KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau

2

3 K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya, Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216 dapat diselesaikan. Selain itu dalam laporan ini juga dikemukakan hal-hal lain yang terkait dengan tugas Bank Indonesia antara lain perkembangan/pertumbuhan perekonomian di Provinsi Kepulauan Riau secara umum serta prospeknya. Bank Indonesia menyadari bahwa peran perekonomian regional menjadi semakin penting dalam konteks pertumbuhan ekonomi nasional. Implementasi otonomi daerah serta potensi ekonomi regional yang besar telah terbukti ikut berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau secara rutin melakukan asesmen perekonomian Provinsi Kepulauan Riau. Asesmen perekonomian mencakup perkembangan ekonomi makro regional, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran. Asesmen perekonomian Provinsi Kepulauan Riau dilakukan setiap triwulan dan laporan dimaksud dikenal dengan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kepulauan Riau. Penyusunan KEKR dimaksud sebagai upaya memenuhi kebutuhan stakeholder eksternal serta bagi Kantor Pusat Bank Indonesia. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau yang telah bersedia bekerjasama dalam menyusun perhitungan PDRB Provinsi Kepulauan Riau secara triwulan, ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan kajian ini. Harapan kami hubungan yang baik ini dapat ditingkatkan lagi di masa yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih mempunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar. Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah senantiasa melimpahkan ridho-nya dan memberikan kemudahan-kemudahan kepada kita semua dalam meningkatkan kinerja kita semua. Batam, Mei 216 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN RIAU ttd Gusti Raizal Eka Putra Deputi Direktur i KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

4 i KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216 Halaman ini sengaja dikosongkan

5 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... vii RINGKASAN EKSEKUTIF... x BAB I PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL PERTUMBUHAN EKONOMI SISI PENGELUARAN Konsumsi Rumah Tangga Investasi Ekspor Impor PERTUMBUHAN EKONOMI BERDASARKAN LAPANGAN USAHA Sektor Industri Pengolahan Sektor Konstruksi Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor Sektor Pertambangan dan Penggalian BAB II PERKEMBANGAN INFLASI KEPULAUAN RIAU PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA Inflasi Tahunan (yoy) Inflasi Triwulanan (qtq) PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA DISAGREGASI INFLASI Inflasi Volatile Food Inflasi Administered Price Inflasi Inti UPAYA PENGENDALIAN INFLASI iii KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

6 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN PERKEMBANGAN PERBANKAN BANK UMUM Aset Dana Pihak Ketiga (DPK) Kredit Loan to Deposit Ratio (LDR) Risiko Kredit BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Aset Dana Pihak Ketiga (DPK) Kredit Loan to Deposit Ratio (LDR) Risiko Kredit PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH (BANK UMUM DAN BPR) Aset Dana Pihak Ketiga (DPK) Pembiayaan Finance to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Uang Rupiah Tidak Asli TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI Kliring Lokal PERKEMBANGAN TRANSAKSI KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING (KUPVA) DAN PTD (PENYELENGGARA TRANSFER DANA) Perkembangan Transaksi KUPVA Perkembangan Transaksi Penyelenggara Transfer Dana (PTD) BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH REALISASI APBD DI WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU Realisasi Pendapatan iv KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

7 Realisasi Belanja Anggaran dan Realisasi Belanja APBN Infrastruktur Di Kepulauan Riau BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KETENAGAKERJAAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kemiskinan Nilai Tukar Petani (NTP)...58 BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI REGIONAL PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI PROSPEK INFLASI REKOMENDASI...64 v KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

8 DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Pengeluaran... 2 Tabel 1.2. Perkembangan Upah Minimum Kota (UMK)... 2 Tabel 1.3. Komoditas Utama Ekspor Non Migas Kepri (Kumulatif Tw I 216)... 6 Tabel 1.4. Komoditas Utama Impor Non Migas Kepri (Kumulatif Tw I-216)... 8 Tabel 1.5. Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Lapangan Usaha... 8 Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa... 2 Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Menurut Kota Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Utama Perbankan Kepri Tabel 3.2. Perkembangan Indikator Utama Bank Umum Tabel 3.3. Perkembangan Indikator Utama BPR Tabel 3.4. Indikator Perbankan Syariah di Provinsi Kepulauan Riau Tabel 4.1. Realisasi APBD Di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216* Tabel 4.2. Anggaran dan Realisasi Belanja Pemerintah Daerah di Wilayah Kepri Triwulan I 216* Tabel 4.3. Anggaran dan Realisasi Belanja Infrastruktur Pemerintah Pusat di Wilayah Kepri Triwulan I Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut jenis kegiatan utama di Provinsi Kepri Tabel 5.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut jenis kegiatan utama di Provinsi Kepulauan Riau Tabel 5.3. Profil Kemiskinan di Provinsi Kepri Tabel 5.4. Nilai Tukar Petani Provinsi Kepri Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global vi KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

9 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1. Struktur Ekonomi Sisi Pengeluaran... 1 Grafik 1.2. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen... 3 Grafik 1.3 Perkembangan Kredit Konsumsi... 3 Grafik 1.4 Perkembangan Konsumsi Listrik RT Batam... 3 Grafik 1.5 Perkembangan Realisasi Investasi PMA... 4 Grafik 1.6 Perkembangan Realisasi Investasi PMDN... 4 Grafik 1.7 Perkembangan Impor Barang Modal... 5 Grafik 1.8 Porsi Ekspor Migas dan Non Migas... 5 Grafik 1.9 Perkembangan Ekspor Migas dan Non Migas... 5 Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekspor Komoditas Utama (Non Migas)... 6 Grafik 1.11 Komposisi Impor Migas dan Non Migas... 7 Grafik 1.12 Perkembangan Nilai Impor Migas dan Non Migas... 7 Grafik 1.13 Komposisi Impor Non Migas... 7 Grafik 1.14 Impor Semen Berdasarkan Volume... 7 Grafik 1.15 Kontribusi Lapangan Usaha Terhadap PDRB (%Y-o-Y)... 9 Grafik 1.16 Likert Scale Penjualan Domestik Sektor Ind. Pengolahan... 1 Grafik 1.17 Likert Scale Penjualan Ekspor... 1 Grafik 1.18 Hasil SKDU Sektor Industri Pengolahan... 1 Grafik 1.19 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri Kota Batam... 1 Grafik 1.2 Hasil SKDU Sektor Industri Pengolahan... 1 Grafik 1.21 Hasil SKDU Sektor Bangunan Grafik 1.22 Perkembangan Kredit Investasi Grafik 1.23 Perkembangan Konsumsi Semen Kepri Grafik 1.24 Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Baru Grafik 1.25 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan Grafik 1.26 Kegiatan Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Batam Grafik 1.27 Volume Lifting Gas Kepri Grafik 1.28 Volume Lifting Minyak Kepri Grafik 1.29 Harga Gas Alam Grafik 1.3 Harga Minyak Grafik 1.31 Ekspor Hasil pertambangan & Penggalian Grafik 2.1 Inflasi Tw I 216 (yoy) Regional Sumatera vii KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

10 Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Triwulan I Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kepri, Sumatera, dan Nasional Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Tahunan Kepri, Batam, dan Tanjungpinang Grafik 2.5 Perkembangan Disagregasi Inflasi Kepri Grafik 2.6 Pola Inflasi Volatile Food Grafik 2.7 Pola Inflasi Bulanan Beras Grafik 2.8 Pola Inflasi Bulanan Daging Ayam Ras Grafik 2.9 Pola Inflasi Bulanan Cabai Merah Grafik 2.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Grafik 2.11 Perkembangan Inflasi/Deflasi Angkutan Udara Grafik 2.12 Pola Inflasi Bulanan Gula Pasir Grafik 2.13 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik 2.14 Hasil Survei Konsumen Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum (BU) Grafik 3.2 Pertumbuhan Aset Berdasarkan Kelompok Bank Umum Grafik 3.3 Perkembangan DPK Bank Umum (BU) Grafik 3.4 Perkembangan DPK Berdasarkan Jenisnya Grafik 3.5 Porsi DPK Berdasarkan Jenis Bank (BU) Grafik 3.6 Perkembangan DPK Berdasarkan Jenis Bank (BU) Grafik 3.7 Komposisi DPK Berdasarkan Nominal/Rekening Grafik 3.8 Komposisi DPK Berdasarkan Jumlah Rekening Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Bank Umum Grafik 3.1 Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik 3.11 Penggunaan Kredit Konsumsi Grafik 3.12 Pertumbuhan KPR, KKB, Multiguna Grafik 3.13 Suku Bunga Kredit MK, Investasi, dan Konsumsi Grafik 3.14 Porsi Kredit Berdasarkan Kelompok Bank Grafik 3.15 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kelompok Bank Grafik 3.16 Kredit UMKM oleh Bank Umum Grafik 3.17 Risiko Kredit Bank Umum Grafik 3.18 Perkembangan Aset BPR Grafik 3.19 Perkembangan DPK BPR Grafik 3.2 Perkembangan DPK Berdasarkan Jenisnya Grafik 3.21 Perkembangan Kredit BPR Grafik 3.22 Perkembangan Kredit BPR Berdasarkan Penggunaan Grafik 3.23 Kredit BPR Secara Sektoral... 4 viii KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

11 Grafik 3.24 Perkembangan Kredit UMKM Oleh BPR... 4 Grafik 3.25 Perkembangan LDR dan NPL BPR... 4 Grafik 3.26 Perkembangan Aset Perbankan Syariah Grafik 3.27 Perkembangan DPK Syariah Grafik 3.28 Perkembangan DPK Syariah Berdasarkan Jenisnya Grafik 3.29 Perkembangan Pembiayaan Syariah Grafik 3.3 Perkembangan Pembiayaan Syariah Berdasarkan Jenisnya Grafik 3.31 Perkembangan FDR dan NPF Perbankan Syariah Grafik 3.32 Perkembangan Inflow dan Outflow Kepri Grafik 3.33 Perkembangan Pertumbuhan Inflow dan Outflow Grafik 3.34 Perkembangan Pemusnahan UTLE Grafik 3.35 Perkembangan Penemuan Uang Rupiah Tidak Asli Grafik 3.36 Perkembangan Kliring Kepri Grafik 3.37 Perkembangan Pertumbuhan Kliring Kepri Grafik 3.38 Perkembangan Transaksi KUPVA Grafik 3.39 Pergerakan Transaksi KUPVA dan Nilai Tukar Rupiah Grafik 3.4 Perkembangan Transaksi PTD Grafik 3.41 Jenis Transaksi PTD Grafik 4.1 Komposisi Realisasi Pendapatan Tw I Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan Pemda Tw I Grafik 4.3 Perkembangan Dana Simpanan Pemda Grafik 4.4 Komposisi Realisasi Belanja Tw I Grafik 4.5 Realisasi Belanja Pemda Tw I Grafik 5.1 Struktur Pekerja Kepri Grafik 5.2 Perkembangan NTP Grafik 5.3 NTP Berdasarkan Subsektor Grafik 6.1 GDP Manufaktur Singapura dan Kinerja Ekspor Kepri Grafik 6.2 Perkiraan Penjualan (Survei Liaison) Grafik 6.3 Perkiraan Penjualan (Survei Liaison) Grafik 6.4 Perkiraan Realisasi Usaha (Survei SKDU) Grafik 6.5 Harga Minyak ix KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

12 RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan I 216 Provinsi Kepulauan Riau Perekonomian Kepri tumbuh 4,58% (yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 5,2% (yoy) Dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi terutama dipengaruhi penurunan investasi Dari sisi lapangan usaha, penurunan kinerja sektor industri, konstruksi serta sektor pertambangan dan penggalian menjadi pendorong utama perlambatan ekonomi Kepri Inflasi Kepri sebesar 5,59% (yoy) meningkat dibanding inflasi triwulan sebelumnya Perekonomian Kepri tumbuh 4,58% (yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan 5,2% (yoy). Perlambatan ini sejalan dengan perekonomian nasional yang tumbuh 4,92% (yoy), juga melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,4% (yoy). Dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi Kepri disebabkan oleh penurunan investasi. Dari sisi penawaran, penurunan dicatatkan sektor utama yaitu sektor konstruksi serta sektor pertambangan dan penggalian. Investasi menurun 1,43% (yoy) sementara pada periode sebelumnya masih tumbuh 3,99% (yoy). Tertahannya investasi, baik oleh investor asing maupun domestik terutama disebabkan tingkat permintaan sektor industri yang masih lemah sejalan dengan belum pulihnya ekonomi global, dan masih rendahnya harga migas. Namun, tingkat konsumsi masyarakat yang relatif stabil serta perbaikan kinerja net ekspor menopang perekonomian Kepri pada triwulan laporan. Konsumsi rumah tangga tumbuh 6,1% (yoy), relatif stabil dibanding pertumbuhan periode sebelumnya sebesar 6,29% (yoy). Tingkat konsumsi yang stabil antara lain didukung oleh peningkatan upah minimum kota (UMK) dan peningkatan konsumsi dalam rangka hari raya Imlek. Adapun net ekspor tumbuh 13,1% (yoy), menguat dibanding pertumbuhan triwulan IV 215 sebesar 9,99% (yoy). Penguatan ekspor lebih dipengaruhi oleh impor yang melambat lebih dalam dibanding ekspor. Sektor konstruksi dan pertambangan mencatatkan kontraksi 1,32% (yoy) dan 1,94% (yoy). Penurunan kinerja sektor konstruksi dipengaruhi penurunan permintaan perumahan, penyelesaian sejumlah konstruksi hotel oleh swasta pada awal tahun, serta realisasi belanja konstruksi oleh pemerintah yang diperkirakan masih rendah. Adapun penurunan output sektor pertambangan dan penggalian disebabkan masih rendahnya harga komoditas migas, diperparah dengan hasil lifting yang juga terus menurun. Sektor industri belum menunjukkan perbaikan yang signifikan, dan mencatatkan perlambatan sebesar 4,13% (yoy) dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,43% (yoy). Tren peningkatan inflasi Kepri searah dengan inflasi nasional maupun inflasi regional Sumatera. Meski demikian, inflasi nasional tercatat lebih rendah dibanding Kepri yaitu sebesar 4,45% (yoy), adapun inflasi Sumatera sebesar 5,71% (yoy). Andil terbesar inflasi bersumber dari komoditas bahan x KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

13 sebesar 4,4% (yoy) Penyaluran kredit melambat yang dipengaruhi kondisi ekonomi yang belum kondusif. Namun, stabilitas stabilitas sistem keuangan Kepri tetap terjaga baik tercermin dari non performing loan (NPL) yang terjaga pada batas aman makanan, terutama beras, cabai merah dan ikan segar. Namun, peningkatan laju inflasi yang lebih tinggi tertahan dengan adanya penurunan harga komoditas administered price seperti bensin, solar, angkutan laut, dan tarif listrik mampu menahan laju peningkatan inflasi. Secara spasial, dorongan terbesar inflasi Kepri bersumber dari Kota Batam dengan inflasi sebesar 5,76% (yoy), sementara inflasi Tanjungpinang 4,55% (yoy). Perlambatan ekonomi yang terus berlanjut sampai triwulan I 216 menekan sektor perbankan Kepri, utamanya penyaluran kredit yang melambat 6,45% (yoy) dibanding periode sebelumnya sebesar 7,93% (yoy). Kondisi ekonomi yang belum kondusif bagi dunia usaha menyebabkan ekspansi ekonomi menjadi sangat terbatas yang tercermin dari kredit investasi dan modal kerja yang melambat sejalan dengan perlambatan sektor ekonomi utama Kepri. Pada triwulan laporan, bank umum mencatatkan penguatan pertumbuhan aset yang ditopang oleh penguatan dana, namun penyaluran kredit tercatat melambat. Aset, DPK maupun kredit tumbuh sebesar masing-masing 4,41%, 3,54% dan 5,49% (yoy). Sementara Non Performing Loan (NPL) sebesar 1,6% dan Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 77,2% tercatat lebih rendah dipengaruhi penyaluran kredit oleh Bank Umum yang melambat.kinerja perbankan syariah membaik, tercermin dari penguatan pertumbuhan aset, pembiayaan dan dana yang dihimpun pada triwulan laporan. Di tengah perlambatan ekonomi, perbankan syariah mampu tumbuh menguat khususnya dalam penyaluran kredit yang didorong oleh konsumsi yang masih kuat serta pelonggaran kebijakan moneter (kebijakan LTV, Down Payment, GWM serta BI Rate). Sejalan dengan perlambatan kinerja perekonomian dan perbankan, transaksi tunai maupun non tunai juga melambat Realisasi pendapatan dan belanja Pemda di wilayah Kepri meningkat ditengah perlambatan ekonomi Net outflow tercatat mengalami kontraksi sebesar 82,9% (yoy), lebih dalam dibanding kontraksi periode sebelumnya sebesar 16,41% (yoy). Transaksi kliring baik dari nominal maupun nilainya terkontraksi masing-masing sebesar 5,59% (yoy) dan 1,7% (yoy) dibanding triwulan IV 215 yang masih tumbuh 2,84% (yoy) dan 23,5% (yoy). Total transaksi kliring triwulan I 216 sebesar Rp5.488 miliar dengan jumlah warkat sebanyak warkat. Total realisasi anggaran pendapatan maupun belanja Pemda pada triwulan I meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Komitmen pemerintah untuk mendorong belanja guna menjadi strimulus perekonomian ditengah perlambatan ekonomi tercermin dari realisasi belanja dan pendapatan Pemda serta belanja APBN di wilayah Kepri. Belanja pemda yang lebih tinggi ditopang oleh realisasi pendapatan yang meningkat pada triwulan I tidak lepas dari transfer pemerintah pusat ke daerah yang lebih baik (realisasi mencapai 24% dari total pagu anggaran). Demikian juga halnya dengan belanja yang xi KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

14 bersumber dari APBN, realisasi mencapai Rp684 miliar (12,39% dari total pagu anggaran), lebih baik dibanding triwulan I 215 yang hanya Rp352 miliar atau 6,56%. Perlambatan ekonomi yang berdampak pada sektor utama Kepri menekan serapan tenaga kerja menyebabkan tingkat pengangguran meningkat Pertumbuhan ekonomi Kepri triwulan II 216 diperkirakan sedikit menguat dibanding triwulan sebelumnya. Tekanan inflasi pada triwulan II 216 diperkirakan meningkat Angkatan kerja Kepri pada Februari 216 sebanyak orang atau meningkat1,95% (yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah penduduk yang bekerja tercatat juga meningkat 1,97% (yoy). Di sisi lain, jumlah pengangguran Kepri tercatat masih tinggi sebanyak orang atau meningkat sebesar 1,79% (yoy) dari Februari 215, dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 9,3%. Tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 65,58% melambat dibanding periode Februari 215 sebesar 66,16%. Menurunnya tingkat partisipasi kerja sejalan dengan perlambatan ekonomi Kepri, sehingga pertumbuhan angkatan tenaga kerja tidak diikuti oleh ketersediaan lapangan kerja. Jumlah penduduk miskin di Kepri mengalami penurunan pada September dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah penduduk miskin sebanyak orang, menurun 7,52% dibanding periode yang sama tahun lalu, juga menurun 6,18% dibanding data kemiskinan Maret 215. Persentase penduduk miskin terhadap total penduduk sebesar 5,78% juga menurun dibanding periode September 214 dan Maret 215, masing-masing sebesar 6,4% dan 6,24%. Perekonomian Kepri diperkirakan menguat pada kisaran 4,7 4,9% (yoy), Puncak belanja Idul Fitri diperkirakan terjadi pada Juni atau bergeser dari tahun lalu (tahun 215 puncak belanja Lebaran pada Juli) sehingga pertumbuhan tahunan konsumsi diyakini meningkat. Di tengah lesunya investasi swasta, realisasi proyek-proyek infrastruktur pemerintah dan beberapa pembangunan hotel/apartemen oleh swasta diharapkan dapat menopang pertumbuhan ekonomi Kepri pada triwulan kedua. Dari sisi sektoral, sejalan dengan penguatan konsumsi dan realisasi proyek infrastruktur pemerintah pertumbuhan ekonomi akan ditopang sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor serta sektor konstruksi. Secara keseluruhan tahun 216, pertumbuhan ekonomi Kepri diperkirakan pada kisaran 5,5 5,7% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan 215 sebesar 6,2% (yoy). Inflasi 216 diyakini pada koridor sasaran inflasi nasional sebesar 4 ± 1% (yoy). Peningkatan laju inflasi triwulan kedua akan didorong oleh laju peningkatan permintaan dan konsumsi masyarakat dalam rangka hari raya Ramadhan dan Idul Fitri. Selain itu, karena hari raya Idul Fitri jatuh pada awal Juli, maka puncak konsumsi masyarakat diyakini terjadi pada Juni atau bergeser dibanding 215 (puncak inflasi Juli). Kondisi ini akan mendorong laju inflasi tahunan menjadi lebih tinggi. xii KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

15 xiii KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

16 BANK INDONESIA BANK SENTRAL REPUBLIK I NDONESIA BINTAN EVENT TRIATHLON Kajian Ekonomi dan Keuangan Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

17 BAB I PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren perlambatan perekonomian Kepri berlanjut pada triwulan I 216, dipengaruhi kondisi perekonomian global yang belum sepenuhnya pulih serta masih rendahnya harga komoditas migas. Perekonomian Kepri tumbuh 4,58% (yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan 5,2% (yoy). Perlambatan ini sejalan dengan perekonomian nasional yang tumbuh 4,92% (yoy), juga lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,4% (yoy). Dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi Kepri disebabkan oleh penurunan investasi. Di tengah masih lesunya tingkat permintaan serta harga komoditas migas yang rendah, investor memilih untuk menahan investasi. Sejalan dengan kondisi tersebut, dari sisi penawaran, penurunan dicatatkan sektor-sektor utama yaitu sektor konstruksi serta sektor pertambangan dan penggalian. Adapun sektor industri pengolahan juga belum menunjukkan perbaikan kinerja yang signifikan dan masih pada tren melambat PERTUMBUHAN EKONOMI SISI PENGELUARAN Dari sisi pengeluaran, perlambatan ekonomi Kepri terutama disebabkan oleh penurunan investasi. Investasi menurun 1,43% (yoy) sementara pada periode sebelumnya masih tumbuh 3,99% (yoy). Tertahannya investasi, baik oleh investor asing maupun domestik terutama disebabkan tingkat permintaan sektor industri yang masih lemah, dan rendahnya harga migas. Namun, tingkat konsumsi masyarakat yang relatif stabil serta perbaikan kinerja net ekspor menopang perekonomian Kepri pada triwulan laporan. Konsumsi rumah tangga tumbuh 6,1% (yoy), relatif stabil dibanding pertumbuhan periode sebelumnya sebesar 6,29% (yoy). Adapun net ekspor tumbuh 13,1% (yoy), menguat dibanding pertumbuhan triwulan IV 215 sebesar 9,99% (yoy). Meski demikian, penguatan net ekspor lebih disebabkan kinerja impor yang melambat lebih dalam dibanding ekspor. Grafik 1.1 Struktur Ekonomi Sisi Pengeluaran Perubahan Inventori;,54% Konsumsi LNPRT;,21% Konsumsi Pemerintah; 2,44% Net Ekspor; 19,29% PMTB; 4,13% Konsumsi RT; 37,24% Sumber: BPS, diolah 1 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

18 Pertumbuhan Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Pengeluaran 216 I II III IV I Persen (Y-oY) 1. Konsumsi RT 6,81 6,73 6,87 7,76 7,5 6,89 6,29 6,3 2,3 2. Konsumsi LNPRT 5,91 5,9 11,99-6,36-5,53 4,97 37,46 5,28,1 3. Konsumsi Pemerintah 6,74 4,6 3,16 4,6 3,99 2,32 3,27 1,93,4 4. PMTB 7,53 6,62 5,79 5,14 3,58,32 3,99-1,43 -,56 5. Perubahan Inventori -432,52-3,2-11, -76,94-81,57-73,57 -,98 2,83,1 6. Total Net Ekspor -16,64 2,71 11,95 18,2 28,65 25,15 7,7 13,1 2,78 TOTAL EKSPOR -15,12 13,15 -,82 19,69 7,26-2,2 9,99 2,19 3,64 - Ekspor Luar Negeri -49,19 51,6 9,3 16,73 88,51 46,73-18,27 2,3 2,16 - Ekspor Antar Provinsi 23,69-4,59-8,31-29,74-37,92-39,4 134,24 2,5 1,48 TOTAL IMPOR -14,98 12,47-2,6 19,91 4,89-4,92 1,26,6,86 - Impor Luar Negeri 17,37-2,31-4,63-1,94-1,1-4,19-2,31-3,9-2,68 - Impor Antar Provinsi -42, 37,45 1,4 5,1 11,98-5,61 24,15 4,66 3,55 Net Ekspor Antar Provinsi -12,48-46,69-32,45-17,63-127,6-191,34-57,49 52, -2,7 Net Ekspor Luar Negeri -288,41-68,43-87,23-173,79-246, ,65-41,25 19,24 4,84 Total Pertumbuhan PDRB 7,63 7,21 6,62 6,83 6,7 5,4 5,2 4,58 4,58 Sumber : BPS (Data diolah) 215 Sumber Pertumbuhan (%) Konsumsi Rumah Tangga Di tengah tekanan perlambatan ekonomi, tingkat konsumsi masyarakat relatif stabil. Konsumsi rumah tangga tumbuh 6,3% (yoy), setara dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,29% (yoy), dan menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Kepri pada triwulan laporan. Tingkat konsumsi yang stabil tersebut diperkirakan ditopang oleh kemampuan daya beli yang terjaga serta adanya peningkatan konsumsi untuk hari raya Imlek. Secara rata-rata, Upah Minimum Kota (UMK) tahun 216 di Kepri meningkat 22,6%, menjadi salah satu faktor penopang daya beli konsumen. Selain itu, hari raya Imlek pada Februari juga mendorong tingkat konsumsi yang lebih tinggi. Beberapa toko retail besar di pusat Kota Batam menyatakan bahwa puncak penjualan justru terjadi pada masa Imlek. Tabel 1.2 Perkembangan Upah Minimum Kota (UMK) Upah Minimum Kota 216 (Rp ribu) Kab/Kota Kota Batam ,5% Kota Tanjungpinang ,5% Kab Bintan ,% Kab Karimun ,8% Kab Lingga ,8% Kab Natuna ,9% Kab Anambas ,8% Rata-rata kenaikan UMK Persentase Kenaikan 22,6% 2 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

19 Hasil Survei Konsumen 1) menunjukkan bahwa konsumen masih optimis terhadap kondisi perekonomian. Sikap optimis tersebut menjadi salah satu faktor yang mendorong perilaku konsumsi masyarakat. Secara rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) triwulan I 216 sebesar 16,19, lebih tinggi dibanding IKK periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 14,5. Hasil survei juga menunjukkan bahwa belanja barang kebutuhan tahan lama cenderung meningkat. Indeks konsumsi barang tahan lama meningkat dari 98,5 (indeks triwulan I 215) menjadi 13,2 (indeks triwulan I 216). 14, 13, 12, 11, 1, 9, Grafik 1.2 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen 8, I II III IV I II III IV I INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI (IKE) INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK) Indikator konsumsi listrik rumah tangga 2 juga mengkonfirmasi adanya peningkatan konsumsi. Konsumsi listrik rumah tangga tumbuh 1,34% (yoy), cukup signifikan dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 2,97% (yoy). (Rp miliar) Grafik 1.13 Perkembangan Kredit Konsumsi I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 25, 2, 12,45 15, 12, Kredit Konsumsi growth- Kredit Konsumsi (RHS) (%, yoy) 1, 5,, (Juta KWH) Grafik 1.14 Perkembangan Konsumsi Listrik RT Batam I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: PLN Batam, diolah Konsumsi Listrik RT (LHS) Pertumbuhan (RHS) (%, yoy) 2% 18% 16% 14% 12% 1% 8% 6% 4% 2% % Investasi Investasi menurun dan menjadi sumber utama perlambatan ekonomi Kepri pada triwulan laporan. Investasi menurun 1,43% (yoy), sementara pada triwulan 1) Survei konsumen dilakukan secara bulanan untuk mendapatkan informasi mengenai tendensi konsumsi rumah tangga dan ekspektasi inflasi konsumen 2 Data konsumsi listrik rumah tangga di Kota Batam (sumber: PT PLN Batam) 3 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

20 sebelumnya masih tumbuh positif 3,99% (yoy). Penurunan investasi terjadi baik dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). (Juta USD) Grafik 1.5 Perkembangan Realisasi Investasi PMA I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: BKPM Nilai Investasi PMA (Juta USD) Growth (%, yoy) (Rp miliar) Grafik 1.6 Perkembangan Realisasi Investasi PMDN I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: BKPM Nilai Investasi PMDN (Rp miliar) Growth (%, yoy) PMA menurun signifikan, mencapai 96,27% (yoy). Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat penurunan investasi pada seluruh sektor sektor utama yang sebelumnya merupakan lahan terbesar penanaman modal di Kepri, antara lain sektor pertambangan dan penggalian, sektor hotel dan restoran serta sektor industri logam dasar dan elektronik. Investasi pada sektor pertambangan dan penggalian menurun hingga 99,8% (yoy) karena masih rendahnya level harga migas sehingga pelaku usaha menahan hampir seluruh investasinya. Investasi sektor hotel dan restoran juga menurun tajam, sebesar 92,47% (yoy), diperkirakan karena faktor konstruksi sejumlah bangunan hotel di Kepri yang mulai memasuki tahap akhir/finishing pada awal 216. Investasi sektor industri logam dasar dan elektronik juga menurun tajam hingga 99,75% (yoy), dipengaruhi tingkat permintaan global yang masih lesu. Penanaman modal oleh investor lokal (PMDN) juga menurun tajam, mencapai 97,46% (yoy). Penurunan PMDN terutama disebabkan penurunan investasi sektor kawasan perumahan dan real estate yang hampir mencapai 1%, sementara pada periode triwulan I 215 sektor ini mencatatkan nilai PMDN terbesar. Aktivitas PMDN pada sektor-sektor ekonomi lainnya pun sangat minim dibanding periode yang sama tahun lalu. Meski secara total kegiatan investasi menurun, namun impor barang modal meningkat, mengindikasikan potensi peningkatan output pada periode mendatang. Impor barang modal tumbuh 18,81% (yoy), dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 18,45% (yoy). Diperkirakan impor barang modal tersebut selain untuk kebutuhan industri juga untuk kebutuhan proyek-proyek konstruksi pemerintah yang cukup banyak di Kepri untuk tahun anggaran 216, antara lain pembangunan jalan layang, pembangunan beberapa pelabuhan, juga untuk kebutuhan proyek swasta seperti pembangunan sejumlah apartemen. 4 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

21 Grafik 1.7 Perkembangan Impor Barang Modal (Juta USD) (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I Impor Barang Modal Growth (LHS) Ekspor Kinerja ekspor Kepri masih tertekan, sangat terpengaruh oleh kondisi ekonomi global yang belum pulih dan penurunan harga migas. Total ekspor tumbuh 2,19% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 9,99% (yoy). Lebih rinci, ekspor luar negeri tumbuh 2,3% (yoy), sementara ekspor antar daerah tumbuh 2,5% (yoy). Penurunan ekspor dicatatkan baik oleh komoditas migas maupun nonmigas. * Grafik 1.8 Porsi Ekspor Migas dan Non Migas (Juta USD) 6, Grafik 1.9 Perkembangan Ekspor Migas dan Non Migas (%, yoy) 3 Migas, 2% 5, 4, 3, Non Migas, 8% 2, 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah Ekspor Migas Ekspor Non Migas g. Total Ekspor Meski masih mencatakan penurunan, namun kinerja ekspor komoditas non migas relatif membaik. Penurunan ekspor nonmigas sebesar 1,26% (yoy), tidak sedalam penurunan pada periode triwulan IV 215 yang mencapai 26,37% (yoy). Di tengah kelesuan tingkat permintaan, perbaikan kinerja ekspor non migas ditopang peningkatan ekspor produk besi dan baja, produk olahan Crude Palm Oil (CPO), serta kapal/konstruksi terapung. Peningkatan ekspor produk besi baja dan kapal/konstruksi terapung diperkirakan merupakan produk dari proyek-proyek jangka panjang yang selesai pada akhir 215 yang lalu dan barang baru dikirimkan pada awal tahun. Adapun ekspor produk andalan Kepri lainnya yaitu elektronik dan besi baja masih mencatatkan penurunan. 5 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

22 Tabel 1.3 Komoditas Utama Ekspor Non Migas Kepri (Kumulatif Tw I 216) No 1 Komoditas Utama Ekspor Nilai Ekspor Persentase Kumulatif (Berdasarkan Komoditas HS2DGT) (Juta US$) Kontribusi konstribusi Elect. machinery, sound rec., tvetc 6,2 31,7% 31,7% Articles of iron and steel 289,2 15,3% 46,9% Nuclear react.,boilers,mech. appli. 256,3 13,5% 6,5% Animal or vegt. fats and oils 163,8 8,6% 69,1% Ships,boats and floating structures 119,2 6,3% 75,4% Cocoa and cocoa preparations 81,9 4,3% 79,7% Miscellaneous chemical products. 44,1 2,3% 82,1% Optical,photographic,medical instr. 38,1 2,% 84,1% Vehicles other than railway 37, 2,% 86,% Plastics and articles thereof 26,7 1,4% 87,4% (%, yoy) Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekspor Komoditas Utama (Non Migas) Produk dari Besi dan Baja (LHS) Reaktor Nuklir, Pemanas, Mesin, dll (LHS) Mesin Elektronik, Perekam Suara, TV, dll (RHS) (%, yoy) 4, ,2-1,74 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Adapun kinerja ekspor migas masih tertekan, karena faktor penurunan harga migas dan lifting migas. Meski demikian, penurunan ekspor migas sebesar 43,16% (yoy), sedikit lebih baik dibanding penurunan triwulan sebelumnya sebesar 45,41% (yoy). Penurunan ekspor migas yang lebih dalam dibanding non migas dalam beberapa periode terakhir menyebabkan porsinya terhadap total ekspor Kepri juga terus menurun. Pada posisi triwulan laporan, porsi ekspor migas hanya 2%, menurun cukup dalam dibanding porsinya pada triwulan I 215 sebesar 3% Impor Impor melambat lebih dalam dibanding ekspor, sehingga secara total Kepri masih mencatatkan net ekspor. Impor tumbuh,6% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 1,26% (yoy). Lebih rinci, impor luar negeri menurun 3,9% (yoy), sementara impor antara provinsi tumbuh terbatas 4,66% (yoy). Berdasarkan kelompok komoditas, ekspor nonmigas menurun 43,31% (yoy) sementara ekspor migas menurun 34,58% (yoy). 6 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

23 Grafik 1.11 Komposisi Impor Migas dan Non Migas Migas ; 8,8% (Juta USD) Grafik 1.12 Perkembangan Nilai Impor Migas dan Non Migas (%, yoy) Non Migas; 91,2% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: BPS, diolah Impor Migas Impor Non Migas g. Impor Sumber: BPS, diolah Penurunan permintaan produk industri menyebabkan kebutuhan impor bahan baku juga menurun. Impor bahan baku dengan porsi terbesar mencapai 73% dari total impor, mencatatkan penurunan 14,71% (yoy). Komoditas impor yang menurun juga relatif sama dengan komoditas ekspor, antara lain komoditas besi dan baja serta produk elektronik. Selain itu, impor barang konsumsi juga menurun 5,75% (yoy). Namun, penurunan impor yang lebih dalam tertahan dengan penguatan impor barang modal sebesar 13,32% (yoy). Pada komoditas migas, penurunan harga secara langsung menyebabkan nilai impor migas mengecil. Impor migas menurun 34,58% (yoy). Seperti halnya pada ekspor, porsi nilai impor komoditas migas terhadap total impor juga terus menurun, saat ini hanya sebesar 8,8%, lebih rendah dibanding porsinya pada periode yang sama tahun lalu sebesar 12,5% Grafik 1.13 Komposisi Impor Non Migas Bahan Baku; 73% Barang Modal; 19% Barang Konsumsi; 8% (Juta USD) Grafik 1.14 Perkembangan Impor Non Migas I II III IV I II III IV I II III IV I , , , Barang Konsumsi Impor Barang Modal Bahan Baku growth-brg Konsumsi growth-brg Modal growth-bhn Baku 7 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

24 No Tabel 1.4 Komoditas Utama Impor Non Migas Kepri (Kumulatif Tw I-216) 1 Komoditas Utama Impor (Berdasarkan Komoditas HS2DGT) Nilai Impor (Juta US$) Persentase Kontribusi Kumulatif konstribusi Elect. machinery, sound rec., tvetc 559,3 32,9% 32,9% Nuclear react.,boilers,mech. appli. 393,1 23,1% 56,1% Articles of iron and steel 211, 12,4% 68,5% Plastics and articles thereof 1,8 5,9% 74,4% Iron and steel 57,2 3,4% 77,8% Optical,photographic,medical instr. 45,1 2,7% 8,5% Ships,boats and floating structures 39,6 2,3% 82,8% Tanning and dyeing extracts 29,6 1,7% 84,5% Alumunium and articles thereof 29,1 1,7% 86,2% Essential oils and resinoids 2,6 1,2% 87,5% 1.2. PERTUMBUHAN EKONOMI BERDASARKAN LAPANGAN USAHA Berdasarkan lapangan usaha, penurunan kinerja sektor konstruksi serta sektor pertambangan dan penggalian menjadi pendorong utama perlambatan ekonomi Kepri. Kedua sektor tersebut mencatatkan kontraksi 1,32% (yoy) dan 1,94% (yoy). Penurunan kinerja sektor konstruksi dipengaruhi penurunan permintaan perumahan, penyelesaian sejumlah konstruksi hotel oleh swasta pada awal tahun, serta realisasi belanja konstruksi oleh pemerintah yang diperkirakan masih rendah. Adapun penurunan output sektor pertambangan dan penggalian disebabkan masih rendahnya harga komoditas migas, diperparah dengan hasil lifting yang juga terus menurun. Sektor industri juga belum menunjukkan perbaikan yang signifikan, dan mencatatkan perlambatan sebesar 4,13% (yoy) dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,43% (yoy). Kinerja sektor industri sangat dipengaruhi kondisi ekonomi global yang belum pulih sehingga permintaan ekspor juga belum menunjukkan perbaikan serta dampak lanjutan harga migas yang rendah terhadap aktivitas industri-industri pendukung migas di Kepri. Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Lapangan Usaha 216 I II III IV I %, yoy Sumber Pertumbuhan (%) A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,36 4,29 7,58 5,11 6,2 8,22 14,67 16,,58 B Pertambangan dan Penggalian 5,7 3,26,81 5,7 4,77 3,2 -,73-1,94 -,29 C Industri Pengolahan 8,7 8,17 7,3 6,97 7,6 4,93 4,43 4,13 1,61 D Pengadaan Listrik, Gas 7,2 7,24 8,65 8,52 3,99 1,79 7,2 6,63,6 E Pengadaan Air 5,11 4,2 2,3 3,2 3,51 2,35 2,35 2,12, F Konstruksi 11,31 9,98 9,4 6,1 4,97 2,32,93-1,32 -,23 G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 6,91 9,79 1,62 1,8 14,43 12,67 13,41 13,55 1,4 H Transportasi dan Pergudangan 7,1 7,57 7,16 7,6 6,33 9,21 15,86 14,95,41 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,67 7,72 1,39 11,64 9,1 13,1 19,9 17,51,36 J Informasi dan Komunikasi 7,2 6,45 7,4 8,39 6,17 11,63 15,61 17,32,37 K Jasa Keuangan 6,56 6,7 5,79 1,61,55 4,4 5,88 8,13,22 L Real Estate 4,94 5,67 6,39 9,39 5,98,41-1,1-1,87 -,3 M,N Jasa Perusahaan 9,31 7,36 2,2 1,92 1,42 4,3 3,69 3,52, O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 6,16 4,72 6,98 1,3 9,28 1,98 14,86 14,95,34 P Jasa Pendidikan 12,39 3,7 4,27 8,38 7,14 5,25 4,2 4,23,6 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,5 1,68 4,84 9,84 8,56 5,9 4,57 4,61,4 R,S,T,U Jasa lainnya 3,2,72 5, 11,84 1,44 13,21 16,47 16,69,7 PDRB 7,63 7,21 6,62 6,83 6,7 5,4 5,2 4,58 4,58 Sumber : BPS (Data diolah) Pertumbuhan Ekonomi (yoy) KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

25 Grafik 1.15 Kontribusi Lapangan Usaha Terhadap PDRB (%Y-o-Y) Industri Pengolahan Konstruksi Pertambangan dan Penggalian Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Transportasi dan Pergudangan Jasa Keuangan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Real Estate Jasa Pendidikan Pengadaan Listrik, Gas Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya Pengadaan Air Jasa Perusahaan 17,3% 13,2% 8,5% 3,8% 3,4% 2,7% 2,6% 2,4% 2,% 1,5% 1,3% 1,1%,9%,5%,1%,% 38,7% Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan masih melanjutkan perlambatan. Pertumbuhan industri pengolahan sebesar 4,13% (yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya 4,43% (yoy). Perlambatan sektor industri sejalan dengan perlambatan ekspor. Perekonomian global yang belum pulih menyebabkan tingkat permintaan ekspor juga belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Kondisi ini diperparah dengan level harga komoditas migas yang masih rendah, sehingga investasi tertahan dan mempengaruhi tingkat permintaan industriindustri pendukung migas yang banyak terdapat di Kepri. Penurunan aktivitas sektor industri terkonfirmasi melalui sejumlah survei oleh Bank Indonesia Provinsi Kepri. Hasil liaison menunjukkan penurunan penjualan domestik maupun ekspor pada sektor industri pengolahan. Sejalan dengan penurunan penjualan, kapasitas utilisasi perusahaan juga menurun tajam bahkan yang terendah dalam 5 (lima) tahun terakhir. Demikian pula hasil SKDU mencatat terjadinya penurunan realisasi kegiatan usaha. Penurunan ini bahkan diluar ekspektasi pelaku usaha yang pada survei triwulan sebelumnya masih menunjukkan sikap optimis bahwa realisasi kegiatan usaha triwulan I 216 akan membaik. 9 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

26 (Nilai Likert Scale) 3, 2, 1,, -1, -2, -3, -4, Grafik 1.16 Likert Scale Penjualan Domestik Sektor Ind. Pengolahan I II III IV I II III IV I II III IV I Penjualan Domestik Penjualan Ekspor (Nilai Likert Scale) 1,5 1,,5, -,5-1, -1,5-2, -2,5-3, Grafik 1.17 Likert Scale Penjualan Ekspor I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: Survei Liaison KPw BI Kepulauan Riau Kapasitas utilisasi Kelesuan sektor industri juga tergambar dari penurunan konsumsi listrik industri dan penurunan penyerapan kredit pada sektor ini. Meskipun grafik pertumbuhan konsumsi listrik industri di Kota Batam 3 menunjukkan perbaikan dibanding triwulan sebelumnya, namun secara tahunan konsumsi listrik industri masih tercatat menurun 1,92% (yoy). Sementara penyerapan kredit pada sektor industri pengolahan (berdasarkan lokasi proyek), menurun,93% (yoy). (SBT) 14, 12, 1, 8, 6, Grafik 1.18 Hasil SKDU Sektor Industri Pengolahan 1,2 1,8 (Juta KWH) Grafik 1.19 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri Kota Batam Konsumsi Listrik industri Pertumbuhan (%, yoy) 2% 15% 1% 5% 4, 2, - (2,) (4,) (6,) (8,) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Realisasi Kegiatan Usaha (SBT) Perkiraan Kegiatan Usaha (SBT),6,4, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I % -5% -1% -15% -2% Sumber: SKDU BI Provinsi Kepulauan Riau Sumber: PLN Batam, diolah (Rp miliar) Grafik 1.2 Hasil SKDU Sektor Industri Pengolahan (%, yoy) I II III IV I II III IV I Kredit Industri Pengolahan Pertumbuhan Kredit 3 Sumber data dari PLN Kota Batam, tidak termasuk konsumsi listrik di Kawasan Industri Batamindo Industrial Park, Kawasan Industri Panbil, dan Kawasan Industri Tunas 1 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

27 Sektor Konstruksi Aktivitas konstruksi terus menurun, bahkan mencapai level negatif pada triwulan laporan. Kinerja sektor konstruksi menurun 1,32% (yoy), sementara pada triwulan sebelumnya masih mencatatkan pertumbuhan positif,93% (yoy). Penurunan kinerja sektor konstruksi dipengaruhi penurunan permintaan perumahan, penyelesaian sejumlah konstruksi hotel oleh swasta pada awal tahun, serta realisasi belanja konstruksi pemerintah yang diperkirakan masih rendah. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dan liaison oleh Bank Indonesia Provinsi Kepri mengonfirmasi penurunan kegiatan kontruksi. Hasil SKDU mencatat penurunan realisasi kegiatan usaha konstruksi yang cukup tajam, diluar ekspektasi pelaku usaha yang sebelumnya memperkirakan perbaikan kinerja konstruksi pada triwulan I-216. Sejalan dengan SKDU, melalui hasil liaison pelaku usaha konstruksi perumahan menyatakan pencapaian penjualan triwulan I 216 jauh dibawah target dikarenakan lemahnya permintaan rumah baru, dipengaruhi tingkat konsumsi relatif terbatas sementara harga rumah cenderung meningkat. Peningkatan harga ruma tercermin dari hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR), yang mencatatkan peningkatan indeks harga sebesar 15,92% (yoy). Penurunan kegiatan konstruksi juga terindikasi dari penurunan konsumsi semen serta rendahnya realisasi investasi PMA maupun PMDN pada sektor ini. Konsumsi semen menurun 17,46% (yoy), merupakan penurunan terdalam pada lima tahun terakhir. Penanaman Modal Asing (PMA) sektor kontruksi menurun signifikan sebesar 99,85% (yoy). Sesuai polanya, realisasi konstruksi oleh pemerintah pada triwulan pertama diperkirakan masih sangat minim sehingga belum dapat memberi dorongan terhadap sektor konstruksi. Grafik 1.21 Hasil SKDU Sektor Bangunan Grafik 1.22 Perkembangan Kredit Investasi (SBT) 1,5 (Rp miliar) 12. (%, yoy) 7, 1, 1. 6,,5 8. 5, - (,5) (1,) (1,5) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I , 3, 2, 1, (2,) (2,5) Bangunan (SKDU) - perkiraan Bangunan (SKDU) - realisasi - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III , Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Provinsi Kep. Riau Kredit Investasi growth - Kredit Investasi (RHS) 11 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

28 Grafik 1.23 Perkembangan Konsumsi Semen Kepri (ton) (% yoy) (1) (2) (3) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Realisasi Pengadaan Semen Kepri (lhs) Pertumbuhan Semen (rhs) Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor tumbuh menguat ditopang oleh konsumsi masyarakat yang tetap stabil. Sektor ini tumbuh 13,55% (yoy), meningkat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 13,41% (yoy). Tingkat kunjungan wisman yang relatif baik serta perayaan imlek merupakan faktor pendukung kinerja sektor perdagangan. Melalui liaison dan focus group discussion (FGD), secara umum pelaku usaha retail menyatakan tingkat penjualan relatif stabil atau pada kisaran rata-rata pertumbuhan normal. Beberapa toko retail menyatakan tingkat kunjungan wisman Singapura dan Malaysia meningkat, rata-rata sekitar 15% dari pengunjung toko. Semenatara itu, data kunjungan wisman triwulan I meski menurun 3,9% (yoy), namun tidak sedalam penurunan triwulan sebelumnya sebesar 2,4% (yoy). Pertumbuhan sektor perdagangan juga tercermin dari indikator pendaftaran kendaraan baru khususnya mobil. Setelah mencatatkan penurunan dalam satu tahun terakhir, pendaftaran mobil baru tumbuh positif 6,37% (yoy). Hal ini mengindikasikan peningkatan penjualan mobil yang cukup signifikan pada triwulan laporan. Grafik 1.24 Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Baru Grafik 1.25 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan (Jumlah Unit) Sumber: DIspenda Kepri I II III IV I II III IV I II III IV I TRUK MOBIL MOTOR growth - TRUK growth - MOBIL growth MOTOR (%, yoy) (Rp miliar) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Kredit Perdagangan g.perdagangan (%, yoy) KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

29 Indikator kelancaran kegiatan perdagangan juga tercermin dari kegiatan bongkar muat barang dalam negeri di pelabuhan. Jumlah barang yang dibongkar dan muat di pelabuhan Batam meningkat 25,94% (yoy) dan 13,2% (yoy). Sebagian besar barang kebutuhan sektor perdagangan Kota Batam didatangkan dari Jawa dan Sumatera. Peningkatan aktivitas bongkar muat barang dari dalam negeri tersebut mengindikasikan relatif adanya peningkatan aktivitas perdagangan. Grafik 1.26 Kegiatan Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Batam (ton) (%, yoy) (2) (4) (6) I II III IV I II III IV I Bongkar Muat growth-bongkar (RHS) growth-muat (RHS) Sumber: Kantor Pelabuhan Batam Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian mencatatkan kontraksi yang semakin dalam. Kondisi ini dipengaruhi rendahnya harga komoditas migas dan penurunan lifting yang terus berlanjut. Demikian pula hasil produk galian tambang belum menunjukkan peningkatan menggembirakan. Sektor pertambangan dan penggalian mencatatkan kontraksi 1,94% (yoy), melanjutkan kontraksi triwulan sebelumnya sebesar,73% (yoy). Lifting minyak dan gas mencatatkan kontraksi pada triwulan laporan, masing-masing sebesar 16,1% (yoy) dan 29,38% (yoy). Penurunan lifting antara lain disebabkan sumur-sumur migas di wilayah Natuna dan Anambas yang sebagian besar usianya sudah tua sehingga produksinya terus menurun. Di sisi lain, harga migas yang rendah telah menahan investor untuk melakukan investasi yang dapat menorong produksi, misalnya dengan penerapan teknologi tertentu maupun eksplorasi sumber migas yang baru. Sampai dengan Maret 216, harga gas dan minyak masih pada level sangat rendah, masing-masing di kisaran 7,5 USD/MMBTU dan 34,5 USD/barel. 13 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

30 (juta MMBTU) Grafik 1.27 Volume Lifting Gas Kepri I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Lifting Gas (juta MMBTU) Sumber: Kementerian ESDM, SKK Migas growth (%, yoy) (%, yoy) (juta Barel) Grafik 1.28 Volume Lifting Minyak Kepri I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Lifting Minyak Bumi (juta Barel) Sumber: Kementerian ESDM, SKK Migas growth (%, yoy) (%, yoy) (USD/MMBTU) Grafik 1.29 Harga Gas Alam Sumber: IMF Indonesia Natural Gas Price 7,5 (USD/barel) Grafik 1.3 Harga Minyak Sumber: Bloomberg Harga WTI (West Texas Intermediate) Harga Minas 37,8 34,5 Hasil produk galian tambang Kepri juga belum membaik, tercermin dari kinerja ekspor yang semakin menurun. Ekspor produk galian tambang menurun 24,53% (yoy). Hasil-hasil galian tambang di Kepri antara lain berupa hasil logam (timah, batu besi) dan non logam (bauksit, granit, pasir darat, pasir laut). Penurunan nilai ekspor tambang terutama disebabkan masih minimnya proses hilirisasi produk hasil tambang, sesuai ketentuan Undang- Undang Mineral dan Batubara (UU Minerba). Hambatan pengusaha untuk melakukan proses hilirisasi antara lain investasi smelter yang membutuhkan biaya tinggi. (Juta USD) Grafik 1.31 Ekspor Hasil pertambangan & Penggalian I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I (%, yoy) Total MINING Pertumbuhan (RHS) 14 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

31 Boks BOKS - 1 Mengatasi Perlambatan Ekonomi Kepri dengan Mendorong Potensi Maritim, Pariwisata dan Pemerataan Pertumbuhan di Kab/Kota Lainnya Kinerja perekonomian Kepri pada triwulan I 216 sebesar 4,58% (yoy) terus mengalami tren perlambatan sejak triwulan I 215. Perlambatan tersebut merupakan dampak dari tekanan yang terjadi pada sektor utama antara lain industri pengolahan, konstruksi, dan pertambangan. Pertumbuhan tahunan sektor industri pengolahan tercatat sebesar 4,13% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya 4,43% (yoy) dan dari rata-rata pada triwulan yang sama selama 3 (tiga) tahun belakangan yang tercatat sebesar 7,8%. Perlambatan kinerja tersebut merupakan sinyal bagi perekonomian Kepri untuk mulai menggali potensi dari sektor lainnya yang diharapkan mampu kembali mendorong peningkatan kinerja ekonomi Kepri secara keseluruhan I II III IV I I II III IV I g-pdrb Kepri g-industri g-konstruksi g-pertambangan g-pdrb Kepri g-investasi Grafik 1. Tren Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor Utama Kepri Grafik 2. Tren Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Dari sisi permintaan, perlambatan kinerja investasi di Kepri sejalan dengan tren pertumbuhan ekonominya. Pada triwulan I 216, investasi tercatat mengalami penurunan, hal yang belum pernah terjadi dalam kurun waktu 5 (lima) tahun belakangan di Kepri. Selain investasi, kinerja ekspor juga berada dalam tren yang melambat, bahkan cenderung menurun. Indikator makro tersebut menggambarkan bahwa faktor tekanan eksternal dan internal terus menggerus nilai tambah ekonomi di Kepri. Meskipun memiliki daerah free trade zone (FTZ) dengan insentif pajak, ternyata belum mampu menahan perlambatan yang terjadi selama beberapa periode belakangan. Perlambatan yang terjadi tentu saja menimbulkan dampak kepada masyarakat. Penyerapan tenaga kerja sejak Februari 215 dan 216 lalu cenderung melambat 15 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

32 sehingga menyebabkan tingginya tingkat pengangguran terbuka (TPT) Kepri berada pada level 9%. Penyerapan tenaga kerja dari sektor utama seperti industri pengolahan, pertambangan, dan konstruksi sepanjang tahun silih berganti mengalami penurunan, serta cenderung terjadi perpindahan ke sektor lapangan usaha lainnya. Dalam hal ini, terlihat bahwa sektor perdagangan dan jasa cenderung mengalami peningkatan. Tabel 1. Ketenagakerjaan Provinsi Kepulauan Riau Tren perlambatan di sektor ekonomi yang terjadi di Kepri saat ini diperkirakan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, kondisi global yang belum sepenuhnya pulih turut memengaruhi permintaan eksternal (global) yang melemah sehingga berdampak pada industri pengolahan Kepri, beberapa faktor penghambat investasi seperti prosedur perizinan dan kekurangkondusifnya kondisi tenaga kerja (demonstrasi dan sweeping), masih berlangsungnya proses transisi dari FTZ Batam menuju Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) menyebabkan keraguan bagi investor (cenderung wait & see). Ketidakpastian tersebut perlu diantisipasi melalui upaya mengembangkan sektor lainnya untuk meningkatkan kinerja perekonomian Kepri. Beberapa sektor yang memiliki potensi cukup tinggi untuk dikembangkan antara lain pariwisata dan kemaritiman. Salah satu potensi kemaritiman yaitu perikanan tangkap yang dimiliki oleh Kepri mencapai ton pada 214, cukup besar dibandingkan beberapa provinsi lainnya di Sumatera. No Lapangan Usaha Pertumbuhan (%, y Feb Agt Feb Agt Feb Feb 215 Feb 2 1 Pertanian 117,978 83,76 118,54 92,243 16, Pertambangan 28,3 12,639 6,52 13,992 5, Industri 126,575 21, ,37 27,23 174, Listrik, Gas & Air Minum 2,741 3,679 3,251 2,775 9, Konstruksi 17,99 6,74 59,754 68,849 69, Perdagangan 19,31 233, , ,3 188, Transp., Pergudangan & Komunikasi 51,525 56,26 73,435 54,89 73, Keuangan 35,93 29,749 45,957 3,13 28, Jasa Kemasyarakatan 185, , , , , Penduduk Bekerja 845,88 819, , ,67 83,438 (3.63) 1.97 Sumber :BPS 16 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

33 Kepri 82.66% Sumut 1.59% Riau 2.35% Sumsel.5% Aceh 1.23% Sumbar 2.68% Tabel 2. Volume Perikanan Tangkap Sumatera Grafik 3. Share Wisman ASEAN di Sumatera Disamping itu, Kepri juga memiliki potensi pariwisata terbesar dibandingkan provinsi lainnya di Sumatera. Jumlah wisman yang datang ke Kepri mencapai 85,5% dimana 82,86% diantaranya merupakan wisman yang berasal dari ASEAN. Selain pengembangan sektor ekonomi lainnya, pengembangan ekonomi kabupaten/kota selain Batam di Kepri juga perlu dipercepat. Kabupaten lain di Kepri memiliki sektor utama yang juga mampu memberi dorongan pada sektor kemaritiman dan pariwisata di Kepri. Dengan mendorong pengembangan pertumbuhan baru di sektor tersebut dan mendorong meningkatnya perekonomian kabupaten/kota lainnya di Kepri, serta mengurai permasalahan internal terkait hambatan investasi, infrastruktur pendukung, maka tren perlambatan ekonomi Kepri yang terjadi diharapkan dapat mereda. Kota/Kabupaten Karimun 7.4% 7.24% 7.13% 6.97% Bintan 6.86% 6.58% 6.8% 8.46% Natuna 2.58% 7.83% 4.62% 3.45% Lingga 6.65% 6.58% 6.54% 6.8% Kep. Anambas 4.55% 1.17% 3.22% 2.29% Batam 7.83% 7.4% 7.% 7.99% Tanjungpinang 7.3% 7.11% 7.91% 4.76% KEPRI 6.96% 7.63% 7.21% 6.62% 1,7% 1,7% 1,7% 1,7% 1,7% 4,9% 4,9% 5,% 5,% 5,% 8,% 8,% 8,% 8,% 8,1% 8,2% 8,2% 8,3% 8,4% 8,2% 9,9% 9,7% 9,1% 8,9% 8,5% 1,1% 9,7% 9,8% 9,6% 9,3% 57,2% 57,8% 58,1% 58,5% 59,1% Lingga Karimun Bintan Tanjungpinang Kep. Anambas Natuna Batam Tabel 3. Pertumbuhan Ekonomi Kab/Kota di Kepri Grafik 3. Share Ekonomi Kab/Kota di Kepri (Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau) 17 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

34 BANK INDONESIA BANK SENTRAL REPUBLIK I NDONESIA TOUR DE BINTAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

35 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI KEPULAUAN RIAU Inflasi Kepri meningkat pada triwulan I 216 didorong oleh kenaikan harga bahan makanan. Inflasi Kepri sebesar 5,59% (yoy) meningkat dibanding inflasi triwulan sebelumnya sebesar 4,4% (yoy). Tren peningkatan inflasi tersebut searah dengan inflasi nasional maupun inflasi regional Sumatera. Adapun inflasi nasional dan Sumatera masingmasing sebesar 4,55% (yoy) dan 5,71% (yoy), juga meningkat dibanding inflasi triwulan sebelumnya sebesar 3,35% (yoy) dan 3,31% (yoy Andil terbesar inflasi bersumber dari komoditas bahan makanan, terutama beras, cabai merah dan ikan segar. Namun, peningkatan laju inflasi yang lebih tinggi tertahan dengan adanya penurunan harga komoditas administered price seperti bensin, solar, angkutan laut, dan tarif listrik. Secara spasial, dorongan terbesar inflasi Kepri bersumber dari Kota Batam dengan inflasi sebesar 5,76% (yoy), sementara inflasi Tanjungpinang 4,55% (yoy). Langkah mitigasi dan responsif diambil oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) agar inflasi tetap terkendali. Secara jangka pendek program-program pengendalian inflasi di Kepri berfokus untuk menjaga kestabilan harga dan kelancaran suplai bahan makanan serta memperkuat ketahanan pangan lokal. Program-program tersebut antara lain kerjasama perdagangan bahan makanan dengan Provinsi Jambi, klaster pertanian terpadu dengan memanfaatkan lahan kosong maupun pulau-pulau di sekitar Kepri, urban farming dan green building. Dalam jangka panjang, pengendalian inflasi di daerah dilakukan dengan terus mengoptimalkan koordinasi dengan instasi terkait serta menjalankan program yang mengacu pada Roadmap Pengendalian Inflasi Provinsi Kepri yang telah dituangkan dalam SK Gubernur Kepulauan Riau No Tahun 215. Kedepan, roadmap pengendalian inflasi akan disusun sampai level kabupaten/kota sehingga mampu menjadi acuan bagi TPID dalam menjawab permasalahan inflasi sesuai dengan karakteristik masing-masing daerah PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA Inflasi Tahunan (yoy) Pada posisi triwulan I 216, inflasi tahunan Kepri meningkat. Inflasi Kepri sebesar 5,59% (yoy) meningkat dibanding periode triwulan IV 215 dengan inflasi 4,4% (yoy). Secara regional, Sumatera mencatatkan inflasi yang lebih tinggi sebesar 5,71% (yoy). Dari sepuluh provinsi di Sumatera, inflasi Kepri tertinggi keempat setelah Sumut, Sumbar, 18 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

36 Bengkulu, dan Kepri. Sementara itu, tingkat inflasi nasional lebih rendah sebesar 4,45% (yoy), atau masih pada kisaran sasaran inflasi nasional sebesar 4 ± 1%. Grafik 2.1 Inflasi Tw I 216 (yoy) Regional Sumatera Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Triwulan I 216 Sumut Sumbar Bengkulu Kepri Babel Lampung Sumsel Jambi Riau Aceh Sumatera Indonesia Sumber: BPS, diolah 7,16% 6,62% 5,93% 5,59% 5,5% 5,29% 5,5% 4,95% 4,42% 3,55% 5,71% 4,45% Inflasi, % yoy 1, 5,71 5,59 5, 4,45, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Kepulauan Riau Nasional Sumatera Sumber: BPS, diolah Berdasarkan kelompok barang dan jasa, bahan makanan menjadi penyumbang terbesar inflasi. Inflasi bahan makanan pada awal tahun melonjak cukup tajam sebesar 13,41% (yoy) dan memberikan andil inflasi 2,83%. Komoditas penyumbang inflasi terbesar yaitu beras, cabai merah dan daging ayam ras. Untuk komoditas beras, tingginya inflasi tahunan lebih disebabkan faktor base effect yaitu nilai IHK beras yang meningkat pada periode Oktober dan November 215 karena penurunan pasokan pada periode tersebut dengan adanya pengetatan kegiatan impor ilegal beras. Sepanjang triwulan I 216, inflasi beras telah kembali pada pola normalnya. Sementara itu, curah hujan tinggi pada awal tahun menyebabkan panen cabai menurun di sentra-sentra penghasil kemudian berdampak pada penurunan pasokan cabai ke wilayah Kepri. Adapun inflasi daging ayam ras dipengaruhi kenaikan harga pakan ternak, yang kemudian mendorong kenaikan harga daging. Andil inflasi terbesar berikutnya disumbang oleh kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Inflasi tahunannya sebesar 5,37% (yoy) dan menyumbang andil inflasi 1,7% (yoy). Inflasi tertinggi bersumber dari komoditas angkutan udara. Selain karena faktor base effect yang masih tinggi akibat lonjakan inflasi angkutan udara pada periode Idul Fitri 215, tarif angkutan udara pada awal tahun 216 juga meningkat karena tingkat penumpang yang relatif masih tinggi. Peningkatan penumpang tersebut antara lain dipengaruhi arus balik penumpang dari liburan tahun baru, serta adanya long weekend perayaan Imlek dan Paskah. 19 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

37 Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa Persen (Y-o-Y) No Kelompok I II III IV I Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil 1 Bahan Makanan,46,1 12,21 2,57 11,54 2,49 9,45 2,3 13,41 2,83 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok&Tembakau 7,99 1,23 8,74 1,37 7,44 1,17 6,7,94 5,61,88 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas,& Bahan Bakar 7,29 1,83 6,52 1,67 5,44 1,38 3,45,85 1,51,39 4 Sandang 4,11,25 4,7,25 4,49,27 1,33,8 1,6,9 5 Kesehatan 13,51,55 5,45,24 5,4,23 1,29,6 1,69,7 6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 5,6,38 4,99,37 4,54,34 2,91,21 2,78,21 7 Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 6,7 1,32 8,75 1,73 12,38 2,42,87,18 5,37 1,7 Umum 5,66 8,21 8,3 4,4 5,59 Sumber : BPS (Data diolah) Inflasi Triwulanan (qtq) Sesuai polanya, laju inflasi triwulan pertama melambat dibanding periode sebelumnya. Inflasi Kepri sebesar,51% (qtq), lebih rendah dibanding inflasi triwulan IV 215 sebesar,72% (yoy). Perlambatan inflasi disebabkan tingkat permintaan yang cenderung kembali pada pola normal setelah meningkat pada akhir tahun dengan adanya hari raya keagamaan dan liburan akhir tahun. Selain itu penyesuaian harga bensin dan solar terhadap penurunan harga minyak dunia pada Januari 216 juga menjadi faktor pendorong perlambatan inflasi. Andil terbesar inflasi triwulan I 216 bersumber dari kelompok bahan makanan. Inflasi bahan makanan sebesar,98% (qtq), meningkat dibanding inflasi triwulan IV 215 sebesar,51% (qtq), dan memberikan andil inflasi,22%. Kenaikan harga tertinggi terjadi pada komoditas cabai merah, ikan selar dan daging ayam ras. Kenaikan harga cabai merah disebabkan penurunan hasil panen akibat curah hujan tinggi. Ikan selar merupakan komoditas ikan segar yang digemari masyarakat Kepri sehingga tingkat permintaannya relatif tinggi. Musim angin utara yang masih berlangsung pada awal tahun mendorong peningkatan harga ikan selar karena terbatasnya aktivitas nelayan. Adapun kenaikan harga daging ayam ras disebabkan kenaikan harga pakan ternak di daerah-daerah penghasil. Laju inflasi triwulan I 216 tertahan dengan adanya penurunan harga/deflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Pada Januari 216 pemerintah melakukan penurunan harga komoditas bensin dan solar, sebagai penyesuaian terhadap penurunan harga minyak dunia. Bensin dan solar mencatatkan deflasi masingmasing sebesar 4,88% (qtq) dan 15,67% (qtq). Penurunan harga bahan bakar tersebut kemudian mendorong penurunan tarif komoditas transpor lainnya yaitu angkutan laut, dengan deflasi 1,29% (qtq). Secara total, deflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 1,2% (qtq) dan memberi andil deflasi,21%. 2 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

38 Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa Persen (Q-t-Q) No Kelompok I II III IV I Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil 1 Bahan Makanan -2,55 -,55 5,26 1,11 4,29,94 2,31,51,98,22 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok&Tembakau 1,73,27 1,97,31,95,15 1,28,2 1,28,2 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas,& Bahan Bakar 2,32,57,85,22,25,6 -,1,,41,1 4 Sandang 1,4,6,49,3,75,4 -,94 -,5 1,31,7 5 Kesehatan,78,3,18,1,21,1,11, 1,18,5 6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga,68,5 -,6, 2,37,17 -,9 -,1,55,4 7 Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan -5,25-1,1 1,91,38 4,37,87,9,2-1,2 -,21 Umum -,64 2,5 2,22,72,5 Sumber : BPS (Data diolah) Inflasi, % qtq 6, 5, 4, 3, 2, 1, Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kepri, Sumatera, dan Nasional, -1, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: BPS, diolah Kepulauan Riau Nasional Sumatera 2.2. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA Secara tahunan, dorongan terbesar inflasi Kepri bersumber dari Kota Batam. Dengan bobot inflasi yang signifikan sebesar 86%, Batam mencatatkan inflasi 5,76% (yoy). Sementara itu, Tanjungpinang dengan bobot perhitungan inflasi 14%, mencatatkan inflasi lebih rendah sebesar 4,55% (yoy). Namun, secara triwulanan inflasi Batam sebesar,32% (qtq), lebih rendah dibanding Tanjungpinang yang justru mencatatkan lonjakan harga cukup tajam sebesar 1,58% (qtq). Tingginya inflasi tahunan Batam pada posisi triwulan I 216 lebih dipengaruhi oleh faktor base effect. Pada periode pertengahan sampai dengan akhir tahun 215, terjadi lonjakan harga yang signifikan dan di luar pola normal pada beberapa komoditas strategis seperti angkutan udara, beras, dan bayam. Lonjakan harga tersebut disebabkan kejadian insidentil maupun musiman seperti fenomena El Nino (musim kemarau panjang), peningkatan jumlah penumpang menjelang/akhir Idul Fitri, dan pengetatan impor ilegal beras. Sampai dengan triwulan I belum ada koreksi harga yang signifikan untuk komoditaskomoditas tersebut, sehingga secara tahunan, tren inflasi Batam masih meningkat. 21 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

39 Sementara itu, memasuki 216, laju inflasi Batam cenderung kembali pada pola normalnya, tercermin dari tingkat inflasi triwulan I 216 yang cukup rendah, sebesar,32% (qtq). Secara triwulanan, andil terbesar inflasi Batam bersumber dari komoditas cabai merah, nasi dengan lauk dan emas perhiasan. Kenaikan harga cabai merah disebabkan curah hujan tinggi sehingga hasil panen di sentra-sentra penghasil menurun, dan mempengaruhi aliran pasokan ke Batam. Kenaikan harga nasi dengan lauk adalah penyesuaian yang dilakukan oleh produsen terhadap lonjakan harga beras dan komoditas bahan makanan lainnya pada 215. Adapun kenaikan harga emas terjadi sejalan dengan peningkatan harga emas dunia. Sementara di Tanjungpinang, inflasi tahunan yang rendah ditopang oleh tingkat inflasi bahan makanan yang terjaga khususnya pada periode 215. Meski demikian, memasuki 216, inflasi Tanjungpinang mulai melaju lebih tinggi dibanding Batam. Kenaikan harga tertinggi dicatatkan komoditas sotong, ikan selar dan beras. Inflasi sotong dan ikan selar merupakan pola musiman karena musim angin utara pada akhir/awal tahun yang membatasi aktivitas nelayan. Demikian juga beras, cenderung mencatatkan inflasi tinggi pada awal tahun diperkirakan karena hasil panen yang masih terbatas dan hambatan distribusi karena faktor cuaca. Panen raya beras baru akan berlangsung pada periode sekitar Maret sampai dengan Mei. Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Menurut Kota Kelompok I II III IV I II III IV I Kota Batam Inflasi, % yoy 7,57 6,1 4,57 7,61 5,84 8,27 8,55 4,73 5,79 Inflasi, % qtq 1,15 -,19 2,13 4,52 -,67 2,11 2,39,84,32 Kota Tanjungpinang Inflasi, % yoy 1,58 8,1 3,54 7,49 4,98 7,84 6,81 2,46 4,55 Inflasi, % qtq 2,41-1,37 2,19 4,26 -,45 1,68 1,21,2 1,58 Sumber : BPS, diolah Inflasi, % YOY 12,5 Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Tahunan Kepri, Batam, dan Tanjungpinang Kepulauan Riau Batam Tanjungpinang 1, 7,5 5, 2,5, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: BPS, diolah 22 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

40 2.3. DISAGREGASI INFLASI 4) Triwulan I 216, tekanan inflasi bersumber dari kelompok inflasi volatile food dan administered price, sementara inflasi inti melambat. Inflasi volatile food sebesar 14,63% (yoy), lebih tinggi dibanding tingkat inflasi triwulan sebelumnya sebesar 1,15% (yoy). Andil terbesar inflasi bersumber dari komoditas beras, cabai merah dan daging ayam ras. Inflasi kelompok administered price sebesar 6,4% (yoy), lebih tinggi dibanding inflasi periode sebelumnya sebesar 2,11% (yoy) karena faktor base effect serta penurunan harga bensin dan solar triwulan laporan yang tidak sedalam periode triwulan I 215. Sebaliknya, inflasi inti sebesar 2,42% (yoy), melambat dibanding inflasi triwulan sebelumnya sebesar 5,98% (yoy). Penurunan inflasi inti dipengaruhi perlambatan ekonomi domestik serta faktor depresiasi nilai tukar. Grafik 2.5 Perkembangan Disagregasi Inflasi Kepri (%, yoy) 2, 15, 14,63 1, 5, 6,4 2,42, -5, I II III IV I II III IV I II III IV I INFLASI UMUM INTI ADMINISTERED PRICE VOLATILE FOODS Sumber: BPS, diolah Inflasi Volatile Food 5) Inflasi volatile food melaju lebih tinggi dibanding level inflasi pada triwulan sebelumnya. Inflasi volatile food sebesar 14,63% (yoy), lebih tinggi dibanding tingkat inflasi triwulan sebelumnya sebesar 1,15% (yoy). Tingkat inflasi tersebut juga lebih tinggi dibanding rata-rata historisnya dalam 5 (lima) tahun terakhir sebesar 6,87% (yoy), antara lain dipengaruhi oleh anomali harga beras pada akhir 215 karena pengetatan impor ilegal beras, kebijakan penutupan impor cabai, serta kecenderungan penurunan pasokan pada 215 akibat El Nino. Secara bulanan, inflasi volatile food periode Januari Maret 216 tercatat lebih 4) 5) Diagregasi inflasi adalah pengelompokan yang dilakukan berdasarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental. Barang/jasa dikelompokkan atas tiga kelompok, antara lain: kelompok inti, kelompok administered price dan kelompok volatile food. Inflasi volatile food adalah inflasi komoditas bahan makanan yang harganya bergejolak. 23 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

41 tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu, juga lebih tinggi dibanding pola historisnya (grafik 2.6). Andil terbesar inflasi bersumber dari komoditas beras, cabai merah dan daging ayam ras. Untuk komoditas beras, tingginya inflasi tahunan lebih disebabkan faktor base effect yaitu nilai IHK beras yang meningkat pada periode Oktober dan November 215 karena penurunan pasokan pada periode tersebut 6. Sementara itu, curah hujan tinggi pada awal tahun menyebabkan panen cabai menurun, sehingga aliran pasokan ke Kepri juga menurun dan terjadi inflasi cabai yang lebih tinggi dibanding periode triwulan I 215. Adapun inflasi daging ayam ras dipengaruhi kenaikan harga pakan ternak di daerah penghasil. 5, 4, 3, 2, 1,, -1, -2, -3, -4, Sumber: BPS Grafik 2.6 Pola Inflasi Volatile Food Volatile Food Average Grafik 2.7 Pola Inflasi Bulanan Beras 12 Beras Average Sumber: BPS Grafik 2.8 Pola Inflasi Bulanan Daging Ayam Ras Inflasi Bulanan Daging Angkutan Ayam Ras Udara Average Sumber: BPS Grafik 2.9 Pola Inflasi Bulanan Cabai Merah Sumber: BPS Average Inflasi Administered Price 7) Inflasi kelompok administered price juga meningkat. Peningkatan ini dipengaruhi faktor base effect 8 serta penurunan harga bensin dan solar triwulan laporan yang 6 7) 8 Anomali harga beras pada akhir 215 disebabkan pengetatan impor ilegal beras, sehingga pasokan menurun. Inflasi beras Oktober dan November 215 mencapai 9,36 %(mtm) dan 1,27% (mtm) Administered price: kelompok komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah. Faktor base effect yaitu masih tingginya IHK administered price terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga bensin dan solar pada Maret 215 dan lonjakan tinggi tarif angkutan udara pada Juli KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

42 tidak sedalam periode triwulan I 215. Inflasi administered price sebesar 6,4% (yoy), lebih tinggi dibanding inflasi periode sebelumnya sebesar 2,11% (yoy). Secara tahunan, andil terbesar inflasi bersumber dari komoditas angkutan udara, rokok putih dan bensin. Peningkatan inflasi tahunan angkutan udara masih dipengaruhi tingginya indeks harga komoditas ini karena lonjakan tarif angkutan udara pada saat Lebaran 215 (grafik 2.9), dan sampai dengan triwulan laporan belum ada koreksi harga yang signifikan. Komoditas bensin meski mengalami beberapa kali penurunan harga, secara tahunan masih mencatatkan inflasi,75% (yoy). Kondisi ini dikarenakan adanya kenaikan harga bensin pada April 215, sehingga indeks harga bensin meningkat. Sementara penurunan harga bensin pada triwulan I 216 total sebesar 4,92% (akumulasi inflasi bulanan Januari-Maret 216), tidak sedalam penurunan harga bensin periode yang sama tahun 215 yang mencapai 18,76%. Persentase penurunan harga bensin oleh pemerintah mulai mengecil sejalan dengan mulai melambatnya laju penurunan harga minyak dunia. Adapun kenaikan harga rokok disebabkan oleh kenaikan tarif cukai rokok 216. Grafik 2.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barel) ,8 34, Harga WTI (West Texas Intermediate) Harga Minas Grafik 2.11 Perkembangan Inflasi/Deflasi Angkutan Udara Inflasi Bulanan Angkutan Angkutan Udara Udara 39, Average Sumber: Bloomberg Sumber: BPS Inflasi Inti 9) Laju inflasi inti melambat. Inflasi inti sebesar sebesar 2,42% (yoy), melambat dibanding inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar 5,98% (yoy). Kondisi ini dipengaruhi perlambatan ekonomi domestik, pergerakan nilai tukar yang relatif stabil, dan ekspektasi inflasi konsumen yang cenderung menurun. Secara tahunan, sumbangan terbesar inflasi inti bersumber dari komoditas nasi dengan lauk, tukang bukan mandor, dan gula pasir. Ketiga komoditas tersebut mencatatkan inflasi masing-masing sebesar 9,63% (yoy), 6,41% (yoy) dan 18,91% (yoy). 9) Inflasi inti merupakan komponen inflasi yang cenderung menetap atau persistent dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental seperti interaksi permintaan penawaran, nilai tukar, maupun ekspektasi inflasi pedagang dan konsumen. 25 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

43 Kenaikan harga nasi dengan lauk merupakan penyesuaian harga oleh produsen terhadap lonjakan harga beras dan komoditas bahan makanan lainnya sepanjang 215. Kenaikan tarif tukang bukan mandor merupakan penyesuaian terhadap kenaikan Upah Minimum Kota (UMK) 216. Adapun peningkatan inflasi tahunan gula pasir masih dipengaruhi kenaikan harga yang cukup signifikan pada periode Oktober Desember 215 karena pengetatan impor ilegal gula, sehingga indeks harga gula pasir meningkat. Grafik 2.12 Pola Inflasi Bulanan Gula Pasir Grafik 2.13 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Inflasi/Deflasi Bulanan Bulanan Angkutan Gula Pasir Udara 4,9 5, Average Sumber: BPS Perlambatan inflasi inti juga didorong oleh ekspektasi inflasi konsumen yang cenderung menurun. Meski masih pada level optimis, namun indeks ekspektasi konsumen sebesar 115,1 menurun dibanding indeks triwulan sebelumnya sebesar 134,7. Konsumen berekspektasi bahwa hampir seluruh komoditas inti akan mencatatkan penurunan harga, terutama pada kelompok perumahan, listrik, gas dan bahan bakar serta kelompok sandang. Grafik 2.14 Hasil Survei Konsumen 14, 13, 12, 11, 1, 9, 8, I II III IV I II III IV I INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI (IKE) INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK) 2.4. UPAYA PENGENDALIAN INFLASI Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) difokuskan pada upaya menjaga ketersediaan dan distribusi komoditas pangan strategis, memperkuat 26 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

44 ketahanan pangan lokal, mendorong pemenuhan infrastruktur pendukung kegiatan distribusi dan pengendalian harga, serta mengelola ekspektasi inflasi masyarakat. Langkah-langkah pengendalian inflasi yang dilakukan sepanjang triwulan I 216, sebagai berikut: a. Melakukan tindak lanjut kerjasama antar daerah yaitu Provinsi Kepri dengan Jambi (MoU kerjasama telah ditandatangani pada Desember 215). Pemkot Batam telah melakukan kunjungan ke Kab. Tanjung Jabung Baarat dan Kab. Kerinci untuk melihat langsung kualitas hasil pertanian kedua daerah tersebut dan membicarakan teknis kerjasama perdagangan bahan makanan dengan Pemkab setempat. b. Penguatan ketahanan pangan lokal melalui pemanfaataan lahan kosong dan pulau-pulau di sekitar Kepri untuk klaster pertanian terpadu. Klaster yang telah terbentuk saat ini yaitu klaster di Sei Temiang (Batam), dan klaster di Pulau Tanjung Kubu. c. Program ketahanan pangan lainnya yaitu mendorong penanaman komoditas penyumbang nflasi (cabai, sayuran) pada skala rumah tangga, memanfaatkan lahan pekarangan penduduk. Metode tanam yang dianjurkan dan diberikan pelatihannya kepada masyarakat yaitu penanaman secara hidroponik untuk memaksimalkan keterbatasan lahan pekarangan. d. Mendorong dilakukannya gerakan Green Building pada gedung-gedung perkantoran, dapat dimulai di gedung-gedung perkantoran pemerintah/instansi yang tergabung dalam TPID. Dianjurkan agar menggunakan tanaman bahan makanan penyumbang inflasi (cabai, sayuran). e. Terus mendorong pemerintah untuk memperbaiki/revitalisasi atau membangun infrastruktur-infrastruktur dasar yang mendukung pengendalian inflasi seperti pasar induk, gudang-gudang bahan makanan, pelabuhan, dll. f. Menjaga kestabilan harga dengan meningkatkan kualitas dan kuatitas Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) dalam menjaga laju inflasi kelompok bahan pangan (volatile food). g. Mengelola ekspektasi inflasi masyarakat melalui iklan edukasi inflasi, siaran pers, maupun talkshow radio dan televisi. h. Melaksanakan rapat koordinasi (Rakor) TPID wilayah Kepri sebagai upaya menyatukan langkah untuk penanganan dan pengendalian inflasi. 27 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

45 Boks BOKS - 2 Pengendalian Inflasi di Daerah Kepulauan (Kota Tanjungpinang) Kota Tanjungpinang adalah ibu kota dari Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) yang terletak di Pulau Bintan dan merupakan daerah yang strategis, karena berbatasan langsung dengan Negara Singapura dan Malaysia. Kota yang jumlah penduduk sebanyak jiwa (Desember 214) dan luas wilayah yang hanya 239,5 Km 2 mencatatkan defisit bahan makanan yang disebabkan produksi pangan terbatas (bukan daerah agraris) tidak mampu menyuplai kebutuhan pangan masyarakat yang besar. Hal tersebut kemudian menjadi penyebab laju inflasi Kota Tanjungpinang khususnya bahan pangan sangat fluktuatif terutama ketika perayaan hari besar keagamaan (Ramadan, Idul Fitri, Imlek, Natal dan Tahun Baru) dan libur panjang (tujuan wisata). Tingginya laju inflasi di daerah kepulauan (Tanjungpinang) terutama bersumber dari kelompok volatile food serta dorongan dari kelompok administered price. Disparitas harga antarpulau juga cukup tinggi yang dipengaruhi oleh kondisi infrastruktur serta konsentrasi perdagangan yang terpusat di Batam, sebagaimana terlihat dalam Grafik 1dan 2. (%, yoy) Sumber: BPS BATAM TANJUNGPINANG KEPRI Grafik 1. Laju Inflasi Tahunan Batam, Tanjungpinang, dan Kepri (%, mtm) Bln 1: Inflasi tinggi, faktor musim/cuaca -8. Sumber: BPS, diolah Bln 5-8: Inflasi meningkat, krn hari raya & tahun ajaran baru Bulan 2-4: Inflasi melambat bahkan seringkali deflasi Bulan 9-1: Inflasi melambat Bln 11-12: inflasi meningkat, faktor musim & hari raya Idul Fitri: 211, 212, 213 : Agustus 214, 215: Juli Grafik 2. Karakteristik Inflasi Kota Tanjungpinang Secara rinci beberapa penyebab tingginya laju inflasi di daerah kepulauan di Kepri (studi kasus Kota Tanjungpinang), antara lain: 1. Kondisi geografis Kepri yang merupakan daerah kepulauan dan tidak memiliki lahan pertanian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bahan pangannya sehingga Kepri sangat bergantung dari suplai bahan pangan sentra-sentra penghasil seperti Jawa, Sumatra Barat, Sumatera Utara, dan luar negeri (Malaysia, India dan China). 2. Inefisiensi tata niaga masih terdapat praktik monopoli dan oligopoli. Hasil riset struktur pasar terhadap 9 komoditas strategis di Tanjungpinang menunjukkan praktik monopoli dan oligopoli masih terjadi yang disebabkan jumlah pedagang yang sedikit di Tanjungpinang (Tabel 1). 3. Jalur distribusi barang yang panjang sehingga menyebabkan biaya logistik yang tinggi serta ketergantungan terhadap Batam. Konsentrasi perdagangan Kepri terpusat di Batam yang didukung oleh infrastruktur yang lebih baik. Hasil survei riset perdagangan antar wilayah (PAW) lebih dari 75% 28 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

46 bahan pangan yang dikirim ke pulau-pulau lain di Kepri bersumber dari Batam (transit/melalui). No Tabel 1. Laju Inflasi Tahunan Batam, Tanjungpinang, dan Kepri Jumlah Indeks herfindahl CR Pedagang Struktur Pasar MES Pedagang Besar Pedagang Kecil Produsen Pedagang Besar Pedagang Kecil Produsen 1 Beras monopoli dan ologopoli.51 2 Cabe Merah oligopoli.52 3 Ikan Selar oligopoli Ikan Tongkol Daging Ayam Ras oligopoli oligopoli.36 6 Telur Ayam monopoli dan ologopoli.96 7 Mie Kering monopoli dan ologopoli.5 8 Daging Sapi monopoli dan ologopoli.34 9 Komoditi Minyak Goreng monopoli.5 Dalam menghadapi keterbatasan tersebut, TPID Kota Tanjungpinang melakukan program pengendalian jangka pendek khususnya menjelang Ramadan dan Idul Fitri dimana pada waktu tersebut selalu terjadi lonjakan harga yang tinggi dengan memokuskan pengendalian inflasi pada 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang Efektif). Beberapa program aksi yang dilakukan menjelang Ramadan dan Idul Fitri di 215 yang dinilai efektif meredam gejolak harga khususnya bahan pangan di Tanjungpinang, antara lain: 1. Sidak Pasar: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Ekonomi Kreatif dan Penanaman Modal Daerah Kota Tanjungpinang selama tahun 215 rutin melaksanakan pengawasan harga bahan kebutuhan pokok. Kegiatan ini dilaksankan setiap hari Senin dan Kamis. Pelaksanaan kegiatan ini, secara langsung melakukan pengawasan pasokan dan harga terhadap beberapa kebutuhan pokok masyarakat di Pasar Baru I, Pasar Baru II dan Pasar Bintan Center. Pengawasan ini dilakukan secara rutin guna menghindari adanya kenaikan harga yang dilakukan sepihak oleh pelaku usaha. 2. Kegiatan pengawasan persediaan bahan kebutuhan pokok dilaksanakan secara terjadwal setiap 2 (dua) minggu. 3. Rapat pembahasan ketersediaan sembako menjelang Bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri 1436 H bersama distributor pangan di Tanjungpinang. 4. Pasar Murah TPID, menjual bahan pangan antara lain: beras, gula, minyak goreng, mentega, dll yang dilakukan bekerjasama dengan BUMD Tanjungpinang. 5. Operasi Pasar Beras kerjasama dengan BULOG Tanjungpinang serta percepatan penyaluran raskin sebelum Ramadan. Langkah tersebut dinilai cukup efektif meredam gejolak harga di Tanjungpinang pada Ramadan dan Idul Fitri yang tercermin dari inflasi volatile food yang lebih rendah dibanding rata-rata historis 5 (lima) tahun terakhir. Pada 215, laju inflasi volatile foods saat ramadan (Juli 215) dan Idul Fitri (agustus 215) Kota Tanjungpinang tercatat masing-masing sebesar 1,87% (mtm) dan -,73% (mtm) lebih rendah dibanding rata-rata historis Ramadan dan Idul Fitri 4 (empat) tahun terakhir yang masing-masing sebesar 4,16% (mtm) dan 1,19% (mtm). 29 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

47 (%, mtm) Kota Batam Kota Tanjungpinang Grafik 3. Efektifitas Program Aksi TPID 215 (Inf. Volatile Food) Program aksi tersebut selanjutnya akan terus dilakukan oleh TPID Kota Tanjungpinang untuk meredam gejolak harga pada momen Hari Besar Keagamaan dimana terjadi kenaikan konsumsi masyarakat yang signifikan. Selain itu, TPID pada momen Ramadan dan Idul Fitri 216 juga akan diselaraskan dengan program pengendalian inflasi jangka panjang yang mengacu pada Roadmap Inflasi Kota Tanjungpinang. Beberapa program pengendalian jangka panjang yang telah dijalankan antara lain: 1. Kerjasama antardaerah dengan Kabupaten Bintan dalam pemenuhan komoditas sayuran yang didistibusikan oleh BUMD Kota Tanjungpinang. 2. Kerjasama antardaerah dengan Kabupaten Kulonprogo (Yogyakarta) untuk pemenuhan kebutuhan komoditas cabai merah. 3. Program penananman cabai merah oleh Dinas KP2KE dengan menggunakan polybag yang sudah memproduksi sebanyak 36kg cabai merah segar. 4. Penambahan bantuan tanaman hidroponik kepada 17 Kepala Keluarga (KK). Gambar 1. Penandatangan MoU Pemenuhan Pasokan Komoditas Pangan dan Hortikultura dari Kabupaten Bintan untuk Kota Tanjungpinang Gambar 2. Walikota Tanjungpinang Memanen Hasil Pengembangan Budidaya Hidroponik (Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau) 3 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

48 BANK INDONESIA BANK SENTRAL REPUBLIK I NDONESIA TOUR DE BARELANG Kajian Ekonomi dan Keuangan Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

49 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kinerja perbankan dan sistem pembayaran melambat sejalan dengan perlambatan ekonomi Kepri. Stabilitas keuangan terjaga meski ekonomi belum kondusif. Perlambatan ekonomi yang terus berlanjut sampai triwulan I 216 menekan sektor perbankan Kepri, utamanya penyaluran kredit yang melambat 6,45% (yoy) dibanding periode sebelumnya sebesar 7,93% (yoy). Kondisi ekonomi yang belum kondusif bagi dunia usaha menyebabkan ekspansi ekonomi menjadi sangat terbatas yang tercermin dari kredit investasi dan modal kerja yang melambat sejalan dengan perlambatan sektor ekonomi utama Kepri. Sejalan dengan perlambatan kinerja perbankan, transaksi tunai maupun non tunai juga melambat. Netoutflow tercatat mengalami kontraksi sebesar 82,9% (yoy), lebih dalam dibanding kontraksi periode sebelumnya sebesar 16,41% (yoy). Transaksi kliring baik dari nominal maupun nilainya terkontraksi masing-masing sebesar 5,59% (yoy) dan 1,7% (yoy) dibanding triwulan IV 215 yang masih tumbuh 2,84% (yoy) dan 23,5% (yoy). Total transaksi kliring triwulan I 216 sebesar Rp5.488 miliar dengan jumlah warkat sebanyak warkat. Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Utama Perbankan Kepri dalam Rp miliar Pertumbuhan (yoy) Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw.IV Tw. I Tw. IV 215 Tw. I 216 Total Aset 46,438 49,718 5,772 5,665 5,681 52,727 54,28 53,19 53, % 4.8% Total Dana 39,872 43,114 43,516 43,128 43,241 45,274 46,9 44,69 44, % 3.96% Total Kredit 3,759 32,86 33,122 32,715 33,44 33,692 35,224 36,35 35, % 6.45% NPL 1.83% 1.9% 1.86% 1.72% 1.87% 2.32% 2.35% 1.86% 1.86% - - LDR 77.15% 74.4% 76.6% 77.42% 77.33% 74.42% 76.43% 8.63% 79.16% PERKEMBANGAN PERBANKAN BANK UMUM Pada triwulan laporan, bank umum mencatatkan penguatan pertumbuhan aset dan dana, namun penyaluran kredit tercatat melambat. Aset, DPK maupun kredit tumbuh sebesar masing-masing 4,41%, 3,54% dan 5,49% (yoy). Sementara Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat lebih rendah dipengaruhi penyaluran kredit oleh Bank Umum yang melambat. 31 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

50 Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Utama Bank Umum dalam Rp miliar Pertumbuhan (yoy) Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw.IV Tw. I Tw. IV 215 Tw. I 216 Total Aset 42,558 45,528 46,416 46,158 45,848 47,715 49,81 48,37 47, % 4.41% Total Dana 36,71 39,798 4,19 39,454 39,319 41,183 41,994 4,636 4, % 3.54% Total Kredit 27,694 28,844 29,698 29,159 29,794 29,887 31,314 32,23 31, % 5.49% NPL 1,7% 1,74% 1,71% 1,62% 1,67% 2.14% 2.18% 1.71% 1.6% - - LDR 75,46% 72,74% 74,21% 75,61% 75,77% 72.57% 74.57% 78.81% 77.2% Aset Aset bank umum pada triwulan I 216 senilai Rp miliar, tumbuh menguat 4,41% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya sebesar 4,7% (yoy). Penguatan pertumbuhan aset terutama disumbang oleh bank pemerintah yang tumbuh menguat 11,98% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya 9,96% (yoy). Pertumbuhan aset Bank Pemerintah terutama ditopang oleh penyaluran kredit yang meningkat pada triwulan laporan. Sementara kelompok bank lainnya (bank swasta, bank asing dan campuran serta bank BPD) masih mencatatkan perlambatan pertumbuhan aset. Berdasarkan share, porsi terbesar aset terdapat pada bank swasta (49,5%), kemudian bank pemerintah (41,5%), dan porsi terkecil pada bank asing dan campuran (1,8%). (Rp miliar) Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum (BU) (%, yoy) (%, yoy) Grafik 3.2 Pertumbuhan Aset Berdasarkan Kelompok Bank Umum 6, , 25 4, , 15 2, 1, - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Aset (LHS) growth - Aset (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I (2.) Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing & Campuran Berdasarkan lokasi, porsi terbesar aset bank umum terdapat di Kota Batam sebagai pusat kegiatan ekonomi Kepri, dengan jumlah perbankan dan nasabah bank terbanyak di Kepri. Porsi aset bank umum Kota Batam mencapai 78,5%, diikuti oleh Kota Tanjungpinang 18, 2%, dan Dati II lainnya 2,6%. 32 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

51 Dana Pihak Ketiga (DPK) Pertumbuhan DPK bank umum juga meningkat pada triwulan laporan ditopang peningkatan daya beli masyarakat. Total DPK Rp4.712 miliar, tumbuh 3,54% (yoy), meningkat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 2,99% (yoy). Peningkatan dicatatkan oleh jenis simpanan tabungan tumbuh menguat sebesar 9,8% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya sebesar 4,49% (yoy). Sementara jenis simpanan giro dan deposito masih melambat dengan pertumbuhan masing-masing sebesar -3,23% (yoy) dan 2,32% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan IV 215 dengan pertumbuhan -2,45% (yoy) dan 7,1% (yoy). (Rp miliar) 45, 4, 35, 3, 25, 2, 15, 1, 5, Grafik 3.3 Perkembangan DPK Bank Umum (BU) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Total DPK growth - DPK (%, yoy) , 15, 1, 5, Grafik 3.4 Perkembangan DPK Berdasarkan Jenisnya Giro (LHS) Tabungan (LHS) Deposito (LHS) growth - Giro (RHS) growth - Tabungan (RHS) growth - Deposito (RHS) (Rp miliar) (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I (1) (2) Berdasarkan kelompok bank, penempatan terbesar DPK pada bank swasta sementara berdasarkan lokasi bank, dana terkonsentrasi di Kota Batam. Dana pada bank swasta mencapai 53,6% dari total dana, kemudian pada bank pemerintah sebesar 39,3%, dan porsi terkecil pada bank asing dan campuran sebesar 1,8%. Berdasarkan lokasi, penempatan terbesar dana di Kota Batam (78,8%), kemudian Tanjungpinang (17,8%), dan dati lainnya (2,6%). Berdasarkan tiering dana, porsi terbesar DPK pada kelompok dana >Rp1 juta 5 juta dengan jumlah rekening terbanyak adalah rekening yang bernilai <1 juta. Grafik 3.5 Porsi DPK Berdasarkan Jenis Bank (BU) Bank BPD; 5.3% Bank Asing & Campuran; 1.8% (%, yoy) 4 3 Grafik 3.6 Perkembangan DPK Berdasarkan Jenis Bank (BU) 2 Bank Pemerintah; 39.3% Bank Swasta; 53.6% 1 - (1) I II III IV I II III IV I II III IV I (2) Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing & Campuran 33 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

52 Grafik 3.7 Komposisi DPK Berdasarkan Nominal/Rekening Grafik 3.8 Komposisi DPK Berdasarkan Jumlah Rekening >2M 12.9% Jumlah Rekening >2M.1% >15M - 2M 1.1% Jumlah Rekening >15M - 2M.% >1M -15M 3.1% Jumlah Rekening >1M -15M.1% >5M - 1M 5.9% Jumlah Rekening >5M - 1M.2% >2 M - 5M 14.1% Jumlah Rekening >2 M - 5M.9% >1 M - 2 M 8.7% Jumlah Rekening >1 M - 2 M.12% >5JT - 1 M 8.2% Jumlah Rekening >5JT - 1 M.23% >1JT - 5JT 23.1% Jumlah Rekening >1JT - 5JT 2.2% >1 JT - 1 JT <1 JT 4.7% 18.1% Jumlah Rekening >1 JT - 1 JT Jumlah Rekening <1 JT 12.12% 85.39% Kredit Ditengah pelonggaran moneter, intermediasi perbankan melalui penyaluran kredit tercatat melambat yang dipengaruhi perlambatan ekonomi. Total penyaluran kredit sebesar Rp31.43 miliar atau tumbuh 5,49% (yoy), menguat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 9,82% (yoy). Perlambatan kredit terjadi di seluruh jenis kredit yang disalurkan baik kredit modal kerja, kredit investasi, maupun kredit konsumsi. Kredit modal kerja, kredit investasi, maupun kredit konsumsi masing-masing tumbuh melambat sebesar -,4% (yoy), 2,99% (yoy) dan 12,63% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,62% (yoy), 4,43% (yoy), dan 13,12% (yoy). Rp miliar 35, 3, 25, 2, 15, 1, 5, - Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Bank Umum I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Total Kredit (LHS) growth - Total Kredit %, yoy Rp miliar 15, 1, 5, - Grafik 3.1 Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV MK (LHS) Konsumsi (LHS) Investasi (LHS) growth - MK (RHS) growth - Konsumsi (RHS) growth - Investasi (RHS) %, yoy (1) (2) Kontraksi kredit modal kerja serta perlambatan kredit investasi sejalan dengan kontraksi investasi Kepri yang terutama dipengaruhi perlambatan sektor ekonomi utama kepri, yaitu sektor industri, sektor konstruksi dan sektor pertambangan dan penggalian. Secara rata-rata tertimbang, suku bunga kredit modal kerja dan kredit investasi relatif stabil masing masing sebesar 1,37% dan 9,53% dibanding triwulan sebelumnya sebesar 1,35% dan 9,77%. 34 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

53 Sementara kredit konsumsi tercatat masih melambat terutama didorong oleh perlambatan kredit Kredit Kendaraan Bermotor (KKB). KKB tercatat tumbuh 6,52% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,7% (yoy). Sementara Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dan multiguna tercatat sedikit meningkat dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 1,42% (yoy) dan 13,89% (yoy) meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,34% (yoy) dan 13,6% (yoy). Suku bunga perbankan yang masih belum turun turut menahan ekspansi kredit konsumsi pada triwulan laporan yang tercatat masih sebesar 12,4%. Grafik 3.11 Penggunaan Kredit Konsumsi Peralatan Rumah Tangga;.3% Lainnya; 7.3% %, yoy Grafik 3.12 Pertumbuhan KPR, KKB, Multiguna 2 Multiguna ; 37.1% KKB; 3.2% KPR; 52.2% 1 - I II III IV I II III IV I II III IV I (1) (2) KPR KKB Multiguna (%) Grafik 3.13 Suku Bunga Kredit MK, Investasi, dan Konsumsi I II III IV I II III IV I II III IV I Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Berdasarkan kelompok bank, bank pemerintah menjadi penyalur terbesar kredit di Kepri. Porsi penyaluran kredit oleh bank pemerintah sebesar 46,9%, diikuti oleh bank swasta nasional sebesar 41,8%, dan porsi terkecil oleh bank asing dan campuran sebesar,9%. Berdasarkan kabupaten dan kota, porsi terbesar kredit terdapat di Kota Batam yang merupakan motor ekonomi Kepri. Sebanyak 78,% dari total kredit Kepri disalurkan di Kota Batam, kemudian Kota Tanjungpinang (18,9%), dan Dati II lainnya sebesar 3,1%. 35 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

54 Grafik 3.14 Porsi Kredit Berdasarkan Kelompok Bank Bank Asing & Campuran;.9% Bank BPD; 1.4% (%, yoy) Grafik 3.15 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kelompok Bank Bank Pemerintah; 46.9% Bank Swasta; 41.8% - (2) (4) I II III IV I II III IV I II III IV I (6) Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing & Campuran Searah dengan tren perlambatan kredit, penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah senilai Rp7,58 miliar, tumbuh melambat 2,26% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,12% (yoy). Pada posisi triwulan I 216, porsi kredit UMKM terhadap total kredit mencapai 24,13% lebih besar dibanding triwulan sebelumnya dengan porsi 23,84% terhadap total kredit yang disalurkan. (Rp miliar) 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, Grafik 3.16 Kredit UMKM oleh Bank Umum I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I (yoy,%) UMKM - LHS Pertumbuhan (yoy,%) - RHS Loan to Deposit Ratio (LDR) Loan to deposit ratio (LDR) menurun dipengaruhi perlambatan pertumbuhan kredit yang lebih besar dibanding perlambatan pertumbuhan DPK. LDR bank umum tercatat sebesar 77,2%, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 78,81%. Angka LDR tersebut masih lebih rendah dari batas bawah LDR yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu 78-92%, mengindikasikan fungsi intermediasi bank umum di Kepri belum berjalan optimal terutama disebabkan ekspansi ekonomi yang terbatas sehingga demand kredit menurun khususnya pada kredit modal kerja dan investasi. 36 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

55 Risiko Kredit Non performance loan (NPL) pada sebesar triwulan I 216 sebesar 1,6% menurun dibanding periode sebelumnya sebesar 1,71dan nilai NPL tersebut lebih rendah dibandingkan batas maksimal treshold NPL yang ditetapkan sebesar 5%. 9% 8% 7% 6% Grafik 3.17 Risiko Kredit Bank Umum I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I % 2.5% 2.% 1.5% 1.%.5%.% LDR (LHS) NPL (RHS) BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Berbeda dengan kinerja bank umum, total aset dan dana BPR tercatat melambat sementara kredit yang disalurkan meningkat pada triwulan I 216. Aset dan dana BPR tercatat melambat masing-masing sebesar 8,44% (yoy) dan 8,12% (yoy) dibanding triwulan IV 215 yang tumbuh 12,55% (yoy) dan 1,36% (yoy). Sementara kredit menguat terutama didorong oleh kredit konsumsi. Kualitas intermediasi BPR juga masih terjaga dengan NPL yang masih dibawah 5%. Tabel 3.3 Perkembangan Indikator Utama BPR dalam Rp miliar Pertumbuhan (yoy) Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw.IV Tw. I Tw. IV 215 Tw. I 216 Total Aset 3,971 4,19 4,285 4,59 4,833 5,12 5,127 5,72 5, % 8.44% Total Dana 3,171 3,316 3,447 3,674 3,922 4,92 4,95 4,55 4, % 8.12% Total Kredit 3,66 3,242 3,363 3,556 3,646 3,86 3,91 4,11 4, % 14.31% NPL 3,7% 3,42% 3,23% 2,58% 3,46% 3.73% 3.72% 3.4% 3.9% - - LDR 96,68% 97,77% 95,8% 96,8% 92,97% 93.1% 95.48% 98.93% 97.92% Aset Aset BPR tercatat masih pada tren melambat yang dipengaruhi oleh penurunan dana. Pada triwulan laporan, total aset BPR senilai Rp5.241 miliar atau tumbuh 8,44% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 12,55% (yoy). Berdasarkan 37 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

56 kabupaten dan kota, porsi terbesar asset BPR terdapat di Kota Batam (74,55%), kemudian Kota Tanjungpinang, (1,1%), Kabupaten Karimun (9,65%), dan sisa 5,79% tersebar di kabupaten lainnya. Grafik 3.18 Perkembangan Aset BPR (Rp miliar) 6, 5, 4, 3, 2, 1, (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Aset (LHS) growth-aset (RHS) Dana Pihak Ketiga (DPK) Pengumpulan dana pihak ketiga oleh BPR masih melanjutkan perlambatan yang telah terjadi sejak triwulan II 215. Total DPK BPR sebesar Rp4.24 miliar sebesar 8,12% (yoy), melambat dibanding triwulan IV 215 yang tumbuh 1,36% (yoy). Perlambatan ekonomi yang berdampak terhadap pendapatan masyarakat diperkirakan menjadi penyebab terus menurunnya DPK BPR. Penggunaan dana simpanan untuk konsumsi oleh masyarakat mulai terlihat dari migrasi dana simpanan bertenor (deposito dan giro) ke jenis simpanan tabungan. Kondisi tersebut terlihat dari jumlah deposito sebesar Rp3.691 miliar, melambat menjadi 8,11% (yoy) dibanding periode sebelumnya sebesar 11,23% (yoy). Sementara total simpanan dalam bentuk tabungan sebesar Rp55 miliar, tumbuh menguat 8,15% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya 4,91% (yoy). Berdasarkan porsi, deposito mendominasi danan BPR yang mencapai 87%, sementara tabungan sebanyak 13% dari total dana BPR. Berdasarkan kabupaten/kota, porsi terbesar DPK BPR terkonsentrasi di Kota Batam. Porsi DPK Kota Batam sebesar 7,99%, kemudian Kota Tanjungpinang (12,1%), Kabupaten Karimun (11,2%), dan 5,98% sisanya tersebar di 4 (empat) kabupaten lainnya di Kepri. 38 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

57 (Rp miliar) Grafik 3.19 Perkembangan DPK BPR I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Total DPK (LHS) growth DPK (RHS) (%, yoy) (Rp miliar) Grafik 3.2 Perkembangan DPK Berdasarkan Jenisnya I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Deposito (LHS) growth - Deposito (RHS) (%, yoy) Tabungan (LHS) growth - Tabungan (RHS) (1) (2) (3) Kredit Penyaluran kredit oleh BPR di Kepri tercatat tumbuh menguat di triwulan I 216. Total kredit yang disalurkan sebesar Rp4.168 miliar atau tumbuh 14,31% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 12,8% (yoy). Penyerapan terbesar kredit BPR di Kota Batam sebesar 75,34%, kemudian Tanjungpinang 1,87%, Karimun 9,56% dan kabupaten kota lainnya 4,23%. Berdasarkan jenis penggunaan, penguatan kredit terjadi pada seluruh jenis kredit yang disalurkan, terutama jenis kredit konsumsi dan modal kerja. Pertumbuhan kredit modal kerja, investasi dan konsumsi masing-masing menguat sebesar 19,1% (yoy), 28,15% (yoy) dan 9,9% (yoy) dibanding triwulan IV 215 sebesar 15,52% (yoy), 27,26% (yoy) dan 9,7% (yoy). Berdasarkan porsi, kredir BPR didominasi oleh kredit konsumsi (59,4%), didikuti oleh kredit modal kerja (29,1%) dan kredit investasi (11,4%). Rp miliar 4,5 4, 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1, 5 - Grafik 3.21 Perkembangan Kredit BPR I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Total Kredit (LHS) growth Kredit (RHS) %, yoy Rp miliar 2,5 1,5 5 (5) Grafik 3.22 Perkembangan Kredit BPR Berdasarkan Penggunaan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I MK (LHS) Konsumsi (LHS) Investasi (LHS) growth - MK (RHS) growth - Konsumsi (RHS) growth - Investasi (RHS) %, yoy Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit BPR masih terkonsentrasi pada sektor bukan lapangan usaha lainnya yang porsinya mencapai 43,7%, diikuti sektor perdagangan besar dan eceran (18,%) dan sektor lainnya (38,3%). Penyaluran kredit UMKM oleh BPR juga tercatat menguat. Total kredit UMKM sebesar Rp1.375 miliar, atau tumbuh 22,8% 39 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

58 (yoy) lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 17,55% (yoy) dengan porsi kredit UMKM mencapai 33,12% dari total kredit yang disalurkan. Grafik 3.23 Kredit BPR Secara Sektoral Grafik 3.24 Perkembangan Kredit UMKM Oleh BPR Bukan Lap. Usaha - Lainnya Perdagangan Besar Dan Eceran Bukan Lap. Usaha - RT Keg Usaha belum Jelas Batasnya Konstruksi Trans, Gudang Dan Komunikasi Real Estate, Sewaan Dan Jasa PT Jasa Msy, SosBud, Hiburan Akomodasi Dan Makan Minum Industri Pengolahan Pertanian, Buru Dan Hutan Jasa Kesehatan Dan Keg Sosial Jasa Perorangan RT Perantara Keuangan Jasa Pendidikan Perikanan Pertambangan Dan Penggalian Listrik, Gas Dan Air Adm Pem, Pertahanan Dan Jam Sos 6.4% 4.5% 3.1% 1.7% 1.6% 1.4% 1.3%.5%.4%.4%.3%.3%.2%.2%.2%.1% 18.% 15.7% 43.7% (Rp Juta) 1,5 1, 5 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I UMKM - kiri Pertumbuhan (yoy,%) - kanan (%, yoy) Loan to Deposit Ratio (LDR) Laju kredit yang lebih tinggi dibanding laju dana menyebabkan LDR menurun. LDR pada triwulan I sebesar 97,92% lebih rendah dibanding triwulan IV 215 sebesar 98,93%. Tingkat LDR tersebut lebih tinggi dibanding batasan yang ditentukan oleh Bank Indonesia sebesar 78%-92%. LDR yang terlalu tinggi dapat memberikan risiko likuiditas bagi BPR Risiko Kredit Non performance loan (NPL) sebesar 3,9% meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 3,4%. Meski NPL masih terjaga pada batas aman (maksimal 5%), namun kenaikan NPL tersebut dinilai cukup tinggi yang dipengaruhi kondisi ekonomi yang belum kondusif serta penyaluran kredit BPR yang cukup tinggi. Grafik 3.25 Perkembangan LDR dan NPL BPR 1% 9% 8% 7% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I % 4.% 3.5% 3.% 2.5% 2.% 1.5% 1.%.5%.% LDR (LHS) NPL (RHS) 4 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

59 PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH (BANK UMUM DAN BPR) Kinerja perbankan syariah membaik, tercermin dari penguatan pertumbuhan aset, pembiayaan dan dana yang dihimpun pada triwulan laporan. Ditengah perlambatan ekonomi, perbankan syariah mampu tumbuh menguat khususnya dalam penyaluran kredit yang didorong oleh konsumsi yang masih kuat serta pelonggaran kebijakan moneter (kebijakan LTV, Down Payment, GWM serta BI Rate). Tabel 3.4 Indikator Perbankan Syariah di Provinsi Kepulauan Riau dalam Rp miliar Pertumbuhan (yoy) Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw.IV Tw. I Tw. IV 215 Tw. I 216 Total Aset 2,811 2,695 2,825 2,722 2,671 2,815 2,794 2,846 3,5 4.55% 12.49% Total Pembiayaan 2,38 1,746 2,442 2,53 2,57 2,637 2,653 2,73 2, % 1.63% Total Dana 1,772 2,49 1,854 1,594 1,467 1,636 1,53 1,46 1, % 5.34% NPF 3,4% 3,98% 3,62% 2,77% 2,58% 2.27% 2.33% 1.64% 1.86% - - FDR 13,24% 138,3% 131,72% 158,74% 175,23% % % 187.3% 184.2% Aset Aset perbankan syariah menguat ditopang kinerja pengumpulan dana yang membaik pada triwulan laporan. Total aset senilai Rp3.5 miliar tumbuh menguat 12,49% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,54% (yoy). Peningkatan aset terutama didorong peningkatan aset bank umum syariah yang tumbuh 13,6% (yoy) sementara BPR syariah tercatat melambat 3,29% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang masing-masing tumbuh 4,39% (yoy) dan 7,24% (yoy). Berdasarkan porsi, aset didominasi oleh bank umum syariah dengan porsi 94,6%, sementara BPR syariah hanya 5,4%. (Rp miliar) 4, 3, 2, 1, Grafik 3.26 Perkembangan Aset Perbankan Syariah I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Aset (LHS) growth - Aset (RHS) (%, yoy) (1) 41 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

60 Dana Pihak Ketiga (DPK) DPK Syariah mencatatkan penguatan pertumbuhan sebesar 5,34% (yoy) atau Rp1.545 miliar, setelah pada periode sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 8,4% (yoy). Pertumbuhan DPK terutama didorong oleh pertumbuhan simpanan jenis tabungan dan deposito yang masing-masing tumbuh menguat 11,8% (yoy) dan 1,46% (yoy) menguat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 3,71% (yoy) dan -4,41% (yoy). Adapun giro masih mengalami kontraksi sebesar 21,98% (yoy) namum masih lebih baik dibanding triwulan IV 215 yang terkontraksi 52,67% (yoy). Berdasarkan porsi, penempatan dana pada bank syariah terutama berupa tabungan (58,65%), kemudian deposito (28,88%) dan giro (12,47%). (Rp miliar) 2,5 2, 1,5 1, 5 - Grafik 3.27 Perkembangan DPK Syariah I II II IV I II II IV I II II IV I II III IV I DPK Growth DPK (%, yoy) (1) (2) (3) Grafik 3.28 Perkembangan DPK Syariah Berdasarkan Jenisnya (Rp miliar) 1, I II II IV I II II IV I II II IV I II III IV I Giro Tabungan Deposito Growth-Giro Growth-Tabungan Growth-Deposito (%, yoy) (2) (4) (6) (8) Pembiayaan Sejalan dengan aset dan DPK, kinerja pembiayaan syariah menguat 1,63% (yoy) dengan total pembiayaan sebesar Rp2.843 miliar dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,92% (yoy). Peningkatan pembiayaan terutam didorong oleh peningkatan kredit konsumsi yang tumbuh 1,5% (yoy) menguat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,7% (yoy). Kredit investasi juga tercatat menguat pada periode laporan dengan pertumbuhan 19,26% (yoy) sibanding triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 14,63% (yoy). Sementara kredit modal kerja tercatat melambat 3,73% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,84% (yoy). Berdasarkan porsi, kredit perbankan syariah masih didominasi oleh kredit konsumsi yang mencapai 73,21%, diikuti investasi (13,42%), dan kredit modal kerja (13,36%). 42 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

61 (Rp miliar) 3, 2, 1, Grafik 3.29 Perkembangan Pembiayaan Syariah I II II IV I II II IV I II II IV I II III IV I Pembiayaan (LHS) growth - Pembiayaan (RHS) (%, yoy) (Rp miliar) 2,5 2, 1,5 1, 5 Grafik 3.3 Perkembangan Pembiayaan Syariah Berdasarkan Jenisnya I II II IV I II II IV I II II IV I II III IV I Modal Kerja Investasi Konsumsi growth - MK growth-investasi growth - konsumsi (%, yoy) (2) (4) (6) (8) Finance to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Meningkatnya DPK pada triwulan laporan menyebabkan finance to deposit ratio (FDR) menurun menjadi 184,2% dibanding triwulan IV 215 sebesar 187,3%. Sementara itu, tingkat pembiayaan yang tercermin dari Non Performing Financing (NPF) meningkat menjadi 1,86% pada triwulan laporan dari sebelumnya sebesar 1,64% dipengaruhi oleh peningkatan kredit serta kondisi ekonomi yang belum kondusif. 2% 18% 16% 14% 12% 1% 8% 6% 4% 2% % Grafik 3.31 Perkembangan FDR dan NPF Perbankan Syariah I II II IV I II II IV I II II IV I II III IV I FDR (LHS) NPF (RHS) 5% 4% 4% 3% 3% 2% 2% 1% 1% % 3.2. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perlambatan ekonomi sejalan dengan aktivitas pembayaran (tunai dan non tunai) yang turut melambat. Pertumbuhan net outflow dan transaksi kliring melambat dibanding triwulan IV 215. Kondisi mengindikasikan adanya penurunan aktivitas ekonomi masyarakat, sejalan dengan perlambatan ekonomi yang masih berlanjut pada triwulan I KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

62 TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow 1 /Outflow 11 ) Netoutflow melanjutkan kontraksi sebesar 82,29% (yoy) lebih dalam dibanding triwulan IV 215 yang terkontraksi 16,41% (yoy), didorong pertumbuhan inflow yang signifikan pada triwulan laporan. Total inflow senilai Rp1.36 miliar sementara outflow Rp1.436 miliar, sehingga terjadi net outflow sebesar Rp76 miliar. Secara tahunan, inflow tumbuh 44,95% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,3% (yoy). Pertumbuhan outflow juga meningkat sebesar 5,36% (yoy), lebih baik dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 12,23% (yoy). (Rp miliar) 4, 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1, 5 - Grafik 3.32 Perkembangan Inflow dan Outflow Kepri I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I INFLOW OUTFLOW NET OUTFLOW %, yoy (2) (4) Grafik 3.33 Perkembangan Pertumbuhan Inflow dan Outflow I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Pertumbuhan INFLOW Pertumbuhan OUTFLOW Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Dalam rangka meningkatkan kualitas uang kartal yang beredar di masyarakat, sejumlah langkah yang ditempuh oleh Bank Indonesia Provinsi Kepri antara lain dengan melakukan kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE) secara berkala, kegiatan kas keliling, serta edukasi masyarakat mengenai memperlakukan rupiah dengan baik. Pada triwulan laporan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau telah memusnahkan UTLE dengan jumlah nominal mencapai Rp14 miliar. UTLE yang dimusnahkan tersebut berasal dari setoran bank maupun penukaran uang dari masyarakat yang selanjutnya akan ditukarkan dengan uang yang layak edar (fit for circulation). 1) Inflow : aliran uang masuk ke Bank Indonesia melalui setoran bank. 11) Outflow : aliran uang keluar dari Bank Indonesia melalui penarikan bank. 44 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

63 Grafik 3.34 Perkembangan Pemusnahan UTLE (Rp miliar) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Pemusnahan Uang Uang Rupiah Tidak Asli Penemuan uang rupiah tidak asli sepanjang triwulan laporan meningkat, jumlah rupiah tidak asli yang ditemukan sebanyak 344 lembar dibanding 231 lembar pada triwulan IV 215. Uang tidak asli tersebut berasal dari setoran bank maupun penukaran oleh masyarakat. Sebagai upaya menanggulangi peredaran uang rupiah tidak asli, Bank Indonesia melakukan berbagai upaya, antara lain dengan meningkatkan security features uang yang dicetak dan terus melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah, melalui penerapan prinsip 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang). Grafik 3.35 Perkembangan Penemuan Uang Rupiah Tidak Asli I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Temuan Rupiah Tidak Asli (Lembar) TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI Transaksi pembayaran nontunai dengan nilai besar diselenggarakan Bank Indonesia melalui sistem kliring dan sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement System). Sistem kliring merupakan sistem settlement antarbank untuk alat pembayaran cek, bilyet giro, nota debet lainnya dan transfer kredit antar bank. Sementara itu, sistem BI RTGS digunakan untuk transaksi keuangan bernilai besar dan bersifat mendesak, seperti transaksi di Pasar Uang 45 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

64 Antar Bank (PUAB), transaksi di bursa saham, transaksi pemerintah, transaksi valuta asing (valas), serta settlement hasil kliring Kliring Lokal Perlambatan transaksi tunai juga diikuti oleh pembayaran non tunai. Transaksi kliring tercatat mengalami kontraksi baik pada nominal transaksi maupun jumlah warkat. Nominal transaksi kliring sebesar Rp5.488 miliar terkontraksi 1,7% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 23,5% (yoy). Demikian juga jumlah warkat sebanyak , terkontraksi 5,59% (yoy) menurun signifikan dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,84% (yoy). Grafik 3.36 Perkembangan Kliring Kepri Grafik 3.37 Perkembangan Pertumbuhan Kliring Kepri (Rp juta) 7,, 6,, 5,, 4,, (Satuan) 18, 16, 14, 12, 1, (%, yoy) ,, 2,, 1,, - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 8, 6, 4, 2, (1) (2) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Nominal (Rp juta) Jumlah Warkat (3) Pertumbuhan Warkat Pertumbuhan Nominal 3.3. PERKEMBANGAN TRANSAKSI KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING (KUPVA) DAN PTD (PENYELENGGARA TRANSFER DANA) Perkembangan Transaksi KUPVA Transaksi KUPVA relatif membaik pada triwulan laporan. Total pembelian uang kertas asing sebesar Rp2.948 miliar meski masih mencatatkan kontraksi 28,5% (yoy) namun relatif lebih baik dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi 3,2% (yoy). Transaksi penjualan juga tercatat membaik sebesar Rp2.955 miliar, terkontraksi 28,3% (yoy) membaik dibanding pertumbuhan triwulan IV 215 yang terkontraksi 42,1% (yoy). Meski ekonomi Kepri mencatatkan perlambatan, namun transaksi pertukaran uang kertas asing meningkat yang dipengaruhi oleh peningkatan jumlah wisatawan asing. Berdasarkan mata uang, penukaran (pembelian dan penjualan) terbanyak adalah untuk mata uang dolar Singapura (73,58%), Ringgit Malaysia (11,14%) dan kemudian dolar Amerika Serikat (8,5%). 46 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

65 (Rp miliar) Grafik 3.38 Perkembangan Transaksi KUPVA I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Pembelian (LHS) growth Pembelian, yoy (RHS) Penjualan (LHS) growth Penjualan, yoy (RHS) (%, yoy) 12% 1% 8% 6% 4% 2% % -2% -4% -6% (Rp miliar) Grafik 3.39 Pergerakan Transaksi KUPVA dan Nilai Tukar Rupiah I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Pembelian (LHS) Rata-Rata Kurs Tengah SGD (RHS) Penjualan (LHS) Rata-rata Kurs Tengah USD (RHS) (Rp) Perkembangan Transaksi Penyelenggara Transfer Dana (PTD) Transakasi PTD pada triwulan I 216 sebesar Rp86 miliar terkontraksi 21,5% (yoy) lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya yang mencatatkan kontraksi 13,% (yoy). Berdasarkan jenis transaksi, porsi terbesar berupa transaksi Keluar Wilayah RI (57,6%), kemudian Antar Wilayah RI (25,1%) dan Dari Luar Wilayah RI (17,4%). Grafik 3.4 Perkembangan Transaksi PTD Grafik 3.41 Jenis Transaksi PTD (Rp miliar) (%, yoy) Dari Luar Wilayah RI; 12.4% Antar Wilayah RI; 6.2% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I -5 Ke Luar Wilayah RI; 81.4% Total Transaksi PTD (LHS) Pertumbuhan Transaksi PTD (RHS) 47 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

66 BANK INDONESIA BANK SENTRAL REPUBLIK I NDONESIA DRAGON BOAT RACE Kajian Ekonomi dan Keuangan Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

67 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi pendapatan dan belanja Pemda di wilayah Kepri meningkat ditengah perlambatan ekonomi. Total realisasi anggaran pendapatan maupun belanja Pemda pada triwulan I meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Komitmen pemerintah untuk mendorong belanja guna menjadi strimulus perekonomian ditengah perlambatan ekonomi tercermin dari realisasi belanja dan pendapatan Pemda serta belanja APBN di wilayah Kepri. Belanja pemda yang lebih tinggi ditopang oleh realisasi pendapatan yang meningkat pada triwulan I tidak lepas dari transfer pemerintah pusat ke daerah yang lebih baik (realisasi mencapai 24% dari total pagu anggaran). Demikian juga halnya dengan belanja yang bersumber dari APBN, realisasi mencapai Rp684 miliar (12,39% dari total pagu anggaran), lebih baik dibanding triwulan I 215 yang hanya Rp352 miliar atau 6,56% REALISASI APBD DI WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU Realisasi Pendapatan Realisasi pendapatan pemerintah daerah di wilayah Kepri pada triwulan I 216 sebesar 2,1% meningkat dibanding triwulan I 215 yang hanya 14,7%. Postur pendapatan pada pagu anggaran pendapatan pemerintah daerah masih didominasi oleh transfer pemerintah pusat ke daerah (dana perimbangan) dengan porsi 73,4%, diikuti pendapatan asli daerah (23%), dan lain-lain pendapatan yang sah (3,1%). Peningkatan realisasi pendapatan utamanya didorong oleh transfer pemerintah pusat ke daerah yang sudah mencapai Rp2.17 miliar (24,%) yang sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mendorong belanja. Bila dibandingkan, realisasi transfer pemerintah pusat ke daerah pada triwulan I 215 hanya sebesar Rp1.242 miliar atau 16,2% dari total pagu anggaran. Pagu dana perimbangan 216 tercatat meningkat menjadi sebesar Rp8.395 miliar dibanding pagu 215 sebesar Rp6.897 miliar. Sementara, realisasi pendapatan asli daerah tercatat sebesar Rp245 miliar atau 9,1% dari total pagu, lebih rendah dibanding triwulan I 215 yang mempu merealisasikan pendapatan asli daerah mencapai 1,2%. Masih rendahnya pendapatan daerah terutama dipengaruhi menurunnya pendapatan yang bersumber dari pajak daerah akibat melambatnya aktivitas ekonomi di Kepri pada triwulan laporan. 12 Gabungan/akumulasi Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi Kepri, Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kab. Bintan, Kab. Karimun, kab. Lingga, Kab. Natuna, dan Kab. Anambas. 48 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

68 Grafik 4.1 Komposisi Realisasi Pendapatan Tw I 216 Lain-lain pendapa tan daerah yang sah, Dana Perimba ngan, 73.4% Pendapa tan Asli Daerah, 23.5% Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau (diolah) Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan Pemda Tw I 216 (Rp triliun) Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau (diolah) Anggaran Realisasi Lain-lain pendapatan daerah yang sah Tabel 4.1 Realisasi APBD Di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216* ANGGARAN REALISASI JENIS ANGGARAN Persentase Rp STRUKTUR (%) Rp Realisasi Pendapatan Asli Daerah 2,689,311,144, % 245,793,33, % Pajak daerah 2,175,16,637, % 167,14,562,71 7.7% Retribusi daerah 112,289,869,681 1.% 19,153,577, % Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan 35,842,358,478.3%.% Lain-lain PAD yang sah 366,72,278, % 59,499,163, % Dana Perimbangan 8,395,426,86, % 2,17,14,381, % Lain-lain pendapatan daerah yang sah 353,831,177, % 3,769,148, % TOTAL PENDAPATAN 11,438,569,128,341 1% 2,293,576,834,2 2.1% Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau(diolah) * Data Sementara Menurunnya realisasi pendapatan sementara belanja meningkat tercermin dari dana simpanan Pemda yang menurun. Dana simpanan Pemda pada triwulan laporan tercatat terkontraksi sebesar 3,12% (yoy) lebih dalam dibanding kontraksi pada triwulan IV 215 sebesar 25,46% (yoy). Grafik 4.3 Perkembangan Dana Simpanan Pemda (Rp miliar) (%, yoy) 3,5 5 3, 4 3 2, , 1, , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I SIMPANAN PEMDA Pertumbuhan 49 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

69 Realisasi Belanja Realisasi belanja pada triwulan I 216 tercatat sebesar Rp1.442 miliar atau 12,% dari total pagu anggaran meningkat dibanding triwulan I 215 sebesar Rp1.37 miliar (8,3% dari pagu anggaran). Peningkatan belanja daerah terutama didorong peningkatan belanja modal dan belanja operasi. Berdasarkan share, belanja operasi masih mendominasi postur belanja Pemda Kepri dengan kontribusi mencapai 72,3% diikuti oleh belanja modal (21,2%) dan transfer pemerintah daerah (6,5%). Realisasi belanja operasi pada triwulan I 216 sebesar Rp1.81 miliar atau 12,4% dari total pagu, meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya RP848 miliar. Meningkatnya realisasi belanja operasi terutama ditopang oleh belanja pegawai dan belanja barang jasa yang realisasi masing-masing sebesar 16,7% dan 7,6%. Selain belanja operasi, realisasi belanja modal juga turut menopang belanja Pemda. Realisasi belanja modal tercatat sebesar Rp357 miliar atau mencapai 14,% dari total pagu anggaran, meningkat dibanding realisasi belanja modal periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp39 miliar atau 1,3% dari total pagu anggaran Grafik 4.4 Komposisi Realisasi Belanja Tw I 216 Grafik 4.5 Realisasi Belanja Pemda Tw I 216 Belanja Modal 24.81% Belanja Operasi 74.97% Transfer Pemerin tah Daerah.23% Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau (diolah) (Rp Triliun) Belanja Operasi Belanja Modal Anggaran Realisasi Belanja Tidak Terduga Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau (diolah) Transfer Pemerintah Daerah 5 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

70 Tabel 4.2 Anggaran dan Realisasi Belanja Pemerintah Daerah di Wilayah Kepri Triwulan I 216* ANGGARAN REALISASI JENIS ANGGARAN Persentase Rp STRUKTUR (%) Rp Realisasi Belanja Operasi 8,74,514,751, % 1,81,484,72, % Belanja Pegawai 4,11,396,361, % 671,167,22, % Belanja Barang dan Jasa 3,7,768,785, % 282,535,261, % Subsidi 24,69,922,62.2%.% Hibah 496,941,528,3 4.1% 119,791,932, 24.1% Bantuan Sosial 83,655,812,893.7% 5,43,853, % Bantuan Keuangan 387,61,34, % 2,558,822,54.7% Belanja Modal 2,551,78,242, % 357,9,172,81 14.% Belanja Tidak Terduga 1,9,,.1% 8,976,.1% Transfer Pemerintah Daerah 778,759,399, % 3,264,757,736.4% TOTAL BELANJA 12,45,252,394,316 1% 1,442,657,977, % SURPLUS/DEFISIT -66,683,265,975 85,918,856,161 Pembiayaan Netto 749,123,137,383 - Penerimaan Pembiayaan Daerah 755,185,65,195 - Pengeluaran Pembiayaan Daerah 6,62,512,812 SILPA 142,439,871,48 85,918,856,161 Sumber: DPPKAD Kab/Kota dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Riau(diolah) * data sementara Secara total, pagu belanja yang lebih besar dibanding pagu pagu anggaran Kepri mencatatkan defisit sebesar Rp66 miliar pada pagu anggaran 216. Untuk menutup defisit, Pemda menganggarkan pembiayaan sebesar Rp755 miliar sehingga akan mampu menutup defisit anggaran dengan silpa mencapai Rp142 miliar. Sampai triwulan I 216, neraca fiskal Pemda masih mencatatkan surplus sebesar Rp85 miliar meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya dengan surplus mencapai Rp635 miliar Anggaran dan Realisasi Belanja APBN Infrastruktur Di Kepulauan Riau Pembangunan proyek infrastruktur Pemerintah pusat berjalan cukup baik yang tercermin dari realisasi belanja infrastruktur yang mencapai Rp113 miliar atau 14,4% dari total pagu anggaran. Capaian realisasi belanja infrastruktur tersebut lebih baik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp1,78 miliar atau,28% dari total anggaran infrastruktur 215. Realisasi proyek jalan dan jembatan, sumber daya air dan sanitasi serta bandar udara menjadi pendorong belanja infrastruktur dengan realisasi anggaran melebihi 2%. Namun realisasi proyek gedung dan bangunan serta proyek pelabuhan laut masih berjalan cukup lambat dengan capaian realisasi dibawah 5%. Tidak adanya permasalahan nomenklatur anggaran yang dihadapi pada 215 serta komitmen pemerintah untuk memprioritaskan belanja infrastruktur diperkirakan menjadi pendorong percepatan realisasi belanja. 51 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

71 No Tabel 4.3 Anggaran dan Realisasi Belanja Infrastruktur Pemerintah Pusat di Wilayah Kepri Triwulan I 216 Jenis Infrastruktur Jumlah Nilai (Miliar) Realisasi (Miliar) 1 Gedung dan Bangunan Jalan dan Jembatan Pelabuhan Laut Bandar Udara Sumber Daya Air & Sanitasi TOTAL Pagu (Rp miliar) Sumber: Ditjen Perbendaharaan Kanwil Provinsi Kepulauan Riau (diolah) KONTRAK 1, % 52 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

72 Boks BOKS - 3 Aturan Konversi Transfer ke Daerah Dalam SBN, Dorong Optimalisasi Penyerapan Anggaran Realisasi belanja pemerintah merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi dengan dampak multiplier effect yang diharapkan dapat menggerakkan sektor riil sehingga dorongan untuk optimalisasi penyerapan anggaran terus diupayakan oleh Pemerintah setiap tahunnya. Penyerapan anggaran akan terlihat belum optimal terutama bila terdapat anggaran pemerintah daerah yang memiliki dana mengendap (idle) di bank dengan jumlah yang tidak wajar dan untuk mendorong optimalisasi anggaran tersebut salah satunya melalui aturan konversi penyaluran transfer ke daerah dalam bentuk Surat Berharga negara (SBN). Pada Tanggal 22 Desember 215, telah dikeluarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 235/PMK.7/215 tentang Konversi Penyaluran Dana Bagi Hasil (DBH) dan atau Dana Alokasi Umum (DAU) dalam bentuk non tunai. Berdasarkan peraturan tersebut, penyaluran transfer ke daerah yang dikonversi dalam bentuk SBN terdiri dari atas DBH dan DAU adalah Surat Perbendaharaan Negara (SPN) atau Surat Perbendaharaan Negara Syariah (SPN-S) yang tidak dapat diperdagangkan. Konversi penyaluran DBH dan/atau DAU sendiri akan dilakukan dua kali dalam satu tahun. Penyaluran konversi DBH akan dilakukan pada akhir triwulan I dan akhir triwulan II, yang meliputi DBH Pajak Bumi dan Bangunan Migas, DBH Pajak Penghasilan (PPh) Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri, DBH Sumber Daya Alam (SDA) pertambangan minyak bumi, DBH SDA pertambangan gas bumi, DBH SDA pertambangan mineral dan batubara. Sementara, konversi penyaluran DAU akan dilakukan pada awal triwulan II dan awal triwulan III. Kriteria penentuan daerah dan besaran penyaluran DBH dan atau DAU akhir Triwulan I dan akhir Triwulan II yaitu sebagai berikut : a) Daerah yang memiliki uang kas dan atau simpanan pemerintah daerah dalam jumlah tidak wajar adalah daerah yang memiliki saldo kas dan setara kas melebihi belanja operasi dan 3% belanja modal untuk kurun waktu 3 (tiga) bulan berikutnya, b) Daerah-daerah yang memiliki saldo kas dan setara kas melebihi 3 (tiga) bulan belanja operasi dan 3% belanja modal dirata-ratakan secara nasional, c) Daerah-daerah yang memiliki saldo kas dan setara kas di atas rata-rata nasional ditetapkan sebagai daerah penyaluran DBH dan atau DAU nya dikonversi dalam bentuk SBN. Sedangkan penentuan daerah dan besaran penyaluran DBH dan atau DAU akhir triwulan II dan awal triwulan III sebagai berikut :a) Daerah yang memiliki saldo kas dan setara kas melebihi belanja operasi dan 5% belanja modal untuk kurun waktu tiga bulan berikutnya, b) Daerah-daerah yang memiliki saldo dan dan setara kas melebihi tiga bulan belanja operasi dan 5% belanja modal 53 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

73 dirata-ratakan secara nasional, c) Daerah-daerah yang memiliki saldo kas dan setara kas diatas ratarata nasional ditetapkan sebagai daerah yang penyaluran DBH dan atau DAU nya dikonversi dalam bentuk SBN. Tujuan konversi penyaluran DBH dan atau DAU dalam bentuk SBN bertujuan untuk : a) Mendorong pengelolaan APBD yang sehat, efisien dan efektif, b) Mendorong penyerapan APBD yang optimal dan tepat waktu, c) Mengurangi uang kas dan atau simpanan pemerintah daerah di bank dalam jumlah tidak wajar. Penerapan peraturan tersebut telah dilakukan pada tanggal 12 April 216 dengan langkah pemerintah telah menerbitkan obligasi negara hasil konversi DAU senilai Rp359 miliar yaitu untuk tiga Provinsi (Riau, Jawa Barat dan Banten) dan tiga Kabupaten (Tanah Laut, Berau, Kutai Timur). (Sumber: berbagai sumber) 54 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

74 BANK INDONESIA BANK SENTRAL REPUBLIK I NDONESIA BARELANG BRIDGE Kajian Ekonomi dan Keuangan Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

75 BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Perlambatan ekonomi yang berdampak pada sektor utama Kepri menekan serapan tenaga kerja meski tingkat kemiskinan tercatat membaik KETENAGAKERJAAN Perlambatan ekonomi turut mempengaruhi serapan tenaga kerja di Kepri. Angkatan kerja Kepri pada Februari 216 sebanyak orang atau meningkat1,95% (yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah penduduk yang bekerja tercatat juga meningkat 1,97% (yoy). Di sisi lain, jumlah pengangguran Kepri tercatat masih tinggi sebanyak orang atau meningkat sebesar 1,79% (yoy) dari Februari 215, dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 9,3%. Tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 65,58% melambat dibanding periode Februari 215 sebesar 66,16%. Menurunnya tingkat partisipasi kerja sejalan dengan perlambatan ekonomi Kepri, sehingga pertumbuhan angkatan tenaga kerja tidak diikuti oleh ketersediaan lapangan kerja. Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut jenis kegiatan utama di Provinsi Kepri Keterangan Pertumbuhan (%, yoy) Feb Agt Feb Agt Feb Feb'15 Feb'16 Angkatan Kerja 892,35 878, , , , Bekerja 845,88 819, , ,67 83, Pengangguran 46,947 58,759 81,16 55,318 82, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 5.26% 6.69% 9.5% 5.63% 9.3% - - Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 67.83% 65.95% 66.16% 65.7% 65.58% - - Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau Meski jumlah penduduk bekerja meningkat 1,79%, namun beberapa sektor tercatat mengalami penurunan jumlah pekerja yang cukup signifikan. Sektor yang mengalami penurunan jumlah tenaga kerja yaitu sektor industri, sektor pertanian dan sektor keuangan yang tercatat mengalami penurunan jumlah tenaga kerja masing-masing sebesar -8,63% (yoy), -1,32% (yoy) dan 16,95% (yoy) dari tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 51,14% (yoy),,48% (yoy) dan 3,96% (yoy). Sementara sektor yang mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja yang signifikan yaitu sektor listrik, gas dan air minum, sektor konstruksi, sektor perdagangan dan sektor jasa kemasyarakatan masing-masing tumbuh sebesar 189,45% (yoy), 16,95% (yoy), 17,25% (yoy) dan 12,8% (yoy) dibanding tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 18,61% (yoy), -44,63% (yoy), -15,2% (yoy) dan -16,58% (yoy). 55 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

76 Tabel 5.2 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut jenis kegiatan utama di Provinsi Kepulauan Riau No Lapangan Usaha Pertumbuhan (%, yoy) % Feb Agt Feb Agt Feb Feb 215 Feb 216 Share 1 Pertanian 117,978 83,76 118,54 92,243 16, Pertambangan 28,3 12,639 6,52 13,992 5, Industri 126,575 21, ,37 27,23 174, Listrik, Gas & Air Minum 2,741 3,679 3,251 2,775 9, Konstruksi 17,99 6,74 59,754 68,849 69, Perdagangan 19,31 233, , ,3 188, Transp., Pergudangan & Komunikasi 51,525 56,26 73,435 54,89 73, Keuangan 35,93 29,749 45,957 3,13 28, Jasa Kemasyarakatan 185, , , , , Penduduk Bekerja 845,88 819, , ,67 83,438 (3.63) Sumber :BPS Menurunnya serapan tenaga kerja pada sektor industri sektor pertanian dan sektor keuangan sejalan dengan perlambatan ekonomi pada sektor tersebut. Perlambatan sektor industri yang telah berlangsung sejak triwulan II 215 berdampak terhadap penurunan serapan tenaga kerja sektor tersebut. Perlambatan ekonomi selanjutnya berdampak terhadap menurunnya sektor keuangan baik perbankan maupun non perbankan yang terlihat dari penurunan tenaga kerja sektor tersebut yang cukup signifikan. Sementara menurunnya serapam tenaga kerja di sektor pertanian, perikanan dan kehutanan dipengauhi oleh musim angin utara yang berdampak pada aktivitas nelayan yang terganggu. Berdasarkan share, serapan tenaga kerja terbesar dari sektor perdagangan (22,75%), diikuti oleh sektor jasa kemasyarakatan (2,85%) dan sektor industri (21,5%). Menurunnya serapan tenaga kerja terutama pada status pekerja buruh/karyawan terutama dipengaruhi pengurangan tenaga kerja di sektor industri akibat masih lemahnya permintaan. Persentase pekerja Kepri yang berstatus buruh/karyawan sebesar 64,8% dari periode sebelumnya yang mencapai 68,5% (Februari 215) atau terkontraksi 3,46% (yoy). Sementara kelompok tenaga kerja kedua terbesar yaitu tenaga kerja yang berusaha sendiri memberikan share sebesar 17,93% meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 16,7% (Februari 215). Sama halnya dengan kelompok wirausaha lainnya (berusaha dibantu buruh tidak tetap dan maupun berusaha dibantu buruh tetap) juga tercatat mengalami peningkatan, yang pengurangan tenaga kerja dari sektor industri mulai beralih menjadi wirausaha khususnya di sektor perdagangan dan jasa kemasyarakatan. 56 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

77 Pekerja Bebas; 3.48% Grafik 5.1 Struktur Pekerja Kepri Pekerja keluarga/tak dibayar; 4.59% Buruh/karyawan; 64.83% Berusaha Sendiri; 17.93% Berusaha dibantu buruh tidak tetap; 6.2% Berusaha dibantu buruh tetap; 3.14% Sumber: BPS 5.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kemiskinan Indeks kedalaman kemiskinan meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu. Indeks kedalaman kemiskinan meningkat dari,74 menjadi,86, mengindikasikan pengeluaran penduduk miskin semakin menurun dari garis kemiskinan sehingga semakin sulit bagi penduduk miskin keluar dari garis kemiskinan. Kondisi ini dipengaruhi oleh peningkatan garis kemiskinan yang cukup tinggi dalam satu tahun terakhir. Garis kemiskinan sebesar Rp48.812,-/bulan/kapita, meningkat 12,88% (yoy), lebih tinggi dibanding rata-rata peningkatan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun sebelumnya (21 214) sebesar 6,88%. Faktor utama yang mempengaruhi tingginya peningkatan garis kemiskinan yaitu tingkat inflasi bahan makanan yang tercatat cukup tinggi, pada periode September 215 sebesar 12,46% (yoy). Indeks keparahan kemiskinan juga mencatatkan peningkatan pada September 215, dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Indeks keparahan kemiskinan meningkat dari,18 menjadi,23. Kondisi ini mengindikasikan bahwa ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin meningkat. Namun demikian, jumlah penduduk miskin di Kepri mengalami penurunan pada September dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah penduduk miskin sebanyak orang, menurun 7,52% dibanding periode yang sama tahun lalu, juga menurun 6,18% dibanding data kemiskinan Maret 215. Persentase penduduk miskin 57 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

78 terhadap total penduduk sebesar 5,78% juga menurun dibanding periode September 214 dan Maret 215, masing-masing sebesar 6,4% dan 6,24%. Tabel 5.3 Profil Kemiskinan di Provinsi Kepri Maret Sept. Maret Sept. Maret Sept. Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin (%) 6,46 6,35 6,7 6,4 6,24 5,78 Garis Kemiskinan (Rp/bulan/kapita) Indeks Kedalaman kemiskinan/p1 (%),69 1,2,94,74,97,86 Indeks Keparahan Kemiskinan/ P2 (%),15,26,27,18,25,23 Sumber: BPS Nilai Tukar Petani (NTP) Nilai tukar petani masih melanjutkan penurunan pada triwulan I 216. Nilai tukar petani sebesar 98,38 menurun dibanding triwulan sebelumnya sebesar 98,78 yang mengindikasikan biaya yang dkeluarkan petani untuk memproduksi lebih tinggi dibanding dengan pendapatan yang diperoleh. Nilai NTP dibawah 1 secara umum memberikan gambaran bahwa kegiatan pertanian di Kepri belum berjalan secara efisien dan kurang bernilai tambah untuk meningkatkan taraf hidup petani. Penurunan nilai tukar petani dicatatkan oleh sub sektor tanaman pangan dan tanaman perkebunan rakyat yang masing-masing sebesar 1,99 dan 8,32 dari periode sebelumnya sebesar 15,7 dan 8,32. Menurunnya NTP sub sektor tanaman pangan diperkirakan akibat mulai meningkatnya pasokan bahan pangan dari sentra penghasil di Jawa akibat panen raya sehingga harga jual komoditas tanaman pangan menurun. Sementara NTP sub sektor tanaman perkebunan rakyat telah mencatatkan nilai dibawah 1 sejak November 213 yang dipengaruhi harga komoditas global yang jatuh (perlambatan ekonomi global). Komoditas perkebunan rakyat utamanya berupa karet dan kelapa yang berada di Bintan dan Natuna dan Anambas serta sebagian juga menanam sawit. Sementara sub sektor hortikultura, peternakan dan perikanan mencatatkan kenaikan NTP masing-masing sebesar 12,49, 14,39 dan 18,69 dari triwulan sebelumnya sebesar 12,33, 13,98, dan 16,27. Sub sektor perikanan mengalami kenaikan NTP yang relatif tinggi yang dipengaruhi oleh kenaikan indeks yang diterima dari 124,76 ke 127,37. Kenaikan tersebut disebabkan oleh kenaikan harga ikan segar sebagai dampak angin musim utara yang membuat pasokan ikan segar menurun. Laju inflasi kelompok ikan segar pada triwulan I 216 sebesar,68% (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan IV 215 sebesar,37% (yoy). Secara 58 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

79 total, sepanjang triwulan I kelompok ikan segar telah mengalami kenaikan harga sebesar 2,44% (ytd). 1. Tanaman Pangan Tabel 5.4 Nilai Tukar Petani Provinsi Kepri I II III IV I a. Indeks yang Diterima (It) 111,58 116,37 118,48 122,33 121,75 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 115,78 117,19 118,71 119,33 12,56 c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 96,37 99,3 99,8 15,7 1,99 2. Hortikultura a. Indeks yang Diterima (It) 117,21 117,28 122,68 12,16 121,68 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 114,61 115,78 117,3 117,42 118,71 c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 12,27 11,3 14,83 12,33 12,49 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks yang Diterima (It) 99,67 1,68 12,51 1,4 96,94 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 116,5 117,38 118,94 119,37 12,69 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 85,88 85,43 86,13 84,11 8,32 4. Peternakan a. Indeks yang Diterima (It) 115,49 115,42 116,47 116,14 116,64 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 19,42 11,51 111,29 111,68 111,74 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 15,55 14,44 14,65 13,98 14,39 5. Perikanan Umum Keterangan a. Indeks yang Diterima (It) 126,15 123,55 124,87 124,76 127,37 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 114,61 116,4 116,97 117,39 117,19 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 11,7 16,57 16,75 16,27 18,69 a. Indeks yang Diterima (It) 114,36 114,24 116,61 115,67 115,86 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 114,2 115,49 116,67 117,1 117,77 c. Nilai Tukar Petani (NTP) 1,14 98,92 99,95 98,78 98,38 Sumber: BPS Kepri Grafik 5.2 Perkembangan NTP Grafik 5.2 NTP Berdasarkan Subsektor I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Indeks Diterima Petani Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (rhs) Sumber: BPS I II III IV I II III IV I Umum Tanaman Pangan Tanaman Perkebunan Rakyat Hortikultura Peternakan Perikanan Sumber: BPS 59 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

80 BANK INDONESIA BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA PARIWISATA KEPRI Kajian Ekonomi dan Keuangan Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

81 BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Kepri triwulan II 216 diprakrikan sedikit menguat dibanding triwulan sebelumnya, yaitu pada kisaran 4,7 4,9% (yoy). Sementara secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Kepri diperkirakan masih pada tren melambat pada kisaran 5,5 5,7% (yoy) PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI Perekonomian Kepri untuk keseluruhan 216 diperkirakan melambat dibanding 215, yaitu pada kisaran 5,5% - 5,7% (yoy). Perlambatan ekonomi Kepri didorong oleh kondisi perlambatan ekonomi dunia yang belum pulih, termasuk beberapa negara tujuan ekspor utama seperti Singapura, Amerika Serikat, Tiongkok dan Jepang. Selain itu, harga minyak yang rendah mempengaruhi kinerja ekspor migas Kepri dan menekan permintaan industri industri pendukung migas. Triwulan II 216 perekonomian Kepri diprakirakan sedikit menguat dibanding pertumbuhan triwulan I 216. Dari sisi permintaan, penguatan pertumbuhan terutama akan ditopang konsumsi rumah tangga dan investasi. Puncak belanja jelang Idul Fitri diperkirakan terjadi pada Juni atau bergeser dari tahun lalu (tahun 215 puncak belanja jelang Idul Fitri pada Juli) sehingga pertumbuhan tahunan konsumsi diyakini meningkat. Di tengah lesunya investasi swasta, realisasi proyek-proyek infrastruktur pemerintah dan beberapa pembangunan hotel/apartemen oleh swasta diharapkan dapat menopang pertumbuhan ekonomi Kepri pada triwulan kedua. Dari sisi sektoral, sejalan dengan penguatan konsumsi dan realisasi proyek infrastruktur pemerintah pertumbuhan ekonomi akan ditopang sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor serta sektor konstruksi. Dari sisi eksternal, pemulihan ekonomi global diperkirakan masih terbatas. Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan tidak sekuat perkiraan sebelumnya. Mencermati perkembangan terkini beberapa negara maju dan berkembang, Bank Indonesia dan IMF melakukan koreksi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi lebih rendah dibanding perkiraan sebelumnya (Tabel 6.1). Perekonomian kawasan Eropa ekonomi masih lemah, dan mencatatkan deflasipada triwulan I 216. Pemulihan ekonomi Amerika Serikat masih belum solid, dengan kegiatan manufaktur dan net ekspor yang masih lemah. Perekonomian Jepang juga melambat, menyebabkan Bank of Japan (BoJ) masih melanjutkan kebijakan suku bunga negatif. Sementara itu, ekonomi Tiongkok mengarah ke kondisi yang lebih stabil, namun 6 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

82 dengan risiko pelemahan yang masih tinggi, terindikasi dari penurunan ekspor pada Februari 216. Tabel.6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Proyeksi 216 Negara 215 Bank Indonesia Consensus Forecast Jan-16 Feb-16 Feb-16 Mar-16 Dunia 3,1 3,5 3,4 3,4 3,5 Amerika 2,6 2,7 2,6 2,1 2,1 Eropa 1,5 1,6 1,7 1,6 1,5 Jepang,6 1, 1, 1,3,7 Tiongkok 6,8 6,3 6,3 6,4 6,4 India 7,3 7,5 7,5 7,7 7,6 Singapura, mitra dagang utama Kepri memperkirakan pertumbuhan 216 pada kisaran 1, 3,% (yoy), atau relatif stabil dibanding pertumbuhan 215 sebesar 2,% (yoy). Meski demikian, secara khusus untuk sektor manufaktur, Singapura memperkirakan pertumbuhannya masih akan lemah. Perkiraan tersebut berdasarkan dua faktor utama yaitu belum pulihnya perekonomian Tiongkok dan Amerika Serikat, yang merupakan negara tujuan ekspor utama produk manufaktur Singapura, serta harga minyak yang masih rendah menyebabkan penurunan pesanan industri pendukung migas di Singapura. Penurunan kinerja manufaktur Singapura akan berdampak signifikan terhadap Kepri mengingat porsi terbesar ekspor Kepri adalah untuk negara tujuan Singapura, mencapai 4% dari total ekspor. Grafik 6.1 GDP Manufaktur Singapura dan Kinerja Ekspor Kepri (%, yoy) (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I GDP Sektor Manufaktur Singapura Pertumbuhan Ekspor Nonmigas Kepri (RHS) Sumber: Dept. of Statistics Singapore, BPS Di tengah pelemahan ekonomi dunia dan negara tujuan ekspor utama, tingkat konsumsi domestik dan realisasi proyek-proyek konstruksi pemerintah diperkirakan dapat menopang perekonomian Kepri pada triwulan kedua. Pergeseran Idul Fitri menjadi awal Juli, menyebabkan puncak belanja akan terjadi pada Juni, sehingga konsumsi secara tahunan diperkirakan meningkat. Daya beli masyarakat juga akan ditopang 61 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

83 oleh penyaluran Tunjangan Hari Raya (THR) dan bonus bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Juni 216. Selain itu, tingkat kunjungan wisman yang relatif stabil diharapkan dapat turut menjaga tingkat konsumsi di Kepri. Investasi diperkirakan menguat, terutama bersumber dari realisasi proyekproyek pemerintah serta sejumlah proyek konstruksi swasta. Anggaran belanja modal pemerintah 216 meningkat 8,36% dibanding realisasi tahun sebelumnya. Sejumlah proyek strategis pemerintah di Kepri saat ini yaitu pembangunan/renovasi pelabuhan laut hampir di seluruh kabupaten/kota, lanjutan pembangunan/renovasi bandar udara di beberapa kabupaten/kota, pembangunan jalan dan jembatan dengan alokasi anggaran terbesar di Kota Batam berupa pembangunan fly over, pembangunan sumber daya air dan sanitasi juga alokasi anggaran terbesar di Kota Batam untuk proyek Waste Water Treatment Plan (WWTP). Sementara itu dari sektor swasta, beberapa proyek konstruksi besar yaitu pembangunan beberapa hotel, apartemen dan kawasan perumahan. Namun, investasi dari sektor industri pengolahan diperkirakan masih lemah sesuai informasi yang diperoleh dari survei liaison (grafik 6.2) Grafik 6.2 Perkiraan Penjualan (Survei Liaison) 1,8 1,6 1,4 1,2 1,8,6,4,2 -,2 -,4 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Perkiraan Investasi Realisasi Investasi Sumber: Survei Liaison KPw BI Kepri Kinerja ekspor dan impor diperkirakan masih melambat, baik pada komoditas migas maupun non migas. Penurunan ekspor non migas dipengaruhi pelemahan ekonomi negara-negara tujuan utama ekspor Kepri seperti Singapura, Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang, akan mempengaruhi kinerja ekspor Kepri. Selain itu, penurunan harga migas juga menekan permintaan industri-industri pendukung migas di Kepri. Ekspor komoditas migas juga diyakini masih pada trend menurun. Berdasarkan hasil focus group discussion (FGD), pelaku usaha sektor migas di wilayah Kepri memperkirakan penurunan volume lifting minyak dan gas pada 216 sebesar masing-masing 17,57% (yoy) dan 32,5% (yoy). Adapun impor akan menurun sejalan dengan penurunan permintaan ekspor, karena berkurangnya kebutuhan impor bahan baku. 62 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

84 2,5 2 1,5 1,5 -,5-1 -1,5-2 -2,5 Grafik 6.3 Perkiraan Penjualan (Survei Liaison) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Perkiraan Penjualan Sumber: Survei Liaison KPw BI Kepri Realisasi Penjualan (SBT) Grafik 6.4 Perkiraan Realisasi Usaha (Survei SKDU) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II ,2 Realisasi Kegiatan Usaha (SBT) Sumber: SKDU BI Provinsi Kepulauan Riau Perkiraan Kegiatan Usaha (SBT) (SBT) 1,2 1,8,6, PROSPEK INFLASI Tekanan inflasi pada triwulan II 216 diperkirakan meningkat. Meski demikian, capaian inflasi 216 diyakini pada koridor sasaran inflasi nasional sebesar 4 ± 1% (yoy). Peningkatan laju inflasi triwulan kedua akan didorong oleh laju peningkatan permintaan dan konsumsi masyarakat dalam rangka hari raya Ramadhan dan Idul Fitri. Selain itu, karena hari raya Idul Fitri jatuh pada awal Juli, maka puncak konsumsi masyarakat diyakini terjadi pada Juni atau bergeser dibanding 215 (puncak inflasi Juli). Kondisi ini akan mendorong laju inflasi tahunan menjadi lebih tinggi. Sesuai pola tahunan saat hari raya, kelompok volatile food diyakini memberi andil terbesar inflasi triwulan II 216. Dalam 5 (lima) tahun terakhir rata-rata inflasi volatile food menjelang hari raya Idul Fitri sebesar 2,38% (mtm). Beberapa komoditas yang berisiko mendorong laju inflasi antara lain: beras, cabai merah, cabai rawit, daging sapi, daging ayam ras serta kelompok sayur-sayuran. Peningkatan konsumsi selama bulan Ramadhan, keterbatasan pasokan karena berakhirnya masa panen raya (komoditas cabai dan sayuran) di daerah penghasil, serta potensi La Nina 13 merupakan beberapa sumber risiko inflasi volatile food. Sementara itu, tingkat pasokan beras diperkirakan masih melimpah mengingat panen raya beras berlangsung pada Maret sampai dengan Mei. Melalui forum TPID, Bulog juga memastikan penyaluran raskin dilakukan tepat waktu serta stok beras mencukupi. Tekanan inflasi inti diperkirakan terjaga stabil. Sesuai pola tahunan, penyesuaian harga komoditas inti pada umumnya dilakukan produsen pada awal tahun, tercermin dari peningkatan inflasi inti pada periode ini. Oleh karena itu, meski akan ada peningkatan 13 Curah hujan tinggi, berpotensi menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor di sejumlah wilayah di Indonesia, antara lain Jawa dan Kawasan Timur Indonesia 63 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

85 permintaan pada triwulan kedua (terutama komoditas makanan jadi dan sandang), laju kenaikannya diperkirakan terbatas. Selain itu, terjaganya tingkat inflasi inti juga dipengaruhi oleh daya beli konsumen yang cenderung masih terbatas serta penyesuaian harga/tarif beberapa komoditas administered price (harga BBM, tarif listrik, tarif angkutan) yang telah dilakukan pada periode sebelumnya diharapkan menjadi faktor penahan laju inflasi inti. Trend ekspektasi inflasi konsumen yang cenderung menurun, juga diperkirakan membatasi konsumsi. Laju inflasi administered price berpotensi meningkat, terutama tarif angkutan udara. Sesuai pola musiman, peningatan penumpang karena arus balik dan arus mudik Idul Fitri akan mendorong operator maskapai penerbangan menaikkan harga tingkat hingga batas atas tarif yang ditentukan pemerintah. Namun, penurunan harga bensin Pertamax dan tarif listrik (PT PLN Persero) akan menahan laju inflasi administered price. Penurunan harga kedua komoditas tersebut mengikuti trend penurunan harga minyak dunia. (USD/barel) Grafik 6.5 Harga Minyak ,8 34, Harga WTI (West Texas Intermediate) Harga Minas Sumber: Bloomberg 6.3. REKOMENDASI Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas dengan laju inflasi yang rendah dan terkendali, beberapa usulan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah dan pihak-pihak terkait, adalah sebagai berikut: 1. Pertumbuhan Ekonomi: a. Melaksanakan dan memonitor perkembangan proyek pembangunan infrastruktur berjalan dengan baik sebagai pendorong perekonomian ditengah melemahnya investasi swasta dan kinerja ekspor Kepri. b. Didukung oleh lokasi yang strategis dan fasilitas Free Trade Zone (FTZ) di Batam, Bintan dan Karimun, Kepri memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan perannya dalam global value chain (GVC). Hal ini dapat diwujudkan antara lain melalui: (i) 64 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

86 memaksimalkan potensi investasi dengan senantiasa menjaga iklim investasi yang kondusif melalui layanan investasi dan perizinan yang efisien dan berkualitas, tingkat keamanan yang terjaga, serta infrastruktur pendukung berstandar internasional (ii) memberikan insentif kepada pelaku usaha untuk meningkatkan teknologi produksi, (iii) pengembangan industri pendukung yang dapat mendorong efisiensi, produktivitas dan daya saing ekspor, (iv) mendorong UMKM menghasilkan produk yang mendukung industri utama, atau menghasilkan produk yang berorientasi ekspor, (v) kebijakan lintas instansi yang terkoordinasi dengan baik dan berjalan searah, (vi) mempercepat penyelesaian masalah-masalah terkait konektivitas dan logistik. c. Mengembangkan potensi-potensi ekonomi Kepri selain industri pengolahan dan sektor migas, seperti sektor perikanan dan pengolahannya serta sektor pariwisata. d. Selain fokus pada hard infrastructure, pengembangan soft infrastructure juga diharapkan tetap menjadi perhatian pemerintah. Soft infrastructure tersebut antara lain berupa peningkatan kualitas pendidikan, layanan kesehatan dan hidup layak. Pengembangan soft infrastructure tersebut akan mendukung daya saing sumber daya manusia Kepri sebagai salah satu modal dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. e. Mengoptimalkan penyerapan belanja dan penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), terutama belanja modal dan infrastruktur yang akan mendorong investasi dan memberikan multiplier effect ke sektor ekonomi lainnya. 2. Inflasi: a. Melakukan mitigasi risiko inflasi jelang Idul Fitri 216, dengan melakukan operasi pasar, sidak pasar, pasar murah dan mengelola ekspektasi dan memberikan edukasi kepada masyarakat untuk tidak melakukan belanja berlebihan. b. Mendukung penyusunan Roadmap pengendalian inflasi untuk Kabupaten/Kota dengan merujuk kepada Roadmap pengendalian inflasi Prov Kepri, sesuai dengan karakteristik masing-masing daerah dan menjadi bagian dari Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). c. Segera merealisasikan kerjasama perdagangan bahan makanan dengan Provinsi Jambi. Selain itu, pemerintah diharapkan dapat terus menjajaki potensi kerjasama dengan daerah-daerah terdekat Kepri lainnya untuk kelancaran pasokan suplai bahan makanan Kepri. d. Bersama-sama melaksanakan pengendalian inflas - Gencarkan mengelola ekspektasi melalui berbagai media - Upayakan kestabilan harga komoditas volatile foods 65 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

87 - Redam gejolak harga melalui konsolidasi rencana aksi oleh instansi terkait - Inisiasikan gerakan nyata dalam mengendalikan inflasi (gerakan sentuh tanah menanam di lahan pekarangan rumah) - Dorong pengembangan pertanian terpadu sebagai basis produksi daerah - Arahkan capaian inflasi Kepri terjangkar pada target inflasi nasional sebesar 4%±1% (yoy). - Melaksanakan Roadmap Pengendalian Inflasi dengan seksama 66 KEKR Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 216

88 L A M P I R A N

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau November 216 Publikasi Triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya, Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 215 dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Agustus 216 Publikasi Triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Februari 217 Publikasi Triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau K A T A P E N G A N T A R Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013 Asesmen Ekonomi Badan Pusat Statistik (BPS) Kepulauan Riau menetapkan angka final PDRB untuk tahun 2012 bersamaan dengan publikasi PDRB tahun

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Mei 2017 Publikasi Triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau i KEKR Provinsi Kepulauan Riau Periode Mei 2017 ii KEKR

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NOVEMBER 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Periode Februari 2018

Periode Februari 2018 i Periode Februari 2018 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally left blank ii Periode Februari 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG EKONOMI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I-2016 TUMBUH 3,30 PERSEN, MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- No. 32/05/19/Th.X,

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 37/08/Th.XX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I - 2017 EKONOMI ACEH SEMESTER I-2017 DENGAN MIGAS NAIK 3,67 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,54 PERSEN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR i Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2014 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 No. 31/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2017 TUMBUH SEBESAR 5,75% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,34% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 51/11/Th.XIX, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III - EKONOMI ACEH TRIWULAN III TAHUN DENGAN MIGAS TUMBUH 2,22 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,31 PERSEN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

... V... VII... XIII... XIII... XIII... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku... 5 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 7 1.3. PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017 42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA I Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Agustus 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2 Kupang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali gan a Pul Februari 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI FebruarI 2017 Untuk informasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG i TRIWULAN I 2016 Edisi Triwulan I 2016 Buku Kajian dan Keuangan ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i FEBRUARI 2017 Edisi Februari 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN III 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN II 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci