KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau

2

3 K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya, Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215 dapat diselesaikan. Selain itu dalam laporan ini juga dikemukakan hal-hal lain yang terkait dengan tugas Bank Indonesia antara lain perkembangan/pertumbuhan perekonomian di Provinsi Kepulauan Riau secara umum serta prospeknya. Bank Indonesia menyadari bahwa peran perekonomian regional menjadi semakin penting dalam konteks pertumbuhan ekonomi nasional. Implementasi otonomi daerah serta potensi ekonomi regional yang besar telah terbukti ikut berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau secara rutin melakukan asesmen perekonomian Provinsi Kepulauan Riau. Asesmen perekonomian mencakup perkembangan ekonomi makro regional, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran. Asesmen perekonomian Provinsi Kepulauan Riau dilakukan setiap triwulan dan laporan dimaksud dikenal dengan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kepulauan Riau. Penyusunan KEKR dimaksud sebagai upaya memenuhi kebutuhan stakeholder eksternal serta bagi Kantor Pusat Bank Indonesia. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau yang telah bersedia bekerjasama dalam menyusun perhitungan PDRB Provinsi Kepulauan Riau secara triwulan, ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan kajian ini. Harapan kami hubungan yang baik ini dapat ditingkatkan lagi di masa yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar. Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah senantiasa melimpahkan ridho-nya dan memberikan kemudahan-kemudahan kepada kita semua dalam meningkatkan kinerja kita semua. Batam, Mei 215 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN RIAU ttd Gusti Raizal Eka Putra Deputi Direktur i KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

4 ii KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215 Halaman ini sengaja dikosongkan

5 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... viii DAFTAR DIAGRAM... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 BAB I PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL SISI PENGELUARAN Konsumsi Rumah Tangga Investasi Ekspor Impor BERDASARKAN LAPANGAN USAHA Sektor Industri Pengolahan Sektor Konstruksi Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor Sektor Pertambangan dan Penggalian BAB II PERKEMBANGAN INFLASI KEPULAUAN RIAU PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA Inflasi Tahunan (yoy) Inflasi Triwulanan (qtq) PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA DISAGREGASI INFLASI Inflasi Inti Inflasi Administered Price Inflasi Volatile Food EKSPEKTASI INFLASI BAB III iii KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

6 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN PERKEMBANGAN PERBANKAN BANK UMUM Aset Dana Pihak Ketiga (DPK) Kredit Loan to Deposit Ratio (LDR) Risiko Kredit BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Aset Dana Pihak Ketiga (DPK) Kredit Loan to Deposit Ratio (LDR) Risiko Kredit PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH (BANK UMUM DAN BPR) Aset Dana Pihak Ketiga (DPK) Pembiayaan Finance to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Uang Rupiah Tidak Asli TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI Kliring Lokal Real Time Gross Setlement (RTGS) PERKEMBANGAN TRANSAKSI KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING (KUPVA) DAN PTD (PENYELENGGARA TRANSFER DANA) Perkembangan Transaksi KUPVA Perkembangan Transaksi Penyelenggara Transfer Dana (PTD)... 5 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH REALISASI APBD DI WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU Anggaran dan Realisasi Pendapatan Anggaran dan Realisasi Belanja Anggaran dan Realisasi Belanja APBN Infrastruktur Di Kepulauan Riau BAB V iv KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

7 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KETENAGAKERJAAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Pendapatan Rumah Tangga Nilai Tukar Petani (NTP) BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI REGIONAL PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI PROSPEK INFLASI v KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

8 DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Pengeluaran... 4 Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Lapangan Usaha Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Menurut Kota Tabel 3.1. Indikator Utama Bank Umum di Provinsi Kepulauan Riau... 3 Tabel 3.2. Indikator Utama BPR di Provinsi Kepulauan Riau Tabel 3.3. Indikator Perbankan Syariah di Provinsi Kepulauan Riau Tabel 4.1. REALISASI APBD DI WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU Tabel 4.2. Anggaran dan Realisasi Belanja Pemerintah Daerah di Wilayah Kepri Triwulan I Tabel 4.3. Anggaran Infrastruktur APBN Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut jenis kegiatan utama, Provinsi Kepulauan Riau Februari Agustus Tabel 5.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut jenis kegiatan utama, Provinsi Kepulauan Riau Februari Agustus Tabel 5.3. UMP Kepri dan Provinsi Lainnya di Sumatera Tabel 5.4. UMK Batam dibandingkan Beberapa Kota Lainnya di Indonesia Tabel 5.5. Nilai Tukar Petani Provinsi Kepri Tabel 5.6. Tabel 6.1. Perkembangan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global vi KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

9 Daftar Grafik Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Pengeluaran... 5 Grafik 1.2. Perkembangan Kredit Konsumsi... 6 Grafik 1.3. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen... 6 Grafik 1.4. Perkembangan Indeks Penghasilan, Lapangan Kerja dan Konsumsi Barang Tahan Lama... 6 Grafik 1.5. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen... 6 Grafik 1.6. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) Kepri... 7 Grafik 1.7. Perkembangan Kredit Investasi... 7 Grafik 1.8. Perkembangan Impor Barang Modal... 8 Grafik 1.9. Perkembangan KPR... 8 Grafik 1.1. Porsi Ekspor Migas dan Non Migas... 9 Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Migas dan Non Migas... 9 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Non Migas... 9 Grafik Manufacturing Singapura Vs Ekspor Kepri... 9 Grafik Porsi Impor Migas dan Non Migas... 1 Grafik Perkembangan Nilai Impor Migas dan Non Migas... 1 Grafik Perkembangan Volume Impor Non Migas... 1 Grafik Kontribusi Lapangan Usaha Terhadap PDRB (%Y-o-Y) Grafik Perkembangan Ekspor Beberapa Komoditas Utama Grafik Pertumbuhan Industri Besar Sedang dan Mikro Kecil Grafik 1.2. Perkembangan Pengadaan Semen Kepri Grafik Hasil SKDU Sektor Bangunan Grafik Perkembangan Kredit Konstruksi Grafik Perkembangan Wisatawan Kepri Grafik Volume Bongkar Muat Barang Pelabuhan Batam Grafik Hasil SKDU Sektor PHR Grafik Perkembangan Kredit Sektor PHR Grafik Perkembangan Ekspor Minyak Mentah Grafik Perkembangan Ekspor Hasil Gas Grafik Perkembangan Ekspor Hasil Pertambangan Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan Kepri, Sumatera, dan Nasional Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulan I 215 Kawasan Sumatera Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kepri, Sumatera, dan Nasional Grafik 2.4. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kepri, Batam, dan Tanjungpinang vii KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

10 Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Inti, Administered Price, dan Volatile Food Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Inti Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Administered. Price Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Volatile Food Grafik 2.9. Perkembangan Ekspektasi Konsumen Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum (BU) Grafik 3.2. Pertumbuhan Aset Berdasarkan Kelompok Bank Umum Grafik 3.3. Perkembangan Ekspektasi Konsumen Grafik 3.4. Perkembangan Ekspektasi Konsumen Grafik 3.5. Porsi DPK Berdasarkan Jenis Bank Grafik 3.6. Perkembangan DPK Berdasarkan Jenis Bank Grafik 3.7. Komposisi DPK Berdasarkan Nominal/Rekening Grafik 3.8. Komposisi DPK Berdasarkan Jumlah Rekening Grafik 3.9. Perkembangan Kredit Bank Umum Grafik 3.1. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik Penggunaan Kredit Konsumsi Grafik Pertumbuhan KPR, KKB, Multiguna Grafik Suku Bunga Kredit MK, Investasi, dan Konsumsi Grafik Porsi Kredit Berdasarkan Kelompok Bank Grafik Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kelompok Bank Grafik Porsi Kredit Bank Umum Secara Sektoral Grafik Pertumbuhan Kredit Bank Umum Secara Sektoral Grafik Komposisi Kredit Berdasarkan Kelompok Nominal Kredit/Rekening Grafik Komposisi Kredit Berdasarkan Jumlah Rekening per Kelompok Nominal Grafik 3.2. Kredit UMKM oleh Bank Umum Grafik LDR dan NPL Bank Umum Grafik Perkembangan Aset BPR Grafik Perkembangan DPK BPR... 4 Grafik Perkembangan DPK Berdasarkan Jenisnya... 4 Grafik Perkembangan Kredit BPR Grafik Perkembangan Kredit BPR Berdasarkan Penggunaan Grafik Kredit BPS Secara Sektoral Grafik Perkembangan Kredit UMKM Oleh BPR Grafik Perkembangan LDR dan NPL BPR Grafik 3.3. Perkembangan Aset Perbankan Syariah Grafik Perkembangan DPK Syariah viii KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

11 Grafik Perkembangan DPK Syariah Berdasarkan Jenisnya Grafik Perkembangan Pembiayaan Syariah Grafik Perkembangan Pembiayaan Syariah Berdasarkan Jenisnya Grafik Perkembangan Aset Perbankan Syariah Grafik Perkembangan Inflow dan Outflow Kepri Grafik Perkembangan Pertumbuhan Inflow dan Outflow Grafik Perkembangan Pemusnahan UTLE Grafik Perkembangan Penemuan Uang Rupiah Tidak Asli Grafik 3.4. Perkembangan Kliring Kepri Grafik Perkembangan Pertumbuhan Kliring Kepri Grafik Perkembangan Transaksi RTGS Grafik Perkembangan Transaksi KUPVA... 5 Grafik Pergerakan Transaksi KUPVA dan Nilai Tukar Rupiah... 5 Grafik Perkembangan Transaksi PTD... 5 Grafik Jenis Transaksi PTD... 5 Grafik 4.1. Rasio Kemandirian Grafik 4.2. Komposisi Realisasi Pendapatan Tw I Grafik 4.3. Realisasi Pendapatan Pemda Tw I Grafik 4.4. Komposisi Realisasi Belanja Tw I Grafik 4.5. Realisasi Belanja Pemda Tw I Grafik 5.1. Struktur Pekerja Kepri... 6 Grafik 5.2. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Grafik 5.3. Perkembangan NTP Grafik 5.4. NTP Berdasarkan Subsektor Grafik 6.1. Perkiraan Kegiatan Usaha Berdasarkan SKDU Grafik 6.2. Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Tw II Grafik 6.3. Perkembangan Ekspor Elektronik Kepri Berdasarkan Negara Tujuan Ekspor.. 67 Grafik 6.4. Perkembangan Permintaan Ekspor Produk Besi dan Baja Australia ix KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

12 RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan I 215 Provinsi Kepulauan Riau Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau (Kepri) sebesar 7,14% (yoy) melambat dibanding triwulan lalu Perlambatan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi melambatnya investasi dan konsumsi pemerintah Secara sektoral, perlambatan pertumbuhan ekonomi Kepri dipengaruhi oleh menurunnya kinerja sektor utama Laju inflasi triwulan I 215 sebesar 5,66% (yoy) atau -,64 (ytd) lebih rendah dibanding inflasi nasional sebesar 6,38% (yoy) Pada triwulan I 215 Kepri mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7,14% (yoy), melambat dibanding triwulan IV 214 sebesar 7,32%(yoy). Namun masih lebih tinggi dibanding pertumbuhan nasional sebesar 4,71% (yoy) dan kawasan Sumatera sebesar 3,53% (yoy). Pada triwulan I 215, terjaganya pertumbuhan Kepri ditopang oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan net ekspor. Dari sisi pengeluaran, perlambatan pertumbuhan ekonomi Kepri pada triwulan I 215 dipengaruhi perlambatan realisasi investasi dan konsumsi pemerintah yang masih terbatas di awal tahun. Investasi dan konsumsi pemerintah tumbuh melambat sebesar 3,82% (yoy) dan 3,13% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya sebesar 5,94% (yoy) dan 7,71% (yoy). Perlambatan investasi dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global yang belum pulih sehingga investor maupun pengusaha masih wait and see yang tercermin dari perlambatan penanaman modal asing (PMA) dan penyaluran kredit investasi pada periode laporan. Namun kinerja konsumsi rumah tangga dan kinerja net ekspor masih tumbuh menguat sebesar 7,82% (yoy) dan 22,34% (yoy) dengan masing-masing andil pertumbuhan sebesar 2,82% (yoy) dan 4,33% (yoy). Dari sisi lapangan usaha, terjadi perlambatan kinerja sektor utama industri pengolahan (7,36%), sektor perdagangan (12,71%) dan sektor pertambangan dan penggalian (5,37) menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Industri pengolahan tumbuh melambat dipengaruhi masih belum membaiknya permintaan global. Sementara menurunnya jumlah wisman (periode low season) pada triwulan laporan serta minimnya event berskala besar menjadi faktor perlambatan pertumbuhan sektor perdagangan. Secara triwulanan, Kepri mencatatkan deflasi,64% (qtq) yang disumbang oleh kelompok volatile food dan kelompok administered price. Deflasi pada kelompok volatile food sebesar 3,7% (qtq) yang dipengaruhi oleh menurunnya permintaan seiring berlalunya momen Natal dan Tahun Baru, melimpahnya pasokan (musim panen raya) serta terjaganya kelancaran distribusi barang. Selain itu, penyesuaian harga bahan bakar yang dipengaruhi oleh pelemahan harga minyak dunia mendorong deflasi kelompok administered price sebesar 4,72% (qtq). Sebaliknya kelompok inti mencatatkan inflasi sebesar 1,68% (qtq) namun dengan laju yang lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 1,95% (yoy). 1 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

13 Kinerja perbankan membaik ditopang konsumsi masyarakat yang tetap tumbuh solid Aktivitas pembayaran tunai melanjutkan penurunan yang tercermin dari melambatnya net outflow uang kartal. Sementara non tunai, juga masih pada tren menurun. Realisasi pendapatan meningkat sedangkan realisasi belanja cenderung masih rendah. Kinerja perbankan secara keseluruhan pada triwulan laporan tercatat membaik, tercermin dari indikator aset, DPK dan kredit yang meningkat. Indikator bank umum, total aset, DPK dan kredit pada triwulan I 215 masing-masing tercatat sebesar Rp miliar, Rp miliar dan Rp miliar tumbuh menguat 7,73% (yoy), 7,13% (yoy) dan 7,58% (yoy) dibandingkan triwulan IV 214 yang tumbuh 4,76% (yoy), 2,77% (yoy), dan 3,27% (yoy) dengan indikator NPL dan LDR tercatat stabil sebesar 1,67% dan 75,77%. Indikator BPR juga menguat, total aset dan DPK pada triwulan I 215 masing-masing tercatat sebesar Rp4.833 miliar dan Rp3.922 miliar tumbuh menguat 21,7% (yoy) dan 23,68% (yoy) dibandingkan triwulan IV 214 yang tumbuh 15,65% (yoy) dan 2,38% (yoy). Sementara kredit sebesar Rp3.646 miliar atau tumbuh melambat 18,92% (yoy) dibanding periode sebelumnya 19,89% (yoy) dengan indikator NPL dan LDR 3,46% dan 92,97%. Perbankan syariah juga tumbuh menguat, dengan total aset dan pembiayaan tercatat sebesar Rp2.671 miliar dan Rp2.57 miliar tumbuh menguat 2,68% (yoy) dan 11,34% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh,16% (yoy) dan 8,99% (yoy). Sementara dana tercatat sebesar Rp1.467 miliar masih mengalami kontraksi sebesar 17,25% (yoy) lebih baik dibanding periode sebelumnya yang terkontraksi 19,77% (yoy) dengan indikator NPL dan LDR 2,58% dan 175,23%. Secara umum, aktivitas pembayaran (tunai dan non tunai) melambat yang dipengaruhi penurunan aktivitas ekonomi dibanding triwulan keempat. Total inflow senilai Rp938 miliar sementara outflow sebesar Rp1.363 miliar, sehingga terjadi net outflow sebesar Rp425 miliar. Secara tahunan, inflow tumbuh signifikan sebesar 32,25% (yoy) sementara outflow tumbuh 5,27% (yoy) dan total net outflow menurun 27,43% (yoy). Pada triwulan I 215, nilai transaksi RTGS sebesar Rp miliar, menurun dibanding triwulan sebelumnya sebesar Rp miliar. Volume transaksi RTGS juga menurun dari pada triwulan sebelumnya menjadi pada triwulan laporan. Sementara transaksi kliring meningkat pada triwulan I 215 dengan total nominal sebesar Rp5.547 miliar, atau tumbuh 21,95% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya menurun 4,51% (yoy). Total anggaran pendapatan Pemerintah Daerah (Pemda 215 sebesar Rp miliar, meningkat 1,62% dibanding anggaran pendapatan 214. Sebaliknya, total anggaran belanja Pemda 215 sebesar Rp miliar menurun 1,77% dibanding 214. Realisasi pendapatan sebesar 14,7%, lebih baik dibanding realisasi pada triwulan I 214 sebesar 11,25%. Sementara realisasi belanja sebesar 8,3% dari anggaran atau senilai Rp1.37 triliun, lebih kecil 2 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

14 Kenaikan tingkat pengangguran terbuka disebabkan menurunnya lapangan pekerjaan. Triwulan II 215, perekonomian Kepri diperkirakan tumbuh menguat sejalan dengan meningkatnya realisasi investasi serta konsumsi yang terjaga. dibanding realisasi pendapatan senilai Rp1.673 miliar Anggaran APBN Infrastruktur 215, meningkat tajam dibanding anggaran 214 terutama disebabkan peningkatan signifikan anggaran pembangunan pelabuhan. Triwulan I 215, realisasi belanja infrastruktur (APBN) tercatat masih sangat rendah yaitu sebesar,28%. Jumlah pengangguran pada Agustus 215 meningkat menjadi 9,1% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 214 sebesar 5,3% (yoy). Peningkatan pengangguran terjadi karena pertumbuhan jumlah angkatan kerja sebesar,4% (yoy) tidak diimbangi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Penurunan serapan tenaga kerja terutama terjadi pada sektor perdagangan, konstruksi dan jasa kemasyarakatan. Sementara itu, deflasi pada triwulan laporan menyebabkan peningkatan nilai tukar petani (NTP) menjadi 1,14 dibanding triwulan sebelumnya sebesar 99,86. Perekonomian Kepri diprakirakan menguat dibanding pertumbuhan triwulan I 215 yang akan dipengaruhi oleh meningkatnya konsumsi masyarakat menjelang Lebaran dan penyelenggaraan event nasional maupun internasional, realisasi belanja pemerintah yang akan mendorong investasi, serta kinerja ekspor yang mulai meningkat di kuartal II. Pertumbuhan ekonomi Kepri pada triwulan II 215 diprakirakan pada kisaran 7,3% - 7,5% (yoy), sementara untuk keseluruhan 215 perekonomian Kepri diprakirakan tumbuh pada kisaran 7,5% - 7,7% (yoy). Dari sisi eksternal, secara keseluruhan 215 ekonomi global diperkirakan tumbuh 3,4% (yoy) lebih baik dibanding pertumbuhan 214 sebesar 3,3% (yoy). Laju inflasi berpotensi meningkat pada triwulan II 215. Secara keseluruhan 215, tekanan inflasi diperkirakan akan lebih rendah dibanding 214. Peningkatan laju inflasi berpotensi terutama dari kelompok volatile food berkenaan dengan meningkatnya konsumsi selama bulan Ramadhan serta keterbatasan pasokan (berakhirnya musim panen raya). Adapun laju inflasi inti dan administered price diprakirakan tetap stabil dan terjaga. Mencermati perkembangan tersebut, laju inflasi Kepri pada triwulan II 215 diprakirakan pada kisaran 7,5% 7,7% (yoy), sementara target inflasi keseluruhan tahun 215 sebesar 4,±1%. 3 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

15 BAB I PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan I 215 sebesar 7,14% (yoy) melambat dibanding periode sebelumnya sebesar 7,77% (yoy). Sejalan dengan lambatnya pemulihan ekonomi global, pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan I 215 sebesar 4,71 % (yoy) juga melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 5,2% (yoy). Perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional dipengaruhi melambatnya pertumbuhan ekonomi di Sumatera dan Kalimantan. Belum membaiknya harga komoditas global berdampak pada perlambatan ekonomi Sumatera dan Kalimantan yang sangat mengandalkan hasil tambang dan komoditas perkebunan (CPO dan karet) sebagai penopang perekonomiannya. Perekonomian Sumatera tumbuh 3,53% (yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,66% (yoy). Sementara pertumbuhan ekonomi Kepri pada triwulan I 215 sebesar 7,14% (yoy), tertinggi di Sumatera, diikuti oleh Jambi (5,92%) dan Sumatera Barat (5,46%). Pertumbuhan ekonomi Kepri tetap terjaga di tengah perlambatan ekonomi terutama ditopang oleh kinerja ekspor yang meningkat. Peningkatan ekspor komoditas non migas terjadi ke negara tujuan antara lain, Singapura, Amerika Serikat, Jepang, Malaysia dan Prancis SISI PENGELUARAN Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga dan net ekspor penopang perekonomian Kepri tumbuh menguat sebesar 7,82% (yoy) dan 22,34% (yoy). Sumber pertumbuhan terbesar disumbang oleh net ekspor sebesar 4,33% (yoy), diikuti konsumsi rumah tangga 2,82% (yoy) dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 1,53% (yoy). Berdasarkan share-nya dalam perekonomian Kepri, PMTB memiliki porsi terbesar yaitu 38,73%, diikuti konsumsi rumah tangga sebesar 36,32% dan net ekspor sebesar 22,13%. Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Pengeluaran Pertumbuhan Tw IV- 214 Persen (Y-oY) Sumber Tw I- 215 Pertumbuhan Tw I Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PTMB) Perubahan Inventori Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa Net Ekspor Total Pertumbuhan PDRB Sumber : BPS (Data diolah) 4 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

16 Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Pengeluaran Konsumsi LNPRT;.2% Konsumsi Pemerintah; 2.18% PMTB; 38.73% Net Ekspor; 22.13% Konsumsi Rumah Tangga ; 36.32% Sumber: BPS Kepulauan Riau Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi rumah tangga pada triwulan I 215 tumbuh sebesar 7,82% (yoy) menguat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 7,47% (yoy). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga dipengaruhi membaiknya daya beli masyarakat. Peningkatan konsumsi terkonfirmasi dari penyaluran kredit konsumsi pada triwulan laporan yang tercatat sebesar 15,56% (yoy) meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 14,94% (yoy). Laju inflasi yang terjaga sepanjang triwulan I turut meningkatkan daya beli masyarakat. Inflasi pada triwulan laporan tercatat sebesar 5,66% (yoy) atau -,64% (ytd) lebih rendah dibanding rata-rata periode yang sama dalam 3 tahun terakhir sebesar 4,92%(yoy) atau,95%(ytd). Peningkatan daya beli masyarakat terlihat dari indeks keyakinan konsumen (IKK) 1) terhadap kondisi ekonomi saat ini yang masih berada pada level optimis (di atas 1). Hal tersebut ditopang oleh tingkat pendapatan masyarakat yang tercermin oleh indeks penghasilan konsumen pada triwulan I 215 yang secara rata-rata sebesar 12. Optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian sejalan dengan peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan. Indeks tendensi konsumen (ITK) 2) pada triwulan I 215 tercatat sebesar 11,8 masih pada level optimis sama dengan triwulan sebelumnya, mekipun dengan tingkat optimisme konsumen yang menurun dibandingkan triwulan IV 214 dengan indeks sebesar 17,29. Membaiknya kondisi ekonomi konsumen juga terlihat dari meningkatnya indeks volume konsumsi barang/jasa serta indeks pengaruh inflasi terhadap pengeluaran rumah tangga dari indeks sebesar 115,96 dan 18,83 menjadi sebesar 13,5 dan 113,5. 1) Hasil survei konsumen Bank Indonesia periode Januari Maret ) Indeks Tendensi Konsumen adalah indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang yang dihasilkan BPS melalui Survei Tendesi Konsumen (STK) 5 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

17 Grafik 1.2. Perkembangan Kredit Konsumsi Grafik 1.3. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen (Rp miliar) (%, yoy) 16 16, 14, 12, , , 6, 4, , - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Kredit Konsumsi growth- Kredit Konsumsi (RHS) INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK) Sumber: Survei Konsumen KPw BI Kepulauan Riau INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI (IKE) Grafik 1.4. Perkembangan Indeks Penghasilan, Lapangan Kerja dan Konsumsi Barang Tahan Lama 1. Indeks Penghasilan Konsumen 2. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 3. Indeks Konsumsi barang-barang kebutuhan tahan lama Grafik 1.5. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen I II III IV I II III IV I 4 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Dec 214 Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau Pendapatan Rumah Tangga Pengaruh Inflasi thdp Pengeluaran RT Volume Konsumsi Barang/Jasa Sumber: BPS, diolah Indeks Tendensi Konsumen Investasi Investasi triwulan I 215 tercatat melambat dari 5,94% (yoy) pada triwulan IV 215 menjadi 3,82% (yoy). Perlambatan investasi dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global yang belum pulih, perlambatan kinerja industri pengolahan serta masih terbatasnya realisasi belanja pemerintah pada triwulan I 215. Perlambatan investasi terkonfirmasi dari perlambatan pertumbuhan Penanaman Modal Asing (PMA) yang masih rendah pada triwulan I sesuai dengan pola historisnya. Kinerja perusahaan yang masih terbatas dalam belanja modal pada triwulan I, sejalan dengan kredit investasi yang tumbuh sebesar 13,32% (yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 14,72% (yoy). Selain itu, kinerja sektor industri pengolahan yang dipengaruhi masih rendahnya permintaan produk global turut menyebabkan perlambatan investasi. Berdasarkan hasil liaison, kalangan industri masih melakukan wait and see terhadap kondisi global serta arah kebijakan pemerintah terkait kemudahan berinvestasi. Mayoritas perusahaan menggunakan investasinya sebatas untuk memperbaiki mesin produksi agar dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi dibandingkan dengan membeli mesin baru. 6 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

18 Penurunan investasi pada sektor industri pengolahan juga terkonfirmasi dari impor barang modal yang masih mengalami kontraksi serta perlambatan penyaluran kredit pada sektor industri pengolahan. Impor barang modal mengalami kontraksi sebesar 11,15% (yoy) sedikit lebih baik dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 11,67% (yoy) barang modal. Sementara itu, kredit sektor industri pengolahan juga masih mengalami kontraksi sebesar 9,82% (yoy). Dari sisi investasi pemerintah, realisasi belanja modal masih terbatas pada triwulan I, yang tercatat sebesar 1,28% dari total anggaran sebesar Rp3.96 miliar. Terbatasnya realisasi belanja pemerintah pada awal tahun disebabkan anggaran dan proses pengadaan masih dalam tahap persetujuan/finalisasi anggaran. Realisasi belanja pemerintah akan mulai meningkat pada triwulan kedua hingga akhir tahun. Meskipun demikian, investasi sektor konstruksi diperkirakan meningkat yang dipengaruhi pengerjaan proyek-proyek infrastruktur terutama proyek pembangunan jalan, jembatan dan pelabuhan. Peningkatan investasi juga ditopang oleh sektor perumahan yang tercermin dari penyaluran Kredit Perumahan Rakyat (KPR) pada triwulan laporan sebesar 12,56% (yoy) meningkat dibanding periode sebelumnya sebesar 11,49% (yoy). Indeks harga properti juga meningkat sebesar 113,9 dibanding triwulan sebelumnya sebesar 19,11 yang terutama didorong oleh kenaikan indeks rumah bertipe kecil dan besar. (Juta USD) Sumber: BKPM Grafik 1.6. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) Kepri Q1 214 Q2 214 Q3 214 Q4 214 Q1 215 Jumlah Proyek Realisasi Investasi PMA - LHS (%, yoy) (Rp miliar) 1, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, - Grafik 1.7. Perkembangan Kredit Investasi (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Kredit Investasi growth - Kredit Investasi (RHS) 7 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

19 (Juta USD) Grafik 1.8. Perkembangan Impor Barang Modal Total Impor Barang Modal (LHS) growth - Impor Barang Modal (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I (%, yoy) (%, yoy) Grafik 1.9. Perkembangan KPR Nominal KPR (RHS) Growth KPR (LHS) (Rp miliar) 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Ekspor Pada triwulan I 215, kinerja ekspor tumbuh sebesar 17,49% (yoy) menguat dibanding triwulan sebelumnya sebesar yang hanya tumbuh,15% (yoy). Penguatan ekspor terutama didorong oleh peningkatan ekspor migas dan perbaikan kinerja beberapa komoditas utama serta peningkatan volume ekspor non migas. Berdasarkan share-nya, ekspor migas memiliki porsi 34,3% sementara ekpor non migas masih mendominasi ekspor sebesar 65,7% dari total ekspor Kepri. Ekspor migas tercatat membaik meskipun masih mengalami kontraksi sebesar 1,94% (yoy) dibanding periode sebelumnya sebesar 41,81% (yoy). Ekspor hasil gas menjadi penopang ekspor migas yang mengalami perbaikan dibanding periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar 42,38% (yoy) menjadi 3,73% (yoy) pada triwulan I 215. Sementara ekspor minyak mentah tercatat masih mengalami kontraksi sebesar 53,79% (yoy) semakin dalam dibanding periode sebelumnya yang juga mengalami kontraksi sebesar 33,18% (yoy). Ekspor non migas berdasarkan volume tercatat tumbuh menguat sebesar,8% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 56,96% (yoy). Beberapa komoditas utama yang mengalami peningkatan antara lain: olahan CPO dan produk elektronik yang tumbuh menguat sebesar 12,23% (yoy) dan 2,78% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 27,38% (yoy) dan,29% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Peningkatan volume ekspor dipengaruhi oleh depresiasi Rupiah yang menjadi stimulus bagi eksportir untuk meningkatkan ekspor. Sementara nilai ekspor non migas tercatat mengalami kontraksi sebesar 26,6% (yoy) lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya sebesar 15,67% (yoy). Beberapa komoditas utama mencatatkan perbaikan ekspor, antara lain: olahan CPO, produk elektronik serta produk besi baja yang mengalami kontraksi namun masih lebih baik dibanding triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 37,27% (yoy), 43,64% (yoy) dan 13,29% (yoy) 8 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

20 menjadi 12,94% (yoy), 4,5% (yoy) dan 12,44% (yoy). Singapura, Amerika Serikat, Jepang dan Prancis menjadi negara tujuan ekspor yang mencatatkan peningkatan ekspor pada triwulan I 215. Hasil liaison pada perusahaan penghasil peralatan elektronik dan produk lainnya mengkonfirmasi peningkatan volume pesanan dari pasar yang berada di Prancis. Peningkatan tersebut merupakan dampak pemulihan di Kawasan Eropa serta peningkatan penjualan ritel. Grafik 1.1. Porsi Ekspor Migas dan Non Migas (Juta USD) 6. Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Migas dan Non Migas (%, yoy) Migas; 34.3% Non Migas; 65.7% Sumber: BPS, diolah. Sumber: BPS, diolah I II III IV I II III IV I II III IV I Ekspor Migas Ekspor Non Migas g. Ekspor Migas g. Ekspor Non Migas g.ekspor -6. Grafik Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Grafik Manufacturing Singapura Vs Ekspor Kepri 14, Volume Ekspor g. Volume Ekspor 3 (%, yoy) Pertumbuhan Sektor Manufaktur Singapura Pertumbuhan Ekspor Non Migas Kepulauan Riau 12, , 2 8, 6, 4, 2, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: Department of Statistic Singapore & Bank Impor Searah dengan penguatan ekspor, impor juga tercatat mengalami penguatan. Pada triwulan I 215, impor tumbuh 16,77% (yoy) menguat dibandingkan triwulan IV 214 yang mengalami kontraksi sebesar 1,27% (yoy). Peningkatan impor didorong oleh impor migas dan impor barang modal. Sejalan dengan peningkatan konsumsi, impor migas juga tercatat membaik dibanding periode sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 22,15% (yoy) menjadi kontraksi sebesar 21,92% (yoy). Meningkatnya ekspor turut mempengaruhi peningkatan impor yang disebabkan ketergantungan bahan baku impor yang tinggi. Hal ini menyebabkan kenaikan ekspor akan diikuti oleh kenaikan impor. Impor barang modal tercatat mengalami perbaikan meskipun 9 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

21 masih mengalami kontraksi sebesar 11,15% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 11,67% (yoy). Grafik Porsi Impor Migas dan Non Migas Non migas; 83.88% Migas; 16.12% (Juta USD) Grafik Perkembangan Nilai Impor Migas dan Non Migas I II III IV I II III IV I II III IV I (%, yoy) Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah Nilai Impor Migas Nilai Impor Non Migas g. Impor migas g. Impor non migas g. Impor Grafik Perkembangan Volume Impor Non Migas 2,5 Volume Impor g. Volume Impor 6 2, 4 2 1,5 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I BERDASARKAN LAPANGAN USAHA Berdasarkan lapangan usaha, penopang utama perekonomian Kepri diantaranya sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi motor dan mobil, serta sektor pertambangan dan penggalian. Andil terbesar pertumbuhan ekonomi Kepri pada triwulan I 215 disumbang oleh sektor industri pengolahan (2,86%), sektor konstruksi (1,6%) dan sektor perdagangan (,91%) (Tabel 1.2). 1 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

22 Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Lapangan Usaha Persen (Y-o-Y) Lapangan Usaha Tw IV-214 Tw-I 215 Sumber Pertumbuhan Tw I -215 A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan B Pertambangan dan Penggalian C Industri Pengolahan D Pengadaan Listrik, Gas E Pengadaan Air F Konstruksi G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor H Transportasi dan Pergudangan I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum J Informasi dan Komunikasi K Jasa Keuangan L Real Estate M,N Jasa Perusahaan O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial R,S,T,U Jasa lainnya PDRB Sumber : BPS (Data diolah) Grafik Kontribusi Lapangan Usaha Terhadap PDRB (%Y-o-Y) Industri Pengolahan Konstruksi Pertambangan dan Penggalian Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Transportasi dan Pergudangan Jasa Keuangan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Informasi dan Komunikasi Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Real Estate Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Pengadaan Listrik, Gas Jasa lainnya Pengadaan Air Jasa Perusahaan Sumber: BPS, diolah 7.5% 3.6% 2.7% 2.6% 2.2% 2.1% 2.1% 1.5% 1.3%.9%.8%.4%.1%.% 17.6% 15.5% 38.9% Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan pada triwulan I 215 tumbuh sebesar 7,36% (yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 8,47% (yoy). Perlambatan industri pengolahan terutama dipengaruhi oleh kontraksi ekspor sejumlah komoditas utama antara lain produk elektronik (12,44%), produk dari besi baja (4,5%), produk mesin (38,77%), dan kapal dan konstruksi terapung (66,59%), serta olahan CPO (12,94%). Kontraksi ekspor industri pengolahan yang dialami sejak triwulan III 214 dipengaruhi oleh permintaan global yang memang masih belum pulih. Kondisi perekonomian Singapura 11 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

23 sebagai negara tujuan ekspor utama pada triwulan I 215 tumbuh moderat sebesar 2,1% 3) (yoy) relatif sama dengan triwulan IV 214 sebesar 2,1% (yoy) belum mampu mendorong ekspor industri pengolahan. Penurunan kinerja sektor industri pengolahan juga terkonfirmasi dari data produksi industri besar sedang yang menunjukkan tren perlambatan pertumbuhan. Pada triwulan I 215, produksi industri besar sedang mengalami kontraksi sebesar 5,33% (yoy) lebih dalam dibanding kontraksi triwulan sebelumnya sebesar 4,93% (yoy). Di sisi lain, industri mikro kecil menunjukkan tren penguatan pertumbuhan produksi sebesar 2,84% (yoy) menguat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 15,53% (yoy). Meskipun demikian, penguatan produksi industri pengolahan belum mampu memberikan kontribusi yang signifikan karena peranannya yang relatif kecil Grafik Perkembangan Ekspor Beberapa Komoditas Utama Lemak dan Minyak Nabati dan Hewani Reaktor Nuklir, Pemanas, Mesin, dll Perahu, Kapal, dan Struktur Terapung Lainnya (%, yoy) Produk dari Besi dan Baja Mesin Elektronik, Perekam Suara, TV, dll I II III IV I II III IV I II III IV I %, yoy Grafik Pertumbuhan Industri Besar Sedang dan Mikro Kecil I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau Pertumbuhan Produksi Industri Mikro Kecil (%,yoy) Pertumbuhan Produksi Industri Besar Sedang (%, yoy) Sektor Konstruksi Sektor konstruksi tumbuh menguat pada triwulan I 215 sebesar 5,92% (yoy) meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 5,61% (yoy). Penguatan sektor konstruksi didorong terutama oleh pengerjaan berbagai proyek infrastruktur pada tahun 215, antara lain: pembangunan jembatan baru di Natuna, fly over di Pulau Galang, pengadaan tanah dan pembangunan run way Bandara Sei Bati, pengadaan tanah dan bangunan run away Bandara Dabo, serta pembangunan fasilitas terminal dan menara pengawas bandara Hang Nadim. Penguatan sektor konstruksi sejalan dengan hasil survei kegiatan usaha (SKDU) 4) sektor bangunan yang menunjukkan peningkatan pada triwulan I 215. Indikator konsumsi semen juga tercatat tumbuh 5,62% (yoy) dengan total konsumsi sebesar 264 ribu ton meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,49% (yoy) dengan 3) PDB Singapura yang merupakan estimasi dari data dua bulan pertama kuartal I 215, Departement Statistic of Singapore 4) Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) adalah survei yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia untuk mendapatkan informasi dini mengenai indikasi perkembangan kegiatan ekonomi di sektor riil secara triwulanan. 12 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

24 total konsumsi 25 ribu ton. Peningkatan konsumsi semen ditengah masih terbatasnya belanja modal pemerintah dan kenaikan harga semen menjadi penopang sektor konstruksi Kepri. Penyelesaian status lahan pada beberapa kawasan DPCLS (berdampak penting dan cakupan luas bernilai strategis) di Kepri melalui perubahan Surat Keputusan (SK) Menhut Nomor: SK.76/MenLHK-II/215 mendorong pertumbuhan sektor konstruksi. Sementara indikator kredit konstruksi menunjukkan kontraksi yang lebih dalam sebesar 16,85% (yoy) dibanding periode sebelumnya sebesar 7,96% (yoy). Hal tersebut mengindikasikan pertumbuhan konstruksi pada triwulan laporan diperkirakan hanya berupa penyelesaian proyek-proyek yang belum terselesaikan pada tahun 214. Berdasarkan hasil liaison, pengusaha cenderung memanfaatkan cash flow atau kredit KPR (terjadi peningkatan penyaluran kredit pada periode laporan) dibanding melakukan pinjaman ke bank disebabkan bunga yang tinggi. Pengusaha umumnya menggunakan pinjaman bank untuk pembelian lahan atau pembangunan konstruksi awal. (ton) 3, Grafik 1.2. Perkembangan Pengadaan Semen Kepri Realisasi Pengadaan Semen Kepri (lhs) Pertumbuhan Semen (rhs) (% yoy) 4 (SBT) 1.4 Grafik Hasil SKDU Sektor Bangunan 25, , 15, 1, 5, 2 1 (1) (2) (.2) (.4) I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (3) (.6) Bangunan (SKDU) - perkiraan Bangunan (SKDU) - realisasi Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Provinsi Kep. Riau Grafik Perkembangan Kredit Konstruksi (Rp miliar) 2,5 (%, yoy) 4 2, 1,5 1, I II II IV I II II IV I II II IV I Kredit Konstruksi g.konstruksi KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

25 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan yang dipengaruhi oleh menurunnya permintaan (berakhirnya momen Natal dan Tahun Baru serta menurunnya jumlah wisman (dampak musiman low season). Pada triwulan I 215, sektor ini mencatatkan pertumbuhan sebesar 12,71% (yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 13,16% (yoy). Perlambatan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor sejalan tercermin dari menurunnya jumlah wisman pada triwulan laporan, wisman tercatat tumbuh melambat sebesar 1,96% (yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,68% (yoy). Kegiatan bongkar muat di pelabuhan Batam secara keseluruhan pada triwulan I 215 mencatatkan perlambatan. Volume bongkar baik dalam maupun luar negeri dalam negeri mengalami kontraksi lebih dalam sebesar 15,89% (yoy) dan 21,6% (yoy) dibanding periode sebelumnya sebesar 7,4% (yoy) dan 8,44% (yoy). Meskipun demikian, pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil masih terjaga pada level yang cukup tinggi. Hal tersebut sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) juga menunjukkan peningkatan kegiatan usaha sektor PHR, khususnya sub sektor perdagangan besar dan eceran pada triwulan pertama. Kinerja sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil yang cukup tinggi tercermin dari peningkatan penyaluran kredit sektor PHR sebesar 16,36% (yoy) dibanding triwulan IV 214 sebesar 13,53% (yoy). Grafik Perkembangan Wisatawan Kepri Jumlah Wisman (orang - LHS) Pertumbuhan (%, yoy - RHS) 6, , 12. 4, , , 2. 1, I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, diolah. (ton) 1,6, 1,4, 1,2, 1,, 8, 6, 4, 2, - Grafik Volume Bongkar Muat Barang Pelabuhan Batam Dalam Negeri Bongkar Dalam Negeri Muat I II III IV I II III IV I KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

26 Grafik Hasil SKDU Sektor PHR (SBT) (2.) I II III IV I II III IV I II III IV I II (4.) (6.) Realisasi Kegiatan Usaha (SBT) Perkiraan Kegiatan Usaha (SBT) Sumber: SKDU BI Provinsi Kepulauan Riau Grafik Perkembangan Kredit Sektor PHR (Rp miliar) (%, yoy) 6, 25 5, 2 4, 15 3, 1 2, 1, 5 - I II II IV I II II IV I II II IV I Kredit Perdagangan g.perdagangan Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh melambat pada triwulan I 215 menjadi 5,37% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya sebesar 6,5% (yoy). Perlambatan sektor pertambangan dan penggalian terutama ditopang oleh penurunan lifting minyak mentah dan gas pada triwulan laporan. Perlambatan lifting minyak mentah dan gas merupakan dampak tren penurunan harga minyak dunia. Pertumbuhan lifting minyak tercatat mengalami kontraksi sebesar 93,82% (yoy) atau hanya,21 juta barel dibanding triwulan sebelumnya sebesar 5,24% (yoy) atau 3,6 juta barel. Demikian juga dengan lifting gas yang mengalami kontraksi sebesar 1,21% (yoy) atau 56,64 juta MMBTU dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 15,29% (yoy) atau 66,26 juta MMBTU. Sementara sektor pertambangan dan penggalian mencatatkan perbaikan ekspor, meskipun masih mengalami kontraksi sebesar 47,12% (yoy) namun masih lebih baik dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 85,3% (yoy). Perbaikan ekspor terutama didorong oleh peningkatan ekspor hasil tambang berupa timah dan pasir granit. 15 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

27 Grafik Perkembangan Ekspor Minyak Mentah Lifting Minyak Bumi (juta Barel) growth (%, yoy) (juta Barel) (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: ESDM Grafik Perkembangan Ekspor Hasil Gas Lifting Gas (juta MMBTU) growth (%, yoy) (juta MMBTU) (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: ESDM Grafik Perkembangan Ekspor Hasil Pertambangan (Juta USD) 25 Total MINING Pertumbuhan (RHS) (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

28 Boks BOKS - 1 Growth Diagnostic Provinsi Kepulauan Riau Growth diagnostic merupakan salah metode yang dipakai untuk mengidentifikasi hambatan atau kendala utama sebuah daerah untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Analisis growth diagnostic di Kepri yang akan dipaparkan terutama akan fokus pada hambatan pertumbuhan investasi. Kepri memiliki potensi investasi yang besar dengan lokasi strategis dan fasilitas Free Trade Zone. Investasi di Kepri telah menunjukkan penguatan pertumbuhan dari waktu ke waktu, namun demikian diyakini bahwa pertumbuhan investasi dapat ditingkatkan lagi dengan mengoptimalkan peluang yang ada dan mengatasi constraint atau hambatan investasi. Analisis hambatan investasi dari perspektif lingkungan bisnis akan dilakukan mengikuti kerangka analisis pertumbuhan yang dikembangkan oleh Hausmann, Rodrik, dan Velasco (HRV, 25). Gambar 1. Kerangka Hausmann, Rodrik, dan Velasco (25) Berdasarkan analisis yang dilakukan mengikuti kerangka HRV tersebut, sejumlah hambatan investasi di Kepri yang dinilai paling berpengaruh, sebagai berikut: 1. Hambatan geografis. Sebagai daerah kepulauan, ketujuh kota dan kabupaten di Kepri dipisahkan oleh laut, dengan sarana transportasi utama antar daerah yaitu transportasi laut dan udara, dengan waktu tempuh dari ibu kota provinsi maupun dari Kota Batam sebagai pusat ekonomi, berkisar 1 5 jam. Faktor jarak tempuh, keterbatasan moda transportasi, dan faktor alam seperti gelombang tinggi dan musim angin utara menyebabkan sejumlah daerah kurang menarik untuk kegiatan investasi. 2. Kendala Infrastruktur Pelabuhan. Peningkatan aktivitas ekonomi dan lalu lintas perdagangan tidak diikuti dengan penambahan kapasitas pelabuhan maupun perbaikan prasarana pelabuhan, 17 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

29 berdampak pada peningkatan biaya logistik karena peningkatan waktu tunggu kapal dan proses bongkar muat. Untuk kelancaran proses bisnis, sejumlah perusahaan membangun sendiri pelabuhannya, menyebabkan biaya investasi yang lebih tinggi. Listrik. Rasio elektrifikasi di Kepri relatif rendah, sebesar 7 (tahun 213). Hambatan kelistrikan terutama dirasakan oleh pelaku usaha dan masyarakat di kabupaten/kota di luar Batam. Keterbatasan pasokan listrik memaksa perusahaan untuk menyediakan kebutuhan listriknya sendiri, menyebabkan peningkatan biaya investasi. Secara khusus, Tanjungpinang dan Karimun mendapatkan fasilitas FTZ untuk mendorong investasi, namun tidak didukung oleh fasilitas listrik dan pelabuhan yang memadai. PROPINSI Tabel 1. Rasio Elektrifikasi per Wilayah di Indoesia, 213 KELUARGA BERLISTRIK (PLN) HOUSEHOLD APPLIANCES (PLN) RASIO ELEKTRIFIKASI INDONESIA Per WILAYAH 213 KELUARGA JUMLAH RASIO BERLISTRIK (NON PLN) KELUARGANUMBER OF HOUSEHOLD APPLI ANCES HOUSEHOLD (x1) (NON-PLN) ELEKTRIFIKASI ELECTRIFICATION RATIO (%) (a) (b) (c) (a+b)/c*1% Sumatera Utara 2,749,91 8,674 3,147, Riau 95, ,888 1,48, Kepulauan Riau 34,323 13, ,111 7 Jawa Barat 9,711,38 63,87 12,195,244 8 Jawa Timur 8,434, ,648,5 79 Jumlah 5,116,127 1,572,8 64,24, Proses perizinan investasi, konstruksi dan registrasi properti. Berdasarkan survei oleh IFC dan World Bank (212), proses perizinan investasi, konstruksi dan registrasi properti di Kota Batam relatif lebih panjang dengan biaya lebih tinggi dibanding beberapa kota lainnya di Indonesia. 4. Kejelasan status lahan. Melalui berbagai survei dan focus group discussion (FGD) dengan pelaku usaha,diketahui bahwa polemik status lahan telah menjadi salah satu hambatan investasi di Kepri. Pada 213, sejumlah kawasan yang dikategorikan sebagai kawasan berdampak penting dan cakupan luas bernilai strategis (DPCLS) di Kepri dinyatakan berstatus hutan lindung berdasarkan SK Menhut No.463/213. Pada 214, diterbitkan SK Menhut No.867 tahun 214, yang membebaskan status hutan lindung pada sejumlah DPCLS di Kepri. Meskipun demikian, penjelasan teknis SK Menhut No.867 tahun 214 sebagai panduan di lapangan hingga saat ini belum diterbitkan sehingga secara aktual masalah lahan masih menjadi kendala investasi. 5. Biaya Tenaga Kerja. Standar upah pekerja di Kepri tercatat cukup tinggi untuk regional Sumatera. Upah Minimum Provinsi (UMP) 215 sebesar Rp1.954.,- merupakan yang ketiga tertinggi di Sumatera setelah Bangka Belitung dan Sumatera Selatan. Pada level kabupaten dan kota, Upah Minimum Kota (UMK) Batam 215 sebesar Rp2.7., merupakan UMK tertinggi di Sumatera. 6. Industri Pendukung. Perkembangan industri pendukung sektor industri pengolahan masih sangat terbatas, menyebabkan content impor sangat tinggi, mencapai 9% dari nilai ekspor. 18 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

30 7. Risiko keamanan dan konflik. Berdasarkan data Kepolisian (213), tingkat kriminalitas di Kepri terhitung sangat tinggi, terlihat dari indikator risiko penduduk terkena tindak pindana (per 1. penduduk) sebanyak 232 orang, jauh lebih tinggi dibanding angka nasional sebanyak 14 orang. Bentuk konflik lainnya yaitu demonstrasi buruh menjelang penentuan Upah Minimum Kota (UMK) yang seringkali bersifat anarkis. Tingginya risiko kejahatan dan konflik merupakan disinsentif bagi investasi. Tabel 2. Risiko Penduduk Terkena Tindak Pidana (per 1. penduduk) Terkait sejumlah hambatan investasi tersebut yang dinilai sangat berpengaruh, beberapa rekomendasi kebijakan yang dapat ditempuh oleh pejabat berwenang, antara lain: 1. Memprioritaskan peningkatan kapasitas pelabuhan utama dan peremajaan sarana penunjang pelabuhan. Selanjutnya, pemerintah daerah juga harus fokus pada perbaikan pelabuhan antar pulau untuk meningkatkan aktivitas ekonomi,. 2. Melakukan percepatan pembangunan transmisi listrik antarpulau. Apabila memungkinkan, sektor swasta juga dapat difasilitasi untuk penyediaan listrik khususnya di daerah-daerah yang memiliki fasilitas Free Trade Zone. 3. Meningkatkan prosedur izin usaha yang lebih efisien dan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi untuk membangun sistem perizinan yang efisien, user friendly, aman dan dapat dipertanggungjawabkan. Sistem pembayaran biaya perizinan juga sedapat mungkin dilakukan secara non tunai, untuk mekanisme pencatatan yang lebih efisien dan bertanggungjawab. 4. Terkait tingginya biaya tenaga kerja, perlu ada kerjasama antara instansi terkait untuk menentukan besaran upah berdasarkan produktivitas. 5. Melakukan kajian lebih dalam mengenai penyebab tingginya risiko kejahatan di wilayah Kepri. Pada umumnya tingkat kejahatan yang tinggi dipicu olah masalah sosial, antara lain tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan. 6. Mengembangkan industri pendukung, untuk mengurangi impor content, dimulai pada material-material pendukung yang dapat dikerjakan pada level UMKM, dan ditempatkan di kab/kota di luar Batam Sumatera Utara Kepulauan Riau Riau Jakarta Jawa Barat Jawa Timur INDONESIA Sumber: Biro Pengendalian operasi, Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau) 19 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

31 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI KEPULAUAN RIAU Inflasi Kepri triwulan I 215 sebesar 5,66% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 7,59% (yoy) dan inflasi nasional sebesar 6,38% (yoy). Laju inflasi Kepri pada triwulan I 215 relatif rendah 5,66% (yoy) atau -,64% (ytd) 1) dibandingkan rata-rata periode yang sama dalam 3 tahun terakhir sebesar 4,92%(yoy) atau,95%(ytd). Dibandingkan provinsi lainnya di Sumatera, laju inflasi Kepri tercatat sebagai inflasi terendah ketiga setelah inflasi Provinsi Aceh sebesar 4,44% (yoy) dan Jambi sebesar 4,88% (yoy), serta lebih rendah dibanding inflasi Sumatera sebesar 6,12% (yoy). Menurunnya harga pada kelompok volatile food (cabai merah, cabai rawit, bawang merah dan kelompok sayuran, antara lain: kangkung, kentang, ketimun, tomat sayur, dan kol putih/kubis) dan penyesuaian harga pada kelompok administered price (bensin, solar, pertamax dan elpiji), menjadi pemicu terjadinya deflasi,64% (ytd) pada triwulan laporan. Penurunan harga kelompok volatile food ditopang oleh terjaganya kelancaran distribusi barang, melimpahnya pasokan komoditas bahan makanan terutama cabai segar (cabai merah dan cabai rawit) seiring musim panen raya serta menurunnya permintaan pada triwulan I setiap tahunnya. Selain itu, penyesuaian harga bahan bakar yang dipengaruhi oleh pelemahan harga minyak dunia mendorong deflasi pada kelompok administered price. Sementara kelompok inti, terutama komoditas tukang bukan mandor dan tarif sewa rumah, tercatat mengalami inflasi akibat penyesuaian tarif di awal tahun dan pelemahan nilai tukar Rupiah PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA Inflasi Tahunan (yoy) Secara tahunan, inflasi Kepri triwulan I 215 sebesar 5,66% (yoy), lebih rendah dibanding inflasi nasional sebesar 7,32% (yoy) dan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 7,59% (yoy). Dibanding provinsi lainnya di Sumatera, Kepri juga mencatatkan inflasi terendah ketiga setelah inflasi Provinsi Aceh sebesar 4,44% (yoy) dan Jambi sebesar 4,88% (yoy), serta lebih rendah dibanding inflasi Sumatera sebesar 6,12% (yoy). 1) Yoy (year on year) atau inflasi tahunan merupakan perbandingan IHK pada bulan laporan dengan IHK pada bulan yang sama tahun sebelumnya. Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan gabungan harga rata-rata barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga dan digunakan sebagai dasar perhitungan inflasi. Ytd (year to date) atau inflasi tahun kalender adalah perbandingan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan laporan dengan IHK pada bulan Desember tahun sebelumnya (Akumulasi inflasi yang terjadi mulai Januari sampai dengan bulan laporan. Qtq (quarter to quarter) atau inflasi triwulanan adalah perbandingan IHK pada triwulan laporan dengan IHK pada triwulan sebelumnya. 2 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

32 Berdasarkan kelompok barang dan jasa, andil terbesar inflasi tahunan disumbang oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan; serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, masingmasing dengan andil inflasi sebesar 1,8%; 1,3% dan 1,2%. Sementara itu, berdasarkan komoditas pada masing-masing kelompok tersebut, tekanan inflasi bersumber dari komoditas sewa rumah, tarif rumah sakit, angkutan dalam kota, tarif listrik, mie serta ketupat/lontong sayur. Kenaikan biaya/tarif barang atau jasa dipengaruhi oleh penyesuaian akibat kenaikan biaya input (bahan bakar dan tarif listrik) serta kecenderungan ekspektasi masa lalu untuk menaikkan harga pada awal tahun. Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa Persen (Y-o-Y) No Kelompok I II III IV I Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil 1 Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok&Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas,& Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Umum Sumber : BPS (Data diolah) Inflasi, % yoy 1. Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan Kepri, Sumatera, dan Nasional Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulan I 215 Kawasan Sumatera Sumatera Bengkulu 6.12% 7.65% 5.. I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Nasional Kepulauan Riau Sumatera Sumber: BPS, diolah Babel Lampung Sumbar Sumsel Riau Sumut Kepri Jambi Aceh Sumber: BPS, diolah 6.74% 6.64% 6.28% 6.26% 6.17% 6.14% 5.66% 4.88% 4.44% Inflasi Triwulanan (qtq) Secara triwulanan, Provinsi Kepri pada triwulan I 215 tercatat mengalami deflasi sebesar,64% (qtq), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 4,48% (qtq). Pencapaian tersebut sejalan dengan deflasi di tingkat nasional dan Sumatera masing-masing sebesar,44% (qtq) dan 1,59% (qtq). 21 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

33 Berdasarkan kelompok barang dan jasa, andil deflasi triwulanan disumbang oleh kelompok bahan makanan dan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan. Komoditas terbesar penyumbang deflasi berdasarkan masing-masing kelompok tersebut antara lain: cabai merah, cabai rawit, bawang merah, kangkung, kentang, bensin, solar, angkutan udara, angkutan laut dan tarif taksi. Sementara, andil inflasi triwulanan disumbang oleh kelompok perumahan,air, listrik, gas, dan bahan bakar; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau; serta kelompok sandang dengan masing-masing dengan andil terhadap inflasi sebesar,6%;,3% serta,1%. Berdasarkan komoditas pada masing-masing kelompok tersebut, tekanan inflasi bersumber dari komoditas tukang bukan mandor, sewa rumah, upah pembantu RT, pemeliharaan/service, ketupat/lontong sayur, rokok putih, sandang laki-laki dan sandang wanita. Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa Persen (Q-t-Q) No Kelompok I II III IV I Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil 1 Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok&Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas,& Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Umum Sumber : BPS (Data diolah) Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kepri, Sumatera, dan Nasional Inflasi, % QTQ (1.) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Nasional Kepulauan Riau Sumatera Sumber: BPS, diolah 22 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

34 2.2. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA Pada triwulan I 215, inflasi Batam sebesar 5,84 (yoy) dan Tanjungpinang sebesar 4,61% (yoy) sehingga inflasi Kepri tercatat sebesar 5,66% (yoy) 2). Realisasi inflasi Batam dan Tanjungpinang tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya masing-masing sebesar 7,61% (yoy) dan 7,49% (yoy), serta dibandingkan rata-rata pada periode yang sama selama 3 tahun terakhir sebesar 4,62% (yoy) dan 6,13% (yoy). Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Menurut Kota Kelompok Prov. Kepri Inflasi, % yoy Inflasi, % mtm Kota Batam Inflasi, % yoy Inflasi, % mtm Kota Tanjungpinang Inflasi, % yoy Inflasi, % mtm Sumber : BPS, diolah Inflasi, % YOY 12.5 Grafik 2.4. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kepri, Batam, dan Tanjungpinang Kepulauan Riau Batam Tanjungpinang I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: BPS, diolah Sejalan dengan perkembangan inflasi Kepri, pemicu inflasi Batam dan Tanjungpinang juga bersumber dari kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar dengan andil inflasi pada masing-masing kota sebesar 1,82% (yoy) dan 1,87% (yoy). Andil inflasi terbesar kedua disumbang oleh kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan di Batam sebesar 1,47%. Sementara andil terbesar kedua di Tanjungpinang disumbang oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 1,4%. Berdasarkan andil terbesarnya, 5 (lima) komoditas utama penyumbang inflasi Batam antara lain sewa rumah, tarif rumah sakit, angkutan dalam kota, tarif listrik, dan upah pembantu RT. Sementara di 2) Kota Batam dan Kota Tanjungpinang adalah dua kota yang menjadi sampel perhitungan inflasi di Provinsi Kepri dengan bobot masing-masing sebesar 86% dan 14%. 23 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

35 Tanjungpinang, disumbang oleh tarif listrik, angkutan dalam kota, tukang bukan mandor, dan beras. Laju inflasi Batam pada triwulan I 215 lebih tinggi dibanding Tanjungpinang yang disebabkan oleh tingginya inflasi kelompok inti. Tingginya inflasi kelompok inti dipengaruhi oleh penyesuaian yang umumnya dilakukan di awal tahun pada beberapa komoditas antara lain sewa rumah, upah pembantu RT, dan tarif bukan mandor. Selain itu, pengaruh depresiasi nilai Rupiah yang masih terjadi turut mendorong kenaikan harga komoditas kelompok inti di Batam. Kelompok administered price juga menjadi penyumbang inflasi di kedua kota tersebut. Inflasi administered price Batam lebih tinggi dibanding Tanjungpinang terutama dipengaruhi penyesuaian tarif transportasi yang harus berdasarkan Surat Keputusan (SK) sehingga meskipun harga bahan bakar turun, belum tentu diikuti turunnya tarif transportasi. Sementara itu, kenaikan tarif listrik sangat terasa dampaknya di Tanjungpinang dan menyumbang andil sebesar,86% dibandingkan Batam hanya sebesar,32%. Hal ini dipengaruhi oleh infrastruktur dan jaringan listrik yang lebih baik di Batam. Sementara inflasi volatile food relatif rendah, andil inflasi volatile food Batam hanya sebesar,2% sementara Tanjungpinang tercatat deflasi -,2%. Namun, komoditas beras di Tanjungpinang menjadi salah satu penyumbang inflasi tertinggi dan dipengaruhi oleh meningkatnya konsumsi pada perayaan Imlek dan keterbatasan gudang kebutuhan bahan pangan DISAGREGASI INFLASI Sepanjang triwulan I 215, tekanan inflasi bersumber dari kelompok inti dan kelompok administered price 3) sedangkan kelompok volatile foods cenderung menurun akibat melimpahnya pasokan berkenaan dengan panen raya, dan menurunya konsumsi (berakhirnya momen Natal dan tahun Baru) serta terjaganya kelancaran distribusi barang (berakhirnya angina musim utara). 3) Diagregasi inflasi adalah pengelompokan yang dilakukan berdasarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental. Barang/jasa dikelompokkan atas tiga kelompok, antara lain: kelompok inti, kelompok administered price dan kelompok volatile food. 24 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

36 (%, yoy) 2. Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Inti, Administered Price, dan Volatile Food INTI ADMINISTERED PRICE VOLATILE FOODS I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: BPS Kepulauan Riau, diolah Inflasi Inti Laju inflasi kelompok inti 4) pada triwulan I 215 sebesar 5,98% (yoy) dengan andil terbesar 3,58% (yoy). Komoditas penyumbang tekanan inflasi inti antara lain : sewa rumah, tarif rumah sakit, tukang bukan mandor, dan upah pembantu RT. Kenaikan sewa rumah dan upah pembantu RT merupakan penyesuaian yang umumnya dilakukan di awal tahun, sementara kenaikan sewa rumah menjadi salah satu pemicu kenaikan tarif tukang bukan mandor. Selain itu, meningkatnya permintaan dan penyewaan rumah yang tercermin dari kenaikan indeks harga properti 5) Batam pada triwulan I 215 turut mempengaruhi kenaikan biaya sewa rumah di Kepri khususnya Batam. Upah minimum kota (UMK) yang meningkat dan kondisi sosial ekonomi menyebabkan kebutuhan pembantu rumah tangga meningkat sehingga memicu kenaikan upah pembantu RT. Laju inflasi tarif rumah sakit merupakan dampak kenaikan tarif Rumah Sakit Otorita Batam secara resmi dinaikkan 1 April 215. Kenaikan tarif tersebut merupakan penyesuaian yang dilakukan oleh pihak rumah sakit terhadap tarif listrik dan harga bahan bakar yang telah mengalami kenaikan sebelumnya. 4) Inflasi inti merupakan komponen inflasi yang cenderung menetap atau persistent dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental seperti interaksi permintaan penawaran, nilai tukar, maupun ekspektasi inflasi pedagang dan konsumen. 5) Indeks harga properti merupakan indeks yang didapatkan dari hasil survey harga properti residensial (SHPR) yang dilakukan oleh Bank Indonesia setiap triwulan untuk memantau perkembangan properti. 25 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

37 Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Inti (%, mtm) TARIP RUMAH SAKIT TUKANG BUKAN MANDOR SEWA RUMAH UPAH PEMBANTU RT. -5. Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Sumber: BPS, diolah Inflasi Administered Price Kelompok administered price 6 menjadi pendorong terbesar kedua inflasi pada triwulan I 215. Secara total tahunan, inflasi administered price sebesar 1,28% (yoy) dengan andil sebesar 2,8% (yoy). Beberapa komoditas yang mengalami inflasi tinggi antara lain bensin, angkutan dalam kota, tarif listrik, tarif taksi, dan rokok kretek filter. Penyesuaian harga bahan bakar (bensin dan solar) dipengaruhi oleh harga minyak dunia yang mulai mengalami rebound sehingga mendorong kenaikan Indonesia Crude Price (ICP). Kenaikan harga bahan bakar tersebut berdampak langsung pada kenaikan tarif angkutan (angkutan dalam kota, tarif taksi, dan angkutan laut). Kenaikan tarif listrik oleh PT PLN Persero dipengaruhi oleh depresiasi Rupiah dimana tarif listrik saat ini didasarkan pada indikator harga bahan bakar minyak, nilai tukar, dan inflasi. Sementara itu, inflasi pada kelompok rokok merupakan dampak kenaikan cukai rokok yang berlaku awal Januari 215. (%,mtm) Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Administered. Price Bensin Angkutan Dalam Kota Tarif listrik Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Sumber: BPS, diolah 6) Inflasi kelompok komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah. 26 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

38 Inflasi Volatile Food Pada triwulan laporan, inflasi kelompok volatile food 7) relatif terkendali dengan laju inflasi sebesar,5 % (yoy) dengan andil,1% (yoy). Berdasarkan komoditas, tekanan inflasi terbesar disumbang oleh beras, bayam, dan kacang panjang. Ketersediaan bahan pangan yang cukup melimpah dipengaruhi oleh musim panen raya di daerah penghasil serta kelancaran distribusi barang yang tetap terjaga. Sementara kenaikan harga beras yang cukup tinggi di hampir seluruh Indonesia (khususnya di Pulau Jawa) dan peningkatan konsumsi berkenaan Hari Raya Imlek pada triwulan laporan menjadi faktor pendorong kenaikan harga beras. Namun, kenaikan beras masih terkendali dipengaruhi distribusi raskin yang dilakukan sepanjang Januari - Februari terbukti mampu meredam gejolak harga di pasar. (%, mtm) Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Volatile Food BERAS BAYAM KANGKUNG Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Sumber: BPS, diolah 2.4. EKSPEKTASI INFLASI Pada triwulan I 215, ekspektasi konsumen menunjukkan penurunan harga pada periode Februari Maret. Hal tersebut terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen 8) oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau, perubahan harga 3 bulan dan 6 bulan mendatang yang menunjukkan kecenderungan penurunan indeks. Terbentuknya ekspektasi konsumen tersebut dipengaruhi oleh tren inflasi tahunan yang cenderung menurun selama Januari hingga Maret. Berdasarkan kelompok pengeluaran, konsumen memperkirakan penurunan harga terutama pada kelompok bahan makanan serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. 7) Inflasi kelompok volatile food adalah inflasi yang dipicu oleh gejolak harga komoditas pada kelompok bahan makanan. 8) Survei Konsumen adalah survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang bertujuan untuk mendapatkan informasi atau indikator dini (prompt indicator) mengenai tendensi/arah konsumsi rumah tangga dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi, kondisi stabilitas keuangan rumah tangga dan ekspektasi konsumen terhadap perkiraan inflasi ke depan. 27 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

39 Grafik 2.9. Perkembangan Ekspektasi Konsumen 2 Perubahan harga 3 bulan mendatang Perubahan harga 6 bulan mendatang 15 1 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Dec Jan Feb Mar Sumber: Survei Konsumen KPw BI Kepulauan Riau Boks BOKS - 2 Roadmap TPID Provinsi Kepulauan Riau Realisasi inflasi Kepri pada triwulan I 215 sebesar 5,66% (yoy) atau -,64 (ytd) dan lebih rendah dibandingkan pola historisnya selama 3 tahun terakhir sebesar 3 tahun terakhir sebesar 4,92% (yoy) atau,95% (ytd). Dengan demikian, untuk menjaga inflasi selaras dengan target inflasi nasional pada 215 sebesar 4+1% (yoy). Bank Indonesia menyiapkan Roadmap pengendalian inflasi di setiap provinsi. Roadmap pengendalian inflasi Kepri dapat dikelompokkan pada tiga tahap/fase yaitu, tahap Awareness, Fostering, dan Maturing. Dalam masing-masing tahap tersebut, terdapat program maupun kegiatan pengendalian yang dilakukan melalui kerjasama, koordinasi, disertai oleh komitmen, sinergi dan kolaborasi dari seluruh anggota yang tergabung dalam tim pengendalian inflasi baik itu pada level provinsi maupun kota/kabupaten. Masing-masing tahap/fase pengendalian tersebut memiliki karakteristik dan pencapaian (milestones) sebagai indikator bahwa fase/tahap tersebut telah dilalui oleh tim pengendalian inflasi untuk menuju fase/tahap selanjutnya. Roadmap pengenedalian inflasi merupakan rencana dalam horison jangka panjang guna menyelaraskan target-target pengendalian inflasi nasional dengan daerah. Pentingnya keselarasan pengendalian inflasi di daerah dipengaruhi oleh besarnya bobot penyusun inflasi di daerah yang mencapai 8% sementara 2% sisanya merupakan sumbangan inflasi dari DKI Jakarta. 28 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

40 Roadmap pengendalian inflasi Kepri yang secara singkat pada bagan sebagai berikut: Gambar. Bagan Pengendalian Inflasi Kepri Pada masing-masing fase tersebut, roadmap pengendalian inflasi berfokus pada pengembangan beberapa aspek pendukung pengendalian inflasi yaitu, SDM, infrastruktur, konektivitas, kelembagaan, tata niaga, teknologi, sebagaimana tabel berikut: 29 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

41 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Di tengah tekanan perlambatan pertumbuhan ekonomi, kinerja perbankan membaik ditopang oleh konsumsi masyarakat yang tetap tumbuh solid. Aset, DPK dan Kredit perbankan tumbuh menguat pada triwulan I 215. Penguatan DPK dipengaruhi oleh trend tingginya suku bunga, yang menarik minat masyarakat untuk menyimpang dana di perbankan, terutama berupa simpanan jangka panjang. Adapun penguatan pertumbuhan kredit ditopang penguatan konsumsi masyarakat pada triwulan I 215. Ditengah penguatan kredit dan trend tingginya suku bunga perbankan, jumlah kredit bermasalah meningkat, namun dapat terkendali pada level aman. Sementara itu, kegiatan pembayaran tunai dan non tunai cenderung menurun pada triwulan I 215 dibanding triwulan sebelumnya, dipengaruhi oleh penurunan aktivitas ekonomi pada awal tahun PERKEMBANGAN PERBANKAN BANK UMUM Pada triwulan I 215, kinerja bank umum tercatat lebih baik dibanding triwulan sebelumnya. Aset, dana pihak ketiga (DPK) maupun kredit mencatatkan penguatan pertumbuhan, setelah berada pada tren menurun sepanjang 214. Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, kinerja bank umum dapat tumbuh menguat ditopang oleh tingkat konsumsi masyarakat yang tetap solid pada triwulan pertama, yang mendorong penguatan kredit konsumsi. Penguatan konsumsi juga tercermin dari penguatan PDRB pada komponen konsumsi rumah tangga, tumbuh 7,82% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,47% (yoy). Sementara itu, angka LDR dan NPL relatif stabil dibanding triwulan IV 214. Tabel 3.1. Indikator Utama Bank Umum di Provinsi Kepulauan Riau Pertumbuhan (yoy) Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. IV 214 Tw. I 215 Total Aset ,76% 7,73% Total Dana ,77% 7,13% Total Kredit ,27% 7,58% NPL 1,7% 1,74% 1,71% 1,62% 1,67% - - LDR 75,46% 72,74% 74,21% 75,61% 75,77% KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

42 Aset Pada triwulan I 215, aset bank umum mencatatkan penguatan pertumbuhan. Total aset senilai Rp miliar, tumbuh 7,73% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 4,76% (yoy). Penguatan pertumbuhan aset, ditopang oleh kredit dan DPK yang juga tumbuh menguat pada triwulan laporan. Perbaikan kinerja aset terjadi pada seluruh kelompok bank, baik bank pemerintah, bank swasta maupun bank asing dan campuran. Tingkat pertumbuhan aset pada masingmasing kelompok bank relatif setara. Kelompok bank swasta mencatatkan pertumbuhan aset 8,14% (yoy), bank pemerintah 8,44% (yoy) serta kelompok bank asing dan campuran mencatatkan pertumbuhan 7,57% (yoy). Adapun porsi terbesar aset terdapat pada bank swasta (52,9%), kemudian bank pemerintah (45,2%), dan porsi terkecil pada bank asing dan campuran (1,8%). Berdasarkan lokasi, porsi terbesar aset terdapat di Kota Batam sebagai pusat kegiatan ekonomi Kepri, dengan jumlah perbankan dan nasabah bank terbanyak di Kepri. Porsi aset perbankan Kota Batam mencapai 74,3%, diikuti oleh Kota Tanjungpinang (1,4%), Kabupaten Bintan (4,9%), dan 1,4% sisanya tersebar di kabupaten lainnya di Kepri. Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum (BU) Aset (LHS) growth - Aset (RHS) (Rp miliar) (%, yoy) 5, 3 45, 4, 25 35, 2 3, 25, 15 2, 15, 1 1, 5 5, - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I (%, yoy) (2.) Grafik 3.2. Pertumbuhan Aset Berdasarkan Kelompok Bank Umum Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing & Campuran I II III IV I II III IV I II III IV I Dana Pihak Ketiga (DPK) DPK bank umum menguat, khususnya pada deposito dan giro. Total DPK sebesar Rp miliar, tumbuh 7,13% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 2,77% (yoy). Penguatan pertumbuhan DPK ditopang oleh penguatan deposito dan giro, sementara tabungan tumbuh melambat. Deposito tumbuh 25,12% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 23,1% (yoy). Giro tumbuh,39% (yoy), juga menguat setelah mencatatkan penurunan pada triwulan sebelumnya 31 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

43 sebesar 12,6%. Sebaliknya pada tabungan, trend perlambatan pertumbuhan sejak triwulan IV 213 masih berlanjut pada triwulan I 215. Tabungan tumbuh 3,1% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 5,91% (yoy). Trend perlambatan pertumbuhan tabungan dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang cukup tinggi sejak periode akhir 213 (seiring dengan kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia), sehingga penempatan dana jangka panjang berupa deposito menjadi lebih menguntungkan dibanding tabungan. (Rp miliar) 45, 4, 35, 3, 25, 2, 15, 1, 5, - Grafik 3.3. Perkembangan Ekspektasi Konsumen (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I DPK (LHS) growth-dpk (RHS) (Rp miliar) 2, 18, 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, Grafik 3.4. Perkembangan Ekspektasi Konsumen I II III IV I II III IV I II III IV I (%, yoy) Giro (LHS) Tabungan (LHS) Deposito (LHS) growth - Giro (RHS) growth - Tabungan (RHS) growth - Deposito (RHS) (1) (2) Berdasarkan komposisi DPK, penempatan dana berupa tabungan masih yang terbesar namun porsinya terus menurun. Pada periode akhir 213 porsi tabungan sebesar 42,3%, terus menurun hingga pada triwulan I 215 porsi tabungan sebesar 4,7%. Demikian juga giro, pada akhir 213 porsinya sebesar 36,5%, terus menurun hingga pada triwulan laporan tercatat sebesar 32,8%. Sebaliknya pada deposito, porsinya terus meningkat karena tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding tabungan dan giro. Pada posisi akhir 213 porsi deposito sebesar 21,16%, dan pada triwulan meningkat menjadi 26,5%. Kondisi tersebut mengindikasikan adanya peralihan dana masyarakat ke dalam bentuk dana jangka panjang yang memberikan tingkat suku bunga lebih tinggi. Berdasarkan kelompok bank, penempatan terbesar DPK pada bank swasta. Dana yang ditempatkan pada bank swasta mencapai 56,3% dari total dana, pada bank pemerintah sebesar 41,8%, sementara pada bank asing dan campuran sebesar 1,9%. Berdasarkan lokasi, penempatan terbesar dana di Kota Batam (79,1%), kemudian Tamjungpinang (17,6%), Karimun (2,6%), dan,65% sisanya tersebar di empat kabupaten lainnya. Berdasarkan tiering dana, jumlah rekening terbanyak adalah yang bernilai <1 juta namun porsi terbesar DPK pada kelompok dana dana 1 5 juta. 32 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

44 Grafik 3.5. Porsi DPK Berdasarkan Jenis Bank Bank Asing & Campuran, 1.9% Bank BPD, 4.4% (%, yoy) 6 4 Grafik 3.6. Perkembangan DPK Berdasarkan Jenis Bank Bank Swasta, 56.3% Bank Pemerintah, 37.4% 2 - (2) (4) I II III IV I II III IV I II III IV I (6) Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing & Campuran Grafik 3.7. Komposisi DPK Berdasarkan Nominal/Rekening Grafik 3.8. Komposisi DPK Berdasarkan Jumlah Rekening >2M >15M - 2M >1M -15M >5M - 1M >2 M - 5M >1 M - 2 M >5JT - 1 M >1JT - 5JT >1 JT - 1 JT <1 JT 1.4% 2.6% 6.9% 8.3% 8.5% 4.7% 12.8% 14.1% 18.1% 22.6% Jumlah Rekening >2M Jumlah Rekening >15M - 2M Jumlah Rekening >1M -15M Jumlah Rekening >5M - 1M Jumlah Rekening >2 M - 5M Jumlah Rekening >1 M - 2 M Jumlah Rekening >5JT - 1 M Jumlah Rekening >1JT - 5JT Jumlah Rekening >1 JT - 1 JT Jumlah Rekening <1 JT.1%.%.%.2%.9%.12%.23% 2.% 12.51% 84.63% Kredit Kredit bank umum tumbuh menguat, terutama ditopang oleh kredit konsumsi. Total kredit mencapai Rp miliar atau tumbuh 7,6% (yoy) pada triwulan laporan, meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 5,7% (yoy. Berdasarkan penggunaan, andil terbesar pertumbuhan kredit disumbang oleh kredit konsumsi, tumbuh menguat dari 13,7% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 14,47% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara itu, kredit investasi melambat dengan angka pertumbuhan 7,58% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 13,7% (yoy). Demikian juga kredit modal kerja masih mencatatkan penurunan, sebesar 3,25% (yoy), melanjutkan penurunan pada triwulan sebelumnya sebesar 7,89% (yoy). 33 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

45 Grafik 3.9. Perkembangan Kredit Bank Umum Grafik 3.1. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (Rp miliar) (%, yoy) Rp miliar %, yoy 35, , 6 3, 3. 1, 5 25, 25. 8, 4 3 2, 2. 6, 2 15, 15. 4, 1 1, 5, - I II III IV I II III IV I II III IV I , - I II III IV I II III IV I II III IV I (1) (2) MK (LHS) Konsumsi (LHS) Investasi (LHS) Total Kredit (LHS) growth - Total Kredit (RHS) growth - MK (RHS) growth - Konsumsi (RHS) growth - Investasi (RHS) Penguatan kredit konsumsi, didukung oleh tingkat konsumsi masyarakat yang tetap solid di tengah perlambatan ekonomi triwulan I 215. Penguatan kredit konsumsi searah dengan tren penguatan konsumsi rumah tangga berdasarkan PDRB triwulan I 215. Komponen konsumsi rumah tangga (PDRB) tumbuh 7,82% (yoy), menguat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,47% (yoy). Demikian juga berdasarkan penggunaan kredit konsumsi, kredit kepemilikan rumah (KPR), kredit kendaraan bermotor (KKB) dan kredit multiguna menunjukkan penguatan pertumbuhan pada triwulan laporan, masing-masing dengan angka pertumbuhan 12,56% (yoy),,2% (yoy) dan 39,85% (yoy). Grafik Penggunaan Kredit Konsumsi Grafik Pertumbuhan KPR, KKB, Multiguna Peralatan Rumah Tangga,.5% Lainnya, 6.2% %, yoy Multiguna, 36.7% KPR, 53.2% (1) (2) I II III IV I II III IV I II III IV I KPR KKB Multiguna KKB, 3.3% Sementara itu, pelemahan kredit investasi maupun modal kerja dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain, perlambatan investasi, perlambatan kinerja sektor riil khususnya industri pengolahan, serta suku bunga kredit yang relatif masih tinggi pada triwulan laporan. Data PDRB pada triwulan I 215 menunjukkan perlambatan komponen investasi, yang tumbuh 3,82% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 5,94%. Secara sektoral, sektor industri pengolahan juga tumbuh melambat dari 8,5% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,4% (yoy) pada triwulan laporan. Di sisi lain, tingkat suku bunga kredit 34 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

46 meningkat pada triwulan pertama. Suku bunga kredit modal kerja, investasi dan konsumsi masing-masing sebesar 9,76%, 9,8% dan 12,27%. Grafik Suku Bunga Kredit MK, Investasi, dan Konsumsi (%) I II III IV I II III IV I Modal Kerja Investasi Konsumsi Berdasarkan kelompok bank, bank pemerintah menjadi penyalur terbesar kredit di Kepri. Porsi penyaluran kredit oleh bank pemerintahs ebesar 55,9%, diikuti oleh bank swasta sebesar 43,1%, dan porsi terkecil oleh bank asing dan campuran sebesar 1,%. Sementara itu, kredit oleh bank pemerintah dan swasta mencatatkan penguatan pertumbuhan, masingmasing sebesar 12,48% (yoy) dan 2,59% (yoy), meningkat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencatatkan penurunan masing-masing sebesar 7,21% (yoy) dan,14% (yoy). Sebaliknya kredit pada bank asing dan campuran menurun 26,8% (yoy), lebih dalam dibanding penurunan pada triwulan sebelumnya sebesar 22,85% (yoy). Grafik Porsi Kredit Berdasarkan Kelompok Bank Grafik Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kelompok Bank (%, yoy) Bank Pemerintah, 55.9% Bank Swasta, 43.1% 2 - (2) I II III IV I II III IV I II III IV I Bank Asing & Campuran, 1.% (4) (6) Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing & Campuran Ditinjau dari perkembangan kredit secara sektoral, sejumlah sektor produktif penyerap utama kredit perbankan masih menunjukkan penurunan kinerja. Porsi terbesar kredit diserap oleh sektor perdagangan besar dan eceran (16,1%), kemudian industri pengolahan (15,5%), sektor transportasi, gudang dan komunikasi (13,6%), serta sektor real estate, sewaan dan jasa perusahaan (4,5%). Sektor industri pengolahan serta sektor real estate, sewaan dan jasa 35 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

47 perusahaan mencatatkan penurunan kredit masing-masing sebesar 9,96% (yoy) dan 27,28% (yoy). Sementara itu, sektor transportasi, gudang dan komunikasi tumbuh 38,47% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 39,8% (yoy). Namun, kredit sektor perdagangan besar dan eceran tumbuh menguat, dari 11,78% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 15,6% (yoy) pada triwulan laporan. Grafik Porsi Kredit Bank Umum Secara Sektoral Bukan Lapangan Usaha (Kredit Konsumsi) Perdagangan Besar Dan Eceran Industri Pengolahan Trans, Gudang Dan Komunikasi Real Estate, Sewaan Dan Jasa PT Konstruksi Akomodasi Dan Makan Minum Listrik, Gas Dan Air Pertambangan Dan Penggalian Jasa Msy, SosBud, Hiburan Perantara Keuangan Jasa Pendidikan Pertanian, Buru Dan Hutan Perikanan Keg Yang Belum Jelas Batasannya 4.5% 4.1% 2.9% 1.4% 1.4% 1.3%.4%.3%.3%.2%.2% 16.1% 15.5% 13.6% 37.5% (%, yoy) (2) (4) (6) Grafik Pertumbuhan Kredit Bank Umum Secara Sektoral I II III IV I II III IV I II III IV I Industri Pengolahan Trans, Gudang Dan Komunikasi Perdagangan Besar Dan Eceran Real Estate, Sewaan Dan Jasa PT Berdasarkan kabupaten dan kota, porsi terbesar kredit terdapat di Kota Batam yang merupakan motor ekonomi Kepri. Sebanyak 79,96% dari total kredit Kepri disalurkan di Kota Batam, kemudian Kota Tanjungpinang (17,26%), Kabupaten Karimun (4,6%), dan,99% sisanya tersebar pada kabupaten lainnya. Ditinjau dari sebaran kelompok nilai kredit, porsi terbesar kredit pada kelompok nominal bernilai besar. Porsi terbesar kredit pada kelompok nominal >1-5 juta (24,4%) dan kelompok >2 miliar (22,93%). Sementara itu berdasarkan jumlah rekening, terbanyak pada kelompok nominal bernilai rendah yaitu kelompok nilai 1 5 juta (35,5%) dan 1 5 juta (25,%). Grafik Komposisi Kredit Berdasarkan Kelompok Nominal Kredit/Rekening Grafik Komposisi Kredit Berdasarkan Jumlah Rekening per Kelompok Nominal <1 JT 1.52% Jumlah Rek. Senilai <1 JT 14.8% >1 JT - 5 JT 5.65% Jumlah Rek. Senilai >1 JT - 5 JT 35.5% >1JT - 5JT 24.4% Jumlah Rek. Senilai >1JT - 5JT 25.% >5JT - 1 M 5.78% Jumlah Rek. Senilai >5JT - 1 M 1.6% >1 M - 2 M 6.% Jumlah Rek. Senilai >1 M - 2 M.8% >2 M - 5M 8.73% Jumlah Rek. Senilai >2 M - 5M.5% >5M - 1M 6.94% Jumlah Rek. Senilai >5M - 1M.2% >1M - 15M 4.77% Jumlah Rek. Senilai >1M - 15M.1% >15M - 2M 4.1% Jumlah Rek. Senilai >15M - 2M.% >2M 22.93% Jumlah Rek. Senilai >2M.1% >5 JT - 1 JT 9.16% Jumlah Rek. Senilai >5 JT - 1 JT 21.3% 36 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

48 Searah dengan trend penguatan kredit, penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) juga tumbuh menguat. Kredit UMKM senilai Rp7,41 miliar, tumbuh,52% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulans ebelumnya yang mengalami penurunan 4,52% (yoy). Pada posisi triwulan laporan, porsi kredit UMKM terhadap total kredit mencapai 24,89%. Grafik 3.2. Kredit UMKM oleh Bank Umum (Rp miliar) 25, (yoy,%) 5. 2, 4. 15, 1, 5, I II III IV I II III IV I II III IV I UMKM - LHS Bukan UMKM - LHS Pertumbuhan (yoy,%) - RHS Loan to Deposit Ratio (LDR) Fungsi intermediasi perbankan yang tercermin dari loan to deposit ratio (LDR) oleh bank umum belum berjalan maksimal di Kepri. Pada posisi triwulan I 215, LDR bank umum sebesar 75,17%, menurun dibanding LDR pada triwulan sebelumnya sebesar 75,61%. LDR tersebut lebih rendah dari batas bawah LDR yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu 78-92% Risiko Kredit Jumlah kredit bermasalah pada kelompok bank umum meningkat, namun masih terkendali pada level rendah. Jumlah kredit bermasalah tercermin dari non performance loan (NPL), pada triwulan laporan sebesar 1,67%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 1,62%. Peningkatan NPL tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh perlambatan perekonomian, depresiasi nilai tukar dan peningkatan suku bunga kredit, sehingga kemampuan korporasi maupun perorangan dalam membayar kredit menurun. Namun demikian, perbankan masih mampu menjaga risiko kredit berada cukup jauh di bawah batas aman yaitu 5%, sehingga belum membahayakan stabilitas sistem keuangan, khususnya di Kepri. 37 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

49 Grafik LDR dan NPL Bank Umum 9% 3.% 2.5% 8% 2.% 1.5% 7% 1.% 6% I II III IV I II III IV I II III IV I %.% LDR (LHS) NPL (RHS) BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Pada posisi triwulan I 215, kinerja BPR tercatat membaik pada aset dan DPK, namun kredit mengalami perlambatan. Perlambatan kredit BPR sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga kredit perbankan yang relatif masih tinggi pada triwulan pertama. Faktor suku tersebut juga yang mendorong penguatan DPK, khususnya ada deposito. Kondisi tersebut menyebabkan loan to deposit ratio (LDR) menurun. Sementara itu, jumlah kredit bermasalah yang tercermin dari non performance loan (NPL) meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Tabel 3.2. Indikator Utama BPR di Provinsi Kepulauan Riau (dalam Rp miliar) Pertumbuhan (yoy) Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw.IV 214 Tw. I 215 Total Aset ,65% 21,7% Total Dana ,38% 23,68% Total Kredit ,89% 18,92% NPL 3,7% 3,42% 3,23% 2,58% 3,46% - - LDR 96,68% 97,77% 95,8% 96,8% 92,97% Aset Aset BPR pada triwulan I 215 mencapai Rp4,8 triliun atau tumbuh 21,7% (yoy), meningkat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 15,6% (yoy). Penguatan aset tersebut terutama ditopang oleh penguatan DPK, yang tumbuh 23,68% (yoy), meningkat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 2,38% (yoy). Berdasarkan kabupaten dan kota, porsi tersbesar aset terdapat di Kota Batam (74,26%), kemudian Kota Tanjungpinang, (1,38%), Kabupaten Karimun (4,89%), dan sisa 1,76% tersebar di kabupaten lainnya. 38 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

50 Grafik Perkembangan Aset BPR (Rp miliar) 6, 5, 4, 3, 2, 1, (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I Aset (LHS) growth-aset (RHS) Dana Pihak Ketiga (DPK) Trend penguatan DPK BPR, masih berlanjut pada triwulan I 215, dipengaruhi oleh tingginya suku bunga perbankan. Tingkat suku bunga perbankan yang masih pada level cukup tinggi tersebut searah dengan kebijakan stabilitas Bank Indonesia yang menetapkan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) pada level 7,75% (November 214 Februari 215), dan 7,5% (Feb 215). Tingkat suku bunga yang tinggi tersebut menarik minat masyarakat untuk menempatkan dananya di perbankan, khususnya berupa deposito. Total DPK BPR pada posisi triwulan I 215 senilai Rp3,9 triliun, atau tumbuh 23,68% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 2,38% (yoy). Berdasarkan jenis DPK, penempatan dana terbesar dalam bentuk deposito. Porsi deposito mencapai 87,4% sementara porsi tabungan sebesar 12,96%. Sementara itu, tingkat pertumbuhan deposito mencapai 25,12% (yoy) menguat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 23,7% (yoy). Sebaliknya, tabungan tumbuh melambat sebesar 3,7% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 5,91% (yoy). Berdasarkan kabupaten/kota, porsi terbesar DPK BPR terkonsentrasi di Kota Batam. Porsi DPK Kota Batam sebesar 71,4%, diikuti oleh Kota Tanjungpinang (12,14%), Kabupaten Bintan (5,75%%), dan 11,7% sisanya tersebar di 4 (empat) kabupaten lainnya di Kepri. 39 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

51 Grafik Perkembangan DPK BPR (Rp miliar) (%, yoy) 5, , 2 3, 15 2, 1 1, 5 - I II III IV I II III IV I II III IV I DPK (LHS) growth-dpk (RHS) (Rp miliar) 4, 3, 2, 1, - Grafik Perkembangan DPK Berdasarkan Jenisnya I II III IV I II III IV I II III IV I Deposito (LHS) growth - Deposito (RHS) Tabungan (LHS) growth - Tabungan (RHS) (%, yoy) (1) (2) (3) Kredit Kredit BPR melambat, dipengaruhi oleh tingginya tingkat suku bunga, serta perlambatan perekonomian khususnya pada investasi dan industri pengolahan (sektor riil). Pada posisi triwulan I 215, total kredit yang disalurkan BPR sebesar Rp3.646 miliar atau tumbuh 18,92% (yoy), melambat dibanding petumbuhan triwulan sebelumnya 19,89% (yoy). Berdasarkan penggunaan, perlambatan kredit BPR terjadi baik pada kredit modal kerja, kredit investasi maupun kredit konsumsi. Kredit modal kerja dengan porsi 28% dari total kredit, tumbuh 12,79% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 14,64% (yoy). Kredit investasi, dengan porsi 1,2% dari total kredit, tumbuh 22,58%, melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 25,25% (yoy). Demikian juga kredit konsumsi, dengan porsi 61,8% dari total kredit, tumbuh melambat dari 21,7% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 21,33% (yoy) pada triwulan laporan. Pada sektor produktif (tidak termasuk kredit konsumsi/bukan lapangan usaha lainnya), porsi terbesar kredit BPR diserap oleh sektor perdagangan besar dan eceran. Porsi kredit pada sektor perdagangan besar dan eceran mencapai 19,4%, diikuti oleh sektor bukan konstruksi (3,3%), dan sektor transportasi, gudang dan komunikasi (3,2%). Berdasarkan kabupaten/kota, porsi terbesar kredit BPR disalurkan di Batam dengan porsi 73,55%, Kota Tanjungpinang (12,2%), Kabupaten Karimun (9,83%), dan 1,8% tersebar di kabupaten lainnya. 4 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

52 Grafik Perkembangan Kredit BPR (Rp miliar) (%, yoy) 4, , , , I II III IV I II III IV I II III IV I Total Kredit (LHS) growth Kredit (RHS) Rp miliar 3, 2, 1, - Grafik Perkembangan Kredit BPR Berdasarkan Penggunaan I II III IV I II III IV I II III IV I %, yoy MK (LHS) Konsumsi (LHS) Investasi (LHS) growth - MK (RHS) growth - Konsumsi (RHS) growth - Investasi (RHS) Penyaluran kredit UMKM oleh BPR juga tercatat melambat. Total penyaluran kredit UMKM sebesar Rp miliar atau mencapai 3,89% dari total kredit, tumbuh melambat dari 16,73% (yoy) pada triwulan sebelumnya manjadi 8.71% (yoy) pada triwulan laporan. Grafik Kredit BPS Secara Sektoral Grafik Perkembangan Kredit UMKM Oleh BPR Bukan Lap. Usaha - Lainnya Perdagangan Besar Dan Eceran Bukan Lap. Usaha - RT 9.3% 19.4% 52.5% (Rp Juta) 3, (%, yoy) 4 35 Keg Usaha belum Jelas Batasnya Konstruksi Trans, Gudang Dan Komunikasi Jasa Msy, SosBud, Hiburan 5.2% 3.3% 3.2% 1.5% 2, Akomodasi Dan Makan Minum Industri Pengolahan Real Estate, Sewaan Dan Jasa PT Pertanian, Buru Dan Hutan 1.1% 1.%.9%.5% 1, Pertambangan Dan Penggalian Jasa Perorangan RT Perikanan.5%.3%.3% I II III IV I II III IV I II III IV I Jasa Pendidikan.3% UMKM - kiri Bukan UMKM - kiri Pertumbuhan (yoy,%) - kanan Loan to Deposit Ratio (LDR) Kegiatan intermediasi BPR menurun pada triwulan laporan, dipengaruhi oleh perlambatan kredit sementara DPK menguat. Loan to deposit ratio (LDR) BPR sebesar 92,97%, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 92,97%. Meskipun demikian, tingkat LDR tersebut masih pada batasan standar yang ditentukan oleh Bank Indonesia yaitu pada kisaran 85 1%. Pada kisaran tersebut, tingkat likuiditas perbankan dinilai terutilisasi secara optimal, melalui fungsi intermediasi, yang juga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. 41 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

53 Risiko Kredit Jumlah kredit bermasalah BPR meningkat, tercermin dari peningkatan non performance loan (NPL). Pada triwulan laporan, NPL BPR sebesar 3,46%, meningkat signifikan dibanding triwulan sebelumnya sebesar 2,58%. Grafik Perkembangan LDR dan NPL BPR 1% 9% 8% 7% I II III IV I II III IV I II III IV I % 3.5% 3.% 2.5% 2.% 1.5% 1.%.5%.% LDR (LHS) NPL (RHS) PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH (BANK UMUM DAN BPR) Kinerja perbankan syariah tercatat membaik pada triwulan I 215. Aset dan pembiayaan mencatatkan penguatan pertumbuhan, sementara DPK meskipun masih mengalami penurunan, namun angka penurunan tersebut lebih kecil dibanding triwulan sebelumnya. Seiring dengan penguatan pertumbuhan pembiayaan, Finance to Deposit Ratio (FDR) tercatat meningkat, namun dengan jumlah kredit bermasalah tetap terjaga rendah tercermind ari penurunan Non Performance Finance (NPF). Tabel 3.3. Indikator Perbankan Syariah di Provinsi Kepulauan Riau Pertumbuhan (yoy) Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw.IV 214 Tw. I 215 Total Aset ,16% 2,68% Total Pembiayaan ,99% 11,34% Total Dana ,77% -17,25% NPF 3,4% 3,98% 3,62% 2,77% 2,58% - - FDR 13,24% 138,3% 131,72% 158,74% 175,23% - - dalam Rp miliar 42 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

54 Aset Aset perbankan syariah tumbuh menguat pada triwulan laporan, didukung oleh perbaikan kinerja DPK dan pembiayaan. Total aset senilai Rp2.671 miliar atau tumbuh 2,68% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar,16% (yoy). Adapun porsi aset perbankan syariah terhadap total aset perbankan Kepri relatif kecil yaitu sebesar 5,3% (yoy). Grafik 3.3. Perkembangan Aset Perbankan Syariah (Rp miliar) 3, (%, yoy) 7 6 2, 1, I II III IV I II III IV I II III IV I Aset (LHS) growth - Aset (RHS) Dana Pihak Ketiga (DPK) DPK syariah meskipun masih mencatatkan penurunan pada triwulan laporan, namun penurunan tersebut mengecil dibanding triwulan sebelumnya. Total DPK senilai Rp1.467 miliar, atau menurun 17,25% (yoy), sementara pada triwulan sebelumnya penurunan DPK sebesar 19,77% (yoy). Berdasarkan jenis DPK, baik giro, tabungan maupun deposito mencatatkan penurunan, masing-masing sebesar 47,74% (yoy), 7,22% (yoy), dan 3,94% (yoy). Grafik Perkembangan DPK Syariah (Rp miliar) (%, yoy) 2, , , , 1-5 (1) (2) - (3) I II III IV I II III IV I II III IV I DPK Growth DPK (Rp miliar) 1, Grafik Perkembangan DPK Syariah Berdasarkan Jenisnya I II III IV I II III IV I II III IV I Giro Tabungan Deposito Growth-Giro Growth-Tabungan Growth-Deposito (%, yoy) (2) (4) (6) (8) 43 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

55 Pembiayaan Trend penguatan pembiayaan syariah berlanjut pada triwulan I 215. Total pembiayaan senilai Rp2.57 miliar, atau tumbuh 11,34% (yoy), meningkat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 8,99% (yoy). Berdasarkan penggunaan, pembiayaan syariah masih sangat didomininasi oleh pembiayaan konsumsi dengan porsi mencapai 73,3%, diikuti oleh modal kerja (14,25%), dan porsi terkecil berupa pembiayaan investasi (12,45%). Pada sektor produktif, pembiayaan syariah terutama diserap oleh sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 7,62%, kemudian sektor transportasi, gudang dan komunikasi (5,83%) dan sektor jasa masyarakat, sosial budaya dan hiburan (2,85%). Trend penurunan pembiayaan syariah pada UMKM berlanjut pada triwulan laporan. Pada triwulan laporan, nilai pembiayaan syariah sebesar Rp425 miliar atau menurun 19,8% (yoy), melanjutkan trend penurunan triwulan sebelumnya sebesar 7,65% (yoy). Adapun porsi pembiayaan UMKM terhadap total kredit sebesar 19,8%. Grafik Perkembangan Pembiayaan Syariah (Rp miliar) (%, yoy) 3, 6 5 2, 4 3 1, I II III IV I II III IV I II III IV I Pembiayaan (LHS) growth - Pembiayaan (RHS) (Rp miliar) 2, 1,5 1, 5 Grafik Perkembangan Pembiayaan Syariah Berdasarkan Jenisnya I II III IV I II III IV I II III IV I Modal Kerja Investasi Konsumsi growth - MK growth-investasi growth - konsumsi (%, yoy) (2) (4) (6) (8) Finance to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Penguatan pertumbuhan pembiayaan di tengah penurunan DPK, menyebabkan finance to deposit ratio (FDR) meningkat. FDR pada triwulan laporan laporan sebesar 175,23%, lebih tinggi dibanding FDR triwulan sebelumnya sebesar 158,74%. Meskipun demikian, tingkat pembiayaan bermasalah yang tercermin dari non performing financing (NPF) tetap terkendali pada level rendah. NPF sebesar 2,58%, lebih rendah dibanding NPF triwulan sebelumnya sebesar 2,77%. 44 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

56 Grafik Perkembangan Aset Perbankan Syariah 2% 18% 16% 14% 12% 1% 8% 6% 4% 2% % I II III IV I II III IV I II III IV I FDR (LHS) NPF (RHS) 5% 4% 4% 3% 3% 2% 2% 1% 1% % 3.2. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Kebijakan Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran ditujukan untuk menjamin terselenggaranya sistem pembayaran yang aman, efisien dan andal guna mendukung tercapainya stabilitas moneter dan sistem keuangan. Kebijakan tersebut ditempuh melalui penguatan infrastruktur sistem pembayaran dan perluasan akses masyarakat terhadap pengunaan jasa sistem pembayaran dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen jasa sistem pembayaran. Secara khusus pada 215, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepri semakin gencar mengkampanyekan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) melalui seminar dan roadshow ke sejumlah pusat perbelanjaan, yang bertujuan untuk meningkatkan awareness masyarakat terhadap penggunaan instrumen pembayaran non tunai TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow 9 /Outflow 1 ) Sesuai polanya, jumlah inflow dan outflow menurun pada triwulan pertama, karena kegiatan ekonomi yang cenderung menurun pada awal tahun. Total inflow senilai Rp938 miliar sementara outflow sebesar Rp1.363 miliar, sehingga terjadi net outflow sebesar Rp425 miliar. Secara tahunan, inflow tumbuh signifikan sebesar 32,25% (yoy) sementara outflow tumbuh 5,27% (yoy) dan total net outflow menurun 27,43% (yoy). Tingginya pertumbuhan inflow secara tahunan dipengaruhi sejumlah faktor antara lain, penguatan pertumbuhan DPK 9 Inflow : aliran uang masuk ke Bank Indonesia melalui setoran bank. 1 Outflow : aliran uang keluar dari Bank Indonesia melalui penarikan bank. 45 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

57 perbankan serta sejumlah kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia untuk menjaga kecukupan posisi kas. Untuk menjaga kecukupan posisi kas, Bank Indonesia menempuh sejumlah kebijakan. Beberapa kebijakan tersebut antara lain: (i) menjaga kualitas uang yang diedarkan dengan menetapkan standar kelusuhan uang pada tingkat tertentu (soil level), (ii) implementasi bye laws nasional Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB) sejak Juni 212 yang mewajibkan penarikan dan penyetoran uang kartal melalui Bank Indonesia dilakukan setelah bank melakukan pertukaran uang kartal antar bank, (iii) menjaga dan memastikan ketepatan jadwal pengiriman bahan uang, baik bahan kertas uang maupunbahan logam uang, dari perusahaan pemasok bahan uang, (iv) koordinasi dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai agar pemeriksaan bahan kertas uang yang diimpor oleh Bank Indonesia di Pelabuhan tanjung priok dapat dilakukan melalui jalur Hijau dengan waktu pemeriksaan yang lebih cepat, (v) menjaga dan memastikan jadwal pencetakan uang rupiah dalam berbagai denominasi dapat diselesaikan oleh Perusahaan Umum Pencetakan Uang Republik Indonesia, (vi) bekerjasama dengan dengan PT Kereta Api Indonesia, PT Pelayaran Nasional Indonesia dan PT Silkargo untuk menjaga kelancaran distribusi uang ke seluruh wilayah Indonesia. (Rp miliar) 4, 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1, 5 - Grafik Perkembangan Inflow dan Outflow Kepri I II III IV I II III IV I II III IV I INFLOW OUTFLOW NET OUTFLOW %, yoy (2) (4) Grafik Perkembangan Pertumbuhan Inflow dan Outflow I II III IV I II III IV I II III IV I Pertumbuhan INFLOW Pertumbuhan OUTFLOW Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Untuk menjaga kualitas uang yang diedarkan, sejumlah langkah yang ditempuh oleh Bank Indonesia Provinsi Kepri antara lain dengan melakukan kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE) secara berkala, kegiatan kas keliling, serta edukasi masyarakat mengenai memperlakukan rupiah dengan baik. UTLE yang dimusnahkan tersebut berasal dari setoran bank maupun penukaran uang dari masyarakat yang selanjutnya akan ditukarkan dengan uang yang layak edar (fit for circulation). Pada triwulan laporan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau telah memusnahkan UTLE dengan jumlah nominal 46 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

58 mencapai Rp119 miliar. Sementara itu, sepanjang triwulan I 215, kegiatan kas keliling telah dilakukan di Dabo, Singkep; Ranai, Natuna, dan Pulau Sedanau. Grafik Perkembangan Pemusnahan UTLE (Rp miliar) I II III IV I II III IV I II III IV I Pemusnahan Uang Uang Rupiah Tidak Asli Penemuan uang rupiah tidak asli sepanjang triwulan laporan menurun dibanding bulan sebelumnya. Jumlah rupiah tidak asli yang ditemukan sebanyak 151 lembar, berasal dari setoran bank maupun penukaran oleh masyarakat. Sebagai upaya menanggulangi peredaran uang rupiah tidak asli, Bank Indonesia melakukan berbagai upaya, antara lain dengan meningkatkan security features uang yang dicetak dan terus melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah, melalui penerapan prinsip 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang). Grafik Perkembangan Penemuan Uang Rupiah Tidak Asli I II III IV I II III IV I II III IV I Temuan Rupiah Tidak Asli (Lembar) TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI Transaksi pembayaran nontunai dengan nilai besar diselenggarakan Bank Indonesia melalui sistem kliring dan sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement System). Sistem kliring merupakan sistem setelmen antarbank untuk alat pembayaran cek, bilyet giro, nota debet 47 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

59 lainnya dan transfer kredit antar bank. Sementara itu, sistem BI RTGS digunakan untuk transaksi keuangan bernilai besar dan bersifat mendesak, seperti transaksi di Pasar Uang AntarBank (PUAB), transaksi di bursa saham, transaksi pemerintah, transaksi valuta asing (valas), serta setlemen hasil kliring Kliring Lokal Transaksi kliring meningkat pada triwulan I 215. Nominal transaksi kliring sebesar Rp5.547 miliar, atau tumbuh 21,95% (yoy), sementara pada triwulan sebelumnya nominal kliring menurun 4,51% (yoy). Searah dengan peningkatan nominal kliring, jumlah warkat kliring sebanyak , juga meningkat 22,31% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang mencatatkan penurunan 12,23% (yoy). Grafik 3.4. Perkembangan Kliring Kepri Grafik Perkembangan Pertumbuhan Kliring Kepri (Rp juta) (Satuan) (%, yoy) 6,, 16, 5 5,, 14, 4 4,, 3,, 2,, 1,, 12, 1, 8, 6, 4, 2, (1) I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I - (2) (3) Nominal (Rp juta) Jumlah Warkat Pertumbuhan Warkat Pertumbuhan Nominal Real Time Gross Setlement (RTGS) Sesuai pola tahunan, nilai transaksi RTGS cenderung menurun pada triwulan pertama seiring dengan penurunan aktivitas ekonomi dibanding triwulan keempat. Realisasi programprogram pemerintah yang masih sangat rendah pada awal tahun turut mempengaruhi penurunan transaksi RTGS. Pada triwulan I 215, nilai transaksi RTGS sebesar Rp miliar, menurun dibanding triwulan sebelumnya sebesar Rp miliar. Volume transaksi RTGS juga menurun dari pada triwulan sebelumnya menjadi pada triwulan laporan. 48 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

60 Grafik Perkembangan Transaksi RTGS 35, 3, 25, 2, 15, 1, 5, I II III IV I II III IV I Nilai RTGS (Rp miliar) Volume RTGS (satuan) 3.3. PERKEMBANGAN TRANSAKSI KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING (KUPVA) DAN PTD (PENYELENGGARA TRANSFER DANA) Perkembangan Transaksi KUPVA Transaksi KUPVA pada triwulan I 215 menurun dibanding triwulan sebelumnya, antara lain dipengaruhi oleh penurunan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Total pembelian uang kertas asing (UKA) pada triwulan I 215 sebesar Rp4.122 miliar, tumbuh 11,7% (yoy), sementara total penjualan UKA sebesar Rp4.124 miliar, atau tumbuh 11,5% (yoy). Meskipun menurun dibanding triwulan IV 214, namun secara tahunan (dibandingkan dengan nominal transaksi periode triwulan I 215), nominal transaksi pada triwulan I 215 tercatat lebih tinggi. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh depresiasi nilai tukar rupiah, yang menarik minat masyarakat untuk menukarkan mata uang asingnya. Depresiasi nilai tukar juga akan meningkatkan daya beli wisman, yang mendorong peningkatan konsumsi dan penukaran mata uang asing. Berdasarkan mata uang, penukaran (pembelian dan penjualan) terbanyak adalah untuk mata uang dollar Singapura (69,57%), kemudian dollar Amerika Serikat (13,2%) dan Ringgit Malaysia (6,75%). 49 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

61 Grafik Perkembangan Transaksi KUPVA (Rp miliar) (%, yoy) 5 12% 45 1% 4 8% % 25 4% 2 2% 15 % 1 5-2% -4% I II III IV I II III IV I II III IV I (Rp miliar) Grafik Pergerakan Transaksi KUPVA dan Nilai Tukar Rupiah I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I (Rp) Pembelian (LHS) growth Pembelian, yoy (RHS) Penjualan (LHS) growth Penjualan, yoy (RHS) Pembelian (LHS) Rata-Rata Kurs Tengah SGD (RHS) Penjualan (LHS) Rata-rata Kurs Tengah USD (RHS) Perkembangan Transaksi Penyelenggara Transfer Dana (PTD) Searah dengan transaksi KUPVA, nominal transaksi PTD sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya, namun pertumbuhan tahunan tercatat tumbuh signifikan. Nominal transaksi PTD sebesar Rp1.96 miliar, sedikit lebih rendah dibanding nominal transaksi triwulan sebelumnya sebesar Rp1.15 miliar, namun secara tahunan tumbuh signifikan sebesar 248,57% (yoy). Berdasarkan jenis transaksi, porsi terbesar berupa transaksi Keluar Wilayah RI (57,6%), kemudian Antar wilayah RI 25,1%, dan Dari Luar Wilayah RI (17,4%). Grafik Perkembangan Transaksi PTD Grafik Jenis Transaksi PTD (Rp miliar) (%, yoy) Dari Luar Wilayah RI, 17.4% Antar Wilayah RI, 25.1% I II III IV I II III IV I II III IV I -5 Ke Luar Wilayah RI, 57.6% Total Transaksi PTD (LHS) Pertumbuhan Transaksi PTD (RHS) 5 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

62 Boks BOKS - 3 MENDORONG KEDAULATAN RUPIAH PADA TRANSAKSI DALAM NEGERI Sudah genap hampir 4 tahun berlakunya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 211 tentang Mata Uang (selanjutnya disebut UU Mata Uang) yang menjadi kontroversi terutama di Batam sebagai kawasan free trade terutama mengenai Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah NKRI karena belum adanya peraturan pelaksana sehingga mengakibatkan interpretasi yang berbeda-beda yang menjadi salah satu kendala dalam implementasi peraturan tersebut. Pada 31 Maret 215 Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 17/3/PBI/215 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah NKRI (selanjutnya disebut PBI Kewajiban Penggunaan Rupiah) yang merupakan aturan pelaksana dari UU Mata Uang khususnya mengenai kewajiban menggunakan Rupiah yang diharapkan PBI ini dapat memberikan kejelasan pelaksanaan terhadap implementasi UU Mata Uang. PBI ini merupakan ketentuan yang diterbitkan untuk mewujudkan kedaulatan Rupiah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan untuk mendukung tercapainya kestabilan nilai tukar rupiah. PBI Kewajiban penggunaan rupiah mengatur setiap pihak, baik perorangan maupun korporasi, wajib menggunakan rupiah dalam setiap transaksi tunai dan atau transaksi non tunai di wliayah NKRI. Dalam peraturan tersebut terdapat pengecualian kewajiban penggunaan rupiah diantaranya meliputi : 1) transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan APBN, 2) penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri, 3) transaksi perdagangan internasional, 4) simpanan di bank dalam bentuk valuta asing, 5) transaksi pembiayaan internasional. Implementasi PBI kewajiban penggunaan rupiah tersebut secara detil akan diatur lebih lanjut melalui Surat Edaran bank Indonesia. PBI Kewajiban Penggunaan Rupiah mengatur hal-hal yang selama ini kurang jelas pada UU Mata Uang, antara lain 1) kewajiban penggunaan Rupiah tidak hanya berlaku untuk transaksi tunai saja tetapi juga berlaku untuk transaksi non tunai. Pelanggaran terhadap transaksi tunai akan dikenakan sanksi yang sama dengan sanksi yang diterapkan dalam UU Mata Uang, sedangkan pelanggaran terhadap transaksi non tunai akan dikenakan sanksi berupa teguran tertulis, kewajiban membayar sebesar 1% dari nilai transaksi atau maksimal sebesar Rp1 Miliyar, dan larangan untuk ikut dalam lalu lintas pembayaran serta dapat merekomendasikan kepada otoritas berwenang untuk melakukan tindakan sesuai kewenangannya 2) Mewajibkan penetapan harga atau kuotasi dalam Rupiah. Pelanggaran terhadap kuotasi tersebut akan dikenakan sanski berupa teguran tertulis serta dapat merekomendasikan terhadap otoritas berwenang untuk melakukan tindakan sesuai kewenangannya, 3) Dalam PBI Kewajiban Penggunaan Rupiah, perjanjian tertulis hanya berlaku untuk transaksi-transaksi yang dikecualikan secara tegas oleh PBI tersebut, namun perjanjian tertulis diluar transaksi yang dikecualikan oleh PBI yang dibuat sebelum tanggal 1 Juli 215, masih tetap berlaku sampai dengan berakhirnya perjanjian tersebut, serta 6) bagi perusahaan dengan karakteristik tertentu yang mengalami permasalahan dalam pelaksanaan kewajiban penggunaan 51 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

63 Rupiah, maka Bank Indonesia dapat mengambil kebijakan tertentu bagi perusahaan tersebut. KPwBI Prov. Kepri telah mengadakan sosialisasi PBI Kewajiban Penggunaan Rupiah pada 23 April 215 sebagai respon terhadap perusahaan yang menanyakan kendala dan hambatan terkait implementasi peraturan tersebut seperti kemungkinan risiko kerugian karena selisih kurs yang disebabkan oleh perbedaan currency yang dibayarkan dan diterima oleh perusahaan karena ketergantungan terhadap content impor cukup tinggi yang solusinya antara lain dapat dilakukan dengan mekanisme hedging. Selain itu, perusahaan yang memiliki content impor cukup tinggi juga mengalami kendala teknis dalam menetapkan harga dalam Rupiah mengingat nilai Rupiah yang berfluktuasi sehingga berpotensi menimbulkan risiko kerugian karena selisih kurs. Kekhawatiran maupun kendala yang dialami perusahaan akan implementasi peraturan tersebut tentunya tidak mengurangi semangat untuk penerapan penggunaan kewajiban penggunaan rupiah di wilayah NKRI yang memiliki efek positif diantaranya mendorong kestabilan nilai tukar Rupiah karena dapat mengurangi demand valas terutama untuk pembayaran transaksi dalam negeri sehingga diharapkan turut membantu pergerakan nilai tukar rupiah agar tidak bergejolak yang pada akhirnya secara tidak langsung akan berpengaruh pada menurunnya tekanan inflasi, baik melalui jalur langsung maupun jalur tidak langsung dan terciptanya kestabilan makroekonomi dan sistem keuangan Indonesia. (Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau) 52 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

64 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Postur anggaran pendapatan dan belanja Kepri pada 215, lebih baik dibanding 214 tercermin dari meningkatnya porsi PAD dan refocusing belanja pada kegiatan produktif. Pada triwulan I 215, realisasi pendapatan meningkat sedangkan realisasi belanja cenderung masih rendah Total anggaran pendapatan Pemerintah Daerah (Pemda) di Kepri 11) pada 215 sebesar Rp miliar, atau meningkat 1,62% dibanding anggaran pendapatan 214. Secara umum, postur anggaran pendapatan Pemda pada 215 lebih baik dibanding tahun sebelumnya, dengan porsi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang lebih besar sementara porsi dana perimbangan menurun. Sebaliknya, total anggaran belanja Pemda di Kepri pada 215 sebesar Rp miliar menurun 1,77% dibanding anggaran belanja 214, karena adanya penurunan anggaran belanja operasi, khususnya belanja barang dan jasa. Penurunan anggaran belanja tersebut sejalan dengan salah satu rumusan kebijakan fiskal pemerintah pada 215, yaitu efisiensi belanja melalui refocusing pada kegiatan yang lebih produktif serta mendukung prioritas nasional. Pada triwulan I 215, realisasi pendapatan tercatat lebih baik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, realisasi belanja relatif rendah bahkan jauh lebih rendah dibanding realisasi pendapatan mengindikasikan kegiatan belanja belum berjalan optimal. 4.1.REALISASI APBD DI WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU Anggaran dan Realisasi Pendapatan Secara umum, postur anggaran pendapatan Pemda pada 215 lebih baik dibanding tahun sebelumnya, dengan porsi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang lebih besar sementara porsi dana perimbangan menurun. Porsi PAD yang lebih besar menunjukkan peningkatan kemampuan Pemda untuk memperoleh penerimaan dari kemampuannya sendiri. Porsi PAD pada anggaran 215 sebesar 2,9%, meningkat dibanding tahun sebelumnya sebesar 2,%. Ketergantungan pada pemerintah pusat juga menurun tercermin dari porsi dana perimbangan sebesar 67,3% pada 215, menurun dibanding porsinya pada 214 sebesar 69,3%. Tingkat kemandirian anggaran daerah juga dapat dilihat dari angka rasio 11) terdiri atas Provinsi Kepri, Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kab.Karimun, Kab. Bintan, Kab. Lingga, Kab. Natuna, dan Kab. Anambas 53 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

65 kemandirian (PAD/dana perimbangan). Untuk anggaran pendapatan 215, rasio kemandirian sebesar,31 lebih tinggi dibanding rasio anggaran 214 sebesar,29. Grafik 4.1. Rasio Kemandirian Rasio Kemandirian (anggaran) Rasio Kemandirian (realisasi) Sumber: DJPK Kemenkeu, diolah Meskipun demikian, ketergantungan pendapatan Pemda terhadap pemerintah pusat relatif masih tinggi, dengan sumber pendapatan dari dana perimbangan yang mencapai 67,3%. Komponen terbesar dana perimbangan berupa dana bagi hasil pajak dan bukan pajak (38,8%), Dana Alokasi Umum/DAU (24,2%) dan Dana Alokasi Khusus/DAK (4,%). Patut menjadi perhatian bahwa anggaran DAK meningkat hingga 1% pada 215 dibanding anggaran 214. DAK diberikan kepada daerah yang memenuhi kriteria umum, kriteria khusus dan kriteria teknis, untuk membantu pendanaan kegiatan khusus daerah yang sesuai dengan prioritas nasional, pada umumnya untuk infrastruktur fisik dan prasarana fisik untuk pelayanan dasar masyarakat. Peningkatan DAK yang signifikan di Kepri, mengindikasikan peningkatan rencana pembangunan infrastruktur pada 215. Sementara itu, realisasi pendapatan pada triwulan laporan tercatat lebih baik dibanding periode yang sama tahun lalu. Realisasi pendapatan sebesar 14,7%, lebih baik dibanding realisasi pada triwulan I 214 sebesar 11,25%. Peningkatan realisasi pendapatan didukung oleh kelancaran transfer dari pemerintah pusat, yang telah merealisasikan transfer dana perimbangan sebesar 16,2%. Adapun realisasi PAD baru sebesar 1%, terutama bersumber dari pajak daerah dan retribusi daerah. Berdasarkan wilayah, nilai pendapatan terbesar yang dianggarkan Pemda antara lain Kepri dengan porsi sebesar 28,39%, diikuti Batam sebesar 19,2%, kemudian Natuna sebesar 12,14% sedangkan Tanjungpinang memiliki porsi pendapatan terkecil sebesar 7,31%. Sementara itu, realisasi pendapatan terbesar sampai dengan triwulan I 215 dicatatkan oleh Bintan dengan realisasi sebesar 26,2%, kemudian Tanjungpinang sebesar 23,8%, dan Batam sebesar 21,8%. 54 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

66 Tabel 4.1. REALISASI APBD DI WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU ANGGARAN REALISASI JENIS ANGGARAN Persentase RP STRUKTUR (%) RP Realisasi Pendapatan Asli Daerah 2,38,654,95, % 241,672,74,75 1.2% Pajak daerah 1,931,739,998,7 17.% 172,592,26,35 8.9% Retribusi daerah 132,596,289, % 24,169,338, % Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahka 26,52,81,932.2% 3,626,57, % Lain-lain PAD yang sah 289,797,815, % 41,284,473, % Dana Perimbangan 7,649,9,563, % 1,242,53,19, % Dana bagi hasil pajak/bukan pajak - Pajak 91,9,92, % 134,228,118,2 14.9% - Bukan Pajak (SDA) 3,513,23,649, % 288,228,786, % Dana alokasi umum 2,778,881,356, 24.4% 754,246,835, 27.1% Dana alokasi khusus 455,996,465, 4.% 65,799,28, 14.4% Transfer pemerintah pusat lainnya 157,785,527, % 2,37,695, 12.7% Transfer Pemerintah Provinsi 271,989,35,43 2.4% 27,834,99, % Lain-lain pendapatan daerah yang sah 96,754,571,67 8.% 14,949,599, % TOTAL PENDAPATAN 11,366,274,918,39 1% 1,672,997,379, % Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau(diolah) Grafik 4.2. Komposisi Realisasi Pendapatan Tw I 215 Transfer pemerintah pusat lainnya, 1.2% Transfer Pemerintah Provinsi, 1.7% Lain-lain pendapatan daerah yang sah, 8.4% Dana Perimbangan, 74.3% Pendapatan Asli Daerah, 14.4% Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau (diolah) (Rp triliun) Grafik 4.3. Realisasi Pendapatan Pemda Tw I 215 Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Transfer pemerintah pusat lainnya Anggaran Realisasi Transfer Pemerintah Provinsi Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau (diolah) Lain-lain pendapatan daerah yang sah Anggaran dan Realisasi Belanja Anggaran belanja pemerintah daerah pada 215 lebih rendah dibanding anggaran 214, terutama disebabkan oleh penurunan alokasi belanja operasi, yaitu pada belanja barang dan jasa. Penurunan anggaran belanja barang dan jasa tersebut searah dengan salah satu rumusan kebijakan fiskal pemerintah pada 215, yaitu efisiensi belanja melalui refocusing ke kegiatan yang lebih produktif serta mendukung prioritas nasional. Total anggaran belanja sebesar Rp miliar, menurun 1,77% dibanding anggaran 214. Demikian juga porsi belanja operasi menurun dari 73,7% menjadi 7,3% pada 215. Di sisi lain, alokasi belanja modal meningkat,75% dibanding anggaran 214, dan porsinya terhadap total belanja ikut meningkat dari 24,1% pada 214, menjadi 24,7% pada anggaran KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

67 Grafik 4.4. Komposisi Realisasi Belanja Tw I 215 Belanja Tidak Terduga 2.28% Belanja Modal 24.68% Belanja Operasi 7.28% Transfer Pemerintah Daerah 2.75% Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau (diolah) (Rp triliun) Grafik 4.5. Realisasi Belanja Pemda Tw I 215 Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tidak Terduga Anggaran Realisasi Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau (diolah) Transfer Pemerintah Daerah Anggaran belanja 215 tercatat lebih besar dibanding anggaran pendapatan, sehingga pemerintah daerah menganggarkan pembiayaan dengan nilai total sebesar Rp1.311 miliar untuk menutupi kebutuhan belanja. Anggaran pembiayaan tersebut menurun 15,45% dibanding anggaran pembiayaan tahun sebelumnya. Pembiayaan daerah bersumber dari sisa lebih penggunaan anggaran tahun sebelumnya (SILPA) dan pencairan dana cadangan. Sampai dengan triwulan I 215, realisasi belanja tercatat lebih kecil dibanding realisasi pendapatan, mengindikasikan realisasi pelaksanaan program pemerintah masih minim. Realisasi belanja sebesar 8,3% dari anggaran atau senilai Rp1.37 triliun, lebih kecil dibanding realisasi pendapatan senilai Rp1.673 miliar, dan terjadi surplus pendapatan sebesar Rp635 miliar. Suplus pendapatan tersebut juga terkonfirmasi dari peningkatan simpanan pemerintah di perbankan pada Maret 215 meningkat 16,74% dibanding Desember 214. Realisasi belanja pemerintah didominasi oleh realisasi belanja operasi (realisasi 9,6%), sementara realisasi belanja modal masih sangat kecil sebesar 1,3%. 56 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

68 Tabel 4.2. Anggaran dan Realisasi Belanja Pemerintah Daerah di Wilayah Kepri Triwulan I 215 ANGGARAN REALISASI JENIS ANGGARAN STRUKTUR Persentase RP RP (%) Realisasi Belanja Operasi 8,817,267,551, % 848,86,58,96 9.6% Belanja Pegawai 3,997,793,682, % 589,539,97, % Belanja Barang dan Jasa 3,61,999,687, % 162,693,772,39 5.3% Subsidi 78,739,51,73.6%.% Hibah 75,476,321,298 6.% 93,31,394,7 12.4% Bantuan Sosial 322,99,43, % 986,55,21.3% Bantuan Keuangan 63,658,928, % 1,835,,.3% Belanja Modal 3,96,254,76, % 39,654,968,45 1.3% Belanja Tidak Terduga 286,636,77, % 21,687,33, % Transfer Pemerintah Daerah 345,523,65,1 2.8% 128,7,875,8 37.% TOTAL BELANJA 12,545,682,615,847 1% 1,37,436,726, % SURPLUS/DEFISIT -1,179,47,697,88 635,56,652,864 Pembiayaan Netto 1,311,214,54,226 - Penerimaan Pembiayaan Daerah 1,341,714,54,226 - Pengeluaran Pembiayaan Daerah 3,5,, SILPA 131,86,842, ,56,652,864 Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau(diolah) Anggaran dan Realisasi Belanja APBN Infrastruktur Di Kepulauan Riau Anggaran APBN Infrastruktur Kepri pada 215, meningkat tajam dibanding anggaran 214 terutama disebabkan oleh peningkatan signifikan anggaran pembangunan pelabuhan. Kondisi tersebut menunjukkan komitmen pemerintah pusat dalam memprioritaskan pengembangan sektor maritim, antara lain melalui dukungan fiskal. Total APBN infrastruktur 215 sebesar Rp1.783 miliar, meningkat 78% dibanding anggaran infrastruktur 214. Adapun anggaran pembangunan pelabuhan sebesar Rp685 miliar, meningkat 143,4% dibanding anggaran tahun sebelumnya. Seluruh kabupaten dan kota di Kepri, kecuali Natuna mendapat alokasi anggaran infrastruktur pelabuhan, dengan alokasi terbesar untuk pelabuhan di Kota Batam sebesar Rp191,91 miliar dan Kabupaten Anambas sebesar Rp166,3 miliar. Selain itu, untuk mendukung peningkatan konektivitas antardaerah, pemerintah juga mengalokasikan sejumlah besar anggaran untuk pembangunan pelabuhan udara, jalan dan jembatan. Beberapa proyek besar pembangunan jalan dan jembatan 215 antara lain pembangunan fly over di Pulau Galang (Batam), pembangunan jembatan baru di Natuna, Tanjungpinang, Lingga, Bintan dan Karimun. Adapun alokasi anggaran pembangunan bandara baru antara lain untuk pengadaan tanah dan pembangunan runway Bandara Sei Bati (Karimun) dan bandara Dabo (Lingga), serta pembangunan fasilitas terminal dan menara pengawas Pelabuhan Hang Nadim, Batam. Perbaikan infrastruktur konektivitas, akan medukung kelancara kegiatan perekonomian dan menopang pertumbuhan ekonomi untuk jangka panjang. 57 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

69 Sesuai polanya, sampai dengan triwulan I 215, realisasi belanja infrastruktur (APBN) tercatat masih sangat rendah yaitu sebesar,28%. Rendahnya penyerapan anggaran tersebut karena tahapan pekerjaan pada triwulan pertama pada umumnya masih berupa tahapan administrasi (lelang/pengadaan pekerjaan). Pelaksanaan pekerjaan cenderung baru akan dimulai pada triwulan kedua. Komponen Belanja Infrastruktur (APBN) Tabel 4.3. Anggaran Infrastruktur APBN Anggaran 214 (Rp miliar) Anggaran 215 (Rp miliar) Perubahan 215 terhadap 214 Gedung dan Bangunan % Jalan dan Jembatan % Pelabuhan Udara % Pelabuhan Laut % Listrik % Total Belanja Infrastruktur 998 1, % 58 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

70 BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Searah dengan perlambatan ekonomi Kepri pada triwulan I 215, jumlah pengangguran cenderung 5.1. KETENAGAKERJAAN Perlambatan perekonomian pada triwulan I 215, berdampak pula terhadap peningkatan jumlah pengangguran, karena pertambahan jumlah tenaga kerja yang tidak diimbangi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Jumlah tenaga kerja sebanyak orang, atau meningkat,4% (yoy), sementara jumlah pekerja yang dapat diserap ke lapangan pekerjaan hanya sebesar , atau menurun 3,6% (yoy). Kondisi tersebut menyebabkan jumlah pengangguran meningkat tajam sebesar 72,6% (yoy). Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut jenis kegiatan utama, Provinsi Kepulauan Riau Februari Agustus 214 Keterangan Pertumbuhan (%, yoy) Feb Agt Feb Agt Feb Feb '14 Ags'14 Feb'15 Angkatan Kerja 949,87 95, ,35 878, , Bekerja 888, ,66 845,88 819, , Pengangguran 6,666 56,69 46,947 58,759 81, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 6.4% 6.3% 5.3% 6.7% 9.1% Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 7.5% 65.6% 67.8% 66.% 66.2% Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau Penurunan serapan tenaga kerja terutama terjadi pada sektor perdagangan, konstruksi dan jasa kemasyarakatan. Pada ketiga sektor tersebut, jumlah tenaga kerja menurun masing-masing sebesar 44,6% (yoy), 15,2% (yoy), dan 16,6% (yoy). Penurunan tenaga kerja pada sektor sektor tersebut searah dengan perlambatan ekonomi, perlambatan investasi, aktivitas perekonomian yang pada umumnya menurun pada awal tahun khususnya pada sektor perdagangan dan konstruksi, aktivitas kegiatan pertambangan dan penggalian yang masih sangat rendah, serta realisasi proyek pemerintah yang juga masih rendah pada triwulan pertama. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi penurunan serapan tenaga kerja yaitu biaya tenaga kerja yang tinggi. Melalui informasi yang diperoleh melalui survei liaison maupun FGD dengan pelaku usaha, diketahui bahwa salah satu strategi perusahaan untuk mengurangi tekanan biaya tenaga kerja yang terus meningkat, yaitu dengan meningkatkan efisiensi dan otomasi proses produksi yang berdampak pada penurunan kebutuhan tenaga kerja. 59 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

71 Di sisi lain, peningkatan jumlah pengangguran Kepri yang terjadi dalam satu tahun terakhir patut diwaspadai, dan harus segera diatasi, karena berisiko menyebabkan sejumlah masalah sosial. Beberapa masalah sosial tersebut antara lain peningkatan kemiskinan, tindakan kriminal, meningkatnya anak putus sekolah, anak jalanan, pengemis dan gelandangan. Kondisi sosial yang tidak nyaman akan menganggu jalannya kegiatan ekonomi masyarakat, termasuk kegiatan bisnis dan investasi, sehingga apabila tidak segera diatasi akan menyebabkan perlambatan ekonomi yang lebih dalam. Tabel 5.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut jenis kegiatan utama, Provinsi Kepulauan Riau Februari Agustus 214 No Lapangan Usaha Pertumbuhan (%, y oy ) % Februari Agustus Februari Agustus Februari Agst 214 Feb 215 Share 1 Pertanian 112,365 84, ,978 83,76 118, % 2 Pertambangan 41,43 17,57 28,3 12,639 6, % 3 Industri 126,78 213, ,575 21, , % 4 Listrik, Gas & Air Minum 2,935 3,456 2,741 3,679 3, % 5 Konstruksi 62,874 65,461 17,99 6,74 59, % 6 Perdagangan 187,35 224,798 19,31 233, , % 7 Transp., Pergudangan & Komunikasi 63,784 57,35 51,525 56,26 73, % 8 Keuangan 33,87 19,822 35,93 29,749 45, % 9 Jasa Kemasyarakatan 215, , , , , % Penduduk Bekerja 846,43 86,73 845,88 819, , % Struktur pekerja Kepri didominasi pekerja formal, yaitu sebesar 71,2% dan sebanyak 28,8% bekerja pada sektor informal. Kondisi tersebut sesuai dengan struktur ekonomi Kepri yang ditopang oleh sektor industri pengolahan, membutuhkan banyak buruh/karyawan. Pekerja formal mencakup kategori buruh/karyawan (68,5%) dan bekerja dibantu buruh tetap (2,7%). Sementara pekerja informal mencakup berusaha sendiri (16,7%), pekerja keluarga/tidak dibayar (4,4%), berusaha dibantu buruh tidak tetap (4,2%), pekerja bebas di non pertanian (3,%), dan pekerja bebas di pertanian (,6%). Grafik 5.1. Struktur Pekerja Kepri Pekerja bebas di pertanian,.6% Berusaha dibantu buruh tetap, 2.7% Pekerja bebas di non pertanian, 3.% Berusaha dibantu buruh tidak tetap, 4.2% Pekerja keluarga/tak dibayar, 4.4% Buruh/karyawan, 68.5% Berusaha Sendiri, 16.7% Sumber: BPS 6 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

72 5.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Pendapatan Rumah Tangga Searah dengan peningkatan pengangguran, hasil survei konsumen menunjukkan terjadinya penurunan pendapatan rumah tangga Kepri triwulan I 215. Indeks pendapatan rumah tangga sebesar 95,4; lebih rendah dibanding indeks pada triwulan IV 214 sebesar 12,83. Nilai indeks di bawah 1 menunjukkan terjadi penurunan pendapatan masyarakat. Grafik 5.2. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen I II III IV I II III IV I Indeks Tendensi Konsumen Pengaruh inflasi thd tingkat konsumsi Pendapatan Rumah Tangga Tingkat Konsumsi makanan dan non makanan Sumber : BPS Provinsi Kepri Meskipun terjadi penurunan pendapatan secara umum, namun tingkat upah minimum Kepulauan Riau tercatat lebih baik dibanding daerah lainnya di kawasan Sumatera. Upah Minimum Provinsi (UMP) 215 sebesar Rp1.954.,- merupakan yang ketiga tertinggi di Sumatera setelah Bangka Belitung dan Sumatera Selatan. Pada level kabupaten dan kota, Upah Minimum Kota (UMK) Batam 215 sebesar Rp2.7., merupakan UMK tertinggi di Sumatera, dan relatif setara dengan upah minimum kota-kota industri lainnya di Pulau Jawa. 61 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

73 Tabel 5.3. UMP Kepri dan Provinsi Lainnya di Sumatera Upah Minimum Provinsi 215 (Rp ribu) Bangka Belitung 2,1 Sumatera Selatan 1,974 Kepulauan Riau 1,954 Aceh 1,9 Riau 1,878 Jambi 1,71 Sumatera Utara 1,625 Sumatera Barat 1,615 Lampung 1,581 Tabel 5.4. UMK Batam dibandingkan Beberapa Kota Lainnya di Indonesia Upah Minimum Kota 215 (Rp ribu) Kota Batam 2,7 Kota Tanjungpinang 2,1 Kab Bintan 1,974 Kab Karimun 1,954 Kab Lingga 1,9 Kab Natuna 1,878 Kab Anambas 1,71 Kota Palembang 2,53 Kota Medan 2,37 Kota Pekanbaru 1,925 Kota Semarang 1,685 Kota Karawang 2,957 Kota Cilegon 2,761 Kota Tangerang 2,73 Kota Bekasi 2,954 Indikator makro lainnya untuk pendapatan masyarakat yaitu PDRB per kapita. Pada 214, PDRB per kapita Kepri sebesar Rp95,39 juta, jauh lebih tinggi dibanding PDB per kapita Indonesia (Nasional) sebesar Rp41,81 juta. Untuk regional Sumatera, PDRB per kapita Kepri merupakan yang tertinggi kedua setelah Provinsi Riau, sebesar Rp17,42 juta Nilai Tukar Petani (NTP) Kesejahteraan petani meningkat pada triwulan I 215, tercermin dari peningkatan Nilai Tukar Petani. NTP pada triwulan laporan sebesar 1,14, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 99,86. Peningkatan NTP menunjukkan peningkatan nilai tukar produk pertanian dengan barang/jasa yang diperlukan petani baik untuk dikonsumsi maupun untuk memenuhi kebutuhan produksi pertanian. Sementara itu, angka NTP diatas 1 menunjukkan bahwa nilai indeks yang diterima oleh petani meningkat dibanding nilai indeks yang dibayarkan oleh petani (terjadi surplus). 62 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

74 Tabel 5.5. Nilai Tukar Petani Provinsi Kepri Keterangan I II III IV I 1. Tanaman Pangan a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) Hortikultura a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) Peternakan a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) Perikanan a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) Umum a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP) Sumber: BPS Kepri Berdasarkan subsektor, peningkatan NTP tertinggi dicatatkan oleh subsektor hortikultura dan perikanan. Kedua subsektor tersebut mencatatkan NTP sebesar masingmasing 12,27 dan 11,7, meningkat dibanding NTP triwulan sebelumnya sebesar masingmasing 1,37 dan 18,39, dipengaruhi oleh kenaikan harga pada komoditas sayur-sayuran dan ikan segar, masing-masing mencatatkan inflasi 3,18% (qtq) dan 3,48% (qtq). Secara khusus, subsektor perikanan mencatatkan NTP tertinggi di Kepri, menunjukkan besarnya potensi perikanan Kepri didukung oleh lautnya yang luas. Sementara itu, kondisi tanah pada sebagian besar daerah di Kepri yang kurang cocok untuk pertanian, menyebabkan subsektor hortikultura, tanaman pangan dan tanaman perkebunan rakyat kurang berkembang dengan baik dengan hasil panen terbatas, sehingga NTP seringkali tercatat di bawah 1 (defisit). 63 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

75 Grafik 5.3. Perkembangan NTP Grafik 5.4. NTP Berdasarkan Subsektor I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I Indeks Diterima Petani Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (rhs) Umum Tanaman Perkebunan Rakyat Peternakan Tanaman Pangan Hortikultura Perikanan Sumber: BPS Sumber: BPS Di sisi lain, indeks konsumsi rumah tangga pedesaan (IKRT) meningkat pada triwulan laporan, menjadi faktor penahan peningkatan nilai tukar petani. IKRT meningkat 3,15% (qtq), terutama pada komponen bahan makanan dan perumahan, seiring dengan kenaikan harga pada beberapa komoditas pada kelompok tersebut, antara lain beras, ikan segar, sayur-sayuran, biaya sewa rumah, dan peningkatan harga pada sejumlah bahan bangunan. Sementara itu, rata-rata indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) menurun sebesar,71% (qtq). Tabel 5.6. Perkembangan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Inflasi Inflasi I II III IV I Triwulanan Tahunan Konsumsi Rumah Tangga Bahan Makanan Makanan jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transportasi dan Komunikasi Sumber: BPS Kepri Sub Kelompok 64 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

76 BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI REGIONAL Pada triwulan II 215, perekonomian Kepri diperkirakan menguat sejalan dengan meningkatnya realisasi investasi serta konsumsi yang terjaga PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI Perekonomian Kepri secara keseluruhan 215 diperkirakan tumbuh menguat pada kisaran 7,5% - 7,7% (yoy). Penguatan pertumbuhan diperkiraan akan ditopang pemulihan ekonomi global yang akan mendorong permintaan ekspor. Investasi juga diyakini akan tumbuh menguat yang didorong peningkatan belanja modal pemerintah khususnya infrastruktur dari dana pengalihan subsidi bahan bakar minyak (BBM). Demikian juga tingkat konsumsi masyarakat berpeluang meningkat ditopang oleh perkiraan penurunan laju inflasi. Sementara itu, secara khusus untuk triwulan II 215, perekonomian Kepri diprakirakan menguat dibanding pertumbuhan triwulan I 215. Penguatan perekonomian akan dipengaruhi oleh meningkatnya konsumsi masyarakat menjelang Lebaran dan penyelengaraan event event nasional maupun, realisasi belanja pemerintah yang akan mendorong investasi, serta kinerja ekspor yang mulai meningkat di kuartal II. Berdasarkan data historis dan perkembangan beberapa indikator terkini, pertumbuhan ekonomi Kepri pada triwulan II 215 diprakirakan berada pada kisaran 7,3% - 7,5% (yoy). Dari sisi eksternal, ekonomi global secara keseluruhan 215 diprakirakan membaik, dan tumbuh sebesar 3,4% (yoy), meningkat dibanding pertumbuhan 214 sebesar 3,3% (yoy) (Tabel 6.1). Penguatan ekonomi global terutama akan ditopang oleh membaiknya perekonomian Amerika Serikat. Selain itu, penguatan perekonomian diperkirakan juga terjadi di kawasan Eropa, Jepang, dan India. Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global 65 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

77 Konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan melanjutkan penguatan pada triwulan II 215. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga terutama akan ditopang peningkatan konsumsi pada periode Ramadhan serta penyelenggaraan sejumlah event besar antara lain Bintan triathlon pada Me kebijakan penghematan anggaran yang melarang instansi pemerintah melakukan kegiatan di luar kantor diprakirakan ikut mendorong konsumsi pada triwulan laporan. Selain itu, euphoria pencalonan kepala daerah untuk pemilihan kepala daerah (Pilkada) pada Desember 215 juga diperkirakan akan turut mendorong sektor konsumsi. Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) dengan pengusaha retail memperkirakan kondisi bisnis yang lebih baik pada triwulan II 215 dibanding triwulan I. Hasil survei kegiatan dunia usaha, pelaku usaha memperkirakan peningkatan kegiatan bisnis pada triwulan II 215. Saldo Bersih Tertimbang (SBT) untuk perkiraan realisasi kegiatan usaha triwulan II 215 sebesar 2,64% atau meningkat dibanding SBT realisasi kegiatan usaha triwulan I 215 sebesar negatif 3,37. Hasil survei tersebut sejalan dengan kenaikan indeks tendensi konsumen (ITK) untuk triwulan II 215 sebesar 111,66 yang dipengaruhi oleh perkiraan peningkatan pendapatan rumah tangga mendatang serta peningkatan rencana pembelian barang tahan lama dan pesta/hajatan. Grafik 6.1. Perkiraan Kegiatan Usaha Berdasarkan SKDU Grafik 6.2. Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Tw II 215 (SBT) (2.) I II III IV I II III IV I II III IV I II (4.) (6.) Realisasi Kegiatan Usaha (SBT) Perkiraan Kegiatan Usaha (SBT) Sumber: SKDU BI Provinsi Kepulauan Riau I II III IV I II III IV I II Sumber: BPS, diolah Indeks Tendensi Konsumen Indeks Tendensi Konsumen (Perkiraan) Kegiatan investasi juga diperkirakan akan meningkat pada triwulan kedua yang didorong oleh realisasi belanja modal pemerintah. Pengalihan subsidi BBM untuk pembangunan infrastruktur yang tercermin dari peningkatan pagu APBN 215 dengan total anggaran sebesar Rp1.783 miliar, meningkat 78% dibanding anggaran infrastruktur 214. Kejelasan status hutan lindung pada sejumlah kawasan DPCLS yang dituangkan melalui perubahan Surat Keputusan (SK) Menhut Nomor: SK.76/MenLHK-II/215 diperkirakan akan mendorong investasi swasta. Berdasarkan hasil FGD dengan BP Batam, BP Bintan dan BP Karimun diperkirakan realisasi investasi akan meningkat pada triwulan II 215. Beberapa 66 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

78 investasi besar yang mulai terealisasi pada kuartal depan antara lain: West Point di Batam, perusahaan handphone baru di Batam, beberapa resort besar di Bintan (Nordstrom, Sun Resort, dll), serta kelanjutan realisasi investasi Saipem dan Oil Tanking di Karimun. Kinerja nett ekspor pada triwulan kedua diperkirakan melambat. Penurunan kinerja ekspor terutama dipengaruhi oleh tingkat permintaan produk elektronik dan produk besi baja yang diprakirakan masih dalam tren menurun di kuartal kedua. Permintaan produk elektronik diprakirakan masih akan berlanjut hingga periode triwulan II 215. Penurunan permintaan tersebut terutama dari negara Singapura, dipengaruhi oleh permintaan global yang diperkirakan masih akan melemah pada awal tahun. Meskipun demikian, mulai pulihnya ekonomi kawasan Eropa diperkirakan akan menjaga tingkat permintaan produk elektronik. Kinerja ekspor produk besi dan baja diperkirakan masih dalam tren perlambatan yang tercermin dari penurunan ekspor negara tujuan ekspor utama (Australia dan Singapura). Penurunan ekspor produk besi dan baja ke Australia merupakan dampak selesainya sejumlah proyek besar pada 213 dan 214, dan akan memasuki tahap produksi (production phase). Berdasarkan hasil liaison, belum membaiknya harga minyak dunia menyebabkan perusahaan migas melakukan revaluasi prospek migas sehingga diperkirakan akan mempengaruhi permintaan ekspor produk besi baja yang mayoritas dipergunakan untuk eksplorasi migas. (Juta USD) Singapura USA Jepang Grafik 6.3. Perkembangan Ekspor Elektronik Kepri Berdasarkan Negara Tujuan Ekspor I II III IV I II III IV I II III IV I Perancis Malaysia Pertumbuhan Eks. Elektronik (RHS) (%, yoy) 15, 1, 5,, -5, -1, -15, (Juta USD) Grafik 6.4. Perkembangan Permintaan Ekspor Produk Besi dan Baja Australia Nilai Ekspor Produk Besi dan Baja (Australia) I II III IV I II III IV I II III IV I Growth (RHS) (%, yoy) PROSPEK INFLASI Laju inflasi berpotensi meningkat pada triwulan II 215. Secara keseluruhan 215, tekanan inflasi diperkirakan akan lebih rendah dibanding 214. Penurunan laju inflasi pada triwulan kedua akan bersumber dari kelompok volatile food, sementara laju inflasi kelompok inti dan kelompok administred price diprakirakan relatif stabil. 67 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

79 Pada triwulan II 215, peningkatan laju inflasi terutama akan bersumber dari kelompok volatile food. Beberapa komoditas yang berisiko mendorong laju inflasi antara lain: beras, cabai merah, cabai rawit, daging sapi, daging ayam ras serta kelompok sayur-sayuran. Meningkatnya konsumsi selama bulan Ramadhan serta keterbatasan pasokan (berakhirnya musim panen raya) menjadi faktor risiko laju inflasi pada komoditas cabai segar dan sayuran. Sementara itu, risiko inflasi beras diprakirakan dapat terjaga dengan adanya kepastian penyaluran raskin yang tepat waktu serta stok yang mencukupi dari Bulog. Harga ikan segar juga diperkirakan relatif stabil dipengaruhi faktor cuaca yang mendukung (berlalunya angin musim utara yang mengurangi risiko faktor cuaca). Adapun laju inflasi inti diprakirakan tetap terjaga pada triwulan II 215. Penyesuaian beberapa komoditas administered price (harga BBM, tarif listrik, elpiji, tarif angkutan dan cukai rokok) yang telah dilakukan pada triwulan I 215 diharapkan menjadi faktor penahan laju inflasi inti. Namun, terdapat risiko peningkatan laju inflasi inti yang dipengaruhi oleh peninkatan permintaan pada bulan Ramadhan serta pelemahan nilai tukar Rupiah yang akan berdampak pada harga komoditas impor. Ekspektasi positif konsumen terhadap kenaikan inflasi akan menjadi faktor pendorong peningkatan laju inflasi. Berdasarkan hasil survei konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau periode Januari Maret 215, konsumen memperkirakan terjadi kenaikan harga pada periode 3 bulan yang akan datang (periode triwulan II 215). Laju inflasi kelompok administered price diprakirakan tetap stabil. Kondisi tersebut sejalan dengan kenaikan harga beberapa komoditas administered price yang telah diberlakukan pada triwulan sebelumnya. Harga minyak dunia yang masih pada tren pelemahan diperkirakan akan menjadi penahan laju inflasi administered price khususnya komoditas bensin dan solar. Mencermati perkembangan tersebut, laju inflasi Kepri pada triwulan II 215 diprakirakan pada kisaran 7,5% 7,7% (yoy), sementara target inflasi keseluruhan tahun 215 sebesar 4,±1%. Proyeksi inflasi tersebut lebih tinggi dibanding angka inflasi periode yang sama tahun lalu sebesar 6,37% (yoy). 68 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215

80 L A M P I R A N

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya, Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215 dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013 Asesmen Ekonomi Badan Pusat Statistik (BPS) Kepulauan Riau menetapkan angka final PDRB untuk tahun 2012 bersamaan dengan publikasi PDRB tahun

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau November 216 Publikasi Triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2013,

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NOVEMBER 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

Periode Februari 2018

Periode Februari 2018 i Periode Februari 2018 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally left blank ii Periode Februari 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 No. 54/08/19/Th.XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2017 TUMBUH 1,70 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 51/11/Th.XIX, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III - EKONOMI ACEH TRIWULAN III TAHUN DENGAN MIGAS TUMBUH 2,22 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,31 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 36/05/21/Th. XII, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I 2017 (Q TO Q) MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR -2,76 PERSEN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 No. 31/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2017 TUMBUH SEBESAR 5,75% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,34% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH NOVEMBER 216 (Kajian Triwulan III-216) VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 No. 56/08/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 TUMBUH 6,27 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2015 yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank

Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank TRIWULAN I 216 i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii Triwulan I 216 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN EKONOMI Jl.

Lebih terperinci

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 38/05/21/Th.XI, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 58/8/21/Th. XII, 7 Agustus 217 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-217 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II 217 (Q TO Q) TUMBUH SEBESAR 1,16 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN II 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2014 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci