Analisis Hubungan Produk Domestik Bruto dan Ekspor Indonesia dengan Pendekatan Threshold Vector Error Correction Model (TVECM)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Hubungan Produk Domestik Bruto dan Ekspor Indonesia dengan Pendekatan Threshold Vector Error Correction Model (TVECM)"

Transkripsi

1 Analisis Hubungan Produk Domesik Bruo dan Ekspor Indonesia dengan Pendekaan Threshold Vecor Error Correcion Model (TVECM) Gama Pura Danu Sohibien 1, Brodjol Suijo Suprih Ulama 2 12) Program Sudi Saisika, Pascasarjana, ITS, Surabaya 1) gamapura.bps@gmail.com, 2) brodjol_su@saisika.is.id ABSTRAK Salah sau fakor yang berpengaruh langsung erhadap PDB, adalah ekspor. Peningkaan ekspor mendorong negara-negara pengekspor unuk melakukan peningkaan produksi yang mencipakan kenaikan nilai PDB. Di sisi lain peningkaan PDB memungkinkan para produsen unuk meningkakan ekspor barang produksinya. Pemodelan yang epa unuk analisis hubungan kedua variabel ersebu diperlukan agar keberhasilan pembangunan ekonomi dapa dicapai. Salah sau pendekaan yang dapa digunakan unuk memodelkan kedua variabel ersebu, adalah dengan Threshold Vecor Error Correcion Model (TVECM). TVECM dapa digunakan unuk melakukan penyesuaian nonlinear agar hubungan anar variabel menuju keseimbangan jangka panjang. Dalam pemodelan ini, benuk hubungan anar variabel dibagi lebih dari sau rezim berdasarkan nilai error correcion erm (ECT). Pemisahan daerah ini diandai dengan suau baas (hreshold). Hasil uji Granger Causaliy menunjukan bahwa erdapa hubungan saling mempengaruhi anara PDB dan Ekspor. Hasil uji koinegrasi menunjukan bahwa erdapa keseimbangan jangka panjang anara PDB dan ekspor. Hasil peneliian menunjukan bahwa model TVECM lebih baik dari pada VECM diliha dari nilai AIC. Nilai ambang (hreshold) yang memisahkan anara rezim 1 dan 2 di TVECM adalah sebesar 50195,15. Kausalias jangka panjang yang erjadi adalah dari PDB ke ekspor. Berdasarkan hasil TVECM di rezim 2 disimpulkan bahwa bila erjadi keidakseimbangan di jangka pendek maka ekspor akan dikoreksi sebesar 67,279 persen dari keidakseimbangan yang erjadi pada periode sebelumnya agar keseimbangan jangka panjang anara PDB dan ekspor erjadi lagi. Kaa kunci: PDB, Ekspor, Koinegrasi, VECM, TVECM. Pendahuluan Salah sau indikaor unuk menilai keberhasilan pembangunan suau negara, adalah dari perumbuhan ekonomi. Perumbuhan ekonomi yang inggi dan berkelanjuan merupakan syara yang diperlukan bagi proses pembangunan ekonomi. Perumbuhan ekonomi yang inggi berujuan unuk mempercepa pencapaian ingka kesejaheraan hidup yang inggi bagi penduduknya. Selain iu dengan ingka perumbuhan yang inggi juga dimaksudkan unuk mengejar keeringgalan dari negara lain. Perumbuhan ekonomi dapa dihiung dari perubahan relaif Produk Domesik Bruo (PDB). Hal ini berari salah sau indikaor adanya peningkaan pendapaan suau negara dapa diliha dari PDB, karena PDB digunakan unuk mengeahui kinerja suau perekonomian. Salah sau fakor yang berpengaruh langsung erhadap perumbuhan ekonomi, adalah perdagangan luar negeri melalui ekspor. Ekspor merupakan arus keluar sejumlah barang dan jasa dari suau negara ke pasar inernasional. Menuru Bhagwai (1988), ekspor dapa membanu meningkakan PDB dan peningkaan PDB iu sendiri naninya dapa mendorong ekspor, sehingga PDB dan ekspor dapa memiliki hubungan yang saling mendukung. Peneliian mengenai analisis hubungan anara ekspor dan PDB di Indonesia sudah banyak dilakukan, dianaranya dengan menggunakan pendekaan koinegrasi dan Vecor Error Correcion Model (VECM). Pendekaan koinegrasi berkaian era dengan pengujian erhadap kemungkinan adanya hubungan keseimbangan jangka panjang dianara variabel-variabel ekonomi. VECM merupakan model yang dikembangkan oleh Engel dan Granger unuk SENATEK 2015 Malang, 17 Januari

2 mengaasi masalah variabel-variabel yang saling berkoinegrasi aau memiliki hubungan keseimbangan jangka panjang namun dalam jangka pendek idak ada keseimbangan (disequilibrium). Hubungan anara penyimpangan dan dinamika jangka pendek pada model VECM diasumsikan linear. Granger dan Terasvira (1993) menyaakan bahwa hubungan anar variabel ekonomi biasanya idak linear. Balke dan Fomby (1997) menyaakan bahwa besarnya penyesuaian erhadap keseimbangan jangka panjang dapa berbeda di berbagai keadaan ekonomi. Hal ini berlawanan dengan VECM dimana penyimpangan dikoreksi dengan cara yang sama baik pada saa penyimpangan meningka aaupun menurun. Sehingga, bila pola hubungan anara penyimpangan dan dinamika jangka pendek adalah nonlinear maka model VECM idak epa unuk menggambarkan hubungan jangka pendek anar variabel. Konsep hreshold koinegrasi seperi yang diperkenalkan oleh Balke dan Fomby (1997) elah menarik perhaian para prakisi dalam mengungkap pola penyesuaian nonlinear harga relaif dan variabel lain. Ide dasar dari model hreshold koinegrasi, adalah model dibenuk lebih dari sau rezim model ime series yang dibagi berdasarkan nilai error correcion erm (ECT). Dengan kaa lain efek hreshold pada model VECM erganung pada besarnya keidakseimbangan erhadap sisem jangka panjang. Model yang digunakan unuk melakukan penyesuaian nonlinear erhadap keidakseimbangan yang erjadi di jangka pendeknya disebu sebagai Threshold Vecor Error Correcion Model (TVECM). Berdasarkan gambaran mengenai keerkaian anara ekspor dan PDB, maka analisis mengenai hubungan anara kedua variabel ersebu menarik unuk dielii. Dalam peneliian ini akan dilakukan analisis mengenai hubungan anara ekspor dan PDB di Indonesia dengan pendekaan TVECM. Meode Peneliian Meode analisis yang digunakan dalam peneliian ini, adalah Threshold Vecor Error Correcion Model (TVECM). Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan unuk mencapai ujuan peneliian adalah sebagai beriku: 1. Melakukan uji kausalias granger dimana lag opimum yang digunakan dienukan dari krieria Akaike s informaion crierion (AIC), Schwarz informaion crierion (SIC), Hannan- Quinn Crierion (HQ), dan Final Predicion Error (FPE). 2. Jika idak erdapa hubungan kausalias anara PDB dan ekspor maka dilanjukan pada pemodelan ARIMA. 3. Jika erdapa hubungan kausalias anara PDB dan ekspor maka ada dua kemungkinan, yaiu: Dilanjukan pengujian koinegrasi bila kedua variabel belum sasioner dan erinegrasi pada deraja yang sama Dilanjukan pada pemodelan Vecor Auoregressin (VAR) jika kedua variabel sudah sasioner aau belum sasioner namun erinegrasi pada deraja yang berbeda 4. Bila erdapa koinegrasi maka dilanjukan pada pemodelan VECM, jika idak erdapa koinegrasi maka dilanjukan pada pemodelan VAR. 5. Melakukan pengujian signifikansi keberadaan hreshold dengan Lagrange Muliplier Tes (LM es) 6. Membua model TVECM Vecor Error Correcion Model (VECM) VECM merupakan model VAR yang dibua keika anar variabel saling berkoinegrasi. Enders (2004) menyaakan bahwa variabel-variabel dalam VECM adalah variabel-variabel urunan SENATEK 2015 Malang, 17 Januari

3 perama dalam model VAR yang dibedakan oleh error correcion erm aau dengan kaa lain variabel dalam VECM merupakan variabel yang erkoinegrasi pada order perama [I(1)]. Hubungan dinamis jangka pendek dari suau variabel di dalam sisem dipengaruhi oleh penyimpangan dari keseimbangan jangka panjang yang dikenal sebagai coinegraion erm aau error correcion erm. Unuk membahas model VECM ini, misalkan kia mempunyai hubungan jangka panjang aau keseimbangan unuk dua variabel sebagai beriku: ^ Y1 0 1Y2 (1) Jika Y1 berada pada iik keseimbangan erhadap Y2 maka keseimbangan anara variabel Y1 dan Y2 pada persamaan (1) erpenuhi. Namun dalam sisem ekonomi pada umumnya keseimbangan jarang sekali diemui. Bila Y1 mempunyai nilai yang berbeda dengan nilai keseimbangannya maka perbedaan anara sisi kiri dan sisi kanan pada persamaan (1) adalah sebesar ECT Y1 0 1Y2 (2) ECT Nilai ini disebu sebagai kesalahan keidakseimbangan (disequilibrium error). Benuk umum VECM yang memasukan variabel perubahan sampai dengan lag ke-p, adalah sebagai beriku: Y Y a a 1 10 y ) a a p ( Y Y a Y a Y 2 20 y ) i1 p 11, i 21, i 1 i 1 i p i1 12, i p 22, i 2i 2i y1, ( Y Y a Y a Y i1 i1 (4) Threshold Vecor Error Correcion Model (TVECM) Keberadaan hreshold dalam model membenuk model VECM (2.25) menjadi sebagai beriku: Δy = (5) Dimana: A1 dan A2, adalah mariks koefisien dalam kedua rezim A1 = A2 keika idak ada hreshold γ, adalah parameer hreshold. Model (5) dapa juga diuliskan menjadi sebagai beriku: Δy T d (, γ) + A2 y 1( β )d 2 (, γ) + u (6) T A1 y1( β ) Dimana: 1 d 1 (, γ) = I ( ( ) A A W γ) 1 d 2 (, γ) = I ( ( ) W > γ) 1 T 1 y 1( β ) u, jika W ( ) γ T 2 y 1( β ) u 1, jika W ( ) > γ 1 Dan I(.) menunjukan fungsi indikaor. Model (6) memiliki 2 rezim yang didefinisikan oleh nilai error-correcion erm. Koefisien mariks A1 dan A2 menenukan dinamika kedua rezim ersebu. Model (6) memungkinkan semua koefisien (kecuali vekor koinegrasi β) unuk bergani dianara kedua rezim. Efek hreshold ada jika 0 PW 1 1 Besarnya nilai γ dienukan dengan baasan. dimana, adalah sebuah parameer rimming. y2, (3) SENATEK 2015 Malang, 17 Januari

4 Hasil dan Pembahasan Langkah perama yang dilakukan adalah menenukan panjang lag opimum yang akan digunakan pada uji kausalias granger, VECM, dan TVECM. Pada peneliian ini pengolahan uji panjang lag opimum dilakukan dengan menggunakan sofware evewes 8.0. Hasil uji panjang lag opimium dari 4 krieria (AIC, SIC, HQ, dan FPE) dapa diliha pada abel 1. Tabel 1. Uji Panjang Lag Opimum Lag AIC SIC HQ FPE e e e e * e * * 2.31e+16* e e e+16 Dari empa krieria yang digunakan, iga dianaranya (AIC, HQ, dan FPE) menyimpulkan bahwa panjang lag opimum yang erpilih adalah 5. Dengan demikian panjang lag opimum yang digunakan adalah 5. Penenuan ini juga didukung dengan pendapa Venus Khim dan Liew (2004) bahwa krieria AIC dan FPE dapa meminimalkan erjadinya underesimae dan memaksimalkan peluang unuk mendapakan panjang lag yang sebenarnya unuk sampel kecil (T < 120). Langkah selanjunya adalah melakukan uji kausalias granger. Uji kausalias granger berujan unuk meliha hubungan sebab akiba yang erjadi anara PDB dan ekspor apakah hubungan kausalias yang erjadi sau arah, dua arah, aau idak erjadi hubungan kausalias. Selain iu dari uji kausalias dapa dikeahui variabel mana yang erjadi sebelum variabel lainnya aau variabel mana yang berindak sebagai leading indicaor bagi variabel lainnya. Pada pembenukan VECM diperlukan benuk hubungan kausalias dua arah anar variabel yang dielii. Uji kausalias granger yang dilakukan anara PDB dan ekspor dilakukan dengan hipoesis sebagai beriku: Ho: Ekspor idak mempengaruhi PDB H1: Ekspor mempengaruhi PDB Ho: PDB idak mempengaruhi Ekspor H1: PDB mempengaruhi Ekspor Saisik uji yang digunakan adalah saisik uji F. Kepuusan diolak aau idaknya hipoesis nol dapa dilakukan dengan meliha p-value. Jika p-value kurang dari araf uji (α) yang digunakan, maka kepuusannya olak Ho.Beriku adalah hasil uji kausalias granger yang merupakan hasil olahan dengan menggunakan sofware evews 8.0. Tabel 2. Hasil Uji Kausalias Granger anara PDB dan Ekspor Hipoesis Nol F-Saisic p-value Ekspor idak mempengaruhi PDB PDB idak mempengaruhi Ekspor SENATEK 2015 Malang, 17 Januari

5 Dari abel di aas dapa diliha bahwa besarnya p-value unuk hipoesis nol yang perama adalah 0,0001 dan yang keduaadalah 0,0443. Kedua p-value ersebu bernilai kurang dari araf uji yang digunakan (10 persen) sehingga kepuusan unuk kedua hipoesis ersebu adalah olak Ho. Karena ekspor mempengaruhi PDB dan begiu juga sebaliknya, maka hubungan kausalias yang erjadi anara PDB dan ekspor adalah hubungan kausalias dua arah (bilaeral causaliy). Seelah melakukan uji kausalias granger, langkah selanjunya adalah melakukan uji sasionerias daa dengan menggunakan meode philips-perron (PP). Hubungan keseimbangan jangka panjang mensyarakan bahwa variabel-variabel yang dielii belum sasioner dan erinegrasi pada deraja yang sama. Oleh karena iu sebelum melakukan pengujian koinegrasi perlu dilakukan uji sasionerias daa pada variabel yang akan dielii. Beriku adalah hasil uji sasionerias daa PDB dan ekspor unuk daa asli (order level) dan yang sudah dilakukan differencing. Tabel 3. Hasil Uji Sasionerias Daa unuk Order Level dan Order Difference Perama dengan Meode Philips Perron (PP) Order Variabel Level Signifikan Hipoesis Nol Nilai Kriis Saisik Uji PP Kepuusan GDP idak 5% Tidak Tolak Ho sasioner PDB 0,137 GDP idak Tidak Tolak Ho Level 10% sasioner 5% EX idak sasioner Tidak Tolak Ho ekspor % EX idak sasioner -3,154 Tidak Tolak Ho GDP idak 5% Tolak Ho sasioner PDB -11,758 Difference GDP idak Tolak Ho 10% Perama sasioner 5% EX idak sasioner Tolak Ho ekspor -6,452 10% EX idak sasioner -3,154 Tolak Ho Dari abel 3 dapa diliha bahwa semua kepuusan hipoesis unuk daa pada order level adalah idak olak Ho baik dengan ingka kesalahan 10 persen maupun 5 persen, yang arinya dengan ingka kesalahan 10 persen maupun 5 persen kedua variabel idak sasioner. Sedangkan hasil uji sasionerias daa pada order difference perama semua kepuusanynya adalah olak Ho, yang arinya dengan ingka kesalahan 10 persen aau 5 persen kedua variabel sudah sasioner. Dengan demikian dapa disimpulkan bahwa daa PDB dan Ekspor erinegrasi pada order yang sama, yaiu order sau. Sehingga pengujian koinegrasi dapa dilakukan pada kedua variabel ersebu. Langkah selanjunya adalah melakukan uji koinegrasi. Uji ini dilakukan unuk meliha ada aau idaknya hubungan keseimbangan jangka panjang anara variabel PDB dan ekspor. Hubungan keseimbangan jangka panjang diperlukan agar erhindar adanya masalah spurious regression yang diakibakan oleh keidaksasioneran yang erjadi pada daa peneliian. Uji koinegrasi dilakukan pada suau kombinasi linear dua aau lebih variabel yang sasioner. Walaupun secara parsial dua variabel idak sasioner namun bila kombinasi linear anara dua variabel ersebu sasioner, maka dapa dikaakan kedua variabel ersebu berkoinegrasi aau memiliki hubungan keseimbangan jangka panjang. Hasil pengujian koinegrasi dapa diliha pada abel beriku. Table 4. Nilai Trace Saisic dan Probabilias Pengujian Koinegrasi Hipoesis Nol Hipoesis Alernaif Eigenvalue Trace Saisic 0.1 Criical Value p-value r = 0* r > r 1* r > Ke: *) araf uji (α) 10% SENATEK 2015 Malang, 17 Januari

6 Dari abel 4 dapa diliha bahwa dengan ingka kesalahan 10 persen erdapa seidaknya sau vekor koinegrasi. Hal ini dapa diliha dari nilai race ssaisic yang lebih besar dari criical value, sehingga kepuusannya adalah olak Ho aau erdapa hubungan keseimbangan jangka panjang anara PDB dan ekspor di Indonesia. Model hubungan keseimbangan jangka panjang anara anara PDB dan ekspor, adalah sebegai beriku: PDB = Ekspor e (7) Perbandingan anara scaer plo daa akual dengan garis keseimbangan jangka panjang dapa diliha di gambar 1 beriku: Variable y1 FITSCoin Y Y Gambar 1. Perbandingan anara Scaer Plo Daa Akual dengan Garis Keseimbangan Jangka Panjang Karena hasil uji koinegrasi menunjukan erdapa keseimbangan jangka panjang anara PDB dan ekspor, maka pembenukan VECM dapa dilakukan. VECM berujuan unuk meliha dinamika hubungan jangka pendek anar variabel. Model ini dapa dijadikan solusi bagi variabel-variabel yang memiliki hubungan keseimbangan jangka panjang namun dalam jangka pendek idak erjadi keseimbangan. Model ini melakukan koreksi bagi keidakseimbangan yang erjadi di jangka pendek dengan memasukan penyesuaian. Hasil esimasi koefisien parameer VECM dapa diliha di abel 5. Tabel 5. Hasil Esimasi VECM Variabel ΔPDB ΔEkspor ECT-1 ( ) ( )* Konsana (1271)* (3133) PDB 1 Ekspor 1 PDB 2 Ekspor 2 PDB 3 Ekspor 3 PDB (0.1058)* (0.2609) ( )* (0.1208)* ( ) (0.1836) ( ) (0.1324) ( ) (0.1761) ( ) (0.1197)* ( )* (0.1763) Ekspor SENATEK 2015 Malang, 17 Januari

7 PDB 5 Ekspor 5 ( ) (0.1218)* (0.1099)* (0.2711) ( ) (0.1252) Nilai di dalam kurung merupakan sandar error r * Noasi keika hipoesis nol diolak pada level signifikan 0.05 ECT-1 = PDB Ekspor 1 Tabel 5 menunjukan bahwa ada sau koefisien Error Correcion Term (ECT-1) yang signifikan di dalam model. ECT-1 hanya signifikan pada persamaan ΔEkspor. Hal ini menunjukan bahwa erdapa hubungan keseimbangan jangka panjang anara PDB dan Ekspor Indonesia. Koefisien ECT-1 lebih besar pada persamaan ΔEkspor dibandingkan pada persamaan ΔPDB memiliki ari bahwa respon pada ekspor lebih besar dibandingkan PDB unuk menuju keseimbangan jangka panjang keika erjadi keidakseimbangan pada jangka pendek. Koefisien ECT-1 pada persamaan ΔEkspor sebesar 0,14055 memiliki ari bahwa ekspor akan dikoreksi sekiar 14,05 persen keika keidakseimbangan erjadi di jangka pendek. Koefisien lag unuk ΔPDB dan ΔEkspor menunjukan apakah dinamika jangka pendek PDB dan ekspor saa ini dipengaruhi oleh dinamika jangka pendek PDB dan ekspor pada beberapa periode sebelumnya. Tabel 5 menunjukan bahwa dinamika jangka pendek ekspor pada lag 1 (sau riwulan sebelumnya) mempengaruhi dinamika jangka pendek PDB saa ini. Namun dinamika jangka PDB beberapa peride yang lalu idak mempengaruhi dinamika jangka pendek ekspor saa ini. Berdasarkan abel 5 benuk VECM dapa diuliskan sebagai beriku: PDB ECT PDB Ekspor PDB Ekspor PDB -3 (7) Ekspor 0.773PDB Ekspor 0.219PDB Ekspor -4-5 e Ekspor ECT PDB Expor PDB 0.053Ekspor 0.173PDB 0.438PDB Ekspor PDB 0.170Ekspor e Ekspor Langkah selanjunya adalah melakukan pengujian signifikansi keberadaan hreshold. Uji ini berujuan unuk meliha apakah pemodelan TVECM epa dilakukan aau idak. Hipoesis yang digunakan pada peneliian ini, adalah: Ho: Model adalah linear VECM H1: Model adalah Threshold VECM Pengujian signifikansi keberadaan hreshold dilakukan dengan meode SupLM dimana p- value didapakan dengan meode fixed regressor boosrap. Banyaknya replikasi boosrap yang digunakan adalah 1000 replikasi. Hasil pengujian erhadap hreshold diperoleh nilai LM sebesar 36,19298 dengan asimoic-fixed regressor p-value sebesar 0,009. Hasil pengujian ini menunjukan bahwa keberadaan hreshold pada pemodelan PDB dan ekspor Indonesia sudah epa. Langkah erakhir adalah melakukan pembenukan TVECM. Hasil pengolahan TVECM dengan menggunakan sofware R dapa diliha di abel 6. Tabel 6. Hasil Esimasi TVECM -4-4 Rezim 1 Rezim 2 Variabel ΔPDB ΔEkspor ΔPDB ΔEkspor ECT-1 (0.5963) (0.0671). (0.7330) (0.0278)* Konsana SENATEK 2015 Malang, 17 Januari

8 PDB 1 Ekspor 1 PDB 2 Ekspor 2 PDB 3 Ekspor 3 PDB 4 Ekspor 4 PDB 5 Ekspor 5 (0.0046)** (0.2361) (0.8671) (0.0440)* (0.1457) (0.5936) (0.9125) (0.0636) (0.0023)** (0.0644) (0.8599) (0.1225) ( ) (0.7090) (0.6457) (0.1279) (0.1848) (0.8940) (0.7815) (0.0869) (0.0281)* (0.3098) (0.9382) (0.0521) (0.1364) (0.0075)** (0.1998) (0.1803) (1.1e-14)*** (0.6938) (0.7633) (0.0782) (0.7316) (0.0212)* (0.8777) (0.0358)* (0.0418)* (0.4502) (0.9347) (0.8541) (0.8594) (0.5429) (0.7186) (0.1287) Nilai di dalam kurung merupakan sandar error r * Noasi keika hipoesis nol diolak pada level signifikan 0.05 ECT-1 = PDB Ekspor 1 Koefisien ECT-1 menunjukan kecepaan penyesuaian suau variabel pada saa menyimpang dari nilai keseimbangan unuk kembali menuju keseimbangan. Dari abel 6 diunjukan bahwa nilai koefiseien ECT-1 signifikan hanya pada model ΔEkspor di rezim 2. Hal ini mengindikasikan perilaku ekspor akan merespon keidakseimbangan secara signifikan keika besarnya penyimpangan (ECT-1) sudah melewai nilai ambang baas erenu. Nilai ambang baas diunjukan oleh nilai hreshold yaiu sebesar 50195,15. Sedangkan pada rezim 1, penyimpangan yang erjadi anara PDB dan ekspor idak direspon signifikan baik oleh PDB maupun ekspor. Besarnya koefisien ECT-1 pada model ΔEkspor di rezim 2 adalah Hal ini memiliki ari bahwa keika erjadi keidakseimbangan (penyimpangan) yang melewai 50195,15 maka unuk kembali ke keseimbangan jangka panjang ekspor akan dikoreksi sebesar 67,279 persen dari besarnya keidakseimbangan sau periode sebelumnya. Nilai koefisien ECT-1 unuk ΔEkspor lebih besar dari ECT-1 unuk model ΔPDB memiliki ari bahwa respon dari ekspor lebih besar dari PDB jika erjadi keidakseimbangan. Selain iu, karena nilai ECT-1 yang signifikan hanya di model ΔEkspor rezim 2 maka kausalias jangka panjang yang erjadi, adalah dari PDB ke ekspor aau dengan kaa lain pada jangka panjang PDB mempengaruhi ekspor. Unuk membandingkan kebaikan anara model VECM dan TVECM maka krieria yang bisa digunakan adalah AIC (Akaike Informaion Crierion). Besarnya AIC unuk model VECM adalah sebesar 3534,976 sedangkan AIC unuk model TVECM adalah sebesar 3504,423. Karena AIC model TVECM lebih kecil dari model VECM maka dapa dikaakan bahwa model TVECM lebih baik dibandingkan model VECM. Kesimpulan Berdasarkan uji koinegrasi disimpulkan bahwa PDB dan ekspor Indonesia memiliki hubungan keseimbangan jangka panjang pada level signifikan 10 persen. Berdasarkan pengujian signifikansi hreshold dapa disimpulkan bahwa pemodelan ekspor dan PDB Indonesia dengan meode TVECM sudah epa. Selain iu hasil pengujian kebaikan model dengan krieria AIC juga menunjukan bahwa model TVECM lebih baik dari pada model VECM. Nilai ambang (hreshold) yang memisahkan anara rezim 1 dan 2 di TVECM adalah sebesar 50195,15. Nilai koefisien ECT-1 model ΔEkspor lebih besar dari model ΔPDB memiliki ari bahwa respon dari ekspor lebih besar dari pada PDB keika erjadi keidakseimbangan yang melewai baas hreshold. Karena koefisien ECT-1 hanya signifikan pada model ΔEkspor maka kausalias jangka panjang yang erjadi adalah dari PDB ke ekspor aau dengan kaa lain seberapa pun kenaikan PDB akan direspon posiif oleh ekspor Indonesia. SENATEK 2015 Malang, 17 Januari

9 Sehingga unuk meningkakan ekspor maka pening bagi pemerinah unuk dapa memacu perumbuhan ekonomi. Berdasarkan hasil TVECM di rezim 2 dapa disimpulkan bahwa bila erjadi keidakseimbangan di jangka pendek maka ekspor akan dikoreksi sebesar 67,279 persen dari keidakseimbangan yang erjadi pada periode sebelumnya agar keseimbangan jangka panjang anara PDB dan ekspor erjadi lagi. Dafar Pusaka 1. Bhagwai, J.(1978), Foreign Trade Regimes and Economic Developmen: Anaomy and Consequences of Exchange Conrol Regime, Working Paper Series, NBER, New York 2. Binh, Phung (2011), Energy Consumpion and Economic Growh in Vienam: Threshold Coinegraion and Causaliy Analysis, Inernaional Journal of Energy Economics and Policy, Vol.1, pp Enders, W. (2004), Applied Economeric Time Series 2nd Ediion., John Wiley & Sons Inc, New York. 4. Engle, R.F dan Yoo, B.Y. (1987), Forecasing and Tesing in Co-Inegraed Sysems, Journal of Economerics, Vol. 35, pp Granger, C.W.J. (1969), Invesigaing Causal Relaions by Economeric Models and Cross- Specral Mehods, Economerica, pp Iqbal, Hameed, dan Devi (2012), Relaionship beween Expor and Economic Growh of Pakisan, Europan Journal of Social Sciences, Vol.32, pp Khan, Malik, dan Hasan, (1995), Expor, Growh, and Causaliy: An Applicaion of Coinegraion and Error-Correcion Modelling, The Pakisan Developmen Review 34:4, Par III (Winer 1995), pp Kim, V. Dan Liew, S. (2004), Which Lag Lengh Selecion Crieria Should We Employ?, Economic Bullein, Vol.3, pp Mehrara dan Firouzjaee (2011), Granger Causaliy Relaionship beween Expor Growh and GDP Growh in Developing Counries: Panel Coinegraion Approach, Inernaional Journal of Humaniies and Social Science, Vol 1, pp Mishra (2011), Dynamics of Relaionship beween Expors and Economic Growh in India, Inernaional Journal of Economic Science and Applied Research, Vol. 4, pp Silaghi (2009), Expors-Economic Growh Causaliy: Evidence from CEE Counries, Romanian Journal of Economic Forecasing-2/2009, pp SENATEK 2015 Malang, 17 Januari

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES Universias Muhammadiyah Purwokero malim.muhammad@gmail.com Absrak Pada persamaan regresi linier sederhana dimana variabel dependen dan variabel independen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN perpusakaan.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Indonesia dengan periode ahun 984 sampai dengan ahun 0. Peneliian ini memfokuskan pada fakor-fakor

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder runtun waktu (time series) bulanan

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder runtun waktu (time series) bulanan III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Daa Daa yang digunakan adalah daa sekunder runun waku (ime series) bulanan dari 2002:01 sampai dengan 2009:06 yang bersumber dari Laporan dan websie Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB III ARFIMA-FIGARCH. pendek (short memory) karena fungsi autokorelasi antara dan turun

BAB III ARFIMA-FIGARCH. pendek (short memory) karena fungsi autokorelasi antara dan turun BAB III ARFIMA-FIGARCH 3. Time Series Memori Jangka Panjang Proses ARMA sering dinyaakan sebagai proses memori jangka pendek (shor memory) karena fungsi auokorelasi anara dan urun cepa secara eksponensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

1999 sampai bulan September Data ini diperoleh dari yahoo!finance.

1999 sampai bulan September Data ini diperoleh dari yahoo!finance. 7 999 sampai bulan Sepember 8. Daa ini diperoleh dari yahoo!finance. Meode Langkah-langkah pemodelan nilai harian IHSG secara garis besar dapa diliha pada Lampiran dengan penjelasan sebagai beriku:. Melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

Muhammad Firdaus, Ph.D

Muhammad Firdaus, Ph.D Muhammad Firdaus, Ph.D DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FEM-IPB 010 PENGERTIAN GARIS REGRESI Garis regresi adalah garis yang memplokan hubungan variabel dependen (respon, idak bebas, yang dipengaruhi) dengan variabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

Model Koreksi Kesalahan pada Data Runtun Waktu Indeks Harga Konsumen Kota-kota di Papua

Model Koreksi Kesalahan pada Data Runtun Waktu Indeks Harga Konsumen Kota-kota di Papua Model Koreksi Kesalahan pada Daa Runun Waku Indeks Harga Konsumen Koa-koa di Papua Miha Febby R. Donggori, Adi Seiawan, 3 Hanna Arini Parhusip Prodi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika, Universias Krisen

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Unuk meliha sejauh mana rencana implemenasi Peneliian yang akan Penulis bua dalam Proposal Skripsi ini, maka ada baiknya Kia meliha sisemaika kerja dan meode peneliian yang

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci

BAB II LA DASA TEORI

BAB II LA DASA TEORI 9 BAB II LA DASA TEORI.7 Daa Mining Yang dimaksud dengan Daa Mining adalah proses menghasilkan informasi yang valid, komprehensif, dan dapa diolah kembali dari daabase yang massive, dan menggunakannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN (STUDI KASUS KOTA SALATIGA, BULAN JANUARI 2014 JULI 2016)

PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN (STUDI KASUS KOTA SALATIGA, BULAN JANUARI 2014 JULI 2016) Prosiding Seminar Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISBN: 978-602-622-20-9 hal 935-950 November 206 hp://jurnal.fkip.uns.ac.id PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA,

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, 2004-2008 Banoon Sasmiasiwi, Program MSi FEB UGM Malik Cahyadin, FE UNS Absraksi Perkembangan ekonomi akhir-akhir

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR) UNTUK PERAMALAN CURAH HUJAN KOTA PEKANBARU

PENERAPAN MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR) UNTUK PERAMALAN CURAH HUJAN KOTA PEKANBARU Jurnal Sains, Teknologi dan Indusri, Vol. 11, No., Juni, pp. 151-159 ISSN 93-3 prin/issn 07-0939 online PENERAPAN MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR) UNTUK PERAMALAN CURAH HUJAN KOTA PEKANBARU 1 Ari Pani

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia BAB 3 DATA DAN METODOLOGI 3.1 Variabel-Variabel Peneliian 3.1.1 Variabel dependen Variabel dependen yang digunakan adalah reurn Indeks Harga Saham Gabungan yang dihiung dari perubahan logarima naural IHSG

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KAUSALITAS INFLASI IHK (INDEKS HARGA KONSUMEN) DAN INFLASI INTI DENGAN ANALISIS VAR SINTA KHAIRUNNISA NOV AFNI

HUBUNGAN KAUSALITAS INFLASI IHK (INDEKS HARGA KONSUMEN) DAN INFLASI INTI DENGAN ANALISIS VAR SINTA KHAIRUNNISA NOV AFNI HUBUNGAN KAUSALITAS INFLASI IHK (INDEKS HARGA KONSUMEN) DAN INFLASI INTI DENGAN ANALISIS VAR SINTA KHAIRUNNISA NOV AFNI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Dalam peneliian ini, penulis akan menggunakan life cycle model (LCM) yang dikembangkan oleh Modigliani (1986). Model ini merupakan eori sandar unuk menjelaskan perubahan dari

Lebih terperinci

Contagions Effect Kurs 5 Negara ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) Menggunakan Vector Autoregressive (VAR)

Contagions Effect Kurs 5 Negara ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) Menggunakan Vector Autoregressive (VAR) JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No., (203) 2337-3520 (230-928X Prin) D-8 Conagions Effec Kurs 5 Negara ASEAN (Associaion of Souheas Asian Naions) Menggunakan Vecor Auoregressive (VAR) Mirna Chairany,

Lebih terperinci

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen Bab 5 Penaksiran Fungsi Perminaan 1 Ekonomi Manajerial Manajemen Peranyaan Umum Tenang Perminaan Seberapa besar penerimaan perusahaan akan berubah seelah adanya peningkaan harga? Berapa banyak produk yang

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Model Peneliian Dalam menganalisa efekifias kebijakan pemerinah, maka model yang digunakan dalam skripsi ini adalah model yang diurunkan dari eori kekuaan monopoli,

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Sedangkan data deret waktu (time series) adalah pengamatan yang di

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Sedangkan data deret waktu (time series) adalah pengamatan yang di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Semakin majuna ala ransporasi membua masaraka semakin mudah unuk bepergian, salah sau conohna adalah dengan menggunakan ransporasi udara. Semakin majuna ransporasi udara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman Online di: ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 91-100 Online di: hp://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian IDENTIFIKASI BREAKPOINT DAN PEMODELAN AUTOREGRESSIVE STRUCTURAL

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN Peramalan Dengan Meode Smoohing dan Verifikasi Meode Peramalan Dengan Grafik Pengendali Moving Range () (Sudi Kasus: Produksi Air Bersih di PDAM Tira Kencana Samarinda) Forecasing wih Smoohing and Verificaion

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk) Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Meodologi yang dipergunakan unuk menjawab peranyaan yang diujikan dalam peneliian ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian perama eknik pengujian secara empirik

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

PEMODELAN JUMLAH UANG BEREDAR DAN INFLASI NASIONAL DENGAN VECTOR ERROR CORRECTION MODEL (VECM)

PEMODELAN JUMLAH UANG BEREDAR DAN INFLASI NASIONAL DENGAN VECTOR ERROR CORRECTION MODEL (VECM) Pemodelan Jumlah Uang Beredar Dan Inflasi Nasional Dengan Vecor Error Correcion Model (VECM) Ni Puu Nanik Hendayani, Maulida Nurhidayai PEMODELAN JUMLAH UANG BEREDAR DAN INFLASI NASIONAL DENGAN VECTOR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Salah sau ujuan didirikannya perusahaan adalah dalam rangka memaksimalkan firm of value. Salah sau cara unuk mengukur seberapa besar perusahaan mencipakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Peran pasar obligasi dipandang oleh pemerinah sebagai sarana sraegis sumber pembiayaan alernaif selain pembiayaan perbankan dalam benuk pinjaman (loan). Kondisi anggaran

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

Kata kunci: Deret waktu, Heteroskedastisitas, IGARCH, Peramalan. Keywords: Time Series, Heteroscedasticity, IGARCH, Forecasting.

Kata kunci: Deret waktu, Heteroskedastisitas, IGARCH, Peramalan. Keywords: Time Series, Heteroscedasticity, IGARCH, Forecasting. METODE INTEGRATED GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (IGARCH) UNTUK MEMODELKAN HARGA GABAH DUNIA (INTEGRATED GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY TO CAPTURE

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.. Hasil Peneliian 4... Daa Hasil Peneliian Dari hasil peneliian diperoleh daa kemampuan dribble. hasilnya sebagai mana pada abel I (dilampirkan) 4... Deskripsi

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

ANALISIS CRITICAL ROOT VALUE PADA DATA NONSTATIONER

ANALISIS CRITICAL ROOT VALUE PADA DATA NONSTATIONER ANALISIS CRITICAL ROOT VALUE PADA DATA NONSTATIONER Abdul Aziz Dosen Jurusan Maemaika Fakulas Sains Teknologi Universias Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang e-mail : abdulaziz_uinmlg@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

Penerapan Model ARCH/GARCH untuk Peramalan Nilai Tukar Petani ABSTRAK ABSTRACT. Pendahuluan

Penerapan Model ARCH/GARCH untuk Peramalan Nilai Tukar Petani ABSTRAK ABSTRACT. Pendahuluan Jurnal Sains Maemaika dan Saisika, Vol. 4, No., Januari 8 ISSN 46-454 prin/issn 65-8663 online Penerapan Model ARCH/GARCH unuk Peramalan Nilai Tukar Peani Ari Pani Desvina, Inggrid Ocaviani Meijer, Jurusan

Lebih terperinci

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN JMP : Volume 4 omor, Juni 22, hal. 35-46 KAJIA PEMODELA DERET WAKTU: METODE VARIASI KALEDER YAG DIPEGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURA Winda Triyani Universias Jenderal Soedirman winda.riyani@gmail.com Rina

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

UJI MULTIKOLINEARITAS DAN PERBAIKAN MULTIKOLINEARITAS

UJI MULTIKOLINEARITAS DAN PERBAIKAN MULTIKOLINEARITAS BAHAN AJAR EKONOMETRIKA AGUS TRI BASUKI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UJI MULTIKOLINEARITAS DAN PERBAIKAN MULTIKOLINEARITAS 6.1. Uji Mulikolinearias Sebagaimana dikemukakan di aas, bahwa salah sau

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN SEPEDA MOTOR DI MITRA PINASTHIKA MUSTIKA (MPM) HONDA MOTOR DENGAN PENDEKATAN ARIMA

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN SEPEDA MOTOR DI MITRA PINASTHIKA MUSTIKA (MPM) HONDA MOTOR DENGAN PENDEKATAN ARIMA ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN SEPEDA MOTOR DI MITRA PINASTHIKA MUSTIKA (MPM) HONDA MOTOR DENGAN PENDEKATAN ARIMA Oleh : Liviani Nursia 307030040 Dosen Pembimbing: Dr. Brodjol Suijo S.U, MSi Laar Belakang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

Metode Regresi Linier

Metode Regresi Linier Modul 1 Meode Regresi Linier Prof. DR. Maman Djauhari A PENDAHULUAN nalisis regresi linier, baik yang sederhana maupun yang ganda, elah Anda pelajari dalam maa kuliah Meode Saisika II. Dengan demikian

Lebih terperinci

Pemodelan Indeks Harga Konsumen Kelompok Bahan Makanan menggunakan Metode Intervensi dan Regresi Spline ABSTRAK

Pemodelan Indeks Harga Konsumen Kelompok Bahan Makanan menggunakan Metode Intervensi dan Regresi Spline ABSTRAK Pemodelan Indeks Harga Konsumen Kelompok Bahan Makanan menggunakan Meode Inervensi dan Regresi Spline Rina Andriani, Dr. Suharono, M.Sc 2 Mahasiswa Jurusan Saisika FMIPA-ITS, 2 Dosen Jurusan Saisika FMIPA-ITS

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP Prosiding Seminar Nasional Maemaika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI

ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 009 XV-1 ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI Muhammad Sjahid Akbar, Jerry Dwi Trijoyo

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Definisi Peramalan Peramalan adalah suau kegiaan dalam memperkirakan aau kegiaan ang melipui pembuaan perencanaan di masa ang akan daang dengan menggunakan daa masa lalu dan daa masa

Lebih terperinci

PERAMALAN KURS TRANSAKSI BANK INDONESIA TERHADAP MATA UANG DOLLAR AMERIKA (USD) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ARCH/GARCH

PERAMALAN KURS TRANSAKSI BANK INDONESIA TERHADAP MATA UANG DOLLAR AMERIKA (USD) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ARCH/GARCH Vol.. No., 03 PERAMALAN KURS TRANSAKSI BANK INDONESIA TERHADAP MATA UANG DOLLAR AMERIKA (USD) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ARCH/GARCH Ari Pani Desvina, Sari Marlinda, Jurusan Maemaika Fakulas Sains dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

Volume 1, Nomor 1, Juni 2007 ISSN

Volume 1, Nomor 1, Juni 2007 ISSN Volume, Nomor, Juni 7 ISSN 978-77 Barekeng, Juni 7 hal6-5 Vol No ANALISIS VARIANS MULTIVARIAT PADA EKSPERIMEN DENGAN RANCANGAN ACAK LENGKAP (Variance Mulivaria Analysis for Experimen wih Complee Random

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci