BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Telah banyak model fisika partikel yang dikembangkan oleh fisikawan untuk mencoba menjelaskan keberadaan partikel-partikel elementer serta interaksi yang menyertainya. Salah satunya yang telah dianggap sukses menjelaskan interaksi antar partikel elementer adalah Model Standar (selanjutnya disebut MS) yang diusulkan oleh Glashow, Weinberg dan Salam. Pada MS terdapat interaksi antar partikel elementer antara lain interaksi kuat, interaksi lemah dan interaksi elektromagnetik. MS memperkirakan adanya partikel pembawa interaksi W ± dan Z. Partikel W ± dan Z telah terbukti secara eksperimen dan membawa Glashow, Weinberg dan Salam memperoleh penghargaan nobel fisika pada tahun 1967 (Weinberg, 1967). Pada MS juga diprediksi adanya partikel yang berperan dalam pembentukan massa partikel yang dikenal sebagai partikel Higgs. Keberadaan partikel Higgs akhirnya dibuktikan secara eksperimen oleh tim ATLAS dan CMS di CERN (The Atlas Collaboration, 2012), Genewa yang membuat Higgs dan Englert mendapatkan penghargaan nobel fisika pada tahun 201. Meskipun memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan beberapa fenomena, tetapi MS masih memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan dari MS di antaranya belum mampu menjelaskan masalah yang berkaitan dengan nilai harap vakum (Vacuum Expectation Value (VEV)) pada boson Higgs, masalah massa neutrino, masalah hirarki massa untuk neutrino dan quark, masalah pelanggaran paritas dan muatan (pelanggaran CP), masalah matriks CKM di sektor quark, tidak mengikut sertakan interaksi gravitasi, tidak dapat menjelaskan materi gelap (Dark Matter) dan tidak dapat menjelaskan keberadaan partikel-antipartikel yang tidak seimbang di alam ini. Kekurangan pada MS membuat para fisikawan terus mengembangkan MS. Model fisika partikel yang merupakan pengembangan dari MS antara lain Grand Unified Theory, Supersimetri, Simetri Kiri-Kanan (Left-Right Symmetry (LRS)), Model Cermin dan lain-lain. Model LRS adalah model perluasan dari MS yang menggunakan konsep simetri paritas. Konsep ini diperkenal oleh Pati dan Salam (1974), Mohapatra dan Pati (1975) dan Senjanovic dan Mohapatra (1975). Dengan adanya simetri paritas ini 1

2 mengakibatkan konstanta kopling antara interaksi lemah di kiri dan kanan haruslah sama (Mohapatra dan Pati, 1975). Pada model LRS Senjanovic (1979), diperkenalkan adanya fermion berkhiralitas kiri kanan sebagai dublet. Pada model LRS yang diusulkan oleh Countinho dkk (2001), Simon dan Ponciano (200), Almeida dkk (2010) diperkenalkan adanya dublet dan singlet fermion MS serta pasangan cermin paritasnya. Pada model ini semua partikel fermion (tidak termasuk neutrino) mendapatkan massanya dengan mekanisme seesaw Dirac, sedangkan neutrino memperoleh massa melalui mekanisme seesaw Dirac ganda (Almeida dkk, 2010). Model Cermin merupakan perluasan MS yang menambahkan adanya sektor cermin dengan mencerminkan partikel fermion pada MS terhadap paritas dengan besar muatan sama (Pati dan Salam, 1974). Model Cermin ini terus dikembangkan dengan Lagrangan interaksi invarian terhadap transformasi paritas ((Foot dkk, 1991) dan (Foot dan Volkas, 2007)). Model Cermin mampu menjelaskan kemungkinan adanya materi gelap (partikel materi gelap adalah partikel cermin) dan mampu menjelaskan adanya osilasi neutrino. Pada model cermin terdapat konstanta kopling interaksi ɛ antara foton sektor nyata dengan foton sektor cermin. Akan tetapi fakta pengamatan belum mampu membuktikan adanya interaksi antar foton cermin dengan foton nyata. Untuk mengatasi masalah ini diberikan nilai konstanta kopling ɛ sangat kecil (ɛ ). Pemberian nilai konstanta kopling interaksi ɛ yang sangat kecil membuat Model Cermin tidak alami. Kekurangan lain dari model cermin adalah adanya kemungkinan terbentuknya atom dan molekul pada sektor cermin yang pada akhirnya berkemungkinan membentuk alam semesta cermin seperti yang terjadi pada MS (Foot, 1999). Atom atau molekul tersebut dapat terbentuk karena pada sektor cermin terdapat partikel-partikel yang serupa dengan yang ada di MS dan foton pada cermin mirip dengan foton MS sehingga pada sektor cermin terjadi interaksi sama seperti interaksi pada MS. Akan tetapi sampai saat ini belum ada gejala atau fenomena kosmologi yang menunjukan adanya planet, bintang dan galaksi cermin. Model Cermin terus dikembangkan salah satunya oleh An dkk (2010) yang dikenal sebagai Asymetric Dark Matter. Mirip dengan Model Cermin, pada model ini terdapat sektor nyata sepeti pada MS dan sektor cermin yang merupakan duplikat dari MS. Pada model ini foton pada cermin bermassa dan terdapat suku campuran antara foton cermin dengan foton MS dengan konstanta kopling yang sangat kecil mirip dengan Model Cermin Foot. Meskipun foton cermin pada model ini massif, akan tetapi diasumsikan bahwa foton cermin memiliki waktu hidup yang singkat. Adanya permasalahan yang belum terjawab oleh Model Cermin membuat mo- 2

3 del ini terus dikembangkan. Salah satunya adalah Model Cermin Termodifikasi (selanjutnya disebut MCT) yang dikembangkan oleh Satriawan (201). MCT dikembangkan dengan menggunakan ide dasar Simetri Kiri-Kanan (Left-Right Symmetry) yakni dengan mencerminkan terhadap paritas. Pada MCT, bilangan kuantum U(1) x pada model cermin Foot dkk diubah dan dilakukan penambahan partikel baru yakni neutrino tak kidal pada sektor nyata dan dua medan skalar Higgs singlet. Dalam MCT tidak ada konstanta kopling ɛ seperti yang ada pada model cermin Foot dkk. Pada MCT, foton cermin bermassa massif sehingga mengakibatkan interaksi elektromagnetik cermin menjadi sangat lemah. Akibatnya di sektor cermin diduga tidak akan terbentuk atom Hidrogen dan atom-atom yang lebih komplek. 1.2 Perumusan Masalah MCT oleh Satriawan (201) mencoba menyempurnakan Model Cermin dan diduga mampu menjawab tentang masalah tidak terbentuknya atom atau struktur molekul yang lebih komplek pada sektor cermin. Adanya foton cermin yang memiliki massa massif mengakibatkan interaksi elektromagnetik cermin sangat lemah sehingga diduga kemungkinan proses pembentukan atom Hidrogen cermin dan atom-atom yang lebih komplek akan sangat kecil. Tesis ini akan berusaha mengkaji interaksi elektromagnetik cermin dengan perantara foton massif, lebih khusus lagi tentang kemungkinan pembentukan atom Hidrogen cermin. 1. Batasan Masalah Batasan-batasan masalah pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Model fisika partikel yang ditinjau adalah MCT Satriawan (201). 2. Proses yang ditinjau adalah interaksi elektromagnetik cermin dengan foton cermin bermassa serta proses pembentukan atom Hidrogen cermin. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan batasan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Menentukan Potensial Elektromagnetik cermin pada MCT.

4 2. Mengkaji apakah atom Hidrogen cermin dapat terbentuk pada sektor cermin. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk menguji adanya kemungkinan pembentukan atom Hidrogen cermin pada MCT. 1.6 Metode Penelitian Metode penelitian dalam tesis ini adalah metode kajian teoritis melalui studi literatur jurnal ilmiah, buku dan sumber ilmiah lainnya. Adapun tahapan-tahapannya adalah: 1. Mempelajari Model Standar Fisika Partikel. 2. Mempelajari MCT, mulai dari potensial Higgs, proses perusakan simetri secara spontan, pembangkitan massa boson dan fermion serta interaksi Yukawa.. Mempelajari Metode Variasi yang digunakan untuk memperoleh energi tingkat dasar untuk potensial elektromagnetik cermin. 4. Mempelajari pendekatan Born untuk merumuskan potensial elektromagnetik cermin. 5. Menyelesaikan energi tingkat dasar dengan potensial elektromagnetik cermin dengan menggunakan metode Variasi. 6. Menganalis grafik energi tingkat dasar E 0 dan jari-jari atom Hidrogen cermin. 7. Menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan grafik energi tingkat dasar E 0 dan jari-jari atom Hidrogen cermin untuk mengetahui batasan massa foton cermin yang memungkinkan terbentuknya atom Hidrogen cermin. 1.7 Tinjauan Pustaka Model Cermin merupakan pengembangan model LRS yang diperkenalkan oleh Foot dkk (1991). Model Cermin menggunakan grup tera SU() 1 SU(2) 1 U(1) 1 SU() 2 SU(2) 2 U(1) 2. Indek 1 pada grup tera menyatakan sektor nyata 4

5 sedangkan untuk indek 2 merupakan sektor cermin. Pada Model Cermin diperkenalkan dua sektor partikel yakni partikel fermion sektor nyata yang dikenal pada MS dan fermion cermin. Pada model ini juga diperkenalkan dua medan skalar Higgs dublet serta memiliki Lagrangan yang invarian terhadap transformasi paritas Z 2. Partikelpartikel tersebut ditunjukan oleh tabel 1.1. Tabel 1.1: Daftar Partikel dan Wakilan Fundamentalnya Menurut Grup Tera dalam Model Cermin (Foot dkk, 1991) Dunia Nyata Dunia Cermin Fermion Wakilan Fundamental Fermion Wakilan Fundamental f L (1, 2, 1)( 1, 1, 0) F R (1, 1, 0)( 1, 2, 1) e R (1, 1, 2)( 1, 1, 0) E L ( 1, 1, 0)(1, 1, 2) q L (, 2, 1)(1, 1, 0) Q R (1, 1, 0)(, 2, 1) u R (, 1, 4)(1, 1, 0) U L (1, 1, 0)(, 1, 4) d R (, 1, 2)(1, 1, 0) D L (1, 1, 0)(, 1, 2) Medan Skalar Wakilan Fundamental Medan Skalar Wakilan Fundamental φ 1 (1, 2, 1)(1, 1, 0) φ 2 (1, 1, 0)(1, 2, 1) Pada Model Cermin, foton pada sektor nyata dan sektor cermin tercampur dalam suku Lagrangan L = ɛ F µυ F µυ (1.1) dengan nilai ɛ (Foot dkk, 2001). Adanya ɛ untuk beberapa fisikawan dianggap tidak alami dan menjadi kelemahan bagi model cermin. Selain partikel yang telah ditunjukan pada tabel 1.1, pada Model Cermin terdapat dua pendapat umum mengenai foton cermin yakni foton cermin bermassa atau tak bermassa sama seperti foton sektor nyata. Menurut Foot (1994), ketika foton cermin tak bermassa maka mengakibatkan partikel cermin bermuatan elektromagnetik kecil. Foton cermin hanya akan berinteraksi dengan sektor nyata melalui suku kinetik campuran pada Lagrangan pada persamaan (1.1) dan tidak berinteraksi langsung dengan partikel sektor nyata. Selain itu, pada sektor cermin terbentuk atom seperti pada sektor nyata. Atom cermin dan atom sektor nyata berinteraksi membentuk keadaan terikat (bound state) dan menimbulkan anomali pada berat atom (Foot dan Mitra (2002)). Selain atom, pada Model Cermin juga memungkinkan terbentuknya molekul bahkan galaksi cermin seperti yang terbentuk pada sektor nyata (Foot, 2014). Akan tetapi seperti yang diketahui sampai saat ini belum terdapat fakta observasi yang menunjukan ada- 5

6 nya galaksi cermin. Meskipun demikian Model Cermin mampu menjelaskan tentang osilasi neutrino (Foot dan Volkas, 1995) dan materi gelap (Foot, 2014) yang belum mampu dijelaskan oleh MS. Partikel cermin inilah yang diduga menjadi materi gelap. Pendapat kedua adalah foton cermin bermassa. Ketika foton cermin bermassa maka tidak akan didapati partikel fermion bermuatan elektromagnetik kecil dan foton cermin akan mampu berinteraksi langsung dengan partikel sektor nyata. Foton cermin massif dapat diperoleh dari proses Compton-like scattering: e + γ e + γ m (1.2) dengan e, γ, γ m adalah elektron, foton dan foton cermin. Jika foton cermin memiliki massa di atas 1 MeV, foton ini akan meluruh menjadi partikel cermin yang bermassa lebih kecil. Akan tetapi hal inipun belum mampu terbukti secara eksperimen (Foot, 1994). Pendapat mengenai foton cermin bermassa ini juga dikembangkan oleh An dkk (2010). Seperti halnya pada Model Cermin Foot, pada model ini terdapat dua sektor partikel yaitu sektor nyata dan sektor cermin. Pada model ini sektor cermin merupakan duplikat MS. Antara kedua sektor dapat berinteraksi satu sama lain melalui interaksi gravitasi dan memungkinkan medan skalar singlet MS berinteraksi sangat lemah. Bilangan barion dan lepton partikel pada sektor cermin sama dengan bilangan barion dan lepton partikel sektor nyata. Foton cermin pada model ini diasumsikan bermassa dengan orde massa 10 2 MeV. Interaksi foton cermin dengan Fermion MS menurut suku kinetik campuran pada Lagrangan pada persamaan (1.1) dan kemudian meluruh menjadi positron dan elektron (e ± ) sehingga waktu hidup foton cermin singkat. An dkk (2010) meninjau proses leptogenesis serta mencoba menjelaskan adanya nukleon ringan pada sektor cermin yang menjadi kandidat materi gelap. Akan tetapi pada model ini belum meninjau adanya kemungkinan pembentukan atom sektor cermin. Perluasan Model Cermin lainnya yang menggunakan foton bermassa adalah MCT oleh Satriawan (201). MCT dibangun berdasarkan grup tera SU() 1 SU() 2 SU(2) L SU(2) R U(1) Y U(1) X. Partikel pada MCT dibagi menjadi dua jenis yaitu fermion sektor nyata dan fermion sektor cermin. Terdapat dua medan skalar Higgs dublet dan dua medan Skalar Higgs singlet pada model ini. Lagrangan MCT invarian terhadap transformasi cermin Z 2. Hal ini mengharuskan konstanta kopling pada interaksi lemah di sektor cermin harus sama dengan sektor nyata. 6

7 Yang membedakan model MCT dengan Model Cermin adalah muatan elektromagnetik sektor nyata dan sektor cermin pada model ini berbeda. Operator elektromagnetik sektor cermin dan nyata juga berbeda. Selain itu partikel pembawa interaksi foton cermin pada model ini bermassa sehingga interaksi elektromagnetik pada sektor cermin sangat kecil. 7

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Fisika partikel dibangun dari mekanika kuantum relativistik yang kemudian dikembangkan menjadi teori medan kuantum (Quantum Field Theory) disertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Alam semesta pada awal kelahirannya sesaat setelah big bang didominasi oleh radiasi. Pada era radiasi, suhu alam semesta sangat tinggi dan partikel-partikel

Lebih terperinci

Model Korespondensi Spinor-Skalar

Model Korespondensi Spinor-Skalar Albertus H. Panuluh, dkk / Model Korespondensi Spinor-Skalar 119 Model Korespondensi Spinor-Skalar Albertus H. Panuluh, Istikomah, Fika Fauzi, Mirza Satriawan Jurusan Fisika Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Lebih terperinci

Lembar Pengesahan JURNAL. Telaah Fundamental Weak Interaction dan Nambu-Goldstone. ( Suatu Penelitian Teori Berupa Studi Pustaka )

Lembar Pengesahan JURNAL. Telaah Fundamental Weak Interaction dan Nambu-Goldstone. ( Suatu Penelitian Teori Berupa Studi Pustaka ) Lembar Pengesahan JURNAL Telaah Fundamental Weak Interaction dan Nambu-Goldstone ( Suatu Penelitian Teori Berupa Studi Pustaka ) Oleh La Sabarudin 4 4 97 Telah diperiksa dan disetujui oleh TELAAH FUNDAMENTAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari interaksi di antara penyusun inti tersebut. Penyusun inti meliputi

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari interaksi di antara penyusun inti tersebut. Penyusun inti meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem inti dapat dipelajari melalui kesatuan sistem penyusun inti sebagai akibat dari interaksi di antara penyusun inti tersebut. Penyusun inti meliputi proton

Lebih terperinci

KAJIAN BAURAN NEUTRINO TRI-BIMAKSIMAL- CABIBBO (TBC)

KAJIAN BAURAN NEUTRINO TRI-BIMAKSIMAL- CABIBBO (TBC) KAJIAN BAURAN NEUTRINO TRI-BIMAKSIMAL- CABIBBO (TBC) Muhammad Taufiqi Dosen Pembimbing Agus Purwanto, D.Sc JURUSAN FISIKA Laboratorium Fisika Teori dan Filsafat Alam (LaFTiFA) Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Partikel Elementer dan Interaksi Alamiah

Partikel Elementer dan Interaksi Alamiah Partikel Elementer dan Interaksi Alamiah By. Agus Mulyono Atom adalah partikel kecil dengan ukuran jari-jari 1 Amstrong. Atom bukanlah partikel elementer. John Dalton (1766-1844) pada tahun 1803 memberikan

Lebih terperinci

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menambah informasi dan referensi mengenai interaksi nukleon-nukleon

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menambah informasi dan referensi mengenai interaksi nukleon-nukleon F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menambah informasi dan referensi mengenai interaksi nukleon-nukleon di dalam inti atom yang menggunakan potensial Yukawa. 2. Dapat

Lebih terperinci

Fisika Partikel: Tinjauan Kualitatif

Fisika Partikel: Tinjauan Kualitatif 2 Fisika Partikel: Tinjauan Kualitatif Tujuan Perkuliahan: Setelah mempelajari bab 2 ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Mengetahui nama, sifat dan massa dari partikel-partikel elementer 2. Mengerti proses

Lebih terperinci

Partikel sinar beta membentuk spektrum elektromagnetik dengan energi

Partikel sinar beta membentuk spektrum elektromagnetik dengan energi Partikel sinar beta membentuk spektrum elektromagnetik dengan energi yang lebih tinggi dari sinar alpha. Partikel sinar beta memiliki massa yang lebih ringan dibandingkan partikel alpha. Sinar β merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (konsep-konsep fisika) klasik memerlukan revisi atau penyempurnaan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. (konsep-konsep fisika) klasik memerlukan revisi atau penyempurnaan. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada akhir abad ke -19 dan awal abad ke -20, semakin jelas bahwa fisika (konsep-konsep fisika) klasik memerlukan revisi atau penyempurnaan. Hal ini disebabkan semakin

Lebih terperinci

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi Radiasi adalah pancaran energi yang berasal dari proses transformasi atom atau inti atom yang tidak stabil. Ketidak-stabilan atom dan inti atom mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Energi-diri sebuah elektron adalah energi total elektron tersebut di dalam ruang bebas ketika terisolasi dari partikel-partikel lain (Majumdar dan Gupta, 1947).

Lebih terperinci

Perspektif Baru Fisika Partikel

Perspektif Baru Fisika Partikel 8 Perspektif Baru Fisika Partikel Tujuan Perkuliahan: Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Mengetahui perkembangan terbaru dari fisika partikel. 2. Mengetahui kelemahan-kelemahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.4. Hipotesis 1. Model penampang hamburan Galster dan Miller memiliki perbedaan mulai kisaran energi 0.3 sampai 1.0. 2. Model penampang hamburan Galster dan Miller memiliki kesamaan pada kisaran energi

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII 1. Tumbukan dan peluruhan partikel relativistik Bagian A. Proton dan antiproton Sebuah antiproton dengan energi kinetik = 1,00 GeV menabrak proton

Lebih terperinci

Pendahuluan. Setelah mempelajari bab 1 ini, mahasiswa diharapkan

Pendahuluan. Setelah mempelajari bab 1 ini, mahasiswa diharapkan 1 Pendahuluan Tujuan perkuliahan Setelah mempelajari bab 1 ini, mahasiswa diharapkan 1. Mengetahui gambaran perkuliahan. Mengerti konsep dari satuan alamiah dan satuan-satuan dalam fisika partikel 1.1.

Lebih terperinci

ILMU FISIKA. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

ILMU FISIKA. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. ILMU FISIKA Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. DEFINISI ILMU FISIKA? Ilmu Fisika dalam Bahasa Yunani: (physikos), yang artinya alamiah, atau (physis), Alam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN RADIOAKTIVITAS TUJUAN

PENDAHULUAN RADIOAKTIVITAS TUJUAN PENDAHULUAN RADIOAKTIVITAS TUJUAN Maksud dan tujuan kuliah ini adalah memberikan dasar-dasar dari fenomena radiaktivitas serta sumber radioaktif Diharapkan agar dengan pengetahuan dasar ini kita akan mempunyai

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Soal Fismod 2

Xpedia Fisika. Soal Fismod 2 Xpedia Fisika Soal Fismod Doc. Name: XPPHY050 Version: 013-04 halaman 1 01. Peluruhan mana yang menyebabkan jumlah neutron di inti berkurang sebanyak satu? 0. Peluruhan mana yang menyebabkan identitas

Lebih terperinci

Elektron Bebas. 1. Teori Drude Tentang Elektron Dalam Logam

Elektron Bebas. 1. Teori Drude Tentang Elektron Dalam Logam Elektron Bebas Beberapa teori tentang panas jenis zat padat yang telah dibahas dapat dengan baik menjelaskan sifat-sfat panas jenis zat padat yang tergolong non logam, akan tetapi untuk golongan logam

Lebih terperinci

Volume 1 Nomor 1 Januari 2017

Volume 1 Nomor 1 Januari 2017 http://journal.fisika.or.id/rf Volume 1 Nomor 1 Januari 2017 Risalah Fisika Vol. 1 No. 1 Halaman 1-27 Yogyakarta, Januari 2017 http://journal.fisika.or.id/rf mempublikasikan hasil-hasil penelitian dalam

Lebih terperinci

PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN TEORI FOTON Gelombang Elektromagnetik termasuk cahaya memiliki dwi-sifat (Dualisme)

Lebih terperinci

16 Mei 2017 Waktu: 120 menit

16 Mei 2017 Waktu: 120 menit OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) Tingkat Nasional Bidang Fisika: FISIKA MODERN & MEKANIKA KUANTUM (Tes 4) 16 Mei 2017 Waktu: 120 menit Petunjuk

Lebih terperinci

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI suatu emisi (pancaran) dan perambatan energi melalui materi atau ruang dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel 2 3 Peluruhan zat

Lebih terperinci

Umur Alam Semesta (The Age o f the Universe)

Umur Alam Semesta (The Age o f the Universe) Umur Alam Semesta (The Age o f the Universe) Prof. P. Silaban, Ph.D. Theoretical Physics Laboratory Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesa

Lebih terperinci

EFEK MESON σ PADA PERSAMAAN KEADAAN BINTANG NEUTRON

EFEK MESON σ PADA PERSAMAAN KEADAAN BINTANG NEUTRON DOI: doi.org/10.21009/0305020501 EFEK MESON σ PADA PERSAMAAN KEADAAN BINTANG NEUTRON Alrizal 1), A. Sulaksono 2) 1,2 Departemen Fisika FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424 1) alrizal91@gmail.com, 2) anto.sulaksono@sci.ui.ac.id

Lebih terperinci

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT FISIKA MODERN Radiasi Benda Hitam 1. Suatu benda hitam pada suhu 27 0 C memancarkan energi sekitar 100 J/s. Benda hitam tersebut dipanasi sehingga suhunya menjadi 327 0 C.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Upaya para fisikawan, khususnya fisikawan teoretik untuk mengungkap fenomena alam adalah dengan diajukannya berbagai macam model hukum alam berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pada salah satu cabang ilmu fisika yaitu kosmologi merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Kosmologi merupakan ilmu yang mengulas alam semesta beserta dinamikanya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Atom Pion Atom pion sama seperti atom hidrogen hanya elektron nya diganti menjadi sebuah pion negatif. Partikel ini telah diteliti sekitar empat puluh tahun yang lalu, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fisika merupakan upaya menemukan pola-pola keteraturan alam dan membingkainya menjadi bagan berpikir yang runtut, yakni berupa kaitan logis antara konsepkonsep

Lebih terperinci

BAB II PROSES-PROSES PELURUHAN RADIOAKTIF

BAB II PROSES-PROSES PELURUHAN RADIOAKTIF BAB II PROSES-PROSES PELURUHAN RADIOAKTIF 1. PROSES PROSES PELURUHAN RADIASI ALPHA Nuklida yang tidak stabil (kelebihan proton atau neutron) dapat memancarkan nukleon untuk mengurangi energinya dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Struktur atom Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom mengandung campuran

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

Theory Indonesian (Indonesia) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah.

Theory Indonesian (Indonesia) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah. Q3-1 Large Hadron Collider (10 poin) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah. Pada soal ini, kita akan mendiskusikan mengenai fisika dari

Lebih terperinci

Gaya merupakan besaran yang menentukan sistem gerak benda berdasarkan Hukum Newton. Beberapa fenomena sistem gerak benda jika dianalisis menggunakan

Gaya merupakan besaran yang menentukan sistem gerak benda berdasarkan Hukum Newton. Beberapa fenomena sistem gerak benda jika dianalisis menggunakan Gaya merupakan besaran yang menentukan sistem gerak benda berdasarkan Hukum Newton. Beberapa fenomena sistem gerak benda jika dianalisis menggunakan konsep gaya menjadi lebih rumit, alternatifnya menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensial Coulomb untuk Partikel yang Bergerak Dalam bab ini, akan dikemukakan teori-teori yang mendukung penyelesaian pembahasan pengaruh koreksi relativistik potensial Coulomb

Lebih terperinci

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ). PELURUHAN GAMMA ( ) Peluruhan inti yang memancarkan sebuah partikel seperti partikel alfa atau beta, selalu meninggalkan inti pada keadaan tereksitasi. Seperti halnya atom, inti akan mencapai keadaan dasar

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Meneguhkan Peran Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dalam Memuliakan Martabat Manusia

Prosiding Seminar Nasional Meneguhkan Peran Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dalam Memuliakan Martabat Manusia ANALISIS SIFAT-SIFAT PION DALAM REAKSI INTI DALAM TERAPI PION R. Yosi Aprian Sari Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY; ryosia@uny.ac.id, 081578010933 Abstrak Pion dapat dihasilkan dari interaksi proton

Lebih terperinci

KB.2 Fisika Molekul. Hal ini berarti bahwa rapat peluang untuk menemukan kedua konfigurasi tersebut di atas adalah sama, yaitu:

KB.2 Fisika Molekul. Hal ini berarti bahwa rapat peluang untuk menemukan kedua konfigurasi tersebut di atas adalah sama, yaitu: KB.2 Fisika Molekul 2.1 Prinsip Pauli. Konsep fungsi gelombang-fungsi gelombang simetri dan antisimetri berlaku untuk sistem yang mengandung partikel-partikel identik. Ada perbedaan yang fundamental antara

Lebih terperinci

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional 1 Pokok Bahasan STRUKTUR ATOM DAN INTI ATOM A. Struktur Atom B. Inti Atom PELURUHAN RADIOAKTIF A. Jenis Peluruhan B. Aktivitas Radiasi C. Waktu

Lebih terperinci

PELURUHAN RADIOAKTIF

PELURUHAN RADIOAKTIF PELURUHAN RADIOAKTIF Inti-inti yang tidak stabil akan meluruh (bertransformasi) menuju konfigurasi yang baru yang mantap (stabil). Dalam proses peluruhan akan terpancar sinar alfa, sinar beta, atau sinar

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Teoretik

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Teoretik Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Teoretik Pada pertengahan abad ke-20, fisika teoretik menjadi bidang ilmu yang berkembang pesat dan memberikan perubahan pada prinsip-prinsip fisika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alam tersusun atas empat jenis komponen materi yakni padat, cair, gas, dan plasma. Setiap materi memiliki komponen terkecil yang disebut atom. Atom tersusun atas inti

Lebih terperinci

Isi Teori Niels Bohr. Kelebihan Niels Bohr. Kekurangan

Isi Teori Niels Bohr. Kelebihan Niels Bohr. Kekurangan dan Model Atom Kelompok 3 : Wahyu Trifandi Octa Cyntya Dewi Syarifah Aini Yayu Purnamasari Dini Andriani Shella Satiwi Guci Dian Apriliya KELUAR dan Model Atom Di dalam fisika atom, model adalah model

Lebih terperinci

Xpedia Fisika DP SNMPTN 05

Xpedia Fisika DP SNMPTN 05 Xpedia Fisika DP SNMPTN 05 Doc. Name: XPFIS9910 Version: 2012-06 halaman 1 Sebuah bola bermassa m terikat pada ujung sebuah tali diputar searah jarum jam dalam sebuah lingkaran mendatar dengan jari-jari

Lebih terperinci

Spektrum Gelombang Elektromagnetik

Spektrum Gelombang Elektromagnetik Spektrum Gelombang Elektromagnetik Hubungan spektrum dengan elektron Berkaitan dengan energi energi cahaya. energi gerak elektron dan Keadaan elektron : Saat arus dilewatkan melalui gas pada tekanan rendah,

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMA... Kelas / Semester : XII / II Mata Pelajaran : FISIKA Standar : 3. Menganalisis berbagai besaran fisis pada gejala kuantum dan batas-batas berlakunya relativitas Einstein

Lebih terperinci

PARTIKEL DALAM SUATU KOTAK SATU DIMENSI

PARTIKEL DALAM SUATU KOTAK SATU DIMENSI PARTIKEL DALAM SUATU KOTAK SATU DIMENSI Atom terdiri dari inti atom yang dikelilingi oleh elektron-elektron, di mana elektron valensinya bebas bergerak di antara pusat-pusat ion. Elektron valensi geraknya

Lebih terperinci

BAB III. Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB

BAB III. Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB BAB III Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB III.1 Penyebab Fluktuasi Struktur di alam semesta berasal dari fluktuasi kuantum di awal alam semesta. Akibat pengembangan alam semesta, fluktuasi

Lebih terperinci

PELURUHAN SINAR GAMMA

PELURUHAN SINAR GAMMA PELURUHAN SINAR GAMMA Pendahuluan Radioaktivitas disebut juga peluruhan radioaktif, yaitu peristiwa terurainya beberapa inti atom tertentu secara spontan yang diikuti dengan pancaran partikel alfa (inti

Lebih terperinci

Majelis Guru Besar. Institut Teknologi Bandung. Pidato Ilmiah Guru Besar. Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar. Institut Teknologi Bandung. Pidato Ilmiah Guru Besar. Institut Teknologi Bandung Pidato Ilmiah Guru Besar Profesor Freddy Permana Zen UNIFIKASI INTERAKSI DI ALAM SEMESTA: DARI EINSTEIN SAMPAI SUPERSTRING Balai Pertemuan Ilmiah ITB 56 Hak cipta ada pada penulis Judul: Pidato Ilmiah

Lebih terperinci

MATERI PERKULIAHAN. Gambar 1. Potensial tangga

MATERI PERKULIAHAN. Gambar 1. Potensial tangga MATERI PERKULIAHAN 3. Potensial Tangga Tinjau suatu partikel bermassa m, bergerak dari kiri ke kanan pada suatu daerah dengan potensial berbentuk tangga, seperti pada Gambar 1. Pada daerah < potensialnya

Lebih terperinci

DARI QUARK KE SELURUH UNIVERSUM MEMILIKI 6 TIRUAN SAMA SEPERTI ASLINYA Copyright 2014 Ahmad Sudirman* Stockholm - Sweden.

DARI QUARK KE SELURUH UNIVERSUM MEMILIKI 6 TIRUAN SAMA SEPERTI ASLINYA Copyright 2014 Ahmad Sudirman* Stockholm - Sweden. DARI QUARK KE SELURUH UNIVERSUM MEMILIKI 6 TIRUAN SAMA SEPERTI ASLINYA Copyright 2014 Ahmad Sudirman* Stockholm - Sweden. Abstrak Satu juta milyard, satu juta milyard, satu juta milyard, satu juta milyard,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Medan Bila bicara tentang partikel-partikel, maka akan selalu terkait dengan apa yang disebut dengan medan. Medan adalah sesuatu yang muncul merambah ruang waktu, tidak

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMA NEGERI 3 DUMAI Kelas / Semester : XII / II Mata Pelajaran : FISIKA Standar : 3. Menganalisis berbagai besaran fisis pada gejala kuantum dan batas-batas berlakunya relativitas

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Soal Fismod 1

Xpedia Fisika. Soal Fismod 1 Xpedia Fisika Soal Fismod 1 Doc. Name: XPPHY0501 Version: 2013-04 halaman 1 01. Pertanyaan 01-02 : Sebuah botol tertutup berisi 100 gram iodin radioaktif. Setelah 24 hari, botol itu berisi 12,5 gram iodin

Lebih terperinci

Nama Anggota Kelompok: 1. Ahmad Samsudin 2. Aisyah Nur Rohmah 3. Dudi Abdu Rasyid 4. Ginanjar 5. Intan Dwi 6. Ricky

Nama Anggota Kelompok: 1. Ahmad Samsudin 2. Aisyah Nur Rohmah 3. Dudi Abdu Rasyid 4. Ginanjar 5. Intan Dwi 6. Ricky Nama Anggota Kelompok: 1. Ahmad Samsudin 2. Aisyah Nur Rohmah 3. Dudi Abdu Rasyid 4. Ginanjar 5. Intan Dwi 6. Ricky A. Aplikasi Statistik Bose-Einstein 1.1. Kondensasi Bose-Einstein Gambar 1.1 Salah satu

Lebih terperinci

EFEK SEBARAN BOSON INHOMOGEN PADA BINTANG BOSON

EFEK SEBARAN BOSON INHOMOGEN PADA BINTANG BOSON EFEK SEBARAN BOSON INHOMOGEN PADA BINTANG BOSON M. Fitrah Alfian R. S. *), Anto Sulaksono Departemen Fisika FMIPA UI, Kampus UI Depok, 1644 *) fitrahalfian@sci.ui.ac.id Abstrak Bintang boson statis dengan

Lebih terperinci

KONDENSASI BOSE-EINSTEIN. Korespondensi Telp.: , Abstrak

KONDENSASI BOSE-EINSTEIN. Korespondensi Telp.: ,   Abstrak KONDENSASI BOSE-EINSTEIN Wipsar Sunu Brams Dwandaru Laboratorium Fisika Teori dan Komputasi, Jurusan Pendidikan Fisika, F MIPA UNY, Karangmalang, Yogyakarta, 55281 Korespondensi Telp.: 082160580833, Email:

Lebih terperinci

ENERGETIKA KESTABILAN INTI. Sulistyani, M.Si.

ENERGETIKA KESTABILAN INTI. Sulistyani, M.Si. ENERGETIKA KESTABILAN INTI Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id PENDAHULUAN Apakah inti yang stabil itu? Apakah inti yang tidak stabil? Bagaimana menyatakan kestabilan U-238 berdasarkan reaksi

Lebih terperinci

PARTIKEL DALAM BOX. Bentuk umum persamaan orde dua adalah: ay" + b Y' + cy = 0

PARTIKEL DALAM BOX. Bentuk umum persamaan orde dua adalah: ay + b Y' + cy = 0 1 PARTIKEL DALAM BOX Elektron dalam atom dan molekul dapat dibayangkan mirip partikel dalam box. daerah di dalam box tempat partikel tersebut bergerak berpotensial nol, sedang daerah diluar box berpotensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. klasik dan mempunyai dua cabang utama yaitu mekanika klasik Newtonian dan teori

BAB I PENDAHULUAN. klasik dan mempunyai dua cabang utama yaitu mekanika klasik Newtonian dan teori BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika yang berkembang sampai akhir abad yang ke 19 dikenal sebagai fisika klasik dan mempunyai dua cabang utama yaitu mekanika klasik Newtonian dan teori medan

Lebih terperinci

SIFAT GELOMBANG PARTIKEL DAN PRINSIP KETIDAKPASTIAN. 39. Elektron, proton, dan elektron mempunyai sifat gelombang yang bisa

SIFAT GELOMBANG PARTIKEL DAN PRINSIP KETIDAKPASTIAN. 39. Elektron, proton, dan elektron mempunyai sifat gelombang yang bisa SIFAT GELOMBANG PARTIKEL DAN PRINSIP KETIDAKPASTIAN 39. Elektron, proton, dan elektron mempunyai sifat gelombang yang bisa diobservasi analog dengan foton. Panjang gelombang khas dari kebanyakan partikel

Lebih terperinci

Atom menyusun elemen dengan bilangan sederhana. Setiap atom dari elemen yang berbeda memiliki massa yang berbeda.

Atom menyusun elemen dengan bilangan sederhana. Setiap atom dari elemen yang berbeda memiliki massa yang berbeda. Review Model Atom Model Atom Dalton Atom menyusun elemen dengan bilangan sederhana. Setiap atom dari elemen yang berbeda memiliki massa yang berbeda. Model Atom Thomson Secara garis besar atom berupa bola

Lebih terperinci

HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI

HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Kuantum Dosen Pengampu: Drs. Ngurah Made Darma Putra, M.Si., PhD Disusun oleh kelompok 8:.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 200 Mata Pelajaran : Fisika Kelas : XII IPA Alokasi Waktu : 20 menit

Lebih terperinci

CHAPTER I RADIASI BENDA HITAM

CHAPTER I RADIASI BENDA HITAM CHAPTER I RADIASI BENDA HITAM - Perpindahan panas matahari kebumi disebut salah satu contoh peristiwa radiasi - Setiap benda memancarkan radiasi panas - Pada suhu 1 K benda mulai berpijar kemerahan seperti

Lebih terperinci

VII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi

VII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi VII. PELURUHAN GAMMA Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi 7.1. PELURUHAN GAMMA TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: Setelah mempelajari Sub-pokok

Lebih terperinci

Muatan Listrik dan Hukum Coulomb

Muatan Listrik dan Hukum Coulomb Muatan Listrik dan Hukum Coulomb Apakah itu listrik? Listrik adalah salah satu bentuk energi. Energi adalah kemampuan untuk melakukan Usaha. Apakah itu Statis? Statis berarti diam, jadi listrik statis

Lebih terperinci

MENGAPA ENERGI GELAP SANGAT RINGAN SEKALI. Ahmad Sudirman

MENGAPA ENERGI GELAP SANGAT RINGAN SEKALI. Ahmad Sudirman MENGAPA ENERGI GELAP SANGAT RINGAN SEKALI Ahmad Sudirman Pendidikan teknik CAD, CAM dan CNC (3CTEQ) STOCKHOLM, 9 Januari 2014 1 MENGAPA ENERGI GELAP SANGAT RINGAN SEKALI Copyright 2014 Ahmad Sudirman*

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-16

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-16 MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-16 CAKUPAN MATERI 1. INTI ATOM 2. BILANGAN ATOM DAN BILANGAN MASSA 3. MASS DEFECT 4. RADIOAKTIVITAS 5. WAKTU PARUH

Lebih terperinci

UM UGM 2017 Fisika. Soal

UM UGM 2017 Fisika. Soal UM UGM 07 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM07FIS999 Version: 07- Halaman 0. Pada planet A yang berbentuk bola dibuat terowongan lurus dari permukaan planet A yang menembus pusat planet dan berujung di permukaan

Lebih terperinci

REAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI

REAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI REAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI nanikdn.staff.uns.ac.id nanikdn.staff.fkip.uns.ac.id 081556431053 / (0271) 821585 REAKSI INTI Reaksi Inti adalah proses perubahan yang terjadi dalam inti atom

Lebih terperinci

Apa itu Atom? Miftachul Hadi. Applied Mathematics for Biophysics Group. Physics Research Centre, Indonesian Institute of Sciences (LIPI)

Apa itu Atom? Miftachul Hadi. Applied Mathematics for Biophysics Group. Physics Research Centre, Indonesian Institute of Sciences (LIPI) Apa itu Atom? Miftachul Hadi Applied Mathematics for Biophysics Group Physics Research Centre, Indonesian Institute of Sciences (LIPI) Kompleks Puspiptek, Serpong, Tangerang 15314, Banten, Indonesia E-mail:

Lebih terperinci

Supergravitasi dan Kompaktifikasi Orbifold

Supergravitasi dan Kompaktifikasi Orbifold Bab III Supergravitasi dan Kompaktifikasi Orbifold III.1 Pendahuluan Bab ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi teori 4-dimensi yang memiliki generator supersimetri melalui kompaktifikasi orbifold dari

Lebih terperinci

Kecepatan Korosi Oleh 3 Bahan Oksidan Pada Plat Besi

Kecepatan Korosi Oleh 3 Bahan Oksidan Pada Plat Besi Jurnal Gradien Vol. 2 No. 2 Juli 2006 : 161-166 Kecepatan Korosi Oleh 3 Bahan Oksidan Pada Plat Besi Zul Bahrum Caniago Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Bengkulu,

Lebih terperinci

Struktur atom. Kunci : A Pembahasan Partikel dasar penyusun atom adalah proton, elektron dan neutron

Struktur atom. Kunci : A Pembahasan Partikel dasar penyusun atom adalah proton, elektron dan neutron Struktur atom 1. Partikel-partikel berikut yang termasuk partikel dasar atom adalah... (A) Proton, elektron, neutron (D) Proton, elektron, neutron, nukleon, (B) Nukleon, muon, positron (E) Proton, neutron,

Lebih terperinci

SEJARAH FISIKA. Anwar Astuti Sari Dewi_Fisika_2008 1

SEJARAH FISIKA. Anwar Astuti Sari Dewi_Fisika_2008 1 SEJARAH FISIKA Fisika (Bahasa Yunani: φυσικός (physikos), "alamiah", dan φύσις (physis), "Alam") adalah sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas. Fisika mempelajari gejala alam yang tidak

Lebih terperinci

BAB IV OSILATOR HARMONIS

BAB IV OSILATOR HARMONIS Tinjauan Secara Mekanika Klasik BAB IV OSILATOR HARMONIS Osilator harmonis terjadi manakala sebuah partikel ditarik oleh gaya yang besarnya sebanding dengan perpindahan posisi partikel tersebut. F () =

Lebih terperinci

TEORI ATOM Materi 1 : Baca teori ini, kerjakan soal yang ada di halaman paling belakang ini

TEORI ATOM Materi 1 : Baca teori ini, kerjakan soal yang ada di halaman paling belakang ini TEORI ATOM Materi 1 : Baca teori ini, kerjakan soal yang ada di alaman paling belakang ini 1. Model atom Dalton a. Atom adala bagian terkecil suatu unsur yang tidak dapat dibagi-bagi lagi b. Atom suatu

Lebih terperinci

EINSTEIN DAN TEORI RELATIVITAS

EINSTEIN DAN TEORI RELATIVITAS EINSTEIN DAN TEORI RELATIVITAS Freddy Permana Zen, M.Sc., D.Sc. Laboratorium Fisika Teoretik, THEPI Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG I. PENDAHULUAN Fisika awal abad

Lebih terperinci

Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1.

Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1. Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1. Hasil perhitungan klasik ini dikenal sebagai Hukum Rayleigh-

Lebih terperinci

MATERI, ENERGI DAN GELOMBANG. Konsep Dasar IPA

MATERI, ENERGI DAN GELOMBANG. Konsep Dasar IPA MATERI, ENERGI DAN GELOMBANG Konsep Dasar IPA Apa yang kalian ketahui tentang Energi? Energi Listrik Energi Cahaya Energi Gerak Energi Panas Dsb. Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan.

Lebih terperinci

Muatan Listrik. Kelistrikan yang teramati dapat dipahami karena pada masing-masing benda yang berinteraksi mempunyai muatan listrik.

Muatan Listrik. Kelistrikan yang teramati dapat dipahami karena pada masing-masing benda yang berinteraksi mempunyai muatan listrik. Muatan Listrik Pengamatan yang berkaitan dengan kelistrikan pertama kali dilakukan oleh seseorang yang bernama Thales pada tahun 600 sebelum Masehi, yaitu sebuah ambar yang digosok akan menarik potongan

Lebih terperinci

Koreksi Boson Gauge SU(6) dalam Anomali NuTeV

Koreksi Boson Gauge SU(6) dalam Anomali NuTeV Koreksi Boson Gauge SU(6) dalam Anomali NuTeV Skripsi Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains Ardy Mustofa 030000111 Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif Oleh : Arif Novan Fitria Dewi N. Wijo Kongko K. Y. S. Ruwanti Dewi C. N. 12030234001/KA12 12030234226/KA12 12030234018/KB12 12030234216/KB12

Lebih terperinci

MUATAN ELEMENTER ABSTRAK

MUATAN ELEMENTER ABSTRAK MUATAN ELEMENTER ABSTRAK Muatan elementer (tetes milikan) disebut juga sebagai percobaan oil-drop karena dirancang untuk mengukur muatan listrik. Muatan listrik sebagai muatan elementer dibawa oleh partikel

Lebih terperinci

Pendahuluan Fisika Inti. Oleh: Lailatul Nuraini, S.Pd, M.Pd

Pendahuluan Fisika Inti. Oleh: Lailatul Nuraini, S.Pd, M.Pd Pendahuluan Fisika Inti Oleh: Lailatul Nuraini, S.Pd, M.Pd Biodata Email: lailatul.fkip@unej.ac.id No hp: 085 236 853 668 Terdapat 6 bab. Produk matakuliah berupa bahan ajar. Tugas mandiri 20%, tugas terstruktur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Praktikum Kegiatan praktikum ini mempunyai tujuan yaitu agar siswa dapat membuktikan Hukum Kekekalan Massa pada suatu reaksi.

PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Praktikum Kegiatan praktikum ini mempunyai tujuan yaitu agar siswa dapat membuktikan Hukum Kekekalan Massa pada suatu reaksi. PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Praktikum Kegiatan praktikum ini mempunyai tujuan yaitu agar siswa dapat membuktikan Hukum Kekekalan Massa pada suatu reaksi. 1.2 Dasar Teori HUKUM KEKEKALAN MASSA = HUKUM LAVOISIER

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi TEORI ATOM A. TEORI ATOM DALTON B. TEORI ATOM THOMSON

FISIKA. Sesi TEORI ATOM A. TEORI ATOM DALTON B. TEORI ATOM THOMSON FISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 11 Sesi NGAN TEORI ATOM A. TEORI ATOM DALTON 1. Atom adalah bagian terkecil suatu unsur yang tidak dapat dibagi lagi.. Atom suatu unsur serupa semuanya, dan tak

Lebih terperinci

Dualisme Partikel Gelombang

Dualisme Partikel Gelombang Dualisme Partikel Gelombang Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung agussuroso10.wordpress.com, agussuroso@fi.itb.ac.id 19 April 017 Pada pekan ke-10 kuliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelaahan gejala dan sifat berbagai sistem mikroskopik. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. penelaahan gejala dan sifat berbagai sistem mikroskopik. Perkembangan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mekanika kuantum sudah lama dikenal sebagai ilmu dasar bagi penelaahan gejala dan sifat berbagai sistem mikroskopik. Perkembangan mekanika kuantum

Lebih terperinci

sisanya merupakan dark matter (25%) dan dark energy (70%) (Vogt, 2015). Materi biasa merupakan materi yang mampu berinteraksi dengan cahaya (baryonic)

sisanya merupakan dark matter (25%) dan dark energy (70%) (Vogt, 2015). Materi biasa merupakan materi yang mampu berinteraksi dengan cahaya (baryonic) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alam semesta yang kita tempati ini terdiri dari 5% materi biasa, dan 95% sisanya merupakan dark matter (25%) dan dark energy (70%) (Vogt, 2015). Materi biasa merupakan

Lebih terperinci

Verifikasi Perhitungan Partial Wave untuk Hamburan!! n

Verifikasi Perhitungan Partial Wave untuk Hamburan!! n Verifikasi Perhitungan Partial Wave untuk Hamburan n L dy Mascow Abdullah, Imam Fachruddin, Agus Salam 1. Departemen Fisika, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia 2. Departemen Fisika, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang W. Baade dan F. Zwicky pada tahun 1934 berpendapat bahwa bintang neutron terbentuk dari ledakan besar (supernova) dari bintang-bintang besar akibat tekanan yang dihasilkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 3 BAB II STRUKTUR DAN INTI ATOM 5 A Struktur Atom 6 B Inti atom 9 1. Identifikasi Inti Atom (Nuklida) 9 2. Kestabilan Inti Atom 11 Latihan 13 Rangkuman Bab II. 14 BAB III PELURUHAN

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild Urai astri lidya ningsih 1, Hasanuddin 1, Joko Sampurno 1, Azrul Azwar 1 1 Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Tanjungpura; e-mail: nlidya14@yahoo.com

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci