ANALISIS PEMINTAAN IMPOR INDONESIA: PENDEKATAN KOMPONEN PENGELUARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PEMINTAAN IMPOR INDONESIA: PENDEKATAN KOMPONEN PENGELUARAN"

Transkripsi

1 Jurnal EKONOMI PEMBANGUNAN Kajian Ekonomi Negara Berkembang Hal: ANALISIS PEMINTAAN IMPOR INDONESIA: PENDEKATAN KOMPONEN PENGELUARAN Agus Widarjono Fakulas Ekonomi Universias Islam Indonesia Yogyakara Absrac This sudy analyzes Indonesian aggregae impors by using expendiure componens approach since Indonesian Economy relies highly on impor. The relaionship beween aggregae impors and he componen of final demand expendiure namely public and privae consumpion expendiure, invesmen expendiure and expor is invesigaed because he differen componens of final demand expendiure have differen impor conens. In addiion, he model also includes price of impor as a deerminan demand for impor. Johansen Mulivariae co inegraion is proposed o analyze he impor behavior in he long run. To examine response of impor o is deerminans in he shor run, an error correcion model is applied. Quarerly daa during are used for he analysis. The resuls demonsrae boh he componens of final demand expendiure and price of impor are all imporan facor in deermining aggregae demand for impors no only in he long run bu also in he shor run. Keywords: Demand for impors, Componens of final demand expendiure, Coinegraion, Error Correcion Model. PENDAHULUAN Selain ekspor, peran impor dari waku ke waku semakin besar di dalam perekonomian Indonesia. Semakin peningnya peran impor merupakan konsekuensi dari sisem ekonomi Indonesia yang menganu sisem ekonomi erbuka. Peran impor di dalam ekonomi Indonesia bisa diliha melalui deraja keerbukaan Impor yaiu rasio impor erhadap GDP. Jika pada ahun 1973 baru sebesar 11,93%, pada ahun 1980 naik menjadi 20,85% dan keika krisis ekonomi mengalami lonjakan cukup drais menjadi 35,18% pada ahun 1998, walaupun kemudian menurun kembali menjadi 23,33% pada ahun 2003 (Amadji, 2004). Peningkaan impor di aas idak erlepas dari proses indusrialisasi di Indonesia. Selama periode indusrialisasi subsiusi impor , peran impor bisa diminimalisasikan. Namun sejak erjadi perubahan indusrialisasi orienasi ekspor ahun 1980 peran impor semakin pening. Hal ini erjadi karena sebagian besar indusri kia mengandalkan bahan baku impor. Hal ini diunjukkan oleh besarnya impor bahan baku dalam oal impor Indonesia. Tulisan ini mencoba menganalisis perilaku perminaan impor dari sisi komponen akhir pengeluaran agrega. Model ini cukup pening karena komponen akhir pengeluaran agrega yakni pengeluaran konsumsi baik individu maupun pemerinah, invesasi dan ekspor mempunyai komponen impor yang berbeda-beda. Indusri-indusri dalam negeri baik yang berorienasi ekspor maupun beroreinasi pasar domesik adalah indusri-indusri yang erganung dari bahan baku impor. Dengan mengurai komponen akhir pengeluaran agrega sebagai fakor yang menenukan impor maka ulisan ini akan mampu mengesimasi masing-masing 165

2 Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9 No. 2, Desember 2004 Hal: efek dari komponen akhir pengeluaran agrega erhadap perminaan impor agrega dan sekaligus mengeliminasi bias analisis jika hanya menggunakan sau variabel unggal GDP sebagai variabel perminaan. Tulisan ini menggunakan analisis koinegrasi unuk menganalisis perilaku perminaan impor agrega jangka panjang dengan pendekaan komponen akhir pengeluaran agrega. Namun dalam jangka pendek, perilaku ekonomi seringkali menunjukkan keidakseimbangan. Unuk mengeahui respon perminaan impor dalam jangka pendek digunakan esimasi Error Correcion Model (ECM). KAJIAN PUSTAKA Perilaku perminaan erhadap impor bisa dianalisis melalui dua pendekaan yaiu sisi perminaan agrega (aggregae demand) maupun sisi pengeluaran agrega (aggregae expendiure). Pendekaan perama merupakan aliran uama di dalam menganalisis perilaku perminaan impor. Pada pendekaan perminaan agrega ini perminaan impor merupakan fungsi dari variabel perminaan barang. Variabel perminaan impor erdiri dari variabel pendapaan dan harga barang impor. Pendapaan akan berpengaruh posiif sedangkan harga akan berpengaruh negaif erhadap erhadap perminaan impor. Model yang sering digunakan pada analisis pendekaan ini adalah model perminaan Impor dari Keynesian. Dari model ini kemudian bisa dikeahui elasisias pendapaan erhadap impor maupun elasisias harga impor. Akhir-akhir ini pendekaan pengeluaran agrega semakin mendapa perhaian dalam menganalisis perilaku perminaan impor. Giovannei, Abbo dan Seddighi menunjukkan bahwa pendekaan perminaan agrega akan menghasilkan hasil yang bias karena hanya memasukkan variabel agrega pendapaan anpa meliha komponen-komponen akhir pengeluaran agreganya (Giovannei 1989; Abbo dan Seddighi, 1996). Bila kia hanya menggunakan variabel GDP sebagai proksi pendapaan akan menyebabkan adanya spesifikasi model yang kurang epa jika komponen-komponen akhir pengeluaran agrega ini mempunyai kandungan impor yang berbeda-beda. Di dalam model pengeluaran agrega ini pengeluaran agrega dibagi menjadi komponen-komponen akhir pengeluaran agrega unuk mengeahui dampak masingmasing komponen akhir pengeluaran agrega erhadap perminaan impor. Seperi dalam model perminaan, model pengeluaran agrega ini juga memasukkan variabel harga barang impor. Dari model ini bisa dikeahui elasisias masing-masing komponen akhir pengeluaran agrega erhadap impor maupun elasisias harga impor. Peneliian perilaku perminaan impor pendekaan pengeluaran agrega elah banyak dilakukan di negara-negara lain baik di negara maju aau negara sedang berkembang. Giovannei elah mengaplikasikan model pendekaan pengeluaran agrega pada perminaan impor kasus di negara Iali (Giovannei, 1989) sedangkan Abbo dan Seddighi elah mengaplikasikan pada kasus di negara Inggris (Abbo dan Seddighi, 1996). Unuk kasus negara sedang berkembang, Mohammad dan Tang mencoba menganalisis kasus di negara Malaysia. Sebagai negara berkembang yang mencoba mempercepa pembangunan ekonominya melalui indusrialisasi, indusri-indusri di Malaysia khususnya indusri berorienasi ekspor sanga erganung dari komponen impor. Hasil peneliiannya menunjukkan bahwa komponen-komponen akhir pengeluaran agrega sanga pening di dalam mempengaruhi perminaan impor (Mohammad and Tang, 2000). Di dalam kasus Indonesia, analisis perminaan impor masih didominasi oleh pendekaan sisi perminaan agrega, misalnya peneliian dari Pasaribu dan Komara (Pasaribu dan Komara, 1995) dan Amadji (Amadji, 2004). 166

3 Analisis Perminaan Impor Indonesia: Pendekaan Komponen Pengeluaran (Agus Widarjono) METODOLOGI PENELITIAN Spesifikasi Model Pendekaan pengeluaran agrega sanga pening di dalam menganalisis perilaku perminaan impor jika komponen akhir pengeluaran agrega mengandung komponen impor yang cukup inggi dan masing-masing mempunyai kandungan impor yang berbedabeda (Giovannei 1989; Abbo dan Seddighi, 1996; Mohammad dan Tang, 2000). Oleh karena iu jika kia menggunakan variabel perminaan agrega akan menghasilkan esimasi yang bias. Komponen akhir pengeluaran agrega dalam peneliian ini dibagi menjadi iga komponen yaiu oal pengeluaran konsumsi akhir (Cons) erdiri dari konsumsi individu (C) dan pemerinah (G), pengeluaran invesasi (I) dan ekspor (X). Selain keiga variabel ersebu peneliian ini juga memasukkan harga barang impor (P) yang mempengaruhi besar kecilnya impor. Dengan demikian kia dapa merumuskan fungsi perminaan impor agrega sbb: M f ( Cons, I, X, P )...(1) dimana M adalah impor agrega; Cons adalah oal pengeluaran konsumsi; X adalah oal ekspor; dan P adalah harga impor. Berdasarkan persamaan (1) kemudian kia dapa menurunkan fungsi perminaan impor agrega jangka panjang dalam benuk model log linier sbb: lnm β β lncons β lni β lnx β lnp β d97 µ β5 d97 (2) dimana ln merupakan logarima naural dan adalah residual yang memenuhi asumsi klasik. Peneliian ini juga akan memasukkan variabel dummy yaiu krisis ekonomi yang erjadi pada kuaral keempa ahun 1997 (d97). Krisis ekonomi elah menyebabkan daya beli masyaraka Indonesia baik Individu, pemerinah maupun sekor bisnis mengalami penurunan ermasuk kemampuan dalam mengimpor barang sehingga akan mempengaruhi perminaan impor barang Pada persamaan (2) diharapkan bahwa anda koefisien unuk 1, 2 dan 3 beranda posiif. Karena komponen akhir pengeluaran agrega ini mengandung unsur komponen impor maka semakin besar pengeluaran agrega ersebu maka impor semakin inggi. 4 beranda negaif yakni semakin inggi (rendah) harga barang impor menyebabkan perminaan impor akan menurun (menaik). Sedangkan 5 beranda negaif karena adanya depresasi yang ajam rupiah erhadap dollar AS elah menyebabkan harga barang impor semakin mahal. Persoalan krusial dalam analisis perilaku daa ime series adalah bahwa daa seringkali menunjukkan kondisi idak sasioner. Jika daa idak sasioner pada ingka level eapi sasioner pada ingka diferensi sera daa erkoinegrasi maka regresi pada persamaan (2) akan menghasilkan regresi yang lancung (spurious regression). Menuru Engle-Granger, perilaku anar variabel seringkali menunjukkan hubungan jangka panjang, sedangkan dalam jangka pendek mungkin akan erjadi keidakeseimbangan (disquilibrium). Keidakseimbangan inilah yang sering kia emui dalam perilaku ekonomi. Apa yang diinginkan pelaku ekonomi (desired) belum enu sama dengan apa yang erjadi sebenarnya. Adannya perbedaan apa yang dinginkan dan apa yang erjadi maka diperlukan adanya penyesuaian (adjusmen) (Engle and Granger, 1987). Model yang memasukkan penyesuaian unuk melakukan koreksi bagi keidakseimbangan dalam jangka pendek disebu sebagai model koreksi kesalahan (Error Correcion Model =ECM). Adapun model perilaku perminaan impor jangka pendek dapa diulis sbb: Dln M 0 1Dln Cons 2Dln I 3Dln X 4 D ln P 5EC 1 6d97... (3) dimana D merupakan perbedaan perama dan EC -1 adalah residual periode sebelumnya dalam persamaan (2) sebagai variabel koreksi kesalahan. 167

4 Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9 No. 2, Desember 2004 Hal: Daa Daa yang digunakan adalah daa kuaralan pada periode Pemilihan daa kuaralan dalam menganalisis perilaku perminaan impor akan menghasilkan esimasi lebih baik dibandingkan daa ahunan karena kia bisa meliha dampak musiman perilaku perminaan impor (Mohammad and Tang, 2000). Daa kuaralan unuk impor, ekspor dan harga impor cukup lengkap di Indonesia, namun persoalan yang muncul adalah daa kuaralan komponen akhir pengeluaran agrega di Indonesia secara lengkap baru ersedia mulai ahun Daa kuaralan komponen akhir pengeluaran agrega memang bisa diperoleh melalui proses inerpolasi dari daa ahunan menjadi daa kuaralan, eapi peneliian ini idak mencoba melakukan hal ini agar bisa menghindari bias daa peneliian. Daa impor adalah daa nilai oal impor baik migas maupun non-migas dan daa nilai impor ini diambil dari dx daa. Toal pengeluaran konsumsi akhir (Cons) merupakan penjumlahan oal konsumsi individu (C) dan pemerinah (G). Daa Cons merupakan daa pengeluaran riil aas dasar ahun Pengelauran invesasi (I) melipui pembenukan model eap domesik bruo (Gross domesic fixed capial formaion) diambah perubahan sok (change in sock). Daa nilai invesasi merupakan pengeluaran invesasi riil aas dasar ahun Baik daa Cons maupun I diambil dari Saisik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI). Daa ekspor adalah nilai oal ekspor migas dan nomigas dan bersumber pada daa dx daa. Harga barang impor merupakan indeks harga barang impor ahun dasar 1993 yang diambil dari dx daa. HASIL DAN ANALISIS Gambar 1 menjelaskan perkembangan impor, komponen akhir pengeluaran agrega dan harga impor dalam periode peneliian. Secara umum semua variabel yakni impor (M), oal pengeluaran konsumsi (cons), invesasi (I), ekspor (X) dan harga impor (P) menunjukkan rend yang menaik sampai pada masa krisis ekonomi pada kuaral keempa ahun Seelah krisis semua variabel mengalami penurunan eapi kemudian kembali menunjukkan rend yang menaik kecuali variabel invesasi (I) yang belum kembali pulih sebagaimana pada periode sebelum krisis. Gambar 1. Perkembangan Impor (M), Konsumsi oal (cons), Invesasi (I), Ekspor (X) dan Harga impor (P) CONS I M P X 168

5 Analisis Perminaan Impor Indonesia: Pendekaan Komponen Pengeluaran (Agus Widarjono) Kia awali pembahasan peneliian ini dengan menguji masalah sasionarias daa. Uji akar uni baik dari Dickey Fuller (Dickey and Fuller, 1979) maupun Phillips- Perron (Phillips and Perron, 1988) digunakan unuk meliha masalah sasionarias daa yang dielii. Uji PP dilakukan karena uji ini mampu mendeeksi sekaligus masalah auokorelasi dan heeroskedasisias. Adapun Formula uji Dickey Fuller (DF) dapa dinyaakan sbb: DY a p 0 1 i i 2 Y DY e... (4) 1 1 Sedangkan uji dari Phillips-Perron (PP) dapa dinyaakan sbb: DY a0 Y 1 e... (5) dimana D adalah perbedaan aau diferensi. Kedua uji dilakukan dengan hipoesis nul =0 unuk DF dan =1 unuk PP. Sasioner idaknya daa didasarkan pada perbandingan nilai saisik DF dan PP yang diperoleh dari nilai hiung koefisien dan dengan nilai kriis saisik dari Mackinnon. Jika nilai absolu saisik DF (PP) lebih besar dari nilai kriis Mackinnon maka daa sasioner dan jika sebaliknya maka daa idak sasioner. Uji akar uni anpa rend pada Tabel 1 menunjukkan bahwa variabel logarima konsumsi (lncons), logarima Invesasi (lni), logarima ekspor (lnx) dan logarima harga impor (lnp) idak sasioner pada ingka level baik uji DF maupun PP kecuali variabel logarima Impor (lnm) dengan uji DF pada =10%. Teapi jika diliha dengan uji PP daa lnm idak sasioner pada ingka level. Dengan demikian daa lnm bisa dikaakan idak sasioner pada ingka level. Uji akar uni pada ingka diferensi perama menunjukkan bahwa semua variabel yang diamai sasioner baik melalui uji DF maupun PP. Dengan kaa lain semua variabel yang dielii erinegrasi pada order aau deraja perama I(1). Seringkali rend juga mempengaruhi sasioner daa. Apakah rend berpengaruh erhadap masalah sasionarias daa maka peneliian ini juga melakukan uji sasionarias daa dengan memasukkan unsur rend. Formula uji Sasionerias daa dari DF maupun PP dengan rend dapa diulis sbb: DY a DY a p 0 a1t Y 1 i DY 1 1 e... (6) i 2 0 a1t Y 1 e... (7) Hipoesis nul unuk uji DF dan PP adalah =0 dan =1. Sasioner aau idaknya daa didasarkan pada perbandingan nilai saiik DF dan PP yang diperoleh dari nilai hiung koefisien dan dengan nilai kriis saisik dari Mackinnon. Bila nilai absolu saisik DF (PP) lebih besar dari nilai kriis Mackinnon maka daa sasioner dan jika nilai absolu saiisik DF (PP) lebih kecil dari nilai kriis Mackinnon maka daa idak sasioner. Hasil uji sasionarias daa dengan rend bisa diliha pada Tabel 2. Semua variabel yang dielii idak sasioner pada ingka level, kecuali variabel logarima Ekspor (lnx) dengan uji DF pada =10%. Namun jika diuji dengan meode dari PP, variabel lnx idak sasioner pada ingka level sehingga kia bisa simpulkan bahwa daa lnx idak sasioner pada ingka level. Selanjunya uji pada ingka diferensi perama, semua variabel menjadi sasioner. Arinya, semua variabel erinegrasi pada order perama I (1) sebagaimana pada uji akar uni anpa unsur rend. 169

6 Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9 No. 2, Desember 2004 Hal: Tabel 1. Uji Akar Uni DF dan P-P anpa rend Variabel DF PP Tingka level Tingka diferensi Tingka level Tingka diferensi LnM *** * * (1) LnCons * * (1) LnI * * (1) lnx * * (1) lnp * * (1) Ke:* signifikan pada =1%; **signifikan pada =5%; dan *** signifikan pada =10% ( ) menunjukkan ingka diferensi Tabel 2. Uji Akar Uni DF dan P-P dengan rend Variabel DF PP Tingka level Tingka diferensi Tingka level Tingka diferensi LnM * * (1) LnCons * * (1) LnI * * (1) lnx *** * * (1) lnp ** * (1) Ke:* signifikan pada =1%; **signifikan pada =5%; dan *** signifikan pada =10% ( ) menunjukkan ingka diferensi Tabel 3. Uji Koinegrasi Perminaan Impor Agrega Indonesia Asumsi Pengujian: daa mengandung rend deerminisik yang linier Variabel: LOG(M) LOG(CONS) LOG(I) LOG(X) LOG(P) D97 Inerval kelambanan: 1 Hipoesis Nul Ho: r = 0 Ho: r 1 Ho: r 2 Ho: r 3 Ho: r 4 Ho: r 5 Eigenvalue Likelihood Raio * * Ke: * dan ** menunjukkan ingka signifikan pada =1% dan =5% Nilai kriis 5% Nilai kriis 1% Seelah kia menganalisis deraja inegrasi variabel dimana semua variabel erinegrasi pada deraja perama I (1), langkah selanjunya adalah menganalisis masalah koinegrasi. Uji koinegrasi ini menunjukkan bahwa hubungan anara variabel sebagaimana dalam persamaan (2) merupakan hubungan jangka panjang sedangkan dalam jangka pendek hubungan anara variabel sebagaimana dalam persamaan (3) mengalami keidakseimbangan. Uji koinegrasi yang digunakan dalam peneliian ini merupakan uji yang dikembangkan oleh Johansen (Johansen, 1991). Berbeda dengan uji koinegrasi dari Engle-Granger, Uji Koinegrasi Johansen ini dapa digunakan unuk menguji koinegrasi sejumlah variabel (vekor). For- 170

7 Analisis Perminaan Impor Indonesia: Pendekaan Komponen Pengeluaran (Agus Widarjono) mula uji koinegrasi dari Johansen-Juselius dapa dinyaakan sbb: DY Y dimana p 1 1 DY 1 X e... (8) i 1 p p i 1 i dan j i 1 Hubungan jangka panjang dijelaskan di dalam marik. Rank dari marik adalah r yang menunjukkan jumlah koinegrasi. Adanya koinegrasi didasarkan pada uji likelihood raio (LR). Jika nilai hiung LR lebih besar dari nilai kriis LR maka kia menerima adanya koinegrasi dan jika sebaliknya maka idak ada koinegrasi. Nilai kriis LR diperoleh dari abel maximum eigenvalue saisic yang dikembangkan oleh Oserwald-Lenun. Nilai hiung LR dihiung berdasarkan formula sbb: k Q T log(1 )... (9) i r 1 i sedangkan nilai kriis dari maximum eigenvalue saisic dihiung berdasarkan formula sbb: Q... (10) max T ( 1 i 1 ) Q Q 1 Hasil uji koinegrasi Johansen- Juselius dapa diliha dalam Tabel 3. Ada idaknya masalah koinegrasi bisa diliha dengan membandingkan anara nilai saisik likelihood Raio (LR) dengan nilai kriisnya. Uji saisik LR menunjukkan bahwa erdapa dua persamaan yang menunjukkan adanya koinegrasi. Dengan demikian ada hubungan jangka panjang anara impor dengan variabel yang mempengaruhi perminaan impor. j Analisis Jangka Panjang Perminaan Impor Seelah kia mengeahui adanya hubungan jangka panjang anara variabel yang dielii dengan uji koinegrasi maka selanjunya kia akan mengesimasi hubungan jangka panjang perminaan impor persamaan (2). Hasil esimasi jangka panjang perminaan impor Indonesia dapa diliha dalam Tabel 4. Hasilnya menunjukkan bahwa anda koefisien regresi sesuai dengan eori ekonomi. Komponen akhir pengeluaran agrega yaiu oal pengeluaran konsumsi (Cons), pengeluaran invesasi (I) dan ekspor (X) beranda posiif sedangkan harga barang impor (P) dan krisis ekonomi (d97) beranda negaif sesuai dengan eori yang diharapkan. Berdasarkan uji saisik, semua variabel signifikan kecuali variabel dummy krisis ekonomi (d97) yang idak signifikan mempengaruhi perminaan impor dalam jangka panjang. Berdasarkan nilai koefisien regresi, nilai elasisias impor erhadap oal pengeluaran konsumsi, invesasi dan ekspor masing-masing sebesar 0,27, 0,15 dan 0,79. Diliha dari nilai elasisias ini maka fakor yang dominan mempengaruhi perminaan impor agrega di dalam jangka panjang adalah ekspor (X) kemudian baru diikui oleh oal pengeluaran konsumsi (Cons). Sedangkan elasisias impor erhadap invesasi relaif rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa sekor ekspor sanga dipengaruhi oleh dari sekor impor. Kondisi ini erjadi karena sebagian besar sekor ekspor nasional mengandalkan bahan baku impor. Secara nasional proporsi bahan baku impor erhadap oal impor indonesia raa-raanya adalah 70% perahun (Amadji, 2003). Implikasinya, insenif unuk mendorong ekspor melalui kebijakan devaluasi (depresiasi) dalam jangka pendek jusru akan membebani sekor ekspor karena mahalnya bahan baku impor. Insenif kebijakan devaluasi (depresiasi) baru akan bisa berdampak posiif dalam jangka panjang. 171

8 Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9 No. 2, Desember 2004 Hal: Tabel 4. Perminaan Impor Jangka Panjang Variabel penjelas Nilai Koefisien Sandar Error T hiung C * LOG(CONS) * LOG(I) * LOG(X) * LOG(P) * d R 2 = ; F= ; DW = LM (2): ( ) ARCH (1): ( ) Whie: ( ) RESET (2): ( ) Jarque-Bera: (0.554) Ke.:* signifikan pada =1%; **signifikan pada =5%; dan *** signifikan pada =10% ( ) Merupakan nilai probabilias Elasisias harga impor bersifa inelasis yaiu sebesar 0,15. Variabel krisis ekonomi walaupun beranda negaif eapi idak signifikan. Kondisi ini menunjukkan bahwa krisis idak banyak berpengaruh erhadap impor karena impor elah mendominasi komponen akhir pengeluaran agrega. Marginal Propensiy o Consume (MPC) jangka panjang Indonesia adalah 0,5 dimana sebesar 0,35 merupakan bagian dari Marginal Propensiy o Impor (MPM) (Amadji, 2003). Analisis Jangka Pendek Perminaan Impor Seelah kia analisis perilaku jangka panjang impor, maka langkah selanjunya adalah menganalisis perilaku perminaan impor dalam jangka pendek. Karena semua daa yang digunakan unuk menganalisis perilaku perminaan impor idak sasioner pada ingka level, eapi sasioner pada deraja inegrasi perama dan anar variabel erdapa koinegrasi maka peneliian ini akan menggunakan model koreksi kesalahan (Error Correcion Model = ECM) unuk menganalisis perilaku perminaan impor jangka pendek. Menuru Engle-Granger, kia harus memasukkan variabel koreksi kesalahan unuk menghilangkan masalah keidakseimbangan dalam jangka pendek. Variabel koreksi kesalahan ini adalah residual periode sebelumnya yang diperoleh dari residual esimasi jangka panjang (Engle and Granger, 1987). Hasil regresi model perilaku perminaan impor jangka pendek dengan model koreksi kesalahan (ECM) bisa diliha di Tabel 5. Sebelum kia membahas hasil esimasinya, langkah perama adalah melakukan uji diagnosis apakah model jangka pendek perminaan impor memenuhi asumsi klasik. Uji auokorelasi dengan uji LM, uji heeroskedasisias dengan uji Whie Heeroskedasisias, Uji normalias dengan uji Jarque- Bera dan uji spesifikasi kesalahan dengan Ramsey menunjukkan bahwa model koreksi kesalahan lolos dari uji asumsi klasik. Seelah kia diagnosis idak adanya penyimpangan asumsi klasik maka peranyaan selanjunya apakah model koreksi kesalahan merupakan model yang epa digunakan dalam menganalisis perilaku perminaan impor jangka pendek. Keepaan validias model ECM bisa diliha dari signifikansi koefisien koreksi kesalahan yaiu kelambanan residual RES (-1). Koefisien RES (-1) beranda negaif dan signifikan secara saisik pada =1%. 172

9 Analisis Perminaan Impor Indonesia: Pendekaan Komponen Pengeluaran (Agus Widarjono) Tanda koefisien koreksi kesalahan sebesar 0,759 menunjukkan bahwa bahwa 75,9% keidakseimbangan dalam jangka pendek akan disesuaikan dalam seiap kuaral aau dalam seiap iga bulan. Hasil regresi perilaku perminaan impor jangka pendek menunjukkan bahwa anda semua koefisien regresi sesuai dengan eori ekonomi. Komponen perubahan pengeluaran agrega yaiu oal pengeluaran konsumsi (Cons), pengeluaran invesasi (I) dan ekspor (X) beranda posiif sedangkan variabel perubahan harga barang impor (P) dan krisis ekonomi (d97) beranda negaif. Berdasarkan uji saisik, semua variabel juga signifikan kecuali variabel dummy krisis ekonomi yang idak signifikan mempengaruhi perminaan impor dalam jangka pendek. Nilai elasisias perubahan impor erhadap perubahan oal pengeluaran konsumsi, perubahan invesasi dan perubahan ekspor masing-masing sebesar 0,28; 0,18; dan 0,71. Diliha dari nilai elasisias ini maka fakor yang dominan mempengaruhi perminaan impor agrega di dalam jangka pendek adalah ekspor (X) sebagaimana perminaan impor jangka panjang. Sedangkan elasisias harga impor jangka pendek sebesar 0,22 (inelasis). Unuk mengeahui apakah erdapa sabilias nilai koefisien regresi dalam jangka pendek, peneliian ini menggunakan uji sabilias CUSUM dan CUSUM of Squares. Uji sabilias perliaku perminaan impor pendekaan komponen akhir pengeluaran dalam jangka pendek dapa diliha dalam gambar 2 dan 3. Uji CUSUM maupun CUSUM of Squares menunjukkan adanya sabilias koefisien diliha dari nilai saisik CUSUM dan CUSUM Squares erleak di dalam nilai kriis pada =5%. Tabel 5. Perminaan Impor Jangka Pendek Variabel Penjelas Nilai Koefisien Sandar Error T hiung C * D(LOG(CONS)) * D(LOG(I)) * D(LOG(X)) * D(LOG(P)) * d RES(-1) * R 2 = ; F = ; DW = LM (2): ( ) ARCH (1): ( ) Whie : ( ) RESET (2): ( ) Jarque-Bera: (0.553) Ke.* signifikan pada =1%; **signifikan pada =5%; dan *** signifikan pada =10% ( ) merupakan nilai probabilias 173

10 Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9 No. 2, Desember 2004 Hal: Gambar 2. Uji CUSUM Perminaan Impor Jangka Pendek :1 98:3 99:1 99:3 00:1 00:3 01:1 01:3 02:1 02:3 03:1 CUSUM 5% Significance Gambar 3. Uji CUSUM of Squares Perminaan Impor Jangka Pendek :1 98:3 99:1 99:3 00:1 00:3 01:1 01:3 02:1 02:3 03:1 CUSUM of Squares 5% Significance KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Analisis perilaku perminaan impor di Indonesia masih erfokus pada pendekaan perminaan agrega. Kelemahan pendekaan ini adalah gagal dalam menjelaskan efek dari komponen-komponen akhir pengeluaran agrega dimana masing-masing komponen akhir pengeluaran agrega ini mempunyai kandungan impor yang berbeda-beda. Tulisan ini mencoba menganalisis perilaku perminaan impor dari sisi komponen akhir pengeluaran agrega baik dalam jangka panjang dengan menggunakan uji koinegrasi maupun jangka pendek dengan menggunakan model ECM. Hasil peneliian menunjukkan bahwa komponen akhir pengeluaran agrega dan harga barang impor berpengaruh erhadap perminaan impor baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Komponen akhir pengeluaran agrega sekor ekspor (X) merupakan komponen yang dominan dalam mempengaruhi perminaan impor. Sedangkan elasisias harga impor bersifa inelasis. 174

11 Analisis Perminaan Impor Indonesia: Pendekaan Komponen Pengeluaran (Agus Widarjono) Uji sabilias juga menunjukkan kesabilan parameer esimasi dalam periode peneliian. Dominannya komponen ekspor diliha dari ingginya elasisias impor erhadap ekspor baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek menunjukkan bahwa perkembangan indusri orienasi ekspor secara pesa oomais akan berdampak pada perminaan erhadap impor. Sraegi mendorong perumbuhan ekonomi Indonesia melalui ekspor berari juga secara oomais akan meningkakan perminaan impor. Walaupun sudi ini idak menganalisis elasisias harga ekspor, relaif rendahnya elasisias harga impor dalam jangka panjang baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang menunjukkan bahwa kebijakan devaluasi (depresasi) yang dilakukan pemerinah unuk memperbaiki defisi neraca perdagangan suli dilakukan. Menuru Marshal-Lenner, kebijakan devaluasi (depresasi) akan sukses jika elasisias harga impor diambah elasisias harga ekspor lebih besar dari sau (Krugman and Obsfeld, 2001). Implikasi dari emuan peneliian agar pemerinah mendorong indusri-indusri ekspor agar secara erus menerus erus meningkakan penggunaan komponen bahan baku lokal yang inggi sehingga perumbuhan ekonomi dari dorongan ekspor idak harus diimbangi dengan peningkaan perminaan impor. Unuk iu, kebijakan indusrialisasi juga perlu menekankan pada pengembangan indusri-indusri hulu sebagai penghasil bahan baku unuk indusri orienasi ekspor. DAFTAR PUSTAKA Abbo, A. J and H. R. Seddighi (1996). Aggregae impors and expendiure componens in he UK: an Empirical analysis, Applied Economics 28: Arize, A. C., Cooekawong, P., and Prasanpanich, V (2000). Foreign rade behavior in Thailand: sable or unsable? American Economis, Vol. 44. No.2: Clarida, Richard H (1994). Coinegraion, Agregae Consumpion And The Demand For Impors: A Srucural Economeric Invesigaion, The American Economic Review, Mar, 84: Dickey, D.A, and W. A. Fuller (1979). Disribuion of he Esimaors for Auoregressive Time Series wih a Uni Roo, Journal of he American Saisical Associaion, Vol. 74: Eko Amadji (2004). Analisis Impor Indonesia, Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian Negara Sedang Berkembang, Vol. 9 No.1 Juni: Enders, Waler (1995). Applied Economerics Time Series, New York: John Wiley & Sons. Engle, R. F and C.W.J Granger (1987). Coinegraion and Error Correcion: Represenaion, Esimaion and Tesing Economerica, Vol. 55: Ericsson, Neil R., Hendry, David F., and Mizon, Graham E. (1998). Exogeneiy, Coinegraion adn Economic Policy Analysis, Journal of Business and Economic Saisics, Vol. 16 (4): Fosu, K., Agusin (2001). Economic Flucuaions and Growh in Sub-Sahara Africa: The imporance of Impor Insabiliy, The Journal of Developmen Sudies, Vol. 37, No.4:

12 Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9 No. 2, Desember 2004 Hal: Giovannei, G (1989). Aggregaed Impors and Expendiure Componens in Ialy: An Economeric Analysis, Applied Economics 21: Harris, Richard (1995). Using Coinegraion Analysis in Economerics Modeling. London: Prenice Hall. Johansen, Soren (1991). Esimaion and Hypohesis Tesing of Coinegraion Vecors in Gaussian Vecor Auoregressive Models, Economerica, Vol. 59: Krugman, P and Obsfeld, M (2001). Inernaional Economics: Theory and Policy, 5 h ed. New York: Addison-Wesley Muhammad H.A and Tang, T.C (2000). Aggregae Impors and he expendiure componens in Malaysia: a Coinegraion and correcion analysis, ASEAN Economic Bullein, Vol. 17, No.3: Phillips, P. C. B (1987). Time Series Regression wih a Uni Roo, Economerica, Vol. 55, No. 2: Phillips, P. C. B and P. Perron (1988). Tesing for a Uni Roo in Time Series Regression, Biomerika, Vol. 75, No. 4: Pasaribu, S. Chandra dan Komara Djaja (1995). Mekanisme Penyesuaian Nilai Tukar Riil Terhadap Perubahan Terms of Trade: Sudi Empiris di Indonesia, Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Vol.43 No. 4: Peer F. Chrisoffersen and Francis X Diebold (1998). Coinegraion and Long-Horizon Forecasing, Journal of Business and Economic Saisics, Vol. 16 (4): Reinhar, C. M (1995). Devaluaion, Relaive Prices And Inernaional Trade: Evidence From Developing Counries, IMF Saff Paper, 42, Senhadji, A (1998). Time series of srucural impor demand equaion: a cross counry analysis, IMF Saff Paper, 45: Thomas, L.R (1997). Modern Economerics: an Inroducion. Harlow: Addison-Wesley. Zies, J and D.K. Pemberon (1993). Parameer Insabiliy in Aggregae US Impor Demand Funcion, Journal of Inernaional Money and Finance, 12:

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES Universias Muhammadiyah Purwokero malim.muhammad@gmail.com Absrak Pada persamaan regresi linier sederhana dimana variabel dependen dan variabel independen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN perpusakaan.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Indonesia dengan periode ahun 984 sampai dengan ahun 0. Peneliian ini memfokuskan pada fakor-fakor

Lebih terperinci

Model Koreksi Kesalahan pada Data Runtun Waktu Indeks Harga Konsumen Kota-kota di Papua

Model Koreksi Kesalahan pada Data Runtun Waktu Indeks Harga Konsumen Kota-kota di Papua Model Koreksi Kesalahan pada Daa Runun Waku Indeks Harga Konsumen Koa-koa di Papua Miha Febby R. Donggori, Adi Seiawan, 3 Hanna Arini Parhusip Prodi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika, Universias Krisen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder runtun waktu (time series) bulanan

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder runtun waktu (time series) bulanan III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Daa Daa yang digunakan adalah daa sekunder runun waku (ime series) bulanan dari 2002:01 sampai dengan 2009:06 yang bersumber dari Laporan dan websie Bank Indonesia

Lebih terperinci

Muhammad Firdaus, Ph.D

Muhammad Firdaus, Ph.D Muhammad Firdaus, Ph.D DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FEM-IPB 010 PENGERTIAN GARIS REGRESI Garis regresi adalah garis yang memplokan hubungan variabel dependen (respon, idak bebas, yang dipengaruhi) dengan variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Unuk meliha sejauh mana rencana implemenasi Peneliian yang akan Penulis bua dalam Proposal Skripsi ini, maka ada baiknya Kia meliha sisemaika kerja dan meode peneliian yang

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Dalam peneliian ini, penulis akan menggunakan life cycle model (LCM) yang dikembangkan oleh Modigliani (1986). Model ini merupakan eori sandar unuk menjelaskan perubahan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Peran pasar obligasi dipandang oleh pemerinah sebagai sarana sraegis sumber pembiayaan alernaif selain pembiayaan perbankan dalam benuk pinjaman (loan). Kondisi anggaran

Lebih terperinci

Analisis Hubungan Produk Domestik Bruto dan Ekspor Indonesia dengan Pendekatan Threshold Vector Error Correction Model (TVECM)

Analisis Hubungan Produk Domestik Bruto dan Ekspor Indonesia dengan Pendekatan Threshold Vector Error Correction Model (TVECM) Analisis Hubungan Produk Domesik Bruo dan Ekspor Indonesia dengan Pendekaan Threshold Vecor Error Correcion Model (TVECM) Gama Pura Danu Sohibien 1, Brodjol Suijo Suprih Ulama 2 12) Program Sudi Saisika,

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia BAB 3 DATA DAN METODOLOGI 3.1 Variabel-Variabel Peneliian 3.1.1 Variabel dependen Variabel dependen yang digunakan adalah reurn Indeks Harga Saham Gabungan yang dihiung dari perubahan logarima naural IHSG

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Salah sau ujuan didirikannya perusahaan adalah dalam rangka memaksimalkan firm of value. Salah sau cara unuk mengukur seberapa besar perusahaan mencipakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTIM LELANG TERHADAP HARGA IKAN TUNA SUMATERA BARAT. Oleh: Junaidi

IMPLEMENTASI SISTIM LELANG TERHADAP HARGA IKAN TUNA SUMATERA BARAT. Oleh: Junaidi IMPLEMENTASI SISTIM LELANG TERHADAP HARGA IKAN TUNA SUMATERA BARAT Oleh: Junaidi Dosen Fakulas Perikanan dan Ilmu Kelauan Universias Bung Haa Jl. Sumaera, Ulak Karang Padang Absrac The sudy conduced a

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Model Peneliian Dalam menganalisa efekifias kebijakan pemerinah, maka model yang digunakan dalam skripsi ini adalah model yang diurunkan dari eori kekuaan monopoli,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen Bab 5 Penaksiran Fungsi Perminaan 1 Ekonomi Manajerial Manajemen Peranyaan Umum Tenang Perminaan Seberapa besar penerimaan perusahaan akan berubah seelah adanya peningkaan harga? Berapa banyak produk yang

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Model dan Daa yang akan digunakan Meodologi yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sudi lieraur, pengolahan daa sekunder dengan menggunakan perangka

Lebih terperinci

TREND DALAM RUNTUN WAKTU EKONOMETRI DAN PENERAPANNYA

TREND DALAM RUNTUN WAKTU EKONOMETRI DAN PENERAPANNYA TREND DALAM RUNTUN WAKTU EKONOMETRI DAN PENERAPANNA SKRIPSI Diajukan kepada Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Universias Negeri ogyakara unuk memenuhi sebagian persyaraan guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

UJI MULTIKOLINEARITAS DAN PERBAIKAN MULTIKOLINEARITAS

UJI MULTIKOLINEARITAS DAN PERBAIKAN MULTIKOLINEARITAS BAHAN AJAR EKONOMETRIKA AGUS TRI BASUKI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UJI MULTIKOLINEARITAS DAN PERBAIKAN MULTIKOLINEARITAS 6.1. Uji Mulikolinearias Sebagaimana dikemukakan di aas, bahwa salah sau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

(T.9) PENAKSIRAN MODEL GARCH DENGAN METODE BOUNDED M-ESTIMATES

(T.9) PENAKSIRAN MODEL GARCH DENGAN METODE BOUNDED M-ESTIMATES PROSIDING ISSN : 087-590. Seminar Nasional Saisika November 0 Vol, November 0 (T.9) PENAKSIRAN MODEL GARCH DENGAN METODE BOUNDED M-ESTIMATES Yahya Ubaid ), Budi Nurani R. ), Mulyana K. 3) )Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN JMP : Volume 4 omor, Juni 22, hal. 35-46 KAJIA PEMODELA DERET WAKTU: METODE VARIASI KALEDER YAG DIPEGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURA Winda Triyani Universias Jenderal Soedirman winda.riyani@gmail.com Rina

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN DALAM ANALISIS NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR DENGAN GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTICITY

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN DALAM ANALISIS NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR DENGAN GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTICITY PENGGUNAAN METODE PERAMALAN DALAM ANALISIS NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR DENGAN GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTICITY Hermansah Program Sudi Pendidikan Maemaika, Fakulas Keguruan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

ANALISIS CRITICAL ROOT VALUE PADA DATA NONSTATIONER

ANALISIS CRITICAL ROOT VALUE PADA DATA NONSTATIONER ANALISIS CRITICAL ROOT VALUE PADA DATA NONSTATIONER Abdul Aziz Dosen Jurusan Maemaika Fakulas Sains Teknologi Universias Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang e-mail : abdulaziz_uinmlg@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

t I I I I I t I I t I I Benarkah Bantuan Luar Negeri Berdampak Negatif terhadap Pertumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo

t I I I I I t I I t I I Benarkah Bantuan Luar Negeri Berdampak Negatif terhadap Pertumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo l: l,' Benarkah Banuan Luar Negeri Berdampak Negaif erhadap Perumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo Hubungan anara huang luar negeri pemerinah dengan perumbuhan ekonomi dapa negaif aau posiif. Bagaimana

Lebih terperinci

PENGARUH INFLASI SUKU BUNGA JUMLAH UANG BEREDAR DAN PENDAPATAN NASIONAL TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH PER US DOLLAR

PENGARUH INFLASI SUKU BUNGA JUMLAH UANG BEREDAR DAN PENDAPATAN NASIONAL TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH PER US DOLLAR Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Absraksi) PENGARUH INFLASI SUKU BUNGA JUMLAH UANG BEREDAR DAN PENDAPATAN NASIONAL TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH PER US DOLLAR Oleh : Haryadi (Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi,

Lebih terperinci

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA,

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, 2004-2008 Banoon Sasmiasiwi, Program MSi FEB UGM Malik Cahyadin, FE UNS Absraksi Perkembangan ekonomi akhir-akhir

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

BAB III ARFIMA-FIGARCH. pendek (short memory) karena fungsi autokorelasi antara dan turun

BAB III ARFIMA-FIGARCH. pendek (short memory) karena fungsi autokorelasi antara dan turun BAB III ARFIMA-FIGARCH 3. Time Series Memori Jangka Panjang Proses ARMA sering dinyaakan sebagai proses memori jangka pendek (shor memory) karena fungsi auokorelasi anara dan urun cepa secara eksponensial

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Analisis Kointegrasi Antara Variabel Ekonomi Makro dan Return Pasar LQ45 di Bursa Efek Inidonesia

Analisis Kointegrasi Antara Variabel Ekonomi Makro dan Return Pasar LQ45 di Bursa Efek Inidonesia Jurnal Akunansi Keuangan dan Bisnis Vol.5, Desember 202, 7-25 7 Analisis Koinegrasi Anara Variabel Ekonomi Makro dan Reurn Pasar LQ45 di Bursa Efek Inidonesia Vidiyanna Rizal Puri Progrm Sudi Akunansi

Lebih terperinci

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ

PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ Khairunnisa aubara 1, Ir. Sugiharo Pujangkoro, MM 2, uchari, ST, M.Kes 2 Deparemen Teknik Indusri, Fakulas Teknik, Universias

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

Model Dinamis: Autoregressive Dan Distribusi Lag (Studi Kasus : Pengaruh Kurs Dollar Amerika Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB))

Model Dinamis: Autoregressive Dan Distribusi Lag (Studi Kasus : Pengaruh Kurs Dollar Amerika Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)) Model Dinamis: Auoregressive Dan Disribusi Lag (Sudi Kasus : Pengaruh Kurs Dollar Amerika Terhadap Produk Domesik Regional Bruo (PDRB)) Dynamic Model : Auoregressive and Disribuion Lag (Case Sudy: Effecs

Lebih terperinci

PERAMALAN KURS TRANSAKSI BANK INDONESIA TERHADAP MATA UANG DOLLAR AMERIKA (USD) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ARCH/GARCH

PERAMALAN KURS TRANSAKSI BANK INDONESIA TERHADAP MATA UANG DOLLAR AMERIKA (USD) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ARCH/GARCH Vol.. No., 03 PERAMALAN KURS TRANSAKSI BANK INDONESIA TERHADAP MATA UANG DOLLAR AMERIKA (USD) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ARCH/GARCH Ari Pani Desvina, Sari Marlinda, Jurusan Maemaika Fakulas Sains dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Peneliian ini ialah berujuan (1) unuk menerapkan model Arbirage Pricing Theory (APT) guna memprediksi bea (sensiivias reurn saham) dan risk premium fakor kurs, harga minyak,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN (STUDI KASUS KOTA SALATIGA, BULAN JANUARI 2014 JULI 2016)

PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN (STUDI KASUS KOTA SALATIGA, BULAN JANUARI 2014 JULI 2016) Prosiding Seminar Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISBN: 978-602-622-20-9 hal 935-950 November 206 hp://jurnal.fkip.uns.ac.id PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN

Lebih terperinci

Kata kunci: Deret waktu, Heteroskedastisitas, IGARCH, Peramalan. Keywords: Time Series, Heteroscedasticity, IGARCH, Forecasting.

Kata kunci: Deret waktu, Heteroskedastisitas, IGARCH, Peramalan. Keywords: Time Series, Heteroscedasticity, IGARCH, Forecasting. METODE INTEGRATED GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (IGARCH) UNTUK MEMODELKAN HARGA GABAH DUNIA (INTEGRATED GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY TO CAPTURE

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskripif 1. Perumbuhan Ekonomi Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau indikaor yang pening unuk menilai kinerja perekonomian suau negara, eruama unuk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan pada umumnya adalah perubahan secara erus menerus yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperi yang erdapa pada rumusan GBHN, yaiu mewujudkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN Peramalan Dengan Meode Smoohing dan Verifikasi Meode Peramalan Dengan Grafik Pengendali Moving Range () (Sudi Kasus: Produksi Air Bersih di PDAM Tira Kencana Samarinda) Forecasing wih Smoohing and Verificaion

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman Online di: ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 91-100 Online di: hp://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian IDENTIFIKASI BREAKPOINT DAN PEMODELAN AUTOREGRESSIVE STRUCTURAL

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

PENAKSIRAN PARAMETER MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE INTEGRATED (VARI) DENGAN METODE MLE DAN PENERAPANNYA PADA DATA INDEKS HARGA KONSUMEN

PENAKSIRAN PARAMETER MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE INTEGRATED (VARI) DENGAN METODE MLE DAN PENERAPANNYA PADA DATA INDEKS HARGA KONSUMEN IndoMS Journal on Saisics Vol., No. (04), Page 7-37 PENAKSIRAN PARAMETER MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE INTEGRATED (VARI) DENGAN METODE MLE DAN PENERAPANNYA PADA DATA INDEKS HARGA KONSUMEN Dinda Ariska Wulandari,

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Meodologi yang dipergunakan unuk menjawab peranyaan yang diujikan dalam peneliian ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian perama eknik pengujian secara empirik

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci

1999 sampai bulan September Data ini diperoleh dari yahoo!finance.

1999 sampai bulan September Data ini diperoleh dari yahoo!finance. 7 999 sampai bulan Sepember 8. Daa ini diperoleh dari yahoo!finance. Meode Langkah-langkah pemodelan nilai harian IHSG secara garis besar dapa diliha pada Lampiran dengan penjelasan sebagai beriku:. Melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai BAB III PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM PAA SEKTOR INUSTRI BATUBARA ENGAN MENGGUNAKAN TRINOMIAL IVIEN ISCOUNT MOEL 3.. Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ahapan perhiungan unuk menilai harga

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3. Daa Pada karya akhir ini proxy unuk mengukur kegiaan perekonomian adalah ingka perubahan GDP real per kuaral dari ahun 3:Q sampai dengan ahun 8:Q dengan ahun dasar.

Lebih terperinci