KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau

2

3 K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya, Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014 dapat diselesaikan. Selain itu dalam laporan ini juga dikemukakan hal-hal lain yang terkait dengan tugas Bank Indonesia antara lain perkembangan/pertumbuhan perekonomian di Provinsi Kepulauan Riau secara umum serta prospeknya. Bank Indonesia menyadari bahwa peran perekonomian regional menjadi semakin penting dalam konteks pertumbuhan ekonomi nasional. Implementasi otonomi daerah serta potensi ekonomi regional yang besar telah terbukti ikut berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau secara rutin melakukan asesmen perekonomian Provinsi Kepulauan Riau. Asesmen perekonomian mencakup perkembangan ekonomi makro regional, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran. Asesmen perekonomian Provinsi Kepulauan Riau dilakukan setiap triwulan dan laporan dimaksud dikenal dengan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kepulauan Riau. Penyusunan KEKR dimaksud sebagai upaya memenuhi kebutuhan stakeholder eksternal serta bagi Kantor Pusat Bank Indonesia. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau yang telah bersedia bekerjasama dalam menyusun perhitungan PDRB Provinsi Kepulauan Riau secara triwulan, ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan kajian ini. Harapan kami hubungan yang baik ini dapat ditingkatkan lagi di masa yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar. Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah senantiasa melimpahkan ridho-nya dan memberikan kemudahan-kemudahan kepada kita semua dalam meningkatkan kinerja kita semua. Batam, Februari 2015 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN RIAU ttd Gusti Raizal Eka Putra Deputi Direktur i KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

4 ii KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014 Halaman ini sengaja dikosongkan

5 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTARGRAFIK... viii DAFTAR DIAGRAM... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 BAB I... 4 PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL SISI PENGELUARAN Konsumsi Rumah Tangga Investasi Ekspor Impor BERDASARKAN LAPANGAN USAHA Sektor Industri Pengolahan Sektor Konstruksi Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor BAB II PERKEMBANGAN INFLASI KEPULAUAN RIAU PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA Inflasi Tahunan (yoy) Inflasi Triwulanan (qtq) PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA DISAGREGASI INFLASI InflasiAdministered Price Inflasi Inti Inflasi Volatile Food EKSPEKTASI INFLASI BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEMPEMBAYARAN PERKEMBANGAN PERBANKAN iii KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

6 Bank Umum Aset Dana Pihak Ketiga (DPK) Kredit Loan to Deposit Ratio (LDR) Risiko Kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Aset Dana Pihak Ketiga (DPK) Kredit Loan to Deposit Ratio (LDR) Risiko Kredit Perkembangan Perbankan Syariah (Bank Umum Dan BPR) Aset Dana Pihak Ketiga (DPK) Pembiayaan Finance to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Transaksi Pembayaran Tunai Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Uang Rupiah Tidak Asli Transaksi Pembayaran Non Tunai Kliring Lokal Real Time Gross Settlement (RTGS) PERKEMBANGAN TRANSAKSI KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING (KUPVA) DAN PTD (PENYELENGGARA TRANSFER DANA) Perkembangan Transaksi KUPVA Perkembangan Transaksi Penyelenggara Transfer Dana (PTD) BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH REALISASI APBD DI WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU Realisasi Penerimaan Realisasi Belanja Realisasi Belanja APBN Infrastruktur Di Wilayah Kepulauan Riau Perkembangan Dana Simpanan Pemerintah Daerah di Perbankan BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KETENAGAKERJAAN iv KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

7 5.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Pendapatan Rumah Tangga Nilai Tukar Petani (NTP) BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI REGIONAL PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI PROSPEK INFLASI v KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

8 DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Pengeluaran (yoy)... 4 Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%yoy) Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa (% qtq) 24 Tabel 2.3. Perkembangan laju inflasi Kepulauan Riau, Kota Batam dan Tanjungpinang Tabel 3.1. Indikator Utama Bank Umum di Provinsi Kepulauan Riau Tabel 3.2. Indikator Utama BPR di Provinsi Kepulauan Riau Tabel 3.3. Indikator Perbankan Syariah di Provinsi Kepulauan Riau Tabel 3.4. Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Kepulauan Riau Tabel 3.5. Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Kepulauan Riau Tabel 4.1. Anggaran Pendapatan Pemerintah Daerah di Wilayah Kepri Tabel 4.2. Anggaran Belanja Pemerintah Daerah di Wilayah Kepri Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan, Februari 2012 Agustus Tabel 5.3. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama, Provinsi Kepulauan Riau, Februari Agustus Tabel 5.4. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Tabel 6.2. Proyeksi Inflasi Tahunan Provinsi Kepulauan Riau vi KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

9 Daftar Grafik Grafik 1.1. Kontribusi terhadap PDRB dari Sisi Penawaran... 5 Grafik 1.2. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen... 6 Grafik 1.3. Perkembangan Kredit Konsumsi... 6 Grafik 1.4. Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Baru... 6 Grafik 1.5. Perkembangan Impor Barang Modal... 7 Grafik 1.6. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) Kepri... 7 Grafik 1.7. Porsi Ekspor Migas dan Non Migas... 8 Grafik 1.8. Perkembangan Ekspor Migas dan Non Migas... 8 Grafik 1.9. Perkembangan Harga Minyak Dunia... 8 Grafik Perkembangan Ekspor Komoditas Utama Non Migas... 8 Grafik Perkembangan Sektor Manufaktur Elektronik Singapura dan Ekspor Elektronik Kepulauan Riau... 8 Grafik Perkembangan Volume Ekspor... 9 Grafik Komoditas Utama Ekspor Berdasarkan Volume... 9 Grafik Porsi Impor Migas dan Non Migas... 9 Grafik Perkembangan Impor Migas dan Non Migas... 9 Grafik Porsi Impor Bahan Baku, Barang Modal dan Barang Konsumsi Grafik Perkembangan Volume Impor Grafik Komoditas Utama Impor Berdasarkan Volume Grafik Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap PDRB Grafik Ekspor Elektronik Berdasarkan Negara Tujuan Ekspor Grafik Pertumbuhan Industri Mikro Kecil dan Besar Sedang Grafik Konsumsi Semen Kepulauan Riau Grafik Perkembangan Kredit Konstruksi Grafik Perkembangan Pembangunan Rumah (REI Batam) Grafik Perkembangan Kredit KPR Grafik Perkembangan Lifting Gas Kepulauan Riau Grafik Perkembangan Lifting Minyak Kepulauan Riau Grafik Perkembangan PertumbuhanEkspor Hasil Tambang Kepulauan Riau Grafik Hasil Survei Konsumen Grafik Volume Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Kota Batam Grafik Jumlah Wisman yang Berkunjung keprovinsi kepulauan Riau Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan Kepri, Sumatera,Nasional Grafik 2.2. Inflasi 2014 Seluruh Provinsi di Sumatera vii KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

10 Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kepri, Sumatera,Nasional Grafik 2.4. Perkembangan Inflasi Batam dan Tanjungpinang (yoy) Grafik 2.5. Pekembangan Inflasi Inti, Volatile Food dan Administered Price Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Bensin, Angkutan Dalam Kota, dan Tarif Listrik Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Rumah Sakit, Sewa Rumah, Upah Pembantu Rumah Tangga Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Beras, Bayam, Cabe Rawit Grafik 2.9. Ekspektasi Inflasi Konsumen Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum Grafik 3.2. Perkembangan Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank Grafik 3.3. Perkembangan DPK Bank Umum Grafik 3.4. Perkembangan DPK (berdasarkan komposisi) Grafik 3.5. Perkembangan DPK Berdasarkan Jenis Bank Grafik 3.6. Tiering DPK Bank Umum (Nominal) Grafik 3.7. Tiering DPK Bank Umum (Jumlah Rekening) Grafik 3.8. Pangsa DPK Bank Umum Berdasarkan Wilayah Grafik 3.9. Perkembangan Kredit Bank Umum Grafik Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik PertumbuhanKredit Berdasarkan Kelompok Bank Grafik Pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) Grafik Porsi Kredit Bank Umum Secara Sektoral Grafik Pertumbuhan Kredit Bank Umum Secara Sektoral Grafik Tiering Kredit Produktif Bank Umum (Nominal) Grafik Tiering Kredit Produktif Bank Umum (Jumlah Rekening Grafik Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Grafik Perkembangan KUR Bank Umum Grafik Perkembangan LDR dan NPL Bank Umum Grafik Perkembangan Aset BPR Grafik Perkembangan DPK BPR Grafik Perkembangan DPK Berdasarkan Jenisnya Grafik Perkembangan Kredit BPR Grafik Perkembangan Kredit BPR Berdasarkan Jenisnya Grafik Porsi Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi Grafik Perkembangan Kredit UMKM oleh BPR Grafik Perkembangan LDR dan NPL BPR viii KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

11 Grafik Perkembangan Aset, DPK dan Pembiayaan Syariah Grafik FDR dan NPF Perbankan Syariah Grafik Perkembangan Inflow dan OutflowKepulauan Riau Grafik Perkembangan Pertumbuhan Inflow dan Outflow Kepulauan Riau Grafik Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Grafik Penemuan Uang Rupiah Tidak Asli di Kepulauan Riau Grafik Perkembangan Kliring Kepulauan Riau Grafik Perkembangan Pertumbuhan Kliring Kepulauan Riau Grafik Perkembangan RTGS Provinsi Kepulauan Riau Grafik Perkembangan Transasi KUPVA Grafik Perkembangan Transaksi KUPVAterhadap Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik Porsi Mata Uang dalam Transaksi KUPVA Grafik Perkembangan Transasi PTD di Kepulauan Riau Grafik Jenis Transasi PTD Grafik 4.1. Komposisi Pendapatan Pemda Grafik 4.2. Realisasi Pendapatan Pemda Grafik 4.3. Komposisi Anggaran Belanja Grafik 4.4. Realisasi Belanja Pemda Grafik 4.5. Komposisi Belanja Infrastruktur APBN Menurut Jenis Proyek Grafik 4.6. Realisasi Belanja Infrastruktur Menurut Jenis Proyek Grafik 4.7. Pola Pergerakan Simpanan Pemda di Perbankan Kepri Grafik 5.1. Jumlah Tenaga Kerja dan PDRB Perdagangan Grafik 5.2. Jumlah Tenaga Kerja dan Tingkat Konsumsi Grafik 5.3. Indeks Tendensi Konsumen Grafik 5.4. Indikator Kemiskinan Grafik 5.5. Perkembangan GINI Ratio Kepri Grafik 5.6. Perkembangan NTP Grafik 5.7. NTP Berdasarkan Subsektor Grafik 6.1. Perkiraan Kegiatan Usaha (Berdasarkan SKDU) Grafik 6.2. Hasil Survei Konsumen Grafik 6.3. Peranan Australia Terhadap Ekspor Produk Besi dan Baja Kepri (2014) Grafik 6.4. Perkembangan Permintaan Ekspor Produk Besi dan Baja Australia Grafik 6.5. Trend Pertumbuhan Ekspor Elektronik Kepri berdasarkan Negara Tujuan... Ekspor Grafik 6.6. Perkiraan Konsumen Terhadap Perubahan Harga 3 & 6 Bulan Mendatang ix KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

12 RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan IV 2014 Provinsi Kepulauan Riau Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau (Kepri) menguat sebesar 7,32% (yoy) pada 2014 Penguatan pertumbuhan ekonomi ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi Kepri ditopang oleh sektor industri pengolahan, sektor konstruksi dan sektor perdagangan Inflasi 2014 sebesar 7,59% (yoy) lebih rendah dibanding tahun sebelumnya sebesar 8,24% (yoy) dan inflasi nasional sebesar 8,36% (yoy) Pada 2014 Kepri mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7,32% (yoy), lebih tinggi dibanding 2013 sebesar7,11%(yoy) dan pertumbuhan nasional 2014 sebesar 5,02% (yoy). Pada triwulan IV 2014, Kepri tumbuh 7,77% didorong oleh sektor perdagangan dan sektor pertambangan dan penggalian. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Kepri 2014 disumbang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi (PMTB), masing-masing dengan andil pertumbuhan sebesar 2,51% dan 2,41%. Konsumsi rumah tangga menguat didorong oleh sejumlah faktor yaitu, daya beli masyarakat yang terjaga baik, penyelenggaraan sejumlah event nasional dan internasional di Kepri, realisasi belanja pemerintah yang mencapai 86,9%, serta penyelenggaraan Pemilu Sementara investasi, pada 2014 pertumbuhannya melambat menjadi 5,94% (yoy) lebih rendah dibanding pertumbuhan 2013 sebesar 6,85% (yoy) namun masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Kepri terbesar kedua setelah konsumsi rumah tangga. Sektor industri pengolahan tumbuh melambat pada 2014 dipengaruhi oleh penurunan permintaan sejumlah komoditas utamanya antara lain produk elektronik, produk dari besi baja, serta kapal dan konstruksi terapung. Pada triwulan IV 2014 industri pengolahan tumbuh 8,47% (yoy), secara tahunan industri pengolahan tumbuh 7,91% (yoy), lebih rendah dibanding 2013 sebesar 8,17% (yoy). Sektor konstruksi juga melambat pada 2014 akibat dampak kebijakan stabilisasi Bank Indonesia yaitu kebijakan loan to value (LTV) dan suku bunga yang menekan permintaan dan penyaluran kredit di sektor konstruksi. Sebaliknya, penguatan sektor pertambangan dan penggalian pada 2014, ditopang oleh peningkatan lifting gas yang tumbuh 8,5% (yoy) serta menguatnya pertumbuhan lifting minyak. Sektor perdagangan mencatatkan peningkatan pertumbuhan dipengaruhi oleh penguatan konsumsi masyarakat serta peningkatan jumlah wisatawan. Pengalihan subsidi yang berdampak pada kenaikan harga BBM dan mendorong kenaikan tarif angkutan menjadi penyebab utama meningkatnya realisasi inflasi Kepri Meskipun demikian, inflasi tahunan Kepri tercatat sebesar 7,59% (yoy), lebih rendah dibanding inflasi tahun sebelumnya dan inflasi nasional masing-masing sebesar 8,24% (yoy) dan 8,36% (yoy). 1 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

13 Berdasarkan disagregasi inflasi, pendorong utama inflasi 2014 bersumber dari inflasi kelompok administered price, dan kelompok volatile food sebagai penyumbang terbesar keduakhususnya komoditas beras, bayam, dan cabai. Secara triwulanan, inflasi Kepri sebesar 4,48% (qtq) lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 2,14% (qtq). Indikator perbankan Kepri masih menunjukkan perlambatan sejalan masih tingginya tren suku bunga di triwulan IV Aktivitas pembayaran tunai mengalami penurunan yang tercermin dari melambatnya pertumbuhan netoutflow uang kartal. Sementara non tunai, transaksi kliring dan RTGS masih pada tren menurun. Realisasi pendapatan dan belanja pemerintah lebih dari 80% sampai triwulan IV Tren perlambatan pertumbuhan aset, kredit dan dana pihak ketiga (DPK) perbankan umum Kepri berlanjut pada triwulan IV Demikian juga perbankan syariah, pertumbuhan aset dan DPK cenderung melambat namun dari sisi pembiayaan masih tumbuh menguat. Indikator perbankan (bank umum dan BPR), total aset, DPK dan kredit pada triwulan IV 2014 masing-masing tercatat sebesar Rp miliar, Rp miliar dan Rp miliar tumbuh melambat sebesar 5,7% (yoy), 4,1% (yoy) dan 7,0% (yoy) dibandingkan triwulan III 2013 yang tumbuh sebesar 11,5% (yoy), 12,6% (yoy), dan 12,8% (yoy). Indikator NPL dan LDR tercatat stabil dengan rasio 1,9% dan 76,1%. Perbankan syariah juga tumbuh melambat, dengan total aset tercatat sebesar Rp2.722 miliar tumbuh melambat 0,2% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,0% (yoy). DPK mencapai Rp1.594 miliar menurun sebesar 19,7% semakin dalam dibanding triwulan sebelumnya yang menurun sebesar 8,7% (yoy). Sementara total pembiayaan pada triwulan IV 2014 menguat tipis sebesar Rp2.530 miliar atau tumbuh 9,0% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,4% (yoy). Aliran uang kartal di Kepri mencatatkan net outflow sebesar Rp3.204,1 miliar turun sebesar 18,7% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya sebesar negatif 8,1% (yoy). Penurunan tersebut dipengaruhi oleh kebijakan moneter likuiditas ketat yang diterapkan oleh Bank Indonesia, melemahnya kinerja industri pengolahan sebagai sektor utama lapangan pekerjaan di Kepri. Sementara itu, pertumbuhan nilai transaksi kliring dan Real Time Gross Settlement System (RTGS) masing-masing menurun sebesar 4,5% (yoy) dan 5,6% (yoy) masih melanjutkan tren triwulan sebelumnya yang juga menurun sebesar 15,5% (yoy) dan 7,9% (yoy). Realisasi belanja daerah 2014 sebesar Rp miliar atau mencapai 86,9% dari total anggaran belanja yang ditetapkan sebesar Rp miliar. Sementara itu, realisasi pendapatan 2014 sebesar Rp9.178 miliar atau 82,0% dari total anggaran pendapatan yang ditetapkan sebesar Rp miliar. Sementara anggaran APBN infastruktur 2014 belum terserap optimal (67,2%) akibat rendahnya realisasi infastruktur pelabuhan laut sebesar Rp25 miliar atau 7,8% dari total anggaran Rp326 miliar. 2 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

14 Menurunnya lapangan pekerjaan sementara jumlah angkatan kerja terus meningkat, mendorong kenaikan tingkat pengangguran. Pada awal 2015, perekonomian Kepri diperkirakan melambat sejalan dengan masih rendahnya konsumsi, belanja pemerintah, dan kinerja ekspor. Jumlah pengangguran pada Agustus 2014 meningkat menjadi 6,7% (yoy). Peningkatan pengangguran terjadi karena pertumbuhan jumlah angkatan kerja sebesar 2,84% (yoy) tidak diimbangi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan akibat masih lesunya kondisi global yang menyebabkan melemahnya permintaan produk. Sementara itu, imbas tingginya inflasi pada triwulan laporan menyebabkan menurunnya nilai tukar petani (NTP) sebesar 2% dari 101,91 menjadi 99,86 pada triwulan laporan. Perlambatan perekonomian akan dipengaruhi oleh masih rendahnya konsumsi masyarakat di awal tahun, masih terbatasnya belanja pemerintah serta kinerja ekspor yang relatif masih rendah di awal tahun. Berdasarkan data historis dan perkembangan beberapa indikator terkini, pertumbuhan ekonomi Kepri pada triwulan I 2015 diprakirakan pada kisaran 7,3% - 7,5% (yoy), sementara untuk keseluruhan 2015 perekonomian Kepri diprakirakan tumbuh pada kisaran 7,5% - 7,7% (yoy). Dari sisi eksternal, secara keseluruhan 2015 ekonomi global diperkirakan tumbuh 3,6% (yoy), dibanding pertumbuhan 2014 sebesar 3,3% (yoy). Laju inflasi diyakini melambat pada triwulan I Demikian juga secara keseluruhan 2015, laju inflasi diperkirakan akan lebih rendah dibanding Perlambatan laju inflasi pada triwulan pertama akan bersumber dari kelompok administered price dan volatile food, sementara laju inflasi kelompok inti diperkirakan relatif stabil. Memperhatikan hal-hal tersebut, maka laju inflasi Kepri pada triwulan I 2015 diprakirakan berada pada kisaran 5,9% 6,1% (yoy).target inflasi keseluruhan tahun 2015 sebesar 4,0±1%. Proyeksi inflasi tersebut lebih rendah dibanding angka inflasi periode yang sama tahun lalu sebesar 7,75% (yoy). 3 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

15 BAB I PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Kepulauan Riau (Kepri) mencatatkan penguatan pertumbuhan ekonomi pada 2014 sebesar 7,32% (yoy), lebih tinggi dibanding 2013 sebesar7,11%(yoy) dan pertumbuhan nasional 2014 sebesar 5,02% (yoy). Pada rilis pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2014 dan keseluruhan 2014, Badan Pusat Statistik (BPS) di seluruh provinsi secara serentak menyampaikan hasil pertumbuhan ekonomi menggunakan tahun dasar baru yaitu tahun 2010 setelah sebelumnya menggunakan 2000 sebagai tahun dasar. Penjabaran lebih detail terkait penggunaan tahun dasar 2010 pada Boks Dari sisi pengeluaran, sumbangan terbesar pertumbuhan ekonomi berasal dari konsumsi dan investasi (pembentukan modal tetap bruto - PMTB). Berdasarkan lapangan usaha, sumbangan terbesar pertumbuhan ekonomi berasal dari sektor industri pengolahan, konstruksi, perdagangan besar dan eceran, serta reparasi mobil dan sepeda motor SISI PENGELUARAN Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Kepri 2014 disumbang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi (PMTB), masing-masing dengan andil pertumbuhan sebesar 2,51% dan 2,41% (Tabel 1.1). Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Pengeluaran (yoy) Pertumbuhan (%, yoy) Sumber Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa Net Ekspor Total Pertumbuhan PDRB KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

16 Konsumsi LNPRT, 0.2% Konsumsi Pemerintah, 5.9% PMTB, 41.5% Net Ekspor, 16.2% Konsumsi Rumah Tangga, 36.2% Sumber: BPS Kepulauan Riau Grafik 1.1. Kontribusi terhadap PDRB dari Sisi Penawaran Konsumsi Rumah Tangga Sepanjang 2014, konsumsi rumah tangga menguat didorong oleh sejumlah faktor yaitu, daya beli masyarakat yang terjaga baik, penyelenggaraan sejumlah event nasional dan internasional di Kepri, serta Pemilu Pada triwulan IV 2014, konsumsi rumah tangga tumbuh 7,47% (yoy), sementara secara total tahunan mencatatkan pertumbuhan 6,9% (yoy), meningkat dibanding pertumbuhan 2013 sebesar 6,8% (yoy). Daya beli masyarakat pada 2014 relatif terjaga baik, karena peningkatan penghasilan yang didukung juga oleh perlambatan laju inflasi. Secara rata-rata, pada 2014 terjadi peningkatan upah minimum kabupaten dan kota (UMK) di Kepri pada kisaran 10-20%. Sementara itu, laju inflasi tercatat sebesar 7,59% (yoy) lebih rendah dibanding inflasi 2013 sebesar 8,24% (yoy). Penyelenggaraan sejumlah event nasional dan internasional 2014 serta penyelenggaraan Pemilu 2014 turut menopang peningkatan konsumsi. Sejumlah event 2014 yang diselenggarakan di Kepri antara lain MTQ Nasional, Pekan Produk Kreatif Nasional, Multilateral Komodo Naval Exercise (latihan gabungan angkatan laut beberapa negara), Bintan Triathlon, dan beberapa lainnya. Penyelengaraan event tersebut ikut mendorong peningkatan kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara, sehingga tingkat konsumsi meningkat. Jumlah wisatawan mencanegara tumbuh sebesar 6,1% (yoy) lebih tinggi dibanding peningkatan di 2013 sebesar 4,9% (yoy). Evaluasi dan proyeksi kunjungan wisman dapat dilihat pada Boks-2. Namun, laju pertumbuhan konsumsi tertahan oleh penurunan belanja properti dan kendaraan bermotor. Hal ini antara lain tercermin dari perlambatan kredit konsumsi, khususnya untuk rumah tinggal dan kendaraan bermotor, dipengaruhi oleh kebijakan stabilisasi yang ditempuh oleh Bank Indonesia termasuk kebijakan loan to value (LTV) di sektor properti dan kendaraan bermotor. Selain itu, data pendaftaran kendaraan bermotor baru juga menunjukkan penurunan pada KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

17 160 INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI (IKE) INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK) (Rp miliar) 14,000 Kredit Konsumsi growth- Kredit Konsumsi (RHS) (%, yoy) , , ,000 6, , , Sumber: Survei Konsumen KPw BI Kepulauan Riau Grafik 1.2. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 1.3. Perkembangan Kredit Konsumsi 0.00 TRUK MOBIL MOTOR Pertumbuhan (Unit) (%, yoy) Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kepulauan Riau Grafik 1.4. Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Baru Investasi Investasi juga tercatat melambat pada Pada triwulan IV 2014, investasi tumbuh 5,84% (yoy), sementara untuk total tahunan investasi tumbuh 5,9% (yoy) lebih rendah dibanding pertumbuhan 2013 sebesar 6,9% (yoy). Penurunan investasi diperkirakan terjadi pada sektor bangunan. Perkiraan tersebut terkonfirmasi dari perlambatan pertumbuhan konsumsi semen sebesar 3,00% (yoy) pada 2014, lebih rendah dibanding pertumbuhan 2013 sebesar 13,8% (yoy). Data Real Estate Indonesia (REI) Batam juga menunjukkan penurunan pembangunan rumah tinggal dan ruko selama 2014 sebesar 10,6% (yoy). Beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan investasi sektor bangunan yaitu kebijakan loan to value (LTV) oleh Bank Indonesia di sektor properti serta polemik status hutan lindung sejumlah kawasan strategis di Kepri, menyebabkan pengusaha cenderung menunda pembangunan hingga mendapat kejelasan status lahan. Di sisi lain, investasi non bangunan terindikasi meningkat. Hal tersebut tercermin dari penguatan pertumbuhan impor barang modal yang cukup signifikan sebesar 6,69% (yoy), menguat dibanding 2013 yang mengalami penurunan sebesar 12,21% (yoy). Searah dengan 6 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

18 peningkatan impor barang modal, data realisasi penanaman modal asing (PMA) Kepri juga mencatatkan penguatan pertumbuhan sebesar 24,19% (yoy). Total Impor Barang Modal (LHS) Growth Realisasi Investasi PMA (Juta USD) - LHS Jumlah Proyek - RHS (Juta USD) 1, (%, yoy) 10 (Juta USD) , , , , , , , Grafik 1.5. Perkembangan Impor Barang Modal Sumber: BKPM Grafik 1.6. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) Kepri Ekspor Kinerja ekspor melambat pada 2014.Pada triwulan IV 2014 ekspor tumbuh 0,15% (yoy), namun secara total tahunan mencatatkan pertumbuhan 11,9% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan 2013 sebesar 51,1% (yoy). Perlambatan ekspor terjadi baik berdasarkan volume maupun nilai ekspor, pada komoditas minyak dan gas (migas) maupun non migas. Nilai ekspor migas menurun 13,94% (yoy) atau lebih dalam dari penurunan ekspor pada tahun sebelumnya sebesar 6,55% (yoy). Penurunan nilai ekspor terjadi baik pada komoditas hasil minyak maupun hasil gas, dan diperkirakan dipengaruhi oleh penurunan harga minyak yang signifikan sepanjang 2014 yaitu mencapai 40%. Nilai ekspor non migas juga menurun sebesar 6,17% (yoy) pada 2014, setelah mencatatkan pertumbuhan positif pada 2013 sebesar 11,67% (yoy). Ekspor menurun terutama pada komoditas produk elektronik dan produk dari besi baja. Penurunan ekspor elektronik dipengaruhi oleh penurunan permintaan yang tercermin dari perlambatan sektor manufaktur elektronik Singapura sebagai negara tujuan utama ekspor elektronik Kepri. Demikian juga pesanan produk besi dan baja mengalami penurunan, khususnya dari Australia, seiring dengan penurunan investasi migas di negara tersebut (mulai memasuki tahap produksi). 7 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

19 Nilai Ekspor Migas Nilai Ekspor Non Migas Growth Ekspor - RHS (Juta USD) (%, yoy) 18, Non Migas, 65.4% Migas, 34.6% 16, , , , , , , , Sumber: BPS, diolah Grafik 1.7. Porsi Ekspor Migas dan Non Migas Sumber: BPS Kepulauan Riau Grafik 1.8. Perkembangan Ekspor Migas dan Non Migas Minas WTI (USD) Sumber: Bloomberg Grafik 1.9. Perkembangan Harga Minyak Dunia (Juta USD) 3, , , , , , Elect. machinery, sound rec., tvetc 2. Nuclear react.,boilers,mech. appli. 3. Articles of iron and steel 4. Animal or vegt. fats and oils 5. Ships,boats and floating structures Grafik Perkembangan Ekspor Komoditas Utama Non Migas Pertumbuhan Sektor Industri Elektronik Singapura (LHS) Pertumbuhan Ekspor Elektronik Kepri (RHS) Sumber: Department of Statistics Singapore, Bank Indonesia Grafik Perkembangan Sektor Manufaktur Elektronik Singapura dan Ekspor Elektronik Kepulauan Riau Berdasarkan volume ekspor, juga terjadi penurunan sebesar 60,6% (yoy), sementara di 2013 volume ekspor tercatat meningkat 24,4% (yoy). Penurunan ekspor terutama terjadi pada sejumlah produk mineral serta hasil pertambangan seperti garam, pasir, dan batubatuan, merupakan dampak penerapan pelarangan ekspor mineral mentah sesuai UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 8 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

20 (Ribu Ton) 40,000 Volume Ekspor Non Migas Pertumbuhan (%, yoy) Salt; sulphur,earths and stone 26 - Ores, slag and ash 7.3% 71.2% 35,000 30,000 25, Animal or vegt. fats and oils 73 - Articles of iron and steel 38 - Miscellaneous chemical products. 7.1% 4.1% 3.5% 20,000 15,000 10,000 5, Nuclear react.,boilers,mech. appli Ships,boats and floating structures 85 - Elect. machinery, sound rec., tvetc 18 - Cocoa and cocoa preparations 29 - Organic chemicals 0.8% 0.7% 0.7% 0.6% 0.6% Grafik Perkembangan Volume Ekspor Grafik Komoditas Utama Ekspor Berdasarkan Volume Impor Searah dengan perlambatan ekspor, impor juga mengalami penurunan. Pada triwulan IV 2014, impor menurun 1,27% (yoy), sementara total secara tahunan, impor menurun 4,6% (yoy), lebih dalam dari penurunan 2013 sebesar 2,3% (yoy). Penurunan impor terjadi pada komoditas migas dan non migas. Nilai impor migas 2014 menurun 18,97% (yoy), sementara pada 2013 impor migas mencatatkan pertumbuhan positif 12,47% (yoy). Penurunan harga minyak dunia menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan nilai impor migas. Impor non migas juga menurun 9,48% (yoy) atau lebih dalam dibanding penurunan impor 2013 sebesar 7,59% (yoy). Ketergantungan bahan baku impor yang tinggi yaitu mencapai 67,04% dari total impor, menyebabkan penurunan permintaan ekspor cenderung berdampak pada penurunan impor. Berdasarkan komoditas, penurunan impor terutama pada komoditas elektronik dan besi baja. Nilai impor Migas Nilai Impor Non Migas Growth Impor - RHS Migas, 17.12% (Juta USD) 14, , (%, yoy) , Non migas, 82.88% 8, , , , Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS Kepulauan Riau Grafik Porsi Impor Migas dan Non Migas Grafik Perkembangan Impor Migas dan Non Migas 9 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

21 Barang Modal, 22.80% Barang Konsumsi, 10.16% Bahan Baku, 67.04% Grafik Porsi Impor Bahan Baku, Barang Modal dan Barang Konsumsi Berdasarkan volume impor, juga terjadi penurunan sebesar 20,2% (yoy), lebih dalam dibanding penurunan 2013 sebesar 12,6% (yoy). Berdasarkan volume, komoditas utama impor yaitu kelompok mineral (garam, dan batu-batuan), besi dan baja serta produk dari besi dan baja. Penurunan terbesar impor dicatatkan oleh komoditas besi dan baja serta produk dari besi dan baja, masing-masing menurun sebesar 36,6% (yoy) dan 34,5% (yoy). (ribu ton) 6000 Total Impor (LHS) Pertumbuhan (RHS) (%, yoy) Salt; sulphur,earths and stone 72 - Iron and steel 20.2% 29.0% Articles of iron and steel 84 - Nuclear react.,boilers,mech. appli Plastics and articles thereof 85 - Elect. machinery, sound rec., tvetc 89 - Ships,boats and floating structures 4.7% 4.4% 2.7% 2.1% 16.9% Organic chemicals 28 - Inorganic chemicals 2.0% 1.6% Paper and paperboard 1.5% Grafik Perkembangan Volume Impor Grafik Komoditas Utama Impor Berdasarkan Volume 1.2. BERDASARKAN LAPANGAN USAHA Berdasarkan lapangan usaha, penopang utama perekonomian Kepri yaitu sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi motor dan mobil. Adapun andil terbesar pertumbuhan ekonomi Kepri 2014 disumbang oleh sektor industri pengolahan, sektor konstruksi dan sektor perdagangan (Tabel 1.2). 10 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

22 Sumber: BPS Kepulauan Riau Tabel 1.2.Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha Lapangan Usaha Sumber Pertumbuhan 2014 A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan B Pertambangan dan Penggalian C Industri Pengolahan D Pengadaan Listrik, Gas E Pengadaan Air F Konstruksi G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor H Transportasi dan Pergudangan I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum J Informasi dan Komunikasi K Jasa Keuangan L Real Estate M,N Jasa Perusahaan O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial R,S,T,U Jasa lainnya PDRB Industri Pengolahan 39.0% Konstruksi 17.7% Pertambangan dan Penggalian 15.5% Perdagangan Besar &Eceran, Reparasi Mobil & 7.3% Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.7% Jasa Keuangan 2.7% Transportasi dan Pergudangan 2.7% Administrasi Pemerintahan, Pertahanan & Jam. 2.2% Informasi dan Komunikasi 2.1% Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 2.0% Real Estate 1.5% Jasa Pendidikan 1.3% Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.9% Pengadaan Listrik, Gas 0.8% Jasa lainnya 0.4% Pengadaan Air 0.1% Jasa Perusahaan 0.0% Sumber: BPS, diolah Grafik Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap PDRB Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan tumbuh melambat pada 2014 dipengaruhi oleh penurunan permintaan sejumlah komoditas utamanya. Pada triwulan IV 2014 industri pengolahan tumbuh 8,47% (yoy), sementara secara tahunan 2014 industri pengolahan tumbuh 7,9% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan 2013 sebesar 8,2% (yoy). Sejumlah komoditas utama industri pengolahan yang menurun antara lain produk elektronik, produk dari besi baja, serta kapal dan konstruksi terapung. Penurunan output produk elektronik terjadi karena penurunan permintaan. Sekitar 95% output industri pengolahan dipasarkan untuk ekspor, dengan negara tujuan utama 11 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

23 Singapura. Penurunan permintaan tercermin dari penurunan kinerja sektor manufaktur elektronik Singapura 2014 menurun 0,1% (yoy) disebabkan oleh penurunan permintaan global. Kondisi tersebut turut berimbas terhadap ekspor elektronik Kepri yang juga menurun 6,97% (yoy) pada Penurunan permintaan produk dari besi baja serta kapal/konstruksi terapung, juga disebabkan oleh penurunan permintaan, terutama dari negara Australia. Penurunan permintaan terjadi seiring dengan berakhirnya sejumlah proyek-proyek eksplorasi migas Australia pada 2014, setelah pada tahun sebelumnya mencatatkan pertumbuhan ekspor yang signifikan. Penurunan permintaan sektor industri pengolahan juga terkonfirmasi dari data produksi industri besar sedang yang menunjukkan tren perlambatan pertumbuhan. Di sisi lain, industri mikro kecil menunjukkan tren penguatan pertumbuhan, namun masih belum dapat mendorong penguatan industri pengolahan karena peranannya yang relatif kecil terhadap total industri pengolahan. (Juta USD) Singapura USA Jepang I II III IV I II III IV I II III IV Perancis Malaysia Pertumbuhan Eks. Elektronik (RHS) (%, yoy) Grafik Ekspor Elektronik Berdasarkan Negara Tujuan Ekspor Grafik Pertumbuhan Industri Mikro Kecil dan Besar Sedang Sektor Konstruksi Pertumbuhan sektor konstruksi melambat pada Pada triwulan IV 2014 sektor konstruksi tumbuh 5,61% (yoy), sementara secara total tahunan tumbuh 8,84% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan 2013 sebesar 10,69% (yoy). Kebijakan stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia, termasuk kebijakan loan to value (LTV) di sektor properti merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perlambatan sektor konstruksi. Informasi tersebut diperoleh melalui survei liason kepada sejumlah pelaku usaha sektor konstruksi. Perlambatan sektor konstruksi juga tercermin dari penurunan kredit konstruksi sebesar 10,43% (yoy) di 2014, demikian juga KPR tumbuh melambat 11,5% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan 2013 sebesar 14,1% (yoy). 12 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

24 Melalui survei liaison,pelaku usaha properti juga mengungkapkan bahwa status hutan lindung yang ditetapkan pada beberapa kawasan DPCLS (berdampak penting dan cakupan luas bernilai strategis) di Kepri menurut SK Menhut No.463/2013 telah menjadi hambatan dalam pengembangan sektor properti. Terkait undang-undang tersebut, pengusaha cenderung menunda pembangunan menunggu kejelasan status lahan. Namun, pada akhir 2014 sejumlah DPCLS memperoleh kejelasan status lahan dan terbebas dari status hutan lindung dengan penerbitan SK Menhut No.867 tahun Perlambatan sektor konstruksi juga tercermin dari perlambatan pertumbuhan konsumsi semen serta penurunan pembangunan rumah tinggal dan ruko. Total konsumsi semen 2014 sebesar 960,5 ribu ton atau tumbuh 3,00% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan 2013 sebesar 13,80% (yoy). Searah dengan penurunan konsumsi semen, perlambatan sektor konstruksi juga terlihat dari penurunan pembangunan rumah tinggal dan ruko di Kota Batam sebesar 10,62% (yoy) di 2014, sementara di 2013 mencatatkan pertumbuhan 16,78% (yoy). Realisasi Pengadaan Semen (LHS) Pertumbuhan (RHS) (ribu ton) (%, yoy) 1, , (2.00) 0 (4.00) Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Grafik Konsumsi Semen Kepulauan Riau Nilai Kredit Konstruksi (LHS) Pertumbuhan Kredit Konstruksi (RHS) (Rp miliar) (%, yoy) 2, , ,600 1, , , (20.00) (40.00) I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Perkembangan Kredit Konstruksi (Unit) Type 70 (unit) Type 70 (unit) Ruko Pertumbuhan - LHS Sumber: REI Batam (%, yoy) Grafik Perkembangan Pembangunan Rumah (REI Batam) (Rp juta) 7,000,000 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 - KPR KPR Growth (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Perkembangan Kredit KPR 13 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

25 Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian menguat pada Pada triwulan IV 2014, pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 6,05% (yoy) sementara secara total tahunan mencatatkan pertumbuhan sebesar 3,3% (yoy) lebih tinggi dibanding pertumbuhan 2013 sebesar 3,2% (yoy). Penguatan sektor pertambangan dan penggalian terutama ditopang oleh peningkatan lifting gas yang tumbuh 8,5% (yoy) 1, meningkat dibanding tahun sebelumnya yang mencatatkan penurunan lifting sebesar 16,3% (yoy). Lifting gas meningkat setelah sumur baru di Lapangan South Belut Natuna mulai beroperasi pada semester kedua Lapangan South Belut merupakan satu dari tujuh proyek baru (gas) nasional yang mulai berproduksi pada semester kedua 2014, dan diproyeksikan memberikan produksi gas terbesar yaitu 120 MMSCFD dan kondensat 1000 barel per hari.. Pertumbuhan lifting minyak juga tercatat membaik pada 2014, meskipun masih mencatatkan penurunan. Lifting migas menurun sebesar 5,70% (yoy), lebih baik dibanding penurunan tahun sebelumnya sebesar 38,98% (yoy). Sebaliknya, output sektor pertambangan dan penggalian masih menurun pada 2014, tercermin dari penurunan ekspor hasil tambang dan penggalian hingga 82,9% (yoy), lebih rendah dibanding 2013 dengan pertumbuhan sebesar 80,1% (yoy). Penurunan hasil tambang terjadi setelah penerapan pelarangan ekspor mineral mentah sesuai UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Produk pertambangan dan penggalian Kepulauan Riau berupa aluminium, timah dan pasir granit. Lifting Gas growth_lifting gas (RHS) Lifting Minyak Growth_lifting minyak (RHS) (%, yoy) (%, yoy) 50.0 (ribu MBBL) 25.0 (%, yoy) Sumber: Kementerian ESDM Sumber: Kementerian ESDM Grafik Perkembangan Lifting Gas Kepulauan Riau Grafik Perkembangan Lifting Minyak Kepulauan Riau 1 Angka perkiraan, berdasarkan data Jan-Nov KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

26 Total Ekspor Pertambangan dan Penggalian (Juta USD) growth (RHS) (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Perkembangan PertumbuhanEkspor Hasil Tambang Kepulauan Riau Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor mencatatkan penguatan pertumbuhan, dipengaruhi oleh penguatan konsumsi masyarakat serta peningkatan jumlah wisatawan. Pada triwulan IV 2014, sektor ini mencatatkan pertumbuhan sebesar 13,16% (yoy), sementara secara total tahunan tumbuh sebesar 10,36% (yoy), menguat dibanding pertumbuhan 2013 sebesar 7,59% (yoy). Daya beli masyarakat yang relatif terjaga dengan baik, serta peningkatan kunjungan wisatawan menjadi penopang pertumbuhan sektor perdagangan. Kenaikan upah minimum dan perlambatan laju inflasi 2014, mampu menjaga kemampuan daya beli masyarakat. Kondisi tersebut terkonfirmasi melalui hasil survei konsumen Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau yang menunjukkan tren peningkatan konsumsi barang-barang kebutuhan tahan lama di Di sisi lain, jumlah kunjungan wisman juga meningkat 6,15% (yoy) lebih tinggi dibanding pertumbuhan 2013 sebesar 4,9% (yoy). Kelancaran proses distribusi barang juga menjadi faktor penting pendukung kinerja sektor perdagangan. Kegiatan bongkar muat di pelabuhan-pelabuhan utama Kota Batam relatif berjalan baik, dengan pertumbuhan volume bongkar barang sebesar 1,97% (yoy) sementara pertumbuhan volume muat barang sebesar 15,03% (yoy). 15 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

27 Indeks Penghasilan Konsumen 2. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 3. Indeks Konsumsi barang-barang kebutuhan tahan lama (ton) 600,000 Dalam Negeri Bongkar Dalam Negeri Muat , , , , , Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Dec 2014 Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau Grafik Hasil Survei Konsumen Sumber : Kantor Pelabuhan Laut Batam Grafik Volume Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Kota Batam Jumlah Wisman (orang - LHS) Pertumbuhan (%, yoy - RHS) 600, , , , , ,000 0 I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, diolah. Grafik Jumlah Wisman yang Berkunjung keprovinsi kepulauan Riau 16 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

28 BOKS - 1 PERUBAHAN TAHUN DASAR PDRB KEPULAUAN RIAU BERBASIS SNA 2008 Pada rilis pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2014 dan keseluruhan 2014, Badan Pusat Statistik (BPS) di seluruh provinsi secara serentak menyampaikan hasil pertumbuhan ekonomi menggunakan tahun dasar baru yaitu tahun 2010 setelah sebelumnya menggunakan 2000 sebagai tahun dasar. BPS telah melakukan perubahan tahun dasar secara berkala sebanyak 5 (lima) kali yaitu pada 1960,1973, 1983, 1993, dan Beberapa hal yang menjadi pertimbangan perubahan tahun dasar menjadi 2010, sebagai berikut: 1) Perekonomian Indonesia relatif stabil pada periode tersebut 2) Terjadi perubahan struktur ekonomi selama 10 (sepuluh) tahun terakhir 3) Rekomendasi PBB tentang pergantian tahun dasar dilakukan setiap 5 atau 10 tahun. 4) Pembaharuan konsep, definisi, klasifikasi, cakupan dan metodologi menurut System of National Accounts (SNA) ) Tersedianya sumber data baru untuk perbaikan PDRB seperti hasi sensus penduduk 2010 dan indeks harga produsen. Perubahan tahun dasar PDRB juga disertai dengan perubahan metodologi berdasarkan konsep SNA Beberapa perbedaan antara konsep dan metode SNA 2008 dengan SNA antara lain: Tabel Perbandingan Konsep dan Metode SNA No Variabel Konsep Lama Konsep Baru 1 Output pertanian Hanya mencakup output pada saat panen Output saat panen ditambah nilai tumbuhan dan hewan yang belum menghasilkan 2 Metode penghitungan output bank komersial Menggunakan metode Imputed Bank Services Charge (IBSC) 3 Valuasi Nilai tambah dinilai atas dasar harga produsen 4 Biaya eksplorasi mineral Dicatat sebagai biaya antara dan pembuatan produk original Sumber BPS Provinsi Kepulauan Riau Menggunakan metoda Financial Intermediation Services Indirectly Measurd (FISIM) Nilai tambah dinilai atas dasar harga dasar Dicatat sebagai biaya antara dan dikapitalisasi sebagai komponen PMTB Selain terdapat perbedaan dalam metodologi, klasifikasi PDRB menurut lapangan usaha tahun dasar 2000 (seri 2000) menggunakan Klasifikasi Usaha Indonesia 1990 (KLUI 1990) sedangkan pada PDRB tahun dasar 2010 (seri 2010) menggunakan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI 2009). Sementara klasifikasi PDRB menurut penggunaan tahun dasar 2010 tidak banyak mengalami perubahan. Pada PDRB pengeluaran, porsi Konsumsi Rumah Tangga menurun karena sebagian dialihkan ke Konsumsi Lembaga Nonprofit (LNPRT) dan Inventori. Perubahan mendasar terjadi pada klasifikasi PDRB sektoral, dari 9 sektor manjadi 17 sektor. Berikut adalah perbandingan tabel dimaksud. 17 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

29 Miliar Rp Gambar Perbandingan Klasifikasi PDRB Penggunaan Gambar Perbandingan Klasifikasi PDRB menurut Lapangan Usaha Implementasi SNA 2008 berdampak pada berubahnya nilai PDB Indonesia seri 2010 meningkat 6,47% dibandingkan seri Kenaikan tersebut disebabkan oleh dampak implementasi SNA 2008 sebesar 2,42% dan perubahan volume serta harga sebesar 4,05%. Sementara itu, PDRB Kepri atas dasar harga berlaku tahun 2010 (seri 2000) sebesar Rp miliar meningkat menjadi PDRB Kepri atas dasar harga berlaku tahun 2010 (seri 2010) sebesar Rp miliar atau meningkat 54,61%. Lebih lanjut, kenaikan tersebut akibat dampak implementasi SNA 2008 sebesar 6,23% serta perubahan volume dan harga sebesar 48,38%. Perubahan tersebut juga turut mempengaruhi ranking PDRB Kepri terhadap provinsi lainnya di nasional. Pada PDRB Kepri seri 2000 berada pada urutan ke-15 sementara PDRB Kepri seri 2010 berada pada urutan ke , ,000 85,000 71, , % , ,000 25,000 Grafik Perbandingan PDRB Kepri Seri 2000 dan 2010 Grafik Perbandingan Pertumbuhan PDRB Kepri Perubahan tahun dasar PDRB Kepri juga memicu perubahan tingkat pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya sebagaimana terlihat pada grafik perbandingan pertumbuhan PDRB Kepri ,000 PDRB seri 2000 PDRB seri menggunakan tahun dasar yang berbeda. Meskipun terdapat beberapa penyesuaian, secara umum perubahan tahun dasar memberikan beberapa manfaat yaitu, peningkatan kualitas data PDRB dan menjadikan data PDRB dapat dibandingkan secara internasional. (Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau) seri 2000 seri KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

30 BOKS - 2 EVALUASI DAN PROYEKSI KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2015 Pertumbuhan ekonomi Kepri 2014 mencapai 7,32% (yoy) dimana sektor penyediaan akomodasi dan makan minum merupakan lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 11,90% (yoy) dengan share sektor sebesar 1,88%. Tingginya pertumbuhan sektor tersebut ditopang oleh jumlah kunjungan wisman ke Kepri selama Pada awal tahun lalu, Pemerintah Provinsi Kepri telah menetapkan target kunjungan wisman ke Kepri sebanyak orang dengan realisasi sebesar 97,12% atau sebanyak orang. Kunjungan wisman sepanjang 2014 ke Kepri tumbuh sebesar 6,15% (yoy) dibandingkan kunjungan wisman selama 2013 yang mencapai orang. Berdasarkan lokasi, realisasi jumlah wisman ke Batam merupakan yang terbesar bahkan melebihi target. Realisasi jumlah wisman Batam sepanjang 2014 mencapai 103,87% sementara Bintan mengalami realisasi terendah sebesar 65,84%. Jika dilihat dari pangsanya, warga Singapura masih menjadi penyumbang utama kunjungan wisman ke Kepri sepanjang 2014, dilanjutkan dengan Malaysia. Berdasarkan informasi dari Dinas Pariwisata Provinsi Kepri, terdapat wisman beberapa negara yang berpotensi meningkat yaitu Tiongkok, Korea Selatan, India, Jepang, dan Filipina. Di tingkat nasional, tingkat kunjungan wisman ke Kepri masih berada dibawah Bali dan Jakarta. Tingkat kunjungan wisman ke Bali dan DKI Jakarta memiliki porsi masing-masing sebesar 39,93% dan 24,04% dari seluruh wisman yang berkunjung ke Indonesia sementara Batam memiliki porsi sebesar 21,12%. Mempertimbangkan kondisi geografis Kepri yang berbatasan langsung dengan negara-negara tetangga, idealnya porsi kunjungan wisman ke Kepri dapat bersaing dengan Bali dan Jakarta. Penyebab utama masih rendahnya kunjungan wisman ke Kepri dibandingkan Jakarta dan Bali adalah terbatasnya infrastruktur di Kepri. Rute penerbangan yang tersedia di Kepri juga tidak sebanyak rute penerbangan yang tersedia di Bali dan Jakarta. Pemerintah Prov. Kepri menetapkan target kunjungan wisman ke Kepri 2015 yang dibagi dalam 3 (tiga) bagian yaitu target optimis, moderat dan konstan. Target optimis sebanyak orang, lebih tinggi 14,51% dari target optimis 2014, sementara target moderat sebanyak orang, lebih tinggi 9,90% dari target moderat 2014, sedangkan target konstan sebanyak orang, lebih tinggi 7,72% dari target konstan Kota/Kabupaten Prov. Kepri Tabel Boks 1.1 Evaluasi dan Proyeksi Kunjungan Wisman ke Provinsi Kepri Target 2014 Realisasi Nominal 2014 Realisasi 2014 (%) Target 2015 Pertumbuhan Target 2015 Batam ,87% ,18% Tanjungpinang ,79% ,41% Bintan ,48% ,48% Karimun ,99% ,61% Total Kepri ,12% ,51% Sumber: BPS 2014, diolah; Dinas Pariwisata Prov. Kepri; Dinas Pariwisata Kota Batam 19 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

31 Dalam rangka mencapai target kunjungan wisman tersebut, Pemerintah Prov. Kepri telah menetapkan beberapa program, antara lain aspek promosi, destinasi, dan perbaikan infrastruktur. Promosi tidak hanya dilakukan secara konvensional ke luar negeri, namun dalam bentuk penyelenggaraan event internasional di kabupaten dan kota yang melibatkan komunitas dari luar negeri.selain itu, setiap kabupaten dan kota diwajibkan memiliki profil potensi pariwisata dalam bentuk digital. Sebagai langkah awal, Dinas Pariwisata Prov. Kepri bekerjasama dengan Batam Pos Entrepreneur Event Organizer mengadakan kegiatan promosi pariwisata internasional, yang dilaksanakan dalam bentuk Youth Women Matizen Creative Wonderful Kepri. Kegiatan ini dikemas dalam bentuk kompetisi bagi komunitas, anak-anak, perempuan kreatif melalui pembuatan poster, film maupun produk kreatif untuk mempromosikan wisata melalui jaringan sosial. Event promosi lainnya yang akan digelar 2015 meliputi promosi dalam negeri dan luar negeri. Promosi luar negeri antara lain Consumer Fair Wonderful Indonesia yang direncanakan akan digelar di Singapura, Malacca dan Kuala Lumpur, promosi wonderful Indonesia bagi warga negara Singapura keturunan Melayu Indonesia, Tactical Promotion Menghadapi Liburan Sekolah di Kinabali, Penang, Malaysia, dan MATTA Fair Johor Bahru. Sementara promosi dalam negeri antara lain, direct promotion Jatim, Jabar, dan Bali yang akan digelar di Batam, kegiatan kenduri Melayu di Batam, serta konser Musik Indonesia di Cross Border. Dalam rangka meningkatkan pariwisata dari aspek destinasi 2015, Batam akan membuka tujuan wisata baru yaitu destinasi Nongsa dan Funtasy Island, sedangkan di Bintan akan dibuka destinasi Trikora dan peningkatan promosi destinasi Lagoi. Untuk meningkatkan pariwisata di Kepri, dilakukan pembenahan dan perbaikan infrastruktur antara lain jalan, jembatan, pelabuhan, bandara, transportasi, listrik, air bersih, dan Information and Communication Technology (ICT). Hal tersebut sejalan dengan program nasional regulasi bebas visa 5 negara yaitu Australia, Rusia, Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan. Dinas Pariwisata Kota Batam juga merencanakan promosi pariwisata Batam ke lima (5) negara tersebut. Khusus untuk wisman dari Korea Selatan yang selama ini cukup banyak berkunjung ke Bintan diharapkan semakin meningkat dengan bantuan promosi dari pemerintah Korea Selatan sehubungan telah ditandatanganinya MoU antara Pemerintah Provinsi Kepri dengan Pemerintah Provinsi Gyeongsangnam-Do (Korea Selatan). Namun terdapat faktor penghambat yaitu akses ke Bintan hanya dapat menggunakan kapal ferry, tetapi kini dengan adanya pembangunan pelabuhan internasional di Busung, diharapkan akses ke Bintan bisa lebih mudah dan cepat. Faktor lain yang diperkirakan akan mendorong peningkatan wisman ke Kepri adalah dukungan anggaran Pemerintah Pusat sebesar Rp25 Milyar dan strategi promosi dengan menggunakan konsep destinasi. Pada 2015 akan diprioritaskan promosi 3 daerah dengan nama great Bali, great Jakarta, dan great Batam. Strategi tersebut akan mendorong daerah Nongsa sebagai destinasi kawasan maritim dan 20 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

32 pulau perbatasan strategis. Pemerintah pusat berharap agar Kepri menjadi pintu masuk utama wisman di Indonesia selain Bali dan Jakarta. Sudah saatnya realisasi kunjungan wisman ke Kepri dapat bersaing dengan kunjungan wisman ke Bali dan Jakarta, mengingat Kepri merupakan across border yang berdekatan dengan pangsa pasar utama kunjungan wisman ke Indonesia yaitu Singapura. (Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau) 21 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

33 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI KEPULAUAN RIAU Inflasi Kepulauan Riau (Kepri) 2014 sebesar 7,59% (yoy) lebih rendah dibanding tahun sebelumnya sebesar 8,24% (yoy) dan inflasi nasional sebesar 8,36%(yoy). Pengalihan subsidi yang berdampak pada kenaikan harga BBM sehingga mendorong kenaikan tarif angkutan menjadi penyebab utama meningkatnya realisasi inflasi Kepri Meskipun terjadi peningkatan inflasi pasca kenaikan BBM bersubsidi, secara tahunan inflasi Kepri 2014 tercatat sebesar 7,59% (yoy), masih lebih rendah dibanding inflasi tahun sebelumnya dan inflasi nasional masing-masing sebesar 8,24% (yoy) dan 8,36% (yoy). Secara triwulanan, inflasi Kepri sebesar 4,48% (qtq)lebih tinggi dibanding inflasi triwulan sebelumnya sebesar 2,14% (qtq). Berdasarkan disagregasi inflasi, pendorong utama inflasi 2014 bersumber dari inflasi kelompok administered price yang disebabkan oleh kenaikan harga pada komoditas bensin, solar, dan tarif angkutan. Inflasi kelompok volatile food menjadi penyumbang terbesar kedua, khususnya komoditas beras, bayam,dan cabai PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA Inflasi Tahunan (yoy) Laju inflasi Kepri 2014 sebesar 7,59% (yoy), lebih rendah dibanding inflasi tahun sebelumnya sebesar 8,24% (yoy) dan inflasi nasional sebesar 8,36% (yoy). Dalam lingkup kawasan Sumatera, Kepri juga mencatatkan inflasi yang lebih rendah dibanding inflasi Sumatera sebesar 8,62% (yoy). Di Sumatera, inflasi tahunan tertinggi terjadi di Provinsi Sumatera Barat sebesar 11,57% (yoy), sementara Provinsi Kepri mengalami inflasi terendah. Meskipun bukan daerah penghasil bahan pangan, kegiatan distribusi pasokan ke Kepri yang relatif lancar mengakibatkan laju inflasi dapat terjaga lebih rendah dibanding provinsi disekitarnya. 22 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

34 Tabel 2.1.Inflasi Tahunan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%yoy) Kelompok I II III IV I II III IV Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok&Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas,& Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Umum Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah Berdasarkan kelompok barang dan jasa, andil terbesar inflasi tahunan disumbang oleh kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan serta kelompok bahan makanan, masingmasing dengan andil terhadap inflasi sebesar 2,3% dan 1,6%. Sementara itu, berdasarkan komoditas pada masing-masing kelompok tersebut, tekanan inflasi tertinggi terjadi pada komoditas bensin, angkutan dalam kota, tarif taksi, bayam dan cabai rawit. Nasional Kepulauan Riau Sumatera Inflasi, % yoy 10.0 SUMATERA SUMATERA BARAT 8.62% 11.57% BENGKULU 10.85% BANGKA BELITUNG 9.04% JAMBI 8.75% 5.0 RIAU 8.64% SUMATERA SELATAN 8.48% SUMATERA UTARA 8.17% 0.0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: BPS, diolah Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan Kepri, Sumatera,Nasional LAMPUNG NAD KEPULAUAN RIAU Grafik % 8.08% 7.59% Inflasi 2014 Seluruh Provinsi di Sumatera Sebagai upaya pengendalian inflasi di Kepri, sejumlah program kerja Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kepri yang telah dilaksanakan di 2014, antara lain: a. Pemasangan Papan Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) di sejumlah pasar di Kota Batam. Harga yang tertera di papan informasi berdasarkan data survei harga oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan. b. Mendukung ketahanan pangan Kepri dengan menginisiasi pilot project pertanian terpadu (komoditas cabai, lele, sapi) di Kota Batam dan Kabupaten Bintan. c. Menginisiasi Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), yaitu gerakan penanaman sayuran di pekarangan perumahan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang defisit seperti sayuran dan cabai. 23 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

35 Inflasi Triwulanan (qtq) Kenaikan harga BBM bersubsidi pada November 2014 yang diikuti dengan kenaikan tarif angkutan juga menjadi pendorong utama meningkatnya inflasi Kepri triwulan IV Laju inflasi triwulan IV 2014 sebesar 4,48% (qtq) meningkat dibanding inflasi triwulan sebelumnya sebesar 2,14% (qtq). Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan serta kelompok bahan makanan juga menjadi penyumbang terbesar inflasi triwulanan, dengan andil inflasi masing-masing sebesar 2,25% (qtq) dan 0,92% (qtq). Berdasarkan komoditas, inflasi tertinggi tercatat pada komoditas bensin, cabai merah, angkutan dalam kota dan tarif taksi. Pada November 2014, pemerintah menaikkan harga bensin sebesar 30,77% dan solar sebesar 26,67% yang berimbas pada kenaikan tarif angkutan. Bersamaan dengan itu, musim kemarau yang terjadi di sejumlah daerah penghasil cabai menyebabkan menurunnya jumlah pasokan cabai sehingga memicu peningkatan signifikan harga cabai di Kepri. Di sisi lain, andil terendah inflasi disumbang oleh kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga, dengan andil sebesar 0,11% (qtq). Penurunan laju inflasi kelompok tersebut dipengaruhi oleh berakhirnya tahun ajaran baru dan liburan sekolah pada triwulan laporan, sehingga tarif sekolah dan tempat rekreasi mulai kembali stabil. Tabel 2.2.Inflasi Triwulanan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa (% qtq) No Kelompok I II III IV I II III IV Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil 1 Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok&Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas,& Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Umum Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah Inflasi, % QTQ (1.0) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: BPS, diolah Nasional Kepulauan Riau Sumatera Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kepri, Sumatera,Nasional 24 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

36 2.2. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA Inflasi Kepri merupakan gabungan inflasi dua kota yaitu Kota Batam dan Tanjungpinang dengan bobot masing-masing sebesar 86% dan 14%. Pada triwulan IV 2014, inflasi Batam sebesar 7,61% (yoy) dan Tanjungpinang sebesar 7,49% (yoy) sehingga inflasi Kepri tercatat sebesar 7,59% (yoy). Tabel 2.3.Perkembangan laju inflasi Kepulauan Riau, Kota Batam dan Tanjungpinang Prov. Kepri Inflasi,% yoy Inflasi,% mtm Kota Batam Inflasi,% yoy Inflasi,% mtm Kota Tanjungpinang Inflasi,% yoy Inflasi,% mtm Inflasi, % YOY 12.5 Kepulauan Riau Batam Tanjungpinang I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: BPS, diolah Grafik 2.4. Perkembangan Inflasi Batam dan Tanjungpinang (yoy) Sejalan dengan inflasi Kepri, pemicu inflasi Batam dan Tanjungpinang juga bersumber dari kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan dengan andil inflasi pada masingmasing kota sebesar 2,64% (yoy) dan 1,83% (yoy). Andil inflasi terbesar kedua disumbang oleh kelompok bahan makanan, khususnya sayur-sayuran (bayam, kacang panjang) di Batam serta beras, cabai merah dan cabai rawit di Tanjungpinang. Berbeda dengan pola normalnya, inflasi lebih tinggi terjadi di Batam dibanding Tanjungpinang karena tekanan inflasi yang meningkat signifikan di Batam, antara lain tarif rumah sakit dan tarif angkutan udara. Pada April 2014, tarif Rumah Sakit Otorita Batam secara resmi dinaikkan, turut memicu kenaikan tarif sejumlah rumah sakit lainnya di Batam. Total inflasi tarif rumah sakit di Batam mencapai 94,95% (yoy) dengan andil inflasi 0,50% 25 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

37 (yoy) sedangkan andil inflasi tarif rumah sakit di Tanjungpinang lebih rendah yaitu 0,16% (yoy). Sementara itu, tarif angkutan udara di Batam mencatatkan andil inflasi 0,26% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding Tanjungpinang yang hanya memberikan andil deflasi 0,17% (yoy). Perubahan tarif angkutan udara yang berbeda di kedua kota tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi bandara di Batam yang jauh lebih padat dibanding Tanjungpinang. Meskipun demikian, dari sisi kelancaran distribusi pasokan barang dan bahan makanan ke Batam masih lebih baik dibanding ke Tanjungpinang. Hal ini antara lain tercermin dari andil inflasi kelompok bahan makanan yang tercatat lebih rendah di Kota Batam sebesar 1,28% (yoy), sementara di Tanjungpinang sebesar 1,45% (yoy). Kelancaran distribusi pasokan ke Batam didukung oleh infrastruktur dan kapasitas pelabuhan maupun bandara yang lebih baik serta jumlah pedagang retail yang lebih banyak dibanding Tanjungpinang DISAGREGASI INFLASI Selain pengelompokan inflasi berdasarkan 7 (tujuh) kelompok pengeluaran (the classification of individual consumption by purpose), bentuk lain pengelompokan inflasi disebut disagregasi inflasi, yang merupakan indikator inflasi untuk menggambarkan pengaruh yang bersifat fundamental. Di Indonesia, disagregasi inflasi dikelompokkan menjadi inflasi inti, inflasi volatile food dan inflasi administered price. Pada triwulan IV 2014, kelompok administered price menjadi pendorong utama laju inflasi Kepri. (%, yoy) INTI ADMINISTERED PRICE VOLATILE FOODS I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: BPS Kepulauan Riau, diolah Grafik 2.5. Pekembangan Inflasi Inti, Volatile Food dan Administered Price InflasiAdministered Price Kelompok administered price atau kelompok komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah, menjadi pendorong utama inflasi pada triwulan IV Secara total tahunan, 26 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

38 andil inflasi administered price sebesar 3,26% (yoy). Beberapa komoditas yang mengalami inflasi tinggi antara lain bensin, solar, tarif angkutan, tarif listrik, serta LPG 12 kg dan 3 kg. Pada November 2014 pemerintah menaikkan harga bensin dan solar masing-masing sebesar 30,77% dan 26,67%. Kenaikan harga bahan bakar tersebut memicu terjadinya penyesuaian tarif angkutan yang secara rata-rata meningkat pada kisaran 25%-30% di Kepri. Khusus untuk tarif angkutan udara, terjadi kenaikan harga yang cukup tinggi di akhir tahun akibat pola tahunan seiring dengan peningkatan jumlah penumpang menjelang liburan Natal dan Tahun Baru. Selain itu, pada November 2014 Pemerintah Kota Batam menaikkan harga eceran tertinggi (HET) LPG 3kg sebesar Rp1.000/kg. Penyesuaian tarif listrik PT PLN Persero juga masih berlanjut di Oktober, November dan Desember Meskipun demikian, andil inflasi tarif listrik relatif kecil di Kepri karena tidak ada penyesuaian tarif dari PLN Batam yang sudah dilakukan di Juli Bensin Angkutan Dalam Kota Tarif listrik (%,mtm) Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Sumber: BPS, diolah Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Bensin, Angkutan Dalam Kota, dan Tarif Listrik Inflasi Inti Inflasi inti merupakan komponen inflasi yang cenderung menetap atau persistent dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental seperti interaksi permintaan penawaran, nilai tukar, maupun ekspektasi inflasi pedagang dan konsumen. Pada triwulan IV 2014, inflasi inti memberikan sumbangan inflasi terbesar kedua, dengan andil sebesar 2,94% (yoy). Penyumbang terbesar inflasi inti yaitu tarif rumah sakit, biaya sewa rumah dan upah pembantu rumah tangga. Pada April 2014, tarif Rumah Sakit Otorita Batam secara resmi dinaikkan yang kemudian memicu kenaikan tarif sejumlah rumah sakit lainnya di Batam. Sementara itu, kenaikan biaya sewa rumah yang cukup tinggi diperkirakan dipengaruhi oleh 27 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

39 indeks harga properti yang juga cukup tinggi di Kepri (khususnya Batam), serta tingkat permintaan rumah dan penyewaan rumah yang terus meningkat. Adapun inflasi tinggi pada upah pembantu rumah, dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti angka upah minimum kota (UMK) yang meningkat dari tahun ke tahun serta kondisi sosial ekonomi masyarakat khususnya di Batam sebagai daerah industri dan perdagangan, menyebabkan kebutuhan pembantu rumah tangga juga meningkat. TARIP RUMAH SAKIT SEWA RUMAH UPAH PEMBANTU RT (%, mtm) Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Sumber: BPS, diolah Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Rumah Sakit, Sewa Rumah, Upah Pembantu Rumah Tangga Inflasi Volatile Food Inflasi kelompok volatile food dipicu oleh gejolak harga komoditas pada kelompok bahan makanan. Pada triwulan laporan, kelompok volatile food memberikan sumbangan inflasi sebesar 1,19 % (yoy). Berdasarkan komoditas, inflasi terutama terjadi beras, bayam, cabai rawit, dan kacang panjang. Keterbatasan pasokan menjadi faktor utama penyebab inflasi volatile food. Inflasi beras antara lain dipengaruhi oleh penurunan pasokan raskin khususnya pada November dan Desember karena alokasi raskin untuk bulan tersebut telah disalurkan pada Maret dan April. Adapun kenaikan harga cabai rawit dan sayur-sayuran dipengaruhi oleh musim kemarau pada sejumlah daerah penghasil, sehingga pasokan menurun. Bencana Gunung Sinabung yang masih berlanjut di triwulan IV 2014 juga menjadi salah satu faktor penyebab penurunan pasokan cabai. 28 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

40 (%, mtm) BERAS BAYAM CABAI RAWIT Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Sumber: BPS, diolah Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Beras, Bayam, Cabe Rawit 2.4. EKSPEKTASI INFLASI Peningkatan inflasi pada triwulan IV 2014 tidak terlalu dipengaruhi oleh ekspektasi konsumen. Hal ini tercermin dari hasil survei konsumen oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau, yang menunjukkan penurunan indeks perubahan harga khususnya untuk Oktober dan Desember. Hasil survei mengindikasikan bahwa konsumen justru memperkirakan penurunan harga pada periode Oktober dan Desember. Terbentuknya ekspektasi konsumen tersebut dipengaruhi oleh tren inflasi tahunan yang cenderung menurun periode Januari hingga Oktober Berdasarkan kelompok pengeluaran, konsumen memperkirakan penurunan harga terutama pada kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, serta kelompok perumahan, listrik, gas dan air bersih. 200 Perubahan harga 3 bulan mendatang Perubahan harga 6 bulan mendatang Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Dec 2014 Sumber: Survei Konsumen KPw BI Kepulauan Riau Grafik 2.9. Ekspektasi Inflasi Konsumen 29 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

41 Boks BOKS - 3 ANTISIPASI SURPLUS DEFISIT PANGAN MELALUI PROGRAM KEMANDIRIAN PANGAN DAN KERJASAMA ANTAR DAERAH Komoditas utama penyumbang inflasi volatile food di Kepri sepanjang 2014 diantaranya adalah cabe merah, kacang panjang, bayam, kangkung, daging ayam ras dan beras. Komoditas tersebut bergantung dari suplai daerah lain yaitu, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Jawa Timur. Tingginya ketergantungan suplai dari daerah lain karena Batam dan daerah sekitarnya tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri. Beberapa faktor penyebabnya yaitu, lahan yang kurang mendukung serta kultur masyarakat yang hanya sebagian kecil bekerja di sektor pertanian sedangkan mayoritas lainnya bekerja di sektor perdagangan, industri pengolahan dan sektor perikanan. Tabel 1. Ketersediaan Pangan Strategis Tahun 2012 (dalam ton) No. Komoditas Produksi Total Prod/Keters Ketersediaan Ketersediaan (%) Bahan Makanan 1 Beras ( ) 0,445 2 Cabe (9.441) 25,935 3 Bawang Merah (6.405) - 4 Daging sapi (6.859) 6,011 5 Daging Ayam (12.511) 25,405 6 Telur (24.034) 12,473 Sumber : Badan Ketahanan Pangan Provinsi Kepualuan Riau Data ketersediaan pangan 2012 menunjukkan bahwa komoditas beras, cabe, bawang merah, daging sapi, daging ayam dan telur ayam di Kepri masih mengalami defisit sehingga harus dipenuhi dari luar daerah Kepri. Kekurangan produksi terbesar terjadi pada komoditas beras yang mencapai ton sedangkan terendah bawang merah dengan defisit sebesar ton. Tabel 2. Arus Komoditas Bahan Pangan ke Batam No Komoditi Asal Barang 1 Daging Sapi Australia, Selandia Baru, DKI Jakarta, Jawa Barat, Denpasar 2 Daging Ayam Ras DKI Jakarta, Jawa Barat, Medan, Jawa Timur, Yogyakarta 3 Telur Ayam Medan, DKI Jakarta 4 Bawang merah Jambi, Sumatera Barat, India, Thailand 5 Bawang Putih Cina 6 Beras 3 0 Sumatera Barat, Jambi 7 Cabe Yogyakarta, Sumatera Utara, Jwa Tengah, Jawa Timur, India 8 Kacang panjang 0 1 Sumatera Utara 9 Sawi Sumatera Utara, Jakarta, Cina, Singapura 10 Tomat Sumatera Utara, Jambi Sumber : Balai Karantina Pertanian Batam Selanjutnya dari data arus komoditas pangan ke Batam,pasokan komoditas pangan tidak hanya berasal dari dalam negeri namun untuk komoditas tertentu seperti cabe, bawang putih, bawang merah, sawi dan daging sapi juga dipenuhi dari luar negeri yaitu Australia, Selandia Baru, Tiongkok, India, Singapura dan Thailand. Jumlah bahan panganyang dipasok terbesar adalah 30 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

42 komoditas telur ayam, daging ayam ras dan cabe sedangkan terendah pada komoditas beras, kacang panjang dan sawi. Meningkatnya pasokan pangan dari luar daerah setiap tahunnya mengindikasikan peningkatan konsumsi dan semakin melebarnya jarak defisit pangan antara produksi dan konsumsi. Kondisi defisit pangan tersebut perlu diantisipasi secara menyeluruh tidak hanya dari sisi produksi serta alternatif pemenuhan pasokan dari daerah lain namun juga perlu memperhatikan tingkat konsumsi masyarakat yang bertambah seiring dengan laju pertambahan penduduk serta kunjungan wisatawan ke Kepri. Upaya penanganan defisit pangan di Kepri diantaranya dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan yang Pertama yaitu updating data dengan melakukan pendataan kembali data produksi dan kebutuhan pangan di Kepri dengan melibatkan instansi terkait seperti Badan Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistik dan Bappeda. Kedua, mendorong peningkatan produksi pangan melalui program kemandirian pangan dengan meningkatkan kapasitas lahan yang sudah berproduksi maupun penambahan lokasi baru yang strategis untuk produksi pangan serta optimalisasi lahan tidur. Selain itu, juga mendorong produksi pangan di unit rumah tangga seperti program Kawasan Rumah Pangan Lestari (RPL) untuk mendorong setiap rumah tangga melakukan penanaman sayuran di pekarangan guna memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau pada 2014 telah melaksanakan beberapa program untuk mendukung kemandirian pangan bekerja sama dengan Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Kehutanan (KP2K) Kota Batam yaitu Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) berupa gerakan penanaman sayuran seperti cabe di pekarangan dengan pilot projectdi Komplek Perumahan Bengkong Pertiwi, Kecamatan Bengkong, Batamdengan memberikan bantuan kepada warga berupa bibit, polybag, tanah hitam, pupuk, pestisida, pot, dan pembuatan kebun bibit. Selain itu, untuk mendukung peningkatan produksi pangan juga dilakukan workshop dan inisiasi pilot project pertanian terpadu (komoditas cabai, lele, sapi) di Kawasan Pertanian Terpadu Sei Temiang, Balai Agribisnis BP Batam, serta di Lahan SMK Negeri 3 Bintan Jurusan Hortikultura. Ketiga, melakukan pemenuhan pasokan pangan dari daerah luar Kepri melalui kerjasama antar daerah atas inisiasi masing-masing Pemerintah Daerah dan dapat ditindak lanjuti dalam bentuk kerjasama turunan antar BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) untuk pemenuhan pasokan pangan tersebut. Pola kerjasama antar daerah tersebut sudah dilaksanakan di daerah lain seperti antara Pemerintah Provinsi Lampung dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Kerjasama kedua belah pihak dituangkan dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) sebagai bentuk komitmen dengan masingmasing pemerintah daerah yang akan menunjuk SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) sebagai leading sector untuk bekerja sama dengan satu profesional manajemen yang dituangkan dalam perjanjian kerjasama. Kewajiban profesional manajemen kepada Pemda memberikan jasa moderasi yang menghubungkan produsen dan konsumen baik di dalam mapupun di luar daerah yang bekerjasama untuk memotong panjangnya tata niaga dan meningkatkan akses terhadap informasi. Kewajiban Pemda terhadap terhadap Profesional Manajemen ialah membiayai kegiatan operasional dalam rangka melaksanakan kewajibannya melalui pos belanja jasa lainnya. 31 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

43 Melalui pendekatan program kemandirian pangan seperti Kawasan RPL serta peningkatan lahan yang telah produksi maupun optimalisasi lahan kosong/tidur serta peningkatan pemenuhan pasokan pangan melalui program kerjasama pangan antar daerah diharapkan dapat mengurangi defisit pangan di Kepri. Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau) 32 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

44 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEMPEMBAYARAN Indikator perbankan Kepri masih menunjukkan perlambatan, sejalan dengan transaksi tunai dan non tunai juga turut melambat. Tren perlambatan pertumbuhan aset, kredit dan dana pihak ketiga (DPK) perbankan umum Kepri terus berlanjut pada triwulan IV Kondisi yang sama juga terjadi pada perbankan syariah, pertumbuhan aset dan DPK cenderung melambat namun dari sisi pembiayaan masih meningkat. Sementara itu, indikator sistem pembayaran tunai dan non tunai juga mengalami perlambatan. Dari sisi pembayaran tunai terjadi penurunan pertumbuhan netoutflow, sementara dari sisi pembayaran non tunai terjadi perlambatan transaksi kliring sejalan dengan menurunnya kinerja perbankan PERKEMBANGAN PERBANKAN Bank Umum Pada triwulan IV 2014, kinerja bank umum mengalami perlambatan yang tercermin dari pertumbuhan aset, dana, dan kredit. Aset tercatat sebesar Rp miliar atau hanya tumbuh 4,7% (yoy), dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,5% (yoy). Kemudian DPK tercatat sebesar Rp miliar atau tumbuh 2,8% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 12,4% (yoy). Selanjutnya, kredit tercatat sebesar Rp miliar atau tumbuh 5,7% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 12,1% (yoy). Sementara itu, dari sisi kualitas kredit bank umum di Kepri menunjukkan perbaikan pada triwulan IV Tingkat Non Performing Loan (NPL) tercatat sebesar 1,6% lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 1,7%. Dari sisi fungsi intermediasi perbankan, Loan to Deposit Ratio (LDR) meningkat sebesar 75,6% lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 74,2%. Tabel 3.1. Indikator Utama Bank Umum di Provinsi Kepulauan Riau Pertumbuhan (yoy) Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I 2014 Tw. II 2014 Tw. III 2014 Tw. IV 2014 Total Aset ,3% 20,3% 11,5% 4,7% Total Dana ,1% 23,3% 12,4% 2,8% Total Kredit ,2% 16,9% 12,1% 5,7% NPL 2,0% 1,6% 1,6% 1,4% 1,7% 1,7% 1,7% 1,6% LDR 76,4% 76,4% 74,5% 73,5% 75,5% 72,7% 74,2% 75,6% KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

45 Aset Sampai dengan triwulan IV 2014, aset bank umum masih tumbuh melambat. Total aset sebesar Rp miliar, tumbuh 4,8% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 11,5% (yoy). Berdasarkan kelompok bank, perlambatan terjadi pada bank swasta dan bank asing campuran yang mengalami kontraksi masing-masing sebesar 4,6% (yoy) dan 10,6% (yoy) menurun dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,7% (yoy) dan 6,0% (yoy). Sementara kelompok bank pemerintah masih tumbuh sebesar 20,8% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 9,74% (yoy). (Rp miliar) 50,000 45,000 40,000 Aset (LHS) growth - Aset (RHS) (%, yoy) (%, yoy) Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing & Campuran 35,000 30, ,000 20,000 15, (20.00) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV ,000 5, (40.00) - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 0.00 (60.00) (80.00) Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum Grafik 3.2. Perkembangan Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank Dari sebaran aset perbankan di Kepri, bank umum di Batam masih mendominasi jumlah aset dengan pangsa/share sebesar 79,0%, diikuti oleh Tanjungpinang dengan sebesar 17,7%, dan 3,3% (yoy) tersebar di wilayah Dati II lainnya. Aset bank umum di Batam dan Dati II lainnya masing-masing tercatat tumbuh melambat sebesar 6,8% (yoy) dan 0,6% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya sebesar 12,9% (yoy) dan 29,7% (yoy). Sementara kontraksi terjadi pada aset di Tanjungpinang sebesar 2,7% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,6% (yoy) Dana Pihak Ketiga (DPK) DPK bank umum masih melanjutkan tren perlambatan pada triwulan IV DPK tumbuh sebesar 2,8% (yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 12,4%(yoy). 34 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

46 (Rp miliar) 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - DPK (LHS) growth-dpk (RHS) (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (Rp miliar) 20,000 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0 Giro (LHS) Tabungan (LHS) Deposito (LHS) growth - Giro (RHS) growth - Tabungan (RHS) growth - Deposito (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (%, yoy) (10.00) (20.00) Grafik 3.3. Perkembangan DPK Bank Umum Grafik 3.4. Perkembangan DPK (berdasarkan komposisi) Berdasarkan komposisi DPK, tabungan masih memiliki porsi terbesar yaitu mencapai 43,6% dari total DPK atau mencapai Rp miliar. Diikuti oleh giro dan deposito masingmasing sebesar 31,1% atau sebesar Rp miliar dan 25,3% atau sebesar Rp9.995 milyar. Melambatnya DPK bank umum juga tercermin dari komposisinya yang juga mengalami perlambatan. Jenis simpanan tabungan dan deposito masing-masing tumbuh sebesar 5,9% (yoy) dan 23,1% (yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,1% (yoy) dan 23,1% (yoy). Sementara itu, giro mengalami kontraksi sebesar 12,6% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 0,1% (yoy). (%, yoy) Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing & Campuran (20.00) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (40.00) (60.00) Grafik 3.5. Perkembangan DPK Berdasarkan Jenis Bank Perkembangan DPK berdasarkan kelompok bank, masih didominasi oleh bank swasta nasional dengan porsi DPK mencapai 55,5%, kemudian bank pemerintah sebesar 42,7%, diikuti bank asing dan campuran sebesar 1,8%. Perlambatan pertumbuhan terjadi di semua kelompok bank, baik pemerintah, swasta, dan bank asing dan campuran. Pertumbuhan pada kelompok bank pemerintah dan swasta masing-masing sebesar 2,6% (yoy) dan 3,3% (yoy) 35 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

47 dibanding periode sebelumnya sebesar 10,0% (yoy) dan 15,1% (yoy). Sementara itu, terjadi kontraksi yang semakin dalam pada kelompok bank asing dan campuran dari 6,8% (yoy) menjadi sebesar 9,7%(yoy) pada triwulan laporan. Perlambatan DPK juga tercermin dari pertumbuhan jumlah rekening yang cenderung melambat pada triwulan IV. Ditinjau dari jumlah rekening, terdapat 1,9 juta akun yang ada di bank umum di Kepri pada triwulan IV, pertumbuhannya melambat sebesar 7,2% (yoy) dibandingkan triwulan III 2014 yang juga tumbuh melambat sebesar 3,1% (yoy). Mencermati pertumbuhan DPK berdasarkan nominal, kelompok DPK dengan nominal > juta memiliki porsi 22,7% dari total nominal. Selanjutnya diikuti oleh nominal > juta dan >2-5 miliar dengan porsi 18,1% dan 14,2%. Sementara dari sisi jumlah rekening, DPK bank umum masih didominasi oleh kelompok rekening dengan nominal <10 juta dengan porsi 85%, kemudian diikuti rekening > juta dengan porsi 12,6%. Porsi/Share Nominal Porsi/Share Rekening >20M.JUMLAH REKENING >15M - 20M.JUMLAH REKENING >10M - 15M.JUMLAH REKENING >5M - 10M.JUMLAH REKENING 1.2% 2.3% 7.0% 12.0% >20M.JUMLAH REKENING >15M - 20M.JUMLAH REKENING >10M - 15M.JUMLAH REKENING >5M - 10M.JUMLAH REKENING 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% >2 M - 5M.JUMLAH REKENING 14.2% >2 M - 5M.JUMLAH REKENING 0.1% >1 M - 2 M.JUMLAH REKENING 9.3% >1 M - 2 M.JUMLAH REKENING 0.1% >500JT - 1 M.JUMLAH REKENING >100JT - 500JT.JUMLAH REKENING >10 JT JT.JUMLAH REKENING <10 JT.JUMLAH REKENING 4.9% 8.3% 18.1% 22.7% >500JT - 1 M.JUMLAH REKENING >100JT - 500JT.JUMLAH REKENING >10 JT JT.JUMLAH REKENING <10 JT.JUMLAH REKENING 0.2% 2.0% 12.6% 85.0% Grafik 3.6. Tiering DPK Bank Umum (Nominal) Grafik 3.7. Tiering DPK Bank Umum (Jumlah Rekening) Berdasarkan kabupaten/kota, porsi terbesar DPK terdapat di Batam yaitu mencapai 79,9% dari total DPK, diikuti oleh Tanjungpinang (17,1%), dan di Dati II lainnya (3,0%). Pertumbuhan DPK di Batam tercatat sebesar 6,7% (yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 15,1% (yoy). Sedangkan DPK perbankan di Tanjungpinang dan Dati II lainnya mengalami penurunan DPK masing-masing sebesar 10,9% (yoy) dan 7,1% (yoy) semakin dalam dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 0,4% (yoy) dan 34,0% (yoy). 36 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

48 Tanjungpin ang, 17.1% Dati II Lainnya, 3.0% Batam, 79.9% Grafik 3.8. Pangsa DPK Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kredit Sejalan dengan perlambatan aset dan DPK, pertumbuhan kredit bank umum juga melambat pada triwulan laporan.total kredit perbankan umum mencapai Rp miliar atau tumbuh 5,7% (yoy) pada triwulan laporan lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 12,1% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, porsi terbesar kredit digunakan untuk kredit konsumsi (36,7%), modal kerja (33,2%) dan investasi (30,1%). Total Kredit (LHS) growth - Total Kredit (RHS) (Rp miliar) (%, yoy) 35, , , , , , , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 3.9. Perkembangan Kredit Bank Umum Rp miliar 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - MK (LHS) Konsumsi (LHS) Investasi (LHS) growth - MK (RHS) growth - Konsumsi (RHS) growth - Investasi (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan %, yoy (10.00) (20.00) Pertumbuhan kredit konsumsi, modal kerja maupun investasi mengalami perlambatan. Kredit konsumsi dan investasi masing-masing tumbuh 13,7% (yoy) dan 14,3% (yoy) melambat dibanding triwulan lalu sebesar 14,4% (yoy) dan 21,0% (yoy). Sementara kredit modal kerja menurun sebesar 7,9% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh 3,2% (yoy). Melambatnya pertumbuhan kredit merupakan dampak kebijakan likuiditas ketat yang dilakukan oleh Bank indonesia (kenaikan BI rate) yang berdampak melambatnya penyaluran kredit. Menurunnya DPK bank umum mendorong semakin ketatnya likuiditas yang menyebabkan bank menurunkan laju penyaluran kreditnya. 37 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

49 Sementara ditengah melambatnya pertumbuhan kredit konsumsi, kredit kepemilikan rumah (KPR) dan kredit multiguna tumbuh berturut-turut sebesar 11,5% (yoy) dan 39,8% (yoy) meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 11,1% (yoy) dan 33,8% (yoy). Meskipun kredit kendaraan bermotor (KKB) masih mengalami kontraksi sebesar 5,6% (yoy), cenderung lebih baik dibanding triwulan lalu yang juga mengalami kontraksi mencapai 10,3% (yoy). Pertumbuhan KPR terutama didorong oleh pertumbuhan KPR untuk Rumah Tinggal tipe 22 s.d. 70 yang memiliki pangsa/share sebesar 65,2% terhadap total KPR. Peningkatan KKB roda empat yang cukup signifikan pada triwulan laporan turut mendorong pertumbuhan KKB. Sedangkan pertumbuhan kredit multiguna disebabkan meningkatnya konsumsi masyarakat pada triwulan laporan berkenaan dengan momen perayaan Natal dan Tahun Baru serta liburan sekolah. (%, yoy) Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing & Campuran %, yoy KPR KKB Multiguna (20.00) (40.00) (60.00) I II III IV I II III IV I II III IV (10.00) (20.00) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik PertumbuhanKredit Berdasarkan Kelompok Bank Grafik Pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) Berdasarkan kelompok bank, porsi terbesar kredit disalurkan oleh bank pemerintah (55,7%), kemudian bank swasta nasional (43,4%), dan porsi terkecil oleh bank asing dan campuran (1,0%). Kredit dari bank pemerintahtumbuh melambatdari 18,4% (yoy) menjadi 11,4% (yoy). Sementara itu, bank swasta nasional serta bank asing dan campuran masing masing mengalami penurunan sebesar 0,1% (yoy) dan 22,8% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,7% (yoy)dan 24,6% (yoy). Ditinjau dari perkembangan kredit secara sektoral, penyerapan kredit pada sektor ekonomi bukan lapangan usaha (konsumsi) sebesar 36,7% dari total kredit. Selanjutnya diikuti oleh sektor perdagangan besar dan eceran (15,9%), sektor industri pengolahan (15,3%), serta sektor transportasi, gudang, dan komunikasi (14,1%). Perlambatan pertumbuhan kredit dapat dijelaskan dari sisi sektoral, tercermin dari melambatnya pertumbuhan kredit sektor ekonomi utama Kepri, antara lain sektor ekonomi bukan lapangan usaha, sektor perdagangan besar dan eceran, serta sektor transportasi, gudang dan 38 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

50 komunikasi yang menurun, berturut-turut sebesar 13,7% (yoy), 11,8% (yoy), dan 39,1% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 14,5% (yoy), 17,7% (yoy), dan 61,0% (yoy).selain itu, sektor industri pengolahan bahkan menurun 12,9% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,2% (yoy). Bukan Lapangan Usaha Perdagangan Besar Dan Eceran Industri Pengolahan Trans, Gudang Dan Komunikasi 15.9% 15.3% 14.1% 36.7% (%, yoy) Bukan Lapangan Usaha Perdagangan Besar Dan Eceran Real Estate, Sewaan Dan Jasa PT Industri Pengolahan Trans, Gudang Dan Komunikasi Konstruksi Nilai Kredit Konstruksi (LHS) 4.9% Real Estate, Sewaan Dan Jasa PT Akomodasi Dan Makan Minum 3.2% 2.9% Listrik, Gas Dan Air Pertambangan Dan Penggalian Jasa Msy, SosBud, Hiburan 2.4% 1.6% 1.3% Perantara Keuangan Jasa Pendidikan Pertanian, Buru Dan Hutan 0.4% 0.3% 0.3% - (20.00) I II III IV I II III IV I II III IV Perikanan Keg Yang Belum Jelas Batasannya Jasa Kesehatan Dan Keg Sosial 0.2% 0.2% 0.1% (40.00) (60.00) Grafik Porsi Kredit Bank Umum Secara Sektoral Grafik Pertumbuhan Kredit Bank Umum Secara Sektoral Pada 2014, pertumbuhan kredit di Batam juga melambat menjadi sebesar 4,8% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 11,2% (yoy). Melambatnya pertumbuhan penyaluran kredit di Batam menyebabkan penurunan pertumbuhan kredit yang cukup signifikan di Kepri dikarenakan porsi kredit Batam yang mencapai 79,9% dari total kredit yang disalurkan di Kepri. Sementara itu, kredit di Tanjungpinang juga tumbuh sebesar 10,8% (yoy) melambat dari triwulan sebelumnyasebesar 12,6% (yoy). Sementara itu, penyaluran kredit Dati II lainnya mengalami perlambatan pertumbuhan yang paling dalam sebesar 0,8% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 33,3% (yoy). Ditinjau dari sebaran kelompok nilai plafon, penyaluran kredit produktif (modal kerja dan investasi) didominasi oleh kelompok bernilai besar. Porsi terbesar kredit produktif pada kelompok nilai >Rp20 miliar sebesar 37,5% dari total kredit dengan jumlah rekening sebesar 0,3% dari total rekening, diikuti oleh kelompok nilai >Rp2 miliar 5 miliar dengan porsi 13,3% dari total kredit dan jumlah rekening sebesar 2,2% dari total jumlah rekening. 39 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

51 Porsi/Share Nominal Porsi/Share Rekening >20M 37.5% >20M 0.3% >15M - 20M 6.0% >15M - 20M 0.2% >10M - 15M 7.7% >10M - 15M 0.3% >5M - 10M 11.7% >5M - 10M 0.9% >2 M - 5M 13.3% >2 M - 5M 2.2% >1 M - 2 M 8.1% >1 M - 2 M 2.8% >500JT - 1 M 5.5% >500JT - 1 M 4.0% >100JT - 500JT 5.6% >100JT - 500JT 11.6% >50 JT JT >10 JT - 50 JT <10 JT 1.4% 2.0% 1.1% >50 JT JT >10 JT - 50 JT <10 JT 9.2% 24.6% 44.0% Grafik Tiering Kredit Produktif Bank Umum (Nominal) Grafik Tiering Kredit Produktif Bank Umum (Jumlah Rekening Tren perlambatan penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) masih berlanjut di triwulan IV 2014 yang mengalami penurunan sebesar 4,5% (yoy) semakin dalam dibanding triwulan sebelumnya yang juga menurun sebesar 1,30% (yoy). Pangsa/share kredit UMKM terhadap total kredit cenderung stabil sebesar 24,3% dan masih memenuhi target share kredit UMKM yang telah ditetapkan Bank Indonesia sebesar 20%. Sejalan dengan perlambatan kredit UMKM, kredit usaha rakyat (KUR) menurun. KUR menurun sebesar 9,1% (yoy) jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,6% (yoy). (Rp miliar) 25,000 UMKM - LHS Pertumbuhan (yoy,%) - RHS Bukan UMKM - LHS (yoy,%) 50 (Rp miliar) 450,000 Nominal KUR (LHS) Pertumbuhan KUR (RHS) (%, yoy) , , , ,000 10, , , , , , ,000 50, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: KementerianKoordinator Bidang Perekonomian Grafik Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Grafik Perkembangan KUR Bank Umum Loan to Deposit Ratio (LDR) Melambatnya pertumbuhan DPK yang lebih dalam dibanding dengan perlambatan kredit pada triwulan laporan menyebabkan rasio LDR bank umum Kepri mencapai 75,61% lebih tinggi dibanding LDR pada triwulan sebelumnya sebesar 74,2%. Meskipun demikian, LDR tersebut masih lebih rendah dibandingkan standar LDR sebesar 85% - 100% yang 40 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

52 menunjukkan intermediasi perbankan kelompok bank umum belum optimal dan masih memiliki ruang untuk ekspansi Risiko Kredit Jumlah kredit bermasalah pada kelompok bank umum cenderung stabil dan membaik pada triwulan laporan.non Performing Loan (NPL) pada triwulan laporan sebesar 1,6% atau lebih rendah dibanding NPL pada triwulan sebelumnya sebesar 1,7% yang disebabkan oleh penurunan kredit yang disalurkan. 82% 80% 78% 76% 74% 72% 70% 68% 66% LDR (LHS) NPL (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Perkembangan LDR dan NPL Bank Umum 3% 3% 2% 2% 1% 1% 0% Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Berbeda dengan bank umum, kinerja BPR pada triwulan IV 2014 mengalami peningkatan kinerja yang terlihat dari kenaikan pertumbuhan aset, dana dan kredit. Selain itu, perbaikan kualitas kredit juga tercermin dari turunnya indikator NPL menjadi 2,6% dari triwulan sebelumnya sebesar 3,2%. Adapun fungsi intermediasi BPR juga berjalan dengan optimal terlihat dari LDR yang berada pada threshold yang ditentukan Bank Indonesia, yakni mencapai 96,8%. Tabel 3.2.Indikator Utama BPR di Provinsi Kepulauan Riau Perkembangan Indikator Utama BPR (Rp miliar) Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw.II Tw. III Tw. IV Tw. I 2014 Tw. II 2014 Tw. III 2014 Tw. IV 2014 Total Aset ,1% 17,8% 11,4% 15,6% Total Dana ,9% 18,0% 13,8% 20,4% Total Kredit ,5% 16,4% 20,0% 19,9% NPL 3,5% 3,2% 3,1% 2,5% 3,1% 3,4% 3,2% 2,6% LDR 95,3% 99,2% 92,9% 97,2% 96,7% 97,8% 97,9% 96,8% dalam Rp miliar 2014 Pertumbuhan (yoy) 41 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

53 Aset Aset BPR pada triwulan IV 2014 mencapai Rp4,6 triliun atau tumbuh 15,6% (yoy) dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 11,4% (yoy). Penguatan aset tersebut dipengaruhi oleh menguatnya pertumbuhan DPK yang dihimpun dan kemudian disalurkan dalam bentuk kredit oleh BPR di Kepri. (Rp miliar) 5,000 Aset (LHS) growth-aset (RHS) (%, yoy) ,500 4,000 3,500 3, , ,000 1,500 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Perkembangan Aset BPR 0.00 Berdasarkan Kabupaten/Kota, porsi terbesar aset BPR terdapat di Batam, mencapai 74,4% dari total aset BPR di Kepri. Angka pertumbuhan aset BPR di Batam tercatat mengalami peningkatan sebesar 16% (yoy) dibandingkan triwulan III 2014 yang hanya sebesar 11,6% (yoy). Peningkatan aset BPR juga terjadi di Tanjungpinang, Karimun dan Bintan. Namun, penurunan pertumbuhan aset BPR masih berlanjut di Lingga yang pada triwulan laporan sebesar 10,2% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya yang juga menurun sebesar 3,68% (yoy) Dana Pihak Ketiga (DPK) Dana Pihak Ketiga yang dihimpun oleh BPR tumbuh menguat pada Triwulan IV Total DPK sebesar Rp 3,5 triliun atau tumbuh 20,4% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 13,8% (yoy). Pertumbuhan dana pihak ketiga BPR didorong oleh jenis simpanan deposito yang tumbuh menguat 16% (yoy). Selain itu, tabungan yang juga tumbuh menguat turut menopang pertumbuhan DPK BPR pada triwulan laporan. 42 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

54 DPK (LHS) growth-dpk (RHS) (Rp miliar) (%, yoy) 4, , , , , , , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Perkembangan DPK BPR Deposito (LHS) Tabungan (LHS) (Rp miliar) growth - Deposito (RHS) growth - Tabungan (RHS) (%, yoy) 3, , , , , , (10.00) 500 (20.00) - (30.00) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Perkembangan DPK Berdasarkan Jenisnya Berdasarkan kabupaten/kota, porsi terbesar DPK BPR terkonsentrasi di Batam mencapai 71,0%, dan tumbuh menguat sebesar 17,3% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 14,8% (yoy). Porsi DPK BPR di Tanjungpinang sebesar 12,2%, tumbuh menguat dari 1,9% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,9% (yoy) pada triwulan laporan. Di Daerah Dati II lainnya, porsi DPK sebesar 16,8%, juga tumbuh menguat dari 20,0% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 51,2% (yoy) pada triwulan laporan Kredit Kredit BPR tumbuh stabil pada triwulan IV Total kredit yang disalurkan sebesar Rp3.556 miliar atau relatif stabil sebesar 19,9% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp3.424 miliar atau tumbuh sebesar 20,0% (yoy). Total Kredit (LHS) growth Kredit (RHS) (Rp miliar) (%, yoy) 4, , , ,500 2, , , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV MK (LHS) Konsumsi (LHS) Investasi (LHS) growth - MK (RHS) Rp miliar growth - Konsumsi (RHS) growth - Investasi (RHS) 2,500 2,000 1,500 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV %, yoy Grafik Perkembangan Kredit BPR Grafik Perkembangan Kredit BPR Berdasarkan Jenisnya 43 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

55 Pertumbuhan kredit BPR terutama ditopang oleh penguatan pertumbuhan kredit konsumsi yang tumbuh sebesar 21,7% dibanding triwulan sebelumnya sebesar 17,8% (yoy). Porsi kredit konsumsi terhadap total kredit mencapai 60,9%, dengan pertumbuhan yang didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat menjelang perayaan Hari besar Natal dan Tahun Baru.Namun, laju pertumbuhan kredit BPR tertahan oleh perlambatan pada kredit modal kerja dan investasi yang tumbuh berturut-turut sebesar 14,6% (yoy) dan 25,2% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 18,9% (yoy) dan 38,7% (yoy). Secara sektoral pada triwulan IV 2014, pertumbuhan kredit BPR terutama ditopang oleh pertumbuhan kredit pada sektor bukan lapangan usaha lainnya dengan porsi terhadap total kredit BPR mencapai 51,5%, selanjutnya diikuti oleh sektor perdagangan besar dan eceran dengan porsi 19,6% dan bukan lapangan usaha lainnya RT dengan porsi 9,4%. Pertumbuhan kredit terutama ditopang oleh pertumbuhan di sektor perdagangan besar dan eceran dan sektorbukan lapangan usaha RT dengan pertumbuhan sebesar 27,1% (yoy) dan 23,5% (yoy) dibandingkan triwuan sebelumnya sebesar 225% (yoy) dan 3,1% (yoy). Berdasarkan kabupaten/kota, porsi terbesar kredit BPR disalurkan di Batam dengan porsi 74,0% dari total kredit dan tumbuh melambat dari 20,3% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 19,4% (yoy) pada triwulan laporan. Porsi kredit di Tanjungpinang sebesar 12,1% dari total kredit dan mengalami peningkatan dari 13,4% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi 18,4% pada triwulan IV. Di daerah Dati II lainnya, porsi kredit sebesar 13,9%, tumbuh menguat dari 9,7% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 24, 3% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara itu, penyaluran kredit UMKM oleh BPR juga tercatat melambat. Total penyaluran kredit UMKM sebesar Rp1.141 miliar atau mencapai 32,1% dari total kredit, turun dari 21% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 16,7% (yoy) pada triwulan IV KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

56 Bukan Lap. Usaha - Lainnya Perdagangan Besar Dan Eceran Bukan Lap. Usaha - RT Keg Usaha belum Jelas Batasnya Konstruksi Trans, Gudang Dan Komunikasi Jasa Msy, SosBud, Hiburan Akomodasi Dan Makan Minum Industri Pengolahan Real Estate, Sewaan Dan Jasa PT Pertanian, Buru Dan Hutan Pertambangan Dan Penggalian Jasa Perorangan RT Perikanan Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan Dan Keg Sosial Listrik, Gas Dan Air Adm Pem, Pertahanan Dan Jam Sos Perantara Keuangan 9.4% 5.3% 3.5% 3.3% 1.6% 1.2% 1.1% 1.0% 0.6% 0.5% 0.3% 0.3% 0.3% 0.2% 0.2% 0.1% 0.1% 19.6% 51.5% UMKM - LHS Bukan UMKM - LHS (Rp Juta) 3,000 Pertumbuhan (yoy,%) - RHS (%, yoy) 40 2, , , , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Porsi Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi Grafik Perkembangan Kredit UMKM oleh BPR Loan to Deposit Ratio (LDR) Sepanjang triwulan laporan fungsi intermediasi BPR berjalan tetap dengan efektif. Kondisi tersebut tercermin dari LDR sebesar 96,8%. Meskipun sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya sebesar 97,9% namun masih berada pada rentang threshold yang ditentukan oleh Bank Indonesia yakni 92% s.d. 98%. 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% LDR (LHS) NPL (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Perkembangan LDR dan NPL BPR 4% 4% 3% 3% 2% 2% 1% 1% 0% Risiko Kredit Sampai triwulan IV 2014, NPL BPR turun dari 3,16% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi sebesar 2,58% (yoy). Secara agregat NPL masih relatif stabil dan masih dalam batas aman yang ditentukan oleh Bank Indonesia. 45 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

57 Perkembangan Perbankan Syariah (Bank Umum Dan BPR) Pada triwulan IV 2014, kinerja perbankan Syariah masih pada tren melambat, tercermin dari perlambatan pertumbuhan asset dan DPK. Namun pembiayaan tercatat mengalami kenaikan serta dibarengi perbaikan indikator Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) pada triwulan laporan dibanding triwulan sebelumnya. Tabel 3.3.Indikator Perbankan Syariah di Provinsi Kepulauan Riau Perkembangan Indikator Utama Perbankan Syariah (Rp miliar) dalam Rp miliar Pertumbuhan (yoy) Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw.II Tw. III Tw. IV Tw. I 2014 Tw. II 2014 Tw. III 2014 Tw. IV 2014 Total Aset ,95% 4,19% 1,0% 0,2% Total Pembiayaan ,36% 12,96% 8,4% 9,0% Total Dana ,12% -7,35% ,7% NPF 3,1% 2,4% 2,9% 2,1% 3,1% 4,0% 3,6% 2,8% FDR 114,2% 113,2% 110,9% 132,1% 130,2% 138,1% 131,7% 158,8% Aset Aset perbankan syariah Kepri tercatat sebesar Rp miliar atau tumbuh melambat 0,15% (yoy), dibanding triwulan sebelumnya sebesar 0,95% (yoy). Sebesar 94,7% atau senilai Rp2,551 miliar dari total aset tersebut dimiliki oleh bank umum syariah, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 95,1% atau senilai Rp2,7 triliun. Sementara itu, porsi aset perbankan syariah terhadap total aset perbankan Kepulauan Riau masih relatif kecil yaitu sebesar 5,4% (yoy) Dana Pihak Ketiga (DPK) Pada triwulan IV 2014 DPK Syariah masih melambat, DPK tercatat sebesar Rp1.594 miliar, atau menurun sebesar 19,7% (yoy), masih searah dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang juga menurun sebesar 8,7% (yoy). Penurunan terutama disebabkan melambatnya sumber dana dalam bentuk tabungan yang tumbuh menurun sebesar 6,1% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya tumbuh menguat 4,0%. Sementara giro dan deposito masih tercatat melambat sebesar 52,9% (yoy) dan 5,22% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh melambat sebesar 10,0% (yoy) dan 24,5% (yoy) Pembiayaan Penyaluran pembiayaan syariah mampu mencatatkan peningkatan ditengah ketatnya likuiditas, pembiayaan tercatat sebesar Rp2.530 miliar atau tumbuh tipis 9,0% (yoy) 46 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

58 dibandingkan triwulan III yang tumbuh sebesar 8,4% (yoy) atau Rp2.442 miliar. Porsi terbesar penyaluran pembiayaan masih didominasi oleh konsumsi (73,6%) kemudian diikuti modal kerja (14,7%) dan investasi (11,7%). Pertumbuhan masih didorong oleh penyaluran modal kerja dan investasi meskipun masih menurun masing-masing sebesar 39,1% (yoy) dan 31,2% (yoy) membaik dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan sebesar 40,2% (yoy) dan 35,7% (yoy). Sementara pembiayaan konsumsi masih mencatatkan pertumbuhan tertinggi meskipun tumbuh melambat sebesar 45,5% (yoy) dibanding periode sebelumnya sebesar 48,8% (yoy). Berdasarkan penggunaan, porsi terbesar pembiayaan syariah berupa pembiayaan konsumsi mencapai 73,65% dari total pembiayaan, diikuti oleh pembiayaan modal kerja (15,10%) dan porsi terkecil berupa pembiayaan investasi (11,24%). Pembiayaan investasi dan modal kerja mengalami sedikit pertumbuhan yang melambat, masing-masing dengan angka pertumbuhan sebesar negatif 35,66% (yoy) dan negatif 40,19% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya masing-masing sebesar negatif 56,27% (yoy) dan negatif 44,95% (yoy). Kredit konsumsi yang pada triwulan III 2014 mengalami pertumbuhan sebesar 71,62% juga menunjukkan penurunan pertumbuhan pada triwulan IV 2014 menjadi sebesar 48,76%. Searah dengan peningkatan pembiayaan syariah, penyaluran kredit UMKM juga tumbuh menguat dari negatif 15,0% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi negatif 7,7% (yoy) pada triwulan laporan. Porsi pembiayaan UMKM syariah terhadap total pembiayaan naik dari 15,2% pada triwulan sebelumnya menjadi 16,9% pada triwulan laporan Finance to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Kinerja pembiayaan perbankan syariah meningkat yang tercermin dari FDR dan NPF, FDR tercatat sebesar 158,7% meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang hanya 131,72%. Sementara jumlah kredit bermasalah menurun, terlihat dari NPF yang menurun dari 3,62% menjadi 2,77% pada triwulan laporan. Indikator tersebut menunjukkan peran intermediasi perbankan syariah di Provinsi Kepulauan Riau telah optimal, agar mampu mengembangkan ruang ekspansinya perbankan syariah harus mampu meningkatkan sumber dana dari DPK. 47 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

59 (Rp miliar) 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Aset (LHS) DPK (LHS) growth - Pembiayaan (RHS) Pembiayaan (LHS) growth - Aset (RHS) growth - DPK (RHS) ( %, yoy) % 160% 140% 120% 100% 80% 60% 40% 20% FDR (LHS) NPF (RHS) 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (50.00) 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 0% Grafik Perkembangan Aset, DPK dan Pembiayaan Syariah Grafik FDR dan NPF Perbankan Syariah 3.2. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Transaksi Pembayaran Tunai Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) Perkembangan peredaran uang kartal pada triwulan IV 2014 menurun dibandingkan periode sebelumnya, yang tercermin dari pergerakan arus uang masuk (inflow) dan arus uang keluar (outflow). Aliran uang kartal di Kepri mencatatkan net outflow sebesar Rp3.204,1 miliar turun menjadi negatif 18,7% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya sebesar negatif 8,1% (yoy). Penurunan tersebut dipengaruhi oleh kebijakan moneter likuiditas ketat yang diterapkan oleh Bank Indonesia serta menurunnya kinerja industri pengolahan yang merupakan sektor utama lapangan pekerjaan di Kepri. Namun, penurunan netoutflow tertahan oleh meningkatkan konsumsi masyarakat berkenaan dengan momen menjelang hari Natal dan perayaan Tahun Baru serta inflasi yang tinggi akibat kenaikan BBM pada November 2014 mendorong peningkatan kebutuhan akan uang kartal. 48 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

60 12,000 Inflow (Rp milyar) Outflow (Rp milyar) Net %, yoy Pertumbuhan inflow Pertumbuhan outflow ,000 8, , , , I II III IV I II III IV TOTAL TAHUNAN (50.00) I II III IV I II III IV TOTAL TAHUNAN Grafik Perkembangan Inflow dan OutflowKepulauan Riau Grafik Perkembangan Pertumbuhan Inflow dan Outflow Kepulauan Riau Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Salah satu langkah yang ditempuh Bank Indonesia dalam menyediakan uang kartal yang layak edar dengan melakukan kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE) secara berkala. UTLE yang berasal dari setoran bank maupun penukaran uang dari masyarakat selanjutnya akan ditukarkan dengan uang yang layak edar (fit for circulation). 1,000 Pemusnahan Uang (Rp miliar) I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Pada triwulan laporan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau telah memusnahkan UTLE dengan jumlah nominal mencapai Rp153miliar atau menurun 58,8% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Tren penurunan pemusnahan UTLE yang telah dialami sejak 2013 merupakan bentuk peningkatan kesadaran masyarakat dalam memperlakukan uang Rupiah dengan baik. 49 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

61 Uang Rupiah Tidak Asli Penemuan uang rupiah tidak asli sepanjang triwulan laporan tercatat meningkat, sebanyak 168 lembar atau meningkat sebesar 147,1% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Uang rupiah tidak asli yang ditemukan umumnya uang kertas pecahan besar Rp dan pecahan Rp50.000, sementara untuk pecahan kecil relatif jarang ditemukan. Secara keseluruhan 2014, total temuan uang rupiah tidak asli menurun menjadi 397 lembar, dibanding 2013 dengan total temuan 428 lembar. Lembar (kanan) I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Penemuan Uang Rupiah Tidak Asli di Kepulauan Riau Transaksi Pembayaran Non Tunai Transaksi non tunai (kliring dan RTGS) pada triwulan IV 2014 tumbuh melambat, sejalan dengan perlambatan kinerja perbankan Kliring Lokal Transaksi melalui kliring pada triwulan IV 2014 tercatat mengalami penurunan sebesar 4,5% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan transaksi kliring tersebut seiring dengan perlambatan pertumbuhan kinerja perbankan Kepri pada triwulan laporan. Selain itu, penurunan transaksi melalui kliring ditengah meningkatnya pertumbuhan ekonomi mengindikasikan banyak transaksi yang dilakukan antara bank (sesama bank) dibandingkan transaksi antar bank. 50 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

62 Tabel 3.4.Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Kepulauan Riau Tahun Warkat (lembar), Nominal (Rp juta) Kliring Penyerahan Kliring Pengembalian Jumlah Bulan Perputaran Jumlah Tolakan Net Kliring Warkat Nominal Warkat Nominal Warkat Nominal Tw-I 122,544 3,966,000 2,362 93, ,182 3,872,780 Tw-II 128,027 4,062,000 2,664 86, ,363 3,975,990 Tw III 124,027 4,008,726 2, , ,596 3,899,664 Tw-IV 133,121 4,211,201 2, , ,314 4,103,926 Tw-I 133,438 3,436,971 2, , ,597 3,329,256 Tw-II 128,482 4,141,005 2, , ,791 4,026,335 Tw III 142,912 4,918,425 3, , ,796 4,809,830 Tw-IV 140,475 4,936,337 3, , ,357 4,763,694 Tw-I 140,548 4,901,999 2, , ,765 4,736,855 Tw-II 140,580 4,741,999 2, , ,674 4,604,325 Tw III 114,020 4,175,192 2, , ,818 4,063,374 Tw-IV 122,737 4,669,639 2, , ,556 4,549,083 Pada triwulan laporan, jumlah warkat transaksi kliring sebanyak lembar, tumbuh sebesar negatif 12,2% (yoy), masih melanjutkan penurunan pada triwulan yang sama tahun lalu yang tumbuh sebesar negatif 20,0% (yoy) atau sebanyak lembar. Nominal transaksi kliring juga mengalami penurunan sebesar Rp4.549 miliar, atau turun sebesar negatif 4,5% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif 15,5% (yoy) sebesar Rp4.736 miliar. Nominal penolakan juga tercatat mengalami penurunan sebesar negatif 41,7% atau sebesar Rp110,7 miliar dibanding triwulan sebelumnya dengan nominal sebesar Rp172,6 miliar. Nominal transaksi penolakan tersebut mencapai 2,2% dari keseluruhan nominal kliring sepanjang triwulan laporan dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 2,8%. Penurunan jumlah lembar maupun nominal tolakan kliring mengindikasikan peningkatan kualitas layanan kliring yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia. (Rp juta) Nominal Warkat (Satuan) (%, yoy) Pertumbuhan Warkat Pertumbuhan Nominal 6,000, , ,000, , ,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000, , ,000 80,000 60,000 40,000 20, (10.00) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Perkembangan Kliring Kepulauan Riau - (20.00) (30.00) Grafik Perkembangan Pertumbuhan Kliring Kepulauan Riau 51 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

63 Real Time Gross Settlement (RTGS) Kinerja sistem pembayaran non tunai RTGS pada triwulan IV 2014 menunjukkan peningkatan baik dari nilai maupun nominalnya dibandingkan triwulan sebelumnya.namun demikian, jumlah transaksi RTGS baik nilai maupun volume secara tahunan tercatat menurun atau tumbuh negatif 5,6% (yoy) dan 4,9% (yoy). Tabel Tabel 3.5.Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Kepulauan Riau Wilayah Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV RTGS Nilai (Rp Miliar) Batam Batam ke Luar Batam 5,736 6,895 7,504 8,141 7,819 7,958 8,730 9,333 7, Luar Batam ke Batam 11,113 13,617 13,963 15,521 13,035 16,383 17,769 18,140 15, Batam ke Batam 3,103 3,567 3,676 4,269 4,244 4,120 4,382 4,013 4, Karimun Karimun ke Luar Karimun Luar Karimun ke Karimun Karimun ke Karimun Natuna Natuna ke Luar Natuna Luar Natuna ke Natuna Natuna ke Natuna Tanjung Pinang Tg. Pinang ke Luar Tg. Pinang Luar Tg. Pinang ke Tg. Pinang 1,041 1,156 1,159 1,410 1,102 1,376 2,345 2,051 1,316 1,235 1,098 1,721 Tg. Pinang ke Tg. Pinang Kepulauan Riau Kepri ke Luar Kepri Luar Kepri ke Kepri Kepri ke Kepri Kumulatif 15,701 19,036 20,159 21,998 18,777 22,559 25,473 26,857 21,559 23,161 23,468 25,356 RTGS Volume Batam Batam ke Luar Batam 11,657 13,451 13,936 15,412 13,970 14,891 14,374 15, , , , Luar Batam ke Batam 15,279 16,315 16,309 17,950 16,113 17,327 16,846 16, , , , Batam ke Batam 5,236 5,947 6,127 6,750 6,513 6,719 6,272 6, , , , Karimun Karimun ke Luar Karimun , ,405 1, Luar Karimun ke Karimun Karimun ke Karimun Natuna Natuna ke Luar Natuna Luar Natuna ke Natuna Natuna ke Natuna Tanjung Pinang Tg. Pinang ke Luar Tg. Pinang Luar Tg. Pinang ke Tg. Pinang 1,518 1,713 1,715 2,248 1,393 1, ,289 1,731 1,517 1,828 1,684 Tg. Pinang ke Tg. Pinang Kepulauan Riau Kepri ke Luar Kepri Luar Kepri ke Kepri Kepri ke Kepri Kumulatif 24,969 27,215 27,385 30,725 26,665 28,936 29,142 30,902 26,977 26,964 27,849 29,396 (Rp miliar) 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 Kumulatif Nilai RTGS (Rp miliar) Pertumbuhan Nilai RTGS Kumulatif Volume RTGS (satuan) Pertumbuhan Volume RTGS (satuan) I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Perkembangan RTGS Provinsi Kepulauan Riau 52 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

64 3.3. PERKEMBANGAN TRANSAKSI KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING (KUPVA) DAN PTD (PENYELENGGARA TRANSFER DANA) Perkembangan Transaksi KUPVA Transaksi KUPVA pada triwulan IV 2014 menunjukkan tren penguatan yang signifikan. Pertumbuhan transaksi KUPVA (penjualan dan pembelian) meningkat sebesar 85,5% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,8% (yoy). Peningkatan tersebut merupakan dampak meningkatnya kunjungan wisatawan asing, yang merupakan faktor musiman. Selain itu, peningkatan jumlah wisatawan juga didorong oleh melemahnya nilai tukar Rupiah yang meningkatkan minat wisatawan berlibur ke Kepri. (Rp miliar) 5000 Pembelian (LHS) growth Pembelian, yoy (RHS) Penjualan (LHS) growth Penjualan, yoy (RHS) (%, yoy) 1 (Rp miliar) Pembelian (LHS) Rata-Rata Kurs Tengah SGD (RHS) Penjualan (LHS) Rata-rata Kurs Tengah USD (RHS) (Rp) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 0 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Perkembangan Transasi KUPVA Grafik Perkembangan Transaksi KUPVAterhadap Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Total transaksi pembelian maupun penjualan uang kertas asing (UKA) pada triwulan IV 2014 mencapai Rp8.593 miliar, UKA terutama didominasi oleh dolar Singapura yang mencapai 45,9%. Dari sisi komposisi mata uang asing yang diperjualbelikan, pada triwulan IV 2014 relatif tidak berbeda dengan triwulan sebelumnya. Lokasi Kepri khususnya Batam yang sangat dekat dengan Singapura menyebabkan kebutuhan jual dan beli mata uang dolar Singapura (SGD) lebih tinggi dibandingkan mata uang lainnya. Berdasarkan kabupaten/kota, persebaran PVA terbanyak di Kota Batam (93 KUPVA), kemudian Tanjungpinang (16 KUPVA), Tanjung Balai Karimun (13 KUPVA), Bintan (4 KUPVA) dan Tanjung Batu (2KUPVA). 53 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

65 SGD, 45.9% Mata uang Lainnya, 44.8% USD, 5.2% MYR, 4.0% Grafik Porsi Mata Uang dalam Transaksi KUPVA Perkembangan Transaksi Penyelenggara Transfer Dana (PTD) Tren transaksi PTD masih mencatatkan peningkatan yaitu tumbuh sebesar 111,7%(yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 86,6% (yoy). Kenaikan transaksi PTD yang signifikan disebabkan oleh peningkatan pengawasan kepatuhan laporan oleh Bank Indonesia kepada penyelenggara PTD sejak semester pertama Sementara komposisi jenis transaksi masih relatif sama dengan triwulan sebelumnya. Namun sepanjang triwulan IV 2014 transaksi PTD dari luar wilayah meningkat cukup tinggi yang mencapai 36,6% dari triwulan sebelumnya yang hanya 25,8%. (Rp miliar) 1200 Total Transaksi PTD (LHS) Pertumbuhan Transaksi PTD (RHS) (%, yoy) Dari Luar Wilayah RI, 36.6% Antar Wilayah RI, 31.5% Ke Luar Wilayah RI, 32.0% 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Perkembangan Transasi PTD di Kepulauan Riau Grafik Jenis Transasi PTD 54 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

66 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja pemerintah daerah di wilayah Kepulauan Riau (Kepri) 2 dibandingkan realisasi pendapatan. lebih tinggi Realisasi belanja daerah 2014 sebesar Rp miliar atau mencapai 86,9% dari total anggaran belanja yang ditetapkan sebesar Rp miliar. Sementara itu, realisasi pendapatan 2014 sebesar Rp9.178 miliar atau 82,0% dari total anggaran pendapatan yang ditetapkan sebesar Rp miliar. Realisasi pendapatan terbesar berasal dari dana perimbangan yang mencapai 77,5% sedangkan pendapatan asli daerah mencapai 106,2%. Tingginya realisasi belanja pemerintah daerah pada triwulan IV 2014 menyebabkan posisi dana simpanan Pemda di perbankan turun 61,7% (qtq) dari Rp2.024 miliar menjadi sebesar Rp775 miliar REALISASI APBD DI WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU Realisasi Penerimaan Komposisi pendapatan pemerintah daerah (Pemda) di wilayah Kepri yang mencakup anggaran pemerintah provinsi dan 7 kab/kota lainnya berdasarkan APBD 2014 yaitu,pos pendapatan terbesar berasal dari dana perimbangan (69,3%), pendapatan asli daerah (20,0%) sedangkan sisanya berasal dari pos lain-lain pendapatan yang sah (8,7%), transfer pemerintah provinsi (1,1%) serta transfer pemerintah pusat lainnya (0,9%). Anggaran pendapatan terbesar di wilayah Kepriadalah Pemerintah Provinsi Kepri dengan realisasi sebesar Rp miliar atau 28,3%, kemudian Kota Batam sebesar Rp1.949 miliar atau 17,4%, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Natuna (11,4%), Kabupaten Karimun (9,7%), Kabupaten Anambas (9,3%), Kota Tanjungpinang (8,2%), Kabupaten Lingga (7,9%), dan Kabupaten Bintan (7,8%). 2 Data APBD merupakan gabungan mencakup 7 Kab/kota (Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kab Lingga, Kab Bintan, Kab Kep Anambas, Kab Natuna dan Kab. Karimun) dan Provinsi Kepulauan Riau 55 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

67 Triliun Rp Transfer Pemerintah Provinsi, 0.6% Transfer pemerintah pusat lainnya, 0.9% Dana Perimbangan, 65.5% Pendapatan Asli Daerah, 25.8% Lain-lain pendapatan daerah yang sah, 7.2% Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau (diolah) Grafik 4.1. Komposisi Pendapatan Pemda Pendapatan Asli Daerah Anggaran Dana Perimbangan Transfer pemerintah pusat lainnya Realisasi Transfer Pemerintah Provinsi Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau (diolah) Grafik 4.2. Realisasi Pendapatan Pemda Lain-lain pendapatan daerah yang sah Realisasi pendapatan pemerintah daerah di wilayah Kepri 2014 mencapai 82,1% atau Rp9.178 miliar dari pendapatan yang dianggarkan sebesar Rp miliar. Berdasarkan persentase antara realisasi dan anggaran, realisasi pendapatan terbesar berasal dari realisasi pendapatan asli daerah yang telah mencapai 106,2% atau sebesar Rp2.370 miliar. Kedua terbesar adalah realisasi transfer pemerintah pusat lainnya sebesar Rp83 miliar atau 78,6% dari total anggaran sebesar Rp105 miliar. Sementara realisasi pendapatan terendah berasal dari pendapatan transfer pemerintah provinsi yang capaiannya hanya 45,1% atau Rp54 miliar dari total anggaran Rp121 miliar. Pendapatan terbesar disumbang oleh dana perimbangan, dengan pos pendapatan terbesar berasal dari realisasi dana alokasi umum sebesar Rp2.786 miliar diikuti dana bagi hasil bukan pajak (SDA) sebesar Rp miliar. Sumbangsih dana perimbangan terhadap total pendapatan pada triwulan laporan mencapai 77,5%. Berdasarkan daerah, persentase realisasi pendapatan terbesar adalah Kabupaten Bintan dengan persentase mencapai 104,8%. Sementara capaian realisasi pendapatan terkecil adalah Kabupaten Natuna sebesar 26,1%. Sumber pendapatan terbesar lainnya yang capaiannya melebihi target diperoleh dari PAD sebesar Rp2.370 miliar atau 106,2% dari target yang ditetapkan sebesar Rp2.232 miliar. Pendapatan asli daerah meningkat cukup signifikan pada triwulan IV 2014 dari triwulan sebelumnya yang hanya Rp1.669 miliar atau meningkat sebesar 42%. Pos penerimaan pendapatan asli daerah terbesar berasal dari pajak daerah sebesar Rp1.970 miliar yang realisasinya sebesar 108,9% dan memberikan sumbangsih 21,5% terhadap total pendapatan pada triwulan laporan. Berdasarkan daerah, persentase realisasi PAD terbesar adalah Kabupaten Bintan dengan persentase mencapai 115%. Sementara persentase realisasi dana perimbangan terkecil adalah Kabupaten Natuna sebesar 32,2%. 56 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

68 Triliun Rp Tabel 4.1.Anggaran Pendapatan Pemerintah Daerah di Wilayah Kepri JENIS ANGGARAN ANGGARAN REALISASI S.D TW IV 2014 RP STRUKTUR (%) RP % Pendapatan Asli Daerah 2,232,036,132, % 2,370,213,546, % Pajak daerah 1,809,291,267, % 1,970,691,678, % Retribusi daerah 109,293,786, % 106,257,704, % Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan 24,983,649, % 22,314,997, % Lain-lain PAD yang sah 288,467,429, % 270,949,165, % Dana Perimbangan 7,755,545,409, % 6,007,708,383, % Dana bagi hasil pajak/bukan pajak - Pajak 738,051,244, % 252,738,685, % - Bukan Pajak (SDA) 3,772,753,979, % 1,032,276,924, % Dana alokasi umum 2,966,837,766, % 2,786,232,317, % Dana alokasi khusus 277,902,420, % 240,979,373, % Transfer pemerintah pusat lainnya 105,882,618, % 83,270,414, % Transfer Pemerintah Provinsi 121,190,598, % 54,689,770, % Lain-lain pendapatan daerah yang sah 970,165,247, % 662,647,686, % TOTAL PENDAPATAN 11,184,820,004, % 9,178,529,800, % Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau(diolah) Realisasi Belanja Komposisi belanja Pemda di wilayah Kepri yang mencakup Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dan 7 kab/kota lainnya berdasarkan APBD tahun 2014 yaitu, pos belanja terbesar berasal dari belanja operasi 73,7% sedangkan sisanya berasal dari belanja modal 24,1%, transfer pemerintah daerah 2,2% dan belanja tidak terduga 0,1%. Anggaran belanja terbesar di wilayah Kepulauan Riau dimiliki oleh Provinsi Kepri sebesar Rp3.641 miliar atau 28,5% dari total belanja, kemudian diikuti Kota Batam sebesar Rp2.168 miliar (17,0%). Belanja Tidak Terduga 0.12% Belanja Modal 24.06% Belanja Operasi 73.67% Transfer Pemerintah Daerah 2.16% Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau (diolah) Grafik 4.3. Komposisi Anggaran Belanja Anggaran Realisasi Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tidak Terduga Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau (diolah) Grafik 4.4. Realisasi Belanja Pemda Transfer Pemerintah Daerah Realisasi belanja pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota di wilayah Kepri sampai triwulan IV 2014 mencapai Rp miliar atau 86,9% dari anggaran sebesar Rp miliar dengan nilai realisasi belanja tertinggi pada transfer pemerintah daerah yang mencapai 91,8%. Realisasi tertinggi selanjutnya adalah belanja operasi yang mencapai 88,3% 57 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

69 atau Rp8.311 miliar dari total anggaran sebesar Rp9.408 miliar, kemudian diikuti oleh belanja modal sebesar 82,5%. Sementara realisasi belanja terendah adalah belanja tidak terduga yang terealisasi sebesar 13,9%, yang mengindikasikan belanja Pemda telah dianggarkan dengan baik sebelumnya. Realisasi belanja operasi pada triwulan IV2014 didominasi oleh belanja pegawai serta belanja barang dan jasa yang mencapai 63,4% dari total realisasi belanja. Secara total, belanja operasi menyumbang 74,9% dari total realisasi belanja pemda. Tingginya anggaran yang disalurkan untuk belanja operasi menunjukkan penyaluran anggaran masih didominasi pada sektor konsumsi. Realisasi anggaran belanja modal hanya mencapai 82,5% dari total realisasi atau sebesar Rp2.536 miliar dari total anggaran belanja modal sebesar Rp Sumbangsih realisasi belanja modal hanya 22,8% dari total realisasi belanja pemda sampai triwulan IV Pengalihan subsidi BBM yang direncanakan oleh pemerintah pusat diharapkan akan meningkatkan anggaran untuk belanja modal di tahun mendatang. Berdasarkan kabupaten/kota, realisasi belanja modal terbesar terjadi di Kabupaten Bintan dengan realisasi 96,3% diikuti oleh Kabupaten Karimun dengan 90,8%. Sementara realisasi belanja modal terkecil adalah Kabupaten Natuna dengan realisasi 61,4% yang diperkirakan disebabkan oleh kendala pengadaan yang umumnya berasal dari luar Natuna. Tabel 4.2. Anggaran Belanja Pemerintah Daerah di Wilayah Kepri JENIS ANGGARAN ANGGARAN REALISASI S.D TW IV 2014 RP STRUKTUR (%) RP % Belanja Operasi 9,408,338,081, % 8,311,924,717, % Belanja Pegawai 3,946,934,856, % 3,770,480,308, % Belanja Barang dan Jasa 3,855,617,502, % 3,265,839,215, % Subsidi 68,823,446, % 30,716,455, % Hibah 804,350,746, % 645,492,314, % Bantuan Sosial 311,921,001, % 245,104,610, % Bantuan Keuangan 420,690,528, % 354,291,812, % Belanja Modal 3,073,059,484, % 2,536,529,062, % Belanja Tidak Terduga 14,741,238, % 2,042,427, % Transfer Pemerintah Daerah 275,349,276, % 252,894,343, % TOTAL BELANJA 12,771,488,080, % 11,103,390,550, % SURPLUS/(DEFISIT) -1,586,668,075,454-1,924,860,750,376 Pembiayaan Netto 1,550,752,367, ,278,665,723 - Penerimaan Pembiayaan Daerah 1,667,345,186, ,232,801,818 - Pengeluaran Pembiayaan Daerah 116,592,819,190 66,954,136,094 SILPA -35,915,707,672-1,396,582,084,652 Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau(diolah) 58 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

70 Miliar Rp Realisasi Belanja APBN Infrastruktur Di Wilayah Kepulauan Riau Komposisi belanja Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) khusus belanja infrastruktur di wilayah Kepri yang mencakup kabupaten dan kota dikelompokkan atas gedung dan bangunan, jalan dan jembatan, pelabuhan udara, pelabuhan laut, listrik, dan peralatan dan mesin. Total APBN infrastruktur 2014 sebesar Rp1.283 miliar dengan anggaran terbesar pada proyek jalan dan jembatan (29,8%), diikuti pelabuhan laut (25,5%). Sementara anggaran APBN untuk proyek kelistrikan hanya mendapat porsi 3,4% dari total anggaran infrastruktur. Secara agregat, penyerapan anggaran APBN infastruktur 2014 dengan capaian sebesar 67,2% belum optimal. Rendahnya realisasi anggaran tersebut disebabkan rendahnya realisasi infastruktur pelabuhan laut yang hanya terealisasi sebesar Rp25 miliar atau 7,8% dari total anggaran Rp326 miliar. Sementara relalisasi tertinggi infrastruktur dicatatkan oleh proyek jalan dan jembatan yang mencapai 99% dari total anggaran sebesar Rp382 miliar. Listrik; 3.4% Peralatan dan mesin; 12.3% Pelabuhan Laut; 25.5% Pelabuhan Udara; 12.9% Gedung dan Bangunan; 16.1% Jalan dan Jembatan; 29.8% Sumber: Ditjen Perbendaharaan Kanwil Provinsi Kepulauan Riau (diolah) Grafik 4.5. Komposisi Belanja Infrastruktur APBN Menurut Jenis Proyek Gedung dan Bangunan Anggaran Realisasi s.d Tw IV 2014 Jalan dan Jembatan Pelabuhan Udara Pelabuhan Laut Sumber: Ditjen Perbendaharaan Kanwil Provinsi Kepulauan Riau (diolah) Listrik Peralatan dan mesin Grafik 4.6. Realisasi Belanja Infrastruktur Menurut Jenis Proyek Secara umum, pelaksanaan anggaran di wilayah Kepri yang bersumber dari APBN memberikan kontribusi terhadap arus kas keluar 3. Cash flow pemerintah sampai triwulan IV 2014 tercatat defisit Rp1.160 miliar yang disebabkan penyaluran transfer pemerintah ke daerah yang mencapai Rp7.139 miliar. Total penerimaan Provinsi Kepri terhadap penerimaan nasional sebesar Rp miliar sementara pengeluaran nasional untuk Provinsi Kepri untuk belanja pemerintah pusat dan transfer daerah sebesar Rp4.023 miliar dan Rp7.139 miliar. 3 Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau, Realisasi APBN 2014 Kepulauan Riau s.d Triwulan IV 59 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

71 4.2. Perkembangan Dana Simpanan Pemerintah Daerah di Perbankan Dana simpanan Pemda di Perbankan pada posisi triwulan IV 2014 turun menjadi Rp775 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp2.204 miliar atau menurun sebesar 38% (qtq). Penurunan dana simpanan Pemda sejalan dengan peningkatan realisasi belanja yang lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pendapatan sehingga terdapat defisit Rp1.924 miliar dengan SILPA sebesar Rp1.396 miliar. Triwulan IV umumnya menjadi puncak belanja pemda yang merupakan batas akhir realisasi anggaran Penurunan dana simpanan Pemda juga didorong oleh masih rendahnya realisasi pembiayaan netto sebesar Rp528 miliar dari anggaran sebesar Rp1.550 miliar yang menyebabkan Pemda mencairkan dana simpanan untuk memenuhi kebutuhan belanjanya. 3, , , , , , Dana Simpanan PEMDA Growth Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV (0.10) (0.20) (0.30) (0.40) (0.50) (0.60) Sumber: Ditjen Perbendaharaan Kanwil Provinsi Kepulauan Riau Grafik 4.7. Pola Pergerakan Simpanan Pemda di Perbankan Kepri 60 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau November 216 Publikasi Triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya, Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215 dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013 Asesmen Ekonomi Badan Pusat Statistik (BPS) Kepulauan Riau menetapkan angka final PDRB untuk tahun 2012 bersamaan dengan publikasi PDRB tahun

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Mei 2017 Publikasi Triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau i KEKR Provinsi Kepulauan Riau Periode Mei 2017 ii KEKR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Agustus 216 Publikasi Triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG. Triwulan IV Kategori

Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG. Triwulan IV Kategori Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG Triwulan IV 17 Kategori DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA TANGERANG PENJELASAN UMUM Terdapat perubahan tahun dasar dan cakupan lapangan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Februari 217 Publikasi Triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH NOVEMBER 216 (Kajian Triwulan III-216) VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NOVEMBER 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2013,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

... V... VII... XIII... XIII... XIII... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku... 5 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 7 1.3. PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2014 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Triwulan I-2015 Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 TUMBUH 1,11 PERSEN LEBIH BAIK DIBANDING TRIWULAN III/2015 No. 054/11/14/Th.XVII, 7 November 2016 Perekonomian

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci