KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau

2

3 K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya, Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215 dapat diselesaikan. Selain itu dalam laporan ini juga dikemukakan hal-hal lain yang terkait dengan tugas Bank Indonesia antara lain perkembangan/pertumbuhan perekonomian di Provinsi Kepulauan Riau secara umum serta prospeknya. Bank Indonesia menyadari bahwa peran perekonomian regional menjadi semakin penting dalam konteks pertumbuhan ekonomi nasional. Implementasi otonomi daerah serta potensi ekonomi regional yang besar telah terbukti ikut berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau secara rutin melakukan asesmen perekonomian Provinsi Kepulauan Riau. Asesmen perekonomian mencakup perkembangan ekonomi makro regional, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran. Asesmen perekonomian Provinsi Kepulauan Riau dilakukan setiap triwulan dan laporan dimaksud dikenal dengan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kepulauan Riau. Penyusunan KEKR dimaksud sebagai upaya memenuhi kebutuhan stakeholder eksternal serta bagi Kantor Pusat Bank Indonesia. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau yang telah bersedia bekerjasama dalam menyusun perhitungan PDRB Provinsi Kepulauan Riau secara triwulan, ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan kajian ini. Harapan kami hubungan yang baik ini dapat ditingkatkan lagi di masa yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar. Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah senantiasa melimpahkan ridho-nya dan memberikan kemudahan-kemudahan kepada kita semua dalam meningkatkan kinerja kita semua. Batam, Agustus 215 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN RIAU ttd Gusti Raizal Eka Putra Deputi Direktur i KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

4 ii KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215 Halaman ini sengaja dikosongkan

5 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR DIAGRAM... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 BAB I PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL SISI PENGELUARAN Konsumsi Rumah Tangga Investasi Ekspor Impor BERDASARKAN LAPANGAN USAHA Sektor Industri Pengolahan Sektor Konstruksi Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor Sektor Pertambangan dan Penggalian BAB II PERKEMBANGAN INFLASI KEPULAUAN RIAU PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA Inflasi Tahunan (yoy) Inflasi Triwulanan (qtq) PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA DISAGREGASI INFLASI Inflasi Volatile Food Inflasi Administered Price Inflasi Inti UPAYA PENGENDALIAN INFLASI iii KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

6 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN PERKEMBANGAN PERBANKAN BANK UMUM Aset Dana Pihak Ketiga (DPK) Kredit Loan to Deposit Ratio (LDR) Risiko Kredit BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Aset Dana Pihak Ketiga (DPK) Kredit Loan to Deposit Ratio (LDR) Risiko Kredit PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH (BANK UMUM DAN BPR) Aset Dana Pihak Ketiga (DPK) Pembiayaan Finance to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Uang Rupiah Tidak Asli TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI Kliring Lokal Real Time Gross Setlement (RTGS) PERKEMBANGAN TRANSAKSI KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING (KUPVA) DAN PTD (PENYELENGGARA TRANSFER DANA) Perkembangan Transaksi KUPVA Perkembangan Transaksi Penyelenggara Transfer Dana (PTD) BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH REALISASI APBD DI WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU Anggaran dan Realisasi Pendapatan iv KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

7 Anggaran dan Realisasi Belanja Anggaran dan Realisasi Belanja APBN Infrastruktur Di Kepulauan Riau BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KETENAGAKERJAAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Pendapatan Rumah Tangga Nilai Tukar Petani (NTP) BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI REGIONAL PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI PROSPEK INFLASI v KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

8 DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Pengeluaran... 6 Tabel 1.2. Komoditas Utama Ekspor Non Migas Kepri... 1 Tabel 1.3. Negara Tujuan Utama Ekspor Kepri Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Lapangan Usaha Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Menurut Kota Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Utama Bank Umum Tabel 3.2. Perkembangan Indikator Utama BPR Tabel 3.3. Indikator Perbankan Syariah di Provinsi Kepulauan Riau Tabel 4.1. Realisasi APBD Di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II Tabel 4.2. Anggaran dan Realisasi Belanja Pemerintah Daerah di Wilayah Kepri Triwulan II Tabel 4.3. Anggaran dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Wilayah Kepri Triwulan II Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut jenis kegiatan utama, Provinsi Kepulauan Riau Februari Agustus Tabel 5.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut jenis kegiatan utama, Provinsi Kepulauan Riau Februari Agustus Tabel 5.3. Nilai Tukar Petani Provinsi Kepri Tabel 5.4. Perkembangan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global vi KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

9 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1. Perkembangan Wisatawan Kepri... 6 Grafik 1.2. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen... 7 Grafik 1.3 Perkembangan Inflasi (%, yoy)... 7 Grafik 1.4 Perkembangan Kredit Konsumsi... 8 Grafik 1.5 Pergerakan Suku Bunga... 8 Grafik 1.6 Perkembangan Impor Barang Modal... 9 Grafik 1.7 Perkembangan Jredit Investasi... 9 Grafik 1.8 Likert Scale Liaison... 9 Grafik 1.9 Perkembangan Realisasi Investasi... 9 Grafik 1.1 Porsi Ekspor Migas dan Non Migas... 1 Grafik 1.11 Perkembangan Ekspor Migas dan Non Migas... 1 Grafik 1.12 Pertumbuhan Ekspor Komoditas Utama (Non Migas) Grafik 1.13 Permintaan Ekspor ke Negara Tujuan Utama (Non Migas) Grafik 1.14 Komposisi Impor Migas dan Non Migas Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Impor Migas dan Migas Grafik 1.16 Komposisi Impor Non Migas Grafik 1.17 Kontribusi Lapangan Usaha Terhadap PDRB (%, yoy) Grafik 1.18 Kapasitas Utilisasi (Survei Liaison) Grafik 1.19 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri Grafik 1.2 Perkembangan Konsumsi Semen Kepri Grafik 1.21 Perkembangan Kredit Konstruksi Grafik 1.22 Hasil SKDU Sektor Bangunan Grafik 1.23 Perkembangan Kunjungan Wisman Kepri Grafik 1.24 Volume Bongkar Muat Barang Pelabuhan Batam Grafik 1.25 Hasil SKDU Sektor PHR Grafik 1.26 Volume Lifting Gas Kepri Grafik 1.27 Volume Lifting Minyak Kepri Grafik 1.28 Harga Gas Alam Grafik 1.29 Harga Minyak Grafik 1.3 Volume Ekspor Hasil Pertambangan & Penggalian Grafik 2.1 Daerah Sumber Pasokan Cabai Batam Grafik 2.2 Inflasi Tw II 215 (yoy) Regional Sumatera Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Triwulan II 215 Kawasan Sumatera Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kepri, Sumatera dan Nasional vii KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

10 Grafik 2.5 Perkembangan Inflasi Tahunan Kepri, Batam dan Tanjungpinang Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Tahunan Kepri, Sumatera dan Nasional Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Komoditas Volatile Food Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Administred Price Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Kelompok Inti Grafik 2.1 Ekspektasi Inflasi Konsumen Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum (BU) Grafik 3.2 Pertumbuhan Aset Berdasarkan Kelompok Bank Umum Grafik 3.3 Perkembangan DPK Bank Umum (BU) Grafik 3.4 Perkembangan DPK Berdasarkan Jenisnya Grafik 3.5 Porsi DPK Berdasarkan Jenis Bank (BU) Grafik 3.6 Perkembangan DPK Berdasarkan Jenis Bank (BU) Grafik 3.7 Komposisi DPK Berdasarkan Nominal/Rekening Grafik 3.8 Komposisi DPK Berdasarkan Jumlah Rekening Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Bank Umum Grafik 3.1 Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik 3.11 Penggunaan Kredit Konsumsi Grafik 3.12 Pertumbuhan KPR, KKB, Multiguna Grafik 3.13 Suku Bunga Kredit MK, Investasi dan Konsumsi Grafik 3.14 Porsi Kredit Berdasarkan Kelompok Bank Grafik 3.15 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kelompok Bank Grafik 3.16 Porsi Kredit Bank Umum Secara Sektoral Grafik 3.17 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Secara Sektoral Grafik 3.18 Kredit UMKM oleh Bank Umum... 4 Grafik 3.19 Risiko Kredit Bank Umum Grafik 3.2 Perkembangan Aset BPR Grafik 3.21 Perkembangan DPK BPR Grafik 3.22 Perkembangan DPK Berdasarkan Jenisnya Grafik 3.23 Perkembangan Kredit BPR Grafik 3.24 Perkembangan Kredit BPR Berdasarkan Penggunaan Grafik 3.25 Kredit BPR Secara Sektoral Grafik 3.26 Perkembangan Kredit UMKM Oleh BPR Grafik 3.27 Perkembangan LDR dan NPL BPR Grafik 3.28 Perkembangan Set Perbankan Syariah Grafik 3.29 Perkembangan DPK Syariah Grafik 3.3 Perkembangan DPK Syariah Berdasarkan Jenisnya viii KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

11 Grafik 3.31 Perkembangan Pembiayaan Syariah Grafik 3.32 Perkembangan Pembiayaan Syariah Berdasarkan Jenisnya Grafik 3.33 Perkembangan FDR dan NPF Perbankan Syariah Grafik 3.34 Perkembangan Inflow dan Outflow Kepri Grafik 3.35 Perkembangan Pertumbuhan Inflow dan Outflow Grafik 3.36 Perkembangan Pemusnahan UTLE... 5 Grafik 3.37 Perkembangan Penemuan Uang Rupiah Tidak Asli... 5 Grafik 3.38 Perkembangan Kliring Kepri Grafik 3.39 Perkembangan Pertumbuhan Kliring Kepri Grafik 3.4 Perkembangan Transaksi RTGS Grafik 3.41 Perkembangan Transksi KUPVA Grafik 3.42 Pergerakan Transaksi KUPVA dan Nilai Tukar Rupiah Grafik 3.43 Perkembangan Transaksi PTD Grafik 3.44 Jenis Transaksi PTD Grafik 4.1 Komposisi Realisasi Pendapatan Tw II Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan Pemda Tw II Grafik 4.3 Komposisi Realisasi Belanja Tw II Grafik 4.4 Realisasi Belanja Pemda Tw II Grafik 4.5 Perkembangan Dana Simpanan Pemda Grafik 5.1 Struktur Pekerja Kepri Grafik 5.2 Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Grafik 5.3 Perkembangan NTP Grafik 5.4 NTP Berdasarkan Subsektor Grafik 5.5 Indikator Kemiskinan Grafik 5.6 Perkembangan GINI Ratio Kepri Grafik 6.1 Data Investasi Kota Batam Grafik 6.2 Pola Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Grafik 6.3 Pola Realisasi Belanja Modal Pemerintah Grafik 6.4 Perkiraan Kegiatan Usaha Berdasarkan SKDU Grafik 6.5 Hasil Survei Konsumen Grafik 6.6 Harga Minyak ix KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

12 RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan II 215 Provinsi Kepulauan Riau Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau (Kepri) sebesar 5,57% (yoy) melambat dibanding triwulan lalu Perlambatan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi melambatnya investasi dan konsumsi rumah tangga Dari sisi lapangan usaha, sektor ekonomi utama memberikan kontribusi positif meski melambat Laju inflasi triwulan II 215 sebesar 8,21% (yoy) lebih tinggi dibanding inflasi nasional sebesar 7,26% (yoy) Pada triwulan II 215 Kepri mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,57% (yoy), melambat dibanding triwulan I 215 sebesar 7,14% (yoy). Sejalan dengan Nasional dan Kawasan Sumatera yang juga melambat sebesar 4,67% (yoy) dan 2,85% (yoy) dari periode sebelumnya sebesar 4,71% (yoy) dan 3,53% (yoy). Melambatnya perekonomian Kepri sangat dipengaruhi oleh perlambatan permintaan global dan domestik. Dari sisi pengeluaran, melambatnya perekonomian Kepri terutama dipengaruhi oleh perlambatan investasi dan konsumsi rumah tangga, serta melemahnya ekspor dan impor. Investasi dan konsumsi rumah tangga tumbuh melambat sebesar 1,82% (yoy) dan 7,5% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya sebesar 3,3% (yoy) dan 7,76% (yoy). Kinerja investasi melambat terpengaruh oleh penurunan permintaan global dan domestik, serta masih terbatasnya realisasi belanja modal pemerintah. Sementara, menurunnya pendapatan masyarakat akibat melambatnya kinerja sektor utama ditengah laju inflasi yang meningkat (khususnya komoditas volatile foods), turut mempengaruhi daya beli masyarakat sehingga berdampak pada tingkat konsumsi. Meski demikian, kinerja net ekspor masih tumbuh menguat sebesar 25,19% (yoy) dengan andil pertumbuhan sebesar 4,2% (yoy). Dari sisi lapangan usaha, terjadi perlambatan kinerja pada hampir keseluruhan lapangan usaha, antara lain: industri pengolahan (5,5%), konstruksi (5,1%), perdagangan (1,46%) dan pertambangan dan penggalian (4,55%) dibanding periode sebelumnya sebesar (7,31%), (5,92%), (12,71%), dan (5,37%). Sektor industri pengolahan melambat, searah dengan penurunan ekspor, sementara perlambatan sektor konstruksi searah dengan pelemahan investasi dan belanja modal pemerintah. Melemahnya konsumsi masyarakat menekan kinerja sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor. Di sisi lain, pertambangan dan penggalian melambat dipengaruhi oleh penurunan lifting minyak dan gas serta penurunan harga minyak. Inflasi tahunan Kepri melaju lebih tinggi dan berada pada urutan ke-2 inflasi tertinggi di Sumatera, juga lebih tinggi dari Nasional. Inflasi Kepri pada triwulan laporan sebesar 8,21% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 5,66% (yoy). Inflasi Kepri tersebut lebih tinggi dibanding inflasi di regional Sumatera sebesar 7,74% (yoy), 1 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

13 juga lebih tinggi dibanding inflasi Nasional sebesar 7,26% (yoy). Secara triwulanan, inflasi Provinsi Kepri pada triwulan II 215 sebesar 2,5% (qtq), meningkat dibanding periode sebelumnya dengan deflasi,64% (qtq). Inflasi Kepri tersebut sedikit lebih rendah dibanding inflasi Sumatera sebesar 2,8% (qtq), namun lebih tinggi dibanding inflasi Nasional sebesar 1,4% (qtq). Andil terbesar inflasi triwulanan disumbang oleh kelompok bahan makanan dengan komoditas utama penyumbang inflasi berasal dari aneka cabai dan beras. Pasokan cabai mulai menurun seiring dengan berakhirnya masa panen serta momen Ramadhan yang jatuh pada pertengahan Juni turut memicu peningkatan permintaan bahan makanan, dan mendorong laju kenaikan harga. Selain itu, penyesuaian harga bahan bakar (bensin dan solar) masing-masing sebesar 7,3% dan 7,8% mendorong laju inflasi besar pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Inflasi triwulanan pada kelompok tersebut sebesar 1,9% (qtq) dengan total andil terhadap inflasi triwulanan sebesar,4%. Perlambatan ekonomi Kepri menekan kinerja perbankan yang tercermin dari perlambatan pertumbuhan aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit. Aktivitas sistem pembayaran tunai dan non tunai secara umum meningkat Kinerja perbankan secara keseluruhan pada triwulan laporan tercatat melambat, tercermin dari menurunnya indikator aset, DPK dan kredit. Indikator bank umum, total aset, DPK dan kredit pada triwulan II 215 masing-masing tercatat sebesar Rp miliar, Rp miliar dan Rp miliar tumbuh melambat 4,8% (yoy), 3,48% (yoy) dan 3,62% (yoy) dibandingkan triwulan I 215 yang tumbuh 7,73% (yoy), 7,13% (yoy) dan 7,58% (yoy) dengan indikator NPL dan LDR tercatat stabil sebesar 2,14% dan 72,57%. Indikator BPR juga melambat, total aset dan DPK dan kredit pada triwulan II 215 masing-masing tercatat sebesar Rp5.12 miliar, Rp4.92 miliar dan Rp3.86 miliar tumbuh melambat 19,62% (yoy), 23,37% (yoy) dan 17,37% (yoy) dibandingkan triwulan I 215 yang tumbuh 21,7% (yoy), 23,68% (yoy) dan 18,92% (yoy) dengan indikator NPL dan LDR 3,73% dan 93,1%. Sebaliknya, perbankan syariah tumbuh menguat, dengan total aset dan DPK tercatat sebesar Rp2.815 miliar dan Rp2.637 miliar tumbuh menguat 2,68% (yoy) dan 4,45% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh 2,68% (yoy) dan -17,25% (yoy). Namun pembiayaan tercatat sebesar Rp1.636 miliar atau melambat 9,43% (yoy) dibanding periode sebelumnya 11,34% (yoy) dengan indikator NPL dan FDR 2,27% dan 161,12%. Secara umum, aktivitas pembayaran (tunai dan non tunai) meningkat yang dipengaruhi peningkatan transaksi di masyarakat dan meningkatnya kebutuhan uang kartal berkenaan dengan momen Ramadhan dan menjelang Idul Fitri. Total inflow senilai Rp598 miliar sementara outflow sebesar Rp2.72 miliar, sehingga terjadi net outflow sebesar Rp2.122 miliar. Secara tahunan, inflow dan outflow tumbuh 2 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

14 signifikan sebesar 62,% (yoy) dan 6,98% (yoy) dibanding triwulan I 215 yang tumbuh 32,25% (yoy) dan 5,27% (yoy). Nilai transaksi RTGS pada triwulan II 215 sebesar Rp miliar, tumbuh menguat 4,4% (yoy) dibanding triwulan I yang hanya tumbuh 1,21% (yoy). Sementara total nominal transaksi kliring sebesar Rp5.856 miliar melambat 5,56% (yoy) dibanding pada triwulan sebelumnya 21,95% (yoy). Realisasi belanja Pemda dan APBN relatif masih rendah, sementara realisasi pendapatan Pemda menurun. Melambatnya sektor ekonomi utama menyebabkan terbatasnya lapangan pekerjaan Pertumbuhan ekonomi Kepri pada triwulan III 215 diperkirakan menguat pada kisaran 6, 6,5% (yoy) dengan laju inflasi diprakirakan pada kisaran 8,3% 8,6% (yoy) Realisasi belanja Pemda sebesar Rp3.521 miliar atau mencapai 27,4%, lebih tinggi dibanding realisasi pada tahun sebelumnya sebesar Rp3.2 miliar atau 26,3% dari total anggaran belanja 214. Sama halnya dengan APBN, meski anggaran APBN Infrastruktur 215 meningkat signifikan, namun realisasi pada triwulan I 215 masih sangat rendah yaitu sebesar 8,3%. Sementara, realisasi pendapatan Pemda pada triwulan II 215 sebesar Rp3.84 miliar atau hanya mencapai 33,5%, lebih rendah dibanding realisasi pada tahun sebelumnya sebesar Rp4.16 miliar atau 38,4% dari total anggaran pendapatan 214. Masih lesunya perekonomian baik di level global, nasional dan regional sampai semester I berdampak terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan yang jumlahnya mengalami penurunan sejak 214. Pada Februari 215, tercatat jumlah angkatan kerja yang bekerja sebanyak orang, menurun 3,6% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Disisi lain, jumlah angkatan kerja meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, tercatat angkatan kerja tumbuh,4% (yoy) atau sebanyak orang. Pada triwulan III 215 perekonomian Kepri diprakirakan menguat yang ditopang oleh peningkatan realisasi belanja pemerintah. Demikian juga investasi diperkirakan menguat, didukung oleh realisasi proyek-proyek infrastruktur pemerintah maupun swasta. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh stabil pada triwulan III 215 yang akan ditopang oleh peningkatan permintaan masyarakat pada Juli dengan adanya hari raya Lebaran. Hasil Survei Konsumen juga menunjukkan peningkatan tingkat optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini, setelah pada triwulan kedua sempat menyentuh level pesimis dua bulan berturut-turut. Kinerja ekspor dan impor kemungkinan masih pada trend melambat, seiring dengan pemulihan permintaan global yang berjalan lambat. Singapura sebagai negara tujuan utama ekspor Kepri, mencatatkan perlambatan ekonomi triwulan kedua 215 terutama disebabkan oleh kontraksi sektor manufaktur sebesar 4,9% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Kepri pada triwulan III 215 diprakirakan pada kisaran 6, 6,5% (yoy), sementara untuk keseluruhan 215 perekonomian Kepri diprakirakan tumbuh pada kisaran 6,3 6,7% (yoy). 3 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

15 Laju inflasi berpotensi meningkat pada triwulan III 215. Peningkatan laju inflasi triwulan ketiga masih akan bersumber dari kelompok volatile food dan administered price, sementara laju inflasi kelompok inti diperkirakan relatif stabil. Pada Agustus dan September, inflasi tinggi masih berpotensi terjadi pada kelompok volatile food. Risiko inflasi volatile food yang paling dikhawatirkan yaitu kemungkinan penurunan hasil panen sebagai dampak El Nino. Inflasi kelompok administered price juga berpotensi meningkat, searah trend rebound harga minyak dunia. Kenaikan harga minyak dunia akan mempengaruhi harga harga bahan bakar minyak (BBM). Komoditas inti juga diperkirakan mencatatkan kenaikan harga, namun relatif stabil dibanding triwulan II 215. Risiko depresiasi nilai tukar dan inflasi volatile food dan administered price akan berpengaruh pada komoditas inti. Mencermati perkembangan tersebut, laju inflasi Kepri pada triwulan III 215 diprakirakan pada kisaran 8,3% 8,6% (yoy), sementara target inflasi keseluruhan tahun 215 sebesar 4,±1%. Proyeksi inflasi triwulan III tersebut lebih tinggi dibanding angka inflasi periode yang sama tahun lalu sebesar 4,42% (yoy). 4 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

16 BAB I PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) tercatat 5,57% (yoy) melambat cukup dalam dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,14% (yoy), namun masih tercatat sebagai pertumbuhan tertinggi di regional Sumatera. Pertumbuhan ekonomi global yang cenderung lambat mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan II 215 sebesar 4,67% (yoy), sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 4,72% (yoy). Perlambatan ekonomi nasional turut berdampak pada perlambatan ekonomi di regional Sumatera. Perekonomian Sumatera tumbuh 2,85% (yoy) melambat dari triwulan sebelumnya sebesar 3,53% (yoy). Belum membaiknya harga komoditas global semakin memberikan tekanan pada perekonomian Sumatera yang masih mengandalkan komoditas hasil tambang, migas, dan perkebunan (CPO dan karet) sebagai penopang pertumbuhan. Di level provinsi se-sumatera, pertumbuhan tertinggi dicatatkan oleh Kepri sebesar 5,57% (yoy), diikuti oleh Bengkulu 5,33% (yoy) dan Sumatera Barat 5,27% (yoy). Perlambatan ekonomi Kepri masih berlanjut dan terjadi cukup dalam pada triwulan II 215 seiring melambatnya konsumsi rumah tangga (RT), investasi. Meskipun net ekspor masih meningkat, kinerja ekspor dan impor cenderung melemah cukup dalam. Demikian juga berdasarkan lapangan usaha, sektor utama penopang pertumbuhan ekonomi Kepri, yaitu sektor industri pengolahan, konstruksi, pertambangan dan penggalian, serta perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda mencatatkan perlambatan pertumbuhan. Selain sektor utama, hampir seluruh sektor ekonomi lainnya juga melambat, hanya sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan serta sektor pengadaan air yang mengalami peningkatan pertumbuhan SISI PENGELUARAN Investasi dan konsumsi rumah tangga masih menjadi mesin penggerak utama perekonomian Kepri dari sisi permintaan. Struktur ekonomi Kepri rata-rata selama tahun masih didominasi oleh komponen investasi yang tercermin dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 41,6%, kemudian diikuti oleh konsumsi rumah tangga sebesar 36,6%, dan net ekspor sebesar 15,8%. Pada triwulan II 215, komposisi struktur tersebut relatif tidak ada perubahan. Porsi investasi terhadap total perekonomian masih menjadi yang tertinggi sebesar 38,9%, diikuti konsumsi rumah tangga sebesar 36,6%, kemudian net ekspor dengan pangsa sebesar 19,8%. 5 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

17 Grafik 1.1 Perkembangan Wisatawan Kepri Net Ekspor, 19.8% Konsumsi RT, 36.6% Sumber: BPS PMTB, 38.9% Konsumsi LNPRT,.2% Konsumsi Pemerintah, 4.5% Kinerja perekonomian Kepri melambat cukup dalam terutama didorong oleh perlambatan konsumsi rumah tangga dan investasi, serta melemahnya ekspor dan impor. Meskipun tumbuh 7,56% (yoy) melambat dari triwulan lalu 7,76% (yoy), peranan konsumsi rumah tangga masih cukup tinggi, tercermin dari kontribusinya pada perekonomian Kepri sebesar 2,72%. Sementara itu, kinerja investasi tumbuh 1,82% (yoy) berada pada trend yang semakin melambat dari triwulan lalu sebesar 3,3% (yoy). Dari kontribusinya pun semakin menurun, pada triwulan laporan hanya sebesar,72% lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 1,39%. Di sisi lain, neraca perdagangan Kepri tercermin dari net ekspor tumbuh 25,19% (yoy) menguat dibanding dari triwulan lalu sebesar 23,62% (yoy). Kontribusi net ekspor masih cukup tinggi yaitu sebesar 4,2%, namun lebih rendah dari triwulan lalu 4,58%. Melemahnya ekspor yang dibarengi dengan impor yang melambat lebih dalam dibanding ekspor semakin menekan pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan. Pertumbuhan Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Pengeluaran 1. Konsumsi RT Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah PMTB Perubahan Inventori Ekspor Impor Net Ekspor/Impor Total Pertumbuhan PDRB Sumber : BPS (Data diolah) 214 Persen (Y-oY) Sumber Pertumbuhan I II III IV I II Tw II Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang pertumbuuhan ekonomi Kepri pada trwiulan I 215 dengan pertumbuhan yang cukup kuat meskipun 6 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

18 melambat. Konsumsi rumah tangga tumbuh 7,5% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,76% (yoy). Menurunnya pendapatan masyarakat karena melemahnya pertmintaan pada sektor utama penyerap tenaga kerja di Kepri dan meningkatnya inflasi khususnya komoditas bahan makanan bergejolak (volatile foods), turut mempengaruhi daya beli masyarakat sehingga berdampak pada tingkat konsumsi. Laju inflasi Kepri pada triwulan II sebesar 8,21% (yoy), meningkat dibanding inflasi triwulan I sebesar 5,66% (yoy). Berdasarkan kelompok komoditas, inflasi tertinggi tercatat pada kelompok bahan makanan sebesar 13,8% (yoy). Hasil Survei Konsumen 1 masih menunjukkan optimisme terhadap kondisi ekonomi Kepri, namun pada level lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Sepanjang triwulan II 215, rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 11,4 lebih rendah dibanding rata-rata triwulan sebelumnya sebesar 14,5. Penurunan penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja terjadi bersamaan dengan peningkatan laju inflasi terutama komoditas volatile foods, sehingga konsumen cenderung membatasi konsumsi barang tahan lama (durable goods). Rata-rata indeks konsumsi barang tahan lama berada pada level pesimis sebesar 96,7, lebih rendah dibanding rata-rata indeks triwulan sebelumnya sebesar 98, Grafik 1.2 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Optimis Pesimis Sumber: Survei Konsumen KPw BI Kepulauan Riau INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI (IKE) INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK) Inflasi, % yoy Grafik 1.3 Perkembangan Inflasi (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: BPS, diolah Nasional Kepulauan Riau Sumatera Indikator konsumsi lainnya, yaitu kredit konsumsi juga mencatatkan perlambatan. Kredit konsumsi, dengan porsi terbesar dari total kredit (41%) tumbuh 11,18% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 15,56% (yoy). Perlambatan terjadi pada kredit pemilikan rumah (KPR), kredit flat/apartemen, maupun kredit multiguna. Selain faktor penurunan daya beli, suku bunga kredit masih cukup tinggi mengacu pada BI Rate yang masih ditahan pada level 7,5% guna mengarahkan inflasi pada 1 Survei konsumen dilakukan secara bulanan untuk mendapatkan informasi mengenai tendensi konsumsi rumah tangga dan ekspektasi inflasi konsumen 7 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

19 targetnya pada 215 sebesar 4 + 1% (yoy) juga mempengaruhi perlambatan kredit konsumsi pada triwulan laporan. Grafik 1.4 Perkembangan Kredit Konsumsi Grafik 1.5 Pergerakan Suku Bunga (Rp miliar) 16, (%, yoy) 3. (%) , 12, 1, , 6, 4, 2, - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Kredit Konsumsi growth- Kredit Konsumsi (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Suku Bunga Tertimbang Kredit Konsumsi BI Rate Investasi Kinerja investasi melambat terpengaruh oleh penurunan permintaan global dan domestik, serta masih terbatasnya realisasi belanja modal pemerintah. Perlambatan investasi diperkirakan terjadi baik pada investasi bangunan maupun investasi non bangunan, terindikasi dari perlambatan impor barang modal, rendahnya realisasi pembangunan infrastruktur pemerintah, serta perlambatan sektor konstruksi. Investasi tumbuh 1,82% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 3,3% (yoy). Masih lemahnya permintaan global dan domestik, menyebabkan investor menahan investasi. Berdasarkan hasil liaison, sejumlah perusahaan menyatakan menunda investasi, baik investasi dalam rangka ekspansi bisnisnya maupun sejumlah investasi rutin, menunggu tingkat permintaan membaik. Searah dengan hasil liaison, impor barang modal pada triwulan laporan tercatat menurun 17,21% (yoy), lebih dalam dibanding penurunan pada triwulan sebelumnya sebesar 11,15% (yoy). Di sisi lain kredit investasi (berdasarkan lokasi proyek) tumbuh 15,23% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 13,32% (yoy). Penguatan kredit investasi belum mampu mendorong investasi secara total karena sebagian perusahaan di Kepri, khususnya pada sektor industri pengolahan memperoleh pembiayaan investasi dari parent company 2. 2 Induk Perusahaan 8 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

20 (Juta USD) Grafik 1.6 Perkembangan Impor Barang Modal I II III IV I II III IV I II III IV I II Total Impor Barang Modal (LHS) growth - Impor Barang Modal (RHS) (%, yoy) (Rp miliar) 1, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, - Grafik 1.7 Perkembangan Kredit Investasi I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Kredit Investasi growth - Kredit Investasi (RHS) (%, yoy) Indikator hasil liaison dan data realisasi investasi oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) juga menunjukkan perlambatan investasi. Data likert scale survei liaison menunjukkan trend penurunan pada triwulan kedua. Demikian juga data investasi oleh BKPM menunjukkan perlambatan pertumbuhan dibanding periode sebelumnya. Pertumbuhan realisasi investasi asing sebesar 8,7% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 143,83% (yoy) Grafik 1.8 Likert Scale Liaison I II III IV I II III IV I II III Sumber: Survei Liaison Realisasi Investasi Prakiraan investasi (Juta USD) Sumber: BKPM Grafik 1.9 Perkembangan Realisasi Investasi I II III IV I II III IV I II Realisasi Jumlah Proyek PMA (LHS) Realisasi Investasi PMA (LHS) Pertumbuhan Realisasi Investasi - RHS (%, yoy) Realisasi belanja modal pemerintah juga masih terbatas. Sampai dengan triwulan II 215, realisasi belanja modal pemerintah daerah 3 baru mencapai 16% dari total anggaran. Demikian juga belanja modal pemerintah pusat di Provinsi Kepri, baru terealisasi sebesar 7,75%. Di tengah pelemahan investasi swasta, maka anggaran belanja pemerintah diharapkan dapat terserap lebih optimal pada triwulan kedua, untuk menopang pertumbuhan ekonomi domestik. 3 Mencakup realisasi belanja modal Pemerintah Provinsi Kepri dan seluruh kabupaten dan kota. 9 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

21 Ekspor Perlambatan ekonomi sejumlah negara tujuan ekspor berimbas pada perlambatan ekspor dan impor. Meskipun demikian, secara total neraca perdagangan Kepri masih mencatatkan net ekspor karena impor melambat lebih dalam dibanding ekspor. Perlambatan ekonomi yang terjadi pada sejumlah negara tujuan utama ekspor Kepri seperti Singapura, Australia dan Amerika Serikat, berdampak pada penurunan permintaan ekspor non migas. Selain itu, penurunan harga minyak menyebabkan investasi sektor migas tertahan, berimbas pada penurunan permintaan produksi besi baja, kapal dan konstruksi terapung lainnya. Penurunan ekspor juga terjadi pada komoditas migas, dipengaruhi oleh penurunan hasil lifting dan harga migas. Ekspor tumbuh 5,36% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 18,92% (yoy). Grafik 1.1 Porsi Ekspor Migas dan Non Migas (Juta USD) 6, Grafik 1.11 Perkembangan Ekspor Migas dan Non Migas (%, yoy) 3 5, 2 Non Migas 71% Migas 29% 4, 3, 2, 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah Ekspor Migas Ekspor Non Migas g. Total Ekspor Tabel 1.2. Komoditas Utama Ekspor Non Migas Kepri No 1 Komoditas Utama Ekspor Nilai Ekspor (Juta US$) Persentase Kumulatif (Berdasarkan Komoditas HS2DGT) Jan - Juni 215 Kontribusi konstribusi Elect. machinery, sound rec., tvetc 1, % 31.2% Articles of iron and steel % 46.% Nuclear react.,boilers,mech. appli % 59.2% Animal or vegt. fats and oils % 68.% Ships,boats and floating structures % 72.3% Cocoa and cocoa preparations % 75.8% Tin and articles thereof % 79.1% Optical,photographic,medical instr % 82.4% Vehicles other than railway % 84.8% Miscellaneous chemical products % 86.9% Melemahnya kondisi ekonomi sejumlah negara tujuan ekspor non migas, berimbas pada perlambatan kinerja ekspor Kepri. Bahkan, penguatan dolar yang terjadi 1 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

22 belakangan ini juga belum mampu mendorong ekspor. Singapura sebagai negara tujuan ekspor terbesar Kepri (44,8% dari total ekspor), mencatatkan perlambatan ekonomi khususnya sektor manufaktur yang mencatatkan kontraksi 4,% (yoy). Perlambatan ekonomi juga dialami oleh Jepang dan Tiongkok turut memengaruhi permintaan ekspor Kepri. Nilai ekspor komoditas non migas, dengan porsi 79% dari total ekspor, tercatat menurun 28,7% (yoy). Penurunan terjadi pada hampir seluruh komoditas, termasuk tiga komoditas utama ekspor yaitu produk elektronik, produk dari besi baja, serta mesin-mesin. Tabel 1.3. Negara Tujuan Utama Ekspor Kepri No Negara Nilai Ekspor (Juta US$) Jan - Jun 215 Kontribusi Kumulatif Kontribusi 1 SINGAPURA 1, % 44.8% 2 AUSTRALIA % 54.7% 3 AMERIKA SERIKAT % 62.7% 4 BELANDA % 66.5% 5 MALAYSIA % 69.7% 6 PERANCIS % 72.8% 7 JEPANG % 75.9% 8 TIONGKOK % 78.9% 9 ITALIA % 8.7% 1 JERMAN % 82.4% (%, yoy) Grafik 1.12 Pertumbuhan Ekspor Komoditas Utama (Non Migas) -5 I II III IV I II III IV I II III IV I II Produk dari Besi dan Baja (LHS) Reaktor Nuklir, Pemanas, Mesin, dll (LHS) Mesin Elektronik, Perekam Suara, TV, dll (RHS) Grafik 1.13 Permintaan Ekspor ke Negara Tujuan Utama (Non Migas) (%, yoy) (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II SINGAPURA (LHS) AMERIKA SERIKAT (LHS) AUSTRALIA (RHS) Penurunan harga minyak dunia dan rendahnya kinerja sektor pertambangan domestik turut berkontribusi terhadap penurunan ekspor. Penurunan harga minyak menyebabkan tertahannya investasi sektor migas secara global. Kondisi tersebut kemudian berdampak pada penurunan permintaan pipa besi baja, kapal, dan kontruksi terapung untuk pengeboran minyak dan gas. Selain itu, penurunan permintaan kapal juga diperparah dengan rendahnya kinerja sektor pertambangan domestik pasca diberlakukannya UU Minerba yang melarang ekspor mineral mentah, serta penurunan harga sejumlah komoditas tambang. 11 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

23 Penurunan ekspor komoditas migas dipengaruhi oleh penurunan volume lifting minyak dan gas. Nilai ekspor komoditas migas pada triwulan kedua menurun 38,33% (yoy), lebih dalam dibanding penurunan pada triwulan sebelumnya sebesar 26,57% (yoy). Penurunan volume lifting disebabkan oleh sumur-sumur penghasil yang sudah tua dan produksinya semakin menurun Impor Impor melambat, searah dengan ekspor. Impor tumbuh 3,7% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 18,22% (yoy). Meskipun demikian, perlambatan impor yang lebih dalam dibanding ekspor menyebabkan Kepri masih mencatatkan net ekspor, dengan angka pertumbuhan 25,19% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 23,62% (yoy). Ketergantungan impor yang tinggi terutama untuk bahan baku industri menyebabkan penurunan ekspor berdampak pula terhadap impor. Kebutuhan impor bahan baku pada triwulan kedua mencapai 75,59% dari total impor, diikuti oleh barang modal 15,63%, dan barang konsumsi 8,78%. Berdasarkan komoditas, kontributor terbesar penurunan impor adalah komoditas barang elektronik, besi dan baja, serta mesin-mesin. Grafik 1.14 Komposisi Impor Migas dan Non Migas Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Impor Migas dan Non Migas Sumber: BPS, diolah Non Migas, 87.2% Migas, 12.8% (Juta USD) (%, yoy) 4, 4 35, 3 3, 2 25, 1 2, 15, -1 1, 5, -2-3 I II III IV I II III IV I II III IV I II Impor Migas Impor Non Migas g. Impor Sumber: BPS, diolah Grafik 1.16 Komposisi Impor Non Migas Barang Konsumsi, 8.78% Barang Modal, 15.63% Bahan Baku, 75.59% 12 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

24 1.2. BERDASARKAN LAPANGAN USAHA Sektor ekonomi utama, yaitu industri pengolahan, konstruksi dan perdagangan tumbuh dan berkontribusi positif, namun cenderung melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Industri pengolahan melambat searah dengan perlambatan ekspor. Sementara itu, perlambatan konsumsi rumah tangga turut melemahkan sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor. Sektor pertambangan dan penggalian melambat dipengaruhi oleh penurunan lifting minyak dan gas serta penurunan harga minyak. Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Lapangan Usaha %, yoy Sumber Lapangan Usaha 214 Pertumbuhan I II III IV I II Tw II A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan B Pertambangan dan Penggalian C Industri Pengolahan D Pengadaan Listrik, Gas E Pengadaan Air F Konstruksi G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor H Transportasi dan Pergudangan I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum J Informasi dan Komunikasi K Jasa Keuangan L Real Estate M,N Jasa Perusahaan O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial R,S,T,U Jasa lainnya PDRB Sumber : BPS (Data diolah) Grafik 1.17 Kontribusi Lapangan Usaha Terhadap PDRB (%Y-o-Y) Industri Pengolahan Konstruksi Pertambangan dan Penggalian Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Transportasi dan Pergudangan Jasa Keuangan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Informasi dan Komunikasi Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Real Estate Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Pengadaan Listrik, Gas Jasa lainnya Pengadaan Air Jasa Perusahaan 7.6% 3.7% 2.7% 2.6% 2.2% 2.1% 2.1% 1.5% 1.3%.9%.8%.4%.1%.% 17.6% 15.4% 39.1% Sumber: BPS, diolah 13 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

25 Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan melambat, searah dengan penurunan ekspor. Industri pengolahan tumbuh 4,55% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,37% (yoy). Bedasarkan data ekspor, pelemahan kinerja terjadi pada hampir semua industri utama, antara lain industri elektronik, produk besi baja, kapal dan konstruksi terapung serta industri olahan Crude Palm Oil (CPO). Penurunan aktivitas industri tercermin dari penurunan konsumsi listrik industri Kota Batam serta penurunan kapasitas utilisasi sejumlah perusahaan. PT PLN Batam mencatat penurunan konsumsi listrik industri sebesar 11,29% (yoy), melanjutkan trend penurunan yang telah berlangsung lebih dari setahun terakhir. Demikian juga survei liaison pada sejumlah industri pengolahan, menunjukkan adanya penurunan kapasitas utilisasi dibanding periode yang sama tahun lalu. Sebanyak 56% kontak liaison menyatakan terjadi penurunan kapasitas, 11% kontak mengalami peningkatan kapasitas, dan 33% lainnya menyatakan kapasitas utilisasi tetap stabil. Grafik 1.18 Kapasitas Utilisasi (Survei Liaison) Grafik 1.19 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri (%) I II III IV I II III IV I II III IV I II (Juta KWH) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II (%, yoy) 2% 15% 1% 5% % -5% -1% -15% Tingkat kapasitas Utilisasi (LHS) Likert Scale Kapasitas Utilisasi (RHS) Konsumsi Listrik Industri (LHS) Pertumbuhan (RHS) Sumber: Survei Liaison KPw BI Provinsi Kepri Sumber: PLN Batam, diolah Sektor Konstruksi Sektor konstruksi melambat, searah dengan pelemahan investasi dan belanja modal pemerintah. Pertumbuhan sektor konstruksi sebesar 5,1% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,92% (yoy). Pelemahan sektor konstruksi, didorong oleh penurunan realisasi proyek swasta maupun pemerintah. Sektor swasta cenderung menahan investasi, termasuk investasi bangunan, menunggu perbaikan tingkat permintaan. Demikian juga realisasi proyek infrastruktur pemerintah sampai dengan triwulan kedua tercatat masih minim. Realisasi 14 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

26 belanja infrastruktur pemerintah daerah 4 baru sebesar 8%, sementara realisasi infrasruktur yang menggunakan anggaran pusat (APBN) juga sebesar 8%. Berdasarkan data dari BCI Asia 5, sejumlah proyek pemerintah yang masih pada tahap proses tender antara lain pembangunan sejumlah kantor pemerintah, sekolah, laboratorium dan dormitory/rumah susun. Adapun proyek-proyek yang sudah memasuki tahap kontruksi antara lain pembangunan/pelebaran sejumlah ruas jalan di Kota Batam dan Kabupaten Natuna, pembangunan sarana pendukung di Bandara Tanjungpinang, tahapan lanjutan pembangunan Bandara Karimun, dan beberapa proyek lainnya. Penurunan kredit konstruksi dan hasil survei kegiatan usaha mengkonfirmasi perlambatan sektor konstruksi. Trend penurunan kredit konstruksi masih berlanjut pada triwulan kedua, yaitu sebesar 11,33% (yoy). Hasil Suvei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), juga menunjukkan pelemahan kegiatan usaha konstruksi dengan saldo bersih tertimbang (SBT) sebesar,28, lebih rendah dibanding SBT triwulan sebelumnya sebesar,75. Di sisi lain, konsumsi semen tumbuh menguat 13,34% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulans ebelumnya sebesar 5,62% (yoy). Grafik 1.2 Perkembangan Konsumsi Semen Kepri Grafik 1.21 Perkembangan Kredit Konstruksi (ton) 3, (% yoy) 4 (Rp miliar) 2,5 (%, yoy) 4 25, 2, 15, 1, 5, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II (1) (2) (3) 2, 1,5 1, 5 - I II III IV I II III IV I II III IV I II Realisasi Pengadaan Semen Kepri (lhs) Pertumbuhan Semen (rhs) Kredit Konstruksi g.kredit Konstruksi Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Grafik 1.22 Hasil SKDU Sektor Bangunan (SBT) (.2) (.4) (.6) I II III IV I II III IV I II III IV I II Bangunan (SKDU) - perkiraan Bangunan (SKDU) - realisasi Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Provinsi Kep. Riau 4 Mencakup realisasi belanja modal Pemerintah Provinsi Kepri dan seluruh kabupaten dan kota KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

27 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor melambat searah dengan pelemahan konsumsi masyarakat. Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor tumbuh 1,46% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 12,71% (yoy). Momentum Ramadhan dan peningkatan jumlah wisatawan mancanegara tidak mampu menahan perlambatan sektor perdagangan. Hasil focus group discussion (FGD) maupun survei liaison kepada pengusaha retail, diketahui bahwa penjualan retail pada triwulan kedua secara umum lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu. Kondisi ini diluar ekspektasi pengusaha retail yang memperkirakan puncak penjualan akan terjadi pada Ramadhan menjelang Idul Fitri, seperti pola historisnya. Demikain juga dengan jumlah wisatawan mancanegara yang meningkat 6,47% (yoy) pada triwulan kedua, belum mampu menopang penguatan penjualan. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan kedua turut mengkonfirmasi penurunan kegiatan usaha sektor perdagangan, dengan saldo bersih tertimbang sebesar negatif 2,37, menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan terjadi penurunan penjualan. Penurunan suplai sejumlah komoditas turut mempengaruhi penurunan kinerja sektor perdagangan. Kondisi tersebut terindikasi dari volume bongkar barang (dalam negeri) di seluruh pelabuhan Kota Batam, yang menurun pada triwulan kedua sebesar 13,4% (yoy). Hambatan pasokan terutama terjadi pada komoditas bahan makanan, tercermin dari inflasi tinggi sebesar 13,8% (yoy), sementara inflasi pada komoditas inti relatif stabil sebesar 5,31% (yoy). Inflasi tertinggi tercatat pada komoditas aneka cabai, sayursayuran dan bawang merah karena penurunan hasil panen dan bencana alam (Gunung Sinabung, Sumatera Utara) di sejumlah daerah pemasok bahan makanan. Grafik 1.23 Perkembangan Kunjungan Wisman Kepri Grafik 1.24 Volume Bongkar Muat barang Pelabuhan Batam 6, 5, 4, (ton) 6, 5, 4, 3, 2, , 2, 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II , Jumlah Wisman (orang - LHS) Pertumbuhan (%, yoy - RHS) Dalam Negeri Bongkar Dalam Negeri Muat Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, diolah. Sumber : Kantor Pelabuhan Laut Batam 16 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

28 (Saldo Bersih Tertimbang) Grafik 1.25 Hasil SKDU Sektor PHR - (1.) (2.) I II III IV I II III IV I II III IV I II (3.) (4.) (5.) Sektor Perdagangan_Perkiraan Kegiatan USaha Sektor Perdagangan_Realisasi Kegiatan Usaha Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Provinsi Kepulauan Riau Sektor Pertambangan dan Penggalian Perlambatan sektor pertambangan dan penggalian berlanjut pada triwulan kedua. Perlambatan terjadi karena penurunan lifting minyak dan gas, penurunan hasil tambang/galian dan diperparah dengan penurunan harga migas. Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 4,55% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,37% (yoy). Lifting minyak dan gas pada triwulan kedua menurun, masing-masing sebesar 3,7% (yoy) dan 16,17% (yoy) 6. Penurunan volume lifting disebabkan oleh sumur-sumur penghasil yang sudah tua dan produksinya semakin menurun, dan dipengaruhi juga oleh penurunan harga minyak dan gas sehingga kegiatan eksplorasi migas menurun. Meskipun demikian, realisasi lifting minyak dan gas Kepri masih searah dengan prognosa lifting 215. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sampai dengan semester I 215 realisasi lifting minyak Kepri sebesar 5,69 juta barel atau mencapai 55,32% dari prognosa lifting 215. Adapun realisasi lifting gas sebesar 19,99 juta MMBTU 7 atau 52,5% dari prognosa. (juta MMBTU) Grafik 1.26 Volume Lifting Gas Kepri I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II (%, yoy) (juta Barel) Grafik 1.27 Volume Lifting Minyak Kepri I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II (%, yoy) Lifting Gas (juta MMBTU) growth (%, yoy) Lifting Minyak Bumi (juta Barel) growth (%, yoy) Sumber: Kementerian ESDM, diolah Sumber: Kementerian ESDM, diolah 6 Berdasarkan data akumulasi lifting gas April dan Mei 215 terhadap April dan Mei Million Metric British Thermal Unit 17 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

29 (USD/MMBTU) Grafik 1.28 Harga Gas Alam Sumber: IMF Indonesia Natural Gas Price 11. (USD/barel) Grafik 1.29 Harga Minyak Sumber: Bloomberg Harga WTI (West Texas Intermediate) Harga Minas 6.48 Searah dengan penurunan hasil minyak dan gas, hasil pertambangan dan penggalian Kepri juga mencatatkan penurunan. Penurunan hasil pertambangan dan penggalian tercermin dari kontraksi ekspor hasil tambang, sebesar 14,91% (yoy), melanjutkan kontraksi triwulan sebelumnya sebesar 47,12% (yoy). Hasil pertambangan dan penggalian di Kepri berupa hasil logam (timah, batu besi) dan non logam (bauksit, granit, pasir darat, pasir laut). (Juta USD) Grafik 1.3 Volume Ekspor Hasil pertambangan & Penggalian I II III IV I II III IV I II III IV I II (%, yoy) Total MINING Pertumbuhan (RHS) Boks BOKS - 1 PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGI Kondisi geografis Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) berupa kepulauan menjadi kendala dalam pengembangan transmisi listrik antar wilayah. Dalam mengatasi ini sistem kelistrikan di Kepri cenderung bersifat isolated yaitu daerah/pulau memenuhi kebutuhannya sendiri. Secara umum terdapat sembilan sistem yang memenuhi kebutuhan kelistrikan di Kepri. Namun, dari sembilan sistem tersebut hanya empat sistem dikategorikan aman, sementara empat lainnya siaga dan satu sistem sudah defisit. 18 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

30 Tabel 1. Sistem Kelistrikan Prov. Kepulauan Riau No Sistem Daya Mampu Beban Puncak (Mega Watt) (Mega Watt) Status 1 Batam 364,6 339 Aman 2 Tanjung Balai Karimun 24,2 23,3 Siaga 3 Tanjung Batu 6,3 5,97 Siaga 4 Dabo Singkep 4,75 4,7 Siaga 5 Tanjung Pinang 52,1 57,3 Defisit 6 Ranai/Natuna 6,5 5,19 Aman 7 Tanjung Uban 6,9 6,8 Siaga 8 Tarempa 2,4 1,95 Aman 9 Belakang Padang 2 1, 25 Aman 469,75 444,21 Dampaknya adalah rasio elektrifikasi Kepri pada tahun 214 hanya 74.6% termasuk rendah jika dibandingkan dengan provinsi di regional Sumatera. Saat ini masih terdapat 34 pulau hinterland yang memiliki operasional pembangkit listrik tidak 24 jam. Hal ini menjadi perhatian bagi pemerintah mengingat berdasarkan kondisi sistem kelistrikan di Kep. Riau (Tabel 1) jika salah satu sistem tersebut mati maka belum ada back-up mesin pembangkit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan listrik. Tabel 2. Rasio Elektrifikasi Sumber: ESDM, 214 Menyadari hal tersebut dan sejalan dengan program 35. MW yang dicanangkan oleh Pemerintah pembenahan mulai dilakukan. Untuk pemenuhan sistem defisit di Tanjungpinang secara jangka pendek akan diatasi dengan menambah pembangkit sebesar 3 MW dan 5 MW. Sedangkan jangka panjangnya kebutuhan listrik di Pulau Bintan akan dipenuhi dari Batam dengan dibangun interkoneksi listrik dari Pulau Batam Pulau Bintan yang saat ini tengah dikerjakan dan diperkirakan akan selesai dan siap dialiri pada pertengahan tahun 215. Interkoneksi kelistrikan adalah bagian program merangkai pulau.tahap awal daya Listrik dialirkan sebesar 2 MW dari Batam ke Bintan melalui gardu induk tanjung uban sebagai titik terima energi dari saluran kelistrikan Batam. Daya tersebut diperkirakan akan terserap di kawasan Tanjung Uban khususnya pesisir barat Bintan dan juga akan disalurkan ke Kabupaten Bintan serta Kota Tanjungpinang melalui Jaringan Tegangan Menengah 2 kv. Tahap berikutnya, evakuasi daya ditargetkan sampai 75 MW jika proses pembangunan transmisi di Pulau Bintan sudah selesai, baik dari sisi perijinan maupun kontruksinya. Jaringan Interkoneksi yang akan dibangun adalah berupa SUTT dan SKLT, yaitu: pembangunan Saluran Udara Tegangan Tinggi 15 kv sepanjang ± 9,5 kmr dan Saluran Kabel Laut Tegangan Tinggi 15 kv submarine cable sepanjang ± 8,4 kmr diharapkan selesai dibangun pada Juni 215 dan untuk pembangunan SUTT 15 kv Tanjung Uban ke Kota Tanjung Pinang sepanjang 19 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

31 65,16 kmr dilakukan pada tahap selanjutnya. Dengan pembangunan interkoneksi sistem kelistrikan 15 KV Batam Bintan, diharapkan dapat meminimalisir pemadaman bergilir di Pulau Bintan, yang saat ini beban puncak mencapai 54 MW, sedangkan daya mampu ± 57 MW serta dapat memenuhi daftar tunggu pelanggan di Pulau Bintan yang mencapai 2. calon pelanggan Kepri juga termasuk dalam program nasional 35. MW dengan total program sebesar 1 MW (Tabel 3). Sumber energi untuk ini akan memanfaatkan gas bumi mengingat potensi gas bumi di Laut Natuna yang mencapai 5,48 TSCF. Sementara untuk pemenuhan listrik di pulau terdepan Prov kepri direncanakan pada Agustus 215 akan beroperasi tambahan daya tiga pembangkit dengan total kapasitas 14 Mega Watt (MW) yaitu Tarempa/Anambas ( 4 MW), Ranai/Natuna ( 4 MW), Tanjung Batu (6 MW). Selain rencana pembangunan pembangkit sebesar 1 MW, untuk di pulau Batam telah disiapkan rencana pengembangan pembangkit sampai dengan tahun 223 dengan total 871 MW senilai Rp9,5 triliun. Realisasi terdekat yaitu pembangunan PLTG Tanjung Uncang sebesar 7 MW dan 85 MW yang direncanakan akan beroperasi di tahun 215. Tabel 3. Program 35. MW di Kepulauan Riau No Sistem Daya Mampu (Mega Watt) Pembangkit 1 Tanjung balai Karimun 2 PLTMG 2 Tanjung Batu 1 PLTMG 3 Ranai/Natuna 1 1 MW Sistem Tanjung Pinang 5 PLTMG Dabo Singkep 1 PLTMG Sumber: PT. PLN Persero, Cab. Tanjungpinang No Tabel 4. Program Listrik Di Pulau Terdepan Sistem Daya Mampu (Mega Watt) Beban Puncak (Mega Watt) 1 Tarempa/Anambas Ranai/Natuna Tanjung Batu Sumber: PT. PLN Persero, Cab. Tanjungpinang Pemerintah Kepri tidak tinggal diam dengan turut mendorong percepatan kepengurusan ijin yang selama ini sering menjadi kendala. Ijin yang masih menjadi kendala adalah jalur pengembangan kelistrikan masih berada melewati jalur hijau (kawasan hutan lindung) sehingga membutuhkan ijin dari kementerian terkait. Selain itu terkait dengan interkoneksi pipa gas sebagai bahan baku pembangkit tenaga listrik berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor : 225 K/11/MEM/21 tentang Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional Tahun , bahwa Gas Bumi masuk ke Kepri melewati Pulau Pemping - Batam direncanakan melaui 3 (tiga) jaringan pipa transmisi dan distribusi gas bumi yaitu: a. Jalur pipa gas bumi Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan tata ruang untuk jalur pipanisasi gas Grissik (sumsel) Batam Singapure dengan total panjang pipa 477 KM, diameter pipa 28 inchi dan kapasitas gas 35 mmscf/hari (existing line). b. Jalur pipa gas WNTS (West Natuna Transportasion System) Laut Natuna Singapura dengan total panjang 64 KM, diameter pipa 28 inchi dan kapasitas gas 7 mmscf/hari (existing line), selanjutnya akan direncanakan pembangunan dari pipa WNTS Tie in (Hot Tap) ke Pulau Pemping dengan jarak 5,5 km kemudian jaringan pipa gas dari Pulau Pemping ke PLTG Tanjung Uncang Batam sepanjang 13,7 km yang dijadwalkan tahun 215 beroperasi. c. Jalur pipa gas Natuna D Alpha - Batam Duri yang sumber gas dari blok Natuna D Alpha dengan panjang pipa 74 km (rencana). (Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau) 2 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

32 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI KEPULAUAN RIAU Inflasi Kepri triwulan II 215 sebesar 8,21% (yoy) meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 5,66% (yoy) dan inflasi nasional sebesar 7,26% (yoy). Meningkatnya inflasi tercermin dari realisasinya di masing-masing kota perhitungan inflasi Kepri, yaitu Batam dan Tanjungpinang. Inflasi tahunan berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada triwulan II di Batam sebesar 8,27% (yoy) meningkat dibanding triwulan lalu 5,84% (yoy), sementara di Tanjungpinang terjadi inflasi sebesar 7,84% (yoy) juga lebih tinggi dari triwulan lalu sebesar 4,98% (yoy). Secara triwulanan, inflasli di masing-masing kota tersebut juga meningkat, di Batam inflasi sebesar 2,11% (qtq) lebih tinggi dari triwulan lalu yang mengalami deflasi,67% (qtq), sedangkan di Tanjungpinang sebesar 1,68% (qtq) juga meningkat dari periode sebelumnya deflasi,45% (qtq). Komoditas volatile food merupakan penyumbang terbesar inflasi triwulan kedua. Laju inflasi volatile food disebabkan oleh keterbatasan pasokan sejumlah komoditas pangan strategis seperti aneka cabai dan beras, sementara tingkat permintaan cenderung meningkat khususnya memasuki periode Ramadhan. Selain itu tekanan inflasi juga bersumber dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), yang dilakukan Pemerintah pada 28 Maret sejalan dengan kenaikan harga minyak dunia. Koordinasi dan komunikasi intensif dilakukan melalui forum Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) guna menahan inflasi agar tetap terkendali. Selain koordinasi melalui rapat rutin bulanan, selama triwulan II aktivitas TPID juga difokuskan dalam rangka memitigasi risiko inflasi menjelang periode Ramadhan dan Idul Fitri. Kegiatan pemantauan harga melalui inspeksi mendadak (sidak) pasar dan operasi pasar murah dikerahkan untuk menahan lonjakan inflasi PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA Inflasi Tahunan (yoy) Inflasi tahunan Kepri melaju lebih tinggi dan berada pada urutan ke-2 inflasi tertinggi di Sumatera, juga lebih tinggi dari Nasional. Inflasi Kepri pada triwulan laporan sebesar 8,21% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 5,66% (yoy). Inflasi Kepri tersebut lebih tinggi dibanding inflasi di regional Sumatera sebesar 7,74% (yoy), juga 21 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

33 lebih tinggi dibanding inflasi Nasional sebesar 7,26% (yoy). Dibandingkan dengan provinsi lainnya di regional Sumatera, inflasi Kepri berada di urutan kedua setelah inflasi Bengkulu sebesar 9,9% (yoy) sedangkan Aceh merupakan provinsi dengan inflasi terendah sebesar 6,24% (yoy). Realisasi inflasi Kepri yang lebih tinggi dari Nasional sampai dengan triwulan laporan, berbeda dengan pola historisnya yang cenderung lebih rendah dibanding Nasional. Kondisi tersebut terutama disebabkan oleh lonjakan inflasi bahan makanan karena penurunan hasil panen di daerah beberapa daerah penghasil. Selain itu, pasokan bahan makanan Kepri yang juga bersumber dari Sumatera Utara menurun karena bencana erupsi Gunung Sinabung yang masih berlangsung. Berdasarkan kelompok barang dan jasa, inflasi bahan makanan menjadi penyumbang terbesar inflasi. Inflasi bahan makanan meningkat signifikan, dari,5% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 12,2% (yoy) pada triwulan laporan. Melonjaknya inflasi kelompok tersebut didorong oleh penurunan pasokan beberapa komoditas strategis utamanya aneka cabai dan beras, sementara permintaan cenderung meningkat terutama pada periode Ramadhan. Khusus untuk komoditas cabai yang mencatatkan inflasi tertinggi, berdasarkan data dari Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas I Batam, penurunan pasokan dipengaruhi oleh tidak adanya impor, searah dengan kebijakan penutupan impor cabai oleh pemerintah untuk mendorong produksi lokal. Sebelumnya, secara rata-rata, pasokan cabai bersumber dari 25% impor dan 75% dari lokal (Sumatera, Jawa, dan beberapa daerah lainnya di Kawasan Timur Indonesia). Sementara itu, pasokan dari Sumatera Utara dan Jawa juga menurun, diperkirakan karena penurunan hasil panen. Grafik 2.1 Daerah Sumber Pasokan Cabai Batam (Ton) I II III IV I II III IV I II Impor Sumatera Jawa Lainnya Sumber: Balai Karantina Pertanian Kelas I Batam Andil inflasi tertinggi berikutnya disumbang oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Kedua kelompok tersebut mencatatkan inflasi tahunan masing-masing sebesar 6,5% (yoy) dan 8,8% (yoy) 22 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

34 dengan besaran andil yang sama terhadap total inflasi tahunan, yaitu 1,8%. Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, sumbangan inflasi berasal dari komoditas tukang bukan mandor dan biaya sewa rumah. Selain itu, kelompok trasnpor, komunikasi dan jasa keuangan, andil inflasi tertinggi tercatat berasal dari komoditas bensin dan solar, disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada 2 Maret 215, sebesar 7,3% untuk bensin dan 7,8% untuk solar. Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa Persen (Y-o-Y) No Kelompok I II III IV I II Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil 1 Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok&Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas,& Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Umum Sumber : BPS (Data diolah) Grafik 2.2 Inflasi Tw II 215 (yoy) Regional Sumatera Sumatera 7.74% Bengkulu 9.9% Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Triwulan II 215 Kawasan Sumatera Inflasi, % yoy 1. Kepri 8.21% Lampung 8.17% Sumbar 8.17% 5. Sumut 7.81% Sumsel 7.49% Riau Babel 7.39% 6.9%. I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Jambi 6.42% Aceh 6.24% Nasional Kepulauan Riau Sumatera Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Provinsi Kepri pada triwulan II 215 sebesar 2,5% (qtq), meningkat dibanding periode sebelumnya dengan deflasi,64% (qtq). Inflasi Kepri tersebut sedikit lebih rendah dibanding inflasi Sumatera sebesar 2,8% (qtq), namun lebih tinggi dibanding inflasi Nasional sebesar 1,4% (qtq). Searah dengan inflasi tahunan, andil terbesar inflasi triwulanan juga disumbang oleh kelompok bahan makanan. Komoditas utama penyumbang inflasi berasal dari aneka cabai dan beras. Pasokan cabai cenderung melimpah pada triwulan pertama, sementara pada triwulan kedua pasokan mulai menurun seiring dengan berakhirnya masa panen, dan tidak adanya sumber pasokan melalui impor. Selain itu, Ramadhan yang jatuh 23 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

35 pada pertengahan Juni turut memicu peningkatan permintaan bahan makanan, dan mendorong laju kenaikan harga. Andil inflasi yang cukup besar juga disumbang oleh kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan, terutama disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Kelompok ini mencatatkan inflasi 1,9% (qtq) dengan total andil terhadap inflasi triwulanan sebesar,4%. Pada 28 Maret 215, pemerintah menaikkan harga besin dan solar, masingmasing sebesar 7,3% dan 7,8%, dan memicu kenaikan inflasi sub kelompok transpor pada April. Selain bensin dan solar, inflasi yang cukup tinggi juga tercatat pada tarif angkutan udara, diperkirakan sebagai penyesuaian terhadap kenaikan berbagai biaya operasi. Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa Persen (q-t-q) No Kelompok I II III IV I II Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil 1 Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok&Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas,& Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Umum Sumber : BPS (Data diolah) Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kepri, Sumatera, dan Nasional Inflasi, % QTQ (1.) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: BPS, diolah Nasional Kepulauan Riau Sumatera 2.2. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA Kota Batam mencatatkan laju inflasi yang lebih tinggi dibanding Tanjungpinang, melanjutkan trend yang sama sejak tiga periode sebelumnya. Pada triwulan kedua, inflasi Batam sebesar 8,27% (yoy), meningkat dibanding periode sebelumnya 5,84% (yoy). Sementara inflasi Tanjungpinang 7,84% (yoy) juga meningkat dibanding periode sebelumnya sebesar 4,98% (yoy), namun dengan laju yang lebih rendah dibanding 24 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

36 Batam. Melalui sejumlah survei, diperoleh informasi dari pedagang retail Tanjungpinang bahwa pada periode pertengahan 214 terdapat tambahan kapal barang milik swasta, dengan rute Jakarta (Tanjung Priok) ke Tanjungpinang dan Medan (Belawan) ke Tanjungpinang, sehingga kegiatan distribusi barang menjadi lebih cepat dan kualitas barang relatif terjaga. Kondisi tersebut mendorong perbaikan tingkat inflasi tahunan Tanjungpinang. Di sisi lain, tingkat permintaan yang lebih tinggi di Batam ditengah keterbatasan pasokan menyebabkan harga cenderung melaju lebih tinggi. Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Menurut Kota Kelompok I II III IV I II Kota Batam Inflasi, % yoy Inflasi, % qtq Kota Tanjungpinang Inflasi, % yoy Inflasi, %qtq Sumber : BPS, diolah Inflasi, % YOY 12.5 Grafik 2.5 Perkembangan Inflasi Tahunan Kepri, Batam, dan Tanjungpinang Kepulauan Riau Batam Tanjungpinang I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: BPS, diolah Andil terbesar inflasi Batam disumbang oleh kelompok bahan makanan dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Kelompok bahan makanan mencatatkan inflasi 12,15% (yoy) dengan andil 2,52%. Inflasi tertinggi terjadi pada komoditas aneka cabai, bayam dan kacang panjang, dipengaruhi oleh keterbatasan pasokan. Sementara itu, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mencatatkan inflasi 9,41% (yoy) dengan andil 1,92%, dan inflasi tertinggi pada komoditas bensin, serta angkutan dalam kota. Secara tahunan, tingginya inflasi bensin disebabkan oleh kenaikan harga BBM pada November, Desember 214 dan 28 Maret 215. Sementara itu, kenaikan tarif angkutan dalam kota merupakan dampak lanjutan kenaikan harga bensin. 25 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

37 Di Tanjungpinang, andil terbesar inflasi disumbang oleh kelompok bahan makanan dan kelompok perumahan, listrik, gas dan air bersih. Kelompok bahan makanan mencatatkan inflasi 12,54% (yoy), dengan andil inflasi 2,89%. Inflasi tertinggi tercatat pada komoditas aneka cabai, beras, dan ikan selar. Sementara itu, kelompok perumahan, listrik,gas, dan air bersih mengalami inflasi 7,37% (yoy) dengan andil 1,9%. Andil Inflasi bersumber dari tarif listrik, dan tarif sewa rumah. Inflasi tarif listrik searah dengan kebijakan penyesuaian tarif oleh PT. PLN Persero sejak Juni 214. Selain itu, kenaikan tarif sewa rumah terjadi karena pihak penyewa cenderung menyesuaikan dengan kenaikan harga rumah dan biaya-biaya lainnya DISAGREGASI INFLASI 8 Sepanjang triwulan II 215, tekanan inflasi terutama bersumber dari kelompok inflasi volatile food and administered price, sementara inflasi inti relatif stabil. Kenaikan harga volatile food dipengaruhi oleh keterbatasan pasokan akibat hasil panen sejumlah komoditas yang diperkirakan menurun dibanding periode yang sama tahun lalu. Inflasi administered price didorong oleh kenaikan harga BBM pada 28 Maret 215, dan dampak inflasinya paling terasa pada April. Sementara inflasi inti relatif stabil, dipengaruhi oleh melambatnya ekonomi domestik dan melemahnya daya beli masyarakat. (%, yoy) 2. Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Tahunan Kepri, Sumatera, dan Nasional I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II INTI ADMINISTERED PRICE VOLATILE FOODS Sumber: BPS Kepulauan Riau, diolah Inflasi Volatile Food Inflasi volatile food melaju tinggi pada triwulan laporan, karena keterbatasan pasokan pada sejumlah komoditas strategis. Laju inflasi kelompok volatile food 9 pada 8 Diagregasi inflasi adalah pengelompokan yang dilakukan berdasarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental. Barang/jasa dikelompokkan atas tiga kelompok, antara lain: kelompok inti, kelompok administered price dan kelompok volatile food. 26 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

38 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun triwulan II 215 sebesar 14,95% (yoy), meningkat signifikan dibanding inflasi triwulan sebelumnya sebesar,5% (yoy). Inflasi tertinggi tercatat pada komoditas aneka cabai, beras, daging ayam ras dan telur ayam ras. Secara umum, peningkatan inflasi volatile food dipengaruhi penurunan pasokan khususnya komoditas aneka cabai, sedangkan permintaan cenderung meningkat memasuki Ramadhan. Penurunan pasokan cabai disebabkan tidak adanya sumber pasokan melalui impor sepanjang 215, dan penurunan hasil panen dari sejumlah daerah pemasok baik dari Jawa maupun Sumatera. Sementara itu, inflasi beras dan daging ayam ras mulai meningkat pada Mei dan Juni, sebagai dampak kenaikan permintaan memasuki periode Ramadhan Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Komoditas Volatile Food (%, mtm) Beras Cabai Merah Cabai Rawit Daging Ayam Ras Sumber: BPS, diolah Inflasi Administered Price Inflasi kelompok administered price juga tercatat meningkat. Secara total tahunan, inflasi administered price sebesar 12,45% (yoy), lebih tinggi dibanding inflasi periode sebelumnya sebesar 1,28% (yoy). Sumbangan administered price terhadap inflasi triwulan II sebesar 2,53%. Andil terbesar inflasi disumbang oleh komoditas bensin dan tarif angkutan udara. Penyesuaian harga bahan bakar (bensin dan solar) dipengaruhi oleh harga minyak dunia yang mulai mengalami rebound dan kenaikan harga dilakukan pemerintah pada 28 Maret 215. Sementara itu kenaikan tarif angkutan udara diperkirakan dilakukan sebagai penyesuaian atas berbagai kenaikan biaya operasi. 9 Inflasi inti merupakan komponen inflasi yang cenderung menetap atau persistent dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental seperti interaksi permintaan penawaran, nilai tukar, maupun ekspektasi inflasi pedagang dan konsumen. 27 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

39 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Administered Price (%,mtm) Bensin Angkutan Udara Rokok Putih Sumber: BPS, diolah Inflasi Inti Pergerakan inflasi inti relatif terkendali. Kenaikan harga pada komoditas inti diperkirakan tertahan oleh melemahnya daya beli masyarakat seiring dengan perlambatan ekonomi. Inflasi inti sebesar 5,98% (yoy), relatif stabil dibanding inflasi periode sebelumnya sebesar 5,31% (yoy). Berdasarkan komoditas, inflasi tertingi terjadi pada komoditas tukang bukan mandor, nasi dengan lauk dan harga mobil. Secara umum, kenaikan harga pada komoditas inti lebih dipengaruhi oleh penyesuaian harga/tarif dan juga dampak dari kenaikan permintaan khususnya pada periode Ramadhan. Sementara itu, ekspektasi inflasi konsumen relatif terkendali dan mampu menahan laju inflasi inti. Hasil survei konsumen menunjukkan ekspektasi inflasi triwulan kedua rata-rata sebesar 156,6, sedikit menurun dibanding rata-rata ekspektasi inflasi triwulan sebelumnya sebesar 163,6. Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Kelompok Inti Grafik 2.1 Ekspektasi Inflasi Konsumen (%, mtm) Sumber: BPS, diolah Nasi dengan Lauk Mobil Tukang Bukan Mandor Realisasi Inflasi Bulanan Ekspektasi Inflasi 3 bulan mendatang dibandingkan saat ini Ekspektasi Inflasi 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Prov. Kepulauan Riau 28 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

40 2.4. UPAYA PENGENDALIAN INFLASI Upaya pengendalian inflasi pada triwulan kedua oleh Tim Pengendalian inflasi Daerah (TPID) baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten dan kota, terutama difokuskan untuk memitigasi risiko inflasi menjelang Bulan Puasa dan Lebaran. Berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait, TPID berupaya menjaga ketersediaan dan distribusi komoditas bahan pangan dan memastikan kelancaran proses distribusi. Beberapa langkah yang ditempuh TPID sebagai berikut: 1. Melakukan pemantauan harga bahan pangan dan mengantisipasi peredaran beras sintetis. 2. Memastikan ketersediaan dan kelancaran distribusi bahan pangan khususnya beras dengan memperkuat koordinasi dengan distributor utama. Rapat koordinasi dilakukan antara Disperindag, Bulog, Kadin, dan sejumlah distributor utama untuk memastikan ketersediaan stok. 3. Melakukan operasi pasar murah dan operasi pasar, berkoordinasi dengan Pemda setempat. 4. Melakukan koordinasi dengan Disperindag untuk mengatasi kendala teknis Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Kota Batam serta mengkaji kemungkinan memperluas implementasi PIHPS ke Tanjungpinang. 5. Menjaga keterjangkauan harga melalui pengendalian tarif angkutan darat yang berpotensi meningkat akibat kenaikan harga BBM. Meningkatkan komunikasi dan himbauan kepada masyarakat untuk tidak melakukan pembelian bahan pokok secara berlebihan melalui siaran pers maupun talkshow radio. Boks BOKS - 2 UPAYA MEREDAM INFLASI MELALUI PULAU BINAAN Keterbatasan pasokan bahan pangan di Kepri menyebabkan komoditas volatile food menjadi penyumbang terbesar inflasi di Kepri, mendorong Kantor Perwakilan Bank Indonesia oditas penyumbang inflasi Kepri yaitu Cabai, yang tingkat permintaannya cenderung meningkat. Kebutuhan cabai di Prov. Kepri mencapai ton pertahun sementara Prov. Kepri hanya dapat memenuhi ton pertahun. tersebut melibatkan 6 (enam) pihak lainnya 29 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

41 yaitu Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, Pemerintah Kota Batam, Korem 33/ Wira Pratama, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, Forum CSR Prov. Kepri, dan Kadin Prov. Kepri. Payung hukum atau legalisasi progra Selain memiliki sasaran untuk mencapai membangun kemandirian masyarakat pulau melalui pemberdayaan dengan peningkatan produktivitas, kualitas dan daya saing komoditas pertanian, perikanan dan usaha ekonomi produktif lainnya, dalam rangka menunjang ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pulau. hinterland. Berdasarkan data BPS, jumlah pulau yang dimiliki oleh Kepri sebanyak 2.48 pulau besar. Dari sekian banyaknya pulau tersebut, hanya kawasan mainland yang selama ini menopang perekonomian Prov. Kepri. Sementara hinterland belum berkembang secara optimal baik dari sisi perekonomian, kehidupan sosial, maupun infrastrukturnya. Kawasan hinterland memerlukan pengembangan untuk dapat berpartisipasi dalam perekonomian Prov. Kepri. Sulitnya akses menuju hinterland, menyebabkan masyarakat di hinterland memerlukan biaya distribusi yang cukup tinggi untuk dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari khususnya kebutuhan pangan. Tetapi jika masyarakat hinterland dapat memproduksi sendiri kebutuhan pokoknya seperti kebutuhan pangan, maka biaya distribusi dapat ditekan. Bukan hanya dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tetapi diharapkan masyarakat hinterland juga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di Prov. Kepri yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat hinterland. Beberapa p program ketahanan pangan yang ditekankan pada program pertanian terpadu total organik (Integrated Ecofarming). Integrated ecofarming merupakan konsep zero waste, dimana materi yang merupakan limbah atau waste dari suatu sektor akan digunakan kembali sebagai bahan dasar pada sektor lainnya. pengembangan Integrated Ecofarming sama sekali tidak menggunakan bahan kimia tetapi total organik demi kesehatan lingkungan dan konsumennya. Integrated ecofarming ini merupakan replikasi dari pilot project klaster integrated ecofarming Sei Temiang Kota Batam yang cenderung sukses mengimplementasikan cabai organik. Kualitas cabai yang dihasilkan klaster tersebut jauh lebih unggul dari pada kualitas cabai konvensional atau anorganik, selain itu biaya produksi cabai organik tersebut terbilang lebih murah dan menguntungkan petani. merupakan komoditas unggulan Prov. Kepri juga berpotensi untuk dikembangkan. Peranan sektor perikanan di Prov. Kepri tidak diragukan lagi, kontribusi subsektor perikanan terhadap sektor pertanian mencapai 7%, salah satunya yang unggul adalah komoditas lele. Kebutuhan 3 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

42 lele di Kepri sebanyak Ton pertahun dan lele yang tersedia di Kepri sebanyak Ton, kelebihan komoditas lele tersebut menjadi potensi untuk dikembangkan ekspor lele ke negara tetangga. Sementara Peranan sektor peternakan di Prov. Kepri tidak terlalu besar hanya dibawah 1% terhadap total PDRB, namun demikian subsektor ini menduduki peringkat kedua dalam penciptaan nilai tambah sektor pertanian dengan kisaran pertumbuhan antara 4-5%. Selain itu, kebutuhan sapi di Prov. Kepri cukup tinggi mencapai ton pertahun, sementara Prov. Kepri hanya mampu memenuhi 1.77 ton pertahun.. (sumber:data BPS Prov. Kepri). Mengingat konsepnya terpadu, sehingga setiap waste dari lele, sapi, maupun cabai akan saling menguntungkan untuk setiap komoditas lainnya. beberapa program lainnya antara lain program pemberdayaan perempuan, program pengembangan peran masjid dalam perekonomian warga, program pengembangan keuangan inklusif, dan program pengembangan agrowisata. Program pemberdayaan perempuan dilakukan terhadap istri para petani untuk dapat memproduksi olahan pertanian untuk meningkatkan value added dari hasil produksi pertanian. Keterampilan produksi, mutu produk, kemasan, standarisasi produk, dan manajemen pengelolaan akan diajarkan secara bertahap. Program pengembangan peran masjid akan diarahkan untuk turut serta dalam koperasi syariah dan BMT yang memberikanan layanan simpan pinjam dan sebagai outlet pemasaran hasil pertanian. Masjid juga dapat dikembangkan untuk turut serta dalam perbankan. Program keuangan inklusif menjadi sosok yang sangat penting karena letak hinterland yang sulit dicapai oleh perbankan menjadi faktor utama untuk meningkatkan akses masyarakat hinterland kepada perbankan. Serangkaian kegiatan yang akan dilakukan antara lain edukasi keuangan, sosialisasi Gerakan Nasional Non Tunai, pengenalan produk pembiayaan dan produk non tunai, dan mengimplementasikan Layanan Keuangan Digital (LKD). LKD merupakan teknologi dimana masyarakat dapat tetap mengakses layanan sistem pembayaran dan keuangan tanpa adanya kantor fisik perbankan tetapi dengan memanfaatkan teknologi mobile based maupun web based didirikan Agen LKD sebagai pihak ketiga yang menyediakan LKD melalui Uang Elektronik registered dan diproses secara online. baik, maka Pulau Binaan dapat difungsikan pula sebagai objek agrowisata atau kawasan eduwisata, dimana masyarakat yang berkunjung dapat diberikan wawasan mengenai teknik 31 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

43 bertani dan berternak. Sasaran utama eduwisata ini adalah untuk mensosialisasikan potensi perikanan dan pertanian di Prov. Kepri. Kecamatan Bulang, Kota Batam. Pulau Tanjung Kubu merupakan pilot project hinterland lainnya. Semoga Pulau Tanjung Kubu ini mampu membantu memenuhi kebutuan cabai di Prov. Kepri dan menjadi sentra pemasok sapi bagi Kota Batam maupun Provinsi Kepri, serta turut andil dalam menopang perekonomian Provinsi Kepri. (Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau) 32 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

44 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Perlambatan ekonomi Kepri menekan kinerja perbankan yang tercermin dari perlambatan pertumbuhan aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit. Kinerja perbankan pada triwulan laporan melambat dibandingkan triwulan I 215. Perlambatan pertumbuhan terjadi baik pada aset, DPK maupun kredit yang dipengaruhi oleh menurunnya investasi dan konsumsi masyarakat. Sementara itu, kegiatan pembayaran tunai dan non tunai meningkat pada triwulan II 215 dibanding triwulan I, dipengaruhi meningkatnya kebutuhan transaksi perbankan dan kebutuhan uang kartal berkenaan dengan periode bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Sebaliknya, aktivitas penukaran mata uang asing tercatat menurun meski jumlah wisatawan meningkat. Kondisi perekonomian global yang masih lesu ditenggarai menjadi alasan wisatawan mengurangi tingkat konsumsinya. Selain itu, volatilitas nilai tukar rupiah yang lebih baik pada triwulan laporan juga menjadi salah satu faktor menurunnya gairah wisatawan membelanjakan mata uang asingnya. Begitu juga dengan aktivitas transfer dana yang tercatat menurun setelah pada periode sebelumnya meningkat cukup signifikan PERKEMBANGAN PERBANKAN BANK UMUM Pada triwulan II 215, kinerja bank umum melambat dibanding triwulan sebelumnya. Aset, DPK maupun kredit mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 4,8%, 3,48% dan 3,62% (yoy), setelah sempat mengalami kenaikan pada triwulan I yang tumbuh diatas 7% (yoy). Perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan nasional yang masih berlanjut menyebabkan menurunnya konsumsi masyarakat pada triwulan laporan. Menurunnya konsumsi masyarakat tercermin dari pertumbuhan komponen konsumsi rumah tangga, tumbuh 7,5% (yoy) lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,76% (yoy). Sementara itu, Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat menurun yang dipengaruhi terbatasnya penyaluran kredit. Non Performing Loan (NPL) meningkat dibanding triwulan IV 214, namun masih relatif stabil sebesar 2,14% lebih rendah dibandingkan batas maksimal treshold yang ditetapkan sebesar 5%. 33 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

45 Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Utama Bank Umum dalam Rp miliar Pertumbuhan (yoy) Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. I 215 Tw. II 215 Total Aset % 4.8% Total Dana % 3.48% Total Kredit % 3.62% NPL 1,7% 1,74% 1,71% 1,62% 1,67% 2.14% LDR 75,46% 72,74% 74,21% 75,61% 75,77% 72.57% Aset Pada triwulan II 215, aset bank umum mencatatkan perlambatan pertumbuhan. Total aset senilai Rp miliar, tumbuh 4,8% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 7,73% (yoy). Perlambatan pertumbuhan aset, dipengaruhi oleh kredit dan DPK yang juga tumbuh melambat pada triwulan laporan. Perlambatan kinerja aset terjadi pada seluruh kelompok bank, baik bank pemerintah, bank swasta maupun bank asing dan campuran. Kelompok bank yang mengalami penurunan aset adalah kelompok bank swasta yang hanya tumbuh 2,79% (yoy) dibanding periode sebelumnya yang tumbuh 8,14% (yoy). Kelompok bank lain juga mencatatkan penurunan pertumbuhan aset dimana bank pemerintah mencatatkan pertumbuhan aset 6,72% (yoy), serta kelompok bank asing dan campuran mencatatkan pertumbuhan 7,34% (yoy) dibanding periode sebelumnya sebesar 7,42% (yoy) dan 7,57% (yoy). Adapun porsi terbesar aset terdapat pada bank swasta (5,9%), kemudian bank pemerintah (4,61%), dan porsi terkecil pada bank asing dan campuran (1,9%). Berdasarkan lokasi, porsi terbesar aset bank umum terdapat di Kota Batam sebagai pusat kegiatan ekonomi Kepri, dengan jumlah perbankan dan nasabah bank terbanyak di Kepri. Porsi aset bank umum Kota Batam mencapai 79,87%, diikuti oleh Kota Tanjungpinang 16,68%, dan Dati lainnya 3,45%. 34 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

46 (Rp miliar) Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum (BU) (%, yoy) (%, yoy) Grafik 3.2 Pertumbuhan Aset Berdasarkan Kelompok Bank Umum 6, , 25 4, , , 1 1, 5 - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Aset (LHS) growth - Aset (RHS) - I II III IV I II III IV I II III IV I II (2.) Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing & Campuran Dana Pihak Ketiga (DPK) DPK bank umum melambat, khususnya jenis simpanan giro dan deposito. Total DPK sebesar Rp miliar miliar, tumbuh 3,48% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 7,13% (yoy). Melambatnya pertumbuhan DPK dipengaruhi oleh pertumbuhan giro yang mengalami kontraksi, sementara tabungan dan deposito tumbuh melambat. Giro tumbuh terkontraksi sebesar 3,72% (yoy), setelah mencatatkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar,39%. Sementara tabungan dan deposito tumbuh melambat sebesar 1,37% (yoy) dan 18,1% (yoy) dibanding periode sebelumnya sebesar 3,7% (yoy) dan 25,12% (yoy). (Rp miliar) 45, 4, 35, 3, 25, 2, 15, 1, 5, - Grafik 3.3 Perkembangan DPK Bank Umum (BU) I II III IV I II III IV I II III IV I II DPK (LHS) growth-dpk (RHS) (%, yoy) (Rp miliar) 2, 18, 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, Grafik 3.4 Perkembangan DPK Berdasarkan Jenisnya I II III IV I II III IV I II III IV I II (%, yoy) Giro (LHS) Tabungan (LHS) Deposito (LHS) growth - Giro (RHS) growth - Tabungan (RHS) growth - Deposito (RHS) (1) (2) Berdasarkan komposisi DPK, penempatan dana terbesar berupa tabungan masih yang terbesar meski dengan porsi terus menurun. Pada periode akhir 213 porsi tabungan sebesar 42,3%, terus menurun hingga pada triwulan II 215 porsi tabungan sebesar 39,19%. Demikian juga giro, pada akhir 213 porsinya sebesar 36,5%, terus menurun hingga pada 35 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

47 triwulan laporan tercatat sebesar 33,71%. Sebaliknya pada deposito, porsinya terus meningkat karena tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding tabungan dan giro. Pada posisi akhir 213 porsi deposito sebesar 21,16%, dan pada triwulan II 215 meningkat menjadi 27,1%. Kondisi tersebut mengindikasikan adanya peralihan dana masyarakat ke dalam bentuk dana jangka panjang yang memberikan tingkat suku bunga lebih tinggi. Berdasarkan kelompok bank, penempatan terbesar DPK pada bank swasta. Dana yang ditempatkan pada bank swasta mencapai 54,1% dari total dana. Persentase tersebut menurun dibanding posisi triwulan I 215 sebesar 56,3%. Sementara dana pada bank pemerintah sebesar 39,6%, sementara pada bank asing dan campuran sebesar 1,91%. Berdasarkan lokasi, penempatan terbesar dana di Kota Batam (8,45%), kemudian Tanjungpinang (16,37%), dan dati lainnya (3,18%). Berdasarkan tiering dana, jumlah rekening terbanyak adalah yang bernilai <1 juta dengan porsi terbesar DPK pada kelompok dana dana 1 5 juta. Grafik 3.5 Porsi DPK Berdasarkan Jenis Bank (BU) Bank Pemerintah; 39.6% Bank Asing & Campuran; 1.9% Bank Swasta; 54.1% (Rp miliar) 2, 18, 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, Grafik 3.6 Perkembangan DPK Berdasarkan Jenis Bank (BU) I II III IV I II III IV I II III IV I II (%, yoy) (1) (2) Giro (LHS) Tabungan (LHS) Deposito (LHS) growth - Giro (RHS) growth - Tabungan (RHS) growth - Deposito (RHS) Grafik 3.7 Komposisi DPK Berdasarkan Nominal/Rekening Grafik 3.8 Komposisi DPK Berdasarkan Jumlah Rekening <1 JT >1 JT - 1 JT 4.6% 17.6% Jumlah Rek. Senilai <1 JT Jumlah Rek. Senilai >1 JT - 1 JT 12.6% 84.5% >1JT - 5JT 22.8% Jumlah Rek. Senilai >1JT - 5JT 2.% >5JT - 1 M 8.14% Jumlah Rek. Senilai >5JT - 1 M.2% >1 M - 2 M 8.29% Jumlah Rek. Senilai >1 M - 2 M.1% >2 M - 5M 14.34% Jumlah Rek. Senilai >2 M - 5M.1% >5M - 1M 6.78% Jumlah Rek. Senilai >5M - 1M.% >1M -15M 2.34% Jumlah Rek. Senilai >1M - 15M.% >15M - 2M >2M 1.42% 14.42% Jumlah Rek. Senilai >15M - 2M Jumlah Rek. Senilai >2M.%.% 36 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

48 Kredit Kredit bank umum tumbuh melambat, terutama didorong oleh perlambatan kredit konsumsi. Total kredit mencapai Rp miliar atau tumbuh 3,62% (yoy) pada triwulan laporan, melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 7,58% (yoy). Berdasarkan penggunaan, pertumbuhan kredit disumbang oleh kredit investasi yang tumbuh menguat 15,24% (yoy). Sementara kredit konsumsi melambat sebesar 9,69% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya sebesar 14,47% (yoy). Sebaliknya kredit modal kerja masih terkontraksi sebesar 1,84% (yoy) lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi 3,25% (yoy). (Rp miliar) 35, 3, 25, 2, 15, 1, 5, - Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Bank Umum I II III IV I II III IV I II III IV I II Nilai Kredit Growth Kredit (%, yoy) Rp miliar 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, - Grafik 3.1 Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan I II III IV I II III IV I II III IV I II %, yoy MK (LHS) Konsumsi (LHS) Investasi (LHS) growth - MK (RHS) growth - Konsumsi (RHS) growth - Investasi (RHS) (1) (2) Perlambatan kredit konsumsi searah dengan perlambatan konsumsi rumah tangga berdasarkan kinerja perekonomian pada triwulan II 215. Meski kredit kendaraan bermotor (KKB) meningkat pada triwulan laporan, namun kredit kepemilikan rumah (KPR) dan kredit multiguna menunjukkan perlambatan pertumbuhan pada triwulan laporan. Berdasarkan penggunaan kredit konsumsi, KKB tumbuh menguat 7,392% (yoy) dibanding periode sebelumnya sebesar,2% (yoy). Sementara KPR dan Multiguna melambat mesing-masing dengan pertumbuhan 1,52% (yoy) dan 28,56% (yoy) dari sebelumnya sebesar 12,56% (yoy) dan 39,85% (yoy). Grafik 3.11 Penggunaan Kredit Konsumsi Peralatan Rumah Tangga;.5% Multiguna ; 36.4% Lainnya; 6.7% KPR; 53.% %, yoy (1) (2) Grafik 3.12 Pertumbuhan KPR, KKB, Multiguna I II III IV I II III IV I II III IV I II KPR KKB Multiguna KKB; 3.4% 37 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

49 Pelemahan kredit konsumsi maupun modal kerja dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain, lambatnya pemulihan ekonomi global yang menekan sektor ekonomi utama Kepri (khususnya industri pengolahan). Selain itu, masih tingginya suku bunga kredit menyebabkan menurunnya penyaluran kredit pada triwulan laporan. Suku bunga kredit modal kerja, investasi dan konsumsi meningkat menjadi 1,7%, 9,82% dan 12,34% (yoy) dibanding periode sebelumnya sebesar 9,76%, 9,8% dan 12,27% (yoy). Grafik 3.13 Suku Bunga Kredit MK, Investasi, dan Konsumsi (%) I II III IV I II III IV I II Modal Kerja Investasi Konsumsi Berdasarkan kelompok bank, bank pemerintah menjadi penyalur terbesar kredit di Kepri. Porsi penyaluran kredit oleh bank pemerintah sebesar 55,6%, diikuti oleh bank swasta sebesar 43,4%, dan porsi terkecil oleh bank asing dan campuran sebesar 1,%. Meski penyaluran kredit melambat baik pada bank pemerintah, swasta dan bank asing namun perlambatannya relatif terbatas. Kredit bank pemerintah dan bank swasta masing-masing melambat sebesar 5,88% (yoy) dan,51% (yoy) dibanding periode sebelumnya sebesar 12,48% (yoy) dan 2,59% (yoy). Kontraksi kredit pada bank asing dan campuran masih berlanjut 27,34% (yoy), lebih dalam dibanding penurunan pada triwulan sebelumnya sebesar 26,8% (yoy). Grafik 3.14 Porsi Kredit Berdasarkan Kelompok Bank Grafik 3.15 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kelompok Bank (%, yoy) Bank Pemerintah; 55.6% Bank Swasta; 43.4% Bank Asing & Campuran; 1.% 2 - I II III IV I II III IV I II III IV I II (2) (4) (6) Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing & Campuran 38 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

50 Perkembangan kredit secara sektoral, sejumlah sektor produktif penyerap utama kredit perbankan masih menunjukkan penurunan kinerja. Porsi terbesar kredit diserap oleh sektor perdagangan besar dan eceran (16,9%), kemudian sektor transportasi, gudang dan komunikasi (13,5%), industri pengolahan (13,5%) serta sektor real estate, sewaan dan jasa perusahaan (4,8%). Industri pengolahan mengalami penurunan yang cukup signifikan, yang tercermin dari porsi terhadap total pengaluran kredit pada triwulan laporan dari sebelumnya yang mencapai 15,5% dari total kredit. Penyaluran kredit di sektor industri pengolahan, sektor dagangan besar dan eceran serta sektor transportasi, gudang dan komunikasi melambat dengan pertumbuhan masingmasing sebesar -25,71% (yoy), 1,49% (yoy), dan 35,1% (yoy) dari periode sebelumnya sebesar -9,96% (yoy), 15,6% (yoy), dan 38,47% (yoy). Sebaliknya kredit sektor konstruksi tercatat membaik dengan kontraksi yang tidak sedalam periode lalu sebesar 19,3 (yoy) menjadi sebesar 14,45 (yoy). Grafik 3.16 Porsi Kredit Bank Umum Secara Sektoral Grafik 3.17 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Secara Sektoral Bukan Lapangan Usaha Perdagangan Besar Dan Eceran 16.9% 38.7% (%, yoy) 1 Trans, Gudang Dan Komunikasi 13.5% 8 Industri Pengolahan Real Estate, Sewaan Dan Jasa PT Konstruksi 4.8% 4.2% 13.4% 6 4 Akomodasi Dan Makan Minum Listrik, Gas Dan Air Jasa Msy, SosBud, Hiburan Pertambangan Dan Penggalian Perantara Keuangan Pertanian, Buru Dan Hutan 2.9% 1.4% 1.3% 1.3%.4%.3% 2 - (2) (4) I II III IV I II III IV I II III IV I II Jasa Pendidikan Perikanan Keg Yang Belum Jelas Batasannya.3%.2%.2% (6) Industri Pengolahan Perdagangan Besar Dan Eceran Trans, Gudang Dan Komunikasi Real Estate, Sewaan Dan Jasa PT Berdasarkan kabupaten dan kota, porsi terbesar kredit terdapat di Kota Batam yang merupakan motor ekonomi Kepri. Sebanyak 79,19% dari total kredit Kepri disalurkan di Kota Batam, kemudian Kota Tanjungpinang (17,99%), Kabupaten Karimun (1,84%), dan,98% sisanya tersebar pada kabupaten lainnya. Searah dengan tren perlambatan kredit, penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan tercatat senilai Rp7,47 miliar, terkontraksi 1,66% (yoy) dinding triwulan I yang mampu tumbuh,52% (yoy). Pada posisi triwulan laporan, porsi kredit UMKM terhadap total kredit mencapai 24,99%. 39 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

51 Grafik 3.18 Kredit UMKM oleh Bank Umum (Rp miliar) 25, (yoy,%) 5. 2, 15, 1, 5, I II III IV I II III IV I II III IV I II UMKM - LHS Bukan UMKM - LHS Pertumbuhan (yoy,%) - RHS Loan to Deposit Ratio (LDR) Fungsi intermediasi perbankan yang tercermin dari loan to deposit ratio (LDR) oleh bank umum belum berjalan maksimal di Kepri. Pada posisi triwulan II 215, LDR bank umum sebesar 72,57%, menurun dibanding LDR pada triwulan sebelumnya sebesar 75,17%. Hal tersebut dipengaruhi pertumbuhan penyaluran kredit yang lebih tinggi dibanding pertumbuhan DPK. Meskipun demikian, LDR tersebut lebih rendah dari batas bawah LDR yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu 78-92% Risiko Kredit Jumlah kredit bermasalah pada kelompok bank umum meningkat, namun masih terkendali pada level rendah. Jumlah kredit bermasalah tercermin dari non performance loan (NPL), pada triwulan laporan sebesar 2,14%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 1,67%. Peningkatan NPL tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh perlambatan perekonomian, depresiasi nilai tukar dan peningkatan suku bunga kredit, sehingga kemampuan korporasi maupun perorangan dalam membayar kredit menurun. Namun, ditengah perlambatan kredit, kualitas kredit di Kepri secara umum masih terjaga pada level aman, lebih rendah dibandingkan batas maksimal treshold yang ditetapkan sebesar 5%. 4 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

52 9% 8% 7% 6% Grafik 3.19 Risiko Kredit Bank Umum I II III IV I II III IV I II III IV I II % 2.5% 2.% 1.5% 1.%.5%.% LDR (LHS) NPL (RHS) BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Pada posisi triwulan II 215, kinerja BPR melambat baik pada aset, DPK dan kredit namun namun perlambatannya relatif terbatas. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan kinerja BPR berbeda dengan pola tahun-tahun sebelumnya meningkat pada periode Ramadhan dan menjelang Idul Fitri. Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Utama BPR (dalam Rp miliar) Pertumbuhan (yoy) Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. I 215 Tw. II 215 Total Aset % 19.62% Total Dana % 23.37% Total Kredit % 17.37% NPL 3,7% 3,42% 3,23% 2,58% 3,46% 3.73% LDR 96,68% 97,77% 95,8% 96,8% 92,97% 93.1% Aset Aset BPR pada triwulan II 215 mencapai Rp5.12 miliar atau tumbuh 19,62% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 21,7% (yoy). perlambatan aset tersebut terutama dipengaruhi oleh perlambatan DPK dan kredit, yang masing-masing sebesar 23,37% (yoy) dan 17,37% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 23,68% (yoy) dan 18,92% (yoy). Berdasarkan kabupaten dan kota, porsi terbesar aset terdapat di Kota Batam (74,13%), kemudian Kota Tanjungpinang, (1,36%), Kabupaten Karimun (9,76%), dan sisa 5,74% tersebar di kabupaten lainnya. 41 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

53 Grafik 3.2 Perkembangan Aset BPR (Rp miliar) 6, 5, 4, 3, 2, 1, (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II Aset (LHS) growth-aset (RHS) Dana Pihak Ketiga (DPK) Tren penguatan DPK BPR, mengalami pembalikan arah pada triwulan laporan setelah sejak kuartal akhir 214 terus mengalami penurunan. Menurunnya DPK BPR diperkirakan masyarakat banyak menggunakan dana simpanannya untuk kebutuhan memenuhi kebutuhan menjelang Idul Fitri. Meski demikian, tingkat suku bunga perbankan (khususnya BPR) yang masih pada level cukup tinggi menopang perlambatan pertumbuhan DPK relatif terbatas. Total DPK BPR pada posisi triwulan II 215 senilai Rp4.91 miliar, atau tumbuh 23,37% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 23,68% (yoy). Berdasarkan jenis DPK, penempatan dana terbesar BPR masih didominasi dalam bentuk deposito. Porsi deposito mencapai 87,15% sementara porsi tabungan sebesar 12,84%. Sementara itu, tingkat pertumbuhan deposito mencapai 25,86% (yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 26,82% (yoy). Sebaliknya, tabungan tumbuh menguat sebesar 8,82% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 6,7% (yoy). Berdasarkan kabupaten/kota, porsi terbesar DPK BPR terkonsentrasi di Kota Batam. Porsi DPK Kota Batam sebesar 7,91%, diikuti oleh Kota Tanjungpinang (12,2%), Kabupaten Karimun (1,72%%), dan 6,17% sisanya tersebar di 4 (empat) kabupaten lainnya di Kepri. 42 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

54 (Rp miliar) 5, 4, 3, 2, 1, - Grafik 3.21 Perkembangan DPK BPR I II III IV I II III IV I II III IV I II DPK (LHS) growth-dpk (RHS) (%, yoy) (Rp miliar) Grafik 3.22 Perkembangan DPK Berdasarkan Jenisnya I II III IV I II III IV I II III IV I II Deposito (LHS) growth - Deposito (RHS) Tabungan (LHS) growth - Tabungan (RHS) (%, yoy) (1) (2) (3) Kredit Total kredit yang disalurkan BPR sebesar Rp3.86 miliar atau tumbuh 17,37% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya 18,93% (yoy). Berdasarkan penggunaan, perlambatan kredit BPR pada kredit kredit investasi dan kredit konsumsi sementara kredit modal kerja tercatat menguat. Kredit investasi, dengan porsi 1,14% dari total kredit, tumbuh 22,58% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 22,58% (yoy). Demikian juga kredit konsumsi, dengan porsi 61,41% dari total kredit, tumbuh melambat dari 21,33% (yoy (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 19,34% (yoy) pada triwulan laporan. Sebaliknya kredit modal kerja dengan porsi 29,45% dari total kredit, tumbuh 14,38% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 12,79% (yoy). Perlambatan kredit tidak hanya pada bank umum namun juga pada BPR. Selain masih tingginya suku bunga dan perlambatan ekonomi, masyarakat yang menahan konsumsinya (dipengaruhi kebutuhan yang meningkat berkenaan dengan tahun ajaran baru) juga menjadi salah satu faktor menurunnya penyaluran kredit perbankan. Pada sektor produktif (tidak termasuk kredit konsumsi/bukan lapangan usaha lainnya), porsi terbesar kredit BPR diserap oleh sektor perdagangan besar dan eceran. Porsi kredit pada sektor perdagangan besar dan eceran mencapai 19,5%, diikuti oleh sektor bukan konstruksi (3,65%), dan sektor transportasi, gudang dan komunikasi (3,27%). Berdasarkan kabupaten/kota, porsi terbesar kredit BPR disalurkan di Batam dengan porsi 73,56%, Kota Tanjungpinang (11,74%), Kabupaten Karimun (1,21%), dan 4,48% tersebar di kabupaten lainnya. 43 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

55 (Rp miliar) 4, 3, 2, 1, - Grafik 3.23 Perkembangan Kredit BPR I II III IV I II III IV I II III IV I II Total Kredit (LHS) growth Kredit (RHS) (%, yoy) Rp miliar 3, 2, 1, - Grafik 3.24 Perkembangan Kredit BPR Berdasarkan Penggunaan I II III IV I II III IV I II III IV I II %, yoy MK (LHS) Konsumsi (LHS) Investasi (LHS) growth - MK (RHS) growth - Konsumsi (RHS) growth - Investasi (RHS) Penyaluran kredit UMKM oleh BPR tercatat meningkat dipengaruhi faktor musiman meningkatnya usaha UMKM selama Ramadhan dan Idul Fitri. Total penyaluran kredit UMKM sebesar Rp1.19 miliar atau mencapai 31,26% (yoy) dari total kredit, tumbuh menguat dari 8,71% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 8.73% (yoy) pada triwulan laporan. Bukan Lap. Usaha - Lainnya Perdagangan Besar Dan Eceran Bukan Lap. Usaha - RT Keg Usaha belum Jelas Batasnya Konstruksi Trans, Gudang Dan Komunikasi Jasa Msy, SosBud, Hiburan Industri Pengolahan Akomodasi Dan Makan Minum Real Estate, Sewaan Dan Jasa PT Pertanian, Buru Dan Hutan Pertambangan Dan Penggalian Jasa Kesehatan Dan Keg Sosial Jasa Perorangan RT Perikanan Jasa Pendidikan Listrik, Gas Dan Air Perantara Keuangan Adm Pem, Pertahanan Dan Jam Sos Grafik 3.25 Kredit BPR Secara Sektoral 19.5% 12.8% 5.5% 3.7% 3.3% 1.5% 1.2% 1.2% 1.1%.5%.5%.3%.3%.3%.3%.2%.2%.1% 47.6% (Rp Juta) 3, 2, 1, Grafik 3.26 Perkembangan Kredit UMKM Oleh BPR I II III IV I II III IV I II III IV I II UMKM - kiri Bukan UMKM - kiri Pertumbuhan (yoy,%) - kanan (%, yoy) Loan to Deposit Ratio (LDR) Kegiatan intermediasi BPR relatif stabil pada triwulan laporan, loan to deposit ratio (LDR) BPR sebesar 93,1%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 92,97%. Kenaikan LDR dipengaruhi meningkatnya kebutuhan masyrakat (momen Idul Fitri) sehingga menarik dananya dari perbankan sehingga DPK di BPR menurun, yang tercermin dari meningkatnya outflow uang kartal. Meskipun demikian, tingkat LDR tersebut masih pada batasan standar yang ditentukan oleh Bank Indonesia yaitu pada kisaran 85 1%. 44 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

56 Risiko Kredit Sementara itu, jumlah kredit bermasalah yang tercermin dari non performance loan (NPL) meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, NPL BPR sebesar 3,73%, meningkat signifikan dibanding triwulan sebelumnya sebesar 3,46%. Grafik 3.27 Perkembangan LDR dan NPL BPR 1% 9% 8% 7% I II III IV I II III IV I II III IV I II % 3.5% 3.% 2.5% 2.% 1.5% 1.%.5%.% LDR (LHS) NPL (RHS) PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH (BANK UMUM DAN BPR) Kinerja perbankan syariah relatif membaik pada triwulan II 215. Aset mencatatkan penguatan pertumbuhan, sementara DPK meskipun masih mengalami penurunan, namun angka penurunan tersebut lebih kecil dibanding triwulan sebelumnya. Namun, terjadi perlambatan pertumbuhan pembiayaan, Finance to Deposit Ratio (FDR) tercatat melambat 9,43% (yoy) dibanding periode sebelumnya sebesar 11,34% (yoy). Melambatnya penyaluran pembiayaan syariah sejalan dengan penurunan rasio kecukupan modal (FDR) menjadi sebesar 161,12% serta tercermin dari penurunan Non Performance Finance (NPF). Tabel 3.3 Indikator Perbankan Syariah di Provinsi Kepulauan Riau dalam Rp miliar Pertumbuhan (yoy) Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. I 215 Tw. II 215 Total Aset % 4.45% Total Pembiayaan % 9.43% Total Dana % -6.26% NPF 3,4% 3,98% 3,62% 2,77% 2,58% 2.27% FDR 13,24% 138,3% 131,72% 158,74% 175,23% % Perkembangan Indikator Utama Perbankan Syariah (Rp miliar) 45 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

57 Aset Aset perbankan syariah melanjutkan penguatan yang tumbuh menguat pada triwulan laporan. Total aset senilai Rp2.815 miliar atau tumbuh 4,45% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 2,68% (yoy). Adapun porsi aset perbankan syariah terhadap total aset perbankan Kepri meningkat menjadi 5,34% dibanding triwulan sebelumnya sebesar 5,27% (yoy). Grafik 3.28 Perkembangan Aset Perbankan Syariah (Rp miliar) 3, (%, yoy) 7 6 2, , 2 1 I II II IV I II II IV I II II IV I II Aset (LHS) growth - Aset (RHS) Dana Pihak Ketiga (DPK) DPK syariah meskipun masih mencatatkan kontraksi pada triwulan laporan, namun mulai menunjukkan perbaikan. Total DPK senilai Rp1.636 miliar atau kontraksi 6,26% (yoy) membaik dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 17,25% (yoy). Perbaikan DPK terutama ditopang oleh pertumbuhan tabungan dan deposito yang masing-masing tumbuh menguat 5,2% (yoy) dan 6,99% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi 7,22% (yoy) dan 3,94% (yoy). Sementara giro masih terkontraksi 31,45% (yoy) membaik dibanding triwulan sebelumnya sebesar 47,74% (yoy). (Rp miliar) 2,5 2, 1,5 1, 5 - Grafik 3.29 Perkembangan DPK Syariah I II III IV I II III IV I II III IV I II DPK Growth DPK (%, yoy) (1) (2) (3) Grafik 3.3 Perkembangan DPK Syariah Berdasarkan Jenisnya (Rp miliar) 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II Giro Tabungan Deposito Growth-Giro Growth-Tabungan Growth-Deposito (%, yoy) (2) (4) (6) (8) 46 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

58 Pembiayaan Penyaluran pembiayaan syariah pada triwulan II 215 melambat dibanding triwulan sebelumnya. Total pembiayaan senilai Rp2.637 miliar, atau tumbuh melambat 9,43% (yoy) dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 11,34% (yoy). Perlambatan pembiayaan dipengaruhi oleh perlambatan pembiayaan konsumsi yang cukup signifikan pada triwulan laporan,35% (yoy) dibanding periode sebelumnya sebesar 43,94% (yoy). Meski pembiayaan modal kerja dan investasi tumbuh menguat namun pembiayaan syariah masih sangat didomininasi oleh pembiayaan konsumsi dengan porsi mencapai 71,97%, diikuti oleh modal kerja (14,79%), dan porsi terkecil berupa pembiayaan investasi (13,24%). Pada sektor produktif, pembiayaan syariah terutama diserap oleh sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 7,32%, kemudian sektor transportasi, gudang dan komunikasi (6,15%) dan sektor jasa masyarakat, sosial budaya dan hiburan (2,48%). Sementara tren penurunan pembiayaan syariah pada UMKM masih terus berlanjut pada triwulan laporan. Pada triwulan laporan, nilai pembiayaan syariah sebesar Rp349 miliar atau terkontraksi 18,99% (yoy), melanjutkan kontraksi triwulan sebelumnya sebesar 1,54% (yoy). Adapun porsi pembiayaan UMKM terhadap total kredit sebesar 13,23%. (Rp miliar) 3, 2, 1, Grafik 3.31 Perkembangan Pembiayaan Syariah I II II IV I II II IV I II II IV I II Pembiayaan (LHS) growth - Pembiayaan (RHS) (%, yoy) (Rp miliar) 2, 1,5 1, 5 Grafik 3.32 Perkembangan Pembiayaan Syariah Berdasarkan Jenisnya I II III IV I II III IV I II III IV I II Modal Kerja Investasi Konsumsi growth - MK growth-investasi growth - konsumsi (%, yoy) (2) (4) (6) (8) Finance to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Perlambatan pertumbuhan pembiayaan ditengah perbaikan DPK, menyebabkan finance to deposit ratio (FDR) menurun. FDR pada triwulan laporan laporan sebesar 161,12%, lebih rendah dibanding FDR triwulan sebelumnya sebesar 175,23%. Tingkat pembiayaan bermasalah yang tercermin dari non performing financing (NPF) juga tetap terkendali pada 47 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

59 level rendah. NPF sebesar 2,27%, menurun dibanding NPF triwulan sebelumnya sebesar 2,58%. Grafik 3.33 Perkembangan FDR dan NPF Perbankan Syariah 2% 18% 16% 14% 12% 1% 8% 6% 4% 2% % I II III IV I II III IV I II III IV I II FDR (LHS) NPF (RHS) 5% 4% 4% 3% 3% 2% 2% 1% 1% % 3.2. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Kebijakan Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran ditujukan untuk menjamin terselenggaranya sistem pembayaran yang aman, efisien dan andal guna mendukung tercapainya stabilitas moneter dan sistem keuangan. Pada periode Ramadhan dan Idul Fitri, kebutuhan uang di masyarakat baik tunai maupun non tunai mengalami peningkatan, dipengaruhi oleh meningkatnya kegiatan transaksi di masyarakat. Bank Indonesia mengantisipasi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadhan dan Idul Fitri Tahun 1436 H/215 dengan mempersiapkan pelayanan sistem pembayaran tunai dan non tunai yang optimal agar dapat melayani kebutuhan masyarakat. Untuk itu, dalam rangka memenuhi kebutuhan uang tunai, BI melakukan optimalisasi distribusi dan persediaan uang tunai. Dari sisi non tunai, infrastruktur dan layanan sistem pembayaran juga telah disiapkan untuk mengantisipasi peningkatan transaksi pembayaran non tunai baik melalui sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) maupun Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) khususnya dengan diimplementasikannya SKNBI Generasi II pada tanggal 5 Juni 215 yang lalu TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow 1 /Outflow 11 ) Aliran uang kartal meningkat pada triwulan laporan yang berkenaan dengan momen menjelang Idul Fitri. Total inflow senilai Rp598 miliar sementara outflow sebesar Rp2.72 1) Inflow : aliran uang masuk ke Bank Indonesia melalui setoran bank. 11) Outflow : aliran uang keluar dari Bank Indonesia melalui penarikan bank. 48 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

60 miliar, sehingga terjadi net outflow sebesar Rp2.122 miliar. Secara tahunan, inflow tumbuh signifikan sebesar 62,% (yoy) dan outflow tumbuh 6,98% (yoy) dibanding triwulan I 215 yang tumbuh 32,25% (yoy) dan outflow tumbuh 5,27% (yoy. Pertumbuhan total net outflow masih terkontraksi 2,36% (yoy), meski tidak sedalam periode sebelumnya sebesar 27,43% (yoy). Tingginya pertumbuhan inflow secara tahunan dipengaruhi oleh tingginya minat masyarakat dan perbankan untuk menukarkan uang yang tidak layak edar dengan uang dengan kondisi layak edar ke Bank Indonesia. Sesuai pola musimannya, jumlah outflow meningkat disebabkan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan uang kartal pada Idul Fitri. Grafik 3.34 Perkembangan Inflow dan Outflow Kepri Grafik 3.35 Perkembangan Pertumbuhan Inflow dan Outflow (Rp miliar) 4, %, yoy 16 3,5 14 3, 12 2,5 1 2, 8 1,5 6 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II (2) (4) I II III IV I II III IV I II III IV I II INFLOW OUTFLOW NET OUTFLOW Pertumbuhan INFLOW Pertumbuhan OUTFLOW Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Bank Indonesia senantiasa berusaha menjaga kualitas uang yang diedarkan, sejumlah langkah yang ditempuh oleh Bank Indonesia Provinsi Kepri antara lain dengan melakukan kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE) secara berkala, kegiatan kas keliling, serta edukasi masyarakat mengenai memperlakukan rupiah dengan baik. Pada triwulan laporan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau telah memusnahkan UTLE dengan jumlah nominal mencapai Rp169 miliar, dengan total pemusnahaan UTLE sepanjang 215 sebesar 288 miliar. UTLE yang dimusnahkan tersebut berasal dari setoran bank maupun penukaran uang dari masyarakat yang selanjutnya akan ditukarkan dengan uang yang layak edar (fit for circulation). 49 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

61 Grafik 3.36 Perkembangan Pemusnahan UTLE (Rp miliar) I II III IV I II III IV I II III IV I II Pemusnahan Uang Uang Rupiah Tidak Asli Penemuan uang rupiah tidak asli sepanjang triwulan laporan meningkat, jumlah rupiah tidak asli yang ditemukan sebanyak 211 lembar dibanding 151 lembar pada triwulan sebelumnya. Uang tidak asli tersebut berasal dari setoran bank maupun penukaran oleh masyarakat. Sebagai upaya menanggulangi peredaran uang rupiah tidak asli, Bank Indonesia melakukan berbagai upaya, antara lain dengan meningkatkan security features uang yang dicetak dan terus melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah, melalui penerapan prinsip 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang). Grafik 3.37 Perkembangan Penemuan Uang Rupiah Tidak Asli I II III IV I II III IV I II III IV I II Temuan Rupiah Tidak Asli (Lembar) TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI Transaksi pembayaran nontunai dengan nilai besar diselenggarakan Bank Indonesia melalui sistem kliring dan sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement System). Sistem kliring merupakan sistem setelmen antarbank untuk alat pembayaran cek, bilyet giro, nota debet lainnya dan transfer kredit antar bank. Sementara itu, sistem BI RTGS digunakan untuk 5 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

62 transaksi keuangan bernilai besar dan bersifat mendesak, seperti transaksi di Pasar Uang Antar Bank (PUAB), transaksi di bursa saham, transaksi pemerintah, transaksi valuta asing (valas), serta setlemen hasil kliring Kliring Lokal Pertumbuhan transaksi kliring melambat pada triwulan II 215. Nominal transaksi kliring sebesar Rp5.856 miliar, atau tumbuh 5,56% (yoy) dibanding pada triwulan sebelumnya nominal kliring tumbuh 21,95% (yoy). Searah dengan perlambatan nominal kliring, pertumbuhan jumlah warkat kliring juga melambat sebesar 6,89% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 22,31% (yoy). Grafik 3.38 Perkembangan Kliring Kepri Grafik 3.39 Perkembangan Pertumbuhan Kliring Kepri (Rp juta) 7,, (Satuan) 18, (%, yoy) 5 6,, 16, 4 5,, 14, 12, 3 4,, 1, 2 3,, 8, 1 2,, 1,, 6, 4, 2, - (1) I II III IV I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Nominal (Rp juta) Jumlah Warkat - (2) (3) Pertumbuhan Warkat Pertumbuhan Nominal Real Time Gross Setlement (RTGS) Sejalan dengan meningkatnya transaksi di masyarakat, nilai transaksi RTGS pada triwulan II 215 sebesar Rp miliar, meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar Rp miliar. Nilai transaksi RTGS tumbuh menguat 4,4% (yoy) dibanding triwulan I yang hanya tumbuh 1,21% (yoy). Volume transaksi RTGS juga meningkat dari pada triwulan sebelumnya menjadi pada triwulan laporan. 51 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

63 Grafik 3.4 Perkembangan Transaksi RTGS (Rp miliar) 35, % (yoy) 3. 3, 2. 25, 1. 2,. 15, -1. 1, -2. 5, -3. I II III IV I II III IV I II Nilai RTGS (Rp miliar) Pertumbuhan Nilai RTGS Volume RTGS (satuan) Pertumbuhan Volume RTGS PERKEMBANGAN TRANSAKSI KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING (KUPVA) DAN PTD (PENYELENGGARA TRANSFER DANA) Perkembangan Transaksi KUPVA Transaksi KUPVA pada triwulan II 215 melambat setelah mencatatkan pertumbuhan yang tinggi pada triwulan sebelumnya. Total pembelian uang kertas asing (UKA) sebesar Rp4.221 miliar, tumbuh 5,5% (yoy), sementara total penjualan UKA sebesar Rp4.224 miliar, atau tumbuh 5,9% (yoy). Meski pada triwulan laporan jumlah wisatawan mancanegara meningkat, pembelian dan penjualan mata uang asing tercatat mengalami yang pada triwulan sebelumnya mampu tumbuh sebesar 11,7% (yoy) dan 11,5% (yoy). Sebaliknya, aktivitas penukaran mata uang asing tercatat menurun meski jumlah wisatawan meningkat. Kondisi perekonomian global yang masih lesu ditenggarai menjadi alasan wisatawan mengurangi tingkat konsumsinya. Selain itu, volatilitas nilai tukar rupiah yang relatif lebih baik pada triwulan laporan juga menjadi salah satu faktor menurunnya gairah wisatawan membelanjakan mata uang asingnya. Berdasarkan mata uang, penukaran (pembelian dan penjualan) terbanyak adalah untuk mata uang dolar Singapura (59,9%), kemudian dolar Amerika Serikat (11,7%) dan Ringgit Malaysia (7,21%). 52 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

64 (Rp miliar) Grafik 3.41 Perkembangan Transaksi KUPVA I II III IV I II III IV I II III IV I II Pembelian (LHS) growth Pembelian, yoy (RHS) Penjualan (LHS) growth Penjualan, yoy (RHS) (%, yoy) 12% 1% 8% 6% 4% 2% % -2% -4% (Rp miliar) Grafik 3.42 Pergerakan Transaksi KUPVA dan Nilai Tukar Rupiah I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Pembelian (LHS) Rata-Rata Kurs Tengah SGD (RHS) Penjualan (LHS) Rata-rata Kurs Tengah USD (RHS) (Rp) Perkembangan Transaksi Penyelenggara Transfer Dana (PTD) Searah dengan transaksi KUPVA, nominal transaksi PTD melambat cukup signifikan dengan pertumbuhan sebesar 1,39% (yoy) dibanding triwulan I 215 sebesar 248,57% (yoy). Nominal transaksi PTD sebesar Rp958 miliar, sedikit lebih rendah dibanding nominal transaksi triwulan sebelumnya sebesar Rp1.96 miliar. Berdasarkan jenis transaksi, porsi terbesar berupa transaksi Keluar Wilayah RI (53,1%), kemudian Antar wilayah RI (29,1%), dan Dari Luar Wilayah RI (17,8%). Grafik 3.43 Perkembangan Transaksi PTD Grafik 3.44 Jenis Transaksi PTD (Rp miliar) (%, yoy) Dari Luar Wilayah RI; 17.8% Antar Wilayah RI; 29.1% I II III IV I II III IV I II III IV I II -5 Ke Luar Wilayah RI; 53.1% Total Transaksi PTD (LHS) Pertumbuhan Transaksi PTD (RHS) 53 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

65 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja Pemerintah Daerah (Pemda) dan belanja Pemerintah Pusat melalui APBN di daerah relatif masih rendah, sementara realisasi pendapatan Pemda menurun. Meskipun postur anggaran pendapatan dan belanja Pemda di wilayah Kepri relatif 12) lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya, realisasi belanja yang masih rendah belum mampu menjadi stimulus di tengah perlambatan ekonomi Kepri. Pada triwulan II 215, realisasi pendapatan tercatat sebesar Rp3.84 miliar atau hanya mencapai 33,5% lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi belanja sebesar Rp3.521 miliar atau mencapai 27,4% dari total pagu anggaran, lebih tinggi dibanding realisasi pada tahun sebelumnya sebesar Rp3.2 miliar atau 26,3% dari total anggaran belanja 214. Total anggaran pendapatan Pemda di Kepri 13) pada 215 sebesar Rp miliar meningkat dibanding 214 sebesar Rp miliar. Sementara total anggaran belanja Pemda di Kepri pada 215 sebesar Rp miliar, meningkat dibandingkan 214 sebesar Rp miliar. 4.1.REALISASI APBD DI WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU Anggaran dan Realisasi Pendapatan Realisasi pendapatan Pemda di wilayah provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 215 sebesar Rp3.84 miliar atau hanya mencapai 33,5% dari total anggaran pendapatan. Capaian realisasi pendapatan Pemda sampai akhir semester I tersebut lebih rendah dibanding realisasi pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp4.16 miliar atau 38,4% dari total anggaran pendapatan 214. Menurunnya realisasi pendapatan terutama dipengaruhi rendahnya realisasi pendapatan asli daerah (PAD) yang hanya sebesar 19,8% atau Rp47 miliar pada triwulan II 215 lebih rendah dibanding pada triwulan II 214 sebesar 38,59% atau Rp782 miliar. Sementara realisasi pendapatan Pemda dari dana perimbangan relatif sama dengan tahun sebelumnya sebesar 37,5% atau sebesar Rp2.867 miliar. 12) 13) Berdasarkan rasio kemandirian, Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan I 215 dengan rasio kemandirian 215 sebesar,31 lebih tinggi dibanding rasio anggaran 214 sebesar,29. Terdiri atas Provinsi Kepri, Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kab.Karimun, Kab. Bintan, Kab. Lingga, Kab. Natuna, dan Kab. Anambas. 54 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

66 Rendahnya realisasi PAD terjadi pada seluruh komponennya baik pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Menurunnya PAD dipengaruhi melambatnya kinerja sektor ekonomi utama Kepri sehingga menekan pendapatan dari pajak daerah. Pendapatan pajak daerah hanya terealisasi sebesar Rp364 miliar atau 18,9% lebih rendah dibanding pada triwulan II 214 yang mencapai Rp478 miliar. Berdasarkan wilayah, nilai pendapatan terbesar yang dianggarkan Pemda antara lain Kepri dengan porsi sebesar 28,39%, diikuti Batam sebesar 19,2%, kemudian Natuna sebesar 12,14% sedangkan Tanjungpinang memiliki porsi pendapatan terkecil sebesar 7,31%. Sementara itu, realisasi pendapatan terbesar sampai dengan triwulan II 215 dicatatkan oleh Bintan dengan realisasi sebesar 51,16%, kemudian Batam sebesar 4,78%, dan Tanjungpinang sebesar 39,99%. Grafik 4.1 Komposisi Realisasi Pendapatan Tw II 215 Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan Pemda Tw II 215 Transfer pemerintah pusat lainnya, 1.9% Transfer Pemerintah Provinsi, 2.9% Lain-lain pendapatan daerah yang sah, 7.% Pendapatan Asli Daerah, 2.9% (Rp triliun) Anggaran Realisasi Dana Perimbangan, 67.3% 1 Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Transfer pemerintah pusat lainnya Transfer Pemerintah Provinsi Lain-lain pendapatan daerah yang sah Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau (diolah) Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau (diolah) Tabel 4.1 Realisasi APBD Di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215 ANGGARAN REALISASI JENIS ANGGARAN Persentase Rp STRUKTUR (%) Rp Realisasi Pendapatan Asli Daerah 2,38,654,95, % 47,434,67, % Pajak daerah 1,931,739,998,7 17.% 364,827,811, % Retribusi daerah 132,596,289, % 14,427,182,93 1.9% Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan 26,52,81,932.2% 18,96,157, % Lain-lain PAD yang sah 289,797,815, % 72,218,915, % Dana Perimbangan 7,649,9,563, % 2,867,378,97, % Dana bagi hasil pajak/bukan pajak - Pajak 91,9,92, % 28,843,97, % - Bukan Pajak (SDA) 3,513,23,649, % 1,12,574,865, % Dana alokasi umum 2,778,881,356, 24.4% 1,337,71,87, 48.1% Dana alokasi khusus 455,996,465, 4.% 146,888,327, 32.2% Transfer pemerintah pusat lainnya 214,185,328, % 47,566,324, 22.2% Transfer Pemerintah Provinsi 325,98,749, % 136,616,24,33 42.% Lain-lain pendapatan daerah yang sah 797,245,371,566 7.% 282,675,26, % TOTAL PENDAPATAN 11,366,274,918,39 1% 3,84,67,592, % Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau(diolah) 55 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

67 Anggaran dan Realisasi Belanja Anggaran belanja Pemda 215 lebih rendah dibanding anggaran 214, terutama disebabkan oleh penurunan alokasi belanja operasi, yaitu pada belanja barang dan jasa. Selain itu, menurunnya DBH (khususnya sumber daya alam) mendorong Pemda untuk melakukan langkah pengetatan dan efisiensi belanja. Efisiensi belanja dilakukan sebagai langkah kebijakan fiskal pemerintah pada 215 dengan memfokuskan belanja pada kegiatan yang lebih produktif serta mendukung prioritas nasional. Sementara, menurunnya DBH merupakan penyesuaian terhadap rendahnya harga komoditas global (khususnya harga minyak mentah dan gas alam yang merupakan sumber pendapatan Kepri). Grafik 4.3 Komposisi Realisasi Belanja Tw II 215 Belanja Tidak Terduga.12% Belanja Modal 24.12% Belanja Operasi 73.8% Transfer Pemerintah Daerah 2.69% Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau (diolah) (Rp triliun) Grafik 4.4 Realisasi Belanja Pemda Tw II 215 Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tidak Terduga Anggaran Realisasi Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau (diolah) Transfer Pemerintah Daerah Realisasi belanja Pemda di wilayah Kepri pada triwulan II 215 sebesar Rp3.521 miliar atau mencapai 27,4% dari total anggaran pendapatan. Realisasi belanja Pemda sampai akhir semester I tersebut lebih tinggi dibanding realisasi pada tahun sebelumnya sebesar Rp3.2 miliar atau 26,3% dari total anggaran belanja 214. Realisasi belanja terutama bersumber dari belanja pegawai dan belanja barang dan jasa, meski persentasenya relatif lebih rendah dari realisasi 214 sebagai dampak langkah penghematan anggaran oleh Pemda. Kenaikan realisasi belanja terjadi pada belanja hibah khususnya di Batam, Anambas, Prov. Kepri, Batam dan Karimun dengan realisasi belanja hibah masing-masing sebesar (88,99%), (49,37%), (43,12%), dan (39,48%). Selain itu, meningkatnya transfer pemerintah daerah yang sudah terealisasi sebesar 73,9% turut mendorong belanja Pemda pada triwulan laporan. Alokasi belanja modal yang meningkat,75% dibanding anggaran 214, sejalan dengan realisasi belanja modal. Realisasi belanja modal pada triwulan laporan mencapai 56 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

68 3,5. 3,. 2,5. 2,. 1,5. 1, Rp488 miliar atau mencapai 15,7% dibandingkan periode sebelumnya hanya 11,7%. Belanja modal Pemda terutama untuk belanja modal jalan, irigasi dan jaringan dan belanja modal peralatan dan mesin. Tabel 4.2 Anggaran dan Realisasi Belanja Pemerintah Daerah di Wilayah Kepri Triwulan II 215 ANGGARAN REALISASI JENIS ANGGARAN Persentase Rp STRUKTUR (%) Rp Realisasi Belanja Operasi 9,4,16,76, % 2,777,149,4, % Belanja Pegawai 4,179,913,146, % 1,535,551,182, % Belanja Barang dan Jasa 3,478,642,8, % 787,815,846, % Subsidi 78,739,51,73.6% 14,217,274, % Hibah 749,731,321, % 316,315,38, 42.2% Bantuan Sosial 39,331,97, % 1,917,556,97 3.5% Bantuan Keuangan 63,658,928, % 112,332,161, % Belanja Modal 3,11,766,948, % 488,15,191, % Belanja Tidak Terduga 15,,,.1% 497,881,8 3.3% Transfer Pemerintah Daerah 345,523,65,1 2.7% 255,394,993, % TOTAL BELANJA 12,862,36,674,717 1% 3,521,57,467, % SURPLUS/DEFISIT -1,496,31,756, ,613,124,919 Pembiayaan Netto 1,38,314,54, ,934,427,498 - Penerimaan Pembiayaan Daerah 1,341,714,54,226 27,434,427,498 - Pengeluaran Pembiayaan Daerah 33,4,, 3,5,, SILPA -187,717,216,452 55,547,552,417 Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau(diolah) Sampai dengan triwulan II 215, kondisi keuangan daerah di wilayah Kepri mengalami surplus pendapatan sebesar Rp283 miliar yang disebabkan realisasi belanja lebih kecil dibanding realisasi pendapatan. Namun, surplus pendapatan tersebut lebih rendah dibanding pada triwulan I yang mencapai Rp635 miliar. Hal tersebut terkonfirmasi dari berkurangnya simpanan pemerintah di perbankan pada Juni 215 menurun 19,85% dibanding Maret 215. Grafik 4.5 Perkembangan Dana Simpanan Pemda Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Dana Simpanan Pemda g. Dana Simpanan Pemda (.1) (.2) (.3) (.4) (.5) (.6) 57 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

69 Anggaran dan Realisasi Belanja APBN Infrastruktur Di Kepulauan Riau Anggaran APBN Infrastruktur Kepri pada triwulan II 215 mengalami beberapa penyesuaian, pagu anggaran infrastruktur meningkat dari sebelumnya sebesar Rp1.975 miliar menjadi Rp2.555 miliar. Kenaikan pagu anggaran infrastruktur tersebut merupakan komitmen pemerintah pusat dalam memprioritaskan pengembangan infrastruktur khususnya sektor maritim melalui dukungan fiskal. Total APBN infrastruktur 215 meningkat 155,8% dibanding anggaran infrastruktur 214. Kenaikan pagu anggaran terutama pada jenis infrastruktur pelabuhan udara dan pelabuhan laut guna mendukung peningkatan konektivitas antardaerah. Adapun alokasi anggaran pembangunan bandara baru antara lain untuk pengadaan tanah dan pembangunan runway Bandara Sei Bati (Karimun) dan bandara Dabo (Lingga), serta pembangunan fasilitas terminal dan menara pengawas Pelabuhan Hang Nadim, Batam. Realisasi belanja infrastruktur (APBN) triwulan II 215 tercatat masih sangat rendah yaitu sebesar 8,28%. Kendala dalam penyerapan anggaran APBN, antara lain: restrukturisasi kementerian/lembaga, penghematan anggaran, penguatan anggaran infrastruktur dan pagu anggaran yang fluktuatif. Secara total, realisasi APBN di wilayah Kepri pada triwulan laporan mencapai Rp4.999 miliar atau 39,58% dari total pagu anggaran sebesar Rp miliar. Total anggaran APBN tersebut terdiri dari belanja pemerintah pusat dengan realisasi Rp1.36 miliar (2,98%) dari total anggaran Rp6.227 miliar. Selebihnya merupakan transfer ke daerah sebesar Rp6.41 dengan realisasi sebesar Rp3.692 miliar (57,68%). Tabel 4.3 Anggaran dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Wilayah Kepri Triwulan II 215 Jenis Infrastruktur Anggaran Anggaran 215 Realisasi 215 Penyerapan 215 s.d (dalam miliar) 214 Tw I Tw II Tw I Tw II Total Tw I Tw II Gedung dan Bangunan % 5.15% Jalan dan Jembatan % 11.95% Pelabuhan Udara % 17.77% Pelabuhan Laut %.9% Listrik % 2.51% Sumber Daya Air % 15.68% Peralatan dan Mesin % 7.95% Total Belanja Infrastruktur % 8.28% 58 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

70 BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Melambatnya sektor ekonomi utama menyebabkan terbatasnya lapangan pekerjaan yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat Kepri 5.1. KETENAGAKERJAAN Masih lesunya perekonomian baik di level global, nasional dan regional sampai semester I berdampak terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan yang jumlahnya mengalami penurunan sejak 214. Pada Februari 215, tercatat jumlah angkatan kerja yang bekerja sebanyak orang, menurun 3,6% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Disisi lain, jumlah angkatan kerja meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, tercatat angkatan kerja tumbuh,4% (yoy) atau sebanyak orang. Pertumbuhan angkatan kerja di tengah perlambatan ekonomi menyebakan berkurangnya serapan tenaga kerja, tercermin dari peningkatan tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang mencapai 9,1% (yoy) meningkat dibanding periode sebelumnya 5,3% (yoy). Sejalan dengan indikator TPT, jumlah pengangguran juga meningkat cukup signifikan 72,6% (yoy), serta menurunnya tingkat partisipasi angkatan kerja dari sebelumnya 67,8% menjadi 66,2%. Hal ini terkonfirmasi dari hasil liaison, beberapa perusahaan utama meminimalkan biaya tenaga kerja (dampak kenaikan UMK) dengan menerapkan beberapa strategi antara lain: pembelian mesin baru untuk meningkatkan efisiensi produksi serta mengurangi jumlah tenaga kerja khususnya tenaga kerja kontrak. Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut jenis kegiatan utama, Provinsi Kepulauan Riau Februari Agustus 214 Keterangan Pertumbuhan (%, yoy) Feb Agt Feb Agt Feb Feb '14 Ags'14 Feb'15 Angkatan Kerja 949,87 95, ,35 878, , Bekerja 888, ,66 845,88 819, , Pengangguran 6,666 56,69 46,947 58,759 81, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 6.4% 6.3% 5.3% 6.7% 9.1% Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 7.5% 65.6% 67.8% 66.% 66.2% Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau Berdasarkan lapangan usaha penyumbang utama penyerapan tenaga kerja di Kepri masih didominasi oleh sektor industri, perdagangan, jasa kemasyarakatan dan pertanian. Sementara itu, sektor yang mengalami penurunan serapan tenaga kerja paling tinggi di sektor pertambangan dan penggalian, perdagangan, konstruksi dan jasa kemasyarakatan dengan penurunan masing-masing sebesar 76,7%, 44,6% (yoy), 15,2% (yoy), dan 16,6% 59 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

71 (yoy). Penurunan serapan tenaga kerja di sektor pertambangan dan penggalian dipengaruhi pemberlakuan UU Minerba yang melarang ekspor bahan tambang mentah. Belum adanya progress pembangunan smelter di Provinsi Kepri menyebabkan melambatnya kinerja ekspor pertambangan terutama pada komoditas logam yang juga dipengaruhi dampak rendahnya harga komoditas global serta penertiban tambang-tambang ilegal. Sementara penurunan serapan tenaga kerja di sektor perdagangan dan jasa kemasyarakatan merupakan dampak perlambatan ekonomi tercermin dari masih melambatnya konsumsi masyarakat tercermin dari IKK menurun dari 14 pada triwulan I menjadi 11 pada triwulan laporan. Sementara itu, masih rendahnya realisasi belanja pemerintah khususnya belanja infrastruktur di semester I serta menurunnya investasi (investor masih wait and see) ditenggarai menjadi penyebab menurunnya serapan tenaga kerja di sektor konstruksi. Faktor tingginya upah tenaga kerja di Kepri (khususnya Batam) juga turut mempengaruhi angka serapan tenaga kerja. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui survei, liaison maupun FGD terhadap pelaku usaha, diketahui bahwa salah satu strategi perusahaan untuk mengurangi tekanan biaya tenaga kerja yang terus meningkat, yaitu dengan meningkatkan efisiensi dan otomasi proses produksi yang berdampak pada penurunan kebutuhan tenaga kerja. Tabel 5.2 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut jenis kegiatan utama, Provinsi Kepulauan Riau Februari Agustus 214 No Lapangan Usaha Pertumbuhan (%, yoy) % Februari Agustus Februari Agustus Februari Agst 214 Feb 215 Share 1 Pertanian 112,365 84, ,978 83,76 118, Pertambangan 41,43 17,57 28,3 12,639 6, Industri 126,78 213, ,575 21, , Listrik, Gas & Air Minum 2,935 3,456 2,741 3,679 3, Konstruksi 62,874 65,461 17,99 6,74 59, Perdagangan 187,35 224,798 19,31 233, , Transp., Pergudangan & Komunikasi 63,784 57,35 51,525 56,26 73, Keuangan 33,87 19,822 35,93 29,749 45, Jasa Kemasyarakatan 215, , , , , Penduduk Bekerja 846,43 86,73 845,88 819, , Sumber :BPS Secara struktural, pekerja Kepri didominasi pekerja formal, yaitu sebesar 71,2% dan sebanyak 28,8% bekerja pada sektor informal. Kondisi tersebut sesuai dengan struktur ekonomi Kepri yang ditopang oleh sektor industri pengolahan, membutuhkan banyak buruh/karyawan. Pekerja formal mencakup kategori buruh/karyawan (68,5%) dan bekerja dibantu buruh tetap (2,7%). Sementara pekerja informal mencakup berusaha sendiri (16,7%), pekerja keluarga/tidak dibayar (4,4%), berusaha dibantu buruh tidak tetap (4,2%), pekerja bebas di non pertanian (3,%), dan pekerja bebas di pertanian (,6%). 6 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

72 Grafik 5.1 Struktur Pekerja Kepri Pekerja bebas di pertanian; 1% Berusaha dibantu buruh tetap; 3% Pekerja bebas di non pertanian; 3% Berusaha dibantu buruh tidak tetap; 4% Pekerja keluarga/tak dibayar; 4% Buruh/karyawan; 68% Berusaha Sendiri; 17% Sumber: BPS Meningkatnya jumlah pengangguran tidak hanya berdampak terhadap kondisi ekonomi tetapi juga kondisi sosial. Dampak negatif peningkatan jumlah pengangguran terhadap kondisi sosial tercermin dari meningkatnya kriminalitas di Kepri (khususnya Batam). Kasus kriminal tercatat meningkat, sampai triwulan I 215 tercatat sekitar 325 kasus kriminal di Kepri. Masalah sosial lain yang umumnya muncul sebagai dampak peningkatan jumlah pengangguran antara lain peningkatan kemiskinan, meningkatnya anak putus sekolah, anak jalanan, pengemis dan gelandangan. Permasalahan sosial tersebut dapat menyebabkan lingkungan kurang kondusif yang mempengaruhi kegiatan bisnis dan investasi, dan bila tidak segera diatasi akan menghambat pertumbuhan ekonomi KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Pendapatan Rumah Tangga Hasil Survei Tendensi Konsumen 14 menunjukkan peningkatan yang tercermin dari Indeks Tendensi Konsumen (ITK) triwulan II 215 sebesar 18,82 meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 11,8. Meningkatnya ITK terutama didorong oleh peningkatan pendapatan masyarakat dan volume konsumsi barang/jasa yang berkenaan dengan pencairan THR (Tunjangan Hari Raya) dan konsumsi yang meningkat selama Ramadhan dan Idul Fitri. Meskipun terjadi kenaikan pendapatan dan konsumsi barang/jasa secara umum, namun kenaikannya tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya sebesar 113,6. 14) Indeks Tendensi Konsumen adalah indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang yang dihasilkan BPS melalui Survei Tendesi Konsumen (STK) 61 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

73 Grafik 5.2 Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen I II III IV I II III IV I II III IV I II Indeks Tendensi Konsumen Pendapatan Rumah Tangga Pengaruh inflasi thd tingkat konsumsi Tingkat Konsumsi makanan dan non makanan Sumber : BPS Provinsi Kepri Nilai Tukar Petani (NTP) Kesejahteraan petani menurun pada triwulan II 215, tercermin dari peningkatan Nilai Tukar Petani. NTP 15) pada triwulan laporan sebesar 98,92, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 1,14. NTP yang menurun menunjukkan penurunan nilai tukar produk pertanian dengan barang/jasa yang diperlukan petani baik untuk dikonsumsi maupun untuk memenuhi kebutuhan produksi pertanian. Angka NTP sebesar 98,92 mengindikasikan bahwa terjadi defisit dimana hasil yang didapatkan lebih rendah dari biaya yang telah dikeluarkan. 1. Tanaman Pangan Tabel 5.3 Nilai Tukar Petani Provinsi Kepri I II III IV I II a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) Hortikultura a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) Peternakan a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) Perikanan a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) Umum Keterangan a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP) Sumber: BPS Kepri ) NTP diatas 1 menunjukkan bahwa nilai indeks yang diterima oleh petani lebih tinggi dibanding nilai indeks yang dibayarkan oleh petani (terjadi surplus). Sementara NTP dibawah 1 menunjukkan bahwa nilai indeks yang diterima oleh petani lebih rendah dibanding nilai indeks yang dibayarkan oleh petani (terjadi defisit) 62 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

74 Berdasarkan subsektor, penurunan NTP tertinggi dicatatkan oleh subsektor tanaman pangan dan tanaman perkebunan rakyat. Sementara, NTP defisit dicatatkan oleh subsektor tanaman pangan dan tanaman perkebunan rakyat dengan NTP sebesar 99,3 dan 85,43. Kondisi tersebut dipengaruhi menurunnya harga pada komoditas sayur-sayuran yang sebelumnya mengalami kenaikan cukup tinggi serta harga jual komoditas hasil perkebunan yang masih rendah di pasar global. Secara triwulanan, hampir seluruh sektor mengalami penurunan kecuali sektor tanaman pangan. Grafik 5.3 Perkembangan NTP Grafik 5.4 NTP Berdasarkan Subsektor I II III IV I II III IV I II III IV I II I II III IV I II Indeks Diterima Petani Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (rhs) Umum Tanaman Perkebunan Rakyat Peternakan Tanaman Pangan Hortikultura Perikanan Sumber: BPS Sumber: BPS Di sisi lain, Indeks Konsumsi Rumah Tangga Pedesaan (IKRT) masih meningkat 1,37% (qtq) pada triwulan laporan, meski demikian peningkatannya masih lebih rendah dibanding triwulan 3,15% (qtq). Secara umum terjadi kenaikan pada keseluruhan kelompok barang, namun kenaikan IKRT terutama didorong kelompok transportasi dan komunikasi dan kelompok sandang yang meningkat sebesar 3,58% (qtq) dan 3,26% (qtq). Tabel 5.4 Perkembangan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Inflasi Inflasi I II III IV I II III IV I II Triwulanan Tahunan Konsumsi Rumah Tangga Bahan Makanan Makanan jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transportasi dan Komunikasi Sumber: BPS Kepri Sub Kelompok Sampai September 214, tingkat kesejahteraan penduduk Kepulauan Riau masih lebih baik dibanding nasional. Hal tersebut terlihat dari indikator kemiskinan antara lain: 63 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

75 persentase penduduk miskin 6,4% ( orang), sementara nasional mencapai 1,96%. Indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan Kepri lebih baik dibanding nasional. Selain itu, tingkat kesejahteraan penduduk Kepri juga sejalan dengan indikator Indeks pembangunan Manusia (IPM) yang selalu berada di atas rata-rata nasional. Data 213, IPM Kepri adalah 76,56 sementara nasional hanya sebesar 73,81. Grafik 5.5 Indikator Kemiskinan.5 Grafik 5.6 Perkembangan GINI Ratio Kepri Kepulauan Riau Nasional Kepri Nasional Indeks Kedalaman Kemiskinan Indeks Keparahan Kemiskinan Persentase Penduduk Miskin Sumber: BPS Sumber: BPS Nasional 64 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

76 BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Kepri pada triwulan III 215 diperkirakan menguat pada kisaran 6, 6,5% (yoy). Sementara untuk keseluruhan tahun 215, ekonomi diperkirakan melambat dibanding periode sebelumnya, dengan pertumbuhan pada kisaran 6,3 6,7% (yoy) PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI Searah dengan perkiraan perlambatan ekonomi Nasional, ekonomi Kepri secara keseluruhan 215 juga diperkirakan melambat pada kisaran 6,% - 6,5% (yoy). Perkiraan tersebut lebih rendah dibanding pertumbuhan ekonomi 214 sebesar 7,32% (yoy). Perlambatan ekonomi 215 dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi dunia yang berdampak pada penurunan permintaan ekspor Kepri dan penurunan kinerja sejumlah sektor ekonomi utama, khususnya sektor industri pengolahan. Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang dicatatkan pada triwulan I dan II diperkirakan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi 215 terealisasi lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Angka perkiraan 215 tersebut sekaligus merevisi perkiraan sebelumnya yaitu pada kisaran 7,5 7,7%. Perubahan proyeksi menjadi lebih rendah dibanding sebelumnya, didasarkan pada perkembangan terkini rilis pertumbuhan ekonomi Kepri sebesar 5,57%, atau melambat signifikan dibanding triwulan sebelumnya sebesar 7,14%. Sementara itu, pada triwulan III 215 perekonomian Kepri diprakirakan menguat dibanding pertumbuhan triwulan II 215. Penguatan perekonomian diperkirakan ditopang oleh peningkatan realisasi belanja pemerintah. Demikian juga investasi diperkirakan menguat, didukung oleh realisasi proyek-proyek infrastruktur pemerintah maupun swasta. Di sisi lain, di tengah ketidakpastian ekonomi global dengan gejolak penguatan mata uang Tiongkok (Yuan), krisis Yunani, dan potensi kenaikan Fed Fund Rate (FFR), maka permintaan ekspor diperkirakan masih akan melemah. Sementara itu, daya beli masyarakat diperkirakan relatif masih stabil. Berdasarkan data historis dan perkembangan beberapa indikator terkini, pertumbuhan ekonomi Kepri pada triwulan III 215 diprakirakan berada pada kisaran 7,3% - 7,5% (yoy). Dari sisi eksternal, pertumbuhan ekonomi global cenderung bias ke bawah dari perkiraan semula, ditengah ketidakpastian pasar keuangan global. Kecenderungan bias ke bawah tersebut terutama disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi AS yang lebih lambat dibanding perkiraan sebelumnya, sementara ekonomi Tiongkok juga masih pada trend melambat. Sejalan dengan itu, ketidakpastian kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) di AS 65 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

77 masih berlanjut. Kelesuan ekonomi global juga berimbas pada Singapura sebagai negara tujuan ekspor utama Kepri, mencatatkan perlambatan ekonomi pada triwulan pertama dan kedua. Di sisi lain, perekonomian Eropa membaik, ditopang oleh permintaan domestik yang meningkat di tengah tekanan krisis Yunani. Kondisi ekonomi dunia yang belum sepenuhnya pulih juga berdampak pada masih menurunnya harga komoditas internasional, meskipun harga minyak dunia mulai menunjukkan trend peningkatan. Tabel.6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global 213 Proyeksi PDB Dunia Negara Maju Amerika Serikat Kawasan Eropa Jepang Negara Berkembang Tiongkok India Negara Emerging Market Lainnya Dari sisi internal, investasi akan menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi Kepri. Peningkatan investasi diperkirakan terjadi baik pada investasi swasta maupun pemerintah. Melalui Focus Group Discussion (FGD), Badan Pengusahaan Kota Batam (BP Batam) menyatakan masih optimis tingkat investasi Batam 215 akan lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Periode Januari hingga Juli 215, jumlah perusahaan yang sudah mendapatkan izin prinsip investasi sebanyak 16 perusahaan dengan nilai rencana investasi mencapai 223 juta USD. (Juta USD) Grafik.6.1 Data Investasi Kota Batam 1, (Jan- Juli) Pendaftaran Investasi Realisasi Investasi Sumber: BP Batam Investasi juga akan ditopang melalui realisasi proyek-proyek infrastruktur pemerintah, baik dari proyek pemerintah daerah setempat maupun proyek pemerintah pusat di Kepri (pembiayaan APBN). Anggaran proyek infrastruktur pemerintah pusat di Kepri untuk 215 sebesar Rp2.555 miliar atau meningkat 156% dibanding pagu anggaran 214, namun baru terealisasi 8,28% pada semester pertama. Demikian juga belanja modal pemerintah daerah 66 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

78 dengan pagu anggaran sebesar Rp3.12 miliar, baru terealisasi 15,7%. Sesuai polanya, realisasi belanja modal diyakini akan meningkat tajam pada semester kedua. 1% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % 9% Grafik.6.2 Pola Realisasi Belanja Pemerintah Daerah 9% 8% 8% 26% 28% 26% 16% 54% 57% 44% 89% 9% I II III IV % 9.% 8.% 7.% 6.% 5.% 4.% 3.% 2.% 1.%.%.2% Grafik.6.3 Pola Realisasi Belanja Modal Pemerintah 1% 1% 1% 6.1% 9% 12% 8% 2% 43% 15% 78% 85% I II III IV % Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK), Kementerian Keuangan RI Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK), Kementerian Keuangan RI Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh stabil pada triwulan III 215. Konsumsi akan ditopang oleh peningkatan permintaan masyarakat pada Juli dengan adanya hari raya Lebaran. Hasil Survei Konsumen juga menunjukkan peningkatan tingkat optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini, setelah pada triwulan kedua sempat menyentuh level pesimis dua bulan berturut-turut. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 125 pada Juli, meningkat dibanding rata-rata triwulan kedua sebesar 14. Hasil survei juga menunjukkan bahwa peningkatan optimisme konsumen ditopang oleh peningkatan penghasilan, dengan indeks Juli sebesar 141, lebih besar dibanding rata-rata triwulan kedua sebesar 113. Kinerja ekspor dan impor kemungkinan masih pada trend melambat, seiring dengan pemulihan permintaan global yang berjalan lambat. Singapura sebagai negara tujuan utama ekspor Kepri, mencatatkan perlambatan ekonomi triwulan kedua 215 terutama disebabkan oleh kontraksi sektor manufaktur sebesar 4,9% (yoy). Pemulihan ekonomi AS juga berjalan lambat, sementara ekonomi Tingkok dan Jepang masih melambat. Di sisi lain, harga minyak dunia meskipun sudah menunjukkan trend peningkatan namun relatif masih pada level rendah, mengurangi insentif untuk berinvestasi pada sektor migas. Berdasarkan kondisi tersebut, maka permintaan ekspor pada triwulan ketiga diperkirakan masih akan melambat, baik untuk komoditas elektronik, produk besi baja dan kapal untuk sektor migas, mapun mesin-mesin dan sejumlah komoditas unggulan ekspor lainnya. Hasil SKDU secara umum juga menunjukkan sikap pesimis pengusaha terhadap prospek kegiatan bisnis triwulan III KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

79 (SBT) (2.) (4.) Grafik.6.4 Perkiraan Kegiatan Usaha Berdasarkan SKDU I II III IV I II III IV I II III IV I II III Realisasi Kegiatan Usaha (SBT) Perkiraan Kegiatan Usaha (SBT) Optimis Pesimis Grafik.6.5 Hasil Survei Konsumen INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI (IKE) INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK) Sumber: SKDU BI Provinsi Kepulauan Riau Sumber: Survei Konsumen KPw BI Kepulauan Riau 6.2. PROSPEK INFLASI Laju inflasi berpotensi meningkat pada triwulan III 215. Secara keseluruhan 215, tekanan inflasi diperkirakan akan lebih rendah dibanding 214. Peningkatan laju inflasi triwulan ketiga masih akan bersumber dari kelompok volatile food dan administered price, sementara laju inflasi kelompok inti diperkirakan relatif stabil. Kenaikan inflasi triwulan ketiga terutama terjadi pada Juli, seiring peningkatan permintaan pada periode Idul Fitri. Rilis inflasi Juli mencatatkan laju inflasi sebesar 1,67% (mtm), merupakan yang tertinggi sepanjang 215, dengan andil terbesar inflasi disumbang oleh komoditas aneka cabai dan tarif angkutan udara. Kenaikan harga cabai masih disebabkan oleh keterbatasan pasokan sementara tingkat permintaan khususnya menjelang Idul Fitri cenderung meningkat. Lonjakan penumpang saat arus mudik dan arus balik mendorong kenaikan tarif angkutan udara. Sementara itu, inflasi kelompok inti relatif stabil diperkirakan dipengaruhi oleh masih lemahnya daya beli masyarakat di tengah inflasi tinggi bahan makanan. Pada Agustus dan September, inflasi tinggi masih berpotensi terjadi pada volatile food. Risiko inflasi volatile food yang paling dikhawatirkan yaitu kemungkinan penurunan hasil panen sebagai dampak El Nino. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika melalui media cetak dan elektronik menyatakan bahwa El Nino akan menguat pada Agustus hingga Desember 215. El Nino akan menyebabkan musim kemarau 215 lebih panjang dibanding 214, dan awal musim hujan 215/216 akan mengalami kemunduran. Kondisi tersebut berdampak kekeringan panjang pada sejumlah daerah di Indonesia terutama Indonesia bagian Timur dan daerah-daerah yang terletak di Lintang Selatan, seperti Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulsel, dan Papua bagian selatan. Meskipun demikian, pemerintah terus memantau perkembangan El Nino, sambil menyiapkan langkah-langkah 68 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

80 antisipasi penurunan stok bahan makanan, antara lain mengkaji kemungkinan impor beras dan sejumlah komoditas strategis lainnya. Inflasi kelompok administered price juga berpotensi meningkat, searah trend rebound harga minyak dunia. Kenaikan harga minyak dunia akan mempengaruhi harga harga bahan bakar minyak (BBM), mengingat pemerintah sudah tidak lagi memberikan subsidi untuk BBM premium. Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak pada posisi Juni 215 sebesar USD 6,48/barel, telah mengalami kenaikan dibanding terakhir kali pemerintah menaikkan harga BBM pada Maret, saat itu harga minyak sebesar USD 52,34/barel. (USD/barel) Grafik 6.7 Harga Minyak Harga WTI (West Texas Intermediate) Harga Minas Sumber: Bloomberg Komoditas inti juga diperkirakan mencatatkan kenaikan harga, namun relatif stabil dibanding triwulan kedua. Risiko inflasi volatile food dan administered price akan berpengaruh pada komoditas inti. Kenaikan harga bahan makanan berpotensi mendorong kenaikan komoditas makanan jadi. Sementara itu, kenaikan harga BBM akan mendorong kenaikan biaya transportasi dan kenaikan biaya sejumlah biaya produksi. Meskipun demikian, daya beli masyarakat yang diperkirakan belum sepenuhnya membaik pada triwulan ketiga akan menjadi faktor penahan tingkat permintaan, menahan laju inflasi inti. Mencermati perkembangan tersebut, laju inflasi Kepri pada triwulan III 215 diprakirakan pada kisaran 8,3% 8,6% (yoy), sementara target inflasi keseluruhan tahun 215 sebesar 4,±1%. Proyeksi inflasi triwulan III tersebut lebih tinggi dibanding angka inflasi periode yang sama tahun lalu sebesar 4,42% (yoy). 69 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215

81 L A M P I R A N

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya, Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215 dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau November 216 Publikasi Triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Agustus 216 Publikasi Triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Februari 217 Publikasi Triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013 Asesmen Ekonomi Badan Pusat Statistik (BPS) Kepulauan Riau menetapkan angka final PDRB untuk tahun 2012 bersamaan dengan publikasi PDRB tahun

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NOVEMBER 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Periode Februari 2018

Periode Februari 2018 i Periode Februari 2018 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally left blank ii Periode Februari 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Mei 2017 Publikasi Triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau i KEKR Provinsi Kepulauan Riau Periode Mei 2017 ii KEKR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN II 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank

Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank TRIWULAN I 216 i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii Triwulan I 216 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN EKONOMI Jl.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH NOVEMBER 216 (Kajian Triwulan III-216) VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 52/08/35/Th.XV, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 37/08/Th.XX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I - 2017 EKONOMI ACEH SEMESTER I-2017 DENGAN MIGAS NAIK 3,67 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,54 PERSEN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN III 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: AGUSTUS 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 No. 54/08/19/Th.XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2017 TUMBUH 1,70 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2014 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 58/8/21/Th. XII, 7 Agustus 217 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-217 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II 217 (Q TO Q) TUMBUH SEBESAR 1,16 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Lebih terperinci

Periode Agustus 2017

Periode Agustus 2017 i Periode Agustus 2017 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii Periode Agustus 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

Periode Februari 2018

Periode Februari 2018 i Periode Februari 2018 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally left blank ii Periode Februari 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Agustus 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2 Kupang

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 36/05/21/Th. XII, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I 2017 (Q TO Q) MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR -2,76 PERSEN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY i Periode Mei 2017 ii Periode Mei 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN EKONOMI Jl. Jenderal Sudirman No. 22 Padang Telp. 0751-31700 Fax. 0751-27313

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 55/08/35/Th.XIII, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II 2015 TUMBUH 5,25 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 No. 31/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2017 TUMBUH SEBESAR 5,75% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,34% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK No. 65/08/21/Th.X, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN TRIWULAN II-2015 TUMBUH 6,35 PERSEN (C-TO-C) Perekonomian

Lebih terperinci

Periode November 2016

Periode November 2016 i Periode November ii Periode November 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN EKONOMI Jl. Jenderal Sudirman No. 22 Padang Telp. 0751-31700 Fax. 0751-27313

Lebih terperinci