Grup USp(2n,C) 1. Definisi dan Parameterisasi Grup USp ( 2, C )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Grup USp(2n,C) 1. Definisi dan Parameterisasi Grup USp ( 2, C )"

Transkripsi

1 Grup USp(2n,C) Kevin Frankly Samuel Pardede 1 1 Institut Teknologi Bandung Definisi beserta pembuktian sifat grup USp(2n, C) akan diberikan. Untuk kasus n=1, pembuktian bahwa grup USp(2, C) adalah sebuah grup Lie yang kompak beserta dengan parameterisasi dan generator dari grup bersangkutan akan diberikan. Untuk kasus lebih umum, pendefinisian alternatif yang berhubungan dengan bilinear form yang skew-symmetric dan nondegenerate diberikan, dan akan digunakan untuk membuktikan bahwa USp(2n, C) adalah grup matriks Lie.Kemudian, isomorfisma USp(2n, C) Sp (n) akan dibuktikan, dan akan digunakan untuk membuktikan bahwa USp(2n, C) adalah grup matriks Lie yang kompak. Beberapa sifat terkait grup Sp (2n ) akan diberikan. Terakhir, hubungan antara spinor dan USp(2, C) akan ditunjukkan. 1. Definisi dan Parameterisasi Grup USp ( 2, C ) Pada awal bagian ini, kita akan mendefinisikan beberapa grup matriks yang nantinya akan kita gunakan untuk mendefinisikan grup USp(2, C). Lebih jauh lagi, kita akan memberikan pembuktian formal mengenai sifat grup dari himpunan USp(2, C) (pembaca yang tidak tertarik dapat melewatkan bagian ini). Untuk itu, kita akan menggunakan beberapa teorema berikut : Teorema 1.1 Sebuah himpunan bagian tidak kosong A dari sebuah grup G adalah sebuah subgrup dari G jika untuk setiap x, y A, xy 1 A. Teorema 1.2 Jika A, B adalah subgrup dari G, maka G H adalah subgrup dari G. Secara umum, grup symplectic Sp ( 2n, F ) adalah grup matriks (dengan operasi berupa perkalian matriks) A n n dengan elemen dari medan F, yang memenuhi : dengan A T Ω A=Ω, (1) Ω=( 0 n I n I n 0 n). (2) Dengan mendefinisikan 1 F dan 0 F sebagai identitas operasi perkalian dan penjumlahan secara berturut-turut di medan F, kita dapat mendefinisikan matriks identitas dan matriks 0 penyusun Ω seperti berikut : I n =diag ( 1 F, 1 F,...,1 F ), (3) n dan 1

2 (0 n ) ij =0 F (4) untuk semua pasangan i, j. Dengan definisi tersebut kita dapat melihat bahwa Ω 2 = I n dan det(ω)=1. Sekarang akan dibuktikan bahwa himpunan Sp (2n, F ), adalah sebuah grup matriks. Dari definisi (1) dapat dilihat bahwa det ( A)=±1, sehingga Sp (2n, F ) GL(n, F ), dan karena I n Sp(2n, F ), maka himpunan Sp (2n,F ) tidaklah kosong. Ambil sembarang A,B Sp(2n, F ), perhatikan bahwa (AB 1 ) T Ω AB 1 =( B 1 ) T A T Ω A B 1 =( B 1 ) T Ω B 1 =Ω, yang berakibat AB 1 S p (2n, F ) sehingga dari teorema 1, terbukti bahwa Sp (2n, F ) adalah subgrup dari GL(n, F ). Sebagai contoh, perhatikan bahwa Sp(2, C) adalah grup yang beranggotakan matriks 2x2 yang mempunyai determinan 1. Grup unitary U (n) adalah grup matriks kompleks (dengan operasi berupa perkalian matriks) A n n, yang memenuhi : AA * = I n, (5) dengan A * adalah matriks yang merupakan hasil kompleks konjugasi sekaligus transposisi dari matriks A. Dari definisi diketahui bahwa U (n) GL(n,C), dan karena I n U (n), maka himpunan U (n) bukanlah himpunan kosong. Ambil sembarang A,B U (n), perhatikan bahwa (A B 1 )( AB 1 ) * = AB 1 (B 1 ) * A * A(B * B) 1 A * = A A * = I n mengakibatkan AB 1 U (n), sehingga dari teorema 1, terbukti bahwa U (n) adalah subgrup dari GL(n,C). Pada kasus khusus dimana medan F =C pada grup symplectic, kita dapat mendefinisikan grup USp(2n,C) sebagai himpunan matriks yang memenuhi sifat (1) dan (5), yang berarti : USp(2n,C) Sp( 2n, C) U (2n), (6), sehingga karena USp(2n,C) merupakan irisan dari dua buah grup yang tidak menghasilkan himpunan kosong (karena I n Sp(2n,C) U (2n) ), jelaslah dari teorema 2 bahwa USp(2n,C) merupakan grup.pada kasus n=1, A USp(2, C) jika matriks A=( a b c d) memenuhi : 2

3 ad bc=1 a 2 + b 2 =1 c 2 + d 2 =1 a c+b d=0. (7) Dapat diperiksa bahwa syarat (7) adalah syarat yang sama didapat untuk grup SU ( 2), sehingga pastilah USp(2, C) isomorfik dengan SU ( 2).Dengan menyelesaikan persamaan (7), kita mendapatkan syarat berikut : Sebagaimana SU ( 2), USp(2, C) mempunyai generator berupa : A=( a b b a). (8) i σ 1 =i( ), i σ 2 =i ( 0 i i 0 ), i σ 3 =i ( ), (9) dengan σ 1, σ 2, σ 3 adalah matriks-matriks Pauli.Didapat berbagai parameterisasi dari grup USp(2,C) adalah sebagai berikut : A 1 (φ)=( cos φ i sin φ i sin φ cosφ ), A 2 (ϕ)= ( ei 0 0 e i ϕ) ϕ, A (θ)= cos θ sin θ 3 ( sin θ cosθ). (10) Sekarang kita membuktikan bahwa USp(2, C) adalah grup Lie yang kompak. Sebagai ilustrasi, perhatikan parameterisasi A 2 (φ).dari parameterisasi tersebut dapat dilihat bahwa : A(φ)=( ei φ 0 0 e i φ) ( = ei (φ+2 π k) 0 i (φ+2 π 0 e k)) = A(φ+2 π k ), (11) yang memberikan kita dugaan bahwa topologi yang mendasari parameterisasi ini adalah topologi S 1 (1-sphere).Terlebih juga, kita dapat mendefinisikan operasi grup (perkalian matriks) melalui pemetaan smooth f : S 1 S 1 S 1 yang didefinisikan f (φ 1,φ 2 )=φ 1 +φ 2, beserta operasi invers melalui pemetaan smooth g (φ)= φ. Dengan cara serupa, untuk parameterisasi lainnnya kita dapat mendefinisikan operasi grup dan invers melalui pemetaan smooth, dengan topologi yang sama yaitu S 1. Karena bentuk khusus dari M USp(2,C) adalah M = A 1 A 2 A 3 dapat disimpulkan bahwa USp(2,C) adalah grup Lie yang diparameterisasi oleh S 3 (3-sphere). Selanjutnya untuk membuktikan bahwa S 3 adalah topologi yang kompak kita memerlukan teorema-teorema berikut ini : Teorema 1.3 Daerah hasil pemetaan kontinu dari suatu ruang topologi kompak merupakan topologi kompak. Teorema 1.4 Produk kartesian dari ruang topologi kompak adalah kompak. (untuk pembuktian mengenai teorema 1.3 dan khususnya teorema 1.4, bisa dilihat di teorema 26.5 dan 26.7 secara berurutan di [4] ) 3

4 Sekarang, dari teorema Heine Borel kita tahu bahwa interval tertutup [a, b] R adalah kompak. Dengan memandang [a, b] sebagai order topology kita bisa mendefinisikan pemetaan kontinu f :[a,b] S 1 sebagai f (x)=x. Berdasarkan teorema 1.3 disimpulkan S 1 adalah topologi kompak, dan karena S 3 adalah produk dari S 1 maka dari teorema 1.4 disimpulkan bahwa S 3 adalah topologi kompak. Dengan demikian, karena topologi yang mendasari USp(2n,C) adalah kompak, disimpulkan bahwa USp(2,C) adalah grup Lie yang kompak. 2. Grup USp( 2n,C ) dan hubungannya dengan grup Sp(n) Sebelumnya, dengan memanfaatkan parameterisasi,telah ditunjukkan bahwa USp(2, C) adalah sebuah grup Lie. Untuk kasus yang lebih umum USp(2n,C), akan lebih sulit memberikan pembuktian mengenai sifat grup USp(2n,C) sebagai sebuah grup Lie, karena kita tidak dapat dengan mudah melihat parameterisasi eksplisitnya. Sebelumnya kita memerlukan definisi berikut : Definisi 2.1 Grup matriks Lie G, adalah sebuah subgrup dari GL(n,C) yang memenuhi persyaratan berikut : Jika A m adalah sembarang barisan matriks di G yang konvergen ke matriks A, maka A G atau A GL(n,C). [3] Dari definisi, tidaklah jelas bahwa sebuah grup matriks Lie merupakan sebuah grup Lie (konvers tidak berlaku). Untuk itu, fakta tersebut kita angkat menjadi sebuah teori berikut : Teorema 2.2 Jika G adalah sebuah grup matriks Lie maka G adalah sebuah grup Lie. Untungnya, kita dapat membuktikan bahwa USp(2n,C) adalah sebuah grup matriks Lie. Untuk itu kita memerlukan pendefinisian berikut. Definisikan sebuah billinear form yang skewsymmetric dan nondegenerate B di C 2n sebagai berikut : n B[ x, y]= x k y n+k x n+k y k, (12) k=1 dengan x, y adalah sembarang vektor berelemen bilangan kompleks.akan ditunjukkan bahwa matriks M GL( 2n, C) adalah anggota dari Sp (2n,C) jika dan hanya jika B[ Mx, My]= B[ x, y] atau dengan kata lain matriks M mempertahankan B. Perhatikan bahwa dari definisi (2), B[ x, y]= x,ω y. (13) Misalkan bahwa A Sp (2n,C) sehingga persamaan (1) terpenuhi, dengan demikian : B[ Ax, Ay] = Ax, Ω A y =( Ax) T Ω A y = x T Ω y = x,ω y = B [ x, y]. Pernyataan sebaliknya dapat dibuktikan dengan cara serupa. 4

5 Keuntungan yang kita dapat dari cara pendefinisian tersebut adalah, bahwa kita dapat membuktikan bahwa Sp (2n,C) adalah grup matriks Lie. Sketsa pembuktiannya adalah seperti berikut, perhatikan bahwa fungsi inner product f (x)= x, y adalah transformasi linear. Karena semua transformasi linear adalah terbatasi/bounded (untuk kasus ini misalnya, melalui pertidaksamaan Cauchy-Schwarz didapat bahwa x, y x y ), dapat dibuktikan bahwa f adalah fungsi yang kontinu (untuk pembuktian bisa dilihat di [5]), sehingga Sp(2n,C) dan juga USp(2n,C) adalah grup matriks Lie. Berikut akan didefinisikan grup yang erat kaitannya dengan grup USp(2n,C).Grup kompak symplectic Sp (n) adalah grup beranggotakan matriks A dengan elemen dari quaternion, yang memenuhi A * A=I n =AA *, (14) dengan A * adalah matriks hasil transpos konjugasi quaternion dari A. Perlu diingat bahwa terlepas dari penamaan yang mirip, Sp(n) dan Sp (2n,C) tersebut memberi pengertian symplectic yang berbeda. Terlebih juga Sp(n) adalah grup kompak, sedangkan Sp (2n,C) bukanlah grup kompak.walaupun begitu, faktanya Sp (n) dan USp(2n,C) adalah grup yang sama, dalam arti bahwa kedua grup adalah isomorfik. Melalui penerapan teorema 1.1, kita dapat dengan mudah membuktikan bahwa Sp (n) adalah sebuah grup.selanjutnya kita akan coba memberikan pembuktian mengenai isomorfisma diantara grup tersebut. Untuk kasus n=1, definisikan pemetaan f : Sp(1) USp(2,C) yang membawa bilangan quaternion z=a 0 +a 1 i+a 2 j+a 3 k ke matriks Z=( a +i a 1 2 a 3 +i a 4 USp(2,C) [2].Dapat i a 4 a 3 diperiksa bahwa pemetaan ini merupakan homorfisma, dengan kata lain f (z 1 z 2 )= f (z 1 ) f (z 2 ). Pemetaan f juga satu-satu karena jika Z 1 =Z 2, yang berarti kedua matriks memiliki entri yang sama, pastilah kedua matriks memiliki prapeta yang sama. Terlebih juga, berdasarkan parameterisasi (8) dapat dilihat bahwa f pada/surjektif. Dengan demikian disimpulkan bahwa f adalah isomorfisma dan S p (1) USp(2,C). Sebelum meninjau kasus n 1, perhatikan bahwa sembarang matriks Y M 2n (C) dapat dituliskan seperti berikut a 1 i a 2) Y =( A B C D), (15) Dengan A,B,C,D M n (C).Dengan penulisan seperti itu, kita mempunyai parameterisasi ekivalen syarat (8) untuk Y USp(2n,C) dengan n>1 : Y =( A B, B * A *) (16) dimana A, B adalah matriks hermitian (seperti sebelumnya, subscript * menandakan matriks A * merupakan hasil transpos beserta kompleks konjugat dari matriks A ).Kembali ke kasus n>1, kita bisa mendefinisikan pemetaan serupa g :Sp (n) USp( 2n, C) yang membawa matriks X Sp (n) ke matriks Y =( A B USp(2n,C). Dari aturan perkalian di quaternion kita dapat menuliskan C D) sembarang entri di X sebagai X st = p st +q st j, dengan p st,q st C. Dengan demikian, g memetakan X ke Y dengan aturan pada Y seperti berikut : 5

6 A st = p st B st = q st C = B * D = A *. (17) Dapat diperiksa, bahwa pemetaan dengan aturan (17) adalah sebuah isomorfisma, sehingga USp(2n,C) Sp(n). Isomorfisma diantara kedua grup tersebut memberikan kita keleluasaan untuk bekerja di grup Sp (n) dalam meninjau grup USp(2n,C).Sebagai ilustrasi kita akan memeriksa Sp (1) yang mempunyai elemen bilangan quaternion berbentuk z=a 0 +a 1 i+a 2 j+a 3 k yang dapat direpresentasikan sebagai matriks Z=( a +i a 0 1 a 2 +i a 3.Dengan memandang Sp (1) sebagai i a 3 a 2 USp(2,C), syarat (7) memberikan restriksi untuk Z, yang jika dituliskan secara eksplisit : a 0 i a 1) a 0 2 +a 1 2 +a 2 2 +a 3 2 =1, (18) Dapat dilihat, bahwa kondisi (18) adalah persamaan serupa yang didapat dengan menerapkan kondisi (14) ke z. Pada kondisi n=1, telah kita buktikan bahwa USp(2, C) adalah grup kompak. Pada kondisi tersebut, kita mempunyai keuntungan dengan bekerja secara eksplisit dengan parameterisasi dari anggota grup USp(2, C), sehingga kita dapat menentukan manifold yang memparameterisasi operasi grup USp(2, C), sehingga kita bisa menyimpulkan sifat kompak dari grup tersebut berdasarkan sifat kompak dari manifold bersangkutan. Untuk kasus lebih umum, tanpa mengetahui parameterisasi anggota matriks dari suatu grup, sifat kompak dari suatu grup dapat diperiksa melalui teorema berikut [3] : Teorema 2.3 Sebuah grup matriks Lie G dikatakan kompak, jika G memenuhi : 1. Jika A m adalah sembarang barisan dari matriks di G, dan A m menuju ke sebuah matriks A, maka A G. 2. Terdapat sebuah konstanta C, sehingga untuk semua A G, A ij C untuk setiap 1 i, j n. Secara intuitif, kita dapat memahami teorema tersebut seperti berikut. Kita akan mengambil kasus himpunan M n (R) yang berisi semua matriks n n beranggotakan elemen riil. Dari teorema Heine-Borel, diketahui bahwa sembarang interval tertutup [a, b] R adalah kompak. Lebih jauh dapat dibuktikan juga bahwa jika A R n dan B R m adalah kompak, maka A B R n+m adalah kompak, sehingga dapat dibuktikan bahwa sembarang closed rectangle di R n adalah kompak. Akibatnya, sembarang subhimpunan dari R n yang tertutup dan terbatasi (bounded), adalah kompak. Sekarang jika kita memandang sembarang grup G M n (R) sebagai R n2, teorema 2.3 dapat dilihat sebagai interpretasi ulang dari teorema dasar analisis mengenai sifat kompak yang telah kita sebutkan sebelumnya. Perhatikan bahwa dari definisi Sp (n), sembarang matriks A Sp(n), memenuhi n j=1 A ij =1, (19) untuk sembarang 1 i n. Karena A ij 0 disimpulkan dari persamaan (19) bahwa haruslah A ij 1, sehingga syarat 2 dari teorema 2.3 terpenuhi. Sedangkan syarat 1 terpenuhi, karena dari 6

7 teorema 2.3, USp(n) adalah sebuah grup matriks Lie. Dengan demikian, karena grup Sp(n) isomorfik dengan USp(2n,C), sehingga kedua syarat tersebut juga terpenuhi oleh USp(2n,C), disimpulkan bahwa USp(2n,C) adalah grup kompak. 7

8 3.Beberapa sifat dari grup Sp(n) Di bagian ini, kita akan mencoba membuktikan beberapa sifat mengenai grup Lie terkait Sp (n) dan jika memungkinkan, kita dapat membuktikan sifat yang sama untuk USp(2n,C) menggunakan sifat isomorfisma diantara kedua grup tersebut. Berikut adalah salah satu definisi penting dalam kajian mengenai grup Lie. Sebelumnya, seperti kita tahu pemusat Z (G) dari suatu grup G, didefinisikan sebagai himpunan a G, sehingga ag =ga untuk semua g G. Karena bilangan kuarternion commute dengan bilangan real pastilah matriks identitas 1 n dan hasil negatifnya ( 1) n merupakan anggota dari pemusat Sp(n). Dapat ditunjukan bahwa Z ( Sp( n))={ 1,1}, yang sesuai dengan dugaan kita bahwa Sp(n) adalah grup nonabelian. Definisi 3.1 Grup Lie yang simple adalah grup Lie yang hanya memiliki subgrup normal berupa subgrup trivial dan grup itu sendiri. Perhatikan bahwa dari diskusi sebelumnya, ( 1) n Z (Sp(n)). Karena pemusat dari sebuah grup, adalah sebuah subgrup normal, maka disimpulkan bahwa Sp(n) bukanlah grup simple. Pembuktian bahwa isomorfisma mempertahankan sifat normal dari suatu subgrup ke peta nya tidaklah begitu jelas. Misalnya, homomorfisma f : A B tidak menjamin subgrup normal di A menyebabkan f (A) normal di B. Dengan fakta tersebut, karena isomorfisma g :Sp(n) USp(2n, C), menyebabkan g (( 1) n ) I (karena g adalah pemetaan satu-satu, sehingga ker ( g) hanya berisi identitas di Sp (n) ) adalah anggota dari subgrup normal di USp(2n,C), disimpulkan bahwa USp(2n,C) bukanlah grup Lie yang simple. Seperti yang kita tahu, pada dasarnya sebuah grup Lie adalah manifold yang memiliki struktur grup. Pada kajian mengenai manifold, biasanya diawali dengan pendefinisian tangent vector secara abstrak di manifold. Dengan melihat bahwa ada korespondensi satu-satu diantara sebuah vektor v μ dengan operator turunan berarahnya μ v μ, kita mendefinisikan tangent vector sebagai operator turunan yang bekerja pada fungsi, yang memenuhi aturan Leibnitz. Kajian mengenai tangent vector di manifold sangatlah penting, karena dengan definisi tersebut kita dapat mendefinisikan tangent space yang pada akhirnya membawa kita untuk mendefinisikan basis dan 1-forms di manifold. Seperti manifold yang memiliki pengertian bebas sebagai ruang yang secara lokal merupakan ruang Euclidean, grup Lie G, secara lokal dapat direpresentasikan sebagai ruang tangen T 1 (G) di identitas 1. Ruang tangen T 1 (G) didefinisikan sebagai kumpulan vektor tangen A ' (t) dari smooth path A(t ) di G yang melewati identitas ( A(0)=1 )[6]. Perhatikan bahwa dari definisi grup Sp (n), A(t ) Sp(n) memenuhi A ' * A+A * A' = d (A* A) =d 1 dt dt =0. Sehingga, jika dievaluasi saat t=0 diperoleh X T 1 (G) jika X * + X =0. (20) Dengan demikian sesuai definisi dari aljabar Lie, sp(n)={ X Sp(n): X * + X =0 }. Aljabar lie sp( n) mempunyai n(2n+1) parameter riil bebas. Salah satu sifat penting dari Sp(n) adalah bahwa Sp (n) adalah grup Lie yang connected. Adapun definisi dari connected adalah sebagai berikut : 8

9 Definisi 3.2 Sebuah grup Lie matriks G dikatakan connected jika untuk dua matriks sembarang A, B G, terdapat path kontinu T :[a,b] G, sehingga A(a)= A dan T (b)= B. Definisi connected pada grup berkaitan erat dengan definisi path connected pada topologi yang menyatakan bahwa suatu topologi M dikatakan path-connected jika untuk sembarang x, y M, terdapat fungsi riil kontinu di M, f :[a,b] M, sehingga f (a)=x dan f (b)= y. Kita dapat melihat bahwa S n adalah topologi yang path-connected,karena fungsi f =x/ x di S n merupakan fungsi yang surjektif. Dengan demikian Sp(n) adalah grup Lie yang connected. 4. Spinor dan hubungannya dengan USp(2,C) Misalkan vektor x=(x 1, x 2, x 3 ) R 3 adalah sebuah vektor isotropik, sehingga memenuhi : x x 2 2 +x 3 2 =0 (21) Dapat diperiksa bahwa salah satu parameterisasi solusi yang mungkin dari (21) adalah seperti berikut :[1] x 1 = ξ 0 2 ξ 1 2 x 2 = i(ξ 2 0 +ξ 2 1 ). (22) x 3 = 2ξ 0 ξ 1 Dengan menyelesaikan (22) di dalam ξ 0 dan ξ 1, didapat : ξ 0 =± x 1 i x 2 2 dan ξ 1 =± x 1 ix 2 2. (23) Perhatikan bahwa terhadap rotasi x 1 ix 2 e 2πi ( x 1 ix 2 ), terjadi transformasi, ξ 0 ξ 0 e πi = ξ 0 ; begitu juga dengan ξ 1 terhadap rotasi x 1 i x 2. Pasangan (ξ 0,ξ 1 ) membentuk sebuah spinor yang didefinisikan sebagai kuantitas (nantinya akan dibuktikan bahwa (ξ 0,ξ 1 ) membentuk tensor) yang berubah tanda terhadap 1 rotasi penuh. Untuk membuktikan bahwa (ξ 0,ξ 1 ) membentuk tensor Euclidean, kita cukup menunjukkan bahwa transformasi x x '= A x, berimplikasi transformasi linear (ξ 0,ξ 1 ) (ξ' 0, ξ ' 1 ). Dari persamaan (22) didapat : yang dapat dituliskan sebagai berikut : ξ 0 x 3 +ξ 1 (x 1 i x 2 ) = 0 ξ 0 ( x 1 +ix 2 ) ξ 1 x 3 = 0, (24) X (ξ 0 ξ 1) =0, (25) 9

10 dengan X yang disebut sebagai matriks terasosiasi sebuah vektor x=(x 1, x 2, x 3 ) R 3, yang secara eksplisit dituliskan X =( x 3 x 1 i x 2 x 1 +ix 2 x 3 ). (26) Salah satu fakta menarik, adalah bahwa X dapat diartikan sebagai operator spin di ruang Hilbert, dengan kata lain : X =σ 1 x 1 +σ 2 x 2 +σ 3 x 3 = σ. x, (27) dengan σ i adalah matriks matriks Pauli seperti pada persamaan (9). Bagaimana hal ini berhubungan? Persamaan (21) dapat diartikan bahwa x tegak lurus terhadap dirinya sendiri. Kita tahu juga, bahwa sebuah skew-scalar product [,]: K 2n K pada sebuah ruang vektor symplectic K 2n (seperti persamaan (12) pada C 2n ) yang didefinisikan sebagai [a,b]= [b,a], berimplikasi bahwa [a,a ]=0 untuk setiap a K 2n. Dengan demikian setiap a K 2n lurus dengan dirinya sendiri. Sekarang, perhatikan bahwa ix USp(2,C), sehingga ix memenuhi : tegak [ixa,ixb]=[a,b], untuk semua a, b C 2. Hal ini dapat kita lihat sebagai kasus lebih umum dari : [ix ξ ',ix ξ ]=[ξ',ξ], (28) dengan (ξ,ξ ' ) merupakan spinor yang didefinisikan melalui persamaan (21). 10

11 Daftar Referensi 1: Cartan, Elie. The Theory of Spinors : Gilmore, Robert. Lie Groups, Physics, and Geometry : Hall, Brian. Lie Groups, Lie Algebras, and Representations : Munkres,James. Topology : Spivak, Michael. Calculus on Manifolds : Stillwell,John. Naive Lie Theory

Keterkaitan Grup Spesial Uniter dengan Grup Spesial Ortogonal

Keterkaitan Grup Spesial Uniter dengan Grup Spesial Ortogonal Jurnal Matematika Integratif Volume 12 No. 2, Oktober 2016, pp. 117-124 p-issn:1412-6184, e-issn:2549-903 doi:10.24198/jmi.v12.n2.11928.117-124 Keterkaitan Grup Spesial Uniter dengan Grup Spesial Ortogonal

Lebih terperinci

Analisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Analisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Analisis Fungsional Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Lingkup Materi Ruang Metrik dan Ruang Topologi Kelengkapan Ruang Banach Ruang Hilbert

Lebih terperinci

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT 3.1 Operator linear Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi real yaitu suatu fungsi dari ruang vektor ke ruang vektor. Ruang

Lebih terperinci

Bagian 2 Matriks dan Determinan

Bagian 2 Matriks dan Determinan Bagian Matriks dan Determinan Materi mengenai fungsi, limit, dan kontinuitas akan kita pelajari dalam Bagian Fungsi dan Limit. Pada bagian Fungsi akan mempelajari tentang jenis-jenis fungsi dalam matematika

Lebih terperinci

BAB III REPRESENTASI GELFAND-NAIMARK-SEGAL

BAB III REPRESENTASI GELFAND-NAIMARK-SEGAL BAB III REPRESENTASI GELFAND-NAIMARK-SEGAL Pada bagian ini akan dibahas konsep yang terkait dengan representasi yaitu homomorfisma-*, representasi nondegenerate, representasi faithful, representasi siklik,

Lebih terperinci

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT Herry P. Suryawan 1 Geometri Ruang Hilbert Definisi 1.1 Ruang vektor kompleks V disebut ruang hasilkali dalam jika ada fungsi (.,.) : V V C sehingga untuk setiap x, y, z

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan autokomutator yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian pertama ini akan dibahas tentang teori

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum Bab I. Sekilas Tentang Konsep Dasar Grup antonius cp 2 1. Tertutup, yakni jika diambil sebarang dua elemen dalam G maka hasil operasinya juga akan merupakan elemen G dan hasil tersebut adalah tunggal.

Lebih terperinci

BAB III. Standard Kompetensi. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB III. Standard Kompetensi. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. BAB III Standard Kompetensi 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi Dasar: Mahasiswa diharapkan dapat 3.1 Menyebutkan definisi

Lebih terperinci

1 Mengapa Perlu Belajar Geometri Daftar Pustaka... 1

1 Mengapa Perlu Belajar Geometri Daftar Pustaka... 1 Daftar Isi 1 Mengapa Perlu Belajar Geometri 1 1.1 Daftar Pustaka.................................... 1 2 Ruang Euclid 3 2.1 Geometri Euclid.................................... 8 2.2 Pencerminan dan Transformasi

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan II. LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini sehingga dapat dijadikan sebagai landasan berfikir dalam melakukan penelitian dan akan mempermudah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi ruang vektor,

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi ruang vektor, II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi ruang vektor, ruang Bernorm dan ruang Banach, ruang barisan, operator linear (transformasi linear) serta teorema-teorema

Lebih terperinci

Matriks. Baris ke 2 Baris ke 3

Matriks. Baris ke 2 Baris ke 3 Matriks A. Matriks Matriks adalah susunan bilangan yang diatur menurut aturan baris dan kolom dalam suatu jajaran berbentuk persegi atau persegi panjang. Susunan bilangan itu diletakkan di dalam kurung

Lebih terperinci

Aljabar Linier. Kuliah

Aljabar Linier. Kuliah Aljabar Linier Kuliah 13 14 15 Materi Kuliah Transformasi Linier dari F n ke F m Perubahan Matriks Basis Matriks dari Transformasi Linier Perubahan Basis untuk Transformasi Linier Matriks-matriks Ekivalen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa materi yang terdapat pada aljabar abstrak, salah satu materi

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa materi yang terdapat pada aljabar abstrak, salah satu materi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ada beberapa materi yang terdapat pada aljabar abstrak, salah satu materi tersebut adalah modul. Untuk membahas pengertian tentang suatu modul harus dimengerti lebih

Lebih terperinci

RUANG VEKTOR. Nurdinintya Athari (NDT)

RUANG VEKTOR. Nurdinintya Athari (NDT) 1 RUANG VEKTOR Nurdinintya Athari (NDT) RUANG VEKTOR Sub Pokok Bahasan Ruang Vektor Umum Subruang Basis dan Dimensi Basis Subruang Beberapa Aplikasi Ruang Vektor Beberapa metode optimasi Sistem kontrol

Lebih terperinci

GRUP HOMOLOGI DARI RUANG TOPOLOGI. Denik Agustito 1, Sriwahyuni 2

GRUP HOMOLOGI DARI RUANG TOPOLOGI. Denik Agustito 1, Sriwahyuni 2 Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 GRUP HOMOLOGI DARI RUANG TOPOLOGI Denik Agustito 1, Sriwahyuni 2 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. S, torus, topologi adalah suatu himpunan yang mempunyai topologi, yaitu koleksi dari

BAB II TEORI DASAR. S, torus, topologi adalah suatu himpunan yang mempunyai topologi, yaitu koleksi dari BAB II TEORI DASAR Pada skripsi ini, akan dipelajari perbedaan sifat grup fundamental yang dimiliki beberapa ruang topologi, yaitu 2 S, torus, 2 P dan figure eight. Ruang topologi adalah suatu himpunan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa yang telah memberikan pertolongan hingga modul ajar ini dapat terselesaikan.

Kata Pengantar. Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa yang telah memberikan pertolongan hingga modul ajar ini dapat terselesaikan. i Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa yang telah memberikan pertolongan hingga modul ajar ini dapat terselesaikan. Modul ajar ini dimaksudkan untuk membantu penyelenggaraan kuliah jarak

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab

BAB III PEMBAHASAN. Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab BAB III PEMBAHASAN Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab C. Sub-bab A menjelaskan mengenai konsep dasar C[a, b] sebagai ruang vektor beserta contohnya. Sub-bab B

Lebih terperinci

TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS

TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta

Lebih terperinci

, ω, L dan C adalah riil, tunjukkanlah

, ω, L dan C adalah riil, tunjukkanlah . Jika z j j PROBLEM SE# Sistem Bilangan Kompleks, tentukanlah bagian riil dan bagian imajiner dari bilangan kompleks z z. Carilah harga dan y yang memenuhi persamaan : y j y, j, ( ) ( ). Carilah bentuk

Lebih terperinci

BAB III FUNGSI UJI DAN DISTRIBUSI

BAB III FUNGSI UJI DAN DISTRIBUSI BAB III FUNGSI UJI DAN DISTRIBUSI Bab ini membahas tentang fungsi uji dan distribusi di mana ruang yang memuat keduanya secara berturut-turut dinamakan ruang fungsi uji dan ruang distribusi. Ruang fungsi

Lebih terperinci

PENGANTAR PADA TEORI GRUP DAN RING

PENGANTAR PADA TEORI GRUP DAN RING Handout MK Aljabar Abstract PENGANTAR PADA TEORI GRUP DAN RING Disusun oleh : Drs. Antonius Cahya Prihandoko, M.App.Sc, Ph.D e-mail: antoniuscp.ilkom@unej.ac.id Staf Pengajar Pada Program Studi Sistem

Lebih terperinci

Grup Permutasi dan Grup Siklis. Winita Sulandari

Grup Permutasi dan Grup Siklis. Winita Sulandari Grup Permutasi dan Grup Siklis Winita Sulandari Grup Permutasi Suatu Permutasi dari suatu himpunan berhingga S yang tidak kosong, dinyatakan sebagai suatu pemetaan bijektif dari himpunan S pada dirinya

Lebih terperinci

(Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, / 66

(Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, / 66 MATRIKS Departemen Matematika FMIPA-IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, 2012 1 / 66 Topik Bahasan 1 Matriks 2 Operasi Matriks 3 Determinan matriks 4 Matriks Invers 5 Operasi

Lebih terperinci

03-Pemecahan Persamaan Linier (2)

03-Pemecahan Persamaan Linier (2) -Pemecahan Persamaan Linier () Dosen: Anny Yuniarti, M.Comp.Sc Gasal - Anny Agenda Bagian : Matriks Invers Bagian : Eliminasi = Faktorisasi: A = LU Bagian : Transpos dan Permutasi Anny Bagian MATRIKS INVERS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk mencapai tujuan penulisan penelitian diperlukan beberapa pengertian dan teori yang berkaitan dengan pembahasan. Dalam subbab ini akan diberikan beberapa teori berupa definisi,

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN PERKULIAHAN Kode Mata Kuliah : MAA 526 Nama Mata Kuliah : Analisis Fungsional

RENCANA KEGIATAN PERKULIAHAN Kode Mata Kuliah : MAA 526 Nama Mata Kuliah : Analisis Fungsional Ming gu ke RENCANA KEGIATAN PERKULIAHAN Kode Mata Kuliah : MAA 56 Nama Mata Kuliah : Analisis Fungsional T o p i k S u b T o p i k 1. Ruang Banach - Ruang metrik - Ruang vektor bernorm - Barisan di ruang

Lebih terperinci

TE Teknik Numerik Sistem Linear

TE Teknik Numerik Sistem Linear TE 9467 Teknik Numerik Sistem Linear Operator Linear Trihastuti Agustinah Bidang Studi Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro - FTI Institut Teknologi Sepuluh Nopember O U T L I N E. Objektif.

Lebih terperinci

PENGANTAR TOPOLOGI. Dosen Pengampu: Siti Julaeha, M.Si EDISI PERTAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2015

PENGANTAR TOPOLOGI. Dosen Pengampu: Siti Julaeha, M.Si EDISI PERTAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2015 PENGANTAR TOPOLOGI EDISI PERTAMA Dosen Pengampu: Siti Julaeha, M.Si UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2015 by Matematika Sains 2012 UIN SGD, Copyright 2015 BAB 0. HIMPUNAN, RELASI, FUNGSI,

Lebih terperinci

Karakteristik Koproduk Grup Hingga

Karakteristik Koproduk Grup Hingga Jurnal Matematika Integratif ISSN 1412-6184 Vol. 9 No. 2, Oktober 2013 pp. 31-37 Karakteristik Koproduk Grup Hingga Edi Kurniadi, Stanley P.Dewanto, Alit Kartiwa Jurusan Matematika FMIPA Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

Aljabar Linier. Kuliah

Aljabar Linier. Kuliah Aljabar Linier Kuliah 10 11 12 Materi Kuliah Transformasi Linier Kernel dan Image dari Transformasi Linier isomorfisma Teorema Rank plus Nullity 1/11/2014 Yanita FMIPA Matematika Unand 2 Transformasi Linier

Lebih terperinci

Matematika Teknik I: Matriks, Inverse, dan Determinan. Oleh: Dadang Amir Hamzah STT DR. KHEZ MUTTAQIEN 2015

Matematika Teknik I: Matriks, Inverse, dan Determinan. Oleh: Dadang Amir Hamzah STT DR. KHEZ MUTTAQIEN 2015 Matematika Teknik I: Matriks, Inverse, dan Determinan Oleh: Dadang Amir Hamzah STT DR. KHEZ MUTTAQIEN 2015 Dadang Amir Hamzah (STT) Matematika Teknik I Semester 3, 2015 1 / 33 Outline 1 Matriks Dadang

Lebih terperinci

GRUP MONOTETIK TOPOLOGI DISKRIT BERHINGGA PADA DUALITAS PONTRYAGIN

GRUP MONOTETIK TOPOLOGI DISKRIT BERHINGGA PADA DUALITAS PONTRYAGIN Saintia Matematika Vol. 1, No. 6 (2013), pp. 591 602. GRUP MONOTETIK TOPOLOGI DISKRIT BERHINGGA PADA DUALITAS PONTRYAGIN L.F.D. Bali, Tulus, Mardiningsih Abstrak. Dalam teori grup topologi kompak lokal,

Lebih terperinci

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR TIM DOSEN 5 Ruang Vektor Ruang Vektor Sub Pokok Bahasan Ruang Vektor Umum Subruang Basis dan Dimensi Beberapa Aplikasi Ruang Vektor Beberapa metode optimasi Sistem Kontrol

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Grup Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar dari suatu ring dan modul. Definisi 2.1.1 Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang

Lebih terperinci

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat

Lebih terperinci

KONSTRUKSI SISTEM BILANGAN

KONSTRUKSI SISTEM BILANGAN KONSTRUKSI SISTEM BILANGAN KEVIN MANDIRA LIMANTA 1. Konstruksi Aljabar 1.1. Bilangan Natural. Himpunan bilangan paling primitif adalah bilangan natural N, yang dicacah dengan aturan sebagai berikut: (1)

Lebih terperinci

MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI

MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI 214 MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI Astri Fitria Nur ani Aljabar Linear 1 1/1/214 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I MATRIKS DAN SISTEM PERSAMAAN A. Pendahuluan... 1 B. Aljabar

Lebih terperinci

ISOMORFISMA DARI MATRIKS QUATERNION KOMPLEKS KE MATRIKS KOMPLEKS DAN SIFAT-SIFATNYA Ainun Mawaddah Abdal, Amir Kamal Amir, dan Nur Erawaty

ISOMORFISMA DARI MATRIKS QUATERNION KOMPLEKS KE MATRIKS KOMPLEKS DAN SIFAT-SIFATNYA Ainun Mawaddah Abdal, Amir Kamal Amir, dan Nur Erawaty ISOMORFISMA DARI MATRIKS QUATERNION KOMPLEKS KE MATRIKS KOMPLEKS DAN SIFAT-SIFATNYA Ainun Mawaddah Abdal, Amir Kamal Amir, dan Nur Erawaty Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

Lampiran 1. Beberapa Definisi dan Lema Teknis

Lampiran 1. Beberapa Definisi dan Lema Teknis Lampiran 1. Beberapa Definisi dan Lema Teknis Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang Suatu percobaan yang dapat diulang dalam kondisi yang sama, yang hasilnya tidak dapat diprediksi dengan tepat tetapi kita

Lebih terperinci

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks 0. Pendahuluan Analisis Fourier mempelajari berbagai teknik menganalisis sebuah fungsi dengan menguraikannya sebagai deret atau integral fungsi tertentu (yang sifat-sifatnya telah kita kenal dengan baik,

Lebih terperinci

BAB 2 RUANG HILBERT. 2.1 Definisi Ruang Hilbert

BAB 2 RUANG HILBERT. 2.1 Definisi Ruang Hilbert BAB 2 RUANG HILBERT Pokok pembicaraan kita dalam tugas akhir ini berpangkal pada teori ruang Hilbert. Untuk itu di bab ini akan diberikan definisi ruang Hilbert dan ciri-cirinya, separabilitas ruang Hilbert,

Lebih terperinci

Matriks biasanya dituliskan menggunakan kurung dan terdiri dari baris dan kolom: A =

Matriks biasanya dituliskan menggunakan kurung dan terdiri dari baris dan kolom: A = Bab 2 cakul fi080 by khbasar; sem1 2010-2011 Matriks Dalam BAB ini akan dibahas mengenai matriks, sifat-sifatnya serta penggunaannya dalam penyelesaian persamaan linier. Matriks merupakan representasi

Lebih terperinci

Fisika Matematika II 2011/2012

Fisika Matematika II 2011/2012 Fisika Matematika II 2/22 diterjemahkan dari: Mathematical Methods for Engineers and Scientists, 2, dan 3 K. T. Tang Penterjemah: Imamal Muttaqien dibantu oleh: Adam, Ma rifatush Sholiha, Nina Yunia, Yudi

Lebih terperinci

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan Pertemuan 13 PENGERTIAN RING A. Pendahuluan Target yang diharapkan dalam pertemuan ke 13 ini (pertemuan pertama tentang teori ring) adalah mahasiswa dapat : a. membedakan suatu struktur aljabar merupakan

Lebih terperinci

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan. 2. Grup Definisi 1.3 Suatu grup < G, > adalah himpunan tak-kosong G bersama-sama dengan operasi biner pada G sehingga memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. operasi biner bersifat asosiatif, yaitu a, b,

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu struktur aljabar yang harus dikuasai oleh seorang matematikawan adalah grup yaitu suatu himpunan tak kosong G yang dilengkapi dengan satu operasi

Lebih terperinci

sebagai, dan dua buah variabel dan dapat digunakan untuk memparameterisasi sebuah permukaan sebagai

sebagai, dan dua buah variabel dan dapat digunakan untuk memparameterisasi sebuah permukaan sebagai BAB II MANIFOLD DIFFERENSIABEL 2.1 Definisi Manifold [13] Manifold adalah generalisasi dari ide-ide yang familiar tentang kurva dan permukaan pada ruang Euclidean. Sebuah kurva pada ruang Euclidean berdimensi

Lebih terperinci

I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde 1 (Review)

I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde 1 (Review) I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde (Review) November 0 () I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde (Review) November 0 / 6 Teori Umum Bentuk umum sistem persamaan diferensial linier orde satu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung. ke. Untuk setiap, dinotasikan sebagai di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung. ke. Untuk setiap, dinotasikan sebagai di II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung proses penelitian. 2.1 Teori Grup Definisi 2.1.1 Operasi Biner Suatu operasi biner pada suatu himpunan adalah

Lebih terperinci

Catatan Kuliah Aljabar Linier

Catatan Kuliah Aljabar Linier Catatan Kuliah Suryadi Siregar Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Bandung BANDUNG 018 Kata Pengantar Bagian pertama, buku ini membahas tentang, operasi vektor dan aplikasi perkalian vektor.

Lebih terperinci

Materi Aljabar Linear Lanjut

Materi Aljabar Linear Lanjut Materi Aljabar Linear Lanjut TRANSFORMASI LINIER DARI R n KE R m ; GEOMETRI TRANSFORMASI LINIER DARI R 2 KE R 2 Disusun oleh: Dwi Lestari, M.Sc email: dwilestari@uny.ac.id JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

GRUP ALJABAR DAN -MODUL REGULAR SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA OLEH: FITRIA EKA PUSPITA

GRUP ALJABAR DAN -MODUL REGULAR SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA OLEH: FITRIA EKA PUSPITA GRUP ALJABAR DAN -MODUL REGULAR SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA OLEH: FITRIA EKA PUSPITA 07934028 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 ABSTRAK Misalkan

Lebih terperinci

ORDER UNSUR DARI GRUP S 4

ORDER UNSUR DARI GRUP S 4 Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 142 147 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND ORDER UNSUR DARI GRUP S 4 FEBYOLA, YANITA, MONIKA RIANTI HELMI Program Studi Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

GRUP SIKLIK, GRUP PERMUTASI, HOMOMORFISMA

GRUP SIKLIK, GRUP PERMUTASI, HOMOMORFISMA GRUP SIKLIK, GRUP PERMUTASI, HOMOMORFISMA Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat Grup Siklik, Grup Permutasi dan Homomorfisma

Lebih terperinci

Himpunan dan Fungsi. Modul 1 PENDAHULUAN

Himpunan dan Fungsi. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Himpunan dan Fungsi Dr Rizky Rosjanuardi P PENDAHULUAN ada modul ini dibahas konsep himpunan dan fungsi Pada Kegiatan Belajar 1 dibahas konsep-konsep dasar dan sifat dari himpunan, sedangkan pada

Lebih terperinci

dari ruang vektor berdimensi hingga V (dimana I adalah suatu himpunan indeks) disebut basis bagi V jika V = span(ψ) dan vektorvektor

dari ruang vektor berdimensi hingga V (dimana I adalah suatu himpunan indeks) disebut basis bagi V jika V = span(ψ) dan vektorvektor BAB 3 FRAME Sinyal kontinu dapat kita diskritisasi dengan menggunakan ekspansi vektor. Sifat yang paling esensial untuk melakukan hal tersebut adalah adanya operator yang menjamin bahwa ekspansi vektor

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Metrik Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh aksioma-aksioma tertentu. Ruang metrik merupakan hal yang fundamental dalam analisis fungsional,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA SKRIPSI DANIEL SALIM FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI MATEMATIKA DEPOK 2012

UNIVERSITAS INDONESIA SKRIPSI DANIEL SALIM FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI MATEMATIKA DEPOK 2012 UNIVERSITAS INDONESIA SPEKTRUM DAN HIMPUNAN RESOLVENT DARI OPERATOR LINEAR TERBATAS DAN OPERATOR LINEAR SELF ADJOINT TERBATAS SKRIPSI DANIEL SALIM 0906511385 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

Contoh. C. Determinan dan Invers Matriks. C. 1. Determinan

Contoh. C. Determinan dan Invers Matriks. C. 1. Determinan C. Determinan dan Invers Matriks C.. Determinan Suatu matriks persegi selalu dapat dikaitkan dengan suatu bilangan yang disebut determinan. Determinan dari matriks persegi dinotasikan dengan. Untuk matriks

Lebih terperinci

MATEMATIKA INFORMATIKA 2 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA FENI ANDRIANI

MATEMATIKA INFORMATIKA 2 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA FENI ANDRIANI MATEMATIKA INFORMATIKA 2 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA FENI ANDRIANI SAP (1) Buku : Suryadi H.S. 1991, Pengantar Aljabar dan Geometri analitik Vektor Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor Susunan

Lebih terperinci

Diktat Kuliah. Oleh:

Diktat Kuliah. Oleh: Diktat Kuliah TEORI GRUP Oleh: Dr. Adi Setiawan UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015 Kata Pengantar Aljabar abstrak atau struktur aljabar merupakan suatu mata kuliah yang menjadi kurikulum nasional

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Dalam beberapa tahun terakhir, model graph secara statistik telah diaplikasikan

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Dalam beberapa tahun terakhir, model graph secara statistik telah diaplikasikan BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Dalam beberapa tahun terakhir, model graph secara statistik telah diaplikasikan dengan baik pada aplikasi pengenalan suara, pengolahan citra (Willsky, 2002 dan Choi

Lebih terperinci

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd Qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg

Lebih terperinci

Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian

Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian Rio Yohanes 1, Nora Hariadi 2, Kiki Ariyanti Sugeng 3 Departemen Matematika, FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia rio.yohanes@sci.ui.ac.id,

Lebih terperinci

II. KONSEP DASAR GRUP. abstrak (abstract algebra). Sistem aljabar (algebraic system) terdiri dari suatu

II. KONSEP DASAR GRUP. abstrak (abstract algebra). Sistem aljabar (algebraic system) terdiri dari suatu II KONSEP DASAR GRUP Suatu cabang matematika yang mempelajari struktur aljabar dinamakan aljabar abstrak abstract algebra Sistem aljabar algebraic system terdiri dari suatu himpunan obyek satu atau lebih

Lebih terperinci

Pertemuan 1 Sistem Persamaan Linier dan Matriks

Pertemuan 1 Sistem Persamaan Linier dan Matriks Matriks & Ruang Vektor Pertemuan Sistem Persamaan Linier dan Matriks Start Matriks & Ruang Vektor Outline Materi Pengenalan Sistem Persamaan Linier (SPL) SPL & Matriks Matriks & Ruang Vektor Persamaan

Lebih terperinci

BAB III TENSOR. Berdasarkan uraian bab sebelumnya yang telah menjelaskan beberapa

BAB III TENSOR. Berdasarkan uraian bab sebelumnya yang telah menjelaskan beberapa BAB III TENSOR Berdasarkan uraian bab sebelumnya yang telah menjelaskan beberapa istilah dan materi pendukung yang berkaitan dengan tensor, pada bab ini akan dijelaskan pengertian dasar dari tensor. Tensor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi dengan aksioma dan suatu operasi biner. Teori grup dan ring merupakan konsep yang memegang

Lebih terperinci

dengan vektor tersebut, namun nilai skalarnya satu. Artinya

dengan vektor tersebut, namun nilai skalarnya satu. Artinya 1. Pendahuluan Penggunaan besaran vektor dalam kehidupan sehari-hari sangat penting mengingat aplikasi besaran vektor yang luas. Mulai dari prinsip gaya, hingga bidang teknik dalam memahami konsep medan

Lebih terperinci

PERKALIAN CARTESIAN DAN RELASI

PERKALIAN CARTESIAN DAN RELASI RELASI Anggota sebuah himpunan dapat dihubungkan dengan anggota himpunan lain atau dengan anggota himpunan yang sama. Hubungan tersebut dinamakan relasi. Contoh Misalkan M = {Ami, Budi, Candra, Dita} dan

Lebih terperinci

Pertemuan 4 Aljabar Linear & Matriks

Pertemuan 4 Aljabar Linear & Matriks Pertemuan 4 Aljabar Linear & Matriks 1 Notasi : huruf besar tebal misalnya A, B, C Merupakan array dari bilangan, setiap bilangan disebut elemen matriks (entri matriks) Bentuk umum : m : jumlah baris (mendatar)

Lebih terperinci

Vektor. Vektor. 1. Pengertian Vektor

Vektor. Vektor. 1. Pengertian Vektor Universitas Muhammadiyah Sukabumi Artikel Aljabar Vektor dan Matriks Oleh : Zie_Zie Vektor Vektor 1. Pengertian Vektor a. Definisi Vektor adalah suatu besaran yang mempunyai nilai (besar) dan arah. Contohnya

Lebih terperinci

Pengantar Topologi - MK : Prinsip Matematika

Pengantar Topologi - MK : Prinsip Matematika Pengantar Topologi - MK : Prinsip Matematika Topologi merupakan kajian pemetaan dari suatu obyek dalam ruang baik dalam struktur global maupun dalam struktur lokal yang lebih halus. Dapat dikatakan bahwa

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 2. METODE PENELITIAN 3. HASIL DAN PEMBAHASAN. Abstrak

1. PENDAHULUAN 2. METODE PENELITIAN 3. HASIL DAN PEMBAHASAN. Abstrak Kajian mengenai Konstruksi Aljabar Simetris Kiri Menggunakan Fungsi Linier Sofwah Ahmad Departemen Matematika FMIPA UI Kampus UI Depok 16424 sofwahahmad@sciuiacid Abstrak Aljabar merupakan suatu ruang

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR: GRUP

STRUKTUR ALJABAR: GRUP STRUKTUR ALJABAR: GRUP BAHAN AJAR Oleh: Rippi Maya Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) SILIWANGI Bandung 2016 1 A. Pendahuluan Ilustrasi 1.1: Perhatikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang dibicarakan yang akan digunakan pada bab selanjutnya. Bentuk umum dari matriks bujur sangkar adalah sebagai berikut:

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang dibicarakan yang akan digunakan pada bab selanjutnya. Bentuk umum dari matriks bujur sangkar adalah sebagai berikut: BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini dibicarakan mengenai matriks yang berbentuk bujur sangkar dengan beberapa definisi, teorema, sifat-sifat dan contoh sesuai dengan matriks tertentu yang dibicarakan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Sebagai acuan penulisan penelitian ini diperlukan beberapa pengertian dan teori yang berkaitan dengan pembahasan. Dalam sub bab ini akan diberikan beberapa landasan teori berupa pengertian,

Lebih terperinci

Part II SPL Homogen Matriks

Part II SPL Homogen Matriks Part II SPL Homogen Matriks SPL Homogen Bentuk Umum SPL homogen dalam m persamaan dan n variabel x 1, x 2,, x n : a 11 x 1 + a 12 x 2 + + a 1n x n = 0 a 21 x 1 + a 22 x 2 + + a 2n x n = 0 a m1 x 1 + a

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini dijelaskan beberapa definisi dan teorema yang digunakan dalam pembahasan selanjutnya. 2.1 Teori Peluang Definisi 2.1.1 (Percobaan Acak) (Ross 2000) Suatu percobaan

Lebih terperinci

IKIP BUDI UTOMO MALANG. Analytic Geometry TEXT BOOK. Alfiani Athma Putri Rosyadi, M.Pd

IKIP BUDI UTOMO MALANG. Analytic Geometry TEXT BOOK. Alfiani Athma Putri Rosyadi, M.Pd IKIP BUDI UTOMO MALANG Analytic Geometry TEXT BOOK Alfiani Athma Putri Rosyadi, M.Pd 2012 DAFTAR ISI 1 VEKTOR 1.1 Vektor Pada Bidang... 4 1.2 Vektor Pada Ruang... 6 1.3 Operasi Vektor.. 8 1.4 Perkalian

Lebih terperinci

Matriks Jawab:

Matriks Jawab: Matriks A. Operasi Matriks 1) Penjumlahan Matriks Jika A dan B adalah sembarang Matriks yang berordo sama, maka penjumlahan Matriks A dengan Matriks B adalah Matriks yang diperoleh dengan cara menjumlahkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSATAKA

II. TINJAUAN PUSATAKA 4 II. TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Operator Definisi 2.1.1 (Kreyszig, 1989) Suatu pemetaan pada ruang vektor khususnya ruang bernorma disebut operator. Definisi 2.1.2 (Kreyszig, 1989) Diberikan ruang Bernorm

Lebih terperinci

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 1 dan 2

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 1 dan 2 Aljabar Linier Elementer Kuliah 1 dan 2 1.3 Matriks dan Operasi-operasi pada Matriks Definisi: Matriks adalah susunan bilangan dalam empat persegi panjang. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut disebut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. modul yang akan digunakan dalam pembahasan hasil penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA. modul yang akan digunakan dalam pembahasan hasil penelitian. II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang grup, ring, dan modul yang akan digunakan dalam pembahasan hasil penelitian. 2.1 Ring Sebelum didefinisikan pengertian

Lebih terperinci

Bab 3 Gelanggang Polinom Miring

Bab 3 Gelanggang Polinom Miring Bab 3 Gelanggang Polinom Miring Dalam bab ini akan dibahas mengenai Gelanggang Poliom Miring mulai dengan bentuk yang sederhana (satu variabel) sampai ke bentuk yang lebih kompleks (banyak variabel) berikut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Matriks 1 Pengertian Matriks Definisi 21 Matriks adalah kumpulan bilangan bilangan yang disusun secara khusus dalam bentuk baris kolom sehingga membentuk empat persegi panjang

Lebih terperinci

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep GRUP Bab ini merupakan awal dari bagian pertama materi utama perkuliahan Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

Lebih terperinci

Hand-Out Geometri Transformasi. Bab I. Pendahuluan

Hand-Out Geometri Transformasi. Bab I. Pendahuluan Hand-Out Geometri Transformasi Bab I. Pendahuluan 1.1 Vektor dalam R 2 Misalkan u = (x 1,y 1 ), v = (x 2,y 2 ) dan w = (x 3,y 3 ) serta k skalar (bilangan real) Definisi 1. : Penjumlahan vektor u + v =

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ilmu matematika, banyak pembahasan di bidang analisis dan topologi yang memerlukan pengertian ruang Hilbert. Ruang Hilbert merupakan konsep abstrak yang mendasari

Lebih terperinci

MAKALAH ALJABAR LINEAR TRANSFORMASI LINEAR ATAU PEMETAAN LINEAR

MAKALAH ALJABAR LINEAR TRANSFORMASI LINEAR ATAU PEMETAAN LINEAR MAKALAH ALJABAR LINEAR TRANSFORMASI LINEAR ATAU PEMETAAN LINEAR Disusun oleh : 1. Supriyani (0903040095) 2. Sri Hartati (0903040113) 3. Anisatul M. (0903040065) TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TE Teknik Numerik Sistem Linear. Bidang Studi Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro - FTI Institut Teknologi Sepuluh Nopember

TE Teknik Numerik Sistem Linear. Bidang Studi Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro - FTI Institut Teknologi Sepuluh Nopember TE9467 Teknik Numerik Sistem Linear Bidang Studi Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro - FTI Institut Teknologi Sepuluh Nopember O U T L I N E OBJEKTIF TEORI 3 CONTOH 4 SIMPULAN 5 LATIHAN OBJEKTIF

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Ruang Norm Sumanang Muhtar Gozali UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Definisi. Misalkan suatu ruang vektor atas. Norm pada didefinisikan sebagai fungsi. : yang memenuhi N1. 0 N2. 0 0 N3.,, N4.,, Kita dapat

Lebih terperinci

Bab 2. Geometri Riemann dan Persamaan Ricci Flow. 2.1 Geometri Riemann Manifold Riemannian

Bab 2. Geometri Riemann dan Persamaan Ricci Flow. 2.1 Geometri Riemann Manifold Riemannian Bab 2 Geometri Riemann dan Persamaan Ricci Flow 2.1 Geometri Riemann Geometri Riemann pertama kali dikemukakan secara general oleh Bernhard Riemann pada abad ke 19. Pada bagian ini akan diberikan penjelasan

Lebih terperinci

Pembelajaran Klasifikasi Geometris dari Transformasi Mӧbius Suatu Sarana Penyampaian Konsep Grup

Pembelajaran Klasifikasi Geometris dari Transformasi Mӧbius Suatu Sarana Penyampaian Konsep Grup SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Pembelajaran Klasifikasi Geometris dari Transformasi Mӧbius Suatu Sarana Penyampaian Konsep Grup PM -45 Iden Rainal Ihsan Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR 1. Kristiana Wijaya

STRUKTUR ALJABAR 1. Kristiana Wijaya STRUKTUR ALJABAR 1 Kristiana Wijaya i ii Daftar Isi Judul Daftar Isi i iii 1 Himpunan 1 2 Partisi dan Relasi Ekuivalen 3 3 Grup 6 4 Koset Dan Teorema Lagrange, Homomorphisma Grup Dan Grup Faktor 11 Indeks

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai matriks (meliputi definisi matriks, operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas aljabar max-plus, dan penyelesaian

Lebih terperinci

HOMOMORFISMA. Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang

HOMOMORFISMA. Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang HOMOMORFISMA Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang email:ymcholily@gmail.com May 19, 2013 1 Daftar Isi 1 Tujuan 3 2 Homomorfisma 3 3 Sifat-sifat Homomorfisma

Lebih terperinci