KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau

2 K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 2014 dapat diselesaikan. Selain itu dalam laporan ini juga dikemukakan hal-hal lain yang terkait dengan tugas Bank Indonesia antara lain perkembangan/pertumbuhan perekonomian di Provinsi Kepulauan Riau secara umum serta prospeknya. Bank Indonesia menyadari bahwa peran perekonomian regional menjadi semakin penting dalam konteks pertumbuhan ekonomi nasional. Implementasi otonomi daerah serta potensi ekonomi regional yang besar telah terbukti ikut berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau secara rutin melakukan asesmen perekonomian Provinsi Kepulauan Riau. Asesmen perekonomian mencakup perkembangan ekonomi makro regional, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran. Asesmen perekonomian Provinsi Kepulauan Riau dilakukan setiap triwulan dan laporan dimaksud dikenal dengan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Kepulauan Riau. Penyusunan KER dimaksud sebagai upaya memenuhi kebutuhan stakeholder eksternal serta bagi Kantor Pusat Bank Indonesia. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau yang telah bersedia bekerjasama dalam menyusun perhitungan PDRB Provinsi Kepulauan Riau secara triwulan, ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan kajian ini. Harapan kami hubungan yang baik ini dapat ditingkatkan lagi di masa yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan-kekurangan, kami mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar. Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah senantiasa melimpahkan ridho-nya dan memberikan kemudahan-kemudahan kepada kita semua dalam meningkatkan kinerja kita semua. Batam, Mei 2014 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN RIAU ttd Gusti Raizal Eka Putra Deputi Direktur

3 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR DIAGRAM... ix DAFTAR LAMPIRAN... xii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 BAB I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1 Kondisi Umum Sisi Permintaan Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Investasi Ekspor Impor Sisi Penawaran Sektor Industri Pengolahan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor Bangunan Sektor Pertambangan dan Penggalian BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL 2.1 Perkembangan Inflasi Provinsi Kepulauan Riau Inflasi berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa Inflasi Tahunan Inflasi Triwulanan Inflasi menurut Kota Disagregasi Inflasi Persepsi Harga dan Konsumsi ditingkat Konsumen BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DAERAH 3.1 Perkembangan Perbankan Provinsi Kepulauan Riau... 28

4 3.1.1 Bank Umum Aset Dana Pihak Ketiga (DPK) Kredit Loan to Deposit Ratio (LDR) Risiko Kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Aset Dana Pihak Ketiga (DPK) Kredit Loan to Deposit Ratio (LDR) Risiko Kredit Perkembangan Perbankan Syariah (Bank Umum Dan BPR) Aset Dana Pihak Ketiga (DPK) Pembiayaan Finance to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Perkembangan Sistem Pembayaran Transaksi Pembayaran Tunai Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Uang Rupiah Tidak Asli Transaksi Pembayaran Non Tunai Kliring Lokal Real Time Gross Settlement (RTGS) Perkembangan Transaksi Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA) Dan PTD (Penyelenggara Transfer Dana) Perkembangan Transaksi KUPVA Perkembangan Transaksi Penyelenggara Transfer Dana (PTD) BAB IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1 Realisasi APBD di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau Realisasi Penerimaan Realisasi Belanja Perkembangan Dana Simpanan Pemerintah Daerah di Perbankan... 55

5 BAB V. KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN 5.1. Ketenagakerjaan Kesejahteraan Masyarakat Pendapatan Rumah Tangga Nilai Tukar Petani BAB VI. PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI REGIONAL 6.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Prospek Inflasi... 65

6 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Sisi Permintaan (yoy)... 4 Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa (qtq,%) Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan (qtq,%) Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang (qtq,%) Tabel 2.4 Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (qtq,%) Tabel 2.5 Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan (qtq,%) Tabel 2.6 Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan (qtq,%) Tabel 2.7 Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan bakar (qtq,%) Tabel 2.8 Perkembangan Inflasi Kota Menurut Kelompok Barang dan Jasa di Kepulauan Riau (qtq,%) Tabel 3.1 Indikator Utama Bank Umum di Provinsi Kepulauan Riau Tabel 3.2 Indikator Utama BPR Provinsi Kepulauan Riau Tabel 3.3 Indikator Perbankan Syariah di Provinsi Kepulauan Riau Tabel 3.4 Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Kepulauan Riau Tabel 3.5 Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Kepulauan Riau Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Pemerintah Daerah di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau Tabel 4.2 Anggaran Belanja Pemerintah Daerah di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan, Februari Februari Tabel 5.2 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut jenis kegiatan utama, Provinsi Kepulauan Riau Februari Februari Tabel 5.3 Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tabel 5.4 Nilai Tukar Petani Per Sub SektorTriwulan I Tabel 5.5 Rata-rata Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Kepulauan Riau Tabel 6.1 Proyeksi Inflasi Tahunan Provinsi Kepulauan Riau... 66

7 DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 1.1 Kontribusi terhadap PDRB dari Sisi Penawaran... 4 Grafik 1.2 Perkembangan Konsumsi Makanan dan Non Makanan... 6 Grafik 1.3 Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau... 6 Grafik 1.4 Perkembangan Kredit Investasi (Bank Umum dan BPR) Kepulauan Riau. 7 Grafik 1.5 Perkembangan Impor Barang Modal Kepulauan Riau... 7 Grafik 1.6 Likert Scale Survei Liaison... 7 Grafik 1.7 Pertumbuhan Ekspor Luar Negeri dan Antar Daerah... 9 Grafik 1.8 Komposisi Ekspor Migas dan Non Migas Kep. Riau... 9 Grafik 1.9 Porsi Ekspor KomoditasNon Migas... 9 Grafik 1.10 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Non Migas... 9 Grafik 1.11 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Migas... 9 Grafik 1.12 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri dan Usaha/Bisnis di Kota Batam 9 Grafik 1.13 Pertumbuhan Impor Luar Negeri dan Antar Daerah Grafik 1.14 Porsi Impor Migas dan Non Migas Grafik 1.15 Porsi Impor Komoditas Non Migas Grafik 1.16 Pertumbuhan Impor Komoditas Utama Non Migas Grafik 1.17 Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap PDRB Grafik 1.18 Struktur Industri Pengolahan Kepulauan Riau Grafik 1.19 Pertumbuhan Subsektor Utama Industri Pengolahan Grafik 1.20 Pengaruh Inflasi terhadap Pertumbuhan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran Grafik 1.21 Volume Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Kota Batam Grafik 1.22 Jumlah Wisman yang Berkunjung ke Provinsi kepulauan Riau Grafik 1.23 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan Rata-Rata Lama Menginap Hotel Berbintang di Kepulauan Riau Grafik 1.24 Konsumsi Semen Kepulauan Riau Grafik 1.25 Perkembangan Pertumbuhan Ekspor Hasil Tambang Kepulauan Riau Grafik 1.26 Perkembangan Lifting Minyak Kepulauan Riau Grafik 1.27 Perkembangan Lifting Gas Kepulauan Riau Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Kepulauan Riau dan Nasional Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Kepulauan Riau... 18

8 Grafik 2.3 Perkembangan Disagregasi Inflasi Grafik 2.4 Kontribusi Kelompok Disagregasi Inflasi terhadap IHK Grafik 2.5 Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Grafik 2.6 Pergerakan Persepsi Pengeluaran di Tingkat Konsumen Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Grafik 3.2 Perkembangan Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank Grafik 3.3 Perkembangan DPK Bank Umum Grafik 3.4 Perkembangan DPK (berdasarkan komposisi) Grafik 3.5 Perkembangan DPK Berdasarkan Jenis Bank Grafik 3.6 Porsi DPK Berdasarkan Kabupaten & Kota Grafik 3.7 Tiering DPK Berdasarkan Jenisnya Grafik 3.8 Perkembangan Kredit Bank Umum Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik 3.10 PertumbuhanKredit Berdasarkan Kelompok Bank Grafik 3.11 Pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) Grafik 3.12 P Porsi Kredit Bank Umum Secara Sektoral Grafik 3.13 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Secara Sektoral Grafik 3.14 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Grafik 3.15 Perkembangan KUR Bank Umum Grafik 3.16 Perkembangan LDR dan NPL Bank Umum Grafik 3.17 Perkembangan Aset BPR Grafik 3.18 Perkembangan DPK BPR Grafik 3.19 Perkembangan DPK Berdasarkan Jenisnya Grafik 3.20 Perkembangan Kredit BPR Grafik 3.21 Perkembangan Kredit BPR Berdasarkan Jenisnya Grafik 3.22 Porsi Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi Grafik 3.23 Perkembangan Kredit UMKM oleh BPR Grafik 3.24 Perkembangan LDR dan NPL BPR Grafik 3.25 Perkembangan Aset, DPK dan Pembiayaan Syariah Grafik 3.26 FDR dan NPF Perbankan Syariah Grafik 3.27 Perkembangan Inflow dan Outflow Kepulauan Riau Grafik 3.28 Perkembangan Inflow dan Outflow Kepulauan Riau Grafik 3.29 Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Grafik 3.30 Penemuan Uang Rupiah Tidak Asli di Kepulauan Riau Grafik Perkembangan Transaksi KUPVA... 46

9 Grafik Porsi Mata Uang dalam Transaksi KUPVA Grafik Perkembangan Transasi KUPVA terhadap Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik Perkembangan Transasi PTD di Kepulauan Riau Grafik Jenis Transasi PTD Grafik 4.1 Komposisi Pendapatan Pemda Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan Pemda Grafik 4.3 Komposisi Belanja Tidak Langsung Grafik 4.4 Komposisi Belanja Grafik 4.5 Pola Pergerakan Simpanan Pemda di Perbankan Kepulauan Riau Grafik 5.1 Indeks tendensi Konsumen Grafik 5.2 NTP Menurut Subsektor Grafik 5.3 Nilai Tukar Petani (NTP) Grafik 6.1 Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Grafik 6.2 Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia di Provinsi Kepulauan Riau Grafik 6.3 Prakiraan Investasi (Survei Liaison Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau Grafik 6.4 Perkembangan Pendaftaran PMA Kepulauan Riau Grafik 6.5 Perkembangan Pendaftaran PMDN Kepulauan Riau Grafik 6.6 Perkembangan Produksi Gas Alam Australia Grafik 6.7 Ekspektasi Inflasi Konsumen... 66

10 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Tabel 1 Ringkasan Eksekutif Indikator Ekonomi dan Moneter Triwulanan... a Tabel 2 Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Batam... b Tabel 3 Perkembangan Inflasi Kota Batam, Pekanbaru dan Nasional... c Tabel 4 Data Perbankan (Bank Umum dan BPR) Provinsi Kepulauan Riau... d Tabel 5 Data Bank Umum Wilayah Kepulauan Riau... e Tabel 6 Data Perbankan (Bank Umum dan BPR) Kota Batam... f Tabel 7 Data Pengaliran Kas Masuk/Keluar dan Kegiatan PTTB KPw. BI Prov. Kepri... g Tabel 8 Perputaran Kliring Batam, Tanjungpinang dan Tanjung Balai Karimun.... h Tabel 9 Indikator Terpilih... i Tabel 10 Perkembangan Kredit Perbankan Berdasarkan Lokasi Proyek dan Lokasi Kantor Cabang.... j Tabel 11 Perkembangan Sistem Pembayaran di Provinsi Kepulauan Riau... k

11 Halaman ini sengaja dikosongkan

12 RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi Regional Triwulan I 2014 Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau tumbuh menguat pada triwulan I 2014, dibanding triwulan sebelumnya Konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah menjadi penopang penguatan pertumbuhan ekonomi Secara sektoral, penguatan pertumbuhan terjadi pada sektor-sektor utama penopang perekonomian Laju inflasi triwulan I 2014, tercatat lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya Secara umum, kinerja perbankan melambat tercermin dari perlambatan pertumbuhan aset, kredit dan dana pihak ketiga Pada triwulan I 2014 perekonomian Kepulauan Riau tumbuh 5,21% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,02% (yoy), namun lebih rendah dibanding pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,91% (yoy). Angka pertumbuhan pada triwulan I 2014 tersebut sama dengan pertumbuhan nasional yang juga sebesar 5,21% (yoy). Dari sisi permintaan, penguatan pertumbuhan ekonomi ditopang oleh peningkatan konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga seiring dengan peningkatan daya beli masyarakat karena kenaikan upah serta penurunan laju inflasi, dan juga didorong penyelenggaraan kampanye dan pemilu di awal tahun, serta adanya hari raya Imlek. Sementara itu net ekspor tumbuh melambat, karena penurunan ekspor baik pada komoditas migas maupun komoditas komoditas utama non migas. Dari sisi penawaran, penguatan pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh penguatan pertumbuhan pada sektor-sektor utama yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, besar dan eceran, serta sektor konstruksi. Sektor industri pengolahan tumbuh menguat didorong oleh peningkatan produksi pada beberapa subsektornya. Sementara itu, penguatan konsumsi masyarakat turut berdampak terhadap penguatan pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Adapun penguatan sektor bangunan ditopang oleh pertumbuhan real estate, pembangunan hotel dan sarana infrastruktur lainnya seperti beberapa bandara, jalan dan jembatan. Sementara itu, tekanan inflasi Kepulauan Riau berangsur menurun di triwulan I 2014, tercatat sebesar 7,75% (yoy) menurun dibanding inflasi triwulan IV 2013 yang sebesar 8,24% (yoy). Penurunan inflasi dipengaruhi oleh dampak kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang semakin mereda di 2014, serta faktor kecukupan pasokan sejumlah bahan makanan khususnya bumbu-bumbuan. Secara umum, kinerja perbankan melambat di triwulan laporan, tercermin dari perlambatan aset, kredit dan dana pihak ketiga (DPK). Pada triwulan I 2014, bank umum mencatatkan perlambatan kinerja dibanding triwulan sebelumnya, tercermin dari aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit. Total aset tercatat sebesar Rp42,56 triliun atau tumbuh 19,34% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 28,03% (yoy); demikian juga DPK tercatat sebesar Rp36,70 triliun tumbuh 20,70% (yoy) 1

13 juga lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 33,29% (yoy); sementara kredit sebesar Rp27,69 triliun juga tumbuh melambat 19,20% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 22,18% (yoy). Namun berbeda dengan bank umum, kinerja BPR lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Total aset BPR sebesar Rp3,97 triliun atau tumbuh menguat 14,12% (yoy) lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 12,95% (yoy). Dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp3,17 triliun tumbuh 13,85% (yoy), meningkat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 9,97% (yoy). Demikian juga kredit sebesar Rp3,07 triliun tumbuh 15,49% (yoy), juga lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 13,21% (yoy). Sesuai siklus tahunan, aktivitas sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai menurun pada triwulan I 2014 dibanding triwulan sebelumnya Angka realisasi pendapatan dan belanja pemerintah tercatat masih sangat rendah pada triwulan I Jumlah angkatan kerja pada Februari 2014 menurun dibanding periode yang sama tahun lalu, demikian juga daya beli petani menurun tercermin dari penurunan NTP. Sesuai siklus tahunan, aktivitas sistem pembayaran menurun pada triwulan I 2014 dibanding triwulan IV Meskipun demikian, pertumbuhan tahunan net outflow dan transaksi kliring tercatat meningkat dibanding angka pertumbuhan periode yang sama tahun lalu, yang diyakini dipengaruhi oleh beberapa event nasional maupun regional di Kepulauan Riau, seperti hari raya Imlek pada Januari 2014, kampanye dan pemilu 2014, penyelenggaraan Multilateral Naval Exercise Komodo 2014, serta persiapan Pemerintah Daerah Kota Batam maupun Provinsi Kepulauan Riau sebagai tuan rumah MTQ Nasional pada Juni Adapun angka realisasi pendapatan dan belanja pemerintah tercatat masih sangat rendah pada triwulan I Realisasi belanja pemerintah daerah sampai dengan akhir triwulan I 2014 sebesar Rp0,88 triliun atau mencapai 7,76% dari total anggaran belanja yang telah ditetapkan sebesar Rp11,29 triliun. Sementara realisasi pendapatan pemerintah daerah triwulan I 2014 sebesar Rp1,11 triliun atau 11,25% dari total anggaran pendapatan yang ditetapkan sebesar Rp9,88 triliun. Realisasi pendapatan terbesar berasal dari dana alokasi umum mencapai 30,28% sedangkan untuk pendapatan asli daerah mencapai 12,33%. Jumlah angkatan kerja pada Februari 2014 menurun dibanding periode yang sama tahun lalu, namun jumlah pengangguran juga mengalami penurunan. Jumlah angkatan kerja sebanyak orang atau turun sebesar 6,01% dibandingkan tahun lalu dengan jumlah orang sedangkan tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2014 sebesar 5,35% menurun dibandingkan tahun lalu sebesar 6,45%. Sementara itu, daya beli petani mengalami penurunan dibandingkan triwulan lalu, tercermin dari penurunan nilai tukar petani (NTP), dari rata-rata 102,37 pada triwulan sebelumnya menjadi 101,15 pada triwulan I

14 Trend peningkatan pertumbuhan ekonomi diprtakirakan masih berlanjut pada triwulan II Sementara laju inflasi diyakini masih akan menurun di triwulan depan. Penguatan pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau diprakirakan masih akan berlanjut pada triwulan II 2014, yaitu pada kisaran 6,2% - 6,4%. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2014 diprakirakan ditopang oleh pemulihan ekonomi global khususnya negara-negara maju, yang akan mendorong ekspor. Prakiraan penurunan laju inflasi dan ekspektasi positif konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan juga akan mendorong konsumsi, investasi dan konsumsi pemerintah yang diyakini akan mulai meningkat di triwulan II Laju inflasi di[rakirakan akan semakin menurun pada triwulan II Pada April 2014, Kepulauan Riau mencatatkan deflasi karena melimpahnya pasokan sejumlah komoditas bahan makanan. Kecukupan pasokan diyakini masih akan berlangsung pada Mei dan Juni, dipengaruhi oleh prakiraan kecukupan pasokan beberapa komoditas bahan makanan, juga ditopang oleh ekspektasi positif konsumen terhadap penurunan harga di triwulan depan. 3

15 BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Pada triwulan I 2014 perekonomian Kepulauan Riau tumbuh 5,21% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,02% (yoy), namun lebih rendah dibanding pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,91% (yoy). Angka pertumbuhan pada triwulan I 2014 tersebut sama dengan pertumbuhan nasional yang juga sebesar 5,21% (yoy). Dari sisi permintaan, penguatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan ditopang oleh peningkatan konsumsi pemerintah dan didukung pula oleh konsumsi rumah tangga yang tetap tumbuh relatif stabil di tengah kecenderungan penurunan aktivitas ekonomi di awal tahun. Sementara itu, dari sisi penawaran, penguatan pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh penguatan pertumbuhan pada sektor-sektor utama yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, besar dan eceran, serta sektor bangunan SISI PERMINTAAN Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Sisi Permintaan (yoy) KOMPONEN PENGGUNAAN * Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* Tw.I** Konsumsi Rumah Tangga 7.14% 9.59% 7.37% 5.97% 4.85% 6.88% 4.87% Konsumsi Lembaga Swasta 5.72% 5.74% 3.01% 3.29% 4.16% 4.04% 12.40% Konsumsi Pemerintah 6.92% 8.65% 5.96% 4.98% 4.60% 5.99% 5.07% Pembentukan Modal Tetap Bruto 11.65% 12.38% 11.43% 11.64% 9.99% 11.33% 9.86% Ekspor Barang dan Jasa 4.26% 4.24% -0.32% -0.41% 3.58% 1.76% -5.65% Dikurangi Impor Barang dan Jasa Perusahaan 7.63% 2.02% -2.43% -1.99% 1.21% -0.32% -7.39% Net Ekspor -2.85% 9.36% 4.69% 3.29% 9.12% 6.61% -1.90% PDRB 6.82% 7.91% 5.99% 5.72% 5.02% 6.13% 5.21% Sumber: BPS Kepulauan Riau * angka sementara ** angka sangat sementara Net Ekspor, 22.9% Konsumsi RT, 41.5% Sumber: BPS, diolah Investasi, 31.3% Konsumsi Lembaga Swasta Konsumsi Nirlaba, 0.8% Pemerintah, 3.5% Grafik 1.1 Kontribusi terhadap PDRB dari Sisi Penawaran 4

16 1.2.1 KONSUMSI RUMAH TANGGA Pada triwulan I 2014, konsumsi rumah tangga tumbuh stabil, ditopang oleh peningkatan daya beli masyarakat karena kenaikan upah serta penurunan laju inflasi. Penyelenggaraan kampanye dan persiapan pemilu legislatif di awal tahun serta perayaan hari raya Imlek ditengarai juga menjadi pendorong peningkatan konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan tercatat tumbuh 4,87% (yoy), cenderung stabil dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 4,85% (yoy). Deflasi atau penurunan harga yang terjadi pada sejumlah bahan makanan sepanjang triwulan I 2014 menyebabkan daya beli masyarakat untuk non makanan meningkat, sementara konsumsi makanan relatif tetap stabil. Konsumsi non makanan tercatat tumbuh lebih kuat dibanding konsumsi makanan, yaitu dari 4,49% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 4,53% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara itu, konsumsi makanan tumbuh 5,09% (yoy) cenderung stabil dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,07% (yoy). Selain faktor penurunan inflasi, peningkatan daya beli masyarakat juga dipengaruhi oleh peningkatan penghasilan dengan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) maupun Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK) di awal tahun 2014, yang secara rata-rata di Kepulauan Riau tercatat cukup tinggi yaitu sebesar 20%. Hasil survei konsumen Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan I 2014 juga menunjukkan peningkatan indeks kondisi ekonomi saat ini (IKE), khususnya pada Januari dan Maret 2014, yang dipengaruhi oleh peningkatan penghasilan masyarakat, yang berdampak terhadap peningkatan konsumsi barang tahan lama. Peningkatan konsumsi rumah tangga juga dipengaruhi oleh perayaan hari raya Imlek yang jatuh pada akhir Januari Kondisi tersebut terkonfirmasi melalui survei liaison maupun Focus Group Discussion (FGD) kepada sejumlah pelaku usaha retail yang menyebutkan adanya peningkatan penjualan hingga 20% (yoy) pada bulan Januari. Penyelenggaraan kampanye dan persiapan pemilu legislatif juga turut mendorong konsumsi rumah tangga melalui peningkatan belanja atribut partai atau calon anggota legislatif selama masa kampanye. 5

17 (yoy) 30% Konsumsi Makanan Konsumsi Non Makanan 20% 10% 0% -10% -20% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: BPS INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI (IKE) INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK) Jan Feb Mar 2014 Grafik 1.2 Perkembangan Konsumsi Makanan dan Non Makanan Grafik 1.3 Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau Konsumsi Pemerintah Porsi belanja Pemerintah juga tumbuh menguat pada triwulan laporan, dari 4,60% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 5,07% (yoy) pada triwulan laporan. Pada posisi triwulan I 2014, total realisasi belanja pemerintah di Kepulauan Riau (gabungan kabupaten/kota dan provinsi) mencapai 7,76% dari total rencana belanja, dengan realisasi untuk belanja pegawai sebesar 5%; belanja barang dan jasa 6%; serta belanja modal sebesar 1%. Sementara itu, Kota Batam mencatatkan angka realisasi belanja tertinggi yaitu mencapai 14,71%, sedangkan realisasi belanja terendah dicatatkan oleh Kabupaten Lingga dengan angka realisasi belanja sebesar 2,47%. Persentase realisasi belanja oleh pemerintah Kota Batam yang cukup tinggi tersebut diyakini terkait dengan berbagai persiapan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Batam bersama dengan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau sebagai tuan rumah MTQ Nasional dan Pekan Produk Kreatif Indonesia pada Juni 2014 nanti. Dalam rangka memberikan rangsangan terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, pemerintah perlu mempercepat belanja serta mengalokasikan belanja modal yang lebih besar khususnya untuk pembangunan infrastruktur sehingga dapat memberikan manfaat jangka panjang, serta mendorong pertumbuhan ekonomi, dan investasi Investasi Investasi tumbuh sedikit melambat, dengan angka pertumbuhan 9,86% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 9,99% (yoy). Penurunan investasi antara lain tercermin dari penurunan impor barang modal yang cukup signifikan pada triwulan laporan, terutama berupa penurunan impor mesin- 6

18 mesin industri. Total impor barang modal senilai USD 310,51 juta, tumbuh melambat dari 7,79% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi negatif 9,96% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara itu, dari sisi kredit perbankan, kredit investasi yang tumbuh 32,95% (yoy) atau sedikit lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 32,58% (yoy) belum mampu mendorong pertumbuhan investasi Kepulauan Riau. Penurunan investasi pada triwulan laporan juga terkonfirmasi melalui survei liasion Bank Indonesia kepada sejumlah perusahaan/pelaku usaha sektor bisnis dan industri di Kepulauan Riau, dimana sebagian besar pelaku usaha menyatakan penurunan realisasi investasi pada triwulan I 2014 dibanding triwulan sebelumnya. Menurut para pelaku usaha tersebut beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan investasi antara lain kecedenderungan sikap untuk menahan investasi hingga kampanye dan pemilu selesai, polemik status lahan (hutan lindung) yang masih terjadi, proses perizinan yang dinilai masih relatif mengalami berbagai kendala serta ketidakpastian penetapan kenaikan upah minimum kota (UMK) masih dianggap investor sebagai faktor risiko dalam investasi. (Rp miliar) 9,000 Kredit Investasi (RHS) growth - Kredit Investasi (RHS) (%, yoy) (Juta USD) Total Impor Barang Modal (LHS) growth - Impor Barang Modal (RHS) (%, yoy) ,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1, I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I Grafik 1.4 Perkembangan Kredit Investasi (Bank Umum dan BPR) Kepulauan Riau Grafik 1.5 Perkembangan Impor Barang Modal Kepulauan Riau 1.8 Realisasi Investasi Prakiraan Investasi 1 tahun yang akan datang I II III IV I Provinsi Kepulauan Riau Grafik 1.6 Likert Scale Survei Liaison 7

19 1.2.4 Ekspor Penurunan nilai ekspor yang terjadi pada hampir seluruh komoditas utama migas dan non migas, menyebabkan pertumbuhan ekspor melambat cukup dalam pada triwulan laporan. Ekspor pada triwulan laporan tumbuh negatif 5,65% (yoy), menurun sangat dalam dibanding angka pertumbuhan triwulan IV 2013 sebesar 3,58% (yoy). Pada komoditas migas, penurunan ekspor terutama terjadi pada hasil gas. Sementara untuk komoditas non migas, penurunan terdalam ekspor terjadi pada komoditas lemak dan minyak nabati dan hewani; produk dari besi dan baja; serta perahu, kapal dan struktur terapung lainnya. Ekspor Kepulauan Riau didominasi oleh ekspor luar negeri yang mencapai 97,14%, sementara ekspor antar daerah hanya sebesar 2,86% dari total ekspor. Nilai ekspor migas tumbuh melambat dari 24,79% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi negatif 30,06% (yoy) pada triwulan laporan, antara lain dipengaruhi oleh lifting gas yang menurun. Di sisi komoditas non migas, berdasarkan hasil survei liaison, diperoleh informasi bahwa penurunan ekspor pada komoditas lemak dan minyak nabati dan hewani (berupa produk turunan Crude Palm Oil (CPO) dan Crude Palm Kernel Oil (CPKO) lebih dipengaruhi oleh permasalahan teknis di pabrik penghasil sementara tingkat permintaan terhadap produk ini relatif masih stabil. Ekspor komoditas lemak dan minyak nabati dan hewani tumbuh sebesar 1,46% (yoy), melambat cukup signifikan dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 41,66% (yoy). Sementara itu, penurunan ekspor pada komoditas produk dari besi dan baja serta kapal/konstsruksi terapung lainnya terjadi seiring dengan penyelesaian proyek pipa besi/baja dan konstruksi offshore untuk pengeboran minyak dan gas di Australia pada akhir tahun 2013, sehingga di awal tahun 2014 ekspor besi dan baja mengalami penurunan. Pertumbuhan ekspor besi baja pada triwulan I 2014 tercatat sebesar 18,04% (yoy), jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan ekspor pada triwulan IV 2013 yang mencapai 50,14% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan ekspor kapal/konstruksi terapung sebesar 99,30% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 174,36% (yoy). 8

20 (yoy) 20% Ekspor Luar Negeri Ekspor Antar Daerah 15% 10% 5% Migas, 29.83% 0% -5% Non Migas, 70.17% -10% III 2011 I III I III I III I III I III I 2009 TAHUNAN Sumber: BPS Sumber: BPS, diolah Grafik 1.7 Pertumbuhan Ekspor Luar Negeri dan Antar Daerah Grafik 1.8 Komposisi Ekspor Migas dan Non Migas Kep. Riau 85 - Elect. machinery, sound rec., tvetc 84 - Nuclear react.,boilers,mech. appli Articles of iron and steel 13.36% 18.06% 28.17% (%, yoy) Lemak dan Minyak Nabati dan Hewani Produk dari Besi dan Baja Reaktor Nuklir, Pemanas, Mesin, dll Mesin Elektronik, Perekam Suara, TV, dll Perahu, Kapal, dan Struktur Terapung Lainnya 15 - Animal or vegt. fats and oils 6.96% Ships,boats and floating structures 5.51% Optical,photographic,medical instr Miscellaneous chemical products. 4.87% 4.39% Cocoa and cocoa preparations 2.95% 0.00 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 87 - Vehicles other than railway 2.01% Tin and articles thereof 1.39% Grafik 1.9 Porsi Ekspor KomoditasNon Migas Grafik 1.10 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Non Migas (%, yoy) Minyak mentah Hasil gas (ribu/kwh) 180, ,000 Usaha/Bisnis (ribu kwh) g - Industri Industri (ribu kwh) g - Usaha/Bisnis (%, yoy) , , , , I II III IV I II III IV I ,000 40, ,000 0 I II III IV I II III IV I II III IV I (5.00) (10.00) Sumber: BPS, diolah Sumber: PT PLN Batam Grafik 1.11 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Migas Grafik 1.12 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri dan Usaha/Bisnis di Kota Batam Impor Searah dengan perlambatan ekspor, impor juga melambat signifikan dari 1,21% (yoy) pada triwulan IV 2013 menjadi negatif 7,39 (yoy) pada triwulan laporan. Berdasarkan komoditas, perlambatan impor terjadi baik pada komoditas migas maupun non 9

21 migas. Secara khusus untuk komoditas non migas, penurunan terdalam impor terjadi pada komoditas besi dan baja serta mesin-mesin dan produk elektronik. Seperti halnya ekspor, impor juga didominasi oleh impor luar negeri sebesar 98,68% dari total impor, sementara porsi impor antar daerah sebesar 1,32%. Adapun porsi impor non migas sebesar 82,51% terhadap total impor dan porsi impor migas sebesar 17,49%. Ketergantungan industri pengolahan di Kepulauan Riau yang sangat tinggi terhadap bahan baku impor, menyebabkan penurunan pesanan atau ekspor cenderung akan diikuti pula oleh penurunan impor. Penurunan impor terdalam terjadi pada komoditas besi dan baja, reaktor nuklir, mesin pemanas dan pendingin, serta mesin/produk elektronik. Impor komoditas besi dan baja tumbuh negatif 39,27% (yoy), menurun cukup dalam dibanding pertumbuhan impor pada triwulan sebelumnya sebesar negatif 16,87% (yoy). Sementara itu, impor pada komoditas reaktor nuklir, mesin pemanas dan pendingin tumbuh melambat dari 19,24% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi negatif 7,68% (yoy) pada triwulan laporan. Adapun impor pada komoditas mesin/produk elektronik, juga tumbuh melambat dari negatif 12,52% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi negatif 19,13% (yoy) pada triwulan laporan. Namun di sisi lain, impor antar daerah tumbuh menguat, yaitu dari negatif 2,21% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 0,57% (yoy) pada triwulan laporan. Peningkatan impor antar daerah Kepulauan Riau, yang sebagian besar terdiri atas bahan makanan, sandang, bahan baku konstruksi, dan lain-lain. Kondisi ini menjadi salah satu indikator kelancaran pasokan barang ke Kepulauan Riau yang kemudian berdampak pada perlambatan laju inflasi serta peningkatan pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran. (yoy) 35% Impor Luar Negeri Impor Antar Daerah 30% 25% 20% Migas, 17.49% 15% 10% 5% 0% -5% Non migas, 82.51% -10% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: BPS Sumber: BPS, diolah Grafik 1.13 Pertumbuhan Impor Luar Negeri dan Antar Daerah Grafik 1.14 Porsi Impor Migas dan Non Migas 10

22 85 - Elect. machinery, sound rec., tvetc 84 - Nuclear react.,boilers,mech. appli Articles of iron and steel 15.27% 18.20% 28.41% (%, yoy) Besi dan Baja Produk dari Besi dan Baja Reaktor Nuklir, Pemanas, Mesin, dll Mesin Elektronik, Perekam Suara, TV, dll Plastik dan Produk dari Plastik 72 - Iron and steel 6.69% Plastics and articles thereof 6.19% Ships,boats and floating structures 3.28% Optical,photographic,medical instr. 2.79% Alumunium and articles thereof 32 - Tanning and dyeing extracts 1.96% 1.35% Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Essential oils and resinoids 1.28% Grafik 1.15 Porsi Impor Komoditas Non Migas Grafik 1.16 Pertumbuhan Impor Komoditas Utama Non Migas 1.3 SISI PENAWARAN Pada sisi sektoral, penguatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2014 dibanding triwulan sebelumnya terutama ditopang oleh penguatan pertumbuhan pada sektor-sektor utama, khususnya sektor industri pengolahan, sektor perdagangan besar dan eceran, serta sektor bangunan. Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran year on year SEKTOR EKONOMI * Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* Tw.I** Pertanian 1.86% 2.55% 1.63% 1.30% 1.92% 1.85% 2.04% Pertambangan & Penggalian 5.40% 6.52% 4.11% 2.16% 1.39% 3.50% 1.36% Industri Pengolahan 5.68% 7.13% 5.62% 5.48% 4.54% 5.67% 4.63% Listrik, Gas & Air Bersih 5.68% 4.35% 4.53% 4.64% 4.32% 4.46% 2.76% Bangunan 10.12% 10.91% 8.57% 12.60% 13.57% 11.45% 15.21% Perdagangan, Hotel & Restoran 9.75% 10.56% 7.90% 6.98% 6.28% 7.87% 6.74% Pengangkutan & Komunikasi 7.02% 6.59% 5.42% 4.43% 3.54% 4.97% 3.16% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 7.26% 8.65% 4.98% 4.57% 3.53% 5.38% 2.68% Jasa-Jasa 6.71% 6.57% 4.16% 3.70% 2.52% 4.21% 3.17% PDRB 6.82% 7.91% 5.99% 5.72% 5.02% 6.13% 5.21% Sumber: BPS Kepulauan Riau * angka sementara ** angka sangat sementara 11

23 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan, 4.9% Jasa-jasa, 2.5% Pertanian, 4.2% Pertambangan & Penggalian, 7.2% Pengangkutan dan Komunikasi, 4.4% Perdagangan, Hotel dan Restoran, 20.2% Bangunan, 8.9% Industri Pengolahan, 47.5% Listrik, Gas dan Air Bersih, 0.6% Sumber: BPS, diolah Grafik 1.17 Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap PDRB Sektor Industri Pengolahan Di tengah penurunan produksi dan ekspor, sektor industri pengolahan Kepulauan Riau masih tumbuh relatif stabil, yaitu dari 4,54% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 4,63% (yoy) pada triwulan laporan. Pertumbuhan industri pengolahan tersebut ditopang oleh peningkatan produksi pada subsektor lainnya (bukan utama), dengan pertumbuhan tertinggi dicatatkan oleh subsektor kertas dan barang cetakan, subsektor makanan, minuman dan tembakau serta subsektor tekstil, barang kulit dan alas kaki yang masing-masing tumbuh sebesar 11,09 (yoy); 6,88% (yoy) dan 7,22% (yoy). Melalui survei liaison, diketahui bahwa tidak seperti halnya dengan subsektor utama (elektronik dan produk dari besi baja) yang hampir seluruh produknya untuk pemenuhan pasar ekspor, sebagian besar produk dari subsektor non utama khususnya subsektor kertas dan barang cetakan diproduksi untuk memenuhi pesanan domestik atau merupakan industri pendukung subsektor utama, antara lain berupa kertas dan karton untuk packaging produk jadi, maupun barang cetakan plastik sebagai komponen produk elektronik. Pertumbuhan subsektor makanan dan minuman juga diyakini sebagian besar untuk konsumsi domestik, yang pertumbuhannya cenderung searah dengan peningkatan konsumsi masyarakat. Sementara itu, subsektor utama yaitu subsektor alat angkut, mesin dan peralatannya serta subsektor logam dasar besi dan baja, tercatat tumbuh melambat yaitu masing-masing sebesar 5,54% (yoy) dan 5,35% (yoy), atau lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar masing-masing 5,76% (yoy) dan 5,89% (yoy), yang dipengaruhi oleh penurunan ekspor. 12

24 Alat Angk., Mesin & Peralatannya Logam Dasar Besi & Baja 15.93% 57.57% yoy 15.00% Barang Kayu dan hasil Hutan lainnya Alat Angk., Mesin & Peralatannya Pupuk Kimia dan Barang dari Karet Logam Dasar Besi dan Baja Semen dan Barang Galian Bukan Logam Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 7.29% 10.00% Semen & Brg. Galian bukan logam 6.68% Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 6.21% 5.00% Barang lainnya Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 3.11% 1.47% 0.00% I II III IV I II III IV I II III IV I Kertas dan Barang Cetakan 1.39% -5.00% Makanan, Minuman dan Tembakau 0.34% % Sumber: BPS, diolah Grafik 1.18 Struktur Industri Pengolahan Kepulauan Riau Grafik 1.19 Pertumbuhan Subsektor Utama Industri Pengolahan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Penguatan konsumsi masyarakat turut berdampak terhadap penguatan pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), dengan angka pertumbuhan sebesar 6,74% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 6,28% (yoy). Berdasarkan subsektornya, penguatan pertumbuhan terjadi pada subsektor perdagangan besar dan eceran, dan subsektor restoran, sementara subsektor hotel tumbuh melambat. Subsektor perdagangan besar dan eceran tumbuh menguat dari 6,08% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,74% (yoy) pada triwulan laporan. Peningkatan daya beli masyarakat sejalan dengan kenaikan upah minimum serta laju inflasi yang mulai menurun berdampak secara langsung terhadap subsektor perdagangan besar dan eceran. Selain itu, perayaan Imlek serta kegiatan kampanye dan persiapan pemilu di awal tahun juga menjadi pendorong pertumbuhan subsektor PHR. Di sisi lain, kelancaran arus distribusi barang yang antara lain tercermin dari peningkatan kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan Batam dibanding periode yang sama tahun lalu, juga menopang kelancaran kegiatan perdagangan di Kepulauan Riau. Namun, penguatan pertumbuhan sektor PHR tertahan oleh dengan perlambatan pada subsektor hotel, yang dipengaruhi oleh penurunan jumlah wisatawan. Subsektor hotel tumbuh melambat dari 7,32% (yoy) pada triwulan IV 2013 menjadi 7,08% (yoy) pada triwulan laporan. Penurunan jumlah wisman di awal tahun merupakan pola musiman, setelah tumbuh tinggi pada musim liburan di triwulan sebelumnya. Jumlah wisman pada triwulan laporan sebanyak orang, menurun dibanding triwulan sebelumnya sebanyak orang.searah dengan penurunan jumlah wisman, tingkat hunian hotel juga menurun yaitu rata-rata sebesar 13

25 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May June July August September October November Desember Januari Februari Maret 47,38%, lebih rendah dibanding tingkat hunian pada triwulan sebelumnya yaitu rata-rata sebesar 52,08%. Wisatawan yang berkunjung ke Kepulauan Riau didominasi oleh warganegara Singapura (54,07%) dan Malaysia (13,03%). Sementara itu, berdasarkan passenger exit survei (PES) oleh Bank Indonesia, diketahui beberapa keluhan utama wisatawan mancanegara terhadap kondisi Kepulauan Riau yaitu transportasi publik yang tidak nyaman, faktor keamanan, serta kondisi lingkungan yang dinilai masih kurang bersih. Sementara itu, sebagian besar wisatawan berkunjung ke Kepulauan Riau untuk tujuan berlibur dan urusan bisnis, dengan rata-rata uang yang dibelanjakan setiap kunjungan sebesar SGD250. (%, yoy) 12.00% Pertumbuhan PHR Inflasi Pertumbuhan Konsumsi RT 1,600,000 Dalam Negeri Bongkar Luar Negeri Impor Dalam Negeri Muat Luar Negeri Ekspor 10.00% 1,400, % 1,200,000 1,000, % 800, % 600, % 400, , % I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: BPS, diolah. Sumber: Kantor Pelabuhan Laut Batam Grafik 1.20 Pengaruh Inflasi terhadap Pertumbuhan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran Grafik 1.21 Volume Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Kota Batam Jumlah Wisman (orang - LHS) Pertumbuhan (%, yoy - RHS) TPK (% - LHS) Rata-Rata Lama Menginap (hari - RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, diolah. Grafik 1.22 Jumlah Wisman yang Berkunjung ke Provinsi kepulauan Riau Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau Grafik 1.23 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan Rata-Rata Lama Menginap Hotel Berbintang di Kepulauan Riau Sektor Bangunan Trend pertumbuhan menguat sektor bangunan di Kepulauan Riau masih berlanjut pada triwulan laporan. Sektor ini tumbuh 15,21% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 13,57% (yoy). 14

26 Penguatan pertumbuhan sektor bangunan antara lain ditopang oleh industri perumahan/real estate yang tetap marak di wilayah ini khususnya di Kota Batam. Berdasarkan focus group discussion (FGD), pelaku usaha pada sektor perumahan/real estate memperkirakan pertumbuhan pembangunan rumah di Kota Batam pada triwulan I 2014 mencapai 30% (yoy). Di tengah berbagai permasalahan pada sektor bangunan (kebijakan loan to value, polemik status lahan di Kota Batam, dan pelemahan nilai tukar rupiah yang berdampak pada inflasi bahan bangunan), namun penjualan perumahan di Kepulauan Riau, khususnya Kota Batam tetap tumbuh positif. Hal ini antara lain karena faktor peningkatan kebutuhan rumah seiring dengan pertambahan jumlah penduduk/tenaga kerja serta kenaikan upah yang cukup tinggi di tahun 2013 dan 2014 sehingga mampu menopang daya beli masyarakat terhadap perumahan. Masuknya 2 (dua) developer besar tingkat nasional di Kota Batam juga menunjukkan bahwa potensi pasar real estate di Kota Batam masih sangat kuat. Kedua developer besar tersebut mulai melakukan pembangunan perumahan di akhir tahun 2013 dan proses pembangunan semakin meningkat memasuki tahun 2014 dengan target konsumen golongan menengah ke atas. Selain perumahan, pertumbuhan sektor bangunan juga didorong oleh pembangunan beberapa hotel baru di Kota Batam. Hal ini terkait dengan penyelenggaraan MTQ dan Pekan Produk Kreatif Indonesia pada Juni 2014, pembangunan sejumlah hotel semakin dipercepat di awal tahun, sehingga siap digunakan pada bulan Juni nanti. Pertumbuhan sektor bangunan juga ditopang oleh pembangunan sejumlah sarana infrastruktur di Kepulauan Riau antara lain pembangunan Bandara Letung di Kabupaten Anambas (pembangunan tahap I berupa terminal ruang tunggu selesai di triwulan I 2014), finalisasi pembangunan bandara Sei Bati di Karimun (mulai beroperasi Februari 2014), pembangunan bandara Kabupaten Bintan, dan pembangunan jalan lingkar di Kabupaten Karimun. Selain itu, sebagai tuan rumah MTQ dan Pekan Produk Kreatif Indonesia pada Juni 2014 di Kota Batam, berbagai persiapan masih terus dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau maupun Pemerintah Kota Batam, antara lain proses penyelesaian gedung pelaksanaan MTQ (Astaka Kota Batam), serta perbaikan dan pelebaran jalan beberapa ruas jalan di Kota Batam. Pertumbuhan pesat sektor bangunan di Kepulauan Riau juga tercermin dari konsumsi semen yang pada triwulan laporan merupakan konsumsi semen tertinggi dalam 5 (lima) tahun terakhir, yaitu sebesar ton, atau tumbuh 4,49% (yoy). 15

27 (ton) (% yoy) 300,000 Realisasi Pengadaan Semen Kepri (lhs) Pertumbuhan Semen (rhs) , , , ,000 (10) 50,000 (20) 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I (30) Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Grafik 1.24 Konsumsi Semen Kepulauan Riau Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh melambat pada triwulan laporan, dipengaruhi oleh penurunan ekspor barang galian dan tambang, paska pemberlakuan pelarangan ekspor mineral mentah sesuai UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 1,36% (yoy) sedikit lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 1,39% (yoy). Adapun porsi terbesar PDRB sektor pertambangan dan penggalian disumbang oleh subsektor minyak dan gas (81,05%), kemudian subsektor pertambangan tanpa migas (11,30%), dan subsektor penggalian (7,65%). Meskipun memiliki porsi yang relatif kecil, namun subsektor pertambangan tanpa migas dan subsektor penggalian menjadi kontributor perlambatan sektor pertambangan dan penggalian, dengan angka pertumbuhan masing-masing sebesar 3,38% (yoy) dan 1,57% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 3,77% (yoy) dan 2,04% (yoy). Perlambatan tersebut dipengaruhi oleh penurunan ekspor yang cukup signifikan pada triwulan I 2014, setelah tumbuh tinggi pada triwulan IV 2013 karena hampir semua perusahaan tambang berusaha memaksimalkan ekspor sebelum pelarangan ekspor mineral mentah mulai berlaku di Barang galian dan tambang yang terdapat di Kepulauan Riau yaitu granit, bauksit, dan timah, dengan total nilai ekspor pada triwulan laporan senilai USD35,36 juta, atau menurun signifikan dari 116,72% (yoy) pada triwulan IV 2013 menjadi negatif 66,37% (yoy) pada triwulan I Namun, laju penurunan sektor pertambangan dan penggalian tertahan oleh penguatan pertumbuhan subsektor minyak dan gas, yang tumbuh sedikit menguat dari 1,00% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 1,08% (yoy) pada triwulan laporan. Penguatan pertumbuhan subsektor tersebut ditopang oleh lifting minyak yang tumbuh 16

28 positif, dengan total lifting sebesar 4 ribu MBBL, atau tumbuh 2,2% (yoy), meningkat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar negatif 19,3% (yoy). Di sisi lain, trend penurunan lifting gas masih berlanjut, dengan total lifting sebesar 35,76 ribu MMBTU atau tumbuh negatif 45,2% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar negatif 9,3% (yoy). Ke depan, lifting minyak dan gas Kepulauan Riau masih berpeluang untuk tumbuh lebih tinggi, dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah bersama dengan KKKS (Kontraktor Kontrak Kerjasama) antara lain melalui penyelesaian proyek pengembangan South Belut (sumur dan fasilitasnya), pengembangan program pengeboran, serta berbagai program pemeliharaan sumur. (Juta USD) Nilai Ekspor - OTHER MINING AND QUARRYING (RHS) Nilai Ekspor - MINING OF METAL ORES (RHS) growth - MINING OF METAL ORES (LHS) growth - OTHER MINING & QUARRYING (LHS) (%, yoy) Ribu MBBL Lifting Minyak (LHS) growth (RHS) % (20.0) (40.0) 0 I II III IV I II III IV I Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I (60.0) Grafik 1.25 Perkembangan Pertumbuhan Ekspor Hasil Tambang Kepulauan Riau Sumber: Kementerian ESDM, diolah. Grafik 1.26 Perkembangan Lifting Minyak Kepulauan Riau ribu MMBTU Lifting Gas (LHS) growth (RHS) % Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Sumber: Kementerian ESDM, diolah. Grafik 1.27 Perkembangan Lifting Gas Kepulauan Riau 17

29 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL 2.1. PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI KEPULAUAN RIAU Secara tahunan pada triwulan I 2014, tekanan inflasi di Provinsi Kepulauan Riau telah mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan I 2014 tercatat sebesar 7,75% (yoy) menurun dibanding inflasi triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 8,24% (yoy) sejalan dengan tekanan inflasi akibat kenaikan BBM pada tahun lalu sudah mulai berangsur mereda. Meskipun tekanan inflasi sudah mulai menurun, namun realiasi angka inflasi Kepulauan Riau triwulan I 2014 lebih tinggi dibandingkan angka inflasi nasional. Angka Inflasi Kepulauan Riau triwulan I 2014 sebesar 7,75% (yoy) diatas angka inflasi nasional sebesar 7,32% (yoy), ini berbeda dengan pola historisnya yang selalu berada di bawah inflasi nasional. Sejalan dengan inflasi tahunan, inflasi triwulanan di Provinsi Kepulauan Riau juga mengalami penurunan. Inflasi triwulan I 2014 Kepulauan Riau tercatat sebesar 1,21% (qtq), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 1,34% (qtq). Laju inflasi triwulan I 2014 berdasarkan kelompok, tertinggi pada kelompok volatile food sebesar 3,04% (qtq) disusul kelompok administered price sebesar 1,14% (qtq) dan kelompok inti 0,50% (qtq). Pendorong inflasi pada kelompok volatile food didorong oleh inflasi subkelompok bahan makanan terutama komoditas ikan segar dan sayuran dan bumbu-bumbuan yang terjadi pada Januari dan Februari. Hal ini disebabkan pengaruh gelombang tinggi yang berdampak pada gangguan distribusi barang melalui jalur laut serta pengaruh penurunan panen pada beberapa komoditas sayuran akibat gangguan bencana alam di sentra produksi, seperti di Sumatera Utara (bencanan gunung Sinabung) dan Pekanbaru (kabut asap). Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kepulauan Riau dan Nasional Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kepulauan Riau 18

30 2.2. INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA Inflasi Tahunan Inflasi Provinsi Kepulauan Riau terbentuk dari gabungan angka inflasi dua kota yaitu Batam dan Tanjungpinang dengan bobot masing-masing sebesar 86% dan 14%. Angka Inflasi kota Batam pada triwulan I 2014 sebesar 7,54% (yoy) sedangkan kota Tanjungpinang sebesar 9,66%(yoy) menurun bila dibandingkan triwulan sebelumnya masing-masing sebesar 7,81% (yoy) dan 10,09% (yoy). Penurunan angka inflasi kedua kota tersebut di triwulan pertama berpengaruh terhadap inflasi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan I 2014 menjadi sebesar 7,75% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 8,24% (yoy). Mengingat bobot kota Batam yang sangat dominan terhadap pembentukan inflasi tahunan Kepulauan Riau, maka masih tingginya angka inflasi Kota Batam serta angka inflasi Kota Tanjungpinang yang relatif tinggi dengan rata-rata diatas inflasi nasional menyebabkan angka inflasi Provinsi Kepulauan Riau masih relatif tinggi Inflasi Triwulanan Inflasi triwulan I 2014 Kepulauan Riau mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, dengan angka inflasi menjadi sebesar 1,21% (qtq) menurun dibanding triwulan IV 2013 sebesar 1,34% (qtq). Angka ini di bawah rata-rata inflasi triwulanan pada tahun 2013 sebesar 1,96% yang mengalami kenaikan signifikan akibat kenaikan BBM. Penurunan inflasi tersebut menandakan mulai berkurangnya dampak kenaikan BBM pada tahun lalu. Namun demikian, laju penurunan angka inflasi masih tertahan akibat inflasi yang terjadi di triwulan pertama terutama pada kelompok bahan makanan, sandang dan makanan jadi. Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kepulauan Riau Menurut Kel. Barang dan Jasa (qtq,%) Penyumbang terbesar inflasi triwulan I 2014 adalah kelompok bahan makanan dengan angka inflasi sebesar 2,94% (qtq) dengan andil sebesar 0,66% atau 55% dari total angka 19

31 inflasi triwulanan. Komponen pendorong kenaikan inflasi pada kelompok bahan makanan terutama karena subkelompok ikan segar dan sayur-sayuran yang terganggu pada awal tahun akibat gelombang laut serta gangguan distribusi barang dan penurunan panen komoditas sayuran akibat gangguan bencana alam disentra produksi, seperti bencana letusan Gunung Sinabung di Sumatera Utara, letusan Gunung Kelud di Jawa Timur dan kabut asap Provinsi Riau. Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan (qtq,%) Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang (qtq,%) Kelompok dengan laju inflasi triwulanan terbesar kedua pada triwulan I 2014 adalah kelompok sandang dengan laju inflasi sebesar 1,6% (qtq) memberikan andil inflasi sebesar 0,1% atau 8% dari total angka inflasi. Pembentuk utama inflasi kelompok ini adalah sub kelompok barang pribadi dan sandang lain yang didorong kenaikan harga emas serta subkelompok sandang laki-laki dan wanita yang diperkirakan terdapat penyesuaian kenaikan harga awal tahun. Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (qtq,%) Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan (qtq,%) Kelompok dengan laju inflasi triwulanan terbesar ketiga pada triwulan I 2014 adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dengan laju inflasi sebesar 1,1% (qtq) yang memberikan andil inflasi sebesar 0,17% atau 14% dari total angka inflasi. Pembentuk utama inflasi kelompok ini adalah subkelompok makanan jadi yang didorong oleh kenaikan harga tabung gas elpiji 12 kg di Januari 2014 dan subkelompok tembakau dan minuman beralkohol dikarenakan penyesuaian harga di awal tahun terkait kenaikan cukai rokok. Penyumbang inflasi selanjutnya ialah kelompok kesehatan dengan laju inflasi sebesar 0,51% (qtq) dan andil inflasi sebesar 0,1 atau 9% dari total angka inflasi. Pembentuk utama 20

32 inflasi kelompok ini yaitu subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika terkait dengan penyesuaian harga karena pengaruh nilai tukar. Tabel 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan (qtq,%) Tabel 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan bakar (qtq,%) Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami laju inflasi sebesar 0,6% (qtq) memberikan andil inflasi sebesar 0,11 atau 9% dari total angka inflasi. Tekanan inflasi bersumber dari subkelompok transpor akibat kenaikan tarif angkutan udara pada Maret 2014 sebagai dampak penetapan surcharge tarif angkutan udara yang ditetapkan oleh Kementrian Perhubungan pada 26 Februari Selanjutnya, pada kelompok perumahan, air, listrik gas dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 0,5% (qtq) dengan andil inflasi sebesar 0,11 atau 9% dari total angka inflasi. Kenaikan pada kelompok tersebut disebabkan subkelompok penyelenggaraan rumah tangga terutama kenaikan upah pembantu rumah tangga yang dipengaruhi kenaikan UMK tahun INFLASI MENURUT KOTA Inflasi Provinsi Kepulauan Riau merupakan gabungan angka inflasi dua kota SBH yaitu Batam dan Tanjungpinang dengan bobot masing-masing sebesar 86% dan 14%. Tabel 2.8. Perkembangan Inflasi Kota Menurut Kel. Barang dan Jasa di Kepulauan Riau (qtq,%) Inflasi Kota Batam triwulan I 2014 sebesar 7,54% (yoy) menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,81% (yoy). Demikian juga secara triwulanan, inflasi Kota Batam triwulan I 2014 sebesar 1% (qtq) menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,57% (qtq). 21

33 Untuk periode triwulan I 2014, rata-rata semua kelompok pengeluaran mengalami penurunan dan kelompok yang mengalami kenaikan hanya dua kelompok yaitu sandang dan kesehatan. Penurunan terbesar terjadi pada kelompok bahan makanan dengan komoditas seperti bawang merah, cabe merah dan cabe rawit mengingat mulai Maret 2014 memasuki panen raya dan pasokan barang yang mulia lancar setelah sebelumnya terjadi gangguan cuaca. Penurunan inflasi Kota Batam triwulan pertama tertahan oleh kenaikan kelompok kesehatan yaitu komoditas obat-obatan serta dari kelompok sandang yaitu komoditas perhiasan pada Januari dan Februari 2014 yang mengalami kenaikan masing-masing sebesar 1,57% (mtm) dan 1% (mtm). Inflasi Kota Tanjungpinang pada triwulan I 2014 sebesar 9,66% (yoy) menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 10,09% (yoy). Namun secara triwulanan, inflasi Kota Tanjungpinang triwulan I 2014 sebesar 2,3% (qtq) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,43% (qtq). Peningkatan inflasi terutama didorong kelompok bahan makanan yaitu komoditas ikan segar seperti belanak, kepiting, kakap merah dan sotong serta sayur-sayuran seperti buncis, kacang panjang dan ketimun yang belum mengalami penurunan harga sampai dengan akhir triwulan. Selain itu, peningkatan inflasi triwulanan juga dipengaruhi kenaikan pada kelompok sandang yang dipengaruhi kenaikan harga emas perhiasan DISAGREGASI INFLASI Berdasarkan kelompok pembentuk inflasi, penurunan laju inflasi Provinsi Kepulauan Riau triwulan I 2014 terutama didorong turunnya inflasi komponen bergejolak (volatile food) dari angka inflasi triwulan IV 2013 sebesar 3,39% (qtq) menjadi sebesar 3,04% di triwulan I 2014 dan turunnya inflasi inti dari angka 0,78% (qtq) pada triwulan IV 2013 menjadi 0,50% (qtq) pada triwulan I 2014 sedangkan komponen harga yang diatur pemerintah (administered price) mengalami kenaikan di triwulan I 2014 menjadi sebesar 1,14% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,95% (qtq). Penurunan inflasi komponen bergejolak (volatile food) disumbang oleh subkelompok daging dan hasil-hasilnya dengan komoditas daging ayam ras serta turunnya subkelompok bumbu-bumbuan di akhir triwulan dengan komoditas bawang merah dan cabe merah. Inflasi komponen bergejolak (volatile food) tidak mengalami penurunan signifkan dari angka inflasi 3,39% di triwulan IV 2013 menjadi sebesar 3,04% di triwulan I 2014 karena tertahan kenaikan subkelompok ikan segar diantaranya ikan layang/benggol serta kenaikan harga subkelompok sayur-sayuran dengan komoditas sawi putih, bayam dan buncis yang terjadi akibat kendala pada kelancaran pasokan barang terkait cuaca. 22

34 Grafik 2.3. Perkembangan Disagregasi Inflasi Grafik 2.4. Kontribusi Kelompok Disagregasi Inflasi terhadap IHK Laju inflasi di Provinsi Kepulauan Riau untuk kelompok komoditas yang diatur pemerintah (administered price) pada akhir triwulan I 2014 mencapai 1,14% (qtq) meningkat dari angka triwulan sebelumnya sebesar 0,95% (qtq). Kontribusi kelompok ini terhadap pembentukan inflasi Kepulauan Riau tercatat sebesar 0,26% atau 21% dari angka inflasi triwulanan sebesar 1,21%. Komoditas yang menjadi pendorong laju inflasi pada kelompok ini adalah tarif angkutan udara karena penetapan surcharge tarif angkutan udara yang ditetapkan oleh Kementrian Perhubungan pada 26 Februari 2014 serta kenaikan rokok yang dipengaruhi kenaikan cukai rokok. Sementara itu, inflasi kelompok inti mengalami penurunan dari angka inflasi triwulan IV 2013 sebesar 0,78% (qtq) menjadi sebesar 0,50% (qtq) pada triwulan I 2014 yang menyumbang 23% dari angka inflasi triwulanan. Penurunan tersebut, diantaranya dipengaruhi penurunan harga komoditas seperti gula pasir PERSEPSI HARGA DAN KONSUMSI DI TINGKAT KONSUMEN Berdasarkan Survei Konsumen yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia menunjukan tingkat optimisme konsumen yang meningkat terlihat dari kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan I 2014 sebesar 110, meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 108,50. Peningkatan optimisme tersebut didorong oleh keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi mendatang yang diperkirakan akan lebih baik. Namun, kondisi optimisme tersebut dibarengi dengan ekspektasi inflasi konsumen yang akan meningkat pada 3 bulan mendatang. Oleh karena itu diperlukan berbagai upaya untuk menjaga ekspektasi inflasi ke depan antara lain dengan menjaga kelancaran pasokan barang dan jasa. Di sisi lain, peningkatan ekspektasi inflasi terkompensasi oleh perkiraan penurunan pengeluaran konsumen sehingga dampak tekanan inflasi dari sisi permintaan diperkirakan tidak terlalu tinggi. 23

35 Grafik 2.5. Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Grafik 2.6. Pergerakan Persepsi Pengeluaran di Tingkat Konsumen 24

36 BOKS - 1 BUDIDAYA IKAN LAUT, MENGAPA TIDAK? Budidaya Ikan Laut dan Inflasi Eksplorasi hasil alam adalah kegiatan manusia yang telah berlaku sejak lama guna memenuhi kebutuhannya. Terlebih bahwa Tuhan telah menciptakan alam semesta beserta kekayaaan bumi yang terkandung di dalamnya yang seluruhnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Namun, perlu disadari bahwa alam juga memiliki keterbatasan sumber daya yang akan habis suatu saat, sehingga manusia juga perlu berpikir di luar kebiasaan umum untuk mengatasi kendala tersebut. Demikian pula halnya dengan sektor perikanan, sebagai salah satu sektor terpenting dalam ekonomi daerah di wilayah Kepulauan Riau (Kepulauan Riau) yang 96% wilayahnya dikuasai oleh area lautan. Ikan laut menjadi komoditas yang cukup potensial untuk dieksplorasi hasilnya oleh para nelayan ikan tangkap. Hanya saja, para nelayan tersebut juga menyadari bahwa suatu saat sumber daya alam ini akan punah bila dieksplorasi secara terus-menerus ditambah dengan kendala cuaca yang terkadang menyulitkan para nelayan tersebut untuk berlayar guna melakukan aktivitas penangkapan ikan. Untuk itu, ide untuk melakukan budidaya terhadap ikan laut, selain sebagai upaya untuk melestarikan sumber daya alam dan mengatasi kendala cuaca dalam berlayar, budidaya ini juga dimaksudkan untuk menambah jumlah pasokan kepada konsumen, yang pada akhirnya akan bermuara kepada stabilitas harga dan tingkat inflasi. Dengan adanya kecukupan pasokan ikan laut yang diperkaya oleh aktivitas budidaya, risiko kelangkaan beberapa produk ikan laut di pasaran pada musim-musim tertentu dapat diminimalisasi, yang selanjutnya dapat berakibat kepada berkurangnya pengaruh inflasi atas harga produk beberapa ikan laut dimaksud. Statistik Perkembangan Sektor Perikanan Laut di Kepulauan Riau. Meskipun secara kuantitas persentase produksi masih terbilang cukup kecil bila dibandingkan dengan aktivitas eksplorasi penangkapan ikan, data tahun menunjukkan bahwa produksi perikanan budidaya di wilayah Kepulauan Riau terlihat senantiasa mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Bahkan, produksi budidaya tersebut senantiasa selalu berada di atas target yang ditetapkan dan mengalami peningkatan pencapaian yang cukup signifikan di tahun 2012 bila dibandingkan dengan pencapaian yang sama di tahun 2011, yakni dari sebesar 6,64 ribu ton menjadi 23,19 ribu ton atau mengalami peningkatan sebesar 250%. Tabel B1.1. Produksi Kelautan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau No. Subsektor 2010 (Ribu Ton) 2011 (Ribu Ton) 2012 (Ribu Ton) Capaian Target Capaian Target Capaian 1. Produksi Perikanan Tangkap 275,45 302,99 308,75 333,30 350,56 2. Produksi Perikanan Budidaya 5,07 6,54 6,64 8,46 23,19 3. % Budidaya terhadap Tangkap 1,8% 2,1% 2,15% 2,53% 6,6% Sumber: Statistik Dinas Kelautan & Perikanan Provinsi Kepulauan Riau (diolah) 25

37 Budidaya terhadap ikan laut ini juga semakin digalakkan untuk mengatasi kendala kelangkaan sumber daya ikan di masa depan akibat penurunan kualitas biota lingkungan laut tempat ikan tersebut hidup dan berkembang biak, antara lain berupa terumbu karang. Diketahui bahwa setiap tahunnya terdapat terumbu karang yang mengalami kerusakan akibat eksplorasi yang tidak memperhatikan kaidah lingkungan hidup serta efek negatif dari perkembangan industri. Angka kerusakan terumbu karang juga diindikasikan meningkat setiap tahunnya, sehingga perlu adanya upaya untuk mengurangi aktivitas penangkapan ikan dengan masif dan mengalihkannya kepada kegiatan budidaya. Tabel B1.2. Kondisi Terumbu Karang di Perairan Provinsi Kepulauan Riau No. Subsektor Capaian Target Capaian Target Capaian 1. Terumbu karang kondisi baik (%) ,74 2. Terumbu karang kondisi rusak (%) ,21 3. Padang lamun kondisi baik (%) ,07 Sumber: Statistik Dinas Kelautan & Perikanan Provinsi Kepulauan Riau (diolah) Selain itu, bila dihubungkan dengan tingkat inflasi dalam sektor perikanan yang terkait erat dengan tingkat pasokan dan konsumsi akan produk ikan dimaksud, maka data tahun menunjukkan bahwa tingkat konsumsi ikan di wilayah Kepulauan Riau selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan selalu berada di atas target konsumsi yang diperkirakan. Peningkatan konsumsi yang belum tentu diimbangi oleh jumlah pasokan dari aktivitas penangkapan ikan ini tentunya akan menimbulkan dampak inflasi tersendiri, sehingga perlu adanya perhatian khusus dari para pelaku ekonomi dan instansi pemerintah terkait untuk mengalihkan sebagian aktivitas penangkapan ikan tersebut kepada metode budidaya secara berkesinambungan Target Capaian 2011 Target Capaian Sumber: Statistik Dinas Kelautan & Perikanan Provinsi Kepulauan Riau (diolah) Grafik B1.1 Konsumsi Ikan di Wilayah Kepulauan Riau (Kg/Kapita/Tahun) Sumber: Statistik Dinas Kelautan & Perikanan Provinsi Kepulauan Riau (diolah) Grafik B1.2 Perkembangan Pasar Ikan di Kepulauan Riau (Unit) Minat Investor kepada Budidaya Ikan Laut di Kepulauan Riau Menyadari betapa pentingnya budidaya ikan laut untuk dikembangkan di Kepulauan Riau, maka Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2014 ini telah menetapkan Kepulauan Riau sebagai provinsi percontohan implementasi marikultur di Indonesia, antara lain melalui proyek percontohan budidaya ikan laut. Dipilihnya Kepulauan Riau dalam hal ini adalah didasari oleh pertimbangan akses pasar, infrastruktur, sumber benih, dan teknologi. Akses pasar Kepulauan Riau yang sangat dekat ke Singapura serta tata wilayah dan zonasi laut yang konsisten menjadi faktor penting agar investasi di bidang budidaya ikan laut di Kepulauan Riau ini dapat berjalan dengan baik. 26

38 Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepulauan Riau baru-baru ini juga menginformasikan bahwa PT. Indofood berminat untuk mengembangkan budidaya laut seluas ha di Kepulauan Riau. Selain itu sebuah perusahaan lokal yang menggandeng investor China telah membangun 560 keramba kayu dengan komoditas ikan kerapu, kakap, dan bawal bintang. Sehubungan dengan hal ini, Kepala Bidang DKP Kepulauan Riau akan menawarkan dua Kabupaten yaitu Kabupaten Natuna dan Kabupaten Lingga kepada pemerintah pusat untuk dijadikan percontohan marikultur, dengan luas areal laut yang potensial untuk marikultur mencapai ha di Natuna dan ha di Lingga. Berdasarkan data DKP Kepulauan Riau pula diketahui setidaknya terdapat tiga investor yang telah menerjuni bisnis marikultur di Kepulauan Riau, yakni Indomarine, PT Cahaya Terang Sejati, dan Sure Win Trading Co. Ltd. Program budidaya ikan laut ini tentunya tidak bisa dilepaskan dari pengadaan pakan sebagai salah satu faktor yang cukup penting. Adalah hal yang sangat memungkinkan untuk membangun suatu pabrik pakan ikan di wilayah Kepulauan Riau, dengan syarat bahwa bahan baku untuk itu tersedia dan terdapat dukungan dari pemerintah pusat maupun daerah melalui beberapa kebijakankebijakan yang strategis. Sejauh ini, diketahui bahwa bahan baku pakan ikan, tepung ikan, masih mengandalkan impor, dan sekitar 70% bahan baku pakan ikan tersebut diimpor dari sejumlah negara seperti Chili dan Peru, mengingat bahwa pasokan bahan baku lokal masih sulit diandalkan karena kandungan proteinnya tidak sesuai standar dan pasokannya yang tidak stabil. Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kepulauan Riau yang sejauh ini telah melakukan kerjasama dengan DKP Kota Batam melalui pengembangan gerai nelayan tempat penjualan sarana dan produksi ikan tangkap bagi nelayan yang tergabung dalam forum kelompok usaha bersama (KUB) di bawah binaan DKP Kota Batam juga akan berupaya untuk ikut mengembangkan budidaya perikanan laut ini. Untuk tahapan pertama pada tahun 2014, KPwBI Provinsi Kepulauan Riau akan mencoba untuk menggagas pembentukan integrated farming yang antara lain akan mengikutsertakan beberapa pelaku budidaya ikan laut binaan DKP Kota Batam dengan bantuan bimbingan teknis dari Balai Budidaya Laut Batam. (Dikutip dari berbagai sumber) 27

39 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DAERAH Kinerja perbankan Kepulauan Riau tumbuh melambat pada triwulan I 2014,tercermin dari perlambatan pertumbuhan aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit. Perlambatan kinerja terutama terjadi pada bank umum, sedangkan kinerja BPR masih tumbuh menguat. Searah dengan perlambatan kinerja perbankan, transaksi tunai dan non tunai juga mengalami perlambatan pada triwulan laporan, setelah tumbuh cukup kuat pada triwulan sebelumnya. Perlambatan transaksi tunai dan non tunai pada triwulan I 2014 merupakan pola musiman yang menunjukkan kecenderungan penurunan aktivitas ekonomi masyarakat dan pemerintah pada triwulan I dibanding triwulan IV PERKEMBANGAN PERBANKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU BANK UMUM Pada triwulan I 2014, bank umum mencatatkan perlambatan kinerja dibanding triwulan sebelumnya, tercermin dari aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit. Total aset tercatat sebesar Rp42,56 triliun atau tumbuh19,34% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 28,03% (yoy); demikian juga DPK tercatat sebesar Rp36,70 triliun tumbuh 20,70% (yoy) juga lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 33,29% (yoy); sementara kredit sebesar Rp27,69 triliun juga tumbuh melambat 19,20% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 22,18% (yoy). Tabel 3.1. Indikator Utama Bank Umum di Provinsi Kepulauan Riau dalam Rp miliar Pertumbuhan (yoy) Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. IV Tw. I Total Aset ,03% 19,34% Total Dana ,29% 20,70% Total Kredit ,18% 19,20% NPL 2,04% 1,56% 1,61% 1,39% 1.70% - - LDR 76,41% 76,38% 74,47% 73,54% 75.46% Aset Aset bank umum pada triwulan I 2014 tumbuh melambat dibanding triwulan sebelumnya. Total aset sebesar Rp42,56 triliun, tumbuh 19,34% (yoy), atau lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 28,03% (yoy) namun sedikit lebih tinggi 28

40 dibanding pertumbuhan triwulan I-2013 sebesar 17,89% (yoy). Dari total aset tersebut, komposisi aset produktif mencapai 65,22% sementara komposisi aset tetap hanya sebesar 1,07%, dan aset lainnya sebesar 33,71%. Berdasarkan kelompok bank, baik bank pemerintah, bank swasta serta bank asing dan campuran mencatatkan perlambatan pertumbuhan aset, yaitu masing-masing sebesar 16,62% (yoy), 22,34% (yoy) dan 4,66% (yoy) pada triwulan laporan, lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar masing-masing 26,73% (yoy), 29,25% (yoy) dan 26,07% (yoy). Adapun porsi terbesar aset dimiliki oleh bank swasta nasional (53,23%), kemudian bank pemerintah (44,92%), dan porsi terkecil aset pada bank asing dan campuran (1,85%). (Rp miliar) 50,000 Aset (LHS) growth - Aset (RHS) (%, yoy) (%, yoy) Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing & Campuran 45,000 40, ,000 30, ,000 20,000 15, (20.00) I II III IV I II III IV I II III IV I ,000 5, (40.00) (60.00) (80.00) Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum Grafik 3.2. Perkembangan Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank Sementara itu, dilihat dari sebaran aset perbankan di wilayah Provinsi Kepulauan Riau, perbankan Kota Batam masih mendominasi sebaran total aset bank dibanding 6 (enam) kota/kabupaten yang lain dengan pangsa/share sebesar 77%. Sedangkan Kota Tanjungpinang yang merupakan kota kedua terbesar dan merupakan ibu kota provinsi hanya menguasai aset perbankan sebesar 18% Dana Pihak Ketiga (DPK) DPK bank umum juga melambat dibanding triwulan sebelumnya. Total DPK sebesar Rp36,70 triliun, atau tumbuh 20,70% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 33,29% (yoy). Berdasarkan komposisi DPK, tabungan masih memiliki porsi terbesar yaitu mencapai 42,30% dari total DPK atau senilai Rp 15,53 triliun, adapun porsi giro dan deposito masingmasing sebesar 35,01% atau senilai Rp 12,85 triliun dan 22,69% atau senilai Rp8,32 triliun. Peranan tabungan dengan porsi terbesar menunjukkan bahwa tabungan masih merupakan cara 29

41 penyimpanan dana yang paling dikenal dan diminati masyarakat, juga didukung oleh kemudahan melakukan berbagai transaksi terutama melalui ATM. Perlambatan pertumbuhan DPK terutama terjadi pada giro, yang tumbuh melambat dari 30,45% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 11,64% (yoy) pada triwulan laporan. Tabungan dan deposito juga tumbuh melambat, yaitu masing-masing dari 30,67% (yoy) dan 44,49% (yoy) dari triwulan sebelumnya menjadi 21,93% (yoy) dan 35,07% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, porsi terbesar DPK diserap oleh bank swasta nasional (56,52%), kemudian bank pemerintah (41,58%), dan porsi terkecil diserap oleh bank asing dan campuran (1,90%). Perlambatan DPK terutama terjadi di bank asing dan campuran yang melambat cukup dalam dari 30,72% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 8,37% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara itu, DPK di bank pemerintah dan bank swasta nasional juga tumbuh melambat, masing-masing dari 33,16% (yoy) dan 33,48% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 19,03% (yoy) dan 22,44% (yoy) pada triwulan laporan. Berdasarkan kabupaten/kota, porsi terbesar DPK masih di Kota Batam yaitu mencapai 77,48% dari total DPK, diikuti oleh Kota Tanjungpinang (19,46%), Kabupaten Karimun (2,65%) dan di dati II lainnya (0,40%). Ditinjau dari sebaran kelompok nilai DPK, maka kelompok dengan nilai DPK antara Rp10 juta sampai dengan Rp500 juta memegang porsi sebesar 22%, disusul kelompok nilai Rp10 juta sampai dengan Rp100 juta sebesar 18%. Sementara itu kelompok nasabah besar dengan nilai diatas Rp1 miliar menguasai pangsa DPK sebesar 46%. Apabila dilihat per jenis masing-masing DPK, maka sebaran kelompok nilai pada giro didominasi oleh kelompok nilai diatas Rp1 miliar yang mengambil porsi 71%. Sementara itu kelompok tabungan dibawah Rp1 miliar mengambil porsi terbesar yaitu 81%. Berbeda dengan tabungan, deposan besar dengan karakteristik dana lebih dari Rp1 miliar, menguasai lebih dari 55% deposito yang dihimpun bank umum di Provinsi Kepulauan Riau. 30

42 (Rp miliar) DPK (LHS) growth-dpk (RHS) (%, yoy) Giro (LHS) Tabungan (LHS) Deposito (LHS) growth - Giro (RHS) growth - Tabungan (RHS) growth - Deposito (RHS) 45, (Rp miliar) (%, yoy) 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5, ,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2, Grafik 3.3. Perkembangan DPK Bank Umum Grafik 3.4. Perkembangan DPK (berdasarkan komposisi) (%, yoy) Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing & Campuran Karimun, 2.65% Dati II Lainnya, 0.40% Tanjungpina ng, 19.46% - I II III IV I II III IV I II III IV I (20.00) (40.00) Batam, 77.48% (60.00) Grafik 3.5. Perkembangan DPK Berdasarkan Jenis Bank Grafik 3.6. Porsi DPK Berdasarkan Kabupaten & Kota Deposito Tabungan Giro > 5 miliar 5.08% 28.73% 39.98% > 1 miliar - 5 miliar 14.20% 26.23% 26.55% >500 juta - 1 miliar 7.61% 11.94% 22.44% 100 juta juta 22.34% 26.54% 6.68% <100 juta 10.76% 46.58% 4.34% Grafik 3.7. Tiering DPK Berdasarkan Jenisnya Kredit Searah dengan aset dan DPK, kinerja penyaluran kredit juga melambat pada triwulan I 2014 dibanding triwulan sebelumnya. Total kredit senilai Rp27,69 triliun, atau tumbuh 19,20% (yoy) lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 22,18% (yoy). 31

43 Berdasarkan penggunaan, porsi terbesar kredit digunakan untuk kredit modal kerja (36,45%), kredit konsumsi (35,22%) dan kredit investasi (28,33%). Sementara itu, perlambatan kredit terutama terjadi pada kredit modal kerja, tumbuh melambat dari 19,74% (yoy) menjadi 13,55% (yoy). Perlambatan pertumbuhan kredit modal kerja terutama terjadi pada kredit di sektor industri pengolahan, yang menyerap porsi terbesar kredit (38,16%), namun tumbuh melambat cukup dalam dari 41,40% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 26,06% (yoy) pada triwulan laporan. Kredit konsumsi juga tumbuh melambat, dengan angka pertumbuhan 15,45% (yoy) lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 17,35% (yoy). Perlambatan pada kredit konsumsi terutama terjadi pada kredit pemilikan rumah (KPR), kredit kendaraan bermotor (KKB) dan kredit multiguna. Sebaliknya, kredit investasi tumbuh menguat, dengan angka pertumbuhan 33,11% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 32,56% (yoy). Pertumbuhan kredit investasi terutama ditopang oleh pertumbuhan kredit pada sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi yang juga menjadi penyerap utama kredit investasi (55,42%). Berdasarkan kelompok bank, porsi terbesar kredit disalurkan oleh bank pemerintah (53,26%), kemudian bank swasta nasional (45,21%), dan porsi terkecil oleh bank asing dan campuran (1,53%). Sementara itu, kredit oleh bank pemerintah dan bank swasta nasional tumbuh melambat, masing-masing dengan angka pertumbuhan 19,54% (yoy) dan 18,18% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 22,32% (yoy) dan 21,86% (yoy). Adapun, kredit pada bank asing dan campuran tumbuh menguat, dari 27,75% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 41,35% (yoy) pada triwulan laporan. (Rp miliar) Total Kredit (LHS) growth - Total Kredit (RHS) (%, yoy) MODAL KERJA (LHS) INVESTASI (LHS) KONSUMSI (LHS) growth - MK (RHS) growth - INVESTASI (RHS) growth - KONSUMSI (RHS) 30, (Rp miliar) 12,000 (%, yoy) ,000 20, ,000 8, ,000 10, ,000 4, , , Grafik 3.8. Perkembangan Kredit Bank Umum Grafik 3.9. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan 32

44 (%, yoy) Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing & Campuran %, yoy KPR KKB Multiguna I II III IV I II III IV I (20.00) (40.00) (60.00) - I II III IV I II III IV I II III IV I (10.00) Grafik PertumbuhanKredit Berdasarkan Kelompok Bank Grafik Pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) Bukan Lapangan Usaha Industri Pengolahan Perdagangan Besar Dan Eceran Trans, Gudang Dan Komunikasi Real Estate, Sewaan Dan Jasa PT Konstruksi Akomodasi Dan Makan Minum Listrik, Gas Dan Air Pertambangan Dan Penggalian Jasa Msy, SosBud, Hiburan Perantara Keuangan Pertanian, Buru Dan Hutan Jasa Pendidikan Perikanan Jasa Kesehatan Dan Keg Sosial Jasa Perorangan RT Adm Pem, Pertahanan Dan Jam Sos Keg Yang Belum Jelas Batasannya Badan Internasional 18.52% 15.01% 10.57% 6.64% 5.51% 2.66% 1.87% 1.35% 1.23% 0.37% 0.34% 0.28% 0.20% 0.15% 0.06% 0.00% 0.00% 0.00% 35.22% (%, yoy) (20.00) Bukan Lapangan Usaha Industri Pengolahan Perdagangan Besar Dan Eceran Trans, Gudang Dan Komunikasi Real Estate, Sewaan Dan Jasa PT Konstruksi I II III IV I II III IV I Grafik Porsi Kredit Bank Umum Secara Sektoral Grafik Pertumbuhan Kredit Bank Umum Secara Sektoral Berdasarkan golongan debitur, sebanyak 99,67% porsi kredit tersalurkan ke sektor swasta yaitu sebesar 49,81% kepada bukan lembaga keuangan; 48,62% kepada perseorangan; 1,10% kepada lembaga keuangan non bank dan 0,48% kepada sektor swasta lainnya. Sementara itu secara sektoral, porsi terbesar kredit diserap oleh sektor bukan lapangan usaha (konsumsi) sebesar 35,22% dari total kredit; kemudian sektor industri pengolahan (18,52%), sektor perdagangan besar dan eceran (15,01%) serta sektor transportasi, gudang dan komunikasi (10,57%). Berdasarkan kabupaten dan kota, porsi terbesar kredit masih terserap di Kota Batam karena kegiatan perekonomian yang sangat dominan di kota tersebut. Kota Batam menyerap 80,09% dari total kredit, diikuti oleh Kota Tanjungpinang (16,95%), Kabupaten Tanjung Balai Karimun (1,96%), dan sisa 1,00% tersebar di daerah dati II lainnya di Kepulauan Riau. Ditinjau dari sebaran kelompok nilai baki debet penyaluran kredit produktif (modal kerja dan investasi), maka kelompok nilai kredit diatas Rp1 miliar memegang peranan sebesar 33

45 81,87% dari total kredit dengan rekening sebanyak 2776 (6,36% dari total rekening). Sementara itu, kelompok nilai baki debet kredit produktif diatas Rp20 miliar memegang peranan sebesar 37,11% dari total nominal kredit produktif dengan 134 rekening atau sebesar 0,31% dari total rekening produktif. Penyaluran kredit oleh bank umum pada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mengalami perlambatan dibanding triwulan IV Nilai kredit UMKM oleh bank umum mencapai Rp7,41 triliun atau tumbuh 24,87% (yoy), pertumbuhan ini lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 37,11% (yoy). Perlambatan penyaluran kredit UMKM pada triwulan I 2014 merupakan salah satu indikator penurunan kinerja UMKM di awal tahun. Sementara itu, porsi kredit UMKM bank umum telah mencapai 26,64% dari total kredit atau lebih tinggi dibanding target porsi kredit UMKM yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 20%. Searah dengan penyaluran kredit UMKM, kredit usaha rakyat (KUR) juga tumbuh melambat. Penyaluran KUR sebesar Rp340,71 miliar atau tumbuh 5,32% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 28,75% (yoy). (Rp miliar) 25,000 UMKM - LHS Bukan UMKM - LHS Pertumbuhan (yoy,%) - RHS (yoy,%) (Rp miliar) 400,000 KUR (LHS) Pertumbuhan (RHS) (%, yoy) ,000 20, , ,000 10, , , , , , , Sumber: Kementerian Koperasi dan UMKM Grafik Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Grafik Perkembangan KUR Bank Umum Loan to Deposit Ratio (LDR) Perlambatan pertumbuhan DPK yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan kredit menyebabkan LDR bank umum meningkat menjadi sebesar 75,46%, lebih tinggi dibanding LDR triwulan sebelumnya yang sebesar 73,54%. Angka LDR tersebut masih lebih rendah dibandingkan standar LDR sebesar 85% - 100%, hal ini menunjukkan kegiatan intermediasi oleh bank umum di Provinsi Kepulauan Riau belum optimal Risiko Kredit Meskipun pertumbuhan kredit melambat, namun jumlah kredit bermasalah meningkat, tercermin dari angka Non Performing Loan (NPL) yang meningkat dari 1,39% pada triwulan 34

46 sebelumnya menjadi 1,70% pada triwulan laporan. Meskipun meningkat, namun angka tersebut relatif rendah serta masih dalam batas aman yaitu maksimal sebesar 5%. Berdasarkan penggunaan, NPL tertinggi pada kredit konsumsi sebesar 1,78%, selanjutnya kredit investasi sebesar 1,44% dan kredit modal kerja sebesar 1,01%. Secara sektoral, sektor pertanian, perburuan dan kehutanan masih menjadi sektor dengan NPL tertinggi yaitu sebesar 49,84%, jauh lebih tinggi dibanding NPL pada sektor-sektor lainnya. Sementara itu, sektor hotel dan restoran mencatatkan NPL terbesar kedua sebesar 3,52%, diikuti oleh sektor real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan dengan NPL sebesar 2,71%. Kendala keterbatasan lahan serta kondisi lahan yang kurang sesuai untuk pertanian, menjadi penghambat utama perkembangan sektor pertanian di Kepulauan Riau, yang kemudian berdampak pula terhadap kualitas kredit. Adapun sektor ekonomi utama mencatatkan NPL yang relatif rendah yaitu sektor industri pengolahan mencatatkan NPL sebesar 0,43%; sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 1,91%; serta sektor konstruksi sebesar 1,23%. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di triwulan I 2014 pada seluruh sektor utama tersebut, menyebabkan angka NPL sektor-sektor utama dapat tetap terjaga pada level rendah % 80.00% 78.00% 76.00% 74.00% 72.00% 70.00% 68.00% 66.00% LDR (LHS) NPL (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I % 2.50% 2.00% 1.50% 1.00% 0.50% 0.00% Grafik Perkembangan LDR dan NPL Bank Umum BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Berbeda dengan bank umum yang mengalami penurunan kinerja pada triwulan I 2014, kinerja BPR mengalami peningkatan pada triwulan laporan. Kondisi tersebut tercermin dari aset, DPK maupun kredit yang tumbuh menguat. Total aset sebesar Rp3,97 triliun atau tumbuh 14,12% (yoy) lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 12,95% (yoy). Dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp3,17 triliun tumbuh 13,85% (yoy), meningkat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 9,97% (yoy). Demikian juga kredit sebesar Rp3,07 35

47 triliun tumbuh 15,49% (yoy), juga lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 13,21% (yoy). Tabel 3.2. Indikator Utama BPR di Provinsi Kepulauan Riau Pertumbuhan (yoy) Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. IV Tw. I Total Aset ,95% 14,12% Total Dana ,97% 13,85% Total Kredit ,21% 15,49% NPL 3,52% 3,24% 3,07% 2,46% 3,07% - - LDR 95,3% 99,2% 92,94% 97,17% 96,68% - - dalam Rp miliar Aset Aset BPR pada triwulan I 2014 tumbuh menguat.total aset sebesar Rp3,97 triliun atau tumbuh 14,12% (yoy) lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 12,95% (yoy). (Rp miliar) Aset (LHS) growth-aset (RHS) (%, yoy) 4, , , ,000 2,500 2,000 1, , Grafik Perkembangan Aset BPR Dana Pihak Ketiga (DPK) Searah dengan aset, DPK BPR tumbuh cukup signifikan pada triwulan laporan. Total DPK senilai Rp3,17 triliun atau tumbuh 13,85% (yoy) lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 9,97% (yoy). Pertumbuhan dana pihak ketiga BPR terutama ditopang oleh pertumbuhan tinggi pada tabungan. Meskipun porsi tabungan hanya 15,11% terhadap total DPK BPR, namun tabungan tumbuh signifikan dari negatif 18,94% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 20,12% (yoy) pada triwulan laporan. Di sisi lain, deposito dengan porsi 84,89% terhadap total DPK BPR, 36

48 tumbuh melambat dari 14,80% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 12,82% (yoy) pada triwulan laporan. Berdasarkan kabupaten/kota, porsi terbesar DPK BPR terkonsentrasi di Kota Batam mencapai 70,32%, kemudian Kota Tanjungpinang sebesar 12,90%, Kabupaten Karimun 9,52% dan di dati II lainnya sebesar 7,26%, (Rp miliar) 3,500 DPK (LHS) growth-dpk (RHS) (%, yoy) (Rp miliar) 3,000 Deposito (LHS) growth - Deposito (RHS) Tabungan (LHS) growth - Tabungan (RHS) (%, yoy) ,000 2,500 2, ,500 2, ,500 1, ,500 1, Grafik Perkembangan DPK BPR Grafik Perkembangan DPK Berdasarkan Jenisnya (10.00) (20.00) (30.00) Kredit Kredit BPR juga tumbuh menguat pada triwulan laporan. Total kredit sebesar Rp3,07 triliun atau tumbuh menguat dari 13,24% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 15,52% (yoy) pada triwulan laporan. Penguatan pertumbuhan kredit BPR disumbang oleh kredit konsumsi dengan porsi 60,58% dari total kredit, tumbuh menguat dari 15,62% pada triwulan sebelumnya, menjadi 16,81% (yoy) pada triwulan laporan. Kredit modal kerja dengan porsi 29,52% dari total kredit BPR juga tumbuh menguat dari 4,00% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 9,19% (yoy) pada triwulan laporan. Sebaliknya, kredit investasi dengan porsi 9,89% dari total kredit, tumbuh melambat dari 33,05% pada triwulan sebelumnya menjadi 29,08% (yoy) pada triwulan laporan. Secara sektoral, pertumbuhan kredit BPR terutama ditopang oleh pertumbuhan kredit pada sektor perdagangan besar dan eceran, dengan porsi terbesar kedua dari total kredit BPR (18,97%), tumbuh menguat dari negatif 5,45% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,74% pada triwulan laporan. Penguatan kredit BPR juga ditopang oleh pertumbuhan kredit pada sektor bukan lapangan usaha untuk rumah tangga (konsumsi) dengan porsi 10,87%, menguat signifikan dari negatif 0,80% (yoy) pada triwulan IV 2013 menjadi 20,60% (yoy) pada triwulan I

49 Penyaluran kredit UMKM oleh BPR juga tumbuh menguat. Total penyaluran kredit UMKM sebesar Rp1,04 triliun atau mencapai 33,80% dari total kredit, tumbuh menguat dari 13,05% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 18,80% (yoy) pada triwulan I (Rp miliar) 3,500 Total Kredit (LHS) growth Kredit (RHS) (%, yoy) Rp miliar 2,000 MK (LHS) Konsumsi (LHS) Investasi (LHS) growth - MK (RHS) growth - Konsumsi (RHS) growth - Investasi (RHS) %, yoy , , ,500 2,000 1,500 1, ,600 1,400 1,200 1, Grafik Perkembangan Kredit BPR Grafik Perkembangan Kredit BPR Berdasarkan Jenisnya Bukan Lap. Usaha - Lainnya Perdagangan Besar Dan Eceran Bukan Lap. Usaha - RT Keg Usaha belum Jelas Batasnya Konstruksi Trans, Gudang Dan Komunikasi Jasa Msy, SosBud, Hiburan Akomodasi Dan Makan Minum Industri Pengolahan Real Estate, Sewaan Dan Jasa PT Pertambangan Dan Penggalian Pertanian, Buru Dan Hutan Jasa Pendidikan Perikanan Jasa Kesehatan Dan Keg Sosial Jasa Perorangan RT Listrik, Gas Dan Air Adm Pem, Pertahanan Dan Jam Sos Perantara Keuangan 18.97% 10.87% 5.99% 3.46% 3.39% 1.98% 1.09% 1.06% 0.69% 0.64% 0.62% 0.35% 0.35% 0.30% 0.26% 0.14% 0.10% 0.03% 49.71% (Rp Juta) 2,500 2,000 1,500 1, UMKM - kiri Bukan UMKM - kiri Pertumbuhan (yoy,%) - kanan (%, yoy) Grafik Porsi Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi Grafik Perkembangan Kredit UMKM oleh BPR % % 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% LDR (LHS) NPL (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I % 3.50% 3.00% 2.50% 2.00% 1.50% 1.00% 0.50% 0.00% Grafik Perkembangan LDR dan NPL BPR Loan to Deposit Ratio (LDR) Laju pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dibanding kredit menyebabkan LDR menurun pada triwulan I 2014, yaitu sebesar 96,68%, lebih rendah dibanding LDR pada triwulan 38

50 sebelumnya sebesar 97,17%. Angka LDR tersebut masih lebih tinggi dibandingkan LDR bank umum serta masih dalam batas aman pada kisaran 85%-100%, menunjukkan bahwa fungsi intermediasi BPR berjalan dengan baik Risiko Kredit Angka Non Performing Loan (NPL) BPR yang meningkat pada triwulan laporan namun masih pada level rendah yaitu dari 2,46% pada triwulan sebelumnya, menjadi 3,07% pada triwulan I PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH (BANK UMUM DAN BPR) Pada triwulan I 2014,kinerja perbankan Syariah masih pada trend melambat,tercermin dari perlambatan pertumbuhan aset, DPK dan pembiayaan pada triwulan laporan dibanding triwulan sebelumnya. Tabel 3.3. Indikator Perbankan Syariah di Provinsi Kepulauan Riau Pertumbuhan (yoy) Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. IV Tw. I Total Aset ,01% 16,64% Total Pembiayaan ,20% 15,36% Total Dana ,41% 1,10% NPF 3,12% 2,37% 2,95% 2,08% 3,04% - FDR 114,15% 113,21% 110,87% 132,07% 130,24% - dalam Rp miliar Aset Pada akhir triwulan laporan,aset tercatat sebesar Rp2,81 triliun atau tumbuh 16,64% (yoy), lebih rendah bila dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 18,01% (yoy).sebesar 95,17% atau senilai Rp2,88 triliun dari total aset tersebut dimiliki oleh bank umum syariah dan 4,83% atau senilai Rp135,82 miliar dimiliki oleh BPR Syariah. Sementara itu, porsi aset perbankan syariah terhadap total aset perbankan Kepulauan Riau masih relatif kecil yaitu sebesar 6,04% (yoy). Meskipun demikian, perbankan syariah di Kepulauan Riau menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan antara lain tercermin dari rata-rata pertumbuhan tahunan aset dalam 4 (empat) tahun terakhir sebesar 46,76%, jauh lebih tinggi dibanding rata-rata pertumbuhan tahunan total aset perbankan sebesar 18,56%. Memperhatikan kondisi tersebut, untuk terus mendorong kinerja keuangan syariah, Bank 39

51 Indonesia telah meluncurkan program Gerakan Ekonomi Syariah (GRES!). Peluncuran Gres! secara nasional dilakukan di Jakarta pada November 2013, sementara di Kepulauan Riau juga telah dilakukan di Kota Batam pada Desember Ke depan, dengan berbagai tahapan program kegiatan yang dicanangkan dalam Gres!, diharapkan dapat mendorong konstribusi keuangan syariah terhadap pertumbuhan ekonomi, baik secara regional di Kepulauan Riau maupun nasional Dana Pihak Ketiga (DPK) DPK perbankan syariah tumbuh melambat signifikan pada triwulan laporan. Total DPK sebesar Rp1,77 triliun, atau hanya tumbuh 1,10% (yoy), jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 29,41% (yoy). Berdasarkan jenisnya, baik giro, tabungan dan deposito tumbuh melambat. Tabungan dengan porsi terbesar dari total DPK (49,61%), tumbuh 13,43% (yoy) lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 26,16% (yoy). Adapun giro, dengan porsi 26,66% dari total DPK, tumbuh negatif 5,16% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 26,30% (yoy). Sementara deposito, dengan porsi 23,72% dari total DPK, tumbuh negatif 12,28% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 40,82% (yoy). Berdasarkan kabupaten/kota, sebanyak 59,99% DPK terdapat di Kota Batam dan 40,01% sisanya terdapat di Kota Tanjungpinang Pembiayaan Searah dengan aset dan DPK, pembiayaan oleh perbankan syariah juga melambat di triwulan I Total pembiayaan senilai Rp2,31 triliun atau tumbuh 15,36% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan IV 2013 sebesar 20,20% (yoy). Berdasarkan penggunaan, porsi terbesar pembiayaan syariah berupa pembiayaan konsumsi mencapai 56,70% dari total kredit, diikuti oleh pembiayaan modal kerja (24,97%) dan porsi terkecil berupa pembiayaan investasi (18,33)%. Baik pembiayaan konsumsi, modal kerja maupun investasi mengalami perlambatan, masing-masing dengan angka pertumbuhan sebesar 30,57% (yoy), 2,77% (yoy) dan negatif 3,32 % (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar masing-masing 34,91% (yoy); 3,07% (yoy); dan 10,47% (yoy). Di sisi lain, pertumbuhan pembiayaan UMKM tumbuh menguat dari 17,70% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 18,14% (yoy) pada triwulan laporan. Adapun porsi pembiayaan UMKM syariah terhadap total pembiayaan mencapai 20,58%. 40

52 Secara sektoral, pembiayaan pada perbankan syariah sebagian besar diserap oleh sektor bukan lapangan usaha (konsumsi) dan sektor real estate, persewaan dan jasa perusahaan, yaitu masing-masing sebesar 56,65% dan 37,61%. Sementara berdasarkan persebaran pembiayaan menurut kabupaten/kota, sebanyak 72,59% di Kota Batam dan sisanya sebesar 27,41% di Kota Tanjungpinang Finance to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Angka FDR syariah tercatat meningkat pada triwulan laporan, yaitu sebesar 130,24%, lebih tinggi dibanding FDR pada triwulan sebelumnya sebesar 116,86%. Peningkatan FDR juga diikuti oleh peningkatan jumlah pembiayaan bermasalah, tercermin dari peningkatan NPF dari 2,12% pada triwulan sebelumnya menjadi 3,04% pada triwulan laporan. (Rp miliar) 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Aset (LHS) Pembiayaan (LHS) DPK (LHS) growth - Aset (RHS) growth - Pembiayaan (RHS) growth - DPK (RHS) ( %, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV FDR (LHS) NPF (RHS) % % % 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% % 7.00% 6.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00% Grafik Perkembangan Aset, DPK dan Pembiayaan Syariah Grafik FDR dan NPF Perbankan Syariah 3.2. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) Perkembangan peredaran uang kartal dapat terlihat dari pergerakan arus uang masuk (inflow) dan arus uang keluar (outflow). Sesuai dengan pola tahunan, nilai inflow dan outflow pada triwulan pertama cenderung menurun tajam dibanding triwulan sebelumnya, karena kegiatan perekonomian yang menurun di awal tahun. Meskipun terjadi penurunan nilai inflow dan outflow, namun pertumbuhan tahunan net outflow tercatat sangat tinggi, menunjukkan peningkatan transaksi non tunai yang tetap tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu. Kondisi tersebut antara lain dipengaruhi oleh kegiatan kampanye dan persiapan pemilu, 41

53 perayaan hari raya Imlek serta berbagai persiapan pelaksanaan MTQ yang mendorong peningkatan kebutuhan uang kartal. Pada triwulan laporan,total inflow sebesar Rp709,49 miliar atau tumbuh negatif 0,63% (yoy) sementara total outflow sebesar Rp1.294,81 miliar atau tumbuh 45,16% (yoy), dan net outflow sebesar Rp585,32 miliar atau tumbuh signifikan sebesar 228,83% (yoy). 10,000 Inflow (Rp milyar) Outflow (Rp milyar) Net %, yoy Pertumbuhan inflow Pertumbuhan outflow 9, ,000 7, ,000 5, ,000 3, ,000 1, I II III IV I II III IV I TOTAL TAHUNAN (50.00) I II III IV I II III IV I TOTAL TAHUNAN Grafik Perkembangan Inflow dan OutflowKepulauan Riau Grafik Perkembangan Inflow dan Outflow Kepulauan Riau Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Dalam upaya pemenuhan jumlah nominal uang kartal menurut jenis pecahan dan dalam kondisi layak edar (clean money policy) bagi masyarakat, Bank Indonesia secara berkala melakukan kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE).UTLE tersebut berasal dari setoran bank maupun penukaran uang dari masyarakat, yang selanjutnya ditukar dengan uang yang layak edar (fit for circulation). Pada triwulan laporan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau telah memusnahkan UTLE dengan jumlah nominal mencapai Rp63,68miliar atau menurun 23,19% (yoy). Dalam rangka menjaga jumlah uang yang dimusnahkan tetap pada level yang rendah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau tetap giat melakukan sosialisasi prinsip 3D (Didapat, Disimpan, Disayang) kepada masyarakat. Hal ini dilakukan agar masyarakat memahami cara-cara memperlakukan uang dengan baik sehingga dapat memperpanjang usia manfaat fisik uang. 42

54 Pemusnahan Uang (Rp miliar) 1, I II III IV I II III IV I II III IV I Uang Rupiah Tidak Asli Grafik Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Jumlah uang rupiah tidak asli yang tercatat oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan I 2014 masih pada trend menurun. Pada triwulan laporan, jumlah nominal uang rupiah tidak asli yang ditemukan sebanyak 51 lembar, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya dengan jumlah uang rupiah tidak asli sebanyak 68 lembar. Temuan uang rupiah tidak asli tersebut didasarkan atas permintaan klarifikasi perbankan dan masyarakat serta setoran bank-bank ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau. Sebagai upaya mengatasi peredaran uang rupiah tidak asli, Bank Indonesia melakukan berbagai upaya, antara lain dengan meningkatkan security features uang yang dicetak dan terus melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah, melalui penerapan prinsip 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang). Nominal Rp juta (kiri) Lembar (kanan) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Grafik Penemuan Uang Rupiah Tidak Asli di Kepulauan Riau 43

55 3.2.2 TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI Kliring Lokal Seperti halnya pada transaksi tunai, secara triwulanan jumlah transaksi maupun nilai transaksi kliring juga cenderung menurun. Meskipun demikian, secara tahunan, pertumbuhan nominal kliring mengalami peningkatan, mencerminkan kegiatan ekonomi pada triwulan pertama 2014 cenderung lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu. Seperti halnya pada transaksi tunai, peningkatan transaksi kliring tersebut juga dipengaruhi oleh kegiatan kampanye dan persiapan pemilu di awal tahun, hari raya Imlek, serta penyelenggaran kegiatan besar berskala nasional dan internasional di Kepulauan Riau yaitu Multilateral Naval Exercise Komodo 2014 serta persiapan MTQ Nasional di Kota Batam pada Juni Pada triwulan laporan, jumlah warkat transaksi kliring sebanyak lembar, meningkat 5,49% (yoy), cenderung stabil bila dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,48% (yoy) namun lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan yang sama tahun lalu sebesar 8,67% (yoy). Sementara itu, nilai transaksi sebesar Rp4,74 triliun tumbuh signifikan sebesar 42,28% dibanding triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun lalu, masing-masing sebesar 16,08% (yoy) dan negatif 14,05% (yoy). Tabel 3.4. Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Kepulauan Riau Warkat (lembar), Nominal (Rp juta) Kliring Penyerahan Kliring Pengembalian Jumlah Tahun Bulan Perputaran Jumlah Tolakan Net Kliring Warkat Nominal Warkat Nominal Warkat Nominal Tw-I 122,544 3,966,000 2,362 93, ,182 3,872, Tw-II 128,027 4,062,000 2,664 86, ,363 3,975,990 Tw III 124,027 4,008,726 2, , ,596 3,899,664 Tw-IV 133,121 4,211,201 2, , ,314 4,103,926 Tw-I 133,438 3,436,971 2, , ,597 3,329, Tw-II 128,482 4,141,005 2, , ,791 4,026,335 Tw III 142,912 4,918,425 3, , ,796 4,809,830 Tw-IV 140,475 4,936,337 2, , ,144 4,825, Tw- I 140,548 4,901,999 2, , ,765 4,736, Real Time Gross Settlement (RTGS) Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) adalah proses penyelesaian akhir transaksi (settlement) pembayaran yang dilakukan per transaksi (individually processed gross settlement) dan bersifat real time (electronically processed) dimana rekening peserta dapat didebit/kredit berkali-kali dalam sehari sesuai dengan perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran. 44

56 Pada triwulanan I 2014, jumlah maupun nominal transaksi RTGS menurun dibanding triwulan IV Demikian juga pertumbuhan tahunan mengalami penurunan dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun lalu. Jumlah transaksi RTGS pada triwulan laporan sebanyak transasi atau tumbuh 1,17% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 0,58% (yoy), namun lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan yang sama tahun lalu sebesar 6,79% (yoy). Sementara itu, nominal transaksi RTGS sebesar Rp21,56 triliun tumbuh 14,82% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun lalu, masing-masing sebesar 22,09% (yoy) dan 19,59% (yoy). Tabel 3.5. Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Kepulauan Riau Wilayah Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I RTGS Nilai (Rp Miliar) Batam Batam ke Luar Batam 5,736 6,895 7,504 8,141 7,819 7,958 8,730 9,333 7,761 Luar Batam ke Batam 11,113 13,617 13,963 15,521 13,035 16,383 17,769 18,140 15,647 Batam ke Batam 3,103 3,567 3,676 4,269 4,244 4,120 4,382 4,013 4,048 Karimun Karimun ke Luar Karimun Luar Karimun ke Karimun Karimun ke Karimun Natuna Natuna ke Luar Natuna Luar Natuna ke Natuna Natuna ke Natuna Tanjung Pinang Tg. Pinang ke Luar Tg. Pinang Luar Tg. Pinang ke Tg. Pinang 1,041 1,156 1,159 1,410 1,102 1,376 2,345 2,051 1,316 Tg. Pinang ke Tg. Pinang Kepulauan Riau Kepri ke Luar Kepri Luar Kepri ke Kepri Kepri ke Kepri Kumulatif 15,701 19,036 20,159 21,998 18,777 22,559 25,473 26,857 21,559 RTGS Volume Batam Batam ke Luar Batam 11,657 13,451 13,936 15,412 13,970 14,891 14,374 15, Luar Batam ke Batam 15,279 16,315 16,309 17,950 16,113 17,327 16,846 16, Batam ke Batam 5,236 5,947 6,127 6,750 6,513 6,719 6,272 6, Karimun Karimun ke Luar Karimun , ,405 1,242 Luar Karimun ke Karimun Karimun ke Karimun Natuna Natuna ke Luar Natuna Luar Natuna ke Natuna Natuna ke Natuna Tanjung Pinang Tg. Pinang ke Luar Tg. Pinang Luar Tg. Pinang ke Tg. Pinang 1,518 1,713 1,715 2,248 1,393 1, ,289 1,731 Tg. Pinang ke Tg. Pinang Kepulauan Riau Kepri ke Luar Kepri Luar Kepri ke Kepri Kepri ke Kepri Kumulatif 24,969 27,215 27,385 30,725 26,665 28,936 29,142 30,902 26,977 45

57 3.3. PERKEMBANGAN TRANSAKSI KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING (KUPVA) DAN PTD (PENYELENGGARA TRANSFER DANA) Perkembangan Transaksi KUPVA Trend penurunan transaksi PVA masih berlanjut pada triwulan laporan. Pelemahan nilai tukar rupiah relatif tidak berpengaruh terhadap transaksi PVA, baik transaksi pembelian maupun penjualan uang kertas asing (UKA). Total transaksi pembelian UKA pada triwulan I 2014 sebesar Rp1,95 triliun atau tumbuh negatif 22,27%, menurun sangat dalam dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 4,61% (yoy). Sementara total transaksi penjualan UKA sebesar Rp1,91 triliun, atau tumbuh negatif 25,69%, juga menurun sangat dalam dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,96% (yoy). Dari sisi jumlah mata uang, transaksi KUPVA dengan mata uang dollar Singapura (SGD) masih mendominasi, mencapai 74,67% dari total transaksi, kemudian ringgit Malaysia (MYR) sebesar 10,57%, dan dollar Amerika (USD) sebesar 7,22%. Lokasi Kepulauan Riau khususnya Batam yang sangat dekat dengan Singapura menyebabkan kebutuhan jual dan beli mata uang dollar Singapura (SGD) jauh lebih tinggi dibandingkan mata uang lainnya. Berdasarkan kabupaten/kota, persebaran PVA terbanyak di Kota Batam (80 KUPVA), kemudian Tanjungpinang (15 KUPVA), Tanjung Balai Karimun (14 KUPVA) dan Bintan (4 KUPVA). (Rp miliar) Pembelian (LHS) growth Pembelian, yoy (RHS) Penjualan (LHS) growth Penjualan, yoy (RHS) (%, yoy) USD, 7.22% Mata Uang Lainnya, 7.54% MYR, 10.57% SGD, 74.67% I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik Perkembangan Transasi KUPVA Grafik Porsi Mata Uang dalam Transaksi KUPVA 46

58 Pembelian (LHS) Rata-Rata Kurs Tengah SGD (RHS) Penjualan (LHS) Rata-rata Kurs Tengah USD (RHS) (Rp miliar) (Rp) 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0 I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik Perkembangan Transasi KUPVA terhadap Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Perkembangan Transaksi Penyelenggara Transfer Dana (PTD) Searah dengan transaksi PVA, pertumbuhan transaksi PTD juga melambat pada triwulan I Nilai transaksi PTD pada triwulan IV 2013 sebesar Rp314 miliar atau tumbuh negatif 27,30% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,51% (yoy). Dari total nilai transaksi PTD tersebut, porsi terbesar berupa transaksi dari luar wilayah RI (39,22%), kemudian transaksi keluar wilayah RI (38,55%), dan porsi terkecil berupa transaksi antar wilayah RI (22,22%). (Rp miliar) 700 Total Transaksi PTD (LHS) Pertumbuhan Transaksi PTD (RHS) (%, yoy) Dari Luar Wilayah RI (LHS), 39.22% Antar Wilayah RI (LHS), 22.22% Ke Luar Wilayah RI (LHS), 38.55% 0 I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik Perkembangan Transasi PTD di Kepulauan Riau Grafik Jenis Transasi PTD 47

59 BOKS - 2 MENATAP OPTIMIS POTENSI KREDIT PERBANKAN BAGI UMKM (Survei Database Informasi UMKM Provinsi Kepulauan Riau) Latar Belakang Survei Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki peranan yang cukup penting dalam menstimulus dinamisasi ekonomi dan mendukung pertumbuhan ekonomi suatu daerah, bahkan untuk ekonomi suatu negara. Bank Indonesia yang menyadari peran UMKM dalam ekonomi tersebut juga berupaya melibatkan perbankan secara aktif untuk ikut serta dalam pemberian kredit/pembiayaan kepada UMKM. Dalam Peraturan Bank Indonesia No.14/22/PBI/2012 tanggal 21 Desember 2012 tentang Pemberian Kredit Atau Pembiayaan dan Bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, telah diatur bahwa bank umum wajib menyalurkan kredit kepada bisnis UMKM minimal 5% di tahun 2015, 10% di tahun 2016, kemudian 15% di tahun 2017 dan minimal 20% di tahun 2018 Sehubungan dengan hal tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kepulauan Riau (Kepulauan Riau) mencoba untuk mengadakan survei database informasi UMKM di wilayah Provinsi Kepulauan Riau yang dilakukan secara rutin setiap tahunnya. Untuk tahun 2013, survei dimaksud telah diadakan untuk mendapatkan 200 responden UMKM yang tersebar di wilayah Batam, Tanjungpinang, Bintan, Lingga dan Karimun, masing-masing secara berurutan dengan porsi sampel sebesar 50%, 25%, 10%, 8% dan 7%, sesuai dengan skala ekonomi masing-masing daerah. Tujuan diadakannya survei ini adalah untuk lebih mendekatkan dunia perbankan kepada dunia usaha dan masyarakat serta untuk mengetahui potensi kredit/pembiayaan yang dapat disalurkan oleh bisnis perbankan kepada bisnis UMKM di wilayah Kepulauan Riau. Hasil Survei Dari hasil survei yang dilakukan pada sampel kota tersebut, diketahui bahwa sebagian besar UMKM tergolong ke dalam kriteria usaha mikro (total asset dan hasil penjualan maksimum masing-masing sebesar Rp ,00 dan Rp ,00), dengan total porsi sebesar 84%. Sementara itu, sektor usaha yang banyak digeluti oleh UMKM di wilayah Kepulauan Riau sebagian besar berada pada sektor perdagangan (84%) dan industri pengolahan (29%). Porsi secara sektoral ini juga sesuai dengan karakteristik wilayah Kepulauan Riau, khususnya Batam, yang sangat mengandalkan sektor perdagangan dan industri pengolahan sebagai kontribusi terbesar dalam pertumbuhan ekonomi regionalnya. 48

60 2% 10% 1% 2% Perdagangan 14% 84% Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah 15% 29% 43% Industri Pengolahan Jasa Pertanian & Peternakan Bangunan Grafik B2.1. Skala UMKM di Wilayah Kepulauan Riau Pertambangan & Penggalian Grafik B2.2. Sektor UMKM di Wilayah Kepulauan Riau Status badan hukum UMKM di wilayah Kepulauan Riau sebagian besar berbentuk perorangan (92%), dan 55% dari sampel yang diteliti telah siap untuk memiliki dokumen persyaratan kredit sebanyak 5-10 dokumen, antara lain seperti KTP, kartu keluarga (KK), surat nikah dan buku tabungan. Kelengkapan dokumen persyaratan kredit ini menjadi kendala tersendiri bagi perbankan mengingat bahwa proses pemberian kredit bank yang prudential mempersyaratkan kelengkapan dokumen pendukung permohonan kredit yang diajukan oleh para nasabahnya. 2% 4% 1% 3% 1% Perorangan CV 42% 0-5 PT >5-10 Usaha Dagang Koperasi 55% > % Grafik B2.3 Status Badan Hukum UMKM di Kepulauan Riau Grafik B2.4. Kelengkapan Dokumen Persyaratan Kredit Hal yang cukup menggembirakan adalah bahwa potensi pendapatan per tahun dari bisnis UMKM ini cukup besar. Terdapat 33% dari sampel yang mampu untuk menghasilkan pendapatan maksimum Rp50 juta per tahun, sementara itu sisanya secara merata mampu untuk menghasilkan pendapatan dalam interval Rp50 juta s.d. Rp100 juta (24%), Rp100 juta s.d. Rp500 juta (21%) dan di atas Rp500 juta per tahunnya (22%). Selanjutnya, sebagian besar UMKM di Kepulauan Riau membutuhkan pembiayaan kredit di bawah Rp50 juta (73%) dan hanya 1% dari sampel yang tidak membutuhkan pembiayaan kredit dimaksud. 49

61 3% 1% 21% 22% 33% 0-50 Juta 50 juta juta 100 juta juta > 500 juta 23% 73% 0-50 Juta 50 juta juta 100 juta juta Tidak membutuhkan 24% Grafik B2.5 Pendapatan Per Tahun Bisnis UMKM Grafik B2.6. Kebutuhan Pembiayaan Kredit Sebagian besar dari sampel UMKM yang diteliti telah memiliki aset (yang dapat digunakan untuk operasional bisnisnya, baik terkait secara langsung maupun tidak langsung) sebesar Rp100 juta s.d. Rp500 juta (42%), dan sisanya memiliki aset sebesar Rp0 s.d. Rp50 juta (29%) dan Rp50 juta s.d. Rp100 juta (26%). Bila dikaitkan dengan aset yang dapat dijaminkan untuk perolehan kredit perbankan, maka terdapat 58% dari sampel yang memiliki aset sebesar Rp0 s.d. Rp50 juta untuk dijaminkan dan hanya 1% dari sampel yang memiliki aset serupa di atas Rp500 juta. 3% 1% 1% 42% 26% 29% 0-50 juta 50 juta juta 100 juta juta > 500 juta 22% 18% 58% 0-50 Juta 50 juta juta 100 juta juta > 500 juta Tidak tahu Grafik B2.7 Kepemilikan Aset Pelaku UMKM Kepulauan Riau Grafik B2.8 Taksiran Aset untuk Jaminan Kredit Untuk prospek ke depan, sampel bisnis UMKM yang diteliti di wilayah Kepulauan Riau sebagian besar menilai bahwa tingkat persaingan usaha yang dihadapinya termasuk ke dalam kategori sedang (72%) dan hanya 9% yang menilai tingkat persaingannya berada dalam kategori tinggi. Persaingan tersebut terutama sekali terkait dengan perolehan pasar utama, yang berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 55% bisnis UMKM menyasar kepada pasar masyarakat berpenghasilan maksimum Rp5 juta, dan hanya 8% diantaranya yang menyasar kepada pasar masyarakat berpenghasilan di atas Rp15 juta. 50

62 8% 71% 9% 20% Rendah Sedang Tinggi 37% 55% Masyarakat berpenghasilan 0-5 Juta Masyarakat berpenghasilan 5-15 Juta Masyarakat berpenghasilan > 15 Juta Grafik B2.9. Tingkat Persaingan Usaha Grafik B2.10. Target Pasar Utama UMKM Kepulauan Riau Kesimpulan dan Rekomendasi Dari hasil survei yang tergambar dalam paparan beberapa data di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: Mayoritas bisnis UMKM di wilayah Kepulauan Riau masih berada pada skala mikro dengan kebutuhan pembiayaan rata-rata tidak lebih dari Rp50 juta, yang berarti bahwa terdapat kesempatan bagi bank untuk melakukanpenyebaran risiko dengan lebih luas meskipun harus memperhitungkan dengan seksama mengenai komponen biaya perolehan bisnis kredit mikro tersebut untuk diperhitungkan ke dalam cost of fund yang akan diberikan kepada nasabah. Potensi bisnis UMKM di wilayah Kepulauan Riau diperkirakan masih dapat terus berkembang dengan baik, terutama di sektor perdagangan dan industri pengolahan yang dalam beberapa tahun terakhir ini masih menjadi sektor ekonomi unggulan di wilayah Kepulauan Riau. Dengan demikian, perbankan kiranya dapat memprioritaskan pemberian kredit mikro kepada nasabah UMKM yang bergerak di kedua sektor tersebut untuk meningkatan return yang diharapkan. Sebagian besar pelaku bisnis UMKM hanya memiliki dokumen persyaratan kredit yang minimal beserta jaminan aset yang masih bernilai relatif kecil. Bila dihubungkan dengan ketentuan pemberian kredit secara prudent oleh pihak perbankan, maka perlu adanya bimbingan dari instansi terkait atau bahkan dari pihak perbankan itu sendiri agar pelaku bisnis UMKM dapat melengkapi dokumen persyaratan yang diperlukan, termasuk menyusun catatan keuangan yang memadai yang dapat dijadikan dasar bagi pelaku bisnis tersebut dalam mengajukan kredit kepada bank. Prospek pasar UMKM di wilayah Kepulauan Riau masih terbilang cukup baik, mengingat tingkat persaingan berada dalam kategori sedang dan sasaran pasar utama UMKM tersebut adalah konsumen yang tergolong ke dalam masyarakat berpenghasilan Rp0 s.d. Rp5 juta. Namun, melihat data sampel statistik yang ada dari hasil survei, tidak tertutup kemungkinan bagi UMKM di wilayah Kepulauan Riau untuk meningkatkan bidikannya menuju kepada kelas konsumen yang berpenghasilan lebih tinggi, meskipun di satu sisi akan menambah tingkat persaingan di antara sesama pelaku bisnis UMKM itu sendiri. Pelaku bisnis UMKM di wilayah Kepulauan Riau harus senantiasa meningkatkan produktivitasnya mengatasi keterbatasan akses kepada sumber daya yang produktif seperti modal, teknologi, informasi dan kualitas sumber daya manusia yang rendah serta iklim usaha yang belum menunjang secara optimal. Selain itu, bisnis UMKM Kepulauan Riau harus mampu untuk menghadapi arus globalisasi dan liberalisasi, terutama dalam menghadapi diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 yang akan menambah tingkat persaingan bisnis UMKM di Indonesia. (Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau) 51

63 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja pemerintah daerah di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) 1 lebih rendah dibandingkan realisasi pendapatan. Data realisasi belanja daerah sampai dengan akhir triwulan I 2014 sebesar Rp0,88 triliun atau mencapai 7,76% dari total anggaran belanja yang telah ditetapkan sebesar Rp11,29 triliun. Sementara, realisasi pendapatan triwulan I 2014 sebesar Rp1,11 trliun atau 11,25% dari total anggaran pendapatan yang ditetapkan sebesar Rp9,88 triliun. Realisasi pendapatan terbesar berasal dari dana alokasi umum mencapai 30,28% sedangkan untuk pendapatan asli daerah mencapai 12,33%. Realisasi belanja pemerintah daerah lebih rendah dibandingkan pendapatan terlihat dari posisi dana Pemda di perbankan pada triwulan I 2014 sebesar Rp1,27 triliun atau meningkat 2% dibandingkan triwulan lalu sebesar Rp1,24 triliun REALISASI APBD DI WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU Realisasi Penerimaan Komposisi pendapatan pemerintah daerah di wilayah Provinsi Kepulauan Riau yang mencakup Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dan 6 kab/kota lainnya 2 berdasarkan APBD tahun 2014, pos pendapatan terbesar berasal dari dana perimbangan (73%) dan pendapatan asli daerah (19%) sedangkan sisanya berasal dari pos lain-lain pendapatan yang sah (4%), transfer pemerintah provinsi (3%) dan transfer pemerintah pusat lainnya (1%). Anggaran pendapatan terbesar di wilayah Provinsi Kepulauan riau yaitu Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp2,9 triliun kemudian Kota Batam sebesar Rp1,8 triliun. Grafik 4.1. Komposisi Pendapatan Pemda Grafik 4.2. Realisasi Pendapatan Pemda 1 Data APBD merupakan gabungan mencakup 6 Kab/kota (Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kab Lingga, Kab Bintan, Kab Kep Anambas, Kab Natuna) dan Provinsi Kepulauan Riau 2 (Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kab Lingga, Kab Bintan, Kab Kep Anambas, Kab Natuna) 52

64 Realisasi pendapatan pemerintah daerah di wilayah Provinsi Kepulauan Riau triwulan I 2014 mencapai Rp1,11 triliun atau 11,25% dari pendapatan yang dianggarkan sebesar Rp9,88 triliun. Berdasarkan persentase antara realisasi dan anggaran, realisasi pendapatan pemerintah daerah terbesar berasal dari dana alokasi umum sebesar Rp0,8 triliun atau 30,28% dari total anggaran sebesar Rp2,65 triliun diikuti realisasi retribusi daerah sebesar Rp0,03 triliun atau 22,50% dari target sebesar Rp0,12 triliun sedangkan realisasi pendapatan asli daerah sebesar Rp0,22 triliun atau 12,33% dari target Rp1,82 triliun. Tabel 4.1. Anggaran Pendapatan Pemerintah Daerah di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau 3 ANGGARAN REALISASI S.D TW I 2014 JENIS ANGGARAN RP TRILIUN STRUKTUR RP TRILIUN % (%) Pendapatan Asli Daerah 1,82 18,43% 0,22 12,33% Pajak daerah 1,48 14,98% 0,17 11,55% Retribusi daerah 0,12 1,20% 0,03 22,50% Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan 0,02 0,23% 0,00 13,43% Lain-lain PAD yang sah 0,20 2,01% 0,02 11,98% Dana Perimbangan 7,23 73,13% 0,82 11,33% Dana bagi hasil pajak/bukan pajak - Pajak 0,68 6,89% 0,00 0,00% - Bukan Pajak (SDA) 3,63 36,73% 0,00 0,00% Dana alokasi umum 2,65 26,80% 0,80 30,28% Dana alokasi khusus 0,27 2,72% 0,02 6,33% Transfer pemerintah pusat lainnya 0,13 1,32% 0,02 18,24% Transfer Pemerintah Provinsi 0,28 2,82% 0,00 0,00% Lain-lain pendapatan daerah yang sah 0,42 4,30% 0,04 10,52% TOTAL PENDAPATAN 9,88 100,00% 1,11 11,25% Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah Provinsi dan Kab/kota (diolah) Sumber pendapatan terbesar berdasarkan realisasi triwulan I 2014 berasal dari dana perimbangan sebesar Rp0,82 trliun atau 11,33% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp7,23 triliun dan diikuti oleh realisasi pendapatan asli daerah sebesar Rp0,22 triliun atau 12,33% dari anggaran sebesar Rp1,82 triliun. Pos pendapatan dana perimbangan berasal dari realisasi dana alokasi umum sebesar Rp0,80 triliun dan dana alokasi khusus sebesar Rp0,02 triliun. Pos penerimaan pendapatan asli daerah terbesar berasal dari pajak daerah sebesar Rp0,17 triliun dan retribusi daerah sebesar Rp0,03 triliun Realisasi Belanja Porsi belanja pemerintah daerah terbesar di wilayah Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan APBD tahun 2014 yaitu untuk belanja langsung (59%) dan siasanya untuk belanja tidak langsung sebesar (41%). 3 Data APBD merupakan gabungan mencakup 6 Kab/kota (Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kab Lingga, Kab Bintan, Kab Kep Anambas, Kab Natuna) dan Provinsi Kepulauan Riau 53

65 Grafik 4.3. Komposisi Belanja Tidak Langsung Grafik 4.4. Komposisi Belanja Untuk pos pengeluaran, belanja terbesar dialokasikan untuk belanja barang dan jasa sebesar Rp3,29 triliun (29,1%), belanja modal Rp3,09 triliun (27,4%) kemudian belanja pegawai sebesar Rp2,99 triliun (26,5%). Realisasi belanja pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota di wilayah Provinsi Kepulauan Riau triwulan I 2014 mencapai Rp0,88 triliun atau 7,76% dari anggaran sebesar Rp11,29 triliun dengan nilai belanja terbesar pada kelompok belanja tidak langsung. Tabel 4.2. Anggaran Belanja Pemerintah Daerah di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau 4 ANGGARAN REALISASI S.D TW I 2014 JENIS ANGGARAN RP TRILIUN STRUKTUR RP TRILIUN % (%) Belanja tidak langsung 4,63 41,0% 0,64 13,76% Belanja pegawai 2,99 26,5% 0,51 17,17% Belanja hibah 0,68 6,0% 0,11 15,53% Belanja bantuan sosial 0,22 2,0% 0,00 0,52% Belanja bagi hasil kpd Prop/Kab/Kota/Desa 0,25 2,2% 0,00 0,00% Belanja bantuan keu. 0,31 2,7% 0,00 0,00% Belanja tidak terduga 0,01 0,1% 0,00 0,04% Belanja Bantuan Keuangan 0,09 0,8% 0,02 17,53% Lain-lain 0,06 0,6% 0,00 0,00% Belanja langsung 6,67 59,0% 0,24 3,60% Belanja pegawai 0,29 2,6% 0,01 4,50% Belanja barang dan jasa 3,29 29,1% 0,20 6,23% Belanja modal 3,09 27,4% 0,02 0,72% TOTAL BELANJA 11,29 100,0% 0,88 7,76% SURPLUS/(DEFISIT) -1,41 0,24 Pembiayaan Netto 1,36 0,21 - Penerimaan Pembiayaan Daerah 1,52 0,21 - Pengeluaran Pembiayaan Daerah 0,15 0,00 SILPA -0,05 0,44 Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah Provinsi dan Kab/kota (diolah) 4 Data APBD merupakan gabungan mencakup 6 Kab/kota (Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kab Lingga, Kab Bintan, Kab Kep Anambas, Kab Natuna) dan Provinsi Kepulauan Riau 54

66 Berdasarkan pos pengeluaran kelompok belanja tidak langsung memiliki nilai realisasi terbesar sebesar Rp0,64 triliun atau 13,76% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp4,63 triliun. Realisasi pada pos belanja tidak langsung digunakan untuk keperluan belanja pegawai sebesar Rp0,51 triliun senilai 17,17% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp2,99 triliun dan belanja hibah realisasi sebesar Rp0,11 triliun dengan porsi 15,53% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp0,68 triliun. Pengeluaran belanja pada pos belanja langsung terealisasi sebesar Rp0,24 triliun atau 3,6% dari anggaran sebesar Rp6,67 triliun. Realisasi pos belanja langsung digunakan untuk belanja barang dan jasa sebesar Rp0,2 triliun, belanja modal sebesar Rp0,02 triliun dan belanja pegawai Rp0,01 triliun PERKEMBANGAN DANA SIMPANAN PEMERINTAH DAERAH DI PERBANKAN Pada posisi triwulan I 2014 realisasi belanja lebih rendah dibandingkan realisasi pendapatan sehingga terdapat surplus Rp0,24 triliun ataupun SILPA Rp0,44 triliun. Kondisi tersebut sesuai dengan perkembangan dana simpanan Pemda di perbankan yang mengalami peningkatan 2% pada triwulan I 2014 menjadi sebesar Rp1,27 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp1,24 triliun. Peningkatan dana simpanan Pemda pada periode laporan diperkirakan karena aktivitas belanja pemerintah daerah baru pada tahap pengadaan dan akan meningkat di semester 2 pada tahun berjalan. Selain itu, kondisi penerimaan dari dana perimbangan yang telah realisasi sebesar 11,33% dan secara nominal merupakan realisasi terbesar untuk di pos penerimaan sebesar Rp0,82 triliun turut mempengaruhi peningkatan dana simpanan pemerintah daerah. Komposisi dana pemda di perbankan, dana terbesar dimiliki pemerintah kabupaten sebesar Rp448 miliar dengan porsi 35% kemudian pemerintah provinsi sebesar Rp415 miliar (33%). Sumber : Bank Indonesia Grafik 4.5. Pola Pergerakan Simpanan Pemda di Perbankan Kepulauan Riau 55

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013 Asesmen Ekonomi Badan Pusat Statistik (BPS) Kepulauan Riau menetapkan angka final PDRB untuk tahun 2012 bersamaan dengan publikasi PDRB tahun

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau November 216 Publikasi Triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2013,

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya, Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215 dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Mei 2017 Publikasi Triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau i KEKR Provinsi Kepulauan Riau Periode Mei 2017 ii KEKR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Triwulan IV-2013 KANTOR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i BAB I 2011 2012 2013 2014 1 10.00 8.00

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Agustus 216 Publikasi Triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tercatat sebesar 5,11% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,4% (yoy). Seluruh sektor ekonomi pada triwulan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat 6,66%. Secara

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NOVEMBER 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII Triwulan I-2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII TIM KAJIAN EKONOMI Jl. Jend.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 2013 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII DIVISI EKONOMI

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 211 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci