Aljabar C* dan Mekanika Kuantum 1
|
|
- Widya Harjanti Sugiarto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Aljabar C* dan Mekanika Kuanum 1 Oleh: Rizky Rosjanuardi rizky@upi.edu Jurusan Pendidikan Maemaika FPMIPA Universias Pendidikan Indonesia Absrak Pada makalah ini dibahas konsep aljabar-c* dan kaiannya dengan masalah mekanika kuanum. Dinamik dari sisem mekanika kuanum yang diformulasikan sebagai masalah operaor pada ruang Hilber, selanjunya dapa dipandang sebagai sebuah sisem dari aljabar-c*. 1. Pendahuluan Peranyaan seperi mengapa kia mempelajari aljabar-c*?, unuk apa kia mempelajari srukur aljabar-c*?, apakah srukur aljabar Banach saja idak cukup? sering penulis erima. Peranyaan-peranyaan adi memoivasi penulis unuk menyusun makalah ini. Aljabar-C* adalah sebuah srukur aljabar yang sanga pening dalam bidang analisis fungsional. Srukur ini mendasari kajian-kajian pada analisis fungsional dan aljabar operaor moderen. Srukur ini mengganikan peran aljabar Banach sebagai dasar dari kajian analisis fungsional dan aljabar operaor klasik. Sebuah aljabar-c* didefinisikan secara konkri sebagai aljabar B( H ) (aas lapangan kompleks ) dari operaor-operaor linier erbaas pada sebuah ruang Hilber H dengan dua sifa ambahan beriku: B( H ) adalah sebuah himpunan yang eruup pada opologi yang dibangun oleh norm dari operaor, B( H) eruup erhadap ajoin dari operaor. Pada awal perkembangannya, konsep aljabar-c* digunakan dalam masalah mekanika kuanum unuk memodelkan aljabar dari observabel. John von Neumann berusaha mengembangkan kerangka umum dari aljabar ini yang bermuara kepada kumpulan paper enang gelanggang dari operaor. Sekiar ahun 1943, peneliian dari 1 Peneliian ini dibiayai oleh Peneliian Hibah Kompeiif UPI 26 no. Konrak 12/J.33.8/PL..14/26
2 Gelfand, Naimark dan Seagal menghasilkan konsep absrak dari aljabar-c*, yang sama sekali erlepas dari konsep operaor. Pada makalah ini akan dibahas konsep aljabar-c* absrak, injauan konsep mekanika kuanum dari sisi maemaika dan kaian dianara keduanya. 2. Aljabar-C* Absrak Sekarang kia akan membahas konsep aljabar-c* secara absrak dan kaiannya dengan aljabar Banach. Misalkan A adalah sebuah aljabar bernorm aas lapangan kompleks. Apabila A adalah lengkap erhadap norm dan memenuhi ab a b unuk semua a,b di A, maka A disebu aljabar Banach. Involusi pada A * adalah pemeaan a a dari A ke A, sehingga bila a, b di A, dan di berlaku : ( a*)* a, ( ab)* b* a *, ( a b)* a * b *. Bila aljabar Banach A dilengkapi dengan involusi, A disebu aljabar Banach*. Bila unuk seiap a di A berlaku 2 a* a a, maka A disebu sebuah aljabar-c* (absrak). Perhaikan bahwa sebuah aljabar-c* adalah sebuah aljabar Banach dengan syarasyara ambahan. Adanya kekhususan ini membua aljabar-c* memiliki banyak sifa yang secara eknis sanga mengunungkan. Sifa-sifa ini diurunkan melalui konsep fungsional kalkulus, aau melalui reduksi erhadap aljabar-c* komuaif. Sebuah eorema yang sanga fundamenal dari Gelfand dan Naimark menyaakan bahwa seiap aljabar-c* komuaif adalah isomorfik dengan suau aljabar dari fungsi koninu C(X) pada himpunan kompak X. Beriku ini adalah beberapa sifa pening dari aljabar-c* yang idak dimiliki oleh aljabar Banach: seiap homomorfisma-* anara aljabar-c* adalah erbaas, lebih jauh memiliki norm yang kurang aau sama dengan 1, norm dari aljabar-c* adalah unggal, seiap aljabar-c* memiliki idenias pendekaan (approximae ideniy) arinya seiap aljabar-c* dapa dipandang sebagai aljabar-c* dengan unsur sauan. Penurunan dari sifa-sifa di aas dapa dijumpai pada buku-buku eks analisis fungsional lanju aau aljabar operaor. Adanya sifa dari aljabar-c* yang idak dimiliki oleh aljabar Banach umum membukikan bahwa srukur dari aljabar-c* adalah lebih kaya daripada aljabar Banach umum. Kia masih dapa meliha kaian anara aljabar-c* konkri dan aljabar-c* absrak melalui represenasi dari aljabar-c*. Sebuah represenasi dari aljabar-c* A pada sebuah ruang Hilber H adalah homomorfisma : A B( H ). Represenasi disebu
3 nondegenerae bila span ( a) h: a A, h H adalah pada di H. Perhaikan bahwa ( A ) adalah subaljabar-* dari B( H ) dan uup, akibanya ( A ) adalah subaljabar-c* dari B( H ). Oleh karenanya, kia akan dapa mengenali A sebagai bagian dari aljabar-c* konkri B( H ). Lebih dari iu, kia dapa membua ( A ) isomorfik dengan sebuah sub aljabar-c* dari B( H ) dengan jalan memilih represenasi yang injekif. Eksisensi dari represenasi (injekif) sebuah aljabar-c* dijamin oleh eorema beriku. Teorema 1 (Gelfand-Naimark-Seagal) Misalkan A adalah aljabar-c* maka akan erdapa sebuah ruang Hilber H dan represenasi : A B( H ) sedemikian sehingga nondegenerae dan injekif. 3. Mekanika Kuanum Mekanika kuanum adalah sebuah eori yang mengkoreksi eori mekanika Newon klasik yang gagal dalam menjelaskan fenomena mekanik pada skala aomik dan subaomik. Teori ini mengganikan konsep deerminisik klasik oleh konsep indeerminisik, karena adanya inerpreasi probabilisik pada srukur aomik dan subaomik. Perbedaan anara mekanika klasik dan mekanika kuanum adalah erleak pada deskripsi sisem fisik. Dalam mekanika klasik, seiap posisi dan momenum seiap saa dari semua parikel dapa dienukan secara epa melalui persamaan gerak. Semenara iu, deskripsi kuanum dienukan oleh persamaan gelombang yang memberikan prediksi secara saisik unuk besaran-besaran yang erukur pada sisem. Teori mekanika kuanum moderen perama kali dikembangkan oleh Erwin Schrodinger pada akhir ahun 1924 dan Werner Heisenberg pada awal Scrodinger mengembangkan konsep mekanika gelombang, sedangkan Heisenberg secara erpisah mengembangkan konsep mekanika mariks. Schrodinger elah membukikan bahwa kedua meode ini secara fisika adalah ekuivalen, karena mereka menghasilkan probabilias yang sama unuk observabel A pada sae. Seluruh sifa yang erukur seperi energi, posisi dan momenum disebu observabel. Dalam mekanika kuanum, idak ada nilai yang pasi unuk observabel, sebagi ganinya digunakan konsep disribusi peluang, yaiu peluang memperoleh seiap hasil dari pengukuran sebuah observabel. Hasil pengukuran ini akan berganung kepada keadaan kuanum pada saa dilakukan pengukuran. Sebuah keadaan (sae) kuanum dinyaakan sebagai fungsi gelombang (kompleks) dari posisi dan waku. Berbeda dengan mekanika klasik seperi gelombang panas, gelombang bunyi aau gelombang air, fungsi gelombang ini idak memiliki inerpreasi fisika secara langsung. Fungsi ini berkaian dengan peluang unuk menemukan sebuah parikel pada saa erenu dan posisi erenu, misalnya unuk posisi x dan waku, ekspresi
4 ( x, ) ( x, ) (1) adalah peluang unuk menemukan sebuah parikel pada posisi x dan waku. Unuk seiap waku, parikel harus berada pada lokasi erenu pada daerah R, dengan demikian peluang unuk menemukan parikel pada suau empa pada seiap waku haruslah bernilai 1. Jadi fungsi gelombang haruslah dinormalisasi, yaiu jumlah peluang diseluruh empa R pada seiap waku haruslah bernilai 1. Hal ini idak lain adalah ( x ) ( x ) dx 1 unuk seiap waku. R Lokasi x dari sebuah parikel adalah besaran yang eramai, dengan demikian merupakan sebuah observabel. Ekspekasinya diberikan oleh E ( x) x ( x, ) ( x, ) dx. (2) R Persamaan (1) menginspirasi kia unuk meninjau ruang Hilber kompleks karena ( x ) ( x ) dx R idak lain adalah hasil kali dalam (unuk seiap waku ). Jika posisi x diasumsikan berada pada 3, maka ruang Hilber yang erkai adalah 2 3 L ( ). Secara umum, unuk mengkonsruksi sebuah sisem mekanika kuanum, kia memerlukan sebuah ruang Hilber, sebu H, biasanya ruang Hilber ini disebu ruang konfigurasi, aau ruang keadaan, aau ruang fasa. Von Neumann dalam [1] menunjukkan bahwa erdapa korespondensi sau-sau anara vekor di H dan keadaan fisik. Keadaan yang mungkin pada sisem diberikan oleh vekor sauan di H, dan unuk seiap skalar kompleks c di, dan c adalah keadaan-keadaan yang ekivalen. Sekarang kia akan membahas dinamik dari keadaan dan observabel, yaiu perubahan dari keadaan dan observabel seiring dengan perubahan waku. Unuk seiap keadaan awal dari sisem, akan diperoleh secara unggal keadaan unuk waku, dengan demikian dapa kia ulis U (). (3) Percobaan secara fisika menyaakan bahwa keadaan memenuhi sifa superposisi, dengan demikian U () haruslah merupakan sebuah operaor linier pada H, lebih jauh operaor U () adalah unier. Persamaan (3) mengakibakan U () adalah operaor idenias, dan U( s) U( ) U( s), akibanya invers dari U () diberikan oleh U( ). Dapa diunjukkan bahwa keluarga dari operaor-operaor U () membenuk sebuah grup yang biasa disebu grup unier sau parameer, dengan kaa lain pemeaan U() 2 L,
5 memberikan sebuah homomorfisma dari grup adiif ke grup operaor unier U( ): H H. Pemeaan ini biasa disebu represenasi unier dari pada H. Unuk ringkasnya, kia peroleh aksioma sandar dari mekanika kuanum beriku: Aksioma 2 (Dinamik dari Keadaan). Dinamik dari keadaan diberikan oleh sebuah grup unier sau parameer U( ): H H. Jika menyaakan keadaan awal, maka keadaan pada waku diberikan oleh U (). Sebuah eorema dari Sone [5, Theorem 5.2] menyaakan bahwa seiap ih represenasi unier dari adalah berbenuk e unuk suau operaor ajoin dengan diri sendiri (self adjoin) H. Operaor H disebu generaor infiniesimal dari U, dan diberikan oleh H : d U() i ( U( ) ) i lim d. Operaor H disebu Hamilonian. Secara fisika, operaor ini adalah jumlah dari energi kineik dan energi poensial dari sisem, dengan demikian merupakan fungsi dari posisi dan momenum. Selain menenukan energi dari sisem, operaor Hamilonian menggambarkan evolusi waku dari solusi persamaan gelombang: d H i d. Persamaan gelombang ini dikenal sebagai persamaan Schrodinger. Jika Dom( H ), maka akan merupakan sebuah solusi dari persamaan. Mengambarkan evolusi waku dari solusi persamaan Schrodinger dikenal sebagai meoda Schrodinger, pada meoda ini keadaan dianggap bergerak, sedangkan observabel dianggap eap. Cara lain unuk menggambarkan evolusi waku adalah dengan memfokuskan pada observabel. Kebalikan dengan meoda Schrodinger, pada meoda ini observabel dianggap bergerak dan keadaan dianggap eap. Meoda ini dikenal sebagai meoda Heisenberg. Misalkan A adalah sebuah observabel dari sisem kuanum, dan keadaan dianggap eap dan diberikan oleh. Evolusi waku dari observabel A diberikan oleh A U ( )* AU ( ), (4) dimana U( ): adalah grup sau parameer dari operaor unier. Von Neumann dalam [1] pada ahun 1931 membukikan bahwa observabel berkorespondensi dengan operaor yang ajoin dengan diri sendiri, dengan demikian A adalah operaor yang ajoin dengan diri sendiri. Akibanya unuk seiap waku, operaor A merupakan sebuah operaor yang ajoin dengan diri sendiri.
6 4. Mekanika Kuanum Sebagai Masalah Aljabar-C* Kia elah meliha bahwa dinamik dari sisem mekanika kuanum diberikan oleh operaor H yang ajoin dengan diri sendiri pada sebuah ruang Hilber H melalui salah sau algorima beriku: U () (meoda Schrodinger), aau A A U ( )* AU ( ) (meoda Heisenberg). Ruang Hilber yang erkai dengan sebuah parikel di 3 diberikan oleh 2 3 L ( ). 2 3N Secara umum, ruang Hilber unuk N buah parikel diberikan oleh L ( ). Keika kia membahas sejumlah ak berhingga parikel, idak ada ruang Hilber yang mudah unuk digunakan. Dengan demikian unuk masalah seperi ini, pemakaian meoda ruang Hilber seperi pada pasal sebelumnya idak lagi efekif. Unuk menangani masalah ini kia harus menggunakan meoda lain. Usaha unuk memperumum meoda Schrodinger erbenur dengan masalah eori represenasi, dengan demikian usaha pengembangan lebih erfokus pada meoda Heisenberg. Pada meoda ini digunakan konsep aljabar-c* dan unsur-unsur yang adjoin dengan diri sendiri dipandang sebagai observabel dari sisem. Bahasan lebih mendalam mengenai ini dapa diperoleh dalam [2] dan [4]. Evolusi waku dari sisem kuanum beriku diberikan oleh Iain Raeburn [4] sebagai beriku. Aksioma 3. Evolusi waku dari sisem kuanum yang observabelnya diberikan oleh unsur-unsur yang ajoin dengan diri sendiri dari sebuah aljabar-c* diberikan oleh homomorfisma dari grup adiif ke grup Auo( A ) yang erdiri dari auomorfismaauomorfisma pada A. Observabel direpresenasikan oleh unsur yang a a* A yang ajoin dengan diri sendiri, pada saa = bergerak menjadi observabel ( a ) pada saa. Komponen uama yang erkai pada definisi di aas adalah aljabar-c* A, homomorfisma dan grup. Tripel ( A,, ) disebu sisem dinamik aljabar-c*. Dengan demikian sebuah sisem mekanika kuanum dinyaakan sebagai sisem dinamik aljabar-c*. Represenasi Gelfand-Naimark-Seagal memungkinkan kia unuk memandang sisem mekanika kuanum aljabar-c* sebagai operaor-operaor di suau ruang Hilber H. Seiap unsur yang ajoin dengan diri sendiri akan dipandang sebagai operaor yang ajoin dengan diri sendiri juga, karena represenasi dari aljabar-c* mengawekan ajoin. Melalui Aksioma 3, sebuah observabel a bergerak menjadi observabel ( a ) pada saa, dilain pihak berdasarkan persamaan (4) sebuah observabel ( a ) bergerak menjadi observabel U( )* ( a) U( ) pada saa. Dengan demikian kia peroleh persamaan ( ( a)) U ( )* ( a) U( ) (5)
7 yang berlaku unuk seiap observabel a di A dan seiap waku di. Hal ini menyaakan bahwa evolusi waku yang digambarkan oleh aksi pada model aljabar-c* dan operaor unier U pada model ruang Hilber adalah sama. Persamaan (5) dalam eori sisem dinamik dari aljabar-c* biasa disebu sifa kovarian dari represenasi dari aljabar-c* A dan represenasi unier U dari grup. Dafar Pusaka [1] A. Bohm, H. Kaldass dan P. Pauleanu, Hilber Space or Gelfand Triple-Time Symmeric or Time Asymmeric Quanum Mechanics, preprin, Dep. of Physics, The Univ. of Texas a Ausin USA (25). [2] O. Braeli dan D.W. Robinson, Operaor Algebras and Quanum Saisical Mechanics I, Springer-Verlag, New York (22). [3] R. Madrid, On he Connecion Beween he Schrodinger and he Heisenberg Picures for Unbounded Operaors, preprin, Deparameno de Fisica Teorica, Univ. del Pais Vasco, Spain (25). [4] I. Raeburn, Dynamical Sysems and OperaorAlgebras, preprin, Deparmen of Mahemaics he Univ. of Newcasle, Ausralia (1999). [5] G. Teschl, Mahemaical Mehods in Quanum Mechanics wih Applicaion o Schrodinger Operaors}, Fakula fur Mahemaik, Wien, Ausria (26).
1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu
.4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan
Lebih terperinciRANK DARI MATRIKS ATAS RING
Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias
Lebih terperinciPEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN
PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi
Lebih terperinciPENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA
PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus
Lebih terperinciAnalisis Model dan Contoh Numerik
Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.
Lebih terperinciBAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun
43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C
Lebih terperinciPemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun
Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro
Lebih terperinciLIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1
LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan
BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,
Lebih terperinciPEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*
PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor
Lebih terperinciSTRUKTUR SUBGRUP FUZZY DAN SIFAT-SIFATNYA
LAPORAN PENELITIAN STRUKTUR SUBGRUP FUZZY DAN SIFAT-SIFATNYA Oleh: 1. Mushofa, S.Si 2. Karyai, M.Si JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan
Lebih terperinciPENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU
LEMMA VOL I NO. 2, MEI 215 PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR KONTINU Siskha Handayani STKIP PGRI Sumaera Bara Email: siskhandayani@yahoo.com Absrak. Dalam peneliian ini akan dibahas penyelesaian dari sisem
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju
Lebih terperinciB a b 1 I s y a r a t
TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.
Lebih terperinciHubungan antara Keterobservasian dan Keterkonstruksian Sistem Linier Kontinu Bergantung Waktu
Mah Educa Jurnal () (7): 86-95 Jur na l Maem aika Pend i di ka n Maema i ka Email: mejuinibpag@gmailcm Hubungan anara Keerbservasian Keerknsruksian Sisem Linier Kninu Berganung Waku Ezhari Asfa ani adris
Lebih terperinciSuatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond
Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,
Lebih terperinciPENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI
PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami
11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga
Lebih terperinciDistribusi Normal Multivariat
Vol.4, No., 43-48, Januari 08 Disribusi Normal Mulivaria Husy Serviana Husain Absrak Pada engendalian roses univaria berdasarkan variabel, biasanya digunakan model disribusi normal unuk mengamai kualias
Lebih terperincix 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.
Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.
Lebih terperinciPenyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet
JURNAL FOURIER Okober 6, Vol. 5, No., 67-8 ISSN 5-763X; E-ISSN 54-539 Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan eori Floque Syarifah Inayai Program Sudi Maemaika, Fakulas Maemaika dan
Lebih terperinciBAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan
BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode
20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan
Lebih terperinciDrs. H. Karso, M.M.Pd. Modul 11 NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS
Drs. H. Karso, M.M.Pd. Modul NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS Pendahuluan Modul yang ke- dari maa kuliah Aljabar Linear ini akan mendiskusikan beberapa konsep yang berguna bagi kia sebagai
Lebih terperinciAljabar Linear Elementer
Silabus : Aljabar Linear Elemener MA SKS Bab I Mariks dan Operasinya Bab II Deerminan Mariks Bab III Sisem Persamaan Linear Bab IV Vekor di Bidang dan di Ruang Bab V Ruang Vekor Bab VI Ruang Hasil Kali
Lebih terperinciBAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel
BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah
Lebih terperinciBAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu
BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,
Lebih terperinciADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI
ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang
Lebih terperinciKinematika Relativistik
3 Kinemaika Relaiisik Tujuan Perkuliahan: Seelah mempelajari Bab 3 ini mahasiswa diharapkan dapa:. Menjelaskan rumusan-rumusan prinsip relaiias khusus.. Memahami menurunkan ransformasi Lorenz dan ransformasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan
Lebih terperinciKOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak
KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES Universias Muhammadiyah Purwokero malim.muhammad@gmail.com Absrak Pada persamaan regresi linier sederhana dimana variabel dependen dan variabel independen
Lebih terperinciPENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON *
PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV HAMILON * BERLIAN SEIAWAY, YANA ADHARINI DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus IPB
Lebih terperinciRUANG METRIK FUZZY DAN SIFAT-SIFATNYA
RUANG METRIK FUZZY DAN SIFAT-SIFATNYA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Universias Negeri Yogyakara Unuk Memenuhi Sebagai Persyaraan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR ANTENA
BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Model Potensial Aksi Membran Hodgkin-Huxley
9 HASIL DAN PEMBAHASAN Model Poensial Aksi Membran Hodgkin-Huley Hasil yang didapa dengan banuan bahasa pemrograman kompuer Sofware Mahemaica 7. dari Wolfram Research unuk plo poensial aksi berdasarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup
Lebih terperinciMATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 2 No.6 Tahun 2017 ISSN
MATHunesa Jurnal Ilmiah Maemaika Volume 2 No.6 Tahun 2017 ISSN 2301-9115 IDEAL ANTI FUZZY PADA ALJABAR_CI Sii Nur Laili (S1 Maemaika, Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam, Universias Negeri Surabaya)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI
I. PENDAHULUAN. Laar Belakang Menuru Sharpe e al (993), invesasi adalah mengorbankan ase yang dimiliki sekarang guna mendapakan ase pada masa mendaang yang enu saja dengan jumlah yang lebih besar. Invesasi
Lebih terperinciFaradina GERAK LURUS BERATURAN
GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciBAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR
BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa
Lebih terperinciSOLUSI-SOLUSI PERIODIK PADA PERLUASAN FRACTIONAL VAN-DER POL TAK LINEAR
Jurnal Maemaika Vol. 8, No., Desember 5: 7-77 SOLUSI-SOLUSI PERIODIK PADA PERLUASAN FRACTIONAL VAN-DER POL TAK LINEAR S. B. Waluya Jurusan Maemaika FMIPA Universias Negeri Semarang sevanusbudi@yahoo.com
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara
Lebih terperinciBAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Bab ini membahas suatu vektor tidak nol x dan skalar l yang mempunyai
BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Bab ini membahas suau vekor idak nol dan skalar l yang mempunyai hubungan erenu dengan suau mariks A. Hubungan ersebu dinyaakan dalam benuk A λ. Bagaimana kia memperoleh
Lebih terperinciPERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)
Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias
Lebih terperinciIntegral dan Persamaan Diferensial
Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih
Lebih terperinciBab II Dasar Teori Kelayakan Investasi
Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.
Lebih terperinciKARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP
Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs
Lebih terperinciBAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi
Bab II Maeri Penunjang BAB II MATERI PENUNJANG.1 Keuangan.1.1 Opsi Sebuah opsi keuangan memberikan hak (bukan kewajiban) unuk membeli aau menjual sebuah asse di waku yang akan daang dengan harga yang disepakai.
Lebih terperinciPersamaan Differensial Parsial Difusi Homogen pada Selang. dengan Kondisi Batas Dirichlet dan Neumann
Okober 16, Vol. 1, No.1. ISSN: 57-618 Persamaan Differensial Parsial Difusi Homogen pada Selang, dengan Kondisi Baas Dirichle dan Neumann Rukmono Budi Uomo Universias Muhammadiyah Tangerang rukmono.budi.u@mail.ugm.ac.id
Lebih terperinciMODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)
Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan
Lebih terperinciMUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR
MUHG/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR TIM DOSEN 8 VEKTOR DAN NILAI EIGEN /5/7 9.9 Beberapa Aplikasi Ruang Eigen Uji Kesabilan dalam sisem dinamik Opimasi dengan SVD pada pengolahan Cira Sisem Transmisi dan lain-lain.
Lebih terperinciAplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg
Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan
Lebih terperinciPENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA
ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan
Lebih terperinciBAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan
BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan
Lebih terperinciSekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN
Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah
37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber
Lebih terperinciBilangan Dominasi Jarak Dua Pada Graf Hasil Operasi Amalgamasi
Bilangan Dominasi Jarak Dua Pada Graf Hasil Operasi Amalgamasi Ilham Saifudin ) ) Jurusan Teknik Informaika, Fakulas Teknik, Universias Muhammadiyah Jember Jl. Karimaa No. 49 Jember Kode Pos 68 Email :
Lebih terperinci=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus
A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi
Lebih terperinciEstimasi Fungsi Tahan Hidup Virus Hepatitis di Kabupaten Jember (Estimating of Survival Function of Hepatitis Virus in Jember)
Jurnal ILMU DASAR Vol. 8 No. 2, Juli 2007 : 135-141 135 Esimasi Fungsi Tahan Hidup Virus Hepaiis di Kabupaen Jember (Esimaing of Survival Funcion of Hepaiis Virus in Jember) Mohamad Faekurohman Saf Pengajar
Lebih terperinciPELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA K 1,m K 1,n untuk d = 1 atau d = 2
Jurnal Maemaika UNAND Vol. No. 1 Hal. 3 36 ISSN : 303 910 c Jurusan Maemaika FMIPA UNAND PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA K 1,m K 1,n unuk d = 1 aau d = DINA YELNI Program Sudi Maemaika,
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun
Lebih terperinciPERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1
PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis
Lebih terperinciPELATIHAN STOCK ASSESSMENT
PELATIHA STOCK ASSESSMET Modul 5 PERTUMBUHA Mennofaria Boer Kiagus Abdul Aziz Maeri Pelaihan Sock Assessmen Donggala, 1-14 Sepember 27 DIAS PERIKAA DA KELAUTA KABUPATE DOGGALA bekerjasama dengan PKSPL
Lebih terperinciFungsi Bernilai Vektor
Fungsi Bernilai Vekor 1 Deinisi Fungsi bernilai vekor adalah suau auran yang memadankan seiap F R R dengan epa sau vekor Noasi : : R R F i j, 1 1 F i j k 1 dengan 1,, ungsi bernilai real Conoh : 1. 1 F
Lebih terperinciBAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.
BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. KERANGKA PEMBAHASAN. Nilai Eigen dan Vekor Eigen. Diagonalisasi. Diagonalisasi secara Orogonal 7. NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Definisi
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Mobil Robo Mobil robo adalah robo yang memiliki kemampuan unuk berpindah empa mobiliy, mobil robo yang bergerak dari posisi awal ke posisi yang diinginkan, suau sisem
Lebih terperinciHUMAN CAPITAL. Minggu 16
HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan
Lebih terperinciKontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan
Jurnal Teknik Indusri, Vol. 19, No. 1, Juni 17, 1- ISSN 111-5 prin / ISSN 7-739 online DOI: 1.97/ji.19.1.1- Konrol Opimal pada Model Economic Order Quaniy Inisiaif Tim Penjualan Abdul Laif Al Fauzi 1*,
Lebih terperinciANALISIS STABILITAS DAN PENAKSIRAN PARAMETER MODEL RENDLEMAN-BARTTER
ANALISIS STABILITAS DAN PENAKSIRAN PARAMETER MODEL RENDLEMAN-BARTTER Murni 1 dan Gao F. Herono 1, Program Magiser Maemaika, Deparemen maemaika FMIPA UI e-mail 1 : murni@ui.ac.id, e-mail : gao-f1@ui.ac.id
Lebih terperinciANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI
Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORI
7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan
Lebih terperinciPERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI
ISSN: 3-989 Vol. V, No. II, April 6 ERSAMAAN DIFFERENSIAL ARSIAL DIFUSI NON HOMOGEN SATU DIMENSI Rukmono Budi Uomo endidikan Maemaika FKI UMT E-mail: rukmono.budi.u@mail.ugm.ac.id Absrak Dalam peneliian
Lebih terperinciJurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)
MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1
Lebih terperinciFIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI
KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak
Lebih terperinciSIMULASI PERGERAKAN TINGKAT BUNGA BERDASARKAN MODEL VASICEK
Jurnal Maemaika Murni dan Terapan εpsilon Vol.9 No.2 (215) Hal. 15-24 SIMULASI PEGEAKAN TINGKAT BUNGA BEDASAKAN MODEL VASICEK Shanika Marha, Dadan Kusnandar, Naomi N. Debaaraja Fakulas MIPA Universias
Lebih terperinciBAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt
BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)
Lebih terperinciKAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN
JMP : Volume 4 omor, Juni 22, hal. 35-46 KAJIA PEMODELA DERET WAKTU: METODE VARIASI KALEDER YAG DIPEGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURA Winda Triyani Universias Jenderal Soedirman winda.riyani@gmail.com Rina
Lebih terperinciPerancangan Kontrol Optimal pada Model Matematika Bioekonomik
Jurnal Maemaika Vol. 4 No. 1, Juni 2014. ISSN: 1693-1394 Perancangan Konrol Opimal pada Model Maemaika Bioekonomik G.K. Gandhiadi Jurusan Maemaika FMIPA Universias Udayana e-mail: ganndhiadi@yahoo.co.id
Lebih terperinciSEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galatia Ballangan)
SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galaia Ballangan) SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Saionary Disribuion of Swiss Bonus-Malus
Lebih terperinciPekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)
FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai
Lebih terperinciPENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.
PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar
Lebih terperinciMENUJU MEKANIKA KUANTUM MODULAR
MENUJU MEKANIKA KUANTUM MODULAR DIDIK NUR HUDA Program Sudi Teknik Arsiekur Fakulas Teknik, Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Universias Indraprasa PGRI Jl. Nangka No. 58 C, Tanjung Bara, Jagakarsa, Jakara
Lebih terperinciPERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI
PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa
Lebih terperinci