KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I Kantor Bank Indonesia Jambi

2 Halaman ini sengaja dikosongkan

3 K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-nya sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Jambi triwulan I-2010 dapat diselesaikan dengan baik. KER merupakan salah satu terbitan periodik Bank Indonesia Jambi sebagai sarana untuk membangun komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun stakeholders eksternal. Dengan demikian, para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat memperoleh masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi daerah. KER mencakup beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, inflasi daerah, perbankan, keuangan daerah, sistem pembayaran, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan. Publikasi ini juga memuat perkiraan ekonomi dan inflasi daerah. Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, perekonomian Jambi pada triwulan I masih menunjukkan pertumbuhan namun mengalami perlambatan dibandingkan triwulan IV Dari sisi harga, laju inflasi Kota Jambi (y-o-y) mengalami peningkatan selama periode triwulan laporan. Perkembangan perbankan dari sisi aset dan penghimpunan dana mengalami penurunan namun penyaluran kredit masih menunjukkan pertumbuhan. Menurunnya penghimpunan DPK menyebabkan meningkatnya Loan to deposits ratio (LDR) perbankan menjadi 84,59%. Sementara itu, kualitas kredit terus menunjukkan perbaikan, ditunjukkan oleh menurunnya angka Non Performing Loan (NPL) menjadi 2,36%. Pembenahan sektor riil secara terus menerus diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan terutama dalam rangka meningkatkan investasi. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan yang akan datang bergantung pada peningkatan konsumsi rumah tangga. Dalam penyusunan KER triwulan I-2010 ini, kami banyak memperoleh support dari dinas-dinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas KER ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk kemakmuran masyarakat Jambi. Jambi, April 2010

4 Halaman ini sengaja dikosongkan

5 DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii Ringkasan Eksekutif... 1 BAB I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional... 5 A. Umum... 5 B. PDRB Sisi Produksi... 7 C. PDRB Sisi Pengeluaran Boks 1 : Menata dan Memperkuat Perbankan Indonesia, Menyongsong Pemulihan Ekonomi Dunia BAB II. Perkembangan Harga-Harga A. Kajian Umum B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Boks 2 : Inflasi Kota Jambi dan Proyeksi Inflasi Tahun 2010 BAB III. Perkembangan Perbankan Daerah A. Perkembangan Kelembagaan B. Bank Umum C. Bank Perkreditan Rakyat BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah A. Anggaran Pendapatan Tahun B. Anggaran Belanja Tahun C. Realisasi Pendapatan Daerah Tahun D. Realisasi Belanja Derah Tahun E. Keuangan Pemerintah Daerah BAB V Perkembangan Sistem Pembayaran A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai BAB VI Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan A. Keternagakerjaan Daerah B. Kesejahteraan C. Kemiskinanan BAB VII Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah A. Pertumbuhan Ekonomi B. Proyeksi Inflasi Lampiran Daftar Istilah i

6 DAFTAR TABEL 1.1 Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi Penggunaan Perkembangan Inflasi Kota Jambi Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Tahunan (y-o-y) serta tahunan Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa Sumbangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan I Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Bank Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum Provinsi Jambi Realisasi APBD Provinsi Jambi Tahun Pendapatan APBD Provinsi Jambi Tahun Belanja APBD Provinsi Jami tahun Perkembangan Sistem Pembayaran Provinsi Jambi Perkembangan Transaksi RTGS Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100) Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha 79 ii

7 DAFTAR GRAFIK 1.1 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q) Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan I Tahun Luas Tanam Sektor Tabama triwulan IV Tahun Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan I Tahun Luas Panen Sektor Tabama Trwulan IV Tahun Luas Panen Sektor Tabama Triwulan I Tahun Perkembangan harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura dan Sub Sektor Tanaman Perkebunan (%) Pertumbuhan Indikator Produksi Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan (%) Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi Distribusi Jenis Pupuk Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi Lifting Minyak Bumi Pertumbuhan Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian Gol. C (%) Volume Penjualan Minyak Bakar dan Minyak Diesel Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri Perkembangan Indeks Produksi Industri Karet, CPO, Makanan dan dan Minuman Perkembangan Indeks Produksi Industri Barang dari Semen, Kayu dan Batu Bata Perkembangan Total Pemakaian Listrik Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen Perkembangan Sub Sektor Angkutan Udara dan Jumlah Konsumsi Avtur Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang Perkembangan Total Arus Peti Kemas Perkembangan Total Arus Barang Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran Terhadap Pertumbuhan (q-t-q) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan I tahun Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan iii

8 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Konsumsi Listrik Rumah Tangga Perkembangan Penjualan Premium Perkembangan Penjualan Solar Perkembangan Penjualan Minyak Tanah Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi Konsumsi Semen Provinsi Jambi Pangsa Ekspor Provinsi Jambi triwulan I Pangsa Impor Provinsi Jambi triwulan I Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi Perkembangan Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual Perkembangan Inflasi Kota Jambi Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota Sekitarnya Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng Perkembangan Harga Tepung Terigu Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang Perkembangan Harga Jagung Perkembangan Harga Daging Perkembangan Harga Beras Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional i Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per kabupaten/kota di Provinsi Jambi Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi APBD Provinsi Jambi Perkembangan Belanja per Dinas Distribusi Belanja APBD Provinsi Jambi 61 iv

9 4.4 Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah di Provinsi Jambi Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi Perkembangan Nominal Perkembangan Volume Kliring Jumlah Pencari Kerja dan Pertumbuhannya di Provinsi Jambi Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi Jambi Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran Perkembangan Harga Beras Perkembangan Harga Tepung Terigu Perkembangan Harga Minyak Goreng Perkembangan Harga Komoditas Lainnya Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan Ekspektasi Penghasilan Rencana Konsumsi dalam 6-12 Bulan yang akan datang Saldo Bersih Ekspektasi Harga dalam 6-12 bulan yang akan datang Perkembangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi Periode Tahun 2006 s.d Maret 2010 serta Perkiraan April s.d Juni Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Periode Tahun 2006 s.d Maret 2010 serta Perkiraan April s.d Juni v

10 Halaman ini sengaja dikosongkan

11 a. Inflasi dan PDRB INDIKATOR Trw.III Trw.IV TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I MAKRO Indeks Harga Konsumen Kota Jambi Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi PDRB - Harga Konstan (Juta Rp) 1) 3,898,058 3,943,926 3,965,750 4,027,901 4,111,755 4,166,853 4,201,156 - Pertanian 1,182,053 1,205,603 1,235,488 1,243,970 1,256,515 1,262,809 1,279,436 - Pertambangan dan Penggalian 504, , , , , , ,083 - Industri Pengolahan 522, , , , , , ,557 - Listrik, Gas, dan Air Bersih 28,722 30,424 30,707 32,763 32,581 32,595 32,862 - Bangunan 180, , , , , , ,493 - Perdagangan Hotel dan Restoran 643, , , , , , ,880 - Pengangkutan dan Komunikasi 300, , , , , , ,032 - Keuangan, Persewaan dan Jasa 197, , , , , , ,652 - Jasa 337, , , , , , ,161 Nilai Ekspor Non Migas (USD ribu) 2) 311, , , , , , ,768 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 665, , , , , , ,719 Nilai Impor Nonmigas (USD Ribu) 3) 29,826 21,592 24,146 23,329 17,661 21,486 18,155 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 27,115 18,243 10,204 25,710 31,770 27,136,920 20,519,738 Catatan 1) Angka sementara tahun dasar 2000 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH 2) Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang berdasarkan SITC 2 digit yang berlaku.data Trw.I s.d Februari ) Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2 digit yang berlaku data Trw.I-2010

12 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH b. Perbankan INDIKATOR TAHUN 2009 TAHUN 2010 Tw.I-09 Tw.II-09 Tw.III-09 Tw.IV-09 Tw.I-10 PERBANKAN A. Bank Umum 1) : a. Bank Umum Konvensional: Total Aset (Rp Juta) 11,980,624 12,658,318 12,819,920 13,758,932 13,580,333 DPK(Rp Juta) 10,080,116 10,349,880 9,998,588 10,597,374 10,533,026 - Tabungan 2,325,515 4,909,160 5,002,675 5,904, Giro 4,610,190 2,373,677 2,047,600 1,929, Deposito 3,144,411 3,067,043 2,948,313 2,763, Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek 2) 10,235,363 11,066,183 11,450,631 11,835,042 11,626,744 - Modal Kerja 3,664,993 3,953,360 4,475,510 4,570, Konsumsi 3,988,832 4,201,873 4,275,718 4,388, Investasi 2,581,538 2,910,950 2,699,403 2,876, Dana 10,256,857 10,460,659 10,200,831 10,269,077 9,952,250 - LDR Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang 7,431,265 8,037,073 8,406,361 8,622,182 8,698,459 - Modal Kerja 2,796,879 3,042,475 3,237,796 3,379,032 2,604,545 - Konsumsi 3,244,468 3,545,072 3,577,231 3,549,838 1,538,550 - Investasi 1,389,918 1,449,526 1,591,334 1,693,312 4,555,364 - LDR (%) b. Bank Umum Syariah: Total Aset (Rp Juta) 353, , , , ,464 DPK(Rp Juta) 201, , , , ,477 - Tabungan 103, , , , ,172 - Giro 50,230 48,821 53,782 54,778 54,778 - Deposito 47,361 55,398 61,596 59, Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang 316, , , , ,375 - Modal Kerja , , , Konsumsi ,545 85,803 91, Investasi ,395 77,934 74, LDR B. BPR : Total Aset (Rp Juta) 217, , , , ,144 DPK (Rp Juta) 162, , ,803 49, ,402 - Tabungan (Rp Juta) 31,554 31,739 31,919 33,749 36,852 - Deposito (Rp Juta) 131, , ,884 15, ,550 Kredit (Rp Juta) 165, , , , ,507 - Modal Kerja 43,295 46,089 45,878 45,895 49,358 - Konsumsi 94,338 96, , , ,887 - Investasi 27,881 29,529 29,593 28,391 28,262 Kredit UMKM (Rp Juta) 165, , , , ,507 Rasio NPL Gross (%) NPL Gross (Nominal) 13,668 14,022 15,184 14,454 14,136 - PPAP 4,707 4,373 4,607 4,757 7,677 Rasio NPL Net (%) LDR (%) Catatan : Data s.d Bulan Februari ) Sumber: SEKDA Provinsi Jambi Edisi Maret 2010 Bab II.16

13 RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI Perekonomian Provinsi Jambi triwulan I ditandai tumbuhnya laju pertumbuhan ekonomi sebesar 0,82% (q-t-q)... Pada triwulan I- 2010, Provinsi jambi mengalami inflasi sebesar 3,79% (y-o-y)... I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Perekonomian Provinsi Jambi pada triwulan I-2010 menunjukkan pertumbuhan sebesar 0,82% (q-t-q), menurun dibandingkan dengan triwulan IV-2009 yang mencapai 1,34% (q-t-q). Namun demikian secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi meningkat yaitu sebesar 5,94% (y-o-y) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,57%. Pada triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi secara triwulanan (q-t-q) dipicu oleh sektor pertanian serta perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Ditinjau dari sisi pengeluaran, peningkatan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan laporan terutama berasal dari meningkatnya pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi swasta. Meningkatnya konsumsi swasta seiring dengan masa tutup buku anggaran yang biasanya pada bulan Februari-April II. Perkembangan Harga-Harga Inflasi Kota Jambi pada triwulan I-2010 mencapai 1,53% (q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan IV-2009 yang mengalami inflasi sebesar 0,58% (q-t-q). Pergerakan inflasi yang tercatat di bulan Januari, Februari dan Maret 2010 masing-masing sebesar 1,95%(m-t-m), minus 0,36%(m-t-m) dan minus 0,05%(m-t-m). Sementara itu, secara tahunan inflasi Kota Jambi menunjukkan peningkatan yaitu dari 2,49% (y-o-y) pada Desember 2009 menjadi 3,79% (y-o-y). Inflasi tahunan Kota Jambi ini lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 3,43%. Inflasi yang terjadi di Kota Jambi pada triwulan laporan berasal dari meningkatnya laju inflasi dari kelompok bahan makanan diikuti dengan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Meningkatnya harga sub kelompok sayur-sayuran dan sub kelompok daging dan hasilhasilnya selama periode triwulan laporan memberikan sumbangan inflasi pada kelompok bahan makanan. Sementara itu, meningkatnya sub 1

14 RINGKASAN EKSEKUTIF kelompok makanan jadi, memicu inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. III. Perkembangan Perbankan Daerah Kinerja perbankan pada triwulan I-2010 menunjukkan penurunan dari sisi aset dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) namun penyaluran kredit masih menunjukkan pertumbuhan. Menurunnya penghimpunan DPK menyebabkan meningkatnya Loan to deposits ratio (LDR) perbankan menjadi 84,59%. Sementara itu, kualitas kredit terus menunjukkan perbaikan, ditunjukkan oleh menurunnya angka Non Performing Loan (NPL) menjadi 2,36%. Outstanding kredit bank umum meningkat sebesar 0,08% sehingga menjadi sebesar Rp9,12 triliun sementara DPK turun sebesar 0,52%. Aset perbankan pada triwulan laporan sebesar Rp14,05 triliun. IV. Perkembangan Keuangan Daerah APBD Provinsi Jambi (tidak termasuk anggaran pemerintah kota dan kabupaten) tahun 2010 sebesar Rp1,50 triliun, turun 7,14% dari APBD tahun lalu yang sebesar Rp 1,62 triliun. Dari sisi anggaran pendapatan, jumlah anggaran pendapatan daerah Provinsi Jambi tahun 2010 sebesar Rp1,30 triliun atau meningkat 3,82% dibandingkan anggaran pendapatan tahun 2009 yang sebesar Rp1,26 triliun. 1 Dari kondisi tersebut, jumlah defisit anggaran selama tahun 2010 diperkirakan sebesar Rp200,00 miliar yang akan dibiayai dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya. Sementara, simpanan pemerintah daerah di perbankan Jambi di awal tahun ini meningkat 97,13% menjadi Rp1,33 triliun. 2 Kinerja perbankan menurun ditandai dengan menurunnya jumlah aset dan penghimpunan dana namun kualitas kredit menunjukkan perbaikan... APBD Provinsi Jambi Tahun 2010 sebesar Rp1,50 triliun... 1 APBD Provinsi Jambi tahun 2010 ini disahkan tanggal 5 Oktober Posisi bulan Februari 2010 dibandingkan dengan Desember

15 Di bidang sistem pembayaran, aktivitas pembayaran tunai maupun non tunai melalui kliring mengalami penurunan... NTP Provinsi Jambi meningkat... Laju pertumbuhan PDRB triwulan II-2010 diperkirakan berkisar 5,30-6,30% (y-o-y)... RINGKASAN EKSEKUTIF V. Perkembangan Sistem Pembayaran Aktivitas pembayaran tunai dan serta pembayaran non tunai melalui kliring di Jambi mengalami penurunan. Pada triwulan laporan, nilai transaksi kliring turun sebesar 5,16%. Sementara itu, aliran kas keluar menurun sejumlah Rp809,04 miliar sedangkan kas masuk menurun sebesar Rp170,50 miliar. Namun demikian secara total aliran kas keluar masih lebih besar dari aliran kas masuk sehingga pembayaran tunai di Jambi menunjukkan net outflow. VI. Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Pada periode triwulan laporan, hasil survei ekspektasi konsumen (SEK) menunjukkan bahwa nilai saldo kondisi pengangguran serta ekspektasi masyarakat terhadap kondisi pengangguran masih berada pada level pesimis. Sementara, jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang pendidikan pada triwulan laporan menurun signifikan sebesar 70,41% jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (posisi bulan Februari 2010) mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya (posisi Desember 2009). Upah minimum Provinsi (UMP) Jambi pada tahun 2010 meningkat sebesar 12,50% dari sebesar Rp ,00 pada tahun 2009 menjadi Rp ,00 (tahun 2010). Sementara itu, rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup layak (KHL) pada triwulan I tahun 2010 menurun sebesar 1454 bps jika dibandingkan triwulan IV tahun VII. Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah Laju pertumbuhan kuartalan (q-t-q) PDRB Provinsi Jambi pada triwulan II diperkirakan masih mampu tumbuh positif dibandingkan triwulan I Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan mendatang diperkirakan pada kisaran 5,3-6,3% (y-o-y). Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pemerintah diperkirakan menjadi kontributor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi masih dominan oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta jasa-jasa. 3

16 RINGKASAN EKSEKUTIF Perkembangan harga-harga pada triwulan mendatang diperkirakan akan lebih tinggi dibanding triwulan laporan (q-t-q). Dengan demikian, inflasi tahunan (y-o-y) diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan laporan. Inflasi Kota Jambi pada Triwulan II-2010 diperkirakan sebesar 5,00%- 6,00%/y-o-y (skenario optimis) atau sebesar 6,00%-7,00%/y-o-y (skenario pesimis) Faktor-faktor yang berpotensi akan memberikan tekanan inflasi selama triwulan mendatang antara lain: 1) Tingginya perputaran uang di masyarakat dalam menjelang Pilkada Gubernur Jambi bulan Juni 2010, 2.) Masa tahun ajaran baru direspon oleh institusi pendidikan dengan meningkatkan biaya pendidikan, 3.) Meningkatnya tarif dasar listrik sebesar 15% di bulan Juni diperkirakan akan meningkatkan angka inflasi Jambi sebesar 0,50% secara langsung 4.) Kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa, serta 5) Potensi kenaikan harga minyak mentah dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahanbahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar internasional. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan memacu meningkatnya angka inflasi pada periode triwulan II Laju inflasi triwulan II diperkirakan berkisar 5,00-7,0% (y-o-y)... 4

17 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL A. Umum Perkembangan perekonomian Jambi pada triwulan I-2010 masih menunjukkan pertumbuhan walaupun melambat dibandingkan triwulan IV Pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan laporan 0,82% (q-t-q) menurun dibandingkan triwulan IV-2009 yang mencapai 1,34% (q-t-q). Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q) Rp miliar 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Nominal (aksis kiri) Pertumbuhan (aksis kanan) Persen Pada awal tahun, konsumsi masyarakat masih terbatas sementara konsumsi pemerintah cenderung mengalami penurunan. Dari sisi produksi, tingginya intensitas hujan cukup menghambat aktivitas ekonomi. Kondisi inilah yang memicu terbatasnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan. Pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan laporan dipicu oleh meningkatnya sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Musim panen sejak bulan Februari lalu memicu meningkatnya produksi pertanian terutama tanaman bahan makanan. Sementara itu meningkatnya aktivitas 5

18 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL perdagangan baik perdagangan besar maupun eceran memicu pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Perkembangan dari sisi permintaan ditunjukkan oleh masih tumbuhnya konsumsi masyarakat serta terakselerasinya konsumsi swasta. Meningkatnya konsumsi swasta seiring dengan berakhirnya masa tutup buku anggaran pada triwulan laporan. Grafik 1.2. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) % Indonesia Jambi Sumber: BPS (diolah) ^): Perkiraan berdasarkan Laporan Kebijakan Moneter (LKM) triwulan IV-2009 oleh Bank Indonesiaonesia Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q1V- 06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q1V- 07 Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q1V- 08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q1V- 09 Q1-010 Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi meningkat menjadi sebesar 5,94% (y-o-y) dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar 5,65%. Pertumbuhan ekonomi Jambi juga masih lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional yang pada triwulan I-2010 diperkirakan berkisar 5,70% Sumber : Laporan Kebijakan Moneter (LKM) triwulan IV-2009, Bank Indonesia.

19 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Tabel 1.1. Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi Penggunaan LAPANGAN USAHA 2008* 2009** 2010*** I II III IV I II iii IV I Pertanian Pertambangan dan Penggalian (0.27) (8.33) (0.45) 0.23 Industri Pengolahan (0.44) Listrik, Air dan Gas (3.81) (0.56) Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran (0.26) Pengangkutan dan Komunikasi 0.45 (0.40) Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan (0.70) Jasa-Jasa PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO JENIS PENGELUARAN 2008* 2009** 2010*** I II III IV I II iii IV I Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga (1.22) Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.86) (1.32) Lembaga Swasta Nirlaba Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (4.51) (4.97) Perubahan Stok (2.66) Ekspor Impor PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO B. PDRB Sisi Produksi Perkembangan PDRB Provinsi Jambi menunjukkan bahwa sektor-sektor yang masih memberikan kontribusi cukup besar adalah sektor pertanian, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran (lihat grafik 1.3). Kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan disumbangkan oleh sektor pertanian sebesar 0,40% (q-tq), diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (0,17%/q-t-q). Dari sisi distribusinya (share), pada periode triwulan laporan menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar yaitu 41,60% dari jumlah PDRB Provinsi Jambi, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) 39,48% dan sektor sekunder sebesar 18,92%. Grafik 1.3. Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q) Jasa-Jasa Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan Pengangkutan dan Komunikasi Perdagangan, Hotel dan Restoran bangunan Trw I-10 Trw IV-09 Listrik, Air dan Gas Industri Pengolahan Pertambangan dan Penggalian (0.05) Pertanian (0.40) (0.30) (0.20) (0.10)

20 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp11,68 triliun yang secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian sebesar 25,82%, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 19,57%, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15,27%. Dengan demikian, struktur ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.4). Grafik 1.4. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan I Tahun 2010 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5.20% Pengangkutan dan Komunikasi 6.93% Jasa-jasa 10.05% Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 25.82% Perdagangan, Hotel dan restauran 15.27% Bangunan 4.72% Industri Pengolahan Listrik dan Air bersih 11.63% 0.81% Pertambangan dan Penggalian 19.57% 1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pada triwulan laporan, sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan tumbuh sebesar 1,32% (q-t-q), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 0,50% (q-t-q). Peningkatan laju pertumbuhan sektor ini berasal dari meningkatnya produksi tanaman bahan makanan. 8

21 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.5 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan IV tahun 2009 (ha) Grafik 1.6 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan I tahun 2010 (ha) 2, ,388 14,846 3,491 1,925 2, ,196 33,553 Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Grafik 1.5 Grafik 1.6 Grafik 1.7 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan IV tahun 2009 (ha) Grafik 1.8 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan I tahun 2010 (ha) ,071 1,354 1, ,431 22,088 17,416 29,251 4,873 Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai Grafik 1.7 Grafik 1.8 Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2010 Sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) mengalami pertumbuhan menjadi 1,90% (q-t-q) setelah pada triwulan lalu mengalami penurunan sebesar 2,75%. Masuknya musim panen tanaman sejak bulan Februari lalu memicu meningkatnya pertumbuhan nilai tambah sektor tabama. Pada triwulan laporan, luas panen komoditas tanaman bahan makanan (tabama) meningkat sebesar 14,81 Kha menjadi sebesar 51,08 Kha. Peningkatan luas panen tersebut disumbangkan oleh meningkatnya luas panen padi baik padi sawah maupun padi ladang sementara komoditi lainnya seperti jagung, kedelai, kacang-kacangan dan ubi-ubian mengalami penurunan. Sebaliknya, luas tanam komoditi tabama mengalami penurunan yaitu dari 70,70 Kha menjadi 43,21 Kha (grafik 1.5-grafik 1.8). 9

22 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Nilai Tukar Petani (NTP) (s.d. bulan Februari 2010), mengalami sedikit peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. 4 NTP Februari 2010 dibandingkan NTP Desember 2009 meningkat sebesar 0,34% menjadi 95,14. Hal ini dikarenakan peningkatan indeks yang diterima petani (1,86%) lebih tinggi dibandingkan indeks yang dibayarkan yang sebesar 1,53% (lihat grafik 1.12 dan 1.9). Namun demikian, Nilai Tukar Petani yang masih dibawah 100 menunjukkan bahwa pendapatan petani Jambi masih lebih rendah dibanding harga-harga kebutuhan hidup dan biaya bertani. Grafik 1.9. Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi Harga (Rp) 10,000 CPO INTI TBS 10 TAHUN 8,000 6,000 6, , ,000 2, , ,000 1, , Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi Sub sektor perkebunan yang mempunyai share sebesar 11,99% dari PDRB mengalami pertumbuhan positif sebesar 1,15% (q-t-q), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,98% (q-t-q). Melambatnya pertumbuhan sub sektor ini antara lain didukung oleh menurunnya produksi karet dan pinang. Hujan deras yang melanda Jambi di awal tahun ini menghambat aktivitas ekonomi terutama terkait dengan panen hasil perkebunan. Namun demikian, tren peningkatan harga komoditas perkebunan mampu meningkatkan gairah para petani sehingga sektor perkebunan masih mampu 4 Data NTP s.d. bulan Februari NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Sehingga NTP merupakan cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. 10

23 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL tumbuh positif. Harga tandan buah segar (TBS) serta CPO Jambi terus mengalami peningkatan di triwulan laporan. Pada bulan Maret 2010, harga TBS 10 tahun dan CPO masing-masing mencapai Rp1.404/kg dan Rp6.790/kg meningkat masing-masing sebesar 8,76% dan 6,54% dibandingkan posisi Desember (20) (40) Grafik 1.10 Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura dan Sub Sektor Tanaman Perkebunan (%) Grafik 1.11 Pertumbuhan Indikator Produksi, Sub Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan (%) Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 (12.64) (32.56) Produksi Hortikultura Produksi Karet Produksi Kelapa Sawit Produksi Kelapa 130 Produksi Pinang Grafik (20) (40) Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 (1.74) Q1-10 Produksi Telur Produksi Daging Produksi Perikanan Grafik 1.11 Grafik 1.12 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi indeks terima indeks bayar NTP Sumber: BPS Provinsi Jambi,2009. Meningkatnya pertumbuhan sub sektor perkebunan disumbangkan oleh meningkatnya hasil perkebunan kelapa, holtikultura dan kelapa sawit. Berdasarkan data prompt indikator sub sektor perkebunan selama periode triwulan laporan, produksi kelapa meningkat 98,04%, produksi holtikultura meningkat 20,39% dan produksi kelapa sawit meningkat 1,42%. (lihat grafik ) 11

24 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Realisasi penyaluran pupuk dalam menunjang proses produksi sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor tanaman perkebunan pada triwulan laporan sebesar ,3 ton. 5 Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi, penyaluran pupuk bersubsidi sebagian besar didominasi oleh pupuk Urea (62,78%), diikuti oleh pupuk NPK Phonska (18,46%), SP-36 (14,47%), dan ZA (4,29%) TW I TW IV TW III TW II TW I TW IV TW III TW II TW I Grafik Distribusi Jenis Pupuk Grafik Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk (Ton) Ton TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I Persen (%) (20.00) (40.00) SP-36/Superphos ZA NPK PHONSKA Urea Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi Realisasi Pupuk (Ton) Pertumbuhan Realisasi Pupuk Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi Grafik 1.13 Grafik 1.14 Pada triwulan laporan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya tumbuh melambat yaitu sebesar 0,84% (q-t-q) setelah pada triwulan lalu tumbuh sebesar 2,35% (q-t-q). Setelah mengalami peningkatan permintaan hasil ternak saat menjalani Hari Raya Kurban (Idul Adha) pada triwulan lalu, maka produksi peternakan dan hasil-hasilnya kembali stabil di triwulan laporan. Sementara itu sub sektor perikanan mengalami peningkatan sebesar 0,35% (q-t-q) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami penurunan sebesar 0,57% (q-t-q). Sub sektor kehutanan mengalami pertumbuhan sebesar 0,14% (q-t-q), sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,12% (q-t-q). Sub sektor kehutanan yang sempat menjadi primadona bagi pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi mulai menurun kontribusinya semenjak aparat keamanan mulai intensif dalam memberantas penebangan liar (illegal logging). 5 Jenis pupuk bersubsidi yang disalurkan terdiri dari SP-36, ZA, NPK Phonska dan Urea. 12

25 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor perdagangan, hotel dan restoran masih mampu tumbuh sebesar 0,97% (q-t-q); melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 3,12% (q-t-q). Pelambatan ini terutama disebabkan oleh siklus musiman. Periode triwulan IV-2009, sektor PHR mampu tumbuh lebih baik yang didorong oleh aktivitas perdagangan selama Idul Adha 1430 H serta hari Natal dan Tahun Baru. Pada triwulan laporan, sub sektor perdagangan besar dan eceran masih tumbuh sebesar 1,03% (q-t-q) melambat dari triwulan sebelumnya 2,18%/q-t-q). Sub sektor hotel dan sub sektor restoran masing-masing tumbuh sebesar 0,42% (q-t-q) serta 0,39% (q-t-q). Terbatasnya konsumsi masyarakat pada triwulan laporan terutama untuk kebutuhan-kebutuhan yang bersifat sekunder mendorong melambatnya aktivitas perdagangan pada periode triwulan laporan. (%) Persen (20) Grafik Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR Grafik Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis Harga Perdagangan Besar Harga Perdagangan Barang Konstruksi Perdagangan Kendaraan Bermotor Perdagangan Pulsa Tingkat Hunian Hotel Restorasi Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10(2.41) * Perhitungan perdagangan kendaraan bermotor, perdagangan pulsa dan restorasi sejak tahun 2009 Grafik 1.16 KWH (dalam Ribuan) 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - (25.48) (10.43) (7.42) (7.36) (0.46) I II III IV I II III IV I II III IV I Bisnis Sumber: PLN Jambi, 2008 (diolah) Grafik 1.17 Pertumbuhan Bisnis Masih tumbuhnya sektor PHR pada triwulan laporan dikonfirmasi dengan meningkatnya indeks produksi baik sub sektor perdagangan, restorasi dan tingkat hunian hotel. Peningkatan yang cukup signifikan dialami oleh indeks perdagangan pulsa dan indeks restorasi yaitu masing-masing sebesar 32,34% dan 21,21%. (lihat grafik 1.16.). Melambatnya pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran berpengaruh pada menurunnya konsumsi listrik untuk bisinis. Konsumsi listrik Persen (%) (15.75)

26 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL bisnis yang sempat meningkat pada triwulan lalu, saat ini mengalami penurunan sebesar 15,75%. Sektor perdagangan, hotel dan restoran berdasarkan pangsanya didominasi oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran yang mencapai 14,14% terhadap PDRB, diikuti oleh sub sektor restoran dan sub sektor hotel masing-masing sebesar 0,93% dan 0,20%. 3. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian meningkat sebesar 0,23% (q-t-q) jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang turun sebesar 0,45% (q-t-q). Kondisi ini didorong oleh meningkatnya hasil pertambangan migas, non migas dan penggalian masing-masing sebesar 0,18%; 0,14%; 0,69%. Sub sektor pertambangan non migas dan penggalian yang mengalami penurunan pada triwulan lalu kini dapat kembali meningkat. Di sisi lain, pertambangan migas mengalami perlambatan pertumbuhan. Perlambatan produksi migas pada triwulan laporan diperkiraan akibat menurunnya lifting migas. Grafik PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi Grafik Lifting Minyak Bumi miliar rupiah I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV* I Ribu Barel PDRB sub sektor minyak dan gas bumi Lifting Minyak Bumi Keterangan: *) angka perkiraan Bank Indonesia Jambi untuk bulan Desember Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi dan BPS Provinsi Jambi (diolah) 14

27 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik Lifting Minyak Bumi BBTU 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - Lifting Gas Alam (BBTU), aksis kiri Pertumbuhan, aksis kanan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I* Persen (%) (10.00) (20.00) (30.00) (40.00) Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi. *: Angka proyeksi Bank Indonesia Jambi untuk triwulan I 2010 Meningkatnya hasil produksi penggalian salah satunya dipicu oleh peningkatan produksi bahan galian gol. C. Hal ini dikonfirmasi dari meningkatnya indeks produksi penggalian sebesar 1,39% pada triwulan laporan. Sementara itu perkembangan produksi batu bara relatif belum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Salah satu kendala dalam pengembangan usaha batu bara di Jambi adalah terkait dengan perizinan. Mudahnya proses izin usaha batu bara diharapkan dapat semakin menggalakkan pengembangan sektor ini yang berpotensi meningkatkan pendapatan asli daerah. Grafik Pertumbuhan Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian Gol. C (%) (10) Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 (20) (6.39) (30) Produksi Batubara Produksi Bahan Galian Gol.C 15

28 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 4. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 0,41% (q-t-q), melambat bila dibandingkan angka triwulan sebelumnya 1,99% (q-t-q). Melambatnya pertumbuhan pada sektor ini dipicu oleh melambatnya pertumbuhan baik sub sektor industri migas ataupun tanpa migas yang masing-masing sebesar 0,62% (q-t-q) dan 0,40% (q-t-q). Kilo Liter 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - Grafik Volume Penjualan Minyak Bakar dan Minyak Diesel Grafik Perkembangan Total Pemakaian Listrik sektor industri M. Bakar g.myk. Bakar II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang Grafik (%) (50.0) (100.0) KWH (dalam Ribuan) 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - (1.48) (10.46) (2.21) 4.69 (0.16) (13.99) (3.61) I II III IV I II III IV I II III IV I Industri Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah) Grafik 1.21 Pertumbuhan Industri Melambatnya sub sektor industri migas terlihat dari menurunnya konumsi minyak bakar pada triwulan laporan. Sementara itu, konsumsi listrik sektor industri pada triwulan laporan menunjukkan trend yang serupa yaitu tumbuh melambat sebesar 4,49% Grafik Perkembangan Indeks Produksi Industri Karet, CPO, Makanan dan Minuman Grafik Perkembangan Indeks Produksi Industri Barang dari Semen, Kayu dan Batu Bata - (50) Q3-08 Q4-08 Q1-09 Industri Karet Q Q3-09 Q4-09 Q1-10 Industri CPO (20.88) Industri Makanan Industri Minuman (50) (150) Persen (%) Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Industri Barang dari Semen Industri Batu Bata Industri Barang dari Kayu Grafik 1.22 Grafik 1.23 Melambatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan tanpa migas tercermin dari melambatnya bahkan menurunnya indeks produksi beberapa industri pengolahan di Jambi. Industri CPO yang merupakan salah satu industri unggulan di Jambi mengalami penurunan sebesar 18,64%. Melambatnya hasil 16

29 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL perkebunan kelapa sawit pada triwulan laporan memicu turunnya hasil produksi CPO. Sementara itu industri pengolahan karet mengalami peningkatan walaupun sangat kecil yaitu sebesar 0,18%. Perkembangan industri yang masih cukup baik adalah untuk industri primer seperti industri makanan. 5. Sektor-sektor Lain Sektor listrik, gas, dan air (LGA) bersih tumbuh sebesar 0,82% (q-t-q) pada triwulan laporan atau lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,04% (q-t-q). Meningkatnya pertumbuhan sektor ini berasal dari tumbuhnya sub sektor listrik dan air bersih yaitu masing-masing sebesar 0,86% (q-t-q) dan 0,56% (q-t-q). Jumlah konsumsi listrik pada triwulan laporan mengalami penurunan sebesar 0,05%. Penurunan konsumsi listrik ini dipicu oleh menurunnya konsumsi sektor bisnis sebesar 15,75%. Namun demikian, terus meningkatnya konsumsi listrik untuk sektor lainnya terutama rumah tangga dan lainnya membuat penurunan konsumsi listrik secara total relatif kecil. Grafik Perkembangan Total Pemakaian Listrik Grafik Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik KWH (dalam Ribuan) Persen (%) Pelanggan Persen (%) 250, , , , ,000 50, (0.05) (2.25) (2.64) (1.80) (3.49) I II III IV I II III IV I II III IV I , , , , , ,000 50, I II III IV I II III IV I II III IV I Total Pemakaian Pertumbuhan Total Total Pelanggan Perumbuhan Pelanggan Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah) Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah) Grafik 1.24 Grafik 1.25 Sementara, sub sektor air bersih tumbuh sebesar 0,56% (q-t-q). Konsumsi air bersih melalu PDAM Kota Jambi pada triwulan laporan sebesar 2,63 juta M² menurun sebesar 3,21% dari bulan lalu. Penurunan ini dipicu oleh menurunnya konsumsi air oleh rumah tangga sebesar 3,40%. Namun demikian konsumsi air oleh industri menunjukkan peningkatan sebesar 0,16% sehingga penurunan konsumsi air di kota Jambi relatif masih cukup tinggi. 17

30 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi m 3 900, , , , , , , , , , ,000 Rumah Tangga Industri m 3 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10, Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi, 2009 Sektor bangunan masih menunjukkan pertumbuhan sebesar 0,77% (qt-q) walaupun melambat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan sektor bangunan dikonfirmasi dengan menurunnya konsumsi semen sebesar 3,58%. Hal yang senada juga ditunjukkan oleh indeks industri batu bata yang turun sebesar 18,64% pada triwulan laporan. Grafik Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen 250, , , ,000 50,000 - TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I (10.00) (20.00) (30.00) PDRB sektor Bangunan (juta Rp), aksis kiri Konsumsi Semen (ton), aksis kiri Pert. Konsumsi Semen (%), aksis kanan Pert. PDRB Bangunan (%), aksis kanan Sumber: Asosiasi Semen Indonesia dan BPS Provinsi Jambi (diolah) Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar 0,32% (q-t-q) pada triwulan laporan, melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,33% (q-t-q). Melambatnya pertumbuhan sektor ini terutama berasal melambatya pertumbuhan sub sektor pengangkutan yang tumbuh 0,14% dibandingkan pertumbuhan triwulan lalu yang sebesar 2,33%. 18

31 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pasca hari besar keagamaan (Idul Adha, Tahun Baru Hijriah, Natal) serta tahun baru 2010, aktivitas transportasi masyarakat cenderung mengalami perlambatan. Aktivitas transportasi melalui angkutan darat seperti jasa bus antar kota dalam provinsi (AKDP) maupun antar kota antar provinsi (AKAP) serta penggunaan jasa travel dan sewa mobil tumbuh melambat. Relatif lebih stabilnya demand akan moda transportasi ini menyebabkan moda transportasi ini masih tumbuh dalam triwulan laporan. Sementara itu, sektor angkutan udara mengalami penurunan 0,44% (qt-q). Hal ini tercermin dari jumlah lalu lintas penumpang di Bandar Udara Sultan Thaha masih yang mengalami penurunan untuk kedatangan dan keberangkatan masing-masing 3,36% dan 3,50%. Namun demikian, pada triwulan laporan terdapat penambahan sebuah rute penerbangan baru yaitu Jambi-Kerinci. Adanya penerbangan baru yang melayani dua kali seminggu ini diharapkan dapat semakin mempermudah hubungan dan komunikasi antara Kota Jambi dengan wilayah timur provinsi Jambi. 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - Grafik PDRB Sub Sektor Angkutan Udara dan Jumlah Konsumsi Avtur PDRB sub sektor Angkutan Udara (juta Rp), aksis kiri Konsumsi Avtur (ratusan liter), aksis kiri Pert. Konsumsi Avtur (%), aksis kanan TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IVTW I* (10) (20) (30) Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang dan BPS Provinsi Jambi (diolah) Konsumsi bulan Maret 2010 merupakan angka perkiraan Grafik Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang 19

32 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang Thousands ribu orang Persen (%) (5) 20 (10) - (15) I II III IV I II III IV I II III IV I ton 1, Persen (%) (10) (20) (30) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: PT. Angkasa Pura II Kedatangan Penumpang (aksis kiri) Datang (aksis kanan) Keberangkatan Penumpang (aksis kiri) Berangkat (aksis kanan) Jumlah Bongkar (aksis kiri) Pertumbuhan Bongkar (aksis kana) Sumber: PT.Angkasa Pura II Jumlah Muat (aksis kiri) Pertumbuhan Muat (aksis kanan) Grafik 1.29 Grafik 1.30 Pada triwulan laporan, sub sektor angkutan laut tumbuh sebesar 0,18%. Tumbuhnya sub sektor angkutan tercermin dari meningkatnya arus barang sementara arus peti kemas mengalami penurunan. Total arus barang tercatat sebanyak 1,62 juta ton, meningkat 8,96% dibandingkan triwulan sebelumnya. 6 Sedangkan jumlah arus peti kemas berdasarkan perdagangan di Pelabuhan Tungkal dan Pelabuhan Talang Dukuh sebesar peti kemas, turun 15,35% dibandingkan triwulan sebelumnya. 7 ribu unit Grafik Perkembangan Total Arus Peti Kemas Grafik Perkembangan Total Arus Barang I II III IV I II III IV I II III IV I Jumlah Total Arus Barang Pertumbuhan Sumber: Pelindo Jambi Grafik 1.31 persen(%) ribu unit I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: Pelindo Jambi Jumlah Arus Peti Kemas Grafik 1.32 Pertumbuhan Perkembangan sub sektor telekomunikasi tercermin dari jasa pos dan telekomunikasi serta jasa penunjang komunikasi masing-masing yang mengalami pertumbuhan sebesar 2,18% (q-t-q) dan 1,79% (q-t-q), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,32% (q-t-q) dan 2,07% (q-t-q). persen(%) Total arus barang yang dimaksud terdiri dari impor, ekspor, bongkar dan muat.. 7 Arus Peti kemas diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu: 20, 40 serta diatas 40. Arus barang berdasarkan perdagangan yaitu impor, ekspor, bongkar dan muat. 20

33 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Sektor keuangan, persewaan, dan jasa-jasa perusahaan tumbuh sebesar 0,75% (q-t-q) pada triwulan laporan atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,93% (q-t-q). Pelambatan tersebut terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan sub sektor bank yang memiliki pangsa cukup besar pada sektor keuangan, persewaan dan jasa-jasa. Sub sektor bank tumbuh melambat sebesar 0,81% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu mencapai 4,54% (q-t-q). Sektor jasa-jasa pada triwulan laporan mengalami perlambatan dengan tumbuh 0,73% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 2,28% (q-t-q). Pelambatan ini dipicu oleh melambatnya semua sub sektor jasa-jasa. Setelah akselerasi realisasi pembangunan di akhir tahun lalu yang dilakukan oleh pemerintah, jasa pemerintahan umum kini mengalami perlambatan dengan tumbuh 0,83% (q-t-q) dari triwulan lalu yang tumbuh 0,73% (q-t-q). C. PDRB Sisi Pengeluaran Ditinjau dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan laporan terutama didorong oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga dan nirlaba. Perdagangan antar daerah dan luar negeri provinsi Jambi yang tercermin dari angka ekspor dan impor mengalami penurunan. Sementara itu lebih tingginya nilai impor (dari luar daerah dan luar negeri) dari pada ekspor (ke luar daerah dan luar negeri) menyebabkan Provinsi Jambi mengalami net impor pada triwulan laporan. 21

34 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran terhadap Pertumbuhan (q-t-q) 8 (1.12) Net Ekspor/Impor 1.55 Perubahan Stok 0.02 Trw I-10 Trw IV-09 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 0.76 Lembaga Swasta Nirlaba Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 0.99 Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga Dari sisi distribusinya (share), konsumsi rumah tangga masih mempunyai pangsa yang paling besar, yaitu mencapai 69,95% dari PDRB Jambi pada triwulan I-2010 (lihat grafik 1.34). Selain itu, pengeluaran konsumsi pemerintah dan PMTDB juga memiliki pangsa yang relatif besar dengan masing-masing sebesar 18,26% dan 16,75%. Sedangkan share perubahan stok sebesar 2,57% dan lembaga swasta nirlaba sebesar 0,65%. Grafik Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan I tahun Lembaga Swasta Nirlaba 0.65% Pengeluaran Konsumsi pemerintah 18.26% Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 16.75% Perubahan Stok 2,57% Net Impor 2.18% Pengeluaran konsumsi rumah tangga 63.95% 8 Yang dimaksud kontribusi net ekspor adalah nilai kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan dikurangkan dengan nilai kontribusi impor terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan. Jika bernilai positif disebut net ekspor, sedangkan jika bernilai negatif disebut net impor. 9 Pangsa (share) net impor sebesar 9,67% merupakan pengurang dari total share PDRB sisi pengeluaran. 22

35 1. Pengeluaran Konsumsi PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan selama triwulan laporan sebesar 0,47% (q-t-q), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,93% (q-t-q). Masih tumbuhnya konsumsi masyarakat terlihat dari masih meningkatnya konsumsi listrik rumah tangga sebesar 1,15%. Hal ini didukung juga dengan meningkatnya indeks keyakinan konsumen (IKK), indeks kondisi ekonomi (IKE) dan indeks ekspektasi konsumen (IEK) dibandingkan triwulan sebelumnya. Indeks Grafik Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Grafik Konsumsi Listrik Rumah Tangga Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Ekspektasi Konsumen I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 1.35 KWH (dalam Ribuan) 140, , ,000 80,000 60, (0.55) 40,000 20, (2.87) (1.94) I II III IV I II III IV I II III IV I Rumah Tangga Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah) Grafik 1.36 Pertumbuhan RT Persen (%) Namun demikian, pelambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan masih ditopang oleh meningkatnya daya beli masyarakat terhadap pembelian kendaraan bermotor. Penjualan kendaraan bermotor pada triwulan laporan meningkat sebesar 8,18% yang didorong oleh meningkatnya penjualan penjualan sedan, jeep dan minibus (118,52%), minibus/combi/micro sebesar 20,59%, penjualan truck/pick up (9,52%), serta penjualan sepeda motor (7,83%). Hal ini mencerminkan bahwa konsumsi masyarakat terhadap kendaraan bermotor terus membaik setelah sempat mengalami penurunan pertumbuhan semenjak semenjak triwulan III-2008 sampai dengan triwulan I Pada periode triwulan laporan, pengeluaran konsumsi pemerintah mengalami penurunan sebesar 1,32% (q-t-q), dari triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh mencapai 5,13% (q-t-q). Pada triwulan laporan, belanja pemerintah belum terealisasi secara optimal dimana realisasi belanja baru yang bersifat administratif. Sementara, pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba tumbuh mencapai 16,98% (q-t-q), jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

36 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL sebesar 1,95% (q-t-q). Masa akhir tahun perusahaan swasta yang berakhir di bulan Februari-April memicu tingginya pengeluaran swasta di triwulan laporan. Grafik Perkembangan Penjualan Premium Grafik Perkembangan Penjualan Solar Grafik Perkembangan Penjualan Minyak Tanah Grafik Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi Grafik Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Grafik Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru Kilo Liter (%) Kilo Liter (%) 90,000 80,000 70,000 60,000 Premium g.premium , ,000 80,000 M. Solar g.m. Solar ,000 40, , ,000 20,000 10,000 - (5.0) 40,000 20,000 (10.0) (20.0) - (10.0) - (30.0) II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang Grafik Grafik Kilo Liter (%) 16 4,000,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 M.Tanah g.m.tanah (5.0) (10.0) (15.0) ,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 - II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I (20.0) 0-2 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV 500, TW I TW II TW III TW IV Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang Grafik Kredit Konsumsi (juta Rp), aksis kanan Pertumbuhan Kredit Konsumsi (%),aksis kiri Grafik unit 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - (14.21) KENDARAAN BERMOTOR (1.58) Pertumbuhan (33.43) (32.52) 3.99 I II III IV I II III IV I II III IV I Persen(%) (10) (20) (30) (40) (50) unit 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - (15.19) SEPEDA MOTOR (1.04) (34.04) (32.73) Pertumbuhan I II III IV I II III IV I II III IV I 7.83 Persen(%) (10) (20) (30) (40) (50) Sumber: Dispenda Provinsi Jambi Sumber: Dispenda Provinsi Jambi Grafik Grafik Investasi Pada triwulan laporan, pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) menurun sebesar 4,97% (qt-q) setelah pada triwulan lalu tumbuh sebesar 4,82% (q-t-q). Tren akselerasi 24

37 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL investasi yang meningkat di akhir tahun kini menunjukkan penurunan di awal tahun ini. Grafik Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru Grafik Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi Grafik Konsumsi Semen Provinsi Jambi unit 1,400 1,200 1, Persen(%) (20) (40) (60) I II III IV I II III IV I II III IV I TRUCK/PICK UP Pertumbuhan Sumber: Dispenda Provinsi Jambi ,000, ,800, ,600, ,400, ,200,000 1,000, , , , ,000 TW TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I II TW III TW IV Kredit Investasi (juta Rp), aksis kanan Pertumbuhan Kredit Investasi (%),aksis kiri Grafik Grafik Ton 60,000 (%) ,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - Konsumsi Semen Pertumbuhan (20.0) (40.0) (60.0) Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI), diolah Grafik Sementara itu, dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) terlihat situasi bisnis masih cukup baik pada triwulan laporan, tercermin dari nilai saldo bersih situasi bisnis dunia usaha sebesar 18,75. Masih relatif baiknya situasi bisnis dunia usaha juga berdampak pada masih tumbuhnya kredit investasi sebesar 5,92% atau sebesar Rp98,94 miliar pada triwulan laporan. Hal ini juga tercermin dari prompt indikator investasi yaitu meningkatnya penjualan kendaraan truck/pick up sebesar 1,76% serta meningkatnya konsumsi semen sebesar 30,86% pada triwulan laporan. Perubahan stok pada triwulan I-2010 mengalami penurunan sebesar 2,66% (q-t-q) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,74% (q-t-q). Sementara, pangsa stok pada triwulan laporan sebesar 2,57%. 25

38 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 3. Perdagangan Eksternal 10 Perkembangan ekspor dan impor Provinsi Jambi (ke/dari luar daerah maupun ke/dari luar negeri) mengalami penurunan. Ekspor provinsi Jambi barang (dari luar provinsi maupun luar negeri) turun 10,12% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,18% (q-t-q). Sementara impor barang (dari luar provinsi maupun luar negeri) mengalami penurunan mencapai 10,56% jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,83% (q-t-q). Pada triwulan laporan, impor Provinsi Jambi mencapai Rp5,51 triliun, lebih tinggi dibandingkan ekspor yang hanya mencapai Rp5,3 triliun 3.1. Ekspor Impor Antar Daerah Dilihat karakteristiknya, ketergantungan Provinsi Jambi dari daerah (provinsi lain) cukuplah besar. Hal ini dapat dilihat dari pangsa impor yang relatif lebih besar dibandingkan ekspor. Sekitar 95,45% impor Provinsi Jambi berasal dari daerah lain, hanya sekitar 4,55% yang berasal dari luar negeri. Sejalan dengan hal tersebut, perkembangan ekspor juga didominasi oleh ekspor ke luar daerah (provinsi lain) yang mencapai 62,54% dari total ekspor Provinsi Jambi. Penurunan ekspor dan impor pada triwulan laporan terutama dipicu dari turunnya ekspor dan impor ke/dari luar daerah (provinsi lain). Ekspor Provinsi Jambi ke luar daerah (provinsi lain) menurun sebesar 12,31% (q-t-q) sementara impor Provinsi Jambi dari daerah (provinsi) lain turun 10,20% (q-t-q). Grafik Pangsa Ekspor Provinsi Jambi triwulan I-2010 Grafik Pangsa Impor Provinsi Jambi triwulan I-2010 Ekspor Luar Negeri 26.45% Impor Luar Negeri 2.33% Ekspor Antar Daerah 73.55% Grafik 1.46 Grafik 1.47 Impor Antar Daerah 97.67% 10 Pembahasan dalam perdagangan eksternal dilihat dari ekspor impor Jambi secara keseluruhan yang dirinci menjadi a) ekspor impor antar daerah serta b) ekspor impor luar negeri berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB) dengan sumber data berasal dari DSM, BI. 26

39 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 3.2. Ekspor Impor Luar Negeri Perkembangan ekspor impor luar negeri Provinsi Jambi masih mengalami perkembangan yang baik. Berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB), ekspor Provinsi Jambi sebesar USD 138,77 juta sedangkan impor sebesar USD 18,15 juta pada triwulan laporan. 11 Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi mengalami net ekspor sebesar USD 120,61 juta, meningkat sebesar 24,86% dibandingkan posisi yang sama periode triwulan sebelumnya yang mencapai USD 96,60 juta. 12 Ekspor Provinsi Jambi masih didominasi oleh komoditas karet dan CPO. 13 Sementara kelompok peralatan mesin dan transport masih mendominasi nilai impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan. Grafik Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi ribu USD 120, ,000 Impor Ekspor Net 80,000 60,000 40,000 20, Sumber: DSM, Bank Indonesia 11 Data s.d. bulan Februari 2010 (Sumber: Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter, Bank Indonesia). 12 Net ekspor yang dimaksud disini adalah net ekspor bulan dibandingkan net ekspor bulan Januari-Februari 2010 dengan Oktober-November Klasifikasi barang menurut Standard International Trading Classification (SITC). 27

40 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi 120,000 Total Ekspor Provinsi Jambi (juta USD) 100,000 80,000 60,000 40,000 20, CRUDE MATERIALS, INEDIBLE ANIMAL & VEGETABLE OILS&FATS LAINNYA Grafik Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi Ribu USD 60,000 50, CRUDE RUBBER 25 - PULP AND WASTE PAPER 42 - FIXED VEGETABLE OILS & FATS 64 - PAPER,PAPERBOARD&MFD THEREOF 32 - COAL, COKE AND BRIQUETTES LAINNYA 40,000 30,000 20,000 10, Pada triwulan laporan (Januari-Februari 2010), ekspor ke luar negeri Provinsi Jambi meningkat sebesar 22,55% dibandingkan periode yang sama triwulan sebelumnya (Oktober-November 2009), yaitu dari USD 100,65 juta menjadi USD 138,77 juta. Berdasarkan komoditasnya, peningkatan ekspor pada triwulan laporan dipicu oleh ekspor karet mentah (crude rubber) sebesar USD 100,65 juta (72,53% dari total ekspor Provinsi Jambi). Membaiknya permintaan karet mentah dan CPO dari negara mitra dagang serta terus meningkatnya harga internasional karet dan CPO memicu peningkatan nilai ekspor Provinsi Jambi. 28

41 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik Perkembangan Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan Ribu USD 25,000 20,000 C. UNITED STATES OF AMERICA SINGAPORE MALAYSIA C. JAPAN C. R.R.C LAINNYA 15,000 10,000 5, Grafik Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% C. UNITED STATES OF AMERICA MALAYSIA C. JAPAN C. R.R.C #REF! LAINNYA Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor tertinggi (Januari-Februari 2010) dicapai oleh komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar USD 100,65 juta atau 72,53% dari total ekspor non migas, sementara nilai ekspor lemak nabati dan minyak (fixed, vegetable oil and fats), serta kertas, kertas karton dan olahannya (paper,paperboard&mfd thereof) masing-masing mencapai USD 17,79 juta (12,82% dari total ekspor non migas), dan USD 5,76 juta (4,15% dari total ekspor non migas). Ekspor non migas lain yang cukup besar kontribusinya adalah komoditas buah-buahan dan sayur-sayuran (fruit and vegetables), serta pulp dan kertas (pulp 29

42 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL and waste paper) yang masing-masing mencapai USD 5,64 juta (4,06%) serta USD 2,31 juta (1,66%). Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi, terlihat bahwa ekspor produk primer masih mendominasi terutama komoditas karet mentah, lemak nabati dan minyak, serta produk buah-buahan dan sayur-sayuran disusul pulp dan kertas. Berdasarkan negara tujuan, ekspor Provinsi Jambi sebagian besar ke negara-negara dikawasan Asia yang hampir setara dengan 60,57% total ekspor Provinsi Jambi. Penyumbang utama ekspor ke negara Asia adalah Singapura yang mencapai USD 26,65 juta (19,20%), diikuti dengan Jepang sebesar USD 17,24 juta (12,42%), dan Malaysia sebesar USD 14,25 juta (12,59%). Sementara ekspor ke negara Amerika Serikat sebesar USD 14,80 juta (13,07%) pada triwulan laporan. Dari sisi impor (Januari-Februari 2010), impor non migas mengalami peningkatan sebesar 9,13% (USD 1,52 juta) jika dibandingkan periode yang sama triwulan sebelumnya (Oktober-November 2009) sehingga menjadi sebesar USD 18,15 juta. Impor migas luar negeri terbesar adalah untuk mesin industri tertentu/khusus (Mach.Special for Partic Inds.) sebesar USD 5,95 juta diikuti oleh mesin dan perlengkapan penghasil daya (power generating machine & equipment) sebesar USD 4,19 juta (23,08% dari total impor Provinsi Jambi), serta besi dan baja (iron and steel) sebesar USD 3,25 juta (17,90%). Peningkatan impor pada triwulan laporan disebabkan oleh meningkatnya sub kelompok mesin industri tertentu/khusus (Mach.Special for Partic Inds.) sebesar USD 4,27 juta (meningkat 252,80%). 30

43 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 25,000 Total Impor Provinsi Jambi 20,000 15,000 10,000 5, MACHINERY & TRANSPORT EQP CHEMICAL LAINNYA Grafik Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi Ribu USD 14,000 12, POWER GENERATING MACH. & EQP 72 - MACH.SPECIAL FOR PARTIC.INDS 74 - GENERAL INDUSTRIAL MACH.&EQP 59 - CHEM.MATERIALS& PRODUCTS,NES LAINNYA 10,000 8,000 6,000 4,000 2, Pangsa impor Provinsi Jambi pada periode triwulan laporan masih didominasi oleh kelompok peralatan mesin dan transport (machinery&transport equipment) yang menguasai 59,76% dari nilai impor. Selain itu, kelompok barang-barang manufaktur juga memberikan kontribusi impor sebesar 24,40% dari total impor Provinsi Jambi dengan komoditas utamanya adalah besi dan baja serta benang tenun, kain tekstil dan hasil-hasilnya masing-masing sebesar USD 3,25 juta dan USD 709,29 ribu. 31

44 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual Ribu USD 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - C. CANADA SINGAPORE MALAYSIA C. HONGKONG C. TAIWAN C. R.R.C Grafik Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% LAINNYA C. R.R.C C. TAIWAN C. HONGKONG MALAYSIA SINGAPORE C. CANADA Berdasarkan negara penjual, impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan terutama berasal dari Hongkong sebesar USD 10,08 juta (55,53%), diikuti dengan Singapura sebesar USD 4,76 juta (26,24%) dari total impor pada triwulan laporan (s.d. bulan Februari) sebesar USD 18,15 juta. 32

45 Boks 1. Analisis Efektivitas APBD dalam Upaya Mempercepat Pembangunan Daerah: Simulasi Menggunakan Tabel Input-Output (IO) Setelah kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal diimplementasikan pada tahun 2001, pelaksanaan pembangunan di daerah memiliki peran yang semakin penting dan bahkan menjadi ujung tombak bagi keberhasilan pembangunan nasional. Perluasan kewenangan daerah dalam merencanakan dan mengalokasikan dana untuk membiayai berbagai kegiatan, memberikan peluang yang lebih besar bagi setiap daerah untuk melaksanakan aktivitas pembangunan sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan mememilih sektor-sektor ekonomi secara lebih selektif sebagai sektor unggulan dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang optimal berbasis potensi sumber daya lokal pada berbagai daerah, secara simultan pada gilirannya akan menghasikan pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara agregat di tingkat nasional. Provinsi Jambi termasuk daerah yang masih berada dalam tahap awal proses pembangunan sehingga pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal merupakan momentum untuk menata fondasi ekonomi melalui pemanfaatan potensi sumberdaya yang dimiliki secara lebih tepat dan berkelanjutan dalam jangka panjang. Pengalaman menunjukkan pengelolaan sumberdaya kehutanan dan pertambangan migas yang dilakukan secara sentralistik ternyata tidak memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat Provinsi Jambi. Selama periode perekonomian daerah ini hanya tumbuh pada tingkat 1,67% per tahun, lebih rendah dari rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Pulau Sumatera sebesar 2,54% (BPS, 1997 dan 2001). Setelah hampir sepuluh tahun perluasan otonomi daerah, percepatan aktivitas perekonomian Provinsi Jambi ternyata belum dapat diwujudkan, padahal potensi sumber daya yang dimilikinya masih cukup besar. Pasca booming industri perkayuan, perekonomian daerah ini sesungguhnya telah mulai menggeliat dengan laju pertumbuhan mencapai 5,59% per tahun pada periode , menempati urutan tertinggi ketiga di Sumatera setelah Provinsi Riau dan Kepulauan Riau (BPS, 2009). Pada tahun 2008 dan 2009 laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi mencapai 7,16% dan 6,37%, lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi nasional, namun capaian laju pertumbuhan tersebut ternyata belum berhasil mengejar ketertingalannya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara signifikan. Tingkat PDRB per kapita Provinsi Jambi masih tergolong sangat rendah hanya sebesar i

46 Rp ,35 pada tahun 2008 berada pada urutan terendah ketiga di Pulau Sumatera setelah Provinsi Bengkulu dan Lampung. Sumber utama pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi masih berasal dari sektor primer. Secara rata-rata, selama periode kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB mencapai lebih dari 30% dengan sumbangan terbesar berasal dari sub sektor perkebunan 13,07%. Peningkatan aktivitas ekplorasi pertambangan migas dan nonmigas dalam beberapa tahun terakhir meningkatkan kontribusinya mencapai 12,78% pada periode yang sama. Pertumbuhan sektor ini bahkan mencapai angka tertinggi sebesar 14,70% pada tahun 2008 menempati urutan kedua setelah sektor keuangan. Sub sektor perkebunan khususnya perkebunan kelapa sawit cenderung padat lahan, sementara sektor pertambangan bersifat enclave sehingga peningkatan nilai tambah kedua aktivitas ekonomi ini tidak menyentuh sebagian besar kehidupan masyarakat. Sub sektor tanaman bahan makanan, peternakan dan perikanan yang potensinya sangat besar dan melibatkan lebih banyak tenaga kerja mulai dari aktivitas budi daya hingga pemasarannya, pemanfaatannya justeru belum diupayakan secara lebih optimal (underutilization). Kondisi Infrastruktur Transportasi Optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya alam di Provinsi Jambi terkendala oleh berbagai faktor, diantaranya adalah keterbatasan infrastruktur pendukung khususnya transportasi. Ketersediaan infrastruktur transportasi seperti jaringan jalan menuju sentra produksi berbagai komoditas unggulan daerah masih sangat terbatas dan kualitasnya pun sangat kurang memadai. Sebagian wilayah sentra produksi tanaman bahan makanan dan perkebunan seperti Jangkat di Kabupaten Merangin dan Renah Pemetik di Kabupaten Kerinci masih terisolasi dengan kondisi infrastruktur jalan yang sangat tidak layak. Pada musim kemarau ruas jalan di kedua wilayah tersebut terputus dan tidak dapat dilalui sama sekali sehingga berbagai produk yang dihasilkan petani tidak memiliki nilai ekonomi. Panjang keseluruhan ruas jalan kabupaten, provinsi dan nasional di Provinsi Jambi pada tahun 2007 mencapai 2.387,08 km. Jenis permukaan jalan beraspal kurang setengah dari total panjang jalan, selebihnya masih berupa jalan berpermukaan kerikil dan tanah. Ruas jalan berpermukaan aspal sebagian besar merupakan jalan nasional dan provinsi, sedangkan ruas jalan yang berpermukaan kerikil dan tanah merupakan jalan kabupaten. Jalan kabupaten berhubungan langsung dengan wilayah- ii

47 Tabel 1. Jenis permukaan jalan dirinci menurut kabupaten di Provinsi Jambi, Tahun 2007 (%) Kabupaten Jenis Permukaan Aspal Kerikil Tanah Kerinci 74,22 8,01 17,77 Merangin 48,97 35,95 15,08 Sarolangun 26,81 40,94 32,24 Tebo 38,29 22,54 39,16 Bungo 41,66 22,17 36,17 Batang Hari 54,78 45,22 - Muaro Jambi 42,70 14,82 42,48 Tanjung Jabung Barat 29,08 30,54 40,38 Tanjung Jabung Timur 17,02 20,96 62,02 Rata-rata 41,29 26,75 31,96 Sumber: Jambi dalam angka 2007 (BPS, 2008) wilayah sentra produksi berbagai jenis produk terutama produk-produk pertanian sehingga kualitasnya yang kurang memadai berdampak langsung terhadap inefisiensi biaya transportasi berbagai input yang diperlukan dan pengangkutan output ke lokasi pasar. Bila dicermati per kabupaten, masih terdapat wilayah yang memiliki jalan berpermukaan aspal kurang dari 20% yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Pada kabupaten ini proporsi jalan berpermukaan tanah lebih separoh dari total panjang jalan. Kabupaten yang memiliki jalan beraspal di atas 50% hanya Kerinci dan Batanghari (Tabel 1). Ketidakmemadaian kualitas infrastruktur jalan dalam lingkungan wilayah Provinsi Jambi juga ditunjukkan oleh kondisinya yang sebagian besar berada dalam keadaan rusak dan rusak berat. Secara rata-rata proporsi jalan yang berada dalam kondisi rusak dan rusak berat mencapai hambir separoh dari total ruas jalan yang ada. Ruas jalan yang benar-benar berada Tabel 2. Kondisi Jalan dirinci per Kabupaten di Provinsi Jambi, Tahun 2007 (%) Kabupaten Baik Sedang Rusak Rsk.Berat Kerinci 27,30 46,20 11,69 14,82 Merangin 32,08 26,26 29,24 12,42 Sarolangun 22,53 36,99 16,44 24,05 Tebo 36,72 20,72 14,07 28,49 Bungo 38,98 9,32 21,55 30,15 Batang Hari Muaro Jambi 26,64 19,07 41,23 13,06 Tanjung Jabung Barat 15,46 35,24 31,71 17,59 Tanjung Jabung Timur 17,37 38,26 36,12 8,25 Rata-rata 26,30 29,67 25,62 18,41 Sumber: Jambi dalam angka 2007 (BPS, 2008) dalam kondisi baik sesuai dengan yang dipersyaratkan bagi kelayakan berlalu lintas hanya sekitar seperempat bagian, sementara kondisi jalan dalam keadaan sedang hampir mencapai 30%. Seiring dengan kualitas permukaannya, kondisi jalan yang berada dalam keadaan baik proporsinya relatif sangat kecil di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Kabupaten ini bersama kabupaten Kerinci termasuk daerah terisolasi yang tidak dilalui oleh jaringan jalan Negara. Proporsi paling rendah kondisi jalan iii

48 dalam keadaan baik ditemukan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang sebagian wilayahnya dilalui jalan lintas timur Sumatera. Seluruh jalan Negara yang melalui daerah ini telah beraspal dan barada dalam kondisi baik dan sedang. Ini berarti kondisi jalan dalam kondisi rusak dan rusak berat di kabupaten ini mencerminkan kondisi infrastruktur jalan kabupaten dan jalan provinsi. Investasi Infrastruktur Transportasi Infrastruktur transportasi khususnya jalan, merupakan urat nadi perekonomian yang intensitas pemakaiannya sangat tinggi sehingga tingkat penyusutannya juga tinggi. Konsekuensinya peningkatan investasi pada infrastruktur ini mencakup dua komponen yaitu pengalokasian dana untuk peningkatan penyediaannya dan pembiayaan pemiliharaan infrastruktur jalan yang telah ada. Kegiatan investasi dalam kedua komponen tersebut memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang terhadap aktivitas perekonomian suatu daerah. Investasi infrastruktur memiliki efek penggandaan (multiplier effect) terhadap pengeluaran agregat regional dalam jangka pendek, sementara akumulasi stok kapital infrastruktur yang ditimbulkannya, meningkatkan kapasitas produksi yang akan mendorong peningkatan output, produktivitas dan pertumbuhan ekonomi daerah dalam jangka panjang. Besarnya dampak yang ditimbulkan investasi infrastruktur terhadap perekonomian masih menjadi perdebatan dikalangan peneliti. Munnell (1992) telah merangkum berbagai studi yang telah dilakukan selama periode pada berbagai tingkatan perekonomian. Pada tingkat perekonomian nasional, studi Holz- Eakin (1988), Aschauer (1989) dan Munnell (1990) telah menemukan bahwa dampak kapital publik agregat terhadap output dan produktivitas sektor swasta di Amerika Serikat sangat besar. Pada tingkat perekonomian negara (state) studi mengenai peran kapital sektor publik terhadap produktivitas telah dilakukan oleh Martin (1987), Munnel (1990), dan Eisner (1991) untuk Amerika Serikat serta Mera (1973) untuk perekonomian wilayah di Jepang yang menemukan koefisien elastisitas output terhadap kapital sektor publik sebesar 0,20, 0.15, 0.17 dan Munnell juga menemukan adanya hubungan kausalitas antara investasi publik dan investasi swasta. Kapital sektor publik mempunyai dampak positif terhadap pertumbuhan output, investasi, dan kesempatan kerja sehingga ketersediaannya berperan sebagai stimulus bagi investasi swasta. Berbeda dengan studi-studi di atas, hasil penelitian Duffi-Deno dan Eberts (1989), Eberts (1986 dan 1990) dan Morrizon dan Schwartz (1996) menunjukkan iv

49 bahwa kapital infrastruktur justeru mempunyai produk marginal yang lebih rendah dibanding kapital swasta. Senada dengan temuan ini, studi Baffes dan Shah (1998) dan Wangs (2002) juga menunjukkan peran yang relatif lebih kecil dari stok kapital infrastruktur bila dibandingkan dengan peran yang dimiliki stok kapital hasil akumulasi investasi swasta. Penilaian dampak infrastruktur terhadap kinerja perekonomian selanjutnya berkembang lebih jauh seperti yang dilakukan Burman dan Rietveld (1999) yang memfokuskan studinya pada infrastruktur transportasi dan dampaknya terhadap lokasi industri di Thailand. Chandra dan Thompson (2000) memfokuskan studinya pada infrastruktur jalan raya antar negara di perdesaan dan melihat efeknya terhadap aktivitas ekonomi di Amerika Serikat, sementara Hulten at al (2003) secara lebih spesifik melakukan studi dampak infrastruktur jalan raya dan listrik terhadap industri manufaktur di berbagai daerah di India. Studi Chandra dan Thompson menunjukkan bahwa investasi infrastruktur jalan raya hanya dapat mendorong peningkatan aktivitas ekonomi pada negara-negara bagaian yang dilalui secara langsung, tetapi negara bagian yang areal yang lokasinya lebih jauh dari jalan raya terutama daerah-daerah non metropolitan, aktivitas ekonominya ternyata tidak banyak mengalami perubahan. Investasi infrastruktur dapat dilakukan oleh pemerintah atau pihak swasta, namun pada tahap awal proses pembangunan investasi infrastruktur lebih banyak berperan sebagai promoting sector bagi tumbuh dan berkembangnya aktivitas sektor ekonomi lainnya, dibanding perannya sebagai servicing sector yang menyediakan jasa transportasi bagi kegiatan bisnis dan rumah tangga. Konsekuensinya pemerintah harus berperan aktif menyediakan infrastruktur transportasi pada perekonomain yang sedang memulai proses pembangunan melalui alokasi anggaran baik pemerintah pusat maupun daerah. Provinsi Jambi tergolong sebagai daerah yang sedang memulai proses pembangunan sehingga membutuhkan penyediaan infrastruktur dalam jumlah yang mencukupi dan kualitas lebih baik. Implikasinya diperlukan pengalokasian dana APBD yang lebih besar untuk meningkatkan penyediaan dan pemiliharaan infrastruktur transportasi baik ditingkat pemerintah kabupaten maupun Provinsi. Pada tingkat pemerintah Provinsi Jambi, pengalokasian dana untuk infrastruktur masih relatif kecil dan kenaikannya cenderung menurun (Tabel 3). Nilai nominal alokasi APBD untuk belanja modal sebagai pencerminan dari efektivitas anggaran belanja daerah meningkat pada periode , namun turun drastis pada tahun Bila diamati lebih jauh, tingkat kenaikannya cenderung v

50 melambat hingga mengalami kontraksi pada tahun Seiring dengan peningkatan belanja modal, nilai nominal pengalokasiannya untuk belanja infrastruktur transportasi Tabel 3. Perkembangan alokasi belanja infrastruktur transportasi jalan/jembatan dan total belanja modal pada realisasi APBD Provinsi Jambi, Tahun Tahu n Belanja Modal (Juta Rp) Pertbhn. (%) Belanja Jalan dan Jembatan (Juta Rp) Pertb. (%) jalan juga mengalami peningkatan. Pola peningkatan- nya searah dengan total belanja modal yang melambat hingga tahun 2007 dan mencatat angka negativ pada tahun 2009 setelah mengalami peningkatan kembali pada tahun Pada tahun 2010, alokasi APBD untuk belanja infrastruktur kembali menurun sekitar 19% dibanding tahun sebelumnya. Fakta ini memperlihatkan bahwa efektivitas pengalokasian dana APBD cenderung menurun dalam beberapa tahun terakhir. Penurunan proporsi belanja modal disebabkan meningkatnya proporsi belanja tidak langsung yang bersifat non produktiv dan belanja langsung non modal lainnya. Pada tingkat pemerintah kabupaten, pengalokasian dana APBD untuk penyediaan infrastruktur fisik semakin sulit diharapkan. Sebagian besar dana APBD tersedot untuk belanja tidak langsung terutama belanja pegawai dan belanja barang serta belanja untuk meningkatkan pelayanan jasa publik berskala lokal seperti pendidikan dan kesehatan. Potensi penerimaan pemerintah kabupaten dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) relatif sangat kecil karena pajak-pajak kabupaten berbasis sempit, sementara itu jumlah dana perimbangan yang diterima pemerintah kabupaten berupa Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan bagi hasil pajak dan non pajak kurang berimbang dengan tugas administrativ yang harus diselenggarakan. Akibatnya hanya sebagaian kecil dana APBD yang dapat disisihkan untuk belanja modal khususnya infrastruktur transportasi. Penurunan belanja infrastruktur di satu sisi dan memburuknya kondisi infrastruktur transportasi di sisi lainnya menyebabkan Provinsi Jambi terjebak pada krisis infrastruktur dan sangat berpotensi menmbulkan stagnasi aktivitas ekonomi dalam jangka panjang. Peningkatan alokasi dana APBD provinsi dan kabupaten untuk Rasio (1) (2) (3) (4) (5) (6)=(4:2) , ,00-39, ,93 98, ,14 167,64 53, ,01 60, ,84 93,08 64, ,97 26, ,47-8,96 46, ,72 32, ,62 46,45 51, ,36-20, ,89-1,35 63,28 Sumber: Laporan realisasi penjabaran anggaran pendapatan dan belanja daerah, berbagai tahun penerbitan (Biro Keuangan Provinsi Jambi) vi

51 mengkompensir penurunan kondisi infrastruktur transportasi yang ada dan peningkatan penyediaannya untuk mengakomodir perkembangan berbagai aktivitas ekonomi menjadi mutlak dilakukan dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan investasi infrastruktur transportasi terhadap aktivitas ekonomi hanya akan menghasilkan dampak ekonomi yang lebih besar bila didasari oleh pemilihan secara lebih tepat lokasi yang akan dilalui jaringan infrastruktur transportasi sesuai dengan potensi yang dimiliki setiap wilayah dan komoditas unggulan yang akan dikembangkan. Secara teoritis, kontribusi marginal yang dihasilkan dari penyediaan infrastruktur lebih kecil untuk daerah yang tingkat produktivitasnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah yang tingkat produktivitasnya lebih rendah. Ini berarti penyediaan infrastruktur transportasi yang melalui berbagai daerah potensial yang tertinggal dan terisolasi akan menghasilkan tingkat pengembalian investasi (return of public invesment) yang lebih tinggi (Takahasi, 1998). Hal tersebut terutama dapat dicapai apabila mobilisasi sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur tidak menimbulkan kelangkaan sumberdaya di sektor swasta yang memiliki produktivitas tinggi (Kondo, 2004). Sebagai daerah potensial yang memiliki berbagai keunggulan dari sisi letak goegrafis, peningkatan alokasi dana untuk belanja infrastruktur diperkirakan akan dapat menstimulasi peningkatan investasi swasta baik berskala lokal dan nasional maupun internasional. Salah satu keunggulan spesifik Provinsi Jambi adalah letak lokasinya yang berdekatan dan berhadapan langsung dengan pusat pertumbuhan ekonomi dunia yaitu kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara. Penyediaan infrasruktur transportasi secara lebih memadai akan dapat merangsang limpahan investasi dari kawasan tersebut ke wilayah sekitarnya termasuk Provinsi Jambi. Terkait dengan hal tersebut pengalokasian dana untuk pembangunan jaringan infrastruktur juga harus didasari atas pertimbangan orientasi pengembangan ekonomi sektoral yaitu pilihan antara aktivitas budidaya di bagian hulu atau industri pengolahannya di bagian hilir. Dampak Investasi Infrastruktur Terhadap Output Sektoral Infrastruktur berperan sebagai fasilitas pendukung bagi berbagai aktivitas ekonomi. Peningkatan alokasi dana untuk penyediaannya, hanya akan menghasilkan mafaat yang optimal jika diikuti oleh peningkatan investasi oleh pihak swasta pada berbagai aktivitas ekonomi. Untuk melihat besarnya dampak peningkatan investasi infrastruktur terhadap perubahan output sektoral telah dilakukan simulasi vii

52 menggunakan pendekatan model Input-Output. Simulasi diformulasikan dalam dua skenario yaitu: (1) peningkatan investasi infrastruktur jalan yang diikuti oleh peningkatan investasi swasta di bagian hulu dan (2) peningkatan investasi infrastruktur jalan yang diikuti oleh peningkatan investasi swasta pada industri pengolahan di bagain hilir. Besaran pengguncang (shock) peningkatan investsi infrastruktur didekati dari alokasi dana untuk belanja modal yang mencapai Rp ,4 milyar dan belanja infrastruktur jalan sebesar Rp ,6 milyar per tahun selama periode Apabila belanja infrastruktur transportasi yang dilakukan pemerintah kabupaten ikut diperhitungkan jumlahnya akan lebih besar. Pada Table I-O Provinsi Jambi, tidak seluruh lajur pembentukan modal tetap domestik bruto atau investasi terisi sementara data total investasi pada berbagai sektor ekonomi dibagian hulu dan hilir juga tidak Tabel 4. Besaran nilai Pengguncang (Shock) pada Skenario Simulasi Peningkatan Investasi Infrastruktur Skenari Simulasi 1. Peningkatan investasi infrastruktur dan aktivitas budi daya di bagian hulu: a. Infrastruktur jalan b. Infrastruktur transportasi lainnya c. Komoditas karet d. Komoditas kelapa sawit e. Komoditas kentang f. Komoditas-komoditas non unggulan 2. Peningkatan investasi infrastruktur dan aktivitas budi daya di bagian hulu: a. Infrastruktur jalan b. Infrastruktur transportasi lainnya c. Industri pengolahan karet d. Industri pengolahan kelapa sawit e. Industri makanan dan minuman f. Industri lainnya (kayu, kertas dan lainnya) Nilai Investasi (Milyar Rp) tersedia dengan lengkap. Oleh sebab itu, peningkatan investasi pada berbagai sektor lainnya ditetapkan secara arbitrer dengan peningkatan investasi pada sektor unggulan di bagian hulu dan hilir ditetapkan lebih besar dari sektor-sektor non unggulan. Berdasarkan pertimbangan tersebut besarnya nilai guncangan peningkatan investasi pada ketiga kelompok skenario simulasi yang telah disusun ditunjukkan pada tabel 4. skenario Hasil simulasi pada memperlihatkan pertama bahwa peningkatan investasi pada infrastruktur transportasi yang disertai dengan peningkatan investasi pada aktivitas budi daya dibagian hulu menghasilkan peningkatan output yang lebih tinggi pada aktivitas budi daya. viii

53 Peningkatan output tertinggi ditemukan pada komoditas perkebunan pinang diikuti oleh kentang, kelapa dalam, perkebunan lainnya, jagung, tanaman bahan makanan lainnya, kopi dan kelapa sawit, kehutanan, padi, karet dan komoditas lainnya. Peningkatan output pada kelompok industri pengolahan justeru mencatat angka tertinggi pada industri lainnya, sementara peningkatan output pada industri pengolahan karet, bahan makanan dan kelapa sawit relatif sangat rendah (Tabel 5 dan grafik 1). Pada skenario simulasi 2, peningkatan investasi infrastruktur transportasi disertai oleh peningkatan investasi pada industri pengolahan di bagian hilir menghasilkan peningkatan output yang lebih tinggi pada aktivitas industri di bagian hilir dari pada peningkatan output aktivitas budi daya dibagian hulu. Akan tetapi kenaikan output industri pengolahan karet, kelapa sawit dan bahan makanan sebagai komoditas unggulan Provinsi Jambi ternyata tetap lebih rendah dari kenaikan output industri lainnya dan industri kertas dan barang dari kertas. Tabel 5. Hasil Simulasi Dampak Peningkatan Investasi Infrastruktur terhadap Peningkatan Output Sektoral dan PDRB di Provinsi Jambi (%) No. Komoditas Sim 1 Sim 2 No. Komoditas Sim 1 Sim 2 1 Padi 1,556 0, Pertambangan dan Penggalian 0,167 0,151 2 Jagung 6,397 0, Ind. Minyak Kelapa Sawit 0,005 1,186 3 Kentang 11,394 0,06 19 Ind. Makanan & Minuman Lain 0,155 0,747 4 Sayuran 1,454 0, Ind. Perkayuan 0,127 0,485 5 Buahan 1,244 0, Ind. Brg dr Karet & Plastik 0,420 1,237 6 Tan. Bhn. Mkn. Lainnya 3,914 0, Ind. Kertas & Brg dr Krts 1,112 4,391 7 karet 1,519 0, Ind. Barang Lainnya 5,462 4,978 8 kelapa sawit 2,177 0,26 24 Listrik dan Air Bersih 0,433 0,432 9 kelapa dalam 9,629 0, Bangunan 0,126 0, Pinang 126, Perdagangan 0,664 0, kopi 2,680 0, Hotel dan Restoran 0,355 0, Kayu manis 1, Angkutan Jalan Raya 13,998 13, Perk.lainnya 6,606 0, Angkutan Lainnya 10,812 10, Peternakan 1,420 0, Komunikasi 1,612 1, Kehutanan 1,790 0, Bank, Lbg Keu, Sw & Js Prsh 1,154 1, Perikanan 1,475 0, Jasa-jasa dan Lainnya 0,148 0,108 PDRB 1,832 1,611 Hasil simulasi di atas memperlihatkan bahwa peningkatan investasi infrastruktur cenderung berdampak lebih besar terhadap aktivitas budi daya di bagian hulu bila dibandingkan dengan dampaknya terhadap aktivitas industri pengolahan di ix

54 bagian hilir. Lebih jauh ditunjukkan bahwa peningkatan output aktivitas budi daya di bagian hulu ternyata lebih rendah pada komoditas yang diunggulkan pemerintah daerah yaitu perkebunan karet dan kelapa sawit. Peningkatan output komoditas unggulan yang cukup tinggi terjadi pada komoditas tanaman kentang. Pada kelompok komoditas lainnya peningkatan output tertinggi terjadi pada komoditas tanaman pinang diikuti oleh kelapa dalam, perkebunan lainnya, jagung dan tanaman bahan makanan lainnya. Temuan ini memperlihatkan bahwa komoditas yang kurang diunggulkan pemerintah daerah sesungguhnya memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan melalui pembukaan akses transportasi ke sentra produksi. Tidak jauh berbeda dengan dampaknya terhadap peningkatan output aktivitas budidaya dibagian hulu, peningkatan output pada kelompok industri pengolahan ternyata juga lebih rendah pada komoditas unggulan daerah. Kenaikan output industri pengolahan kelapa sawit, pengolahan karet dan industri makanan dan minuman justeru lebih rendah dari peningkatan output yang terjadi pada industri kertas dan barang dari kertas dan industri barang lainnya. Peningkatan penyediaan infrastruktur di Provinsi Jambi ternyata berdampak lebih besar terhadap aktivitas pertanian on farm dari pada aktivitas off farm terutama industri pengolahan. Temuan ini membuktikan bahwa peningkatan efektivitas APBD kabupaten melalui peningkatan alokasi dana untuk belanja modal khususnya transportasi jalan sangat diperlukan untuk mendorong peningkatan aktivitas budidaya berbagai komoditas di bagian hulu. Bila dilihat dampaknya terhadap peningkatan PDRB atau pertumbuhan ekonomi, skenario simulasi 1 juga menghasilkan laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Peningkatan alokasi dana untuk penyediaan x

55 infrastruktur transportasi yang berhubungan langsung dengan wilayah-wilayah sentra produksi dengan demikian juga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih tinggi daripada peningkatan investasi infrstruktur yang ditujukan untuk memfasilitasi industri pengolahan. Lemahnya daya pendorong infrastruktur transportasi dan peningkatan investasi pada industri pengolahan terhadap peningkatan outputnya erat kaitannya dengan terbatasnya rantai pengolahan yang terjadi di wilayah Provinsi Jambi. Prosesing bahan mentah karet dan kelapa sawit masih terbatas pada karet lembaran dan minyak sawit yang merupakan barang setengah jadi atau bahan baku bagi berbagai industri turunannya. Pengolahan lanjutannya kedua produk tersebut lebih banyak dilakukan di luar Provinsi Jambi. Peran Provinsi Jambi sebagai pensuplai bahan baku khususnya kelapa sawit cenderung dipertahankan oleh pemilik perkebunan besar yang sekaligus pemilik industri pengolahan kelapa sawit. Struktur pasar kelapa sawit mengarah pada oligopoly yang dikuasai hanya oleh lima investor besar. Posisi tawar petani dan pemerintah daerah relatif sangat rendah. Selain itu, pengolahan kelapa sawit dan karet tergolong ke dalam weight loosing industry sehingga lokasi pabrik lebih menguntungkan di dekat lokasi perkebunan, sedangkan prosesing lanjutan minyak kelapa sawit dan karet olahan cenderung bersifat foot loose industry dimana lokasi pabrik lebih menguntungkan mendekati pasar. Konsekuensinya tidak mudah bagi investor untuk merelokasi industri pengolahan lanjutan minyak sawit dan karet lembaran (SIR 20 dan 50) ke lokasi bahan baku seperti halnya yang terjadi pada relokasi industri perkayuan dari pusat pasarnya di negara maju ke lokasi bahan baku pada tahun 1990-an. Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan 1. Peningkatan alokasi dana APBD untuk belanja modal khususnya infrastruktur transportasi berdampak lebih besar terhadap perkembangan aktivitas budi daya di bagian hulu bila dibandingkan dengan kemampuannya menstimulasi perkembanngan aktivitas industri pengolahan di bagian hilir. 2. Peningkatan output aktivitas budi daya di bagian hulu lebih rendah pada komoditas yang diunggulkan pemerintah daerah yaitu perkebunan karet dan kelapa sawit bila dibandingkan dengan komoditas non unggulan, kecuali output komoditas kentang yang keniakan outputnya relatif lebih tinggi. 3. Peningkatan output industri pengolahan komoditas unggulan yaitu industri pengolahan kelapa sawit, karet dan makanan dan minuman lebih rendah dari kenikan output industri kertas dan barang dari kertas dan industri lainnya. xi

56 4. Peningkatan alokasi dana pembangunan infrastruktur transportasi ke sentra produksi yang diikuti investasi pada aktivitas budi daya berdampak lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dibanding peningkatan investasi infrastruktur yang diikuti investasi pada industri pengolahan. Rekomendasi 1. Mengingat besarnya dampak peningkatan penyediaan infrastruktur transportasi pada wilayah sentra produski terhadap peningkatan output dan pertumbuhan ekonomi daerah, perlu dilakukan reformulasi pengalokasian dana APBD kabupaten dengan meningkatkan proporsi belanja modal khusunya belanja infrastruktur melalui peningkatan efisiensi belanja tidak langsung dan peningkatan pendapat daerah. 2. Industri pengolahan berbasis sumber daya lokal ternyata memiliki respon yang relatif rendah terhadp peningkatan alokasi dana untuk infrastruktur transportasi. Oleh sebab itu, diperlukan reformulasi penetapan komoditas unggulan daerah yang lebih responsiv terhadap kebijakan daerah sisi penawaran yaitu penyediaan infrastruktur dan memiliki prosfek yang lebih baik dipasar domestik dan luar negeri. xii

57 BAB II PERKEMBANGAN HARGA-HARGA A. Kajian Umum Inflasi Kota Jambi pada triwulan I-2010 mencapai 1,53% (q-t-q), meningkat dibandingkan triwulan IV-2009 yang mengalami inflasi sebesar 0,58% (q-t-q). Inflasi yang terjadi di Kota Jambi pada triwulan laporan berasal dari meningkatnya laju inflasi dari kelompok bahan makanan diikuti dengan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi Persen (%) Bulanan (m-t-m) Triwulanan (q-t-q) Year to date (y-t-d) Year on year (y-o-y) (5.00) Sumber: BPS Provinsi Jambi. Sejak Januari 2008 menggunakan IHK tahun dasar 2007=100 Inflasi Kota Jambi pada akhir periode triwulan I-2010 sebesar 3,79% (y-oy) meningkat dari triwulan sebelumnya 2,49% (y-o-y) pada Desember Sementara, pergerakan inflasi bulanan yang tercatat di bulan Januari, Februari dan Maret 2010 masing-masing sebesar 1,95%(m-t-m), minus 0,36%(m-t-m) dan minus 0,05%(m-t-m). 33

58 INFLASI Inflasi yang terjadi pada triwulan laporan terutama berasal dari meningkatnya angka inflasi kelompok bahan makanan serta makanan jadi sementara kelompok sandang mengalami penurunan harga pada triwulan laporan (lihat tabel 2.1.). Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi KELOMPOK Triwulan I-2009 Triwulan II-2009 Triwulan III-2009 Triwulan IV-2009 Triwulan I-2010 qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy I Bahan Makanan II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar IV Sandang V Kesehatan VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan INFLASI Sumb Sumber: BPS (diolah) Meningkatnya biaya sub kelompok sayur-sayuran dan sub kelompok daging dan hasil-hasilnya selama periode triwulan laporan memberikan sumbangan inflasi pada kelompok bahan makanan. Sementara itu, meningkatnya sub kelompok makanan jadi, memicu inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Persen Grafik 2.2. Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi Kota Jambi Nasional

59 INFLASI Perkembangan inflasi tahunan Kota Jambi dan nasional pada triwulan laporan kembali menunjukkan peningkatan semenjak triwulan III Pada triwulan laporan Inflasi Kota Jambi secara tahunan (y-o-y) adalah sebesar 3,79% lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 3,43%. Secara regional, tingkat inflasi di Jambi cukup tinggi dibandingkan daerah sekitarnya. Inflasi di Jambi lebih tinggi dibandingkan Padang (3,05%/y-o-y), Pekanbaru (2,26%/y-o-y), serta Palembang (2,50%/y-o-y) namun masih lebih rendah dibandingkan Bengkulu (4,18%/y-o-y). 14 Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota sekitarnya Y-O-Y Bengkulu Jambi Padang Palembang Pekanbaru catatan: mulai bulan Juni 2008, angka inflasi menggunakan tahun dasar 2007 B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Dilihat per sub kelompok, inflasi tertinggi pada triwulan laporan adalah sub kelompok sayur-sayuran serta sub kelompok daging dan hasil-hasilnya. Sementara, sub kelompok yang mengalami penurunan harga (deflasi) terbesar adalah sub kelompok ikan segar. 14 Sumber: DSM, Bank Indonesia. 35

60 INFLASI Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa KELOMPOK/SUBKELOMPOK Triwulan II-2009 Triwulan III-2009 Triwulan IV-2009 Triwulan I-2010 qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy I. BAHAN MAKANAN a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA c. IKAN SEGAR d. IKAN DIAWETKAN e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA f. SAYUR-SAYURAN g. KACANG-KACANGAN h. BUAH-BUAHAN i. BUMBU-BUMBUAN j. LEMAK DAN MINYAK k. BAHAN MAKANAN LAINNYA II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU a. MAKANAN JADI b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR a. BIAYA TEMPAT TINGGAL b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA IV. SANDANG a. SANDANG LAKI-LAKI b. SANDANG WANITA c. SANDANG ANAK-ANAK d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA V. KESEHATAN a. JASA KESEHATAN b. OBAT-OBATAN c. JASA PERAWATAN JASMANI d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA a. JASA PENDIDIKAN b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN d. REKREASI e. OLAHRAGA VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN a. TRANSPOR b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR d. JASA KEUANGAN INFLASI (UMUM) Sumb Sumber: BPS (diolah) Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.3.), penyumbang pembentukan inflasi terbesar adalah cabe merah; beras; daging ayam ras (Januari 2010), beras; daging ayam ras; rokok kretek filter (Februari 2010) serta daging ayam ras; bayam; nasi Maret 2010). Sementara itu, deflasi yang dialami kota Jambi pada bulan Februari dan Maret 2010 dipicu oleh menurunnya harga emas; ikan dencis; ikan nila (Februari 2010) serta kacang panjang; telur ayam ras; saluang (Maret 2010)

61 Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan IV-2009 INFLASI 10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI TW I KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI TW I-2010 Sumbangan Sumbangan JANUARI JANUARI 1 Cabe Merah Telur Ayam Ras Beras Jeruk Daging Ayam Ras Bawang Merah Minyak Goreng Ikan Dencis Gula Pasir Kentang Tomat Buah Ikan Tongkol Tomat Sayur Mesin Cuci Kangkung Emas Perhiasan Kacang Panjang Kelapa Bayam Kerang Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas FEBRUARI FEBRUARI 1 Beras Emas Perhiasan Daging Ayam Ras Ikan Dencis Rokok Kretek Filter Ikan Nila Bawang Merah Cumi-Cumi Buku Pelajaran SD Majalah Remaja Kacang Panjang Cabe Hijau Jeruk Kopi Bubuk Bensin Pasir Batu Bata/Batu Tela Sawi Hijau Cabe Rawit Gula Pasir Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas MARET MARET 1 Daging Ayam Ras Kacang Panjang Bayam Telur Ayam Ras Nasi Saluang Gado-Gado Celana Panjang Jeans Empek-Empek Emas Perhiasan Bawang Merah Kerang Batu Bata/Batu Tela Wortel Bensin Lele Patin Televisi Berwarna Kangkung Besi Beton Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas Sumber : BPS (diolah) 1. Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan pada triwulan I-2010 mengalami inflasi sebesar 2,10% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok sayur-sayuran sebesar 12,24% (q-t-q) serta sub kelompok daging dan hasil-hasilnya sebesar 9,43% (q-t-q). 37

62 INFLASI Grafik 2.4. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng (Ringgit/Ton) CPO internasional (aksis kiri) Minyak goreng lokal (aksis kanan) (Rp/Kg) Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi 3500 Pada triwulan laporan, harga rata-rata crude palm oil (CPO) internasional kembali mengalami peningkatan. Selama triwulan I-2010, harga CPO meningkat 6,96%. Sejalan dengan hal tersebut, kenaikan harga CPO diikuti dengan meningkatnya harga minyak goreng lokal. Harga rata-rata minyak goreng lokal berdasarkan data dari Disperindag naik 14,64% dari triwulan lalu. Naiknya harga minyak goreng terutama disebabkan oleh dihentikannya subsidi Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk minyak goreng per 1 Januari Dengan dihapuskannya PPN DTP untuk minyak goreng maka konsumen harus menanggung pajak sebesar 10%. 15 Disamping itu, meningkatnya permintaan terhadap CPO menyebabkan harga minyak goreng dalam negeri turut naik pada triwulan laporan. Sementara, perkembangan harga tepung terigu merek Segitiga Biru relatif stabil yaitu di harga Rp7.500/kg. Tren penurunan rata-rata harga gandum, yang merupakan bahan baku tepung terigu, di pasar internasional sebesar 12,04% 15 Sumber: dan Lihat juga PMK Nomor 25/PMK.011/2010 tentang PPNDTP Atas Penyerahan Minyak Goreng Kemasan Sederhana di Dalam Negeri untuk Tahun Anggaran

63 INFLASI menjadi $477/bushel pada triwulan laporan belum diikuti dengan turunnya harga tepung terigu di Jambi. 16 Grafik 2.5. Perkembangan Harga Tepung Terigu (USD/Bushel) 1200 Wheat/Gandum (aksis kiri) Tepung Terigu lokal (aksis kanan) (Rp/Kg) Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi 3000 Perkembangan harga sub kelompok bumbu-bumbuan pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 6,96% (q-t-q) terutama dipengaruhi oleh meningkatnya harga cabe merah (keriting dan biasa) yang cukup signifikan pada bulan Januari Kendala cuaca serta jalur transportasi yang belum membaik turut memicu meningkatnya harga cabe pada triwulan laporan. 17 Sejalan dengan hal tersebut, harga sayuran yang didatangkan dari luar daerah juga mengalami kenaikan pada periode triwulan laporan. Meningkatnya harga bayam juga dipicu oleh terendamnya tanaman bayam petani akibat meluapnya sungai Batanghari sehingga mengganggu jumlah pasokan di pasar-pasar Jambi Satu bushel setara dengan 27 kg. 17 Terus meningkatnya harga cabe merah dipicu oleh siklus tanaman yang sedang memasuki musim tanam sehingga produksi berkurang sementara musim hujan yang melanda menyebabkan hasil panen ada membusuk. Meningkatnya harga cabe merah secara signifikan terjadi semenjak bulan Januari Meningkatnya harga bayam dipicu oleh tingginya permukaan air sungai Batanghari sehingga menggenangi sentra-sentra petani sayur bayam di sekitar Kota Jambi. Hal ini membuat hasil panen sayur terganggu dan petani mengalami kesusahan dalam memanen hasil pertaniannya 39

64 INFLASI Grafik 2.6. Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang (Rp/kg) Cabe Merah Keriting Cabe merah Biasa Bawang Putih Bawang Merah Sumber: Disperindag Provinsi Jambi Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami inflasi sebesar 9,43% (q-t-q). Selama triwulan I-2010, daging ayam ras merupakan tiga besar komoditi penyumbang inflasi terbesar. Kenaikan harga daging ayam ras sejalan dengan kenaikan harga garansi komoditi. 19 Sementara pergerakan harga daging sapi cenderung turun selama triwulan laporan. Perkembangan harga beras (IR 64) menunjukkan peningkatan selama triwulan laporan terutama pada bulan Januari 2010 yang cukup signifikan. Secara rata-rata, harga beras naik 6,45% pada triwulan laporan menjadi sebesar Rp6.439/kg. Meningkatnya harga beras antara lain dipicu oleh kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) tahun 2010 sebesar 10% Daging ayam ras menerapkan pola kemitraan dimana terdapat harga garansi komoditi. Terus meningkatnya harga garansi memicu meningkatnya harga daging ayam ras di pasar (Sumber: Disperindag Provinsi Jambi dalam rapat Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi (FKPI) Provinsi Jambi, 2010) 20 Sesuai dengan Inpres No.7 Tahun 2009 tentang Kebijakan Perberasan tanggal 29 Desember 2009 ( Harga beras premium yang dipasok dari Sumatera Selatan mengalami kenaikan harga dari sentra produksinya, sedangkan beras kualitas medium di gudang-gudang beras Jambi hampir kosong sehingga menyebabkan harga beras beranjak naik pada triwulan laporan

65 INFLASI Grafik 2.7. Perkembangan Harga Jagung (USD/Bushel) Jagung internasional (aksis kiri) Jagung pipilan kering (aksis kanan) (Rp/Kg) Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi Grafik 2.8. Perkembangan Harga Daging (Rp/Kg) Sumber: Disperindag Provinsi Jambi Ayam Kampung (aksis kiri) Daging Ayam Broiler (aksis kiri) Daging Sapi Murni (aksis kanan) (Rp/Kg) Grafik 2.9. Perkembangan Harga Beras 21 (USD/CWT) (Rp/Kg) Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi Beras internasional (aksis kiri) lokal IR 64 (aksis kanan) Kelompok Makanan Jadi Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan I mengalami inflasi sebesar 8,79% (y-o-y) dengan laju inflasi triwulanan sebesar 3,51% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi tercatat pada sub kelompok makanan jadi sebesar 4,49% (q-t-q), diikuti sub kelompok minuman tidak beralkohol (2,79%/q-t-q) serta sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol (1,72%/q-t-q). Selama triwulan laporan, pergerakan komoditas makanan jadi yang memberikan andil terhadap kenaikan inflasi adalah gula pasir (Januari), rokok 21 Cwt maksudnya hundredweight (100 pounds). 1 pounds setara dengan 453,59 gram/0,453 kg. Jadi 100 pounds sekitar 45,3 kg. 41

66 INFLASI kretek filter (Februari) serta nasi dan gado-gado(maret). Kenaikan harga gula lokal menyusul dampak naiknya harga komoditas gula di pasar internasional. Naiknya harga rokok dipengaruhi oleh kenaikan cukai rokok yang mulai berlaku 1 Januari 2010 sesuai Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau. 22 Sementara itu, naiknya harga beras dan harga ayam broiler turut mempengaruhi harga nasi, gado-gado yang beranjak naik pada triwulan laporan. 3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan I mengalami inflasi sebesar 0,83% (q-t-q) serta dengan laju inflasi tahunan mencapai 0,54% (y-o-y). Berdasarkan sub kelompoknya, biaya tempat tinggal mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 1,36% (q-t-q) diikuti kelompok bahan bakar, penerangan dan air (0,71%/q-t-q). Sementara, sub kelompok perlengkapan rumah tangga serta penyelenggaraan rumah tangga mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,98% (q-t-q) dan 0,24% (q-t-q) pada triwulan laporan. 4. Kelompok Sandang Kelompok sandang pada triwulan I-2010 mengalami deflasi sebesar 0,10% (q-t-q). Deflasi pada kelompok sandang pada triwulan laporan disumbangkan oleh sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya 1,63% (qt-q), sub kelompok anak-anak (0,44%/q-t-q) serta sub kelompok wanita (0,14%/q-t-q). Sementara sub kelompok sandang laki-laki mengalami inflasi pada triwulan laporan. Harga emas pada triwulan laporan kembali mengalami peningkatan. Harga rata-rata emas (logam mulia) 24 karat di Jambi pada triwulan I Sumber: Besaran kenaikan tarif cukai tahun 2010 untuk sigaret adalah, SKM (Sigaret Kretek Mesin) I rata-rata sebesar Rp 20, SKM II sebesar Rp 20, SPM (Sigaret Putih Mesin) I sebesar Rp 35, SPM II sebesar Rp 28, SKT I (Sigaret Kretek Tangan) sebesar Rp 15, SKT II sebesar Rp 15, SKT III sebesar Rp

67 INFLASI sebesar Rp ,00/gram meningkat 1,36% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp ,00/gram. 23 Harga Emas (USD/Troy Ounce) Grafik Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 1, Sumber: Bloomberg Kelompok Kesehatan Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 8,26% (y-o-y) pada triwulan I-2010 atau dengan laju inflasi triwulanan sebesar 1,08% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok obat-obatan sebesar 4,06% (q-t-q) diikuti oleh sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika 1,01% (q-t-q), serta sub kelompok jasa perawatan jasmani 0,16% (q-t-q). Sementara itu, sub kelompok jasa kesehatan tidak mengalami perubahan harga. 6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan I-2010 mengalami inflasi sebesar 0,45% (q-t-q). Sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan mengalami inflasi sebesar 3,85% (q-t-q). Sub kelompok rekreasi serta sub kelompok olahraga mengalami deflasi pada triwulan laporan. Sementara itu biaya jasa pendidikan dan kursus-kursus relatif tetap pada triwulan laporan. 23 Sumber: BPS Provinsi Jambi. 43

68 INFLASI 7. Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Perkembangan harga yang terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan di kota Jambi pada triwulan I-2010 sebesar 0,34% (q-t-q) dengan laju inflasi tahunan sebesar 3,93% (y-o-y). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi terjadi pada sub kelompok transpor sebesar 0,51% (qt-q) serta sub kelompok sarana dan penunjang transpor sebesar 0,02% (q-t-q). Sementara, sub kelompok komunikasi dan pengiriman serta jasa keuangan tidak mengalami perubahan. Grafik Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional Harga Minyak (USD/Barrel) Sumber: Bloomberg Perkembangan harga minyak di pasar internasional mengalami tren peningkatan selama periode triwulan I Setelah mencapai harga USD 79,36/barrel di akhir tahun 2009, pada akhir Maret 2010 harga minyak mampu mencapai USD 83,76/barrel. Selama triwulan I-2010, harga minyak internasional telah naik sebesar 5,54%. Namun demikian, harga minyak di pasar internasional masih berada pada kisaran aman dari target pemerintah sehingga belum ada rencana pemerintah untuk menaikkan kembali harga BBM dalam negeri

69 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Kinerja perbankan pada triwulan I-2010 menunjukkan penurunan dari sisi aset dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), sementara penyaluran kredit mengalami peningkatan. Menurunnya pertumbuhan aset dan penghimpunan DPK yang diikuti peningkatan penyaluran kredit menyebabkan kinerja perbankan yang terlihat dari Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Sementara, dari sisi kualitas kredit yang diberikan menunjukkan perbaikan, dimana pada triwulan laporan angka Non Performing Loan (NPL) mengalami penurunan. A. Perkembangan Kelembagaan Secara kelembagaan, jumlah bank yang beroperasi di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Jambi sampai dengan Triwulan I tahun 2010 tercatat sebanyak 23 (dua puluh tiga) bank umum dan 11 (sebelas) BPR, yang terdiri dari 177 kantor cabang dan cabang pembantu bank umum (tidak termasuk kantor kas) dan 17 kantor BPR. Pada periode triwulan laporan tidak terdapat penambahan bank umum, namun terdapat penambahan 2 (dua) kantor cabang pembantu bank umum, yaitu KCP BCA Muara Bungo dan KCP Bank Panin Sarolangun. Selain itu, terdapat penambahan 3 (tiga) Bank Perkreditan Rakyat dan sekaligus 3 (tiga) kantor pusatnya, yaitu BPR Central dana Mandiri, BPR Bungo Mandiri, dan BPR Kencana Mandiri. Dari 23 (dua puluh tiga) bank umum yang beroperasi di wilayah Jambi, terdapat 19 (sembilan belas) bank konvensional, termasuk diantaranya 1 (satu) Bank Pembangunan Daerah, dan 4 (empat) bank syariah. Dilihat dari sebarannya, jumlah kantor bank terbesar masih terdapat di Kota Jambi, yaitu sebanyak 64 (enam puluh empat) kantor atau 36,57% dari seluruh total kantor bank di 45

70 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Provinsi Jambi. Sementara, untuk kabupaten yang paling sedikit jumlah kantor banknya adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, yaitu sebanyak 4 (empat) kantor (2,29%). B. Bank Umum Perkembangan Aset Bank Total aset bank umum di Provinsi Jambi pada triwulan laporan mengalami penurunan sebesar Rp169,96 miliar atau mencapai 1,20%. Penurunan aset bank umum lebih dipengaruhi oleh aset bank konvensional yang mengalami penurunan sebesar Rp178,60 miliar (1,30%). Sementara untuk aset bank syariah justru mengalami peningkatan, yaitu sebesar Rp8,64 miliar (1,89%). Dengan demikian, total aset bank umum pada triwulan laporan turun menjadi sebesar Rp14.045,80 miliar. 25 Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi Rp miliar 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 Jumlah Aset (aksis kiri) Pertumbuhan q-t-q (%) Persen Q1-04 Q2-04 Q3-04 Q4-04 Q1-05 Q2-05 Q3-05 Q4-05 Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q Dilihat dari total pangsa pasar aset bank umum, pangsa aset bank konvensional tercatat sebesar 96,69% sementara aset bank syariah sebesar 3,31% pada triwulan laporan. 24 Posisi data bank umum diambil berdasarkan periode Laporan Bank Umum bulan Februari Bank konvensional termasuk bank milik pemerintah dan bank swasta nasional. 46

71 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 2. Perkembangan Dana Masyarakat Jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank umum pada triwulan laporan turun sebesar 0,52%, yaitu dari Rp10.842,51 miliar menjadi Rp10.786,50 miliar. Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan DPK bank umum dirasakan oleh bank pemerintah dan bank syariah. DPK bank pemerintah meningkat sebesar Rp40,99 miliar atau setara dengan 0,60% dan DPK bank syariah meningkat sebesar Rp8,34 miliar atau naik 4,99% dari triwulan sebelumnya. Disisi lain, bank swasta mengalami penurunan sebesar Rp105,34 miliar atau lebih rendah 2,78% dibanding triwulan sebelumnya. Dengan lebih tingginya nilai penurunan DPK yang dialami bank swasta dibanding kelompok bank umum lainnya, mengakibatkan total DPK bank umum pada triwulan laporan mengalami penurunan sebesar Rp56 miliar atau 0,52%. Tabel 3.1 Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) URAIAN Pertumbuhan Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Nominal Persen Bank Konvensional Bank Pemerintah 6,582,172 6,885,592 6,486,375 6,809,872 6,850,866 40, Giro 1,843,254 1,823,585 1,515,112 1,398,671 1,791, , Tabungan 3,071,431 3,362,425 3,377,120 4,091,147 3,672,739 (418,408) (10.23) 3 Simpanan Berjangka 1,667,487 1,699,582 1,594,143 1,320,054 1,386,509 66, Bank Swasta Nasional 3,497,944 3,464,288 3,512,213 3,787,502 3,682,160 (105,342) (2.78) 1 Giro 482, , , , ,559 (4,411) (0.83) 2 Tabungan 1,538,759 1,546,735 1,625,555 1,813,348 1,753,854 (59,494) (3.28) 3 Simpanan Berjangka 1,476,924 1,367,461 1,354,170 1,443,184 1,401,747 (41,437) (2.87) Bank Syariah 201, , , , ,477 8, Giro 50,230 48,821 53,782 54,778 54, Tabungan 103, , , , ,755 4, Simpanan Berjangka 47,361 55,398 61,596 59,185 62,900 3, Jumlah 10,281,162 10,564,489 10,231,448 10,842,509 10,786,503 (56,006) (0.52) 1 Giro 2,375,745 2,422,498 2,101,382 1,984,419 2,372, , Tabungan 4,713,645 5,019,550 5,120,157 6,035,667 5,562,348 (473,319) (7.84) 3 Simpanan Berjangka 3,191,772 3,122,441 3,009,909 2,822,423 2,851,156 28, Berdasarkan jenis penghimpunan dana, menurunnya DPK pada triwulan laporan dipicu oleh penurunan tabungan masyarakat sebesar Rp473,32 miliar (7,84%). Sementara, penghimpunan dana melalui giro dan deposito meningkat masing-masing sebesar Rp388,58 miliar (19,58%) dan Rp28,73 miliar 47

72 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH (1,02%). Berdasarkan pangsanya, penghimpunan dana terbesar masih diraih oleh tabungan yaitu sebesar 51,57%, diikuti oleh deposito 26,43% dan giro 22%. Grafik 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi Rp miliar 6,500 6,000 5,500 5,000 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Q 1-03 Q 2-03 Q 3-03 Q 4-03 Q 1-04 Q 2-04 Q 3-04 Q 4-04 Q 1-05 Q 2-05 Q 3-05 Q 4-05 Q 1-06 Q 2-06 Q 3-06 Giro (aksis kiri) Simpanan Berjangka (aksis kiri) Tabungan (aksis kiri) DPK (aksis kanan) Q 4-06 Q 1-07 Q 2-07 Q 3-07 Q 4-07 Q 1-08 Q 2-08 Q 3-08 Q 4-08 Q 1-09 Q 2-09 Q 3-09 Q 4-09 Q 1-10 Rp miliar 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - Berdasarkan golongan pemilik, menurunnya nilai DPK berasal dari beberapa golongan pemilik, yaitu perorangan yang turun sebesar Rp107,73 miliar, perusahaan swasta sebesar Rp285,50 miliar, Badan Usaha Milik Negara sebesar Rp107,73 miliar, dan koperasi sebesar Rp1,23 miliar. Sementara, memasuki periode keuangan 2010 dana simpanan pemerintah daerah meningkat sebesar Rp656,91 miliar. No. Tabel 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik (dalam jutaan rupiah) Golongan Pemilik Trw.I-2009 Trw.II-2009 Nominal Share Nominal Share Nominal Share Nominal Share Nominal Share Penduduk/Residents Trw.III-2009 Trw.IV-2009 Trw.I Pemerintah 57, , , , , Pemerintah Daerah 1,925, ,717, ,424, , ,333, Badan/lembaga pemerintah 85, , , , , Badan Usaha Milik Negara 128, , , , , Perusahaan asuransi 34, , , , , Perusahaan swasta 599, , , , , Yayasan dan Badan Sosial 65, , , , , Koperasi 30, , , , , Perorangan 7,287, ,589, ,690, ,507, ,209, Lainnya 66, , , , , Jumlah 10,281, ,564, ,231, ,842, ,784, Bukan Penduduk/Non-Residents ,614 0 Penduduk dan bukan penduduk 10,281,162 10,564,489 10,231,448 10,842,509 10,786,503 48

73 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Berdasarkan pangsanya, DPK terbesar masih dikuasai oleh golongan pemilik perorangan yang mencapai 76,12%, diikuti oleh pemerintah daerah (12,36%), dan perusahaan swasta (5,29%). Berdasarkan lokasi bank, jumlah dana masyarakat di perbankan mengalami peningkatan dan penurunan di beberapa kabupaten/kota. Peningkatan terjadi di Kota Jambi, yaitu sebesar Rp332,45 miliar (4,61%), Kabupaten Bungo Rp177,01 miliar (29,77%), Kabupaten Kerinci Rp46,46 miliar (8,02%), dan Kabupaten Tanjung Tanjung Timur Rp44,42 miliar (32,27%). Sementara, penurunan DPK tertinggi dialami Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang mencapai Rp400,32 miliar (41,75%), diikuti oleh Kabupaten Merangin Rp 72,06miliar (12,93%), Kabupaten Sarolangun Rp57,46 miliar (34,57%), dan kabupaten lainnya. Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Bank (dalam jutaan rupiah) No. Kota/Kabupaten Trw.IV-09 Trw.I-10 Pertumbuhan Nominal Share Nominal Share Nominal Persen 1 Kota Jambi 7,703, ,539, (164,579) (2.14) 2 Batanghari 406, , , Tanjung Jabung Barat 552, , , Merangin 496, , (10,767) (2.17) 5 Kerinci 579, , , Sarolangun 73, , , Bungo 840, , (68,682) (8.17) 8 Tebo 52, , , Tanjung Jabung Timur 137, , , JUMLAH 10,842, ,786, (56,006) (0.52) 3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi tumbuh sebesar 0,08% (Rp6,92 miliar), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 2,79%. Total penyaluran kredit pada triwulan laporan adalah sebesar Rp9.123,83 miliar meningkat dari triwulan lalu yang sebesar Rp9.116,91 miliar. 49

74 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH URAIAN Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) Pertumbuhan TW I TW II TW III TW IV TW I Nominal Persen Kelompok Bank 7,748,152 8,392,275 8,869,187 9,116,912 9,123,834 6, Bank Pemerintah 5,434,083 5,998,544 6,358,653 6,471,259 6,456,234 (15,025) (0.23) 2 Bank Swasta 1,997,182 2,038,529 2,123,372 2,234,739 2,242,225 7, Bank Syariah 316, , , , ,375 14, Jenis Penggunaan 7,748,152 8,392,275 8,869,187 9,116,912 9,123,834 6, Modal Kerja 2,968,650 3,242,737 3,508,606 3,672,737 2,856,331 (816,406) (22.23) 2 Investasi 1,453,410 1,523,921 1,670,957 1,769,894 1,614,018 (155,876) (8.81) 3 Konsumsi 3,326,092 3,625,617 3,689,624 3,674,281 4,653, , Sektor Ekonomi 7,748,152 8,392,275 8,869,187 9,116,912 9,123,834 6, Pertanian 1,009,514 1,059,957 1,208,369 1,350, ,855 (692,433) (51.28) 2 Pertambangan 28,382 31,780 29,409 25,941 26,964 1, Perindustrian 377, , , , ,444 (28,798) (6.57) 4 Listrik, Gas dan Air 28,020 26,793 26,852 26,852 27, Konstruksi 248, , , , ,199 (32,243) (12.87) 6 Perdagangan, Restoran dan Hotel 2,156,927 2,385,394 2,628,817 2,740,329 1,922,069 (818,260) (29.86) 7 Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi 113, ,746 98, , ,869 18, Jasa-jasa Dunia Usaha 302, , , , ,169 (14,237) (4.18) 9 Jasa-jasa Sosial Masyarakat 128, , , , ,445 (23,988) (16.16) 10 Lain-lain 3,355,061 3,649,476 3,700,457 3,686,040 5,282,810 1,596, Berdasarkan Kelompok Bank, peningkatan jumlah kredit dialami oleh bank swasta dan bank syariah. Peningkatan terbesar dialami oleh bank syariah, yaitu sebesar Rp14,46 miliar (3,52%) dan diikuti bank swasta yang meningkat sebesar Rp7,49 miliar (0,33%). Di sisi lain, penyaluran kredit oleh bank pemerintah mengalami penurunan, yaitu sebesar Rp 15,03 miliar atau turun 0,23% dari triwulan sebelumnya. Sementara, jika dilihat dari pangsa (share) penyaluran kredit, kelompok bank pemerintah masih mendominasi dengan pangsa sebesar 70,76%, diikuti dengan kelompok bank swasta sebesar 24,58%, dan kelompok bank syariah sebesar 4,66%. Berdasarkan Jenis Penggunaan, peningkatan jumlah kredit dialami oleh kredit konsumsi, yaitu sebesar Rp979,20 miliar atau naik 26,65% dari triwulan sebelumnya. Sementara disisi lain, jumlah kredit modal kerja dan investasi mengalami penurunan. Penurunan tertinggi dialami oleh kredit modal kerja sebesar Rp816,41 miliar (22,23%) dan diikuti oleh kredit investasi yang turun sebesar Rp155,88 miliar (8,81%). Berdasarkan pangsanya, kredit terbesar masih didominasi oleh kredit konsumsi, yaitu sebesar 51% dari total kredit pada triwulan laporan. Kemudian diikuti oleh kredit modal kerja sebesar 31,31%, dan kredit investasi sebesar 50

75 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 17,69%. Pertumbuhan kredit yang melambat dan meningkatnya pangsa kredit konsumsi menunjukkan kepercayaan perbankan untuk pembiayaan usaha masyarakat mengalami penurunan. Berdasarkan Sektor Ekonomi, hampir semua sektor ekonomi mengalami penurunan jumlah penyaluran kreditnya, kecuali untuk sektor pertambangan, listrik gas dan air, serta pengangkutan, pergudangan dan komunikasi. Secara nominal, peningkatan kredit terbesar dialami oleh sektor pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi, yaitu sebesar Rp18,93 miliar (17,22%), yang kemudian diikuti oleh sektor pertambangan sebesar Rp1,02 miliar (3,94%) dan sektor listrik, gas, dan air sebesar Rp0,16 miliar (0,59%). Pangsa penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit sektor lain-lain, yaitu sebesar 57,90%, yang kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, restoran, dan hotel sebesar 21,07% dan sektor pertanian sebesar 7,21%. Dominasi penyaluran kredit pada ketiga sektor tersebut mencapai 86,18% dari total outstanding kredit. Berdasarkan lokasi Proyek 26, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di Provinsi Jambi pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan sebesar 3%, yaitu dari total kredit sebesar Rp11.288,44 miliar menjadi sebesar Rp11.626,74 miliar. 27 Meningkatnya jumlah kredit ini hampir dialami oleh semua sektor ekonomi kecuali untuk sub sektor lain-lain. Berdasarkan nominal kredit, peningkatan kredit lokasi proyek pada triwulan laporan terutama dipicu oleh meningkatnya kredit sektor pertanian sebesar Rp324,58 miliar (27,5%), diikuti dengan sektor perindustrian Rp51,75 miliar (6,5%) dan sektor jasa-jasa Rp49,77 miliar (4,69%). 26 Data s.d. bulan Februari Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Daerah (SEKDA) Provinsi Jambi. Data kredit lokasi proyek termasuk kredit dari BPR serta bank asing dan bank campuran sesuai dengan format SEKDA Provinsi Jambi. 27 Data s.d. bulan Februari Mulai Mei 2007, data dana/kredit telah menggunakan konsep net, yaitu tidak memasukkan dana/kredit pada pemerintah pusat dan bukan penduduk. Hal ini telah disesuaikan dengan publikasi SEKI (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia). 51

76 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) Sektor Ekonomi III IV I II III IV I Pertanian 1,962,425 1,993,259 1,959,270 2,026,202 2,077,761 1,180,447 1,505,031 Pertambangan 68, ,673 97, , , , ,183 Perindustrian 956, , , , , , ,919 Perdagangan 2,185,613 2,247,894 2,234,779 2,457,387 2,682,693 1,955,251 1,991,064 Jasa-jasa 1,250,435 1,232,322 1,203,112 1,519,917 1,521,339 1,062,204 1,111,974 - listrik, gas dan air 111, , , , , , ,744 - konstruksi 400, , , , , , ,738 - pengangkutan 129, , , , , , ,622 - jasa dunia usaha 474, , , , , , ,285 - jasa sosial masyarakat 135, , , , , , ,585 Lain-lain 3,865,525 3,971,675 4,085,517 4,301,199 4,380,585 6,148,107 5,996,573 TOTAL 10,288,458 10,434,067 10,404,818 11,241,587 11,630,750 11,288,439 11,626, Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) gross Bank Umum di Provinsi Jambi Lebih tingginya tingkat penurunan aset dan penghimpunan dana pihak ketiga dibandingkan dengan tingkat kenaikan penyaluran kredit perbankan menyebabkan Loan to Deposits Ratio (LDR) 28 berdasarkan wilayah pelapor mengalami peningkatan, sedangkan LDR berdasarkan lokasi proyek pada triwulan laporan mengalami penurunan. Loan to Deposits Ratio (LDR) berdasarkan wilayah pelapor meningkat dari 84,08% menjadi 84,59%, sedangkan LDR berdasarkan lokasi proyek 29 menurun dari 110,84% menjadi 107,79%,. Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi Rp juta 14,000,000 12,000,000 10,000,000 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000, % % % % % % % 120% 83.26% 90.63% 9,116, % 6,025,622 6,921,211 7,513,877 7,593,187 8,392,275 8,869,187 9,123, % 75.41% 7,748, % 86.69% 84.08% 84.59% 80% 75.36% 62.78% 66.80% 60% 40% 20% - 0% Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Kredit Lokasi Proyek (Rp juta) Kredit Perbankan Jambi (Rp juta) DPK Perbankan (Rp ju LDR Lokasi Proyek (persen) LDR Perbankan Jambi (persen) 28 LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum pada triwulan laporan. 22 LDR berdasarkan lokasi proyek adalah rasio antara kredit yang disalurkan berdasarkan lokasi proyek oleh bank umum dibandingkan dengan penghimpunan DPK bank umum pada triwulan laporan. Data LDR berdasarkan lokasi proyek s.d Februari

77 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik 3.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Triwulan IV-09 Triwulan I LDR < 100% Tebo Batanghari Ma. Jambi dan lainnya Saro langun Kerinci Bungo Merangin Tanjabbar Kota Jambi Tanjabtim Berdasarkan Kabupaten/Kota, Kabupaten Tebo memiliki LDR tertinggi di antara seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jambi, yaitu sebsar 404,76%, diikuti oleh Kabupaten Batanghari dan lainnya. Sementara itu terdapat dua kabupaten/kota dengan tingkat LDR kurang dari 100% yaitu Kota Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang masing-masing sebesar 85,32% dan 58,98%. Kualitas kredit yang diberikan pada triwulan laporan menunjukkan perbaikan. Kondisi ini tercermin dari menurunnya rasio Non Performing Loan (NPL) gross bank umum, yaitu dari 3,29% pada triwulan sebelumnya menjadi 2,36%. Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dialami oleh sektor perindustrian, yaitu sebesar 7,88% yang berarti di atas ketentuan Bank Indonesia yang sebesar 5%. Sementara itu, NPL sektor-sektor ekonomi lainnya masih berada dalam kategori baik (dibawah 5%). Tabel 3.6 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi No Sektor Ekonomi TW III-09 Nominal NPL NPL (%) Kredit TW IV-09 Nominal NPL NPL (%) Kredit TW I-10 Nominal NPL NPL (%) Kredit 1. Pertanian 1,208, , ,350, , ,855 8, Pertambangan 29, , , Perindustrian 459,335 34, ,242 32, ,444 32, Listrik, Gas dan Air 26, ,852-27, Konstruksi 252,991 8, ,442 8, ,199 9, Perdagangan, Restoran dan Hotel 2,628,817 93, ,740,329 94, ,922,069 46, Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi 98, , ,869 2, Jasa-jasa Dunia Usaha 326,087 9, ,406 7, ,169 14, Jasa-jasa Sosial Masyarakat 138,022 3, , ,445 5, Lain-lain 3,700,457 60, ,686,040 50, ,282,810 94, J U M L A H 8,869, , ,116, , ,123, ,

78 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Dilihat dari spread bunga (grafik 3.8), terlihat bahwa margin keuntungan perbankan di Provinsi Jambi pada triwulan laporan mengalami penurunan. Margin rata-rata tertimbang 30 antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito 3 (tiga) bulan turun dari 7,58% menjadi 6,38% pada triwulan laporan. Penurunan ini dipicu oleh semakin rendahnya suku bunga kredit pada triwulan laporan, sementara suku bunga simpanan tetap, sehingga menyebabkan keuntungan dari margin bunga yang diperoleh pada triwulan laporan relatif lebih kecil dibandingkan triwulan sebelumnya. Persen (%) Grafik 3.5 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi Margin Kredit Deposito 3 Bulan SBI Jul Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des Jan Feb Ekspektasi dan respon perbankan terhadap penurunan BI Rate, yang sampai dengan triwulan laporan masih stabil diangka 6,5%, cukup berpengaruh dengan turunnya suku bunga kredit. Pada triwulan laporan, suku bunga kredit turun sebesar 5 bps yaitu menjadi 13,69%, dan suku bunga simpanan tetap di kisaran 7,31%. C. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kinerja BPR pada triwulan laporan mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya, tercermin dari jumlah aset, DPK dan penyaluran kredit yang 30 Data menggunakan suku bunga rata-rata tertimbang bank umum pemerintah s.d. bulan Februari

79 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH mengalami pertumbuhan positif. Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi Jambi mencapai sebesar Rp270,29 miliar atau meningkat 10,66% dibanding pada triwulan sebelumnya yang sebesar Rp244,25 miliar. Sementara itu, jumlah penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh BPR di Provinsi Jambi meningkat sebesar Rp21,92 miliar (11,75%), dan penyaluran kredit tumbuh sebesar Rp8,06 miliar (3,23%). Lebih tingginya peningkatan jumlah penghimpunan dana dibandingkan penyaluran kredit pada triwulan laporan menyebabkan Loan to Deposits Ratio (LDR) mengalami penurunan, yaitu menjadi sebesar 91,89% dari sebelumnya sebesar 98,37%. Sementara itu, kualitas kredit menunjukkan perbaikan, yaitu dengan menurunnya persentase Non Performing Loan (NPL) menjadi 7,38%. 55

80 Halaman ini sengaja dikosongkan

81 BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH APBD Provinsi Jambi (tidak termasuk anggaran pemerintah kota dan kabupaten) tahun 2010 sebesar Rp1,50 triliun, turun 7,14% dari APBD tahun lalu yang sebesar Rp,62 triliun. Dari sisi anggaran pendapatan, jumlah anggaran pendapatan daerah Provinsi Jambi tahun 2010 sebesar Rp1,30 triliun atau meningkat 3,82% dibandingkan anggaran pendapatan tahun 2009 yang sebesar Rp1,26 triliun. 41 Dari kondisi tersebut, jumlah defisit anggaran selama tahun 2010 diperkirakan sebesar Rp200,00 miliar yang akan dibiayai dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya. Grafik 4.1. APBD Provinsi Jambi miliar (Rp) persen (%) , (4.14) (7.14) Pendapatan (aksis kiri) Belanja (aksis kiri) % Pertumbuhan Pendapatan (aksis kanan) % Pertumbuhan Belanja (aksis kanan) Sumber: Biro Keuangan (diolah) Sementara, realisasi anggaran pendapatan tahun 2009 telah mencapai 104,85% dari target penerimaan sebesar Rp1,29 triliun. Sedangkan realisasi 41 APBD Provinsi Jambi tahun 2010 ini disahkan tanggal 5 Oktober

82 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH anggaran belanja tahun 2009 sebesar mencapai 91,76% (Rp1,53 triliun), lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun 2008 (lihat tabel 4.1) Tabel 4.1. Realisasi APBD Provinsi Jambi tahun 2009 URAIAN ANGGARAN REALISASI SMT.I-2009 REALISASI SMT.II Nominal Persen Nominal Persen PENDAPATAN 1, , Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Pendapatan Transfer Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya Dana Penyesuaian Lain-lain Pendapatan yang Sah Pendapatan Dana Darurat BELANJA 1, , Belanja Operasi 1, Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan Belanja Modal Belanja Tanah Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Bangunan dan Gedung Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya Belanja Tak Terduga Belanja Tak Terduga Transfer Transfer Bagi Hasil Ke Kab/Kota/Desa Bagi Hasil Pajak Bagi hasil Retribusi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) A. Anggaran Pendapatan Tahun 2010 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi pada tahun 2010 diperkirakan akan meningkat sebesar 3,82% dari tahun Secara nominal, peningkatan pendapatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun Dana Perimbangan dari pusat. Di tahun 2010 PAD sebesar Rp23,50 miliar (3,72%) serta dana perimbangan sebesar Rp24,54 miliar (3,16%). 58

83 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Meningkatnya PAD Jambi disebabkan oleh meningkatnya retribusi daerah sebesar Rp12,25 miliar (45,10%), pajak daerah Rp7,01 miliar (1,65%) serta hasil pengelolaan pajak daerah yang dipisahkan Rp6,33 miliar (133,74%). Secara umum, pendapatan daerah Provinsi Jambi masih bertumpu pada jumlah dana perimbangan dengan pangsa sebesar 61,39% dari total pendapatan daerah yang berarti ketergantungan daerah terhadap transfer dana dari pusat sangat besar. Jika Pemerintah Daerah Provinsi Jambi mampu mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan daerah dan digunakan seefektif serta seefisien mungkin untuk kemajuan daerah, niscaya tingkat kesejahteraan masyarakat Jambi bisa lebih baik lagi. Tabel 4.2. Pendapatan APBD Provinsi Jambi Tahun 2010 (dalam miliar Rupiah) Keterangan APBD APBD APBD APBD APBD Perubahan (%) Pendapatan Daerah Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Pajak daerah yang dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah (8.69) Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil pajak/bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus (42.20) Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Pendapatan Hibah Dana Darurat 5.00 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda Lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi dan Pemda Lainnya Bantuan Dana Kontijensi/Penyeimbang dr Pemerintah Total Pendapatan , , , B. Anggaran Belanja Tahun 2010 Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Jambi pada tahun 2010 diperkirakan akan menurun sebesar 7,14% dari tahun lalu. Menurunnya sisa lebih perhitungan anggaran tahun 2010 dibandingkan dengan tahun sebelumnya menyebabkan menurunnya dana yang dapat dipergunakan dalam APBD Penurunan belanja pemerintah ini diikuti dengan menurunnya belanja langsung sebesar Rp137,10 miliar (-14,66%). Sementara itu, belanja tidak langsung mengalami peningkatan Rp21,44 miliar (3,13%). Menurunnya anggaran belanja langsung tahun 2010 diikuti dengan penurunan belanja barang dan jasa serta belanja modal masing-masing sebesar 59

84 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Rp82,91 miliar (19,52%), dan Rp57,72 miliar (12,77%) sementara belanja pegawai tetap meningkat. Belanja barang dan jasa serta modal merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan pembangunan secara langsung. Meningkatnya anggaran belanja tidak langsung terutama disebabkan oleh meningkatnya belanja pegawai dan belanja hibah masing-masing sebesar Rp45,55 miliar (12,82%) dan Rp43,30 miliar (1237,44%). Tabel 4.3. Belanja APBD Provinsi Jambi Tahun 2010 (dalam miliar Rupiah) Keterangan APBD APBD APBD APBD APBD Perubahan (%) Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Subsidi - Belanja Hibah , Belanja Bantuan Sosial (85.74) Belanja Bagi Hasil Kpd Provinsi/Kab/Kota dan Desa Belanja Bantuan Keuangan Kpd Provinsi/Kab/Kota dan Desa (48.78) Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung (14.66) Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa (19.52) Belanja Modal (12.77) Total Belanja 1, , , , , (7.14) Sementara itu, belanja pada APBD 2010 menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasinya, belanja terbesar diperuntukkan untuk otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian yaitu sebesar 34,8% dari total belanja, diikuti oleh urusan pekerjaan umum 17,9%; pendidikan 12,1%; kesehatan 9,4%; pertanian sebesar 6,6%; tenaga kerja 2,2%; perumahan 1,9%; kepegawaian 1,5% serta lainnya 13,7%. Anggaran otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian; pekerjaan umum, pendidikan, pertanian dan perumahan mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu dengan penurunan terbesar adalah untuk pertanian (39,0%). Anggaran pekerjaan umum menurun Rp57,19 miliar (17,5%). Selama ini anggaran pekerjaan umum masih di bawah kebutuhan anggaran penanganan ideal yang dibutuhkan. Oleh sebab itu penggunaan dana infrastruktur saat ini adalah berdasarkan skala prioritas dimana pemeliharaan jalan supaya tidak putus. 60

85 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Anggaran kesehatan tahun 2010 meningkat Rp20,34 miliar (16,9%). Peningkatan ini diharapkan dapat memperbaiki pelayanan kesehatan yang bermutu dan berbiaya murah (gratis) bagi masyarakat, terutama bagi golongan yang kurang mampu. Grafik 4.2. Perkembangan Belanja per Dinas Otoda (5.0) (17.5) (7.4) 16.9 (39.0) 43.5 (17.7) Pkrjn Umum Pnddkn Kshtn Pertanian Tng Krj Prmhn Kpgwn Pertumbuhan %), RHS Tng Krj 2.2% Prmhn 1.9% Grafik 4.3. Distribusi Belanja APBD Provinsi Jambi Pertanian 6.6% Kshtn 9.4% Kpgwn 1.5% Lainnya 13.7% Pnddkn 12.1% Pkrjn Umum 17.9% Otoda 34.8% C. REALISASI PENDAPATAN DAERAH TAHUN 2009 Sampai dengan semester II tahun 2009, realisasi pendapatan Provinsi Jambi telah mencapai 104,85% dari target penerimaan (Rp1,29 triliun) atau setara dengan Rp1,35 triliun. Realisasi pendapatan ini lebih rendah dibandingkan pencapaian realisasi pendapatan pada semester II tahun 2008 yang mampu mencapai Rp1,44 triliun. Penurunan realisasi pendapatan terutama berasal dari lebih rendahnya pendapatan asli daerah (PAD) pada tahun Penurunan terbesar terutama disumbangkan oleh realisasi pajak daerah yang turun sebesar Rp88,47 miliar (16,79%). Grafik 4.4. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi 61

86 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH miliar (Rp) persen (%) Pendapatan (aksis kiri) Realisasi Pendapatan (aksis kiri) % Realisasi Pendapatan (aksis kanan) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV Sumber: Biro Keuangan (diolah) Mulai tahun 2007 laporan realisasi APBD dilakukan per-semester Dari segi pencapaian realisasi pendapatan, komponen lain-lain pendapatan asli daerah yang sah memiliki realisasi tertinggi yang mencapai 173,90%, diikuti oleh komponen dana bagi hasil bukan pajak (SDA) yang mencapai 121,44% serta komponen hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan mencapai 104,45% pada semester II tahun SMT I SMT II SMT I SMT II SMT I SMT II D. REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2009 Belanja pemerintah Provinsi Jambi tahun 2009 terdiri dari belanja operasi, belanja modal, belanja tak terduga serta transfer. Sampai dengan semester II tahun 2009, realisasi belanja mencapai 91,76% (Rp1,53 triliun). Realisasi belanja tahun 2009 masih lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun 2008 yang hanya mencapai 86,94%. Grafik 4.5. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi 62

87 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH miliar (Rp) persen (%) TW I TW II TW III TW IV Belanja (aksis kiri) Realisasi Belanja (aksis kiri) % Realisasi Belanja (aksis kanan) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV Sumber: Biro Keuangan Mulai tahun 2007, laporan realisasi APBD per-semester Berdasarkan jenis belanja, realisasi belanja terbesar secara nominal adalah untuk belanja operasi yaitu sebesar Rp910,64 miliar diikuti dengan belanja modal sebesar Rp445,68 miliar. Belanja operasi terealisasi sebesar 90,96% dari anggaran dengan komposisi biaya terbesar (secara nominal) untuk belanja pegawai yaitu sebesar Rp378,63 miliar diikuti dengan belanja barang sebesar Rp348,27 miliar. Dari sisi belanja modal, pengeluaran terbesar dari komponen belanja ini adalah untuk belanja jalan, irigasi dan jaringan yaitu sebesar Rp282,02 miliar (terealisasi 93,06%). Sementara itu, anggaran transfer terealisasi sebesar Rp173,40 miliar (99,11%) di tahun Belanja transfer merupakan transfer bagi hasil pajak ke kabupaten/kota/desa di Provinsi Jambi. SMT I SMT II SMT I SMT II SMT I SMT II E. Keuangan Pemerintah Daerah Perkembangan simpanan pemerintah daerah di perbankan Jambi mencapai Rp1,33 triliun pada triwulan laporan (posisi Februari 2010), meningkat sebesar 97,13% dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan jenisnya, simpanan pemerintah daerah paling besar dalam bentuk giro (88,77%), diikuti dengan deposito (10,43%). Grafik 4.6. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi 63

88 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (dalam miliar Rupiah) 1,800 1,600 Deposito Giro 1,400 1,200 1, jan feb mar apr mei jun jul agus sep okt nov des jan feb mar apr mei jun jul agus sep okt nov des jan feb Periode awal tahun anggaran 2010, realisasi belanja pemerintah daerah belum seluruhnya optimal. Belanja pemerintah daerah masih terbatas pada realisasi belanja operasional (belanja gaji pegawai dan belanja operasional rutin lainnya). Dampaknya, simpanan pemerintah daerah meningkat drastis dikarenakan transfer dana perimbangan (khususnya dana alokasi umum/dau) dari pemerintah pusat terus mengalir ke rekening pemerintah daerah, sementara realisasi belanja masih belum optimal. 64

89 Boks 2. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi Jambi Tahun 2010 Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi Jambi merupakan salah satu rangkaian dan tahapan perencanaan yang bertujuan menyusun dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun Kegiatan ini didasari pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Musrenbang Provinsi Jambi tahun 2010 diselenggarakan selama 4 hari, dari tanggal 12 April 2010 sampai dengan 15 April Acara ini diikuti oleh komisikomisi dan Badan Anggaran DPRD Provinsi Jambi, Kepala SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Jambi, Kepala Bappeda dan Kepala SKPD terkait di lingkup Pemerintah Kabupaten/Kota, Asosiasi Profesi serta Perwakilan dari Masyarakat. 1. Kebijakan Pembangunan Nasional. 2. Kebijakan Penataan Ruang Nasional. 3. Arah dan Kebijakan Pembangunan Provinsi Jambi Tahun Pembahasan Usulan Program dan Kegiatan Masing-masing Kabupaten/Kota. Berdasarkan Rencana Pola dan Struktur Ruang maka RKPD Provinsi Jambi 2011 diarahkan kepada penguatan hirarki pusat-pusat kegiatan dengan melaksanakan pembangunan dan pengembangan infrastruktur dasar perkotaan. Pada tahun 2011, program prioritas RKPD Provinsi Jambi tahun 2011 adalah: 1. Pembangunan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Pelayanan Dasar 2. Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Kebudayaan 3. Penataan Kelembagaan 4. Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup Fokus pembangunan tersebut juga diikuti oleh seluruh kabupaten/kota. Pembangunan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Pelayanan Dasar Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan dasar merupakan fokus utama provinsi Jambi di tahun Fokus pengembangan sektor ini terutama untuk pembangunan dan pemeliharaan jalan, pengembangan irigasi, pengembangan sektor energi, serta pembangunan dan pengembangan sarana perhubungan. Pembangunan jalan baik berupa pembangunan jalan provinsi maupun kabupaten tetap menjadi prioritas utama. Kondisi infrastruktur jalan darat yang buruk akan menghambat aktivitas ekonomi. Rusaknya infrastruktur akan menyebabkan tingginya biaya distribusi sehingga harga-harga barang akan meningkat. Sementara itu dari sisi petani, kondisi ini dapat menyebabkan turunnya pendapatan. Dari sisi perhubungan, kabupaten kerinci sudah meresmikan bandara di awal tahun ini. Saat ini baru sebuah penerbangan yang beroperasi ke Kerinci dari Kota i

90 Jambi. Adanya pembangunan bandara ini diharapkan semakin mempermudah akses komunikasi antara wilayah barat dan timur provinsi Jambi. Sementara itu, pengembangan bandara Bungo sudah sampai tahap pengerasan untuk landasan pacu. Pengembangan sumber energi baru sudah dirintis oleh beberapa kabupaten. Pengembangan sumber energi alternatif diharapkan dapat terlaksana dengan segera. Sampai dengan saat ini Jambi masih mengalami defisit listrik. Produksi listrik di Jambi hanya mencukupi kurang dari 40% kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan listrik bergantung pada jaringan interkoneksi Sumatera. Oleh sebab itu diperlukan pengembangan sumber energi baru yang murah. Pengembangan sumber energi listrik di Jambi adalah: Kabupaten Bungo - Pemasangan jaringan listrik, Saluran Udara Tegangan Menengah/ Rendah dan Travo - Peningkatan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hydro - Pengadaan PLTS 801 unit : Dusun Senamat Ulu, Timbolasi dan Sei. Telang Kabupaten Merangin Saat ini masih terdapat 38% desa di Kabupaten Merangin yang belum dialiri listrik. Pengembangan sumber energi yang akan dibangun adalah: - Peningkatan Kapasitas PLTMH (Desa Tanjung Dalam, Lembah Masurai) - Peningkatan kapasitas PLTMH (Desa Tuo, Lembah Masurai) - Pembangunan Baru PLTMH (Desa Renah Pelaan, Jangkat) - Peningkatan/Penggantian PLTMH (50 KWH) dan Penggantian Jaringan Tegangan Rendah (JTR) (Desa Rantau Suli, Sungai Tenang) Kabupaten Kerinci - Pembangunan Pembangkit Listrik Mikrohidro (PLTMH) di Kabupaten Kerinci (2 lokasi) - Pengembangan dan Pembangunan PLTS (2 lokasi) - Percepatan Pembangunan PLTA Kerinci Kabupaten Tanjung Jabung Timur - Pengembangan listrik SIS di 73% kecamatan dan 46,2% desa - Pengembangan PLTS di 12 Desa dengan ruang lingkup mencapai 40% di setiap desa Kabupaten Sarolangun - Pembangunan PLTMH Telun Seluro Kecamatan Batang Asai - Pembangunan Jaringan Listrik Tegangan Menengah (JLTM) - Pembangunan Jaringan Listrik Tegangan Rendah (JLTR) ii

91 Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Kebudayaan Pengembangan SDM dan kebudayaan difokuskan pada pendidikan dan kesehatan. Pengembangan kedua sub sektor ini merupakan kelanjutan dari programprogram sebelumnya. Peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan, pengembangan sarana dan prasarana sekolah, dan pencanangan program melek huruf merupakan beberapa program dari sub sektor pendidikan. Sementara pengembangan layanan kesehatan diutamakan untuk pengembangan rumah sakit, puskesmas dan jejaringnya, serta penanganan penyakit-penyakit tertentu. Penataan Kelembagaan Penataan kelembagaan akan dilaksanakan melalui penguatan dan pemberdayaan lembaga baik dari tingkat desa sampai ke tingkat kabupaten. Dengan adanya program ini diharapkan iklim usaha akan semakin membaik sehingga memicu para pengusaha untuk menanamkan modalnya di Jambi. Mudahnya pemberian izin usaha akan meningkatkan minat pengusaha untuk melegalkan usaha mereka misalnya untuk usaha batubara dan bahan galian. Meningkatnya izin usaha untuk komoditi ini akan memicu meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD). Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup Fokus pengembangan perekonomian di Jambi disesuaikan dengan struktur ekonomi masing-masing daerah. Namun demikian, sektor pertanian tetap menjadi prioritas utama pengembangan mengingat dapat menyerap banyak tenaga kerja. Oleh sebab itu pengembangan sektor pertanian yang didukung oleh teknologi memadai serta pengembangan sektor industri yang tepat diharapkan dapat lebih mengoptimalkan kinerja pertanian di Jambi. Fokus utama pengembangan sektor pertanian terdapat pada sub sektor perkebunan dan tanaman bahan makanan selain juga sub sektor peternakan dan perikanan untuk beberapa daerah tertentu. Pengembangan sub sektor tanaman bahan makanan diusulkan melalui: - Peningkatan produksi pertanian melalui penyediaan dan sertifikasi bibit unggul, pengelolaan distribusi pupuk serta penanganan pasca panen yang tepat. - Peningkatan penerapan teknologi pertanian melalui penyediaan sarana dan prasarana pertanian, pengembangan irigasi. - Peningkatan pemanfaatan lahan untuk pertanian (terutama lahan tidur) dan penyusunan kebijakan pencegahan alih fungsi lahan pertanian. Sementara itu, pengembangan sub sektor perkebunan lebih diarahkan kepada pengembangan kelapa sawit dan karet yang merupakan komoditi unggulan Jambi. Beberapa pengembangan sub sektor perkebunan yang diusulkan adalah: - Peremajaan karet dan optimalisasi program revitalisasi perkebunan iii

92 - Perluasan areal perkebunan - Peningkatan sarana dan prasarana perkebunan dengan pengembangan jalan produksi - Perbaikan fasilitas yang mendukung pemasaran produk perkebunan seperti di pasar lelang karet. REKOMENDASI 1. Peningkatan integrasi program RKPD provinsi Jambi. Saat ini intergrasi program pengembangan belum terlaksana dengan baik antar kabupaten/kota sehingga terjadi tumpang tindih. Beberapa kabupaten/kota mengusulkan program yang serupa (misal pengembangan sumber energi). Pengembangan ini akan lebih optimal jika difokuskan daerah mana yang akan menjalankannya dan bagaimana penyalurannya sehingga biaya akan lebih efisien dan waktu pengerjaan akan lebih cepat. 2. Pemerintah daerah sebaiknya lebih fokus dalam menentukan rencana program ke depan beserta targetnya. Beberapa kabupaten/kota belum fokus dalam menentukan target yang akan dicapai dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini terlihat dari terlalu banyaknya program-pogram yang diusulkan. Banyaknya program tentu akan berdampak pada semakin sedikitnya anggaran, waktu dan tenaga kerja yang tersisa untuk menjalankan program tersebut sehingga hasilnya akan kurang optimal. iv

93 BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Pada periode triwulan laporan, perkembangan pembayaran tunai di Jambi mengalami penurunan, sedangkan pembayaran non tunai mengalami peningkatan. Penurunan pembayaran tunai tercermin pada jumlah aliran uang masuk/inflows dan uang keluar/outflows Bank Indonesia yang berasal dari setoran dan pembayaran kepada bank-bank umum di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Jambi. Sementara untuk pertumbuhan pembayaran non-tunai dapat dilihat dari meningkatnya volume aktivitas kliring dan nominal transaksi RTGS di Provinsi Jambi selama kurun waktu periode laporan. Tabel 5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KBI Jambi Uraian Pertumbuhan (q-t-q) Trw. III Trw. IV Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I Nominal Persen Nilai Kliring (juta Rp) 2,066,986 2,010,418 1,413,797 1,585,118 1,600,873 1,721,046 1,632,198 (88,848) (5.16) Volume Kliring (lembar warkat) 68,947 60,278 58,349 59,407 61,323 61,397 61, Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 226, , , , , ,196 (170,505) (43.98) Aliran Uang Keluar/Ouflows (juta Rp) 1,191, , , , , ,030 (809,041) (67.14) Net Inflows/ (Net Outflows) (juta Rp) (964,349) (137,123) 31,621 (798,483) (750,433) (817,370) ( ) 817,191 (99.98) RTGS dari jambi (miliar Rp) 7,204 7,384 5,511 6,168 6,554 8,032 9,259 1, RTGS ke Jambi (miliar Rp) 19,315 19,030 18,792 19,149 13,348 17,998 30,773 12, Penemuan Uang Palsu - Pecahan Rp , Pecahan Rp50.000, Pecahan Rp20.000, Pecahan Rp10.000, Jumlah PTTB (juta Rp) 63,707 70,922 29,578 25,812 78, , ,156 (18,816) (12.63) Perbandingan PTTB thd. Inflows (%) Cek dan BG Kosong - Lembar , (178) (19.91) - Nominal (juta Rp) 28,487 32,389 27,286 34,355 29,945 24,805 19,222 (5,584) (22.51) A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai A.1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi Pada triwulan laporan, perkembangan sistem pembayaran tunai mengalami penurunan, baik dari sisi penerimaan (inflow) maupun aktivitas pembayaran (outflow), jika dibandingkan dengan periode triwulan sebelumnya. 65

94 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Pergerakan outflow di bulan Maret 2010 mencapai sebesar Rp220,07 miliar atau sebesar 55,57% dari total outflow triwulan laporan. Rp miliar 1,600 1,400 1,200 1, Q1-03 Grafik 5.1 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi Q2- Q Q4-03 Q1- Q Persen -200 Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q Inflo ws Outflows Net Outflows Pert. Net Outflows (%) 2,800 2,300 1,800 1, Pada triwulan laporan, aliran kas keluar bersih (net cash outflow) menurun sebesar Rp638,54 miliar (78,12%). Arus kas masuk (cash inflow) turun sebesar Rp170,50 miliar (43,98%) menjadi Rp217,20 miliar, sedangkan aliran kas keluar (cash outflow) turun sebesar Rp809,04 miliar (67,14%) menjadi Rp396,03 miliar. A.2. Penyediaan Uang Layak Edar Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang tidak layak edar (lusuh/rusak) yang masuk ke Bank Indonesia ditujukan untuk menjaga kelayakan uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, jumlah ratio PTTB dibandingkan inflows sebesar 59,93% (Rp130,15 miliar). A.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan Pada triwulan laporan tidak ditemukan uang palsu pada pecahan berapapun. Untuk menjaga tidak beredarnya uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor Bank Indonesia Jambi masih terus melakukan kegiatan Sosialisasi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah kepada masyarakat. 66

95 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai B.1. Perkembangan Kliring Lokal Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1.632,20 miliar atau turun sebesar 5,16% dibandingkan triwulan sebelumnya. Sebaliknya, jumlah warkat kliring justru mengalami peningkatan sebesar 0,79%, yaitu dari lembar menjadi lembar. Di sisi lain, jumlah cek dan BG kosong mengalami penurunan sebesar 19,91%, yaitu dari 894 lembar menjadi 716 lembar. Penurunan tersebut diikuti juga dengan penurunan secara nominal jumlah penolakan sebesar 22,51%, yaitu dari Rp24,81 miliar menjadi Rp19,22 miliar. Grafik 5.2 dan 5.3 Perkembangan Nominal dan Volume Kliring dalam miliar Rupiah Persen 2,500 1,932 2, ,010 2,000 1,671 1,414 1,585 1,601 1, , , , (4.41) (2.74) (5.16) (5) 500 (15) - Trw.I Trw.II Trw. III Trw. IV Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IVTrw. I Nilai Kliring Grafik 5.2 Pertumbuhan Nilai Kliring (25) lembar warkat Persen 120, ,000 40,000 67,008 2,89 68,947 60,526 60,278 59,407 58,349 61,323 61,397 61, (3.20) - (12.57) (15) Trw.I Trw.II Trw. III Trw. IV Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw. I Volume Kliring Pertumbuhan Volume Kliring Grafik 5.3 B.2. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) di Kantor Bank Indonesia Jambi secara total (keluar dan masuk/dari dan ke) meningkat yaitu sebesar 53,79% sehingga menjadi sebesar Rp40,03 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp26,03 triliun. Transfer masuk ke Provinsi Jambi meningkat sebesar Rp12,75 triliun (174,72%) dan transfer keluar dari Provinsi Jambi meningkat sebesar Rp1,23 triliun (16,95%) pada triwulan I tahun

96 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS (dalam miliar rupiah) Kumulatif Triwulanan Rata-Rata Harian Pertumbuhan Keterangan Kumulatif triwulanan Rata-rata harian Dari Ke Dari Ke Dari Ke Dari Ke TW I-07 5, , (28.00) (33.72) (31.48) (36.93) TW II-07 5, , (1.50) (1.50) TW III-07 6, , TW IV-07 6, , (8.26) (0.62) TW I-08 5, , (17.22) (17.22) TW II-08 6, , TW III-08 7, , TW IV-08 7, , (1.47) TW I-09 5, , (25.37) (1.25) (22.84) 2.10 TW II-09 6, , (3.03) TW III-09 6, , (30.29) 8.00 (29.15) TW IV-09 8, , TW I-10 9, , Sumber: & KBI Jambi 68

97 BAB VI KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Pada periode triwulan laporan, hasil survei ekspektasi konsumen (SEK) menunjukkan bahwa nilai saldo kondisi pengangguran serta ekspektasi masyarakat terhadap kondisi pengangguran masih berada pada level pesimis. 32 Sementara, jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang pendidikan pada triwulan laporan menurun signifikan sebesar 70,41% jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. 33 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (posisi bulan Februari 2010) mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya (posisi Desember 2009). Upah minimum Provinsi (UMP) Jambi pada tahun 2010 meningkat sebesar 12,50% dari sebesar Rp ,00 pada tahun 2009 menjadi Rp ,00 (tahun 2010). Sementara itu, rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup layak (KHL) pada triwulan I tahun 2010 menurun sebesar 1454 bps jika dibandingkan triwulan IV tahun A. Ketenagakerjaan Daerah Berdasarkan data ketenagakerjaan terbaru yang dikeluarkan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jambi pada bulan Maret tahun 2010, jumlah pencari kerja menurun sebesar 70,41% jika dibandingkan triwulan sebelumnya. 35 Hal ini dikarenakan pada triwulan sebelumnya berlangsung kegiatan penerimaan pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan pemerintah daerah seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jambi yang menyebabkan angka pencari kerja 32 Nilai saldo dibawah 100 artinya berada pada level pesimis. Jika nilai saldo meningkat, berarti masyarakat memandang kondisi pengangguran membaik. 33 Perbandingan pada 2 bulan awal periode triwulanan. Posisi data bulan Januari-Februari 2010 (triwulan I-2010) dibandingkan posisi data bulan Oktober-November (triwulan IV-2009). Data pencari kerja terkini tersedia sampai dengan bulan Februari Rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) dinyatakan dalam satuan persen (%). 35 Posisi data bulan Januari-Februari 2010 (triwulan I-2010) dibandingkan posisi data bulan Oktober-November (triwulan IV-2009) 69

98 KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN meningkat signifikan. Minat masyarakat untuk menjadi PNS sangatlah besar sehingga mendorong pencari kerja terutama tingkat pendidikan Sarjana untuk ikut tes penerimaan CPNS tahun Secara nominal, jumlah pencari kerja didominasi oleh tingkat pendidikan dari SLTA sebanyak orang, diikuti dengan sarjana sebesar 206 orang dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan distribusinya (share), pencari kerja dengan jenjang pendidikan SLTA merupakan bagian terbesar pencari kerja (69,73%) diikuti oleh lulusan sarjana (S1&S2) sebesar 13,07%. (orang) 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Grafik 6.1. Jumlah Pencari Kerja dan Pertumbuhannya di Provinsi Jambi Grafik 6.2. Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi Jambi (10.56) Total Pencari Kerja g.pencari kerja (55.63 ) (50.26) (8.28) (2.33) (55.64 ) (65.90) Sumber: Dinas Sosnakertrans Provinsi Jambi, (28.14) (%) (50) (100) orang 2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1, SD SLTA D III/Sarjana Muda Sumber:Dinas Sosnakertrans Provinsi Jambi, Grafik 6.1 Grafik 6.2 Berdasarkan survei ekspektasi konsumen, jumlah penganguran saat ini dibandingkan 6 s.d 12 bulan yang lalu menunjukkan penurunan. Kondisi ini tercermin dari menurunnya nilai saldo kondisi pengangguran dari sebesar 77,33 pada triwulan IV-2009 menjadi 66,77 pada triwulan I Sejalan dengan hal tersebut, nilai saldo ekspektasi konsumen terhadap kondisi pengangguran menunjukkan penurunan nilai saldo yaitu dari sebesar 70,00 menjadi 67,33. Nilai saldo kondisi pengangguran serta ekspektasi terhadap pengangguran masih berada pada level pesimis pada triwulan laporan menunjukkan bahwa masyarakat memandang kondisi ketenagakerjaan masih kurang kondusif. SLTP DI/DII Sarjana 70

99 KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Grafik 6.3. Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran Indeks Ekspektasi pengangguran Kondisi pengangguran II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: Bank Indoneisa (diolah) B. Kesejahteraan Pergerakan inflasi Kota Jambi pada triwulan laporan meningkat sebesar 1,53%/q-t-q jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya harga-harga beberapa kebutuhan pokok tersebut pada akhirnya menyebabkan naiknya ratarata triwulanan kebutuhan hidup layak (KHL) di Provinsi Jambi sebesar 34,09%, yaitu dari Rp ,00 pada triwulan IV-2009 menjadi Rp ,00 pada triwulan laporan. Grafik Perkembangan Harga Rata-rata Bulanan Beberapa Bahan Kebutuhan Pokok Rp Rp Rp 160,000 7,000 9, , , ,000 80,000 60, ,500 6,000 5,500 5,000 4,500 4,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1, Merk Anggur Merk King Merk Belida IR 64 (aksis kanan) IR 42 (aksis kanan) Perkembangan Harga Beras Segi Tiga Biru Merk Lencana Perkembangan Harga Tepung Terigu Grafik 6.4 Grafik

100 KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Rp 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2, Bimoli Botol Special Tanpa Merk Perkembangan Harga Minyak Goreng Grafik 6.6 Rp 40,000 32,000 24,000 16,000 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi, , Ayam Kampung (aksis kiri) Susu Merk Dancow (aksis kiri) Kacang Kedelai Impor Daging Ayam Broiler (aksis kiri) Bawang Merah Perkembangan Harga Komoditas lainnya Grafik 6.7 Perkembangan harga rata-rata beberapa bahan kebutuhan pokok (lihat Grafik ) mengalami perkembangan yang cukup beragam. Harga rata-rata beras ukuran 20 kg, yaitu Merek Anggur, Merek King dan Merek Belida mengalami peningkatan harga pada kisaran Rp9.531-Rp11.205/20kg selama periode triwulan laporan. 36 Rp 20,000 Peningkatan harga juga terjadi pada harga rata-rata gula selama triwulan laporan. Tren peningkatan harga gula dimulai pada awal tahun 2009 terus berlanjut sampai dengan akhir periode triwulan I Bahkan, harga gula sempat mencapai Rp11.500/kg di akhir tahun 2009 dan relatif bergerak stabil sampai dengan akhir Maret Sejalan dengan hal tersebut, peningkatan harga terjadi pada komoditas minyak goreng, daging ayam (broiler dan kampung), bawang merah, kacang hijau, dan susu. Pada periode triwulan laporan, harga rata-rata minyak goreng curah (tanpa merek) mengalami peningkatan sebesar Rp1.116/kg. Sejalan dengan hal tersebut, kelompok harga daging ayam, yaitu daging ayam broiler dan daging ayam kampung naik secara rata-rata masing-masing sebesar Rp692/kg dan Rp163/kg. Sementara, harga rata-rata bumbu-bumbuan seperti cabe merah keriting dan cabe merah biasa mengalami penurunan. Pada triwulan laporan, tantangan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya semakin berat. Hal ini tercermin dari menurunnya kemampuan Upah Minimum Provinsi (UMP) dalam memenuhi kebutuhan hidup 16,000 12,000 8,000 4, Sumber: Disperindag Provinsi Jambi,

101 KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN layak (KHL). Sebagaimana diketahui, Upah Minimum Provinsi (UMP) 37 Provinsi Jambi tahun 2010 yang telah ditetapkan sebesar Rp per bulan, meningkat 12,50% dibandingkan tahun 2009 sebesar Rp ,00. Rasio UMP terhadap rata-rata KHL mengalami penurunan dari 90,30% pada triwulan IV menjadi 75,76% pada triwulan I Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan UMP dalam menutupi KHM/KHL relatif semakin menurun. Bagi para pekerja yang mendapatkan upah sesuai dengan UMP atau bahkan dibawah UMP tentunya sangat berat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi pada bulan Februari Pada bulan Februari 2010, NTP sebesar 95,14 atau sedikit meningkat 0,34% dibandingkan bulan Desember 2009 (94,82). 38 Namun demikian, NTP yang masih berada dibawah 100 menunjukkan bahwa kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian relatif lebih rendah dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian. Indeks harga yang diterima petani (It) dari 5 sub sektor menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Februari 2010, It mengalami peningkatan sebesar 1,86% dibandingkan bulan Desember Sementara, indeks yang dibayar (Ib) petani juga meningkat sebesar 1,53% dibandingkan bulan Desember Namun demikian, peningkatan indeks yang dibayar (Ib) yang lebih kecil dibandingkan peningkatan indeks yang diterima (It) menyebabkan NTP pada bulan Februari 2010 masih relatif lebih baik dibandingkan NTP bulan Desember Biasanya Upah Minimun Provinsi disesuaikan 1 (satu) tahun sekali. 38 NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. 73

102 KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Tabel 6.1. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100) KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK Okt Nov Des Jan Feb PERSENTASE PERUBAHAN (%) (Nov Ke Sep) 1 Tanaman Padi Palawija a Indeks Diterima Petani Padi Palawija b Indeks Dibayar Petani Indeks Konsumsi Rumah Tangga Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-P) Hortikultura a Indeks Diterima Petani Sayur-sayuran Buah-buahan b Indeks Dibayar Petani Indeks Konsumsi Rumah Tangga Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-H) Tanaman Perkebunan Rakyat a Indeks Diterima Petani Tanaman Perkebunan Rakyat b Indeks Dibayar Petani Indeks Konsumsi Rumah Tangga Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) Peternakan a Indeks Diterima Petani Ternak Besar Ternak Kecil Unggas Hasil Ternak b Indeks Dibayar Petani Indeks Konsumsi Rumah Tangga Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) Perikanan a Indeks Diterima Petani Penangkapan Budidaya b Indeks Dibayar Petani Indeks Konsumsi Rumah Tangga Indeks BPPBM Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) PROVINSI JAMBI a INDEKS YANG DITERIMA (It) b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) c NILAI TUKAR PETANI (NTPp) Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah) C. Kemiskinan Dalam rangka turut mensukseskan program pemerintah dalam hal penanggulangan kemiskinan, pemerintah Jambi (melalui Bulog Divre Jambi) secara rutin membagikan beras miskin (raskin) kepada masayarakat yang berhak. Pada triwulan laporan, penyaluran raskin mencapai sebesar ton, menurun 47,85% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai ton Provinsi Jambi pada 2010 mendapat jatah Raskin sekitar ton untuk penyaluran selama 10 bulan bagi RTS tersebar di dua kota dan sembilan kabupaten dengan harga Rp1.600/Kg. 74

103 KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Grafik 6.8. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 14,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000,000-2,000,000 (50) - TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TRW IV TW I TW II TW III TRW IV TW I (100) Penyaluran Raskin (kg), aksis kiri Sumber: Bulog Prov. Jambi Sumber: Bulog Provinsi Jambi (diolah) Pertumbuhan Raskin (%), aksis kanan 75

104 Halaman ini sengaja dikosongkan

105 BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH Laju pertumbuhan kuartalan (q-t-q) PDRB Provinsi Jambi pada triwulan II diperkirakan masih mampu tumbuh positif dibandingkan triwulan I Pengeluaran konsumsi rumah tangga diperkirakan menjadi kontributor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi masih didominasi oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta jasa-jasa. Perkembangan harga-harga pada triwulan mendatang diperkirakan akan lebih tinggi dibanding triwulan laporan (q-t-q). Dengan demikian, inflasi tahunan (y-o-y) diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan laporan. Dari sisi permintaan, penyelenggaraan pemilihan umum Kepala Daerah Gubernur Jambi serta memasuki masa liburan sekolah memicu meningkatnya permintaan masyarakat sehingga harga-harga diperkirakan akan cenderung meningkat. Dari sisi penawaran, kenaikan tarif dasar listrik serta adanya potensi kenaikan harga minyak mentah dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahanbahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO), di pasar internasional disertai dengan belum membaiknya kondisi jalan dapat memicu meningkatnya angka inflasi Kota Jambi. A. Pertumbuhan Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan mendatang diperkirakan pada kisaran 5,3-6,3% (y-o-y). Pengeluaran konsumsi rumah tangga masih menjadi motor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Hal ini tercermin dari nilai indeks ekspektasi ekonomi sebesar 118,00 yang masih berada pada level optimis (nilai indeks diatas 100). Sejalan dengan hal tersebut, indeks ekspektasi penghasilan masyarakat terus tumbuh secara optimis dan berada pada level 148,67. Semakin 77

106 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH membaiknya perekonomian di Jambi meningkatkan harapan akan penghidupan yang lebih baik bagi masyarakat. Indeks Grafik 7.1. Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan Ekspektasi Penghasilan Ekspektasi ekonomi Ekspektasi pengangguran Ekspektasi penghasilan I II III IV I II III IV I II III IV I Hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) pada triwulan laporan menggambarkan rencana konsumsi dalam 6 s.d 12 bulan yang akan datang sebagian besar berada pada level pesimis, kecuali nilai saldo bersih rencana konsumsi barang sandang tercatat sebesar 145,33. Sedangkan indikator lainnya masih bertengger pada level pesimis yaitu: pembelian/perbaikan rumah (74,67); peralatan rumah tangga (56,67); perabotan rumah tangga (56,00); kendaraan bermotor (40,67); serta rekreasi/tamasya (73,33). Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan belanja masyarakat di triwulan II-2010 masih diutamakan untuk memenuhi kebutuhan pokok, dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Grafik 7.2. Rencana Konsumsi dalam 6-12 bulan yang akan datang Indeks I II III IV I II III IV I II III IV I Peralatan rumah tangga Perabotan rumah tangga Kendaraan bermotor Barang sandang Pembelian/perbaikan rumah Rekreasi/tamasya 78

107 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH Berdasarkan hasil SKDU triwulan I-2010, optimisme responden pada triwulan mendatang diyakini oleh pelaku usaha pada sektor pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik dan air minum (LGA); keuangan persewaan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa. Hal ini terlihat dari perkiraan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) untuk sektor-sektor tersebut yang masih positif (Tabel 7.1). Tabel 7.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha Saldo Bersih Tertimbang No Sektor/Subsektor Triwulan I-2010 Triwulan II-2010* 1 Pertanian 6.14 (2.63) 2 Pertambangan dan Penggalian (1.27) Industri Pengolahan Listrik dan Air Minum Bangunan - (0.69) 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran (1.27) (0.55) 7 Pengangkutan dan Komunikasi - (0.49) 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa (5.00) 3.75 Keterangan : *) Angka perkiraan Total Keterangan : Saldo Bersih = % naik dikurangi turun Saldo Bersih Tertimbang = Saldo Bersih dikalikan bobot Bobot didasarkan pada Distribusi PDRB Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Dari sisi penawaran, perkembangan sektor industri pengolahan diperkirakan akan meningkat pertumbuhannya. Perkembangan industri pengolahan baik industri pengolahan hasil komoditi pertanian maupun industri makanan dan minuman akan semakin membaik. Di sisi lain, sektor jasa-jasa juga diperkirakan akan meningkat. Adanya Pilkada di triwulan depan akan memicu meningkatnya usaha jasa yang mendukung semua atribut Pilkada. Selain itu, masa tahun ajaran baru juga ikue mendorong pertumbuhan sektor ini. Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia Jambi, pertumbuhan ekonomi tahunan (y-o-y) Provinsi Jambi pada triwulan II-2010 diperkirakan pada kisaran 5,30%-5,80% (skenario pesimis) atau sebesar 5,81%-6,30% (skenario optimis). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi sampai dengan akhir tahun

108 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH diperkirakan pada kisaran 6,00%-7,00% (skenario pesimis) atau sebesar 7,01%- 8,00% (skenario optimis). Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas pasca krisis ekonomi dunia, diperlukan langkah nyata dan effort yang lebih besar dari Pemerintah Daerah Jambi untuk memacu pertumbuhan ekonominya. Beberapa prasyarat agar pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi bisa tumbuh lebih baik, antara lain melalui: 1. Percepatan realisasi APBD terutama proyek-proyek fisik yang berorientasi memacu perekonomian. Infrastruktur merupakan kunci pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah dengan optimal. Sampai dengan triwulan I-2010, perkembangan proyekproyek fisik dengan dana APBD relatif masih rendah. Oleh sebab itu diharapkan pemerintah daerah dapat menyegerakan realisasi belanja modal APBD 2010 sehingga mampu mempercepat stimulus pembangunan ekonomi di Jambi. Pembangunan Infrastruktur bidang transportasi (terutama jalan dan jembatan) harus dipercepat dalam rangka meningkatkan pelayanan bagi aktivitas perdagangan serta mengurangi biaya distribusi akibat kurang kondusifnya sarana jalan dan jembatan. 2. Peningkatan koordinasi antar kabupaten/kota. Koordinasi pembangunan antar kabupaten/kota diharapkan dapat lebih ditingkatkan. Setiap daerah diharapkan dapat fokus dalam mencapai target pembangunan yang nantinya akan dimanfaatkan oleh daerah-daerah di sekitarnya. Pengembangan yang bersifat one village one product ini diharapkan dapat lebih mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber pendanaan yang ada. 3. Pengendalian Inflasi yang Forward Looking. Diperlukan keberlangsungan kebijakan penanganan inflasi (pengendalian harga-harga) yang koordinatif antar dinas/instansi terkait secara berkesinambungan sehingga dapat mendukung terciptanya inflasi yang relatif rendah dan stabil melalui pengendalian inflasi yang forward looking diantaranya melalui: a. Koordinasi antara FKPI Provinsi Jambi dengan Tim Pengendalian Inflasi di level pusat yang lebih intensif. 80

109 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH b. Meningkatkan kegiatan diseminasi untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat di daerah terkait kondisi dan prospek ekonomi dan resiko tekanan inflasi. c. Pemerintah daerah memberikan perhatian yang lebih kepada komoditas bahan makanan utama yang masih didatangkan dari luar daerah sehingga harganya berpotensi untuk bergejolak. 4. Optimalisasi Penyerapan Tenaga Kerja Daerah. Percepatan realisasi belanja modal pemerintah, terutama untuk proyek-proyek fisik serta program percepatan ekonomi lainnya harus mampu mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja lokal sehingga mampu membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Jambi yang berdampak pada menurunnya angka pengangguran dan kemiskinan, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Disamping itu, peningkatan program padat karya (misal: revitalisasi pertanian, perikanan dan peternakan, program pengembangan jalan lingkungan) dapat menjadi solusi untuk peningkatan penyerapan tenaga kerja. 5. Kebijakan Agrobisnis yang menguntungkan bagi petani dan pengusaha. Beberapa hal yang bisa dilaksanakan adalah: - Percepatan realisasi tersedianya industri hilir (misal industri minyak goreng, sabun dll) yang dapat menopang supply sawit dan karet untuk dioptimalkan menjadi komoditas yang memiliki value added labih baik sehingga dapat meningkatkan daya saing Provinsi Jambi dalam sektor perkebunan. - Perlunya pemberian subsidi dalam pemenuhan stok pupuk dan obat anti serangga/hama yang dapat digunakan untuk mendukung proses produksi sehingga petani tetap dapat mempergunakan jumlah pupuk yang seimbang dan sesuai untuk meningkatkan proses produksi. - Pengawasan distribusi pupuk yang komprehensif sehingga tidak terjadi kelangkaan di tingkat petani yang dapat mendorong peningkatan harga pupuk yang sangat memberatkan petani. - Penentuan tingkat harga yang saling menguntungkan antara petani dengan pengusaha sehingga terjadi hubungan bisnis yang kondusif. Oleh karena itu, perusahaan harus menghindari pembelian komoditas tersebut 81

110 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH melalui toke. 40 Hal ini dikarenakan toke membeli harga komoditas unggulan Jambi (sawit dan karet) ke petani dibawah harga pasar/harga yang telah ditetapkan sehingga merugikan petani. 6. Penguatan ekspor barang dan jasa. Penguatan ekspor di Jambi dapat dilakukan dengan perbaikan kualitas dan produktivitas komoditas utama ekspor (seperti karet dan kelapa sawit) sehingga dapat tetap menjaga daya saing di pasar internasional yang didukung dengan ketersediaan industri hilir. 7. Pertumbuhan kredit perbankan Mendorong laju pertumbuhan kredit Provinsi Jambi pada triwulan I-2010 berkisar 15-20% (y-o-y) melalui program-program pendampingan kepada usaha mikro dan kecil. B. Proyeksi Inflasi Secara tahunan (y-o-y), perkembangan harga-harga pada triwulan II-2010 diperkirakan relatif meningkat dibandingkan triwulan I Kondisi ini tercermin dari hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) yang menunjukkan bahwa keyakinan masyarakat terhadap perbaikan harga-harga masih berada pada level pesimis. Hal tersebut tercermin dari seluruh indikator ekspektasi harga yang memiliki nilai dibawah 100 atau berada dalam level pesimis (lihat Grafik 7.3). Sedangkan nilai saldo bersih (SB) untuk indikator kenaikan harga umum sebesar 26,67 lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (36,67). 41 Grafik 7.3. Saldo Bersih Ekspektasi harga dalam 6-12 bulan yang akan datang 40 Toke bisa juga diartikan tengkulak atau cukong. 41 SB (Saldo Bersih) = (%baik-%buruk)+100%. Nilai dibawah 100% berarti pesimis. Nilai diatas 100% berarti optimis. Saldo Bersih ekspektasi harga merupakan hasil survey dari jawaban pertanyaan ekspektasi terhadap harga barang/jasa pada 6-12 bulan mendatang. 82

111 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH Indeks Bahan sandang Transportasi & komunikasi Bahan makanan Perumahan & bahan bangunan Harga Umum I II III IV I II III IV I II III IV I Inflasi Kota Jambi pada Triwulan II-2010 diperkirakan sebesar 5,00%- 6,00%/y-o-y (skenario optimis) atau sebesar 6,01%-7,00%/y-o-y (skenario pesimis). Adanya Pilkada Gubernur Jambi serta musim liburan sekolah memicu meningkatnya angka inflasi dari sisi permintaan. Dari sisi penawaran, kenaikan tarif dasar listrik serta adanya potensi kenaikan harga minyak mentah dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahan-bahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO), di pasar internasional disertai dengan belum membaiknya kondisi jalan dapat memicu meningkatnya angka inflasi Kota Jambi. Grafik 7.4. Perkembangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi periode tahun 2006 s.d. Maret 2010 serta Perkiraan April s.d. Juni 2010 m-t-m (%) Catatan: Inflasi bulan April- Juni 2010 adalah angka perkiraan Grafik 7.5. Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi 83

112 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH periode tahun 2006 s.d. Maret 2010 serta Perkiraan April s.d. Juni 2010 y-o-y (%) optimis Catatan: Inflasi Bulan April-Juni 2010 merupakan angka perkiraan dengan deviasi ±1% Beberapa faktor-faktor lain yang masih berpotensi akan memberikan tekanan inflasi selama triwulan mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi melampaui sasaran antara lain 1) Tingginya perputaran uang di masyarakat menjelang Pilkada Gubernur Jambi bulan Juni 2010, 2.) Masa tahun ajaran baru direspon oleh institusi pendidikan dengan meningkatkan biaya pendidikan, 3.) Meningkatnya tarif dasar listrik sebesar 15% di bulan Juni diperkirakan akan meningkatkan angka inflasi Jambi sebesar 0,50% secara langsung 4.) Kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa, serta 5) Potensi kenaikan harga minyak mentah dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahanbahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar internasional. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan memacu meningkatnya angka inflasi pada periode triwulan II Sementara, masih tercukupinya stok beberapa kebutuhan pokok diperkirakan mampu meredam potensi gejolak harga yang terjadi sewaktu-waktu akibat kemungkinan shock di sisi penawaran. Stok beras di Bulog Divre Jambi diprakirakan cukup untuk meredam gejolak harga beras. Faktor lain, belum adanya rencana pemerintah pusat menaikkan harga komoditas administered price yang strategis (bahan bakar minyak/bbm, dan elpiji) selama tahun 2010 diperkirakan mampu memperbaiki ekspekatsi inflasi masyarakat sehingga dapat menahan laju inflasi naik lebih tinggi. 84

113 LAMPIRAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III 2010 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertamatama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan II 2010 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertamatama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III - 2009 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV 2009 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertamatama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan II 2009 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertamatama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank. K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank. K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank. K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi. Triwulan III

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi. Triwulan III KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI Telp : 0741-62445 Fax : 0741 62112

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI Triwulan III - 2005 Kantor Bank Indonesia Jambi DAFTAR ISI Daftar Isi.... i Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii Ringkasan Eksekutif... 1 BAB I. Kondisi Makro

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009 No. 09/02/15/Th. IV, 10 Februari 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi pada tahun meningkat sebesar 6,4 persen dibanding tahun 2008. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 No. 06/05/62/Th.V, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 PDRB Kalimantan Tengah Triwulan I-2011 dibanding Triwulan yang sama tahun 2010 (year on year) mengalami pertumbuhan sebesar

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN III

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN III KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN III 2009 VISI BANK INDONESIA : Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II - 2008 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Kajian, Statistik dan Survey (UKSS) Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL BAB 1. PERKEMBANGAN 7 BAB 1. PERKEMBANGAN KAJIAN EKONOMI PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2008 KANTOR 8 BAB 1. PERKEMBANGAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2010 VISI BANK INDONESIA : Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci