KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau November 216 Publikasi Triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau

2

3 K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya, Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau November 216 dapat diselesaikan. Selain itu dalam laporan ini juga dikemukakan hal-hal lain yang terkait dengan tugas Bank Indonesia antara lain asesmen perekonomian di Provinsi Kepulauan Riau secara umum serta prospeknya. Bank Indonesia menyadari bahwa peran perekonomian regional menjadi semakin penting dalam konteks pertumbuhan ekonomi nasional. Implementasi otonomi daerah serta potensi ekonomi regional yang besar telah terbukti ikut berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau secara rutin melakukan asesmen perekonomian Provinsi Kepulauan Riau. Asesmen perekonomian mencakup perkembangan ekonomi makro regional, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran. Asesmen perekonomian Provinsi Kepulauan Riau dilakukan setiap triwulan dan laporan dimaksud dikenal dengan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kepulauan Riau. Penyusunan KEKR dimaksud sebagai upaya memenuhi kebutuhan stakeholder eksternal serta bagi Kantor Pusat Bank Indonesia. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau yang telah bersedia bekerjasama dalam menyusun perhitungan PDRB Provinsi Kepulauan Riau secara triwulan, ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan kajian ini. Harapan kami hubungan yang baik ini dapat ditingkatkan lagi di masa yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar. Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah senantiasa melimpahkan ridho-nya dan memberikan kemudahan-kemudahan kepada kita semua dalam meningkatkan kinerja kita semua. Batam, November 216 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN RIAU ttd Gusti Raizal Eka Putra Deputi Direktur i KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

4 ii KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216 Halaman ini sengaja dikosongkan

5 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR LAMPIRAN... xii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI DAERAH PERTUMBUHAN EKONOMI SISI PENGELUARAN Konsumsi Rumah Tangga Investasi Ekspor Impor PERTUMBUHAN EKONOMI BERDASARKAN LAPANGAN USAHA Sektor Industri Pengolahan Sektor Konstruksi Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor Sektor Pertambangan dan Penggalian BAB II KEUANGAN PEMERINTAH REALISASI PENDAPATAN REALISASI BELANJA ANGGARAN DAN REALISASI APBN DI WILAYAH KEPRI BAB III PERKEMBANGAN INFLASI KEPULAUAN RIAU REALISASI PENDAPATAN Inflasi Tahunan (yoy) Inflasi Triwulanan (qtq) PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA iii KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

6 3.3. DISAGREGASI INFLASI Inflasi Volatile Foods Inflasi Administered Prices Inflasi Inti UPAYA PENGENDALIAN INFLASI... 3 BAB IV ASESMEN STABILITAS KEUANGAN DAERAH PERKEMBANGAN PERBANKAN KEPRI Perkembangan Aset Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Perkembangan Kredit Perbankan Intermediasi dan Risiko Perbankan PERKEMBANGAN STABILITAS KEUANGAN DAERAH Ketahanan Sektor Korporasi Ketahanan Sektor Rumah Tangga Ketahanan Unit Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow /Outflow ) Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Upaya Menekan Peredaran Uang Palsu TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI Kelancaran Transaksi Sistem Pembayaran Non Tunai Pengembangan Layanan Keuangan Digital Pengembangan Elektronifikasi TRANSAKSI KUPVA DAN PTD Perkembangan Transaksi KUPVA Perkembangan Transaksi Penyelenggara Transfer Dana (PTD)...47 BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN KETENAGAKERJAAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT...5 iv KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

7 Kemiskinan GINI RATIO (GR) Nilai Tukar Petani (NTP)...51 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI PROSPEK INFLASI REKOMENDASI...57 v KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

8 DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Pengeluaran... 5 Tabel 1.2. Komoditas Utama Ekspor Non Migas Kepri (Kumulatif Jan - Sept 216)... 9 Tabel 1.3. Komoditas Utama Impor Non Migas Kepri (Kumulatif Jan - Sept 216) Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Lapangan Usaha Tabel 2.1. Realisasi APBD Di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III Tabel 2.2. Anggaran dan Realisasi Belanja Pemerintah Daerah di Wilayah Kepri Triwulan III Tabel 2.3. Anggaran dan Realisasi Belanja Infrastruktur Pemerintah Pusat di Wilayah Kepri Triwulan III Tabel 3.1. Inflasi Tahunan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa Tabel 3.2. Inflasi Triwulanan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa Tabel 4.1. Perkembangan Indikator Utama Perbankan Kepri Tabel 4.2. Perkembangan Kredit Perbankan berdasarkan Sektor Ekonomi... 4 Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke atas menurut jenis kegiatan utama di Provinsi Kepulauan Riau Tabel 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun ke atas menurut jenis kegiatan utama di Provinsi Kepulauan Riau Tabel 6.3 Profil Kemiskinan di Provinsi Kepri... 5 Tabel 6.4 Nilai Tukar Petani Provinsi Kepri Tabel 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global vi KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

9 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1. Struktur Ekonomi Sisi Pengeluaran... 4 Grafik 1.2. Perkembangan Konsumsi RT Kepri... 5 Grafik 1.2 Perkembangan Kredit Konsumsi Kepri... 5 Grafik 1.4 Perkembangan KKB dan KPR Kepri... 6 Grafik 1.5 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen... 6 Grafik 1.6 Hasil Survei Konsumen... 6 Grafik 1.7 PMTB Bangunan dan Non Bangunan... 7 Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Investasi Kepri... 7 Grafik 1.9 Perkembangan Realisasi Investasi PMA... 7 Grafik 1.1 Perkembangan Realisasi Investasi PMDN... 7 Grafik 1.11 Porsi Ekspor Migas dan Non Migas... 8 Grafik 1.12 Perkembangan Ekspor Migas dan Non Migas... 8 Grafik 1.13 Ekspor LN Komoditas Utama (Non Migas)... 9 Grafik 1.14 Komposisi Impor Migas dan Non Migas... 1 Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Impor Migas dan Non Migas... 1 Grafik 1.16 Komposisi Impor Non Migas Grafik 1.17 Perkembangan Impor Non Migas Grafik 1.18 Kontribusi Lapangan Usaha Terhadap PDRB (%Y-o-Y) Grafik 1.19 Hasil SKDU Sektor Industri Pengolahan Grafik 1.2 Penyerapan Kredit Sektor Industri (Berdasarkan Lokasi Proyek) Grafik 1.21 Penyerapan Kredit Sektor Industri (Berdasarkan Lokasi Proyek) Grafik 1.22 Hasil SKDU Sektor Bangunan Grafik 1.23 Perkembangan Konsumsi Semen Kepri Grafik 1.24 Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Baru Grafik 1.25 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan Grafik 1.26 Perkembangan Jumlah Wisman Grafik 1.27 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Grafik 1.28 Volume Lifting Gas Kepri Grafik 1.29 Volume Lifting Minyak Kepri Grafik 1.3 Harga Gas Alam Grafik 1.31 Harga Minyak Grafik 1.32 Ekspor Hasil pertambangan & Penggalian Grafik 2.1 Komposisi Realisasi Pendapatan Tw III Grafik 2.2 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemda vii KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

10 Grafik 2.2 Komposisi Realisasi Belanja Tw III Grafik 2.4 Realisasi Belanja Pemda Tw III Grafik 2.5 Perkembangan Dana Simpanan Pemda Grafik 3.1 Inflasi Tw III 216 (yoy) Regional Sumatera Grafik 3.2 Perkembangan Inflasi Triwulan III Grafik 3.3 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kepri, Sumatera, dan Nasional Grafik 3.4 Perkembangan Inflasi Tahunan Kepri, Batam, dan Tanjungpinang Grafik 3.5 Perkembangan Disagregasi Inflasi Kepri Grafik 3.6 Pola Inflasi Volatile Foods Grafik 3.7 Pola Inflasi Bulanan Beras Grafik 3.8 Pola Inflasi Bulanan Ikan Segar Grafik 3.9 Pola Inflasi Bulanan Cabai Merah Grafik 3.1 Perkembangan Inflasi Bulanan Administered Price Grafik 3.11 Perkembangan Inflasi/Deflasi Angkutan Udara Grafik 3.12 Pola Inflasi Bulanan Kelompok Inti... 3 Grafik 3.13 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah... 3 Grafik 4.1 Perkembangan Aset Perbankan Kepri Grafik 4.2 Pertumbuhan Aset Berdasarkan Kelompok Bank Umum Grafik 4.3 Perkembangan DPK Perbankan Kepri Grafik 4.4 DPK Perbankan Kepri Berdasarkan Jenisnya Grafik 4.5 Perkembangan Kredit Kepri (Lokasi Proyek) Grafik 4.6 Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (Lokasi Proyek) Grafik 4.7 Porsi Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik 4.8 Perkembangan Suku Bunga Kredit Perbankan Grafik 4.9 Intermediasi dan Risiko Perbankan Kepri Grafik 4.1 Hasil SKDU Grafik 4.11 SKDU Sektor Industri Pengolahan Grafik 4.12 Perkembangan DPK Perseorangan... 4 Grafik 4.12 Indeks Penghasilan Konsumen dan Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama... 4 Grafik 4.14 Penggunaan Kredit Konsumsi Grafik 4.15 Pertumbuhan KPR, KKB, Multiguna Grafik 4.16 Kredit UMKM oleh Bank Umum Grafik 5.1 Perkembangan Inflow dan Outflow Kepri Grafik 5.2 Perkembangan Pertumbuhan Inflow dan Outflow Grafik 5.3 Perkembangan Pemusnahan UTLE Grafik 5.4 Perkembangan Penemuan Uang Rupiah Tidak Asli viii KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

11 Grafik 5.5 Perkembangan Kliring Kepri Grafik 5.6 Perkembangan Pertumbuhan Kliring Kepri Grafik 5.7 Perkembangan Transaksi KUPVA Grafik 5.8 Pergerakan Transaksi KUPVA dan Nilai Tukar Rupiah Grafik 5.9 Proporsi UKA Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi PTD Grafik 5.11 Jenis Transaksi PTD Grafik 6.1 Struktur Pekerja Kepri Grafik 6.2 Perkembangan Gini Ratio Kepri Grafik 6.3 Perkembangan NTP Grafik 6.4 NTP Berdasarkan Subsektor Grafik 7.1 Survei Konsumen: Perkiraan 6 Bulan YAD Grafik 7.2 Perkiraan Investasi (Survei Liaison) Grafik 7.3 Perkiraan Penjualan (Survei Liaison) Grafik 7.4 Perkiraan Penjualan (Survei Liaison) Grafik 7.5 Perkembangan Harga Emas ix KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

12 RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau November 216 Perekonomian Kepri tumbuh 4,64% (yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 5,5% (yoy) Dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi terjadi pada semua komponen Dari sisi lapangan usaha, perlambatan ekonomi menekan sektor industri pengolahan, konstruksi dan sektor perdagangan Perekonomian Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan III 216 melambat dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Kepri sebesar 4,64% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,5% (yoy). Dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi terjadi pada semua komponen utama ekonomi Kepri baik investasi, konsumsi dan aktivitas ekspor-impor. Dari sisi penawaran, perlambatan ekonomi menekan sektor industri pengolahan, konstruksi dan sektor perdagangan. Memasuki triwulan IV 216, perekonomian Kepri diperkirakan menguat terbatas yang ditopang oleh sektor konstruksi dan perdagangan. Konsumsi RT tumbuh 7,7% (yoy) melambat dibanding triwulan II 216 yang tumbuh 8,58% (yoy). Puncak konsumsi Ramadan dan Idul Fitri pada triwulan II 216 berdampak pada perlambatan konsumsi RT khususnya pertumbuhan konsumsi makanan dan minuman yang melambat dari 7,65% (yoy) menjadi 5,5% (yoy). Selain itu, investasi tercatat melemah,11% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 8,63% (yoy). Pelemahan PMTB terutama akibat kontraksi subsektor bangunan sebesar 4,35% (yoy) menurun signifikan dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 11,32% (yoy). Sementara itu, ekspor melambat 1,3% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,98%% (yoy), kontraksi ekpor LN yang semakin dalam menjadi pemicu perlambatan ekspor. Ekspor LN terkontraksi 4,24% (yoy) lebih dalam dibanding kontraksi periode sebelumnya,34% (yoy). Impor juga melambat 3,12% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,45% (yoy). Perlambatan terutama disumbang turunnya impor antarprovinsi 12,8% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya 24,12% (yoy). Pada triwulan akhir, konsumsi dan investasi diperkirakan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Kepri. Sektor industri pengolahan hanya mampu tumbuh 4,4% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya 5,13% (yoy). Rendahnya permintaan produk utamanya dari permintaan ekspor menjadi pemicu perlambatan industri pengolahan. Sementara itu, Sektor konstruksi tertekan oleh rendahnya investasi swasta dan sejumlah proyek infrastruktur yang dibatalkan/ditunda. Pertumbuhan sektor konstruksi pada triwulan III sebesar 3,84% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 4,44% (yoy). Kemudian, Pergeseran puncak konsumsi berdampak pada pelemahan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor. Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor tumbuh 8,5% (yoy), lebih rendah dibanding 1 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

13 pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 9,14% (yoy). Memasuki triwulan IV 216, perekonomian Kepri diperkirakan menguat terbatas yang ditopang oleh sektor konstruksi dan perdagangan. Penguatan akan ditopang sektor konstruksi (potensi peningkatan realisasi belanja modal dan infrastruktur serta perkiraan hasil SKDU yang masih dalam level optimis) dan perdagangan (meningkatnya kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara). Realisasi pendapatan Pemerintah Daerah meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Inflasi pada triwulan III 216 yang tercatat sebesar 3,2% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,85% (yoy) Tekanan perlambatan ekonomi turut mempengaruhi kinerja perbankan. Meski demikian, stabilitas sistem keuangan di wilayah Kepri secara umum terjaga dengan baik Pendapatan dan belanja Pemda terealisasi masing-masing sebesar 68,3% dan 54,6% dari pagu anggaran. Realisasi tersebut lebih tinggi dibanding capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar masing-masing 54% dan 43,3%. Membaiknya realisasi pendapatan didukung oleh kelancaran transfer dari pemerintah pusat dan peningkatan PAD khususnya dari pajak daerah. Sementara penyerapan anggaran yang lebih tinggi melalui belanja menunjukkan upaya Pemda untuk mempercepat pelaksanaan program kerjanya. Adapun belanja APBN di wilayah Kepri telah terealisasi 56,1%, juga lebih baik dibanding capaian periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 43,1%. Inflasi pada triwulan III 216 yang tercatat sebesar 3,2% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,85% (yoy). Meredanya tekanan inflasi pada bulan ini terutama masih didorong oleh koreksi harga komoditas sayuran yang didukung oleh kondisi cuaca dan pasokan yang melimpah. Namun demikian, peningkatan harga terjadi pada beberapa komoditas a.l sewa rumah, cabai merah, tarif listrik dan kelompok rokok di sepanjang triwulan III 216. Secara spasial, laju inflasi Batam 3,14% (yoy) lebih tinggi dibanding Tanjungpinang sebesar 2,29% (yoy). Inflasi Oktober sebesar,1% (mtm) atau 3,87% (yoy) melambat dibanding September,32% (mtm) atau 3,2% (yoy). Dengan demikian, realisasi inflasi tersebut mendukung pencapaian inflasi year to date sampai Oktober sebesar 2,38% (ytd). Kinerja perbankan menurun tercermin dari penurunan aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit. Ketiga indikator tersebut tercatat menurun masing-masing sebesar 1,96% (yoy), 2,53% (yoy), dan 1,56% (yoy). Kelesuan permintaan global dan domestik menyebabkan pelaku usaha cenderung menahan investasi maupun ekspansi usaha, yang kemudian mempengaruhi kinerja kredit, khususnya kredit investasi dan modal kerja. Sementara penurunan DPK mengindikasikan penurunan penghasilan masyarakat, sehingga melakukan penarikan dana simpanannya untuk keperluan konsumsi. Di tengah tekanan perlambatan ekonomi, stabilitas keuangan daerah relatif tetap terjaga. Hal ini tercermin dari tingkat kredit bermasalah yang terjaga pada batas aman serta tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi yang tetap kuat dan terjaga pada level optimis. Aktivitas sektor UMKM juga tetap berlangsung dengan baik, tercermin dari pertumbuhan positif kredit UMKM dengan kualitas kredit cukup baik. 2 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

14 Sejalan dengan perlambatan ekonomi, aktivitas sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai mengalami penurunan pada triwulan ketiga Perlambatan pertumbuhan ekonomi berimbas pada penurunan serapan tenaga kerja dan peningkatan jumlah pengangguran Pertumbuhan ekonomi Kepri triwulan I 217 diperkirakan masih melambat Tren perlambatan inflasi diperkirakan berlanjut hingga triwulan IV 216. Aktivitas pembayaran baik secara tunai maupun non tunai tercatat menurun pada triwulan laporan. Net outflow menurun 58,88% (yoy), sementara pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh 42,88% (yoy). Trend penurunan transaksi kliring juga masih berlanjut pada triwulan ketiga. Nominal dan jumlah warkat transaksi kliring tercatat menurun masing-masing sebesar 13,9% (yoy) dan 13,57% (yoy). Penurunan transaksi tunai dipengaruhi sejumlah faktor antara lain kegiatan transaksi keuangan yang cenderung menurun pasca puncak belanja Ramadan dan Idul Fitri pada Juni 216, serta dipengaruhi pula oleh perlambatan ekonomi pada triwulan III 216. Terbatasnya pertumbuhan ekonomi Kepri mendorong peningkatan pengangguran. Tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 216 sebesar 7,69%, meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,63%. Perlambatan kinerja sektor-sektor ekonomi utama menyebabkan penurunan kebutuhan tenaga kerja. Di tengah kondisi ini, jumlah angkatan kerja justru tumbuh relatif stabil sebesar 4,42% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,43% (yoy). Ketersediaan lapangan pekerjaan yang tidak sebanding dengan pertumbuhan angkatan kerja menyebabkan peningkatan jumlah pengangguran terbuka. Pada posisi Agustus jumlah pengangguran sebanyak orang atau tumbuh 29,47% (yoy). Di tengah peningkatan angka pengangguran terbuka, indikator kemiskinan penduduk Kepri relatif membaik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah penduduk miskin Kepri pada Maret 216 tercatat sebanyak orang dengan persentase penduduk miskin 5,98% menurun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak orang atau 6,24% dari total penduduk Kepri. Perekonomian Kepri 217 diperkirakan pada kisaran 4,8% - 5,2% (yoy), tumbuh menguat dibanding 216 yang diperkirakan 4,6-5,% (yoy). Perekonomian global yang diperkirakan tumbuh menguat pada 217 yang berpotensi baik pada negara maju dan negara berkembang. Perbaikan ekonomi global akan mendorong permintaan produk ekspor non migas Kepri dengan negara tujuan ekspor utama yaitu Singapura, Amerika Serikat, Tiongkok dan Jepang. Sejalan dengan perkiraan pemulihan ekonomi global di 217, harga komoditas diperkirakan akan meningkat didorong peningkatan permintaan global. Perbaikan harga migas diperkirakan akan mendorong ekspor migas Kepri (gas alam). Capaian inflasi Kepri 216 diperkirakan pada koridor sasaran inflasi nasional sebesar 4 ± 1% (yoy), juga lebih rendah dibanding inflasi 215 yang sebesar 4,4% (yoy). Perlambatan inflasi 216 akan ditopang beberapa faktor yaitu laju inflasi beras yang lebih stabil dibanding 215, berlanjutnya penurunan harga bahan bakar sejalan dengan penurunan harga minyak dunia, inflasi inti yang terkendali, tingkat inflasi Idul Fitri yang lebih rendah dibanding rata-rata historisnya, dan koordinasi pengendalian inflasi yang semakin kuat oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). 3 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

15 BAB 1 PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI DAERAH Ekonomi melemah pada triwulan III 216 didorong oleh rendahnya realisasi investasi serta pelemahan konsumsi rumah tangga yang berdampak pada sektor ekonomi utama Kepri Perekonomian Kepri hanya mampu tumbuh 4,64% (yoy) melemah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 5,5% (yoy). Sejalan dengan perekonomian Nasional yang tumbuh melambat dari 5,19% (yoy) menjadi 5,2% (yoy) pada triwulan III 216. Menurunnya realisasi investasi dan konsumsi rumah tangga (RT) menekan pertumbuhan ekonomi Kepri yang sejalan dengan menurunnya kinerja motor perekonomian terutama sektor industri pengolahan, sektor konstruksi dan sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor PERTUMBUHAN EKONOMI SISI PENGELUARAN Dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi terjadi pada semua komponen utama ekonomi Kepri baik investasi, konsumsi dan aktivitas ekspor-impor. Masih rendahnya permintaan akibat perlambatan ekonomi global menekan investasi khususnya investasi swasta serta kinerja ekspor-impor. Sementara pergeseran puncak konsumsi Ramadan dan Idul Fitri menjadi penyebab melambatnya pertumbuhan konsumsi RT. Triwulan IV 216, perekonomian Kepri diperkirakan menguat terbatas. Konsumsi diperkirakan menguat ditopang penyelenggaraan sejumlah kegiatan pariwisata Festival Bahari Sail Karimata 216 yang diselenggarakan di Kepri pada Oktober 216 lalu. Investasi akan ditopang percepatan realisasi belanja modal dan infrastruktur yang sampai triwulan III 216 realisasi belanja modal Pemda baru mencapai 4,3%. Sementara aktivitas ekspor-impor masih pada tren menurun dipengaruhi rendahnya pertumbuhan ekonomi global dan harga komoditas. Grafik 1.1 Struktur Ekonomi Sisi Pengeluaran Konsumsi LNPRT;,23% Konsumsi Pemerintah; 6,1% PMTB; 39,79% Total Net Ekspor; 15,32% Konsumsi RT; 38,15% Sumber: BPS, diolah 4 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

16 Pertumbuhan Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Pengeluaran I II III IV Total I II III Persen (Y-oY) 1. Konsumsi RT 7,76 7,5 6,89 6,29 7,9 6,3 8,58 7,7 2,63 2. Konsumsi LNPRT -6,36-5,53 4,97 37,46 7,44 6,6 7,33 4,3,1 3. Konsumsi Pemerintah 4,6 3,99 2,32 3,27 3,25 8,81 12,41,49,3 4. PMTB 5,14 3,58,32 3,99 3,25-2,14 8,63,11,4 5. Perubahan Inventori -76,94-81,57-73,57 -,98-72,85 2,83-2,13-6,79 -,3 6. Total Net Ekspor 18,2 28,65 25,15 7,7 2,23 13,53-7,95 1,52 1,96 TOTAL EKSPOR 19,69 7,26-2,2 9,99 8,15 3,17 5,6 3,98 6,42 - Ekspor Luar Negeri 16,73 88,51 46,73-18,27 41,2 4,2 -,34-4,24-4,43 - Ekspor Antar Provinsi -29,74-37,92-39,4 134,24-2,89 2,5 15,63 19,11 1,85 TOTAL IMPOR 19,91 4,89-4,92 1,26 6,8,54 7,45 3,12 4,46 - Impor Luar Negeri -1,94-1,1-4,19-2,31-2,4-1,19-8,49-6,9-4,28 - Impor Antar Provinsi 5,1 11,98-5,61 24,15 17,24 2,9 24,12 12,8 8,73 Pertumbuhan PDRB 6,83 6,7 5,4 5,2 6,2 4,54 5,5 4,64 4,64 Sumber : BPS (Data diolah) Sumber Pertumbuhan (%) Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi rumah tangga (RT) melambat dipengaruhi pergeseran puncak konsumsi Ramadan dan Idul Fitri. Konsumsi RT tumbuh 7,7% (yoy) melambat dibanding triwulan II 216 yang tumbuh 8,58% (yoy). Puncak konsumsi Ramadan dan Idul Fitri pada triwulan II 216 berdampak pada perlambatan konsumsi RT khususnya pertumbuhan konsumsi makanan dan minuman yang melambat dari 7,65% (yoy) menjadi 5,5% (yoy). Grafik 1.2 Perkembangan Konsumsi RT Kepri Grafik 1.3 Perkembangan Kredit Konsumsi Kepri % (yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: BPS (Data diolah) Konsumsi RT Konsumsi RT Makanan dan Minuman Penyaluran kredit konsumsi berdasarkan lokasi bank di Kepri juga tercatat melambat, 1,14% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,87% (yoy). Lebih rinci lagi, penyaluran Kredit Kendaraan Bermotor dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang juga tercatat menurun pada triwulan laporan. KKB mengalami kontraksi 4,6% (yoy) menurun dibanding triwulan sebelumnya yang masih tumbuh 2,46% (yoy). Sementara KPR mencatatkan perlambatan pertumbuhan menjadi 9,94% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,13% (yoy). (Rp miliar) ,87 1,14 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: Bank Indonesia Kredit Konsumsi growth- Kredit Konsumsi (RHS) (%, yoy) 25, 2, 15, 1, 5,, 5 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

17 Grafik 1.4 Perkembangan KKB dan KPR Kepri %, yoy (1) (2) I II III IV I II III IV I II III IV I II III KPR KKB Sumber: Bank Indonesia Meski demikian, domestic demand tetap terjaga yang tercermin dari indeks keyakinan konsumen yang menguat dengan laju inflasi yang relatif rendah. Hasil survei konsumen menunjukkan peningkatan keyakinan konsumen, kondisi ekonomi maupun ekspektasi pada triwulan III 216 dibanding periode sebelumnya. Namun ditengah peningkatan indeks penghasilan konsumen sebesar 139,43 dari triwulan sebelumnya sebesar 127,5, terjadi perlambatan konsumsi barang-barang kebutuhan tahan lama 118,5 menjadi 111,44 akibat pergeseran puncak konsumsi. Hal tersebut juga ditopang oleh laju inflasi yang terjaga sepanjang 216. Laju inflasi sampai triwulan III 216 sebesar 3,2% (yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 3,85% (yoy). Sementara realisasi belanja pemerintah tercatat masih rendah yang terutama pada belanja barang dan jasa (selengkapnya pada Bab III Asesmen Keuangan Daerah) Grafik 1.5 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Optimis Pesimis Sumber: Survei Konsumen KPw BI Kepulauan Riau INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI (IKE) INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK) Grafik 1.6 Hasil Survei Konsumen Pada triwulan IV 216, konsumsi diperkirakan akan mengalami penguatan yang terbatas. Konsumsi RT terutama akan ditopang oleh peningkatan wisatawan mancanegara dan domestik berkenaan dengan Festival Bahari Sail Karimata 216 yang diselenggarakan di Kepri pada Oktober 216 lalu. Laju inflasi sampai akhir tahun yang relatif rendah dan berada pada sasaran targetnya akan menjadi penopang konsumsi pada akhir tahun. Nilai tukar yang stabil dan relatif menguat juga turut mendorong daya beli masyarakat 6 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

18 Kepri. Meski demikian, indeks keyakinan konsumen sampai Oktober 216 menunjukkan pelemahan yang dipengaruhi fundamental ekonomi Kepri yang melambat Investasi Investasi melemah cukup signifikan, terutama investasi di subsektor bangunan. Investasi yang dicerminkan dari Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB) tercatat melemah,11% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 8,63% (yoy). Pelemahan PMTB terutama akibat kontraksi PMTB subsektor bangunan sebesar 4,35% (yoy) menurun signifikan dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 11,32% (yoy). Sementara PMTB non bangunan tercatat menguat 11,5% (yoy) dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 1,67% (yoy). % (yoy) Grafik 1.7 PMTB Bangunan dan Non Bangunan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: BPS (Data diolah) PTMB PTMB Bangunan PTMB Non Bangunan (Rp miliar) Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Investasi Kepri I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: Bank Indonesia Kredit Investasi growth - Kredit Investasi (RHS) (%, yoy) 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1,, (1,) Rendahnya realisasi investasi swasta menjadi pemicu melemahnya investasi. Kondisi tersebut terkonfirmasi dari semakin dalamnya kontraksi Penanaman Modal Asing (PMA) 38,4% (yoy), dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi 12,2% (yoy). Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) juga masih melanjutkan kontraksi 71,3% (yoy) relatif sama dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 73,3% (yoy). Penurunan juga terjadi pada penyaluran kredit investasi oleh perbankan Kepri yang terkontraksi 3,14% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 6,4% (yoy) menunjukkan realisasi investasi swasta yang masih terbatas. (Juta USD) Grafik 1.9 Perkembangan Realisasi Investasi PMA I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: BKPM Nilai Investasi PMA (Juta USD) Growth (RHS) (%, yoy) (Rp Grafik 1.1 Perkembangan Realisasi Investasi PMDN I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: BKPM Nilai Investasi PMDN (Rp miliar) Growth (RHS) (%, yoy) KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

19 Investasi diperkirakan akan tumbuh terbatas pada triwulan IV 216 ditopang oleh realisasi belanja infrastruktur dan modal. Realisasi belanja infrastruktur APBN dan belanja modal Pemda diperkirakan akan terjadi pada triwulan IV 216 dikarenakan realisasi yang relatif masih rendah sampai triwulan III 216. Percepatan proyek-proyek infrastruktur prioritas akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Kepri pada triwulan IV 216. Meski demikian, investasi swasta diperkirakan masih dalam tren melambat yang lebih dipengaruhi oleh faktor fundamental (permintaan produk ekspor yang rendah akibat perlambatan ekonomi global). Ekspansi di sektor swasta diperkirakan masih tertahan meski beberapa kebijakan untuk kemudahan berinvestasi di Kepri khususnya Batam sudah dilakukan Ekspor Total ekspor Kepri melambat, tertekan oleh perlambatan ekspor luar negeri (LN). Total ekspor melambat 3,98% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,6% (yoy), kontraksi ekpor LN yang semakin dalam menjadi pemicu perlambatan ekspor. Ekspor LN terkontraksi 4,24% (yoy) lebih dalam dibanding kontraksi periode sebelumnya,34% (yoy), sementara ekspor antarprovinsi menguat 19,11% (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya 15,63% (yoy). Kinerja ekspor Kepri masih tertekan, sangat terpengaruh oleh kondisi ekonomi global yang belum pulih dan harga migas yang masih rendah. Ekspor migas dan non migas masih melanjutkan kontraksi yang telah berlangsung sejak triwulan IV 215 yang masing-masing terkontraksi sebesar 23,67% (yoy) dan 3,53% (yoy). Sumber: BPS, diolah Grafik 1.11 Porsi Ekspor Migas dan Non Migas Non Migas 81% Migas 19% (Juta USD) Grafik 1.12 Perkembangan Ekspor Migas dan Non Migas I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Ekspor Migas Ekspor Non Migas g. Total Ekspor (RHS) Sumber: BPS, diolah (%, yoy) Penurunan terdalam ekspor non migas dicatatkan komoditas produk olahan crude palm oil (CPO) dan produk kapal (shipyard) yang masing-masing terkontraksi sebesar 4,6% (yoy) dan 65,93% (yoy) lebih dalam dibanding kontraksi triwulan sebelumnya sebesar 32,39% (yoy) dan 18,85% (yoy). Kontraksi ekspor produk olahan CPO diperkirakan dipengaruhi terbatasnya pasokan bahan baku dan kenaikan harga CPO (hasil liaison dengan 8 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

20 industri pengolahan CPO Kepri). Sementara relatif terbatasnya proyek baru menekan ekspor produk perkapalan Kepri. Juta USD Grafik 1.13 Ekspor LN Komoditas Utama (Non Migas) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Lemak dan Minyak Nabati dan Hewani Reaktor Nuklir, Pemanas, Mesin, dll Perahu, Kapal, & Struktur Terapung Lainnya Produk dari Besi dan Baja Mesin Elektronik, Perekam Suara, TV, dll Sumber: Bank Indonesia Tabel 1.2 Komoditas Utama Ekspor Non Migas Kepri (Kumulatif Jan Sept 216) No 1 Komoditas Utama Ekspor Nilai Ekspor (Juta Persentase Kumulatif (Berdasarkan Komoditas HS2DGT) US$) Kontribusi konstribusi Elect. machinery, sound rec., tvetc 1.825,8 29,5% 29,5% Nuclear react.,boilers,mech. appli. 1.12, 18,1% 47,6% Articles of iron and steel 95,9 14,6% 62,3% Animal or vegt. fats and oils 411,4 6,7% 68,9% Ships,boats and floating structures 26, 4,2% 73,1% Cocoa and cocoa preparations 233,1 3,8% 76,9% Miscellaneous chemical products. 29,7 3,4% 8,3% Optical,photographic,medical instr. 157,2 2,5% 82,8% Vehicles other than railway 126,2 2,% 84,8% Tanning and dyeing extracts 13,4 1,7% 86,5% Sumber: Bank Indonesia Sebaliknya, ekspor antarprovinsi masih melanjutkan penguatan yang didorong oleh ekspor produk besi dan baja dan produk elektronik. Ekspor antarprovinsi tumbuh 19,11% (yoy), dibanding triwulan sebelumnya 15,63% (yoy). Melalui liaison, peningkatan ekspor antarprovinsi ditopang oleh meningkatnya ekspor pipa besi dan baja untuk eksplorasi gas di selat Madura. Sementara ekspor elektronik didorong oleh meningkatnya permintaan domestik dipengaruhi oleh ketentuan pemerintah terkait Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) handphone 4G. Memasuki triwulan ketiga, nilai ekspor masih dalam tren perlambatan. Harga minyak dunia masih pada level yang rendah akibat excess supply diperkirakan masih akan menekan ekspor migas Kepri. Sementara ekspor non migas diperkirakan masih terbatas akibat rendahnya permintaan baik ekspor luar negeri dan ekspor antarprovinsi (hasil liaison). 9 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

21 Impor Sejalan dengan ekspor, total impor melambat dipengaruhi kontraksi impor antar provinsi. Total impor melambat 3,12% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,45% (yoy). Perlambatan terutama disumbang turunnya impor antarprovinsi 12,8% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya 24,12% (yoy). Sementara impor luar negeri terkontraksi 6,9% (yoy) relatif membaik dibanding kontraksi triwulan sebelumnya 8,49% (yoy). Melambatnya impor antarprovinsi dipengaruhi oleh pelemahan konsumsi RT yang bersifat temporer akibat pergeseran puncak konsumsi Ramadan dan Idul Fitri. Pergeseran puncak konsumsi tersebut berdampak pada menurunnya impor bahan makanan maupun non makanan, yang juga berdampak pada aktivitas konstruksi/libur Idul Fitri menyebabkan turunnya kebutuhan material konstruksi seperti semen dan besi. Hal tersebut terkonfirmasi dari volume muat (impor) dalam negeri di pelabuhan Batam yang hanya tumbuh,9% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,1% (yoy). Sementara impor LN tercatat meningkat didorong oleh pemenuhan kebutuhan industri pengolahan. Impor LN baik migas maupun non migas tercatat membaik, impor non migas menguat menjadi 65,81% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi 5,48% (yoy). Sementara ekspor non migas mencatatkan kontraksi 1,29% (yoy), namun masih lebih baik dibanding triwulan sebelumnya 14,32% (yoy). Peningkatan impor LN terutama didorong oleh peningkatan impor produk elektronik dan perkapalan. Grafik 1.14 Komposisi Impor Migas dan Non Migas Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Impor Migas dan Non Migas Sumber: BPS, diolah Non Migas; 82,3% Migas ; 17,7% (Juta USD) (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Impor Migas Impor Non Migas g. Impor Sumber: BPS, diolah Impor non migas didorong oleh meningkatnya impor bahan baku dan barang modal. Impor bahan baku dan barang modal meningkat masing-masing -12,6% (yoy) dan 37,98% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi -16,25% (yoy) dan -14,31% (yoy) dipengaruhi peningkatan kebutuhan untuk industri elektronik (peningkatan permintaan komponen elektronik domestik) dan bahan baku proyek-proyek perkapalan. Barang konsumsi 1 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

22 tumbuh 16,56% (yoy), membaik dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi 6,53% (yoy). Sementara impor migas didorong oleh meningkatnya impor hasil minyak dan hasil gas. Grafik 1.16 Komposisi Impor Non Migas Grafik 1.17 Perkembangan Impor Non Migas (Juta USD) (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III Barang Konsumsi Bahan Baku (LHS) Impor Barang Modal (LHS) growth-konsumsi Sumber: Bank Indonesia Tabel 1.3 Komoditas Utama Impor Non Migas Kepri (Kumulatif Jan Sept 216) No 1 Komoditas Utama Impor (Berdasarkan Komoditas HS2DGT) Nilai Impor (Juta US$) Persentase Kontribusi Kumulatif konstribusi Elect. machinery, sound rec., tvetc 1.617,4 32,6% 32,6% Nuclear react.,boilers,mech. appli. 999,2 2,1% 52,8% Articles of iron and steel 586,8 13,7% 66,5% Plastics and articles thereof 349, 6,6% 73,1% Ships,boats and floating structures 23,9 3,7% 76,8% Iron and steel 183,5 2,6% 79,3% Optical,photographic,medical instr. 129,6 1,9% 81,3% Alumunium and articles thereof 95,2 1,8% 83,1% Tanning and dyeing extracts 93,7 1,8% 84,9% Essential oils and resinoids 8,8 1,4% 86,3% Sumber: Bank Indonesia Triwulan IV 216, impor diperkirakan tumbuh terbatas sejalan dengan perlambatan ekspor. Perlambatan terutama diperkirakan terjadi pada impor LN negeri yang dipengaruhi masih terbatasnya kinerja sektor industri pengolahan serta kenaikan impor bahan baku, barang modal dan barang konsumsi pada triwulan III yang cukup signifikan. Namun, impor antarprovinsi diperkirakan akan menguat ditopang oleh aktivitas konstruksi dan belanja Pemda yang meningkat di akhir tahun. Sejumlah kegiatan pariwisata juga akan mendorong peningkatan impor bahan pangan (domestik) ke Kepri PERTUMBUHAN EKONOMI BERDASARKAN LAPANGAN USAHA Berdasarkan lapangan usaha, perlambatan ekonomi menekan sektor industri pengolahan, konstruksi dan sektor perdagangan. Lesunya permintaan global menekan kinerja industri pengolahan, sementara sektor perdagangan melambat dipengaruhi pergeseran puncak konsumsi dan kunjungan wisman yang menurun. Sektor konstruksi 11 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

23 melemah dipengaruhi rendahnya investasi swasta serta percepatan proyek infrastruktur Pemerintah yang tidak seperti diharapkan. Meski demikian, sektor pertambangan dan penggalian tercatat membaik meski masih mengalami kontraksi pertumbuhan ditopang perbaikan harga minyak dunia dan lifting minyak bumi pada triwulan III 216. Triwulan IV 216, perekonomian Kepri diperkirakan menguat terbatas yang ditopang oleh sektor konstruksi dan perdagangan. Penguatan akan ditopang sektor konstruksi (potensi peningkatan realisasi belanja modal dan infrastruktur serta perkiraan hasil SKDU yang masih dalam level optimis) dan perdagangan (meningkatnya kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara). Namun pertumbuhan sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan diperkirakan masih relatif terbatas. Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Lapangan Usaha I II III IV I II III %, yoy Sumber Pertumbuhan (%) A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5,11 6,2 8,22 14,67 9,8 9,9 3,66,14 B Pertambangan dan Penggalian 5,7 4,77 3,2 -,73-1,94-3,52-2,1 -,3 C Industri Pengolahan 6,97 7,6 4,93 4,43 4,13 5,13 4,4 1,71 D Pengadaan Listrik, Gas 8,52 3,99 1,79 7,2 7,62 11,85 8,93,8 E Pengadaan Air 3,2 3,51 2,35 2,35 2,12 4,14 6,11,1 F Konstruksi 6,1 4,97 2,32,93 -,31 4,44 3,84,66 G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1,8 14,43 12,67 13,41 13,55 9,14 8,5,69 H Transportasi dan Pergudangan 7,6 6,33 9,21 15,86 14,95 15,81 14,8,42 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 11,64 9,1 13,1 19,9 17,51 2,15 1,67,23 J Informasi dan Komunikasi 8,39 6,17 11,63 15,61 17,32 17,77 15,43,35 K Jasa Keuangan 1,61,55 4,4 5,88 8,2 8,7 3,93,1 L Real Estate 9,39 5,98,41-1,1-1,87 1,9 1,28,2 M,N Jasa Perusahaan 1,92 1,42 4,3 3,69 3,52 7,42 4,17, O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1,3 9,28 1,98 14,86 14,95 18,37 12,85,3 P Jasa Pendidikan 8,38 7,14 5,25 4,2 4,23 9,8 8,99,12 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 9,84 8,56 5,9 4,57 4,61 3,1 3,59,3 R,S,T,U Jasa lainnya 11,84 1,44 13,21 16,47 16,69 16,48 17,4,8 PDRB 6,83 6,7 5,4 5,2 4,54 5,5 4,64 4,64 Sumber : BPS (Data diolah) Pertumbuhan Ekonomi (yoy) Grafik 1.18 Kontribusi Lapangan Usaha Terhadap PDRB (%Y-o-Y) Industri Pengolahan Konstruksi 17,3% Pertambangan dan Penggalian 13,% Perdagangan Besar dan Eceran, dan 8,7% Transportasi dan Pergudangan 3,7% Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,6% Administrasi Pemerintahan, 2,6% Jasa Keuangan 2,6% Penyediaan Akomodasi dan Makan 2,3% Informasi dan Komunikasi 2,1% Real Estate 1,5% Jasa Pendidikan 1,3% Pengadaan Listrik, Gas 1,1% Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial,8% Jasa lainnya,5% Pengadaan Air,1% Jasa Perusahaan,% Sumber: Bank Indonesia 38,7% 12 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

24 Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan melambat tertekan rendahnya permintaan. Sektor industri pengolahan hanya mampu tumbuh 4,4% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya 5,13% (yoy). Perlambatan sektor industri terkonfirmasi dari hasil realisasi SKDU sektor industri pengolahan yang juga melambat. Rendahnya permintaan produk utamanya dari permintaan ekspor menjadi pemicu perlambatan industri pengolahan. Berdasarkan hasil liaison, rendahnya permintaan terjadi di industri pembuatan kapal dan industri fabrikasi migas serta industri besi baja yang belum mendapatkan proyek baru dan hanya mengerjakan penyelesaian proyek tahun lalu. Sementara di industri elektronik dan mesin masih dalam tren perlambatan yang tercermin dari ekspor produk elektronik yang masih terkontraksi 4,36% (yoy) dan ekspor produk mesin yang melambat sebesar 23,2% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 53,38% (yoy). Industri pengolahan CPO juga melambat, tercermin dari kontraksi ekspor 4,6% (yoy) lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya sebesar 32,29% (yoy). Turunnya output sektor industri terindikasi dari realisasi SKDU yang terkontraksi. Realisasi SKDU sektor pengolahan tercatat menurun dengan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar -2,3 pada triwulan III 216, menurun dibanding triwulan sebelumnya dengan SBT,69 (Grafik 1.19). Aktivitas industri pengolahan juga menurun yang tercermin dari rata-rata kapasitas terpakai yang menurun dari 79,72% di triwulan II menjadi 68,97% pada triwulan III. Adapun penyerapan kredit sektor industri pengolahan terkontraksi 2,3% (yoy) menurun dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,2% (yoy) pada Grafik 1.2. (SBT) 8, 6, 4, 2, - (2,) (4,) Grafik 1.19 Hasil SKDU Sektor Industri Pengolahan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (Rp miliar) Grafik 1.2 Penyerapan Kredit Sektor Industri (Berdasarkan Lokasi Proyek) (%, yoy) 5, 4, 3, 2, 1, - (1,) (2,) (6,) Ind.Pengolahan (SKDU)- Perkiraan (8,) Ind.Pengolahan (SKDU)- Realisasi Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Provinsi Kep. Riau - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Kredit Ind. Pengolahan g. Ind. Pengolahan (RHS) Sumber: Bank Indonesia (3,) Pada triwulan IV 216, kinerja sektor industri diperkirakan menguat terbatas. Penguatan sektor industri diperkirakan masih akan ditopang permintaan domestik khususnya produk elektronik dan pengerjaan beberapa proyek kapal. Peningkatan impor bahan baku juga mengindikasikan adanya perbaikan ekspor pada triwulan mendatang dimana kenaikan 13 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

25 impor bahan baku umumnya akan diikuti oleh peningkatan ekspor (bahan baku industri pengolahan lebih dari 7% merupakan impor) Sektor Konstruksi Sektor konstruksi tertekan oleh rendahnya investasi swasta dan sejumlah proyek infrastruktur yang dibatalkan/ditunda. Pertumbuhan sektor konstruksi pada triwulan III sebesar 3,84% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 4,44% (yoy). Hasil SKDU juga menunjukkan realisasi sektor bangunan mencatatkan kontraksi dengan SBT -1,12, menurun dibanding SBT triwulan sebelumnya sebesar -,37 (Grafik 1.21). Kredit sektor konstruksi tumbuh 13,37% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 2,5% (yoy) yang mengindikasikan pelaku usaha yang mulai mengurangi investasi yang bersifat jangka panjang (Grafik 1.22). Grafik 1.21 Hasil SKDU Sektor Bangunan Grafik 1.22 Perkembangan Kredit Konstruksi (SBT) (Rp miliar) (%, yoy) 1, , 2. 3, (,5) (1,) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (1,5) - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III -2 (2,) Bangunan (SKDU) - perkiraan Bangunan (SKDU) - realisasi (2,5) Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Provinsi Kep. Riau Sumber: Bank Indonesia Kredit Konstruksi g.kredit Konstruksi (RHS) Sementara itu, realisasi proyek infrastruktur pemerintah tidak mampu menahan laju perlambatan sektor konstruksi Kepri. Hal tersebut disebabkan sejumlah proyek infrastruktur yang dibatalkan/ditunda realisasinya yang mencapai Rp195,8 miliar (lebih rinci dalam Bab 3 Asesmen Keuangan Daerah). Perlambatan sektor konstruksi juga terindikasi dari indikator konsumsi semen sebanyak ton atau terkontraksi 2,11% (yoy). Grafik 1.23 Perkembangan Konsumsi Semen Kepri (ton) (% yoy) (1) (2) (3) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (4) Realisasi Pengadaan Semen Kepri (lhs) Pertumbuhan Semen (rhs) Sumber: Asosiasi Semen Indonesia 14 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

26 Sektor konstruksi diperkirakan menguat pada triwulan IV, ditopang belanja modal dan infrastruktur. Proyek infrastruktur pemerintah diperkirakan akan terealisasi pada triwulan IV, dimana realisasi belanja modal Pemda sampai triwulan III 216 baru mencapai 4,3% dari total anggaran. SKDU sektor bangunan juga menunjukkan tendensi perbaikan, SBT perkiraan relatif stabil dengan nilai yang sama dengan triwulan sebelumnya Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor Pergeseran puncak konsumsi berdampak pada pelemahan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor. Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor tumbuh 8,5% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 9,14% (yoy). Pelemahan kinerja perdagangan tercermin dari menurunnya indikator utama. Pendaftaran kendaraan baru baik untuk mobil, motor, dan truk mengalami kontraksi masingmasing sebesar 17,37% (yoy), 22,56% (yoy), dan 42,57% (yoy). Secara total, pendaftaran kendaraan baru pada triwulan III sebanyak atau terkontraksi 26,79% (yoy) lebih dalam dibanding kontraksi triwulan sebelumnya sebesar 21,14% (yoy). Penyerapan kredit perdagangan juga terus menurun, pada triwulan III sebesar 1,56% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 14,39% (yoy) dalam Grafik (Jumlah Unit) Grafik 1.24 Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Baru I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: Dispenda Kepri TRUK MOBIL MOTOR growth - TRUK growth - MOBIL growth MOTOR (%, yoy) (Rp miliar) Grafik 1.25 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: Bank Indonesia Kredit Perdagangan g.perdagangan (%, yoy) Sektor pariwisata juga belum dapat menopang kinerja perdagangan sejalan dengan penurunan wisman yang masih berlanjut pada triwulan III. Kunjungan wisman pada triwulan III sebanyak orang atau terkontraksi 11,13% (yoy) (Grafik 1.26), lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya 4,96% (yoy). Secara keseluruhan, perlambatan sektor perdagangan tercermin dari realisasi SKDU sektor perdagangan yang melambat. SBT realisasi sektor perdagangan triwulan III sebesar -3,42 lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar -3,15 (Grafik 1.27). 15 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

27 Grafik 1.26 Perkembangan Jumlah Wisman Grafik 1.27 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) jmlh orang (%, yoy) (Saldo Bersih Tertimbang) , , , 1, - (1,) (2,) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (3,) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Jumlah Wisman (orang - LHS) Pertumbuhan (%, yoy - RHS) -15 (4,) (5,) Sektor Perdagangan_Perkiraan Kegiatan USaha Sektor Perdagangan_Realisasi Kegiatan Usaha Sumber: BPS (Data diolah) Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Provinsi Kepulauan Riau Kinerja perdagangan diperkirakan menguat pada triwulan IV. Sejalan dengan perkiraan penguatan konsumsi, kinerja perdagangan diperkirakan menguat yang akan ditopang oleh peningkatan kunjungan wisatawan berkenaan dengan kegiatan-kegiatan pariwisata yang diselenggarakan di Kepri. Hasil survei konsumen pada Oktober menunjukkan penurunan indeks kondisi ekonomi saat ini, namun diperkirakan akan membaik pada periode November dan Desember Sektor Pertambangan dan Penggalian Kontraksi sektor pertambangan dan penggalian masih berlanjut, namun dengan magnitude yang lebih rendah. Sektor pertambangan dan penggalian terkontraksi 2,1% (yoy), masih lebih baik dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi 3,52% (yoy) dipengaruhi oleh peningkatan lifting minyak bumi. Lifting minyak bumi meski masih melanjutkan kontraksi 1,39% (yoy), namun relatif lebih baik dibanding kontraksi triwulan sebelumnya sebesar 3,84% (yoy). Selain itu, perbaikan juga ditopang oleh peningkatan harga minyak dunia pada akhir September yang dipengaruhi kesepakatan OPEC untuk menurunkan produksi. Sampai dengan September 216, harga gas dan minyak masih pada level rendah, masing-masing sebesar 7,5 USD/MMBTU dan 44,7 USD/barel. (%, yoy) Grafik 1.28 Volume Lifting Gas Kepri I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III* Lifting Gas (Juta MMBTU) Sumber: Kementerian ESDM, SKK Migas growth_lifting gas (%, yoy) -RHS (%, yoy) (juta Barel) Grafik 1.29 Volume Lifting Minyak Kepri I II III IV I II III IV I II III IV I II III Lifting Minyak Bumi (juta Barel) Sumber: Kementerian ESDM, SKK Migas growth_lifting minyak (%, yoy)-rhs (%, yoy) KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

28 (USD/MMBTU) Grafik 1.3 Harga Gas Alam Sumber: IMF Indonesia Natural Gas Price 7,5 (USD/barel) Grafik 1.31 Harga Minyak 44,7 41, Sumber: Bloomberg Harga WTI (West Texas Intermediate) Harga Minas Sebaliknya, kinerja pertambangan melemah tercermin dari kontraksi ekspor bahan galian. Hasil ekspor galian tambang yang antara lain berupa hasil logam (timah, batu besi) dan non logam (bauksit, granit, pasir darat, pasir laut) mengalami kontraksi 1,3% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,9% (yoy). Harga komoditas yang masih rendah, investasi yang terbatas, serta belum dibangunnya smelter oleh perusahaan berdampak pada pelemahan sektor penggalian di Kepri. (Juta USD) Grafik 1.32 Ekspor Hasil pertambangan & Penggalian I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (%, yoy) Total MINING Pertumbuhan (RHS) Sumber: Bank Indonesia Kontraksi sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan masih berlanjut pada triwulan IV. Harga minyak dunia masih berada pada level yang rendah serta terbatasnya investasi menjadi penahan utama kinerja sektor pertambangan dan penggalian. Berdasarkan focus group discussion (FGD), pelaku usaha sektor migas di wilayah Kepri memperkirakan tren penurunan lifting migas Kepri masih akan berlanjut sepanjang 216 karena kondisi sumur-sumur yang semakin menua sementara belum ada kegiatan investasi yang dilakukan yang dapat mendorong hasil lifting. Hal tersebut sejalan dengan hasil perkiraan SKDU sektor pertambangan untuk triwulan IV yang masih menurun. 17 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

29 BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH 1 Di tengah perlambatan perekonomian, Pemda mampu mengelola anggaran dengan lebih baik tercermin dari peningkatan penyerapan anggaran, sehingga dapat menopang perekonomian Kepri. Pencapaian realisasi pendapatan dan belanja tercatat meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan dan belanja Pemda terealisasi masingmasing sebesar 68,3% dan 54,6% dari pagu anggaran. Realisasi tersebut lebih tinggi dibanding capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar masing-masing 54% dan 43,3%. Membaiknya realisasi pendapatan didukung oleh kelancaran transfer dari pemerintah pusat dan peningkatan PAD khususnya dari pajak daerah. Sementara penyerapan anggaran yang lebih tinggi melalui belanja menunjukkan upaya Pemda untuk mempercepat pelaksanaan program kerjanya. Adapun belanja APBN di wilayah Kepri telah terealisasi 56,1%, juga lebih baik dibanding capaian periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 43,1%. 2.1 REALISASI PENDAPATAN Realisasi pendapatan Pemda di wilayah Kepri pada triwulan III 216 tercatat lebih baik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Membaiknya realisasi pendapatan didukung oleh kelancaran transfer dari pemerintah pusat dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya dari pajak daerah. Realisasi pendapatan sebesar Rp7.863 miliar, atau 68,3% dari total anggaran, dan meningkat 29,1% (yoy). Sementara pada periode yang sama tahun sebelumnya realisasi pendapatan sebesar Rp6.95 miliar, atau 54% dari anggaran, dan menurun 19,52% (yoy). Sumber terbesar pendapatan dari dana perimbangan (62,8%), kemudian pendapatan asli daerah (23,6%), dan lain-lain pendapatan yang sah (8,2%). Realisasi dana perimbangan triwulan III 216 meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, sejalan dengan upaya percepatan transfer pemerintah pusat ke daerah untuk mendukung kemampuan belanja Pemda. Realisasi dana perimbangan sebesar Rp5.495 miliar atau 76,1% dari total pagu anggaran, dan tumbuh 52,3% (yoy). Pencapaian tersebut lebih baik dari periode yang sama tahun sebelumnya dengan nilai realisasi Rp3.68 miliar, atau hanya 47% dari pagu anggaran, juga tercatat menurun 23,7% (yoy). 1 Gabungan/akumulasi Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi Kepri, Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kab. Bintan, Kab. Karimun, Kab. Lingga, Kab. Natuna, dan Kab. Anambas 18 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

30 Pencapaian realisasi pendapatan asli daerah (PAD) juga tercatat lebih baik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, didukung upaya Pemda untuk meningkatkan pendapatan daerah melalui optimalisasi potensi-potensi pajak daerah. Realisasi PAD sebesar Rp1.822 miliar, terealisasi 67,2% dari anggaran, dan tumbuh 45,2% (yoy). Sementara pada periode yang sama tahun sebelumnya realisasi PAD sebesar Rp1.255 miliar, hanya 48% dari anggaran, dan menurun 24,8% (yoy). Transfer pemerintah pusat lainnya, 3,3% Grafik 2.1 Komposisi Realisasi Pendapatan Tw III 216 Transfer Pemerintah Provinsi/lLain nya, 2,2% Lain-lain pendapatan daerah yang sah, 8,2% Dana Perimbangan, 62,8% Pendapatan Asli Daerah, 23,6% Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau (diolah) 12% Grafik 2.2 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemda 45% 71% PERSENTASE REALISASI PENDAPATAN 83% 15% 34% 54% 74% 2% 33% I II III IV I II III IV I II III Sumber: DPPKAD Prov&Kab/Kota, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Kepri 68% Tabel 2.1 Realisasi APBD Di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 216* ANGGARAN REALISASI JENIS ANGGARAN STRUKTUR Persentase Rp Rp (%) Realisasi Pendapatan Asli Daerah ,6% ,2% Pajak daerah ,1% ,1% Retribusi daerah ,% ,6% Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan ,3% ,% Lain-lain PAD yang sah ,2% ,8% Dana Perimbangan ,8% ,1% Dana bagi hasil pajak/bukan pajak ,9% ,1% - Pajak ,6% ,8% - Bukan Pajak (SDA) ,3% ,7% Dana alokasi umum ,1% ,8% Dana alokasi khusus ,8% ,7% Transfer pemerintah pusat lainnya ,3% ,9% Transfer Pemerintah Provinsi/lLainnya ,2% ,6% Lain-lain pendapatan daerah yang sah ,2% ,9% TOTAL PENDAPATAN % ,3% Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau(diolah) 2.2 REALISASI BELANJA Kinerja penyerapan anggaran melalui belanja Pemda meningkat signifikan pada triwulan ketiga, mengindikasikan pengelolaan keuangan daerah yang lebih baik. Realisasi belanja sebesar Rp6.68 miliar, atau 54,6% dari angaran dan tumbuh 17,45% (yoy). Capaian tersebut lebih baik dibanding realisasi periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

31 miliar, atau hanya 28% dari anggaran dan tercatat menurun,13% (yoy). Optimalisasi penyerapan anggaran Pemda di wilayah Kepri sejalan dengan dorongan Pemerintah Pusat agar pengelolaan dan penyerapan APBD dilakukan secara efektif, efisien, optimal, tepat waktu serta mengindari akumulasi simpanan Pemda di bank dalam jumlah tidak wajar. reward and punishment penyerapan APBD yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.135 tahun 215, mengenai Konversi Penyaluran Dana Bagi Hasil dan/atau Dana Alokasi Umum dalam Bentuk Non Tunai. Pemda yang dianggap kurang optimal melakukan pengelolaan dan penyerapan anggaran serta memiliki simpanan di bank dalam jumlah tidak wajar akan punishmen penundaan penyaluran DAU dan DAK. Berdasarkan pos belanja, belanja operasi maupun belanja modal mencatatkan tingkat peyerapan anggaran yang sangat baik relatif terhadap periode yang sama tahun sebelumnya. Belanja operasi terealisasi 59,3% dari anggaran dan tercatat tumbuh 16,71% (yoy). Capaian realisasi belanja modal juga tercatat sangat baik, sebesar 4,3% dari pagu anggaran dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang hanya terealisasi 27,2%. Di tengah tekanan perlambatan ekonomi, optimalisasi belanja Pemda sangat dibutuhkan untuk menopang perekonomian daerah. Grafik 2.3 Komposisi Realisasi Belanja Tw III 216 Transfer Pemerintah Daerah 5,19% Grafik 2.4 Realisasi Belanja Pemda Tw III 216 PERSENTASE REALISASI BELANJA 87% 82% Belanja Modal 15,67% Belanja Operasi 79,14% Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau (diolah) 54,7% 44% 43% 26% 27% 32,3% 8% 8% 12% I II III IV I II III IV I II III Sumber: DPPKAD Prov&Kab/Kota, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Kepri 2 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

32 Tabel 2.2 Anggaran dan Realisasi Belanja Pemerintah Daerah di Wilayah Kepri Triwulan III 216 ANGGARAN REALISASI JENIS ANGGARAN Persentase Rp STRUKTUR (%) Rp Realisasi Belanja Operasi ,9% ,3% Belanja Pegawai ,9% ,3% Belanja Barang dan Jasa ,2% ,7% Subsidi ,2% ,8% Hibah ,1% ,5% Bantuan Sosial ,7% ,7% Bantuan Keuangan ,7% ,6% Belanja Modal ,2% ,3% Belanja Tidak Terduga ,1% ,7% Transfer Pemerintah Daerah ,8% ,6% TOTAL BELANJA % ,6% SURPLUS/DEFISIT Pembiayaan Netto Penerimaan Pembiayaan Daerah Pengeluaran Pembiayaan Daerah SILPA Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau(diolah) Meski realisasi belanja membaik, namun belum dapat mengimbangi peningkatan pendapatan. Kondisi ini tercermin dari tingkat surplus pendapatan yang cukup tinggi pada triwulan ketiga sebesar Rp1.55 miliar dan mendorong peningkatan simpanan Pemda di perbankan. Pada posisi akhir triwulan ketiga, simpanan Pemda sebesar Rp976,7 miliar atau tumbuh 4,99% (yoy). Grafik 2.5 Perkembangan Dana Simpanan Pemda (Rp miliar) (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III SIMPANAN PEMDA (LHS) Sumber: Bank Indonesia Pertumbuhan (RHS) 2.3 ANGGARAN DAN REALISASI APBN DI WILAYAH KEPRI Penyerapan APBN di Provinsi Kepri juga tercatat lebih baik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi belanja APBN sebesar Rp3.47 miliar atau 56,1% dari pagu anggaran, lebih baik dibanding capaian realisasi periode yang sama tahun sebelumnya 21 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

33 sebesar 43,5%. Berdasarkan komponen belanja, realisasi terbesar adalah belanja pegawai sebesar 75,5%, kemudian belanja barang dan jasa (57,7%) dan belanja modal (4,8%). Tabel 2.3 Anggaran dan Realisasi Belanja Infrastruktur Pemerintah Pusat di Wilayah Kepri Triwulan III 216 PAGU 216 Realisasi NO Keterangan Belanja APBN Nilai Anggaran s.d Tw III Persentase Persentase (Rp miliar (Rp miliar) 1 Belanja Pegawai 1.321,95 21,4% 998,69 75,5% 2 Belanja Barang dan Jasa 2.876,59 46,5% 1.658,98 57,7% 3 Belanja Modal 1.96,86 3,8% 778,48 4,8% - Belanja Modal Tanah 3,77,1% 1,7 28,3% - Belanja Modal Peralatan dan Mesin 151,35 2,4% 65,77 43,5% - Belanja Modal Gedung dan Bangunan 284,5 4,6% 79,98 28,2% - Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan 1.133,84 18,3% 565,59 49,9% - Belanja Modal Fisik Lainnya 33,38,5% 16,13 48,3% - Belanja Modal BLU 3,47 4,9% 49,95 16,6% 4 Belanja Bantuan Sosial 6,3,1% 2,26 36,% 5 Belanja Lainnya 78,99 1,3% 32,25 4,8% T O T A L Sumber: Kanwil Dirjen Perbendaharaan Provinsi Kepri 6.19,69 1,% 3.47,65 56,1% Meski realisasi belanja modal cukup baik, namun masih terdapat sejumlah proyek infrastruktur yang batal/ditunda realisasinya pada Tahun Anggaran (TA) APBN 216. Total nilai anggaran proyek-proyek yang batal terealisasi mencapai Rp195,8 miliar. Proyek-proyek tersebut antara lain pemeliharaan jalan nasional Provinsi Kepri, penyelenggaraan angkutan laut perintis Tanjungpinang rute-7, pembangunan fly over Kota Batam, pembangunan dan pengembangan dermaga curah Pelabuhan Kabil, dll. Beberapa penyebab batal/tertundanya proyek proyek tersebut yaitu karena proses pengadaan terlambat, proses perizinan belum selesai atau kesulitan mencari pengelola. Kondisi ini patut menjadi perhatian Pemda agar kedepan realisasi pelaksanaan proyek dapat dilakukan lebih optimal. Terlebih dalam kondisi perlambatan ekonomi saat ini, maka belanja pemerintah diharapkan dapat terealisasi lebih optimal untuk menopang pertumbuhan ekonomi. 22 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

34 BAB 3 PERKEMBANGAN INFLASI KEPULAUAN RIAU Sejalan dengan perkiraan, laju inflasi sepanjang triwulan III melambat ditopang oleh harga pangan yang terkendali. Inflasi pada triwulan III 216 yang tercatat sebesar 3,2% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,85% (yoy). Meredanya tekanan inflasi pada bulan ini terutama masih didorong oleh koreksi harga komoditas sayuran yang didukung oleh kondisi cuaca dan pasokan yang melimpah. Namun demikian, peningkatan harga terjadi pada beberapa komoditas a.l sewa rumah, cabai merah, tarif listrik dan kelompok rokok di sepanjang triwulan III 216. Secara spasial, laju inflasi Batam 3,14% (yoy) lebih tinggi dibanding Tanjungpinang sebesar 2,29% (yoy). Inflasi Oktober sebesar,1% (mtm) atau 3,87% (yoy) melambat dibanding September,32% (mtm) atau 3,2% (yoy). Dengan demikian, realisasi inflasi tersebut mendukung pencapaian inflasi year to date sampai Oktober sebesar 2,38% (ytd). Pengendalian inflasi difokuskan untuk menjaga ketersediaan dan kelancaran distribusi bahan pangan. Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus dioptimalkan dengan fokus utama menjaga ketersediaan dan distribusi bahan pangan strategis, serta mendukung percepatan pembangunan infrastruktur logistik pangan serta terus mendorong ketahanan pangan daerah. Secara historis laju inflasi cenderung meningkat pada akhir tahun akibat peningkatan permintaan, sehingga diperlukan rencana aksi 4K (memastikan ketersediaan pasokan komoditas, menjaga kelancaran distribusi, memastikan keterjangkauan harga dan melakukan komunikasi kebijakan) yang terjadwal s.d Desember 216. Laju inflasi pada triwulan IV 216 diperkirakan meningkat. Peningkatan laju inflasi diperkirakan akan didorong oleh kenaikan harga pangan terutama komoditas holtikultura dan ikan segar yang dipengaruhi oleh curah hujan tinggi dan gelombang tinggi (angin musim utara). Tekanan inflasi inti dan administered prices juga diperkirakan relatif tinggi dipengaruhi pergerakan nilai tukar dan kenaikan harga rokok. Meski demikian, capaian inflasi Kepri 216 diperkirakan masih berada pada koridor sasaran inflasi nasional sebesar 4 ± 1% (yoy). 23 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

35 3.1. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA Inflasi Tahunan (yoy) Laju inflasi melambat ditopang kembali normalnya konsumsi seiring berlalunya Ramadan dan Idul Fitri. Inflasi Kepri sebesar 3,2% (yoy), melambat dibanding inflasi triwulan sebelumnya sebesar 3,85% (yoy). Laju inflasi tersebut juga lebih rendah dibanding inflasi nasional sebesar 3,7% (yoy) dan inflasi di wilayah Sumatera sebesar 4,28% (yoy). Dari sepuluh provinsi di Sumatera, inflasi Kepri terendah kedua setelah inflasi Lampung. Capaian inflasi yang relatif rendah tersebut ditopang oleh inflasi bahan pangan yang rendah serta inflasi kelompok inti yang terjaga (Grafik 2.1). Terkendalinya inflasi pada triwulan III 216 didukung oleh langkah Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), pelaku usaha dan masyarakat dalam melakukan langkah-langkah pengendalian inflasi yang intensif pada momen hari keagamaan (Idul Fitri dan Idul Adha) yang jatuh di triwulan III 216. Grafik 3.1 Inflasi Tw III 216 (yoy) Regional Sumatera Grafik 3.2 Perkembangan Inflasi Triwulan III 216 Sumut Sumbar 5,1% 6,2% Inflasi, % yoy 1, Bengkulu 4,62% Sumsel 4,37% Babel Jambi Aceh Riau 4,26% 3,86% 3,73% 3,27% 5, 4,28 3,7 3,2 Kepri Lampung 3,2% 2,46%, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumatera 4,28% Indonesia 3,7% Kepulauan Riau Nasional Sumatera Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah Ditengah peningkatan permintaan pada Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, laju inflasi bahan pangan tetap terjaga. Laju inflasi bahan makanan tercatat sebesar 1,84% (yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya 6,52% (yoy) ditopang oleh ketersediaan pangan dan pasokan yang tetap terjaga. Puncak konsumsi masyarakat yang bergeser ke triwulan II serta nilai tukar yang stabil juga turut menopang laju inflasi kelompok inti. Meski demikian, beberapa komoditas mencatatkan inflasi yang cukup tinggi yaitu sewa rumah dan cabai merah. Laju inflasi pada triwulan IV 216 diperkirakan meningkat. Peningkatan laju inflasi diperkirakan akan didorong oleh kenaikan harga pangan terutama komoditas holtikultura dan ikan segar yang dipengaruhi oleh curah hujan tinggi dan gelombang tinggi (angin musim utara). Tekanan inflasi inti dan administered prices juga diperkirakan relatif tinggi dipengaruhi pergerakan nilai tukar dan kenaikan harga rokok. Meski demikian, capaian inflasi Kepri 216 diperkirakan masih berada pada koridor sasaran inflasi nasional sebesar 4 ± 1% (yoy). Hal tersebut akan ditopang koordinasi dan komitmen Tim Pengendalian Inflasi 24 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

36 Daerah (TPID) dalam mengimplementasikan rencana aksi 4K (memastikan ketersediaan pasokan komoditas, menjaga kelancaran distribusi, memastikan keterjangkauan harga dan melakukan komunikasi kebijakan) pengendalian inflasi s.d Desember 216. Tabel 3.1. Inflasi Tahunan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa Persen (Y-o-Y) No Kelompok I II III IV I II III Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil 1 Bahan Makanan,46,1 12,21 2,57 11,54 2,49 9,45 2,3 13,41 2,83 6,52 1,42 1,84,41 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok&Tembakau 7,99 1,23 8,74 1,37 7,44 1,17 6,7,94 5,61,88 4,96,78 4,69,73 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas,& Bahan Bakar 7,29 1,83 6,52 1,67 5,44 1,38 3,45,85 1,51,39,63,16 2,25,55 4 Sandang 4,11,25 4,7,25 4,49,27 1,33,8 1,6,9 1,89,11 1,68,1 5 Kesehatan 13,51,55 5,45,24 5,4,23 1,29,6 1,69,7 1,66,7 1,81,8 6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 5,6,38 4,99,37 4,54,34 2,91,21 2,78,21 3,85,28 2,2,16 7 Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 6,7 1,32 8,75 1,73 12,38 2,42,87,18 5,37 1,7 4,9,97 4,32,88 Umum 5,66 8,21 8,3 4,4 5,59 3,85 3,2 Sumber : BPS (Data diolah) Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi triwulan III 216 sebesar 1,41% (qtq) meningkat dibanding triwulan sebelumnya,36% (qtq). Inflasi triwulanan Kepri tersebut lebih rendah dibanding inflasi Sumatera sebesar 1,72% (qtq), namun lebih tinggi dibanding nasional yang hanya sebesar,81% (yoy). Peningkatan inflasi triwulanan didorong oleh kelompok inti dan administered prices terutama didorong oleh kenaikan sewa rumah, kelompok rokok, dan angkutan udara. Sementara kelompok volatile foods mencatatkan deflasi ditopang oleh terjaganya pasokan bahan pangan melalui operasi pasar yang terus dilakukan dan pergeseran puncak konsumsi masyarakat. Tabel 3.2. Inflasi Triwulanan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa Persen (Q-t-Q) No Kelompok I II III IV I II III Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil 1 Bahan Makanan -2,55 -,55 5,26 1,11 4,29,94 2,31,51,98,22-1,15 -,26 -,28 -,6 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok&Tembakau 1,73,27 1,97,31,95,15 1,28,2 1,28,2 1,35,21,69,11 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas,& Bahan Bakar 2,32,57,85,22,25,6 -,1,,41,1 -,3 -,1 1,86,45 4 Sandang 1,4,6,49,3,75,4 -,94 -,5 1,31,7,77,4,55,3 5 Kesehatan,78,3,18,1,21,1,11, 1,18,5,15,1,37,2 6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga,68,5 -,6, 2,37,17 -,9 -,1,55,4,97,7,75,5 7 Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan -5,25-1,1 1,91,38 4,37,87,9,2-1,2 -,21 1,45,29 3,8,77 Umum -,64 2,5 2,22,72,5,36 1,41 Sumber : BPS (Data diolah) 25 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

37 Inflasi, % qtq 6, 5, 4, 3, 2, 1, Grafik 3.3 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kepri, Sumatera, dan Nasional, -1, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: BPS, diolah Kepulauan Riau Nasional Sumatera 3.2. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA Triwulan III 216, laju inflasi Batam 3,14% (yoy) lebih tinggi dibanding Tanjungpinang sebesar 2,29% (yoy). Meski demikian, Batam mencatatkan perlambatan laju inflasi sementara Tanjungpinang mengalami peningkatan pada triwulan laporan. laju inflasi Batam melambat ditopang oleh menurunnya tekanan inflasi di kelompok volatile foods, sementara peningkatan laju inflasi Tanjungpinang didorong oleh meningkatnya tekanan kelompok inti dan kelompok volatile foods. Komoditas utama penyumbang inflasi Batam adalah sewa rumah, tarif angkutan udara dan kelompok rokok. Meningkatnya laju inflasi sewa rumah diperkirakan dipengaruhi cukup tingginya laju kenaikan harga properti Kota Batam yang tercermin dari peningkatan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR). Lonjakan penumpang terutama terjadi pada momen Idul Fitri sehingga mendorong kenaikan tarif angkutan udara dan penurunan harga tiket relatif belum signifikan di Agustus dan September. Sementara inflasi kelompok rokok didorong oleh kenaikan cukai rokok oleh Pemerintah yang terjadi baik di Batam maupun Tanjungpinang. Komoditas penyumbang inflasi Tanjungpinang didorong oleh kenaikan kelompok inti, bahan pangan harga pangan, dan tarif listrik. Inflasi kelompok inti didorong oleh kenaikan tarif pulsa ponsel, perlengkapan sekolah dan biaya sekolah (SLTP). Sementara dari bahan pangan, inflasi terutama didorong oleh kenaikan harga aneka cabai yang dipengaruhi intensitas hujan yang tinggi di daerah penghasil. Sementara kenaikan tarif listrik disebabkan penyesuaian tarif listrik yang dilakukan oleh PLN yang mulai berlaku sejak 1 Juli KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

38 Inflasi, % YOY 12,5 Grafik 3.4 Perkembangan Inflasi Tahunan Kepri, Batam, dan Tanjungpinang Kepulauan Riau Batam Tanjungpinang 1, 7,5 5, 2,5, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: BPS, diolah 3.3. DISAGREGASI INFLASI 2 Peningkatan inflasi pada triwulan III 216 dicatatkan oleh kelompok inti 3, sementara volatile foods 4 dan administered prices 5 tercatat melambat. Meningkatnya tekanan inflasi inti salah satunya dipengaruhi oleh kenaikan biaya pendidikan yang sejalan dengan dimulainya tahun ajaran baru. Selain itu beberapa komoditas Beberapa komoditas kelompok inti yang tercatat mengalami kenaikan terbesar yaitu: sotong, nasi dengan lauk, minyak goreng, dan tarif pulsa ponsel. Perlambatan laju inflasi volatile foods ditopang kembali normalnya permintaan berkenaan dengan berlalunya Ramadan dan Idul Fitri. Administered prices melambat ditopang kembali normalnya tarif angkutan udara terutama di Tanjungpinang serta diturunkannya harga bahan bakar minyak oleh Pemerintah. Grafik 3.5 Perkembangan Disagregasi Inflasi Kepri (%, yoy) 2, INFLASI UMUM ADMINISTERED PRICE INTI VOLATILE FOODS 15, 1, 5, 4,73 2,63 1,91, I II III IV I II III IV I II III IV I II III , Sumber: BPS, diolah 2 Diagregasi inflasi adalah pengelompokan yang dilakukan berdasarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental. Barang/jasa dikelompokkan atas tiga kelompok, antara lain: kelompok inti, kelompok administered prices dan kelompok volatile foods. 3 Inflasi inti merupakan komponen inflasi yang cenderung menetap atau persistent dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental seperti interaksi permintaan penawaran, nilai tukar, maupun ekspektasi inflasi pedagang dan konsumen.. 4 Volatile foods: adalah inflasi komoditas bahan makanan yang harganya bergejolak 5 Administered prices: kelompok komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah. 27 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

39 Inflasi Volatile Foods Tekanan inflasi volatile foods meningkat pada triwulan III 216. Inflasi volatile foods sebesar 7,9% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 1,91% (yoy). Perlambatan inflasi didorong oleh terjadinya deflasi bahan pangan pada Agustus dan September. Perlambatan ditopang oleh turunnya harga komoditas sayuran antara lain bayam, kangkung, kacang panjang dan ketimun. Curah hujan yang meningkat serta kembali normalnya permintaan menjadi faktor penopang deflasi kelompok volatile foods pada periode laporan. Meski demikian, komoditas cabai merah tercatat mengalami kenaikan harga yang relatif tinggi dipengaruhi tingginya harga dari sentra penghasil. Pada triwulan keempat, sesuai polanya, inflasi volatile foods diperkirakan meningkat. Sampai dengan Oktober, inflasi bulanan volatile foods sebesar,1% (mtm) atau 6,1% (yoy) atau 2,38% (ytd). Memasuki November dan Desember tekanan inflasi diperkirakan akan meningkat dipengaruhi peningkatan konsumsi masyarakat berkenaan dengan momen perayaan Natal dan libur akhir tahun serta sejumlah kegiatan pariwisata. Selain itu, menurunnya pasokan komoditas holtikultura (cabai dan bawang) dari sentra penghasil, kenaikan ikan segar serta risiko gangguan distribusi seiring dimulainya angin musim utara turut menambah tekanan inflasi. 5, 4, 3, 2, 1,, -1, -2, -3, -4, Sumber: BPS Grafik 3.6 Pola Inflasi Volatile Foods Volatile Foods Average Grafik 3.7 Pola Inflasi Bulanan Beras 12 Beras Average Sumber: BPS Grafik 3.8 Pola Inflasi Bulanan Ikan Segar Grafik 3.9 Pola Inflasi Bulanan Cabai Merah 28 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

40 Inflasi Administered Prices Inflasi kelompok administered prices sebesar 5,7% (yoy) juga melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 5,46% (yoy). Perlambatan administered prices ditopang kembali normalnya tarif angkutan udara terutama di Tanjungpinang serta diturunkannya harga bahan bakar minyak oleh Pemerintah. Tarif angkutan udara di Tanjungpinang mencatatkan deflasi pada Agustus dan September yang masing-masing sebesar 23,6% (mtm) dan 1,48% (mtm), setelah pada Juli mengalami kenaikan sebesar 11,79% (yoy). Sementara tarif angkutan udara kota Batam belum mencatatkan penurunan harga yang signifikan setelah kenaikan sebesar 22,99% (mtm) di Juli. Selain itu, bensin juga mencatatkan deflasi pada triwulan III 216 dipengaruhi penurunan harga oleh Pemerintah (penyesuaian terhadap harga minyak dunia). Memasuki triwulan IV 216, laju inflasi administered prices diperkirakan akan meningkat. Pada posisi Oktober, inflasi administered prices sebesar 5,7% (yoy), lebih rendah dibanding inflasi Juni 5,46% (yoy). Namun demikian, risiko inflasi kelompok administered prices a.l: kenaikan harga rokok, tarif listrik (Tanjungpinang) diperkirakan masih akan berlanjut pada November dan Desember. Selain itu, potensi kenaikan tarif angkutan udara pada akhir tahun diperkirakan akan menambah tekanan inflasi di akhir tahun. 5, 4, 3, 2, 1,, -1, -2, -3, -4, -5, Sumber: BPS Grafik 3.1 Perkembangan Inflasi Bulanan Administered Price Inflasi Bulanan Administered Price Average Grafik 3.11 Perkembangan Inflasi/Deflasi Angkutan Udara Sumber: BPS Inflasi Bulanan Angkutan Udara Average Inflasi Inti Laju inflasi inti sebesar 2,63% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya 2,14% (yoy). Meningkatnya tekanan inflasi inti salah satunya dipengaruhi oleh kenaikan biaya pendidikan yang sejalan dengan dimulainya tahun ajaran baru. Selain itu beberapa komoditas Beberapa komoditas kelompok inti yang tercatat mengalami kenaikan terbesar yaitu: sotong, nasi dengan lauk, minyak goreng, dan tarif pulsa ponsel. 29 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

41 Grafik 3.12 Pola Inflasi Bulanan Kelompok Inti Grafik 3.13 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah,9,8,7,6,5,4,3,2,1, -,1 Sumber: BPS Kelompok Inti Average Sampai Oktober, inflasi inti sebesar 2,6% (yoy) meningkat dibanding Juni sebesar 2,14% (yoy). Tren inflasi inti diperkirakan meningkat sejalan dengan konsumsi yang diperkirakan pada akhir tahun. Puncak belanja pemerintah pada triwulan IV serta tekanan nilai tukar (kebijakan Fed Fund Rate) diperkirakan akan mendorong peningkatan permintaan yang berpotensi menambah tekanan inflasi pada kelompok inti UPAYA PENGENDALIAN INFLASI Pengendalian inflasi difokuskan untuk menjaga ketersediaan dan kelancaran distribusi bahan pangan. Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus dioptimalkan dengan fokus utama menjaga ketersediaan dan distribusi bahan pangan strategis, serta mendukung percepatan pembangunan infrastruktur logistik pangan serta terus mendorong ketahanan pangan daerah. Evaluasi program pengendalian inflasi di daerah juga terus dilakukan secara rutin pada High Level Meeting (HLM) agar keseluruhan program pengendalian inflasi di kabupaten/kota sejalan dengan visi telah disusun dalam Roadmap Pengendalian Inflasi Provinsi Kepulauan Riau. Langkah pengendalian inflasi terus dilakukan dengan sejumlah rekomendasi yang dihasilkan dari koordinasi TPID serta memitigasi risiko lonjakan inflasi di akhir tahun, antara lain: a. Secara historis laju inflasi cenderung meningkat pada akhir tahun akibat peningkatan permintaan, sehingga diperlukan rencana aksi 4K (memastikan ketersediaan pasokan komoditas, menjaga kelancaran distribusi, memastikan keterjangkauan harga dan melakukan komunikasi kebijakan) yang terjadwal s.d Desember 216. b. Memantau dan menjaga pasokan bahan pangan di pasaran serta melakukan intervensi pasar (operasi pasar atau pasar murah) apabila diperlukan serta melakukan pertemuan rutin/mengirimkan surat edaran ke distributor. 3 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

42 c. Meningkatkan ketersediaan komoditas pangan strategis untuk mengantisipasi lonjakan harga pangan dengan meningkatkan frekuensi dan efektivitas operasi pasar beras dan gula oleh BULOG. d. Pemerintah melalui TPID secara intensif memantau pergerakan harga menjelang akhir tahun secara intensif serta sidak ke pasar/gudang pangan. e. Meningkatkan koordinasi dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dalam menjaga kondisi persaingan usaha yang sehat khususnya perdagangan komoditas pangan strategis untuk mendukung pencapaian sasaran inflasi. f. Mengajukan usulan kepada pemerintah pusat melalui surat dan forum resmi untuk mempersempit range batas bawah dan batas atas tarif angkutan udara untuk mengurangi volatilitas inflasi tarif angkutan udara pada momen Hari Besar Keagamaan dan lainnya. g. Menjaga ekspektasi inflasi masyarakat utamanya dengan mitigasi risiko inflasi menjelang akhir tahun melalui optimalisasi Pusat Harga Pangan Strategis (PIHPS) serta komunikasi melalui media massa lainnya. h. Terus mendorong dan memperkuat kerjasama antar daerah dalam hal pemenuhan bahan pangan. Terkait hal ini, TPID Tanjungpinang berencana menjalin kerjasama dengan daerah Sumatera Utara untuk pemenuhan kebutuhan cabai, daging ayam ras dan sayuran. i. Mendorong penguatan ketahanan pangan dengan mendorong petani untuk menanam komoditas penyumbang inflasi utama Kepri seperti cabai dan sayuran yang juga dapat dilakukan dengan pemanfaatan lahan pekarangan maupun yang lahan belum terpakai. j. Mendorong percepatan diversifikasi/keanekaragaman konsumsi pangan. k. Melanjutkan upaya perbaikan efisiensi tata niaga Kepri, antara lain dengan mendorong percepatan pembangunan pasar induk Kota Batam, peningkatan efisiensi bongkar muat barang di pelabuhan, percepatan pembangunan sejumlah pelabuhan, dan peningkatan kualitas jalan. Serta mendorong Pemerintah untuk merevitalisasi pelabuhan rakyat untuk meningkatkan kelancaran distribusi dan arus barang untuk mendukung perdagangan antarpulau di Kepri. l. Mengevaluasi program kerja TPID yang telah dilakukan agar sejalan dengan Roadmap Pengendalian Inflasi serta menyusun Roadmap Pengendalian Inflasi Kota/Kabupaten sesuai dengan karakteristik ekonominya masing-masing. 31 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

43 Boks BOKS - 1 Lonjakan Penumpang Dorong Inflasi Tarif Angkutan Udara Inflasi tarif angkutan udara merupakan salah satu penyumbang inflasi Kepri, tingkat inflasi di Kepri termasuk yang tertinggi di wilayah Sumatera. Pada 215 inflasi angkutan udara sebesar 45,65% (yoy), sementara s.d September 216 inflasi angkutan udara telah mencapai 47,8% (ytd). Sepanjang 216, puncak inflasi tarif angkutan udara terjadi pada Juni dan Juli masing-masing sebesar 19,7% (mtm) dan 22,36% (mtm) yang dipengaruhi oleh momen Idul Fitri. Secara khusus untuk angkutan udara, pemicu kenaikan tarif angkutan udara utamanya lonjakan penumpang pada momen hari keagamaan (Idul Fitri, Idul Adha, dan Perayaan Natal dan Tahun Baru) yang dipengaruhi mayoritas penduduk Kepri khususnya Batam merupakan pendatang. Tingginya inflasi angkutan udara juga dipengaruhi karakteristik Kepri berupa wilayah kepulauan sehingga tidak ada alternatif transportasi darat untuk lalu lintas antar provinsi. Dengan pelayanan transportasi laut yang relatif terbatas, baik jumlah armada maupun rute pelayarannya. Kondisi ini menyebabkan angkutan udara menjadi alternatif utama masyarakat Kepri yang sebagian besar pendatang luar provinsi apabila ingin merayakan hari raya di daerah asalnya. Kepri yang juga merupakan destinasi wisata baik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara menyebabkan kenaikan tarif angkutan udara pada momen libur panjang (long weekend). Selain itu, Bandara Hang Nadim (Batam) merupakan bandara hub bagi Sumatera sehingga pergerakan pesawat relatif padat BATAM TANJUNGPINANG KEPRI Average Sumber: BPS Grafik 1. Pola Inflasi Angkutan Udara Grafik 2. Laju Inflasi Angkutan Udara Spasial Kenaikan laju inflasi tarif angkutan udara memiliki volatilitas yang cukup tinggi dengan andil inflasi yang relatif besar terhadap inflasi keseluruhan dikarenakan bobot nilai konsumsi yang relatif besar 3,94% dari total nilai konsumsi Kepri. 2 (dua) kota yang menjadi sampel perhitungan inflasi Kepri (Batam dan Tanjungpinang) masing-masing memiliki bandara udara yaitu Bandara Hang Nadim dan Bandara Raja Haji Fisabilillah. Jumlah penerbangan di Hang Nadim mencapai 12 penerbangan per hari, dengan jumlah penumpang mencapai 14.5 orang. Peningkatan jumlah penumpang tsb juga dipengaruhi oleh dibukanya beberapa rute penerbangan baru. Sementara Raja Filisabilillah sebanyak 6 (enam) penerbangan per harinya. Secara lebih rinci dalam Tabel1. 32 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

44 Tabel 1. Data Bandara Udara di Batam dan Tanjungpinang Indikator Jumlah Pesawat Jumlah Penumpang Jumlah Kargo Kapasitas Apron Kapasitas Terminal Panjang Landasan Jam Operasional Hang Nadim Batam ,77 juta 24,6 juta kg m2 3.3./tahun 4.25 x 45 meter 24 jam per hari Raja Haji Filsabilillah Tanjungpinang 12.4 m2 1../tahun 26 x 45 meter WIB Dalam penentuan tarif angkutan udara, pihak maskapai mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan RI No. 14 tahun 216 tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan dan Penetapan Tarif Batas Atas dan Batas Bawah Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri. Tarif batas atas dan batas bawah angkutan udara saat ini dirasakan relatif cukup lebar dan hanya mengatur pada kelas tertentu sehingga kenaikan harga tiket pesawat menjadi cukup fluktuatif khususnya pada momen Hari Keagamaan. Menyikapi kondisi ini, perlu diupayakan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah dengan maskapai penerbangan dengan mengatur range tarif batas atas dan batas bawah angkutan udara agar tidak terlalu lebar. Percepatan pembangunan terminal baru bandara Hand Nadim untuk mengurangi kepadatan khususnya pada weekend serta mengoptimalkan rute penerbangan malam yang saat ini masih relatif sedikit. Selain itu, himbauan kepada masyarakat untuk melakukan pembelian jauh sebelum keberangkatan juga dapat dilakukan untuk memitigasi risiko inflasi tarif angkutan udara yang berlebihan menjelang Hari Natal dan libur akhir tahun 216. (Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau) 33 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

45 BAB 4 ASESMEN STABILITAS KEUANGAN DAERAH Tekanan perlambatan ekonomi turut mempengaruhi kinerja perbankan. Meski demikian, stabilitas sistem keuangan di wilayah Kepri secara umum terjaga dengan baik. Kinerja perbankan menurun tercermin dari penurunan aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit. Ketiga indikator tersebut tercatat menurun masing-masing sebesar 1,96% (yoy), 1,56% (yoy), dan 2,53% (yoy). Kelesuan permintaan global dan domestik menyebabkan pelaku usaha cenderung menahan investasi maupun ekspansi usaha, yang kemudian mempengaruhi kinerja kredit, khususnya kredit investasi dan modal kerja. Sementara penurunan DPK mengindikasikan penurunan penghasilan masyarakat, sehingga melakukan penarikan dana simpanannya untuk keperluan konsumsi. Di tengah tekanan perlambatan ekonomi, stabilitas keuangan daerah relatif tetap terjaga. Hal ini tercermin dari tingkat kredit bermasalah yang terjaga pada batas aman serta tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi yang tetap kuat dan terjaga pada level optimis. Aktivitas sektor UMKM juga tetap berlangsung dengan baik, tercermin dari pertumbuhan positif kredit UMKM dengan kualitas kredit cukup baik PERKEMBANGAN PERBANKAN KEPRI Kinerja perbankan 6 Kepri menurun pada triwulan III 216, ditandai dengan penurunan aset, dana pihak ketiga (DPK) maupun kredit. Ketiga indikator tersebut tercatat menurun masing-masing sebesar 1,96% (yoy), 1,56% (yoy), dan 2,53% (yoy). Tekanan perlambatan ekonomi juga mendorong peningkatan jumlah kredit bermasalah, tercermin dari NPL sebesar 2,4% dibanding triwulan sebelumnya sebesar 2,11%. Di sisi lain, penurunan DPK yang lebih dalam dibanding kredit menyebabkan LDR meningkat dari 8,82% pada triwulan sebelumnya menjadi 81,99% pada triwulan laporan. 6 Data berdasarkan lokasi bank dan merupakan aggregat dari Bank Umum dan BPR di Wilayah Kepri 34 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

46 Tabel 4.1 Perkembangan Indikator Utama Perbankan Kepri dalam Rp miliar Pertumbuhan (yoy) Tw. I Tw. II Tw. III Tw.IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. II 215 Tw. III 216 Total Aset ,7% -1,96% Total Dana ,22% -1,56% Total Kredit ,41% -2,53% NPL 1,87% 2,32% 2,35% 1,86% 1,86% 2,11% 2,4% - - LDR 77,33% 74,42% 76,43% 8,63% 79,16% 8,82% 81,99% - - Sumber: Bank Indonesia PERKEMBANGAN ASET Aset perbankan menurun, dipengaruhi penurunan kredit dan DPK. Total aset sebesar Rp miliar, menurun 1,96% (yoy). Berdasarkan kelompok bank, aset bank swasta dan aset bank asing dan campuran menurun masing-masing sebesar 5,12% (yoy) dan 32,97% (yoy). Sementara aset bank pemerintah tumbuh melambat 5,64% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya sebesar 7,33% (yoy). Berdasarkan share, porsi terbesar aset terdapat pada bank pemerintah (5,5%), bank swasta (48,1%), dan porsi terkecil pada bank asing dan campuran (1,3%). Berdasarkan lokasi, porsi terbesar aset bank umum terdapat di Kota Batam sebagai pusat kegiatan ekonomi Kepri, dengan jumlah perbankan dan nasabah bank terbanyak di Kepri. Porsi aset bank umum Kota Batam mencapai 78,44%, diikuti oleh Kota Tanjungpinang 17, 98%, Kab. Karimun 2,82% (yoy) dan kabupaten lainnya 2,82%. (Rp miliar) Grafik 4.1 Perkembangan Aset Perbankan Kepri 4,8 3,7 (1,96)-5 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Bank Umum BPR Growth Total Aset (%, yoy) (%, yoy) (2.) (4.) Grafik 4.2 Pertumbuhan Aset Berdasarkan Kelompok Bank Umum Sumber: Bank Indonesia I II III IV I II III IV I II III IV I II III Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing & Campuran 35 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

47 4.1.2 PERKEMBANGAN DANA PIHAK KETIGA (DPK) Trend pelemahan DPK masih berlanjut, bahkan tercatat menurun pada triwulan laporan. Penurunan DPK mengindikasikan penurunan penghasilan masyarakat, sehingga cenderung menarik dana simpanannya di bank untuk pengeluaran belanja. DPK sebesar Rp miliar, menurun 1,56% (yoy). Berdasarkan kelompok bank umum, penurunan DPK dicatatkan bank swasta serta bank asing dan campuran masing-masing sebesar 5,41% (yoy) dan 31,36% (yoy), sementara DPK di bank Pemerintah melambat 2,1% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya 2,86% (yoy). Sebaliknya, DPK yang dihimpun oleh BPR tumbuh menguat 15,11% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya sebesar 1,96% (yoy). Penurunan DPK terutama pada giro, sementara tabungan melambat. Simpanan giro dan deposito menurun 12,1% (yoy), sementara tabungan melambat 4,4% (yoy) dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 13,85% (yoy). Sebaliknya, kinerja deposito membaik, tercatat tumbuh,64% (yoy) setelah menurun pada triwulan sebelumnya sebesar,77% (yoy). Secara proporsi, tabungan masih mendominasi DPK perbankan Kepri dengan kontribusi 44,46%, diikuti deposito (26,47%) dan giro ( 29,7%) pada periode laporan. Berdasarkan tiering dana, porsi terbesar DPK pada kelompok dana >Rp1 juta 5 juta dengan total DPK mencapai Rp9.943 miliar. Sementara jumlah rekening terbanyak adalah rekening yang bernilai <1 juta dengan jumlah rekening rekening. (Rp miliar) Grafik 4.3 Perkembangan DPK Perbankan Kepri 3,96 1,22 (1,56) -5 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (%, yoy) Bank Umum (LHS) BPR (LHS) Growth Total DPK (RHS) (Rp miliar) Grafik 4.4 DPK Perbankan Kepri Berdasarkan Jenisnya I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Total DPK - LHS growth - Tabungan (RHS) Sumber: Bank Indonesia (%, yoy) growth - Giro (RHS) growth - Deposito (RHS) (1) (2) PERKEMBANGAN KREDIT 7 PERBANKAN Tekanan perlambatan ekonomi berdampak pula terhadap kinerja kredit, yang pada triwulan laporan menurun 2,53% (yoy). Kelesuan permintaan global maupun domestik menyebabkan pelaku usaha cenderung menahan investasi dan ekspansi usaha, yang kemudian mempengaruhi kinerja kredit. Kondisi tersebut tercermin dari penurunan kredit 7 Berdasarkan lokasi proyek 36 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

48 modal kerja dan investasi masing-masing sebesar,1% (yoy) dan 17,3% (yoy), sedangkan kredit konsumsi melambat 11,4% (yoy) dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 12,6% (yoy). (Rp miliar) Grafik 4.5 Perkembangan Kredit Kepri (Lokasi Proyek) (%, yoy) (1) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Total Kredit Sumber: Bank Indonesia g. Kredit (RHS) (%, yoy) (1) (2) (3) Grafik 4.6 Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (Lokasi Proyek) 11,4 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (17,3) Sumber: Bank Indonesia MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI (,1) Serapan kredit pada sektor-sektor utama ekonomi tercatat menurun. Porsi terbesar kredit diserap oleh sektor industri pengolahan (17,5%), sektor perdagangan (14,1%) dan sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi (11,1%). Ketiga sektor tersebut mencatatkan penurunan serapan kredit masing-masing 9,31% (yoy), 15,97% (yoy), dan 11,19% (yoy). Meski suku bunga perbankan relatif menurun pada triwulan ketiga, belum cukup efektif mendorong pertumbuhan kredit. Suku bunga kredit modal kerja dan suku bunga kredit konsumsi berdasarkan Suku Bunga Tertimbang (SBT) turun masing-masing sebesar 1,9% dan 12,61% dibanding triwulan sebelumnya sebesar 1,12% dan 12,64%. Sementara suku bunga kredit investasi sedikit meningkat dari 8,77% menjadi 8,81% pada triwulan laporan. Secara proporsi, kredit modal kerja mendominasi dengan share (36,6%), diikuti kredit konsumsi (32,6%) dan kredit investasi (3,8%). Berdasarkan kabupaten dan kota, porsi penyaluran kredit perbankan Kepri terbesar terdapat di Kota Batam yang merupakan motor ekonomi Kepri. Sebanyak 77,7% dari total kredit Kepri disalurkan di Kota Batam, kemudian Kota Tanjungpinang (17,8%), dan Dati II lainnya sebesar 4,5%. 37 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

49 Grafik 4.7 Porsi Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan KONSUMSI, 32.6% Sumber: Bank Indonesia INVESTASI, 3.8% MODAL KERJA, 36.6% (%) Grafik 4.8 Perkembangan Suku Bunga Kredit Perbankan I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: Bank Indonesia Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Intermediasi dan Risiko Perbankan Laju penurunan DPK yang lebih dalam dibanding penurunan kredit 8 (berdasarkan lokasi bank) menyebabkan peningkatan Loan to deposit ratio (LDR). LDR sebesar 81,99%, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 8,82%. Angka LDR tersebut masih sejalan dengan batas LDR yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu 78-92%, mengindikasikan fungsi intermediasi perbankan di Kepri relatif masih berjalan baik meski perekonomian Kepri belum pulih dari perlambatan. Tekanan perlambatan ekonomi mendorong peningkatan jumlah kredit bermasalah. Non performance loan (NPL) pada triwulan laporan sebesar 2,4% meningkat dibanding periode sebelumnya sebesar 2,11%. Meski demikian, nilai NPL tersebut masih lebih rendah dibandingkan batas maksimal treshold NPL yang ditetapkan sebesar 5%. Grafik 4.9 Intermediasi dan Risiko Perbankan Kepri 84% 82% 8% 78% 76% 74% 72% 7% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III LDR (LHS) NPL (RHS) 3,% 2,5% 2,% 1,5% 1,%,5%,% 8 Kredit berdasarkan lokasi bank tumbuh 4,7% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 9,52% (yoy). 38 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

50 4.2 PERKEMBANGAN STABILITAS KEUANGAN DAERAH Di tengah tekanan perlambatan ekonomi, stabilitas keuangan daerah relatif tetap terjaga. Hal ini tercermin dari tingkat kredit bermasalah yang terjaga pada batas aman serta tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi yang tetap kuat dan terjaga pada level optimis. Aktivitas sektor UMKM juga tetap berlangsung dengan baik, tercermin dari pertumbuhan positif kredit UMKM dengan kualitas kredit cukup baik KETAHANAN SEKTOR KORPORASI Di tengah tekanan perlambatan ekonomi, ketahanan sektor korporasi tetap baik, tercermin dari tingkat kredit bermasalah yang terjaga pada batas aman. Porsi terbesar kredit diserap oleh sektor industri pengolahan, perdagangan serta transportasi dan komunikasi. Tingkat NPL sektor korporasi triwulan III 216 sebesar 5,14% mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,96%. Kondisi NPL sektor Korporasi yang masih diatas 5% diantaranya dipengaruhi oleh penurunan aktivitas produksi sejalan dengan belum membaiknya permintaan global dan domestik. Kondisi ini tergambar dari perlambatan pertumbuhan sektor sektor utama yaitu industri, konstruksi dan perdagangan pada triwulan III 216, masing-masing sebesar 4,4% (yoy), 3,84% (yoy) dan 8,5% (yoy) dibanding pertumbuhan triwulan sebeumnya sebesar 5,13% (yoy), 4,44% (yoy) dan 9,14% (yoy). Kemampuan serapan tenaga kerja sektor-sektor utama juga menurun, khususnya pada sektor industri dan konstruksi, serapan tenaga kerjanya menurun masing-masing sebesar 3,51% dan 2,56%. Hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU) di wilayah Kepri mengkonfirmasi penurunan kinerja sektoral, tercermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) sebesar -5,64. (SBT) Grafik 4.1 Hasil SKDU I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Realisasi Kegiatan Usaha (SBT) Sumber: SKDU BI Provinsi KepulauanRiau Perkiraan Kegiatan Usaha (SBT) (SBT) (SBT) (2.) (4.) (6.) (8.) Grafik 4.11 SKDU Sektor Industri Pengolahan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Ind.Pengolahan (SKDU)- Perkiraan Ind.Pengolahan (SKDU)- Realisasi Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Provinsi Kep. Riau 39 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

51 SEKTOR EKONOMI Tabel 4.2 Perkembangan Kredit Perbankan berdasarkan Sektor Ekonomi Nilai Kredit (Rp miliar) Persentase terhadap Pertumbuhan 216 (%, yoy) I II III IV I II III Total Kredit Tw I Tw II Tw III 1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN % PERIKANAN % PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 88 1,12 1, % INDUSTRI PENGOLAHAN 8,3 7,568 8,484 8,15 7,955 8,476 7, % LISTRIK, GAS DAN AIR 656 1,19 1,57 1, % KONSTRUKSI 1,677 2,229 2,225 2,584 2,56 2,576 2,57 5.8% PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 5,261 7,13 7,366 6,35 6,6 6,334 6, % PENYEDIAAN AKOMODASI & PENYEDIAAN MAKAN MINUM 1,34 1,323 1,378 1,469 1,43 1,483 1, % TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI 4,955 5,69 5,416 5,385 5,833 5,496 4, % PERANTARA KEUANGAN % REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, &JASA PERUSAHAAN 3,12 3,314 3,86 3,296 3,36 3,434 3, % ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN & JAMSOS % JASA PENDIDIKAN % JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL % JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN % JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA % BADAN INTERNASIONAL.% KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA % % KETAHANAN SEKTOR RUMAH TANGGA Ditengah penurunan penghasilan, ketahanan sektor rumah tangga juga tetap kuat tercermin dari masih tingginya tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi. Penurunan penghasilan rumah tangga tergambar dari penurunan DPK perseorangan sebesar -.2% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5.49% (yoy). DPK perseorangan secara keseluruhan masih mendominasi dengan porsi 65,5% dari total DPK perbankan Kepri. Meski penghasilan terindikasi menurun, namun secara umum konsumen masih optimis dengan kondisi ekonomi saat ini dan beberapa bulan mendatang. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 124,1, meningkat dibanding periode yang sama triwulan sebelumnya sebesar 116,95. Peningkatan keyakinan tersebut mampu menjaga tingkat konsumsi barang tahan lama tetap pada level positif, pada triwulan laporan sebesar 111,44. Grafik 4.12 Perkembangan DPK Perseorangan Grafik 4.13 Indeks Penghasilan Konsumen dan Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama 14. 4% 3% 2% 1% % -1% -2% -3% -4% I II III IV I II III IV I II DPK Perseorangan Giro Tabungan Deposito I II III IV I II III IV I II III INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI (IKE) INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK) Sumber: Bank Indonesia Penyaluran kredit berdasarkan sektor penerima kredit bukan lapangan usaha (non korporasi) sebesar 1,78% (yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,77% (yoy). Tekanan perlambatan ekonomi yang cukup kuat menyebabkan upaya 4 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

52 mendorong pertumbuhan kredit melalui pelonggaran loan to value (LTV) dan penurunan suku bunga acuan belum dapat menjadi stimulus pertumbuhan kredit non korporasi pada triwulan laporan. Perlambatan kredit tersebut terutama pada Kredit Perumahan Rakyat (KPR) dan kredit multiguna, melambat masing-masing sebesar 9,94% (yoy) dan 4,69% (yoy), dibanding triwulan sebelumnya sebesar 11,13% (yoy) dan 13,48% (yoy). Sementara Kredit Kepemilikan Kendaraan Bermotor (KKB) menurun 4,6% (yoy). Grafik 4.14 Penggunaan Kredit Konsumsi Grafik 4.15 Pertumbuhan KPR, KKB, Multiguna %, yoy 5 4 Peralatan Rumah Tangga,.2% Lainnya, 24.6% Multiguna, 34.9% KPR, 51.9% (1) (2) I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: Bank KKB, 2.9% Sumber: Bank Indonesia KPR KKB Multiguna KETAHANAN UNIT MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) Kemampuan keuangan UMKM tetap kuat ditengah tekanan perlambatan ekonomi, tercermin dari pertumbuhan positif kredit dan NPL yang masih terjaga. Kredit UMKM tercatat masih tumbuh positif sebesar 7,16%, sedikit lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,25%. Secara sektoral, porsi terbesar kredit UMKM diserap oleh sektor perdagangan dan industri sebesar masing-masing 46,1% dan 1,48% dari total kredit UMKM. Sementara itu, NPL kredit UMKM meningkat dari 4,5% pada triwulan sebelumnya menjadi 4,56% pada triwulan laporan. Adapun NPL pada sektor utama yaitu perdagangan dan industri juga masih terjaga pada batas aman sebesar 1,74% dan 4,38%. (Rp miliar) 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, Grafik 4.16 Kredit UMKM oleh Bank Umum I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (yoy,%) UMKM - LHS Sumber: Bank Indonesia Pertumbuhan (yoy,%) - RHS 41 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

53 BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH Sejalan dengan perlambatan ekonomi, aktivitas sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai mengalami penurunan pada triwulan ketiga. Aktivitas pembayaran baik secara tunai maupun non tunai tercatat menurun pada triwulan laporan. Net outflow menurun 58,88% (yoy), sementara pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh 42,88% (yoy). Trend penurunan transaksi kliring juga masih berlanjut pada triwulan ketiga. Nominal dan jumlah warkat transaksi kliring tercatat menurun masing-masing sebesar 13,9% (yoy) dan 13,57% (yoy). Penurunan transaksi tunai dipengaruhi sejumlah faktor antara lain kegiatan transaksi keuangan yang cenderung menurun pasca puncak belanja Ramadan dan Idul Fitri pada Juni 216, serta dipengaruhi pula oleh perlambatan ekonomi pada triwulan III TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow 9 /Outflow 1 ) Pergerakan outflow cenderung kembali normal setelah mencatatkan peningkatan cukup signifikan pada triwulan kedua dengan adanya hari raya Ramadan dan Idul Fitri. Total outflow triwulan III 216 sebesar Rp2.194 miliar, atau menurun 24,57% (yoy) karena tingkat kebutuhan uang kartal kembali normal pasca puncak belanja Ramadan dan Idul Fitri pada triwulan II 216. Kelebihan uang kartal yang beredar akan kembali ke Bank Indonesia melalui setoran bank (inflow). Sejalan dengan hal tersebut, inflow sebesar Rp1.424 miliar meningkat 37,34% (yoy). Adapun total net outflow sebesar Rp769 miliar, menurun 58,88% (yoy). (Rp miliar) Grafik 5.1 Perkembangan Inflow dan Outflow Kepri I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: Bank Indonesia INFLOW OUTFLOW NET OUTFLOW %, yoy (2) (4) Grafik 5.2 Perkembangan Pertumbuhan Inflow dan Outflow I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: Bank Indonesia Pertumbuhan INFLOW Pertumbuhan OUTFLOW 9) Inflow : aliran uang masuk ke Bank Indonesia melalui setoran bank. 1) Outflow : aliran uang keluar dari Bank Indonesia melalui penarikan bank. 42 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

54 Untuk memenuhi kebutuhan uang tunai terutama di daerah terpencil, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepri juga melakukan kegiatan kas titipan 11. Kegiatan ini dilakukan Bank Indonesia bekrrjasama dengan bank umum. Saat ini terdapat 2 (dua) lokasi kas titipan yaitu di Kota Tanjungpinang dan Kab. Karimun dengan total plafon sebesar Rp175 miliar (data sampai Oktober 216). Penyediaan Kas Titipan tersebut diharapkan dapat menjamin ketersediaan rupiah bagi masyarakat Tanjungpinang, Karimun dan wilayah sekitarnya dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, serta kondisi yang layak edar serta menjadi solusi bagi tingginya kebutuhan uang kartal di perbankan Tanjungpinang dan Karimun yang selama ini sangat bergantung pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Batam Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Dalam rangka meningkatkan kualitas uang kartal yang beredar di masyarakat, langkah-langkah yang ditempuh oleh KPw BI Kepri antara lain dengan melayani penukaran uang tidak layak edar (UTLE) dengan uang baru, melakukan pemusnahan UTLE dan melakukan kegiatan kas keliling. Sepanjang triwulan III 216, KPw BI Kepri telah memusnahkan UTLE dengan jumlah nominal mencapai Rp229 miliar. UTLE yang dimusnahkan tersebut berasal dari setoran bank maupun penukaran uang dari masyarakat yang selanjutnya akan ditukarkan dengan uang yang layak edar (fit for circulation). Bank Indonesia juga aktif melakukan kegiatan kas keliling di berbagai tempat di wilayah Kepri untuk memudahkan masyarakat yang ingin menukarkan UTLE atau menukarkan uang kartal dengan pecahan yang dibutuhkan. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kualitas uang kartal yang beredar sekaligus memenuhi kebutuhan pecahan uang kartal masyarakat. Sepanjang 216 kegiatan kas keliling telah dilakukan di 53 (lima puluh tiga) lokasi yang mencakup Tanjungpinang, Tanjung Uban,Tanjung Balai Karimun, Natuna, Anambas, Tanjung Batu, Dabo Singkep, Daik Lingga dan Batam. Selain itu, melalui program Gerakan Anti Uang Lusuh (GAUL), Bank Indonesia secara aktif memberikan edukasi kepada masyarakat untuk menukarkan uang lusuh, meningkatkan intensitas penukaran uang lusuh, sekaligus mensosialisasikan jadwal kegiatan kas keliling. Edukasi dilakukan melalui media massa dan media sosial. 11 Kas Titipan merupakan salah satu upaya mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia terkait pengedaran uang sekaligus memfasilitasi perbankan dalam hal penyetoran dan penarikan uang tunai dikarenakan keterbatasan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah. Pelaksana Kas Titipan yaitu Bank Mandiri Tanjungpinang dan Bank BNI Tanjung Balai Karimun. 43 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

55 5.1.3 Upaya Menekan Peredaran Uang Palsu Dalam upaya menekan peredaran uang palsu di masyarakat, Bank Indonesia melakukan sosialisasi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah (CIKUR) serta penerapan prinsip 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang) secara berkala untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai keaslian uang Rupiah. Pada periode Jan Oktober 216 telah dilakukan sosialisasi CIKUR dan pronsip 3D sebanyak 11 (sebelas) kali di beberapa wilayah, antara lain: Tanjung Uban, Lingga, Tanjung Batu, Dabo Singkep dan Batam. Pada triwulan III 216 temuan uang palsu sebanyak 133 lembar, menurun dibanding triwulan sebelumnya sebanyak 177 lembar. Adapun sepanjang 216, uang rupiah tidak asli yang ditemukan sebanyak 654 lembar. Grafik 5.3 Perkembangan Pemusnahan UTLE Grafik 5.4 Perkembangan Penemuan Uang Rupiah Tidak Asli (Rp miliar) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Pemusnahan Uang Temuan Rupiah Tidak Asli (Lembar) Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia 5.2 TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI Transaksi pembayaran non tunai dengan nilai besar diselenggarakan Bank Indonesia melalui sistem kliring dan sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement System). Sistem kliring merupakan sistem settlement antarbank untuk alat pembayaran cek, bilyet giro, nota debet lainnya dan transfer kredit antar bank. Sementara itu, sistem BI RTGS digunakan untuk transaksi keuangan bernilai besar dan bersifat mendesak, seperti transaksi di Pasar Uang Antar Bank (PUAB), transaksi di bursa saham, transaksi pemerintah, transaksi valuta asing (valas), serta settlement hasil kliring Kelancaran Transaksi Sistem Pembayaran Non Tunai Sejalan dengan transaksi tunai, kegiatan transaksi non tunai juga tercatat menurun pada periode triwulan III 216. Nominal transaksi kliring pada triwulan III 216 sebesar Rp5.13 miliar atau terkontraksi 13,57% (yoy) lebih dalam dibanding kontraksi triwulan sebelumnya sebesar 5,6% (yoy). Sejalan dengan nominal, jumlah warkat sebanyak KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

56 juga terkontraksi 13,9% (yoy) lebih dalam dibanding kontraksi triwulan sebelumnya sebesar 8,21% (yoy). Grafik 5.5 Perkembangan Kliring Kepri Grafik 5.6 Perkembangan Pertumbuhan Kliring Kepri (Rp juta) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Nominal (Rp juta) Jumlah Warkat Sumber: Bank Indonesia (Satuan) (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (1) (2) (3) Pertumbuhan Warkat Pertumbuhan Nominal Sumber: Bank Indonesia Pengembangan Layanan Keuangan Digital Dalam rangka mendorong keuangan inklusif dengan fokus pada pengembangan aktivitas ekonomi berbasis teknologi, Bank Indonesia terus mendorong penggunaan transaksi non tunai di masyarakat melalui Layanan Keuangan Digital (LKD) dan Uang Elektronik. Layanan Keuangan Digital (LKD) adalah kegiatan layanan jasa sistem pembayaran dan keuangan yang dilakukan melalui kerjasama dengan pihak ketiga dan menggunakan sarana teknologi seperti perangkat mobile based maupun web based dalam rangka keuangan inklusif. Uang Elektronik adalah uang yang disimpan secara elektronik dalam suatu media server atau chip dengan beberapa kriteria tertentu lainnya. Dalam pelaksanaannya, LKD memanfaatkan uang elektronik (U-nik) sebagai instrumen transaksinya. Melalui program tersebut, hambatan masyarakat dalam mengakses dan memanfaatkan layanan jasa keuangan dapat diminimalkan, sekaligus memberikan perlindungan pada masyarakat. Sampai dengan Oktober 216, jumlah agen LKD di Kepri telah mencapai 754 agen, dan tersebar di hampir seluruh kab dan kota. Sementara itu, jumlah rekening U-nik sebanyak 67 rekening, dengan total frekuensi transaksi sebanyak 223 kali dan nilai transaksi mencapai Rp38,74 juta. Meskipun agen LKD Kepri telah tersebar hampir di seluruh Kabupaten/Kota di wilayah Kepri, transaksi LKD masih terpusat di wilayah Batam dan Tanjungpinang. Adapun hambatan utama transaksi di wilayah kabupaten/kota lainnya yaitu keterbatasan jaringan komunikasi yang diperlukan dalam melakukan transaksi. 45 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

57 5.2.3 Pengembangan Elektronifikasi Elektronifikasi secara umum didefinisikan sebagai suatu upaya untuk mengubah transaksi masyarakat yang semula dilakukan secara manual menjadi elektronik, dari metode pembayaran secara tunai menjadi non tunai, serta pelaku transaksi keuangan yang sebelumnya bersifat eksklusif menjadi inklusif. Di Kepulauan Riau, elektronifikasi yang telah terjalin yaitu MoU dengan Pemko Batam dalam hal penyaluran dana bergulir dengan pilot project Pulau Kasu dan Pulau Terong. Selain itu pada Agustus, Bank Indonesia juga meluncurkan Uang elektronik dengan media kartu untuk memudahkan transaksi nelayan di wilayah Batam. Peluncuran kartu ini meningkatkan efektifitas LKD para nelayan yang tinggal di wilayah hinterland yang saat ini telah mencapai 212 agen. 5.3 TRANSAKSI KUPVA 12 DAN PTD Perkembangan Transaksi KUPVA Kegiatan pembelian dan penjualan uang kertas asing (UKA) masih tercatat menurun pada triwulan ketiga. Total pembelian UKA sebesar Rp2.72 miliar mengalami kontraksi 17,7% (yoy), relatif hampir sama dengan triwulan sebelumnya yang mencatatkan kontraksi 17,1% (yoy). Sementara total penjualan sebesar Rp2.745 miliar, kontraksi 17,2% (yoy), lebih baik dibanding kontraksi triwulan sebelumnya sebesar 3,1% (yoy). Penurunan aktivitas KUPVA antara lain dipengaruhi oleh yaitu penurunan jumlah wisman pada triwulan ketiga sebesar 11,13% (yoy). Berdasarkan mata uang, penukaran (pembelian dan penjualan) terbanyak adalah untuk mata uang dolar Singapura (68,94%), dolar Amerika Serikat (1,93%) dan ringgit Malaysia (1,13%). (Rp miliar) Grafik 5.7 Perkembangan Transaksi KUPVA I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: Bank Indonesia Pembelian (LHS) growth Pembelian, yoy (RHS) Penjualan (LHS) growth Penjualan, yoy (RHS) (%, yoy) 12% 1% 8% 6% 4% 2% % -2% -4% -6% (Rp miliar) Grafik 5.8 Pergerakan Transaksi KUPVA dan Nilai Tukar Rupiah I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: Bank Indonesia Pembelian (LHS) Rata-Rata Kurs Tengah SGD (RHS) Penjualan (LHS) Rata-rata Kurs Tengah USD (RHS) (Rp) KUPVA: Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing 13 PTD: Penyelenggara Transfer Dana 46 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

58 Grafik 5.9 Proporsi UKA Mata uang Lainnya; 1,% USD; 1,93% MYR; 1,13% SGD; 68,94% Sumber: Bank Indonesia Perkembangan Transaksi Penyelenggara Transfer Dana (PTD) Transaksi PTD pada triwulan III 216 sebesar Rp1.431 miliar tumbuh 56,6% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 83,3% (yoy). Peningkatan transaksi PTD terutama bersumber dari transaksi keluar wilayah RI yang diperkirakan dipengaruhi oleh adanya kerjasama dengan PTD di luar negeri. Berdasarkan jenis transaksi, porsi terbesar berupa transaksi Keluar Wilayah RI (76,9%), kemudian Antar Wilayah RI (11,9%) dan Dari Luar Wilayah RI (11,2%). Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi PTD Grafik 5.11 Jenis Transaksi PTD (Rp miliar) (%, yoy) Dari Luar Wilayah RI; 11,2% Antar Wilayah RI; 11,9% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 5-5 Ke Luar Wilayah RI; 76,9% Sumber: Bank Indonesia Total Transaksi PTD (LHS) Pertumbuhan Transaksi PTD (RHS) Sumber: Bank Indonesia 47 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

59 BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Perlambatan pertumbuhan ekonomi berimbas pada penurunan serapan tenaga kerja dan peningkatan jumlah pengangguran. 6.1 KETENAGAKERJAAN Terbatasnya pertumbuhan ekonomi Kepri mendorong peningkatan pengangguran. Tingkat pengangguran terbuka pada Agustus sebesar 7,69%, meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,63%. Perlambatan kinerja sektorsektor ekonomi utama menyebabkan penurunan kebutuhan tenaga kerja. Di tengah kondisi ini, jumlah angkatan kerja justru tumbuh relatif stabil sebesar 4,42% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,43% (yoy). Ketersediaan lapangan pekerjaan yang tidak sebanding dengan pertumbuhan angkatan kerja menyebabkan peningkatan jumlah pengangguran terbuka. Pada posisi Agustus jumlah pengangguran sebanyak orang atau tumbuh 29,47% (yoy). Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut jenis kegiatan utama di Provinsi Kepri Keterangan Pertumbuhan (%, yoy) Feb Agt Feb Agt Feb Agt Ags'15 Ags'16 Angkatan Kerja ,43 4,42 Bekerja ,8 2,77 Pengangguran ,6 29,47 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 5,26% 6,69% 9,5% 6,2% 9,3% 7,69% - - Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 67,83% 65,95% 66,16% 65,7% 65,58% 65,93% - - Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau Secara sektoral, penurunan serapan tenaga kerja utamanya pada sektor industri pengolahan dan konstruksi. Kondisi ini sejalan dengan penurunan kinerja kedua sektor tersebut karena masih lemahnya tingkat permintaan produk industri maupun proyek konstruksi, sehingga kebutuhan tenaga kerja juga berkurang. Jumlah tenaga kerja yang bekerja pada sektor industri pengolahan menurun tajam hingga 3,51% (yoy), sementara jumlah tenaga kerja sektor konstruksi menurun 2,56% (yoy). Diperkirakan, sebagian tenaga kerja yang tidak terserap sebagai buruh/karyawan pada sektor industri dan konstruksi beralih pada sektor perdagangan, jasa kemasyarakatan dan pertanian. Ketiga sektor tersebut menjadi alternatif pilihan sebagian besar tenaga kerja karena tuntutan keterampilan maupun modal 48 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

60 kerja (apabila berwirausaha) tidak terlalu tinggi. Jumlah tenaga kerja pada ketiga sektor tersebut tumbuh masing-masing 13,1% (yoy), 39,5% (yoy) dan 11,6% (yoy). Tabel 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut jenis kegiatan utama di Provinsi Kepulauan Riau No Lapangan Usaha Pertumbuhan (%, yoy) % Feb Agt Feb Ags Ags 215 Ags 216 Share 1 Pertanian ,2 11,6 11,97 2 Pertambangan ,7 9,1 1,78 3 Industri ,98-3,51 16,75 4 Listrik, Gas & Air Minum ,57 6,13,34 5 Konstruksi ,61-2,56 6,36 6 Perdagangan ,73 13,1 26,22 7 Transp., Pergudangan & Komunikasi ,44 5,1 6,7 8 Keuangan ,19-19,27 2,83 9 Jasa Kemasyarakatan ,72 39,5 27,5 Penduduk Bekerja ,8 2,77 1, Sumber :BPS Fenomena lain yang timbul dari keterbatasan lapangan kerja, yaitu meningkatnya dorongan untuk berwirausaha. Pada Agustus 216 jumlah pekerja yang berusaha sendiri (wirausaha) meningkat 18,95% (yoy) lebih tinggi dibanding peningkatan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 16,4% (yoy). Sebaliknya, jumlah buruh/karyawan justru menurun 4,3% (yoy). Sejalan dengan data pertumbuhan tenaga kerja sektoral yang telah dipaparkan, kegiatan wirausaha diperkirakan sebagian besar pada sektor perdagangan dan jasa kemasyarakatan. Selain wirausaha, peningkatan cukup signifikan juga -masing sebesar 49,9% (yoy) dan 36,1% (yoy). Kondisi ini juga diyakini sebagai imbas dari semakin terbatasnya lapangan kerja sebagai buruh/karyawan. Pekerja Bebas; 3,3% Grafik 6.1 Struktur Pekerja Kepri Pekerja keluarga/tak dibayar; 5,45% Buruh/karyawan; 63,78% Berusaha Sendiri; 18,95% Berusaha dibantu buruh tidak tetap; 6,38% Berusaha dibantu buruh tetap; 2,41% Sumber: BPS 49 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

61 6.2 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kemiskinan Di tengah peningkatan angka pengangguran terbuka, indikator kemiskinan penduduk Kepri relatif membaik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah penduduk miskin Kepri pada Maret 216 tercatat sebanyak orang dengan persentase penduduk miskin 5,98% menurun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak orang atau 6,24% dari total penduduk Kepri. Meski demikian, garis kemiskinan tercatat meningkat menjadi sebesar Rp49.157,-/bulan/kapita atau tumbuh 9,25% (yoy), dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp ,-/bulan/kapita. Namun, peningkatan garis kemiskinan tersebut lebih rendah dibanding rata-rata peningkatan dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun sebelumnya (213 laju inflasi yang relatif terjaga. 215) sebesar 1,39% yang sejalan dengan Sejalan dengan penurunan penduduk miskin, Indeks Kedalaman Kemiskinan Maret 216 tercatat,89% menurun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar,97%. Indeks keparahan kemiskinan juga mencatatkan penurunan menjadi,2% lebih rendah dibanding periode Maret 215 sebesar,25% yang mengindikasikan menurunnya ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin. Tabel 6.3 Profil Kemiskinan di Provinsi Kepri Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Jumlah Penduduk Miskin 126,67 125,2 127,8 124, , ,834 12,412 Persentase Penduduk Miskin (%) Garis Kemiskinan (Rp/bulan/kapita) 372, ,93 415,8 425, ,652 48,812 49,157 Indeks Kedalaman kemiskinan/p1 (%) Indeks Keparahan Kemiskinan/ P2 (%) GINI RATIO (GR) Pada posisi Maret 216 (data rilis September 216), Gini Ratio (GR) Kepri tercatat meningkat dibanding periode sebelumnya. Koefisien Gini atau Gini Ratio adalah adalah ukuran ketidakmerataan atau ketimpangan agregat (secara keseluruhan) yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan yang sempurna). Peningkatan GR pada posisi Maret dibanding September relatif sejalan dengan peningkatan jumlah pengangguran dan indeks kedalaman kemiskinan pada periode tersebut. 5 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

62 Peningkatan pengangguran mengindikasikan adanya penurunan pendapatan pada sebagian penduduk, memicu semakin melebarnya kesenjangan pendapatan, mendorong peningkatan GR. Grafik 6.2 Perkembangan Gini Ratio Kepri,5,45,4,35,36,38,4,44,36,34,35,3,25,2 Mar 13 Sep 13 Mar 14 Sep 14 Mar 15 Sep 15 Mar 16 Sumber: BPS, diolah Perkotaan Pedesaan Perkotaan + Pedesaan Nilai Tukar Petani (NTP) Sampai dengan posisi Oktober 216, Nilai Tukar Petani tercatat menurun. NTP Oktober sebesar 97,16 lebih rendah dibanding rata-rata NTP triwulan ketiga sebesar 97,54. NTP dibawah 1 mengindikasikan kerugian oleh petani karena penghasilan petani lebih kecil dibanding biaya yang dikeluarkan. Penghasilan petani tercermin dari indeks yang diterima petani sebesar 116,45, lebih kecil dibanding indeks yang dibayar petani atau biaya yang dikeluarkan sebesar 119,86. Secara umum kondisi ini memberikan gambaran bahwa kegiatan pertanian di Kepri belum berjalan secara efisien dan kurang bernilai tambah untuk meningkatkan taraf hidup petani. NTP terendah tercatat pada sektor tanaman perkebunan rakyat, dipengaruhi penurunan harga sejumlah komoditas perkebunan di pasar global. NTP pada sektor ini sebesar 78,2 menurun dibanding rata-rata NTP triwulan ketiga sebesar 78,63. Komoditas utama tanaman perkebunan rakyat di Kepri yaitu karet, kelapa, cengkeh, sagu, dan kelapa sawit. Penurunan harga sejumlah komoditas tersebut utamanya karet dan kelapa sawit di pasar global menyebabkan berkurangnya penghasilan petani. Di sisi lain, biaya yang dikeluarkan petani cenderung terus meningkat (indeks yang dibayar petani), menyebabkan NTP menurun. Sementara itu, NTP tertinggi pada sektor perikanan, didukung oleh sumberdaya perikanan yang melimpah di Kepri. NTP Perikanan pada posisi Oktober sebesar 18,43 tertinggi dibanding sektor lainnya. Meski demikian, NTP Perikanan Oktober sedikit menurun dibanding rata-rata NTP triwulan ketiga sebesar 18,87 dikarenakan musim 51 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

63 angin utara (gelombang tinggi) yang mulai berlangsung pada Oktober, menimbulkan hambatan bagi aktivitas nelayan di laut. Grafik 6.3 Perkembangan NTP Grafik 6.4 NTP Berdasarkan Subsektor 125, 12, 115, 11, 15, 1, 95, Sumber: BPS I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (s.d Okt) Indeks Diterima Petani Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (rhs) I II III IV I II III IV (s.d Okt) Umum Tanaman Pangan Tanaman Perkebunan Rakyat Hortikultura Peternakan Perikanan Sumber: BPS 1. Tanaman Pangan Tabel 6.4 Nilai Tukar Petani Provinsi Kepri I II III IV I II III Okt-16 a. Indeks yang Diterima (It) 111,58 116,37 118,48 122,33 121,75 121,91 12,46 117,19 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 115,78 117,19 118,71 119,33 12,56 121,27 122,83 123,3 c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 96,37 99,3 99,8 15,7 1,99 1,53 98,7 95,5 2. Hortikultura a. Indeks yang Diterima (It) 117,21 117,28 122,68 12,16 121,68 122,24 123,27 124,88 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 114,61 115,78 117,3 117,42 118,71 119,56 12,97 121,26 c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 12,27 11,3 14,83 12,33 12,49 12,25 11,9 12,98 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks yang Diterima (It) 99,67 1,68 12,51 1,4 96,94 99,29 96,84 96,57 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 116,5 117,38 118,94 119,37 12,69 121,56 123,17 123,49 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 85,88 85,43 86,13 84,11 8,32 81,68 78,63 78,2 4. Peternakan a. Indeks yang Diterima (It) 115,49 115,42 116,47 116,14 116,64 117,18 117,47 116,61 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 19,42 11,51 111,29 111,68 111,74 111,79 112,76 113,15 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 15,55 14,44 14,65 13,98 14,39 14,82 14,18 13,5 5. Perikanan Umum Keterangan a. Indeks yang Diterima (It) 126,15 123,55 124,87 124,76 127,37 127,74 128,55 128,46 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 114,61 116,4 116,97 117,39 117,19 117,7 118,8 118,47 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 11,7 16,57 16,75 16,27 18,69 19,12 18,87 18,43 a. Indeks yang Diterima (It) 114,36 114,24 116,61 115,67 115,86 116,81 116,57 116,45 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 114,2 115,49 116,67 117,1 117,77 118,21 119,5 119,86 c. Nilai Tukar Petani (NTP) 1,14 98,92 99,95 98,78 98,38 98,81 97,54 97,16 Sumber: BPS Kepri 52 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

64 BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Pertumbuhan ekonomi Kepri triwulan I 217 diperkirakan masih melambat pada kisaran 4,6 5, % (yoy). Secara keseluruhan 217, pertumbuhan ekonomi Kepri diperkirakan tumbuh menguat pada kisaran 4,8 5,2% (yoy) PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI Perekonomian Kepri pada keseluruhan 216 diperkirakan tumbuh melambat 4,6-5,% (yoy), lebih rendah dibanding 215 yang tumbuh 6,5% (yoy). Tertekannya perekonomian Kepri pada 216 dipengaruhi menurunnya investasi dan kegiatan ekspor impor yang dipengaruhi kondisi ekonomi global yang melambat dan harga komoditas yang masih rendah sehingga pelaku usaha enggan untuk melakukan ekspansi usaha, khususnya di sektor pertambangan dan penggalian. Sementara itu, melambatnya kinerja ekspor impor dipengaruhi terbatasnya pertumbuhan ekonomi global yang berdampak pada menurunnya permintaan produk industri pengolahan Kepri. Perekonomian Kepri 217 diperkirakan pada kisaran 4,8% - 5,2% (yoy), tumbuh menguat dibanding 216. Perekonomian global yang diperkirakan tumbuh menguat pada 217 yang berpotensi terjadi baik pada negara maju dan negara berkembang. Perbaikan ekonomi global akan mendorong permintaan produk ekspor non migas Kepri dengan negara tujuan ekspor utama yaitu Singapura, Amerika Serikat, Tiongkok dan Jepang. Sejalan dengan perkiraan pemulihan ekonomi global di 217, harga komoditas diperkirakan akan meningkat didorong peningkatan permintaan global. Perbaikan harga migas diperkirakan akan mendorong ekspor migas Kepri (gas alam). Tabel.7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Realisasi W EO IMF Consensus Forecast Jul-16 Okt-16 Agt-16 Sep Dunia 3,1 3,1 3,4 3,1 3,4 3,7 3,4 3,1 3,6 Amerika Serikat 2,5 2,2 2,5 1,6 2,2 1,5 2,3 1,5 2,3 Kaw asan Eropa 1,5 1,6 1,4 1,7 1,5 1,5 1,2 1,5 1,3 Jepang,6,3,1,5,6,5,8,6,8 Tiongkok 6,9 6,6 6,2 6,6 6,2 6,6 6,3 6,6 6,3 India 7,3 7,4 7,4 7,6 7,6 7,5 7,6 7,6 7,7 53 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

65 Perekonomian Kepri pada triwulan I 217 diperkirakan melambat. Dari sisi permintaan, perlambatan terutama dipengaruhi investasi yang masih rendah dan konsumsi yang relatif stabil. Sementara aktivitas ekspor impor diperkirakan menguat ditopang pemulihan ekonomi global yang mendorong permintaan produk ekspor. Dari sisi lapangan usaha, perlambatan sektor kontruksi diperkirakan menjadi penahan pertumbuhan. Sementara sektor industri pengolahan dan perdagangan masih tumbuh stabil namun dengan magnitude yang tinggi. Sementara sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan sedikit membaik ditopang perbaikan harga komoditas. Konsumsi di triwulan I 217 tetap terjaga ditengah perlambatan ekonomi. Keunggulan demografi Kepri serta komitmen permerintah untuk mendorong sektor pariwisata diperkirakan akan mendorong konsumsi. Pelonggaran kebijakan moneter yang telah ditempuh oleh Bank Indonesia serta laju inflasi yang rendah diperkirakan akan mampu menjaga tingkat konsumsi. Meski demikian, konsumsi diperkirakan belum mampu tumbuh tinggi yang tercermin dari hasil perkiraan survei konsumen. Indeks penghasilan konsumen dan indeks ketersediaan tenaga kerja diperkirakan masih melambat pada triwulan I 217 yang selanjutnya menekan konsumsi (perlambatan indeks konsumsi barang tahan lama). Grafik 7.1 Survei Konsumen: Perkiraan 6 Bulan YAD Indeks Penghasilan Konsumen 6 Bulan yad Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 6 Bulan yad Indeks Konsumsi barang kebutuhan tahan lama 6 bulan yad Investasi diperkirakan melambat tertahan oleh investasi swasta yang rendah. Realisasi investasi swasta diperkirkan masih rendah utamanya pada sektor bangunan. Wacana kenaikan tarif Uang Wajib Tahunan (UWT) oleh BP Batam diperkirakan berdampak pada persepsi pelaku usaha untuk menahan ekspansi ditengah perekonomian yang belum kondusif dengan menghindari investasi jangka panjang yang berbiaya tinggi. Sementara dari belanja modal dan infrastruktur 217 diperkirakan belum dapat memberikan dorongan yang cukup pada triwulan I 217 dipengaruhi postur fiskal yang terbatas. 54 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

66 Grafik 7.2 Perkiraan Investasi (Survei Liaison) 1,8 1,6 Realisasi Investasi Prakiraan investasi 1,4 1,2 1,8,6,4,2 -,2 -,4 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Kinerja ekspor dan impor diperkirakan membaik pada komoditas migas maupun non migas. Peningkatan ekspor migas terutama akan didorong oleh perbaikan harga komoditas pada 217. Meski harga minyak dunia masih pada level yang rendah, sejalan dengan masih tingginya produksi minyak OPEC. Namun, sejumlah harga komoditas ekspor lainnya terus mengalami perbaikan, seperti minyak kelapa sawit, batubara, dan beberapa barang tambang lainnya. Perbaikan ekspor non migas akan ditopang oleh peningkatan permintaan dari negara tujuan ekspor utama Kepri. Perekonomian negara maju yang diperkirakan pada 217 tumbuh menguat dibanding 216 seperti Amerika Serikat dan Jepang, sementara Singapura diperkirakan akan tumbuh menguat sejalan dengan pemulihan perekonomian global. Hal tersebut terkonfirmasi dari survei liaison yang memperkirakan penguatan penjualan pada triwulan I 217. Grafik 7.3 Perkiraan Penjualan (Survei Liaison) 4 Penjualan Ekspor Prakiraan Penjualan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I PROSPEK INFLASI Tren perlambatan inflasi diperkirakan berlanjut hingga triwulan IV 216. Capaian inflasi Kepri 216 diperkirakan pada koridor sasaran inflasi nasional sebesar 4 ± 1% (yoy), juga lebih rendah dibanding inflasi 215 yang sebesar 4,4% (yoy). Perlambatan inflasi 216 akan ditopang beberapa faktor yaitu laju inflasi beras yang lebih stabil dibanding 215, berlanjutnya penurunan harga bahan bakar sejalan dengan penurunan harga minyak dunia, 55 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

67 inflasi inti yang terkendali, tingkat inflasi Idul Fitri yang lebih rendah dibanding rata-rata historisnya, dan koordinasi pengendalian inflasi yang semakin kuat oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Perlambatan inflasi volatile foods didukung tingkat pasokan sejumlah komoditas strategis yang lebih stabil dibanding 215. Komoditas strategis tersebut terutama beras, bayam dan aneka cabai. Pada 215, Kepri mencatatkan lonjakan harga beras yang mencapai 28,9% (yoy) karena shock pasokan pada sekitar September Desember sejalan kebijakan pemerintah untuk mengetatkan impor ilegal beras dan mengambil suplai domestik yang harganya lebih tinggi. Memasuki 216, seiring dengan semakin lancarnya suplai beras domestik, inflasi beras menurun, dan sampai dengan posisi Juli 216 inflasi beras relatfi stabil pada level 2,24% (ytd). Sementara itu, anomali cuaca El Nino 14 yang mulai berakhir pada 216, mendorong peningkatan hasil panen aneka cabai dan sayuran. Inflasi volatile food pada momen Idul Fitri juga relatif terkendali, sebesar 5,19% (mtm Juni dan Juli), lebih rendah dibanding tahun sebelumnya sebesar 7,48% (mtm, Juni dan Juli 215). Sampai dengan akhir tahun, terdapat risiko kenaikan harga sejalan peningkatan permintaan pada akhir tahun. Selain itu potensi La Nina 15 skala lemah yang diperkirakan berlangsung pada Agustus, September dan Oktober berpotensi mempengaruhi hasil panen dan kegiatan distribusi. Tekanan inflasi inti juga diperkirakan melambat terutama karena daya beli konsumen yang masih terbatas. Selain itu, penurunan harga bahan bakar serta penurunan tarif angkutan laut Kepri menyebabkan penurunan biaya distribusi, merupakan salah satu faktor yang membatasi laju inflasi inti. Perlambatan inti juga didukung oleh tingkat ekspektasi konsumen yang terjaga. Sesuai polanya, trend inflasi inti cenderung meningkat pada akhir tahun sejalan peningkatan permintaan. Meski demikian, secara total tahunan tekanan inti diyakini lebih rendah dibanding Kemarau yang lebih panjang 15 Curah hujan tinggi, berpotensi menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor di sejumlah wilayah di Indonesia, antara lain Jawa dan Kawasan Timur Indonesia 56 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

68 Grafik 7.4 Perkiraan Penjualan (Survei Liaison) Grafik 7.5 Perkembangan Harga Emas 1, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, ($/OZ) Harga Emas Dunia Perubahan Harga Emas (%, yoy) - RHS , Inflasi tahunan (%, yoy) Indeks Perkiraan harga 3 bulan yad (RHS) Sumber: IMF Namun, laju inflasi tahunan administered prices diperkirakan meningkat dibanding 215 terutama didorong oleh tingginya inflasi tarif angkutan udara. Kenaikan tarif angkutan udara pada periode Idul Fitri 216 sebesar 41,43% (mtm, Juni dan Juli), lebih tinggi dibanding 215 sebesar 39,16% (yoy). Kedepan, masih terdapat potensi kenaikan tarif angkutan udara pada akhir tahun. Meski demikian, laju inflasi administered prices tertahan dengan masih berlanjutnya penurunan harga bahan bakar, tarif angkutan laut, dan tarif listrik PT PLN Persero. Prospek inflasi Kepri 217 diperkirakan meningkat namun masih pada rentang sasaran 4 ± 1% (yoy). Perkiraan perbaikan ekonomi Kepri pada 217, utamanya peningkatan daya beli dan pendapatan masyarakat yang akan mendorong tingkat konsumsi yang akan mendorong laju inflasi kelompok inti dan kelompok volatile foods. Selain itu, perkiraan perbaikan harga komoditas khususnya harga minyak dunia diperkirakan akan mendorong laju inflasi kelompok administered prices dari transmisi kenaikan harga bahan bakar dan tarif listrik REKOMENDASI Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas dengan laju inflasi yang rendah dan terkendali, beberapa usulan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah dan pihak-pihak terkait, adalah sebagai berikut: 1. Pertumbuhan Ekonomi: a. Melaksanakan dan memonitor perkembangan proyek pembangunan infrastruktur berjalan dengan baik sebagai pendorong perekonomian ditengah melemahnya investasi swasta dan kinerja ekspor Kepri. b. Memaksimalkan potensi maritim Kepri untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Pengembangan industri maritim bersifat lintas sektor mencakup industri perkapalan, 57 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

69 pelayaran, perikanan, pariwisata bahari, pelayanan dan bahkan pengembangan sumber daya manusia. Oleh karena itu, pengembangan kemaritiman membutuhkan kooridnasi lintas sektor serta strategi kebijakan yang terintegrasi dan konsisten. c. Mendorong kegiatan Research & Development (R&D) bidang kemaritiman, agar dihasilkan produk bernilai tambah tinggi. Pemerintah dapat mengambil peran yang strategis dengan mendirikan lembaga riset, melakukan kerjasama dengan lembaga riset/universitas lokal maupun internasional serta menyediakan dana riset bidang kemaritiman. d. Sumber daya manusia yang unggul juga menjadi modal dasar pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan. Oleh karena itu, pengembangan bidang pendidikan harus tetap menjadi fokus Pemerintah Daerah. e. Mempercepat peningkatan kualitas infrastruktur kelembagaan melalui reformasi birokasi, khususnya melalui implementasi layanan publik dan sistem pemerintah berbasis elektronik (e-government, e-budgeting), serta peningkatan kapasitas Aparatur Sipil Negara (ASN) di tingkat pusat dan daerah a.l dengan memfokuskan pendidikan kedinasan ke pendidikan yang bersifat vokasional (misal: pendidikan kemaritiman). f. Menyikapi kelesuan sektor pariwisata Kepri, yang tercermin dari kecenderungan penurunan jumlah wisman, langkah-langkah strategis yang dapat ditempuh Pemerintah Daerah, yaitu: - mengintensifkan promosi pariwisata dan sosialisasi penerbitan aturan mengenai kemudahan kunjungan yacht dan cru ise; - mengembangkan destinasi wisata baru - meningkatkan kenyamanan wisatawan dengan penyediaan fasilitas dasar yang prima (transportasi publik, pelabuhan dan bandara yang nyaman), meningkatkan kebersihan, kemudahan akses informasi dan transportasi ke tempat wisata dan jaminan keamanan 2. Inflasi: a. Pelaksanaan program-program pengendalian inflasi sesuai Roadmap Pengendalian Inflasi yang telah disusun dan disahkan melalui SK Gubernur Kepulauan Riau No Tahun 215. b. Mendukung penyusunan Roadmap pengendalian inflasi untuk Kabupaten/Kota dengan merujuk kepada Roadmap pengendalian inflasi Prov Kepri, sesuai dengan 58 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

70 karakteristik masing-masing daerah dan menjadi bagian dari Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). c. Mendorong peningkatan ketahanan pangan lokal, antara lain: - Penguatan ketahanan pangan level rumah tangga melalui pemanfaatan pekarangan rumah untuk tanaman penyumbang inflasi (cabai, sayuran). Masyarakat juga dapat menggunakan metode hidoponik apabila lahan pekarangan terbatas. - Program green building di kantor-kantor pemerintah, menanam bahan pangan - Pengembangan integrated farming di wilayah hinterland. d. Selama dua tahun berturut-turut, tarif angkutan udara menjadi penyumbang terbesar inflasi karena kenaikan tarif yang signifikan pada momentum Idul Fitri. Pada periode Juli 215, inflasi angkutan udara Kepri sebesar 54,53% (yoy), dan memberi andil inflasi tahunan sebesar 1,44%. Pemerintah pusat dan daerah diharapkan dapat melakukan koordinasi dengan maskapai penerbangan agar kenaikan tarif angkutan udara tidak terlalu berlebihan meski terjadi peningkatan jumlah penumpang. 59 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

71 Boks BOKS - 2 Mencapai Sasaran melalui Implementasi Roadmap Pengendalian Inflasi Kota Tanjungpinang Selaras dengan hasil Rakornas VI TPID 215, dan Rakornas VII TPID 216, Provinsi Kepri telah memiliki roadmap pengendalian inflasi di tingkat provinsi sejak tahun 215 melalui SK Gubernur Provinsi Kepri No Tahun 215 tentang Roadmap Pengendalian Inflasi Provinsi Kepulauan Riau. Roadmap provinsi tersebut merupakan acuan bagi TPID kota/kabupaten untuk membuat roadmap sebagai acuan bagi pelaksanaan pengendalian inflasi di daerahnya dalam mencapai sasaran inflasi baik jangka pendek maupun jangka panjang. Pada November, TPID Kota Tanjungpinang mengadakan pertemuan dalam rangka menyempurnakan kembali roadmap yang telah disusun pada periode sebelumnya. Permasalahan inflasi disebabkan defisit bahan makanan yang disebabkan produksi pangan terbatas (bukan daerah agraris) tidak mampu menyuplai kebutuhan pangan masyarakat yang besar. Tingginya laju inflasi di daerah kepulauan (Tanjungpinang) terutama bersumber dari kelompok volatile foods antara lain: cabai, beras, daging ayam ras dan sapi, bayam dan kangkung, serta komoditas ikan segar. Dalam menghadapi permasalahan tersebut, TPID Kota Tanjungpinang telah mengidentifikasi dan mencoba mengatasi dengan menghasilkan roadmap pengendalian inflasi komoditas sebagai berikut: 1. Terkait komoditas aneka cabai Solusi jangka pendek: Meningkatkan kerjasama antardaerah yang sudah dirintis dengan Yogyakarta, mendorong kerjasama perdagangan baru dengan sentra penghasil lainnya (Sumut- Berastagi), pemanfaatan lahan yang berpotensi untuk penanaman cabai (hasil survei identifikasi lahan tahun 216), lanjutan program penanaman cabai di pekarangan dan polybag, membangun kerjasama antara BUMD Tanjungpinang dengan BUMD Bintan untuk membangun usaha agribisnis, sosialisai penjadwalan masa tanam cabai kepada kelompok tani. Solusi jangka menengah: Intensifikasi dan ekstensifikasi lahan pertanian yang ada di Tanjungpinang, penguatan kelembagaan kelompok petani cabai, peningkatan capacity dan knowledge penyuluh pertanian (saat ini terdapat 5 orang penyuluh), pembinaan, pendampingan dan pengawalan terhadap gerakan tanam, gerakan proteksi, dan gerakan panen. 2. Komoditas Beras Solusi jangka pendek: Menjaga kecukupan pasokan beras untuk stabilisasi harga, melakukan penjajagan dan inisiasi kerjasama antardaerah surplus penyuplai beras (Sumatera Barat, Jambi dan Sumatera Selatan), memperluas jangkauan rantai distribusi melalui optimalisasi program Rumah Pangan Kita (RPK) untuk memelihara keterjangkauan harga, melakukan monitoring dan pencatatan harga secara rutin, stock opname secara rutin untuk mencegah penimbunan, penyaluran Raskin yang tepat waktu dan tepat kuantitas, menyediakan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) untuk stabilisasi harga/ operasi pasar beras murah sesuai ketentuan pemerintah. 6 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

72 Solusi jangka menengah: Sinergi pengendalian inflasi beras dengan Bulog, melakukan kerjasama suplai beras dengan daerah/provinsi lain di Wilayah Sumatera, pengembangan Rumah Pangan Kita (RPK), pemetaan ketersediaan dan kecukupan gudang, mempersingkat waktu bongkar muat dan memprioritaskan bahan pangan, penyediaan gudang khusus pangan di pelabuhan strategis bagi komoditas pertanian, menjadikan Tanjungpinang sebagai daerah penyangga untuk kabupaten lain di Kepulauan Riau. 3. Komoditas Daging Ayam Ras dan Sapi Solusi jangka pendek: Melakukan operasi pasar/pasar murah menjelang hari besar keagamaan untuk daging sapi, memberikan subsidi transportasi untuk menekan biaya logistik, melakukan mapping daerah produksi lokal dan menetapkan area lokasi peternakan dan pengembangan budidaya ayam ras serta penggemukan sapi, penjajagan kerjasama antardaerah terkait suplai daging sapi (Jawa Barat, Denpasar, Bekasi) dan daging ayam ras (Banten, Jawa Barat, Jawa Timur dan Yogyakarta). Solusi jangka menengah: Diversifikasi bahan makanan dengan mengganti ayam dan daging sapi menjadi ikan, mengembangkan daerah sentra peternakan ayam ras dan penggemukan sapi di Tanjungpinang, melakukan kerjasama suplai daging sapi dengan daerah/provinsi lain, penyediaan gudang cold storage untuk menjamin pasokan antarwaktu, optimalisasi budidaya ayam ras, p budidaya ayam ras. 4. Komoditas Bayam dan Kangkung Solusi jangka pendek: Melalui gerakan sentuh air dan sentuh lahan memanfaatkan lahan tertentu untuk pengembangan komoditas sayuran, pengembangan Rumah Pangan Lestari (RPL) untuk memenuhi kebutuhan sayuran rumah tangga, meningkatkan kerjasama dengan Kabupaten Bintan, mendorong pengembangan pertanian hidroponik untuk mengatasi keterbatasan lahan pertanian melalui sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat luas, sosialisai penjadwalan masa tanam bayam dan kangkung kepada kelompok tani, sosialisasi pertanian dengan teknologi aquaponic, optimalisasi gerai TPID. Solusi jangka menengah: Intensifikasi pertanian dengan pemanfaatan teknologi (al. aquaponic, integrated farming, dll), penyediaan gudang cold storage untuk menjamin pasokan antarwaktu, menjalankan kebijakan dalam penilaian kelurahan terbaik 5. Komoditas Ikan Segar Solusi jangka pendek: Mempersiapkan fasilitas pabrik es mini, mempersiapkan lahan untuk cold storage dan tempat pelelangan ikan, feasibility study pembangunan industri pengolahan ikan, memberikan bantuan alat tangkap perikanan. Solusi jangka menengah: Membangun Tempat Pelelangan Ikan, membangun fasilitas cold storage, membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) nelayan dengan kapasitas kapal yang lebih besar, perencanaan pembangunan industri perikanan. (Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau) 61 KEKR Provinsi Kepulauan Riau November 216

73 L A M P I R A N

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Agustus 216 Publikasi Triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya, Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215 dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Februari 217 Publikasi Triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

Periode Februari 2018

Periode Februari 2018 i Periode Februari 2018 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally left blank ii Periode Februari 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Mei 2017 Publikasi Triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau i KEKR Provinsi Kepulauan Riau Periode Mei 2017 ii KEKR

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Mei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. Dwiki K.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Mei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. Dwiki K. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten Mei 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten Dwiki K. [Pick the date] 2017 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 KATEGORI 2015 Konsumsi

Lebih terperinci

Periode Februari 2018

Periode Februari 2018 i Periode Februari 2018 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally left blank ii Periode Februari 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 36/05/21/Th. XII, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I 2017 (Q TO Q) MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR -2,76 PERSEN

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 58/8/21/Th. XII, 7 Agustus 217 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-217 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II 217 (Q TO Q) TUMBUH SEBESAR 1,16 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Utara Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH NOVEMBER 216 (Kajian Triwulan III-216) VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013 Asesmen Ekonomi Badan Pusat Statistik (BPS) Kepulauan Riau menetapkan angka final PDRB untuk tahun 2012 bersamaan dengan publikasi PDRB tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 76/11/35/Th.XIII, 5 November PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III- EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III TUMBUH 5,44 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN III-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 TUMBUH 1,11 PERSEN LEBIH BAIK DIBANDING TRIWULAN III/2015 No. 054/11/14/Th.XVII, 7 November 2016 Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK No. 65/08/21/Th.X, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN TRIWULAN II-2015 TUMBUH 6,35 PERSEN (C-TO-C) Perekonomian

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Agustus Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. OKI;Andayani [Pick the date]

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Agustus Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. OKI;Andayani [Pick the date] Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten Agustus 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten OKI;Andayani [Pick the date] 2017 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 KATEGORI Konsumsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NOVEMBER 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

... V... VII... XIII... XIII... XIII... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku... 5 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 7 1.3. PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017 42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA I Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 38/05/21/Th.XI, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 90/11/21/Th.X, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,37 PERSEN (C-TO-C) Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG EKONOMI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I-2016 TUMBUH 3,30 PERSEN, MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- No. 32/05/19/Th.X,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 52/08/35/Th.XV, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali gan a Pul Februari 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI FebruarI 2017 Untuk informasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Agustus 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2 Kupang

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 No. 31/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2017 TUMBUH SEBESAR 5,75% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,34% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: Tim

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOVEMBER 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: Tim

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY i Periode Mei 2017 ii Periode Mei 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN EKONOMI Jl. Jenderal Sudirman No. 22 Padang Telp. 0751-31700 Fax. 0751-27313

Lebih terperinci

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 TUMBUH 2,41 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 No. 37/08/14/Th. XVIII, 7 Agustus 2017 Perekonomian

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 No. 78/11/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,28 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III-2015 yang

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 069/08/64/Th.XIX, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II - 2016 EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II - 2016 : PERTUMBUHAN Y ON Y : -1,30 PERSEN

Lebih terperinci