Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung"

Transkripsi

1 i

2 Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : Fax : Gambar cover: Danau Kaolin, Bangka Tengah Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ii

3 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya mi Dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan dapat memberikan kontribusi lebih besar bagi perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya. Pangkalpinang, KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Bayu Martanto Deputi Direktur iii

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... vii INDIKATOR EKONOMI... xi RINGKASAN EKSEKUTIF... xii BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH PDRB Menurut Lapangan Usaha PDRB Menurut Pengeluaran Suplemen A Suplemen B BAB 2. KEUANGAN PEMERINTAH APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung APBD Kabupaten Belitung APBD Kabupaten Bangka Barat APBD Kabupaten Bangka Tengah APBD Kabupaten Bangka APBD Kabupaten Bangka Selatan APBD Kota Pangkalpinang Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan BAB 3. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Inflasi Kepulauan Bangka Belitung Disagregasi Inflasi Inflasi Kota dan Kabupaten Perbandingan Inflasi Antar Provinsi di Sumatera Suplemen C Suplemen D BAB 4. STABILITAS KEUANGAN DAERAH DAN PENGEMBANGAN UMKM Perkembangan Bank Umum Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Penyaluran Kredit Bank Umum Loan to Deposit Ratio Kualitas Kredit/Pembiayaan Kelonggaran Tarik iv

5 4.7 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum di Bangka Belitung Bank Umum Syariah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Eksposure Korporasi Pada Stabilitas Sistem Keuangan Ketahanan Sektor Rumah Tangga Kredit UMKM, Pengembangan UMKM dan Keuangan Inklusif Suplemen E BAB 5. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai Penyediaan Uang Layak Edar Upaya Menekan Peredaran Uang Palsu Upaya Bank Indonesia Dalam Menjaga Kelancaran Transaksi Sistem Pembayaran Pengembangan Program Elektronifikasi Layanan Keuangan Digital Suplemen F BAB 6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Kondisi Ketenagakerjaan Kondisi Kesejahteraan Petani Inflasi Pedesaan Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen Tingkat Kemiskinan BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Pertumbuhan Ekonomi Dunia Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Nasional Pertumbuhan Ekonomi Bangka Belitung Inflasi Bangka Belitung Rekomendasi Kebijakan v

6 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Lapangan Usaha Bangka Belitung (% yoy)... 3 Tabel 1.2 Pertumbuhan Tahunan PDRB Menurut Pengeluaran Bangka Belitung (% yoy) Tabel 2.1 Realisasi APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Rp Miliar) Tabel 2.3 Realisasi APBD Kabupaten Belitung Tabel 2.4 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Barat Tabel 2.5 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Tengah Tabel 2.6 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Tabel 2.7 Realisasi APBD Kota Pangkalpinang Tabel 2.8 Pagu dan Realisasi Anggaran Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Rp Miliar) Tabel 2.9 Alokasi Dana Transfer Ke Daerah dan Realisasi Triwulan II Tahun 2017 (Rp Miliar) Tabel 3.1 Perkembangan Inflasi Triwulan II Tabel 3.2 Komoditas Utama Penyumbang Andil Inflasi/Deflasi Bulanan Tabel 3.3 Komoditas Utama Penyumbang Andil Inflasi/Deflasi Tahunan Tabel 3.4 Inflasi Tahunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (% yoy) Tabel 4.1 Perkembangan Kredit Sektoral Bangka Belitung Tabel 4.2 Perkembangan Bank Umum Syariah Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung Tabel 5.2 Inflow Outflow Uang Kartal Tabel 6.1 Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Terbanyak, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tabel 6.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, di Bangka Belitung Tabel 6.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama, di Bangka Belitung Tabel 6.4 Perbandingan NTP Berdasarkan Subsektor Tabel 6.5 Inflasi Pedesaan (% YoY) Tabel 6.6 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini ( ) Tabel 6.7 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD ( ) Tabel 6.8 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini ( ) Tabel 6.9 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD ( ) Tabel 6.10 Perkembangan Indikator Kemiskinan Kep. Bangka Belitung vi

7 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 PDRB Nominal dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ADHK Grafik 1.2 PDRB Nominal dan Laju Pertumbuhan Tahunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ADHK Grafik 1.3 Struktur PDRB Triwulan I Grafik 1.4 Pertumbuhan PDRB Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan... 4 Grafik 1.5 Harga CPO dan TBS... 4 Grafik 1.6 Perkembangan Curah Hujan... 5 Grafik 1.7 Perkembangan Harga Karet Internasional... 5 Grafik 1.8 Perkembangan Harga CPO Internasional... 5 Grafik 1.9 Perkembangan Harga Lada Internasional... 5 Grafik 1.10 Pertumbuhan Lapangan Usaha Industri Pengolahan (% yoy dan qtq)... 6 Grafik 1.11 Pertumbuhan Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor... 7 Grafik 1.12 Kendaraan Baru (roda 4)... 7 Grafik 1.13 Kendaraan Baru (roda 2)... 7 Grafik 1.14 Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian... 8 Grafik 1.15 Produksi Timah dan Harga Timah... 8 Grafik 1.16 Harga Timah BKDI dan LIME... 8 Grafik 1.17 Pertumbuhan Lapangan Usaha Konstruksi... 9 Grafik 1.18 Konsumsi Semen Bangka Belitung... 9 Grafik 1.19 Pertumbuhan Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan Grafik 1.20 Arus Penumpang Angkutan Udara Grafik 1.21 Arus Penumpang Angkutan Laut Grafik 1.22 Arus Bongkar Muat Grafik 1.23 Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas Grafik 1.24 Penjualan Listrik Grafik 1.25 Pelanggan Listrik Grafik 1.26 Pertumbuhan Lapangan Usaha Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum Grafik 1.27 Pertumbuhan Tingkat Hunian Kamar dan Wisatawan Grafik 1.28 Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga Grafik 1.29 Likert Scale Konsumsi RT Grafik 1.30 Likert Scale Penjualan Domestik dan Ekspor Grafik 1.31 Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama Grafik 1.32 Perkembangan Indeks Utama Survei Konsumen Grafik 1.33 Perkembangan Konsumsi Pemerintah vii

8 Grafik 1.34 Perkembangan PMTB Grafik 1.35 Likert Scale Investasi Grafik 1.36 Likert Scale Kapasitas Utilisasi Grafik 1.37 Perkembangan Ekspor Grafik 1.38 Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Timah Grafik 1.39 Likert Scale Ekspor Kepulauan Bangka Belitung Grafik 1.40 Pangsa Nilai Ekspor Negara Tujuan (Persen) Grafik 1.41 Impor Luar Negeri Bangka Belitung Grafik 1.42 Net Ekspor Antar Daerah Bangka Belitung Grafik 1.43 Perkembangan Konsumsi LNPRT Grafik 1.44 Perkembangan Inventori Grafik A.1 IKK, IKE, IEK Triwulan I Triwulan I Grafik A.2 IKK, IKE dan IEK Triwulan I 2012 Triwulan II Grafik A.3 Pembentuk Ekspektasi Konsumen Triwulan I 2012 Triwulan II Grafik A.4 Pembentuk Keyakinan Konsumen Triwulan I 2012 Triwulan II Grafik A.5 Keyakinan Konsumen Terhadap Pertumbuhan Lapangan Pekerjaan Grafik 2.1 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Bangka Belitung Grafik 2.2 Pangsa Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Belitung Triwulan II Tahun Grafik 2.3 Pangsa Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Belitung Triwulan II Tahun Grafik 2.4 Pangsa Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Bangka Barat Triwulan II Tahun Grafik 2.5 Pangsa Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Bangka Barat Triwulan II Tahun Grafik 2.6 Pangsa Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Bangka Tengah Triwulan II Tahun Grafik 2.7 Pangsa Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Bangka Tengah Triwulan II Tahun Grafik 2.8 Pangsa Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Bangka Triwulan II Tahun Grafik 2.9 Pangsa Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Bangka Triwulan II Tahun Grafik 2.10 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Selatan Grafik 2.11 Pangsa Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Bangka Selatan Triwulan II Tahun Grafik 2.12 Pangsa Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Bangka Selatan Triwulan II Tahun Grafik 2.13 Pangsa Realisasi Pendapatan Daerah Kota Pengkalpinang Triwulan II Tahun Grafik 2.14 Pangsa Realisasi Belanja Daerah Kota Pengkalpinang Triwulan II Tahun viii

9 Grafik 2.15 Pangsa Alokasi Dana Transfer Ke Daerah Grafik 2.16 Alokasi Dana Desa Tahun Grafik 3.1 Inflasi Bangka Belitung Vs Nasional Grafik 3.2 Rata-Rata Inflasi Tiga Tahun Terakhir Grafik 3.3 Perbandingan Inflasi Kelompok Grafik 3.4 Historis Inflasi Bangka Belitung Grafik 3.5 Inflasi Umum Tahunan dan Disagregasi Inflasi Grafik 3.6 Perkembangan Curah Hujan Bangka Belitung Grafik 3.7 Perkembangan Arus Bongkar Pelabuhan Grafik 3.8 Likert Scale Biaya Bangka Belitung Grafik 3.9 Perkembangan Inflasi Bangka Belitung Grafik 3.10 Inflasi Kelompok Kota Pangkalpinang Grafik 3.11 Inflasi Kelompok Kota Tanjung Pandan Grafik 3.12 Perbandingan Inflasi Antar Provinsi di Sumatera Triwulan I Grafik 4.1 Perkembangan Aset Perbankan Bangka Belitung Grafik 4.2 Pangsa Dana Pihak Ketiga Grafik 4.3 Perkembangan DPK Perbankan Grafik 4.4 Pangsa Kredit Menurut Penggunaan Grafik 4.5 Jumlah dan Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Grafik 4.6 Perkembangan DPK, Kredit dan LDR Grafik 4.7 NPL Perbankan Grafik 4.8 Perkembangan Suku Bunga Dana Pihak Ketiga Grafik 4.9 Perkembangan Suku Bunga Kredit Sektoral Grafik 4.10 Perkembangan Aset, DPK dan Kredit BPR Grafik 4.11 Perkembangan DPK BPR Grafik 4.12 Pangsa DPK BPR Grafik 4.13 Perkembangan LDR BPR Grafik 4.14 Nominal DPK Korporasi Grafik 4.15 Pertumbuhan DPK Korporasi Grafik 4.16 Pangsa DPK Korporasi Grafik 4.17 Komposisi DPK Korporasi Grafik 4.18 Pertumbuhan Kredit Korporasi Grafik 4.19 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi Grafik 4.20 Pangsa Kredit Korporasi Per Jenis Penggunaan Grafik 4.21 Perkembangan NPL Kredit Korporasi Grafik 4.22 Pertumbuhan Komponen DPK Rumah Tangga Grafik 4.23 Pangsa DPK Rumah Tangga Grafik 4.24 Komposisi Dana Pihak Ketiga Rumah Tangga Grafik 4.25 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 4.26 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan ix

10 Grafik 4.27 Pangsa kredit Perseorangan Grafik 4.28 Rasio NPL Kredit Rumah Tangga Grafik 4.29 Perkembangan Kredit UMKM Bangka Belitung Grafik 4.30 Pangsa Kredit UMKM Secara Sektoral Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS Grafik 5.2 Perputaran Kliring Grafik 5.3 Penolakan Cek/BG Grafik 5.4 Inflow Outflow Uang Kartal Grafik 5.5 Penemuan Jumlah Lembar Uang Palsu Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Grafik 5.6 Jumlah Agen LKD dan Pemegang U-Nik Grafik 5.7 Jumlah Agen LKD dan Pemegang U-Nik Per Kabupaten Grafik 6.1 Perkembangan Tingkat Pengangguran Grafik 6.2 Perkembangan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Grafik 6.3 Likertscale Jumlah Tenaga Kerja dan Prediksi Grafik 6.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik 6.5 Nilai Tukar Petani dan Inflasi Pedesaan Grafik 6.6 Indeks Penghasilan Grafik 6.7 Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Grafik 6.8 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Grafik 6.9 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Grafik 7.1 Perkembangan Proyeksi Pertumbuhan Global Grafik 7.2 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik 7.3 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik 7.4 Perbandingan NIlai Tukar Kawasan Grafik 7.5 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bangka Belitung Grafik 7.6 Proyeksi Inflasi Bangka Belitung Grafik 7.7 Perkiraan Perubahan Harga 6 Bulan Mendatang Grafik 7.8 Perkembangan Indeks Utama Survei Konsumen x

11 INDIKATOR EKONOMI Indikator I II III IV I II PDRB (%, yoy) Lapangan Usaha 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya Permintaan 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri Net Ekspor Antar Daerah Ekspor Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) , Volume Ekspor Non Migas (USD Juta) Indeks Harga Konsumen Bangka Belitung (TD = 2012) Pangkalpinang (TD = 2012) Tanjungpandan (TD = 2012) Laju Inflasi Bangka Belitung Pangkalpinang Tanjungpandan Perbankan Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) Giro (Rp Triliun) , Tabungan (Rp Triliun) , Deposito (Rp Triliun) , Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek Modal Kerja (Rp Triliun) Investasi (Rp Triliun) Konsumsi (Rp Triliun) LDR Lokasi Proyek (%) NPL Gross (%) xi

12 RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Bangka Belitung I. Perkembangan Makro Ekonomi Daerah Perekonomian Bangka Belitung Triwulan II-2017 tumbuh sebesar 5,36% (yoy), tumbuh melambat dibanding triwulan sebelumnya 6,40% (yoy). Perlambatan terutama bersumber dari perlambatan lapangan usaha industri pengolahan dan terkontraksinya pertumbuhan lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan. Sementara itu, dari sisi pengeluaran, perlambatan didorong oleh perlambatan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi dan ekspor. Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2017 tumbuh melambat dari 6,40% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 5,36% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Babel lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Sumatera dan Nasional sebesar 4.09% (yoy) dan 5,01% (yoy). Serta merupakan provinsi dengan pertumbuhan tertinggi di Sumatera pada triwulan II 2017 (yoy). Perlambatan Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan industri pengolahan dan terkontraksinya pertumbuhan lapangan usaha pertanian, Kehutanan dan Perikanan. Lapangan usaha industri pengolahan tumbuh melambat disebabkan melambatnya ekspor komoditas timah sejalan dengan menurunnya harga timah. Sementara terkontraksinya lapangan usaha pertanian disebabkan pergeseran musim panen, hama tanaman dan puso. Capaian pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Sumatera yang tercatat sebesar 4,09% (yoy), dan pertumbuhan ekonomi nasional 5,01% (yoy). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2017 diperkirakan tumbuh lebih tinggi seiring dengan membaiknya harga komoditas utama Bangka Belitung yaitu timah. Dari sisi pengeluaran, perlambatan pertumbuhan ekonomi Dari sisi pengeluaran, disebabkan melambatnya konsumsi rumah tangga, konsumsi penciptaan sumber pemerintah dan ekspor. Konsumsi rumah tangga melambat akibat pertumbuhan ekonomi berasal dari komponen adanya sikap berjaga-jaga masyarakat terhadap belum stabilnya ekspor, konsumsi rumah pemulihan harga komoditas. Perlambatan ekspor seiring dengan tangga dan investasi cenderung stabilnya harga komoditas ekpor terutama timah dan lada. Sementara pengeluaran pemerintah melambat disebabkan tertundanya realisasi pembayaran gaji ke-13 untuk Aparatur Sipil II. Keuangan Pemerintah xii

13 Negara yang semula dibayarkan bulan Juni menjadi bulan Juli serta adanya keterlambatan proses lelang beberapa proyek pemerintah. Realisasi pendapatan daerah Provinsi dan Kabupaten di Kepulauan Bangka Belitung sudah mencapai target, sedangkan realisasi belanja daerah relatif lambat. Sampai dengan triwulan II tahun 2017 realisasi pendapatan daerah Provinsi dan Kabupaten di Kepulauan Bangka Belitung rata-rata mencapai 45% - 55%, sementara realisasi belanja berkisar 31% - 36%. Pada triwulan II tahun 2017 realisasi pendapatan daerah Provinsi dan Kabupaten di Kepulauan Bangka Belitung rata-rata mencapai 45% - 55%, sementara realisasi belanja berkisar 31% - 36%. Selain APBD, dana yang bersumber dari APBN yakni dana Dekonsentrasi hingga triwulan II 2017 terealisasi 29,66% dari pagu. Realisasi dana dekonsentrasi tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 28,06%. Sedangkan realisasi Tugas Pembantuan 30,78% dari pagu, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 38,59%. Secara keseluruhan, total realisasi dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan hingga triwulan II 2017 sebesar 30,29%. III. Perkembangan Inflasi Daerah Pada triwulan II tahun 2017, tekanan inflasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung meningkat dibandingkan triwulan I Inflasi triwulan II 2017 mencapai sebesar 7,11% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 6,39% (yoy) disebabkan antara lain oleh meningkatnya permintaan terhadap komoditas volatile food dan tiket pesawat udara sehubungan dengan adanya Hari Raya Idul Fitri dan Libur Anak Sekolah. Secara tahun kalender inflasi Prov. Kep. Bangka Belitung adalah sebesar 2,72% (ytd). Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung meningkat dari 6,39 (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 7,11% (yoy) pada triwukan II 2017 Meningkatnya inflasi pada periode laporan disebabkan oleh meningkatnya inflasi pada kelompok volatile food dan administered price. Inflasi pada inflasi kelompok inti mengalami penurunan. Inflasi dari kelompok volatile food dan administered prices meningkat dikarenakan adanya bulan puasa, Hari Raya Idul Fitri, dan libur anak sekolah. Secara umum, inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung lebih tinggi dari inflasi nasional yang mencapai 4,37% (yoy) dan di atas inflasi Sumatera yang mencapai 4,65% (yoy). Inflasi tahun kalender triwulan II 2017 mencapai 2,46% (ytd) lebih tinggi dari triwulan II 2016 yaitu sebesar 2,38% (ytd). xiii

14 IV. Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Stabilitas keuangan daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan II tahun 2017 tetap terjaga dan membaik, yang terlihat dari pertumbuhan positif beberapa indikator utama. Kedepan pertumbuhan positif ini akan tetap berlangsung, seiring dengan terus membaiknya pertumbuhan ekonomi di Bangka Belitung. Pada triwulan II 2017 Kondisi stabilitas keuangan daerah masih dalam kondisi yang baik, indikator aset, penyaluran terlihat dari aset, penyaluran kredit dan penghimpunan dana pihak kredit dan penghimpunan ketiga yang tumbuh positif dan tingkat NPL yang membaik. Pada DPK perbankan mengalami pertumbuhan triwulan II 2017 aset perbankan Bangka Belitung tumbuh sebesar 13,33% (yoy), tumbuh sebesar 10,00% (yoy) dari triwulan sebelumnya. Penyaluran kredit pada triwulan II 2017 tumbuh sebesar 8,83% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,12% (yoy). Penyaluran kredit pada triwulan laporan didorong oleh penyaluran kredit konsumsi dan membaiknya penyaluran kredit produktif. Perbaikan penyaluran kredit ini sejalan dengan mulai membaiknya performa korporasi dan dunia usaha. Sementara itu, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 12,58% (yoy), meningkat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 9,58% (yoy). Pertumbuhan terjadi pada seluruh komponen dana pihak ketiga sehubungan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat. Rasio kredit bermasalah (NPL) membaik dari 3,42% menjadi pada triwulan laporan 3,20% sehubungan dengan meningkatnya kemampuan bayar debitur. Loan to deposit ratio di perbankan Bangka Belitung menurun dari 92,37% pada triwulan I 2017 menjadi 88,30% pada triwulan II 2017 sehubungan dengan peningkatan dana pihak ketiga yang lebih tinggi dari peningkatan kredit. Penyaluran kredit dan penghimpunan dana dari korporasi tercatat tumbuh positif. Pada triwulan II 2017 penghimpunan dana pihak ketiga korporasi mengalami pertumbuhan menjadi sebesar 42,60% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya terkontraksi 16,33% (yoy). Sementara itu, penyaluran kredit ke korporasi tumbuh sebesar 11,74% (yoy) dari sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 7,13% (yoy). Sementara NPL korporasi membaik yaitu sebesar 4,52% dari triwulan sebelumnya yang tercatat 4,73%. xiv

15 Dari Sektor rumah tangga, penghimpunan dana tercatat sedikit menurun, berbeda dengan pertumbuhan kredit yang tercatat meningkat. Penyaluran kredit UMKM pada triwulan II 2017 mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya. Sedangkan indikator penghimpunan dana di sektor rumah tangga mengalami perlambatan pertumbuhan menjadi sebesar 13,65% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 16,19% (yoy). Sementara kredit rumah tangga tumbuh sebesar 11,40% dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,14% (yoy). NPL rumah tangga sebesar 1,67% yang berarti masih berada didalam batas aman 5%. Perbaikan ekonomi domestik mendukung terjaganya stabilitas keuangan daerah dan kemampuan bayar di sektor korporasi dan rumah tangga. Pertumbuhan kredit UMKM pada triwulan II 2017 tumbuh melambat menjadi sebesar 18,27% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 25,58% (yoy) di triwulan I Rasio kredi UMKM pada triwulan laporan sebesar 29,80% dari total penyaluran kredit. Secara sektoral pangsa kredit UMKM didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 51,41%. Sementara itu NPL UMKM pada triwulan II tahun 2017 membaik menjadi sebesar 3,64% dari triwulan sebelumnya yang sebesar 3,73%. V. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Transaksi sistem pembayaran secara umum tumbuh melambat. Transaksi non tunai melalui kliring melambat sementara transaksi tunai mengalami net outflow paska Puasa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Untuk mendukung penyediaan uang layak edar, dilakukan kas keliling dan penukaran di perbankan. Transaksi sistem Transaksi non tunai melalui kliring selama triwulan II 2017 tumbuh pembayaran non tunai melambat menjadi sebesar 11,08% (yoy) atau mencapai Rp1,59 melalui kliring tumbuh triliun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,05% (yoy) melambat menjadi sebesar 11,08% (yoy). Pengedaran atau Rp1,93 triliun. Sementara itu pengedaran uang tunai pada uang di Kepulauan Bangka triwulan laporan mencatat inflow sebesar Rp155,63 miliar dan Belitung tercatat net inflow outflow sebesar Rp1,15 triliun. Dalam rangka clean money policy, pada triwulan II Bank Indonesia meningkatkan kegiatan kas keliling selama Triwulan Inflow tercatat sebesar II 2017 diberbagai kota di Pangkalpinang, Sungailiat, Belinyu, Rp155,63 miliar dan outflow tercatat Rp1,15 Manggar, Tanjungpandan, Kelapa, Koba, Toboali. Selama Triwulan II miliar. 2017, jumlah uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebanyak 6 lembar atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 17 lembar. xv

16 VI. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2017 meningkat dibandingkan Februari Sementara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurun. Namun demikian, angka kemiskinan justru meningkat sejalan dengan turunnya Nilai Tukar Petani (NTP) serta naiknya tingkat inflasi pedesaan. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kepulauan Bangka Belitung menurun. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kepulauan Bangka Belitung pada Februari 2017 naik dibandingkan Februari 2016 dari 68,06% menjadi 70,35%. Sementara itu Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kepulauan Bangka Belitung menunjukkan penurunan dari 6,17% pada Februari 2016 menjadi 4,46% pada Februari Peningkatan tenaga kerja terjadi pada semua sektor baik sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier. Pada sektor primer terdapat peningkatan di sektor pertanian dan sektor pertambangan, sementara pada sektor sekunder terdapat peningkatan tenaga kerja di lapangan usaha industri pengolahan dan lapangan usaha listrik gas dan air serta sektor bangunan. Sedangkan peningkatan tenaga kerja di sektor tersier terjadi pada lapangan usaha angkutan, pergudangan, dan telekomunikasi serta sektor jasa kemasyarakatan. Persentase penduduk miskin Persentase penduduk miskin menurun dari 5,22% pada Maret 2016 menurun dari 5,22% pada menjadi 5,20% pada Maret NTP menurun dan inflasi pedesaan Maret 2016 menjadi 5,20% menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Nilai Tukar Petani (NTP), pada Maret NTP pada triwulan II 2017 tercatat sebesar 95,97 menurun dari triwulan menurun dan Inflasi pedesaan turun sebelumnya sebesar 98,96. Sementara, inflasi di pedesaan tercatat sebesar 3,42% (yoy) meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,89% (yoy). VII. Prospek Perekonomian Daerah Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2017 diperkirakan meningkat didukung membaiknya konsumsi rumah tangga, meningkatnya ekspor, meningkatnya investasi dan realisasi pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah yang lebih awal dari tahun-tahun sebelumnya. Ekspor diperkirakan mulai meningkat seiring dengan mulai membaiknya harga komoditas timah. Sementara itu, tekanan inflasi diperkirakan sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya dan dalam level yang terkendali. xvi

17 Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung pada triwulan IV 2017 diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,3%-5,7% (yoy). Sementara secara tahunan diperkirakan perekonomian Bangka Belitung pada 2017 tumbuh pada kisaran 5,4%- 5,8% (yoy) Pada triwulan IV diperkirakan berada pada kisaran 4,6%-5,0% (yoy) dan keseluruhan tahun 2017 inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memerlukan upaya dan kerja keras untuk dapat mencapai target Pemerintah 4%±1%. Pertumbuhan ditopang oleh konsumsi rumah tangga, meningkatnya investasi swasta dan ekspor sebagai dampak membaiknya harga komoditas. Pengeluaran pemerintah khususnya terkait dengan belanja modal pada tengah tahun mulai meningkat dan diperkirakan sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebagai akibat pelaksanaan lelang proyek-proyek pemerintah yang lebih awal. Secara tahunan perekonomian Bangka Belitung diproyeksikan akan tumbuh lebih tinggi dari tahun Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memerlukan upaya dan kerja keras untuk dapat mencapai target Pemerintah sebesar 4%±1%. Beberapa risiko yang akan menimbulkan tekanan inflasi antara lain bersumber dari (i) meningkatnya permintaan menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru, (ii) potensi kenaikan cukai rokok secara gradual oleh pemerintah, (iii) potensi terjadinya gagal panen beberapa komoditas hortikultura akibat tingginya curah hujan di daerah sumber pasokan yang diperkirakan akan membatasi suplai pasokan, (iv) tekanan inflasi administered prices antara lain kenaikan tarif angkutan udara, BBM, elpiji, dan tarif listrik. Koordinasi kebijakan antara Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Kepulauan Bangka Belitung dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi harus terus diperkuat untuk mengantisipasi kemungkinan tekanan inflasi volatile food. xvii

18 INDIKATOR MAKRO Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2017 % yoy Triwulan II 2017 % yoy 6,40 5,36 4,79 4,48 5,40 4,92 7,33 6,82 6,01 5,82 58,04 11,80-5,02 27,31 0 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

19 BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung triwulan II 2017 melambat dibandingkan Triwulan I 2017 terutama bersumber dari perlambatan lapangan usaha industri pengolahan dan terkontraksinya pertumbuhan lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan. Sementara itu, dari sisi pengeluaran, perlambatan didorong oleh perlambatan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi dan ekspor. Perekonomian Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan II 2017 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan mencapai Rp miliar atau tumbuh sebesar 5,36% (yoy), melambat dari pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya yang mencapai 6,40% (yoy). Kinerja pertumbuhan ekonomi ini lebih baik dari pertumbuhan ekonomi Sumatera yang pada triwulan laporan sebesar 4,09% (yoy), dan pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Melambatnya pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung didorong oleh komponen konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, PMTB dan ekspor. Sementara itu dari sisi penawaran perlambatan ekonomi Bangka Belitung di sebabkan melambatnya lapangan usaha industri pengolahan dan lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang mengalami kontraksi. Grafik 1.1 PDRB Nominal dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ADHK Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sementara itu melalui perhitungan khusus PDRB tanpa timah dengan mengeluarkan sektor pertambangan bijih logam dan industri logam dasar maka pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung tanpa timah pada triwulan II 2017 sebesar 3,41% (yoy) melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy) PDRB (Rp Miliar) yoy (%, RHS) qtq (%, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 1

20 Grafik 1.2 PDRB Nominal dan Laju Pertumbuhan Tahunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ADHK 2010 Harga Timah Internasional USD/MTon PDRB Dengan Timah (% yoy) % 25, PDRB Tanpa Timah (% yoy) , , , , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah 0.00 Pada triwulan III 2017 pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung diproyeksikan akan meningkat dibanding triwulan II 2017 dan lebih tinggi dibanding triwulan III Pertumbuhan konsumsi rumah tangga ditopang oleh meningkatnya konsumsi saat Hari Raya Idul Adha, Tahun Baru Islam dan momen perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, meningkatnya ekspor timah seiring dengan meningkatnya permintaan global dan membaiknya harga timah, meningkatnya investasi swasta seiring dengan dampak paket kebijakan pemerintah dalam memberikan kemudahan investasi, meningkatnya realisasi belanja rutin dan modal pemerintah mendekati akhir tahun, serta kondusifnya stabilitas makro ekonomi. Sementara dari sektor perdagangan diperkirakan meningkat seiring dengan mulai membaiknya perekonomian dan daya beli. 1.1 PDRB Menurut Lapangan Usaha Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha kecuali Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang terkontraski sebesar -2,47%. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial merupakan lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan yang tertinggi sebesar 11,71%, diikuti industri pengolahan sebesar 10,49%, transportasi dan pergudangan sebesar 8,25%, dan perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 8,24%. Meningkatnya industri pengolahan sebagai efek Hari Raya Idul Fitri mendorong perdagangan dan transportasi meningkat. Perdagangan air meningkatnya penduduk dan juga meningkatnya kebutuhan air bersih. Struktur perekonomian Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan II 2017 masih didominasi oleh empat lapangan usaha utama yaitu : industri pengolahan (20,23%), pertanian, kehutanan, dan perikanan (18,54%), perdagangan besar, eceran, dan reparasi mobil, sepeda motor (15,56%) dan pertambangan dan penggalian (12,44%). Empat lapangan usaha tersebut mampu menyumbang 66,77% dari total PDRB. 2 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

21 Grafik 1.3 Struktur PDRB Triwulan I 2017 Perdaganga n Besar dan Eceran, 15.56% Industri pengolahan, 20.23% Pertamban gan dan Penggalian, 12.44% Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, 18.54% Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sumber utama (andil) pertumbuhan ekonomi Kepulauan Bangka Belitung triwulan II 2017 adalah lapangan usaha industri pengolahan yang memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 2,36%, diikuti perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor sebesar 1,06%. Tabel 1.1 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Lapangan Usaha Bangka Belitung (% yoy) No Lapangan Usaha I II III IV I II 1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan D Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jamina Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya PERTUMBUHAN PDRB PDRB TANPA TIMAH (PDRB TANPA PERTAMBANGAN BIJIH LOGAM DAN INDUSTRI LOGAM DASAR) Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami kontraksi sebesar 2,47% (yoy) menurun dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,96% (yoy). Menurunnya pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan, dan perkebunan disebabkan oleh menurunnya produksi perkebunan dan terjadinya perubahan musim sebagai efek perubahan iklim yang terjadi secara global, cuaca yang kurang kondusif, serta harga lada yang belum membaik. Sementara di Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 3

22 sektor tanaman pangan menunjukkan bahwa terjadi pergeseran musim panen dari tahun sebelumnya di triwulan II menjadi triwulan I pada 2017 dan terjadi serangan hama wereng dan puso. Selain itu, di sektor perikanan, para nelayan membatasi kegiatan melaut dikarenakan bulan puasa dan lebaran. Kondisi ini mengurangi supplai ikan dan mengurangi pendapatan pada sektor perikanan. Di Sektor perkebunan, Harga Tandan Buah Segar (TBS) meningkat sebesar 1,46% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami peningkatan sebesar 52,20% (yoy). Sementara harga CPO mengalami kontraksi sebesar 0,01% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami peningkatan sebesar 16,30% (yoy). Grafik 1.4 Pertumbuhan PDRB Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 2,400 2,300 2,200 2,100 2,000 1,900 1, Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 1.5 Harga CPO dan TBS CPO TBS Lokal (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

23 Grafik 1.6 Perkembangan Curah Hujan Grafik 1.7 Perkembangan Harga Karet Internasional Curah Hujan Hari Hujan (RHS) 80.0 USD/kg I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : Bloomberg, diolah Sumber : Bloomberg, diolah Grafik 1.8 Perkembangan Harga CPO Internasional Grafik 1.9 Perkembangan Harga Lada Internasional 1, USD/Mt MYR/100 k Sumber : Bloomberg, diolah Sumber : Bloomberg, diolah Pada Triwulan III 2017 diperkirakan lapangan usaha pertanian relatif stabil didukung stabilnya harga CPO dan karet yang menjadi insentif bagi pertumbuhan ekspor komoditas tersebut. Namun demikian, produktivitas padi diperkirakan meningkat seiring dengan bertambahnya areal sawah padi dan luas panen sejalan dengan komitmen pemerintah daerah untuk mendorong peningkatan produksi pangan di Bangka Belitung dalam rangka menurunkan ketergantungan pasokan dari daerah lain. Beberapa program pemerintah daerah terkait pengembangan lapangan usaha pertanian antara lain pencetakan sawah baru, pembuatan saluran irigasi, pengembangan irigasi rawa dan optimalisasi bendungan air. Pada triwulan II 2017, pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan yang memiliki pangsa terbesar dalam struktur perekonomian Bangka Belitung tumbuh sebesar 10,49 (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,66% (yoy). Perlambatan pada industri pengolahan diindikasikan salah satunya disebabkan menurunnya kinerja industri pengolahan makanan dan minuman yang mengolah bahan setengah jadi yang berasal dari lemak Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 5

24 nabati dan hewani. Sementara, pertumbuhan pada lapangan usaha ini disebabkan membaiknya kinerja industri tekstil, dan pakaian jadi, industri furniture, industri karet, industri percetakan menjelang Hari raya Idul Fitri dan industri logam dasar. Namun demikian, pertumbuhan industri pengolahan pada triwulan ini tidaklah sebesar pertumbuhan pada triwulan I. Hal ini disebabkan permintaan yang tidak terlalu besar dibandingkan triwulan sebelumnya, permintaan di triwulan sebelumnya lebih besar disebabkan adanya beberapa even-even internasional yang diselenggarakan di Bangka Belitung sehingga mendorong peningkatan industri pengolahan terutama industri pengolahan makanan dan minuman. Grafik 1.10 Pertumbuhan Lapangan Usaha Industri Pengolahan (% yoy dan qtq) 3,000 2,900 2,800 2,700 2,600 2,500 2,400 2,300 Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Pada triwulan III 2017, lapangan usaha industri pengolahan diperkirakan akan kembali meningkat sejalan dengan meningkatnya industri logam timah dan produk berbasis timah seiring dengan bertambahnya perusahaan yang mengekspor timah serta industri makanan seiring dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan menjelang akhir tahun. Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor mengalami peningkatan pertumbuhan. Lapangan usaha ini pada triwulan laporan tercatat tumbuh 8,24% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,54% (yoy). Peningkatan lapangan usaha ini sejalan dengan meningkatnya permintaan saat perayaan bulan puasa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri sehingga mendorong peningkatan aktivitas perdagangan. 6 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

25 Grafik 1.11 Pertumbuhan Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2,000 1,500 1, Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Aktivitas perdagangan yang meningkat juga ditunjukkan oleh jumlah pendaftaran kendaraan baru roda 2 yang pada triwulan ini meningkat. Pertumbuhan kendaraan baru roda 2 meningkat tajam sebesar 103,76% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang meningkat sebesar 83,87% (yoy). Sementara pertumbuhan kendaraan roda 4 pada triwulan ini mengalami peningkatan sebesar 1,45% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 12,25% (yoy). Meningkatnya penjualan kendaraan sejalan dengan meningkatnya kebutuhan kendaraan untuk mudik Hari Raya Idul Fitri. Grafik 1.13 Kendaraan Baru (roda 2) Grafik 1.12 Kendaraan Baru (roda 4) 1, Jml Kendaraan Roda 4 (unit) % yoy 1, ,400 1, , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: DPPKAD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah 18, ,000 Jml Kendaraan Roda 2 (unit) % yoy , , , , , , , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: DPPKAD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Pada triwulan III 2017, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor diperkirakan akan tumbuh meski tidak sebesar pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan lapangan usaha perdagangan di triwulan ini tidak setinggi pertumbuhan di triwulan sebelumnya seiring dengan berakhirnya momen bulan Puasa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Lapangan usaha perdagangan tumbuh meningkat seiring dengan momen perayaan Hari Raya Idul Adha, tahun baru Islam 1 Muharram. Sementara penjualan kendaraan sedikit meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebagai dampak pengurangan suku bunga kredit perbankan. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 7

26 Lapangan usaha pertambangan dan penggalian pada triwulan ini tumbuh sebesar 6,80% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,65% (yoy). Perbaikan tersebut disebabkan oleh meningkatnya produksi bijih timah seiring dengan mulai membaiknya harga timah. Peningkatan produksi timah tersebut mendorong peningkatan ekspor timah. Pada triwulan III 2017, sektor pertambangan yang berbasis timah diperkirakan juga meningkat. Harga komoditas timah ke depan diperkirakan terus membaik didorong oleh mulai membaiknya perekonian global dan meningkatnya permintaan global sehingga mendongkrak harga timah internasional dan meningkatnya permintaan timah. Selain itu, peningkatan pada sektor pertambangan dan penggalian diindikasikan disebabkan bertambahnya perusahaan yang mengekspor timah. Grafik 1.14 Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian 1,750 1,700 1,650 1,600 1,550 1,500 1,450 1, Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Grafik 1.15 Produksi Timah dan Harga Timah Produksi Bijih Timah (ton) Produksi Logam Timah (Mton) Penjualan Logam Timah (Mton) Harga Timah Internasional ($ Metric ton) LHS , ,000 7, , , ,000 3, , , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : PT. Timah Tbk dan Bloomberg USD/Mton 24,000 23,000 22,000 21,000 20,000 19,000 18,000 17,000 16,000 15,000 14,000 13,000 Grafik 1.16 Harga Timah BKDI dan LIME I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: Bloomberg, LME BKDI 8 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

27 Pertumbuhan lapangan usaha konstruksi sedikit melambat yaitu menjadi 3,15% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,65% (yoy). Melambatnya lapangan usaha konstruksi sejalan dengan dengan masih rendahnya realisasi proyek-proyek pemerintah dan swasta. Pertumbuhan di lapangan usaha konstruksi melambat seiring dengan masih sedikitnya realisasi proyek-proyek pemerintah dan pembangunan gedung-gedung swasta yang terkonfirmasi dari permintaan semen di Bangka Belitung yang masih mengalami kontraksi. Indikator penggunaan semen secara tahunan pada triwulan I 2017 menunjukkan kontraksi mendalam sebesar 6,05% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 21,19% (yoy). Grafik 1.17 Pertumbuhan Lapangan Usaha Konstruksi Grafik 1.18 Konsumsi Semen Bangka Belitung 1,200 1, Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II , ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 - Realisasi Pengadaan yoy (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah Pada triwulan III 2017, lapangan usaha konstruksi diperkirakan sedikit meningkat sejalan dengan mulai adanya realisasi dana-dana APBN dan APBD untuk proyek-proyek pemerintah. Selain itu proyek-proyek pembangunan swasta seperti hotel, rumah sakit, dan gedung kantor sudah mulai terealisasikan pada triwulan II termasuk penyelesaian proyek-proyek multi years. Lapangan usaha transportasi dan pergudangan meningkat pada triwulan II Lapangan usaha ini tumbuh meningkat sebesar 8,25% (yoy) dari 4,23% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan lapangan usaha ini meningkat seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat yang menggunakan transportasi saat menjelang dan sesudah Hari Raya Idul Fitri dan meningkatnya aktivitas perdagangan, serta adanya musim liburan sekolah sehingga mendorong lapangan usaha transportasi dan pergudangan meningkat cukup tinggi. Sementara, peningkatan pertumbuhan pada lapangan usaha pergudangan lebih disebabkan meningkatnya kegiatan pergudangan seiring dengan meningkatnya permintaan dan konsumsi masyarakat saat perayaan bulan puasa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 9

28 Dari sisi transportasi, arus penumpang angkutan laut di pelabuhan Pangkalbalam dan Tanjungpandan secara tahunan menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Jumlah kedatangan melalui angkutan laut mengalami kontraksi sebesar -12,74% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,89% (yoy). Sementara jumlah keberangkatan menurun sebesar 14,74% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh meningkat sebesar 62,75% (yoy). Penurunan angkutan laut disebabkan beralihnya preferensi masyarakat dari sebelumnya menggunakan angkutan laut menjadi angkutan udara. Sementara penumpang angkutan udara tumbuh sebesar 3,10% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,63% (yoy). Peningkatan jumlah penumpang saat Hari Raya Idul Fitri dan liburan sekolah di triwulan II 2017 tidak setinggi pada triwulan I 2017 dimana terdapat liburan awal tahun, perayaan Imlek dan Ceng Beng, dan even internasional MXGP. Aktivitas bongkar muat di pelabuhan Pangkalbalam dan Tanjungpandan mengalami peningkatan. Arus bongkar pelabuhan tumbuh meningkat sebesar 220,87% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 164,23%. Sementara aktivitas muat di pelabuhan tumbuh sebesar 16,94% (yoy) lebih lambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 61,29% (yoy). Grafik 1.19 Pertumbuhan Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah , , , , , , , ,000 Grafik 1.20 Arus Penumpang Angkutan Udara - Kedatangan Total Keberangkatan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : PT Angkasa Pura II Bandara Depati Amir dan DisHub Bandara H.AS. Hanandjoeddin, diolah % yoy Grafik 1.21 Arus Penumpang Angkutan Laut 60, Kedatangan Pergi % Datang % Pergi 50, , , , , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : PT Pelindo Pangkalbalam dan Tanjungpandan, diolah 10 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

29 Grafik 1.22 Arus Bongkar Muat 800, , , , , , , ,000 0 Bongkar Muat % Bongkar % Muat I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : PT Pelindo Pangkalbalam dan Tanjungpandan, diolah Pada triwulan III 2017, lapangan usaha transportasi dan pergudangan diperkirakan akan tetap tumbuh meski tidak setinggi triwulan sebelumnya sejalan dengan berkurangnya permintaan masyarakat pasca Hari Raya Idul Fitri. Peningkatan permintaan seiring dengan momen Hari Raya Idul Adha dan Tahun Baru Hijriah. Lapangan usaha pengadaan listrik dan gas dan produksi es tumbuh sebesar 2,68% (yoy) tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,19% (yoy). Melambatnya pertumbuhan pada lapangan usaha ini disebabkan masih relatif sedikitnya proyek-proyek listrik pada awal tahun. Namun demikian, berdasarkan data PLN, penjualan listrik pada triwulan II 2017 masih tumbuh sebesar 32,59% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 17,06% (yoy). Sementara jumlah pelanggan mengalami pertumbuhan yaitu meningkat dari 5,86% (yoy) pada triwulan IV 2016 menjadi 7,05% (yoy). Melambatnya pertumbuhan lapangan usaha ini diindikasikan adanya penurunan volume penjualan listrik, peningkatan penjualan listrik lebih dipengaruhi pada peningkatan harga jual listrik. Pada triwulan III 2017, lapangan usaha ini diperkirakan tumbuh sejalan dengan meningkatnya pemasangan baru pada perumahan-perumahan baru baik listrik yang bersubsidi maupun komersial dalam rangka memenuhi kebutuhan energi. Peningkatan lapangan usaha ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk meningkatkan sumber daya energi. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 11

30 12 10 Grafik 1.23 Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Grafik 1.24 Penjualan Listrik Penjualan (Ribu Kwh) Penjualan (% yoy) 350,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000,000 50,000,000 - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: PLN Wilayah Bangka Belitung, diolah Grafik 1.25 Pelanggan Listrik 1,400,000 1,200,000 1,000, , , , ,000 - Pelanggan Pelanggan (% yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : PLN Wilayah Bangka Belitung, diolah Lapangan usaha penyediaan akomodasi makan minum tumbuh melambat sebesar 3,05% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,28% (yoy). Melambatnya lapangan usaha ini disebabkan rendahnya tingkat belanja/konsumsi meskipun jumlah wisatawan relatif meningkat dan adanya momen bulan puasa Ramadhan serta Hari Raya Idul Fitri. Selain itu, pertumbuhan jumlah wisatawan relatif lebih rendah seiring dengan sedikitnya even-even internasional yang di selenggarakan pada Triwulan II 2017 dibandingkan pada triwulan sebelumnya. Peningkatan kunjungan wisatawan pada triwulan ini seiring dengan adanya liburan sekolah dan penyelenggaraan Triathlon Jika dilihat secara tahunan pertumbuhan jumlah wisatawan yang berkunjung di Bangka Belitung pada triwulan II 2017 tumbuh sebesar 16,48% (yoy) melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 27,54% (yoy). Sejalan dengan itu, tingkat Penghunian Kamar (TPK) mengalami peningkatan di triwulan II 2017 dari 41,30% menjadi 43,74%. 12 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

31 Pada triwulan III 2017, lapangan usaha ini diperkirakan akan tumbuh sedikit meningkat sejalan dengan meningkatnya aktivitas Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition (MICE) terutama oleh instansi pemerintah. Grafik 1.26 Pertumbuhan Lapangan Usaha Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum Grafik 1.27 Pertumbuhan Tingkat Hunian Kamar dan Wisatawan Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II ,000 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - Total Wisatawan g Total Wisatawan (yoy,rhs) TPK (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Lapangan usaha non-dominan lainnya yakni lapangan usaha jasa informasi dan komunikasi, jasa perusahaan dan jasa administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial mengalami pertumbuhan pada periode laporan. Lapangan usaha informasi dan komunikasi tumbuh sebesar 6,48% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,26% (yoy). Lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib meningkat seiring dengan meningkatnya belanja bantuan sosial. Sementara jasa kesehatan dan kegiatan sosial tumbuh sebesar 11,71% (yoy) sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 14,58%. 1.2 PDRB Menurut Pengeluaran Dari sisi pengeluaran, perlambatan pertumbuhan didorong oleh hampir seluruh komponen pengeluaran, kecuali pada perubahan inventori dan impor yang mengalami peningkatan. Komponen yang memiliki peranan terhadap pertumbuhan ekonomi di triwulan II adalah ekspor luar, dengan pertumbuhan sebesar 11,80% (yoy), diikuti pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 6,82% (yoy), pembentukan modal tetap bruto sebesar 5,82% (yoy), dan pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 4,48% (yoy). Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 13

32 Tabel 1.2 Pertumbuhan Tahunan PDRB Menurut Pengeluaran Bangka Belitung (% yoy) P E N G G U N A A N 2016 I II III IV I II 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (1.66) Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori (26.75) (19.17) (40.31) (6.40) (28.51) (37.92) (3.49) 6. Ekspor Luar Negeri (37.77) (22.29) (1.95) (2.92) (16.83) Impor Luar Negeri (5.02) Net Ekspor Antar Daerah (60.69) (32.54) (11.89) (10.92) (30.14) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jika dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi triwulan II-2017, komponen ekspor luar negeri memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 4,80%, diikuti pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 2,35%. Dan untuk komponen lainnya sebesar -1,76%. Komponen perubahan inventori memiliki sumber pertumbuhan yang negative yaitu sebesar - 0,05%. Sedangkan untuk komponen impor luar negeri yang menjadi pengurang PDRB memiliki sumber pertumbuhan positif yaitu 0,77%. Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,48% (yoy) melambat dari triwulan sebelumnya 4,79% (yoy). Perlambatan konsumsi rumah tangga diisebabkan adanya sikap berjaga-jaga masyarakat terhadap belum stabilnya pemulihan harga komoditas. Adanya momen puasa dan Hari Raya Idul Fitri tidak mendorong masyarakat untuk membelanjakan pendapatannya untuk konsumsi. Selain itu, berkurangnya even-even internasional pada triwulan II 2017 dibandingkan triwulan I 2017 menyebabkan pengeluaran konsumsi rumah tangga tidaklah sebesar triwulan sebelumnya. Pada triwulan III 2017, konsumsi rumah tangga diperkirakan akan relatif stabil dibandingkan triwulan II Peningkatan konsumsi rumah tangga pada triwulan ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat saat Idul Adha dan peringatan tahun baru islam. Selain itu, peningkatan konsumsi juga didorong oleh adanya pembayaran Gaji ke -13 kepada seluruh PNS. 14 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

33 Grafik 1.28 Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga 6,600 6,400 6,200 6,000 5,800 5,600 5,400 5,200 5,000 4, Rp Miliar qtq (% RHS) yoy (% RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Grafik 1.29 Likert Scale Konsumsi RT Grafik 1.30 Likert Scale Penjualan Domestik dan Ekspor Konsumsi Rumah Tangga (PDRB & yoy) Likert Scale I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Likert Scale Ekspor Domestik I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : KPw BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Sumber : KPw BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Sumbe Grafik 1.31 Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama Grafik 1.32 Perkembangan Indeks Utama Survei Konsumen 180 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE ) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Sumber : KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Konsumsi pemerintah mengalami perlambatan Konsumsi pemerintah tercatat tumbuh sebesar 6,82% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar dari 7,33% (yoy). Perlambatan konsumsi pemerintah disebabkan tertundanya realisasi pembayaran Gaji ke-13 untuk Aparatur Sipil Negara yang semula akan dibayarkan pada bulan Juni 2017 menjadi bulan Juli Selain itu perlambatan juga disebabkan adanya keterlambatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 15

34 proses lelang beberapa proyek Pemerintah. Sementara itu pertumbuhan pengeluaran pemerintah pada triwulan II 2017 dipicu oleh adanya pembayaran gaji ke-13 untuk Pegawai honorer dan pembayaran gaji ke-14 untuk Aparatur Sipil Negara. Pada triwulan III 2017, konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh meningkat dibanding triwulan sebelumnya sesuai siklusnya dimana penyerapan pada semester II umumnya lebih tinggi dibandingkan semester I sejalan dengan pelaksanaan realisasi beberapa proyek menjelang akhir tahun dan adanya pembayaran gaji ke-13 di bulan Juli untuk para Aparatur Sipil Negara. Grafik 1.33 Perkembangan Konsumsi Pemerintah 1,400 1,200 1, Rp Miliar qtq (% RHS) yoy (% RHS) (0.23) (14.56) (1.66) 7.33 (6.74) I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh sebesar 5,82% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,01% (yoy). Perlambatan investasi disebabkan beberapa proyek masih dalam proses lelang. Pertumbuhan PMTB pada triwulan ini disebabkan mulai berjalannya beberapa aktivitas pembangunan yang dilakukan pemerintah. Selain itu, pertumbuhan ini didorong oleh adanya perbaikan jalan, pembangunan rumah sakit pemerintah, pembangunan apartemen, pembangunan/perbaikan gedung kantor dan perumahan. Sedangkan untuk non bangunan didorong oleh adanya pengadaan perlengkapan rumah sakit seperti peralatan medis/furniture, adanya penambahan lahan sawah sekitar 300 Ha, serta meningkatnya impor barang modal. Perlambatan ini juga terkonfirmasi dari hasil liaison Bank Indonesia kepada pelaku usaha di Pangkalpinang. Pada triwulan III 2017, diperkirakan kegiatan investasi pemerintah dan swasta semakin meningkat. Kegiatan investasi bangunan dan non bangunan yang dilakukan untuk mendukung kapasitas produksi perusahaan antara lain berupa penambahan fasilitas dan peralatan pendukung. Sementara investasi pemerintah baik dalam bentuk bangunan dan non-bangunan 16 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

35 terkait dengan realisasi anggaran pemerintah. Peningkatan impor barang modal di triwulan II 2017 diindikasikan akan meningkatkan investasi pada triwulan III ,000 2,500 2,000 1, , Grafik 1.34 Perkembangan PMTB Rp Miliar qtq (% RHS) yoy (% RHS) (0.50) I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Grafik 1.35 Likert Scale Investasi Grafik 1.36 Likert Scale Kapasitas Utilisasi Likert Scale I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II % 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% Kapasitas Utilisasi Investasi I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Investasi PMTB (% yoy RHS) Sumber : Bank Indonesia SKDU Sumber : Bank Indonesia SKDU Ekspor luar negeri tumbuh melambat sebesar 11,80% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 58,04% (yoy). Perlambatan ekspor seiring dengan cenderung stabilnya harga komoditas terutama timah dan lada. Pertumbuhan ekspor pada triwulan ini disebabkan meningkatnya penjualan logam timah meski tidak setinggi triwulan sebelumnya dan meningkatnya penjualan minyak mentah dari hasil kilang minyak widuri yang berada di lepas pantai antara Kepulauan Seribu, Provinsi Lampung dan Provinsi Bangka Belitung. Selain itu, ekspor juga disumbang oleh ekspor komoditas perkebunan seperti karet. Nilai ekspor Bangka Belitung pada triwulan II sebesar USD atau tumbuh sebesar 16,80% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar USD atau tumbuh sebesar 146,16%. Perlambatan ekspor disebabkan melambatnya ekspor komoditas timah dan lada. Pangsa negara tujuan ekspor Bangka Belitung antara lain Singapura (28,51%), Belanda Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 17

36 (13,82%), Korea Selatan (10,98%), Jepang (9,48%) dan lainnya (37,21%). Ekspor Bangka Belitung ke Singapura dari Januari-Juni 2017 tumbuh meningkat sebesar 33,52% dibandingkan tahun sebelumnya. Singapura, Belanda, Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan merupakan lima negara utama tujuan ekspor timah Bangka Belitung dengan pangsa 78,99%. Ekspor non timah Bangka Belitung antara lain berupa bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, lada, karet, dan berbagai produk kimia. Total nilai ekspor Bangka Belitung pada triwulan II 2017 mencapai USD 376,45 juta atau tumbuh melambat 16,80% (yoy) dibandingkan triwulan I 2017 mencapai USD402,82 juta atau tumbuh sebesar 146,16% (yoy). Negara tujuan ekspor non timah Bangka Belitung antara lain Australia (17,12%), Malaysia (15,68%), Singapura (15,37%), Tiongkok (12,58%) dan Bangladesh (11,27%). Kelima negara tujuan ekspor non timah tersebut memiliki pangsa sebesar 72,02%. Pada triwulan III 2017, trend peningkatan ekspor diperkirakan masih akan berlanjut seiring dengan peningkatan produksi timah dan masih baiknya harga timah. Membaiknya permintaan global lebih lanjut akan meningkatkan ekspor Bangka Belitung dan meningkatnya produksi sawit pada semester II 2017 yang memasuki masa panen. Grafik 1.38 Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Timah Grafik 1.37 Perkembangan Ekspor Rp Miliar qtq (% RHS) yoy (% RHS) 10, , ,000 7, , ,000 (1.95) , (22.29) (2.92) , (1.63) 2, , (37.77) (37.54) I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 700, , , , , , ,000 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : Bank Indonesia Nilai (Ribu USD) Volume (Ton) Grafik 1.39 Likert Scale Ekspor Kepulauan Bangka Belitung Likert Scale Ekspor Grafik 1.40 Pangsa Nilai Ekspor Negara Tujuan (Persen) Germany, 0.32 USA, 7.16 Italia, 0.88 Belanda, Malaysia, 1.46 Singapura, Taiwan, 7.29 Pakistan, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : Bank Indonesia SKDU RRC, 4.84 Korea Selatan, Jepang, 9.03 India, 7.06 Vietnam, Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

37 Impor luar negeri meningkat sebesar 27,31% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 5,02% (yoy), sementara net ekspor antar daerah tumbuh melambat sebesar 12,09% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 123,51% (yoy). Peningkatan impor luar negeri pada triwulan ini didorong oleh meningkatnya impor barang modal. Sementara impor antar daerah di triwulan ini mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat saat bulan Ramadhan dan Idul Fitri dimana sebagian besar kebutuhan didatangkan dari luar kepulauan Bangka Belitung. Nilai impor Bangka Belitung sampai dengan semester I 2017 sebesar USD 41,1 juta meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Impor migas mendominasi sebesar 68,56% atau USD 28,2 juta terhadap total nilai impor Kepulauan Bangka Belitung. Sementara untuk golongan non migas sebesar USD12,9 juta atau 31,44% dari total nilai impor Kepulauan Bangka Belitung. Impor non migas tersebut didominasi oleh impor kapal laut dan bangunan terapung. Ekspor antar daerah pada triwulan ini tumbuh negatif, lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan menurunnya ekspor akan komoditas kaolin, hasil industri minyak nabati (CPO), dan karet. Sedangkan aktivitas impor antar provinsi mengalami peningkatan perkembangannya pada triwulan ini yang didorong oleh tumbuhnya impor hewan, bahan pokok rumah tangga dan bahan baku konstruksi. Pada triwulan III 2017, impor diperkirakan akan meningkat sejalan dengan mulai banyaknya realisasi proyek-proyek infrastruktur pada Semester II. Grafik 1.42 Net Ekspor Antar Daerah Bangka Belitung Grafik 1.41 Impor Luar Negeri Bangka Belitung Rp Miliar qtq (% RHS) yoy (% RHS) (8.50) (5.02) ( (14.63) (25.74) I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah 0-1,000-2, , , ,000-6, , ,000 Rp Miliar qtq (% RHS) yoy (% RHS) (60.69) (57.82) (11.89) (10.92) (9.40) (32.54) I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh melambat, dari 5,40% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 4,92% (yoy) di triwulan II Pengeluaran konsumsi LNPRT pada triwulan ini tumbuh, namun tidak setinggi pertumbuhan pada triwulan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 19

38 sebelumnya. Hal ini disebabkan karena pada triwulan sebelumnya terdapat kegiatan kampanye dan pemilihan Kepala Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Tumbuhnya sektor ini pada triwulan ini didorong oleh meningkatnya aktivitas keagamaan seperti pawai taaruf, perayaan waisak, pelaksanaan bulan puasa Ramadhan dan perayaan Hari Raya Idul Fitri, adanya pembentukan organisasi baru (orprof) guru, serta adanya kegiatan triathlon Pada triwulan III 2017, diperkirakan konsumsi LNPRT sedikit meningkat yang disebabkan adanya kegiatan keagamaan seperti Hari Raya Idul Adha, Hari Kemerdekaan dan Tahun Baru Islam. Grafik 1.43 Perkembangan Konsumsi LNPRT Rp Miliar qtq (% RHS) yoy (% RHS) I II III IV 0.12 I II III IV I II III IV I II Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sementara inventori mengalami kontraksi sebesar 3,49% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi lebih dalam sebesar 37,92% (yoy). Peningkatan perubahan inventori disebabkan meningkatnya stok barang menjelang Hari Raya Idul Fitri karena tingginya pasokan. Pasokan dari luar daerah untuk memenuhi permintaan domestik meningkat sehingga persediaan di triwulan ini meningkat mekipun peningkatannya tidak sebesar tahun lalu. Pada triwulan III 2017, inventori akan menurun sejalan dengan normalisasinya permintaan masyarakat pasca perayaan bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Grafik 1.44 Perkembangan Inventori Rp Miliar qtq (% RHS) yoy (% RHS) (6.40) (3.49) 200 (19.17) (40.31) (26.75) 100 (37.92) 50 (63.91) I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

39 Suplemen A. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Kota Pangkalpinang Triwulan II 2017 Meningkat Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Triwulan II 2017 Hasil Survei Konsumen (SK) menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) masyarakat Kota Pangkalpinang pada triwulan II 2017 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan triwulan II 2017 menunjukkan optimisme yakni sebesar 114,82 yang meningkat dibanding triwulan sebelumnya dengan indeks 114,56. Rata-rata Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) menunjukkan masih optimis meski sedikit menurun yakni sebesar sementara rata-rata triwulan sebelumnya yang sebesar 125,68. Seluruh komponen pembentuk IEK meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Indeks Ekspektasi Konsumen pada kegiatan usaha enam bulan mendatang meningkat dari 126,20 pada Tw I 2017 menjadi dan indeks ekspektasi konsumen terhadap penghasilan enam bulan mendatang menurun dari 137,39 pada Tw I 2017 menjadi 133,77 serta indeks ekspektasi konsumen terhadap perkiraan ketersediaan lapangan kerja juga menurun dari pada Tw I 2017 menjadi pada Tw II Selanjutnya, Indeks Kondisi Ekonomi saat Ini (IKE) pada triwulan laporan sebesar menunjukkan optimisme yang semakin meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dengan indeks Hal tersebut antara lain disebabkan peningkatan indeks pada komponen penghasilan saat ini dibanding enam bulan yang lalu sedikit menurun dari 115,26 menjadi 114,24 dan indeks komponen ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan enam bulan lalu meningkat meski masih menunjukkan pesimisme yaitu dari 89,95 menjadi Perkembangan IKK 3 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik A.1. Grafik A.1 IKK, IKE, IEK Triwulan I Triwulan I 2017 INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE ) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II *) Indeks >100 menunjukkan optimisme, < 100 pesimis dan 100 kondisi yang sama Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 21

40 Komponen Indeks Keyakinan Konsumen Secara bulanan, Indeks Keyakinan Konsumen selama triwulan I 2017 menunjukkan kecenderungan meningkat. Selama triwulan II 2017, posisi terendah IKK berada pada bulan Juni yaitu sebesar seiring dengan meningkatnya pengeluaran saat bulan puasa Ramadhan dan jelang Idul Fitri sehingga mengurangi daya beli masyarakat. Berdasarkan komponen penyusun IKK yaitu IKE dan IEK, meningkatnya rata-rata IKK pada triwulan II 2017 ditopang oleh meningkatnya seluruh komponen pembentuk IKE dan IEK dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan dengan adanya optimisme terhadap perkembangan ekonomi ke depan. Grafik A.2 IKK, IKE dan IEK Triwulan I 2012 Triwulan II Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE ) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Pendapat Responden terhadap Penghasilan Optimisme konsumen terhadap kondisi penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu cenderung menurun dan masih pada level optimisme menjadi pada triwulan II 2017 dari triwulan sebelumnya Menurunnya kondisi penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan lalu seiring dengan meningkatnya kebutuhan saat bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Sementara itu, optimisme konsumen terhadap penghasilan enam bulan mendatang dibanding saat ini menurun menjadi pada triwulan II 2017 dari triwulan sebelumnya 137,39. Hal tersebut dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat meningkatnya kebutuhan menjelang akhir tahun sehingga berdampak pada omset usaha, gaji/upah dan pendapatan. 22 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

41 Grafik A.3 Pembentuk Ekspektasi Konsumen Triwulan I 2012 Triwulan II OPTIMIS PESIMIS Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) Perkiraan Kegiatan Usaha 6 bln mendatang dibandingkan saat ini Perkiraan Penghasilan 6 bln mendatang dibandingkan saat ini Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik A.4 Pembentuk Keyakinan Konsumen Triwulan I 2012 Triwulan II OPTIMIS PESIMIS Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE ) Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Hasil dari survei konsumen akan ketersediaan lapangan pekerjaan pada triwulan II 2017 masih menunjukkan adanya pesimisme konsumen meski sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Tingkat keyakinan konsumen terhadap indeks ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu meningkat yaitu pada triwulan II 2017 sebesar 94,22 sementara triwulan sebelumnya yang sebesar 89,95. Hal tersebut sejalan dengan ekspektasi membaiknya perekonomian domestik seiring dengan meningkatnya harga komoditas dan volume ekspor. Demikian pula dengan ekspektasi ketersediaan lapangan pekerjaan sedikit menurun meski masih menunjukkan optimisme yang tercermin dari indeks rata-rata perkiraan ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini dibandingkan enam bulan yang akan datang yaitu sebesar , dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 113,46. Penurunan seiring dengan kenaikan harga komoditas yang sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya optimisme pertumbuhan ekonomi ke depan sejalan dengan perkiraan adanya peningkatan ekpor komoditas unggulan seperti timah, CPO, dan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 23

42 karet seiring dengan membaiknya harga komoditas serta meningkatnya UMP tahun Peningkatan harga komoditas yang diiringi dengan peningkatan ekspor mendorong peningkatan daya beli masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan kapasitas utilisasi perusahaan dan menigkatkan pertumbuhan ekonomi Grafik A.5 Keyakinan Konsumen Terhadap Pertumbuhan Lapangan Pekerjaan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE ) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

43 Suplemen B. Mendorong Pengembangan Sektor Agroindustri Sebagai Basis Industri Nasional melalui Peningkatan Integrasi dan Keterkaitan Manufaktur Dengan Sektor Primer (hilirisasi pertanian) yang Berdaya Saing Tinggi 1. Asesmen Perkembangan Sektor Pertanian daerah terkait dengan upaya meningkatkan daya saing pertanian daerah, khususnya melalui implementasi hilirisasi pertanian (Agroindustri). Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung ditopang 4 (empat) komoditas utama yaitu: Timah, Sawit, Lada dan Karet. Peningkatan dan penurunan sektor tersebut akan berdampak sistemik pada kemampuan daya beli masyarakat Babel. Berikut data perbandingan komoditas utama pertanian di Babel: Total lahan pertanian di Prov. Bangka Belitung tahun 2015 sebesar Ha atau sebesar 68,47% dari total lahan yang tersedia, Penggunaan lahan pertanian terbesar untuk perkebunan yaitu sebesar Ha atau 39%. Potensi lahan pertanian yang masih belum dimanfaatkan sebesar Ha sehingga potensi pengembangan bukan pada ekstensifikasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 25

44 melainkan intensifikasi baik dari sektor hulu / produksi, perbaikan kualitas hasil, tata kelola jalur distribusi, hilirisasi sampai dengan aspek pemasaran (ekspor) Potensi dan Daya Saing Perkebunan Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan terbesar di Bangka Belitung. Dalam 5 tahun terakhir perluasan lahan sawit mencapai 14.5% dengan status pengusahaan 29.11% perkebunan rakyat dan 70.89% perkebunan swasta. Kabupaten penghasil kelapa sawit terbesar di Babel adalah Kabupaten Bangka, Kabupaten Bangka Barat dan Bangka Selatan dengan tujuan ekspor Malaysia (32,93%), Pakistan (23,91%), Singapura (20,43%), India dengan pangsa 12,88%, Vietnam dengan pangsa 6,77% dan Afrika Tengah dengan pangsa 3,09%. Apabila dilihat lebih dalam, kontribusi industri perkebunan sawit Babel di Sumatera adalah sebesar 2.19%, hal ini merupakan kewajaran mengingat terbatasnya lahan. Sekalipun begitu, tingkat produktivitas perkebunan sawit di Babel termasuk cukup baik mencapai Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Utara merupakan wilayah dengan daya saing perkebunan sawit yang paling besar baik dari sisi jumlah pekerja, nilai tambah, output, biaya input dan nilai produksi. 26 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

45 PROVINSI Jumlah Pekerja keseluruhan 1.2. Potensi dan Daya Saing Perkebunan Karet PANGSA Nilai Tambah Nilai Output Biaya Input Nilai Produksi Nanggroe Aceh Darussalam 5.15% 1.44% 1.62% 1.74% 1.78% Sumatera Utara 31.65% 15.18% 30.99% 41.22% 35.44% Sumatera Barat 8.65% 3.85% 4.73% 5.31% 5.24% Riau 25.82% 63.03% 43.48% 30.84% 37.47% Jambi 11.05% 7.11% 8.76% 9.83% 9.70% Sumatera Selatan 7.06% 3.61% 3.26% 3.03% 3.59% Bengkulu 1.62% 1.15% 1.46% 1.66% 1.64% Lampung 3.64% 1.11% 2.10% 2.74% 2.31% Kep. Bangka Belitung 4.53% 2.07% 1.92% 1.82% 2.19% Kep. Riau 0.82% 1.46% 1.67% 1.81% 0.63% Perkebunan karet merupakan komoditas perkebunan terbesar kedua di Bangka Belitung. Dalam 5 tahun terakhir perluasan lahan sawit mencapai 56.53% dengan status pengusahaan 100% perkebunan rakyat. Terdapat 3 (tiga) perusahaan pengolah karet menjadi crumb rubber yaitu: PT. Fajar Dua Berseri, PT. Karini Utama dan PT. Biliton Berjaya dengan pangsa pasar tujuan ekspor adalah: china (97.65%), Pakistan (1.79%), Amerika (0.31%) dan korea (0.25%). Apabila dilihat lebih dalam, kontribusi industri perkebunan karet Babel di Sumatera masih sedikit yaitu sebesar 0.67%. Sekalipun begitu, tingkat produktivitas perkebunan sawit di Babel termasuk cukup baik mencapai Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Selatan merupakan wilayah dengan kontribusi perkebunan karet yang paling besar baik dari sisi jumlah pekerja, nilai tambah, output, biaya input dan nilai produksi. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 27

46 1.3. Potensi dan Daya Saing Perkebunan Lada Perkebunan lada merupakan komoditas perkebunan terbesar ketiga di Bangka Belitung. Pada tahun 2016 produksi lada babel mencapai Ton atau sebesar 39% dari total produksi di Indonesia. Produktivitas lada Bangka Belitung mencapai 1.37 Ton/Ha atau sebesar kg /Pohon dengan status pengusahaan 100% perkebunan rakyat dengan tujuan ekspor yaitu: Singapura (49.13%), Vietnam (24.51%), Jepang (14.87%) dan Jerman (3.56%). Nilai komoditas lada yang selama ini diekspor dalam bentuk curah sangat fluktuatif tergantung pada pasokan dan permintaannya di pasar dunia. Disisi lain, harga produk lada putih kemasan dipasaran dalam bentuk end product relatif stabil dan memiliki harga yang jauh lebih tinggi dan stabil. 28 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

47 Situasi ini memberikan peluang bagi industri di dalam negeri untuk mengembangkan produk lada putih dalam bentuk end product. Produk turunan dari LADA : a. Minyak LADA Kadar minyak asiri dan kadar bahan yang tidak menguap (non-volatile extrack) sangat tergantung dari jenis lada. tinggi rendah kadar minyak lada. menentukan tinggi rendah nilai aroma jenis biji lada. namun, bukan tidak mungkin faktor lain seperti kesuburan tanah pun berpengaruh terhadap aroma minyak lada. Minyak lada yang baik dapat diperolah melalui destilasi uap air. minyak yang dihasilkan dengan cara ini hampir tidak berwarna hingga agak kehijau-hijauan dan berbau khas merica b. Oleoresin biji LADA Selain dapat menghasilkan minyak asiri, biji lada dapat menghasilkan bahan padat yang disebut oleoresin. oleoresin ini diperoleh melalui propses ekstraksi. oleoresin dapat diartikan dalam bahasa indonesia sebagai "oleo" yang berarti minyak dan " resin" yang berarti damar. Sehingga oleoresin merupakan gugusan kimia yang terdiri dari minyak asiri dan damar. oleoresin biji lada mengandung unsur-unsur pemedas, yaitu zat piperine piperanine serta chavicine. sementara minyak asiri lada tidak mengandung unsur-unsur pemedas tersebut, tetapi hanya meningkatkan aroma biji lada Kendala dan Target Pengembangan a. Perkebunan Sawit Kendala - Terbatasnya lahan tidur - Ketiadaan hilirisasi karena skala ekonomi yang tidak memungkinkan - Ketergantungan yang tinggi terhadap cuaca - Kualitas hasil perkebunan rakyat bervariasi dan relatif rendah Target Pengembangan - Peningkatan produksi melalui intensifikasi dan Re-Planting - Pengembangan energi untuk pengembangan industri hilir - Peningkatan kerjasama antara perkebunan rakyat dan swasta (pola bapak angkat) - Penerapan PP. No. 61 tahun 2015 tentang penghimpunan dan penggunaan dana sawit b. Perkebunan Karet Kendala - Kualitas hasil tawas kurang baik sehingga harga jual rendah - Penggunaan asam semut masih jarang digunakan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 29

48 - Mengandalkan bibit alam sehingga produktivitas tidak optimal - Pabrik olahan karet terbatas dan tidak ada hilirisasi - Skala ekonomi pembuatan hilirisasi terlalu kecil Target Pengembangan - Peningkatan kualitas hasil produksi agar daya tawar harga membaik - Pengembangan kerjasama petani dan swasta terkait kontinuitas produksi dan konsistensi kualitas hasil - Penguatan kelompok petani melalui media koperasi untuk memenuhi kebutuhan c. Perkebunan Lada Kendala - Tingginya biaya produksi lada - Sulitnya Pengendalian hama dan penyakit - Minimnya bibit unggul tersertifikasi - Lokasi usaha atau lahan berpindah-pindah dan tidak jarang dilokasi hutan lindung - Akses pembiayaan lembaga formal seperti perbankan minim - Jalur / rantai distribusi penjualan yang cukup panjang - Fluktuasi harga relatif tinggi pada kurun waktu yang cukup panjang - Hilirisasi produk lada relatif terbatas dan belum menjadi prioritas Target Pengembangan - Ekstensifikasi lahan lada yang terencana dan termonitor dengan baik - Menciptakan petani lada yang teredukasi secara teknis dengan baik - Menciptakan hubungan yang harmonis stakeholder komoditas Lada (Petani, Pemda dan Asosiasi Eksportir Lada) - Memanfaatkan lembaga koperasi sebagai sarana petani lada dalam meningkatkan daya saing dan daya tawar industri - Aplikasi sistem resi gudang untuk stabilisasi harga dan keberlanjutan usaha lada - Memperbaiki struktur pasar dan rantai distribusi Permasalahan Umum, Kendala dan Peluang Pengembangan Agro Industri a. Permasalahan Umum - Sifat produk pertanian yang mudah rusak dan bulky sehingga diperlukan teknologi pengemasan dan transportasi yang mampu mengatasi masalah tersebut; - Sebagian besar produk pertanian bersifat musiman dan sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim sehingga aspek kontinuitas produksi agroindustri menjadi tidak terjamin; 30 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

49 - Kualitas produk pertanian dan agroindustri yang dihasilkan pada umumnya masih rendah sehingga mengalami kesulitan dalam persaingan pasar baik di dalam negeri maupun di pasar internasional; b. Kendala - Bahan baku yang berupa komiditi pertanian belum dapat memenuhi kebutuhan industri pengolahan secara berkesinambungan; - Kemampuan sumberdaya manusia (SDM) yang terbatas dalam penguasaan manajemen dan teknologi menyebabkan rendahnya efisiensi dan daya saing produk agroindustri; - Infrastruktur yang terbatas, seperti kurangnya sarana prasarana dan transportasi. - Lemahnya struktur permodalan dan akses terhadap sumber permodalan. c. Peluang pengembangan Agroindustri - Potensi permintaan produk-produk pertanian semakin besar sejalan dengan dinamika pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya dan arus globalisasi ; - Perubahan lingkungan strategis dari sisi permintaan seperti pertambahan penduduk, dan peluang usaha dalam meningkatkan nilai tambah; - Kualitas produk pertanian dan agroindustri yang dihasilkan pada umumnya masih rendah sehingga mengalami kesulitan dalam persaingan pasar baik di dalam negeri maupun di pasar internasional; d. Upaya Peningkatan Daya Saing Agroindustri - Meningkatkan kualitas produk lokal - Meningkatkan kualitas SDM petani - Meningkatkan penggunaan teknologi untuk proses produksi dan pengolahan 2. Asesmen Strategi Kebijakan Pemerintah dalam Mendukung Hilirisasi Pertanian di Daerah a. Strategi Perencanaan dan Pengembangan sektor Pertanian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Program di Visi dan Misi Gubernur ) - Memperluas lahan produksi (lada) - Membangun Pusat Penelitian dan Pengembangan Rekayasa - Memberikan pelatihan agrobisnis profesional kepada para petani, sehingga mampu memproduksi produk pertanian dengan kualitas unggul - Memberikan bantuan bibit unggul dan sarana pendukung pengembangan agrobisnis pada petani Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 31

50 b. Strategi Perencanaan dan Pengembangan sektor Pertanian dan Agroindustri di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung - Memberikan kemudahan investor untuk berinvestasi khususnya di bidang industri pengolahan hasil perkebunan berbasis potensi lokal (lada, karet dan sawit) - Membangun infrastruktur untuk mempermudah dan memperlancar arus barang dan jasa - Meningkatkan ketersediaan energi untuk mendukung industri pengolahan - Penyederhanaan regulasi - Memberikan jaminan keamanan dalam berinvestasi c. Kebijakan pengembangan pertanian dalam Rancangan RPJMD Prov Bangka Belitung: 1. Meningkatkan pengendalian dan pengawasan terhadap lahan pertanian berkelanjutan 2. Meningkatkan produksi tanaman hasil pertanian, perkebunan dan peternakan - Peningkatan sarana dan prasarana pertanian - Pengembangan standarisasi SDM dan meningkatkan daya saing sektor pertanian - Peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja - Pembinaan hubungan industri dan kesehatan kerja - Meningkatkan standarisasi produk dan jasa UMKM dalam meningkatkan daya saing sektor pertanian - Meningkatkan produktivitas kualitas daya saing produk pertanian - Peningkatan dan pengembangan SDM industri - Pengembangan produk pertanian dengan pendekatan investasi 3. Pengembangan kawasan berbasis pertanian, perkebunan dan peternakan - Kawasan strategis Kota Terpadu Mandiri Batubatumpang (Kab. Bangka Selatan) dan Gantung (Kab. Belitung Timur) 4. Peningkatan ketahanan pangan - Optimalisasi Kawasan Rumah Pangan Lestari - Keanekaragaman pangan - Optimalisasi Toko Tani untuk meringkas jalur distribusi 32 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

51 BAB 2. KEUANGAN PEMERINTAH Sampai dengan triwulan II tahun 2017 realisasi pendapatan daerah Provinsi dan Kabupaten di Kepulauan Bangka Belitung rata-rata mencapai 45% - 55%, sementara realisasi belanja berkisar 31% - 36%. Total realisasi dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sampai dengan triwulan II tahun 2017 sebesar Rp62,39 miliar atau sebesar 30,29% dari total pagu sebesar Rp205,95 miliar. Sementara itu, realisasi dana transfer triwulan II tahun 2017 daerah Provinsi dan Kabupaten di Kepulauan Bangka Belitung sebesar Rp3.090,98 miliar atau sebesar 47,23% dari pagu anggaran sebesar Rp6.544,72 miliar. Secara keseluruhan sampai dengan triwulan II tahun 2017, realisasi pendapatan daerah untuk wilayah Provinsi maupun Kabupaten/Kota di Kepulauan Bangka Belitung sudah sesuai target yang diharapkan. Realisasi pendapatan daerah hingga triwulan II tahun 2017 diharapkan mencapai setengah (50%) dari target pendapatan daerah selama tahun anggaran Realisasi pendapatan daerah di wilayah Provinsi maupun Kabupaten/Kota di Kepulauan Bangka Belitung hingga triwulan II tahun 2017 mencapai 45%-55%. Berbeda dengan realisasi pendapatan daerah, realisasi belanja daerah wilayah Provinsi maupun Kabupaten/Kota di Kepulauan Bangka Belitung hingga triwulan II tahun 2017 justru cenderung masih lambat. Hal ini terlihat dari nilai realisasi belanja daerah yang masih berkisar antara 31% - 36%. Rendahnya realisasi belanja daerah ini disebabkan oleh keterlambatan proses lelang beberapa proyek pemerintah. 2.1 APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambaran Umum Realisasi pendapatan pada triwulan II tahun 2017 sebesar Rp1,18 triliun atau 50,14% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2017 sebesar Rp2,35 triliun. Sementara realisasi belanja pada triwulan II tahun 2017 sebesar Rp964,77 miliar atau tercapai 36,19% dari total rencana belanja daerah tahun Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 33

52 2.1.2 Realisasi Pendapatan Daerah Anggaran Pendapatan APBD Prov. Kep. Bangka Belitung Tahun 2017 PAD Rp 678,91 M Pendapatan Transfer Rp 1.666,66 M Lain-lain Rp 10 M Total Rp 2.355,57 M Realisasi Pendapatan APBD Prov. Kep. Bangka Belitung s.d Triwulan II 2017 PAD Rp 315,34 M Pendapatan Transfer Rp 865,81 M Lain-lain Rp 0 M Total Rp 1.181,15 M Realisasi pendapatan daerah pada triwulan II tahun 2017 mencapai Rp1,18 triliun atau 50,14% dari total pendapatan yang direncanakan sebesar Rp2,35 triliun, menurun dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 52,86%. Namun realisasi pendapatan daerah pada triwulan II tahun 2017 mengalami pertumbuhan sebesar 10,86% (yoy). Dana perimbangan masih menjadi penyumbang terbesar pada pendapatan daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan pangsa sebesar 73,30% dari total pendapatan daerah. Realisasi dana perimbangan pada triwulan II tahun 2017 sebesar Rp865,81 miliar atau tercapai sebesar 51,95% dari target tahun 2017, sedikit menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercapai sebesar 54,61%. Realisasi terbesar dari dana perimbangan adalah pos dana alokasi umum sebesar Rp565,56 miliar atau 65,32% dari total dana perimbangan. Sementara itu, pangsa Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah pada triwulan II tahun 2017 sebesar 26,70% dari total pendapatan daerah. Realisasi PAD pada triwulan II tahun 2017 sebesar Rp315,34 miliar atau tercapai sebesar 46,45% dari target tahun 2017, menurun dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 48,89%. Kontribusi realisasi PAD tertinggi diperoleh dari pendapatan pajak daerah sebesar Rp262,35 miliar dengan pangsa sebesar 83,20% dari total realisasi PAD triwulan II Pos dalam PAD yang realisasinya tertinggi dibandingkan yang dianggarkan adalah pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar Rp5,10 miliar atau telah terealisasi 60,00%. Secara keseluruhan, pada triwulan II tahun 2017, realisasi APBD mengalami surplus sebesar 18,32%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami surplus sebesar 25,73%. Surplus tersebut merupakan persentase surplus realisasi anggaran dibandingkan dengan total jumlah pendapatan. Tabel 2.1 Sumber : Badan Keuangan Daerah Prov. Kep. Bangka Belitung, diolah Realisasi APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Uraian Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Netto (%) (%) (%) (%) s.d Triwulan II ,14 36,19 18,32 79,70 s.d Triwulan I ,46 13,36 35,55 69,98 s.d Triwulan IV ,64 88, ,00 s.d Triwulan III ,27 53,55 10,36 79,70 s.d Triwulan II ,86 32,44 25,73 79,70 s.d Triwulan I ,37 12,32 43,48 79,33 34 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

53 Grafik 2.1 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Bangka Belitung 120,00% 100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% I II III IV I II III IV I II III IV I II Realisasi Pendapatan Realisasi Belanja g. Pendapatan (yoy,rhs) g. Belanja (yoy,rhs) 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% -10,00% -20,00% -30,00% Sumber : Badan Keuangan Daerah Prov. Kep. Bangka Belitung, diolah Realisasi Belanja Daerah Anggaran Belanja APBD Prov. Kep. Bangka Belitung Tahun 2017 Belanja Tidak Langsung Rp 1.489,82 M Belanja Langsung Rp 1.176,30 M Total Rp 2.666,12 M Realisasi Belanja APBD Prov. Kep. Bangka Belitung s.d Triwulan II 2017 Belanja Tidak Langsung Rp 623,58 M Belanja Langsung Rp 341,19 M Total Rp 964,77 M Realisasi belanja daerah pada triwulan II tahun 2017 mencapai Rp964,77 miliar atau sebesar 36,19% dari total belanja yang direncanakan sebesar Rp2,66 triliun, sedikit meningkat dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya yang tercapai sebesar 32,44%. Dari total realisasi belanja tersebut, sebesar Rp623,58 miliar merupakan belanja tidak langsung atau dengan pangsa sebesar 64,63% dari total belanja triwulan II tahun Sedangkan sisanya merupakan belanja langsung sebesar Rp341,19 miliar atau dengan pangsa sebesar 35,37% dari total belanja. Pangsa terbesar dari realisasi belanja tidak langsung pada triwulan II tahun 2017 yaitu belanja pegawai sebesar Rp294,74 miliar atau mencapai 47,27% dari total belanja tidak langsung, kemudian diikuti belanja hibah sebesar Rp142,95 miliar atau mencapai 22,92% dari total belanja tidak langsung. Adapun realisasi belanja pegawai dan belanja hibah tersebut masing-masing telah mencapai 41,48% dan 45,90% dari target realisasi anggaran belanja tahun Sementara itu, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa, belanja bantuan keuangan dan belanja tak terduga masing-masing sebesar Rp322,50 juta, Rp139,69 miliar, Rp45,85 miliar dan Rp19,95 juta atau masing-masing mencapai 34,20%, 40,52%, 39,27% dan 0,38% dari target belanja tahun Secara keseluruhan, realisasi belanja tidak langsung telah mencapai 41,86% dari target realisasi anggaran belanja tidak langsung tahun Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 35

54 Pangsa terbesar dari realisasi belanja langsung pada triwulan II tahun 2017 yaitu belanja barang dan jasa sebesar Rp228,84 miliar atau mencapai 67,07% dari total belanja langsung. Sementara itu, sisanya merupakan belanja pegawai dan belanja modal yang masing-masing sebesar Rp59,27 miliar dan Rp53,08 miliar dengan pangsa masing-masing mencapai 17,37% dan 15,56% dari total belanja langsung. Secara keseluruhan, realisasi belanja langsung telah mencapai 29,01% dari target realisasi anggaran belanja langsung tahun Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Rp Miliar) NO. SISA URAIAN ANGGARAN REALISASI URUT ANGGARAN % PENDAPATAN DAERAH 1.1 Pendapatan Asli Daerah 678,91 315,34 363,57 46,45% Pajak Daerah 557,20 262,35 294,85 47,08% Retribusi Daerah 15,45 2,61 12,84 16,89% Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 8,50 5,10 3,40 60,00% Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 97,77 45,28 52,48 46,32% 1.2 Dana Perimbangan 1.666,67 865,81 800,86 51,95% Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 175,83 85,71 90,11 48,75% Dana Alokasi Umum (DAU) 1.035,12 565,56 469,56 54,64% Dana Alokasi Khusus (DAK) 455,72 214,53 241,19 47,08% Lain-lain Pendapatan yang Sah 10,00-10,00 0,00% Hibah #DIV/0! Dana Darurat #DIV/0! Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya #DIV/0! Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya #DIV/0! Pendapatan Lainnya (sumbangan pihak ketiga) 10,00-10,00 0,00% Jumlah Pendapatan 2.355, , ,43 50,14% 2 BELANJA DAERAH 2.1 Belanja Tidak Langsung 1.489,82 623,58 866,24 41,86% Belanja Pegawai 710,65 294,74 415,91 41,48% Belanja Bunga #DIV/0! Belanja Subsidi #DIV/0! Belanja Hibah 311,44 142,95 168,49 45,90% Belanja Bantuan Sosial 0,94 0,32 0,62 34,20% Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa 344,73 139,69 205,04 40,52% Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa 116,76 45,85 70,90 39,27% Belanja Tidak Terduga 5,30 0,02 5,28 0,38% 2.2 Belanja Langsung 1.176,30 341,19 835,11 29,01% Belanja Pegawai 148,23 59,28 88,96 39,99% Belanja Barang dan Jasa 579,45 228,84 350,61 39,49% Belanja Modal 448,62 53,08 395,54 11,83% Jumlah Belanja 2.666,12 964, ,35 36,19% Surplus/(Defisit) (310,54) 216,38 (526,92) 18,32% 3 PEMBIAYAAN DAERAH 3.1 Penerimaan Pembiayaan Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) 315,54 217,31 98,24 68,87% Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah Penerimaan kembali Pemberian Pinjaman Daerah Penerimaan Piutang Daerah Jumlah Penerimaan Pembiayaan 315,54 217,31 98,24 68,87% 3.2 Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan Dana cadangan Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 5,00-5,00 0,00% Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 5,00-5,00 0,00% Pembiayaan Neto 310,54 217,31 93,24 69,98% 3.3 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan 0,00 433,69 (433,69) Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung 36 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

55 2.2 APBD Kabupaten Belitung Gambaran Umum Realisasi pendapatan Kabupaten Belitung pada triwulan II tahun 2017 sebesar Rp483,36 miliar atau 54,86% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2017 sebesar Rp881,07 miliar. Nilai realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercapai sebesar 46,83%. Sementara realisasi belanja sebesar Rp290,69 miliar atau tercapai 31,65% dari total anggaran belanja tahun 2017 sebesar Rp918,40 miliar. Secara persentase, nilai realisasi belanja tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 32,03% Realisasi Pendapatan Daerah Anggaran Pendapatan APBD Kabupaten Belitung Tahun 2017 PAD Rp 110,85 M Pendapatan Transfer Rp 649,24 M Lain-lain Rp 120,97 M Total Rp 881,07 M Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten Belitung s.d Triwulan II 2017 PAD Rp 77,26 M Pendapatan Transfer Rp 343,42 M Lain-lain Rp 62,67 M Total Rp 483,36 M Pendapatan dari dana perimbangan menjadi kontributor terbesar pada pendapatan daerah Kabupaten Belitung triwulan II tahun 2017 dengan pangsa sebesar 71,05% dari total pendapatan daerah. Realisasi dana perimbangan pada triwulan II tahun 2017 sebesar Rp343,42 miliar atau mencapai 52,09% dari target. Pangsa terbesar dalam realisasi dana perimbangan adalah pos Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp279,88 miliar atau 81,50% dari total dana perimbangan. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah pada triwulan II tahun 2017 sebesar Rp77,26 miliar atau 15,99% dari total pendapatan. Sementara itu, persentase realisasi PAD pada triwulan II tahun 2017 mencapai 69,70%. Capaian tersebut ditopang oleh realisasi pendapatan pajak daerah sebesar Rp43,09 miliar atau sebesar 90,77% dari target realisasi. Sementara pendapatan lain-lain PAD yang sah sebesar Rp25,29 miliar atau terealisasi sebesar 51,16%, pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar Rp4,34 miliar atau terealisasi sebesar 108,48%, serta pendapatan hasil retribusi daerah sebesar Rp4,54 miliar atau terrealisasi sebesar 45,68%. Pos PAD tertinggi diperoleh dari pendapatan pajak daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah masing-masing sebesar 55,77% dan 32,74% dari total realisasi pendapatan asli daerah. Secara keseluruhan, pada triwulan II tahun 2017 realisasi APBD mengalami surplus sebesar 39,86%, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 32,03%. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 37

56 Surplus tersebut merupakan persentase surplus realisasi anggaran dibandingkan dengan total jumlah pendapatan. Tabel 2.3 Realisasi APBD Kabupaten Belitung Uraian Pendapatan Daerah (%) Belanja Daerah (%) Surplus/Defisit (%) Pembiayaan Netto (%) s.d Triwulan II ,86 31,65 39,86 269,25 s.d Triwulan I ,79 9,61 69,85 264,66 s.d Triwulan IV ,74 89, ,65 s.d Triwulan III ,73 54,60 14,81 116,95 s.d Triwulan II ,83 32,03 23,45 116,95 s.d Triwulan I ,01 8,94 59,77 117,54 Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Belitung, diolah Grafik 2.2 Pangsa Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Belitung Triwulan II Tahun 2017 Grafik 2.3 Pangsa Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Belitung Triwulan II Tahun ,99% 71,05% 12,96% 41,99% 58,01% PAD Dana Perimbangan Pendapatan Lain-Lain Belanja Langsung Belanja Tidak Langsung Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Belitung, diolah Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Belitung, diolah Realisasi Belanja Daerah Anggaran Belanja APBD Kabupaten Belitung Tahun 2017 Belanja Tidak Langsung Rp 476,69 M Belanja Langsung Rp 441,70 M Total Rp 918,40 M Realisasi Belanja APBD Kabupaten Belitung s.d Triwulan II 2017 Belanja Tidak Langsung Rp 168,64 M Belanja Langsung Rp 122,06 M Total Rp 290,69 M Realisasi belanja daerah pada triwulan II tahun 2017 mencapai 31,65% dari target belanja tahun Total realisasi belanja adalah sebesar Rp290,69 miliar. Pangsa terbesar adalah belanja tidak langsung sebesar Rp168,64 miliar dengan pangsa 58,01% dari total belanja daerah triwulan II 2017 atau mencapai 35,38% dari target realisasi belanja tahun Realisasi belanja tidak langsung terbesar yaitu realisasi belanja pegawai sebesar Rp131,98 miliar atau 78,26% dari total belanja tidak langsung. Sementara itu, realisasi anggaran belanja langsung mencapai Rp122,06 miliar dengan pangsa sebesar 41,99% dari total belanja triwulan II tahun 2017 atau tercapai sebesar 27,63% dari target belanja langsung tahun Belanja barang dan jasa menjadi belanja dengan 38 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

57 pangsa terbesar dari total belanja langsung, yaitu sebesar 49,03% dengan total nominal Rp59,85 miliar. 2.3 APBD Kabupaten Bangka Barat Gambaran Umum Realisasi pendapatan pada triwulan II tahun 2017 sebesar Rp419,84 miliar atau 48,80% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2017 sebesar Rp860,80 miliar. Nilai realisasi tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 47,45%. Sementara realisasi belanja sebesar Rp291,02 miliar atau tercapai 34,06% dari target anggaran 2017 sebesar Rp854,99 miliar. Realisasi belanja tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 27,67% Realisasi Pendapatan Daerah Anggaran Pendapatan APBD Kabupaten Bangka Barat Tahun 2017 PAD Rp 62,53 M Pendapatan Transfer Rp 790,13 M Lain-lain Rp 8,13 M Total Rp 860,80 M Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten Bangka Barat s.d Triwulan II 2017 PAD Rp 17,71 M Pendapatan Transfer Rp 332,57 M Lain-lain Rp 69,56 M Total Rp 419,84 M Dana perimbangan masih menjadi kontributor terbesar pada pendapatan daerah kabupaten Bangka Barat dengan pangsa sebesar 79,21% dari total pendapatan daerah triwulan II tahun Realisasi dana perimbangan sebesar Rp332,57 miliar atau mencapai 50,82% dari target pendapatan dana perimbangan tahun Kontribusi terbesar dana perimbangan berasal dari pos dana alokasi umum sebesar Rp257,99 miliar atau 77,57% dari total dana perimbangan. Sementara itu, realisasi PAD yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah tercapai sebesar Rp17,71 miliar atau hanya sebesar 4,22% dari total pendapatan daerah triwulan II tahun Realisasi PAD tertinggi diperoleh dari pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yaitu sebesar Rp3,48 miliar atau dengan pangsa mencapai 19,65% dari total realisasi PAD. Sementara pendapatan pajak daerah, pendapatan retribusi daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah masing-masing yaitu sebesar Rp6,31 miliar, Rp1,29 miliar dan Rp6,63 miliar dengan pangsa masing-masing mencapai 35,62%, 7,31% dan 37,42% dari total realisasi pendapatan asli daerah. Secara keseluruhan, pada triwulan II tahun 2017 realisasi APBD mengalami surplus sebesar 30,68% sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami surplus sebesar 39,89%. Surplus tersebut merupakan persentase surplus realisasi anggaran dibandingkan dengan total jumlah pendapatan. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 39

58 Tabel 2.4 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Barat Pendapatan Belanja Pembiayaan Surplus/Defisit Uraian Daerah Daerah Netto (%) (%) (%) (%) s.d Triwulan II ,80 34,06 30,68 98,90 s.d Triwulan I ,47 8,82 65, s.d Triwulan IV ,38 91, ,25 s.d Triwulan III ,66 52,67 18,53 2,50 s.d Triwulan II ,45 27,67 39,89 2,09 s.d Triwulan I ,50 8,47 65,40 0,89 Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Barat, diolah Grafik 2.4 Pangsa Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Bangka Barat Triwulan II Tahun 2017 Grafik 2.5 Pangsa Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Bangka Barat Triwulan II Tahun ,22% 79,21% 16,57% 32,93% 67,07% PAD Dana Perimbangan Pendapatan Lain Belanja Langsung Belanja Tidak Langsung Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Barat, diolah Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Barat, diolah Realisasi Belanja Daerah Anggaran Belanja APBD Kabupaten Bangka Barat Tahun 2017 Belanja Tidak Langsung Rp 423,88 M Belanja Langsung Rp 430,67 M Total Rp 854,55 M Realisasi Belanja APBD Kabupaten Bangka Barat s.d Triwulan II 2017 Belanja Tidak Langsung Rp 195,19 M Belanja Langsung Rp 95,83 M Total Rp 291,02 M Rp129,82 miliar atau 66,51% dari total belanja tidak langsung. Realisasi belanja daerah pada triwulan II tahun 2017 sebesar Rp291,02 miliar atau sebesar 34,06% dari target belanja tahun 2017 sebesar Rp854,99 miliar. Pangsa terbesar realisasi anggaran belanja triwulan II tahun 2017 adalah belanja tidak langsung sebesar Rp195,19 miliar dengan pangsa 67,07% dari total belanja daerah triwulan II 2017 atau baru mencapai 46,05% dari target realisasi belanja tidak langsung tahun Realisasi belanja tidak langsung terbesar yaitu realisasi belanja pegawai sebesar Sementara itu, realisasi anggaran belanja langsung mencapai Rp95,83 miliar dengan pangsa sebesar 32,93% dari total belanja triwulan II tahun 2017 atau mencapai 22,25% dari target belanja langsung tahun Belanja barang dan jasa menjadi pangsa terbesar dari total belanja langsung, yaitu sebesar 46,89% dengan total nominal mencapai Rp44,94 miliar. 40 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

59 2.4 APBD Kabupaten Bangka Tengah Gambaran Umum Realisasi pendapatan pada triwulan II tahun 2017 sebesar Rp396,64 miliar atau 48,71% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2017 sebesar Rp814,28 miliar. Nilai realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 46,87%. Sementara realisasi belanja sebesar Rp324,92 miliar atau tercapai 35,91% dari target belanja tahun 2017 sebesar Rp904,75 miliar. Realisasi belanja tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 8,49% Realisasi Pendapatan Daerah Anggaran Pendapatan APBD Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2017 PAD Rp 119,86 M Pendapatan Transfer Rp 586,96 M Lain-lain Rp 107,45 M Total Rp 814,27 M Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten Bangka Tengah s.d Triwulan II 2017 PAD Rp 38,87 M Pendapatan Transfer Rp 310,99 M Lain-lain Rp 46,78 M Total Rp 396,64 M Dana perimbangan masih menjadi kontributor terbesar pada pendapatan daerah Kabupaten Bangka Tengah dengan pangsa sebesar 78,41% dari total pendapatan daerah triwulan II tahun Realisasi dana perimbangan pada triwulan II tahun 2017 sebesar Rp310,99 miliar atau mencapai 52,98% dari target dana perimbangan tahun Realisasi terbesar dari dana perimbangan adalah pos dana alokasi umum sebesar Rp254,84 miliar atau 81,95% dari total dana perimbangan. Sementara itu, realisasi PAD yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah sebesar Rp38,87 miliar atau 9,80% dari total pendapatan triwulan II tahun Realisasi PAD tertinggi diperoleh dari pendapatan pajak daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah masing-masing yaitu sebesar Rp13,22 miliar dan Rp18,59 miliar atau mencapai 34,00% dan 47,84% dari total realisasi pendapatan asli daerah. Realisasi pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan hasil retribusi daerah masing-masing sebesar Rp4,55 miliar dan Rp2,51 miliar atau mencapai 11,71% dan 6,46% dari total realisasi pendapatan asli daerah. Secara keseluruhan pada triwulan II tahun 2017, realisasi APBD mengalami surplus sebesar 18,08%, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami surplus sebesar 32,12%. Surplus tersebut merupakan persentase surplus realisasi anggaran dibandingkan dengan total jumlah pendapatan. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 41

60 Tabel 2.5 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Tengah Uraian Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Netto (%) (%) (%) (%) s.d Triwulan II ,71 35,91 18,08-99,07 s.d Triwulan I ,64 12,91 43,89-99,07 s.d Triwulan IV ,73 89, ,86 s.d Triwulan III ,15 52,48 11,42 104,86 s.d Triwulan II ,87 30,39 32,12 156,09 s.d Triwulan I ,90 8,49 59,40 0,00 Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Tengah, diolah Grafik 2.6 Pangsa Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Bangka Tengah Triwulan II Tahun 2017 Grafik 2.7 Pangsa Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Bangka Tengah Triwulan II Tahun ,80% 78,41% 11,79% 39,85% 60,15% PAD Dana Perimbangan Pendapatan Lain Belanja Langsung Belanja Tidak Langsung Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Tengah, diolah Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Tengah, diolah Realisasi Belanja Daerah Anggaran Belanja APBD Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2017 Belanja Tidak Langsung Rp 418,77 M Belanja Langsung Rp 485,98 M Total Rp 904,75 M Realisasi Belanja APBD Kabupaten Bangka Tengah s.d Triwulan II 2017 Belanja Tidak Langsung Rp 195,45 M Belanja Langsung Rp 129,47 M Total Rp 324,92 M miliar atau 67,56% dari total belanja tidak langsung. Realisasi belanja daerah pada triwulan II tahun 2017 sebesar Rp324,92 miliar atau 35,91% dari target belanja tahun 2017 sebesar Rp904,75 miliar. Pangsa terbesar pada anggaran belanja triwulan II tahun 2017 adalah belanja tidak langsung sebesar Rp195,45 miliar dengan pangsa 60,15% dari total belanja daerah atau mencapai 46,67% dari target realisasi belanja tidak langsung tahun Realisasi belanja tidak langsung terbesar yaitu realisasi belanja pegawai sebesar Rp132,04 Sementara itu, realisasi anggaran belanja langsung mencapai Rp129,47 miliar dengan pangsa sebesar 39,85% dari total belanja triwulan II tahun 2017 atau tercapai sebesar 26,64% dari target belanja langsung tahun Belanja barang dan jasa dan belanja modal menjadi belanja dengan pangsa terbesar dari total belanja langsung yaitu masing-masing sebesar 45,10% dan 36,12% dengan nominal sebesar Rp58,39 miliar dan Rp46,77 miliar. 42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

61 2.5 APBD Kabupaten Bangka Gambaran Umum Realisasi pendapatan pada triwulan II tahun 2017 sebesar Rp547,84 miliar atau 50,94% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2017 sebesar Rp1.075,44 miliar. Nilai realisasi tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 49,52%. Sementara realisasi belanja sebesar Rp415,14 miliar atau tercapai 36,57% dari target anggaran belanja tahun 2017 sebesar Rp1.135,17 miliar. Realisasi belanja tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 35,65% Realisasi Pendapatan Daerah Anggaran Pendapatan APBD Kabupaten Bangka Tahun 2017 PAD Rp 125,81 M Pendapatan Transfer Rp 785,72 M Lain-lain Rp 163,92 M Total Rp 1.075,44 M Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten Bangka s.d Triwulan II 2017 PAD Rp 69,29 M Pendapatan Transfer Rp 400,51 M Lain-lain Rp 78,04 M Total Rp 547,84 M Dana perimbangan masih menjadi kontributor terbesar pada pendapatan daerah di Kabupaten Bangka dengan pangsa sebesar 73,11% dari total pendapatan daerah. Realisasi dana perimbangan pada triwulan II tahun 2017 sebesar Rp400,51 miliar atau mencapai 50,97% dari target dana perimbangan tahun Realisasi terbesar dari dana perimbangan adalah pos dana alokasi umum sebesar Rp312,65 miliar atau 78,06% dari total dana perimbangan. Sementara itu, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah sebesar Rp69,29 miliar atau sebesar 12,65% dari total pendapatan triwulan II tahun Realisasi PAD tertinggi diperoleh dari pendapatan pajak daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah masing-masing yaitu sebesar Rp32,70 miliar dan Rp27,12 miliar atau masing-masing mencapai 47,20% dan 39,15% dari total realisasi pendapatan asli daerah. Realisasi pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan pendapatan retribusi daerah masing-masing sebesar Rp5,12 miliar dan Rp4,34 miliar atau masing-masing mencapai 7,39% dan 6,27% dari total realisasi pendapatan asli daerah. Secara keseluruhan pada triwulan II tahun 2017, realisasi APBD mengalami surplus sebesar 24,22%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami surplus sebesar 20,90%. Tabel 2.6 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 43

62 Uraian Pendapatan Daerah (%) Belanja Daerah (%) Surplus/Defisit (%) Pembiayaan Netto (%) s.d Triwulan II ,94 36,57 24,22 84,53 s.d Triwulan I ,31 10,82 58,20 90,91 s.d Triwulan IV ,81 85, ,60 s.d Triwulan III ,17 50,44 15,38 112,45 s.d Triwulan II ,52 35,65 20,90 100,03 s.d Triwulan I ,73 10,49 51,41 123,59 Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka, diolah Grafik 2.8 Pangsa Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Bangka Triwulan II Tahun 2017 Grafik 2.9 Pangsa Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Bangka Triwulan II Tahun ,65% 73,11% 14,24% 40,49% 59,51% PAD Dana Perimbangan Pendapatan Lain Belanja Langsung Belanja Tidak Langsung Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka, diolah Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka, diolah Realisasi Belanja Daerah Anggaran Belanja APBD Kabupaten Bangka Tahun 2017 Belanja Tidak Langsung Rp 597,12 M Belanja Langsung Rp 538,05 M Total Rp 1.135,17 M Realisasi Belanja APBD Kabupaten Bangka s.d Triwulan II 2017 Belanja Tidak Langsung Rp 247,06 M Belanja Langsung Rp 168,08 M Total Rp 415,14 M 68,96% dari total belanja tidak langsung. Realisasi belanja daerah pada triwulan II tahun 2017 sebesar Rp415,14 miliar atau 36,57% dari target belanja tahun 2017 sebesar Rp1.135,17 miliar. Realisasi belanja daerah terbesar yaitu belanja tidak langsung sebesar Rp247,06 miliar atau sebesar 41,37% dari target belanja tidak langsung tahun 2017 dengan pangsa 59,51% dari total belanja daerah triwulan II Realisasi belanja tidak langsung terbesar yaitu realisasi belanja pegawai sebesar Rp170,36 miliar atau sebesar Realisasi belanja langsung triwulan II 2017 sebesar Rp168,08 miliar atau 31,24% dari target belanja langsung tahun 2017 sebesar Rp538,05 miliar. Pangsa terbesar dari belanja langsung adalah belanja barang dan jasa sebesar Rp78,71 miliar atau 46,83% dari total belanja langsung. 44 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

63 2.6 APBD Kabupaten Bangka Selatan Gambaran Umum Realisasi pendapatan pada triwulan II tahun 2017 sebesar Rp400,72 miliar atau 54,24% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2017 sebesar Rp738,80 miliar. Sementara realisasi belanja sebesar Rp264,95 miliar atau tercapai 35,26% dari target anggaran belanja tahun 2017 sebesar Rp751,39 miliar Realisasi Pendapatan Daerah Anggaran Pendapatan APBD Prov. Kep. Bangka Selatan Tahun 2017 PAD Rp 34,36 M Pendapatan Transfer Rp 636,98 M Lain-lain Rp 67,45 M Total Rp 738,80 M Realisasi Pendapatan APBD Prov. Kep. Bangka Selatan s.d Triwulan II 2017 PAD Rp 30,75 M Pendapatan Transfer Rp 329,93 M Lain-lain Rp 40,04 M Total Rp 400,72 M Dana perimbangan masih menjadi kontributor terbesar pada pendapatan daerah di Kota Pangkalpinang dengan pangsa sebesar 82,34% dari total pendapatan daerah. Realisasi dana perimbangan pada triwulan II tahun 2017 sebesar Rp329,93 miliar atau mencapai 51,80% dari target dana perimbangan tahun Sementara itu, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah sebesar Rp30,75 miliar atau sebesar 7,67% dari total pendapatan triwulan II tahun Realisasi PAD tertinggi diperoleh dari pendapatan pajak daerah sebesar Rp19,36 miliar atau mencapai 62,97% dari total realisasi PAD. Realisasi Lain-lain PAD yang Sah sebesar Rp4,73 miliar atau mencapai 15,39% dari total PAD. Sedangkan Realisasi pendapatan retribusi daerah dan pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan masing-masing sebesar Rp2,82 miliar dan Rp3,83 miliar atau masing-masing mencapai 9,18% dan 12,46% dari total realisasi pendapatan asli daerah. Secara keseluruhan pada triwulan II tahun 2017, realisasi APBD mengalami surplus sebesar 33,88%. Rp Miliar 400,72 Grafik 2.10 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Selatan 264,95 135,77 135,77 Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Netto Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Selatan, diolah - Silpa Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 45

64 Grafik 2.11 Pangsa Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Bangka Selatan Triwulan II Tahun 2017 Grafik 2.12 Pangsa Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Bangka Selatan Triwulan II Tahun ,67% 82,34% 9,99% 73,64% 26,36% PAD Dana Perimbangan Pendapatan Lain Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Selatan, diolah Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Selatan, diolah Realisasi Belanja Daerah Anggaran Belanja APBD Prov. Kep. Bangka Selatan Tahun 2017 Belanja Tidak Langsung Rp 438,08 M Belanja Langsung Rp 313,31 M Total Rp 751,39 M Realisasi Belanja APBD Prov. Kep. Bangka Selatan s.d Triwulan II 2017 Belanja Tidak Langsung Rp 195,11 M Belanja Langsung Rp 69,83 M Total Rp 264,95 M Realisasi belanja daerah pada triwulan II tahun 2017 sebesar Rp264,95 miliar atau 35,26% dari target belanja tahun 2017 sebesar Rp751,39 miliar. Realisasi belanja daerah terbesar yaitu belanja tidak langsung sebesar Rp195,11 miliar atau sebesar 44,54% dari target belanja operasi tahun 2017 sebesar Rp438,08 miliar dengan pangsa sebesar 73,64% dari total belanja daerah triwulan II Realisasi belanja tidak langsung terbesar yaitu realisasi belanja pegawai sebesar Rp140,81 miliar atau sebesar 72,17% dari total belanja tidak langsung. Sampai dengan triwulan II tahun 2017, realisasi belanja pegawai mencapai 42,73% dari pagu anggaran Realisasi belanja langsung triwulan II 2017 sebesar Rp69,83 miliar dengan pangsa sebesar 26,36% dari total belanja triwulan II 2017 atau mencapai 22,29% dari target belanja langsung tahun Pangsa terbesar dari belanja langsung adalah belanja barang dan jasa sebesar Rp47,56 miliar atau 68,11% dari total belanja langsung. 2.7 APBD Kota Pangkalpinang Gambaran Umum Realisasi pendapatan pada triwulan II tahun 2017 sebesar Rp464,98 miliar atau 45,03% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2017 sebesar Rp1.032,55 miliar. Sementara realisasi belanja sebesar Rp327,01 miliar atau tercapai 31,37% dari target anggaran belanja tahun 2017 sebesar Rp1.042,55 miliar. 46 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

65 2.7.2 Realisasi Pendapatan Daerah Anggaran Pendapatan APBD Kota Pangkalpinang Tahun 2017 PAD Rp 132,94 M Pendapatan Transfer Rp 658,88 M Lain-lain Rp 240,73 M Total Rp 1.032,55 M Realisasi Pendapatan APBD Kota Pangkalpinang s.d Triwulan II 2017 PAD Rp 70,27 M Pendapatan Transfer Rp 354,70 M Lain-lain Rp 40,00 M Total Rp 464,98 M Dana perimbangan masih menjadi kontributor terbesar pada pendapatan daerah di Kota Pangkalpinang dengan pangsa sebesar 76,28% dari total pendapatan daerah. Realisasi dana perimbangan pada triwulan II tahun 2017 sebesar Rp354,70 miliar atau mencapai 53,83% dari target dana perimbangan tahun Sementara itu, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah sebesar Rp70,27 miliar atau sebesar 15,11% dari total pendapatan triwulan II tahun Realisasi PAD tertinggi diperoleh dari pendapatan pajak daerah sebesar Rp33,18 miliar atau mencapai 47,21% dari total realisasi PAD. Realisasi Lain-lain PAD yang Sah sebesar Rp24,67 miliar atau mencapai 35,10% dari total PAD. Sedangkan Realisasi pendapatan retribusi daerah dan pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan masing-masing sebesar Rp6,25 miliar dan Rp6,18 miliar atau masing-masing mencapai 8,89% dan 8,79% dari total realisasi pendapatan asli daerah. Secara keseluruhan pada triwulan II tahun 2017, realisasi APBD mengalami surplus sebesar 29,67%. Uraian Tabel 2.7 Pendapatan Daerah (%) Realisasi APBD Kota Pangkalpinang Belanja Daerah (%) Surplus/Defisit (%) Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Pangkalpinang, diolah Pembiayaan Netto (%) s.d Triwulan II ,03 31,37 29,67 0,00 s.d Triwulan I ,17 21,34 23,58 0,00 Grafik 2.13 Pangsa Realisasi Pendapatan Daerah Kota Pengkalpinang Triwulan II Tahun 2017 Grafik 2.14 Pangsa Realisasi Belanja Daerah Kota Pengkalpinang Triwulan II Tahun ,11% 73,11% 14,24% 66,88% 32,95% 0,17% PAD Dana Perimbangan Pendapatan Lain Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tak Terduga Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Pengkalpinang, diolah Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Pengkalpinang, diolah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 47

66 2.7.3 Realisasi Belanja Daerah Anggaran Belanja APBD Kota Pangkalpinang Tahun 2017 Belanja Operasi Rp 610,56 M Belanja Modal Rp 430,69 M Belanja Tak Terduga Rp 1.300,00 M Total Rp 1.042,55 M Realisasi Belanja APBD Kota Pangkalpinang s.d Triwulan II 2017 Belanja Operasi Rp 218,71 M Belanja Modal Rp 107,75 M Belanja Tak Terduga Rp 548,55 M Total Rp 327,01 M Realisasi belanja daerah pada triwulan II tahun 2017 sebesar Rp327,01 miliar atau 31,37% dari target belanja tahun 2017 sebesar Rp1.042,55 miliar. Realisasi belanja daerah terbesar yaitu belanja operasi sebesar Rp218,71 miliar atau sebesar 35,82% dari target belanja operasi tahun 2017 sebesar Rp610,56 miliar dengan pangsa sebesar 66,88% dari total belanja daerah triwulan II Realisasi belanja operasi terbesar yaitu realisasi belanja pegawai sebesar Rp170,58 miliar atau sebesar 77,99% dari total belanja operasi. Sementara belanja barang dan jasa serta belanja hibah masing-masing terealisasi sebesar Rp41,36 miliar dan Rp6,74 miliar atau sebesar 18,91% dan 3,08% dari total belanja operasi. Realisasi belanja modal triwulan II 2017 sebesar Rp107,75 miliar dengan pangsa sebesar 32,95% dari total belanja triwulan II 2017 atau mencapai 25,02% dari target belanja modal tahun Pangsa terbesar dari belanja modal adalah belanja modal gedung dan bangunan sebesar Rp102,77 miliar atau 95,38% dari total belanja modal. 2.8 Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Selain bersumber dari APBD, pendanaan pembangunan di daerah juga bersumber dari Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (TP). Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah. Sedangkan Tugas Pembantuan (TP) adalah penugasan-penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten, atau kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan. Pagu Dana Dekonsentrasi tahun 2017 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar Rp88,75 miliar, menurun sebesar 40,01% dibandingkan pagu tahun 2016 sebesar Rp147,93 miliar. Sementara pagu dana Tugas Pembantuan sebesar Rp117,20 miliar, menurun sebesar 47,62% dibandingkan pagu tahun 2016 sebesar Rp223,79 miliar. Total Pagu Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan tahun 2017 sebesar Rp205,95 miliar atau menurun sebesar 44,59% dari total pagu tahun 2016 sebesar Rp371,73 miliar. 48 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

67 Tabel 2.8 Pagu dan Realisasi Anggaran Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Rp Miliar) Dekonsentrasi 147,93 88,75 4,45 26,32 29,66 Tugas Pembantuan 223,79 117,20 3,50 36,07 30,78 Jumlah 371,73 205,95 7,95 62,39 30,29 Sumber : Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Kep. Bangka Belitung Realisasi dana dekonsentrasi hingga triwulan II 2017 tercatat sebesar Rp26,32 miliar atau sebesar 29,66% dari pagu. Sedangkan realisasi tugas pembantuan sebesar Rp36,07 miliar atau baru mencapai 30,78% dari pagu. Sehingga total realisasi dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan sebesar Rp62,39 miliar atau sebesar 30,29% dari total pagu sebesar Rp205,95 miliar. Kewenangan Pagu 2016 Pagu Alokasi Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa Tahun 2017 Dana Perimbangan merupakan dana yang bersumber dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah. Dana Perimbangan disebut juga transfer atau grants. Transfer kedaerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa Dana Perimbangan, Dana Otonomi Khusus, dan Dana Penyesuaian Transfer merupakan konsekuensi dari tidak meratanya keuangan dan ekonomi daerah. Selain itu tujuan transfer adalah mengurangi kesenjangan keuangan horizontal antar daerah, mengurangi kesenjangan vertikal Pusat-Daerah, mengatasi persoalan efek pelayanan publik antar daerah, dan untuk menciptakan stabilitas aktivitas perekonomian di daerah. Dana Perimbangan dipisahkan menjadi empat jenis yaitu: 1. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak. Dana Bagi Hasil sebagaimana pasal Pasal 11 UU No. 33/2004 terdiri dari : Realisasi Triwulan I Tahun 2017 a. Dana Bagi Hasil bersumber dari sumber daya alam. Realisasi s.d Triwulan II Tahun 2017 Jumlah Dana tersebut berasal dari sumber daya alam kehutanan, pertambangan umum, dan perikanan. Alokasi dana bagi hasil yang bersumber dari pajak sumber daya alam tahun 2017 sebesar Rp397,38 miliar atau memiliki pangsa sebesar 6,07% dari total transfer ke daerah. Sampai pada triwulan II tahun 2017, realisasi dana bagi hasil yang bersumber dari sumber daya alam mencapai Rp201,34 miliar atau sebesar 50,67% dari pagu b. Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak yang terdiri atas Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21. Alokasi dana tahun 2017 sebesar Rp224,75 miliar atau sebesar 3,43% dari total transfer ke daerah. Sampai pada triwulan II tahun 2017, realisasi dana bagi hasil yang bersumber dari pajak mencapai Rp88,21 miliar atau sebesar 39,25% dari pagu % Realisasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 49

68 2. Dana Alokasi Umum (DAU) Dana alokasi umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berdasarkan UU No. 33 tahun 2004 pasal 29 Proporsi DAU antar Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota ditetapkan berdasarkan imbangan kewenangan antara Propinsi dan Kabupaten/Kota. Dana Alokasi Umum (DAU) atau disebut transfer atau block grant dari pemerintah pusat penting untuk pemda dalam menjaga/menjamin tercapainya standar pelayanan publik minimum diseluruh negeri. Alokasi dana DAU tahun 2017 merupakan yang paling dominan yaitu sebesar Rp4.220,06 miliar atau sebesar 64,48% dari total transfer ke daerah. Sampai pada triwulan II tahun 2017, realisasi dana alokasi umum mencapai Rp2.097,91 miliar atau sebesar 49,71% dari pagu Dana Alokasi Khusus (DAK) Berdasarkan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah Pasal 39 menyebutkan bahwa Dana Alokasi Khusus dialokasikan kepada Daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan Urusan Daerah sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam APBN. a. Dana Alokasi Khusus Fisik Dana yang dialokasikan dalam APBN kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus fisik yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Alokasi dana DAK Fisik tahun 2017 sebesar Rp647,66 miliar atau sebesar 9,90% dari total transfer ke daerah. Sampai pada triwulan II tahun 2017, realisasi dana alokasi khusus fisik mencapai Rp193,51 miliar atau sebesar 29,88% dari pagu b. Dana Alokasi Khusus Non Fisik Dana yang dialokasikan dalam APBN kepada Daerah dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus Non Fisik yang merupakan urusan daerah contoh DAK Non Fisik BOP (Bantuan Operasional Non Personalia) PAUD/TK/KB/TPA. Alokasi dana DAK non Fisik tahun 2017 sebesar Rp655,93 miliar atau sebesar 10,02% dari total transfer ke daerah. Sampai pada triwulan II tahun 2017, realisasi dana alokasi khusus non fisik mencapai Rp284,37 miliar atau sebesar 43,35% dari pagu Dana Insentif Daerah (DID) Dana Insentif daerah akan dialokasikan kepada daerah tertentu dengan mempertimbangkan kriteria tertentu. Dalam dokumen kesepakatan dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan kriteria tertentu adalah daerah yang berprestasi antara lain daerah yang sudah melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat dengan baik dan mendapatkan Opini WTP dan WDP dari BPK 50 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

69 atas LKPD, dan daerah yang menetapkan APBD tepat waktu. Wilayah di Bangka Belitung yang mendapatkan Dana Inssentif Daerah (DID) antara lain Kabupaten Bangka, Kabupaten Belitung, dan Kabupaten Bangka Barat dengan total alokasi dana tahun 2017 sebesar Rp137,28 miliar atau 2,10% dari total transfer ke daerah. Sampai pada triwulan II tahun 2017, realisasi dana insentif daerah mencapai Rp68,64 miliar atau sebesar 50,00% dari pagu Dana Desa Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa dan Desa Adat yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaran pemerintahan, pembangunan, serta pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. Alokasi dana desa tahun 2017 sebesar Rp261,66 miliar atau 4,00% dari total transfer ke daerah. Sampai pada triwulan II tahun 2017, realisasi dana desa mencapai Rp156,99 miliar atau sebesar 60,00% dari pagu Grafik 2.15 Pangsa Alokasi Dana Transfer Ke Daerah Grafik 2.16 Alokasi Dana Desa Tahun 2017 Dana Desa Dana Transfer Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil SDA Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Fisik Dana Alokasi Khusus Non Fisik Dana Insentif Daerah Jumlah Tabel 2.9 Alokasi Dana Transfer Ke Daerah dan Realisasi Triwulan II Tahun 2017 (Rp Miliar) PROV. KEP. BANGKA BELITUNG KAB. BELITUNG KAB. BANGKA KAB. BANGKA BARAT KAB. BANGKA TENGAH KAB. BANGKA SELATAN Sumber : Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Kep. Bangka Belitung KAB. BELITUNG TIMUR KOTA PANGKALPINANG Pagu 61,85 19,83 27,23 32,26 16,43 18,81 21,29 27,06 224,75 Realisasi 28,36 8,30 9,10 8,23 7,04 6,18 6,67 14,33 88,21 Pagu 122,63 36,30 44,51 45,17 34,27 45,32 38,48 30,71 397,38 Realisasi 62,50 18,27 23,05 22,84 17,12 23,08 19,26 15,22 201,34 Pagu 969,54 479,79 535,97 442,27 436,88 465,50 438,71 451, ,06 Realisasi 472,65 239,89 267,99 221,14 218,44 232,75 219,35 225, ,91 Pagu 307,36 51,09 67,85 47,89 44,82 43,58 47,49 45,85 655,93 Realisasi 170,28 13,09 22,97 17,95 16,35 11,61 15,77 16,36 284,37 Pagu 148,36 83,09 114,07 89,70 56,30 66,30 48,75 41,10 647,66 Realisasi 44,25 24,93 34,08 26,76 16,89 19,89 14,62 12,09 193,51 Pagu - 44,71 47,22 45, ,28 Realisasi - 22,36 23,61 22, ,64 Pagu - 36,38 51,96 49,95 46,83 42,45 34,09-261,66 Realisasi - 21,83 31,17 29,97 28,10 25,47 20,45-157,00 Pagu 1.609,73 751,20 888,80 752,59 635,53 681,95 628,80 596, ,72 Realisasi 778,03 348,67 411,96 349,57 303,93 318,99 296,13 283, ,98 TOTAL Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 51

70 INDIKATOR MAKRO Perkembangan Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2017 Triwulan II Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

71 Perkembangan Inflasi BAB 3. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Pada triwulan II tahun 2017, tekanan inflasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung meningkat dibandingkan triwulan I Inflasi triwulan II 2017 mencapai sebesar 7,11% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 6,39% (yoy) disebabkan antara lain oleh meningkatnya permintaan terhadap komoditas volatile food dan tiket pesawat udara sehubungan dengan adanya Hari Raya Idul Fitri dan Libur Anak Sekolah. Secara tahun berjalan inflasi Prov. Kep. Bangka Belitung adalah sebesar 2,72% (ytd). 3.1 Inflasi Kepulauan Bangka Belitung Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Pada triwulan II tahun 2017 sebesar 7,11% (yoy), atau meningkat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 6,40% (yoy). Meningkatnya inflasi pada periode laporan disebabkan oleh meningkatnya inflasi pada kelompok volatile food dan administered price, sedangkan Inflasi pada inflasi kelompok inti mengalami penurunan. Inflasi dari kelompok volatile food dan administered prices meningkat dikarenakan adanya bulan puasa, Hari Raya Idul Fitri, dan libur anak sekolah. Secara umum, inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung lebih tinggi dari inflasi nasional yang mencapai 4,37% (yoy) dan di atas inflasi Sumatera yang mencapai 4,65% (yoy). Inflasi tahun berjalan triwulan II 2017 mencapai 2,46% (ytd) lebih tinggi dari triwulan II 2016 yaitu sebesar 2,38% (ytd). Grafik 3.1 Inflasi Bangka Belitung Vs Nasional Grafik 3.2 Rata-Rata Inflasi Tiga Tahun Terakhir Tw II 2017 Rata-rata 3 tahun Tw II Yoy Core VF Adm Sumber: BPS Provinsi Bangka Belitung, Diolah Sumber: BPS Provinsi Bangka Belitung, Diolah Sementara itu, perkembangan inflasi bulanan di triwulan II tahun 2017 masih cukup terkendali. Triwulan II tahun 2017 diwarnai dengan inflasi pada bulan April sebesar 1,00% (mtm) dan inflasi pada bulan Juni sebesar 1,40% (mtm), sedangkan deflasi terjadi pada bulan Mei sebesar 0,29% (mtm). Inflasi yang terjadi pada bulan April dan Juni disebabkan oleh peningkatan tarif angkutan udara sehubungan dengan Hari Raya Ceng Beng dan Hari Raya Idul Fitri. Akan tetapi, secara umum inflasi tahunan pada bulan April, Mei dan Juni 2017 mengalami tren Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 53

72 penurunan. Komoditas utama yang mengalami gejolak inflasi antara lain bersumber dari tarif angkutan udara, ikan ikanan dan hortikultura. Tabel 3.1 Perkembangan Inflasi Triwulan II 2017 April 2017 Mei 2017 Juni 2017 Bulanan Tahunan Bulanan Tahunan Bulanan Tahunan 1,00% 8,37% -0,29% 7,64% 1,40% 7,11% Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Grafik 3.3 Perbandingan Inflasi Kelompok Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Diolah Jika dibandingkan antara triwulan II 2017 dan triwulan I 2017, kelompok yang mengalami kenaikan inflasi antara lain (1) Bahan makanan, (2) perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar, dan (3) transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Sedangkan kelompok (1) makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, (2) sandang, (3) kesehatan, dan (4) pendidikan, rekreasi, dan olahraga mengalami penurunan tingkat inflasi. Kenaikan tarif angkutan udara dan tarif listrik udara mendorong kenaikan inflasi di kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan serta perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Inflasi dari kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami kenaikan yang cukup signifikasi karena adanya kenaikan inflasi tarif angkutan udara mengalami inflasi sebesar 89,13% (yoy), meningkat dari triwulan I 2017 yang mengalami inflasi 80,85% (yoy). Dari kelompok Perumahan, Air, listrik, gas dan bahan bakan, komoditas tarif listrik juga mengalami inflasi sebesar 38,16% (yoy) meningkat dari triwulan I 2017 yang mengalami inflasi 25,64% (yoy). 54 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

73 Grafik 3.4 Historis Inflasi Bangka Belitung Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah 3.2 Disagregasi Inflasi Berdasarkan sifatnya inflasi IHK dapat dibedakan menjadi tiga kelompok disagregasi yaitu : (i) inflasi inti yang dipengaruhi dari tekanan permintaan, (ii) volatile foods yang pergerakannya bergejolak, dan (iii) administered prices yang pergerakannya dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Pada triwulan II tahun 2017, inflasi terjadi pada seluruh kelompok disagregasi inflasi. Inflasi tahunan dari kelompok inti tercatat mengalami penurunan, sedangkan kelompok volatile food dan administered price mengalami peningkatan inflasi jika dibandingkan dengan triwulan I Inflasi di kelompok inti mengalami penurunan dari 4,16% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 2,91% (yoy), seiring dengan terkendalinya ekspektasi inflasi, nilai tukar yang relatif stabil dan stabilnya pasokan barang. Selain itu, keberhasilan pihak terkait dalam menjaga tarif pendidikan pada periode tahun ajaran baru juga turut mendukung inflasi inti. Akan tetapi, beberapa komoditas perikanan masih perlu mendapat perhatian karena masih menjadi penyumbang inflasi terutama pada inflasi bulanan. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 55

74 Grafik 3.5 Inflasi Umum Tahunan dan Disagregasi Inflasi Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sebaliknya, Inflasi kelompok volatile food meningkat dari 7,03% (yoy) menjadi 7,61% (yoy). Peningkatan inflasi volatile food didorong oleh meningkatnya permintaan bahan pangan pada saat bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri. Komoditas hortikultura dan beberapa ikan ikanan menjadi penyumbang inflasi dari kelompok volatile foods. Inflasi administered price meningkat menjadi sebesar 17,24% (yoy) atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 10,60% (yoy). Meningkatnya inflasi ini terutama bersumber dari naiknya tarif angkutan udara yang disebabkan dengan adanya arus mudik saat Hari Raya Idul Fitri sehingga inflasi angkutan udara mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Grafik 3.6 Perkembangan Curah Hujan Bangka Belitung Grafik 3.7 Perkembangan Arus Bongkar Pelabuhan Curah Hujan Hari Hujan (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Bangka Belitung, diolah Sumber : PT Pelindo Cabang Pangkalbalam, diolah 56 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

75 Grafik 3.8 Likert Scale Biaya Bangka Belitung I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Biaya Bahan Baku Biaya Energi Tingkat Upah Adapun komoditas inflasi bulanan yang paling sering muncul sebagai penyumbang inflasi terbesar selama triwulan II 2017 dari kelompok administered price adalah angkutan udara, tarif listrik, dan rokok kretek filter, sedangkan dari kelompok volatile food antara lain daging ayam ras, selar/ tude, ayam hidup, tenggiri, dan udang basah. Sementara itu, komoditas penyumbang inflasi dari kelompok inti antara lain ikan bulat dan kerisi. Tabel 3.2 Komoditas Utama Penyumbang Andil Inflasi/Deflasi Bulanan Komoditas Inflasi April Inflasi (%mtm) Mei Inflasi (%mtm) Juni Inflasi (%mtm) Angkutan Udara Tarif Listrik 5.26 Angkutan Udara Udang Basah Bawang Putih Daging Ayam Ras Cumi - cumi Sawi Hijau Tarip Listrik 1.61 Ikan Kembung 9.26 Kangkung Selar/Tude Tarif Lsitrik 1.84 Ikan Kembung 6.06 Ayam Hidup Bawang Merah 8.98 Ikan Kerisi 3.81 Kerisi 4.74 Dencis Beras 0.85 Tenggiri Daging Babi Bayam Ikan Bulat 8.94 Jeruk 4.23 Daging Ayam Ras 2.18 Rokok Kretek Filter 1.02 Tahu Mentah Rokok Kretek Filter 0.91 Udang Basah 4.85 Komoditas Deflasi April Deflasi (%mtm) Mei Deflasi (%mtm) Juni Deflasi (%mtm) Tarif Pulsa Ponsel Angkutan Udara Bawang Putih Cabai Rawit Gula Pasir Kangkung Bayam Cumi - cumi Cabai Rawit Cabai Merah Cabai Rawit Semangka Pisang Daging Babi Ikan Kembung Sawi Hijau Udang Basah Jeruk Bahan Bakar Rumah Tangga Ikan Selar Gula Pasir Semangka Ikan Bulat -6.7 Bawang Merah Kacang Panjang Apel Beras Kangkung -5.9 Sotong Cabai Merah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 57

76 Tabel 3.3 Komoditas Utama Penyumbang Andil Inflasi/Deflasi Tahunan Komoditas Inflasi No. April Mei Juni Komoditas Inflasi (%mtm) Komoditas Inflasi (%mtm) Komoditas Inflasi (%mtm) 1 Angkutan Udara Tarip Listrik Angkutan Udara Tarip Listrik Angkutan Udara Tarip Listrik Kerisi Kerisi Udang Basah Udang Basah Udang Basah Tukang Bukan Mandor Jeruk Kerupuk Ikan Kerupuk Ikan Kerupuk Ikan Tukang Bukan Mandor Kerisi Tukang Bukan Mandor Jeruk Rokok Kretek Filter Cabai Rawit Cumi-cumi Tarip Pulsa Ponsel Cumi-cumi Ikan Kembung Sotong Ikan Bulat Bawang Putih Ikan Bulat Komoditas Deflasi No. April Mei Juni Komoditas Deflasi (%mtm) Komoditas Deflasi (%mtm) Komoditas Deflasi (%mtm) 1 Bawang Merah Gula Pasir Batako Semen Batako Semen Batako Semen Bahan Bakar Rumah Tangga Bahan Bakar Rumah Tangga Kangkung Sosis Daging Ayam Apel Apel Kacang Panjang Daging Babi Bahan Bakar Rumah Tangga Ayam Hidup Bawang Merah Tenggiri Susu Untuk Balita Susu Untuk Balita Susu Untuk Balita Bahan Pelumas/Oli Anggur Daging Babi Air Kemasan Sosis Daging Ayam Bawang Merah Inflasi Kota dan Kabupaten Berdasarkan kota sampel perhitungan inflasi Kota Pangkalpinang dan Kota Tanjungpandan mengalami inflasi. Kota Pangkalpinang mencatat inflasi sebesar 7,33% (yoy) meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 7,13% (yoy), sementara Kota Tanjungpandan mengalami inflasi sebesar 6,72% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,08% (yoy). Grafik 3.9 Perkembangan Inflasi Bangka Belitung Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung, diolah 58 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

77 Kota Pangkalpinang pada triwulan laporan mencatat inflasi 7,33% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 7,13% (yoy), dan masih lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 4,37% (yoy). Berdasarkan kelompok, inflasi pada triwulan ini dipicu oleh peningkatan inflasi yang terjadi pada kelompok, (1) perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar, dan (2) transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Sedangkan penurunan inflasi terjadi pada kelompok (1) bahan makanan, (2) makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, (3) sandang, (4) kesehatan, dan (5) pendidikan, rekreasi dan olah raga. Peningkatan yang cukup tinggi dari komponen transportasi, komunikasi dan jasa keuangan bersumber dari kenaikan tarif angkutan udara yang cukup tinggi di Pangkalpinang pada bulan pada triwulan laporan. Tercatat inflasi angkutan udara sebesar 111,48% (yoy) dari 109,14% (yoy) dari triwulan I Grafik 3.10 Inflasi Kelompok Kota Pangkalpinang Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Kota Tanjung Pandan mengalami inflasi 6,72% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat inflasi sebesar 5,08% (yoy). Berdasarkan kelompok, inflasi Tanjung Pandan disebabkan adanya peningkatan inflasi pada kelompok (1) bahan makanan, (2) perumahan, air, listrik, gas, & bahan bakar mengalami penurunan inflasi (3) sandang, (3) kesehatan, (4) pendidikan, rekreasi, dan olahraga serta (5) transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Sedangkan kelompok makanan jadi, minuman rokok,dan tembakau mengalami penurunan inflasi tahunan. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 59

78 Grafik 3.11 Inflasi Kelompok Kota Tanjung Pandan Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah 3.4 Perbandingan Inflasi Antar Provinsi di Sumatera Inflasi tahunan wilayah Sumatera masih berada dalam kisaran target inflasi tahunan Bank Indonesia. Laju inflasi tahunan Bangka Belitung pada triwulan II 2017 berada di atas laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 4,37% (yoy) dan inflasi Pulau Sumatera sebesar 4,65%. Tercatat inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga menjadi inflasi yang tertinggi di wilayah Sumatera. Grafik 3.12 Perbandingan Inflasi Antar Provinsi di Sumatera Triwulan I Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

79 PERIODE Tabel 3.4 UMUM Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung, diolah Inflasi Tahunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (% yoy) BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN Kepulauan Bangka Belitung Kota Pangkalpinang Kota Tanjungpandan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 61

80 Suplemen C. Pengendalian Inflasi Ramadhan dan Idul Fitri Selama bulan Juni 2017, sumber tekanan inflasi utamanya disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara. Peningkatan tarif angkutan udara dikarenakan adanya Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada tanggal 26 Juni 2017 sehingga permintaan tiket pesawat melonjak pada akhir Juni Sementara itu, peningkatan tarif listrik non subsidi 900 VA juga masih memberikan dampak terhadap inflasi, terutama di Kota Pangkalpinang. Selain itu, minimnya pasokan ikan ikanan juga ditengarai turut meningkatkan inflasi dari komoditas ikan ikanan. Minimnya pasokan ikan disebabkan oleh terbatasnya produksi ikan saat periode bulan terang di pertengahan tahun serta terbatasnya jumlah nelayan yang pergi melaut menjelang periode Hari Raya Idul Fitri. Selain itu, permasalahan struktural masih memberikan andil inflasi pada bulan Juni 2017 antara lain struktur pasar yang cenderung masih oligopoli, jalur distribusi dan tata niaga yang belum efisien, perilaku pembentukan harga yang masih ditentukan oleh harga tertinggi, serta kurangnya kebiasaan tawar menawar dalam transaksi sehari - hari. A. Perkembangan Inflasi Periode Ramadhan dan Idul Fitri Inflasi pada periode Hari Raya Idul Fitri tahun 2017 yang jatuh pada bulan Juni 2017 tercatat cukup terkendali apabila dibandingkan inflasi periode Idul Fitri 2 tahun sebelumnya yang jatuh pada bulan Juli. Inflasi Hari Raya Idul Fitri tahun 2015 (Juli 2015) tercatat sebesar 1,84% (mtm), sedangkan Inflasi Hari Raya Idul Fitri tahun 2016 (Juli 2016) tercatat sebesar 1,58% (mtm). Berdasarkan historis, inflasi bahan makanan dan transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, meningkat pada periode Hari Raya Idul Fitri. Akan tetapi, inflasi bahan makanan tercatat terkendali pada periode Idul Fitri 2017 sebesar 1,18% (mtm), hanya saja kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan masih perlu mendapat perhatian karena tercatat inflasi 5,76% (mtm). Inflasi Kelompok bahan makanan bulan Juni 2017 juga tercatat cukup terkendali jika dibandingkan dengan Juli tahun 2015 dan Tercatat inflasi bulanan bahan makanan Juli 2015 dan 2016 adalah sebesar 3,62% (mtm) dan 1,88% (mtm). Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan tahun 2015 dan 2016 masing 4,16% (mtm) dan 5,90% (mtm). masing sebesar Berdasarkan kelompok disagregasi, kelompok volatile food periode Idul Fitri 2017 (Juni 2017) tercatat cukup terkendali sebesar 1,80% (mtm) lebih terkendali jika dibandingkan periode Idul Fitri 2015 dan 2016 (Juli 2015 dan Juli 2016) yang masing masing tercatat 3,58% (mtm) 62 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

81 dan 2,22% (mtm). Di lain pihak kelompok administered price masih perlu mendapat perhatian. Inflasi administered price pada periode Idul Fitri 2015, 2016 dan 2017 yang masing masing jatuh pada bulan Juli 2015, Juli 2016 dan Juni 2017 masing masing sebesar 4,00% (mtm), 4,55% (mtm) dan 4,75% (mtm). Grafik C.1 Perbandingan Kelompok Inflasi Grafik C.2 Perbandingan Disagregasi Inflasi B. Efisiensi Tata Niaga dan Struktur Pasar Pengendalian inflasi yang dilakukan pada bulan Juni 2017 lebih arahkan dalam dalam pengendalian harga komoditas pangan saat bulan Ramadhan dan Idul Fitri dengan tetap mengacu pada Program Pengendalian Inflasi tahun 2017 yang sudah disusun. Salah satu upaya pengendalian harga yang memberikan dampak yang cukup signifikan adalah dengan dibentuknya Satgas Pangan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang sangat berperan dalam pengawasan pembentukan harga bahan pokok dan menjaga iklim usaha yang sehat. Pengawasan harga bahan pokok dilakukan dengan mengacu pada Permendag No.27/M- DAG/PER/5/2017. Pembentukan Satgas Pangan ini telah meningkatkan awarness para pelaku pasar untuk dapat mematuhi harga eceran tertinggi untuk bahan pokok yang banyak dikonsumsi masyarakat saat Hari Raya Idul Fitri. Selain itu, penandatanganan kesepakatan antara Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan para distributor bahan pokok mengenai partisipasi distributor dalam menjaga kestabilan harga dan stok bahan pokok selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri juga memberikan dampak positif pada pembentukan harga di Bangka Belitung. Pengawasan secara rutin di pasar juga dilakukan oleh berbagai instansi terkait, termasuk Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Tingkat Kabupaten/Kota termasuk upaya reaksi cepat yang dilakukan oleh TPID se Bangka Belitung saat terjadi gejolak harga bahan. Komunikasi dalam rangka inisiasi bekerjasama dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dalam pengawasan persaingan usaha di Bangka Belitung agar tercipta persaingan usaha yang sehat juga telah dilakukan. Kerjasama tersebut akan diawali dengan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 63

82 penandatanganan Nota Kesepahaman antara TPID Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan KPPU. Sinergi dengan KPPU diharapkan dapat mencegah adanya pedagang yang melakukan spekulasi dengan meningkatkan harga secara sepihak serta mencegah adanya praktik usaha yang tidak sehat. Secara bersamaan Tim Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah melakukan sosialisasi Permendag No.20/M-DAG/PER/3/2017 tentang Pendaftaran Pelaku Usaha Distribusi Barang Kebutuhan Pokok oleh Kementerian Perdagangan RI untuk mendorong pelaku usaha distribusi mendaftarkan usahanya ke sistem yang sudah dibuat oleh Kementerian Perdagangan. Melalui sistim informasi tersebut diharapakan perkembangan stok dan harga bahan pokok di tingkat distributor dapat terpantau. C. Kelancaran Jalur Distribusi dan Ketersediaan Barang Serta Keterjangkauan Harga Dari sisi jalur distribusi, koordinasi telah dilakukan dengan otoritas pelabuhan untuk memastikan agar distribusi bahan pokok di pelabuhan dapat diprioritaskan untuk mencegah kelangkaan bahan makanan. Koordinasi dilakukan dengan melakukan pertemuan tematik membahas kendala distribusi barang di pelabuhan yang menghasilkan rekomendasi kebijakan dan telah disepakati untuk dapat memprioritaskan pengiriman bahan pokok di pelabuhan. Selain itu, selama Ramadhan dan Idul Fitri tahun 2017, kegiatan pasar murah juga gencar dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah, Pemprov/Pemkab/Pemkot dan stakeholder lainnya se Bangka Belitung untuk mengawal kestabilan harga di tingkat Kabupaten dan Kota. Tercatat kurang lebih ada 100 titik kegiatan pasar murah yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi/Kota/Kabupaten, BUMN dan beberapa diantaranya atas kerjasama dengan Bank Indonesia Kegiatan pasar murah ini telah memberikan dampak yang positif terhadap stabilnya harga bahan pokok di tingkat Kabupaten dan Kota. D. Ekspektasi Inflasi Dalam rangka menjaga ekspektasi inflasi selama Ramadhan dan Idul Fitri, komunikasi dan edukasi kepada masyarakat untuk menjaga pola konsumsi juga telah dilakukan selama bulan Juni Melalui kerjasama dengan pihak media cetak, radio dan televisi, telah dibuat berbagai iklan layanan masyarakat yang menekankan agar masyarakat dapat tetap bijak dalam berkonsumsi selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Selain itu, melalui kerjasama dengan media, pemberitaan yang kondusif terkait perkembangan harga juga turut mendukung kestabilan harga pada periode Ramadhan dan Idul Fitri di tahun Tercatat tidak kurang dari 200 pemberitaan kondusif untuk inflasi telah dirilis oleh berbagai media selama periode Ramadhan dan Idul Fitri Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

83 Bank Indonesia dan TPID Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga telah bekerjasama dengan beberapa organisasi masyarakat keagamaan untuk mensosialisasikan bijak berkonsumsi. Kerjasama tersebut dilakukan melalui himbauan kepada tokoh keagamaan agar dapat menyampaikan pesan bijak berkonsumsi saat melakukan ceramah keagamaan. Pembuatan iklan layanan masyarakat dengan menampilkan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung juga ikut mendukung terkendalinya permintaan bahan pangan selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Melalui pesan yang langsung disampaikan oleh Gubernur, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga konsumsinya saat periode Ramadhan dan Idul Fitri sehingga gejolak harga tidak terjadi. E. Peningkatan Produktifitas Sementara itu, upaya pengendalian inflasi dari sisi produksi juga dilakukan secara intensif. Bank Indonesia melalui Program Pengendalian Inflasi Cabai dan Program Pengembangan UMKM Unggulan memberikan bantuan teknis dan studi banding kepada petani cabai dan nelayan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas pertanian dan perikanan lokal. Pengembangan kapasitas dilakukan dari berbagai aspek, seperti kelembagaan, pengelolaan keuangan dan produksi kelompok tani/nelayan. Kedepan diharapkan produksi pertanian dan perikanan lokal dapat mencukupi kebutuhan di Bangka Belitung. F. Pengendalian Inflasi Angkutan Udara Salah satu penyumbang utama inflasi di Provinsi Kep. Bangka Belitung saat Ramadhan dan Idul Fitri adalah dari Tarif Angkutan Udara. Berbagai upaya Pengendalian inflasi angkutan udara telah dilakukan untuk mengatasi tingginya inflasi angkutan udara tersebut. Telah dilakukan beberapa kali focus group discussion dan pertemuan antara Badan Pusat Statistik Bangka Belitung, maskapai penerbangan, Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia untuk membahas karakteristik inflasi angkutan udara di Bangka Belitung. Dalam kesempatan yang sama, juga telah dilakukan komunikasi terkait metodologi perhitungan inflasi angkutan udara di Bangka Belitung. Ancaman inflasi karena tiket pesawat perlu dipecahkan dengan beberapa pihak berkepentingan duduk bersama mencari solusi terbaik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melibatkan pihak maskapai dalam melakukan pemantauan inflasi angkutan udara. Selain itu, juga dilakukan pemantauan intensif terhadap kepatuhan maskapai terhadap Permenhub No.14 tahun 2016 tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan dan Penetapan Tarif Batas Atas dan Bawah Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 65

84 G. Program Pengendalian Inflasi ke Depan Dalam rangka mendukung kestabilan harga di Bangka Belitung, berbagai upaya dapat dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan struktural yang terjadi di Bangka Belitung. Best practice pengendalian inflasi yang sudah dilakukan oleh TPID se Bangka Belitung dapat terus dipertahankan agar kestabilan harga dapat terus terjaga. Optimalisasi pelaku pasar alternatif, seperti toko tani dan koperasi tani, pemanfaatan teknologi informasi untuk pemasaran dan perlu dilakukan untuk mendukung struktur pasar dan pembuatan pasar induk yang juga dibarengi dengan revitalisasi pasar eksisting agar lebih efisien. Kerjasama antar daerah untuk mendukung ketersediaan stok bahan pokok juga dapat dilakukan. Sebagai awalan untuk menginisiasi kerjasama antar daerah tersebut, pendataan surplus defisit bahan pangan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mutlak harus dilakukan. Data surplus defisit pangan perlu mencakup kapasitas produksi/stok di level distributor dan produksi lokal. Sebagai tambahan, penguatan dari sisi produksi melalui bantuan teknis dan pelatihan, seperti Program Pengendalian Inflasi Cabai dan Kawasan Rumah Pangan Lestari, juga mutlak harus dilakukan agar produktifitas pangan lokal dapat lebih terjaga. Selain itu, implementasi program pengendalian inflasi tahun 2017 yang sudah disusun sesuai roadmap perlu terus dikawal agar realisasi pengendalian inflasi jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang di Bangka Belitung dapat sesuai milestone yang sudah ditetapkan. 66 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

85 Suplemen D. Koordinasi Pengendalian Inflasi Bangka Belitung Dalam rangka pengendalian inflasi, koordinasi dan komunikasi yang baik antar anggota Tim Pengendalian Inflasi baik skala wilayah maupun Nasional harus tetap dijaga. Koordinasi dilakukan untuk mensinergikan kebijakan dan langkah strategis yang memiliki kaitan dengan kestabilan harga. Sebagai upaya untuk menjaga kestabilan inflasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah berpartisipasi dalam forum Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Wilayah Sumatera dan Rapat Koordinasi Pengedalian Inflasi Nasional. A. Rapat Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Wilayah Sumatera Rapat Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Wilayah Sumatera telah dilaksanakan pada tanggal 17 Juli 2017 di Jakarta yang turut dihadiri oleh Ketua Tim Pelaksana Pokjanas TPID dan seluruh pejabat Tim Pengendalian Inflasi Daerah se Sumatera. Tema yang diangkat pada pada Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Wilayah Sumatera adalah Mempercepat Efisiensi Tata Niaga Pangan melalui Penguatan Infrastruktur untuk Kesejahteraan Rakyat. Pada forum tersebut dibahas mengenai tantangan dalam menjaga pasokan dan pengendalian harga yang terjadi di wilayah Sumatera. Tantangan tersebut diantaranya adalah (i) Inefisiensi struktur pasar, (ii) kendala akses transportasi, (iii) ekspektasi masyarakat, dan (iv) keterbatasan kapasitas produksi. Keempat kendala tersebut utamanya terjadi pada komoditas volatile food. Selain tantangan pengendalian inflasi komoditas volatile food, tantangan lain yang juga muncul dalam pengendalian inflasi adalah pengendalian harga tarif angkutan udara. Beberapa Provinsi di wilayah Sumatera mengalami inflasi angkutan udara yang cukup tinggi dan bergejolak. Pada forum tersebut telah disepakati rekomendasi dalam rangka mengatasi tantangan pengendalian inflasi di wilayah Sumatera. Rekomendasi ditekankan pada (i) penguatan data dan informasi, (ii) penguatan regulasi, infrastruktur dan transportasi, (iii) implementasi kerjasama antar daerah, dan (iv) penguatan kelembagaan Tim Pengendalian Inflasi Daerah. Keempat rekomendasi tersebut di jabarkan menjadi beberapa langkah strategis yang selanjutnya direalisasikan dalam bentuk program pengendalian inflasi. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 67

86 B. Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Nasional Pada skala Nasional, koordinasi pengendalian inflasi juga dilakukan pada forum Rapat Koordinasi Pengendalian Infasi Nasional (Rakornas) pada tanggal 27 Juli 2017 di Jakarta. Pada forum tersebut, hadir Presiden RI, Gubernur Bank Indonesia, Jajaran Pemerintahan dan Pimpinan Tim Pengendalian Inflasi Daerah dari seluruh Indonesia. Adapun tema yang diangkat pada Rakornas adalah Mempercepat Pembenahan Efisiensi Tata Niaga Pangan Melalui Penguatan Infrastruktur dan Pemanfaatan Teknologi Digital Untuk Kesejahteraan Rakyat. Dalam kesempatan tersebut Presiden RI menekankan bahwa kunci sukses untuk mengendalikan kesejahteraan masyarakat adalah melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pengendalian inflasi yang stabil. Kedua komponen tersebut perlu mendapat perhatian dengan didukung oleh sinergi kebijakan yang solid di pusat dan daerah. Presiden RI juga menekankan beberapa aspek penting dalam pengendalian inflasi. Pertama, pergerakan harga di daerah perlu terus dicermati sehingga berbagai risiko yang dapat meningkatkan inflasi dapat segera direspons. Kedua, penguatan sistem informasi pangan perlu konsisten dilakukan sehingga dapat mendukung respons kebijakan pengendalian inflasi secara cepat dan tepat. Ketiga, infrastruktur perlu terus diperkuat guna mendukung pengelolaan harga, termasuk harga pangan. Keempat, upaya efisiensi usaha perlu terus ditingkatkan sehingga dapat memperkuat upaya pengendalian inflasi. Pada kesempatan tersebut Gubernur Bank Indonesia juga menyampaikan bahwa saat ini Indonesia telah memasuki era inflasi yang terkendali. Dinamika inflasi sepanjang 2016 hingga pertengahan 2017 menunjukkan bahwa Indonesia memasuki era inflasi yang rendah dan stabil sehingga dapat menjadi momentum kuat untuk mengarahkan inflasi nasional sejajar dengan inflasi negara-negara kawasan. Dalam kesempatan yang sama Gubernur Bank Indonesia juga menyampaikan bahwa pencapaian inflasi yang terkendali tersebut tidak terlepas dari kontribusi positif sinergi kebijakan antar Tim Pengendalian Inflasi Daerah yang saat ini berjumlah 524. TPID berperan aktif dalam menjaga ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga, dan keefektifan komunikasi dalam mengelola ekspektasi, yang pada akhirnya mendukung pengendalian inflasi nasional. Ke depan, konsistensi kebijakan pengendalian inflasi terus ditempuh antara lain dengan mempercepat pembangunan infrastruktur, menjaga ketersediaan pasokan pangan dan meningkatkan efisiensi tata niaga komoditi pangan, serta memperkuat pengembangan dan optimalisasi Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) di era ekonomi digital. Sinergi kebijakan juga ditempuh melalui penguatan kelembagaan pengendalian inflasi nasional yang ditandai dengan mengubah nama kegiatan Rakornas TPID mulai tahun ini menjadi Rakornas Pengendalian Inflasi. 68 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

87 Selain menyampaikan arahan, Presiden RI juga memberikan penghargaan kepada Tim Pengendalian Inflasi Daerah di beberapa kategori yaitu : Kategori TPID Terbaik 2016 Tingkat Provinsi TPID Terbaik 2016 Tingkat Kabupaten/Kota TPID Berprestasi 2016 TPID Inovatif 2016 Tingkat Provinsi TPID Inovatif 2016 Tingkat Kabupaten/Kota TPID Pendatang Baru Berprestasi 2016 Peraih Penghargaan Kawasan Sumatera Provinsi Sumatera Barat Kawasan Jawa Provinsi DKI Jakarta Kawasan Timur Indonesia Provinsi Bali Kawasan Sumatera Kota Tanjung Pinang Kawasan Jawa Kota Kediri Kawasan Timur Indonesia Kota Pontianak Kawasan Sumatera Kota Tebing Tinggi Kawasan Jawa Kabupaten Boyolali Kawasan Timur Indonesia Kabupaten Bangli 1. Provinsi Sumatera Selatan 2. Provinsi Jawa Tengah 3. Provinsi Jawa Timur 1. Kota Medan 2. Kabupaten Banyuwangi 3. Kota Probolinggo 1. Kabupaten Way Kanan (Lampung) 2. Kota Subulussalam (Aceh) 3. Kabupaten Badung (Bali) 4. Kota Tidore Kepulauan (Maluku Utara) Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 69

88 INDIKATOR MAKRO Stabilitas Sistem Keuangan dan Pengembangan UMKM Triwulan I 2017 Triwulan II , ,00% yoy 18, ,33% yoy 14,87 + 7,12% yoy 15,05 + 8,83% yoy 16,10 + 9,58% yoy 17, ,58% yoy 92,37 88,30 3,42 3,20 70 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

89 BAB 4. STABILITAS KEUANGAN DAERAH DAN PENGEMBANGAN UMKM Stabilitas keuangan daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan II tahun 2017 tetap terjaga dan membaik, yang terlihat dari pertumbuhan positif beberapa indikator utama. Kedepan pertumbuhan positif ini akan tetap berlangsung, seiring dengan terus membaiknya pertumbuhan ekonomi di Bangka Belitung. 4.1 Perkembangan Bank Umum Pada triwulan II tahun 2017, aset perbankan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar Rp18,63 triliun atau tumbuh sebesar 13,33% (yoy), meningkat jika dibandingkan dengan triwulan I tahun 2017 yang tumbuh sebesar 10,00% (yoy). Dana pihak ketiga (DPK) mengalami peningkatan sebesar 12,58% (yoy) pada triwulan laporan dengan nominal mencapai Rp17,04 triliun. Kenaikan tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 9,58% (yoy). Pertumbuhan komponen DPK terutama didorong oleh komponen tabungan yang mengalami pertumbuhan sebesar 17,05% (yoy). Sementara itu, penyaluran kredit pada triwulan II tahun 2017 mencapai Rp15,05 triliun atau naik 8,83% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar sebesar 7,12% (yoy). Penyaluran kredit pada triwulan laporan didorong oleh penyaluran kredit konsumsi yang tumbuh 11,40% (yoy). Selain itu, pertumbuhan kredit produktif sebesar 7,49% (yoy), membaik dari triwulan sebelumnya sebesar 5,63% (yoy) juga turut mendukung pertumbuhan penyaluran kredit di Bangka Belitung. Grafik 4.1 Perkembangan Aset Perbankan Bangka Belitung Aset (Rp Miliar) yoy (%) 20, % (Rp Miliar) (%) 18, % 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : Bank Indonesia 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% -5.00% Jumlah bank yang beroperasi di Bangka Belitung sampai dengan akhir periode triwulan II 2017 sebanyak 30 bank yang terdiri dari 25 Bank Umum/BUS dan 4 BPR dan 1 BPRS. Jaringan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 71

90 kantor bank umum yang tercatat pada triwulan I 2017 yakni 27 Kantor Cabang (KC), 55 Kantor Cabang Pembantu (KCP), 53 Kantor Unit Desa (KUD), 36 Kantor Kas (KK), 15 Kas Mobil (KM), 20 Loket Pelayanan dan 403 ATM. Sedangkan jaringan kantor BPR yakni 4 kantor Pusat (KP), 3 Kantor Cabang (KC) dan 2 Kantor Kas (KK). Jaringan kantor BPRS sebanyak 1 Kantor Pusat, 7 Kantor Cabang, dan 21 Kantor Kas. Fungsi intermediasi perbankan pada triwulan II tahun 2017 mengalami penurunan dimana tercermin dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang berada pada poisisi 88,30%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 92,37%. Dari sisi rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan) pada triwulan II tahun 2017 adalah sebesar 3,20%, membaik dari triwulan sebelumnya yang mencapai 3,42%. Penurunan rasio kredit bermasalah ini sejalan dengan peningkatan kemampuan bayar debitur ditengah membaiknya kondisi ekonomi pada tahun ,20% 88,30% 8,83% 12,58% 4.2 Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Penghimpunan DPK yang terdiri dari giro, tabungan dan deposito pada akhir triwulan II 2017 mencapai Rp17,04 triliun atau tumbuh 12,58% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 9,58% (yoy). Peningkatan jumlah DPK pada triwulan ini disebabkan adanya pertumbuhan dari komponen giro dan tabungan. Sedangkan untuk komponen deposito mengalami perlambatan. Secara proporsional komponen tabungan memiliki pangsa terbesar dari seluruh komponen DPK yaitu 49,71%, sedangkan untuk deposito dan giro masing masing sebesar 35,62% dan 14,67%. Pada triwulan laporan, komponen giro tercatat tumbuh sebesar 3,97% (yoy) atau secara nominal sebesar Rp2,50 triliun lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 7,97% (yoy). Komponen tabungan mengalami pertumbuhan sebesar 17,05% (yoy) atau secara nominal senilai Rp8,47 triliun meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 14,35% (yoy). Disisi lain, komponen deposito mencapai Rp6,07 triliun atau tumbuh sebesar 10,46% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,42% (yoy). Perubahan struktur simpanan masyarakat setidaknya menunjukan 2 (dua) hal penting yaitu (i) 72 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

91 perbaikan pertumbuhan ekonomi mendorong sektor usaha untuk kembali meningkatkan aktivitasnya (ii) masyarakat masih wait and see menyikapi kondisi perekonomian saat ini. Kontraksi terjadi pada simpanan pemerintah daerah di perbankan. Pada triwulan II 2017, simpanan pemerintah daerah mengalami kontraksi 13,37% (yoy), cederung stabil jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang juga terkontraksi 13,37% (yoy). Kontraksi terjadi pada komponen giro dan deposito. Giro pemerintah daerah terkontraksi sebesar 13,01% (yoy) dan deposito sebesar 18,97% (yoy). Pada komponen tabungan pemerintah daerah tumbuh sebesar 82,46% (yoy) lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,43% (yoy). Grafik 4.2 Pangsa Dana Pihak Ketiga Grafik 4.3 Perkembangan DPK Perbankan Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Rp 6,07 Triliun + 10,46 % yoy Rp 8,47 Triliun + 17,05 % yoy Rp 2,50 Triliun + 3,97 % yoy Dari sisi dana golongan deposan individu mengalami perlambatan pertumbuhan DPK yaitu menjadi sebesar 13,65% (yoy), dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 16,19% (yoy). Pertumbuhan deposan induvidu utamanya didorong dari pertumbuhan tabungan yang tercatat tumbuh 15,70% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, giro dan deposito induvidu juga mengalami pertumbuhan masing masing sebesar 5,82% (yoy) dan 10,94% (yoy). Pada triwulan III 2017 diperkirakan dana pihak ketiga perbankan akan tumbuh positif yang disebabkan oleh meningkatnya pendapatan masyarakat seiring dengan mulai membaiknya pertumbuhan ekonomi. Selain itu, adanya transfer dana dari pemerintah pusat ke daerah juga turut mendukung peningkatan dana pihak ketiga. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 73

92 4.3 Penyaluran Kredit Bank Umum Kredit bank umum menurut lokasi proyek tercatat sebesar Rp15,05 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 8,83% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 7,12% (yoy). Pertumbuhan kredit pada triwulan II 2017, didorong oleh kredit produktif. Tercatat kredit konsumtif dan produktif mengalami pertumbuhan positif pada triwulan laporan. Kredit konsumtif tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 11,40% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,14% (yoy). Kredit produktif juga mengalami pertumbuhan sebesar 7,49% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,63% (yoy). Pertumbuhan penyaluran kredit di Bangka Belitung disebabkan meningkatnya konsumsi masyarakat sehubungan dengan adanya perayaan Hari Raya Idul Fitri dan perayaan lainnya serta bertambahnya permintaan kredit produktif sehubungan dengan adanya perbaikan iklim usaha yang memacu aktivitas industri dan UMKM di Bangka Belitung menyusul pertumbuhan ekonomi yang cukup baik. Pertumbuhan kredit produktif disebabkan adanya peningkatan di komponen kredit modal. Akan tetapi, disaat yang bersamaan terjadi kontraksi pada pertumbuhan kredit investasi. Tercatat kredit modal kerja mengalami pertumbuhan sebesar 15,37% (yoy) setelah mengalami pertumbuhan 11,22% (yoy) pada triwulan I Di lain pihak, kredit investasi mengalami kontraksi yang lebih dalam menjadi sebesar 16,57% (yoy) dari 10,81% (yoy) di triwulan I Perbaikan penyaluran kredit produktif seiring dengan adanya pertumbuhan aktivitas usaha, terutama di sektor industri, sehubungan dengan mulai membaiknya harga komoditas dunia, yang berujung pada peningkatan ekspor. Selain itu, adanya paket kebijakan pemerintah yang mendukung iklim usaha juga mempercepat perputaran usaha di Bangka Belitung. Berdasarkan jenis penggunaan, pangsa terbesar kredit disalurkan untuk kredit modal kerja sebesar 52,47%, diikuti oleh kredit konsumsi sebesar 35,10% dan kredit investasi sebesar 12,44%. Grafik 4.4 Pangsa Kredit Menurut Penggunaan Grafik 4.5 Jumlah dan Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Sumber : Bank Indonesia 74 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

93 Sumber : Bank Indonesia Rp 5,28 T +11,40% yoy Rp 1,87 T - 16,57% yoy Rp 7,89 T +15,37% yoy Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit terbesar ke sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa 27,56%, diikuti oleh kredit perdagangan, hotel, dan restoran 19,82%, kredit industri pengolahan sebesar 6,65% serta kredit sektor pertanian sebesar 4,05%. Sementara itu kredit ke sektor bukan lapangan usaha memiliki pangsa sebesar 35,10%. Secara umum, beberapa sektor ekonomi, seperti (1) pertanian (2) listrik, air dan gas (3) pengangkutan dan komunikasi serta (4) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan masih mengalami kontraksi dalam penyaluran kredit secara tahunan. Beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan tahunan positif adalah (1) pertambangan dan penggalian, (2) industri pengolahan, (3) perdagangan, hotel dan restoran, dan (4) bangunan. Perbaikan harga komoditas dan perekonomian yang tumbuh positif mendorong pertumbuhan di sebagian besar sektor pernyaluran kredit tersebut. Selain itu, implementasi paket kebijakan pemerintah untuk mendukung iklim usaha juga memberikan dampak positif pada aktivitas sektor ekonomi. Kredit ke sektor pertambangan dan penggalian yang mempunyai pangsa terbesar mulai mengalami pertumbuhan sebesar 37,29% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 21,76% (yoy). Pertumbuhan kredit pertambangan dan penggalian seiring dengan mulai membaiknya harga komoditas timah yang ikut mendorong aktivitas usaha di industri pengolahan timah. Selain itu, pertumbuhan ekonomi dari sektor pertambangan juga ikut mendorong permintaan kredit untuk pengembangan sektor pertambangan. Secara triwulanan, kredit ke sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan sebesar 6,31% (qtq) meningkat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,29% (qtq). Kredit ke sektor pertanian pada triwulan laporan tercatat mengalami pendangkalan kontraksi menjadi sebesar 35,73% (yoy) atau secara nominal sebesar Rp609,53 miliar relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 35,78% (yoy). Sementara secara triwulanan kredit ke sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 6,35% (qtq), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 3,28% (qtq). Mulai membaiknya harga karet dan CPO yang berujung pada meningkatnya aktivitas usaha dan ekspor, menyumbang pertumbuhan positif di penyaluran kredit sektor pertanian. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 75

94 Kredit ke sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami pertumbuhan sebesar 4,48% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 5,42% (yoy). Secara triwulanan, kredit ke sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 1,91% (qtq) setelah pada triwulan sebelumnya terkontraksi sebesar 2,21% (qtq). Pertumbuhan kredit sektor perdagangan, hotel dan restoran sehubungan dengan meningkatnya animo masyarakat untuk menjadi pelaku usaha di bidang pariwisata sehubungan dengan akselerasi sektor pariwisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selain itu, pertumbuhan dari penyaluran kredit juga sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dari sektor perdagangan. Sementara itu, kredit ke sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 4,68% (yoy) pada triwulan II 2017, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,89% (yoy). Secara triwulanan kredit ke sektor ini mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 4,83% (qtq) jauh dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 8,92% (qtq). Kontraksi pernyaluran kredit ke sektor Industri pengolahan sehubungan dengan melambatnya aktivitas ekonomi di sektor industri pengolahan. Kontraksi penyaluran kredit secara tahunan pada triwulan II 2017 salah satunya terjadi pada sektor listrik, gas dan air bersih, yaitu sebesar 97,82% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 35,70% (yoy). Adapun Secara triwulanan penyaluran kredit ke sektor listrik, gas dan air bersih juga mengalami kontraksi lebih dalam menjadi sebesar 97,57% (qtq) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 3,56% (qtq). Kredit ke sektor pengangkutan dan komunikasi juga mengalami kontraksi, dimana sektor ini mengalami kontraksi menjadi sebesar 24,93% (yoy), lebih dangkal jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 26,17% (yoy). Sementara secara triwulanan kredit sektor ini mengalami pertumbuhan menjadi sebesar 2,70% (qtq) setelah pada triwulan sebelumnya terkontraksi sebesar 8,15% (qtq). Sektor Ekonomi (Rp Juta) Tabel 4.1 Perkembangan Kredit Sektoral Bangka Belitung I II III IV I II Pertumbuhan Triwulanan Pertumbuhan Tahunan Pangsa Sektoral (%) (%qtq) (%yoy) Total Kredit 13,886,084 13,830,869 13,834,007 14,777,689 14,875,019 15,051, % 8.83% % Kredit Lapangan Usaha/Sektoral 9,287,608 9,088,741 9,401,646 9,777,797 9,810,249 9,769, % 7.49% 64.90% Pertanian 892, , , , , , % % 4.05% Pertambangan dan Penggalian 3,204,242 3,021,257 3,355,807 3,814,151 3,901,506 4,147, % 37.29% 27.56% Industri Pengolahan 1,015, ,171 1,012,454 1,102,764 1,156,071 1,000, % 4.68% 6.65% Listrik, Gas, dan Air Bersih 382, , , , ,128 5, % % 0.04% Bangunan 256, , , , , , % 3.14% 1.92% Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2,776,869 2,855,322 2,832,180 2,993,460 2,927,287 2,983, % 4.48% 19.82% Pengangkutan dan Komunikasi 179, , , , , , % % 0.90% Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 411, , , , , , % -4.65% 2.53% Jasa-jasa 168, , , , , , % 25.16% 1.44% Sektor Bukan Lapangan Usaha 4,598,476 4,742,128 4,432,361 4,999,892 5,064,770 5,282, % 11.40% 35.10% Sumber : Bank Indonesia 76 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

95 Secara sektoral, rasio kredit bermasalah paling besar terjadi pada sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 36,46% serta pertambangan dan penggalian sebesar 20,91%. Secara umum, rasio kredit bermasalah terhadap penyaluran kredit membaik dari 3,42% pada triwulan I 2017 menjadi 3,20% pada triwulan II Rasio kredit bermasalah sektor lainnya antara lain (1) konstruksi sebesar 9,32%, (2) real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan sebesar 6,32%, (3) transportasi, pergudangan dan komunikasi sebesar 3,90%, (4) industri pengolahan 1,43% dan (5) pertanian, perburuan dan kehutanan sebesar 1,15%. Pertumbuhan kredit pada triwulan III 2017 diprediksikan akan mengalami pertumbuhan positif. Pelonggaran rasio loan to value (LTV) dan financing to value (FTV) serta diturunkannya suku bunga acuan pada level yang cukup rendah akan membuat penyaluran kredit menjadi lebih tinggi, khususnya untuk penyaluran kredit konsumsi. Selain itu, mulai membaiknya aktivitas ekonomi juga akan mendukung kinerja di beberapa sektor ekonomi yang diprediksikan juga akan mendorong penyaluran kredit ke sektor tersebut. Membaiknya pertumbuhan ekonomi dan masih terkendalinya laju NPL juga akan berdampak positif pada penyaluran kredit produktif. 4.4 Loan to Deposit Ratio Fungsi intermediasi perbankan pada triwulan laporan mengalami penurunan dimana Loan to Deposit Ratio (LDR) kredit berdasarkan lokasi proyek mencapai 88,30%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 92,37%. Penurunan LDR disebabkan pertumbuhan pada pengumpulan dana pihak ketiga pada triwulan laporan. Pada triwulan III 2017 rasio LDR diprediksi akan mengalami peningkatan. Hal tersebut didorong oleh penyaluran kredit yang akan mengalami peningkatan sehubungan dengan penurunan suku bunga acuan dan pelonggaran ketentuan penyaluran kredit properti. Selain itu, mulai membaiknya aktivitas usaha di Bangka Belitung juga turut mendukung pertumbuhan penyaluran kredit produktif. Grafik 4.6 Perkembangan DPK, Kredit dan LDR Sumber : Bank Indonesia Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 77

96 4.5 Kualitas Kredit/Pembiayaan Rasio Non-Performing Loan (NPL) secara gross perbankan Bangka Belitung tercatat membaik menjadi 3,20% dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 3,42%. Dengan demikian, risiko kualitas kredit pada triwulan II 2017 masih berada di dalam ambang batas wajar dimana batas atas rasio kualitas kredit adalah sebesar 5,00%. Perbaikan rasio kredit bermasalah sehubungan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat seiring dengan mulai membaiknya performa usaha domestik sehubungan dengan perbaikan harga komoditas dunia. Selain itu, pertumbuhan dana pihak ketiga yang merupakan dampak dari pertumbuhan pendapatan juga mendukung penyelesaian kredit. Grafik 4.7 NPL Perbankan Sumber : Bank Indonesia 4.6 Kelonggaran Tarik Undisbursed loan (kredit yang belum ditarik oleh debitur) pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp2,22 triliun. Nilai undisbursed loan tersebut mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya yang mencapai Rp2,37 triliun. Penurunan secara nominal tersebut juga menyebabkan terkontraksinya pertumbuhan tahunan undisbursed loan yang tumbuh sebesar 2,25% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi terkontraksi 24,05% (yoy) pada triwulan laporan. Penurunan undisbursed loan ini disebabkan oleh mulai membaiknya performa dunia usaha, realisasi anggaran pemerintah dan realisasi pemenuhan kewajiban pemerintah dan korporasi. 4.7 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum di Bangka Belitung Rata-rata tertimbang suku bunga simpanan di bank umum pada triwulan berjalan sebesar 3,08%, sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya sebesar 3,14%. Suku bunga giro mengalami sedikit penurunan menjadi 1,52% dari triwulan I 2017 yang mencapai 1,60%. 78 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

97 Suku bunga tabungan mengalami penurunan menjadi 1,27% dari triwulan sebelumnya sebesar 1,32%. Sedangkan untuk suku bunga deposito mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya 6,27% menjadi 6,17% pada triwulan laporan. Sementara itu, tingkat suku bunga pinjaman secara rata-rata tercatat sebesar 10,72% pada triwulan II 2017 atau mengalami moderasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 10,88%. Hampir seluruh sektor mengalami penurunan suku bunga. Hanya beberapa sektor yang mengalami peningkatan suku bunga tertimbang dari triwulan I 2017 diantaranya adalah (1) konstruksi, (2) industri pengolahan, dan (3) penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum. Pada triwulan III 2017, diperkirakan suku bunga simpanan maupun pinjaman akan sedikit turun. Hal tersebut disebabkan oleh suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate turun pada angka 4,50%. Grafik 4.8 Perkembangan Suku Bunga Dana Pihak Ketiga Grafik 4.9 Perkembangan Suku Bunga Kredit Sektoral (%) PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN SBT PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN SBT PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN SBT 7-Day's Repo Rate BI RATE PERIKANAN SBT INDUSTRI PENGOLAHAN SBT BI Rate 7 Day's Repo Rate Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia 4.8 Bank Umum Syariah TW I ,61% (yoy) -9,64% (yoy) 6,78% (yoy) 169,20% 6,36% TW II ,46% (yoy) 11,06%(yoy) 5,20% (yoy) 147,32% 5,01% Total aset Bank Umum Syariah (BUS) pada triwulan II 2017 mencapai Rp663,38 miliar atau secara tahunan mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 109,46% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya juga mengalami pertumbuhan sebesar 121,61% (yoy). Pertumbuhan aset ini seiring dengan dampak tumbuhnya aset di beberapa perbankan syariah secara signifikan di tahun Pertumbuhan aset perbankan syariah lebih tinggi dari pertumbuhan aset perbankan umum. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 79

98 Sisi penghimpunan dana mengalami pertumbuhan sebesar 11,06% (yoy) atau senilai Rp529,97 miliar, setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi 9,64% (yoy). Tercatat, komponen giro mengalami kontraksi menjadi 30,34% (yoy) membaik setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi 41,77% (yoy). Pertumbuhan terjadi pada komponen tabungan hingga mencapai pertumbuhan 15,44% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,94% (yoy). Sejalan dengan giro dan tabungan, komponen deposito juga mengalami pertumbuhan positif menjadi sebesar 9,81% (yoy) dari kontraksi 24,68% (yoy) di triwulan sebelumnya. Dari sisi pembiayaan perbankan syariah mengalami pertumbuhan. Sejalan dengan mulai pertumbuhan positif penyaluran kredit perbankan umum, komponen pembiayaan perbankan syariah mengalami pertumbuhan sebesar 5,20% (yoy), namun cenderung melambat dibandingkan triwulan I 2017 yang sebesar 6,78% (yoy). Tumbuhnya pembiayaan syariah di triwulan II 2017 didukung oleh pertumbuhan di komponen modal kerja dan membaiknya penyaluran kredit investasi. Komponen modal kerja mengalami pertumbuhan menjadi 12,35% (yoy) dari 21,06% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Melambatnya kredit modal kerja di perbankan syariah ini, sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II Sejalan dengan komponen modal kerja, komponen investasi mengalami pendangkalan kontraksi hingga mencapai 12,73% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya juga terkontraksi 18,29% (yoy). Disisi lain, kredit konsumsi mengalami perlambatan pertumbuhan menjadi sebesar 6,70% (yoy) setelah tumbuh 7,73% (yoy) pada triwulan I Dengan perkembangan tersebut, rasio FDR (Finance-to-Deposit Ratio) meningkat dari 169,20% pada triwulan I 2017 menjadi 147,32% pada triwulan II Sementara itu, tingkat NPF (Non Performing Financing Ratio) pada triwulan laporan membaik menjadi sebesar 5,01% dari triwulan sebelumnya yang mencapai 6,36%. Hal tersebut sejalan dengan membaiknya kinerja debitur dengan kondisi ekonomi yang cenderung membaik. Tingginya Finance to deposit ratio (FDR) perbankan syariah di Bangka Belitung menunjukan bahwa pembiayaan bank umum syariah di Bangka Belitung jauh melebihi pendanaan yang tersedia sehingga dana bank yang digunakan untuk pembiayaan adalah serapan pendanaan dari luar Bangka Belitung. Pada triwulan III 2017, diperkirakan penyaluran kredit bank umum syariah akan mengalami pertumbuhan positif seiring dengan mulai membaiknya perekonomian di Bangka Belitung yang juga meningkatkan performa dunia usaha. Selain itu, penurunan suku bunga pinjaman juga akan mendukung peningkatan pernyaluran kredit perbankan syariah. Tabel 4.2 Perkembangan Bank Umum Syariah 80 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

99 INDIKATOR Pertumbuhan Tahunan Tw II (Rp Juta) I II III IV I II (%yoy) Share (%) ASET 303, , , , , , % DPK 522, , , , , , % N/A Giro 30,486 27,366 34,923 42,831 17,752 19, % 3.60% Tabungan 303, , , , , , % 65.65% Deposito 188, , , , , , % 30.75% PEMBIAYAAN 747, , , , , , % N/A Modal Kerja 277, , , , , , % 42.70% Investasi 169, , , , , , % 16.03% Konsumsi 300, , , , , , % 41.27% NPF (%) FDR % % % % % % N/A N/A Sumber : Bank Indonesia 4.9 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) TW I ,64% 15,19% - 1,38% 17,03% TW II ,48% 17,10% - 4,02% 18,19% Aset BPR/S pada triwulan II 2017 mencapai Rp703,11 miliar atau tumbuh sebesar 16,48% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,68% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan aset BPR/S ini juga sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp585,67 miliar atau tumbuh sebesar 17,10% (yoy) lebih tinggi jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 15,19% (yoy). Tabungan tumbuh sebesar 21,48% (yoy) atau senilai Rp187,69 miliar, meningkat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 19,58% (yoy). Seiring dengan pertumbuhan tersebut, komponen deposito BPR/S tumbuh menjadi sebesar Rp397,98 miliar atau sebesar 15,14% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,16% (yoy). Sementara itu, total penyaluran kredit BPR/S tercatat sebesar Rp106,53 miliar atau mengalami kontraksi menjadi sebesar 4,02% (yoy), lebih dalam jika dibandingkan dengan kontraksi triwulan sebelumnya yang sebesar 1,38% (yoy). Fungsi intermediasi BPR meningkat, dimana Loan to Deposit Ratio (LDR) mencapai 18,19%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 17,30%. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 81

100 Grafik 4.10 Perkembangan Aset, DPK dan Kredit BPR Grafik 4.11 Perkembangan DPK BPR Sumber : Bank Indonesia Grafik 4.12 Pangsa DPK BPR Sumber : Bank Indonesia Grafik 4.13 Perkembangan LDR BPR 30 (%) Sumber : Bank Indonesia - I II III IV I II III IV I II Sumber : Bank Indonesia 4.10 Eksposure Korporasi Pada Stabilitas Sistem Keuangan Dana Pihak Ketiga Korporasi Secara umum dana pihak ketiga yang bersumber dari korporasi di perbankan mengalami pertumbuhan pada triwulan II Pada triwulan laporan, tercatat dana pihak ketiga korporasi mengalami pertumbuhan sebesar 42,60% (yoy) atau secara nominal sebesar Rp1,60 triliun setelah pada triwulan sebelumnya terkontraksi sebesar 16,33% (yoy). Pertumbuhan dana pihak ketiga korporasi utamanya didorong oleh ketiga komponen dana pihak ketiga yaitu, giro, tabungan dan deposito. Tercatat giro korporasi pada triwulan II 2017 tumbuh sebesar 28,72% (yoy) atau secara nominal sebesar Rp964,36 miliar. Pertumbuhan tersebut jauh lebih 82 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

101 tinggi dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 26,77% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, tabungan korporasi juga mengalami pertumbuhan. Tercatat tabungan korporasi tumbuh sebesar 32,60% (yoy) atau senilai Rp97,97 miliar, lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 29,32% (yoy). Selanjutnya, komponen deposito mengalami pertumbuhan signifikan 79,45% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 4,57% (yoy). Pertumbuhan dana pihak ketiga korporasi ini sehubungan dengan peningkatan performa korporasi di triwulan II 2017 yang didorong oleh perbaikan ekonomi domestik dan peningkatan harga komoditas dunia. Peningkatan pendapatan tersebut sebagian besar juga dikonversikan kedalam penempatan dana jangka panjang. Pertumbuhan dana pihak ketiga korporasi juga sejalan dengan ekspor Bangka Belitung yang mengalami pertumbuhan sehingga mendorong penempatan dana korporasi di perbankan. Grafik 4.14 Nominal DPK Korporasi Grafik 4.15 Pertumbuhan DPK Korporasi 2,000 (Rp miliar) DPK GIRO TABUNGAN DEPOSITO 3.50 (%) gdpk ggiro gtabungan gdeposito 1, , , , , (0.50) - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II (1.00) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Bank Indonesia Bank Indonesia Secara umum pangsa dana pihak ketiga korporasi tidak memiliki eksposure risiko yang signifikan terhadap dana pihak ketiga secara keseluruhan di Bangka Belitung. Tercatat pangsa DPK korporasi pada triwulan II 2017 adalah sebesar 9,41%. Komposisi dana pihak ketiga korporasi secara umum didominasi oleh komponen giro sebesar 60,10%, kemudian deposito dan tabungan masing masing 33,79% dan 6,11%. Pada triwulan II 2017, diperkirakan DPK dari sektor korporasi tetap akan mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan DPK korporasi di kuartal kedua tahun 2017 didorong oleh beberapa faktor diantaranya efek lanjutan dari peningkatan harga komoditas dan perbaikan pertumbuhan ekonomi domestik, serta perbaikan performa dunia usaha sehubungan dengan dikeluarkannya paket kebijakan pemerintah untuk mendukung iklim dunia usaha di Bangka Belitung. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 83

102 Grafik 4.16 Pangsa DPK Korporasi Grafik 4.17 Komposisi DPK Korporasi 100% Korporasi Lainnya 100% GIRO TABUNGAN DEPOSITO 90% 80% 70% 90.11% 89.73% 90.87% 91.76% 93.01% 92.51% 90.01% 91.90% 92.37% 60% 89.53% 88.50% 90.43% 91.36% 91.02% 89.93% 88.66% 92.57% % 40% 30% 20% 90% 21.46% 38.11% 25.47% 35.78% 42.41% 29.08% 26.85% 27.57% 29.71% 28.77% 43.25% 33.45% 22.44% 43.35% 30.78% 23.02% 35.81% % 4.64% 70% 4.92% 60% 50% 11.80% 9.02% 5.17% 5.11% 7.34% 5.55% 5.75% 10.90% 5.75% 6.57% 6.58% 8.89% 8.57% 18.87% 4.87% % 73.91% 52.86% 67.19% 58.67% 51.84% 52.06% 66.58% 62.34% 67.50% 51.57% 54.75% 72.44% 45.75% 63.71% 30% 60.64% 71.23% 59.32% % 10% 10% 9.89%10.47%10.27%11.50% 9.13%9.57%8.24%8.64% 6.99% 8.98% 7.49% 10.07%9.99% 7.43% 8.10%11.34% 7.63% 9.4 0% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Kredit Korporasi Sejalan dengan pertumbuhan kredit secara umum, penyaluran kredit korporasi mengalami pertumbuhan dari 7,13% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 11,74% (yoy) atau secara nominal Rp6,48 triliun pada triwulan II Pertumbuhan kredit korporasi ini terutama didorong oleh penyaluran kredit industri pertambangan dan penggalian yang mengalami pertumbuhan positif menjadi 12,19% (yoy) dari kontraksi sebesar 15,37% (yoy) dari triwulan sebelumnya. Sektor pertambangan dan penggalian memiliki pangsa terbesar dalam penyaluran kredit korporasi yaitu sebesar 63,50% pada triwulan laporan. Selain itu, pertumbuhan positif juga terjadi pada penyaluran kredit korporasi ke beberapa sektor diantaranya (i) penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum sebesar 78,34% (yoy), (ii) perdagangan besar dan eceran sebesar 9,72% (yoy) dan (iii) industri pengolahan yang tumbuh 7,79% (yoy). Pertumbuhan yang lebih signifikan terjadi pada kelompok (i) jasa kesehatan dan kegiatan sosial dan (ii) penerima kredit bukan lapangan usaha yang keduanya tumbuh diatas 100%. Berdasarkan jenis penggunaan, seluruh komponen penyaluran kredit korporasi mengalami perbaikan pertumbuhan kearah pertumbuhan positif. Kredit modal kerja untuk kredit korporasi tercatat mengalami pertumbuhan positif menjadi 20,85% (yoy) atau secara nominal adalah sebesar Rp5,40 triliun, dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 14,72% (yoy). Sejalan dengan kredit modal kerja, kredit konsumsi juga mulai mengalami pertumbuhan positif menjadi senilai Rp51,12 miliar atau meningkat lebih dari 100% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 75,16% (yoy). Di lain pihak, kredit investasi mengalami kontraksi menjadi sebesar 22,56% (yoy) atau secara nominal mencapai Rp1,02 triliun, setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi 16,58% (yoy). 84 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

103 Grafik 4.18 Pertumbuhan Kredit Korporasi MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI KREDIT Grafik 4.19 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi 8,000 7,000 6,000 gkredit (RHS) gmodal KERJA (RHS) ginvestasi (RHS) gkonsumsi (RHS) (Rp miliar) (%) 150% 100% 5,000 4,000 3,000 50% 0% 2,000 1,000-50% - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : Bank Indonesia -100% Sumber : Bank Indonesia Kredit korporasi sebagian besar disalurkan ke sektor pertambangan dan penggalian sebanyak 63,06%, sektor industri pengolahan 14,03% dan perdagangan besar dan eceran 8,58%. Berdasarkan penggunaan, kredit korporasi masih didominasi untuk modal kerja 83,35% dan investasi 15,86%. Mulai membaiknya penyaluran kredit korporasi disebabkan oleh mulai membaiknya iklim usaha. Perbaiknya iklim usaha tersebut setidaknya disebabkan oleh (i) membaiknya perekonomian domestik, (ii) mulai membaiknya harga komoditas timah yang menggerakan sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan yang juga berdampak pada pertumbuhan ekspor, (iii) telah diimplementasikannya paket kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk mendukung iklim dunia usaha, serta (iv) pelonggaran kebijakan moneter yang berdampak pada penyaluran kredit ke korporasi. Grafik 4.20 Pangsa Kredit Korporasi Per Jenis Penggunaan INVESTASI, 15.86% KONSUMSI, 0.79% Grafik 4.21 Perkembangan NPL Kredit Korporasi PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN INDUSTRI PENGOLAHAN PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI (%) PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN KONSTRUKSI PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN MODAL KERJA, 83.35% 10 5 Sumber : Bank Indonesia 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : Bank Indonesia Kredit bermasalah korporasi (NPL) mengalami penurunan pada triwulan II 2017 dari 4,73% menjadi 4,52%. Rasio tersebut masih dibawah ambang batas rasio NPL 5,00%. Beberapa sektor yang masih menunjukkan peningkatan risiko kredit, diantaranya sektor konstruksi sebesar 21,31%, transportasi, pergudangan dan komunikasi 27,12%, perdagangan besar dan eceran 18,39%, real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan 10,34%,. Membaiknya rasio kredit Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 85

104 bermasalah korporasi tersebut disebabkan peningkatan kemampuan bayar korporasi sehubungan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi dan ekspor. Pada triwulan II 2017, pertumbuhan kredit korporasi diprediksi masih akan tumbuh positif seiring dengan peningkatan harga komoditas dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, perbaikan iklim usaha dan pelonggaran suku bunga diharapkan akan mendorong jumlah permintaan kredit dan kemampuan membayar oleh debitur Ketahanan Sektor Rumah Tangga Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga Seiring dengan mulai membaiknya harga komoditas, kondisi rumah tangga di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung relatif membaik. Efek pertumbuhan ekonomi yang positif di Bangka Belitung juga berpengaruh pada pendapatan masyarakat. Pertumbuhan DPK dan kredit ke sektor rumah tangga tercatat tumbuh positif. Kondisi yang baik tersebut juga didukung oleh rasio kredit bermasalah rumah tangga yang masih dalam kondisi terjaga. Pada triwulan II 2017 rata-rata Indeks Keyakinan Kosumen (IKK) dan Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) masing-masing sebesar 114,82 dan 105,83 lebih tinggi dibanding triwulan I 2017 yaitu masing-masing sebesar 114,56 dan 103,43. Akan tetapi, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang tercatat sebesar 124,48 lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu 125,68. Dari ketiga angka tersebut disimpulkan bahwa masyarakat masih memiliki optimisme yang baik mengenai kondisi pertumbuhan ekonomi kedepan Dana Pihak Ketiga Perseorangan di Perbankan Secara umum, dana pihak ketiga dari perseorangan/rumah tangga masih mendominasi DPK di perbankan. Pertumbuhan DPK Rumah Tangga di Bangka Belitung pada Triwulan II 2017 melambat dari triwulan sebelumnya. DPK Rumah Tangga tumbuh sebesar 13,65% (yoy) atau secara nominal sebesar Rp13,17 triliun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 16,19% (yoy). Pada triwulan laporan komponen tabungan rumah tangga tercatat tumbuh paling besar yaitu 15,70% (yoy) atau senilai Rp8,10 triliun. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi jika dibandingkan triwulan I 2017 yang tumbuh sebesar 14,18% (yoy). Di lain pihak, terjadi perlambatan pertumbuhan dari komponen giro dan deposito rumah tangga yang tumbuh sebesar 5,82% (yoy) atau senilai Rp392,74 miliar dan 10,94% (yoy) atau senilai Rp4,68 triliun. Pada triwulan I 2017 masing - masing tumbuh 16,27% (yoy) dan 19,62% (yoy). Secara umum pertumbuhan seluruh komponen dana pihak ketiga rumah tangga 86 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

105 didukung oleh peningkatan pendapatan masyarakat sehubungan dengan perbaikan kondisi ekonomi domestik. Secara umum, rumah tangga masih mendominasi penempatan dana di perbankan. Pada triwulan II 2017 Pangsa DPK rumah tangga mengambil pangsa 77,31% dari total dana pihak ketiga di perbankan. Preferensi Rumah Tangga dalam simpanan masih didominasi oleh tabungan dan deposito masing-masing dengan porsi sebesar 62,31% dan 34,31% pada triwulan IV 2016, sedangkan giro mengambil pangsa 3,38%. Pada triwulan III 2017, diperkirakan dana perseorangan di perbankan akan mengalami pertumbuhan yang positif. Perbaikan ekonomi domestik yang akan meningkatkan pendapatan masyarakat, akan meningkatkan jumlah penempatan dana masyarakat di perbankan. Selain itu, dampak perbaikan harga komoditas juga akan meningkatkan pendapatan masyarakat, terutama di sektor pertambangan dan industri pengolahan. Grafik 4.22 Pertumbuhan Komponen DPK Rumah Tangga (Rp Miliar) 14,000 12,000 DPK GIRO TABUNGAN DEPOSITO gdpk (RHS) ggiro (RHS) gtabungan (RHS) gdeposito (RHS) % % 24.40% % Grafik 4.23 Pangsa DPK Rumah Tangga 27.38% Perseorangan 19.56% 27.53% 22.69% 25.70% 18.79% 23.79% 27.05% Lainnya 28.03% 23.41% 19.68% 27.17% 25.76% 23.19% 18.39% % 10,000 8,000 6,000 4,000 2, % % % % 75.60% % % % 72.62% 80.44% 72.47% 77.31% 74.30% 81.21% 76.21% 72.95% 71.97% 80.32% 76.59% 81.61% 72.83% 74.24% 76.81% 78.72% I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : Bank Indonesia 100% -50. Sumber : Bank Indonesia Grafik 4.24 Komposisi Dana Pihak Ketiga Rumah Tangga 0% Giro Tabungan Deposito I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I % 80% 70% 25.86% 24.02% 27.85% 24.56% 30.02% 32.99% 33.97% 24.07% 35.71% 35.42% 35.55% 28.69% 30.93% 36.77% 32.25% 34.70% 36.41% 34.31% 60% 50% 40% 30% 20% 68.41% 69.98% 68.54% 66.96% 64.14% 62.94% 69.77% 71.45% 61.22% 61.35% 61.47% 67.81% 66.11% 60.16% 64.41% 61.96% 60.39% 62.31% 10% 0% 5.73%5.67%6.00% 4.48%3.61%3.50%3.02%2.96%2.87%3.33%3.09%3.34%3.07%3.20%3.23%3.38%3.07%2.98% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : Bank Indonesia Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 87

106 Kredit Perseorangan di Perbankan Kredit rumah tangga pada akhir triwulan laporan tercatat mencapai Rp5,28 triliun atau tumbuh 11,40% (yoy), mengalami peningkatan pertumbuhan dari triwulan I 2017 yang mencapai 10,14% (yoy). Pertumbuhan kredit rumah tangga sejalan dengan penyaluran kredit secara umum. Kredit rumah tangga memiliki pangsa 35,10% dari total penyaluran kredit. Grafik 4.25 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 4.26 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Sumber : Bank Indonesia Grafik 4.27 Pangsa kredit Perseorangan Sumber : Bank Indonesia Grafik 4.28 Rasio NPL Kredit Rumah Tangga Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Pertumbuhan positif di penyaluran kredit rumah tangga di triwulan II 2017 disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa event besar yang terjadi di triwulan II 2017 seperti Ramadhan dan Idul Fitri turut mendukung pertumbuhan positif kredit rumah tangga. Mulai membaiknya harga komoditas yang berimbas pada penambahan jumlah pendapatan masyarakat juga ikut meningkatkan daya beli masyarakat. Peningkatan daya beli masyarakat tersebut pada akhirnya dapat mendorong permintaan kredit rumah tangga. 88 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

107 Sementara itu, pelonggaran ketentuan rasio Loan To Value (LTV) atau rasio Financing To Value (FTV) untuk kredit atau pembiayaan properti masih berdampak pada masih tingginya realisasi kredit kepemilikan rumah yang tumbuh sebesar 13,58% (yoy), relatif stabil jika dibandingkan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,30% (yoy). Kredit kepemilikan kendaraan bermotor mulai mengalami pertumbuhan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tercatat kredit kepemilikan kendaraan bermotor mengalami pertumbuhan sebesar 0,02% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 5,67% (yoy). Sementara kredit multiguna mengalami kontraksi sebesar 2,25% (yoy), lebih dalam jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 0,24% (yoy). Secara umum, rasio kredit bermasalah rumah tangga masih berada dibawah batas normal. Tercatat NPL rumah tangga sebesar 1,67%, lebih rendah dari triwulan I 2017 sebesar 1,56%. Demikian pula NPL di penyaluran kredit KPR mengalami perbaikan. Pada triwulan II 2017 NPL kredit KPR sebesar 3,86%, menurun dari triwulan I 2017 sebesar 4,37%. Pada triwulan II 2017 pertumbuhan kredit perseorangan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan positif dengan risiko yang lebih terkendali. Hal ini didukung penurunan suku bunga pinjaman dan peningkatan daya beli masyarakat seiring dengan perbaikan perekonomian domestik dan peningkatan kemampuan bayar masyarakat Kredit UMKM, Pengembangan UMKM dan Keuangan Inklusif Penyaluran kredit UMKM pada triwulan II 2017 mengalami penurunan. Tercatat pertumbuhan penyaluran kredit pada triwulan laporan secara nominal adalah sebesar Rp4,48 triliun atau tumbuh sebesar 18,27% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya 25,58% (yoy). Rasio kredit UMKM terhadap total kredit pada triwulan II 2017 mengalami penurunan menjadi sebesar 29,80% dari sebelumnya pada triwulan I 2017 sebesar 30,82%. Secara sektoral pangsa kredit UMKM di dominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran 51,41%, pertambangan dan penggalian 12,77%, dan pertanian, perburuan dan kehutanan 9,84%. Sementara itu NPL UMKM pada triwulan II tahun 2017 menurun menjadi sebesar 3,64% dari triwulan sebelumnya 3,73%. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 89

108 Grafik 4.29 Perkembangan Kredit UMKM Bangka Belitung Grafik 4.30 Pangsa Kredit UMKM Secara Sektoral Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia 90 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

109 Suplemen E. Tenun Cual Sebagai Identitas Bangka Belitung Salah satu UMKM yang termasuk kedalam kerajinan khas Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah Tenun Cual. Tenun Cual merupakan tenun yang banyak diproduksi di Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Tenun Cual memiliki keunggulan berupa keawetan pada warnanya. Warna pada tenun ini dapat bertahan hingga 50 tahun lamanya. Tenun Cual yang dibuat oleh kelompok ini memiliki beragam motif, di antaranya motif ubur-ubur, bebek setaman, kucing tidur, cantik manis, kembang hong, dan bunga matahari. Pembinaan kepada pelaku usaha Tenun Cual sudah dilakukan dari tahun 2008 bersamaan dengan kehadiran Dekranasda di Bangka Belitung. Pengembangan Tenun Cual dilakukan karena Tenun Cual merupakan identitas Bangka Belitung yang perlu dilestarikan dan dikembangkan, namun saat ini Tenun Cual masuk dalam 6 jenis tenun di Indonesia yang akan punah apabila tidak dilakukan konservasi. Lokasi pengerajin Tenun Cual saat ini terletak di Kota Pangkalpinang sebanyak 20 pengerajin, Kabupaten Bangka Barat sebanyak 11 pengerajin, Kabupaten Bangka sebanyak 3 pengerajin dan Kabupaten Belitung sebanyak 4 pengerajin Tenun Cual termasuk tenun yang mendapat prioritas untuk dikembangkan berdasarkan penetapan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung saat ini berupaya membuat sejumlah program untuk melestarikan Tenun Cual. Terbatasnya akses pemasaran Tenun Cual merupakan salah satu kendala yang menjadi fokus pengembangan. Adapun kendala dalam pengembangan Tenun Cual Antara lain: 1. Sulitnya melakukan Kaderisasi pengrajin Tenun Cual yang umumnya diproduksi oleh masyarakat diatas usia 50 tahun 2. Pembuatan Tenun Cual masih menggunakan teknologi tradisional 3. Sedikitnya produk yang tersedia untuk dijual, hal tersebut karena pengrajin akan melakukan proses tenun hanya pada saat dipesan 4. Proses pembuatan yang cukup lama serta biaya bahan baku yang cukup tinggi sehingga sulit bersaing dengan tenun lainnya di wilayah sumatera Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 91

110 Dalam pengembangan usaha Tenun Cual, diperlukan beberapa upaya sebagai berikut: 1. Memberikan subsidi, bantuan peralatan dan pelatihan untuk mengembangkan kapasitas usaha pengrajin Tenun Cual 2. Memfasilitasi pemasaran pengrajin Tenun Cual 3. Melakukan promosi Tenun Cual dalam event besar skala Nasional maupun Internasional 4. Membuat kebijakan bagi seluruh elemen pemerintahan dan swasta di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk menggunakan Tenun Cual dalam pemilihan motif tenun. 5. Membangun cagar budaya tenun cual di Kota Pangkalpinang. Sumber : Diperindag Kab. Bangka Barat Gambar 1. Motif Tenun Cual Sumber : Disperindag Kab. Bangka Barat Gambar 2. Pengerajin Tenun Cual 92 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

111 BAB 5. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH Transaksi pembayaran tunai Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami net outflow yang bersumber dari peningkatan transaksi tunai masyarakat pada Bulan Puasa dan Hari Raya Idul Fitri. Sementara itu untuk transaksi non-tunai, transaksi RTGS tumbuh melambat baik dari sisi volume maupun sisi nominal. 5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai Perkembangan Transaksi BI-RTGS Sistem BI-RTGS merupakan sistem pembayaran non-tunai yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia yang digunakan sebagai sarana transfer dana elektronik yang setelmennya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual (realtime). Transaksi BI RTGS digunakan untuk transaksi dengan nilai lebih besar dari Rp.100 juta dan bersifat segera (urgent). 3,000 2,500 2,000 Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS Volume (lembar) Nominal (Milyar Rp) 2, , , ,500 1, , , ,944 1,263 1,615 1, I II III IV I II Sumber : Bank Indonesia Secara nilai, transaksi BI-RTGS Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan II-2017 mencapai Rp2,45 triliun atau tumbuh 79,68% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 89,23%(yoy). Sejalan dengan hal tersebut, jumlah warkat yang ditransaksikan juga tumbuh sebesar 111,1% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 166,94%. Dominasi transaksi BI-RTGS terjadi di Kota Pangkalpinang yang menunjukkan masih terkonsentrasinya aktivitas ekonomi Kepulauan Bangka Belitung di kota tersebut Perkembangan Transaksi SKNBI Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia merupakan layanan pembayaran non-tunai yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia dengan sistem kliring antar bank dengan alat pembayaran cek, bilyet giro, nota debet, dan transfer kredit antar bank. Transaksi transfer dana yang Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 93

112 dilakukan dengan SKNBI dibatasi dengan maksimum dana yang ditransfer melalui kliring Rp500 juta/transaksi. Transaksi kliring di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami penurunan selama triwulan II Nilai transaksi kliring selama triwulan II 2017 mencapai Rp1,59 triliun atau menurun sebesar 11,08% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan I 2017 yang tumbuh sebesar 13,05% (yoy). Di sisi lain, perputaran kliring dari sisi warkat juga mengalami penurunan menjadi lembar atau menurun sebesar 16,20% (yoy), dari triwulan I 2017 sebanyak lembar atau menurun sebesar 2,17% (yoy). Perputaran kliring per hari pada triwulan II 2017 mencapai Rp29,37 miliar atau tumbuh sebesar 3,62%(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan I 2017 yang tumbuh sebesar 11,22% (yoy). Sementara dari sisi jumlah warkat per hari menurun menjadi 905 warkat dari 911 warkat pada triwulan sebelumnya. Menurunnya volume dan nominal transaksi SKNBI adalah disebabkan adanya ketentuan yang mengatur bahwa nilai nominal untuk warkat debit pada SKNBI paling banyak Rp ,- dan transaksi bilateral (RTGS) paling sedikit Rp ,- sehingga masyarakat lebih memilih untuk menggunakan transaksi RTGS. Penetapan nilai nominal transaksi bilateral ini cenderung membuat perbankan dan masyarakat mengirimkan dananya melalui transaksi bilateral karena dipandang lebih mudah dan cepat sehingga transaksi SKNBI baik secara nominal maupun volume mengalami penurunan pada triwulan ini. Sementara itu, penolakan cek/bg menurun dari sisi nilai mengalami penurunan dan jumlah warkat mengalami peningkatan. Cek/BG kosong pada triwulan II 2017 mencapai Rp11,70 miliar atau sebanyak 349 lembar, menurun dibanding triwulan sebelumnya sebesar Rp15,83 miliar dengan warkat sebesar 298 lembar. Dengan demikian, rasio penolakan warkat cek/bg triwulan II 2017 menurun menjadi sebesar 0,74%(yoy) dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 0,82%(yoy). Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung 94 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

113 KETERANGAN Perputaran Kliring I II III IV I II III IV I II a. Nominal (Rp Juta) 1,107,876 1,060,525 1,056,939 1,066,090 1,705,957 1,785,810 1,839,276 2,142,172 1,928,512 1,586,088 b. Warkat (lembar) 40,246 38,479 39,012 39,923 57,751 58,342 50,790 60,614 56,496 48,893 Perputaran Per Hari a. Nominal (Rp Juta) 17,869 17,386 16,777 17,195 27,967 28,346 29,666 33,471 31,105 29,372 b. Warkat (lembar) Penolakan Cek/BG a. Nominal (Rp Juta) 20,934 24,977 19,289 27,274 29,840 40,790 19,566 12,455 15,825 11,699 b. Warkat (lembar) 735 1, , Jumlah Hari Penolakan Cek/BG a. Nominal (%) 1.89% 2.36% 1.82% 2.56% 1.75% 2.28% 1.06% 0.58% 0.82% 0.74% b. Warkat (%) 1.83% 2.73% 1.96% 2.22% 1.84% 1.69% 0.95% 0.60% 0.53% 0.71% 2017 Grafik 5.2 Perputaran Kliring Grafik 5.3 Penolakan Cek/BG 2,500,000 Nominal (Rp Juta) yoy (RHS%) ,000 Nominal (Rp Juta) yoy (RHS%) , ,000, , ,500, , , ,000, , , ,000 10, , I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai Inflow-Outflow Uang Kartal Dari sisi sistem pembayaran tunai, pengedaran uang dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami net outflow sebesar Rp 991,41 miliar pada triwulan II Inflow selama triwulan II 2017 tercatat sebesar Rp155,63 miliar dan outflow sebesar Rp1,15 triliun. Sementara, pada triwulan I 2017 yang tercatat net outflow yaitu sebesar Rp8,72 miliar dimana inflow tercatat sebesar Rp369,85 miliar dan outflow sebesar Rp361,13 miliar. Tingginya net outflow pada triwulan II 2017 merupakan kejadian musiman sebagai dampak dari meningkatnya kebutuhan uang di masyarakat pada saat bulan pusa dan Hari Raya Idul Fitri. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 95

114 Tabel 5.2 Inflow Outflow Uang Kartal Inflow/Outflow I II III IV I II Inflow (Rp miliar) 592,74 239,17 611,37 100,93 369,85 155,63 Outflow (Rp miliar) 210, ,30 757,51 797,44 361, ,04 Net 382, ,13-146,14-696,51 8,72-991,42 % Inflow 76,81% 18,34% 54,27% -58,46% -37,60% -34,93% % Outflow 7,33% 451,38% -11,32% 36,51% 71,52% -43,81% Sumber: Bank Indonesia 2500 Grafik 5.4 Inflow Outflow Uang Kartal , , I II III IV I II Inflow (Rp miliar) Outflow (Rp miliar) Net Sumber: Bank Indonesia Selama triwulan II 2017, jumlah uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebanyak 6 lembar atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 17 lembar. Jenis pecahan uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan selama periode laporan adalah pecahan Rp ,00 sebanyak 4 lembar dan pecahan Rp50.000,00 sebanyak 2 lembar. Walaupun jumlah uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia relatif rendah, namun upaya sosialisasi kepada masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah terus dilakukan di berbagai tempat. 96 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

115 Grafik 5.5 Penemuan Jumlah Lembar Uang Palsu Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Lembar I II III IV I II III IV I II Sumber: Bank Indonesia Penyediaan Uang Layak Edar Dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap uang layak edar maka Kantor Bank Indonesia provinsi Kepulauan Bangka Belitung melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka mendukung penyediaan uang layak edar di seluruh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung antara lain: Kegiatan Kas Keliling Sepanjang triwulan II Tahun 2017 telah dilaksanakan kegiatan kas keliling di Pangkalpinang sebanyak 8 kali kegiatan. Pada triwulan II 2017 lokasi kas keliling dalam kota meliputi Pasar Trem, Pasar Pagi, Pasar induk, Pasar rumput, dan Sungailiat. Pada triwulan Iaporan juga dilakukan kas keliling di lokasi pasar murah yang diselenggarakan oleh instansi terkait, yaitu di Alun-alun Taman Merdeka sebanyak 2 kali dan di Markas Kodim Bangka. Sementara itu kas keliling luar kota selama triwulan II Tahun 2017 telah dilaksanakan sebanyak 9 kali kegiatan, yaitu pada tanggal 10 April 2017 di Sungailiat-Belinyu, pada tanggal 18 April 2017, pada tanggal 2 Mei 2017 di Manggar dan Tanjunpandan pada tanggal 17 Mei 2017 di Tanjungpandan, pada tanggal 8 Juni 2017 di Kelapa Mentok, pada tanggal 9 Juni 2017 di Belinyu, pada tanggal 12 Juni 2017 di Koba Toboali, pada tanggal 15 Juni 2017 di Sungailiat Belinyu, dan pada tanggal 19 Juni 2017 di Koba Toboali. Selain itu pada kegiatan kas keliling 17 Mei 2017, di Muntok diadakan pula Gerakan Peduli Koin untuk menyerap uang koin yang sudah tidak layak edar. Selama triwulan II 2017, uang lusuh atau tidak layak edar yang diserap Bank Indonesia mencapai Rp9,55 miliar atau meningkat dibandingkan dengan realisasi triwulan I 2017 yang sebesar Rp5,36 miliar. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 97

116 5.3.2 Penukaran di Loket Kas Untuk memenuhi kebutuhan masayarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terhadap uang baru, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung membuka layanan penukaran bertempat di Mess Bank Indonesia dan di Kantor Bank Indonesia setiap hari kerja dengan jadwal pada hari Senin s.d Kamis. 5.4 Upaya Menekan Peredaran Uang Palsu Untuk mencegah dan menekan jumlah peredaran uang palsu di masyarakat, Bank Indonesia melakukan upaya preventif seperti edukasi dan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah kepada Masyarakat umum, sekolah-sekolah, instansi pemerintah, media lokal, dan ormas kemasyarakatan. Sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman, kompetensi dan koordinasi antara Bank Indonesia dan Kepolisian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terhadap tindak pidana di bidang sistem pembayaran dan uang palsu, telah dilaksanakan sosialisasi inflasi, tindak pidana rupiah terhadap rupiah dan sistem pembayaran bertempat di Gedung Tri Brata, Polda Provinsi Kep. Bangka Belitung pada tanggal 24 Juli 2017, dengan peserta berasal dari Personel Pejabat utama di lingkungan Polda Babel, Personel di lingkungan Polda Babel dan perwakilan personel di Polres di Bangka Belitung dan Pegawai di unit Pengawasan SP, PUR dan KI KPw BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Acara sosialisasi dibuka secara langsung oleh Kapolda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Brigjen Pol Anton Wahono dan Kepala Perwakilan KPw BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Bapak Bayu Martanto. Narasumber berasal Pejabat MABES POLRI, DKSP, DPU dan KPw BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 5.5 Upaya Bank Indonesia Dalam Menjaga Kelancaran Transaksi Sistem Pembayaran Dalam rangka menjaga kelancaran Transaksi Sistem Pembayaran, KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melakukan berbagai upaya untuk merubah perilaku masyarakat Bangka Belitung mengenai cara bertransaksi maupun cara memperlakukan uang Rupiah. Peningkatan layanan penukaran uang lusuh kepada masyarakat dan pemberian edukasi tentang cara memperlakukan uang rupiah 3D (Didapat Disimpan Disayang) terus dilakukan secara rutin oleh Unit Operasional Kas. Rendahnya minat masyarakat untuk bertransaksi non tunai di Provinsi Bangka Belitung antara lain disebabkan oleh (i) kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya transaksi non tunai dan manfaat yang dapat dirasakan jika melakukan transaksi secara non tunai, (ii) infrastruktur non tunai yang masih sangat terbatas terutama akses jaringan internet di beberapa 98 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

117 lokasi yang jauh dari pusat kota, dan (iii) masih kurangnya dukungan pemerintah, pelaku usaha, instansi dan pihak lainnya hal ini tercermin dari masih banyaknya transaksi penerimaan dan pembayaran pemerintah yang dilakukan secara tunai, dimana seharusnya dapat dimigrasikan ke non tunai. Untuk itu dalam upaya menarik minat masyarakat untuk bertransaksi secara non tunai, Unit Layanan Nasabah, Kliring, Perizinan dan Pengawasan Sistem Pembayaran KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara rutin melakukan sosialisasi edukasi tentang transaksi non tunai, dan menjalin kerjasama dengan Pemerintah Daerah melalui program Elektronifikasi. Berbagai upaya yang dilakukan Kantor Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bersama instansi terkait dalam rangka mengubah kebiasaan masyarakat dalam melakukan transaksi ekonomi dan menumbuhkan minat masyarakat untuk bertransaksi secara non tunai sehingga tercipta sistem pembayaran yang efisien, aman dan lancar, antara lain : Sosialisasi dan Edukasi Sosialisasi Gerakan Nasional Non Tunai di Muntok, Kabupaten Bangka Barat pada tanggal 9 Mei 2017 Sosialisasi dan edukasi juga diberikan kepada para pejabat keuangan dan bendaharawan SPKD Pemerintah Kabupaten Bangka Barat pada tanggal 9 Mei 2017 dalam rangka mendorong pengalihan pembayaran dan penerimaan pemerintah secara non tunai melalui program Elektronifikasi. Sosialisasi dan edukasi Inflasi, Sistem Pembayaran, dan Tindak Pidana terhadap Rupiah pada tanggal 24 Juli 2017 dalam rangka untuk meningkatkan pemahaman kepada polisi akan inflasi serta tindak pidana terhadap sistem pembayaran dan uang rupiah. Bank Indonesia bekerjasama dengan perbankan dalam memperkenalkan produk-produk non tunai kepada masyarakat Upaya Perlindungan Konsumen Sesuai Peraturan Bank Indonesia No.16/1/PBI/2014 tanggal 21 Januari 2014 tentang Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran, fungsi perlindungan konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia dapat berupa edukasi, konsultasi dan fasilitasi kepada setiap individu yang memanfaatkan jasa sistem pembayaran. KPw BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah melakukan : Edukasi masyarakat sebagai konsumen, tentang cara bertransaksi non tunai secara cepat & aman, dan hal-hal yang harus dilakukan jika menemukan permasalahan terkait transaksi non tunai. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 99

118 Menghimbau dan mengingatkan perbankan untuk mematuhi ketentuan dan aturan yang berlaku terkait dengan Real Time Gross Settlement (RTGS) dan kliring dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat Layanan Operasional Transaksi Sistem Pembayaran Non Tunai Menjalin kerjasama yang baik dengan perbankan khususnya peserta kliring dan RTGS dalam upaya menjaga kelancaran transaksi kliring dan RTGS sehingga dapat berjalan lancar, sosialisasi tentang RTGS Generasi II dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dan melakukan update informasi tentang ketentuan dan hanya terkait operasional kepada perbankan sebagai peserta RTGS dan SKBI. Menjalankan peran dan tugas Kantor Perwakilan Bank Indonesia dalam melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap proses penukaran warkat kliring. 5.6 Pengembangan Program Elektronifikasi Elektronifikasi secara umum didefinisikan sebagai suatu upaya untuk mengubah transaksi masyarakat yang semula dilakukan secara manual menjadi elektronik, dari metode pembayaran secara tunai menjadi non tunai, serta pelaku transaksi keuangan yang sebelumnya bersifat eksklusif menjadi inklusif. Elektronifikasi membuka akses masyarakat untuk terhubung dengan layanan keuangan serta mendekatkan lembaga keuangan kepada masyarakat hingga ke daerah terpencil (remote area). Selain elektronfikasi bagi masyarakat, transaksi keuangan pemerintah di daerah berupa penerimaan maupun pembayaran, dengan melibatkan instansi pemerintah, bisnis (BUMN/ BUMD) dilakukan secara elektronifikasi seperti pembayaran pajak online, samasat online, dan penyaluran bantuan sosial non tunai (bansos non tunai), Upaya yang dilakukan dalam akselerasi ektronifikasi transaksi keuangan pemerintah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. - Pertemuan dengan Badan Keuangan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 11 April 2017 dalam rangka konsolidasi dan evaluasi serta reconfirm roadmap elektronifikasi yang akan dilakukan tahun 2017 sampai dengan tahun Melakukan sosialisasi kepada pejabat keuangan dan bendaharawan SPKD Pemerintah Kabupaten Bangka Barat pada tanggal 9 Mei 2017 dalam rangka mendorong pengalihan pembayaran dan penerimaan pemerintah secara non tunai melalui program Elektronifikasi. - Focus Grup Discussion antara Bank Indonesia, Perbankan dan Pemerintah Kabupaten Bangka Barat pada tanggal 18 Juli 2017 dalam rangka membahas hasil mapping 100 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

119 penerimaan/pembayaran Pemerintah Kabupaten Bangka Barat, rencana implementasi transaksi penerimaan dan pembayaran Pemerintah secara elektronfikasi serta kendala yang dihadapi dalam penerapan program elektronifikasi. - Melakukan sosialisasi akselerasi program elektronifikasi pembayaran dan Pemerintah Dearah kepada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 2. - Badan Keuangan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung saat ini sedang proses pengajuan PerGub tentang transaksi pembayaran/penerimaan Pemerintah secara non tunai. 5.7 Layanan Keuangan Digital Jumlah agen LKD di Bangka Belitung terus meningkat dan mencapai angka 752 agen pada Juni 2017 atau tumbuh 12,57% (mtm) dan 14,98% (qtq). Sementara itu, jumlah rekening pemegangnya mencapai 118 dengan nominal mencapai Rp2,31 juta. Pada Juni 2017, kota Pangkalpinang memiliki 30 pemegang U-Nik disusul oleh Kabupaten Bangka Barat yang memiliki 29 pemegang U-Nik. Sementara itu Kabupaten Bangka Selatan tidak memiliki pemegang U-Nik. Grafik 5.6 Jumlah Agen LKD dan Pemegang U-Nik Grafik 5.7 Jumlah Agen LKD dan Pemegang U-Nik Per Kabupaten Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 101

120 Suplemen F. Sosialisasi Inflasi, Sistem Pembayaran dan Tindak Pidana terhadap Uang Rupiah Foto: Dokumentasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Pada tanggal 24 Juli 2017 Bank Indonesia bekerja sama dengan Polda Kepulauan Bangka Belitung menyelenggarakan acara Sosialisasi Inflasi, Sistem Pembayran, dan Tindak Pidana terhadap Uang Rupiah. Acara ini merupakan salah satu bentuk kerja sama dan koordinasi antara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan Polda Kepulauan Bangka Belitung sebagaimana dituangkan dalam Nota Kesapahaman antara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Polda Kepulauan Bangka Belitung yang ditandatangani pada tanggal 8 September Narasumber berasal dari Bank Indonesia dan Direktorat Cyber Crime Mabes Polri. Pada sesi pertama para polisi mendapatkan materi mengenai inflasi secara umum yang disampaikan oleh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kepulauan Bangka Belitung, Bayu Martanto. Pada sesi kedua, mendapatkan materi mengenai cyber crime dari Direktorat Cyber Crime Mabes Polri. Pada sesi ini para polisi diajarkan mengenai berbagai jenis-jenis kejahatan cyber baik yang terjadi di Indonesia maupun yang ada di mancanegara. Pada sesi ketiga, para polisi mendapatkan materi mengenai tindak pidana terhadap uang rupiah dengan narasumber dari Departemen Pengelolaan Uang Rupiah. Pada sesi ini peserta diajarkan bagaimana cara membedakan uang asli dengan uang yang diragukan keasliannya. Terakhir, para polisi mendapatkan materi tindak pidana terhadap sistem pembayaran yang disampaikan oleh Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia. Dengan diselenggarakan acara ini, diharapkan para polisi dapat berperan aktif dalam membantu menurunkan tingkat inflasi serta mencegah terjadinya tindak pidana kejahatan terhadap sistem pembayaran dan uang rupiah. 102 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

121 BAB 6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Indikator ketenagakerjaaan menunjukkan tingkat pengangguran dan persentase angka kemiskinan menurun. Namun demikian, Nilai Tukar Petani (NTP) menurun dan inflasi di pedesaan meningkat. 6.1 Kondisi Ketenagakerjaan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kepulauan Bangka Belitung mengalami penurunan dari 6,17% pada Februari 2016 menjadi 4,46% pada Februari Sejalan dengan penurunan TPT, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada Februari 2017 meningkat dibandingkan Februari 2016 dari 68,06% menjadi 70,35%. Indikator ketenagakerjaan di Bangka Belitung diperkirakan stabil ke depan, karena hasil survei konsumen yang rutin dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengkonfirmasi bahwa ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini diperkirakan relatif stabil. Grafik 6.1 Perkembangan Tingkat Pengangguran Grafik 6.2 Perkembangan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan TPAK, % TPT, % Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sumber : Survei Konsumen KPwBI Prov. Kep. Bangka Belitung, diolah Grafik 6.3 Likertscale Jumlah Tenaga Kerja dan Prediksi Sumber : Likertscale Liaison KPwBI Prov. Kep. Babel Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 103

122 Peningkatan persentase partisipasi angkatan kerja pada bulan Februari 2017 menjadi 70,35% menunjukkan jumlah penduduk di Bangka Belitung yang aktif secara ekonomi mengalami peningkatan. Sejalan dengan itu, tingkat pengangguran juga membaik yang terlihat dari angka TPT di Kepulauan Bangka Belitung yang turun menjadi 4,46% (yoy) pada Februari Peningkatan tenaga kerja terjadi pada semua sektor baik sektor primer, sektor sekunder, dan sektor tersier. Pada sektor primer terdapat peningkatan tenaga kerja di lapangan usaha pertanian yang tumbuh sebesar 7,81% (yoy) pada Februari 2016 menjadi 13,13% (yoy) pada Februari 2017 dan lapangan usaha pertambangan tumbuh sebesar 14,32% (yoy) dari sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 10,84% (yoy) pada Februari Sementara pada sektor sekunder terdapat peningkatan tenaga kerja di lapangan usaha industri pengolahan yang tumbuh signifikan sebesar 38,07% (yoy) pada bulan Februari 2017 dari sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 16,43% (yoy) pada Februari Lapangan usaha listrik gas dan air mengalami peningkatan tenaga kerja yang signifikan sebesar 104,37% di Februari 2017 dari sebelumnya tumbuh sebesar 4,86% (yoy) di Februari Sektor bangunan juga tumbuh sebesar 39,85% (yoy) pada Februari 2017 dari sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 32,85% (yoy) pada Februari Peningkatan tenaga kerja di sektor tersier terjadi pada lapangan usaha angkutan, pergudangan dan telekomunikasi yang mengalami peningkatan tenaga kerja sebesar 36,80% (yoy) di Februari 2017 dari sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 37,17% (yoy) pada Februari Jasa kemasyarakatan tumbuh sebesar dari 10,99% pada Februari 2017 dari sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 4,59% (yoy) pada Februari Tabel 6.1 Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Terbanyak, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Kegiatan Utama Feb 2015 Ags 2015 Feb 2016 Ags 2016 Feb 2017 Penduduk Usia Kerja Angkatan Kerja a. Bekerja b. Tidak Bekerja (Pengangguran Terbuka) Bukan Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan kerja (TPAK) 70,2 66,71 68,06 68,93 70,35 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 3,35 6,29 6,17 2,60 4,46 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Distribusi tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan utama di Bangka Belitung pada bulan Februari 2017 didominasi oleh sektor pertanian yakni dengan pangsa sebesar 33,57% atau sebanyak tenaga kerja. Sementara itu, distribusi tenaga kerja terkecil menurut lapangan pekerjaan utama di Bangka Belitung pada bulan Februari 2017 yaitu sektor listrik, gas dan air yaitu sebesar 0,67% atau sebanyak tenaga kerja. 104 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

123 Tabel 6.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, di Bangka Belitung Status Pekerjaan Satuan Feb 15 Ags 15 Feb 16 Ags 16 Feb 17 Formal Total Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar Jml % 6,03 4,27 5,74 6,00 6,31 Buruh Karyawan Jml % 43,60 41,60 44,58 38,42 41,71 Informal Total Berusaha sendiri Jml % 25,16 20,55 20,37 21,80 21,88 Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar Jml % 10,17 12,79 12,21 13,10 12,99 Pekerja bebas Jml % 3,71 7,40 5,39 6,10 5,10 Pekerja tak dibayar Jml % 11, ,57 12,01 Jumlah total Jml Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tabel 6.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama, di Bangka Belitung Lapangan Pekerjaan Utama Satuan Feb 15 Ags 15 Feb 16 Ags 16 Ags 17 Sektor Primer Pertanian Jml % 28,64 36,63 32,00 32,13 33,57 Pertambangan Jml % 12,20 12,24 11,27 11,48 11,95 Sektor Sekunder Industri Pengolahan Jml % 7,08 5,65 6,14 8,02 7,85 Listrik, Gas dan Air Jml % 0,32 0,46 0,35 0,91 0,67 Bangunan Jml % 4,63 4,61 3,22 3,21 4,18 Sektor Tersier Perdagangan, Hotel dan Restauran Jml % 23,53 19,68 24,27 21,69 19,05 Angkutan, Pergudangan, dan Telekomunikasi Jml % 3,48 2,91 2,27 2,88 2,88 Keuangan dan Jasa Perusahaan Jml % 2,03 2,11 2,60 1,99 1,47 Jasa Kemasyarakatan Jml % 18,07 15,70 17,87 17, Total Jml % Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 105

124 6.2 Kondisi Kesejahteraan Petani Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan satu indikator yang relevan untuk menunjukkan perkembangan tingkat kesejahteraan petani 1. NTP diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. IT menunjukkan hasil yang diperoleh petani dengan menjual produk pertaniannya, sedangkan IB merupakan pengeluaran petani dalam memenuhi produk yang dibutuhkan dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Perbandingan kedua indeks ini dapat memperlihatkan apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Semakin tinggi nilai NTP, semakin sejahtera tingkat kehidupan petani. Kesejahteraan petani pada Triwulan II 2017 mengindikasikan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini terlihat dari penurunan indeks NTP triwulan II 2017 menjadi sebesar 95,97 dari triwulan sebelumnya sebesar 98,96. Berdasarkan subsektor, penurunan NTP pada triwulan II 2017 terutama disebabkan karena menurunnya NTP subsektor perkebunan sebagai penyumbang terbesar turunnya NTP dari 99,32 pada triwulan sebelumnya menjadi 94,02 atau menurun sebesar 5,34%. Di sisi lain, NTP subsektor tanaman pangan merupakan NTP pada triwulan ini yang mengalami peningkatan terbesar dari 91,47 pada triwulan sebelumnya menjadi 93,61 atau meningkat sebesar 2,34%. Berdasarkan kelompok petani, tiga kelompok menunjukkan tren NTP menurun sementara dua kelompok menunjukkan tren NTP meningkat. Nilai NTP yang mengalami penurunan terjadi pada petani kelompok perkebunan, hortikultura dan perikanan. Nilai NTP yang mengalami peningkatan terjadi pada petani kelompok tanaman pangan dan peternakan. Kelompok NTP yang di atas 100 adalah petani kelompok perikanan sebesar 107,07 dan petani kelompok hortikultura sebesar 100,21. Sementara itu, kelompok petani dengan NTP masih dibawah 100 adalah peternakan, tanaman pangan serta perkebunan masing-masing sebesar 93,52, 93,61, dan 94,02. Hal ini mengindikasikan bahwa 3 kelompok petani tersebut memiliki tingkat kemampuan/daya beli paling rendah dibandingkan kelompok petani lainnya. Penurunan harga komoditas karet dan lada mengurangi pendapatan petani. Musim panen lada di Bangka Belitung tidak diimbangi dengan harga jual lada yang tinggi sehingga mengurangi tingkat pendapatan petani. 1 BPS dalam menjelaskan arti angka Nilai Tukar Petani 106 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

125 Tabel 6.4 Perbandingan NTP Berdasarkan Subsektor Sub Sektor g(%) I II III IV I II III IV I II III IV I II Umum Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Grafik 6.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik 6.5 Nilai Tukar Petani dan Inflasi Pedesaan Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah 6.3 Inflasi Pedesaan Pada triwulan II 2017, inflasi di pedesaan tercatat sebesar 3,42% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,89% (yoy) (tabel 6.5). Tabel 6.5 Inflasi Pedesaan (% YoY) Subsektor I II III IV I II III IV I II Umum 5,00 6,17 6,76 1,73 4,46 2,33 1,41 2,95 2,89 3,42 Bahan Makanan 5,62 6,42 7,64 1,77 5,87 3,53 1,78 5,22 3,67 3,84 Makanan Jadi 3,44 3,78 3,86 3,50 4,30 5,58 5,69 5,99 5,21 3,51 Perumahan 5,61 7,18 8,07 5,84 4,05 2,09 0,45 0,77 3,70 6,65 Sandang 3,81 4,90 5,14 3,86 5,11 4,30 3,48 3,85 3,02 2,48 Kesehatan 6,04 5,49 4,90 3,64 3,21 3,53 4,28 4,17 3,21 2,39 Pendidikan,Rekreasi & Olahraga 2,08 2,60 3,33 2,76 2,62 2,11 1,14 1,08 0,46 0,33 Transportasi dan Komunikasi 5,62 9,08 8,80-3,92 1,80-5,06-5,11-5,09-2,48 0,70 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Kenaikan inflasi tersebut secara umum tersebut disebabkan oleh kenaikan tingkat inflasi tiga subsektor, dengan kenaikan inflasi tertinggi dialami dari subsektor perumahan yang naik menjadi sebesar 6,65% pada triwulan II 2017 (yoy) dari 3,70% (yoy) pada triwulan I Inflasi subsektor lainnya juga naik seperti subsektor bahan makanan dari 3,67% (yoy) menjadi sebesar 3,84% (yoy) dan subsektor transportasi dan komunikasi dari -2,48% (yoy) menjadi sebesar 0,70% (yoy) pada triwulan II Kelompok yang mengalami penurunan inflasi adalah kelompok makanan jadi yang turun dari 5,21% (yoy) menjadi 3,51% (yoy), subsektor kesehatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 107

126 turun dari 3,21% (yoy) menjadi sebesar 2,39% (yoy), subsektor sandang turun dari 3,02% (yoy) menjadi sebesar 2,48% (yoy), subsektor pendidikan, rekreasi dan olahraga turun dari 0,46% (yoy) menjadi sebesar 0,33% (yoy) pada triwulan II Sementara itu, pada triwulan II 2017 tidak ada subsektor yang mengalami deflasi. 6.4 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen Survei Konsumen (SK) di Kota Pangkalpinang yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencatat setidaknya ada 2 (dua) pengukuran yang dapat dijadikan indikator kesejahteraan masyarakat. Survei yang dilakukan secara bulanan tersebut melibatkan 200 responden setiap bulannya dari berbagai kalangan pendidikan dan pekerjaan Indikator Ketenagakerjaan Kondisi ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu relatif stabil serta perkiraan kondisi ketersediaan lapangan pekerjaan 6 bulan yang akan datang diperkirakan juga relatif stabil. Hasil Survei Konsumen di kota Pangkalpinang mencatat 28,5% responden berpendapat ketersediaan lapangan kerja pada periode laporan lebih banyak dibandingkan 6 bulan yang lalu atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 26,0%, sedangkan responden yang berpendapat lebih sedikit sebesar 51,0%, sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 50,5%. Sisanya atau sebesar 20,5% menyatakan kondisi saat ini tidak terlalu berbeda dengan 6 bulan yang lalu, sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 23,5%. Secara keseluruhan responden yang berpendapat ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu lebih sedikit sebanyak 51%, lebih besar dibandingkan dengan responden yang berpendapat lebih banyak sebesar 28,5%. Hasil tersebut menyimpulkan bahwa konsumen beranggapan kondisi ketersediaan lapangan pekerjaan stabil dibandingkan dengan kondisi enam bulan sebelumnya. Peningkatan lapangan usaha relatif terbatas sejalan dengan pertumbuhan beberapa lapangan usaha yang relatif terbatas. Lapangan usaha pertambangan cenderung meningkat sejalan dengan membaiknya harga komoditas timah. Sementara di lapangan usaha pertanian mengalami kontraksi sejalan dengan pergeseran musim panen, adanya hama wereng dan puso pada beberapa daerah sehingga mengakibatkan gagal panen. Sementara itu, rumah tangga yang memperkirakan ketersediaan lapangan kerja dalam 6 bulan mendatang lebih banyak sebesar 23,0% meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 21,0% sedangkan responden yang berpendapat lebih sedikit sebesar 21,0% menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 23,0%. Sisanya sebesar 56,0% memperkirakan kondisi saat ini relatif sama dengan 6 bulan mendatang, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 53,0%. Hasil tersebut menyimpulkan bahwa konsumen memperkirakan 108 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

127 kondisi ketersediaan lapangan pekerjaan 6 bulan mendatang relatif stabil dibandingkan dengan kondisi saat ini. Relatif stabilnya persepsi masyarakat terhadap ketersediaan pekerjaan pada 6 bulan mendatang sejalan dengan masih adanya ketidakpastian terhadap peningkatan harga komoditas, masyarakat belum meyakini adanya perbaikan ekonomi yang mendorong peningkatan jumlah tenaga kerja. Tabel 6.6 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini ( ) Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Tahun Bulan Lebih Banyak Sama Lebih Sedikit Jumlah Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tabel 6.7 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD ( ) Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini Tahun Bulan Lebih Banyak Sama Lebih Sedikit Jumlah Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 109

128 Grafik 6.6 Indeks Penghasilan Grafik 6.7 Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE ) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) 180 Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : Survei Konsumen KPwBI Prov. Kep. Bangka Belitung, Diolah Indikator Penghasilan Penghasilan masyarakat saat ini menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sebanyak 31,0% responden menyatakan bahwa penghasilan mereka lebih baik dibandingkan dengan kondisi 6 bulan sebelumnya, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 43,5% responden. Sementara itu sebanyak 18,5% responden menyatakan penghasilan mereka lebih buruk, meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebanyak 15,0%. Sebanyak 50,5% responden berpendapat penghasilan saat ini relatif sama dibandingkan 6 bulan yang lalu, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 41,5%. Menurunnya penghasilan masyarakat sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Kep. Bangka Belitung triwulan II Tabel 6.8 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini ( ) Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Tahun Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Jan 36,0 52,5 11,5 100 Feb 39,5 47,0 13,5 100 Mar 36,0 49,0 15,0 100 Apr 35,0 54,0 11,0 100 May 30,5 58,0 11, Jun 32,5 61,5 6,0 100 Jul 20,0 61,5 18,5 100 Aug 22,5 60,0 17,5 100 Sep 20,5 68,0 11,5 100 Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 110 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

129 Masyarakat juga meyakini penghasilan ke depan belum membaik. Hal ini sejalan dengan jumlah responden yang berpendapat bahwa penghasilan 6 bulan ke depan akan lebih baik sebanyak 18,5%, relatif stabil dari triwulan sebelumnya sebesar 19,0%. Sebagian besar responden yakni sebanyak 77,5% berpendapat bahwa penghasilan 6 bulan yang akan datang sama dengan saat ini. Sementara 4,0% responden berpendapat penghasilan 6 bulan yang akan datang akan lebih buruk, menurun dari jumlah triwulan sebelumnya sebanyak 9,5%. Ekspektasi masyarakat terhadap tingkat penghasilan ke depan belum mengindikasikan adanya perbaikan yang disebabkan masih stagnannya harga komoditas ekspor Bangka Belitung. Tabel 6.9 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD ( ) Perkiraan Penghasilan 6 bln mendatang dibandingkan saat ini Tahun Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Jan 41,0 49,0 10,0 100 Feb 50,0 45,5 4,5 100 Mar 47,5 47,5 5,0 100 Apr 51,0 46,0 3,0 100 May 35,0 60,5 4, Jun 39,5 59,5 1,0 100 Jul 27,5 65,5 7,0 100 Aug 33,5 62,5 4,0 100 Sep 26,0 73,5 0,5 100 Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Sumber: Survei Konsumen KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 6.5 Tingkat Kemiskinan Kesejahteraan masyarakat juga dapat diukur melalui tingkat kemiskinan. Untuk mengukur tingkat kemiskinan, Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan ekonomi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari rata-rata pengeluaran per kapita. Berdasarkan pendekatan ini, dapat dihitung jumlah penduduk yang hidup di bawah GK (Garis Kemiskinan) yang dinyatakan sebagai penduduk miskin. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 111

130 Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan yang terdiri dari dua komponen yakni Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) dengan peranan GKM dalam menentukan besaran GK lebih besar dibanding peranan GKBM (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Persentase Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung periode Maret 2017 sebesar 74,09 ribu orang (5,20%) menurun dibandingkan periode Maret 2016 sebesar 72,76 ribu orang (5,22%). Selama periode Maret 2016 Maret 2017, jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan berkurang sebanyak 520 orang, sementara di daerah perkotaan mengalami penambahan jumlah penduduk miskin sebanyak 1,84 ribu orang. Pada periode Maret 2016 Maret 2017 garis kemiskinan naik 9,97% dari Rp ,- per kapita per bulan pada bulan Maret 2016 menjadi Rp ,- per kapita per bulan pada bulan Maret Pada periode Maret 2016 Maret 2017 indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan menurun. Indeks kedalaman kemiskinan menurun dari sebesar 0,67 pada Maret 2016 menjadi sebesar 0,49 pada Maret Penurunan nilai indeks kedalaman kemiskinan mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin mendekati garis kemiskinan. Sementara itu, Indeks Keparahan Kemiskinan menurun dari sebesar 0,15 pada Maret 2016 menjadi sebesar 0,08 pada Maret Hal Ini menunjukkan bahwa ketimpangan rata-rata pengeluaran penduduk miskin menurun pada periode Maret 2016 Maret Grafik 6.8 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Grafik 6.9 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Sumber : BPS Prov. Kep. Bangka Belitung Sumber : BPS Prov. Kep. Bangka Belitung Jika dilihat dari wilayahnya, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan di daerah pedesaan lebih tinggi dari perkotaan. Indeks Kedalaman Kemiskinan di daerah pedesaan pada Maret 2017 sebesar 0,75 sementara di daerah perkotaan sebesar 0,26. Hal ini menunjukkan bahwa 112 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

131 pengeluaran penduduk miskin daerah pedesaan lebih menjauhi/lebih dalam jika diukur dari garis kemiskinan dibandingkan daerah perkotaan. Sedangkan untuk nilai Indeks Keparahan Kemiskinan pada Maret 2017 daerah pedesaan sebesar 0,12 lebih besar jika dibandingkan dengan daerah perkotaan sebesar 0,03. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat keparahan kemiskinan di daerah pedesaan lebih tinggi ketimpangannya daripada di daerah perkotaan. Tabel 6.10 Perkembangan Indikator Kemiskinan Kep. Bangka Belitung Daerah Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Jumlah Penduduk Miskin (Ribuan) Persentase Penduduk Miskin Indeks Kedalaman Kemiskinan Indeks Keparahan Kemiskinan Perkotaan Mar , Sep , Mar , Sep , Mar , Sep , Mar , Sep , Mar , Pedesaan Mar , Sep , Mar , Sep , Mar , Sep , Mar , Sep , Mar , Total Mar , Sep , Mar , Sep , Mar , Sep , Mar , Sep , Mar , Sumber : BPS Prov. Kep. Bangka Belitung Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 113

132 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 114 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

133 BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2017 diperkirakan meningkat didukung membaiknya konsumsi rumah tangga, meningkatnya ekspor, meningkatnya investasi dan realisasi pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah. Ekspor diperkirakan mulai meningkat seiring dengan konsistensi membaiknya harga komoditas timah. Sementara itu, tekanan inflasi diperkirakan sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya dan dalam level yang terkendali. 7.1 Pertumbuhan Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi dunia 2017 diperkirakan tumbuh membaik yang ditopang oleh pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, Eropa dan Tiongkok. Perekonomian Amerika Serikat tetap tumbuh meskipun berpotensi lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Lebih rendahnya potensi ekonomi Amerika Serikat sejalan dengan investasi yang tertahan, terutama investasi non-residensial yang diperkirakan tumbuh lebih rendah seiring pelemahan harga minyak dan terbatasnya dampak reformasi pajak. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat di tahun diperkirakan dapat lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Di Tiongkok, perekonomian diperkirakan tumbuh lebih baik ditopang oleh konsumsi dan ekspor yang meningkat. Tetap membaiknya konsumsi juga sejalan dengan membaiknya sektor tenaga kerja dan tingkat keyakinan konsumen, sedangkan ekspor Tiongkok meningkat seiring dengan membaiknya permintaan global, terutama dari negara-negara maju. Sementara di Eropa pertumbuhan ekonomi diperkirakan juga lebih baik seiring dengan meningkatnya aktivitas konsumsi, kinerja ekspor, dan optimisme perekonomian. Harga komoditas global diperkirakan tetap tinggi, meskipun harga minyak berpotensi bias ke bawah yang disebabkan berlimpahnya pasokan ditengah permintaan yang terbatas. Harga komoditas global didukung oleh harga batubara yang tetap tinggi akibat gangguan pasokan di Australia dan kenaikan permintaan Tiongkok. Peningkatan harga logam khususnya timah, nikel dan tembaga diperkirakan akan berlanjut, kondisi ini didukung oleh meningkatnya aktivitas proyek infrastruktur di Tiongkok dan ekspektasi peningkatan aktivitas infrastruktur di Amerika Serikat. Di sisi lain, harga minyak pada bulan Juni mencapai level terendah di tahun 2017, seiring dengan adanya tekanan peningkatan produksi minyak Amerika Serikat, Libya dan Nigeria. Berdasarkan World Economic Outlook Juli 2017, pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2016, 2017 dan 2018 diperkirakan sebesar 3,2%; 3,5%; dan 3,6%. Pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2016 direvisi ke atas 0,1% dibandingkan proyeksi April 2017 yang didukung oleh meningkatnya aktivitas ekonomi di Iran dan India. Sementara itu, peningkatan pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2017 didukung oleh membaiknya pertumbuhan ekonomi Amerika

134 Serikat dan Tiongkok. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat direvisi ke bawah sebesar 0,2% ditahun 2017 dan 0,4% di tahun 2018 dari proyeksi April 2017 seiring dengan terbatasnya reformasi fiskal. Pertumbuhan ekonomi negara berkembang tahun 2017 diproyeksikan sebesar 4,6% tetap dibandingkan proyeksi yang dikeluarkan Januari 2017 dan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2016 sebesar 4,1%. Sejalan dengan itu, pertumbuhan ekonomi tahun 2018 sebesar 4,8% diproyeksikan meningkat dari proyeksi pertumbuhan ekonomi 2017 yang dikeluarkan Januari Peningkatan pertumbuhan ekonomi negara berkembang masih di dukung oleh pertumbuhan ekonomi China dan India yang diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi. Membaiknya perekonomian Tiongkok dan peningkatan harga komoditas akan mendorong kinerja ekspor yang akan berdampak pada peningkatan daya beli masyarakat Grafik 7.1 Perkembangan Proyeksi Pertumbuhan Global AS China Eropa Jepang India Negara Maju Negara Berkembang Sumber : IMF. World Economic Outlook.Update Januari 2017 Dunia 7.2 Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Nasional Di dalam negeri, perekonomian domestik memasuki fase pemulihan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan meningkat pada kisaran 5,0%-5,4% didorong oleh membaiknya kinerja ekspor dan mulai menggeliatnya investasi didukung oleh pembiayaan yang meningkat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan meningkat dibandingkan tahun 2016 yang sebesar 5,02% (yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi didukung oleh pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial, penguatan stimulus fiskal yang sejalan dengan Undang- Undang Pengampunan Pajak, belanja infrastruktur pemerintah untuk program reformasi struktural yang dijalankan Pemerintah. Sementara itu, meningkatnya pertumbuhan ekonomi tersebut sejalan dengan membaiknya ekonomi dunia dan perbaikan harga komoditas global sehingga mendorong meningkatnya permintaan komoditas ekspor dan meningkatkan kinerja ekspor Indonesia. Harga komoditas ekspor Indonesia membaik, ditopang oleh kenaikan harga batu bara dan beberapa jenis logam khususnya tembaga dan timah. Perbaikan ekspor tersebut diperkirakan akan berlanjut tidak hanya ditopang oleh ekspor komoditas tetapi juga produk 116 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

135 manufaktur yang prospeknya terus membaik. Pertumbuhan investasi masih kuat ditopang oleh investasi pemerintah melalui proyek investasi pemerintah yang terus berjalan dan investasi swasta yang membaik. Namun demikian, perekonomian domestik ke depan masih dibayang-bayangi beberapa resiko eksternal dan domestik. Risiko eksternal antara lain risiko yang bersumber dari pasar keuangan global yang berasal dari arah kebijakan pemerintah AS dan frekuensi kenaikan suku bunga lanjutan di AS, pengurangan besaran neraca bank sentral, dan ketidakpastian kebijakan fiskal. Sementara dari sisi domestik, risiko terkait dengan belum kuatnya permintaan domestik sejalan dengan masih berlanjutnya proses konsolidasi korporasi dan perbankan. Dalam rangka meningkatkan permintaan domestik ke depan yang pada akhirnya akan memacu pertumbuhan ekonomi maka diperlukan koordinasi antara kebijakan moneter dan fiskal policy space perlu dilakukan antara lain (i) bauran kebijakan moneter : memberikan ruang pelonggaran kebijakan moneter yang dapat dimanfaatkan secara optimal sepanjang stabilitas makroekonomi tetap terjaga antara lain melalui penurunan bunga acuan Bank Indonesia yang berdampak pada penurunan suku bunga kredit, (ii) bauran kebijakan makroprudensial : memberikan pelonggaran kebijakan makroprudensial dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian antara lain pelonggaran kebijakan Loan to Value (LtV) dan pelonggaran ketentuan Giro Wajib Minimum, (iii) bauran kebijakan fiskal : memperkuat stimulus ekonomi dengan tetap memperhatikan kesinambungan fiskal, dan (iv) reformasi struktural dan implementasinya guna memperbaiki iklim investasi, meningkatkan daya saing, serta mendiversifikasi sumber pertumbuhan ekonomi. Ke depan, Bank Indonesia meyakini pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang ditempuh akan semakin memperkuat upaya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi. Implementasi Undang-Undang No.11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak (Tax amnesty) juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan fiskal Pemerintah dalam membiayai program-program pembangunan dan berpotensi menambah likuiditas perekonomian nasional yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi produktif di dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi domestik triwulan IV 2017 diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan III 2017 yang ditopang konsumsi rumah tangga, investasi pemerintah, dan ekspor sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan dengan meningkatnya permintaan saat Hari Raya Natal dan jelang Tahun Baru. Investasi pemerintah diperkirakan meningkat sejalan dengan realisasi belanja pemerintah yang meningkat khususnya belanja barang dan modal pemerintah pusat serta pelaksanan lelang yang lebih cepat dibanding tahun sebelumnya. Akselerasi pengeluaran pemerintah tersebut mendorong peningkatan kinerja Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 117

136 investasi bangunan yang tercermin dari naiknya penjualan alat berat konstruksi. Sejalan dengan perkembangan tersebut, investasi swasta juga diperkirakan akan meningkat dan kinerja ekspor dari beberapa komoditas yang masih membaik. Sementara itu kontraksi impor tertahan terutama didorong oleh membaiknya impor barang konsumsi dan impor barang modal. Rupiah bergerak menguat sejalan dengan stabilitas makroekonomi yang tetap terjaga dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian Indonesia. Pada Juni 2017, nilai tukar rupiah cenderung bergerak stabil, pergerakan rupiah secara point to point pada level Rp13.328/USD dibandingkan Maret 2017 sebesar /USD. Penguatan rupiah ditopang oleh perkembangan makroekonomi domestik yang cukup positif dan menurunnya risiko eksternal sehingga mendorong aliran modal asing yang cukup kuat ke perekonomian domestik dan enjualan valas oleh korporasi. Volatilitas nilai tukar rupiah terjaga rendah pada Juni 2017 dan tercatat paling rendah dibandingkan rata-rata negara peers, disertai membaiknya efisiensi di pasar valas. Secara year to date (ytd), volatilitas rupiah lebih rendah dari rata-rata negara peers. Grafik 7.2 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah 118 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

137 Grafik 7.3 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik 7.4 Perbandingan NIlai Tukar Kawasan Inflasi nasional pada Triwulan II 2017 rendah dan semakin mendukung sasaran inflasi Inflasi nasional triwulan II 2017 sebesar 4,37% (yoy) atau 2,38% (ytd). Inflasi terjadi pada semua kelompok. Namun demikian, peningkatan inflasi pada periode puasa dan lebaran tahun ini lebih rendah dibandingkan rata-rata periode lebaran tiga tahun terakhir. Hal ini tidak terlepas dari berbagai kebijakan yang ditempuh Pemerintah dan Bank Indonesia dalam menghadapi lebaran. Inflasi inti tetap terkendali pada level yang rendah, baik bulanan maupun tahunan. Rendahnya inflasi inti dipengaruhi terbatasnya permintaan domestik, lemahnya tekanan eksternal, dan membaiknya ekspektasi inflasi. Inflasi inti di triwulan ini didorong oleh peningkatan permintaan pada puasa dan lebaran ditengah menurunnya harga komoditas global dan menguatnya nilai tukar rupiah. Tekanan permintaan domestik diindikasikan masih terbatas, sementara ekspektasi inflasi masyarakat tercatat mengalami kenaikan. Inflasi volatile food tetap berada pada level yang terkendali dan cenderung lebih rendah dibandingkan inflasi volatile food pada periode lebaran tahun sebelumnya. Relatif rendahnya inflasi volatile food ditopang oleh kebijakan pengendalian inflasi volatile food selama bulan puasa yang dilakukan Pemerintah baik melalui operasi pasar murah, serta kebijakan impor untuk memenuhi pasokan di dalam negeri. Komoditas yang mengalami kenaikan harga terutama bawang merah dan daging ayam ras, sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga adalah cabai merah, bawang putih, dan cabai rawit.. Inflasi administered prices tercatat berada pada level yang meningkat dibandingkan angka historis inflasi pada periode lebaran sebelumnya. Kenaikan inflasi terutama bersumber dari kenaikan tarif listrik, tarif angkutan (darat, udara, kereta api) dan aneka rokok. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 119

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i FEBRUARI 2017 Edisi Februari 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG i TRIWULAN I 2016 Edisi Triwulan I 2016 Buku Kajian dan Keuangan ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 No. 54/08/19/Th.XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2017 TUMBUH 1,70 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i i Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2014 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016 No. 55/08/19/Th.X, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 3,67 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2015 No. 76/11/19/Th.IX, November 01 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 01 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III-01 TUMBUH,96 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-01

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016 No. 74/11/19/Th. X, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III- TUMBUH 3,83 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN TRIWULAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 No. 74/08/71/Th. XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,80 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2017 yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 52/08/52/Th. XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2017 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2017 MENGALAMI KONTRAKSI 1,96 PERSEN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG EKONOMI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I-2016 TUMBUH 3,30 PERSEN, MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- No. 32/05/19/Th.X,

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 63/11/34/Th.XVIII, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 4,68 PERSEN, LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: Tim

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.11/02/34/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,05 PERSEN LEBIH TINGGI DIBANDING TAHUN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 51/11/Th.XIX, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III - EKONOMI ACEH TRIWULAN III TAHUN DENGAN MIGAS TUMBUH 2,22 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,31 PERSEN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017 42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA I Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: AGUSTUS 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental. NOVEMBER 2017 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... xi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xiii Ringkasan Eksekutif... xvii Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 No. 78/11/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,28 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III-2015 yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 38/05/21/Th.XI, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017 2 BPS PROVINSI DI YOGYAKARTA No 46/08/34/ThXIX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2017 TUMBUH 5,17 PERSEN LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH NOVEMBER 216 (Kajian Triwulan III-216) VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 12/02/52/Th.X, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TUMBUH 5,82 PERSEN Sampai dengan triwulan IV-2016 perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 52/08/35/Th.XV, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 73/11/52/X/2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 3,47 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NOVEMBER 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Kajian Triwulanan Periode Mei 2017 1 Visi, Misi, dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 No. 56/08/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 TUMBUH 6,27 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2015 yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan II 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Penanggung Jawab: Tim Asesmen dan Advisory Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 58/8/21/Th. XII, 7 Agustus 217 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-217 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II 217 (Q TO Q) TUMBUH SEBESAR 1,16 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN 7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Februari 2017 (Kajian Triwulanan) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan i Penanggung Jawab: Tim Advisory Ekonomi dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 36/05/21/Th. XII, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I 2017 (Q TO Q) MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR -2,76 PERSEN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 No. 31/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2017 TUMBUH SEBESAR 5,75% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,34% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci