XIV. TEORI RELATIVITAS KHUSUS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "XIV. TEORI RELATIVITAS KHUSUS"

Transkripsi

1 XIV - 1 XIV. TEORI RELATIVITAS KHUSUS 14.1 Pendahlan. Dala bab ini akan dikaji teori relatiitas khss yang bersaaan dengan teori kant Plank telah ebawa sejlah perbahan besar yang sangat endasar dala enelaah gejala-gejala ala seesta. Teori ini bergna dala eeriksa bagaiana pengkran kantitas fisis bergantng pada pengaat seperti jga pada peristiwa yang teraati. Dari teori ini nl ekanika bar yang enyaratkan kaitan yang sangat erat antara rang dan wakt serta assa dan energi. Tanpa kaitan ini kajian ikroskopik ato yang erpakan persoalan sentral dala Fisika Modern tidak ngkin diengerti penjelasannya. Dala hal ini akan dikaji terlebih dahl tinjaan lang relatiitas klasik Newton dan kedian eperlihatkan engapa Einstein terdorong engslkan ntk enggantikannya. Setelah it akan dikaji berbagai aspek ateatika teori relatiitas khss raalan-raalannya dan akhirnya berbagai perobaan yang engji kebenarannya Kegagalan Relatiistik Klasik. Transforasi Galileo. Konsep Newton tentang ala telah eberikan sat kerangka nilai dasar yang ebant dala eahai sejlah besar gejala ala. Konsep tentang ala ini yang sebenarnya berasal dari Galileo engatakan bahwa rang dan wakt adalah tlak. Dala hal ini Galileo engatakan bahwa sebah benda yang dia enderng dia keali jika padanya dikenakan gaya lar. Asas ini yang disebt dengan asas kelebaan Galileo jika diji dala sebah kerangka aan yang engalai perepatan seperti sebah obil yang berhenti endadak ata sebah koedi ptar yang sangat epat perptarannya akan didapati bahwa asas ini tidak berlak. Jadi hk-hk Newton (terask asas kelebaan) tidak berlak dala kerangka aan yang bergerak dengan keepatan tetap. Kerangka aan yang bergerak dengan keepatan tetap ini disebt sebagai kerangka aan inersial. Peristiwa-peristiwa yang diaati dari berbagai kerangka inersial dapat tapak berbeda bagi asing-asing pengaat dala tiap kerangka it akan tetapi sea akan berpendapat bahwa hk-hk Newton kekekalan energi dan setersnya tetap berlak dala setiap kerangka aan. Perbandingan pengaatan-pengaatan yang dilakkan dala berbagai kerangka inersial eerlkan transforasi Galileo yang enyatakan bahwa keepatan (relatif terhadap tiap kerangka inersial) eathi atran berikt ini: Jika seorang pengaat O dala salah sat kerangka inersial engkr keepatan sebah benda aka pengaat O dala kerangka inersial yang lain yang bergerak dengan keepatan relatif terhadap O akan engkr bahwa benda yang saa ini bergerak dengan keepatan: Teori Relatiitas Khss

2 XIV - =. (14.1) Dala hal ini gerak relatif selal pada arah X. Untk kass ini transforasi Galileo enjadi y (14.a) (14.b) z y (14.) z Tapak bahwa hanya koponen- keepatan yang terpengarh. Dengan engintegrasikan persaaan pertaa didapatkan sedangkan difernsiasinya eberikan t (14.3) a a. (14.4) Persaaan (14.4) eperlihatkan bahwa hk-hk Newton tetap berlak dal keda kerangka aan it. Jadi selaa tetap keda pengaat it akan engkr perepatan yang saa dan sependapat bahwa tetap berlak F = a. Untk eahai transforasi Galileo ini berikt akan disajikan sat ontoh penerapannya. Da bah obil bergerak dengan laj tetap disepanjang jalan lrs pada arah yang saa. Mobil A bergerak dengan laj 6 k/ja sedangkan obil B 4 k/ja. Masing-asing laj ini dikr relatif terhadap seorang pengaat di tanah. Berapakah laj obil A terhadap obil B?. Peeahan: Misalkan O adalah pengaat di tanah yang engaati obil A bergerak dengan laj = 6 k/ja. Anggaplah O bergerak dengan obil B dengan laj = 4 k/ja. Maka laj obil A terhadap obil B adalah = = 6 4 = k/ja. Eksperien Mihelson dan Morley. Seara gejala gelobang dapat didefenisikan sebagai rabatan ganggan periodik elali sat zat perantara elai gaya-gaya yang bekerja antara partikel zat perantaranya. Setelah Mawell eperlihatkan adanya gelobang elektroagnetik aka para fisikawan segerah elakkan berbagai paya ntk enelaah sifat zat perantara yang berperan pada perabatan gelobang elektroagnetik ini. Zat perantara it disebt eter. Nan karena zat tersebt bel pernah teraati aka dipostlatkan bahwa zat tersebt tidak berassa dan tidak napak tetapi engisi selrh rang dan fngsinya hanyalah erabatkan gelobang elektroagnetik. Adanya konsep tentang eter ini ebat fisikawan Aerika Albert A. Mihelson dan rekannya E. W. Morley pada tahn 1887 elakkan perobaan ntk ebktikan Teori Relatiitas Khss

3 XIV - 3 keberadaannya. Perobaan tersebt pada dasarnya epergnakan interferoeter Mihelson yang diranang khss dan dengan assi bahwa jika keberadaan eter it eang benar aka dengan engaati gerak bi engarngi eter akan terngkap pla gerak bi relatif terhadap rang tlak eter. Dala perobaan ini seberkas ahaya onokroatik (sat warna) dipisahkan enjadi da berkas yang dibat elewati da lintasan berbeda dan kedian dipadkan kebali. Karena adanya perbedaan panjang lintasan aka akan dihasilkan sat pola interferensi. Setelah elakkan perobaan Mihelson dan Morley tidak dapat engaati adanya perbahan enolok pada pola interferensinya yang berarti bahwa tidak dapat teraati adanya gerak bi relatif terhadap eter sehingga dapat disiplkan bahwa konsep tentang eter sebagai zat perantara tidak ada. Jadi terdapat sat rantai nalar yang berawal dari asas kelebaan Galileo elali hk-hk Newton dengan pengandaian iplisitnya tentang rang dan wakt dan berakhir dengan kegagalan perobaaan Mihelson-Morley ntk engaati gerak bi relatif terhadap eter. Hal ini eerlkan penjelasan bar dan lebih reolsioner ntk erobak konsep tradisional tentang rang dan wakt enj konsep fisika klasik yang paling endasar Postlat Relatiitas Khss. Teori relatiitas khss nl sebagai hasil analisis konsekensi fisis yang tersirat oleh ketiadaan kerangka aan niersal berdasarkan perasalahan yang dinlkan pada perobaan Mihelson-Morley. Teori ini diajkan oleh Albert Einstein pada tahn 195 dan erpakan landasan bagi konsep-konsep bar tentang rang dan wakt. Teori relatiitas khss ini berdasarkan pada da postlat yait: 1. Asas relatiitas enyatakan bahwa hk-hk fisika tetap saa pernyataannya dala sea siste inersial.. Ketakbahan laj ahaya; laj ahaya eiliki nilai yang saa dala sea siste inersial. Postlat pertaa enyatakan ketiadaan kerangka aan yang niersal. Jika hk fisika berbeda ntk pengaat yang berbeda dala keadaan gerak relatif aka akan dapat ditentkan ana yang dala keadaan dia dan ana yang bergerak dari perbedaan tersebt. Akan tetapi karena tidak terdapat kerangka aan niersal perbedaan ini tidak ada sehingga nl postlat pertaa ini. Sedangkan postlat keda nl seara langsng dari berbagai hasil eksperien. Dala raian selanjtnya akan dikaji beberapa akibat dari keda postlat relatiitas khss di atas dan ntk eperdala peahaan akan disertai dengan sat ontoh soal. Teori Relatiitas Khss

4 XIV - 4 Dilatasi Wakt. Tinja da pengaat O dan O. O enebakkan seberkas ahaya enj sebah erin berjarak L darinya dan kedian engkr selang wakt t yang dibthkan berkas tersebt ntk eneph jarak ke erin dan kedian terpantlkan kebali ke O. Pengaat O sedang bergerak dengan laj tetap tegak lrs terhadap arah penjalaran berkas ahaya. Menrt pandangan O titik pengirian dan peneriaan berkas ahaya it saa dan O yang bergerak enjahinya tegak lrs terhadap arah penjalaran berkas ahaya. Sedangkan enrt O O sedang bergerak dengan keepatan dan berkas ahaya dikiri dari titik A dan diteria di titik B setelah selang wakt t kedian. Hbngan antara t dan t diberikan oleh kaitan berikt: t t. (14.5) 1 Hbngan pada pers.(14.5) di atas erangkkan efek yang dikenal sebagai dilatasi wakt (tie dilation). Menrt pers.(14.5) pengaat O engkr selang wakt yang lebih laa daripada yang dikr pengaat O. Hal ini enjelaskan bahwa selang wakt t selal lebih laa daripada t tidak perdli berapa besar ata arah dan efek ini nyata tidak hanya berlak bagi ja-ja yang didasarkan pada berkas-berkas ahaya tetapi jga bagi wakt it sendiri. Begitpn pertbhan sia dan pelrhan siste hayati engalai perlabatan karena efek dilatasi wakt. Berapakah kelajan roket yang lonengnya 1 s terlabat dala 1 ja relatif terhadap loneng dibi?. Peeahan: Dala hal ini selang wakt enrt loneng di bi adalah t = 36 s dan selang wakt enrt loneng yang bergerak (di roket) adalah t = 361 s. Kelajan roket apat diselesaikan dengan enggnakan pers.(14.5) sebagai berikt: t 1 Didapatkan t t 1 t s 31 /s 1 t t 361s Jadi kelajan roket tersebt adalah = /s. 711 t 1 t 6 /s. Kontraksi Panjang (Kontraksi Lorentz). Teori Relatiitas Khss

5 XIV - 5 Kebali pada analisis sela dengan pengaat O dan O. Dala hal ini diandaikan bahwa O bergerak sejajar dengan berkas ahaya. Jika ditinja sdt pandang O aka enrtnya berkas ahaya enj ke erin dan dipantlkan kebali eneph jarak L t. (14.6) Sedangkan enrt pengaat O berkas ahaya tersebt eneph jarak L. Sehingga dengan enggnakan per.(14.5) aka hbngan antara L dan L didapatkan sebagai berikt L ' L 1. (14.7) Jadi panjang L enrt O lebih pendek daripada panjang L enrt O. Hasil ini dikenal sebagai kontraksi panjang (length ontration). Kontraksi panjang erpakan sat hasil dan tidak ada sangkt patnya dengan pengkran panjang yang dilakkan seara langsng. Kontraksi panjang hanya terjadi sepanjang arah gerak dan sea koponen panjang lainnya tidak terpengarh dengan efek ini. Seorang pengaat sedang berdiri pada sebah peron stasin ketika sebah kereta api berkeepatan tinggi elewatinya dengan laj =.8. Menrt pengaat tersebt panjang peron stasin adalah 6 sat saat enatat bahwa jng depan dan belakang kereta it tepat segaris dengan jng-jng peron stasin. Berapa panjangkah peron stasin enrt pengaat didala kereta?. Peeahan: Pengaat di kereta engaati bahwa peron stasin eiliki panjang terkontraksi L yang berhbngan dengan panjang sejatinya L elali kaitan pers.(14.7) yait: L ' L Efek Doppler. Karena da pengaat yang dala keadaan gerak relatif engkr selang wakt yang berbeda aka apakah pengkran frekensi jga berbeda. Dala fisika klasik telah dibahas efek Doppler bagi gelobang bnyi yang berbentk f ' f (14.8) s dengan adalah laj gelobang bnyi dala dara adalah laj pengaat s adalah laj sber dan tanda aljabar di atas dipilih ntk sber bergerak penj pengat ata pengaat enj sber. Karena sea laj dikr terhadap zat perantara (dara) aka enrt postlat Einstein sitasi ini tidak ngkin berlak ntk gelobang ahaya. Oleh karena it diisyaratkan bahwa bagi gelobang ahaya terdapat rs pergeseran Doppler yang berbeda Teori Relatiitas Khss

6 XIV - 6 yang tidak ebedakan antara gerak sber dan gerak pengaat elainkan hanya elibatkan gerak relatif. Andaikan pengaat O eiliki sber radiasi yang eanarkan gelobang ahaya berfrekensi f (enrt pengaat O) aka pengaat O yang bergerak dengan laj relatif terhadap O engkr frekensi jika: 1. O bergerak tegak lrs terhadap O aka frekensi yang teraati oleh O adalah f f 1 (14.9) jadi frekensi yang teraati lebih keil daripada frekensi enrt O.. O bergerak lrs enjahi O aka frekensi yang teraati oleh O adalah f f 1 1 (14.1) jadi frekensi yang teraati lebih keil daripada frekensi enrt O. 3. O bergerak lrs endekati O aka frekensi yang teraati oleh O adalah f f 1 1 (14.11) jadi frekensi yang teraati lebih besar daripada frekensi enrt O. Persaaan (14.9) (14.11) adalah rs pergeseran Doppler ntk gelobang ahaya yang taat asas postlat Einstein. Tidak seperti halnya dengan rs klasik rs ini tidak ebedakan antara gerak sber dan pengaat dan hanya bergantng pada laj relatif. Sebah galaksi sedang bergerak enjahi bi dengan laj yang kp tinggi sehingga frekensi yang sebenarnya Hz tereka sebesar Hz. Berapakah laj galaksi tersebt relatif terhadap bi?. Peeahan: Karena f f aka hal ini ennjkkan bahwa galaksi tersebt enjahi bi sehingga dari pers.(14.1) didapatkan f 1 1 f f f f f Jadi galaksi tersebt bergerak enjahi bi dengan laj Transforasi Lorentz. Telah dikaji bahwa transforasi Galileo engenai koordinat wakt dan keepatan tidak taat asas dengan keda postlat relatiitas khss. Oleh karena it diperlkan seperangkat persaaan transforasi bar yang dapat eraalkan berbagai efek relatiistik. Karena transforasi Galileo berlak pada laj rendah aka transforasi bar ini harslah eberikan Teori Relatiitas Khss

7 XIV - 7 hasil yang saa seperti transforasi Galileo apabila laj relatif antara pengaat O dan O adalah rendah. Transforasi yang eenhi sea persyaratan tersebt dikenal sebagai transforasi Lorentz dan transforasi ini engaitkan koordinat dari sat peristiwa ( y z t) yang diaati dari kerangka aan O dengan koordinat peristiwa yang saa ( y z t ) yang diaati dari kerangka aan O yang bergerak dengan keepatan terhadap O. Seperti dijelaskan sebelnya diandaikan bahwa gerak relatifnya adlah sepanjang arah (ata ) positif (O bergerak enjahi O). Bentk persaaan transforasi Lorentz adalah sebagai berikt: t (14.1a) 1 y = y (14.1b) z = z (14.1) t t. (14.1d) 1 Dala hal ini jika O bergerak enj O gantikan dengan. Jika sebah obyek yang diaati oleh O bergerak dengan keepatan = ( y z ) aka keepatan yang diaati oleh O = ( y z ) perl enggnakan transforasi keepatan Lorentz berikt: (14.14a) 1 y y 1 (14.14b) 1 z z 1. (14.14) 1 Ketiga hbngan dala pers.(14.14) erpakan akibat langsng dari persaaan transforasi Lorentz dan sebagai latihan ada baiknya pebaa dapat ebktikannya. Pesawat rang angkasa Alfa berkelajan 9 terhadap bi. Jika pesawat rang angkasa Beta elewati Alfa dengan kelajan relatif 5 berapak kelajan Beta terhadap bi?. Peeahan: Menrt ekanika klasik Beta eerlkan keepatan relatif terhadap bi = 14 jelas tak ngkin. Tetapi enrt pers.(14.14a) dengan = 5 dan = 9 keepatan relatif yang diperlkan adalah Teori Relatiitas Khss

8 XIV Besarnya krang dari. Dengan keepatan relatif 5 pesawat tersebt perl keepatan 1% lebih tinggi dari pesawat yang bergerak dengan keepatan 9 ntk elewatinya. Contoh Lagi: Da bah roket sedang eninggalkan stasin rang angkasa dengan bergerak sepanjang da lintasan yang saling tegak lrs enrt pengkran seorang pengaat di stasin rang angkasa. Roket pertaa bergerak dengan laj 6 dan roket keda dengan 8 keda-danya realtif terhadap stasin rang angkasa. Berapakah keepatan roket keda bila diaati oleh roket pertaa?. Peeahan: Dala hal ini pengaat O adalah stasin rang angkasa sedangkan O adalah roket pertaa (bergerak dengan = 6) dan peristiwa adalah roket keda yang sedang bergerak (enrt O) dala arah tegak lrs roket pertaa. Arah ini akan diabil sebagai arah y dari kerangka aan di O. Jadi O engaati bahwa roket keda eiliki koponen keepatan = y = 8. Menrt O koponen keepatan roket keda dapat diari dengan enggnakan transforasi keepatan Lorentz berikt y Jadi laj roket kea enrt O adalah Harganya lebih keil daripada Dinaika Relatiistik. Sebelnya telah dijelaskan bagaiana keda postlat Einstein telah ebat sat penafsiran bar terhadap konsep-konsep fisika engenai panjang dan wakt serta keepatan. Dala sbbab ini akan dikaji lang besaran-besaran dinaika seperti assa energi oent dan gaya dari sdt pandang ini. Untk telaah awal akan ditinja sat gaya F yang dikenakan pada sebah benda berassa yang eberikan perepatan a = F/. Jika gaya tersebt dikenakan pada selang wakt yang kp laa aka dinaika klasik eraalkan bahwa benda akan ters bertabah kelajannya hingga elapai laj ahaya. Tetapi hal tersebt Teori Relatiitas Khss

9 XIV - 9 enrt transforasi Lorentz tidak berakna fisika bila. Jadi diperlkan sehipnan hk dinaika bar yang enegah benda engalai perepatan sehingga elaj elapai laj ahaya. Massa Relatiistik. Kajian akan diawali dengan eninja persoalan tbkan da assa partikel identik dengan asing-asing laj yang telah dipelajari dengan enggnakan dinaika Newton. Setelah bertbkan enrt pengaat O yang dala laboratori didapatkan sebah assa dala keadaan dia dengan ilstrasi sebagai berikt: sebel 1 setelah = Jika kerangka aannya adalah kerangka aan yang bergerak dengan laj ke kanan aka enrt ekanika klasik assa pertaa akan tapak dia sedangkan assa keda akan endekati dengan laj. Akan tetapi transforasi Lorentz ternyata eberi hasil yang berbeda. Misalkan O bergerak ke kanan dengan laj = aka enrt O keepatan assa pertaa adalah 1 1. (14.14) Dala hal ini karena keepatan searah sb aka indeks bawah diabaikan. Sedangkan keepatan assa keda adalah (dengan = - enrt O) 1. (14.15) 1 1 Keepatan assa gabngan adalah (dengan V = enrt O) V 1V 1 V Berikt adalah ilstrasi perobaan tersebt sebagaiana teraati oleh O : sebel 1 setelah. (14.16) Menrt O oent linear sebel dan setelah tbkan adalah p p awal akhir 1 1 V sedangkan enrt O adalah Teori Relatiitas Khss

10 XIV - 1 p awal p akhir V '. Karena enrt pengkran O bahwa kekal. p p aka bagi O oent linear tidak awal akhir Dala konsep fisika kekekalan oent linear hars dipertahankan dala sea kerangka aan aka karena keepatan telah ditangani dengan benar aka kesalahan tentnya terletak pada penanganan konsep assa. Seiring dengan kajian tentang kontraksi panjang dan dilatasi wakt aka dala kass ini dapat diandaikan bahwa pada besaran assa terdapat pla pertabahan assa relatiistik enrt kaitan: (14.17) 1 dengan disebt assa dia yait assa yang dikr dala kerangka aan yang terhadapnya benda dia. Dala kerangka aan lainnya assa relatiistik akan lebih besar daripada. Berdasarkan konsep pertabahan assa relatiistik ini aka enrt pengaat O (dengan enganggap keda objek eiliki assa dia ) assa 1 dan berbentk dan karena 1 = = assa gabngan M adalah 1 M dan (14.18) (14.19) 1 Karena assa gabngan ini dia dala kerangka aan O aka assa M adalah assa dianya (yang dinyatakan dengan M ). Sehingga enrt pengaat O 1 dia jadi 1 = dan bergerak dengan laj = -/(1 + / ) jadi didapatkan Massa gabngan M bergerak dengan laj V = - jadi 1. (14.) M M. (14.1) 1 1 Dari raian di atas napak bahwa defenisi assa yang bar ini berhasil epertahankan kekekalan oent baik enrt O apn O. Sebagai latihan pebaa disarankan ntk ebktikannya. Teori Relatiitas Khss

11 XIV - 11 Carilah assa elektron ( = kg) yang berkelajan 99!. Peeahan: Dala hal ini / = 99 dan / = 98 sehingga dari pers.(14.17) didapatkan kg kg Ini berarti assa elektron sekarang hapir tj kali lebih besar daripada assa dia elektron. Moent dan Energi Relatiistik. Selain endefenisikan assa relatiistik seperti yang telah diperoleh di atas dapat jga didefenisikan oent relatiistik sebagai berikt: p. (14.) 1 Defenisi ini ternyata erpakan pilihan terbaik karena dengan defenisi ini dapat dihindari kebingngan penggnaan assa relatiistik pada kass-kass diana pernyataan ini tidak berlak. Jadi erpakan sat kekeliran jika sea persaaan dinaika relatiistik diberlakkan hanya dengan sekedar enggantikan assa klasik dengan assa relatiistik. Begitpn tidaklah benar enliskan energi kinetik sebagai ½ dengan enggnakan assa relatiistik. Hbngan assa dan energi relatiistik dapat ditrnkan dari defenisi energi kinetik dari sat partikel yang bergerak. Energi kinetik K didefenisikan sebagai saha sebah gaya lar F yang engbah laj sebah partikel yait K F d s (14.3) dengan ds enyatakan jarak selaa gaya lar beraksi. Dengan enggnakan bentk relatiistik hk gerak keda F = d()/dt aka rsan energi kinetik enjadi K s d ds dt s d 1 Dengan enggnakan rsan integral parsial didapatkan energi kinetik sebesar K. (14.4). (14.5) Dala hal ini assa relatiistik didefenisikan enrt pers.(14.17) dan besaran E = disebt sebagai energi dia partikel yang assa dianya. Jadi sebah partikel yang bergerak eiliki energi E dan tabahan energi K sehingga dengan deikian energi relatiistik total E partikel adalah E E K K. (14.6) Teori Relatiitas Khss

12 XIV - 1 Persaaan (14.6) erpakan tean terkenal Einstein yang enyatakan bahwa energi sebah partikel erpakan kran lain dari assanya (kesetaraan assa-energi). Dengan enggnakan ontoh asalah tbkan yang dikaji dala pebahasan di atas sebagai latihan pebaa disarankan ntk ebktikan bahwa energi relatiistik total kekal dala keda kerangka aan. Sat benda yang la-la dala keadaan dia eledak enjadi da bagian yang asingasing berassa dia 1 kg dan bergerak saling enjahi dengan kelajan 6. Carilah assa dia benda sela!. Peeahan: Karena energi total benda sela hars saa dengan jlah energi total asing-asing bagian aka E total E 1 1kg 1 E 6 5 kg. 1 1 Jadi assa dia benda sela adalah 5 kg. 1 1 Hbngan Energi dan Moent. Hbngan antara energi dan oent relatiistik dapat diperoleh dari persaaan relatiistik ntk energi total dan oent dan didapatkan E p. (14.7) Hbngan ini erpakan salah sat pernyataan yang sangat beranfaat yang engaitkan energi relatiistik dan oent. Dari rsan tersebt dapat ditentkan konsep tentang partikel tak berassa yait partikel yang assa dianya tidak ada nan eperlihatkan sifat-sifat partikel seperti energi dan oent. Dala ekanika klasik sat partikel hars epnyai assa dia agar eiliki energi dan oent tetapi dala ekanika relatiistik persyaratan tersebt tidak berlak. Menrt pers.(14.7) bila partikel dengan assa = hbngan antara energi dan oentnya adalah E p. (14.8) Rsan ini tidak berarti bahwa partikel tak berassa hars ada tetapi tidak elarang kengkinan adanya partikel seperti it asalkan = dan E = p berlak. Kenyataanya ada da jenis partikel tak berassa yang telah ditekan yait foton dan netrino. Foton dan netrino akan ditelaah dala bab selanjtnya. Teori Relatiitas Khss

13 XIV - 13 Carilah energi total keepatan dan oent sebah elektron dengan energi kinetik sebesar 1 Me!. Peeahan: Dala hal ini energi dia elektron adalah 511 Me jadi energi totalnya adalah E = K + = 1 Me Me = 1511 Me dengan assa sebesar = E/ = 15 Me/. Dengan enggnakan persaaan pertabahan assa relatiistik didapatkan sehingga didapatkan keepatannya adalah = Moent dapat diperoleh dengan enggnakan kaitan antara energi dan oent yait p Me 15 Me E sehingga didapatkan oentnya adalah p = 15 Me/. Perhatikan bahwa jika aka energi relatiistik total E hapir saa dengan p seperti yang telah dibahas bahwa hal tersebt erpakan efek partikel tak berassa (relatiistik ekstri). Teori Relatiitas Khss

BAB RELATIVITAS Semua Gerak adalah Relatif

BAB RELATIVITAS Semua Gerak adalah Relatif BAB RELATIVITAS. Sema Gerak adalah Relatif Sat benda dikatakan bergerak bila keddkan benda it berbah terhadap sat titik aan ata kerangka aan. Seorang penmpang kereta api yang sedang ddk di dalam kereta

Lebih terperinci

Relativitas khusus (Einstein) 1 TEORI RELATIVITAS KHUSUS.

Relativitas khusus (Einstein) 1 TEORI RELATIVITAS KHUSUS. elatiitas khusus (Einstein) TEOI ELATIITAS KHUSUS. Teori gelobang Huygens telah ebuat asalah yang harus eperoleh penyelesaian, yakni tentang ediu yang erabatkan ahaya. Lazi disebut eter. Pada tahun 887

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH FISIKA. Disusun Oleh: : Fauzan Fakhrul Arifin. Kelas : X-6. No. Absen : 12

TUGAS MAKALAH FISIKA. Disusun Oleh: : Fauzan Fakhrul Arifin. Kelas : X-6. No. Absen : 12 TUGAS MAKALAH FISIKA GLOMANG LKTROMAGNTIK Dissn Oleh: Naa : Fazan Fakhrl Arifin Kelas : X-6 No. Absen : 1 SMAN 1 SIDOARJO 11/1 I. Pendahlan Keajan teknologi saat ini seakin eningkat berikt dala penggnaan

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA WAKTU PENGOSONGAN TANGKI AIR

MODEL MATEMATIKA WAKTU PENGOSONGAN TANGKI AIR Prosiding Seinar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakltas MIPA, Universitas Negeri Yogakarta, 6 Mei 9 MODEL MATEMATIKA WAKTU PENGOSONGAN TANGKI AIR Irawati, Kntjoro Adji Sidarto. Gr SMA

Lebih terperinci

RELATIVITAS. B. Pendahuluan

RELATIVITAS. B. Pendahuluan RELATIVITAS A. Tujuan Pembelajaran 1. Memahami pentingnya kerangka auan. Menyebutkan dua postulat Einstein 3. Menjelaskan transformasi Lorentz 4. Menjelaskan konsekuensi transformasi Lorentz yaitu : dilatasi

Lebih terperinci

CHAPTER ii GERAK RELATIV

CHAPTER ii GERAK RELATIV CHAPTER ii GERAK RELATIV Mekanika Newton gagal menjelaskan fenomena gerak dengan keepatan tinggi mendekati keepatan ahaya. Contoh pada perobaan yang dilakukan dengan memberikan beda potensial yang sangat

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Sber Data Peodelan dispersi poltan dari cerobong asap pabrik dengan Gassian Ple Model akan diterapkan pada kondisi nata dengan data ang diperoleh dari PT. KL. Pabrik tersebt

Lebih terperinci

Bab 1. Teori Relativitas Khusus

Bab 1. Teori Relativitas Khusus Bab. Teori Relatiitas Khusus. PENDAHULUAN Sebuah benda dikatakan:. Bergerak relatif terhadap benda lain jika dalam selang waktu tertentu kedudukan relatif benda tersebut berubah.. Tidak bergerak jika kedudukan

Lebih terperinci

Pergerakan Tanah Pada Lembah Tertimbun Yang Dipengaruhi Gelombang Permukaan Datar

Pergerakan Tanah Pada Lembah Tertimbun Yang Dipengaruhi Gelombang Permukaan Datar Vol. 3, o., 53-59, Janari 7 Pergerakan Tanah Pada Lebah Tertibn Yang Dipengarhi Gelobang Perkaan Datar Jeffry Ksa Abstrak Tlisan ini ebahas engenai pergerakan tanah pada lebah tertibn yang dipengarhi gelobang

Lebih terperinci

BAB 8 Teori Relativitas Khusus

BAB 8 Teori Relativitas Khusus Berkelas BAB 8 Teori Relativitas Khusus Standar Kompetensi: Menganalisis berbagai besaran fisis pada gejala kuantum dan batas-batas berlakunya relativitas Einstein dalam paradigma fisika modern. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GLOMBANG LKTROMAGNTIK Contoh. Hubungan dan B dari gelobang bidang elektroagnetik Suatu gelobang bidang elektroagnetik sinusoidal dengan frekuensi 5 MHz berjalan di angkasa dala arah X, seperti ditunjukkan

Lebih terperinci

Fisika Ebtanas

Fisika Ebtanas isika Ebtanas 1996 1 1. Di bawah ini yang merpakan kelompok besaran trnan adalah A. momentm, wakt, kat ars B. kecepatan, saha, massa C. energi, saha, wakt ptar D. wakt ptar, panjang, massa E. momen gaya,

Lebih terperinci

HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI

HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI A. Hasil Kali Titik (Hasil Kali Skalar) Da Vektor. Hasil Kali Skalar Da Vektor di R Perkalian diantara da

Lebih terperinci

RELATIVITAS. transformasi kebalikannya

RELATIVITAS. transformasi kebalikannya RLATIVITAS RLATIVITAS NWTON Teri relatiitas berhubungan dengan kejadian-kejadian yang diaati dari kerangka auan inersial. Kerangka auan inersial adalah suatu kerangka auan yang berada dala keadaan dia

Lebih terperinci

RELATIVITAS KHUSUS EINSTEIN

RELATIVITAS KHUSUS EINSTEIN ELATIVITAS KHUSUS EINSTEIN OLEH STEVANUS AIANTO PECOBAAN MOLY & MICHELSON AZAZ ELATIVITAS KHUSUS ELATIVITAS KECEPATAN DILATASI WAKTU PENGUANGAN PANJANG MASSA ENEGI I. STEVANUS AIANTO 1 PECOBAAN MOLY DAN

Lebih terperinci

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. PROSEDUR ANALISA Penelitian ini merpakan sebah penelitian simlasi yang menggnakan bantan program MATLAB. Adapn tahapan yang hars dilakkan pada saat menjalankan penlisan

Lebih terperinci

FISIKA SET 9 RELATIVITAS EINSTEIN DAN INTI ATOM DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA A. RELATIVITAS KHUSUS. a. Relativitas kecepatan

FISIKA SET 9 RELATIVITAS EINSTEIN DAN INTI ATOM DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA A. RELATIVITAS KHUSUS. a. Relativitas kecepatan 9 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA FISIKA SET 9 RELATIVITAS EINSTEIN DAN INTI ATOM A. RELATIVITAS KHUSUS Teori relatiitas khusus didasarkan pada postulat Einstein, yakni:. Pertama, hukum

Lebih terperinci

PENENTUAN PANJANG LENGAN MESIN STANDAR TORSI DEADWEIGHT SEARAH JARUM JAM DAN BERLAWANAN ARAH JARUM JAM MENGGUNAKAN METODE KESETIMBANGAN LENGAN

PENENTUAN PANJANG LENGAN MESIN STANDAR TORSI DEADWEIGHT SEARAH JARUM JAM DAN BERLAWANAN ARAH JARUM JAM MENGGUNAKAN METODE KESETIMBANGAN LENGAN PENENTUAN PANJANG ENGAN MESIN STANDAR TORSI DEADWEIGHT SEARAH JARUM JAM DAN BERAWANAN ARAH JARUM JAM MENGGUNAKAN METODE KESETIMBANGAN ENGAN Hafid Psat Penelitian Kalibrasi, Instrentasi dan Metrologi IPI

Lebih terperinci

III PEMODELAN SISTEM PENDULUM

III PEMODELAN SISTEM PENDULUM 14 III PEMODELAN SISTEM PENDULUM Penelitian ini membahas keterkontrolan sistem pendlm, dengan menentkan model matematika dari beberapa sistem pendlm, dan dilakkan analisis dan menyederhanakan permasalahan

Lebih terperinci

Hasil Kali Titik. Dua Operasi Vektor. Sifat-sifat Hasil Kali Titik. oki neswan (fmipa-itb)

Hasil Kali Titik. Dua Operasi Vektor. Sifat-sifat Hasil Kali Titik. oki neswan (fmipa-itb) oki neswan (fmipa-itb) Da Operasi Vektor Hasil Kali Titik Misalkan OAB adalah sebah segitiga, O (0; 0) ; A (a 1 ; a ) ; dan B (b 1 ; b ) : Maka panjang sisi OA; OB; dan AB maing-masing adalah q joaj =

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB LANDASAN TEORI. Pasar.. Pengertian Pasar Pasar adalah sebah tempat mm yang melayani transaksi jal - beli. Di dalam Peratran Daerah Khss Ibkota Jakarta Nomor 6 Tahn 99 tentang pengrsan pasar di Daerah

Lebih terperinci

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Mekanisme Pondasi Tiang Konvensional Pondasi tiang merpakan strktr yang berfngsi ntk mentransfer beban di atas permkaan tanah ke lapisan bawah di dalam massa tanah. Bentk transfer

Lebih terperinci

BAB RELATIVITAS. Htung kecepatan rudal pada Contoh 10.1 berdasarkan relativitas Einstein.

BAB RELATIVITAS. Htung kecepatan rudal pada Contoh 10.1 berdasarkan relativitas Einstein. BAB RELATIVITAS Contoh. Sebuah pesawat antariksa bergerak dengan kelajuan,5. Seorang awak dalam pesawat tersebut menembakkan sebuah rudal dengan kelajuan,35 searah dengan gerak pesawat. Berapa keepatan

Lebih terperinci

lim 0 h Jadi f (x) = k maka f (x)= 0 lim lim lim TURUNAN/DIFERENSIAL Definisi : Laju perubahan nilai f terhadap variabelnya adalah :

lim 0 h Jadi f (x) = k maka f (x)= 0 lim lim lim TURUNAN/DIFERENSIAL Definisi : Laju perubahan nilai f terhadap variabelnya adalah : TURUNAN/DIFERENSIAL Deinisi : Laj perbaan nilai teradap ariabelnya adala : y dy d lim = lim = 0 0 d d merpakan ngsi bar disebt trnan ngsi ata perbandingan dierensial, proses mencarinya disebt menrnkan

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN 43 MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : MATERI KULIAH: Mekanika klasik, Huku Newton I, Gaya, Siste Satuan Mekanika, Berat dan assa, Cara statik engukur gaya.. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL 6.1 MEKANIKA

Lebih terperinci

BAB 26. RELATIVITAS EINSTEIN

BAB 26. RELATIVITAS EINSTEIN DAFTAR ISI DAFTAR ISI...1 BAB 6. RELATIVITAS EINSTEIN... 6.1 Gerak Relatif di Fisika Klasik... 6. Keepatan Cahaya dan Postulat Einstein... 6.3 Delatasi Waktu dan Panjang...5 6.4 Quis 6...11 1 BAB 6. RELATIVITAS

Lebih terperinci

BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU

BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU Konsep it mempnyai peranan yang sangat penting di dalam kalkls dan berbagai bidang matematika. Oleh karena it, konsep ini sangat perl ntk dipahami. Meskipn pada awalnya

Lebih terperinci

Impuls dan Momentum By. Aan S. Arcadie

Impuls dan Momentum By. Aan S. Arcadie Iuls dan Moentu y. Aan S. Arcadie A. Iuls (I ---- Ns) ada saat Anda enendang bola, gaya yang diberikan kaki aada bola teradi dala waktu yang sangat singkat. Gaya seerti ini disebut sebagai gaya iulsif.

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi GELOMBANG CAHAYA A. INTERFERENSI

FISIKA. Sesi GELOMBANG CAHAYA A. INTERFERENSI FISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 03 Sesi NGAN GELOMBANG CAHAYA Cahaya erupakan energi radiasi berbentuk gelobang elektroagnetik yang dapat dideteksi oleh ata anusia serta bersifat sebagai gelobang

Lebih terperinci

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/16/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/16/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus Fisika-TEP FTP UB /6/3 Dinaika 3 TIM FISIKA FTP UB PUSAT MASSA Titik pusat assa / centroid suatu benda ditentukan dengan ruus ~ x x ~ y y ~ z z Diana: x, y, z adalah koordinat titik pusat assa benda koposit.

Lebih terperinci

NAMA : KELAS : theresiaveni.wordpress.com

NAMA : KELAS : theresiaveni.wordpress.com 1 NAMA : KELAS : teresiaeni.wordpress.com TURUNAN/DIFERENSIAL Deinisi : Laj perbaan nilai teradap ariabelnya adala : y dy d ' = = d d merpakan ngsi bar disebt trnan ngsi ata perbandingan dierensial, proses

Lebih terperinci

PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN

PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN Bletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volme xx, No. x (tahn), hal xx xx. PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN Doni Saptra, Helmi, Shantika Martha

Lebih terperinci

Session 18 Heat Transfer in Steam Turbine. PT. Dian Swastatika Sentosa

Session 18 Heat Transfer in Steam Turbine. PT. Dian Swastatika Sentosa Session 8 Heat Transfer in Steam Trbine PT. Dian Sastatika Sentosa DSS Head Offie, 3 Oktober 008 Otline. Pendahlan. Skema keepatan, gaya tangensial. 3. Daya yang dihasilkan trbin, panas jath. 4. Trbin

Lebih terperinci

FISIKA KELAS XII BAB 10 Drs. Pristiadi Utomo, M.Pd RELATIVITAS

FISIKA KELAS XII BAB 10 Drs. Pristiadi Utomo, M.Pd RELATIVITAS FISIKA KELAS XII BAB 10 RELATIVITAS Standar Kompetensi o Menganalisis berbagai besaran fisis pada gejala kuantum dan batas-batas berlakunya relatiitas Einstein dalam paradigma fisika modern Kompetensi

Lebih terperinci

1. Pada ganbar di bawah, komponen vektor gaya F menurut sumbu x adalah A. ½ 3 F B. ½ 2 F C. ½ F D. ½ F E. ½ 3 F

1. Pada ganbar di bawah, komponen vektor gaya F menurut sumbu x adalah A. ½ 3 F B. ½ 2 F C. ½ F D. ½ F E. ½ 3 F 1 1. Pada ganbar di bawah, komponen vektor gaya F menrt smb x adalah A. ½ 3 F B. ½ F C. ½ F D. ½ F E. ½ 3 F. Benda jath bebas adalah benda yang memiliki: (1) Kecepatan awal nol () Percepatan = percepatan

Lebih terperinci

EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN

EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN OLEH KELOMPOK 5 DEKI D. TAPATAB JUMASNI K. TANEO MERSY C. PELT DELFIANA N. ERO GERARDUS V. META ARMY A. MBATU SILVESTER LANGKAMANG FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA BILANGAN REYNOLD

Lebih terperinci

Relativitas Khusus Prinsip Relativitas (Kelajuan Cahaya) Eksperimen Michelson & Morley Postulat Relativitas Khusus Konsekuensi Relativitas Khusus

Relativitas Khusus Prinsip Relativitas (Kelajuan Cahaya) Eksperimen Michelson & Morley Postulat Relativitas Khusus Konsekuensi Relativitas Khusus RELATIVITAS Relativitas Khusus Prinsip Relativitas (Kelajuan Cahaya) Eksperimen Michelson & Morley Postulat Relativitas Khusus Konsekuensi Relativitas Khusus Transformasi Galileo Transformasi Lorentz Momentum

Lebih terperinci

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA Di sekitar kita banyak benda yang bergetar atau berosilasi, isalnya assa yang terikat di ujung pegas, garpu tala, gerigi pada ja ekanis, penggaris elastis yang salah satu

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL

KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL Jrnal Dinamis Vol. II, No. 6, Janari 00 ISSN 06-749 KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL Tekad Sitep Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakltas Teknik Universitas Smatera Utara Abstrak Tlisan ini mencoba

Lebih terperinci

Hukum II Newton. Untuk SMA kelas X. (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP)

Hukum II Newton. Untuk SMA kelas X. (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP) Huku II Newton Untuk SMA kelas X (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP) Lisensi Dokuen: Copyright 008 009 GuruMuda.Co Seluruh dokuen di GuruMuda.Co dapat digunakan dan disebarkan secara bebas untuk

Lebih terperinci

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM 5 Hasil Kali Dalam Untk memotiasi konsep hasil kali dalam diambil ektor di R dan R sebagai anak panah dengan titik awal di titik asal O = ( ) Panjang sat ektor x di R dan R

Lebih terperinci

PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN

PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Bab 4 PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Tgas mendasar dari robot berjalan ialah dapat bergerak secara akrat pada sat lintasan (trajectory) yang diberikan Ata dengan kata lain galat antara

Lebih terperinci

Persamaan gerak dalam bentuk vektor diberikan oleh: dv dt dimana : (1) v = gaya coriolis. = gaya gravitasi

Persamaan gerak dalam bentuk vektor diberikan oleh: dv dt dimana : (1) v = gaya coriolis. = gaya gravitasi 1 ARUS LAUT Ada gaa ang berperan dalam ars ait: gaa-gaa primer dan gaa-gaa seknder. Gaa primer berperan dalam menggerakkan ars dan menentkan kecepatanna, gaa primer ini antara lain adalah: stress angin,

Lebih terperinci

Konsep Gaya Hukum Newton I Massa Gaya grafitasi dan Berat Hukum Newton III Analisa Model dengan HK Newton II Gaya gesek

Konsep Gaya Hukum Newton I Massa Gaya grafitasi dan Berat Hukum Newton III Analisa Model dengan HK Newton II Gaya gesek 8//0 Konsep Gaa Huku Newton I Massa Gaa rafitasi dan Berat Huku Newton III Analisa Model denan HK Newton II Gaa esek Konsep Gaa Pada kuliah sebeluna, kita telah ebahas erak suatu objek dala hal posisi,

Lebih terperinci

ALJABAR LINEAR (Vektor diruang 2 dan 3) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdul Aziz Saefudin, M.

ALJABAR LINEAR (Vektor diruang 2 dan 3) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdul Aziz Saefudin, M. ALJABAR LINEAR (Vektor dirang 2 dan 3) Dissn Untk Memenhi Tgas Mata Kliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdl Aziz Saefdin, M.Pd Dissn Oleh : Kelompok 3/3A4 1. Nrl Istiqomah 14144100130 2. Ambar Retno

Lebih terperinci

1. Perhatikan tabel berikut ini! No Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg m s -1 MLT -1 2 Gaya kg m s -2 MLT -2 3 Daya kg m s -3 MLT -3

1. Perhatikan tabel berikut ini! No Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg m s -1 MLT -1 2 Gaya kg m s -2 MLT -2 3 Daya kg m s -3 MLT -3 1 1. Perhatikan tabel berikt ini! No Besaran Satan Dimensi 1 Momentm kg m s -1 MLT -1 2 Gaya kg m s -2 MLT -2 3 Daya kg m s -3 MLT -3 Dari tabel di atas yang mempnyai satan dan dimensi yang benar adalah

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 013 TINGKAT PROPINSI FISIKA Waktu : 3,5 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA BUKU AJA ETODE EEEN HINGGA Diringkas oleh : JUUSAN TEKNIK ESIN FAKUTAS TEKNIK STUKTU TUSS.. Deinisi Umm Trss adalah strktr yang terdiri atas batang-batang lrs yang disambng pada titik perpotongan dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 27/01/2014. Gerak bersifat relatif. Gerak relatif/semu. Nurun Nayiroh, M. Si. Gerak suatu benda sangat bergantung pada titik acuannya

PENDAHULUAN 27/01/2014. Gerak bersifat relatif. Gerak relatif/semu. Nurun Nayiroh, M. Si. Gerak suatu benda sangat bergantung pada titik acuannya Pertemuan Ke- Nurun Nayiroh, M. Si Sub Pokok Bahasan Pendahuluan Postulat Einstein Ayat-ayat al-qur an tentang Relativitas Relativitas Al-Kindi Konsekuensi Postulat Einstein Momentum & Massa relativistik

Lebih terperinci

Analisis Peluruhan Flourine-18 menggunakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 71742

Analisis Peluruhan Flourine-18 menggunakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 71742 Prosiding Perteman Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY 63 Analisis Pelrhan Florine-18 menggnakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 717 Wijono dan Pjadi Psat Teknologi Keselamatan dan Metrologi

Lebih terperinci

Prinsip relativtas (pestulat pertama): Hukum-hukum fisika adalah sma untuk setiap kerangka acuan

Prinsip relativtas (pestulat pertama): Hukum-hukum fisika adalah sma untuk setiap kerangka acuan Konsep teori relativitas Teori relativitas khusus Einstein-tingkah laku benda yang terlokalisasi dalam kerangka acuan inersia, umumnya hanya berlaku pada kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya. Transforasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Small Area Estimation Small Area Estimation (SAE) adalah sat teknik statistika ntk mendga parameter-parameter sb poplasi yang kran sampelnya kecil. Sedangkan, area kecil didefinisikan

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam Dapatkan soal-soal lainnya di http://foru.pelatihan-osn.co SOAL OLIPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SA Waktu : 4 ja 1. (nilai 0) A. Sebuah obil bergerak enuruni suatu jalan

Lebih terperinci

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/23/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/23/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus Fisika-TEP FTP UB /3/3 Dinaika 3 TIM FISIKA FTP UB PUSAT MASSA Titik usat assa / centroid suatu benda ditentukan dengan ruus ~ x x ~ y y ~ z z Diana: x, y, z adalah koordinat titik usat assa benda koosit.

Lebih terperinci

1. Grafik di samping menyatakan hubungan antara jarak (s) terhadap waktu (t) dari benda yang bergerak.

1. Grafik di samping menyatakan hubungan antara jarak (s) terhadap waktu (t) dari benda yang bergerak. 1 1. Grafik di samping menyatakan hbngan antara jarak (s) terhadap wakt (t) dari benda yang bergerak. Bila s dalam m, dan t dalam sekon, maka kecepatan rata-rata benda A. 0,60 m/s D. 3,00 m/s B. 1,67 m/s

Lebih terperinci

Bahan Minggu XV Tema : Pengantar teori relativitas umum Materi :

Bahan Minggu XV Tema : Pengantar teori relativitas umum Materi : Bahan Minggu XV Tema : Pengantar teori relativitas umum Materi : Teori Relativitas Umum Sebelum teori Relativitas Umum (TRU) diperkenalkan oleh Einstein pada tahun 1915, orang mengenal sedikitnya tiga

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA

UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA UNIERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA Bahan Ajar 6: Teori Relativitas (Minggu ke 10) FISIKA DASAR II Semester /3 sks/mff 101 Oleh Muhammad Farhani Rosyid Dengan dana BOPTN P3-UGM tahun anggaran

Lebih terperinci

URUNAN PARSIAL. Definisi Jika f fungsi dua variable (x dan y) maka: atau f x (x,y), didefinisikan sebagai

URUNAN PARSIAL. Definisi Jika f fungsi dua variable (x dan y) maka: atau f x (x,y), didefinisikan sebagai 6 URUNAN PARSIAL Deinisi Jika ngsi da ariable maka: i Trnan parsial terhadap dinotasikan dengan ata dideinisikan sebagai ii Trnan parsial terhadap dinotasikan dengan ata dideinisikan sebagai Tentkan trnan

Lebih terperinci

3. RUANG VEKTOR. dan jika k adalah sembarang skalar, maka perkalian skalar ku didefinisikan oleh

3. RUANG VEKTOR. dan jika k adalah sembarang skalar, maka perkalian skalar ku didefinisikan oleh . RUANG VEKTOR. VEKTOR (GEOMETRIK) PENGANTAR Jika n adalah sebah bilangan blat positif maka tpel-terorde (ordered-n-tple) adalah sebah rtan n bilangan riil (a a... a n ). Himpnan sema tpel-terorde dinamakan

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN / WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN2013 TENTANG PEDOMAN STANDAR KINERJA INDIVIDU PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Teori Relativitas Khusus

Teori Relativitas Khusus Teori Relativitas Khusus Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung agussuroso102.wordpress.com, agussuroso@fi.itb.ac.id 19 April 2017 Daftar Isi 1 Relativitas,

Lebih terperinci

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM 5 Hasil Kali Dalam Untk memotiasi konsep hasil kali dalam diambil ektor di R dan R sebagai anak panah dengan titik awal di titik asal O ( ) Panjang sat ektor x di R dan R dinamakan

Lebih terperinci

lensa objektif lensa okuler Sob = fob

lensa objektif lensa okuler Sob = fob 23 jekti ler S = ~ S = A B d 24 Diagram pembentkan bayangannya adalah sebagari berikt: jekti d ler S = ~ S S A B S Teropong Pantl (Teleskop Releksi) Teropong jenis ini menggnakan sat positi, sat cermin

Lebih terperinci

(x, f(x)) P. x = h. Gambar 4.1. Gradien garis singgung didifinisikan sebagai limit y/ x ketika x mendekati 0, yakni

(x, f(x)) P. x = h. Gambar 4.1. Gradien garis singgung didifinisikan sebagai limit y/ x ketika x mendekati 0, yakni Diktat Klia TK Matematika BAB TURUNAN Graien Garis Singgng Tinja seba krva = f() seperti iperliatkan paa Gambar Garis ang melali titik P(, f( )) an Q( +, f( + )) isebt tali bsr Graien tali bsr tersebt

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gnawan Semester II, 2016/2017 3 Maret 2017 Kliah yang Lal 10.1-2 Parabola, Elips, dan Hiperbola 10.4 Persamaan Parametrik Kra di Bidang 10.5 Sistem Koordinat Polar 11.1 Sistem

Lebih terperinci

Soal Latihan Mekanika I. (3-11 November 2011)

Soal Latihan Mekanika I. (3-11 November 2011) Soal Latihan (3-11 Noveber 2011) Kerjakan soal-soal berikut selaa 1 inggu untuk elatih keapuan Anda. Kerjakan 2-3 soal per hari. Sebelu engerjakan soal-soal tersebut, sebaiknya Anda engerjakan soalsoal

Lebih terperinci

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT PENJUMAHAN MOMENTUM SUDUT A. Penjulahan Moentu Sudut = + Gabar.9. Penjulahan oentu angular secara klasik. Dua vektor oentu angular dan dijulahkan enghasilkan Jika oentu angular elektron pertaa adalah dan

Lebih terperinci

LENSA OBJEKTIF LENSA OKULER SOB = FOB

LENSA OBJEKTIF LENSA OKULER SOB = FOB LENSA OBJEKTIF LENSA OKULER SOB = FOB 23 lensa objektif lensa okler Sob = ~ Sob = fob A fob fob B d 24 Diagram pembentkan bayangannya adalah sebagari berikt: lensa objektif d Sob = ~ lensa okler Sob Sok

Lebih terperinci

Bidang Fisika yg mempelajari tentang gerak tanpa mengindahkan penyebab munculnya gerak dinamakan Kinematika.

Bidang Fisika yg mempelajari tentang gerak tanpa mengindahkan penyebab munculnya gerak dinamakan Kinematika. idan isika y epelajari tentan erak tanpa enindahkan penyebab unculnya erak dinaakan Kineatika. idan isika y epelajari tentan erak beserta penyebab unculnya erak dinaakan Dinaika. Huku Newton tentan Gerak

Lebih terperinci

12 A 13 D 14 D. Dit. h maks =? h maks = h + y maks = 9,2 + 1,8 = 11 m 15 B. A = B P.C Q dimensinya L.T -2 = (L 2.T 1 ) P.(L.

12 A 13 D 14 D. Dit. h maks =? h maks = h + y maks = 9,2 + 1,8 = 11 m 15 B. A = B P.C Q dimensinya L.T -2 = (L 2.T 1 ) P.(L. PEMBAHASAN PROBEM SET FISIKA SUPERINTENSIF 07 D 4 E keepatan perpindaha n s AB = 5 k v salan = 54 k/ja v uar = 36 k/ja Jika keepatan - sebuah benda saa dengan nol, aka perpindahan benda saa dengan nol.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M.

KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M. KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M. Penganggaran Modal (Capital Bdgeting) Modal (Capital) mennjkkan aktiva tetap yang dignakan ntk prodksi Anggaran (bdget)

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Seminar asional Aplikasi Teknologi Informasi 004 Yogyakarta 9 Jni 004 Analisis Efisiensi dengan Bantan Sistem Pendkng Keptsan (SPK) Carles Sitompl Jrsan Teknik Indstri Uniersitas Katolik Parahyangan Jl.

Lebih terperinci

Pertemuan IX, X, XI IV. Elemen-Elemen Struktur Kayu. Gambar 4.1 Batang tarik

Pertemuan IX, X, XI IV. Elemen-Elemen Struktur Kayu. Gambar 4.1 Batang tarik Perteman IX, X, XI IV. Elemen-Elemen Strktr Kay IV.1 Batang Tarik Gamar 4.1 Batang tarik Elemen strktr kay erpa atang tarik ditemi pada konstrksi kdakda. Batang tarik merpakan sat elemen strktr yang menerima

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran Kelas / Semester : SMA Negeri 16 Surabaya : Fisika : XII IA / (Dua) Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit ( 4 Jam Pelajaran ) Standar Kompetensi: 9.

Lebih terperinci

RELATIVITAS Arif hidayat

RELATIVITAS Arif hidayat RELATIVITAS Arif hidayat Gerak suatu benda hanya berarti jika dipandang terhadap kerangka acuan tertentu. Tidak ada gerak yang mutlak, semua gerak bersifat relatif. Contohnya, seorang penumpang kereta

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci

OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI

OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI Mokhamad Fatoni, Indri Sdanawati Rozas, S.Kom., M.Kom., Latifah Rifani, S.T., MIT. Jrsan Sistem

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 5 Maret 2014

Hendra Gunawan. 5 Maret 2014 MA101 MATEMATIKA A Hendra Gnawan Semester II, 013/014 5 Maret 014 Kliah yang Lal 10.1 Parabola, aboa, Elips, danhiperbola a 10.4 Persamaan Parametrik Kra di Bidang 10.5 Sistem Koordinat Polar 11.1 Sistem

Lebih terperinci

1. Perhatikan gambar percobaan vektor gaya resultan dengan menggunakan 3 neraca pegas berikut ini

1. Perhatikan gambar percobaan vektor gaya resultan dengan menggunakan 3 neraca pegas berikut ini 1 1. Perhatikan gambar percobaan vektor gaya resltan dengan menggnakan 3 neraca pegas berikt ini Yang sesai dengan rms vektor gaya resltan secara analitis adalah gambar A. (1), (2) dan (3) D. (1), dan

Lebih terperinci

INSTANTON. Casmika Saputra Institut Teknologi Bandung

INSTANTON. Casmika Saputra Institut Teknologi Bandung INSTANTON Casika Saputra 02200 Institut Teknologi Bandung Abstrak. Solusi klasik pada kasus Double Well Potential dala ekanika kuantu dala iaginary tie Euclidian eberikan dua buah solusi yaitu solusi trivial

Lebih terperinci

1. Momentum mempunyai dimensi yang sama dengan dimensi besaran A. impuls D. tekanan B. energi E. percepatan C. gaya

1. Momentum mempunyai dimensi yang sama dengan dimensi besaran A. impuls D. tekanan B. energi E. percepatan C. gaya 1 1. Momentm mempnyai dimensi yang sama dengan dimensi besaran A. impls D. tekanan B. energi E. percepatan C. gaya 2. Gerak sebah mobil menghasilkan grafik kecepatan (V) terhadap wakt (t) yang diperlihatkan

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Copetititon Tingkat SMA 1. Ujian Eksperien berupa Naskah soal beserta lebar jawaban dan kertas grafik. 2. Waktu keseluruhan dala eksperien dan

Lebih terperinci

CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE

CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE Inner Prodcts Angle and Orthogonality in Inner Prodct Spaces Orthonormal Bases; Gram-Schmidt Process; QR-Decomposition Best Approximation; Least Sqares Orthogonal Matrices;

Lebih terperinci

Bab 2 Konsep Relativitas

Bab 2 Konsep Relativitas Bab 2 Konsep Relativitas 2.1 Deskripsi Teori relativitas memeriksa bagaimana pengukuran kuantitas fisis bergantung pada pengamat seperti juga pada peristiwa yang diamati. Dari relativitas muncul mekanika

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN PROPINSI DKI JAKARTA MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMA MGMP FISIKA - SMA DKI

DINAS PENDIDIKAN PROPINSI DKI JAKARTA MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMA MGMP FISIKA - SMA DKI DINAS PENDIDIKAN PROPINSI DKI JAKARTA MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMA MGMP FISIKA - SMA DKI Sekretariat: SMAN 72, Jl.Prihatin Kodaar Kelapa Gading Barat Jakarta Utara Telp 021 4502584 Fax: 021-45850134

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer Aljabar Linear Elementer MA SKS Silabs : Bab I Matriks dan Operasinya Bab II Determinan Matriks Bab III Sistem Persamaan Linear Bab IV Vektor di Bidang dan di Rang Bab V Rang Vektor Bab VI Rang Hasil Kali

Lebih terperinci

Gerak Harmonik Sederhana Pada Ayunan

Gerak Harmonik Sederhana Pada Ayunan Gerak Haronik Sederhana Pada Ayunan Setiap gerak yang terjadi secara berulang dala selang waktu yang saa disebut gerak periodik. Karena gerak ini terjadi secara teratur aka disebut juga sebagai gerak haronik/haronis.

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT JARAK ROTASI PADA POHON BINER TERURUT DAN TERORIENTASI

BEBERAPA SIFAT JARAK ROTASI PADA POHON BINER TERURUT DAN TERORIENTASI JRISE, Vol.1, No.1, Febrari 2014, pp. 28~40 ISSN: 2355-3677 BEBERAPA SIFA JARAK ROASI PADA POHON BINER ERURU DAN ERORIENASI Oleh: Hasniati SMIK KHARISMA Makassar hasniati@kharisma.ac.id Abstrak Andaikan

Lebih terperinci

VEKTOR. Oleh : Musayyanah, S.ST, MT

VEKTOR. Oleh : Musayyanah, S.ST, MT VEKTOR Oleh : Msayyanah, S.ST, MT . ESRN SKLR DN VEKTOR Sifat besaran fisis : esaran Skalar Skalar Vektor esaran yang ckp dinyatakan oleh besarnya saja (besar dinyatakan oleh bilangan dan satan). Contoh

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecepatan Angin Awal untuk Berputar (m/s)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecepatan Angin Awal untuk Berputar (m/s) BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.. Pegarh Baha Kicir Terhadap Kecepa Pr kicir Pegarh baha pebat kicir (blade terhadap kecepa pr kicir pak dala gabar 5.. Dala gabar 5., pak bahwa dega berbedaya aterial blade,

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN 7 III HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Analisis Metode Dala penelitian ini akan digunakan etode hootopi untuk enyelesaikan persaaan Whitha-Broer-Koup (WBK), yaitu persaaan gerak bagi perabatan gelobang pada perairan

Lebih terperinci

Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika

Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika Yn Hariadi Dept. Dynamical System Bandng Fe Institte yh@dynsys.bandngfe.net Pendahlan Fenomena ekonomi sebagai kondisi makro yang merpakan hasil interaksi pada level

Lebih terperinci

Perhitungan Tahanan Kapal dengan Metode Froude

Perhitungan Tahanan Kapal dengan Metode Froude 9/0/0 Perhitungan Tahanan Kapal dengan etode Froude Froude enganggap bahwa tahanan suatu kapal atau odel dapat dipisahkan ke dala dua bagian: () tahanan gesek dan () tahanan sisa. Tahanan sisa ini disebabkan

Lebih terperinci

1. Persamaan Energi Total

1. Persamaan Energi Total . Persamaan Eneri Total Eneri total adala jmla eneri karena ketinian elevasi (potential enery), eneri tekanan (pressre enery), dan eneri kecepatan (velocity ead). Prinsip eneri kekal ini lebi dikenal denan

Lebih terperinci

Pengenalan Pola. Ekstraksi dan Seleksi Fitur

Pengenalan Pola. Ekstraksi dan Seleksi Fitur Pengenalan Pola Ekstraksi dan Seleksi Fitr PTIIK - 4 Corse Contents Collet Data Objet to Dataset 3 Ekstraksi Fitr 4 Seleksi Fitr Design Cyle Collet data Choose featres Choose model Train system Evalate

Lebih terperinci

BAHAN KUIS PRA-UTS MEKANIKA, Oktober 2011

BAHAN KUIS PRA-UTS MEKANIKA, Oktober 2011 tosi-ipb.blogspot.co ekanika I BAHAN KUIS PRA-UTS EKANIKA, 3-4 Oktober 0 Untuk kalangan sendiri Tidak diperjualbelikan Silakan kerjakan soal-soal berikut, pahai dengan baik. Soal Kuis akan diabil dari

Lebih terperinci

FISIKA MODERN DAN FISIKA ATOM

FISIKA MODERN DAN FISIKA ATOM MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-1 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-14 CAKUPAN MATERI 1. TEORI RELATIVITAS KHUSUS. EFEK FOTOLISTRIK 3. GELOMBANG DE BROGLIE 4. ATOM HIDROGEN 5. DIAGRAM

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 25/02/2014. Gerak bersifat relatif. Gerak relatif/semu. Nurun Nayiroh, M. Si. Gerak suatu benda sangat bergantung pada titik acuannya

PENDAHULUAN 25/02/2014. Gerak bersifat relatif. Gerak relatif/semu. Nurun Nayiroh, M. Si. Gerak suatu benda sangat bergantung pada titik acuannya Pertemuan Ke- Nurun Nayiroh, M. Si Sub Pokok Bahasan Pendahuluan Postulat Einstein Ayat-ayat al-qur an tentang Relativitas Relativitas Al-Kindi Konsekuensi Postulat Einstein Momentum & Massa relativistik

Lebih terperinci