PENGGUNAAN PARAMETER BARU POTENSIAL WOODS - SAXON UNTUK PERHITUNGAN SPEKTRUM TENAGA INTI 208 Pb

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGGUNAAN PARAMETER BARU POTENSIAL WOODS - SAXON UNTUK PERHITUNGAN SPEKTRUM TENAGA INTI 208 Pb"

Transkripsi

1 Jurnal Forum Nuklir (JFN), olume 7, Nomor, November 013 PENGGUNAAN PARAMETER BARU POTENSIAL WOODS - SAXON UNTUK PERHITUNGAN SPEKTRUM TENAGA INTI 08 Pb Raden Oktova Program Magiter Pendidikan Fiika, Univerita Ahmad Dahlan, Yogyakarta Kampu II, Jl.Pramuka 4, Yogyakarta paca.pfiika@yahoo.com ABSTRAK PENGGUNAAN PARAMETRISASI BARU POTENSIAL WOODS-SAXON UNTUK PERHITUNGAN SPEKTRUM TENAGA INTI 08 Pb. Telah dihitung ara-ara tenaga partikel-tunggal dan lubang-tunggal untuk inti 08 Pb menggunakan potenial Wood - Saxon dengan parametriai baru dalam ruang koordinat dengan algoritma Numerov. Dibandingkan parametriai lama, parametriai baru potenial Wood-Saxon berhail meningkatkan ketelitian deviai rm tenaga terhadap ekperimen hanya ejauh menyangkut deviai rm tenaga partikel-tunggal aja, namun gagal untuk deviai rm (root mean quare) tenaga lubang-tunggal. Dalam hal truktur ara tenaga, parametriai baru jutru menunjukkan lebih banyak kealahan urutan ara daripada parametriai lama. Kata kunci: ara tenaga partikel-tunggal, ara tenaga lubang-tunggal, 08 Pb, potenial Wood-Saxon, algoritma Numerov ABSTRACT APPLICATION OF A NEW PARAMETRIZATION OF THE WOODS-SAXON POTENTIAL TO THE CALCULATION OF ENERGY SPECTRUM IN 08 Pb. Single-particle and ingle-hole energy level in the nucleu 08 Pb are calculated uing a new parametrization of the Wood-Saxon potential in coordinate pace and the Numerov algorithm. The application of the new parameter et prove to be capable of improving the accuracy of the calculation compared to a previou parameter et a meaured from the energy tandard deviation (relative to the experimental value) only for ingle-particle level, but it fail completely for ingle-hole level. In the level tructure, the new parameter et how even more level miorder than the old. Keyword: ingle-particle energy level, ingle-hole energy level, 08Pb, Wood-Saxon potential, Numerov algorithm PENDAHULUAN Dekripi maalah banyak-benda inti (nuclear many-body problem) dengan uatu potenial rata-rata efektif atau potenial partikel-tunggal merupakan teroboan dalam fiika inti. Dalam model kulit untuk inti ini, dinamika ebuah nukleon ditentukan oleh medan rata-rata yang diakibatkan oleh emua nukleon lain dalam inti, dan pemilihan himpunan keadaan daar partikel-tunggal yang tepat merupakan kunci ketelitian. Data inti eperti bilangan-bilangan ajaib, jari-jari inti, tenaga ikat inti, kelimpahan inti di alam dan berbagai bearan dalam reaki inti memperkuat gambaran model medan ratarata yang angat ederhana ini [1]. Dalam ejarah fiika inti, potenial partikel-tunggal oilator harmonik dengan koreki pin-orbit merupakan model potenial partikel-tunggal pertama yang berhail meramalkan urutan orbital dan bilangan ajaib []. Untuk Raden Oktora ( ) 113

2 Jurnal Forum Nuklir (JFN), olume 7, Nomor, November 013 mendekripikan inti ecara teliti, parameterparameter oilator dipilih dengan kebergantungan tertentu pada nomor maa inti, dan rumu yang banyak dipakai adalah ћ Me, yang diperoleh dengan membandingkan jari-jari rm maa oilator dengan data ekperimental. Peramaan Schrödinger-nya dapat dieleaikan dalam bentuk analiti eigenfungi keadaan daar partikel-tunggal, namun di ii lain gaya-gaya ia partikel-partikel menjadi bear, walaupun ada juga perhitungan-perhitungan cukup mutakhir dengan model ini yang berhail mendiagonaliai Hamiltonian banyak-benda termauk gaya ia partikel-partikel ecara tepat [3-4]. Kajian fiika inti aat ini telah mencapai daerah inti jauh di luar daerah ketabilan di mana daerah kontinu (continuum) pektrum medan partikel-tunggal menjadi penting. Untuk itu, potenial partikel-tunggal Wood-Saxon [5] banyak digunakan. Memang penyeleaiannya tidak lagi analiti namun dapat dihailkan daerah kontinu pektrum, dan kehadiran komputer canggih aat ini memungkinkan penyeleaian numerik menjadi jauh lebih mudah; elain itu bentuk potenialnya realitik karena menyerupai ditribui kerapatan inti. Sejumlah parametriai potenial Wood-Saxon telah dilakukan orang, dengan tujuan yang berbedabeda dan berlaku untuk daerah maa inti yang berbeda-beda pula. Motivai ini diperkuat dengan munculnya data-data baru ara-ara tenaga partikel-tunggal inti-inti bola [6-7]. Dalam kerangka pemikiran inilah penuli dalam kajian ebelumnya telah mengkaji ketelitian penggunaan potenial Wood-Saxon untuk menghitung ara-ara partikel-tunggal nukleon inti-inti bola, yaitu 16 O, 40 Ca, 48 Ca [8], dan 08 Pb [9], dengan menggunakan parametriai Shlomo dan Bertch [10] yang diempurnakan oleh Bertch [11]. Dalam perkembangan terkini, Schwierz dkk. [1] telah mendapatkan himpunan parameter baru untuk potenial Wood-Saxon yang diyakini merupakan himpunan parameter global, dan memenuhi prinip-prinip imetri kekekalan iopin dalam gaya inti erta kinematika duabenda. Dalam parametriai baru ini digunakan himpunan ara partikel-tunggal (ingle-particle tate) dan lubang-tunggal (ingle-hole tate) di ekitar inti-inti ajaib-rangkap 16 O, 40 Ca, 48 Ca, 56 Ni, 100 Sn, 13 Sn dan 08 Pb ebagai data acuan ekperimental untuk melakukan pencocokan kuadrat terkecil. Makalah ini menyajikan hail penggunaan himpunan parameter baru potenial Wood-Saxon terebut untuk menghitung pektrum tenaga partikel-tunggal dan lubang-tunggal inti bola, dan inti ajaibrangkap 08 Pb diambil ebagai contoh karena data ekperimental lengkap pektrum tenaga partikel-tunggal dan lubang-tunggal yang cukup mutakhir teredia [13-14]. TEORI Sebenarnya dalam parametriai barunya, Schwierz dkk. [1] mendekripikan potenial Wood-Saxon dengan pendekatan yang edikit berbeda, namun tidak jauh berbeda dengan yang diajikan penuli dalam kajian-kajian ebelumnya [8-9], potenial partikel-tunggal Wood-Saxon ecara lengkap dapat diajikan dalam tiga uku, yakni potenial entral berupa fungi Fermi ( SW ) dengan koreki kopling pin-orbit ( ) dan potenial Coulomb ( c ) yang dinyatakan dalam Per. (1),, SW C (1) dengan 0, () C SW 1 e rr a T ( A Z 1) C ( r), (3) r R a A(1 e ) ( rr ) / a e f o. (4) ( rr ) / a a R (1 e ) Dalam potenial Coulomb Per. (3) menjadi Zke r 1,5 0,5, r R Rc ( ) Rc (5) C r Zke, r R, r dan k kontanta gaya tatik Coulomb. Dalam uku pin-orbit Per. (4), dapat dituli f bila j -( 1) bila j (6) dengan l bilangan kuantum momentum udut orbital dan j bilangan kuantum momentum udut total. 114 Penggunaan Parameter Baru Potenial...

3 Jurnal Forum Nuklir (JFN), olume 7, Nomor, November 013 Berdaarkan parametriai Shlomo dan Bertch [10-11] yang digunakan penuli dalam kajian ebelumnya, nilai-nilai parameter dalam Per. (-4) adalah A Z 1 53 T Me, 0 A 1/ 3 R R 1,5( A1) fm, a a 0,65 fm, T 0 Me, 15,5 Me. o (7) Jadi parameter jari-jari dan kekaburan (diffuene) umur tidak dibedakan, R R dan a a. Dalam parametriai baru, nilainilai parameter adalah A Z 1 5,06 T Me, 0 A 1/3 R 1,6A fm, R 1,16A 1/3 fm, a a 0,66 fm, 4,1 Me. o (8) Adapun T 0 Me, ama dengan parameter ebelumnya. Terdapat koreki puat maa inti dalam parametriai baru ehingga digunakan maa tereduki item inti mm, m M (9) dengan m maa nukleon, dan M maa ia inti dianggap M ( A1) ama. Dalam kajian ini, maa tereduki dihampiri dengan maa nukleon. Dalam koordinat bola, peramaan Schrödinger untuk potenial Wood-Saxon (1) dapat dituli ( r,, ) E( r,, ). m (10) Ara-ara tenaga partikel-tunggal nukleon adalah eigennilai tenaga, E pada per. (10). Dengan metode pemiahan variabel, dimialkan ( r,, ) R( r) ( ) ( ), (11) dan dengan ubtitui U = Rr, maka peramaan bagian radial menjadi d U ( 1) U EU m dr mr (1) atau d U F( r, U), (13) dr dengan m ( 1) F( r, U ) ( E) U, (14) r artinya diferenial kedua U terhadap r hanya bergantung pada variabel beba r dan U yang dicari erta tidak mengandung du/dr, ehingga peramaan diferenial dapat dieleaikan dengan algoritma Numerov. METODE PENYELESAIAN NUMERIK Penyeleaian ecara numerik per. (14) dengan algoritma Numerov dapat dilakukan dengan hampiran [15] U ( 1) E mr mr 1 I U I U I 1. (15) dengan r adalah lebar langkah antara dua titik kii berurutan. Jika dianggap r angat kecil dibandingkan eluruh jangkauan r, maka berlaku hampiran l1 U( r) r, (16) dengan demikian untuk lebar langkah r 0,1 mialnya, nilai U pada dua titik pertama dapat dihampiri dengan l1 l1 U 1 0,1, U 0,. (17) Selanjutnya ara-ara tenaga partikel-tunggal, E dapat dihitung dengan langkah-langkah ebagaimana diuraikan dalam [8-9]. Untuk membantu perhitungan numerik, dibuat ebuah program perhitungan dalam bahaa Window Compaq iual Fortran Profeional Edition yang diberi nama SW dengan mengembangkan ubrutin STATIC, yaitu ubrutin perhitungan ara-ara tenaga partikel-tunggal dan eigenfungi dari potenial Wood-Saxon yang merupakan bagian dari program RPA3 [10-11]. Maukan program adalah nomor atom dan nomor maa inti, erta orbital-orbital partikel-tunggal dan lubangtunggal oilator harmonik iotrop [16] berdaarkan urutan eperti pada Tabel 1. Raden Oktora ( ) 115

4 Jurnal Forum Nuklir (JFN), olume 7, Nomor, November 013 Parameter-parameter kii yang digunakan ama eperti pada kajian ebelumnya, yaitu cacah titik kii ama dengan 50, dan lebar langkah r 0,5 fm. Untuk tebakan awal eigennilai tenaga digunakan bata ata nol dan bata bawah 50 Me. Tabel 1. Orbital-orbital partikel-tunggal dan lubang-tunggal oilator harmonik iotrop yang digunakan N E N /h nl Orbital 0 3/ / 0 1 1p 7/ 1 0,0,1d 3 9/ 1 1,0 3 p, 1f Notai 4 11/ 0,1,0 4 3, d, 1g 5 13/ 1, 1 3, 0 5 3p,f, 1h 6 15/ 3 0,,1 4,0 6 4,3d, g, 1i 7 17/ 3 1, 3,1 5,0 7 4p,3f,h,1j Perhitungan ara-ara tenaga partikel-tunggal dan lubang-tunggal dengan potenial Wood- Saxon parametriai lama oleh Shlomo dan [10-11] Bertch merujuk pada himpunan parameter Per. (7), edangkan parametriai baru merujuk pada himpunan parameter Peramaan (8). HASIL DAN PEMBAHASAN Hail perhitungan ara-ara tenaga partikeltunggal dan lubang-tunggal dalam inti 08Pb dengan potenial Wood-Saxon diajikan pada Tabel untuk neutron dan Tabel 3 untuk proton, dan untuk mudahnya hanya diajikan nilai mutlak tenaga (yang ebenarnya bernilai negatif). Skema ara-ara tenaga diajikan dalam Gambar 1 dan. Ara-ara lubangtunggal diajikan dengan huruf tebal dan data ekperimental diajikan dengan tanda bintang. Pada Gambar 1 dan Gambar bata antara ara-ara partikel-tunggal dan lubang-tunggal ditunjukkan oleh bilangan ajaib 16 untuk neutron dan 8 untuk proton. Nilai ekperimental diambil dari [13] untuk partikeltunggal, dan dari [14] untuk lubang-tunggal. Sebagai perbandingan digunakan hail perhitungan wakoniten Fayan dkk. [17] yang ejauh ini tampaknya merupakan perhitungan paling teliti untuk pektrum tenaga inti 08 Pb, dengan deviai rm tenaga terhitung terhadap nilai ekperimental ebear 0,580 Me untuk neutron dan 0,86 Me untuk proton. Hail perhitungan dengan potenial Wood-Saxon parametriai lama memberikan tenaga yang umumnya lebih tinggi dari nilai ekperimental, edangkan hail perhitungan dengan potenial Wood-Saxon parametriai baru memberikan tenaga yang terebar di ekitar nilai ekperimental. Tabel. Hail perhitungan ara-ara tenaga partikel-tunggal dan lubangtunggal neutron, dinyatakan dengan E dalam atuan Me Ara Fayan dkk. Wood-Saxon Lama Baru Ekp. 1h 9/ 10,304 13,95 8,83 10,85 f 7/ 10,959 13,13 11,56 9,7 1i 13/ 9,178 11,18 11,77 9,01 f 5/ 8,540 10,79 7,56 7,95 3p 3/ 8,540 10,85 8,90 8,8 3p 1/ 7,679 9,91 7,49 7,38 g 9/ 4,16 6,00 4,84 3,93 * 1i 11/,083 5,68 0,33 3,15 * 1j 15/ 1,965 4,04 5,7,5 * 3d 5/,014 3,69,5,37 * 4 1/ 1,45,57 1,07 1,89 * g 7/ 1,79,80 0,04 1,43 * 3d 3/ 0,980,0 0,35 1,39 * 116 Penggunaan Parameter Baru Potenial...

5 Jurnal Forum Nuklir (JFN), olume 7, Nomor, November 013 Ara Tabel 3. Hail perhitungan ara-ara tenaga partikel-tunggal dan lubang-tunggal proton, dinyatakan dengan E dalam atuan Me Ara Wood- Fayan Wood-Saxon Ekp. Fayan Ekp. Saxon dkk. dkk. Lama Baru Lama Baru 1g 7/ 11,80 10,17 10,35 1g 7/ 1h 9/ 3,799,65 3,10 1h 9/ d 5/ 9,84 7,89 11,7 d 5/ f 7/ 3,144 1,01 5,58 f 7/ 1h 11/ 8,787 6,75 1,65 1h 11/ 1i 13/,005 0,0 7,18 1i 13/ d 3/ 8,47 6,44 8,6 d 3/ f 5/ 1,5 0,00,08 f 5/ 3 1/ 7,691 5,68 8,83 3 1/ 3p 3/ 0,350 0,00,99 3p 3/ Gambar 1. Spektrum Tenaga Partikel-Tunggal Dan Lubang-Tunggal Neutron dalam Inti 08 Pb Gambar. Spektrum Tenaga Partikel-Tunggal Dan Lubang-Tunggal Proton Dalam Inti 08 Pb Raden Oktora ( ) 117

6 Jurnal Forum Nuklir (JFN), olume 7, Nomor, November 013 Dalam hal truktur ara tenaga, hail perhitungan dengan ketiga metode menunjukkan kealahan-kealahan urutan ara tenaga. Untuk neutron, perhitungan Fayan dkk. menunjukkan tiga kealahan urutan (1h 9/ dengan f 7/ terbalik, f 5/ dengan 3p 3/ berimpit, 1j 15/ dengan 3d 5/ terbalik), edangkan perhitungan dengan potenial Wood-Saxon parametriai baru lebih banyak menunjukkan kealahan urutan bahkan jika dibandingkan dengan potenial Wood-Saxon parametriai lama. Perhitungan dengan potenial Wood- Saxon parametriai baru untuk neutron memberikan empat kealahan urutan (1h 9/ dengan f 7/, f 7/ dengan 1i 13/, 1i 11/ dengan 1j 15/, g 7/ dengan 3d 3/, emua terbalik), padahal dengan parametriai lama hanya dijumpai atu kealahan urutan (4 1/ terbalik dengan g 7/ ). Keadaannya lebih parah lagi untuk proton: perhitungan Fayan dkk. ama ekali tidak memberikan urutan kealahan, potenial Wood-Saxon parametriai lama hanya memberikan atu kealahan urutan (f 5/ terbalik dengan 3p 3/ ), namun potenial Wood-Saxon parametriai baru jutru menunjukkan enam kealahan urutan (terbalik) yang melibatkan emua ara tenaga yang dikaji (baik partikel maupun lubang). Walaupun demikian ternyata potenial Wood-Saxon parametriai baru lebih unggul dalam mendekripikan daerah kontinu (lubang) dibandingkan parametriai lama, ebagaimana terlihat dari adanya dua ara lubang-tunggal proton yang mempunyai tenaga ama dengan nol (ini bia berarti tenaganya poitif jika digunakan bata ata poitif untuk tebakan awal eigennilai tenaga). Dapat diimpulkan bahwa dalam hal truktur ara tenaga ketelitian perhitungan Fayan dkk. lebih baik daripada hail perhitungan dengan metode Wood-Saxon, terutama dengan parametriai baru. Tabel 4 menyajikan deviai rm tenaga partikel-tunggal dan lubang-tunggal hail perhitungan terhadap nilai ekperimental, dan terlihat jela bahwa hail perhitungan Fayan dkk. jauh lebih teliti dari hail perhitungan menggunakan potenial Wood- Saxon, baik dengan parametriai lama maupun baru. Hal ini berlaku untuk emua ara tenaga yang ditinjau (partikel neutron, lubang neutron, partikel proton, lubang proton, dan gabungan ara partikel/lubang). Tabel 4. Deviai rm tenaga hail perhitungan terhadap nilai ekperimental dalam atuan Me Ara Fayan dkk. Wood-Saxon Lama Baru n partikel 0,47 1,90 1,097 p partikel 0,34 1,46 1,3 n lubang 0,393 1,168 1,4 p lubang 0,165 1,030 1,993 n (partikel+lubang) p (partikel+lubang) 0,580,3 1,657 0,86 1,789,343 Tabel 4 menunjukkan bahwa dibandingkan parametriai lama, parametriai baru potenial Wood-Saxon berhail meningkatkan ketelitian untuk ara-ara partikel baik untuk neutron maupun proton, namun yang ebaliknya jutru terjadi untuk ara-ara lubang (parametriai lama lebih teliti daripada parametriai baru). Jika gabungan emua ara partikel dan lubang dikaji, diperoleh keimpulan yang membingungkan tentang mana yang lebih teliti, karena parametriai baru lebih teliti daripada parametriai lama untuk neutron namun ebaliknya untuk proton, parametriai lama jutru lebih teliti daripada parametriai baru. Sebuah faktor yang boleh jadi perlu diperhatikan adalah koreki puat maa Per. (9) yang dalam kajian ini diabaikan. KESIMPULAN Dibandingkan parametriai lama yang dikaji di ini, parametriai baru potenial Wood- Saxon berhail meningkatkan ketelitian deviai rm tenaga terhadap ekperimen hanya ejauh menyangkut deviai rm tenaga partikeltunggal aja, namun gagal untuk deviai rm tenaga lubang-tunggal. Dalam hal truktur ara tenaga, parametriai baru potenial Wood- Saxon jutru menunjukkan lebih banyak kealahan urutan ara daripada parametriai lama. Dalam emua apek, baik parametriai lama maupun parametriai baru potenial Wood-Saxon maih kalah teliti dibandingkan metode perhitungan wakoniten terbaik oleh Fayan dkk. Untuk kajian elanjutnya dapat 118 Penggunaan Parameter Baru Potenial...

7 Jurnal Forum Nuklir (JFN), olume 7, Nomor, November 013 diperhitungkan adanya koreki puat maa untuk penggunaan di daerah kontinu. DAFTAR PUSTAKA 1. Ring, P., Schuck, P., The Nuclear Many- Body Problem, Springer, Berlin (000) Mayer, M.G., Phy. Rev. 75 (1949) Brown, B.A., Wildenthal, B., Ann. Rev. Nucl. Part. Sci. 38 (1988) Brown, B.A., Prog. Part. Nucl. Phy. 47 (001) Wood, R.D., Saxon, D.S., Diffue Surface Optical Model for Nucleon- Nuclei Scattering, Phy. Rev. 95 (1954) López-Quelle, M., an Giai, N., Marco, S., Savuhkin, L., Phy. Rev. C6106 (000) Bernardo, P., Fomenko,. N., an Giai, N., López-Quelle, M., Marco, S., Niembro, R., Savuhkin, L. N., Phy. Rev. C48 (1993) Oktova, R., Perhitungan ara-ara tenaga partikel-tunggal inti bola dalam ruang koordinat, Jurnal Forum MIPA 5 (1) (007), Oktova, R., Perhitungan Ara-Ara Tenaga Partikel-Tunggal Inti 08Pb dengan Potenial Wood-Saxon (Proiding Seminar Naional Sain & Pendidikan Sain, 10 Juni 010), FSM UKSW Salatiga (010) Shlomo, S., Bertch, G., Nucl. Phy. A43 (1975) Bertch, G., The Random Phae Aproximation for collective excitation, in LANGANKE K., MARUHN J.A., KOONIN S.E. (editor). Computational Nuclear Phyic 1: Nuclear Structure, Chapter 4, New York : Springer-erlag (1991) Schwierz, N, Wiedenhöver, I., olya, A., Parameterization of the Wood-Saxon Potential for Shell-Model Calculation, arxiv: [nucl-th] 1 Sept Martin, M.J., Nucl. Data Sheeet for A=09, Nucl. Data Sheeet 63 (1991) Schmorak, M.R., Nucl. Data Sheeet for A=07, Nucl. Data Sheeet 43 (1984) Thijen, J.M., Computational Phyic. Cambridge Univerity Pre (1999). 16. Oktova, R., Perhitungan Momen Kelembaman Inti Genap-Genap dengan Model Superfluida. Tei S Fiika. Yogyakarta : Program Pacaarjana UGM (1996) Fayan, S. A.,Trykov, E. L.,Zawicha. D., Influence of effective pin-orbit interaction on the collective tate of nuclei. Nucl Phy. A568 (1994) Raden Oktora ( ) 119

PENGGUNAAN PARAMETRISASI BARU POTENSIAL WOODS- SAXON UNTUK PERHITUNGAN SPEKTRUM TENAGA INTI Pb 208

PENGGUNAAN PARAMETRISASI BARU POTENSIAL WOODS- SAXON UNTUK PERHITUNGAN SPEKTRUM TENAGA INTI Pb 208 YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 010 PENGGUNAAN PARAMETRISASI BARU POTENSIAL WOODS- SAXON UNTUK PERHITUNGAN SPEKTRUM TENAGA INTI Pb 08 Program Magister Pendidikan Fisika, Universitas Ahmad Dahl an, Yogyakarta Kampus

Lebih terperinci

Pengujian Parametrisasi Baru Potensial Woods-Saxon dengan Perhitungan Spektrum Tenaga Keadaan Dasar Inti Pb 208

Pengujian Parametrisasi Baru Potensial Woods-Saxon dengan Perhitungan Spektrum Tenaga Keadaan Dasar Inti Pb 208 17 ISSN 3-79 ol. No. 1, Oktober 13 Pengujian Parametrisasi Baru Potensial Perhitungan Spektrum Tenaga Keadaan Dasar Inti Pb 8 (Test of a Newly Parametrized Potential by Calculation of the Ground State

Lebih terperinci

PERHITUNGAN ARAS-ARAS TENAGA PARTIKEL TUNGGAL INTI BOLA DENGAN POTENSIAL SAXON-WOODS

PERHITUNGAN ARAS-ARAS TENAGA PARTIKEL TUNGGAL INTI BOLA DENGAN POTENSIAL SAXON-WOODS PTNBR BATAN Bandung, 7 Juli 007 PERHITUNGAN ARAS-ARAS TENAGA PARTIKEL TUNGGAL INTI BOLA DENGAN POTENSIAL SAXON-WOODS Raden Oktova dan Slamet Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta Kampus

Lebih terperinci

MANIPULASI MEDAN MAGNETIK PADA IKATAN KIMIA UNTUK SUATU MOLEKUL BUATAN. Oleh Muh. Tawil * & Dominggus Tahya Abstrak

MANIPULASI MEDAN MAGNETIK PADA IKATAN KIMIA UNTUK SUATU MOLEKUL BUATAN. Oleh Muh. Tawil * & Dominggus Tahya Abstrak MANIPULASI MEDAN MAGNETIK PADA IKATAN KIMIA UNTUK SUATU MOLEKUL BUATAN Oleh Muh. Tawil * & Dominggu Tahya Abtrak Penerapan medan magnet dalam metode S-UHF dapat digunakan untuk mendekripikan kekuatan ikatan

Lebih terperinci

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR 6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Deain Penelitian yaitu: Pengertian deain penelitian menurut chuman dalam Nazir (999 : 99), Deain penelitian adalah emua proe yang diperlukan dalam perencanaan dan pelakanaan

Lebih terperinci

Bola Nirgesekan: Analisis Hukum Kelestarian Pusa pada Peristiwa Tumbukan Dua Dimensi

Bola Nirgesekan: Analisis Hukum Kelestarian Pusa pada Peristiwa Tumbukan Dua Dimensi Bola Nirgeekan: Analii Hukum Keletarian Pua pada Peritiwa Tumbukan Dua Dimeni Akhmad Yuuf 1,a), Toni Ku Indratno 2,b) 1,2 Laboratorium Teknologi Pembelajaran Sain, Fakulta Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA

SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA TESIS Diajukan guna melengkapi tuga akhir dan memenuhi alah atu yarat untuk menyeleaikan Program Studi Magiter Matematika dan mencapai gelar Magiter Sain oleh DWI CANDRA VITALOKA

Lebih terperinci

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 )

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 ) MATEMATIKA IV MODUL 9 Tranformai Laplace Zuhair Juruan Teknik Elektro Univerita Mercu Buana Jakarta 2007 年 2 月 6 日 ( 日 ) Tranformai Laplace Tranformai Laplace adalah ebuah metode yangdigunakan untuk menyeleaikan

Lebih terperinci

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V: Bab V: ROOT LOCUS Root Locu yang menggambarkan pergeeran letak pole-pole lup tertutup item dengan berubahnya nilai penguatan lup terbuka item yb memberikan gambaran lengkap tentang perubahan karakteritik

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga

Lebih terperinci

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang Kurikulum 2013 FIika K e l a XI KARAKTERISTIK GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian gelombang dan jeni-jeninya.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dekripi Data Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media Audio Viual dengan metode Reading Aloud terhadap hail belajar iwa materi العنوان, maka penuli melakukan

Lebih terperinci

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA BAB III EACA ZAT DALAM SISTIM YAG MELIBATKA EAKSI KIMIA Pada Bab II telah dibaha neraca zat dalam yang melibatkan atu atau multi unit tanpa reaki. Pada Bab ini akan dibaha neraca zat yang melibatkan reaki

Lebih terperinci

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Penelitian ini menggunakan penelitian ekperimen. Subyek penelitiannya dibedakan menjadi kela ekperimen dan kela kontrol. Kela ekperimen diberi perlakuan

Lebih terperinci

Pengertian tentang distribusi normal dan distribusi-t

Pengertian tentang distribusi normal dan distribusi-t Juruan Teknik Sipil Fakulta Teknik Sipil dan Perencanaan 8 Univerita Mercu Buana MODUL 8 STATISTIKA DAN PROBABILITAS 8.1 MATERI KULIAH : Pengertian umum ditribui normal. 8. POKOK BAHASAN :. Pengertian

Lebih terperinci

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK Program Studi Teknik Elektro Fakulta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 88 BAB IV HASIL PEELITIA DA PEMBAHASA Dalam bab ini dipaparkan; a) hail penelitian, b) pembahaan. A. Hail Penelitian 1. Dekripi Data Dekripi hail penelitian yang diperoleh dari pengumpulan data menggunakan

Lebih terperinci

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus eminar Naional Quantum #25 (2018) 2477-1511 (8pp) Paper eminar.uad.ac.id/index.php/quantum Korelai antara tortuoita imum dan poroita medium berpori dengan model material berbentuk kubu FW Ramadhan, Viridi,

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE Oleh: Gondo Pupito Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, PSP - IPB Abtrak Pada penelitian

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS Bab VI: DESAIN SISEM ENDALI MELALUI OO LOCUS oot Lou dapat digunakan untuk mengamati perpindahan pole-pole (lup tertutup) dengan mengubah-ubah parameter penguatan item lup terbukanya ebagaimana telah ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang akan dilakukan merupakan metode ekperimen dengan deain Pottet-Only Control Deign. Adapun pola deain penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi angat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI 26 BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI Pada tei ini akan dilakukan pemodelan matemati peramaan lingkar tertutup dari item pembangkit litrik tenaga nuklir. Pemodelan matemati dibentuk dari pemodelan

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK

MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK PEMODELAN MATEMATIK Model Matematik Gambaran matematik dari karakteritik dinamik uatu item. Beberapa item dinamik eperti mekanika, litrik, pana, hidraulik, ekonomi, biologi

Lebih terperinci

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR Tuga Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Doen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd. S-1 PGSD Univerita Muhammadiyah Sidoarjo PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN

Lebih terperinci

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus ISBN: 978-60-7399-0- Analia Kendali Radar Penjejak Peawat Terbang dengan Metode Root Locu Roalina ) & Pancatatva Heti Gunawan ) ) Program Studi Teknik Elektro Fakulta Teknik ) Program Studi Teknik Mein

Lebih terperinci

TRANSPOR SEDIMEN: DEGRADASI DASAR SUNGAI

TRANSPOR SEDIMEN: DEGRADASI DASAR SUNGAI Univerita Gadja Mada TRANSPOR SEDIMEN: DEGRADASI DASAR SUNGAI SOAL A Suatu ungai (tampang dianggap berbentuk egiempat) dengan lebar B = 5 m. Di uatu tempat di ungai tb, terdapat daar ungai yang berupa

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka 1. Pendahuluan Komunikai merupakan kebutuhan paling menonjol pada kehidupan manuia. Pada awal perkembangannya ebuah pean diampaikan ecara langung kepada komunikan. Namun maalah mulai muncul ketika jarak

Lebih terperinci

STATISTIK FERMI - DIRAC

STATISTIK FERMI - DIRAC STATISTIK ERMI - DIRAC Diuun untuk memenuhi tuga mata kuliah iika Statitik DISUSUN OLEH : KELOMPOK VII DISUSUN OLEH : KELOMPOK VII 1. 06101011006 MUHAMMAD URQON. 0610101100 EVELINA ASTRA PATRIOT 3. 06101011037

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Kegiatan penelitian dilakanakan pada tanggal ampai dengan 4 April 03 di Madraah Ibtidaiyah Infarul Ghoy Plamonganari Pedurungan Semarang. Dalam penelitian

Lebih terperinci

Transformasi Laplace dalam Mekatronika

Transformasi Laplace dalam Mekatronika Tranformai Laplace dalam Mekatronika Oleh: Purwadi Raharjo Apakah tranformai Laplace itu dan apa perlunya mempelajarinya? Acapkali pertanyaan ini muncul dari eorang pemula, apalagi begitu mendengar namanya

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

MODUL IV ESTIMASI/PENDUGAAN (3)

MODUL IV ESTIMASI/PENDUGAAN (3) MODUL IV ETIMAI/PENDUGAAN (3) A. ETIMAI RAGAM Etimai ragam digunakan untuk menduga ragam σ berdaarkan ragam dari uatu populai normal contoh acak berukuran n. Ragam contoh ini akan digunakan ebagai nilai

Lebih terperinci

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA 227 BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA. Apakah cahaya terebut? 2. Bagaimana ifat perambatan cahaya? 3. Bagaimana ifat pemantulan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan ifat bayangan pada cermin? 5. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB MOTOR NDUKS TGA FASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem Laporan Praktikum Teknik Intrumentai dan Kendali Permodelan Sitem iuun Oleh : Nama :. Yudi Irwanto 0500456. Intan Nafiah 0500436 Prodi : Elektronika Intrumentai SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR BAAN TENAGA

Lebih terperinci

PENAKSIR VARIANSI POPULASI YANG EFISIEN PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI

PENAKSIR VARIANSI POPULASI YANG EFISIEN PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI PENAKIR VARIANI POPLAI YANG EFIIEN PADA AMPLING ACAK EDERHANA MENGGNAKAN KOEFIIEN REGREI Neneng Gutiana Rutam Efendi Harion Mahaiwa Program Matematika Doen Juruan Matematika Fakulta Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

DEFINISI DAN RUANG SOLUSI

DEFINISI DAN RUANG SOLUSI DEFINISI DAN RUANG SOLUSI Pada bagian ini akan dibaha tentang bai dan dimeni menggunakan pengertian dari kebebaan linear ( beba linear dan merentang ) yang dibaha pada bab ebelumnya. Definii dari bai diberikan

Lebih terperinci

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 Riani Lubi Juruan Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia Pendahuluan (1) Pertamakali dipublikaikan pada tahun 1909 oleh Agner Kraup Erlang

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan

Lebih terperinci

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK Konfereni Naional Teknik Sipil (KoNTekS ) Sanur-Bali, - Juni PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM Zufrimar, Budi Wignyoukarto dan Itiarto Program Studi Teknik Sipil, STT-Payakumbuh,

Lebih terperinci

DEFERENSIAL PARSIAL BAGIAN I

DEFERENSIAL PARSIAL BAGIAN I DEFEENSAL PASAL BAGAN Diferenial parial olume uatu iliner berjari-jari r engan ketinggian h inatakan oleh r h Yakni bergantung kepaa ua bearan, aitu r an h. Jika r kita jaga tetap an ketinggian h kita

Lebih terperinci

Metode Penentuan Parameter Kelistrikan Sel Surya Organik Single Heterojunction

Metode Penentuan Parameter Kelistrikan Sel Surya Organik Single Heterojunction Metode Penentuan Parameter Kelitrikan Sel Surya Organik Single Heterojunction Setianto 1*, Awad H.S. 1, Kuwat T. 2, M.F. oyid 2 1 Departemen Fiika-FMIPA, Univerita Padjadjaran l. aya atinangor KM. 21,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A III METODOLOGI PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, di mana penelitian langung dilakukan di lapangan yang berifat kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian. Waktu Penelitian Penelitian dilakanakan pada 4 Februari 5 Maret 0.. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakanakan di SMP Ilam Al-Kautar

Lebih terperinci

Pembentukan Ring Bersih Menggunakan Lokalisasi Ore. Construction of Clean Ring using Ore Localization

Pembentukan Ring Bersih Menggunakan Lokalisasi Ore. Construction of Clean Ring using Ore Localization Jurnal Matematika & Sain, April 4, Vol. 9 Nomor Pembentukan Ring Berih Menggunakan Lokaliai Ore Abtrak Uha Inaini dan Indah Emilia Wijayanti ) Juruan Matematika, Fakulta Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA 243 BAB XV PEMBIASAN CAHAYA. Apakah yang dimakud dengan pembiaan cahaya? 2. Apakah yang dimakud indek bia? 3. Bagaimana iat-iat pembiaan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan iat bayangan pada lena? 5.

Lebih terperinci

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com Bab Kubu dan Balok ujuan embelajaran etelah mempelajari bab ini iwa diharapkan mampu: Mengenal dan menyebutkan bidang, ruuk, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal kubu dan balok; Menggambar

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki adalah motor litrik aru bolak-balik yang putaran rotornya tidak ama dengan putaran medan tator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan pada tator

Lebih terperinci

SOAL-PENYELESAIAN DEGRADASI-AGRADASI DASAR SUNGAI

SOAL-PENYELESAIAN DEGRADASI-AGRADASI DASAR SUNGAI Juruan Teknik Sipil dan Lingkungan FT UGM Program S Teknik Sipil SOAL-PENYELESAIAN DEGRADASI-AGRADASI DASAR SUNGAI Soal Penyeleaian di bawa ini dicuplik dari buku: Graf and Altinakar, 1998, Fluvial Hydraulic:

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibaha mengenai perancangan dan realiai dari kripi meliputi gambaran alat, cara kerja ytem dan modul yang digunakan. Gambar 3.1 merupakan diagram cara kerja

Lebih terperinci

Kesalahan Akibat Deferensiasi Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur dan Tengah

Kesalahan Akibat Deferensiasi Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur dan Tengah Kealahan Akibat Defereniai Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur Tengah Zainal Abidin Fandi Purnama Lab. Dinamika Puat Rekayaa Indutri, ITB, Bandung E-mail: za@dynamic.pauir.itb.ac.id

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian quai experimental. Deain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung tahun ajaran 01/013 yang berjumlah 38 iwa dan terebar dalam enam kela yang

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI Edi Sutomo Program Studi Magiter Pendidikan Matematika Program Paca Sarjana Univerita Muhammadiyah Malang Jln Raya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, dimana penelitian langung langung dilakukan di lapangan yang berifat kuantitatif. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

Evaluasi Hasil Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analisis Data Curah Hujan

Evaluasi Hasil Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analisis Data Curah Hujan Evaluai Hail Pelakanaan Teknologi Modifikai Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analii Data Curah Hujan Budi Haroyo 1, Untung Haryanto 1, Tri Handoko Seto 1, Sunu Tikno 1, Tukiyat 1, Samul Bahri 1 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian ini dilakanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kela VII emeter genap Tahun Pelajaran 0/0, SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung memiliki jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alam tersusun atas empat jenis komponen materi yakni padat, cair, gas, dan plasma. Setiap materi memiliki komponen terkecil yang disebut atom. Atom tersusun atas inti

Lebih terperinci

Transformasi Laplace. Slide: Tri Harsono PENS - ITS. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS

Transformasi Laplace. Slide: Tri Harsono PENS - ITS. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS Tranformai Laplace Slide: Tri Harono PENS - ITS 1 1. Pendahuluan Tranformai Laplace dapat digunakan untuk menyatakan model matemati dari item linier waktu kontinu tak ubah waktu, Tranformai Laplace dapat

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI Arief Aulia Rahman 1 Atria Yunita 2 1 STKIP Bina Banga Meulaboh, Jl. Naional

Lebih terperinci

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya Kata engineer awam, deain balok beton itu cukup hitung dimeni dan jumlah tulangannya aja. Eit itu memang benar menurut mereka. Tapi, ebagai orang yang lebih mengerti truktur, apakah kita langung g mengiyakan?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan jaman yang cepat eperti ekarang ini, peruahaan dituntut untuk memberikan laporan keuangan yang benar dan akurat. Laporan keuangan terebut

Lebih terperinci

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda 2.1. Pendahuluan Dioda adalah komponen elektronika yang teruun dari bahan emikonduktor tipe-p dan tipe-n ehingga mempunyai ifat dari bahan emikonduktor ebagai berikut.

Lebih terperinci

Cahaya tampak adalah bagian spektrum yang mempunyai panjang gelombang antara lebih kurang 400 nanometer (nm) dan 800 nm (dalam udara).

Cahaya tampak adalah bagian spektrum yang mempunyai panjang gelombang antara lebih kurang 400 nanometer (nm) dan 800 nm (dalam udara). CAHAYA Ada teori Partikel oleh Iaac Newton (1642-1727) dalam Hypothei of Light pada 1675 bahwa cahaya terdiri dari partikel halu (corpucle) yang memancar ke emua arah dari umbernya. Teori Gelombang oleh

Lebih terperinci

Fisika adalah ilmu yang mempelajari benda-benda di alam, gejala-gejala fisis, dan kejadian-kejadian yang berlaku di alam ini.

Fisika adalah ilmu yang mempelajari benda-benda di alam, gejala-gejala fisis, dan kejadian-kejadian yang berlaku di alam ini. Fiika adalah ilmu yang mempelajari benda-benda di alam, gejala-gejala fii, dan kejadian-kejadian yang berlaku di alam ini. Kajian-kajian dalam bidang fiika banyak melibatkan pengukuran bearanbearan fiika.

Lebih terperinci

STABILISASI SISTEM LINIER POSITIF MENGGUNAKAN STATE FEEDBACK

STABILISASI SISTEM LINIER POSITIF MENGGUNAKAN STATE FEEDBACK Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 105 109 ISSN : 2303 2910 c Juruan Matematika FMIPA UNAND STABILISASI SISTEM LINIER POSITIF MENGGUNAKAN STATE FEEDBACK ERIN DWI FENTIKA, ZULAKMAL Program Studi

Lebih terperinci

BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT

BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT Ukuran utama kinerja evaporator adalah kapaita dan ekonomi. Kapaita didefiniikan ebagai jumlah olvent yang mampu diuapkan per atuan lua per atuan Waktu. Sedangkan

Lebih terperinci

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya.

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya. MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA FISIKA SET KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR a. Gerak Gerak adalah perubahan kedudukan uatu benda terhadap titik acuannya. B. Gerak Luru

Lebih terperinci

ISSN MENENTUKAN PERSAMAAN KECEPATAN PENGENDAPAN PADA SEDIMENTASI

ISSN MENENTUKAN PERSAMAAN KECEPATAN PENGENDAPAN PADA SEDIMENTASI ISSN 4-735 MENENTUKAN PERSAMAAN KECEPATAN PENGENDAPAN PADA SEDIMENTASI Setiyadi, Suratno Lourentiu, Ezra Ariella W.*, Gede Prema M.S. Juruan Teknik Kimia, Fakulta Teknik, Univerita Katolik Widya Mandala,

Lebih terperinci

Perancangan IIR Hilbert Transformers Menggunakan Prosesor Sinyal Digital TMS320C542

Perancangan IIR Hilbert Transformers Menggunakan Prosesor Sinyal Digital TMS320C542 Perancangan IIR Hilbert ranformer Menggunakan Proeor Sinyal Digital MS0C54 Endra Juruan Sitem Komputer Univerita Bina Nuantara, Jakarta 480, email : endraoey@binu.ac.id Abtract Pada makalah ini akan dirancang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi pada kendaraan akibat permukaan jalan yang tidak rata. Suspensi dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi pada kendaraan akibat permukaan jalan yang tidak rata. Suspensi dapat 7 BAB 2 LANDASAN TEORI Supeni adalah uatu item yang berfungi meredam kejutan, getaran yang terjadi pada kendaraan akibat permukaan jalan yang tidak rata. Supeni dapat meningkatkan kenyamanan berkendaraan

Lebih terperinci

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA BAB IV. PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA Bab ini membaha tentang pengujian pengaruh bear tahanan rotor terhadap tori dan efiieni motor induki. Hail yang diinginkan adalah

Lebih terperinci

Simulasi Unjuk Kerja Sistem Kendali PID Pada Proses Evaporasi Dengan Sirkulasi Paksa

Simulasi Unjuk Kerja Sistem Kendali PID Pada Proses Evaporasi Dengan Sirkulasi Paksa 1 Simulai Unjuk erja Sitem endali ada roe Evaporai engan Sirkulai aka Ade Elbani Juruan Teknik Elektro Fakulta Teknik, Univerita Tanjungpura ontianak e-mail : adeelbani@yahoo.com Abtract roe evaporai ering

Lebih terperinci

Modul 3 Akuisisi data gravitasi

Modul 3 Akuisisi data gravitasi Modul 3 Akuiii data gravitai 1. Lua Daerah Survey Lua daerah urvey dieuaikan dengan target yang diinginkan. Bila target anomaly berukuran lokal (cukup kecil), maka daerah urvey tidak perlu terlalu lua,

Lebih terperinci

EFEK PAIRING PADA ISOTOP Sn (N>82) DALAM TEORI BCS MENGGUNAKAN SEMBILAN TINGKAT ENERGI

EFEK PAIRING PADA ISOTOP Sn (N>82) DALAM TEORI BCS MENGGUNAKAN SEMBILAN TINGKAT ENERGI EFEK PAIRING PADA ISOTOP Sn (N>82) DALAM TEORI BCS MENGGUNAKAN SEMBILAN TINGKAT ENERGI ALPI MAHISHA NUGRAHA alpi.mahisha@gmail.com Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

PENGGUNAAN RATA-RATA GEOMETRIK DALAM MENENTUKAN HARGA OPSI ASIA (STUDI KASUS PADA SAHAM THE WALT DISNEY COMPANY )

PENGGUNAAN RATA-RATA GEOMETRIK DALAM MENENTUKAN HARGA OPSI ASIA (STUDI KASUS PADA SAHAM THE WALT DISNEY COMPANY ) Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 2 Hal. 44 52 ISSN : 2303 2910 c Juruan Matematika FMIPA UNAND PENGGUNAAN RATA-RATA GEOMETRIK DALAM MENENTUKAN HARGA OPSI ASIA (STUDI KASUS PADA SAHAM THE WALT DISNEY

Lebih terperinci

Bab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan

Bab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan Bab 5 Migrai Pre-Stack Domain Kedalaman (Pre-tack Depth Migration - PSDM) Adanya truktur geologi yang komplek, dalam hal ini perubahan kecepatan dalam arah lateral memerlukan teknik terendiri dalam pengolahan

Lebih terperinci

MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI

MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI Jurnal Matematika Vol.6 No. Nopember 6 [ 9 : 8 ] MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI DI PROPINSI JAWA BARAT Juruan Matematika, Uiverita Ilam Bandung,

Lebih terperinci

Transformasi Laplace

Transformasi Laplace Tranformai Laplace Muhafzan Agutu 22 Tranformai Laplace 3 Denii Tranformai Laplace Dalam bagian ini kita akan membicarakan ifat-ifat dan beberapa aplikai dari tranformai Laplace. Denii Diberikan uatu fungi

Lebih terperinci

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF Bab E, Umpan Balik Negati Hal 217 BB 5E UMPN BLIK NEGTIF Dengan pemberian umpan balik negati kualita penguat akan lebih baik hal ini ditunjukkan dari : 1. pengutannya lebih tabil, karena tidak lagi dipengaruhi

Lebih terperinci

X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar.

X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar. X. ANTENA X.1 PENDAHULUAN Dalam hubungan radio, baik pada pemancar maupun pada penerima elalu dijumpai antena. Antena adalah uatu item / truktur tranii antara gelombang yang dibimbing ( guided wave ) dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan dijelaskan ciri pokok superkonduktor yang

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan dijelaskan ciri pokok superkonduktor yang BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dijelakan ciri pokok uperkonduktor yang dipandang dari ifat magnetik dan ifat tranport litrik ecara terpiah erta perbedaannya dibandingkan konduktor (logam). Untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK

ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK Yenny Nurchaanah 1*, Muhammad Ujianto 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakulta Teknik, Univerita

Lebih terperinci

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No., (07) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-4 Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sitem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tank Boby Dwi Apriyadi

Lebih terperinci

PROTON DRIPLINE PADA ISOTON N = 28 DALAM MODEL RELATIVISTIC MEAN FIELD (RMF)

PROTON DRIPLINE PADA ISOTON N = 28 DALAM MODEL RELATIVISTIC MEAN FIELD (RMF) PROTON DRIPLINE PADA ISOTON N = 28 DALAM MODEL RELATIVISTIC MEAN FIELD (RMF) J. P. Diningrum *), A. M. Nugraha, N. Liliani, A. Sulaksono Departemen Fisika Murni dan Terapan, FMIPA, Universitas Indonesia,

Lebih terperinci

TRANSFORMASI LAPLACE. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. 11 April 2011 EL2032 Sinyal dan Sistem 1

TRANSFORMASI LAPLACE. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. 11 April 2011 EL2032 Sinyal dan Sistem 1 TRANSFORMASI LAPLACE Aep Najmurrokhman Juruan Teknik Elektro Univerita Jenderal Achmad Yani April 20 EL2032 Sinyal dan Sitem Tujuan Belajar : mengetahui ide penggunaan dan definii tranformai Laplace. menurunkan

Lebih terperinci

Kajian Solusi Numerik Metode Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua

Kajian Solusi Numerik Metode Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua Jurnal Gradien Vol. No. Juli 0 : -70 Kajian Solui Numerik Metode Runge-Kutta Nytrom Empat Dalam Menyeleaikan Peramaan Diferenial Linier Homogen Dua Zulfia Memi Mayaari, Yulian Fauzi, Cici Ratna Putri Jelita

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA)

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA) STUDI PERBADIGA BELITA TRASFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PEGGUAA TAP CHAGER (Aplikai pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRASBUAA) Bayu T. Sianipar, Ir. Panuur S.M. L.Tobing Konentrai Teknik Energi Litrik,

Lebih terperinci

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Team Doen Riet Operaional rogram Studi Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia ertamakali dipublikaikan pada tahun 909 oleh Agner Kraup Erlang yang mengamati maalah kepadatan penggunaan telepon

Lebih terperinci

Bahan Ajar Fisika Momentum, Impuls dan Tumbukan SMK Negeri 1 Rangkasbitung Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd

Bahan Ajar Fisika Momentum, Impuls dan Tumbukan SMK Negeri 1 Rangkasbitung Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd ahan jar Fiika Momentum, Imul dan Tumbukan SMK Negeri Rangkabitung PEMERINTH KUPTEN LEK DINS PENDIDIKN & KEUDYN SMK NEGERI RNGKSITUNG Jl. Dewi Sartika No 6L. Tel (05 0895 05349 Rangkabitung 434 MOMENTUM,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor litrik merupakan beban litrik yang paling banyak digunakan di dunia, Motor induki tiga faa adalah uatu mein litrik yang mengubah energi litrik menjadi energi

Lebih terperinci

ENKRIPSI DAN DEKRIPSI DENGAN ALGORITMA AES 256 UNTUK SEMUA JENIS FILE

ENKRIPSI DAN DEKRIPSI DENGAN ALGORITMA AES 256 UNTUK SEMUA JENIS FILE ENKRIPSI DAN DEKRIPSI DENGAN ALGORITMA AES 256 UNTUK SEMUA JENIS FILE Voni Yuniati (1), Gani Indriyanta (2), Antoniu Rahmat C (3) Abtrak: Kemajuan teknologi komputer dan telekomunikai telah menjadi kebutuhan

Lebih terperinci

TORTUOSITAS PADA MODEL 3D BATUAN BERPORI

TORTUOSITAS PADA MODEL 3D BATUAN BERPORI TORTUOSITAS PADA MODEL 3D BATUAN BERPORI Firmanyah 1*), Selly Feranie 1, Fourier D.E. Latief 2, Prana F. L. Tobing 1 1 Laboratorium Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antarika Juruan Pendidikan Fiika FPMIPA UPI,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah kondii alami dengan kepadatan rendah hingga edang cenderung mengalami deformai yang bear bila dilintai beban berulang kendaraan. Untuk itu, dibutuhkan uatu truktur

Lebih terperinci