PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG PADA PT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG PADA PT"

Transkripsi

1 PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG PADA PT. ANGKASA PURA I (PERSERO) KANTOR CABANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL ADISUTJIPTO YOGYAKARTA DENGAN METODE WINTER S EXPONENTIAL SMOOTHING DAN SEASONAL ARIMA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Universias Negeri Yogyakara unuk memenuhi sebagian persyaraan guna memperoleh gelar Sarjana Sains Oleh: Asin Nurhayai Munawaroh PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010

2

3

4

5 MOTTO Berdoalah kamu kepada Rabb-mu dengan berendah diri dan suara yang lembu. Sesungguhnya Allah idak menyukai orang orang yang melampaui baas. (QS. Al Mu min: 60) Kaakanlah: "Ya Allah, berilah aku hidayah dan lancarkan perkaraku." (HR. Muslim) Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) kamu bersedih hai. (QS. Ali Imran: 139) Karena sesungguhnya seelah kesulian iu ada kemudahan. (QS. Al Insyirah: 5) Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik baiknya Pelindung. (QS. Ali Imran: 173) Do wha you love and love wha you do. v

6 PERSEMBAHAN Karya kecil ini kupersembahkan unuk : Bapak, Ibu, dan adik adikku ercina aas doa, perhaian, dan kasih sayang yang berlimpah. Budhe Lah, Budhe Prapi, Bulek Hayak, Bulek Endang, dan seluruh keluarga besarku yang elah memberikan banyak sekali suppor. Pakdhe Jum, Budhe Sari, Mbak Lani, Lilis, & si kecil Farrel makasih bua keceriaan, kebersamaan, doa, dan moivasinya. You are my second family. Sahaba sahaba baikku (Mbak Indra dan Arli) makasih bua doa, dukungan, dan kebersamaannya. Temen emen Cah_Ndableg (Ma NR 06) aas kebersamaannya. vi

7 PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG PADA PT. ANGKASA PURA I (PERSERO) KANTOR CABANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL ADISUTJIPTO YOGYAKARTA DENGAN METODE WINTER S EXPONENTIAL SMOOTHING DAN SEASONAL ARIMA Oleh: Asin Nurhayai Munawaroh ABSTRAK Peneliian ini berujuan unuk mengeahui model peramalan jumlah kedaangan dan keberangkaan penumpang domesik pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Kanor Cabang Bandar Udara Inernasional Adisujipo Yogyakara dengan meode Winer s Exponenial Smoohing dan Seasonal Auoregressive Inegraed Moving Average (ARIMA) sera mengeahui perbandingan hasil peramalan dengan kedua meode ersebu. Meode Winer s Exponenial Smoohing digunakan unuk mengaasi pola musiman pada daa. Meode ini dibagi menjadi dua model, yaiu model adiif dan muliplikaif. Perhiungan dengan model adiif dilakukan jika plo daa asli menunjukkan flukuasi musim yang relaif sabil, sedangkan model muliplikaif digunakan jika plo daa asli menunjukkan flukuasi musim yang bervariasi. Sedangkan meode Seasonal ARIMA merupakan meode ARIMA yang digunakan unuk menyelesaikan ime series musiman. Daa jumlah kedaangan dan keberangkaan penumpang domesik ahun merupakan daa yang mengandung pola musiman dengan flukuasi musim yang bervariasi sehingga meode Winer s Exponenial Smoohing model muliplikaif dan Seasonal ARIMA dapa digunakan. Peramalan dengan meode Winer s Exponenial Smoohing model muliplikaif menghasilkan 0, 4, 0, 2, 0, 2, model peramalan ˆ Y p L pt S dengan nilai Mean Squared Deviaion (MSD) p unuk jumlah kedaangan penumpang domesik dan 0, 4, 0, 2, 0, 4, ˆ model peramalan Y p L pt S dengan nilai MSD unuk 12 p jumlah keberangkaan penumpang domesik. Peramalan dengan meode Seasonal ARIMA menghasilkan model peramalan ARIMA(1,1,0)(2,1,0) 12 dengan nilai MSD 0, unuk jumlah kedaangan penumpang domesik dan ARIMA(1,1,0)(1,1,0) 12 dengan nilai MSD 0,01401 unuk jumlah keberangkaan penumpang domesik. Peramalan jumlah kedaangan dan keberangkaan penumpang domesik lebih epa menggunakan meode Seasonal ARIMA karena masing masing menghasilkan nilai MSD yang lebih kecil daripada nilai MSD yang dihasilkan pada meode Winer s Exponenial Smoohing. Hasil peramalan jumlah kedaangan dan keberangkaan penumpang domesik pada ahun 2010 mengalami peningkaan. Peningkaan yang signifikan erjadi pada bulan Desember, yaiu mencapai penumpang unuk kedaangan penumpang domesik dan penumpang unuk keberangkaan penumpang domesik. vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjakan kehadira Tuhan Yang Maha Esa yang elah melimpahkan rahma dan hidayah Nya sehingga skripsi ini dapa erselesaikan. Skripsi dengan judul "Peramalan Jumlah Penumpang pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Kanor Cabang Bandar Udara Inernasional Adisujipo Yogyakara dengan Meode Winer s Exponenial Smoohing dan Seasonal ARIMA" ini disusun dalam rangka memenuhi salah sau persyaraan guna memperoleh gelar Sarjana Sains. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini dapa erlaksana dengan baik karena dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena iu, pada kesempaan ini penulis mengucapkan erima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Ariswan sebagai Dekan FMIPA UNY yang elah memberi kesempaan kepada penulis unuk menyelesaikan sudi. 2. Bapak Dr. Harono sebagai Kajurdik Maemaika dan Ibu Amini Dhoruri, M.Si sebagai Kaprodi Maemaika yang elah memberikan kelancaran pelayanan akademik. 3. Ibu Himmawai Puji Lesari, M.Si sebagai Penaseha Akademik yang elah memberikan arahan dan moivasi. 4. Ibu Dr. Dhoriva Urwaul Wusqa sebagai dosen pembimbing yang elah meluangkan waku dan pemikiran unuk memberikan bimbingan sera pengarahan selama penyusunan skripsi ini. viii

9 5. Ibu Elly Arliani, M.Si sebagai penguji uama, ibu Reno Subeki, M.Sc sebagai penguji pendamping, dan ibu Kismianini, M.Si sebagai sekrearis penguji yang elah memberi arahan dan masukan. 6. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Maemaika yang elah memberikan ilmu yang bermanfaa. 7. Bapak Agus Adriyano sebagai General Manager dan Bapak Drs. Praseyo sebagai Assisan Manager Personalia dan Umum PT. Angkasa Pura I (Persero) Kanor Cabang Bandar Udara Inernasional Yogyakara yang elah memberikan kesempaan kepada penulis unuk melakukan peneliian dan banyak membanu penulis selama melakukan peneliian. 8. Karyawan dan karyawai PT. Angkasa Pura I (Persero) Kanor Cabang Bandar Udara Inernasional Yogyakara aas semua banuan dan kerjasama selama penulis melakukan peneliian. 9. Semua pihak yang idak dapa penulis sebukan sau persau yang elah memberikan banuan baik maeriil maupun spiriual sehingga penyusunan skripsi ini dapa erselesaikan dengan baik. Dengan kerendahan hai penulis sadar bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih erdapa kekurangan. Oleh karena iu, saran dan kriik dari semua pihak yang sifanya membangun sanga penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Yogyakara, 11 Mei 2010 Penulis Asin Nurhayai Munawaroh ix

10 DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xvii DAFTAR LAMPIRAN... xviii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Laar Belakang Masalah... 1 B. Pembaasan Masalah... 3 C. Rumusan Masalah... 4 D. Tujuan Peneliian... 4 E. Manfaa Peneliian... 5 x

11 BAB II KAJIAN PUSTAKA... 7 A. Peramalan (Forecasing)... 7 B. Analisis Time Series... 9 C. Sasionerias D. Proses Whie Noise E. Uji Normalias Residu F. Seasonalias (Musiman) G. Meode Smoohing H. Meode Hol s Exponenial Smoohing I. Meode Winer s Exponenial Smoohing J. Meode Seasonal ARIMA Model Auoregressive (AR) Model Moving Average (MA) Model Auoregressive Moving Average (ARMA) Model Auoregressive Inegraed Moving Average (ARIMA) Model Seasonal ARIMA K. Keepaan Meode Peramalan BAB III PEMBAHASAN A. Meode Winer s Exponenial Smoohing Jumlah Kedaangan Penumpang Domesik Jumlah Keberangkaan Penumpang Domesik B. Meode Seasonal ARIMA xi

12 1. Jumlah Kedaangan Penumpang Domesik Jumlah Keberangkaan Penumpang Domesik C. Perbandingan Hasil Peramalan dengan Menggunakan Meode Winer s Exponenial Smoohing dan Seasonal ARIMA BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL Hal Tabel 1. Pola ACF dan PACF Tidak musiman Tabel 2. Pola ACF dan PACF Musiman dengan s Periode Per Musim Tabel 3. Hasil Peramalan Jumlah Kedaangan Penumpang Domesik dengan Meode Winer s Exponenial Smoohing Tahun Tabel 4. Hasil Peramalan Jumlah Keberangkaan Penumpang Domesik dengan Meode Winer s Exponenial Smoohing Tahun Tabel 5. Kemungkinan Model Peramalan Jumlah Kedaangan Jumlah Penumpang Domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo 52 Tabel 6. Hasil Peramalan Jumlah Kedaangan Penumpang Domesik dengan Meode Seasonal ARIMA Tahun Tabel 7. Kemungkinan Model Peramalan Jumlah Keberangkaan Jumlah Penumpang Domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo 57 Tabel 8. Hasil Peramalan Jumlah Keberangkaan Penumpang Domesik dengan Meode Seasonal ARIMA Tahun Tabel 9. Nilai Mean Squared Deviaion (MSD) xiii

14 DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1. Conoh plo daa sasioner dalam raa raa dan varians Gambar 2. Conoh plo daa nonsasioner dalam raa raa Gambar 3. Conoh plo daa sasioner dalam varians Gambar 4. Conoh grafik normal probabiliy plo unuk residu berdisribusi normal Gambar 5. Conoh grafik fungsi auokorelasi unuk daa yang dipengaruhi pola rend Gambar 6. Conoh grafik fungsi auokorelasi unuk daa yang dipengaruhi pola musiman bulanan Gambar 7. Conoh plo daa asli model adiif Gambar 8. Conoh plo daa asli model muliplikaif Gambar 9. Pola ACF dan PACF model AR(1) Gambar 10. Pola ACF dan PACF model MA(1) Gambar 11. Pola ACF dan PACF model ARMA(1,1) Gambar 12. Time series plo jumlah kedaangan penumpang domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo Gambar 13. Time series plo jumlah keberangkaan penumpang domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo Gambar 14. Grafik ACF jumlah kedaangan penumpang domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo xiv

15 Gambar 15. Grafik PACF jumlah kedaangan penumpang domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo Gambar 16. Grafik ACF jumlah keberangkaan penumpang domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo Gambar 17. Grafik PACF jumlah keberangkaan penumpang domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo Gambar 18. Grafik peramalan jumlah kedaangan penumpang domesik dengan meode Winer s Exponenial Smoohing Gambar 19. Grafik ACF residu jumlah kedaangan penumpang domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo Gambar 20. Grafik peramalan jumlah keberangkaan penumpang domesik dengan meode Winer s Exponenial Smoohing Gambar 21. Grafik ACF residu jumlah keberangkaan penumpang domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo Gambar 22. Plo daa jumlah kedaangan penumpang domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo seelah dilogarimakan dan dilakukan differencing perama idak musiman dan musiman Gambar 23. Grafik ACF jumlah kedaangan penumpang domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo seelah dilogarimakan dan dilakukan differencing perama idak musiman dan musiman Gambar 24. Grafik PACF jumlah kedaangan penumpang domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo seelah dilogarimakan xv

16 dan dilakukan differencing perama idak musiman dan musiman Gambar 25. Hasil analisis daa jumlah kedaangan penumpang domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo dengan meode Seasonal ARIMA Gambar 26. Grafik ACF residu jumlah kedaangan penumpang domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo yang elah dilogarimakan Gambar 27. Grafik Normal Probabiliy Plo residu daa jumlah kedaangan penumpang domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo yang elah dilogarimakan Gambar 28. Plo daa jumlah keberangkaan penumpang domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo seelah dilogarimakan dan dilakukan differencing perama idak musiman dan musiman Gambar 29. Grafik ACF jumlah keberangkaan penumpang domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo seelah dilogarimakan dan dilakukan differencing perama idak musiman dan musiman Gambar 30. Grafik PACF jumlah keberangkaan penumpang domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo seelah dilogarimakan dan dilakukan differencing perama idak musiman dan musiman xvi

17 Gambar 31. Hasil analisis daa jumlah keberangkaan penumpang domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo dengan meode Seasonal ARIMA Gambar 32. Grafik ACF residu jumlah keberangkaan penumpang domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo yang elah dilogarimakan Gambar 33. Grafik Normal Probabiliy Plo residu daa jumlah keberangkaan penumpang domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo yang elah dilogarimakan xvii

18 DAFTAR LAMPIRAN Hal Lampiran 1 Sura Ijin Peneliian Lampiran 2 Sura Balasan dari PT. Angkasa Pura I (Persero) Kanor Cabang Bandar Udara Inernasional Adisujipo Yogyakara Lampiran 3 Jumlah Kedaangan Penumpang Domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo Yogyakara Tahun Lampiran 4 Jumlah Keberangkaan Penumpang Domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo Yogyakara Tahun Lampiran 5 Hasil Pemulusan Daa Jumlah Kedaangan Penumpang Domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo Yogyakara Lampiran 6 Hasil Pemulusan Daa Jumlah Keberangkaan Penumpang Domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo Yogyakara Lampiran 7 Oupu Residu Daa Jumlah Kedaangan Penumpang Domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo Yogyakara dengan model ARIMA(0,1,1)(0,0,1) Lampiran 8 Oupu Residu Daa Jumlah Keberangkaan Penumpang Domesik di Bandar Udara Inernasional Adisujipo Yogyakara dengan model ARIMA(0,1,1)(0,0,1) xviii

19 BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Pada era globalisasi, perkembangan zaman maju dengan pesa, salah saunya dalam bidang ransporasi. Seiring dengan berambahnya jumlah penduduk, maka kebuuhan akan ala ransporasi juga meningka karena ala ransporasi merupakan sarana pening bagi penduduk unuk melakukan akiviasnya. Salah sau ala ransporasi udara, yaiu pesawa erbang merupakan salah sau sarana yang dapa digunakan penduduk unuk menunjang akiviasnya, baik dalam hal bisnis maupun pariwisaa. PT. Angkasa Pura I (Persero) Kanor Cabang Bandar Udara Inernasional Adisujipo Yogyakara merupakan perusahaan penyedia jasa ransporasi udara di Yogyakara. Sejak sausnya diingkakan menjadi bandar udara inernasional pada ahun 2004, jumlah penumpang pesawa erbang di Bandar Udara Inernasional Adisujipo Yogyakara mengalami peningkaan. Oleh karena iu, peramalan enang jumlah penumpang menjadi hal yang pening bagi perusahaan karena dengan mengeahui prediksi jumlah penumpang di masa yang akan daang perusahaan dapa mempersiapkan fasilias fasilias unuk menganisipasi kenaikan jumlah penumpang, seperi menyiapkan penerbangan eksra, ruang unggu yang lebih nyaman, dan empa parkir yang lebih luas. 1

20 2 Daa jumlah penumpang merupakan daa runun waku (ime series) yang dikumpulkan seiap ahun unuk mengeahui peningkaan jumlah penumpang di Bandar Udara Inernasional Adisujipo Yogyakara. Sebagaimana dikeahui, daa ime series adalah daa yang dikumpulkan, dicaa, aau diamai berdasarkan uruan waku. Daa ime series ersebu dapa digunakan unuk membua peramalan dan naninya hasil peramalan dapa digunakan sebagai bahan perimbangan dalam pengambilan kebijakan perusahaan. Unuk menenukan meode peramalan pada daa ime series perlu dikeahui pola dari daa ersebu sehingga peramalan dengan meode yang sesuai dengan pola daa dapa dilakukan. Pola daa dapa dibedakan menjadi empa jenis, yaiu pola musiman, siklis, rend, dan irregular (Hanke dan Wichern, 2005: 158). Pola musiman merupakan flukuasi dari daa yang erjadi secara periodik dalam kurun waku sau ahun, seperi riwulan, kuaralan, bulanan, mingguan, aau harian. Pola siklis merupakan flukuasi dari daa unuk waku yang lebih dari sau ahun. Pola ini suli dideeksi dan idak dapa dipisahkan dari pola rend. Pola rend merupakan kecenderungan arah daa dalam jangka panjang, dapa berupa kenaikan maupun penurunan. Sedangkan pola irregular merupakan kejadian yang idak erduga dan bersifa acak, eapi kemunculannya dapa mempengaruhi flukuasi daa ime series (Sanoso, 2009: 9-10). Dalam rangka meramalkan jumlah penumpang di Bandar Udara Inernasional Adisujipo Yogyakara, akan dibandingkan dua meode peramalan, yaiu Winer s Exponenial Smoohing dan Seasonal Auoregressive Inegraed

21 3 Moving Average (ARIMA). Meode Winer s Exponenial Smoohing digunakan keika daa menunjukkan pola rend dan musiman. Meode ini serupa dengan meode Hol s Exponenial Smoohing dengan sau persamaan ambahan unuk mengaasi pola musiman (Makridakis, 1999: 97). Sedangkan meode Seasonal ARIMA digunakan apabila daa menunjukkan pola musiman. Berdasarkan daa yang diperoleh, jumlah penumpang pesawa erbang di Bandar Udara Inernasional Adisujipo Yogyakara menunjukkan pola musiman sehingga meode Winer s Exponenial Smoohing dan Seasonal ARIMA dapa digunakan unuk meramalkan jumlah penumpang di masa yang akan daang. Seperi dikeahui bahwa idak ada meode peramalan yang dapa dengan epa meramalkan keadaan daa di masa yang akan daang. Oleh karena iu, seiap meode peramalan pasi menghasilkan kesalahan. Jika ingka kesalahan yang dihasilkan semakin kecil, maka hasil peramalan akan semakin mendekai epa. Ala ukur yang digunakan unuk menghiung kesalahan prediksi, anara lain Mean Squared Deviaion (MSD), Mean Absolue Deviaion (MAD), dan Mean Absolue Percenage Error (MAPE). B. Pembaasan Masalah Dalam penulisan ini penulis hanya membaasi pada penerapan meode Winer s Exponenial Smoohing dan Seasonal ARIMA, sera perbandingan keduanya unuk peramalan jumlah kedaangan dan keberangkaan penumpang domesik pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Kanor Cabang Bandar Udara

22 4 Inernasional Adisujipo Yogyakara dengan Mean Squared Deviaion (MSD) sebagai pembandingnya. C. Rumusan Masalah Berdasarkan laar belakang di aas, maka dapa dirumuskan permasalahan sebagai beriku: 1. Bagaimana model peramalan jumlah kedaangan dan keberangkaan penumpang domesik pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Kanor Cabang Bandar Udara Inernasional Adisujipo Yogyakara dengan meode Winer s Exponenial Smoohing? 2. Bagaimana model peramalan jumlah kedaangan dan keberangkaan penumpang domesik pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Kanor Cabang Bandar Udara Inernasional Adisujipo Yogyakara dengan meode Seasonal ARIMA? 3. Bagaimana perbandingan hasil peramalan jumlah kedaangan dan keberangkaan penumpang domesik di PT. Angkasa Pura I (Persero) Kanor Cabang Bandar Udara Inernasional Adisujipo Yogyakara dengan menggunakan meode Winer s Exponenial Smoohing dan Seasonal ARIMA berdasarkan nilai MSD? D. Tujuan Peneliian Tujuan dari penulisan dan peneliian ini, anara lain:

23 5 1. Mengeahui model peramalan jumlah kedaangan dan keberangkaan penumpang domesik pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Kanor Cabang Bandar Udara Inernasional Adisujipo Yogyakara dengan meode Winer s Exponenial Smoohing. 2. Mengeahui model peramalan jumlah kedaangan dan keberangkaan penumpang domesik pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Kanor Cabang Bandar Udara Inernasional Adisujipo Yogyakara dengan meode Seasonal ARIMA. 3. Mengeahui perbandingan hasil peramalan jumlah kedaangan dan keberangkaan penumpang domesik di PT. Angkasa Pura I (Persero) Kanor Cabang Bandar Udara Inernasional Adisujipo Yogyakara dengan menggunakan meode Winer s Exponenial Smoohing dan Seasonal ARIMA berdasarkan nilai MSD. E. Manfaa Peneliian Hasil dari peneliian ini diharapkan dapa memberikan manfaa, anara lain: 1. Dapa membanu PT. Angkasa Pura I (Persero) Kanor Cabang Bandar Udara Inernasional Adisujipo Yogyakara dalam meramalkan jumlah kedaangan dan keberangkaan penumpang domesik unuk periode ke depan. 2. Dengan mengeahui nilai peramalan jumlah kedaangan dan keberangkaan penumpang domesik, dapa diperhiungkan besarnya pendapaan PT.

24 6 Angkasa Pura I (Persero) Kanor Cabang Bandar Udara Inernasional Adisujipo Yogyakara unuk periode ke depan. 3. Dapa membanu PT. Angkasa Pura I (Persero) Kanor Cabang Bandar Udara Inernasional Adisujipo Yogyakara dalam pengambilan kebijakan unuk mengaasi peningkaan jumlah penumpang.

25 BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB ini berisi penjelasan enang pengerian peramalan (forecasing), analisis ime series, sasionerias, proses whie noise, uji normalias residu, seasonalias (musiman), meode smoohing, meode Hol s Exponenial Smoohing, meode Winer s Exponenial Smoohing, meode Seasonal ARIMA, dan keepaan meode peramalan. A. Peramalan (Forecasing) Peramalan (forecasing) dilakukan hampir semua orang, baik iu pemerinah, pengusaha, maupun orang awam. Masalah yang diramalkan pun bervariasi, seperi perkiraan curah hujan, kemungkinan pemenang dalam pilkada, skor perandingan, aau ingka inflasi. Definisi dari peramalan adalah memperkirakan besarnya aau jumlah sesuau pada waku yang akan daang berdasarkan daa pada masa lampau yang dianalisis secara alamiah khususnya menggunakan meode saisika (Sudjana, 1989: 254). Peramalan biasanya dilakukan unuk mengurangi keidakpasian erhadap sesuau yang akan erjadi di masa yang akan daang. Suau usaha unuk mengurangi keidakpasian ersebu dilakukan dengan menggunakan meode peramalan. Menuru Makridakis (1999: 8), meode peramalan dibagi ke dalam dua kaegori uama, yaiu meode kualiaif dan meode kuaniaif. Meode kualiaif dilakukan apabila daa masa lalu idak sehingga peramalan 7

26 8 idak bisa dilakukan. Dalam meode kualiaif, pendapa pendapa dari para ahli akan menjadi perimbangan dalam pengambilan kepuusan sebagai hasil dari peramalan yang elah dilakukan. Namun, apabila daa masa lalu ersedia, peramalan dengan meode kuaniaif akan lebih efekif digunakan dibandingkan dengan meode kualiaif. Menuru Sanoso (2009: 37), peramalan dengan meode kuaniaif dapa dibagi menjadi dua bagian, yaiu ime series model dan causal model. Time series model didasarkan pada daa yang dikumpulkan, dicaa, aau diamai berdasarkan uruan waku dan peramalannya dilakukan berdasarkan pola erenu dari daa. Ada empa pola daa yang menjadi dasar peramalan dengan model ini, yaiu pola musiman, siklis, rend, dan irregular. Pola musiman merupakan flukuasi dari daa yang erjadi secara periodik dalam kurun waku sau ahun, seperi riwulan, kuaralan, bulanan, mingguan, aau harian. Pola siklis merupakan flukuasi dari daa unuk waku yang lebih dari sau ahun. Pola ini suli dideeksi dan idak dapa dipisahkan dari pola rend. Pola rend merupakan kecenderungan arah daa dalam jangka panjang, dapa berupa kenaikan maupun penurunan. Sedangkan pola irregular merupakan kejadian yang idak erduga dan bersifa acak, eapi kemunculannya dapa mempengaruhi flukuasi daa ime series. Meode peramalan yang ermasuk dalam ime series model, anara lain moving averages, exponenial smoohing, dan Box Jenkins (ARIMA). Causal model didasarkan pada hubungan sebab akiba dan peramalan dilakukan dengan dugaan adanya hubungan anar variabel yang sau dengan yang lain. Pada model ini dikembangkan mana

27 9 variabel dependen dan mana variabel independen, kemudian dilanjukan dengan membua sebuah model dan peramalan dilakukan berdasarkan model ersebu. Tahapan aau langkah langkah unuk melakukan peramalan, anara lain: 1. Menenukan masalah yang akan dianalisis (perumusan masalah) dan mengumpulkan daa yang dibuuhkan dalam proses analisis ersebu. 2. Menyiapkan daa sehingga daa dapa diproses dengan benar. 3. Meneapkan meode peramalan yang sesuai dengan daa yang elah disiapkan. 4. Menerapkan meode yang sudah dieapkan dan melakukan prediksi pada daa unuk beberapa waku depan. 5. Mengevaluasi hasil peramalan. B. Analisis Time Series Analisis ime series dikenalkan oleh George E. P. Box dan Gwilym M. Jenkins pada ahun 1970 melalui bukunya yang berjudul Time Series Analysis: Forecasing and Conrol (Iriawan dan Asui, 2006: 341). Analisis ime series merupakan meode peramalan kuaniaif unuk menenukan pola daa pada masa lampau yang dikumpulkan berdasarkan uruan waku, yang disebu daa ime series. Beberapa konsep yang berkaian dengan analisis ime series adalah Auocorrelaion Funcion (ACF) aau fungsi auokorelasi dan Parial

28 10 Auocorrelaion Funcion (PACF) aau fungsi auokorelasi parsial. Auokorelasi merupakan korelasi aau hubungan anar daa pengamaan suau daa ime series. Menuru Makridakis (1999: 338), koefisien auokorelasi unuk lag k dari daa runun waku dinyaakan sebagai beriku: r nk 1 k k n Z Z Zk Z 1 Z Z 2 (2.1) dengan r k Z k = koefisien auokerelasi = nilai variabel Z pada waku Z = nilai variabel Z pada waku k Z = nilai raa raa variabel Z. Menuru Mulyana (2004: 8), karena rk merupakan fungsi aas k, maka hubungan koefisien auokorelasi dengan lagnya disebu dengan fungsi auokorelasi dan dinoasikan dengan k. Unuk mengeahui apakah koefisien auokorelasi signifikan aau idak, perlu dilakukan uji. Pengujian dapa dilakukan menggunakan saisik uji rk SE rk dengan SE rk 1 dengan hipoesis H0 n : 0 k (koefisien auokorelasi yang diperoleh idak signifikan) dan H : 0 1 k (koefisien auokorelasi yang diperoleh signifikan). Krieria kepuusan H0 diolak jika hi., n 1 2 Selain menggunakan uji ersebu, unuk mengeahui apakah koefisien auokorelasi yang diperoleh signifikan aau idak dapa diliha pada oupu MINITAB, yaiu grafik ACF. Jika pada grafik ACF idak ada lag (bar)

29 11 yang melebihi garis baas signifikansi (garis puus puus), maka koefisien auokorelasi yang diperoleh signifikan aau idak erjadi korelasi anar lag. Auokorelasi parsial merupakan korelasi anara Z dan Z k dengan mengabaikan keidakbebasan Z 1, Z2,, Zk 1. Menuru Wei (2006: 11), auokorelasi parsial Z dan Z k dapa diurunkan dari model regresi linear, dengan variabel dependen Z dan variabel independen Z, 1 Z 2,, k k k dan Z, yaiu Z Z Z Z a (2.2) k k1 k 1 k 2 k 2 kk k dengan ki merupakan parameer regresi ke-i unuk i 1, 2,, k dan a k merupakan residu dengan raa raa nol dan idak berkorelasi dengan Z k j Z unuk j 1, 2,, k. Dengan mengalikan k j pada kedua ruas persamaan (2.2) dan menghiung nilai harapannya (expeced value), diperoleh k j k k 1 k j k k 2 k j k1 kk k j k2 k j k E Z Z E Z Z E Z Z E Z Z E Z e (2.3) j k1 j1 k 2 j2 kk jk dan (2.4) j k1 j1 k 2 j2 kk jk. Unuk j 1, 2,, k, diperoleh sisem persamaan beriku 1 k1 0 k 2 1 kk k 1 2 k1 1 k 2 0 kk k 2. k k1 k 1 k 2 k 2 kk 0 (2.5)

30 12 Dengan menggunakan auran Cramer, beruru uru unuk k 1, 2,, diperoleh kk k k 3 2 k 1 k 2 k 3 1 k k 2 k k 3 k 2 k 1 k 2 k (2.6) Karena kk merupakan fungsi aas k, maka kk disebu fungsi auokorelasi parsial. C. Sasionerias Sasionerias berari bahwa idak erdapa perubahan yang drasis pada daa. Flukuasi daa berada di sekiar suau nilai raa raa yang konsan, idak

31 daa daa 13 erganung pada waku dan varians dari flukuasi ersebu (Makridakis, 1999: 351). Benuk visual dari plo daa ime series sering kali cukup meyakinkan para forecaser bahwa daa ersebu sasioner aau nonsasioner. Daa ime series dikaakan sasioner dalam raa raa jika raa raanya eap (idak erdapa pola rend). Gambar 1 merupakan conoh plo daa ime series yang sasioner dalam raa raa dan varians. Gambar 2 menunjukkan plo daa ime series yang nonsasioner dalam raa raa. 0 waku Gambar 1. Conoh plo daa sasioner dalam raa raa dan varians 0 waku Gambar 2. Conoh plo daa nonsasioner dalam raaraa Daa ime series dikaaan sasioner dalam varians jika flukuasi daanya eap aau konsan (horizonal sepanjang sumbu waku), seperi pada Gambar 3.

32 14 0daa waku Gambar 3. Conoh plo daa sasioner dalam varians Unuk mensasionerkan daa nonsasioner dalam raa raa dapa dilakukan proses differencing (pembedaan). Operaor shif mundur (backward shif) sanga epa unuk menggambarkan proses differencing (Makridakis, 1999: 383). Penggunaan backward shif adalah sebagai beriku BZ (2.7) Z 1 dengan Z = nilai variabel Z pada waku Z 1 = nilai variabel Z pada waku 1 B = backward shif. Noasi B yang dipasang pada Z mempunyai pengaruh menggeser daa sau waku belakang. Sebagai conoh, jika suau daa ime series nonsasioner, maka daa ersebu dapa dibua mendekai sasioner dengan melakukan differencing orde perama dari daa. Rumus unuk differencing orde perama, yaiu ' Z Z Z 1 (2.8) dengan ' Z = nilai variabel Z pada waku seelah differencing. menjadi Dengan menggunakan backward shif, persamaan (2.8) dapa diulis

33 15 Z Z BZ (2.9) ' ' aau Z 1 B Z. (2.10) Differencing perama pada persamaan (2.10) dinyaakan oleh 1 B. Differencing orde kedua, yaiu differencing perama dari differencing perama sebelumnya. Jika differencing orde kedua harus dihiung, maka '' ' ' Z Z Z 1 Z Z Z Z Z 2Z Z B B Z 1 B Z. (2.11) Differencing orde kedua pada persamaan (2.11) dinoasikan oleh 1 B 2. Secara umum jika erdapa differencing orde ke d unuk mencapai sasionerias, maka dapa dinoasikan dengan d 1 B, d 1. (2.12) Sedangkan unuk mensasionerkan daa nonsasioner dalam varians dapa dilakukan ransformasi. Pendekaan uama unuk memperoleh sasionerias dalam varians adalah melalui suau ransformasi logarima aau ransformasi kemampuan daa (Makridakis, 1995: 401). Jika daa elah sasioner seelah dilakukan ransformasi, maka ahap selanjunya dapa dilakukan.

34 16 D. Proses Whie Noise Suau proses a disebu proses whie noise jika erdapa sebuah barisan variabel random yang idak berkorelasi dengan raa raa konsan 0 0, variansi konsan Var a 2, dan Cova a E a a, 0 k k unuk k 0 (Wei, 2006: 15). Sesuai dengan definisi ersebu, proses whie noise adalah sasioner dengan fungsi auokovarians 2 a, k 0, k 0, k 0, (2.13) fungsi auokorelasi k dan fungsi auokorelasi parsial 1, k 0, 0, k 0, (2.14) k 1, k 0, 0, k 0. (2.15) Dasar dari proses whie noise adalah nilai fungsi auokorelasi dan fungsi auokorelasi parsial dari residu mendekai nol. Unuk mengeahui apakah residu memenuhi proses whie noise aau idak, perlu dilakukan uji, salah saunya dengan Uji Ljung Box. Pengujian dapa dilakukan dengan saisik uji Q nn 2 m k 1 2 rk n k dengan hipoesis H0 1 k : 0 (residu memenuhi proses whie noise) dan H : 0, 1 i unuk i 1, 2, k (residu idak memenuhi proses whie noise). Krieria kepuusan H0 diolak jika 2 Q,k p q dengan p dan q adalah orde dari

35 17 ARMA(p,q) dan k adalah ime lag. Residu memenuhi proses whie noise jika residu bersifa random dan berdisribusi normal. Residu bersifa random jika pada grafik ACF residu idak ada lag (bar) yang melebihi garis baas signifikansi (garis puus puus). E. Uji Normalias Residu Uji normalias residu dilakukan unuk mengeahui apakah residu berdisribusi normal aau idak. Pengujian dapa dilakukan dengan analisis grafik normal probabiliy plo. Jika residu berdisribusi normal, maka residu akan berada disekiar garis diagonal, seperi pada Gambar 4. Sebaliknya, jika residu idak berdisribusi normal, maka residu akan menyebar Normal Probabiliy Plo (response is Kedaangan) 99 Percen Residual Gambar 4. Conoh grafik normal probabiliy plo unuk residu berdisribusi normal F. Seasonalias (Musiman) Pola musiman merupakan pola yang berulang ulang dalam selang waku yang eap dan umumnya idak lebih dari sau ahun. Apabila dalam

36 18 daa hanya erdapa pola musiman, adanya fakor musim dapa diliha dari grafik fungsi auokorelasinya aau dari perbedaan lag auokorelasinya. Namun, jika daa idak hanya dipengaruhi pola musiman, eapi juga dipengaruhi pola rend, maka pola musiman idah mudah unuk diidenifikasi. Auocorrelaion Auocorrelaion Funcion for SALES (wih 5% significance limis for he auocorrelaions) Lag Gambar 5. Conoh grafik fungsi auokorelasi unuk daa yang dipengaruhi pola rend (Sanoso, 2009: 174) Auocorrelaion Auocorrelaion Funcion for Sales (wih 5% significance limis for he auocorrelaions) Lag Gambar 6. Conoh grafik fungsi auokorelasi unuk daa yang dipengaruhi pola musiman bulanan (Hanke dan Wichern, 2005: 415) Apabila pola rend lebih kua dibandingkan dengan pola musiman, maka auokorelasi dari daa asli akan membenuk garis, seperi pada Gambar 5. Sedangkan, jika daa dipengaruhi pola musiman, maka koefisien auokorelasi

37 19 pada lag musiman berbeda nyaa dari nol (bar melebihi garis puus puus), seperi pada Gambar 6. G. Meode Smoohing Suau daa runun waku yang mengandung pola rend, pola musiman, aau mengandung pola rend dan musiman sekaligus, maka meode raa raa sederhana idak dapa digunakan unuk menggambarkan pola daa ersebu. Peramalan pada daa ersebu dapa dilakukan dengan meode smoohing. Smoohing adalah mengambil raa raa dari nilai nilai pada beberapa ahun unuk menaksir nilai pada suau ahun (Subagyo, 1986: 7). Meode smoohing diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaiu meode peraaan dan meode pemulusan eksponensial (exponenial smoohing) (Makridakis, 1999: 63). Sesuai dengan pengerian konvensional enang nilai raa raa, meode peraaan merupakan pemboboan yang sama erhadap nilai nilai observasi. Meode meode yang ermasuk ke dalam kelompok meode peraaan, anara lain: 1. Raa raa sederhana dari semua daa masa lalu. 2. Raa raa bergerak unggal (single moving average) dari n nilai observasi yang erakhir. 3. Raa raa bergerak ganda (double moving average) aau raa raa bergerak dari raa raa bergerak, yang akhirnya menjadi raa raa yang berbobo idak sama dan dapa digunakan dalam meode peramalan yang disebu raa raa bergerak linear (linear moving average).

38 20 4. Raa raa bergerak dengan orde yang lebih inggi, eapi meode ini jarang digunakan dalam peramalan prakis. Apabila daa dipengaruhi oleh pola rend maupun musiman, meode peraaan idak dapa digunakan unuk peramalan. Peramalan pada daa yang dipengaruhi pola rend maupun musiman dilakukan dengan menggunakan meode exponenial smoohing. Meode exponenial smoohing menggunakan bobo yang berbeda unuk daa masa lalu dan bobo ersebu mempunyai ciri menurun secara eksponensial. Meode dalam kelompok ini memerlukan adanya penenuan parameer erenu dan nilai dari parameer erleak anara 0 dan 1 (Makridakis, 1999: 63). Meode yang ermasuk dalam meode exponenial smoohing, anara lain: 1. Pemulusan eksponensial unggal (single exponenial smoohing). Meode ini dibagi menjadi dua, yaiu: a. Pemulusan eksponensial unggal dengan sau parameer b. Pemulusan eksponensial unggal dengan pendekaan adapif 2. Pemulusan eksponensial ganda (double exponenial smoohing) digunakan unuk menangani pola rend pada daa. Meode ini dibagi menjadi dua, yaiu: a. Meode linear sau parameer dari Brown menggunakan parameer yang sama unuk dua pemulusan eksponensial yang digunakan. Meode ini menggunakan rumus pemulusan berganda secara langsung, yaiu pemulusan anara pola rend dan pola lainnya dilakukan secara bersama sama dengan hanya menggunakan sau parameer.

39 21 b. Meode dua parameer dari Hol menggunakan dua parameer berbeda unuk dua pemulusan eksponensial yang digunakan. Meode ini memuluskan pola rend secara erpisah dengan menggunakan parameer yang berbeda dari parameer yang digunakan pada daa asli. 3. Pemulusan eksponensial ripel (riple exponenial smoohing) digunakan unuk menangani pola rend dan pola musiman pada daa. Meode ini dibagi menjadi dua, yaiu: a. Meode kuadraik sau parameer dari Brown pendekaan dasarnya adalah memasukkan ingka pemulusan ambahan dan pada peramalannya diberlakukan persamaan kuadraik. b. Meode rend dan musiman iga parameer dari Winer merupakan perluasan dari meode dua parameer dari Hol dengan ambahan sau persamaan unuk mengaasi pola musiman pada daa. 4. Pemulusan eksponensial klasifikasi Pegels mengacu pada pemulusan eksponensial dengan rend muliplikaif dan musiman muliplikaif. H. Meode Hol s Exponenial Smoohing Meode Hol s exponenial smoohing aau meode pumulusan eksponensial dua parameer dari Hol dipopulerkan pada ahun 1957 (Sanoso, 2009: 100). Meode ini digunakan jika daa dipengaruhi pola rend dan daa nonsasioner. Hol s exponenial smoohing memuluskan pola rend dengan parameer yang berbeda dengan parameer yang digunakan pada daa asli.

40 22 Menuru Hanke dan Wichern (2005: 121), ada iga persamaan yang digunakan dalam meode ini, yaiu: 1. Pemulusan eksponensial daa asli 1 L Y L 1 T 1 (2.16) 2. Pemulusan pola rend 1 T L L T (2.17) Ramalan p periode ke depan Yˆ p L pt (2.18) dengan L Y = nilai pemulusan eksponensial pada waku = daa observasi pada waku ke T = nilai pemulusan rend pada waku = konsana pemulusan unuk daa asli 0 = konsana pemulusan unuk pola rend 0 Yˆ p p = nilai peramalan unuk p periode ke depan = jumlah periode ke depan yang akan diramalkan I. Meode Winer s Exponenial Smoohing Hol s exponenial smoohing epa digunakan jika daa hanya dipengaruhi pola rend. Namun, jika daa idak hanya dipengaruhi pola rend, eapi juga pola musiman, maka Hol s exponenial smoohing idak epa digunakan unuk melakukan peramalan karena idak dapa mendeeksi adanya pola musiman. Oleh karena iu, Winer menyempurnakan Hol s exponenial smoohing dengan menambahkan sau parameer unuk mengaasi pola musiman pada daa. Meode ini dibagi menjadi dua model, yaiu model adiif dan muliplikaif. Perhiungan dengan model adiif dilakukan jika plo daa

41 23 asli menunjukkan flukuasi musim yang relaif sabil, sedangkan model muliplikaif digunakan jika plo daa asli menunjukkan flukuasi musim yang bervariasi. daa waku Gambar 7. Conoh plo daa asli model adiif (Hanke dan Wichern, 2005: 160) daa waku Gambar 8. Conoh plo daa asli model muliplikaif (Hanke dan Wichern, 2005: 160) Persamaan persamaan yang digunakan dalam model adiif, yaiu: 1. Pemulusan eksponensial daa asli 1 L Y S L T (2.19) s Pemulusan pola rend 1 T L L T (2.20) 1 1

42 24 3. Pemulusan pola musiman 1 S Y L Ss (2.21) 4. Ramalan p periode ke depan depan Y L pt S (2.22) ˆ p s p dengan S = nilai pemulusan musiman pada waku = konsana pemulusan unuk pola musiman 0 s = periode musiman Menuru Hanke dan Wichern (2005: 126), ada empa persamaan yang digunakan dalam model muliplikaif, yaiu: 1. Pemulusan eksponensial daa asli Y L 1 L T (2.23) 1 1 Ss 2. Pemulusan pola rend 1 T L L T (2.24) Pemulusan pola musiman S Y 1 Ss (2.25) L 4. Ramalan p periode ke depan Y ˆ L pt S. (2.26) p s p J. Meode Seasonal ARIMA Meode Seasonal Auoregressive Inegraed Moving Average (ARIMA) merupakan meode ARIMA yang digunakan unuk menyelesaikan ime series musiman. Meode ini erdiri dari dua bagian, yaiu bagian idak musiman dan

43 25 bagian musiman. Bagian idak musiman dari meode ini adalah model ARIMA. Model ARIMA erdiri dari model auoregressive dan model moving average. 1. Model Auoregressive (AR) Model AR adalah model yang menggambarkan bahwa variabel dependen dipengaruhi oleh variabel dependen iu sendiri pada periode sebelumnya. Menuru Wei (2006: 33), model AR orde ke-p aau AR(p) secara umum dapa diuliskan sebagai beriku: Z Z Z a (2.27) 1 1 p p dengan Z = nilai variabel dependen pada waku Z,, 1 Z p = nilai variabel dependen pada ime-lag 1,, p,, 1 p = koefisien auoregressive a = nilai residu pada waku. Persamaan (2.27) dapa diulis dalam benuk dengan p 1B 2B pb Z a aau p p B 1 B B B. p B Z a (2.28) p Unuk menemukan fungsi auokorelasinya, persamaan (2.28) dikalikan dengan, hasilnya Z k Z Z Z Z Z Z Z a (2.29) k 1 k 1 p k p k.

44 26 Jika memasukkan nilai harapan (expeced value) pada kedua ruas persamaan (2.29) dan diasumsikan erdapa sasionerias, maka persamaan ersebu akan menjadi k k p k p k E Z Z E Z Z E Z Z E Z a (2.30) 1 1. Karena nilai residu a bersifa random dan idak berkorelasi dengan, maka E Z ka adalah nol unuk 0 k, maka persamaan (2.30) Z k akan menjadi k 0. (2.31) k 1 k 1 p k p, Jika kedua ruas pada persamaan (2.31) dibagi dengan 0, maka diperoleh k 1 k 1 p k p 0 0 aau k 0. (2.32) k 1 k 1 p k p, Jika k 1 k 1 pk p unuk k 0, maka dapa diliha bahwa keika k p pada kolom erakhir mariks pembilang dari kk pada persamaan (2.6) dapa diulis sebagai kombinasi linear dari kolom sebelumnya pada mariks yang sama. Oleh karena iu, fungsi auokorelasi parsial kk akan erpuus seelah lag p. Sebagai conoh, model AR dengan orde 1 aau AR(1) dapa diulis Z Z a 1 1 aau

45 27 11B Z a Agar proses sasioner, maka akar dari 1 B 0 harus erleak di luar 1 lingkaran sauan dan proses ini sasioner jika 1 1. Fungsi auokovariansnya adalah k, 1 k 1 k 1. sehingga fungsi auokorelasinya adalah k 1. k k, 1 k 1 1 Fungsi auokorelasi parsial dari proses AR(1) adalah kk, 1 1 k 1, 0, k 2. beriku ini Pola ACF dan PACF model AR(1) diunjukkan oleh Gambar a. ACF b. PACF Gambar 9. Pola ACF dan PACF model AR(1) (Suharono, 2005: 37)

46 28 2. Model Moving Average (MA) Secara umum model MA orde ke-q aau MA(q) dapa diulis sebagai beriku: Z a a a (2.33) 1 1 q q dengan Z = nilai variabel dependen pada waku a, a,, a = nilai residu pada waku, 1,, q 1 q,, 1 q = koefisien Moving Average. Persamaan (2.33) dapa diulis dalam benuk dengan 2 Z 1 B B B a 2 q 1 2 q 1 2 aau q q B 1 B B B. q Z B a (2.34) q Karena q, maka proses MA berhingga selalu sasioner. hasilnya Apabila kedua ruas pada persamaan (2.33) dikalikan dengan, k q q k k q k q Z k Z Z a a a a a a (2.35) Jika memasukkan nilai harapan (expeced value) pada kedua ruas persamaan (2.35), maka persamaan ersebu akan menjadi k 1 1 q q a 1a 1 a E Z Z E a a a k k q k q

47 29 k E aa k 1aa k 1 qaa k q a a a a a a k 1 1 k 1 1 q 1 k q 2 a a a a a a (2.36) q q k q 1 q k 1 q q k q. Nilai harapan pada persamaan (2.36) erganung pada nilai k. Jika k 0, maka persamaan (2.36) menjadi 2 2 q q q (2.37) 0 E a a 0 E 1 a 1a 0 1 E a a 0. Seluruh suku yang lain pada persamaan (2.36) hilang karena Jadi, persamaan (2.37) menjadi 0 E a a unuk i 0 i dan 2 E aa i e unuk i a 1 a q a 1. (2.38) q a Persamaan (2.38) merupakan varians dari proses model MA(q). Jika k 1, maka persamaan (2.36) menjadi q q q q E a a E a a E a a e 1 2 e q1 q e 2 q q e Secara umum unuk k k, persamaan (2.36) menjadi 2 (2.39) k k 1 k 1 q k q e. sehingga fungsi auokovarians dari proses MA(q) adalah

48 30 k 2 k k qkq e 1 1, k 1, 2,, q, 0, k q. (2.40) Dengan membagi persamaan (2.40) dengan persamaan (2.38), maka fungsi auokorelasinya adalah k 1 k 1 qkq, k 1 q 0, k 1, 2,, q, k q. (2.41) Fungsi auukorelasi parsial dari bagian akhir proses umum MA(q) merupakan pemulusan eksponensial dan/aau gelombang sinus erganung 2 q dari akar akar 1 B B B q PACF akan berisi gelombang sinus jika akar akarnya berupa bilangan kompleks. Sebagai conoh, model MA(1) dinyaakan sebagai beriku Z a 1a 1 1 1B a. Fungsi auokovarians dari model ini adalah k a, 2 1 a, 0, k 0, k 1, k 1. Fungsi auokorelasinya adalah 1, 2 k 1, 1 k 1 k 1. 0, dan fungsi auokorelasi parsialnya adalah

49 Secara umum, PACF unuk model MA(1) adalah 1. kk 1 1 k k 1 1, unuk k 1. beriku ini Pola ACF dan PACF model MA(1) diunjukkan oleh Gambar a. ACF b. PACF Gambar 10. Pola ACF dan PACF model MA(1) (Suharono, 2005: 50) 3. Model Auoregressive Moving Average (ARMA) MA(q), yaiu Model ARMA(p,q) merupakan kombinasi dari model AR(p) dan

50 32 Z Z Z a a a (2.42) 1 1 p p 1 1 q q. Persamaan (2.42) dapa diulis dalam benuk hasilnya 2 p 2 q B B B Z B B B a (2.43) p q aau B Z B a. (2.44) p q Apabila kedua ruas pada persamaan (2.42) dikalikan dengan, Z k Z kz 1Z kz 1 pz kz p Z ka 1Z ka 1 Z a (2.45). q k q Jika memasukkan nilai harapan (expeced value) pada kedua ruas persamaan (2.45), maka persamaan ersebu akan menjadi Karena E Z a 0 E Z a E Z a k 1 k 1 p k p k 1 k 1 E Z a. (2.46) k i q k q unuk k i, maka k q 1 k 1 k 1 p k p, (2.47) dan fungsi auokorelasinya adalah k q k 1 k 1 p k p, 1. (2.48) Karena proses ARMA merupakan kasus khusus dari proses MA, maka fungs auokorelasi parsialnya juga merupakan pemulusan eksponensial dan/aau gelombang sinus erganung dari akar akar 2 q 11B 2B qb 0.

51 33 Sebagai conoh, model ARMA(1,1) dinyaakan sebagai beriku Z Z a a (2.49) Fungsi auokovarians diperoleh dengan mengalikan persamaan (2.49) dengan, Z k hasilnya Z Z Z Z Z a Z a k 1 k 1 k 1 k 1 dan nilai harapannya adalah (2.50). k 1 k 1 E Zka 1E Zka 1 Unuk k 0, persamaan (2.50) menjadi E Z a Jika E Z 2 a a, maka E Z a 1 Oleh karena iu, E Z a. 1 1 dapa dijabarkan sebagai beriku E Z a E Z a E a a E a 2 a a a. (2.51) Unuk k 1, persamaan (2.50) menjadi a. (2.52) Jika persamaan (2.52) disubsiusikan ke persamaan (2.51), maka a a 1 1 a 1 a a (2.53) Subsiusikan persamaan (2.53) ke persamaan (2.52) sehingga

52 a 1 a 11 1 a Unuk k 2, persamaan (2.50) menjadi k, 1 k 1 k 2. Oleh karena iu, fungsi auokorelasi dari model ARMA(1,1) adalah 1, k 1 k 1, a 11, k 0, k 1, k 2. Benuk umum fungsi auokorelasi parsial dari model ini cukup rumi sehingga idak diperlukan. Hal yang perlu dikeahui bahwa model ARMA(1,1) merupakan kasus khusus dari model MA(1). 11 beriku ini Pola ACF dan PACF model ARMA(1,1) diunjukkan oleh Gambar 1 0 dan dan 1 0 a. ACF b. PACF Gambar 11. Pola ACF dan PACF model ARMA(1,1) (Suharono, 2005: 60)

53 dan dan dan dan dan dan 1 0 ( 1 1 ) 0 ( 1 1 ) 0 ( 1 1 ) 0 ( 1 1 ) 0 a. ACF b. PACF Lanjuan Gambar 11. Pola ACF dan PACF model ARMA(1,1) (Suharono, 2005: 60 61) 4. Model Auoregressive Inegraed Moving Average (ARIMA) Model ARMA(p,q) pada persamaan (2.43), yaiu 2 p 2 q B B B Z B B B a p q

54 36 dapa juga diulis 2 p 2 q dengan B B B Z B B B a (2.54) p q 2 p B B pb p 1 1. (2.55) Dari persamaan (2.54), model AR(p) menjadi dan model MA(q) menjadi Dalam proses MA(q), p 1 2 p 0 1 B B B Z a (2.56) Z B B B a (2.57) 2 q q. Model ARIMA dilakukan pada daa sasioner aau daa yang didifferencing sehingga daa elah sasioner. Secara umum, model ARIMA dinoasikan sebagai beriku ARIMA(p,d,q) dengan p = orde model auoregressive q = orde model moving average d = banyaknya differencing. Model ini merupakan gabungan dari model ARMA(p,q) dan proses differencing, yaiu dengan 2 d B 1 B Z B a. (2.58) p 0 q B 1 B B B p 1 2 q B 1 B B B. dan 2 q 1 2 p q p

55 37 Parameer 0 mempunyai peran yang berbeda unuk d 0 dan d 0. Unuk d 0, daa asli elah sasioner dan seperi pada persamaan (2.55) bahwa 0 merupakan raa raa proses, yaiu p Sedangkan unuk d 1, daa asli nonsasioner dan 0 rend deerminisik yang biasanya dihilangkan. 5. Model Seasonal ARIMA 1. merupakan isilah Secara umum, model Seasonal ARIMA dinoasikan sebagai beriku ARIMA(p,d,q)(P,D,Q) s dengan (p,d,q) = bagian idak musiman dari model (P,D,Q) = bagian musiman dari model P = orde musiman unuk AR Q = orde musiman unuk MA D = banyaknya seasonal differencing s = jumlah periode per musim. Suau dere Z idak dikeahui periode variasi musiman dan idak musiman, benuk model ARIMA unuk dere iu adalah d B 1 B Z B b. (2.59) p q Jika erdapa b idak whie noise dengan korelasi anar periode musiman, maka fungsi auokorelasi unuk b js b b b j( s), 2 b adalah E b j 1, 2,3, (2.60) Unuk lebih mudah meliha korelasi anar periode, dapa direpresenasikan sebagai model ARIMA beriku s s D s 1 B B b B a (2.61) P Q

56 38 dengan 2 B 1 B B B P s s s Ps 1 2 P dan 2 B 1 B B B Q s s s Qs 1 2 Q s adalah persamaan polinomial dalam B. Jika akar akar dari polinomial polinomial ersebu berada di luar lingkaran uni dan a 0, maka proses ersebu adalah proses whie noise. Dengan mengkombinasikan persamaan (2.59) dan persamaan (2.61), diperoleh model Seasonal ARIMA, yaiu s d s D s 1 1 B B B B Z B B a (2.62) P p q Q dengan Z p q P Q B B B B Z, Z s s, d 0 la in n y a = fakor AR idak musiman = fakor MA idak musiman = fakor AR musiman = fakor MA musiman = raa raa Z. a a u D 0 Langkah langkah unuk melakukan peramalan dengan meode ARIMA adalah: 1. Melakukan proses idenifikasi model Pada proses idenifikasi model perama ama diuji apakah daa sasioner aau idak. Jika daa idak sasioner, maka dilakukan proses differencing, yaiu menenukan berapa nilai d. differencing perama, maka nilai d 1 Jika daa elah sasioner seelah dan seerusnya. Namun, jika daa elah sasioner anpa dilakukan differencing, maka nilai d 0. Seelah daa sasioner, maka dilakukan proses pemilihan model yang epa. Proses

57 39 ini disebu dengan idenifikasi model enaif. Proses pemilihan model yang epa dilakukan dengan mengidenifikasi orde AR dan MA pada grafik ACF dan PACF. Tabel 1. Pola ACF dan PACF Tidak Musiman No. Model ACF PACF 1. AR(p) dies down (menurun Cu off (erpuus) seelah secara eksponensial) lag p 2. MA(q) cu off (erpuus) seelah dies down (menurun lag q secara eksponensial) dies down (menurun dies down (menurun 3. ARMA(p,q) secara eksponensial) secara eksponensial) seelah lag (q p) seelah lag (p q) Tabel 2. Pola ACF dan PACF Musiman dengan s Periode Per Musim No. Model ACF PACF 1. AR(P) dies down (menurun cu off (erpuus) seelah secara eksponensial) lag Ps pada lag musiman 2. MA(Q) dies down (menurun cu off (erpuus) seelah secara eksponensial) lag Qs pada lag musiman dies down (urun cepa dies down (urun cepa 3. ARMA(P,Q) secara eksponensial) secara eksponensial) pada lag musiman pada lag musiman 2. Melakukan proses esimasi Proses esimasi merupakan proses pendugaan parameer unuk model ARIMA. Unuk mempermudah, proses esimasi biasanya dilakukan dengan program kompuer, salah saunya dengan program MINITAB. 3. Melakukan proses diagnosik Proses diagnosik, yaiu mengevaluasi model apakah elah memenuhi syara unuk digunakan. Evaluasi dilakukan dengan meliha apakah pada model erliha adanya auokorelasi dan residu sudah whie noise, yaiu

58 40 residu bersifa random dan berdisribusi normal. Unuk mengeahui apakah residu berifa random aau idak, dapa dilakukan uji korelasi residu dengan uji Ljung Box aau dapa diliha pada grafik ACF residu. Jika pada grafik ACF idak ada lag (bar) yang melebihi garis baas signifikansi (garis puus puus), maka residu bersifa random. Sedangkan unuk mengeahui apakah residu berdisribusi normal aau idak, dapa diliha pada grafik normal probabiliy plo residu. Jika residu mengikui garis diagonal, maka residu berdisribusi normal. 4. Menggunakan model unuk peramalan jika model memenuhi syara. K. Keepaan Penggunaan Meode Peramalan Penggunaan meode peramalan erganung pada pola daa yang akan dianalisis. Jika meode yang digunakan sudah dianggap benar unuk melakukan peramalan, maka pemilihan meode peramalan erbaik didasarkan pada ingka kesalahan prediksi (Sanoso, 2009: 40). Seperi dikeahui bahwa idak ada meode peramalan yang dapa dengan epa meramalkan keadaan daa di masa yang akan daang. Oleh karena iu, seiap meode peramalan pasi menghasilkan kesalahan. Jika ingka kesalahan yang dihasilkan semakin kecil, maka hasil peramalan akan semakin mendekai epa. anara lain: Ala ukur yang digunakan unuk menghiung kesalahan prediksi, 1. Mean Squared Deviaion (MSD) n 1 2 n 1 MSD Z Zˆ (2.63)

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG AIRLINES PT. ANGKASA PURA II BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU DENGAN ARIMA(0,1,1)(0,1,1) 12 TUGAS AKHIR.

PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG AIRLINES PT. ANGKASA PURA II BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU DENGAN ARIMA(0,1,1)(0,1,1) 12 TUGAS AKHIR. PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG AIRLINES PT. ANGKASA PURA II BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU DENGAN ARIMA(0,,)(0,,) 2 TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Sau Syara unuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE PERAMALAN AUTOREGRESIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) (Studi Kasus: PT Tembaga Mulia Semanan)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE PERAMALAN AUTOREGRESIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) (Studi Kasus: PT Tembaga Mulia Semanan) Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi Program Sudi MMT-ITS, Surabaya 1 Agusus 2009 PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE PERAMALAN AUTOREGRESIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) (Sudi Kasus: PT

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN SEPEDA MOTOR DI MITRA PINASTHIKA MUSTIKA (MPM) HONDA MOTOR DENGAN PENDEKATAN ARIMA

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN SEPEDA MOTOR DI MITRA PINASTHIKA MUSTIKA (MPM) HONDA MOTOR DENGAN PENDEKATAN ARIMA ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN SEPEDA MOTOR DI MITRA PINASTHIKA MUSTIKA (MPM) HONDA MOTOR DENGAN PENDEKATAN ARIMA Oleh : Liviani Nursia 307030040 Dosen Pembimbing: Dr. Brodjol Suijo S.U, MSi Laar Belakang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT DAN APLIKASINYA UNTUK MERAMALKAN CURAH HUJAN DI KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI

MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT DAN APLIKASINYA UNTUK MERAMALKAN CURAH HUJAN DI KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT DAN APLIKASINYA UNTUK MERAMALKAN CURAH HUJAN DI KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Universias Negeri Yogyakara unuk memenuhi

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB III ARFIMA-FIGARCH. pendek (short memory) karena fungsi autokorelasi antara dan turun

BAB III ARFIMA-FIGARCH. pendek (short memory) karena fungsi autokorelasi antara dan turun BAB III ARFIMA-FIGARCH 3. Time Series Memori Jangka Panjang Proses ARMA sering dinyaakan sebagai proses memori jangka pendek (shor memory) karena fungsi auokorelasi anara dan urun cepa secara eksponensial

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI

ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 009 XV-1 ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI Muhammad Sjahid Akbar, Jerry Dwi Trijoyo

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informaika ASIA (JITIKA) Vol.10, No.2, Agusus 2016 ISSN: 0852-730X Perancangan Sisem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Meode Triple Exponenial Smoohing Tria

Lebih terperinci

DAMPAK PENURUNAN HARGA BBM JENIS PREMIUM TERHADAP ANGKA INFLASI DI KOTA YOGYAKARTA (Studi Aplikasi Model Intervensi dengan Step Function)

DAMPAK PENURUNAN HARGA BBM JENIS PREMIUM TERHADAP ANGKA INFLASI DI KOTA YOGYAKARTA (Studi Aplikasi Model Intervensi dengan Step Function) DAMPAK PENURUNAN HARGA BBM JENIS PREMIUM TERHADAP ANGKA INFLASI DI KOTA YOGYAKARTA (Sudi Aplikasi Model Inervensi dengan Sep Funcion) S-3 Kismianini dan Dhoriva Urwaul Wusqa Jurusan Pendidikan Maemaika

Lebih terperinci

Oleh: TANTI MEGASARI Dosen Pembimbing : Dra. Nuri Wahyuningsih, MKes

Oleh: TANTI MEGASARI Dosen Pembimbing : Dra. Nuri Wahyuningsih, MKes PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM YANG DIPENGARUHI KURS, PERUBAHAN INFLASI, POSISI JUMLAH DEPOSITO BERJANGKA, SUKU BUNGA SBI DAN DEPOSITO MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER DAN ARCH-GARCH Oleh: TANTI MEGASARI 6 00

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

Abstrak Hampir seluruh aktivitas manusia di berbagai belahan bumi sangat bergantung terhadap ketersediaan air bersih.

Abstrak Hampir seluruh aktivitas manusia di berbagai belahan bumi sangat bergantung terhadap ketersediaan air bersih. 1 Peramalan Volume Produksi Air Bersih di PDAM Kabupaen Bojonegoro berdasarkan Jumlah Pelanggan dan Volume Konsumsi Air Fasha Aulia Pradhani dan Adaul Mukarromah Jurusan Saisika, FMIPA, ITS Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Definisi Peramalan Peramalan adalah suau kegiaan dalam memperkirakan aau kegiaan ang melipui pembuaan perencanaan di masa ang akan daang dengan menggunakan daa masa lalu dan daa masa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

Peramalan Inflasi Menggunakan Model Fungsi Transfer Multi Input. Forcasting Inflation Using Multiple Input Transfer Function Model

Peramalan Inflasi Menggunakan Model Fungsi Transfer Multi Input. Forcasting Inflation Using Multiple Input Transfer Function Model Peramalan Inflasi Menggunakan Model Fungsi Transfer Muli Inpu Forcasing Inflaion Using Muliple Inpu Transfer Funcion Model Novi Adisia, Sri Wahyuningsih, dan Rio Goeanoro 3 Laboraorium Saisika Terapan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN Peramalan Dengan Meode Smoohing dan Verifikasi Meode Peramalan Dengan Grafik Pengendali Moving Range () (Sudi Kasus: Produksi Air Bersih di PDAM Tira Kencana Samarinda) Forecasing wih Smoohing and Verificaion

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

Peramalan Hasil Produksi Pupuk NPK Menggunakan Model Fungsi Transfer Multi Input. : Nesia Brilliana I.P NRP :

Peramalan Hasil Produksi Pupuk NPK Menggunakan Model Fungsi Transfer Multi Input. : Nesia Brilliana I.P NRP : Peramalan Hasil Produksi Pupuk NPK Menggunakan Model Fungsi Transfer Muli Inpu Nama : Nesia Brilliana I.P NRP : 20800023 Jurusan : Maemaika Dosen Pembimbing : Dra. Nuri Wahyuningsih, M. Kes Pemberian pupuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) ARIMA (Auoregressive Inegraed Moving Average) I. Prinsip Dasar dan Tujuan Analisis. Prinsip Dasar ARIMA sering juga disebu meode runun waku Box-Jenkins. ARIMA sanga baik keepaannya unuk peramalan jangka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

Peramalan Volume Penjualan Semen di PT.Semen Gresik Persero Tbk

Peramalan Volume Penjualan Semen di PT.Semen Gresik Persero Tbk Peramalan Volume Penjualan Semen di PT.Semen Gresik Persero Tbk Oleh : Dwi Hapsari K (1306 100 015) Dosen Pembimbing : Dra. Karika Firiasari, M.Si 1 Pendahuluan Laar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. peramalan, jenis-jenis peramalan, langkah-langkah peramalan, pemilihan teknik dan

BAB 3 LANDASAN TEORI. peramalan, jenis-jenis peramalan, langkah-langkah peramalan, pemilihan teknik dan BAB 3 LANDASAN TEORI 3. Peramalan Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengerian peramalan, kegunaan meode peramalan, jenis-jenis peramalan, langkah-langkah peramalan, pemilihan eknik dan meode peramalan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN JMP : Volume 4 omor, Juni 22, hal. 35-46 KAJIA PEMODELA DERET WAKTU: METODE VARIASI KALEDER YAG DIPEGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURA Winda Triyani Universias Jenderal Soedirman winda.riyani@gmail.com Rina

Lebih terperinci

DAN PENERAPANNYA PADA PRODUKSI KELAPA SAWIT DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII

DAN PENERAPANNYA PADA PRODUKSI KELAPA SAWIT DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII Bulein Ilmiah Mah. Sa. dan Terapannya (Bimaser) Volume 6, No. 3 (27), hal 83 2. MODEL SPACE-TIME DAN PENERAPANNYA PADA PRODUKSI KELAPA SAWIT DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII Ella Kurniawai, Naomi Nessyana

Lebih terperinci

APLIKASI METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING BROWN DAN HOLT UNTUK MERAMALKAN TOTAL PENDAPATAN BEA DAN CUKAI

APLIKASI METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING BROWN DAN HOLT UNTUK MERAMALKAN TOTAL PENDAPATAN BEA DAN CUKAI Prosiding Seminar Nasional Maemaika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 APLIKASI METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING BROWN DAN HOLT UNTUK MERAMALKAN TOTAL PENDAPATAN BEA DAN CUKAI

Lebih terperinci

PENENTUAN MODEL PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DENGAN METODE ARIMA

PENENTUAN MODEL PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DENGAN METODE ARIMA PENENTUAN MODEL PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DENGAN METODE ARIMA Leopoldus Ricky Sasongko, Lydia Ninuk Rahayu, dan Alberh Roy Koa 3,,3 Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias

Lebih terperinci

PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN (STUDI KASUS KOTA SALATIGA, BULAN JANUARI 2014 JULI 2016)

PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN (STUDI KASUS KOTA SALATIGA, BULAN JANUARI 2014 JULI 2016) Prosiding Seminar Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISBN: 978-602-622-20-9 hal 935-950 November 206 hp://jurnal.fkip.uns.ac.id PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.. Ruang Lingkup Peneliian Peneliian ini diujukan unuk menenukan meode erbaik yang dapa digunakan dalam meramalkan harga ayam pada enam koa besar di Jawa-Bali. Meode peramalan yang

Lebih terperinci

Minggu 4 RATA-RATA BERGERAK DAN EXPONENTIAL SMOOTHING. Peramalan Data Time Series

Minggu 4 RATA-RATA BERGERAK DAN EXPONENTIAL SMOOTHING. Peramalan Data Time Series Minggu 4 RATA-RATA BERGERAK DAN EXPONENTIAL SMOOTHING Bab ini memperkenalkan model berlaku unuk daa ime series dengan musiman, ren, aau keduana komponen musiman dan ren dan daa sasioner. Meode peramalan

Lebih terperinci

Model ARIMAX Dan Deteksi GARCH Untuk Peramalan Inflasi Kota Denpasar Tahun 2014

Model ARIMAX Dan Deteksi GARCH Untuk Peramalan Inflasi Kota Denpasar Tahun 2014 JEKT Model ARIMAX Dan Deeksi GARCH Unuk Peramalan Inflasi Koa Denpasar Tahun 2014 Rukini *) Badan Pusa Saisik Provinsi Bali ABSTRAK pemerinah dalam mengambil kebijakan unuk menjaga sabilias moneer di masa

Lebih terperinci

FORECASTING & ARIMA. Dwi Martani. 1/26/2010 Statistik untuk Bisnis 9 1

FORECASTING & ARIMA. Dwi Martani. 1/26/2010 Statistik untuk Bisnis 9 1 FORECASTING & ARIMA Dwi Marani /26/200 Saisik unuk Bisnis 9 DERET BERKALA (TIME SERIES) Suau dere berkala merupakan suau himpunan observasi dimana variabel yang digunakan diukur dalam uruan periode waku,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

PERAMALAN KONSUMSI LISTRIK PADA SEGMEN RUMAH TANGGA PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TIMUR

PERAMALAN KONSUMSI LISTRIK PADA SEGMEN RUMAH TANGGA PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TIMUR TUGAS AKHIR SS 145561 PERAMALAN KONSUMSI LISTRIK PADA SEGMEN RUMAH TANGGA PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TIMUR SARIRAZTY DWIJANTARI NRP 1314 030 010 Dosen Pembimbing Dr. Wahyu Wibowo, S.Si., M.Si DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

Penentuan Pelebaran Window Time Optimal Pada Data Deret Waktu

Penentuan Pelebaran Window Time Optimal Pada Data Deret Waktu 1 Penenuan Pelebaran Window Time Opimal Pada Daa Dere Waku (1) Nursya`bani Hendro Prabowo dan (2) Raden Mohamad Aok Deparemen Saisika, Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam, Insiu Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

PENGARUH PANJANG DAN LEBAR DATA DEBIT HISTORIS PADA KINERJA MODEL PEMBANGKITAN DATA DEBIT SUNGAI BRANTAS DENGAN METODE ARIMA

PENGARUH PANJANG DAN LEBAR DATA DEBIT HISTORIS PADA KINERJA MODEL PEMBANGKITAN DATA DEBIT SUNGAI BRANTAS DENGAN METODE ARIMA PENGARUH PANJANG DAN LEBAR DATA DEBIT HISTORIS PADA KINERJA MODEL PEMBANGKITAN DATA DEBIT SUNGAI BRANTAS DENGAN METODE ARIMA Maskur Efendi ), Widandi Soeopo 2), Piojo Tri Juwono 2) ) Mahasiswa Magiser

Lebih terperinci

PENAKSIRAN PARAMETER MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE INTEGRATED (VARI) DENGAN METODE MLE DAN PENERAPANNYA PADA DATA INDEKS HARGA KONSUMEN

PENAKSIRAN PARAMETER MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE INTEGRATED (VARI) DENGAN METODE MLE DAN PENERAPANNYA PADA DATA INDEKS HARGA KONSUMEN IndoMS Journal on Saisics Vol., No. (04), Page 7-37 PENAKSIRAN PARAMETER MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE INTEGRATED (VARI) DENGAN METODE MLE DAN PENERAPANNYA PADA DATA INDEKS HARGA KONSUMEN Dinda Ariska Wulandari,

Lebih terperinci

Analisis Peramalan Jumlah Penumpang Kereta Api Penataran Tujuan Surabaya-Malang

Analisis Peramalan Jumlah Penumpang Kereta Api Penataran Tujuan Surabaya-Malang Analisis Peramalan Jumlah Penumpang Kerea Api Penaaran Tujuan Surabaya-Malang Oleh. Andria Prima Diago 08.00.0 Dosen Pembimbing. r. Dwiamono Agus, M.komp Andria Prima Diago 08.00.0 nsiu Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya 5 Bab 2 Tinjauan Pusaka 2.1 Peneliian Sebelumnya Dalam skripsi peneliian yang berjudul Pemodelan dinamis pola anam berbasis meode LVQ (Learning Vecor Quanizaion) (Bursa, 2010), menghasilkan sisem informasi

Lebih terperinci

PERAMALAN FUNGSI TRANSFER SINGLE INPUT INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN TERHADAP SAHAM NEGARA TERDEKAT

PERAMALAN FUNGSI TRANSFER SINGLE INPUT INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN TERHADAP SAHAM NEGARA TERDEKAT Saisika, Vol. 2, No. 2, November 24 PERAMALAN FUNGSI TRANSFER SINGLE INPUT INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN TERHADAP SAHAM NEGARA TERDEKAT Sri Wahyuni, 2 Farikhin, Iswahyudi Joko Suprayino Program Sudi Saisika

Lebih terperinci

Peramalan Jumlah Pengunjung Domestik dan Mancanegara di Maharani Zoo & Goa Menggunakan ARIMA Box - Jenkins

Peramalan Jumlah Pengunjung Domestik dan Mancanegara di Maharani Zoo & Goa Menggunakan ARIMA Box - Jenkins Peramalan Jumlah Pengunjung Domesik dan Mancanegara di Maharani oo & Goa Menggunakan ARIMA Box - Jenkins Vivi Kusuma Sulisyawai (3030085) Dosen Pembimbing Dr. Irhamah, S.Si.,M.Si Laar Belakang Rumusan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP Prosiding Seminar Nasional Maemaika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN FUNGSI TRANSFER PADA PERAMALAN CURAH HUJAN KABUPATEN WONOSOBO

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN FUNGSI TRANSFER PADA PERAMALAN CURAH HUJAN KABUPATEN WONOSOBO PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN FUNGSI TRANSFER PADA PERAMALAN CURAH HUJAN KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI Disusun Oleh : SITI LIS INA ATUL HIDAYAH 24010211120006 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

Pemulusan Eksponensial dengan Metode Holt Winter Additive Damped

Pemulusan Eksponensial dengan Metode Holt Winter Additive Damped Pemulusan Eksponensial dengan Meode Hol Winer Addiive Damped Hurul in 1),Dr. Erna Tri Herdiani, M.Si 2), Andi Kresna Jaya, S.Si., M.Si 3) Program Sudi Saisika Jurusan Maemaika FMIPA Unhas Jln. Perinis

Lebih terperinci

MODEL ARIMAX DAN DETEKSI GARCH UNTUK PERAMALAN INFLASI KOTA DENPASAR

MODEL ARIMAX DAN DETEKSI GARCH UNTUK PERAMALAN INFLASI KOTA DENPASAR MODEL ARIMAX DAN DETEKSI GARCH UNTUK PERAMALAN INFLASI KOTA DENPASAR S - 27 Rukini, Suharono2 2,2 Jurusan Saisika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Lebih terperinci

Pemodelan Produksi Minyak dan Gas Bumi pada Platform MK di PT X Menggunakan Metode ARIMA, Neural Network, dan Hibrida ARIMA-Neural Network

Pemodelan Produksi Minyak dan Gas Bumi pada Platform MK di PT X Menggunakan Metode ARIMA, Neural Network, dan Hibrida ARIMA-Neural Network D-378 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (26) 2337-3520 (23-928X Prin) Pemodelan Produksi Minyak dan Gas Bumi pada Plaform MK di PT X Menggunakan Meode ARIMA, Neural Nework, dan Hibrida ARIMA-Neural

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE PERAMALAN EXPONENTIAL SMOOTHING DENGAN BOX- JENKINS (ARIMA) UNTUK DERET WAKTU MUSIMAN SKRIPSI

PERBANDINGAN METODE PERAMALAN EXPONENTIAL SMOOTHING DENGAN BOX- JENKINS (ARIMA) UNTUK DERET WAKTU MUSIMAN SKRIPSI PERBANDINGAN METODE PERAMALAN EXPONENTIAL SMOOTHING DENGAN BOX- JENKINS (ARIMA) UNTUK DERET WAKTU MUSIMAN SKRIPSI Oleh : ANJANI YUNIARTI NIM.6544 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

1999 sampai bulan September Data ini diperoleh dari yahoo!finance.

1999 sampai bulan September Data ini diperoleh dari yahoo!finance. 7 999 sampai bulan Sepember 8. Daa ini diperoleh dari yahoo!finance. Meode Langkah-langkah pemodelan nilai harian IHSG secara garis besar dapa diliha pada Lampiran dengan penjelasan sebagai beriku:. Melakukan

Lebih terperinci

Penerapan Model ARCH/GARCH untuk Peramalan Nilai Tukar Petani ABSTRAK ABSTRACT. Pendahuluan

Penerapan Model ARCH/GARCH untuk Peramalan Nilai Tukar Petani ABSTRAK ABSTRACT. Pendahuluan Jurnal Sains Maemaika dan Saisika, Vol. 4, No., Januari 8 ISSN 46-454 prin/issn 65-8663 online Penerapan Model ARCH/GARCH unuk Peramalan Nilai Tukar Peani Ari Pani Desvina, Inggrid Ocaviani Meijer, Jurusan

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien, diperlukan adanya suau cara yang epa, sisemais dan dapa diperanggungjawabkan. Salah sau ala yang diperlukan

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

PERAMALAN RATA-RATA TEMPERATUR UDARA HARIAN KOTA PEKANBARU MENGGUNAKAN MODEL ARIMA (0,1,1) TUGAS AKHIR

PERAMALAN RATA-RATA TEMPERATUR UDARA HARIAN KOTA PEKANBARU MENGGUNAKAN MODEL ARIMA (0,1,1) TUGAS AKHIR PERAMALAN RATA-RATA TEMPERATUR UDARA HARIAN KOTA PEKANBARU MENGGUNAKAN MODEL ARIMA (0,,) TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Sau Syara unuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Maemaika Oleh: DEWI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN perpusakaan.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Indonesia dengan periode ahun 984 sampai dengan ahun 0. Peneliian ini memfokuskan pada fakor-fakor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bahasa Yunani Sustema yang berarti satu kesatuan yang atas komponen atau

BAB II LANDASAN TEORI. bahasa Yunani Sustema yang berarti satu kesatuan yang atas komponen atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sisem Aplikasi Menuru Jogiano (2004), sisem berasal dari bahasa lain Sysema dan bahasa Yunani Susema yang berari sau kesauan yang aas komponen aau elemen-elemen yang dihubungkan

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn :

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn : Prosiding Seminar Nasional Maemaika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 PERAMALAN VOLUME PENGGUNAAN AIR BERSIH DENGAN METODE WINTERS EPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENENTUKAN VOLUME

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN KOMBINASI TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN DARAH DI SURABAYA (STUDI KASUS:

ANALISIS PERAMALAN KOMBINASI TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN DARAH DI SURABAYA (STUDI KASUS: ANALISIS PERAMALAN KOMBINASI TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN DARAH DI SURABAYA (STUDI KASUS: UDD PMI KOTA SURABAYA) Oleh: Winda Eka Febriana (0500) Pembimbing: Ir. Dwiamono Agus W., MIKom . LATAR BELAKANG DARAH

Lebih terperinci

ANALISIS INTERVENSI KENAIKAN HARGA BBM BERSUBSIDI PADA DATA INFLASI KOTA SEMARANG

ANALISIS INTERVENSI KENAIKAN HARGA BBM BERSUBSIDI PADA DATA INFLASI KOTA SEMARANG ISSN: 9-54 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor, Tahun 05, Halaman 6-60 Online di: hp://eournal-s.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS INTERVENSI KENAIKAN HARGA BBM BERSUBSIDI PADA DATA INFLASI KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

PREDIKSI BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN KERNEL RIDGE REGRESSION DENGAN PERTIMBANGAN DUMP POWER DAN ENERGY NOT SERVED

PREDIKSI BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN KERNEL RIDGE REGRESSION DENGAN PERTIMBANGAN DUMP POWER DAN ENERGY NOT SERVED PREDIKSI BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN KERNEL RIDGE REGRESSION DENGAN PERTIMBANGAN DUMP POWER DAN ENERGY NOT SERVED Wahyuda 1, Budi Sanosa 2, Nani Kurniai 3 1 Teknik Indusri Universias Mulawarman-Samarinda

Lebih terperinci