BAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi pada kendaraan akibat permukaan jalan yang tidak rata. Suspensi dapat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi pada kendaraan akibat permukaan jalan yang tidak rata. Suspensi dapat"

Transkripsi

1 7 BAB 2 LANDASAN TEORI Supeni adalah uatu item yang berfungi meredam kejutan, getaran yang terjadi pada kendaraan akibat permukaan jalan yang tidak rata. Supeni dapat meningkatkan kenyamanan berkendaraan dan mengendalikan kendaraan. Supeni pada kendaraan berawal pada abad XVI umber, /2006/042006/07/otokir/utama01.htm, 2007, pada aat itu upeni dipergunakan pada kereta kuda agar nyaman. Dimana jalan-jalan aat itu banyak yang bergelombang. Sitem upeni pada kendaraan digantung pada keempat tiang yang terkait ke ai atau rangka. Supeni pada daarnya merupakan bagian dari ai. Sai terdiri ata rangka kendaraan, item upeni, item kemudi, dan roda. Sitem upeni terdiri ata pega, peredam hock aborber, dan komponen lain eperti lengan ayun, ambungan joint, batang pengkaku anti-roll bar atau tabilizer, dan karet-karet. Berkenaan dengan konfigurai, terdapat dua jeni item upeni, yakni dependent dan independent. Supeni dependent dapat dicirikan dari poro penghubung roda kiri dan kanan yang merupakan atu keatuan utuh erta kaku rigid. Biaanya, upeni dependent dipakai di kendaran angkutan barang truk. Pega yang digunakan untuk menumpu beban kendaraan biaanya dari jeni pega daun leaf pring. Supeni independen, eperti jeni MacPheron atau double wihbone umumnya digunakan di roda depan pada kendaraan jeni edan atau kendaraan penumpang minibu keluaran terbaru. Dari kontrukinya, dapat dilihat pada gambar 2.1 bahwa upeni independent memungkinkan roda kiri untuk bergerak beba terhadap roda

2 8 kanan, meki hanya untuk kiaran gerak yang terbata umber, /cetak/2007/022007/16/otokir/utama01.htm, Gambar 2.1 Supeni independent jeni MacPheron Berdaarkan item pengontrolannya, terdapat dua jeni item upeni yakni upeni paif dan upeni aktif. Pada upeni paif item yang umum diterapkan pada kendaraan aat ini kekakuan pega dan kontanta redamannya bernilai kontan. Namun pada upeni aktif, pengontrolan kekakuan pega dan redaman dapat diatur, ehingga dapat menambah kenyamanan penumpangnya. Kontanta upeni atau yang biaa diebut dengan kontanta pring didapatkan dari bearnya gaya per atuan jarak. Dengan rumuan ebagai berikut. F kx F gaya k kontanta pring x perpindahan jarak 2.1 Supeni Aktif Pada penelitian tuga akhir ini hanya akan meninjau upeni aktif. Supeni aktif merupakan teknologi otomotif yang mengontrol pergerakan vertikal pada roda. Pada model upeni aktif dijelakan dengan gambar2.2 dibawah ini.

3 9 Gambar 2.2 Sitem upeni aktif Dalam hal Ini diaumikan bahwa roda kendaraan menempel pada jalan. Peramaan pergerakan pada item aktif, berdaarkan hukum Newton 2, akan diberikan ebagai berikut: m & z b b f a k z z c z& z& 1 b w b w m & z w w f a + k zb zw k2 z z + c z& z& 1 w r b w m b berat body m w berat roda k 1 kontanta pring k 2 kontanta roda f a actuator force bearan gaya pada hidrolik c damping raio peredam kejut z r pemindahan jalan perpindahan vertikal pada jalan

4 10 z b pemindahan body z w pemindahan roda Pada hukum Newton 2, jumlah gaya yang bekerja ama dengan maa dikalikan dengan percepatan. Dengan rumuan ebagai berikut. F ma F gaya m maa a percepatan Damping adalah kontrol dari oilai. Damping terebut mengontrol kecepatan gerak upeni. Arah gaya yang bekerja berlawanan dengan arah gerak upeni. Kendaraan yang tidak memiliki damping akan teru beroilai naik turun. Rumuan damping adalah ebagai berikut. F cv F gaya c koefiien damping v kecepatan 2.2 Logika Fuzzy Logika fuzzy dikatakan ebagai logika baru yang lama, ebab ilmu tentang logika fuzzy baru ditemukan beberapa tahun yang lalu, padahal ebenarnya konep tentang logika fuzzy itu endiri udah ada pada diri kita ejak lama. Logika fuzzy adalah uatu cara yang tepat untuk memetakan uatu ruang maukan ke dalam uatu ruang keluaran Sri Kuumadewi, 2003,p163.

5 11 Logika fuzzy pertama kali diperkenalkan oleh profeor Lotfi Zadeh dari univerita california di Berkeley pada tahun Logika fuzzy merupakan uatu teori himpunan logika yang dikembangkan untuk mengatai konep nilai yang terdapat diantara kebenaran truth dan kealahan fale. Dengan menggunakan logika fuzzy nilai yang dihailkan bukan hanya ya 1 atau tidak 0 tetapi eluruh kemungkinan diantara 0 dan 1. umber, Himpunan Crip dan Himpunan Fuzzy Himpunan Crip A didefiniikan oleh item-item yang ada pada himpunan itu. Jika a A, maka nilai keanggotaan dari a adalah 1. Namun, jika a A, maka nilai keanggotaan dari a adalah 0. Notai A {x Px} menunjukkan bahwa A berii item x dengan P x benar. Jika X A merupakan fungi karakteritik A dan properti P, dapat dikatakan bahwa Px benar, jika dan hanya jika X A x 1. Himpunan fuzzy didaarkan pada gagaan untuk memperlua jangkauan fungi karakteritik edemikian hingga fungi terebut akan mencakup bilangan real pada interval [0,1]. Nilai keanggotaannya menunjukkan bahwa uatu item tidak hanya bernilai benar atau alah. Nilai 0 menunjukkan alah, nilai 1 menunjukkan benar, dan maih ada nilai-nilai yang terletak antara benar dan alah. Sebagai contoh, kecepatan kendaraan dapat mauk dalam 2 himpunan berbeda, lambat dan edang, edang dan cepat. Seberapa bear ekiteninya dalam himpunan terebut dapat dilihat pada nilai keanggotaannya. Gambar 2.3 menunjukkan himpunan fuzzy untuk peubah kecepatan kendaraan.

6 12 Gambar 2.3 Grafik pengelompokan kecepatan kendaraan dengan logika fuzzy Pada Gambar 2.3 dapat dilihat bahwa: Kendaraan yang berkecepatan 40 km/jam, termauk dalam himpunan lambat dengan µ lambat [50] 0,25; namun kecepatan terebut juga termauk dalam himpunan edang dengan µ edang [50] 0,5. Kendaraan yang berkecepatan 50 km/jam, termauk dalam himpunan cepat dengan µ cepat [60] 0,25, namun kecepatan terebut juga termauk dalam himpunan edang dengan µ edang [60] 0,5. Pada himpunan crip, nilai keanggotaannya hanya ada dua kemungkinan, yaitu antara 0 atau 1, edangkan pada himpunan fuzzy nilai keanggotaannya pada rentang antara 0 ampai 1. Apabila x memiliki nilai keanggotaan fuzzy µ A [x] 0, berarti x tidak menjadi anggota himpunan A, dan juga apabila x memiliki nilai keanggotaan fuzzy µ A [x] 1 berarti x menjadi anggota penuh pada himpunan A. Itilah fuzzy logic memiliki berbagai arti. Salah atu arti fuzzy logic adalah perluaan crip logic, ehingga dapat mempunyai nilai antara 0 ampai 1. Pertanyaan yang akan timbul adalah, bagaimana dengan operai NOT, AND dan OR-nya? Ada banyak olui untuk maalah terebut. Salah atunya adalah: operai NOT x diperlua menjadi 1 - µ x, x OR y diperlua menjadi maxµ x, µ y

7 13 x AND y diperlua menjadi minµ x, µ y. Dengan cara ini, operai daar untuk crip logic tetap ama. Sebagai contoh : NOT OR 0 max 1,0 1 1 AND 0 min 1,0 0 dan ini diperlua untuk logika fuzzy. Sebagai contoh : NOT 0,7 1 0,7 0,3 0,3 OR 0,1 max 0,3, 0,1 0,3 0,8 AND 0,4 min 0,8, 0,4 0, Fungi Keanggotaan Fungi keanggotaan memberhip function adalah uatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data kedalam nilai keanggotaannya ering juga diebut dengan derajat keanggotaan yang memiliki interval antara 0 ampai 1. Salah atu cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai keanggotaan adalah dengan melalui pendekatan fungi. Ada beberapa fungi repreentai yang bia digunakan dalam logika fuzzy. Di antaranya adalah ebagai berikut Sri Kuumadewi, 2003,p160. Repreentai linear, permukaan digambarkan ebagai uatu gari luru. Bentuk ini paling ederhana dan menjadi pilihan yang baik untuk mendekati uatu konep yang kurang jela. Ada dua keadaan himpunan fuzzy linear. Pertama, kenaikan himpunan dimulai dari domain yang memiliki derajat keanggotaan nol

8 14 0 bergerak ke kanan menuju ke nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan lebih tinggi. Perhatikan gambar 2.4 dibawah ini. Fungi keanggotaan pada linear naik: Gambar 2.4 Repreentai linear naik Kedua, merupakan kebalikan yang pertama. Gari luru dimulai dari nilai dominan dengan derajat keanggotaan tertinggi pada ii kiri, kemudian bergerak menurun ke nilai dominan yang memiliki derajat keanggotaan lebih rendah.

9 15 Fungi keanggotaan pada linear turun: Gambar 2.5 Repreentai linear turun Repreentai kurva egitiga, pada daarnya merupakan gabungan antara dua gari linear. Perhatikan gambar 2.6 Gambar 2.6 Repreentai kurva egitiga

10 16 Fungi keanggotaan pada kurva egitiga: Repreentai kurva trapeium, kurva egitiga pada daarnya eperti bentuk egitiga, hanya aja ada beberapa titik yang memiliki nilai keanggotaan 1. Perhatikan gambar 2.7 Gambar 2.7 Repreentai kurva trapeium Fungi keanggotaan pada kurva trapeium: Repreentai kurva bentuk bahu, daerah yang terletak di tengah-tengah uatu variabel yang direpreentaikan dalam bentuk egitiga, pada ii kanan dan dirinya akan naik turun mialkan: dingin bergerak ke ejuk bergerak ke hangat dan bergerak ke pana. Tetapi terkadang alah atu ii dari variabel terebut tidak mengalami perubahan. Sebagai contoh, apabila telah mencapai puncak

11 17 pana. Himpunan fuzzy bahu, bukan egitiga, digunakan untuk mengakhiri variabel uatu daerah fuzzy. Bahu kiri bergerak dari benar ke alah, demikian juga bahu kanan bergerak dari alah ke benar. Gambar 2.8 memperlihatkan variabel temperatur dengan daerah bahunya. Gambar 2.8 Repreentai bentuk bahu pada variabel temperatur Repreentai kurva-s, kurva pertumbuhan dan penyuutan merupakan kurva-s atau igmoid yang berhubungan dengan kenaikan dan penurunan permukaan ecara tak linear. Kurva-S untuk pertumbuhan akan bergerak dari ii paling kiri dengan nilai keanggotaan 0 ke ii paling kanan dengan nilai keanggotaan 1.

12 18 Gambar 2.9 Repreentai kurva-s pertumbuhan Fungi keanggotaan pada kurva-s pertumbuhan: Kurva- untuk penyuutan akan bergerak dari ii paling kanan dengan nilai keanggotaan 1 ke ii paling kiri dengan nilai keanggotaan 0 eperti terlihat pada gambar 2.10 dibawah ini. Gambar 2.10 Repreentai kurva-s menurun

13 19 Fungi keanggotaan pada kurva-s menurun: Kurva-S didefiniikan dengan menggunakan 3 parameter, yaitu: nilai keanggotaan nol α, nilai keanggotaan lengkap γ, dan titik infleki atau croover β yaitu titik yang memiliki domain 50% benar. Gambar 2.11 dibawah ini menunjukkan karakteritik kurva-s dalam bentuk kema. Gambar 2.11 Karakteritik fungi kurva-s Repreentai kurva bentuk lonceng bell curve, pada kurva bentuk lonceng dibagi menjadi tiga kela, yaitu kurva PI, beta, dan Gau.

14 20 i. Kurva PI, berderajat keanggotaan 1 terletak pada puat dengan domain γ, dan lebar kurva β eperti terlihat pada gambar 2.12 Fungi keanggotaan pada kurva PI: Gambar 2.12 Karakteritik fungi kurva PI ii. Pada kurva beta juga berbentuk lonceng namun lebih rapat. Kurva ini juga didefiniikan dengan dua parameter, yaitu nilai pada domain yang menunjukan puat kurva γ, dan etengah lebar kurva β eperti terlihat pada gambar 2.13 dibawah ini.

15 21 Gambar 2.13 Karakteritik fungi kurva Beta Fungi keanggotaan pada kurva Beta: x 1 x γ 1+ β B, γ, β 2 Salah atu perbedaan mencolok kurva Beta dari kurva PI adalah fungi keanggotaan Beta akan mendekati nol hanya jika nilai β angat bear iii. Pada kurva Gau, menggunakan γ untuk menunjukan nilai domain pada puat kurva, dan k. Seperti terlihat pada gambar 2.14 dibawah ini. Pada

16 22 makalah ini, akan menggunakan model fuzzy repreentai kurva Gau. Gambar 2.4 Karakteritik fungi kurva Gau Fungi keanggotaan pada kurva Gau: G x, k, γ e k γ x Blok Diagram Sebuah blok diagram pada item adalah gambaran repreentai dari fungi maing-maing komponen dan menurunkan beberapa inyal. Pada blok diagram emua item variabel dihubungkan ke maing-maing fungional blok. Fungional blok adalah ebuah imbol untuk operai matematik pada inyal input ke blok yang mengeluarkan output. Blok yang berhubungan ditandai dengan ebuah panah ebagai arah inyal.

17 23 Gambar 2.15 Elemen dari blok diagram Arah panah yang menuju ke blok menandakan inyal input dan arah panah yang meninggalkan blok menandakan inyal output Node Penjumlahan umming point dan Node Pencabangan branch point Gambar 2.16 Node penjumlah Summing point Pada gambar di ata, lingkaran dengan di dalamnya ada tanda ilang merupakan ebuah imbol dari operai penjumlahan atau pengurangan. Tanda tambah atau kurang pada arah panah menandakan inyal terebut ditambah atau dikurang. Hal ini angat penting bahwa kuantita ditambah atau dikurang memiliki dimeni dan unit yang ama. Node pencabangan branch point adalah ebuah node di mana inyal dari ebuah blok pergi menuju ke blok yang lain atau ke node penjumlahan.

18 Blok Diagram Pada Sitem Perulangan Tertutup R E C + - G Gambar 2.17 Sitem perulangan tertutup Cloed-loop ytem Gambar di ata adalah contoh dari blok diagram item perulangan tertutup. Perulangan tertutup pada item hanya dapat diindikai dengan gambar diagram terebut. Nilai keluaran C akan kembali ke node penjumlahan di mana nilai terebut akan dibandingkan dengan nilai maukan R. Maukan dari E akan menuju ke blok fungi tranfer tranfer function G, etelah itu akan memperoleh nilai keluaran C. Beberapa item control linier mungkin dipreentaikan dengan blok diagram yang terdiri dari blok, node penjumlah dan node pencabangan. Ketika nilai output kembali ke node penjumlah untuk membandingkan dengan nilai maukan, nilai terebut perlu dikonveri dari inyal keluaran ke inyal maukan. Untuk contohnya, pada kontrol item uhu, inyal keluaran biaanya yang mengontrol uhu. Sinyal keluaran, di mana yang memiliki dimeni dari uhu, haru ebelumnya dikonveri ke gaya atau paii atau voltae ebelum dibandingkan dengan inyal maukan. Konveri ini akan dieleaikan oleh ebuah fungi tranfer tranfer function H. Terlihat gambar dibawah ini.

19 25 Gambar 2.18 Sitem perulangan tertutup 2 Pengaturan pada elemen umpan balik feedback element haru memodifikai nilai keluaran ebelum nilai terebut dibandingkan dengan nilai maukan. Pada kebanyakan maalah, umpan balik adalah ebuah enor yang mengukur nilai keluaran dari rencana. Nilai dari keluaran terebut akan dibandingkan dengan nilai maukan dan gerakan inyal kealahan dapat dihailkan. Sinyal umpan balik yang mengarah ke node penjumlahan untuk dibandingkan dengan maukan adalah BGH. Nilai keluaran dan maukan pada gambar 2.8 di ata dapat dijabarkan eperti di bawah ini. E G C C H R E B R E Dengan mengeliminai E maka ] [ C H R G C atau 1 H G G R C + Maka 1 R H G G C +

20 Tranformai Laplace Tranformai Laplace adalah uatu teknik untuk menyederhanakan permaalahan dalam uatu item yang mengandung maukan dan keluaran, dengan melakukan tranformai dari uatu domain pengamatan ke domain pengamatan yang lain Dalam matematika jeni tranformai ini merupakan uatu konep yang penting ebagai bagian dari analia fungional, yang dapat membantu dalam melakukan analia item invarian-waktu linier, eperti rangkaian elektronik, oilator harmonik, devai optik dan item-item mekanik. Dengan mengetahui dekripi matematika atau fungional ederhana dari maukan atau keluaran uatu item, tranformai Laplace dapat memberikan dekripi funional alternatif yang kadang dapat menyederhanakan proe analia kelakukan dari item atau membuat uatu item baru yang berdaarkan uatu kumpulan peifikai. Dalam item fiik ebenarnya tranformai Laplace ering dianggap ebagai uatu tranformai dari cara pandang domain-waktu, di mana maukan dan keluaran dimengerti ebagai fungi dari waktu, ke cara pandang domain-frekueni, di mana maukan dan keluaran yang ama dipandang ebagai fungi dari frekueni angular komplek, atau radian per atuan waktu. Tranformai ini tidak hanya menyediakan cara mendaar lain untuk mengerti kelakukan uatu item, tetapi juga ecara drati mengurangi kerumitan perhitungan matematika yang dibutuhkan dalam menganalia uatu item.

21 27 Tranformai Laplace memiliki peran penting dalam aplikai-aplikai dalam bidang fiika, optik, rekayaa litrik, rekayaa kendali, pemroean inyal dan teori kemungkinan. Nama tranformai ini diberikan untuk menghormati eorang ahli matematika dan atronomi, Pierre-Simon Laplace, yang menggunakan teknik tranformai ini pada hail karyanya dalam teori kemungkinan. Sebenarnya teknik ini ditemukan ebelumnya oleh Leonhard Euler, eorang ahli matematika prolific Swi abad kedelapanbela. Tranformai Laplace dari uatu fungi ft, yang terdefinii untuk emua nilai t riil dengan t 0, adalah fungi F, yang didefiniikan ebagai: F L{ f t} 0 e t f t dt Tranformai Laplace ini memiliki ejumlah ifat yang membuatnya amat berguna bagi analia item dinamik linier. Keunggulan utama dari cara ini adalah mengubah proe difereniai menjadi perkalian dan integrai menjadi pembagian, dengan adanya Hal ini mirip dengan fungi logaritma yang mengubah operai perkalian dan pembagian menjadi penjumlahan dan pengurangan. Perubahan peramaan integral dan diferenial menjadi bentuk polinomial menyederhanakan proe penyeleaian. Beberapa fungi daar Traformai Laplace: 1 L{ 1} f n! n L { t } f n+ 1 1 L{ e at } f a

22 28 + ω L {coωt} f 2 2 ω L {in t} f 2 2 ω + ω a L{coh at} f 2 2 L{inh at} f 2 2 a a 2.5 Simulai Simulai adalah euatu bentuk imitai yang menyerupai alinya umber, Pada proe kerja, imulai mempreentaikan karakteritik dan bentuk fiik eperti pada alinya. Dengan menggunakan imulai maka kita dapat memperoleh berbagai kelebihan, eperti: Efiieni biaya. Didalam imulai angatlah dipertimbangkan, karena ebagian inti dari imulai adalah untuk memperoleh efiieni pengeluaran biaya. Menghemat waktu. Simulai dapat dengan ignifikan menghemat waktu untuk memproe uatu pemecahan maalah dengan akurat. Tidak mempengaruhi keadaan item alinya ehingga dapat dilakukan metode Trial and Error. Mudah untuk diperbanyak. Dengan menggunakan bantuan komputer, imulai angatlah mudah untuk dilakukan perubahan baik penambahan maupun pengurangan.

23 29 Adapun kekurangan yang terdapat pada imulai, ebagai berikut: Perlu belajar terlebih dahulu untuk dapat melakukan uatu proe imulai Diperlukan data yang cukup akurat untuk dapat memperoleh hail yang akurat. Diperlukan ketelitian yang tinggi ehingga tidak terjadi kealahan dalam menurunkan peramaan. 2.6 Alat Bantu Perancangan State Tranition Diagram STD State Tranition Diagram merupakan alah atu cara untuk menggambarkan jalannya uatu proe. STD ini terdiri dari input/kondii, tate proe, output/aki yang terjadi dan perubahan tatenya. Komponen daar State Tranition Diagram dapat dilihat pada gambar 2.9 dibawah ini. State X State Sekarang Input Output State Y State Selanjutnya Gambar 2.19 Komponen daar State Tranition Diagram State menunjukkan atu atau lebih kegiatan atau keadaan atau atribut yang menjelakan bagian tertentu dari proe. Anak panah berarah menunjukkan perubahan tate yang diebabkan oleh input tertentu tate X ke tate Y. Input atau kondii merupakan uatu kejadian pada lingkungan ekternal yang dapat dideteki oleh item mial inyal, interupi atau data. Hal ini menyebabkan perubahan dari atu tate ke tate

24 30 yang lainnya atau dari atu aktivita ke aktivita lainnya. Output atau aki merupakan hal yang dilakukan oleh item jika terjadi perubahan tate atau merupakan reaki terhadap kondii. Aki dapat menghailkan output, tampilan peanan pada layar, kalkulai atau kegiatan lainnya Peudocode Peudocode beraal dari kata peudo dan code, adalah dekripi yang informal dan padat dari ebuah algoritma pemrograman komputer yang menggunakan aturan truktural dari bahaa pemrograman, tetapi menghilangkan detail-detail eperti ubrutin, deklarai variabel atau yntax bahaa pemrograman tertentu umber, Bahaa pemrograman dalam hal ini digabungkan dengan penjelaan detail dalam bahaa natural agar terlihat lebih umum. Peudocode bukanlah keleton program atau dummy code yang maih dapat di-compile tanpa error. Flowchart dapat juga dianggap ebagai alah atu bentuk peudocode. 2.7 Teori Perancangan Program Waterfall Method Metode Waterfall adalah ebuah model perancangan program ecara ekuenial, dimana proe perancangan terebut mengalir ecara teratur kebawah ehingga terlihat eperti air terjun umber, Proe ini melalui fae-fae eperti, analii kebutuhan, deain, implementai, pengetean atau validai, integrai dan perawatan. Aal kata waterfall ering dikutip dari

25 31 artikel yang dipublikaikan pada tahun 1970 oleh W. W. Royce, ironinya, Royce endiri tidak menggunakan kata terebut, ebaliknya memakai kata pendekatan iteratif dalam perancangan oftware. Pada awalnya Royce menggambarkan metode Waterfall adalah contoh metode yang bereiko dan rawan terhadap kegagalan. Tetapi walapun begitu, penggunaan metode ini tetap populer di dalam perancangan program. Gambar 2.20 Metode Waterfall Seperti yang terlihat pada Gambar 2.20, proe perancangan program bergerak dari ata ke bawah eperti air terjun. Di dalam model Waterfall yang dinyatakan oleh Royce, fae-faenya adalah ebagai berikut : Speifikai Kebutuhan Deain Kontruki atau Implementai Pengetean dan Debugging verifikai Perawatan

Transformasi Laplace dalam Mekatronika

Transformasi Laplace dalam Mekatronika Tranformai Laplace dalam Mekatronika Oleh: Purwadi Raharjo Apakah tranformai Laplace itu dan apa perlunya mempelajarinya? Acapkali pertanyaan ini muncul dari eorang pemula, apalagi begitu mendengar namanya

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN MODUL SISTEM KENDALI KECEPATAN Kurniawan Praetya Nugroho (804005) Aiten: Muhammad Luthfan Tanggal Percobaan: 30/09/06 EL35-Praktikum Sitem Kendali Laboratorium Sitem Kendali dan Komputer STEI ITB Abtrak

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK

MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK PEMODELAN MATEMATIK Model Matematik Gambaran matematik dari karakteritik dinamik uatu item. Beberapa item dinamik eperti mekanika, litrik, pana, hidraulik, ekonomi, biologi

Lebih terperinci

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus ISBN: 978-60-7399-0- Analia Kendali Radar Penjejak Peawat Terbang dengan Metode Root Locu Roalina ) & Pancatatva Heti Gunawan ) ) Program Studi Teknik Elektro Fakulta Teknik ) Program Studi Teknik Mein

Lebih terperinci

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR 6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi angat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda 2.1. Pendahuluan Dioda adalah komponen elektronika yang teruun dari bahan emikonduktor tipe-p dan tipe-n ehingga mempunyai ifat dari bahan emikonduktor ebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI 26 BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI Pada tei ini akan dilakukan pemodelan matemati peramaan lingkar tertutup dari item pembangkit litrik tenaga nuklir. Pemodelan matemati dibentuk dari pemodelan

Lebih terperinci

TRANSFORMASI LAPLACE. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. 11 April 2011 EL2032 Sinyal dan Sistem 1

TRANSFORMASI LAPLACE. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. 11 April 2011 EL2032 Sinyal dan Sistem 1 TRANSFORMASI LAPLACE Aep Najmurrokhman Juruan Teknik Elektro Univerita Jenderal Achmad Yani April 20 EL2032 Sinyal dan Sitem Tujuan Belajar : mengetahui ide penggunaan dan definii tranformai Laplace. menurunkan

Lebih terperinci

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 )

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 ) MATEMATIKA IV MODUL 9 Tranformai Laplace Zuhair Juruan Teknik Elektro Univerita Mercu Buana Jakarta 2007 年 2 月 6 日 ( 日 ) Tranformai Laplace Tranformai Laplace adalah ebuah metode yangdigunakan untuk menyeleaikan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem Laporan Praktikum Teknik Intrumentai dan Kendali Permodelan Sitem iuun Oleh : Nama :. Yudi Irwanto 0500456. Intan Nafiah 0500436 Prodi : Elektronika Intrumentai SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR BAAN TENAGA

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN 5.1. Proe Fluidiai Salah atu faktor yang berpengaruh dalam proe fluidiai adalah kecepatan ga fluidiai (uap pengering). Dalam perancangan ini, peramaan empirik yang digunakan

Lebih terperinci

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang Kurikulum 2013 FIika K e l a XI KARAKTERISTIK GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian gelombang dan jeni-jeninya.

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI OTOMATIS. PID (Proportional-Integral-Derivative)

SISTEM KENDALI OTOMATIS. PID (Proportional-Integral-Derivative) SISTEM KENDALI OTOMATIS PID Proportional-Integral-Derivative Diagram Blok Sitem Kendali Pendahuluan Urutan cerita :. Pemodelan item. Analia item 3. Pengendalian item Contoh : motor DC. Pemodelan mendapatkan

Lebih terperinci

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No., (07) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-4 Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sitem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tank Boby Dwi Apriyadi

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Deain Penelitian yaitu: Pengertian deain penelitian menurut chuman dalam Nazir (999 : 99), Deain penelitian adalah emua proe yang diperlukan dalam perencanaan dan pelakanaan

Lebih terperinci

Transformasi Laplace. Slide: Tri Harsono PENS - ITS. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS

Transformasi Laplace. Slide: Tri Harsono PENS - ITS. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS Tranformai Laplace Slide: Tri Harono PENS - ITS 1 1. Pendahuluan Tranformai Laplace dapat digunakan untuk menyatakan model matemati dari item linier waktu kontinu tak ubah waktu, Tranformai Laplace dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang akan dilakukan merupakan metode ekperimen dengan deain Pottet-Only Control Deign. Adapun pola deain penelitian

Lebih terperinci

DEFINISI DAN RUANG SOLUSI

DEFINISI DAN RUANG SOLUSI DEFINISI DAN RUANG SOLUSI Pada bagian ini akan dibaha tentang bai dan dimeni menggunakan pengertian dari kebebaan linear ( beba linear dan merentang ) yang dibaha pada bab ebelumnya. Definii dari bai diberikan

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI KECEPATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

SISTEM KENDALI KECEPATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam SSTEM ENDAL ECEATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdau oliteknik Batam. Tujuan 1. Memahami kelebihan dan kekurangan item kendali lingkar tertutup (cloe-loop) dibandingkan item kendali terbuka (open-loop).

Lebih terperinci

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI OTOMATIS Fungsi Alih dan Diagram Blok

SISTEM KENDALI OTOMATIS Fungsi Alih dan Diagram Blok SISTEM KENDALI OTOMATIS Fungi Alih dan Diagram Blok Model Matemati Sitem Peramaan matemati yang menunjukkan hubungan antara input dan output item. Dengan mengetahui model matematinya, maka tingkah laku

Lebih terperinci

Pengaruh Perubahan Set Point pada Pengendali Fuzzy Logic untuk Pengendalian Suhu Mini Boiler

Pengaruh Perubahan Set Point pada Pengendali Fuzzy Logic untuk Pengendalian Suhu Mini Boiler 72 Jurnal Rekayaa Elektrika Vol., No. 4, Oktober 23 Pengaruh Perubahan Set Point pada Pengendali Fuzzy Logic untuk Pengendalian Suhu Mini Boiler Bhakti Yudho Suprapto, Wahidin Wahab 2, dan Mg. Abdu Salam

Lebih terperinci

BAB VI TRANSFORMASI LAPLACE

BAB VI TRANSFORMASI LAPLACE BAB VI TRANSFORMASI LAPLACE Kompeteni Mahaiwa mampu. Menentukan nilai tranformai Laplace untuk fungi-fungi yang ederhana. Menggunakan ifat-ifat tranformai untuk menentukan nilai tranformai Laplace untuk

Lebih terperinci

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK Program Studi Teknik Elektro Fakulta

Lebih terperinci

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA BAB III EACA ZAT DALAM SISTIM YAG MELIBATKA EAKSI KIMIA Pada Bab II telah dibaha neraca zat dalam yang melibatkan atu atau multi unit tanpa reaki. Pada Bab ini akan dibaha neraca zat yang melibatkan reaki

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung tahun ajaran 01/013 yang berjumlah 38 iwa dan terebar dalam enam kela yang

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI OTOMATIS Fungsi Alih dan Diagram Blok

SISTEM KENDALI OTOMATIS Fungsi Alih dan Diagram Blok SISTEM KENDALI OTOMATIS Fungi Alih dan Diagram Blok Model Matemati Sitem Peramaan matemati yang menunjukkan hubungan antara input dan output item. Dengan mengetahui model matematinya, maka tingkah laku

Lebih terperinci

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V: Bab V: ROOT LOCUS Root Locu yang menggambarkan pergeeran letak pole-pole lup tertutup item dengan berubahnya nilai penguatan lup terbuka item yb memberikan gambaran lengkap tentang perubahan karakteritik

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS Bab VI: DESAIN SISEM ENDALI MELALUI OO LOCUS oot Lou dapat digunakan untuk mengamati perpindahan pole-pole (lup tertutup) dengan mengubah-ubah parameter penguatan item lup terbukanya ebagaimana telah ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TINJAUAN KEPUSTAKAAN.1 Perenanaan Geometrik Jalan Perenanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perenanaan jalan yang difokukan pada perenanaan bentuk fiik jalan ehingga dihailkan jalan yang dapat

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN BANTUAN METODE SIMULASI SOFTWARE MATLAB

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN BANTUAN METODE SIMULASI SOFTWARE MATLAB Jurnal Reaki (Journal of Science and Technology) Juruan Teknik imia oliteknik Negeri Lhokeumawe Vol.6 No.11, Juni 008 SSN 1693-48X ERANCANGAN SSTEM ENGENDAL D DENGAN BANTUAN METODE SMULAS SOFTWARE MATLAB

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibaha mengenai perancangan dan realiai dari kripi meliputi gambaran alat, cara kerja ytem dan modul yang digunakan. Gambar 3.1 merupakan diagram cara kerja

Lebih terperinci

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 Riani Lubi Juruan Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia Pendahuluan (1) Pertamakali dipublikaikan pada tahun 1909 oleh Agner Kraup Erlang

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor litrik merupakan beban litrik yang paling banyak digunakan di dunia, Motor induki tiga faa adalah uatu mein litrik yang mengubah energi litrik menjadi energi

Lebih terperinci

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA 227 BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA. Apakah cahaya terebut? 2. Bagaimana ifat perambatan cahaya? 3. Bagaimana ifat pemantulan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan ifat bayangan pada cermin? 5. Bagaimana

Lebih terperinci

Pengendalian Kadar Keasaman (ph) Pada Sistem Hidroponik Stroberi Menggunakan Kontroler PID Berbasis Arduino Uno

Pengendalian Kadar Keasaman (ph) Pada Sistem Hidroponik Stroberi Menggunakan Kontroler PID Berbasis Arduino Uno Pengendalian Kadar Keaaman (ph) Pada Sitem Hidroponik Stroberi Menggunakan Kontroler PID Berbai Arduino Uno Ika Kutanti, Pembimbing : M. Aziz Mulim, Pembimbing : Erni Yudaningtya. Abtrak Pengendalian kadar

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Karakteristik Sistem Orde Pertama

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Karakteristik Sistem Orde Pertama Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya arakteritik Sitem Orde Pertama Materi Contoh Soal Ringkaan Latihan Materi Contoh Soal Sitem Orde Pertama arakteritik Repon Waktu Ringkaan Latihan Pada bagian

Lebih terperinci

2. Berikut merupakan komponen sistem kendali atau sistem pengaturan, kecuali... a. Sensor b. Tranducer c. Penguat d. Regulator *

2. Berikut merupakan komponen sistem kendali atau sistem pengaturan, kecuali... a. Sensor b. Tranducer c. Penguat d. Regulator * ELOMPO I 1. Suunan komponen-komponen yang aling dihubungkan edemikian rupa ehingga dapat mengendalikan atau mengatur keluaran yang euai harapan diebut ebagai... a. Sitem Pengaturan * b. Sitem Otomati c.

Lebih terperinci

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF Bab E, Umpan Balik Negati Hal 217 BB 5E UMPN BLIK NEGTIF Dengan pemberian umpan balik negati kualita penguat akan lebih baik hal ini ditunjukkan dari : 1. pengutannya lebih tabil, karena tidak lagi dipengaruhi

Lebih terperinci

X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar.

X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar. X. ANTENA X.1 PENDAHULUAN Dalam hubungan radio, baik pada pemancar maupun pada penerima elalu dijumpai antena. Antena adalah uatu item / truktur tranii antara gelombang yang dibimbing ( guided wave ) dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dekripi Data Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media Audio Viual dengan metode Reading Aloud terhadap hail belajar iwa materi العنوان, maka penuli melakukan

Lebih terperinci

BAB 6 DISAIN LUP TUNGGAL KONTROL BERUMPAN-BALIK

BAB 6 DISAIN LUP TUNGGAL KONTROL BERUMPAN-BALIK BAB 6 DISAIN LUP TUNGGAL KONTROL BERUMPAN-BALIK 6. KESTABILAN LUP KONTROL 6.. Peramaan Karakteritik R( G c ( G v ( G ( C( H( Gambar 6. Lup kontrol berumpan-balik Peramaan fungi alihnya: C( R( Gc ( Gv (

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Matrik Alih

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Matrik Alih Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Matrik Alih Materi Contoh Soal Ringkaan Latihan Aemen Materi Contoh Soal Ringkaan Latihan Aemen Pengantar Dalam Peramaan Ruang Keadaan berdimeni n, teradapat

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka 1. Pendahuluan Komunikai merupakan kebutuhan paling menonjol pada kehidupan manuia. Pada awal perkembangannya ebuah pean diampaikan ecara langung kepada komunikan. Namun maalah mulai muncul ketika jarak

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Team Doen Riet Operaional rogram Studi Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia ertamakali dipublikaikan pada tahun 909 oleh Agner Kraup Erlang yang mengamati maalah kepadatan penggunaan telepon

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF(5m)

BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF(5m) BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF5m) Teori finite field mulai diperkenalkan pada abad ke tujuh dan abad ke delapan dengan tokoh matematikanya Pierre de

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TUNING PARAMETER KONTROLER PD MENGGUNAKAN METODE TRIAL AND ERROR DENGAN ANALISA GAIN PADA MOTOR SERVO AC

PERBANDINGAN TUNING PARAMETER KONTROLER PD MENGGUNAKAN METODE TRIAL AND ERROR DENGAN ANALISA GAIN PADA MOTOR SERVO AC , Inovtek, Volume 6, Nomor, April 26, hlm. - 5 PERBANDINGAN TUNING PARAMETER ONTROLER PD MENGGUNAAN METODE TRIAL AND ERROR DENGAN ANALISA GAIN PADA MOTOR SERVO AC Abdul Hadi PoliteknikNegeriBengkali Jl.

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2 Sudaryatno Sudirham nalii angkaian itrik Jilid Sudaryatno Sudirham, nalii angkaian itrik nalii angkaian Menggunakan Tranformai aplace Setelah mempelajari bab ini kita akan memahami konep impedani di kawaan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian. Waktu Penelitian Penelitian dilakanakan pada 4 Februari 5 Maret 0.. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakanakan di SMP Ilam Al-Kautar

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB MOTOR NDUKS TGA FASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah iwa kela XI IPA emeter genap SMA Negeri 0 Bandar Lampung tahun pelajaran 04/05 yang berjumlah 5 iwa. Kemampuan

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA

SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA TESIS Diajukan guna melengkapi tuga akhir dan memenuhi alah atu yarat untuk menyeleaikan Program Studi Magiter Matematika dan mencapai gelar Magiter Sain oleh DWI CANDRA VITALOKA

Lebih terperinci

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR Tuga Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Doen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd. S-1 PGSD Univerita Muhammadiyah Sidoarjo PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN

Lebih terperinci

W = F. s. Dengan kata lain usaha yang dilakukan Fatur sama dengan nol. Kompetensi Dasar

W = F. s. Dengan kata lain usaha yang dilakukan Fatur sama dengan nol. Kompetensi Dasar Kompeteni Daar Dengan kata lain uaha yang dilakukan Fatur ama dengan nol. Menganalii konep energi, uaha, hubungan uaha dan perubahan energi, dan hukum kekekalan energi untuk menyeleaikan permaalahan gerak

Lebih terperinci

Simulasi Unjuk Kerja Sistem Kendali PID Pada Proses Evaporasi Dengan Sirkulasi Paksa

Simulasi Unjuk Kerja Sistem Kendali PID Pada Proses Evaporasi Dengan Sirkulasi Paksa 1 Simulai Unjuk erja Sitem endali ada roe Evaporai engan Sirkulai aka Ade Elbani Juruan Teknik Elektro Fakulta Teknik, Univerita Tanjungpura ontianak e-mail : adeelbani@yahoo.com Abtract roe evaporai ering

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 88 BAB IV HASIL PEELITIA DA PEMBAHASA Dalam bab ini dipaparkan; a) hail penelitian, b) pembahaan. A. Hail Penelitian 1. Dekripi Data Dekripi hail penelitian yang diperoleh dari pengumpulan data menggunakan

Lebih terperinci

MATEMATIKA IV. MODUL 12 Diferensiasi dan Integrasi Transformasi Laplace

MATEMATIKA IV. MODUL 12 Diferensiasi dan Integrasi Transformasi Laplace MATEMATIKA IV MODUL 2 Difereniai dan Integrai Tranformai Laplace Zuhair Juruan Teknik Elektro Univerita Mercu Buana Jakarta 2008 年 0 月 3 日 ( 日 ) Difereniai dan Integrai Tranformai Laplace Tranformai Laplace

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR ANALSS SMULAS SARNG MOOR NDUKS ROOR SANGKAR DENGAN AUORANSFORMAOR Aprido Silalahi, Riwan Dinzi Konentrai eknik Energi Litrik, Departemen eknik Elektro Fakulta eknik Univerita Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan jaman yang cepat eperti ekarang ini, peruahaan dituntut untuk memberikan laporan keuangan yang benar dan akurat. Laporan keuangan terebut

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik ( AC ) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari

Lebih terperinci

BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT

BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT Ukuran utama kinerja evaporator adalah kapaita dan ekonomi. Kapaita didefiniikan ebagai jumlah olvent yang mampu diuapkan per atuan lua per atuan Waktu. Sedangkan

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI Edi Sutomo Program Studi Magiter Pendidikan Matematika Program Paca Sarjana Univerita Muhammadiyah Malang Jln Raya

Lebih terperinci

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya Kata engineer awam, deain balok beton itu cukup hitung dimeni dan jumlah tulangannya aja. Eit itu memang benar menurut mereka. Tapi, ebagai orang yang lebih mengerti truktur, apakah kita langung g mengiyakan?

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikai pada Laboratorium Konveri Energi Litrik FT-USU) Tondy Zulfadly Ritonga, Syamul Amien Konentrai Teknik

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki adalah motor litrik aru bolak-balik yang putaran rotornya tidak ama dengan putaran medan tator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan pada tator

Lebih terperinci

PENGARUH PERAWATAN KOMPRESOR DENGAN METODE CHEMICAL WASH TERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS TURBIN GAS dan KARAKTERISTIK ALIRAN ISENTROPIK PADA TURBIN IMPULS

PENGARUH PERAWATAN KOMPRESOR DENGAN METODE CHEMICAL WASH TERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS TURBIN GAS dan KARAKTERISTIK ALIRAN ISENTROPIK PADA TURBIN IMPULS PENGARUH PERAWAAN KOMPRESOR DENGAN MEODE CHEMICAL WASH ERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS URBIN GAS dan KARAKERISIK ALIRAN ISENROPIK PADA URBIN IMPULS GE MS 600B di PERAMINA UP III PLAJU Imail hamrin, Rahmadi

Lebih terperinci

Bab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan

Bab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan Bab 5 Migrai Pre-Stack Domain Kedalaman (Pre-tack Depth Migration - PSDM) Adanya truktur geologi yang komplek, dalam hal ini perubahan kecepatan dalam arah lateral memerlukan teknik terendiri dalam pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

Kajian Solusi Numerik Metode Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua

Kajian Solusi Numerik Metode Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua Jurnal Gradien Vol. No. Juli 0 : -70 Kajian Solui Numerik Metode Runge-Kutta Nytrom Empat Dalam Menyeleaikan Peramaan Diferenial Linier Homogen Dua Zulfia Memi Mayaari, Yulian Fauzi, Cici Ratna Putri Jelita

Lebih terperinci

MODUL IV ESTIMASI/PENDUGAAN (3)

MODUL IV ESTIMASI/PENDUGAAN (3) MODUL IV ETIMAI/PENDUGAAN (3) A. ETIMAI RAGAM Etimai ragam digunakan untuk menduga ragam σ berdaarkan ragam dari uatu populai normal contoh acak berukuran n. Ragam contoh ini akan digunakan ebagai nilai

Lebih terperinci

BANK SOAL DASAR OTOMATISASI

BANK SOAL DASAR OTOMATISASI BANK SOAL DASA OTOMATISASI 6 iv DAFTA ISI Halaman Bio Data Singkat Penuli.... Kata Pengantar Daftar Ii i iii iv Pemodelan Blok Diagram Sitem..... Analia Sitem Fiik Menggunakan Peramaan Diferenial......

Lebih terperinci

Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan Metode PID Menggunakan Visual Basic 6.0 Dan Mikrokontroler ATmega 16

Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan Metode PID Menggunakan Visual Basic 6.0 Dan Mikrokontroler ATmega 16 Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan Metode PID Menggunakan Viual Baic 6.0 Dan Mikrokontroler ATmega 6 Muhammad Rizki Setiawan, M. Aziz Mulim dan Goegoe Dwi Nuantoro Abtrak Dalam penelitian ini telah diimplementaikan

Lebih terperinci

Perancangan Pengendali PID. Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Perancangan Pengendali PID. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Perancangan Pengendali PID Intitut Teknologi Seuluh Noember Materi Contoh Soal Latihan Ringkaan Materi Contoh Soal Perancangan Pengendali P Perancangan Pengendali PI Perancangan Pengendali PD Perancangan

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga Sudaryatno Sudirham Analii Keadaan Mantap angkaian Sitem Tenaga ii BAB 4 Motor Ainkron 4.. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah a atu jeni

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN ANALISIS SIMULASI PENGARUH PEREDAM NON-LINEAR KUBIK DAN ASIMETRI TERHADAP RESPON DINAMIS KENDARAAN

PEMODELAN DAN ANALISIS SIMULASI PENGARUH PEREDAM NON-LINEAR KUBIK DAN ASIMETRI TERHADAP RESPON DINAMIS KENDARAAN Proiding Seminar Naional Manajemen Teknologi XXII PEMODELAN DAN ANALISIS SIMULASI PENGARUH PEREDAM NON-LINEAR KUBIK DAN ASIMETRI TERHADAP RESPON DINAMIS KENDARAAN Ardi Noerpamoengka 1 ) dan Haru Lakana

Lebih terperinci

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA 243 BAB XV PEMBIASAN CAHAYA. Apakah yang dimakud dengan pembiaan cahaya? 2. Apakah yang dimakud indek bia? 3. Bagaimana iat-iat pembiaan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan iat bayangan pada lena? 5.

Lebih terperinci

Desain Pengaturan Level Pada Coupled Tank Proccess Rig Menggunakan Kontroler Self-Tuning Fuzzy PID Hybrid Tugas Akhir - TE091399

Desain Pengaturan Level Pada Coupled Tank Proccess Rig Menggunakan Kontroler Self-Tuning Fuzzy PID Hybrid Tugas Akhir - TE091399 Deain Pengaturan Level Pada Coupled Tank Procce Rig 38-00 Menggunakan ontroler Self-Tuning Fuzzy PID Hybrid Tuga Akhir - TE09399 Leonardu Hara Manggala Putra 08.00.009 Juruan Teknik Elektro FTI ITS, Surabaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A III METODOLOGI PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, di mana penelitian langung dilakukan di lapangan yang berifat kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Sistem Pengendalian Level Cairan Tinta Printer Epson C90 Sebagai Simulasi Pada Industri Percetakan Menggunakan Kontroler PID

Sistem Pengendalian Level Cairan Tinta Printer Epson C90 Sebagai Simulasi Pada Industri Percetakan Menggunakan Kontroler PID 6 8 6 8 kecepatan (rpm) kecepatan (rpm) 3 5 67 89 33 55 77 99 3 Sitem Pengendalian Level Cairan Tinta Printer Epon C9 Sebagai Simulai Pada Indutri Percetakan Menggunakan Kontroler PID Firda Ardyani, Erni

Lebih terperinci

ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice

ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice NLISIS PENGONTROL TEGNGN TIG FS TERKENDLI PENUH DENGN BEBN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNKN PROGRM PSpice Heber Charli Wibiono Lumban Batu, Syamul mien Konentrai Teknik Energi Litrik, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS DESAIN SISEM KENDALI MELALUI ROO LOCUS Pendahuluan ahap Awal Deain Kompenai Lead Kompenai Lag Kompenai Lag-Lead Kontroler P, PI, PD dan PID eknik Elektro IB [EYS-998] hal dari 46 Pendahuluan Speifikai

Lebih terperinci

Kesalahan Akibat Deferensiasi Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur dan Tengah

Kesalahan Akibat Deferensiasi Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur dan Tengah Kealahan Akibat Defereniai Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur Tengah Zainal Abidin Fandi Purnama Lab. Dinamika Puat Rekayaa Indutri, ITB, Bandung E-mail: za@dynamic.pauir.itb.ac.id

Lebih terperinci

Himpunan Fuzzy. Sistem Pakar Program Studi : S1 sistem Informasi

Himpunan Fuzzy. Sistem Pakar Program Studi : S1 sistem Informasi Himpunan Fuzzy Sistem Pakar Program Studi : S1 sistem Informasi Outline Himpunan CRISP Himpunan Fuzzy Himpunan CRISP Pada himpunan tegas (crisp), nilai keanggotaan suatu item dalam suatu himpunan A, yang

Lebih terperinci

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya.

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya. MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA FISIKA SET KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR a. Gerak Gerak adalah perubahan kedudukan uatu benda terhadap titik acuannya. B. Gerak Luru

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI Arief Aulia Rahman 1 Atria Yunita 2 1 STKIP Bina Banga Meulaboh, Jl. Naional

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi GELOMBANG BUNYI A. CEPAT RAMBAT BUNYI

FISIKA. Sesi GELOMBANG BUNYI A. CEPAT RAMBAT BUNYI FSKA KELAS X A - KURKULUM GABUNGAN 0 Sei NGAN GELOMBANG BUNY Bunyi merupakan gelombang longitudinal (arah rambatan dan arah getarannya ejajar) yang merambat melalui medium erta ditimbulkan oleh umber bunyi

Lebih terperinci

TOPIK: ENERGI DAN TRANSFER ENERGI

TOPIK: ENERGI DAN TRANSFER ENERGI TOPIK: ENERGI DN TRNSFER ENERGI SOL-SOL KONSEP: 1 Ketika ebuah partikel berotai (berputar terhadap uatu umbu putar tertentu) dalam uatu lingkaran, ebuah gaya bekerja padanya mengarah menuju puat rotai.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

Yusak Tanoto, Felix Pasila Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Surabaya 60236,

Yusak Tanoto, Felix Pasila Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Surabaya 60236, Tranformai Tegangan Tiga Faa Aimetri untuk DC-Link Voltage Control Menggunakan Kompenator LPF dan Perbandingan njuk Kerjanya dengan Kompenator PID Yuak Tanoto, Felix Paila Juruan Teknik Elektro, niverita

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TEKANAN PADA PRESSURE PROCESS RIG MELALUI MODBUS MENGGUNAKAN KONTROLER FUZZY-PID. Tedy Ade Wijaya

PENGENDALIAN TEKANAN PADA PRESSURE PROCESS RIG MELALUI MODBUS MENGGUNAKAN KONTROLER FUZZY-PID. Tedy Ade Wijaya PENGENDALIAN TEKANAN PADA PRESSURE PROCESS RIG 38-714 MELALUI MODBUS MENGGUNAKAN KONTROLER FUZZY-PID Tedy Ade Wijaya 08 100 639 Simulai Sidang Tuga Akhir januari 011 Pembahaan Materi Pendahuluan Perancangan

Lebih terperinci

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN PEMBUMIAN

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN PEMBUMIAN BAB II IMPEDANI UJA MENAA DAN PEMBUMIAN II. Umum Pada aluran tranmii, kawat-kawat penghantar ditopang oleh menara yang bentuknya dieuaikan dengan konfigurai aluran tranmii terebut. Jeni-jeni bangunan penopang

Lebih terperinci

Pengendalian Kadar Keasaman (ph) Pada Pengendapan Tahu Menggunakan Kontroler PID Berbasis ATmega328

Pengendalian Kadar Keasaman (ph) Pada Pengendapan Tahu Menggunakan Kontroler PID Berbasis ATmega328 Pengendalian Kadar Keaaman (ph) Pada Pengendapan Tahu Menggunakan Kontroler PID Berbai ATmega38 Dyah Ayu Anggreini T, Retnowati, Rahmadwati. Abtrak Pengendalian kadar keaaman pada pengendapan tahu angat

Lebih terperinci

Gambar 1. Skematis Absorber Bertalam-jamak dengan Sistem Aliran Gas dan Cairannya

Gambar 1. Skematis Absorber Bertalam-jamak dengan Sistem Aliran Gas dan Cairannya Daar Teori Perhitungan Jumlah THP: BSORBER BERTLM -JMK G BEROPERSI SECR Counter-Current Counter-current Multi-tage borption (Tray aborber) Di dalam Menara brober Bertalam (tray aborber), berlangung operai

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Prosedur Plot Tempat Kedudukan Akar

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Prosedur Plot Tempat Kedudukan Akar Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya MATERI Proedur Plot Tempat Kedudukan Akar Sub Pokok Bahaan Anda akan belajar. Proedur plot Letak Kedudukan Akar. Proedur plot dengan bantuan Matlab Pengantar.

Lebih terperinci

Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom

Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom PENDAHULUAN Logika Fuzzy pertama kali dikenalkan oleh Prof. Lotfi A. Zadeh tahun 1965 Dasar Logika Fuzzy adalah teori himpunan fuzzy. Teori himpunan fuzzy adalah peranan

Lebih terperinci