyarakat terutama daya beli petani. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 74

89 7.3. REKOMENDASI KEBIJAKAN Menyikapi kondisi ekonomi dan inflasi terkini serta potensi risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan inflasi, Pemerintah perlu memperhatikan beberapa hal berikut: Akselerasi pertumbuhan ekonomi daerah: 1. Percepatan pembangunan ekonomi daerah dalam jangka pendek melalui: a. Percepatan realisasi anggaran modal pemerintah untuk pembangunan infrastruktur (jalan, jembatan, saluran irigasi dan pelabuhan) dalam rangka mendorong konektivitas dan perdagangan antar daerah. b. Mendorong realisasi anggaran belanja operasi daerah untuk meningkatkan daya beli masyarakat. c. Intervensi pemerintah untuk mendorong kinerja perkebunan karet melalui penciptaan pasar domestik, perluasan pasar ekspor, peraturan pemanfaatan karet lokal untuk industri dan restrukturisasi kredit/pembiayaan di sektor perkebunan karet. d. Perumusan mapping potensi perekonomian desa dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan dana transfer pemerintah pusat (dana desa) dan dana bantuan pemerintah provinsi dengan mempertimbangkan: i. Potensi komoditas unggulan desa seperti pemanfaatan unsmoked sheet dalam pengolahan hasil karet. ii. Pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat desa dan kota terdekat seperti bantuan budidaya sayuran, bumbu-bumbuan, ternak ayam dan telur, kolam perikanan dll. iii. Pemerintah Daerah sebaiknya mulai menyusun petunjuk teknis dan pelaksanaan (guidance) manajemen proyek untuk disosialisasikan kepada desa dalam rangka pemanfaatan dan pertanggungjawaban dana transfer ke desa. e. Mendorong investasi dan penciptaan aktivitas ekonomi baru melalui: i. Meminimalisir hambatan investasi (peraturan/perizinan, pajak/retribusi, infrastruktur). ii. Insentif bagi investor dan pelaku usaha/wirausaha baru seperti relaksasi pajak/retribusi, penyediaan tata ruang, bantuan permodalan, bantuan promosi, penyediaan SDM yang unggul melalui kerjasama dengan SMK dan perguruan tinggi. iii. Insentif khusus bagi calon investor yang membangun industri hilir penunjang komoditas unggulan di Jambi. 2. Meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk pertanian, perkebunan dan kehutanan melalui. a. Program revitalisasi/replanting tanaman kelapa sawit dan karet rakyat; b. Program edukasi kepada petani dalam rangka pemanfaatan tanaman dan lahan serta penggunaan teknologi tepat guna; c. Menggalakkan penertiban praktek karet kotor; d. Membangun jaringan kelembagaan petani dengan industri pengolahan untuk mengurangi rantai perdagangan yang tidak sehat; e. Sosialisasi dan penguatan kelembagaan pasar komoditas (pasar lelang spot dan forward untuk tanaman perkebunan dan pasar agribisnis untuk tanaman hortikultura). KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 75

90 f. Membangun pusat informasi harga karet dan komoditas utama lainnya yang mudah diakses sampai ke level petani. g. Mengembangkan industri karet yang terintegrasi meliputi industri inti, penunjang, dan industri terkait lainnya dengan memberikan kemudahan izin, pembiayaan, dan pengembangan; Menyikapi pengendalian inflasi: Pemerintah perlu memperhatikan proyeksi kenaikan inflasi selama triwulan mendatang serta potensi risiko yang perlu diwaspadai dengan: 1. Pengamanan stok bahan pokok melalui sidak dan pemantauan rutin serta mendorong pelaku usaha untuk bekerjasama dengan daerah pemasok kebutuhann 2. Pengamanan produksi di sektor hulu mengantisipasi potensi La Nina. 3. Penguatan TPID sebagai forum untuk mematangkan konsep dan koordinasi pelaksanaan program kerja pengendalian inflasi antar SKPD. 4. Pengembangan database TPID mencakup kondisi surplus defisit komoditas pangan daerah, pengawasan arus keluar masuk barang, perkembangan stok dan pemantauan harga. 5. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat terkait program kerja TPID dan himbauan-himbauan menyangkut pengendalian inflasi di Jambi. 76 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

91 LAMPIRAN KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 77

92 Produk Domestik Regional Bruto Seri 2010 Atas Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) Produk Domestik Regional Bruto Seri 2010 Atas Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) Produk Domestik Regional Bruto Seri 2010 Atas Harga Berlaku Menurut Penggunaan (Juta Rupiah) Produk Domestik Regional Bruto Seri 2010 Atas Harga Konstan Menurut Penggunaan (Juta Rupiah) Sumber : BPS Provinsi Jambi Keterangan: * Angka sementara ** Angka sangat sementara 78 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NOVEMBER 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH NOVEMBER 216 (Kajian Triwulan III-216) VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi DKI Jakarta. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi DKI Jakarta. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi DKI Jakarta Triwulan I 2016 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel di regional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank. K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental. NOVEMBER 2017 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... xi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xiii Ringkasan Eksekutif... xvii Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

... V... VII... XIII... XIII... XIII... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku... 5 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 7 1.3. PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Mei - 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA MEI 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

Periode Februari 2018

Periode Februari 2018 i Periode Februari 2018 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally left blank ii Periode Februari 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN II 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1%

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% SURVEI PERBANKAN Y jg brg dia TRIWULAN I-2015 PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN III 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2013 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN

Lebih terperinci