PENURUNAN PAJAK EKSPOR DAN DAMPAKNYA TERHADAP EKSPOR MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA KE INDIA (PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENURUNAN PAJAK EKSPOR DAN DAMPAKNYA TERHADAP EKSPOR MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA KE INDIA (PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL)"

Transkripsi

1 PENURUNAN PAJAK EKSPOR DAN DAMPAKNYA TERHADAP EKSPOR MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA KE INDIA (PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL) Expor Tax Reducion and Is Impac on Indonesian Expor of Palm Oil o India (An Error Correcion Model Approach) Ernawai Munadi Dosen, Faulas Eonomi, Universias Wijaya Kusuma Surabaya ABSTRACT Indonesia is he second bigges palm oil producer on he world afer Malaysia. In 2006, Indonesia conribued abou 34% of oal palm oil world producion. On he oher hand, Indonesia also he bigges palm oil consumer among developing counries. In he year 2006, Indonesia was consumed more han 5.5 million ons of palm oil which 76.75% ou of he oal was cooing oil. Abou 55% of producion was expored as crude palm oil (CPO), especially o India and China. Debae on palm oil policy was simulaed by increasing in palm oil price significanly in This siuaion was causing ac oward an expor ax regulaion on palm oil in order o ensure he availabiliy of palm oil o fulfill naional necessiy. By using annual daa period, an economeric approach of economerics specially an error correcion model was applied in his sudy. This paper examines he impac of expor ax reducion on Indonesian expor of palm oil o India. Resuls indicae ha expor quaniy of Indonesian palm oil o India is influenced by he changes in raio of soybean oil price and world palm oil price (PSO/WSO), goods producion index (IPI), and expor demand of Indonesian palm oil o India in previous year significanly, which elasiciy 2,74, 2.69 and 0.69 respecively. However, he coefficien of ECM is almos zero which is explain ha hese variables were no affec o long erm expor demand. Furhermore, simulaion resul shows ha direc impac of expor ax reducion is he increase in palm oil expor quaniy o India as well as from abou housand ons o housand ons. Keywords : expor ax, rade liberalizaion, error correcion model, expor demand. Informaia Peranian Volume 16 No. 2,

2 PENDAHULUAN Minya elapa sawi merupaan salah sau omodii yang sanga pening dalam pereonomian Indonesia. Peningnya elapa sawi bagi eonomi Indonesia buan saja disebaban arena elapa sawi merupaan salah sau sumber pendapaan devisa negara eapi elapa sawi juga merupaan sumber maanan bagi raya Indonesia yaiu sebagai bahan bau indusri minya goreng. Produsi minya elapa sawi Indonesia meninga dengan ajam dari on pada ahun 1976 menjadi 12,11 jua on pada ahun Indonesia merupaan produsen elapa sawi edua erbesar seelah Malaysia, yang menyumbangan sebesar 34% dari oal produsi minya elapa sawi dunia pada ahun Semenara Malaysia sebagai produsen erbesar minya elapa sawi menyumbang sebesar 54% dari oal produsi minya elapa sawi dunia. Dalam sau deade erahir, raaraa perumbuhan produsi minya elapa sawi Indonesia mencapai 21,67% semenara Malaysia inga perumbuhan produsinya hanya mencapai 7,7%. Hal ini mengisyaraan espansi yang cepa dari luas areal anam dan produsi minya sawi di negeri ini. Tida seperi Malaysia, Indonesia mengonsumsi seiar 45% dari produsi minya elapa sawinya unu bahan bau indusri minya goreng. Indonesia juga merupaan negara pengonsumsi minya elapa sawi erbesar dianara negara-negara sedang berembang. Pada ahun 2005, Indonesia mengonsumsi sebesar 5,5 jua minya elapa sawi. Dari jumlah ersebu 76,75% dalam benu minya goreng, 7,12% sabun dan deerjen dan oleo-chemicals sebesar 9,62% (Komisi minya elapa sawi Indonesia). Seiar 55% dari produsi minya elapa sawi dalam negeri diespor dalam benu minya sawi menah. Toal espor minya elapa sawi Indonesia meninga dari on pada ahun 1976 menjadi 9,4 jua on pada ahun Dalam ahun 2005, negara-negara di wilayah Asia merupaan negara ujuan espor minya elapa sawi Indonesia yang uama yang mencapai 70 persen dari oal espor Indonesia, disusul oleh negaranegara di Eropa yang mencapai 25 persen oal espor Indonesia. Unu menjamin eersediaan bahan bau indusri minya goreng dalam negeri, paja espor erhadap minya elapa sawi digunaan sebagai insrumen unu memonior eluar masunya minya elapa sawi e pasar espor yang relaif lebih mengunungan seiap saa. Berbagai benu campur angan elah diambil unu menjaga harga dalam negeri supaya lebih rendah dibanding harga dunia dan harga yang sabil bagi onsumen dalam negeri. Benu-benu campur angan ini dianaranya ebijaan so penyangga melalui BULOG, subsidi impor erhadap olein dan campur angan langsung oleh pemerinah erhadap produsi dan pemasaran. Bagaimanapun juga dianara ebijaan-ebijaan ersebu, manipulasi inga ebijaan 1020 Penurunan Paja Espor

3 paja espor merupaan insrumen ebijaan yang sanga efeif dalam mengendalian eluar masunya jumlah minya elapa sawi yang aan diespor. Paja espor ini diberlauan yang besarnya disesuaian dengan variasi harga minya elapa sawi di dunia. Pemberlauan paja espor perama dilauan pada bulan Sepember 1994 eia harga minya elapa sawi di pasar dunia melebihi USD 500/on yang merupaan inga harga yang sanga menari bagi eluarnya suplai dalam negeri e pasar inernasional. Pemerinah bagaimanapun elah merubah-rubah inga paja hususnya selama periode risis eia penerimaan negara dari espor sama peningnya dengan erpenuhinya ebuuhan unu perminaan minya dalam negeri. Sebagai conoh, selama periode punca erjadinya risis, paja espor minya elapa sawi berubah dari 5% pada bulan Januari menjadi 40% pada bulan April dan 60% pada bulan Juli dalam ahun yang sama. Pada bulan Mare 2000, paja espor ini urun menjadi 3% (erhadap CPO) dan masih berahan pada inga yang sama. Dengan diberlauannya ASEAN Free Trade Area (AFTA), Indonesia sebagai salah sau anggoa ASEAN harus mengiui perjanjian unu menurunan arif berdasaran eranga program CEPT. Perubahan e arah liberalisasi perdagangan ini diperiraan aan menyebaban perubahan-perubahan poo erhadap indusri minya elapa sawi Indonesia yang merupaan indusri yang sudah syara dengan campur angan pemerinah dalam ranga unu melindungi indusri ini. Oleh arena iu, ajian ini berujuan unu menguur dampa dari ebijaan perdagangan melalui AFTA erhadap indusri minya elapa sawi Indonesia. Secara husus, ajian ini berujuan unu : (1) mengeahui faor-faor yang mempengaruhi perminaan espor minya elapa sawi Indonesia e India, (2) mengeahui dampa langsung dari perdagangan bebas (penurunan paja espor) erhadap perminaan espor e India, dan (3) memberian reomendasi ebijaan dalam indusri minya elapa sawi. Hasil dari ajian ini aan bermanfaa bagi para pengambil ebijaan, dengan mengeahui faor-faor yang mempengaruhi perminaan espor e India. Di samping iu dengan mengeahui dampa dari penurunan paja epor erhadap peminaan espor aan memberian pedoman epada pengambil ebijaan ehadap epeningan yang harus dilindungi, epeningan espor aau epeningan dalam negeri. KERANGKA KONSEPTUAL Gambar 1 memperlihaan senario dampa dihapusnya paja espor erhadap barang yang diperdagangan di Negara. Paja espor dienaan dalam benu paja ad valorem (). Dengan adanya paja, harga dalam negeri sebesar P, semenara harga dalam negeri Informaia Peranian Volume 16 No. 2,

4 di negara pengimpor adalah sebesar P w dengan jumlah espor yang di suplai sebesar q. Dengan adanya liberalisasi perdagangan, paja espor aan menurunan harga di inga dunia dari omodii yang bersanguan dari P menjadi P e w,dengan demiian volume perdagangan aan meninga dari q menjadi q e. Sebagai aibanya suplai yang aan diespor bergeser e anan unu mencapai eseimbangan dengan asumsi jumlah yang diimpor eap. Perubahan dalam impor aan bergera sepanjang urva perminaan. Secara normal, berdasaran eori eonomi, diperiraan bahwa suplai aan meninga unu mengimbangi peningaan harga di pasar dunia. Pemberlauan paja espor mengimpliasian ondisi yang lebih condong unu membela epeningan onsumen dalam negeri negara pengespor dan produsen di negara pengimpor. Kenyaaan ini diunjuan pada Gambar 1. Produsi dalam negeri di negara e pengimpor j meninga dari OS j menjadi OS j. Produsen dalam negeri di negara pengespor dan onsumen di negara pengimpor j merupaan piha yang dirugian. Produsi di negara pengespor aan e menyusu dari OS menjadi OS semenara onsumsi di negara e e e pengimpor j urun dari OD j menjadi OD j. Espor urun dari D S e e menjadi D. Impor urun dari S menjadi S. S D j j D j j Gambar 1. Perdagangan Bebas : Paja Espor dan Perdagangan 1022 Penurunan Paja Espor

5 Dengan adanya liberalisasi perdagangan erhadap paja espor, OS produsi dalam negeri di Negara pengimpor j menyusu dari j e OS j menjadi. Produsen dalam negeri di Negara pengespor dan onsumen di Negara mengimpor j aan menimai eunungan. OS Produsi di Negara pengespor aan meninga dari menjadi e OS OD, semenara onsumsi di Negara pengimpor j meninga dari j e e e OD j menjadi. Espor meninga dari D S D menjadi S. Impor j j meninga dari S D e e j j o S D. Dengan demiian, perdagangan bebas aan meningaan surplus produsen di Negara-negara pengespor sebesar daerah A + B + C + D. Pada senario adanya paja espor, area A merupaan bagian yang dierima oleh onsumen, dan daerah C merupaan eunungan pemerinah sebagai pendapaan yang dierima dari paja espor. Daerah B dan D merupaan ehilangan yang ida dinimai oleh masyaraa. Dengan demiian pada senario perdagangan bebas (liberalisasi perdagangan), area B dan D merupaan eunungan bersih aiba dari liberalisasi paja espor. METODOLOGI Spesifiasi Model Perminaan espor elapa sawi merupaan perminaan urunan. Hal iu disebaban arena elapa sawi merupaan bahan bau bagi produ ahir berupa minya goreng, yang harganya sanga erganung pada harga bahan bau minya goreng yaiu elapa sawi dan harga dari minya goreng sendiri yang merupaan produ ahir (Shamsudin e al., 1988). Dengan demiian, fungsi perminaaan espor dipengaruhi oleh harga elapa sawi dan harga minya yang menjadi subsiusi minya goreng elapa sawi (di Indonesia, minya yang menjadi subsiusi minya goreng elapa sawi adalah minya goreng edelai). Harga minya goreng elapa sawi diperiraan berhubungan negaif, semenara harga minya goreng acang edelai diperiraan berhubungan secara posiif erhadap perminaan espor elapa sawi dari Indonesia. Faor lain yang juga diperiraan mempengaruhi perminaan espor adalah nilai uar dan ebijaan pemerinah. Sebagai conoh, seja ahun 1994, eia indusri minya goreng dalam negeri eurangan persediaan CPO sebagai bahan bau, pemerinah Informaia Peranian Volume 16 No. 2,

6 emudian mulai memerlauan berbagai ebijaan ermasu dianaranya ebijaan paja espor. Di samping ebijaan yang diberlauan oleh negara pengespor, ebijaan yang diberlauan oleh negara pengimpor juga diperiraan aan mempengaruhi perminaan espor. Dengan demiian, ebijaan-ebijaan ersebu seharusnya juga diperimbangan pada saa membua model perminaan espor. Bagaimanapun juga, edua faor ersebu secara langsung berpengaruh erhadap harga minya goring elapa sawi, oleh Karena iu unu bisa mengaomodasi ujuan dari ajian ini, edua peubah ebijaan ersebu diespresian dalam persamaan harga. Secara umum, fungsi perminaan espor elapa sawi dapa dispesifiasian sebagai beriu: QX = f WPO, PSTO, EX, IP ).. (1) ( Dimana : QX = Jumlah yang diespor (ribu on) WPO = Harga minya elapa sawi dunia (USD/on) PSTO = Harga minya edelei dunia (USD/on) EX = Nilai Tuar (Rp/US$) IP = Indes produsi India Berdasaran Larson (1996), peubah paja espor elah dipercaya berpengaruh erhadap harga dalam negeri. Lebih jauh lagi, elapa sawi elah menjadi omodias inernasional sehingga harga CPO di pasar global secara langsung mempengaruhi harga dalam negeri. Unu dapa menangap pengaruh variasi nilai uar rupiah dan paja espor yang diberlauan oleh pemerinah Indonesia erhadap espor elapa sawi, dan unu mengaian harga dalam negeri erhadap harga dunia, maa perlu dilauan adanya persamaan ransmisi harga. Persamaan ransmisi harga ersebu dapa diulisan seperi dalam persamaan (2): DP = PX XT. (2) dimana: DP = Harga dalam negeri PX = Harga espor elapa sawi Indonesia XT = Paja espor elapa sawi Indonesia Persamaan harga ransmisi (persamaan 2) hanya merupaan sebuah persamaan pendeaan arena erdapa peubah lain yang seharusnya diurangan mengurangi biaya dan eunungan seperi 1024 Penurunan Paja Espor

7 misalnya biaya ransporasi dan margin eunungan, namun arena daa-daa ersebu ida ersedia maa ida diurangan (Lubis, 1994). Unu mengevaluasi dampa pedagangan bebas erhadap pasar elapa sawi Indonesia, maa pengaruh dari pemberlauan paja impor yang diberlauan di negara pengimpor erhadap espor elapa sawi Indonesia juga harus diperimbangan. Paja impor diperoleh dari peralian anara besarnya paja impor yang diberlauan () dengan harga CIF elapa sawi Indonesia di pasar Eropa sebagai pendeaan erhadap harga dunia. Dengan demiian: WPO = PX.. (3) * Bagaimanapun juga, arena negara pengimpor memberlauan ariff ad valorem, persamaan (3) dapa diulisan sebagai beriu : WPO = PX ( 1 )... (4) + Esimasi Model Sebuah model eonomeri erhadap faor-faor yang mempengaruhi perminaan espor e India sudah di idenifiasi seperi yang diunjuan oleh persamaan (1). Pendeaan eonomeri ersebu ahirnya aan digunaan unu membuian hipoesis yang sudah dienuan dalam peneliian ini. Dalam analisis eonomeri modern, jia menggunaan daa dere wau (ime series), mensyaraan daa yang digunaan harus saioner. Sebuah daa dere wau diaaan sasioner jia nilai raa-raa gala sama dengan nol dan nilai varians (variance) dari peubah yang bersanguan onsan sepanjang wau (Ramanahan, 2001). Uji saioner daa pening dilauan unu mengeahui apaah erjadi pelanggaran asumís regresi. Masalah uama yang erjadi apabila daa yang digunaan di dalam analisis regresi ida sasioner, nilai dugaan yang dihasilan menjadi bias (spurious regression), sehingga menimbulan esalahan dalam inerpreasi hasil analisis. Unu menanggulagi masalah daa yang ida saioner, beberapa ajian erdahulu elah menyaranan penggunaan onsep deferensial (differencial) daa unu menghilangan uni roo walaupun penggunaan meode ini masih menimbulan perdebaan arena aan menghilangan informasi janga panjang yang sanga pening. Cara lain yang bisa digunaan unu mengaasi masalah daa yang ida saioner adalah dengan menggunaan meode oresi Gala (error correcion model) yang disaranan oleh Engle dan Granger (1987). Tujuan dari meode ersebu adalah unu membua gala yang dihasilan sasioner. Model oresi gala memilii dua syara yaiu, 1) Informaia Peranian Volume 16 No. 2,

8 daa ida saioner dalam inga level, dan 2) memilii oinegrasi janga panjang. Dalam ajian ini unu menguji ondisi apaah daa saioner aau ida saioner dilauan uji Augmened Dicey Fuller (ADF), yang dilanjuan dengan uji oinegrasi. Jia variabel yang digunaan ernyaa ida saioner, maa dalam peneliian ia ida dapa menggunaan OLS, namun harus menggunaan persamaan yang mengoresi gala seperi error correcion model (ECM). Daa yang saioner dieahui seelah dilauan pengujian uni roo. Adapun yang dimasud dengan pengujian uni roo adalah menguji apaah daa yang digunaan memilii error yang onsan, dan ida erpengaruh oleh wau sera variabel lainnya. Salah sau meode yang umum digunaan adalah meode Dicey-Fuller. Langah edua yang harus dilauan adalah menenuan apaah dalam persamaan yang digunaan erdapa oinegrasi aau ida. Uji Koinegrasi berujuan mengeahui apaah erdapa hubungan janga panjang anara variabel X dengan Y, sehingga dapa digunaan dalam sebuah persamaan. Meode yang umum digunaan dalam pengujian ini adalah Meode Granger. Error-Correcion Model (ECM) Menuru Engle and Granger (1987), jia dianara sejumlah peubah erdapa oinegrasi, maa diperoleh ondisi yang disebu errorcorrecion represenaion yang mengindiasian bahwa perubahan yang erjadi erhadap peubah bebas (dependen variable) ida hanya dipengaruhi oleh peubah-peubah ida bebas (explanaory variables), eapi juga dipengaruhi oleh eidaseimbangan dari hubungan oinegrasi. Keidaseimbangan dari hubungan oinegrasi ini diunjuan oleh nilai error-correcion erm. Beberapa ajian erahir juga menunjuan eberadaan dari hubungan oinegrasi janga panjang erhadap omodii peranian dan peubah-peubah eonomi dianaranya adalah McKay (1998), Angulo and Zapaa (2000), Warr and Wollmer (2000), Mushaq and Dawson (2000), Thompson e al., (2000) and Salih (2001). Berdasaran ajian-ajian ersebu diaas, ajian ini menggunaan pendeaan seperi yang dilauan pada ajian-ajian ersebu yaiu dengan menggunaan pendeaan error correcion model. Menuru McKay (1998) dan Angulo dan Zapaa (2000), dalam model Error Correcion (ECM) eidaseimbangan janga pende yang diwaili oleh error correcion erm, yang merupaan benu lag dari nilai residual pada regresi awal. Regresi awal adalah regresi dengan menggunaan daa yang ida saioner, dimana nilai gala ini sudah saioner seperi yang sudah disyaraan oleh meode Engle dan Granger (1987). Dengan demiian model error correcion aan 1026 Penurunan Paja Espor

9 memperoleh peubah bebas yang memberian pengaruh janga panjang dan janga pende. Dengan demiian persamaan (1) dalam dapa diubah dala benu persamaan error correcion model sebagai beriu: QX = a + a WPO + a PSTO + a EX + a IP + a ε (5) Unu mengevaluasi sensiivias fungsi perminaan espor erhadap paja espor dan arif impor yang diberlauan oleh Negara pengespor dan pengimpor, model perminaan espor disimulasi dengan menurunan paja espor dan arif impor sebesar 10, 30, 50, dan 100 persen. DATA Kajian ini menggunaan daa ahunan periode yang diumpulan dari berbagai sumber. Daa espor elapa sawi Indonesia, harga, dan ebijaan diperoleh dari Pusa peneliian elapa sawi Indonesia (IOPRI), Asosiasi produsen elapa sawi Indonesia (GAPKI) dan Biro Pusa Saisi. Daa dunia diperoleh dari Oil World dan Malaysian Palm Oil Board. HASIL DAN PEMBAHASAN Seperi diaaan dalam meodologi, analisis dengan menggunaan ECM melipui iga ahapan analisis daa, yaiu (1) Uji sasioner daa, (2) uji oinegrasi unu mengeahui apaah erdapa hubungan janga panjang anara variabel X dengan Y, dan (3) menyusun Error- Correcion Model (ECM). Hasil analisis erhadap saionary daa menunjuan bahwa semua daa yang digunaan unu meliha faorfaor yang mempengaruhi perminaan espor e India adalah ida elasis sehingga daa harus dibua saioner. Hasil uji oinegrasi yang berujuan mengeahui apaah erdapa hubungan janga panjang anara variabel X dengan Y memperlihaan bahwa paling ida erdapa sau ecenderungan sochasic yang disumbangan erhadap peubah-peubah dalam sisem, aau paling ida erdapa sau vecor yang diyaini berhubungan dalam persamaan perminaan espor e India (IX I ) berdasaran race dan λ-max sehingga mengharusan penggunaan esimasi model dengan menggunaan pendeaan ECM. Hasil analisis daa dengan menggunaan pendeaan ECM menunjuan bahwa dalam janga pende, perminaan espor minya elapa sawi dari Indonesia e India menunjuan ida erdapa hubungan dalam janga panjang yang diindiasian dengan pengaruh yang ida nyaa dari faor error correcion model (ECM). Perminaan espor elapa sawi Indonesia e India lebih banya dipengaruhi oelh faor-faor lain yaiu harga minya edelai dan harga minya elapa Informaia Peranian Volume 16 No. 2,

10 sawi dunia (PSO/WPO), indes barang produsi (IPI), dan perminaan espor minya epala sawi Indonesia e India ahun lalu. Secara deail pembahasan erhadap eiga ahapan dalam analisis mengunaan pendeaan ECM adalah sebagai beriu. Uji Uni Roo Tes unu Daa yang Saioner Dalam ajian ini, ahap perama dalam analisis daa adalah unu memasian bahwa daa yang digunaan ida mengandung uni roo yang berari bahwa daa harus saioner dengan menggunaan uji Augmened Dicey Fuller (ADF) dan uji Phillips-Perron (PP). Tabel 1 menyajian hasil uji uni roo dengan menggunaan uji ADF. Hasil nilai saisi menunjuan bahwa hipoesis nol yang menyaaan erdapa masalah uni roo di dalam daa ida dapa diola unu semua peubah pada level. Hal ini mengimpliasian bahwa semua peubah yang dimasuan e dalam model perminaan espor adalah ida saioner (I (1)). Selover (1997) menyaaan bahwa jia erjadi daa yang ida saioner, pembuian hipoesis yang diperoleh dari daa yang ida sasioner pada level ida valid. Bagaimanapun juga, hipoesis nol yang menyaaan erdapa masalah uni roo pada daa sudah bisa diola eia uji ADF dilauan pada beda perama (firs differen) seperi yang disajian pada Tabel 1. Tabel 1: Uji Uni Roo unu Daa Sasioner Peubah Augmened Dicy Fuller Phillip-Peron Level 1 s Difference Level 1 s Difference WPO *** *** IXI *** *** PSO *** *** PGO *** *** PRO *** *** IPI *** *** ERI *** *** Criical Value 1% % % Caaan : *** Berbeda nyaa pada 1 % * Berbeda nyaa pada 10% Selanjunya, hasil dari uji PP juga menghasilan esimpulan yang sama dimana semua peubah pada level ida sasioner (mengandung uni roo). Namun pada beda perama semua peubah sudah ida mengandung uni roo yang berari bahwa daa sudah sasioner. Dengan demiian, daa selanjunya di uji apaah erdapa hubungan 1028 Penurunan Paja Espor

11 dalam janga panjang (uji oinegrasi-coinegraion es), arena Uji Koinegrasi mengimpliasian bahwa ombinasi linear anara dua aau lebih peubah yang ida sasioner mungin saling berhubungan aau sasioner (erdapa hubungan janga panjang dianara peubah). Uji Koinegrasi (Co-inegraion Tess) Uji Koinegrasi dilauan unu membuian bahwa erdapa hubungan anara dua aau lebih peubah erjadi pada level yang sama. Namun sebelum membua esimpulan bahwa uji ADF menduung hasil dugaan adanya hubungan anar peubah, uji erhadap eepaan nilai saisi erhadap nilai residual menjadi hal yang sanga pening. Tabel 2 (baris ahir) disajian uji saisi erhadap nilai residual yang melipui uji auoorelasi, heerosedasicii (ARCH) dengan menggunaan Eangle (1982), es normaliy dengan menggunaan saisic Jarque Berra (1980) dan uji RESET unu uji sabilias suur model. Hasil uji saisi erhadap ondisi auoorelasi dari residual ida dapa menola hipoesis nol yang berbunyi ida ada auoorelasi pada residual. Lebih jauh lagi, dapa diliha bahwa residual juga didisribusian secara ida normal arena hasil dari ARCH dan JB saisi lebih ecil dari nilai riis yang dibuuhan unu bisa menola hipoesis nol pada 5%. Unu uji sabilias sruural, hasil uji RESET menunjuan bahwa semuanya dibawah nilai riis pada 5%. Dengan demiian, berdasaran semua uji-uji ersebu diaas dapa disimpulan bahwa hubungan vecor dalam persamaan espor e India adalah ida ada auoorelasi, sruur yang sabil namun ida didisribusian secara normal. Unu bisa lebih mempunyai ari, bagaimanapun juga, dalam peneliian ini juga diliha emunginan hubungan eseimbangan janga panjang dalam persamaan perminaan espor menggunaan prosedur Johansen. Sruur lag yang opimal dari prosedur Johansen-Juselius digunaan unu menenuan vecor yang berhubungan (coinegraing vecors), dan hasil dari uji ini disajian dalam Tabel 2. Hasil ini ini disimpulan bahwa erdapa paling ida erdapa sau ecenderungan sochasic yang disumbangan erhadap peubahpeubah dalam sisem. Paling ida erdapa sau vecor yang diyaini berhubungan dalam persamaan perminaan espor e India (IX I ) berdasaran race dan λ-max. Hasil ini sesuai dengan eori eonomi yang menyaaan bahwa sau eonomi seharusnya mempengaruhi yang lain. Hal ini mengimpliasian erdapa meanisme eseimbangan janga panjang yang aan mendorong ondisi ini dalam hubungan (co-inegraion) (Engle and Granger, 1987). Informaia Peranian Volume 16 No. 2,

12 Pendugaan Keseimbangan Janga Panjang Menormalisasian persamaan perminaan espor memudahan ia unu membandingan nilai hipoesis βs dalam persamaan (1). Hasil hubungan janga panjang erhadap peubah ida bebas disimpulan dalam Tabel 3. Hasil analisis empiris janga panjang elah menduung bui bahwa harga dunia dari omodii mempunyai hubungan yang negaiv dengan jumlah yang diespor. Secara jelas, hasil ersebu disajian dalam Tabel 3, erliha bahwa peubah harga dunia minya elapa sawi mempunyai anda negaif di negara pengimpor. Hasil empiris dari hubungan anara jumlah yang diespor dan harga minya subsiusi elapa sawi (minya edelai juga negaif). Tabel 2. Uji Koinegrasi Menggunaan Meode Johansen dan Juselius Uji Perminaan Espor e India IXI H0 H1 K=1 r=1 λ-max r = 1 r = ** r < 1 r = r < 2 r = r < 3 r = Trace r = 1 r *** r < 1 r r < 2 r r < 3 r AR(2) ARCH(2) RESET(1) Norm(2) Noe : *** Berbeda nyaa pada araf 1 % ** Berbeda nyaa pada araf 5% * Berbeda nyaa pada araf 10% * * 1030 Penurunan Paja Espor

13 IXI Perminaan Espor e India(IXI) Tabel 3: Normalisasi Veor yang Beroinegrasi Peubah PSOD WPOD IPi ERi IXI onsan (21.0) (22.0) 2.02 (2.04) Caaan: Anga dalam urung adalah esalahan sandar (6.3) Selanjunya, sebagian besar hasil sudi lieraur juga menduung hasil ajian ini yang menyaaan bahwa hubungan posiif anara jumlah espor yang dimina dengan indes produ indusri. Secara jelas erliha bahwa indes produ indusri mempunya dampa yang posiif erhadap jumlah espor elapa sawi yang diminya di pasar dunia. Peningaan dalam indes produ indusri sebesar 1 persen aan meningaan jumlah espor yang dimina. Semenara iu, dampa dari nilai uar erhadap jumlah espor yang dimina dalam ajian ini adalah negaif dan berbeda nyaa dengan oefisien dugaan sebesar Model Kesalahan yang Diperbaii (Error Correcion Model) Tahap ahir dari analisis daa yang dilauan dalam ajian ini adalah membenu model gala yang dioresi (he error correcion model- ECM). Peubah bebas dalam ECM merupaan peubah bebas dalam benu beda perama. Sebagaimana yang dijelasan Engle and Granger (1987), ECM mempunyai iga macam peubah ida bebas, yaiu beda perama peubah ida bebas (dengan lag yang epa), lag dari beda perama peubah ida bebas, dan lag nilai residual dari persamaan yang mengandung hubungan yang beroinegrasi seperi pada persamaan (1). Hasil dari pendugaan model dengan menggunaan ECM disajian dalam Tabel 5. Namun sebelum ia lanjuan dengan penjelasan yang lebih rinci enang hasil pendugaan parameer dengan menggunaan ECM, Tabel 4 merupaan hasil uji diagnosi erhadap persamaan perminaan espor. Dari Tabel 4 erliha bahwa hasil pendugaan parameer secara empiris mengindiasian bahwa persamaan perminaan espor secara sasii sudah cuup memuasan yang diunjuan oleh nilai adjused- R 2 sebesar 0,87. Hasil dari uji auoorelasi erhadap nilai residual menunjuan nilai saisi ida dapa menola hipoesis nol yang berbunyi ida erdapa masalah auoorelasi pada araf epercayaan sebesar 5% yang mengindiasian bahwa ida erhadap masalah auoorelasi dalam model persamaan perminaan espor. Semenara iu berdasaran uji normaliy menggunaan J-B dan ARCH, dapa disimpulan bahwa ida erdapa masalah heerosedasicii dalam model persamaan perminaan espor pada level 5% arena nilai ida dapa menola hipoesis nol yang menyaaan bahwa dugaan Informaia Peranian Volume 16 No. 2,

14 persamaan didisribusian secara normal. Lebih jauh lagi, hasil uji sabilias model, menunjuan bahwa model persamaan espor adalah sanga sabil. Tabel 4: Uji Diagnosa unu Model Kesalahan yang Diperbaii. Peubah AR (2) IXI (0.92) ARCH (1) Uji Diagnosa RESET (1) NORM (2) HET (1) Adjus ed- R (0.12) 32.96*** (0.0005) 1.04 (0.59) 0.63 (0.18) 0.87 Caaan : anga dalam urung mengindiasian probabilias unu menola H0 *** Berbeda nyaa pada 1 % ** Berbeda nyaa pada 5% * Bebeda nyaa pada 10% Hasil pendugaan dengan menggunaan meode error correcion model erhadap perminaan espor minya elapa sawi dari Indonesia disajian dalam Tabel 5. Tabel 5. Ringasan Hasil Pendugaan Persamaan Perminaan Espor Minya Kelapa Sawi Indonesia e India. Peubah Perminaan Espor e India (IXI) Hasil Pendugaan Persamaan **PSO/WPO *IPI 5.91 ERI ***IXI ECM *** Berbeda nyaa pada araf 1 % ** Berbeda nyaa pada araf 5% * Berbeda nyaa pada araf 10% Perminaan espor minya elapa sawi dari Indonesia e India mengindiasian ida erdapa hubungan dalam janga panjang yang diindiasian dengan pengaruh yang ida nyaa dari Faor error correcion model (ECM). Perminaan espor Kelapa Sawi Indonesia e India lebih banya dipengaruhi oelh faor-faor lain yaiu harga minya edelai dan harga minya elapa sawi dunia (PSO/WPO), indes barang produsi (IPI), dan perminaan espor minya epala sawi Indonesia e India ahun lalu. Hasil pendugaan erhadap persamaan perminaan espor minya elapa sawi Indonesia e India (IX I ) mengindiasian bahwa peubahpeubah beriu rasio anara harga minya edelai dan harga minya elapa sawi dunia (PSO/WPO), indes barang produsi (IPI), dan perminaan espor minya epala sawi Indonesia e India ahun lalu, mempunyai anda sesuai dengan eori eonomi dan secara saisi berbeda nyaa. Elasisias janga pende dari perminaan espor minya elapa sawi Indonesia e India erhadap rasio anara harga 1032 Penurunan Paja Espor

15 minya edelai dan harga minya elapa sawi dunia adalah elasis sebesar 2,74, IPI sebesar 2,69 dan oefisien penyesuaian yang direflesian dengan perminaan espor e India ahun lalu sebesar 0,89. Dampa Penurunan Paja Espor Hasil simulasi dampa liberalisasi perdagangan (penurunan paja espor) yang disajian dalam Tabel 6 mengindiasian bahwa penurunan paja espor ersebu aan meningaan harga minya elapa sawi dalam negeri dan juga menurunan harga espor minya elapa sawi. Aibanya, peningaan harga minya elapa sawi dalam negeri dan penurunan harga espor minya elapa sawi aan diiui oleh meninganya jumlah minya sawi yang diespor. Penurunan paja espor sebesar 10% aan meningaan harga minya sawi dalam negeri sebesar 14,83 persen. Tabel 6. Dampa Hasil Simulasi Penurunan Paja Espor erhadap Perminaan Espor e India sebelum dan sesudah Perdagangan Bebas Indonesia Penurunan paja espor Sebelum Sesudah % (ribu on) (ribu on) 10% % % % Aibanya, eia paja espor diurunan sebesar 10%, espor minya elapa sawi dari Indonesia e India meninga dari 202,96 ribu on menjadi 237,57 ribu on (yaiu sebesar 0,4%). Lebih jauh lagi, hasil simulasi juga mengindiasian bahwa semain besar pengurangan paja espor maa perubahan yang dihasilan erhadap jumlah minya elapa sawi yang diespor juga semain besar. Hal iu disebaban oleh arena hubungan yang bersifa linear erhadap hasil simulasi. Besar ecilnya dampa dari pengurangan paja espor ini sanga erganung epada elasisias harga anara dua peubah. Jia elasisias dari perminaan espor erhadap harga bersifa ida elasis, maa dampa pengurangan paja espor ecil dan sebalinya. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Dalam analisis eonomeri modern, jia menggunaan daa dere wau (ime series), mensyaraan daa yang digunaan harus saioner. Unu menanggulangi masalah daa yang ida saioner, salah sau cara yang bisa digunaan adalah dengan menggunaan Informaia Peranian Volume 16 No. 2,

16 meode oresi Gala (error correcion model). Tahapan analisa daa dengan menggunaan meode oresi gala melipui: (1) Uji sasioner daa, (2) uji oinegrasi berujuan mengeahui apaah erdapa hubungan janga panjang anara variabel X dengan Y, dan (3) menyusun Error-Correcion Model (ECM). Hasil analisis regresi erhadap persamaan perminaan espor dengan menggunaan pendeaan ECM mengindiasian perminaan espor minya elapa sawi dari Indonesia e India ida erdapa hubungan dalam janga panjang yang diindiasian dengan pengaruh yang ida nyaa dari Faor error correcion model (ECM). Dalam janga pende perminaan epor elapa sawi oleh India sanga dipengaruhi oleh rasio anara harga minya edelai dan harga minya elapa sawi dunia dengan elasis sebesar 2,74, Indes produsi dengan elasisias sebesar 2,69 dan oefisien penyesuaian yang direflesian dengan perminaan espor e India ahun lalu sebesar 0,89. Penurunan paja espor aan diiui oleh meninganya jumlah minya sawi yang diespor. Penurunan paja espor sebesar 10% aan meningaan harga minya sawi dalam negeri sebesar persen. Hasil ajian ini diharapan dapa memberian manfaa bagi para pengambil ebijaan di seor elapa sawi, arena unu meliha bagaimana dampa dari perubahan ebijaan perdagangan di seor Indusri Kelapa Sawi, para pengambil ebijaan perlu mengeahui faor-faor yang mempengaruhi perminaan espor e India. Selanjunya dengan mengeahui dampa dari penurunan paja epor erhadap peminaan espor aan memberian pedoman epada pengambil ebijaan erhadap epeningan yang harus dilindungi, epeningan espor aau epeningan dalam negeri. DAFTAR PUSTAKA Angelo, A. and Zapaa, H Furher Empirical Evidence of Whea and Barley Mare Inegraion in he EU. Deparmen of Agriculural Economics. Lousiana Sae Universiy. Basiron, Y Global Oils and Fas Business : Challenges in he New Millenium. Oil Palm Indusry Economic Journal vol. 1 Number 1/2001 pp Malaysian Palm Oil Board. Malaysia. Dradja, B., e al Upaya Pengembangan Produ Agroindusri Perebunan (Komodii Kelapa Sawi). Pusa Peneliian Sosial Eonomi Peranian. Badan Peneliian dan Pengembangan Peranian. Deparemen Peranian. Bogor Penurunan Paja Espor

17 Engle, R and Granger, C Co-inegraion and Error Correcion Represenaion, Tesing and Telling Economerica 55(2),: Ibrahim, A The Inernaional Trade in Palm Oil : Prospecs and Challenges. Proceedings of he 1999 PORIM Inernaional Palm Oil Congress. Economics Mareing Conference. Palm Oil Research Insiue of Malaysia. Larson, D. F Indonesia s Palm Oil Subsecor. Policy Research oring Paper The World Ban Inernaional Economics Deparmen Commodiy Policy and Analysis Uni, Sepember Labys, W.C Dynamic Commodiy Model : Specificaion, Esimaion and Simulaion. Lexingon : D.C Healh and Company. Lubis, A., A Mare model for Malaysia Palm Oil Indusry. PhD Thesis. Faculy of Economics and Managemen, Universiy Pura Malaysia, Serdang, Selangor, Malaysia. McKay, A Aggregae Expor and Food Crop Supply Response in Tanzania. DFID-TERP: CREDIT DISCUSSION PAPER 4 (CDPO4). Universiy of Noingham. Mushaq, K. and Dawson Acreage Response in Paisan: A Coinegraion Approach. Deparmen of Agriculural Economics. Universiy of Agriculure. Faisalabad. Paisan. Oil World Annual, Salih, S.M.E Supply Response of Sudan s Coon Indusry : Implicaions of Governmen Inervenion. Thesis Docor of Philosophy. Universiy Pura Malaysia. Malaysia. Shamsudin, M.N., e al A Mare model for Malaysia Palm Oil Indusry. The Malaysian Journal of Agriculural Economics 11 (1994) : pp Shamsudin, M.N., e al The Effec of Expor Duy Liberalizaion on he Malaysian Palm Oil Indusry. Faculy of Economics and Managemen, Universiy Pura Malaysia, Serdang, Selangor, Malaysia. Simaupang and Purwoo, Konsumsi Minya Goreng unu Pangan. IPB Press. Indonesia. Sumaryano and Ranenaa, M Sisem Agribisnis dan Peranan Minya Goreng dalam Pereonomian Nasional. IPB Press. Indonesia. Informaia Peranian Volume 16 No. 2,

18 Suryana, A Trade Prospecs of Indonesian Palm Oil in he Inernaional Mares for Fas and Oils. A hesis submied o he Graduae School of Norh California Sae Universiy. America. Susila, W.R. e al Model Eonomi Minya Sawi Menah. Pusa Peneliian Sosial Eonomi Peranian. Badan Peneliian dan Pengembangan Peranian. Deparemen Peranian. Bogor. Thompson, S. e al Spaial Equilibrium Mare Efficiency and Policy Regime Change: Seemingly Unrelaed Error Correcion Model Esimaion. The Ohio Sae Universiy. Tondo, A.R Producion and Mareing of he Indonesian Palm Oil : Pas, Presen, and he Fuure. Inernaional Oil Palm Conference, Sepember Nusa Dua, Bali-Indonesia. Warr, P.G. and Wollmer, F.J The Inernaional Demand for Thailand s Rice Expor. Ausralian Naional Universiy. World Ban, Key Indicaors of Developing Asian and Pacific Counries Penurunan Paja Espor

TRANSMISI VERTIKAL HARGA BERAS DI PROPINSI LAMPUNG (Vertical Transmission For Rice Price In Lampung Province)

TRANSMISI VERTIKAL HARGA BERAS DI PROPINSI LAMPUNG (Vertical Transmission For Rice Price In Lampung Province) Transmisi Verial Harga Beras... (Reni L., D.H. Darwano dan Jangung H. M.) 85 TRANSMISI VERTIKAL HARGA BERAS DI PROPINSI LAMPUNG (Verical Transmission For Rice Price In Lampung Province) Oleh : Reno Lanarsih

Lebih terperinci

BAB IV SIMULASI MODEL

BAB IV SIMULASI MODEL 21 BAB IV SIMULASI MODEL Pada bagian ini aan diunjuan simulasi model melalui pendeaan numeri dengan menggunaan ala banu peranga luna Mahemaica. Oleh arena iu dienuan nilai-nilai parameer seperi yang disajian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

UJI LINEARITAS DATA TIME SERIES DENGAN RESET TEST

UJI LINEARITAS DATA TIME SERIES DENGAN RESET TEST Vol. 7. No. 3, 36-44, Desember 004, ISSN : 1410-8518 UJI LINEARITAS DATA TIME SERIES DENGAN RESET TEST Budi Warsio, Dwi Ispriyani Jurusan Maemaia FMIPA Universias Diponegoro Absra Tulisan ini membahas

Lebih terperinci

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES Universias Muhammadiyah Purwokero malim.muhammad@gmail.com Absrak Pada persamaan regresi linier sederhana dimana variabel dependen dan variabel independen

Lebih terperinci

4. VALIDITAS DAN RELIABILITAS DALAM MEMBUAT EVALUASI

4. VALIDITAS DAN RELIABILITAS DALAM MEMBUAT EVALUASI 4. ALIDITAS DA RELIABILITAS DALAM MEMBUAT EALUASI Tujuan : Seelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu membua ala evaluasi bau unu program pembelajaran Evaluasi pembelajaran adalah ahap ahir dalam prosedur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini aan diemuaan beberapa onsep dasar yang beraian dengan analisis runun wau, dianaranya onsep enang esasioneran, fungsi auoorelasi dan fungsi auoorelasi parsial, macam-macam

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI HOMOGEN SISTEM BATCH

KINETIKA REAKSI HOMOGEN SISTEM BATCH KINETIK REKSI HOMOGEN SISTEM BTH SISTEM REKTOR BTH OLUME TETP REKSI SEDERHN (SERH/IREERSIBEL Beberapa sisem reasi sederhana yang disajian di sini: Reasi ireversibel unimoleuler berorde-sau Reasi ireversibel

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Unuk meliha sejauh mana rencana implemenasi Peneliian yang akan Penulis bua dalam Proposal Skripsi ini, maka ada baiknya Kia meliha sisemaika kerja dan meode peneliian yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN perpusakaan.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Indonesia dengan periode ahun 984 sampai dengan ahun 0. Peneliian ini memfokuskan pada fakor-fakor

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012 InfiniyJurnal Ilmiah Program Sudi Maemaia STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, Sepember 2012 GRUP PERMUTASI SIKLIS DALAM PERMAINAN SUIT Oleh: Bagus Ardi Sapuro Jurusan Pendidian Maemaia, IKIP PGRI Semarang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 38 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Pendeaan vecor auoregression (VAR) non-resriif yang dipilih dalam sudi ini diembangan oleh Sims (980). VAR dibangun unu mengesimasi permasalahan analisis fungsi ransfer dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) INKUIRI BERBASIS BERPIKIR KRITIS PADA MATERI DAUR BIOGEOKIMIA KELAS X

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) INKUIRI BERBASIS BERPIKIR KRITIS PADA MATERI DAUR BIOGEOKIMIA KELAS X PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) INKUIRI BERBASIS BERPIKIR KRITIS PADA MATERI DAUR BIOGEOKIMIA KELAS X Saviri Herdianawai, Herlina Firihidajai, Tarzan Purnomo Biologi, FMIPA, Universias Negeri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ Khairunnisa aubara 1, Ir. Sugiharo Pujangkoro, MM 2, uchari, ST, M.Kes 2 Deparemen Teknik Indusri, Fakulas Teknik, Universias

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series) III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunaan data seunder bersifat runtun watu (time series) dalam periode tahunan dan data antar ruang (cross section). Data seunder tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS SURVIVAL LAJU INDEKS KINERJA DOSEN STKIP PGRI TULUNGAGUNG DENGAN MODEL REGRESI COX

ANALISIS SURVIVAL LAJU INDEKS KINERJA DOSEN STKIP PGRI TULUNGAGUNG DENGAN MODEL REGRESI COX Seminar Nasional Maemaia dan Apliasinya, 1 Oober 17 ANALISIS SURVIVAL LAJU INDEKS KINERJA DOSEN STKIP PGRI TULUNGAGUNG DENGAN MODEL REGRESI COX Maylia Hasyim 1), Dedy Dwi Prasyo ) 1) Program Sudi Pendidian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pusaka Menginga minyak sawi adalah minyak nabai yang digunakan sebagai bahan menah unuk memproduksi minyak

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTIM LELANG TERHADAP HARGA IKAN TUNA SUMATERA BARAT. Oleh: Junaidi

IMPLEMENTASI SISTIM LELANG TERHADAP HARGA IKAN TUNA SUMATERA BARAT. Oleh: Junaidi IMPLEMENTASI SISTIM LELANG TERHADAP HARGA IKAN TUNA SUMATERA BARAT Oleh: Junaidi Dosen Fakulas Perikanan dan Ilmu Kelauan Universias Bung Haa Jl. Sumaera, Ulak Karang Padang Absrac The sudy conduced a

Lebih terperinci

Model GSTAR Termodifikasi untuk Produktivitas Jagung di Boyolali

Model GSTAR Termodifikasi untuk Produktivitas Jagung di Boyolali Prosiding Semnar Nasional VIII UNNES, 8 Nov 4 Semarang Hal.4-5 Model GSTAR Termodifiasi unu Produivias Jagung di Boyolali Prisa Dwi Apriyani ), Hanna Arini Parhusip ), Lili Linawai ) ))) Progdi Maemaia,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Peneliian ini ialah berujuan (1) unuk menerapkan model Arbirage Pricing Theory (APT) guna memprediksi bea (sensiivias reurn saham) dan risk premium fakor kurs, harga minyak,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

( ) r( t) 0 : tingkat pertumbuhan populasi x

( ) r( t) 0 : tingkat pertumbuhan populasi x III PEMODELAN Model Perumbuan Koninu Terbaasnya sumber-sumber penyoong (ruang, air, maanan, dll) menyebaban populasi dibaasi ole suau daya duung lingungan Perumbuan populasi lamba laun aan menurun dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus

Lebih terperinci

Prediksi Curah Hujan Kota Samarinda pada Tahun 2014 dengan Metode Filter Kalman. Rainfall Prediction Samarinda in 2014 with Kalman Filter Method

Prediksi Curah Hujan Kota Samarinda pada Tahun 2014 dengan Metode Filter Kalman. Rainfall Prediction Samarinda in 2014 with Kalman Filter Method Jurnal EKSPONENSIAL Volume 6, Nomor, Mei ISSN 8-789 Predisi Curah Hujan Koa Samarinda pada Tahun dengan Meode Filer Kalman Rainfall Predicion Samarinda in wih Kalman Filer Mehod Ea Syafiri Andarini, Sri

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Peran pasar obligasi dipandang oleh pemerinah sebagai sarana sraegis sumber pembiayaan alernaif selain pembiayaan perbankan dalam benuk pinjaman (loan). Kondisi anggaran

Lebih terperinci

Model Koreksi Kesalahan pada Data Runtun Waktu Indeks Harga Konsumen Kota-kota di Papua

Model Koreksi Kesalahan pada Data Runtun Waktu Indeks Harga Konsumen Kota-kota di Papua Model Koreksi Kesalahan pada Daa Runun Waku Indeks Harga Konsumen Koa-koa di Papua Miha Febby R. Donggori, Adi Seiawan, 3 Hanna Arini Parhusip Prodi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika, Universias Krisen

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN BAB PENDAHUUAN. ATAR BEAKANG Seringali ara enelii aau saisiawan melauan enganalisaan erhada suau eadaan/masalah dimana eadaan yang dihadai adalah besarnya jumlah variabel samel yang diamai. Unu iu erlu

Lebih terperinci

ANALISIS PEMINTAAN IMPOR INDONESIA: PENDEKATAN KOMPONEN PENGELUARAN

ANALISIS PEMINTAAN IMPOR INDONESIA: PENDEKATAN KOMPONEN PENGELUARAN Jurnal EKONOMI PEMBANGUNAN Kajian Ekonomi Negara Berkembang Hal: 165 176 ANALISIS PEMINTAAN IMPOR INDONESIA: PENDEKATAN KOMPONEN PENGELUARAN Agus Widarjono Fakulas Ekonomi Universias Islam Indonesia Yogyakara

Lebih terperinci

Kata kunci: Deret waktu, Heteroskedastisitas, IGARCH, Peramalan. Keywords: Time Series, Heteroscedasticity, IGARCH, Forecasting.

Kata kunci: Deret waktu, Heteroskedastisitas, IGARCH, Peramalan. Keywords: Time Series, Heteroscedasticity, IGARCH, Forecasting. METODE INTEGRATED GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (IGARCH) UNTUK MEMODELKAN HARGA GABAH DUNIA (INTEGRATED GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY TO CAPTURE

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN Peramalan Dengan Meode Smoohing dan Verifikasi Meode Peramalan Dengan Grafik Pengendali Moving Range () (Sudi Kasus: Produksi Air Bersih di PDAM Tira Kencana Samarinda) Forecasing wih Smoohing and Verificaion

Lebih terperinci

Bab 5 BEBERAPA HUBUNGAN DASAR DALAM FISIKA

Bab 5 BEBERAPA HUBUNGAN DASAR DALAM FISIKA Bab 5 BEBERAPA HUBUNGAN DASAR DALAM FISIKA 5. Pendahuluan Keia memodelan sisem fisis, ia enu harus mulai dengan pengeahuan mengenai fisia. Dalam bab ini ia aan merangum hubungan hubungan paling umum dalam

Lebih terperinci

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia BAB 3 DATA DAN METODOLOGI 3.1 Variabel-Variabel Peneliian 3.1.1 Variabel dependen Variabel dependen yang digunakan adalah reurn Indeks Harga Saham Gabungan yang dihiung dari perubahan logarima naural IHSG

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Dalam peneliian ini, penulis akan menggunakan life cycle model (LCM) yang dikembangkan oleh Modigliani (1986). Model ini merupakan eori sandar unuk menjelaskan perubahan dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen Bab 5 Penaksiran Fungsi Perminaan 1 Ekonomi Manajerial Manajemen Peranyaan Umum Tenang Perminaan Seberapa besar penerimaan perusahaan akan berubah seelah adanya peningkaan harga? Berapa banyak produk yang

Lebih terperinci

Muhammad Firdaus, Ph.D

Muhammad Firdaus, Ph.D Muhammad Firdaus, Ph.D DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FEM-IPB 010 PENGERTIAN GARIS REGRESI Garis regresi adalah garis yang memplokan hubungan variabel dependen (respon, idak bebas, yang dipengaruhi) dengan variabel

Lebih terperinci

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan Jurnal Teknik Indusri, Vol. 19, No. 1, Juni 17, 1- ISSN 111-5 prin / ISSN 7-739 online DOI: 1.97/ji.19.1.1- Konrol Opimal pada Model Economic Order Quaniy Inisiaif Tim Penjualan Abdul Laif Al Fauzi 1*,

Lebih terperinci

ANALISIS KORELASI KANONIK PADA PERILAKU KESEHATAN DAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DI KOTA PATI JAWA TENGAH ABSTRACT

ANALISIS KORELASI KANONIK PADA PERILAKU KESEHATAN DAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DI KOTA PATI JAWA TENGAH ABSTRACT ANALISIS KOELASI KANONIK PADA PEILAKU KESEHATAN DAN KAAKTEISTIK SOSIAL EKONOMI DI KOTA PATI JAWA TENGAH Diah Sairi, Paramia Indrasari Program Sudi Saisia FMIPA UNDIP Alumni Program Sudi Saisia FMIPA UNDIP

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN (STUDI KASUS KOTA SALATIGA, BULAN JANUARI 2014 JULI 2016)

PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN (STUDI KASUS KOTA SALATIGA, BULAN JANUARI 2014 JULI 2016) Prosiding Seminar Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISBN: 978-602-622-20-9 hal 935-950 November 206 hp://jurnal.fkip.uns.ac.id PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN

Lebih terperinci

IV.1. PERANAN SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA IV.1.1.

IV.1. PERANAN SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA IV.1.1. BAB IV PERHITUNGAN IV.1. PERANAN SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA IV.1.1. Sekor Perambangan Baubara Dalam Pembangunan Seperi yang sudah disebukan dalam pembahasan sebelumnya enang sekor perambangan baubara,

Lebih terperinci

t I I I I I t I I t I I Benarkah Bantuan Luar Negeri Berdampak Negatif terhadap Pertumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo

t I I I I I t I I t I I Benarkah Bantuan Luar Negeri Berdampak Negatif terhadap Pertumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo l: l,' Benarkah Banuan Luar Negeri Berdampak Negaif erhadap Perumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo Hubungan anara huang luar negeri pemerinah dengan perumbuhan ekonomi dapa negaif aau posiif. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

Mahasiswa Jurusan Statistika FMIPA-ITS ( ) Abstrak

Mahasiswa Jurusan Statistika FMIPA-ITS ( ) Abstrak PEMODELAN DAYA LISTRIK DENGAN PENDEKATAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH). (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK) Firoh Amalia, Drs. Haryono, MSIE Mahasiswa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

1999 sampai bulan September Data ini diperoleh dari yahoo!finance.

1999 sampai bulan September Data ini diperoleh dari yahoo!finance. 7 999 sampai bulan Sepember 8. Daa ini diperoleh dari yahoo!finance. Meode Langkah-langkah pemodelan nilai harian IHSG secara garis besar dapa diliha pada Lampiran dengan penjelasan sebagai beriku:. Melakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA,

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, 2004-2008 Banoon Sasmiasiwi, Program MSi FEB UGM Malik Cahyadin, FE UNS Absraksi Perkembangan ekonomi akhir-akhir

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Model Peneliian Dalam menganalisa efekifias kebijakan pemerinah, maka model yang digunakan dalam skripsi ini adalah model yang diurunkan dari eori kekuaan monopoli,

Lebih terperinci

PENAKSIRAN PARAMETER MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE INTEGRATED (VARI) DENGAN METODE MLE DAN PENERAPANNYA PADA DATA INDEKS HARGA KONSUMEN

PENAKSIRAN PARAMETER MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE INTEGRATED (VARI) DENGAN METODE MLE DAN PENERAPANNYA PADA DATA INDEKS HARGA KONSUMEN IndoMS Journal on Saisics Vol., No. (04), Page 7-37 PENAKSIRAN PARAMETER MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE INTEGRATED (VARI) DENGAN METODE MLE DAN PENERAPANNYA PADA DATA INDEKS HARGA KONSUMEN Dinda Ariska Wulandari,

Lebih terperinci

(T.9) PENAKSIRAN MODEL GARCH DENGAN METODE BOUNDED M-ESTIMATES

(T.9) PENAKSIRAN MODEL GARCH DENGAN METODE BOUNDED M-ESTIMATES PROSIDING ISSN : 087-590. Seminar Nasional Saisika November 0 Vol, November 0 (T.9) PENAKSIRAN MODEL GARCH DENGAN METODE BOUNDED M-ESTIMATES Yahya Ubaid ), Budi Nurani R. ), Mulyana K. 3) )Mahasiswa Program

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci