ISSN MENENTUKAN PERSAMAAN KECEPATAN PENGENDAPAN PADA SEDIMENTASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ISSN MENENTUKAN PERSAMAAN KECEPATAN PENGENDAPAN PADA SEDIMENTASI"

Transkripsi

1 ISSN MENENTUKAN PERSAMAAN KECEPATAN PENGENDAPAN PADA SEDIMENTASI Setiyadi, Suratno Lourentiu, Ezra Ariella W.*, Gede Prema M.S. Juruan Teknik Kimia, Fakulta Teknik, Univerita Katolik Widya Mandala, Surabaya, Indoneia ABSTRAK Sedimentai merupakan metode pemiahan antara padatan dengan cairan menggunakan gaya gravitai. Proe edimentai berperan penting dalam berbagai proe indutri, mialnya pada proe pemurnian air limbah, pengolahan air ungai, pengendapan partikel padatan pada bahan makanan cair, pengendapan krital dari larutan induk, pengendapan minuman partikel terendap pada indutri beralkohol, pengendapan bubur kerta atau pulp pada indutri kerta, dan ebagainya. Dalam proe edimentai, alah atu aktor yang ikut menentukan waktu edimentai adalah kecepatan partikel padatan yang turun ke bawah, ehingga dengan mengetahui kecepatan pengendapan dapat memperkirakan waktu pengendapan yang eekti guna merancang tempat edimentai. Cara ini dapat dilakukan dengan cara menentukan kecepatan edimentai melalui berbagai metode yang ada di literatur, namun dari beberapa metode terebut akan menghailkan harga kecepatan edimentai yang berbeda-beda. Oleh karena itu untuk mengetahui metode perhitungan yang paling baik per penelitian guna membandingkan antara metode yang udah ada di literatur dengan data percobaan di laboratorium. Pada edimentai waktu pengendapan eekti terjadi pada keadaan ree ettling. Dalam literatur, cara yang dapat digunakan untuk menentukan kecepatan edimentai terebut adalah dengan peramaan Stoke-Newton Law, Peramaan, peramaan Ferguon-Church, menggunakan graik edimentai, erta pendekatan dengan metode gari inggung. Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah lumpur lapindo yang diambil dari Porong Sidoarjo. Percobaan dilakukan dengan variai konentrai lumpur pada %, %, 3%, 4%, 5%, 6% erta diameter alat edimentai yaitu 6 cm; 6,5 cm; 7 cm; 8 cm; 8,5 cm;,5 cm. Perhitungan yang dilakukan adalah menentukan harga kecepatan partikel yang mengendap dengan menggunakan metode yang diperoleh dari literatur lalu dibandingkan dengan kecepatan turunnya partikel dari hail percobaan. Dari hail ralat yang didapat menunjukkan bahwa pendekatan dengan metode gari inggung menghailkan cara yang paling mendekati dengan data percobaan, ralat terbear dengan memakai peramaan gari inggung terjadi pada diameter alat 8,5 cm yaitu ebear 6,9% dan ralat terkecil terjadi pada diameter alat,5 cm ebear,3%. Kata kunci : edimentai, menentukan kecepatan edimentai, metode gari ingggung I. Pendahuluan Sedimentai adalah alah atu operai pemiahan campuran padatan dan cairan (lurry) menjadi cairan beningan dan ludge (lurry yang pekat konentrainya). Sedimentai merupakan metode pemiahan antara padatan dengan cairan menggunakan gaya gravitai. Proe edimentai berperan penting dalam berbagai proe indutri, mialnya pada proe pemurnian air limbah, pengolahan air ungai, pengendapan partikel padatan pada bahan makanan cair, pengendapan krital dari larutan induk, pengendapan partikel terendap pada indutri minuman beralkohol, pengendapan bubur kerta atau pulp pada indutri kerta, umumnya edimentai untuk kala laboratorium dilakukan ecara batch. Data-data yang diperoleh dari prinip edimentai ecara batch dapat digunakan untuk proe yang inambung. Selain contoh aplikai yang udah diebutkan ebelumnya, edimentai untuk indutri ecara peiik juga digunakan, antara lain:. Pada unit pemiahan, mialnya untuk mengambil enyawa magneium dari air laut. Untuk memiahkan bahan buangan dari bahan yang akan diolah, mialnya pada pabrik gula 3. Pengolahan air ungai menjadi boiler eed water. 4. Proe pemiahan padatan berdaarkan ukurannya dalam clariier dengan prinip perbedaan terminal velocity Pada proe pengeboran minyak bumi umumnya menghailkan limbah berupa lumpur, limbah lumpur ini ditangani dengan cara edimentai. Setelah diendapkan, endapan dipiahkan dari air, dimana air dibuang ke umber air terdekat eperti ungai atau laut, edangkan padatan lumpur dikembalikan ketempat pengeboran. Dalam proe edimentai, alah atu aktor yang ikut menentukan waktu edimentai adalah kecepatan partikel padatan yang turun ke bawah, ehingga dengan mengetahui kecepatan pengendapan dapat memperkirakan waktu *Correponding author 9 tiu.beka@gmail.com (Ezra Ariella W.)

2 pengendapan yang eekti guna merancang tempat edimentai. Mekipun banyak aplikai edimentai dalam indutri, namun ampai aat ini belum banyak penelitian yang berkaitan tentang proe edimentai. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang proe edimentai untuk mendapatkan keadaan optimum dalam penggunaannya. Salah atu keadaan optimum yang dibutuhkan adalah penentuan peramaan kecepatan pengendapan dalam penerapan edimentai, karena dengan adanya peramaan yang tepat maka aplikai edimentai untuk menentukan uatu kondii eekti dapat dapat diterapkan dan dapat menurunkan biaya operai. Banjir Lumpur Pana Sidoarjo atau Lumpur Lapindo merupakan peritiwa menyemburnya lumpur pana di lokai pengeboran PT Lapindo Branta di Dea Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, ejak tanggal 7 Mei 6. Selama ini pembuangan lumpur dialirkan ke laut melalui Sungai Porong dan Aloo mekipun cara ini dapat mencemari keletarian ekoitem di ekitar aliran ungai. Namun, pembuangan air lumpur ke laut merupakan olui terbaik yang haru dilakukan karena tanpa pembuangan air lumpur bia berdampak pada jebolnya tanggul dan akan menimbulkan dampak yang lebih bear bagi mayarakat diekitar tanggul. Air lumpur ini memerlukan penanganan yaitu dengan proe edimentai yang optimum agar proe pembuangan air lumpur lebih eekti dari egi waktu. Sehingga perlu penanganan khuu yaitu dengan cara edimentai yang eekti untuk memiahkan antara lumpur terhadap air. Salah atu aktor yang mempengaruhi keeektian proe edimentai adalah menentukan waktu edimentai lumpur yang eekti melalui perhitungan dengan menggunakan kecepatan edimentai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan cara yang paling baik guna menentukan kecepatan pengendapan melalui ralat yang dihailkan dari berbagai metode yang terdapat dalam literatur. Cara yang dilakukan adalah dengan melakukan perhitungan kecepatan pengendapan partikel yang turun dengan menggunakan beberapa metode yang terdapat dalam literatur, lalu hail perhitungan terebut dibandingkan dengan kecepatan edimentai yang diperoleh dari percobaan di laboratorium. II. Tinjauan Putaka II.. Sedimentai Sedimentai merupakan pemiahan antara padatan dengan cairan yang beraal dari lurry encer. Pemiahan ini menghailkan cairan jernih dan padatan dengan konentrai tinggi. Mekanime dari edimentai didekripikan dengan obervai pada te batch ettling yaitu ketika partikel-partikel padatan dalam uatu lurry mengalami proe pengendapan dalam ilinder kaca. Gambar (a) menunjukkan upeni dalam ilinder dengan konentrai padatan yang eragam. Seiring dengan berjalannya waktu, partikel-partikel padatan mulai mengendap dimana laju pengendapan partikel terebut diaumikan ebagai terminal velocity pada kondii hindered-ettling. Pada Gambar (b) terdapat beberapa zona konentrai. Daerah D didominai endapan partikel-partikel padatan yang lebih berat dan lebih cepat mengendap. Pada zona C terdapat partikel dengan ukuran yang berbeda-beda dan konentrai yang tidak eragam. Gambar.Tahapan Proe Pengendapan [3] Daerah B adalah daerah dengan konentrai yang eragam dan hampir ama dengan keadaan mula-mula. Di ata daerah B adalah daerah A yang berupa liquid jernih. Jika edimentai dilanjutkan, tinggi dari tiap daerah bervariai eperti pada Gambar (c) dan Gambar (d). Daerah A dan D emakin lua, ebanding dengan berkurangnya daerah B dan C. Pada akhirnya, daerah B dan C akan hilang dan eluruh padatan akan terdapat pada daerah D ehingga hanya teria daerah A dan D. Keadaan eperti ini diebut dengan Critical Settling Point (ditunjukkan pada Gambar (e)), yaitu keadaan dimana terbentuk bidang bata tunggal antara liquid jernih dan endapan [3].

3 II.. Pemakaian Proe Sedimentai II... Proe Batch Hingga aat ini, proe batch lebih banyak digunakan oleh kalangan indutri. Namun, untuk waktu edimentai yang digunakan lebih berdaarkan pada pengalaman dan tidak berdaarkan pada teori yang ada. Proe edimentai batch merupakan proe yang mudah dilakukan. Mekanime edimentai ecara batch diajikan pada gambar. Gambar menunjukkan lurry awal yang memiliki konentrai eragam dengan partikel padatan yang eragam di dalam tabung (zona B). Partikel mulai mengendap dan diaumikan mencapai kecepatan makimum dengan cepat. Zona D yang terbentuk terdiri dari partikel lebih berat ehingga lebih cepat mengendap. Pada zona tranii, luida mengalir ke ata karena tekanan dari zona D. Zona C adalah daerah dengan ditribui ukuran yang berbeda-beda dan konentrai tidak eragam. Zona B adalah daerah konentrai eragam, dengan komentrai dan ditribui ama dengan keadaan awal. Di ata zona B, adalah zona A yang merupakan cairan bening. Selama edimentai berlangung, tinggi maing-maing zona berubah (gambar b, c, d). Zona A dan D bertambah, edang zona B berkurang. Akhirnya zona B, C dan tranii hilang, emua padatan berada di zona D. Saat ini diebut critical ettling point, yaitu aat terbentuknya bata tunggal antara cairan bening dan endapan. II... Proe Semi-Batch Pada edimentai emi-batch, hanya terdapat cairan keluar atau mauk aja. Jadi, kemungkinan hanya ada lurry yang mauk atau beningan yang keluar. Proe edimentai emibatch diajikan pada gambar. Keterangan : A = cairan bening B = zona konentrai eragam C = zona ukuran butir tidak eragam D = zona partikel padat terendapkan Gambar. Proe Sedimentai Semi-Batch II..3. Proe Kontinyu Pada proe kontinyu, terdapat lurry yang mauk dan cairan bening yang keluar pada aat yang beramaan. Saat kondii teady tate, maka ketinggian cairan akan elalu tetap. Proe edimentai kontinyu diajikan pada gambar 3. Keterangan : A = cairan bening B = zona konentrai eragam C = zona ukuran butir tidak eragam D = zona partikel padat terendapkan Gambar 3. Mekanime Sedimentai Kontinyu Kecepatan edimentai dideiniikan ebagai laju pengurangan atau penurunan ketinggian daerah bata antara lurry (endapan) dan upernatant (liquid jernih) pada uhu eragam untuk mencegah pergeeran luida karena konveki [4]. Pada keadaan awal, konentrai lurry adalah eragam di eluruh bagian tabung. Kecepatan edimentai kontan terlihat pada graik hubungan antara Z L dan θ L (diajikan dalam gambar 5) yang membentuk gari luru untuk periode awal. Periode ini diebut ree ettling, dimana padatan bergerak turun hanya karena gaya gravitai. Kecepatan yang kontan ini diebabkan oleh konentrai di lapian bata yang relati maih kecil, ehingga pengaruh gaya tarik-menarik antar partikel, gaya geek dan gaya tumbukan antar partikel dapat diabaikan. Partikel yang berukuran bear akan turun lebih cepat, menyebabkan tekanan ke ata oleh cairan bertambah, ehingga mengurangi kecepatan turunnya padatan yang lebih bear. Hal ini membuat kecepatan penurunan emua partikel (baik yang kecil maupun yang bear) relati ama atau kontan. Semakin banyak partikel yang mengendap, konentrai menjadi tidak eragam diikuti bagian bawah lurry menjadi lebih pekat. Konentrai pada bagian bata bertambah, gerak partikel emakin ukar dan kecepatan turunnya partikel berkurang. Kondii ini diebut hindered ettling. Kondii ree ettling dan hindered ettling dapat diamati pada graik hubungan antara Z L dan θ L pada gambar 5, dimana untuk kondii ree ettling ditunjukkan aat graik maih berupa gari luru, edangkan aat graik mulai

4 melengkung merupakan kondii hindered ettling. II.3. Menentukan Kecepatan Sedimentai Pada proe edimentai, ada berbagai macam cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan kecepatan pengendapan, antara lain :. Peramaan Stoke-Newton Law. Jika ebuah partikel turun di dalam luida karena gaya gravitai, maka kecepatan pengendapan akan tercapai apabila jumlah dari gaya riki (drag orce) dan gaya apung (buoyancy) ebanding dengan gaya gravitai benda [5]. Pada ebuah partikel yang mulai tenggelam, kecepatan turunnya partikel dinyatakan dalam peramaan (). v 4gD 3Cd...() Koeiien drag (C d ) merupakan ungi dari Reynold number. Untuk aliran laminer, harga C d ditentukan melalui peramaan (). 4 Cd Re...() Peramaan Reynold number diajikan pada peramaan (3). Dv Re...(3) Dengan menubtituikan peramaan () dan (3) ke peramaan (), maka akan diperoleh peramaan (4). gd v 8...(4) dimana v adalah kecepatan pengendapan, g adalah percepatan gravitai, D adalah diameter partikel, ρ adalah denita partikel, ρ adalah denita cairan, dan μ adalah vikoita cairan.. Peramaan [9] merumukan uatu peramaan yang merupakan penyempurnaan dari peramaan Stoke-Newton Law. Peramaan diajikan pada peramaan (5). gd p v... (5) 8 b dimana b adalah kontanta yang diperoleh dari peramaan (6).,8 b... (6) Dimana, v adalah kecepatan pengendapan, g adalah percepatan gravitai, d p adalah diameter partikel, ρ adalah denita partikel, adalah denita cairan, adalah vikoita cairan, adalah raki olume cairan, dan adalah denita partikel. 3. Peramaan Ferguon-Church Proe edimentai uatu partikel dipengaruhi oleh beberapa aktor antara lain diameter partikel, graitai, denita, erta vikoita. Ferguon dan Church [6] merumukan peramaan kecepatan edimentai yang diturunkan dari Stoke Law dan Laminer Drag Law. Peramaan kecepatan pengendapan diajikan pada peramaan (7). v SgD 3 C,75C SgD k... (7) Deinii dari gravitai peiik (S) diajikan pada peramaan (8)....(8) S Sedangkan deinii dari vikoita kinemati (μ k ) diajikan pada peramaan (8). k...(9) Sehingga peramaan (7) dapat diatur ulang menjadi peramaan (). gd v 3 C,75C gd... () Data untuk C dan C diajikan pada tabel. Tabel. Tabel Kontanta Peramaan Ferguon-Church Kontanta Bola Diameter Gandum Ayakan Nominal C 8 8 C,4, Untuk partikel yang dapat dianggap berbentuk bola, nilai C =8 dan C =,4 [3]. Subtitui C dan C ke peramaan () ehingga diperoleh peramaan () gd v... () 3 8,3 gd Dimana, v adalah kecepatan pengendapan, g adalah percepatan gravitai, D adalah diameter partikel, ρ adalah denita partikel, ρ adalah denita air, dan μ adalah vikoita air. 4. Metode Graik. Pada proe edimentai, alah atu aktor yang dapat mempengaruhi kecepatan edimentai adalah peciic graity dan diameter partikel [7]. Kecepatan pengendapan ebagai ungi peciic gravity dan diameter partikel dapat digambarkan dalam ebuah graik [8]. Graik kecepatan edimentai ditunjukkan pada Gambar 4 dimana d adalah diameter partikel (cm), V adalah kecepatan pengendapan, dan S

5 peciic graity. Bila ukuran partikel dan peciic gravity dari uatu partikel diketahui maka graik pada gambar 4 dapat dipakai untuk menentukan kecepatan edimentai. Gambar 4. Graik Kecepatan Sedimentai [8] 5. Pendekatan dengan metode Gari Singgung Pada uatu proe edimentai, hubungan antara waktu pengendapan (t) dengan tinggi endapan (Z) membentuk uatu graik yang diajikan pada gambar 5. Gambar 5. Kurva hubungan antara t v Z pada peritiwa edimentai [] Data-data pada proe edimentai dapat diubah kedalam bentuk peramaan matematika. Penentuan bentuk peramaan pada umumnya dilakukan dengan cara linieriai hubungan kurva. Cara linieriai hubungan kurva banyak digunakan untuk menentukan peramaan empiri []. Peramaan empiri yang memiliki ralat paling kecil dalam menentukan waktu edimentai [] diajikan pada peramaan (). Z t ab...() Pada graik proe edimentai, gradien dari gari inggung merupakan kecepatan edimentai, dimana peramaan ini memiliki bentuk yang ama dengan peramaan gradien (m) eperti pada peramaan (3) y y m...(3) x x t Untuk peramaan Z ab, peramaan gradien gari inggungnya diajikan pada peramaan (4) dan (5) Z ' ab t ln b...(4) m a b t ln b...(5) Sehingga peramaan kecepatan edimentai diajikan pada peramaan 6. v a b t ln b...(6) Dengan v adalah kecepatan pengendapan, a dan b adalah parameter yang diperoleh berdaarkan data percobaan. t adalah turunnya partikel. Peramaan ini merupakan pengembangan dari Stoke-Newton Law dengan menambahkan variabel konentrai di dalam peramaan. II.4. Kecepatan Sedimentai dari percobaan Pada percobaan edimentai, jika data antara waktu pengendapan terhadap tinggi pengendapan dibuat graik, akan menghailkan graik eperti diajikan pada Gambar 5. Kecepatan edimentai dari data percobaan dapat dicari dengan peramaan (7) [6] Zn Zn v...(7) tn tn Dengan v adalah kecepatan pengendapan, Z adalah tinggi lapian endapan, t adalah waktu turunnya partikel, erta n adalah nomer data percobaan. III. Metode Penelitian III.. Bahan Bahan yang digunakan dalam percobaan edimentai ini adalah lumpur yang diambil dari kawaan Lapindo, Sidoarjo erta air dari PDAM. Lumpur Lapindo teruun ata 7% air dan 3% padatan dengan ukuran partikel dari 8 meh - 7 meh []. Kadar garam (alinita) lumpur berkiar antara 38-4% []. Karakteritik dari lumpur yang digunakan adalah ebagai berikut [] : ph : CEC : Me/ Pb content : mg/l Cu content : mg/l water content : % organic carbon total rate : % III.. Cara Kerja Pertama-tama, lumpur lapindo dikeringkan dengan oven lalu dihancurkan dengan 3

6 menggunakan blender. Kemudian padatan yang udah dihancurkan diayak dengan ayakan ebear 8 meh, padatan yang belum lolo dari ayakan diperkecil lagi dengan blender, kemudian diayak lagi. Hal ini teru dilakukan ampai hampir emua padatan terayak emua. Selanjutnya, bak diii dengan air, kemudian lumpur dimaukkan dalam bak ebanyak 9,88 g (konentrai %). Lalu campuran lumpur-air diaduk elama -3 menit agar campuran homogen. Setelah itu, campuran dimaukkan dalam tabung ilinder kaca ampai etinggi cm. Padatan yang mengendap diukur ketinggiannya etiap menit. Percobaan ini dilakukan pada konentrai lumpur %, %, 3%, 4%, 5%, dan 6%. Kemudian, percobaan ini diulangi lagi dengan diameter tabung yang berbeda yaitu antara 6 cm; 6,5 cm; 7 cm; 8 cm; 8,5 cm;,5 cm. Data-data hail percobaan elanjutnya digunakan untuk menghitung kecepatan pengendapan pada keadaan ree ettling, lalu hailnya dibandingkan dengan hail perhitungan dengan menggunakan peramaan Stoke-Newton,, Ferguon-Church, erta metode graik dan pendekatan dengan metode gari inggung. III.3. Analia Data Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalia eluruh data yang diperoleh adalah ebagai berikut :. Pemakaian peramaan Stoke-Newton Law. Peramaan kecepatan edimentai yang digunakan diajikan pada peramaan (4). gd...(4) v 8. Perghitungan Kecepatan edimentai dengan peramaan Peraman yang digunakan diajikan pada peramaan (5) dan (6). gd v p 8 b... (5),8 b...(6) 3. Mencari kecepatan edimentai dengan peramaan Ferguon-Church gd...() v 8,3 gd 4. Mencari Kecepatan edimentai dengan Graik. Harga diameter partikel dan peciic graity cairan yang digunakan dalam percobaan langung diplot pada graik yang diajikan pada gambar 4. Dari graik terebut dapat diperoleh kecepatan edimentai Kecepatan edimentai yang dihitung memakai Pendekatan dengan metode Gari Singgung. Data hail percobaaan digunakan untuk meng-hitung parameter a dan b, elanjutnya harga a, b, erta waktu turunnya partikel (t) dipakai untuk menentukan kecepatan pengendapan (v) dengan peramaan (6). t v a b ln b...(6) 6. Mencari Kecepatan Sedimentai dari data percobaan. Kecepatan edimentai dicari pada tiap atuan waktu dengan menggunakan peramaan (7) Zn Zn v...(7) tn tn Dengan v adalah kecepatan pengendapan, Z adalah tinggi lapian endapan, n adalah nomer data percobaan, erta t adalah waktu turunnya partikel dari data. Selanjutnya dari beberapa harga v lalu dihitung nilai v rata-rata. IV. Hail Penelitian dan Pembahaan IV.. Data hail percobaan Data hail percobaan yang berupa konentrai (C) veru ralat dapat dinyatakan dengan graik yang diajikan pada Gambar 6 hingga Gambar. ralat (%) Stoke-Newton Law Ferguon-Church gari inggung graik edimentai Gambar 6. Hubungan antara Konentrai (C) v Ralat pada Diameter Tabung = 6 cm IV.. Pembahaan Percobaan dilakukan dengan variai diameter tabung dari 6 cm hingga,5 cm dan variai konentrai ebear %, %, 3%, 4%, 5%, 6%. Pada percobaan dengan variai konentrai, kecepatan edimentai emakin menurun eiring dengan meningkatnya konentrai lurry. Hal ini terjadi karena pada konentrai yang lebih tinggi, 4

7 jarak antar partikel padatan pada lurry emakin kecil, akibatnya, gaya geek antar partikel emakin bear, ehingga memperlambat kecepatan partikel turun ke bawah. Pada percobaan dengan variai diameter, kecepatan edimentai emakin rendah eiring dengan meningkatnya diameter tabung. Hal ini dapat terjadi karena pada tabung dengan diameter yang lebih bear jarak antar partikel padatan lebih bear. Dalam percobaan ini, peramaan teoriti yang digunakan adalah peramaan Stoke- Newton Law, peramaan, peramaan Ferguon-Church, pembacaan graik edimentai, dan Peramaan gari inggung. Ralat (%) Stoke-Newton Law Ferguon-Church Graik edimentai gari inggung ralat (%) Stoke-Newton Law Ferguon-Church graik edimentai gari inggung Gambar 9. Hubungan antara Konentrai (C) v Ralat pada Diameter Tabung = 8 cm ralat (%) Stoke-Newton Law Ferguon-Church graik edimentai gari inggung Gambar 7. Hubungan antara Konentrai (C) v Ralat pada Diameter Tabung = 6,5 cm Gambar. Hubungan antara Konentrai (C) v Ralat pada Diameter Tabung = 8,5 cm Stoke-Newton Law Ferguon-Church Graik edimentai gari inggung Stoke-Newton Law Ferguon-Church graik edimentai gari inggung Ralat (%) ralat (%) Gambar 8. Hubungan antara Konentrai (C) v Ralat pada Diameter Tabung = 7 cm Gambar. Hubungan antara Konentrai (C) v Ralat pada Diameter Tabung =,5 cm 5

8 Peramaan Stoke-Newton Law, Ferguon-Church, dan pembacaan graik edimentai tidak memiliki variabel konentrai. Peramaan-peramaan ini tetap digunakan karena data yang digunakan dalam percobaan hanya data pada aat ree ettling. Pada ree ettling, geekan antar partikel tidak berpengaruh terhadap kecepatan edimentai, ehingga kecepatan edimentai memiliki mekanime yang ama dengan gerak jatuh beba. Peramaan Stoke-Newton Law, Ferguon-Church, dan pembacaan graik edimentai menggunakan prinip gerak jatuh beba ebagai daar teorinya. Maka dari itu, ketiga peramaan ini tetap digunakan dalam percobaan meki tidak memiliki variabel konentrai. Untuk peramaan Ferguon-Church, graik menunjukkan bahwa emakin bear konentrai, ralat yang muncul juga emakin bear, bahkan angat bear hingga diata 3%. Sehingga Peramaan Ferguon-Church tidak dapat digunakan untuk menghitung kecepatan edimentai lumpur. Peramaan Ferguon- Church merupakan peramaan yang lebih cocok untuk aliran turbulen, ementara data percobaan berjalan pada aliran laminer. Akibatnya, hail yang diberikan berbeda angat jauh. Untuk hail pembacaan graik edimentai, ralat yang diberikan pada awalnya turun eiring dengan peningkatan konentrai, tetapi etelah mencapai konentrai antara 3%-5% ralatnya emakin meningkat. Karena emakin bear konentrai tumbukan yang terjadi antar partikel emakin bear, edangkan graik edimentai yang dibuat pada kondii ree ettling, dimana pada kondii ree ettling dapat dianggap tidak ada tumbukan antar partikel, yang ada hanya geekan antara dinding partikel padatan dengan cairan yang membuat terjadinya drag orce. Data yang digunakan untuk membuat graik edimentai hanya didapatkan pada atu macam konentrai. Padahal, dengan emakin meningkatnya konentrai, drag orce yang dialami juga emakin bear. Begitu pula ebaliknya, data dengan konentrai yang lebih kecil hampir tidak memiliki eek drag orce. Karena itulah, ketika data pembacaan graik edimentai dibandingkan dengan data hail percobaan aktual dengan konentrai yang lebih tinggi atau lebih rendah, hail ralat yang muncul juga lebih bear. Selain itu, eiring dengan meningkatnya diameter tabung, peningkatan ralat juga emakin bear. Maka, pembacaan graik edimentai hanya dapat diterapkan untuk kecepatan edimentai pada konentrai antara 3% ampai 5%. Untuk peramaan Stoke-Newton Law, ralat yang diberikan pada konentrai % maih angat rendah, tetapi eiring dengan meningkatnya konentrai, ralat yang terjadi mengalami kenaikan yang bear. Hal ini diebabkan karena hukum Stoke digunakan untuk benda jatuh beba dan tidak mengalami tumbukan antar partikel. Selain itu, emakin bear diameter tabung, peningkatan ralat yang dialami juga emakin tinggi. Hal ini terjadi karena emakin bear diameter tabung, maka kecepatan edimentai juga emakin rendah. Maka, peramaan Stoke-Newton Law hanya cocok untuk menghitung kecepatan edimentai lumpur dengan konentrai yang rendah dan diameter tabung yang kecil. Untuk peraman, hail ralat yang diberikan memiliki tren yang ama dengan peramaan Stoke-Newton Law, akan tetapi pada konentrai yang ama, ralat yang diberikan lebih kecil, ehingga peramaan ini maih lebih bagu jika dibandingkan dengan peramaan Stoke-Newton law. Peramaan merupakan hail pengembangan dari peramaan Stoke-Newton Law dengan memperhitungkan variabel konentrai padatan dalam lurry dimana hal ini terlihat dengan adanya variabel raki cairan dalam peraman. Tetapi, karena peramaan juga digunakan untuk benda jatuh beba, ehingga untuk konentrai yang bear peramaan arag juga mempunyai ralat yang bear. Sama eperti peramaan Stoke-Newton Law, peramaan ini lebih cocok untuk menghitung kecepatan edimentai lumpur pada konentrai rendah. Untuk metode dengan menggunakan peramaan dari metode gari inggung ralat yang diberikan lebih kecil jika dibandingkan dengan ralat dari peramaan yang lain. Dan juga, ralat yang diberikan mengalami penurunan eiring dengan meningkatnya konentrai lumpur. Selain itu, eiring dengan meningkatnya diameter tabung, penurunan yang dialami juga emakin bear. Peramaan daar untuk penurunan peramaan dari metode gari inggung beraal dari data percobaan ehingga peramaan daar ini juga memperhitungkan adanya tumbukan antar partikel. Akibatnya metode ini menghailkan ralat yang kecil. Maka peramaan ini paling cocok untuk digunakan menghitung kecepatan edimentai lumpur pada konentrai tinggi dan pada diameter wadah yang 6

9 bear.kelemahan dari peraman ini adalah peramaan ini membutuhkan data edimentai antara waktu veru tinggi endapan. V. Keimpulan Dari percobaan ini, dapat ditarik keimpulan: Untuk konentrai lumpur yang encer, peramaan yang paling cocok adalah peramaan. Untuk lumpur dengan konentrai yang tinggi, peramaan yang paling cocok adalah peramaan gari inggung. Untuk diameter tabung yang bear, peramaan yang paling cocok adalah peramaan gari inggung. Datar Putaka [] Uman E., Salahuddin M., Ranawijaya DAS., dan Hutagaol J. P., 6, Pembuangan Lumpur Porong-Sidoarjo ke Laut, Paper Pendukung Simpoium Naional, Surabaya. [] Ariandi P., 6, Menebar Bencana Lumpur di Kali Porong Ecological Obervation And Wetland Conervation, Jakarta. [3] Brown C.B., 95, Sediment Tranport, in Engineering Hydraulic, Ch., Roue, H. (ed.),. John Wiley and Son, New York [4] Fout A.S., 98. "Principle o Unit Operation", 4 ed., John Wiley and Son, New York, [5] Batchelor G.K., 967. "An Introduction to Fluid Dynamic", Cambridge Univerity Pre, Cambridge. [6] Ferguon R.I. and Church M., 4 "Sedimentation" Journal o Sedimentary Reearch [7] Abuzar S.S.,, "Sedimentai", Intitut Teknologi Sepuluh November, Surabaya. [8] Tyoo B.W., 99, "Pengolahan Data Secara non Statitik", PT Pupuk Sri Wijaya, Palembang,. [9] I., 996, "Fluid Flow", Eat Williton, New York. [] Setiyadi, 6, "Seminar Naional Teknik kimia", Teknik Kimia, Univerita Katolik Parahyangan, Bandung,. [] Geankopli C.J., 993, "Tranport Procee and Separation Proce Principle", 4 ed., Pearon Education International, USA, [] Alvin J., 3, "Characteritic o Lapindo Mud and the Fluctuation o Lead and Copper in Porong and Aloo River", Univerita Brawijaya, Malang, 7

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK Konfereni Naional Teknik Sipil (KoNTekS ) Sanur-Bali, - Juni PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM Zufrimar, Budi Wignyoukarto dan Itiarto Program Studi Teknik Sipil, STT-Payakumbuh,

Lebih terperinci

KONSENTRASI SEDIMEN SUSPENSI RATA-RATA KEDALAMAN PADA SALURAN MENIKUNG BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS

KONSENTRASI SEDIMEN SUSPENSI RATA-RATA KEDALAMAN PADA SALURAN MENIKUNG BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS KONSENTRASI SEDIMEN SUSPENSI RATA-RATA KEDALAMAN PADA SALURAN MENIKUNG BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS Chairul Muhari Doen Juruan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang Email : ch_muhari@yahoo.com

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN MODUL SISTEM KENDALI KECEPATAN Kurniawan Praetya Nugroho (804005) Aiten: Muhammad Luthfan Tanggal Percobaan: 30/09/06 EL35-Praktikum Sitem Kendali Laboratorium Sitem Kendali dan Komputer STEI ITB Abtrak

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB MOTOR NDUKS TGA FASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

BAGIAN III. PEMISAHAN CAMPURAN HETEROGEN (SEDIMENTASI)

BAGIAN III. PEMISAHAN CAMPURAN HETEROGEN (SEDIMENTASI) BAGIAN III. PEMISAHAN CAMPURAN HETEROGEN (SEIMENTASI) Sebelum membicarakan ecara rinci operai edimentai, terlebih dahulu dibaha alat-alat pemiah padat-cair yang ering dijumpai di indutri kimia. Campuran

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN 5.1. Proe Fluidiai Salah atu faktor yang berpengaruh dalam proe fluidiai adalah kecepatan ga fluidiai (uap pengering). Dalam perancangan ini, peramaan empirik yang digunakan

Lebih terperinci

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 Riani Lubi Juruan Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia Pendahuluan (1) Pertamakali dipublikaikan pada tahun 1909 oleh Agner Kraup Erlang

Lebih terperinci

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA 243 BAB XV PEMBIASAN CAHAYA. Apakah yang dimakud dengan pembiaan cahaya? 2. Apakah yang dimakud indek bia? 3. Bagaimana iat-iat pembiaan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan iat bayangan pada lena? 5.

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga

Lebih terperinci

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya.

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya. MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA FISIKA SET KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR a. Gerak Gerak adalah perubahan kedudukan uatu benda terhadap titik acuannya. B. Gerak Luru

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE Oleh: Gondo Pupito Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, PSP - IPB Abtrak Pada penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN SUDUT TIKUNGAN TERHADAP DEBIT SEDIMEN PADA SALURAN SEGIEMPAT DAN DINDING TETAP

HUBUNGAN SUDUT TIKUNGAN TERHADAP DEBIT SEDIMEN PADA SALURAN SEGIEMPAT DAN DINDING TETAP HUBUNGAN SUDUT TIKUNGAN TERHADAP DEBIT SEDIMEN PADA SALURAN SEGIEMPAT DAN DINDING TETAP Darwizal Daoed Laboratorium Hidrolika Juruan Teknik Sipil Fakulta Teknik Unand ABSTRAK Sudut belokan di ungai angat

Lebih terperinci

4. PENETAPAN BERAT JENIS PARTIKEL TANAH

4. PENETAPAN BERAT JENIS PARTIKEL TANAH Penetapan Berat Jeni Partikel Tanah 35 1. PENDAHULUAN 4. PENETAPAN BERAT JENIS PARTIKEL TANAH Fahmuddin Agu dan Setiari arwanto Berat jeni partikel, ρ, adalah perbandingan antara maa total fae padat tanah

Lebih terperinci

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA 227 BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA. Apakah cahaya terebut? 2. Bagaimana ifat perambatan cahaya? 3. Bagaimana ifat pemantulan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan ifat bayangan pada cermin? 5. Bagaimana

Lebih terperinci

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Team Doen Riet Operaional rogram Studi Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia ertamakali dipublikaikan pada tahun 909 oleh Agner Kraup Erlang yang mengamati maalah kepadatan penggunaan telepon

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikai pada Laboratorium Konveri Energi Litrik FT-USU) Tondy Zulfadly Ritonga, Syamul Amien Konentrai Teknik

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Penelitian ini menggunakan penelitian ekperimen. Subyek penelitiannya dibedakan menjadi kela ekperimen dan kela kontrol. Kela ekperimen diberi perlakuan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor litrik merupakan beban litrik yang paling banyak digunakan di dunia, Motor induki tiga faa adalah uatu mein litrik yang mengubah energi litrik menjadi energi

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem Laporan Praktikum Teknik Intrumentai dan Kendali Permodelan Sitem iuun Oleh : Nama :. Yudi Irwanto 0500456. Intan Nafiah 0500436 Prodi : Elektronika Intrumentai SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR BAAN TENAGA

Lebih terperinci

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung

Lebih terperinci

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus eminar Naional Quantum #25 (2018) 2477-1511 (8pp) Paper eminar.uad.ac.id/index.php/quantum Korelai antara tortuoita imum dan poroita medium berpori dengan model material berbentuk kubu FW Ramadhan, Viridi,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian quai experimental. Deain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak

Lebih terperinci

DAYA LAYAN UJI GEOLISTRIK UNTUK MENDAPATKAN SUMBER AIR TANAH

DAYA LAYAN UJI GEOLISTRIK UNTUK MENDAPATKAN SUMBER AIR TANAH Konfereni Naional Teknik Sipil Univerita Tarumanagara, 26-27 Oktober 207 DAYA LAYAN UJI GEOLISTRIK UNTUK MENDAPATKAN SUMBER AIR TANAH I Wayan Redana, I Nengah Simpen 2, dan Kadek Suardika 3 Program Studi

Lebih terperinci

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA BAB III EACA ZAT DALAM SISTIM YAG MELIBATKA EAKSI KIMIA Pada Bab II telah dibaha neraca zat dalam yang melibatkan atu atau multi unit tanpa reaki. Pada Bab ini akan dibaha neraca zat yang melibatkan reaki

Lebih terperinci

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No., (07) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-4 Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sitem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tank Boby Dwi Apriyadi

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki adalah motor litrik aru bolak-balik yang putaran rotornya tidak ama dengan putaran medan tator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan pada tator

Lebih terperinci

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang Kurikulum 2013 FIika K e l a XI KARAKTERISTIK GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian gelombang dan jeni-jeninya.

Lebih terperinci

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda 2.1. Pendahuluan Dioda adalah komponen elektronika yang teruun dari bahan emikonduktor tipe-p dan tipe-n ehingga mempunyai ifat dari bahan emikonduktor ebagai berikut.

Lebih terperinci

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA BAB IV. PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA Bab ini membaha tentang pengujian pengaruh bear tahanan rotor terhadap tori dan efiieni motor induki. Hail yang diinginkan adalah

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI 26 BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI Pada tei ini akan dilakukan pemodelan matemati peramaan lingkar tertutup dari item pembangkit litrik tenaga nuklir. Pemodelan matemati dibentuk dari pemodelan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik ( AC ) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari

Lebih terperinci

Transformasi Laplace dalam Mekatronika

Transformasi Laplace dalam Mekatronika Tranformai Laplace dalam Mekatronika Oleh: Purwadi Raharjo Apakah tranformai Laplace itu dan apa perlunya mempelajarinya? Acapkali pertanyaan ini muncul dari eorang pemula, apalagi begitu mendengar namanya

Lebih terperinci

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR 6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh

Lebih terperinci

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR Tuga Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Doen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd. S-1 PGSD Univerita Muhammadiyah Sidoarjo PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT

BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT Ukuran utama kinerja evaporator adalah kapaita dan ekonomi. Kapaita didefiniikan ebagai jumlah olvent yang mampu diuapkan per atuan lua per atuan Waktu. Sedangkan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka 1. Pendahuluan Komunikai merupakan kebutuhan paling menonjol pada kehidupan manuia. Pada awal perkembangannya ebuah pean diampaikan ecara langung kepada komunikan. Namun maalah mulai muncul ketika jarak

Lebih terperinci

Bola Nirgesekan: Analisis Hukum Kelestarian Pusa pada Peristiwa Tumbukan Dua Dimensi

Bola Nirgesekan: Analisis Hukum Kelestarian Pusa pada Peristiwa Tumbukan Dua Dimensi Bola Nirgeekan: Analii Hukum Keletarian Pua pada Peritiwa Tumbukan Dua Dimeni Akhmad Yuuf 1,a), Toni Ku Indratno 2,b) 1,2 Laboratorium Teknologi Pembelajaran Sain, Fakulta Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com Bab Kubu dan Balok ujuan embelajaran etelah mempelajari bab ini iwa diharapkan mampu: Mengenal dan menyebutkan bidang, ruuk, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal kubu dan balok; Menggambar

Lebih terperinci

MODUL IV ESTIMASI/PENDUGAAN (3)

MODUL IV ESTIMASI/PENDUGAAN (3) MODUL IV ETIMAI/PENDUGAAN (3) A. ETIMAI RAGAM Etimai ragam digunakan untuk menduga ragam σ berdaarkan ragam dari uatu populai normal contoh acak berukuran n. Ragam contoh ini akan digunakan ebagai nilai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung tahun ajaran 01/013 yang berjumlah 38 iwa dan terebar dalam enam kela yang

Lebih terperinci

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GRATE COOLER INDUSTRI SEMEN

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GRATE COOLER INDUSTRI SEMEN ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GRATE COOLER INDUSTRI SEMEN Khairil Anwar* * Abtract Thi reearch aimed to ind out heat traner rate between cooling air upply and clinker in grate cooler o cement indutry.

Lebih terperinci

Lampiran B.2. Dimensi Kompetensi Kuantitatif. Komponen Literasi Kuantitatif

Lampiran B.2. Dimensi Kompetensi Kuantitatif. Komponen Literasi Kuantitatif No. Indikator Butir Soal 1. Siwa mampu menetukan bentuk penyajian data Tabel berikut untuk menjawab oal 6-7. Hail penelitian faktor klimatik dan edafik uatu ekoitem adalah ebagai berikut : Tabel 2. Hail

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Deain Penelitian yaitu: Pengertian deain penelitian menurut chuman dalam Nazir (999 : 99), Deain penelitian adalah emua proe yang diperlukan dalam perencanaan dan pelakanaan

Lebih terperinci

Simulasi Springback pada Laser Beam Bending dan Rotary Draw Bending untuk Pipa AISI 304L

Simulasi Springback pada Laser Beam Bending dan Rotary Draw Bending untuk Pipa AISI 304L F108 Simulai Springback pada Laer Beam dan Rotary Draw untuk Pipa AISI 304L Adnan Syadidan, Ma Irfan P. Hidayat, dan Wikan Jatimurti Departemen Teknik Material, Fakulta Teknologi Indutri, Intitut Teknologi

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik

TEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik TEKNOLOGI BETON Sifat Fiik dan Mekanik Beton, ejak dulu dikenal ebagai material dengan kekuatan tekan yang memadai, mudah dibentuk, mudah diproduki ecara lokal, relatif kaku, dan ekonomi. Agar menghailkan

Lebih terperinci

ANALISIS SEDIMENTASI PADA BENDUNG LAEYA KABUPATEN KONAWE SELATAN

ANALISIS SEDIMENTASI PADA BENDUNG LAEYA KABUPATEN KONAWE SELATAN ANALISIS SEDIMENTASI PADA BENDUNG LAEYA KABUPATEN KONAWE SELATAN Ahmad Syarif Sukri Doen Fakulta Teknik Univerita Haluoleo ABSTRAK Bendung Laeya merupakan alah atu bendung yang dibangun oleh pemerintah

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI NAMA KELOMPOK : 1. FITRIYATUN NUR JANNAH (5213412006) 2. FERA ARINTA (5213412017) 3. DANI PRASETYA (5213412037) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITTAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian. Waktu Penelitian Penelitian dilakanakan pada 4 Februari 5 Maret 0.. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakanakan di SMP Ilam Al-Kautar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan uatu truktur bangunan haru memenuhi peraturanperaturan ang berlaku untuk mendapatkan uatu truktur bangunan ang aman ecara kontruki. Struktur bangunan

Lebih terperinci

W = F. s. Dengan kata lain usaha yang dilakukan Fatur sama dengan nol. Kompetensi Dasar

W = F. s. Dengan kata lain usaha yang dilakukan Fatur sama dengan nol. Kompetensi Dasar Kompeteni Daar Dengan kata lain uaha yang dilakukan Fatur ama dengan nol. Menganalii konep energi, uaha, hubungan uaha dan perubahan energi, dan hukum kekekalan energi untuk menyeleaikan permaalahan gerak

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALI ARUS START MOTOR INDUKSI PHASA TIGA DENGAN VARIASI BEBAN

SISTEM PENGENDALI ARUS START MOTOR INDUKSI PHASA TIGA DENGAN VARIASI BEBAN Sitem Pengendali Aru Start Motor Induki Phaa Tiga dengan Variai Beban SISTEM PENGENDALI ARUS START MOTOR INDUKSI PHASA TIGA DENGAN VARIASI BEBAN Oleh : Yunita, ) Hendro Tjahjono ) ) Teknik Elektro UMSB

Lebih terperinci

Lentur Pada Balok Persegi

Lentur Pada Balok Persegi Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah Kode SKS : Peranangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Lentur Pada Balok Peregi Pertemuan 4,5,6,7 Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Sub Pokok

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR ANALSS SMULAS SARNG MOOR NDUKS ROOR SANGKAR DENGAN AUORANSFORMAOR Aprido Silalahi, Riwan Dinzi Konentrai eknik Energi Litrik, Departemen eknik Elektro Fakulta eknik Univerita Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA)

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA) STUDI PERBADIGA BELITA TRASFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PEGGUAA TAP CHAGER (Aplikai pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRASBUAA) Bayu T. Sianipar, Ir. Panuur S.M. L.Tobing Konentrai Teknik Energi Litrik,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian ini dilakanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kela VII emeter genap Tahun Pelajaran 0/0, SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung memiliki jumlah

Lebih terperinci

Evaluasi Hasil Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analisis Data Curah Hujan

Evaluasi Hasil Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analisis Data Curah Hujan Evaluai Hail Pelakanaan Teknologi Modifikai Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analii Data Curah Hujan Budi Haroyo 1, Untung Haryanto 1, Tri Handoko Seto 1, Sunu Tikno 1, Tukiyat 1, Samul Bahri 1 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

TRANSPOR SEDIMEN: DEGRADASI DASAR SUNGAI

TRANSPOR SEDIMEN: DEGRADASI DASAR SUNGAI Univerita Gadja Mada TRANSPOR SEDIMEN: DEGRADASI DASAR SUNGAI SOAL A Suatu ungai (tampang dianggap berbentuk egiempat) dengan lebar B = 5 m. Di uatu tempat di ungai tb, terdapat daar ungai yang berupa

Lebih terperinci

MANIPULASI MEDAN MAGNETIK PADA IKATAN KIMIA UNTUK SUATU MOLEKUL BUATAN. Oleh Muh. Tawil * & Dominggus Tahya Abstrak

MANIPULASI MEDAN MAGNETIK PADA IKATAN KIMIA UNTUK SUATU MOLEKUL BUATAN. Oleh Muh. Tawil * & Dominggus Tahya Abstrak MANIPULASI MEDAN MAGNETIK PADA IKATAN KIMIA UNTUK SUATU MOLEKUL BUATAN Oleh Muh. Tawil * & Dominggu Tahya Abtrak Penerapan medan magnet dalam metode S-UHF dapat digunakan untuk mendekripikan kekuatan ikatan

Lebih terperinci

PENAKSIR VARIANSI POPULASI YANG EFISIEN PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI

PENAKSIR VARIANSI POPULASI YANG EFISIEN PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI PENAKIR VARIANI POPLAI YANG EFIIEN PADA AMPLING ACAK EDERHANA MENGGNAKAN KOEFIIEN REGREI Neneng Gutiana Rutam Efendi Harion Mahaiwa Program Matematika Doen Juruan Matematika Fakulta Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN TARIK SERAT PELEPAH PISANG EPOKSI

ANALISA PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN TARIK SERAT PELEPAH PISANG EPOKSI ANALISA PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN TARIK SERAT PELEPAH PISANG EPOKSI Nanang Endriatno Staf Pengajar Program Studi Teknik Mein Fakulta Teknik Univerita Halu Oleo, Kendari

Lebih terperinci

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V: Bab V: ROOT LOCUS Root Locu yang menggambarkan pergeeran letak pole-pole lup tertutup item dengan berubahnya nilai penguatan lup terbuka item yb memberikan gambaran lengkap tentang perubahan karakteritik

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI Edi Sutomo Program Studi Magiter Pendidikan Matematika Program Paca Sarjana Univerita Muhammadiyah Malang Jln Raya

Lebih terperinci

Gambar 1. Skematis Absorber Bertalam-jamak dengan Sistem Aliran Gas dan Cairannya

Gambar 1. Skematis Absorber Bertalam-jamak dengan Sistem Aliran Gas dan Cairannya Daar Teori Perhitungan Jumlah THP: BSORBER BERTLM -JMK G BEROPERSI SECR Counter-Current Counter-current Multi-tage borption (Tray aborber) Di dalam Menara brober Bertalam (tray aborber), berlangung operai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Menurut Sugiyono, metode penelitian pendidikan dapat diartikan ebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan

Lebih terperinci

Kajian Solusi Numerik Metode Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua

Kajian Solusi Numerik Metode Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua Jurnal Gradien Vol. No. Juli 0 : -70 Kajian Solui Numerik Metode Runge-Kutta Nytrom Empat Dalam Menyeleaikan Peramaan Diferenial Linier Homogen Dua Zulfia Memi Mayaari, Yulian Fauzi, Cici Ratna Putri Jelita

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS Bab VI: DESAIN SISEM ENDALI MELALUI OO LOCUS oot Lou dapat digunakan untuk mengamati perpindahan pole-pole (lup tertutup) dengan mengubah-ubah parameter penguatan item lup terbukanya ebagaimana telah ditunjukkan

Lebih terperinci

3. PENETAPAN BERAT VOLUME TANAH

3. PENETAPAN BERAT VOLUME TANAH Penetapan Berat Volume Tanah 25 3. PENETAPAN BERAT VOLUME TANAH Fahmuddin Agu, Rahmah Dewi Yutika, dan Umi Haryati 1. PENDAHULUAN Berat volume tanah merupakan alah atu ifat fiik tanah yang paling ering

Lebih terperinci

PENGAMATAN PERILAKU TRANSIENT

PENGAMATAN PERILAKU TRANSIENT JETri, Volume, Nomor, Februari 00, Halaman 5-40, ISSN 4-037 PENGAMATAN PERIAKU TRANSIENT Irda Winarih Doen Juruan Teknik Elektro-FTI, Univerita Triakti Abtract Obervation on tranient behavior i crucial

Lebih terperinci

PENGGUNAAN RATA-RATA GEOMETRIK DALAM MENENTUKAN HARGA OPSI ASIA (STUDI KASUS PADA SAHAM THE WALT DISNEY COMPANY )

PENGGUNAAN RATA-RATA GEOMETRIK DALAM MENENTUKAN HARGA OPSI ASIA (STUDI KASUS PADA SAHAM THE WALT DISNEY COMPANY ) Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 2 Hal. 44 52 ISSN : 2303 2910 c Juruan Matematika FMIPA UNAND PENGGUNAAN RATA-RATA GEOMETRIK DALAM MENENTUKAN HARGA OPSI ASIA (STUDI KASUS PADA SAHAM THE WALT DISNEY

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PROSES VARIABILITAS MULTIVARIATE MELALUI VEKTOR VARIANSI CONTROL ON MULTIVARIATE VARIABILITY PROCESS THROUGH VARIANCE VECTOR

PENGENDALIAN PROSES VARIABILITAS MULTIVARIATE MELALUI VEKTOR VARIANSI CONTROL ON MULTIVARIATE VARIABILITY PROCESS THROUGH VARIANCE VECTOR PENGENDALIAN PROSES VARIABILITAS MULTIVARIATE MELALUI VEKTOR VARIANSI CONTROL ON MULTIVARIATE VARIABILITY PROCESS THROUGH VARIANCE VECTOR Sahabuddin, Erna Herdiani, Armin Lawi Bagian Matematika Terapan,

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH SEMARANG ABSTRACT

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH SEMARANG ABSTRACT ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 791-800 Online di: http://ejournal-1.undip.ac.id/index.php/gauian ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. langsung melalui wakil-wakilnya (Komaruddin, 2004:18). jangkauan yang hendak dicapai mencakup tiga aspek dasar, yaitu:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. langsung melalui wakil-wakilnya (Komaruddin, 2004:18). jangkauan yang hendak dicapai mencakup tiga aspek dasar, yaitu: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoriti 2.1.1 Bura Efek Menurut J.Bogen bura efek adalah uatu item yang terorganiir dengan mekanime remi untuk mempertemukan penjual dan pembeli efek ecara langung

Lebih terperinci

DEGRADASI DASAR SUNGAI Oleh : Imam Suhardjo. Abstraksi

DEGRADASI DASAR SUNGAI Oleh : Imam Suhardjo. Abstraksi DEGRADAI DAAR UNGAI Ole : Imam uardjo Abtraki Degradai daar ungai umumnya merupakan akibat adanya eroi dan ebagai perantara utama adala air yang dipengarui ole kecepatan aliran. tudi ini bertujuan mengidentifikai

Lebih terperinci

Model Persamaan Faktor Koreksi pada Proses Sedimentasi dalam Keadaan Free Settling

Model Persamaan Faktor Koreksi pada Proses Sedimentasi dalam Keadaan Free Settling Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ISSN: 085-17 Volume 6, Nomor, Juni 014 Hal. 98-106 Model Persamaan Faktor Koreksi pada Proses Sedimentasi dalam Keadaan Free Settling Roessiana D L; Setiyadi dan Sandy

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MAHASISWA YANG MASUK MELALUI JALUR SNMPTN DAN JALUR UMB PADA MATAKULIAH KALKULUS II DI JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIMED

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MAHASISWA YANG MASUK MELALUI JALUR SNMPTN DAN JALUR UMB PADA MATAKULIAH KALKULUS II DI JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIMED 54 PERBEDAAN HASIL BELAJAR MAHASISWA YANG MASUK MELALUI JALUR SNMPTN DAN JALUR UMB PADA MATAKULIAH KALKULUS II DI JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIMED Abil Manyur Abtrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga Sudaryatno Sudirham Analii Keadaan Mantap angkaian Sitem Tenaga ii BAB 4 Motor Ainkron 4.. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah a atu jeni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang akan dilakukan merupakan metode ekperimen dengan deain Pottet-Only Control Deign. Adapun pola deain penelitian

Lebih terperinci

LAPORAN SKRIPSI MODEL PERSAMAAN KECEPATAN SEDIMENTASI PADA KONDISI HINDERED SETTLING

LAPORAN SKRIPSI MODEL PERSAMAAN KECEPATAN SEDIMENTASI PADA KONDISI HINDERED SETTLING LAPORAN SKRIPSI MODEL PERSAMAAN KECEPATAN SEDIMENTASI PADA KONDISI HINDERED SETTLING Diajukan Oleh : Edvarda Latifany 5203013023 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Lebih terperinci

Pengaruh Perubahan Set Point pada Pengendali Fuzzy Logic untuk Pengendalian Suhu Mini Boiler

Pengaruh Perubahan Set Point pada Pengendali Fuzzy Logic untuk Pengendalian Suhu Mini Boiler 72 Jurnal Rekayaa Elektrika Vol., No. 4, Oktober 23 Pengaruh Perubahan Set Point pada Pengendali Fuzzy Logic untuk Pengendalian Suhu Mini Boiler Bhakti Yudho Suprapto, Wahidin Wahab 2, dan Mg. Abdu Salam

Lebih terperinci

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham Motor Ainkron Oleh: Sudaryatno Sudirham. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah atu jeni yang banyak dipakai adalah motor ainkron atau motor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dekripi Data Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media Audio Viual dengan metode Reading Aloud terhadap hail belajar iwa materi العنوان, maka penuli melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi angat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam uatu truktur bangunan beton bertulang khuunya pada kolom akan terjadi momen lentur dan gaya akial yang bekerja ecara berama ama. Momen - momen ini yang diakibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni dan Pendekatan Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafiran

Lebih terperinci

ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice

ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice NLISIS PENGONTROL TEGNGN TIG FS TERKENDLI PENUH DENGN BEBN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNKN PROGRM PSpice Heber Charli Wibiono Lumban Batu, Syamul mien Konentrai Teknik Energi Litrik, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

Penyelesaian Soal Ujian Tengah Semester 2008

Penyelesaian Soal Ujian Tengah Semester 2008 Penyeleaian Soal Ujian Tengah Semeter 008 Soal A Curah hujan harian maximum tahunan elama periode 978.d. 007 di Staiun Godean Yogyakarta diajikan pada tabel di bawah ini. kedalaman hujan (mm) rekueni 5

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK

ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK Yenny Nurchaanah 1*, Muhammad Ujianto 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakulta Teknik, Univerita

Lebih terperinci

Cahaya tampak adalah bagian spektrum yang mempunyai panjang gelombang antara lebih kurang 400 nanometer (nm) dan 800 nm (dalam udara).

Cahaya tampak adalah bagian spektrum yang mempunyai panjang gelombang antara lebih kurang 400 nanometer (nm) dan 800 nm (dalam udara). CAHAYA Ada teori Partikel oleh Iaac Newton (1642-1727) dalam Hypothei of Light pada 1675 bahwa cahaya terdiri dari partikel halu (corpucle) yang memancar ke emua arah dari umbernya. Teori Gelombang oleh

Lebih terperinci

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 )

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 ) MATEMATIKA IV MODUL 9 Tranformai Laplace Zuhair Juruan Teknik Elektro Univerita Mercu Buana Jakarta 2007 年 2 月 6 日 ( 日 ) Tranformai Laplace Tranformai Laplace adalah ebuah metode yangdigunakan untuk menyeleaikan

Lebih terperinci

TOPIK: ENERGI DAN TRANSFER ENERGI

TOPIK: ENERGI DAN TRANSFER ENERGI TOPIK: ENERGI DN TRNSFER ENERGI SOL-SOL KONSEP: 1 Ketika ebuah partikel berotai (berputar terhadap uatu umbu putar tertentu) dalam uatu lingkaran, ebuah gaya bekerja padanya mengarah menuju puat rotai.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan uatu truktur bangunan haru memenuhi peraturanperaturan ang berlaku untuk mendapatkan uatu truktur bangunan ang aman ecara kontruki. Struktur bangunan

Lebih terperinci

SPMB 2002 Matematika Dasar Kode Soal

SPMB 2002 Matematika Dasar Kode Soal SPMB 00 Matematika Daar Kode Soal Doc. Name: SPMB00MATDAS999 Verion : 0- halaman 0. Diketahui egitiga ABC dengan A(,5), B (4,), dan C(6,4). Peramaan gari yang melalui titik A dan tegak luru gari BC adalah.

Lebih terperinci

BAB III PARAMETER DAN TORSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA. beban nol motor induksi dapat disimulasikan dengan memaksimalkan tahanan

BAB III PARAMETER DAN TORSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA. beban nol motor induksi dapat disimulasikan dengan memaksimalkan tahanan BAB III PAAMETE DAN TOSI MOTO INDUKSI TIGA FASA 3.1. Parameter Motor Induki Tiga Faa Parameter rangkaian ekivalen dapat dicari dengan melakukan pengukuran pada percobaan tahanan DC, percobaan beban nol,

Lebih terperinci

NERACA ENERGI SATUAN OPERASI I. q In General, C p = m. (T 2 -T 1 ) Recommended Textbooks:

NERACA ENERGI SATUAN OPERASI I. q In General, C p = m. (T 2 -T 1 ) Recommended Textbooks: SATUAN OPERASI I NERACA ENERGI Recommended Textbook: Toledo, R.M., 2010, Fundamental of Food Proce Engineering (3 rd edition), Springer. Sing, R.P. and D.P. eldman, 2008, Introduction to Food Engineering

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PROTOTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH)

RANCANG BANGUN PROTOTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) RANCANG BANGUN PROTOTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROIRO (PLTM) Fifi ety Sholihah, Ir. Joke Pratilatiaro, MT. Mahaiwa Juruan Teknik Elektro Indutri, PENS-ITS, Surabaya,Indoneia, e-mail: pipipiteru@yahoo.com

Lebih terperinci

Simulasi dan Deteksi Hubung Singkat Impedansi Tinggi pada Stator Motor Induksi Menggunakan Arus Urutan Negatif

Simulasi dan Deteksi Hubung Singkat Impedansi Tinggi pada Stator Motor Induksi Menggunakan Arus Urutan Negatif Simulai dan Deteki Hubung Singkat Impedani Tinggi pada Stator Motor Induki Menggunakan Aru Urutan Negatif Muhammad Amirul Arif 0900040. Doen Pembimbing :. Dima Anton Afani, ST., MT., Ph. D.. I G. N. Satriyadi

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Kegiatan penelitian dilakanakan pada tanggal ampai dengan 4 April 03 di Madraah Ibtidaiyah Infarul Ghoy Plamonganari Pedurungan Semarang. Dalam penelitian

Lebih terperinci