BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan dijelaskan ciri pokok superkonduktor yang
|
|
- Doddy Indradjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dijelakan ciri pokok uperkonduktor yang dipandang dari ifat magnetik dan ifat tranport litrik ecara terpiah erta perbedaannya dibandingkan konduktor (logam). Untuk memahami fenomena baru terebut, elanjutnya akan digunakan model London yang diuul dengan pengembangan veri kuantum makrokopiknya yang berhail memperdalam pengertian aru uper dan menunjukkan adanya kuantiai flukoid. Pembahaan elanjutnya mengenai alat-alat dan piranti (device) yang digunakan untuk pengukuran dan pengendalian medan magnet yang diperlukan pada ekperimen kuantiai flukoid..1 Ciri Pokok Superkonduktor.1.1 Diamagnetime Sempurna Superkonduktor empurna adalah bahan yang menunjukkan dua buah karakteritik, yaitu konduktivita uper dan diamagnetime empurna, aat didinginkan di bawah temperatur tertentu T c, yang biaa diebut temperatur kriti atau temperatur aat terjadi tranii keadaan normal menjadi keadaan uperkonduktif. Superkonduktor ini (ekarang dikenal ebagai uperkonduktor tipe I) akan menolak ecara total medan magnet dari luar H dan kembali ke keadaan normal jika dikenai medan magnet yang lebih bear dari nilai medan -1
2 kritinya (H c ), bahkan aat temperaturnya di bawah temperatur kritinya. Pada umumnya H c bergantung pada uhu eperti ditunjukkan oleh gambar berikut. H H c (0) H c (T) Normal Meiner T c T Gambar.1. kurva H-T untuk uperkonduktor Karakteritik ini dikenal ebagai efek Meiner. Di bawah kurva H c (T) medan magnet induki B dalam bahan bernilai nol atau magnetiai bahan memenuhi peramaan M = - H. Di ata H c, maka uperkonduktor akan kembali ke keadaan normal. (Cyrot, M., 199) Gambar.. kurva M(H) dan B(H) untuk uperkonduktor Sebenarnya efek periai dalam bahan uperkonduktor tidak berfungi empurna epenuhnya, yang berarti diamagnetime empurna atau efek Meiner -
3 hanya berlaku jauh di dalam bahan. Hal ini telah dibuktikan oleh Fritz dan Heinz London (1935) yang menguulkan dua peramaan yaitu : d dt ( J ) = E Λ (1) ( ΛJ ) = B () dengan ketentuan parameter n q m = 1 Λ (3) Dengan J, E, m, n, dan q maing-maing adalah rapat aru uper, medan litrik, maa elektron uper yang berharga m e dengan m e adalah maa elektron, rapat elektron uper, dan muatan elektron uper yang berharga e. Selanjutnya dengan bantuan peramaan Maxwell B 0 = μ J, peramaan London II dapat dituli dalam ungkapan lain, B = B / λ (4) dengan / μ0 m / μ0nq λ = Λ =. Seperti tampak dalam gambar, untuk penerapannya pada bahan uperkonduktor berbentuk papan dengan ketebalan α, dan berada dalam medan magnet luar H ejajar bidang y-z dengan yarat bata B = μ H 0 pada x = α dan x = - α, peramaan di ata akan menghailkan olui berbentuk B ( x) ( x / λ) ( a ) z ˆ / λ coh = μ0h (5) coh -3
4 Gambar.3. papan uperkonduktor dalam medan magnet luar H Solui di ata menyatakan bahwa medan magnet luar dapat menerobo ecara efektif ke dalam bahan uperkonduktor dengan panjang penetrai karakteritik λ (ering juga dituli dengan notai λ L ) eperti ditunjukkan oleh gambar. -4
5 Gambar.4. kedalaman penetrai λ dalam bahan papan berketebalan α (a) (a/ λ) << 1 dan (b)(a/ λ)>> 1 Sumber : (Orlando, Terry P., 1991) Kehadiran medan inhomogen terebut akan mengimba aru permukaan (uper periai atau aru creening) uperkonduktor yang mengalir ebata kedalaman yang ama euai dengan peramaan Maxwell ( ) 0 J = B / μ. Oleh karena itu, efek Meiner dalam uperkonduktor bergantung pula pada perbandingan ketebalan bahan terhadap λ. (Orlando, Terry P., 1991).1. Reitivita Nol -5
6 Bahan uperkonduktor memiliki ciri tranport litrik yang berbeda dari konduktor (logam). Pertama, reitivita konduktor tidak pernah menuju nol karena kontribui tumbukan elektron dengan impurita yang menghailkan reitivita reidual, kecuali pada bahan konduktor murni (empurna) yang beba impurita. Namun untuk konduktor murni pun reitivita hanya dapat menjadi nol pada uhu mutlak 0 K. Di pihak lain uperkonduktor dapat memperlihatkan tranii tajam menuju reitivita nol pada uhu kriti Tc, di ata uhu mutlak 0 K, eperti pada gambar berikut. (Cyrot, M., 199) Gambar.5. kurva reitivita terhadap uhu untuk konduktor Kedua, hubungan kontitutif yang melandai ifat bahan konduktor adalah berdaarkan hukum Ohm, yaitu J = σ E, edangkan untuk bahan uperkonduktor berlaku hubungan kontitutif London yang merupakan akibat dari dua peramaan London, yaitu : J 1 = A Λ (6) dengan gauge london : A = 0, A nˆ = 0, yang menjamin ifat taioner J : J = 0, dan tiadanya aru yang mengalir keluar/mauk SK : J nˆ = 0-6
7 (Orlando, Terry P., 1991). Model Kuantum Makrokopik Sejauh ini telah diuraikan fenomena uperkonduktivita berdaarkan rumuan elektrodinamika klaik (F. & H. London). Dalam paal ini akan diperkenalkan rumuan kuantum makrokopik (F. London) yang berhail memperdalam pengertian aru uper dan menunjukkan adanya kuantiai flukoid. F. London (1948) menyadari bahwa peramaan London dapat diturunkan dari ide yang fundamental dengan mengaumikan enembel uper-elektron ecara keeluruhan berkelakuan ebagai uatu item kuantum pada kala makrokopik. Oleh karena itu, hadir ebuah fungi gelombang kuantum makrokopik Ψ ( x,t) yang menggambarkan kelakuan eluruh enembel uper-elektron di dalam uperkonduktor. (Orlando, Terry P., 1991)..1 Aru probabilita dalam teori kuantum chrodinger Sebagai pendahuluan paal ini, tinjau peramaan Schrodinger yang berlaku untuk partikel tunggal dengan fungi keadaan ψ : h ih Ψ = Ψ + VΨ (7) t m dengan penafiran fiik (M. Bohr) : * Ψ( x,t) = rapat probabilita = Ψ ( x, t) Ψ( x, t) Ρ (8) yang memenuhi yarat normaliai : (, t) dv = 1 Ψ x (9) -7
8 Peramaan di ata dapat diringka menjadi peramaan kontinuita : ρ = J t (10) yang menyatakan kekekalan probabilita dengan J * * ( Ψ Ψ Ψ Ψ h = ) (11) m Re Ψ Ψ im : rapat aru probabilita (1) * h Jika peramaan kontinuita ini menyatakan kekekalan probabilita ecara lokal, maka yarat normaliai di depan merupakan pernyataan kekekalan ecara global. Pengaruh kehadiran medan elektromagnet luar dengan fungi potenial kalar φ dan potenial vektor A dapat diperhitungkan berdaarkan cara ubtitui minimal momentum linier p dalam peramaan kanonik mekanika klaik dengan perumuan invarian gauge lokal dalam teori medan. Untuk partikel bermuatan q, pengalihannya ke dalam bentuk kuantum dan hamiltonian yang berangkutan juga berubah (andaikan V = qφ ). Peramaan Schrodinger yang berangkutan menjadi : 1 h ih Ψ = qa + qφ Ψ (13) t m i dan rapat aru probabilita yang berangkutan menjadi : J * h q = Re Ψ A Ψ (14) im m (Orlando, Terry P., 1991).. Perumuan Kuantum makrokopik -8
9 Dengan aumi pokok enembel uper-elektron ecara keeluruhan berkelakuan ebagai uatu item kuantum dan kelakuan/keadaannya dapat dilukikan oleh uatu fungi keadaan kuantum makrokopik yang memenuhi peramaan aru uper dalam kehadiran medan elektromagnet, maka dapat dipotulatkan kehadiran Ψ ( x,t) untuk mendekripikan kelakuan enembel uperelektron. 1 h ( x, t) = q A( x, t) Ψ( x, t) + q φ( x, t) Ψ( x, t ih Ψ t m i ) (15) dengan m dan q maing-maing menyatakan maa dan muatan uper-elektron dan yarat normaliai : ( x, t) Ψ( x, t) * Ψ dv = N (jumlah uper-elektron) (16) * ehingga Ψ ( x, t) Ψ( x, t) = rapat lokal uper-elektron= ( x t) rumu aru probabilita diperlua menjadi rapat aru uper J n, : real. Selanjutnya * h q = q Ψ Re A Ψ (17) im m Subtitui ungkapan Ψ ( x,t) di ata ke dalam ungkapan aru uper untuk menghailkan peramaan : h q ( x, t) θ ( x, t) A( x t) q n v J = qn, = m m (18) h q dengan v = θ ( x, t) A( x, t) m m. q Di dalam uperkonduktor, J = 0 yang berarti θ = A Invarian gauge. D -9
10 J ebagai bearan fii haru invarian terhadap pemilihan fae θ maupun fungi potenial A, kedua-duanya tidak dapat diukur ecara ekperimen. Kebebaan dalam memilih A hanya dibatai oleh definiinya B = A, yang berarti tidak boleh mengubah harga B. Bataan terebut maih memungkinkan variai A ebagai berikut : A A' = A + χ (19) yang berarti perubahan φ ebagai berikut : χ φ φ = φ (0) t Berdaarkan peramaan S bagi Ψ ( x,t) dapat ditunjukkan bahwa ini berarti pula perubahan : ( ) ( ) ( ) i θ ' x t n x t x,, =, t e Ψ Ψ' (1) Selanjutnya dapat ditunjukkan bahwa yarat : J akan tetap ama (invarian) bila dipenuhi q θ ' = θ + χ () h (Orlando, Terry P., 1991)..3 Kuantiai flukoid Di dalam bahan uperkonduktor padat/tak berlubang/imply connected yang cukup tebal (a/λ>>1), telah ditunjukkan bahwa medan B atau fluki yang berangkutan B d elalu ama dengan nol. Namun, tidak demikian halnya bila -10
11 bahan terebut mengandung lubang (mengandung daerah yang multiply connected). Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa lubang terebut merupakan daerah normal/non-uperkonducting. Oleh karena itu, pada daarnya medan B atau fluki magnet di dalam daerah lubang tidak elalu =0. Pada ebuah bahan yang berbentuk cincin tebal/ilinder berongga dengan dinding tebal eperti tampak pada gambar berikut. Gambar.6. cincin tebal uperkonduktor Jika medan luar diterapkan pada uperkonduktor dengan uhu < Tc, tidak akan terjadi penetrai fluki medan ke dalam rongga ilinder ehubungan dengan peniadaannya oleh aru uper yang terimba itu. Dalam hal ini efek Meiner tampak operatif epenuhnya. Sementara itu, pada kehadiran medan luar melalui penurunan T ampai di bawah T c, fluki medan akan terperangkap oleh rongga ilinder, walaupun tidak terjadi penetrai medan ke dalam bahan uperkonduktor. Kehadiran medan magnet dalam rongga akan menimbulkan aru imba yang berirkulai epanjang lintaan tertutup dalam cincin euai dengan peramaan Maxwell J = H. -11
12 Gambar.7. fluki medan magnet dalam rongga cincin Secara klaik (teori London klaik), tidak terdapat bataan pada bearnya fluki medan magnet yang terperangkap itu. Menurut perumu model kuantum makrokopik (MKM), J = 0 epanjang lintaan tertutup C di dalam dinding ilinder, ini berarti berlakunya hubungan : A = h q θ (3) Sepanjang C, jadi : h q A dl = C C θ dl (4) A d = S h dθ q (5) C B d = S h dθ q (6) C Ingatlah bahwa fae θ pada fungi gelombang enembel dapat mengambil harga yang merupakan kelipatan bulat dari harga utamanya π θ p + π, yaitu : θ ( x, t) θ p ( x, t) + nπ = (7) -1
13 karena iθ i( θ p + nπ ) ( x, t) = n = n e e Ψ (8) Selanjutnya karena ( x t) θ bernilai tunggal, maka dθ = 0, ehingga p, dθ = nπ (9) C Dengan kata lain p S h B d = nπ = nφ 0 q (30) Φ 0 = h h, bila uperkonduktor = paangan Cooper = kuantum fluxoid q e Dengan n melambangkan bilangan bulat. Jadi penetrai fluki medan luar dalam uperkonduktor memiliki nilai kuantiai yang tetap, yaitu Φ 0 = h / e = Weber. (Orlando, Terry P., 1991) Gambar berikut menunjukkan hail ekperimen yang dilakukan oleh Deaver dan Fairbank (USA) dan Doll dan Näbauer (Jerman) yang identik ecara eenial. -13
14 Gambar.8. fluki yang terperangkap dalam rongga cincin. (a) hail ekperimen Deaver dan Fairbank (USA). (b) data ideal Sumber : (Orlando, Terry P., 1991) Dengan mengukur penetrai fluk medan luar, konep uper-elektron telah dikonfirmai ecara ekperimen. -14
15 .3 Efek Hall Efek Hall adalah alah atu cara untuk menentukan konentrai pembawa muatan. Gambar menunjukkan prinip pengukuran konentrai lubang (hole) dalam emikonduktor tipe-p. Gambar -9. Pengukuran efek Hall Lubang dalam emikonduktor pada arah umbu x dipercepat dalam medan litrik, edangkan pada arah umbu z diberikan medan magnet. Gerakan dari partikel bermuatan dalam medan magnet diberikan ebagai : F = q (v B) (3) Dimana F adalah vektor gaya yang bekerja pada partikel yang diebut gaya Lorentz (Newton), v adalah kecepatan partikel ( m ), dan B adalah medan magnet (Tela). Bila i ˆ, ĵ, dan kˆ adalah vektor-vektor atuan maing-maing pada arah x, y, dan z. Dari gambar didapat : B = B z k ˆ (4) -15
16 ) v = v x i ˆ Dengan menubtituikan peramaan (3) ke (4) didapat : F = q v x BBz (i ˆ kˆ ) = -(q v xb zb Dengan q adalah muatan partikel (Coulomb). ĵ (5) Peramaan terebut menyatakan gaya dengan arah negatif pada umbu y. Berarti lubang ditolak oleh gaya Lorentz ke arah ii permukaan A. Bila hanya terdapat gaya Lorentz, lubang akan dikonentraikan ecara tak terhingga pada permukaan A, namun ada yang menghentikan proe terebut, aat lubang diditribuikan ke atu ii pada permukaan A, timbul gaya litrik pada arah y, yaitu dari permukaan A ke permukaan B. Keadaan eimbang tercapai apabila adanya keeimbangan antara medan litrik dan gaya Lorentz, dan timbul beda tegangan antara permukaan A dan B. Tegangan ini diebut tegangan Hall yang nilainya ebanding dengan konentrai pembawa (dalam hal ini konentrai lubang), ebagai berikut : Bila E y adalah medan litrik ( V ) dan dalam keadaan gaya-gaya m eimbang didapat : atau qe y - q v x BBz = 0 (6) E y = v x BBz (7) Tegangan Hall (Volt) diberikan ebagai : V H = le y (8) Bila p adalah konentrai lubang, maka aru I (Ampere) adalah : I = q pv x dl (9) -16
17 Peramaan diata dapat direduki menjadi : Bz I Bz V = = H H qdp R (30) d Bila V H, B z, q, dan d diketahui, maka p dapat dihitung menggunakan peramaan (30) dimana RH 1 = diebut koefiien Hall. Konentrai elektron qp dapat dihitung dengan cara yang ama, tetapi haru diingat bahwa elektron bermuatan negatif. Hailnya : V H = B z I qdn (31) Arah dari medan medan litrik Hall dalam emikonduktor tipe-n berlawanan dengan pada emikonduktor tipe-p. Dengan cara ini pula dapat ditentukan tipe konduki emikonduktor yaitu dengan mengetahui polarita tegangan Hall. Sementara itu, pada emikonduktor ektrinik yang memiliki dua pembawa muatan, yaitu elektron dan lubang dengan konentrai dan mobilita yang berbeda maka koefiien Hall memiliki bentuk : R H e h nμ + pμ = (3) e ( nμ + pμ ) e h Dengan n adalah konentrai elektron, p adalah konentrai lubang, μ e adalah mobilita elektron dan μ h adalah mobilita lubang. (Rio, S. Reka, 1980).4 Penguat Operaional -17
18 Penguat operaional adalah uatu rangkaian elektronika yang dikema dalam bentuk rangkaian terpadu (IC). Perangkat ini ering digunakan ebagai penguat inyal, baik yang linier maupun yang non linier terutama dalam item pengaturan dan pengendalian, intrumentai, erta komputai analog. Keuntungan dari pemakaian penguat operaional ini adalah karakteritiknya yang mendekati ideal ehingga dalam merancang rangkaian yang menggunakan penguat ini lebih mudah dan juga karena penguat ini bekerja pada tingkatan yang cukup dekat dengan karakteritik kerjanya ecara teoriti. Dari udut inyal ebuah penguat operaional mempunyai tiga terminal, yaitu dua terminal maukan dan atu terminal keluaran. Input Gambar.10. imbol rangkaian penguat operaional Gambar menunjukkan imbol dari ebuah penguat operaional. Teminal input 1 dan adalah terminal maukan dan terminal output adalah terminal keluaran. Kebanyakan penguat operaional membutuhkan catu daya DC dengan dua polarita untuk dapat beroperai. Terminal V B + diambungkan ke tegangan poitif (+V) dan terminal V B - diambungkan ke tegangan negatif (-V). Karakteritik utama ebuah penguat operaional yang ideal adalah : 1. Impedani maukan tak terhingga -18
19 Penguat yang ideal diharapkan tidak menarik aru maukan, artinya tidak ada aru yang mauk kedalam terminal input 1 maupun (I 1 = I = 0). Impedani keluaran ama dengan nol Terminal output merupakan keluaran penguat operaional, idealnya diharapkan bertindak ebagai terminal keluaran ebuah umber umber tegangan ideal. Tegangan antara terminal output dengan ground akan elalu ama dengan A(V - V 1 ), dimana A adalah faktor penguatan ebuah penguat operaional. 3. Penguatan loop terbuka tak terhingga Apabila dioperaikan pada loop terbuka (tidak ada umpan balik dari keluaran ke maukan), maka ebuah penguat operaional ideal mempunyai penguatan (gain) yang bearnya tak terhingga..4.1 Penguat Tak Membalik (Non-inverting Amplifier) Penguat tak membalik merupakan uatu penguat dimana tegangan keluarannya atau V o mempunyai polarita yang ama dengan tegangan maukan atau V i. Rangkaian penguat tak membalik ditunjukkan pada Gambar berikut. -19
20 Gambar.11 penguat tak membalik Aru i mengalir ke R i karena impedani maukan op-amp angat bear ehingga tidak ada aru yang mengalir pada kedua terminal maukannya. Tegangan pada R i ama dengan V i karena perbedaan tegangan pada kedua terminal maukannya mendekati 0 V. V i i = (33) R i Tegangan pada R f dapat dinyatakan ebagai : R = V (34) f V i R R f = f Ri i Tegangan keluaran V o didapat dengan menambahkan tegangan pada R i yaitu V i dengan tegangan pada R f yaitu V. R f R f V o = Vi + Vi (35) R i Sehingga diperoleh penguatan ebear : V V o i R f 1 + (36) R = i (Millman, 197) -0
21 -1
BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA
BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor litrik merupakan beban litrik yang paling banyak digunakan di dunia, Motor induki tiga faa adalah uatu mein litrik yang mengubah energi litrik menjadi energi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ciri pokok superkonduktor yang dipandang dari sifat magnetik dan sifat
BAB I PENDAHULUAN Ciri pokok superkonduktor yang dipandang dari sifat magnetik dan sifat transport listrik secara terpisah serta yang membedakannya dari konduktor (logam) adalah dua buah karakteristik,
Lebih terperinciBAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS
BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga
Lebih terperinciBAB II Dioda dan Rangkaian Dioda
BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda 2.1. Pendahuluan Dioda adalah komponen elektronika yang teruun dari bahan emikonduktor tipe-p dan tipe-n ehingga mempunyai ifat dari bahan emikonduktor ebagai berikut.
Lebih terperinciBAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA
BAB MOTOR NDUKS TGA FASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan
Lebih terperinciBAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya
BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki adalah motor litrik aru bolak-balik yang putaran rotornya tidak ama dengan putaran medan tator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan pada tator
Lebih terperinciPENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA
BAB IV. PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA Bab ini membaha tentang pengujian pengaruh bear tahanan rotor terhadap tori dan efiieni motor induki. Hail yang diinginkan adalah
Lebih terperinciBAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR
6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh
Lebih terperinciBAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic
BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan
Lebih terperinciROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:
Bab V: ROOT LOCUS Root Locu yang menggambarkan pergeeran letak pole-pole lup tertutup item dengan berubahnya nilai penguatan lup terbuka item yb memberikan gambaran lengkap tentang perubahan karakteritik
Lebih terperinciBAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II.1. KONSTRUKSI MOTOR INDUKSI SATU PHASA
BAB MOTOR NDUKS SATU HASA.. KONSTRUKS MOTOR NDUKS SATU HASA Kontruki motor induki atu phaa hampir ama dengan motor induki phaa banyak, yaitu terdiri dari dua bagian utama yaitu tator dan rotor. Keduanya
Lebih terperinciImplikasi Ukuran Maksimum Sambungan pada JJ-SNS sebagai Komponen SQUID Berdasarkan Model Ginzburg-Landau Termodifikasi
Implikai Ukuran Makimum Sambungan pada JJ-SS ebagai Komponen SQUID Berdaarkan Model Ginzburg-Landau Termodifikai Hari Wiodo 1, 2, *), Arif Hidayat 1), Pekik urwantoro 2), Agung Bambang Setio Utomo 2),
Lebih terperinciTransformasi Laplace. Slide: Tri Harsono PENS - ITS. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS
Tranformai Laplace Slide: Tri Harono PENS - ITS 1 1. Pendahuluan Tranformai Laplace dapat digunakan untuk menyatakan model matemati dari item linier waktu kontinu tak ubah waktu, Tranformai Laplace dapat
Lebih terperinciFIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang
Kurikulum 2013 FIika K e l a XI KARAKTERISTIK GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian gelombang dan jeni-jeninya.
Lebih terperinciBAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor-motor pada dasarnya digunakan sebagai sumber beban untuk
BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA.1. Secara Umum Motor-motor pada daarnya digunakan ebagai umber beban untuk menjalankan alat-alat tertentu atau membantu manuia dalam menjalankan pekejaannya ehari-hari,
Lebih terperinciFisika adalah ilmu yang mempelajari benda-benda di alam, gejala-gejala fisis, dan kejadian-kejadian yang berlaku di alam ini.
Fiika adalah ilmu yang mempelajari benda-benda di alam, gejala-gejala fii, dan kejadian-kejadian yang berlaku di alam ini. Kajian-kajian dalam bidang fiika banyak melibatkan pengukuran bearanbearan fiika.
Lebih terperinciDESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI
BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan
Lebih terperinciPEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari
PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK Program Studi Teknik Elektro Fakulta
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)
ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikai pada Laboratorium Konveri Energi Litrik FT-USU) Tondy Zulfadly Ritonga, Syamul Amien Konentrai Teknik
Lebih terperinciBAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA
BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik ( AC ) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari
Lebih terperinciBAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN PEMBUMIAN
BAB II IMPEDANI UJA MENAA DAN PEMBUMIAN II. Umum Pada aluran tranmii, kawat-kawat penghantar ditopang oleh menara yang bentuknya dieuaikan dengan konfigurai aluran tranmii terebut. Jeni-jeni bangunan penopang
Lebih terperinciMotor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham
Motor Ainkron Oleh: Sudaryatno Sudirham. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah atu jeni yang banyak dipakai adalah motor ainkron atau motor
Lebih terperinciBAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA
BAB III EACA ZAT DALAM SISTIM YAG MELIBATKA EAKSI KIMIA Pada Bab II telah dibaha neraca zat dalam yang melibatkan atu atau multi unit tanpa reaki. Pada Bab ini akan dibaha neraca zat yang melibatkan reaki
Lebih terperinciTRANSFORMASI LAPLACE. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. 11 April 2011 EL2032 Sinyal dan Sistem 1
TRANSFORMASI LAPLACE Aep Najmurrokhman Juruan Teknik Elektro Univerita Jenderal Achmad Yani April 20 EL2032 Sinyal dan Sitem Tujuan Belajar : mengetahui ide penggunaan dan definii tranformai Laplace. menurunkan
Lebih terperinciTransformasi Laplace dalam Mekatronika
Tranformai Laplace dalam Mekatronika Oleh: Purwadi Raharjo Apakah tranformai Laplace itu dan apa perlunya mempelajarinya? Acapkali pertanyaan ini muncul dari eorang pemula, apalagi begitu mendengar namanya
Lebih terperinciANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice
NLISIS PENGONTROL TEGNGN TIG FS TERKENDLI PENUH DENGN BEBN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNKN PROGRM PSpice Heber Charli Wibiono Lumban Batu, Syamul mien Konentrai Teknik Energi Litrik, Departemen Teknik Elektro
Lebih terperinciAnalisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus
ISBN: 978-60-7399-0- Analia Kendali Radar Penjejak Peawat Terbang dengan Metode Root Locu Roalina ) & Pancatatva Heti Gunawan ) ) Program Studi Teknik Elektro Fakulta Teknik ) Program Studi Teknik Mein
Lebih terperinciPERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER
PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,
Lebih terperinciELEKTROMAGNETIKA I. Modul 07 GELOMBANG DATAR PADA BAHAN
LKTROMAGNTIKA I Modul 7 GLOMBANG DATAR PADA BAAN 1 LKTROMAGNTIKA I Materi : 7.1 Pendahuluan 7. Review Gel Datar Serbaama di udara 7.3 Gelombang Datar Serbaama di dielektrik 7.4 Gelombang Datar Serbaama
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3. Deain Penelitian yaitu: Pengertian deain penelitian menurut chuman dalam Nazir (999 : 99), Deain penelitian adalah emua proe yang diperlukan dalam perencanaan dan pelakanaan
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM PENGENDALIAN MEDAN MAGNET UNTUK MEMBUKTIKAN KEHADIRAN EFEK KUANTISASI FLUKSOID SUPERKONDUKTOR TUGAS AKHIR
PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM PENGENDALIAN MEDAN MAGNET UNTUK MEMBUKTIKAN KEHADIRAN EFEK KUANTISASI FLUKSOID SUPERKONDUKTOR TUGAS AKHIR Oleh : Nina Siti Aminah NIM : 10202012 PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi angat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan
Lebih terperinciBAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT
BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT Ukuran utama kinerja evaporator adalah kapaita dan ekonomi. Kapaita didefiniikan ebagai jumlah olvent yang mampu diuapkan per atuan lua per atuan Waktu. Sedangkan
Lebih terperinciDEFINISI DAN RUANG SOLUSI
DEFINISI DAN RUANG SOLUSI Pada bagian ini akan dibaha tentang bai dan dimeni menggunakan pengertian dari kebebaan linear ( beba linear dan merentang ) yang dibaha pada bab ebelumnya. Definii dari bai diberikan
Lebih terperinciMODEL MATEMATIK SISTEM FISIK
MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK PEMODELAN MATEMATIK Model Matematik Gambaran matematik dari karakteritik dinamik uatu item. Beberapa item dinamik eperti mekanika, litrik, pana, hidraulik, ekonomi, biologi
Lebih terperinciMODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN
MODUL SISTEM KENDALI KECEPATAN Kurniawan Praetya Nugroho (804005) Aiten: Muhammad Luthfan Tanggal Percobaan: 30/09/06 EL35-Praktikum Sitem Kendali Laboratorium Sitem Kendali dan Komputer STEI ITB Abtrak
Lebih terperinciX. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar.
X. ANTENA X.1 PENDAHULUAN Dalam hubungan radio, baik pada pemancar maupun pada penerima elalu dijumpai antena. Antena adalah uatu item / truktur tranii antara gelombang yang dibimbing ( guided wave ) dan
Lebih terperinciSudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga
Sudaryatno Sudirham Analii Keadaan Mantap angkaian Sitem Tenaga ii BAB 4 Motor Ainkron 4.. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah a atu jeni
Lebih terperinciLaporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem
Laporan Praktikum Teknik Intrumentai dan Kendali Permodelan Sitem iuun Oleh : Nama :. Yudi Irwanto 0500456. Intan Nafiah 0500436 Prodi : Elektronika Intrumentai SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR BAAN TENAGA
Lebih terperinciSTUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA)
STUDI PERBADIGA BELITA TRASFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PEGGUAA TAP CHAGER (Aplikai pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRASBUAA) Bayu T. Sianipar, Ir. Panuur S.M. L.Tobing Konentrai Teknik Energi Litrik,
Lebih terperinciMetode Penentuan Parameter Kelistrikan Sel Surya Organik Single Heterojunction
Metode Penentuan Parameter Kelitrikan Sel Surya Organik Single Heterojunction Setianto 1*, Awad H.S. 1, Kuwat T. 2, M.F. oyid 2 1 Departemen Fiika-FMIPA, Univerita Padjadjaran l. aya atinangor KM. 21,
Lebih terperinciPOTENSIOMETER. Metode potensiometer adalah suatu metode yang membandingkan dalam keadaan setimbang dari suatu rangkaian jembatan. Pengukuran tahanan
POTNSOMT Metode poteniometer adalah uatu metode yang membandingkan dalam keadaan etimbang dari uatu rangkaian jembatan Pengukuran tahanan S t t G angkah kerja :. Atur heotat ehingga aru tetap, ehingga
Lebih terperinciPenentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa
Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibaha mengenai perancangan dan realiai dari kripi meliputi gambaran alat, cara kerja ytem dan modul yang digunakan. Gambar 3.1 merupakan diagram cara kerja
Lebih terperinciDESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS
Bab VI: DESAIN SISEM ENDALI MELALUI OO LOCUS oot Lou dapat digunakan untuk mengamati perpindahan pole-pole (lup tertutup) dengan mengubah-ubah parameter penguatan item lup terbukanya ebagaimana telah ditunjukkan
Lebih terperinciBAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA
227 BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA. Apakah cahaya terebut? 2. Bagaimana ifat perambatan cahaya? 3. Bagaimana ifat pemantulan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan ifat bayangan pada cermin? 5. Bagaimana
Lebih terperinciSimulasi dan Deteksi Hubung Singkat Impedansi Tinggi pada Stator Motor Induksi Menggunakan Arus Urutan Negatif
Simulai dan Deteki Hubung Singkat Impedani Tinggi pada Stator Motor Induki Menggunakan Aru Urutan Negatif Muhammad Amirul Arif 0900040. Doen Pembimbing :. Dima Anton Afani, ST., MT., Ph. D.. I G. N. Satriyadi
Lebih terperinciBAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi merupakan motor arus bolak balik (AC) yang paling luas
BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA. Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan
Lebih terperinciSTATISTIK FERMI - DIRAC
STATISTIK ERMI - DIRAC Diuun untuk memenuhi tuga mata kuliah iika Statitik DISUSUN OLEH : KELOMPOK VII DISUSUN OLEH : KELOMPOK VII 1. 06101011006 MUHAMMAD URQON. 0610101100 EVELINA ASTRA PATRIOT 3. 06101011037
Lebih terperinciFISIKA. Sesi INDUKSI ELEKTROMAGNETIK A. FLUKS MAGNETIK ( Ф )
FSKA KELAS X PA - KURKULUM GABUNGAN 08 Sei NGAN NDUKS ELEKTROMAGNETK nduki elektromagnetik adalah gejala terjadinya GGL induki ada enghantar karena erubahan fluk magnetik yang melingkuinya. A. FLUKS MAGNETK
Lebih terperinciBAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF
Bab E, Umpan Balik Negati Hal 217 BB 5E UMPN BLIK NEGTIF Dengan pemberian umpan balik negati kualita penguat akan lebih baik hal ini ditunjukkan dari : 1. pengutannya lebih tabil, karena tidak lagi dipengaruhi
Lebih terperinciAnalisis Hemat Energi Pada Inverter Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induksi 3 Fasa
ELEKTRIKA Volume 01, Nomor 01, September 017 ISSN: 597-796 Analii Hemat Energi Pada Inverter Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induki 3 Faa Bambang Prio Hartono dan Eko Nurcahyo Program Teknik Litrik Diploma
Lebih terperinciPERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK
Konfereni Naional Teknik Sipil (KoNTekS ) Sanur-Bali, - Juni PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM Zufrimar, Budi Wignyoukarto dan Itiarto Program Studi Teknik Sipil, STT-Payakumbuh,
Lebih terperinciMATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 )
MATEMATIKA IV MODUL 9 Tranformai Laplace Zuhair Juruan Teknik Elektro Univerita Mercu Buana Jakarta 2007 年 2 月 6 日 ( 日 ) Tranformai Laplace Tranformai Laplace adalah ebuah metode yangdigunakan untuk menyeleaikan
Lebih terperinciTOPIK: ENERGI DAN TRANSFER ENERGI
TOPIK: ENERGI DN TRNSFER ENERGI SOL-SOL KONSEP: 1 Ketika ebuah partikel berotai (berputar terhadap uatu umbu putar tertentu) dalam uatu lingkaran, ebuah gaya bekerja padanya mengarah menuju puat rotai.
Lebih terperinci1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka
1. Pendahuluan Komunikai merupakan kebutuhan paling menonjol pada kehidupan manuia. Pada awal perkembangannya ebuah pean diampaikan ecara langung kepada komunikan. Namun maalah mulai muncul ketika jarak
Lebih terperinciTEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia
TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 Riani Lubi Juruan Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia Pendahuluan (1) Pertamakali dipublikaikan pada tahun 1909 oleh Agner Kraup Erlang
Lebih terperinciBAB XV PEMBIASAN CAHAYA
243 BAB XV PEMBIASAN CAHAYA. Apakah yang dimakud dengan pembiaan cahaya? 2. Apakah yang dimakud indek bia? 3. Bagaimana iat-iat pembiaan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan iat bayangan pada lena? 5.
Lebih terperinciBAB III PARAMETER DAN TORSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA. beban nol motor induksi dapat disimulasikan dengan memaksimalkan tahanan
BAB III PAAMETE DAN TOSI MOTO INDUKSI TIGA FASA 3.1. Parameter Motor Induki Tiga Faa Parameter rangkaian ekivalen dapat dicari dengan melakukan pengukuran pada percobaan tahanan DC, percobaan beban nol,
Lebih terperinciTeam Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia
Team Doen Riet Operaional rogram Studi Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia ertamakali dipublikaikan pada tahun 909 oleh Agner Kraup Erlang yang mengamati maalah kepadatan penggunaan telepon
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila
III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung tahun ajaran 01/013 yang berjumlah 38 iwa dan terebar dalam enam kela yang
Lebih terperinciMANIPULASI MEDAN MAGNETIK PADA IKATAN KIMIA UNTUK SUATU MOLEKUL BUATAN. Oleh Muh. Tawil * & Dominggus Tahya Abstrak
MANIPULASI MEDAN MAGNETIK PADA IKATAN KIMIA UNTUK SUATU MOLEKUL BUATAN Oleh Muh. Tawil * & Dominggu Tahya Abtrak Penerapan medan magnet dalam metode S-UHF dapat digunakan untuk mendekripikan kekuatan ikatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang akan dilakukan merupakan metode ekperimen dengan deain Pottet-Only Control Deign. Adapun pola deain penelitian
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Penelitian ini menggunakan penelitian ekperimen. Subyek penelitiannya dibedakan menjadi kela ekperimen dan kela kontrol. Kela ekperimen diberi perlakuan
Lebih terperinci5. Transformasi Integral dan Persamaan Integral
5. Tranformai Integral dan Peramaan Integral 5.. Tranformai Integral 5.. Tranformai Laplace 5.3. Tranformai Fourier 5.4. Peramaan Integral 5.. Tranformai Integral Di dalam Fiia Matematia ita ering menjumpai
Lebih terperinciSET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya.
MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA FISIKA SET KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR a. Gerak Gerak adalah perubahan kedudukan uatu benda terhadap titik acuannya. B. Gerak Luru
Lebih terperinciSISTEM KENDALI KECEPATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam
SSTEM ENDAL ECEATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdau oliteknik Batam. Tujuan 1. Memahami kelebihan dan kekurangan item kendali lingkar tertutup (cloe-loop) dibandingkan item kendali terbuka (open-loop).
Lebih terperinciMA 2081 STATISTIKA DASAR SEMESTER I 2012/2013 KK STATISTIKA, FMIPA ITB
MA 081 STATISTIKA DASAR SEMESTER I 01/013 KK STATISTIKA, FMIPA ITB UJIAN RE-EVALUASI Jum at, 1 Deember 01, 13.30 15.30 WIB (10 MENIT) Kela 01. Pengajar: Utriweni Mukhaiyar, Kela 0. Pengajar: Sumanto Winotoharjo
Lebih terperinciBab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan
Bab 5 Migrai Pre-Stack Domain Kedalaman (Pre-tack Depth Migration - PSDM) Adanya truktur geologi yang komplek, dalam hal ini perubahan kecepatan dalam arah lateral memerlukan teknik terendiri dalam pengolahan
Lebih terperinciBAB 2 MOTOR INDUKSI TIGA FASA. DC disebut motor konduksi. Lain halnya pada motor AC, kumparan rotor tidak
BAB 2 MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1. Umum Secara umum, motor litrik berfungi untuk mengubah energi litrik menjadi energi mekanik yang berupa tenaga putar. Di dalam motor DC, energi litrik diambil langung
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi
III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian quai experimental. Deain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak
Lebih terperinciBAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI
26 BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI Pada tei ini akan dilakukan pemodelan matemati peramaan lingkar tertutup dari item pembangkit litrik tenaga nuklir. Pemodelan matemati dibentuk dari pemodelan
Lebih terperinciSIMULASI KARAKTERISTIK MOTOR INDUKSI TIGA FASA BERBASIS PROGRAM MATLAB
36 SIULASI KAAKTEISTIK OTO INDUKSI TIGA FASA BEBASIS POGA ATLAB Yandri Juruan Teknik Elektro, Fakulta Teknik Univerita Tanjungpura E-mail : yandri_4@yahoo.co.id Abtract otor uki angat lazim digunakan pada
Lebih terperinciBola Nirgesekan: Analisis Hukum Kelestarian Pusa pada Peristiwa Tumbukan Dua Dimensi
Bola Nirgeekan: Analii Hukum Keletarian Pua pada Peritiwa Tumbukan Dua Dimeni Akhmad Yuuf 1,a), Toni Ku Indratno 2,b) 1,2 Laboratorium Teknologi Pembelajaran Sain, Fakulta Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Lebih terperinciSISTEM PENGENDALI ARUS START MOTOR INDUKSI PHASA TIGA DENGAN VARIASI BEBAN
Sitem Pengendali Aru Start Motor Induki Phaa Tiga dengan Variai Beban SISTEM PENGENDALI ARUS START MOTOR INDUKSI PHASA TIGA DENGAN VARIASI BEBAN Oleh : Yunita, ) Hendro Tjahjono ) ) Teknik Elektro UMSB
Lebih terperinciInstitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Matrik Alih
Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Matrik Alih Materi Contoh Soal Ringkaan Latihan Aemen Materi Contoh Soal Ringkaan Latihan Aemen Pengantar Dalam Peramaan Ruang Keadaan berdimeni n, teradapat
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah iwa kela XI IPA emeter genap SMA Negeri 0 Bandar Lampung tahun pelajaran 04/05 yang berjumlah 5 iwa. Kemampuan
Lebih terperinciAnalisis Rangkaian Listrik Jilid 2
Sudaryatno Sudirham nalii angkaian itrik Jilid Sudaryatno Sudirham, nalii angkaian itrik nalii angkaian Menggunakan Tranformai aplace Setelah mempelajari bab ini kita akan memahami konep impedani di kawaan.
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Kegiatan penelitian dilakanakan pada tanggal ampai dengan 4 April 03 di Madraah Ibtidaiyah Infarul Ghoy Plamonganari Pedurungan Semarang. Dalam penelitian
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF(5m)
BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF5m) Teori finite field mulai diperkenalkan pada abad ke tujuh dan abad ke delapan dengan tokoh matematikanya Pierre de
Lebih terperinciISSN MENENTUKAN PERSAMAAN KECEPATAN PENGENDAPAN PADA SEDIMENTASI
ISSN 4-735 MENENTUKAN PERSAMAAN KECEPATAN PENGENDAPAN PADA SEDIMENTASI Setiyadi, Suratno Lourentiu, Ezra Ariella W.*, Gede Prema M.S. Juruan Teknik Kimia, Fakulta Teknik, Univerita Katolik Widya Mandala,
Lebih terperinciPerancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No., (07) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-4 Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sitem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tank Boby Dwi Apriyadi
Lebih terperinciInstitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Prosedur Plot Tempat Kedudukan Akar
Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya MATERI Proedur Plot Tempat Kedudukan Akar Sub Pokok Bahaan Anda akan belajar. Proedur plot Letak Kedudukan Akar. Proedur plot dengan bantuan Matlab Pengantar.
Lebih terperinciTEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik
TEKNOLOGI BETON Sifat Fiik dan Mekanik Beton, ejak dulu dikenal ebagai material dengan kekuatan tekan yang memadai, mudah dibentuk, mudah diproduki ecara lokal, relatif kaku, dan ekonomi. Agar menghailkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian. Waktu Penelitian Penelitian dilakanakan pada 4 Februari 5 Maret 0.. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakanakan di SMP Ilam Al-Kautar
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Persada
0 III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA Perada Bandar Lampung tahun ajaran 0/0 yang berjumlah 07 iwa dan terebar dalam 3 kela.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan jaman yang cepat eperti ekarang ini, peruahaan dituntut untuk memberikan laporan keuangan yang benar dan akurat. Laporan keuangan terebut
Lebih terperinciPenentuan Parameter-Parameter Karakteristik Sel Surya untuk Kondisi Gelap dan Kondisi Penyinaran dari Kurva Karakteristik Arus-Tegangan (I-V)
Penentuan Parameter-Parameter Karakteritik Sel Surya untuk Kondii Gelap dan Kondii Penyinaran dari Kurva Karakteritik Aru-Tegangan (-) A. Suhandi, Y. R. Tayubi, Hikmat, A. Eliyana Juruan Pendidikan Fiika
Lebih terperinciModul 3 Akuisisi data gravitasi
Modul 3 Akuiii data gravitai 1. Lua Daerah Survey Lua daerah urvey dieuaikan dengan target yang diinginkan. Bila target anomaly berukuran lokal (cukup kecil), maka daerah urvey tidak perlu terlalu lua,
Lebih terperinciNina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com
Bab Kubu dan Balok ujuan embelajaran etelah mempelajari bab ini iwa diharapkan mampu: Mengenal dan menyebutkan bidang, ruuk, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal kubu dan balok; Menggambar
Lebih terperinciBAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN
BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN 5.1. Proe Fluidiai Salah atu faktor yang berpengaruh dalam proe fluidiai adalah kecepatan ga fluidiai (uap pengering). Dalam perancangan ini, peramaan empirik yang digunakan
Lebih terperinciTOPIK: HUKUM GERAK NEWTON. Sebuah bola karet dijatuhkan ke atas lantai. Gaya apakah yang menyebabkan bola itu memantul?
SOAL-SOAL KONSEP TOPIK: HUKUM GERAK NEWTON Sebuah bla karet dijatuhkan ke ata lantai. Gaya apakah yang menyebabkan bla itu memantul? Mlekul-mlekul pada lantai melawan/menlak bla aat menumbuk lantai dan
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN MODEL DAN SIMULASI SISTEM
BAB III PERANCANGAN MODEL DAN SIMULASI SISTEM 3.1 Pendahuluan Berikut diagram blok pemodelan ytem yang akan diimulaikan. Seluruh ytem dimodelkan dengan meggunakan program Matlab. Parameter yang diukur
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN
BAB TINJAUAN KEPUSTAKAAN.1 Perenanaan Geometrik Jalan Perenanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perenanaan jalan yang difokukan pada perenanaan bentuk fiik jalan ehingga dihailkan jalan yang dapat
Lebih terperinciLentur Pada Balok Persegi
Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah Kode SKS : Peranangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Lentur Pada Balok Peregi Pertemuan 4,5,6,7 Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Sub Pokok
Lebih terperinciAntiremed Kelas 11 FISIKA
Antiremed Kela 11 FISIKA Gerak Harmoni Sederhana - Latihan Soal Doc Name: AR11FIS0401 Verion : 01-07 halaman 1 01. Dalam getaran harmonik, percepatan getaran (A) elalu ebanding dengan impangannya tidak
Lebih terperinciPERANCANGAN MOTOR INDUKSI SATU FASA JENIS ROTOR SANGKAR (SQIRREL CAGE)
Abtrak MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR PERANCANGAN MOTOR INDUKSI SATU FASA JENIS ROTOR SANGKAR (SQIRREL CAGE) Anton Suila L2F 399366 Juruan Teknik Elektro Fakulta Teknik Univeita Diponegoro Sermarang 2004
Lebih terperinciFISIKA. Sesi GELOMBANG BUNYI A. CEPAT RAMBAT BUNYI
FSKA KELAS X A - KURKULUM GABUNGAN 0 Sei NGAN GELOMBANG BUNY Bunyi merupakan gelombang longitudinal (arah rambatan dan arah getarannya ejajar) yang merambat melalui medium erta ditimbulkan oleh umber bunyi
Lebih terperinciUsulan Penentuan Waktu Garansi Perakitan Alat Medis Examination Lamp di PT. Tesena Inovindo
Uulan Penentuan Waktu Garani Perakitan Alat Medi Examination Lamp di PT. Teena Inovindo Johnon Saragih,Dedy Sugiarto 2,Grace Litiani 3 Juruan Teknik Indutri Univerita Triakti 2 Juruan Teknik Informatika
Lebih terperinciANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH SEMARANG ABSTRACT
ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 791-800 Online di: http://ejournal-1.undip.ac.id/index.php/gauian ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH
Lebih terperinci