KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016)"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH NOVEMBER 216 (Kajian Triwulan III-216)

2 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI Menjalankan kebijakan BI dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan. FUNGSI 1. Fungsi Statistik dan surveillance 2. Fungsi Kajian 3. Fungsi Komunikasi dan Pelaksanaan Program 4. Fungsi Sistem Pembayaran 5. Fungsi Manajemen Intern dan koordinasi Wilayah TUGAS POKOK 1. Memberikan masukan kepada Dewan Gubernur kondisi ekonomi dan keuangan daerah di wilayah kerjanya; 2. Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan ekonomi dan keuangan daerah, yang didukung dengan penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian/riset serta memfasilitasi pengendalian inflasi, pemberdayaan sektor riil dan UMKM. 3. Melaksanakan kegiatan perizinan dan pengawasan serta operasionalisasi sistem pembayaran tunai dan non tunai sesuai dengan kebutuhan ekonomi daerah di wilayah kerjanya 4. Melaksanakan kebijakan stabilitas keuangan, program perluasan dan pemerataan akses dan keterjangkauan keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif 5. Mengelola sumber daya internal yang dibutuhkan sebagai faktor pendukung fungsi-fungsi utama. Kalender Publikasi KEKR Triwulan I Mei Triwulan II Agustus Triwulan III November Triwulan IV Februari Penerbit : Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan - Tim Ekonomi Moneter Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh Jl. Cut Meutia No.15, Banda Aceh - Indonesia Telp : / Fax : Publikasi KER secara online dapat diperoleh di:

3 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat dan karunianya sehingga buku Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Aceh Periode November 216 ini akhirnya dapat dipublikasikan. Buku ini memaparkan informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah, diantaranya pertumbuhan ekonomi, perbankan, sistem pembayaran dan keuangan daerah yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan informasi internal maupun eksternal Bank Indonesia. Secara umum, hasil kajian atas perkembangan ekonomi regional Provinsi Aceh periode triwulan laporan mendeskripsikan bahwa perekonomian Aceh menunjukkan kecenderungan sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Dalam kesempatan ini, kami menghaturkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan buku ini. Harapan kami, kerja sama yang telah tercipta dapat terus berlanjut dan ditingkatkan pada masa yang akan datang. Kami menyadari bahwa kualitas dan informasi yang disajikan masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari seluruh pihak yang berkepentingan dengan buku ini. Kami berharap, semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Banda Aceh, November 216 Kepala Perwakilan, Ahmad Farid Deputi Direktur 2 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 216

4 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. PDRB Sektoral (Rp Triliun) Pertanian, Kehutanan, & Perikanan IV I II III 7,17 7,51 7,68 7,3 7,58 7,66 8,2 7,87 7,9 7,84 2,5 Pertambangan & Penggalian 3,43 3,36 3,2 2,95 2,49 2,39 2,33 2,8 2,27 1,89 (14,16) Industri Pengolahan 2,18 2,21 2,7 1,77 1,58 1,64 1,7 1,51 1,54 1,51 (2,38) Pengadaan Listrik, Gas,3,4,4,4,4,4,4,4,4,4 5,24 Pengadaan Air,1,1,1,1,1,1,1,1,1,1 4,61 Konstruksi 2,54 2,56 2,62 2,68 2,43 2,49 2,61 3,15 2,81 2,92 16,1 Perdagangan Besar & Eceran, & Reparasi Mobil & Sepeda Motor 4,1 4,24 4,4 4,29 4,27 4,43 4,58 4,45 4,44 4,61,2 Transportasi & Pergudangan 2,11 2,13 2,19 2,33 2,21 2,24 2,31 2,33 2,25 2,34 (1,8) Penyediaan Akomodasi & Makan Minum,29,3,3,31,31,31,32,33,33,34 8,84 Informasi & Komunikasi 1, 1,2 1,4 1,5 1,3 1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 1,94 Jasa Keuangan,43,44,44,45,45,41,46,48,48,48 19,69 Real Estate,95,97,99 1, 1,2 1,3 1,5 1,6 1,8 1,9 6,48 Jasa Perusahaan,16,17,17,17,17,17,17,18,17,18 9,93 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 2,7 2,2 2,14 2,25 2,16 2,21 2,34 2,35 2,22 2,6 7,1 Jasa Pendidikan,55,55,57,64,58,6,63,65,63,65 3,9 Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial,69,71,7,73,73,75,77,79,8,81 2,92 Jasa lainnya,34,34,35,35,36,37,36,37,38,39 8,9 PDRB 28,5 28,57 28,9 28,32 27,42 27,8 28,75 28,71 28,42 28,78 2,22 PDRB Non Migas 24,83 25,45 26,13 26,11 25,76 26,29 27,18 27,35 26,78 27,54 3,31 Sumber: BPS Provinsi Aceh, Diolah Komponen (Rp Triliun) Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga IV I II IV 15,34 15,45 15,73 15,83 15,78 15,89 16,27 16,34 16,38 16,7 2,52 Pengeluaran Konsumsi LNPRT,53,54,49,5,49,49,49,5,51,54 9,46 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4,53 5,8 5,73 7,82 4,3 5,2 5,94 9,6 4, 5,69 (13,25) Pembentukan Modal Tetap Bruto 9,23 9,7 9,27 9,36 9,18 9,12 9,59 1,72 9,91 1,22 11,79 Perubahan Inventori -,9,12 -,4,5 -,5,2 -,5,,1 -,1 (76,19) Ekspor Luar Negeri,81 1,53 1,11 1,26,44,29,6,34,36,17 Impor Luar Negeri,28,33,26,37,87,66,48,44,35,41 (69,87) Net Ekspor Antar Daerah -1,99-2,98-3,7-6,15-1,85-2,54-3,61-7,8-2,41-4,11 2,82 P D R B 28,5 28,57 28,9 28,32 27,42 27,8 28,75 28,71 28,42 28,78 2,22 PDRB Non Migas 24,83 25,45 26,13 26,11 25,76 26,29 27,18 27,35 26,78 27,54 3,31 8 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 216

5 B. INFLASI Kota yoy,% I-15 II-15 III-15 IV-15 I-15 II-15 III-15 IV-15 I-16 II-16 III-16 Banda Aceh 5,4 6,12 4,3 1,27 5,4 6,12 4,3 1,27 3,1 2,1 3,17 Lhokseumawe 5,44 6,36 4,55 2,44 5,44 6,36 4,55 2,44 4,63 3,3 4,79 Meulaboh 5,67 6,47 2,86,58 5,67 6,47 2,86,58 3,12 2,19 3,81 Aceh 5,45 6,24 4,19 1,53 5,45 6,24 4,19 1,53 4,45 2,34 3,73 Kelompok Kota Bahan Makanan Kesehatan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Total Banda Aceh 1,4 2,72 5,29 3,6,41 5,57-3,58 3,17 Lhokseumawe 12,54 4,35 3,87,87 1,34 4,51-2,81 4,79 Meulaboh 9,22 1,43 5,39 2,55,55 2,39-4,17 3,81 Aceh 1,89 3,4 4,89 2,36,71 4,83 (3,45) 3,73 Sumber: BPS Provinsi Aceh, Diolah C. PERBANKAN (BERDASARKAN LOKASI BANK) Indikator Umum Indikator Total Aset (Rp Miliar) IV I II III Pertumbuhan (yoy)% 2,58 6,68 7,88 1,75 9,66 9,64 8,82 3,4 1,88 2,9-1,37 Pertumbuhan (mtm)% 1,83 2,59 2,62 (2,94) 4,46 1,9 13,36 (9,51) 4,31-8,98-1,66 DPK (Rp Miliar) Pertumbuhan (yoy)% 6,64 1,53 7,59 1,2 19,85 19,78 23,1 16,34 13,66 5,87-3,49 Pertumbuhan (mtm)% (1,32) 1,49 2,96 (4,89) 5,59 3,2 15,15 (9,11) 3,9-4,36-3,88 Pembiayaan (Rp Miliar) Pertumbuhan (yoy)% 1,72 8,72 4,48 7,14 6,52 6,68 7,6 7,92 8,53 8,6 1,31 Pertumbuhan (mtm)% 1,22 1,62 1,52,84 1,45 2,,8 1,92 1,78 1,6,96 FDR % 12,55 94,18 87,6 94,51 91,14 83,88 76,18 87,68 87,3 86,4 87,7 NPL-gross % 4,78 4,97 4,97 4,36 4,62 4,38 4,3 3,64 3,84 3,72 3,48 NPL-Nominal KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 216 9

6 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Simpanan) SIMPANAN IV I II III Total (Rp Miliar) Pertumbuhan (yoy) 6,64 1,53 7,59 1,2 19,85 19,78 23,1 16,34 13,66 5,87-3,49 Giro (Rp Miliar) Pertumbuhan (yoy)% -29,97-26,39-24,91-19,22 4,86 12,32 17,4 1,7 4,2-19,83-28,88 Tabungan (Rp Miliar) Pertumbuhan (yoy)% 53,51 56,69 47,49 13,14 12,11 12,33 16,31 15,91 15,84 23,75 15,2 Deposito (Rp Miliar) Pertumbuhan (yoy)% 8,4 23,77 24,22 46,32 54,86 4,71 42,47 22,69 18,37 6,61 -,72 Kredit Berdasarkan Tujuan Penggunaan PINJAMAN IV I II III Total Pembiayaan (Rp Miliar) Pertumbuhan (yoy) % 1,72 8,72 4,48 7,14 6,52 6,68 7,6 7,92 8,53 8,6 1,31 Modal Kerja (Rp Miliar) Pertumbuhan (yoy)%,2-6,95-1,97-5,77-3,48-2,4 2,8 7,44 8,31 12,18 Investasi (Rp Miliar) Pertumbuhan (yoy)% 74,27 19,5 13,14 17,52 17,86 23,22 24,41 24,39 21,12 18,1 26,53 Konsumsi (Rp Miliar) Pertumbuhan (yoy)% 1,71 1,81 1,43 1,97 11,7 9,7 9,17 8,26 6,86 7, 6,6 Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi Indikator (Rp Miliar) IV I II III Pembiayaan Per Sektor Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Pengangkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masy Lainnya Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (diolah) 1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 216

7 C. SISTEM PEMBAYARAN Indikator (Rp Miliar) IV I II III Transaksi Kliring Nominal Transaksi (Rp Miliar) Volume Transaksi 66, , , , ,67 1.6, , 3.478,61 4.8, , , Transaksi Kas (Rp Miliar) Inflow 1.335,17 588, , ,9 923,14 918, ,7 66, ,98 967, ,22 Outflow 1.258, , , , ,7 2.71,37 2.9, , , , ,45 Netflow 77, ,18-533,46-962,92-123, , ,2-2.38,72 413, ,35-149,23 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER

8 12 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 216

9 RINGKASAN EKSEKUTIF GAMBARAN UMUM Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan III tahun 216 mengalami penurunan dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Namun demikian, tingkat pertumbuhan tersebut masih tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan perekonomian triwulan III-215 yang mengalami kontraksi. Secara sektoral, penurunan pertumbuhan ekonomi Aceh tersebut bersumber dari menurunnya kinerja di sektor-sektor utama Aceh, yakni sektor pertanian, perdagangan, administrasi pemerintahan. Dari sisi permintaan, komponen yang mengalami penurunan adalah komponen konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Namun demikian, dari sisi penawaran adanya peningkatan kinerja pada sektor konstruksi mampu menahan laju penurunan pertumbuhan ekonomi Aceh. Peningkatan pada beberapa komponen dari sisi permintaan seperti investasi (PMTB) menjadi salah satu faktor yang dapat menahan penurunan kinerja ekonomi pada triwulan laporan. Kinerja pendapatan Aceh pada triwulan laporan tercatat meningkat dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Senada dengan kinerja pendapatan, kinerja realisasi belanja Provinsi Aceh pada triwulan laporan tercatat meningkat dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Tekanan inflasi Aceh pada triwulan III-216 mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun dengan rata-rata inflasi yoy pada triwulan III dalam tiga tahun terakhir. Namun demikian, tingkat inflasi pada triwulan laporan lebih tinggi daripada inflasi yoy triwulan II-216. Kelompok bahan makanan merupakan kelompok yang paling dominan berpengaruh atas meningkatnya angka inflasi Aceh pada triwulan-iii 216. Namun, deflasi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan serta rendahnya inflasi pada kelompok Perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar turut meredam laju inflasi Aceh di triwulan laporan, sehingga masih berada dalam target inflasi nasional 4±1% Seiring dengan perlambatan pertumbuhan perekonomian Aceh di triwulan III 216, sektor korporasi masih terekspos kerentanan yang bersumber dari perlambatan sektor pertambangan, pengolahan dan pertanian berbasis ekspor. Kualitas kredit yang disalurkan Bank Umum ke Sektor Korporasi di Aceh berada di level yang perlu untuk mendapat perhatian lebih khusus atau kurang baik. Hal ini tercermin dari indikator Non Performing Loans (NPL) kredit berdasarkan lokasi proyek pada sektor korporasi di Aceh yang berada di atas level aman 5%. Walaupun aktivitas konsumsi cenderung melambat di triwulan III-216, kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan ke sektor perorangan di Provinsi Aceh masih cukup baik. Hal ini tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPL) baik untuk kredit berupa KPR, KKB maupun multiguna di level yang berada jauh dibawah critical point 5%. Menjelang perayaan hari raya Idul Adha 1437 H. Aliran uang kartal melalui Bank Indonesia di Banda Aceh dan Lhokseumawe menunjukkan adanya net outflow, atau cenderung keluar dari Bank Indonesia dan menuju perbankan maupun masyarakat. Namun demikian, aliran uang kartal menunjukkan adanya penurunan net outflow dibandingkan triwulan sebelumnya. Kegiatan sistem pembayaran non tunai yang KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER

10 diselenggarakan Bank Indonesia melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, baik dari sisi volume maupun nominal. Penurunan aktivitas transaksi melalui SKNBI tersebut terjadi karena pada triwulan II-216 terdapat transfer gaji ke-14 bagi para pegawai negeri sipil yang tidak terjadi di triwulan III-216. Tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Aceh hingga bulan Agustus 216 cenderung meningkat dibanding bulan Agustus 215. Tingkat Kemiskinan di Provinsi Aceh berdasarkan data terakhir bulan Maret 216 menurun dibandingkan dengan kondisi kemiskinan pada bulan Maret 215. Menurunnya tingkat kemiskinan di Aceh tersebut diakibatkan oleh adanya penurunan tingkat kemiskinan di daerah pedesaan. Perekonomian Aceh sepanjang tahun 216 diperkirakan tumbuh meningkat. Dari sisi penawaran, sektor pertanian diperkirakan tumbuh terbatas akibat peningkatan harga komoditas dunia, namun tertahan oleh produksi komoditas unggulan yang melambat. Sementara itu sektor pertambangan dan industri pengolahan diperkirakan masih mengalami kontraksi. Dari sisi permintaan, peningkatan konsumsi diperkirakan memberikan andil utama dalam pertumbuhan namun defisit neraca perdagangan daerah Aceh masih menjadi penghambat. Seiring dengan realisasi proyek pemerintah dan pilkada serentak, pada triwulan I-217, perekonomian Aceh diperkirakan akan tumbuh meningkat dibandingkan tahun 216. Dari sisi inflasi, pada akhir tahun 216 inflasi Aceh diperkirakan masih berada dibawah target inflasi nasional +4% (yoy). Namun demikian tekanan dari inflasi kelompok volatile food masih terjadi akibat dampak cuaca buruk. Seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi, pada triwulan I-217 inflasi Aceh juga diperkirakan akan meningkat seiring dengan risiko pencabutan subsidi listrik golongan 9 Va per Januari 217. Pertumbuhan Ekonomi Aceh pada triwulan III-216 tercatat sebesar 2,22%(yoy) mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. ASESMEN MAKRO EKONOMI REGIONAL Kinerja ekonomi Aceh pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 2,22% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan sebelumnya sebesar 3,31%. Pertumbuhan ekonomi Aceh tanpa migas juga tercatat mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kinerja ekonomi tanpa Migas Aceh tumbuh sebesar 3,31%(yoy) atau turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,24% secara tahunan. Pencapaian pertumbuhan ekonomi tanpa migas tersebut juga tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 215 yang tumbuh sebesar 4,24%(yoy) Secara sektoral, penurunan pertumbuhan ekonomi Aceh tersebut bersumber dari menurunnya kinerja di sektor-sektor utama Aceh, yakni sektor pertanian, perdagangan, administrasi pemerintahan. Sektor pertanian mengalami penurunan pertumbuhan baik dibandingkan dengan tahun maupun triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-216, tercacat pertumbuhan sektor terbesar di Aceh tersebut tumbuh sebesar 2,42%(yoy), turun dari periode triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,28%(yoy). Namun demikian, penurunan di sektor-sektor tersebut dapat tertahan oleh pertumbuhan dari sektor konstruksi serta menurunnya kedalaman kontraksi sektor pertambangan dan industri pengolahan. Sektor konstruksi pada triwulan laporan tercatat mengalami pertumbuhan yang positif pada level 16,1%(yoy), naik dibandingkan dengan posisi yang sama di tahun sebelumnya yang terkontraksi 14 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 216

11 sebesar,2%(yoy). Dari sisi permintaan, adanya penurunan pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan disebabkan oleh adanya penurunan di hampir semua komponen-komponen utama permintaan. Penurunan tersebut termasuk pada komponen konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Ketiga komponen tersebut merupakan komponen-komponen terbesar yang menyusun perekonomian Aceh di sisi permintaan. Secara tahunan, komponen pembentukan modal tetap bruto mengalami pertumbuhan sebesar 11,79%(yoy), konsumsi pemerintah terkontraksi sebesar 13,25%(yoy), konsumsi LNRT mengalami pertumbuhan sebesar 9,46%(yoy), sedangkan komponen konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 2,52%(yoy). Realisasi pendapatan dan realisasi belanja Provinsi Aceh pada triwulan III-216 secara umum mengalami peningkatan dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Inflasi Aceh pada Triwulan III 216 mengalami peningkatan sebagai imbas menurunnya tekanan inflasi kelompok volatile food ASESMEN KEUANGAN DAERAH Kinerja pendapatan pemerintah Provinsi Aceh pada triwulan III 216 laporan tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Penerimaan pendapatan Pemerintah Provinsi Aceh pada triwulan III-215 adalah sebesar 41,59% dari target pendapatan tahunan, sementara pada triwulan III-216 mencapai sebesar 72,9% dari target pendapatan tahunannya. Hal ini senada dengan kinerja realisasi belanja pemerintah Provinsi Aceh yang pada triwulan-iii 216 tercatat meningkat dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Persentase realisasi belanja yang dikelola oleh pemerintah provinsi meningkat dari sebesar 65,14% pada triwulan III tahun lalu menjadi 68,33% pada tahun 216. ASESMEN INFLASI DAERAH Secara tahunan, laju inflasi Provinsi Aceh pada triwulan III 216 mencapai 3,73% (yoy), menurun dibandingkan triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 4,19% (yoy) (Grafik 2.7). Namun demikian, Inflasi tahunan Aceh pada triwulan III 216 lebih tinggi daripada inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,7% (yoy). Sejalan dengan inflasi bulanan dan triwulanan, tekanan inflasi pada periode ini didorong oleh kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, serta kelompok sandang Di sisi lain, sebagai penahan laju inflasi tahunan di bulan Juni 216, terdapat deflasi untuk kelompok, transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Deflasi ini terjadi terutama disebabkan adanya penyesuaian atau penurunan tarif angkutan dan pengiriman barang oleh karena kebijakan pemerintah yang menurunkan harga bahan bakar bensin dan solar per tanggal 1 April 216. Berdasarkan disagregasinya, laju inflasi Aceh pada triwulan III-216 untuk komoditas Core dan Volatile Food secara year on year masing-masing tercatat mengalami inflasi sebesar 2,44% (yoy) dan 12,24% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 2,12% (yoy) dan 6,2% (yoy). Sedangkan untuk kelompok Administered Prices tercatat mengalami deflasi sebesar 1,3% (yoy) di triwulan laporan, meningkat dibandingkan dengan deflasi kelompok administred price di triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,7% Menurut kontribusinya tekanan inflasi tertinggi disumbang oleh kelompok volatile food. Komoditas pada kelompok ini yang memberikan andil inflasi tinggi antara lain KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER

12 Cabai Merah, Beras, Ikan Segar, dan Tongkol. Selain itu inflasi tahunan Aceh pada triwulan laporan juga disumbang beberapa komoditas dari kelompok administered price yaitu rokok kretek dan rokok kretek filter Stabilitas Keuangan daerah di Aceh masih menunjukan kerentanan sebagai imbas perlambatan perekonomian. Aliran uang kartal menunjukkan adanya net outflow. Aktivitas kliring menunjukan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, baik dari sisi volume maupun nominal ASESMEN PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN, DAN SISTEM PEMBAYARAN Seiring dengan perlambatan pertumbuhan perekonomian Aceh di triwulan III 216, sektor korporasi masih terekspos kerentanan yang bersumber dari perlambatan sektor pertambangan, pengolahan dan pertanian berbasis ekspor. Dari sisi pembiayaan, terlihat perbaikan pertumbuhan jumlah pembiayaan sektor korporasi oleh perbankan pada triwulan-iii 216. Walaupun mengalami perbaikan dari sisi pertumbuhan pembiayaan, kualitas kredit yang disalurkan Bank Umum ke Sektor Korporasi di Aceh masih berada di level yang perlu untuk mendapat perhatian lebih khusus atau kurang baik. Hal ini tercermin dari indikator Non Performing Loans (NPL) kredit pada sektor Korporasi di Aceh yang berada di atas level aman 5%. Pertumbuhan konsumsi di Aceh cenderung mengalami perlambatan pada triwulan III-216. Penurunan tersebut juga terkonfirmasi dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) di triwulan III-216 masing-masing sebesar 121,44 dan 144,, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yaitu masing-masing sebesar 121,9 dan 115,2. Namun demikian Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang tercatat sebesar 128,89, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 128,7 yang menunjukkan bahwa optimisme konsumen terhadap situasi perekonomian di tahun 216 masih terjaga. Penurunan tingkat pengangguran di Aceh hingga mencapai level 7,57% pada bulan Agustus 216 dari 9,93% pada periode yang sama sebelumnya juga dinilai dapat menjadi indikasi peningkatan stabilitas keuangan rumah tangga perorangan di Aceh. Kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan ke sektor perorangan di Provinsi Aceh masih cukup baik. Hal ini tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPL) baik untuk kredit berupa KPR, KKB maupun multiguna di level yang berada jauh dibawah critical point 5%. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH Seiring dengan momen Idul Adha 1437H, Aliran uang kartal melalui Bank Indonesia di Banda Aceh dan Lhokseumawe menunjukkan adanya net outflow, atau cenderung keluar dari Bank Indonesia ke perbankan dan masyarakat. Posisi netflow mengalami pertumbuhan negatif sebesar 95,6% (qtq). Kondisi netflow ini lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami outflow sebesar Rp3,42 miliar menjadi outflow sebesar Rp149,23 milyar pada triwulan laporan. Pertumbuhan tahunan netflow mencatat peningkatan outflow sebesar 12% (yoy), menurun signifikan apabila dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh sebesar 191,9%. Kegiatan sistem pembayaran nontunai yang diselenggarakan Bank Indonesia melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, baik dari sisi volume maupun nominal. Secara triwulanan, pada triwulan III-216 penyelesaian transaksi ritel melalui SKNBI tercatat sebesar Data Keuangan Elektronik (DKE) atau menurun sebesar 8,13% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar DKE. Nilai transaksi yang diproses melalui SKNBI sebesar Rp3,56 triliun atau menurun 16 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 216

13 22,83% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp4,62 triliun. Penurunan aktivitas transaksi melalui SKNBI tersebut terjadi karena pada triwulan II-216 terdapat transfer gaji ke-14 bagi para pegawai negeri sipil yang tidak terjadi di triwulan III-216. Tingkat pengangguran Aceh per Agustus 216 menurun senada dengan tingkat kemiskinan per Maret 216 yang juga menurun. Perekonomian dan Inflasi Aceh tahun 216 dan triwulan I- 217 diperkirakan mengalami peningkatan. ASESMEN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Hingga bulan Agustus 216 jumlah angkatan kerja di Provinsi Aceh mencapai juta orang, atau meningkat sebanyak 75 ribu orang dari jumlah angkatan kerja di bulan Agustus 215 sebanyak juta orang. Namun demikian, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Aceh pada Agustus 216 mencapai 7,57%, lebih rendah dibandingkan TPT bulan Agustus 215 sebesar 9,93%. Hal ini mengindikasikan pertumbuhan jumlah angkatan kerja selama periode tahun 215 hingga tahun 216 masih dapat diserap oleh pasar tenaga kerja terkait dengan peningkatan berbagai aktivitas ekonomi dan proyek di Aceh. Sampai dengan periode bulan Maret 216, tingkat kemiskinan di Provinsi Aceh mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan Maret 215. Jumlah penduduk miskin di Aceh pada bulan Maret 216 mencapai 848 ribu jiwa (16,73%) atau menurun sebanyak 3 ribu orang jika dibandingkan dengan periode Maret 215 yang mencapai 852 ribu orang (17,8%). PROSPEK PEREKONOMIAN Perekonomian Aceh pada triwulan IV-216 diperkirakan akan tumbuh antara 2,26% dan 3,26% dan secara keseluruhan tahun 216 diperkirakan mengalami pertumbuhan antara 2,4% dan 3,4%. Sumber pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan-iv 216 diperkirakan akan berasal dari pengeluaran konsumsi rumah tangga dan investasi seiring dengan peningkatan konsumsi menjelang persiapan pilkada serentak 217 serta realisasi belanja proyek pemerintah. Sementara itu, dari sisi penawaran sektor pertanian, kehutanan dan perikanan diperkirakan masih menjadi sektor yang memacu pertumbuhan ekonomi Aceh di tengah risiko penurunan harga komoditas dunia. Pada triwulan I-217, perekonomian Aceh diperkirakan akan tumbuh sebesar 3,69-4,69%, peningkatan konsumsi masyarakat saat pilkada serentak 217 diperkirakan menjadi pemicu utama pertumbuhan ekonomi Aceh periode ini. Pada akhir tahun 216, inflasi Aceh diperkirakan akan meningkat pada kisaran 2,96% - 3,96% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi Aceh pada triwulan IV-215 sebesar 1,53%. Penyesuaian harga BBM pada bulan April 216 terkait perkembangan harga minyak dunia yang cenderung menurun telah mengurangi tekanan inflasi.namun demikian, risiko cuaca buruk di akhir tahun dan kurangnya pasokan cabai menjadi issue yang harus dimitigasi. Pada triwulan I-217 inflasi Aceh diperkirakan akan berkisar antara 3,16% - 4,16% sebagai dampak pencabutan subsidi listrik golongan 9Va per Januari 217. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER

14

15 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Perekonomian Aceh dengan migas pada triwulan III tahun 216 tumbuh sebesar 2,22% (yoy) atau mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,1% (Angka ini merupakan koreksi data dari BPS yang sebelumnya tumbuh sebesar 3,54%). Di samping itu, pertumbuhan ekonomi Aceh tanpa migas pada triwulan laporan juga tercatat menurun dari 4,95% (Angka ini merupakan koreksi data dari BPS yang sebelumnya tumbuh sebesar 4,75%) menjadi sebesar 3,31% (yoy) pada bulan laporan. Adanya penurunan kinerja ekonomi pada triwulan laporan didorong oleh adanya penurunan pertumbuhan di dua sektor utama di Aceh, yakni sektor pertanian, perdagangan, dan administrasi pemerintahan. Namun demikian, penurunan tersebut dapat tertahan oleh sektor konstruksi yang kembali menjadi penyumbang pertumbuhan terbesar, yaitu 1,66%, kemudian diikuti oleh sektor Administrasi Pemerintahan kontribusi pertumbuhan sebesar,6%. Sementara itu, dari sisi permintaan, sumber pertumbuhan ekonomi Aceh berasal dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dengan kontribusi sebesar 3,93%, Konsumsi Rumah Tangga 1,43%, serta net ekspor,2%. Pertumbuhan terbesar berasal dari Komponen pada PMTB sebagai akibat dari naiknya investasi proyek pembangunan multiyears yang dilakukan pemerintah daerah Provinsi Aceh PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DARI SISI PENAWARAN Grafik Struktur Ekonomi Aceh Sisi Penawaran Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Pada triwulan III-216 struktur ekonomi Aceh relatif tidak berubah dibandingkan tahun struktur ekonomi tahun sebelumnya. Struktur perekonomian Aceh pada triwulan-iii 216 masih didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan proporsi sebesar 27,85%. Kondisi yang sama juga masih terjadi di sektor perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil sepeda motor yang masih berada pada posisi kedua dengan share terhadap ekonomi Aceh sebesar 15,59%. Sementara itu, sektor terbesar ketiga dalam struktur ekonomi Aceh ditempati oleh sektor konstruksi dengan proporsi sebesar 1,31% (Grafik 1.1). KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER

16 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Tabel Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Provinsi Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Kondisi perekonomian Aceh pada triwulan III-216 sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kinerja ekonomi Aceh pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 2,22% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan sebelumnya sebesar 3,31% (Angka ini merupakan koreksi data dari BPS yang sebelumnya tumbuh sebesar 3,54%). Pertumbuhan ekonomi Aceh tanpa migas juga tercatat mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kinerja ekonomi tanpa Migas Aceh tumbuh sebesar 3,31%(yoy) atau turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,24% secara tahunan (Angka tersebut merupakan koreksi data dari BPS yang sebelumnya tumbuh sebesar 4,75%(yoy)). Pencapaian pertumbuhan ekonomi tanpa migas tersebut juga tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 215 yang tumbuh sebesar 4,24%(yoy) (Grafik 1.2). Secara sektoral, penurunan pertumbuhan ekonomi Aceh tersebut bersumber dari menurunnya kinerja di sektor-sektor utama Aceh, yakni sektor pertanian, perdagangan, administrasi pemerintahan. Sektor pertanian mengalami penurunan pertumbuhan baik dibandingkan dengan tahun maupun triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-216, tercacat pertumbuhan sektor terbesar di Aceh tersebut tumbuh sebesar 2,42%(yoy), turun dari periode triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,28%(yoy). Penurunan di sektor pertanian ini terjadi seiring dengan menurunnya penjualan komoditas pangan, khususnya padi akibat gagal panen yang disebabkan oleh banjir serta masih tingginya gelombang laut yang menyebabkan produksi di subsektor perikanan mengalami penurunan. Serangan hama pada tanaman perkebunan juga ikut menjadi salah satu faktor menurunnya produksi hasil pertanian pada triwulan laporan. Sektor perdagangan pada triwulan laporan juga ikut mengalami penurunan seiring dengan menurunnya tingkat penjualan di subsektor perdagangan mobil dan kendaraan. Sementara itu, penurunan yang terjadi pada sektor administrasi pemerintahan seiring dengan kembali menurunnya pendapatan dan aktivitas para pegawai negeri sipil pasca disalurkannya gaji ke-13 dan 14 pada triwulan sebelumnya. Namun demikian, penurunan di sektor-sektor tersebut dapat tertahan oleh pertumbuhan dari sektor konstruksi serta menurunnya kedalaman kontraksi sektor pertambangan dan industri pengolahan. Sektor konstruksi pada triwulan laporan tercatat mengalami pertumbuhan yang positif pada level 16,1%(yoy), naik dibandingkan dengan posisi yang sama di tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar,2%(yoy). Di sisi lain, adanya penurunan kedalaman kontraksi sektor pertambangan dan industri pengolahan mampu menahan penurunan yang terjadi pada pertumbuhan ekonomi Aceh sehingga tidak turun terlalu dalam. Sektor KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER 216 2

17 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh pertambangan terkontraksi pada level 14,16%(yoy), lebih baik jika dibandingkan dengan kontraksi pada periode yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar 25,7%(yoy). Di sisi lain, sektor industri pengolahan di Aceh yang terkait erat dengan kegiatan pertambangan di Aceh juga ikut mengalami perbaikan kontraksi dari yang sebelumnya terkontraksi sebesar 16,64%(yoy) menjadi terkontraksi 2,38%(yoy). Perbaikan kinerja di sektor pertambangan dan penggalian ini terjadi dikarenakan adanya peningkatan produksi gas dan batubara di triwulan laporan seiring dengan mulai membaiknya harga komoditas gas dan batu bara 1. (Tabel 1.1). Grafik Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Aceh Grafik Kontribusi Pertumbuhan Sektor-Sektor Ekonomi Aceh (yoy(%) PDRB Rp Triliun YoY 3, 29, 28, 27, 26, 25, 24, 23, PDRB Non Migas YoY 5,1 4,95 4,24 3,76 3,95 3,65 3,32 3,31 3,1 2,22 1,42 -,29-1,93-2, % 6, 5, 4, 3, 2, 1,, -1, -2, -3, 2, 1,, -1, -2, Persen 1,66 (%),57,1,,,1,7,37,25,6,6,7,8,12 Pertanian, Kehutanan, & -,96 Pertambangan & Penggalian -,13 Industri Pengolahan Konstruksi Pengadaan Air Pengadaan Listrik, Gas Perdagangan Besar & Eceran, Transportasi & Pergudangan -,14 Jasa lainnya Jasa Kesehatan & Kegiatan Jasa Pendidikan Administrasi Pemerintahan, Jasa Perusahaan Real Estate Jasa Keuangan Informasi & Komunikasi Penyediaan Akomodasi & Sumber: BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber: BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Di samping pertumbuhannya yang terus memperlihatkan kinerja yang positif, sektor konstruksi pada triwulan laporan juga kembali menjadi sektor yang memberikan kontribusi paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi Aceh. Kontribusi sektor ini tercatat sebesar 1,66%, lebih tinggi dibandingkan dengan kontribusi share sektor paling besar di Aceh, yakni sektor pertanian yang tercatat memberikan andil sebesar,57%. Peningkatan di sektor konstruksi Aceh didorong oleh realisasi berbagai kegiatan pembangunan multiyears utama tahun ini, antara lain renovasi Masjid Baiturrahman, fly over di Simpang Surabaya, dan Jembatan Lamnyong di Darussalam. Sementara itu, sektor administrasi pemerintahan memberikan kontribusi sebesar,6% atau turun dibandingkan dengan tahun dan triwulan sebelumnya. Penurunan tersebut seiring dengan adanya penurunan daya beli dan konsumsi masyarakat pasca realisasi gaji ke-13 dan 14 yang sama-sama terjadi pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, sektor-sektor lain tercatat memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi Aceh di bawah angka,4% antara lain sektor jasa keuangan,37%, sektor Real Estate,25%, sektor jasa lainnya,12%, dan sektor jasa akomodasi dan makan minum sebesar,1%. Adapun sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan pada triwulan laporan masih memberikan kontribusi negatif meskipun dengan kedalaman kontraksi yang lebih kecil seiring dengan adanya peningkatan kembali aktivitas produksi gas dan batu bara 2 dibandingkan dengan tahun dan triwulan sebelumnya. Pada triwulan ini sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi sebesar -,96%, sedangkan dari sisi industri pengolahan memberikan kontribusi negatif terhadap ekonomi Aceh sebesar -,13% (Grafik 1.3). 1 Rilis PDRB Provinsi Aceh, Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 2 Rilis PDRB Provinsi Aceh, Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER

18 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Perekonomian Aceh pada triwulan IV-216 diperkirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan laporan. Peningkatan dari sisi permintaan diperkirakan akan bersumber dari komponen konsumsi pemerintah yang mengalami peningkatan seiring dengan realisasi anggaran pemerintah yang masih sebesar 64% sampai dengan triwulan laporan. Sisa anggaran sebanyak 36% tersebut diperkirakan mampu untuk membantu mendongkrak pertumbuhan ekonomi Aceh dari sisi permintaan. Di samping itu, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan IV-216 diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan masih berlangsungnya kegiatan pembangunan infrastruktur, khususnya di kota Banda Aceh hingga akhir tahun 216 mendatang. Hasil Survei Konsumen KpwBI Provinsi Aceh sampai dengan bulan Oktober dan November juga mengindikasikan adanya peningkatan optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian Aceh sehingga diperkirakan konsumsi masyarakat juga akan mengalami peningkatan. Dari sisi penawaran, sektor konstruksi, pertanian, perdagangan, dan administrasi pemerintahan diperkirakan masih akan menjadi lokomotif pendorong pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV-216. Berbagai realisasi proyek pembangunan infrastruktur yang masih berlangsung hingga akhir tahun diperkirakan akan mengalami eskalasi yang lebih meningkat dibandingkan dengan triwulan laporan seiring dengan realisasi anggaran pemerintah. Sektor perdagangan pada triwulan IV-216 mendatang diperkirakan akan mengikuti siklus tahunannya di mana volume perdagangan akan cenderung mengalami peningkatan seiring dengan berbagai program akhir tahun dan cuci gudang yang biasanya dilakukan oleh para pedagang grosir dan eceran. Sementara itu, faktor realisasi APBA di Provinsi Aceh diperkirakan akan membantu meningkatkan berbagai transaksi yang dilakukan pada sektor jasa pemerintahan yang merupakan sektor terbesar keempat di Aceh. Di sisi lain, sektor pertanian selaku sektor paling besar di Aceh juga diperkirakan akan mengikuti tren kenaikan akhir tahun seiring dengan adanya kegiatan panen raya di beberapa sentra padi di Aceh, khususnya di kabupaten Bireun dan Aceh Utara. Namun demikian, risiko yang berpotensi mengganggu pertumbuhan di sektor ini masih terbilang cukup besar seiring dengan masih tingginya intensitas hujan di beberapa daerah di Aceh. Risiko tersebut berpotensi untuk mengganggu potensi produksi di subsektor perikanan, bahan pangan, dan hasil perkebunan. SEKTOR PERTANIAN, KEHUTANAN, & PERIKANAN Pada triwulan III-216, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan masih menjadi sektor terbesar di dalam struktur ekonomi Aceh dengan proporsi sebesar 27,85% atau bernilai Rp8,19 Triliun. Pada triwulan laporan tercatat sektor pertanian mengalami penurunan dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya. Tren penurunan pertumbuhan sektor pertanian ini telah terjadi sejak triwulan IV-215. Pada triwulan laporan, sektor pertanian tercatat tumbuh sebesar 2,5%(yoy), turun dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai 4,52%(yoy) serta triwulan sebelumnya yang sebesar 2,91%(yoy). Penurunan ini terutama disebabkan oleh adanya penurunan produksi dari komoditas hasil pangan dan perikanan serta beberapa di komoditas perkebunan. Penurunan di sektor bahan pangan, khususnya terjadi pada produksi padi terjadi seiring dengan masih banyaknya gagal panen atau puso akibat banjir di sebagian besar sentra padi di Aceh, termasuk di Aceh Timur, Aceh Utara, Aceh Barat, dan Aceh Besar. Kondisi hujan yang masih memiliki intensitas tinggi tersebut juga ikut mempengaruhi penurunan produksi komoditas kopi di Aceh yang menghambat pembentukan bunga dan buah kopi. Serangan hama penggerek yang menyerang ratusan hektar perkebunan kakao di Aceh Utara dan Pidie juga ikut berperan dalam penurunan kinerja di sektor ini. Sementara itu, ketinggian gelombang di perairan laut Aceh yang rata-rata berada pada level moderate dan high juga ikut mempengaruhi jumlah tangkapan ikan seiring dengan sedikitnya para nelayan yang mau untuk pergi melaut akibat tingginya risiko yang dapat terjadi selama melaut (Grafik 1.4). KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER

19 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Grafik Pertumbuhan Sektor Pertanian Grafik Pangsa dan Kontribusi Sektor Pertanian Rp Triliun 8,25 Pertanian, Kehutanan, & Perikanan YoY % 8,19 1, % Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan 2,5 2,16 %,28 8, 7,75 7,5 5, 7,58 7,66 2,13 8,2 4,52 7,87 7,87 7,91 7,88 4,3 2,91 2,5 8, 6, 4, 2, 2, 1,5 1,,5 1,38,59 1,26 1,2,8,57,28,28,27,27 7,25,,, Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Pada triwulan III-216, kontribusi pertumbuhan sektor pertanian terhadap ekonomi Aceh tercatat sebesar,57%. Angka tersebut merupakan angka pertumbuhan kontribusi terbesar ketiga setelah sektor konstruksi dan sektor administrasi pemerintahan yang memberikan kontribusi masing-masing sebesar 1,66% dan,6% (Grafik 1.5). Angka kontribusi tersebut tercatat mengalami penurunan baik dibandingkan dengan periode triwulan sebelumnya maupun dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Grafik Pangsa Subsektor Pertanian Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Jasa Pertanian Kehutanan Perikanan 18% 18% 18% 17% 17% 18% 18% 27% 26% 26% 26% 27% 26% 26% 19% 19% 19% 2% 19% 19% 19% Average Data pada tahun 215 yang dirilis oleh BPS menunjukkan pangsa terbesar sektor pertanian Aceh pada triwulan laporan masih berasal dari subsektor tanaman perkebunan (26%). Adapun subsektor tanaman pangan berada pada urutan kedua dengan pangsa sebesar 19%. Sementara itu, subsektor perikanan berada pada posisi ketiga dengan jumlah share sebesar 18%. Sejak tahun 21, angka share ekonomi di sektor pertanian tersebut terpantau tidak terlalu mengalami banyak perubahan dengan dominasi subsektor perkebunan (Grafik 1.6). Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia Provinsi Aceh pada triwulan menunjukkan adanya tendensi penurunan kinerja sektor pertanian pada triwulan-iv 216 (Grafik 1.8).Dari sisi pembiayaan di sektor pertanian, pertumbuhan kredit yang disalurkan pada sektor pertanian pada triwulan laporan tercatat mengalami telah mulai mengalami peningkatan setelah sejak triwulan IV-213terjadi tren penurunan penyaluran kredit di sektor ini. Jumlah kredit ke sektor pertanian pada triwulan laporan tumbuh 2,1%(yoy), sedikit naik jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 15,98% (Grafik 1.7). Sementara itu, tingkat Non Performing Loan (NPL) sektor pertanian yang pada triwulan laporan tercatat sebesar 4,47%, turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,71%. KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER

20 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Grafik Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Grafik Realisasi Ekonomi Sektor Pertanian 1,% 75,% Kredit Pertanian Growth (yoy)] Rp triliun 2,5 2, 12,% 8,% 2,% 1,% 5,% 25,% 1,5 1,,5 4,%,% IV I II III ,% -1,%,% IV I II III, PDRB Pertanian SKDU Pertanian Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum Sumber : SKDU KPwBI Prov. Aceh Kinerja sektor pertanian pada triwulan IV-216 diperkirakan akan mengalami peningkatan namun dalam skala yang terbatas seiring dengan kondisi cuaca yang masih belum terlalu mendukung. Adanya potensi peningkatan itu khususnya dapat terlihat dari rencana panen di subsektor bahan pangan, khususnya padi di berapa kabupaten sentra padi di Aceh. Panen tersebut diperkirakan mampu menambah kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi di subsektor pertanian. Namun demikian, dengan masih tingginya curah hujan di Aceh hingga pertengahan triwulan IV-216 membuat risiko pertumbuhan ekonomi dari sektor ini hanya tumbuh di bawah pertumbuhan potensialnya. Panen kopi akhir tahun yang sempat terganggu akibat intensitas hujan juga diperkirakan akan kembali membaik. Adanya hama tanaman kakao pada triwulan III- 216 diperkirakan akan berkurang pada triwulan IV-216 seiring dengan intensifnya berbagai kegiatan antisipasi serta pembasmian hama tersebut sejak melalui metode rehabilitasi Kakao dan metode pemulihan dan peremajaan kakao dalam jaringan sel (fisiology rejuvenation) yang merupakan hasil kerjasama antara Forum Kakao Aceh, Pemerintah, dan para petani kakao pada awal triwulan IV-216. Dengan usaha tersebut, diharapkan produksi kakao dapat kembali meningkat pada triwulan IV-216. Namun demikian, kondisi cuaca dan gelombang tinggi masih berpotensi untuk menurunkan potensi pertumbuhan sektor pertanian dari subsektor perikanan. SEKTOR PERDAGANGAN BESAR, ECERAN, REPARASI MOBIL & SEPEDA MOTOR Sektor perdagangan sebagai sektor kedua terbesar di Aceh pada triwulan laporan tercatat masih berada dalam level pertumbuhan yang positif meskipun mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan III-216 sektor perdagangan mengalami pertumbuhan sebesar 1,53%(yoy), sedikit menurun dibandingkan dengan kinerja pertumbuhan pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,29%(yoy). Capaian pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan capaian pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,64%(yoy) (Grafik 1.9). Penurunan di sisi perdagangan ini dipengaruhi oleh penurunan penjualan di subsektor perdagangan mobil dan kendaraan seiring dengan kondisi daya beli masyarakat yang mengalami penurunan. Di samping itu, pasca realisasi gaji ke-13 dan 14 PNS di Aceh pada triwulan sebelumnya membuat terjadinya penurunan transaksi perdagangan dan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan. Dari sisi kontribusinya terhadap perekonomian Aceh, sektor perdagangan memberikan kontribusi pertumbuhan sebesar,% atau menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang memberikan kontribusi sebesar,31%(grafik 1.1). KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER

21 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Grafik Pertumbuhan Sektor Perdagangan Grafik Pangsa dan Kontribusi Sektor Perdagangan Rp Triliun 4,7 4,6 4,5 4,4 4,3 4,2 4,1 4,17 4,27 4,65 4,43 Perdagangan Besar & Eceran, & Reparasi Mobil & Sepeda Motor YoY 4,13 4,58 4,45 2,76 4,9 4,45 4,52 1,93 4,58 5, 4, 3, 2, 1,,2, % % Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan 1,,74,75,65,66,5,43,31,25,, I II III IV I II % 16,% 15,75% 15,5% 15,25% Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Momen penurunan sektor perdagangan tersebut juga dikonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Provinsi Aceh yang menunjukkan terdapatnya penurunan pertumbuhan pada sektor perdagangan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Grafik 1.12). Namun demikian, pertumbuhan kredit yang disalurkan pada sektor perdagangan di triwulan laporan tercatat mengalami kenaikan. Tercatat pertumbuhan kredit yang disalurkan hingga triwulan III-216 pada sektor perdagangan sebesar 9,9%, naik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,%. Hal tersebut menyiratkan akan adanya potensi bagi kenaikan pertumbuhan sektor perdagangan di triwulan mendatang. Namun demikian, tingkat Non Performing Loan (NPL) di sektor ini tercatat sebesar 9,14% atau masih berada di atas level aman NPL 5,% (Grafik 1.11). Grafik Perkembangan Kredit PHR Grafik Realisasi Ekonomi Sektor PHR 2,% 15,% 1,% 5,%,% Kredit Perdagangan Growth (yoy)] Rp triliun 8, 6, 4, 2,, IV I II III ,% 4,% 3,% 2,% 1,%,% PDRB Perdagangan SKDU Perdagangan IV I II III ,%,% -1,% -2,% -3,% Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum Sumber : SKDU KPwBI Prov. Aceh Kinerja sektor perdagangan pada triwulan laporan diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan adanya peningkatan volume transaksi jual beli menjelang akhir tahun 216. Peningkatan tersebut khususnya diperkirakan akan berasal dari subsektor perdagangan besar dan eceran yang mengikuti siklus perdagangan di mana pada akhir tahun permintaan dan sirkulasi barang mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut diprediksikan berasal dari kegiatan cuci gudang dan diskon besar-besaran yang dilakukan oleh para produsen barang-barang grosir dan eceran. Konsumsi rumah tangga juga diperkirakan akan mengalami peningkatan sebagai akibat dari realisasi anggaran pemerintah yang semakin besar pada triwulan akhir nanti sehingga permintaan akan barang-barang konsumsi diperkirakan akan mengalami peningkatan. Hal tersebut juga didukung oleh hasil Survei Konsumen KPwBI Provinsi Aceh yang memperlihatkan adanya peningkatan keyakinan dan optimisme konsumen yang terindikasi dari kenaikan IKK (Indeks Keyakinan Konsumen dari 121,44 dan 141,42 pada bulan September dan Oktober menjadi 123,6 pada bulan November 216. KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER

22 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh SEKTOR KONSTRUKSI Pada triwulan III-216, sektor konstruksi masih menjadi salah satu lokomotif utama pertumbuhan ekonomi Aceh. Selain mencapai pertumbuhan paling tinggi kedua setelah sektor administrasi pemerintahan, sektor konstruksi juga menjadi sektor dengan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Aceh. Pada triwulan laporan, sektor ketiga terbesar di Aceh ini mampu mencatatkan pertumbuhan sebesar 16,1%(yoy), naik dibandingkan dengan periode triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang pertumbuhannya terkontraksi sebesar,2%(yoy) (Grafik 1.13). Data penjualan semen hingga bulan Oktober juga menunjukkan adanyaa peningkatan pertumbuhan konsumsi semen dari,8%(yoy) pada triwulan III-215 menjadi,13%(yoy) pada triwulan laporan. Peningkatan pertumbuhan tersebut didukung oleh terealisasinya berbagai proyek multiyears, yaitu pembangunan fly over Simpang Surabaya, Jembatan Lamnyong, serta renovasi dan pengembangan Masjid Raya Baiturrahman. Ketiga proyek tersebut memberikan kontribusi cukup dominan terhadap pertumbuhan di sektor ini. Sementara itu, pada triwulan laporan, sektor konstruksi menjadi sumber pertumbuhan utama pada ekonomi Aceh pada triwulan laporan dengan kontribusi sebesar 1,66%, atau sama dengan dengan kontribusi pada triwulan sebelumnya (Grafik 1.14). Grafik Pertumbuhan Sektor Konstruksi Grafik Pangsa dan Kontribusi Sektor Konstruksi Rp Triliun Konstruksi YoY % % Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan % 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1,,5, 2,43 2,49 2,61 -,2 -,1 -,2 3,15 2,84 2,9 3,3 17,55 16,73 16,42 16,1 2, 15, 1, 5,, -5, ,93 1,67 1,66 1,66 -,1 -,2, ,% 15,75% 15,5% 15,25% Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Grafik Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi 8,% 6,% 4,% 2,%,% -2,% IV I II III Kredit Konstruksi Growth (yoy)] Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum Rp triliun 1,,75,5,25, Meskipun pertumbuhan sektor konstruksi cukup besar dan terus mengalami peningkatan, yakni sebesar 16,1%(yoy), namun kondisi penyaluran kredit perbankan kepada lapangan usaha ini masih terus mengalami penurunan. Tren penurunan tersebut mulai terjadi semenjak triwulan II tahun 215. Adanya penurunan kredit ini juga dapat mengindikasikan adanya fenomena carryover di mana proyek konstruksi yang terealisasi merupakan realisasi dari proyek-proyek yang sudah dicanangkan pada triwulan-triwulan sebelumnya. Pada triwulan III-216, jumlah kredit konstruksi kembali mengalami penurunan pertumbuhan dari -4,31% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi -1,4% (yoy) pada triwulan laporan. Tren kinerja positif sektor konstruksi diperkirakan masih akan terus berlanjut hingga triwulan IV-216. Peningkatan tersebut seiring dengan masih berlangsungnya kegiatan pembangunan infrastruktur utama di Aceh hingga tahun 217 mendatang. Di akhir tahun ini diperkirakan akselerasi pembangunan akan semakin cepat seiring percepatan target tahap mediate hingga akhir tahun 216 sebelum nanti memasuki tahap akhir penyelesaian pembangunan infrastruktur pada tahun 217. Berbagai proyek tersebut masih berupa kelanjutan KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER

23 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh pembangunan fly over Simpang Surabaya, Jembatan Lamnyong, serta pembangunan dan renovasi masjid Baiturrahman. SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Tren kontraksi di sektor pertambangan dan penggalian masih berlanjut hingga triwulan laporan. Namun demikian, posisi pada triwulan laporan tercatat lebih baik jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kontraksi pada triwulan laporan tercatat menurun dengan kontraksi sebesar 14,16%(yoy), lebih baik jika dibandingkan dengan kontraksi yang lebih dalam pada triwulan sebelumnya yang sebesar 29,98%(yoy). Angka tersebut juga tercatat lebih baik jika dibandingkan dengan kontraksi pada triwulan sebelumnya yang tercatat terkontraksi sebesar 25,7%(yoy) (Grafik 1.16). Adapun andil dari sektor ini terhadap ekonomi Aceh sebesar -,96%, lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang memberikan andil sebesar -1,75% (Grafik 1.17). Grafik Pertumbuhan Sektor Pertambangan- Penggalian Grafik Pangsa dan Kontribusi Sektor Pertambangan Penggalian Rp Triliun Pertambangan & Penggalian YoY 3, 2,49 2,39 2,27 2,33 2,8-9,1 2, 2, 1,67-14,16 1, -25,7-27,1-28,37-28,85-29,98 %, -7, -14, -21, -28, %, -1, -2, -3, Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan -,73 -,96-1,75-2,8-2,9-2,46-2,44 1,% 7,5% 5,% 2,5%,%, -35, Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Adanya peningkatan produksi kembali pada komoditas gas dan batu bara di Aceh menjadi pemicu utama adanya peningkatan di sektor ini. Peningkatan harga gas dan batu bara 3 pada triwulan laporan menjadi salah satu pemicu utama adanya peningkatan aktivitas produksi di sektor ini. Harga gas pada bulan triwulan laporan tercatat sebesar 2,85 USD/MMBtu, naik dibandingkan dengan periode sebelumnya yang masih berada di bawah 2,5 USD/MMBtu. Sementara itu, harga batu bara di pasar internasional pada triwulan laporan tercatat naik dan mencapai US$ 63,93 per ton dan merupakan rekor harga tertinggi selama tahun 216 sampai dengan triwulan III-216. Kembali naiknya harga komoditas batu bara kali ini disebabkan oleh adanya penurunan tingkat produksi batu bara di Cina dan di beberapa negara lain pengekspor batu bara. Beberapa tantangan lain yang dihadapi oleh sektor ini adalah masih terbatasnya sumber-sumber minyak dan gas baru di Aceh. Sampai dengan saat ini, tercatat ada empat perusahaan minyak dan gas yang telah melakukan studi dan discovery lokasi satu blok gas baru di Aceh dan diperkirakan dapat mulai berproduksi kembali pada tahun 218. Sebanyak 68% share di sektor pertambangan bersumber dari subsektor pertambangan minyak dan gas sehingga dengan berakhirnya produksi LNG Aceh akan sangat berdampak signifikan terhadap kontraksi di sektor pertambangan dan penggalian. 3 Rilis PDRB Provinsi Aceh, Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER

24 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Kontraksi pada kinerja sektor pertambangan diperkirakan akan sedikit berkurang pada triwulan berikutnya. Perbaikan tersebut sebagian besar didukung oleh kembali naiknya harga batu bara di pasar komoditas dunia. Perbaikan tersebut berpeluang besar untuk kembali mendorong para perusahaan batu bara di Aceh untuk kembali meningkatkan produksi batu baranya pada triwulan laporan. SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Pada triwulan laporan sektor industri pengolahan tercatat masih mengalami kontraksi namun dengan tingkat yang lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sektor Industri pengolahan tercatat mengalami kontraksi sebesar 2,38%(yoy) atau mengalami perbaikan kinerja jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 13,89%(yoy) (Grafik 1.18). Terkontraksinya sektor ini berdampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi Aceh yang memberikan kontribusi negatif sebesar,13% (Grafik 1.19). Namun demikian, kontribusi negatif tersebut juga menunjukkan perbaikan setelah pada triwulan sebelumnya memberikan kontribusi negatif sebesar,69%. Adanya peningkatan di sektor ini pada triwulan laporan tidak terlepas dari adanya peningkatan produksi pupuk yang mengalami peningkatan seiring dengan kembali menurunnya harga gas yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Penurunan harga gas tersebut mendorong industri pupuk kembali berdaya saing. Di samping itu, beroperasinya kembali pabrik pupuk secara penuh setelah libur sebulan penuh pada Ramadhan pada triwulan II-216 juga ikut menjadi salah satu aspek peningkatan produksi pada triwulan laporan. Peningkatan Proyek LNG Storage & Regasification Terminal yang dikelola salah satu perusahaan di subsektor pengilangan migas masih memberikan perbaikan kinerja sektor Industri Pengolahan. Aktivitas pengolahan (Regasifikasi) tersebut memberikan kontribusi terhadap perbaikan kontraksi di sektor ini. Grafik Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Grafik Pangsa dan Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Rp Triliun Industri Pengolahan YoY 1,8 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,64 1,7 1,58 1,51-16,64-14,82-24,68-27,66-3,1 1,53-13,89 1,41-2,38 1,66 %, -5, -1, -15, -2, -25, -3, % Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan -1 -,17 -,13-1 -,78 -,69 -, ,46-1, ,% 5,5% 5,% 4,5% 4,% Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER

25 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Grafik Pangsa Subsektor Industri Pengolahan Adanya kontraksi di sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan disebabkan karena adanya pola keterkaitan yang erat di antara kedua sektor 25% 15% 53% 28% 29% 27% 16% 17% 19% 48% 46% 45% 31% 21% 38% 28% 28% 18% 18% 46% 46% Average BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional/Mfg. of Chemicals & Pharmaceuticals & Botanical Products Industri Makanan dan Minuman/Mfg. of Food Products & Beverages Industri Batubara dan Pengilangan Migas/Mfg. of Coal & Refned Petroleum Products tersebut. Beberapa subsektor industri pengolahan yang terkait langsung dengan sektor pertambangan adalah subsektor pengolahan batubara dan pengilangan migas, galian logam, galian non logam, dan logam dasar. Sebanyak 46% pangsa di sektor Industri pengolahan berasal dari subsektor industri batu bara dan pengilangan migas. Sementara itu, industri kimia-farmasi dan industri makanan-minuman memiliki pangsa pasang masingmasing sebesar 28% dan 18% (Grafik 1.2). Berakhirnya produksi gas di Aceh berdampak pada kinerja industri pengolahan terutama subsektor pengilangan migas. Industri pengilangan migas membutuhkan pasokan gas alam yang merupakan bahan baku untuk diolah. Ketiadaan bahan baku tersebut membuat industri pengilangan migas mengalami penurunan yang signifikan. Adanya peningkatan kinerja pada triwulan laporan juga didorong oleh pertumbuhan kredit untuk sektor industri pengolahan yang tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan dari 15,92%(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 38,25%(yoy) pada triwulan laporan. Angka tersebut juga tercatat sedikit lebih baik dibandingkan dengan periode pertumbuhan kredit pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang besarnya -,82%(yoy)(Grafik 1.21).Adanya harapan di sektor industri pengolahan yang searah dengan kondisi kredit di sektor ini juga ikut dikonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Provinsi Aceh yang juga menunjukkan adanya tren peningkatan kegiatan usaha selama triwulan dari triwulan II-215 sampai dengan triwulan laporan meskipun dalam skala yang terbatas (Grafik 1.22). Adanya rencana eksplorasi blok gas baru yang dilakukan oleh empat perusahaan besar dalam dan luar negeri diprediksikan akan semakin membantu memacu pertumbuhan di sektor ini. Grafik Perkembangan Kredit Sektor industri Pengolahan Grafik Realisasi Ekonomi Sektor Industri Pengolahan 6,% Kredit Industri Pengolahan Rp triliun 2, PDRB Pertanian SKDU Pertanian 4,% 1,5,% IV I II III 6,% 2,% -1,% ,% 1,,% -2,% IV I II III ,5-2,% -3,%,% -3,% -4,%, Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Sumber : SKDU KPwBI Prov. Aceh Peningkatan produksi pupuk di Aceh diprediksi masih akan terus berlanjut hingga akhir tahun sehingga diperkirakan akan mampu mengurangi kedalaman kontraksi sektor industri pengolahan pada triwulan IV-216. Dengan adanya kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga gas khusus untuk industri maka insentif bagi industri untuk memproduksi diperkirakan akan semakin besar pada triwulan KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER

26 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh laporan. Di samping itu, permintaan akan pupuk di akhir tahun juga diperkirakan akan meningkat seiring dengan akan dimulainya masa bercocok tanam tanaman pangan. Permintaan konsumen di akhir tahun juga diperkirakan akan mendorong kinerja industri pengolahan lain yang berbasiskan produk hasil pertanian PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DARI SISI PERMINTAAN Tabel Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Provinsi Aceh Komponen (Rp Triliun) Growth qtq (%) Growth yoy(%) III-16 III-15 II-16 III-16 III-15 II-16 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri Net Ekspor Antar Daerah P D R B Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Grafik Laju dan Kontribusi Pertumbuhan PDRB dari Sisi Permintaan (yoy, %) Grafik Struktur PDRB Sisi Permintaan 75,, -75, -15, -225, Persen (%) 4,53 2,9 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 8,31 7,65,16 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1,78 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3,95 12,4 Pembentukan Modal Tetap Bruto Pertumbuhan (yoy) -145,47-41,47 -,8 -,43-37,96 -,9 Perubahan Inventori Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri Kontribusi Pertumbuhan 6,5-5,64 Net Ekspor Antar Daerah 8, 4,, -4, -8, Persen (%),54% 31,91% 15,35%,95% Pengeluaran Konsumsi Rumah -,3% Tangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT 49,67% 1,61% Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Sumber : BPS Provinsi Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh Dari sisi permintaan, adanya penurunan pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan disebabkan oleh adanya penurunan di hampir semua komponen-komponen utama permintaan. Penurunan tersebut termasuk pada komponen konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Ketiga komponen tersebut merupakan komponen-komponen terbesar yang menyusun perekonomian Aceh di sisi permintaan. Secara tahunan, komponen pembentukan modal tetap bruto mengalami pertumbuhan sebesar 11,79%(yoy), konsumsi pemerintah terkontraksi sebesar 13,25%(yoy), konsumsi LNRT mengalami pertumbuhan sebesar 9,46%(yoy), sedangkan komponen konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 2,52%(yoy). Dari sisi kontribusi terhadap perekonomian Aceh, komponen pembentukan modal tetap bruto memberikan kontribusi paling besar terhadap ekonomi Aceh dengan kontribusi sebesar 3,95%. Kontribusi terbesar kedua berasal dari komponen konsumsi rumah tangga yang berkontribusi sebesar 2,9%. Sementara itu, komponen konsumsi pemerintah dan LNRT menjadi kontributor terbesar ketiga dan keempat dengan nilai kontribusi masing-masing sebesar 1,78% dan,16%. (Tabel 1.2 dan Grafik 1.23). Kondisi struktur ekonomi Aceh dari sisi permintaan setelah adanya pergantian tahun dasar dari tahun 2 menjadi tahun 21 sedikit mengalami perubahan. Pada triwulan laporan, komponen konsumsi rumah tangga KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER 216 3

27 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh masih memiliki share paling besar dengan proporsi sebesar 58,12%. Di sisi lain, posisi share ekonomi paling besar kedua pada triwulan laporan diduduki oleh komponen pembentukan modal tetap bruto (37,33%), dan pengeluaran konsumsi pemerintah berada pada posisi ketiga dengan jumlah share terhadap struktur ekonomi sebesar 17,96% (Grafik 1.24). Kondisi kinerja ekonomi Aceh dari sisi permintaan diperkirakan akan mengalami perbaikan pada triwulan IV Perbaikan tersebut terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga, pemerintah, serta pembentukan modal tetap bruto yang terkait erat dengan realisasi akhir tahun APBA Aceh yang masih tersisa sebesar 36% untuk realisasi fisik dan 34% untuk realisasi keuangan hingga akhir Desember mendatang. Sementara itu, dengan adanya peningkatan dari komponen yang bersifat konsumtif tersebut membuat perkiraan akan net ekspor Aceh baik luar negeri maupun antardaerah akan mengalami pendalaman kontraksi pada triwulan IV KONSUMSI Konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan yang lebih rendah baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Konsumsi rumah tangga mengalami penurunan dari 4,53%(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 2,52%(yoy) pada triwulan laporan. Angka tersebut juga tercatat mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,47%(yoy) (Grafik 1.25). Penurunan pada komponen konsumsi rumah tangga ini didorong oleh adanya penurunan daya beli masyarakat pasca realisasi gaji ke-13 dan 14 yang telah direalisasikan pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang cukup signifikan terjadi pada sub-komponen hotel dan restoran, transportasi/angkutan, dan komunikasi yang masing-masing tumbuh sebesar 6,3%(yoy), 4,41%(yoy) dan 3,44%(yoy). Pada triwulan ini sendiri konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi sebesar 2,9% atau naik dibandingkan kontribusi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 2,62% pada triwulan sebelumnya (Grafik 1.26). Grafik Perkembangan Konsumsi RT Grafik Kontribusi Konsumsi RT Rp Triliun 17, 16,5 16, 15,5 15, 2,93 2,82 3,47 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 3,2 3,8 4,53 2,52 15,8 15,9 16,3 16,3 16,4 16,6 16, , 4, 3, 2, 1,, % % 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1,,5, Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan 2,9 1,82 1,9 2,17 1,96 1,77 1,6 1,69 1,82 1,61 IV I II 6,% 58,% 56,% 54,% 52,% Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Data dari BPS menunjukkan bahwa hingga tahun 215 komponen terbesar dalam konsumsi rumah tangga rata-rata secara tahunan adalah konsumsi non makanan yaitu sebesar 53% sementara konsumsi makanan sebesar 47% (Grafik 1.24). Komponen non makanan terdiri dari 1 sub komponen yang didominasi oleh konsumsi transportasi yang sebesar 12% dan konsumsi perumahan, air, listrik yang sebesar 8% (Grafik 1.27 dan 1.28)\ KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER

28 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh Grafik Pangsa Sub komponen Konsumsi Rumah Tangga Grafik Pangsa Sub komponen Konsumsi Rumah Tangga Non Makanan 6% 6% 6% 6% 6% 6% 6% Komunikasi 52% 53% 53% 53% 54% 53% 53% Non Makanan 11% 12% 12% 11% 12% 12% 12% Transportasi/Angkutan 48% 47% 47% 47% 46% 47% 47% Average Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Makanan 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 8% 8% 8% 8% 8% 8% 8% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% Average Kesehatan Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Perabot, Peralatan rumahtangga dan Pemeliharaan Rutin Rumah Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Lainnya Adanya peningkatan penurunan di komponen konsumsi rumah tangga ini didorong oleh kenaikan konsumsi pada sub komponen transportasi dan perabotan serta peralatan rumah tangga. Kenaikan pertumbuhan sub komponen transportasi terkonfirmasi dari data penjualan kendaraan bermotor untuk keperluan konsumsi pada triwulan III-216. Penjualan kendaraan bermotor untuk konsumsi mengalami penurunan cukup drastis dari 31,14%(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 2,89%(yoy) pada triwulan laporan (Grafik 1.29). Kondisi penurunan penjualan yang terjadi pada kendaraan konsumsi juga terjadi pada penjualan listrik yang digunakan oleh rumah tangga. Hal tersebut terkonfirmasi dari turunnya pertumbuhan penggunaan listrik rumah tangga sebesar 8,42%(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar 9,9%(yoy) (Grafik 1.3). Grafik Penjualan Kendaraan Bermotor (Konsumsi) Grafik Penggunaan Listrik Rumah Tangga 4., 3., Jumlah kendaraan konsumsi 75,% 5,% Konsumsi Listrik RT (Juta kwh) Growth 2,% 15,% 2., 1., 25,%,% -25,% ,% 5,%, IV I II III ,% IV I II III IV ,% Sumber : Dinas Pengelolaan Kekayaan dan Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Sumber : PLN Aceh, diolah BI Aceh Penurunan kinerja juga ditunjukkan komponen konsumsi pemerintah di mana pada komponen ini mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, pertumbuhan konsumsi pemerintah mengalami kontraksi sebesar 13,25%(yoy) pada triwulan III-216 atau menurun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,65%(yoy) KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER

29 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh (Grafik 1.31). dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang memberikan kontribusi positif sebesar 1,49% (Grafik 1.32). Penurunan pada komponen konsumsi pemerintah ini disebabkan oleh adanya penurunan pada konsumsi kolektif maupun konsumsi individu yang masing-masing menurun sebesar 15,85%(yoy) dan 9,57%(yoy). Adanya pemotongan anggaran baik di APBD maupun APBN berpengaruh signifikan terhadap penurunan jumlah konsumsi pemerintah pada triwulan III-216 jika dibandingkan dengan triwulan III di tahun sebelumnya. Terdapat empat kabupaten Kebijakan Pemotongan Dana Alokasi Umum oleh pemerintah pusat dengan total pemotongan sebesar Rp35 miliar dan berpeluang untuk mengurangi pertumbuhan ekonomi dari komponen konsumsi pemerintah. Dengan share terbesar ketiga setelah pembentukan modal tetap bruto dan konsumsi rumah tangga, maka fluktuasi di komponen ini juga akan berpengaruh terhadap kondisi pertumbuhan ekonomi Aceh. Pada triwulan laporan, kontribusi komponen konsumsi pemerintahan terhadap perekonomian Aceh tercatat sebesar 1,78% atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang memberikan kontribusi positif sebesar 1,49% (Grafik 1.32). Grafik Perkembangan Konsumsi Pemerintah Grafik Kontribusi Konsumsi Pemerintah Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Rp Triliun Y on Y % 1, 2, 15,82 8, 7,65 1, 6, 2,24 3,74, 4, -5,1 2, -7,75 4,3 5,2 5,9 9,1 4, 5,6-13,25 5,2-1,, -2, Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh % Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan 4,99,4,3,42,77 1,43,2 -,8-1, ,1-2,74, Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Pada triwulan akhir tahun 216 diperkirakan kinerja ekonomi dari komponen konsumsi baik rumah tangga maupun pemerintah akan mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut masih akan bergantung dari realisasi APBA pemerintah Aceh yang sampai dengan triwulan III-216 terlah terealisasi sebesar 65%. Dengan sisa APBA sebanyak 35% yang direncanakan akan direalisasikan hampir seluruhnya pada tahun akhir tahun 216 (1% untuk fisik dan 95% untuk keuangan) maka diprediksikan konsumsi dari dua komponen ini akan meningkat cukup besar pada triwulan laporan. Kondisi tersebut juga dikonfirmasi oleh hasil penjualan listrik rumah tangga yang mengalami peningkatan pertumbuhan sampai dengan bulan Oktober 216 yang mencapai 8,99%(yoy), naik dibandingkan dengan triwulan III-216 yang tumbuh sebesar 7,3%(yoy). KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER

30 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh INVESTASI Pada triwulan laporan, pertumbuhan investasi Aceh mengalami sedikit penurunan dari 12,4%(yoy) pada triwulan II-216 menjadi 11,79% pada triwulan laporan (Grafik 1.31). Dengan pertumbuhan yang demikian, komponen investasi ini memiliki kontribusi sebesar 3,95% terhadap ekonomi Aceh di triwulan laporan. Kontribusi tersebut merupakan kontribusi paling besar diantara komponen-komponen ekonomi Aceh dari sisi permintaan. Rp Triliun 11,3 Grafik Perkembangan Investasi 1,5 14,52 12,29 9,8 12,411,79 7,74 8,72 9, 5,8 3,39,91 -,62,58 8,3 9,2 9,1 9,3 9,4 9,2 9,1 9,6 1,7 1, 1,2 1,7 7,5 IV I II III Pembentukan Modal Tetap Bruto Y on Y Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Grafik Realisasi Pengadaan Semen di Aceh Ribu Ton -9,6% -6,17% -,82% 43,5% Sumber : Kemenperin dan Kemendag, diolah BI Aceh Grafik Perkembangan Penjualan Kendaraan Bermotor (Investasi) 26,42% 26,1% 23,% Konsumsi Semen 22,5 15, 7,5, % -7,5 yoy(%) 5% 25% % -25% Peningkatan investasi di Aceh didorong oleh Anggaran dan Belanja Aceh (APBA) untuk sektor infrastruktur yang mengalami peningkatan realisasi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Proyek pembangunan multiyears yang dilakukan pemerintah baik pembangunan jalan, jembatan, tugu, landscape dan infrastruktur Masjid Raya Baiturrahman serta pembangunan sarana umum lainnya ditambah pembelian barang-barang modal mampu menstabilkan pertumbuhan pada komponen investasi ini. Penurunan investasi infrastruktur terkonfirmasi oleh penurunan pertumbuhan penjualan semen di Provinsi Aceh yang tumbuh sebesar 26,1%(yoy) pada periode laporan, sedikit menurun jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 26,42%, namun jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan II di tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar,82%(yoy). Sampai dengan triwulan III-216, tercatat realisasi pembangunan untuk fisik telah mencapai 64%, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan target awal realisasi fisik sebesar 65% pada triwulan III-216. Grafik Perkembangan Kredit Investasi 4, Kendaraan Bermotor (Investasi) g(%)_kendaraan Bermotor (Investasi) % 1,% 8,% Kredit Investasi (Miliar) Growth (yoy)] 4, 3, 75,% 6,% 2, 1, 5,% 25,%,% 4,% 2,% 2,, IV I II III ,%,% IV I II III , Sumber : Dinas Pengelolaan Kekayaan dan Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Sumber : Laporan Bank Umum, diolah Penurunan pertumbuhan investasi juga terlihat dari adanya penurunan pertumbuhan penjualan unit kendaraan bermotor untuk kepentingan investasi dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Kendaraan bermotor untuk investasi terdiri dari bus, truk, dan becak motor. Pada triwulan laporan, penjualan kendaraan bermotor untuk investasi ini mengalami pertumbuhan 2,89%(yoy), menurun signifikan KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER

31 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh dibandingkan dengan triwulan II-216 yang mengalami pertumbuhan sebesar 31,3% (Grafik 1.35).Namun demikian, dari sisi pembiayaan, kredit yang disalurkan dengan tujuan investasi mengalami peningkatan pertumbuhan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan ini, jumlah kredit yang disalurkan untuk tujuan investasi tumbuh sebesar 26,53%(yoy), naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 18,1% (yoy) (Grafik 1.36). Komponen investasi pada triwulan IV-216 diperkirakan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan masih berlanjutnya program-program pembangunan infrastruktur di Aceh hingga akhir tahun. Peningkatan tersebut masih akan didominasi oleh kegiatan investasi fisik yang terkait dengan programprogram utama pemerintah Aceh dalam hal infrastruktur. Di sisi lain, adanya potensi peningkatan kinerja ekonomi dari komponen ini juga dikonfirmasi oleh data penjualan kendaraan investasi hingga bulan Oktober 216 yang menunjukkan adanya peningkatan dari 7,79%(yoy) pada bulan September menjadi 24,5%(yoy) pada bulan laporan. EKSPOR IMPOR Grafik Perkembangan Ekspor (Dengan Migas) Provinsi Aceh Grafik Perkembangan Impor (Dengan Rp Triliun 2,3 177,29 Ekspor Luar Negeri Y on Y % 2, Rp Triliun 1, Impor Luar Negeri Y on Y % 5, 1,5,8, -23,1 8,75 16,52-41,35-86,72-76,19-1,83-116,12-145,47-149,23,8 1,5 1,1 1,3,4,3,6,3,4,2,2 IV I II III , -2, -4,,5,,18-2,46-17,74-26,35-45,18-45,7-41,47-56,32-73,12-69,87,3,3,3,4,9-81,37,7,5,4,3,4,3 IV I II III Migas) Provinsi Aceh, -5, -1, Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Kinerja ekspor Aceh pada triwulan laporan tercatat masih mengalami kontraksi meskipun dengan posisi kontraksi yang lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Ekspor triwulan III-216 mengalami kontraksi sebesar 76,19%(yoy), lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 145,41%(yoy). Kontraksi tersebut didorong oleh adanya penurunan ekspor barang dari Aceh ke luar negeri. Dengan adanya kontraksi tersebut, komponen ekspor memberikan kontribusi negatif terhadap ekonomi Aceh sebesar -,44%. Sementara itu, pertumbuhan impor Aceh pada triwulan laporan tercatat mengalami kontraksi sebesar 69,87%(yoy) dengan kontribusi terhadap ekonomi Aceh sebesar,38%(yoy). KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER

32 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh 1,, -1, -2, -3, Grafik Ekspor Impor Luar Aceh,18,32 Ekspor Impor Net Ekspor Net Ekspor Antardaerah -,14 Penurunan pada ekspor Aceh tersebut disebabkan adanya penurunan jumlah ekspor barang hingga mencapai 87,87%, sedangkan ekspor jasa masih tumbuh positif. Tidak adanya ekspor migas dan turunnya ekspor barang nonmigas terutama pada komoditi perkebunan (kopi, teh, dan rempah-rempah) dan bahan bakar mineral pada triwulan laporan menjadi faktor utama penurunan nilai ekspor luar negeri Aceh pada triwulan laporan. -4, Rp Triliun -3,56 Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sementara itu, impor antardaerah Aceh masih tetap mengalami kondisi net ekspor yang negatif. Angka defisit dari net ekspor antardaerah Aceh pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp3,56 triliun atau lebih kecil dibandingkan dengan defisit triwulan sebelumnya yang sebesar Rp4,11 triliun (Grafik 1.39). Hasil survei perdagangan antar wilayah yang dilakukan oleh KpwBI Provinsi Aceh pada tahun 215 juga memperlihatkan adanya fenomena neraca perdagangan antardaerah Aceh yang masih defisit. Hasil survei tersebut menyimpulkan bahwa aliran perdagangan daerah menunjukkan pola pembelian dan penjualan komoditas utama seperti Beras yang kurang efektif. Ketidak-efektifan tersebut terjadi karena barang/komoditas yang dijual dari Aceh dijual dalam bentuk nilai tambah yang lebih rendah ke Provinsi lain (Khususnya Sumatera utara) untuk kemudian produk tersebut dibeli kembali oleh Aceh dengan nilai tambah lebih tinggi. Kondisi neraca perdagangan antardaerah yang mengalami defisit ini menjadi salah satu faktor pendorong belum optimalnya pertumbuhan ekonomi di Aceh sehingga perlu untuk mendapatkan perhatian dari seluruh pihak yang terkait agar tercipta perekonomian Aceh yang lebih sehat, mandiri, dan berkelanjutan. KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER

33 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh BOX 1 : Progressdan Tantangan Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur dalam Rangka Memperkuat Struktur Industri dan Ekonomi Aceh Pembangunan ekonomi suatu daerah merupakan elemen yang sangat esensial agar proses pembangunan di segala bidang dapat terselenggara dengan baik. Saat pembangunan ekonomi suatu daerah berjalan dengan baik maka pembangunan di berbagai bidang lain termasuk bidang sosial, hukum, politik, dan lainnya akan sangat terbantu. Salah satu indikator utama bahwa pembangunan ekonomi suatu daerah sudah cukup baik adalah kemampuan suatu daerah untuk memproduksi berbagai macam produk yang memiliki value added. Proses produksi barang-barang yang memiliki nilai lebih (value added) tersebut tidak dapat dipisahkan dari keberadaan industri pengolahan di daerah tersebut. Keberadaan sektor industri di suatu daerah daapt menjadi indikator seberapa maju daerah tersebut dibandingkan dengan daerah lainnya. Keberadaan industri pengolahan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sektor-sektor lainnya. Beberapa keunggulan tersebut antara lain kemampuan sektor ini untuk menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar, kemampuan menciptakan nilai tambah dari setiap input yang diolah serta nilai kapitalisasi yang ditanam di sektor ini selalu dalam jumlah yang cukup besar. Industri Manufaktur di Provinsi Aceh Tantangan paling signifikan yang dihadapi oleh struktur perekonomian Aceh adalah masih besarnya proporsi kegiatan yang bersifat konsumtif yang menopang perekonomian Aceh, seperti konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah yang memiliki proporsi sebesar 58,12% dan 17,96% (Data triwulan III tahun 216). Di lihat dari sisi sektoralnya, sektor industri pengolahan hanya memiliki proporsi sebesar 5,63% terhadap total ekonomi Aceh padahal sektor ini memiliki potensi yang besar untuk dapat menggerakkan perekonomian Aceh yang lebih berkelanjutan (sustainable) Sebaran Industri Besar dan Sedang di Aceh % 3% 11% Subsektor Ibs 81% Industri Makanan Industri Bahan Kimia Industri Bahan Galian Non Logam Lainnya Jumlah IBS Jumlah TK IBS Sampai dengan tahun 215, tercatat sudah ada 43 Industri Besar dan Sedang (IBS) di Aceh dengan cakupan industrinya sebagian besar berasal dari subsektor Industri makanan (81%), sedangkan sisanya berasal dari subsektor industri bahan kimia (11%), dan industri bahan galian nonlogam (5%) sedangkan sisanya berasal dari sektor lainnya (3%). Berdasarkan penyerapan tenaga kerja, sejak tahun tercatat penyerapan tenaga kerja terus mengalami tren kenaikan meskipun pada tahun 215 tercatat sedikit mengalami penurunan kuantitas penyerapan tenaga kerja akibat berkurangnya jumlah industri di Aceh. Pada tahun 215, hanya terdapat 43 IBS di Aceh yang menyerap tenaga kerja. Jumlah tersebut masih belum optimal jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Aceh yang mencapai 5 juta jiwa. KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER

34 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh BOX 1 : Progressdan Tantangan Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur dalam Rangka Memperkuat Struktur Industri dan Ekonomi Aceh Industri Di Aceh Mayoritas Masih Didominasi Oleh Industri Skala Kecil Menengah (IKM) Tantangan lain yang terjadi di sektor industri Aceh adalah masih didominasi oleh industri berskala kecil dan menengah dengan kontribusinya ke perekonomian relatif tidak terlalu signifikan. Belum optimalnya kontribusi tersebut dapat terlihat dari sisi jumlah serapan tenaga kerja serta kuantitas output yang dihasilkan. Dari sisi tenaga kerja, IKM masih didominasi oleh industri mikro dengan jumlah pegawai hanya 1 s.d 4 orang. Dari jumlah IKM tersebut, sebanyak 72% pekerja yang bekerja pada sektor ini tidak dibayar atau berasal dari anggota keluarga dan dikelola oleh pemilik usaha sendiri. Status Tenaga Kerja IKM Menurut Jumlah Tenaga Kerja ,92% Dibayar 2. 72,8% Tidak Dibayar Jumlah Tenaga Kerja Tantangan Peningkatan Daya Saing Industri di Aceh Sampai dengan saat ini, pengembangan industri pengolahan di Aceh masih menghadapi berbagai tantangan, khususnya dari sisi infrastruktur dan regulasi yang berkaitan dengan ketenagakerjaan dan perijinan. Berikut disampaikan beberapa tantangan utama dalam penyelenggaraan industri pengolahan di Aceh: 1. Kapasitas Listrik o Kapasitas terpasang grid 25 Kv di Aceh sebesar 464 MW pada tahun 216 belum mencukupi peak load di Aceh yang mencapai 494 MW sehingga pada beberapa daerah masih mengandalkan sistem isolated 2Kv. o Berdasarkan hasil proyeksi kebutuhan listrik di Aceh, peak load akan meningkat hingga 762 MW pada tahun 22. Peningkatan tersebut sebagian besar diperkirakan akan berasal dari peningkatan sektor industri dan rumah tangga hingga tahun Upaya Pelayanan Perizinan 1 Pintu Belum Optimal dan Insentif Fiskal Daerah Belum Optimal untuk Diimplementasikan. 3. Masih belum kompetitifnya sisi tenaga kerja, pengupahan, peraturan upah dan SDM o Sebagian besar tingkat pendidikan di Aceh masih didominasi oleh tamatan SMA, SMP, dan SD. o Upah minimum yang tidak terlalu kompetitif (Rp2,1 juta/bulan) o Belum ada upah minimum Kota / Kabupaten (Belum terdapat dewan upah kota/kab) o Tidak ada enforcement UMP karena tidak ada SDM khusus untuk mengawasi o Belum ada upah minimum sektoral untuk industri o Dalam 3 tahun terakhir IPM Aceh berada di bawah rata-rata nasional KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER

35 BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh BOX 1 : Progressdan Tantangan Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur dalam Rangka Memperkuat Struktur Industri dan Ekonomi Aceh Perbandingan Ump Sumatera (Ribu Rp) Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja SLTA 8,87%,26% 16,4% 26,91% SLTP SD 25,96% 21,96% Belum Tamat SD Babel Kepri Aceh Riau Jambi Sumut Sumbar Lampun Bengkul g u Series Diploma, Sarjana Strategi Kebijakan Percepatan Transformasi Industri Berdasarkan beberapa kendala yang dihadapi oleh Provinsi Aceh dalam menarik para investor dalam mendirikan berbagai industri di Aceh, Pemerintah Aceh dapat menyiapkan langkah-langkah strategis pengembangan industri sebagai berikut: 1. Memulai dan mengefektifkan pembangunan infrastruktur primer pendukung penyelenggaraan kawasan industri, khususnya terkait dengan kesediaan listrik, termasuk pembangunan pembangkit tenaga listrik, pembangunan gardu listrik di kawasan industri terintegrasi. Di samping itu, perlu juga adanya keetrsediaan saluran air bersih di kawasan industri tersebut. 2. Investasi untuk pengembangan infrastruktur transportasi hasil industri dan bahan input/faktor produksi termasuk khususnya pembangunan ruas jalan dan pelabuhan. 3. Perlu adanya jaminan kepada para investor dalam hal permasalahan hak penggunaan lahan di Aceh. 4. Pengoptimalan dan percepatan program KEK Lhokseumawe dan Aceh Utara, Kawasan Industri Ladong, dan technopark sebagai sarana penelitian untuk industri berbasis hasil pertanian. 5. Penghapusan berbagai regulasi atau qanun rekomendasi kepal daerah untuk pembangunan industri 6. pembentukan technopark sebagai sarana penelitian dan pengembangan untuk industri berbasis pertanian. 7. Pembuatan dan pengoptimalan Balai Latihan Kerja untuk komoditas sektor pertanian utama seperti kelapa sawit, kakao, dan kopi. 8. Penyediaan sumber daya manusia yang mampu diserap oleh industri, antara lain dengan membangun sekolah kejuruan dan penyiapan badan pengelola kawasan industri. KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER

36

37 BAB 2 Perkembangan Keuangan Daerah Kinerja pendapatan pemerintah Provinsi Aceh pada triwulan III 216 laporan tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Penerimaan pendapatan Pemerintah Provinsi Aceh pada triwulan III-215 adalah sebesar 41,59% dari target pendapatan tahunan, sementara pada triwulan III- 216 mencapai sebesar 72,9% dari target pendapatan tahunannya. Hal ini senada dengan kinerja realisasi belanja pemerintah Provinsi Aceh pada triwulan- III 216 tercatat meningkat dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Persentase realisasi belanja yang dikelola oleh pemerintah provinsi meningkat dari sebesar 65,14% pada triwulan III tahun lalu menjadi 68,33% pada tahun PENDAPATAN DAERAH Pendapatan pemerintah Aceh pada tahun 216 sebesar 7% dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota dan 3% dikelola oleh pemerintah Provinsi (Grafik 3.1). Proporsi pendapatan daerah oleh pemerintah Kabupaten / Kota Aceh cenderung berada dalam tren yang yang meningkat dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Target pendapatan pemerintah kabupaten/kota Aceh tahun 216 adalah sebesar Rp27 triliun, meningkat 17% dibandingkan dengan tahun 215. Sementara itu, target pendapatan pemerintah Provinsi Aceh pada tahun 216 adalah sebesar Rp13 Triliun, meningkat sebesar 4% dibandingkan dengan tahun 215. Grafik Pangsa Pendapatan Daerah Aceh Grafik Pertumbuhan Target Pendapatan Aceh 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % 65% 7% 4% 38% 4% 4% 36% 35% 3% % 3% 25% 2% 15% 1% 5% Kota/Kab. Aceh 23% 23% 17% 14% 13% 16% Prov. Aceh 3% 13% 1% 8% 29% 4% Kota/Kab. Aceh Prov. Aceh % Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Struktur total pendapatan pemerintah Aceh baik provinsi maupun kabupaten/kota selama kurun waktu lima tahun terakhir didominasi oleh dana perimbangan dan dana Otsus plus. Dana Otsus plus merupakan gabungan dari dana otsus, penyesuaian, dan lainnya (Grafik 3.3). Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih tergolong memiliki pangsa yang rendah. Pada tahun 216, dana perimbangan dan Otsus plus Aceh masing-masing mencapai Rp21 triliun dan Rp14 triliun, atau merupakan dua komponen terbesar dari pendapatan dengan pangsa masing-masing 53% dan 36% dari total pendapatan Aceh. Proporsi ini berubah dari tahun lalu dimana komponen dana perimbangan dan dana otsus ialah 47% dan 42% dikarenakan terdapat peningkatan dana perimbangan pada pemerintah Kota/Kab. Sementara itu, PAD hanya mencapai 11% dari total pendapatan Aceh (Grafik 3.4). Hal ini mencerminkan masih besarnya ketergantungan Aceh terhadap anggaran pusat dan potensi fiskal yang ada di Aceh masih dapat ditingkatkan. 41 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 216

38 Triliun Triliun Triliun BAB 2 Perkembangan Keuangan Daerah Grafik Perkembangan Struktur Pendapatan Aceh Grafik Struktur Pendapatan Aceh 216 Rp45 Rp4 Rp35 Rp3 Rp25 Rp2 Rp15 Rp1 Rp5 Rp % 36% PAD Perimbangan Otsus+ 53% PAD Perimbangan Otsus+ Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Jika dilihat lebih rinci pendapatan Aceh tahun 216, pendapatan yang dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota Aceh lebih didominasi oleh dana perimbangan yang mencapai Rp21 Triliun (Grafik 3.5). Pada tahun 216, bantuan keuangan pemerintah provinsi yang berasal dari otsus mengalami peningkatan karena adanya keputusan pemerintah untuk meningkatkan pangsa penyaluran otsus kepada pemerintah kabupaten/kota. Sementara itu, pendapatan yang dikelola oleh pemerintah Provinsi Aceh didominasi oleh Otsus yang mencapai Rp9 Triliun (Grafik 3.6). Grafik Struktur Pendapatan Kab/Kota Aceh 216 Grafik Struktur Pendapatan Provinsi Aceh 2156 Rp3 Rp14 Rp25 Rp12 Rp2 Rp15 Rp1 Otsus+ Perimbangan PAD Rp1 Rp8 Rp6 Rp4 Otsus+ Perimbangan PAD Rp5 Rp2 Rp- Rp- Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Kinerja pendapatan Pemerintah Provinsi Aceh pada triwulan III 216 laporan tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Penerimaan pendapatan Pemerintah Provinsi Aceh pada triwulan III-215 adalah sebesar Rp4.9994,96 Milyar atau 41,59% dari target pendapatan tahunan, sementara pada triwulan III-216 mencapai Rp9.143,86 Milyar atau sebesar 72,9% dari target pendapatan tahunannya (Tabel 3.1). Tabel Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan Laporan Komponen Pendapatan Realisasi Pendapatan III 215 III 216 Nilai (RpJuta) % Nilai (RpJuta) % PAD ,55% ,75% Perimbangan ,5% ,94% Otsus ,6% ,36% Total Pendapatan Provinsi ,59% ,9% Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER

39 Triliun BAB 2 Perkembangan Keuangan Daerah 5.2 BELANJA DAERAH Belanja pemerintah Aceh pada tahun 216 sebesar 71% dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota dan 29% dikelola oleh pemerintah Provinsi (Grafik 3.7). Senada dengan struktur pendapatan daerah, terdapat tren peningkatan proporsi belanja oleh pemerintah Kota/Kabupaten dalam kurun waktu enam tahun terakhir. Target belanja pemerintah kabupaten/kota Aceh tahun 216 adalah sebesar Rp31 triliun, meningkat 31% dibandingkan dengan tahun 215. Sementara itu, target belanja pemerintah Provinsi Aceh pada tahun 216 adalah sebesar Rp13 Triliun, atau hanya meningkat sebesar 1% dibandingkan dengan tahun 215 (Grafik 3.8). Grafik Pangsa Belanja Daerah Aceh Grafik Pertumbuhan Target Belanja Aceh Kota/Kab. Aceh Prov. Aceh 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % Kota/Kab. Aceh Prov. Aceh 71% 65% 6% 57% 59% 61% 57% 43% 4% 41% 43% 39% 35% 29% % 3% 25% 2% 15% 1% 5% % -5% -1% 32% 31% 17% 18% 19% 24% 12% 13% 14% 4% 1% % 216 Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Struktur total belanja pemerintah Aceh dalam kurun waktu enam tahun terakhir, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota masih didominasi oleh belanja pegawai. Namun, belanja modal dalam dua tahun terakhir ini mengalami peningkatan (Grafik 3.9). Pada tahun 216, belanja pegawai dan belanja modal masing-masing mencapai Rp13 triliun dan Rp1 triliun dan merupakan dua komponen terbesar dari belanja dengan pangsa masing-masing 35% dan 26% dari total belanja pengeluaran pemerintah Aceh (Grafik 3.1). Hal ini mencerminkan pemerintah Aceh sudah mulai concern untuk meningkatkan realisasi belanja pada komponen yang produktif dan memiliki dampak yang berkelanjutan seperti belanja modal. Grafik Perkembangan Struktur Belanja Aceh Grafik Struktur Belanja Aceh 216 Rp35 Rp3 Rp25 Rp2 Rp15 1% 13% 35% Belanja Pegawai Belanja Modal Rp1 Rp5 25% Belanja Barang Belanja Bansos Rp Belanja Pegawai Belanja Modal 26% Belanja Lainnya Belanja Barang Belanja Bansos Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Jika dilihat lebih rinci belanja pemerintah Aceh tahun 216, belanja yang dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota Aceh lebih didominasi oleh belanja pegawai yang mencapai Rp12 Triliun (Grafik 3.11). Sementara itu, belanja yang dikelola oleh pemerintah Provinsi Aceh didominasi belanja barang dan jasa yang mencapai Rp4 Triliun (Grafik 3.12). 43 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 216

40 Triliun Triliun BAB 2 Perkembangan Keuangan Daerah Grafik Struktur Belanja Kab/Kota Aceh 216 Grafik Struktur Belanja Provinsi Aceh 216 Rp3 Rp14 Rp25 Rp12 Rp2 Rp15 Rp1 Rp5 Belanja Bansos Belanja Barang Belanja Modal Belanja Pegawai Rp1 Rp8 Rp6 Rp4 Rp2 Belanja Lainnya Belanja Bansos Belanja Barang Belanja Modal Belanja Pegawai Rp- Rp- Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh Kinerja realisasi belanja Pemerintah Provinsi Aceh pada triwulan-iii 216 tercatat meningkat dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Persentase realisasi belanja yang dikelola oleh pemerintah provinsi meningkat dari sebesar 65,14% pada triwulan III tahun lalu menjadi 68,33% pada tahun 216. Realisasi belanja modal pada periode laporan telah mencapai Rp 955,94 miliar, meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang baru. Sementara itu, realisasi belanja barang dan jasa meningkat dari Rp 1.642,85 miliar pada triwulan III-215 menjadi Rp 2.53,3 miliar pada triwulan III-216 (Tabel 3.2). Tabel Realisasi Belanja Daerah Triwulan Laporan Komponen Belanja Realisasi Belanja III 215 III 216 Nilai (RpJuta) % Nilai (RpJuta) % Belanja Pegawai ,14% ,33% Belanja Modal ,46% ,2% Belanja Barang ,2% ,58% Belanja Bansos ,55% ,47% Belanja Lainnya -,% ,42% Total Belanja Provinsi ,14% ,33% Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER

41

42 94BAB 3 Perkembangan Inflasi Aceh Tekanan inflasi Aceh pada triwulan-iii 216 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat meningkat dari 2,34% (yoy) pada triwulan-ii 216 menjadi 3,73% (yoy) pada triwulan laporan. Inflasi Aceh triwulan-iii 216 (yoy) yang tercatat sebesar 3,73% jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi YoY pada triwulan III dalam tiga tahun terakhir yaitu sebesar 4,88%. Kelompok bahan makanan merupakan kelompok yang paling dominan berpengaruh atas meningkatnya angka inflasi Aceh pada triwulan-iii 216. Namun, deflasi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan serta rendahnya inflasi pada kelompok Perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar turut meredam laju inflasi Aceh di triwulan laporan, sehingga masih berada dalam target inflasi nasional 4±1%. Inflasi triwulan-iii 216 di tiga kota pantauan tercatat masing-masing Banda Aceh 3,17%, Lhokseumawe 4,79%, dan Meulaboh 3,81% (yoy). KONDISI UMUM PERKEMBANGAN INFLASI ACEH TRIWULAN III 216 Aceh mengalami laju inflasi secara tahunan / year on year sebesar 3,73% (yoy) pada triwulan III 216. Laju inflasi tersebut meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi tahunan sebesar 2,34%, namun lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata inflasi year on year pada triwulan III dalam tiga tahun terakhir ( ) yaitu sebesar 4,88% (yoy). Sejalan dengan laju inflasi tahunan, inflasi Aceh secara triwulanan (qtq) maupun bulanan (mtm) juga tercatat mengalami peningkatan pada level moderat di triwulan laporan (grafik 2.1). Inflasi Aceh dihitung berdasarkan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di tiga kota pantauan inflasi, yaitu Banda Aceh, Lhokseumawe, dan Meulaboh dengan nilai sebesar 3,73%(yoy) dan,98%(mtm) pada triwulan- III 216. Laju inflasi tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan realisasi inflasi tahunan nasional di triwulan yang sama yang tercatat sebesar 3,7% (yoy). Namun, bila dibandingkan dengan rata-rata inflasi tahunan seluruh provinsi di kawasan Sumatera yang tercatat sebesar 4,28% (yoy), laju inflasi Aceh di triwulan laporan masih lebih rendah. Inflasi Aceh berada di urutan ke-7 terendah setelah provinsi Jambi. Inflasi tertinggi di kawasan Sumatera terjadi di Provinsi Sumatera Utara (Grafik 2.2) yang mencapai 6,2% (yoy). Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi year on year, quarter to quarter, dan month to month di Aceh (%) Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi year on year di kawasan Sumatera (%) 1 8 Inflasi Bulanan (mtm) Inflasi Tahunan (yoy) % Inflasi Triwulanan (qtq) ,2 5,1 3,73 3,86 4,37 4,62 4, IV ,27 3,2 2,46 3,7 Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh 46 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER-216

43 BAB 3 Perkembangan Inflasi Aceh ASESMEN ARAH PERKEMBANGAN INFLASI ACEH TERKINI Mencermati tren perkembangan inflasi tahunan Provinsi Aceh serta arah perkembangan inflasi Aceh pada bulan September dan Oktober 216, diperkirakan Aceh akan mengalami inflasi secara year on year pada triwulan IV 216 dengan tingkat inflasi yang masih berada dalam target inflasi nasional 4±1%. Tekanan inflasi year on year di triwulan IV 216 diprediksi menurun bila dibandingkan dengan laju inflasi di triwulan III 216. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga Mingguan (SPHM) hingga minggu ketiga Oktober 216, tren harga di Provinsi Aceh cenderung bervariasi. Namun demikian, berdasarkan analisis bobot, diperkirakan terjadi inflasi bulanan (mtm) di Aceh untuk periode November 216 dengan tingkat yang rendah. Komoditas penyumbang inflasi berasal dari komoditas cabe merah dan beras. Meningkatnya curah hujan di bulan Oktober menyebabkan beberapa sentra beras dilhokseumawe, Aceh Besar dan Pidie terancam gagal panen. Selain itu, adanya serangan virus bulai yang menyebabkan penyakit kuning daun di sejumlah daerah penghasil cabai di Lhokseumawe turut membuat pasokan cabe merah berkurang di pasar. Di sisi lain, permintaan komoditas cabai relatif stabil, hal tersebut mengakibatkan harga di pasar mulai merangkak naik. Sebagai peredam laju inflasi di bulan November 216, terdapat penurunan harga pada komoditas Tongkol & Udang seiring dengan kembali normalnya aktivitas melaut nelayan yang sempat terhambat pada bulan September walaupun masih terhambat oleh curah hujan tinggi. Minimnya gangguan di jalan penghubung Aceh- Sumatera Utara juga berimbas pada normalisasi barang kebutuhan pokok yang pasokannnya masih mengandalkan Sumatera Utara seperti minyak goreng, telur ayam ras dan buah-buahan. INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA INFLASI BULANAN (MONTH TO MONTH /MTM) Rata-rata laju inflasi Aceh secara bulanan pada bulan Juli, Agustus, September 216 sebesar,5% jauh lebih besar dibandingkan rata-rata inflasi bulanan di triwulan yang sama pada tahun 215 yang tercatat sebesar,5%. Meningkatnya inflasi bulanan pada periode ini disumbang oleh kelompok bahan makanan yang mengalami rata-rata inflasi bulanan sebesar 1,13%, disusul oleh kelompok pendidikan, rekreasi, & olahraga serta kelompok makanan jadi, minuman, dan rokok masing-masing sebesar,6% dan,32% (mtm). Berdasarkan tabel 2.1 dapat dilihat bahwa inflasi bulanan kelompok bahan makanan meningkat secara signifikan pada bulan September 216. Beberapa komoditas bahan makanan yang mengalami kenaikan harga yakni Cabai Merah, tongkol dan cabai hijau. Harga cabai cenderung melonjak seiring dengan permintaan cabai yang sangat tinggi pada event meugang dan Idul Adha di bulan September 216. Lonjakan harga ini juga tidak dapat diantisipasi oleh stok yang mencukupi seiring dengan mulai berhentinya musim panen pada bulan Agustus. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER

44 mtm(%) mtm(%) 94BAB 3 Perkembangan Inflasi Aceh Kelompok Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Bulanan Aceh (mtm %) Ratarata Ratarata Jul Agu Sep Jul Agu Sep Jul Agu Sep Rata- Rata Bahan Makanan 4,4 -,64,63 1,34 1,75-2,57 -,63 -,49 1, -1,4 3,44 1,13 Makanan jadi, minuman, rokok Perumahan, air, listrik, gas, b.bakar,24,17,32,24,31 -,69 1,21,28,36,39,21,32 6,36-1,35 -,68 1,44,27,72,11,37,5,33,22,2 Sandang,9,2 -,2,3 -,3,13,28,13,77 -,26,14,22 Kesehatan 7,34 2,54 2,31 4,6,34 2,73,18 1,8,19,53,23,32 Pendidikan, rekreasi, olahraga,51,43 1,1,68,3,88-1,2,6,62 1,12,7,6 Transpor, komunikasi, jasa -2,44-8,24 4,52-2,5 -,3 -,1,15,1,72 -,9 -,1,21 keu. UMUM 1,41,21,5,71,55 -,25 -,15,5,52,1,98,5 Sumber: BPS Prov. Aceh, diolah BI Aceh Lebih lanjut, Kurangnya pasokan ikan basah di Pasar Pusong, Lhokseumawe, menyebabkan harga ikan merangkak naik di bulan September 216. Pasca hari raya Idul Adha, mayoritas nelayan cenderung tidak melaut salam libur lebaran, sehingga pasokan ikan di pasar cenderung berkurang. Hal tersebut juga terjadi di beberapa pasar di kota Banda Aceh dan Meulaboh. Adanya tradisi larangan melaut selama sepekan pasca hari Raya Idul Adha turut mempengaruhi kenaikan harga ikan di pasar-pasar Tradisional. Para nelayan baru melakukan aktivitasnya mencari ikan pada hari ketujuh Idul Adha. Grafik 2.3. Inflasi Kelompok Rata-Rata Grafik 2.4. Inflasi Kelompok (mtm) 1,2 1,,8,6,4,2, 1,13,32,2,22,32,6,21 4, 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1,,5, -,5 3,44,21,22,14,23,7 -,1 Transpor, komunikasi, jasa keu. Pendidikan, rekreasi, olahraga Kesehatan Sandang Perumahan, air, listrik, gas, b.bakar Makanan jadi, minuman, rokok Bahan Makanan Transpor, komunikasi, jasa keu. Pendidikan, rekreasi, olahraga Kesehatan Sandang Perumahan, air, listrik, gas, b.bakar Makanan jadi, minuman, rokok Bahan Makanan Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh INFLASI TRIWULANAN (QUARTER TO QUARTER/QTQ) Inflasi triwulanan Aceh pada periode laporan tercatat sebesar 1,51% (qtq), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar,66% (qtq). Laju inflasi triwulanan di periode ini juga lebih tinggi bila dibandingkan dengan laju inflasi di triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang tercatat sebesar,15% 48 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER-216

45 BAB 3 Perkembangan Inflasi Aceh (qtq). Sejalan dengan inflasi bulanannya, secara triwulanan nilai inflasi terbesar terjadi di kelompok Bahan bahan makanan yang mengalami inflasi secara triwulanan sebesar 3,39%, disusul oleh kelompok pendidikan, rekreasi, & olahraga serta kelompok makanan jadi, minuman, dan rokok masing-masing sebesar 1,81% dan,96% (qtq) (Grafik 2.5 & Tabel 2.2). Namun, secara umum pergerakan kenaikan harga di triwulan III 216 masih relatif stabil untuk seluruh kelompok barang dan jasa, dengan tidak adanya lonjakan inflasi triwulanan yang melebihi target nasional 4±1%. Kelompok Tabel 2.2. Perbandingan Inflasi Triwulanan (qtq) IV I II III Bahan Makanan -1,65 2,2 4,2 6,5-5,85 4,36-1,5 3,68 1,94 1,48 3,39 Makanan jadi, minuman, rokok 1,31,66,73,45 1,56,73 1,1,66 1,18 2,1,96 Perumahan, air, listrik, gas, b.bakar 2,66,8 2,5 2,55 1,38,36,2,76 -,73,8,6 Sandang 2,3 1,97 2,54,9 1,1 2,78,82-1,3 1,52 3,65,66 Kesehatan,69,51,77,31 2,18,92,38 1,,64,41,96 Pendidikan, rekreasi, olahraga 1,78,38 1,96,7,63,22 3,27,4,4,11 1,81 Transpor, komunikasi, jasa keu.,79,84,89 1,22-6,21 2,38,16,2-1,93-2,18,62 UMUM,9 1,9 2,13 3,86-1,66 1,86,15 1,21,3,66 1,51 Sumber: BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sejalan dengan inflasi bulanan, komoditas kelompok bahan makanan yang dominan berpengaruh dalam peningkatan laju inflasi secara triwulanan pada periode laporan adalah Cabai Merah, daging sapi & kambing, ikan segar. Meningkatnya permintaan masyarakat seiring dengan adanya perayaan hari raya Idul Adha di Bulan September 216 serta minimnya pasokan menjadi faktor utama yang membuat sejumlah harga bahan makanan tersebut merangkak naik. Naiknya harga cabai merah terjadi di sejumlah pasar tradisional di kota pantauan inflasi yakni Banda Aceh, Meulaboh, dan Lhokseumawe. Kenaikan harga komoditas cabai merah tersebut mencapai lebih dari 5% dari harga normal. Naiknya harga cabai merah juga diikuti dengan kenaikan harga cabai rawit sebagai produk barang substitusi. Fenomena tingginya harga cabai merah di pasaran disebabkan oleh berkurangnya pasokan komoditas tersebut di pasar. Berdasarkan pemantauan harga bahan pokok di Pasar Peunayong Banda Aceh, harga cabai merah naik mulai dari harga Rp4./kilogram menjadi Rp6./kilogram sejak minggu ke-2 September 216. Menurut para pedagang, beberapa sentra pertanian cabai merah baik dari petani lokal maupun luar daerah mengalami gagal agal panen akibat musim hujan, sehingga tanaman banyak yang membusuk. Sementara itu, tingkat konsumsi masyarakat Aceh di bulan September 216 meningkat seiring dengan adanya perayaan hari raya idul Adha 1437 H KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER

46 94BAB 3 Perkembangan Inflasi Aceh Grafik 2.5. Inflasi Triwulanan Provinsi Aceh Grafik 2.6. Inflasi Kelompok (qtq) qtq (%) 4, 3,5 3,39 3, 3,86 2,5 2, 1,5 1, 2,13 1,86,5 1,51,,9 1,9 1,21 qtq (%),66,15,3 IV I II III ,66 Bahan Makanan,96 Makanan jadi, minuman, rokok,6,66 Perumahan, air, listrik, gas, b.bakar Sandang,96 Kesehatan 1,81 Pendidikan, rekreasi, olahraga,62 Transpor, komunikasi, jasa keu. Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Harga cabai yang naik signifikan di Bulan September 216 justru berkebalikan dengan fenomena yang terjadi di triwulan II tepatnya Juni 216. Harga komoditas cabai merah di sejumlah Pasar Tradisional Banda Aceh & Lhokseumawe sempat mengalami penurunan akibat banyaknya pasokan di pasar, sehingga walaupun permintaan meningkat di Bulan Ramadhan, kenaikan harga komoditas cabai dapat diantisipasi. Hal tersebut yang menyebabkan komoditas cabai memiliki andil yang besar dalam meningkatnya inflasi Aceh secara triwulanan pada periode laporan. Lebih lanjut, oleh karena adanya tradisi meugang di Aceh menjelang perayaan hari raya Idul Adha, masyarakat Aceh cenderung mengkonsumsi daging lebih banyak dari hari-hari biasa. Tradisi meugang adalah tradisi memasak daging dan menikmatinya bersama keluarga, kerabat dan yatim piatu oleh masyarakat Aceh, Indonesia. Tradisi tersebut dilaksanakan setahun tiga kali yakni saat memasuki bulan Ramadhan, dan saat perayaan hari raya Idul Adha, dan Idul Fitri. Berdasarkan perkembangan harga sejumlah bahan makanan pokok, Harga daging sapi di Pasar Peunayong, Banda Aceh berkisar Rp14./kilogram, harga ini naik Rp1./kilogram dari harga hari biasa. Walaupun demikian, kenaikan harga daging sapi di Aceh diperkirakan bersifat temporer dan masih dalam tingkatan moderat. Setelah sepekan pasca hari raya Idul Adha 1437 H, harga daging sapi tersebut kembali normal di kisaran Rp13./Kilogram. Komoditas ikan segar dan tongkol juga sempat mengalami kenaikan harga di Bulan September 216. Berdasarkan hasil pantauan harga di pasar tradisional Lhokseumawe, Ikan bandeng yang awalnya bertahan Rp18. per kilogram naik menjadi Rp24. per kilogram, sedangkan harga ikan tongkol naik dari Rp29. per kilogram menjadi Rp24. per kilogram. Kenaikan harga tersebut disebabkan oleh berkurangnya pasokan ikan di pasar pasca meugang dan perayaan hari raya Idul Adha di Aceh karena nelayan untuk tidak melaut. Namun demikian, kenaikan harga tersebut bersifat temporer dan harga kembali normal setelah sepekan sejak perayaan Idul Adha 1437 H. 5 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER-216

47 BAB 3 Perkembangan Inflasi Aceh INFLASI TAHUNAN (YEAR ON YEAR/YOY) Secara tahunan, laju inflasi Provinsi Aceh pada triwulan III 216 mencapai 3,73% (yoy), menurun dibandingkan triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 4,19% (yoy) (Grafik 2.7). Namun demikian, Inflasi tahunan Aceh pada triwulan III 216 lebih tinggi daripada inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,7% (yoy). Sejalan dengan inflasi bulanan dan triwulanan, tekanan inflasi pada periode ini didorong oleh kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, serta kelompok sandang yang masing-masing tercatat sebesar 1,89% (yoy), 4,89% (yoy), dan 4,83% (yoy). Di sisi lain, sebagai penahan laju inflasi tahunan di bulan Juni 216, terdapat deflasi untuk kelompok, transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Deflasi ini terjadi terutama disebabkan adanya penyesuaian atau penurunan tarif angkutan dan pengiriman barang oleh karena kebijakan pemerintah yang menurunkan harga bahan bakar bensin dan solar per tanggal 1 April 216. Laju inflasi Aceh secara year on year untuk triwulan III 216 yang tercatat 3,73%(yoy) masih berada dalam target inflasi nasional 4±1%. Secara year to date Inflasi Aceh pada periode laporan mencapai 2,49% (ytd), sehingga apabila tidak terjadi lonjakan harga yang signifikan dalam 3 (tiga) bulan terakhir, sangat dimungkinkan inflasi Aceh akhir tahun 216 masih berada dalam target inflasi nasional. Berdasarkan data perkembangan inflasi Aceh terkini, risiko meningkatnya laju inflasi Aceh di akhir tahun bersumber pada komoditas volatile foods. Tabel 2.3. Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok IV I II III Bahan Makanan 2,69 1,87 6,71 11,49 6,39 8,83 3,7,35 8,65 5,66 1,89 Makanan jadi, minuman, rokok 5,97 5,7 3,63 2,9 3,44 3,5 3,89 4,11 3,71 5,4 4,89 Perumahan, air, listrik, gas, b.bakar 4,96 5,43 6,7 7,99 6,95 6,48 4,36 2,54,41,13,71 Sandang 7,11 11, 6,35 6,34 5,71 6,55 4,76 3,59 4,11 4,99 4,83 Kesehatan 3,45 3,97 2,75 2,1 3,81 4,24 3,84 4,55 2,97 2,45 3,4 Pendidikan, rekreasi, olahraga 5,79 6,1 4,18 3,95 3,6 2,9 4,22 4,19 3,94 3,82 2,36 Transpor, komunikasi, jasa keu. 12,52 9,73 2,56 13,4 5,17 6,78 6, -3,8,59-3,89-3,45 Aceh 5,73 5,45 5,7 8,9 5,45 6,24 4,19 1,53 3,55 2,34 3,73 Nasional 7,32 6,7 4,53 8,38 6,38 7,26 6,83 3,35 4,45 3,45 3,7 Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sejalan dengan laju inflasi triwulanan dan bulanan. Meningkatnya laju inflasi Aceh untuk kelompok Bahan Makanan untuk secara year on year utamanya disebabkan oleh kenaikan harga pada komoditas cabai merah. Selain itu, komoditas beras, ikan segar dan cumi-cumi juga mengalami kenaikan harga di Bulan September 216 apabila dibandingkan dengan harga yang berlaku di periode yang sama tahun lalu, namun kenaikan harga tersebut masih berada dalam tingkatan wajar. Meningkatnya harga cabai merah di Aceh disebabkan oleh berkurangnya pasokan komoditas tersebut di tengah meningkatnya permintaan masyarakat seiring dengan berlangsungnya perayaan Idul Adha 1437 H. Pasokan cabai merah berkurang oleh karena tingginya intensitas hujan di bulan September 216 sehingga mengganggu proses panen petani lokal. Selain itu, pasokan komoditas cabai merah dari Sumatera Utara juga turut terganggu akibat meningkatnya aktivitas dan adanya erupsi gunung Sibanung. Permasalahan lainnya juga timbul dari serangan virus bulai yang menyebabkan penyakit kuning daun di sejumlah daerah penghasil cabai di Lhokseumawe. Sehingga, harga cabai merah di sejumlah pasar tradisional merangkak naik, terlebih lagi permintaan masyarakat tengah meningkat di bulan September 216 oleh karena perayaan Idul Adha dan tradisi Meugang. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER

48 94BAB 3 Perkembangan Inflasi Aceh Kenaikan harga secara tahunan di Aceh juga terjadi untuk komoditas beras, hal tersebut disebabkan harga gabah dari petani lokal juga naik. Berdasarkan data yang diperoleh, selama September 216 rata-rata harga Gabah Kering Petani (GKP) di tingkat petani Rp per kilogram atau naik 1,29 persen dan di tingkat penggilingan Rp per kilogram atau naik 1,26 persen dibandingkan harga gabah kualitas yang sama pada Agustus 216. Dari data Survei Pemantauan Harga Mingguan (SPHM) BI Aceh, rata-rata harga beras di Bulan September 216 mencapai Rp145. per sak, lebih tinggi dari harga beras di periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp138. per sak. Selanjutnya, kenaikan harga ikan segar dan cumi-cumi pada bulan September 216 disebabkan karena berkurangnya pasokan komoditas tersebut di pasaran. Dalam menyambut tradisi Meugang dan perayaan Idul Adha, nelayan Aceh memiliki tradisi untuk tidak melaut, sehingga hal tersebut membuat pasokan ikan segar dan cumi-cumi berkurang dari biasanya. Selain itu, frekuensi terjadinya angin kencang dan hujan lebat di bulan September 216 cukup banyak sehingga turut menghambat aktivitas nelayan dalam melaut. Berdasarkan pantuan perkembangan harga di pasar tradisional Lhokseumawe pada triwulan laporan, harga Ikan Bandeng naik dari semula Rp18. per kilogram menjadi Rp24. per kilogram. Sedangkan harga ikan tongkol yang semula dapat diperoleh Rp24. per kilogram naik menjadi Rp29. per kilogram. Perkembangan harga komoditas hasil laut di Aceh sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca. Pemanfaatan fasilitas cold storage diharapkan mampu membantu nelayan untuk mengatur pasokan ikan segar di pasar. Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Aceh (yoy) Grafik 2.8. Inflasi Kelompok Triwulan-III 216 (yoy) yoy (%) Aceh Nasional 12, 1, 8, 6, 4, 2, 1,89 4,89,71 4,83 3,4 2,36-3, IV I II III , -2, -4, -6, yoy(%) Bahan Makanan Makanan jadi, minuman, rokok Perumahan, air, listrik, gas, b.bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi, olahraga Transpor, komunikasi, jasa keu. Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh DISAGREGASI INFLASI 1 Pada triwulan III 216, laju inflasi untuk komoditas Core dan Volatile Food secara year on year masing-masing tercatat mengalami inflasi sebesar 2,44% (yoy) dan 12,24% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 2,12% (yoy) dan 6,2% (yoy). Sedangkan untuk kelompok Administered Prices tercatat mengalami deflasi sebesar 1,3% (yoy) di triwulan laporan, atau mengalami penurunan dibandingkan dengan deflasi komoditas Administred Prices di triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,7% (yoy) (grafik 2.9). 1 Disamping pengelompokan berdasarkan COICOP (Classification of Individual Consumption According to Purpose), BPS juga mempublikasikan inflasi berdasarkan pengelompokan yang lainnya yang dinamakan disagregasi inflasi. Disagregasi inflasi tersebut dilakukan untuk menghasilkan suatu indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental. 52 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER-216

49 BAB 3 Perkembangan Inflasi Aceh Menurut kontribusinya tekanan inflasi tertinggi disumbang oleh kelompok volatile food sebesar 2,5%(Grafik 2.1). Komoditas pada kelompok ini yang memberikan andil inflasi tinggi antara lain Cabai Merah, Beras, Ikan Segar, dan Tongkol. Selain itu inflasi tahunan Aceh pada triwulan laporan juga disumbang beberapa komoditas dari kelompok administered price yaitu rokok kretek dan rokok kretek filter dengan rata-rata andil inflasi sebesar,27% (yoy). Grafik 2.9. Disagregasi Inflasi Tahunan Provinsi Aceh %,yoy IHK Core 16 Volatile Adm Price Grafik 2.1. Kontribusi Disagregasi Inflasi Provinsi Aceh %,yoy 7 Core Volatile Adm Price (1) Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Meningkatnya harga Cabai Merah di Aceh secara year on year pada Triwulan III 216 disebabkan adanya serangan virus bulai yang menyebabkan penyakit kuning daun di sejumlah daerah penghasil cabai di Lhokseumawe. Berkurangnya pasokan cabai merah di pasar disaat permintaan masyarakat tengah meningkat di bulan September 216 menyebabkan harga komoditas tersebut merangkak naik. Di samping itu, adanya perayaan hari raya Idul Adha, dan frekuensi terjadinya fenomena cuaca buruk, angin kencang disertai hujan lebat di bulan September 216 membuat nelayan enggan melaut. Hal tersebut menyebabkan pasokan ikan segar, dan tongkol di pasar berkurang dan mengakibatkan harga turut meningkat. Grafik Pergerakan Harga Komoditas Beras Premium Grafik Pergerakan Harga Komoditas Daging Ayam 12.5 Rp/Kg 35. Rp/Kg Jul Aug Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep 1. Jul Aug Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Sumber: diolah BI Aceh Sedangkan untuk komoditas beras juga terlihat mengalami kenaikan harga bila dibandingkan dengan harga yang berlaku di periode yang sama tahun lalu. Namun kenaikan harga tersebut masih dalam tingkat moderat. Naiknya harga beras berasal dari naiknya harga jual Gabah Kering Panen (GKP) petani. Terjadinya fenomena KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER

50 94BAB 3 Perkembangan Inflasi Aceh inflasi yang menaikkan harga barang-barang secara umum menyebabkan petani juga menyesuaikan harga jual gabah yang diproduksi untuk mempertahankan taraf kesejahteraan hidupnya. Harga beras di Aceh pada triwulan III 216 relatif masih stabil dengan kenaikan harga pada tingkat moderat. Grafik Pergerakan Harga Komoditas Bumbu-Bumbuan Rp/Kg Cabe merah biasa Cabe rawit Bawang merah Jul Aug Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Sumber: diolah BI Aceh Menurut survei pemantauan harga yang dilakukan oleh Disperindag Provinsi Aceh pada website Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Aceh, komoditas yang memiliki kenaikan harga secara year on year pada Triwulan III 216 yakni cabai merah, cabai rawit, beras (Grafik ). Sementara itu untuk komoditas Bawang Merah terpantau masih relatif stabil dengan adanya kenaikan harga yang tidak terlalu signifikan. 54 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER-216

51 BAB 3 Perkembangan Inflasi Aceh PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA Laju inflasi tahunan untuk masing-masing kota pantauan inflasi di triwulan III 216 adalah Banda Aceh 3,17%, Lhokseumawe 4,79%, dan Meulaboh 2,19% (yoy), capaian tersebut masih berada dibawah target inflasi nasional di akhir tahun 216 sebesar 4±1%. Capaian inflasi tahunan kota Banda Aceh di triwulan III 216 masih lebih rendah bila dibandingkan dengan inflasi kota tersebut di periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 4,3% (yoy) (Grafik2.14 & 2.15). Grafik Pergerakan laju Inflasi Tahunan Kota Pantauan Aceh Grafik Inflasi Bulanan Kota Pantauan Aceh Triwulan-III 216 YoY (%) ,17 3,81 4,79 3,73 2, 1,5 1, Title,78,83 1,44,98 2,5 1 Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep , -,5 Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Banda Aceh Lhokseumawe -1, Banda Aceh Lhokseumawe Meulaboh Aceh -1,5 Meulaboh Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sedangkan untuk capaian Inflasi tahunan kota Lhokseumawe dan Meulaboh di periode triwulan III 216 meningkat bila dibandingkan dengan inflasi tahunan kota tersebut di periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing tercatat sebesar 4,55%(yoy) dan 2,86%(yoy) (Tabel 2.4). Tabel 2.4 Pergerakan Inflasi 3 Kota di Provinsi Aceh Kota yoy,% III-14 IV-14 I-15 II-15 III-15 IV-15 I-16 II-16 III-16 Banda Aceh 4,53 7,83 5,4 6,12 4,3 1,27 3,1 2,1 3,17 Lhokseumawe 5,12 8,53 5,44 6,36 4,55 2,44 4,63 3,3 4,79 Meulaboh 7,52 8,2 5,67 6,47 2,86,58 3,12 2,19 3,81 Aceh 5,7 8,9 5,45 6,24 4,19 1,53 3,55 2,34 3,73 Sumber: BPS Prov. Aceh, diolah BI Aceh Untuk Kota Banda Aceh, komoditas Bahan Makanan menjadi kelompok yang memiliki laju inflasi tertinggi sebesar 1,4% (yoy) disusul oleh kelompok Makanan Jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 5,29% (yoy). Hal yang serupa juga dapat dilihat dari perkembangan inflasi tahunan kota Lhokseumawe dan Meulaboh pada triwulan III 216. Laju inflasi tahunan kota Lhokseumawe untuk triwulan III 216 didorong oleh kenaikan harga kelompok Bahan makanan sebesar 12,54% (yoy), kelompok Makanan jadi, minuman, rokok, tembakau sebesar 3,87% (yoy), serta kelompok Sandang sebesar 4,51% (yoy). Sedangkan untuk laju inflasi kota Meulaboh didorong oleh kelompok Bahan Makanan 9,22%(yoy), kelompok Makanan Jadi, Minuman, rokok, dan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER

52 94BAB 3 Perkembangan Inflasi Aceh tembakau 5,39% (yoy). Di sisi lain, kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan mengalami deflasi di tiga kota Pantauan Inflasi (tabel 2.5). Kota Tabel 2.5. Inflasi menurut kota dan kelompok barang dan jasa di Provinsi Aceh (yoy%) Bahan Makanan Makanan jadi, minuman, rokok, tembakau Perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar Sandang Kelompok Kesehatan Pendidikan, rekreasi, olahraga Transpor, komunikasi, jasa keuangan Banda Aceh 1,4 5,29,41 5,57 2,72 3,6-3,59 3,17 Lhokseumawe 12,54 3,87 1,34 4,51 4,35,87-2,81 4,79 Meulaboh 9,22 5,39,55 2,39 1,43 2,55-4,17 3,81 Aceh 1,89 4,89,71 4,83 3,4 2,36-3,45 3,73 Inflasi Total Sumber : BPS Provinsi Aceh Penyebab inflasi di ketiga kota pantauan inflasi Aceh juga tergambar dalam andil komoditas-komoditas di kota tersebut terhadap inflasi. Pada kota Banda Aceh, komoditas yang memberikan andil tertinggi adalah Cabai Merah, Rokok Kretek Filter, dan Cumi-cumi. Sedangkan untuk kota Lhokseumawe komoditas yang memberikan andil tertinggi adalah Daging Ayam Ras, Cabai Merah, dan Tongkol/Ambu-ambu. Untuk kota Meulaboh komoditas yang memberikan andil tertinggi adalah Tongkol/Ambu-ambu, Mie, dan Cabai Merah. Komoditas yang konsisten memberikan andil inflasi tahunan terbesar di 3 kota adalah Cabai Merah. Sementara itu, andil komoditas lainnya terhadap inflasi bervariasi di antara ketiga kota pantauan inflasi tersebut (Tabel 2.6). Tabel 2.6. Komoditas Pemberi Andil Inflasi Triwulan III Tahun 216 (yoy%) Komoditas Banda Aceh Lhokseumawe Meulaboh Andil Inflasi Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Inflasi Cabai Merah,34 Daging Ayam Ras,41 Tongkol/Ambu-ambu,7 Rokok Kretek Filter,3 Cabai Merah,39 Mie,36 Cumi-cumi,28 Tongkol/Ambu-ambu,36 Cabai Merah,23 Udang Basah,21 Bawang Merah,29 Rokok Kretek Filter,21 Emas Perhiasan,18 Cabai Rawit,25 Beras,21 Rokok Kretek,15 Cumi-cumi,25 Kopi Manis,18 Minyak Goreng,14 Gula Pasir,21 Emas Perhiasan,16 Jeruk,13 Kacang Panjang,2 Bawang Merah,16 Beras,13 Minyak Goreng,15 Pir,15 Bawang Merah,13 Beras,15 Rokok Kretek,15 Sumber : BPS Provinsi Aceh Bila dilihat dari 23 kota di Sumatera, pada bulan September 216, seluruhnya mengalami inflasi tahunan. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Sibolga yaitu sebesar 9,12% (yoy) dan terendah di Kota Metro sebesar 2,8%. Kota-kota pantauan inflasi di Provinsi Aceh tercatat mengalami inflasi yang relatif lebih rendah diantara kotakota lainnya di Sumatera (Tabel 2.7). 56 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER-216

53 BAB 3 Perkembangan Inflasi Aceh Tabel 2.7 Perbandingan Inflasi Kota Kota Y o Y (%) Kota Y o Y (%) SIBOLGA 9,12 BUNGO 4,11 MEDAN 7,66 MEULABOH 4,9 BUKIT TINGGI 6,14 BATAM 3,91 PADANG 6,13 TANJUNG PANDAN 3,88 BENGKULU 5,72 LUBUKLINGGAU 3,83 PANGKAL PINANG 5,69 TANJUNG PINANG 3,59 PEMATANG SIANTAR 5,5 DUMAI 3,43 PADANGSIDIMPUAN 5,36 TEMBILAHAN 3,34 JAMBI 5,9 BANDA ACEH 3,4 LHOKSEUMAWE 4,65 BANDAR LAMPUNG 2,9 PALEMBANG 4,27 METRO 2,8 PEKANBARU 4,26 Sumber : BPS Provinsi Aceh TPID PROVINSI ACEH Salah satu bentuk koordinasi antara Pemerintah dengan Bank Indonesia (BI) sebagai salah satu upaya dalam pengendalian inflasi adalah melalui pembentukan Tim Pengendalian Inflasi (TPI) baik di level Pusat maupun Daerah yang dikenal dengan sebutan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Dalam rangka menindaklanjuti surat Instruksi Menteri Dalam Negeri atau Inmendagri Nomor 27/1696/SJ Perihal Menjaga Keterjangkauan Barang dan Jasa di Daerah dimana pada poin ketujuh Instruksi tersebut menyebutkan bahwa Segera membentuk Tim Pengendalian Inflasi Daerah yang selanjutnya disingkat dengan TPID sebagai suatu wadah koordinasi dalam menjaga agar tidak terjadi inflasi di daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, sampai dengan triwulan III 216 seluruh kabupaten/kota di Provinsi Aceh telah memiliki TPID masing-masing, yakni dengan rincian di 23 kabupaten/kota dan 1 (satu) TPID Provinsi di Provinsi Aceh. Kabupaten / Kota yang baru membentuk TPID pada tahun 216 antara lain: Kabupaten Aceh Barat Daya (24 Mei 216), Gayo Lues (12 Maret 216), Langsa (18 Maret 216), Nagan Raya (29 Februari 216). Untuk TPID Aceh, Surat Keputusan (SK) Pembentukan TPID telah mengalami beberapa pembaharuan, dimana TPID Aceh pertama kali dibentuk dengan adanya dasar hukum SK Gubernur Aceh No.58/73/29 tanggal 26 November 29 yang diperbarui dengan SK Gubernur Aceh No. 58/473/211 tanggal 8 Agustus 211, selanjutnya diperbaharui melalui SK Gubernur No.58/128/215 tanggal 29 Januari 215 dimana jabatan ketua TPID yang semula dijabat oleh Asisten II menjadi Sekretaris Daerah Aceh. Sementara Asisten II yang membidangi ekonomi ditetapkan sebagai sekretaris TPID. Dalam rangka penguatan kegiatan dan koordinasi terkait dengan stabilitas harga, TPID Provinsi Aceh juga selalu melibatkan instansi vertikal diantaranya adalah BPS Provinsi Aceh, Bulog Sub Divre Aceh, Pertamina, PLN, dll. Hal ini bertujuan untuk dapat meningkatkan koordinasi terutama dalam hal stabilisasi harga bahan pangan pokok dan ketersediaan energi (BBM, Listrik, dan Gas Elpiji) serta meningkatkan kualitas asesmen terhadap perkembangan inflasi Provinsi Aceh. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER

54 94BAB 3 Perkembangan Inflasi Aceh Adapun Adapun kegiatan koordinasi TPID Provinsi Aceh sepanjang triwulan III tahun 216 antara lain melakukan Rapat Koordinasi TPID Provinsi dan TPID Kabupaten/Kota Se-Aceh pada tanggal 1 September 216 di Kabupaten Aceh Tamiang. Kesimpulan dan tindak lanjut rapat adalah sebagai berikut: a) Melaksanakan rencana pengendalian inflasi sesuai dengan roadmap pengendalian Inflasi Aceh yang telah disahkan oleh ketua TPID Aceh pada bulan Agustus 216 b) Melakukan Sinergi program SKPA dalam rangka pengendalian inflasi Aceh periode Tw IV-216, antara lain: Melaksanakan Program Toko Tani Indonesia keliling yang dilaksanakan pada minggu pertama bulan Agustus 216. Membentuk tim pengawasan LPG 3 Kg. Perbaikan irigasi & panen raya periode gadu diharapkan dapat menghambat inflasi, khususnya dari kelompok volatile food. Pembinaan Gabungan Kelompok Peternak yang terintegrasi dengan fungsi Rumah Potong Hewan (RPH). Memperlancar pelaksanaan bongkar muat kontainer barang kebutuhan pokok dari Tanjung Priok ke pelabuhan Malahayati pada tanggal 22 Agustus 216. Memberikan Subsidi bagi kapal perintis untuk penanganan stagnasi transportasi laut. 58 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER-216

55

56 BAB 4 Stabilitas Keuangan Daerah Dan Pengembangan Akses Keuangan & UMKM Seiring dengan perlambatan pertumbuhan perekonomian Aceh di triwulan III 216, sektor korporasi masih terekspos kerentanan yang bersumber dari perlambatan sektor pertambangan, pengolahan dan pertanian berbasis ekspor. Hal ini senada dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang mengindikasikan penurunan kinerja perusahaan pada periode laporan. Kualitas kredit yang disalurkan Bank Umum ke Sektor Korporasi di Aceh berada di level yang perlu untuk mendapat perhatian lebih khusus atau kurang baik. Hal ini tercermin dari indikator Non Performing Loans (NPL) kredit pada sektor Korporasi di Aceh yang berada di atas level aman 5%. Pertumbuhan konsumsi di Aceh cenderung mengalami penurunan pertumbuhan pada triwulan III-216. Namun demikian kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan ke sektor perorangan di Provinsi Aceh masih cukup baik. Hal ini tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPL) baik untuk kredit berupa KPR, KKB maupun multiguna di level yang berada jauh dibawah critical point 5%. Selain itu tren penurunan tingkat pengangguran di Aceh dapat berkontribusi pada peningkatan ketahanan sektor rumah tangga perseorangan. KETAHANAN SEKTOR KORPORASI Kinerja Korporasi dan Penilaian Risiko Perekonomian Aceh di triwulan III-216 melambat dibandingkan triwulan sebelumnya karena menurunnya kinerja di sektor-sektor utama Aceh, yakni sektor pertanian, perdagangan, administrasi pemerintahan. Hal ini senada dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia mengindikasikan tendensi bahwa kegiatan usaha pada triwulan III- 216 menurun dibandingkan kondisi tahun sebelumnya. Penurunan kegiatan usaha tersebut tercermin pada saldo bersih tertimbang (SBT) 1 kegiatan usaha sebesar -2,83%, atau lebih rendah dibandingkan SBT akhir triwulan II 216 yang masih tercatat positif sebesar 6,35%. Penurunan kinerja sektor ekonomi berdasarkan SKDU didorong oleh adanya SBT negatif di sektor industri pengolahan sebesar 1,74%, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor menunjukkan SBT sebesar -,22%, dan sektor transportasi dan pergudangan yang menunjukkan SBT -1,79%. Sementara itu, berdasarkan SKDU, rata-rata kapasitas produksi terpakai menurun dari 81,38% pada triwulan III 215 menjadi 76,21% pada triwulan laporan. Indikasi penurunan kapasitas produksi terjadi pada sektor pertambangan yang secara rata-rata mengalami penurunan dari 9% pada tahun sebelumnya menjadi 76,88% pada periode laporan. Penurunan ini dikonfirmasi oleh ekspor bahan bakar mineral Aceh yang mengalami perlambatan pada periode laporan. Namun demikian, berdasarkan hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh dan Kota Lhokseumawe menunjukkan optimisme dari kontak yang berasal dari sektor pertanian, pengolahan dan logistik yang berpendapat bahwa situasi ekonomi di tahun 216 dapat menunjang penjualan dan produksi sektor tersebut. 1 Saldo Bersih Tertimbang adalah hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya. Saldo Bersih adalah selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban meningkat dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban menurun dan mengabaikan jawaban sama. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 216 6

57 Rp Milyar Rp Milyar Rp Milyar BAB 4 Stabilitas Keuangan Daerah Dan Pengembangan Akses Keuangan & UMKM Eksposur Perbankan Pada Sektor Korporasi Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan yang dimiliki oleh nasabah korporasi di Aceh pada triwulan III-216 mencapai Rp1,46 triliun atau terkontraksi sebesar 11,53%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 25,99%. Komposisi DPK korporasi di Aceh pada triwulan laporan masih didominasi oleh jenis simpanan Giro dengan proporsi 6,87%, kemudian diikuti dengan deposito dengan proporsi 22,19%, dan terakhir Tabungan dengan proporsi 16,94%. Secara nominal struktur DPK Aceh tergambar pada Grafik 4.2. Grafik Perkembangan DPK Korporasi Grafik Komposisi DPK Korporasi DPK Korporasi Pertumbuhan DPK Korporasi(yoy) 3% 25% % 15% 1% 5% % -5% -1% 22,19% Giro Korporasi 16,94% 6,87% Tabungan Korporasi Deposito Korporasi Sumber : LBU, diolah BI Aceh -15% Penurunan tingkat pertumbuhan DPK korporasi di Provinsi Aceh terutama diakibatkan oleh penurunan tingkat pertumbuhan Giro. Pada triwulan laporan ini, kontraksi Giro korporasi adalah sebesar 2,6% (yoy) dengan posisi sebesar Rp894 miliar, menurun secara signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 49,75% (yoy). Penurunan giro korporasi terjadi sesuai dengan tren tahunannya dimana pada periode ini perusahaan seringkali melakukan pembayaran untuk modal pelaksanaan proyek. Deposito korporasi mengalami kontraksi sebesar 2,84%(yoy) dengan posisi sebesar Rp326 miliar, menurun dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar,72%, sedangkan Tabungan korporasi terkontraksi sebesar 25,85% (yoy) dengan posisi sebesar Rp249 miliar atau mengalami peningkatan kontraksi dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 11,5% (yoy). Grafik Perkembangan Giro Korporasi Grafik Perkembangan Tabungan Korporasi 3.5 Giro Korporasi Growth Giro Korporasi 6% 4 Tabungan Korporasi Growth Tabungan Korporasi 4% 3. 5% 35 3% % 3% 2% 1% % % 1% % -1% 5-1% 5-2% -2% -3% Sumber : LBU, diolah BI Aceh 61 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 216

58 Rp Triliun Rp Triliun % % Rp Milyar BAB 4 Stabilitas Keuangan Daerah Dan Pengembangan Akses Keuangan & UMKM Pada triwulan laporan, suku bunga Giro korporasi berada pada level 1,31% atau menurun dibandingkan suku bunga triwulan sebelumnya sebesar 1,61% (Grafik 4.8). Hal ini senada dengan suku bunga Tabungan korporasi yang sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya dari sebesar 3,4% menjadi 2,68% pada triwulan laporan. Suku bunga Deposito korporasi juga cenderung sedikit menurun di level 6,27% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,27%. Penurunan suku bunga DPK Korporasi di Aceh sejalan dengan rangkaian penyesuaian BI-7 Days Repo Rate 2 sejak awal tahun 216, dari sebelumnya 5,5% pada bulan April 216 menjadi 5,25% pada bulan Juni 216 hingga mencapai 5% pada bulan September 216. Grafik Perkembangan Deposito Korporasi Grafik Perkembangan Suku Bunga DPK Korporasi 45 Deposito Korporasi Growth Deposito Korporasi 6% 9 Giro Tabungan Deposito 4 5% % % 2% 1% % -1% -2% -3% Sumber : LBU, diolah BI Aceh Pembiayaan sektor Korporasi oleh perbankan berdasarkan lokasi proyek pada Triwulan-III 216 menunjukkan penurunan kontraksi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Posisi kredit Bank Umum yang diterima oleh sektor korporasi di Aceh pada akhir Triwulan-III 216 mencapai Rp32,78 triliun, terkontraksi sebesar 2,7% (yoy) atau mengalami perlambatan kontraksi dibandingkan dengan kontraksi kredit korporasi pada Triwulan-II 216 sebesar 2,1% (yoy) (Grafik 4.7). Grafik Perkembangan Kredit ke Korporasi Grafik Perkembangan NPL Kredit ke Korporasi Kredit Ke Korporasi Kredit Total Growth Kredit Korporasi (yoy, Kiri)) % 2% % -2% -4% -6% -8% -1% 5 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1,5 Kredit Ke Korporasi NPL Kredit ke Korporasi Sumber : LBU,diolah BI Aceh 2 Penggunaan BI 7 Day Repo Rate sebagai suku bunga acuan berlaku mulai tanggal 19 Agustus 216. Sebelum periode tersebut suku bunga acuan menggunakan BI Rate KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS

59 Rp Miliar % Rp Milyar % Rp Triliun % BAB 4 Stabilitas Keuangan Daerah Dan Pengembangan Akses Keuangan & UMKM Kredit yang disalurkan oleh Bank Umum di Aceh tersebut diterima oleh tiga sektor korporasi utama di Aceh yaitu sektor Perdagangan Besar & Eceran, Pertanian, Kehutanan & Perikanan serta sektor Industri Pengolahan yang mencapai 5,8% dari total kredit yang disalurkan ke sektor Korporasi di Aceh. Kredit yang diterima oleh korporasi pada sektor pertanian di Aceh mencapai Rp1,24 triliun atau mengalami kontraksi pada triwulan laporan, yaitu sebesar 26,1% (yoy). Tingkat pertumbuhan tersebut menurun dibandingkan dengan pertumbuhan kredit triwulan sebelumnya yang mencapai sebesar 19,37% (yoy). Seiring dengan perlambatan perekonomian pada sektor industri pengolahan, posisi kredit yang disalurkan kepada sektor industri pengolahan mengalami kontraksi sebesar 14,2% (yoy) pada triwulan laporan dengan baki debet sebesar Rp36,7 miliar, tingkat kontraksi tersebut menurun dibandingkan triwulan II-216 yang terkontraksi hingga 31,9% (yoy). Kredit ke sektor perdagangan di Aceh mencapai Rp594,71 miliar dan masih mengalami kontraksi sebesar 36,3% (yoy), tingkat kontraksi tersebut mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 22,4%. Grafik Komposisi Kredit Perbankan Di Aceh Grafik Perkembangan Kredit dan NPL Sektor Industri Pertanian 5% 7% 14% 29% Perdagangan Industri Pengolahan Pertanian Sektor Lainnya 2 1,8 1,6 1,4 1,2 1,8,6,4,2 Kredit Ke Pertanian NPL Pertanian (kanan) 2,5 2 1,5 1,5 Sumber : LBU,diolah BI Aceh Grafik Perkembangan Kredit dan NPL Korporasi Sektor Perdagangan Grafik Perkembangan Kredit dan NPL Korporasi Sektor Pengolahan Kredit Ke Perdagangan NPL PHR (kanan) Kredit Ke Industri Pengolahan NPL Industri Pengolahan (kanan) 3 2,5 2 1,5 1, Kualitas kredit yang disalurkan Bank Umum ke Sektor Korporasi meningkat. NPL kredit Bank Umum yang disalurkan kepada sektor Korporasi di Aceh pada akhir Triwulan-III 216 tercatat sebesar 6,51% (yoy), sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,18 % (yoy) (Grafik 4.18). Jika dilihat berdasarkan sektor Korporasi utama, NPL Kredit yang disalurkan sektor Perdagangan di Aceh pada akhir Triwulan-III 216 masih berada pada level yang tinggi yaitu sebesar 13,75%. Kondisi tersebut berbeda dengan rasio NPL kredit yang disalurkan Bank Umum ke korporasi di sektor industri pengolahan dan pertanian yang masih terjaga rendah di bawah level 5% yaitu masing-masing hanya sebesar,4% dan 2,58%. 63 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 216

60 Rp Triliun Rp Triliun % BAB 4 Stabilitas Keuangan Daerah Dan Pengembangan Akses Keuangan & UMKM Grafik Perkembangan Suku Bunga Kredit Korporasi Di Aceh Tingkat suku bunga kredit korporasi 5 4,5 4 3,5 3 2,5 2 Jumlah Kredit Korporasi (kanan) BI 7 D RR Suku Bunga Kredit Korporasi terus menunjukkan tren penurunan seiring dengan rangkaian penyesuaian BI-7 Days Repo Rate sejak awal tahun 216. Pada triwulan laporan, suku bunga kredit korporasi berada pada level 11,3% atau sedikit menurun dibandingkan suku 1,5 1,5 4 2 bunga triwulan sebelumnya sebesar 12,27% (Grafik 4.13) Sumber : LBU,diolah BI Aceh KETAHANAN SEKTOR RUMAH TANGGA Sumber kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga Konsumsi di Aceh cenderung mengalami penurunan pada triwulan III-216. Hal ini juga terkonfirmasi dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) di triwulan III-216 masing-masing sebesar 121,44 dan 144,, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yaitu masing-masing sebesar 121,9 dan 115,2. Namun demikian Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang tercatat sebesar 128,89, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 128,7 yang menunjukkan bahwa optimisme konsumen terhadap situasi perekonomian di tahun 216 masih terjaga. Selain itu penurunan tingkat pengangguran di Aceh hingga mencapai level 7,57% pada bulan Agustus 216 dari 9,93% pada periode yang sama sebelumnya juga dinilai dapat menjadi indikasi peningkatan stabilitas keuangan rumah tangga perorangan di Aceh Eksposur Perbankan Terhadap Sektor Rumah Tangga Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan yang dimiliki oleh nasabah perorangan di Aceh pada triwulan III-216 mencapai Rp24,71 triliun atau tumbuh sebesar 43%, meningkat dibandingkan tingkat pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 23,31%. Komposisi DPK perorangan di Aceh pada triwulan laporan masih didominasi oleh jenis simpanan Tabungan dengan proporsi 62,41%, kemudian diikuti dengan deposito dengan proporsi 28,48%, dan terakhir giro dengan proporsi 9,11%. Secara nominal struktur DPK Aceh tergambar pada Grafik Grafik Perkembangan DPK Perseorangan Grafik Komposisi DPK Perseorangan DPK Perseorangan Pertumbuhan DPK Perseorangan(yoy) 3 5% 25 4% 2 3% 15 2% 1 5 1% % Sumber : LBU,diolah BI Aceh 9,11% 28,48% Giro Perseorangan 62,41% Tabungan Perseorangan Deposito Perseorangan Peningkatan tingkat pertumbuhan DPK perorangan di Provinsi Aceh terutama diakibatkan oleh peningkatan tingkat pertumbuhan tabungan. Pada triwulan laporan ini, pertumbuhan tabungan perorangan adalah KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS

61 % Rp Milyar Rp Triliun Rp Triliun BAB 4 Stabilitas Keuangan Daerah Dan Pengembangan Akses Keuangan & UMKM sebesar 15,9% (yoy) dengan posisi sebesar Rp15,42 triliun atau menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 24,4% (yoy). Pertumbuhan Deposito perorangan adalah sebesar 19,66%(yoy) dengan posisi sebesar Rp7,4 triliun, meningkat signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 17,29%, sedangkan pertumbuhan Giro perorangan adalah sebesar 264,35% (yoy) dengan posisi sebesar Rp2,25 triliun atau meningkat secara signifikan dibandingkan tingkat pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 36,95% (yoy). Grafik Perkembangan Tabungan Perseorangan Tabungan Perseorangan Grafik Perkembangan Deposito Perseorangan Deposito Perseorangan 18 Pertumbuhan Tabungan Perseorangan (YoY, Kanan) 3% 8 Pertumbuhan Deposito Perseorangan (YoY, Kanan) 12% % 2% 15% 1% 5% % 8% 6% 4% 2% % % Sumber : LBU,diolah BI Aceh Pada triwulan laporan, suku bunga Deposito perorangan berada pada level 6,62% atau sedikit meningkat dibandingkan suku bunga triwulan sebelumnya sebesar 6,51% (Grafik 4.8). Namun demikian suku bunga tabungan perorangan menurun dibanding triwulan sebelumnya dari sebesar 1,73% menjadi 1,61% pada triwulan laporan. Suku bunga giro perorangan juga cenderung menurun di level 1,13% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,53%. Grafik Perkembangan Giro Perseorangan Grafik Perkembangan Suku Bunga DPK Perseorangan Giro Perseorangan Pertumbuhan Giro Perseorangan (YoY, Kanan) 3% 25% 2% 15% 1% 5% % -5% Giro Tabungan Deposito Sumber : LBU,diolah BI Aceh Kredit berdasarkan lokasi proyek yang disalurkan oleh perbankan kepada sektor Rumah Tangga perorangan di Aceh memiliki proporsi sebesar 55,31% dari total kredit. Pembiayaan kredit yang disalurkan kepada individu perorangan di Provinsi Aceh mengalami peningkatan pertumbuhan (Grafik 4.2). Pada akhir Triwulan-III 216 kredit yang disalurkan perbankan kepada perorangan mencapai Rp18,13 triliun atau tumbuh sebesar 35,57% (yoy), meningkat signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan kredit rumah tangga di Triwulan-II 216 sebesar 35,57 % (yoy). Kredit rumah tangga terdiri dari Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) sebesar Rp2,55 triliun (14,8%), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) Rp1,66 triliun (9,16%), dan Multiguna sebesar Rp13,37 triliun (73,56%) 65 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 216

62 Rp Triliun Rp Triliun Rp Triliun Rp Triliun BAB 4 Stabilitas Keuangan Daerah Dan Pengembangan Akses Keuangan & UMKM Mayoritas kredit perorangan di Aceh disalurkan untuk skim multiguna yang pada triwulan III-216 mencapai Rp13,37 triliun, atau tumbuh sebesar 49,2% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,28%. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) yang disalurkan Bank Umum ke sektor Rumah Tangga di Aceh di Triwulan-III 216 mencapai Rp1,66 triliun, dimana tingkat pertumbuhannya meningkat dibandingkan triwulan lalu yang terkontraksi sebesar 2,24%, menjadi tumbuh sebesar 19,53% (yoy) pada triwulan laporan. Selain dalam bentuk KKB, kredit Bank Umum yang diterima oleh sektor Rumah Tangga di Aceh juga berupa KPR sebesar Rp2,57 triliun pada Triwulan-III 216. Kredit dalam bentuk KPR yang diterima oleh sektor rumah tangga mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan laporan sebesar 5,69% (yoy) atau sedikit meningkat dibandingkan tingkat pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,6% (yoy). Grafik Perkembangan Kredit Perorangan Grafik Perkembangan Kredit Multiguna Kredit Perorangan Kredit Total Pertumbuhan (yoy,kanan) Sumber : LBU,diolah BI Aceh 4% 35% 3% 25% 2% 15% 1% 5% % Multiguna Pertumbuhan yoy Multiguna (kanan) 6% 5% 4% 3% 2% 1% % Grafik Perkembangan KKB Grafik Perkembangan KPR KKB Pertumbuhan yoy KKB (kanan) KPR Pertumbuhan yoy KPR (kanan) 2 5% 3 18% 1,5 4% 3% 2,5 2 16% 14% 12% 1% 1 2% 1,5 8%,5 1% % 1,5 6% 4% 2% % -1% -2% Sumber : LBU,diolah BI Aceh Kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan ke sektor perorangan di Provinsi Aceh masih cukup baik. Hal ini tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPL) baik untuk kredit berupa KPR, KKB maupun multiguna di level yang berada dibawah critical point 5%. NPL KPR pada Triwulan-III 216 sebesar 2,57% atau sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 2,53%, sedangkan NPL KKB pada periode laporan mencapai 1,7%, sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,6% sedangkan NPL kredit multiguna hanya sebesar,43% atau sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya dengan tingkat NPL,45% (Grafik 4.24). KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS

63 Rp Triliun % Rp Triliun % BAB 4 Stabilitas Keuangan Daerah Dan Pengembangan Akses Keuangan & UMKM Grafik Perkembangan NPL Kredit Perorangan Grafik Perkembangan Suku Bunga Kredit Perorangan Giro Tabungan Deposito Posisi Kredit Perorangan 8 BI 7D RR (kanan) Suku Bunga Kredit Perorangan (kanan) Sumber : LBU,diolah BI Aceh Tingkat suku bunga kredit perorangan terus menunjukkan tren penurunan seiring dengan rangkaian penyesuaian BI-7 day repo rate sejak awal tahun 216. Pada triwulan laporan, suku bunga kredit perorangan berada pada level 1,87% atau menurun dibandingkan suku bunga triwulan sebelumnya sebesar 11,99% (Grafik 4.25). PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM Asesmen Penyaluran Pembiayaan UMKM Penyaluran kredit UMKM berdasarkan lokasi proyek di Provinsi Aceh pada Triwulan-III 216 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Posisi kredit yang disalurkan perbankan kepada UMKM di triwulan pelaporan ini mencapai Rp9,73 triliun, atau tumbuh sebesar 15,73% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 14,42% (yoy). Namun demikian, hingga akhir Triwulan-III 216 pangsa penyaluran kredit UMKM hanya mencapai 29,68% dari total kredit yang disalurkan perbankan ke Provinsi Aceh. Kondisi ini mengindikasikan bahwa penyaluran kredit kepada usaha mikro, kecil, dan menengah di Aceh masih cukup rendah. Apabila dilihat berdasarkan skala usahanya, kredit UMKM masih didominasi oleh kredit skala kecil (Grafik 4.27). Kredit UMKM skala kecil (Rp 5juta Rp5 juta) yang disalurkan pada Triwulan-III 216 mencapai Rp4,72 triliun, disusul oleh kredit skala mikro (di bawah Rp5 juta) dengan baki debet sebesar Rp2,92 triliun dan kredit skala menengah (Rp5 juta Rp5 miliar) senilai Rp2,8 triliun. Grafik Perkembangan Kredit UMKM Grafik Komposisi Kredit UMKM Total Pembiayaan UMKM (kiri) Pertumbuhan (yoy) 12 18% % 14% 12% 1% 8% Mikro 3% Meneng ah 21% 4 6% 2 4% 2% % Kecil 49% Sumber : LBU,diolah BI Aceh 67 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 216

64 Rp Miliar BAB 4 Stabilitas Keuangan Daerah Dan Pengembangan Akses Keuangan & UMKM Terkait dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR), outstanding Kredit Untuk Rakyat (KUR) dengan total baki debet tercatat sebesar Rp5,62 miliar (Grafik 4.23) dengan jumlah debitur sebanyak debitur (Grafik 4.24). Penyaluran KUR (total baki debet) Provinsi Aceh tersebut tumbuh sebesar 22,53% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang telah terkontraksi sebesar 7% (yoy) (Grafik 4.24). Grafik Perkembangan Penyaluran Grafik Perkembangan KUR Aceh Debitur KUR Aceh Total Pembiayaan KUR (Kiri) Pertumbuhan (yoy) 3% 2% 1% % -1% -2% -3% -4% -5% Jumlah Debitur KUR (kiri) Pertumbuhan (yoy) % -1% -2% -3% -4% -5% -6% -6% -7% Sumber : LBU,diolah BI Aceh Program Akses Keuangan dan Pengembangan UMKM Daging sapi merupakan komoditas yang pola konsumsinya cukup unik di Aceh. Setiap tiga kali dalam setahun, masyarakat Aceh merayakan hari raya Idul Adha, Idul Fitri dan menjelang Ramadhan dengan tradisi Meugang. Meugang adalah tradisi memasak daging dan menikmatinya bersama keluarga, kerabat dan yatim piatu oleh masyarakat Aceh. Selain pola konsumsinya yang unik, preferensi masyarakat Aceh terhadap daging sapi juga cenderung sangat spesifik. Mayoritas masyarakat Aceh kurang menyukai daging beku dan lebih memilih untuk mengkonsumsi daging segar dari varietas sapi Aceh. Sapi Aceh merupakan salah satu rumpun sapi lokal Indonesia yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 297/Kpts/OT.14/6/211, yang mempunyai sebaran asli geografis di Provinsi Aceh yang dibudidayakan secara turun temurun. Sapi Aceh umumnya diternakkan oleh masyarakat sebagai penghasil daging. Sapi Aceh yang dijumpai di beberapa kabupaten di Provinsi Aceh memiliki fisik lebih besar dari sapi Sumatera karena lebih banyak disilangkan dengan sapi Benggala (Zebu) Penampilan Produksi Berat Lahir Berat lahir pedet betina sapi Aceh 14,75 kg dan pedet jantan 15,9 kg dengan angka kelahiran ratarata 65-85% Produksi Daging Berat karkas sapi Aceh jantan berkisar 129,9 kg dan sapi Aceh betina 19,8 kg. Sedangkan persentase karkas rata-rata 49-51%. Sayangnya, permintaan sapi varietas Aceh yang tinggi, seringkali tidak dapat dipenuhi oleh pasokan yang ada dan hal ini berdampak pada fluktuasi harga daging sapi di tingkat konsumen, khususnya saat hari raya keagamaan. Pada hari biasa, harga daging sapi Aceh dapat mencapai Rp12./kg sedangkan pada saat menjelang meugang dapat melonjak hingga Rp16./kg. Oleh karena itu, dalam menjalankan tugasnya mengawal kebijakan stabilitas sistem keuangan dan pengendalian inflasi daerah, KPwBI Provinsi Aceh bekerjasama dengan pemerintah Daerah melakukan berbagai pengembangan UMKM dan sosialisasi akses keuangan. Salah satu program unggulan yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia sejak tahun 214 adalah pengembangan program pengendalian inflasi klaster sapi pada salah satu sentra sapi di Provinsi Aceh, yaitu Kabupaten Pidie dan Aceh Barat. Dalam pengembangan program klaster KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS

65 BAB 4 Stabilitas Keuangan Daerah Dan Pengembangan Akses Keuangan & UMKM ini KPw BI Provinsi Aceh menyasar 3 permasalahan utama dari budidaya sapi, yaitu pakan, pembibitan dan kelembagaan. Gambar 4.1 Sapi Indukan Yang Diberikan Inseminasi Buatan Gambar 4.2. Anakan Sapi Hasil Inseminasi Buatan Salah satu kendala dalam budidaya sapi pedaging di Aceh adalah keterbatasan pasokan bibit sapi. Proses pengembangbiakan sapi masih mengandalkan proses kawin alami, selain itu peternak sapi tidak memiliki target tertentu untuk penambahan jumlah sapi anakan. Issue yang berkembang saat ini, adalah ketersediaan sapi bakalan yang berkurang sehingga harga sapi-bakalan sudah cukup tinggi yang berakibat harga jual sapi siap potong juga tinggi. Hal ini berakibat harga sapi Aceh tidak kompetitif untuk di ekspor keluar Aceh. Hal ini menjadi salah satu sebab ketersediaan sapi yang siap potong tidak mencukupi. Untuk mengatasi hal tersebut sejak tahun 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Aceh melaksanakan program sinkronasi birahi dan pelaksanaan program inseminasi buatan. Salah satu kendala yang sering dihadapi dalam program inseminasi buatan adalah ketidaksesuaian antara waktu ovulasi dengan pemberian /injeksi sperma. Melalui upaya terapi hormon / sinkronasi birahi diharapkan masalah tersebut dapat teratasi. Program inseminasi buatan ini dilaksanakan pada semester II-215 kepada 62 indukan sapi dan sembilan bulan kemudian 54 anakan baru telah lahir dalam periode yang tidak terlalu berjauhan. Melalui program inseminasi buatan ini peternak dapat memperoleh berbagai keuntungan antara lain memperoleh bibit yang unggul seperti yang diinginkan, mendapatkan anak yang unggul dengan cepat, meningkatkan nilai jual, mengatur kelahiran yang serentak apabila peternak memiliki induk yang banyak, mudah untuk melakukan perawatan induk dan anak, menentukan jenis kelamin anakan, serta mempermudah pemasaran. Dengan adanya pemanfaatan teknologi tepat guna dalam bentuk sinkronisasi birahi dan inseminasi buatan, maka diharapkan permasalahan minimnya bibit sapi unggul di Aceh dapat teratasi dan menjadi model percontohan yang dapat direplikasi oleh peternak sapi lain di Provinsi Aceh. Melalui metode ini diharapkan diperoleh dua manfaat, di satu sisi petani menjadi lebih sejahtera dikarenakan memiliki target pertambahan jumlah sapi anakan dari sapi betina yang dimilikinya, selain itu apabila pasokan daging sapi terjaga dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, maka diharapkan fluktuasi harga daging sapi di Aceh dapat diminimalisir. 69 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 216

66

67 Lembar BAB 5 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Aliran uang kartal melalui Bank Indonesia di Banda Aceh dan Lhokseumawe menunjukkan adanya net outflow, namun leebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Kegiatan sistem pembayaran nontunai yang diselenggarakan Bank Indonesia melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menunjukan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, baik dari sisi volume maupun nominal KINERJA SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai Seiring dengan momen Idul Adha 1437H, Aliran uang kartal melalui Bank Indonesia di Banda Aceh dan Lhokseumawe menunjukkan adanya net outflow, atau cenderung keluar dari Bank Indonesia ke perbankan dan masyarakat. Posisi netflow mengalami pertumbuhan negatif sebesar 95,6% (qtq). Kondisi netflow ini lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami outflow sebesar Rp3,42 miliar menjadi outflow sebesar Rp149,23 milyar pada triwulan laporan. Pertumbuhan tahunan netflow mencatat peningkatan outflow sebesar 12% (yoy), menurun signifikan apabila dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh sebesar 191,9%. Aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) mengalami pertumbuhan sebesar 129,8% (qtq) dari sebesar Rp967,77 miliar pada triwulan II 216 menjadi Rp2,23 triliun pada triwulan III 216. Sebaliknya, aliran uang kartal dari Bank Indonesia menuju perbankan dan masyarakat (outflow) pada triwulan pelaporan tercatat sebesar Rp2,37 triliun atau menurun 45,9% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp4,39 triliun. Posisi net outflow yang tinggi saat triwulan III sejalan dengan pola historisnya. Hal ini didorong oleh peningkatan aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan/masyarakat seiring dengan masuknya hari raya Idul Adha 1437 H. Secara tahunan, pertumbuhan posisi inflow pada triwulan laporan mengalami perlambatan dari 15,39% (yoy) pada triwulan II 216 menjadi 134,6% (yoy) pada triwulan III 216. Namun demikian pertumbuhan posisi outflow sebesar 81,8% (yoy) tidak sebesar triwulan sebelumnya yang mencapai 162,5% (yoy). Grafik Perkembangan Inflow Outflow Grafik Perkembangan Uang Tidak Asli Outflow Inflow Netflow IV Sumber : BI Aceh Dalam rangka meningkatkan kualitas uang beredar di masyarakat, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh secara rutin melaksanakan kegiatan kas keliling baik di dalam kota (Banda Aceh dan sekitarnya), luar kota, maupun remote area (daerah terpencil). Pada periode triwulan II-216 telah dilaksanakan kegiatan kas keliling di Kota Banda Aceh sebanyak 2 kali, dan di Kabupaten Aceh Barat pada tanggal 27 s.d 3 Mei 216 dan di Kota Sabang tanggal 8 s.d 1 Juni 216 yang seluruhnya terserap ke masyarakat. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan uang layak edar masyarakat di wilayah pesisir barat Aceh, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi 71 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 216

68 Rp Miliar % % BAB 5 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Aceh juga telah membuka kas titipan sejak 25 Februari 216 bertempat di PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, Cabang Blangpidie. Penemuan uang palsu di Provinsi Aceh pada triwulan laporan meningkat menjadi sebanyak 1 lembar dari triwulan sebelumnya sebanyak 2 lembar (grafik 5.2). Penemuan tersebut antara lain berasal dari hasil setoran bank, setoran masyarakat melalui loket penukaran, serta dari temuan perbankan yang dilaporkan ke Bank Indonesia. Secara nominal, uang palsu yang ditemukan berada dalam pecahan Rp1. sebanyak 5 lembar, 4 lembar dalam pecahan Rp5. dan 1 lembar pecahan Rp5.. Perkembangan Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) Kegiatan sistem pembayaran nontunai yang diselenggarakan Bank Indonesia melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, baik dari sisi volume maupun nominal (Grafik 5.). Secara triwulanan, pada triwulan III-216 penyelesaian transaksi ritel melalui SKNBI tercatat sebesar Data Keuangan Elektronik (DKE) atau menurun sebesar 8,13% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar DKE. Nilai transaksi yang diproses melalui SKNBI sebesar Rp3,56 triliun atau menurun 22,83% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp4,62 triliun. Penurunan aktivitas transaksi melalui SKNBI tersebut sejalan dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebagaimana terkonfirmasi dari penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) hasil Survei Konsumen Bank Indonesia. IKK pada triwulan berjalan berada pada level optimis dan tercatat sebesar 121,44 atau sedikit lebih rendah dibandingkan IKK triwulan sebelumnya sebesar 121,9. Secara tahunan, volume transaksi ritel melalui SKNBI pada periode triwulan III-216 tercatat meningkat sebesar 49,91% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar DKE. Nilai transaksi yang diproses melalui SKNBI sebesar meningkat 86,28% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1,91 triliun. Grafik Perkembangan Nilai Kliring Grafik Perkembangan Volume Kliring Nominal (Kiri) g_nomkliring(qtq) g_nomkliring(yoy) Volume (kiri) g_volkliring(qtq) g_volkliring(yoy) ,5 2 1,5 1,5 -,5-1 Sumber : BI Aceh Aktivitas kliring yang meningkat signifikan pada triwulan laporan didorong oleh implementasi Peraturan Bank Indonesia No.17/9/PBI/215 tanggal 5 Juni 215 tentang Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal oleh Bank Indonesia yang berlaku efektif per 1 Januari 216. Dengan adanya peraturan tersebut, SKNBI Generasi II melayani transfer dana masyarakat melalui sistem kliring sebanyak 5 kali dalam sehari (sebelumnya 4 kali), sementara Layanan Kliring Warkat Debit ditingkatkan menjadi 4 kali dalam sehari (sebelumnya 1 kali) dengan jam layanan 9,5 jam (sebelumnya 8 jam) dan nilai maksimal transaksi Rp5 juta pertransaksi (sebelumnya Rp KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS

69 BAB 5 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 1 juta). Selain itu, penyempurnaan dalam SKNBI Generasi II juga mencakup perluasan akses kepesertaan terhadap Penyelenggaraan Transfer Dana Selain Bank Umum, yaitu menambah juga Penyelenggara Transfer Dana (PTD) Non Bank khusus untuk Layanan Transfer Dana (Kliring Kredit). Hal ini memungkinkan masyarakat melakukan transfer dana ke seluruh wilayah Indonesia secara aman, murah dan efisien. 73 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 216

70

71 BAB 6 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Aceh hingga bulan Agustus 216 mencapai 64,26%, atau meningkat dibanding bulan Agustus 215 yang mencapai 63,44%. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Aceh berada pada level 7,57%, menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,93%. Tingkat Kemiskinan di Provinsi Aceh berdasarkan data terakhir bulan Maret 216 tercatat sebesar 16,73%. Angka tersebut menurun dibandingkan dengan kondisi kemiskinan pada bulan Maret 215 yang mencapai 17,8%. menurunnya tingkat kemiskinan di Aceh tersebut diakibatkan oleh adanya penurunan tingkat kemiskinan di daerah pedesaan sebesar,73%, sementara itu tingkat kemiskinan di daerah perkotaan cenderung meningkat sebesar 1,22%. KETENAGAKERJAAN Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Aceh berdasarkan survei tenaga kerja BPS per Agustus 216 menunjukkan jumlah angkatan kerja di 67 Grafik Perkembangan Kondisi Ketenagakerjaan Aceh (%) % % 12 Provinsi Aceh mencapai juta orang, atau meningkat sebanyak 75 ribu orang dari jumlah 66 1 angkatan kerja di bulan Agustus 215 sebanyak juta orang Namun demikian, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Aceh pada Agustus 216 mencapai 7,57%, lebih rendah dibandingkan TPT bulan Agustus 215 sebesar 9,93%. Hal ini mengindikasikan pertumbuhan jumlah angkatan kerja selama periode tahun 215 hingga tahun 216 masih dapat diserap oleh pasar tenaga kerja terkait dengan peningkatan berbagai aktivitas ekonomi dan proyek di Aceh TPAK TPT (rhs) Feb Agu Feb Agu Feb Agu TPAK 65,32 63,6 66,37 63,44 64,24 64,26 TPT (rhs) 6,75 9,2 7,73 9,93 8,13 7, Jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 215, jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 216 di sektor pertanian mengalami penurunan, namun penduduk yang bekerja di industri pengolahan dan sektor jasa-jasa masing-masing mengalami peningkatan. Sektor pertanian masih merupakan sektor utama yang mempengaruhi keadaan ketenagakerjaan di Provinsi Aceh. Pekerja di sektor pertanian mencapai 735 ribu orang, menurun sebanyak 147 ribu orang dibandingkan dengan bulan Agustus 215 sebanyak 882 ribu orang. Penurunan ini dapat terjadi sebagai dampak penurunan harga komoditas pertanian yang mengakibatkan preferensi masyarakat Aceh untuk bekerja di sektor pertanian berkurang & lebih memilih untuk bekerja di sektor industri dan jasa/perdagangan. Sedangkan pekerja di sektor industri adalah sebanyak 289 ribu orang atau meningkat sebesar 39 ribu orang dibandingkan dengan bulan Agustus 215 sebanyak 25 ribu orang. Hal ini selaras dengan data Produksi Industri Manufaktur Sedang (IBS) yang dirilis oleh BPS Aceh yang mengalami kenaikan sebesar 1,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, walaupun produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil cenderung menurun Sehingga berdasarkan data ini dapat diindikasikan bahwa tenaga kerja Aceh di sektor industri diserap oleh sektor Industri Manufaktur Sedang. 75 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 216

72 Ribu Jiwa % BAB 6 Perkembangan Ketenagakerjaan & Kesejahteraan Masyarakat Pekerja di sektor Jasa-Jasa meningkat sebanyak 229 ribu orang dari 834 ribu orang pada bulan Agustus 215 menjadi 163 ribu pada bulan Agustus 216. Peningkatan ini dapat disebabkan karena beralihnya pekerja di sektor pertanian ke sektor perdagangan dan jasa kemasyarakatan (Grafik 4.2). Grafik Perkembangan Tenaga Kerja Aceh menurut Lapangan Kerja Utama (dalam ribu jiwa) 12 Grafik 4. 3 Porsi Tenaga Kerja menurut Status Pekerjaan Utama Berusaha Sendiri Pertanian Ind.pengolahan Jasa-jasa Feb Agu Feb Agu Feb Agu Berusaha dibantu buruh tdk tetap/buruh tdk dibayar Berusaha dibantu butuh tetap Buruh/Karyawan/Peg awai Secara sederhana, pendekatan kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pekerja formal mencakup kategori berusaha dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sedangkan selebihnya termasuk pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, maka pada bulan Agustus 216 sebesar 895 ribu orang (42,88%) bekerja pada kegiatan formal dan 1,2 juta orang (57,12%) bekerja pada kegiatan informal. Situasi ini menggambarkan bahwa sebagian besar tenaga kerja di Provinsi Aceh adalah tenaga kerja di sektor informal, yang artinya tenaga kerja di Provinsi Aceh mayoritas tidak memiliki perlindungan yang memadai bagi tenaga kerja. Karena pekerja di sektor informal tidak dilindungi dengan hak-hak yang didapatkan oleh tenaga kerja di sektor formal. Status pekerjaan utama yang terbanyak adalah sebagai buruh/karyawan/pegawai sebesar,35% diikuti oleh berusaha sendiri sebesar,19% kemudian pekerja keluarga/tidak dibayar,11% lalu berusaha dibantu buruh tidak tetap sebesar,3%. Pekerja dengan status berusaha sendiri mengalami penurunan paling banyak dibanding yang lain yakni sebanyak 118 ribu orang. Hal ini senada dengan penurunan jumlah tenaga kerja di sektor jasa-jasa, karena mayoritas pekerja di sektor jasa-jasa adalah pekerja yang berusaha sendiri KESEJAHTERAAN Sampai dengan periode bulan Maret 216, tingkat kemiskinan di Provinsi Aceh mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan Maret 215. Jumlah penduduk miskin di Aceh pada bulan Maret 216 mencapai 848 ribu jiwa (16,73%) atau menurun sebanyak 3 ribu orang jika dibandingkan dengan periode Maret 215 yang mencapai 852 ribu orang (17,8%) (Grafik 4.4). Grafik Perkembangan Kemiskinan Aceh 95 Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Orang) 2 Angka Kemiskinan (rhs) Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Jika dibandingkan dengan persentase penduduk miskin pada Maret 215 yaitu 17,8%, terdapat penurunan persentase penduduk miskin sebesar,37%. Penurunan jumlah penduduk miskin tersebut bersumber dari KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER

73 DKIJ Kalsel Banten Riau Kalut Sumbar Riau Jambi Sulsel Sulbar Sultengg DIY Lambung NTB Bengkulu Maluku PapBar % BAB 6 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat penurunan angka kemiskinan di daerah pedesaan sebesar 3,57% sedangkan di daerah perkotaan meningkat sebesar 1,22%. Peningkatan dana desa yang diimplementasikan dalam berbagai proyek pembangunan diperkirakan menjadi faktor pendorong adanya penurunan angka kemiskinan kemiskinan di Aceh, khususnya di pedesaan (Grafik 4.5) Grafik Perkembangan Angka Kemiskinan Kota Desa Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Grafik Angka Kemiskinan Nasional Menurut Provinsi Nasional 1,86% Aceh (16,73%) Tingkat kemiskinan di Aceh saat ini menduduki urutan ke-7 tertinggi dibandingkan 33 Provinsi lainnya (Grafik 4.6). Adapun 1 provinsi yang memiliki tingkat kemiskinan tertinggi lainnya dari rendah ke tinggi berturut-turut adalah Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Gorontalo, Bengkulu, Aceh, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah dan Lampung (grafik 4.7). Nilai Tukar Petani (NTP) Aceh yang mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat petani yang mayoritas tinggal di pedesaan pada triwulan III-216 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, dari sebesar 95,83 menjadi 95,1. Angka realisasi NTP subsektor tanaman pangan, hortikultura, perikanan, tanaman perkebunan rakyat pada triwulan III-216 masing-masing mengalami mengalami penurunan dibandingkan dengan angka NTP pada triwulan sebelumnya, kecuali sektor peternakan (Grafik 4.7 dan 4.9). Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya di wilayah Sumatera, NTP Aceh berada di posisi ke-4 terendah (Grafik 4.8) Grafik Perkembangan NTP Aceh It Ib NTP Grafik NTP Tiap Provinsi di Wilayah Sumatera Sumber: BPS Prov Aceh diolah BI Aceh Sumber BPS Prov Aceh diolah BI Aceh 77 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 216

74 % % BAB 6 Perkembangan Ketenagakerjaan & Kesejahteraan Masyarakat Grafik NTP Aceh Menurut Sub Sektor T.Pangan Hortikultura Perikanan TP Rakyat Peternakan IV I II III Sumber: BPS Prov Aceh diolah BI Aceh Dimensi lain yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi kemiskinan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga sekaligus dapat mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode Maret 216, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan sebesar,33. Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami penurunan dari 19,44 pada Maret 215 menjadi 19,11 pada Maret 216. Hal ini serupa dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) yang penurunan sebesar,31. Indeks ini mengalami penurunan dari 11,13 pada Maret 215 menjadi 1,82 pada Maret 216. Grafik Indeks Kedalaman Kemiskinan & Indeks Keparahan Kemiskinan Aceh 4 Grafik Indeks Kedalaman Kemiskinan & Indeks Keparahan Kemiskinan Nasional Indeks Kedalaman Kemiskinan Indeks Keparahan Kemiskinan 2 1 Indeks Kedalaman Kemiskinan Indeks Keparahan Kemiskinan Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sumber BPS Prov Aceh diolah BI Aceh Indikator lain untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia di suatu wilayah. Pembangunan manusia di Provinsi Aceh terus mengalami perbaikan. Data terakhir pada tahun 215 mencatat bahwa IPM Aceh mencapai 69,45, atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. namun demikian masih lebih rendah daripada IPM nasional sebesar 69,55. Capaian IPM yang terus meningkat dari tahun ke tahun merupakan indikasi positif bahwa kualitas manusia di Aceh semakin membaik dari aspek kesehatan, pendidikan, dan ekonomi (Grafik 4.12). Aspek terakhir yang menggambarkan kualitas hidup manusia yaitu standar hidup layak yang digambarkan melalui indikator pengeluaran per kapita. Indikator ini memperlihatkan tingkat kesejahteraan yang dapat dinikmati oleh penduduk dan sensitif terhadap perubahan kondisi perekonomian. Data publikasi BPS terakhir mencatat selama periode 5 tahun ( ) pengeluaran per kapita Aceh menunjukkan peningkatan dari KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER

75 BAB 6 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat tahun ke tahun. Pengeluaran per kapita Aceh tahun 215 tercatat sebesar Rp8,53 juta, atau telah mengalami peningkatan sebesar Rp235,57 ribu dibandingkan tahun 214 sebesar Rp8,3 Juta (Grafik 4.13). Grafik Indeks Pembangunan Manusia Aceh Aceh Nasional 68,81 68,9 68,3 68,31 67,81 67,7 67,45 67,9 67,9 66,53 69,45 69,55 Grafik Pengeluaran Per Kapita Aceh (Dalam Ribu Rp) 8.134,1 8.43, , , , , Sumber BPS Prov Aceh diolah BI Aceh 79 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 216

76

77 BAB 7 Prospek Perekonomian Daerah Perekonomian Aceh pada tahun 216 diperkirakan tumbuh meningkat pada kisaran 2,4% - 3,4% (yoy). Dari sisi penawaran, sektor pertanian diperkirakan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan sementara itu sektor pertambangan dan industri pengolahan diperkirakan masih mengalami kontraksi. Dari sisi permintaan, peningkatan konsumsi diperkirakan memberikan andil utama dalam pertumbuhan namun defisit neraca perdagangan daerah Aceh masih menjadi penghambat. Pada tahun 216 inflasi Aceh diperkirakan masih berada pada level antara 2,39% - 3,39% (yoy). Tekanan diperkirakan bersumber dari inflasi kelompok volatile food PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III 216 sebesar 2,22% atau berada di bawah proyeksi pada triwulan sebelumnya yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 3,62% 4,62%. Perekonomian Aceh tumbuh dibawah potensi optimumnya dikarenakan terjadi perlambatan ekspor, terutama ekspor batubara, bahan kimia anorganik dan ekspor produk pertanian serta perlambatan konsumsi pemerintah yang terjadi karena penundaan Dana Alokasi Umum di 4 Kabupaten / Kota di Aceh. Tabel Perkembangan dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Aceh (yoy,%) I II III III P IV P 216 P I P (,72) 3,66 3,54 2,22 3,2-4,2 2,26-3,26 2,4-3,4 3,69-4,69 Sumber : BPS Provinsi Aceh * ) Angka perkiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh Perekonomian Aceh pada triwulan IV 216 diperkirakan akan tumbuh positif antara 2,26% dan 3,26% sehingga secara keseluruhan di tahun 216 diperkirakan tumbuh sebesar 2,4% sampai 3,4%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan perekonomian Aceh tahun 215 yang mengalami kontraksi,72%. Sumber pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan-iv 216 diperkirakan masih akan berasal dari pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah seiring dengan peningkatan konsumsi menjelang persiapan pilkada serentak 217, peningkatan alokasi dana desa serta percepatan realisasi belanja pemerintah di akhir tahun. Sementara itu, dari sisi penawaran sektor pertanian, kehutanan dan perikanan diperkirakan masih menjadi sektor yang memacu pertumbuhan ekonomi Aceh di tengah risiko penurunan harga komoditas dunia. Sektor Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Tabel Hasil Proyeksi PDRB Aceh Sisi Permintaan (yoy, %) P I II III IV P I P 3,8% 4,53% 2,52% 3,53% 3,59% 1,72% Pengeluaran Konsumsi LNPRT 4,97% 8,31% 9,46% 5,82% 8,14% 5,3% Pengeluaran Konsumsi Pemerintah -7,75% 7,65% -13,25% -3,41% -4,22% 17,2% Pembentukan Modal Tetap Bruto 8,72% 12,4% 11,79% -2,1% 7,29% 6,39% Net Ekspor 6,8% 47,91% 5,71% -9,1% 6,26% 17,61% Total 3,65% 3,1% 2,22% 2,76% 2,9% 4,19% Sumber : Proyeksi BI Aceh KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER

78 BAB 7 Prospek Perekonomian Daerah Dari sisi permintaan, keseimbangan internal dan eksternal yang baru diperkirakan kembali terbentuk seiring dengan permintaan domestik yang masih tetap kuat serta meningkatnya ekspor komoditas non migas. Permintaan domestik yang kuat diperkirakan ditandai dengan peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan realisasi proyek-proyek pemerintah di Provinsi Aceh. Agenda pilkada serentak di Aceh pada tahun 217 merupakan salah satu faktor yang mendorong peningkatan pertumbuhan komponen konsumsi di tahun 216, karena berdasarkan historisnya, kegiatan kampanye dan persiapan pilkada akan memberikan dampak terhadap peningkatan konsumsi. Dengan kondisi optimis ini pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan pemerintah pada tahun 216 masing-masing diperkirakan sebesar 5,4% dan 1,71%. Namun, disisi lain, pilkada serentak ini juga memiliki risiko menghambat pertumbuhan jika konsentrasi pilkada membuat proyek-proyek pemerintah pada tahun 216 menjadi terbengkalai. Alokasi dana desa dari pemerintah pusat kepada Provinsi Aceh sebesar Rp3,8 Triliun atau meningkat sebesar 123,5% dibandingkan tahun sebelumnya diperkirakan dapat memberikan stimulus perekonomian bagi masyarakat Aceh, khususnya di daerah pedesaan apabila serapannya dapat dimaksimalkan. Kinerja neraca perdagangan Aceh tahun 216 diperkirakan masih belum pulih jika dibandingkan dengan era sebelum habisnya ekspor gas Aceh pada triwulan IV 214. Namun demikian, dengan semakin besarnya concern pemerintah pada upaya peningkatan daya saing komoditas unggulan, diharapkan terjadi perbaikan kinerja ekspor sehingga net ekspor Aceh diperkirakan akan tumbuh positif hingga 6,26%. Ketergantungan Aceh terhadap pasokan barang dari daerah lain (Sumatera Utara) masih menjadi faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi Aceh pada tahun 216. Peningkatan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah diperkirakan akan meningkatkan defisit neraca perdagangan Aceh sebesar 13,44%. Selain itu, proyek-proyek infrastruktur yang terlaksana pada tahun 216 diperkirakan juga akan meningkatkan impor luar negeri Aceh. Sementara itu, seiring dengan realisasi megaproyek infrastruktur listrik & pengairan serta pengembangan sumber pertumbuhan ekonomi baru, investasi pada tahun 216 diperkirakan akan meningkat. Dana investasi yang masuk terkait beberapa megaproyek yang diselenggarakan di Provinsi Aceh serta pembangunan pabrik semen baru di Kabupaten Pidie pada tahun 216 juga diharapkan dapat mendorong perekonomian Aceh dari sisi permintaan. Investasi masih tetap akan tumbuh positif pada tahun 216 sebesar 7,29%. Program pemerintah untuk meningkatkan daya saing daerah lewat pengembangan kawasan strategis, agropolitan, minapolitan serta kawasan industri; peningkatan realisasi investasi serta pertambahan nilai tambah produk komoditas unggulan yang dikonkritkan melalui sinergi program SKPA pada tahun 216 dapat pemenuhan pasokan bahan pangan dan beberapa komoditas inti yang saat ini masih dipenuhi lewat antar-daerah. Upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi keamanan, serta mempromosikan investasi akan semakin memperkuat peran investasi dalam pertumbuhan. Dari sisi penawaran, sektor utama yang diperkirakan akan menjadi penyangga ekonomi Aceh pada tahun 216 adalah sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor konstruksi. Sektor pertanian diproyeksikan mengalami peningkatan seiring dengan tren membaiknya harga komoditas seperti sawit, kakao dan kopi. Namun demikian, menurunnya produksi beberapa komoditas unggulan Aceh seperti kopi pada musim panen triwulan III-216 menghambat peningkatan pertumbuhan sektor pertanian lebih jauh. Dengan kondisi tersebut, sektor pertanian diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan sebesar 2,97%. Seiring dengan meningkatnya investasi di Aceh terkait dengan megaproyek nasional, pembangunan kawasan industri dan kawasan khusus serta pembangunan pabrik semen baru, sektor konstruksi diharapkan dapat menyumbang andil pertumbuhan yang cukup tinggi. Pada tahun 216 sektor konstruksi diperkirakan tumbuh sebesar 9,45%, jauh lebih tinggi daripada tahun sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 4,53%. 82 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 216

79 BAB 7 Prospek Perekonomian Daerah Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Aceh masih terhambat sektor pertambangan dan industri pengolahan yang terkontraksi cukup dalam. Penghentian ekspor mineral mentah dan morotarium tambang serta berhentinya produksi gas masih menjadi pemicu utama menurunnya kinerja sektor ini. Berhentinya ekspor batubara di Aceh juga turut menyumbang terkontraksinya sektor pertambangan yang diperkirakan dapat mencapai 13,69% pada tahun 216. Dari sisi eksternal, terdapat beberapa risiko yang masih perlu diwaspadai, antara lain: lemahnya pertumbuhan ekonomi global, ketidakpastian ekonomi Tiongkok yang meningkat serta risiko dampak lanjutan dari langkah peningkatan suku bunga acuan federal reserve. Namun demikian harga komoditas dunia berada dalam tren peningkatan pada tahun 216 sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah produk unggulan Aceh yang mayoritas masih berupa bahan mentah. Pada triwulan I-217 perekonomian aceh diperkirakan dapat tumbuh positif dengan rentang 3,69-4,69% beberapa faktor yang dapat mendorong pertumbuhan perekonomian Aceh antara lain kelanjutan megaproyek pemerintah di sektor air, energi dan transportasi serta mulai berjalannya berbagai proyek pemerintah daerah seperti Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Industri Aceh dan kawasan perhatian investasi yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan investasi hingga 6,39%. Selain itu membaiknya ekspor Aceh seiring dengan perbaikan harga komoditas dunia juga diharapkan mampu mengurangi defisit neraca perdagangan Aceh. Dengan kondisi tersebut, beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah Aceh untuk dapat menjaga pertumbuhan ekonomi Aceh antara lain: 1. Memberikan stimulus perekonomian berupa percepatan realisasi APBA, tren peningkatan pertumbuhan pengeluaran pemerintah terutama untuk proyek pembangunan harus dipertahankan karena merupakan sumber utama penopang pertumbuhan Aceh. 2. Merumuskan kebijakan untuk menurunkan defisit neraca perdagangan Aceh, diantaranya melalui upaya pembuatan model kerjasama perdagangan antar daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten / kota yang memprioritaskan pemenuhan komoditas strategis dari Aceh sendiri, selain itu percepatan pembangunan pabrik-pabrik pengolahan harus dilakukan agar produk dengan nilai tambah yang terbesar berada di Aceh. 3. Melakukan penguatan daya saing daerah. Tren peningkatan ekspor non migas Aceh saat ini harus dipertahankan dan bahkan ditingkatkan melalui upaya: (i) Peningkatan nilai tambah komoditas pertanian dan perkebunan seperti gabah, kopi, CPO, karet, dan kokoa melalui integrasi dengan industri pengolahan pertanian sebagai sektor unggulan baru Aceh; (ii) Meningkatkan kemudahan dalam berusaha dan berinvestasi di Aceh melalui pembentukan kawasan khusus seperti kawasan industri maupun kawasan ekonomi khusus; (iv) Menumbuhkan sektor perdagangan & akomodasi melalui peningkatan infrastruktur, regulasi maupun tata kelola pariwisata potensial di Aceh; (v) pembentukan forum peningkatan daya saing daerah dan Regional Investment Relation Unit untuk meningkatkan awareness Aceh sebagai daerah berpotensi, baik dan terpercaya. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER

80 BAB 7 Prospek Perekonomian Daerah 7.2. INFLASI PROVINSI ACEH Tabel Perkembangan dan Perkiraan Inflasi Aceh (yoy, %) III P IV P I P 5,44 6,24 4,18 1,53 3,55 2,34 3,73 1,74 2,74% 2,96-3,96 3,16-4,16 Sumber : BPS Provinsi Aceh * ) Angka perkiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh Laju inflasi Aceh pada triwulan laporan yaitu 3,73%, berada di atas range proyeksi KPw BI Provinsi Aceh namun masih lebih rendah sasaran inflasi nasional sebesar 4±1%. Deviasi proyeksi ini terjadi akibat lonjakan harga komoditas cabai merah akibat menurunnya pasokan dari Sumatera Utara sebagai dampak gangguan hama. Secara keseluruhan inflasi Aceh pada tahun 216 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 215 dengan kisaran 2,96% - 3,96% (yoy). Faktor utama penyebab peningkatan inflasi Aceh pada tahun 216 adalah kebijakan pemerintah dalam penghapusan subsidi tarif listrik secara bertahap, serta risiko cuaca buruk pada akhir tahun. Kedepan, pada triwulan I-217, inflasi Aceh diperkirakan berada pada kisaran 3,16% - 4,16% (yoy) atau berpotensi lebih tinggi dibandingkan inflasi Aceh pada triwulan I-216 sebesar 3,55%. Penyesuaian tarif listrik rumah tangga sebagai dampak pencabutan subsidi listrik golongan 9Va mulai pada bulan Januari 217 diprediksi dapat menjadi sumber tekanan inflasi di tahun 217. Koordinasi intensif antara BI dan pemerintah dalam Tim pengendalian inflasi Daerah (TPID) Aceh diperlukan untuk menjaga laju inflasi sehingga inflasi Aceh pada akhir tahun 216 agar berada dalam kisaran target yaitu 4±1%. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga laju inflasi antara lain: 1. Senantiasa memonitor perkembangan harga, stok dan produksi komoditas bahan makanan sebagai dasar dalam pelaksanaan intervensi pengendalian harga melalui program operasi pasar, beras sejahtera dan pasar murah. 2. Sinergi program kerja SKPA untuk pengendalian inflasi di Aceh sesuai dengan dokumen roadmap TPID Aceh. 3. Pengalokasian APBN dan APBD dalam memperbaiki konektivitas perhubungan dan energi untuk mendukung kelancaran distribusi barang dan mendukung peningkatan ketersediaan pasokan. 4. Mendorong upaya pengembangan infrastruktur dan antisipasi kerusakan infrastruktur khususnya infrastruktur yang mendukung produksi bahan pangan dan terkait transportasi untuk menjamin kelancaran pasokan barang. 5. Melakukan diseminasi dan komunikasi terkait inflasi untuk menjaga ekspektasi harga di masyarakat. 6. Meningkatkan kelancaran distribusi barang ke masyarakat melalui pasar alternatif, seperti Toko Tani Indonesia atau optimalisasi pasar induk. 7. Melakukan upaya untuk meningkatkan kecukupan dan kemandirian pangan Aceh melalui upaya pengembangan agroindustri, pemanfaatan bibit unggul, serta aplikasi metode dan teknologi tepat guna. 8. Melaksanakan kerjasama perdagangan antar provinsi/kabupaten/kota terkait pemenuhan stok komoditas strategis di Aceh secara tepat waktu dan tepat guna. 9. Mendorong peningkatan stok untuk menjaga ekspektasi pasar, salah satunya melalui optimalisasi program Sistem Resi Gudang (SRG) dan pemanfaatan cold storage serta cold chain. 84 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 216

81

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah

Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI Menjalankan kebijakan BI dalam menjaga stabilitas nilai rupiah,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan II 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 09/02/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH EKONOMI ACEH SELAMA TAHUN DENGAN MIGAS TUMBUH 3,31 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 4,31 PERSEN. Perekonomian Aceh

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 51/11/Th.XIX, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III - EKONOMI ACEH TRIWULAN III TAHUN DENGAN MIGAS TUMBUH 2,22 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,31 PERSEN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA MEI 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Mei - 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: AGUSTUS 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 37/08/Th.XIX, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I - 2016 EKONOMI ACEH SEMESTER I - 2016 DENGAN MIGAS NAIK 3,59 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 4,35 PERSEN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR i Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Utara Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Mei 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 37/08/Th.XX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I - 2017 EKONOMI ACEH SEMESTER I-2017 DENGAN MIGAS NAIK 3,67 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,54 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

Periode Februari 2018

Periode Februari 2018 i Periode Februari 2018 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally left blank ii Periode Februari 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Februari 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NOVEMBER 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali gan a Pul Februari 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI FebruarI 2017 Untuk informasi

Lebih terperinci

Tim Penulis: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi Kaltara CP. dan

Tim Penulis: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi Kaltara CP. dan Edisi Agustus 217 Buku Kajian Ekonomi dan Regional ini Diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Utara Jl. Mulawarman No. 123, Kota Tarakan 77117 No. Telp: 551-38 7777. Fax:

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1%

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% SURVEI PERBANKAN Y jg brg dia TRIWULAN I-2015 PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 52/08/35/Th.XV, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1 Penurunan Harga Pangan dan Komoditas Energi Dorong Deflasi IHK Bulan Februari Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Februari 2016 mengalami deflasi. Deflasi IHK pada bulan ini mencapai -0,09% (mtm). Realisasi

Lebih terperinci

VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 2014 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Kantor Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur Menyongsong Pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang Berkualitas Februari 2017 Untuk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 58/8/21/Th. XII, 7 Agustus 217 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-217 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II 217 (Q TO Q) TUMBUH SEBESAR 1,16 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

usaha perdagangan besar dan eceran (0,71%); pertanian, kehutanan dan perikanan (0,52%); serta konstruksi (0,54%).

usaha perdagangan besar dan eceran (0,71%); pertanian, kehutanan dan perikanan (0,52%); serta konstruksi (0,54%). No. 29/5/63/Th.XIX, 5 Mei 215 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I -215 EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I TAHUN 215 TUMBUH -4,78 PERSEN Perekonomian Kalimantan selatan pada triwulan I-215

Lebih terperinci

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini

Lebih terperinci