Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013"

Transkripsi

1 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013 Asesmen Ekonomi Badan Pusat Statistik (BPS) Kepulauan Riau menetapkan angka final PDRB untuk tahun 2012 bersamaan dengan publikasi PDRB tahun Penetapan angka final PDRB tersebut menyebabkan perubahan angka pertumbuhan PDRB 2012 yang cukup besar yaitu dari angka sementara sebesar 8,21% (yoy) menjadi 6,82% (yoy). Perubahan angka pertumbuhan terjadi pada seluruh sektor ekonomi. Demikian juga terdapat perubahan angka sementara PDRB triwulan I-2013 sampai dengan triwulan III-2013 menyebabkan perubahan pertumbuhan ekonomi triwulan I-2013 dari 7,96% (yoy) menjadi 7,91% (yoy), perubahan pertumbuhan ekonomi triwulan II-2013 dari 5,17% (yoy) menjadi 5,99% (yoy), dan perubahan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2013 dari 3,48% (yoy) menjadi 5,72% (yoy). Perekonomian Kepulauan Riau pada triwulan IV-2013 maupun secara kumulatif tahun 2013 mengalami perlambatan. Pada triwulan IV-2013, ekonomi Kepulauan Riau tercatat tumbuh sebesar 5,02% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,72% (yoy), juga lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan IV sebesar 8,06% (yoy). Adapun pertumbuhan ekonomi kumulatif tahun 2013 tercatat sebesar 6,13%, melambat dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2012 yang tercatat sebesar 6,82% (yoy). Tabel Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Sisi Permintaan (yoy) KOMPONEN PENGGUNAAN Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* 2013* Konsumsi Rumah Tangga 4.30% 5.38% 7.85% 10.90% 7.14% 9.59% 7.37% 5.97% 4.85% 6.88% Konsumsi Lembaga Swasta 5.27% 5.66% 5.38% 6.53% 5.72% 5.72% 5.74% 3.01% 3.29% 4.16% Konsumsi Pemerintah 6.54% 6.70% 7.19% 7.23% 6.92% 8.65% 5.96% 4.98% 4.60% 5.99% Pembentukan Modal Tetap Bruto 13.05% 11.74% 10.73% 11.21% 11.65% 12.38% 11.43% 11.64% 9.99% 11.33% Ekspor Barang dan Jasa 6.80% 6.06% 3.37% 0.98% 4.26% 4.24% -0.32% -0.41% 3.58% 1.76% Dikurangi Impor Barang dan Jasa Perusahaan 11.06% 11.44% 5.96% 2.47% 7.63% 2.02% -2.43% -1.99% 1.21% -0.32% Net Ekspor -1.87% -4.89% -2.24% -2.35% -2.85% 9.36% 4.69% 3.29% 9.12% 6.61% PDRB 6.28% 5.73% 7.16% 8.06% 6.82% 7.91% 5.99% 5.72% 5.02% 6.13% Sumber: BPS Kepulauan Riau * angka sementara 1

2 Tabel Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Sisi Penawaran (yoy) SEKTOR EKONOMI Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* 2013* Pertanian 2.45% 1.36% 1.75% 1.88% 1.86% 2.55% 1.63% 1.30% 1.92% 1.85% Pertambangan & Penggalian 3.58% 5.35% 6.14% 6.48% 5.40% 6.52% 4.11% 2.16% 1.39% 3.50% Industri Pengolahan 5.93% 3.50% 6.06% 7.23% 5.68% 7.13% 5.62% 5.48% 4.54% 5.67% Listrik, Gas & Air Bersih 9.60% 5.76% 4.21% 3.42% 5.68% 4.35% 4.53% 4.64% 4.32% 4.46% Bangunan 9.15% 10.67% 9.14% 11.46% 10.12% 10.91% 8.57% 12.60% 13.57% 11.45% Perdagangan, Hotel & Restoran 7.52% 9.58% 10.63% 11.14% 9.75% 10.56% 7.90% 6.98% 6.28% 7.87% Pengangkutan & Komunikasi 8.08% 7.30% 6.48% 6.28% 7.02% 6.59% 5.42% 4.43% 3.54% 4.97% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 5.19% 8.32% 7.36% 8.10% 7.26% 8.65% 4.98% 4.57% 3.53% 5.38% Jasa-Jasa 6.43% 7.47% 6.10% 6.85% 6.71% 6.57% 4.16% 3.70% 2.52% 4.21% PDRB 6.28% 5.73% 7.16% 8.06% 6.82% 7.91% 5.99% 5.72% 5.02% 6.13% Sumber: BPS Kepulauan Riau * angka sementara Dari sisi permintaan, perlambatan perekonomian pada triwulan IV-2013 terutama disebabkan oleh penurunan konsumsi rumah tangga, yang tumbuh melambat menjadi sebesar 4,85% (yoy) dari sebesar 5,97% (yoy) pada triwulan III-2013, juga melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012, yang tercatat sebesar 10,90% (yoy). Secara kumulatif tahun 2013, perlambatan ekonomi dari sisi permintaan terutama disebabkan oleh inflasi yang meningkat signifikan, berdampak pada penurunan daya beli masyarakat. Sementara itu, dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan oleh perlambatan pada dua sektor utama perekonomian Kepulauan Riau yaitu sektor industri pengolahan yang tumbuh melambat menjadi sebesar 4,54% (yoy) serta sektor perdagangan, hotel dan restoran yang juga tumbuh melambat menjadi sebesar 6,28% (yoy), atau lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan III-2013, masing-masing sebesar 5,48% (yoy) dan 6,98% (yoy). Kedua sektor utama tersebut juga tumbuh melambat bila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV-2012, yang masing-masing tercatat 7,23% (yoy) dan 11,14% (yoy). Perlambatan investasi diprakirakan menjadi penyebab perlambatan pertumbuhan sektor industri pengolahan, sementara penurunan konsumsi masyarakat berdampak pada perlambatan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Asesmen Inflasi Pada tahun 2013, tekanan inflasi di Provinsi Kepri melonjak tiga kali lipat dibanding inflasi tahun 2012 dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Sampai dengan akhir Desember 2013, inflasi di Provinsi Kepri tercatat sebesar 8,24% (yoy) jauh lebih tinggi dibanding inflasi tahun 2012 yang tercatat sebesar 2,38% (yoy). Lonjakan inflasi akibat kenaikan BBM mulai terjadi pada bulan Juni 2013 dengan tingkat inflasi 0,72% (mtm) dan mencapai puncaknya pada bulan Juli 2013 dengan tingkat inflasi sebesar 2,45% (mtm). 2

3 Selain mendorong lonjakan inflasi pada kelompok administered price, kenaikan harga BBM juga memicu kenaikan harga kelompok bahan makanan (volatile food). Tingkat inflasi kelompok volatile food merupakan yang tertinggi dibanding kelompok lainnya. Laju inflasi kelompok volatile food tercatat sebesar 15,04% (yoy), kelompok administered price 13,88% (yoy), dan kelompok inti sebesar 3,95% (yoy). Selain kenaikan harga BBM, laju inflasi kelompok bahan makanan yang tinggi juga didorong oleh pembatasan impor produk hortikultura dan penurunan pasokan karena penurunan produksi di Jawa dan Sumatera Utara. Kenaikan inflasi Provinsi Kepri lebih dipengaruhi oleh pergerakan inflasi Kota Batam yang mencapai 7,81% (yoy). Sementara itu, inflasi yang lebih tinggi di Kota Tanjungpinang sebesar 10,09% (yoy) memberikan tekanan ke atas sehingga realisasi inflasi Kepri mencapai 8,24% (yoy). Bobot Kota Batam dan Kota Tanjungpinang sebagai daerah sampel inflasi Provinsi Kepri masing-masing adalah 82% dan 18%. Inflasi, % yoy 12,0 10,0 8,0 Nasional Kepulauan Riau Batam Tanjung Pinang % 10,0 8,0 6,0 6,0 4,0 4,0 2,0 2,0 0,0 0, Sumber: BPS, diolah (2,0) Inflasi Bulanan (mtm) Inflasi Tahunan (yoy) Inflasi Triwulanan (qtq) Sumber: BPS, diolah Grafik Perkembangan Inflasi Kepri dan Nasional Grafik Perkembangan Inflasi Kepri Meskipun sampai dengan akhir tahun tingkat inflasi tahunan Provinsi Kepri berada pada tingkat tertinggi, namun secara triwulanan inflasi Kepri telah berangsur-angsur turun. Inflasi triwulanan Kepri tercatat sebesar 1,34% (qtq), mereda dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 4,20% (qtq). Asesmen Perbankan dan Sistem Pembayaran Di tengah perlambatan perekonomian Kepulauan Riau yang masih berlanjut pada triwulan IV-2013, kinerja perbankan Kepulauan Riau masih pada trend tumbuh menguat dibanding triwulan sebelumnya, tercermin dari aset, DPK dan kredit. Peningkatan kinerja perbankan antara lain ditopang oleh peningkatan kinerja ekspor, peningkatan realisasi 3

4 anggaran belanja pemerintah daerah serta peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat menyambut Natal dan Tahun Baru. Pada triwulan IV-2013, bank umum di Provinsi Kepulauan Riau mencatatkan kinerja yang baik tercermin dari pertumbuhan tahunan aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit yang lebih baik dibandingkan pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya. Total aset tercatat sebesar Rp44,06 triliun atau meningkat 28,03% (yoy), demikian juga DPK sebesar Rp38,39 triliun meningkat 33,29% (yoy) serta kredit yang tercatat sebesar Rp28,24 triliun meningkat 22,18% (yoy). Tabel Indikator Utama Bank Umum di Provinsi Kepulauan Riau dalam Rp miliar Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Total Aset Total Dana Total Kredit NPL 2,36% 2,04% 2,74% 2,42% 1,77% 2,04% 1,56% 1,61% 1,39% LDR 75,68% 75,19% 78,50% 79,65% 80,23% 76,41% 76,38% 74,47% 73,54% Berbeda dengan bank umum yang mengalami peningkatan kinerja pada triwulan IV- 2013, kinerja BPR menurun pada triwulan laporan. Kondisi tersebut tercermin dari aset, DPK maupun kredit yang tumbuh melambat. Total aset sebesar Rp3,97 triliun atau tumbuh melambat 12,95% (yoy) lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 14,30% (yoy) maupun triwulan IV-2012 sebesar 21,05% (yoy). Demikian juga DPK sebesar Rp3,05 triliun, tumbuh 9,98% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 12,20% (yoy) maupun triwulan IV-2012 sebesar 18,49% (yoy). Kredit sebesar Rp2,97 triliun juga tumbuh melambat sebesar 13,21% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya maupun triwulan IV-2012 yang masing-masing sebesar 14,19% (yoy) dan 33,76% (yoy). 4

5 Tabel Indikator Utama BPR di Provinsi Kepulauan Riau dalam Rp miliar Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Total Aset Total Dana Total Kredit NPL 5,21% 2,26% 2,71% 2,56% 2,72% 3,52% 3,24% 3,07% 2,46% LDR 83,8% 84,6% 88,5% 91,3% 94,4% 95,3% 99,2% 92,94% 97,17% Sementara kinerja perbankan Syariah juga tumbuh melambat bila dibanding triwulan sebelumnya, tercermin dari perlambatan pertumbuhan aset, DPK dan pembiayaan. Aset tercatat sebesar Rp2,72 triliun atau tumbuh 18,01% (yoy), melambat cukup dalam bila dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 24,34% (yoy), namun masih lebih tinggi bila dibanding pertumbuhan triwulan IV-2012 sebesar 17,01% (yoy). Adapun DPK sebesar Rp1,99 triliun, tumbuh 29,41% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 30,25% (yoy), namun masih lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan IV-2012 sebesar 20,28% (yoy). Sementara itu, total nilai pembiayaan syariah sebesar Rp2,32 triliun, tumbuh melambat 20,20% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya dan juga lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan IV-2012, masing-masing sebesar 27,52% (yoy) dan 34,44% (yoy). Tabel Indikator Perbankan Syariah di Provinsi Kepulauan Riau dalam Rp miliar Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Total Aset Total Dana Total Kredit NPF 5,82% 1,55% 2,35% 2,43% 3,07% 3,12% 2,37% 2,95% 2,08% FDR 112,56% 118,49% 105,10% 113,25% 125,81% 114,15% 113,21% 110,87% 132,07% Seiring dengan penguatan kinerja perbankan, transaksi tunai maupun non tunai juga meningkat di triwulan laporan tercermin dari peningkatan inflow dan outflow, serta peningkatan transaksi kliring maupun RTGS (Real Time Gross Settlement System) Perkembangan peredaran uang kartal di Provinsi Kepulauan Riau dapat terlihat dari pergerakan arus uang masuk (inflow) dan arus uang keluar (outflow). Pada triwulan laporan, inflow mengalami penurunan, yaitu sebesar Rp381 miliar atau menurun 5,22% (yoy). Sebaliknya, outflow mencapai Rp3,56 triliun atau meningkat signifikan sebesar 52,22% (yoy). 5

6 Kondisi tersebut menyebabkan Kepulauan Riau kembali mengalami net outflow pada triwulan IV-2013 sebesar Rp3.181 miliar. Adapun secara total tahun 2013, total inflow sebesar Rp2,3 triliun, atau tumbuh 61,46% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 90,67% (yoy), sementara outflow sebesar Rp9,36 triliun, menguat signifikan sebesar 60,78% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 23,24% (yoy). Total net outflow tahun 2013 sebesar Rp7,05 triliun, juga menguat signifikan sebesar 60,56% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 10,55% (yoy). 4,000 Inflow (Rp milyar) Outflow (Rp milyar) Net %, yoy Pertumbuhan inflow Pertumbuhan outflow 3,500 3, ,500 2, ,500 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (50.00) Grafik Perkembangan Inflow dan Outflow Kepulauan Riau Grafik Perkembangan Inflow dan Outflow Kepulauan Riau Jumlah warkat transaksi non tunai secara kliring menurun dibanding triwulan III- 2013, namun sebaliknya nominal kliring meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Jumlah warkat kliring sebanyak lembar, menurun 0,93% dibanding triwulan sebelumnya dengan jumlah warkat kliring sebanyak lembar. Sementara itu nominal kliring pada triwulan laporan sebesar Rp4,83 triliun meningkat 0,32% dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar Rp4,81 triliun. Secara tahunan, jumlah warkat maupun nominal transaksi meningkat masing-masing sebesar 6,01% (yoy) dan 17,58% (yoy) dibanding triwulan yang sama tahun lalu. Selama triwulan berjalan, nilai transaksi dan jumlah warkat non tunai melalui bank Indonesia (Real Time Gross Settlement System) RTGS di Provinsi Kepulauan Riau pada Triwulan IV-2013 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, total nilai transaksi tercatat sebesar Rp26,86 triliun atau meningkat 22,09% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahunan pada triwulan III-2013 yang sebesar 26,36% (yoy). Seiring dengan peningkatan nilai transaksi, volume transaksi juga meningkat dari lembar pada triwulan III-2013 menjadi lembar pada triwulan laporan. 6

7 Asesmen Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi belanja pemerintah daerah di wilayah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) sampai dengan akhir triwulan IV-2013 mencapai 89,88% dari anggaran belanja yang telah ditetapkan. Sementara realisasi pendapatan telah mencapai 97,36% ditopang oleh realisasi transfer dana dari pemerintah pusat yang tepat waktu kepada pemerintah kota / kabupaten. Dengan penyerapan belanja yang lebih rendah dibanding realisasi pendapatan menyebabkan posisi dana Pemda yang tersimpan di perbankan masih cukup besar yaitu sebesar Rp1,24 triliun. Namun dibanding posisi akhir triwulan III-2013, jumlah simpanan Pemda di perbankan pada akhir triwulan IV-2013 turun sebesar 56,26%. Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten / Kota di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau *) Sumber: Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah Provinsi dan Kab/Kota (diolah) Keterangan : *) Mencakup Pemprov. Kepri, Kota Batam, Kota Tanjungpinang, dan Kab. Karimun 7

8 Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi dan Kabupaten / Kota di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau *) Sumber : Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah Provinsi dan Kab / Kota di Kepulauan Riau (diolah) Keterangan : *) Pemprov. Kepri, Kota Batam, Kota Tanjungpinang, dan Kab. Karimun Asesmen Ketenagakerjaan Dan Kesejahteraan Masyarakat Perkembangan penduduk yang bekerja berdasarkan lapangan usaha relatif tidak berubah, masih didominasi oleh sektor perdagangan dan industri. Penduduk yang bekerja dengan usia 15 tahun ke atas di wilayah Kepri untuk bulan Agustus 2013 mayoritas bekerja pada lapangan usaha sektor perdagangan sebanyak orang dengan porsi mencapai 28% terhadap total penduduk bekerja, diikuti sektor industri sebesar 27% dengan jumlah penduduk bekerja orang dan porsi terkecil bekerja di sektor keuangan sebesar 2% dengan jumlah orang. 8

9 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan, Februari Agustus 2013 No Lapangan Usaha Februari Agustus Februari Agustus 1 Pertanian % 12% 13% 10% 2 Industri % 24% 15% 27% 3 Konstruksi % 8% 7% 8% 4 Perdagangan % 27% 22% 28% 5 Angkutan % 7% 8% 7% 6 Keuangan % 3% 4% 2% 7 Jasa % 16% 26% 15% 8 Lainnya % 3% 5% 3% Penduduk Bekerja Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau Kemampuan daya beli petani dapat dilihat melalui indikator Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan daya tukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Peningkatan NTP menunjukkan membaiknya kemampuan daya beli petani. Pada triwulan IV-2013 rata-rata NTP tercatat sebesar 102,37 mengalami peningkatan 0,02 atau naik 0,02% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 102,35 yang menunjukkan kenaikan daya beli petani. Grafik NTP Menurut Subsektor Grafik Nilai Tukar Petani (NTP) Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau Asesmen Prospek Perekonomian Dan Inflasi Regional Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau diprakirakan tumbuh sedikit menguat pada triwulan I-2014, terutama ditopang oleh penguatan konsumsi rumah tangga serta konsumsi 9

10 pemerintah antara lain didukung oleh inflasi yang semakin mereda, perayaan hari raya Imlek serta peningkatan konsumsi dalam rangka pelaksanaan Pemilu Berdasarkan data historis dan perkembangan beberapa indikator terkini, pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau triwulan I-2014 diprakirakan berada pada kisaran 5,2% - 5,4% (yoy). (Rp triliun) PDRB Harga Konstan Pertumbuhan PDRB (%, yoy) % % 8.0% % % 5.0% % % 2.0% % - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I* 2010* % *) Proyeksi Bank Indonesia Grafik Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau Sementara itu, meskipun inflasi masih tinggi pada Januari 2014, namun diprakirakan akan semakin mereda pada Februari dan Maret Seperti telah disebutkan sebelumnya, kondisi cuaca yang semakin kondusif pada bulan Februari dan Maret, akan berdampak pada kelancaran distribusi barang dan jasa dari Jawa maupun Sumatera ke Kepulauan Riau. Panen raya sejumlah komoditas bahan makanan, diantaranya yaitu cabe merah dan bawang merah pada awal tahun juga diharapkan dapat mengurangi tekanan inflasi di triwulan I Di sisi lain, dampak kenaikan harga bahan bakar bersubsidi maupun gas elpiji, juga akan semakin menurun di Februari dan Maret Dengan memperhatikan asumsi-asumsi tersebut, laju inflasi Kepulauan Riau pada triwulan I-2014 diprakirakan berada pada kisaran 7,10% 7,30% (yoy), mengalami peningkatan yang signifikan bila dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 3,41% (yoy). Tabel Proyeksi Inflasi Tahunan Provinsi Kepulauan Riau Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I (Proyeksi) IHK,% 2,38% 3,41% 4,07% 7,29% 8,24% 7,1% - 7,3% 10

11 BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Badan Pusat Statistik (BPS) Kepulauan Riau menetapkan angka final PDRB untuk tahun 2012 bersamaan dengan publikasi PDRB tahun Penetapan angka final PDRB tersebut menyebabkan perubahan angka pertumbuhan PDRB 2012 yang cukup besar yaitu dari angka sementara sebesar 8,21% (yoy) menjadi 6,82% (yoy). Perubahan angka pertumbuhan terjadi pada seluruh sektor ekonomi. Demikian juga terdapat perubahan angka sementara PDRB triwulan I-2013 sampai dengan triwulan III-2013 menyebabkan perubahan pertumbuhan ekonomi triwulan I-2013 dari 7,96% (yoy) menjadi 7,91% (yoy), perubahan pertumbuhan ekonomi triwulan II-2013 dari 5,17% (yoy) menjadi 5,99% (yoy), dan perubahan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2013 dari 3,48% (yoy) menjadi 5,72% (yoy). Perekonomian Kepulauan Riau pada triwulan IV-2013 maupun secara kumulatif tahun 2013 mengalami perlambatan. Pada triwulan IV-2013, ekonomi Kepulauan Riau tercatat tumbuh sebesar 5,02% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,72% (yoy), juga lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan IV sebesar 8,06% (yoy). Adapun pertumbuhan ekonomi kumulatif tahun 2013 tercatat sebesar 6,13%, melambat dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2012 yang tercatat sebesar 6,82% (yoy). Dari sisi permintaan, perlambatan perekonomian pada triwulan IV-2013 terutama disebabkan oleh penurunan konsumsi rumah tangga, yang tumbuh melambat menjadi sebesar 4,85% (yoy) dari sebesar 5,97% (yoy) pada triwulan III-2013, juga melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012, yang tercatat sebesar 10,90% (yoy). Secara kumulatif tahun 2013, perlambatan ekonomi dari sisi permintaan terutama disebabkan oleh inflasi yang meningkat signifikan, berdampak pada penurunan daya beli masyarakat. Sementara itu, dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan oleh perlambatan pada dua sektor utama perekonomian Kepulauan Riau yaitu sektor industri pengolahan yang tumbuh melambat menjadi sebesar 4,54% (yoy) serta sektor perdagangan, hotel dan restoran yang juga tumbuh melambat menjadi sebesar 6,28% (yoy), atau lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan III-2013, masing-masing sebesar 5,48% (yoy) dan 6,98% (yoy). Kedua sektor utama tersebut juga tumbuh melambat bila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV-2012, yang masing-masing tercatat 7,23% 11

12 (yoy) dan 11,14% (yoy). Perlambatan investasi diprakirakan menjadi penyebab perlambatan pertumbuhan sektor industri pengolahan, sementara penurunan konsumsi masyarakat berdampak pada perlambatan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Secara keseluruhan tahun 2013, dari sisi penawaran, sektor yang signifikan melambat dibanding tahun 2012 yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa SISI PERMINTAAN Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Permintaan (yoy) year on year KOMPONEN PENGGUNAAN 2012R 2013R 2012 Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* 2013* Konsumsi Rumah Tangga 4.30% 5.38% 7.85% 10.90% 7.14% 9.59% 7.37% 5.97% 4.85% 6.88% Konsumsi Lembaga Swasta 5.27% 5.66% 5.38% 6.53% 5.72% 5.72% 5.74% 3.01% 3.29% 4.16% Konsumsi Pemerintah 6.54% 6.70% 7.19% 7.23% 6.92% 8.65% 5.96% 4.98% 4.60% 5.99% Pembentukan Modal Tetap Bruto 13.05% 11.74% 10.73% 11.21% 11.65% 12.38% 11.43% 11.64% 9.99% 11.33% Ekspor Barang dan Jasa 6.80% 6.06% 3.37% 0.98% 4.26% 4.24% -0.32% -0.41% 3.58% 1.76% Dikurangi Impor Barang dan Jasa Perusahaan 11.06% 11.44% 5.96% 2.47% 7.63% 2.02% -2.43% -1.99% 1.21% -0.32% Net Ekspor -1.87% -4.89% -2.24% -2.35% -2.85% 9.36% 4.69% 3.29% 9.12% 6.61% PDRB 6.28% 5.73% 7.16% 8.06% 6.82% 7.91% 5.99% 5.72% 5.02% 6.13% Sumber: BPS Kepulauan Riau * angka sementara Net Ekspor, 27.4% Investasi, 16.9% Konsumsi RT, 50.5% Sumber: BPS, diolah Konsumsi Konsumsi Pemerintah, 4.4% Lembaga Swasta Nirlaba, 0.9% Grafik 1.1 Kontribusi terhadap PDRB dari Sisi Penawaran Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi rumah tangga masih pada trend perlambatan pertumbuhan di triwulan IV-2013, demikian juga pertumbuhan kumulatif tahun 2013, lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun Konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan tercatat tumbuh 4,85% (yoy), jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan III

13 sebesar 5,97% (yoy). Secara kumulatif tahun 2013, konsumsi rumah tangga juga melambat dari 7,14% (yoy) tahun 2012 menjadi 6,88% (yoy) pada tahun Sementara itu, inflasi yang masih tetap tinggi pada triwulan IV-2013 diprakirakan masih menjadi penyebab utama perlambatan konsumsi rumah tangga. Adapun penyumbang utama inflasi yaitu komoditas bahan makanan dengan angka inflasi pada posisi Desember 2013 sebesar 14,09% (yoy) meningkat dibanding inflasi pada triwulan sebelumnya (posisi September 2013) sebesar 11,09% (yoy). Lonjakan harga pada komoditas makanan menyebabkan masyarakat terpaksa mengurangi konsumsi non makanan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi makanan. Bahkan, perayaan Natal dan Tahun Baru di akhir tahun juga belum dapat mendongkrak konsumsi rumah tangga Kepulauan Riau. Kondisi tersebut juga terkonfirmasi dari hasil survei indeks tendensi konsumen (ITK) oleh BPS Kepulauan Riau, yang menunjukkan adanya penurunan indeks pendapatan rumah tangga serta penurunan tingkat konsumsi makanan dan non makanan. Indeks pendapatan rumah tangga menurun dari 112,36 pada triwulan sebelumnya menjadi 109,45 pada triwulan laporan yang diikuti juga oleh penurunan indeks konsumsi makanan dan non makanan sebesar115,72 pada triwulan sebelumnya menjadi 110,87 pada triwulan laporan. Perlambatan konsumsi juga tercermin dari perlambatan beberapa jenis kredit konsumsi, diantaranya kredit pemilikan rumah (KPR) serta kredit kendaraan bermotor (KKB). KPR dan KKB masing-masing tumbuh sebesar 14,08% (yoy) dan 4,69% (yoy), atau lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar (15,67% (yoy) dan 7,57% (yoy) maupun triwulan IV-2012 yang sebesar 19,64% (yoy) dan 47,29% (yoy). Pengaturan loan to value oleh Bank Indonesia diyakini menjadi pendorong utama perlambatan KPR maupun KKB. %, yoy KPR KKB ITK Pengaruh inflasi thd tingkat konsumsi Pendapatan Rumah Tangga Tingkat Konsumsi makanan dan non makanan I II III IV I II III IV I II III IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw.II Tw.III Tw.IV Sumber : BPS (diolah) Grafik 1.2. Pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) Grafik 1.3. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen 13

14 Konsumsi Pemerintah Porsi belanja Pemerintah juga tumbuh melambat pada triwulan laporan, dengan angka pertumbuhan 4,60% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,98% (yoy). Secara kumulatif pada 2013, belanja pemerintah tumbuh sebesar 5,99% (yoy), juga lebih rendah dibanding angka pertumbuhan tahun 2012 sebesar 6,92% (yoy). Adapun kontribusi konsumsi pemerintah terhadap total PDRB sebesar 4,4%. Realisasi belanja Pemda Kepulauan Riau tahun 2013 sebesar 90,64% dari total anggaran belanja atau senilai Rp2,71 triliun, dengan realisasi belanja terendah terutama untuk belanja tanah. Dalam rangka memberikan rangsangan terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, Pemda perlu mengalokasikan belanja modal khususnya untuk keperluan infrastruktur dengan porsi yang lebih besar sehingga dapat memberikan manfaat jangka panjang dan mempercepat realisasi belanja anggaran Investasi Investasi tumbuh melambat, dengan angka pertumbuhan 9,99% (yoy) lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 11,64% (yoy). Secara kumulatif tahun 2013, pertumbuhan investasi tercatat sebesar 11,33% (yoy), juga lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 11,65% (yoy). Perlambatan investasi Kepulauan Riau terutama disebabkan penurunan yang signifikan pada penanaman modal asing (PMA). Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pada triwulan IV-2013 nilai PMA Kepulauan Riau sebesar 4,5 juta USD, atau tumbuh negatif 81,03% (yoy) atau semakin menurun setelah pada triwulan sebelumnya PMA juga tercatat menurun 40,65% (yoy). Secara kumulatif tahunan, PMA tahun 2013 senilai 316 juta USD atau tumbuh negatif 41,22% (yoy), jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 144,43% (yoy). Beberapa faktor penghambat investasi di Kepulauan Riau diantaranya yaitu kenaikan upah minimum kota (UMK) yang berubah-ubah setiap tahun dinilai investor memberikan ketidakpastian berusaha, serta industri elektronik yang sebagian besar menghasilkan produk yang sudah kurang sesuai lagi dengan permintaan pasar. Di sisi lain, penanaman modal dalam negeri (PMDN) menguat signifikan, namun nilai PMDN yang jauh lebih kecil dibanding PMA menyebabkan total nilai investasi Kepulauan Riau tetap menurun. Nilai PMDN pada triwulan laporan sebesar Rp52,6 miliar atau tumbuh 2.411,74%. Secara kumulatif tahun 2013, pertumbuhan PMDN sebesar 860,76% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar negatif 96,83% (yoy). Penguatan 14

15 investasi dalam negeri, antara lain dipengaruhi oleh berbagai pembangunan sarana fisik oleh Pemerintah Kota Batam maupun Pemerintah Provinsi Kepri sebagai persiapan MTQ Nasional di Kota Batam pada bulan Juni (Juta USD) Jumlah Proyek Pertumbuhan jumlah proyek Nilai Investasi Pertumbuhan nilai investasi (%, yoy) (Rp miliar) Jumlah Proyek Pertumbuhan jumlah proyek Nilai Investasi Pertumbuhan nilai investasi (%, yoy) , , , Q Q Q Q Q Q Q Q Sumber: BKPM Grafik 1.4. Perkembangan Investasi PMA di Provinsi Kepri Grafik 1.5. Perkembangan investasi PMDN di Provinsi Kepri Ekspor Pada triwulan IV-2013, ekspor meningkat signifikan, dengan angka pertumbuhan 3,58% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar negatif 0,41% (yoy). Meskipun demikian, secara kumulatif tahunan, pertumbuhan ekspor tahun 2013 sebesar 1,76% (yoy), masih lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 4,26% (yoy). Penguatan pertumbuhan ekspor terutama ditopang oleh ekspor luar negeri, dengan porsi 97,33% dari total ekspor, tumbuh menguat pada triwulan laporan sebesar 3,58% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh negatif 0,54% (yoy). Pertumbuhan ekspor terutama terjadi pada sektor industri pengolahan subsektor industri logam dasar besi dan baja. Sejumlah aktivitas pengeboran minyak dan gas di Australia maupun di Timur Tengah turut berdampak terhadap peningkatan ekspor Kepri. Ekspor komoditas produk dari besi dan baja serta kapal dan konstruksi terapung lainnya pada periode triwulan IV-2013 tumbuh masing-masing 50,44% (yoy) dan 174,36% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya masing-masing sebesar 13,90% (yoy) dan 150,42% (yoy). Pipa besi dan baja terutama diekspor ke Australia, sementara kapal/konstruksi terapung diekspor ke Irak. Berdasarkan hasil liaison ke sejumlah perusahaan besi dan baja maupun perusahaan pembuat kapal, diketahui bahwa pipa besi dan baja maupun kapal/konstruksi terapung tersebut dibuat berdasarkan pesanan sejumlah perusahaan untuk keperluan pengeboran minyak dan gas di Australia dan Timur Tengah. 15

16 Di sisi lain, pelemahan nilai tukar rupiah juga mendorong sejumlah perusahaan untuk memaksimalkan ekspor, terutama untuk produk yang menggunakan bahan baku lokal, diantaranya yang berkontribusi cukup signifikan terhadap total ekspor Kepulauan Riau yaitu produk turunan CPO. Kondisi tersebut tercermin dari peningkatan ekspor komoditas lemak/minyak nabati Kepulauan Riau sebesar pada 41,66% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan periode sebelumnya sebesar negatif 39,33% (yoy). (yoy) 20% Net Ekspor Ekspor Impor (yoy) 20% Ekspor Luar Negeri Ekspor Antar Daerah 15% 10% 15% 5% 10% 0% -5% 5% -10% 0% -15% -20% -5% -25% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: BPS Sumber: BPS Grafik 1.6. Pertumbuhan Ekspor Impor Grafik 1.7. Pertumbuhan Ekspor Luar Negeri dan Antar Daerah Mesin Elektronik, Perekan Suara, TV, dll Produk dari Besi dan Baja 19.05% 25.52% (%, yoy) Lemak dan Minyak Nabati dan Hewani Produk dari Besi dan Baja Reaktor Nuklir, Pemanas, Mesin, dll Mesin Elektronik, Perekam Suara, TV, dll Perahu, Kapal, dan Struktur Terapung Lainnya Reaktor Nuklir, Pemanas, Mesin, dll Lemak dan Minyak Nabati dan Hewani 9.04% 11.38% Berbagai Produk Kimia Perahu, Kapal, dan Struktur Terapung Lainnya Ores, slag and ash 5.45% 5.00% 3.99% Grafik 1.8. Porsi Ekspor Berdasarkan Komoditas Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Grafik 1.9. Perkembangan Ekspor pada Komoditas Utama Impor Seiring dengan penguatan ekspor, nilai impor juga turut menguat pada triwulan laporan karena ketergantungan industri pengolahan terhadap bahan baku impor yang masih tinggi. Meskipun demikian, pertumbuhan ekspor yang lebih besar dibanding impor menyebabkan Kepulauan Riau masih mencatatkan pertumbuhan positif net ekspor pada triwulan laporan. Impor tumbuh 1,21% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan impor pada triwulan sebelumnya sebesar negatif 1,99% (yoy). Meskipun 16

17 demikian, secara kumulatif tahun 2013, impor tumbuh negatif 0,32% (yoy), atau menurun sangat dalam bila dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 7,63% (yoy). Seperti halnya ekspor, impor juga didominasi oleh impor luar negeri sebesar 98,83% dari total impor, sementara porsi impor antar daerah hanya sebesar 1,17%. Adapun Impor luar negeri tumbuh 1,25% (yoy) lebih tinggi dibanding pertumbuhan impor triwulan sebelumnya sebesar negatif 1,96% (yoy). Penguatan impor tersebut terjadi karena kebutuhan bahan baku yang meningkat sejalan dengan penguatan ekspor, tercermin dari komoditas utama impor yang tidak jauh berbeda dengan komoditas ekspor, antara lain mesin elektronik, mesin-mesin, produk dari besi dan baja serta besi dan baja. Di sisi lain, nilai impor antar daerah, yang antara lain terdiri atas bahan makanan, sandang, bahan baku konstruksi, dan lain-lain, menurun 2,21% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut menandakan gangguan pasokan ke Kepulauan Riau karena faktor cuaca (curah hujan tinggi dan gelombang tinggi) serta faktor keterbatasan armada pengangkutan, sehingga berdampak pada inflasi yang tetap tinggi pada triwulan laporan. (yoy) 35% 30% 25% Impor Luar Negeri Impor Antar Daerah Mesin Elektronik, Perekam Suara, TV, dll Reaktor Nuklir, Pemanas, Mesin, dll 20.86% 28.43% 20% 15% Produk dari Besi dan Baja 13.83% 10% 5% 0% -5% -10% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: BPS Besi dan Baja Plastik dan Produk dari Plastik Peralatan Optik, Fotografi dan Instrumen Medis 2.66% 6.92% 5.62% Grafik Pertumbuhan Impor Luar Negeri dan Antar Daerah Grafik Porsi Impor pada Komoditas Utama (%, yoy) Besi dan Baja Produk dari Besi dan Baja Reaktor Nuklir, Pemanas, Mesin, dll Mesin Elektronik, Perekam Suara, TV, dll Plastik dan Produk dari Plastik Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Grafik Pertumbuhan Impor pada Komoditas Utama 17

18 1.3. SISI PENAWARAN Pada sisi sektoral, seluruh sektor ekonomi masih cenderung melambat. Perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama disumbang oleh perlambatan pada sektorsektor kontributor utama PDRB yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan besar dan eceran serta sektor konstruksi. Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral year on year SEKTOR EKONOMI Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* 2013* Pertanian 2.45% 1.36% 1.75% 1.88% 1.86% 2.55% 1.63% 1.30% 1.92% 1.85% Pertambangan & Penggalian 3.58% 5.35% 6.14% 6.48% 5.40% 6.52% 4.11% 2.16% 1.39% 3.50% Industri Pengolahan 5.93% 3.50% 6.06% 7.23% 5.68% 7.13% 5.62% 5.48% 4.54% 5.67% Listrik, Gas & Air Bersih 9.60% 5.76% 4.21% 3.42% 5.68% 4.35% 4.53% 4.64% 4.32% 4.46% Bangunan 9.15% 10.67% 9.14% 11.46% 10.12% 10.91% 8.57% 12.60% 13.57% 11.45% Perdagangan, Hotel & Restoran 7.52% 9.58% 10.63% 11.14% 9.75% 10.56% 7.90% 6.98% 6.28% 7.87% Pengangkutan & Komunikasi 8.08% 7.30% 6.48% 6.28% 7.02% 6.59% 5.42% 4.43% 3.54% 4.97% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 5.19% 8.32% 7.36% 8.10% 7.26% 8.65% 4.98% 4.57% 3.53% 5.38% Jasa-Jasa 6.43% 7.47% 6.10% 6.85% 6.71% 6.57% 4.16% 3.70% 2.52% 4.21% PDRB 6.28% 5.73% 7.16% 8.06% 6.82% 7.91% 5.99% 5.72% 5.02% 6.13% Sumber: BPS Kepulauan Riau * angka sementara Keuangan, Jasa-jasa, 2.6% Persewaan & Jasa Perusahaan, 4.9% Pengangkutan dan Komunikasi, 4.4% Pertanian, 4.2% Pertambangan & Penggalian, 7.2% Perdagangan, Hotel dan Restoran, 20.3% Industri Pengolahan, 47.5% Bangunan, 8.7% Listrik, Gas dan Air Bersih, 0.6% Sumber: BPS, diolah Grafik Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap PDRB Sektor Industri Pengolahan Di tengah penguatan pertumbuhan ekspor, sektor industri pengolahan tercatat masih pada trend melambat. Pada triwulan laporan, sektor industri pengolahan tumbuh 4,54% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,48% (yoy). Meskipun demikian, secara kumulatif tahun 2013 pertumbuhan sektor industri pengolahan sebesar 5,67% (yoy), relatif stabil dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 5,68% (yoy). 18

19 Perlambatan sektor industri pengolahan pada triwulan laporan sangat dipengaruhi oleh perlambatan investasi, terlihat dari penurunan jumlah penanaman modal asing (PMA), pada triwulan IV-2013 tumbuh negatif 81,03% (yoy) lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar negatif 40,65% (yoy). Beberapa faktor pendorong penurunan investasi antara lain trend produk elektronik yang mulai berubah mengikuti perkembangan teknologi sementara sebagian besar industri elektronik di Kepulauan Riau masih memproduksi produk lama, menyebabkan perusahaan cenderung menahan investasi baru untuk produk lama tersebut sebagai antisipasi terhadap kemungkinan penurunan permintaan. Di sisi lain, ketidakpastian kenaikan upah minimum kota (UMK) setiap tahunnya dinilai cukup berisiko oleh investor, sehingga beberapa investor memilih untuk melakukan ekspansi usaha di kawasan industri negara tetangga seperti di Vietnam atau Malaysia. Berdasarkan sub sektor, perlambatan pertumbuhan terjadi pada seluruh sub sektor industri pengolahan termasuk sub sektor utama yaitu sub sektor alat angkut, mesin dan peralatan dengan kontribusi terhadap PDRB mencapai 26,23% dari total PDRB, tumbuh melambat dari 6,94% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 5,76% (yoy) pada triwulan laporan. Demikian juga sub sektor logam dasar, besi dan baja dengan kontribusi terhadap PDRB mencapai 8,15% juga tumbuh melambat dari 6,79% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 5,89% (yoy). Alat Angk., Mesin & Peralatannya Logam Dasar Besi & Baja 8.15% 26.23% yoy 15.00% Barang Kayu dan hasil Hutan lainnya Logam Dasar Besi dan Baja Semen & Barang Galian Bukan Logam Alat Angk., Mesin & Peralatannya Semen & Brg. Galian bukan logam Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 3.47% 3.44% 10.00% Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 3.08% 5.00% Barang lainnya 1.66% Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki Kertas dan Barang Cetakan Makanan, Minuman dan Tembakau 0.68% 0.60% 0.15% 0.00% -5.00% I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Struktur Industri Pengolahan Kepulauan Riau % Sumber: BPS, diolah Grafik Pertumbuhan Sub Sektor Industri Pengolahan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Penurunan konsumsi masyarakat karena faktor inflasi yang masih tinggi pada triwulan laporan, berdampak pada perlambatan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor PHR tumbuh sedikit melambat dari 6,98% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,28% (yoy) pada triwulan laporan. Secara kumulatif tahun 2013, sektor PHR tumbuh 7,87% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 7,95% (yoy). 19

20 Meskipun tumbuh melambat, sektor PHR masih menjadi salah satu kontributor utama PDRB dengan kontribusi mencapai 20,3%, atau terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan. Perlambatan pertumbuhan pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terutama disebabkan oleh perlambatan pada sub sektor perdagangan besar dan eceran dengan angka pertumbuhan sebesar 6,08% (yoy) jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 6,88% (yoy). Penurunan daya beli masyarakat karena laju inflasi yang tetap tinggi pada triwulan IV 2013, masih menjadi faktor utama penghambat pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran. Hambatan dari sisi pasokan yang menyebabkan inflasi antara lain tercermin dari data bongkar muat pelabuhan Batam yang menunjukkan trend penurunan volume bongkar muat barang sepanjang bulan Oktober hingga November Kondisi tersebut dipengaruhi oleh keterbatasan sarana transportasi laut (keterbatasan jumlah armada kapal Pelni) serta faktor cuaca (curah hujan dan gelombang tinggi) menyebabkan terjadi hambatan pasokan ke Kota Batam dan semakin memberikan tekanan terhadap harga. Sementara itu, peningkatan jumlah wisatawan pada triwulan laporan sebesar 7,3% (yoy) lebih tinggi dibanding peningkatan pada triwulan III-2013 sebesar 5,3% (yoy), belum mampu mendorong laju pertumbuhan sub sektor hotel maupun sub sektor restoran. Sub sektor hotel melambat dari 7,45% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,04% (yoy) pada triwulan laporan. Perlambatan juga terjadi pada sub sektor restoran, yang tumbuh melambat dari 7,39% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,04% (yoy) pada triwulan laporan. Laju pertumbuhan sektor hotel tertahan antara lain karena penurunan lama menginap tamu hotel, pada triwulan sebelumnya sebesar 1,93 hari (rata-rata bulanan) menjadi 1,83 hari (rata-rata bulanan) pada triwulan laporan % Inflasi (yoy) Pertumbuhan PHR (yoy) Ton 600,000 Dalam Negeri Bongkar Luar Negeri Impor Dalam Negeri Muat Luar Negeri Ekspor 10.00% 500, % 400, % 300, % 200, % 100, % I II III IV I II III IV Sumber: BPS, diolah. - JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OKT NOV DES 2013 Sumber: Dinas Perhubungan Kota Batam Grafik Pengaruh Inflasi terhadap Pertumbuhan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran Grafik Volume Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Kota Batam 20

21 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May June July August September October November Desember Jumlah Wisman (orang - LHS) Pertumbuhan (%, yoy - RHS) TPK (% - LHS) Rata-Rata Lama Menginap (hari - RHS) I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, diolah Grafik Jumlah Wisman yang Berkunjung ke Provinsi kepulauan Riau -4 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau Grafik Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan Rata-Rata Lama Menginap Hotel Berbintang di Kepulauan Riau Sektor Bangunan Berbeda dengan sektor lainnya, sektor bangunan justru tumbuh menguat pada triwulan laporan. Sektor bangunan tumbuh 13,57% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 12,60% (yoy). Sementara itu, secara kumulatif tahun 2013, pertumbuhan sektor bangunan tercatat sebesar 11,45% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 10,12% (yoy). Di tengah berbagai faktor penghambat pertumbuhan sektor konstruksi antara lain kebijakan pengetatan loan to value (LTV) oleh Bank Indonesia, peningkatan suku bunga kredit serta inflasi yang sangat tinggi pada sejumlah komoditas bahan bangunan, namun sektor konstruksi tetap mampu tumbuh menguat diprakirakan karena masih ditopang oleh industri perumahan yang tetap marak di Kepulauan Riau didukung pula oleh realisasi sejumlah proyek pemerintah yang meningkat pada triwulan IV Berdasarkan hasil liaison diketahui bahwa di tengah berbagai tekanan pada industri properti, sejumlah pengembang properti tetap melakukan investasi besar proyek perumahan pada tahun 2013 untuk dipasarkan di tahun Selain itu, hadirnya 2 (dua) developer besar berskala nasional di Kota Batam, dengan target pasar kalangan menengah ke atas dan pengerjaan proyek perumahan dimulai pada triwulan IV-2013, turut menopang pertumbuhan sektor konstruksi di Kepulauan Riau Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian juga tumbuh melambat pada triwulan laporan, dengan angka pertumbuhan 1,39% (yoy) lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 2,16% (yoy). Demikian juga secara kumulatif tahunan, pertumbuhan 21

22 sektor pertambangan dan penggalian tahun 2013 sebesar 3,50% (yoy) lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 5,40% (yoy). Perlambatan pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian di Kepulauan Riau terutama disebabkan oleh penurunan lifting gas. Volume lifting gas pada triwulan IV-2013 sebesar 41,8 juta barel, atau menurun 9,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Secara total tahun 2013, volume lifting gas tercatat sebesar 183,27 juta barel atau hanya 82,04% dari target yang ditetapkan. Kondisi tersebut terutama disebabkan sumur-sumur gas yang sudah mulai menua sehingga produksinya terus turun. Sementara itu, meskipun volume lifting minyak meningkat cukup tinggi pada triwulan laporan, namun pertumbuhan tahunan pada triwulan IV-2013 tercatat masih negatif yaitu sebesar negatif 19,3% (yoy). Adapun total realisasi lifting minyak Kepulauan Riau tahun 2013 sebesar 19,5 juta barel atau mencapai 92,93% dari target yang ditetapkan. Juta Barel Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Lifting Minyak (LHS) growth (RHS) (19.6) (26.9) (20.1) (41.1) 27.1 (9.3) (35.2) (11.7) (32.8) (19.3) Sumber: Kementerian ESDM, diolah. Grafik Perkembangan Lifting Minyak Kepulauan Riau % (20.0) (40.0) (60.0) juta MMBTU % Tw-I Tw-II Tw- III Tw- IV Tw-I Lifting Gas (LHS) growth (RHS) Sumber: Kementerian ESDM, diolah. Tw-II Tw- III Grafik Tw- IV Tw-I Tw-II Perkembangan Lifting Gas Kepulauan Riau Tw- III Tw- IV

23 BOKS - 1 SEKTOR PERIKANAN: POTENSI TERPENDAM, DILUPAKAN JANGAN Sebagai upaya untuk mendorong keterlibatan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dalam memberikan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, KPwBI Provinsi Kepri, bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPBI), mengadakan proyek penelitian mengenai Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM pada tahun Penelitian ini secara garis besar berupaya untuk menemukan komoditas, produk mau pun jenis usaha yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan daya saing produk, termasuk memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah dan perbankan daerah sehubungan dengan hal tersebut. Penelitian dilakukan terhadap 59 kecamatan yang tersebar di Kabupaten Karimun (9), Kabupaten Bintan (10), Kabupaten Natuna (12), Kabupaten Lingga (5), Kabupaten Kep. Anambas (7), Kota Batam (12) dan Kota Tanjungpinang (4). Kriteria untuk tingkat kecamatan adalah jumlah unit usaha/rumah tangga usaha atau volume produksi, jangkauan pemasaran dan ketersediaan bahan baku/sarana produksi dan kontribusi KPJU terhadap perekonomian wilayah kecamatan dan kabupaten/kota. Sementara itu kriteria tingkat kota/kabupaten adalah tenaga kerja terampil, bahan baku, modal, sarana produksi, teknologi, sosial budaya, manajemen usaha, ketersediaan pasar, harga, penyerapan tenaga kerja dan sumbangan perekonomian. Secara umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan usaha masyarakat di wilayah Kepri masih didominasi oleh 3 (tiga) sektor utama, yaitu perikanan, perdagangan, dan jasa. Namun, jika dilihat secara wilayah, maka potensi yang tinggi untuk perikanan terdapat di Kabupaten Natuna-Anambas-Lingga. Sementara itu, Kota Batam dan Tanjungpinang serta Kabupaten Bintan dan Karimun diorientasikan kepada pengembangan sektor perdagangan, jasa dan perindustrian. Bila merujuk kepada skor terbobot dari masing-masing sektor, maka sektor perikanan masih menempati posisi tertinggi diantara 3 (tiga) sektor utama seperti tersebut di atas, dengan penangkapan ikan/biota laut sebagai subsektor tertinggi, disusul berturut-turut kemudian oleh subsektor budidaya ikan laut, budidaya ikan air tawar, budidaya keramba dan budidaya rumput laut. Fakta hasil penelitian tersebut kiranya cukup sesuai dengan kondisi wilayah alam Provinsi Kepri yang 95,79% wilayahnya terdiri dari lautan dengan luas sebesar ,30 km2. Namun, bila melihat kontribusi terhadap PDRB pada tahun 2012 dan 2013, maka kontribusi terbesar PDRB tahunan Kepri masih disumbang oleh sektor industri pengolahan (sekitar 40%) dan belum terdapat kontribusi yang signifikan dari sektor perikanan dalam perhitungan PDRB tahunan tersebut. Beberapa faktor yang menjadi kendala terkait dengan hal ini antara lain cara penangkapan ikan yang masih tradisional/konvensional dengan menggunakan kapal kecil (one day fishing), serta belum adanya mekanisme pencatatan yang memadai dari instansi pemerintah terkait terhadap besarnya transaksi yang dilakukan oleh para nelayan di Kepri di tengah lautan. Sementara itu, penangkapan ikan oleh nelayan asing di wilayah Kepri menjadi satu tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah untuk mengamankan potensi hasil kelautan di wilayahnya. 23

24 LPPM IPB, melalui hasil penelitian yang didiseminasikan pada akhir 2013 di hadapan dinas terkait dan pelaku usaha perbankan di Kepri, mengungkapkan perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah daerah terhadap pengembangan sektor perikanan di Kepri, antara lain yakni dengan melakukan pelatihan untuk nelayan pembudidaya ikan, memberikan bantuan/subsidi kredit untuk pengadaan sarana alat tangkap maupun alat budidaya, pengembangan klaster/industri penanganan rantai dingin/industri pengolahan lanjut melalui program minapolitan yang dapat menjangkau seluruh area Kepri dengan lebih luas dan penguatan armada pengawasan terhadap nelayan asing agar potensi perikanan lokal milik Kepri dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat daerah. Lebih lanjut, pada awal 2014, KPwBI Provinsi Kepri mengadakan Seminar Blue Economy yang menghadirkan Dr. Rokhimin Dauri dan Dr. Faisal Basri sebagai narasumber. Dalam seminar tersebut para narasumber memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah dan pelaku perbankan di Kepri untuk menjadikan sektor kelautan (khususnya perikanan) sebagai jati diri Provinsi Kepri, melakukan sinergi secara lintas sektoral antar instansi guna mendukung pelaksanaan program ekonomi biru, meningkatkan akses pembiayaan melalui pengembangan UMKM terutama yang terkait dengan program ekonomi biru, serta menerapkan prinsip zero waste dan kelestarian lingkungan dalam mengoptimalkan potensi kelautan demi pertumbuhan ekonomi daerah maupun ekonomi nasional. 24

25 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL 2.1. PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI KEPULAUAN RIAU Pada tahun 2013, tekanan inflasi di Provinsi Kepri melonjak tiga kali lipat dibanding inflasi tahun 2012 dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Sampai dengan akhir Desember 2013, inflasi di Provinsi Kepri tercatat sebesar 8,24% (yoy) jauh lebih tinggi dibanding inflasi tahun 2012 yang tercatat sebesar 2,38% (yoy). Lonjakan inflasi akibat kenaikan BBM mulai terjadi pada bulan Juni 2013 dengan tingkat inflasi 0,72% (mtm) dan mencapai puncaknya pada bulan Juli 2013 dengan tingkat inflasi sebesar 2,45% (mtm). Selain mendorong lonjakan inflasi pada kelompok administered price, kenaikan harga BBM juga memicu kenaikan harga kelompok bahan makanan (volatile food). Tingkat inflasi kelompok volatile food merupakan yang tertinggi dibanding kelompok lainnya. Laju inflasi kelompok volatile food tercatat sebesar 15,04% (yoy), kelompok administered price 13,88% (yoy), dan kelompok inti sebesar 3,95% (yoy). Selain kenaikan harga BBM, laju inflasi kelompok bahan makanan yang tinggi juga didorong oleh pembatasan impor produk hortikultura dan penurunan pasokan karena penurunan produksi di Jawa dan Sumatera Utara. Kenaikan inflasi Provinsi Kepri lebih dipengaruhi oleh pergerakan inflasi Kota Batam yang mencapai 7,81% (yoy). Sementara itu, inflasi yang lebih tinggi di Kota Tanjungpinang sebesar 10,09% (yoy) memberikan tekanan ke atas sehingga realisasi inflasi Kepri mencapai 8,24% (yoy). Bobot Kota Batam dan Kota Tanjungpinang sebagai daerah sampel inflasi Provinsi Kepri masing-masing adalah 82% dan 18%. Inflasi, % yoy 12,0 10,0 8,0 Nasional Kepulauan Riau Batam Tanjung Pinang % 10,0 8,0 6,0 6,0 4,0 4,0 2,0 2,0 0,0 0, Sumber: BPS, diolah (2,0) Inflasi Bulanan (mtm) Inflasi Tahunan (yoy) Inflasi Triwulanan (qtq) Sumber: BPS, diolah Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kepri dan Nasional Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kepri 25

26 Meskipun sampai dengan akhir tahun tingkat inflasi tahunan Provinsi Kepri berada pada tingkat tertinggi, namun secara triwulanan inflasi Kepri telah berangsur-angsur turun. Inflasi triwulanan Kepri tercatat sebesar 1,34% (qtq), mereda dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 4,20% (qtq) INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA Inflasi Tahunan Sampai dengan akhir triwulan IV-2013, sebagian besar kelompok barang dan jasa di Provinsi Kepulauan Riau mengalami kenaikan harga yang tinggi. Tekanan paling kuat dialami oleh kelompok bahan makanan dengan inflasi sebesar 14,09% (yoy) yang memberikan andil terhadap inflasi sebesar 3,69% atau 45% dari total angka inflasi tahunan sebesar 8,24%. Laju inflasi yang tinggi pada kelompok bahan makanan dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), pembatasan impor produk hortikultura, serta penurunan produksi bumbu-bumbuan di Jawa akibat faktor cuaca dan di Sumatera akibat bencana Gunung Sinabung. Selama tahun 2013 harga cabe merah telah naik hingga 121,36% sementara harga bawang merah naik hingga 86,43%. Faktor cuaca berupa curah hujan yang tinggi menyebabkan produksi cabe merah dan bawang merah turun. Hal ini diperparah dengan adanya pembatasan impor hortikultura yang semakin mendorong kenaikan harga kedua komoditas tersebut karena alternatif pasokan dari impor menjadi lebih ketat. Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan Kepulauan Riau Menurut Kel. Barang dan Jasa (yoy,%) KELOMPOK PENGELUARAN Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil UMUM 2,38 2,38 3,41 3,41 4,07 4,07 7,29 7,29 8,24 8,24 Bahan Makanan 2,75 0,68 6,04 1,55 6,37 1,63 11,09 2,89 14,09 3,69 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 3,25 0,60 4,53 0,83 5,04 0,93 6,47 1,17 6,52 1,18 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 1,13 0,26 2,11 0,49 2,52 0,59 3,57 0,81 4,78 1,08 Sandang 3,62 0,27 1,26 0,09 (0,16) (0,01) 1,19 0,08 (0,09) (0,01) Kesehatan 1,91 0,07 2,55 0,10 2,77 0,11 3,24 0,12 3,56 0,13 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 3,12 0,18 3,09 0,17 2,76 0,15 2,59 0,14 3,41 0,18 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 1,64 0,27 1,09 0,18 4,07 0,66 12,61 2,18 12,35 2,13 Sumber: BPS, diolah Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan menyumbang inflasi terbesar kedua dengan kenaikan harga tahunan sebesar 12,35% dan andil sebesar 2,13% atau 26% dari total angka inflasi tahunan. Laju inflasi kelompok ini juga didorong oleh kenaikan harga BBM yang diikuti kenaikan tarif transportasi dan tarif listrik. 26

27 Kenaikan harga bensin sebesar 44% dan solar sebesar 22% pada akhir Juni 2013 mendorong kenaikan tarif angkutan dalam kota sebesar 12,62% dan tarif taksi sebesar 38,88%. Selain pengaruh kenaikan harga BBM, laju inflasi subkelompok transportasi, komunikasi, dan keuangan juga dipengaruhi oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika sepanjang paruh kedua tahun Beberapa komoditas yang terkena imbasnya antara lain adalah mobil dan pelumas. Tabel 2.2. Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan Provinsi Kepulauan Riau NO KOMODITAS INFLASI ANDIL (% YoY) (% YoY) 1 Cabe Merah 121,36 1,72 2 Bawang Merah 86,43 0,56 3 Beras 6,39 0,27 4 Udang Basah 24,72 0,19 5 Daging Sapi 16,52 0,18 6 Tongkol 26,29 0,16 7 Daging Ayam Ras 9,63 0,16 8 Selar 16,67 0,16 9 Kentang 40,59 0,14 10 Kelapa 22,86 0,13 Tabel 2.3. Inflasi Tahunan Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Keuangan Provinsi Kepulauan Riau NO KOMODITAS INFLASI ANDIL (% YoY) (% YoY) 1 Bensin 43,18 1,89 2 Angkutan Dalam Kota 12,62 0,27 3 Mobil 6,38 0,11 4 Tarip Taksi 38,88 0,09 5 Bahan Pelumas/Oli 14,55 0,06 6 Solar 22,22 0, Inflasi Triwulanan Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, inflasi pada triwulan IV-2013 tercatat telah mereda. Sejak awal tahun 2012 sampai dengan triwulan II-2013, inflasi triwulanan bergerak di bawah angka 2%, sementara pada triwulan III-2013, inflasi melonjak dan mencapai angka 4,2% (qtq) didorong oleh kenaikan BBM dan kenaikan permintaan menjelang hari raya Idhul Fitri. Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kepulauan Riau Menurut Kel. Barang dan Jasa (qtq,%) 2013 KELOMPOK PENGELUARAN Tw I Tw II Tw III Tw IV Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil UMUM 1,33 1,33 1,15 1,15 4,20 4,20 1,34 1,34 Bahan Makanan 2,47 0,64 1,51 0,38 6,71 1,75 2,79 0,73 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 1,95 0,36 1,24 0,23 2,05 0,37 1,14 0,21 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 1,73 0,40 0,60 0,14 1,15 0,26 1,22 0,28 Sandang (1,14) (0,08) (2,22) (0,16) 3,77 0,26 (0,40) (0,03) Kesehatan 1,32 0,05 1,02 0,04 0,65 0,02 0,52 0,02 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0,09 0,00 0,28 0,02 2,21 0,12 0,82 0,04 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan (0,11) (0,02) 3,21 0,52 8,28 1,43 0,64 0,11 Sumber: BPS, diolah Penyumbang terbesar inflasi triwulan IV-2013 adalah kelompok bahan makanan dengan angka inflasi sebesar 2,79% (qtq) dan andil sebesar 0,73% atau 55% dari total 27

28 angka inflasi triwulanan. Jika ditelisik lebih dalam, subkelompok bumbu-bumbuan merupakan pendorong utama kenaikan inflasi triwulanan dengan laju sebesar 18,58%. Komoditas utama penyumbang inflasi pada subkelompok bumbu-bumbuan adalah cabe merah dan bawang merah. Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan (qtq,%) Tabel 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Listrik, Air, dan Gas (qtq,%) KELOMPOK PENGELUARAN 2013 Tw I Tw II Tw III Tw IV Bahan Makanan 2,47 1,51 6,71 2,79 Padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya 2,13 0,86 2,99 0,75 Daging dan hasil-hasilnya 0,93 1,36 8,80 0,55 Ikan segar 6,90 (3,01) 15,06 0,05 Ikan diawetkan 3,05 2,55 1,90 1,00 Telur, susu dan hasil-hasilnya 2,66 (0,31) 1,82 1,21 Sayur-sayuran (9,97) (2,28) 12,72 3,91 Kacang-kacangan 0,58 0,28 5,12 0,97 Buah-buahan 3,86 4,11 3,47 1,17 Bumbu-bumbuan 12,71 17,80 2,93 18,58 Lemak dan minyak (0,93) (0,87) 6,76 0,09 Bahan makanan lainnya 1,41 0,46 0,63 0,65 Sumber: BPS, diolah KELOMPOK PENGELUARAN 2013 Tw I Tw II Tw III Tw IV Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 1,74 0,59 1,15 1,22 Biaya tempat tinggal 1,73 0,58 0,47 1,49 Bahan bakar, penerangan dan air 1,16 0,53 2,85 0,96 Perlengkapan rumah tangga 0,30 0,36 1,13 1,92 Penyelenggaraan rumah tangga 3,55 0,92 0,27 0,34 Sumber: BPS, diolah Kelompok dengan laju inflasi triwulanan terbesar kedua pada triwulan IV-2013 adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar dengan laju inflasi sebesar 1,22% (qtq) dan andil inflasi sebesar 0,28% atau 21% dari total angka inflasi. Pembentuk utama inflasi kelompok ini adalah subkelompok perlengkapan rumah tangga karena kenaikan harga peralatan memasak dan elektronik. Pelemahan nilai tukar rupiah telah mendorong kenaikan harga perlengkapan rumah tangga yang mengandung komponen impor tinggi atau yang diimpor secara langsung. Penyumbang andil inflasi triwulanan terbesar ketiga adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau dengan laju inflasi 1,14% (qtq) dan andil inflasi sebesar 0,21 atau 16% dari total angka inflasi. Tekanan inflasi bersumber dari subkelompok tembakau karena kenaikan harga rokok kretek filter dan subkelompok makanan jadi terutama karena kenaikan beberapa makanan jadi berbahan baku impor seperti roti tawar dan donat yang berbahan terigu serta sate yang berbahan daging sapi. Tabel 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau (qtq,%) Tabel 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan (qtq,%) KELOMPOK PENGELUARAN 2013 Tw I Tw II Tw III Tw IV Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 1,95 1,23 2,05 1,14 Makanan jadi 0,80 1,04 2,78 1,12 Minuman tidak beralkohol 0,84 1,60 0,61 0,13 Tembakau dan mikol 5,18 1,37 1,48 1,82 Sumber: BPS, diolah KELOMPOK PENGELUARAN 2013 Tw I Tw II Tw III Tw IV Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keu. (0,10) 3,21 8,28 0,64 Transpor (0,18) 4,31 11,75 0,87 Komunikasi 0,00 1,29 0,08 0,00 Sarana dan penunjang transpor 0,00 0,10 1,93 0,25 Jasa keuangan 1,00 0,00 0,00 0,00 Sumber : BPS (diolah) Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan merupakan penyumbang inflasi terbesar keempat dengan inflasi triwulanan sebesar 1,14% (qtq) dan andil sebesar 0,11% atau 8% dari total angka inflasi triwulan IV Subkelompok transpor merupakan 28

29 penyumbang utama inflasi di kelompok ini yang disumbang oleh kenaikan tarif taxi sebesar 13,62%, harga bahan pelumas/oli sebesar 7,81%, dan kenaikan tarif angkutan penyeberangan sebesar 6,87%. Kenaikan tarif taksi dan angkutan penyeberangan merupakan imbas dari kenaikan BBM. Sementara kenaikan harga bahan pelumas merupakan imbas dari pelemahan nilai tukar rupiah. Kenaikan harga BBM pada pertengahan tahun 2013 tidak hanya berimbas pada kelompok transportasi dan makanan tetapi juga berimbas pada kelompok pendidikan. Hargaharga buku pelajaran dan buku tulis rata-rata naik di atas 10% dan mendorong inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,82% (qtq). Andil yang disumbangkan kelompok ini tercatat sebesar 0,04% atau 3% dari total angka inflasi. Tabel 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga (qtq,%) KELOMPOK PENGELUARAN 2013 Tw I Tw II Tw III Tw IV Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0,08 0,28 2,21 0,82 Pendidikan 0,03 0,00 4,54 0,06 Kursus-kursus/pelatihan 0,00 0,00 0,32 0,00 Perlengkapan/peralatan pendidikan 0,00 1,89 0,63 5,08 Rekreasi 0,21 0,06 0,35 0,30 Olahraga 0,00 0,00 0,00 0,00 Sumber: BPS, diolah Tabel Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan (qtq,%) KELOMPOK PENGELUARAN 2013 Tw I Tw II Tw III Tw IV Kesehatan 1,32 1,01 0,65 0,52 Jasa kesehatan 2,22 0,00 0,00 0,00 Obat-obatan 1,58 2,18 0,50 0,33 Jasa perawatan jasmani 0,00 0,00 1,21 2,59 Perawatan jasmani dan kosmetika 0,85 1,50 1,01 0,49 Sumber: BPS, diolah Kelompok kesehatan menyumbangkan andil inflasi sebesar 0,02% atau 1,40% dari total angka inflasi triwulanan. Laju inflasi kelompok ini mencapai 0,52% (qtq) dengan subkelompok jasa perawatan jasmani merupakan penyumbang utama inflasi kelompok. Tabel Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang (qtq,%) KELOMPOK PENGELUARAN 2013 Tw I Tw II Tw III Tw IV Sandang (1,13) (2,22) 3,77 (0,40) Sandang laki-laki 0,13 0,94 2,68 0,91 Sandang wanita 0,36 0,23 0,67 0,19 Sandang anak-anak 0,00 0,04 1,02 0,08 Barang pribadi dan sandang lain (3,34) (6,84) 7,89 (1,94) Sumber: BPS, diolah Satu-satunya kelompok yang mencatatkan deflasi pada triwulan IV-2013 adalah kelompok sandang. Deflasi pada kelompok ini disebabkan oleh penurunan harga emas perhiasan sebesar 2,41% dibanding triwulan sebelumnya. Emas perhiasan merupakan komoditas yang digolongkan dalam subkelompok barang pribadi dan sandang lain. 29

30 2.3. INFLASI MENURUT KOTA Inflasi Provinsi Kepulauan Riau dibentuk oleh inflasi Kota Batam dan inflasi Kota Tanjungpinang dengan bobot masing-masing kota 82% dan 18%. Sampai dengan akhir triwulan IV-2013, inflasi Kota Batam tercatat sebesar 7,81% (yoy), lebih rendah dibanding inflasi nasional yang mencapai 8,38% (yoy). Namun inflasi Kota Tanjungpinang yang mencapai 10,09% (yoy), mendorong inflasi Kepri bergerak ke atas hingga mencapai angka 8,24% (yoy). Secara tahunan inflasi Kepri ini masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional. Inflasi Kota Batam dan Kota Tanjungpinang yang tinggi pada tahun 2013 dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi terutama bensin sebesar 44% pada bulan akhir Juni Kenaikan harga BBM ini mendorong laju inflasi kelompok transpor, komunikasi, dan keuangan. Namun kelompok komoditas yang mengalami kenaikan harga tertinggi adalah kelompok bahan makanan. Kenaikan harga BBM jelas memberikan andil tinggi dalam mendorong harga bahan makanan. Faktor lain yang turut mendorong laju inflasi kelompok ini adalah faktor cuaca khususnya curah hujan dan gelombang laut yang tinggi. Curah hujan yang tinggi menyebabkan produksi bahan makanan dari sentra produksi di Jawa khususnya bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran turun dan memicu kenaikan harga cabe merah dan bawang merah. Sementara itu, letusan Gunung Sinabung di Sumatera Utara juga menyebabkan produksi sayur-sayuran seperti tomat buah, kacang panjang, kentang, dan sayuran lainnya turun. Tabel Perkembangan Inflasi Kota Menurut Kel. Barang dan Jasa Triwulan IV-2013 di Kepri (yoy,%) KEPULAUAN RIAU BATAM TANJUNGPINANG KELOMPOK PENGELUARAN Tw.III Tw.IV Tw.III Tw.IV Tw.III Tw.IV Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil UMUM 7,29 7,29 8,24 8,24 6,66 6,66 7,81 7,81 9,96 9,96 10,09 10,09 Bahan Makanan 11,09 2,89 14,09 3,69 10,44 2,65 14,29 3,66 13,76 4,09 13,30 3,94 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 6,47 1,17 6,52 1,18 5,37 0,92 11,89 2,11 11,06 2,49 11,29 2,59 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 3,57 0,81 4,78 1,08 3,20 0,73 4,40 1,00 5,24 1,11 6,51 1,37 Sandang 1,19 0,08 (0,09) (0,01) 0,79 0,06 5,38 0,92 3,27 0,18 0,26 0,01 Kesehatan 3,24 0,12 3,56 0,13 3,15 0,12 3,51 0,20 3,61 0,12 5,34 0,17 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 2,59 0,14 3,41 0,18 2,60 0,15 3,17 0,12 2,51 0,09 2,97 0,10 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 12,61 2,18 12,35 2,13 12,27 2,19 (0,16) (0,01) 14,03 2,01 14,26 2,03 Sumber: BPS, diolah Tekanan inflasi di Kota Batam dan Tanjungpinang juga bersumber dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta kelompok perumahan, listrik, gas dan bahan bakar. Rokok kretek filter merupakan penyumbang andil inflasi di subkelompok tembakau dan minuman beralkohol dengan kenaikan harga tahunan mencapai 10,11% selama tahun Sementara sumber tekanan pada kelompok perumahan, listrik, dan 30

31 Jun Agust Okt Des tembakau terutama berasal dari tarif listrik yang naik 8,10% (yoy), sewa rumah yang naik 2,2% (yoy), dan pasir yang naik 32,99% (yoy). Seperti tahun-tahun sebelumnya, laju inflasi di Kota Batam lebih rendah dibanding inflasi Kota Tanjungpinang. Hal ini dipengaruhi oleh faktor konektivitas Batam dengan daerah-daerah sumber pasokan yang lebih baik dibanding Tanjungpinang DISAGREGASI INFLASI Berdasarkan kelompok komoditas, kenaikan laju inflasi Provinsi Kepulauan Riau tahun 2013 terutama didorong oleh kelompok bahan makanan dengan harga bergejolak (volatile food). Kenaikan harga BBM dan faktor cuaca memberikan tekanan yang kuat pada kelompok ini sehingga harga komoditas pada kelompok volatile food secara umum naik hingga 15,04% (yoy) dan memberikan andil inflasi sebesar 3,35% atau 41% dari total angka inflasi Kepri tahun 2013 sebesar 8,24% (yoy). %,yoy 16 IHK Inti Adm. Price Vol. Foods (2) Sumber: BPS, diolah Grafik 2.3. Perkembangan Disagregasi Inflasi %,yoy (1) Inti Vol. Foods Adm. Price Sumber: BPS, diolah Grafik 2.4. Kontribusi Kelompok Disagregasi Inflasi terhadap IHK Laju inflasi di Provinsi Kepulauan Riau untuk kelompok komoditas yang diatur pemerintah (administered price) pada akhir triwulan IV-2013 mencapai 13,88% atau tertinggi kedua setelah kelompok volatile food. Kontribusi kelompok ini terhadap pembentukan inflasi Kepri tercatat sebesar 2,73% atau 33% dari angka inflasi tahunan sebesar 8,24%. Komoditas yang menjadi pendorong laju inflasi pada kelompok ini adalah bensin, tarif listrik, tarif taxi, angkutan dalam kota, dan rokok kretek filter. Kenaikan tarif listrik, tarif taxi, dan tarif angkutan dalam kota mengikuti kenaikan harga bensin. Sementara itu, kelompok inti juga menghadapi tekanan kenaikan harga yang cukup besar. Pada triwulan IV-2013, inflasi kelompok ini tercatat sebesar 3,95% atau menyumbang 27,91% dari angka inflasi tahunan Desember Pelemahan nilai tukar rupiah dan isu pengurangan stimulus moneter di Amerika Serikat memicu fluktuasi komoditas termasuk emas perhiasan. 31

32 2.5. PERSEPSI HARGA DAN KONSUMSI DI TINGKAT KONSUMEN Berdasarkan Survei Konsumen yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia secara triwulanan, indeks keyakinan konsumen (IKK) pada triwulan IV-2013 turun dibanding indeks triwulan sebelumnya. Pada triwulan III-2013, IKK mencapai 117,2 sementara pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 108,5. IKK menunjukkan indeks yang dibentuk oleh indeks kondisi ekonomi (IKE) dan indeks ekspektasi ekonomi (IEK). IKE mencerminkan persepsi konsumen atas kondisi ekonomi pada saat survei, sementara IEK mencerminkan ekspektasi konsumen atas kondisi ekonomi yang akan datang. Indeks yang dihasilkan dari Survei Konsumen ini selaras dengan teori Permanent Income Hyphotesis (PIH), yang meyakini bahwa perilaku konsumsi masyarakat akan berubah jika ekspektasi atas pendapatan tetap di masa depan berubah. Jika konsumen meyakini bahwa pendapatan tetap mereka akan naik di masa depan maka konsumsi diperkirakan akan naik. Tingkat keyakinan dan ekspektasi konsumen ini dinyatakan dalam angka indeks. Indeks sebesar di atas 100 menunjukkan bahwa konsumen optimis sementara indeks di bawah 100 menunjukkan konsumen pesimis. 130,0 195, ,0 110,0 100,0 106,7 115,5 117,2 108,5 190,0 185,0 180, ,0 175,0 1 80,0 Tw I Tw II Tw III Tw IV 2013 IKE IEK IKK 170,0 Tw I Tw II Tw III Tw IV Inflasi Triwulanan Pengeluaran saat ini dibandingkan 3 bln yang lalu Perkiraan pengeluaran 3 bln mendatang dibandingkan saat ini 0 Grafik 2.5. Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Grafik 2.6. Pergerakan Persepsi Pengeluaran di Tingkat Konsumen Terkait dengan inflasi di masa depan, pergerakan IKK tersebut akan memproyeksikan pergerakan tingkat permintaan konsumen. Kenaikan tingkat permintaan akan berpotensi menimbulkan kenaikan harga jika tidak diimbangi dengan kecukupan pasokan. Hal ini tercermin pada pergerakan IKK pada tahun Pada triwulan IV-2013, tingkat optimisme konsumen menurun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Angka realisasi inflasi triwulanan juga menunjukkan bahwa tekanan inflasi mulai mereda pada akhir tahun. Sementara itu, ke depan konsumen menyatakan bahwa perkirakaan pengeluaran 3 bulan ke depan akan naik. Hal ini mengindikasikan akan ada potensi kenaikan permintaan dan tekanan harga pada triwulan I

33 BOKS - 2 INTEGRATED FARMING: SOLUSI UNTUK MENGATASI INFLASI Dalam rangka tindak lanjut rekomendasi TPID Kota Batam selama tahun 2013 yang memberikan informasi mengenai harga sayuran yang berfluktuasi serta pasokan lele impor ilegal yang merajai pasar di Batam, KPwBI Provinsi Kepri bekerja sama dengan Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Kehutanan (KP2K) Kota Batam pada akhir Desember 2013 mengadakan kunjungan ke salah satu sentra sayuran dan perikanan di daerah Tembesi di Kota Batam. Hal ini dimaksudkan untuk menjajaki kemungkinan dibentuknya integrated farming di wilayah tersebut yang akan dimulai pada awal tahun Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, Dinas KP2K Kota Batam telah melakukan pembinaan terhadap 10 kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) di wilayah Tembesi tersebut. Selain pembudidaya lele, di lokasi yang berdekatan juga terdapat beberapa petani yang secara intensif melakukan penanaman terhadap varietas berbagai jenis sayuran dan buah-buahan. Selain itu, ditemukan juga peternak sapi, kambing dan ayam dalam skala kecil, yang jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari. Melihat potensi yang cukup besar dari aktivitas pertanian dan peternakan di wilayah Tembesi, KPwBI Provinsi Kepri dan KP2K bermaksud untuk mengembangkan skala usaha pertanian dan peternakan di wilayah Tembesi tersebut untuk dapat memenuhi kebutuhan Kota Batam yang juga sekaligus dapat mengatasi masalah fluktuasi harga sayuran serta tingginya impor lele dari Johor, Malaysia. Tentunya hal ini juga membutuhkan perhatian khusus dari pihak dinas terkait maupun KPwBI Provinsi Kepri untuk senantiasa memberikan bantuan teknis dalam meningkatkan produktivitas, termasuk bantuan teknis untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak dan pupuk penyubur tanah. Hanya saja, cukup disadari bahwa perlu adanya upaya yang cukup besar untuk mengatasi beberapa hambatan dalam mewujudkan integrated farming di wilayah Tembesi, antara lain seperti status lahan yang belum jelas peruntukannya, jenis tanah di wilayah tersebut yang masih memiliki kandungan bauksit yang tinggi, sulitnya melakukan inovasi teknologi untuk menciptakan metode pertanian dan pembudidayaan yang lebih efisien sehingga dapat meningkatkan kuantitas produk agar mengimbangi kuantitas impor yang cukup marak, serta mengupayakan harga produk lokal yang lebih kompetitif bila dibandingkan dengan produk impor dimaksud. Tahapan yang direncanakan oleh KPwBI Provinsi Kepri dan KP2K Kota Batam dalam mewujudkan integrated farming di wilayah Tembesi tersebut adalah melakukan identifikasi klaster/sentra yang akan dikembangkan, termasuk penyusunan nota kesepahaman dan penguatan lembaga kelompok serta memberikan bantuan pelatihan dalam bentuk teknis maupun kewirausahaan pada tahun Selanjutnya, akan diikuti oleh pembentukan packaging house, pendirian koperasi dan lembaga keuangan mikro (LKM), serta pemantapan jalur distribusi ke retailer untuk memenuhi kebutuhan lokal di Kota Batam dan wilayah Kepri lainnya pada tahun Dan, diharapkan pada tahun 2016 akan dapat tercipta produk olahan, dengan bantuan dukungan teknologi informasi, yang bernilai tambah dengan orientasi ekspor. 33

34 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DAERAH Di tengah perlambatan perekonomian Kepulauan Riau yang masih berlanjut pada triwulan IV-2013, kinerja perbankan Kepulauan Riau masih pada trend tumbuh menguat dibanding triwulan sebelumnya, tercermin dari aset, DPK dan kredit. Peningkatan kinerja perbankan antara lain ditopang oleh peningkatan kinerja ekspor, peningkatan realisasi anggaran belanja pemerintah daerah serta peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat menyambut Natal dan Tahun Baru Seiring dengan penguatan kinerja perbankan, transaksi tunai maupun non tunai juga meningkat di triwulan laporan tercermin dari peningkatan inflow dan outflow, serta peningkatan transaksi kliring maupun RTGS (Real Time Gross Settlement System) 3.1. PERKEMBANGAN PERBANKAN BANK UMUM Pada triwulan IV-2013, bank umum mencatatkan kinerja yang baik tercermin dari pertumbuhan tahunan aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit yang lebih baik dibandingkan pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya. Total aset tercatat sebesar Rp44,06 triliun atau meningkat 28,03% (yoy), demikian juga DPK sebesar Rp38,39 triliun meningkat 33,29% (yoy) serta kredit yang tercatat sebesar Rp28,24 triliun meningkat 22,18% (yoy). Sementara itu, dibandingkan posisi triwulan IV-2012, aset dan DPK bank umum juga menguat, dengan angka pertumbuhan tahun 2012 masing-masing sebesar 19,98% (yoy) dan 19,67% (yoy), sementara kredit tumbuh melambat dibanding angka pertumbuhan tahun 2012 yang sebesar 26,86% (yoy). Tabel 3.1. Indikator Utama Bank Umum di Provinsi Kepulauan Riau dalam Rp miliar Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Total Aset Total Dana Total Kredit NPL 2,36% 2,04% 2,74% 2,42% 1,77% 2,04% 1,56% 1,61% 1,39% LDR 75,68% 75,19% 78,50% 79,65% 80,23% 76,41% 76,38% 74,47% 73,54% 34

35 Aset Aset bank umum pada triwulan IV-2013 tumbuh menguat. Total aset tecatat sebesar Rp44,06 triliun, meningkat 28,03% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya yang tercatat hanya sebesar 19,07% (yoy), juga lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan IV-2012 sebesar 19,98% (yoy). Dari total aset tersebut, komposisi aset produktif mencapai 64,12% sementara komposisi aset tetap hanya sebesar 1,03%, dan aset lainnya sebesar 34,85%. Berdasarkan kelompok bank, bank pemerintah, bank swasta serta bank asing dan campuran mencatatkan penguatan pertumbuhan pada sisi aset masing-masing sebesar 26,73% (yoy), 29,25% (yoy), dan 26,07% (yoy). Sementara itu, porsi terbesar aset terdapat pada bank swasta nasional (52,61%), kemudian bank pemerintah (45,39%), dan porsi terkecil aset pada bank asing dan campuran (2.00%). (Rp miliar) 50,000 Aset (LHS) growth - Aset (RHS) (%, yoy) (%, yoy) Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing & Campuran 45,000 40, ,000 30, ,000 20,000 15, (20.00) I II III IV I II III IV I II III IV ,000 5, (40.00) (60.00) (80.00) Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum Grafik 3.2. Perkembangan Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank Dana Pihak Ketiga (DPK) DPK Bank Umum pada triwulan laporan masih pada trend menguat. DPK tercatat sebesar Rp38,39 triliun atau tumbuh 33,23% (yoy), lebih tinggi dibanding sementara pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya sebesar 27,09% (yoy). Angka pertumbuhan pada triwulan laporan juga jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan IV-2012 yang sebesar 19,67% (yoy). Peningkatan BI Rate sepanjang bulan Juni hingga November 2013 yang kemudian mendorong peningkatan suku bunga DPK, menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan DPK. Pada triwulan IV-2013 suku bunga DPK (rata-rata tertimbang) untuk tabungan, giro dan deposito masing-masing sebesar 1,68%; 1,54%; dan 6,04%. 35

36 Berdasarkan komposisi DPK, tabungan memiliki porsi terbesar yaitu mencapai 42,30% dari total DPK atau senilai Rp16,24 triliun, adapun porsi Giro dan Deposito masingmasing sebesar 36,54%(Rp14,03 triliun) dan 21,16% (Rp8,12 triliun). Besarnya porsi tabungan menunjukkan bahwa tabungan masih merupakan cara penyimpanan dana yang paling dikenal dan diminati masyarakat, juga didukung oleh kemudahan berbagai transaksi perbankan melalui ATM maupun mobile banking serta inovasi layanan lainnya yang terus diciptakan oleh perbankan, yang terutama menggunakan tabungan sebagai sumber dana berbagai transaksi tersebut. Penguatan pertumbuhan DPK terutama ditopang oleh deposito yang mencatatkan pertumbuhan yang signifikan pada triwulan IV-2013 sebesar 44,49% (yoy), merupakan angka pertumbuhan tertinggi deposito setidaknya dalam tiga tahun terakhir. Adapun giro dan tabungan juga tumbuh menguat masing-masing 30,45% (yoy) dan 30,67% (yoy). Khusus untuk deposito, porsi terbesar deposito masih pada tenor pendek, terlihat dari komposisi deposito pada tenor 1 bulan yang mencapai 47,39% dari total deposito, diikuti dengan tenor 3 bulan (23,87%) dan tenor 6 bulan (13,32%). Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, porsi terbesar DPK diserap oleh bank swasta nasional (52,49%), kemudian bank pemerintah (43,63%), dan porsi terkecil diserap oleh bank asing dan campuran (3,97%). Adapun pertumbuhan DPK tertinggi dicatatkan oleh bank pemerintah sebesar 41,69% (yoy), kemudian bank swasta 33,48% (yoy), serta bank asing dan campuran 30,72% (yoy). Sebaliknya, DPK pada BPD menurun 8,59% (yoy). Berdasarkan kabupaten/kota, porsi terbesar DPK masih di Kota Batam yaitu mencapai 77,01% dari total DPK, diikuti oleh Kota Tanjungpinang (19,66%), Kabupaten Karimun (2,79%) dan kabupaten Natuna (0,53%). (Rp miliar) DPK (LHS) growth-dpk (RHS) (%, yoy) Giro (LHS) Tabungan (LHS) Deposito (LHS) growth - Giro (RHS) growth - Tabungan (RHS) growth - Deposito (RHS) 45, (Rp miliar) (%, yoy) 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5, ,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2, Grafik 3.3. Perkembangan DPK Bank Umum Grafik 3.4. Perkembangan Komposisi DPK 36

37 Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing & Campuran (%, yoy) (20.00) I II III IV I II III IV I II III IV (40.00) (60.00) Grafik 3.5 Perkembangan DPK Berdasarkan Jenis Bank Kredit Peningkatan BI Rate yang mendorong peningkatan suku bunga kredit (rata-rata tertimbang) dari 9,89% pada triwulan sebelumnya menjadi 10,06% pada triwulan laporan, belum mampu meredam pertumbuhan kredit di Kepulauan Riau. Total kredit sebesar Rp28,23 triliun, atau tumbuh menguat 22,18% (yoy). Angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 18,83% (yoy), namun masih lebih rendah dibanding angka pertumbuhan pada triwulan IV-2012 sebesar 28,86% (yoy). Kinerja ekspor industri pengolahan yang menguat signifikan pada triwulan laporan, diyakini turut mempengaruhi penguatan pertumbuhan kredit Kepulauan Riau. Hal ini terkonfirmasi dari pertumbuhan kredit pada sektor industri pengolahan dengan porsi terbesar kedua terhadap total kredit (18,62%), tumbuh signifikan sebesar 40,89% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan kredit pada triwulan sebelumnya maupun triwulan IV-2012, masing-masing sebesar 33,49% (yoy) dan 17,48% (yoy). Porsi terbesar kredit industri pengolahan berupa kredit valas sebesar 89,42% dari total kredit, sementara porsi kredit dalam rupiah hanya sebesar 10,58%. Sementara itu, kredit pada sektor bukan lapangan usaha (konsumsi) yang menyerap porsi terbesar kredit (34,10%) tumbuh 17,36% (yoy), cenderung stabil bila dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya maupun triwulan IV-2012, masing-masing sebesar 17,05% (yoy) dan 17,44% (yoy). Berdasarkan penggunaan, pertumbuhan kredit terutama ditopang oleh pertumbuhan pada kredit modal kerja dan kredit investasi. Kredit modal kerja tumbuh sebesar 19,74% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 13,76% (yoy), 37

38 namun jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan IV-2012 sebesar 26,62% (yoy). Kredit modal kerja terutama diserap oleh sektor industri pengolahan (39,48%), sektor perdagangan besar dan eceran (28,03%) serta sektor konstruksi (11,61%). Sementara itu, meskipun porsi kredit investasi terhadap total kredit merupakan yang terkecil, namun mencatatkan angka pertumbuhan tertinggi sebesar 32,55% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 29,08% (yoy), namun masih jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan IV-2012 yang mencapai 43,19% (yoy). Adapun penyaluran terbesar kredit investasi pada sektor transportasi, perdagangan dan komunikasi (31,59%), sektor perdagangan besar dan eceran (15,66%), serta sektor industri pengolahan (12,84%). Kredit konsumsi tumbuh menguat 17,35% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 17,05% (yoy) namun sedikit lebih rendah bila dibanding pertumbuhan pada triwulan IV-2012 yang sebesar 17,45% (yoy). Trend peningkatan pertumbuhan kredit konsumsi pada triwulan laporan terutama ditopang oleh pertumbuhan kredit multiguna dengan porsi 30,00% dari total kredit, tumbuh 12,94% (yoy). Namun, laju pertumbuhan kredit konsumsi tertahan oleh perlambatan kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB) yang masih berlanjut setelah Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan pengetatan LTV (loan to value), dan juga dipengaruhi oleh permasalahan lahan (hutan lindung) di Batam. KPR dan KKB dengan porsi terhadap total kredit masing-masing sebesar 54,42% dan 4,06% tumbuh melambat masing-masing sebesar 14,08% (yoy) dan 4,69% (yoy). Berdasarkan kelompok bank, porsi kredit terbesar disalurkan oleh bank swasta nasional (45,89%), kemudian bank pemerintah (52,78%), dan porsi terkecil kredit disalurkan oleh bank asing dan campuran (1,34%). Adapun kredit oleh bank pemerintah, bank swasta nasional serta tumbuh menguat masing-masing dengan angka pertumbuhan sebesar 22,32% (yoy), 21,86% (yoy), dan 23,21% (yoy)., sementara kredit pada bank asing dan campuran masih pada trend melambat, sebesar 27,75% (yoy). 38

39 (Rp miliar) 30,000 Total Kredit (LHS) growth - Total Kredit (RHS) (%, yoy) (Rp miliar) 12,000 MODAL KERJA (LHS) INVESTASI (LHS) KONSUMSI (LHS) growth - MK (RHS) growth - INVESTASI (RHS) growth - KONSUMSI (RHS) (%, yoy) , , , , ,000 10, ,000 4, , , Grafik 3.6. Perkembangan Kredit Bank Umum Grafik 3.7. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (%, yoy) Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing & Campuran %, yoy KPR KKB Multiguna (20.00) I II III IV I II III IV (40.00) (60.00) - I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 3.8. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kelompok Bank Grafik 3.9. Pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) Bukan Lapangan Usaha Industri Pengolahan 18.61% 34.10% (%, yoy) Bukan Lapangan Usaha Perdagangan Besar Dan Eceran Real Estate, Sewaan Dan Jasa PT Industri Pengolahan Trans, Gudang Dan Komunikasi Konstruksi Perdagangan Besar Dan Eceran 15.03% Trans, Gudang Dan Komunikasi 10.68% Real Estate, Sewaan Dan Jasa PT 6.80% Konstruksi 5.76% Akomodasi Dan Makan Minum 2.90% Listrik, Gas Dan Air 2.01% Pertambangan Dan Penggalian Jasa Msy, SosBud, Hiburan 1.57% 1.22% - (20.00) I II III IV I II III IV Grafik Porsi Kredit Bank Umum Secara Sektoral Grafik Pertumbuhan Kredit Bank Umum Secara Sektoral Berdasarkan golongan debitur, sebanyak 99,73% porsi kredit tersalurkan ke sektor swasta yaitu sebesar 51,17% kepada bukan lembaga keuangan, dan 47,00% kepada perseorangan. 39

40 Berdasarkan kabupaten dan kota, porsi terbesar kredit masih terserap di Kota Batam seiring dengan kegiatan perekonomian yang sangat dominan di kota tersebut. Kota Batam menyerap 80,58% dari total kredit, diikuti oleh Kota Tanjungpinang (16,51%), Kabupaten Karimun (1,94%) serta Kabupaten Natuna (0,97%). Penyaluran kredit oleh bank umum pada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mengalami perlambatan dibanding triwulan III Nilai kredit UMKM oleh bank umum mencapai Rp7,61 triliun, tumbuh 37,11% (yoy) lebih rendah dibanding pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 41,84% (yoy) namun masih lebih tinggi dibanding pertumbuhan tahunan triwulan IV-2012 yang sebesar 15,57% (yoy). Peningkatan pertumbuhan kredit UMKM yang cukup tinggi di tahun 2013 menunjukkan kepercayaan perbankan yang semakin meningkat untuk menyalurkan kreditnya kepada UMKM, dan diharapkan dapat semakin memajukan kegiatan usaha skala mikro, kecil dan menengah sebagai salah satu penopang perekonomian Kepulauan Riau. Di sisi lain, penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) oleh bank umum tumbuh melambat. KUR tercatat sebesar Rp380 miliar, atau tumbuh 28,75% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 36,42% (yoy) juga lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan IV-2012 sebesar 44,90% (yoy). Porsi terbesar KUR terserap oleh sektor perdagangan besar dan eceran (63,0%); sektor transportasi, pergudangan, dan komunikasi (7,8%), serta sektor jasa kemasyarakatan, sosial budaya, dan hiburan (5,5%). (Rp miliar) UMKM - LHS Bukan UMKM - LHS Pertumbuhan (yoy,%) - RHS (yoy,%) (Rp miliar) KUR (LHS) Pertumbuhan (RHS) (%, yoy) 25, , ,000 20, , ,000 10, , , , , , , Sumber: Kementerian Koperasi dan UMKM Grafik Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Grafik Perkembangan KUR Bank Umum 40

41 Loan to Deposit Ratio (LDR) Pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dibandingkan kredit menyebabkan LDR bank umum mengalami penurunan yaitu sebesar 73,54%, lebih rendah dibanding LDR triwulan sebelumnya yang sebesar 74,47%. Angka LDR tersebut lebih rendah dibandingkan standar LDR sebesar 85% - 100%, hal ini menunjukkan kegiatan intermediasi oleh bank umum di Provinsi Kepulauan Riau yang masih belum optimal meskipun sebagian wilayah Kepulauan Riau, khususnya Kota Batam yang ditetapkan sebagai daerah Free Trade Zone. LDR tertinggi tercatat di Kota Batam sebesar 76,95%, Kota Tanjungpinang sebesar 61,76% dan gabungan Dati II lainnya sebesar 66,10% Risiko Kredit Jumlah kredit bermasalah pada bank umum menurun meskipun kredit tumbuh menguat serta suku bunga kredit mengalami peningkatan. Angka non performing loan (NPL) pada triwulan laporan sebesar 1,39% menurun dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 1,61%. Angka tersebut relatif rendah serta masih dalam batas aman yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu maksimal sebesar 5%. Berdasarkan penggunaan, NPL tertinggi terjadi pada kredit konsumsi sebesar 1,78%, selanjutnya kredit investasi sebesar 1,44% dan kredit modal kerja sebesar 1,01%. Secara sektoral, sektor pertanian, perburuan dan kehutanan mencatakan NPL tertinggi sebesar 51,17%, jauh lebih tinggi dibanding NPL pada sektor-sektor lainnya. Sementara itu, sektor real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan mencatatkan NPL terbesar kedua sebesar 2,00%, diikuti oleh sektor penerima kredit bukan lapangan usaha dengan NPL sebesar 1,78%. Berbagai kendala yang dihadapi sektor pertanian, perburuan dan kehutanan di Kepulauan Riau antara lain kondisi sebagian besar tanah yang tidak terlalu sesuai untuk bercocok tanam, sementara ketersediaan bantuan pupuk terbatas, menyebabkan pengelolaan lahan pertanian membutuhkan biaya yang cukup besar dan akhirnya berdampak pada NPL yang sangat tinggi pada sektor tersebut. Adapun sektor ekonomi utama mencatatkan NPL yang relatif rendah yaitu sektor industri pengolahan tercatat sebesar 0,39%; sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 1,68%; serta sektor konstruksi sebesar 1,28%. 41

42 3.1.2 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Berbeda dengan bank umum yang mengalami peningkatan kinerja pada triwulan IV- 2013, kinerja BPR menurun pada triwulan laporan. Kondisi tersebut tercermin dari aset, DPK maupun kredit yang tumbuh melambat. Total aset sebesar Rp3,97 triliun atau tumbuh melambat 12,95% (yoy) lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 14,30% (yoy) maupun triwulan IV-2012 sebesar 21,05% (yoy). Demikian juga DPK sebesar Rp3,05 triliun, tumbuh 9,98% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 12,20% (yoy) maupun triwulan IV-2012 sebesar 18,49% (yoy). Kredit sebesar Rp2,97 triliun juga tumbuh melambat sebesar 13,21% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya maupun triwulan IV-2012 yang masing-masing sebesar 14,19% (yoy) dan 33,76% (yoy). Tabel 3.2. Indikator Utama BPR di Provinsi Kepulauan Riau dalam Rp miliar Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Total Aset Total Dana Total Kredit NPL 5,21% 2,26% 2,71% 2,56% 2,72% 3,52% 3,24% 3,07% 2,46% LDR 83,8% 84,6% 88,5% 91,3% 94,4% 95,3% 99,2% 92,94% 97,17% ASET Aset BPR pada triwulan IV-2014 tumbuh melambat setelah sempat menguat pada triwulan sebelumnya. Total aset sebesar Rp3,97 triliun atau tumbuh 12,95% (yoy) lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 14,30% (yoy) mapun triwulan IV-2012 sebesar 21,05% (yoy). (Rp miliar) Aset (LHS) growth-aset (RHS) (%, yoy) 4, , , ,000 2,500 2,000 1, , Grafik Perkembangan Aset BPR 42

43 Dana Pihak Ketiga (DPK) DPK BPR juga melambat cukup dalam pada triwulan laporan. Total DPK BPR sebesar Rp3,05 triliun atau tumbuh 9,98% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya maupun pertumbuhan pada triwulan IV-2012 yang masing-masing sebesar 12,20% (yoy) dan 18,64% (yoy). Perlambatan pertumbuhan DPK BPR terutama disebabkan oleh pertumbuhan negatif pada tabungan. Meskipun hanya mengambil porsi 10,52% dari total DPK BPR, namun tabungan menurun cukup dalam, dengan angka pertumbuhan negatif 18,94% (yoy). Namun, laju perlambatan DPK BPR masih ditopang oleh deposito dengan porsi 89,48% dari total DPK, mampu tumbuh positif 14,80% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 11,60% (yoy) namun masih lebih rendah dibanding triwulan IV sebesar 17,95% (yoy). Porsi tabungan pada BPR yang sangat rendah terutama disebabkan oleh bunga tabungan yang jauh lebih rendah dibandingkan deposito serta jumlah ATM yang masih minim sehingga fleksibilitas transaksi oleh nasabah sangat terbatas. Berdasarkan kabupaten/kota, porsi terbesar DPK BPR terkonsentrasi di Kota Batam mencapai 72,93%, kemudian Kota Tanjungpinang sebesar 13,72%, dan Kabupaten Karimun sebesar 9,40% (Rp miliar) 3,500 DPK (LHS) growth-dpk (RHS) (%, yoy) (Rp miliar) 3,000 Deposito (LHS) growth - Deposito (RHS) Tabungan (LHS) growth - Tabungan (RHS) (%, yoy) ,000 2,500 2, ,500 2, ,500 1, ,500 1, (10.00) (20.00) (30.00) Grafik Perkembangan DPK BPR Grafik Perkembangan DPK Berdasarkan Jenisnya Kredit Trend perlambatan pertumbuhan kredit BPR masih terus berlanjut di triwulan IV Total kredit BPR tercatat sebesar Rp2,97 triliun atau tumbuh melambat 13,21% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya maupun pertumbuhan triwulan IV-2012, masing-masing sebesar 14,19% (yoy) dan 33,74% (yoy). 43

44 Perlambatan kredit BPR terjadi baik pada kredit modal kerja, investasi maupun kredit konsumsi. Kredit modal kerja dengan porsi 30,25% dari total kredit, tumbuh 3,94% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,01% (yoy) bahkan melambat sangat dalam bila dibandingkan triwulan IV-2012 dengan angka pertumbuhan mencapai 34,01% (yoy). Demikian juga kredit konsumsi dengan porsi 59,97% dari total kredit, tumbuh 15,60%, lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya maupun triwulan IV-2012, dengan angka pertumbuhan masing-masing sebesar 15,60% (yoy) dan 27,63% (yoy). Sementara kredit investasi dengan porsi 9,78% tumbuh sebesar 13,21% (yoy), juga lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya maupun triwulan IV-2012, dengan angka pertumbuhan masing-masing sebesar 14,16% (yoy) dan 31,02% (yoy). Secara sektoral, perlambatan kredit terutama disebabkan oleh penurunan kredit pada beberapa sektor utama antara lain kredit pada sektor perdagangan besar dan eceran, dengan porsi terbesar kedua (18,52%), tumbuh negatif 5,45% (yoy); kredit pada sektor bukan lapangan usaha (rumah tangga) dengan porsi 9,09%, juga tumbuh negatif sebesar 0,80% (yoy) dan kredit pada sektor yang belum jelas batasannya dengan porsi 5,09%, tumbuh negatif sebesar 10,95%. Meskipun demikian, pertumbuhan total kredit BPR masih ditopang oleh kredit pada sektor bukan lapangan usaha dengan porsi 53,37% dari total kredit, mampu tumbuh menguat 24,96% (yoy). Sementara itu, kredit UMKM sebesar Rp978 miliar tumbuh 13,05% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 11,30%( yoy) namun masih lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan IV-2012 sebesar 28,23% (yoy). Adapun porsi penyaluran kredit UMKM terbesar di Kota Batam mencapai 77,04%, kemudian Kota Tanjungpinang sebesar 11,40%, dan yang terkecil di Kabupaten Lingga yaitu hanya sebesar 0,70% dari total kredit UMKM. (Rp miliar) 3,500 Total Kredit growth - Total Kredit (RHS) (%, yoy) 60 (Rp miliar) 2000 Modal Kerja Konsumsi Investasi growth - MK (RHS) growth - INVESTASI (RHS) growth - KONSUMSI (RHS) (%, yoy) , ,500 2,000 1,500 1, Grafik Perkemb angan Kredit BPR Grafik Perkembangan Kredit BPR Berdasarkan Jenisnya 44

45 Bukan Lap. Usaha - Lainnya 53.37% (Rp miliar) UMKM - kiri Bukan UMKM Pertumbuhan (yoy,%) - kanan (%, yoy) Perdagangan Besar Dan Eceran Bukan Lap. Usaha - RT Keg Usaha Belum Jelas Batasnya Trans, Gudang Dan Komunikasi Konstruksi Jasa Msy, SosBud, Hiburan 9.09% 5.09% 3.39% 3.05% 2.10% 18.52% 2,500 2,000 1,500 1, Industri Pengolahan 1.12% Akomodasi Dan Makan Minum 1.08% 5 Pertanian, Buru Dan Hutan 0.76% Grafik Porsi Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi Grafik Perkembangan Kredit UMKM oleh BPR (%, yoy) Bukan Lap. Usaha - Lainnya Perdagangan Besar Dan Eceran Bukan Lap. Usaha - RT Keg Usaha belum Jelas Batasnya Trans, Gudang Dan Komunikasi (20.00) Grafik Perkembangan Kredit BPR pada Sektor-Sektor Utama Loan to Deposit Ratio (LDR) Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi bila dibanding pertumbuhan DPK, menyebabkan LDR pada BPR meningkat dari 92,93% pada triwulan sebelumnya menjadi 97,18% pada triwulan laporan. Angka LDR tersebut masih lebih tinggi dibandingkan LDR bank umum serta masih dalam batas aman pada kisaran 85%-100%, menunjukkan bahwa fungsi intermediasi pada BPR berjalan dengan baik. Berdasarkan kabupaten/kota, LDR tertinggi tercatat di Kabupaten Lingga sebesar 123,73%, diikuti oleh Kabupaten Bintan sebesar 99,61% dan Kota Batam sebesar 99,06%. Adapun LDR terendah tercatat di Kota Tanjungpinang sebesar 86,75% Risiko Kredit Perlambatan kredit BPR berdampak pula pada penurunan angka kredit bermasalah yang tercermin dari penurunan NPL (Non Performing Loan) BPR dari 3,07% pada triwulan 45

46 sebelumnya menjadi 2,46% pada triwulan laporan. Angka NPL masih dalam batas aman yaitu maksimal sebesar 5% PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH (BANK UMUM DAN BPR) Pada triwulan IV-2013, kinerja perbankan Syariah juga tumbuh melambat bila dibanding triwulan sebelumnya, tercermin dari perlambatan pertumbuhan aset, DPK dan pembiayaan. Tabel 3.3. Indikator Perbankan Syariah di Provinsi Kepulauan Riau dalam Rp miliar Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Total Aset Total Dana Total Kredit NPF 5,82% 1,55% 2,35% 2,43% 3,07% 3,12% 2,37% 2,95% 2,08% FDR 112,56% 118,49% 105,10% 113,25% 125,81% 114,15% 113,21% 110,87% 132,07% Aset Pada akhir triwulan laporan, aset tercatat sebesar Rp2,72 triliun atau tumbuh 18,01% (yoy), melambat cukup dalam bila dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 24,34% (yoy), namun masih lebih tinggi bila dibanding pertumbuhan triwulan IV sebesar 17,01% (yoy). Sebesar 95,35% atau senilai Rp2,72 triliun dari total aset tersebut dimiliki oleh bank umum syariah dan 4,65% atau senilai Rp126,27 miliar dimiliki oleh BPR syariah Dana Pihak Ketiga (DPK) DPK perbankan syariah sebesar Rp1,99 triliun, tumbuh 29,41% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 30,25% (yoy), namun masih lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan IV-2012 sebesar 20,28% (yoy). Porsi terbesar DPK perbankan syariah berupa tabungan (46,54%) dengan total nilai pada akhir triwulan laporan sebesar Rp1.924,34 miliar, kemudian giro (29,67%) senilai Rp589,36 miliar serta deposito (23,79%) senilai Rp472,42 miliar. Berdasarkan kabupaten/kota, sebanyak 64,58% DPK terdapat di Kota Batam dan 35,42% lainnya terdapat di Kota Tanjungpinang. 46

47 Pembiayaan Pembiayaan perbankan syariah masih pada trend melambat di triwulan laporan. Total nilai pembiayaan syariah sebesar Rp2,32 triliun, tumbuh melambat 20,20% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya dan juga lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan IV-2012, masing-masing sebesar 27,52% (yoy) dan 34,44% (yoy). Seperti halnya pada bank konvensional, porsi terbesar pembiayaan syariah juga berupa pembiayaan konsumsi mencapai 55,12% dari total kredit, diikuti oleh pembiayaan modal kerja (26,36%) dan porsi terkecil pada pembiayaan investasi sebesar 18,53%. Di sisi lain, pertumbuhan pembiayaan UMKM tumbuh menguat sebesar 26,49% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 26,08% (yoy) juga lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan IV-2012 sebesar 18,32% (yoy). Secara sektoral, pembiayaan pada perbankan syariah sebagian besar diserap oleh sektor bukan lapangan usaha (konsumsi) dan sektor real estate, sewaan dan jasa perusahaan, yaitu masing-masing sebesar 55,07% dan 38,90%. Sementara berdasarkan persebaran pembiayaan menurut kabupaten/kota, sebanyak 72,98% di Kota Batam dan sisanya sebesar 27,02% di Kota Tanjungpinang Finance to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Angka FDR syraiah tercatat meningkat pada triwulan laporan, yaitu sebesar 116,86%, lebih tinggi dibanding FDR triwulan sebelumnya sebesar 110,87%. Meskipun FDR meningkat, namun jumlah pembiayaan bermasalah mengalami penurunan, tercermin dari angka NPF yang menurun dari 2,52% pada triwulan sebelumnya menjadi 2,12% pda triwulan laporan. Aset (LHS) Pembiayaan (LHS) DPK (LHS) growth - Aset (RHS) growth - Pembiayaan (RHS) growth - DPK (RHS) FDR (LHS) NPF (RHS) Rp miliar %, yoy % 8.00% 3,000 2, % % 7.00% 6.00% 2,000 1,500 1, % 60.00% 40.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% I II III IV I II III IV I II III IV % 0.00% % 0.00% Grafik Perkembangan Aset, DPK dan Pembiayaan Syariah Grafik FDR dan NPF Perbankan Syariah 47

48 3.2. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) Perkembangan peredaran uang kartal dapat terlihat dari pergerakan arus uang masuk (inflow) dan arus uang keluar (outflow). Pada triwulan laporan, inflow mengalami penurunan, menjadi sebesar Rp381 miliar atau menurun 5,22% (yoy). Sebaliknya, outflow mencapai Rp3.562 triliun atau meningkat signifikan sebesar 52,22% (yoy). Kondisi tersebut menyebabkan pada triwulan IV-2013 kembali terjadi net outflow sebesar Rp3.181 miliar. Adapun secara keseluruhan tahun 2013, total inflow sebesar Rp2,3 triliun, atau tumbuh 61,46% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 90,67% (yoy), sementara outflow sebesar Rp9,36 triliun, menguat signifikan sebesar 60,78% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 23,24% (yoy). Total net outflow tahun 2013 sebesar Rp7,05 triliun, juga menguat signifikan sebesar 60,56% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 10,55% (yoy). Kecenderungan net outflow Kepulauan Riau antara lain dipengaruhi oleh kecenderungan masyarakat yang masih cukup besar untuk melakukan transaksi menggunakan uang kartal dibanding transaksi elektronik. Persebaran perbankan yang masih sangat terbatas pada beberapa kabupaten, juga menyebabkan terbatasnya transaksi menggunakan ATM maupun transaksi elektronik lainnya, sehingga transaksi akan lebih banyak menggunakan uang kartal. Di sisi lain, posisi Kepulauan Riau yang berbatasan dengan Singapura maupun Malaysia dengan jumlah kunjungan turis asing dari kedua negara tersebut cukup tinggi, menyebabkan terdapat kebutuhan uang rupiah pada money changer. 4,000 Inflow (Rp milyar) Outflow (Rp milyar) Net %, yoy Pertumbuhan inflow Pertumbuhan outflow 3,500 3, ,500 2, ,500 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (50.00) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Perkembangan Inflow dan Outflow Kepulauan Riau Grafik Perkembangan Inflow dan Outflow Kepulauan Riau 48

49 Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Dalam upaya pemenuhan jumlah nominal uang kartal menurut jenis pecahan dan dalam kondisi layak edar (clean money policy) bagi masyarakat, Bank Indonesia, secara berkala melakukan kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE). UTLE tersebut berasal dari setoran bank maupun penukaran uang dari masyarakat, yang selanjutnya ditukar dengan uang yang layak edar (fit for circulation). Pada triwulan laporan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau telah memusnahkan UTLE dengan jumlah nominal mencapai Rp384 miliar atau meningkat 683,67% (yoy). Untuk menjaga jumlah uang yang dimusnahkan tetap pada level yang rendah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Kepri tetap giat melakukan sosialisasi prinsip 3D (Didapat, Disimpan, Disayang) kepada masyarakat. Hal ini dilakukan agar masyarakat memahami cara-cara memperlakukan uang dengan baik sehingga dapat memperpanjang usia manfaat fisik uang. 450 Pemusnahan Uang (Rp miliar) Tw. I Tw. II Tw. III Tw.IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw.IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Grafik Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Uang Rupiah Tidak Asli Jumlah uang rupiah tidak asli yang ditemukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan IV-2013 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, jumlah nominal uang rupiah tidak asli sebanyak 68 lembar, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya dengan jumlah uang rupiah tidak asli sebanyak 104 lembar. Secara total tahun 2013, jumlah temuan uang rupiah tidak asli meningkat dibanding tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 360 lembar atau meningkat 94 lembar dibanding tahun 2012, dengan jumlah temuan 266 lembar. 49

50 Temuan uang rupiah tidak asli tersebut didasarkan atas permintaan klarifikasi perbankan dan masyarakat serta setoran bank-bank ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau. Upaya mengatasi peredaran uang rupiah tidak asli, Bank Indonesia melakukan berbagai upaya, antara lain dengan meningkatkan security features uang yang dicetak dan terus melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah, melalui penerapan prinsip 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang) Nominal Rp juta (kiri) Lembar (kanan) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Grafik 3.27 Penemuan Uang Rupiah Tidak Asli di Kepulauan Riau TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI Kliring Lokal Pada triwulan laporan, jumlah warkat transaksi non tunai secara kliring menurun dibanding triwulan III-2013, namun sebaliknya nominal kliring meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Jumlah warkat kliring sebanyak lembar, menurun 0,93% dibanding triwulan sebelumnya dengan jumlah warkat kliring sebanyak lembar. Sementara itu nominal kliring pada triwulan laporan sebesar Rp4,83 triliun meningkat 0,32% dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar Rp4,81 triliun. Secara tahunan, jumlah warkat maupun nominal transaksi meningkat masing-masing sebesar 6,01% (yoy) dan 17,58% (yoy) dibanding triwulan yang sama tahun lalu. Secara keseluruhan tahun 2013, nilai transaksi kliring sebesar Rp16,99 triliun atau tumbuh 7,18% (yoy), jauh lebih rendah dibanding angka pertumbuhan tahun 2012 sebesar 33,78% (yoy). Adapun jumlah warkat kliring sebanyak lembar atau tumbuh 7,34% (yoy), juga lebih rendah dibanding angka pertumbuhan tahun 2012 sebesar 11,89% (yoy). Perlambatan pada nilai transaksi maupun jumlah warkat kliring sepanjang tahun 2013, antara lain dipengaruhi oleh kinerja perbankan yang sempat mengalami perlambatan yang 50

51 cukup dalam pada periode triwulan I dan triwulan II-2013 (perlambatan pertumbuhan aset, DPK, dan kredit). Tabel 3.4. Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Kepulauan Riau Warkat (lembar), Nominal (Rp juta) Kliring Penyerahan Kliring Pengembalian Jumlah Tahun Bulan Perputaran Jumlah Tolakan Net Kliring Warkat Nominal Warkat Nominal Warkat Nominal 2012 Tw III 124,027 4,008,726 2, , ,596 3,899,664 Tw-IV 133,121 4,211,201 2, , ,314 4,103,926 Tw-I 133,438 3,436,971 2, , ,597 3,329, Tw-II 128,482 4,141,005 2, , ,791 4,026,335 Tw III 142,552 4,918,425 3, , ,436 4,809,830 Tw-IV 140,475 4,936,337 2, , ,144 4,825, Real Time Gross Settlement (RTGS) Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) adalah proses penyelesaian akhir transaksi (settlement) pembayaran yang dilakukan per transaksi (individually processed gross settlement) dan bersifat real time (electronically processed) dimana rekening peserta dapat didebit/kredit berkali-kali dalam sehari sesuai dengan perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran. Selama triwulan berjalan, nilai transaksi dan jumlah warkat non tunai melalui bank Indonesia RTGS di Provinsi Kepulauan Riau pada Triwulan IV-2013 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, total nilai transaksi tercatat sebesar Rp26,86 triliun atau meningkat 22,09% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahunan pada triwulan III-2013 yang sebesar 26,36% (yoy). Seiring dengan peningkatan nilai transaksi, volume transaksi juga meningkat dari lembar pada triwulan III-2013 menjadi lembar pada triwulan laporan. Untuk keseluruhan tahun 2013, nilai transaksi RTGS sebesar Rp93,67 triliun dengan jumlah warkat sebanyak warkat, atau meningkat masing-masing 21,81% (yoy) dan 32,87% (yoy), lebih tinggi dibanding tahun 2012 yang masing-masing tercatat sebesar 10,06% (yoy) dan 19,69% (yoy). Jika dilihat dari sebaran transaksi berdasarkan kabupaten/kota, sebagian besar transaksi BI-RGTS Provinsi Kepulauan Riau terjadi di Kota Batam, yaitu mencapai 87,35% dari total transaksi, kemudian Kota Tanjungpinang sebesar 8,48% dikarenakan jumlah bank dan aktivitas bisnis yang terkonsentrasi di kedua kota tersebut, terutama di Kota Batam. 51

52 Tabel 3.5. Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Kepulauan Riau Wilayah Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw.II Tw.III Tw.IV RTGS Nilai (Rp Miliar) Batam Batam ke Luar Batam 5,736 6,895 7,504 8,141 7,819 7,958 8,730 9,333 Luar Batam ke Batam 11,113 13,617 13,963 15,521 13,035 16,383 17,769 18,140 Batam ke Batam 3,103 3,567 3,676 4,269 4,244 4,120 4,382 4,013 Karimun Karimun ke Luar Karimun Luar Karimun ke Karimun Karimun ke Karimun Natuna Natuna ke Luar Natuna Luar Natuna ke Natuna Natuna ke Natuna Tanjung Pinang Tg. Pinang ke Luar Tg. Pinang Luar Tg. Pinang ke Tg. Pinang 1,041 1,156 1,159 1,410 1,102 1,376 2,345 2,051 Tg. Pinang ke Tg. Pinang Kepulauan Riau Kepri ke Luar Kepri Luar Kepri ke Kepri Kepri ke Kepri Kumulatif 15,701 19,036 20,159 21,998 18,777 22,559 25,473 26,857 RTGS Volume Batam Batam ke Luar Batam 11,657 13,451 13,936 15,412 13,970 14,891 14,374 15,260 Luar Batam ke Batam 15,279 16,315 16,309 17,950 16,113 17,327 16,846 16,972 Batam ke Batam 5,236 5,947 6,127 6,750 6,513 6,719 6,272 6,110 Karimun Karimun ke Luar Karimun , ,405 Luar Karimun ke Karimun Karimun ke Karimun Natuna Natuna ke Luar Natuna Luar Natuna ke Natuna Natuna ke Natuna Tanjung Pinang Tg. Pinang ke Luar Tg. Pinang Luar Tg. Pinang ke Tg. Pinang 1,518 1,713 1,715 2,248 1,393 1, ,289 Tg. Pinang ke Tg. Pinang Kepulauan Riau Kepri ke Luar Kepri Luar Kepri ke Kepri Kepri ke Kepri Kumulatif 24,969 27,215 27,385 30,725 26,665 28,936 29,142 30, Perkembangan Transaksi PVA (Pedagang Valuta Asing) dan PTD (Penyelenggara Transfer Dana) Perkembangan Transaksi PVA Transaksi PVA mengalami penurunan pada triwulan IV-2013, baik untuk penjualan maupun pembelian uang kertas asing (UKA). Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Singapura yang masih berlanjut hingga triwulan IV-2013 relatif tidak berpengaruh terhadap peningkatan transaksi PVA. Transaksi pembelian senilai Rp2,3 triliun, tumbuh melambat 4,81% (yoy) bila dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 17,19% (yoy), namun masih lebih tinggi bila dibanding pertumbuhan triwulan IV-2012 sebesar negatif 11,12% (yoy). Sepanjang tahun 2013, total pembelian sebesar Rp9,53 triliun atau meningkat 0,86% (yoy), jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 30,37% (yoy). Adapun total penjualan sebesar Rp9,6 triliun atau meningkat 1,87% (yoy), juga menurun dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 30,22% (yoy). 52

53 Dari sisi jumlah mata uang, transaksi PVA dengan mata uang SGD masih mendominasi, mencapai 80,92% dari total transaksi, kemudian ringgit Malaysia (MYR) sebesar 7,78%, dan dollar Amerika (USD) sebesar 5,25%. Lokasi Kepulauan Riau khususnya Batam yang berbatasan dengan Singapura menyebabkan kebutuhan jual dan beli mata uang dollar Singapura (SGD) jauh lebih tinggi dibandingkan mata uang lainnya. Berdasarkan kabupaten/kota, persebaran PVA terbanyak di Kota Batam (93 PVA), kemudian Tanjungpinang (17 PVA), Bintan (5 PVA) dan Tanjung Balai Karimun (15 PVA). Jumlah PVA yang sangat dominan di Kota Batam menyebabkan pembelian dan penjualan (rata-rata) terbesar juga terjadi di Kota Batam mencapai 90,44% dari total nilai transaksi, kemudian Kota Tanjungpinang (5,02%), lalu Kabupaten Tanjung Balai Karimun (3,64%), dan Kabupaten Bintan (0,90%). (Rp miliar) 3000 Pembelian growth Pembelian (yoy) Penjualan growth Penjualan (yoy) (%, yoy) 120 USD, 5.25% Mata Uang Lainnya, 6.05% MYR, 7.78% SGD, 80.92% 0 I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Perkembangan Transasi PVA di Kepulauan Riau -20 Grafik Porsi Mata Uang dalam Transaksi PVA Perkembangan Transaksi Penyelenggara Transfer Dana (PTD) Searah dengan transaksi PVA, pertumbuhan transaksi PTD juga melambat pada triwulan laporan. Nilai transaksi PTD pada triwulan IV-2013 sebesar Rp522 miliar atau tumbuh 5,51% (yoy), jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 23,2% (yoy), namun masih lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan IV-2012 sebesar negatif 20,00% (yoy). Dari total nilai transaksi PTD tersebut, sebanyak 32,18% merupakan transaksi antar wilayah RI, kemudian 31,90% merupakan transaksi ke luar wilayah Ri dan 35,77% merupakan transaksi dari luar wilayah RI. Untuk keseluruhan tahun 2013, jumlah transaksi PTD sebesar Rp1,9 triliun atau meningkat 11,73% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan nilai transaksi tahun 2012 sebesar negatif 10,95% (yoy). 53

54 Total Transaksi KUPU (LHS) Pertumbuhan Total Transaksi KUPU (RHS) (Rp miliar) (%, yoy) Dari Luar Wilayah RI (LHS), 35.77% Antar Wilayah RI (LHS), 32.18% Ke Luar Wilayah RI (LHS), 31.90% 0 I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 3.30 Perkembangan Transasi PTD di Kepulauan Riau Grafik 3.31 Jenis Transasi PTD 54

55 BOKS - 3 GRES!: MENUJU MASYARAKAT SYARIAH YANG MANDIRI Dalam blue print Perbankan Syariah Indonesia, fokus kebijakan pengembangan perbankan syariah pada tahun akan diarahkan kepada integrasi perbankan syariah dengan sistem keuangan syariah lainnya, yang selanjutnya akan berkolaborasi lebih luas dengan pelaku ekonomi (termasuk pelaku wirausaha) yang ada guna memberikan kontribusi yang lebih optimal bagi pembangunan ekonomi nasional. Atas dasar blue print tersebut, Bank Indonesia bersama dengan para stakeholder ekonomi syariah melakukan pencanangan program Gerakan Ekonomi Syariah (Gres!), yang secara seremonial telah dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Lapangan Monas, Jakarta, pada tanggal 17 November Sejalan dengan program tersebut di atas, KPwBI Provinsi Kepri bersama dengan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Provinsi Kepri juga melakukan pencanangan program Gres! di Batam. Program Gres! di Batam diadakan pada tanggal 28 November sampai dengan 1 Desember 2013, dimulai dengan pameran yang diikuti oleh 90 peserta yang terdiri dari perbankan syariah, lembaga keuangan syariah non bank, peserta pelatihan wirausaha yang merupakan binaan Bank Indonesia dan Batam Pos Entrepreneur School serta pelaku UMKM lainnya. Puncak dari rangkaian acara tersebut adalah pencanangan program Gres! secara simbolis oleh Kepala KPwBI Provinsi Kepri bersama dengan Ketua MES Provinsi Kepri dan tokoh masyarakat Kepri lainnya. Untuk menambah wawasan mengenai akses keuangan syariah kepada masyarakat yang sejalan dengan Strategi Nasional Keuangan Inklusif, sekaligus membuka akses informasi bagi masyarakat umum dan pelaku usaha yang selama ini belum memahami produk keuangan syariah dan cara-cara melakukan bisnis maupun bertransaksi secara komersial sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, Bank Indonesia juga melaksanakan kegiatan seminar, yang juga masih merupakan rangkaian acara Gres! di Batam, dengan tema Entrepreneur yang Syariah pada tanggal 30 November Seminar tersebut menghadirkan pakar wirausaha syariah, Adiwarman A. Karim, dan pengusaha muda, Abbi Angkasa, sebagai narasumber. Perbankan syariah merupakan sistem yang mengutamakan kejujuran dan keikhlasan antara kedua belah pihak (nasabah dan lembaga keuangan), di mana nasabah memiliki ruang untuk bernegosiasi dengan bank mengenai bagi hasil yang bila sudah disepakati kedua pihak, bila terjadi beberapa risiko di luar dugaan dan sulit untuk dihindari. Melalui program Gres! ini diharapkan publik dapat memiliki persepsi yang lebih memadai mengenai perbedaan perbankan syariah dengan perbankan konvensional, terutama sekali mengenai istilah hasil, akad, dan prinsip utama dalam praktik perbankan syariah, sehingga publik secara mandiri dapat memilih media perbankan yang tepat sesuai dengan preferensinya masing-masing. 55

56 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja pemerintah daerah di wilayah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) sampai dengan akhir triwulan IV-2013 mencapai 89,88% dari anggaran belanja yang telah ditetapkan. Sementara realisasi pendapatan telah mencapai 97,36% ditopang oleh realisasi transfer dana dari pemerintah pusat yang tepat waktu kepada pemerintah kota/kabupaten. Dengan penyerapan belanja yang lebih rendah dibanding realisasi pendapatan menyebabkan posisi dana Pemda yang tersimpan di perbankan masih cukup besar yaitu sebesar Rp1,24 triliun. Namun dibanding posisi akhir triwulan III-2013, jumlah simpanan Pemda di perbankan pada akhir triwulan IV-2013 turun sebesar 56,26% REALISASI APBD PROVINSI KEPULAUAN RIAU Realisasi Penerimaan Realisasi pendapatan pemerintah daerah di wilayah Provinsi Kepri yang mencakup Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, Pemerintah Kota Batam, Pemerintah Kota Tanjungpinang, dan Pemerintah Kabupaten Karimun sampai dengan akhir triwulan IV-2013 mencapai Rp 6,07 triliun atau 97,36% dari pendapatan yang dianggarkan sebesar Rp 6,23 triliun. Sebagian besar pendapatan Pemda di wilayah Provinsi Kepri berasal dari dana perimbangan yang mencapai Rp 4,39 triliun atau 69,86% dari total pendapatan. Sampai dengan akhir Desember 2013, realisasi dana perimbangan telah mencapai 100,78% dari total yang dianggarkan sebesar Rp 4,35 triliun. Realisasi dana perimbangan yang mencakup dana bagi hasil pajak dan bukan pajak, dana alokasi umum, dana alokasi khusus, transfer pemerintah pusat lainnya baik kepada Pemerintah Provinsi Kepri dan Pemerintah Kota Batam telah mencapai lebih 100%. Sementara itu, realisasi transfer dana perimbangan kepada Pemerintah Kota Tanjungpinang dan Pemerintah Kabupaten Karimun masing-masing mencapai 97,60% dan 99,36%. Sementara itu, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pemerintah daerah di wilayah Provinsi Kepulauan Riau yang bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, dan pendapatan lainnya mencapai Rp 1,43 triliun atau 89,94% dari rencana PAD yang ditetapkan sebesar Rp1,59 triliun. Proporsi PAD Pemda di wilayah Provinsi Kepri mencapai 25,576% dari total pendapatan daerah. Realisasi terbesar PAD bersumber dari pajak daerah yang mencapai 56

57 Rp1,17 triliun atau 81,37% dari total PAD. Di Pemda Provinsi Kepri, pajak daerah terutama berasal dari pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor, dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor. Sementara di Pemda tingkat II khususnya Pemda Kota Batam dan Kota Tanjungpinang, sumber pajak daerah bersumber dari pajak restoran, pajak hotel, dan pajak penerangan jalan. JENIS ANGGARAN Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten / Kota di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau *) ANGGARAN REALISASI SD TW IV-2013 RP JUTA STRUKTUR (%) RP JUTA % Pendapatan Asli Daerah , ,94 Pajak daerah , ,46 Retribusi daerah , ,24 Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan , ,96 Lain-lain PAD yang sah , ,49 Dana Perimbangan , ,78 Dana bagi hasil pajak/bukan pajak , ,56 - Pajak , ,64 - Bukan Pajak (SDA) , ,28 Dana alokasi umum , ,00 Dana alokasi khusus , ,00 Transfer pemerintah pusat lainnya , ,00 Transfer pemerintah provinsi , ,50 Lain-lain pendapatan daerah yang sah , ,62 TOTAL PENDAPATAN , ,36 Sumber: Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah Provinsi dan Kab/Kota (diolah) Keterangan : *) Mencakup Pemprov. Kepri, Kota Batam, Kota Tanjungpinang, dan Kab. Karimun Realisasi Belanja Realisasi belanja pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota di wilayah Provinsi Kepri sampai dengan akhir triwulan IV-2013 mencapai Rp6,28 triliun atau 89,88% dari anggaran sebesar Rp6,99 triliun. Realisasi belanja pada masing-masing pos rata-rata telah mencapai lebih dari 80% kecuali pos biaya tidak terduga. Pos belanja modal yang ditujukan untuk kepentingan publik termasuk infrastruktur juga telah terealisasi sebesar 85,38% meskipun proporsi belanja modal masih di bawah angka 20% jika dibandingkan dengan total belanja. Angka ideal untuk belanja modal untuk pemerintah daerah diarahkan mencapai 30% dari total belanja. Porsi belanja terbesar pemerintah daerah di Provinsi Kepulauan Riau adalah untuk belanja pegawai dengan porsi rata-rata sebesar 29% dari total belanja. Porsi belanja pegawai ini bahkan mencapai 45% atau hampir setengah dari belanja pemerintah di kabupaten 57

58 tertentu. Porsi terbesar kedua belanja pemda adalah untuk belanja barang yang secara ratarata mencapai 23,67% dari total belanja. Penyerapan kedua pos belanja tersebut secara umum telah mencapai angka di atas 90% sampai dengan akhir tahun. Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau *) JENIS ANGGARAN ANGGARAN REALISASI SD TW IV-2013 RP JUTA STRUKTUR (%) RP JUTA % Belanja tidak langsung , ,69 Belanja pegawai , ,81 Belanja barang , ,85 Belanja subsidi Belanja hibah , ,01 Belanja bantuan sosial , ,69 Belanja bagi hasil kpd Prop/Kab/Kota/Desa , ,88 Belanja bantuan keu. kpd Prop/Kab/Kota/Desa , ,58 Belanja tidak terduga , ,11 Belanja langsung , ,90 Belanja pegawai , ,52 Belanja barang dan jasa , ,12 Belanja modal , ,38 TOTAL BELANJA , ,88 SURPLUS/(DEFISIT) ,37 - Penerimaan Pembiayaan Daerah ,49 - Pengeluaran Pembiayaan Daerah ,43 SILPA Sumber : Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah Provinsi dan Kab / Kota di Kepulauan Riau (diolah) Keterangan : *) Pemprov. Kepri, Kota Batam, Kota Tanjungpinang, dan Kab. Karimun Sementara itu, realisasi kelompok belanja langsung sampai dengan akhir triwulan IV mencapai Rp1,78 triliun atau 87,90% dari anggaran belanja langsung yang telah ditetapkan sebesar Rp2,02 triliun. Persentase penyerapan terbesar adalah pada pos belanja pegawai yang telah mencapai 96,52%. Dengan realisasi pendapatan dan anggaran belanja sampai dengan triwulan IV-2013, surplus atau sisa anggaran yang belum dipakai oleh Pemda di wilayah Provinsi Kepri mencapai Rp229 miliar. Dengan asumsi bahwa surplus keempat pemkab lainnya di Provinsi Kepri berada pada kisaran angka yang sama, maka surplus belanja pemerintah daerah akan mencapai lebih dari Rp500 miliar. 58

59 Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Grafik 4.1. Perkiraan Realisasi APBD Pemda Seluruh Indonesia November 2013 Berdasarkan estimasi Dirjen Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan RI, ratarata realisasi belanja Pemda baik provinsi maupun kabupaten / kota di seluruh Indonesia sampai dengan akhir November 2013 mencapai 75,5%. Estimasi ini dihitung dengan menggunakan pergerakan dana Pemda di perbankan dan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dengan menggunakan angka ini dan membandingkan dengan realisasi pada akhir tahun dapat disimpulkan bahwa realisasi APBD pada bulan Desember 2013 mencapai hampir 15%.l 4.2. Perkembangan Dana Simpanan Pemerintah Daerah di Perbankan Pada akhir bulan Desember 2013, dana simpanan pemerintah daerah yang meliputi pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Kepri mencapai Rp1,24 triliun. Jika dibandingkan dengan posisi yang sama pada tahun lalu, dana simpanan Pemda ini turun sebesar 25,13% dari angka Rp1,66 triliun. Sementara secara triwulanan posisi dana Pemda tersebut turun sebesar 56,26% dari angka Rp 2,84 triliun pada akhir September

60 Rp miliar Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des Sumber : Bank Indonesia Grafik 4.2. Pola Pergerakan Simpanan Pemda di Perbankan Kepri Penurunan dana simpanan Pemda di perbankan ini mengindikasikan realisasi APBD yang dilakukan pada triwulan IV Dengan indikator dana simpanan Pemda di perbankan ini, diperkirakan anggaran yang tidak terserap di 7 Pemerintah Kaupaten / Kota ditambah Pemerintah Provinsi mencapai Rp 155 miliar per pemerintah. Angka ini turun dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp207,5 miliar per pemerintah. 0% 11% Rp miliar % Giro Tabungan Deposito - Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Giro Tabungan Deposito Grafik 4.3. Komposisi Simpanan Pemda di Perbankan Kepri Per Desember 2013 Grafik 4.4. Pergerakan Simpanan Pemda di Perbankan Kepri Berdasarkan Jenis Simpanan Pada akhir Desember 2013, jenis simpanan Pemda terbesar adalah giro dengan pangsa mencapai 89%, yang diikuti oleh deposito sebesar 11% dan tabungan sebesar 0,23%. Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, komposisi ini berubah cukup signifikan sesuai mengikuti pola penyerapan anggaran yang banyak terealisasi pada kahir tahun. Pada akhir September 2013, pangsa giro mencapai 72%, deposito mencapai 23%, 60

61 Rp miliar Rp miliar dan tabungan mencapai 4%. Pada akhir tahun pangsa tabungan Pemda menurun drastis sementara giro dan deposito naik Giro dapat ditarik sewaktu-waktu Giro yang diblokir Deposito Berjangka Sumber : Bank Indonesia Tabungan dapat ditarik sewaktu-waktu Tabungan berjangka Grafik 4.5. Jenis Simpanan Pemda di Perbankan Kepri Berdasar Tingkat Likuiditas JAN MAR MEI JUL SEP NOV JAN MAR MEI JUL SEP NOV Simpanan Likuid Sumber : Bank Indonesia Simpanan Kurang Likuid Grafik 4.6. Pergerakan Simpanan Pemda Jika dipilah berdasarkan tingkat likuiditas, simpanan Pemda lebih banyak ditempatkan pada dana yang likuid (dapat ditarik sewaktu-waktu) untuk motif berjaga-jaga atas pembayaran yang akan dilakukan. Meskipun ditempatkan dalam simpanan yang likuid seperti giro dan tabungan, simpanan Pemda secara umum mendapatkan suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata suku bunga yang diberikan kepada deposan lainnya. 61

62 BOKS - 4 MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH MELALUI RETRIBUSI IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING (IMTA) Pada awal 2014, Komisi IV DPRD Kota Batam menilai realisasi perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga kerja Asing (IMTA) tahun 2013 ini terlalu minim. Realisasi penerimaan dari IMTA pada tahun 2013 hanya terkumpul sebesar Rp24 miliar dari potensi IMTA tahunan yang diperkirakan dapat dihimpun sebesar Rp 60 miliar, atau hanya terkumpul sekitar 40% dari potensi yang ada. Saat ini diperkirakan terdapat sekitar orang Tenaga Kerja Asing (TKA) atau ekspatriat di Batam. Berdasarkan ketentuan, setiap TKA itu dipungut retribusi sekitar USD 100 per bulan. Minimnya realisasi dari potensi IMTA yang ada di Batam antara lain diakibatkan lemahnya fungsi pengawas Pemerintah Kota (Pemko) Batam dalam mengawasi alur keluar masuk TKA dari dan keluar Batam. Untuk itu, perlu adanya koordinasi yang memadai antara Pemko Batam dan Imigrasi untuk meningkatkan pengawasan terhadap alur keluar masuk TKA tersebut. Dalam hal ini perlu ada kejelian dari pihak berwenang untuk membedakan apakah orang asing yang keluar/masuk dari/ke Batam merupakan turis, tenaga kerja temporer atau tenaga kerja yang layak menjadi obyek IMTA. Kewenangan pemungutan retribusi IMTA telah diserahkan kepada masing-masing daerah (secara otonomi) berdasarkan Peraturan Menteri No. 97 tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan IMTA. Berdasarkan peraturan tersebut, pemerintah daerah berhak untuk menarik retribusi IMTA kepada perusahaan asing yang mempekerjakan TKA di perusahaannya masing-masing. Sesuai dengan Perda Batam Nomor 4 Tahun 2013 tentang Retribusi Perpanjangan IMTA, sekitar 70% dari dana retribusi IMTA yang terkumpul akan dialokasikan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas keahlian dan ketrampilan SDM pekerja yang ada di Batam. Kedatangan TKA ke Batam merupakan potensi ekonomi tersendiri yang dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah Kota Batam. Untuk itu, Pemerintah Kota Batam berupaya untuk menyediakan sarana dan prasarana yang memadai bagi para TKA untuk tinggal di Kota Batam, antara lain dengan menerbitkan smart card atau paspor elektronik yang hanya berbiaya sekitar Rp1 juta rupiah per tahun guna mempersingkat waktu pemeriksaan di imigrasi serta menyediakan hunian tempat tinggal yang sesuai dengan standar hidup bagi para TKA tersebut. Upaya Batam dalam menggali potensi penerimaan daerah melalui retribusi IMTA ini menjadi contoh bagi daerah lain dengan jumlah TKA yang cukup banyak di wilayahnya masing-masing untuk melakukan hal yang sama. Sebagai contoh, Balikpapan, wilayah yang banyak memiliki perusahaan minyak asing juga sedang berupaya untuk menggali potensi tersebut melalui penetapan peraturan daerah sehubungan dengan retribusi IMTA tersebut. Sumber: berbagai Sumber 62

63 BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5.1. KETENAGAKERJAAN Perkembangan penduduk yang bekerja berdasarkan lapangan usaha relatif tidak berubah masih didominasi oleh sektor perdagangan dan industri. Penduduk yang bekerja dengan usia 15 tahun ke atas di wilayah Kepri untuk bulan Agustus 2013 mayoritas bekerja pada lapangan usaha sektor perdagangan sebanyak orang dengan porsi mencapai 28% terhadap total penduduk bekerja, diikuti sektor industri sebesar 27% dengan jumlah penduduk bekerja orang dan porsi terkecil bekerja di sektor keuangan sebesar 2% dengan jumlah orang. Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan, Februari Agustus 2013 No Lapangan Usaha Februari Agustus Februari Agustus 1 Pertanian % 12% 13% 10% 2 Industri % 24% 15% 27% 3 Konstruksi % 8% 7% 8% 4 Perdagangan % 27% 22% 28% 5 Angkutan % 7% 8% 7% 6 Keuangan % 3% 4% 2% 7 Jasa % 16% 26% 15% 8 Lainnya % 3% 5% 3% Penduduk Bekerja Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau Jumlah penduduk yang bekerja pada bulan Agustus 2013 sebanyak orang atau meningkat sebesar 3% dibandingkan tahun lalu untuk periode yang sama sebanyak orang. Peningkatan tertinggi untuk jumlah penduduk yang bekerja terjadi pada sektor industri sebesar 18% (yoy) dan sektor konstruksi 11% (yoy) sedangkan penurunan terbesar terjadi pada sektor keuangan sebesar 28% dan sektor pertanian sebesar 12%. 63

64 5.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Pendapatan Rumah Tangga Perkembangan kesejahteraan dapat dilihat diantaranya dengan menggunakan indikator pendapatan rumah tangga sebagai variabel pembentuk Indeks Tendensi Konsumen (ITK). Indeks Tendensi Konsumen dibentuk oleh tiga variabel yaitu pendapatan rumah tangga, pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi dan tingkat konsumsi makanan dan non makanan. ITK pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 112,03 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 112,36 menunjukkan optimisme konsumen mengalami penurunan atas kondisi ekonomi dibandingkan triwulan sebelumnya. Tabel 5.2. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan IV Variabel Pembentuk IV I II III IV Pendapatan Rumah Tangga 103,69 103, ,49 114,12 Pengaruh inflasi thd tingkat konsumsi 126,76 118,07 108,84 109,5 109,06 Tingkat Konsumsi makanan dan non makanan 102,73 102,56 106,54 115,72 110,87 Indeks Tendensi Konsumen 109,7 107,16 109,44 112,36 112,03 Sumber: BPS (diolah) Pendapatan konsumen di triwulan IV-2013 lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya, terlihat dari perubahan nilai indeks pendapatan rumah tangga yang meningkat sebesar 1,63 atau 1,43% dari 112,49 menjadi 114,12. Pada triwulan I-2014 tingkat optimisme konsumen akan pendapatan rumah tangga menurun terlihat dari nilai indeks perkiraan pendapatan rumah tangga sebesar 109,26. Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau Grafik 5.1. Indeks tendensi Konsumen Faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat diantaranya ialah tingkat inflasi. Hasil indeks pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi pada triwulan IV-2013 mengalami penurunan sebesar 0,44 menjadi 109,06 yang menunjukkan dampak inflasi 64

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2013,

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i BAB I 2011 2012 2013 2014 1 10.00 8.00

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R i ii DAFTAR ISI iii iv v DAFTAR TABEL Kota Menurut K vi vii viii ix x DAFTAR DIAGRAM xi DAFTAR LAMPIRAN xii KOMPONEN PENGGUNAAN 2012 2013 2012 Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I* Tw.II*

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 211 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan ii Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1 Sisi Permintaan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV - 213 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III-2013 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Asesmen Ekonomi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Triwulan I-2015 Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN I 2010 VISI BANK INDONESIA : Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat 6,66%. Secara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tercatat sebesar 5,11% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,4% (yoy). Seluruh sektor ekonomi pada triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan I-212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka Kata pengantar Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun 2012 merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen data terhadap data-data yang sifatnya strategis, dalam

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-213 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

KAJIAN. Triwulan II Kantor Bank Indonesia

KAJIAN. Triwulan II Kantor Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI PROVINSI REGIONAL RIAU Triwulan II - 200 7 Kantor Bank Indonesia P e k a n b a r u KATA PENGANTAR BUKU Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Riau ini merupakan terbitan rutin triwulanan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya, Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215 dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau November 216 Publikasi Triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 No. 40/08/36/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 PDRB Banten triwulan II tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 persen,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NOVEMBER 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci