Kesalahan Akibat Deferensiasi Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur dan Tengah
|
|
- Hartono Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Kealahan Akibat Defereniai Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur Tengah Zainal Abidin Fandi Purnama Lab. Dinamika Puat Rekayaa Indutri, ITB, Bandung ; ABSTRAK Dalam pengukuran getaran, proe defereniai ering dilakukan terhadap inyal impangan maupun kecepatan getaran. Proe defereniai ini biaanya dilakukan ecara numerik dalam DSA (Dynamic Signal Analyzer) ehingga hail defereniai memiliki penyimpangan terhadap nilai ebenarnya (teoritik). Mengingat eringnya proe ini dilakukan dalam praktek, pada makalah ini diajikan analii mengenai kealahan akibat defereniai numerik. Analii ini menghailkan uatu peramaan teoritik yang dapat digunakan untuk menentukan bear kealahan akibat defereniai numerik. Untuk mengindikaikan keabahan peramaan yang diperoleh, nilai dari peramaan terebut dicek kebenarannya dengan hail imulai numerik. Berdaarkan hail imulai ini, dapat diindikaikan bahwa peramaan yang telah diperoleh udah benar. Kata kunci: Metode numerik, defereniai numerik, beda maju, beda mundur, beda tengah. ABSTRACT In vibration meaurement, differentiation proce i often performed to diplacement a well a velocity ignal. Thi differentiation proce i uually done numerically in DSA (Dynamic Signal Analyzer) o that the reult of differentiation ha error with repect to the true (theoretical) value. Therefore, analye of error due to numerical differentiation proce i preented in thi paper. The error analye produce an equation which can determine the error value due to differentiation proce. Furthermore, the equation are validated with the imulation reult. Baed on the validation reult, it can be concluded that the equation which have been derived are correct. Keyword: Numerical method, numerical differentiation, forward difference, backward difference, centered difference. PENDAHULUAN Dalam pengukuran getaran, terdapat tiga bearan yang dapat diukur yaitu impangan, kecepatan, percepatan getaran. Secara matematik, ketiga bearan terebut memiliki hubungan yang ederhana antara atu bearan dengan yang lainnya. Kecepatan adalah defereniai terhadap waktu dari impangan percepatan adalah defereniai terhadap waktu dari kecepatan. Dalam pengukuran getaran, ering dilakukan proe defereniai dari inyal pengukuran getaran. Proe defereniai ini dilakukan ecara numerik dalam DSA (Dynamic Signal Analyzer) ehingga hail defereniai yang diperoleh memiliki penyimpangan (kealahan) terhadap nilai ebenarnya (teoritik) karena metode numerik merupakan metode pendekatan. Kajian mengenai pengaruh maing-maing umber kealahan terhadap hail defereniai inyal pengukuran udah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti ebelumnya [1,2,3]. Kajian terebut maih berupa penelitian dari hail pengujian imulai pada kau-kau tertentu ehingga hailnya dikuatirkan berifat kauiti. Sampai aat ini belum ada penelitian teoritik yang mempelajari pengaruh parameter dalam defereniai terhadap bear kealahan hail defereniai. Bertolak dari permaalahan terebut, pada makalah ini diajikan analii ecara teoritik terhadap kealahan akibat proe defereniai numerik pada hail yang diperoleh. Dalam makalah ini, analii mengenai kealahan akibat defereniai numerik dibatai hanya pada defereniai pertama. Defereniai numerik dilakukan dengan menggunakan metode beda maju 73
2 JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 11, No. 2, Oktober 2009: (forward difference), beda mundur (backward difference), beda tengah (centered difference). Selain itu, analii yang dilakukan dibatai hanya untuk inyal inuoidal karena berdaarkan deret Fourier fungi yang lain merupakan kombinai dari beberapa fungi inuoidal. METODE PENELITIAN Penelitian ini diawali dengan identifikai maalah yang terjadi yaitu kealahan hail defereniai inyal akibat proe defereniai numerik. Langkah elanjutnya adalah tudi literatur mengenai defereniai inyal erta literatur lain yang mendukung penulian analii penelitian. Tahap elanjutnya adalah analii mengenai kealahan hail defereniai numerik. Analii ini menghailkan uatu peramaan matematik yang dapat digunakan untuk menentukan kealahan hail defereniai numerik. Untuk meyakinkan bahwa peramaan matematik yang diturunkan udah benar, maka nilai dari peramaan terebut divalidai dengan hail imulai. Di ini, imulai dilakukan dengan bantuan program komputer yang dibuat pada program M-file yang teredia pada perangkat lunak MATLAB. Gambar 1. Hubungan antara Dteo(jω) ω HASIL DAN PEMBAHASAN FRF Fungi Defereniai Teoritik Numerik Analii kealahan akibat defereniai numerik dimulai dari penurunan peramaan FRF yang diperoleh dari fungi defereniai teoritik numerik. Berdaarkan kedua peramaan yang diturunkan, elanjutnya dapat diketahui hubungan antara keluaran maukan baik pada fungi defereniai teoritik maupun numerik. Dari hubungan ini, kemudian dapat diturunkan peramaan kealahan akibat defereniai numerik. Bear (magnitude) faa FRF dari defereniai teoritik dinyatakan dalam peramaan: Dteo(jω) = ω (1) π Dteo(jω) = rad. (2) 2 di mana Dteo(jω) menyatakan bear Dteo(jω) menyatakan faa FRF dari defereniai teoritik. Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1, Dteo(jω) yang dinyatakan dalam db memiliki hubungan linear terhadap ω bila digambarkan dalam kala emilog. Sementara itu, pada Gambar 2 ditunjukkan bahwa faa Dteo(jω)bearnya adalah kontan untuk emua nilai ω. Gambar 2. Hubungan antara Dteo(jω) ω Bear faa FRF dari defereniai numerik ditentukan berdaarkan tiga metode yaitu metode beda maju, metode beda mundur metode beda tengah. Bear faa FRF dari defereniai numerik yang dilakukan dengan metode beda maju dinyatakan dalam peramaan: Df(jη) = ω ω in ( π ) (3) Df(jη) = + ( π ) (4) 2 ω di mana Df(jη) menyatakan bear Df(jη) menyatakan faa FRF dari defereniai numerik yang dilakukan dengan metode beda maju erta ω menyatakan frekueni cuplik. Bear faa FRF dari defereniai numerik yang dilakukan dengan metode beda mundur dinyatakan dalam peramaan Db(jη) = ω ω in ( π ) (5) Db(jη) = + ( π ) (6) 2 ω di mana Db(jη) menyatakan bear Db(jη) menyatakan faa FRF dari defereniai numerik 74
3 Abidin, Kealahan Akibat Defereniai Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur Tengah yang dilakukan dengan metode beda mundur. Bear faa FRF dari defereniai numerik yang dilakukan dengan metode beda tengah dinyatakan dalam peramaan Dc(jη) = ω ω in (2π ) 2π ω (7) π Dc(jη) = (8) 2 di mana Dc(jη) menyatakan bear Dc(jη) menyatakan faa FRF dari defereniai numerik yang dilakukan dengan metode beda tengah. Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3, FRF beda maju memiliki bear yang ama dengan bear FRF dari fungi defereniai numerik dengan metode beda mundur egkan FRF dari fungi defereniai numerik dengan metode beda tengah memiliki bear yang lebih rendah dibanding dengan bear FRF dari fungi defereniai numerik dengan metode beda maju beda mundur. Sementara itu, pada Gambar 4 ditunjukkan bahwa faa FRF beda maju beda mundur memiliki hubungan yang linear terhadap ω/ω egkan faa FRF dari fungi defereniai numerik dengan metode beda tengah bearnya adalah kontan untuk emua nilai ω/ω. Kealahan Makimum dari Fungi Defereniai Numerik Pada penelitian ini, kealahan makimum yang terjadi pada defereniai numerik didefiniikan ebagai nilai makimum dari perbedaan (eliih) antara keluaran defereniai teoritik dalam bentuk dikrit (vteo(kt)) keluaran defereniai numerik (vnum(kt)), dibagi dengan amplitudo keluaran defereniai teoritik (Vteo). Secara matematik, kealahan makimum ini dinyatakan dalam peramaan Gambar 3. Hubungan antara Dnum(jη) ω/ω Gambar 4. Hubungan antara Dnum(jη) ω/ω v teo( kt) vnum( kt) E = num max (9),max Vteo Berdaarkan Peramaan (9) kealahan makimum dari fungi defereniai numerik dengan metode beda maju, beda mundur beda tengah dinyatakan dalam bentuk peramaan: (10) (11) (12) di mana Ef,max(r) menyatakan kealahan makimum beda maju, Eb,max(r) menyatakan kealahan makimum dari fungi defereniai numerik dengan metode beda mundur, Ec,max(r) menyatakan kealahan makimum dari fungi defereniai numerik dengan metode beda tengah, ω r = (13) ω Pada Gambar 5 ditunjukkan bahwa defereniai numerik dengan metode beda mundur beda maju memiliki nilai kealahan makimum yang ama egkan kealahan makimum pada defereniai numerik dengan metode beda tengah memiliki nilai yang lebih kecil dibanding dengan kealahan makimum pada defereniai numerik dengan metode beda maju beda mundur. Selain itu, dapat diungkapkan bahwa ketiga metode yaitu metode beda maju, beda mundur, beda tengah menghailkan kealahan makimum yang emakin bear nilainya dengan bertambahnya nilai r. 75
4 JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 11, No. 2, Oktober 2009: Gambar 5 Hubungan antara kealahan makimum defereniai numerik r Kealahan Amplitudo dari Fungi Defereniai Numerik Selain dinyatakan dalam bentuk kealahan makimum, kealahan defereniai numerik juga dapat dinyatakan dalam bentuk kealahan amplitudo yang terjadi pada defereniai numerik. Kealahan amplitudo yang dimakud didefiniikan ebagai perbedaan (eliih) antara amplitudo keluaran dari defereniai teoritik (Vteo) amplitudo keluaran dari defereniai numerik (Vnum), dibagi dengan amplitudo keluaran dari defereniai teoritik. Secara matematik, kealahan amplitudo ini dinyatakan dalam peramaan Vteo Vnum Enum.A = (14) Vteo Berdaarkan Peramaan 14 kealahan amplitudo dari fungi defereniai numerik dengan metode beda maju, beda mundur, beda tengah dinyatakan dalam bentuk peramaan in ( πr) Ef.A(r) = 1 - (15) πr in( πr) Eb.A(r) = 1 - (16) πr in(2πr) Ec.A(r) = 1 - (17) πr di mana Ef.A(r) menyatakan kealahan amplitudo beda maju, Eb.A(r) menyatakan kealahan amplitudo beda mundur, Ec.A(r) menyatakan kealahan amplitudo dari fungi defereniai numerik dengan metode beda tengah. Pada Gambar 6 ditunjukkan bahwa defereniai numerik dengan metode beda mundur beda maju memiliki nilai kealahan amplitudo yang ama egkan kealahan amplitudo pada defereniai numerik dengan metode beda tengah memiliki nilai Gambar 6. Hubungan antara kealahan amplitudo defereniai numerik r yang lebih bear dibanding dengan kealahan amplitudo pada defereniai numerik dengan metode beda maju beda mundur. Selain itu, dapat diungkapkan bahwa ketiga metode yaitu metode beda maju, beda mundur, beda tengah menghailkan kealahan amplitudo yang emakin bear nilainya dengan bertambahnya nilai r. Validai Peramaan Kealahan Makimum Kealahan Amplitudo dari Fungi Defereniai Numerik Setelah dikembangkan peramaan kealahan makimum kealahan amplitudo dari fungi defereniai numerik untuk etiap metode, maka peramaan ini perlu divalidai. Validai yang dilakukan diperlukan untuk meyakinkan bahwa peramaan yang diturunkan udah benar. Validai ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai kealahan yang didapat dari peramaan dengan nilai kealahan yang didapat dari hail imulai. Simulai dilakukan dengan cara memilih uatu inyal dikrit dengan perbandingan frekueni inyal frekueni cuplik yang berbeda-beda. Sinyal dikrit terebut didefereniaikan baik ecara teoritik maupun ecara numerik. Selanjutnya ditentukan eliih antara inyal yang diperoleh dari hail defereniai numerik inyal yang diperoleh dari hail defereniai teoritik. Untuk mendapatkan kealahan makimum, eliih yang diperoleh perlu terlebih dahulu dibagi dengan amplitudo inyal yang diperoleh dari hail defereniai teoritik. Kemudian, dari hail pembagian ini ditentukan nilai makimum dari kealahan pada defereniai numerik. Sementara itu, untuk mendapatkan kealahan amplitudo yang terjadi pada defereniai numerik perlu terlebih dahulu ditentukan pektrum linier dari inyal yang diperoleh baik dengan metode defereniai numerik maupun defereniai teoritik. Kemudian, berdaarkan pektrum yang diperoleh 76
5 Abidin, Kealahan Akibat Defereniai Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur Tengah ditentukan amplitudo pektrum yang menyatakan amplitudo inyal inuoidal yang diperoleh dari kedua metode defereniai. Setelah diperoleh amplitudonya maka dapat ditentukan eliih antara amplitudo inyal hail defereniai numerik amplitudo inyal hail defereniai teoritik. Untuk mendapatkan kealahan amplitudo, eliih yang diperoleh perlu terlebih dahulu dibagi dengan amplitudo inyal hail defereniai teoritik. Dalam imulai ini terdapat tiga kau yang dibedakan berdaarkan variai nilai variabel r, yaitu 0,10, 0,29, 0,44, ebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1. Sinyal yang didefereniaikan berupa inyal inu dengan amplitudo (A) yang divariaikan pada beberapa nilai yaitu 1, 2 3. Pada aat yang ama frekueni inyal (f) divariaikan untuk etiap nilai amplitudo yang dimakud yaitu 1, 2 7 Hz. Sebelum didefereniaikan inyal inu dicuplik dengan frekueni pencuplikan (f) ebagai berikut 10, 7 16 Hz. Berikut ini diajikan hail imulai dari ketiga kau di ata. Gambar 7, menunjukkan inyal ebelum didefereniaikan yaitu inyal kontinu a(t) inyal dikrit a(kt). Sinyal a(kt) diperoleh dari pencuplikan inyal kontinu dari maing-maing kau. Gambar 8, menunjukkan inyal hail defereniai yang diperoleh baik ecara numerik maupun ecara teoritik. Selanjutnya, pada Tabel 2 ditunjukkan kealahan yang terjadi pada tiap kau baik yang diperoleh dari kealahan makimum maupun kealahan amplitudo. Kealahan makimum diperoleh dengan cara menentukan nilai makimum dari kealahan yang ditunjukkan pada Gambar 9, Kealahan amplitudo diperoleh berdaarkan amplitudo pektrum inyal hail defereniai teoritik amplitudo pektrum inyal hail defereniai numerik, yang maing-maing ditunjukkan pada Gambar 10, Gambar 8. Sinyal vteo(kt) vnum(kt) pada kau 1 Gambar 9. Grafik kealahan defereniai numerik pada kau 1 Gambar 10. Spektrum linear vteo(kt) vnum(kt) pada kau 1 Tabel 1. Nilai r, A, f, Untuk Setiap Kau Kau A f (Hz) (Hz) 1 0, , , Gambar 11. Sinyal x(t) x(kt) pada kau 2 Gambar 7. Sinyal x(t) x(kt) pada kau 1 Gambar 12. Sinyal vteo(kt) vnum(kt) pada kau 2 77
6 JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 11, No. 2, Oktober 2009: Gambar 13. Grafik kealahan defereniai numerik pada kau 2 Gambar 18. Spektrum linear vteo(kt) vnum(kt) pada kau 3 Tabel 2. Nilai Kealahan Makimum Kealahan Amplitudo Defereniai Numerik dari Hail Simulai Gambar 14. Spektrum linear vteo(kt) vnum(kt) pada kau 2 Kau r Metode Emax(%) EA (%) Vteo Vnum Simulai Simulai Beda maju 30,90 6,28 6,17 1,64 1 0,10 Beda mundur 30,90 6,28 6,17 1,64 Beda tengah 6,45 6,28 5,87 6,45 Beda maju 81,73 25,10 21,86 12,90 2 0,29 Beda mundur 81,73 25,10 21,86 12,90 Beda tengah 45,69 25,10 13,63 45,69 Beda maju 110,36 131,76 94,02 28,64 3 0,44 Beda mundur 110,36 131,76 94,02 28,64 Beda tengah 86,08 131,76 18,34 86,08 Tabel 3. Perbandingan Antara Nilai Kealahan Makimum Kealahan Amplitudo Defereniai Numerik dari Peramaan Hail Simulai Gambar 15. Sinyal x(t) x(kt) pada kau 3 Gambar 16. Sinyal vteo(kt) vnum(kt) pada kau 3 Kau r Metode Emax (%) EA (%) Sim Per Sim Per Beda maju 30,90 31,07 1,64 1,64 1 0,10 Beda mundur 30,90 31,07 1,64 1,64 Beda tengah 6,45 6,45 6,45 6,45 Beda maju 81,73 82,01 12,90 12,90 2 0,29 Beda mundur 81,73 82,01 12,90 12,90 Beda tengah 45,69 45,69 45,69 45,69 Beda maju 110,36 110,94 28,64 28,64 3 0,44 Beda mundur 110,36 110,94 28,64 28,64 Beda tengah 86,08 86,08 86,08 86,08 Pada Tabel 3 ditunjukkan perbandingan antara kealahan defereniai numerik yang didapat dari peramaan kealahan defereniai numerik yang didapat dari imulai. Kealahan yang dibandingkan mencakup kealahan makimum kealahan amplitudo. Hail pembandingan menunjukkan bahwa kealahan yang dihitung berdaarkan peramaan memiliki keeuaian dengan kealahan yang diperoleh dari hail imulai. KESIMPULAN Gambar 17. Grafik kealahan defereniai numerik pada kau 3 Berdaarkan peramaan matematik yang dikembangkan dapat diimpulkan bahwa ketiga metode yaitu metode beda maju, beda mundur, beda tengah menghailkan kealahan makimum kealahan amplitudo yang emakin bear nilainya dengan bertambahnya nilai r. 78
7 Abidin, Kealahan Akibat Defereniai Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur Tengah Selain itu, juga dapat diimpulkan bahwa defereniai numerik dengan metode beda mundur beda maju memiliki nilai kealahan makimum kealahan amplitudo yang ama. Sementara itu, defereniai numerik dengan metode beda tengah memiliki kealahan makimum yang lebih kecil dibanding dengan kealahan makimum pada difereniai numerik dengan metode beda maju beda mundur. Sebaliknya kealahan amplitudo pada defereniai numerik dengan metode beda tengah memiliki nilai yang lebih bear dibanding dengan kealahan amplitudo pada difereniai numerik dengan metode beda maju beda mundur. DAFTAR PUSTAKA 1. Avitabile, P. Hodgkin, J., Numerical Evaluation of Diplacement and Acceleration for A Ma, Spring, Dahpot Sytem. Proceeding of the 2004 American Society for Engineering Annual Conference & Expoition, Avitabile, P. Zandt, T. V., Developing A Virtual Model of a Second Order Sytem to Simulation Real Laboratory Meaurement Problem. Proceeding of 2004 IMECE, Anaheim, CA, Zandt, T. V., Numerical Integration and Differentiation Tutorial. Univerity of Maachuett Lowell,
Kesalahan Akibat Integrasi Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Euler dan Trapesium
Kesalahan Akibat Integrasi pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Euler dan Trapesium Zainal Abidin dan Fandi Purnama Laboratorium Dinamika, Pusat Rekayasa Industri (PAU), ITB, Bandung Email: za@dynamic.pauir.itb.ac.id
Lebih terperinciFIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang
Kurikulum 2013 FIika K e l a XI KARAKTERISTIK GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian gelombang dan jeni-jeninya.
Lebih terperinciPEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari
PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK Program Studi Teknik Elektro Fakulta
Lebih terperinciSTEP RESPONS MOTOR DC BY USING COMPRESSION SIGNAL METHOD
STEP RESPONS MOTOR DC BY USING COMPRESSION SIGNAL METHOD Satrio Dewanto Computer Engineering Department, Faculty of Engineering, Binu Univerity Jl.K.H.Syahdan no 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480 dewanto@gmail.com
Lebih terperinciBAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA
BAB MOTOR NDUKS TGA FASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN BANTUAN METODE SIMULASI SOFTWARE MATLAB
Jurnal Reaki (Journal of Science and Technology) Juruan Teknik imia oliteknik Negeri Lhokeumawe Vol.6 No.11, Juni 008 SSN 1693-48X ERANCANGAN SSTEM ENGENDAL D DENGAN BANTUAN METODE SMULAS SOFTWARE MATLAB
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi angat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan
Lebih terperinciPerilaku Kesalahan Puncak Spektrum Akibat Penggunaan Fungsi Jendela Kotak, Hanning, dan Flattop pada Sinyal Sinus Waktu Kontinu
Perilaku Kesalahan Puncak Spektrum Akibat Penggunaan Fungsi Jendela Kotak, Hanning, dan Flattop pada Sinyal Sinus Waktu Kontinu Khuschandra dan Zainal Abidin Laboratorium Dinamika PPAU-IR, Institut Tteknologi
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN MODEL DAN SIMULASI SISTEM
BAB III PERANCANGAN MODEL DAN SIMULASI SISTEM 3.1 Pendahuluan Berikut diagram blok pemodelan ytem yang akan diimulaikan. Seluruh ytem dimodelkan dengan meggunakan program Matlab. Parameter yang diukur
Lebih terperinciPenentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa
Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung
Lebih terperinciMODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN
MODUL SISTEM KENDALI KECEPATAN Kurniawan Praetya Nugroho (804005) Aiten: Muhammad Luthfan Tanggal Percobaan: 30/09/06 EL35-Praktikum Sitem Kendali Laboratorium Sitem Kendali dan Komputer STEI ITB Abtrak
Lebih terperinciBAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI
26 BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI Pada tei ini akan dilakukan pemodelan matemati peramaan lingkar tertutup dari item pembangkit litrik tenaga nuklir. Pemodelan matemati dibentuk dari pemodelan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3. Deain Penelitian yaitu: Pengertian deain penelitian menurut chuman dalam Nazir (999 : 99), Deain penelitian adalah emua proe yang diperlukan dalam perencanaan dan pelakanaan
Lebih terperinciPERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER
PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,
Lebih terperinciBAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya
BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki adalah motor litrik aru bolak-balik yang putaran rotornya tidak ama dengan putaran medan tator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan pada tator
Lebih terperinciDESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI
BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan
Lebih terperinciSISTEM PENGENDALI ARUS START MOTOR INDUKSI PHASA TIGA DENGAN VARIASI BEBAN
Sitem Pengendali Aru Start Motor Induki Phaa Tiga dengan Variai Beban SISTEM PENGENDALI ARUS START MOTOR INDUKSI PHASA TIGA DENGAN VARIASI BEBAN Oleh : Yunita, ) Hendro Tjahjono ) ) Teknik Elektro UMSB
Lebih terperinciSIMULASI SISTEM PEGAS MASSA
SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA TESIS Diajukan guna melengkapi tuga akhir dan memenuhi alah atu yarat untuk menyeleaikan Program Studi Magiter Matematika dan mencapai gelar Magiter Sain oleh DWI CANDRA VITALOKA
Lebih terperinciPerancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No., (07) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-4 Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sitem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tank Boby Dwi Apriyadi
Lebih terperinciMODEL MATEMATIK SISTEM FISIK
MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK PEMODELAN MATEMATIK Model Matematik Gambaran matematik dari karakteritik dinamik uatu item. Beberapa item dinamik eperti mekanika, litrik, pana, hidraulik, ekonomi, biologi
Lebih terperinciBAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic
BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan
Lebih terperinciPERBANDINGAN TUNING PARAMETER KONTROLER PD MENGGUNAKAN METODE TRIAL AND ERROR DENGAN ANALISA GAIN PADA MOTOR SERVO AC
, Inovtek, Volume 6, Nomor, April 26, hlm. - 5 PERBANDINGAN TUNING PARAMETER ONTROLER PD MENGGUNAAN METODE TRIAL AND ERROR DENGAN ANALISA GAIN PADA MOTOR SERVO AC Abdul Hadi PoliteknikNegeriBengkali Jl.
Lebih terperinciBAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA
227 BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA. Apakah cahaya terebut? 2. Bagaimana ifat perambatan cahaya? 3. Bagaimana ifat pemantulan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan ifat bayangan pada cermin? 5. Bagaimana
Lebih terperinciBAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS
BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga
Lebih terperinciKorelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus
eminar Naional Quantum #25 (2018) 2477-1511 (8pp) Paper eminar.uad.ac.id/index.php/quantum Korelai antara tortuoita imum dan poroita medium berpori dengan model material berbentuk kubu FW Ramadhan, Viridi,
Lebih terperinciSISTEM KENDALI KECEPATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam
SSTEM ENDAL ECEATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdau oliteknik Batam. Tujuan 1. Memahami kelebihan dan kekurangan item kendali lingkar tertutup (cloe-loop) dibandingkan item kendali terbuka (open-loop).
Lebih terperinciBAB II Dioda dan Rangkaian Dioda
BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda 2.1. Pendahuluan Dioda adalah komponen elektronika yang teruun dari bahan emikonduktor tipe-p dan tipe-n ehingga mempunyai ifat dari bahan emikonduktor ebagai berikut.
Lebih terperinciSimulasi dan Deteksi Hubung Singkat Impedansi Tinggi pada Stator Motor Induksi Menggunakan Arus Urutan Negatif
Simulai dan Deteki Hubung Singkat Impedani Tinggi pada Stator Motor Induki Menggunakan Aru Urutan Negatif Muhammad Amirul Arif 0900040. Doen Pembimbing :. Dima Anton Afani, ST., MT., Ph. D.. I G. N. Satriyadi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila
III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung tahun ajaran 01/013 yang berjumlah 38 iwa dan terebar dalam enam kela yang
Lebih terperinciBAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA
BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik ( AC ) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari
Lebih terperinciMATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 )
MATEMATIKA IV MODUL 9 Tranformai Laplace Zuhair Juruan Teknik Elektro Univerita Mercu Buana Jakarta 2007 年 2 月 6 日 ( 日 ) Tranformai Laplace Tranformai Laplace adalah ebuah metode yangdigunakan untuk menyeleaikan
Lebih terperinciAplikasi Jaringan Saraf Tiruan pada Shunt Active Power Filter Tiga Fasa
Aplikai Jaringan Saraf iruan pada Shunt Active Power Filter iga Faa Hanny H. umbelaka, hiang, Sorati Fakulta eknologi Indutri, Juruan eknik Elektro, Univerita Kriten Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah iwa kela XI IPA emeter genap SMA Negeri 0 Bandar Lampung tahun pelajaran 04/05 yang berjumlah 5 iwa. Kemampuan
Lebih terperinciBAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA
BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor litrik merupakan beban litrik yang paling banyak digunakan di dunia, Motor induki tiga faa adalah uatu mein litrik yang mengubah energi litrik menjadi energi
Lebih terperinciBAB 6 DISAIN LUP TUNGGAL KONTROL BERUMPAN-BALIK
BAB 6 DISAIN LUP TUNGGAL KONTROL BERUMPAN-BALIK 6. KESTABILAN LUP KONTROL 6.. Peramaan Karakteritik R( G c ( G v ( G ( C( H( Gambar 6. Lup kontrol berumpan-balik Peramaan fungi alihnya: C( R( Gc ( Gv (
Lebih terperinciANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice
NLISIS PENGONTROL TEGNGN TIG FS TERKENDLI PENUH DENGN BEBN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNKN PROGRM PSpice Heber Charli Wibiono Lumban Batu, Syamul mien Konentrai Teknik Energi Litrik, Departemen Teknik Elektro
Lebih terperinciROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:
Bab V: ROOT LOCUS Root Locu yang menggambarkan pergeeran letak pole-pole lup tertutup item dengan berubahnya nilai penguatan lup terbuka item yb memberikan gambaran lengkap tentang perubahan karakteritik
Lebih terperinciDESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS
Bab VI: DESAIN SISEM ENDALI MELALUI OO LOCUS oot Lou dapat digunakan untuk mengamati perpindahan pole-pole (lup tertutup) dengan mengubah-ubah parameter penguatan item lup terbukanya ebagaimana telah ditunjukkan
Lebih terperinciMODUL IV ESTIMASI/PENDUGAAN (3)
MODUL IV ETIMAI/PENDUGAAN (3) A. ETIMAI RAGAM Etimai ragam digunakan untuk menduga ragam σ berdaarkan ragam dari uatu populai normal contoh acak berukuran n. Ragam contoh ini akan digunakan ebagai nilai
Lebih terperinciPENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA
BAB IV. PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA Bab ini membaha tentang pengujian pengaruh bear tahanan rotor terhadap tori dan efiieni motor induki. Hail yang diinginkan adalah
Lebih terperinciTransformasi Laplace dalam Mekatronika
Tranformai Laplace dalam Mekatronika Oleh: Purwadi Raharjo Apakah tranformai Laplace itu dan apa perlunya mempelajarinya? Acapkali pertanyaan ini muncul dari eorang pemula, apalagi begitu mendengar namanya
Lebih terperinciTORTUOSITAS PADA MODEL 3D BATUAN BERPORI
TORTUOSITAS PADA MODEL 3D BATUAN BERPORI Firmanyah 1*), Selly Feranie 1, Fourier D.E. Latief 2, Prana F. L. Tobing 1 1 Laboratorium Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antarika Juruan Pendidikan Fiika FPMIPA UPI,
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)
ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikai pada Laboratorium Konveri Energi Litrik FT-USU) Tondy Zulfadly Ritonga, Syamul Amien Konentrai Teknik
Lebih terperinciTRANSFORMASI LAPLACE. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. 11 April 2011 EL2032 Sinyal dan Sistem 1
TRANSFORMASI LAPLACE Aep Najmurrokhman Juruan Teknik Elektro Univerita Jenderal Achmad Yani April 20 EL2032 Sinyal dan Sitem Tujuan Belajar : mengetahui ide penggunaan dan definii tranformai Laplace. menurunkan
Lebih terperinciLaporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem
Laporan Praktikum Teknik Intrumentai dan Kendali Permodelan Sitem iuun Oleh : Nama :. Yudi Irwanto 0500456. Intan Nafiah 0500436 Prodi : Elektronika Intrumentai SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR BAAN TENAGA
Lebih terperinciBAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN
BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN 5.1. Proe Fluidiai Salah atu faktor yang berpengaruh dalam proe fluidiai adalah kecepatan ga fluidiai (uap pengering). Dalam perancangan ini, peramaan empirik yang digunakan
Lebih terperinciBAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR
6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh
Lebih terperinciSIMULASI KARAKTERISTIK MOTOR INDUKSI TIGA FASA BERBASIS PROGRAM MATLAB
36 SIULASI KAAKTEISTIK OTO INDUKSI TIGA FASA BEBASIS POGA ATLAB Yandri Juruan Teknik Elektro, Fakulta Teknik Univerita Tanjungpura E-mail : yandri_4@yahoo.co.id Abtract otor uki angat lazim digunakan pada
Lebih terperinciANALISA HASIL UJI RANGKAIAN PENGENDALI SCR UNTUK CATU DAYA NITRIDASI PLASMA DOUBLE CHAMBER
ISSN 4-349 Volume 3, Januari 202 ANALISA HASIL UJI RANGKAIAN PENGENDALI SCR UNTUK CATU DAYA NITRIDASI PLASMA DOUBLE CHAMBER Saefurrochman dan Suprapto Puat Teknologi Akelerator dan Proe Bahan-BATAN, Yogyakarta
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
88 BAB IV HASIL PEELITIA DA PEMBAHASA Dalam bab ini dipaparkan; a) hail penelitian, b) pembahaan. A. Hail Penelitian 1. Dekripi Data Dekripi hail penelitian yang diperoleh dari pengumpulan data menggunakan
Lebih terperinciSTUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA)
STUDI PERBADIGA BELITA TRASFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PEGGUAA TAP CHAGER (Aplikai pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRASBUAA) Bayu T. Sianipar, Ir. Panuur S.M. L.Tobing Konentrai Teknik Energi Litrik,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII
III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian ini dilakanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kela VII emeter genap Tahun Pelajaran 0/0, SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung memiliki jumlah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian. Waktu Penelitian Penelitian dilakanakan pada 4 Februari 5 Maret 0.. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakanakan di SMP Ilam Al-Kautar
Lebih terperinciFISIKA. Sesi GELOMBANG BUNYI A. CEPAT RAMBAT BUNYI
FSKA KELAS X A - KURKULUM GABUNGAN 0 Sei NGAN GELOMBANG BUNY Bunyi merupakan gelombang longitudinal (arah rambatan dan arah getarannya ejajar) yang merambat melalui medium erta ditimbulkan oleh umber bunyi
Lebih terperinciKajian Solusi Numerik Metode Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua
Jurnal Gradien Vol. No. Juli 0 : -70 Kajian Solui Numerik Metode Runge-Kutta Nytrom Empat Dalam Menyeleaikan Peramaan Diferenial Linier Homogen Dua Zulfia Memi Mayaari, Yulian Fauzi, Cici Ratna Putri Jelita
Lebih terperinciPerancangan IIR Hilbert Transformers Menggunakan Prosesor Sinyal Digital TMS320C542
Perancangan IIR Hilbert ranformer Menggunakan Proeor Sinyal Digital MS0C54 Endra Juruan Sitem Komputer Univerita Bina Nuantara, Jakarta 480, email : endraoey@binu.ac.id Abtract Pada makalah ini akan dirancang
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL OPTIMASI TANGGUH PERENCANAAN KAPASITAS PRODUKSI PADA LINGKUNGAN MAKE-TO-ORDER
PEGEMBAGA MODEL OPTIMASI TAGGUH PERECAAA KAPASITAS PRODUKSI PADA LIGKUGA MAKE-TO-ORDER ikko Kurnia Gunawan, Dr. Carle Sitompul, S.T., M.T., MIM 1,2) Fakulta Teknologi Indutri, Juruan Teknik Indutri, Univerita
Lebih terperinciAnalisis Rangkaian Listrik Jilid 2
Sudaryatno Sudirham nalii angkaian itrik Jilid Sudaryatno Sudirham, nalii angkaian itrik nalii angkaian Menggunakan Tranformai aplace Setelah mempelajari bab ini kita akan memahami konep impedani di kawaan.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. langsung melalui wakil-wakilnya (Komaruddin, 2004:18). jangkauan yang hendak dicapai mencakup tiga aspek dasar, yaitu:
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoriti 2.1.1 Bura Efek Menurut J.Bogen bura efek adalah uatu item yang terorganiir dengan mekanime remi untuk mempertemukan penjual dan pembeli efek ecara langung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan jaman yang cepat eperti ekarang ini, peruahaan dituntut untuk memberikan laporan keuangan yang benar dan akurat. Laporan keuangan terebut
Lebih terperinciBab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan
Bab 5 Migrai Pre-Stack Domain Kedalaman (Pre-tack Depth Migration - PSDM) Adanya truktur geologi yang komplek, dalam hal ini perubahan kecepatan dalam arah lateral memerlukan teknik terendiri dalam pengolahan
Lebih terperinciKontrol Kecepatan Motor DC Dengan Metode PID Menggunakan Visual Basic 6.0 Dan Mikrokontroler ATmega 16
Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan Metode PID Menggunakan Viual Baic 6.0 Dan Mikrokontroler ATmega 6 Muhammad Rizki Setiawan, M. Aziz Mulim dan Goegoe Dwi Nuantoro Abtrak Dalam penelitian ini telah diimplementaikan
Lebih terperinciPengaruh Perubahan Set Point pada Pengendali Fuzzy Logic untuk Pengendalian Suhu Mini Boiler
72 Jurnal Rekayaa Elektrika Vol., No. 4, Oktober 23 Pengaruh Perubahan Set Point pada Pengendali Fuzzy Logic untuk Pengendalian Suhu Mini Boiler Bhakti Yudho Suprapto, Wahidin Wahab 2, dan Mg. Abdu Salam
Lebih terperinciDesain Pengaturan Level Pada Coupled Tank Proccess Rig Menggunakan Kontroler Self-Tuning Fuzzy PID Hybrid Tugas Akhir - TE091399
Deain Pengaturan Level Pada Coupled Tank Procce Rig 38-00 Menggunakan ontroler Self-Tuning Fuzzy PID Hybrid Tuga Akhir - TE09399 Leonardu Hara Manggala Putra 08.00.009 Juruan Teknik Elektro FTI ITS, Surabaya
Lebih terperinciDESAIN DAN IMPLEMENTASI KENDALI DERAU AKTIF PADA RUANG TERBUKA MENGGUNAKAN FILTER ADAPTIF H
DESAIN DAN IMLEMENASI KENDALI DERAU AKIF ADA RUANG ERBUKA MENGGUNAKAN FILER ADAIF H Abtrak Yuda Bakti Zainal Juruan eknik Elektro, Univerita Jenderal Achmad Yani Jalan eruan Jenderal Sudirman O BOX 148
Lebih terperinciANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI
ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI Edi Sutomo Program Studi Magiter Pendidikan Matematika Program Paca Sarjana Univerita Muhammadiyah Malang Jln Raya
Lebih terperinciBAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor-motor pada dasarnya digunakan sebagai sumber beban untuk
BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA.1. Secara Umum Motor-motor pada daarnya digunakan ebagai umber beban untuk menjalankan alat-alat tertentu atau membantu manuia dalam menjalankan pekejaannya ehari-hari,
Lebih terperinciSTABILISASI SISTEM LINIER POSITIF MENGGUNAKAN STATE FEEDBACK
Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 105 109 ISSN : 2303 2910 c Juruan Matematika FMIPA UNAND STABILISASI SISTEM LINIER POSITIF MENGGUNAKAN STATE FEEDBACK ERIN DWI FENTIKA, ZULAKMAL Program Studi
Lebih terperinciMENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI
Jurnal Matematika Vol.6 No. Nopember 6 [ 9 : 8 ] MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI DI PROPINSI JAWA BARAT Juruan Matematika, Uiverita Ilam Bandung,
Lebih terperinciANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR
ANALSS SMULAS SARNG MOOR NDUKS ROOR SANGKAR DENGAN AUORANSFORMAOR Aprido Silalahi, Riwan Dinzi Konentrai eknik Energi Litrik, Departemen eknik Elektro Fakulta eknik Univerita Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dekripi Data Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media Audio Viual dengan metode Reading Aloud terhadap hail belajar iwa materi العنوان, maka penuli melakukan
Lebih terperinciSimulasi Springback pada Laser Beam Bending dan Rotary Draw Bending untuk Pipa AISI 304L
F108 Simulai Springback pada Laer Beam dan Rotary Draw untuk Pipa AISI 304L Adnan Syadidan, Ma Irfan P. Hidayat, dan Wikan Jatimurti Departemen Teknik Material, Fakulta Teknologi Indutri, Intitut Teknologi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, dimana penelitian langung langung dilakukan di lapangan yang berifat kuantitatif. Metode yang digunakan
Lebih terperinciBola Nirgesekan: Analisis Hukum Kelestarian Pusa pada Peristiwa Tumbukan Dua Dimensi
Bola Nirgeekan: Analii Hukum Keletarian Pua pada Peritiwa Tumbukan Dua Dimeni Akhmad Yuuf 1,a), Toni Ku Indratno 2,b) 1,2 Laboratorium Teknologi Pembelajaran Sain, Fakulta Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Lebih terperinciKAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito
KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE Oleh: Gondo Pupito Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, PSP - IPB Abtrak Pada penelitian
Lebih terperinciPenentuan Parameter-Parameter Karakteristik Sel Surya untuk Kondisi Gelap dan Kondisi Penyinaran dari Kurva Karakteristik Arus-Tegangan (I-V)
Penentuan Parameter-Parameter Karakteritik Sel Surya untuk Kondii Gelap dan Kondii Penyinaran dari Kurva Karakteritik Aru-Tegangan (-) A. Suhandi, Y. R. Tayubi, Hikmat, A. Eliyana Juruan Pendidikan Fiika
Lebih terperinciBAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi merupakan motor arus bolak balik (AC) yang paling luas
BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA. Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi
III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian quai experimental. Deain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak
Lebih terperinciTransformasi Laplace. Slide: Tri Harsono PENS - ITS. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS
Tranformai Laplace Slide: Tri Harono PENS - ITS 1 1. Pendahuluan Tranformai Laplace dapat digunakan untuk menyatakan model matemati dari item linier waktu kontinu tak ubah waktu, Tranformai Laplace dapat
Lebih terperinciPENGENDALIAN PROSES VARIABILITAS MULTIVARIATE MELALUI VEKTOR VARIANSI CONTROL ON MULTIVARIATE VARIABILITY PROCESS THROUGH VARIANCE VECTOR
PENGENDALIAN PROSES VARIABILITAS MULTIVARIATE MELALUI VEKTOR VARIANSI CONTROL ON MULTIVARIATE VARIABILITY PROCESS THROUGH VARIANCE VECTOR Sahabuddin, Erna Herdiani, Armin Lawi Bagian Matematika Terapan,
Lebih terperinciYusak Tanoto, Felix Pasila Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Surabaya 60236,
Tranformai Tegangan Tiga Faa Aimetri untuk DC-Link Voltage Control Menggunakan Kompenator LPF dan Perbandingan njuk Kerjanya dengan Kompenator PID Yuak Tanoto, Felix Paila Juruan Teknik Elektro, niverita
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Persada
0 III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA Perada Bandar Lampung tahun ajaran 0/0 yang berjumlah 07 iwa dan terebar dalam 3 kela.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni dan Pendekatan Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafiran
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
A III METODOLOGI PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, di mana penelitian langung dilakukan di lapangan yang berifat kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro
3 III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela X SMA Negeri Metro Tahun Pelajaran 03-04 yang berjumlah 56 iwa. Siwa terebut merupakan atu keatuan
Lebih terperinci2. Berikut merupakan komponen sistem kendali atau sistem pengaturan, kecuali... a. Sensor b. Tranducer c. Penguat d. Regulator *
ELOMPO I 1. Suunan komponen-komponen yang aling dihubungkan edemikian rupa ehingga dapat mengendalikan atau mengatur keluaran yang euai harapan diebut ebagai... a. Sitem Pengaturan * b. Sitem Otomati c.
Lebih terperinciDegradasi dan Agradasi Dasar Sungai
Degradai dan Agradai Daar Sungai Peramaan Saint Venant - Exner Model Parabolik Acuan Utama Graf and Altinakar, 1998, Fluvial Hydraulic: : Chapter 6, pp. 358 370, 370, J. Wiley and Son, Ltd., Suex, England.
Lebih terperinciPEMODELAN DAN ANALISIS SIMULASI PENGARUH PEREDAM NON-LINEAR KUBIK DAN ASIMETRI TERHADAP RESPON DINAMIS KENDARAAN
Proiding Seminar Naional Manajemen Teknologi XXII PEMODELAN DAN ANALISIS SIMULASI PENGARUH PEREDAM NON-LINEAR KUBIK DAN ASIMETRI TERHADAP RESPON DINAMIS KENDARAAN Ardi Noerpamoengka 1 ) dan Haru Lakana
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI Arief Aulia Rahman 1 Atria Yunita 2 1 STKIP Bina Banga Meulaboh, Jl. Naional
Lebih terperinciANALISA NUMERIK GERAKAN DAN KEKUATAN KAPAL AKIBAT BEBAN SLAMMING PADA KAPAL PERANG TIPE CORVETTE
ANALISA NUMERIK GERAKAN DAN KEKUATAN KAPAL AKIBAT BEBAN SLAMMING PADA KAPAL PERANG TIPE CORVETTE Teguh Putranto 1, Arie Sulietyono 1,) Juruan Teknik Perkapalan, Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Email
Lebih terperinciBAB VI TRANSFORMASI LAPLACE
BAB VI TRANSFORMASI LAPLACE Kompeteni Mahaiwa mampu. Menentukan nilai tranformai Laplace untuk fungi-fungi yang ederhana. Menggunakan ifat-ifat tranformai untuk menentukan nilai tranformai Laplace untuk
Lebih terperinciPERHITUNGAN KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG TUNGGAL MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING DATA SONDIR
PERHITUNGAN KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG TUNGGAL MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING DATA SONDIR R.Harya Dananjaya H I 1) ; Noegroho Djarwanti 2) ; R.A. Dinati Purnomo P S 3) 1),2) Doen Pembimbing Skripi 3)
Lebih terperinciPENAKSIR VARIANSI POPULASI YANG EFISIEN PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI
PENAKIR VARIANI POPLAI YANG EFIIEN PADA AMPLING ACAK EDERHANA MENGGNAKAN KOEFIIEN REGREI Neneng Gutiana Rutam Efendi Harion Mahaiwa Program Matematika Doen Juruan Matematika Fakulta Matematika dan Ilmu
Lebih terperinci1. suara guntur terdengar 12 sekon setelah kilat terlihat. Jika jarak asal kilat dari pengamat adalah 3960 m, berapakah cepat rambat bunyi?
. uara guntur terdengar ekon etelah kilat terlihat. Jika jarak aal kilat dari engamat adalah 3960 m, beraakah ceat rambat bunyi? 3960 330m/ t 3. eorang iwa X berdiri diantara dua dinding dan Q eerti ditunjukan
Lebih terperinciBAB 2 MOTOR INDUKSI TIGA FASA. DC disebut motor konduksi. Lain halnya pada motor AC, kumparan rotor tidak
BAB 2 MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1. Umum Secara umum, motor litrik berfungi untuk mengubah energi litrik menjadi energi mekanik yang berupa tenaga putar. Di dalam motor DC, energi litrik diambil langung
Lebih terperinciEvaluasi Hasil Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analisis Data Curah Hujan
Evaluai Hail Pelakanaan Teknologi Modifikai Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analii Data Curah Hujan Budi Haroyo 1, Untung Haryanto 1, Tri Handoko Seto 1, Sunu Tikno 1, Tukiyat 1, Samul Bahri 1 1. PENDAHULUAN
Lebih terperinciMODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI 2
l t3 tel t3 tel LABORATORIUM SWITCHING DAN TRANSMISI Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Jl. D.I. Panjaitan 128 Purwokerto Statu Revii : 00 Tanggal Pembuatan : 5 Deember 2014 MODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM
Lebih terperinciDegradasi dan Agradasi Dasar Sungai
Degradai dan Agradai Daar Sungai Peramaan Saint Venant - Exner Model Parabolik Acuan Utama Graf and Altinakar, 1998, Fluvial Hydraulic: Chapter 6, pp. 358-370, J. Wiley and Son, Ltd., Suex, England. Degradai
Lebih terperinciANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH SEMARANG ABSTRACT
ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 791-800 Online di: http://ejournal-1.undip.ac.id/index.php/gauian ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH
Lebih terperinciANALISA KEANDALAN TERHADAP PENURUNAN PADA PONDASI JALUR
Analia Keandalan terhadap enurunan pada ondai Jalur ANALIA KANDALAN TRHADA NURUNAN ADA ONDAI JALUR Juruan Teknik ipil UU Abtrak: erencanaan ecara tradiional dari pondai jalur (trip footing) untuk tanah
Lebih terperinci